Pengembangan Sumber Daya Manusia Di MTS Darul Islam Manado
Transcript of Pengembangan Sumber Daya Manusia Di MTS Darul Islam Manado
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu bidang penting dalam manajemen pendidikan adalah berkaitan dengan
personil/sumberdaya manusia yang terlibat dalam proses pendidikan, baik itu pendidik
seperti guru maupun tenaga kependidikan seperti tenaga administratif. Intensitas dunia
pendidikan berhubungan dengan manusia dapat dipandang sebagai suatu perbedaan
penting antara lembaga pendidikan/organisasi sekolah dengan organisasi lainnya.
Ini menunjukan bahwa masalah sumberdaya manusia menjadi hal yang sangat
dominan dalam proses pendidikan/pembelajaran, hal ini juga berarti bahwa mengelola
sumberdaya manusia merupakan bidang yang sangat penting dalam melaksanakan
proses pendidikan/pembelajaran di sekolah. Oleh karena itu sumber daya manusia
dalam suatu organisasi termasuk organisasi pendidikan memerlukan pengelolaan dan
pengembangan yang baik dalam upaya meningkatkan kinerja mereka agar dapat
memberi sumbangan bagi pencapaian tujuan. Meningkatnya kinerja sumber daya
manusia akan berdampak pada semakin baiknya kinerja organisasi dalam menjalankan
perannya di masyarakat.
Meningkatkan kinerja sumber daya manusia memerlukan pengelolaan yang
sistematis dan terarah, agar proses pencapaian tujuan organisasi dapat dilaksanakan
secara efektif dan efisien. Ini berarti bahwa pengembangan sumber daya manusia
merupakan hal yang sangat penting untuk keberhasilan organisasi. Aspek
pengembangan sumber daya manusia menduduki posisi penting dalam suatu
organisasi karena setiap organisasi terbentuk oleh orang-orang, menggunakan jasa
mereka, mengembangkan keterampilan mereka, mendorong mereka untuk berkinerja
tinggi, dan menjamin mereka untuk terus memelihara komitmen pada organisasi
merupakan faktor yang sangat penting dalam pencapaian tujuan organisasi. Sistem
sumber daya manusia dapat mendukung keunggulan kompetitif secara terus menerus
melalui pengembangan kompetensi SDM dalam organisasi.
Pengembangan sumber daya manusia merupakan suatu ilmu dan seni yang
mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya secara
efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan. Pengembangan sumber daya manusia
merupakan suatu pengakuan terhadap pentingnya unsur manusia sebagai sumber daya
yang cukup potensial dan sangat menentukan dalam suatu organisasi, dan perlu terus
dikembangkan sehingga mampu memberikan kontribusi yang maksimal bagi organisasi
maupun bagi pengembangan dirinya.
Dalam era yang penuh dengan perubahan, lingkungan yang dihadapi oleh
pengembangan sumber daya manusia sangatlah menantang, perubahan muncul dengan
cepat dan meliputi masalah-masalah yang sangat luas. Berdasarkan penelitian dan
sumber-sumber lain menurut Mathis (2001:4) dapat disimpulkan bahwa tantangan yang
dihadapi oleh pengembangan sumber daya manusia adalah sebagai berikut (a)
perekonomian dan perkembangan teknologi; (b) ketersediaan dan kualitas tenaga kerja;
(c) kependudukan dengan masalah-masalahnya; (d) restrukturisasi organisasi. Oleh
karena itu mengelola sumber daya manusia menjadi sesuatu yang sangat menentukan
bagi keberhasilan suatu organisasi, kegagalan dalam mengelolanya akan berdampak
pada kesulitan organisasi dalam menghadapi berbagai tantangan
Oleh karena itu tugas pimpinan sekolah untuk mengembangkan kemampuan para
guru dalam rangka memberdayakan mereka dalam proses perencanaan berbagai program
sekolah, pelaksanaan berbagai program, pendelegasian berbagai tugas sesuai dengan
kapasitas dan kemampuan guru tersebut serta meningkatkan berbagai kompetensi yang
mereka miliki. Jika para guru diberdayakan dengan melibatkan mereka dalam berbagai
aspek pendidikan di sekolah maka mereka akan merasa dihargai dan mendorong mereka
untuk merasa bertanggung jawab untuk bekerja bersama-sama dalam rangka mencapai
tujuan sekolah.
Kenyataan yang dapat diamati, ada pimpinan sekolah yang memiliki kemampuan
untuk mengembangkan dan memberdayakan para guru dan staf sesuai dengan
kompetensi mereka masing-masing sehingga suasana sekolah terlihat begitu kondusif
dan prestasi sekolah meningkat. Ada pimpinan sekolah yang tidak mau mengembangkan
kemampuan guru hanya mau mengembangkan kemampuan sebagian guru dan staf
melalui berbagai pendidikan dan pelatihan, yang dianggap sepaham dengan dia, guru-
guru potensial serta memiliki berbagai kompetensi yang cukup baik tidak diberdayakan
dan dikembangkan kemampuannya dalam berbagai porgram sekolah, karena di anggap
vokal, suka menentang kebijakan kepala sekolah dan berbagai alasan lain. Para guru
tersebut tidak diberikan kesempatan untuk menyumbangkan ide atau gagasan bahkan
ketrampilan tambahan yang mereka miliki untuk memajukan sekolah. Hal ini tentunya
cukup berpengaruh bagi kinerja mereka dan dapat menghambat upaya untuk mencapai
tujuan sekolah. Namun ada juga pimpinan sekolah yang tidak mampu mengembangkan
dan memberdayakan para guru dan staf sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki,
contohnya guru yang tidak menguasai kurikulum dengan baik diangkat sebagai
koordinator urusan kurikulum, atau guru yang kemampuan komunikasnya kurang bagus,
diangkat menjadi koordinator urusan hubungan masyarakat dan para guru ini tidak di
kirim dalam pendidikan dan pelatihan peningkatan kompetensi. Kenyataan ini tentunya
akan mengurangi suasana kondusif di sekolah.
Pemimpin yang efektif selalu memanfaatkan kerjasama dengan para bawahan
untuk mencapai cita-cita organisasi, Pidarta (1999:16). Disamping itu menurut Mulyasa
(2002:36), kepala sekolah yang efektif adalah kepala sekolah yang; (1) mampu
mengembangkan dan memberdayakan guru-guru untuk melaksanakan proses
pembelajaran dengan baik, lancar dan produktif; (2) dapat menyelesaikan tugas dan
pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan; (3) mampu menjalin hubungan
yang harmonis dengan masyarakat sehingga dapat melibatkan mereka secara aktif dalam
rangka mewujudkan tujuan sekolah dan pendidikan; (4) berhasil menerapkan prinsip
kepemimpinan yang sesuai dengan tingkat kedewasaan guru dan pegawai lain di sekolah;
(5) bekerja dengan tim manajemen; (6) berhasil mewujudkan tujuan sekolah secara
produktif sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
MTs Darul Istiqomah Manado merupakan salah satu sekolah yang mulai
berkembang di kota Manado. Hal ini dapat dilihat dari animo masyarakat yang ingin
menyekolahkan anaknya di sekolah ini semakin meningkat. Sekolah ini terakreditasi B
serta memiliki 7 rombongan belajar ini telah mulai mencapai berbagai prestasi baik
akademis dan non akademis di tingkat kota dan provinsi. Sekolah ini juga memiliki
sumber daya yang beragam kualifikasi pendididikan dan kompetensi tambahan lainnya.
Sebagian besar guru di sekolah ini berkualifikasi sarjana serta memiliki guru
berkualifikasi magister. Namun masih ada sekitar 35 % guru yang belum berkualifikasi
sarjana. Guru-guru di sekolah ini juga memiliki berbagai kompetensi yang dapat
dikembangkan dan selanjutnya digunakan untuk meningkatkan mutu sekolah. Ada guru
yang menguasai teknologi informasi dan komunikasi, memiliki kemampuan dibidang
seni, olahraga, ketrampilan serta beberapa guru yang mengajar di sekolah ini pernah
menjadi instruktur mata pelajaran dan menjadi instruktur mata pelajaran untuk tingkat
kota bahkan tingkat provinsi.
Dari hasil observasi yang dilakukan peneliti, ternyata masih ada guru maupun
tenaga kependidikan (tata usaha) berkompetensi sangat baik di sekolah ini, namun tidak
dikembangkan dan diberdayakan sehingga mereka menjadi pasif dan tidak terlibat dalam
kegiatan pengembangan sekolah. Tugas mereka hanya mengajar semata-mata dan tidak
mendapat tugas-tugas tambahan baik sebagai koordinator, panitia dalam berbagai
kegiatan sekolah serta dalam kegiatan-kegiatan lainnya. Sekolah ini memang mulai
menunjukkan prestasinya namun prestasi sekolah ini akan lebih optimal jika semua
komponen termasuk guru diberdayakan secara optimal.
Berdasarkan uraian yang dikemukakan di atas maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang” Pengembangan Sumber Daya Manusia pada MTs Darul
Istiqomah Manado.
B. Fokus Penelitian dan Rumusan Masalah
Yang menjadi fokus penelitian ini adalah bagaimana pengembangan sumber daya
manusia pada MTs Darul Istiqomah Manado.
Berdasarkan fokus penelitian, maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan
sebagai berikut:
1. Bagaimana pengembangan sumber daya manusia pada MTs Darul Istiqomah
Manado
2. Apa saja yang menjadi faktor-faktor pendukung pengembangan sumber daya
manusia pada MTs Darul Istiqomah Manado
3. Apa saja yang menjadi faktor-faktor penghambat pengembangan sumber daya
manusia pada MTs Darul Istiqomah Manado
4. Bagaimana upaya pemecahan masalah yang dilakukan dalam mengatasi
hambatan-hambatan pengembangan sumber daya manusia pada MTs Darul
Istiqomah Manado
C. Tujuan Penelitan
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan hasil kajian tentang
pengembangan sumber daya manusia pada MTs Darul Istiqomah Manado
. Sedangkan secara khusus penelitian ini bertujuan mendapatkan hasil kajian dan
deskripsi tentang:
1. Pengembangan sumber daya manusia pada MTs Darul Istiqomah Manado
2. Faktor-faktor pendukung pengembangan sumber daya manusia pada MTs
Darul Istiqomah Manado
3. Faktor-faktor penghambat pengembangan sumber daya manusia pada MTs
Darul Istiqomah Manado
4. Bagaimana upaya pemecahan masalah yang dilakukan dalam mengatasi
pengembangan sumber daya manusia pada MTs Darul Istiqomah Manado
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis.
Berbagai pemikiran, konsep dan gagasan teoretis yang dikemukakan serta hasil yang
diperoleh dari penelitian ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pendidikan
pada umumnya, dan bagi pengembangan ilmu manajemen pendidikan pada
khususnya, terutama pada aspek pengembangan SDM (pendidik dan tenaga
kependidikan yang merupakan ujung tombak pendidikan
2. Manfaat praktis
a. Memberikan masukan kepada institusi pendidikan khususnya sekolah tentang
pengembangan SDM didalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai
pendidik dan tenaga pendidik dalam rangka membina dan mengembangkan
sekolah.
b. Memungkinkan adanya penelitian lebih lanjut oleh peneliti lainnya untuk lebih
menggali, memperdalam dan mengembangkan permasalahan yang diteliti.
II. KAJIAN TEORITIK
A. Konsep Pengembangan
A. Pengembangan Sumber Daya Manusia
Pengembangan merupakan suatu proses pendidikan jangka panjang yang
menggunakan prosedur sistematis dan terorganisir yang pegawai manajerialnya
mempelajari pengetahuan konseptual dan teoritis untuk mencapai tujuan umum, Shakula
(dalam Mangkunegara, 2003: 16)
Pada buku Manajemen Personalia (Personnel Management) karangan Flippo
dipergunakan istilah “pengembangan” untuk usaha-usaha peningkatan pengetahuan
maupun keterampilan pegawai/karyawan. Sedangkan Otto dan Glaser dalam bukunya
Manajemen Latihan (the Management of Training) menggunakan istilah “latihan”
(training) untuk usaha-usaha peningkatan maupun keterampilan pegawai/karyawan.
Disini Otto dan Glaser memberikan istilah training tersebut dalam pengertian yang
sangat luas sehingga pengertian training itu sudah implicit pengertian pendidikan
(education).
Berdasarkan uraian diatas,secara singkat dapat dikemukakan bahwa dalam
pengembangan pegawai/karyawan istilah-istilah yang sering dipakai, baik dalam buku
maupun praktek, adalah: “pengembangan”, “latihan” dan “pendidikan”. Pengembangan
pegawai/karyawan dapat diartikan dengan usaha-usaha untuk meningkatkan
keterampilan maupun pengetahuan umum bagi pegawai/karyawan agar pelaksanaan
pencapaian tujuan lebih efisien. Dalam pengertian ini, maka istilah pengembangan akan
mencakup pengertian latihan dan pendidikan yaitu sarana peningkatan keterampilan dan
pengetahuan umum bagi pegawai/karyawan. Arti latihan ialah suatu kegiatan untuk
memperbaiki kemampuan kerja seseorang dalam kaitannya dengan aktivitas ekonomi.
Pengembangan SDM membantu pegawai/karyawan dalam memahami suatu
pengetahuan praktis dan penerapannya, guna meningkatkan keterampilan, kecakapan dan
sikap yang diperlukan oleh organisasi dalam usaha mencapai tujuannya.
Pendidikan ialah suatu kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan umum
seseorang termasuk didalamnya peningkatan penguasaan teori dan keterampilan
memutuskan terhadap persoalan-persoalan yang menyangkut kegiatan mencapai tujuan.
Pelatihan (training) meliputi aktivitas-aktivitas yang berfungsi meningkatkan unjuk kerja
seseorang dalam pekerjaan yang sedang dijalani atau yang terkait dengan pekerjaannya
ini. Pendidikan (education) mencakup kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan untuk
meningkatkan kompetensi menyeluruh seseorang dalam arah tertentu dan berada di luar
lingkup pekerjaan yang ditanganinya saat ini.
Pendidikan ditujukan untuk memperbaiki kinerja pegawai dalam melaksanakan
tugas yang dibebankan kepadanya. Menurut Tilaar (1997:85) bahwa pendidikan
mempunyai peranan dan fungsi untuk mendidik seorang warga negara agar memiliki
dasar-dasar karakteristik seorang tenaga kerja yang dibutuhkan, terutama oleh
masyarakat modern, sedangkan pelatihan mempunyai karakteristik yang diinginkan oleh
lapangan kerja. Pendidikan membentuk dan menambah pengetahuan seseorang untuk
dapat mengerjakan sesuatu lebih cepat dan tepat, sedangkan latihan membentuk dan
meningkatkan keterampilan kerja. Dengan demikian semakin tinggi tingkat pendidikan
dan latihan seseorang semakin besar tingkat kinerja yang dicapai. Dengan demikian
pendidikan berkaitan dengan mempersiapkan calon tenaga kerja yang diperlukan oleh
suatu instansi atau organisasi dengan menekankan pada kemampuan kognitif, afektif dan
psychomotor.
Pendidikan dengan berbagai programnya mempunyai peranan penting dalam
memperoleh dan meningkatkan kualitas kemampuan profesional individu. Melalui
pendidikan seseorang dipersiapkan untuk memiliki bekal agar siap tahu, mengenal dan
mengembangkan metode berfikir secara sistematik agar dapat memecahkan masalah
yang akan dihadapi dalam kehidupan di kemudian hari (Sedarmayanti, 2003:46)
Menurut Irianto (2001:37) bahwa nilai-nilai kompetensi seseorang dapat dipupuk
melalui program pendidikan, pengembangan dan pelatihan yang berorientasi pada
tuntutan kerja aktual dengan menekankan pada pengembangan skill, knowledge dan
ability yang secara signifikan akan dapat memberi standar dalam sistem dan proses kerja
yang diterapkan.
Menurut Hasibuan (2003:87) bahwa fungsi pendidikan dalam kaitannya dengan
ketenagakerjaan meliputi dua dimensi penting yaitu: Dimensi kuantitatif yang meliputi
fungsi pendidikan dalam memasok tenaga kerja yang tersedia dan dimensi kualitatif yang
menyangkut fungsi sebagai penghasil tenaga terdidik dan terlatih yang akan menjadi
sumber penggerak pembangunan. Fungsi pendidikan dapat dikatakan sebagai suatu
sistem pemasok tenaga kerja yang terdidik, terlatih dan dipercaya dapat meningkatkan
kinerja.
Menurut Instruksi Presiden No. 15 Tahun 1974, pendidikan adalah segala usaha
untuk membina kepribadian dan mengembangkan kemampuan manusia Indonesia,
Jasmani dan Rohaniah, yang berlangsung seumur hidup, baik di dalam maupun diluar
sekolah, dalam rangka pembangunan persatuan Indonesia dan masyarakat adil dan
makmur berdasarkan Pancasila.
b. Metode – Metode Pengembangan Sumber Daya Manusia
Menurut Rivai (2006:69), metode–metode pengembangan sumber daya manusia
yang dapat digunakan dalam upaya meningkatkan kinerja pegawai antara lain adalah:
1). On the Job Training
On the job training atau disebut juga dengan pelatihan dengan instruksi pekerjaan
sebagai suatu metode pelatihan pekerjaan yang riil, di bawah bimbingan dan supervisi
dari pegawai yang telah berpengalaman atau seorang supervisor.
2). Rotasi
Untuk pelatihan silang (cross-train) bagi pegawai agar mendapatkan variasi kerja, para
pengajar memindahkan para peserta pelatihan dari tempat kerja yang satu ke tempat
kerja yang lainnya. Setiap perpindahan umumnya didahului dengan pelatihan pemberian
instruksi kerja. Disamping memberikan variasi kerja bagi pegawai, pelatihan silang
(cross training) turut membantu perusahaan ketika ada pegawai yang cuti, tidak hadir,
perampingan atau terjadi pengunduran diri.
3). Magang
Magang melibatkan pembelajaran dari pegawai yang berpengalaman dan dapat ditambah
pada teknik off the job training. Banyak pekerja keterampilan tangan, seperti tukang pipa
dan kayu, dilatih melalui program magang resmi. Asistensi dan kerja sambilan
disamakan dengan magang karena menggunakan partisipasi tingkat tinggi dari peserta
dan memiliki tingkat transfer tinggi kepada pekerjaan.
4). Ceramah Kelas dan Presentasi Video
Ceramah dan teknik lain dalam off the job training tampaknya mengandalkan
komunikasi daripada memberi model. Ceramah adalah pendekatan terkenal karena
menawarkan sisi ekonomis dan material organisasi, tetapi partisipasi, umpan balik,
transfer dan repetisi sangat rendah. Umpan balik dan partisipasi dapat meningkat dengan
adanya diskusi selama ceramah.
5). Pelatihan Vestibule
Agar pembelajaran tidak mengganggu operasional rutin, beberapa perusahaan
menggunakan pelatihan vestibule. Wilayah atau vestibule terpisah dibuat dengan
peralatan yang sama dengan yang digunakan dalam pekerjaan. Cara ini memungkinkan
adanya transfer, repetisi dan partisipasi serta material perusahaan bermakna dan umpan
balik.
6). Permainan Peran dan Model Perilaku
Permainan peran adalah alat yang mendorong peserta untuk membayangkan identitas
lain. Misalnya, pegawai pria dapat membayangkan peran supervisor wanita dan
sebaliknya. Kemudian keduanya ditempatkan dalam situasi kerja tertentu dan diminta
memberikan respon sebagaimana harapan mereka terhadap lainnya.
7). Case Study
Metode kasus adalah metode pelatihan yang menggunakan deskripsi tertulis dari suatu
permasalahan riil yang dihadapi oleh perusahaan atau perusahaan lain.
8). Simulasi
Permainan simulasi dapat dibagi menjadi dua macam. Pertama, simulasi yang
melibatkan simulator yang bersifat mekanik (mesin) yang mengandalkan aspek-aspek
utama dalam suatu situasi kerja. Kedua, simulasi komputer. Untuk tujuan pelatihan dan
pengembangan, metode ini sering berupa games atau permainan.
Teknik ini umumnya digunakan untuk melatih para manajer, yang mungkin tidak boleh
menggunakan metode trial and error untuk mempelajari pembuatan keputusan.
9). Belajar Mandiri dan Proses Belajar Terprogram
Materi instruksional yang direncanakan secara tepat dapat digunakan untuk melatih dan
mengembangkan para pegawai. Materi-materi ini sangat membantu apabila para
karyawan itu tersebar secara geografis (berjauhan jaraknya) atau ketika proses belajar
hanya memerlukan interaksi secara singkat saja.
10). Praktik Laboratorium
Pelatihan di laboratorium dirancang untuk meningkatkan keterampilan internasional.
Juga dapat digunakan untuk membangun perilaku yang diinginkan untuk tanggung jawab
pekerjaan di masa depan. Peserta mencoba untuk meningkatkan keterampilan hubungan
manusia dengan lebih memahami diri sendiri dan orang lain.
11). Pelatihan Tindakan (Action Learning)
Pelatihan ini terjadi dalam kelompok kecil yang berusaha mencari solusi masalah nyata
yang dihadapi oleh perusahaan, dibantu oleh fasilitator (dari luar atau dalam perusahaan).
12). Role Playing
Role playing adalah metode pelatihan yang merupakan perpaduan antara metode kasus
dan program pengembangan sikap. Masing-masing peserta dihadapkan pada suatu situasi
dan diminta untuk memainkan peranan dan bereaksi terhadap taktik yang dijalankan oleh
peserta yang lain. Kesuksesan metode ini tergantung dari kemampuan peserta untuk
memainkan peranannya sebaik mungkin.
13). In – Basket Technique
Melaui metode in–basket technique, para peserta diberikan materi berisikan berbagai
informasi, seperti email khusus dari manajer dan daftar telepon. Hal-hal penting dan
mendesak, seperti posisi persediaan yang menipis, komplain dari pelanggan, permintaan
laporan dari atasan, digabungkan dengan kegiatan bisnis rutin. Peserta pelatihan
kemudian mengambil keputusan dan tindakan.
14. Management Games
Management games menekankan pada pengembangan kemampuan problem solving.
Keuntungan dari simulasi ini adalah timbulnya integrasi atas berbagai interaksi
keputusan, kemampuan bereksperimen melalui keputusan yang diambil, umpan balik
dari keputusan dan persyaratan- persyaratan bahwa keputusan dibuat dengan data yang
tidak cukup.
15. Behavior Modeling
Behavior modeling adalah suatu metode pelatihan dalam rangka meningkatkan keahlian
interpersonal. Kunci dari behavior modeling adalah belajar melalui observasi atau
imajinasi.
16. Outdoor Oriented Programs
Program ini biasanya dilakukan di suatu wilayah yang terpencil dengan melakukan
kombinasi antara kemampuan di luar kantor dengan kemampuan di ruang kelas. Program
ini dikenal dengan istilah outing, seperti arung jeram, mendaki gunung, kompetisi tim,
panjat tebing dan lain-lain.
B. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia dalam sebuah organisasi merupakan hal yang sangat
penting, seiring dengan makin besarnya perhatian dari berbagai pihak terhadap mutu
kehidupan manusia sesuai dengan kodrat dan martabatnya. Sejalan dengan itu, Siagian
(dalam Kambey, 1999: 3) menyatakan bahwa harkat dan martabat manusia bukan hanya
diakui akan tetapi harus dijunjung tinggi pula. Selanjutnya menurut Handoko (2001: 4)
keberhasilan pengelolaan sumber daya organisasi sangat ditentukan oleh kegiatan
pendayagunaan sumber daya manusia. Tujuannya adalah untuk memberikan organisasi
satuan kerja yang efektif.
Atmodiwirio (2000: 206) mendefinisikan sumber daya adalah unsur pendukung
dan penunjang pelaksanaan kegiatan yang terdiri atas tenaga, dana, sarana dan prasarana.
Selanjutnya pengertian ini dipertegas lagi oleh Nawawi (dalam Kambey, 1993: 3)
sebagai berikut:
1) Sumber daya manusia adalah manusia yang bekerja di lingkungan suatu organisasi
atau disebut personil, tenaga kerja, pekerja atau karyawan.
2) Sumber daya manusia adalah potensi manusia sebagai penggerak organisasi dalam
mewujudkan eksistensinya.
3) Sumberdaya manusia adalah protensi yang merupakan aset dan berfungsi sebagai
modal ( non material/finansial) di dalam organisasi bisins yang dapat diwujudkan
menjadi potensi nyata secara fisik dan non fisik dalam mewujudkan eksistensi
organisasi.
Menurut Handoko (2001: 3) manajemen personalia sekarang disebut manajemen
sumber daya manusia dan telah diterima secara universal. Sejalan dengan itu Flippo
(dalam Handoko, 2001: 3) menyatakan bahwa manajemen personalia adalah
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan kegiatan-kegiatan
pengadaan, pengembangan, pemberian kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan dan
pelepasan sumber daya manusia agar tercapai berbagai tujuan individu, organisasi dan
masyarakat.
Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi hasil pembangunan suatu negara
baik dalam kuantitas maupun kualitasnya adalah faktor sumber daya manusia., karena
manusia sebagai pelaksana pembangunan tersebut, begitu juga dalam pelaksanaan
pembangunan dalam organisasi sekolah. Kambey (1999: 75) menyatakan bahwa:
1. keberhasilan suatu organisasi dan karyawan itu sendiri banyak ditentukan oleh faktor
penempatan karyawan yang tepat atau yang sesuai dengan kemampuan/ketrampilan
yang dimilikinya.
2. upaya untuk menyalurkan dan meningkatkan kemampuan kerja seseorang karryawan
dilakukan melalui penempatan karyawan pada suatu tempat atau jabatannya maupun
kualifikasi orang yang akan menduduki jabatan organisasi tersebut.
3. Untuk memanfaatkan sumberdaya manusai secara optimal, jika kemampuan bekerja
dari karyawan sudah sesuai dengan standar yang dibutuhkan untuk melakukan
pekerjaan yang dipercayakan kepadanya.
Dari berbagai definisi di atas, mengandung pengertian bahwa pemberdayaan
sumber daya manusia adalah pengakuan terhadap pentingnya satuan tenaga kerja
organisasi sebagai sumber daya manusia yang vital bagi pencapaian tujuan organisasi
dan pemanfaatan berbagai fingsi dan kegiatan personalia untuk menjamin bahwa mereka
digunakan secara efektif dan bijak agar bermanfaat bagi individu, organisasi dan
masyarakat. Dari paparan tersebut dapat dikemukakan bahwa keberhasilan organisasi
termasuk sekolah sangat ditentukan oleh sumber daya manusia dalam melaksanakan
tugas dan fungsinya sesuai dengan jabatan yang dipegangnya. Dalam konteks sekolah,
keberhasilan sekolah sangat ditentukan oleh SDM di sekolah yaitu guru dan tenaga
administrasi.
C. Tugas dan Fungsi Guru
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan di
hampir semua aspek kehidupan manusia. Berbagai permasalahan hanya dapat
dipecahkan kecuali dengan upaya penguasaan dan peningkatan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya peningkatan mutu pembelajaran di
sekolah agar mampu berperan dalam persaingan global.
Menurut Chaedar dalam Depdiknas (2005: 1) memasuki abad ke-21 kita
terperangkap oleh akumulasi ilmu pengetahuan dan teknologi dimana pendidikan tampil
sebagai kriteria penentu dalam mengkaji tingkat perkembangan dan pembangunan,
terutama pada tingkat nasional akan sangat ditentukan oleh pendidikan itu sendiri. Jika
pendidikan tidak bermutu maka pembangunan dapat dipastikan tidak dapat berlangsung
sebagaimana diharapkan, mengingat mutu pendidikan identik dengan mutu sumber daya
manusia yang merupakan pelaku utama dalam aktivitas pembangunan.
Mutu pembelajaran di sekolah ditentukan oleh banyak faktor, antara lain: guru
yang bermutu, kurikulum yang baik, sarana prasarana yang memadai, pengelolaan
pendidikan yang efisien dan efektif, dan didukung dengan dana operasional yang cukup.
Semua faktor itu penting dan saling berkaitan, tetapi yang paling menentukan adalah
mutu pelayanan yang diberikan oleh guru kepada siswa dalam pembelajaran.
Dengan perkataan lain, mutu pendidikan sangat ditentukan oleh mutu interaksi
guru-siswa di dalam proses pembelajaran di sekolah. Oleh sebab itu perhatian terhadap
guru sebagai sumber daya pembelajaran (teaching resources) harus memperoleh tempat
yang cukup besar dalam manajemen pendidikan.
Menurut Isdjoni (2004: 2) guru dalam menjalankan tugasnya mereka harus
berperan sebagai:
1) Planner, artinya guru memiliki program kerja pribadi yang jelas, program kerja
tersebut tidak hanya berupa program rutin, misalnya menyiapkan seperangkat dokumen
pembelajaran seperti Program Semester, Satuan Pelajaran, LKS, dan sebagainya. Akan
tetapi guru harus merencanakan bagaimana setiap pembelajaran yang dilakukan berhasil
maksimal, dan tentunya apa dan bagaimana rencana yang dilakukan, dan sudah
terprogram secara baik;
2) Inovator, artinya memiliki kemauan untuk melakukan pembaharuan dan
pembaharuan dimaksud berkenaan dengan pola pembelajaran, termasuk di dalamnya
metode mengajar, media pembelajaran, system dan alat evaluasi, serta nurturant effect
lainnya. Secara individu maupun bersama-sama mampu untuk merubah pola lama, yang
selama ini tidak memberikan hasil maksimal, dengan merubah kepada pola baru
pembelajaran, maka akan berdampak kepada hasil yang lebih maksimal;
3) Motivator, artinya guru masa depan mampu memiliki motivasi untuk terus belajar
dan belajar, dan tentunya juga akan memberikan motivasi kepada anak didik untuk
belajar dan terus belajar sebagaimana dicontohkan oleh gurunya;
4) Capable personal, maksudnya guru diharapkan memiliki pengetahuan, kecakapan
dan ketrampilan serta sikap yang lebih mantap dan memadai sehinga mampu mengola
proses pembelajaran secara efektif;
5) Developer, artinya guru mau untuk terus mengembangkan diri, dan tentunya mau
pula menularkan kemampuan dan keterampilan kepada anak didiknya dan untuk semua
orang. Guru masa depan haus akan menimba ketrampilan, dan bersikap peka terhadap
perkembangan IPTEK, misalnya mampu dan terampil mendayagunakan computer,
internet, dan berbagai model pembelajaran multi media.
Pada tataran operasional guru dapat mengfasilitasi proses pembelajaran dan
memperhatikan perkembangan peserta didik dalam berbagai dimensinya yang mengarah
pada kemilikan dan perkembangan intelegensi, ketrampilan, belajar, sikap, ketrampilan
bekerja dan kemandirian sosial.
Di dalam pandangan masyarakat, dari yang paling terbelakang sampai yang
paling maju, guru memegang peranan penting. Hampir tanpa kecuali, guru merupakan
satu di antara pembentuk-pembentuk utama calon warga masyarakat lewat suatu proses
interaksi belajar mengajar yang dilaksanakan dalam lingkup institusi yaitu sekolah,
sehingga costumer masyarakat, serta peserta didik sebagai pengguna jasa pendidikan
sangat menaruh harapan, agar sekolah dimana guru sebagai pelaku utama transfer
pengetahuan dan ketrampilan kepada peserta didik dapat mampu menjawab persoalan
dan tantangan seiring dengan irama kemajuan serta kebutuhan pasar kerja dan
pembangunan pada umumnya. Untuk itu guru/pendidik perlu meningkatkan kualifikasi
serta kompetensinya.
Sehingga menurut Soetjipto (2000: 37) jabatan guru merupakan jabatan
profesional dan sebagai jabatan profesional pemegangnya harus memenuhi kualifikasi
tertentu dan memiliki kompetensi sesuai bidang keilmuannya.
Senada dengan itu juga dikatakan oleh Wahyudin, D (2004: 924): bahwa tugas
profesional seorang guru harus melaksanakan peran sesuai dengan profil kemampuan
dasar seorang guru dalam proses pendidikan, di antaranya menguasai bahan
pembelajaran, mengelola program belajar mengajar, menggunakan media dan sumber,
mengelola interaksi belajar mengajar.
Setiap orang sangat berkepentingan dengan guru seperti diuraikan di atas, yaitu
guru diharapkan memiliki kualifikasi, kemampuan dasar (kompetensi) dan profesional.
Sehingga diharapkan peserta didik bukan bukan hanya dapat masuk dan diterima dalam
dunia kerja, mampu bersaing untuk diterima pada jenjang pendidikan lebih tinggi,
namun lebih dari itu dapat memecahkan masalah-masalah, persoalan kehidupan demi
pengembangan diri.
D. Tugas dan Peran Pegawai Administrasi
Peranan pegawai adminisitrasi sangat erat hubungannya dengan otoritas formal
yang diberikan oleh sekolag. Otoritas formal tersebut berupa tugas pokok dan fungsi
pegawai/administrasi. Pekerjaan tenaga administrasi menurut Terry (dalam Depdiknas
(2007: 3) meliputi: penyampaian keterangan secara lisan dan pembuatan surat menyurat
dan laporan-laporan sebagai cara untuk meringkas banyak hal dengan cepat guna
menyediakan suatu landasan fakta bagi tindakan kontrol dari pimpinan. Selanjutnya
ditambahkan Terry bahwa tujuh kegiatan tenaga administrasi adalah: (1) mengetik, (2)
menghitung, (3) memeriksa, (4) menyimpan, (5) menelpon, (6) menggandakan, (7)
mengirim surat, dan (8) lain-lain. Sedangkan Mill dan Standingford dalam Depdiknas
(2007:3) menyebutkan delapan kegiatan tenaga administrasi yaitu: (1) menulis surat, (2)
membaca, (3) menyalin (menggandakan), (4) menghitung, (5) memeriksa, (6) memilah
(menggolongkan dan menyatukan), (7) menyimpan dan menyusun indeks, dan (8)
melakukan komunikasi (lisan dan tertulis). Menurut The Lian Gie dalam Depdiknas
(2007: 4), tenaga tata usaha/pegawai administrasi memiliki tiga peranan pokok yaitu: (1)
melayani pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan operatif untuk mencapai tujuan dari suatu
organisasi, (2) menyediakan keterangan-keterangan bagi pucuk pimpinan organisasi itu
untuk membuat keputusan atau melakukan tindakan yang tepat, dan (3) membantu
kelancaran perkembangan organisasi sebagai suatu keseluruhan. Berdasarkan pendapat
The Lian Gie di atas, maka peranan pegawai administrasi sesungguhnya hanya satu yaitu
sebagai administrator karena ketiga peranan yang diungkapkan di atas yaitu melayani,
menyediakan, dan membantu sama dengan administrasi.
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode dan pendekatan yang digunakan
Berdasarkan karakteristik permasalahan, metode yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah naturalistic inquiry dengan pendekatan kualitatif. Gay dan
Airassian, (2000: 10) menyatakan bahwa pendekatan kualitatif adalah menguji konteks
secara keseluruhan, interaksi dengan partisipan dan mengumpulkan data secara langsung
terhadap partisipan serta bergantung pada data-data deskriptif. Hal ini sejalan dengan
apa yang dikemukakan oleh Moleong (2000: 1) bahwa prosedur pendekatan kualitatif
menghasilkan data-data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari perilaku yang
diamati.
Pendekatan ini akan menguraikan gejala-gejala yang teramati dalam konteks
makna yang melingkupi suatu realitas.Pendekatan berlangsung secara alami, data yang
dikumpulkan adalah data deskriptif, lebih mengutamakan proses dari pada hasil serta
menggunakan analisis data secara induktif.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian. Penelitian ini rencananya akan dilaksanakan di MTs Darul
Istiqomah Manado
2. Waktu Penelitian. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Januari -April
2013
C. Data dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data deskriptif, dokumen,
catatan lapangan (field notes), dan hasil wawancara dengan informan. Peneliti
merupakan instrumen utama dalam pengumpulan data serta dibantu oleh orang lain
untuk mendapatkan data yang lebih detil dan spesifik.
Yang akan menjadi sumber data utama dalam penelitian ini adalah tindakan,
kata-kata orang-orang, kondisi nyata, dan informasi yang peneliti akan peroleh melalui
wawancara terhadap kepala sekolah, guru, tata usaha dan komite sekolah. serta data yang
diperoleh melalui pengamatan (observasi). Data-data penunjang adalah sumber-sumber
tertulis berupa dokumen resmi seperti profil sekolah, rencana pengembangan sekolah
laporan tahunan, DUK, dan dokumen pribadi, foto dan data statistik .
D. Prosedur, Teknik Pengumpulan dan Perekaman Data
Prosedur penelitian kualitatif ini mengacu pada prosedur yang dikemukakan oleh
Nasution (1996: 33) yaitu: (1) tahap orientasi, (2) tahap eksplorasi, dan (3) tahap member
check. Secara lebih rinci tiga tahapan tersebut adalah sebagai berikut
1. Tahap orientasi
Kegiatan yang akan dilakukan peneliti pada tahapan pertama ini meliputi: (1)
mengamati keadaan sekolah, (2) mengidentifikasi dan menentukan permasalahan yang
dipandang penting sebagai fokus masalah, (3) mencari literatur-literatur yang relevan
dengan permasalahan yang dikaji.
2. Tahap eksplorasi
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini meliputi: (1) mengadakan observasi,
wawancara dan dokumentasi dengan sumber data yang berkaitan dengan fokus masalah
serta melakukan studi dokumentasi; (2) membuat catatan-catatan lapangan; (3)
menganalisis catatan-catatan lapangan.
c. Tahap member check
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap ketiga ini mencakup: (1)
menyempurnakan hasil analisis yang dilakukan sejak awal dalam bentuk laporan
sementara, (2) menggandakan hasil analisis dan meminta informan untuk memberikan
tanggapan balik, (3) mencatat dan menganalisis informasi baru yang diberikan informan,
dan, (4) mengadakan perbaikan sesuai dengan koreksi yang ada.
Selanjutnya, dalam melaksanakan tahapan-tahapan tersebut, peneliti akan
menggunakan beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Wawancara
Wawancara yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara tidak
terstruktur dan wawancara terstruktur. Pada tahap awal peneliti akan menggunakan
wawancara tidak terstruktur karena pada tahapan ini memiliki tujuan untuk mendapatkan
pemahaman umum mengenai suatu topik. Pada tahap selanjutnya, wawancara yang akan
digunakan adalah terstruktur dengan maksud untuk memfokuskan pada topik-topik
tertentu sesuai dengan permasalahan. Demikian juga pada wawancara terstruktur ini
peneliti akan menggunakan pedoman wawancara dengan maksud untuk lebih
mengarahkan pada fokus utama dalam penelitian ini.
2. Observasi
Adapun aspek-aspek yang diobservasi meliputi berbagai hal yang berhubungan
dengan pemberdayaan guru.
3. Dokumentasi
Dokumentasi yang dikaji dalam penelitian ini meliputi dokumen tertulis yang
berhubungan dengan masalah penelitian di samping catatan-catatan lain yang dapat
menambah data yang diperlukan dalam penelitian ini.
E. Analisis Data
Analisis data akan dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data (Gay
dan Airasian 2000: 239) artinya peneliti melakukan analisis data pada saat data
sementara dan sesudah dikumpulkan. Sebelum analisis data dilakukan, data dikelola
dengan cara mengorganisirnya untuk memudahkan dalam proses analisis (Gay dan
Airasian 2000: 241).
Dalam menganalisis data akan mengikuti langkah-langkah yang dikemukakan
oleh Moleong (2000: 190-191)
1) membaca, menelaah dan mempelajari data
2) mereduksi data
Setelah semua data dipelajari peneliti akan mereduksi dengan cara
merangkumnya dalam bentuk abstraksi. Abstraksi adalah rangkuman mengenai hal-hal
pokok, proses, dan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada di
dalamnya. Data yang masih mentah perlu dimatangkan melalui pola, kategori dan dibuat
sistematikanya.
Langkah-langkah yang akan dilakukan setelah mereduksi data adalah:
a) Mengorganisasikan data, di mana data disusun secara sistematis, cermat, dan
rapi sesuai esensi. Semua data yang diperoleh dibagi menjadi satuan
informasi yang berkaitan dengan fokus penelitian.
b) Menyortir data, untuk memudahkan dalam memilah-milah data peneliti
membuat kartu-kartu kecil, menulis setiap kartu dengan kata-kata yang jelas
sehingga mudah dipahami dan maknanya lebih jelas. Hal ini membantu
memudahkan peneliti dalam memberikan kode (koding) pola setiap aspek.
c) Pengkategorian data, setelah data disortir dan dipolakan maka langkah
selanjutnya adalah mengkategorikan yaitu mengelompokkan kartu-kartu yang
telah dibuat kedalam bagian-bagian isi yang saling berkaitan.
Setelah semua data terkategori peneliti meneliti kembali seluruh kategori untuk
menjaga agar tidak ada lagi kategori yang terlupakan.
1. Menampilkan data (display)
Peneliti menampilkan data secara sederhana dalam bentuk tabel, grafik agar lebih
mudah dipahami dan diperoleh gambaran keseluruhan atau bagian dari penelitian.
2. Pengecekan keabsahan data.
Adapun beberapa teknik yang digunakan dalam pengecekan keabsahan data ini
adalah: (1) ) ketekunan pengamatan,dimaksudkan untuk mempertajam fokus masalah
yang diteliti dengan cara mengadakan pengamatan secara cermat, rinci dan
berkesinambungan terhadap aspek-aspek yang terkait dengan permasalahan. (2)
triangulasi, teknik ini dimaksudkan untuk mengadakan pengecekan data dengan cara
memanfaatkan data atau sumber data lainnya. (3) pengecekan sejawat, teknik ini
digunakan dengan cara mengadakan diskusi dengan beberapa rekan yang dianggap
berkompeten sesuai dengan permasalahan yang dikaji. (4) kecukupan referensi, teknik
ini dilakukan untuk meningkatkan kepercayaan akan kebenaran data melalui tape
recorder dan bahan dokumentasi.
3. Penafsiran data
Merupakan proses yang akan dilakukan peneliti secara bersamaan dengan
analisis data. Penafsiran (interpretasi) data didasarkan pada hubungan-hubungan, aspek-
aspek umum, pertalian antara satuan-satuan informasi, kategori-kategori dan pola setiap
aspek Gay dan Airissan (2000: 272).
F. Pengambilan keputusan
Setelah melakukan pemeriksahan keabsahan data, analisis data dan penafsiran data
selanjutnya peneliti menarik kesimpulan sebagai hasil penelitian.
IV. JADWAL PENELITIAN
No
Kegiatan
Waktu Penelitian
KetJan 13 Peb 13 Mart 13 April 13
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Studi kepustakaan x x x x x x x x x x
2. Observasi awal Penulisan RUP x x
3. Konsultasi RUP x x x
4. Seminar RUP dan Perbaikan x x
5. Pengumpulan data, analisis data dan konsultasi
x x x x x
6.Penulisan laporan dan konsultasi
x x x x x
7.Presentasi hasil penelitian dan perbaikan
x
8.Ujian komprehensif dan perbaikan tesis
x x
Catatan :
1. Waktu penelitian dan ujian dapat berubah sesuai dengan situasi dan perkembangan
2. RUP : Rancangan Usulan Penelitian.
V. BIAYA PENELITIAN
No Kegiatan Biaya (Rp) Keterangan
1. Observasi awal dan konsultasi RUP 1.500,000
2. Penyusunan dan Penggandaan RUP 2.500,000
3. Seminar RUP 2,000,000
4. Pelaksanaan Penelitian 3,500,000
5. Pembelian buku dan peralatan penelitian 3,000,000
6. Konsultasi hasil penelitian 3,000,000
7. Penyusunan dan penggandaan laporan 5,000,000
8. Seminar hasil laporan penelitian 3,000,000
9. Penyusunan perbaikan laporan hasil penelitian 5.500,000
10. Ujian tesis 5,000,000
JUMLAH 35,000,000
Catatan :
1. Biaya penelitian ini dapat berubah sesuai dengan situasi dan perkembangan.
V. DAFTAR PUSTAKA
BukuBabari, J. dan Onny S. Prijono. 1996. “Pendidikan Sebagai Sarana
Pemberdayaan” Dalam Pemberdayaan: Konsep, Kebijakan dan Implementasi. Jakarta: CSIS.
Bafadal I., 2004. Peningkatan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar. Bumi Aksara Jakarta.
Bogdan, Rober, C. dan Sari Knopp Bicklen. 1982. Riset Kualitatif untuk Pendidikan: Pengantar ke Teori dan Metode, Terjemahan Munandir.1990, Jakarta: PAU-PPAA Universitas Terbuka.
Dedi Supriadi., 1998. Mengangkat Citra dan Martabat Guru, Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.
Depdiknas, 2003. Pengelolaan Kelas. Pusat Pengembangan Penataran Guru Tertulis. Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas, 2007. Peranan Dan Fungsi Tenaga Administrasi Sekolah/Madrasah Dan Upaya Mengefektifkannya. Jakarta: Ditendik Depdiknas.
Dewa Ketut Sukardi. 1993. Analisis Inventori Minat dan Kepribadian, Jakarta: PT Rineka Cipta.
Dimyati. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Freire, Paulo. 1984. Pendidikan sebagai Praktek Pembebasan. Jakarta: Gramedia.
Gay, L.R. dan P. Airasian. 2000. Educational Research, New Jersey USA: Prentice Hall.
Hasibuan, Malayu S. P 2005, Manajemen Sumber Daya Manusia, PT. Bumi
Aksara, Jakarta.
I Made Pidarta. 2001. Pengembangan Kemampuan Kepala Sekolah Dalam Melaksanakan Supervisi Akademis. Bandung: Tarsito.
Kambey, Daniel C. 1999. Manajemen Sumber Daya Manusia. Manado: Yayasan Triganesha Nusantara.
Kartasasmita, Ginanjar. 1996. Pembangunan Untuk Rakyat: Memadukan Pertumbuhan dan Pemerataan. Jakarta: CIDES.
Kirana, Andi. 1997. Manajemen Organisasi, Jakarta: Widya Press.
Lincoln, Ivone, S and Guba, E. 1995. Naturalistic Inquairy Sage Publication California.
Margono, S. 1996. Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rhineka Cipta.
Moch. Uzer Usman. 2000. Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Moh. Uzer Usman dan Lilis Setiawati. 2000. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Moleong, L. J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Roskakarya.
Sudarma, Momon, 2007. Pemberdayaan Guru Melalui Vitalisasi Beban Kerja. Bandung: UPI.
Mulyadi dan Setiyawan. 1999 Pemberdayaan Staf. Bandung: Mandar Maju.
Mulyasa, E. 2002. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Nana Sudjana. 1988. Cara Belajar Siswa Aktif, Jakarta: Sinar Baru Algesindo.
Nasution, S. 1996. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito.
Nur Kholis, 2003:49) Peran Kepala Sekolah Dalam MBS. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Purwanto, Ngalim. (2005). Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya
Sholeh, Muhammad (2006). Peran Kepala Sekolah dalam pemberdayaan Guru. Jakarta: Rineka Cipta.
Simamora, Henry 1997, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Kedua,
STIE YPKN, Yogyakarta.
Sugiyono. 2000. Metode Penelitian Administrasi, Bandung: Alfabeta. Soetjipto, Kosasih R. 2000. Profesi Keguruan. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Sudjana, N. 2006. Pengawas Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudjarwo. 2001. Metodologi Penelitian Sosial. Bandung: Mandar Maju.
Syaiful Bakri Djamarah. 1994. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, Jakarta: Usaha
T. Hani Handoko.1997. Manajemen Edisi 2. Yogyakarta: BPFE.
Tilaar, Dwi, 1997, Manajemen Sumber Daya Manusia, edisi pertama, cetakan pertama, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta
Usman, H, 2006. Manajemen, Teori Praktik dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Wahjosumidjo, 2005, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Materi yang tidak dipublikasi
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang: Sistem Pendidikan Nasional.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005, Tentang: Guru dan Dosen
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional