pengembangan potensi sda papua komoditi ubi jalar (M.firdaus a)

4
Potensi Ekonomi SDA Provinsi Papua pada Komoditi Pertanian Ubi Jalar dan Strategi Pengembangannya M. Firdaus A Jurusan Fisika, FMIPA Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Kampus ITS, Sukolilo-Surabaya (60111) E-mail : [email protected] Dalam hal ekonomi, kinerja pembangunan wilayah Papua tahun 2010 menunjukkan tren yang berfluktuatif. Pertumbuhan ekonomi di Provinsi Papua menunjukkan tren yang pasang surut setiap tahunnya dan di tahun 2010 mengalami laju pertumbuhan negatif. Perekonomian Wilayah Papua didominasi oleh sektor pertambangan dan penggalian dengan kontribusi sebesar 54,11 persen dan sektor pertanian sebesar 12,28 persen. Sektor pertambangan dan penggalian wilayah Papua yang terpusat di Provinsi Papua menjadi salah satu penyumbang terbesar bagi sektor pertambangan nasional. Investasi swasta dalam bentuk Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA) di wilayah Papua masih relatif kecil. Indeks iklim investasi Tahun 2008 menunjukkan bahwa Provinsi Papua menduduki peringkat ke-26 secara nasional Kondisi tersebut terutama dikarenakan kurangnya dukungan dari sisi kondisi tenaga kerja, keamanan usaha, kinerja ekonomi daerah, dan peranan dunia usaha dalam perekonomian daerah, juga kurangnya sisi promosi investasi. Sementara itu, PDRB per kapita wilayah Papua terus meningkat dengan perbandingan antar provinsi menunjukkan adanya tren penurunan ketimpangan yang cukup signifikan. Sumber Daya Alam (SDA), berdasar data sebaran produksi pangan utama tahun 2010, untuk komoditas padi, jagung, kedelai, kelapa sawit, dan daging sapi, berturut-turut wilayah Papua memiliki kontribusi sebesar 0,22 persen, 0,05 persen, 0,53 persen, 0,50 persendan 1,01 persen terhadap produksi nasional.Wilayah Papua mempunyai cadangan minyak sebesar 94,93 MMSTB dengan cadangan gas sebesar 24,32 TSCF. Wilayah ini juga kaya akan cadangan batubara yaitu sebesar 156,8 juta ton. Luas kawasan hutan di Papua merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan wilayah lainnya yaitu sebesar 42,2 juta hektar. Laju deforestasi Papua pada periode tahun 2000-2005 rata- rata adalah sekitar 143.680 hektar/tahun. 1 Pengembangan Pulau Papua sebagai salah satu pulau terbesar di Indonesia dengan posisi paling timur dan berbatasan langsung dengan negara tetangga Papua Nugini memiliki tantangan yang lebih sulit jika dibanding dengan wilayah lainnya. Pengembangan wilayah Papua

Transcript of pengembangan potensi sda papua komoditi ubi jalar (M.firdaus a)

Potensi Ekonomi SDA Provinsi Papua pada Komoditi Pertanian Ubi Jalar dan Strategi Pengembangannya

M. Firdaus A

Jurusan Fisika, FMIPA Institut Teknologi Sepuluh Nopember SurabayaKampus ITS, Sukolilo-Surabaya (60111)

E-mail : [email protected]

Dalam hal ekonomi, kinerja pembangunan wilayah Papua tahun 2010 menunjukkan tren yang berfluktuatif. Pertumbuhan ekonomi di Provinsi Papua menunjukkan tren yang pasang surut setiap tahunnya dan di tahun 2010 mengalami laju pertumbuhan negatif. Perekonomian Wilayah Papua didominasi oleh sektor pertambangan dan penggalian dengan kontribusi sebesar 54,11 persen dan sektor pertanian sebesar 12,28 persen. Sektor pertambangan dan penggalian wilayah Papua yang terpusat di Provinsi Papua menjadi salah satu penyumbang terbesar bagi sektor pertambangan nasional. Investasi swasta dalam bentuk Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA) di wilayah Papua masih relatif kecil. Indeks iklim investasi Tahun 2008 menunjukkan bahwa Provinsi Papua menduduki peringkat ke-26 secara nasional Kondisi tersebut terutama dikarenakan kurangnya dukungan dari sisi kondisi tenaga kerja, keamanan usaha, kinerja ekonomi daerah, dan peranan dunia usaha dalam perekonomian daerah, juga kurangnya sisi promosi investasi. Sementara itu, PDRB per kapita wilayah Papua terus meningkat dengan perbandingan antar provinsi menunjukkan adanya tren penurunan ketimpangan yang cukup signifikan. Sumber Daya Alam (SDA), berdasar data sebaran produksi pangan utama tahun 2010, untuk komoditas padi, jagung, kedelai, kelapa sawit, dan daging sapi, berturut-turut wilayah Papua memiliki kontribusi sebesar 0,22 persen, 0,05 persen, 0,53 persen, 0,50 persendan 1,01 persen terhadap produksi nasional.Wilayah Papua mempunyai cadangan minyak sebesar 94,93 MMSTB dengan cadangan gas sebesar 24,32 TSCF. Wilayah ini juga kaya akan cadangan batubara yaitu sebesar 156,8 juta ton. Luas kawasan hutan di Papua merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan wilayah lainnya yaitu sebesar 42,2 juta hektar. Laju deforestasi Papua pada periode tahun 2000-2005 rata-rata adalah sekitar 143.680 hektar/tahun.❑1

Pengembangan Pulau Papua sebagai salah satu pulau terbesar di Indonesia dengan posisi paling timur dan berbatasan langsung dengan negara tetangga Papua Nugini memiliki tantangan yang lebih sulit jika dibanding dengan wilayah lainnya. Pengembangan wilayah Papua menghadapi permasalahan yang sangat kompleks terutama akibat ketertinggalan dan

keterisolasian. Pengembangan wilayah Papua juga memiliki tantangan yang lebih sulit jika dibandingkan dengan wilayah lain. Tantangan terbesar adalah memberikan perhatian yang sama terhadap seluruh wilayah pesisir, wilayah pegunungan, dan wilayah dataran, serta sekaligus membangun keterkaitan antarwilayah dalam satu kesatuan ruang wilayah.

pelaksanaan transformasi ekonomi yang tengah digulirkan konsepnya pada saat ini, yang salah satunya melalui MP3EI(Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia) tentunya menuntut peranan wilayah daerah (Papua) yang lebih besar. Transformasi ekonomi yang dikembangkan melalui konsep percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia serta dituangkan kedalam koridor ekonomi Indonesia ini, memiliki rencana pengembangan Koridor Papua yang dilakukan dengan melihat potensi wilayah Papua dari sisi ketersediaan dan potensi sumber daya alam khususnya potensi tembaga, food estate serta minyak dan gas bumi. Dengan demikian, dalam percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi di Koridor Papua, pengembangan wilayahnya diarahkan sebagai Pengolahan Sumber Daya Alam yang Melimpah dan SDM yang berkualitas.

Perekonomian Wilayah Papua ditopang oleh tiga lapangan usaha utama, yakni sector pertambangan dan penggalian, sektor pertanian, dan industri pengolahan. Kontribusi ketiga sektor tersebut hampir 70 persen terhadap pembentukan PDRB Wilayah Papua. Sector pertambangan dan penggalian pertanian, industri pengolahan, dan pertambangan. Namun demikian penyebaran sumber daya alam pertambangan tidak merata antardaerah.

Dari tahun ke tahun sector pertanian mengalami laju pertumbuhan yang positif

Struktur perekonomian Provinsi Papua masih ditopang oleh tiga sektor utama, yaitu pertambangan dan penggalian, sektor pertanian, dan sektor jasa. Selain ketiga sektor tersebut, sektor kontruksi dan angkutan juga memiliki peran cukup besar terhadap pembentukan PDRB provinsi.

Sehingga sector pertanian merupakan salah satu sumber potensi ekonomi provinsi Papua ke depan.

Perkembangan produksi dan luas panen padi di provinsi Papua dan papua barat tahun 2012 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2012. Pada tahun 2012, produksi mencapai 143.621 ton dengan luas panen 36.074 ha, dengan produktivitas padi

sekitar 39,81 ku/ha jauh lebih rendah dibandingkan terhadap rata-rata produktivitas padi nasional.

Namun produtifitas terbesar berada pada provinsi papua

Perkembangan tanaman palawija di Wilayah Papua, produksi dan luas panen terbesar tanaman palawija, adalah ubi jalar dan ubi kayu. Pada tahun 2012, tercatat produksi ubi jalar sebesar 384.536 ton per tahun dengan luas panen 35.809 ha, sementara untuk produksi ubi kayu sebesar 53.552 ton per tahun dengan luas panen sebesar 4.428 ha. Selain ubi jalar dan ubikayu, jagung memiliki produksi dan luas panen cukup besar di wilayah papua, produksi jagung tahun 2012 mencapai 8.780 dengan luas panen 3.685 ha.

Produksi tanaman palawija terbesar terkonsentrasi di Provinsi Papua, produksi ubi jalar sebesar 350.742 ton per tahun dengan luas panen sebesar 34.696 ha, dan berpusat di daerah pegunungan tengah papua; produksi ubi kayu sebesar 36.125 ton per tahun dengan luas panen 2.947 ha; dan Produksi jagung dengan jumlah produksi terbesar 6.812 ton per tahun. Komoditi pertanian yang terbasar konstribusinya dan relative mengalami kenaikan adalah pada komoditi Ubi Jalar, Padi, dan Ubi Kayu. Sedangkan untuk jagung, kacang tanah, dan kacang hijau adalah komoditi potensial(produktifitas tinggi, namun laju pertumbuhan lemah bahkan negative).

Analisa SWOT

Untuk merumuskan strategi yang diperlukan dalam mengembangkan komoditi pertanian terutama

pada komoditi Ubi Jalar sebagai komoditi yang memiliki produktivitas tertinggi digunakan analisa matriks SWOT. Sehingga dapat tergambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal dapat dipadukan dengan kekuatan dan kelemahan internal sehingga dihasilkan rumusan strategis perumusan pengembangan komoditi pertanian. Matriks ini menghasilkan empat sel kemungkinan strategi, yaitu strategi S-O, strategi W-O, strategi W-T, dan strategi S-T.

Kekuatan(S)1. Petani memiliki

semangat yang tinggi dalam budidaya komoditi Ubi Jalar

2. Produktifitas Ubi Jalar tinggi bahkan cenderung meningkat.

3. Ubi Jalar merupakan salah satu makanan pokok tradisional masyarakat pibumi papua.

Kelemahan(W)1. Pengetahuan dan

teknologi budidaya ubi jalar masih minim

2. Manajemen usaha tani masih lemah dan skala kecil

3. Petani sering menjual Ubi jalar dalam keadaan fresh (belum di olah)

Peluang (O)1. Prospek pemasaran bagus2. Pemerintah mulai

melakukan langkah perhatian pada komoditi pertanian dalam rangka pengembangan ekonomi daerah

3. Terbukanya peluang kerja sama dengan dinas-dinas terkait untuk pengembangan komoditi ubi jalar.

Strategi (S-O)1. Peningkatan diversifikasi

produk olahan ubi jalar2. Pengoptimalan peran

pihak-pihak terkait untuk meningkatkan kualitas SDM petani Ubi jalar

3. Terbukanya peluang kerja sama dengan dinas-dinas terkait untuk pengembangan komoditi ubi jalar.

Strategi (W-O)1. Pembinaan usaha tani

komoditi ubi jalar2. Peningkatan manajemen

usaha tani dan agro industri berbahan baku ubi jalar.

Ancaman (T)1. Persaingan pemasaran Ubi

Jalar2. Kondisi Infrastruktur

penunjang (jalan darat, irigasi, jembatan) kurang mendukung, baik dalam kabupaten maupun antar kabupaten/kota.

3. Pasokan energy listrik dan telekomunikasi yang belum memadai dan merata di semua daerah provinsi papua

Strategi (S-T)1. Peningkatan kualitas

infrastruktur untuk mendukung pemasaran komoditi pertanian ubi jalar

2. Meningkatkan efisiensi pemasaran ubi jalar.

3. Meningkatkan pemerataan alokasi listrik dan sarana telekomunikasi terutama didaerah potensi pengembangan pertanian ubi jalar.

Strategi (W-T)1. Perluasan pangsa pasar

ubi jalar

Upaya peningkatan produksi melalui intensifikasi usaha tani, belum cukup apabila tidak didukung dengan manajemen usaha tani yang baik. Dengan adanya manajemen usaha tani, petani dapat mengelola usaha tani lebih baik dari tahap perencanaan hingga evaluasi.

Manajemen usaha tani membantu petani dalam mengelola usaha taninya. Hal ini dapat nanti terlihat pada tahap perencanaan, petani dapat memilih bibit unggul yang digunakan, merencanakan penggunaan tenaga kerja dan lainnya. Upaya yang lebih detil diharapkan dapat meningkatkan kualitas hasil produktifitasnya. Apabila produki ubi jalar tersedia cukup dengan kualitas yang baik maka akan menjadi sumber bahan baku yang baik bagi agroindustri berbahan baku ubi jalar. Dengan adanya manajemen usaha tani yang baik, akan mendorong agroindustri yang maju pula. Strategi ini merupakan strategi yang mengkombinasikan antara pengoptimalan usaha tani

hulu dengan peningkatan usaha tani hilir (pasca panen)

DAFTAR PUSTAKA[1] Dini Kurnia Wardhani (2011). Strategi

pengembangan komoditi pertanian di kecamatan Baureno kabupaten bojonegoro. digilib.uns.ac.id

[2] Bappenas. Pembangunan daerah dalam angka 2012. Jakarta

[2] RKP. 2012. Papua