Pengenalan Airborne Wind Energy Converter System (AWECs) Sebagai Advance Technology Dalam...
-
Upload
dani-rifai -
Category
Documents
-
view
222 -
download
0
Transcript of Pengenalan Airborne Wind Energy Converter System (AWECs) Sebagai Advance Technology Dalam...
7/26/2019 Pengenalan Airborne Wind Energy Converter System (AWECs) Sebagai Advance Technology Dalam Pemanfaatan …
http://slidepdf.com/reader/full/pengenalan-airborne-wind-energy-converter-system-awecs-sebagai-advance-technology 1/5
1Rekayasa Energi Bayu – 2016
Pengenalan Ai rborne Wind Energy Converter system (AWECs) Sebagai
Advance Technology Dalam Pemanfaatan Energi Angin
Dani Rifai (39244)1
1 Departemen Teknik Nuklir Teknik Fisika, Fakultas Teknik,Universitas Gadjah Mada
Jl. Grafika 2 Yogyakarta, Indonesia 55281
E-mail: [email protected]
Abstrak
Dalam beberapa dekade terakhir pengembangan turbin konvensional terlihat melambat. Airborne Wind Energy
Converters system (AWECs) merupakan salah satu pengembangan sektor teknologi energi terbarukan untuk
pemanfaatan energi angin. AWECs merupakan konverter yang mengekstrak energi angin pada ketinggian dengan
cara menambatkan (tethered) sebuah layang-layang (kite) atau pesawat udara. Berbeda dengan turbin angin yang
berbasis di darat, perangkat AWECs mampu mencapai ketinggian yang lebih tinggi, memanfaatkan sumber daya
energi angin yang besar, karena kekuatan angin biasanya lebih kuat, lebih konsisten, dan minim turbulensi. Sistem
AWECs pada umumnya terdiri dari dua komponen utama, sistem ground dan setidaknya satu pesawat yang
terhubung secara mekanis. Sistem AWECs dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu Ground-Gen dan Fly-Gen.
AWECs tidak dapat dioperasikan selama badai petir atau kondisi cuaca buruk. Akan tetapi, biaya investasi
AWECs mungkin lebih rendah dibandingkan dengan investasi wind turbine konvensional.
Kata kunci: energi angin, Airborne Wind Energy Converters system (AWECs), tether, kite, Klasifikasi AWECs
1. Pendahuluan
Kebutuhan akan energi semakin meningkat dan
telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari
kebutuhan hidup manusia. Sampai saat ini,
mayoritas energi yang dikonsumsi berasal dari
sumber energi fosil. Dalam rangka untuk
mengurangi emisi gas CO2 dan ketergantungan
terhadap energi fosil, banyak negara-negara mulai
beralih ke sumber energi alternatif yang terbarukan,
salah satunya energi angin. Namun demikian,
kemajuan teknologi dalam pengembangan turbin
angin konvensional melambat dalam beberapa
dekade terakhir. Beberapa upaya yang coba
dilakukan antara lain peningkatan ukuran turbin,
penggunaan material yang lebih modern, dan
melakukan berbagai optimasi [1].Dalam beberapa tahun terakhir, terlihat
pertumbuhan yang signifikan pada sektor teknologi
energi terbarukan untuk pemanfaatan energi angin,
yaitu Airborne Wind Energy Converters system
(AWECs). AWECs merupakan konverter yang
mengekstrak energi angin pada ketinggian dengan
cara menambatkan (tethered) sebuah layang-layang
atau pesawat udara. Pada tahun 1980, Miles Loyd [2]
memperkenalkan sebuah konsep terobosan untuk
AWECS dengan gerakan crosswind cepat dari
sayap. Ockels[3]
menemukan sebuah konsep awalladermill . Kemudian, Lansdorp dan Ockels [4]
mengembangkan konsep ke dalam desain pumping
kite, yang dikembangkan lebih lanjut oleh Williams
et al. [5]. Pumping kite generator terdiri dari kite yang
terhubung ke mesin derek di tanah. Pada saat tether
reeling out , lift dihasilkan oleh gerakan kite di
crosswind yang dapat digunakan untuk memutar
winch dan menghasilkan listrik dengan
menggunakan generator pada drum winch. Setelah
tather sudah reeled out , gaya pada tether berkurang
dengan menghentikan gerakan crosswind dan
penurunan angle of attack dari kite. Kemudian tether
dapat reeled in lagi. Energi yang dibutuhkan untuk
reeling in lebih sedikit daripada reeling out , energi
net yang dapat dihasilkan adalah:
Gambar 1. Energi net yang dihasilkan dalam
AWECs [12]
Tiga alasan utama [6] mengapa orang tertarik
dengan AWECs untuk produksi listrik adalah
sebagai berikut:
1. Energi angin merupakan salah satu sumber
daya energi terbarukan yang pada prinsipnya
7/26/2019 Pengenalan Airborne Wind Energy Converter System (AWECs) Sebagai Advance Technology Dalam Pemanfaatan …
http://slidepdf.com/reader/full/pengenalan-airborne-wind-energy-converter-system-awecs-sebagai-advance-technology 2/5
2Rekayasa Energi Bayu – 2016
cukup besar untuk memenuhi semua
kebutuhan energi manusia.
2. Berbeda dengan turbin angin yang berbasis di
darat, perangkat AWECs mungkin mampu
mencapai ketinggian yang lebih tinggi,
memanfaatkan sumber daya energi angin yang besar dan sejauh ini belum digunakan [7]. Angin
di ketinggian yang lebih tinggi biasanya lebih
kuat, lebih konsisten, dan minim turbulensi
daripada yang dekat dengan tanah, baik
onshore maupun offshore.
3. Sistem AWECs mungkin membutuhkan
investasi material per unit daya yang
digunakan lebih kecil dibandingkan
kebanyakan sumber energi terbarukan.
2. Energi Angin
2.1 Densitas Daya Angin
Energi angin ditentukan oleh energi kinetik dari
massa udara yang bergerak sesuai dengan
persamaan:
= 12 1
Dimana v adalah kecepatan angin (m/s) dan mudara
adalah massa udara yang bergerak. Laju dimana
energi angin ditransfer disebut tenaga angin. Untuk
aliran angin seragam, energi yang ditransfer dalam
waktu t adalah:
= 2
Selama waktu t, aliran angin dengan kecepatan
V yang melewati area sapuan A akan membawa
massa udara sebanyak:
= 3 Dimana adalah densitas udara dalam kg/m3.
Dari persamaan 1-3, maka formulasi untuk
mengevaluasi daya angin adalah:
=12
4
Persamaan (4) menunjukkan bahwa jika
kecepatan dinaikkan dua kali lipat, maka daya angin
yang tersedia naik hingga delapan kali.
2.2 Variasi kecepatan angin berdasarkan ketinggian
Prevalensi angin di ketinggian disebabkan oleh
permukaan bumi yang menciptakan efek lapisan
batas sehingga angin umumnya meningkat seiring
dengan ketinggian. Dekat permukaan, bentuk khas
variasi kecepatan angin diberikan oleh persamaan:
= ( )∝ 5
Dimana V(z) adalah kecepatan angin pada
ketinggian z, V0 adalah kecepatan yang dikenal pada
ketinggian referensi z0 (10 m), dan α adalah
koefisien gesekan permukaan yang disebut wind
shear exponent . Besarnya α bergantung pada
deskripsi medan yang tercantum dalam tabel 1.
Tabel 1. Koefisien wind shear exponent [13]
2.3 Efisiensi dari konversi energi angin
Efisiensi konverter energi angin (atau koefisien
daya, Cp) didefinisikan sebagai rasio output daya
sebenarnya terhadap daya yang tersedia dalam aliran
angin. Dengan demikian, output daya mekanik
konverter energi angin yang mengekstraksi energi
angin dari aliran bebas yang melalui daerah vertikal
Aswept diberikan oleh persamaan:
= 12 6
Untuk nilai , dimana merupakan nilai
ideal maksimum dari koefisien daya, yang disebut
sebagai faktor Betz. Hukum Betz menyatakan
bahwa konverter energi angin hanya dapat
mengkonversikan kurang dari 59% energi kinetik
angin yang tersedia menjadi energi mekanik yang
berguna.
3. Klasifikasi Sistem AWEC
Sistem AWE pada umumnya terdiri dari dua
komponen utama, sistem ground dan setidaknya
satu pesawat yang terhubung secara mekanis, namun
dalam beberapa kasus juga terhubung secara elektrik
oleh tali yang sering disebut sebagai tethers. Di
antara konsep sistem AWE yang berbeda, kita dapat
membedakannya menjadi dua, yaitu sistem Ground-
Gen dan Fly-Gen [8].
Gambar 2. a) Ground-Gen dan b) Fly-Gen. [8]
7/26/2019 Pengenalan Airborne Wind Energy Converter System (AWECs) Sebagai Advance Technology Dalam Pemanfaatan …
http://slidepdf.com/reader/full/pengenalan-airborne-wind-energy-converter-system-awecs-sebagai-advance-technology 3/5
3Rekayasa Energi Bayu – 2016
3.1 Ground-Gen AWE (GG-AWE)
Dalam sistem Ground-Gen AWE (GG-AWE),
energi listrik dihasilkan di ground melalui kerja
mekanik yang dilakukan oleh gaya traksi, kemudian
ditransmisikan dari pesawat ke sistem ground
melalui satu atau lebih tali, yang menggerakan
sebuah generator listrik. Diantara sistem GG-AWE
ini, kita dapat membedakan antara perangkat fixed-
ground-station, di mana stasiun groung tetap di
ground dan sistem movement-ground-station, di
mana stasiun ground bergerak [9].
Gambar 3. Jenis-jenis Ground-Gen [8]
3.2 Fly-Gen AWE (FG-AWE)
Dalam sistem Fly-Gen AWE (FG-AWE) energi
listrik dihasilkan di pesawat dan ditransmisikan ke
ground melalui tali khusus yang membawa kabel
listrik. Dalam hal ini, konversi energi listrik
umumnya dicapai dengan menggunakan turbinangin. FG-AWES menghasilkan tenaga listrik
secara terus menerus selama beroperasi, kecuali
selama take-off dan landing maneuvers yang
mengkonsumsi energi.
Gambar 4. Jenis-jenis Fly-Gen [8]
4. Tantangan dan Potensi AWECS
AWECs tidak dapat dioperasikan selama badai
petir atau kondisi cuaca buruk. Selain itu tantangan
yang dihadapi AWECs meliputi [10]:
1) Sistem kontrol yang rumit untuk mencapai
fully-autonomous operation membutuhkan
waktu cukup lama untuk pengembangannya.
2) Material tali untuk tether yang kuat, ringan, dan
tahan lama dengan biaya lebih rendah
diperlukan untuk mengurangi biaya operasi dan pemeliharaan di masa mendatang.
3) Waktu dan biaya pengujian serta validasi dapat
menunda komersialisasi.
4) Pengembangan standar operasi dan
keselamatan yang ketat membutuhkan waktu
cukup lama, tetapi diperlukan untuk
mendapatkan dukungan dari masyarakat,
disponsori oleh lembaga, dan investor.
Meski demikian, ada banyak keuntungan
potensial dari AWECs, antara lain [10]:
1)
Capacity factor (rasio antara daya aktualdengan daya maksumim angin) yang lebih
tinggi dari turbin angin konvensional, karena
mereka dapat mencapai ketinggian yang lebih
tinggi dengan angin yang lebih kuat, konsisten,
dan sedikit turbulensi.
2) Biaya yang lebih rendah dari pembangkit listrik
dengan turbin angin konvensional, karena
AWECs tidak membutuhkan biaya mahal untuk
pembangunan pondasi tower dan umumnya
terbuat dari bahan yang lebih murah dan lebih
ringan. 3) Dampak secara visual dan akustik rendah
dibandingkan turbin angin konvensional,
karena AWECs terbang di ketinggian lebih dari
200 m diatas permukaan tanah.
5. Analisis Daya Crosswind K ite
Dalam analisis ini kite diperlakukan sebagai
sayap yang pada dasarnya dikarakterisasi oleh area
sayap dan koefisien lift dan koefisien drag
[14]. Berdasarkan Loyd [2], lift , drag ,dan gaya tether untuk kite dengan kecepatancrosswind , ditunjukkan pada gambar berikut.
Gambar 5. Analisis model kite flying
crosswind . [13]
7/26/2019 Pengenalan Airborne Wind Energy Converter System (AWECs) Sebagai Advance Technology Dalam Pemanfaatan …
http://slidepdf.com/reader/full/pengenalan-airborne-wind-energy-converter-system-awecs-sebagai-advance-technology 4/5
4Rekayasa Energi Bayu – 2016
Kecepatan angin dan kecepatan reel out
tether dalam tahap traksi dari siklus pemompaan
adalah Untuk rasio high lift to drag , nampak
kecepatan angin hampir sama dengan , dan
diperoleh persamaan:
≃ , = − 7 Gaya tether (T) adalah untuk CL/CD tinggi
dengan pendekatan sama dengan gaya angkat (L)
yang diberikan oleh densitas udara (ρ), area sayap,
koefisien lift dan kecepatan angin.
≃ = 12 8
Daya mekanik yang dihasilkan dalam tahap
traksi dari siklus pemompaan diberikan oleh
persamaan:
= 9
Berdasarkan persamaan (7) dan (8) diketahui
bahwa semakin kecil kecepatan reel out , maka gaya
tether semakin besar. Selain itu, pada persamaan (9)
tidak ada daya mekanik yang dihasilkan untuk
= 0 atau = . Dengan demikian, hasil
dari analisis Lyod bahwa terdapat nilai kecepatan
reel out yang optimal , agar daya mekanik
yang dihasilkan mencapai maksimal.
, = 13 10
Kemudian persaman untuk daya mekanik
maksimum dalam fase traksi adalah:
= 12 4
27
11
= 227 (
)
12
Analisis sederhana menekankan pentingnya
terbang crosswind dan peran penting dari ⁄ dari
sayap.
Secara teoritis, sayap modern dengan koefisien
lift = 1 dan intrinsic drag =0,03 dengan
kecepatan angin akan menghasilkan daya 217 kW per m2 daerah sayap. Ini tidak realistis, karena
ternyata hambatan tether sangat signifikan. Nilai
yang lebih realistis untuk total koefisien drag
misalnya =0,07 yang menghasilkan output daya
teoritis sebesar P = 40 kW/m2 daerah sayap.
Kepadatan daya tinggi ini belum terealisasi secara
eksperimental oleh perusahaan yang menekuni
bidang AWE ataupun tim akademis, namun telah
dikonfirmasi oleh sebuah simulasi komputer yang
disempurnakan dan terlihat realistis. Untuk sistem
skala kecil [11], daya puncak yang berhasil dicapai
adalah 6 kW per m2 untuk luas sayap 3 m2 pada
kecepatan angin 13 m/s.
Menariknya, coba kita bandingkan kepadatan
daya teoritis sistem AWE, yaitu sebesar 40 kW/m2
dengan daya maksimum yang dapat diperoleh
dengan sel photovoltaic (PV). Kepadatan radiasi
matahari di bumi adalah sekitar 1,3 kW/m2, dan
efisiensi keseluruhan sel PV yang standar adalahsekitar 22%. Dengan demikian, daya yang
dihasilkan oleh satu meter persegi sayap sistem
AWE adalah lebih dari 150 kali lebih tinggi dari
daya yang dihasilkan oleh satu meter persegi sel
surya pada radiasi maksimum.
6. Kesimpulan
AWECs merupakan sebuah teknologi advance
dari pemanfaatan energi angin, selain wind turbin
konvensional. Biaya investasi AWECs mungkin
lebih rendah dibandingkan dengan investasi windturbine konvensional AWECs merupakan konverter
yang mengekstrak energi angin pada ketinggian
dengan cara menambatkan (tethered) sebuah
layang-layang atau pesawat udara. Sistem AWE
pada umumnya terdiri dari dua komponen utama,
sistem ground dan setidaknya satu pesawat yang
terhubung secara mekanis. Sistem AWEC dapat
dikategorikan menjadi dua, yaitu Ground-Gen dan
Fly-Gen. Besarnya densitas ouput daya daerah sayap
adalah output daya teoritis sebesar P = 40 kW/m2,
tetapi daya puncak yang berhasil dicapai adalah 6
kW per m2 untuk luas sayap 3 m2 pada kecepatan
angin 13 m/s.
Daftar Referensi
[1] Goldstein, Leo. 2013. “Theoretical analysis of
an airborne wind energy conversion system
with a ground generator and fast motion
transfer”. Journal of Energy 55. Hal. 987-995.
Elsevier.
http://dx.doi.org/10.1016/j.rser.2015.07.053.
(diakses tanggal 25 Desember 2015)
[2]
Loyd, Miles. 1980. “Crosswind kite power”,
dalam Theoretical analysis of an airborne
wind energy conversion system with a ground
generator and fast motion transfer . Journal of
Energy 55. Hal. 987-995.
[3] Ockels, Wubbo. 2001. “Laddermill, a novel
concept to exploit the energy in the airspace”,
dalam Theoretical analysis of an airborne
wind energy conversion system with a ground
generator and fast motion transfer . Journal of
Energy 55. Hal. 987-995.
[4]
Landsorp, Bas dan Ockels, Wubbo. 2005.“Comparison of concepts for high-altitude
7/26/2019 Pengenalan Airborne Wind Energy Converter System (AWECs) Sebagai Advance Technology Dalam Pemanfaatan …
http://slidepdf.com/reader/full/pengenalan-airborne-wind-energy-converter-system-awecs-sebagai-advance-technology 5/5
5Rekayasa Energi Bayu – 2016
wind energy generation with ground based
generator” dalam Theoretical analysis of an
airborne wind energy conversion system with a
ground generator and fast motion transfer .
Journal of Energy 55. Hal. 987-995.
[5]
William, P. et al. 2007. “Optimal cross-windtowing and power generation with tethered
kites” dalam Theoretical analysis of an
airborne wind energy conversion system with a
ground generator and fast motion transfer .
Journal of Energy 55. Hal. 987-995.
[6] Diehl, Moritz. 2013. “Airborne wind energy:
basic concepts and physical foundations”
dalam Airborne Wind Energy. Berlin:
Springer.
[7] Archer, C. L. dan Caldeira, K. 2009. “Global
Assessment of High-Altitude Wind Power”
dalam Airborne Wind Energy. Berlin:
Springer.
[8] Cherubini, A. et al. 2015. “Airborne Wind
Energy Systems: A review of the
technologies”. Journal of Renewable and
Sustainable Energy Reviews 51. Hal. 1461-
1476. Elsevier.
http://dx.doi.org/10.1016/j.rser.2015.07.053
(diakses pada tanggal 24 Desember 2015).
[9] Diehl, Moritz. 2013. “Airborne wind energy:
basic concepts and physical foundations”
dalam Airborne Wind Energy Systems: A
review of the technologies. Journal of
Renewable and Sustainable Energy Reviews
51. Hal. 1461-1476.
[10] Archer, C.L. et al. 2014. “Airborne wind
energy: Optimal locations and variability”.Journal of Energy 64. Hal. 180-186. Elsevier.
http://dx.doi.org/10.1016/j.renene.2013.10.04
4 (diakses pada tanggal 31 Desember 2015).
[11] Ruiterkamp, Richard dan Sieberling Soren.
2014. “Description and Preliminary Test
Results of a Six Degrees of Freedom Rigid
Wing Pumping System” dalam Airborne Wind
Energy. Berlin: Springer.
[12] Jannis, Heilmann. 2012. “The Technical and
Economic Potential of Airborne Wind
Energy”. Master Thesis. Department of
Science, Technology and Society, Utrecht
University.
[13] Argatov, Ivan dan Shafranov, Valentin. 2015.
“Economic assessment of small-scale kite
wind generators”. Journal of Energy 89. Hal.
125-134. Elsevier.
http://dx.doi.org/10.1016/j.renene.2015.12.02
0 (diakses pada 25 Desember 2015).
[14] Luchsinger, Rolf H. 2014. “Pumping Cycle
Kite Power” dalam Airborne Wind Energy.
Berlin: Springer.