laporan pestisida

31
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha dibidang pertanian sejalan dengan bertambahnya waktu muncul permasalahan yang cukup berarti yaitu serangan organisme pengganggu tanaman (OPT). Awalnya petani telah melakukan upaya pengendalian OPT secara fisik dan mekanik, namun dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, dikembangkanlah pengendalian hama yang dipandang lebih efektif yaitu dengan menggunakan pestisida. Pestisid a yang banyak digunakan biasanya merupakan bahan kimia toksikan yang unik, karena dalam penggunaannya, pestisida ditambahkan atau dimasukkan secara sengaja ke dalam lingkungan dengan tujuan untuk membunuh beberapa bentuk kehidupan. Idealnya pestisida hanya bekerja secara spesifik pada organisme sasaran yang dikehendaki saja dan tidak pada organisme lain yang bukan sasaran. Pestisida adalah zat atau senyawa kimia, zat pengatur dan peransang tumbuh, bahan lain serta organisme renik atau virus yang digunakan antara lain untuk melindungi (melakukan perlindungan) tanaman dari gangguan OPT. Senyawa pestisida hasil industri umumnya merupakan senyawa yang relative murni yang dikenal dengan istilah bahan teknis yang terdiri dari senyawa

description

Pestisida adalah zat atau senyawa kimia, zat pengatur dan peransang tumbuh, bahan lain serta organisme renik atau virus yang digunakan antara lain untuk melindungi (melakukan perlindungan) tanaman dari gangguan OPT. Senyawa pestisida hasil industri umumnya merupakan senyawa yang relative murni yang dikenal dengan istilah bahan teknis yang terdiri dari senyawa bahan aktif dan beberapa senyawa lain. Penggunaan pestisida juga telah dirasakan manfaatnya yaitu untuk meningkatkan hasil produksi, akan tetapi hal ini akan membuat tingkat ketergantungan kita sangat tinggi terhadap pestisida

Transcript of laporan pestisida

Page 1: laporan pestisida

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Usaha dibidang pertanian sejalan dengan bertambahnya waktu muncul

permasalahan yang cukup berarti yaitu serangan organisme pengganggu tanaman

(OPT).  Awalnya petani telah melakukan upaya pengendalian OPT secara fisik

dan mekanik, namun dengan berkembangnya ilmu pengetahuan  dan teknologi,

dikembangkanlah pengendalian hama yang dipandang lebih

efektif  yaitu  dengan menggunakan  pestisida. Pestisida yang banyak digunakan

biasanya merupakan bahan kimia toksikan yang unik, karena dalam

penggunaannya, pestisida ditambahkan atau dimasukkan secara sengaja ke dalam

lingkungan dengan tujuan untuk membunuh beberapa bentuk kehidupan. Idealnya

pestisida hanya bekerja secara spesifik pada organisme sasaran yang dikehendaki

saja dan tidak pada organisme lain yang bukan sasaran. 

Pestisida adalah zat atau senyawa kimia, zat pengatur dan peransang

tumbuh, bahan lain serta organisme renik atau virus yang digunakan antara lain

untuk melindungi (melakukan perlindungan) tanaman dari gangguan OPT.

Senyawa pestisida hasil industri umumnya merupakan senyawa yang relative

murni yang dikenal dengan istilah bahan teknis yang terdiri dari senyawa bahan

aktif dan beberapa senyawa lain. Penggunaan pestisida juga telah dirasakan

manfaatnya yaitu untuk meningkatkan hasil produksi, akan tetapi hal ini akan

membuat tingkat ketergantungan kita sangat tinggi terhadap pestisida

Bahan teknis pada umumnya tidak digunakan secara langsung untuk

pengendalian OPT karena relative sulit mengaplikasikanya, cenderung

menimbulkan peracunan dan harganya sangat mahal. Senyawa yang relatif murni

ini pada umumnya tidak dapat melekat dengan baik atau menyebar merata pada

permukaan sasaran, serta dapat menimbulkan kerusakan dalam penyimpanan baik

dari segi keamanan maupun ketahanannya. Untuk membatasi hal-hal seperti

disebutkan diatas, maka pestisida digunakan dalam bentuk campuran atau

Page 2: laporan pestisida

senyawa pestisida dengan bahan lain (formulan) yang dikemudian dikenal sebagai

formulasi pestisida. Formulasi pestisida yang dipasarkan terdiri atas bahan pokok

yang disebut bahan aktif (active ingredient) yang merupakan bahan utama

pembunuh organisme pengganggu dan bahan ramuan (inert ingredient). 

1.2 Tujuan

Untuk mengetahui formulasi, nama dagang dan semua hal penting yang

ada di dalam tabel

Page 3: laporan pestisida

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Petani sayuran di Indonesia sebagian besar menggunakan pestisida sintetik

untuk mencegah serangan hama dan penyakit tanaman. Pestisida tersebut

digunakan 1-7 hari setelah hari pertama masa tanam di lapangan dan dilanjutkan

setiap 3-4 hari sekali. Selain itu, petani melakukan strategi lain berupa

peningkatan konsentrasi, frekuensi penggunaan pestisida, serta kombinasi merek

pestisida untuk menekan serangan hama dan penyakit tanaman. Pola aplikasi

pestisida seperti demikian tentu akan meningkatkan residu pestisida dalam produk

sayuran yang dihasilkan (Saepudin dkk., 2012).

Penggunaannya dengan tidak memperhatikan kaidah-kaidah dasar

penggunaan pestisida secara tepat jenis, tepat sasaran, tepat dosis/konsentrasi,

tepat cara dan waktu aplikasi dapat membahayakan lingkungan dan konsumen.

Penggunaan pestisida yang tidak tepat waktu, interval waktu aplikasi yang pendek

dan terlalu dekat waktu panen akan menyebabkan tertinggalnya residu pestisida

pada bahan makanan yang dapat membahayakan kesehatan manusia yang

mengkonsumsi bahan makanan tersebut. Residu pestisida adalah zat tertentu yang

terkandung dalam hasil pertanian bahan pangan atau pakan hewan, baik sebagai

akibat langsung maupun tidak langsung dari penggunaan pestisida (Tuhumury

dkk., 2012).

Menurut Raini (2007), Pestisida merupakan senyawa untuk

mengendalikan hama Jenis hama yang paling sering ditemukan adalah serangga

dan beberapa di antaranya sebagai vektor penyakit. Penyakit-penyakit yang

penularannya melalui vektor antara lain malaria, onkosersiasis. filariasis, demam

kuning, riketsia, meningitis, tifus. dan pes. Penggunaan pestisida dalam menopang

peningkatan produk pertanian maupun perkebunan telah banyak membantu untuk

meningkatkan produksi pertanian. Namun demikian penggunaan pestisida ini juga

memberikan dampak negatif baik terhadap manusia, biota maupun lingkungan

(Manuaba, 2009).

Akhir-akhir ini disadari, bahwa pemakaian pestisida sintetis ibarat pisau

bermata dua dibalik manfaatnya yang besar bagi peningkatan produksi pertanian

Page 4: laporan pestisida

tersembunyi bahaya yang mengerikan.estisida nabati merupakan salah satu alternatif

yang dapat digunakan untuk mengendalikan organisme pengganggu tanaman, karena

pestisida ini mudah terurai dan tidak merusak lingkungan. Usaha penggunaan bahan

nabati dapat dimulai dari bahan tumbuhan yang kita kenal mengandung bahan

beracun, misalnya mengandung rasa gatal, pahit, bau spesifik tidak disukai hewan.

Usaha pengendalian dengan bahan-bahan nabati seperti ini aman terhadap lingkungan

karena bahan-bahan tersebut tidak bersifat asing bagi lingkungan dan cepat terurai

menjadi bahan yang tidak berbahaya (Hassanuddin, 2008).

Pestisda tidak dimaksudkan untuk menaikkan produksi tanaman, tidak

pula untuk menyuburkan tanaman. Produksi tanaman yang diperlakukan dengan

pestisida lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak diberi pestisda, hal tersebut

merupakan konsekuensi logis. Ada beberapa bahan aktif pestisda memiliki efek

fitotonik (menghijaukan tanaman) seperti beberapa senyawa triazone, namun

efek-efek ini harus dianggap sebagai efek samping saja, bukan tujuan utama

penggunaan pestisida (Djojosumarto, 2008).

Menurut Sudarmo (2007), Pestisida sebelum digunakan harus

diformulasikan terlebih dahulu. Pestisida dalam bentuk murni biasanya diproduksi

oleh pabrik bahan dasar, kemudian dapat diformulasi sendiri atau dikirim ke

formulator lain. Beberapa formulator pestisda yang sering dijumpai yaitu cairan

emulsi, butiran (granulars), debu (dust), tepung (powder), oli (oil), fumigansia.

Cara kerjanya pestisida sendiri hingga saat meliputi Pestisida kontak artinya

bahan ini memiliki daya pmembunuh langsung ketika bahan kontak langsung

dengan badan atau bagian badan hama sasaran, Pestisida sistematik artinya bahan

yang dapat membunuh hama sasaran setelah hama tersebut mengisap air sap dan

memakan jaringan tanaman, Pestisida lambung (racun perut) artinya hama akan

terbunuh jika racun tersebut termakan hama sasaran, Pestisida fumigan (racun

dalam bentuk gas) artinya hama sasaran terbunuh jika badan atau sebagain badan

tersusupi uap atau gas bahan racun tersebut (Tarigan dkk., 2007).

Page 5: laporan pestisida

BAB 3. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Pestisda Pertanain ini dilaksanakan pada hari senin tanggal 21

September 2014 pukul 11.00 hingga selesai dan bertempat di Laboratorium Hama

dan Penyakit Gedung Jurusan HPT lantai 2 Fakultas Pertanian Universitas Jember

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

1. Penggaris

2. Kertas A4

3. Bulpoint

3.2.2 Bahan

1. Beberapa macam pestisida (insektisida, fungisida, herbisida dan bakterisida

3.3 Cara Kerja

1. Menyiapkan Alat dan Bahan.

2. Mengambil 18 contoh dari beberapa macam insektisidayang terdiri atas 5

Insektisda, 5 Herbisida, 5 Fungisida, dan 3 Bakterisida.

3. Mencatat informasi yang tertera pada tabel pestisda tersebut.

Page 6: laporan pestisida

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Pestida Insektisda

Nama Dagang : Centa-Fur 3 GR

Jenis F/I/H/B : Insektisda

Formulasi : 3 GR

Bahan Aktif : Karbofuran 3%

Warna : Ungu

Penggunaan : Ditabur

Nama Pemegang Pendaftaran : PT

Centa Brasindo Abadi

No. Pendaftaran : RI 2056/8-2004/T

Dosis : 10-20 Kg/ha

Nama Sasaran : Wereng Coklat

Nilaparvata Lugens, Penggerek batang

Scturpophaga incertulas

Tanaman : Padi

Cara Kerja : Sistemik

Nama Dagang : Tamaran

Jenis F/I/H/B : Insektisida

Formulasi : 200 LC

Bahan Aktif : Metamidofor 205 g/l

Warna : bening

Penggunaan : semprot

Nama Pemegang Pendaftaran : Bayer

No. Pendaftaran : RI 127/9-91/T

Dosis : Anggur 1,5 – 3 ml/l (500-700

l/ha), bawang merah 1,5-3 m/l (300-600

l/ha), kacang hijau 1,5-3 m/l (500 l/ha)

Nama Sasaran : Ulat grayak spodoptera

exigua (anggur), kutu daun (cabai)

Myzus persicae, agromyza sp.

Tanaman : Anggur, cabai, jeruk

Cara Kerja : Sistemik dan kontak

Nama Dagang : ALTAG

Jenis F/I/H/B : Insektisida

Formulasi : 15 EC

Bahan Aktif : Alfametrin 15 g/l

Warna : kuning

Penggunaan : disemprot

Nama Pemegang Pendaftaran : PT.

Indagro

No. Pendaftaran : RI 186/8-2003/T

Dosis : 0,5 - 1 ml (cabai), 1 - 2 ml/l

(kedelai)

Nama Sasaran : ulat grayak Spodoptera

litura

Tanaman : Cabai, kedelai

Cara Kerja : Kontak

Page 7: laporan pestisida

Nama Dagang : AppLaiud

Jenis F/I/H/B : Insektisda

Formulasi : 10 WP

Bahan Aktif : Buprofezin 10 %

Warna : Putih

Penggunaan : Disuspensi/disemprot

Nama Pemegang Pendaftaran : PT

Kosmos Jaya

No. Pendaftaran : RI 688/11-97/T

Dosis : 1 Kg/ha

Nama Sasaran : Wereng coklat

Nilapavarta Lugens, wereng hijau

Nephotettix Spp.

Tanaman : padi, kedelai

Cara Kerja : kontak

Nama Dagang : Profile 430 EC

Jenis F/I/H/B : Insektisida

Formulasi : 430 EC

Bahan Aktif : Profenofos 430 g/l

Warna : kuning

Penggunaan : disemprot

Nama Pemegang Pendaftaran : PT

Mekar Warna Sari

No. Pendaftaran : RI 1306/7-98/T

Dosis : 1 – 2 ml/l

Nama Sasaran : Hama grayak

Spodoptera litura sp.

Tanaman : kedelai

Cara Kerja : kontak

Herbisida

Nama Dagang : Lindomin 865 AS

Jenis F/I/H/B : herbisida

Formulasi : 865 AS

Bahan Aktif : 2,4-D dimentil amina 865

g/l

Warna : Coklat tua

Penggunaan : Disemprot

Nama Pemegang Pendaftaran : PT

Nufarm Indonesia

No. Pendaftaran : RI 867/11-2000/T

Dosis : 0,5 - 1/ha dan volume air 400-

600 l/ha (padi), 1 – 2 l/ha dan volume

air 500 l/ha (tebu)

Nama Sasaran : Gulma berdaun lebar

Lidernia sp (padi), gulma berdaun

sempit Echinochloa colonum (tebu),

Digitaria Ciliaris (Jagung)

Tanaman : Padi sawah, tebu, jagung

Cara Kerja : Sistemik

Nama Dagang : Bravoxone Dosis : 1 – 2 l/ha

Page 8: laporan pestisida

Jenis F/I/H/B : Herbisida

Formulasi : 276 SK

Bahan Aktif : Parakuat diklorida 276

g/l

Warna : Hijau tua

Penggunaan : Disemprot

Nama Pemegang Pendaftaran : PT

Kresna Bumi Tama Sejati

No. Pendaftaran : RI 2174/10-2004/T

Nama Sasaran : Gulma berdaun lebar,

teki

Tanaman : kakao, padi sawah

Cara Kerja : kontak

Nama Dagang : Ti-Gold 10 WP

Jenis F/I/H/B : Herbisida

Formulasi : 10 WP

Bahan Aktif : etil pirazosulfron 10 %

Warna : Putih

Penggunaan : Disemprot

Nama Pemegang Pendaftaran : PT Bina

Guna Kimia

No. Pendaftaran : RI 2135/4-2009/T

Dosis : 60g/ha

Nama Sasaran : gulma berdaun lebar

dan teki Scirpus Juncoides

Tanaman : Padi sawah

Cara Kerja : Sistemik

Nama Dagang : Ole-ole 865 SL

Jenis F/I/H/B : Herbisida

Formulasi : 865 SL

Bahan Aktif : 2,4-D dimentil amina 865

g/l

Warna : Coklat

Penggunaan : Disemprot

Nama Pemegang Pendaftaran : Abadi

Jaya

No. Pendaftaran : RI 2964/11-2007/T

Dosis : 1,5 – 1,875 l/ha

Nama Sasaran : Gulma berdaun lebar

Ageratum Conycoides, Molugo

pentaphylla, Synedrella nodiflora

Tanaman -

Cara Kerja : kontak

Nama Dagang : Money 865 SL

Jenis F/I/H/B : Herbisida

Dosis : 1 – 2 l/ha

Nama Sasaran : Gulma berdaun lebar

Monochoria Vaginalis, Morsilea

Page 9: laporan pestisida

Formulasi : 865 SL

Bahan Aktif : 2,4-D dimentil amina 865

g/l

Warna : Coklat muda

Penggunaan : Disemprot

Nama Pemegang Pendaftaran : PT

Sinar General Indonesia

No. Pendaftaran : RI 0103120114151

Crenata, Gulma berdaun sempit

Paspalum Conjugatum

Tanaman Padi Sawah

Cara Kerja : Sistemik

Pestisida Fungisida

Nama Dagang : Dithame M-45 80 WP

Jenis F/I/H/B : Fungisida

Formulasi : WP

Bahan Aktif : Mankozeb 80 %

Warna : Kuning keabu-abuan

Penggunaan : Disemprot

Nama Pemegang Pendaftaran : PT Dow

Agrosciences Indonesia

No. Pendaftaran : RI 5193/3-2006/T

Dosis : 1,5 – 3 g/l (apel), 1-2 Kg/ha

(bawang), 1,18 kg/ha (cabai)

Nama Sasaran : Marsonia Coronaria

(apel), Alternaria alii (bawang),

Cescospora capsici (cabai)

Tanaman : apel, bawang, cabai

Cara Kerja : sistemik

Nama Dagang : Acrobat 50 WP

Jenis F/I/H/B : Fungisida

Formulasi : Mx 80 WP

Bahan Aktif : Karbendazim 6,2 %,

Mankozeb 73,8 %

Warna :

Penggunaan :

Nama Pemegang Pendaftaran :

No. Pendaftaran :

Dosis : 80,6 Kg/ha (kentang), 0,5 – 1

g/l (tomat), 1 - 1,25 (tembakau), 2,4 g/l

(cabai)

Nama Sasaran : phytoptora infestans

(tomat, kentang), phytoptora nicotiane

(tembakau), cercospora capsia (cabai)

Tanaman : tomat, kentang, tembakau,

cabai

Cara Kerja : sistemik

Nama Dagang : Deisane

Jenis F/I/H/B : Fungisida

Dosis : 1-2 g/l

Nama Sasaran : jamur/ hawar pelapah

Page 10: laporan pestisida

Formulasi : Mx 80 WP

Bahan Aktif : : Karbendazim 6,2 %,

Mankozeb 73,8 %

Warna : kuning

Penggunaan : disemprot dan dikocor

Nama Pemegang Pemdaftaran : PT

Dupint Agricultural Product Indonesia

No. Pendaftaran : RI 328/4-2007/T

Tanaman : cabai, padi sawah, tomat

Cara Kerja : sistemik & kontak

Nama Dagang : Fujiwan

Jenis F/I/H/B : Fungisida

Formulasi : 400 BC

Bahan Aktif : 2 iliclenemalanat 400 g/l

Warna : Coklat pucat

Penggunaan : disemprot

Nama Pemegang Pemdaftaran : PT

Indagro Inc.

No. Pendaftaran : RI 711/6-2002/T

Dosis : 2 ml/air atau 500 l/ha

Nama Sasaran : penyakit blas

Tanaman : padi, kedelai, bawang merah

Cara Kerja : sistemik

Nama Dagang : Topsin

Jenis F/I/H/B : Fungisida

Formulasi : 70 WP

Bahan Aktif : metil tiofanat 70 %

Warna : Putih kecoklatan

Penggunaan : disuspensikan

Nama Pemegang Pemdaftaran : PT

Petrokimia Kayaku

No. Pendaftaran : RI 500/4-2009/T

Dosis : 1-2 g/ha

Nama Sasaran : Penyakit embun

tepung, bercak ungu

Tanaman : apel, cabai

Cara Kerja : sistemik

Bakterisida

Page 11: laporan pestisida

Nama Dagang : Agrepi 20 WP

Jenis F/I/H/B : Bakterisida

Formulasi : WP

Bahan Aktif : Streptomisin sulfat 20 %

Warna : putih keabu0abuan

Penggunaan : disuspensikan

Nama Pemegang Pendaftaran : PT

Martalin Mandiri

No. Pendaftaran : RI 654/8-2003/T

Dosis : 1-2 g/l (tomat), 2-2,5 g/l

(tembakau)

Nama Sasaran : bakteri Pseudomonas

solaneaum, bakteri Erusinia

canotovora

Tanaman : tomat dan tembakau

Cara Kerja : sistemik

Nama Dagang : Kasumin

Jenis F/I/H/B : Bakterisida

Formulasi : 5/75 WP

Bahan Aktif : Kasugami hidroklorida

5,7 %, tembaga oksiklorida 75,6 %

Warna : hijau

Penggunaan : Disemprot

Nama Pemegang Pendaftaran : PT

Indagro Inc.

No. Pendaftaran : RI 1230/2-97/T

Dosis : 1– 2 %

Nama Sasaran : Penyakit layu bakteri

Pseudomonas soloneceaum

Tanaman : kedelai, jahe

Cara Kerja : sistemik

Nama Dagang : Plantomyan 75 SP

Jenis F/I/H/B : Bakterisida

Formulasi : 75 SP

Bahan Aktif : Sterptpmycin sulfate

6,87%

Warna : Hijau

Penggunaan : disemprot

Nama Pemegang Pendaftaran : PT Safe

Chemical Indonesia

No. Pendaftaran : RI 2303/12-2006/T

Dosis : 1 g/lt

Nama Sasaran : bakteri pada hawar

daun, layu daun

Tanaman : tomat, padi, tembakau

Cara Kerja : sistemik

Page 12: laporan pestisida

4.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil yaang diperoleh, pestisida terbagi menajadi empat

golongan yakni insektisida, herbsisida, fungisida, dan bakterisida. Merk dagang

yang termasuk kedalam golongan insektisida meliputi Canta-fur 3GR, Tamaron,

Altag, Applaud, Profile 430. Untuk yang termasuk kedalam golongan herbisida

meliputi meliputi Lindomin, Bravoxone, Ti-Gold 10 WP, Ole-ole 865 SL, Noney

865 SL. Pestisida yang termasuk kedalam fungisida yakni meliputi Dithane M 45

WP, Acrobat 50 WP, Deisene, Fujiwan, Topsin, serta pestisida yang termasuk

kedalam golongan bakterisida yaitu Agrepi, Kasimin, dan Plantumyan 75 SP.

Cara kerja merk dagang kesemua digolongkan yakni secara kontak, sistemik, dan

kontak-sistemik. Pestisida untuk golongan insektisida yang cara kerjanya secara

kontak yakni Altag, Applaud, Profile 430, untuk yang secara sistemik adalah

untuk Centa-fur 3GR memiliki cara kerja sistemik sedangkan Tamaron memiliki

cara kerja sistemik dan kontak. Golongan Herbisida yang cara kerjnya secara

kontak antara lain yaitu Lindomin, Ti-Gold 10 WP, dan Money 865 SL,

sedangkan Bravoxone dan Ole-ole 865 SL memiliki cara kerja secara kontak.

Golongan Fungisida yang memiliki cara kerja secarra sistemik meliputi Dithane

M 45 WP, Acrobat 50 WP, Fujiwan, dan Topsin sedangkan Deisene cara kerjanya

sistemik dan kontak, namun pada golongan ini tidak ditemukan merk dagang yang

memiliki cara kerja kontak. Khusus golongan bakterisida kesemua merk dagang

cara kerjanya adalah secara sistemik. Formulasi yang ada pada merk dagang

pestisida tersebut meliputi emulsi pekat (EC), serbuk basah (WP), serbuk larut air

(WSP, SP) dan Granuler (GR). Merk dagang pestisda yang termasuk kedalam

formulasi emulsi pekat (EC) yakni Lindomin, Bravoxone, Ole-Ole 865, Money

865 SL, Tamaron, Altag, Profile 430 EC, dan Fujiwan. Untuk merk dagang yang

termasuk kedalam formulasi serbuk basah (WP) diantaranya Ti-Gold 10 WP,

Applaud 45 WP, Acrobat 45 WP, Deisene, Agrepi, dan Kasimin, sedangkan untuk

formulasi granula (GR) yaitu Centa-fur 3GR, sedangkan yang termasuk kedalam

formulasi serbuk larut air (WSP, SP) yaitu Plantumyan.

Menurut cara kerjanya, Pestisda dibagi menjadi dua yaitu pestisida kontak

dan pestisida sistemik. Pestisida sistematik merupakan psetisda yang bahan-

Page 13: laporan pestisida

bahannya dapat membunuh hama sasaran setelah hama tersebut mengisap air sap

dan memakan jaringan tanaman.  Kelebihan dari pestisida ini tidak hilang karena

disiram, namun kelemahannya, ada bagian tanaman yang dimakan hama agar

pestisida ini bekerja. Pestisida ini untuk mencegah tanaman dari serangan hama.

pestisida kontak langsung (Contact pesticide) merupkan pestisida yang reaksinya

akan bekerja bila bersentuhan langsung dengan hama, baik ketika makan ataupun

sedang berjalan.

Penggunaan pestisda biasanya dalam campuran dengan bahan yang lain.

Formulasi pestisida yang dipasarkan terdiri dari bahan pokok yang disebut bahan

aktif yang merupakan bahan utama pembunuh organisme penggangu tanaman dan

bahan ramuan, bahan pembantu yaitu bahan yang ditambahkan ke dalam pestisida

dalam proses formulasinya agar mudah diaplikasikan untuk memperbaiki efikasi

pestisda tersebut, dan bahan pembawa yaitu digunakan untuk menurunkan

kensentrasi produk. Berdasarkan bentuk formulasi Berdasarkan bentuk formulasi,

pestisida dikelompokkan menjadi : 

1. Butiran (G/granul), formulasi yang menyerupai debu tetapi lebih besar,

biasanya pestisida dengan formulasi bentuk ini dapat langsung diaplikasikan tanpa

harus diiarutkan terlebih dahuludan juga bahan aktifnya rendah berkisar 2%.

2. Powder (tepung), merupakan sediaan berbentuk tepung siap pakai tidak

perlu dicampur dengan air dengan bahan aktif yang rendah digunakan dengan cara

dihembuskan. 

3. EC (Emulsifiable concentrates)/Emulsi pekat. Pestisida dengan

formulasi berbentuk EC ini akan membentuk emulsi (seperti susu) pada larutan

semprot. Larutan jadi ini tidak memerlukan pengadukan yang terus menerus. Pada

umumnya insektisida memiliki formulasi bentuk EC. Kelebihan formulasi ini

yakni mengurangi residu yang tampak pada sasaran, sedangkan kelemahannya

jika konsetrasinya tinggi mudah overdoses.

4. Serbuk Basah (Wettable Powder), formulasi pestisda yang kering

dengan kandungan bahan aktif yang cukup tinggi. WP merupakan sediaan

berbentuk tepung dengan kadar bahan aktif relative tinggi 50-80 %. Kelebihan

Page 14: laporan pestisida

formulasi ini relative mudah, resiko fitotksik lebih rendah dan kurang diserap oleh

kulit. Kelemahannya adalah menimbulkan debu

5. Serbuk larut air(Water Soluble Powder/WSP, Soluble Powder/SP),

Bentuk formulasi kering berbentuk tepung, jika dicampur dengan air akan

membentuk larutan.

6. Seed Dressing (SD), merupakan formulasi khusus berbentuk tepung

atau cairan yang digunakan dalam perawatan benih.

7. Umpan Bait (B) atau Readi Mix Bit (RMB)

Bahan yang telah dicampur dengan racun yang digunakan sebagai umpan,

mudah untuk mengendalikaan burung atau tikus. Jumlah aktifnya sangat rendah.

RMB umpan yang siap pakai, sedangkan B masih harus dicampur sendiri waktu

aplikasinya.

Cara kerja suatu pestisida berpengaruh terhadap bagaimana pestisida

tersebut menyerang. Cara kerja suatu pestisda terdapat dua yaitu secara sistemik,

dan kontak. Pestisida baik yang herbisida, fungisida, insektisda, dan bakterisida

memiliki cara kerja yang berbeda-beda untuk setiap merk dagangnya seperti

contoh dibawah ini :

A. Golongan Herbisida

a. Lindomin

Herbisida yang diproduksi oleh PT Nufarm Indonesia dan memiliki bahan

aktif 2,4-D dimentil amina ini memiliki cara kerja sistemik yang artinya herbisida

ini akan menyerang bagian dalam atau jaringan dari tanaman pengganggu/OPT

tersebut

Page 15: laporan pestisida

b. Bravoxone

Pestisida yang diproduksi oleh PT Kresna Bumu Tama Sejati dengan

bahan aktif Parakuat diklorida ini memiliki cara kerja secara yang artinya

pestisida langsung bereaksi ketika bersentuhan langsung dengan gulma yang ada.

c. Ole-ole 865 SL

Pestisida yang diproduksi oleh Abadi Jaya dengan bahan aktifnya yaitu

aktif 2,4-D dimentil amina ini memiliki cara kerja sama dengan Bravoxone yaitu

sistemik yang artinya herbisida ini akan menyerang ketika bersentuhan langsung

dengan gulma yang ada

Page 16: laporan pestisida

B. Golongan insektisida

a. Centa-Fur 3 GR

Cara kerja dari centa-fur yang mana diproduksi oleh PT Centa Brasindo

Abadi dengan bahan aktif Karbofuran 3 % ini secara sistemik yang artinya

membunuh OPT dalam sehingga menyebabkan kematian secara perlahan.

b. Tamaron

Pestisda yang diproduksi oleh Bayer dengan bahan aktif metamidafor 205

g/l ini memiliki cara kerja secara kontak dan sistemik yang artinya pestisda ini

beraksi setelah serangga bersentuhan langsung dengan tanaman yang sudah diberi

pestisida dan kemudian membunuh OPT tersebut dari dalam secara perlahan-

lahan.

c. Profile 430 EC

Pestisda yang diproduksi oleh Bayer dengan bahan aktif Profenofos 430

g/l ini memiliki cara kerja secara kontak yang artinya insektisida ini akan bereaksi

jika bersentuhan langsung dengan serangga

Page 17: laporan pestisida

C. Golongan Fungisida

a. Acrobat 50 WP

Fungisida yang diproduksi olej PT Basf Indonesia dengan bahan aktifnya

dimtomoft 50%, ini memiliki cara kerja yang sama dengan sistemik yang artinya

herbisida ini akan menyerang bagian dalam atau jaringan dari tanaman penggangu

tersebut.

b. Topsin

Fungisida yang diproduksi oleh PT Petrokimia Kayaku dengan bahan

aktifnya metil tiofanat 70%, ini memiliki cara kerja yang sama dengan sistemik

yang artinya herbisida ini akan menyerang bagian dalam atau jaringan dari jamur

tersebut.

Page 18: laporan pestisida

c. Fujiwan

Fungisida yang diproduksi olej PT Indagro Inc. dengan bahan aktifnya

Iudenemalonat 400 g/l, ini memiliki cara kerja yang sama dengan sistemik yang

artinya herbisida ini akan menyerang bagian dalam atau jaringan dari tanaman

penggangu tersebut.

D. Golongan bakterisida

a. Plantumyan 75 SP

Bakterisida yang diproduksi oleh Safe Chemichal Indonesia ini memiliki

cara kerja secara sistemik yang artinya bakterisida ini akan menyerang bakteri dari

dalam tubuhnya sehingga ajan menyebabkan kematian secara perlahan.

Page 19: laporan pestisida

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

- Terdapat 4 jenis pestisida yang diketahui dari merk dagang pestisisda

tersebut yaitu herbisida, insektisida, fungisida, dan bakterisida.

- Hanya ada dua cara kerja pestisida dari merk dagang pestisisda yaitu

secara kontak yakni pestisida yang reaksinya akan bekerja bila

bersentuhan langsung dengan hama dan sistemik yakni yang bahan-

bahannya dapat membunuh hama sasaran setelah hama tersebut mengisap

air sap dan memakan jaringan tanaman.

- Formulasi yang ada pada merk dagang meliputi emulsi pekat (EC),

serbuk basah (WP), serbuk larut air (WSP, SP) dan Granuler (GR).

5.2 Saran

Sebaiknya jika sudah waktunya dimulai praktikum harap segera dimulai

agar tidak memakan banyak waktu dan dalam pelaksanaan praktikum agar diberi

tambahan waktu agar praktikan bisa menyelesaikan pengambilan data dari apa

yang dilakukan.

Page 20: laporan pestisida

DAFTAR PUSTAKA

Djojosumarto, Panut. 2008. Pestisida & Aplikasi. Jakarta : PT Agromedia Pustaka

Hasanuddin, F. Hamzah, dan Dahlan. Aplikasi Pestisida Nabati Pada Pertanaman Jagung. Agrisistem, 4 (1) : 11-18

Manuaba, P. I. B. 2009. Cemaran Pestisida Karbamat dalam Air Danau Buyan Buleleng Bali. Kimia, 3 (1) : 47-54

Saepuddin, D. I. Astuti. Pengembangan Model Penerimaan Biopestisida. Sosioteknologi, 27 : 178-193

Raini, Mariana. 2007. Toksikologi Pestisida Dan Penanganan Akibat Keracunan Pestisida. Media Litbang Kesehatan, 17 (3) : 10-18

Sudarmo, Subiyakto. 2007. Pestisida. Yogyakarta : Kanisius

Tarigan, Ir. S. dan Wiryanta, Wahyu. 2007. Bertanam Cabai Hibrida. Jakarta : PT Agromedia Pustaka.

Tuhumury, G.N.C., J. A. Leatemia, R.Y. Rumthe dan J.V. Hasinu. 2012. Residu Pestisida Produk Sayuran Segar Di Kota Ambon. Agrologia, (1), 2 : 99-105

Page 21: laporan pestisida
Page 22: laporan pestisida
Page 23: laporan pestisida