Pengembangan Wilayah Jawa Barat Berbasis Ternak Domba

20
Pengembangan Wilayah Jawa Barat Berbasis Ternak Domba Oleh : Muhammad Asep Surachman (H051180091) Komisi Pembimbing : Dr. Ir. Sri Mulatsih, M.Sc.Agr (Ketua Komisi) Dr. Ir. Wiwiek Rindayati, M.Si. (Anggota Komisi) Ilmu Perencanaan Wilayah dan Perdesaan Fakultas Ekonomi dan Manajeman Institut Pertanian Bogor

Transcript of Pengembangan Wilayah Jawa Barat Berbasis Ternak Domba

Page 1: Pengembangan Wilayah Jawa Barat Berbasis Ternak Domba

Pengembangan Wilayah Jawa Barat

Berbasis Ternak Domba

Oleh :

Muhammad Asep Surachman (H051180091)

Komisi Pembimbing :

Dr. Ir. Sri Mulatsih, M.Sc.Agr (Ketua Komisi)

Dr. Ir. Wiwiek Rindayati, M.Si. (Anggota Komisi)

Ilmu Perencanaan Wilayah dan Perdesaan

Fakultas Ekonomi dan Manajeman

Institut Pertanian Bogor

Page 2: Pengembangan Wilayah Jawa Barat Berbasis Ternak Domba

Pembangunan Wilayah

• Pembangunan nasional pada suatu wilayah sesuai kemampuan dari wilayahtersebut (Daryanto 2004)

• Salah satu aspek penting dalam perencanaan pembangunan adalah aspekkeunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif

• Pembangunan pertanian harus mampu bersinergi dengan tujuanpembangunan wilayah perdesaan

• Usaha peternakan sudah menjadi kebiasaan masyarakat pedesaan di JawaBarat sebagai usaha sampingan ataupun usaha pokok (Tawaf dan Firman2005)

• Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu wilayah yang memiliki potensibesar dalam pengembangan ternak domba dengan melibatkan 595.880 rumah tangga petani peternak (Hasil SUTAS BPS 2018).

Latar Belakang

Page 3: Pengembangan Wilayah Jawa Barat Berbasis Ternak Domba

Jumlah Penduduk Provinsi Jawa Barat 48 juta jiwa merupakan terpadat di Indonesia (BPS 2018)

Pertumbuhan perekonomian relatiflebih cepat

Tahun 2017 berkontribusi 13,43 % terhadap perekonomian nasional (BPS 2018).

Pada tahun 2018 (BPS 2019)

Kontribusi Sektor pertanian sebesar 8,67 % terhadap Perkeonomian Jawa Barat

Kontribusi Sub Sektor Peternakan sebesar13,15 % dan Berkontribusi 12,68 % TK dariTK pertanian

Penyangga bagi Ibu Kota Negara yang menjadi pusat konsumsi,

Basis konsumsi bagi produk peternakan

Potensi Jawa Barat

Latar Belakang

Page 4: Pengembangan Wilayah Jawa Barat Berbasis Ternak Domba

Perkembangan Populasi Domba di Indonesia

Page 5: Pengembangan Wilayah Jawa Barat Berbasis Ternak Domba

Perkembangan Populasi Domba di Jawa Barat

Page 6: Pengembangan Wilayah Jawa Barat Berbasis Ternak Domba

Struktur Usaha Ternak Domba Per Ekor (BPS 2017)

Rp. 817.270

Biaya ProduksiNilai Produksi

Rp. 771.950

Pakan50,31%

Upah TenagaKerja 38,81%

Lain-lain (Listrik, Air,

Obat, dll) 10,88%

Page 7: Pengembangan Wilayah Jawa Barat Berbasis Ternak Domba

Menganalisis tingkat efisiensi teknisusaha ternak domba di Jawa Barat

Mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi tingkat produksi usahaternak domba di Jawa Barat

Tujuan Penelitian

Mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi inefisiensi teknis usahaternak domba di Jawa Barat

Page 8: Pengembangan Wilayah Jawa Barat Berbasis Ternak Domba

Penelitian ini dilakukan di Provinsi Jawa Barat, karena

memiliki populasi dombaterbesar secara nasional

Lokasi

Data Survei Struktur Ongkos Usaha Peternakan 2017

yang berasal dari BPS

Sumber Data

Pengujian ini dilakukan denganalat analisis software STATA 14 dan Microsoft Excel.

Alat analisis

1983 unit usaha ternak domba di 18 Kabupaten di Jawa Barat

Sampling

Metodologi Penelitian

Fungsi Produksi Cobb-Douglas dan Stochastic Frontier Analysis (IPA)

Metode Analisis

Penelitian dilaksanakan pada bulan Februarihingga

Mei 2020.

Waktu

Page 9: Pengembangan Wilayah Jawa Barat Berbasis Ternak Domba

Bentuk fungsi produksi stochastic frontier Cobb-Douglas pada usaha ternak domba

yang telah ditransformasikan ke dalam bentuk logaritma linier yaitu sebagai berikut:

ln Y = ln β0 + β1 ln X1 + β2 ln X2 + β3 ln X3 + β4 ln X4+ (vi - ui)

dimana:

Y = nilai produksi usaha ternak domba (Rp)

X1 = jumlah pemberian pakan hijauan (kg)

X2 = jumlah pemberian pakan konsentrat (kg)

X3 = jumlah ternak yang dipelihara (ekor)

X4 = ongkos pemeliharaan kesehatan (Rp)

β0 = intersep atau konstanta

βi = koefisien regresi faktor produksi/parameter penduga, dimana (i=1, 2, ..., 4)

vi-ui= error term (vi adalah noise effect, ui adalah efek inefisiensi teknis model)

Stochastic Frontier Analysis (SFA)

Nilai koefisien yang diharapkan adalah: β1, β2, β3, danβ4> 0, artinya hasil pendugaan

fungsi produksi stochastic frontier memberikan nilai parameter dugaan yang positif.

Page 10: Pengembangan Wilayah Jawa Barat Berbasis Ternak Domba

TE =E(Y∗│ui ,X1,X2,X3,X4)

𝐸(𝑌∗|𝑢𝑖=0,𝑋1,𝑋2,𝑋3,𝑋4)

dimana:

TE = efisiensi teknis petani ke-i

E (Y*| ui, X1, X2, X3, X4) = output observasi (i=1,2,..,n)

E (Y* | ui=0, X1, X2, X3, X4) = output batas (i=1,2,..,n)

Mengukur Efisiensi Teknis

Nilai efisiensi teknis berada diantara 0 ≤ TE ≤ 1. Nilai efisiensi teknis berhubungan

terbalik dengan nilai efek inefisiensi teknis dan hanya digunakan untuk fungsi yang

memiliki jumlah output dan input tertentu (cross section data).

Page 11: Pengembangan Wilayah Jawa Barat Berbasis Ternak Domba

Untuk menentukan nilai parameter distribusi (ui) efek inefisiensi teknis usaha

ternak domba pada penelitian ini digunakan rumus sebagai beriku:

ui = δ0 + δ1Z1 + δ2Z2 + δ3Z3 + δ4Z4 + δ5Z5 + δ6Z6+ δ7Z7+ δ8Z8

dimana:

ui = efek inefisiensi teknis

δ0 = intersep atau konstanta

δ1-8 = nilai koefisien parameter penduga inefisiensi

Z1 = usia peternak (tahun)

Z2 = dummy pengalaman beternak (1: < 1 tahun, 2: 1-4 tahun, 3: 5-9 tahun, 4:

≥ 10 tahun);

Z3 = dummy cara pemeliharaan (1: dikandangkan, 2: dikandangkan dan

dilepas, 3: dilepas);

Z4 = dummy tingkat pendidikan (1: tidak tamat SD, 2: tamat SD, 3: tamat SLTP,

4: tamat SLTA; 5: tamat D1/D2/D3; 6: tamat D4/S1; 7: tamat S2/S3);

Z5 = dummy penyuluhan (1: memperoleh penyuluhan, 0: tidak memperoleh

penyuluhan);

Z6 = dummy keanggotaan kelompok tani (1: anggota kelompok tani ternak, 0:

bukan anggota kelompok tani ternak);

Z7 = dummy kemitraan (1: mengikuti kemitraan, 0: tidak mengikuti kemitraan);

Z8 = dummy mendapatkan akses kredit atau permodalan (1: mendapatkan akses

kredit atau permodalan, 0: tidak mendapatkan akses kredit atau

permodalan);

Analisis Faktor-Faktor Inefisiensi Teknis

Page 12: Pengembangan Wilayah Jawa Barat Berbasis Ternak Domba

Fungsi Produksi Efisiensi Teknis

Hasil & Pembahasan

Inefisiensi Teknis

Page 13: Pengembangan Wilayah Jawa Barat Berbasis Ternak Domba

Analisis Fungsi Produksi

Page 14: Pengembangan Wilayah Jawa Barat Berbasis Ternak Domba

Tingkat Efisiensi Teknis

Rata-rata Maksimum Minimum

Bogor 0.795 1 0.260

Sukabumi 0.911 1 0.462

Cianjur 0.752 1 0.403

Bandung 0.602 0.902 0.009

Garut 0.843 1 0.372

Tasikmalaya 0.732 0.890 0.085

Ciamis 0.751 0.958 0.156

Kuningan 0.875 1 0.250

Cirebon 0.562 1 0.055

Majalengka 0.704 0.992 0.276

Sumedang 0.888 1 0.629

Indramayu 0.796 1 0.332

Subang 0.859 1 0.593

Purwakarta 0.564 0.869 0.072

Karawang 0.794 1 0.340

Bekasi 0.733 1 0.151

Bandung Barat 0.628 0.917 0.037

Pangandaran 0.628 0.917 0.037

Pool 0.663 0.974 0.027

KabupatenNilai Efisiensi Teknis (TE)

Page 15: Pengembangan Wilayah Jawa Barat Berbasis Ternak Domba

Hasil pendugaan parameter inefisiensi teknis usaha ternak domba untuk variabel umur, pendidikan, dan pengalaman beternak

Faktor-Faktor Inefisiensi Teknis

Page 16: Pengembangan Wilayah Jawa Barat Berbasis Ternak Domba

Hasil pendugaan parameter inefisiensi teknis usaha ternak domba untuk variabel cara pemeliharaan, keanggotaan kelompok tani, penyuluhan, kemitraan dan

pembiayaan

Faktor-Faktor Inefisiensi Teknis (lanjutan)

Page 17: Pengembangan Wilayah Jawa Barat Berbasis Ternak Domba

Kesimpulan

• Variabel pakan hijauan benpengaruh nyata di sepuluh kabupaten, variabel pakan konsentrat berpengaruh nyata hanya di tujuhkabupaten.

• Variabel jumlah ternak yang dipelihara berpengaruh paling dominandalam memengaruhi produksi usaha ternak domba dibandingkanvariabel input lainnya di seluruh kabupaten di Jawa Barat

• Kabupaten Sukabumi mempunyai nilai efisiensi teknis terbesar darikabupaten lainnya (91,1 persen), dan kabupaten Cirebon mempunyainilai efisiensi terkecil (56,2 persen).

• Pengalaman beternak menjadi salah satu faktor yang berpengaruhnegatif terhadap inefisiensi di beberapa Kabupaten.

Page 18: Pengembangan Wilayah Jawa Barat Berbasis Ternak Domba

Saran

• Pemerintah pusat dan daerah membuat kebijakan meningkatkanjumlah ternak domba yang dipelihara oleh peternak dengan carabantuan bibit ternak dan didukung fasilitasi bibit pakan hijauanberkualitas.

• Bagi daerah dengan pengaruh pakan hijauan yang nyata, diarahkanuntuk wilayah pembibitan, sedangkan daerah yang nyata pengaruhpakan konsntratnya diarahkan untuk wilayah penggemukan.

• Kemudahan pada akses pembiayaan serta meningkatkan fasilitasipelatihan teknis manajerial pemeliharaan domba terutama teknologipemberian pakan baik hijauan dan konsentrat agar lebih efisien.

Page 19: Pengembangan Wilayah Jawa Barat Berbasis Ternak Domba

TERIMA KASIH

Page 20: Pengembangan Wilayah Jawa Barat Berbasis Ternak Domba