PENGEMBANGAN WILAYAH PERDESAAN

13
PENGEMBANGAN WILAYAH PERDESAAN Untuk memenuhi tugas terstruktur Ujian Akhir Semester Genap Matakuliah Ekonomi Pembangunan Pertanian Dosen Pengampu : Oki Wijaya , S.P. , M.P Disusun oleh : Miftakhul Jannah 135040101111007 Kelas A

description

Pemberrdayaan Masyarakat

Transcript of PENGEMBANGAN WILAYAH PERDESAAN

Page 1: PENGEMBANGAN WILAYAH PERDESAAN

PENGEMBANGAN WILAYAH PERDESAANUntuk memenuhi tugas terstruktur Ujian Akhir Semester Genap

Matakuliah Ekonomi Pembangunan PertanianDosen Pengampu : Oki Wijaya, S.P., M.P

Disusun oleh :Miftakhul Jannah 135040101111007

Kelas A

Program Studi AgribisnisFakultas Pertanian

Universitas BrawijayaMalang

2015

Page 2: PENGEMBANGAN WILAYAH PERDESAAN

PENGEMBANGAN WILAYAH PERDESAAN

Sebagian besar penduduk Indonesia mendiami kawasan perdesaan.

BPS memperkirakan kawasan perdesaan mencakup hampir sekitar 82

persen dari wilayah Indonesia. Penduduk Indonesia yang tinggal di kawasan

perdesaan mencapai sekitar 131,8 juta jiwa atau lebih dari 56,86 persen

penduduk di Indonesia bertempat tinggal dan menggantungkan hidup di

perdesaan (BPS, 2009). Oleh karena itu, pembangunan perdesaan pantas

mendapatkan perhatian dan prioritas yang tinggi dalam pembangunan

nasional. Sebelum membahas tentang pengembangan wilayah perdesaan,

kita seharusnya mengetahui paradigma pembangunan yang telah

berkembang. Paradigma pembangunan selalu dan harus berubah dari waktu

ke waktu, sesuai dengan tuntutan jaman dan permasalahan. Paradigma

pembangunan di Indonesia juga mengalami perubahan yang diawali dengan

pembangunan yang hanya memiliki tujuan ekonomi menjadi paradigma

pembangunan berkelanjutan dan dikombinasikan dengan desentralisasi

pembangunan agar tercapai. Gagasan paradigma pembangunan

berkelanjutan merupakan gagasan yang berupaya untuk memenuhi

kebutuhan masa kini, tanpa mengurangi kebutuhan generasi masa depan.

Rencana pembangunan nasional dilakukan oleh Badan Perencanaan

Pembangunan Nasional (Bappenas) yang dilakukan setiap satu periode yaitu

lima tahun. Perncanaan pembangunan di Indonesia terbagi menjadi dua,

yaitu: Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) dan Rencana

Pembangunan Jangka Menengah (RPJM). Kedua perencanaan pemangunan

tersebut disusun secara Nasional, Provinsi, dan Kabupaten/Kota masing-

masing, yang di dalamnya memuat Visi, Misi, dan Rencana Strategis

Pembangunan.

Dalam buku Pembangunan Perdesaan oleh Rahardjo Adisasmita

(2013) dijelaskan bahwa telah ada berbagai macam pendekatan dalam

pembangunan perdesaan. Pendekatan pertama adalah pendekatan natural

resources based (berbasis sumberdaya alam) dimana sumberdaya alam

Page 3: PENGEMBANGAN WILAYAH PERDESAAN

dimanfaatkan semaksimal mungkin dengan memanfaatkan teknologi dan

pengembangan kegiatan agrobisnis/industry kerajinan kecil yang

mengembangkan penyediaan infrastruktur dan pengembangan kelembagaan.

Pendekatan kedua adalah mepercepat perbaikan dalam perekonomian

perdesaan, melalui perencanaan tata ruang (spasial), baik aspek fisik dan

aspek sosial ekonomi. Dari hal tersebut diharapkan dapat menciptakan

pemerataan pertumbuhan daerah terlebih daerah daerah yang masih

tertinggal. Pendekatan yang terakhir adalah perancanaan partisipasi

masyarakat dan pembangunan berkelanjutan.

Rencana Pusat atau biasanya menggunakan pendekatan Top Down ini

dicontohkan pada era Orde Baru, dimana pendekatan ini kebijakan langsung

dari pusat dan harus dilaksanakan oleh masyarakat daerah. Namun rencana

pembangunan yang beralngsung selama tiga dekade ini membuat berbagai

macam permasalahan, salah satunya adalah munculnya ketimpangan

pembangunan daerah satu dengan daerah lainnya. Namun, ada pendekatan

yang lag lebih baik yaitu pendekan Top Down dan Bottom Up. Pendekatan top

down hanya sebagai landasan utama bagi pembangunan tersebut, sebagai

seruan untuk daerah yang terbelakang, dan bantuan dana dan tenaga ahli

dalam mensukseskan pembangunan yang akan dilakukan. Sedangkan

pendekatan bottom up dimaksudkan dengan memberikan keleluasan dan

kebebasan masyarakat desa dalam menentukan berbagai program yang

dibutuhkannya. Pendekatan bottom up merupakan pola dalam menentukan

pembangunan yang menekankan pada aspek kebijaksanaan akan pentingnya

pelibatan masyarakat dalam kegiatan pembangunan.

Kebijaksanaan pembangunan perdesaan secara umum dapat dibagi

menjadi tiga, yaitu: 1) Kebijakan yang secara tidak langsung mengarah

kepada tercapainya suasana yang mendukung jegiatan sosial ekonomi; 2)

Kebijakan yang secara langsung mengarah kepada penigkatan kegitan

ekonomi sosial kelompok sasaran; 3) Kebijakan khusus yang menjangkau

masyarakat miskin melalui upaya khusus(Adisasmita, 2013).

Page 4: PENGEMBANGAN WILAYAH PERDESAAN

Pembangunan Perdesaan yang Dilakukan Pemerintah Pada Tahun 2011

Pembangunan perdesaan yang dilakukan dimaksudkan untuk

menciptakan kesempatan kerja yang seluas-luasnya dan mengurangi jumlah

penduduk miskin secepat-cepatnya dengan melibatkan seluruh masyarakat

(inclusive growth). Untuk meningkatkan koordinasi penanggulangan

kemiskinan, pemerintah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun

2010, tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan yang merupakan

penyempurnaan dari Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2009 tentang

Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan. Dalam Perpres tersebut

diamanatkan untuk membentuk Tim Nasional Percepatan Penanggulangan

Kemiskinan (TNP2K) di tingkat pusat yang keanggotaannya terdiri dari

unsur pemerintah, masyarakat, dunia usaha, dan pemangku kepentingan

lainnya. Sedangkan di provinsi dan kabupaten/kota dibentuk Tim Koordinasi

Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) Provinsi dan Kabupaten/Kota.

Gambar 1. Instrumen Utama Penanggulangan Kemiskinan

Selain tiga instrumen utama penanggulangan kemiskinan tersebut (Gambar

1.), pemerintah menerbitkan Keputusan Presiden Nomor 10 Tahun 2011

Tentang Tim Koordinasi Peningkatan Dan Perluasan Program Pro-Rakyat.

Upaya peningkatan dan perluasan program pro-rakyat (Klaster IV) dilakukan

melalui:

1. Program Rumah Sangat Murah.

Page 5: PENGEMBANGAN WILAYAH PERDESAAN

2. Program Kendaraan Angkutan Umum Murah.

3. Program Air Bersih Untuk Rakyat.

4. Program Listrik Murah dan Hemat.

5. Program Peningkatan Kehidupan Nelayan.

6. Program Peningkatan Kehidupan Masyarakat Miskin Perkotaan.

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) terdiri dari:

PNPM Mandiri Perdesaan, PNPM Perdesaan R2PN (Rehabilitasi dan

Rekonstruksi Pulau Nias), PNPM Mandiri Agribisnis/SADI (Smallholder

Agribusiness Development Initiative), PNPM Generasi Sehat Dan Cerdas,

PNPM Lingkungan Mandiri Perdesaan (PN PM-LMP), Program

Pengembangan Sistem Pembangunan Partisipatif (P2SPP), PNPM Mandiri

Respek (Rencana Strategis Pengembangan Kampung) Bagi Masyarakat

Papua, PNPM Mandiri Perkotaan, PNPM Mandiri Infrastruktur Perdesaan,

Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW), Program

Penyediaan Air Minum Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS), PNPM-Mandiri

Daerah Tertinggal Dan Khusus/Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal

Dan Khusus (P2DTK), PNPM Mandiri Kelautan Dan Perikanan (PNPM

Mandiri-KP), PNPM-Mandiri Pariwisata, dan PNPM-Mandiri Perumahan dan

Permukiman (PNPM-Mandiri Perkim).

Program Perluasan Dan Pengembangan Kesempatan Kerja/Padat

Karya Produktif

Padat Karya adalah suatu kegiatan produktif yang memperkerjakan

atau menyerap tenaga kerja penganggur dan setengah penganggur yang

relatif banyak. Secara teknis konsep program ini adalah untuk membangun

ekonomi masyarakat melalui kegiatan-kegiatan yang bersifat usaha-usaha

produktif dengan memanfaatkan potensi Sumber Daya Alam (SDA), Sumber

Daya Manusia (SDM) dan Teknologi sederhana yang ada serta peluang pasar

yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat perdesaan dan

memperluas kesempatan kerja.

Page 6: PENGEMBANGAN WILAYAH PERDESAAN

Jenis-jenis usaha yang dapat dikembangkan dalam kegiatan Padat

Karya Produktif lebih berorientasi pada kegiatan usaha yang bersifat

ekonomi produktif dan berkelanjutan seperti:

a. Usaha-usaha di sektor pertanian, sub sektor tanaman pangan dan

holtikultura, antara lain: budi daya padi, jagung, cabe, kentang dan buah-

buahan.

b. Usaha-usaha di sektor pertanian, sub sektor peternakan, antara lain:

penggemukan sapi, kambing, peternakan ayam potong dan petelor.

c. Usaha-usaha di sektor pertanian, sub sektor perikanan, antara lain:

pembenihan udang, budi daya rumput laut, kolam ikan, tambak dan

kerambah.

d. Di bidang usaha industri kecil, antara lain: pembakaran gamping, batu

bata, batako dan pembuatan keramik.

e. Sarana penunjang ekonomi rakyat, seperti: pasar perdesaan, embung

(penampungan air di musim hujan) dan waduk.

Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS)

Tujuan pemerintah menciptakan Program BOS ini adalah agar semua

anak terutama dari keluarga miskin dapat mencapai kelulusan pada tingkat

pendidikan dasar. Pemerintah telah mengalokasikan sebagian dari

penghematan subsidi BBM yang kemudian dialokasikan sebagai Dana

Bantuan Khusus Murid (BKM) bagi keluarga miskin.

Pengembangan Usaha Agribisnis Pertanian

Menguatnya desakan alih fungsi lahan dari pertanian menjadi

nonpertanian, terutama di Pulau Jawa, tidak hanya merusak sistem irigasi

yang sudah terbangun, tetapi juga semakin menurunkan produktivitas

tenaga kerja di perdesaan dengan meningkatnya rumah tangga petani gurem.

Jika hal itu dibiarkan, sangat sulit untuk menurunkan angka kemiskinan di

perdesaan dan mengendalikan migrasi ke kota-kota besar sehingga pada

gilirannya akan membebani dan memperburuk permasalahan di perkotaan.

Oleh karena itu, sangat mendesak untuk dilakukannya diversifikasi usaha

Page 7: PENGEMBANGAN WILAYAH PERDESAAN

ekonomi di perdesaan ke arah kegiatan nonpertanian (non-farm activities),

baik berupa industri yang mengolah produk pertanian maupun berupa jasa-

jasa penunjang.

Tabel 1. Keunggulan dan Keterbatasan Instrumen Kebijakan

Kendala Pembangunan Perdesaan yang Dilakukan Pemerintah Pada

Tahun 2011

Kendala yang dihadapi dalam pembangunan perdesaan adalah:

terbatasnya alternatif lapangan kerja berkualitas; lemahnya keterkaitan

Page 8: PENGEMBANGAN WILAYAH PERDESAAN

kegiatan ekonomi baik secara sektoral maupun spasial; timbulnya hambatan

(barrier) distribusi dan perdagangan antar daerah; tingginya risiko

kerentanan yang dihadapi petani dan pelaku usaha di perdesaan; rendahnya

aset yang dikuasai masyarakat perdesaan; rendahnya tingkat pelayanan

prasarana dan sarana perdesaan; rendahnya kualitas SDM di perdesaan yang

sebagian besar berketrampilan rendah (low skilled); meningkatnya konversi

lahan pertanian subur dan beririgasi teknis bagi peruntukan lain;

meningkatnya degradasi sumber daya alam dan lingkungan hidup; lemahnya

kelembagaan dan organisasi berbasis masyarakat; lemahnya koordinasi

lintas bidang dalam pengembangan kawasan perdesaan; menguatnya

kapasitas dan peran pemerintahan desa, serta kelembagaan masyarakat,

dengan menerapkan prinsip-prinsip tata kepemerintahan yang baik

termasuk meningkatnya kapasitas (teknis dan fiskal) pemerintah kabupaten

dalam pembangunan perdesaan.

Page 9: PENGEMBANGAN WILAYAH PERDESAAN

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, Rahardjo. 2013. Pembangunan Pedesaan Pendekatan Partisipatif, Tipologi, Strategi, Konsep Desa Pusat Pertumbuhan. Makasar: Graha Ilmu.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2009. Access from http://www.bps.go.id/

Bappenas. 2009. Pencapaian Sebuah Perubahan: Evaluasi Empat Tahun Pelaksanaan RPJM 2004-2009.

Bappenas. 2011. Laporan Akhir Kajian: Evaluasi Pembangunan Perdesaan Dalam Konteks Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat.

Keputusan Presiden Nomor 10 Tahun 2011 Tentang Tim Koordinasi Peningkatan Dan Perluasan Program Pro-Rakyat

Kuncoro, M. 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah: Reformasi, Perencanaan, Strategi, dan Peluang. Jakarta: Erlangga.

Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan.