PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

134
PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DALAM MEMAINKAN GAMELAN (UNTUK SD) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Oleh : Gregorius Bintara Setiaji NIM: 141134001 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2018 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Transcript of PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

Page 1: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI

PEKERTI DALAM MEMAINKAN GAMELAN (UNTUK SD)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh :

Gregorius Bintara Setiaji

NIM: 141134001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2018

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

ii

SKRIPSI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

iii

SKRIPSI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

iv

PERSEMBAHAN

Karya ilmiah ini peneliti persembahkan kepada:

1. Tuhan Allah Semesta Alam, sumber segala hal yang senantiasa memberikan

berkat kehidupan.

2. Kedua orang tua Yohanes Suwardi dan Xaveria Sutimah yang senantiasa

memberikan segalanya, yang sungguh bernilai dan akan kekal abadi

sepanjang hayat; serta ketiga orang kakak: Antonius Budi Priharianto,

Agustinus Sulistiyono, dan Aloyisius Heri Wahyu Narta yang memberi

dukungan motivasi, nasehat, dan segala daya upayanya.

3. Sahabat-sahabat PGSD angkatan 2014 yang senantiasa memberikan

dukungan dan semangat.

4. Almamater Universitas Sanata Dharma yang menjadi tempat peneliti untuk

berproses menjadi seorang pendidik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

v

MOTTO

“All our dreams can come true if we have the courage to pursue them.”

(Walt Disney)

“Success is walking from failure to failure with no loss of enthusiams.”

(Winston Churchill)

“Start where you are. Use what you have. Do what you can”

(Arthur Ashe)

“Urip iku urup. Manungso mung ngunduh wohing pakarti. Kawula mung

saderma, mobah-masik kersaning Hyang Sukma.”

(Serat Jayabaya)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan bahwa dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 26 Januari 2018

Peneliti

Gregorius Bintara Setiaji

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMISI

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Gregorius Bintara Setiaji

Nomor Mahasiswa : 141134001

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya berjudul:

“PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI

DALAM MEMAINKAN GAMELAN (UNTUK SD)”.

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas

Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,

mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan

mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis

tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya

selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 26 Januari 2018

Yang menyatakan

Gregorius Bintara Setiaji

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

viii

ABSTRAK

PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI

DALAM MEMAINKAN GAMELAN (UNTUK SD)

Gregorius Bintara Setiaji

Universitas Sanata Dharma

2018

Potensi penelitian ini adalah kegiatan esktrakurikuler gamelan di SD. Dari

hasil wawancara peneliti dengan dua orang praktisi gamelan, peneliti mendapat

informasi ada nilai-nilai yang terkandung dalam memainkan gamelan. Dari hasil

angket yang dibagikan kepada 15 siswa di SDK Minggir, peneliti mendapatkan

data: 46.6% siswa menulis bahwa memainkan gamelan membantu mereka

memiliki kebiasaan berdoa, 33.3% berkonsentrasi, 53.4% hidup rapi. Selain itu

86.7% siswa menulis pernah membaca buku tentang notasi gamelan, tetapi bukan

buku tentang gamelan yang mengandung nilai-nilai budi pekerti. Oleh karena itu,

peneliti terdorong untuk mengembangkan prototipe buku pendidikan budi pekerti

dalam memainkan gamelan (untuk SD). Prototipe terdiri dari dua bagian. Bagian

pertama memuat artikel “Nilai Budi Pekerti dalam Memainkan Gamelan”. Bagian

kedua berisi Cergam berjudul “Menabuh Kempul Mengasah Kesabaran dan

Ketekunan”.

Prosedur pengembangan menggunakan 6 langkah penelitian

pengembangan (R&D) menurut Sugiyono, meliputi: 1) potensi dan masalah, 2)

pengumpulan data, 3) desain produk, 4) validasi desain, 5) revisi desain, 6) uji

coba produk. Prototipe divalidasi dua kali. Validasi pertama dilakukan oleh dua

praktisi dengan skor rata-rata 3.6 (dari rentang nilai 1-4). Dengan beberapa catatan

untuk revisi, setelah prototipe direvisi, divalidasi kembali oleh seorang praktisi

dan mendapat skor 4. Dengan demikian prototipe layak diujicoba.

Ujicoba terbatas dilakukan di dua tempat. Pertama, di SD Kanisius

Minggir Sleman diikuti oleh 20 siswa. Dari hasil refleksi yang ditulis siswa. 10

siswa menjawab nilai-nilai yang terkandung di dalam memainkan gamelan adalah

sopan, toleransi, kerja sama, dan tanggung jawab. 10 siswa menulis jika

memainkan instrumen kempul melatih kesabaran dan ketekunan. Kedua, di Desa

Kenatan, Muntilan yang diikuti oleh 7 siswa untuk mewarnai Cergam. Semua

siswa tertarik untuk mewarnai gambar seusai membaca Cergam. Jadi prototipe

membantu siswa mendapat informasi tentang nilai-nilai yang terkandung di dalam

memainkan gamelan dan tertarik untuk mewarnai Cergam.

Kata Kunci: pengembangan, prototipe buku, cerita bergambar, memainkan

gamelan, pendidikan budi pekerti.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

ix

ABSTRACT

DEVELOPING THE BOOK PROTOTYPE OF CHARACTER

EDUCATION BOOKS IN PLAYING GAMELAN (FOR ELEMENTARY

SCHOOL)

Gregorius Bintara Setiaji

Sanata Dharma University

2018

The potential of this study is the gamelan as one of the extracurricular

activities in elementary school. From the results of interviews with two gamelan

practitioners there are values that are inserted in playing the gamelan. From the

results of questionnaires with 15 students in Kanisius Minggir Primary School

wrote that playing gamelan helps them: have a habit of praying (46.6%),

concentrate (33.3%), live well (53.4%). In addition, 86.7% of students wrote that

they never red a book on gamelan notation, neither a book about the values

contained in the gamelan. Therefore, the researcher is encouraged to develop a

prototype of character education books in playing gamelan (for elementary

school). The prototype consists of two parts. The first part contains an article on

"The Value of Character in Playing the Gamelan". The second part contains a

chirping entitled "Kempul Sharpening Patience and Persistence".

The development procedure uses 6 steps of development research (R & D)

according to Sugiyono, covering: 1) potential and problem, 2) data collection, 3)

product design, 4) design validation, 5) design revision, 6) product trial. The

prototype is validated twice. The first validation was performed by two

practitioners with an average score of 3.6 (from a range of 1-4). With another note

to revision, the prototype was re-validated by a practitioner with a score of 4.

Thus the prototype deserves to be tested.

The tests of limited was done in two place. First, in primary school

kanisius minggir sleman followed by 20 students as their representatives .From

the results of the reflections that written students. 10 students said values

contained in in a play gamelan was a, tolerance, cooperation, and responsibilitie.

10 students write if plays an instrument kempul train patience and perseverance.

Second, in the village Kenatan, Muntilan a one followed by 7 students for dyeing

storybooks pictorial. All students interested in colored a picture after read

storybooks pictorial. Into prototypes help students obtain information about the

values of that is contained in play gamelan and be attracted to coloring the

prototype storybooks pictorial.

Keywords: development, prototype of book, picture story, playing gamelan,

character education.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan yang maha Esa atas berkat dan kasih-Nya

sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar dan tepat waktu.

Skripsi yang berjudul “PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU

PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DALAM MEMAINKAN GAMELAN

(UNTUK SD)” disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana

Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik berkat

bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Karena itu, peneliti mengucapkan

terimakasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Kintan Limiansih, S.Pd., M.Pd. selaku Wakil Ketua Program Studi

Pendidikan Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Dra. Ignatia Esti Sumarah, M.Hum selaku Dosen Pembimbing I yang

membimbing kami dengan sabar dan bijaksana.

5. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing II

dan Validator Ahli Bahasa yang membimbing kami dengan penuh

kesabaran.

6. Pardiman Djoyonegara, S.Sn. selaku validator dan narasumber budayawan

pemerhati gamelan.

7. FX. Sutopo HP selaku validator dan narasumber guru gamelan SD.

8. YB. Surono Estu Widodo, S.Sn. selaku Ilustrator Gambar dan Penata

Artistik Sampul Buku.

9. Christina Kusumastuti, S.Pd SD selaku Kepala Sekolah SD Kanisius

Minggir Yogyakarta yang telah memberikan ijin melakukan penelitian.

10. Maria Goretti Parinem selaku Guru Kelas V SD Kanisius Minggir

Yogyakarta yang telah membantu dalam melaksanakan uji coba produk

penelitian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

xi

11. Siswa-siswi kelas V SD Kanisius Minggir Yogyakarta tahun ajaran

2017/2018 yang telah bersedia terlibat dalam penelitian.

12. Siswa-siswa SD di Desa Kenatan, Muntilan yang terlibat dalam penelitian.

13. Sekretariat PGSD Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah

membantu proses perijinan penelitian skripsi.

14. Kedua orang tua, Yohanes Suwardi dan Xaveria Sutimah yang dengan

sabar selalu menyertai perjuanganku dengan doa, kasih sayang, perhatian,

nasihat, dan materi.

15. Ketiga orang kakak Antonius Budi Priharianto, Agustinus Sulistiyono, dan

Aloyisius Heri Wahyu Narta, yang selalu mendukungku dalam doa, dan

motivasi serta nasihat.

16. Sedulur papat yang senantiasa memberikan dorongan dalam diri maupun

di luar diri, bersatu dengan tekat dan kemantapan.

17. Sahabat Elisabeth Dwi Heris Narsinta yang selalu menyemangatiku dan

mendukungku dalam menyelesaikan skripsi.

18. Sahabat semuanya yang telah memberikan dukungan dan doa selama

melakukan penelitian dan menyelesaikan skripsi.

19. Sahabat penelitian kolaboratif payung Willy, Thomas Yuli, Thomas

Wahyu, Sanggar, Enggar, Jugun, Rossa, Palupi, Anisa, Denis, Lisa,dan

Inggit yang telah memberikan bantuan selama melaksanakan penelitian

dan menyelesaikan skripsi.

20. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu namun telah

banyak membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna karena keterbatasan

kemampuan peneliti. Semua kritik dan saran yang membangun akan peneliti

terima dengan senang hati. Peneliti berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat

bagi dunia pendidikan maupun para pembaca.

Peneliti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................... iv

HALAMAN MOTTO ............................................................................................ v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .............................................................. vi

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS........................................ vii

ABSTRAK .......................................................................................................... viii

ABSTRACT ........................................................................................................... ix

KATA PENGANTAR ............................................................................................ x

DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xv

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 5

1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 5

1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 5

1.5 Spesifikasi Produk ......................................................................................... 5

1.6 Definisi Operasional ...................................................................................... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................. 8

2.1 Kajian Pustaka ............................................................................................... 8

2.1.1 Budi Pekerti ................................................................................................ 8

2.1.1.1 Pengertian Budi pekerti ........................................................................ 8

2.1.1.2 Pendidikan Budi Pekerti ..................................................................... 10

2.1.3 Gamelan .................................................................................................... 12

2.1.4 Nilai-Nilai Budi Pekerti dalam setiap Instrumen Gamelan ...................... 15

(1) Rebab ....................................................................................................... 16

(2) Bonang ..................................................................................................... 16

(3) Kendang ................................................................................................... 17

(4) Seruling .................................................................................................... 18

(5) Gambang .................................................................................................. 18

(6) Gender...................................................................................................... 19

(7) Gong ......................................................................................................... 19

(8) Kempul ..................................................................................................... 20

2.1.5 Nilai-nilai Budi Pekerti memainkan Gamelan ......................................... 21

2.1.6 Instrumen Gamelan: Kempul .................................................................... 25

2.1.7 Literasi ...................................................................................................... 29

2.1.7.1 Pengertian Literasi .............................................................................. 29

2.1.7.2 Gerakan Literasi di Sekolah ................................................................ 30

2.1.7.3 Cerita Bergambar ................................................................................ 31

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

xiii

2.2 Penelitian yang Relevan ................................................................................... 32

2.3 Kerangka Berpikir ............................................................................................ 34

2.3.1 Pertanyaan Penelitian ............................................................................... 35

BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 36

3.1 Jenis Penelitian ................................................................................................. 36

3.2 Setting Penelitian .............................................................................................. 36

3.2.1 Tempat Penelitian ..................................................................................... 36

3.2.2 Subjek Penelitian ...................................................................................... 37

3.2.3 Objek Penelitian ....................................................................................... 37

3.2.4 Waktu Penelitian ...................................................................................... 37

3.3 Prosedur Pengembangan .................................................................................. 37

3.3.1 Potensi dan Masalah ................................................................................. 40

3.3.2 Pengumpulan Data ................................................................................... 40

3.3.3 Desain Produk .......................................................................................... 40

3.3.4 Validasi Desain ......................................................................................... 41

3.3.5 Revisi Desain ............................................................................................ 42

3.3.6 Uji Coba Produk ....................................................................................... 42

3.4 Uji Coba Produk ............................................................................................... 42

3.5 Instrumen Penelitian......................................................................................... 42

3.5.1 Pedoman Wawacara ................................................................................. 43

3.5.2 Angket ...................................................................................................... 43

3.5.4 Angket Siswa Pra Penelitian .................................................................... 46

3.6 Teknik Pengumpulan Data ............................................................................... 47

3.6.1 Wawancara ............................................................................................... 47

3.6.2 Angket ...................................................................................................... 47

3.7 Teknik Analisis Data ........................................................................................ 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................... 50

4.1 Hasil Penelitian ................................................................................................ 50

4.1.1 Prosedur Pengembangan ......................................................................... 50

4.1.1.1 Potensi dan Masalah ........................................................................... 50

4.1.1.2 Pengumpulan Data .............................................................................. 51

4.1.1.3 Desain Produk .................................................................................. 54

4.1.1.4 Validitas Desain ............................................................................... 57

4.1.1.5 Revisi Produk ...................................................................................... 59

4.1.1.6 Uji Coba Produk ................................................................................. 61

4.1.2 Kualitas Produk ........................................................................................ 64

4.2 Pembahasan ...................................................................................................... 65

4.3 Kelebihan dan Kekurangan Prototipe .............................................................. 67

4.3.1 Kelebihan Prototipe Buku Cergam ........................................................... 67

4.3.2 Kekurangan Prototipe Buku Cergam ....................................................... 67

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN ........................... 68

5.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 68

5.2 Ketebatasan Penelitian ..................................................................................... 70

5.3 Saran ................................................................................................................. 70

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

xiv

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 71

LAMPIRAN .......................................................................................................... 74

CURRUCULUM VITAE .................................................................................... 117

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

xv

DAFTAR TABEL

halaman

Tabel 2.1 Nilai-Nilai Budi Pekerti dan Nilai-Nilai Karakter ................................. 11

Tabel 2.2 Perangkat gamelan dan nilai-nilai budi pekerti yang terdapat dalam

setiap instrumen gamelan ...................................................................... 20

Tabel 2.3 Nilai-nilai budi pekerti sebelum, pada saat, dan sesudah memainkan

gamelan. ................................................................................................. 24

Tabel 2.4 Nilai-nilai budi pekerti, nilai-nilai karakter, dan nilai-nilai memainkan

kempul .................................................................................................... 27

Tabel 3.1 Kisi-kisi Pedoman Wawancara .............................................................. 43

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket .................................................................... 44

Tabel 3.3 Hasil Validasi Angket Pra Penelitian oleh Ahli ..................................... 44

Tabel 3.4 Angket Siswa Pra Penelitian .................................................................. 46

Tabel 3.5 Hasil Interval Skala 1-4.......................................................................... 49

Tabel 4.1 Rekap Angket Dari Siswa Kelas V SD K Minggir ................................ 52

Tabel 4.2 Rekap Validasi Uji Coba Produk Buku ................................................. 57

Tabel 4.3 Pedoman Penggolongan Kualitas .......................................................... 58

Tabel 4.4 Rekap Validasi Ahli Bahasa Uji Coba Produk ...................................... 60

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

xvi

DAFTAR GAMBAR

halaman

Gambar 2.1 Penelitian yang Relevan ..................................................................... 34

Gambar 3.1 Langkah-langkah Penelitian Pengembangan (R&D) ......................... 38

Gambar 3.2 Prosedur Penelitian Pengembangan yang digunakan oleh Peneliti .... 39

Gambar 4.1 Sketsa Awal ........................................................................................ 55

Gambar 4.2 Perbaikan Sketa oleh Ahli Ilustrator .................................................. 56

Gambar 4.3 Revisi Cover Utama, Cover I, dan Cover II ....................................... 59

Gambar 4.4 Peneliti Memulai Kegiatan Membaca Buku (literasi) ....................... 61

Gambar 4.5 Peneliti Membagikan Buku kepada Siswa ......................................... 61

Gambar 4.6 Para Siswa Membaca dengan Serius .................................................. 62

Gambar 4.7 Siswa Mengisi Lembar Refleksi ........................................................ 62

Gambar 4.8 Siswa dan Peneliti Melakukan Tanya Jawab ..................................... 62

Gambar 4.9 Hasil Karya Mewarnai Siswa-Siswi SD di Desa Kenatan, Muntilan . 63

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

halaman

Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian ............................................................................ 75

Lampiran 2 Surat Ijin Penyebaran dan Pengisian Kuesioner/Angket .................... 76

Lampiran 3 Surat Ijin Uji Coba Produk Penelitian ................................................ 77

Lampiran 4 Surat Keterangan telah Melaksanakan Penelitian dari SD ................. 78

Lampiran 5a Pedoman Wawancara ........................................................................ 79

Lampiran 5b Hasil Wawancara .............................................................................. 80

Lampiran 6 Kisi-kisi Pedoman Angket .................................................................. 81

Lampiran 7a Angket Validator............................................................................... 83

Lampiran 7b Hasil Validasi Angket Siswa (Validator I) ....................................... 84

Lampiran 7c Hasil Validasi Angket Siswa (Validator II) ...................................... 86

Lampiran 7d Rekap Hasil Validasi Angket ........................................................... 88

Lampiran 8a Angket Analisis Kebutuhan Siswa ................................................... 89

Lampiran 8b Hasil Angket Analisis Kebutuhan Siswa .......................................... 90

Lampiran 8c Rekap Hasil Analisis Kebutuhan Siswa ........................................... 93

Lampiran 9a Kisi-kisi Pembuatan Cergam ............................................................ 95

Lampiran 9b Desain Awal Buku ............................................................................ 99

Lampiran 9c Validasi Uji Coba Produk Buku (Validator I) ................................ 101

Lampiran 9d Validasi Uji Coba Produk Buku (Validator II) ............................... 103

Lampiran 9e Rekap Validasi Uji Coba Produk Buku .......................................... 105

Lampiran 9f Pedoman Penggolongan Kualitas .................................................... 106

Lampiran 10a Desain Buku Hasil Revisi ............................................................. 107

Lampiran 10b Validasi Uji Coba Produk Buku ................................................... 109

Lampiran 10c Rekap Validasi Uji Coba Produk Buku ........................................ 111

Lampiran 11a Hasil Uji Coba Produk Buku ........................................................ 112

Lampiran 11b Rekap Uji Coba Produk Buku ...................................................... 115

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

1

BAB I

PENDAHULUAN

Bab I ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, spesifikasi produk, dan definisi

operasional.

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman budaya

dan kesenian. Kesenian adalah segala perbuatan manusia yang timbul dari

hidup perasaannya dan bersifat indah, sehingga dapat menggerakkan jiwa

perasaan manusia (Dewantara, 2013: 330). Ada berbagai macam kesenian

yang dihasilkan oleh Bangsa Indonesia, termasuk di Jawa. Contoh-contoh

dari kesenian Jawa adalah gamelan, wayang, kethoprak, jathilan, dan lain-

lain; yang dapat mengugah jiwa dan perasaan pendengarnya.

Salah satu kesenian Jawa yang menjadi acuan peneliti adalah

Gamelan. Gamelan merupakan seperangkat instrumen yang sering disebut

dengan istilah karawitan (Sulistiyobudi, 2013: 41). Karawitan sendiri

berasal dari bahasa Jawa rawit yang berarti rumit, berbelit-belit, tetapi rawit

juga berarti halus, cantik, berliku-liku, enak, dan indah. Kata ngrawit artinya

suatu karya seni yang memiliki sifat-sifat yang halus, rumit, dan indah

(Purwadi dan Widayat, 2006: 78). Arti kata gamelan yaitu gembel yang

merupakan alat untuk memukul. Karena cara membunyikan instrumen itu

dengan dipukul-pukul. Barang yang sering dipukul namanya pukulan,

barang yang sering diketok namanya ketokan atau kentongan, barang sering

digembel namanya gembelan. Kata gembelan ini bergeser atau berkembang

menjadi gamelan. Cara membuat gamelan berbahan perunggu yang dipukul-

pukul atau dipalu atau digembel, maka benda yang sering dibuat dengan

cara digembel namanya gembelan, benda yang sering dikumpul-kumpulkan

namanya kempelan dan seterusnya gembelan berkembang menjadi gamelan.

Dengan kata lain gamelan adalah suatu benda hasil dari benda itu digembel-

gembel atau dipukul-pukul (Dewantara, 2013).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

2

Gamelan sebagai salah satu bagian dari kesenian tradisional Jawa

merupakan sarana yang baik untuk mendidik budi pekerti masyarakat Jawa

(Sulistyobudi, 2013: 40). Ada nilai-nilai budi pekerti yang terkandung pada

gamelan dalam tata cara untuk menabuh gamelan yang secara tersirat

senantiasa diterapkan, antara lain: tidak boleh melangkahi gamelan, tidak

boleh bersenda gurau, fokus mendengarkan tabuhan pemain gamelan

lainnya supaya terjadi harmonisasi irama, tidak boleh tidur di atas gamelan,

cara duduk perempuan wajib timpuh dan yang laki-laki harus bersila, dan

lain-lain. Nilai-nilai budi pekerti tersebut bertujuan supaya para penabuh

gamelan memiliki kebiasaan untuk berperilaku santun, berkonsentrasi, mau

mendengarkan dan saling menghargai (Endraswara, 2008: 20).

Dari hasil wawancara dengan praktisi gamelan (Bapak Pardiman

Djoyonegara) peneliti mendapatkan data jika setiap perangkat gamelan

melatih penabuhnya memiliki nilai budi pekerti tertentu sesuai dengan

karakteristik kepribadiannya. Pelatih gamelan biasanya melatih pemain

gamelan untuk menabuh semua perangkat alat musik gamelan. Melalui

pengamatannya, pelatih dapat memutuskan pemain yang akan diberi

tanggung jawab menabuh salah satu perangkat yang sesuai dengan

kepribadian pengrawit (penabuh gamelan). Jadi setiap perangkat gamelan

dapat melatih seseorang untuk membentuk karakter untuk memiliki nilai

budi pekerti yang luhur (=Pendidikan Karakter). Praktisi juga mengatakan

bahwa banyak nilai-nilai yang terkandung dalam memainkan gamelan,

namun masih terbatas buku tentang pendidikan budi pekerti dalam

memainkan gamelan, lebih-lebih untuk kalangan pembaca usia sekolah

dasar.

Kesenian gamelan menjadi muatan lokal di sekolah dasar sehingga

diwajibkan untuk menjadi kegiatan ekstrakulikuler. Tujuannya untuk

mengajak siswa dapat memainkan gamelan sebagai salah satu kekayaan

lokal budaya Jawa yang membantu siswa memiliki budi pekerti, sopan

santun, kepedulian, kepekaan, konsentrasi, saling melengkapi dan saling

menghargai.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

3

Dari hasil angket peneliti kepada 15 siswa kelas V di SD Kanisius

Minggir peneliti mendapatkan informasi: 33.3% siswa menjawab sebelum

memainkan gamelan harus berdoa, 33.3% siswa menjawab saat memainkan

gamelan harus konsentrasi, 53.4% siswa menjawab sesudah memainkan

gamelan harus merapikan pemukul, 13.3% siswa menjawab sesudah

memainkan gamelan harus berdoa, 86.7% siswa pernah membaca buku

tentang notasi gamelan (bukan buku yang berisi tentang nilai-nilai yang

terkandung di dalam gamelan).

Berdasarkan informasi tersebut peneliti mendapatkan data bahwa

memainkan gamelan dapat membantu siswa memiliki kebiasaan berdoa

(46.6%), konsentrasi (33.3%), dan rapi (53.4%). Selain itu (86.7%) siswa

menjawab pernah membaca buku notasi gamelan (bukan buku yang berisi

tentang gamelan). Itu sebabnya peneliti terdorong untuk mengembangkan

prototipe buku pendidikan budi pekerti dalam memainkan gamelan (untuk

SD).

Peneliti termotivasi oleh penelitian sebelumnya oleh Sulistyobudi

(2013) dengan judul “Seni Karawitan atau Gamelan Jawa: Pendidikan Budi

Pekerti”. Tujuan dari penelitian ini adalah menanamkan kepada masyarakat

dan generasi muda melalui kesenian karawitan atau gamelan sebagai seni

pertunjukan yang mengandung pendidikan budi pekerti atau moral.

Simpulan yang dapat diambil bahwa, seni karawitan atau gamelan

merupakan sarana yang baik untuk menanamkan pendidikan nilai budi

pekerti atau moral pada masyarakat dan siswa SD. Oleh karena itu, di era

globalisasi saat ini pendidikan budi pekerti yang terdapat dalam kesenian

karawitan menjadi salah satu alternatif untuk ditanamkan dan diajarkan oleh

generasi muda.

Peneliti terdorong untuk mengembangkan penanaman nilai budi

pekerti yang terdapat dalam memainkan gamelan berupa prototipe buku.

Prototipe buku yang dikembangkan berupa buku berjudul “Buku Pendidikan

Budi Pekerti dalam Memainkan Gamelan (untuk SD)”. Prototipe tersebut

terdiri dari dua bagian, bagian pertama memuat artikel “Nilai Budi Pekerti

dalam Memainkan Gamelan”. Isinya tentang pengertian gamelan, beberapa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

4

instrumen perangkat gamelan, nilai-nilai yang ada dalam beberapa

instrumen gamelan, dan nilai-nilai budi pekerti dalam memainkan gamelan.

Bagian kedua memuat Cergam atau cerita bergambar berjudul “Menabuh

Kempul Mengasah Kesabaran dan Ketekunan” isinya mengenai seorang

siswa bernama Untung yang merasakan manfaatnya karena menjadi

penabuh kempul. Ia dilatih untuk sabar menanti saat yang tepat untuk

memukul kempul dan tekun mendengarkan suara instrumen gamelan yang

lainnya sehingga dapat memukul kempul sesuai tempo sehingga semua

instrumen gamelan menghasilkan irama yang sesuai. Peneliti tertarik

membuat Cergam dalam buku tersebut agar dapat dijadikan sarana literasi

oleh guru.

Literasi adalah kemampuan mengakses, memahami, dan

menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas, antara lain

membaca, melihat, menyimak, menulis, dan/atau berbicara (Faizah, dkk,

2016: 1). Salah satu bentuk dari literasi di SD adalah Cergam. Cergam

adalah suatu bentuk seni yang menggunakan gambar-gambar tidak bergerak

yang disusun sedemikian rupa untuk memperjelas sebuah teks cerita.

Biasanya Cergam dicetak di atas kertas dan teks adalah bagian utama di

dalamnya (Putra, 2008: 10). Tujuan literasi adalah menumbuhkembangkan

budi pekerti peserta didik melalui pembudayaan ekosistem literasi sekolah

yang diwujudkan dalam Gerakan Literasi Sekolah agar mereka menjadi

pembelajar sepanjang hayat (Faizah. dkk, 2016: 2). Target dari pelaksanaan

Gerakan Literasi Sekolah adalah menumbuhkan semangat ingin tahu dan

cinta pengetahuan (Faizah. dkk, 2016: 3). Bahwa siswa diharapkan melalui

prototipe buku tentang nilai-nilai budi pekerti dalam memainkan gamelan

merupakan penumbuhan semangat rasa ingin tahu dan cinta terhadap

pengetahuan kebudayaan yaitu kesenian musik gamelan. Tahapan literasi

yang diambil adalah pembiasaan dan pengembangan, pembiasaan adalah

penumbuhan minat baca melalui kegiatan 15 menit membaca

(Permendikbud No. 23 Tahun 2015) dan pengembangan yaitu meningkatkan

kemampuan literasi melalui kegiatan menanggapi buku pengayaan. Maka

dari proses literasi ini, peneliti berharap bahwa prototipe buku pendidikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

5

budi pekerti dalam memainkan gamelan (untuk SD) dapat menjadi sarana

yang baik dan layak untuk menjadi sumber bagi siswa SD.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana mengembangkan “Prototipe Buku Pendidikan Budi

Pekerti dalam Memainkan Gamelan (untuk SD)” ?

1.2.2 Bagaimana kualitas “Prototipe Buku Pendidikan Budi Pekerti dalam

Memainkan Gamelan (untuk SD)?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Mengembangkan “Prototipe Buku Pendidikan Budi Pekerti dalam

Memainkan Gamelan (untuk SD)”.

1.3.2 Mendeskripsikan kualitas “Prototipe Buku Pendidikan Budi Pekerti

dalam Memainkan Gamelan (untuk SD)”.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Siswa

Siswa memiliki informasi sederhana dari buku sebagai salah satu

sumber bacaan atau literasi tentang memainkan alat musik gamelan

yang memiliki pendidikan nilai budi pekerti.

1.4.2 Bagi peneliti

Peneliti dapat membuat produk berupa prototipe buku yang berisi

informasi sederhana tentang nilai-nilai budi pekerti dalam memainkan

gamelan dan cerita bergambar yang berjudul “Menabuh Kempul

Mengasah Kesabaran dan Ketekunan.

1.4.3 Bagi guru

Guru mendapatkan sarana literasi berupa buku Cergam yang berisi

informasi sederhana tentang memainkan alat musik gamelan yang

memiliki nilai-nilai budi pekerti.

1.5 Spesifikasi Produk

1.5.1 Produk berupa prototipe Cergam berjudul “Menabuh Kempul

Mengasah Ketekunan dan Kesabaran”.

1.5.2 Prototipe terdiri dari dua bagian: Bagian I artikel berjudul Nilai-nilai

Budi Pekerti dalam Memainkan Gamelan, Bagian II tentang Cergam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

6

“Menabuh Kempul Mengasah Kesabaran dan Ketekunan”. Terdapat

pula: Kata Pengantar; Daftar Isi; Refleksi; Pesan Moral; Kepustakaan;

dan Biodata.

1.5.3 Prototipe Cergam memuat 14 gambar: gambar 1 (cover); gambar 2

(Untung dan Ibu menonton Wayang); gambar 3 (Untung belajar di

kelas V); gambar 3 (Untung menabuh kempul bersama Pelatih);

gambar 4 (Untung bersama teman penabuh kendang dan gong);

gambar 5 (Untung bersama teman penabuh saron dan bonang);

gambar 6 (Untung datang ke Parade Gamelan Anak); gambar 7

(Untung berjalan jongkok); gambar 8 (Untung sedang berdoa);

gambar 9 (Untung diberikan nasihat oleh pelatih); gambar 10 (Untung

dan teman-teman bermain gamelan disaksikan juri dan penonton);

gambar 11 (Kelompok Untung mendapat juara mendapatkan piala

bergilir); gambar 12 (Pelatih merangkul Untung dan teman-teman).

1.5.4 Refleksi di akhir Cergam untuk membantu siswa menuliskan

permenungan tentang memainkan gamelan.

1.5.5 Cergam dibuat dengan kertas: Asturo (kertas tebal sebagai cover) dan

Paperbook (kertas halus sebagai isi buku).

1.6 Definisi Operasional

1.6.1 Prototipe adalah produk sederhana berupa sebuah buku yang belum

dicetak dan dipublikasikan secara luas, produk ini juga belum

didaftarkan secara resmi sehingga sang penulis belum memiliki hak

cipta atas produk dan karya tulis yang telah dibuat.

1.6.2 Pendidikan Budi pekerti adalah nilai-nilai perilaku manusia yang akan

diukur menurut kebaikan dan keburukannya melalui norma agama,

norma hukum, tata krama dan sopan santu, norma budaya dan adat

istiadat masyarakat serta akan mengidentifikasi perilaku positif yang

diharapkan dapat terwujud dalam perbuatan, perkataan, pikiran, sikap,

perasaan dan kepribadian manusia.

1.6.3 Gamelan merupakan hasil dari kesenian tradisional Jawa yang berupa

kesenian musik yang terdiri dari sekumpulan instrumen yang terbuat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

7

dari logam dan non logam, cara membunyikan dengan dipukul,

digesek, dan ditiup, memiliki dua tangga nada yaitu slendro dan pelog

yang dalam dunia ke-SD-an digunakan untuk kegiatan ekstrakurikuler

bagi para siswa-siswi sebagai sarana melestarikan budaya musik Jawa.

1.6.4 Nilai-nilai dalam memainkan gamelan adalah hasil yang didapatkan

setelah memainkan gamelan berupa sikap-sikap baik berupa kerja

sama, sopan santun, toleransi, konsentrasi yang merupakan nilai yang

ditumbuhkan baik sebelum, pada saat, dan sesudah memainkan

gamelan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Peneliti akan membahas mengenai kajian pustaka, penelitian yang relevan,

kerangka berpikir, dan pertanyaan penelitian pada bab II ini. Keempat hal tersebut

akan diuraikan sebagai berikut.

2.1 Kajian Pustaka

Landasan teroritis merupakan acuan yang digunakan peneliti dalam

membuat Prototipe Buku Pendidikan Budi Pekerti dalam Memainkan Gamelan

(untuk SD). Teori-teori yang digunakan merupakan definisi dan hasil analisa

pakar, seniman, budayawan dan pemerhati yang telah ahli di bidangnya. Hal

tersebut akan diuraikan sebagai berikut.

2.1.1 Budi Pekerti

2.1.1.1 Pengertian Budi pekerti

Budaya Indonesia merupakan kebudayaan nasional terdiri dari 2 kata, kata

pertama adalah kata kebudayaan dan kata kedua adalah nasional. Menurut kamus

besar bahasa Indonesia, kebudayaan berasal dari kata budaya dan kata budaya

tersebut mengandung arti pikiran, akal budi. Sedangkan kebudayaan menurut

kamus besar bahasa Indonesia mempunyai 2 arti, arti pertama dari kebudayaan

adalah hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia seperti

kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat. Arti kedua dari kebudayaan adalah

antara keseluruhan pengetahuan manusia sebagai mahluk sosial yang digunakan

untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan yang menjadi pedoman

tingkah lakunya. Kata kedua yaitu kata nasional yang mempunyai arti bersifat

kebangsaan, berkenaan atau berasal dari bangsa sendiri, meliputi suatu bangsa.

Jadi, arti dari kebudayaan nasional adalah kebudayaan yang dianut oleh semua

warga dalam suatu Negara (Depdiknas, 2003: 10).

Budi pekerti berinduk pada etika atau filsafat moral. Secara etimologis

kata etika sangat dekat dengan moral. Etika berasal dari bahasa Yunani ethos

(jamak: ta etha) yang berarti adat kebiasaan. Adapun moral berasal dari bahasa

latin mos (jamak: mores) yang juga mengandung arti adat istiadat (Zuriah, 2011:

17). Budi pekerti, berasal dari kata budi dan pekerti. Kata budi berarti 1) alat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

9

batin yang merupakan panduan akal dan perasaan untuk menimbang baik dan

buruk, 2) tabiat, akhlak, watak, 3) perbuatan baik; kebaikan, 4) daya upaya;

ikhtiar, dan 5) akal (dalam arti kecerdikan menipu atau tipu daya). Kata pekerti

berarti 1) perangai, tabiat, akhlak, watak, 2) perbuatan (kurang baik). Adapun

setelah dirangkai, kata budi pekerti mengandung arti tingkah laku; perangai;

akhlak. (Tim Penyusun PPPB, 2005:180; 843).

Pengertian budi pekerti mengacu pada pengertian dalam bahasa Inggris,

yang diterjemahkan sebagai moralitas. Moralitas mengandung beberapa

pengertian antara lain: (a) pemikiran, (b) sikap, dan (c) perilaku. Namun,

pengertian budi pekerti secara hakiki adalah nilai-nilai perilaku manusia yang

akan diukur menurut kebaikan dan keburukannya melalui norma agama, norma

hukum, tata krama dan sopan santun, norma budaya dan adat istiadat masyarakat.

Budi pekerti akan mengidentifikasi perilaku positif yang diharapkan dapat

terwujud dalam perubahan, perkataan, pikiran, sikap, perasaan, dan kepribadian

peserta didik (Zuriah, 2011: 17).

Pendidikan budi pekerti adalah hal dasar yang memiliki peran penting

dalam menumbuhkan karakter manusia. Karakter manusia dapat dibentuk melalui

pendidikan karakter. Pendidikan karakter merupakan pengembangan diri manusia

dalam menambahkan sebuah keutamaan dalam dirinya ketika ia mampu

menyempurnakan diri menjadi semakin baik. Hasil-hasil usahanya ini dapat

dilihat melalui pemikiran, perilaku, dan keputusannya (Koesoema, 2015: 81-82).

Ketiga hal tersebut sejalan dengan pengembangan kurikulum 2013 yang dipakai

secara nasional di Indonesia yang menekankan dari 4 aspek dasar pengembangan:

aspek spiritual, aspek sikap sosial, aspek pengetahuan, dan aspek ketrampilan

(Mulyasa, 2013: 20).

Dengan demikian, budi pekerti merupakan hal yang sangat penting bagi

kehidupan manusia dalam mengembangkan karakter, baik sebagai makhluk

pribadi maupun sebagai makhluk sosial. Budi pekerti seseorang akan tampak pada

sikap, pikiran, dan perilaku. Karakter seseorang akan tampak pada spiritual, sikap

sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Orang yang berbudi pekerti memiliki

karakter baik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

10

2.1.1.2 Pendidikan Budi Pekerti

Pendidikan budi pekerti secara konsepsional mencakup hal-hal sebagai

berikut: (1) Usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik menjadi manusia

seutuhnya yang berbudi pekerti luhur dalam segenap peranannya sekarang dan

masa yang akan datang; (2) Upaya pembentukkan, pengembangan, peningkatan,

pemeliharaan dan perilaku peserta didik agar mereka mau dan mampu

melaksanakan tugas-tugas hidupnya secara selaras, serasi, seimbang (lahir batin

material spiritual dan individual sosial); (3) Upaya pendidikan untuk membentuk

peserta didik menjadi pribadi seutuhnya yang berbudi pekerti luhur melalui

kegiatan bimbingan pembiasaan, pengajaran dan latihan serta keteladaan (Zuriah,

2011: 20).

Pendidikan budi pekerti secara operasional adalah upaya untuk membekali

peserta didik melalui bimbingan, pengajaraan dan latihan selama pertumbuhan

dan perkembangan dirinya sebagai bekal masa depannya, agar memiliki hati

nurani yang bersih, berperangai baik, serta menjaga kesusilaan dalam

melaksanakan kewajiban terhadap Tuhan dan sesama makhluk. Dengan demikian,

terbentuklah pribadi seutuhnya yang tercermin pada perilaku berupa ucapan,

perbuatan, sikap, pikiran, perasaan, kerja dan hasil karya berdasarkan nilai-nilai

agama serta norma dan moral luhur bangsa (Zuriah, 2011: 17-20).

Penekanan pendidikan Budi Pekerti dan pengetahuan di sekolah harus

diseimbangkan. Pengertian keseimbangan di sini lebih menekanan pada

kebutuhan dan aspek perkembangan manusia. Untuk membantu melihat hal

tersebut kiranya perlu dilihat pekembangan kognitif, dan perkembangan moral.

Dengan melihat tahapan-tahapan perkembangan moral dan perkembangan

kognitif, bisa dilihat keseimbangan penekanan pendidikan budi pekerti dan

pengetahuan. Pendidikan dasar harus ditekankan dan diprioritaskan pada

penanaman nilai dibandingkan dengan pengajaraan. Nilai-nilai dasar seperti

penghargaan terhadap orang lain religiusitas, sosialitas, gender, keadilan,

demokrasi, kejujuran, kemandirian, daya juang, tanggung jawab, penghargaan

terhadap lingkungan, harus diberikan sesuai dengan tingkat pemahaman siswa.

Semakin tinggi tingkat pendidikan formal pengajaran akademik, semakin besar

porsinya. Pada taraf pendidikan rendah nilai-nilai dasar dikenalkan dan proses

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

11

penanamannya diulang terus-menerus sampai ke jenjang sekolah menengah.

Tahap demi tahap ditingkatkan dan harus mampu mengantar siswa pada proses

kesadaran penghayatan dan pembentukan nilai hidup. Semakin banyak guru

memperkenalkan nilai-nilai (value) dan kesadaran ilimiahnya tinggi, akan

semakin yakin bahwa apa yang dianut dan diyakini guru adalah sesuatu yang baik,

berharga dan pantas selalu diperjuangkan. Nilai-nilai tersebut baik berupa nilai

kehidupan maupun nilai-nilai yang bersifat akademis/ilmiah (Zuriah, 2011: 33).

Menurut Depdiknas (2010), pendidikan budi pekerti berkaitan erat dengan

pendidikan karakter. Pendidikan karakter adalah adalah segala sesuatu yang

dilakukan guru, yang mampu mempengaruhi karakter peserta didik. Guru

membantu membentuk watak peserta didik. Hal ini meliputi keteladanan

bagaimana perilaku guru, cara guru berbicara atau menyampaikan materi,

bagaimana guru bertoleransi, dan berbagai hal terkait lainnya. Berdasarkan grand

design yang dikembangkan Kemendiknas, secara psikologis dan sosial kultural

pembentukan karakter dalam diri individu merupakan fungsi dari seluruh potensi

individu manusia (afektif, kognitif, dan psikomotor) dalam konteks interaksi

sosial kultural (dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat) dan berlangsung

sepanjang hayat.

Tabel 2.1 Nilai-Nilai Budi Pekerti dan Nilai-Nilai Karakter

Nilai-nilai Budi Pekerti Nilai-nilai Karakter

Sikap Afektif

Pikiran Kognitif

Perilaku Psikomotor

Dalam nilai-nilai budi pekerti termuat sikap, pikiran dan perilaku. Sikap

adalah tingkah laku atau gerakan-gerakan yang tampak dan ditampilkan dalam

interaksinya dengan lingkungan sosial (Syamsudin, 1997: 10). Pikiran merupakan

daya saing yang paling utama yang dimiliki oleh manusia sejak mulai mengenal

lingkungan sekitarnya (Purwanto, 1998: 27). Perilaku yaitu respon atau reaksi

seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar (Notoatmodjo, 2007: 34).

Nilai-nilai dalam karakter meliputi afektif, kognitif, dan psikomotor. Afektif

adalah ranah yang berhubungan dengan sikap, nilai, perasaan, emosi, serta derajat

penerimaan atau penolakan suatu obyek dalam kegiatan belajar mengajar.

Kognitif yaitu kemampuan menyatakan kembali konsep atau prinsip yang telah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

12

dipelajari, yang berkenaan dengan kemampuan berpikir, kompetensi memperoleh

pengetahuan, pengenalan, pemahaman, konseptualisasi, penentuan dan penalaran.

Psikomotor kompetensi melakukan pekerjaan dengan melibatkan anggota badan

serta kompetensi yang berkaitan dengan gerak fisik (motorik) (Karthwohl, 2002:

10-25). Sejalan dengan Lickona dalam (Ratna, 2014:132) karakter memiliki tiga

bagian yang saling berhubungan, yaitu:

a) Pengetahuan moral, mengetahui hal yang baik,

b) Perasaan moral, meninginkan hal yang baik, dan

c) Perilaku moral, melakukan hal-hal yang baik.

Ketiga ciri tersebut dapat diperluas dengan dua ciri lain, yaitu penilaian terhadap

hasil yang sudah diperoleh, sekaligus menularkannya terhadap hasil yang sudah

diperoleh, sekaligus menularkannya terhadap orang lain, yaitu hasil-hasil yang

bersifat positif.

Nilai-nilai budi pekerti dan pendidikan karekter membuktikan bahwa

keduanya memiliki keterkaitan yang baik sebagai sarana untuk mempelajari

kesenian hasil kebudayaan dari Indonesia. Kesenian kebangsaan yang mudah atau

dapat diberikan dalam hubungan kelas atau secara umum dapat dipergunakan

untuk menghasilkan budi pekerti serta menebalkan rasa kebangsaan (Dewantara,

2013: 71). Tujuannya untuk mengetahui kekhasan dari setiap kesenian khususnya

pada alat musik, serta nilai-nilai budi pekerti yang terkandung di dalam alat musik

tradisional yaitu gamelan. Dengan demikian peneliti bisa membuat kisi-kisi untuk

menyusun beberapa butir pertanyaan berkaitan dengan nilai-nilai yang terkandung

dalam setiap perangkat gamelan. Instrumen pertanyaan itu akan dibagikan kepada

beberapa siswa, untuk mengetahui apakah mereka mengetahui nilai-nilai yang

terkandung dalam alat musik gamelan. Kemudian peneliti dapat

mengembangkannya untuk “Pengembangan Prototipe Buku Pendidikan Budi

Pekerti dalam Memainkan Gamelan (untuk SD)”.

2.1.3 Gamelan

Kebudayaan itu berarti buah budi manusia, budi itu tidak lain ialah jiwa

yang sudah masak, sudah cerdas dan oleh karenanya sanggup dan mampu

mencipta, karena budi manusia itu mempunyai dua sifat yang istimewa, yaitu sifat

luhur dan sifat halus, maka segala ciptaannya senantiasa mempunyai sifat luhur

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

13

dan halus pula, sesuai dengan etika dan estetika. (Dewantara, 2013: 54).

Kebudayaan menghasilkan kesenian kebangsaan yang dapat diajarkan yaitu seni

suara, seni lukis, seni sastra, seni sandiwara, dan seni musik. Dalam budaya Jawa

terdapat penyatuan dari banyak bidang seni yaitu pagelaran wayang. Pagelaran

wayang kulit menggunakan gamelan sebagai pengiring utama dalam

pementasanya. Gamelan adalah hasil kebudayaan di Indonesia yang memiliki ciri

dan karakter masing-masing ditiap daerah yang berbeda-beda, sama halnya

dengan perbedaan dialeg (Endraswara, 2005: 157). Peneliti akan fokus pada

gamelan Jawa yang dipergunakan dalam kegiatan ekstrakurikuler untuk SD.

Gamelan Jawa telah tua umurnya. Sejak orang Jawa memiliki kegemaran

pada tabuhan, gamelan diciptakan. Dalam buku Yudhoyono (1984) berjudul

Gamelan Jawa; Awal Mula, dan Masa Depannya dipaparkan bahwa gamelan Jawa

terkait pula dengan upacara keagamaan. Gamelan juga berujud pusaka

(Endraswara, 2005: 217). Gamelan bukan sekedar instrumen untuk bermain

musik. Sebagai warisan budaya, sepanjang sejarah justru di dalamnya bermuara

interaksi budaya sekaligus perkembangan musikal. Tak mengherankan jika

gamelan bisa menjadi pintu masuk untuk melakukan kajian postkolonial secara

lebih mendalam. Maklum pula jika telah lebih dari se-abad gamelan Jawa menjadi

fokus utama bidang etnomusikologi di dunia. Gamelan Jawa juga memuat filosofi

kejawen yang luhur (Endraswara, 2005: 232).

Arti kata gamelan yaitu gembel yang merupakan alat untuk memukul.

Karena cara membunyikan instrumen itu dengan dipukul-pukul. Barang yang

sering dipukul namanya pukulan, barang yang sering diketok namanya ketokan

atau kentongan, barang sering digembel namanya gembelan. Kata gembelan ini

bergeser atau berkembang menjadi gamelan. Cara membuat gamelan berbahan

perunggu yang dipukul-pukul atau dipalu atau digembel, maka benda yang sering

dibuat dengan cara digembel namanya gembelan, benda yang sering dikumpul-

kumpulkan namanya kempelan dan seterusnya gembelan berkembang menjadi

gamelan. Dengan kata lain gamelan adalah suatu benda hasil dari benda itu

digembel-gembel atau dipukul-pukul (Dewantara, 2013). Arti kata Gamelan bagi

masyakarat Jawa menyebutnya dengan gangsa. Disebut demikian karena

mengangandung arti gong = gang ialah gegandulaning urip (bergantungnya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

14

hidup), yaitu sa atau rasa. Bahwa rasa merupakan pegangan utama dalam

kehidupan masyarakat Jawa (Yudhoyono, 1984: 17). Istilah “karawitan” yang

digunakan untuk merujuk pada kesenian gamelan banyak dipakai oleh kalangan

masyarakat Jawa. Istilah tersebut mengalami perkembangan penggunaan maupun

pemaknaannya. Banyak orang memaknai “karawitan" berangkat dari kata dasar

“rawit” yang berarti rumit, juga berarti kecil, halus, atau berliku-liku, enak.

(Supanggah, 2002: 5¬6). Gamelan Jawa baik penciptaan maupun penggunannya,

mempunyai hubungan yang erat dengan tingkat religius atau kepercayaan yang

dianut oleh masyarakat. Bahkan dapat dikatakan tidak dapat dipisahkan, karena

gamelan Jawa merupakan perwujudan hasil manunggalnya cipta-rasa-karsa

manusia. Dan memang inilah ciri khas dari kebudayaan Jawa (Yudhoyono, 1984:

64).

Gangsa (gamelan) ialah alat musik guna memperdengarkan gendhing,

bagian-bagiannya bermacam-macam serta dapat dibagi menjadi empat jenis,

yaitu: (1) pencipta irama: kendang, serta keprak, (2) pencipta suara: rebab, gender

(barung dan penerus), gambang, seruling, siter (celempung), dan saron peking,

(3) pemelihara irama: kethuk, kempul, kenong, gong kempyong, ketipung, kecer,

kemanak, bendhe, dan beri, (4) Pemelihara suara: bonang panembung, gender

panembung (slenthem), saron demung, serta saron biasa (Dewantara, 2013: 176).

Gamelan memiliki beragam cara dalam menghasilkan suara, dengan cara tertentu

yaitu dengan dipukul, dipetik, digesek, dan ditiup. Instrumen gamelan yang

menghasilkan suara sewaktu dipukul atau ditabuh, dengan bentuk dan bahan dari

setiap instrumen memiliki bentuk rongga getar. Dalam instrumen gamelan yang

dipukul yaitu saron, gambang, gender, demung, kendang, kethuk kenong, bonang,

kempul, dan gong. Instrumen gamelan yang menghasilkan suara ketika senar atau

dawai digetarkan melalui dipetik dengan jari-jari tangan dan tinggi rendahnya

nada tergantung dari panjang dan pendek senar/dawai. Instumen dalam gamelan

yang dipetik yaitu siter (celempung). Instrumen gamelan yang menghasilkan

suara ketika dawai digesek, seperti alat musik petik, tinggi rendahnya nada

tergantung dari panjang dan pendek dawai. Dalam instrumen gamelan yang

digesek yaitu rebab. Instumen gamelan menghasilkan suara saat suatu kolom

udara di dalamnya digetarkan sewaktu ditiup, tinggi rendah nada ditentukan oleh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

15

frekuensi gelombang yang dihasilkan terkait dengan panjang kolom udara dan

bentuk instrumen. Dalam instrumen gamelan yang ditiup adalah seruling. Adapun

dalam memainkan gamelan terdapat gendhing-gendhing yang berirama pelan,

sedang, dan cepat. Sebagai contoh dari gendhing dolanan anak adalah Gambang

Suling dengan irama pelan, Padang Mbulan dengan irama sedang, dan Jaranan

dengan irama cepat. Melalui cara-cara membunyikan atau memainkan gamelan

dan irama lagu-lagu gendhing tersebut, gamelan juga memiliki beberapa macam

alat atau instrumen yang membentuk seperangkat alat musik gamelan.

Gamelan secara umum ialah salah sebuah pernyataan musikal berupa

kumpulan alat-alat musik (bunyi-bunyian) tradisional dalam jumlah besar yang

terdapat (terutama) di Pulau Jawa. Gamelan yang lengkap mempunyai kira-kira

75 alat namun umumnya hanya 12 alat utama dan dapat dimainkan oleh 30 niyaga

(penabuh) dengan disertai 10-15 pesinden dan atau gerong. Dengan pakaian yang

dikenakan berupa beskap dan blangkon bagi penabuh laki-laki serta kebaya dan

rambut disanggul bagi penabuh perempuan. Semua alat tersebut dibunyikan

secara bersama-sama atau sebagian saja dengan cara yang sesuai, sehingga

merupakan konsert atau kumpulan suara yang teratur menurut tempo dan irama

tertentu. Dengan kata lain masing-masing alat mempunyai nama dan fungsinya

sendiri-sendiri dan dibunyikan menurut kebutuhannya. Hasil pembunyian tersebut

(secara teratur) disebut gendhing (Yudhoyono, 1984: 15). Masing-masing

instrumen memiliki karakteristik tertentu dan mengandung nilai-nilai budi pekerti

yang perlu dipahami oleh para penabuhnya, dalam penelitian ini terkhusus untuk

menumbuhkan nilai-nilai budi pekerti pada siswa SD.

2.1.4 Nilai-Nilai Budi Pekerti dalam setiap Instrumen Gamelan

Gamelan memiliki nilai disetiap instrumennya, dalam penanaman nilai ini

seseorang harus memulainya dengan menabuh instrumen gamelan. Sebagai

contoh 8 dari 12 instrumen gamelan yang ada adalah: Rebab, Bonang, Kendang,

Seruling, Gambang, Gender, Gong, dan Kempul. Gendhing gamelan yang indah

saat didengarkan karena dimainkan oleh para pengrawit atau niyaga atau penabuh

gamelan yang dimainkan oleh 30 niyaga (penabuh). Para pengrawit juga

memerlukan latihan secara teratur. Pada saat latihan pengrawit dengan para

pelatihnya menanamkan nilai-nilai yang terkandung secara tersirat. Pada bagian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

16

ini peneliti memaparkan 8 dari 12 makna dari masing-masing instrumen karena

keterbatasan waktu dan tenaga dari peneliti. Berikut makna dari masing-masing

instrumen gamelan Jawa:

(1) Rebab

Rebab adalah instrumen gamelan Jawa yang berdawai yang

membunyikannya secara digesek seperti halnya biola pada instrumen

barat. Dalam komposisi gamelan Jawa termasuk tetabuhan halus dan

khusus baik nada maupun penggunaannya. Bunyi yang dihasilkan oleh

rebab akan enak didengar apabila melakukannya secara teratur dan

terarah. Bentuk dari alat musik yang kemudian disebut rebab

dikembangkan dari tubuh manusia sedang duduk bersila, yang

memainkannya dipegang dalam posisi tegak, dan penggeseknya

digerakkan ke arah kiri dan kanan secara horizontal. Menurut konsepsi

orang Jawa ini mempunyai arti harus adanya keseimbangan antar

hubungan vertikal dan horizontal pada setiap manusia. Ujung rebab bagian

atas (tegak) menunjuk ke arah manusia menyembah pada Tuhannya.

Sedangkan cara menggeseknya menujuk arah bagaimana seorang itu

bersikap dan bertindak pada sesamanya dalam hidup sehari-hari. Di sinilah

ciri rebab yang religius. Pada saat seseorang sedang membunyikan rebab,

dapat pula dikatakan sebagai perlambang dari orang yang sedang

bersemedi. Bahwa dengan memusatkan rasa setelah menyaring (terutama

dari kedua telinga) akan hal-hal yang berasal dari luar (bahkan menutup

rapat semua lubang yang ada pada dirinya) maka akan ditemui adanya satu

alam yang lain. Ini diwujudkan dengan menggesek rebab (pemusatan rasa)

setelah menyetel rentang dawainya dengan teratur dan terarah secara betul

(Yudhoyono, 1984: 87-91). Berdasarkan nilai yang terkandung dalam

memainkan rebab yaitu pemusatan rasa menyembah kepada Tuhan, maka

ketika memainkan rebab pemain mengasah nilai spiritual (doa).

(2) Bonang

Bonang memiliki satu keistimewaan yaitu dapat dipakai untuk segala

macam gendhing, baik dalam irama yang keras atau cepat, maupun halus

atau pelan. Asal kata bonang yaitu perpaduan kata Nong-Nang yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

17

artinya dalam bahasa Jawa, Nong Kono-Nong Kene = di sana di situ,

fungsi utama bonang adalah sebagai petunjuk arah. Fungsi bonang juga

dapat dilihat dari cara memegang alat pemukulnya dan sebuah jari

(telunjuk) melekat lurus sejajar dengan tangkai. Sehingga kalau dilihat

seperti orang menuding atau menunjukkan arah (Yudhoyono, 1984: 91-

93). Berdasarkan nilai yang terdapat pada instrumen bonang, sebagai

penunjuk arah para penabuh yang lain maka penabuh bonang dilatih untuk

memiliki nilai tenggang rasa.

(3) Kendang

Kendang adalah instrumen gamelan Jawa yang paling menjadi pusat

perhatian dalam suatu gendhing. Istilah kendang bermula dari dua suku

kata yaitu ken dan dang. Ken merupakan kependekan dari kata kendali,

dan dang kependekan dari kata padang (terang). Maksudnya adalah

dikendalikan dengan pikiran dan hati yang jernih. Sesuai dengan arti kata,

fungsi utama kendang adalah sebagai pengendali. Yaitu pengendali setiap

permainan gamelan dalam berbagai gendhing. Kendanglah yang seringkali

membuka gendhing. Dalam kedudukan seperti ini cepat lambatnya

hentakan tangan pengendang sangat dipengaruhi pula irama gendhing-

gendhingnya. Salah dalam membuka, bisa jadi salah pula gendhingnya.

Fungsi kendang yang terpenting adalah mengendalikan tempo dan irama

setiap gendhing. Baik tempo pokok maupun irama cepat atau pun lambat

dan rangkap, diatur dengan bunyi kendang, termasuk di dalamnya

mengakhiri atau menghentikan gendhing dengan istilah suwuk. Sudah

sepantasnya jika seorang pengendang itu berfungsi sebagai pemimpin

kelompok gamelan (karawitan). Dia tahu betul situasi dan kondisi yang

sedang dihadapi. Bahkan dia pula yang menciptakan situasi dan kondisi

itu. Oleh karenanya bagi pengendang haruslah mempunyai pengendalian

pikiran dan hati yang jernih apabila menginginkan hasil yang maksimal.

Dengan kemampuannya itu dia dapat mengendalikan jalannya permainan

sebagik mungkin. Kesemuannya membawakan makna bahwa, tiap-tiap

usaha untuk mencapai tujuan yang suci itu harus dikendalikan dengan hati

dan pikiran yang jernih (Yudhoyono, 1984: 94-98). Berdasarkan nilai yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

18

terkandung dalam memainkan kendang adalah pendendalian pikiran dan

hati, dapat artikan penabuh kendang dilatih disiplin serta kepemimpinan.

(4) Seruling

Seruling adalah penghias lagu pokok yang mengisi sela-sela gendhing,

dalam kerja sama yang harmonis dengan alat tetabuhan yang lainnya. Kata

seruling dalam bahasa Jawa suling, kependekan dari kata su = nafsu dan

ling = eling = ingat. Artinya ngempet nafsu dan eling = menahan nafsu dan

selalu ingat. Hal ini mengandung makna bahwa setiap hal akan baik jika

disertai menahan hawa nafsu dan selalu ingat pada Tuhan Yang Maha

Kuasa. Dalam meniup seruling sebagai penghias lagu pokok mengisi sela-

sela gendhing, dalam kerja sama yang harmonis dengan gambang, dan

gender. Oleh karenanya seruling dibunyikan pada waktu-waktu tertentu

pada saat perlu ada penekanan dalam permainan gamelan. Dalam

meningkatkan daya cipta dan daya ingat lebih terlatih ke arah yang baik.

Jadi yang ada berupa kerja sama dan ketentraman (Yudhoyono, 1984: 98-

100). Berdasarkan nilai yang terkandung dalam memainkan seruling

memiliki nilai kerja sama, dan ketentraman dalam doa yang diasah ketika

meniup instrumen seruling.

(5) Gambang

Gambang berasal dari dua kata suku yaitu gam + bang = gamblang +

timbang = jelas + seimbang dan dipertimbangkan. Arti keseluruhan ialah

jelas, dengan dipertimbangkan masak-masak sehingga menjadi imbang.

Gambang dalam fungsinya sebagai penghias lagu pokok, cara

membunyikannya pun termasuk sulit dibanding dengan cara membunyikan

alat-alat untuk lagu pokoknya. Satu angka atau satu pukulan pada alat-alat

pembawa lagu pokok seperti saron, berarti empat atau lebih pukulan untuk

gambang. Ini pun harus kompak antara tangan kanan dan kiri. Tetapi bagi

yang telah berlatih hal ini merupakan suatu seni yang mengasyikan. Kita

dilatih dan biasakan untuk tidak hidup secara monoton, melainkan penuh

dengan variasi dan konsekuensi (Yudhoyono, 1984: 100-103).

Berdasarkan nilai yang terkandung dalam instrumen gambang adalah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

19

kompak yang dapat diartikan sebagai nilai kerja sama yang diasah ketika

menabuh gambang.

(6) Gender

Gender sewaktu membunyikannya, posisi duduk bersila dan alat

pemukul dijapit oleh sela-sela jari tangan kanan dan kiri, serta siku turun

ke bawah. Hal ini merupakan sifat dan kewajiban dari gender yang halus

dan sopan sesuai misi yang dibawakan. Dalam memukul gender cukup

dengan menggerakkan pergelangan tangan (ugel-ugel) sehingga roda

pemukulnya seolah-olah menggelinding dengan sedikit lompatan di atas

permukaan wilahan-wilahannya. Dengan begitu saja suara yang dihasilkan

sudah cukup keras untuk didengar. Setelah memukul gender tangan

(pangkal jari-jari) harus cepat-cepat matet ditempat wilahan yang baru saja

dipukul atau ditabuh agar tidak ada gaung getaran yang terus berbunyi

(Yudhoyono, 1984: 103-106). Berdasarkan nilai yang terkandung dalam

instrumen gender yaitu halus yang diartikan sopan, jadi pemain gender

diasah kesopanannya dalam menabuh gender.

(7) Gong

Gong dalam komposisi gamelan Jawa termasuk dalam kelompok

pertama, yaitu sebagai pemain irama. Maksudnya penentu batas-batas

antara guru lagu yang satu dengan lainnya di dalam suatu gendhing atau

lagu. Selain itu juga menentukan irama dasar. Oleh karenanya gong

dibunyikan dengan selang-selang yang besar. Adapun makna dari gong

mempunyai kesesuaian dengan arti nama serta fungsinya. Gong dapat

berarti besar seperti bentuk dan bunyinya. Tapi dapat berarti

gegandulaning urip = tempat bergantungnya hidup. Hal ini disamping

menunjukkan cara memasangnya digandul juga menunjukkan fungsinya

yaitu sebagai penentu batas-batas gendhing serta penentu irama dasar atau

mati hidupnya gendhing. Dalam pagelaran wayang kulit semalam suntuk,

gong disamping terus mengiringi sepanjang malam juga berfungsi

menutup bait per bait suluk dalang. Oleh karenanya tugas penabuh gong

sangatlah besar. Karena disamping harus tetap penuh konsentrasi, juga

harus mengerti berbagai jenis gendhing (Yudhoyono, 1984: 107-110).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

20

Berdasarkan nilai yang terkandung dalam menabuh gong yaitu konsentrasi

dan berserah kepada Tuhan, maka dalam menabuh gong pemain mengasah

nilai untuk berserah kepada Tuhan dan konsentrasi.

(8) Kempul

Kata kempul (Jawa) berarti kempel atau kumpul secara utuh atau

bulat. Hal ini sekaligus menunjukkan fungsi pokoknya sebagai patokan

dari lagu pokok suatu gendhing. Membunyikannya jarang-jarang, dalam

kombinasi dengan kethuk dan kenong. Memiliki fungsi untuk

memperdengarkan bunyi dengan selang-selang yang lebih kecil (pemain

irama). Maka dengan menabuh instrumen kempul dengan jarang-jarang

yang dibutuhkan si penabuh adalah kesabaran dan ketekunan, untuk

memahami setiap tabuhan dari setiap gendhing yang berbeda. Nantinya

ketika kesabaran dan ketekunan itu sudah nyawiji atau bersatu dengan diri

maka si penabuh akan memiliki unsur-unsur yang bulat, utuh, atau

ngumpul (Yudhoyono, 1984: 125-126). Berdasarkan nilai yang terkandung

dalam menabuh kempul yaitu kesabaran dan ketekunan, maka ketika

menabuh kempul pemain mengasah kesabaran dan ketekunan.

Tabel 2.2 Perangkat gamelan dan nilai-nilai budi pekerti yang terdapat dalam setiap

instrumen gamelan

No Perangkat

Gamelan

Nilai-nilai dalam instrumen Gamelan

1. Rebab (Bersemedi, Pemusatan rasa, Menyembah kepada Tuhan) doa

2. Bonang petujuk arah (keras lembut=konsentrasi), tenggang rasa

3. Kendang Disiplin, (Mengendalikan pikiran dan hati yang jernih), Pemimpin

4. Seruling Ketentraman (doa), kerja sama.

5. Gambang Pertimbangan yang masak hingga seimbang (doa), Kompak (kerja

sama)

6. Gender Halus, Sopan (manusia dengan manusia, manusia dengan

sekelilingnya, dan yang terasa di hati masing-masing)

7. Gong Berserah kepada Tuhan. Tempat bergantungnya hidup kepada yang

paling besar (Tuhan) doa, Konsentrasi.

8. Kempul Kesabaran dan ketekunan

Pemaparan di atas peneliti melihat bahwa, setiap instrumen gamelan

memiliki nilai-nilai budi pekerti yang terkandung di dalamnya. Setiap instrumen

gemelan memiliki peran sendiri-sendiri ketika dimainkan. Jika hanya salah satu

saja instrumen yang dimainkan maka tidak akan ada artinya, namun jika setiap

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

21

instrumen gamelan dimainkan secara bersama-sama dengan kerja sama, disiplin,

tenggang rasa, doa, sopan, konsentrasi, sabar, dan tekun maka akan tercipta irama

gendhing yang indah. Pada 8 dari 12 instrumen gamelan di atas, peneliti

memaparkan nilai-nilai dari instrumen yang akan menjadi satu kesatuan dalam

memainkan gamelan untuk membawakan sebuah irama gendhing yang indah.

Oleh karena itu setiap penabuh perlu bekerja sama tenggang rasa, doa, sopan,

konsentrasi, sabar, dan tekun yang akan dibahas dibagian berikut.

2.1.5 Nilai-nilai Budi Pekerti memainkan Gamelan

Pelatih gamelan membimbing para penabuh agar dapat memainkan

gamelan untuk menghasilkan irama yang indah. Ada beberapa ketentuan yang

diwajibkan oleh pelatih untuk dilakukan oleh para penabuh sebelum, pada saat,

dan sesudah memainkan gamelan seperti yang dipaparkan oleh narasumber Bapak

Pardiman Djoyonegara.

Sebelum memainkan gamelan, pelatih meminta para penabuh untuk

memiliki kebiasan laku ndodok (jalan jongkok) saat menuju gamelan, menyiapkan

alat dan pemukul, berdoa terlebih dahulu, menyiapkan teks not angka sebagai

panduan, konsentrasi untuk memulai menabuh instrumen gamelan, ketekunan

dalam berlatih agar penabuh dapat menguasai tabuhan.

Pada saat memainkan gamelan, pelatih mengajak para penabuh untuk

mengingat not angka atau ketekunan, penabuh laki-laki duduk dengan bersila, dan

perempuan duduk timpuh, dengan kedua telapak kaki sebagai alas badan erat

kaitannya dengan sopan santun, tenggang rasa dengan mendengarkan suara dari

instrumen lainnya, kerja sama terbentuk ketika semua instrumen ditabuh dengan

kesesuaian dan tidak boleh menonjolkan diri sendiri, toleransi dengan

mendengarkan irama dari cepat atau lambat, serius dalam memainkan instrumen

gamelan, serta tentang tidak boleh meninggalkan tempat atau berjalan-jalan,

kesabaran dalam menunggu atau menahan diri untuk memukul jika belum

waktunya.

Sesudah memainkan gamelan, pelatih mengajarkan para penabuh agar

berdoa untuk bersyukur kepada Tuhan karena telah dapat menabuh dengan baik,

disiplin untuk membersihkan tempat/ruangan gamelan, bertanggung jawab untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

22

mengembalikan alat pemukul instrumen gamelan, senantiasa menaati tata tertib,

dan kerapian dalam berbusana agar tetap rapi.

Nilai budi pekerti dalam gamelan memiliki banyak tata cara yang perlu

untuk dilakukan baik itu sifatnya wajib sebagai sarana pembentukkan secara

tersirat dalam gamelan yang terwujud dari sikap penabuh dalam mengasah nilai-

nilai budi pekerti. Berikut penjabaran dari nilai-nilai yang terkandung dalam

gamelan:

(1) Disiplin saat penabuh gong harus sigap, akan ditagih oleh seluruh

penabuh, jiwa suwuk tidak menabuh, karawitan terasa gagal (Endraswara, 2008:

72). Kegagalan itu ditandai dengan perpaduan suara gamelan yang sumbang/tidak

merdu. Maka peran penabuh gong menjadi penting dan dapat dikatakan memiliki

nilai kedisiplinan.

(2) Spiritual/religius, menurut sejarah gamelan mula-mulanya digunakan

untuk pemujaan kepada roh-roh baik roh halus, maupun roh-roh leluhur (upacara

ritual), dari upacara ritual, gamelan berkembang menjadi bersifat keagamaan,

sebagai saran untuk membuat suasana hening, untuk pemusatan perhatian dan

lain-lain. Gamelan setahun sekali dibawa ke halaman Masjid (Endraswara, 2008:

45). Dalam perkembangan dewasa ini, gamelan juga digunakan oleh masyarakat

Bali yang mayoritas beragama Hindu, sebagai sarana untuk upacara adat dan

pemujaan kepada Dewa Dewi. Begitu juga dalam kebudyaan agama Katolik, yang

menggunakan gamelan dalam alkulturasi budaya dari media untuk melantunkan

pujian-pujian Gereja menggunakan gamelan yang sebelumnya menggunakan

piano atau semacamnya. Maka peran gamelan serta penabuh sebelum dan sesudah

bahkan pada saat memainkan gamelan adalah senantiasa berdoa dalam lantunan

dan tabuhan harapan-harapan dan cita-cita serta mendekatkan diri kepada Tuhan

lewat suara merdu yang dihasilkan dalam gamelan.

(3) Konsentrasi, ketika menabuh seperlunya saja geleng-geleng kepala,

sesuai irama, jika perlu, agar tidak terkesan kaku; boleh memejamkan mata,

apabila telah mampu menabuh dengan tepat; pada waktu jeda, tidak saling

berbicara ngalor-ngidul dengan penabuh lain, kecuali dalam konteks gendhing;

jika mengantuk, tahan dahulu (Endraswara, 2008: 71). Bahwa ketika konsentrasi

adalah hal yang diolah oleh diri kita sendiri dalam diri untuk membuat situasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

23

nyaman dan menguntungkan kepada para penabuh lainnya, agar terciptanya fokus

dari para penabuh. Tujuannya agar pada saat memainkan gamelan, semua

penabuh dapat menabuh dengan baik dan benar lewat nilai dan sikap konsentrasi

dan fokus.

(4) Sopan santun, akan tidak etis jika melengkahi perangkat gamelan,

untuk pindah ke tempat lain; menabuh sambil bicara, senda gurau, makan,

merokok juga kurang bagus; tidak tidur di atas gamelan, sambil menanti tabuhan,

antawacena dalang misalnya (Endraswara, 2008: 70). Dari ketika contoh hal yang

dianggap tidak sopan itu adalah hal-hal yang perlu dihindari, karena dengan

perlakuan kita terhadap gamelan yang menjadi hal yang dianggap sebagai benda

mati yang menjadi simbol perangkat musik yang suci dan berharga. Layaknya

gamelan sebagai orang tua, karena gamelan adalah peninggal dari para leluhur dan

nenek moyang kita, yang dalam proses pembuatannya pula tidak sederhana. Maka

dari itu sikap sopan santun dibentuk dalam karakter pada penabuh gamelan baik

sebelum, pada saat dan sesudah memainkan gamelan sikap sopan santun tetap

selalu dihayati dan dihidupi.

(5) Tenang, ketika pembunyian gamelan dapat dikatakan benar atau baik

jika larasnya enak didengar dan isinya sepadan dengan usaha pembentukan serta

pembangunan jiwa seseorang menuju ke arah keluhuran (Yudhoyono, 1983: 17).

Maka bunyi gamelan pada saat ditabuh dapat menghasilkan suara yang merdu dan

dapat dirasakan dengan indah, ketika para penabuh sudah menep/tenang baik

dalam perilaku, hati, dan pikiran.

(6) Taat (tata tertib), saat menata dan menyiapkan pukul, di atas gamelan,

pegangan di sebelah kanan. Pukul tidak diletakkan di bawah, diselipkan dalam

gamelan. Kecuali tabuh gong, bisa diletakkan di depan penabuh, tidak dalam

lubang (di balik) gong. Tabuh gender juga diletakkan ke kanan kiri, agar

memudahkan memegang jika hendak mulai; pakaian yang digunakan dalam

menyajikan karawitan adalah disebut Kejawen (Endraswara, 2008: 69-71). Pada

mulanya gamelan itu ditempatkan di pendapa atau ndalem atau tempat lain

dengan ditata digelar di atas lantai yang berbadud atau berkarpet, atau ditata

digelar di atas bangku yang diatur seluas dengan gamelan itu sendiri (Soeroso,

1989: 20).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

24

(7) Ketekunan, sebelum memainkan instrumen gamelan dilatih dan diasah

melalui latihan secara rutin yang wajib dilakukan oleh para penabuh. Agar

penabuh dapat memiliki kemampuan untuk menabuh instrumen gamelan dengan

baik dan benar, sehingga menghasilkan irama gendhing yang indah (Endraswara,

2008: 64).

(8) Kesabaran, saat memainkan instrumen gamelan perlu menahan emosi,

pikiran yang tidak baik, dan perilaku yang kurang diterima oleh para niyaga yang

lain. Sabar dalam menabuh setiap instrumen gamelan dibutuhkan agar dalam

irama yang cepat dan lambat, dengan sabar para penabuh dapat menyesuaikan

dengan baik irama yang dimainkan.

Tata tertib adalah aturan yang dibuat agar para penabuh gamelan dalam

semua sesi pertunjukkan baik sebelum, pada saat, maupun sesudah memainkan

gamelan, wajib untuk menaati tata tertib yang ada. Dalam budaya Jawa dan

budaya guru-guru gamelan jarang ditemukan tata tertib yang tersurat, namun lebih

pada hal-hal yang semu/tersirat agar para penabuh gamelan dalam belajar dapat

mengasah kepekaan mereka akan ketaatan dalam melaksanakan tata tertib yang

telah ada.

Oleh karena memainkan gamelan memiliki kebiasaan-kebiasaan baik,

maka peneliti hendak memberikan informasi sederhana tenang memainkan

gamelan khususnya pada instrumen kempul. Alasan peneliti memilih instrumen

kempul karena (1) peneliti tidak mungkin menuliskan semua instrumen yang ada

pada gamelan karena penelitian ini merupakan penelitian kolaboratif dengan

pembagian instrumen untuk membedakan subjek-subjek penelitian, (2) peneliti

pernah memiliki pengalaman dalam memainkan kempul dan kempul memiliki

nilai-nilai yang sudah penelitian alami secara langsung dengan begitu peneliti

menuangkan dalam penelitian ini untuk penumbuhan nilai-nilai budi pekerti pada

siswa SD.

Tabel 2.3 Nilai-nilai budi pekerti sebelum, pada saat, dan sesudah memainkan gamelan.

1. Sebelum memainkan

gamelan, kamu harus

...

6 (enam) siswa sebelum memainkan gamelan menjawab hal yang

dilakukan menyiapkan alat dan pemukul, 5 (lima) siswa

menjawab berdoa terlebih dahulu, dan 4 (empat) siswa menjawab

menyiapkan teks not angka sebagai panduan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

25

2. Pada saat memainkan

gamelan, kamu harus

...

5 (lima) siswa pada saat memainkan gamelan hal yang dilakukan

adalah konsentrasi, 3 (tiga) siswa dengan sopan, 3 (tiga) siswa

dengan mengingat not angka, 2 (dua) siswa menjawab memukul

dengan benar/taat pada aturan, 1 (satu) siswa menjawab dengan

serius, dan 1 (satu) siswa menjawab dengan tenang.

3. Sesudah memainkan

gamelan, kamu harus

...

8 (delapan) siswa sesudah memainkan gamelan menjawab

merapikan gamelan dan pemukul (disiplin), 2 (dua) siswa

menjawab membersihkan tempat/ruangan gamelan (rapi), 2 (dua)

siswa menjawab berdoa, 2 (dua) siswa menjawab tenang dan

berhenti memukul, 1 (satu) siswa menjawab menaati tata

tertib/aturan.

Gamelan memiliki nilai-nilai yang baik untuk ditanamkan kepada

generasi penerus karena nilai-nilai yang diasah dalam gamelan meliputi sebelum,

pada saat, dan sesudah memainkan gamelan. Dari 12 instrumen yang ada pada

gamelan peneliti akan fokus kepada salah satu alat musik gamelan bernama

kempul. Alasannya karena peneliti pernah memiliki pengalaman memainkan

kempul yang melatih peneliti untuk bersikap sabar dan tekun.

2.1.6 Instrumen Gamelan: Kempul

Kata kempul (Jawa) berarti kempel atau kumpul secara utuh atau bulat.

Hal ini sekaligus menunjukkan fungsi pokoknya sebagai patokan dari lagu pokok

suatu gendhing. Gamelan memiliki berbagai macam instrumen dan berikut cara

memainkan kempul. Alat gamelan Jawa yang bentuk, bahan, serta cara

meletakkannya seperti gong biasa disebut dengan kempul. Hanya saja ukuran

besarnya yang berbeda. Kalau gong berdiameter sampai 1 meter atau lebih, maka

ukuran kempul yang terbesar kurang dari ½ meter. Demikian pula dengan

jumlahnya. Kempul terdiri atas beberapa buah yang masing-masing besarnya tidak

sama. Jumlah ini sesuai dengan jumlah nada pada laras gamelan. Jadi kempul

punya dua laras yaitu pelog dan slendro. Sehingga bunyi yang dihasilkan dapat

beberapa macam, yang lebih kecil daripada gong (Yudhoyono, 1984: 125).

Menurut Ensiklopedi Umum keluaran Kanisius di dalam Yudhoyono

(1984, 16). Kempul dilihat dari fungsinya termasuk dalam kelompok alat canang-

canang yaitu pemain irama. Gong suwukan, kempul, kenong, kethuk, engkuk, dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

26

kemong dengan bentuk yang lebih kecil dari gong besar, memiliki fungsi untuk

memperdengarkan bunyi dengan selang-selang yang lebih kecil (pemain irama).

Kempul membunyikannya jarang-jarang yang melambangkan kesabaran

dalam bertindak, pada kombinasi dengan kethuk dan kenong Kalau kenong

ditabuh di setiap akhir bait atau „gatra’, maka kempul ditabuh setiap ½ bait atau ½

gatra. Atau sesudah kethuk pertama, tapi sebelum kenong. Sehingga dalam suatu

gendhing jenis biasa (ladrang dan ketawang), kombinasi (selang-selingnya) yang

menumbuhkan ketekunan penabuh dalam berlatih agar mampu merasakan

selingan dengan kethuk dan kenong (Yudhoyono, 1984: 126). Selingan kempul,

kethuk, dan kenong adalah sebagai berikut.

Gendhing ladrang: 0 Kethuk 0 Kempul 0 Kethuk 0 Kenong

. . . . . . . . .

0 Kethuk 0 Kempul 0 Kethuk 0 Kenong

. . . . . . . . .

0 Kethuk 0 Kempul 0 Kethuk 0 Kenong

. . . . . . . . .

0 Kethuk 0 Kempul 0 Kethuk 0

. . . . . . . . .

Makna yang diperoleh dari rentetan cara menabuh seperti di atas adalah

sebagai berikut: bahwa tujuan yang dimaksud semula baru tercapai dan sesuai

(Kethuk) apabila unsur-unsur untuk mencapainya sudah bulat, utuh, „kempel’

(Kempul) dan mendapatkan ijin atau ridho dari Yang Maha Kuasa (Kenong)

(Yudhoyono, 1984: 126).

Memainkan kempul dalam gamelan Jawa merupakan peran yang penting

dalam pengatur irama. Ketika penabuh kempul berlatih menabuh kempul, secara

tidak langsung akan dilatih kesabaran pada saat penabuh kempul dalam

membunyikan dengan jarang-jarang, dan harus menunggu instrumen lain

berbunyi terlebih dahulu, dan harus senantiasa sesuai. Penabuh kempul juga akan

dapat mengasah ketekunan pada seling-selingan tabuhan kempul dengan kethuk

dan kenong, ketekunan dibutuhkan karena dengan latihan yang rutin maka

Kenong

Gong

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

27

penabuh akan semakin baik dalam menabuh kempul pada seling-selingan tabuhan

kempul (Yudhoyono, 1984: 125-126).

Menurut Depdiknas (2010), pendidikan budi pekerti berkaitan erat dengan

pendidikan karakter. Pendidikan karakter adalah adalah segala sesuatu yang

dilakukan guru, yang mampu mempengaruhi karakter peserta didik. Guru

membantu membentuk watak peserta didik. Hal ini meliputi keteladanan

bagaimana perilaku guru, cara guru berbicara atau menyampaikan materi,

bagaimana guru bertoleransi, dan berbagai hal terkait lainnya. Berdasarkan grand

design yang dikembangkan Kemendiknas tersebut, secara psikologis dan sosial

kultural pembentukan karakter dalam diri individu merupakan fungsi dari seluruh

potensi individu manusia (afektif, kognitif, dan psikomotor) dalam konteks

interaksi sosial kultural (dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat) dan

berlangsung sepanjang hayat.

Pendidikan budi pekerti adalah hal dasar yang memiliki peran penting

dalam menumbuhkan karakter manusia. Karakter manusia dapat dibentuk melalui

pendidikan karakter. Pendidikan karakter merupakan pengembangan diri manusia

dalam menambahkan sebuah keutamaan dalam dirinya ketika ia mampu

menyempurnakan diri menjadi semakin baik. Hasil-hasil usahanya ini dapat

dilihat melalui pemikiran, perilaku, dan keputusannya (Koesoema, 2015: 81-82).

Tabel 2.4 Nilai-nilai budi pekerti, nilai-nilai karakter, dan nilai-nilai memainkan kempul

Nilai-nilai

Budi Pekerti

Nilai-nilai

Karakter

Nilai-nilai Memainkan Kempul:

Kesabaran

Nilai-nilai Memainkan Kempul:

Ketekunan

Pikiran Kognitif Kemampuan untuk menahan

pikiran – konsentrasi untuk

memperhatikan kapan waktu

yang tepat untuk memukul

Kerasnya tekat : ketika dalam

latihan menghafalkan notasi

gendhing, dan menyelaraskannya

dengan instrumen lain.

Sikap Afektif Kemampuan untuk menahan

perasan – mengasah

pendengaran supaya mengetahui

kapan harus memukul dengan

irama yang keras dan lembut.

Kesungguhan hati : yang secara

alami muncul untuk giat dalam

berlatih menabuh kempul sesuai

dengan ketepatan notasi

gendhing dan keselarasannya.

Perilaku Psikomotor Penabuh kempul dapat sabar

menanti untuk memukul kempul

di saat yang tepat sehingga

gamelan menghasilkan irama

yang indah.

Penabuh kempul memukul

kempul sesuai apa yang telah

dipelajarinya saat latihan dengan

tempo yang keras atau lembut.

Berdasarkan tabel di atas peneliti mengaitkan aspek dari nilai-nilai budi

pekerti, nilai-nilai pendidikan karakter, nilai-nilai memainkan kempul: kesabaran

dan ketekunan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

28

Dalam nilai-nilai memainkan kempul yang pertama kesabaran. Kaitan

yang dilihat dari nilai pikiran dan kognitif bahwa kemampuan menahan pikiran

melalui konsentrasi untuk memperhatikan kapan waktu yang tepat untuk

memukul. Kaitan yang dilihat dari nilai sikap dan afektif yaitu kemampuan untuk

menahan perasan lewat mengasah pendengaran supaya mengetahui kapan harus

memukul dengan irama yang keras dan lembut. Kaitan yang dilihat dari nilai

perilaku dan psikomotor yaitu penabuh kempul dapat sabar menanti untuk

memukul kempul di saat yang tepat sehingga gamelan menghasilkan irama yang

indah.

Dalam nilai-nilai memainkan kempul yang kedua ketekunan. Kaitan yang

dilihat dari nilai pikiran dan kognitif bahwa dengan kerasnya tekat : ketika dalam

latihan menghafalkan notasi gendhing, dan menyelaraskannya dengan instrumen

lain. Kaitan yang dilihat dari nilai sikap dan afektif yaitu kesungguhan hati yang

secara alami muncul untuk giat dalam berlatih menabuh kempul sesuai dengan

ketepatan notasi gendhing dan keselarasannya. Kaitan yang dilihat dari nilai

perilaku dan psikomotor yaitu penabuh kempul memukul kempul sesuai apa yang

telah dipelajarinya saat latihan dengan tempo yang keras atau lembut.

Menabuh instrumen kempul dengan jarang-jarang yang dibutuhkan si

penabuh adalah kesabaran dan ketekunan, untuk memahami setiap tabuhan dari

setiap gendhing yang berbeda. Ketika kesabaran dan ketekunan itu sudah nyawiji

atau bersatu dengan diri maka si penabuh akan memiliki unsur-unsur yang bulat,

utuh, atau ngumpul. Demikian pula menjadi sarana yang baik dalam penanaman

nilai budi pekerti yaitu kesabaran dan ketekunan pada diri penabuh, yang

ditanamkan sejak dini ketika masih siswa-siswi, lewat program Gerakan Literasi

Sekolah (GLS) dari pemerintah yaitu kegiatan membaca 15 menit sebelum

pembelajaran dengan sumber bacaan. Maka peneliti mengembangkan sumber

bacaan dalam pengembangan media prototipe buku pendidikan budi pekerti

dalam memainkan gamelan (kempul) untuk SD.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

29

2.1.7 Literasi

2.1.7.1 Pengertian Literasi

Literasi adalah kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan

sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas, antara lain membaca, melihat,

menyimak, menulis, dan/atau berbicara. Pada masa sekarang ini, di abad ke-21

kemampuan berliterasi peserta didik berkatian erat dengan tuntutan ketearmpilan

membaca yang berujung pada kemapuan memahami informasi secara analitis,

kritis, dan reflektif. Akan tetapi, pembelajaran di sekolah saat ini belum mampu

mewujudkan hal tersebut. Pada tingkat sekolah menegah (usia 15 tahun) diuji oleh

Organisasi untuk Kersa Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD – Organization

for Education Cooperation and Development) dalam Programme for

International Student Assessment (PISA) (Faizah, Dkk.Kemendikbud, 2016: 1).

PISA 2009 menunjukkan peserta didik Indonesia berada pada peringkat ke-57

dengan skor 396 (skor rata-rata OECD 493), sedangkan PISA 2012 menunjukkan

peserta didik Indonesia berada pada peringkat ke-64 dengan skor 396 (skor rata-

rata OECD 496) (OECD, 2013). Sebanyak 65 negara berpartisipasi dalam PISA

2009 dan 2012. Dari kedua hasil ini dapat dikatakan bahwa praktik pendidikan

yang dilaksanakan di sekolah belum memperlihatkan fungsi sekolah sebagai

organisasi pembelajaran yang berupaya menjadikan semua warganya menjadi

terampil membaca untuk mendukung mereka sebagai pembelajar sepanjang hayat

(Faizah, Dkk.Kemendikbud, 2016: 1).

Berdasarkan hal tersebut, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

mengembangkan gerakan literasi sekolah (GLS) yang melibatkan semua

pemangku kepentingan di bidang pendidikan, mulai dari tingkat pusat, provinsi,

kabupaten/kota, hingga satuan pendidikan. Selain itu, pelibatan unsur eksternal

dan unsur publik, yakni orang tua peserta didik, alumni, masyarakat, dunia usaha

dan industri juga menjadi komponen penting dalam GLS (Faizah,

Dkk.Kemendikbud, 2016: 1). Gerakan literasi sekolah juga memiliki tujuan umum

menumbuhkembangkan budi pekerti peserta didik melalui pembudayaan

ekosistem literasi sekolah yang diwujudkan dalam Gerakan Literasi Sekolah agar

mereka menjadi pembelajar sepanjang hayat. Sejalan dan selaras dengan tujuan

umum dari GLS ini, peneliti mengembangkan saran berupa “Prototipe Buku

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

30

Pendidikan Budi Pekerti dalam Memainkan Gamelan” pada Cergam tersebut

terkandung banyak akan nilai-nilai budaya yang adiluhung dan baik jika diketahui

dan menjadi bahan sumber ilmu bagi peserta didik lewat media Cergam.

2.1.7.2 Gerakan Literasi di Sekolah

GLS merupakan suatu usaha atau kegiatan yang bersifat partisipatif

dengan melibatkan warga sekolah (peserta didik, guru, kepala sekolah, tenaga

kependidikan, pengawas sekolah, Komite Sekolah, orang tua/wali murid peserta

didik), akademisi, penerbit, media massa, masyarakat (tokoh masyarakat yang

dapat merepresentasikan keteladanan, dunia usaha, dll.), dan pemangku

kepentingan di bawah koordinasi Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan

Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. GLS adalah gerakan sosial

dengan dukungan kolaboratif berbagai elemen. Upaya yang ditempuh untuk

mewujudkannya berupa pembiasaan membaca peserta didik. Pembiasaan ini

dilakukan dengan kegiatan 15 menit membaca (guru membacakan buku dan

warga sekolah membaca dalam hati, yang disesuaikan dengan konteks atau target

sekolah). Ketika pembiasaan membaca terbentuk, selanjutnya akan diarahkan ke

tahap pengembangan, dan pembelajaran (disertai tagihan berdasarkan Kurikulum

2013). Variasi kegiatan dapat berupa perpaduan pengembangan keterampilan

reseptif maupun produktif. Dalam pelaksanaannya, pada periode tertentu yang

terjadwal, dilakukan asesmen agar dampak keberadaan GLS dapat diketahui dan

terus-menerus dikembangkan. GLS diharapkan mampu menggerakkan warga

sekolah, pemangku kepentingan, dan masyarakat untuk bersama-sama memiliki,

melaksanakan, dan menjadikan gerakan ini sebagai bagian penting dalam

kehidupan (Wiedarti, Dkk.Kemendikbud. 2016: 8-9).

Prototipe Buku Cergam Pendidikan Budi Pekerti dalam Memainkan

Gamelan dapat menjadi bahan bacaan peserta didik di sekolah, dalam kegiatan

GLS yang dilakukan 15 sebelum masuk kelas sebelum KBM (Kegiatan Belajar

Mengajar) berlangsung. Peneliti memilih media sumber bacaan yaitu cerita

bergambar (Cergam) karena siswa SD cenderung tidak menyukai buku jika hanya

tulisan yang berbaris-baris saja, melainkan akan dirasa lebih efektif dan mudah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

31

diterima/dipahami oleh siswa SD ketika tulisan/teks cerita dilengkapi dan

diperjelas menggunakan gambar yang sesuai.

2.1.7.3 Cerita Bergambar

Cerita menurut KBBI adalah tuturan yang membentangkan bagaimana

terjadinya suatu hal (peristiwa, kejadian, dan sebagainya. Sedangkan dari

pengertian yang berbeda cerita sebagai sebuah narasi berbagai kejadian yang

sengaja disusun berdasarkan waktu. Cerita sebagai peristiwa-peristiwa yang

terjadi berdasarkan urutan waktu yang disajikan dalam sebuah karya fiksi (Kenny

dalam Nurgiyantoro, 1995: 91). Gambar adalah segala sesuatu yang diwujudkan

secara visual kedalam bentuk dua dimensi sebagai hasil perasaan dan pikiran.

Gambar dapat dipergunakan sebagai media dalam penyelenggaraan proses

pendidikan sehingga memungkinkan terjadinya proses belajar-mengajar.

Pemilihan gambar haruslah tepat, menarik dan dapat merangsang siswa untuk

belajar. Media gambar yang menarik, akan menarik perhatian siswa dan

menjadikan siswa memberikan respon awal terhadap proses pembelajaran. Media

gambar yang digunakan dalam pembelajaran akan diingat lebih lama oleh siswa

karena bentuknya yang konkrit dan tidak bersifat abstrak. Gambar adalah suatu

bentuk ekspresi komunikasi universal yang dikenal khalayak luas (Tarigan, 1995:

209).

Pengertian Cergam atau cerita bergambar adalah suatu bentuk seni yang

menggunakan gambar-gambar tidak bergerak yang disusun sedemikian rupa untuk

memperjelas sebuah teks cerita. Biasanya Cergam dicetak di atas kertas dan teks

adalah bagian utama di dalamnya. Cergam merupakan media yang unik,

menggabungkan teks dan gambar dalam bentuk yang kreatif, media yang sanggup

menarik perhatian semua orang dari segala usia, karena memiliki kelebihan, yaitu

mudah dipahami (Putra, 2008: 10).

Cerita bergambar adalah sarana dan prasarana sebagai media belajar untuk

semua kalangan, terkhusus untuk siswa-siswi dan remaja. Dalam cerita bergambar

hal-hal yang ditekankan adalah teks cerita mengenai penjelas imajinasi pembaca

dengan gambar ilustrasi yang tersedia. Hal ini dibuktikan lewat peradaban jaman

terdahulu, bahwa proses dalam berkomunikasi dilakukan dengan simbol-simbol

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

32

yang berupa gambar, sebagai contoh prasasti-prasasti kerajaan yang ada di

nusantara, dan Candi Borobudur yang menjadi saksi sejarah, bahwa simbol

mewakili alat komunikasi lewat gambar. Maka benar bahwa cerita bergambar

dapat lebih mudah untuk menyampaikan suatu pesan dari sebuah cerita. Lebih lagi

jika keduanya dapat dikombinasikan dengan baik, akan tercipta sebuah cerita

bergambar yang menarik, ringan untuk dibaca, dan dapat dengan mudah

mendapatkan pesan yang terkandung di dalamnya.

2.2 Penelitian yang Relevan

Penelitian yang terkait dengan prototipe Cergam pendidikan budi pekerti

dalam memainkan gamelan masih memiliki sedikit sumber untuk dijadikan hasil

penelitian yang relevan. Berikut merupakan hasil penelitian yang relevan yang

bersangkutan dengan prototipe Cergam peendidikan budi pekerti dalam

memainkan gamelan.

Penelitian yang pertama dilakukan oleh Sulistyobudi (2013) dengan judul

“Seni Karawitan atau Gamelan Jawa: Pendidikan Budi Pekerti” Tujuan dari

penelitian ini adalah menanamkan kepada masyarakat dan generasi muda melalui

kesenian karawitan atau gamelan sebagai seni pertunjukan yang mengandung

pendidikan budi pekerti atau moral. Penelitian ini mengungkapan dan mengkaji

nilai-nilai budi pekerti atau moral yang terdapat dalam kesenian karawitan

terdapat nilai kebersamaan, kepemimpinan, persatuan, patriotisme, dan cinta tanah

air. Diharapkan nilai-nilai budi pekerti itu menjadi pedoman bertingkah laku bagi

masyarakat. Simpulan yang dapat diambil bahwa, seni karawitan atau gamelan

merupakan sarana yang baik untuk menanamkan pendidikan nilai budi pekerti

atau moral pada siswa atau masyarakat. Dalam seni karawitan terkandung nilai-

nilai luhur yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam lagu

atau tembang dan cara menabuh gamelan pun memberikan nilai-nilai budi pekerti.

Oleh karena itu, di era globalisasi saat ini nilai pendidikan budi pekerti yang

terdapat dalam kesenian karawitan menjadi salah satu alternatif untuk ditanamkan

dan diajarkan. Dengan adanya budi pekerti yang baik maka akan menjadikan

masyarakat yang lebih dihargai dan bermanfaat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

33

Penelitian yang kedua dilakukan oleh Yuliantoro (2014) dengan judul

“Penanaman Nilai Budi Pekerti Pada Anak melalui Kesenian Tradisional”. Tujuan

dari penelitian ini adalah menanamkan nilai-nilai budi pekerti pada siswa melalui

kesenian tradisional. Di dalam kesenian tradisional banyak terkandung nilai-nilai

luhur yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya dalam kesenian

wayang kulit, karawitan atau gamelan dan tari. Mempelajari kesenian tradisional

merupakan salah satu aktivitas yang baik bagi proses pengembangan kepribadian

siswa, karena dalam kesenian tradisional banyak terkandung nilai-nilai luhur,

seperti budi pekerti, sopan santun, kebijaksanaan dan sebagainya. Selain itu dalam

proses pembelajaran kesenian tradisional, siswa-siswi akan diarahkan dan

dibimbing untuk mampu bersosialisasi dengan rekan-rekannya, bekerja sama,

melatih kekompakan tim (seperti dalam kesenian tari atau karawitan).

Penelitian yang ketiga dilakukan oleh Rudiansyah, A; Baharuddin, M; &

Yosep S.P (2015) dengan judul “Penciptaan Cergam Ilustrasi Gamelan Jawa

dengan Menggunakan Teknik Vektor sebagai Upaya Pengenalan Alat Musik

Tradisional pada Anak-anak”. Tujuan dari penelitian ini penggunaan buku

ilustrasi gamelan Jawa dengan penggunaan teknik vektor dapat mengenalkan alat

musik pada siswa-siswi. Gamelan merupakan seni karawitan, karawitan adalah

seni memainkan musik tradisional pada siswa-siswi. Dengan menggunakan media

sebuah buku sebagai media pembelajaran sangat baik untuk melatih siswa-siswi

membaca dan sebagai jendela pengetahuan bagi meraka. Menggunakan ilustrasi

pada buku akan membuat siswa-siswi tertarik untuk membaca dan membuat

mereka tidak cepat bosan. Pada buku ini teknik desain yang dipakai menggunakan

basik vektor sebagai teknik untuk pembuatan ilustrasi. Teknik vektor sendiri

memiliki warna-warna yang solid yang cocok digunakan dalam pembuatan

bentuk-bentuk gambar sederhana, logo, dan sebagainya. Vektor juga mudah untuk

di ubah ukurannya dari kecil atau besar tanpa merubah kualitas gambar

sedikitpun. Penelitian ini menggunkan metode kualitatif untuk mencari informasi

dan menganalisa gejala dan fenomena yang terjadi pada siswa-siswi terhadap

pengenalan alat musik tradisional gamelan.

Berdasarkan beberapa literatur penelitian yang relevan di atas, peneliti

masih belum menemukan penelitian yang berkaitan dengan pengembangan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

34

prototipe buku pendidikan budi pekerti dalam memainkan gamelan untuk siswa

usia sekolah dasar. Penelitian di atas masih terbatas pada penjelasan tentang

tujuan dari buku ilustrasi, pendidikan budi pekerti dan cara memainkan gamelan.

Ketiga penelitian yang relevan tersebut belum saling berkaitan. Oleh karena itu,

peneliti akan mengembangkan prototipe buku pendidikan budi pekerti dalam

memainkan gamelan untuk siswa usia sekolah dasar.

Gambar 2.1 Penelitian yang Relevan

2.3 Kerangka Berpikir

Pengalaman wawancara yang dilakukan peneliti terhadap praktisi

gamelan, mendapat pengetahuan bahwa terdapat nilai-nilai budi pekerti dalam

memainkan gamelan. Contohnya adalah sikap kerjasama, tanggung jawab,

dan sopan. Kerjasama tampak dari permainan gamelan yang harus dimainkan

secara bersama-sama. Tanggung jawab tampak dari masing perangkat musik

gamelan yang memiliki fungsi dan cara membunyikan yang berbeda-beda.

Sopan tercermin dari etika atau cara yang harus dan tidak boleh dilakukan

dalam permainan gamelan.

Penelitian yang berkatian

dengan pendidikan budi

pekerti

Penelitian yang berkatian

dengan buku

ilustrasi/bergambar

Sulistyobudi (2013)

Seni Karawitan atau

Gamelan Jawa: Pendidikan

Budi Pekerti

Penelitian ini mengkaji

nilai-nilai yang terkandung

pada gamelan

Yuliantoro (2014)

Penanaman Nilai Budi Pekerti

pada Anak melalui Permainan

Tradisional

Penelitian ini mempelajari

kesenian tradisional yang

terdapat nilai-nilai budi pekerti

luhur.

Rudiansyah, A; Baharuddin, M;

& Yosep S.P (2015)

Penciptaan Buku Ilustrasi

Gamelan Jawa dengan

Menggunakan Teknik Vektor

sebagai Upaya Pengenalan Alat

Musik Tradisional pada Anak-

anak

Penelitian ini menghasilkan

produk berupa buku ilustrasi

Penelitian yang berkatian

dengan gamelan Jawa

Gregorius Bintara Setiaji (2017)

Pengembangan Prototipe Buku Pendidikan Budi Pekerti dalam Memainkan Gamelan (untuk SD)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

35

Nilai-nilai budi pekerti baik untuk ditanamkan pada siswa semenjak

sekolah dasar. Jika dari usia sekolah dasar siswa telah ditanamkan budi

pekerti yang baik, diharapkan hal tersebut akan dibawa dan dibiasakan

sampai dewasa. Belum banyak Cergam khusus untuk siswa sekolah dasar

yang memuat penjelasan mengenai gamelan. Peneliti termotivasi untuk

membuat buku sederhana yang memuat penejelasan mengenai gamelan

khususnya gamelan Jawa, dan nilai-niali budi pekerti yang terkandung saat

memainkan gamelan Jawa. Cergam yang telah dibuat diharapkan dapat

mendorong siswa memiliki budi pekerti melalui permainan gamelan.

2.3.1 Pertanyaan Penelitian

2.1.3.1 Bagaimana mengembangkan “Prototipe Buku Pendidikan Budi Pekerti

dalam Memainkan Gamelan (untuk SD)” ?

2.1.3.2 Bagaimana mengetahui kualitas “Prototipe Buku Pendidikan Budi

Pekerti dalam Memainkan Gamelan (untuk SD)” dengan menulisakan

pertanyaan refleksi?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

36

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab III dalam metode penelitian ini akan membahas tentang jenis

penelitian, setting penelitian, prosedur penelitian, uji coba produk, instrumen

penelitian, teknik penlitian, pengumpulan data, teknik analisis data, jadwal

penelitian.

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah R&D (Research and Development)

yang dalam bahasa Indonesia dikenal dengan penelitian dan pengembangan. R&D

(Research and Development) adalah metode penelitian yang digunakan untuk

menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tertentu

(Sugiyono, 2015:297). Menurut Brog & Gall (dalam Setyosari, 2012: 221)

penelitian pengembangan merupakan suatu proses yang dipakai untuk

mengembangkan dan memvalidasi produk. Penelitian ini mengikuti langkah-

langkah sebagai berikut: (1) kajian tentang temuan penelitian produk yang akan

dikembangkan, (2) mengembangkan produk, (3) melakukan uji coba lapangan,

dan (4) melakukan revisi. Setelah itu peneliti akan menguji keefektifan produk

tersebut di sekolah dasar. Berdasarkan dua pendapat ahli di atas, dapat

disimpulkan bahwa Research and Development jenis penelitian yang

menghasilkan dan mengembangkan suatu produk tertentu dengan cara yang

sistematis. Penelitian ini disebut penelitian pengembangan dikarenakan peneliti

mengembangkan suatu produk prototipe buku pendidikan budi pekerti dalam

memainkan gamelan untuk siswa usia sekolah dasar.

3.2 Setting Penelitian

Setting penelitian ini akan membahas tempat penelitian, subjek penelitian,

objek penelitian dan waktu penelitian.

3.2.1 Tempat Penelitian

Peneliti melakukan wawancara untuk memperoleh data awal dari

praktisi gamelan. Penelitian untuk analisis kebutuhan siswa dan uji coba

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

37

produk dilaksanakan di SD Kanisius Minggir yang beralamatkan di

Minggir, Sendangagung, Minggir, Sleman 55562, Yogyakarta dan di Desa

Kenatan, Muntilan.

3.2.2 Subjek Penelitian

Subjek ketika wawancara adalah pemerhati gamelan seniman di

Bantul Yogyakarta dan guru gamelan di SD Marsudirini Muntilan. Subjek

uji penelitian yang akan diteliti adalah siswa usia SD berjumlah 16 siswa

(analisis kebutuhan siswa), 20 siswa (uji coba produk) yang mengikuti

kegiatan ekstrakurikuler karawitan di SD Kanisius Minggir Sleman, dan 7

siswa SD di Desa Kenatan, Muntilan yang mengikuti kegiatan

ekstrakurikuler di SD masing-masing.

3.2.3 Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah prototipe pengembangan buku

pendidikan budi pekerti dalam memainkan gamelan (untuk SD) yang

mengikuti kegiatan ekstrakurikuler karawitan dalam konteks pendidikan

budi pekerti melalui kesenian alat musik gamelan.

3.2.4 Waktu Penelitian

Penelitian ini membutuhkan waktu selama sembilan bulan.

Terhitung mulai dari bulan Mei 2017 sampai bulan Januari 2018.

3.3 Prosedur Pengembangan

Prosedur penelitian ini menggunakan tahapan penelitian Research

and Development (R&D) menurut Sugiyono (2015: 409). Prosedur

pengembangan menurut Sugiyono ini dilakukan melalui sepuluh langkah

prosedur pengembangan, tahap (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

38

data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, (6) uji coba produk,

(7) revisi produk, (8) ujicoba pemakaian, (9) revisi poduk, dan (10) produk masal.

Langkah-langkah penelitian dan pengembangan menurut Sugiyono ditunjukkan

pada bagan berikut:

Gambar 3.1 Langkah-langkah Penelitian Pengembangan (R&D)

Pada penelitian ini peneliti hanya menggunakan enam prosedur yang

ada dalam buku Sugiyono dikarenakan keterbatasannya waktu, tenaga, dan

biaya yang tidak memungkinan peneliti melakukan semua langkah yang

ada. Peneliti hanya menggunakan enam langkah tersebut diantaranya adalah

(1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4)

validasi desain, (5) revisi desain, (6) uji coba produk, sehingga dapat

menghasilkan produk prototipe pengembangan buku Cergam pendidikan

budi pekerti dalam memainkan gamelan (untuk SD).

Potensi dan

masalah

Pengumpulan

Data Desain Produk Validasi Desain

Revisi Desain Uji Coba

Produk

Revisi

Produk

Uji Coba

Pemakaian

Revisi

Produk

Produksi Masal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

39

Prosedur penelitian dan pengembangan akan dijelaskan dalam gambar

bagan berikut ini:

Gambar 3.2 Prosedur Penelitian Pengembangan yang digunakan oleh Peneliti

Pengembangan Buku Prototipe Pendidikan Budi Pekerti dalam Memainkan Gamelan (untuk SD)

Tahap 1

Potensi dan Masalah

Tahap II

Pengumpulan Data

Tahap III

Desain Produk

Tahap IV

Validasi Desain

Tahap V

Revisi Desain

Tahap VI

Uji Coba Produk

Analisis Kebutuhan Anak

Potensi: Data wawancara dari praktisi yaitu dalam

memainkan gamelan memiliki nilai budi pekerti.

Masalah: anak-anak SD kurang memahami nilai-

nilai dalam memainkan gamelan.

Wawancara

Pembagian Lembar Kuesionr Pra Penelitian

Membuat cerita

Menentukan gambar

Membuat sketsa

Konsultasi dan revisi

Menggabungkan cerita dengan gambar oleh ahli

ilustrator

Merancang prototipe buku

Validasi oleh ahli bahasa dan praktisi gamelan

Pengumpulan Kritik dan Saran Ahli

Revisi Prototipe Buku Pendidikan Budi Pekerti

dalam Memainkan Gamelan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

40

3.3.1 Potensi dan Masalah

Penelitian berangkat dari potensi dan masalah yang ditemukan oleh

peneliti. Peneliti menemukan potensi dan masalah dengan melakukan

wawancara dan analisis kebutuhan siswa di Yogyakarta. Di awal penelitian

ini, peneliti melakukan wawancara dengan praktisi gamelan dan guru

gamelan. Setelah peneliti melakukan wawancara, analisis kebutuhan siswa

dilakukan dengan membagikan lembar angket kepada siswa kelas V SD K

Minggir. Pembagian angket ini bertujuan untuk mengetahui apakah siswa-

siswi SD membutuhkan buku berkaitan dengan memainkan gamelan yang

memiliki nilai budi pekerti. Dengan susunan buku berupa cerita bergambar

diharapkan agar siswa-siswi SD dapat menumbuhkan nilai-nilai budi pekerti

dalam memainkan gamelan.

3.3.2 Pengumpulan Data

Pada tahap pengumpulan data, data yang diperoleh pada tahap ini

didapatkan peneliti melalui wawancara dengan praktisi gamelan mengenai,

apakah diperlukan buku sederhana untuk siswa SD yang memuat informasi

tentang gamelan yang memiliki nilai-niali budi pekerti. Pengumpulan data

kemudian dilanjutkan peneliti dengan penyusunan instrumen yang berupa

angket mengenai gamelan dan nilai-nilai budi pekerti yang terkandung di

dalam memainkan gamelan. Angket dibagikan kepada siswa kelas V SD

Kanisius Minggir yang beralamatkan di Jalan Kebonagung, Sendangarum,

Minggir, Sleman, Yogyakarta. Pengumpulan data dilakukan sebagai upaya

untuk mengetahui bentuk perencanaan buku Cergam dalam memainkan

gamelan, sehingga menghasilkan produk yang dapat membantu pemahaman

siswa-siswi di SD Kanisius Minggir.

3.3.3 Desain Produk

Desain produk berupa prototipe buku pendidikan budi pekerti

dalam memainkan gamelan. Prototipe tersebut terdapat dua bagian, bagian

pertama memuat artikel “Nilai Budi Pekerti dalam Memainkan Gamelan”.

Isinya tentang pengertian gamelan, beberapa instrumen perangkat gamelan,

nilai-nilai yang ada dalam setiap instrumen gamelan, dan nilai-nilai budi

pekerti dalam memainkan gamelan. Bagian kedua memuat Cergam berjudul

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

41

“Menabuh Kempul Mengasah Kesabaran dan Ketekunan” isinya mengenai

seorang siswa bernama Untung yang merasakan manfaatnya karena menjadi

penabuh kempul. Ia dilatih untuk sabar menanti saat yang tepat untuk

memukul kempul dan tekun mendengarkan suara instrumen gamelan yang

lainnya sehingga dapat memukul kempul sesuai tempo sehingga semua

instrumen gamelan menghasilkan irama yang indah. Peneliti tertarik

membuat Cergam dalam buku tersebut agar dapat dijadikan sarana literasi

oleh guru.

Desain produk diawali dengan mengumpulkan data mengenai nilai-

nilai yang telah didapat dari siswa, guru gamelan dan praktisi gamelan lewat

angket yang dibagikan dengan tiga bagian utama yaitu nilai-nilai sebelum,

pada saat, dan setelah memainkan gamelan. Pada tahap selanjutnya, peneliti

membuat diskripsi tata cara memainkan gamelan dengan data yang didapat

dari guru gamelan dan praktisi gamelan. Pada tahap ini, peneliti merancang

dan menyusun prototipe buku pendidikan budi pekerti dalam memainkan

gamelan dengan gambar-gambar memainkan gamelan yang dapat

memudahkan dan meningkatkan pemahaman siswa terhadap pendidikan

budi pekerti yang terkandung dalam memainkan gamelan dan pada bagian

akhir buku Cergam terdapat lembar refleksi untuk siswa. Peneliti mendesain

Prototipe Buku Pendidikan Budi Pekerti dalam Memainkan Gamelan (untuk

SD).

3.3.4 Validasi Desain

Produk berupa prototipe buku pendidikan budi pekerti dalam

memainkan gamelan untuk siswa kelas V dalam konteks pendidikan budi

pekerti yang telah dibuat, perlu divalidasi oleh ahli terlebih dahulu sebelum

digunakan untuk diuji coba. Validasi akan dilakukan oleh satu praktisi

gamelan, satu guru gamelan di SD, dan satu ahli bahasa. Selain itu validasi

bertujuan untuk mendapat kritik dan saran dari para ahli. Kritik dan saran

tersebut akan digunakan peneliti sebagai acuan untuk memperbaiki produk

yang telah disusun.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

42

3.3.5 Revisi Desain

Revisi desain akan dilakukan oleh peneliti berdasar validasi yang

telah dilakukan sebelumnya oleh ahli. Kritik dan saran dari ahli digunakan

sebagai acuan untuk memperbaiki produk buku pendidikan budi pekerti

dalam memainkan gamelan untuk siswa SD. Setelah diperbaiki diharapkan

produk yang telah disusun dapat lebih baik dan lebih mudah dipahami oleh

siswa usia SD.

3.3.6 Uji Coba Produk

Desain produk yang direvisi kemudian di uji cobakan. Uji coba

produk dilaksanakan pada siswa usia SD, langkah ini dilaksanakan di SD

Kanisius Minggir kelas V tahun ajaran 2017/2018. Siswa-siswi tersebut

yang mengikuti kegiatan ekstrakulikuler karawitan di SD. Tujuan dari uji

coba produk ini adalah untuk mengetahui apakah buku pendidikan budi

pekerti dalam memainkan gamelan ini benar-benar memiliki kualitas dan

keefektifan untuk membantu pemahaman siswa mengenai memainkan

gamelan dan menanamkan nilai-nilai budi pekerti.

3.4 Uji Coba Produk

Uji coba produk dimaksudkan untuk mengumpulkan data guna

mengetahui kualitas buku pendidikan budi pekerti dengan gambar, tatacara

dan nilai-nilai dalam memainkan gamelan yang telah dibuat oleh peneliti.

Data dari hasil uji coba produk digunakan untuk memperbaiki dan

menyempurnakan produk buku pendidikan budi pekerti. Dengan uji coba

produk, prototipe buku pendidikan budi pekerti yang diteliti dan

dikembangkan benar-benar telah teruji secara empiris. Uji coba dilakukan

setelah divalidasi oleh pakar atau ahli yaitu seniman pemerhati gamelan dan

guru gamelan di SD. Kegiatan uji coba lapangan dilakukan pada siswa kelas

V di SD Kanisius Minggir.

3.5 Instrumen Penelitian

Menurut Sugiyono dalam (Widyoko, 2012:51), instrumen

penelitian merupakan alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam

ataupun sosial yang diamati. Dalam penelitian ini digunakan dua instrumen

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

43

yaitu pedoman wawancara dan angket. Wawancara dilakukan untuk

mengetahui data awal tentang sejauh mana buku tentang pendidikan budi

pekerti dalam memainkan gamelan diperlukan untuk siswa usia sekolah

dasar. Angket digunakan untuk menganalisis kebutuhan siswa tentang

sejauh mana siswa mengetahui tentang nilai-nilai budi pekerti dalam

memainkan gamelan dan seberapa perlu siswa terhadap buku cerita

bergadmbar. Angket diberikan kepada siswa usia sekolah dasar di SD K

Minggir. Peneliti juga menggunakan angket uji coba produk, berupa

beberapa pertanyaan refleksi. Berikut ini adalah pedoman wawancara dan

angket yang digunakan untuk penelitian:

3.5.1 Pedoman Wawacara

Pedoman wawancara merupakan alat yang digunakan dalam wawancara.

Pedoman wawancara berisi tentang uraian data yang akan digali oleh peneliti.

Pedoman wawancara umumnya berbentuk daftar pertanyaan (Widoyoko,

2012: 41). Pedoman wawancara dalam penelitian berbentuk daftar pertanyaan

yang ditujukan pada praktisi gamelan. Berikut adalah kisi-kisi wawancara

yang digunakan oleh peneliti.

Tabel 3.1 Kisi-kisi Pedoman Wawacara

No. Pertanyaan

1 Mengapa anda tertarik pada gamelan?

2 Apakah ada nilai-nilai budi pekerti dalam memainkan gamelan?

3 Apakah yang anda pikirkan/rasakan setiap kali mendengarkan musik gamelan?

4 Apakah menurut anda siswa-siswi perlu diperkenalkan gamelan sejak dini untuk

menyukai gamelan? Mengapa?

5 Apakah menurut anda perlu ada buku sederhana untuk siswa SD yang memuat

informasi tentang gamelan yang memiliki nilai-niali budi pekerti? Mengapa perlu?

3.5.2 Angket

Jenis angket yang digunakan dalam penelitian ini merupakan

angket terbuka, di mana pada lembar angket cara menjawabnya tidak

menggunakan pilihan ganda maupun yes or no sehingga responden

(narasumber) bisa leluasa mengisi pertanyaan dalam angket tersebut dengan

jawaban dan pendapat mereka sendiri tanpa dibatasi oleh alternatif jawaban

dari angket tersebut. Angket ini digunakan peneliti di awal penelitian.

Menurut Sutoyo Anwar (2009:168) angket atau kuisioner merupakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

44

sejumlah pertanyaan atau pernyataan tertulis tentang data faktual atau opini

yang berkaitan dengan diri responden,yang dianggap fakta atau kebenaran

yang diketahui dan perlu dijawab oleh responden.Angket akan diberikan pada

siswa SD kelas V di SD K Minggir, khususnya siswa yang mengikuti

pelajaran karawitan, atau ekstrakulikuler karawitan. Berikut kisi-kisi lembar

angket yang akan digunakan peneliti:

Tabel 3.2 Kisi-kisi instrumen angket

NO ASPEK INDIKATOR PERTANYAAN

1. GAMELAN SEBAGAI

SALAH SATU

KESENIAN JAWA

GAMELAN

Gamelan merupakan salah satu alat musik dari

kebudayaan Jawa

1. Kamu sudah

memainkan

gamelan sejak

kelas....................

2. Gamelan

merupakan salah

satu alat musik

dari .........

Pakaian yang digunakan saat pementasan 3. Pakaian yang

harus dikenakan

saat pementasan

gamelan

adalah.....

2. BUDI PEKERTI DALAM

MEMAINKAN

GAMELAN

SEBELUM

Mengheningkan cipta (menyiapkan hati dan

pikiran

4. Sebelum

memainkan

gamelan, kamu

harus ..... Berdoa (Religius)

Berjalan jongkok (Rendah hati)

Tidak melangkahi perangkat gamelan (Sopan

santun)

Menyembah dengan tangan dikatupkan

(Menghormati)

PADA SAAT

Tabuh gamelan harus sesuai jenisnya (Merawat

gamelan, agar tidak rusak)

5. Pada saat

memainkan

gamelan, kamu

harus ..... Posisi duduk (Adat istiadat)

Menjaga perkataan dan perbuatan (Sopan

santun)

Membunyikan instrumen secara bersama-sama

(Kerjasama)

Memukul instrumen secara lembut (Sopan

santun)

Tidak makan dan minum (Kebersihan)

Tidak bergurau (Konsentrasi)

Keras lembutnya tabuhan (Mengolah emosi)

Tidak mengendong tas (Estetika)

Alat tabuh diletakkan di atas perangkat

(Kerapian)

Merapikan sesuai posisi semula (Kerapian)

SESUDAH

Menyembah tangan dikatupkan (Menghormati) 6. Sesudah

memainkan Berdoa (Religius)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

45

3.5.3 Validator Angket Pra Penelitian

Validator angket pra penelitian divalidasi oleh praktisi gamelan dan guru

gamelan di Yogyakarta. Berikut ini merupakan tabel hasil validasi dari ahli.

Tabel 3.3 Hasil Validasi Angket Pra Penelitian oleh Ahli

NO ASPEK Validator 1 Validator 2

Skor Saran Skor Saran

1 Bahasa

a. Bahasa sesuai

dengan kaidah

penulisan yang baik

dan benar.

3 Secara keseluruhan baik

dan layak untuk

dibagikan!

Saran: bahasa yang

digunakan lebih

diperjelas! Dan

perhatikan lagi

pernyataan no 2

4

Ditambahkan

menuliskan

pengalaman dari siswa

yang banyak!

b. Susunan kalimat

dapat dipahami oleh

siswa.

3 4

c. Susunan kalimat

tidak mengarah

kepada jawaban

tertentu.

4 1

2. Keterkaitan Pertanyaan

a. Pertanyaan yang

diajukan sesuai

dengan tujuan

penelitian.

4

Kurang menggali tentang

buku mengenai Gamelan!

Keseluruhan sudah baik,

dan dapat digunakan.

4

Ditambahkan

Gamelan yang relevan

dengan Indonesia.

Hanya lebih pada

aturan-aturan yang

mengikat!

b. Pertanyaan yang

diajukan berkaitan

dengan gamelan

sebagai salah satu

kesenian Jawa.

4 4

c. Pertanyaan yang

diajukan berkaitan

dengan

sebelum/pada

saat/sesudah

memainkan gamelan

yang memuat nilai-

nilai budi pekerti.

4 4

d. Pertanyaan yang

diajukan menggali

kesan siswa dalam

memainkan

4 4

Berjalan jongkok (Rendah hati) gamelan, kamu

harus ..... Gamelan harus ditutup dengan kain

(Kebersihan)

3 LITERASI Refleksi pengalaman memainkan gamelan.

7. Pengalaman

yang

mengesankanmu

saat memainkan

gamelan adalah....

4 PERLU/TIDAK

PROTOTIPE BUKU

TENTANG

MEMAINKAN

GAMELAN

Buku tentang memainkan gamelan. 8. Buku untuk

memainkan

gamelan yang

pernah kamu

baca adalah......

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

46

gamelan.

Perlu pembenaran bahasa

untuk keseluruhan sudah

baik.

Baik, akan

mendapatkan jawaban

yang berbeda-beda.

Cari kelebihan nilai-

nilai yang ada pada

buku!

Baik, dan sudah

sesuai.

e. Pertanyaan yang

diajukan menggali

kebutuhan siswa

tentang buku

mengenai gamelan.

3 4

3. Kelayakan instrumen

untuk dibagikan kepada

siswa kelas V-VI SD.

3 4

TOTAL SKOR 32 33

Skor rata-rata 32,5

Nilai rata-rata 3,6

3.5.4 Angket Siswa Pra Penelitian

Angket terdiri dari 8 pertanyaan yang akan dibagikan kepada siswa usia

sekolah dasar di SD Kanisius Minggir. Angket tersebut digunakan peneliti untuk

mengetahui sejauh mana siswa memahami nilai-nilai budi pekerti yang

terkandung dalam memainkan gamelan dan seberapa perlunya siswa terhadap

buku cerita bergambar. Pertanyaan yang diajukan mencakup pemahaman siswa

mengenai gamelan sebagai salah satu kesenian Jawa, budi pekerti dalam

memainkan gamelan, literasi, dan perlu atau tidak prototipe buku tentang

memainkan gamelan. Berikut merupakan tabel angket siswa pra penelitian.

Tabel 3.4 Angket Siswa Pra Penelitian

Bacalah baik-baik pernyataan berikut dan isilah titik-titik yang terdapat di dalamnya

menurut pendapat mu sendiri-sendiri.

1. Kamu sudah memainkan gamelan sejak kelas .......................................................

2. Gamelan merupakan salah satu alat musik dari .........................................................

3. Pakaian yang harus dikenakan saat pementasan gamelan adalah..................

4. Sebelum memainkan gamelan, kita harus ..................................................................

5. Pada saat memainkan gamelan, kita harus ....................................................................

6. Sesudah memainkan gamelan, kita

harus.............................................................................

7. Tuliskan pengalaman yang mengesankanmu saat memainkan

gamelan................................................................................................................... ..........

...........................................................................................................................................

8. Buku untuk memainkan gamelan yang pernah kamu baca

adalah.................................................................................................................................

...........................................................................................................................................

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

47

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Richey and Klein dalam (Sugiyono, 2015: 200) menjelaskan

bahwa teknik pengumpulan data merupakan hal yang paling utama dalam

penelitian, karena tujuan dari sebuah penelitian adalah mendapatkan data.

Tahap pengumpulan data sangat penting untuk menentukan kevalidan atau

kesahihan dari sebuah penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti

mengumpulkan data dengan dua teknik, yaitu teknik wawancara dan angket.

3.6.1 Wawancara

Menurut Widoyoko (2012: 40) wawancara merupakan suatu proses

tanya jawab atau dialog secara lisan antara pewawancara dan responden

untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan peneliti. Esterberg dalam

(Sugiyono, 2015: 232) terdapat beberapa macam wawancara yaitu

wawancara terstruktur, wawancara semi terstruktur, dan wawancara tidak

tertruktur. Penelitian ini menggunakan wawancara terstruktur karena tiap

responden diberi pertanyaan yang sama dan peneliti telah mengetahui

informasi apa yang akan diperoleh. Peneliti melakukan wawancara dengan

narasumber praktisi gamelan. Praktisi gamelan yang diwawancarai

merupakan pelatih gamelan di SD dan pelatih gamelan di masyarakat

umum. Dalam wawancara ini peneliti menggunakan pedoman wawancara

yang berbentuk daftar pertanyaan.

3.6.2 Angket

Menurut Widoyoko (2012: 33) angket merupakan teknik

pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat

pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk diberikan

respon sesuai dengan permintaan pengguna. Menurut Sugiyono (2015:

216) angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan untuk dijawab.

Angket terdapat dua macam yaitu model terbuka dan model tertutup.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model angket terbuka dengan

memberikan kebebasan pada narasumber atau responen untuk menjawab

pertanyaan, sesuai dengan konteks nilai budi pekerti dalam memainkan

gamelan. Instrumen yang digunakan adalah angket yang berisi pernyataan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

48

yang nantinya akan dijawab oleh para siswa. Indikator untuk menyusun

angket dikembangkan dari potensi yaitu memainkan gamelan dan

pendidikan budi pekerti.

3.7 Teknik Analisis Data

Analisis data yang diperoleh akan dianalisis secara kualitatif dan

kuantitatif. Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang diperoleh. Data kualitatif berupa komentar, kritik, dan

saran yang telah dikemukakan oleh para ahli. Data kuantitatif berupa skor

yang diberikan oleh para ahli. Data dianalisis oleh peneliti sebagai dasar

untuk memperbaiki dan mengetahui kelayakan suatu produk. Data kuantitatif

diperoleh melalui instrumen penelitian berupa lembar angket. Pedoman

penskoran yang digunakan oleh peneliti adalah menggunakan nilai 1-4.

Peneliti hanya menggunakan skala 1-4 dan bukan 1-5 karena cenderung akan

memilih alternatif yang ada di tengah yaitu 3 dengan alasan dirasa aman dan

paling gampang (Arikunto, 2010: 284). Kriteria untuk skala 1-4 adalah sangat

baik, baik, tidak baik, dan sangat tidak baik. Hasil dari lembar angket berupa

data kuantitatif tersebut kemudian dikonversikan menjadi data kualitatif.

Skor yang sudah didapat kemudian dikonversikan menjadi data

kualititaf menggunakan tabel konversi nilai skala empat berdasarkan skala

Likert (widoyoko, 2012: 112). Penyusunan tabel klasifikasi menggunakan

aturan yang sama dengan dasar jumlah skor responen yang diujicobakan,

yaitu dicari skor tertinggi, skor terendah, jumlah kelas, dan jarak interval.

Skor tertinggi (ideal) = 4 (Sangat Baik)

Skor terendah = 1 (Sangat Tidak Baik)

Jumlah kelas = 4 (Sangat tidak baik sampai sangat baik)

Jarak interval = (4-1)/4 = 0,75 (rentang skor)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

49

Hasil interval sangat baik, baik, tidak baik, sangat tidak baik adalah

sebagai berikut:

Tabel 3.5 Hasil interval Skala 1-4

Rerata skor Klasifikasi

3,25 – 4,0 Sangat Baik

2,50 - 3,25 Baik

1,75 - 2,50 Tidak Baik

1,00 - 1,75 Sangat Tidak Baik

Hasil dari instrumen pra penelitian yang sudah divalidasi oleh ahli dari

praktisi gamelan dan guru gamelan di sekolah dasar menunjukkan rata-rata skor

3,6, menunjukkan bahwa angket pra penelitian termasuk dalam rentang sangat

baik sehingga dapat digunakan untuk memperoleh data kebutuhan siswa. Angket

pra penelitian yang sudah divalidasi kemudian siap disebarkan pada siswa usia SD

berjumlah 15 di SD Kanisisus Minggir.

Berdasarkan hasil dari penyebaran angket pra penelitian, diperoleh data

sebanyak 33,3% siswa menuliskan sebelum memainkan gamelan berdoa terlebih

dahulu, sebanyak 33,3% siswa menulis saat memainkan gamelan harus dengan

konsentrasi/fokus, sebanyak 13,3% siswa menulis berdoa sesudah memainkan

gamelan. Selain itu, 86.7% siswa menjawab pernah membaca buku notasi

gamelan (bukan buku yang berisi nilai-nilai yang terkandung pada gamelan) dan

mereka memerlukan buku cerita yang berisi penjelasan tentang nilai-nilai budi

pekerti dalam memainkan gamelan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

50

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab IV ini berisi tentang hasil penelitian untuk manjawab 3 pertanyaan

yang terdiri dari: 1) Deskripsi proses prosedur pengembangan prototipe buku

Cergam; 2) Menjelaskan manfaat prototipe buku Cergam bagi siswa; lalu

dilanjutkan dengan pembahasan.

4.1 Hasil Penelitian

Hasil penelitian pengembangan ini peneliti menerapkan prosedur

penelitian pengembangan (R&D) menurut Sugiyono meliputi: (1) potensi dan

masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi

desain, dan (6) uji coba produk. Berikut penjabaran dari tahap-tahap tersebut.

4.1.1 Prosedur Pengembangan

4.1.1.1 Potensi dan Masalah

Tahap pertama penelitian dan pengembangan yang dilakukan

peneliti adalah menidentifikasi potensi dan masalah yang terkait dengan

memainkan gamelan. Peneliti melakukan wawancara kepada praktisi

gamelan dan penyebaran angket kepada siswa usia sekolah dasar guna

memperoleh data terkait pemahaman mereka tentang memainkan gamelan.

Potensi yang ditemukan oleh peneliti bahwa adanya kegiatan

ekstrakurikuler gamelan di sekolah dasar di Yogyakarta. Gamelan sebagai

salah satu bagian dari kesenian tradisional Jawa merupakan sarana yang

baik untuk mendidik budi pekerti masyarakat Jawa (Sulistyobudi, 2013:

40).

Peneliti melakukan wawancara kepada dua narasumber yaitu

praktisi gamelan dan guru gamelan. Kedua narasumber menyatakan bahwa

gamelan memang penting untuk diperkenalkan sejak dini kepada siswa

usia sekolah dasar. Namun ditemukan masalah, yaitu belum banyak

terdapat buku khusus untuk siswa usia sekolah dasar yang berisi informasi

gamelan dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

51

Hasil wawancara dan pengamatan yang didapat peneliti

selanjutnya dijadikan acuan untuk menyusun angket kebutuhan siswa.

Angket ini selanjutnya disebarkan di SD Kanisius Minggir yang

beralamatkan di yang beralamatkan di Jalan Kebonagung, Sendangarum,

Minggir, Sleman, Yogyakarta yang dilaksanakan pada tanggal 12

Desember 2018. Penyebaran angket dilaksanakan pada siswa kelas V yang

berjumlah 15 siswa. Hasil angket menunjukkan bahwa 13 dari 15 siswa

(86.7%) menjawab pernah membaca buku notasi gamelan (bukan buku

yang berisi nilai-nilai dalam memainkan gamelan).

Berdasarkan hasil wawancara dan penyebaran angket, peneliti

terdorong untuk mengembangkan prototipe buku pendidikan budi pekerti

dalam memainkan gamelan (untuk SD).

4.1.1.2 Pengumpulan Data

Pengumpulan data diperoleh dari hasil wawancara dan angket.

Wawancara dilaksanakan dengan dua narasumber yang merupakan praktisi

gamelan dan guru gamelan. Pertanyaan yang diajukan kepada narasumber

diantaranya (1) mengapa anda tertarik dengan gamelan? (2) apakah ada

nilai-nilai budi pekerti dalam memainkan gamelan? (3) Apakah yang anda

pikirkan/rasakan setiap kali mendengarkan musik gamelan? (4) Apakah

menurut anda siswa-siswi perlu diperkenalkan gamelan sejak dini untuk

menyukai gamelan? Mengapa? (5) Apakah menurut anda perlu ada buku

sederhana untuk siswa SD yang memuat informasi tentang gamelan yang

memiliki nilai-niali budi pekerti? Mengapa perlu? Dari lima pertanyaan

yang diajukan, peneliti mendapatkan hasil kedua narasumber menyatakan

bahwa gamelan merupakan kesenian musik yang indah untuk dimainkan,

terdapat juga nilai-nilai budi pekerti di dalamnya, gamelan membuat

nyaman dihati, maka baik jika gamelan diperkenalkan kepada siswa usia

sekolah dasar sejak dini. Namun buku tentang gamelan yang memuat nilai-

nilai budi pekerti sangatlah jarang, dan bahkan tidak ada yang unttuk siswa

usia sekolah dasar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

52

Pengumpulan data yang dilakukan peneliti dengan penyebaran

angket di SD Kanisius Minggir yang dilaksanakan pada tanggal 12

Desember 2018. Dari penyebaran angket tersebut didapatkan 15 siswa

kelas V sekolah dasar. Angket tersebut menyangkut beberapa aspek

diantaranya: (1) gamelan sebagai salah satu kesenian Jawa, (2) budi

pekerti dalam memainkan gamelan, (3) literasi, (4) perlu atau tidak

prototipe buku tentang memainkan gamelan. Dari keempat aspek tersebut

dibuatlah 8 pertanyaan guna mendapatkan data pemahaman siswa tentang

nilai-nilai budi pekerti dalam memainkan gamelan. Berikut ini merupakan

daftar pertanyaan beserta hasil rekap angket yang disajikan dalam tabel

oleh peneliti.

Tabel 4.1 Rekap Angket dari Siswa Kelas V SD K Minggir

Pertanyaan Jawaban

1. Kamu sudah memainkan

gamelan sejak kelas ... kamu

ingin bermain gamelan sampai

kapan ...

15 siswa (100%) menjawab bermain gamelan

sejak kelas IV

8 siswa (53.4%) menjawab ingin bermain

gamelan sampai SMP

7 siswa (46.6%) menjawab ingin bermain

gamelan sampai tua/ sampai kapan pun

2. Gamelan merupakan salah satu

alat musik dari daerah ...

14 siswa (93.3%) menjawab gamelan berasal

dari daerah Jawa

1 siswa (6.7%) menjawab berasal dari Bali.

3. Pakaian yang harus dikenakan

saat pementasan gamelan

adalah ... apa yang kamu

rasakan saat pentas ...

15 siswa (100%) menjawab pakaian yang

dikenakan saat pentas adalah pakaian adat dan

kostum dengan perbedaan laki-laki dengan

sorjan, beskap, dan blangkon sedangkan

perempuan kebaya, jarik, dan sanggul.

4. Sebelum memainkan gamelan,

kamu harus ...

6 siswa (40%) sebelum memainkan gamelan

menjawab hal yang dilakukan menyiapkan alat

dan pemukul

5 siswa (33.3%) menjawab berdoa terlebih

dahulu

4 siswa (26.7%) menjawab menyiapkan teks

not angka sebagai panduan.

5. Pada saat memainkan

gamelan, kamu harus ...

5 siswa (33.3%) pada saat memainkan gamelan

hal yang dilakukan adalah konsentrasi/fokus

3 siswa (20%) dengan sopan

3 siswa (20%) dengan mengingat not angka

2 siswa (13.3%) menjawab memukul dengan

benar/taat pada aturan

1 siswa (6.7%) menjawab dengan serius

1 siswa (6.7%) menjawab dengan tenang.

6. Sesudah memainkan gamelan,

kamu harus ...

8 siswa (53.4%) sesudah memainkan gamelan

menjawab merapikan gamelan dan pemukul

(disiplin)

2 siswa (13.3%) menjawab membersihkan

tempat/ ruangan gamelan

2 (13.3%) siswa menjawab berdoa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

53

2 (13.3%) siswa menjawab tenang dan berhenti

memukul

1 (6.7%) siswa menjawab menaati tata

tertib/aturan.

7. Tuliskan pengalaman yang

mengesankanmu saat

memainkan gamelan ...

Siswa 1

Selama memainkan gamelan dapat

menghafalkan lagu dan not yang benar dengan

cepat dan benar.

Siswa 2

Pengalaman dalam memainkan gamelan saat

pentas sangat merdu suara tabuhannya, dan

membuat saya bahagia.

Siswa 3

Selama memainkan gamelan dengan mantap

dan percaya diri akan seru dan menyenangkan.

Siswa 4

Pengalaman bangga bisa menampilkan gamelan

ke orang banyak.

Siswa 5

Kenas dalam memainkan gamelan senang

karena gamelan suaranya merdu.

Siswa 6

Pengalaman kesan bisa bermain slenthem dan

kenong dengan senang hati, dan sudah lancar.

Siswa 7

Kesan saya senang karena dapat pentas bersama

dengan teman-teman.

Siswa 8

Saat memainkan gamelan sangat penting dan

dilaksanakan dengan baik tanpa ada kesalahan.

Siswa 9

Pengalaman luar biasa bisa menampilkan

gamelan ke orang banyak.

Siswa 10

Pengalaman membanggakan menggamel di

gereja saat Minggu Paskah.

Siswa 11

Saat memainkan gamelan pada masa Natal dan

memainkan gamelan bersama itu menjadi tidak

terlupakan.

Siswa 12

Pengalaman dalam memainkan gamelan

bingung dan susah namun bisa melakukannya.

Siswa 13

Pengalaman yang didapat sangat senang karena

diajari dengan sungguh-sungguh dan langsung

bisa meskipun sedikit demi sedikit.

Siswa 14

Pengalaman yang didapat saat memainkan

gamelan selalu capek namun menyenangkan.

Siswa 15

Pengamalan memainkan gamelan saat pentas di

Gereja sangat senang.

8. Buku untuk memainkan

gamelan yang pernah kamu

baca adalah ... apa yang kamu

dapatkan dari buku yang kamu

baca (jika kamu pernah

13 siswa (86.7%) pernah membaca buku tentang

gamelan yaitu buku notasi gamelan

2 siswa (13.3%) pernah membaca buku

tulis/catatan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

54

membaca buku) ...

Dari hasil wawancara peneliti kepada 15 siswa kelas V di SD Kanisius

Minggir peneliti mendapatkan informasi: 33.3% siswa menjawab sebelum

memainkan gamelan harus berdoa, 33.3% siswa menjawab saat memainkan

gamelan harus konsentrasi, 53.4% siswa menjawab sesudah memainkan gamelan

harus merapikan pemukul, 13.3% siswa menjawab sesudah memainkan gamelan

harus berdoa, 86.7% siswa pernah membaca buku tentang notasi gamelan (bukan

buku yang berisi tentang gamelan).

Berdasarkan informasi tersebut peneliti mendapatkan data dari hasil

angket kepada siswa, siswa menulis bahwa memainkan gamelan membantu

mereka: memiliki kebiasaan berdoa (46.6%), berkonsentrasi (33.3%), hidup rapi

(53.4%). Selain itu 86.7% siswa menulis pernah membaca buku tentang notasi

gamelan, bukan buku tentang nilai-nilai yang terkandung di dalam gamelan. Oleh

karena itu, peneliti terdorong untuk mengembangkan prototipe buku pendidikan

budi pekerti dalam memainkan gamelan (untuk SD).

Data awal yang didapatkan oleh peneliti tersebut akan digunakan oleh

peneliti menjadi acuan dalam mengembangkan desain produk. Hal tersebut

dimaksudkan agar produk yang akan dikembangkan oleh peneliti bermanfaat bagi

siswa. Oleh karena itu, peneliti membentuk karakter siswa melalui prototipe buku

pendidikan budi pekerti dalam memainkan gamelan, selain itu juga membantu

siswa untuk ikut melestarikan kesenian musik gamelan Jawa yang telah ada sejak

dulu.

4.1.1.3 Desain Produk

Pada tahap desain produk, peneliti mendesain sebuah produk berupa

prototipe buku cerita bergambar berdasarkan latar belakang masalah. Prototipe

yang disusun berjudul “Pendidikan Budi Pekerti dalam Memainkan Gamelan”.

Langkah awal yang peneliti lakukan adalah membuat prototipe buku yang terdiri

dari dua bagian: Bagian I artikel berjudul Nilai-nilai Budi Pekerti dalam

Memainkan Gamelan, Bagian II berupa Cergam “Menabuh Kempul Mengasah

Kesabaran dan Ketekunan”. Terdapat pula: Kata Pengantar; Daftar Isi; Refleksi;

Kepustakaan; dan Biodata.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

55

Langkah selanjutnya dalam membuat cerita, peneliti mulai membuat

sketsa gambaran yang sesuai dengan alur cerita yang telah dibuat. Sketsa yang

dibuat merupakan gambaran dari alur cerita yang memuat seorang siswa bernama

“Untung” yang gemar memainkan gamelan bersama dengan teman-teman

sebayanya, mengenai tatacara sebelum, pada saat, dan sesudah memainkan

gamelan (Kempul), berjalan jongkok saat menuju kempul, bersila saat didekat

kempul, berdoa kepada Tuhan, memegang alat pukul kempul, dan belajar

ketekunan dan kesabaran saat menabuh kempul. Pada tahap ini peneliti merancang

dan menyusun prototipe buku Cergam pendidikan budi pekerti dalam memainkan

gamelan agar gambar-gambar yang terkandung di dalam buku tersebut dapat

meningkatkan pemahaman siswa terhadap nilai-nilai yang terkandung di dalam

memainkan gamelan. Peneliti mendesain prototipe buku Cergam pendidikan budi

pekerti dalam memainkan gamelan untuk siswa sekolah dasar dalam konteks

pendidikan karakter.

Seorang siswa SD bernama Untung sedang menabuh

kempul

Siswa SD sedang menonton bapaknya yang

sedang melakukan pertunjukan wayang kulit

Siswa SD sedang bersama pelatih memainkan kempul

Siswa SD bernama Untung duduk dibangku

kelas V

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

56

Kelompok karawitan SD pentas di perlombaan

Parade Gamelan Anak

Seorang anak SD sedang berjalan jongkok

menuju ke instrumen gamelan

Gambar 4.1 Sketsa Awal

Sketsa awal yang dibuat oleh peneliti dirasa kurang menarik untuk

dijadikan sebuah produk, untuk itu peneliti dibantu oleh seorang ahli ilustrator

melakukan tahap perbaikan gambar. Tahap ini bertujuan untuk membuat buku

menjadi lebih menarik, sehingga siswa yang membaca buku menjadi lebih

menarik, sehingga siswa yang membaca buku cerita ini akan tertarik dan mudah

dalam memahami isi cerita tentang memainkan gamelan kempul. Berikut

merupakan gambar yang telah diperbaiki oleh ahli ilustrator:

Seorang siswa SD bernama Untung sedang menabuh

instrumen kempul

Untung bersama ibu menonton bapaknya yang

sedang melakukan pertunjukan wayang kulit

Untung belajar memainkan kempul bersama pelatih Untung duduk dikelas V SD dan sedang belajar

dikelas bersama teman-temannya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

57

Untung dan teman-teman pentas gamelan di acara

perlombaan Parade Gamelan Anak Untung dan teman-teman melakukan jalan jongkok

saat menuju ke instrumen gamelan masing-masing.

Gambar 4.2 Perbaikan Sketsa oleh Ahli Ilustrator

4.1.1.4 Validitas Desain

Produk berupa prototipe buku pendidikan budi pekerti dalam memainkan

gamelan untuk SD yang telah dibuat terdiri dari dua bagian: Bagian I artikel

berjudul “Nilai-nilai Budi Pekerti dalam Memainkan Gamelan”, dan Bagian II

berupa Cergam “Menabuh Kempul Mengasah Kesabaran dan Ketekunan” perlu

divalidasi oleh ahli terlebih dahulu. Validasi dilakukan oleh satu ahli praktisi

gamelan, dan satu ahli guru gamelan di sekolah dasar. Validasi dilakukan dengan

cara memberikan desain produk dan lembar angket validasi kepada ahli. Berikut

hasil dari perhitungan validasi:

Tabel 4.2 Rekap Validasi Uji Coba Produk Buku

NO ASPEK Validator I Validator II

Skor Saran Skor Saran

1 Bahasa

Sesuai dengan EBI

3

Masih ada

tulisan yang

salah.

3

Masih ada salah

ketik

Sesuai dan mudah

dipahami oleh siswa SD 3

Perbanyak

gambar, kurangi

tulisan.

2 Terlalu banyak

tulisan

2. Prototipe sesuai dengan

kaidah penulisan buku

4

Perbaiki cover

3

Lebih

disederhanakan

untuk kalangan

siswa SD.

Menggunakan

kepustakaan yang sesuai

dengan teori Pendidikan

Budi Pekerti dan Gamelan

4 4 Perbaiki Cover

3. Artikel berisi informasi

sederhana tentang

Gamelan.

4 4

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

58

Artikel menjelaskan nilai-

nilai Budi Pekerti yang

terkandung dalam

memainkan Gamelan.

4 4

Cergam memuat informasi

tentang kekhasan

memainkan “kempul”

sebagai salah satu alat

musik Gamelan.

4 4

Cergam berisi alur cerita

yang mudah dipahami

oleh siswa

4 3 Kurangi tulisan

Total skor 30 27

Skor rata-rata 28,5

Nilai rata-rata 3,5

Berdasarkan nilai rata-rata hasil validasi sebesar 3,5. Untuk mengetahui

kelayakan penggunaan buku berdasarkan jumlah skor, peneliti menyajikan

pedoman penggolongan kualitas sebagai berikut ini:

Tabel 4.3 Pedoman Penggolongan Kualitas

No Kelayakan Instrumen Bobot skor

1 Layak diujicobakan tanpa revisi 3,5 – 4,0

2 Layak diujicobakan dengan revisi 2,5 – 3,5

3 Tidak layak diujicoba 0 – 2,5

Berdasarkan hasil validasi tersebut menunjukkan bahwa “Buku

Pendidikan Budi Pekerti dalam Memainkan Gamelan (untuk SD)” sudah layak

diujicobakan dengan terlebih dahulu direvisi dan kemudian dibagikan kepada

siswa kelas V sekolah dasar.

Adapun yang harus dilakukan oleh peneliti sebagai berikut untuk

keseluruhan cover utama diganti dengan gambar yang lebih mewakili lebih

banyak instrumen gamelan, cover bagian pertama tidak ada kemudian dibuat

sesuai dengan gambar yang mewakili cara memainkan salah satu instrumen

gamelan, cover bagian kedua awalnya Untung dipenabuh kempul tidak terlihat

menonjol, kemudian diganti dengan gambar yang lebih mewakili penabuh

kempul. Perbaikan tentang artikel dari saran validator adalah kurangi tulisan

dengan mengfokuskan kepada beberapa instrumen gamelan yang memuat budi

pekerti. Sedangkan bagian kedua memperbaiki alur cerita agar siswa dapat lebih

mudah dalam memahami cerita dan memperoleh manfaat dari membaca buku

cerita bergambar “Memainkan Kempul Mengasah Kesabaran Dan Ketekunan”.

Berikut adalah hasil dari revisi cover utama, cover bagian I, dan cover bagian II.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

59

Cover Untung dan teman-temannya sedang

bermain alat musik gamelan

Cover

Utama

Cover Untung dan teman-temannya

pentas di acara perlombaan Parade

Gamelan Anak

Cover tidak ada, langsung menuju ke

artikel

Cover

Bagian I

Cover Untung sedang belajar

memainkan kempul dengan pelatih

Cover Untung bersama teman-teman

memainkan berbagai instrumen gamelan

Cover

Bagian II

Untung memainkan kempul dan teman-

temannya memainkan instrumen

masing-masing

Gambar 4.3 Revisi Cover Utama, Cover I, dan Cover II

4.1.1.5 Revisi Produk

Berdasarkan hasil validasi, peneliti melakukan revisi desain produk berupa

prototipe buku cerita bergambar pendidikan budi pekerti dalam memainkan

gamelan. Kritik dan saran dari kedua ahli dapat digunakan sebagai landasan untuk

memperbaiki desain produk. Perbaikan yang dilakukan oleh peneliti adalah EBI

yang masih banyak salah, dan juga penggunakan bahasa yang kurang sederhana.

Dalam pengantar buku Cergam perlu penyederhanaan tulisan yang masih terlalu

banyak yaitu dari 10 lembar menjadi 3-4 lembar. Dalam pesan mengasah

ketekunan dan kesabaran masih perlu ditonjolkan dan ditampakkan lebih jelas,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

60

agar siswa mampu menyerap nilai-nilai yang terkandung. Pada gambar perlu

adanya warna agar membuat buku lebih menarik, namun peneliti akan membuat

dengan versi sketsa hitam putih, yang bertujuan agar siswa juga dapat mewarnai

gambar yang masih berupa sketsa hitam putih, yang juga melatih kreatifitas siswa.

Perbaikkan lembar refleksi yang akan dibuat oleh siswa, menjadi semakin

sederhana, dan lebih mudah dipahami oleh siswa. Diharapkan dari perbaikan dan

revisi desain dari peneliti, menjadikan “Prototipe Buku Pendidikan Budi Pekerti

dalam Memainkan Gamelan untuk siswa SD” sesuai dengan sasaran pembaca

yaitu siswa sekolah dasar siswa-siswi kelas atas (IV, V, dan VI).

Produk direvisi setelah diujicoba tanpa revisi sesuai dengan hasil dari

validasi dengan ahli bahasa dan praktisi gamelan. Sebagai berikut:

Tabel 4.4 Rekap Validasi Uji Coba Produk

NO ASPEK Validator 1

Skor Saran

1. Bahasa

a. Sesuai dengan EBI 4

Oke b. Sesuai dan mudah dipahami oleh

siswa SD 4

2. Format Penulisan Buku

c. Prototipe sesuai dengan kaidah

penulisan buku 4

Sudah baik d. Menggunakan kepustakaan yang

sesuai dengan teori Pendidikan

Budi Pekerti dan Gamelan

4

3.

Isi

e. Artikel berisi informasi sederhana

tentang Gamelan. 4

f. Artikel menjelaskan nilai-nilai Budi

Pekerti yang terkandung dalam

memainkan Gamelan. 4

g. Cergam memuat informasi tentang

kekhasan memainkan “kempul”

sebagai salah satu alat musik

Gamelan.

4

h. Cergam berisi alur cerita yang

mudah dipahami oleh siswa 4

TOTAL SKOR 32

Skor rata-rata 32

Nilai rata-rata 4

Dengan nilai rata-rata yang didapatkan yaitu 4 maka produk siap

diujicobakan tanpa revisi dan diharapkan sudah dapat membantu siswa usia

sekolah dasar untuk dapat memahami prototipe buku cerita bergambar pendidikan

budi pekerti dalam memainkan gamelan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

61

4.1.1.6 Uji Coba Produk

Uji coba produk dilakukan setelah prototipe direvisi dan siap diujicobakan.

Uji coba produk dilakukan kepada siswa kelas V di SD Kanisius Minggir yang

berjumlah 20 siswa pada tanggal 12 Desember 2017 dan siswa SD di Desa

Kenatan, Muntilan yang berjumlah 7 siswa pada tanggal 14 Desember 2017.

Tujuan dari uji coba produk ini adalah untuk mengetahui apakah prototipe buku

pendidikan budi pekerti dalam memainkan gamelan ini benar-benar memiliki

kualitas dan keefektifan untuk membantu pemahaman siswa mengenai nilai-nilai

budi pekerti yang terkandung dalam memainkan gamelan (Kempul).

Kegiatan pertama peneliti memberikan pengantar untuk memberikan

prototipe buku untuk siswa-siswi kelas V sebagai bagian dari kegiatan literasi di

sekolah dasar.

Gambar 4.4 Peneliti Memulai Kegiatan Membaca Buku (Literasi)

Kemudian dilanjutkan dengan membagikan prototipe buku kepada 20 siswa-siswi

di SD K Minggir dan 7 siswa di Desa Kenatan, Muntilan yang mengikuti kegiatan

ini.

Gambar 4.5 Peneliti Membagikan Buku kepada Siswa

Setelah siswa-siswi menerima prototipe buku kemudian membacanya hingga

selesai dengan dibaca dalam hati.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

62

Gambar 4.6 Para Siswa Membaca dengan Serius

Selesai membaca mereka menerima lembar refleksi dari peneliti untuk

mengetahui sejauh mana mereka memahami isi bacaan dari prototipe buku.

Lembar refleksi memang sudah ada pada prototipe buku, namun agar prototipe

buku dapat dipakai berulang-ulang, baik jika tidak ada coretan pada prototipe

buku tersebut, maka disediakan lembar refleksi tersendiri.

Gambar 4.7 Siswa Mengisi Lembar Refleksi

Selesai dengan mengisi refleksi siswa di Desa Kenatan, Muntilan melakukan

kegiatan mewarnai gambar dari prototipe buku Cergam dan siswa-siswi di SD K

Minggir melakukan tanya jawab sedikit mengenai isi dan apa yang telah didapat

dari membaca prototipe buku pendidikan budi pekerti dalam memainkan gamelan.

Gambar 4.8 Siswa dan Peneliti Melakukan Tanya Jawab

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

63

Karya: djadug

Karya: Errick

Karya: Ma‟ruf

Karya: M. Krisna Wiraputra

Karya: M. Dwi Saputra

Karya: Farel

Karya: Alif

Gambar 4.9 Hasil Karya Mewarnai Siswa-Siswi SD di Desa Kenatan, Muntilan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

64

4.1.2 Kualitas Produk

Peneliti melakukan uji coba produk dengan membagikan prototipe buku

pendidikan budi pekerti dalam memainkan gamelan (untuk SD). Siswa-siswi

SD K Minggir 10 dari 20 siswa (50%) menyatakan prototipe buku berkualitas

baik dengan menuliskan bahwa nilai-nilai yang terkandung di dalam

memainkan gamelan yaitu sopan, toleransi, kerja sama, tanggung jawab, dan

tata krama. Sedangkan siswa SD di desa Kenatan, Muntilan 7 dari 7 siswa

(100%) menyatakan prototipe buku berkualitas sangat baik karena para siswa

termotivasi dan terdorong untuk berkreasi dalam mewarnai gambar yang

dicetak hitam putih pada prototipe buku Cergam, dengan hasil pewarnaan yang

membutuhkan ketekunan dan kesabaran dalam pembuatannya, yang sekaligus

serupa dengan nilai yang tekandung dalm memiankan instrumen gamelan

kempul.

Dari data siswa-siswi SD K Minggir diketahui bahwa 10 siswa (50%)

mengerti nilai yang terkandung pada instrumen gamelan kempul yaitu sabar

dan tekun, 11 siswa (55%) mengetahui cara memainkan salah satu instrumen

gamelan yaitu kempul dengan dipukul sesekali dari instrumen yang lain, 13

siswa (65%) mengetahui arti dari nilai kesabaran yang didapat dalam

memainkan instrumen kempul dengan memukul dengan keras dan lembut, 11

siswa (55%) mengetahui arti dari nilai ketekunan yang didapatkan dalam

memainkan instrumen kempul dengan menghafal notasi gendhing, dan semua

siswa menuliskan manfaat yang didapatkan dalam memainkan gamelan setelah

membaca buku, yang pertama 10 siswa (50%) mendapatkan nilai kesabaran

dan ketekunan dalam memainkan instrumen gamelan kempul, 5 siswa (25%)

mendapatkan nilai toleransi, bekerja sama, menghormati, dan disiplin, 3 siswa

(15%) menuliskan pentingnya melestarikan budaya Indonesia khususnya

kesenian musik gamelan, dan 2 siswa (10%) dapat memainkan gamelan dengan

baik dan benar yang akan menjadi bagus.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa produk dari penelitian yang

dikembangkan oleh peneliti memiliki kulitas yang baik, selain membantu siswa

dalam memahami cara memainkan gamelan dari salah satu instrumennya yaitu

kempul, juga dapat menanamkan nilai-nilai budi pekerti yang luhur seperti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

65

sopan, toleransi, kerja sama, tanggung jawab, tata krama, menghormati,

disiplin, ketekunan, dan kesabaran, menumbuhkan daya kreasi dalam

mewarnai gambar serta pentingnya melestarikan budaya Indonesia khususnya

pada kesenian musik gamelan.

4.2 Pembahasan

Prototipe buku pendidikan budi pekerti dalam memainkan gamelan

(untuk SD) mendapatkan skor 4 dari hasil validasai prototipe buku dan

masuk dalam kategori sangat baik dan layak digunakan untuk membantu

siswa dalam memahami nilai-nilai budi pekerti dalam memainkan gamelan.

Dari hasil ujicoba terbatas dilakukan di dua tempat. Pertama, di SD Kanisius

Minggir Sleman diikuti oleh 20 siswa, peneliti mendapatkan data bahwa

prototipe dapat membantu siswa memiliki informasi tentang nilai-nilai yang

terkandung di dalam memainkan gamelan, dan kedua, di Desa Kenatan,

Muntilan diikuti oleh 7 siswa, peneliti mendapatkan data bahwa prototipe

dapat menumbuhkan daya tarik untuk mewarnai Cergam. Hal tersebut terjadi

karena peneliti mengembangkan prototipe yang memiliki informasi tentang:

a. Prototipe berisi nilai budi pekerti

Budi pekerti merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan

manusia dalam mengembangkan karakter, baik sebagai makhluk pribadi

maupun sebagai makhluk sosial. Budi pekerti seseorang akan tampak pada

sikap, pikiran, dan perilaku. Karakter seseorang akan tampak pada spiritual,

sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Orang yang berbudi pekerti

memiliki karakter baik.

Prototipe Cergam mengandung nilai-nilai budi pekerti dalam

memainkan gamelan (untuk SD). Nilai-nilai budi pekerti yang terkandung

dalam memainkan gamelan adalah toleransi, bekerja sama, menghormati, dan

disiplin. Terlebih lagi terdapat nilai kesabaran dan ketekunan yang terdapat

dalam instrumen kempul pada.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

66

b. Prototipe menumbuhkan kesadaran siswa tentang pentingnya

melestarikan gamelan

Hasil dari uji coba prototipe buku Cergam menyadarkan kepada siswa

akan pentingnya melestarikan hasil kesenian musik tradisional Jawa yaitu

gamelan. Dengan hasil uji coba, 3 siswa menuliskan pentingnya melestarikan

budaya Indonesia khususnya kesenian musik gamelan. Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa produk dari penelitian yang dikembangkan oleh peneliti,

menumbuhkan kepekaan akan pentingnya melestarikan budaya berupa alat

musik tradisional gamelan.

c. Cergam memuat nilai-nilai pada instrumen Kempul

Kempul adalah alat musik yang dipukul dengan sesekali saja diantara

instrumen yang lain, dan dengan menghafalkan notasi gendhing. Dari hasil uji

coba produk 65% siswa mengetahui arti dari nilai kesabaran yang didapat

dalam memainkan instrumen kempul dengan memukul dengan keras dan

lembut, 55% siswa mengetahui arti dari nilai ketekunan yang didapatkan dalam

memainkan instrumen kempul dengan menghafal notasi gendhing.

d. Cergam memfasilitasi program literasi

Kegiatan membaca dan menulis disebut literasi, maka prototipe buku

ini menjadi sarana yang baik bagi guru dan siswa untuk menjadi sumber

bacaan berkatian dengan pendidikan karakter. Pada umumnya siswa usia

sekolah dasar masih senang membaca cerita, apalagi cerita yang disertai

dengan gambar. Maka prototipe yang peneliti susun merupakan buku cerita

bergambar.

e. Cergam memfasilitasi siswa dalam mengembangkan kreasi mewarnai

gambar pada Cergam

Cergam memfasilitasi dan memotivasi siswa untuk berkreasi dengan

mewarnai gambar sketsa hitam putih dari buku cerita bergambar. Dalam

kegiatan membaca prototipe buku siswa juga tergerak untuk mewarnai gambar

pada Cergam. Siswa diajak untuk bersikap sabar dengan mewarnai tanpa

keluar dari garis batas setiap bentuk sketsa, tidak tergesa-gesa dalam mewarnai,

dan dengan memperhatikan ketepatan dalam pewarnaan. Siswa juga belajar

tekun dengan mewarnai karena ada yang mengharuskan sedikit-sedikit dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

67

pelan-pelan dalam mewarnai gambar, senantiasa memperhatikan goresan, dan

konsisten dalam tebal tipis dari goresan pewarna yang digunakan sebagai

sarana untuk mewarnai gambar.

4.3 Kelebihan dan Kekurangan Prototipe

Peneliti memperoleh masukan produk dari hasil validasi dan uji coba,

data-daat yang diperoleh dapat membantu peneliti untuk mengetahui kelebihan

dan kekurangan prototipe buku yang peneliti kembangkan. Berikut ini merupakan

penjelasan mengenai kelebihan dan kekurangan prototipe yang dikembangkan

oleh peneliti.

4.3.1 Kelebihan Prototipe Buku Cergam

Prototipe Buku Pendidikan Budi Pekerti dalam Memainkan Gamelan ini

memiliki kelebihan, diantaranya adalah sebagai berikut: 1) Prototipe berisi

informasi tentang cara-cara dalam memainkan beberapa instrumen gamelan

khususnya instrumen kempul, 2) Informasi tentang nilai-nilai budi pekerti yang

diasah oleh penabuh/pemain gamelan dari beberapa instrumen, 3) Terdapat

gambar-gambar yang berkaitan dengan memainkan gamelan dibeberapa

instrumennya, 4) Prototipe Buku Pendidikan Budi Pekerti dalam Memainkan

Gamelan (untuk SD) dengan certam yang berjudul “Menabuh Kempul Mengasah

Kesabaran dan Ketekunan” yang berisi penjelasan tentang pendidikan nilai budi

pekerti yaitu kesabaran dan ketekunan, dalam memainkan gamelan, 5) pertanyaan

refleksi untuk membantu pembaca agar lebih mendorong terwujudnya penanaman

nilai-nilai yang terdapat dalam cerita.

4.3.2 Kekurangan Prototipe Buku Cergam

Prototipe Pendidikan Budi Pekerti dalam Memainkan Gamelan (untuk SD)

ini juga memiliki beberapa kekurangan, diantaranya adalah sebagai berikut: 1)

Buku masih terlalu banyak tulisan dibandingkan dengan gambar, 2) Pengunaan

bahasa belum menggunakan kaidah Bahasa Indonesia yang baik, 3) Terdapat

gambar yang kurang mewakili dari setiap cerita tentang pendidikan budi pekerti

dengan kuat, 4) Hanya terdapat sedikit contoh dari instrumen gamelan sebagai

pendukung instrumen Kempul.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

68

BAB V

PENUTUP

Bab V ini berisi tentang kesimpulan, keterbatasan penelitian, dan saran. Berikut

ini adalah penjelasan dari masing-masing sub bab:

5.1 Kesimpulan

5.1.1 Prosedur pengembangan produk berupa “Pengembangan Prototipe Buku

Pendidikan Budi Pekerti dalam Memainkan Gamelan (Untuk SD)”

dilakukan dengan langkah-langkah berikut: (1) potensi dan masalah, (2)

pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain,

dan (6) uji coba produk.

5.1.2 Kualitas produk prototipe buku pendidikan budi pekerti dalam memainkan

gamelan mendapat skor 4 dari hasil validasai prototipe buku dan masuk

dalam kategori sangat baik dan layak digunakan untuk membantu siswa

dalam memahami nilai-nilai budi pekerti dalam memainkan gamelan. Hal

tersebut terjadi karena peneliti mengembangkan prototipe yang memiliki

informasi tentang:

1.) Prototipe membantu siswa mengetahui nilai-nilai budi pekerti. Budi

pekerti merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia dalam

mengembangkan karakter sehingga akan tampak pada sikap, pikiran, dan

perilaku. Maka dalam Cergam membantu siswa mengetahui nilai toleransi,

bekerja sama, menghormati, dan disiplin .

2.) Prototipe menumbuhkan kesadaran siswa tentang pentingnya

melestarikan gamelan. Hasil dari uji coba prototipe buku Cergam

menyadarkan kepada siswa akan pentingnya melestarikan hasil kesenian

musik tradisional Jawa yaitu gamelan. Dengan hasil uji coba, 3 siswa

menuliskan pentingnya melestarikan budaya Indonesia khususnya kesenian

musik gamelan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa produk dari

penelitian yang dikembangkan oleh peneliti, menumbuhkan kepekaan akan

pentingnya melestarikan budaya berupa alat musik tradisional gamelan.

3.) Prototipe memuat nilai-nilai pada instrumen Kempul. Kempul adalah alat

musik yang dipukul dengan sesekali saja diantara instrumen yang lain, dan

dengan menghafalkan notasi gendhing dalam permainannya menumbuhkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

69

dalam diri penabuhnya untuk berlaku sabar dan tekun. Dari hasil uji coba

produk 65% siswa mengetahui arti dari nilai kesabaran yang didapat dalam

memainkan instrumen kempul dengan memukul dengan keras dan lembut,

55% siswa mengetahui arti dari nilai ketekunan yang didapatkan dalam

memainkan instrumen kempul dengan menghafal notasi gendhing.

4.) Cergam memfasilitasi program literasi yaitu berkaitan dengan kegiatan

membaca dan menulis. Maka prototipe Cergam ini menjadi sarana yang

baik bagi guru dan siswa untuk menjadi sumber bacaan berkatian dengan

pendidikan karakter. Pada umumnya siswa usia sekolah dasar masih senang

membaca cerita, apalagi cerita yang disertai dengan gambar. Maka prototipe

yang peneliti susun merupakan buku cerita bergambar.

5.) Cergam memfasilitasi siswa dalam mengembangkan kreativitas dalam

mewarnai sketsa hitam putih dari buku. Dalam kegiatan membaca prototipe

buku siswa juga tergerak untuk mewarnai gambar pada Cergam. Siswa

diajak untuk bersikap sabar dengan mewarnai tanpa keluar dari garis batas

setiap bentuk sketsa, tidak tergesa-gesa dalam mewarnai, dan dengan

memperhatikan ketepatan dalam pewarnaan. Siswa juga belajar tekun

dengan mewarnai karena ada yang mengharuskan sedikit-sedikit dan pelan-

pelan dalam mewarnai gambar, senantiasa memperhatikan goresan, dan

konsisten dalam tebal tipis dari goresan pewarna yang digunakan sebagai

sarana untuk mewarnai gambar.

Prototipe buku pendidikan budi pekerti dalam memainkan gamelan

(untuk SD) dapat membantu siswa untuk memahami nilai-nilai dalam

memainkan gamelan, dalam menumbuhkan karakter. Khususnya saat

memainkan instrumen kempul yaitu kesabaran dan ketekunan. Selain itu

siswa juga terdorong untuk melestarikan gamelan dan menumbuhkan

kreativitas dalam mewarnai Cergam.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

70

5.2 Ketebatasan Penelitian

Dalam penelitian pengembangan ini, peneliti memiliki beberapa

keterbatasan, antara lain:

5.2.1 Dalam prototipe ini masih terdapat beberapa istilah asing dan gambar

tentang memainkan gamelan yang masih terbatas.

5.2.2 Penelitian ini hanya terbatas pada memainkan beberapa instrumen gamelan

saja, belum mencakup pada semua instrumen dan nilai-nilai budi pekerti

yang ada.

5.2.3 Prototipe buku pendidikan budi pekerti dalam memainkan gamelan ini

dibuat secara terbatas sehingga hanya diketahui oleh peneliti dan beberapa

pihak saja.

5.3 Saran

5.3.1 Peneliti sebaiknya menjelaskan beberapa istilah asing dan melengkapi

gambar agar lebih lengkap.

5.3.2 Produk yang dihasilkan sebaiknya lebih dari satu instrumen gamelan.

5.3.3 Peneliti mensosialisasikan produknya kepada beberapa sekolah dan

masyarakat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

71

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan, dkk. (2003). Tata bahasa baku bahasa indonesia (edisi ketiga).

Jakarta: Balai Pustaka.

Anwar. Sutoyo. (2009). Pemahaman individu, obsertavi, checklist, interview,

kuesioner, dan sosiometri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Arikunto, Suharsimi. (2010), Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik.

Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Daldiri, (2000). Modul pengenalan gamelan jawa. Yogyakarta: Kota Kembang.

Depdiknas. (2003). Kamus besar bahasa indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Depdiknas. (2005). Kamus besar bahasa bndonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Depdiknas. (2010). Panduan pendidikan karakter di sekolah. Jakarta: Balitbang

Depdiknas.

Dewantara, Hajar. (2013). Ki hajar dewantara: Pemikiran, konsepsi, keteladanan,

sikap merdeka i pendidikan. Yogyakarta: UST Press.

Dewantara, Hajar. (2013). Ki hajar dewantara: Pemikiran, konsepsi, keteladanan,

sikap merdeka ii kebudayaan. Yogyakarta: UST Press.

Dewantara, Ki Hadjar. (2013). Pemikiran, konsepsi, keteladanan, sikap merdeka i

pendidikan. Yogyakarta: UST Press.

Driyarkara. (1980). Driyarkara tentang kebudayaan. Yogyakarta: Yayasan

Kanisius.

Endraswara, Suwardi. (2008). Laras manis, tuntunan praktis karawitan jawa.

Yogyakarta. Kuntul Press.

Faizah, Dewi Utama, Dkk. (2016). Panduan gerakan literasi sekolah di sekolah

dasar. Jakarta. Kemendikbud.

Kayam, Umar. (1981). Seni, tradisi, masyarakat / umar kayam. Jakarta: Sinar

Harapan.

Kemendikbud. (2015). Permendikbud nomor 22 tahun 2015 tentang penumbuhan

budi pekerti. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.

Kodrat, Harsono. (1982). Gendhing-gendhing karawitan jawa lngkap slendro-

pelog jilid i. Jakarta: PT Balai Pustaka.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

72

Koesoema, A. Doni. (2015). Pendidikan karakter strategi mendidik anak di

zaman global. Jakarta: Kompas Gramedia.

Krathwohl, D.R Anderson. L.W. & Bloom, B.S. (2001). A taxonomy for learning,

teaching, and assessing: a revision of bloom’s taxonomy of educational

objectives. Boston. MA: Allyn & Bacon.

Mulyasa. (2013). Pengembangan dan implementasi kurikulum 2013. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

Notoatmodjo. Soekidjo. (2007). Ilmu kesehatan masyarakat. Jakarta: Rineka

Cipta.

Nurgiyantoro, Burhan. (1995). Teori pengkajian fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

Nurgiyantoro, Burhan. (2002). Teori pengkajian fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

Purwadi dan Hidayat. (2006). Seni karawitan jawa: Ungkapan keindahan dalam

musik gamelan. Yogyakarta: Hanan Pustaka.

Purwanto, M.N. (1998). Psikologi pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Putra, Masri Sareb. (2008). Menumbuhkan minat baca sejak dini. Jakarta: PT.

Indeks.

Ratna, Nyoman Kutha. (2014). Peranan karya sastra, seni, dan budaya dalam

pendidikan karakter. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rudiansyah, Afrizal, DKK. (2015). Penciptaan buku ilustrasi gamelan jawa

dengan menggunakan teknik vektor sebagai upaya pengenalan alat musik

tradisional pada anak anak. Diperoleh 3 September 2017, dari

http://jurnal.stikom.edu/index.php/ArtNouveau/article/viewFile/935/401.

Santosa, Imam Budhi. (2008). Budi pekerti bangsa. Yogyakarta: Arti Budi

Intaran.

Setyosari, Punaji. (2010). Metode penelitian penelitian dan pengembangan.

Jakarta: Kencana.

Soedarsono, R.M. (2010). seni pertunjukan indonesia di era globalisasi.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Soeroso. 1989. Pengetahuan karawitan. Yogyakarta: Proyek Peningkatan

Pengembangan ISI.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

73

Sudibyo, Imam. (2006). Peranan kebudayaan jawa dalam pengembangan

kebudayaan nasional dalam pernak-pernik budaya jawa. Salatiga: Pusat

Studi Budaya Jawa FKIP UKSW: Widya Sari Press.

Sugiyono.(2015). Metode penelitian pendidikan (pendekatan kuantitatif, kualitatif

dan r&d. Bandung: Alfabeta.

Sulistyobudi, Noor. (2013, 1 Jun). Seni karawtian Jawa: Pendidikan Budi Pekerti.

Diperoleh 9 Oktober, dari

www.yayasankertagama.org/books/books_journal_11.pdf

Supanggah, Rahayu. (2002). Bothekan karawitan i. Jakarta: Masyarakat Seni

Pertunjukan Indonesia.

Suryodinigrat, Warsito. (1970). Gamelan tari dan wajang di yogyakarta.

Yogyakarta: Taman Siswa.

Suyami. (2015). Kajian nilai budi pekerti dalam serat jayabaya. Yogyakarta:

Balai Pelestarian Nilai Budaya.

Syamsudin. (1997). Psikologi belajar. Lampung. Unisula.

Tarigan, Henry Guntur. (1995). Pengajaran analisis kesalahan berbahasa.

Bandung: Angkasa.

Tim Penyusun Kamus PPPB. (2005), Kamus besar bahasa indonesia. Jakarta:

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Widoyoko, Eko Putro. (2012). Evaluasi program pembelajaran. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Wiedarti, Pangesti, Dkk. (2016). Desain induk gerakan literasi sekolah. Jakarta.

Kemendikbud.

Yudhoyono, Bambang. (1984). Gamelan jawa: Awal-mula, makna masa

depannya. Jakarta: PT Karya Unipress.

Yuliantoro, Septian Eko. (2016, 1 September). Penanaman nilai-nilai budi pekerti

pada anak melalui kesenian tradisional. Diperoleh 5 September 2018 , dari

https://eprints.uns.ac.id/11146/1/435-1555-2-PB.pdf

Zuriah, Nurul. (2011). Pendidikan moral & budi pekerti dalam prespektif

perubahan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

74

LAMPIRAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

75

Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

76

Lampiran 2 Surat Ijin Penyebaran dan Pengisian Kuesioner/Angket

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

77

Lampiran 3 Surat Ijin Uji Coba Produk Penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

78

Lampiran 4 Surat Keterangan telah Melaksanakan Penelitian dari SD

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

79

Lampiran 5a Pedoman Wawacara

No. Pertanyaan

1 Mengapa anda tertarik pada gamelan?

2 Apakah ada nilai-nilai budi pekerti dalam memainkan gamelan?

3 Apakah yang anda pikirkan/rasakan setiap kali mendengarkan musik gamelan?

4 Apakah menurut anda siswa-siswi perlu diperkenalkan gamelan sejak dini untuk menyukai

gamelan? Mengapa?

5 Apakah menurut anda perlu ada buku sederhana untuk siswa SD yang memuat informasi

tentang gamelan yang memiliki nilai-niali budi pekerti? Mengapa perlu?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

80

Lampiran 5b Hasil Wawancara

Dari hasil wawancara dengan praktisi gamelan (Bp. Pardiman

Djoyonegara) peneliti mendapatkan data jika setiap perangkat gamelan

melatih penabuhnya memiliki nilai budi pekerti tertentu sesuai dengan

karakteristik kepribadiannya. Pelatih gamelan biasanya melatih pemain

gamelan untuk menabuh semua perangkat alat musik gamelan. Melalui

pengamatannya, pelatih dapat memutuskan pemain yang akan diberi

tanggung jawab menabuh salah satu perangkat yang sesuai dengan

kepribadian pengrawit (penabuh gamelan). Jadi setiap perangkat gamelan

dapat melatih seseorang untuk membentuk karakter untuk memiliki nilai

budi pekerti yang luhur (=Pendidikan Karakter). Praktisi juga mengatakan

bahwa banyak nilai-nilai yang ditumbuhkan dalam memainkan gamelan,

namun masih terbatas buku tentang pendidikan budi pekerti dalam

memainkan gamelan, lebih-lebih untuk kalangan pembaca usia sekolah

dasar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

81

Lampiran 6 Kisi-kisi Pedoman Angket

NO ASPEK INDIKATOR PERTANYAAN

1. GAMELAN SEBAGAI

SALAH SATU

KESENIAN JAWA

GAMELAN

Gamelan merupakan salah satu alat musik dari

kebudayaan Jawa

1. Kamu sudah

memainkan

gamelan sejak

kelas....................

2. Gamelan

merupakan salah

satu alat musik

dari .........

Pakaian yang digunakan saat pementasan 3. Pakaian yang

harus dikenakan

saat pementasan

gamelan

adalah.....

2. BUDI PEKERTI DALAM

MEMAINKAN

GAMELAN

SEBELUM

Mengheningkan cipta (menyiapkan hati dan

pikiran

4. Sebelum

memainkan

gamelan, kamu

harus ..... Berdoa (Religius)

Berjalan jongkok (Rendah hati)

Tidak melangkahi perangkat gamelan (Sopan

santun)

Menyembah dengan tangan dikatupkan

(Menghormati)

PADA SAAT

Tabuh gamelan harus sesuai jenisnya (Merawat

gamelan, agar tidak rusak)

5. Pada saat

memainkan

gamelan, kamu

harus ..... Posisi duduk (Adat istiadat)

Menjaga perkataan dan perbuatan (Sopan santun)

Membunyikan instrumen secara bersama-sama

(Kerjasama)

Memukul instrumen secara lembut (Sopan

santun)

Tidak makan dan minum (Kebersihan)

Tidak bergurau (Konsentrasi)

Keras lembutnya tabuhan (Mengolah emosi)

Tidak mengendong tas (Estetika)

Alat tabuh diletakkan di atas perangkat

(Kerapian)

Merapikan sesuai posisi semula (Kerapian)

SESUDAH

Menyembah tangan dikatupkan (Menghormati) 6. Sesudah

memainkan

gamelan, kamu

harus .....

Berdoa (Religius)

Berjalan jongkok (Rendah hati)

Gamelan harus ditutup dengan kain (Kebersihan)

3 LITERASI Refleksi pengalaman memainkan gamelan.

7. Pengalaman

yang

mengesankanmu

saat memainkan

gamelan adalah....

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

82

4 PERLU/TIDAK

PROTOTIPE BUKU

TENTANG

MEMAINKAN

GAMELAN

Buku tentang memainkan gamelan. 8. Buku untuk

memainkan

gamelan yang

pernah kamu

baca adalah......

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

83

Lampiran 7a Angket Validator

NO KOMPONEN YANG DINILAI SKOR SARAN

1 2 3 4

1 Bahasa

a. Bahasa sesuai dengan kaidah penulisan

yang baik dan benar.

b. Susunan kalimat dapat dipahami oleh

siswa.

c. Susunan kalimat tidak mengarah

kepada jawaban tertentu.

2. Keterkaitan Pertanyaan

d. Pertanyaan yang diajukan sesuai

dengan tujuan penelitian.

e. Pertanyaan yang diajukan berkaitan

dengan gamelan sebagai salah satu

kesenian Jawa.

f. Pertanyaan yang diajukan berkaitan

dengan sebelum/pada saat//sesudah

memainkan gamelan yang memuat

nilai-nilai budi pekerti.

g. Pertanyaan yang diajukan menggali

kesan siswa dalam memainkan

gamelan

h. Pertanyaan yang diajukan menggali

kebutuhan siswa tentang buku

mengenai gamelan.

3. i. Kelayakan instrumen untuk dibagikan

kepada siswa kelas V-VI SD.

TOTAL SKOR

Yogyakarta, .... ....... .......

(...................................................)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

84

Lampiran 7b Hasil Validasi Angket Siswa (Validator I)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

85

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

86

Lampiran 7c Hasil Validasi Angket Siswa (Validator II)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

87

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

88

Lampiran 7d Rekap Hasil Validasi Angket

NO ASPEK Validator 1 Validator 2

Skor Saran Skor Saran

1. Bahasa

a. Sesuai dengan

EBI

3 Masih ada salah ketik 3 masih ada tulisan yang

salah

b. Sesuai dan mudah

dipahami oleh

siswa SD

2 Terlalu banyak

tulisan 3

Perbanyak gambar

kurangi tulisan

2. Format Penulisan Buku

c. Prototipe sesuai

dengan kaidah

penulisan buku 3

Lebih disederhanakan

untuk kalangan siswa SD 4 Sudah baik

d. Menggunakan

kepustakaan

yang sesuai

dengan teori

Pendidikan Budi

Pekerti dan

Gamelan

4 Baik 4 Sudah baik

3.

Isi

e. Artikel berisi

informasi

sederhana tentang

Gamelan.

4 Baik 4 Sudah baik

f. Artikel

menjelaskan nilai-

nilai Budi Pekerti

yang terkandung

dalam memainkan

Gamelan.

4 Baik 4 Sudah baik

g. Cergam memuat

informasi tentang

kekhasan

memainkan

“kempul” sebagai

salah satu alat

musik Gamelan.

4 Baik 4 Sudah baik

h. Cergam berisi alur

cerita yang mudah

dipahami oleh

siswa

3 Kurangi tuliasn 4 Sudah baik

TOTAL SKOR 27 30

Skor rata-rata 28,5

Nilai rata-rata 3,5

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

89

Lampiran 8a Angket Analisis Kebutuhan Siswa

Bacalah baik-baik pernyataan berikut dan isilah titik-titik yang terdapat di dalamnya

menurut pendapat mu sendiri-sendiri.

1. Kamu sudah memainkan gamelan sejak kelas .......................................................

2. Gamelan merupakan salah satu alat musik dari .........................................................

3. Pakaian yang harus dikenakan saat pementasan gamelan adalah..................

4. Sebelum memainkan gamelan, kita harus ..................................................................

5. Pada saat memainkan gamelan, kita harus ....................................................................

6. Sesudah memainkan gamelan, kita

harus.............................................................................

7. Tuliskan pengalaman yang mengesankanmu saat memainkan

gamelan...................................................................................................................... .......

...........................................................................................................................................

..................

8. Buku untuk memainkan gamelan yang pernah kamu baca

adalah....................................................................................................................... ..........

...........................................................................................................................................

.................

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

90

Lampiran 8b Hasil Angket Analisis Kebutuhan Siswa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

91

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

92

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

93

Lampiran 8c Rekap Hasil Analisis Kebutuhan Siswa

Pertanyaan Jawaban

1. Kamu sudah memainkan gamelan

sejak kelas ... kamu ingin bermain

gamelan sampai kapan ...

15 siswa (100%) menjawab bermain gamelan sejak

kelas IV

8 siswa (53.4%) menjawab ingin bermain gamelan

sampai SMP

7 siswa (46.6%) menjawab ingin bermain gamelan

sampai tua/ sampai kapan pun

2. Gamelan merupakan salah satu alat

musik dari daerah ...

14 siswa (93.3%) menjawab gamelan berasal dari

daerah Jawa

1 siswa (6.7%) menjawab berasal dari Bali.

3. Pakaian yang harus dikenakan saat

pementasan gamelan adalah ... apa

yang kamu rasakan saat pentas ...

15 siswa (100%) menjawab pakaian yang dikenakan

saat pentas adalah pakaian adat dan kostum dengan

perbedaan laki-laki dengan sorjan, beskap, dan blangkon

sedangkan perempuan kebaya, jarik, dan sanggul.

4. Sebelum memainkan gamelan, kamu

harus ...

6 siswa (40%) sebelum memainkan gamelan menjawab

hal yang dilakukan menyiapkan alat dan pemukul

5 siswa (33.3%) menjawab berdoa terlebih dahulu

4 siswa (26.7%) menjawab menyiapkan teks not angka

sebagai panduan.

5. Pada saat memainkan gamelan,

kamu harus ...

5 siswa (33.3%) pada saat memainkan gamelan hal yang

dilakukan adalah konsentrasi/fokus

3 siswa (20%) dengan sopan

3 siswa (20%) dengan mengingat not angka

2 siswa (13.3%) menjawab memukul dengan benar/taat

pada aturan

1 siswa (6.7%) menjawab dengan serius

1 siswa (6.7%) menjawab dengan tenang.

6. Sesudah memainkan gamelan, kamu

harus ...

8 siswa (53.4%) sesudah memainkan gamelan menjawab

merapikan gamelan dan pemukul (disiplin)

2 siswa (13.3%) menjawab membersihkan tempat/

ruangan gamelan

2 (13.3%) siswa menjawab berdoa

2 (13.3%) siswa menjawab tenang dan berhenti memukul

1 (6.7%) siswa menjawab menaati tata tertib/aturan.

7. Tuliskan pengalaman yang

mengesankanmu saat memainkan

gamelan ...

Siswa 1

Selama memainkan gamelan dapat menghafalkan lagu

dan not yang benar dengan cepat dan benar.

Siswa 2

Pengalaman dalam memainkan gamelan saat pentas

sangat merdu suara tabuhannya, dan membuat saya

bahagia.

Siswa 3

Selama memainkan gamelan dengan mantap dan percaya

diri akan seru dan menyenangkan.

Siswa 4

Pengalaman bangga bisa menampilkan gamelan ke orang

banyak.

Siswa 5

Kenas dalam memainkan gamelan senang karena

gamelan suaranya merdu.

Siswa 6

Pengalaman kesan bisa bermain slenthem dan kenong

dengan senang hati, dan sudah lancar.

Siswa 7

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

94

Kesan saya senang karena dapat pentas bersama dengan

teman-teman.

Siswa 8

Saat memainkan gamelan sangat penting dan

dilaksanakan dengan baik tanpa ada kesalahan.

Siswa 9

Pengalaman luar biasa bisa menampilkan gamelan ke

orang banyak.

Siswa 10

Pengalaman membanggakan menggamel di gereja saat

Minggu Paskah.

Siswa 11

Saat memainkan gamelan pada masa Natal dan

memainkan gamelan bersama itu menjadi tidak

terlupakan.

Siswa 12

Pengalaman dalam memainkan gamelan bingung dan

susah namun bisa melakukannya.

Siswa 13

Pengalaman yang didapat sangat senang karena diajari

dengan sungguh-sungguh dan langsung bisa meskipun

sedikit demi sedikit.

Siswa 14

Pengalaman yang didapat saat memainkan gamelan

selalu capek namun menyenangkan.

Siswa 15

Pengamalan memainkan gamelan saat pentas di Gereja

sangat senang.

8. Buku untuk memainkan gamelan yang

pernah kamu baca adalah ... apa yang

kamu dapatkan dari buku yang kamu

baca (jika kamu pernah membaca

buku) ...

13 siswa (86.7%) pernah membaca buku tentang

gamelan yaitu buku notasi gamelan

2 siswa (13.3%) pernah membaca buku tulis/catatan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

95

Lampiran 9a Kisi-kisi Pembuatan Cergam

Hlm Teks

dalam

buku

Deskripsi Sumber Ilustrasi

gambar

I Cover Judul buku “Prototipe Buku Pendidikan

Budi Pekerti dalam Memainkan Gamelan

(Untuk SD)”

- Instrumen gamelan.

ii. Kata

pengantar

Informasi tentang isi buku yang terdiri

dari dua bagian, dan harapan penulis

supaya buku dapat dijadikan saran literasi

di SD.

Ucapan terima kasih.

1.1 -

Iv Daftar isi - - -

1 Bagian I Nilai-nilai Budi Pekerti dalam Instrumen

Gamelan

-Gamelan

-Nilai-nilai dalam instrumen gamelan

-Nilai-nilai dalam memainkan gamelan

2.1.5 Gambar siswa

sedang laku ndodok

(berjalan jonggkok)

saat menuju ke

instrumen gamelan

yang akan

dimainkannya.

4 Bagian II Cergam “Kempul Mengasah Kesabaran

dan Ketekunan” 2.1.6 Gambar siswa

sedang memainkan

kempul.

5 Gambar 1 Perkenalan tokoh bernama Untung yang

ayahnya seorang dalang wayang kulit.

Untung dan ibunya melihat setiap kali

ayahnya melakukan pementasan wayang

kulit, selalu diiringi oleh musik gamelan.

2.1.3 Gambar siswa dan

ibu sendang

menonton bapaknya

mendalang wayan

kulit.

6 Gambar 2 Untung duduk di kelas V SD, ia

mengikuti ekstrakurikuler karawitan.

2.13 Gambar siswa

sedang belajar

dikelas bersama

teman-teman.

7 Gambar 3 Untung bersama teman-teman mulai

mengenal seperangkat gamelan yaitu

kempul, gong, dan kendang.

2.1.4 Gambar siswa

sedang menyiapkan

kempul, gong, dan

kendang yang

merupakan instrumen

gamelan.

8 Gambar 4 Untung dilatih cara memainkan kempul

dan Untung juga berlatih untuk

menunbuhkan sikap sabar dan tekun

dalam memainkan kempul.

2.1.4 Gambar seorang

pelatih sedang

melatih siswa

memainkan kempul.

9 Gambar 5 Untung dan teman-temannya berlatih

untuk persiapan lomba, dan belajar

kempul dengan mengasah sikap sabar dan

2.1.5 Gambar siswa-siswi

sedang memainkan

serperangkat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

96

tekun. gamelan.

10 Gambar 6 Untung tiba di tempat perlombaan dan

bertemu dengan teman-teman SD yang

memiliki kegemaran yang sama

mencintai alat musik gamelan.

- Gambar siswa-siswi

sedang menuju ke

tempat lomba

gamelan.

11 Gambar 7 Untung dan teman-teman mengenakan

pakaian adat: laki-laki mengenakan

beskap dan blangkon, perempuan

mengenakan kebaya dan rambut

disanggul.

2.1.3 Gambar siswa-siswi

sedang berganti

pakaian adat.

12 Gambar 8 Untung dan teman-teman naik pentas dan

melakukan laku ndodok (jalan jongkok)

sebagai sikap sopan santun.

2.1.5 Gambar siswa-siswi

sedang berjalan

jongkok menuju

gamelan.

13 Gambar 9 Pementasan yang dilakukan dengan

bersama-sama, pelatih mengingatkan

pentingnya rasa toleransi dan bekerja

sama.

2.1.5 Gambar seorang

pelatih dan siswa

mencoba bunyi

kempul yang

merupakan salah satu

instrumen gamelan.

14 Gambar 10 Sebelum memainkan gamelan Untung

dan teman-teman berdoa terlebih dahulu.

Melatih rasa spiritual/religius.

2.1.5 Gambar siswa-siswi

sedang berdoa

sebelum mulai

memainkan gamelan.

15 Gambar 11 Memainkan gamelan dengan 3 buah lagu,

dan semua alat dimainkan secara

bersama-sama yang menghasilkan suara

gendhing yang indah.

2.1.3 Gambar siswa-siswi

memainkan gamelan

dihadapan juri dan

penonton saat lomba

berlangsung.

16 Gambar 12 Kelompok Untung dan teman-teman

mendapatkan juara I, dan pelatih

memberikan selamat.

- Gambar seorang

siswa mewakili

menerima piala dari

juri.

17 Gambar 13 Semua kelompok berkumpul dengan

pelatih, dan pelatih memberikan nasihat

agar dalam bermain gamelan juga

mengasah kerja sama, toleransi. Untung

sendiri memainkan kempul belajar untuk

mengasah kesabaran dan ketekunan.

2.15 Gambar pelatih

merangkul siswa-

siswi seletah selesai

pentas dalam

perlombaan gamelan.

18 Refleksi Terdapat 5 pertanyaan kepada pembaca

setelah membaca Cergam “Memainkan

Kempul Mengasah Kesabaran dan

Ketekunan”.

Cergam -

19 Kepustakaan Daftar referensi Daftar Pustaka

20 Biodata Nama lengkap Gregorius Bintara Setiaji,

nama panggilan Aji – Jibon. Lahir di

Ambarawa, Semarang Hari Selasa Legi,

Tanggal 2 Januari 1996. Hobi berenang,

berorganisasi, angkat barbel. Sejak SD

diasuh oleh kedua orang tua yang bekerja

sebagai Guru Sekolah Dasar (SD). Nama

Foto Penulis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

97

bapak saya Yohanes Suwardi, S.Pd. Ibu

saya Xaveria Sutimah. Saya adalah anak

ke 4 dari 4 bersaudara. Riwayat

pendidikan saya sekolah dasar di SDN

Ngampin 01, lanjut di SMP Pangudi

Luhur Ambarawa, lanjut di SMA Virgo

Fidelis Bawen, dan hingga saat ini kuliah

di PGSD – FKIP - Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta. Aktivitas di

perkuliahan adalah aktif dalam

keorganisasian Prodi PGSD dan Lingkup

Kampus; PARGEM (Parade Gamelan

Anak) VII, VIII, IX; beberapa kuliah

umum dari luar Universitas; HMPS-

PGSD menjadi KaBid Akademik

meliputi English Club, Bioscience Club,

dan Montessori; Kepanitiaan Malam

Kreativitas PGSD, Sie. Dekorasi;

Kepanitian Pelwis (Pelepasan Wisuda);

Kepanitian KMD koordinator mahasiswa.

Semua keterangan di atas dapat saya

pertanggung jawaban dengan sadar dan

dapat dipercaya. Sekarang sedang

mengembangkan penelitian yaitu

“Pengembangan Prototipe Buku Budi

Pekerti dalam Memainkan Gamelan

(untuk SD)” dengan sub judul “Untung si

Niyaga Kempul Gamelan, Selalu Menjadi

Pelengkap Dimanapun Berada:. Salam

Gamelan, Salam Budaya, Sudah

selayaknya generasi muda berkarya

menjaga jati diri luhur ke-Jawa-an-nya.

21 Halaman

belakang

Puisi

Gamelan Menumbuhkan Nilai-nilai

Luhur Indonesia

Indonesia negara berbudaya

Kebudayaan menghasilkan sebuah

kesenian

Kesenian musik salah satunya

Indonesia memiliki gamelan yang masyur

sampai mancanegara

Gembel-an berarti dipukul, dan kita

mengenalnya sebagai gamelan

Karawitan sebutan lain gamelan

Berasal dari kata rawit

Memiliki kurang lebih 12 instrumen

Memiliki nilai-nilai dalam setiap

memainkannya

Sebelum memainkan nilai sopan santun,

religius, ketekunan

Pada saat memainkan nilai kerja sama,

kesabaran, dan toleransi

Sesudah memainkan nilai kedisiplinan,

kerapian, dan mawas diri

Semuanya itu sepontan tumbuh

Aku duduk bersila di hadapan kempul

Telinga mendengar suara instrumen

gamelan yang lain

Yang terbuat dari kuningan, tembaga,

kayu, kulit kerbau, dan bambu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

98

Menjadikan ku harus berkonsentrasi

Aku harus sesekali saja dalam menabuh

Aku harus menahan pikiran, perasaan,

dan perilaku

Menyelaraskan irama yang lembut dan

keras

Kesabaran aku latih dalam menabuh

kempul

Ketekuan aku asah dalam memainkan

kempul

Suara kempul tidak akan berarti jika

hanya kempul yang berbunyi

Suara dari semua instrumen gamelan –lah

Akan menjadikan harmoni, keselarasan

dan irama hati

Menjadi indah dan enak untuk dinikmati

Aku penabuh kempul, aku cinta gamelan

Aku akan melestarikan gamelan

Sampai akhir hayat nanti

9 Desember 2017

Gregorius Bintara Setiaji

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

99

Lampiran 9b Desain Awal Buku

Cover Utama

Bagian I

Cover Bagian II

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

100

Cergam Halaman Pertama

Cergam Halaman Terakhir

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

101

Lampiran 9c Validasi Uji Coba Produk Buku (Validator I)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 119: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

102

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 120: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

103

Lampiran 9d Validasi Uji Coba Produk Buku (Validator II)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 121: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

104

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 122: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

105

Lampiran 9e Rekap Validasi Uji Coba Produk Buku

NO ASPEK Validator I Validator II

Skor Saran Skor Saran

1 Bahasa

Sesuai dengan EBI

3

Masih ada

tulisan yang

salah.

3

Masih ada salah

ketik

Sesuai dan mudah

dipahami oleh siswa SD 3

Perbanyak

gambar, kurangi

tulisan.

2 Terlalu banyak

tulisan

2. Prototipe sesuai dengan

kaidah penulisan buku

4

Perbaiki cover

3

Lebih

disederhanakan

untuk kalangan

siswa SD.

Menggunakan

kepustakaan yang sesuai

dengan teori Pendidikan

Budi Pekerti dan

Gamelan

4 4 Perbaiki Cover

3. Artikel berisi informasi

sederhana tentang

Gamelan.

4

4

Artikel menjelaskan

nilai-nilai Budi Pekerti

yang terkandung dalam

memainkan Gamelan.

4 4

Cergam memuat

informasi tentang

kekhasan memainkan

“kempul” sebagai salah

satu alat musik Gamelan.

4 4

Cergam berisi alur cerita

yang mudah dipahami

oleh siswa

4 3 Kurangi tulisan

Total skor 30 27

Skor rata-rata 28,5

Nilai rata-rata 3,5

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 123: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

106

Lampiran 9f Pedoman Penggolongan Kualitas

No Kelayakan Instrumen Bobot skor

1 Layak diujicobakan tanpa revisi X > 3,5

2 Layak diujicobakan setelah revisi X ≤ 2,5

3 Tidak layak diujicoba X < 1,5

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 124: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

107

Lampiran 10a Desain Buku Hasil Revisi

Cover Utama

Cover Bagian I

Cover Bagian II

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 125: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

108

Cergam Halaman

Pertama

Cergam Halaman

Terakhir

Pertanyaan

Refleksi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 126: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

109

Lampiran 10b Validasi Uji Coba Produk Buku

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 127: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

110

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 128: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

111

Lampiran 10c Rekap Validasi Uji Coba Produk Buku

NO ASPEK Validator 1

Skor Saran

1. Bahasa

a. Sesuai dengan EBI 4

Oke b. Sesuai dan mudah dipahami oleh

siswa SD 4

2. Format Penulisan Buku

c. Prototipe sesuai dengan kaidah

penulisan buku 4

Sudah baik d. Menggunakan kepustakaan yang

sesuai dengan teori Pendidikan

Budi Pekerti dan Gamelan

4

3.

Isi

e. Artikel berisi informasi sederhana

tentang Gamelan. 4

f. Artikel menjelaskan nilai-nilai Budi

Pekerti yang terkandung dalam

memainkan Gamelan. 4

g. Cergam memuat informasi tentang

kekhasan memainkan “kempul”

sebagai salah satu alat musik

Gamelan.

4

h. Cergam berisi alur cerita yang

mudah dipahami oleh siswa 4

TOTAL SKOR 32

Skor rata-rata 32

Nilai rata-rata 4

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 129: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

112

Lampiran 11a Hasil Uji Coba Produk Buku

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 130: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

113

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 131: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

114

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 132: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

115

Lampiran 11b Rekap Uji Coba Produk Buku

Pertanyaan Refleksi Jawaban

Presentase Jawaban

Setelah membaca Cergam tentang

“Memainkan Kempul Mengasah Kesabaran

dan Ketekunan” saya menuliskan refleksi:

1. Dua sikap yang perlu diperhatikan pada

saat memainkan gamelan adalah...

50 % 10 siswa menjawab bahwa dua sikap yang

perlu diperhatikan penabuh saat memainkan

gamelan adalah sikap sabar dan tekun

25 % 5 siswa menjawab bahwa sikap yang perlu

diperhatikan penabuh saat memainkan

gamelan adalah sikap sopan

15 % 3 siswa menjawab bahwa dua sikap yang

perlu diperhatikan penabuh saat memainkan

gamelan adalah sikap toleransi dan kerjasama

5 % 1 siswa menjawab bahwa sikap yang perlu

diperhatikan penabuh saat memainkan

gamelan adalah sikap tanggung jawab

5 % 1 siswa menjawab bahwa sikap yang perlu

diperhatikan penabuh saat memainkan

gamelan adalah sikap tata krama

2. Salah satu alat/instrumen gamelan

adalah kempul, cara memainkannya

dengan ....

55 % 11 siswa menjawab bahwa cara memukul

kempul dengan dipukul/ditabuh/dibunyikan

sesekali dari instrumen yang lain

40 % 8 siswa menjawab bahwa cara memukul

kempul dengan dipukul

5 % 1 siswa menjawab bahwa cara memukul

kempul dengan ketekunan dan kesabaran

3. Nilai budi pekerti yang didapatkan saat

memainkan kempul adalah kesabaran,

artinya.....

65 % 13 siswa menjawab bahwa arti dari kesabaran

adalah memukul kempul dengan keras atau

lembut

10 % 2 siswa menjawab bahwa arti dari kesabaran

adalah dengan kesabaran

25 % 3 siswa menjawab bahwa arti dari kesabaran

adalah menunggu instrumen yg lain

5 % 1 siswa menjawab bahwa arti dari kesabaran

adalah memukul kempul dengan

menyesuaikan cepat dan lambat irama

5 % 1 siswa menjawab bahwa arti dari kesabaran

adalah dengan memiliki budi pekerti

4. Selain kesabaran, memainkan kempul

juga membantu penabuh memiliki sikap

tekun, artinya .....

55 % 11 siswa menjawab bahwa arti dari ketekunan

adalah menghafalkan notasi gendhing

5 % 1 siswa menjawab bahwa arti dari ketekunan

adalah mengasah pendengaran

5 % 1 siswa menjawab bahwa arti dari ketekunan

adalah memperhatikan notasi gendhing

5 % 1 siswa menjawab bahwa arti dari ketekunan

adalah selalu belajar

5 % 1 siswa menjawab bahwa arti dari ketekunan

adalah menahan diri untuk menunggu dari

instrumen gamelan

5 % 1 siswa menjawab bahwa arti dari ketekunan

adalah ketekunan saat bermain kempul

5 % 1 siswa menjawab bahwa arti dari ketekunan

adalah menghasilkan suara yang indah

5 % 1 siswa menjawab bahwa arti dari ketekunan

adalah menyesuaikan irama yang cepat dan

lambat

5 % 1 siswa menjawab bahwa arti dari ketekunan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 133: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

116

adalah mempunyai kegemaran yang sama

yaitu mencintai alat musik gamelan

5 % 1 siswa bersatu dan bekerjasama serta belajar

bertoleransi kepada sesama

5. Informasi yang saya dapatkan tentang

bermain gamelan setelah membaca buku

ini adalah ....

50 % 10 siswa menjawab yang diperoleh dari buku

adalah nilai kesabaran dan ketekunan.

25 % 5 siswa menjawab yang diperoleh dari

membaca buku ini adalah nilai toleransi,

bekerja sama, menghormati, dan disiplin

15 % 3 siswa menjawab yang diperoleh dari

membaca buku ini adalah pentingnya

melestarikan budaya Indonesia khususnya

kesenian musik gamelan.

10 % 2 siswa menjawab yang diperoleh dari

membaca buku ini adalah memainkan

gamelan dengan baik dan benar yang akan

menjadi bagus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 134: PENGEMBANGAN POTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …

117

CURRUCULUM VITAE

Gregorius Bintara Setiaji merupakan anak keempat

dari pasangan Yohanes Suwardi dan Xaveria Sutimah.

Lahir di Semarang pada 2 Januari 1996. Pendidikan

dimulai dari TK Pancasila Ngampin, pada tahun 2000-

2002 kemudian pendidikan dilanjutkan di SD Negeri

Ngampin I pada tahun 2002-2008. Peneliti melanjutkan

pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur

Ambarawa pada tahun 2008-2011. Peneliti kemudian pendidikan di Sekolah

Menengah Atas Virgo Fidelis Bawen pada tahun 2011 dan lulus pada tahun 2014.

Peneliti melanjutkan pendidikan di Program Studi Pendidikan Guru Sekolah

Dasar, Universitas Sanata Dharma pada tahun 2014 sampai sekarang. Selama

menempuh pendidikan di Universitas Sanata Dharma banyak kegiatan

kemahasiswaan yang telah diikuti. Kegiatan-kegiatan tersebut diantaranya sebagai

berikut:

No Nama Kegiatan Tahun Peran

1 Inisiasi Universitas Sanata Dharma 2014 Peserta

2 Inisiasi Fakultas (Infisa) 2014 Peserta

3 Inisiasi Program Stusi (Insipro) 2014 Peserta

4 Pelatihan Pengembangan Kepribadian Mahasiswa I 2014 Peserta

5 Parade Gamelan Anak Ke-7 2014 Devisi Keamanan

6 Kuliah Umum: “Mental Health in Children: Theory and Research” 2014 Panitia

Dokumentasi

7 Kursus Pembinaan Pramuka Mahir Tingkat Dasar 2015 Peserta

8 Pelepasan Calon Wisudawan/Wisudawati Periode April 2015 2015 Koordinator

Perlengkapan

9 Pelepasan Calon Wisudawan/Wisudawati Periode Oktober 2015 2015 Devisi

Perlengkapan

10 Week-end Moral 2015 Peserta

11 Kuliah Umum PGSD “Masa Depan Toleransi di Tangan Guru” 2015 Peserta

12 Seminar “Reinveting Childhood Education” 2015 Peserta

13 Parade Gamelan Anak Ke-8 2015 Koordinator

Kemanan

14 Pelatihan Pengembangan Kepribadian Mahasiswa II 2015 Peserta

15 Kuliah Umum “Pendidikan Berbasis Montessori” 2015 Peserta

16 Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar (KMD) PGSD 2016 2016 Koordinator

Perlengkapan

17 Seminar Kurikulum untuk Terstandarisasi (Cambridge) 2016 Peserta

18 English Club Program 2016 Peserta

19 HMPS PGSD Devisi Akademik “ Devisi Montessori, Bioscience,

dan English Club”

2016 Koordinator Devisi

20 Pelepasan Calon Wisudawan/Wisudawati Periode April 2016 2016 Koordinator

Publikasi dan

Dokumentasi

21 Parade Gamelan Anak Ke-9 2016 Ketua Umum

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI