PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN...
-
Upload
duonghuong -
Category
Documents
-
view
232 -
download
4
Transcript of PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN...
Jurnal Edukasi, Volume 1, April 2015
109
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN
PENDEKATAN SEJARAH NAIVE GEOMETRY PADA MATERI
PERSAMAAN KUADRAT DI KELAS VIII SMP
Intan Bigita Kusumawati
(Program Studi Pendidikan Matematika, STKIP PGRI Sidoarjo,
Abstrak
Terdapat banyak keuntungan yang bisa didapatkan dari penggunaan
sejarah matematika dalam proses belajar mengajar. Salah satu sejarah
matematika yang yang dapat digunakan dalam pembelajaran matematika
adalah metode Naive Geometry. Penelitian ini menggunakan penelitian
pengembangan yang bertujuan untuk mendiskripsikan proses dan
menghasilkan perangkat pembelajaran dengan pendekatan sejarah Naive
Geometry yang baik pada materi persamaan kuadrat di kelas VIII SMP.
Pengembangan perangkat pembelajaran dilakukan dengan menggunakan
model dari Tjeerd Plomp. Hasil penelitian adalah: (1) valid, menurut
penilaian validator didapatkan skor rata – rata minimal seluruh aspek
untuk RPP adalah 4,16; untuk LKS adalah 4,37; dan untuk THB adalah 4;
(2) hasil uji coba lapangan: (a) kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran pada ketegori sangat baik dengan skor rata – rata minimal
seluruh aspek adalah 4,27; (b) aktivitas siswa baik; (c) respons siswa
terhadap perangkat pembelajaran dan kegiatan pembelajaran positif
dengan persentase minimal seluruh pernyataan adalah 71,87%; (d) tes
hasil belajar memenuhi kriteria valid dengan minimal 𝑟𝑥𝑦 = 0,64; reliabel
dengan nilai 𝛼 = 0,62; dan sensitif dengan nilai minimal S = 0,31 (e)
tercapainya ketuntasan belajar klasikal yaitu 96,67% siswa tuntas. Dari
hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran
yang dikembangkan pada penelitian ini telah memenuhi kriteria perangkat
pembelajaran yang baik.
Kata Kunci : Pengembangan Perangkat Pembelajaran, Naive
Geometry, Persamaan Kuadrat
Abstract
There are some benefits that can be obtained from the use of history of
mathematics in the learning process. One of the histories of mathematics
that can be used in the learning mathematics is Naive Geometry method.
This study uses development research that aims to describe the process
and produce good learning instruments with Naive Geometry method in
quadratic equation in junior high school class of VIII. The development
of learning instruments is done by use Tjeerd Plomp model. Results of the
study are: (1) valid, according to validators assessment, obtained the
minimum average scores of all aspects for the lesson plan is 4,16; for
worksheet is 4,37; and for evaluation test is 4; (2) the results of field test:
Kusumawati, Pengembangan Perangkat ...
110
(a) the ability of teachers to manage learning in very good category with
minimal average of all aspects is 4,27; (b) student activity is good; (c)
students response to the learning instruments and learning activities is
positive with a minimum percentage of the all statements is 71,87%; (d)
evaluation test in valid criteria with minimal value of 𝑟𝑥𝑦 = 0,64; reliable
with a value of α = 0,62; and sensitive to the minimal value of S = 0,31
(e) the achievement of classical learning completeness is 96,67% of
complete students. From these results it can be concluded that the
learning tools developed in this study met the criteria of good learning
tools.
Key words: Development of learning instruments, Naïve Geometry,
Quadratic equation
PENDAHULUAN
Dalam bidang matematika, banyak
sekali peneliti (Fauvel & Van Maanen,
2000; Radford, 2000; Katz, 2000) yang
menyarankan penggunaan sejarah
matematika dalam proses pembelajaran.
Hal ini dikarenakan terdapat banyak
keuntungan yang bisa didapatkan dari
penggunaan sejarah matematika dalam
proses belajar mengajar. Diantaranya
seperti diungkapkan Fauvel (dalam
Sumaryono, 2012) yang menyatakan
setidaknya ada tiga pengaruh positif dari
penggunaan sejarah matematika yaitu
untuk meningkatkan pemahaman siswa,
antusiasme, dan ketrampilan meneliti
siswa.
Sejarah juga dapat difungsikan
sebagai anecdot atau cerita sehingga
memberikan sentuhan hiburan,
menginspirasi siswa, dan
memperkenalkan budaya masa lampau
(Fauvel dalam Sumaryono, 2012). Selain
itu sejarah memberikan sisi aktifitas
manusia sehingga siswa merasa suatu
materi akan lebih dekat dengan kehidupan
mereka dapat menimbulkan antusiasme
dan motivasi tersendiri. Hal ini tentunya
akan sangat membantu untuk
meningkatkan motivasi belajar siswa.
Menghadirkan minat atau motivasi belajar
siswa menjadi sesuatu yang penting selain
manfaat dari pembelajaran itu sendiri,
karena motivasi siswa sedikit banyak akan
berpengaruh tehadap hasil belajar mereka.
Dari penelitian yang dilakukan oleh
Radford & Guerette (2000) salah satu
sejarah matematika yang dapat digunakan
untuk meningkatkan kemampuan aljabar
siswa adalah Naive Geometry, yang dapat
digunakan untuk mempelajari materi
persamaan kuadrat khususnya mencari
akar-akar persamaan kuadrat. Materi
persamaan kuadrat ini merupakan salah
Jurnal Edukasi, Volume 1, April 2015
111
satu kompetensi dasar yang harus dikuasai
siswa dalam pembelajaran matematika di
Sekolah Menengah Pertama (SMP)/MTs
Kelas VIII seperti yang tercantum dalam
kurikulum 2013.
Naive Geometry merupakan istilah
yang dikemukakan oleh Hoyrup (1990)
untuk menyebut metode yang digunakan
masyarakat Babilonia kuno. Temuan
Hoyrup ini berasal dari naskah yang
terdapat dalam prasasti dari jaman
Babilonia BM 13901 yang sekarang
tersimpan dalam British Museum di
Inggris. Dari bukti dalam prasasti tersebut
Hoyrup menyatakan bahwa masyarakat
Babilonia kuno (2000 SM – 1600 SM)
sudah mengenal dan dapat menyelesaikan
persamaan kuadrat walaupun masih sangat
terbatas. Naive Geometry ini merupakan
metode geometris sederhana untuk
menyelesaikan persamaan kuadrat.
Berikut ini adalah contoh sederhana
dari masalah Babilonia (sudah
diterjemahkan), untuk menemukan
panjang sisi dari sebuah persegi, seperti
yang termuat pada teks dalam prasasti.
“The surface and my confrontation
(the square line) I have accumulated
45’, 1 the wāsitum” (Hoyrup, 1990).
Kemudian Hoyrup menggunakan
simbol aljabar, kalimat diatas dapat
diterjemahkan menjadi:
𝑥2 + 𝑥 =3
4 , (Dalam terjemahan
Hoyrup 45’ =3
4, 30′ =
1
2, 15′ =
1
4)
Permasalah yang tertulis dalam
prasasti tersebut adalah untuk mencari sisi
dari persegi, dimana diketahui jumlah dari
luas persegi dan panjang sisinya adalah 3
4.
Pemahaman masyarakat Babilonia tentang
persegi bukanlah persegi seperti yang kita
kenal saat ini (gambar 1.1) tetapi persegi
tersebut mempunyai sisi proyeksi (gambar
1.2) atau sisi dengan proyeksi yang
disebut canonical projection atau proyeksi
kanonik. Proyeksi tersebut berupa
persegipanjang panjang 1 dan lebar x.
Jadi, luas daerah yang dimaksud sebesar 3
4
adalah merupakan total luas dari persegi
dan proyeksi kanonisnya.
Gambar 1. Persegi
Gambar 2. Persegi dengan Sisi dengan Proyeksi
Solusi dari permasalah tersebut tidak
digambarkan dengan jelas dalam prasasti.
Hanya terdapat beberapa panduan dan
petunjuk bagaimana menyelesaikan
masalah tersebut. Berikut ini adalah hasil
𝟏
Kusumawati, Pengembangan Perangkat ...
112
terjemahan Hoyrup yang disempurnkan
oleh Radford dan Gurette (2000) dari
petunjuk yang terdapat dalam prasasti BM
13901:
Tabel 1. Terjemahan Prasasti BM 13901
Versi Radford and Gurette The surface
and my
confrontation
I have
accumulated
45’
𝑥2 + 𝑥 =3
4
You pose. The
moiety of 1
you break, 30’
and 30’ you
make span,
1
2∙ 1 =
1
2
(1
2)2
=1
4
15’ to 45’ you
append: 1
makes 1
equaliteral.
30 which you
have made
span
𝑥2 + 2 ∙1
2∙ 𝑥 + (
1
2)2
=3
4+1
4= 1
𝑥 +1
2= √1 = 1
In the inside
of 1 you tear
out: 30’ the
confrontation.
𝑥 = 1 −1
2=1
2
Catatan: Dalam terjemahan Hoyrup
45’ =3
4, 30′ =
1
2, 15′ =
1
4
Hoyrup kemudian
menginterpretasikan penyelesian masalah
tersebut dalam bentuk geometri.
Interpretasi geometri dari petunjuk yang
terdapat dalam prasasti BM 13901
menurut Hoyrup adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Interpretasi Geometri Terjemahan Prasasti
BM 13901 The surface and my
confrontation (the
square-line) I have
accumulated 3
4
The half of 1 you
break, 1/2 and 1/2
'You make span (a
rectangle, here a
square)
1/4 to 3/4 you
append: 1, make 1
equilateral
1/2 which you
made span you tear
out inside 1: 1/2
the square-line
Dari interpretasi geometri terjemahan
prasasti BM 13901 dapat dapat
disimpulkan langkah-langkah
menyelesaikan persamaan kuadrat 𝑥2 +
𝑏𝑥 = 𝑐 dengan metode Naive Geometry
adalah sebagai berikut:
Jurnal Edukasi, Volume 1, April 2015
113
1. Modelkan persamaan 𝑥2 + 𝑏𝑥 = 𝑐
kedalam bentuk persegi dan
persegipanjang.
2. Potong persegipanjang secara vertikal
menjadi dua bagian yang sama besar.
3. Ambil salah satu potongan
persegipanjang dan pindahkan
sedemikian hingga sisi dari
persegipanjang yang dipindahkan
berhimpit dengan sisi dari persegi
bagian bawah.
4. Tambahkan persegi kecil pada bangun
datar baru yang terbentuk untuk
menyempurnakan bentuk persegi baru.
5. Dari persegi baru yang terbentuk
diketahui bahwa panjang sisinya
adalah 𝑥 +𝑏
2 dan luasnya adalah
𝑐 + (𝑏
2)2
. Karena luas persegi juga
berarti perkalian dari sisinya maka,
(𝑥 +𝑏
2)2
= 𝑐 + (𝑏
2)2
𝑥 +𝑏
2= √𝑐 + (
𝑏
2)2
𝑥 = √𝑐 + (𝑏
2)2
−𝑏
2
Walaupun banyak sekali manfaat
penggunaan sejarah matematika dalam
pembelajaran namun di lapangan masih
jarang sekali ditemukan perangkat
pembelajaran yang mengintegarasikan
sejarah di dalamnya. Dengan adanya
perangkat pembelajaran tersebut akan
memudahkan guru dalam melaksanakan
pembelajaran berbasis sejarah
matematika, membantu siswa belajar dan
memahami materi persamaan kuadrat,
serta meningkatkan antusiasme dan
motivasi siswa.
Berdasarkan uraian di atas, maka
peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang pengembangan
perangkat pembelajaran dengan
pendekatan sejarah matematika Naive
b
𝑥
𝑥
𝑏
2
𝑥
𝑏
2
𝑥
𝑏
2
𝑥
𝑏
2
𝑥
𝑥
𝑏
2
𝐿𝑢𝑎𝑠 = 𝑏
2
2
𝑏
2
𝑥
Kusumawati, Pengembangan Perangkat ...
114
Geometry pada materi persamaan kuadrat
di kelas VIII SMP. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mendiskripsikan proses dan
hasil dari pengembangan perangkat
dengan pendekatan sejarah Naïve
Geometry.
Penelitian ini termasuk penelitian
pengembangan karena peneliti
mengembangkan perangkat pembelajaran
dengan metode Naive Geometry pada
materi persamaan kuadrat. Model
pengembangan yang digunakan mengacu
pada model pengembangan pendidikan
umum yang dikemukakan oleh Tjeerd
Plomp (1997). Plomp memberikan suatu
model umum dalam mendesain
pendidikan yang terdiri dari lima fase
yaitu: a) fase investigasi awal, b) fase
desain, c) fase realisasi, d) fase tes,
evaluasi, dan revisi, e) fase implementasi.
Namun dalam penelitian ini fase
implementasi tidak dilakukan karena
prototipe final hanya di uji coba untuk
menilai kevalidan, kepraktisan, dan
keefektivan perangkat pembelajaran yang
dikembangkan pada subyek yang terbatas.
Objek dalam penelitian ini adalah
perangkat pembelajaran yang berupa RPP,
LKS, dan THB dengan pendekatan sejarah
Naive Geometry pada materi persamaan
kuadrat. Sedangkan subyek dalam
penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 2
Ponorogo kelas VIII-A SMP sebanyak 32
siswa dan guru matematika di kelas yang
tersebut.
Selanjutnya, fase pengembangan
perangkat pembelajaran tersebut diuraikan
sebagai berikut:
1. Fase Investigasi Awal
Untuk pengembangan perangkat
pembelajaran, dalam tahap ini
dilakukan identifikasi dan kajian
terhadap kurikulum yang berlaku di
sekolah, analisis siswa, dan analisis
materi. Keempat langkah tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut.
2. Fase Desain
Pada tahap ini, disusun garis
besar perangkat pembelajaran dengan
pendekatan sejarah Naive Geometry
pada materi persamaan kuadrat untuk
menghasilkan prototipe awal.
Bersamaan dengan itu dirancang pula
instrumen yang dibutuhkan dalam
penelitian meliputi instrumen
validitas, kepraktisan dan yang akan
digunakan.
3. Fase Realisasi
Pada fase ini dibuat secara utuh
perangkat pembelajaran berupa RPP,
LKS, dan THB dengan pendekatan
sejarah Naive Geometry pada materi
Jurnal Edukasi, Volume 1, April 2015
115
persamaan kuadrat serta instrumen-
instrumen yang dibutuhkan dalam
kegiatan penelitian. Perangkat
pembelajaran hasil dari fase ini
selanjutnya disebut Prototipe I.
4. Fase Tes, Evaluasi, dan Revisi
Fase ini ditujukan untuk
mendapatkan prototipe final perangkat
pembelajaran. Pada fase ini dilakukan
kegiatan validasi oleh validator dan uji
coba terbatas terhadap prototipe I yang
dihasilkan pada fase realisasi..
Instrumen penelitian yang diperlukan
dalam penelitian ini berupa lembar
validasi, lembar pengamatan, angket
respons siswa, dan lembar tes hasil
belajar.
Teknik pengumpulan data
berdasarkan instrumen penelitian yang
digunakan yaitu:
1. Data validasi perangkat pembelajaran
Data yang dikumpulkan adalah
data tentang kevalidan perangkat
pembelajaran (RPP, LKS, dan THB)
berupa pernyataan para ahli mengenai
aspek yang terdapat dalam perangkat
pembelajaran. Teknik yang dilakukan
yaitu dengan memberikan perangkat
pembelajaran yang dikembangkan
beserta lembar validasi perangkat
pembelajarannya, validator
menuliskan penilaian terhadap
masing-masing perangkat
pembelajaran pada lembar validasi
2. Data kepraktisan perangkat
pembelajaran
Data kepraktisan perangkat
pembelajaran diperoleh dari validator
yang menyatakan bahwa perangkat
pembelajaran dapat digunakan yang
ditulis pada lembar validasi. Selain itu,
data kepraktisan juga digunakan dari
hasil observasi pangamat terhadap
kemampuan guru mengelola
pembelajaran persamaan kuadrat
dengan pendekatan sejarah Naive
Geometry dan aktivitas siswa selama
mengikuti pembelajaran.
3. Data kefektifan perangkat
pembelajaran
Data keefektifan pembelajaran
diperoleh dari data hasil belajar siswa
dan data respons siswa.
Teknik analisis data sesuai dengan
tujuan dalam penelitian ini adalah:
1. Analisis data validasi ahli
Kegiatan yang dilakukan dalam
analisis untuk masing-masing
perangkat pembelajaran adalah
sebagai berikut: (a) Mengumpulkan
data untuk selanjutnya direkap dan
dianalisis lebih lanjut ke dalam tabel.
Kusumawati, Pengembangan Perangkat ...
116
(b) Mencari rata-rata per kriteria dari
validator (c) Mencari rata-rata tiap
aspek (d) Mencari rata-rata total
validitas semua aspek (e) Menentukan
kategori kevalidan perangkat
pembelajaran dengan mencocokkan
rata-rata total dengan kriteria
kevalidan yang telah ditentukan.
Perangkat pembelajaran dikatakan
valid jika rata-rata total validitas
perangkat pembelajaran berada pada
kategori sangat valid atau valid
2. Analisis kepraktisan perangkat
pembelajaran
a. Analisis kepraktisan RPP
RPP dikatakan praktis jika
validator menyatakan bahwa RPP
tersebut dapat digunakan di
lapangan dengan revisi kecil atau
tanpa revisi, hasil pengamatan
pengelolaan pembelajaran
minimal dalam kategori baik, dan
siswa aktif selama pembelajaran
1) Analisis data kemampuan guru
mengelola pembelajaran
Kegiatan yang dilakukan yaitu:
(a) Mengumpulkan data untuk
selanjutnya direkap dan
dianalisis lebih lanjut ke dalam
table. (b) Mencari rata-rata tiap
kategori. (c) Mencari rata-rata
tiap aspek pengamatan. (d)
Mencari rata-rata umum
berupa rata-rata semua aspek.
(e) Menentukan kategori
tingkat pengelolaan
pembelajaran dengan
mencocokkan rata-rata total
hasil pengamatan
keterlaksanaan pembelajaran
dengan kategori pengelolaan
pembelajaran yang telah
ditentukan
2) Analisis data aktivitas siswa
Data hasil pengamatan
aktivitas siswa selama kegiatan
pembelajaran berlangsung
dianalisis dengan mengunakan
presentase untuk setiap
pertemuan. Presentase
pengamatan aktivitas siswa
yaitu frekuensi rata-rata setiap
aspek pengamatan siswa dibagi
dengan jumlah frekuensi
semua aspek pengamatan
dikali 100%.
Penentuan kriteria
ketercapaian aktivitas siswa
dalam setiap aspek
berdasarkan alokasi waktu
perpedoman pada RPP.
Aktivitas siswa dikatakan baik
Jurnal Edukasi, Volume 1, April 2015
117
jika rata-rata waktu yang
digunakan untuk melakukan
setiap kategori aktivitas untuk
setiap pertemuan sesuai
dengan alokasi waktu yang
ditentukan dengan toleransi
10%.
b. Analisis kepraktisan LKS
LKS dikatakan praktis jika
validator menyatakan bahwa LKS
tersebut dapat digunakan di
lapangan dengan revisi kecil atau
tanpa revisi
c. Analisis kepraktisan THB
THB dikatakan praktis jika
validator menyatakan bahwa LKS
tersebut dapat digunakan di
lapangan dengan revisi kecil atau
tanpa revisi.
3. Analisis keefektifan perangkat
pembelajaran
a. Analisis respons siswa
Perangkat pembelajaran yang
dikembangkan efektif jika
perolehan respons siswa termasuk
kategori positif. Data hasil respons
siswa terhadap pembelajaran
dianalisis dengan menggunakan
persentase respons positif siswa
untuk setiap pernyataan dibagi
dengan jumlah seluruh siswa
kemudian dikali 100%. Respons
siswa dikatakan positif jika lebih
dari sama dengan 70 % siswa
memberikan respons posiif untuk
setiap pernyataan. Sedangkan jika
kurang dari 70% siswa
memberikan respon positif maka
dipertimbangakan untuk merevisi
perangkat pembelajaran
b. Analisis hasil tes belajar siswa
Data dari hasil tes ini digunakan
untuk menganalisis butir-butir soal
yang meliputi:
1) Reliabilitas butir soal THB
Koefisien reliabilitas suatu tes
dapat diukur dengan
mengunakan rumus Alpha.
Dalam penelitian ini, tes
dinyatakan reliabel jika
koefisien reliabilitas tes
tersebut diinterpretasikan
minimal sedang
2) Validitas butir soal THB
Tes dikatakan memiliki
validitas tinggi jika skor pada
butir soal memiliki kesejajaran
dengan skor total sehingga
untuk mengetahui validitas
butir digunakan korelasi
produk momen. Dalam
penelitian ini, suatu butir
Kusumawati, Pengembangan Perangkat ...
118
dinyatakan valid jika koefisien
validasi diinterpretasikan
minimalis cukup dan butir soal
yang memiliki validasi
maksimal rendah akan direvisi.
3) Sensitivitas butir soal THB
Sensitivitas butir menggunakan
rumus sebagai berikut
𝑆 =𝑅𝐴 − 𝑅𝐵
𝑇
Keterangan :
𝑆 = indeks sensitivitas butir
soal
𝑅𝐴 = banyak siswa yang
menjawab butir soal
dengan benar setelah
pembelajaran
𝑅𝐵 = banyak siswa yang
menjawab butir soal
dengan benar sebelum
pembelajaran
𝑇 = banyak siswa
keseluruhan
Dalam penelitian ini, suatu
butir tes dikatakan peka
(sensitif) terhadap
pembelajaran jika 𝑆 ≥ 0,30.
4) Ketuntasan belajar klasikal
siswa
Siswa dikatakan tuntas belajar
jika memperoleh nilai ≥ 75.
Dalam penelitian ini,
ketuntasan belajar klasikal
siswa tercapai jika presentase
ketuntasan belajar klasikal
siswa ≥ 80 %.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian
diperoleh beberapa hasil sebagai berikut:
Perangkat pembelajaran dengan
pendekatan sejarah Naive Geometry pada
materi persamaan kuadrat yang meliputi
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), dan
Tes Hasil Belajar (THB) telah divalidasi
oleh tiga validator. Berdasarkan penilaian
para validator terhadap aspek format,
tujuan, bahasa, waktu, dan isi RPP yang
dikembangkan termasuk dalam kategori
valid dan dapat digunakan dengan sedikit
revisi. Selain itu, para validator juga
melakukan penilaian terhadap LKS yang
dikembangkan ditinjau dari aspek format,
bahasa, dan isi. Berdasarkan penilaian
para validator, LKS yang dikembangkan
meliputi LKS 1, LKS 2, LKS 3, dan LKS
4 masing-masing termasuk dalam kategori
valid dan dapat digunakan dengan sedikit
revisi. Sama halnya dengan RPP dan LKS,
THB yang dikembangkan juga divalidasi
oleh para validator. Menurut penilaian
Jurnal Edukasi, Volume 1, April 2015
119
ketiga validator terhadap aspek materi,
bahasa, dan waktu THB yang
dikembangkan termasuk dalam kategori
valid dan dapat digunakan dengan sedikit
revisi. Selanjutnya, perangkat
pembelajaran yang telah divalidasi dan
dinyatakan valid oleh para validator
diujicobakan ke siswa untuk mengetahui
baik tidaknya perangkat pembelajaran
yang sedang dikembangkan. Pelaksanaan
uji coba perangkat pembelajaran
dilakukan di kelas VIII-A SMP Negeri 2
Ponorogo.
Pengamat kemampuan guru dalam
mengelola pembelajaran dilakukan oleh
dua orang guru matematika SMP Negeri 2
Ponorogo. Pemberian nilai terhadap setiap
kriteria pengamatan guru dalam
mengelola pembelajaran disesuaikan
dengan skala penilaian yang telah
ditentukan dan terdapat pada setiap
lembar pengamatan.. Dalam setiap
pertemuan guru menerapakan pendekatan
sejarah Naive Geometry untuk
mengajarkan materi persamaan kuadrat.
Hal ini sesuai dengan pendapat Fauvel &
Van Maanen (2000), Radford (2000), dan
Katz (2000) yang menyarankan untuk
menggunakan sejarah matematika dalam
proses pembelajaran matematika. Dalam
keempat pertemuan tersebut perlaksanaan
pembelajaran di dalam kelas terbagi
menjadi tiga kegiatan yaitu pendahuluan,
kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Dari
seluruh kegiatan pembelajaran yang
dilakukan, hasil analisis kemampuan guru
mengelola pembelajaran dengan
pendekatan sejarah Naive Geometry
termasuk dalam kategori baik.
Pengamatan aktivitas siswa dilakukan
pada satu kelompok yang dipilih secara
acak. Pengamatan dilakukan oleh dua
orang pengamat. Kegiatan siswa yang
diamati selama pembelajaran adalah fase
– fase kegiatan santifik yang meliputi
kegiatan mengamati (Observing),
menanya (Questioning), mengumpulkan
informasi (Experimenting), mengasosiasi/
mengolah informasi (Associating), dan
mengomunikasikan (Communicating).
Penentuan kriteria ketercapaian aktivitas
siswa dalam setiap aspek untuk setiap
pertemuan berbeda-beda bergantunag
pada alokasi waktu perpedoman pada
RPP.
Berdasarkan pengamatan terhadap
aktivitas siswa ada pembelajaran dengan
pendekatan sejarah Naive Geometry,
didapat presentase waktu yang digunakan
siswa untuk melakukan setiap aktivitas
pada setiap pertemuan telah sesuai dengan
persentase waktu ideal yang direncanakan
Kusumawati, Pengembangan Perangkat ...
120
dengan toleransi 10% sehingga aktivitas
siswa dalam pembelajaran dengan
pendekatan sejarah Naive Geometry dapat
dikatakan baik.
Berdasarkan hasil analisis respons siswa,
sebagian besar siswa memberikan respons
positif terhadap setiap aspek yang direspons
dan rata-rata persentase siswa yang
memberikan respons positif adalah 79,94 %.
Hal ini mengidentifikasikan bahwa respons
siswa tehadap perangkat dan kegiatan
pembelajaran dengan pendekatan sejarah
Naive Geometry pada materi persamaan
kuadrat termasuk positif. Ini sesuai dengan
dari Keung (2000) menyatakan bahwa
penggunaan sejarah matematika dalam
pembelajaran dapat memunculkan rasa hormat
kepada para penemu terdahulu, dan
memperkenalkan budaya masa lampau yang
sangat berguna dalam pendidikan, dapat lebih
mudah membayangkan bagaimana suatu
masalah (dalam pembelajaran) berkembang
pada awalnya, dan dapat membuat
pembelejaran lebih bermakna. Juga pendapat
dari Fauvel (dalam Sumaryono 2012) yang
menjelaskan bahwa manfaat pengunaan
sejarah matematika dalam pembelajaran
diantaranya meningkatkan pemahaman dan
antusiasme
Pemberian pretest dan posttest di
kelas uji coba dilakukan untuk
mengetahui kualitas butir soal Tes Hasil
Belajar (THB) yang sedang
dikembangkan. Instrumen THB yang
dikebangkan berbentuk soal uraian
sebanyak 5 butir soal. Hasil dari pretest
dan posttest siswa dianalisis untuk
memeriksa validasi, reliabilitas, dan
sensitivitas butir soal THB yang
dikembangkan serta ketuntasan belajar
siswa.
Berdasarkan analisis data THB,
didapat koefisien validitas butir soal
terendah adalah 0,64 dan koefisien
validitas butir soal tertinggi adalah 0,9
sehingga kategori validatas termasuk
dalam kategori sangat tinggi atau tinggi.
Jadi, butir soal THB tersebut telah valid
karena koefisien validitas seluruh butir
soal lebih dari 0,4 sehingga dapat
dikatakan bahwa hasil THB ini sesuai
dengan keadaan yang dievaluasi. Selain
itu, diperoleh juga koefisien reliabilitas
butir soal THB sebesar 0,62 sehingga
butir soal THB tersebut telah reliabel
karena koefisien reliabilitasnya lebih dari
sama dengan 0,4 Jadi, THB ini dapat
dipercaya karena memberikan hasil yang
sama untuk subyek yang sama.
Selanjutnya, indeks sensitivitas butir soal
terendah adalah 0,31 dan indeks
sensitivitas butir soal tertinggi adalah 0,66
sehingga butir soal THB telah sensitif
karena indeks sensitivitasnya lebih dari
Jurnal Edukasi, Volume 1, April 2015
121
sama dengan 0, 30. Jadi, THB ini sensitif
dan mampu membedakan tingkat
kemampuan siswa sebelum dan sesudah
menerima pembelajaran. Dengan
demikian, THB ini layak digunakan
karena telah memenuhi kriteria valid,
reliabel, dan sensitif.
Dari analisis data THB, diketahui
bahwa terdapat 3 orang siswa yang
memperoleh nilai kurang dari KKM atau
kurang dari 75 sehingga diperoleh
persentase ketuntasan belajar klasikal
siswa adalah 96, 67%. Berdasarkan
kriteria yang telah ditentukan dapat d
Pengamatan aktivitas hanya dilakukan
pada satu kelompok yang terdiri dari 4
orang siswa dengan dua orang pengamat,
sedangkan kelompok yang lain tidak
teramati. Hal ini memungkinkan bahwa
aktivitas siswa yang terjadi tidak
mencerminkan aktivitas seluruh siswa.
ikatakan bahwa ketuntasan klasikal siswa
telah tercapai.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data dan
pembahasan hasil penelitian
pengembangan perangkat pembelajaran
dengan pendekatan sejarah Naive
Geometry pada materi persamaan kuadrat,
diperoleh kesimpulan sebagai berikut.
Proses pengembangan perangkat
pembelajaran dengan pendekatan sejarah
Naive Geometry pada materi persamaan
kuadrat dalam penelitian ini menggunkan
model pengembangan Plomp yang terdiri
dari lima fase. Namun dalam penelitian ini
hanya dibatasi sampai fase keempat.
Pada fase ini dilakukan identifikasi
dan kajian terhadap kurikulum
matematika, analisis siswa, dan analisis
materi matematika yang berguna untuk
mengidentifikasi, merinci, dan menyusun
secara sistematis bagian-bagian utama
dalam pembelajaran dengan pendekatan
sejarah Naive Geometry. Pada fase desain
dirancang perangkat pembelajaran
dengan pendekatan sejarah Naive
Geometry pada materi persamaan kuadrat
yang meliputi RPP, LKS, dan THB.
Selain itu, dirancang pula instrumen
penelitian yang meliputi validasi
perangkat, lembar pengamatan guru
mengelola pembelajaran, lembar
pengamtan aktivitas siswa, dan angket
respons siswa. Pada fase realisasi
dihasilkan perangkat pembelajaran
menggunakan Naive Geometry pada
materi persamaan kuadrat yang disebut
prototipe 1. Pada fase Tes, Evaluasi, dan
Revisi dilakukan validasi perangkat
pembelajaran, revisi, dan uji coba
Kusumawati, Pengembangan Perangkat ...
122
prototipe guna menghasilkan perangkat
pembelajaran yang baik, yaitu yang
memenuhi kategori valid, praktis, dan
efektif.
Perangkat pembelajaran yang
dihasilkan dikatakan baik. Hal ini
dikarenakan perangkat pembelajaran
tersebut telah dikembangkan berdasarkan
prosedur pengembangan perangkat
pembelajaran dan memenuhi ketiga
kategori yang telah ditetapkan yaitu: (a)
Kevalidan perangkat pembelajaran.
Perangkat pembelajaran dikatakan valid
karena telah dinyatakan valid oleh para
vaidator. Menurut penilaian validator rata
– rata didapatkan skor minimal kriteria
seluruh aspek untuk RPP adalah 4,16;
untuk LKS adalah 4,37; dan untuk THB
adalah 4. (b) Kepraktisan perangkat
pembelajaran. Perangkat pembelajaran
dikatakan praktis karena para ahli
(validator) menyatakan perangkat dapat
digunakan dengan sedikt revisi dan hasil
pengamatan kemampuan guru mengelola
pembelajaran serta aktivitas siswa
menunjukkan kategori baik dengan skor
minimal rata – rata seluruh aspek adalah
4,27. (c) Kefektifan perangkat
pembelajaran. Perangkat pembelajaran
dikatakan efektif karena telah memenuhi
dua indikator keefektifan yang telah
ditetapkan, respons siswa terhadap
pembelajaran positif dimana persentase
minimal seluruh pernyataan adalah
71,87% dan hasil TBH memenuhi kriteria
valid dengan minimal rxy = 0,64; reliabel
dengan nilai α = 0,62; dan sensitif dengan
nilai minimal S = 0,31, persentase
ketuntasan belajar siswa 96, 67%.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,Suharsimi. (2009). Dasar-dasar
Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi
Aksara
Fauvel, John and Jan Van Maanen.
(2000). History in Mathematics
Education. New York/ Boston/
Dordrecht/ London/ Moscow: Kluwer
Academic Publishers
French, Dough. (2002). Teaching and
Learning Algebra. New York:
Continuum
Freudenthal, Hans. (1991). Revisting
Matehemtics Education: China
Lectures. Dordrecht, the Netherland:
Kluwer Academic Publisher
Grugnetti, Lucia. (2000). The History of
Mathematics and Its Influence on
Pedagogical Problems. Washington:
The Mathematics Association of
America
Hǿyrup, Jens. (1990). Algebra and Naïve
Geometry. An Investigation of some
Basic Aspect of old Babylonian
Mathematics Though I. Altorientalische
Forschungen
Katz, Victor J. (2000). Using History to
Teach Mathematics: An International
Jurnal Edukasi, Volume 1, April 2015
123
Perspective. Washington: The
Mathematics Association of America
Katz, Victor J. (2007). Stage in the
History of Algebra with Implication for
Teaching. Washington: Springer
Kemdikbud. (2013). Matemematika –
Studi dan Pengajaran untuk SMA/ MA
Kelas X. Jakarta : Politeknik Negeri
Media Kreatif
Khabibah, Siti. (2006). Pengembangan
Model Pembelajaran Matematika
dengan Soal Terbuka untuk
Meningkatkan Kreativitas Siswa
Sekolah Dasar. Surabaya: Disertasi.
Tidak dipublikasikan.
Masriyah. (2006). Evaluasi Pembelajaran
Matematika (Modul 9: Alat Ukur
Nontes). Jakarta. Universitas Terbuka.
Morey, Barnadete and Paulo Cezar de
Faria. (2007). The Teaching of
Mathematics Mediated By the History
of Mathematics. Federal University of
Rio Grande do Norte, Natal (RN),
Brazil
Nieveen, Nienke. (1999). Prototyping to
Reseach Product Quality. P.125-135
from Design Approaches and Tools in
Education Training. Van den Akker,
Jan.et. al. Dordrecht: The Netherland
Kluwer Academic Publisher.
Panasuk, Regina M and Leslie Bolinger
Horton.______. Intergrating History of
Matehamatics into Curiculum: What
are the Chances and Constrains?.
International Electronic Journal of
Mathematics Education
Plomp, Tjeerd. (1997). Educational &
Training Systems Design. Netherlands:
Faculty of Educational Science and
Technologi University of twente
Radford, Luis and George Gurette. (2000).
Second Degree Equations in the
Classroom: A Babylonian Approach.
Washington: The Mathematics
Association of America
Riduwan. (2010). Skala Pengukuran
Variabel-variabel Penelitian. Bandung:
Alfabeta
Siu, Man-Keung. (2000). The ABCD of
Using History of Mathematics in the
(Undergraduate) Classroom. The
Mathematics Association of America
Sumardyono, (2012). Pemanfaatan
Sejarah Matematika di Sekolah.
http://p4tkmatematika.org/2012/08/pe
manfaatan-sejarah-matematika-di-
sekolah/. Diakses pada : 1 Juli 2013