PENGEMBANGAN MODEL BTL (BETTER TEACHING AND …lib.unnes.ac.id/19773/1/4201409116.pdf · 2.4.1...
Transcript of PENGEMBANGAN MODEL BTL (BETTER TEACHING AND …lib.unnes.ac.id/19773/1/4201409116.pdf · 2.4.1...
i
PENGEMBANGAN MODEL BTL (BETTER TEACHING
AND LEARNING) UNTUK MENGEMBANGKAN
KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN KARAKTER
SISWA SMP
skripsi
disajikan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
oleh
Rulin Dotama Charista Putri
4201409116
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang
Panitia Ujian Skripsi.
Semarang, 23 Agustus 2013
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Dra. Dwi Yulianti, M.Si. Dra. Langlang Handayani, M.App.Sc.
NIP. 196007221984032001 NIP. 196807221992032001
iii
PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul
Pengembangan Model BTL (Better Teaching and Learning) untuk
Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Karakter Siswa SMP
disusun oleh
Rulin Dotama Charista Putri
4201409116
telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi FMIPA UNNES pada
tanggal 23 Agustus 2013.
Panitia :
Ketua Sekretaris
Prof. Dr. Wiyanto, M.Si Dr. Khumaedi, M.Si.
196310121988031001 196306101989011002
Ketua Penguji
Drs. Sukiswo Supeni Edi, M.Si
195610291986011000
Anggota Penguji/ Anggota Penguji/
Pembimbing Utama Penguji Pendamping
Dra. Dwi Yulianti, M.Si. Dra. Langlang Handayani, M.App.Sc.
196007221984032001 196807221992032001
iv
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi adalah benar-benar
hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau
seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip
atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, 23 Agustus 2013
Penulis,
Rulin Dotama Charista Putri
4201409116
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah
selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). Dan
hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap”.(Al-Insyirah, 6-8)
“Dimana ada kemauan, disitu pasti ada jalan”
Kupersembahkan karya sederhana ini kepada :
1. Bapak Suwoyo dan Ibu Siti Zaenab tercinta yang
selalu memberi do’a, motivasi, cinta & kasih sayang.
2. Adikku tersayang, Meilinda Dotama yang telah
memberikan semangat dan keceriaan.
3. Teman-teman seperbimbingan, Teguh, Dian, Fikri,
Dzafin, Arum, Neni, Luthfia, Hendra, Kiswanto, Lida
jangan lupakan perjuangan dan kebersamaan kita
selama ini.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan kekuatan hati sehingga dapat menyusun dan menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Pengembangan Model BTL (Better Teaching and Learning)
untuk Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Karakter Siswa
SMP” dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini saya ingin menyampaikan
rasa terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., rektor Universitas Negeri Semarang
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan
studi S1 di UNNES;
2. Prof. Dr. Wiyanto, M.Si., dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang;
3. Dr. Khumaedi, M.Si., ketua jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri
Semarang;
4. Dra. Dwi Yulianti, M.Si., pembimbing I yang telah meluangkan waktu,
memberikan motivasi, bimbingan, dan bantuan dalam penyusunan skripsi ini;
5. Dra. Langlang Handayani, M.App.Sc., pembimbing II yang telah memberikan
bantuan, bimbingan dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini;
6. Drs. Sukiswo Supeni Edi, M.Si., dosen penguji yang telah memberikan saran
dan arahan dalam penyusunan skripsi ini;
7. Isa Akhlis, S.Si., M.Si., dosen wali yang telah memberikan motivasi selama
penulis belajar di jurusan Fisika;
vii
8. Dosen jurusan Fisika yang telah memberikan bekal ilmu kepada penulis
selama belajar di jurusan Fisika;
9. Teguh Waluyo, S.Pd., MM., kepala SMP N 3 Semarang yang telah
memberikan ijin penelitian;
10. Sugianto, S.Pd., guru pelajaran Fisika kelas VII SMP N 3 Semarang yang
telah membantu penulis selama penelitian;
11. Siswa kelas VII H yang telah menjadi subjek penelitian, terima kasih atas
kerja samanya;
12. Bapak, ibu serta keluarga besar yang telah memberi dukungan, semangat, dan
motivasi hingga terselesaikannya penyusunan skripsi ini;
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena
kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat
memberikan manfaat bagi penulis pada khususnya, lembaga, masyarakat dan para
pembaca pada umumnya.
Semarang, 23 Agustus 2013
Penulis
viii
ABSTRAK
Putri, Rulin Dotama Charista. 2013. Pengembangan model BTL (Better Teaching and
Learning) untuk Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Karakter
Siswa SMP. Skripsi. Jurusan Fisika. FMIPA. UNNES. Pembimbing: I. Dra.
Dwi Yulianti, M.Si., II. Dra. Langlang Handayani, M.App.Sc.
Kata kunci : BTL, kemampuan berpikir kreatif, karakter
Pemerintah Amerika Serikat melalui United States Agency for International
Development (USAID) menjalin kerjasama dengan pemerintah Indonesia di bidang
pendidikan dalam rangka mendukung Departemen Pendidikan Nasional dan
Departemen Agama untuk meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan menengah
pertama. Program yang dilaksanakan dinamakan Decentralized Basic Education 3
(DBE3). Program ini mengembangkan model pembelajaran bermakna atau BTL
(Better Teaching and Learning). Model BTL atau pembelajaran bermakna ini
dikembangkan untuk melatih kecakapan hidup. Salah satu kecakapan yang harus
dikuasai siswa adalah kemampuan berpikir kreatif. Salah satu tujuan dari pendidikan
nasional adalah mengembangkan karakter siswa. Hal ini sesuai dengan UU No 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 3. Tujuan dari penelitian ini
adalah menyediakan perangkat BTL untuk mengembangkan kemampuan berpikir
kreatif dan karakter serta untuk mengetahui pengembangan kemampuan berpikir
kreatif dan karakter siswa SMP pokok bahasan kalor.
Metode yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan. Uji coba
produk menggunakan Pre Experimental Design dengan jenis Pre-test and Post-test
One Group Design. Prosedur penelitian ini dibagi menjadi tiga tahap, yaitu studi
pendahuluan, perancangan, dan pengembangan. Data kemampuan berpikir kreatif
siswa diperoleh dari lembar observasi pre-test dan post-test. Data karakter diperoleh
dari lembar observasi pada setiap pertemuan.
Hasil penelitian mendapatkan desain perangkat BTL yang berupa silabus,
RPP, LKS dan lembar penilaian untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif
dan karakter siswa. Uji validasi produk perangkat model BTL dilakukan oleh dosen
pembimbing untuk mengetahui kelayakan. Selanjutnya perangkat model BTL diuji
coba secara terbatas pada sepuluh siswa, setelah ada perbaikan perangkat BTL
diterapkan di kelas. Berdasarkan hasil analisis data, model BTL mampu
mengembangkan kemampuan berpikir kreatif pada kategori sedang dan karakter
siswa pada kategori mulai berkembang.
ix
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vi
ABSTRAK ........................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 4
1.3 Pembatasan Masalah .............................................................................. 5
1.4 Tujuan Penelitian .................................................................................. 5
1.5 Manfaat Penelitian ................................................................................. 5
1.6 Penegasan Istilah .................................................................................. 6
1.7 Sistematika Skripsi ............................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Model BTL (Better Teaching and Learning) ....................................... 9
2.2 Kemampuan Berpikir Kreatif ............................................................... 12
2.3 Pendidikan Karakter .............................................................................. 17
x
2.4 Tinjauan Materi Pokok bahasan Kalor .................................................. 21
2.4.1 Pengertian Kalor............................................................................ 21
2.4.2 Kalor Dapat mengubah Suhu Benda ............................................. 22
2.4.3 Kalor Dapat Mengubah Wujud Benda .......................................... 23
2.4.4 Faktor-faktor yang Mempercepat Penguapan ............................... 25
2.4.5 Kalor yang Dibutuhkan pada Waktu Mendidih dan Melebur ....... 25
2.4.5.1 Mendidih ........................................................................... 25
2.4.5.2 Melebur ............................................................................. 27
2.5 Kerangka Berpikir ................................................................................. 28
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Subjek Penelitian................................................................. 31
3.2 Desain Penelitian .................................................................................. 31
3.3 Prosedur Penelitian ................................................................................ 32
3.4 Metode Pengumpulan Data.................................................................... 34
3.5 Analisis Uji Coba Instrumen ................................................................ 34
3.5.1 Validitas ........................................................................................ 35
3.5.2 Reliabilitas .................................................................................... 35
3.5.3 Tingkat Kesukaran ........................................................................ 36
3.5.4 Daya Pembeda ............................................................................... 37
3.6 Metode Analisis Data ............................................................................ 38
xi
3.6.1 Analisis Tahap Awal ..................................................................... 38
3.6.1.1 Uji Normalitas ................................................................... 38
3.6.2 Analisis Tahap Akhir .................................................................... 39
3.6.2.1 Analisis Pengembangan Nilai Karakter ............................ 39
3.6.2.2 Analisis Pengembangan Kemampuan Berpikir Kreatif .... 40
3.6.2.3 Uji Gain ............................................................................. 41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Desain Perangkat BTL untuk Mengembangkan Kemampuan Berpikir
Kreatif dan Karakter Siswa SMP .......................................................... 42
4.2 Hasil Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif ........................................ 46
4.2.1 Hasil Analisis Lembar Observasi Kemampuan Berpikir Kreatif .. 46
4.2.2 Signifikansi Kemampuan Berpikir Kreatif ................................... 47
4.3 Hasil Analisis Karakter Siswa ............................................................... 48
4.3.1 Hasil Analisis Lembar Observasi Karakter ................................... 48
4.3.2 Signifikansi Karakter .................................................................... 50
4.4 Pembahasan ........................................................................................... 51
4.4.1 Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa ............................................. 51
4.4.2 Karakter Siswa .............................................................................. 55
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan ............................................................................................... 60
5.2 Saran ..................................................................................................... 60
xii
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 61
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Klasifikasi Tingkat Kesukaran ...................................................... 37
Tabel 3.2 Klasifikasi Daya Pembeda ............................................................. 38
Tabel 3.3 Kriteria Besarnya Faktor Gain <g> .............................................. 40
Tabel 4.1 Gain Kemampuan Berpikir Kreatif Uji Skala Terbatas ................. 45
Tabel 4.2 Gain Karakter Uji Skala Terbatas .................................................. 45
Tabel 4.3 Hasil Pre-Test dan Post-Test Kemampuan Berpikir Kreatif ......... 46
Tabel 4.4 Hasil Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa ...................... 47
Tabel 4.5 Hasil Analisis Lembar Observasi Tiap Karakter ........................... 49
Tabel 4.6 Rekapitulasi Kriteria Tiap Karakter ............................................... 49
Tabel 4.7 Uji Gain Tiap Aspek Karakter ....................................................... 50
Tabel 4.8 Hasil Analisis Uji Gain Total keempat Karakter ........................... 51
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Diagram Perubahan Wujud Zat ................................................. 24
Gambar 2.2 Bagan Kerangka Berpikir .......................................................... 30
Gambar 3.1 Prosedur Penelitian .................................................................... 32
Gambar 4.1 Kategori Kemampuan Berpikir Kreatif Hasil Pre-Test dan Post-
Test............................................................................................. 47
Gambar 4.2 Perkembangan Nilai Karakter Siswa.......................................... 48
Gambar 4.3 Uji Gain Tiap Aspek Karakter Siswa ......................................... 50
Gambar 4.4 Uji Gain Karakter Total ............................................................. 51
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Daftar Kode Siswa VII H ........................................................... 63
Lampiran 2 Daftar Kode Siswa Uji Skala Terbatas ....................................... 64
Lampiran 3 Daftar Kode Siswa Kelas Uji Coba Soal .................................... 65
Lampiran 4 Silabus ........................................................................................ 67
Lampiran 5 RPP ............................................................................................. 70
Lampiran 6 LKS ............................................................................................. 89
Lampiran 7 Buku Siswa ................................................................................. 111
Lampiran 8 Kisi-kisi Soal Uji Coba Tes ........................................................ 117
Lampiran 9 Soal Uji Coba.............................................................................. 118
Lampiran 10 Instrumen Soal Uji Coba dan Rubrik Penilaian........................ 120
Lampiran 11 Tabel Analisis Data Soal Uji Coba ........................................... 128
Lampiran 12 Contoh Perhitungan Validitas Butir Soal ................................. 130
Lampiran 13 Contoh Perhitungan Reliabilitas Instrumen .............................. 132
Lampiran 14 Contoh Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal .......................... 133
Lampiran 15 Contoh Perhitungan Daya Pembeda Soal ................................. 134
Lampiran 16 Kisi-kisi Lembar Observasi Kemampuan Berpikir Kreatif ...... 135
Lampiran 17 Lembar Observasi Kemampuan Berpikir Kreatif ..................... 136
Lampiran 18 Kunci Jawaban Lembar Observasi Berpikir Kreatif................ 138
xvi
Lampiran 19 Kisi-kisi Lembar Observasi Karakter ...................................... 140
Lampiran 20 Lembar Observasi Karakter ..................................................... 141
Lampiran 21 Daftar Nilai Pre-Test dan Pos-Test Kemampuan Berpikir Kreatif
Uji Skala Terbatas .................................................................... 142
Lampiran 22 Analisis Lembar Observasi Karakter Uji Skala Terbatas ........ 143
Lampiran 23 Daftar Nilai Pre-Test dan Pos-Test Kemampuan Berpikir Kreatif
Uji Skala Luas .......................................................................... 146
Lampiran 24 Uji Normalitas .......................................................................... 147
Lampiran 25 Analisis Lembar Observasi Kemampuan Berpikir Kreatif Uji
Skala Luas ................................................................................. 149
Lampiran 26 Analisis Lembar Observasi Karakter Tiap Pertemuan ............. 150
Lampiran 27 Analisis Lembar Observasi Karakter Tiap Aspek .................... 150
Lampiran 28 Perhitungan Gain Kemampuan Berpikir Kreatif ...................... 157
Lampiran 29 Perhitungan Gain Karakter Total ............................................. 158
Lampiran 30 Perhitungan Gain Karakter Tiap Aspek ................................... 161
Lampiran 31 Dokumentasi Penelitian ............................................................ 164
Lampiran 32 Surat Penetapan Pembimbing ................................................... 165
Lampiran 33 Surat Ijin Penelitian dari Fakultas ............................................ 166
Lampiran 34 Surat Keterangan Selesai Penelitian ......................................... 167
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemerintah Amerika Serikat melalui United States Agency for
International Development (USAID) menjalin kerjasama dengan pemerintah
Indonesia di bidang pendidikan dalam rangka mendukung Departemen
Pendidikan Nasional dan Departemen Agama untuk meningkatkan mutu dan
relevansi pendidikan menengah pertama. Program yang dilaksanakan dinamakan
Decentralized Basic Education 3 (DBE3). Program ini mengembangkan model
pembelajaran bermakna atau BTL (Better Teaching and Learning) dan
bekerjasama dengan Dinas Pendidikan dan Departemen Agama di 44 kabupaten/
kota di enam provinsi, yaitu Sumatera Utara, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah,
Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan. DBE3 membantu 330 sekolah mitra (SMP dan
MTs) untuk mengembangkan pembelajaran yang lebih bervariasi, interaktif, dan
praktis sehingga pendidikan menjadi lebih menarik dan relevan bagi siswa
Model BTL atau pembelajaran bermakna ini dikembangkan untuk
melatih kecakapan hidup. Salah satu kecakapan yang harus dikuasai siswa adalah
kecakapan berpikir. Galbreath (1999) mengemukakan bahwa pada abad
pengetahuan, modal intelektual, khususnya kecakapan berpikir tingkat tinggi
(higher order thinking), merupakan salah satu hal yang dibutuhkan dalam dunia
kerja. Rosnawati (2009:1) menyatakan bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi
merupakan suatu kemampuan berpikir yang tidak hanya membutuhkan
2
kemampuan mengingat saja, namun membutuhkan kemampuan lain yang lebih
tinggi, seperti kemampuan berpikir kreatif dan kritis.
Salah satu tujuan pembelajaran IPA di SMP/MTs adalah agar siswa
memiliki kemampuan mengembangkan keterampilan bernalar dalam berpikir
analisis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika
untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam dan menyelesaian masalah baik secara
kualitatif maupun kuantitatif (Permendiknas No. 22 Tahun 2006). Johnson,
sebagaimana dikutip oleh Liliasari (2001) mengemukakan bahwa keterampilan
berpikir dapat dibedakan menjadi berpikir kritis dan berpikir kreatif. Salah satu
keterampilan berpikir tingkat tinggi yang digunakan pada pembelajaran fisika
untuk menemukan konsep dan prinsip dalam menjelaskan berbagai peristiwa dan
masalah di kehidupan sehari-hari adalah kemampuan berpikir kreatif. Menurut
Munandar (1992: 45-46) pemikiran kreatif perlu dilatih, karena pemikiran ini
membuat anak lancar dan luwes dalam berpikir, mampu melihat suatu masalah
dari berbagai sudut pandang, dan mampu melahirkan banyak gagasan.
Peran guru sangat penting dalam membantu memicu keterampilan
berpikir kreatif siswa, baik dengan media pembelajaran, metode yang digunakan,
soal-soal yang diberikan, maupun penugasan dari guru yang menuntut siswa
untuk menyelesaikannya dengan cara berpikir kreatif. Beetleston (2011: 2)
mengemukakan bahwa mengajar dengan kreatif dapat mengembangkan kualitas
pendidikan dan membuat pelajaran lebih bermakna serta menyenangkan. Dalam
hal ini pembelajaran yang digunakan guru harus dapat merangsang keterampilan
3
berpikir kreatif dan membantu mengekspresikan gagasan siswa serta
mengkomunikasikannya secara ilmiah.
Salah satu tujuan dari pendidikan nasional adalah mengembangkan
karakter siswa. Hal ini sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pada pasal 3. Pada UU No 20 Tahun 2003 disebutkan bahwa
pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk
karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pemerintah telah mencanangkan pendidikan karakter yang diangkat
menjadi tema Hardiknas 2010 yaitu “Pendidikan Karakter untuk Membangun
Keberadaban Bangsa”. Integrasi pendidikan karakter mulai dilakukan dari jenjang
pendidikan anak usia dini (PAUD) sampai dengan perguruan tinggi. Sewell &
College (2003) menyatakan bahwa penanaman karakter dapat diintegrasikan
dalam kehidupan sekolah sehingga menjadi kultur dan budaya di sekolah.
Pendidikan karakter yang efektif harus disesuaikan dengan karakter siswa yang
beragam dan guru harus bisa mengatasi hal tersebut dengan tujuan untuk
implementasi karakter dalam kurikulum (Stallions & Yeatts 2003). Hasil
penelitian Benninga et al. (2003) menunjukkan bahwa siswa di sekolah yang telah
menerapkan pendidikan karakter memiliki skor akademik yang lebih tinggi.
Pada penelitian ini BTL, diterapkan pada materi kalor untuk siswa SMP
kelas VII. Pokok bahasan kalor merupakan salah satu pokok bahasan yang
4
menuntut sebuah aktivitas lebih dalam mempelajarinya, karena pokok bahasan
kalor bukan pokok bahasan yang dapat dipahami hanya melalui kegiatan
mendengarkan atau membaca. Pokok bahasan ini memerlukan kegiatan-kegiatan
eksperimen sederhana dan diskusi untuk menganalisis dan memahami konsep
yang ada secara utuh. Pada pokok bahasan kalor juga diperlukan kemampuan
berpikir kreatif, yaitu ketika siswa harus menjabarkan suatu permasalahan yang
kompleks ke bagian-bagian yang lebih sederhana. Berdasarkan uraian di atas maka
perlu diadakan penelitian dengan judul “Pengembangan Model BTL (Better
Teaching and Learning) untuk Mengembangkan Kemampuan Berpikir
Kreatif dan Karakter Siswa SMP”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya muncul
permasalahan yang mendasar sebagai berikut:
(1) Bagaimana desain perangkat BTL untuk mengembangkan kemampuan
berpikir kreatif dan karakter siswa?
(2) Bagaimana pengembangan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam
mempelajari kalor setelah diterapkan model BTL?
(3) Bagaimana pengembangan karakter siswa dalam mempelajari kalor
setelah diterapkan model BTL?
5
1.3 Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini dapat mencapai sasaran dan tujuan yang diharapkan
secara optimal, maka perlu adanya pembatasan masalah sebagai berikut:
(1) Penelitian ini hanya dilaksanakan di SMP Negeri 3 Semarang, karena sekolah
ini merupakan sekolah mitra DBE 3 dalam mengembangkan model BTL.
(2) Penelitian ini terbatas pada kelas VII dan pokok bahasan kalor, karena selama
ini pada materi kalor siswa hanya cenderung menerima rumus dan hitungan.
Siswa cenderung tidak memahami konsep serta bagaimana proses untuk
menemukan konsep tersebut sehingga kemampuan berpikir kreatif belum bisa
berkembang.
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
(1) Menyediakan perangkat BTL untuk mengembangkan kemampuan
berpikir kreatif dan karakter siswa SMP pada pokok bahasan kalor.
(2) Mengetahui pengembangan kemampuan berpikir kreatif siswa SMP
kelas VII setelah diterapkan model BTL pada pokok bahasan kalor.
(3) Mengetahui pengembangan karakter siswa SMP kelas VII setelah
diterapkan model BTL pada pokok bahasan kalor.
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:
6
1. Bagi Siswa
Siswa dapat memperoleh pengalaman belajar menggunakan model BTL
sehingga dapat memberikan suasaana baru dalam belajar.
2. Bagi Guru
Guru memperoleh informasi mengenai alternatif model pembelajaran yang
bisa diterapkan dalam pembelajaran fisika serta mengembangkan kreatifitas guru
dalam melakukan pembelajaran.
3. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman baru selama
melakukan penelitian di lapangan sehingga dapat digunakan sebagai model jika
suatu saat nanti benar-benar terjun di lapangan sebagai seorang pendidik.
1.6 Penegasan Istilah
Berdasarkan pemilihan judul di atas, maka untuk menghindari salah tafsir
tentang istilah-istilah yang digunakan, perlu diberi penegasan istilah sebagai
berikut.
1. Model BTL
Pada modul DBE3 (2009) dijelaskan bahwa Model Better Teaching and
Learning (BTL) diterjemahkan sebagai pembelajaran bermakna. Samani
(2007) mengemukakan bahwa apapun metode pembelajarannya, maka
pembelajaran itu harus bermakna (meaningfull learning). Pembelajaran
bermakna yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan suatu proses
mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam
7
struktur kognitif seseorang. Struktur kognitif ialah fakta-fakta, konsep-konsep
dan generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan diingat siswa.
2. Kemampuan Berpikir Kreatif
Kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan siswa untuk menemukan
berbagai jawaban terhadap suatu masalah. Variasi jawaban yang diberikan
ditekankan pada kuantitas, ketepatgunaan, dan keragaman jawaban
(Munandar, 1992: 47-50). Kemampuan berpikir kreatif yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah kemampuan siswa dalam atau memberi gagasan secara
lancar, lentur, orisinil, mampu mengelaborasi suatu gagasan serta mampu
mengevaluasi suatu pernyataan.
3. Pendidikan Karakter
Kementerian Pendidikan Nasional (2011) menjelaskan bahwa pendidikan
karakter bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah,
lebih dari itu, pendidikan karakter menanamkan kebiasaan (habituation)
tentang hal mana yang baik sehingga peserta didik menjadi paham (kognitif)
tentang mana yang benar dan salah, mampu merasakan (afektif) nilai yang
baik dan biasa melakukannya (psikomotor). Pendidikan karakter yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah penanaman karakter religius dan disiplin
pada aspek moral knowing (pengetahuan yang baik), dan aspek moral feeling
(merasakan dengan baik), serta pada aspek Moral action (perilaku yang baik).
8
1.7 Sistematika Skripsi
Penulisan skripsi ini terdiri dari tiga bagian yang dapat dirinci sebagai
berikut:
a. Bagian pendahuluan skripsi. Bagian ini berisi halaman judul, pernyataan,
pengesahan, persembahan dan motto, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar
tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran.
b. Bagian isi skripsi. Bagian ini terdiri dari:
Bab 1 Pendahuluan
Bagian ini berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, penegasan istilah, dan sistematika skripsi.
Bab 2 Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka berisi tentang teori yang mendukung penelitian ini yaitu
BTL, berpikir kreatif, karakter, kalor, kerangka berpikir.
Bab 3 Metode Penelitian
Bagian ini berisi desain penelitian, subyek penelitian, prosedur penelitian,
metode pengumpulan data, analisis uji coba, dan analisis data.
Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bagian ini berisi hasil penelitian dan pembahasan peneitian.
Bab 5 Penutup
Bagian ini berisi tentang simpulan dan saran.
c. Bagian akhir skripsi.
Bagian ini berisi daftar pustaka dan lampiran-lampiran.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Model BTL (Better Teaching and Learning)
Program DBE-3 mengembangkan model BTL untuk mendapatkan model
pembelajaran yang menitikberatkan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar,
sehingga pembelajaran tidak lagi didominasi oleh guru (DBE3, 2009). Pada
pembelajaran dengan menggunakan model BTL, siswa diberikan kesempatan
untuk terlibat aktif dalam berbagai aktivitas dan guru hanya berperan sebagai
fasilitator sehingga proses pembelajaran akan menyenangkan dan lebih bermakna.
Model BTL merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan pembelajaran
yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (DBE3,2009). Pada penerapan
model BTL, siswa aktif mengerjakan tugas yang melatih kecakapan berpikir dan
menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar. Galbreath (1999)
mengemukakan bahwa, pada abad pengetahuan, modal intelektual, khususnya
kecakapan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking), merupakan kebutuhan
utama dalam dunia pekerjaan. Berpikir kreatif merupakan salah satu kecakapan
berpikir yang dikembangkan dalam proses belajar yang menggunakan model
BTL.
Pada pembelajaran yang menggunakan model BTL, posisi tempat duduk
ditata sedemikian rupa sehingga menciptakan suasana yang kondusif bagi siswa
untuk bekerja sama dan berkomunikasi dengan kelompoknya. Model BTL
10
menggunakan langkah-langkah pembelajaran dengan urutan introduction,
connection, application, reflection, dan extension (ICARE). Penggunaan tahapan
ICARE bertujuan untuk memastikan bahwa peserta didik memiliki kesempatan
untuk mengaplikasikan apa yang telah dipelajarinya (DBE3,2009).
Tahapan yang pertama dalam model BTL adalah introduction atau
mengenal. Pada tahapan ini guru menyampaikan tujuan yang hendak dicapai oleh
peserta didik dan mengenalkan kegiatan yang relevan dan sesuai dengan konteks.
Tahap introduction ini disampaikan secara singkat dan sederhana.
Tahapan yang kedua adalah connection atau menghubungkan. Sebagian
besar pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan dengan satu kompetensi
yang dikembangkan berdasarkan kompetensi sebelumnya. Oleh karena itu, semua
pengalaman pembelajaran yang baik perlu dimulai dari apa yang sudah diketahui
dan dipraktekkan oleh siswa, kemudian guru mengembangkannya. Pada tahapan
ini guru menghubungkan informasi yang telah didapat siswa dengan informasi
dan konsep baru. Guru dapat melakukan hal ini dengan mengadakan latihan
brainstorming yang sederhana untuk memahami apa yang telah diketahui para
siswa. Guru memotivasi siswa agar tertarik untuk mengikuti kegiatan belajar
mengajar.
Tahapan yang ketiga adalah application atau menerapkan. Tahap ini adalah
tahapan yang paling penting dari proses pembelajaran menggunakan model BTL.
Setelah memperoleh informasi atau kecakapan baru melalui tahap connection,
siswa perlu diberi kesempatan untuk mempraktikkan dan menerapkan
pengetahuan serta kecakapan tersebut. Tahapan application berlangsung paling
11
lama dari proses pembelajaran. Pada tahap ini siswa bekerja sendiri, tidak dengan
instruktur, secara pasangan atau dalam kelompok untuk menyelesaikan kegiatan
nyata atau memecahkan masalah nyata menggunakan informasi dan kecakapan
baru yang telah mereka peroleh.
Tahapan yang keempat adalah reflection atau merefleksikan. Pada tahap ini
siswa memiliki kesempatan untuk merefleksikan apa yang telah mereka pelajari.
Tugas guru adalah menilai sejauh mana keberhasilan pembelajaran melalui
kegiatan refleksi ini. Kegiatan refleksi dapat melibatkan diskusi kelompok. Guru
meminta siswa untuk melakukan presentasi atau menjelaskan apa yang telah
mereka pelajari. Siswa juga dapat melakukan kegiatan penulisan mandiri yaitu
dengan menulis sebuah ringkasan dari hasil pembelajaran. Refleksi ini juga bisa
berbentuk kuis singkat. Guru memberi pertanyaan berdasarkan isi pelajaran. Poin
penting untuk diingat dalam refleksi adalah bahwa guru perlu menyediakan
kesempatan bagi siswa untuk mengungkapkan apa yang telah mereka pelajari.
Tahap yang kelima adalah extension atau pengembangan. Guru
menyediakan kegiatan yang dapat dilakukan siswa setelah proses pembelajaran
berakhir untuk memperkuat dan memperluas pembelajaran. Di sekolah, kegiatan
extension biasanya disebut pekerjaan rumah. Kegiatan extension dapat meliputi
penyediaan bahan bacaan tambahan, tugas penelitian atau latihan.
12
2.2 Kemampuan Berpikir Kreatif
Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pentingnya
pembelajaran fisika di sekolah selain bertujuan untuk memberikan bekal ilmu
kepada peserta didik, juga untuk mengembangkan kemampuan berpikir.
Kemampuan berpikir digunakan untuk memecahkan masalah di dalam kehidupan
sehari-hari. Berdasarkan tujuan pembelajaran fisika, kegiatan belajar mengajar
yang baik harus melibatkan kemampuan berpikir siswa, karena berpikir
merupakan pokok pangkal untuk memperoleh pengetahuan. Menurut Rugegerio
sebagaimana dikutip oleh Yuli (2009), berpikir merupakan suatu aktivitas mental
untuk membantu memformulasikan dan memecahkan suatu masalah, membuat
suatu keputusan, atau memenuhi hasrat keingintahuan (fulfill a desire to
understand). Pendapat ini menunjukkan bahwa ketika seseorang merumuskan
suatu masalah, memecahkan masalah ataupun ingin memahami sesuatu, maka ia
melakukan suatu aktivitas berpikir.
Pada penelitian ini kemampuan berpikir yang diteliti adalah kemampuan
berpikir kreatif. Menurut Ruseffendi sebagaimana dikutip oleh Fatimah (2008:
15), manusia yang berpikir kreatif adalah manusia yang selalu ingin tahu,
fleksibel, awas dan sensitif terhadap reaksi dan kekeliruan, mengemukakan
pendapat dengan teliti dan penuh keyakinan, tidak tergantung pada orang lain,
tidak begitu saja menerima suatu pendapat, dan kadang-kadang susah diperintah.
Kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan siswa untuk menemukan
berbagai jawaban terhadap suatu masalah. Variasi jawaban yang diberikan
ditekankan pada kuantitas, ketepatgunaan, dan keragaman jawaban. Secara
13
operasional, kreativitas dapat dirumuskan sebagai kemampuan berpikir atau
memberi gagasan secara lancar, lentur, dan orisinil, serta mampu mengelaborasi
suatu gagasan (Munandar, 1992: 47-50)
Menurut Munandar (1992: 88-91) ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif
yang berhubungan dengan kognisi dan proses berpikir meliputi: (1) fluency atau
kemampuan berpikir lancar; (2) flexibility atau keterampilan berpikir luwes; (3)
originality atau kemampuan berpikir orisinal; (4) elaboration atau keterampilan
memperinci dan (5) keterampilan mengevaluasi. Kelima ciri-ciri tersebut dapat
diperinci sebagai berikut:
1. fluency (keterampilan berpikir lancar)
Ciri-ciri fluency atau keterampilan berpikir lancar yaitu siswa mampu
mencetuskan banyak gagasan, jawaban, atau penyelesaian masalah ketika
dihadapkan dalam suatu permasalahan. Siswa yang mempunyai keterampilan
berpikir lancar mampu memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan
berbagai hal, tidak terpaku pada satu cara atau selalu memiliki lebih dari satu
jawaban atau penyelesaian.
Indikator dari ciri-ciri keterampilan berpikir lancar dapat terlihat pada perilaku
siswa yang mengajukan banyak pertanyaan dan jika ada pertanyaan siswa mampu
menjawab dengan lebih dari satu jawaban. Siswa mempunyai banyak gagasan
mengenai suatu masalah dan lancar dalam mengungkapkan gagasannya. Siswa
yang mempunyai ketrampilan berpikir lancar dapat bekerja lebih cepat dan
melakukan lebih banyak dari orang lain serta mampu dengan cepat melihat
kesalahan atau kelemahan suatu objek atau situasi.
14
2. flexibility (keterampilan berpikir luwes)
Flexibility atau ketrampilan berpikir luwes memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
(1) siswa mampu menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang
bervariasi; (2) siswa dapat melihat masalah dari sudut pandang berbeda sehingga
mampu mencari banyak alternatif atau arah yang berbeda-beda dan (3) siswa
mampu mengubah cara pendekatan atau pemikiran.
Indikator dari ciri-ciri keterampilan berpikir luwes dapat terlihat pada perilaku
siswa yang memberikan aneka ragam penggunaan dan penafsiran tidak lazim
terhadap suatu gambar, cerita atau masalah. Siswa mampu menerapkan suatu
konsep dan memberikan pertimbangan terhadap suatu situasi dengan cara yang
berbeda dari orang lain. Berpikir luwes juga ditunjukkan siswa dalam membahas
atau mendiskusikan suatu situasi: siswa selalu mempunyai posisi yang
bertentangan dengan mayoritas kelompok. Jika siswa diberikan suatu masalah, ia
memikirkan bermacam-macam cara untuk menyelesaikannya serta mampu
mengubah arah berpikir secara spontan. Siswa lebih suka menggolongkan hal-hal
menurut pembagian atau kategori yang berbeda-beda
3. originality (kemampuan berpikir orisinal)
Originality atau kemampuan berpikir orisinal memiliki ciri-ciri sebagai
berikut; (1) siswa mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik; (2) siswa
lebih suka melakukan cara-cara yang tak lazim untuk mengungkapkan diri dan (3)
siswa mampu membuat kombinasi-kombinasi yang tidak lazim dari bagian-bagian
atau unsur-unsur.
15
Indikator dari ciri-ciri kemampuan berpikir orisinal dapat terlihat pada
perilaku siswa yang lebih memilih cara berpikir lain daripada yang lain sehingga
mampu memikirkan masalah-masalah unik atau berbeda dari biasanya. Setelah
membaca atau mendengar gagasan-gagasan lama, siswa berusaha memikirkan
cara-cara baru dan bekerja untuk menyelesaikannya. Siswa yang mempunyai
kemampuan berpikir orisinal lebih senang mensintesis daripada menganalisis
sesuatu dan mencari pendekatan baru dari yang stereotype
4. elaboration (keterampilan memperinci)
Elaboration atau keterampilan siswa dalam memperinci memiliki ciri-ciri
sebagai berikut; (1) siswa mampu memperkaya dan mengembangkan suatu
gagasan atau produk dan (2) siswa mampu menambah atau merinci detail-detail
dari suatu obyek, gagasan atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.
Indikator dari ciri-ciri elaboration dapat terlihat pada perilaku siswa yang
mencari arti lebih mendalam terhadap jawaban atau pemecahan masalah dengan
melakukan langkah-langkah terperinci. Siswa lebih senang mengembangkan atau
memperkaya gagasan orang lain dengan mencoba atau menguji detail-detail untuk
melihat arah yang akan ditempuh. Kemampuan mengelaborasi ditunjukkan dari
perilaku siswa yang mempunyai rasa kuat terhadap keindahan, sehingga tidak
puas dengan penampilan yang kosong atau sederhana dan menambah garis-garis,
warna-warna, detail-detail (bagian-bagian) terhadap gambarnya sendiri atau
gambar orang lain.
5. keterampilan mengevaluasi
16
Ciri-ciri dari keterampilan mengevaluasi atau menilai yaitu siswa mampu
menentukan patokan penilaian sendiri dan menentukan apakah suatu pernyataan
benar, suatu rencana sehat atau suatu tindakan bijaksana sehingga mampu
mengambil keputusan terhadap situasi yang terbuka. Pada ketrampilan
mengevaluasi, siswa tidak hanya mencetuskan gagasan tapi juga
melaksanakannya.
Indikator dari ciri-ciri keterampilan mengevaluasi dapat terlihat pada perilaku
siswa yang memberikan pertimbangan dan pendapat atas dasar sudut pandang
sendiri mengenai suatu hal, menganalisis masalah atau penyelesaian secara kritis
dengan selalu menanyakan “mengapa” dan mempunyai alasan yang rasional yang
dapat dipertanggungjawabkan untuk mencapai suatu keputusan. Siswa merancang
suatu rencana kerja dari gagasan-gagasan yang tercetus sehingga mampu menjadi
peneliti atau penialai kritis. Siswa yang mempunyai ketrampilan mengevaluasi
dapat menentukan dan mempertahankan pendapatnya
Pada penelitian ini keterampilan berpikir kreatif yang dianalisis meliputi
lima indikator perilaku kreatif yang diuraikan sebagai berikut:
1. Fluency (keterampilan berpikir lancar)
Perilaku siswa yang dikembangkan dan digunakan sebagai indikator
keterampilan berpikir lancar yaitu lancar mengungkapkan gagasan-
gagasannya.
17
2. Flexibility (keterampilan berpikir luwes)
Perilaku siswa yang dikembangkan dan digunakan sebagai indikator
keterampilan berpikir luwes yaitu kemampuan siswa dalam memberikan
bermacam-macam penafsiran terhadap suatu gambar, cerita atau masalah.
3. Originality (kemampuan berpikir orisinal)
Perilaku siswa yang dikembangkan dan digunakan sebagai indicator
keterampilan berpikir orisinal yaitu ketertarikan dan kemampuan siswa dalam
menganalisis sesuatu.
4. Elaboration (keterampilan memperinci)
Perilaku siswa yang dikembangkan dan digunakan sebagai indikator
keterampilan memperinci yaitu kemampuan siswa untuk mencari arti yang
lebih mendalam terhadap jawaban atau pemecahan masalah dengan
melakukan langkah-langkah terperinci.
5. Keterampilan mengevaluasi
Perilaku siswa yang dikembangkan dan digunakan sebagai indikator
keterampilan mengevaluasi yaitu kemampuan siswa untuk mengutarakan
pendapat sendiri mengenai suatu hal.
2.3 Pendidikan Karakter
Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark” (menandai),
yaitu menandai tindakan atau tingkah laku seseorang dalam mengaplikasikan nilai
kebaikan. Seseorang dapat disebut sebagai orang yang berkarakter (a person of
character) apabila tingkah lakunya sesuai dengan kaidah moral. Kemendiknas
(2010: 3) menyatakan bahwa karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau
18
kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai nilai-nilai
kebaikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara
pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak.
Karakter menunjukkan bagaimana seseorang bertingkah laku dalam
kehidupan bermasyarakat. Berdasarkan Kerangka Acuan Pendidikan Karakter
(2010) seseorang baru bisa disebut orang yang berkarakter (a person of character)
apabila tingkah lakunya sesuai dengan kaidah moral. Kaidah moral dalam
pendidikan karakter harus melibatkan bukan saja aspek pengetahuan yang baik
(moral knowing), tetapi juga merasakan dengan baik (moral feeling) dan perilaku
yang baik (moral action).
Bidang pendidikan adalah wadah yang tepat untuk mengembangkan
karakter siswa. Kemendiknas (2010: 3) menyatakan bahwa pendidikan adalah
suatu usaha yang sadar dan sistematis dalam mengembangkan potensi peserta
didik. Potensi yang dikembangkan tidak hanya kognitif tetapi juga karakter.
Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional sesuai
Pasal 1 UU Sisdiknas tahun 2003.
Sebagai upaya untuk meningkatkan kesesuaian dan mutu pendidikan
karakter, Kementerian Pendidikan Nasional (2010) mengembangkan rancangan
utama pendidikan karakter untuk setiap jalur, jenjang, dan jenis satuan
pendidikan. Rancangan utama pendidikan karakter menjadi rujukan konseptual
dan operasional pengembangan, pelaksanaan, dan penilaian pada setiap jalur dan
jenjang pendidikan. Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses
psikologis dan sosial-kultural tersebut dikelompokan sebagai berikut: (1) olah hati
19
(spiritual and emotional development); (2) olah pikir (intellectual development);
(3) olah raga dan kinestetik (physical and kinestetic development) dan (4) olah
rasa dan karsa (affective and creativity development). Pengembangan dan
implementasi pendidikan karakter perlu dilakukan dengan mengacu pada
rancangan utama tersebut melalui pendidikan nilai.
Pendidikan karakter yang diintregasikan ke dalam pembelajaran dapat
memberikan pengaruh terhadap tingkat kognitif siswa. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Tatman, dkk (2009). Hasil penelitian tersebut
menyatakan jika sekolah melaksanakan pengintregasian pendidikan karakter
dalam pembelajaran sehingga siswa mempunyai karakter yang baik dan menjadi
suatu kebiasaan, maka sekolah akan memiliki prestasi akademik yang lebih baik.
Hasil penelitian Budiastuti (2008) menyatakan bahwa bila pengembangan
karakter dilaksanakan secara efektif maka akan meningkatkan prestasi akademik
dan perilaku prososial siswa.
Ada 18 nilai utama yang dikembangkan pada pendidikan budaya dan
karakter bangsa. Nilai-nilai tersebut adalah: 1) religius; 2) jujur; 3) toleransi; 4)
disiplin; 5) kerja keras; 6) kreatif; 7) mandiri; 8) demokratis; 9) rasa ingin tahu;
10) semangat kebangsaan; 11) cinta tanah air; 12) menghargai prestasi; 13)
komunikatif; 14) cinta damai; 15) gemar mmbaca; 16) peduli lingkungan; 17)
peduli sosial dan 18) tanggungjawab. Penelitian ini akan difokuskan pada 4 nilai
yakni disiplin, tanggungjawab, komunikatif dan rasa ingin tahu.
Prinsip pembelajaran yang digunakan dalam pengembangan pendidikan
karakter adalah mengusahakan agar siswa mengenal, menerima, melakukan nilai-
20
nilai karakter dan menjadikannya menjadi suatu kebiasaan. Menurut
Kemendiknas (2010: 12) dalam pengembangan pendidikan karakter bangsa ada
empat prinsip yang digunakan, yaitu:
1. berkelanjutan
Prinsip ini mengandung makna bahwa pengembangan pendidikan karakter
harus dilakukan dengan proses yang panjang dan terus menerus, dimulai dari awal
sampai akhir peserta didik berada di satuan pendidikan. Pengembangan
pendidikan karakter harus dimulai dari PAUD dilanjutkan ke tingkat SD/ MI,
SMP/MTs, SMA/MA dan selanjutnya Perguruan Tinggi.
2. melalui semua mata pelajaran, pengembangan diri, dan budaya sekolah
Pengembangan nilai karakter dilakukan melalui berbagai mata pelajaran yang
telah ditetapkan dalam standar isi. Selain itu karakter siswa juga dikembangkan
melalui kegiatan ekstrakulikuler atau pengembangan diri.
3. nilai tidak diajarkan tapi dikembangkan
Prinsip ini mengandung arti bahwa karakter tidak diajarkan seperti mata
pelajaran pokok, tetapi dikembangkan melalui praktek langsung. Karakter siswa
juga bisa dikembangkan dengan mengintegrasikan nilai-nilai karakter ke dalam
pembelajaran.
4. proses pendidikan dilakukan peserta didik secara aktif dan menyenangkan
Prinsip ini menyatakan bahwa proses pengembangan karakter dilakukan oleh
peserta didik, bukan oleh guru. Pengembangan pendidikan karakter diharapkan
dapat dilakukan dengan senang hati oleh siswa. Penanaman pendidikan karakter
21
dilakukan dengan cara yang menyenangkan sehingga membuat siswa nyanan dan
senang melaksanakannya.
2.4 Tinjauan Materi Pokok Bahasan Kalor
2.4.1. Pengertian Kalor
Kalor adalah energi yang ditransfer dari satu benda ke benda lain karena
kedua benda memiliki selisih temperatur. Energi internal suatu sistem sering
dinyatakan sebagai energi termis. Bila sistem yang panas bersinggungan dengan
sistem yang lebih dingin, energi internal ditransfer dari sistem yang panas ke
sistem yang dingin dalam bentuk panas (Tipler, 2004: 558). Kalor (Q) merupakan
energi yang berpindah, sehingga satuan yang digunakan untuk mengukur kalor
sama dengan satuan energi, yaitu joule (J). Satuan lain yang sering digunakan
untuk mengukur kalor adalah kalori (kal) atau kilokalori (kkal). 1 kkal setara
dengan 1000 kal.
Pada peristiwa pencampuran air panas dan air dingin yang mempunyai
volume sama, air campuran tersebut menjadi hangat. Air panas memberikan kalor
kepada air dingin, sedangkan air dingin menerima kalor dari air panas. Setelah
jumlah kalor pada air campuran seimbang dan tidak lagi terjadi perpindahan,
terbentuklah air hangat. Dari sini dapat diketahui bahwa bila suatu benda melepas
kalor, suhunya akan turun dan bila menerima kalor suhunya naik.
22
2.4.2. Kalor Dapat Mengubah Suhu Benda
Besarnya kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu suatu benda atau
zat adalah sebanding dengan massa zat dan kenaikan suhu zat tersebut (Tipler,
2004: 559).
1) Hubungan kuantitas kalor dengan massa zat
Banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu benda sebanding dengan
massa benda. Hubungan antara banyaknya kalor yang diperlukan (Q) dengan
massa benda (m) dapat ditulis sebagai berikut:
...................... (2.1)
Hal ini memberi pengertian bahwa semakin besar massa benda, semakin besar
pula energi kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhunya.
2) Hubungan kuantitas kalor dengan kenaikan suhu
Banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu benda sebanding dengan
kenaikan suhunya. Hubungan antara banyaknya kalor yang diperlukan (Q) dengan
kenaikan suhu ( ) dapat ditulis sebagai berikut:
...................... (2.2)
Suatu zat dengan jenis dan massa yang sama, jika dipanaskan dengan jumlah
kalor yang berbeda akan menghasilkan kenaikan suhu yang berbeda pula.
Semakin besar kalor yang diberikan pada suatu benda, semakin besar juga
kenaikan suhunya.
23
3) Hubungan kuantitas kalor dengan jenis zat
Banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu bergantung pada jenis
benda. Hubungan antara banyaknya kalor yang diperlukan (Q) dengan jenis zat
( ) dapat ditulis sebagai berikut:
...................... (2.3)
Pada dua benda yang berbeda dengan massa yang sama, kalor yang diperlukan
untuk menaikkan suhu 1oC tidaklah sama. Hal ini disebabkan oleh kalor jenis
masing-masing benda tidak sama. Kalor jenis suatu benda adalah banyaknya kalor
yang dibutuhkan oleh suatu benda tertentu yang bermassa 1 kg untuk menaikkan
suhu 1oC. Secara matematis, hubungan antara banyaknya kalor, massa benda,
kalor jenis benda, dan perubahan suhunya dapat dirumuskan sebagai berikut:
...................... (2.4)
(Tipler, 2004: 559)
dengan: Q = banyaknya kalor yang diserap atau dilepas (joule)
m = massa benda (kg)
c = kalor jenis benda (joule/(kgoC))
Δt = perubahan suhu (oC)
2.4.3. Kalor Dapat Mengubah Wujud Benda
Suatu zat apabila diberi kalor terus menerus pada tekanan konstan hingga
mencapai suhu maksimumnya, maka zat tersebut akan mengalami perubahan
wujud (Tipler, 2004: 562). Perubahan wujud juga dapat terjadi apabila zat tersebut
melepas kalor secara terus menerus hingga mencapai suhu maksimumnya. Suhu
suatu zat tetap pada saat zat atau benda tersebut mengalami perubahan wujud.
24
Pada Gambar 2.1 ditunjukkan macam-macam perubahan wujud zat dari
padat, cair dan gas.
Gambar 2.1 Diagram Perubahan Wujud Zat
Keterangan:
1. Melebur atau mencair 4. Mengembun
2. Membeku 5. Menyublim
3. Menguap 6. Menyublim
Mencair adalah perubahan wujud zat padat menjadi cair, sedangkan
membeku adalah perubahan wujud dari cair menjadi padat. Dalam peristiwa
melebur diperlukan kalor, sedangkan dalam peristiwa membeku dilepaskan kalor.
Menguap adalah perubahan wujud cair menjadi gas, sedangkan mengembun
adalah perubahan wujud dari gas menjadi cair. Dalam peristiwa menguap
diperlukan kalor, sedangkan dalam peristiwa mengembun dilepaskan kalor.
Menyublim, ada dua macam yaitu yang memerlukan kalor adalah perubahan
wujud dari padat langsung menjadi gas (tanpa melalui wujud cair) dan yang
melepaskan kalor adalah perubahan wujud dari gas langsung menjadi padat (tanpa
melalui wujud cair).
CAIR
PADAT GAS
1
2
5
6
3
4
25
2.4.4. Faktor - faktor yang Mempercepat Penguapan
Zat cair memerlukan kalor pada saat menguap. Kalor yang diberikan pada
zat cair akan mempercepat gerak molekul-molekulnya sehingga banyak molekul
zat cair yang meninggalkan zat cair itu menjadi gas. Beberapa cara yang dapat
dilakukan untuk mempercepat penguapan adalah pemanasan, memperluas
permukaaan zat cair, dan meniupkan udara di permukaan zat cair.
2.4.5. Kalor yang Dibutuhkan pada Waktu Mendidih dan Melebur
2.4.5.1. Mendidih
Mendidih merupakan peristiwa perubahan wujud zat cair menjadi uap.
Peristiwa mendidih dapat dilihat dengan munculnya gelembung-gelembung yang
berisi uap air dan bergerak dari bawah ke atas di dalam zat cair. Pada waktu air
mendidih, suhu air tersebut tetap walaupun dipanaskan terus-menerus. Suhu zat
cair pada saat mendidih disebut titik didih dan terjadi pada suhu tertentu.
Zat cair yang mendidih jika dipanaskan terus menerus akan berubah
menjadi uap. Banyaknya kalor yang diperlukan untuk mengubah 1 kg zat cair
menjadi uap air seluruhnya pada titik didih tertentu disebut kalor laten penguapan
(lv). Besarnya kalor yang dibutuhkan untuk mengubah air bermassa m menjadi uap
tanpa ada perubahan temperatur dapat dirumuskan sebagai berikut:
...................... (2.5)
(Tipler, 2004: 563)
dengan lv = kalor laten penguapan (joule/kg)
26
Pada saat uap didinginkan hingga mencapai suhu tertentu, uap tersebut
akan berubah bentuk menjadi zat cair. Peristiwa perubahan wujud dari uap
menjadi zat cair disebut dengan pengembunan. Pada waktu mengembun zat
melepas kalor, dan banyaknya kalor yang dilepaskan pada waktu mengembun
sama dengan banyaknya kalor yang diperlukan pada waktu menguap. Dengan
demikian air mulai mendidih dan mengembun pada suhu yang sama, sehingga:
Kalor uap = kalor embun
dan, titik didih = titik embun
Setiap zat cair memiliki titik didih masing-masing. Titik didih yang
dimaksud di sini merupakan titik didih normal. Titik didih normal adalah suhu
ketika zat cair mulai mendidih pada tekanan udara 1 atmosfer (76 cmHg). Jadi,
titik didih normal untuk air adalah 100°C, artinya pada tekanan udara normal (76
cmHg) air mendidih pada suhu 100oC. Jika tekanan udara luar berubah, maka titik
didih zat juga akan mengalami perubahan. Contohnya di daerah pegunungan yang
mempunyai tekanan udara luar kurang dari 76 cmHg, air akan mendidih pada
suhu kurang dari 100oC. Jadi titik didih suatu zat dapat diubah-ubah dengan cara
menaikkan atau menurunkan tekanan udara.
2.4.5.2. Melebur
Melebur merupakan peristiwa perubahan wujud zat padat menjadi zat
cair. Banyaknya kalor yang diperlukan untuk mengubah satu satuan massa zat
padat menjadi zat cair pada titik leburnya disebut kalor laten peleburan (lf).
Besarnya kalor lebur dapat dirumuskan sebagai berikut:
27
...................... (2.6)
(Tipler, 2004: 562)
dengan lf = kalor laten peleburan (joule/kg)
Zat cair akan membeku jika didinginkan hingga mencapai suhu tertentu.
Pada saat membeku zat tersebut melepas kalor. Banyaknya kalor yang dilepaskan
oleh satu satuan massa zat cair menjadi zat padat disebut kalor beku. Pada tekanan
udara normal es berubah wujud dari padat menjadi cair pada suhu 0oC. Apabila
tekanan udara luar berubah-ubah, maka titik lebur zat juga akan mengalami
perubahan. Demikian halnya dengan peristiwa membeku, energi pada saat
melepaskan kalor digunakan untuk mengubah wujud zat dari cair menjadi padat.
Suhu pada saat zat cair mulai membeku dinamakan titik beku. Titik beku air pada
tekanan normal terjadi pada suhu 0oC. Dengan demikian air mulai membeku dan
melebur pada suhu yang sama yaitu 0oC, sehingga:
Kalor lebur = kalor beku
dan, titik lebur = titik beku
2.5 Kerangka Berpikir
Salah satu tujuan dari pendidikan nasional adalah mengembangkan
karakter siswa. Hal ini sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pada pasal 3. Pada UU No 20 Tahun 2003 disebutkan bahwa
pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk
karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi
28
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pada pelaksanaan fungsi dan tujuan pendidikan karakter, telah diterbitkan
Permendiknas No. 23/2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan yang secara
formal sudah digariskan untuk masing-masing jenis atau satuan pendidikan. Jika
dicermati secara mendalam, sesungguhnya hampir pada setiap rumusan SKL
tersebut baik secara implisit atau eksplisit termuat substansi nilai-nilai karakter
(Kemendiknas, 2010:38)
Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pentingnya
pembelajaran fisika di sekolah selain bertujuan untuk memberikan bekal ilmu
kepada peserta didik, juga untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Menurut
Johnson sebagaimana dikutip oleh Liliasari (2001), kemampuan berpikir dapat
dibedakan menjadi berpikir kritis dan berpikir kreatif. Salah satu kemampuan
berpikir yang digunakan dalam pembelajaran fisika adalah kemampuan berpikir
kreatif.
Berdasarkan permasalah di atas diperlukan model pembelajaran yang
dapat mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa sesuai dengan tujuan
dari pembelajaran fisika, serta untuk mengembangkan karakter siswa sesuai UU
No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 3 dan
pencanangan pendidikan karakter pada peringatan hari pendidikan nasional 2 Mei
2010 oleh presiden. Model BTL atau pembelajaran bermakna ini dikembangkan
untuk melatih kecakapan hidup. Pembelajaran bermakna yang dimaksud adalah
29
pembelajaran yang tidak hanya sekedar menghafal konsep atau fakta tetapi
merupakan kegiatan pembelajaran dengan menghubungkan konsep-konsep untuk
menghasilkan pemahaman yang utuh, sehingga konsep yang dipelajari akan
dipahami secara baik dan tidak mudah dilupakan. Guru hanya sebagai fasilitator
dan siswa dituntut berperan aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa
harus memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kemampuan berpikir tingkat
tinggi salah satunya adalah kemampuan berpikir kreatif dan dalam proses
pembelajarannya dapat diintregasikan nilai-nilai karakter.
Materi yang dipilih adalah materi kalor, karena pada materi kalor siswa
hanya cenderung menerima rumus dan hitungan. Siswa tidak memahami konsep
serta bagaimana proses untuk menemukan konsep tersebut, sehingga kemampuan
berpikir kreatif belum bisa berkembang. Berdasarkan uraian diatas,
pengembangan BTL diharapkan sesuai apabila diterapkan pada materi ini.
30
Bagan kerangka berpikir dapat dilihat seperti pada Gambar 2.2
Gambar 2.2 Bagan Kerangka Berpikir
Pentingnya integrasi karakter
dalam pembelajaran fisika
Pentingnya kemampuan
berpikir kreatif dalam
pembelajaran fisika
Mengembangkan model BTL
untuk mengembangkan
kemampuan berpikir kreatif dan
karakter siswa
Mengetahui pengembangan
karakter dan kemampuan
berpikir kreatif siswa setelah
diterapkan model BTL
Observasi
31
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Subyek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Semarang. Subyek penelitian
adalah siswa kelas VII tahun pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 31 orang, yaitu
18 putri dan 13 putra. Subyek uji coba skala terbatas adalah 10 siswa dari kelas
VII F dan uji coba skala luas adalah 31 siswa dari kelas VII H.
3.2 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan
(research and development). Uji coba produk yang digunakan adalah quasi
experimental design dengan jenis pre-test and post-test one group. Uji coba
produk dilakukan pada skala terbatas yaitu 10 siswa, kemudian dilakukan
evaluasi. Setelah dilakukan evaluasi, produk diuji cobakan pada skala besar yaitu
31 siswa. Adapun desain pre-test and post-test one group yaitu :
(Sugiyono, 2010: 110)
Keterangan :
O1 = nilai pre-test (sebelum diberi pembelajaran dengan model BTL)
X = model BTL
O2 = nilai post-test (setelah diberi pembelajaran dengan model BTL)
32
3.3 Prosedur Penelitian
Secara ringkas prosedur penelitian disajikan pada Gambar 3.1
Gambar 3.1 Prosedur Penelitian
Pendahuluan
Pengembangan
Analisis Kurikulum dan Materi
Kajian terhadap model BTL dan materi kalor
Pengembangan Model BTL
Pengembangan perangkat pembelajaran menggunakan model BTL
berupa silabus, RPP, Lembar Kerja Siwa, Lembar Diskusi Siswa, dan
Lembar penilaian.
Validasi Perangkat Pembelajaran dengan Model BTL oleh pembimbing
Ya Tidak
Uji coba kelompok kecil
Uji coba pada kelas VII SMP Negeri 3 Semarang
Model BTL yang dapat mengembangkan kemapuan berpikir kreatif
dan karakter siswa
Evaluasi Uji Coba
33
Prosedur penelitian yang dilakukan ada tiga tahap yaitu:
(1) Tahap pendahuluan
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah menganalisis Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan pada mata pelajaran fisika kelas VII.
(2) Tahap pengembangan.
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan terdiri dari:
a) penyusunan silabus, RPP dan LKS pada materi kalor untuk tiga kali
pertemuan;
b) penyusunan lembar observasi berpikir kreatif dan karakter beserta kisi-
kisi, kunci jawaban dan lembar penilaian;
c) konsultasi perangkat pembelajaran menggunakan model BTL ke dosen
pembimbing;
d) validasi perangkat pembelajaran dengan model BTL oleh dosen
pembimbing;
e) pelaksanaan uji coba skala terbatas di kelas VII SMP N 3 Semarang selain
kelas eksperimen dengan 10 responden;
f) analisis hasil uji coba skala terbatas dan mengevaluasinya serta melakukan
perbaikan;
g) pelaksanaan uji coba kelas di kelas VII H SMP N 3 Semarang.
34
(3) Tahap evaluasi
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah menganalisis hasil uji coba
kelas untuk mengetahui perkembangan berpikir kreatif dan karakter siswa
kelas VII H SMP N 3 Semarang.
3.4 Metode Pengumpulan Data
1. Metode Dokumentasi
Metode ini digunakan untuk mendapatkan data-data yang menjadi dasar
penelitian. Pada penelitian ini metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh
daftar nama siswa yang digunakan sebagai subyek penelitian.
2. Metode Non Tes
Metode non tes berupa lembar observasi yang digunakan untuk mengamati
kondisi kemampuan berpikir kreatif dan karakter siswa. Lembar observasi
kemampuan berpikir kreatif dan karakter diberikan pada kelompok skala terbatas
dan skala luas. Lembar observasi kemampuan berpikir kreatif ini dibagi menjadi
dua yaitu pre-test dan post-test, sedangkan lembar observasi karakter diberikan
pada setiap pertemuan.
3.5 Analisis Uji Coba Instrumen
Untuk menganalisis soal kemampuan berpikir kreatif yang akan digunakan
sebagai instrumen penelitian, uji soal yang digunakan adalah sebagai berikut:
35
3.5.1 Validitas
Rumus yang digunakan untuk menghitung validitas soal bentuk objektif adalah
sebagai berikut:
...........(3.1)
Keterangan:
rxy = koefisien korelasi antara X dengan Y
X = skor tiap butir soal
Y = skor total
N = jumlah subyek yang diteliti
Kriteria untuk melihat valid atau tidaknya suatu soal yaitu dengan cara
membandingkan harga rhitung dengan harga r pada tabel product moment dengan
menggunakan taraf signifikansi 5%. Suatu butir dikatakan valid jika harga
> (Arikunto, 2007:75).
Berdasarkan hasil uji coba diperoleh bahwa soal nomor 1, 2, 4, 5, 7, 8, 12,
13, 14, dan 15 merupakan soal valid, dan soal nomor 3, 6, 9, 10, dan 11
merupakan soal tidak valid. Data dan perhitungannya dimuat pada Lampiran 11
dan 12.
3.5.2 Reliabilitas
Rumus yang digunakan untuk menghitung reliabilitas soal bentuk objektif adalah
sebagai berikut:
..........................
(3.2)
36
Keterangan:
r11 = reliabilitas yang dicari
= jumlah varians skor tiap-tiap item
= varians total
n = banyaknya butir soal
( Arikunto, 2007 :109 )
Rumus untuk menghitung varians butir soal, yaitu:
( Arikunto, 2007:110 )....................... (3.3)
Keterangan:
= jumlah butir soal
= jumlah kuadrat butir soal
N = banyak subyek pengikut tes
Untuk mengetahui reliabel atau tidaknya soal dengan cara membandingkan
harga dengan harga r product moment pada tabel. Jika > maka
item tes yang di uji cobakan reliabel (Arikunto,2007:112). Berdasarkan hasil uji
coba soal, diperoleh rhitung = 0,945 dan rtabel = 0,514, sehingga soal uji coba
termasuk dalam kriteria reliabel. Data dan perhitungannya dimuat pada pada
Lampiran 11 dan 13.
3.5.3 Tingkat Kesukaran
Rumus yang digunakan untuk menghitung taraf kesukaran soal bentuk objektif
adalah sebagai berikut:
37
(Surapranata,
2009)
Klasifikasi tingkat kesukaran disajikan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Klasifikasi Tingkat Kesukaran
Interval P Kriteria
0,00 ≤ P ≤ 0,30 Sukar
0,31 ≤ P ≤ 0,70 Sedang
0,71 ≤ P ≤ 1,00 Mudah
(Arikunto, 2007)
Hasil analisis soal uji coba menunjukkan bahwa soal nomor 4, 6, 7, 8, 9, dan
10 berkategori mudah, soal nomor 1, 3, 5, 11, 12, dan 13 berkategori sedang, dan
soal dengan nomor 2, 14, dan 15 berkategori sukar. Data dan perhitungannya
dimuat pada pada Lampiran 11 dan 14.
3.5.4 Daya Pembeda
Rumus yang digunakan untuk menghitung daya pembeda soal bentuk objektif
adalah sebagai berikut:
(Surapranata, 2009)
Klasifikasi daya beda soal disajikan pada Tabel 3.2.
38
Tabel 3.2 Klasifikasi Daya Beda
Interval Daya Beda Kriteria
0,00 ≤ DP ≤ 0,20 Jelek
0,21 ≤ DP ≤ 0,40 Cukup
0,41 ≤ DP ≤ 0,70 Baik
0,71 ≤ DP ≥ 1,00 Baik sekali
(Arikunto, 2007:213)
Hasil analisis soal uji coba menunjukkan bahwa soal nomor 5 dan 14
memiliki daya beda baik sekali, soal nomor 2, 12, 13, dan 15 memiliki daya beda
baik. Soal nomor 1, 4, 7, dan 8 memiliki daya beda cukup. Soal nomor 3, 6, 9,10
dan 11 memiliki daya beda jelek. Data dan perhitungannya dimuat pada pada
Lampiran 11 dan 15.
3.6 Metode Analisis Data
3.6.1 Analisis Tahap Awal
3.6.1.1 Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui data yang akan dianalisis
berdistribusi normal atau tidak dan menentukkan uji selanjutnya. Hipotesis yang
digunakan adalah:
= data berdistribusi normal
= data tidak berdistribusi normal
Uji statistik yang digunakan adalah uji chi-kuadrat dengan rumus sebagai berikut:
= ……………… (3.4)
39
Keterangan:
= chi kuadrat
= frekuensi pengamatan
= frekuensi yang diharapkan
k = banyaknya kelas
Kriteria pengujian hipotesis adalah sebagai berikut:
(1) diterima jika < dengan taraf signifikan 5%, yang berarti bahwa
data berdistribusi normal sehingga uji statistik yang dipakai selanjutnya adalah
statistik parametrik.
(2) diterima jika ≥ dengan taraf signifikan 5%, yang berarti bahwa
data tidak berdistribusi normal sehingga uji statistik yang dipakai selanjutnya
adalah statistik non parametrik.
( Sudjana,
2002:273)
3.6.2 Analisis Tahap Akhir
3.6.2.1 Analisis Pengembangan Nilai Karakter
Lembar observasi digunakan untuk mengetahui pengembangan nilai
karakter siswa. Lembar observasi dianalisis dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
% = ......................... (3.5)
Keterangan:
% = persentase skor
n = jumlah skor yang diperoleh
40
N = jumlah skor maksimum
(Sudjana, 2009: 131)
Adapun kriteria interpretasi skor pengembangan karakter adalah sebagai berikut:
80 < % ≤ 100 = membudaya
60 < % ≤ 80 = mulai berkembang
40 < % ≤ 60 = mulai terlihat
20 < % ≤ 40 = belum terlihat
(Kemendiknas, 2010: 53)
3.6.2.2 Analisis Pengembangan Kemampuan Berpikir Kreatif
Lembar observasi digunakan untuk mengetahui pengembangan kemampuan
berpikir kreatif siswa. Lembar observasi dianalisis dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
% =
Keterangan:
% = persentase skor
n = jumlah skor yang diperoleh
N = jumlah skor maksimum
(Sudjana, 2009: 131)
Kriteria kemampuan berpikir kreatif siswa setelah menggunakan
pengembangan model BTL adalah sebagai berikut:
76 ≤ x ≤ 100 = sangat kreatif
51 ≤ x ≤ 75 = kreatif
41
26 ≤ x ≤ 50 = cukup kreatif
0 ≤ x ≤ 25 = kurang kreatif
(Kemendiknas, 2010: 53)
3.6.2.3 Uji Gain
Untuk melihat kemampuan berpikir kreatif dan perubahan pengembangan
nilai karakter siswa digunakan uji gain. Adapun persamaannya adalah sebagai
berikut:
<g> = (Hake, 1998:
65)…………(3.6)
Keterangan:
<g> = faktor gain
<Spre> = skor rata-rata tes awal (%)
<Spost> = skor rata-rata tes akhir (%)
Kriteria faktor gain disajikan pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3 Kriteria Besarnya Faktor Gain
Faktor
skala 0-1
Kriteria
0,7 Tinggi
0,3 > 0,7 Sedang
< 0,3 Rendah
42
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Desain Perangkat BTL untuk Mengembangkan Kemampuan
Berpikir Kreatif dan Karakter Siswa SMP
Desain perangkat BTL untuk mengembangkan karakter dan kemampuan berpikir
kreatif terdiri dari perangkat pembelajaran yang menggunakan model
pembelajaran bermakna dan di dalamnya diintegrasikan nilai-nilai karakter serta
aspek-aspek berpikir kreatif. Perangkat pembelajaran ini disusun berdasarkan
standar kompetensi dan kompetensi dasar KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan). Perangkat BTL yang dikembangkan berupa silabus, RPP, LKS, dan
lembar penilaian.
Silabus dan RPP
Silabus dan RPP disusun berdasarkan tahapan-tahapan BTL dan integrasi nilai-
nilai karakter. Tahapan-tahapan BTL juga berisi aktivitas yang dapat
mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa. RPP disusun menggunakan
tahapan ICARE. Tahapan apersepsi pada RPP disesuaikan dengan tahap BTL
yang pertama yaitu introduction. Tahapan introduction berisi aktivitas tanya
jawab yang dapat merangsang rasa ingin tahu dan melatih siswa untuk menjawab
pertanyaan secara lancar dan luwes. Pada tahapan ini kemampuan berpikir kreatif
siswa dilatih. Siswa dibiasakan mengemukakan pendapat, menjawab suatu
persoalan, dan mencari tahu sebab-akibat fenomena alam disekitarnya, sehingga
dapat melatih kemampuan komunikasi dan rasa ingin tahu.
43
Tahapan motivasi pada RPP dikembangkan dengan menggunakan tahap BTL
yang kedua yaitu connection. Pada tahap ini siswa dibimbing untuk
menghubungkan pengetahuan awal mereka dengan konsep yang baru. Aktivitas
yang disusun pada tahap ini bertujuan untuk melatih siswa mengemukakan
pendapat berdasarkan pengetahuan awal mereka, mengembangkan kemampuan
dalam mengemukakan gagasannya secara lancar dan melatih kemampuan untuk
melihat suatu permasalahan dari sudut pandang yang berbeda.
Tahapan pada RPP selanjutnya adalah kegiatan inti yang terdiri dari eksplorasi,
elaborasi dan konfirmasi. Kegiatan inti ini dikembangkan dan disesuaikan dengan
tahapan BTL berikutnya yaitu application dan reflection. Tahapan ini bertujuan
untuk memberikan kesempatan pada siswa mempraktekkan pengetahuan yang
telah didapat serta merefleksikan apa yang telah dipelajari oleh siswa. Pada tahap
application dan reflection, siswa dibiasakan untuk disiplin, tanggungjawab,
komunikatif dan mengikuti pembelajaran dengan penuh rasa ingin tahu. Pada
tahapan ini siswa mendapatkan LKS dan dikondisikan dalam kelompok-kelompok
kecil. Siswa kemudian melakukan eksperimen dengan bantuan LKS. Tahap
application dan reflection membutuhkan kemampuan berpikir kreatif siswa untuk
mensintesis serta mengevaluasi.
Tahapan terakhir dari RPP adalah penutup. Tahap ini disesuaikan dan
dikembangkan pada tahap extension. Pada tahapan ini guru melakukan perluasan
atau pengembangan pembelajaran melalui pemberian tugas untuk melatih rasa
tanggungjawab siswa. Selain untuk melatih tanggungjawab, tahapan ini juga dapat
melatih kemampuan evaluasi siswa.
44
LKS (Lembar Kerja Siswa)
LKS merupakan media pemandu siswa dalam mempelajari materi kalor yang di
dalamnya diintegrasikan nilai-nilai karakter dan digunakan untuk melatih
kemampuan berpikir kreatif. Nilai-nilai karakter yang dikembangkan pada
penelitian ini yaitu tanggungjawab, disiplin, rasa ingin tahu dan komunikatif.
Nilai-nilai karakter diintegrasikan melalui pemberian kalimat ajakan pada lembar
LKS dan petunjuk pelaksanaan kegiatan. Selain mengintegrasikan nilai-nilai
karakter, LKS disusun untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif pada
rangkaian kegiatan yang meliputi berpikir lancar, berpikir luwes, mengelaborasi,
orisinalitas dan mengevaluasi.
LKS digunakan pada tahap application untuk menunjang kegiatan siswa agar
mereka dapat terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Pada pelaksanaannya,
siswa melakukan kegiatan-kegiatan yang ada dalam LKS secara berkelompok.
Masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 siswa. Siswa dibimbing untuk
menemukan konsep dan terlibat aktif dalam pembelajaran, sehingga guru hanya
berperan sebagai fasilitator.
Lembar Penilaian
Lembar penilaian yang disusun adalah lembar observasi kemampuan berpikir
kreatif dan karakter siswa. Masing-masing lembar penilaian terdiri dari kisi-kisi
dan instrumen penilaian berdasarkan indikator kemampuan berpikir kreatif dan
karakter siswa.
Perangkat pembelajaran model BTLyang telah disusun, diuji cobakan dalam 3
kali pertemuan pada kelompok skala terbatas. Kelompok skala terbatas berjumlah
45
10 siswa, 6 putri dan 4 putra. Setelah dilakukan treatment diperoleh hasil pre-test
dan pos-test kemampuan berpikir kreatif serta didapatkan hasil observasi karakter
siswa. Observasi karakter dilakukan oleh 1 orang sebagai observer.
Berdasarkan analisis data pada skala terbatas, kemampuan berpikir kreatif siswa
dapat berkembang dengan menggunakan pengembangan model BTL. Hal ini
dapat dilihat pada hasil peningkatan gain sebesar 0,52 antara skor pre-test dan
post-test yang berkategori sedang. Hasil analisis pengembangan kemampuan
berpikir kreatif dapat dilihat pada Tabel 4.1. Perhitungan selengkapnya dimuat
pada Lampiran 28.
Tabel 4.1 Gain Kemampuan Berpikir Kreatif Uji Skala Terbatas
Komponen Nilai
rata-rata pre-test 57.67
rata-rata pre-test 79.67
Gain 0.52
Analisis karakter siswa pada skala terbatas menunjukkan adanya peningkatan gain
dari pertemuan 1-3 sebesar 0,62 yang berkategori sedang. Adanya peningkatan
gain menunjukkan bahwa karakter siswa pada uji skala terbatas dapat berkembang
dengan menggunakan pengembangan model BTL. Hasil analisis pengembangan
karakter disajikan pada Tabel 4.2. Perhitungan selengkapnya dimuat pada
Lampiran 28.
Tabel 4.2 Gain Karakter Uji Skala Terbatas
Nilai
Gain Ket
Pertemuan 1-2 0.23 rendah
Pertemuan 2-3 0.43 sedang
Pertemuan 1-3 0.62 sedang
46
Hasil analisis kemampuan berpikir kreatif dan karakter sebelum dan setelah
diterapkan model BTL, menunjukkan adanya perkembangan gain. Setelah
dilakukan evaluasi, desain perangkat BTL untuk mengembangkan kemampuan
berpikir kreatif dan karakter diuji cobakan dalam skala yang lebih besar yaitu
pada 31 siswa.
4.2 Hasil Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif
4.2.1 Hasil Analisis Lembar Observasi Kemampuan Berpikir Kreatif
Kemampuan berpikir kreatif siswa yang meliputi berpikir lancar, berpikir luwes,
berpikir orisinal, evaluasi dan kemampuan mengelaborasi diperoleh dari soal
evaluasi bentuk uraian. Penilaian aspek tersebut dilakukan untuk mengetahui
kemampuan berpikir kreatif siswa selama pembelajaran. Setelah dilakukan
penilaian, diperoleh nilai rata-rata pre-test adalah 45,56 dan nilai rata-rata post-
test adalah 76,24. Berdasarkan hasil analisis lembar observasi pre-test dan post-
test kemampuan berpikir kreatif siswa mengalami peningkatan. Hasil kemampuan
berpikir kreatif disajikan pada Tabel 4.3. Perhitungan selengkapnya dimuat pada
Lampiran 25.
Tabel 4.3 Hasil Pre-test dan Post-Test Kemampuan Berpikir Kreatif
No Komponen Rata-rata Nilai
Pre-test Post-Test
1 Rata-rata 45,56 76,24
2 Nilai Tertinggi 80,00 100,00
3 Nilai Terendah 20,00 50,00
Nilai yang didapat dari pre-test dan post-test kemudian dianalisis dan
dikelompokkan pada masing-masing kriteria kemampuan berpikir kreatif. Hasil
47
analisis kemampuan berpikir kreatif siswa disajikan pada Tabel 4.4 dan Gambar
4.1. Perhitungan selengkapnya dimuat pada Lampiran 25.
Tabel 4.4 Hasil Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa
Sub Pokok
Bahasan Kategori
Jumlah Siswa
Pre-test Post-test
Sangat Kreatif 1 11
Kalor
Kreatif 11 15
Cukup Kreatif 14 5
Kurang Kreatif 5 -
Dari Tabel 4.4 dapat disajikan dalam bentuk grafik diagram batang pada Gambar
4.1
Gambar 4.1 Kategori Kemampuan Berpikir Kreatif Hasil Pre-test dan Post-Test
Tabel 4.4 dan Gambar 4.1 menunjukkan adanya peningkatan kemampuan berpikir
kreatif sebelum dan setelah dilakukan treatment. Berdasarkan nilai pre-test yang
dilakukan sebelum dilakukan treatment, hanya ada 1 siswa yang sangat kretif dan
masih terdapat 5 siswa yang kurang kreatif. Adanya 1 orang siswa yang tergolong
sangat kreatif ini menunjukkan bahwa pada keadaan awal siswa sudah
mempunyai bekal kemampuan berpikir kreatif. Berdasarkan nilai post-test yang
dilakukan sesudah dilakukan treatment, tidak ada siswa yang tergolong kurang
kreatif dan 12 siswa tergolong sangat kreatif.
48
4.2.2 Signifikansi Kemampuan Berpikir Kreatif
Data yang diperoleh melalui lembar observasi kemampuan berpikir kreatif, telah
dianalisis menggunakan analisis persentase serta disajikan pada Tabel 4.3, 4.4 dan
Gambar 4.1. Langkah selanjutnya adalah menghitung besarnya gain kemampuan
berpikir kreatif. Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai gain kemampuan
berpikir kreatif sebesar 0,56 yang termasuk dalam kategori sedang. Hasil
perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 28.
4.4 Hasil Analisis Karakter Siswa
4.4.1 Hasil Analisis Lembar Observasi Karakter
Penelitian ini memfokuskan pengamatan pada karakter disiplin,
tanggungjawab, rasa ingin tahu dan komunikatif. Pengamatan dilakukan oleh
observer saat pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi.
Hasil analisis lembar observasi digunakan untuk mengetahui perkembangan nilai
karakter siswa setelah mengikuti pembelajaran. Hasil analisis perkembangan nilai
karakter siswa disajikan pada Gambar 4.2.
.
Gambar 4.2 Perkembangan Nilai Karakter Siswa
49
Persentase untuk setiap aspek karakter disajikan pada Tabel 4.5. Data
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 27.
Tabel 4.5 Hasil Analisis Lembar Observasi Tiap Aspek Karakter
No Aspek
Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3
(%)
kriteria
(%)
kriteria
(%)
Ket
1
Disiplin
68,60
Mulai
berkembang
74,62
Mulai
berkembang
79,78
Mulai
berkembang
2
Rasa Ingin
Tahu
49,68
Mulai terlihat
60,00
Mulai
terlihat
78,71
Mulai
berkembang
3
Tanggungjawab
57,42
Mulai terlihat
65,16
Mulai
berkembang
79,35
Mulai
berkembang
4
Komunikatif
54,84
Mulai terlihat
69,68
Mulai
berkembang
80,00
Mulai
berkembang
Rekapitulasi kriteria persentase tiap aspek karakter disajikan pada Tabel 4.6. Data
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 27.
Tabel 4.6 Rekapitulasi Kriteria Tiap Aspek Karakter
Kriteria Disiplin Rasa Ingin Tahu Tanggungjawab Komunikatif
I II III I II III I II III I II III
BM - - - 17 9 - 11 4 - 14 2 -
MT 12 7 1 11 13 5 11 15 7 10 13 6
MB 16 13 16 3 9 22 9 12 18 7 15 19
M 3 11 14 - - 4 - - 6 - 1 6
Rata-
rata 68,60 74,62
79,78 49,69 60 78,71 57,42 65,16 79,35 54,84 69,68 80
Kriteria
Skor MB MB MB MT MT MB MT MB M B MT MB M B
Keterangan Tabel 4.6
M : Membudaya
MB : Mulai berkembang
MT : Mulai terlihat
50
BM : Belum terlihat
4.4.2 Signifikansi Karakter
Data yang diperoleh melalui lembar observasi, telah dianalisis menggunakan
analisis persentase serta disajikan pada Tabel 4.5 dan Gambar 4.6. Langkah
selanjutnya adalah menghitung besarnya gain tiap aspek karakter. Hasil
perhitungan gain dapat dilihat pada Tabel 4.7. Perhitungan selengkapnya dapat
dilihat pada Lampiran 30.
Tabel 4.7 Uji Gain Tiap Aspek Karakter Siswa
No Aspek
Karakter
Gain
Pertemua
n 1-2 Ket Pertemua
n 2-3 Ket Pertemua
n 1-3 Ket
1 Disiplin 0,19
sedan
g 0,20
sedan
g 0,36 sedang
2
Rasa Ingin
Tahu 0,21
renda
h 0,47
sedan
g 0,58
Sedan
g
3
Tanggungjawa
b 0,18
renda
h 0,41
sedan
g 0,52
Sedan
g
4 Komunikatif 0,33
renda
h 0,34
sedan
g 0,56
Sedan
g
Hasil analisis uji gain tiap aspek karakter siswa juga dapat dilihat pada Gambar
4.3
51
Gambar 4.3 Uji Gain Tiap Aspek Karakter Siswa
Setelah didapatkan gain untuk setiap aspek karakter, besarnya gain total untuk
keempat karakter tersebut dihitung. Hasil perhitungan gain total untuk keempat
karakter disajikan pada Tabel 4.8. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran 29.
Tabel 4.8 Hasil Analisis Uji Gain Total Keempat Karakter
Nilai Gain Ket
Pertemuan 1-2 0,23 rendah
Pertemuan 2-3 0,36 sedang
Pertemuan 1-3 0,51 sedang
Tabel 4.8 dapat disajikan dalam bentuk diagram batang seperti pada Gambar 4.4
Gambar 4.4 Uji Gain Karakter Total
4.5 Pembahasan
4.5.1 Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa
Kemampuan berpikir kreatif yang dikaji pada penelitian ini meliputi 5 aspek,
yaitu berpikir lancar, berpikir luwes, orisinal, elaborasi, dan evaluasi. Analisis
52
lembar observasi kemampuan berpikir kreatif menunjukkan bahwa
pengembangan model pembelajaran BTL dapat mengembangkan kemampuan
berpikir kreatif siswa. Hal ini dapat dilihat pada hasil peningkatan gain sebesar
0,56 antara skor pre-test dan skor post-test yang berkategori sedang. Pada
kegiatan pembelajaran menggunakan model BTL, ada berbagai tahapan yaitu
introduction, connection, application, reflection dan evaluation.
Aspek kemampuan berpikir lancar dan luwes siswa termasuk dalam kategori
sangat kreatif dengan peningkatan gain sebesar 0,56. Melalui pengembangan
tahap introduction dan connection, kemampuan berpikir lancar dan luwes siswa
dikembangkan. Pada tahapan ini siswa dituntut untuk berpikir secara kreatif
terhadap permasalahan yang berhubungan dengan kalor. Siswa diberi pertanyaan-
pertanyaan awal yang dapat merangsang kemampuan berpikir dalam menjawab
pertanyaan dengan pemikiran yang kreatif berdasarkan fenomena-fenomena di
kehidupan sekitar. Jawaban diberikan berdasar pada pengalaman dan pengetahuan
awal yang diperoleh serta dari kehidupan sehari-hari, kemudian digabungkan
dengan pengetahuan baru. Jawaban dari pertanyaan tidak mutlak hanya satu
jawaban yang benar, artinya siswa dituntut untuk belajar secara kreatif. Siswa
dituntut menggunakan imajinasinya untuk mencari alternatif jawaban yang
inovatif dan mengembangkan kemampuan berpikir kreatif. Pertanyaan yang
diberikan dapat menjadi motivasi siswa dalam mengungkapkan gagasannya secara
lancar dan luwes. Dorongan dan dukungan dari lingkungan diperlukan untuk
mewujudkan bakat kreatif siswa (Munandar, 1992: 68).
53
Pada tahapan application siswa diberi kesempatan untuk lebih aktif dalam proses
pembelajaran. Siswa didorong untuk mempunyai pengalaman dan melakukan
percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip atau
pengetahuan bagi dirinya. Menurut Santyasa (2007: 7), secara psikologis anak
lebih mudah mempelajari hal yang konkret daripada yang bersifat abstrak.
Pembelajaran fisika yang bersifat abstrak akan lebih mudah dipelajari ketika
berawal dari sesuatu yang konkret atau nyata. Hal ini sesuai dengan pelaksanaan
pembelajaran BTL yang didukung menggunakan praktikum dengan bantuan alat
percobaan sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif.
Kemampuan elaborasi siswa mengalami peningkatan sebesar 0,56 yang
berkategori sedang. Penggunaan LKS pada tahap application melatih siswa
mencari arti yang lebih mendalam terhadap jawaban atau pemecahan masalah
yang diutarakan pada tahap introduction dan connection melalui langkah-langkah
terperinci sehingga meningkatkan kemampuan elaborasi siswa. Pada tahap ini
siswa dapat memperinci dan menggambarkan secara lebih jelas lagi langkah kerja
dari percobaan kalor, sehingga melatih kemampuan elaorasi siswa. Selain
kemampuan elaborasi, kemampuan berpikir luwes siswa juga mengalami
peningkatan gain sebesar 0,56 dengan kategori sedang. Pada LKS terdapat
pertanyaan-pertanyaan diskusi yang menuntun siswa untuk menemukan konsep.
Siswa dituntut untuk memberikan bermacam-macam penafsiran terhadap suatu
gambar, cerita atau masalah sehingga siswa berlatih untuk berpikir secara luwes.
Hal ini merupakan salah satu ciri orang yang berpikir kreatif, yaitu penuh inisiatif
54
dalam merakit dan memperbaiki sesuatu dari bentuk lama ke bentuk baru
sehingga diperoleh kesan yang lebih baik dan memuaskan (Hassoubah, 2002: 50).
Kemampuan mengevaluasi siswa mengalami peningkatan gain sebesar 0,56 yang
berkategori sedang. Melalui pengembangan tahap reflection dan extension,
kemampuan mengevaluasi siswa dikembangkan. Siswa dapat mengevaluasi
sendiri apakah jawaban pertanyaan awal yang dikemukakan sesuai dengan hasil
percobaan yang diperoleh. Masing-masing kelompok mempresentasikan dan
menempel hasil percobaannya pada dinding tempel, sehingga tiap kelompok dapat
mengevaluasi dan memberikan gagasan terhadap kelompok lain. Siswa dapat
menggabungkan pengetahuan yang didapat dan pengetahuan awal mereka untuk
mendapatkan suatu konsep, sehingga pada tahap ini kemampuan dalam
mengevaluasi akan menggambarkan kemampuan berpikir kreatif yang dimilkinya.
Kemampuan berpikir orisinal mengalami peningkatan gain sebesar 0,56.
Kemampuan berpikir orisinal dikembangkan pada saat siswa menyampaikan
pengetahuan awal mereka tehadap suatu permasalahan yang diberikan, sehingga
terdapat berbagai macam jawaban yang menunjukkan kemampuan orisinalitas
jawaban siswa. Selain itu pada tahap reflection siswa dituntut untuk
menyampaikan gagasannya sendiri dalam menyampaikan hasil percobaan dan
kesimpulan yang didapatkan. Kemampuan berpikir kreatif siswa ditunjang dengan
rasa aman dan nyaman dalam belajar. Salah satu upaya untuk meningkatkan rasa
nyaman dengan menata tempat duduk dengan sedemikian rupa. Rasa nyaman dan
kebebasan psikologis bagi siswa inilah yang berpotensi mengembangkan
kemampuan berpikir kreatif yang dimilikinya. Kemampuan berpikir kreatif
menurut Koes (2003: 92) dapat ditumbuhkan dalam suasana kelas yang fokus
55
pada inkuiri, pembelajaran yang mendorong terjadinya diskusi, dan berinteraksi
dengan masalah dunia nyata. Pembelajaran tersebut ada di dalam model BTL.
Berdasarkan hasil analisis yang diuraikan diatas, pengembangan model BTL dapat
mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa.
4.5.2 Karakter Siswa
Hasil analisis data observasi karakter menggunakan uji gain menunjukkan adanya
pengembangan karakter komunikatif, disiplin, tanggungjawab dan rasa ingin tahu
siswa setelah diterapkan model pembelajaran BTL pada materi kalor. Peningkatan
keempat aspek karakter dari pertemuan 1 hingga pertemuan 3 sebesar 0,51
termasuk kategori sedang. Secara umum, hasil analisis karakter dari lembar
observasi karakter mengalami peningkatan persentase skor untuk tiap aspek
karakter.
Pada aspek disiplin, rata-rata persentase skor yang diperoleh pada pertemuan 1
menunjukkan bahwa kedisiplinan mulai berkembang, dengan skor rata-rata
68,60%. Hal ini menunjukkan bahwa kedisiplinan awal siswa sudah terbentuk.
Setelah dilakukan model pembelajaran BTL, rata-rata persentase skor yang
diperoleh naik menjadi 79,78% yang menunjukkan bahwa kedisiplinan mulai
berkembang. Dari hasil uji gain, peningkatan karakter disiplin termasuk dalam
kategori sedang, sebesar 0,36. Peningkatan karakter disiplin mulai terlihat dari
beberapa indikator sebagai berikut: (1) kehadiran siswa; (2) penggunaan peralatan
praktikum sesuai petunjuk dan (3) tepat waktu dalam mengumpulkan laporan.
Aspek kehadiran siswa pada pertemuan ketiga memperoleh skor 100% yang
berarti aspek kehadiran siswa telah membudaya. Penggunaan model BTL ini
56
membuat siswa lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran sehingga
memotivasi mereka untuk datang tepat waktu. Namun pada aspek penggunaan
peralatan praktikum sesuai petunjuk pada pertemuan ketiga masih termasuk dalam
kategori mulai berkembang dengan persentase skor sebesar 70,32%. Di awal
pembelajaran menggunakan model BTL, masih banyak siswa yang menggunakan
peralatan praktikum untuk bermain-main. Pemberian hadiah pada kelompok
terbaik memicu siswa untuk mulai mematuhi peraturan dalam menggunakan alat-
alat praktikum. Ketertarikan siswa untuk melakukan percobaan dan berhasil
dalam melakukan percobaan juga memicu siswa untuk lebih berhati-hati
menggunakan alat praktikum namun masih ada beberapa siswa yang bermain-
main dengan peralatan praktikum. Selain itu, siswa yang malas mengerjakan tugas
mulai terbiasa mengerjakan tugas dan mengumpulkannya tepat waktu, sehingga
karakter kedisiplinan mulai terlihat meningkat pada pertemuan 3. Hal tersebut
sejalan dengan Ajaja & Eravwoke (2000) yang mengemukakan bahwa para siswa
pada pembelajaran kooperatif menunjukkan sikap yang lebih baik terhadap
pembelajaran ilmu pengetahuan. Kedisiplinan telah dicapai karena umpan balik,
penguatan, dan dukungan dari rekan-rekan siswa dalam kelompok, sesuai dengan
hasil penelitian Darmawani (2012) yang menyatakan bahwa pembelajaran dengan
membentuk kelompok-kelompok mampu meningkatkan kedisiplinan siswa.
Selain kedisiplinan, aspek tanggungjawab juga mengalami peningkatan yang
cukup signifikan sebesar 0,52 yang berada pada kategori sedang. Rata-rata
persentase skor yang diperoleh pada pertemuan 1 menunjukkan karakter
tanggungjawab sudah mulai berkembang. Pada pertemuan ketiga skor rata-rata
57,42% naik menjadi 79,35% yang berari bahwa tanggungjawab mulai
57
berkembang. Pada model pembelajaran BTL siswa dituntut untuk
bertangungjawab atas alat-alat yang digunakan pada saat percobaan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Aspek tanggungjawab ini
dikembangkan dengan membiasakan siswa untuk mengembalikan alat-alat dan
membersihkan meja praktikum sebelum mereka mempersentasikan hasil
percobaan. Setiap akhir pertemuan, guru melakukan kegiatan extension yang
berupa pemberian tugas dan harus dikumpulkan pada pertemuan berikutnya.
Kegiatan tersebut dilakukan secara berulang pada setiap pertemuan. Rosada
(2009:108) menyatakan bahwa karakter dapat dikembangkan melalui tahap
pengetahuan (knowing), bertindak (acting), dan menuju kebiasaan (habit).
Pembentukan ketua pada masing-masing kelompok praktikum juga melatih siswa
untuk bertanggungjawab pada kelompoknya masing-masing.
Penggunaan model BTL melatih siswa untuk lebih komunikatif. Aspek karakter
komunikatif mengalami peningkatan sebesar 0,56 dengan rata-rata persentase
awal sebesar 54,84% naik menjadi 80% yang berarti bahwa karakter komunikatif
mulai berkembang. Keadaan awal siswa yang pasif, mulai berkurang setelah
mengikuti pembelajaran menggunakan model BTL. Model BTL mengkondisikan
siswa untuk lebih aktif pada proses pembelajaran. Pada tahapan introduction dan
connection siswa dituntut untuk berani menyampaikan gagasan dan
mengemukakan pengalamannya. Pada tahapan application siswa dikondisikan
berkelompok, di dalam kelompok-kelompok itulah mereka berinteraksi untuk
mengerjakan pertanyaan dan mempraktekkan percobaan yang ada di LKS hingga
menyajikan hasil laporan. Suasana belajar seperti ini, menjadikan siswa berlatih
mengungkapkan pendapat, bertanya dan menjawab pertanyaan. Siswa menjadi
58
lebih komunikatif bukan hanya di dalam kelompoknya namun juga di dalam
lingkup kelas yaitu pada saat presentasi. Hal tersebut sesuai dengan hasil
penelitian Siswandi (2006) yang menyatakan bahwa kegiatan diskusi dapat
meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi. Selain itu , pada tahapan
refleksi masing-masing kelompok harus mempresentasikan hasil praktikum yang
sebelumnya sudah ditempel pada dinding tempel dan dikoreksi oleh kelompok
lain. Kegiatan tersebut melatih siswa untuk mengkomunikasikan tanggapan,
saran, maupun koreksi. Sesuai dengan hasil penelitian Lestari (2012) yang
menyatakan bahwa kegiatan kelompok mengajarkan siswa untuk saling
menghargai dan membantu sehingga dapat meningkatkan keterampilan
komunikasi sosial.
Selain komunikatif, rasa ingin tahu siswa juga mengalami peningkatan.
Peningkatan aspek rasa ingin tahu sebesar 0,58 denga rata-rata persentase awal
siswa sebesar 49,68% menjadi 78,71% yang menunjukkan rasa ingin tahu mulai
berkembang. Model BTL menuntut siswa untuk mencari referensi lain terhadap
materi yang diajarkan. Siswa sangat antusias dengan pembelajaran yang
menggunakan model BTL karena siswa terlibat aktif dalam pembelajaran dan
tidak bosan dengan suasana pembelajaran yang kaku. Suasana kelas yang tidak
kaku membuat siswa merasa nyaman mengikuti diskusi , sehingga siswa aktif
mengajukan pertanyaan untuk memperjelas dan menggali ilmu tentang
pembelajaran. Berdasarkan analisis di atas, model BTL yang menggunakan
kegiatan kelompok memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap
pengembangan karakter rasa ingin tahu siswa. Hasil ini sesuai dengan penelitian
59
Klimoviene et. al (2006) yang menyebutkan bahwa kegiatan kelompok dapat
meningkatkan kemampuan rasa ingin tahu dan kreativitas siswa.
Secara umum, pengembangan model BTL telah mampu mengembangkan karakter
disiplin, tanggungjawab, komunikatif dan rasa ingin tahu siswa. Isjoni (2011: 22)
menyatakan bahwa apabila pembelajaran berorientasi kooperatif terus diterapkan
pada siswa, maka sikap-sikap positif dan akhlak mulia dapat tercapai. Peningkatan
karakter yang terjadi pada penelitian ini tergolong sedang, dikarenakan waktu
penelitian yang cukup singkat. Kemendiknas (2010: 11) mengemukakan bahwa
salah satu prinsip pendidikan karakter adalah berkelanjutan, yang mengandung
makna bahwa proses pengembangan nilai-nilai karakter merupakan sebuah proses
panjang dimulai dari awal peserta didik masuk sampai selesai dari suatu satuan
pendidikan. Prinsip berkelanjutan ini sangat penting karena jika pendidikan
karakter dilakukan secara terus-menerus, siswa akan terbiasa dengan sendirinya
sehingga perlahan-lahan kebiasaan itu akan terbentuk menjadi suatu karakter yang
baik. Penelitian ini hanya dilakukan sekitar 3 minggu, sehingga belum bisa
membentuk suatu kebiasaan.
Banyak faktor yang mempengaruhi perubahan sikap atau karakter seseorang.
Seperti yang diungkapkan Azwar (2011: 30), pembentukan sikap dipengaruhi oleh
pengalaman pribadi, kebudayaan orang lain yang dianggap penting, media massa,
lembaga pendidikan, lembaga agama, serta faktor emosi dalam individu.
Penelitian ini hanya sebagian kecil dari proses panjang untuk mengembangkan
karakter peserta didik.
60
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa desain model
pembelajaran BTL yang telah dikembangkan pada materi kalor untuk siswa kelas
VII H SMP N 3 Semarang adalah berupa perangkat pembelajaran. Perangkat
pembelajaran tersebut terdiri dari silabus, RPP dengan integrasi nilai-nilai
karakter, LKS yang disusun berdasarkan aspek-aspek kemampuan berpikir kreatif
dan lembar penilaian.
Perkembangan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas VII H SMP N 3
Semarang ketika digunakan model pembelajaran BTL materi kalor termasuk
dalam kategori sangat kreatif. Aspek-aspek berpikir kreatif yang dikembangkan
yaitu kemampuan berpikir lancar, luwes, elaborasi, orisinal dan evaluasi.
Sedangkan perkembangan karakter siswa kelas VII H SMP N 3 Semarang ketika
digunakan model pembelajaran BTL materi kalor termasuk dalam kategori mulai
berkembang. Nilai-nilai karakter yang dikembangkan adalah komunikatif,
disiplin, rasa ingin tahu dan tanggungjawab
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, pada saat proses belajar
mengajar menggunakan model pembelajaran BTL membutuhkan waktu yang
lama sehingga guru sebaiknya lebih memperhatikan efisiensi waktu dan dapat
61
menguasai kelas. Laporan yang dibuat oleh siswa masih kurang memuaskan,
sehingga sebaiknya siswa lebih dimotivasi untuk membuat laporan yang kreatif
dengan memanfaatkan peralatan yang telah disediakan. Pada penelitian ini,
karakter siswa belum memperoleh kategori membudaya untuk semua indikator,
sehingga disarankan untuk mengintegrasikan nilai-nilai karakter pada
pembelajaran secara berkelanjutan untuk materi berikutnya.
62
DAFTAR PUSTAKA
Ajaja, P. O & Eravwoke, O. U. 2010. TMRM Effects of Cooperative Learning
Strategy on Junior Secondary School Students Achievement in
Integrated Science. Electronic Journal of Science Education.
14(1): 1-18. Tersedia di http://ejse.southwestern.edu
Arikunto, S. 2009. Dasar – dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Aqib, Zaenal & Sujak. 2011. Panduan dan Aplikasi Pendidikan Karakter.
Bandung: Yrama Widya.
Azwar, S. 2011. Sikap Manusia- Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Benninga J. S, M.W. Berkowich, P. Kuehn & K. Smith. 2003. The Relationship
of Character Education Implementation and Academic
Achievement in Elementary School. Journal of Reseacrh in
Character Education, 1(1): 19-23.
Beetlestone, Florence. 2011. Creative Learning. Alih bahasa Narulita Yusron.
Bandung : Nusa Media.
Budiastuti, E. 2008. Strategi Penerapan Pendidikan Karakter pada Pembelajaran
Praktik Busana. Seminar Nasional Character Building for
Vocational Education. Yogyakarta.
Darmawani, E. 2012. Model Investigasi Kelompok dengan Metode Sosiodrama
untuk Meningkatkan Motivasi dan Disiplin Siswa SMA. Desertasi.
Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
DBE3. 2009. Modul Pelatihan Pengajaran Profesional dan pembelajaran
Bermakna. Tersedia di
www.inovasipendidikan.net/mdownloads.html (diakses 29-11-
2012)
Fatimah, N. 2008. Penerapan Model Pembelajaran Interaktif dengan Metode
Permainan untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif
Siswa SMP. Skripsi . Bandung: FPMIPA Universitas Pendidikan
Indonesia.
63
Galbreath, J. 1999. Preparing the 21th
Century Worker. The Link Between
Computer Based Technology and Future Skill Sets. Educational
Technology. Desember. 14-22
Hake, Richard R. 1998. Interactive-engagement versus traditional methods: A six-
thousand-student survey of mechanics test data for introductory
physics courses. American Journal of Physics, (66): 65.
Hassoubah, Z. I. 2002. Mengasah Pikiran Kreatif dan Kritis. Jakarta: Nuansa.
Isjoni. 2011. Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kemendiknas. 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa.
Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan
Pengembangan Pusat Kurikulum.
Kemendiknas. 2010. Kerangka Acuan Pendidikan Karakter. Jakarta :
Kementerian Pendidikan Nasional.
Klimoviene, G.U.J. & R. Barzdziukiene. 2006. Developing Critical Thinking
Through Cooperative Learning. Study about Language, (9): 77-84.
Koes, S. 2003. Strategi Pembelajaran Fisika. Malang: JICA.
Liliasari. 2001. Model Pembelajaran IPA untuk Meningkatkan Keterampilan
Berpikir Tingkat Tinggi Calon Guru sebagai Kecenderungan Baru
pada Era Globalisasi. Jurnal Pengajaran MIPA, 2 (1):55-56.
Munandar, Utami. 1999.Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Paul, T. A. 2004. Fisika untuk Sains dan Teknik Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Permendiknas. 2006. Standar Isi untuk Satuan Pendidikan dasar dan Menengah.
Jakarta: Mendiknas.
R. Lestari & S. Linuwih. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Pair Checks Pemecahan Masalah untuk meningkatkan Social Skill
Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, (8): 190-194.
Rosada. 2009. Integrasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran IPS di SMP I
dan SMP VI Mataram. Jurnal SOCIA, 2(6): 103-119.
Rosnawati.2009. Enam Tahapan Aktivitas dalam pembelajaran Matematika
Untuk Mendayagunakan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa. Makalah
64
dipresentasikan pada Seminar Nasional Revitalisasi MIPA dan
Pendidikan MIPA, UNY Yogyakarta, 16 Mei.
Samani, Muchlas. 2007. Menggagas Pendidikan Bermakna Integrasi Life Skill-
KBK-CTL-MBS. Surabaya: Penerbit SIC.
Santyasa, I.W. 2007. Landasan Konseptual Media Pembelajaran. Makalah.
Universitas Pendidikan Ganesha.
Sewell & College. 2003. Teacher’s Attitudes Toward Character Education and
Inclusion in Family and Consumer Science Education Curriculum.
Journal of Family and Cosumer Science Education, 21(1): 11-17.
Siswandi, H. J. 2006. Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi Melalui
Metode Diskusi Panel dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di
Sekolah Dasar (Penelitian Tindakan Kelas). Jurnal Pendidikan
Penabur, 7.
Stallions M. A & Yeatts K. 2003. Enhancing Character Education for
Tomorrow’s Teacher, Today: A Connected Learning Partnership
Model. Florida Association of Teacher Educator Journal, 1(3):
250-260.
Sugiyono.2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D. Bandung:Alfabeta.
Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Bandung : Tarsito.
Surapranata, S. 2005. Analisis, Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi Hasil Tes.
Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA.
Tatman, R. et.al. 2009. Character Education: A Critical Analysis. International
Journal of Education Leadership Preparation. 4(4).
Yuli, T. 2009. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa. Tersedia di
http://suaraguru.wordpress.com/2009/02/23/meningkatkan -
kemampuan-berpikir-kreatif-siswa/ (diakses 29-12-2012)
65
DAFTAR KODE SISWA
UJI SKALA TERBATAS UJI SKALA LUAS
No Kode
1 SL1
2 SL2
3 SL3
4 SL4
5 SL5
6 SL6
7 SL7
8 SL8
9 SL9
10 SL10
11 SL11
12 SL12
13 SL13
14 SL14
15 SL15
16 SL16
17 SL17
18 SL18
19 SL19
20 SL20
21 SL21
22 SL22
23 SL23
24 SL24
25 SL25
26 SL26
27 SL27
28 SL28
29 SL29
30 SL30
31 SL31
No Kode
1 ST1
2 ST2
3 ST3
4 ST4
5 ST5
6 ST6
7 ST7
8 ST8
9 ST9
10 ST10
Lampiran 1
66
DAFTAR KODE SISWA UJI COBA SKALA TERBATAS
No Kode
1 ST1
2 ST2
3 ST3
4 ST4
5 ST5
6 ST6
7 ST7
8 ST8
9 ST9
10 ST10
Lampiran 2
67
DAFTAR KODE SISWA UJI COBA SOAL
No Kode
1 UC1
2 UC2
3 UC3
4 UC4
5 UC5
6 UC6
7 UC7
8 UC8
9 UC9
10 UC10
11 UC11
12 UC12
13 UC13
14 UC14
15 UC15
16 UC16
17 UC17
18 UC18
19 UC19
20 UC20
21 UC21
22 UC22
23 UC23
24 UC24
25 UC25
26 UC26
27 UC27
28 UC28
29 UC29
30 UC30
31 UC31
32 UC32
Lampiran 3
68
SILABUS PERTEMUAN 1 Satuan Pendidikan : SMP N 3 Semarang Alokasi waktu : 2 x 40 menit
Mata Pelajaran : IPA-Fisika Standar Kompetensi : 3. Memahami wujud zat dan perubahannya
Kelas / Semester : VII/2
Kompetensi Dasar Materi
Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian Sumber Belajar
Teknik Bentuk
instrumen
Contoh
instrumen
3.4 Mendeskripsikan
peran kalor dalam
mengubah wujud zat
dan suhu suatu benda
serta penerapannya
dalam kehidupan
sehari-hari.
Pengaruh kalor
terhadap
perubahan
temperatur.
Merangkai alat dan
melakukan percobaan
untuk memperoleh
hubungan antara kalor
dengan massa zat,
jenis zat, dan kenaikan
suhu zat.
(tanggungjawab,
disiplin)
Melakukan diskusi
kelompok tentang hasil
percobaan. (rasa ingin
tahu)
Mempresentasikan
hasil penyelidikan
kelompoknya di depan
kelas dan
menempelkan di
dinding . (disiplin)
Mengevaluasi.
Menjelaskan
pengertian kalor.
Merangkai alat dan
melakukan
percobaan untuk
memperoleh
hubungan antara
kalor dengan massa
zat, jenis zat, dan
kenaikan suhu zat.
Menjelaskan
hubungan antara
kalor dengan massa
zat, jenis zat, dan
kenaikan suhu zat
melalui eksperimen.
Menyelidiki
banyaknya kalor
yang diperlukan
untuk menaikkan
suhu zat.
Tes tertulis
Tes unjuk
kerja
Tes
penilaian
diri
Lembar
berpikir
kreatif (lembar
observasi)
LKS
Lembar
penilaian
afektif dan
psikomotorik
Terlampir
dalam RPP Sumber :
Buku IPA
Terpadu
Buku referensi
yang relevan
Media : seperangkat alat
percobaan
(beaker glass,
thermometer,
pembakar
spirtus,
penyangga kaki
tiga, lilin).
Lampiran 4
69
SILABUS PERTEMUAN 2 Satuan Pendidikan : SMP N 3 Semarang Alokasi waktu : 2 x 40 menit
Mata Pelajaran : IPA-Fisika Standar Kompetensi : 3. Memahami wujud zat dan perubahannya
Kelas / Semester : VII/2
Kompetensi Dasar Materi
Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian Sumber Belajar
Teknik Bentuk
instrumen
Contoh
instrumen
3.4 Mendeskripsikan
peran kalor dalam
mengubah wujud zat
dan suhu suatu benda
serta penerapannya
dalam kehidupan
sehari-hari.
Pengaruh kalor
terhadap
perubahan
wujud zat.
Merangkai alat dan
melakukan percobaan
untuk memperoleh
hubungan pengaruh
kalor terhadap
perubahan wujud zat
dengan melakukan
eksperimen.
(tanggungjawab,
disiplin)
Melakukan diskusi
kelompok tentang hasil
percobaan. (rasa ingin
tahu)
Mempresentasikan hasil
penyelidikan
kelompoknya di depan
kelas dan menempelkan
di dinding. (disiplin).
Mengevaluasi
Merangkai alat dan
melakukan percobaan
untuk memperoleh
hubungan pengaruh
kalor terhadap
perubahan wujud zat.
Menyelidiki banyaknya
kalor yang diperlukan
untuk merubah wujud
zat. (melebur)
Menyelidiki faktor-faktor
yang mempengaruhi
banyaknya kalor untuk
melebur.
Tes tertulis
Tes unjuk
kerja
Tes
penilaian
diri
Lembar
berpikir
kreatif.
(lembar
observasi)
LKS
Lembar
penilaian
afektif dan
psikomotorik.
Terlampir
dalam RPP Sumber :
Buku IPA
Buku referensi
yang relevan
Media : Seperangkat alat
percobaan
(beaker glass,
thermometer,
pembakar
spirtus,
penyangga kaki
tiga, lilin)
70
SILABUS PERTEMUAN 3 Satuan Pendidikan : SMP N 3 Semarang Alokasi waktu : 2 x 40 menit
Mata Pelajaran : IPA-Fisika Standar Kompetensi : 3. Memahami wujud zat dan perubahannya
Kelas / Semester : VII/2
Kompetensi Dasar Materi
Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian Sumber Belajar
Teknik Bentuk
instrumen
Contoh
instrumen
3.4 Mendeskripsikan
peran kalor dalam
mengubah wujud zat
dan suhu suatu benda
serta penerapannya
dalam kehidupan
sehari-hari
Pengaruh kalor
terhadap
perubahan
wujud zat
Merangkai alat dan
melakukan percobaan
untuk memperoleh
hubungan antara
besarnya kalor dengan
kalor uap suatu zat
dengan melakukan
eksperimen
(tanggungjawab,
disiplin)
Melakukan diskusi
kelompok tentang hasil
percobaan (rasa ingin
tahu)
Mempresentasikan hasil
penyelidikan
kelompoknya di depan
kelas dan menempelkan
di dinding (disiplin).
Mengevaluasi
Merangkai alat dan
melakukan percobaan
untuk memperoleh
hubungan antara
besarnya kalor dengan
kalor uap suatu zat
Menyelidiki banyaknya
kalor yang diperlukan
untuk merubah wujud
zat (menguap)
Menerapkan hubungan Q
= m c Δt, Q = m U, dan
Q = m L untuk
menyelesaikan masalah
sederhana
Tes tertulis
Tes unjuk
kerja
Tes
penilaian
diri
Lembar
berpikir
kreatif (lembar
observasi)
LKS
Lembar
penilaian
afektif dan
psikomotorik
Terlampir
dalam RPP Sumber :
Buku IPA
Terpadu
Buku referensi
yang relevan
Media : seperangkat alat
percobaan
(beaker glass,
thermometer,
pembakar
spirtus,
penyangga kaki
tiga, lilin)
71
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PERTEMUAN 1
Satuan pendidikan : SMP Mata Pelajaran : IPA-Fisika Kelas/Semester : VII/2 Sub Pokok Bahasan : Pengaruh kalor terhadap perubahan
temperatur Alokasi Waktu : 2 x 40 menit
A. Standar Kompetansi
3. Memahami wujud zat dan perubahannya.
B. Kompetensi Dasar
3.4 Mendeskripsikan peran kalor dalam mengubah wujud zat dan suhu suatu benda
serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
C. Indikator
1. Menjelaskan pengertian kalor.
2. Merangkai alat dan melakukan percobaan tentang hubungan antara kalor
dengan massa zat, jenis zat, dan kenaikan suhu zat.
3. Menjelaskan hubungan antara kalor dengan massa zat, jenis zat, dan kenaikan
suhu zat melalui eksperimen.
4. Menyelidiki banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu zat.
D. Materi
Pengaruh kalor terhadap perubahan temperatur.
Terlampir dalam buku siswa.
E. Tujuan
1. Siswa dapat menjelaskan pengertian kalor melalui diskusi dengan penuh rasa
ingin tahu.
2. Siswa dapat menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya kalor
untuk menaikan suhu suatu benda melalui eksperimen dan diskusi dengan
penuh rasa ingin tahu.
3. Siswa dapat menjelaskan hubungan antara kalor dengan massa zat, jenis zat,
dan kenaikan suhu zat melalui eksperimen dengan disiplin dan penuh
Lampiran 5
72
tanggungjawab.
4. Siswa dapat menyelidiki banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu
zat melalui eksperimen dan diskusi dengan tanggungjawab dan komunikatif.
F. Metode Pembelajaran
Eksperimen dan diskusi.
G. Strategi Pembelajaran
Tahapan
BTL
Kegiatan Pembelajaran Alokasi
waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Introduction
(Guru
mengenalkan
dan
menyampaikan
tujuan
pembelajaran)
Conection
(Guru
menghubungka
n pengetahuan
awal siswa
I. Pendahuluan
Apersepsi:
1. Menanyakan
”Saat memanaskan air, tentunya
lama kelamaan air menjadi panas.
Mengapa demikian? Apa yang
menyebabkan air dapat menjadi
panas? Apa yang kalian lakukan agar
air cepat panas?”
2. Menyampaikan tujuan dari
pembelajaran.
Motivasi :
1. Menanyakan
”Saat kalian memasak sayur, agar
lebih cepat mendidih mengapa
kalian harus menunggu air mendidih
terlebih dahulu baru memasukkan
sayur? Apakah ada pengaruh antara
besarnya kalor dengan ada atau
tidaknya campuran di dalam air?”
Mengemukakan
pendapat dengan
pengetahuan awal
mereka.
(komunikasi)
Mengemukakan
pendapat dengan
pengetahuan awal
mereka.
(komunikasi)
3 menit
5 menit
73
dengan konsep
yang baru dan
memotivasi
siswa)
2. Memberikan motivasi
“Untuk lebih jelasnya, mari kita
belajar mengenai pokok bahasan
kalor, apa saja yang mempengaruhi
besar kecilnya kalor untuk
menaikkan suhu suatu zat.”
Aplication
(Guru
memberikan
kesempatan
pada siswa
untuk
mempraktikka
n
pengetahuan
yang telah
didapat)
II. Kegiatan Inti
Eksplorasi
1. Memfasilitasi siswa untuk berpikir
tentang kalor dan mencari informasi
seluas-luasnya tentang kalor.
2. Mengkondisikan dan membimbing
siswa untuk membentuk kelompok
yang masing-masing terdiri dari 4-5
orang . Masing-masing ketua
kelompok meminjam alat yang akan
digunakan untuk melakukan
eksperimen.
3. Memberikan LKS 1 kepada masing-
masing kelompok
Elaborasi
1. Membimbing proses penyelidikan
siswa dengan mengerjakan tugas –
tugas dalam LKS 1 :
Menemukan hubungan antara
besarnya kalor dengan massa,
jenis zat dan perubahan suhu
1. Mencari informasi
tentang melalui
beberapa referensi.
(rasa ingin tahu)
2. Membentuk dan
bergabung dalam
kelompok. Ketua
kelompok meminjam
alat yang digunakan
untuk melakukan
eksperimen. (disiplin
dan tanggungjawab)
3. Berdiskusi dalam
kelompok
(komunikasi)
1. Mengerjakan
tugas-tugas dalam
LKS 1 :
Melakukan percobaan
untuk menemukan
hubungan antara
62
menit
74
Reflection
(Guru
dengan melakukan eksperimen.
Diskusi kelompok.
Mengisi data dan mengambil
kesimpulan sesuai dengan data
kelompok masing-masing.
2. Menempel hasil laporannya ke
depan kelas.
3. Guru menilai kelengkapan laporan
milik siswa.
4. Siswa secara bergiliran melihat
laporan milik kelompok lain.
5. Membimbing siswa untuk
mempresentasikan hasil
eksperimennya di depan kelas dan
masing-masing kelompok
menanggapi
6. Membimbing dan memfasilitasi
siswa menganalisis dan
mengevaluasi proses penyelidikan
besarnya kalor dengan
massa, jenis zat dan
perubahan suhu. (rasa
ingin tahu)
Melakukan diskusi
kelompok.
(komunikasi)
Mengisi data ,
menjawab pertanyaan
dalam LKS 1 dan
mengambil kesimpulan.
(disiplin dan
tanggungjawab)
5. Wakil kelompok
mempresentasikan
hasil penyelidikan
kelompoknya di depan
kelas dan
menempelkan di
dinding. (komunikasi)
6. Mengevaluasi hasil
penyelidikan yang
dilakukan bersama
75
memberikan
kesempatan
pada siswa
untuk
merefleksikan
apa yang telah
dipelajari)
untuk pemecahan masalah.
7. Membimbing siswa untuk
menyimpulkan hasil kegiatan.
Konfirmasi
1. Memfasilitasi siswa untuk bertanya
jika ada materi yang belum
dimengerti oleh siswa, kemudian
guru meluruskan pemahaman dan
memberikan penguatan.
kelompoknya. (rasa
ingin tahu)
7. Menyimpulkan
hasil percobaan.
1.Siswa bertanya
tentang materi yang
kurang jelas
(komunikasi) dan
mendengarkan
penjelasan dari guru.
(disiplin)
Extension
(Guru
melakukan
perluasan
atau
pengembanga
n
pembelajaran)
III. Penutup
Memberikan latihan soal kepada siswa.
Memberikan tugas untuk pertemuan
minggu depan.
Mengerjakan latihan
soal yang diberikan
guru.
(tanggungjawab)
10
menit
H. Sumber Pembelajaran
1. Buku Fisika Kelas VII Semester 2
2. Panduan LKS
3. Alat dan bahan praktikum : beaker glass, thermometer, pembakar spirtus,
penyangga kaki tiga, lilin.
I. Penilaian
1. Aspek yang dinilai : Kemampuan berpikir kreatif : uraian lembar observasi.
2. Jenis tagihan : latihan soal
3. Bentuk tagihan : tes tertulis dan laporan
76
J. Evaluasi
1. Ayu baru belajar memasak sayur sup. Ia memasukkan bumbu ke dalam air
kemudian merebusnya. Ternyata dengan melakukan hal tersebut, ia harus
menunggu lama agar air kuahnya mendidih. Berdasarkan hal di atas, apa yang
dapat kamu sarankan kepada Ayu agar air kuah sup cepat mendidih?
2. Pada siang hari yang terik, air laut terasa dingin tetapi pasir di pantai sangat
panas. Mengapa terjadi demikian?
3. Sebuah ceret yang terbuat dari alumunium dengan massa 0.5 kg bersuhu mula-
mula 100C, diberi kalor sebesar 45.000 J. Berapakah suhu ceret tersebut
sekarang? (kalor jenis alumunium 900 J/kg0C).
Jawaban:
1. Penambahan zat lain akan menyebabkan kenaikan titik didih, sehingga kalor
yang diperlukan untuk mendidihkan air lebih banyak yang berakibat semakin
lama waktu yang diperlukan untuk mendidihkan air tersebut. Jadi, agar air kuah
sayur yang dimasak cepat mendidih, kita harus mendidihkan airnya dahulu baru
sayur dan bumbunya dimasukkan.
2. Air mempunyai kalor jenis yang sangat tinggi dibandingkan zat-zat lain. Artinya
air sangat lambat sekali panas (dibutuhkan banyak energi panas untuk
menaikkan suhu air). Kalor jenis air laut lebih tinggi daripada kalor jenis pasir,
sehingga pasir lebih cepat naik suhunya dibandingkan dengan air laut.
3. Diketahui : m = 0,5 kg
T1 = 100C
Q = 45.000 J
c = 900 J/kg0C
Ditanyakan : T2 = …….. ?
Jawab :
78
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PERTEMUAN 2
Satuan pendidikan : SMP Mata Pelajaran : IPA-Fisika Kelas/Semester : VII/2 Sub Pokok Bahasan : Pengaruh kalor terhadap perubahan wujud zat Alokasi Waktu : 2 x 40 menit
A. Standar Kompetansi
3. Memahami wujud zat dan perubahannya.
B. Kompetensi Dasar
3.4 Mendeskripsikan peran kalor dalam mengubah wujud zat dan suhu suatu benda
serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
C. Indikator
1. Menyelidiki pengaruh kalor terhadap perubahan wujud zat.
2. Menyelidiki kalor yang dibutuhkan pada saat melebur.
3. Menyelidiki faktor-faktor yang mempengaruhi banyaknya kalor untuk melebur.
D. Materi
Pengaruh kalor terhadap perubahan wujud zat.
Terlampir dalam buku siswa.
E. Tujuan
1. Siswa dapat menyelidiki pengaruh kalor terhadap perubahan wujud zat melalui
eksperimen dengan penuh rasa ingin tahu.
2. Siswa dapat menyelidiki kalor yang dibutuhkan pada saat melebur melalui
eksperimen dengan disiplin.
3. Siswa dapat menyelidiki faktor-faktor yang mempengaruhi banyaknya kalor
untuk melebur melalui eksperimen dan diskusi dengan tanggungjawab dan
komunikatif.
F. Metode Pembelajaran
79
Eksperimen dan diskusi.
G. Strategi Pembelajaran
Tahapan
BTL
Kegiatan Pembelajaran Alokasi
waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Introduction
(Guru
mengenalkan
dan
menyampaikan
tujuan
pembelajaran)
Conection
(Guru
menghubungkan
pengetahuan
awal siswa
dengan konsep
yang baru dan
memotivasi
siswa)
I. Pendahuluan
Apersepsi
1. Apakah kalian masih ingat apa saja
yang mempengaruhi besarnya kalor
untuk merubah suhu benda pada
pertemuan yang lalu?
2. Jika kalor dapat merubah suhu
benda, apakah kalor juga bisa dapat
mengubah wujud zat?
3. Menyampaikan tujuan dari
pembelajaran.
Motivasi
1. Menanyakan
” Setelah berolah raga, biasanya
kalian suka minuman yang dingin.
Jika kalian membeli es teh di kantin,
apakah perubahan yang akan terjadi
pada es yang ada dalam minuman
kalian setelah beberapa saat?”
2. Memberikan motivasi
“Untuk lebih jelasnya, mari kita
belajar mengenai pokok bahasan
kalor,apakah kalor dapat merubah
wujud zat?.”
Mengemukakan
pendapat dengan
pengetahuan awal
mereka.
(komunikasi)
Mengemukakan
pendapat dengan
pengetahuan awal
mereka.
(komunikasi)
3 menit
5 menit
80
Aplication
(Guru
memberikan
kesempatan
pada siswa
untuk
mempraktikkan
pengetahuan
yang telah
didapat)
II. Kegiatan Inti
Eksplorasi
1. Memfasilitasi siswa untuk berpikir
tentang perubahan wujud dan
mencari informasi seluas-luasnya
tentang perubahan wujud zat.
2. Mengkondisikan dan membimbing
siswa untuk membentuk kelompok
yang masing-masing terdiri dari 4-5
orang . Masing-masing ketua
kelompok meminjam alat yang akan
digunakan untuk melakukan
eksperimen.
3. Memberikan LKS 2 kepada masing-
masing kelompok.
Elaborasi
4. Membimbing proses penyelidikan
siswa dengan mengerjakan tugas –
tugas dalam LKS 2 :
Menemukan hubungan antara
besarnya kalor untuk merubah
wujud benda dengan massa dan
kalor jenis dengan melakukan
eksperimen.
1. Mencari informasi
tentang perubahan
wujud melalui
beberapa referensi.
(rasa ingin tahu)
2. Membentuk dan
bergabung dalam
kelompok. Ketua
kelompok
meminjam alat yang
digunakan untuk
melakukan
eksperimen.
(disiplin dan
tanggungjawab)
3. Berdiskusi dalam
kelompok.
(komunikasi)
4. Mengerjakan
tugas-tugas dalam
LKS 2 :
Melakukan
percobaan untuk
menemukan
hubungan antara
besarnya kalor
untuk merubah
wujud benda
62
menit
81
Reflection
(Guru
memberikan
kesempatan
pada siswa
untuk
merefleksikan
apa yang telah
dipelajari)
Diskusi kelompok.
Mengisi data dan mengambil
kesimpulan sesuai dengan data
kelompok masing-masing.
5. Membimbing siswa menempel hasil
laporannya ke depan kelas.
6. Menilai kelengkapan laporan milik
siswa.
7. Memantau siswa secara bergiliran
melihat laporan milik kelompok lain.
8. Membimbing siswa untuk
mempresentasikan hasil
eksperimennya di depan kelas dan
masing-masing kelompok
.menanggapi
9. Membimbing dan memfasilitasi
siswa menganalisis dan
mengevaluasi proses penyelidikan
untuk pemecahan masalah.
dengan massa dan
kalor jenis. (rasa
ingin tahu)
Melakukan diskusi
kelompok.
(komunikasi)
Mengisi data ,
menjawab
pertanyaan dalam
LKS 2 dan
mengambil
kesimpulan.
(disiplin dan
tanggungjawab)
5. Wakil kelompok
mempresentasikan
hasil penyelidikan
kelompoknya di
depan kelas dan
menempelkan di
dinding.
(komunikasi)
6. Mengevaluasi hasil
penyelidikan yang
dilakukan bersama
kelompoknya. (rasa
ingin tahu)
7. Menyimpulkan
hasil percobaan
.
82
10. Membimbing siswa untuk
menyimpulkan hasil kegiatan.
Konfirmasi
1. Memfasilitasi siswa untuk bertanya
jika ada materi yang belum
dimengerti oleh siswa, kemudian
guru meluruskan pemahaman dan
memberikan penguatan.
1. Bertanya tentang
materi yang
kurang jelas
(komunikasi) dan
mendengarkan
penjelasan dari
guru. (disiplin)
Extension
(perluasan atau
pengembangan
pembelajaran)
III. Penutup
Memberikan latihan soal kepada siswa.
Memberikan tugas untuk pertemuan
minggu depan.
Mengerjakan
latihan soal yang
diberikan guru.
(tanggungjawab)
10
menit
H. Sumber Pembelajaran
1. Buku Fisika Kelas VII Semester 2.
2. Panduan LKS.
3. Alat dan bahan praktikum : beaker glass, thermometer, pembakar spirtus,
penyangga kaki tiga, potongan es, air.
I. Penilaian
2. Aspek yang dinilai : Kemampuan berpikir kreatif : uraian lembar observasi.
3. Jenis tagihan : latihan soal
4. Bentuk tagihan : tes tertulis dan laporan
J. Evaluasi
1. Apakah ada perubahan suhu pada saat es mencair hingga seluruhnya menjadi
air ataupun selama air mendidih sampai seluruhnya menjadi uap? Mengapa
demikian?
2. Ridwan memanaskan tembaga dan besi pada tekanan dan massa yang sama.
Benda manakah yang membutuhkan kalor yang lebih banyak jika suhu keduanya
83
sama? Apa alasanmu? Kalor jenis tembaga 390J/kgoC dan kalor jenis besi adalah
450J/kgoC.
3. Berapakah jumlah kalor yang diperlukan untuk meleburkan 100 gram es menjadi
air? (kalor lebur es = 336.000 J/kg)
Jawaban:
1. Tidak ada perubahan suhu , karena pada saat mencair dan menguap kalor yang
diserap hanya digunakan untuk mengubah wujud zat.
2. Karena
m tembaga = mbesi
t tembaga = t besi
c tembaga < c besi
Q = m c Δt
Semakin besar c maka Q semakin besar.
Sehingga kalor yang dibutuhkan besi lebih besar daripada kalor yang dibutuhkan
tembaga. Jadi besi lebih banyak membutuhkan kalor daripada tembaga.
3. m = 100 gram = 0,1 kg
L = 336.000 J/kg
Q = m.L
= 0,1 kg x 336.0000 J/kg =33.600 J
84
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PERTEMUAN 3
Satuan pendidikan : SMP Mata Pelajaran : IPA-Fisika Kelas/Semester : VII/2 Sub Pokok Bahasan : Pengaruh kalor terhadap perubahan wujud zat Alokasi Waktu : 2 x 40 menit
A. Standar Kompetansi
3. Memahami wujud zat dan perubahannya
B. Kompetensi Dasar
3.4 Mendeskripsikan peran kalor dalam mengubah wujud zat dan suhu suatu benda
serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
C. Indikator
1. Menyelidiki faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya kalor yang diperlukan
untuk menguap
2. Menyelidiki kalor yang dibutuhkan pada saat menguap
3. Menerapkan hubungan Q = m c Δt, Q = m U, dan Q = m L untuk menyelesaikan
masalah sederhana
D. Materi
Pengaruh kalor terhadap perubahan wujud zat
Terlampir dalam buku siswa
E. Tujuan
1. Siswa dapat menyelidiki faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya kalor yang
diperlukan untuk menguap melalui eksperimen dengan disiplin dan
tanggungjawab.
2. Siswa dapat menyelidiki kalor yang dibutuhkan pada saat menguap dengan
penuh rasa ingin tahu melalui eksperimen.
3. Siswa dapat menerapkan hubungan Q = m c Δt, Q = m U, dan Q = m L untuk
menyelesaikan masalah sederhana melalui eksperimen dan diskusi dengan
penuh rasa ingin tahu.
85
F. Metode Pembelajaran
Eksperimen dan diskusi
G. Strategi Pembelajaran
Tahapan
BTL
Kegiatan Pembelajaran Alokasi
waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Introduction
(guru
mengenalkan
dan
menyampaika
n tujuan
pembelajaran)
Conection
(menghubung
kan
pengetahuan
awal siswa
dengan
konsep yang
baru dan
I. Pendahuluan
a. Apersepsi:
1. Apakah kalian masih ingat apakah
kalor dapat mengubah wujud
benda?
2. Apa saja yang mempengaruhi
banyaknya kalor yang dibutuhkan
untuk melebur? Bagaimana
dengan proses menguap?
3. Guru menyampaikan tujuan dari
pembelajaran
b. Motivasi :
1. Guru menanyakan
”Pada saat tangan kita terluka,
kemudian diobati dengan alkohol.
Selain terasa perih, alkohol juga
terasa dingin, mengapa alkohol itu
terasa dingin di tangan kita?”
2. Guru memberikan motivasi
“Untuk lebih jelasnya, mari kita
belajar mengenai apa kalor uap,
dan bagaimana kalor yang
dibutuhkan pada proses es
Siswa mengemukakan
pendapat dengan
pengetahuan awal
mereka (komunikasi)
Siswa mengemukakan
pendapat dengan
pengetahuan awal
mereka (komunikasi)
3 menit
5 menit
86
memotivasi
siswa)
berubah hingga menjadi uap?”
Aplication
(memberikan
kesempatan
pada siswa
untuk
mempraktikk
an
pengetahuan
yang telah
didapat)
II. Kegiatan Inti
Eksplorasi
1. Memfasilitasi siswa untuk
berpikir tentang perubahan
wujud dan mencari informasi
seluas-luasnya tentang
perubahan wujud zat
2. Mengkondisikan dan
membimbing siswa untuk
membentuk kelompok yang
masing-masing terdiri dari 4-5
orang . Masing-masing ketua
kelompok meminjam alat yang
akan digunakan untuk melakukan
eksperimen
3. Memberikan LKS 3 kepada
masing-masing kelompok
Elaborasi
4. Membimbing proses penyelidikan
siswa dengan mengerjakan tugas
– tugas dalam LKS 3 :
Menemukan hubungan antara
besarnya kalor untuk merubah
wujud benda dengan massa
dan kalor jenis dengan
melakukan eksperimen
1. Siswa mencari
informasi tentang
melalui beberapa
referensi. (rasa ingin
tahu)
2. Siswa membentuk
dan bergabung dalam
kelompok. Ketua
kelompok meminjam
alat yang digunakan
untuk melakukan
eksperimen. (disiplin
dan tanggungjawab)
3. Siswa berdiskusi
dalam kelompok
(komunikasi)
4. Mengerjakan tugas-
tugas dalam LKS 3 :
melakukan percobaan
untuk menemukan
hubungan antara
besarnya kalor untuk
merubah wujud
benda dengan massa
62
menit
87
Reflection
(memberikan
kesempatan
pada siswa
untuk
merefleksika
n apa yang
telah
dipelajari)
Diskusi kelompok
Mengisi data dan mengambil
kesimpulan sesuai dengan data
kelompok masing-masing
5. Siswa menempel hasil laporannya
ke depan kelas
6. Guru menilai kelengkapan laporan
milik siswa
7. Siswa secara bergiliran melihat
laporan milik kelompok lain
8. Membimbing siswa untuk
mempresentasikan hasil
eksperimennya di depan kelas dan
masing-masing kelompok
menanggapi
9. Membimbing dan memfasilitasi
siswa menganalisis dan
mengevaluasi proses penyelidikan
untuk pemecahan masalah.
dan kalor jenis. (rasa
ingin tahu)
melakukan diskusi
kelompok(komunikasi)
mengisi data ,
menjawab
pertanyaan dalam
LKS 3 dan mengambil
kesimpulan(disiplin
dan tanggungjawab)
8. Wakil kelompok
mempresentasikan
hasil penyelidikan
kelompoknya di
depan kelas dan
menempelkan di
dinding(komunikasi)
9. Mengevaluasi hasil
penyelidikan yang
dilakukan bersama
kelompoknya. (rasa
ingin tahu)
88
10. Membimbing siswa
untuk menyimpulkan
hasil kegiatan.
Konfirmasi
1. Guru memfasilitasi siswa untuk
bertanya jika ada materi yang
belum dimengerti oleh siswa,
kemudian guru meluruskan
pemahaman dan memberikan
penguatan
10. Menyimpulkan
hasil percobaan.
1.Siswa bertanya
tentang materi yang
kurang jelas
(komunikasi) dan
mendengarkan
penjelasan dari guru
(disiplin)
Extension
(perluasan
atau
pengembang
an
pembelajara
n)
III. Penutup
Memberikan latihan soal kepada
siswa.
Memberikan tugas untuk pertemuan
minggu depan.
Mengerjakan latihan
soal yang diberikan
guru.
(tanggungjawab)
10
menit
H. Sumber Pembelajaran
1. Buku Fisika Kelas VII Semester 2
2. Panduan LKS
3. Alat dan bahan praktikum : beaker glass, thermometer, pembakar spirtus,
penyangga kaki tiga, potongan es, air.
I. Penilaian
1. Aspek yang dinilai :
Kemampuan berpikir kreatif : uraian lembar observasi
2. Jenis tagihan : latihan soal
3. Bentuk tagihan : tes tertulis dan laporan
89
J. Evaluasi
1. 100 gram es dengan suhu awal -10oC dipanaskan hingga menguap seperti
digambarkan pada grafik proses A-E. Apakah kalor yang dibutuhkan pada proses
melebur sama dengan kalor yang dibutuhkan pada proses menguap? (kalor jenis air
4200J/kgoC, kalor lebur es 336000 J/kg, dan kalor uap air 2,26 x 106 J/kg)
2. Pada siang hari, kalian akan lebih merasakan panas ketika memakai baju berwarna
putih daripada baju berwarna hitam. Benar atau salah pernyataan tersebut?
Jelaskan alasanmu!
3. Titik didih air murni lebih rendah daripada titik didih air garam pada tekanan yang
sama. Benar atau salah pernyataan tersebut? Jelaskan alasanmu!
Jawaban:
1. Proses melebur = proses B-C
Q = m L
Q = 0,1 kg x 336000 J/kg
Q = 33600 J
Proses menguap = proses D-E
Q = m U
Q = 0,1 kg x 2,26 x 106 J/kg
Q = 2,26 x 105 J
Kalor yang dibutuhkan dalam proses melebur dan menguap tidak sama
2. Jawaban : salah
Alasan : pada siang hari akan lebih merasakan panas ketika memakai baju berwarna
hitam karena warna hitam lebih mudah menyerap panas sedangkan warna putih
lebih bersifat memantulkan panas.
3. Jawaban : benar.
Alasan : penambahan suatu zat dapat menaikkan titik didih karena kalor jenisnya
berubah.
t(s) A
B
C
D
C
E 100
00
00
00
00
00
00
00
00
00
00
00
0
C
0
-
10 D
C
C
T (oC)
90
LEMBAR KERJA SISWA 1
(Pegangan Guru) “Hubungan Besarnya Kalor dengan Massa Zat, Jenis Zat dan Kenaikan Suhu”
Nama Kelompok :
Kelas :
Hari/tanggal :
I. Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Eksperimen
1. Kerjakan perintah sesuai yang tertulis dalam LKS.
2. Waktu yang diberikan dalam mengerjakan LKS dan laporan sementara
adalah 40 menit.
3. Lakukan kegiatan eksperimen dengan tertib, disiplin , rasa ingin tahu dan
penuh tanggung jawab.
II. Indikator
1. Mengetahui hubungan besarnya kalor dengan massa zat.
2. Mengetahui hubungan besarnya kalor dengan jenis zat.
3. Mengetahui hubungan besarnya kalor dengan kenaikan suhu.
4. Mengetahui banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu zat.
III. Alat dan Bahan
1. Termometer
2. Gelas beker
3. Kasa dan kaki tiga
4. Pembakar spiritus dan korek api
5. Es batu
6. Air
7. Minyak goreng
Lampiran 6
91
8. Stopwatch
*Perluas pengetahuan dengan perbesar rasa ingin tahu*
Tahukah Kalian?
Saat kita memanaskan air dalam suatu wadah maka air akan mendidih.
Apa yang dapat meyebabkan air mendidih? Mengapa air dapat mendidih?
Kemudian apabila kita menambahkan semakin banyak air di dalamnya
maka kita membutuhkan waktu untuk membuatnya dapat mendidih
kembali Apakah ada kaitannya antara banyaknya air yang dipanaskan
dengan waktu yang dibutuhkan? Mengapa demikian?
Jika kita memanaskan air dan minyak goreng, samakah waktu yang
dibutuhkan agar suhunya naik sebesar derajat suhu tertentu? Mengapa
demikian?
(rasa ingin tahu)
IV. Percobaan
Petunjuk : lakukan kegiatan dan jawablah semua pertanyaan pada kotak respon
di bawah ini! Diskusikan dengan anggota kelompokmu!
Ingat! Dengan disiplin kita tidak hanya akan terhindar dari sanksi,
namun disiplin juga akan mengantar kita pada kesuksesan eksperimen.
Percobaan 1 Hubungan Besarnya Kalor dengan Kenaikan Suhu
No. Kegiatan Respon
Kemampuan
berpikir
kreatif
1
Jika kita ingin memasak air agar air tersebut
cepat mendidih, apa saja yang dapat kita
lakukan agar air tersebut cepat mendidih?
(rasa ingin tahu)
Berpikir
Luwes
2 Ambil dan catatlah
92
1. 2 buah bejana
2. 2 buah termometer
3. 3 buah pembakar spirtus
4. 2 buah penyangga kaki tiga
5. Air 100 ml
6. Stopwatch
(tanggungjawab)
3
Rangkailah alat
*catat suhu awal air sebelum dipanaskan.
*pembakar spirtus dalam keadaan mati.
(bertanggungjawab dan rasa ingin tahu)
Suhu Awal(oC)
Bejana A:
Bejana B:
Berpikir
Orisinal
4
Setelah rangkaian siap, nyalakan pembakar
spirtus secara bersama-sama dan amati suhu
tiap 30 detik selama 2 menit pada masing-
masing bejana. Kemudian isi tabel
pengamatan kegiatan 1.
(tanggungjawab)
Tabel
Pengamatan
Kegiatan 1
waktu suhu(
oC)
A B
Elaborasi
5
Bagaimana perbandingan kenaikan suhu
pada bejana A dengan bejana B? (lebih
cepat/lebih lambat) (rasa ingin tahu)
Berpikir
Lancar
6
Semakin besar kalor yang diberikan
(bejana A) maka kenaikan suhu
semakin…. (besar/kecil)
Semakin kecil kalor yang diberikan (bejana
Evaluasi
Air 50 ml
A
B
93
Aku bertanggungjawab atas pikiranku, maka aku
bertanggungjawab atas tindakanku untuk kelancaran
eksperimen bersama.
Percobaan 2 Hubungan Besarnya Kalor dengan Massa Zat
No Kegiatan Respon
Kemampuan
Berpikir
Kreatif
1
Menurut kalian, apakah waktu yang
dibutuhkan untuk mendidihkan 1 liter air
sama dengan 2 liter air? (rasa ingin tahu)
Berpikir
Luwes
2
Ambil dan catatlah
1. 2 buah bejana
2. 2 buah termometer
3. 2 buah pembakar spirtus
4. 2 buah penyangga kaki tiga
5. Air 150 ml
6. Stopwatch
(tanggungjawab)
B) maka kenaikan suhu semakin…..
(besar/kecil)
7
Sehingga didapatkan hubungan:
Besarnya kalor yang diperlukan…..
(sebanding/berbanding terbalik) terhadap
kenaikan suhu.
Berpikir
orisinal
8
Jika
Q=besarnya kalor yang diperlukan
∆t=kenaikan suhu
Maka Q…..(sebanding/berbanding terbalik)
dengan ∆t
Q ~ …….
Elaborasi
94
Rangkailah alat
*catat suhu awal air sebelum dipanaskan.
*pembakar spirtus dalam keadaan mati.
(bertanggungjawab dan rasa ingin
tahu)
Suhu Awal(oC)
Bejana A:
Bejana B:
Berpikir
Orisinal
4
Berapakah massa air pada masing-masing
bejana?(massa jenis air=1000kg/cm3)
(rasa ingin tahu)
……kg Berpikir
luwes
5
Setelah rangkaian siap, nyalakan pembakar
spirtus secara bersama-sama dan amati
waktu yang diperlukan untuk menaikan
suhu 30oC dari suhu awalnya.
(disiplin dan tanggungjawab)
6
Tabel Pengamatan Kegiatan 2
bejana Suhu Waktu
(s) Awal (oC) akhir(
oC)
A
B
Elaborasi
7
Bagaimana waktu yang diperlukan pada
bejana A(50 ml) dibanding waktu yang
diperlukan pada bejana B (100 ml) untuk
menaikan suhu hingga 30oC dari suhu
awal? Lebih cepat mana?
(rasa ingin tahu)
Berpikir
lancar
8 Semakin kecil massa air (bejana A) maka
waktu yang dibutuhkan untuk menaikan
Evaluasi
A
95
Rasa ingin tahu akan membuka pengetahuanmu, disiplin dan
tanggungjawab anggota adalah syarat keberhasilan eksperimen kelompok.
suhu semakin…. (cepat/lama), sehingga
kalor yang diperlukan
semakin…..(besar/kecil)
Semakin besar massa air (bejana B) maka
waktu yang dibutuhkan untuk menaikan
suhu semakin…. (cepat/lama), sehingga
kalor yang diperlukan
semakin…..(besar/kecil)
9
Sehingga didapatkan hubungan:
Besarnya kalor yang diperlukan untuk
menaikan pada suhu yang sama…..
(sebanding/berbanding terbalik) terhadap
massa zat.
Berpikir
orisinal
10
Jika
Q=besarnya kalor yang diperlukan
m=massa zat
Maka Q…..(sebanding/berbanding terbalik)
dengan m.
Q ~ …….
Elaborasi
Percobaan 3 Hubungan Besarnya Kalor dengan Jenis Zat
No Kegiatan Respon Kemampuan
Berpikir
Kreatif
1
Apakah kalian masih ingat konsep
mengenai massa jenis? Massa jenis
bergantung pada jenis zat. Apakah besarnya
kalor juga bergantung pada jenis zat?
(rasa ingin tahu)
Berpikir
luwes
96
2
Ambil dan catatlah
1. 2 buah bejana
2. 2 buah termometer
3. 2 buah pembakar spirtus
4. 2 buah penyangga kaki tiga
5. Air 30 ml
6. Minyak goreng 30 ml
7. Stopwatch
(tanggungjawab)
3
Rangkailah alat
*catat suhu awal air sebelum dipanaskan.
*pembakar spirtus dalam keadaan mati.
(bertanggungjawab dan rasa ingin tahu)
Suhu Awal(oC)
Bejana A:
Bejana B:
Berpikir
Orisinal
4
Setelah rangkaian siap, nyalakan pembakar
spirtus secara bersama-sama dan amati
waktu yang diperlukan untuk menaikan
suhu 30oC dari suhu awalnya.
5
Tabel Pengamatan Kegiatan 3
bejana Suhu Waktu
(s) Awal (oC) akhir(
oC)
A
B
Elaborasi
6
Waktu yang dibutuhkan air untuk
menaikan suhu menjadi 30oC dari suhu
awal……. (lebih cepat/lebih lambat)
daripada waktu yang dibutuhkan minyak
goreng untuk menaikan suhu menjadi 30oC
Berpikir
lancar
Air 30 ml
Minyak
goreng
30 ml
97
dari suhu awal.
Sehingga kalor yang dibutuhkan air…..
(lebih besar/lebih kecil) daripada kalor
yang dibutuhkan minyak goreng untuk
sama-sama menaikan suhu menjadi 30oC
dari suhu awal.
7
Apakah kalor yang diperlukan zat untuk
menaikan suhunya bergantung pada jenis
zat?
(rasa ingin tahu)
Evaluasi
8
Sehingga, setiap zat yang berbeda jenis
juga mempunyai besarnya kalor yang
(sama/berbeda) yang dibutuhkan setiap kg
zat untuk menaikan suhunya satu derajat
Celsius.
Berpikir
Orisinal
9
Jika banyaknya kalor yang diperlukan setiap
kg zat untuk menaikan satu derajat Celsius
adalah kalor jenis yang dilambangkan
dengan c dan
Q=besarnya kalor yang diperlukan,
Maka Q…..(sebanding/berbanding terbalik)
dengan c.
Q ~ …….
Elaborasi
KESIMPULAN
Bagaimanakah hubungan besarnya kalor dengan massa zat? (orisinial)
Bagaimanakah hubungan besarnya kalor dengan jenis zat? (orisinial)
Bagaimanakah hubungan besarnya kalor dengan kenaikan suhu zat?
(orisinial)
Jika dituliskan secara matematis maka besarnya
Q sebanding dengan…..,….,….
98
Aku menggali rasa ingin tahuku, aku bertanggungjawab, aku
disiplin dan aku sukses!
Sehngga dapat dituliskan
Q=….x….x….
(elaborasi)
Sehingga banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu zat dapat
diperoleh dengan menggunakan persamaan.
Q=….x….x….
(elaborasi)
V. Buatlah laporan praktikum
*Laporan praktikum dikumpulkan paling lambat pada pertemuan minggu
depan dengan format. (tanggungjawab dan disiplin)
A. Judul
B. Tujuan percobaan
C. Landasan teori
D. Alat dan bahan
E. Langkah kerja
F. Data pengamatan
G. Analisis dan Pembahasan
H. Simpulan
I. Daftar pustaka
*Catatan :
1. Yang ditempelkan dan dipresentasikan didepan kelas hanya sebatas
laporan sementara dengan format nama kelompok, data pengamatan,
analisis data dan kesimpulan sementara.
2. Carilah referensi dari buku lain untuk melengkapi landasan teori pada
laporan kalian. (rasa ingin tahu)
99
LEMBAR KERJA SISWA 2
“Melebur”
(Pegangan Guru) Nama :
Kelas :
Kelompok :
Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Eksperimen
1. Kerjakan perintah sesuai yang tertulis dalam LKS.
2. Waktu yang diberikan dalam mengerjakan LKS dan laporan sementara adalah 40
menit.
3. Lakukan kegiatan eksperimen dengan tertib, disiplin , rasa ingin tahu dan penuh
tanggung jawab.
Indikator
1. Menyelidiki pengaruh kalor terhadap perubahan wujud zat.
2. Menyelidiki terjadinya proses peleburan.
3. Menyelidiki faktor-faktor yang mempengaruhi banyaknya kalor untuk melebur.
Alat dan Bahan
1. Termometer
2. Pembakar spiritus
3. Kaki tiga
4. Gelas beker
5. Air
6. Es Batu
*Perluas pengetahuan dengan perbesar rasa ingin tahu*
Ayo Cari Tahu!
1. Setelah berolah raga, biasanya kalian suka minuman yang dingin. Jika kalian
membeli es teh di kantin, apakah perubahan yang akan terjadi pada es yang ada
dalam minuman kalian setelah beberapa saat?
100
2. Apakah suhu es pada es teh saat masih berupa balok-balok besar sama dengan
ketika menjadi balok-balok kecil (melebur sebagian)?
(Rasa ingin tahu)
Percobaan 1 Petunjuk : lakukan kegiatan dan jawablah semua pertanyaan pada kotak respon
di bawah ini! Diskusikan dengan anggota kelompokmu!
Rasa ingin tahu akan membuka pengetahuanmu, disiplin dan
tanggungjawab anggota adalah syarat keberhasilan eksperimen
kelompok.
No Kegiatan Respon Kemampuan
berpikir
kreatif
1 Rangkailah alat dan bahan seperti
pada gambar. Bejana berisi 50 gr es,
Catatan : pembakar spirtus dalam
keadaan mati!!!
Berapakah suhu awal
es?(tanggungjawab)
Suhu awal es = …..o C
Berpikir
Orisinal
2 Setelah rangkaian siap, nyalakan
pembakar spirtus secara bersama-
sama dan amati suhu tiap 15 detik
selama 5 menit dan catat pula waktu
yang diperlukan hingga es melebur
seluruhnya. (tanggungjawab)
Tabel Pengamatan Kegiatan1
No
Suhu (oC) Waktu
(s) Bejana
A
Bejana
B
1
2
Waktu yang diperlukan hingga es
melebur seluruhnya adalah….
Elaborasi
3 Bagaimanakah wujud balok-balok Berpikir
101
es setelah dipanaskan setelah 2
menit?
Lancar
4 Berdasarkan hasil percobaan, pada
suhu berapakah suhu es tidak
mengalami perubahan lagi?
Mengapa demikian?Kemana
hilangnya kalor?
(rasa ingin tahu)
Berpikir Luwes
4 Ketika balok es yang telah berubah
menjadi air seluruhnya dan
pemanasan tetap terus dilakukan,
apa yang terjadi?
Berpikir
Lancar
5 Berdasarkan hasil percobaan, pada
suhu berapakah suhu air tidak
mengalami perubahan lagi?
Mengapa demikian?Kemana
hilangnya kalor?
(rasa ingin tahu)
Berpikir Luwes
6 pada saat es menjadi air, kalor
digunakan untuk,,,,,, sehingga
suhu….(tetap/berubah)
pada saat air mengalami
perubahan suhu, kalor digunakan
untuk,,,,,
pada saat air mendidih dan air
berubah menjadi uap, kalor
digunakan untuk,,,, sehingga
suhu….(tetap/berubah)
Evaluasi
Percobaan 2
Aku bertanggungjawab atas pikiranku, maka aku
bertanggungjawab atas tindakanku untuk kelancaran
eksperimen bersama.
No Kegiatan Respon Kemampuan
berpikir
102
kreatif
1 Rangkailah alat dan bahan seperti
pada gambar. Bejana A berisi 50 gr es,
dan bejana B berisi 100gr es.
Catatan : pembakar spirtus dalam
keadaan mati!!!
Berapakah suhu awal es?
(tanggungjawab)
Suhu awal es
Bejana A = …..o C
Bejana B = …..o C
Berpikir
Orisinal
2 Setelah rangkaian siap, nyalakan
pembakar spirtus secara bersama-
sama dan amati suhu tiap 30 detik
selama 3 menit dan catat pula waktu
yang diperlukan hingga es melebur
seluruhnya. (tanggungjawab)
Tabel Pengamatan Kegiatan1
No
Suhu (oC) Waktu
(s) Bejana
A
Bejana
B
1
2
Waktu yang diperlukan hingga es
melebur seluruhnya pada bejana A
adalah….dan pada bejana B
adalah……
Elaborasi
3 Berdasarkan hasil percobaan, pada
suhu berapakah suhu es tidak
mengalami perubahan lagi?
Mengapa demikian?Kemana
hilangnya kalor?
(rasa ingin tahu)
Berpikir Luwes
4 Manakah yang lebih cepat melebur
seluruhnya? 50 gr es atau 100gr es?
Evaluasi
5 Bagaimana hubungan antara massa
zat dengan kalor yang dibutuhkan
untuk melebur?
Semakin kecil massa es
(bejana A) maka waktu yang
dibutuhkan untuk melebur
Berpikir
Orisinal
103
(rasa ingin tahu) semakin…. (cepat/lama),
sehingga kalor yang diperlukan
semakin….. (besar/kecil)
6 Sehingga didapatkan hubungan:
Besarnya kalor yang diperlukan untuk
mengubah wujud zat …..
(sebanding/berbanding terbalik)
terhadap massa zat.
Berpikir
Lancar
7 Jika
Q=besarnya kalor yang diperlukan
m=massa zat
Maka Q…..(sebanding/berbanding
terbalik) dengan m.
QL …………… m Berpikir
Lancar
8 Peleburan juga dipengaruhi oleh
besaran yang dinamakan dengan
kalor lebur (L), kalor lebur adalah
kalor yang dibutuhkan untuk
meleburkaan 1 kg zat padat menjadi
zat cair pada titik leburnya.
9 Besarnya kalor yang diperlukan
sebanding dengan besarnya kalor
lebur. Sehingga, dengan massa yang
sama semakin besar kalor lebur
sesuatu zat maka semakin …………
(besar/kecil) kalor yang dibutuhkan
untuk meleburkan zat tersebut.
Evaluasi
10 Sehingga dapat dituliskan…. QL…………….L Berpikir
Lancar
11 Sehingga dapat dituliskan, besarnya
kalor untuk melebur =
…………..x………
QL = ……. x ………… Elaborasi
104
Berhasil adalah ketika kalian mampu bertanggungjawab atas tugas
yang diberikan dengan displin dan dilandasi rasa keingin tahuan.
KESIMPULAN
*Catatan: sebelum mengerjakan kesimpulan, bersihkan meja praktek dan kembalikan
alat ke tempat semula.(disiplin)
Ingat!!! Dengan disiplin kita tidak hanya akan terhindar dari sanksi,
namun disiplin juga akan mengantar kita pada kesuksesan
eksperimen.
A. Kalor dapat merubah wujud zat
Berdasarkan percobaan, apakah kalor dapat merubah wujud zat? (Berpikir
Lancar)
Ketika es berubah menjadi air dan air berubah menjadi uap, suhu es dan air
tidak berubah. Kemana hilangnya kalor? (Berpikir Luwes)
B. Proses Melebur
Apa yang dimaksud dengan kalor lebur? (Berpikir Lancar)
Ketika proses melebur, suhu es…..(berubah/tetap). Mengapa demikian?
(Berpikir Luwes)
Bagaimanakah hubungan besarnya kalor untuk melebur dengan massa
zat?(Berpikir orisinal)
Bagaimanakah hubungan besarnya kalor untuk melebur dengan kalor lebur
zat?(Berpikir Orisinal)
Jika dituliskan secara matematis maka besarnya
QL sebanding dengan….. dan …..
Sehngga dapat dituliskan
QL=….x…. (elaborasi)
Buatlah laporan praktikum
*Laporan praktikum dikumpulkan paling lambat pada pertemuan minggu depan
dengan format (tanggungjawab dan disiplin)
J. Judul
K. Tujuan percobaan
L. Landasan teori
105
M. Alat dan bahan
N. Langkah kerja
O. Data pengamatan
P. Analisis dan Pembahasan
Q. Simpulan
R. Daftar pustaka
*Catatan :
3. Yang ditempelkan dan dipresentasikan didepan kelas hanya sebatas laporan
sementara dengan format nama kelompok, data pengamatan, analisis data
dan kesimpulan sementara.
4. Carilah referensi dari buku lain untuk melengkapi landasan teori pada
laporan kalian. (rasa ingin tahu)
106
LEMBAR KERJA SISWA 3
(Pegangan Guru)
Nama :
Kelas :
Kelompok :
Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Eksperimen
4. Kerjakan perintah sesuai yang tertulis dalam LKS
5. Waktu yang diberikan dalam mengerjakan LKS dan laporan sementara adalah 40
menit
6. Lakukan kegiatan eksperimen dengan tertib, disiplin , rasa ingin tahu dan penuh
tanggung jawab
Indikator
5. Menyelidiki faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya kalor yang diperlukan untuk
menguap
6. Menyelidiki kalor yang dibutuhkan pada saat menguap
Alat dan Bahan
Termometer
Pembakar spiritus
Kaki tiga
Gelas beker
Air
Alkohol
*Perluas pengetahuan dengan perbesar rasa ingin tahu*
Ayo Cari Tahu!!!!
3. Ketika tangan kita terluka, kemudian kita obati dengan alkohol. Selain terasa perih,
tangan kita juga merasakan dingin. Mengapa alkohol itu terasa dingin di tangan kita?
4. Pada siang hari, kalian akan lebih merasakan panas ketika memakai baju berwarna
hitam daripada baju berwarna putih, mengapa demikian?
(Rasa
ingin tahu)
107
Percobaan 1 Petunjuk : lakukan kegiatan dan jawablah semua pertanyaan pada kotak respon
di bawah ini! Diskusikan dengan anggota kelompokmu!
Rasa ingin tahu akan membuka pengetahuanmu, disiplin dan
tanggungjawab anggota adalah syarat keberhasilan eksperimen
kelompok
No
.
Kegiatan Respon Kemampuan
berpikir
kreatif
1. Rangkailah alat dan bahan seperti pada gambar.
Bejana A berisi 50 ml air, dan bejana B berisi
100ml air.
Catatan : pembakar spirtus dalam keadaan
mati!!!
Berapakah suhu awal masing-masing air?
(tanggungjawab)
Evaluasi
2 Berapakah massa air pada masing-masing
bejana?(massa jenis air=1000kg/cm3)
(rasa ingin tahu)
Berpikir
Lancar
3 Setelah rangkaian siap, nyalakan pembakar
spirtus secara bersama-sama dan amati
waktu yang diperlukan hingga air menguap
Berpikir
Orisinal
A
108
dan catat perubahan suhu setiap 30 detik
selama 5 menit
Suhu (oC) Waktu
(s) Bejana A Bejana B
30
60
90
4 Pada suhu berapakah suhu air tidak mengalami
kenaikan lagi? (rasa ingin tahu)
Berpikir
Lancar
5 Apakah terjadi penguapan? Pada suhu
berapakah penguapan dimulai? (rasa ingin
tahu)
Berpikir
Lancar
6 Ketika air dingin dipanaskan, suhu air akan
............... Namun ketika air mendidih terus
dipanaskan, suhu air ............... Mengapa
demikian? Kemanakah kalor yang diberikan ke
air tersebut?
(rasa ingin tahu)
Berpikir Luwes
7 Bagaimana waktu yang diperlukan pada bejana
A(50 ml) dibanding waktu yang diperlukan pada
bejana B (100 ml) untuk menguap? Lebih cepat
mana?
Elaborasi
8 Sehingga didapatkan hubungan:
Besarnya kalor yang diperlukan untuk
mendidihkan air….. (sebanding/berbanding
terbalik) terhadap massa air.
Qu……m Elaborasi
Percobaan 2 Petunjuk : lakukan kegiatan dan jawablah semua pertanyaan pada kotak respon
di bawah ini! Diskusikan dengan anggota kelompokmu!
Aku bertanggungjawab atas pikiranku, maka aku
bertanggungjawab atas tindakanku untuk kelancaran
eksperimen bersama
109
No
.
Kegiatan Respon Kemampuan
berpikir
kreatif
1 Rangkailah alat
*catat suhu awal air dan alkohol sebelum
dipanaskan
*pembakar spirtus dalam keadaan mati
*kalor uap air = 2.260.000 J/kg
*kalor uap alkohol = 1.100.000 J/kg
(tanggungjawab)
Evaluasi
2 Setelah rangkaian siap, nyalakan pembakar
spirtus secara bersama-sama, amati waktu
yang diperlukan untuk menguap dan catat
suhu setiap 20 detik sampai air dan alkohol
menguap
(rasa ingin tahu).
Berpikir
Orisinal
3 suhu(oC) Waktu
(s) A B
4 Bagaimana waktu yang diperlukan pada bejana
A(air 30ml) dibanding waktu yang diperlukan
Berpikir
Lancar
Air 30 ml
B
A
Alkohol
30 ml
110
pada bejana B (alkohol 30ml) untuk menguap?
Lebih cepat mana?
5 Kalor uap air …..(lebih besar/kecil) dibanding
dengan kalor uap alkohol.
Waktu yang dibutuhkan 30ml air untuk
menguap….(lebih besar/kecil) dibanding
dengan 30 ml alkohol.
Berpikir
Lancar
6 Didapatkan hubungan:
Semakin besar kalor uap suatu zat maka
semakin….(besar/kecil) waktu yang dibutuhkan
sehingga semakin…..(besar/kecil) pula kalor
yang dibutuhkan untuk menguap
Elaborasi
7 Hubungan antara kalor yang dibutuhkan
untuk menguap (Qu) dengan kalor uap zat
(U) dapat dituliskan…
Qu……(sebanding/berban
ding terbalik) L
Berpikir
Lancar
8 Sehingga dapat diperoleh besarnya
Qu……(sebanding/berbanding terbalik) m
Qu……(sebanding/berbanding terbalik) L
Qu = …. x … Elaborasi
KESIMPULAN
*Catatan: sebelum mengerjakan kesimpulan, bersihkan meja praktek dan kembalikan
alat ke tempat semula.(disiplin)
Ingat!!! Dengan disiplin kita tidak hanya akan terhindar dari sanksi,
namun disiplin juga akan mengantar kita pada kesuksesan eksperimen
Apa yang dimaksud dengan kalor uap? (berpikir lancar)
Ketika proses menguap, suhu air…..(berubah/tetap). Mengapa
demikian?(berpikir luwes)
Bagaimanakah hubungan besarnya kalor untuk menguap dengan massa zat?
(berpikir orisinal)
Bagaimanakah hubungan besarnya kalor untuk menguap dengan kalor uap
zat? (berpikir orisinal)
Jika dituliskan secara matematis maka besarnya
Qu sebanding dengan….. dan …..
111
Berhasil adalah ketika kalian mampu bertanggungjawab atas tugas
yang diberikan dengan displin dan dilandasi rasa keingin tahuan.
Sehngga dapat dituliskan
Qu=….x…. (elaborasi)
Buatlah laporan praktikum
*Laporan praktikum dikumpulkan paling lambat pada pertemuan minggu depan
dengan format (tanggungjawab dan disiplin)
S. Judul
T. Tujuan percobaan
U. Landasan teori
V. Alat dan bahan
W. Langkah kerja
X. Data pengamatan
Y. Analisis dan Pembahasan
Z. Simpulan
AA. Daftar pustaka
*Catatan :
5. Yang ditempelkan dan dipresentasikan didepan kelas hanya sebatas laporan
sementara dengan format nama kelompok, data pengamatan, analisis data
dan kesimpulan sementara
6. Carilah referensi dari buku lain untuk melengkapi landasan teori pada
laporan kalian. (rasa ingin tahu)
112
BAHAN AJAR 1
KALOR DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERUBAHAN TEMPERATUR
1. Pengertian Kalor
Kalor adalah energi yang ditransfer dari satu benda ke benda lain karena kedua
benda memiliki selisih temperatur. Energi internal suatu sistem sering dinyatakan
sebagai energi termis. Bila sistem yang panas bersinggungan dengan sistem yang lebih
dingin, energi internal ditransfer dari sistem yang panas ke sistem yang dingin dalam
bentuk panas. Karena kalor (Q) merupakan energi yang berpindah, satuan yang
digunakan untuk mengukur kalor sama dengan satuan energi, yaitu joule (J). Selain
joule, satuan lain yang sering digunakan adalah kalori (kal) atau kilokalori (kkal), 1 kkal =
1000 kal.
Pada peristiwa pencampuran air panas dan air dingin yang sama volumenya, air
campuran menjadi hangat. Air panas memberikan kalor kepada air dingin, sedangkan air
dingin menerima kalor dari air panas. Setelah jumlah kalor pada air campuran seimbang
dan tidak lagi terjadi perpindahan, terbentuklah air hangat. Dari sini dapat diketahui
bahwa bila suatu benda melepas kalor, suhunya akan turun dan bila menerima kalor
suhunya naik.
2. Kalor dapat Mengubah Suhu Benda
Besarnya kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu suatu benda/zat
bergantung pada tiga faktor, yaitu massa zat, jenis zat, dan kenaikan suhu zat tersebut.
4) Hubungan kuantitas kalor dengan massa zat
Banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu benda sebanding dengan
massa benda.
Hal ini memberi pengertian bahwa semakin besar massa benda, semakin besar
pula energi kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhunya.
5) Hubungan kuantitas kalor dengan kenaikan suhu
Banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu benda sebanding dengan
kenaikan suhunya.
Suatu zat dengan jenis dan massa yang sama, jika dipanaskan dengan jumlah kalor
yang berbeda akan menghasilkan kenaikan suhu yang berbeda pula. Semakin
besar kalor yang diberikan pada suatu benda, semakin besar juga kenaikan
suhunya.
6) Hubungan kuantitas kalor dengan jenis zat
Banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu bergantung pada jenis
benda.
Lampiran 7
113
Kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu 1oC untuk dua benda yang berbeda dengan
massa yang sama, tidaklah sama. Hal ini disebabkan oleh kalor jenis masing-masing
benda tidak sama. Kalor jenis suatu benda adalah banyaknya kalor yang dibutuhkan oleh
suatu benda tertentu yang bermassa 1 kg untuk menaikkan suhu 1oC.
Jadi secara matematis, hubungan antara banyaknya kalor, massa benda, kalor
jenis benda, dan perubahan suhunya dapat dirumuskan:
dengan: Q = banyaknya kalor yang diserap atau dilepas (joule)
m = massa benda (kg)
c = kalor jenis benda (joule/(kgoC))
Δt = perubahan suhu (oC)
114
BAHAN AJAR 2
PENGARUH KALOR TERHADAP WUJUD BENDA
1. Kalor dapat Mengubah Wujud Benda
Suatu zat apabila diberi kalor terus menerus dan mencapai suhu maksimum untuk suatu
zat tersebut, maka akan mengalami perubahan wujud. Perubahan ini juga dapat terjadi
jika zat tersebut melepas kalor secara terus menerus dan mencapai suhu maksimumnya.
Dan saat berubah wujud, suhunya tetap.
Keterangan:
4. Melebur atau mencair 4. Mengembun
5. Membeku 5. Menyublim
6. Menguap 6. Menyublim
Mencair adalah perubahan wujud zat padat menjadi cair, sedangkan membeku
adalah perubahan wujud dari cair menjadi padat. Dalam peristiwa melebur diperlukan
kalor, sedangkan dalam peristiwa membeku dilepaskan kalor.
Menguap adalah perubahan wujud cair menjadi gas, sedangkan mengembun
adalah perubahan wujud dari gas menjadi cair. Dalam peristiwa menguap diperlukan
kalor, sedangkan dalam peristiwa mengembun dilepaskan kalor.
Menyublim, ada dua macam yaitu yang memerlukan kalor adalah perubahan
wujud dari padat langsung menjadi gas (tanpa melalui wujud cair) dan yang melepaskan
kalor adalah perubahan wujud dari gas langsung menjadi padat (tanpa melalui wujud
cair).
2. Melebur
Melebur merupakan peristiwa perubahan wujud zat padat menjadi zat cair.
Banyaknya kalor yang diperlukan untuk mengubah satu satuan massa zat padat menjadi
zat cair pada titik leburnya disebut kalor laten peleburan (lf). Besarnya kalor lebur dapat
dirumuskan:
dengan lf = kalor laten peleburan (joule/kg)
Zat cair didinginkan akan membeku, pada saat membeku zat tersebut melepas
kalor. Banyaknya kalor yang dilepaskan oleh satu satuan massa zat cair menjadi zat
padat disebut kalor beku. Pada tekanan udara normal es berubah wujud dari padat
menjadi cair pada suhu 0oC. Apabila tekanan udara luar berubah-ubah, maka titik lebur
CAIR
PADAT GAS
1
2
5
6
3
4
115
zat juga akan mengalami perubahan. Demikian halnya dengan membeku. Saat
melepaskan kalor, energi kalornya digunakan untuk mengubah wujud zat dari cair
menjadi padat. Suhu pada saat zat cair mulai membeku dinamakan titik beku. Titik beku
air pada tekanan normal terjadi pada suhu 0oC. Dengan demikian air mulai membeku
dan melebur pada suhu yang sama yaitu 0oC.
sehingga:
Kalor lebur = kalor beku dan
Titik lebur = titik beku
116
BAHAN AJAR 3
MENDIDIH DAN MENGUAP
1. Kalor yang Dibutuhkan pada Waktu Mendidih
Mendidih merupakan peristiwa penguapan zat cair yang terjadi pada seluruh
bagian permukaan zat cair. Peristiwa ini dapat dilihat dengan munculnya gelembung-
gelembung yang berisi uap air dan bergerak dari bawah ke atas dalam zat cair. Pada
waktu air mendidih suhu tetap walaupun dipanaskan terus-menerus. Suhu zat cair pada
saat mendidih disebut titik didih dan terjadi pada suhu tertentu.
Zat cair yang mendidih jika dipanaskan terus menerus akan berubah menjadi
uap. Banyaknya kalor yang diperlukan untuk mengubah 1 kg zat cair menjadi uap air
seluruhnya pada titik didihnya disebut kalor laten penguapan (lv). Besarnya kalor uap
dapat dirumuskan:
dengan lv = kalor laten penguapan (joule/kg)
Jika uap didinginkan akan berubah bentuk menjadi zat cair, yang disebut
dengan pengembunan. Pada waktu mengembun zat melepas kalor, dan banyaknya kalor
yang dilepaskan pada waktu mengembun sama dengan banyaknya kalor yang diperlukan
pada waktu menguap dan suhu zat ketika mulai menguap, sehingga:
Kalor uap = kalor embun dan
Titik didih = titik embun
Setiap zat cair memiliki titik didih masing-masing. Titik didih yang dimaksud di
sini merupakan titik didih normal. Titik didih normal adalah suhu ketika zat cair mulai
mendidih pada tekanan udara 1 atmosfer (76 cmHg). Jadi, titik didih normal untuk air
adalah 100°C. Artinya, pada tekanan udara normal (76 cmHg) air mendidih pada suhu
117
100oC. Akan tetapi, jika tekanan udara luar berubah, maka titik didih zat juga akan
mengalami perubahan. Contohnya di daerah pegunungan yang mempunyai tekanan
udara luar kurang dari 76 cmHg air akan mendidih pada suhu kurang dari 100 oC. Jadi
titik didih suatu zat dapat diubah-ubah dengan cara menaikkan atau atau menurunkan
tekanan udara.
2. Faktor - faktor yang Mempercepat Penguapan
Pada waktu menguap zat cair memerlukan kalor, kalor yang diberikan pada zat
cair akan mempercepat gerak molekul-molekulnya sehingga banyak molekul zat cair
yang meninggalkan zat cair itu menjadi gas.
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mempercepat penguapan adalah
pemanasan, memperluas permukaaan zat cair, dan meniupkan udara di permukaan zat
cair.
118
KISI-KISI SOAL TES UJI COBA
Mata Pelajaran : IPA (Fisika)
Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Pertama
Sekolah : SMP Negeri 3 Semarang
Kelas/Semester : VII/Genap
Alokasi waktu : 2x40 menit
Jumlah soal : 15
Materi pokok : Kalor
Standar Kompetensi : Memahami wujud zat dan penerapannya
Indikator Aspek
yang
dinilai
Nomor
soal
Kemampuan
berpikir kreatif
Menjelaskan pengertian kalor C1 1 Berpikir lancar
Menjelaskan hubungan antara kalor
dengan massa zat, jenis zat, dan kenaikan
suhu zat melalui eksperimen
C2 2 Berpikir
orisinal
C2 3 Berpikir luwes
C3 9 Berpikir
orisinal
C2 13 Berpikir luwes
Menyelidiki banyaknya kalor yang
diperlukan untuk menaikkan suhu zat
C3 4 Berpikir lancar
Menyelidiki pengaruh kalor terhadap
perubahan wujud zat
C3 6 Evaluasi
Menyelidiki faktor-faktor yang dapat
mempercepat penguapan
C2 7 Evaluasi
C2 11 Berpikir lancar
Menyelidiki kalor yang dibutuhkan
pada saat mendidih dan melebur
C4 8 Evaluasi
C2 14 Berpikir luwes
C4 15 Elaborasi
Menerapkan hubungan Q = m c Δt, Q =
m U, Q = m L untuk menyelesaikan
masalah sederhana
C3 5 Berpikir lancar
C4 10 Berpikir
orisinal
C3 12 Elaborasi
Jumlah 15
Lampiran 8
119
SOAL TES UJI COBA
Mata Pelajaran : IPA (Fisika)
Sekolah : SMP Negeri 3 Semarang
Kelas/Semester : VII/Genap
Alokasi waktu : 2x45 menit
Jumlah soal : 15
Materi pokok : Kalor
Standar Kompetensi : Memahami wujud zat dan
penerapannya
1. Apa yang dimaksud dengan kalor?
2. Indra dan reni merebus zat cair di dalam sebuah wadah. Suhu awal kedua zat
cair sama. Keduanya menunggu sampai zat cair yang mereka rebus mencapai
suhu 60 0C. Ternyata zat cair yang direbus indra membutuhkan waktu yang
lebih singkat untuk mencapai suhu 60 0C dari pada zat cair yang direbus reni.
Menurut kamu, hal apa saja yang mungkin menyebabkannya?
3. Santi membutuhkan air panas untuk membuat secangkir susu hangat, sehingga
ia harus merebus air terlebih dahulu. Apa yang harus dilakukan Santi agar ia
tidak menunggu lama untuk membuat susu hangatnya?
4. Ketika air dipanasi, ternyata semakin lama waktu yang digunakan, semakin
banyak kalor yang diberikan oleh api kepada air sehingga menyebabkan suhu
semakin tinggi. Berdasarkan pernyataan di atas, bagaimanakah hubungan
antara kalor dengan kenaikkan suhu?
5. Alumunium dengan massa 0,1 kg suhunya mula-mula 25°C. Jika diketahui
kalor jenis aluminium 900 J/ kg°C, maka berapakah suhunya jika diberi kalor
sebesar 2,7 kJ?
6. Apakah ada perubahan suhu pada saat es mencair hingga seluruhnya menjadi
air ataupun selama air mendidih sampai seluruhnya menjadi uap? Mengapa
demikian?
7. Pada siang hari, kalian akan lebih merasakan panas ketika memakai baju
berwarna putih daripada baju berwarna hitam. Benar atau salah pernyataan
tersebut? Jelaskan alasanmu!
8. Titik didih air murni lebih rendah daripada titik didih air garam pada tekanan
yang sama. Benar atau salah pernyataan tersebut? Jelaskan alasanmu!
9. Bagaimankah cara kerja magic com? Bagaimana pengaruh kalor pada magic
com?
10. Ridwan memanaskan tembaga dan besi pada tekanan dan massa yang sama.
Benda manakah yang membutuhkan lebih banyak kalor jika suhu keduanya
sama? Apa alasanmu? Kalor jenis tembaga 390J/kgoC dan kalor jenis besi
adalah 450J/kgoC
Lampiran 9
120
11. Sebutkan dan berikan contoh 4 faktor yang mempercepat penguapan!
12. Jelaskan proses-prose yang terjadi pada grafik di samping!
13. Ketika tangan kita terluka, kemudian kita obati dengan alkohol. Selain terasa
perih, alkohol itu juga terasa dingin. Mengapa alkohol itu terasa dingin di
tangan kita?
14. Ayu baru belajar memasak sayur sup. Ia memasukkan bumbu ke dalam air
kemudian merebusnya. Ternyata dengan melakukan hal tersebut, ia harus
menunggu lama agar air kuahnya mendidih. Berdasarkan hal di atas, apa yang
dapat kamu sarankan kepada Ayu agar air kuah sup cepat mendidih? Jelaskan
mengapa demikian?
15. Seratus gram es dengan suhu awal -10oC dipanaskan hingga menguap
seperti digambarkan pada grafik
proses A-E. Apakah kalor yang
dibutuhkan pada proses melebur
sama dengan kalor yang dibutuhkan
pada proses menguap? (kalor jenis
air 4200J/kgoC, kalor lebur es
336000 J/kg, dan kalor uap air 2,26 x
106 J/kg)
t(s) A
B
C
D
C
E 100
000
000
000
000
000
00
00
00
00
C
0
-
10 D
C
C
T (oC)
t
(s) D
C
C
A
B
C
D
C
E 100
000
000
000
000
000
00
00
00
00
C
D
C
C
-
10 D
C
C
T (oC)
121
INSTRUMEN TES UJI COBA DAN RUBRIK PENILAIAN
Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif
No Soal Jawaban Rubrik Penilaian
Menjelaskan pengertian kalor
Siswa mampu memberikan banyak jawaban atas pertanyaan yang diberikan (Berpikir lancar)
1 Apa yang dimaksud dengan kalor?
Jawaban : Energi panas yang mengalir dari benda yang bersuhu lebih tinggi ke benda yang bersuhu lebih rendah
3 : jawaban benar 2 : jawaban kurang lengkap (hanya menjawab energi panas) 1 : jawaban salah 0: tidak ada jawaban
Menjelaskan hubungan antara kalor dengan massa zat, jenis zat, dan kenaikan suhu zat melalui eksperimen
Siswa mampu memberikan jawaban secara orisinil (Berpikir orisinal)
2 Indra dan Reni merebus zat cair di dalam sebuah wadah. Suhu awal kedua zat cair sama. Keduanya menunggu sampai zat cair yang mereka rebus mencapai suhu 60 0C. Ternyata zat cair yang direbus Indra membutuhkan waktu yang lebih singkat untuk mencapai suhu 60 0C dari pada zat cair yang direbus Reni. Menurut kamu, hal apa saja yang mungkin menyebabkannya?
Jawaban : Untuk kenaikan suhu yang sama, Indra membutuhkan waktu yang lebih singkat dibandingkan Reni. Beberapa alternatif kemungkinan penyebabnya yaitu: 1. Zat cair yang dipanaskan berbeda.
2. Nyala api yang digunakan Indra
lebih besar daripada Reni.
3. Zat cair yang dipanaskan sama,
tetapi massa zat cair yang
dipanaskan Reni lebih banyak
daripada Indra.
4. Bahan panci pemanas yang
digunakan berbeda
5 : dapat menjawab 4 aspek jawaban 4 : dapat menjawab 3 aspek jawaban 3 : dapat menjawab 2 aspek jawaban 2 : dapat menjawab 1 aspek jawaban 1 : jawaban salah 0 : tidak ada jawaban
79
Lampiran 10
122
Siswa mampu menghasilkan jawaban yang bervariasi dengan sudut pandang yang berbeda (Berpikir Luwes)
3 Santi membutuhkan air panas untuk membuat secangkir susu hangat, sehingga ia harus merebus air terlebih dahulu. Apa yang harus dilakukan Santi agar ia tidak menunggu lama untuk membuat susu hangatnya?
Jawaban : Hal yang dapat dilakukan Santi agar dapat segera membuat susu hangat antara lain: 1. Merebus air sedikit saja agar air
cepat mendidih
2. Memperbanyak kalor yang
diberikan dengan cara memperbesar
api kompor
3. Menggunakan panci pemanas yang
terbuat dari bahan yang mudah
menghantarkan kalor
4 : dapat menjawab 3 aspek jawaban 3 : dapat menjawab 2 aspek jawaban 2 : dapat menjawab 1 aspek jawaban 1 : jawaban salah 0 : tidak ada jawaban
Siswa mampu memberikan jawaban secara orisinil (Berpikir orisinal)
4 Bagaimankah cara kerja magic com? Bagaimana pengaruh kalor pada magic com?
Jawaban : Cara kerja : energi listrik diubah menjadi energi kalor. Di dalam magic com, terdapat lempengan logam yang dapat menginduksikan kalor tersebutke beras Pengaruh kalor : untuk mengubah wujud beras menjadi nasi dan menghangatkan nasi
3 : dapat menjawab 2 aspek jawaban 2 : dapat menjawab 1 aspek jawaban 1 : jawaban salah 0 : tidak ada jawaban
79
7
9
123
Siswa mampu menghasilkan jawaban yang bervariasi dengan sudut pandang yang berbeda (Berpikir Luwes)
5 Ketika tangan kita terluka, kemudian kita obati dengan alkohol. Selain terasa perih, alkohol itu juga terasa dingin. Mengapa alkohol itu terasa dingin di tangan kita?
Jawaban : karena zat cair membutuhkan kalor untuk menguap sehingga saat alkohol menguap, alkohol menyerap kalor dari kulit tangan kita, itulah sebabnya kulit tangan terasa dingin.
3 : jawaban benar 2 : jawaban kurang benar (hanya menjawab sampai zat cair membutuhkan kalor untuk menguap) 1 : jawaban salah 0 :tidak ada jawaban
Menyelidiki banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu zat
Siswa mampu memberikan banyak jawaban atas pertanyaan yang diberikan (Berpikir lancar)
6 Ketika air dipanasi, ternyata semakin lama waktu yang digunakan, semakin banyak kalor yang diberikan oleh api kepada air sehingga menyebabkan suhu semakin tinggi. Berdasarkan pernyataan di atas, bagaimanakah hubungan antara kalor dengan kenaikkan suhu?
Jawaban : Banyaknya kalor yang diperlukan untuk memanaskan suatu benda sebanding dengan suhunya.
2 : jawaban benar, 1 : jawaban salah 0 : tidak ada jawaban
Menyelidiki pengaruh kalor terhadap perubahan wujud zat
Siswa mampu menentukan apakah suatu pernyataan benar atau salah,
7 Apakah ada perubahan suhu pada saat es mencair hingga seluruhnya menjadi air ataupun selama air mendidih
Tidak ada perubahan suhu. Alasan : karena pada saat mencair dan menguap kalor yang diserap hanya digunakan untuk mengubah wujud zat
3 : jawaban dan alasan benar 2 : jawaban benar, alasan salah 1 : jawaban benar,
124
beserta alasannya (Evaluasi)
sampai seluruhnya menjadi uap? Mengapa demikian?
tidak ada alasan 0 : jawaban dan alasan salah atau tidak menjawab
Menyelidiki faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya kalor yang diperlukan untuk menguap
Siswa mampu menentukan apakah suatu pernyataan benar atau salah, beserta alasannya (Evaluasi)
8 Pada siang hari, kalian akan lebih merasakan panas ketika memakai baju berwarna putih daripada baju berwarna hitam. Benar atau salah pernyataan tersebut? Jelaskan alasanmu!
Jawaban : salah Alasan : pada siang hari akan lebih merasakan panas ketika memakai baju berwarna hitam karena warna hitam lebih mudah menyerap panas sedangkan warna putih lebih bersifat memantulkan panas.
3 : jawaban dan alasan benar 2 : jawaban benar, alasan salah 1 : jawaban benar, tidak ada alasan 0 : jawaban dan alasan salah atau tidak menjawab
Siswa mampu memberikan banyak jawaban atas pertanyaan yang diberikan (Berpikir lancar)
9 Sebutkan dan berikan contoh 4 faktor yang mempercepat penguapan!
Faktor-faktor yang mempercepat penguapan, yaitu: 1. Pemanasan (menaikkan suhu),
misalnya memanaskan air
2. Memperluas permukaan penguapan,
misalnya menjemur pakaian
3. Mengurangi tekanan pada
permukaan, misalnya menutup
4. Meniupkan atau mengalirkan udara
pada permukaan zat, misalnya
meniup kopi panas sebelum
diminum
Setiap faktor : skor 0,5 Setiap contoh : skor 0,5 4 faktor dan 4 contoh: skor 4
Menyelidiki kalor yang dibutuhkan pada saat mendidih dan
Siswa mampu menentukan apakah suatu pernyataan benar atau salah,
10 Titik didih air murni lebih rendah daripada titik didih air garam pada tekanan yang sama. Benar atau salah pernyataan
Jawaban : benar. Alasan : penambahan suatu zat dapat menaikkan titik didih
3 : jawaban dan alasan benar 2 : jawaban benar, alasan salah 1 : jawaban benar,
125
melebur beserta alasannya (Evaluasi)
tersebut? Jelaskan alasanmu!
tidak ada alasan 0 : jawaban dan alasan salah atau tidak menjawab
Siswa mampu menghasilkan jawaban yang bervariasi dengan sudut pandang yang berbeda (Berpikir Luwes)
11 Ayu baru belajar memasak sayur sup. Ia memasukkan bumbu ke dalam air kemudian merebusnya. Ternyata dengan melakukan hal tersebut, ia harus menunggu lama agar air kuahnya mendidih. Berdasarkan hal di atas, apa yang dapat kamu sarankan kepada Ayu agar air kuah sup cepat mendidih? Jelaskan mengapa demikian?
Jawaban : Jawaban: Agar air kuah sup yang dimasak Ayu cepat mendidih, Ayu harus mendidihkan airnya terlebih dulu baru bumbunya dimasukkan. Penjelasan: a. Hal tersebut dikarenakan
Penambahan zat lain akan
menyebabkan kenaikan titik didih,
b. sehingga kalor yang diperlukan
untuk mendidihkan air lebih banyak
yang berakibat semakin lama waktu
yang diperlukan untuk mendidihkan
air tersebut.
5 : jawaban benar, menjelasan poin a dan b dengan benar 4 : jawaban benar, hanya menjelasan salah satu poin saja dengan benar . 3 : jawaban benar, penjelasan salah 2: jawaban benar, tidak ada penjelasan 1: jawaban dan penjelasan salah 0 : tidak ada jawaban
Siswa mampu memperinci suatu gagasan supaya lebih jelas (Elaborasi)
12
Aspek jawaban 1. Proses melebur = proses B-C
Q = m L
Q = 0,1 kg x 336000 J/kg
Q = 33600 J
2. Proses menguap = proses D-E
4 : dapat menjawab 3 aspek 3 : dapat menjawab 2 aspek 2: dapat menjawab 1 aspek t
(
s
)
A
B
C
D
C
E 1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
-
1
0 D
C
C
T
(o
C)
126
100 gram es dengan suhu awal -10oC dipanaskan hingga menguap seperti digambarkan pada grafik proses A-E. Apakah kalor yang dibutuhkan pada proses melebur sama dengan kalor yang dibutuhkan pada proses menguap? (kalor jenis air 4200J/kgoC, kalor lebur es 336000 J/kg, dan kalor uap air 2,26 x 106 J/kg)
Q = m U
Q = 0,1 kg x 2,26 x 106 J/kg
Q = 2,26 x 105 J
3. Kalor yang dibutuhkan dalam
proses melebur dan menguap
tidak sama
1 : ketiga aspek salah 0 : tidak ada jawaban
Menerapkan hubungan Q = m c Δt, Q = m U, Q = m L untuk menyelesaikan masalah sederhana
Siswa mampu memberikan banyak jawaban atas pertanyaan yang diberikan (Berpikir lancar)
13 Alumunium dengan massa 0,1 kg suhunya mula-mula 25°C. Jika diketahui kalor jenis aluminium 900 J/ kg°C, maka berapakah suhunya jika diberi kalor sebesar 2,7 kJ?
Diketahui : m = 0,1 kg c = 900 J/ kg°C Q = 2,7 kJ = 2700 J Ditanya : t =…….? Jawab : Q = m c ∆t ∆t = Q/(m c) ∆t = 2250/(0,1x 900) ∆t = 2700/90 ∆t = 30 oC t akhir = 30 oC + 25 oC t akhir = 55 oC
1 2 1
127
1
Siswa mampu memberikan jawaban secara orisinil (Berpikir orisinal)
14 Ridwan memanaskan tembaga dan besi pada tekanan dan massa yang sama. Benda manakah yang membutuhkan lebih banyak kalor jika suhu keduanya sama? Apa alasanmu? Kalor jenis tembaga 390J/kgoC dan kalor jenis besi adalah 450J/kgoC
Jawaban: Besi lebih membutuhkan banyak kalor Alasan : karena cbesi > ctembaga ,
dan besarnya kalor Q = m c Δt
c sebanding dengan Q,
semakin besar c maka Q yang
dibutuhkan semakin besar
Jadi kalor yang dibutuhkan besi lebih
besar daripada kalor yang dibutuhkan
tembaga.
3 : jawaban dan alasan benar 2 : jawaban benar, alasan salah 1 : jawaban benar, tidak ada alasan 0 : jawaban dan alasan salah atau tidak menjawab
128
Siswa mampu memperinci suatu gagasan supaya lebih jelas (Elaborasi)
15 Jelaskan proses-proses yang terjadi pada grafik di atas!
Jawaban : Proses-proses yang terjadi pada grafik adalah: 1. AB : menaikkan suhu es dari -10
oC -
0oC (menyerap kalor)
2. BC : melebur (menyerap kalor), es
berubah menjadi air (suhunya tetap)
3. CD : menaikkan suhu air dari 0oC –
100oC (menyerap kalor)
4. DE : menguap (menyerap kalor), air
berubah menjadi uap (suhunya
tetap)
5 : dapat menjawab 4 aspek jawaban 4 : dapat menjawab 3 aspek jawaban 3 : dapat menjawab 2 aspek jawaban 2 : dapat menjawab 1 aspek jawaban 1 : jawaban salah 0 : tidak ada jawaban
t
(s
) D
C
C
A
B
C
D
C
E 10
00
00
00
00
00
00
00
00
0
0
0
0
0
0
0
0
C
D
C
C -10 C
T(o C)
79
129
NO
KODE BUTIR SOAL KE
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Y
1 UC-10 3 4 3 3 5 3 3 3 3 3 3 5 3 3 4 51
2 UC-8 3 4 3 2 5 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 48
3 UC-25 2 3 3 3 5 3 3 3 3 3 2 5 3 3 3 47
4 UC-12 3 4 2 3 5 3 2 2 3 3 3 4 3 3 3 46
5 UC-15 3 3 2 2 4 3 3 3 2 3 2 4 3 4 4 45
6 UC-19 2 3 2 2 5 3 3 3 3 3 4 2 3 3 3 44
7 UC-6 2 3 4 2 3 5 3 3 3 3 0 3 3 5 0 42
8 UC-23 2 1 2 2 5 3 3 3 2 2 1 2 3 5 4 40
9 UC-3 2 2 2 2 4 3 3 3 3 3 3 5 3 1 0 39
10 UC-16 3 1 2 2 5 3 3 3 2 1 1 5 1 3 4 39
11 UC-22 2 1 3 2 5 0 3 3 3 3 1 4 3 2 3 38
12 UC-18 2 0 2 3 5 1 2 3 2 1 2 5 3 2 4 37
13 UC-7 2 1 3 2 3 1 2 3 3 3 3 4 3 3 0 36
14 UC-5 2 1 2 2 5 3 3 3 3 3 4 4 0 0 0 35
15 UC-17 2 1 2 2 5 3 3 3 3 3 2 1 1 3 0 34
16 UC-9 2 1 3 2 1 3 3 3 3 3 4 2 3 0 0 33
17 UC-13 3 1 2 2 5 3 2 3 3 3 2 1 3 0 0 33
18 UC-28 2 1 2 3 5 2 3 3 2 3 2 3 2 0 0 33
19 UC-1 2 1 2 2 5 3 2 3 3 3 2 1 3 0 0 32
20 UC-31 2 2 2 2 4 3 3 3 2 3 4 2 0 0 0 32
21 UC-24 2 3 2 2 3 3 3 3 3 1 0 4 3 0 0 32
22 UC-26 0 0 3 2 5 0 3 3 3 3 2 4 3 0 0 31
23 UC-27 0 0 4 1 5 3 3 0 2 1 1 4 2 0 0 26
24 UC-32 0 1 2 2 2 3 3 2 3 3 2 2 0 0 0 25
25 UC-21 2 0 4 2 2 0 3 2 3 1 0 5 0 0 0 24
26 UC-29 2 0 2 2 3 3 2 2 3 3 1 0 0 0 0 23
27 UC-20 2 1 2 2 0 3 2 2 3 3 2 0 0 0 0 22
Lampiran 11
Tabel Analisis Data Soal Uji Coba
12
8
130
28 UC-11 2 0 2 0 0 3 2 3 3 3 2 0 0 0 0 20
29 UC-30 0 1 2 1 0 3 0 3 3 3 3 0 0 0 0 19
30 UC-4 2 0 2 0 1 3 0 0 3 1 3 0 2 1 0 18
31 UC-14 1 1 4 0 1 3 1 2 2 1 1 0 0 0 0 17
32 UC-2 0 0 2 1 0 1 1 0 2 2 3 5 0 0 0 17
Jumlah 59 45 79 60 111 82 78 81 87 80 69 89 59 44 35 1058
Validitas Valid Valid Tidak Valid Valid Valid
Tidak Valid Valid Valid
Tidak Valid
Tidak Valid
Tidak Valid Valid Valid Valid Valid
relia
bili
tas
Varians Xi 0.8457
66 1.668
35 0.51512
1 0.62903
23 3.54737
9 1.22177
4 0.7701
61 0.83770
16 0.20866
9 0.70967
7 1.42641
13 3.40221
77 1.8780
24 2.82258
1 2.7973
79 23.280
24
Var Total 95.479
84
Reliabilitas 0.9452
2 Karena r11 > r tabel maka instrumen reliabel
Tin
gkat
Ke
suka
ran
mean 1.8437
5 1.406
25 2.46875 1.875 3.46875 2.5625 2.4375 2.53125 2.71875 2.5 2.15625 2.78125 1.8437
5 1.375 1.0937
5
skor maks 3 5 4 2 5 3 3 3 3 3 4 4 3 5 5
Tingkat Kesukaran
0.614583
0.28125
0.617188 0.9375 0.69375
0.854167 0.8125 0.84375 0.90625
0.833333
0.5390625
0.6953125
0.614583 0.275
0.21875
Keterangan sedang sukar sedang mudah sedang mudah mudah mudah mudah mudah sedang sedang sedang sukar sukar
Da
ya P
emb
ed
a
mean A 2.3333
33 1.944
44 2.44444
4 2.27777
78 4.44444
4 2.66666
7 2.7777
78 2.94444
44 2.72222
2 2.72222
2 2.38888
89 3.44444
44 2.5555
56 2.38888
9 1.9444
44
mean B 1.2142
86 0.714
29 2.5 1.35714
29 2.21428
6 2.42857
1 2 2 2.71428
6 2.21428
6 1.85714
29 1.92857
14 0.9285
71 0.07142
9 0
DP 0.3730
16 0.410
05 -0.01852 0.30687
83 0.74338
6 0.07936
5 0.2592
59 0.31481
48 0.00264
6 0.16931
2 0.17724
87 0.50529
1 0.5423
28 0.77248
7 0.6481
48
Keterangan cukup baik tidak baik cukup
baik sekali jelek cukup cukup jelek jelek jelek baik baik
baik sekali baik
KETERANGAN dipakai
dipakai dibuang dipakai dipakai dibuang dipakai dipakai dibuang dibuang dibuang dipakai dipakai dipakai dipakai
131
132
Lampiran 12
Validitas Soal
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Total
1 Pearson Correlation 1 .517** -.179 .415
* .397
* .248 .287 .447
* .122 .146 .082 .112 .390
* .478
** .492
** .626
**
Sig. (2-tailed) .002 .328 .018 .024 .171 .111 .010 .505 .426 .657 .541 .028 .006 .004 .000
N 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32
2 Pearson Correlation .517** 1 .032 .461
** .357
* .445
* .350
* .385
* .200 .341 .229 .269 .474
** .552
** .475
** .767
**
Sig. (2-tailed) .002 .864 .008 .045 .011 .049 .030 .273 .056 .207 .137 .006 .001 .006 .000
N 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32
3 Pearson Correlation -.179 .032 1 -.120 -.025 -.140 .176 -.146 .022 -.240 -.352* .226 .110 .090 -.092 .028
Sig. (2-tailed) .328 .864 .512 .894 .445 .335 .426 .907 .186 .048 .213 .550 .623 .618 .880
N 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32
4 Pearson Correlation .415* .461
** -.120 1 .645
** -.101 .591
** .494
** .078 .338 .055 .532
** .456
** .351
* .447
* .725
**
Sig. (2-tailed) .018 .008 .512 .000 .582 .000 .004 .672 .059 .764 .002 .009 .049 .010 .000
N 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32
5 Pearson Correlation .397* .357
* -.025 .645
** 1 -.038 .614
** .394
* -.104 .132 .009 .458
** .579
** .432
* .508
** .752
**
Sig. (2-tailed) .024 .045 .894 .000 .837 .000 .026 .570 .471 .959 .008 .001 .014 .003 .000
N 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32
6 Pearson Correlation .248 .445* -.140 -.101 -.038 1 .004 .078 .068 .173 .078 -.397
* -.004 .230 -.029 .164
Sig. (2-tailed) .171 .011 .445 .582 .837 .982 .672 .712 .343 .672 .025 .983 .205 .873 .370
N 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32
7 Pearson Correlation .287 .350* .176 .591
** .614
** .004 1 .464
** -.005 .218 -.129 .499
** .327 .301 .279 .629
**
Sig. (2-tailed) .111 .049 .335 .000 .000 .982 .007 .978 .230 .482 .004 .068 .094 .122 .000
N 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32
8 Pearson Correlation .447* .385
* -.146 .494
** .394
* .078 .464
** 1 .215 .481
** .069 .071 .325 .307 .283 .562
**
Sig. (2-tailed) .010 .030 .426 .004 .026 .672 .007 .238 .005 .707 .699 .069 .088 .117 .001
N 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32
9 Pearson Correlation .122 .200 .022 .078 -.104 .068 -.005 .215 1 .461** .142 -.190 .134 -.068 -.260 .084
Sig. (2-tailed) .505 .273 .907 .672 .570 .712 .978 .238 .008 .437 .297 .466 .710 .151 .649
N 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32
10 Pearson Correlation .146 .341 -.240 .338 .132 .173 .218 .481** .461
** 1 .465
** -.176 .126 .114 -.057 .337
130
132
Sig. (2-tailed) .426 .056 .186 .059 .471 .343 .230 .005 .008 .007 .334 .493 .535 .756 .059
N 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32
11 Pearson Correlation .082 .229 -.352* .055 .009 .078 -.129 .069 .142 .465
** 1 -.057 .035 -.062 .041 .182
Sig. (2-tailed) .657 .207 .048 .764 .959 .672 .482 .707 .437 .007 .756 .849 .735 .824 .320
N 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32
12 Pearson Correlation .112 .269 .226 .532** .458
** -.397
* .499
** .071 -.190 -.176 -.057 1 .382
* .298 .425
* .536
**
Sig. (2-tailed) .541 .137 .213 .002 .008 .025 .004 .699 .297 .334 .756 .031 .098 .015 .002
N 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32
13 Pearson Correlation .390* .474
** .110 .456
** .579
** -.004 .327 .325 .134 .126 .035 .382
* 1 .531
** .457
** .719
**
Sig. (2-tailed) .028 .006 .550 .009 .001 .983 .068 .069 .466 .493 .849 .031 .002 .009 .000
N 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32
14 Pearson Correlation .478** .552
** .090 .351
* .432
* .230 .301 .307 -.068 .114 -.062 .298 .531
** 1 .710
** .741
**
Sig. (2-tailed) .006 .001 .623 .049 .014 .205 .094 .088 .710 .535 .735 .098 .002 .000 .000
N 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32
15 Pearson Correlation .492** .475
** -.092 .447
* .508
** -.029 .279 .283 -.260 -.057 .041 .425
* .457
** .710
** 1 .710
**
Sig. (2-tailed) .004 .006 .618 .010 .003 .873 .122 .117 .151 .756 .824 .015 .009 .000 .000
N 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32
TOTAL
Pearson Correlation .626** .767
** .028 .725
** .752
** .164 .629
** .562
** .084 .337 .182 .536
** .719
** .741
** .710
** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .880 .000 .000 .370 .000 .001 .649 .059 .320 .002 .000 .000 .000
N 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32
Keterangan Valid Valid
Tidak Valid
Valid Valid Tidak Valid
Valid Valid Tidak Valid
Tidak Valid
Tidak Valid
Valid Valid Valid Valid
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
136
Lampiran 16
KISI-KISI LEMBAR OBSERVASI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF
Mata Pelajaran : IPA (Fisika)
Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Pertama
Sekolah : SMP Negeri 3 Semarang
Kelas/Semester : VII/Genap
Alokasi waktu : 2x40 menit
Jumlah soal : 8
Materi pokok : Kalor
Standar Kompetensi : Memahami wujud zat dan penerapannya
Indikator Aspek
yang
dinilai
Nomor
soal
Kemampuan
berpikir
kreatif
Menjelaskan pengertian kalor C1 1 Berpikir lancar
Menjelaskan hubungan antara kalor
dengan massa zat, jenis zat, dan kenaikan
suhu zat melalui eksperimen
C2 2 Berpikir
orisinal
C2 7 Berpikir luwes
Menyelidiki banyaknya kalor yang
diperlukan untuk menaikkan suhu zat
C3 3 Berpikir lancar
Menyelidiki pengaruh kalor terhadap
perubahan wujud zat
C2 5 Evaluasi
Menyelidiki kalor yang dibutuhkan
pada saat mendidih dan melebur
C4 8 Elaborasi
Menerapkan hubungan Q = m c Δt, Q
= m U, Q = m L untuk menyelesaikan
masalah sederhana
C3 4 Berpikir lancar
C3 6 Elaborasi
Jumlah 8
137
Lampiran 17
LEMBAR OBSERVASI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF
16. Apa yang dimaksud dengan kalor?
17. Indra dan reni merebus zat cair di dalam sebuah wadah. Suhu awal kedua zat
cair sama. Keduanya menunggu sampai zat cair yang mereka rebus mencapai
suhu 60 0C. Ternyata zat cair yang direbus indra membutuhkan waktu yang
lebih singkat untuk mencapai suhu 60 0C dari pada zat cair yang direbus reni.
Menurut kamu, hal apa saja yang mungkin menyebabkannya?
18. Ketika air dipanasi, ternyata semakin lama waktu yang digunakan, semakin
banyak kalor yang diberikan oleh api kepada air sehingga menyebabkan suhu
semakin tinggi. Berdasarkan pernyataan di atas, bagaimanakah hubungan
antara kalor dengan kenaikkan suhu?
19. Alumunium dengan massa 0,1 kg suhunya mula-mula 25°C. Jika diketahui
kalor jenis aluminium 900 J/ kg°C, maka berapakah suhunya jika diberi kalor
sebesar 2,7 kJ?
20. Pada siang hari, kalian akan lebih merasakan panas ketika memakai baju
berwarna putih daripada baju berwarna hitam. Benar atau salah pernyataan
tersebut? Jelaskan alasanmu!
21. Jelaskan proses-proses yang terjadi pada grafik di samping!
t
(s) D
C
C
A
B
C
D
C
E 10
00
00
00
00
00
00
00
00
00
00
00
00
C
D
C
C -
10 D
C
C
T (oC)
138
22. Ketika tangan kita terluka, kemudian kita obati dengan alkohol. Selain terasa
perih, alkohol itu juga terasa dingin. Mengapa alkohol itu terasa dingin di
tangan kita?
23. Seratus gram es dengan suhu awal -10oC dipanaskan hingga menguap
seperti digambarkan pada grafik
proses A-E. Apakah kalor yang
dibutuhkan pada proses melebur
sama dengan kalor yang dibutuhkan
pada proses menguap? (kalor jenis
air 4200J/kgoC, kalor lebur es
336000 J/kg, dan kalor uap air 2,26 x
106 J/kg)
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~SELAMAT MENGERJAKAN~~~~~~~~~~~~~~~~~~
-
10 D
C
C
A
0 B
t(s) C
D
C
E 10
00
00
00
00
00
00
00
00
0
0
0
0
0
0
0
0
C
T (oC)
139
Lampiran 18
Kunci Jawaban Lembar Observasi Kemampuan Berpikir Kreatif
No Soal Jawaban
1 Apa yang dimaksud dengan kalor?
Jawaban : Energi panas yang mengalir dari benda yang bersuhu lebih tinggi ke benda yang bersuhu lebih rendah
2 Indra dan Reni merebus zat cair di dalam sebuah wadah. Suhu awal kedua zat cair sama. Keduanya menunggu sampai zat cair yang mereka rebus mencapai suhu 60 0C. Ternyata zat cair yang direbus Indra membutuhkan waktu yang lebih singkat untuk mencapai suhu 60 0C dari pada zat cair yang direbus Reni. Menurut kamu, hal apa saja yang mungkin menyebabkannya?
Jawaban : Untuk kenaikan suhu yang sama, Indra membutuhkan waktu yang lebih singkat dibandingkan Reni. Beberapa alternatif kemungkinan penyebabnya yaitu: 5. Zat cair yang dipanaskan berbeda.
6. Nyala api yang digunakan Indra lebih besar
daripada Reni.
7. Zat cair yang dipanaskan sama, tetapi massa zat cair
yang dipanaskan Reni lebih banyak daripada Indra.
8. Bahan panci pemanas yang digunakan berbeda
3 Ketika air dipanasi, ternyata semakin lama waktu yang digunakan, semakin banyak kalor yang diberikan oleh api kepada air sehingga menyebabkan suhu semakin tinggi. Berdasarkan pernyataan di atas, bagaimanakah hubungan antara kalor dengan kenaikkan suhu?
Jawaban : Banyaknya kalor yang diperlukan untuk memanaskan suatu benda sebanding dengan suhunya.
4 Alumunium dengan massa 0,1 kg suhunya mula-mula 25°C. Jika diketahui kalor jenis aluminium 900 J/ kg°C, maka berapakah suhunya jika diberi kalor sebesar 2,7 kJ?
Diketahui : m = 0,1 kg c = 900 J/ kg°C Q = 2,7 kJ = 2700 J Ditanya : t =…….? Jawab : Q = m c ∆t ∆t = Q/(m c) ∆t = 2250/(0,1x 900) ∆t = 2700/90 ∆t = 30 oC t akhir = 30 oC + 25 oC t akhir = 55 oC
5 Pada siang hari, kalian akan lebih merasakan panas ketika memakai baju berwarna putih daripada baju berwarna hitam. Benar atau salah pernyataan tersebut? Jelaskan alasanmu!
Jawaban : salah Alasan : pada siang hari akan lebih merasakan panas ketika memakai baju berwarna hitam karena warna hitam lebih mudah menyerap panas sedangkan warna putih lebih bersifat memantulkan panas.
6
Jawaban : Proses-proses yang terjadi pada grafik adalah:
140
Jelaskan proses-proses yang terjadi pada grafik di atas!
5. AB : menaikkan suhu es dari -10oC - 0
oC (menyerap
kalor)
6. BC : melebur (menyerap kalor), es berubah menjadi
air (suhunya tetap)
7. CD : menaikkan suhu air dari 0oC – 100
oC
(menyerap kalor)
8. DE : menguap (menyerap kalor), air berubah
menjadi uap (suhunya tetap)
7 Ketika tangan kita terluka, kemudian kita obati dengan alkohol. Selain terasa perih, alkohol itu juga terasa dingin. Mengapa alkohol itu terasa dingin di tangan kita?
Jawaban : karena zat cair membutuhkan kalor untuk menguap sehingga saat alkohol menguap, alkohol menyerap kalor dari kulit tangan kita, itulah sebabnya kulit tangan terasa dingin.
8 100 gram es dengan suhu awal -10oC dipanaskan hingga menguap seperti digambarkan pada grafik proses A-E. Apakah kalor yang dibutuhkan pada proses melebur sama dengan kalor yang dibutuhkan pada proses menguap? (kalor jenis air 4200J/kgoC, kalor lebur es 336000 J/kg, dan kalor uap air 2,26 x 106
J/kg)
Aspek jawaban 4. Proses melebur = proses B-C
Q = m L
Q = 0,1 kg x 336000 J/kg
Q = 33600 J
5. Proses menguap = proses D-E
Q = m U
Q = 0,1 kg x 2,26 x 106 J/kg
Q = 2,26 x 105 J
6. Kalor yang dibutuhkan dalam proses melebur
dan menguap tidak sama
t(s
) A
B
C
D
C
E 10
00
00
00
00
00
00
00
00
00
00
00
00
C
0
-
10 D
C
C
T (oC)
t
(
s
) D
C
C
A
B
C
D
C
E 1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
C
D
C
C -
10
C
T(o C)
141
Lampiran 19 KISI-KISI INSTRUMEN OBSERVASI KARAKTER
Indikator Skor dan Deskripsi
1. Menyelesaikan tugas yang
diberikan oleh guru.
1) Tidak mengerjakan tugas.
3) Tugas selesai dikerjakan tapi kurang lengkap.
5) Tugas selesai dikerjakan dan hasil sangat baik.
2) Tanggung jawab atas alat-
alat yang digunakan pada
saat percobaan.
1) Tidak menjaga kebersihan meja praktek dan tidak mengembalikan alat
ke tempat semula.
3) Tidak mampu menjaga kebersihan meja praktek, tetapi tetap
mengembalikan alat ke tempat semula atau Mampu menjaga kebersihan
meja praktek, tetapi tidak dikembalikan alat ke tempat semula.
5) Mampu menjaga kebersihan meja praktek dan mengembalikan alat ke
tempat semula ke tempat semula.
3) Menanggapi dan
memberikan masukan pada
saat presentasi.
1) Tidak menanggapi atau memberikan masukkan pada saat presentasi.
3) Hanya satu kali menanggapi atau memberikan masukkan pada saat
presentasi.
5) Menanggapi atau memberikan masukkan lebih dari satu kali pada saat
presentasi.
4) Menjawab pertanyaan dari
guru.
1) Tidak menjawab pertanyaan dari guru.
3) Menjawab pertanyaan yang diberikan dengan ditunjuk oleh guru
terlebih dahulu.
5) Menjawab pertanyaan yang diberikan tanpa ditunjuk oleh guru.
5) Kehadiran 1) Siswa terlambat masuk kelas >10 menit.
3) Siswa terlambat 5- 10 menit masuk kelas.
5) Siswa masuk ke kelas tepat waktu.
6) Menggunakan peralatan
sesuai dengan petunjuk.
1) Tidak mampu menggunakan alat.
3) Mampu menggunakan alat tapi tidak sesuai dengan petunjuk.
5) Mampu menggunakan alat sesuai dengan petunjuk.
7) Mengumpulkan laporan tepat
waktu.
1) Mengumpulkan laporan sehari setelah hari yang ditentukan.
3) Mengumpulkan laporan dalam hari yang ditentukan tapi tidak tepat
waktu.
5) Mengumpulkan laporan tepat waktu.
8) Mengajukan pertanyaan
untuk memperjelas dan
menggali ilmu tentang
pembelajaran.
1) Tidak mengajukan pertanyaan.
3) Bertanya tetapi konsep sederhana.
5) Bertanya dengan pertanyaan fokus, bahasa jelas dan mendalam.
No. Komponen Indikator
1 Tanggungjawab a. Tanggung jawab atas alat-alat yang digunakan pada saat percobaan.
b. Menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru.
2 Komunikasi a. Menanggapi dan memberikan masukan pada saat presentasi.
b. Menjawab pertanyaan dari guru.
3 Disiplin a. Kehadiran
b. Menggunakan peralatan sesuai dengan petunjuk.
c. Mengumpulkan laporan tepat waktu.
4 Rasa Ingin Tahu a. Mengajukan pertanyaan untuk memperjelas dan menggali ilmu tentang
pembelajaran.
b. Mencari referensi lain terhadap materi yang diajarkan.
142
Lampiran 20
LEMBAR OBSERVASI KARAKTER
No
Absen
Karakter
Jumlah
Skor Nilai
Disiplin Rasa Ingin Tahu Tanggungjawab Komunikatif
Kehadiran
Mengguna
kan
peralatan
sesuai
dengan
petunjuk
Mengum
pulkan
laporan
tepat
waktu
Mengajukan
pertanyaan
untuk
memperjelas
dan menggali
ilmu tentang
pembelajaran
Mencari
referensi
lain
terhadap
materi
yang
diajarkan
Tanggung
jawab atas
alat-alat
yang
digunakan
pada saat
percobaan
Menyelesa
ikan tugas
yang
diberikan
oleh guru
Menangga
pi dan
memberika
n masukan
pada saat
presentasi.
Menjawab
pertanyaan
dari guru.
1 3 5 1 3 5 1 3 5 1 3 5 1 3 5 1 3 5 1 3 5 1 3 5 1 3 5
143
Lampiran 21
1 K-1 43.33 cukup kreatif 66.67 kreatif
2 K-2 40 cukup kreatif 60 kreatif
3 K-3 60 kreatif 83.33 sangat kreatif
4 K-4 63.33 kreatif 73.33 kreatif
5 K-5 73.33 kreatif 93.33 sangat kreatif
6 K-6 56.67 kreatif 76.67 sangat kreatif
7 K-7 53.33 kreatif 86.67 sangat kreatif
8 K-8 76.67 sangat kreatif 100 sangat kreatif
9 K-9 53.33 kreatif 76.67 sangat kreatif
10 K-10 56.67 kreatif 80 sangat kreatif
KodeNo
Daftar Nilai Pre-Test dan Pos-Test Observasi Berpikir Kreatif Uji
Skala Terbatas
Nilai Pre-
TestKet Ket
Nilai Pos-
Test
144
Lzmpirzn 22
A B C D E F G H I
1 KCL 1 5 3 1 3 1 3 1 3 3 23 51.1111 belum terlihat
2 KCL 2 5 5 1 3 3 5 3 3 3 31 68.8889 mulai terlihat
3 KCL 3 5 3 1 3 3 3 5 1 3 27 60 mulai berkembang
4 KCL 4 5 3 3 1 3 3 3 3 3 27 60 rendah
5 KCL 5 5 5 5 3 1 3 3 3 5 33 73.3333 rendah
6 KCL 6 3 5 3 3 5 3 1 3 3 29 64.4444 mulai berkembang
7 KCL 7 5 1 3 3 1 3 3 3 3 25 55.5556 rendah
8 KCL 8 3 3 3 1 1 3 3 3 1 21 46.6667 rendah
9 KCL 9 3 1 1 3 3 5 5 3 3 27 60 mulai terlihat
10 KCL 10 5 3 5 3 3 1 5 5 3 33 73.3333 rendah
44 32 26 26 24 32 32 30 30 276 613.333
80 58 47 47 44 58 58 55 55
50.18 61.33333
jumlah
rata-rata
%
HASIL OBSERVASI KARAKTER PADA PERTEMUAN 1 UJI SKALA TERBATAS
KetNo Kode Nilai Skor
Total
Nilai
Total
145
A B C D E F G H I
1 K-1 5 5 3 5 1 3 3 5 3 33 73.3333 mulai berkembang
2 K-2 5 5 1 3 3 3 3 5 5 33 73.3333 mulai berkembang
3 K-3 5 3 5 3 3 3 5 1 5 33 73.3333 mulai berkembang
4 K-4 5 3 5 3 3 5 3 3 3 33 73.3333 mulai berkembang
5 K-5 5 5 5 3 3 3 3 5 5 37 82.2222 membudaya
6 K-6 5 5 3 3 5 3 1 3 3 31 68.8889 mulai berkembang
7 K-7 5 3 3 3 3 3 3 3 3 29 64.4444 rendah
8 K-8 3 5 3 5 3 5 5 3 5 37 82.2222 membudaya
9 K-9 5 1 3 3 3 5 5 5 3 33 73.3333 mulai berkembang
10 K-10 5 3 5 3 3 1 5 5 5 35 77.7778 mulai berkembang
48 38 36 34 30 34 36 38 40 334 742.222
96 76 72 68 60 68 72 76 80
60.727 74.22222
HASIL OBSERVASI KARAKTER PADA PERTEMUAN 2 UJI SKALA TERBATAS
Ket
jumlah
rata-rata
%
No Kode Nilai Skor
Total
Nilai
Total
146
Lampiran 23
HASIL OBSERVASI KARAKTER PADA PERTEMUAN 3 UJI SKALA TERBATAS
No Kode
Nilai Skor
Total
Nilai
Total Ket
A B C D E F G H I
1 K-1 5 5 3 5 3 3 5 3 5 37 82.2222 membudaya
2 K-2 5 5 3 3 5 3 5 3 5 37 82.2222 membudaya
3 K-3 5 3 5 3 5 3 5 5 5 39 86.6667 membudaya
4 K-4 5 5 5 3 5 5 3 5 5 41 91.1111 membudaya
5 K-5 5 5 5 5 3 3 3 5 5 39 86.6667 membudaya
6 K-6 5 5 3 5 5 5 3 3 5 39 86.6667 membudaya
7 K-7 5 5 5 5 3 3 5 3 5 39 86.6667 membudaya
8 K-8 5 5 3 3 5 5 5 3 3 37 82.2222 membudaya
9 K-9 5 3 3 3 3 5 5 3 5 35 77.7778 mulai berkembang
10 K-10 5 3 5 5 3 5 5 5 5 41 91.1111 membudaya
jumlah 50 44 40 40 40 40 44 38 48 384 853.333 % 91 80 73 73 73 73 80 69 87 rata-rata 69.82 85.33333
147
Pre-Test Post-Test
1 E-1 36.67 66.67
2 E-2 73.33 83.33
3 E-3 23.33 66.67
4 E-4 23.33 73.33
5 E-5 53.33 90
6 E-6 60 50
7 E-7 80 100
8 E-8 50 93.33
9 E-9 50 73.33
10 E-10 20 50
11 E-11 66.67 96.67
12 E-12 56.67 83.33
13 E-13 50 100
14 E-14 43.33 66.67
15 E-15 73.33 90
16 E-16 43.33 66.67
17 E-17 73.33 50
18 E-18 23.33 73.33
19 E-19 36.67 70
20 E-20 43.33 73.33
21 E-21 50 83.33
22 E-22 46.67 63.33
23 E-23 70 70
24 E-24 46.67 73.33
25 E-25 23.33 50
26 E-26 50 80
27 E-27 50 73.33
28 E-28 20 66.67
29 E-29 70 93.33
30 E-30 40 93.33
31 E-31 56.67 100
1503.32 2363.31
45.55515 76.23581
No Kode
∑
x
Daftar Nilai Pre-Test dan Pos-Test
Kemampuan Berpikir Kreatif Uji
Nilai
148
Lampiran 24
UJI NORMALITAS PRE-TES KELAS VII H
Hipotesis
Ho : Data berdistribusi normal
Ha : Data tidak berdistribusi normal
Pengujian Hipotesis:
Rumus yang digunakan:
Kriteria yang digunakan
Ho diterima jika χ2 < χ
2 tabel
Pengujian Hipotesis
Nilai maksimal =
80 Panjang Kelas
=
10.13
Nilai minimal
=
20 Rata-rata ( x )
45.56
Rentang
=
60 s
=
17.32
Banyak kelas
=
6 n
=
31
Kelas Interval
Batas
Kelas
Z untuk
batas kls.
Peluang
untuk Z
Luas Kls.
Untuk Z Ei Oi
(Oi-Ei)²
Ei
20 - 30 19.5 -1.50 0.4338 0.1261 3.9080 6 1.120
31 - 41 30.5 -0.87 0.3078 0.2151 6.6673 3 2.017
42 - 52 41.5 -0.23 0.0927 0.2484 7.6998 11 1.414
53 - 63 52.5 0.40 0.1557 0.1942 6.0199 4 0.678
64 - 74 63.5 1.04 0.3499 0.1028 3.1857 6 2.486
75 - 85 74.5 1.67 0.4527 0.0368 1.1408 1 0.017
85.5 2.31 0.4895
χ² = 7.7327
Untuk α = 5%, dengan dk = 6 - 3 = 3 diperoleh χ² tabel =
7.81
7.7327
7.81
Karena χ² pada daerah penerimaan Ho, data tersebut berdistribusi normal
149
UJI NORMALITAS POS-TES KELAS VII H
Hipotesis
Ho : Data berdistribusi normal
Ha : Data tidak berdistribusi normal
Pengujian Hipotesis:
Rumus yang digunakan:
Kriteria yang digunakan
Ho diterima jika χ2 < χ
2 tabel
Pengujian Hipotesis
Nilai maksimal =
100 Panjang Kelas
=
8.444
Nilai minimal
=
50 Rata-rata ( x )
=
76.24
Rentang
=
50 s
=
15.32
Banyak kelas
=
6 n
=
31
Kelas Interval Batas
Kelas
Z untuk
batas
kls.
Peluang
untuk Z
Luas Kls.
Untuk Z Ei Oi
(Oi-
Ei)²
Ei
50 - 58 49.5 -1.75 0.4596 0.0830 2.5720 4 0.793
59 - 67 58.5 -1.16 0.3766 0.1607 4.9829 6 0.208
68 - 76 67.5 -0.57 0.2159 0.2226 6.9018 8 0.175
77 - 85 76.5 0.02 0.0068 0.2205 6.8353 4 1.176
86 - 94 85.5 0.60 0.2273 0.1561 4.8401 5 0.005
95 - 103 94.5 1.19 0.3834 0.0790 2.4503 4 0.980
103.5 1.78 0.4624
χ² = 3.3366
Untuk α = 5%, dengan dk = 6 - 3 = 3 diperoleh χ² tabel =
7.81
3.3366
7.81
Karena χ² pada daerah penerimaan Ho, data tersebut berdistribusi normal
150
Lampiran 25
Analisis Lembar Observasi Kemampuan Berpikir Kreatif
No Kode Nilai
Pre-Test Ket Post-Test Ket
1 E-1 36.67 cukup kreatif 66.67 kreatif
2 E-2 73.33 kreatif 83.33 sangat kreatif
3 E-3 23.33 kurang kreatif 66.67 kreatif
4 E-4 23.33 kurang kreatif 73.33 kreatif
5 E-5 53.33 kreatif 90 sangat kreatif
6 E-6 60 kreatif 50 cukup kreatif
7 E-7 80 sangat kreatif 100 sangat kreatif
8 E-8 50 cukup kreatif 93.33 sangat kreatif
9 E-9 50 cukup kreatif 73.33 kreatif
10 E-10 20 kurang kreatif 50 cukup kreatif
11 E-11 66.67 kreatif 96.67 sangat kreatif
12 E-12 56.67 kreatif 83.33 sangat kreatif
13 E-13 50 cukup kreatif 100 sangat kreatif
14 E-14 43.33 cukup kreatif 66.67 kreatif
15 E-15 73.33 kreatif 90 sangat kreatif
16 E-16 43.33 cukup kreatif 66.67 kreatif
17 E-17 73.33 kreatif 50 cukup kreatif
18 E-18 23.33 kurang kreatif 73.33 kreatif
19 E-19 36.67 cukup kreatif 70 kreatif
20 E-20 43.33 cukup kreatif 73.33 kreatif
21 E-21 50 cukup kreatif 83.33 sangat kreatif
22 E-22 46.67 cukup kreatif 63.33 kreatif
23 E-23 70 kreatif 70 kreatif
24 E-24 46.67 cukup kreatif 73.33 kreatif
25 E-25 23.33 kurang kreatif 50 cukup kreatif
26 E-26 50 cukup kreatif 80 sangat kreatif
27 E-27 50 cukup kreatif 73.33 kreatif
28 E-28 20 kurang kreatif 66.67 kreatif
29 E-29 70 kreatif 93.33 sangat kreatif
30 E-30 40 cukup kreatif 93.33 sangat kreatif
31 E-31 56.67 kreatif 100 sangat kreatif
∑ 1503.32 2363.31
rata-rata 45.55515 cukup kreatif 76.235806 sangat kreatif
151
Lampiran 26
Analisis Lembar Observasi Karakter Pertemuan 1
No Kode
Nilai Skor
Total
Nilai
Total Ket
A B C D E F G H I
1 H-1 5 3 1 3 1 3 1 3 1 21 46.67 mulai terlihat
2 H-2 5 3 1 3 1 3 3 3 3 25 55.56 mulai terlihat
3 H-3 3 3 1 3 1 3 3 1 3 21 46.67 mulai terlihat
4 H-4 5 3 3 1 3 3 1 3 3 25 55.56 mulai terlihat
5 H-5 5 3 1 3 1 3 3 3 3 25 55.56 mulai terlihat
6 H-6 3 3 3 3 3 3 1 3 3 25 55.56 mulai terlihat
7 H-7 5 1 3 3 1 1 3 3 3 23 51.11 mulai terlihat
8 H-8 3 5 3 1 1 5 3 3 1 25 55.56 mulai terlihat
9 H-9 3 1 1 3 1 3 1 3 1 17 37.78 belum terlihat
10 H-10 3 3 3 3 5 3 3 5 3 31 68.89 mulai berkembang
11 H-11 5 1 3 5 3 3 3 3 3 29 64.44 mulai berkembang
12 H-12 5 3 3 3 1 5 3 1 3 27 60 mulai terlihat
13 H-13 5 3 5 3 3 3 3 5 3 33 73.33 mulai berkembang
14 H-14 3 5 3 3 3 3 3 5 3 31 68.89 mulai berkembang
15 H-15 5 3 3 3 1 5 3 3 1 27 60 mulai terlihat
16 H-16 5 3 3 3 1 3 3 3 5 29 64.44 mulai berkembang
17 H-17 3 3 5 1 5 3 5 5 3 33 73.33 mulai berkembang
18 H-18 5 1 5 3 3 1 3 3 5 29 64.44 mulai berkembang
19 H-19 3 5 3 3 1 3 3 1 1 23 51.11 mulai terlihat
20 H-20 3 3 5 3 1 3 3 3 5 29 64.44 mulai berkembang
21 H-21 5 1 3 3 3 1 1 1 3 21 46.67 mulai terlihat
22 H-22 5 1 3 3 3 1 3 3 3 25 55.56 mulai terlihat
23 H-23 3 3 3 3 3 3 1 3 3 25 55.56 mulai terlihat
24 H-24 3 3 5 3 1 5 3 3 5 31 68.89 mulai berkembang
25 H-25 5 1 3 3 3 1 3 5 3 27 60 mulai terlihat
26 H-26 5 3 5 3 1 5 1 3 1 27 60 mulai terlihat
27 H-27 3 5 3 5 1 5 3 3 1 29 64.44 mulai berkembang
28 H-28 5 3 3 5 3 3 5 1 5 33 73.33 mulai berkembang
29 H-29 5 5 3 3 1 5 3 3 1 29 64.44 mulai berkembang
30 H-30 5 3 3 1 1 3 5 3 3 27 60 mulai terlihat
31 H-31 5 1 3 3 3 1 1 3 3 23 51.11 mulai terlihat
jumlah 131 87 95 91 63 95 83 93 87 825 1833
% 85 56 61 59 41 61 54 60 56 belum terlihat
rata-rata 26.61 59.14 mulai terlihat
152
Analisis Lembar Observasi Karakter Pertemuan 2
No Kode
Nilai Skor
Total
Nilai
Total Ket
A B C D E F G H I
1 H-1 5 3 1 5 3 5 3 3 3 31 68.89 mulai berkembang
2 H-2 5 3 3 3 1 3 3 5 3 29 64.44 mulai berkembang
3 H-3 3 3 3 3 3 5 3 1 3 27 60 mulai terlihat
4 H-4 5 3 3 1 5 3 5 3 3 31 68.89 mulai berkembang
5 H-5 5 1 5 3 3 3 3 3 5 31 68.89 mulai berkembang
6 H-6 5 5 3 3 3 5 1 3 3 31 68.89 mulai berkembang
7 H-7 5 3 5 3 1 3 5 5 3 33 73.33 mulai berkembang
8 H-8 5 5 3 3 1 5 3 3 5 33 73.33 mulai berkembang
9 H-9 3 3 5 5 3 3 1 3 3 29 64.44 mulai berkembang
10 H-10 5 3 3 3 5 3 3 5 3 33 73.33 mulai berkembang
11 H-11 5 1 5 5 3 3 5 3 5 35 77.78 mulai berkembang
12 H-12 5 3 1 3 1 3 3 3 3 25 55.56 mulai terlihat
13 H-13 5 3 3 3 3 3 3 5 3 31 68.89 mulai berkembang
14 H-14 3 5 3 3 5 3 3 3 3 31 68.89 mulai berkembang
15 H-15 5 3 3 3 1 3 5 3 3 29 64.44 mulai berkembang
16 H-16 5 5 5 3 1 3 3 5 3 33 73.33 mulai berkembang
17 H-17 3 5 5 1 5 3 5 5 3 35 77.78 mulai berkembang
18 H-18 5 3 5 3 3 3 3 3 5 33 73.33 mulai berkembang
19 H-19 5 5 3 3 1 3 3 3 3 29 64.44 mulai berkembang
20 H-20 5 3 5 3 3 3 3 3 5 33 73.33 mulai berkembang
21 H-21 5 1 3 3 1 1 5 3 3 25 55.56 mulai terlihat
22 H-22 5 3 5 1 5 1 3 3 5 31 68.89 mulai berkembang
23 H-23 5 5 3 5 3 3 1 5 3 33 73.33 mulai berkembang
24 H-24 3 5 5 3 3 3 5 1 5 33 73.33 mulai berkembang
25 H-25 5 3 5 5 3 1 5 5 3 35 77.78 mulai berkembang
26 H-26 5 3 5 3 3 3 3 3 1 29 64.44 mulai berkembang
27 H-27 3 5 3 5 1 5 3 3 3 31 68.89 mulai berkembang
28 H-28 5 3 3 5 3 3 3 1 5 31 68.89 mulai berkembang
29 H-29 5 5 3 3 3 5 3 3 3 33 73.33 mulai berkembang
30 H-30 5 3 1 3 5 3 5 3 5 33 73.33 mulai berkembang
31 H-31 5 3 3 5 3 1 3 5 5 33 73.33 mulai berkembang
jumlah 143 107 111 103 87 97 105 105 111 969 2153
% 92 69 72 66 56 63 68 68 72 belum terlihat
rata-rata 31.3 69.5 mulai berkembang
153
Analisis Lembar Observasi Karakter Pertemuan 3
No Kode
Nilai Skor
Total Nilai
Total Ket
A B C D E F G H I
1 H-1 5 5 3 5 3 5 5 5 3 36 80 mulai berkembang
2 H-2 5 5 3 3 3 5 3 5 5 37 82.22 membudaya
3 H-3 5 3 5 3 3 3 3 3 5 33 73.33 mulai berkembang
4 H-4 5 5 3 5 5 3 3 5 3 37 82.22 membudaya
5 H-5 5 3 5 3 5 5 3 5 5 39 86.67 membudaya
6 H-6 5 5 3 5 3 5 3 3 5 37 82.22 membudaya
7 H-7 5 5 5 5 5 3 3 5 3 39 86.67 membudaya
8 H-8 5 5 3 3 3 5 3 3 5 35 77.78 mulai berkembang
9 H-9 5 3 5 3 3 3 3 3 5 33 73.33 mulai berkembang
10 H-10 5 3 5 3 5 5 3 5 5 39 86.67 membudaya
11 H-11 5 3 5 5 3 3 5 5 5 39 86.67 membudaya
12 H-12 5 5 3 3 3 5 5 5 3 37 82.22 membudaya
13 H-13 5 3 3 5 3 3 5 3 5 35 77.78 mulai berkembang
14 H-14 5 5 5 5 5 3 5 5 3 41 91.11 membudaya
15 H-15 5 3 3 3 3 5 5 3 5 35 77.78 mulai berkembang
16 H-16 5 5 5 3 3 5 3 5 3 37 82.22 membudaya
17 H-17 5 5 5 3 5 3 5 5 3 39 86.67 membudaya
18 H-18 5 3 5 3 3 3 5 5 3 35 77.78 mulai berkembang
19 H-19 5 5 3 5 3 5 3 3 5 37 82.22 membudaya
20 H-20 5 5 5 5 3 5 5 5 5 43 95.56 membudaya
21 H-21 5 3 3 5 3 3 5 5 3 35 77.78 mulai berkembang
22 H-22 5 3 5 3 3 3 5 3 5 35 77.78 mulai berkembang
23 H-23 5 5 3 5 3 5 3 5 5 39 86.67 membudaya
24 H-24 5 5 5 5 3 5 5 3 5 41 91.11 membudaya
25 H-25 5 3 5 5 3 3 5 5 3 37 82.22 membudaya
26 H-26 5 3 5 3 3 5 3 3 5 35 77.78 mulai berkembang
27 H-27 5 3 5 5 3 5 5 5 5 41 91.11 membudaya
28 H-28 5 3 5 5 5 5 3 3 5 39 86.67 membudaya
29 H-29 5 5 5 3 5 5 3 5 3 39 86.67 membudaya
30 H-30 5 3 5 3 3 3 5 3 5 35 77.78 mulai berkembang
31 H-31 5 5 5 5 5 3 5 5 5 43 95.56 membudaya
jumlah 155 125 133 125 111 127 125 131 133 1162 2582
% 100 81 86 81 72 82 81 85 86
rata-rata 37.48 83.3 membudaya
154
Lampiran 27
Analisis Karakter Disiplin
No
Kode Siswa
Pertemuan
1 Nilai
Pertemuan
2 Nilai
Pertemuan
3 Nilai
A B C A B C A B C
1 H-1 5 3 1 60 5 3 1 60 5 5 1 73.3333
2 H-2 5 3 1 60 5 3 3 73.3333 5 5 3 86.6667
3 H-3 3 3 1 46.6667 3 3 3 60 5 1 3 60
4 H-4 5 3 3 73.3333 5 3 3 73.3333 5 3 3 73.3333
5 H-5 5 3 1 60 5 3 3 73.3333 5 3 3 73.3333
6 H-6 5 3 3 73.3333 5 5 3 86.6667 5 5 3 86.6667
7 H-7 5 3 3 73.3333 5 3 5 86.6667 5 5 3 86.6667
8 H-8 3 5 3 73.3333 5 5 3 86.6667 5 5 3 86.6667
9 H-9 3 1 3 46.6667 3 1 3 46.6667 5 3 3 73.3333
10 H-10 3 3 3 60 5 3 3 73.3333 5 3 3 73.3333
11 H-11 5 1 3 60 5 3 3 73.3333 5 3 5 86.6667
12 H-12 5 3 3 73.3333 5 3 1 60 5 3 3 73.3333
13 H-13 5 3 3 73.3333 5 3 3 73.3333 5 3 3 73.3333
14 H-14 3 5 3 73.3333 3 5 3 73.3333 5 5 3 86.6667
15 H-15 5 3 3 73.3333 5 3 3 73.3333 5 3 3 73.3333
16 H-16 5 3 3 73.3333 5 3 5 86.6667 5 3 5 86.6667
17 H-17 5 3 5 86.6667 3 5 5 86.6667 5 5 5 100
18 H-18 5 1 5 73.3333 5 3 5 86.6667 5 3 5 86.6667
19 H-19 3 5 3 73.3333 5 3 3 73.3333 5 3 3 73.3333
20 H-20 3 3 3 60 5 3 3 73.3333 5 3 3 73.3333
21 H-21 5 1 3 60 5 1 3 60 5 3 3 73.3333
22 H-22 5 3 3 73.3333 5 3 5 86.6667 5 3 5 86.6667
23 H-23 3 3 3 60 5 5 3 86.6667 5 5 3 86.6667
24 H-24 3 3 5 73.3333 3 3 5 73.3333 5 5 5 100
25 H-25 5 3 3 73.3333 5 3 5 86.6667 5 3 5 86.6667
26 H-26 5 3 5 86.6667 5 3 5 86.6667 5 1 5 73.3333
27 H-27 3 5 3 73.3333 3 5 3 73.3333 5 3 3 73.3333
28 H-28 5 1 3 60 5 1 3 60 5 3 3 73.3333
29 H-29 5 5 3 86.6667 5 5 3 86.6667 5 5 3 86.6667
30 H-30 5 3 3 73.3333 5 3 1 60 5 3 3 73.3333
31 H-31 5 1 3 60 5 3 3 73.3333 5 3 3 73.3333
Rata-rata skor 68.60 74.62 79.78
Kriteria Mulai berkembang Mulai Berkembang Mulai Berkembang
155
Analisis Karakter Rasa Ingin tahu
No Kode Siswa
Pertemuan
1 Nilai
Pertemuan
2 Nilai
Pertemuan
3 Nilai
D E D E D E
1 H-1 3 1 40 5 3 80 5 3 80
2 H-2 3 1 40 3 1 40 5 3 80
3 H-3 3 1 40 3 3 60 3 5 80
4 H-4 1 3 40 1 5 60 3 5 80
5 H-5 3 1 40 3 3 60 3 5 80
6 H-6 3 3 60 3 3 60 5 3 80
7 H-7 3 1 40 3 1 40 5 5 100
8 H-8 1 1 20 3 1 40 5 3 80
9 H-9 3 1 40 5 3 80 5 3 80
10 H-10 3 5 80 3 5 80 3 5 80
11 H-11 5 3 80 5 3 80 5 3 80
12 H-12 3 1 40 3 1 40 3 3 60
13 H-13 3 3 60 3 3 60 5 3 80
14 H-14 3 3 60 3 5 80 5 5 100
15 H-15 3 1 40 3 1 40 3 3 60
16 H-16 3 1 40 3 1 40 3 3 60
17 H-17 1 5 60 1 5 60 3 5 80
18 H-18 3 3 60 3 3 60 3 3 60
19 H-19 3 1 40 3 1 40 5 3 80
20 H-20 3 1 40 3 3 60 5 3 80
21 H-21 3 3 60 3 1 40 5 3 80
22 H-22 3 3 60 1 5 60 3 5 80
23 H-23 3 3 60 5 3 80 5 3 80
24 H-24 3 1 40 3 3 60 5 3 80
25 H-25 3 3 60 5 3 80 5 3 80
26 H-26 3 1 40 3 3 60 3 5 80
27 H-27 5 1 60 5 1 60 5 3 80
28 H-28 5 3 80 5 3 80 5 5 100
29 H-29 3 1 40 3 1 40 3 3 60
30 H-30 1 1 20 3 3 60 3 3 60
31 H-31 3 3 60 5 3 80 5 5 100
Rata-rata skor 49.68 60.00 78.71
Kriteria Mulai terlihat Mulai terlihat Mulai berkembang
156
Analisis Presentase tanggungjawab
No Kode Siswa
Pertemuan 1 Nilai
Pertemuan 2 Nilai
Pertemuan 3 Nilai
F G F G F G
1 H-1 3 1 40 5 3 80 5 5 100
2 H-2 3 3 60 3 3 60 5 3 80
3 H-3 3 3 60 5 3 80 3 3 60
4 H-4 3 1 40 3 5 80 3 5 80
5 H-5 3 3 60 3 3 60 5 3 80
6 H-6 3 1 40 5 1 60 5 3 80
7 H-7 1 3 40 3 5 80 3 3 60
8 H-8 5 3 80 5 3 80 5 3 80
9 H-9 3 1 40 3 1 40 3 3 60
10 H-10 3 3 60 3 3 60 5 1 60
11 H-11 3 3 60 3 5 80 3 5 80
12 H-12 5 3 80 3 3 60 5 5 100
13 H-13 3 3 60 3 3 60 3 5 80
14 H-14 3 3 60 3 3 60 3 5 80
15 H-15 5 3 80 3 5 80 5 5 100
16 H-16 3 3 60 3 3 60 5 3 80
17 H-17 3 5 80 3 5 80 3 5 80
18 H-18 1 3 40 3 3 60 3 5 80
19 H-19 3 3 60 3 3 60 5 3 80
20 H-20 3 3 60 3 3 60 5 5 100
21 H-21 1 1 20 1 5 60 3 3 60
22 H-22 1 3 40 1 3 40 3 5 80
23 H-23 3 1 40 3 1 40 3 3 60
24 H-24 5 3 80 3 5 80 5 5 100
25 H-25 1 3 40 1 5 60 3 5 80
26 H-26 5 1 60 3 3 60 5 3 80
27 H-27 5 3 80 5 3 80 5 5 100
28 H-28 3 5 80 3 3 60 5 3 80
29 H-29 5 3 80 5 3 80 5 3 80
30 H-30 3 5 80 3 5 80 3 5 80
31 H-31 1 1 20 1 3 40 3 3 60
Rata-rata skor 57.42 65.16 79.35
Kriteria Mulai terlihat Mulai berkembang Mulai berkembang
157
Analisis Karakter komunikatif
No Kode Siswa Pertemuan 1 Nilai Pertemuan 2 Nilai
Pertemuan
3 Nilai
H I H I H I
1 H-1 3 1 40 3 3 60 5 3 80
2 H-2 3 3 60 5 3 80 5 3 80
3 H-3 1 3 40 1 3 40 3 3 60
4 H-4 3 3 60 3 3 60 3 3 60
5 H-5 3 3 60 3 5 80 5 5 100
6 H-6 3 3 60 3 3 60 3 3 60
7 H-7 3 3 60 5 3 80 5 3 80
8 H-8 3 1 40 3 5 80 3 5 80
9 H-9 3 1 40 3 3 60 3 5 80
10 H-10 5 3 80 5 3 80 3 5 80
11 H-11 3 3 60 3 5 80 5 5 100
12 H-12 1 3 40 3 3 60 3 3 60
13 H-13 3 3 60 5 3 80 5 5 100
14 H-14 5 3 80 3 3 60 5 3 80
15 H-15 3 1 40 3 3 60 3 5 80
16 H-16 3 5 80 5 3 80 5 3 80
17 H-17 3 1 40 5 3 80 5 3 80
18 H-18 3 5 80 3 5 80 5 3 80
19 H-19 1 1 20 3 3 60 1 5 60
20 H-20 3 5 80 3 5 80 5 5 100
21 H-21 1 3 40 3 3 60 5 3 80
22 H-22 3 3 60 3 5 80 3 5 80
23 H-23 3 3 60 5 3 80 5 5 100
24 H-24 3 5 80 1 5 60 3 5 80
25 H-25 5 3 80 5 3 80 5 3 80
26 H-26 3 1 40 3 1 40 3 3 60
27 H-27 3 1 40 3 3 60 5 3 80
28 H-28 1 5 60 1 5 60 3 5 80
29 H-29 3 1 40 3 3 60 5 3 80
30 H-30 3 1 40 3 5 80 3 5 80
31 H-31 3 1 40 5 5 100 5 5 100
Rata-rata skor 54.84 69.68 80.00
Kriteria Mulai terlihat Mulai berkembang Mulai berkembang
158
Lampiran 28
Kelas Kelas
EksperimenSkala Kecil
PRETEST 45.56 57.67
POSTTEST 76.24 79.67
N-Gain 0.56 0.52
Kriteria uji <g> : g > 0,7 (tinggi)
: 0,3 < g < 0,7 (sedang)
: g < 0,3 (rendah)
Kelas Eksperimen
=
30.68
54.44
= 0.56 (sedang)
Kelas Skala Kecil
=
22.00
42.33
= 0.52 (sedang)
Uji Gain untuk Mengetahui Taraf Signifikansi
Perkembangan Berpikir Kreatif
RATA-RATA
=
=
gS
SS
pre
prepost
%100
g
gS
SS
pre
prepost
%100
g
159
Lampiran 29
Kelas Kelas
EksperimenSkala Kecil
Pertemuan 1 59.14 61.33
Pertemuan 2 69.46 74.22
N-Gain 0.25 0.33
Kriteria uji <g> : g > 0,7 (tinggi)
: 0,3 < g < 0,7 (sedang)
: g < 0,3 (rendah)
Kelas Eksperimen
=
10.32
40.86
= 0.25 (rendah)
Kelas Skala Kecil
=
12.89
38.67
= 0.33 (sedang)
Uji Gain untuk Mengetahui Taraf Signifikansi
Perkembangan Karakter (Pertemuan 1-2)
RATA-RATA
=
=
gS
SS
pre
prepost
%100
g
gS
SS
pre
prepost
%100
g
160
Kelas Kelas
EksperimenSkala Kecil
Pertemuan 2 69.46 61.33
Pertemuan 3 83.30 85.33
N-Gain 0.45 0.62
Kriteria uji <g> : g > 0,7 (tinggi)
: 0,3 < g < 0,7 (sedang)
: g < 0,3 (rendah)
Kelas Eksperimen
=
13.84
30.54
= 0.45 (sedang)
Kelas Skala Kecil
=
24.00
38.67
= 0.62 (sedang)
Uji Gain untuk Mengetahui Taraf Signifikansi Perkembangan
Karakter (Pertemuan 2-3)
RATA-RATA
=
=
gS
SS
pre
prepost
%100
g
gS
SS
pre
prepost
%100
g
161
Kelas Kelas
Eksperimen Skala Kecil
Pertemuan 1 59.14 61.33
Pertemuan 3 83.30 85.33
N-Gain 0.59 0.62
Kriteria uji <g> : g > 0,7 (tinggi)
: 0,3 < g < 0,7 (sedang)
: g < 0,3 (rendah)
Kelas Eksperimen
=
24.16
40.86
= 0.59 (sedang)
Kelas Skala Kecil
=
24.00
38.67
= 0.62 (sedang)
Uji Gain untuk Mengetahui Taraf Signifikansi
Perkembangan Karakter (Pertemuan 1-3)
RATA-RATA
=
=
gS
SS
pre
prepost
%100
g
gS
SS
pre
prepost
%100
g
162
Lampiran 30
1 H-1 60.00 60.00 73.33 0.00 0.33 0.33
2 H-2 60.00 73.33 86.67 0.33 0.50 0.67
3 H-3 46.67 60.00 60.00 0.25 0.00 0.25
4 H-4 73.33 73.33 73.33 0.00 0.00 0.00
5 H-5 60.00 73.33 73.33 0.33 0.00 0.33
6 H-6 73.33 86.67 86.67 0.50 0.00 0.50
7 H-7 73.33 86.67 86.67 0.50 0.00 0.50
8 H-8 73.33 86.67 86.67 0.50 0.00 0.50
9 H-9 46.67 46.67 73.33 0.00 0.50 0.50
10 H-10 60.00 73.33 73.33 0.33 0.00 0.33
11 H-11 60.00 73.33 86.67 0.33 0.50 0.67
12 H-12 73.33 60.00 73.33 -0.50 0.33 0.00
13 H-13 73.33 73.33 73.33 0.00 0.00 0.00
14 H-14 73.33 73.33 86.67 0.00 0.50 0.50
15 H-15 73.33 73.33 73.33 0.00 0.00 0.00
16 H-16 73.33 86.67 86.67 0.50 0.00 0.50
17 H-17 86.67 86.67 100.00 0.00 1.00 1.00
18 H-18 73.33 86.67 86.67 0.50 0.00 0.50
19 H-19 73.33 73.33 73.33 0.00 0.00 0.00
20 H-20 60.00 73.33 73.33 0.33 0.00 0.33
21 H-21 60.00 60.00 73.33 0.00 0.33 0.33
22 H-22 73.33 86.67 86.67 0.50 0.00 0.50
23 H-23 60.00 86.67 86.67 0.67 0.00 0.67
24 H-24 73.33 73.33 100.00 0.00 1.00 1.00
25 H-25 73.33 86.67 86.67 0.50 0.00 0.50
26 H-26 86.67 86.67 73.33 0.00 -1.00 -1.00
27 H-27 73.33 73.33 73.33 0.00 0.00 0.00
28 H-28 60.00 60.00 73.33 0.00 0.33 0.33
29 H-29 86.67 86.67 86.67 0.00 0.00 0.00
30 H-30 73.33 60.00 73.33 -0.50 0.33 0.00
31 H-31 60.00 73.33 73.33 0.33 0.00 0.33
68.60 74.62 79.78 0.19 0.20 0.36
Uji Gain Disiplin Tiap Pertemuan
Gain 1-2 Gain 2-3 Gain 1-3NoKode
siswaPertemuan 1 Pertemuan 2Pertemuan 3
Nilai Rata-rata
163
1 H-1 40.00 80.00 80.00 0.67 0.00 0.67
2 H-2 40.00 40.00 80.00 0.00 0.67 0.67
3 H-3 40.00 60.00 80.00 0.33 0.50 0.67
4 H-4 40.00 60.00 80.00 0.33 0.50 0.67
5 H-5 40.00 60.00 80.00 0.33 0.50 0.67
6 H-6 60.00 60.00 80.00 0.00 0.50 0.50
7 H-7 40.00 40.00 100.00 0.00 1.00 1.00
8 H-8 20.00 40.00 80.00 0.25 0.67 0.75
9 H-9 40.00 80.00 80.00 0.67 0.00 0.67
10 H-10 80.00 80.00 80.00 0.00 0.00 0.00
11 H-11 80.00 80.00 80.00 0.00 0.00 0.00
12 H-12 40.00 40.00 60.00 0.00 0.33 0.33
13 H-13 60.00 60.00 80.00 0.00 0.50 0.50
14 H-14 60.00 80.00 100.00 0.50 1.00 1.00
15 H-15 40.00 40.00 60.00 0.00 0.33 0.33
16 H-16 40.00 40.00 60.00 0.00 0.33 0.33
17 H-17 60.00 60.00 80.00 0.00 0.50 0.50
18 H-18 60.00 60.00 60.00 0.00 0.00 0.00
19 H-19 40.00 40.00 80.00 0.00 0.67 0.67
20 H-20 40.00 60.00 80.00 0.33 0.50 0.67
21 H-21 60.00 40.00 80.00 -0.50 0.67 0.50
22 H-22 60.00 60.00 80.00 0.00 0.50 0.50
23 H-23 60.00 80.00 80.00 0.50 0.00 0.50
24 H-24 40.00 60.00 80.00 0.33 0.50 0.67
25 H-25 60.00 80.00 80.00 0.50 0.00 0.50
26 H-26 40.00 60.00 80.00 0.33 0.50 0.67
27 H-27 60.00 60.00 80.00 0.00 0.50 0.50
28 H-28 80.00 80.00 100.00 0.00 1.00 1.00
29 H-29 40.00 40.00 60.00 0.00 0.33 0.33
30 H-30 20.00 60.00 60.00 0.50 0.00 0.50
31 H-31 60.00 80.00 100.00 0.50 1.00 1.00
49.68 60.00 78.71 0.21 0.47 0.58
NoKode
siswa
Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3 Gain 1-
2
Gain 2-
3
Gain 1-
3
Nilai Rata-rata
uji gain rasa ingin tahu tiap pertemuan
164
1 H-1 40.00 80.00 100.00 0.67 1.00 1.00
2 H-2 60.00 60.00 80.00 0.00 0.50 0.50
3 H-3 60.00 80.00 60.00 0.50 -1.00 0.00
4 H-4 40.00 80.00 80.00 0.67 0.00 0.67
5 H-5 60.00 60.00 80.00 0.00 0.50 0.50
6 H-6 40.00 60.00 80.00 0.33 0.50 0.67
7 H-7 40.00 80.00 60.00 0.67 -1.00 0.33
8 H-8 80.00 80.00 80.00 0.00 0.00 0.00
9 H-9 40.00 40.00 60.00 0.00 0.33 0.33
10 H-10 60.00 60.00 60.00 0.00 0.00 0.00
11 H-11 60.00 80.00 80.00 0.50 0.00 0.50
12 H-12 80.00 60.00 100.00 -1.00 1.00 1.00
13 H-13 60.00 60.00 80.00 0.00 0.50 0.50
14 H-14 60.00 60.00 80.00 0.00 0.50 0.50
15 H-15 80.00 80.00 100.00 0.00 1.00 1.00
16 H-16 60.00 60.00 80.00 0.00 0.50 0.50
17 H-17 80.00 80.00 80.00 0.00 0.00 0.00
18 H-18 40.00 60.00 80.00 0.33 0.50 0.67
19 H-19 60.00 60.00 80.00 0.00 0.50 0.50
20 H-20 60.00 60.00 100.00 0.00 1.00 1.00
21 H-21 20.00 60.00 60.00 0.50 0.00 0.50
22 H-22 40.00 40.00 80.00 0.00 0.67 0.67
23 H-23 40.00 40.00 60.00 0.00 0.33 0.33
24 H-24 80.00 80.00 100.00 0.00 1.00 1.00
25 H-25 40.00 60.00 80.00 0.33 0.50 0.67
26 H-26 60.00 60.00 80.00 0.00 0.50 0.50
27 H-27 80.00 80.00 100.00 0.00 1.00 1.00
28 H-28 80.00 60.00 80.00 -1.00 0.50 0.00
29 H-29 80.00 80.00 80.00 0.00 0.00 0.00
30 H-30 80.00 80.00 80.00 0.00 0.00 0.00
31 H-31 20.00 40.00 60.00 0.25 0.33 0.50
57.42 65.16 79.35 0.18 0.41 0.52
Gain 1-2Gain 2-3Gain 1-3NoKode
siswaPertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3
uji gain tanggungjawab tiap pertemuan
165
1 H-1 40.00 60.00 80.00 0.33 0.50 0.67
2 H-2 60.00 80.00 80.00 0.50 0.00 0.50
3 H-3 40.00 40.00 60.00 0.00 0.33 0.33
4 H-4 60.00 60.00 60.00 0.00 0.00 0.00
5 H-5 60.00 80.00 100.00 0.50 1.00 1.00
6 H-6 60.00 60.00 60.00 0.00 0.00 0.00
7 H-7 60.00 80.00 80.00 0.50 0.00 0.50
8 H-8 40.00 80.00 80.00 0.67 0.00 0.67
9 H-9 40.00 60.00 80.00 0.33 0.50 0.67
10 H-10 80.00 80.00 80.00 0.00 0.00 0.00
11 H-11 60.00 80.00 100.00 0.50 1.00 1.00
12 H-12 40.00 60.00 60.00 0.33 0.00 0.33
13 H-13 60.00 80.00 100.00 0.50 1.00 1.00
14 H-14 80.00 60.00 80.00 -1.00 0.50 0.00
15 H-15 40.00 60.00 80.00 0.33 0.50 0.67
16 H-16 80.00 80.00 80.00 0.00 0.00 0.00
17 H-17 40.00 80.00 80.00 0.67 0.00 0.67
18 H-18 80.00 80.00 80.00 0.00 0.00 0.00
19 H-19 20.00 60.00 60.00 0.50 0.00 0.50
20 H-20 80.00 80.00 100.00 0.00 1.00 1.00
21 H-21 40.00 60.00 80.00 0.33 0.50 0.67
22 H-22 60.00 80.00 80.00 0.50 0.00 0.50
23 H-23 60.00 80.00 100.00 0.50 1.00 1.00
24 H-24 80.00 60.00 80.00 -1.00 0.50 0.00
25 H-25 80.00 80.00 80.00 0.00 0.00 0.00
26 H-26 40.00 40.00 60.00 0.00 0.33 0.33
27 H-27 40.00 60.00 80.00 0.33 0.50 0.67
28 H-28 60.00 60.00 80.00 0.00 0.50 0.50
29 H-29 40.00 60.00 80.00 0.33 0.50 0.67
30 H-30 40.00 80.00 80.00 0.67 0.00 0.67
31 H-31 40.00 100.00 100.00 1.00 0.00 1.00
54.84 69.68 80.00 0.33 0.34 0.56
NoKode
siswaPertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3 Gain 1-2Gain 2-3Gain 1-3
uji gain komunikatif tiap pertemuan