pengenalan formulasi, bentuk dan jenis pestisida

download pengenalan formulasi, bentuk dan jenis pestisida

of 28

Transcript of pengenalan formulasi, bentuk dan jenis pestisida

  • 7/26/2019 pengenalan formulasi, bentuk dan jenis pestisida

    1/28

    LAPORAN PRAKTIKUM

    PESTISIDA DAN BIOPESTISIDA PERTANIAN

    ACARA I

    PENGENALAN JENIS, FORMULASI, DAN SIFAT-SIFAT PESTISIDA

    Semester:

    Genap 2016

    Oleh:

    Rohmadiyanto

    NIM A1L013024

    KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGIUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

    FAKULTAS PERTANIAN

    PURWOKERTO

    2016

  • 7/26/2019 pengenalan formulasi, bentuk dan jenis pestisida

    2/28

    I. PENDAHULUAN

    A.

    Latar Belakang

    Pestisida berperan dalam upaya penyelamatan produksi pertanian dari gangguan

    hama dan penyakit tanaman masih sangat besar, terutama apabila telah melebihi

    ambang batas pengendalian atau ambang batas ekonomi. Namun demikian,

    mengingat pestisida juga mempunyai resiko terhadap keselamatan manusia dan

    lingkungan maka Pemerintah berkewajiban dalam mengatur pengadaan, peredaran

    dan penggunaan pestisida agar dapat dimanfaatkan secara bijaksana. Untuk

    melindungi keselamatan manusia dan sumber-sumber kekayaan alam, khususnya

    kekayaan alam hayati dan supaya pestisida dapat digunakan secara efektif, maka

    ketentuan pestisida di Indonesia diatur dalam peraturan perundangan seperti :

    1. Undang-Undang Nomor 12 tahun 1992 tentang sistem budidaya tanaman;

    2.

    Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1973 tentang pengawasan atas pengadaan,

    peredaran dan penggunaan pestisida;

    3. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 45/Permentan/SR.140/10/2009, tentang

    syarat dan tatacara pendaftaran pestisida; dan

    4. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 42/Permentan/SR.120/5/2007, tentang

    pengawasan pestisida.

    Amanat dari peraturan-peraturan tersebut adalah bahwa pestisida yang beredar,

    disimpan dan digunakan adalah pestisida yang telah terdaftar dan mendapat izin dari

  • 7/26/2019 pengenalan formulasi, bentuk dan jenis pestisida

    3/28

    Menteri Pertanian, memenuhi standar mutu, terjamin efektivitasnya, aman bagi

    manusia dan lingkungan hidup serta diberi label. Penggunaan pestisida harus

    memenuhi ketentuan yang ditetapkan dalam izin, serta memperhatikan anjuran yang

    dicantumkan dalam label. Selanjutnya, dalam Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun

    1995 tentang perlindungan tanaman, diamanatkan bahwa penggunaan pestisida dalam

    rangka pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) adalah merupakan

    alternatif terakhir, dan dampak negatif yang timbul harus ditekan seminimal mungkin

    serta dilakukan secara tepat guna. Untuk itu Pemerintah telah menetapkan kebijakan

    Pengendalian Hama Terpadu (PHT) dalam program perlindungan tanaman.

    Kebijakan PHT ini merupakan suatu koreksi terhadap usaha pengendalian hama

    secara konvensional yang menggunakan pestisida secara tidak tepat dan berlebihan,

    sehingga dapat meningkatkan biaya produksi dan merugikan masyarakat serta

    lingkungan hidup.

    B.

    Tujuan

    Tujuan praktikum mengenai pengenalan jenis, formulasi, dan sifat-sifat

    pestisida adalah mampu mengenal jenis sasaran pestisida, membedakan formulasi

    pestisida, mengetahui jenis dan kadar bahan aktif pada beberapa kemasan pestisida,

    membaca informasi tentang cara penggunaan pestisida, membaca tanda peringatan

    pada beberapa kemasan pestisida, dan membedakan tingkat kelarutan pestisida dalam

    air serta menggunakan alat pengaman (sarung tangan dan masker).

  • 7/26/2019 pengenalan formulasi, bentuk dan jenis pestisida

    4/28

    II. TINJAUAN PUSTAKA

    Penggunaan pestisida harus mengetahui susuan dari suatu formulasi pestisida

    tersebut, hal ini bertujuan agar mudah diaplikasikan selain itu kita dapat mengetahui

    kandungan bahan aktif yang terdapat pada pestisida tersebut dan apa-apa saja yang

    dugunakan dalam membantu pestisida agar dapat berfungsi dengan baik. Bahan aktif

    merupakan senyawa kimia atau bahan-bahan lain yang memiliki efek sebagai

    pestisida. Bahan aktif pestisida dapat berbentuk cairan, padat, dan gas. Bahan aktif

    yang digunakan dalam formulasi biasa berasal dari dalam bentuk aslinya, yang

    dikemudian dicampur dengan bahan-bahan pembantu lainnya dan bahan pembawa.

    Namun beberapa bahan aktif kimia dalam bentuk sintetiknya dalam bentuk aslinya

    terutama herbisida yang bahan aktifnya berbentuk asam seringkali sulit

    diformulasikan. Oleh karena itu, bahan aktif semacam ini sering menggunakan

    bentuk garam atau ester. Sebagai contoh, glifosfat (fosfonometil glisin) murini adalah

    asam yang tidak mudah larut dalam solvent organic yang biasa digunakan dalam

    formulasi. Oleh karena itu harus terlebih dahulu diubah menjadi garam, misalnya

    glifosfat ammonium, glifosfat-isopropilamina, dll (Butarbutar, 2009).

    Bahan-bahan pembantu merupakan bahan-bahan atau senyawa kimia yang

    ditambahkan kedalam pestisida dalam proses formulasinya agar mudah untuk

    diaplikasikan. Bahan-bahan Bahan-bahan pembantu sering ditambahkan pada

    formulasi adalah solvent atau bahan pelarut, diluents atau bahan pembasah, emetik

    tau digunakan sebagai bahan penambah bau, dll. Bahan pembawa digunakan untuk

  • 7/26/2019 pengenalan formulasi, bentuk dan jenis pestisida

    5/28

    menurunkan konsentrasi produk pestisida, tergantung pada cara penggunaan yang

    diinginkan. Bahan pembawa dapat berupa air, minyak, talk, attapulgit, bentonit,

    tepung, pasir,dll. Menurut Butarbutar (2009), pestisida dalam bentuk teknis (technical

    grade) sebelum digunakan perlu diformulasikan dahulu. Formulasi pestisida

    merupakan pengolahan (processing) yang ditujukan untuk meningkatkan sifat-sifat

    yang berhubungan dengan keamanan, penyimpanan, penanganan (handling),

    penggunaan, dan keefektifan pestisida. Pestisida yang dijual telah diformulasikan

    sehingga untuk penggunaannya pemakai tinggal mengikuti petunjuk-petunjuk yang

    diberikan dalam manual. Menurut Munaf (1997), yang dimaksud dengan formulasi

    (formulated product), ialah komposisi dan bentuk pestisida yang dipasarkan.

    Pestisida yang terdapat dipasaran umumnya tidaklah merupakan bahan aktif 100%,

    karena selain zat pengisi atau bahan tambahan yang tidak aktif 100%, karena selain

    zat pengisi atau bahan tambahn yang tidak aktif (inert ingridient) juga da yang berisi

    campuran dari 2 atau lebih pestisida.

    Menurut Runia (2008), produk jadi yang merupakan campuran fisik antara

    bahan aktif dan bahan tambahan yang tidak aktif dinamakan formulasi. Formulasi

    sangat menentukan bagaimana pestisida dengan bentuk dan komposisi tertentu harus

    digunakan, berapa dosis atau takaran yang harus digunakan, berapa frekuensi dan

    interval penggunaan, serta terhadap jasad sasaran apa pestisida dengan formulasi

    tersebut dapat digunakan secara efektif. Selain itu, formulasi pestisida juga

    menentukan aspek keamanan penggunaan pestisida dibuat dan diedarkan dalam

    banyak macam formulasi

  • 7/26/2019 pengenalan formulasi, bentuk dan jenis pestisida

    6/28

    III.METODE PRAKTIKUM

    A.

    Alat dan Bahan

    Alat yang digunakan dalam praktikum pengenalan jenis, formulasi, dan sifat-

    sifat pestisida adalah ATK, sarung tangan karet, masker, timbangan analitik, becker

    glass (1 L), sendok teh, pipet, dan pengaduk gelas. Sedangkan bahan yang digunakan

    adalah pestisida Metindo 40SP, Antracol 70WP, Marshal 200SC, Roundup 486SL,

    Marshal 200EC, Decis 25EC, Dupont Lannate 25WP, sticker/perata, dan air

    B. Prosedur Kerja

    1. Pengenalan Pestisida

    a. Buku penuntun praktikum dibaca dengan baik. Gunakan jas lab, masker dan

    sarung tangan karet guna menjaga keselamatan kerja sebelum dan selama

    bekerja di laboratorium.

    b. Salah satu kemasan pestisida yang ada di depan anda diambil. Catat semua

    informasi yang tertulis pada kemasan pestisida. Lakukan pekerjaan yang sama

    untuk kemasan lainya.

    c. Buka kemasan pestisida (botol dan atau kotak/wadah lain) secara hati-hati

    untuk melihat dan memastikan formulasi pestisida.

    d. 1 mL masing-masing pestisida pekatan diambil dengan menggunakan pipet

    dan masukkan ke dalam becker glass berbeda. Ambil 1 gram pestisida

  • 7/26/2019 pengenalan formulasi, bentuk dan jenis pestisida

    7/28

    formulasi tepung dan butiran, kemudian masukkan ke dalam becker glass

    berbeda. Tempelkan label pada masing-masing becker glass.

    e.

    Bentuk dan warna formulasi pestisida tersebut diamati. Catat semua informasi

    yang ada.

    2. Penentuan Kelarutan Pestisida

    a. 500 mL air bersih ditambahkan ke dalam becker glass yang telah diisi

    pestisida berbagai formulasi.

    b. Aduk pelan-pelan selama 1-2 menit. Selanjutnya perhatikan tingkat kelarutan

    masing-masing pestisida.

    c. Ukur kecepatan pengendapan partikel dengan menggunakan stopwatch selama

    5 menit.Catat semua informasi yang ada.

    3. Penentuan Tingkat Kelekatan Pestisida

    a. Formulasi pestisida yang telah diuji dimasukkan ke dalam sprayer.

    b. Sprayer tersebut diatur volume semprot.

    c. Semprotkan pestisida tersebut ke daunt talas yang telah disediakan dengan

    jarak 30cm, 45cm, 60cm lihat kerekatan pestisida pada daun talas tersebut.

    d. Percobaan kedua masih sama, tetapi pada percobaan kedua pestisida

    ditambahkan perekat lalu diaduk hingga homogen.

    e. Tingkat kerekatan diukur pada jarak 30cm, 45cm, dan 60cm.

  • 7/26/2019 pengenalan formulasi, bentuk dan jenis pestisida

    8/28

    IV.HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil Pengamatan

  • 7/26/2019 pengenalan formulasi, bentuk dan jenis pestisida

    9/28

  • 7/26/2019 pengenalan formulasi, bentuk dan jenis pestisida

    10/28

  • 7/26/2019 pengenalan formulasi, bentuk dan jenis pestisida

    11/28

    B. Pembahasan

    Formulasiadalah campuran bahan aktif dengan bahan lainnya dengan kadar

    dan bentuk tertentu yang mempunyai daya kerja sesuai dengan tujuan yang

    direncanakan. Bahan aktif merupakan bahan terpenting dalam pestisida yang bekerja

    aktif terhadap hama sasaran. Dalam pembuatan pestisida bahan aktif tersebut tidak

    dibuat secara murni (100%) tetapi bercampur sedikit dengan bahan-bahan pembawa

    lainnya. Produk jadi yang merupakan campuran fisik antara bahan aktif dan bahan

    tambahan yang tidak aktif dinamakan formulasi. Formulasi sangat menentukan

    bagaimana pestisida dengan bentuk dan komposisi tertentu harus digunakan, berapa

    dosis atau takaran yang harus digunakan, berapa frekuensi dan interval penggunaan,

    serta terhadap jasad sasaran apa pestisida dengan formulasi tersebut dapat digunakan

    secara efektif. Selain itu, formulasi pestisida juga menentukan aspek keamanan

    penggunaan pestisida dibuat dan diedarkan dalam banyak bentuk formulasi (Suprapti,

    2011).

    Menurut Suprapti (2011) formulasi pestisida terbagi atas dua formulasi yaitu

    formulasi padat dan formulasi cair

    1. Formulasi Padat

    a. Wettable Powder (WP), merupakan sediaan bentuk tepung (ukuran partikel

    beberapa mikron) dengan kadar bahan aktif relatif tinggi (50 80%), yang jika

    dicampur dengan air akan membentuk suspensi. Pengaplikasian WP dengan cara

    disemprotkan.

  • 7/26/2019 pengenalan formulasi, bentuk dan jenis pestisida

    12/28

    b. Soluble Powder (SP), merupakan formulasi berbentuk tepung yangjika dicampur

    air akan membentuk larutan homogen. Digunakan dengan cara disemprotkan.

    c.

    Butiran, umumnya merupakan sediaan siap pakai dengan konsentrasi bahan aktif

    rendah (sekitar 2%). Ukuran butiran bervariasi antara 0,7 1 mm. Pestisida

    butiran umumnya digunakan dengan cara ditaburkan di lapangan (baik secara

    manual maupun dengan mesin penabur).

    d. Water Dispersible Granule (WG atau WDG), berbentuk butiran tetapi

    penggunaannya sangat berbeda. Formulasi WDG harus diencerkan terlebih

    dahulu dengan air dan digunakan dengan cara disemprotkan.

    e. Soluble Granule (SG), mirip dengan WDG yang juga harusdiencerkan dalam air

    dan digunakan dengan cara disemprotkan. Bedanya, jika dicampur dengan air, SG

    akan membentuk larutan sempurna.

    f. Tepung Hembus, merupakan sediaan siap pakai (tidak perlu dicampur dengan air)

    berbentuk tepung (ukuran partikel 10 30 mikron) dengan konsentrasi bahan

    aktif rendah (2%) digunakan dengan cara dihembuskan (dusting).

    2. Formulasi Cair

    a. Emulsifiable Concentrate atau Emulsible Concentrate (EC), merupakan sediaan

    berbentuk pekatan (konsentrat) cair dengan kandungan bahan aktif yang cukup

    tinggi. Oleh karena menggunakan solvent berbasis minyak, konsentrat ini jika

    dicampur dengan air akanmembentuk emulsi (butiran benda cair yang melayang

    dalam media cair lainnya). Bersama formulasi WP, formulasi EC merupakan

    formulasi klasik yang paling banyak digunakan saat ini.

  • 7/26/2019 pengenalan formulasi, bentuk dan jenis pestisida

    13/28

    b. Water Soluble Concentrate (WCS), merupakan formulasi yang miripdengan EC,

    tetapi karena menggunakan sistem solvent berbasis air maka konsentrat ini jika

    dicampur air tidak membentuk emulsi, melainkan akan membentuk larutan

    homogen. Umumnya formulasi ini digunakan dengan cara disemprotkan.

    c. Aquaeous Solution (AS), merupakan pekatan yang bisa dilarutkan dalam air.

    Pestisida yang diformulasi dalam bentuk AS umumnya berupa pestisida yang

    memiliki kelarutan tinggi dalam air. Pestisida yang diformulasi dalam bentuk ini

    digunakan dengan cara disemprotkan.

    d.

    Soluble Liquid (SL), merupakan pekatan cair. Jika dicampur air,pekatan cair ini

    akan membentuk larutan. Pestisida ini juga digunakan dengan cara disemprotkan.

    e. Ultra Low Volume (ULV), merupakan sediaan khusus untuk penyemprotan

    dengan volume ultra rendah, yaitu volume semprot antara 1 5 liter/hektar.

    Formulasi ULV umumnya berbasis minyak karena untuk penyemprotan dengan

    volume ultra rendah digunakan butiran semprot yang sangat halus.

    Secara umum formulasi pestisida dapat digolongkan dalam 2 (dua) golongan

    besar yaitu formulasi cair dan formulasi padat. Formulasi cair biasanya terdiri dari

    bahan aktif, pelarut dan bahan tambahan seperti pengemulsi, perata, perekat dll,

    sedangkan formulasi padat umumnya mengandung bahan aktif, bahan pembawa

    (carier), pembasah dan perata.

    Formulasi padat mempunyai beberapa keuntungan yaitu : siap dipakai sehingga

    tidak perlu bahan pencampur, tidak mudah diserap kulit, tidak memerlukan alat

    aplikasi yang rumit, dan resiko fitotoksisitas rendah. Sedangkan kelemahan dari

  • 7/26/2019 pengenalan formulasi, bentuk dan jenis pestisida

    14/28

    formulasi padat yaitu menimbulkan debu ketika dituang, memerlukan pengadukan

    secara terus-menerus, bersifat abrasif, dan memerlukan pengolahan tanah sebelum

    diaplikasikan. Formulasi cair mempunyai beberapa keuntungan yaitu : konsenterasi

    bahan aktif yang relatif tinggi, dan dalam penggunaanya hanya dilakukan sedikit

    pengadukan. Sedangkan kelemahan dari formulasi cair yaitu resiko terjadinya

    fitotoksik lebih besar, mudah diserap kulit manusia, dan kemungkinan korosif (Rudi,

    2010).

    Praktikum kali ini mengenai pengenalan pestisida kami menggunakan 7 jenis

    pestisida dari berbagai jenis dan formulasi yang berbeda, yaitu adalah sebagai

    berikut:

    1. Antracol 70WP

    Praktikum kali ini didapatkan hasil bahwa Fungisida Atracol 70WP

    berbahan aktif Propineb 70%, formulasi Wettable Powder, berbentuk padatan

    (tepung), berwarna putih, jenis sasaran : Embung tepung (Plasmopara viticola)

    pada tanaman anggur dosis 1,5-3 g/l, Bercak ungu (Alternaria porri) pada

    tanaman bawang dosis 2 g/l, Bercak ungu (Alternaria porri)pada tanaman

    bawang putih dosis 2-4 g/l, Bercak daun (Cercospora dendrobil) pada tanaman

    anggrek dosis 1-2 g/l, dan Cacar daun (Phyliosticla sp) pada tanaman cengkeh

    dosis 2 kg/ha. Cara aplikasi fungisida ini yaitu dengan mencampurkan dengan air

    lalu diaduk hingga homogen dan siap untuk diaplikasikan. Menurut Rini (1988)

    Fungisida Antracol 70 WP berbahan aktif Propineb 70,5% ini berbentuk bubuk

    berwarna putih yang dapat disuspensikan dalam air, bersifat fungitoksik. Dalam

  • 7/26/2019 pengenalan formulasi, bentuk dan jenis pestisida

    15/28

    penggunaannya dapat dicampurkan dengan insektisida dan fungisida lainnya

    asalkan yang tidak bereaksi alkalis. Untuk menyemprot tanaman yang berlapis

    lilin, seperti bawang, perlu ditambahkan bahan perekat. Pencampuran dengan

    insektisida atau fungisida lain harus dilakukan setelah Antracol 70WP diencerkan

    dengan air. Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan (1982) menambahkan

    bahwa fungisida Antracol 70WP nama pemegang izinnya yaitu PT.Bayer

    Agrochemicals dengan izin tetap dan waktu berlaku sampai 9 April 1984.

    Menurut Rini (1988) Pedoman penggunaan fungisida Antracol 70WP dapat

    dilihat pada tabel dibawah ini.

    Tabel 1. Cara penggunaan fungisida Antracol 70WP

    Tanaman /Penyakit KonsenterasiFormulasi/Dosis

    Waktu Penyemprotan

    Bawang :

    Bercak ungu (Alternaria alii)

    2 g/l

    ( 300-800 l/ha)

    Mulai umur 2 minggu dengan

    selang waktu 5-7hari

    Jeruk :

    Tepung (Oidium tingitaninum)

    1 g/l

    (500 l/ha)

    Setelah timbul serangan

    dengan selang waktu 5-7hari

    Kentang, tomat:

    Busuk daun (Phytipthora infestans)

    1,5-2 kg/ha

    (400-800 l/ha)

    Mulai umur 2 minggu dengan

    selang waktu 5-7hariKina :Mopong (Rhizoctonia solani)

    0,7 g/l(600-800 l/ha)

    Di persemaian dengan selangwaktu 3-5 hari

    2. Roundup 486 SL

    Praktikum kali ini didapatkan hasil bahwa Herbisida Roundup 486 SL

    berbahan aktif Isopropil amina glifosfat 486 g/l, formulasi Soluble Liquid,

    berbentuk cairan (latutan) berwarna kuning keemasan, jenis sasaran : Gulma keras

    (Panicum repens) pada tanaman kopi dosis 4-6 l/ha, Gulma sedang (Axonopus

    compessus) pada tanaman teh dosis 2-3 l/ha, Gulma lunak (Paspalum

  • 7/26/2019 pengenalan formulasi, bentuk dan jenis pestisida

    16/28

    conjugatum) pada tanaman akasia dosis 1,5-2 /ha, Alang-alang pada persiapan

    lahan dosis 3-6 l/ha, dan Gulma (Cynodon dactylon) pada tanaman kopi dosis 4-6

    l/ha. Herbisida ini diaplikasikan dengan cara disemprotkan pada pertanaman.

    Menurut Rini (1988) Roundup merupakan herbisida berbentuk cairan yang

    mengandung bahan aktif isopropil amina glifosfat sebanyak 480 g/l yang setara

    dengan 360 g/l glifosfat. Herbisida purna tumbuh ini dapat mengendalikan gulma

    berdaun lebar, jenis rumput, dan golongan teki pada pertanaman karet, kelapa

    sawit, kelapa, kopi, cokelat, teh, dan cengkeh. Keunggulan dari berhibisida ini

    adalah :

    a. Diserap dan ditranslokasikan ke jaringan gulma tiga kali lebih cepat dan lebih

    banyak sehingga daya brantas lebih unggul dalam jangka waktu lama.

    b. Jenis gulma yang dapat dikendalikan lebih banyak, sekalipun gulma bandel.

    c. Tahan hujan 1-2 jam setelah aplikasi. Ini akan menghilangkan kekhawatiran

    akan penyemprotan ulang dan resiko karena hujan.

    d. Lebih fleksibel pada kondisi lapangan.

    e. Formulasi menggunakan teknologi Biosorb yang sudah dipatenkan dan tidak

    bisa ditiru oleh kompetitor lain.

    f. Konsisten dalam mutu.

    g. Tidak perlu menambahkan bahan surfaktan lain.

    Menurut Rini (1988) Pedoman penggunaan herbisida Roundup 486 SL

    dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

  • 7/26/2019 pengenalan formulasi, bentuk dan jenis pestisida

    17/28

    Tabel 2. Cara penggunaan herbisida Roundup 486 SL

    Gulma Sasaran Tanaman Dosis (L/ha)

    A. Alang-alang di tempat

    terlindung

    B. Alang-alang di tempatterbuka

    Gulma umum, persiapan

    tanam (TOT)

    3-6

    6-10

    Gulma Keras

    Panicum repens, Cynodon

    dactylon

    Kelapa Sawit, Karet, Kakao,

    Kelapa, Kopi, Teh, Akasia,

    Cengkeh

    4-6

    Gulma SedangAxonopus compressus,

    Mikania micrantha, Borreria sp,

    dll

    Kelapa Sawit, Karet, Kakao,Kelapa, Kopi, Teh, Akasia,

    Cengkeh

    2-3

    Gulma LunakPaspalum conjugatum,Ottochloa nodosa, dll

    Kelapa Sawit, Karet, Kakao,Kelapa, Kopi, Teh, Akasia,

    Cengkeh

    1,5-2

    3. Decis 2,5 EC

    Praktikum kali ini didapatkan hasil bahwa Insektisida Decis 2,5 EC

    berbahan aktif Deltametrin 25 g/l, formulasiEmulfisiable Concentrate, berbentuk

    cairan (latutan) berwarna kuning jernih, jenis sasaran : Ulat grayak (Spodoptera

    litura) pada tanaman anggrek dosis 0,5-1 ml/l, Ulat grayak (Spodoptera litura)

    pada apel dosis 0,75-1 ml/l, Lalat buah (Bactrocera sp) pada belimbing dosis

    0,75-1 ml/l , Hama Trips sp pada cabai dosis 0,25-0,5 ml/l, dan Belalang (Locusta

    migratoria) pada tanaman jagung dosis 0,2-0,4 ml/l. Insektisida ini diaplikasikan

    dengan cara disemprotkan pada pertanaman. Menurut Rini (1988) Decis 2,5 EC

    merupakan insektisida berbentuk cairan, dalam penggunaannya harus diencerkan

    dahulu dengan air. Bahan aktif dikandungnya adalah deltametrin 25 g/l. Decis 2,5

  • 7/26/2019 pengenalan formulasi, bentuk dan jenis pestisida

    18/28

    EC bisa bekerja secara ganda, yaitu sebagai racun kontak dan racun perut. Banyak

    sekali kegunaan insektisida ini, yaitu untuk memberantas hama-hama yang

    menyerang tanaman coklat, kapas, kedelai, kelapa sawit, kubis, teh, dan

    tembakau.

    Menurut Rini (1988) Pedoman penggunaan insektisida Decis 2,5 EC dapat

    dilihat pada tabel dibawah ini.

    Tabel 3. Cara penggunaan insektisida Decis 2,5 EC

    Tanaman/Hama KonsenterasiFormulasi

    (cc/l air)

    VolumeSemprot

    (l/ha)

    Waktu Penyemprotan

    Cokelat:

    Penghisap buah (Helopeltis

    antonii)

    0.5-1 100-150

    Bila ditemukan serangan

    dan ulangi seperlunya

    Kapas:

    Penggerek buah (Earias sp)0.5-1 500-1000 Bila ditemukan serangan

    sekitar umur 45 hari

    Kedelai:

    Lalat bibit (Agromyza sp)0.5-1 400-700 Bila ditemukan serangan

    dan ulangi seerlunya

    Kelapa sawit:

    Ulat api (Thosea asigna)150 Bila ditemukan serangan

    dan ulangi seerlunya

    Teh:

    Penghisap daun (Helopeltissp)

    0,5 150-200

    Penyemprotan dilakukan

    sehari setelah pemetikan

    4. Metindo 40 SP

    Praktikum kali ini didapatkan hasil bahwa Insektisida Metindo 40 SP

    berbahan aktif Metomil 40%, formulasi Soluble Powder, berbentuk tepung

    (padat) berwarna putih, jenis sasaran : Ulat grayak (Spodoptera litura) pada

    tanaman cabai dosis 2 g/l, Ulat grayak (Spodoptera exigua) pada tanaman bawang

    merah dosis 2-3 g/l, Penggulung daun (Lamprosema indicata) pada tanaman

    kedelai dosis 1,5-2 g/l, Ulat jengkal (Plusia chalcites) pada tanaman kedelai dosis

  • 7/26/2019 pengenalan formulasi, bentuk dan jenis pestisida

    19/28

    1,5-2 g/l, Penggorok daun (Liriomyza huidobrensis) pada tanaman kentang dosis

    3-4 g/l. Aplikasi dengan cara dicampurkan dengan air lalu diseprotkan

    menggunakan alat semprot di pertanaman. Menururt Rini (1988) Metindo 40

    SP mengandung bahan aktif metomil 40% yang dapat diserap dan diangkut

    keseluruh bagian tanaman, sehingga serangga hama yang memakan setiap bagian

    tanaman akan mati. Serangga hama akan mati pula bila terkena langsung

    semprotan atau bersentuhan dengan permukaan daun atau bagian lain dari

    tanaman yang disemprot. Metindo 40 SP berbentuk tepung yang mudah

    dilarutkan dalam air. Diserap daun dan bagian tanaman lalu diangkut ke seluruh

    bagian tanaman, sehingga serangga hama yang menyerang bagian manapun dari

    tanaman akan mati.

    Menurut Rini (1988) Pedoman penggunaan insektisida Metindo 40 SP dapat

    dilihat pada tabel dibawah ini.

    Tabel 4. Cara penggunaan insektisida Metindo 40 SP

    Tanaman dan HamaSasaran

    KonsentrasiFormulasi

    Cara dan WaktuPenyemprotan

    Cabai :

    Ulat grayakSpodoptera litura

    2 g/l Aplikasi dilakukan pada saat

    populasi/intensitas serangan hama telahmencapai ambang pengendaliannya sesuai

    dengan rekomendasi setempat.

    Apabila belum jelas hubungi petugaspertanian yang berwenang.

    5. Marshal 200 SC

    Praktikum kali ini didapatkan hasil bahwa Insektisida Marshal 200 SC

    berbahan aktif Karbonsulfan 200 g/l, formulasi Soluble Concentrate, berbentuk

  • 7/26/2019 pengenalan formulasi, bentuk dan jenis pestisida

    20/28

    cair, berwarna coklat, jenis sasaran : Wereng kapas (Sundapteryx biguttula) pada

    tanaman kapas dosis 1-2 l/ha, Kutu daun (Dysmicoccus sp) pada tanaman nanas

    dosis 1-2 ml/l atau 0,5-1 ml/l, Penggerek batang (Scircophaga inertulas) pada

    tanaman padi dosis 1-2 ml/l atau 0,5-1 ml/l, Wereng coklat (Nilaparvata lugens)

    pada tanaman padi dosis 1-2 ml/l atau 0,5-1 ml/, Hama Empoasca sp pada

    tanaman teh dosis 0,5-1 l/ha. Menurut Djojosumartono (2008) Marshal 200

    EC adalah Insektisida berbahan aktif Karbosulfan 200 gr/lt berbentuk pekatan

    kuning muda jernih.

    6.

    Marshal 200 EC

    Praktikum kali ini didapatkan hasil bahwa Insektisida Marshal 200 EC

    berbahan aktif Karbonsulfan 200,11 g/l, formulasi Emulsifiable Concentrate,

    berbentuk cair, berwarna coklat, jenis sasaran : Wereng kapas (Sundapteryx

    biguttula) dosis 1-2 l/ha, Ulat grayak (Spodoptera exigua) pada tanaman bawang

    merah dosis dosis 1-2 ml/ha, Tungau (Tetranychus sp) pada tanaman cabai dosis

    1,5-3ml/l, Penghisap buah (Helopeltis sp) pada tanaman kakao dosis 0,5-1 ml/l,

    Hama Sexava rubila pada kelapa dengan injeksi batang 30 ml/pohon. Menurut

    Rini (1988) Marshal 200 EC adalah Insektisida berbahan aktif Karbosulfan

    200,11 gr/lt berbentuk pekatan kuning muda jernih yang dapat diemulsikan dalam

    air, yang artinya setiap 1 liter Marshal 200 EC mengandung 200,11 gram

    Karbosulfan. Sedangkan kepanjangan dari EC adalah Emulsifiable Concentrate

    atau Berbentuk cairan pekat,yang memiliki arti yaitu jika pestisida ini dicampur

    air akan membentuk emulsi atau cairan keruh. Insektisida ini sangat efektif untuk

  • 7/26/2019 pengenalan formulasi, bentuk dan jenis pestisida

    21/28

    mengendalikan kumbang Apogonia, Ulat kantong, Kutu daun (Aphis sp.), Lalat

    bibit, hama rayap dan ulat grayak. Untuk tanamannya antara lain kelapa sawit,

    cengkeh, cabe, kedelai, tanaman karet, bawang merah dll.

    Marshal 200 EC termasuk insektisida racun lambung dan kontak,yang

    artinya disebut lambung apabila serangga tersebut memakan tanaman tersebut dan

    masuk kelambung sehingga sistem kerja dari insektisida tersebut menyerang

    lambung serangga itu sendiri, sedangkan disebut kontak apabila serangga

    memakan tanaman yang sudah disemprot insektisida tersebut tetapi belum sampai

    dikunyah serangga sudah mati. Aplikasinya sangat mudah dengan cara spraying

    atau fogging segera setelah diketemukan larva dengan dosis 0,5 -2 cc/lt dengan

    interval 2 minggu sekali hingga serangan OPT terkendali dengan baik

    7. Dupont lannate 25WP

    Praktikum kali ini didapatkan hasil bahwa Insektisida Dupont lannate 25WP

    berbahan aktif Metromil 25%, formulasi Wettable Powder, berbentuk padatan

    (tepung), berwarna hijau, jenis sasaran : Ulat grayak (Spodoptera exigua) pada

    tanaman bawang merah, Lalat buah (Agromyxa sp) pada kacang hijau, Thrips

    pada tanaman kacang hijau, Perusak daun (Plutella xylostella) pada tanaman

    kubis, Penghisap daun (Helopeltis antonii), Cara aplikasi dengan dilarutkan

    dengan air pada dosis atau konsenterasi yang telah tertera pada kemasan dan

    volume semprot yang telah ditentukan lalu diaplikasikan dengan menggunakan

    alat semprot. Menurut Djojosumartono (2008) Insektisida DuPont Lannate 25 WP

    dengan racun kontak dan perut pada serangga atau melalui daun atau bagian

  • 7/26/2019 pengenalan formulasi, bentuk dan jenis pestisida

    22/28

    tanaman yang dimakan serangga, sangat efektif dan cepat mengendalikan

    serangan hama penggerek buah pada tomat hingga ke telur serangga. Dengan

    racun kontak dan perut serta knock down effect-nya dapat mengendalikan

    serangga dalam waktu 15 menit. Dengan dosis rekomendasi 1.5 - 3.0 g/L yang

    diaplikasikan 5 kali per musim tanam, dapatkan produktivitas dan kualitas terbaik

    tanaman. Keunggulan : 1. Berdaya kendali luas, dapat mengendalikan hama dari

    ordo Lepidoptera, Hemiptera dan Thysanoptera, dan 2. Ampuh mengendalikan di

    segala stadia serangga hama mulai telur, larva, hingga serangga hama dewasa.

    Praktikum kedua yaitu mengenai kelarutan pestisida. Pestisida yang kami

    gunakan yaitu pestisida Decis 25EC, Metindo 40SP, Gramoxone. Cara kerjanya yaitu

    500 mL air bersih ditambahkan ke dalam becker glass yang telah diisi pestisida

    berbagai formulasi. Aduk pelan-pelan selama 1-2 menit. Selanjutnya perhatikan

    tingkat kelarutan masing-masing pestisida. Ukur kecepatan pengendapan partikel

    dengan menggunakan stopwatch selama 5 menit. Pada praktikum didapatkan hasil

    bahwa pada pestisida Decis 25EC mempunyai kelarutan sebagian, warna awal pada

    permukaan putih dan dibawah larutan berwarna bening sesudah beberapa menit

    warnanya berubah menjadi putih susu serta tidak terdapat endapan. Pestisida Metindo

    40SP mempunyai kelarutan sebagian, awalnya laturan berwarna putih setelah

    beberapa menit kemudian berubah menjadi keruh, dan tidak memiliki endapan.

    Pestisida Gramoxone mempunyai kelarutan sebagian, awalnya laturan berwarna biru

    setelah beberapa menit kemudian berubah menjadi hijau toska, dan tidak memiliki

    endapan. Menurut Djojosumartono (2008) EC adalah relatif (sangat) murah dan

  • 7/26/2019 pengenalan formulasi, bentuk dan jenis pestisida

    23/28

    mudah digunakan, karena hanya diencerkan dengan air yang mudah dan murah

    didapatkan di mana saja. Umumnya formulasi digunakan untuk penyemprotan

    permukaan atau surface spraydengan volume tinggi seperti penyiraman tanah (soil

    drenching) pada peracunan tanah (soil treatment) maupun space spray seperti ulv

    dan misting. Formulasi Wettable Powder bahan teknis tidak dapat larut dengan

    pelarut maupun dengan air. Cara pembuatan WP atau WDP adalah dengan

    mencampurkan bahan teknis dengan pelarut padat (seperti bubuk talc) dengan cara

    dicelup (impregnating) maupun pelapisan luar (coating) dan ditambahkan wetting

    agent agar dapat bercampur dengan air. Suspension Concentrate dibuat dari bahan

    aktif yang pada suhu kamar berbentuk Kristal atau padat. Sehingga hanya beberapa

    bahan aktif saja yang dapat diformulasi SC/FW. SC atau FW dibuat dengan

    melarutkan bahan aktif murni dengan pelarut organik dan nucleating agent (bahan

    yang mengikat kristal). Apabila SC atau FW dicampur dengan air, pelarut akan

    terdispersi dan bahan aktif (kristal) akan tersedia untuk serangga hama. Kelebihan

    lain dari SC atau FW adalah mudah larut dalam air dan stabil, kristal yang tersedia

    adalah 100 % bahan aktif, stabil pada permukaan porous dan toksisitas dermal dan

    oral lebih rendah dibanding formulasi lainnya. Solution adalah formulasi insektisida

    yang dibuat dari bahan aktif yang relatif mudah larut dalam air. Bentuk formulasi

    ini berupa larutan bening seperti air dan apabila diencerkan dengan air hampir tidak

    mengalami perubahan warna.

    Praktikum percobaan ketiga formulasi pestisida yang telah diuji dimasukkan ke

    dalam sprayer. Sprayer tersebut diatur volume semprot. Semprotkan pestisida

  • 7/26/2019 pengenalan formulasi, bentuk dan jenis pestisida

    24/28

    tersebut ke daunt talas yang telah disediakan dengan jarak 30cm, 45cm, 60cm lihat

    kerekatan pestisida pada daun talas tersebut. Ulangan kedua masih sama, tetapi pada

    ulangan kedua pestisida ditambahkan perekat lalu diaduk hingga homogen. Tingkat

    kerekatan diukur pada jarak 30cm, 45cm, dan 60cm. Pada perlakuan tanpa

    menggunakan perekat hasil yang didapatkan yaitu pada jarak 30 cm pestisida yang

    melekat sebanyak 1/16 bagian, pada jarak 45 cm pestisida yang melekat sebanyak

    1/32 bagian, dan pada jarak 60 cm pestisida yang melekat sebanyak 1/64 bagian.

    Sedangkan pada perlakuan menggunakan perekat hasil yang didapatkan yaitu pada

    jarak 30 cm pestisida yang melekat sebanyak 1/8 bagian, pada jarak 45 cm pestisida

    yang melekat sebanyak 1/4 bagian, dan pada jarak 60 cm pestisida yang melekat

    sebanyak 1/64 bagian. Hal ini terjadi karena penambahan perekat berfungsi agar

    butiran air pestisida yang disemprotkan tidak mudah jatuh ke tanah dan tetap merekat

    pada daun. Hal ini sesuai dengan pendapat (Zalom, 2001) yang menyatakan bahwa

    penambahan perekat berfungsi air tersebut bisa menempel lebih banyak ke daun harus

    dihilangkan tegangan permukaannya menggunakan perekat pestisida.Selain itu fungsi

    perekat pestisida yang utama menurut adalah:

    1. Untuk meningkatkan efikasi pestisida ataupun pupuk daun pada tanaman yang

    memiliki daun berbulu seperti tanaman padi dan jagung. Adanya bulu-bulu yang

    terdapat pada daun akan menghalangi menempelnya butir-butir larutan pestisida

    pada permukaan daun. Tentu hal tersebut akan menghambat penyerapan pestisida

    sistemik dan pupuk daun.

    2. Untuk meningkatkan efikasi pestisida ataupun pupuk daun yang kita semprotkan

  • 7/26/2019 pengenalan formulasi, bentuk dan jenis pestisida

    25/28

    pada tanaman yang memiliki daun berlilin seperti daun talas dan daun pisang.

    Daun-daun yang memiliki lapisan lilin akan sangat sulit diaplikasi pestisida

    karena air tidak mau menempel dan larutan langsung menggelinding jatuh. Hal

    tersebut juga terjadi pada saat kita aplikasi pestisida pada hama yang pada

    kulitnya dilapisi lilin.

    3. Untuk meningkatkan efikasi pestisida pada hama yang dilapisi lilin dan hama

    berbulu seperti kutu kebul dan ulat bulu. Secara alamiah memang setiap mahkluk

    hidup diberi oleh Allah perlindungan diri dari ancaman alam. Lapisan lilin dan

    bulu pada hama sebenarnya adalah alat perlindungan alami dari serangan musuh.

    Tapi hal tersebut pula yang kadang kala membuat kita kelabakan karena hama

    tersebut tidak mempan pestisida.

    4. Untuk meningkatkan efikasi pestisida pada hama yang mempunyai pelindung

    keras seperti kepik dan belalang besar dan golongan lembing. Jika pada

    penyemprotan kita menggunakan perekat tentu pestisida akan lebih lama

    menempel pada daun. Hal ini akan membantu penetrasi pestisida melalui

    abdomem atau perut serangga yang biasanya lebih lemah daripada punggung.

    Dengan pestisida menempel pada daun akan lebih meningkatkan efikasi jika

    diaplikasi bersamaan dengan pestisida racun lambung karena akan mudah

    termakan bersama daun.

    5.

    Untuk meningkatkan efikasi pestisida dan pupuk daun ketika hari akan hujan.

    Pestisida dan pupuk daun yang diaplikasi kemudian selang 1 - 2 jam turun hujan

    pastinya akan sia-sia karena pestisida dan pupuk daun tersebut akan tercuci oleh

  • 7/26/2019 pengenalan formulasi, bentuk dan jenis pestisida

    26/28

    air hujan. Dengan perekat pestisida dan pupuk daun tersebut akan cepat terserap

    oleh daun sehingga walaupun setelah itu hujan akan tetap berfungsi. Dan larutan

    yang sudah menempel ke daun tentunya akan lebih sulit tercuci oleh air hujan.

    6. Untuk meningkatkan efikasi pestisida dan pupuk daun ketika hari panas.

    Seringkali kita mengaplikasi pestisida disaat siang hari diatas jam 10 sehingga

    matahari sudah terik dan angin sudah kencang. Hal tersebut akan mempercepat

    penguapan larutan pestisida yang kita aplikasi pada tanaman. Dengan perekat

    pestisida ketika kita mengaplikasi pupuk daun dan pestisida sistemik akan lebih

    cepat terserap oleh daun sebelum larutan tersebut kering.

  • 7/26/2019 pengenalan formulasi, bentuk dan jenis pestisida

    27/28

    V. PENUTUP

    A.

    Kesimpulan

    1. Formulasi pestisida dibagi menjadi dua yaitu formulasi cair dan formulasi padat.

    2. Formulasi cair lebih larut dibandingkan dengan formulasi padat.

    3. Penambahan perekat diketaui berpengaruh terhadap jumlah pestisida yang

    menempel pada daun.

    B.

    Saran

    Praktikum kali ini disarankan agar pada saat praktikum menggunakan masker

    ataupun sarung tangan untuk menunjang kelancaran jalannya praktikum.

  • 7/26/2019 pengenalan formulasi, bentuk dan jenis pestisida

    28/28

    DAFTAR PUSTAKA

    Butarbutar, J. 2009. Pestisida dan Pengendaliannya. Koperasi Serba Usaha. Mileniapopular. Jakarta.

    Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan. 1982.Pestisida untuk Pertanian. KoperasiDaya Guna. Jakarta.

    Djojosumarto, P. 2008.Pestisida dan Aplikasinya. Agromedia Pustaka. Jakarta.

    Munaf, S., 1997,Keracunan Akut Pestisida Teknik Diagnosis, Pertolongan Pertama

    Pengobatan dan Pencegahannya, Widya Medika, Cetakan Pertama, Jakarta.

    Rini. 1988.Petunjuk Penggunaan Pestisida. Penebar Swadaya. Jakarta.

    Rudi. 2010.Pestisida dan Kegunaanya. IPB Press. Bogor.

    Runia, Y, 2008. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keracunan Pestisida

    Organofosfat, Karbamat, dan Kejadian Anemia pada Petani Holtikultura di

    Desa Tejosari Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang. Tesis MagisterLingkungan. Universitas Sumatera Utara. Medan.

    Suprapti. 2011. Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida. Direktorat Pupuk dan

    Pestisida. Jakarta.

    Zalom FG. 2001.Pesticide Use Practices In Integrated Pest Management. Academic

    Press. San Diago.