PENGEMBANGAN MODEL BTL (BETTER TEACHING AND …lib.unnes.ac.id/19773/1/4201409116.pdf · 2.4.1...

183
i PENGEMBANGAN MODEL BTL (BETTER TEACHING AND LEARNING) UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN KARAKTER SISWA SMP skripsi disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika oleh Rulin Dotama Charista Putri 4201409116 JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2013

Transcript of PENGEMBANGAN MODEL BTL (BETTER TEACHING AND …lib.unnes.ac.id/19773/1/4201409116.pdf · 2.4.1...

i

PENGEMBANGAN MODEL BTL (BETTER TEACHING

AND LEARNING) UNTUK MENGEMBANGKAN

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN KARAKTER

SISWA SMP

skripsi

disajikan sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

oleh

Rulin Dotama Charista Putri

4201409116

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2013

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang

Panitia Ujian Skripsi.

Semarang, 23 Agustus 2013

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dra. Dwi Yulianti, M.Si. Dra. Langlang Handayani, M.App.Sc.

NIP. 196007221984032001 NIP. 196807221992032001

iii

PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul

Pengembangan Model BTL (Better Teaching and Learning) untuk

Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Karakter Siswa SMP

disusun oleh

Rulin Dotama Charista Putri

4201409116

telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi FMIPA UNNES pada

tanggal 23 Agustus 2013.

Panitia :

Ketua Sekretaris

Prof. Dr. Wiyanto, M.Si Dr. Khumaedi, M.Si.

196310121988031001 196306101989011002

Ketua Penguji

Drs. Sukiswo Supeni Edi, M.Si

195610291986011000

Anggota Penguji/ Anggota Penguji/

Pembimbing Utama Penguji Pendamping

Dra. Dwi Yulianti, M.Si. Dra. Langlang Handayani, M.App.Sc.

196007221984032001 196807221992032001

iv

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi adalah benar-benar

hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau

seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip

atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, 23 Agustus 2013

Penulis,

Rulin Dotama Charista Putri

4201409116

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah

selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). Dan

hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap”.(Al-Insyirah, 6-8)

“Dimana ada kemauan, disitu pasti ada jalan”

Kupersembahkan karya sederhana ini kepada :

1. Bapak Suwoyo dan Ibu Siti Zaenab tercinta yang

selalu memberi do’a, motivasi, cinta & kasih sayang.

2. Adikku tersayang, Meilinda Dotama yang telah

memberikan semangat dan keceriaan.

3. Teman-teman seperbimbingan, Teguh, Dian, Fikri,

Dzafin, Arum, Neni, Luthfia, Hendra, Kiswanto, Lida

jangan lupakan perjuangan dan kebersamaan kita

selama ini.

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat, hidayah, dan kekuatan hati sehingga dapat menyusun dan menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Pengembangan Model BTL (Better Teaching and Learning)

untuk Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Karakter Siswa

SMP” dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini saya ingin menyampaikan

rasa terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., rektor Universitas Negeri Semarang

yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan

studi S1 di UNNES;

2. Prof. Dr. Wiyanto, M.Si., dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang;

3. Dr. Khumaedi, M.Si., ketua jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri

Semarang;

4. Dra. Dwi Yulianti, M.Si., pembimbing I yang telah meluangkan waktu,

memberikan motivasi, bimbingan, dan bantuan dalam penyusunan skripsi ini;

5. Dra. Langlang Handayani, M.App.Sc., pembimbing II yang telah memberikan

bantuan, bimbingan dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini;

6. Drs. Sukiswo Supeni Edi, M.Si., dosen penguji yang telah memberikan saran

dan arahan dalam penyusunan skripsi ini;

7. Isa Akhlis, S.Si., M.Si., dosen wali yang telah memberikan motivasi selama

penulis belajar di jurusan Fisika;

vii

8. Dosen jurusan Fisika yang telah memberikan bekal ilmu kepada penulis

selama belajar di jurusan Fisika;

9. Teguh Waluyo, S.Pd., MM., kepala SMP N 3 Semarang yang telah

memberikan ijin penelitian;

10. Sugianto, S.Pd., guru pelajaran Fisika kelas VII SMP N 3 Semarang yang

telah membantu penulis selama penelitian;

11. Siswa kelas VII H yang telah menjadi subjek penelitian, terima kasih atas

kerja samanya;

12. Bapak, ibu serta keluarga besar yang telah memberi dukungan, semangat, dan

motivasi hingga terselesaikannya penyusunan skripsi ini;

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena

kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat

memberikan manfaat bagi penulis pada khususnya, lembaga, masyarakat dan para

pembaca pada umumnya.

Semarang, 23 Agustus 2013

Penulis

viii

ABSTRAK

Putri, Rulin Dotama Charista. 2013. Pengembangan model BTL (Better Teaching and

Learning) untuk Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Karakter

Siswa SMP. Skripsi. Jurusan Fisika. FMIPA. UNNES. Pembimbing: I. Dra.

Dwi Yulianti, M.Si., II. Dra. Langlang Handayani, M.App.Sc.

Kata kunci : BTL, kemampuan berpikir kreatif, karakter

Pemerintah Amerika Serikat melalui United States Agency for International

Development (USAID) menjalin kerjasama dengan pemerintah Indonesia di bidang

pendidikan dalam rangka mendukung Departemen Pendidikan Nasional dan

Departemen Agama untuk meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan menengah

pertama. Program yang dilaksanakan dinamakan Decentralized Basic Education 3

(DBE3). Program ini mengembangkan model pembelajaran bermakna atau BTL

(Better Teaching and Learning). Model BTL atau pembelajaran bermakna ini

dikembangkan untuk melatih kecakapan hidup. Salah satu kecakapan yang harus

dikuasai siswa adalah kemampuan berpikir kreatif. Salah satu tujuan dari pendidikan

nasional adalah mengembangkan karakter siswa. Hal ini sesuai dengan UU No 20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 3. Tujuan dari penelitian ini

adalah menyediakan perangkat BTL untuk mengembangkan kemampuan berpikir

kreatif dan karakter serta untuk mengetahui pengembangan kemampuan berpikir

kreatif dan karakter siswa SMP pokok bahasan kalor.

Metode yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan. Uji coba

produk menggunakan Pre Experimental Design dengan jenis Pre-test and Post-test

One Group Design. Prosedur penelitian ini dibagi menjadi tiga tahap, yaitu studi

pendahuluan, perancangan, dan pengembangan. Data kemampuan berpikir kreatif

siswa diperoleh dari lembar observasi pre-test dan post-test. Data karakter diperoleh

dari lembar observasi pada setiap pertemuan.

Hasil penelitian mendapatkan desain perangkat BTL yang berupa silabus,

RPP, LKS dan lembar penilaian untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif

dan karakter siswa. Uji validasi produk perangkat model BTL dilakukan oleh dosen

pembimbing untuk mengetahui kelayakan. Selanjutnya perangkat model BTL diuji

coba secara terbatas pada sepuluh siswa, setelah ada perbaikan perangkat BTL

diterapkan di kelas. Berdasarkan hasil analisis data, model BTL mampu

mengembangkan kemampuan berpikir kreatif pada kategori sedang dan karakter

siswa pada kategori mulai berkembang.

ix

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ......................................................................................... vi

ABSTRAK ........................................................................................................... viii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ................................................................................................. xiii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xiv

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 4

1.3 Pembatasan Masalah .............................................................................. 5

1.4 Tujuan Penelitian .................................................................................. 5

1.5 Manfaat Penelitian ................................................................................. 5

1.6 Penegasan Istilah .................................................................................. 6

1.7 Sistematika Skripsi ............................................................................... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Model BTL (Better Teaching and Learning) ....................................... 9

2.2 Kemampuan Berpikir Kreatif ............................................................... 12

2.3 Pendidikan Karakter .............................................................................. 17

x

2.4 Tinjauan Materi Pokok bahasan Kalor .................................................. 21

2.4.1 Pengertian Kalor............................................................................ 21

2.4.2 Kalor Dapat mengubah Suhu Benda ............................................. 22

2.4.3 Kalor Dapat Mengubah Wujud Benda .......................................... 23

2.4.4 Faktor-faktor yang Mempercepat Penguapan ............................... 25

2.4.5 Kalor yang Dibutuhkan pada Waktu Mendidih dan Melebur ....... 25

2.4.5.1 Mendidih ........................................................................... 25

2.4.5.2 Melebur ............................................................................. 27

2.5 Kerangka Berpikir ................................................................................. 28

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Subjek Penelitian................................................................. 31

3.2 Desain Penelitian .................................................................................. 31

3.3 Prosedur Penelitian ................................................................................ 32

3.4 Metode Pengumpulan Data.................................................................... 34

3.5 Analisis Uji Coba Instrumen ................................................................ 34

3.5.1 Validitas ........................................................................................ 35

3.5.2 Reliabilitas .................................................................................... 35

3.5.3 Tingkat Kesukaran ........................................................................ 36

3.5.4 Daya Pembeda ............................................................................... 37

3.6 Metode Analisis Data ............................................................................ 38

xi

3.6.1 Analisis Tahap Awal ..................................................................... 38

3.6.1.1 Uji Normalitas ................................................................... 38

3.6.2 Analisis Tahap Akhir .................................................................... 39

3.6.2.1 Analisis Pengembangan Nilai Karakter ............................ 39

3.6.2.2 Analisis Pengembangan Kemampuan Berpikir Kreatif .... 40

3.6.2.3 Uji Gain ............................................................................. 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Desain Perangkat BTL untuk Mengembangkan Kemampuan Berpikir

Kreatif dan Karakter Siswa SMP .......................................................... 42

4.2 Hasil Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif ........................................ 46

4.2.1 Hasil Analisis Lembar Observasi Kemampuan Berpikir Kreatif .. 46

4.2.2 Signifikansi Kemampuan Berpikir Kreatif ................................... 47

4.3 Hasil Analisis Karakter Siswa ............................................................... 48

4.3.1 Hasil Analisis Lembar Observasi Karakter ................................... 48

4.3.2 Signifikansi Karakter .................................................................... 50

4.4 Pembahasan ........................................................................................... 51

4.4.1 Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa ............................................. 51

4.4.2 Karakter Siswa .............................................................................. 55

BAB V PENUTUP

5.1 Simpulan ............................................................................................... 60

5.2 Saran ..................................................................................................... 60

xii

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 61

LAMPIRAN

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Klasifikasi Tingkat Kesukaran ...................................................... 37

Tabel 3.2 Klasifikasi Daya Pembeda ............................................................. 38

Tabel 3.3 Kriteria Besarnya Faktor Gain <g> .............................................. 40

Tabel 4.1 Gain Kemampuan Berpikir Kreatif Uji Skala Terbatas ................. 45

Tabel 4.2 Gain Karakter Uji Skala Terbatas .................................................. 45

Tabel 4.3 Hasil Pre-Test dan Post-Test Kemampuan Berpikir Kreatif ......... 46

Tabel 4.4 Hasil Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa ...................... 47

Tabel 4.5 Hasil Analisis Lembar Observasi Tiap Karakter ........................... 49

Tabel 4.6 Rekapitulasi Kriteria Tiap Karakter ............................................... 49

Tabel 4.7 Uji Gain Tiap Aspek Karakter ....................................................... 50

Tabel 4.8 Hasil Analisis Uji Gain Total keempat Karakter ........................... 51

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Diagram Perubahan Wujud Zat ................................................. 24

Gambar 2.2 Bagan Kerangka Berpikir .......................................................... 30

Gambar 3.1 Prosedur Penelitian .................................................................... 32

Gambar 4.1 Kategori Kemampuan Berpikir Kreatif Hasil Pre-Test dan Post-

Test............................................................................................. 47

Gambar 4.2 Perkembangan Nilai Karakter Siswa.......................................... 48

Gambar 4.3 Uji Gain Tiap Aspek Karakter Siswa ......................................... 50

Gambar 4.4 Uji Gain Karakter Total ............................................................. 51

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Daftar Kode Siswa VII H ........................................................... 63

Lampiran 2 Daftar Kode Siswa Uji Skala Terbatas ....................................... 64

Lampiran 3 Daftar Kode Siswa Kelas Uji Coba Soal .................................... 65

Lampiran 4 Silabus ........................................................................................ 67

Lampiran 5 RPP ............................................................................................. 70

Lampiran 6 LKS ............................................................................................. 89

Lampiran 7 Buku Siswa ................................................................................. 111

Lampiran 8 Kisi-kisi Soal Uji Coba Tes ........................................................ 117

Lampiran 9 Soal Uji Coba.............................................................................. 118

Lampiran 10 Instrumen Soal Uji Coba dan Rubrik Penilaian........................ 120

Lampiran 11 Tabel Analisis Data Soal Uji Coba ........................................... 128

Lampiran 12 Contoh Perhitungan Validitas Butir Soal ................................. 130

Lampiran 13 Contoh Perhitungan Reliabilitas Instrumen .............................. 132

Lampiran 14 Contoh Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal .......................... 133

Lampiran 15 Contoh Perhitungan Daya Pembeda Soal ................................. 134

Lampiran 16 Kisi-kisi Lembar Observasi Kemampuan Berpikir Kreatif ...... 135

Lampiran 17 Lembar Observasi Kemampuan Berpikir Kreatif ..................... 136

Lampiran 18 Kunci Jawaban Lembar Observasi Berpikir Kreatif................ 138

xvi

Lampiran 19 Kisi-kisi Lembar Observasi Karakter ...................................... 140

Lampiran 20 Lembar Observasi Karakter ..................................................... 141

Lampiran 21 Daftar Nilai Pre-Test dan Pos-Test Kemampuan Berpikir Kreatif

Uji Skala Terbatas .................................................................... 142

Lampiran 22 Analisis Lembar Observasi Karakter Uji Skala Terbatas ........ 143

Lampiran 23 Daftar Nilai Pre-Test dan Pos-Test Kemampuan Berpikir Kreatif

Uji Skala Luas .......................................................................... 146

Lampiran 24 Uji Normalitas .......................................................................... 147

Lampiran 25 Analisis Lembar Observasi Kemampuan Berpikir Kreatif Uji

Skala Luas ................................................................................. 149

Lampiran 26 Analisis Lembar Observasi Karakter Tiap Pertemuan ............. 150

Lampiran 27 Analisis Lembar Observasi Karakter Tiap Aspek .................... 150

Lampiran 28 Perhitungan Gain Kemampuan Berpikir Kreatif ...................... 157

Lampiran 29 Perhitungan Gain Karakter Total ............................................. 158

Lampiran 30 Perhitungan Gain Karakter Tiap Aspek ................................... 161

Lampiran 31 Dokumentasi Penelitian ............................................................ 164

Lampiran 32 Surat Penetapan Pembimbing ................................................... 165

Lampiran 33 Surat Ijin Penelitian dari Fakultas ............................................ 166

Lampiran 34 Surat Keterangan Selesai Penelitian ......................................... 167

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemerintah Amerika Serikat melalui United States Agency for

International Development (USAID) menjalin kerjasama dengan pemerintah

Indonesia di bidang pendidikan dalam rangka mendukung Departemen

Pendidikan Nasional dan Departemen Agama untuk meningkatkan mutu dan

relevansi pendidikan menengah pertama. Program yang dilaksanakan dinamakan

Decentralized Basic Education 3 (DBE3). Program ini mengembangkan model

pembelajaran bermakna atau BTL (Better Teaching and Learning) dan

bekerjasama dengan Dinas Pendidikan dan Departemen Agama di 44 kabupaten/

kota di enam provinsi, yaitu Sumatera Utara, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah,

Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan. DBE3 membantu 330 sekolah mitra (SMP dan

MTs) untuk mengembangkan pembelajaran yang lebih bervariasi, interaktif, dan

praktis sehingga pendidikan menjadi lebih menarik dan relevan bagi siswa

Model BTL atau pembelajaran bermakna ini dikembangkan untuk

melatih kecakapan hidup. Salah satu kecakapan yang harus dikuasai siswa adalah

kecakapan berpikir. Galbreath (1999) mengemukakan bahwa pada abad

pengetahuan, modal intelektual, khususnya kecakapan berpikir tingkat tinggi

(higher order thinking), merupakan salah satu hal yang dibutuhkan dalam dunia

kerja. Rosnawati (2009:1) menyatakan bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi

merupakan suatu kemampuan berpikir yang tidak hanya membutuhkan

2

kemampuan mengingat saja, namun membutuhkan kemampuan lain yang lebih

tinggi, seperti kemampuan berpikir kreatif dan kritis.

Salah satu tujuan pembelajaran IPA di SMP/MTs adalah agar siswa

memiliki kemampuan mengembangkan keterampilan bernalar dalam berpikir

analisis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika

untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam dan menyelesaian masalah baik secara

kualitatif maupun kuantitatif (Permendiknas No. 22 Tahun 2006). Johnson,

sebagaimana dikutip oleh Liliasari (2001) mengemukakan bahwa keterampilan

berpikir dapat dibedakan menjadi berpikir kritis dan berpikir kreatif. Salah satu

keterampilan berpikir tingkat tinggi yang digunakan pada pembelajaran fisika

untuk menemukan konsep dan prinsip dalam menjelaskan berbagai peristiwa dan

masalah di kehidupan sehari-hari adalah kemampuan berpikir kreatif. Menurut

Munandar (1992: 45-46) pemikiran kreatif perlu dilatih, karena pemikiran ini

membuat anak lancar dan luwes dalam berpikir, mampu melihat suatu masalah

dari berbagai sudut pandang, dan mampu melahirkan banyak gagasan.

Peran guru sangat penting dalam membantu memicu keterampilan

berpikir kreatif siswa, baik dengan media pembelajaran, metode yang digunakan,

soal-soal yang diberikan, maupun penugasan dari guru yang menuntut siswa

untuk menyelesaikannya dengan cara berpikir kreatif. Beetleston (2011: 2)

mengemukakan bahwa mengajar dengan kreatif dapat mengembangkan kualitas

pendidikan dan membuat pelajaran lebih bermakna serta menyenangkan. Dalam

hal ini pembelajaran yang digunakan guru harus dapat merangsang keterampilan

3

berpikir kreatif dan membantu mengekspresikan gagasan siswa serta

mengkomunikasikannya secara ilmiah.

Salah satu tujuan dari pendidikan nasional adalah mengembangkan

karakter siswa. Hal ini sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional pada pasal 3. Pada UU No 20 Tahun 2003 disebutkan bahwa

pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk

karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi

warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pemerintah telah mencanangkan pendidikan karakter yang diangkat

menjadi tema Hardiknas 2010 yaitu “Pendidikan Karakter untuk Membangun

Keberadaban Bangsa”. Integrasi pendidikan karakter mulai dilakukan dari jenjang

pendidikan anak usia dini (PAUD) sampai dengan perguruan tinggi. Sewell &

College (2003) menyatakan bahwa penanaman karakter dapat diintegrasikan

dalam kehidupan sekolah sehingga menjadi kultur dan budaya di sekolah.

Pendidikan karakter yang efektif harus disesuaikan dengan karakter siswa yang

beragam dan guru harus bisa mengatasi hal tersebut dengan tujuan untuk

implementasi karakter dalam kurikulum (Stallions & Yeatts 2003). Hasil

penelitian Benninga et al. (2003) menunjukkan bahwa siswa di sekolah yang telah

menerapkan pendidikan karakter memiliki skor akademik yang lebih tinggi.

Pada penelitian ini BTL, diterapkan pada materi kalor untuk siswa SMP

kelas VII. Pokok bahasan kalor merupakan salah satu pokok bahasan yang

4

menuntut sebuah aktivitas lebih dalam mempelajarinya, karena pokok bahasan

kalor bukan pokok bahasan yang dapat dipahami hanya melalui kegiatan

mendengarkan atau membaca. Pokok bahasan ini memerlukan kegiatan-kegiatan

eksperimen sederhana dan diskusi untuk menganalisis dan memahami konsep

yang ada secara utuh. Pada pokok bahasan kalor juga diperlukan kemampuan

berpikir kreatif, yaitu ketika siswa harus menjabarkan suatu permasalahan yang

kompleks ke bagian-bagian yang lebih sederhana. Berdasarkan uraian di atas maka

perlu diadakan penelitian dengan judul “Pengembangan Model BTL (Better

Teaching and Learning) untuk Mengembangkan Kemampuan Berpikir

Kreatif dan Karakter Siswa SMP”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya muncul

permasalahan yang mendasar sebagai berikut:

(1) Bagaimana desain perangkat BTL untuk mengembangkan kemampuan

berpikir kreatif dan karakter siswa?

(2) Bagaimana pengembangan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam

mempelajari kalor setelah diterapkan model BTL?

(3) Bagaimana pengembangan karakter siswa dalam mempelajari kalor

setelah diterapkan model BTL?

5

1.3 Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini dapat mencapai sasaran dan tujuan yang diharapkan

secara optimal, maka perlu adanya pembatasan masalah sebagai berikut:

(1) Penelitian ini hanya dilaksanakan di SMP Negeri 3 Semarang, karena sekolah

ini merupakan sekolah mitra DBE 3 dalam mengembangkan model BTL.

(2) Penelitian ini terbatas pada kelas VII dan pokok bahasan kalor, karena selama

ini pada materi kalor siswa hanya cenderung menerima rumus dan hitungan.

Siswa cenderung tidak memahami konsep serta bagaimana proses untuk

menemukan konsep tersebut sehingga kemampuan berpikir kreatif belum bisa

berkembang.

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

(1) Menyediakan perangkat BTL untuk mengembangkan kemampuan

berpikir kreatif dan karakter siswa SMP pada pokok bahasan kalor.

(2) Mengetahui pengembangan kemampuan berpikir kreatif siswa SMP

kelas VII setelah diterapkan model BTL pada pokok bahasan kalor.

(3) Mengetahui pengembangan karakter siswa SMP kelas VII setelah

diterapkan model BTL pada pokok bahasan kalor.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:

6

1. Bagi Siswa

Siswa dapat memperoleh pengalaman belajar menggunakan model BTL

sehingga dapat memberikan suasaana baru dalam belajar.

2. Bagi Guru

Guru memperoleh informasi mengenai alternatif model pembelajaran yang

bisa diterapkan dalam pembelajaran fisika serta mengembangkan kreatifitas guru

dalam melakukan pembelajaran.

3. Bagi Mahasiswa

Mahasiswa dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman baru selama

melakukan penelitian di lapangan sehingga dapat digunakan sebagai model jika

suatu saat nanti benar-benar terjun di lapangan sebagai seorang pendidik.

1.6 Penegasan Istilah

Berdasarkan pemilihan judul di atas, maka untuk menghindari salah tafsir

tentang istilah-istilah yang digunakan, perlu diberi penegasan istilah sebagai

berikut.

1. Model BTL

Pada modul DBE3 (2009) dijelaskan bahwa Model Better Teaching and

Learning (BTL) diterjemahkan sebagai pembelajaran bermakna. Samani

(2007) mengemukakan bahwa apapun metode pembelajarannya, maka

pembelajaran itu harus bermakna (meaningfull learning). Pembelajaran

bermakna yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan suatu proses

mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam

7

struktur kognitif seseorang. Struktur kognitif ialah fakta-fakta, konsep-konsep

dan generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan diingat siswa.

2. Kemampuan Berpikir Kreatif

Kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan siswa untuk menemukan

berbagai jawaban terhadap suatu masalah. Variasi jawaban yang diberikan

ditekankan pada kuantitas, ketepatgunaan, dan keragaman jawaban

(Munandar, 1992: 47-50). Kemampuan berpikir kreatif yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah kemampuan siswa dalam atau memberi gagasan secara

lancar, lentur, orisinil, mampu mengelaborasi suatu gagasan serta mampu

mengevaluasi suatu pernyataan.

3. Pendidikan Karakter

Kementerian Pendidikan Nasional (2011) menjelaskan bahwa pendidikan

karakter bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah,

lebih dari itu, pendidikan karakter menanamkan kebiasaan (habituation)

tentang hal mana yang baik sehingga peserta didik menjadi paham (kognitif)

tentang mana yang benar dan salah, mampu merasakan (afektif) nilai yang

baik dan biasa melakukannya (psikomotor). Pendidikan karakter yang

dimaksud dalam penelitian ini adalah penanaman karakter religius dan disiplin

pada aspek moral knowing (pengetahuan yang baik), dan aspek moral feeling

(merasakan dengan baik), serta pada aspek Moral action (perilaku yang baik).

8

1.7 Sistematika Skripsi

Penulisan skripsi ini terdiri dari tiga bagian yang dapat dirinci sebagai

berikut:

a. Bagian pendahuluan skripsi. Bagian ini berisi halaman judul, pernyataan,

pengesahan, persembahan dan motto, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar

tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran.

b. Bagian isi skripsi. Bagian ini terdiri dari:

Bab 1 Pendahuluan

Bagian ini berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, penegasan istilah, dan sistematika skripsi.

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka berisi tentang teori yang mendukung penelitian ini yaitu

BTL, berpikir kreatif, karakter, kalor, kerangka berpikir.

Bab 3 Metode Penelitian

Bagian ini berisi desain penelitian, subyek penelitian, prosedur penelitian,

metode pengumpulan data, analisis uji coba, dan analisis data.

Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bagian ini berisi hasil penelitian dan pembahasan peneitian.

Bab 5 Penutup

Bagian ini berisi tentang simpulan dan saran.

c. Bagian akhir skripsi.

Bagian ini berisi daftar pustaka dan lampiran-lampiran.

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Model BTL (Better Teaching and Learning)

Program DBE-3 mengembangkan model BTL untuk mendapatkan model

pembelajaran yang menitikberatkan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar,

sehingga pembelajaran tidak lagi didominasi oleh guru (DBE3, 2009). Pada

pembelajaran dengan menggunakan model BTL, siswa diberikan kesempatan

untuk terlibat aktif dalam berbagai aktivitas dan guru hanya berperan sebagai

fasilitator sehingga proses pembelajaran akan menyenangkan dan lebih bermakna.

Model BTL merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan pembelajaran

yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (DBE3,2009). Pada penerapan

model BTL, siswa aktif mengerjakan tugas yang melatih kecakapan berpikir dan

menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar. Galbreath (1999)

mengemukakan bahwa, pada abad pengetahuan, modal intelektual, khususnya

kecakapan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking), merupakan kebutuhan

utama dalam dunia pekerjaan. Berpikir kreatif merupakan salah satu kecakapan

berpikir yang dikembangkan dalam proses belajar yang menggunakan model

BTL.

Pada pembelajaran yang menggunakan model BTL, posisi tempat duduk

ditata sedemikian rupa sehingga menciptakan suasana yang kondusif bagi siswa

untuk bekerja sama dan berkomunikasi dengan kelompoknya. Model BTL

10

menggunakan langkah-langkah pembelajaran dengan urutan introduction,

connection, application, reflection, dan extension (ICARE). Penggunaan tahapan

ICARE bertujuan untuk memastikan bahwa peserta didik memiliki kesempatan

untuk mengaplikasikan apa yang telah dipelajarinya (DBE3,2009).

Tahapan yang pertama dalam model BTL adalah introduction atau

mengenal. Pada tahapan ini guru menyampaikan tujuan yang hendak dicapai oleh

peserta didik dan mengenalkan kegiatan yang relevan dan sesuai dengan konteks.

Tahap introduction ini disampaikan secara singkat dan sederhana.

Tahapan yang kedua adalah connection atau menghubungkan. Sebagian

besar pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan dengan satu kompetensi

yang dikembangkan berdasarkan kompetensi sebelumnya. Oleh karena itu, semua

pengalaman pembelajaran yang baik perlu dimulai dari apa yang sudah diketahui

dan dipraktekkan oleh siswa, kemudian guru mengembangkannya. Pada tahapan

ini guru menghubungkan informasi yang telah didapat siswa dengan informasi

dan konsep baru. Guru dapat melakukan hal ini dengan mengadakan latihan

brainstorming yang sederhana untuk memahami apa yang telah diketahui para

siswa. Guru memotivasi siswa agar tertarik untuk mengikuti kegiatan belajar

mengajar.

Tahapan yang ketiga adalah application atau menerapkan. Tahap ini adalah

tahapan yang paling penting dari proses pembelajaran menggunakan model BTL.

Setelah memperoleh informasi atau kecakapan baru melalui tahap connection,

siswa perlu diberi kesempatan untuk mempraktikkan dan menerapkan

pengetahuan serta kecakapan tersebut. Tahapan application berlangsung paling

11

lama dari proses pembelajaran. Pada tahap ini siswa bekerja sendiri, tidak dengan

instruktur, secara pasangan atau dalam kelompok untuk menyelesaikan kegiatan

nyata atau memecahkan masalah nyata menggunakan informasi dan kecakapan

baru yang telah mereka peroleh.

Tahapan yang keempat adalah reflection atau merefleksikan. Pada tahap ini

siswa memiliki kesempatan untuk merefleksikan apa yang telah mereka pelajari.

Tugas guru adalah menilai sejauh mana keberhasilan pembelajaran melalui

kegiatan refleksi ini. Kegiatan refleksi dapat melibatkan diskusi kelompok. Guru

meminta siswa untuk melakukan presentasi atau menjelaskan apa yang telah

mereka pelajari. Siswa juga dapat melakukan kegiatan penulisan mandiri yaitu

dengan menulis sebuah ringkasan dari hasil pembelajaran. Refleksi ini juga bisa

berbentuk kuis singkat. Guru memberi pertanyaan berdasarkan isi pelajaran. Poin

penting untuk diingat dalam refleksi adalah bahwa guru perlu menyediakan

kesempatan bagi siswa untuk mengungkapkan apa yang telah mereka pelajari.

Tahap yang kelima adalah extension atau pengembangan. Guru

menyediakan kegiatan yang dapat dilakukan siswa setelah proses pembelajaran

berakhir untuk memperkuat dan memperluas pembelajaran. Di sekolah, kegiatan

extension biasanya disebut pekerjaan rumah. Kegiatan extension dapat meliputi

penyediaan bahan bacaan tambahan, tugas penelitian atau latihan.

12

2.2 Kemampuan Berpikir Kreatif

Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pentingnya

pembelajaran fisika di sekolah selain bertujuan untuk memberikan bekal ilmu

kepada peserta didik, juga untuk mengembangkan kemampuan berpikir.

Kemampuan berpikir digunakan untuk memecahkan masalah di dalam kehidupan

sehari-hari. Berdasarkan tujuan pembelajaran fisika, kegiatan belajar mengajar

yang baik harus melibatkan kemampuan berpikir siswa, karena berpikir

merupakan pokok pangkal untuk memperoleh pengetahuan. Menurut Rugegerio

sebagaimana dikutip oleh Yuli (2009), berpikir merupakan suatu aktivitas mental

untuk membantu memformulasikan dan memecahkan suatu masalah, membuat

suatu keputusan, atau memenuhi hasrat keingintahuan (fulfill a desire to

understand). Pendapat ini menunjukkan bahwa ketika seseorang merumuskan

suatu masalah, memecahkan masalah ataupun ingin memahami sesuatu, maka ia

melakukan suatu aktivitas berpikir.

Pada penelitian ini kemampuan berpikir yang diteliti adalah kemampuan

berpikir kreatif. Menurut Ruseffendi sebagaimana dikutip oleh Fatimah (2008:

15), manusia yang berpikir kreatif adalah manusia yang selalu ingin tahu,

fleksibel, awas dan sensitif terhadap reaksi dan kekeliruan, mengemukakan

pendapat dengan teliti dan penuh keyakinan, tidak tergantung pada orang lain,

tidak begitu saja menerima suatu pendapat, dan kadang-kadang susah diperintah.

Kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan siswa untuk menemukan

berbagai jawaban terhadap suatu masalah. Variasi jawaban yang diberikan

ditekankan pada kuantitas, ketepatgunaan, dan keragaman jawaban. Secara

13

operasional, kreativitas dapat dirumuskan sebagai kemampuan berpikir atau

memberi gagasan secara lancar, lentur, dan orisinil, serta mampu mengelaborasi

suatu gagasan (Munandar, 1992: 47-50)

Menurut Munandar (1992: 88-91) ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif

yang berhubungan dengan kognisi dan proses berpikir meliputi: (1) fluency atau

kemampuan berpikir lancar; (2) flexibility atau keterampilan berpikir luwes; (3)

originality atau kemampuan berpikir orisinal; (4) elaboration atau keterampilan

memperinci dan (5) keterampilan mengevaluasi. Kelima ciri-ciri tersebut dapat

diperinci sebagai berikut:

1. fluency (keterampilan berpikir lancar)

Ciri-ciri fluency atau keterampilan berpikir lancar yaitu siswa mampu

mencetuskan banyak gagasan, jawaban, atau penyelesaian masalah ketika

dihadapkan dalam suatu permasalahan. Siswa yang mempunyai keterampilan

berpikir lancar mampu memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan

berbagai hal, tidak terpaku pada satu cara atau selalu memiliki lebih dari satu

jawaban atau penyelesaian.

Indikator dari ciri-ciri keterampilan berpikir lancar dapat terlihat pada perilaku

siswa yang mengajukan banyak pertanyaan dan jika ada pertanyaan siswa mampu

menjawab dengan lebih dari satu jawaban. Siswa mempunyai banyak gagasan

mengenai suatu masalah dan lancar dalam mengungkapkan gagasannya. Siswa

yang mempunyai ketrampilan berpikir lancar dapat bekerja lebih cepat dan

melakukan lebih banyak dari orang lain serta mampu dengan cepat melihat

kesalahan atau kelemahan suatu objek atau situasi.

14

2. flexibility (keterampilan berpikir luwes)

Flexibility atau ketrampilan berpikir luwes memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

(1) siswa mampu menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang

bervariasi; (2) siswa dapat melihat masalah dari sudut pandang berbeda sehingga

mampu mencari banyak alternatif atau arah yang berbeda-beda dan (3) siswa

mampu mengubah cara pendekatan atau pemikiran.

Indikator dari ciri-ciri keterampilan berpikir luwes dapat terlihat pada perilaku

siswa yang memberikan aneka ragam penggunaan dan penafsiran tidak lazim

terhadap suatu gambar, cerita atau masalah. Siswa mampu menerapkan suatu

konsep dan memberikan pertimbangan terhadap suatu situasi dengan cara yang

berbeda dari orang lain. Berpikir luwes juga ditunjukkan siswa dalam membahas

atau mendiskusikan suatu situasi: siswa selalu mempunyai posisi yang

bertentangan dengan mayoritas kelompok. Jika siswa diberikan suatu masalah, ia

memikirkan bermacam-macam cara untuk menyelesaikannya serta mampu

mengubah arah berpikir secara spontan. Siswa lebih suka menggolongkan hal-hal

menurut pembagian atau kategori yang berbeda-beda

3. originality (kemampuan berpikir orisinal)

Originality atau kemampuan berpikir orisinal memiliki ciri-ciri sebagai

berikut; (1) siswa mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik; (2) siswa

lebih suka melakukan cara-cara yang tak lazim untuk mengungkapkan diri dan (3)

siswa mampu membuat kombinasi-kombinasi yang tidak lazim dari bagian-bagian

atau unsur-unsur.

15

Indikator dari ciri-ciri kemampuan berpikir orisinal dapat terlihat pada

perilaku siswa yang lebih memilih cara berpikir lain daripada yang lain sehingga

mampu memikirkan masalah-masalah unik atau berbeda dari biasanya. Setelah

membaca atau mendengar gagasan-gagasan lama, siswa berusaha memikirkan

cara-cara baru dan bekerja untuk menyelesaikannya. Siswa yang mempunyai

kemampuan berpikir orisinal lebih senang mensintesis daripada menganalisis

sesuatu dan mencari pendekatan baru dari yang stereotype

4. elaboration (keterampilan memperinci)

Elaboration atau keterampilan siswa dalam memperinci memiliki ciri-ciri

sebagai berikut; (1) siswa mampu memperkaya dan mengembangkan suatu

gagasan atau produk dan (2) siswa mampu menambah atau merinci detail-detail

dari suatu obyek, gagasan atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.

Indikator dari ciri-ciri elaboration dapat terlihat pada perilaku siswa yang

mencari arti lebih mendalam terhadap jawaban atau pemecahan masalah dengan

melakukan langkah-langkah terperinci. Siswa lebih senang mengembangkan atau

memperkaya gagasan orang lain dengan mencoba atau menguji detail-detail untuk

melihat arah yang akan ditempuh. Kemampuan mengelaborasi ditunjukkan dari

perilaku siswa yang mempunyai rasa kuat terhadap keindahan, sehingga tidak

puas dengan penampilan yang kosong atau sederhana dan menambah garis-garis,

warna-warna, detail-detail (bagian-bagian) terhadap gambarnya sendiri atau

gambar orang lain.

5. keterampilan mengevaluasi

16

Ciri-ciri dari keterampilan mengevaluasi atau menilai yaitu siswa mampu

menentukan patokan penilaian sendiri dan menentukan apakah suatu pernyataan

benar, suatu rencana sehat atau suatu tindakan bijaksana sehingga mampu

mengambil keputusan terhadap situasi yang terbuka. Pada ketrampilan

mengevaluasi, siswa tidak hanya mencetuskan gagasan tapi juga

melaksanakannya.

Indikator dari ciri-ciri keterampilan mengevaluasi dapat terlihat pada perilaku

siswa yang memberikan pertimbangan dan pendapat atas dasar sudut pandang

sendiri mengenai suatu hal, menganalisis masalah atau penyelesaian secara kritis

dengan selalu menanyakan “mengapa” dan mempunyai alasan yang rasional yang

dapat dipertanggungjawabkan untuk mencapai suatu keputusan. Siswa merancang

suatu rencana kerja dari gagasan-gagasan yang tercetus sehingga mampu menjadi

peneliti atau penialai kritis. Siswa yang mempunyai ketrampilan mengevaluasi

dapat menentukan dan mempertahankan pendapatnya

Pada penelitian ini keterampilan berpikir kreatif yang dianalisis meliputi

lima indikator perilaku kreatif yang diuraikan sebagai berikut:

1. Fluency (keterampilan berpikir lancar)

Perilaku siswa yang dikembangkan dan digunakan sebagai indikator

keterampilan berpikir lancar yaitu lancar mengungkapkan gagasan-

gagasannya.

17

2. Flexibility (keterampilan berpikir luwes)

Perilaku siswa yang dikembangkan dan digunakan sebagai indikator

keterampilan berpikir luwes yaitu kemampuan siswa dalam memberikan

bermacam-macam penafsiran terhadap suatu gambar, cerita atau masalah.

3. Originality (kemampuan berpikir orisinal)

Perilaku siswa yang dikembangkan dan digunakan sebagai indicator

keterampilan berpikir orisinal yaitu ketertarikan dan kemampuan siswa dalam

menganalisis sesuatu.

4. Elaboration (keterampilan memperinci)

Perilaku siswa yang dikembangkan dan digunakan sebagai indikator

keterampilan memperinci yaitu kemampuan siswa untuk mencari arti yang

lebih mendalam terhadap jawaban atau pemecahan masalah dengan

melakukan langkah-langkah terperinci.

5. Keterampilan mengevaluasi

Perilaku siswa yang dikembangkan dan digunakan sebagai indikator

keterampilan mengevaluasi yaitu kemampuan siswa untuk mengutarakan

pendapat sendiri mengenai suatu hal.

2.3 Pendidikan Karakter

Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark” (menandai),

yaitu menandai tindakan atau tingkah laku seseorang dalam mengaplikasikan nilai

kebaikan. Seseorang dapat disebut sebagai orang yang berkarakter (a person of

character) apabila tingkah lakunya sesuai dengan kaidah moral. Kemendiknas

(2010: 3) menyatakan bahwa karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau

18

kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai nilai-nilai

kebaikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara

pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak.

Karakter menunjukkan bagaimana seseorang bertingkah laku dalam

kehidupan bermasyarakat. Berdasarkan Kerangka Acuan Pendidikan Karakter

(2010) seseorang baru bisa disebut orang yang berkarakter (a person of character)

apabila tingkah lakunya sesuai dengan kaidah moral. Kaidah moral dalam

pendidikan karakter harus melibatkan bukan saja aspek pengetahuan yang baik

(moral knowing), tetapi juga merasakan dengan baik (moral feeling) dan perilaku

yang baik (moral action).

Bidang pendidikan adalah wadah yang tepat untuk mengembangkan

karakter siswa. Kemendiknas (2010: 3) menyatakan bahwa pendidikan adalah

suatu usaha yang sadar dan sistematis dalam mengembangkan potensi peserta

didik. Potensi yang dikembangkan tidak hanya kognitif tetapi juga karakter.

Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional sesuai

Pasal 1 UU Sisdiknas tahun 2003.

Sebagai upaya untuk meningkatkan kesesuaian dan mutu pendidikan

karakter, Kementerian Pendidikan Nasional (2010) mengembangkan rancangan

utama pendidikan karakter untuk setiap jalur, jenjang, dan jenis satuan

pendidikan. Rancangan utama pendidikan karakter menjadi rujukan konseptual

dan operasional pengembangan, pelaksanaan, dan penilaian pada setiap jalur dan

jenjang pendidikan. Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses

psikologis dan sosial-kultural tersebut dikelompokan sebagai berikut: (1) olah hati

19

(spiritual and emotional development); (2) olah pikir (intellectual development);

(3) olah raga dan kinestetik (physical and kinestetic development) dan (4) olah

rasa dan karsa (affective and creativity development). Pengembangan dan

implementasi pendidikan karakter perlu dilakukan dengan mengacu pada

rancangan utama tersebut melalui pendidikan nilai.

Pendidikan karakter yang diintregasikan ke dalam pembelajaran dapat

memberikan pengaruh terhadap tingkat kognitif siswa. Hal ini sesuai dengan hasil

penelitian yang dilakukan oleh Tatman, dkk (2009). Hasil penelitian tersebut

menyatakan jika sekolah melaksanakan pengintregasian pendidikan karakter

dalam pembelajaran sehingga siswa mempunyai karakter yang baik dan menjadi

suatu kebiasaan, maka sekolah akan memiliki prestasi akademik yang lebih baik.

Hasil penelitian Budiastuti (2008) menyatakan bahwa bila pengembangan

karakter dilaksanakan secara efektif maka akan meningkatkan prestasi akademik

dan perilaku prososial siswa.

Ada 18 nilai utama yang dikembangkan pada pendidikan budaya dan

karakter bangsa. Nilai-nilai tersebut adalah: 1) religius; 2) jujur; 3) toleransi; 4)

disiplin; 5) kerja keras; 6) kreatif; 7) mandiri; 8) demokratis; 9) rasa ingin tahu;

10) semangat kebangsaan; 11) cinta tanah air; 12) menghargai prestasi; 13)

komunikatif; 14) cinta damai; 15) gemar mmbaca; 16) peduli lingkungan; 17)

peduli sosial dan 18) tanggungjawab. Penelitian ini akan difokuskan pada 4 nilai

yakni disiplin, tanggungjawab, komunikatif dan rasa ingin tahu.

Prinsip pembelajaran yang digunakan dalam pengembangan pendidikan

karakter adalah mengusahakan agar siswa mengenal, menerima, melakukan nilai-

20

nilai karakter dan menjadikannya menjadi suatu kebiasaan. Menurut

Kemendiknas (2010: 12) dalam pengembangan pendidikan karakter bangsa ada

empat prinsip yang digunakan, yaitu:

1. berkelanjutan

Prinsip ini mengandung makna bahwa pengembangan pendidikan karakter

harus dilakukan dengan proses yang panjang dan terus menerus, dimulai dari awal

sampai akhir peserta didik berada di satuan pendidikan. Pengembangan

pendidikan karakter harus dimulai dari PAUD dilanjutkan ke tingkat SD/ MI,

SMP/MTs, SMA/MA dan selanjutnya Perguruan Tinggi.

2. melalui semua mata pelajaran, pengembangan diri, dan budaya sekolah

Pengembangan nilai karakter dilakukan melalui berbagai mata pelajaran yang

telah ditetapkan dalam standar isi. Selain itu karakter siswa juga dikembangkan

melalui kegiatan ekstrakulikuler atau pengembangan diri.

3. nilai tidak diajarkan tapi dikembangkan

Prinsip ini mengandung arti bahwa karakter tidak diajarkan seperti mata

pelajaran pokok, tetapi dikembangkan melalui praktek langsung. Karakter siswa

juga bisa dikembangkan dengan mengintegrasikan nilai-nilai karakter ke dalam

pembelajaran.

4. proses pendidikan dilakukan peserta didik secara aktif dan menyenangkan

Prinsip ini menyatakan bahwa proses pengembangan karakter dilakukan oleh

peserta didik, bukan oleh guru. Pengembangan pendidikan karakter diharapkan

dapat dilakukan dengan senang hati oleh siswa. Penanaman pendidikan karakter

21

dilakukan dengan cara yang menyenangkan sehingga membuat siswa nyanan dan

senang melaksanakannya.

2.4 Tinjauan Materi Pokok Bahasan Kalor

2.4.1. Pengertian Kalor

Kalor adalah energi yang ditransfer dari satu benda ke benda lain karena

kedua benda memiliki selisih temperatur. Energi internal suatu sistem sering

dinyatakan sebagai energi termis. Bila sistem yang panas bersinggungan dengan

sistem yang lebih dingin, energi internal ditransfer dari sistem yang panas ke

sistem yang dingin dalam bentuk panas (Tipler, 2004: 558). Kalor (Q) merupakan

energi yang berpindah, sehingga satuan yang digunakan untuk mengukur kalor

sama dengan satuan energi, yaitu joule (J). Satuan lain yang sering digunakan

untuk mengukur kalor adalah kalori (kal) atau kilokalori (kkal). 1 kkal setara

dengan 1000 kal.

Pada peristiwa pencampuran air panas dan air dingin yang mempunyai

volume sama, air campuran tersebut menjadi hangat. Air panas memberikan kalor

kepada air dingin, sedangkan air dingin menerima kalor dari air panas. Setelah

jumlah kalor pada air campuran seimbang dan tidak lagi terjadi perpindahan,

terbentuklah air hangat. Dari sini dapat diketahui bahwa bila suatu benda melepas

kalor, suhunya akan turun dan bila menerima kalor suhunya naik.

22

2.4.2. Kalor Dapat Mengubah Suhu Benda

Besarnya kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu suatu benda atau

zat adalah sebanding dengan massa zat dan kenaikan suhu zat tersebut (Tipler,

2004: 559).

1) Hubungan kuantitas kalor dengan massa zat

Banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu benda sebanding dengan

massa benda. Hubungan antara banyaknya kalor yang diperlukan (Q) dengan

massa benda (m) dapat ditulis sebagai berikut:

...................... (2.1)

Hal ini memberi pengertian bahwa semakin besar massa benda, semakin besar

pula energi kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhunya.

2) Hubungan kuantitas kalor dengan kenaikan suhu

Banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu benda sebanding dengan

kenaikan suhunya. Hubungan antara banyaknya kalor yang diperlukan (Q) dengan

kenaikan suhu ( ) dapat ditulis sebagai berikut:

...................... (2.2)

Suatu zat dengan jenis dan massa yang sama, jika dipanaskan dengan jumlah

kalor yang berbeda akan menghasilkan kenaikan suhu yang berbeda pula.

Semakin besar kalor yang diberikan pada suatu benda, semakin besar juga

kenaikan suhunya.

23

3) Hubungan kuantitas kalor dengan jenis zat

Banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu bergantung pada jenis

benda. Hubungan antara banyaknya kalor yang diperlukan (Q) dengan jenis zat

( ) dapat ditulis sebagai berikut:

...................... (2.3)

Pada dua benda yang berbeda dengan massa yang sama, kalor yang diperlukan

untuk menaikkan suhu 1oC tidaklah sama. Hal ini disebabkan oleh kalor jenis

masing-masing benda tidak sama. Kalor jenis suatu benda adalah banyaknya kalor

yang dibutuhkan oleh suatu benda tertentu yang bermassa 1 kg untuk menaikkan

suhu 1oC. Secara matematis, hubungan antara banyaknya kalor, massa benda,

kalor jenis benda, dan perubahan suhunya dapat dirumuskan sebagai berikut:

...................... (2.4)

(Tipler, 2004: 559)

dengan: Q = banyaknya kalor yang diserap atau dilepas (joule)

m = massa benda (kg)

c = kalor jenis benda (joule/(kgoC))

Δt = perubahan suhu (oC)

2.4.3. Kalor Dapat Mengubah Wujud Benda

Suatu zat apabila diberi kalor terus menerus pada tekanan konstan hingga

mencapai suhu maksimumnya, maka zat tersebut akan mengalami perubahan

wujud (Tipler, 2004: 562). Perubahan wujud juga dapat terjadi apabila zat tersebut

melepas kalor secara terus menerus hingga mencapai suhu maksimumnya. Suhu

suatu zat tetap pada saat zat atau benda tersebut mengalami perubahan wujud.

24

Pada Gambar 2.1 ditunjukkan macam-macam perubahan wujud zat dari

padat, cair dan gas.

Gambar 2.1 Diagram Perubahan Wujud Zat

Keterangan:

1. Melebur atau mencair 4. Mengembun

2. Membeku 5. Menyublim

3. Menguap 6. Menyublim

Mencair adalah perubahan wujud zat padat menjadi cair, sedangkan

membeku adalah perubahan wujud dari cair menjadi padat. Dalam peristiwa

melebur diperlukan kalor, sedangkan dalam peristiwa membeku dilepaskan kalor.

Menguap adalah perubahan wujud cair menjadi gas, sedangkan mengembun

adalah perubahan wujud dari gas menjadi cair. Dalam peristiwa menguap

diperlukan kalor, sedangkan dalam peristiwa mengembun dilepaskan kalor.

Menyublim, ada dua macam yaitu yang memerlukan kalor adalah perubahan

wujud dari padat langsung menjadi gas (tanpa melalui wujud cair) dan yang

melepaskan kalor adalah perubahan wujud dari gas langsung menjadi padat (tanpa

melalui wujud cair).

CAIR

PADAT GAS

1

2

5

6

3

4

25

2.4.4. Faktor - faktor yang Mempercepat Penguapan

Zat cair memerlukan kalor pada saat menguap. Kalor yang diberikan pada

zat cair akan mempercepat gerak molekul-molekulnya sehingga banyak molekul

zat cair yang meninggalkan zat cair itu menjadi gas. Beberapa cara yang dapat

dilakukan untuk mempercepat penguapan adalah pemanasan, memperluas

permukaaan zat cair, dan meniupkan udara di permukaan zat cair.

2.4.5. Kalor yang Dibutuhkan pada Waktu Mendidih dan Melebur

2.4.5.1. Mendidih

Mendidih merupakan peristiwa perubahan wujud zat cair menjadi uap.

Peristiwa mendidih dapat dilihat dengan munculnya gelembung-gelembung yang

berisi uap air dan bergerak dari bawah ke atas di dalam zat cair. Pada waktu air

mendidih, suhu air tersebut tetap walaupun dipanaskan terus-menerus. Suhu zat

cair pada saat mendidih disebut titik didih dan terjadi pada suhu tertentu.

Zat cair yang mendidih jika dipanaskan terus menerus akan berubah

menjadi uap. Banyaknya kalor yang diperlukan untuk mengubah 1 kg zat cair

menjadi uap air seluruhnya pada titik didih tertentu disebut kalor laten penguapan

(lv). Besarnya kalor yang dibutuhkan untuk mengubah air bermassa m menjadi uap

tanpa ada perubahan temperatur dapat dirumuskan sebagai berikut:

...................... (2.5)

(Tipler, 2004: 563)

dengan lv = kalor laten penguapan (joule/kg)

26

Pada saat uap didinginkan hingga mencapai suhu tertentu, uap tersebut

akan berubah bentuk menjadi zat cair. Peristiwa perubahan wujud dari uap

menjadi zat cair disebut dengan pengembunan. Pada waktu mengembun zat

melepas kalor, dan banyaknya kalor yang dilepaskan pada waktu mengembun

sama dengan banyaknya kalor yang diperlukan pada waktu menguap. Dengan

demikian air mulai mendidih dan mengembun pada suhu yang sama, sehingga:

Kalor uap = kalor embun

dan, titik didih = titik embun

Setiap zat cair memiliki titik didih masing-masing. Titik didih yang

dimaksud di sini merupakan titik didih normal. Titik didih normal adalah suhu

ketika zat cair mulai mendidih pada tekanan udara 1 atmosfer (76 cmHg). Jadi,

titik didih normal untuk air adalah 100°C, artinya pada tekanan udara normal (76

cmHg) air mendidih pada suhu 100oC. Jika tekanan udara luar berubah, maka titik

didih zat juga akan mengalami perubahan. Contohnya di daerah pegunungan yang

mempunyai tekanan udara luar kurang dari 76 cmHg, air akan mendidih pada

suhu kurang dari 100oC. Jadi titik didih suatu zat dapat diubah-ubah dengan cara

menaikkan atau menurunkan tekanan udara.

2.4.5.2. Melebur

Melebur merupakan peristiwa perubahan wujud zat padat menjadi zat

cair. Banyaknya kalor yang diperlukan untuk mengubah satu satuan massa zat

padat menjadi zat cair pada titik leburnya disebut kalor laten peleburan (lf).

Besarnya kalor lebur dapat dirumuskan sebagai berikut:

27

...................... (2.6)

(Tipler, 2004: 562)

dengan lf = kalor laten peleburan (joule/kg)

Zat cair akan membeku jika didinginkan hingga mencapai suhu tertentu.

Pada saat membeku zat tersebut melepas kalor. Banyaknya kalor yang dilepaskan

oleh satu satuan massa zat cair menjadi zat padat disebut kalor beku. Pada tekanan

udara normal es berubah wujud dari padat menjadi cair pada suhu 0oC. Apabila

tekanan udara luar berubah-ubah, maka titik lebur zat juga akan mengalami

perubahan. Demikian halnya dengan peristiwa membeku, energi pada saat

melepaskan kalor digunakan untuk mengubah wujud zat dari cair menjadi padat.

Suhu pada saat zat cair mulai membeku dinamakan titik beku. Titik beku air pada

tekanan normal terjadi pada suhu 0oC. Dengan demikian air mulai membeku dan

melebur pada suhu yang sama yaitu 0oC, sehingga:

Kalor lebur = kalor beku

dan, titik lebur = titik beku

2.5 Kerangka Berpikir

Salah satu tujuan dari pendidikan nasional adalah mengembangkan

karakter siswa. Hal ini sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional pada pasal 3. Pada UU No 20 Tahun 2003 disebutkan bahwa

pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk

karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi

28

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi

warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pada pelaksanaan fungsi dan tujuan pendidikan karakter, telah diterbitkan

Permendiknas No. 23/2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan yang secara

formal sudah digariskan untuk masing-masing jenis atau satuan pendidikan. Jika

dicermati secara mendalam, sesungguhnya hampir pada setiap rumusan SKL

tersebut baik secara implisit atau eksplisit termuat substansi nilai-nilai karakter

(Kemendiknas, 2010:38)

Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pentingnya

pembelajaran fisika di sekolah selain bertujuan untuk memberikan bekal ilmu

kepada peserta didik, juga untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Menurut

Johnson sebagaimana dikutip oleh Liliasari (2001), kemampuan berpikir dapat

dibedakan menjadi berpikir kritis dan berpikir kreatif. Salah satu kemampuan

berpikir yang digunakan dalam pembelajaran fisika adalah kemampuan berpikir

kreatif.

Berdasarkan permasalah di atas diperlukan model pembelajaran yang

dapat mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa sesuai dengan tujuan

dari pembelajaran fisika, serta untuk mengembangkan karakter siswa sesuai UU

No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 3 dan

pencanangan pendidikan karakter pada peringatan hari pendidikan nasional 2 Mei

2010 oleh presiden. Model BTL atau pembelajaran bermakna ini dikembangkan

untuk melatih kecakapan hidup. Pembelajaran bermakna yang dimaksud adalah

29

pembelajaran yang tidak hanya sekedar menghafal konsep atau fakta tetapi

merupakan kegiatan pembelajaran dengan menghubungkan konsep-konsep untuk

menghasilkan pemahaman yang utuh, sehingga konsep yang dipelajari akan

dipahami secara baik dan tidak mudah dilupakan. Guru hanya sebagai fasilitator

dan siswa dituntut berperan aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa

harus memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kemampuan berpikir tingkat

tinggi salah satunya adalah kemampuan berpikir kreatif dan dalam proses

pembelajarannya dapat diintregasikan nilai-nilai karakter.

Materi yang dipilih adalah materi kalor, karena pada materi kalor siswa

hanya cenderung menerima rumus dan hitungan. Siswa tidak memahami konsep

serta bagaimana proses untuk menemukan konsep tersebut, sehingga kemampuan

berpikir kreatif belum bisa berkembang. Berdasarkan uraian diatas,

pengembangan BTL diharapkan sesuai apabila diterapkan pada materi ini.

30

Bagan kerangka berpikir dapat dilihat seperti pada Gambar 2.2

Gambar 2.2 Bagan Kerangka Berpikir

Pentingnya integrasi karakter

dalam pembelajaran fisika

Pentingnya kemampuan

berpikir kreatif dalam

pembelajaran fisika

Mengembangkan model BTL

untuk mengembangkan

kemampuan berpikir kreatif dan

karakter siswa

Mengetahui pengembangan

karakter dan kemampuan

berpikir kreatif siswa setelah

diterapkan model BTL

Observasi

31

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Subyek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Semarang. Subyek penelitian

adalah siswa kelas VII tahun pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 31 orang, yaitu

18 putri dan 13 putra. Subyek uji coba skala terbatas adalah 10 siswa dari kelas

VII F dan uji coba skala luas adalah 31 siswa dari kelas VII H.

3.2 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan

(research and development). Uji coba produk yang digunakan adalah quasi

experimental design dengan jenis pre-test and post-test one group. Uji coba

produk dilakukan pada skala terbatas yaitu 10 siswa, kemudian dilakukan

evaluasi. Setelah dilakukan evaluasi, produk diuji cobakan pada skala besar yaitu

31 siswa. Adapun desain pre-test and post-test one group yaitu :

(Sugiyono, 2010: 110)

Keterangan :

O1 = nilai pre-test (sebelum diberi pembelajaran dengan model BTL)

X = model BTL

O2 = nilai post-test (setelah diberi pembelajaran dengan model BTL)

32

3.3 Prosedur Penelitian

Secara ringkas prosedur penelitian disajikan pada Gambar 3.1

Gambar 3.1 Prosedur Penelitian

Pendahuluan

Pengembangan

Analisis Kurikulum dan Materi

Kajian terhadap model BTL dan materi kalor

Pengembangan Model BTL

Pengembangan perangkat pembelajaran menggunakan model BTL

berupa silabus, RPP, Lembar Kerja Siwa, Lembar Diskusi Siswa, dan

Lembar penilaian.

Validasi Perangkat Pembelajaran dengan Model BTL oleh pembimbing

Ya Tidak

Uji coba kelompok kecil

Uji coba pada kelas VII SMP Negeri 3 Semarang

Model BTL yang dapat mengembangkan kemapuan berpikir kreatif

dan karakter siswa

Evaluasi Uji Coba

33

Prosedur penelitian yang dilakukan ada tiga tahap yaitu:

(1) Tahap pendahuluan

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah menganalisis Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan pada mata pelajaran fisika kelas VII.

(2) Tahap pengembangan.

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan terdiri dari:

a) penyusunan silabus, RPP dan LKS pada materi kalor untuk tiga kali

pertemuan;

b) penyusunan lembar observasi berpikir kreatif dan karakter beserta kisi-

kisi, kunci jawaban dan lembar penilaian;

c) konsultasi perangkat pembelajaran menggunakan model BTL ke dosen

pembimbing;

d) validasi perangkat pembelajaran dengan model BTL oleh dosen

pembimbing;

e) pelaksanaan uji coba skala terbatas di kelas VII SMP N 3 Semarang selain

kelas eksperimen dengan 10 responden;

f) analisis hasil uji coba skala terbatas dan mengevaluasinya serta melakukan

perbaikan;

g) pelaksanaan uji coba kelas di kelas VII H SMP N 3 Semarang.

34

(3) Tahap evaluasi

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah menganalisis hasil uji coba

kelas untuk mengetahui perkembangan berpikir kreatif dan karakter siswa

kelas VII H SMP N 3 Semarang.

3.4 Metode Pengumpulan Data

1. Metode Dokumentasi

Metode ini digunakan untuk mendapatkan data-data yang menjadi dasar

penelitian. Pada penelitian ini metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh

daftar nama siswa yang digunakan sebagai subyek penelitian.

2. Metode Non Tes

Metode non tes berupa lembar observasi yang digunakan untuk mengamati

kondisi kemampuan berpikir kreatif dan karakter siswa. Lembar observasi

kemampuan berpikir kreatif dan karakter diberikan pada kelompok skala terbatas

dan skala luas. Lembar observasi kemampuan berpikir kreatif ini dibagi menjadi

dua yaitu pre-test dan post-test, sedangkan lembar observasi karakter diberikan

pada setiap pertemuan.

3.5 Analisis Uji Coba Instrumen

Untuk menganalisis soal kemampuan berpikir kreatif yang akan digunakan

sebagai instrumen penelitian, uji soal yang digunakan adalah sebagai berikut:

35

3.5.1 Validitas

Rumus yang digunakan untuk menghitung validitas soal bentuk objektif adalah

sebagai berikut:

...........(3.1)

Keterangan:

rxy = koefisien korelasi antara X dengan Y

X = skor tiap butir soal

Y = skor total

N = jumlah subyek yang diteliti

Kriteria untuk melihat valid atau tidaknya suatu soal yaitu dengan cara

membandingkan harga rhitung dengan harga r pada tabel product moment dengan

menggunakan taraf signifikansi 5%. Suatu butir dikatakan valid jika harga

> (Arikunto, 2007:75).

Berdasarkan hasil uji coba diperoleh bahwa soal nomor 1, 2, 4, 5, 7, 8, 12,

13, 14, dan 15 merupakan soal valid, dan soal nomor 3, 6, 9, 10, dan 11

merupakan soal tidak valid. Data dan perhitungannya dimuat pada Lampiran 11

dan 12.

3.5.2 Reliabilitas

Rumus yang digunakan untuk menghitung reliabilitas soal bentuk objektif adalah

sebagai berikut:

..........................

(3.2)

36

Keterangan:

r11 = reliabilitas yang dicari

= jumlah varians skor tiap-tiap item

= varians total

n = banyaknya butir soal

( Arikunto, 2007 :109 )

Rumus untuk menghitung varians butir soal, yaitu:

( Arikunto, 2007:110 )....................... (3.3)

Keterangan:

= jumlah butir soal

= jumlah kuadrat butir soal

N = banyak subyek pengikut tes

Untuk mengetahui reliabel atau tidaknya soal dengan cara membandingkan

harga dengan harga r product moment pada tabel. Jika > maka

item tes yang di uji cobakan reliabel (Arikunto,2007:112). Berdasarkan hasil uji

coba soal, diperoleh rhitung = 0,945 dan rtabel = 0,514, sehingga soal uji coba

termasuk dalam kriteria reliabel. Data dan perhitungannya dimuat pada pada

Lampiran 11 dan 13.

3.5.3 Tingkat Kesukaran

Rumus yang digunakan untuk menghitung taraf kesukaran soal bentuk objektif

adalah sebagai berikut:

37

(Surapranata,

2009)

Klasifikasi tingkat kesukaran disajikan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Klasifikasi Tingkat Kesukaran

Interval P Kriteria

0,00 ≤ P ≤ 0,30 Sukar

0,31 ≤ P ≤ 0,70 Sedang

0,71 ≤ P ≤ 1,00 Mudah

(Arikunto, 2007)

Hasil analisis soal uji coba menunjukkan bahwa soal nomor 4, 6, 7, 8, 9, dan

10 berkategori mudah, soal nomor 1, 3, 5, 11, 12, dan 13 berkategori sedang, dan

soal dengan nomor 2, 14, dan 15 berkategori sukar. Data dan perhitungannya

dimuat pada pada Lampiran 11 dan 14.

3.5.4 Daya Pembeda

Rumus yang digunakan untuk menghitung daya pembeda soal bentuk objektif

adalah sebagai berikut:

(Surapranata, 2009)

Klasifikasi daya beda soal disajikan pada Tabel 3.2.

38

Tabel 3.2 Klasifikasi Daya Beda

Interval Daya Beda Kriteria

0,00 ≤ DP ≤ 0,20 Jelek

0,21 ≤ DP ≤ 0,40 Cukup

0,41 ≤ DP ≤ 0,70 Baik

0,71 ≤ DP ≥ 1,00 Baik sekali

(Arikunto, 2007:213)

Hasil analisis soal uji coba menunjukkan bahwa soal nomor 5 dan 14

memiliki daya beda baik sekali, soal nomor 2, 12, 13, dan 15 memiliki daya beda

baik. Soal nomor 1, 4, 7, dan 8 memiliki daya beda cukup. Soal nomor 3, 6, 9,10

dan 11 memiliki daya beda jelek. Data dan perhitungannya dimuat pada pada

Lampiran 11 dan 15.

3.6 Metode Analisis Data

3.6.1 Analisis Tahap Awal

3.6.1.1 Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui data yang akan dianalisis

berdistribusi normal atau tidak dan menentukkan uji selanjutnya. Hipotesis yang

digunakan adalah:

= data berdistribusi normal

= data tidak berdistribusi normal

Uji statistik yang digunakan adalah uji chi-kuadrat dengan rumus sebagai berikut:

= ……………… (3.4)

39

Keterangan:

= chi kuadrat

= frekuensi pengamatan

= frekuensi yang diharapkan

k = banyaknya kelas

Kriteria pengujian hipotesis adalah sebagai berikut:

(1) diterima jika < dengan taraf signifikan 5%, yang berarti bahwa

data berdistribusi normal sehingga uji statistik yang dipakai selanjutnya adalah

statistik parametrik.

(2) diterima jika ≥ dengan taraf signifikan 5%, yang berarti bahwa

data tidak berdistribusi normal sehingga uji statistik yang dipakai selanjutnya

adalah statistik non parametrik.

( Sudjana,

2002:273)

3.6.2 Analisis Tahap Akhir

3.6.2.1 Analisis Pengembangan Nilai Karakter

Lembar observasi digunakan untuk mengetahui pengembangan nilai

karakter siswa. Lembar observasi dianalisis dengan menggunakan rumus sebagai

berikut:

% = ......................... (3.5)

Keterangan:

% = persentase skor

n = jumlah skor yang diperoleh

40

N = jumlah skor maksimum

(Sudjana, 2009: 131)

Adapun kriteria interpretasi skor pengembangan karakter adalah sebagai berikut:

80 < % ≤ 100 = membudaya

60 < % ≤ 80 = mulai berkembang

40 < % ≤ 60 = mulai terlihat

20 < % ≤ 40 = belum terlihat

(Kemendiknas, 2010: 53)

3.6.2.2 Analisis Pengembangan Kemampuan Berpikir Kreatif

Lembar observasi digunakan untuk mengetahui pengembangan kemampuan

berpikir kreatif siswa. Lembar observasi dianalisis dengan menggunakan rumus

sebagai berikut:

% =

Keterangan:

% = persentase skor

n = jumlah skor yang diperoleh

N = jumlah skor maksimum

(Sudjana, 2009: 131)

Kriteria kemampuan berpikir kreatif siswa setelah menggunakan

pengembangan model BTL adalah sebagai berikut:

76 ≤ x ≤ 100 = sangat kreatif

51 ≤ x ≤ 75 = kreatif

41

26 ≤ x ≤ 50 = cukup kreatif

0 ≤ x ≤ 25 = kurang kreatif

(Kemendiknas, 2010: 53)

3.6.2.3 Uji Gain

Untuk melihat kemampuan berpikir kreatif dan perubahan pengembangan

nilai karakter siswa digunakan uji gain. Adapun persamaannya adalah sebagai

berikut:

<g> = (Hake, 1998:

65)…………(3.6)

Keterangan:

<g> = faktor gain

<Spre> = skor rata-rata tes awal (%)

<Spost> = skor rata-rata tes akhir (%)

Kriteria faktor gain disajikan pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Kriteria Besarnya Faktor Gain

Faktor

skala 0-1

Kriteria

0,7 Tinggi

0,3 > 0,7 Sedang

< 0,3 Rendah

42

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Desain Perangkat BTL untuk Mengembangkan Kemampuan

Berpikir Kreatif dan Karakter Siswa SMP

Desain perangkat BTL untuk mengembangkan karakter dan kemampuan berpikir

kreatif terdiri dari perangkat pembelajaran yang menggunakan model

pembelajaran bermakna dan di dalamnya diintegrasikan nilai-nilai karakter serta

aspek-aspek berpikir kreatif. Perangkat pembelajaran ini disusun berdasarkan

standar kompetensi dan kompetensi dasar KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan). Perangkat BTL yang dikembangkan berupa silabus, RPP, LKS, dan

lembar penilaian.

Silabus dan RPP

Silabus dan RPP disusun berdasarkan tahapan-tahapan BTL dan integrasi nilai-

nilai karakter. Tahapan-tahapan BTL juga berisi aktivitas yang dapat

mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa. RPP disusun menggunakan

tahapan ICARE. Tahapan apersepsi pada RPP disesuaikan dengan tahap BTL

yang pertama yaitu introduction. Tahapan introduction berisi aktivitas tanya

jawab yang dapat merangsang rasa ingin tahu dan melatih siswa untuk menjawab

pertanyaan secara lancar dan luwes. Pada tahapan ini kemampuan berpikir kreatif

siswa dilatih. Siswa dibiasakan mengemukakan pendapat, menjawab suatu

persoalan, dan mencari tahu sebab-akibat fenomena alam disekitarnya, sehingga

dapat melatih kemampuan komunikasi dan rasa ingin tahu.

43

Tahapan motivasi pada RPP dikembangkan dengan menggunakan tahap BTL

yang kedua yaitu connection. Pada tahap ini siswa dibimbing untuk

menghubungkan pengetahuan awal mereka dengan konsep yang baru. Aktivitas

yang disusun pada tahap ini bertujuan untuk melatih siswa mengemukakan

pendapat berdasarkan pengetahuan awal mereka, mengembangkan kemampuan

dalam mengemukakan gagasannya secara lancar dan melatih kemampuan untuk

melihat suatu permasalahan dari sudut pandang yang berbeda.

Tahapan pada RPP selanjutnya adalah kegiatan inti yang terdiri dari eksplorasi,

elaborasi dan konfirmasi. Kegiatan inti ini dikembangkan dan disesuaikan dengan

tahapan BTL berikutnya yaitu application dan reflection. Tahapan ini bertujuan

untuk memberikan kesempatan pada siswa mempraktekkan pengetahuan yang

telah didapat serta merefleksikan apa yang telah dipelajari oleh siswa. Pada tahap

application dan reflection, siswa dibiasakan untuk disiplin, tanggungjawab,

komunikatif dan mengikuti pembelajaran dengan penuh rasa ingin tahu. Pada

tahapan ini siswa mendapatkan LKS dan dikondisikan dalam kelompok-kelompok

kecil. Siswa kemudian melakukan eksperimen dengan bantuan LKS. Tahap

application dan reflection membutuhkan kemampuan berpikir kreatif siswa untuk

mensintesis serta mengevaluasi.

Tahapan terakhir dari RPP adalah penutup. Tahap ini disesuaikan dan

dikembangkan pada tahap extension. Pada tahapan ini guru melakukan perluasan

atau pengembangan pembelajaran melalui pemberian tugas untuk melatih rasa

tanggungjawab siswa. Selain untuk melatih tanggungjawab, tahapan ini juga dapat

melatih kemampuan evaluasi siswa.

44

LKS (Lembar Kerja Siswa)

LKS merupakan media pemandu siswa dalam mempelajari materi kalor yang di

dalamnya diintegrasikan nilai-nilai karakter dan digunakan untuk melatih

kemampuan berpikir kreatif. Nilai-nilai karakter yang dikembangkan pada

penelitian ini yaitu tanggungjawab, disiplin, rasa ingin tahu dan komunikatif.

Nilai-nilai karakter diintegrasikan melalui pemberian kalimat ajakan pada lembar

LKS dan petunjuk pelaksanaan kegiatan. Selain mengintegrasikan nilai-nilai

karakter, LKS disusun untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif pada

rangkaian kegiatan yang meliputi berpikir lancar, berpikir luwes, mengelaborasi,

orisinalitas dan mengevaluasi.

LKS digunakan pada tahap application untuk menunjang kegiatan siswa agar

mereka dapat terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Pada pelaksanaannya,

siswa melakukan kegiatan-kegiatan yang ada dalam LKS secara berkelompok.

Masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 siswa. Siswa dibimbing untuk

menemukan konsep dan terlibat aktif dalam pembelajaran, sehingga guru hanya

berperan sebagai fasilitator.

Lembar Penilaian

Lembar penilaian yang disusun adalah lembar observasi kemampuan berpikir

kreatif dan karakter siswa. Masing-masing lembar penilaian terdiri dari kisi-kisi

dan instrumen penilaian berdasarkan indikator kemampuan berpikir kreatif dan

karakter siswa.

Perangkat pembelajaran model BTLyang telah disusun, diuji cobakan dalam 3

kali pertemuan pada kelompok skala terbatas. Kelompok skala terbatas berjumlah

45

10 siswa, 6 putri dan 4 putra. Setelah dilakukan treatment diperoleh hasil pre-test

dan pos-test kemampuan berpikir kreatif serta didapatkan hasil observasi karakter

siswa. Observasi karakter dilakukan oleh 1 orang sebagai observer.

Berdasarkan analisis data pada skala terbatas, kemampuan berpikir kreatif siswa

dapat berkembang dengan menggunakan pengembangan model BTL. Hal ini

dapat dilihat pada hasil peningkatan gain sebesar 0,52 antara skor pre-test dan

post-test yang berkategori sedang. Hasil analisis pengembangan kemampuan

berpikir kreatif dapat dilihat pada Tabel 4.1. Perhitungan selengkapnya dimuat

pada Lampiran 28.

Tabel 4.1 Gain Kemampuan Berpikir Kreatif Uji Skala Terbatas

Komponen Nilai

rata-rata pre-test 57.67

rata-rata pre-test 79.67

Gain 0.52

Analisis karakter siswa pada skala terbatas menunjukkan adanya peningkatan gain

dari pertemuan 1-3 sebesar 0,62 yang berkategori sedang. Adanya peningkatan

gain menunjukkan bahwa karakter siswa pada uji skala terbatas dapat berkembang

dengan menggunakan pengembangan model BTL. Hasil analisis pengembangan

karakter disajikan pada Tabel 4.2. Perhitungan selengkapnya dimuat pada

Lampiran 28.

Tabel 4.2 Gain Karakter Uji Skala Terbatas

Nilai

Gain Ket

Pertemuan 1-2 0.23 rendah

Pertemuan 2-3 0.43 sedang

Pertemuan 1-3 0.62 sedang

46

Hasil analisis kemampuan berpikir kreatif dan karakter sebelum dan setelah

diterapkan model BTL, menunjukkan adanya perkembangan gain. Setelah

dilakukan evaluasi, desain perangkat BTL untuk mengembangkan kemampuan

berpikir kreatif dan karakter diuji cobakan dalam skala yang lebih besar yaitu

pada 31 siswa.

4.2 Hasil Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif

4.2.1 Hasil Analisis Lembar Observasi Kemampuan Berpikir Kreatif

Kemampuan berpikir kreatif siswa yang meliputi berpikir lancar, berpikir luwes,

berpikir orisinal, evaluasi dan kemampuan mengelaborasi diperoleh dari soal

evaluasi bentuk uraian. Penilaian aspek tersebut dilakukan untuk mengetahui

kemampuan berpikir kreatif siswa selama pembelajaran. Setelah dilakukan

penilaian, diperoleh nilai rata-rata pre-test adalah 45,56 dan nilai rata-rata post-

test adalah 76,24. Berdasarkan hasil analisis lembar observasi pre-test dan post-

test kemampuan berpikir kreatif siswa mengalami peningkatan. Hasil kemampuan

berpikir kreatif disajikan pada Tabel 4.3. Perhitungan selengkapnya dimuat pada

Lampiran 25.

Tabel 4.3 Hasil Pre-test dan Post-Test Kemampuan Berpikir Kreatif

No Komponen Rata-rata Nilai

Pre-test Post-Test

1 Rata-rata 45,56 76,24

2 Nilai Tertinggi 80,00 100,00

3 Nilai Terendah 20,00 50,00

Nilai yang didapat dari pre-test dan post-test kemudian dianalisis dan

dikelompokkan pada masing-masing kriteria kemampuan berpikir kreatif. Hasil

47

analisis kemampuan berpikir kreatif siswa disajikan pada Tabel 4.4 dan Gambar

4.1. Perhitungan selengkapnya dimuat pada Lampiran 25.

Tabel 4.4 Hasil Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa

Sub Pokok

Bahasan Kategori

Jumlah Siswa

Pre-test Post-test

Sangat Kreatif 1 11

Kalor

Kreatif 11 15

Cukup Kreatif 14 5

Kurang Kreatif 5 -

Dari Tabel 4.4 dapat disajikan dalam bentuk grafik diagram batang pada Gambar

4.1

Gambar 4.1 Kategori Kemampuan Berpikir Kreatif Hasil Pre-test dan Post-Test

Tabel 4.4 dan Gambar 4.1 menunjukkan adanya peningkatan kemampuan berpikir

kreatif sebelum dan setelah dilakukan treatment. Berdasarkan nilai pre-test yang

dilakukan sebelum dilakukan treatment, hanya ada 1 siswa yang sangat kretif dan

masih terdapat 5 siswa yang kurang kreatif. Adanya 1 orang siswa yang tergolong

sangat kreatif ini menunjukkan bahwa pada keadaan awal siswa sudah

mempunyai bekal kemampuan berpikir kreatif. Berdasarkan nilai post-test yang

dilakukan sesudah dilakukan treatment, tidak ada siswa yang tergolong kurang

kreatif dan 12 siswa tergolong sangat kreatif.

48

4.2.2 Signifikansi Kemampuan Berpikir Kreatif

Data yang diperoleh melalui lembar observasi kemampuan berpikir kreatif, telah

dianalisis menggunakan analisis persentase serta disajikan pada Tabel 4.3, 4.4 dan

Gambar 4.1. Langkah selanjutnya adalah menghitung besarnya gain kemampuan

berpikir kreatif. Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai gain kemampuan

berpikir kreatif sebesar 0,56 yang termasuk dalam kategori sedang. Hasil

perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 28.

4.4 Hasil Analisis Karakter Siswa

4.4.1 Hasil Analisis Lembar Observasi Karakter

Penelitian ini memfokuskan pengamatan pada karakter disiplin,

tanggungjawab, rasa ingin tahu dan komunikatif. Pengamatan dilakukan oleh

observer saat pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi.

Hasil analisis lembar observasi digunakan untuk mengetahui perkembangan nilai

karakter siswa setelah mengikuti pembelajaran. Hasil analisis perkembangan nilai

karakter siswa disajikan pada Gambar 4.2.

.

Gambar 4.2 Perkembangan Nilai Karakter Siswa

49

Persentase untuk setiap aspek karakter disajikan pada Tabel 4.5. Data

selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 27.

Tabel 4.5 Hasil Analisis Lembar Observasi Tiap Aspek Karakter

No Aspek

Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3

(%)

kriteria

(%)

kriteria

(%)

Ket

1

Disiplin

68,60

Mulai

berkembang

74,62

Mulai

berkembang

79,78

Mulai

berkembang

2

Rasa Ingin

Tahu

49,68

Mulai terlihat

60,00

Mulai

terlihat

78,71

Mulai

berkembang

3

Tanggungjawab

57,42

Mulai terlihat

65,16

Mulai

berkembang

79,35

Mulai

berkembang

4

Komunikatif

54,84

Mulai terlihat

69,68

Mulai

berkembang

80,00

Mulai

berkembang

Rekapitulasi kriteria persentase tiap aspek karakter disajikan pada Tabel 4.6. Data

selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 27.

Tabel 4.6 Rekapitulasi Kriteria Tiap Aspek Karakter

Kriteria Disiplin Rasa Ingin Tahu Tanggungjawab Komunikatif

I II III I II III I II III I II III

BM - - - 17 9 - 11 4 - 14 2 -

MT 12 7 1 11 13 5 11 15 7 10 13 6

MB 16 13 16 3 9 22 9 12 18 7 15 19

M 3 11 14 - - 4 - - 6 - 1 6

Rata-

rata 68,60 74,62

79,78 49,69 60 78,71 57,42 65,16 79,35 54,84 69,68 80

Kriteria

Skor MB MB MB MT MT MB MT MB M B MT MB M B

Keterangan Tabel 4.6

M : Membudaya

MB : Mulai berkembang

MT : Mulai terlihat

50

BM : Belum terlihat

4.4.2 Signifikansi Karakter

Data yang diperoleh melalui lembar observasi, telah dianalisis menggunakan

analisis persentase serta disajikan pada Tabel 4.5 dan Gambar 4.6. Langkah

selanjutnya adalah menghitung besarnya gain tiap aspek karakter. Hasil

perhitungan gain dapat dilihat pada Tabel 4.7. Perhitungan selengkapnya dapat

dilihat pada Lampiran 30.

Tabel 4.7 Uji Gain Tiap Aspek Karakter Siswa

No Aspek

Karakter

Gain

Pertemua

n 1-2 Ket Pertemua

n 2-3 Ket Pertemua

n 1-3 Ket

1 Disiplin 0,19

sedan

g 0,20

sedan

g 0,36 sedang

2

Rasa Ingin

Tahu 0,21

renda

h 0,47

sedan

g 0,58

Sedan

g

3

Tanggungjawa

b 0,18

renda

h 0,41

sedan

g 0,52

Sedan

g

4 Komunikatif 0,33

renda

h 0,34

sedan

g 0,56

Sedan

g

Hasil analisis uji gain tiap aspek karakter siswa juga dapat dilihat pada Gambar

4.3

51

Gambar 4.3 Uji Gain Tiap Aspek Karakter Siswa

Setelah didapatkan gain untuk setiap aspek karakter, besarnya gain total untuk

keempat karakter tersebut dihitung. Hasil perhitungan gain total untuk keempat

karakter disajikan pada Tabel 4.8. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada

Lampiran 29.

Tabel 4.8 Hasil Analisis Uji Gain Total Keempat Karakter

Nilai Gain Ket

Pertemuan 1-2 0,23 rendah

Pertemuan 2-3 0,36 sedang

Pertemuan 1-3 0,51 sedang

Tabel 4.8 dapat disajikan dalam bentuk diagram batang seperti pada Gambar 4.4

Gambar 4.4 Uji Gain Karakter Total

4.5 Pembahasan

4.5.1 Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa

Kemampuan berpikir kreatif yang dikaji pada penelitian ini meliputi 5 aspek,

yaitu berpikir lancar, berpikir luwes, orisinal, elaborasi, dan evaluasi. Analisis

52

lembar observasi kemampuan berpikir kreatif menunjukkan bahwa

pengembangan model pembelajaran BTL dapat mengembangkan kemampuan

berpikir kreatif siswa. Hal ini dapat dilihat pada hasil peningkatan gain sebesar

0,56 antara skor pre-test dan skor post-test yang berkategori sedang. Pada

kegiatan pembelajaran menggunakan model BTL, ada berbagai tahapan yaitu

introduction, connection, application, reflection dan evaluation.

Aspek kemampuan berpikir lancar dan luwes siswa termasuk dalam kategori

sangat kreatif dengan peningkatan gain sebesar 0,56. Melalui pengembangan

tahap introduction dan connection, kemampuan berpikir lancar dan luwes siswa

dikembangkan. Pada tahapan ini siswa dituntut untuk berpikir secara kreatif

terhadap permasalahan yang berhubungan dengan kalor. Siswa diberi pertanyaan-

pertanyaan awal yang dapat merangsang kemampuan berpikir dalam menjawab

pertanyaan dengan pemikiran yang kreatif berdasarkan fenomena-fenomena di

kehidupan sekitar. Jawaban diberikan berdasar pada pengalaman dan pengetahuan

awal yang diperoleh serta dari kehidupan sehari-hari, kemudian digabungkan

dengan pengetahuan baru. Jawaban dari pertanyaan tidak mutlak hanya satu

jawaban yang benar, artinya siswa dituntut untuk belajar secara kreatif. Siswa

dituntut menggunakan imajinasinya untuk mencari alternatif jawaban yang

inovatif dan mengembangkan kemampuan berpikir kreatif. Pertanyaan yang

diberikan dapat menjadi motivasi siswa dalam mengungkapkan gagasannya secara

lancar dan luwes. Dorongan dan dukungan dari lingkungan diperlukan untuk

mewujudkan bakat kreatif siswa (Munandar, 1992: 68).

53

Pada tahapan application siswa diberi kesempatan untuk lebih aktif dalam proses

pembelajaran. Siswa didorong untuk mempunyai pengalaman dan melakukan

percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip atau

pengetahuan bagi dirinya. Menurut Santyasa (2007: 7), secara psikologis anak

lebih mudah mempelajari hal yang konkret daripada yang bersifat abstrak.

Pembelajaran fisika yang bersifat abstrak akan lebih mudah dipelajari ketika

berawal dari sesuatu yang konkret atau nyata. Hal ini sesuai dengan pelaksanaan

pembelajaran BTL yang didukung menggunakan praktikum dengan bantuan alat

percobaan sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif.

Kemampuan elaborasi siswa mengalami peningkatan sebesar 0,56 yang

berkategori sedang. Penggunaan LKS pada tahap application melatih siswa

mencari arti yang lebih mendalam terhadap jawaban atau pemecahan masalah

yang diutarakan pada tahap introduction dan connection melalui langkah-langkah

terperinci sehingga meningkatkan kemampuan elaborasi siswa. Pada tahap ini

siswa dapat memperinci dan menggambarkan secara lebih jelas lagi langkah kerja

dari percobaan kalor, sehingga melatih kemampuan elaorasi siswa. Selain

kemampuan elaborasi, kemampuan berpikir luwes siswa juga mengalami

peningkatan gain sebesar 0,56 dengan kategori sedang. Pada LKS terdapat

pertanyaan-pertanyaan diskusi yang menuntun siswa untuk menemukan konsep.

Siswa dituntut untuk memberikan bermacam-macam penafsiran terhadap suatu

gambar, cerita atau masalah sehingga siswa berlatih untuk berpikir secara luwes.

Hal ini merupakan salah satu ciri orang yang berpikir kreatif, yaitu penuh inisiatif

54

dalam merakit dan memperbaiki sesuatu dari bentuk lama ke bentuk baru

sehingga diperoleh kesan yang lebih baik dan memuaskan (Hassoubah, 2002: 50).

Kemampuan mengevaluasi siswa mengalami peningkatan gain sebesar 0,56 yang

berkategori sedang. Melalui pengembangan tahap reflection dan extension,

kemampuan mengevaluasi siswa dikembangkan. Siswa dapat mengevaluasi

sendiri apakah jawaban pertanyaan awal yang dikemukakan sesuai dengan hasil

percobaan yang diperoleh. Masing-masing kelompok mempresentasikan dan

menempel hasil percobaannya pada dinding tempel, sehingga tiap kelompok dapat

mengevaluasi dan memberikan gagasan terhadap kelompok lain. Siswa dapat

menggabungkan pengetahuan yang didapat dan pengetahuan awal mereka untuk

mendapatkan suatu konsep, sehingga pada tahap ini kemampuan dalam

mengevaluasi akan menggambarkan kemampuan berpikir kreatif yang dimilkinya.

Kemampuan berpikir orisinal mengalami peningkatan gain sebesar 0,56.

Kemampuan berpikir orisinal dikembangkan pada saat siswa menyampaikan

pengetahuan awal mereka tehadap suatu permasalahan yang diberikan, sehingga

terdapat berbagai macam jawaban yang menunjukkan kemampuan orisinalitas

jawaban siswa. Selain itu pada tahap reflection siswa dituntut untuk

menyampaikan gagasannya sendiri dalam menyampaikan hasil percobaan dan

kesimpulan yang didapatkan. Kemampuan berpikir kreatif siswa ditunjang dengan

rasa aman dan nyaman dalam belajar. Salah satu upaya untuk meningkatkan rasa

nyaman dengan menata tempat duduk dengan sedemikian rupa. Rasa nyaman dan

kebebasan psikologis bagi siswa inilah yang berpotensi mengembangkan

kemampuan berpikir kreatif yang dimilikinya. Kemampuan berpikir kreatif

menurut Koes (2003: 92) dapat ditumbuhkan dalam suasana kelas yang fokus

55

pada inkuiri, pembelajaran yang mendorong terjadinya diskusi, dan berinteraksi

dengan masalah dunia nyata. Pembelajaran tersebut ada di dalam model BTL.

Berdasarkan hasil analisis yang diuraikan diatas, pengembangan model BTL dapat

mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa.

4.5.2 Karakter Siswa

Hasil analisis data observasi karakter menggunakan uji gain menunjukkan adanya

pengembangan karakter komunikatif, disiplin, tanggungjawab dan rasa ingin tahu

siswa setelah diterapkan model pembelajaran BTL pada materi kalor. Peningkatan

keempat aspek karakter dari pertemuan 1 hingga pertemuan 3 sebesar 0,51

termasuk kategori sedang. Secara umum, hasil analisis karakter dari lembar

observasi karakter mengalami peningkatan persentase skor untuk tiap aspek

karakter.

Pada aspek disiplin, rata-rata persentase skor yang diperoleh pada pertemuan 1

menunjukkan bahwa kedisiplinan mulai berkembang, dengan skor rata-rata

68,60%. Hal ini menunjukkan bahwa kedisiplinan awal siswa sudah terbentuk.

Setelah dilakukan model pembelajaran BTL, rata-rata persentase skor yang

diperoleh naik menjadi 79,78% yang menunjukkan bahwa kedisiplinan mulai

berkembang. Dari hasil uji gain, peningkatan karakter disiplin termasuk dalam

kategori sedang, sebesar 0,36. Peningkatan karakter disiplin mulai terlihat dari

beberapa indikator sebagai berikut: (1) kehadiran siswa; (2) penggunaan peralatan

praktikum sesuai petunjuk dan (3) tepat waktu dalam mengumpulkan laporan.

Aspek kehadiran siswa pada pertemuan ketiga memperoleh skor 100% yang

berarti aspek kehadiran siswa telah membudaya. Penggunaan model BTL ini

56

membuat siswa lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran sehingga

memotivasi mereka untuk datang tepat waktu. Namun pada aspek penggunaan

peralatan praktikum sesuai petunjuk pada pertemuan ketiga masih termasuk dalam

kategori mulai berkembang dengan persentase skor sebesar 70,32%. Di awal

pembelajaran menggunakan model BTL, masih banyak siswa yang menggunakan

peralatan praktikum untuk bermain-main. Pemberian hadiah pada kelompok

terbaik memicu siswa untuk mulai mematuhi peraturan dalam menggunakan alat-

alat praktikum. Ketertarikan siswa untuk melakukan percobaan dan berhasil

dalam melakukan percobaan juga memicu siswa untuk lebih berhati-hati

menggunakan alat praktikum namun masih ada beberapa siswa yang bermain-

main dengan peralatan praktikum. Selain itu, siswa yang malas mengerjakan tugas

mulai terbiasa mengerjakan tugas dan mengumpulkannya tepat waktu, sehingga

karakter kedisiplinan mulai terlihat meningkat pada pertemuan 3. Hal tersebut

sejalan dengan Ajaja & Eravwoke (2000) yang mengemukakan bahwa para siswa

pada pembelajaran kooperatif menunjukkan sikap yang lebih baik terhadap

pembelajaran ilmu pengetahuan. Kedisiplinan telah dicapai karena umpan balik,

penguatan, dan dukungan dari rekan-rekan siswa dalam kelompok, sesuai dengan

hasil penelitian Darmawani (2012) yang menyatakan bahwa pembelajaran dengan

membentuk kelompok-kelompok mampu meningkatkan kedisiplinan siswa.

Selain kedisiplinan, aspek tanggungjawab juga mengalami peningkatan yang

cukup signifikan sebesar 0,52 yang berada pada kategori sedang. Rata-rata

persentase skor yang diperoleh pada pertemuan 1 menunjukkan karakter

tanggungjawab sudah mulai berkembang. Pada pertemuan ketiga skor rata-rata

57,42% naik menjadi 79,35% yang berari bahwa tanggungjawab mulai

57

berkembang. Pada model pembelajaran BTL siswa dituntut untuk

bertangungjawab atas alat-alat yang digunakan pada saat percobaan dan

menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Aspek tanggungjawab ini

dikembangkan dengan membiasakan siswa untuk mengembalikan alat-alat dan

membersihkan meja praktikum sebelum mereka mempersentasikan hasil

percobaan. Setiap akhir pertemuan, guru melakukan kegiatan extension yang

berupa pemberian tugas dan harus dikumpulkan pada pertemuan berikutnya.

Kegiatan tersebut dilakukan secara berulang pada setiap pertemuan. Rosada

(2009:108) menyatakan bahwa karakter dapat dikembangkan melalui tahap

pengetahuan (knowing), bertindak (acting), dan menuju kebiasaan (habit).

Pembentukan ketua pada masing-masing kelompok praktikum juga melatih siswa

untuk bertanggungjawab pada kelompoknya masing-masing.

Penggunaan model BTL melatih siswa untuk lebih komunikatif. Aspek karakter

komunikatif mengalami peningkatan sebesar 0,56 dengan rata-rata persentase

awal sebesar 54,84% naik menjadi 80% yang berarti bahwa karakter komunikatif

mulai berkembang. Keadaan awal siswa yang pasif, mulai berkurang setelah

mengikuti pembelajaran menggunakan model BTL. Model BTL mengkondisikan

siswa untuk lebih aktif pada proses pembelajaran. Pada tahapan introduction dan

connection siswa dituntut untuk berani menyampaikan gagasan dan

mengemukakan pengalamannya. Pada tahapan application siswa dikondisikan

berkelompok, di dalam kelompok-kelompok itulah mereka berinteraksi untuk

mengerjakan pertanyaan dan mempraktekkan percobaan yang ada di LKS hingga

menyajikan hasil laporan. Suasana belajar seperti ini, menjadikan siswa berlatih

mengungkapkan pendapat, bertanya dan menjawab pertanyaan. Siswa menjadi

58

lebih komunikatif bukan hanya di dalam kelompoknya namun juga di dalam

lingkup kelas yaitu pada saat presentasi. Hal tersebut sesuai dengan hasil

penelitian Siswandi (2006) yang menyatakan bahwa kegiatan diskusi dapat

meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi. Selain itu , pada tahapan

refleksi masing-masing kelompok harus mempresentasikan hasil praktikum yang

sebelumnya sudah ditempel pada dinding tempel dan dikoreksi oleh kelompok

lain. Kegiatan tersebut melatih siswa untuk mengkomunikasikan tanggapan,

saran, maupun koreksi. Sesuai dengan hasil penelitian Lestari (2012) yang

menyatakan bahwa kegiatan kelompok mengajarkan siswa untuk saling

menghargai dan membantu sehingga dapat meningkatkan keterampilan

komunikasi sosial.

Selain komunikatif, rasa ingin tahu siswa juga mengalami peningkatan.

Peningkatan aspek rasa ingin tahu sebesar 0,58 denga rata-rata persentase awal

siswa sebesar 49,68% menjadi 78,71% yang menunjukkan rasa ingin tahu mulai

berkembang. Model BTL menuntut siswa untuk mencari referensi lain terhadap

materi yang diajarkan. Siswa sangat antusias dengan pembelajaran yang

menggunakan model BTL karena siswa terlibat aktif dalam pembelajaran dan

tidak bosan dengan suasana pembelajaran yang kaku. Suasana kelas yang tidak

kaku membuat siswa merasa nyaman mengikuti diskusi , sehingga siswa aktif

mengajukan pertanyaan untuk memperjelas dan menggali ilmu tentang

pembelajaran. Berdasarkan analisis di atas, model BTL yang menggunakan

kegiatan kelompok memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap

pengembangan karakter rasa ingin tahu siswa. Hasil ini sesuai dengan penelitian

59

Klimoviene et. al (2006) yang menyebutkan bahwa kegiatan kelompok dapat

meningkatkan kemampuan rasa ingin tahu dan kreativitas siswa.

Secara umum, pengembangan model BTL telah mampu mengembangkan karakter

disiplin, tanggungjawab, komunikatif dan rasa ingin tahu siswa. Isjoni (2011: 22)

menyatakan bahwa apabila pembelajaran berorientasi kooperatif terus diterapkan

pada siswa, maka sikap-sikap positif dan akhlak mulia dapat tercapai. Peningkatan

karakter yang terjadi pada penelitian ini tergolong sedang, dikarenakan waktu

penelitian yang cukup singkat. Kemendiknas (2010: 11) mengemukakan bahwa

salah satu prinsip pendidikan karakter adalah berkelanjutan, yang mengandung

makna bahwa proses pengembangan nilai-nilai karakter merupakan sebuah proses

panjang dimulai dari awal peserta didik masuk sampai selesai dari suatu satuan

pendidikan. Prinsip berkelanjutan ini sangat penting karena jika pendidikan

karakter dilakukan secara terus-menerus, siswa akan terbiasa dengan sendirinya

sehingga perlahan-lahan kebiasaan itu akan terbentuk menjadi suatu karakter yang

baik. Penelitian ini hanya dilakukan sekitar 3 minggu, sehingga belum bisa

membentuk suatu kebiasaan.

Banyak faktor yang mempengaruhi perubahan sikap atau karakter seseorang.

Seperti yang diungkapkan Azwar (2011: 30), pembentukan sikap dipengaruhi oleh

pengalaman pribadi, kebudayaan orang lain yang dianggap penting, media massa,

lembaga pendidikan, lembaga agama, serta faktor emosi dalam individu.

Penelitian ini hanya sebagian kecil dari proses panjang untuk mengembangkan

karakter peserta didik.

60

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa desain model

pembelajaran BTL yang telah dikembangkan pada materi kalor untuk siswa kelas

VII H SMP N 3 Semarang adalah berupa perangkat pembelajaran. Perangkat

pembelajaran tersebut terdiri dari silabus, RPP dengan integrasi nilai-nilai

karakter, LKS yang disusun berdasarkan aspek-aspek kemampuan berpikir kreatif

dan lembar penilaian.

Perkembangan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas VII H SMP N 3

Semarang ketika digunakan model pembelajaran BTL materi kalor termasuk

dalam kategori sangat kreatif. Aspek-aspek berpikir kreatif yang dikembangkan

yaitu kemampuan berpikir lancar, luwes, elaborasi, orisinal dan evaluasi.

Sedangkan perkembangan karakter siswa kelas VII H SMP N 3 Semarang ketika

digunakan model pembelajaran BTL materi kalor termasuk dalam kategori mulai

berkembang. Nilai-nilai karakter yang dikembangkan adalah komunikatif,

disiplin, rasa ingin tahu dan tanggungjawab

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, pada saat proses belajar

mengajar menggunakan model pembelajaran BTL membutuhkan waktu yang

lama sehingga guru sebaiknya lebih memperhatikan efisiensi waktu dan dapat

61

menguasai kelas. Laporan yang dibuat oleh siswa masih kurang memuaskan,

sehingga sebaiknya siswa lebih dimotivasi untuk membuat laporan yang kreatif

dengan memanfaatkan peralatan yang telah disediakan. Pada penelitian ini,

karakter siswa belum memperoleh kategori membudaya untuk semua indikator,

sehingga disarankan untuk mengintegrasikan nilai-nilai karakter pada

pembelajaran secara berkelanjutan untuk materi berikutnya.

62

DAFTAR PUSTAKA

Ajaja, P. O & Eravwoke, O. U. 2010. TMRM Effects of Cooperative Learning

Strategy on Junior Secondary School Students Achievement in

Integrated Science. Electronic Journal of Science Education.

14(1): 1-18. Tersedia di http://ejse.southwestern.edu

Arikunto, S. 2009. Dasar – dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Aqib, Zaenal & Sujak. 2011. Panduan dan Aplikasi Pendidikan Karakter.

Bandung: Yrama Widya.

Azwar, S. 2011. Sikap Manusia- Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Benninga J. S, M.W. Berkowich, P. Kuehn & K. Smith. 2003. The Relationship

of Character Education Implementation and Academic

Achievement in Elementary School. Journal of Reseacrh in

Character Education, 1(1): 19-23.

Beetlestone, Florence. 2011. Creative Learning. Alih bahasa Narulita Yusron.

Bandung : Nusa Media.

Budiastuti, E. 2008. Strategi Penerapan Pendidikan Karakter pada Pembelajaran

Praktik Busana. Seminar Nasional Character Building for

Vocational Education. Yogyakarta.

Darmawani, E. 2012. Model Investigasi Kelompok dengan Metode Sosiodrama

untuk Meningkatkan Motivasi dan Disiplin Siswa SMA. Desertasi.

Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

DBE3. 2009. Modul Pelatihan Pengajaran Profesional dan pembelajaran

Bermakna. Tersedia di

www.inovasipendidikan.net/mdownloads.html (diakses 29-11-

2012)

Fatimah, N. 2008. Penerapan Model Pembelajaran Interaktif dengan Metode

Permainan untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif

Siswa SMP. Skripsi . Bandung: FPMIPA Universitas Pendidikan

Indonesia.

63

Galbreath, J. 1999. Preparing the 21th

Century Worker. The Link Between

Computer Based Technology and Future Skill Sets. Educational

Technology. Desember. 14-22

Hake, Richard R. 1998. Interactive-engagement versus traditional methods: A six-

thousand-student survey of mechanics test data for introductory

physics courses. American Journal of Physics, (66): 65.

Hassoubah, Z. I. 2002. Mengasah Pikiran Kreatif dan Kritis. Jakarta: Nuansa.

Isjoni. 2011. Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kemendiknas. 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa.

Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan

Pengembangan Pusat Kurikulum.

Kemendiknas. 2010. Kerangka Acuan Pendidikan Karakter. Jakarta :

Kementerian Pendidikan Nasional.

Klimoviene, G.U.J. & R. Barzdziukiene. 2006. Developing Critical Thinking

Through Cooperative Learning. Study about Language, (9): 77-84.

Koes, S. 2003. Strategi Pembelajaran Fisika. Malang: JICA.

Liliasari. 2001. Model Pembelajaran IPA untuk Meningkatkan Keterampilan

Berpikir Tingkat Tinggi Calon Guru sebagai Kecenderungan Baru

pada Era Globalisasi. Jurnal Pengajaran MIPA, 2 (1):55-56.

Munandar, Utami. 1999.Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah.

Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Paul, T. A. 2004. Fisika untuk Sains dan Teknik Jilid 1. Jakarta : Erlangga.

Permendiknas. 2006. Standar Isi untuk Satuan Pendidikan dasar dan Menengah.

Jakarta: Mendiknas.

R. Lestari & S. Linuwih. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Pair Checks Pemecahan Masalah untuk meningkatkan Social Skill

Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, (8): 190-194.

Rosada. 2009. Integrasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran IPS di SMP I

dan SMP VI Mataram. Jurnal SOCIA, 2(6): 103-119.

Rosnawati.2009. Enam Tahapan Aktivitas dalam pembelajaran Matematika

Untuk Mendayagunakan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa. Makalah

64

dipresentasikan pada Seminar Nasional Revitalisasi MIPA dan

Pendidikan MIPA, UNY Yogyakarta, 16 Mei.

Samani, Muchlas. 2007. Menggagas Pendidikan Bermakna Integrasi Life Skill-

KBK-CTL-MBS. Surabaya: Penerbit SIC.

Santyasa, I.W. 2007. Landasan Konseptual Media Pembelajaran. Makalah.

Universitas Pendidikan Ganesha.

Sewell & College. 2003. Teacher’s Attitudes Toward Character Education and

Inclusion in Family and Consumer Science Education Curriculum.

Journal of Family and Cosumer Science Education, 21(1): 11-17.

Siswandi, H. J. 2006. Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi Melalui

Metode Diskusi Panel dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di

Sekolah Dasar (Penelitian Tindakan Kelas). Jurnal Pendidikan

Penabur, 7.

Stallions M. A & Yeatts K. 2003. Enhancing Character Education for

Tomorrow’s Teacher, Today: A Connected Learning Partnership

Model. Florida Association of Teacher Educator Journal, 1(3):

250-260.

Sugiyono.2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,

dan R&D. Bandung:Alfabeta.

Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Bandung : Tarsito.

Surapranata, S. 2005. Analisis, Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi Hasil Tes.

Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA.

Tatman, R. et.al. 2009. Character Education: A Critical Analysis. International

Journal of Education Leadership Preparation. 4(4).

Yuli, T. 2009. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa. Tersedia di

http://suaraguru.wordpress.com/2009/02/23/meningkatkan -

kemampuan-berpikir-kreatif-siswa/ (diakses 29-12-2012)

65

DAFTAR KODE SISWA

UJI SKALA TERBATAS UJI SKALA LUAS

No Kode

1 SL1

2 SL2

3 SL3

4 SL4

5 SL5

6 SL6

7 SL7

8 SL8

9 SL9

10 SL10

11 SL11

12 SL12

13 SL13

14 SL14

15 SL15

16 SL16

17 SL17

18 SL18

19 SL19

20 SL20

21 SL21

22 SL22

23 SL23

24 SL24

25 SL25

26 SL26

27 SL27

28 SL28

29 SL29

30 SL30

31 SL31

No Kode

1 ST1

2 ST2

3 ST3

4 ST4

5 ST5

6 ST6

7 ST7

8 ST8

9 ST9

10 ST10

Lampiran 1

66

DAFTAR KODE SISWA UJI COBA SKALA TERBATAS

No Kode

1 ST1

2 ST2

3 ST3

4 ST4

5 ST5

6 ST6

7 ST7

8 ST8

9 ST9

10 ST10

Lampiran 2

67

DAFTAR KODE SISWA UJI COBA SOAL

No Kode

1 UC1

2 UC2

3 UC3

4 UC4

5 UC5

6 UC6

7 UC7

8 UC8

9 UC9

10 UC10

11 UC11

12 UC12

13 UC13

14 UC14

15 UC15

16 UC16

17 UC17

18 UC18

19 UC19

20 UC20

21 UC21

22 UC22

23 UC23

24 UC24

25 UC25

26 UC26

27 UC27

28 UC28

29 UC29

30 UC30

31 UC31

32 UC32

Lampiran 3

68

SILABUS PERTEMUAN 1 Satuan Pendidikan : SMP N 3 Semarang Alokasi waktu : 2 x 40 menit

Mata Pelajaran : IPA-Fisika Standar Kompetensi : 3. Memahami wujud zat dan perubahannya

Kelas / Semester : VII/2

Kompetensi Dasar Materi

Pembelajaran

Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian Sumber Belajar

Teknik Bentuk

instrumen

Contoh

instrumen

3.4 Mendeskripsikan

peran kalor dalam

mengubah wujud zat

dan suhu suatu benda

serta penerapannya

dalam kehidupan

sehari-hari.

Pengaruh kalor

terhadap

perubahan

temperatur.

Merangkai alat dan

melakukan percobaan

untuk memperoleh

hubungan antara kalor

dengan massa zat,

jenis zat, dan kenaikan

suhu zat.

(tanggungjawab,

disiplin)

Melakukan diskusi

kelompok tentang hasil

percobaan. (rasa ingin

tahu)

Mempresentasikan

hasil penyelidikan

kelompoknya di depan

kelas dan

menempelkan di

dinding . (disiplin)

Mengevaluasi.

Menjelaskan

pengertian kalor.

Merangkai alat dan

melakukan

percobaan untuk

memperoleh

hubungan antara

kalor dengan massa

zat, jenis zat, dan

kenaikan suhu zat.

Menjelaskan

hubungan antara

kalor dengan massa

zat, jenis zat, dan

kenaikan suhu zat

melalui eksperimen.

Menyelidiki

banyaknya kalor

yang diperlukan

untuk menaikkan

suhu zat.

Tes tertulis

Tes unjuk

kerja

Tes

penilaian

diri

Lembar

berpikir

kreatif (lembar

observasi)

LKS

Lembar

penilaian

afektif dan

psikomotorik

Terlampir

dalam RPP Sumber :

Buku IPA

Terpadu

Buku referensi

yang relevan

Media : seperangkat alat

percobaan

(beaker glass,

thermometer,

pembakar

spirtus,

penyangga kaki

tiga, lilin).

Lampiran 4

69

SILABUS PERTEMUAN 2 Satuan Pendidikan : SMP N 3 Semarang Alokasi waktu : 2 x 40 menit

Mata Pelajaran : IPA-Fisika Standar Kompetensi : 3. Memahami wujud zat dan perubahannya

Kelas / Semester : VII/2

Kompetensi Dasar Materi

Pembelajaran

Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian Sumber Belajar

Teknik Bentuk

instrumen

Contoh

instrumen

3.4 Mendeskripsikan

peran kalor dalam

mengubah wujud zat

dan suhu suatu benda

serta penerapannya

dalam kehidupan

sehari-hari.

Pengaruh kalor

terhadap

perubahan

wujud zat.

Merangkai alat dan

melakukan percobaan

untuk memperoleh

hubungan pengaruh

kalor terhadap

perubahan wujud zat

dengan melakukan

eksperimen.

(tanggungjawab,

disiplin)

Melakukan diskusi

kelompok tentang hasil

percobaan. (rasa ingin

tahu)

Mempresentasikan hasil

penyelidikan

kelompoknya di depan

kelas dan menempelkan

di dinding. (disiplin).

Mengevaluasi

Merangkai alat dan

melakukan percobaan

untuk memperoleh

hubungan pengaruh

kalor terhadap

perubahan wujud zat.

Menyelidiki banyaknya

kalor yang diperlukan

untuk merubah wujud

zat. (melebur)

Menyelidiki faktor-faktor

yang mempengaruhi

banyaknya kalor untuk

melebur.

Tes tertulis

Tes unjuk

kerja

Tes

penilaian

diri

Lembar

berpikir

kreatif.

(lembar

observasi)

LKS

Lembar

penilaian

afektif dan

psikomotorik.

Terlampir

dalam RPP Sumber :

Buku IPA

Buku referensi

yang relevan

Media : Seperangkat alat

percobaan

(beaker glass,

thermometer,

pembakar

spirtus,

penyangga kaki

tiga, lilin)

70

SILABUS PERTEMUAN 3 Satuan Pendidikan : SMP N 3 Semarang Alokasi waktu : 2 x 40 menit

Mata Pelajaran : IPA-Fisika Standar Kompetensi : 3. Memahami wujud zat dan perubahannya

Kelas / Semester : VII/2

Kompetensi Dasar Materi

Pembelajaran

Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian Sumber Belajar

Teknik Bentuk

instrumen

Contoh

instrumen

3.4 Mendeskripsikan

peran kalor dalam

mengubah wujud zat

dan suhu suatu benda

serta penerapannya

dalam kehidupan

sehari-hari

Pengaruh kalor

terhadap

perubahan

wujud zat

Merangkai alat dan

melakukan percobaan

untuk memperoleh

hubungan antara

besarnya kalor dengan

kalor uap suatu zat

dengan melakukan

eksperimen

(tanggungjawab,

disiplin)

Melakukan diskusi

kelompok tentang hasil

percobaan (rasa ingin

tahu)

Mempresentasikan hasil

penyelidikan

kelompoknya di depan

kelas dan menempelkan

di dinding (disiplin).

Mengevaluasi

Merangkai alat dan

melakukan percobaan

untuk memperoleh

hubungan antara

besarnya kalor dengan

kalor uap suatu zat

Menyelidiki banyaknya

kalor yang diperlukan

untuk merubah wujud

zat (menguap)

Menerapkan hubungan Q

= m c Δt, Q = m U, dan

Q = m L untuk

menyelesaikan masalah

sederhana

Tes tertulis

Tes unjuk

kerja

Tes

penilaian

diri

Lembar

berpikir

kreatif (lembar

observasi)

LKS

Lembar

penilaian

afektif dan

psikomotorik

Terlampir

dalam RPP Sumber :

Buku IPA

Terpadu

Buku referensi

yang relevan

Media : seperangkat alat

percobaan

(beaker glass,

thermometer,

pembakar

spirtus,

penyangga kaki

tiga, lilin)

71

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PERTEMUAN 1

Satuan pendidikan : SMP Mata Pelajaran : IPA-Fisika Kelas/Semester : VII/2 Sub Pokok Bahasan : Pengaruh kalor terhadap perubahan

temperatur Alokasi Waktu : 2 x 40 menit

A. Standar Kompetansi

3. Memahami wujud zat dan perubahannya.

B. Kompetensi Dasar

3.4 Mendeskripsikan peran kalor dalam mengubah wujud zat dan suhu suatu benda

serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

C. Indikator

1. Menjelaskan pengertian kalor.

2. Merangkai alat dan melakukan percobaan tentang hubungan antara kalor

dengan massa zat, jenis zat, dan kenaikan suhu zat.

3. Menjelaskan hubungan antara kalor dengan massa zat, jenis zat, dan kenaikan

suhu zat melalui eksperimen.

4. Menyelidiki banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu zat.

D. Materi

Pengaruh kalor terhadap perubahan temperatur.

Terlampir dalam buku siswa.

E. Tujuan

1. Siswa dapat menjelaskan pengertian kalor melalui diskusi dengan penuh rasa

ingin tahu.

2. Siswa dapat menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya kalor

untuk menaikan suhu suatu benda melalui eksperimen dan diskusi dengan

penuh rasa ingin tahu.

3. Siswa dapat menjelaskan hubungan antara kalor dengan massa zat, jenis zat,

dan kenaikan suhu zat melalui eksperimen dengan disiplin dan penuh

Lampiran 5

72

tanggungjawab.

4. Siswa dapat menyelidiki banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu

zat melalui eksperimen dan diskusi dengan tanggungjawab dan komunikatif.

F. Metode Pembelajaran

Eksperimen dan diskusi.

G. Strategi Pembelajaran

Tahapan

BTL

Kegiatan Pembelajaran Alokasi

waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

Introduction

(Guru

mengenalkan

dan

menyampaikan

tujuan

pembelajaran)

Conection

(Guru

menghubungka

n pengetahuan

awal siswa

I. Pendahuluan

Apersepsi:

1. Menanyakan

”Saat memanaskan air, tentunya

lama kelamaan air menjadi panas.

Mengapa demikian? Apa yang

menyebabkan air dapat menjadi

panas? Apa yang kalian lakukan agar

air cepat panas?”

2. Menyampaikan tujuan dari

pembelajaran.

Motivasi :

1. Menanyakan

”Saat kalian memasak sayur, agar

lebih cepat mendidih mengapa

kalian harus menunggu air mendidih

terlebih dahulu baru memasukkan

sayur? Apakah ada pengaruh antara

besarnya kalor dengan ada atau

tidaknya campuran di dalam air?”

Mengemukakan

pendapat dengan

pengetahuan awal

mereka.

(komunikasi)

Mengemukakan

pendapat dengan

pengetahuan awal

mereka.

(komunikasi)

3 menit

5 menit

73

dengan konsep

yang baru dan

memotivasi

siswa)

2. Memberikan motivasi

“Untuk lebih jelasnya, mari kita

belajar mengenai pokok bahasan

kalor, apa saja yang mempengaruhi

besar kecilnya kalor untuk

menaikkan suhu suatu zat.”

Aplication

(Guru

memberikan

kesempatan

pada siswa

untuk

mempraktikka

n

pengetahuan

yang telah

didapat)

II. Kegiatan Inti

Eksplorasi

1. Memfasilitasi siswa untuk berpikir

tentang kalor dan mencari informasi

seluas-luasnya tentang kalor.

2. Mengkondisikan dan membimbing

siswa untuk membentuk kelompok

yang masing-masing terdiri dari 4-5

orang . Masing-masing ketua

kelompok meminjam alat yang akan

digunakan untuk melakukan

eksperimen.

3. Memberikan LKS 1 kepada masing-

masing kelompok

Elaborasi

1. Membimbing proses penyelidikan

siswa dengan mengerjakan tugas –

tugas dalam LKS 1 :

Menemukan hubungan antara

besarnya kalor dengan massa,

jenis zat dan perubahan suhu

1. Mencari informasi

tentang melalui

beberapa referensi.

(rasa ingin tahu)

2. Membentuk dan

bergabung dalam

kelompok. Ketua

kelompok meminjam

alat yang digunakan

untuk melakukan

eksperimen. (disiplin

dan tanggungjawab)

3. Berdiskusi dalam

kelompok

(komunikasi)

1. Mengerjakan

tugas-tugas dalam

LKS 1 :

Melakukan percobaan

untuk menemukan

hubungan antara

62

menit

74

Reflection

(Guru

dengan melakukan eksperimen.

Diskusi kelompok.

Mengisi data dan mengambil

kesimpulan sesuai dengan data

kelompok masing-masing.

2. Menempel hasil laporannya ke

depan kelas.

3. Guru menilai kelengkapan laporan

milik siswa.

4. Siswa secara bergiliran melihat

laporan milik kelompok lain.

5. Membimbing siswa untuk

mempresentasikan hasil

eksperimennya di depan kelas dan

masing-masing kelompok

menanggapi

6. Membimbing dan memfasilitasi

siswa menganalisis dan

mengevaluasi proses penyelidikan

besarnya kalor dengan

massa, jenis zat dan

perubahan suhu. (rasa

ingin tahu)

Melakukan diskusi

kelompok.

(komunikasi)

Mengisi data ,

menjawab pertanyaan

dalam LKS 1 dan

mengambil kesimpulan.

(disiplin dan

tanggungjawab)

5. Wakil kelompok

mempresentasikan

hasil penyelidikan

kelompoknya di depan

kelas dan

menempelkan di

dinding. (komunikasi)

6. Mengevaluasi hasil

penyelidikan yang

dilakukan bersama

75

memberikan

kesempatan

pada siswa

untuk

merefleksikan

apa yang telah

dipelajari)

untuk pemecahan masalah.

7. Membimbing siswa untuk

menyimpulkan hasil kegiatan.

Konfirmasi

1. Memfasilitasi siswa untuk bertanya

jika ada materi yang belum

dimengerti oleh siswa, kemudian

guru meluruskan pemahaman dan

memberikan penguatan.

kelompoknya. (rasa

ingin tahu)

7. Menyimpulkan

hasil percobaan.

1.Siswa bertanya

tentang materi yang

kurang jelas

(komunikasi) dan

mendengarkan

penjelasan dari guru.

(disiplin)

Extension

(Guru

melakukan

perluasan

atau

pengembanga

n

pembelajaran)

III. Penutup

Memberikan latihan soal kepada siswa.

Memberikan tugas untuk pertemuan

minggu depan.

Mengerjakan latihan

soal yang diberikan

guru.

(tanggungjawab)

10

menit

H. Sumber Pembelajaran

1. Buku Fisika Kelas VII Semester 2

2. Panduan LKS

3. Alat dan bahan praktikum : beaker glass, thermometer, pembakar spirtus,

penyangga kaki tiga, lilin.

I. Penilaian

1. Aspek yang dinilai : Kemampuan berpikir kreatif : uraian lembar observasi.

2. Jenis tagihan : latihan soal

3. Bentuk tagihan : tes tertulis dan laporan

76

J. Evaluasi

1. Ayu baru belajar memasak sayur sup. Ia memasukkan bumbu ke dalam air

kemudian merebusnya. Ternyata dengan melakukan hal tersebut, ia harus

menunggu lama agar air kuahnya mendidih. Berdasarkan hal di atas, apa yang

dapat kamu sarankan kepada Ayu agar air kuah sup cepat mendidih?

2. Pada siang hari yang terik, air laut terasa dingin tetapi pasir di pantai sangat

panas. Mengapa terjadi demikian?

3. Sebuah ceret yang terbuat dari alumunium dengan massa 0.5 kg bersuhu mula-

mula 100C, diberi kalor sebesar 45.000 J. Berapakah suhu ceret tersebut

sekarang? (kalor jenis alumunium 900 J/kg0C).

Jawaban:

1. Penambahan zat lain akan menyebabkan kenaikan titik didih, sehingga kalor

yang diperlukan untuk mendidihkan air lebih banyak yang berakibat semakin

lama waktu yang diperlukan untuk mendidihkan air tersebut. Jadi, agar air kuah

sayur yang dimasak cepat mendidih, kita harus mendidihkan airnya dahulu baru

sayur dan bumbunya dimasukkan.

2. Air mempunyai kalor jenis yang sangat tinggi dibandingkan zat-zat lain. Artinya

air sangat lambat sekali panas (dibutuhkan banyak energi panas untuk

menaikkan suhu air). Kalor jenis air laut lebih tinggi daripada kalor jenis pasir,

sehingga pasir lebih cepat naik suhunya dibandingkan dengan air laut.

3. Diketahui : m = 0,5 kg

T1 = 100C

Q = 45.000 J

c = 900 J/kg0C

Ditanyakan : T2 = …….. ?

Jawab :

77

= 110oC

Jadi, suhu ceret alumunium sekarang adalah 1100C.

78

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PERTEMUAN 2

Satuan pendidikan : SMP Mata Pelajaran : IPA-Fisika Kelas/Semester : VII/2 Sub Pokok Bahasan : Pengaruh kalor terhadap perubahan wujud zat Alokasi Waktu : 2 x 40 menit

A. Standar Kompetansi

3. Memahami wujud zat dan perubahannya.

B. Kompetensi Dasar

3.4 Mendeskripsikan peran kalor dalam mengubah wujud zat dan suhu suatu benda

serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

C. Indikator

1. Menyelidiki pengaruh kalor terhadap perubahan wujud zat.

2. Menyelidiki kalor yang dibutuhkan pada saat melebur.

3. Menyelidiki faktor-faktor yang mempengaruhi banyaknya kalor untuk melebur.

D. Materi

Pengaruh kalor terhadap perubahan wujud zat.

Terlampir dalam buku siswa.

E. Tujuan

1. Siswa dapat menyelidiki pengaruh kalor terhadap perubahan wujud zat melalui

eksperimen dengan penuh rasa ingin tahu.

2. Siswa dapat menyelidiki kalor yang dibutuhkan pada saat melebur melalui

eksperimen dengan disiplin.

3. Siswa dapat menyelidiki faktor-faktor yang mempengaruhi banyaknya kalor

untuk melebur melalui eksperimen dan diskusi dengan tanggungjawab dan

komunikatif.

F. Metode Pembelajaran

79

Eksperimen dan diskusi.

G. Strategi Pembelajaran

Tahapan

BTL

Kegiatan Pembelajaran Alokasi

waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

Introduction

(Guru

mengenalkan

dan

menyampaikan

tujuan

pembelajaran)

Conection

(Guru

menghubungkan

pengetahuan

awal siswa

dengan konsep

yang baru dan

memotivasi

siswa)

I. Pendahuluan

Apersepsi

1. Apakah kalian masih ingat apa saja

yang mempengaruhi besarnya kalor

untuk merubah suhu benda pada

pertemuan yang lalu?

2. Jika kalor dapat merubah suhu

benda, apakah kalor juga bisa dapat

mengubah wujud zat?

3. Menyampaikan tujuan dari

pembelajaran.

Motivasi

1. Menanyakan

” Setelah berolah raga, biasanya

kalian suka minuman yang dingin.

Jika kalian membeli es teh di kantin,

apakah perubahan yang akan terjadi

pada es yang ada dalam minuman

kalian setelah beberapa saat?”

2. Memberikan motivasi

“Untuk lebih jelasnya, mari kita

belajar mengenai pokok bahasan

kalor,apakah kalor dapat merubah

wujud zat?.”

Mengemukakan

pendapat dengan

pengetahuan awal

mereka.

(komunikasi)

Mengemukakan

pendapat dengan

pengetahuan awal

mereka.

(komunikasi)

3 menit

5 menit

80

Aplication

(Guru

memberikan

kesempatan

pada siswa

untuk

mempraktikkan

pengetahuan

yang telah

didapat)

II. Kegiatan Inti

Eksplorasi

1. Memfasilitasi siswa untuk berpikir

tentang perubahan wujud dan

mencari informasi seluas-luasnya

tentang perubahan wujud zat.

2. Mengkondisikan dan membimbing

siswa untuk membentuk kelompok

yang masing-masing terdiri dari 4-5

orang . Masing-masing ketua

kelompok meminjam alat yang akan

digunakan untuk melakukan

eksperimen.

3. Memberikan LKS 2 kepada masing-

masing kelompok.

Elaborasi

4. Membimbing proses penyelidikan

siswa dengan mengerjakan tugas –

tugas dalam LKS 2 :

Menemukan hubungan antara

besarnya kalor untuk merubah

wujud benda dengan massa dan

kalor jenis dengan melakukan

eksperimen.

1. Mencari informasi

tentang perubahan

wujud melalui

beberapa referensi.

(rasa ingin tahu)

2. Membentuk dan

bergabung dalam

kelompok. Ketua

kelompok

meminjam alat yang

digunakan untuk

melakukan

eksperimen.

(disiplin dan

tanggungjawab)

3. Berdiskusi dalam

kelompok.

(komunikasi)

4. Mengerjakan

tugas-tugas dalam

LKS 2 :

Melakukan

percobaan untuk

menemukan

hubungan antara

besarnya kalor

untuk merubah

wujud benda

62

menit

81

Reflection

(Guru

memberikan

kesempatan

pada siswa

untuk

merefleksikan

apa yang telah

dipelajari)

Diskusi kelompok.

Mengisi data dan mengambil

kesimpulan sesuai dengan data

kelompok masing-masing.

5. Membimbing siswa menempel hasil

laporannya ke depan kelas.

6. Menilai kelengkapan laporan milik

siswa.

7. Memantau siswa secara bergiliran

melihat laporan milik kelompok lain.

8. Membimbing siswa untuk

mempresentasikan hasil

eksperimennya di depan kelas dan

masing-masing kelompok

.menanggapi

9. Membimbing dan memfasilitasi

siswa menganalisis dan

mengevaluasi proses penyelidikan

untuk pemecahan masalah.

dengan massa dan

kalor jenis. (rasa

ingin tahu)

Melakukan diskusi

kelompok.

(komunikasi)

Mengisi data ,

menjawab

pertanyaan dalam

LKS 2 dan

mengambil

kesimpulan.

(disiplin dan

tanggungjawab)

5. Wakil kelompok

mempresentasikan

hasil penyelidikan

kelompoknya di

depan kelas dan

menempelkan di

dinding.

(komunikasi)

6. Mengevaluasi hasil

penyelidikan yang

dilakukan bersama

kelompoknya. (rasa

ingin tahu)

7. Menyimpulkan

hasil percobaan

.

82

10. Membimbing siswa untuk

menyimpulkan hasil kegiatan.

Konfirmasi

1. Memfasilitasi siswa untuk bertanya

jika ada materi yang belum

dimengerti oleh siswa, kemudian

guru meluruskan pemahaman dan

memberikan penguatan.

1. Bertanya tentang

materi yang

kurang jelas

(komunikasi) dan

mendengarkan

penjelasan dari

guru. (disiplin)

Extension

(perluasan atau

pengembangan

pembelajaran)

III. Penutup

Memberikan latihan soal kepada siswa.

Memberikan tugas untuk pertemuan

minggu depan.

Mengerjakan

latihan soal yang

diberikan guru.

(tanggungjawab)

10

menit

H. Sumber Pembelajaran

1. Buku Fisika Kelas VII Semester 2.

2. Panduan LKS.

3. Alat dan bahan praktikum : beaker glass, thermometer, pembakar spirtus,

penyangga kaki tiga, potongan es, air.

I. Penilaian

2. Aspek yang dinilai : Kemampuan berpikir kreatif : uraian lembar observasi.

3. Jenis tagihan : latihan soal

4. Bentuk tagihan : tes tertulis dan laporan

J. Evaluasi

1. Apakah ada perubahan suhu pada saat es mencair hingga seluruhnya menjadi

air ataupun selama air mendidih sampai seluruhnya menjadi uap? Mengapa

demikian?

2. Ridwan memanaskan tembaga dan besi pada tekanan dan massa yang sama.

Benda manakah yang membutuhkan kalor yang lebih banyak jika suhu keduanya

83

sama? Apa alasanmu? Kalor jenis tembaga 390J/kgoC dan kalor jenis besi adalah

450J/kgoC.

3. Berapakah jumlah kalor yang diperlukan untuk meleburkan 100 gram es menjadi

air? (kalor lebur es = 336.000 J/kg)

Jawaban:

1. Tidak ada perubahan suhu , karena pada saat mencair dan menguap kalor yang

diserap hanya digunakan untuk mengubah wujud zat.

2. Karena

m tembaga = mbesi

t tembaga = t besi

c tembaga < c besi

Q = m c Δt

Semakin besar c maka Q semakin besar.

Sehingga kalor yang dibutuhkan besi lebih besar daripada kalor yang dibutuhkan

tembaga. Jadi besi lebih banyak membutuhkan kalor daripada tembaga.

3. m = 100 gram = 0,1 kg

L = 336.000 J/kg

Q = m.L

= 0,1 kg x 336.0000 J/kg =33.600 J

84

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PERTEMUAN 3

Satuan pendidikan : SMP Mata Pelajaran : IPA-Fisika Kelas/Semester : VII/2 Sub Pokok Bahasan : Pengaruh kalor terhadap perubahan wujud zat Alokasi Waktu : 2 x 40 menit

A. Standar Kompetansi

3. Memahami wujud zat dan perubahannya

B. Kompetensi Dasar

3.4 Mendeskripsikan peran kalor dalam mengubah wujud zat dan suhu suatu benda

serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari

C. Indikator

1. Menyelidiki faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya kalor yang diperlukan

untuk menguap

2. Menyelidiki kalor yang dibutuhkan pada saat menguap

3. Menerapkan hubungan Q = m c Δt, Q = m U, dan Q = m L untuk menyelesaikan

masalah sederhana

D. Materi

Pengaruh kalor terhadap perubahan wujud zat

Terlampir dalam buku siswa

E. Tujuan

1. Siswa dapat menyelidiki faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya kalor yang

diperlukan untuk menguap melalui eksperimen dengan disiplin dan

tanggungjawab.

2. Siswa dapat menyelidiki kalor yang dibutuhkan pada saat menguap dengan

penuh rasa ingin tahu melalui eksperimen.

3. Siswa dapat menerapkan hubungan Q = m c Δt, Q = m U, dan Q = m L untuk

menyelesaikan masalah sederhana melalui eksperimen dan diskusi dengan

penuh rasa ingin tahu.

85

F. Metode Pembelajaran

Eksperimen dan diskusi

G. Strategi Pembelajaran

Tahapan

BTL

Kegiatan Pembelajaran Alokasi

waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

Introduction

(guru

mengenalkan

dan

menyampaika

n tujuan

pembelajaran)

Conection

(menghubung

kan

pengetahuan

awal siswa

dengan

konsep yang

baru dan

I. Pendahuluan

a. Apersepsi:

1. Apakah kalian masih ingat apakah

kalor dapat mengubah wujud

benda?

2. Apa saja yang mempengaruhi

banyaknya kalor yang dibutuhkan

untuk melebur? Bagaimana

dengan proses menguap?

3. Guru menyampaikan tujuan dari

pembelajaran

b. Motivasi :

1. Guru menanyakan

”Pada saat tangan kita terluka,

kemudian diobati dengan alkohol.

Selain terasa perih, alkohol juga

terasa dingin, mengapa alkohol itu

terasa dingin di tangan kita?”

2. Guru memberikan motivasi

“Untuk lebih jelasnya, mari kita

belajar mengenai apa kalor uap,

dan bagaimana kalor yang

dibutuhkan pada proses es

Siswa mengemukakan

pendapat dengan

pengetahuan awal

mereka (komunikasi)

Siswa mengemukakan

pendapat dengan

pengetahuan awal

mereka (komunikasi)

3 menit

5 menit

86

memotivasi

siswa)

berubah hingga menjadi uap?”

Aplication

(memberikan

kesempatan

pada siswa

untuk

mempraktikk

an

pengetahuan

yang telah

didapat)

II. Kegiatan Inti

Eksplorasi

1. Memfasilitasi siswa untuk

berpikir tentang perubahan

wujud dan mencari informasi

seluas-luasnya tentang

perubahan wujud zat

2. Mengkondisikan dan

membimbing siswa untuk

membentuk kelompok yang

masing-masing terdiri dari 4-5

orang . Masing-masing ketua

kelompok meminjam alat yang

akan digunakan untuk melakukan

eksperimen

3. Memberikan LKS 3 kepada

masing-masing kelompok

Elaborasi

4. Membimbing proses penyelidikan

siswa dengan mengerjakan tugas

– tugas dalam LKS 3 :

Menemukan hubungan antara

besarnya kalor untuk merubah

wujud benda dengan massa

dan kalor jenis dengan

melakukan eksperimen

1. Siswa mencari

informasi tentang

melalui beberapa

referensi. (rasa ingin

tahu)

2. Siswa membentuk

dan bergabung dalam

kelompok. Ketua

kelompok meminjam

alat yang digunakan

untuk melakukan

eksperimen. (disiplin

dan tanggungjawab)

3. Siswa berdiskusi

dalam kelompok

(komunikasi)

4. Mengerjakan tugas-

tugas dalam LKS 3 :

melakukan percobaan

untuk menemukan

hubungan antara

besarnya kalor untuk

merubah wujud

benda dengan massa

62

menit

87

Reflection

(memberikan

kesempatan

pada siswa

untuk

merefleksika

n apa yang

telah

dipelajari)

Diskusi kelompok

Mengisi data dan mengambil

kesimpulan sesuai dengan data

kelompok masing-masing

5. Siswa menempel hasil laporannya

ke depan kelas

6. Guru menilai kelengkapan laporan

milik siswa

7. Siswa secara bergiliran melihat

laporan milik kelompok lain

8. Membimbing siswa untuk

mempresentasikan hasil

eksperimennya di depan kelas dan

masing-masing kelompok

menanggapi

9. Membimbing dan memfasilitasi

siswa menganalisis dan

mengevaluasi proses penyelidikan

untuk pemecahan masalah.

dan kalor jenis. (rasa

ingin tahu)

melakukan diskusi

kelompok(komunikasi)

mengisi data ,

menjawab

pertanyaan dalam

LKS 3 dan mengambil

kesimpulan(disiplin

dan tanggungjawab)

8. Wakil kelompok

mempresentasikan

hasil penyelidikan

kelompoknya di

depan kelas dan

menempelkan di

dinding(komunikasi)

9. Mengevaluasi hasil

penyelidikan yang

dilakukan bersama

kelompoknya. (rasa

ingin tahu)

88

10. Membimbing siswa

untuk menyimpulkan

hasil kegiatan.

Konfirmasi

1. Guru memfasilitasi siswa untuk

bertanya jika ada materi yang

belum dimengerti oleh siswa,

kemudian guru meluruskan

pemahaman dan memberikan

penguatan

10. Menyimpulkan

hasil percobaan.

1.Siswa bertanya

tentang materi yang

kurang jelas

(komunikasi) dan

mendengarkan

penjelasan dari guru

(disiplin)

Extension

(perluasan

atau

pengembang

an

pembelajara

n)

III. Penutup

Memberikan latihan soal kepada

siswa.

Memberikan tugas untuk pertemuan

minggu depan.

Mengerjakan latihan

soal yang diberikan

guru.

(tanggungjawab)

10

menit

H. Sumber Pembelajaran

1. Buku Fisika Kelas VII Semester 2

2. Panduan LKS

3. Alat dan bahan praktikum : beaker glass, thermometer, pembakar spirtus,

penyangga kaki tiga, potongan es, air.

I. Penilaian

1. Aspek yang dinilai :

Kemampuan berpikir kreatif : uraian lembar observasi

2. Jenis tagihan : latihan soal

3. Bentuk tagihan : tes tertulis dan laporan

89

J. Evaluasi

1. 100 gram es dengan suhu awal -10oC dipanaskan hingga menguap seperti

digambarkan pada grafik proses A-E. Apakah kalor yang dibutuhkan pada proses

melebur sama dengan kalor yang dibutuhkan pada proses menguap? (kalor jenis air

4200J/kgoC, kalor lebur es 336000 J/kg, dan kalor uap air 2,26 x 106 J/kg)

2. Pada siang hari, kalian akan lebih merasakan panas ketika memakai baju berwarna

putih daripada baju berwarna hitam. Benar atau salah pernyataan tersebut?

Jelaskan alasanmu!

3. Titik didih air murni lebih rendah daripada titik didih air garam pada tekanan yang

sama. Benar atau salah pernyataan tersebut? Jelaskan alasanmu!

Jawaban:

1. Proses melebur = proses B-C

Q = m L

Q = 0,1 kg x 336000 J/kg

Q = 33600 J

Proses menguap = proses D-E

Q = m U

Q = 0,1 kg x 2,26 x 106 J/kg

Q = 2,26 x 105 J

Kalor yang dibutuhkan dalam proses melebur dan menguap tidak sama

2. Jawaban : salah

Alasan : pada siang hari akan lebih merasakan panas ketika memakai baju berwarna

hitam karena warna hitam lebih mudah menyerap panas sedangkan warna putih

lebih bersifat memantulkan panas.

3. Jawaban : benar.

Alasan : penambahan suatu zat dapat menaikkan titik didih karena kalor jenisnya

berubah.

t(s) A

B

C

D

C

E 100

00

00

00

00

00

00

00

00

00

00

00

0

C

0

-

10 D

C

C

T (oC)

90

LEMBAR KERJA SISWA 1

(Pegangan Guru) “Hubungan Besarnya Kalor dengan Massa Zat, Jenis Zat dan Kenaikan Suhu”

Nama Kelompok :

Kelas :

Hari/tanggal :

I. Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Eksperimen

1. Kerjakan perintah sesuai yang tertulis dalam LKS.

2. Waktu yang diberikan dalam mengerjakan LKS dan laporan sementara

adalah 40 menit.

3. Lakukan kegiatan eksperimen dengan tertib, disiplin , rasa ingin tahu dan

penuh tanggung jawab.

II. Indikator

1. Mengetahui hubungan besarnya kalor dengan massa zat.

2. Mengetahui hubungan besarnya kalor dengan jenis zat.

3. Mengetahui hubungan besarnya kalor dengan kenaikan suhu.

4. Mengetahui banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu zat.

III. Alat dan Bahan

1. Termometer

2. Gelas beker

3. Kasa dan kaki tiga

4. Pembakar spiritus dan korek api

5. Es batu

6. Air

7. Minyak goreng

Lampiran 6

91

8. Stopwatch

*Perluas pengetahuan dengan perbesar rasa ingin tahu*

Tahukah Kalian?

Saat kita memanaskan air dalam suatu wadah maka air akan mendidih.

Apa yang dapat meyebabkan air mendidih? Mengapa air dapat mendidih?

Kemudian apabila kita menambahkan semakin banyak air di dalamnya

maka kita membutuhkan waktu untuk membuatnya dapat mendidih

kembali Apakah ada kaitannya antara banyaknya air yang dipanaskan

dengan waktu yang dibutuhkan? Mengapa demikian?

Jika kita memanaskan air dan minyak goreng, samakah waktu yang

dibutuhkan agar suhunya naik sebesar derajat suhu tertentu? Mengapa

demikian?

(rasa ingin tahu)

IV. Percobaan

Petunjuk : lakukan kegiatan dan jawablah semua pertanyaan pada kotak respon

di bawah ini! Diskusikan dengan anggota kelompokmu!

Ingat! Dengan disiplin kita tidak hanya akan terhindar dari sanksi,

namun disiplin juga akan mengantar kita pada kesuksesan eksperimen.

Percobaan 1 Hubungan Besarnya Kalor dengan Kenaikan Suhu

No. Kegiatan Respon

Kemampuan

berpikir

kreatif

1

Jika kita ingin memasak air agar air tersebut

cepat mendidih, apa saja yang dapat kita

lakukan agar air tersebut cepat mendidih?

(rasa ingin tahu)

Berpikir

Luwes

2 Ambil dan catatlah

92

1. 2 buah bejana

2. 2 buah termometer

3. 3 buah pembakar spirtus

4. 2 buah penyangga kaki tiga

5. Air 100 ml

6. Stopwatch

(tanggungjawab)

3

Rangkailah alat

*catat suhu awal air sebelum dipanaskan.

*pembakar spirtus dalam keadaan mati.

(bertanggungjawab dan rasa ingin tahu)

Suhu Awal(oC)

Bejana A:

Bejana B:

Berpikir

Orisinal

4

Setelah rangkaian siap, nyalakan pembakar

spirtus secara bersama-sama dan amati suhu

tiap 30 detik selama 2 menit pada masing-

masing bejana. Kemudian isi tabel

pengamatan kegiatan 1.

(tanggungjawab)

Tabel

Pengamatan

Kegiatan 1

waktu suhu(

oC)

A B

Elaborasi

5

Bagaimana perbandingan kenaikan suhu

pada bejana A dengan bejana B? (lebih

cepat/lebih lambat) (rasa ingin tahu)

Berpikir

Lancar

6

Semakin besar kalor yang diberikan

(bejana A) maka kenaikan suhu

semakin…. (besar/kecil)

Semakin kecil kalor yang diberikan (bejana

Evaluasi

Air 50 ml

A

B

93

Aku bertanggungjawab atas pikiranku, maka aku

bertanggungjawab atas tindakanku untuk kelancaran

eksperimen bersama.

Percobaan 2 Hubungan Besarnya Kalor dengan Massa Zat

No Kegiatan Respon

Kemampuan

Berpikir

Kreatif

1

Menurut kalian, apakah waktu yang

dibutuhkan untuk mendidihkan 1 liter air

sama dengan 2 liter air? (rasa ingin tahu)

Berpikir

Luwes

2

Ambil dan catatlah

1. 2 buah bejana

2. 2 buah termometer

3. 2 buah pembakar spirtus

4. 2 buah penyangga kaki tiga

5. Air 150 ml

6. Stopwatch

(tanggungjawab)

B) maka kenaikan suhu semakin…..

(besar/kecil)

7

Sehingga didapatkan hubungan:

Besarnya kalor yang diperlukan…..

(sebanding/berbanding terbalik) terhadap

kenaikan suhu.

Berpikir

orisinal

8

Jika

Q=besarnya kalor yang diperlukan

∆t=kenaikan suhu

Maka Q…..(sebanding/berbanding terbalik)

dengan ∆t

Q ~ …….

Elaborasi

94

Rangkailah alat

*catat suhu awal air sebelum dipanaskan.

*pembakar spirtus dalam keadaan mati.

(bertanggungjawab dan rasa ingin

tahu)

Suhu Awal(oC)

Bejana A:

Bejana B:

Berpikir

Orisinal

4

Berapakah massa air pada masing-masing

bejana?(massa jenis air=1000kg/cm3)

(rasa ingin tahu)

……kg Berpikir

luwes

5

Setelah rangkaian siap, nyalakan pembakar

spirtus secara bersama-sama dan amati

waktu yang diperlukan untuk menaikan

suhu 30oC dari suhu awalnya.

(disiplin dan tanggungjawab)

6

Tabel Pengamatan Kegiatan 2

bejana Suhu Waktu

(s) Awal (oC) akhir(

oC)

A

B

Elaborasi

7

Bagaimana waktu yang diperlukan pada

bejana A(50 ml) dibanding waktu yang

diperlukan pada bejana B (100 ml) untuk

menaikan suhu hingga 30oC dari suhu

awal? Lebih cepat mana?

(rasa ingin tahu)

Berpikir

lancar

8 Semakin kecil massa air (bejana A) maka

waktu yang dibutuhkan untuk menaikan

Evaluasi

A

95

Rasa ingin tahu akan membuka pengetahuanmu, disiplin dan

tanggungjawab anggota adalah syarat keberhasilan eksperimen kelompok.

suhu semakin…. (cepat/lama), sehingga

kalor yang diperlukan

semakin…..(besar/kecil)

Semakin besar massa air (bejana B) maka

waktu yang dibutuhkan untuk menaikan

suhu semakin…. (cepat/lama), sehingga

kalor yang diperlukan

semakin…..(besar/kecil)

9

Sehingga didapatkan hubungan:

Besarnya kalor yang diperlukan untuk

menaikan pada suhu yang sama…..

(sebanding/berbanding terbalik) terhadap

massa zat.

Berpikir

orisinal

10

Jika

Q=besarnya kalor yang diperlukan

m=massa zat

Maka Q…..(sebanding/berbanding terbalik)

dengan m.

Q ~ …….

Elaborasi

Percobaan 3 Hubungan Besarnya Kalor dengan Jenis Zat

No Kegiatan Respon Kemampuan

Berpikir

Kreatif

1

Apakah kalian masih ingat konsep

mengenai massa jenis? Massa jenis

bergantung pada jenis zat. Apakah besarnya

kalor juga bergantung pada jenis zat?

(rasa ingin tahu)

Berpikir

luwes

96

2

Ambil dan catatlah

1. 2 buah bejana

2. 2 buah termometer

3. 2 buah pembakar spirtus

4. 2 buah penyangga kaki tiga

5. Air 30 ml

6. Minyak goreng 30 ml

7. Stopwatch

(tanggungjawab)

3

Rangkailah alat

*catat suhu awal air sebelum dipanaskan.

*pembakar spirtus dalam keadaan mati.

(bertanggungjawab dan rasa ingin tahu)

Suhu Awal(oC)

Bejana A:

Bejana B:

Berpikir

Orisinal

4

Setelah rangkaian siap, nyalakan pembakar

spirtus secara bersama-sama dan amati

waktu yang diperlukan untuk menaikan

suhu 30oC dari suhu awalnya.

5

Tabel Pengamatan Kegiatan 3

bejana Suhu Waktu

(s) Awal (oC) akhir(

oC)

A

B

Elaborasi

6

Waktu yang dibutuhkan air untuk

menaikan suhu menjadi 30oC dari suhu

awal……. (lebih cepat/lebih lambat)

daripada waktu yang dibutuhkan minyak

goreng untuk menaikan suhu menjadi 30oC

Berpikir

lancar

Air 30 ml

Minyak

goreng

30 ml

97

dari suhu awal.

Sehingga kalor yang dibutuhkan air…..

(lebih besar/lebih kecil) daripada kalor

yang dibutuhkan minyak goreng untuk

sama-sama menaikan suhu menjadi 30oC

dari suhu awal.

7

Apakah kalor yang diperlukan zat untuk

menaikan suhunya bergantung pada jenis

zat?

(rasa ingin tahu)

Evaluasi

8

Sehingga, setiap zat yang berbeda jenis

juga mempunyai besarnya kalor yang

(sama/berbeda) yang dibutuhkan setiap kg

zat untuk menaikan suhunya satu derajat

Celsius.

Berpikir

Orisinal

9

Jika banyaknya kalor yang diperlukan setiap

kg zat untuk menaikan satu derajat Celsius

adalah kalor jenis yang dilambangkan

dengan c dan

Q=besarnya kalor yang diperlukan,

Maka Q…..(sebanding/berbanding terbalik)

dengan c.

Q ~ …….

Elaborasi

KESIMPULAN

Bagaimanakah hubungan besarnya kalor dengan massa zat? (orisinial)

Bagaimanakah hubungan besarnya kalor dengan jenis zat? (orisinial)

Bagaimanakah hubungan besarnya kalor dengan kenaikan suhu zat?

(orisinial)

Jika dituliskan secara matematis maka besarnya

Q sebanding dengan…..,….,….

98

Aku menggali rasa ingin tahuku, aku bertanggungjawab, aku

disiplin dan aku sukses!

Sehngga dapat dituliskan

Q=….x….x….

(elaborasi)

Sehingga banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu zat dapat

diperoleh dengan menggunakan persamaan.

Q=….x….x….

(elaborasi)

V. Buatlah laporan praktikum

*Laporan praktikum dikumpulkan paling lambat pada pertemuan minggu

depan dengan format. (tanggungjawab dan disiplin)

A. Judul

B. Tujuan percobaan

C. Landasan teori

D. Alat dan bahan

E. Langkah kerja

F. Data pengamatan

G. Analisis dan Pembahasan

H. Simpulan

I. Daftar pustaka

*Catatan :

1. Yang ditempelkan dan dipresentasikan didepan kelas hanya sebatas

laporan sementara dengan format nama kelompok, data pengamatan,

analisis data dan kesimpulan sementara.

2. Carilah referensi dari buku lain untuk melengkapi landasan teori pada

laporan kalian. (rasa ingin tahu)

99

LEMBAR KERJA SISWA 2

“Melebur”

(Pegangan Guru) Nama :

Kelas :

Kelompok :

Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Eksperimen

1. Kerjakan perintah sesuai yang tertulis dalam LKS.

2. Waktu yang diberikan dalam mengerjakan LKS dan laporan sementara adalah 40

menit.

3. Lakukan kegiatan eksperimen dengan tertib, disiplin , rasa ingin tahu dan penuh

tanggung jawab.

Indikator

1. Menyelidiki pengaruh kalor terhadap perubahan wujud zat.

2. Menyelidiki terjadinya proses peleburan.

3. Menyelidiki faktor-faktor yang mempengaruhi banyaknya kalor untuk melebur.

Alat dan Bahan

1. Termometer

2. Pembakar spiritus

3. Kaki tiga

4. Gelas beker

5. Air

6. Es Batu

*Perluas pengetahuan dengan perbesar rasa ingin tahu*

Ayo Cari Tahu!

1. Setelah berolah raga, biasanya kalian suka minuman yang dingin. Jika kalian

membeli es teh di kantin, apakah perubahan yang akan terjadi pada es yang ada

dalam minuman kalian setelah beberapa saat?

100

2. Apakah suhu es pada es teh saat masih berupa balok-balok besar sama dengan

ketika menjadi balok-balok kecil (melebur sebagian)?

(Rasa ingin tahu)

Percobaan 1 Petunjuk : lakukan kegiatan dan jawablah semua pertanyaan pada kotak respon

di bawah ini! Diskusikan dengan anggota kelompokmu!

Rasa ingin tahu akan membuka pengetahuanmu, disiplin dan

tanggungjawab anggota adalah syarat keberhasilan eksperimen

kelompok.

No Kegiatan Respon Kemampuan

berpikir

kreatif

1 Rangkailah alat dan bahan seperti

pada gambar. Bejana berisi 50 gr es,

Catatan : pembakar spirtus dalam

keadaan mati!!!

Berapakah suhu awal

es?(tanggungjawab)

Suhu awal es = …..o C

Berpikir

Orisinal

2 Setelah rangkaian siap, nyalakan

pembakar spirtus secara bersama-

sama dan amati suhu tiap 15 detik

selama 5 menit dan catat pula waktu

yang diperlukan hingga es melebur

seluruhnya. (tanggungjawab)

Tabel Pengamatan Kegiatan1

No

Suhu (oC) Waktu

(s) Bejana

A

Bejana

B

1

2

Waktu yang diperlukan hingga es

melebur seluruhnya adalah….

Elaborasi

3 Bagaimanakah wujud balok-balok Berpikir

101

es setelah dipanaskan setelah 2

menit?

Lancar

4 Berdasarkan hasil percobaan, pada

suhu berapakah suhu es tidak

mengalami perubahan lagi?

Mengapa demikian?Kemana

hilangnya kalor?

(rasa ingin tahu)

Berpikir Luwes

4 Ketika balok es yang telah berubah

menjadi air seluruhnya dan

pemanasan tetap terus dilakukan,

apa yang terjadi?

Berpikir

Lancar

5 Berdasarkan hasil percobaan, pada

suhu berapakah suhu air tidak

mengalami perubahan lagi?

Mengapa demikian?Kemana

hilangnya kalor?

(rasa ingin tahu)

Berpikir Luwes

6 pada saat es menjadi air, kalor

digunakan untuk,,,,,, sehingga

suhu….(tetap/berubah)

pada saat air mengalami

perubahan suhu, kalor digunakan

untuk,,,,,

pada saat air mendidih dan air

berubah menjadi uap, kalor

digunakan untuk,,,, sehingga

suhu….(tetap/berubah)

Evaluasi

Percobaan 2

Aku bertanggungjawab atas pikiranku, maka aku

bertanggungjawab atas tindakanku untuk kelancaran

eksperimen bersama.

No Kegiatan Respon Kemampuan

berpikir

102

kreatif

1 Rangkailah alat dan bahan seperti

pada gambar. Bejana A berisi 50 gr es,

dan bejana B berisi 100gr es.

Catatan : pembakar spirtus dalam

keadaan mati!!!

Berapakah suhu awal es?

(tanggungjawab)

Suhu awal es

Bejana A = …..o C

Bejana B = …..o C

Berpikir

Orisinal

2 Setelah rangkaian siap, nyalakan

pembakar spirtus secara bersama-

sama dan amati suhu tiap 30 detik

selama 3 menit dan catat pula waktu

yang diperlukan hingga es melebur

seluruhnya. (tanggungjawab)

Tabel Pengamatan Kegiatan1

No

Suhu (oC) Waktu

(s) Bejana

A

Bejana

B

1

2

Waktu yang diperlukan hingga es

melebur seluruhnya pada bejana A

adalah….dan pada bejana B

adalah……

Elaborasi

3 Berdasarkan hasil percobaan, pada

suhu berapakah suhu es tidak

mengalami perubahan lagi?

Mengapa demikian?Kemana

hilangnya kalor?

(rasa ingin tahu)

Berpikir Luwes

4 Manakah yang lebih cepat melebur

seluruhnya? 50 gr es atau 100gr es?

Evaluasi

5 Bagaimana hubungan antara massa

zat dengan kalor yang dibutuhkan

untuk melebur?

Semakin kecil massa es

(bejana A) maka waktu yang

dibutuhkan untuk melebur

Berpikir

Orisinal

103

(rasa ingin tahu) semakin…. (cepat/lama),

sehingga kalor yang diperlukan

semakin….. (besar/kecil)

6 Sehingga didapatkan hubungan:

Besarnya kalor yang diperlukan untuk

mengubah wujud zat …..

(sebanding/berbanding terbalik)

terhadap massa zat.

Berpikir

Lancar

7 Jika

Q=besarnya kalor yang diperlukan

m=massa zat

Maka Q…..(sebanding/berbanding

terbalik) dengan m.

QL …………… m Berpikir

Lancar

8 Peleburan juga dipengaruhi oleh

besaran yang dinamakan dengan

kalor lebur (L), kalor lebur adalah

kalor yang dibutuhkan untuk

meleburkaan 1 kg zat padat menjadi

zat cair pada titik leburnya.

9 Besarnya kalor yang diperlukan

sebanding dengan besarnya kalor

lebur. Sehingga, dengan massa yang

sama semakin besar kalor lebur

sesuatu zat maka semakin …………

(besar/kecil) kalor yang dibutuhkan

untuk meleburkan zat tersebut.

Evaluasi

10 Sehingga dapat dituliskan…. QL…………….L Berpikir

Lancar

11 Sehingga dapat dituliskan, besarnya

kalor untuk melebur =

…………..x………

QL = ……. x ………… Elaborasi

104

Berhasil adalah ketika kalian mampu bertanggungjawab atas tugas

yang diberikan dengan displin dan dilandasi rasa keingin tahuan.

KESIMPULAN

*Catatan: sebelum mengerjakan kesimpulan, bersihkan meja praktek dan kembalikan

alat ke tempat semula.(disiplin)

Ingat!!! Dengan disiplin kita tidak hanya akan terhindar dari sanksi,

namun disiplin juga akan mengantar kita pada kesuksesan

eksperimen.

A. Kalor dapat merubah wujud zat

Berdasarkan percobaan, apakah kalor dapat merubah wujud zat? (Berpikir

Lancar)

Ketika es berubah menjadi air dan air berubah menjadi uap, suhu es dan air

tidak berubah. Kemana hilangnya kalor? (Berpikir Luwes)

B. Proses Melebur

Apa yang dimaksud dengan kalor lebur? (Berpikir Lancar)

Ketika proses melebur, suhu es…..(berubah/tetap). Mengapa demikian?

(Berpikir Luwes)

Bagaimanakah hubungan besarnya kalor untuk melebur dengan massa

zat?(Berpikir orisinal)

Bagaimanakah hubungan besarnya kalor untuk melebur dengan kalor lebur

zat?(Berpikir Orisinal)

Jika dituliskan secara matematis maka besarnya

QL sebanding dengan….. dan …..

Sehngga dapat dituliskan

QL=….x…. (elaborasi)

Buatlah laporan praktikum

*Laporan praktikum dikumpulkan paling lambat pada pertemuan minggu depan

dengan format (tanggungjawab dan disiplin)

J. Judul

K. Tujuan percobaan

L. Landasan teori

105

M. Alat dan bahan

N. Langkah kerja

O. Data pengamatan

P. Analisis dan Pembahasan

Q. Simpulan

R. Daftar pustaka

*Catatan :

3. Yang ditempelkan dan dipresentasikan didepan kelas hanya sebatas laporan

sementara dengan format nama kelompok, data pengamatan, analisis data

dan kesimpulan sementara.

4. Carilah referensi dari buku lain untuk melengkapi landasan teori pada

laporan kalian. (rasa ingin tahu)

106

LEMBAR KERJA SISWA 3

(Pegangan Guru)

Nama :

Kelas :

Kelompok :

Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Eksperimen

4. Kerjakan perintah sesuai yang tertulis dalam LKS

5. Waktu yang diberikan dalam mengerjakan LKS dan laporan sementara adalah 40

menit

6. Lakukan kegiatan eksperimen dengan tertib, disiplin , rasa ingin tahu dan penuh

tanggung jawab

Indikator

5. Menyelidiki faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya kalor yang diperlukan untuk

menguap

6. Menyelidiki kalor yang dibutuhkan pada saat menguap

Alat dan Bahan

Termometer

Pembakar spiritus

Kaki tiga

Gelas beker

Air

Alkohol

*Perluas pengetahuan dengan perbesar rasa ingin tahu*

Ayo Cari Tahu!!!!

3. Ketika tangan kita terluka, kemudian kita obati dengan alkohol. Selain terasa perih,

tangan kita juga merasakan dingin. Mengapa alkohol itu terasa dingin di tangan kita?

4. Pada siang hari, kalian akan lebih merasakan panas ketika memakai baju berwarna

hitam daripada baju berwarna putih, mengapa demikian?

(Rasa

ingin tahu)

107

Percobaan 1 Petunjuk : lakukan kegiatan dan jawablah semua pertanyaan pada kotak respon

di bawah ini! Diskusikan dengan anggota kelompokmu!

Rasa ingin tahu akan membuka pengetahuanmu, disiplin dan

tanggungjawab anggota adalah syarat keberhasilan eksperimen

kelompok

No

.

Kegiatan Respon Kemampuan

berpikir

kreatif

1. Rangkailah alat dan bahan seperti pada gambar.

Bejana A berisi 50 ml air, dan bejana B berisi

100ml air.

Catatan : pembakar spirtus dalam keadaan

mati!!!

Berapakah suhu awal masing-masing air?

(tanggungjawab)

Evaluasi

2 Berapakah massa air pada masing-masing

bejana?(massa jenis air=1000kg/cm3)

(rasa ingin tahu)

Berpikir

Lancar

3 Setelah rangkaian siap, nyalakan pembakar

spirtus secara bersama-sama dan amati

waktu yang diperlukan hingga air menguap

Berpikir

Orisinal

A

108

dan catat perubahan suhu setiap 30 detik

selama 5 menit

Suhu (oC) Waktu

(s) Bejana A Bejana B

30

60

90

4 Pada suhu berapakah suhu air tidak mengalami

kenaikan lagi? (rasa ingin tahu)

Berpikir

Lancar

5 Apakah terjadi penguapan? Pada suhu

berapakah penguapan dimulai? (rasa ingin

tahu)

Berpikir

Lancar

6 Ketika air dingin dipanaskan, suhu air akan

............... Namun ketika air mendidih terus

dipanaskan, suhu air ............... Mengapa

demikian? Kemanakah kalor yang diberikan ke

air tersebut?

(rasa ingin tahu)

Berpikir Luwes

7 Bagaimana waktu yang diperlukan pada bejana

A(50 ml) dibanding waktu yang diperlukan pada

bejana B (100 ml) untuk menguap? Lebih cepat

mana?

Elaborasi

8 Sehingga didapatkan hubungan:

Besarnya kalor yang diperlukan untuk

mendidihkan air….. (sebanding/berbanding

terbalik) terhadap massa air.

Qu……m Elaborasi

Percobaan 2 Petunjuk : lakukan kegiatan dan jawablah semua pertanyaan pada kotak respon

di bawah ini! Diskusikan dengan anggota kelompokmu!

Aku bertanggungjawab atas pikiranku, maka aku

bertanggungjawab atas tindakanku untuk kelancaran

eksperimen bersama

109

No

.

Kegiatan Respon Kemampuan

berpikir

kreatif

1 Rangkailah alat

*catat suhu awal air dan alkohol sebelum

dipanaskan

*pembakar spirtus dalam keadaan mati

*kalor uap air = 2.260.000 J/kg

*kalor uap alkohol = 1.100.000 J/kg

(tanggungjawab)

Evaluasi

2 Setelah rangkaian siap, nyalakan pembakar

spirtus secara bersama-sama, amati waktu

yang diperlukan untuk menguap dan catat

suhu setiap 20 detik sampai air dan alkohol

menguap

(rasa ingin tahu).

Berpikir

Orisinal

3 suhu(oC) Waktu

(s) A B

4 Bagaimana waktu yang diperlukan pada bejana

A(air 30ml) dibanding waktu yang diperlukan

Berpikir

Lancar

Air 30 ml

B

A

Alkohol

30 ml

110

pada bejana B (alkohol 30ml) untuk menguap?

Lebih cepat mana?

5 Kalor uap air …..(lebih besar/kecil) dibanding

dengan kalor uap alkohol.

Waktu yang dibutuhkan 30ml air untuk

menguap….(lebih besar/kecil) dibanding

dengan 30 ml alkohol.

Berpikir

Lancar

6 Didapatkan hubungan:

Semakin besar kalor uap suatu zat maka

semakin….(besar/kecil) waktu yang dibutuhkan

sehingga semakin…..(besar/kecil) pula kalor

yang dibutuhkan untuk menguap

Elaborasi

7 Hubungan antara kalor yang dibutuhkan

untuk menguap (Qu) dengan kalor uap zat

(U) dapat dituliskan…

Qu……(sebanding/berban

ding terbalik) L

Berpikir

Lancar

8 Sehingga dapat diperoleh besarnya

Qu……(sebanding/berbanding terbalik) m

Qu……(sebanding/berbanding terbalik) L

Qu = …. x … Elaborasi

KESIMPULAN

*Catatan: sebelum mengerjakan kesimpulan, bersihkan meja praktek dan kembalikan

alat ke tempat semula.(disiplin)

Ingat!!! Dengan disiplin kita tidak hanya akan terhindar dari sanksi,

namun disiplin juga akan mengantar kita pada kesuksesan eksperimen

Apa yang dimaksud dengan kalor uap? (berpikir lancar)

Ketika proses menguap, suhu air…..(berubah/tetap). Mengapa

demikian?(berpikir luwes)

Bagaimanakah hubungan besarnya kalor untuk menguap dengan massa zat?

(berpikir orisinal)

Bagaimanakah hubungan besarnya kalor untuk menguap dengan kalor uap

zat? (berpikir orisinal)

Jika dituliskan secara matematis maka besarnya

Qu sebanding dengan….. dan …..

111

Berhasil adalah ketika kalian mampu bertanggungjawab atas tugas

yang diberikan dengan displin dan dilandasi rasa keingin tahuan.

Sehngga dapat dituliskan

Qu=….x…. (elaborasi)

Buatlah laporan praktikum

*Laporan praktikum dikumpulkan paling lambat pada pertemuan minggu depan

dengan format (tanggungjawab dan disiplin)

S. Judul

T. Tujuan percobaan

U. Landasan teori

V. Alat dan bahan

W. Langkah kerja

X. Data pengamatan

Y. Analisis dan Pembahasan

Z. Simpulan

AA. Daftar pustaka

*Catatan :

5. Yang ditempelkan dan dipresentasikan didepan kelas hanya sebatas laporan

sementara dengan format nama kelompok, data pengamatan, analisis data

dan kesimpulan sementara

6. Carilah referensi dari buku lain untuk melengkapi landasan teori pada

laporan kalian. (rasa ingin tahu)

112

BAHAN AJAR 1

KALOR DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERUBAHAN TEMPERATUR

1. Pengertian Kalor

Kalor adalah energi yang ditransfer dari satu benda ke benda lain karena kedua

benda memiliki selisih temperatur. Energi internal suatu sistem sering dinyatakan

sebagai energi termis. Bila sistem yang panas bersinggungan dengan sistem yang lebih

dingin, energi internal ditransfer dari sistem yang panas ke sistem yang dingin dalam

bentuk panas. Karena kalor (Q) merupakan energi yang berpindah, satuan yang

digunakan untuk mengukur kalor sama dengan satuan energi, yaitu joule (J). Selain

joule, satuan lain yang sering digunakan adalah kalori (kal) atau kilokalori (kkal), 1 kkal =

1000 kal.

Pada peristiwa pencampuran air panas dan air dingin yang sama volumenya, air

campuran menjadi hangat. Air panas memberikan kalor kepada air dingin, sedangkan air

dingin menerima kalor dari air panas. Setelah jumlah kalor pada air campuran seimbang

dan tidak lagi terjadi perpindahan, terbentuklah air hangat. Dari sini dapat diketahui

bahwa bila suatu benda melepas kalor, suhunya akan turun dan bila menerima kalor

suhunya naik.

2. Kalor dapat Mengubah Suhu Benda

Besarnya kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu suatu benda/zat

bergantung pada tiga faktor, yaitu massa zat, jenis zat, dan kenaikan suhu zat tersebut.

4) Hubungan kuantitas kalor dengan massa zat

Banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu benda sebanding dengan

massa benda.

Hal ini memberi pengertian bahwa semakin besar massa benda, semakin besar

pula energi kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhunya.

5) Hubungan kuantitas kalor dengan kenaikan suhu

Banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu benda sebanding dengan

kenaikan suhunya.

Suatu zat dengan jenis dan massa yang sama, jika dipanaskan dengan jumlah kalor

yang berbeda akan menghasilkan kenaikan suhu yang berbeda pula. Semakin

besar kalor yang diberikan pada suatu benda, semakin besar juga kenaikan

suhunya.

6) Hubungan kuantitas kalor dengan jenis zat

Banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu bergantung pada jenis

benda.

Lampiran 7

113

Kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu 1oC untuk dua benda yang berbeda dengan

massa yang sama, tidaklah sama. Hal ini disebabkan oleh kalor jenis masing-masing

benda tidak sama. Kalor jenis suatu benda adalah banyaknya kalor yang dibutuhkan oleh

suatu benda tertentu yang bermassa 1 kg untuk menaikkan suhu 1oC.

Jadi secara matematis, hubungan antara banyaknya kalor, massa benda, kalor

jenis benda, dan perubahan suhunya dapat dirumuskan:

dengan: Q = banyaknya kalor yang diserap atau dilepas (joule)

m = massa benda (kg)

c = kalor jenis benda (joule/(kgoC))

Δt = perubahan suhu (oC)

114

BAHAN AJAR 2

PENGARUH KALOR TERHADAP WUJUD BENDA

1. Kalor dapat Mengubah Wujud Benda

Suatu zat apabila diberi kalor terus menerus dan mencapai suhu maksimum untuk suatu

zat tersebut, maka akan mengalami perubahan wujud. Perubahan ini juga dapat terjadi

jika zat tersebut melepas kalor secara terus menerus dan mencapai suhu maksimumnya.

Dan saat berubah wujud, suhunya tetap.

Keterangan:

4. Melebur atau mencair 4. Mengembun

5. Membeku 5. Menyublim

6. Menguap 6. Menyublim

Mencair adalah perubahan wujud zat padat menjadi cair, sedangkan membeku

adalah perubahan wujud dari cair menjadi padat. Dalam peristiwa melebur diperlukan

kalor, sedangkan dalam peristiwa membeku dilepaskan kalor.

Menguap adalah perubahan wujud cair menjadi gas, sedangkan mengembun

adalah perubahan wujud dari gas menjadi cair. Dalam peristiwa menguap diperlukan

kalor, sedangkan dalam peristiwa mengembun dilepaskan kalor.

Menyublim, ada dua macam yaitu yang memerlukan kalor adalah perubahan

wujud dari padat langsung menjadi gas (tanpa melalui wujud cair) dan yang melepaskan

kalor adalah perubahan wujud dari gas langsung menjadi padat (tanpa melalui wujud

cair).

2. Melebur

Melebur merupakan peristiwa perubahan wujud zat padat menjadi zat cair.

Banyaknya kalor yang diperlukan untuk mengubah satu satuan massa zat padat menjadi

zat cair pada titik leburnya disebut kalor laten peleburan (lf). Besarnya kalor lebur dapat

dirumuskan:

dengan lf = kalor laten peleburan (joule/kg)

Zat cair didinginkan akan membeku, pada saat membeku zat tersebut melepas

kalor. Banyaknya kalor yang dilepaskan oleh satu satuan massa zat cair menjadi zat

padat disebut kalor beku. Pada tekanan udara normal es berubah wujud dari padat

menjadi cair pada suhu 0oC. Apabila tekanan udara luar berubah-ubah, maka titik lebur

CAIR

PADAT GAS

1

2

5

6

3

4

115

zat juga akan mengalami perubahan. Demikian halnya dengan membeku. Saat

melepaskan kalor, energi kalornya digunakan untuk mengubah wujud zat dari cair

menjadi padat. Suhu pada saat zat cair mulai membeku dinamakan titik beku. Titik beku

air pada tekanan normal terjadi pada suhu 0oC. Dengan demikian air mulai membeku

dan melebur pada suhu yang sama yaitu 0oC.

sehingga:

Kalor lebur = kalor beku dan

Titik lebur = titik beku

116

BAHAN AJAR 3

MENDIDIH DAN MENGUAP

1. Kalor yang Dibutuhkan pada Waktu Mendidih

Mendidih merupakan peristiwa penguapan zat cair yang terjadi pada seluruh

bagian permukaan zat cair. Peristiwa ini dapat dilihat dengan munculnya gelembung-

gelembung yang berisi uap air dan bergerak dari bawah ke atas dalam zat cair. Pada

waktu air mendidih suhu tetap walaupun dipanaskan terus-menerus. Suhu zat cair pada

saat mendidih disebut titik didih dan terjadi pada suhu tertentu.

Zat cair yang mendidih jika dipanaskan terus menerus akan berubah menjadi

uap. Banyaknya kalor yang diperlukan untuk mengubah 1 kg zat cair menjadi uap air

seluruhnya pada titik didihnya disebut kalor laten penguapan (lv). Besarnya kalor uap

dapat dirumuskan:

dengan lv = kalor laten penguapan (joule/kg)

Jika uap didinginkan akan berubah bentuk menjadi zat cair, yang disebut

dengan pengembunan. Pada waktu mengembun zat melepas kalor, dan banyaknya kalor

yang dilepaskan pada waktu mengembun sama dengan banyaknya kalor yang diperlukan

pada waktu menguap dan suhu zat ketika mulai menguap, sehingga:

Kalor uap = kalor embun dan

Titik didih = titik embun

Setiap zat cair memiliki titik didih masing-masing. Titik didih yang dimaksud di

sini merupakan titik didih normal. Titik didih normal adalah suhu ketika zat cair mulai

mendidih pada tekanan udara 1 atmosfer (76 cmHg). Jadi, titik didih normal untuk air

adalah 100°C. Artinya, pada tekanan udara normal (76 cmHg) air mendidih pada suhu

117

100oC. Akan tetapi, jika tekanan udara luar berubah, maka titik didih zat juga akan

mengalami perubahan. Contohnya di daerah pegunungan yang mempunyai tekanan

udara luar kurang dari 76 cmHg air akan mendidih pada suhu kurang dari 100 oC. Jadi

titik didih suatu zat dapat diubah-ubah dengan cara menaikkan atau atau menurunkan

tekanan udara.

2. Faktor - faktor yang Mempercepat Penguapan

Pada waktu menguap zat cair memerlukan kalor, kalor yang diberikan pada zat

cair akan mempercepat gerak molekul-molekulnya sehingga banyak molekul zat cair

yang meninggalkan zat cair itu menjadi gas.

Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mempercepat penguapan adalah

pemanasan, memperluas permukaaan zat cair, dan meniupkan udara di permukaan zat

cair.

118

KISI-KISI SOAL TES UJI COBA

Mata Pelajaran : IPA (Fisika)

Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Pertama

Sekolah : SMP Negeri 3 Semarang

Kelas/Semester : VII/Genap

Alokasi waktu : 2x40 menit

Jumlah soal : 15

Materi pokok : Kalor

Standar Kompetensi : Memahami wujud zat dan penerapannya

Indikator Aspek

yang

dinilai

Nomor

soal

Kemampuan

berpikir kreatif

Menjelaskan pengertian kalor C1 1 Berpikir lancar

Menjelaskan hubungan antara kalor

dengan massa zat, jenis zat, dan kenaikan

suhu zat melalui eksperimen

C2 2 Berpikir

orisinal

C2 3 Berpikir luwes

C3 9 Berpikir

orisinal

C2 13 Berpikir luwes

Menyelidiki banyaknya kalor yang

diperlukan untuk menaikkan suhu zat

C3 4 Berpikir lancar

Menyelidiki pengaruh kalor terhadap

perubahan wujud zat

C3 6 Evaluasi

Menyelidiki faktor-faktor yang dapat

mempercepat penguapan

C2 7 Evaluasi

C2 11 Berpikir lancar

Menyelidiki kalor yang dibutuhkan

pada saat mendidih dan melebur

C4 8 Evaluasi

C2 14 Berpikir luwes

C4 15 Elaborasi

Menerapkan hubungan Q = m c Δt, Q =

m U, Q = m L untuk menyelesaikan

masalah sederhana

C3 5 Berpikir lancar

C4 10 Berpikir

orisinal

C3 12 Elaborasi

Jumlah 15

Lampiran 8

119

SOAL TES UJI COBA

Mata Pelajaran : IPA (Fisika)

Sekolah : SMP Negeri 3 Semarang

Kelas/Semester : VII/Genap

Alokasi waktu : 2x45 menit

Jumlah soal : 15

Materi pokok : Kalor

Standar Kompetensi : Memahami wujud zat dan

penerapannya

1. Apa yang dimaksud dengan kalor?

2. Indra dan reni merebus zat cair di dalam sebuah wadah. Suhu awal kedua zat

cair sama. Keduanya menunggu sampai zat cair yang mereka rebus mencapai

suhu 60 0C. Ternyata zat cair yang direbus indra membutuhkan waktu yang

lebih singkat untuk mencapai suhu 60 0C dari pada zat cair yang direbus reni.

Menurut kamu, hal apa saja yang mungkin menyebabkannya?

3. Santi membutuhkan air panas untuk membuat secangkir susu hangat, sehingga

ia harus merebus air terlebih dahulu. Apa yang harus dilakukan Santi agar ia

tidak menunggu lama untuk membuat susu hangatnya?

4. Ketika air dipanasi, ternyata semakin lama waktu yang digunakan, semakin

banyak kalor yang diberikan oleh api kepada air sehingga menyebabkan suhu

semakin tinggi. Berdasarkan pernyataan di atas, bagaimanakah hubungan

antara kalor dengan kenaikkan suhu?

5. Alumunium dengan massa 0,1 kg suhunya mula-mula 25°C. Jika diketahui

kalor jenis aluminium 900 J/ kg°C, maka berapakah suhunya jika diberi kalor

sebesar 2,7 kJ?

6. Apakah ada perubahan suhu pada saat es mencair hingga seluruhnya menjadi

air ataupun selama air mendidih sampai seluruhnya menjadi uap? Mengapa

demikian?

7. Pada siang hari, kalian akan lebih merasakan panas ketika memakai baju

berwarna putih daripada baju berwarna hitam. Benar atau salah pernyataan

tersebut? Jelaskan alasanmu!

8. Titik didih air murni lebih rendah daripada titik didih air garam pada tekanan

yang sama. Benar atau salah pernyataan tersebut? Jelaskan alasanmu!

9. Bagaimankah cara kerja magic com? Bagaimana pengaruh kalor pada magic

com?

10. Ridwan memanaskan tembaga dan besi pada tekanan dan massa yang sama.

Benda manakah yang membutuhkan lebih banyak kalor jika suhu keduanya

sama? Apa alasanmu? Kalor jenis tembaga 390J/kgoC dan kalor jenis besi

adalah 450J/kgoC

Lampiran 9

120

11. Sebutkan dan berikan contoh 4 faktor yang mempercepat penguapan!

12. Jelaskan proses-prose yang terjadi pada grafik di samping!

13. Ketika tangan kita terluka, kemudian kita obati dengan alkohol. Selain terasa

perih, alkohol itu juga terasa dingin. Mengapa alkohol itu terasa dingin di

tangan kita?

14. Ayu baru belajar memasak sayur sup. Ia memasukkan bumbu ke dalam air

kemudian merebusnya. Ternyata dengan melakukan hal tersebut, ia harus

menunggu lama agar air kuahnya mendidih. Berdasarkan hal di atas, apa yang

dapat kamu sarankan kepada Ayu agar air kuah sup cepat mendidih? Jelaskan

mengapa demikian?

15. Seratus gram es dengan suhu awal -10oC dipanaskan hingga menguap

seperti digambarkan pada grafik

proses A-E. Apakah kalor yang

dibutuhkan pada proses melebur

sama dengan kalor yang dibutuhkan

pada proses menguap? (kalor jenis

air 4200J/kgoC, kalor lebur es

336000 J/kg, dan kalor uap air 2,26 x

106 J/kg)

t(s) A

B

C

D

C

E 100

000

000

000

000

000

00

00

00

00

C

0

-

10 D

C

C

T (oC)

t

(s) D

C

C

A

B

C

D

C

E 100

000

000

000

000

000

00

00

00

00

C

D

C

C

-

10 D

C

C

T (oC)

121

INSTRUMEN TES UJI COBA DAN RUBRIK PENILAIAN

Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif

No Soal Jawaban Rubrik Penilaian

Menjelaskan pengertian kalor

Siswa mampu memberikan banyak jawaban atas pertanyaan yang diberikan (Berpikir lancar)

1 Apa yang dimaksud dengan kalor?

Jawaban : Energi panas yang mengalir dari benda yang bersuhu lebih tinggi ke benda yang bersuhu lebih rendah

3 : jawaban benar 2 : jawaban kurang lengkap (hanya menjawab energi panas) 1 : jawaban salah 0: tidak ada jawaban

Menjelaskan hubungan antara kalor dengan massa zat, jenis zat, dan kenaikan suhu zat melalui eksperimen

Siswa mampu memberikan jawaban secara orisinil (Berpikir orisinal)

2 Indra dan Reni merebus zat cair di dalam sebuah wadah. Suhu awal kedua zat cair sama. Keduanya menunggu sampai zat cair yang mereka rebus mencapai suhu 60 0C. Ternyata zat cair yang direbus Indra membutuhkan waktu yang lebih singkat untuk mencapai suhu 60 0C dari pada zat cair yang direbus Reni. Menurut kamu, hal apa saja yang mungkin menyebabkannya?

Jawaban : Untuk kenaikan suhu yang sama, Indra membutuhkan waktu yang lebih singkat dibandingkan Reni. Beberapa alternatif kemungkinan penyebabnya yaitu: 1. Zat cair yang dipanaskan berbeda.

2. Nyala api yang digunakan Indra

lebih besar daripada Reni.

3. Zat cair yang dipanaskan sama,

tetapi massa zat cair yang

dipanaskan Reni lebih banyak

daripada Indra.

4. Bahan panci pemanas yang

digunakan berbeda

5 : dapat menjawab 4 aspek jawaban 4 : dapat menjawab 3 aspek jawaban 3 : dapat menjawab 2 aspek jawaban 2 : dapat menjawab 1 aspek jawaban 1 : jawaban salah 0 : tidak ada jawaban

79

Lampiran 10

122

Siswa mampu menghasilkan jawaban yang bervariasi dengan sudut pandang yang berbeda (Berpikir Luwes)

3 Santi membutuhkan air panas untuk membuat secangkir susu hangat, sehingga ia harus merebus air terlebih dahulu. Apa yang harus dilakukan Santi agar ia tidak menunggu lama untuk membuat susu hangatnya?

Jawaban : Hal yang dapat dilakukan Santi agar dapat segera membuat susu hangat antara lain: 1. Merebus air sedikit saja agar air

cepat mendidih

2. Memperbanyak kalor yang

diberikan dengan cara memperbesar

api kompor

3. Menggunakan panci pemanas yang

terbuat dari bahan yang mudah

menghantarkan kalor

4 : dapat menjawab 3 aspek jawaban 3 : dapat menjawab 2 aspek jawaban 2 : dapat menjawab 1 aspek jawaban 1 : jawaban salah 0 : tidak ada jawaban

Siswa mampu memberikan jawaban secara orisinil (Berpikir orisinal)

4 Bagaimankah cara kerja magic com? Bagaimana pengaruh kalor pada magic com?

Jawaban : Cara kerja : energi listrik diubah menjadi energi kalor. Di dalam magic com, terdapat lempengan logam yang dapat menginduksikan kalor tersebutke beras Pengaruh kalor : untuk mengubah wujud beras menjadi nasi dan menghangatkan nasi

3 : dapat menjawab 2 aspek jawaban 2 : dapat menjawab 1 aspek jawaban 1 : jawaban salah 0 : tidak ada jawaban

79

7

9

123

Siswa mampu menghasilkan jawaban yang bervariasi dengan sudut pandang yang berbeda (Berpikir Luwes)

5 Ketika tangan kita terluka, kemudian kita obati dengan alkohol. Selain terasa perih, alkohol itu juga terasa dingin. Mengapa alkohol itu terasa dingin di tangan kita?

Jawaban : karena zat cair membutuhkan kalor untuk menguap sehingga saat alkohol menguap, alkohol menyerap kalor dari kulit tangan kita, itulah sebabnya kulit tangan terasa dingin.

3 : jawaban benar 2 : jawaban kurang benar (hanya menjawab sampai zat cair membutuhkan kalor untuk menguap) 1 : jawaban salah 0 :tidak ada jawaban

Menyelidiki banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu zat

Siswa mampu memberikan banyak jawaban atas pertanyaan yang diberikan (Berpikir lancar)

6 Ketika air dipanasi, ternyata semakin lama waktu yang digunakan, semakin banyak kalor yang diberikan oleh api kepada air sehingga menyebabkan suhu semakin tinggi. Berdasarkan pernyataan di atas, bagaimanakah hubungan antara kalor dengan kenaikkan suhu?

Jawaban : Banyaknya kalor yang diperlukan untuk memanaskan suatu benda sebanding dengan suhunya.

2 : jawaban benar, 1 : jawaban salah 0 : tidak ada jawaban

Menyelidiki pengaruh kalor terhadap perubahan wujud zat

Siswa mampu menentukan apakah suatu pernyataan benar atau salah,

7 Apakah ada perubahan suhu pada saat es mencair hingga seluruhnya menjadi air ataupun selama air mendidih

Tidak ada perubahan suhu. Alasan : karena pada saat mencair dan menguap kalor yang diserap hanya digunakan untuk mengubah wujud zat

3 : jawaban dan alasan benar 2 : jawaban benar, alasan salah 1 : jawaban benar,

124

beserta alasannya (Evaluasi)

sampai seluruhnya menjadi uap? Mengapa demikian?

tidak ada alasan 0 : jawaban dan alasan salah atau tidak menjawab

Menyelidiki faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya kalor yang diperlukan untuk menguap

Siswa mampu menentukan apakah suatu pernyataan benar atau salah, beserta alasannya (Evaluasi)

8 Pada siang hari, kalian akan lebih merasakan panas ketika memakai baju berwarna putih daripada baju berwarna hitam. Benar atau salah pernyataan tersebut? Jelaskan alasanmu!

Jawaban : salah Alasan : pada siang hari akan lebih merasakan panas ketika memakai baju berwarna hitam karena warna hitam lebih mudah menyerap panas sedangkan warna putih lebih bersifat memantulkan panas.

3 : jawaban dan alasan benar 2 : jawaban benar, alasan salah 1 : jawaban benar, tidak ada alasan 0 : jawaban dan alasan salah atau tidak menjawab

Siswa mampu memberikan banyak jawaban atas pertanyaan yang diberikan (Berpikir lancar)

9 Sebutkan dan berikan contoh 4 faktor yang mempercepat penguapan!

Faktor-faktor yang mempercepat penguapan, yaitu: 1. Pemanasan (menaikkan suhu),

misalnya memanaskan air

2. Memperluas permukaan penguapan,

misalnya menjemur pakaian

3. Mengurangi tekanan pada

permukaan, misalnya menutup

4. Meniupkan atau mengalirkan udara

pada permukaan zat, misalnya

meniup kopi panas sebelum

diminum

Setiap faktor : skor 0,5 Setiap contoh : skor 0,5 4 faktor dan 4 contoh: skor 4

Menyelidiki kalor yang dibutuhkan pada saat mendidih dan

Siswa mampu menentukan apakah suatu pernyataan benar atau salah,

10 Titik didih air murni lebih rendah daripada titik didih air garam pada tekanan yang sama. Benar atau salah pernyataan

Jawaban : benar. Alasan : penambahan suatu zat dapat menaikkan titik didih

3 : jawaban dan alasan benar 2 : jawaban benar, alasan salah 1 : jawaban benar,

125

melebur beserta alasannya (Evaluasi)

tersebut? Jelaskan alasanmu!

tidak ada alasan 0 : jawaban dan alasan salah atau tidak menjawab

Siswa mampu menghasilkan jawaban yang bervariasi dengan sudut pandang yang berbeda (Berpikir Luwes)

11 Ayu baru belajar memasak sayur sup. Ia memasukkan bumbu ke dalam air kemudian merebusnya. Ternyata dengan melakukan hal tersebut, ia harus menunggu lama agar air kuahnya mendidih. Berdasarkan hal di atas, apa yang dapat kamu sarankan kepada Ayu agar air kuah sup cepat mendidih? Jelaskan mengapa demikian?

Jawaban : Jawaban: Agar air kuah sup yang dimasak Ayu cepat mendidih, Ayu harus mendidihkan airnya terlebih dulu baru bumbunya dimasukkan. Penjelasan: a. Hal tersebut dikarenakan

Penambahan zat lain akan

menyebabkan kenaikan titik didih,

b. sehingga kalor yang diperlukan

untuk mendidihkan air lebih banyak

yang berakibat semakin lama waktu

yang diperlukan untuk mendidihkan

air tersebut.

5 : jawaban benar, menjelasan poin a dan b dengan benar 4 : jawaban benar, hanya menjelasan salah satu poin saja dengan benar . 3 : jawaban benar, penjelasan salah 2: jawaban benar, tidak ada penjelasan 1: jawaban dan penjelasan salah 0 : tidak ada jawaban

Siswa mampu memperinci suatu gagasan supaya lebih jelas (Elaborasi)

12

Aspek jawaban 1. Proses melebur = proses B-C

Q = m L

Q = 0,1 kg x 336000 J/kg

Q = 33600 J

2. Proses menguap = proses D-E

4 : dapat menjawab 3 aspek 3 : dapat menjawab 2 aspek 2: dapat menjawab 1 aspek t

(

s

)

A

B

C

D

C

E 1

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

-

1

0 D

C

C

T

(o

C)

126

100 gram es dengan suhu awal -10oC dipanaskan hingga menguap seperti digambarkan pada grafik proses A-E. Apakah kalor yang dibutuhkan pada proses melebur sama dengan kalor yang dibutuhkan pada proses menguap? (kalor jenis air 4200J/kgoC, kalor lebur es 336000 J/kg, dan kalor uap air 2,26 x 106 J/kg)

Q = m U

Q = 0,1 kg x 2,26 x 106 J/kg

Q = 2,26 x 105 J

3. Kalor yang dibutuhkan dalam

proses melebur dan menguap

tidak sama

1 : ketiga aspek salah 0 : tidak ada jawaban

Menerapkan hubungan Q = m c Δt, Q = m U, Q = m L untuk menyelesaikan masalah sederhana

Siswa mampu memberikan banyak jawaban atas pertanyaan yang diberikan (Berpikir lancar)

13 Alumunium dengan massa 0,1 kg suhunya mula-mula 25°C. Jika diketahui kalor jenis aluminium 900 J/ kg°C, maka berapakah suhunya jika diberi kalor sebesar 2,7 kJ?

Diketahui : m = 0,1 kg c = 900 J/ kg°C Q = 2,7 kJ = 2700 J Ditanya : t =…….? Jawab : Q = m c ∆t ∆t = Q/(m c) ∆t = 2250/(0,1x 900) ∆t = 2700/90 ∆t = 30 oC t akhir = 30 oC + 25 oC t akhir = 55 oC

1 2 1

127

1

Siswa mampu memberikan jawaban secara orisinil (Berpikir orisinal)

14 Ridwan memanaskan tembaga dan besi pada tekanan dan massa yang sama. Benda manakah yang membutuhkan lebih banyak kalor jika suhu keduanya sama? Apa alasanmu? Kalor jenis tembaga 390J/kgoC dan kalor jenis besi adalah 450J/kgoC

Jawaban: Besi lebih membutuhkan banyak kalor Alasan : karena cbesi > ctembaga ,

dan besarnya kalor Q = m c Δt

c sebanding dengan Q,

semakin besar c maka Q yang

dibutuhkan semakin besar

Jadi kalor yang dibutuhkan besi lebih

besar daripada kalor yang dibutuhkan

tembaga.

3 : jawaban dan alasan benar 2 : jawaban benar, alasan salah 1 : jawaban benar, tidak ada alasan 0 : jawaban dan alasan salah atau tidak menjawab

128

Siswa mampu memperinci suatu gagasan supaya lebih jelas (Elaborasi)

15 Jelaskan proses-proses yang terjadi pada grafik di atas!

Jawaban : Proses-proses yang terjadi pada grafik adalah: 1. AB : menaikkan suhu es dari -10

oC -

0oC (menyerap kalor)

2. BC : melebur (menyerap kalor), es

berubah menjadi air (suhunya tetap)

3. CD : menaikkan suhu air dari 0oC –

100oC (menyerap kalor)

4. DE : menguap (menyerap kalor), air

berubah menjadi uap (suhunya

tetap)

5 : dapat menjawab 4 aspek jawaban 4 : dapat menjawab 3 aspek jawaban 3 : dapat menjawab 2 aspek jawaban 2 : dapat menjawab 1 aspek jawaban 1 : jawaban salah 0 : tidak ada jawaban

t

(s

) D

C

C

A

B

C

D

C

E 10

00

00

00

00

00

00

00

00

0

0

0

0

0

0

0

0

C

D

C

C -10 C

T(o C)

79

129

NO

KODE BUTIR SOAL KE

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Y

1 UC-10 3 4 3 3 5 3 3 3 3 3 3 5 3 3 4 51

2 UC-8 3 4 3 2 5 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 48

3 UC-25 2 3 3 3 5 3 3 3 3 3 2 5 3 3 3 47

4 UC-12 3 4 2 3 5 3 2 2 3 3 3 4 3 3 3 46

5 UC-15 3 3 2 2 4 3 3 3 2 3 2 4 3 4 4 45

6 UC-19 2 3 2 2 5 3 3 3 3 3 4 2 3 3 3 44

7 UC-6 2 3 4 2 3 5 3 3 3 3 0 3 3 5 0 42

8 UC-23 2 1 2 2 5 3 3 3 2 2 1 2 3 5 4 40

9 UC-3 2 2 2 2 4 3 3 3 3 3 3 5 3 1 0 39

10 UC-16 3 1 2 2 5 3 3 3 2 1 1 5 1 3 4 39

11 UC-22 2 1 3 2 5 0 3 3 3 3 1 4 3 2 3 38

12 UC-18 2 0 2 3 5 1 2 3 2 1 2 5 3 2 4 37

13 UC-7 2 1 3 2 3 1 2 3 3 3 3 4 3 3 0 36

14 UC-5 2 1 2 2 5 3 3 3 3 3 4 4 0 0 0 35

15 UC-17 2 1 2 2 5 3 3 3 3 3 2 1 1 3 0 34

16 UC-9 2 1 3 2 1 3 3 3 3 3 4 2 3 0 0 33

17 UC-13 3 1 2 2 5 3 2 3 3 3 2 1 3 0 0 33

18 UC-28 2 1 2 3 5 2 3 3 2 3 2 3 2 0 0 33

19 UC-1 2 1 2 2 5 3 2 3 3 3 2 1 3 0 0 32

20 UC-31 2 2 2 2 4 3 3 3 2 3 4 2 0 0 0 32

21 UC-24 2 3 2 2 3 3 3 3 3 1 0 4 3 0 0 32

22 UC-26 0 0 3 2 5 0 3 3 3 3 2 4 3 0 0 31

23 UC-27 0 0 4 1 5 3 3 0 2 1 1 4 2 0 0 26

24 UC-32 0 1 2 2 2 3 3 2 3 3 2 2 0 0 0 25

25 UC-21 2 0 4 2 2 0 3 2 3 1 0 5 0 0 0 24

26 UC-29 2 0 2 2 3 3 2 2 3 3 1 0 0 0 0 23

27 UC-20 2 1 2 2 0 3 2 2 3 3 2 0 0 0 0 22

Lampiran 11

Tabel Analisis Data Soal Uji Coba

12

8

130

28 UC-11 2 0 2 0 0 3 2 3 3 3 2 0 0 0 0 20

29 UC-30 0 1 2 1 0 3 0 3 3 3 3 0 0 0 0 19

30 UC-4 2 0 2 0 1 3 0 0 3 1 3 0 2 1 0 18

31 UC-14 1 1 4 0 1 3 1 2 2 1 1 0 0 0 0 17

32 UC-2 0 0 2 1 0 1 1 0 2 2 3 5 0 0 0 17

Jumlah 59 45 79 60 111 82 78 81 87 80 69 89 59 44 35 1058

Validitas Valid Valid Tidak Valid Valid Valid

Tidak Valid Valid Valid

Tidak Valid

Tidak Valid

Tidak Valid Valid Valid Valid Valid

relia

bili

tas

Varians Xi 0.8457

66 1.668

35 0.51512

1 0.62903

23 3.54737

9 1.22177

4 0.7701

61 0.83770

16 0.20866

9 0.70967

7 1.42641

13 3.40221

77 1.8780

24 2.82258

1 2.7973

79 23.280

24

Var Total 95.479

84

Reliabilitas 0.9452

2 Karena r11 > r tabel maka instrumen reliabel

Tin

gkat

Ke

suka

ran

mean 1.8437

5 1.406

25 2.46875 1.875 3.46875 2.5625 2.4375 2.53125 2.71875 2.5 2.15625 2.78125 1.8437

5 1.375 1.0937

5

skor maks 3 5 4 2 5 3 3 3 3 3 4 4 3 5 5

Tingkat Kesukaran

0.614583

0.28125

0.617188 0.9375 0.69375

0.854167 0.8125 0.84375 0.90625

0.833333

0.5390625

0.6953125

0.614583 0.275

0.21875

Keterangan sedang sukar sedang mudah sedang mudah mudah mudah mudah mudah sedang sedang sedang sukar sukar

Da

ya P

emb

ed

a

mean A 2.3333

33 1.944

44 2.44444

4 2.27777

78 4.44444

4 2.66666

7 2.7777

78 2.94444

44 2.72222

2 2.72222

2 2.38888

89 3.44444

44 2.5555

56 2.38888

9 1.9444

44

mean B 1.2142

86 0.714

29 2.5 1.35714

29 2.21428

6 2.42857

1 2 2 2.71428

6 2.21428

6 1.85714

29 1.92857

14 0.9285

71 0.07142

9 0

DP 0.3730

16 0.410

05 -0.01852 0.30687

83 0.74338

6 0.07936

5 0.2592

59 0.31481

48 0.00264

6 0.16931

2 0.17724

87 0.50529

1 0.5423

28 0.77248

7 0.6481

48

Keterangan cukup baik tidak baik cukup

baik sekali jelek cukup cukup jelek jelek jelek baik baik

baik sekali baik

KETERANGAN dipakai

dipakai dibuang dipakai dipakai dibuang dipakai dipakai dibuang dibuang dibuang dipakai dipakai dipakai dipakai

131

132

Lampiran 12

Validitas Soal

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Total

1 Pearson Correlation 1 .517** -.179 .415

* .397

* .248 .287 .447

* .122 .146 .082 .112 .390

* .478

** .492

** .626

**

Sig. (2-tailed) .002 .328 .018 .024 .171 .111 .010 .505 .426 .657 .541 .028 .006 .004 .000

N 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32

2 Pearson Correlation .517** 1 .032 .461

** .357

* .445

* .350

* .385

* .200 .341 .229 .269 .474

** .552

** .475

** .767

**

Sig. (2-tailed) .002 .864 .008 .045 .011 .049 .030 .273 .056 .207 .137 .006 .001 .006 .000

N 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32

3 Pearson Correlation -.179 .032 1 -.120 -.025 -.140 .176 -.146 .022 -.240 -.352* .226 .110 .090 -.092 .028

Sig. (2-tailed) .328 .864 .512 .894 .445 .335 .426 .907 .186 .048 .213 .550 .623 .618 .880

N 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32

4 Pearson Correlation .415* .461

** -.120 1 .645

** -.101 .591

** .494

** .078 .338 .055 .532

** .456

** .351

* .447

* .725

**

Sig. (2-tailed) .018 .008 .512 .000 .582 .000 .004 .672 .059 .764 .002 .009 .049 .010 .000

N 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32

5 Pearson Correlation .397* .357

* -.025 .645

** 1 -.038 .614

** .394

* -.104 .132 .009 .458

** .579

** .432

* .508

** .752

**

Sig. (2-tailed) .024 .045 .894 .000 .837 .000 .026 .570 .471 .959 .008 .001 .014 .003 .000

N 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32

6 Pearson Correlation .248 .445* -.140 -.101 -.038 1 .004 .078 .068 .173 .078 -.397

* -.004 .230 -.029 .164

Sig. (2-tailed) .171 .011 .445 .582 .837 .982 .672 .712 .343 .672 .025 .983 .205 .873 .370

N 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32

7 Pearson Correlation .287 .350* .176 .591

** .614

** .004 1 .464

** -.005 .218 -.129 .499

** .327 .301 .279 .629

**

Sig. (2-tailed) .111 .049 .335 .000 .000 .982 .007 .978 .230 .482 .004 .068 .094 .122 .000

N 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32

8 Pearson Correlation .447* .385

* -.146 .494

** .394

* .078 .464

** 1 .215 .481

** .069 .071 .325 .307 .283 .562

**

Sig. (2-tailed) .010 .030 .426 .004 .026 .672 .007 .238 .005 .707 .699 .069 .088 .117 .001

N 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32

9 Pearson Correlation .122 .200 .022 .078 -.104 .068 -.005 .215 1 .461** .142 -.190 .134 -.068 -.260 .084

Sig. (2-tailed) .505 .273 .907 .672 .570 .712 .978 .238 .008 .437 .297 .466 .710 .151 .649

N 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32

10 Pearson Correlation .146 .341 -.240 .338 .132 .173 .218 .481** .461

** 1 .465

** -.176 .126 .114 -.057 .337

130

132

Sig. (2-tailed) .426 .056 .186 .059 .471 .343 .230 .005 .008 .007 .334 .493 .535 .756 .059

N 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32

11 Pearson Correlation .082 .229 -.352* .055 .009 .078 -.129 .069 .142 .465

** 1 -.057 .035 -.062 .041 .182

Sig. (2-tailed) .657 .207 .048 .764 .959 .672 .482 .707 .437 .007 .756 .849 .735 .824 .320

N 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32

12 Pearson Correlation .112 .269 .226 .532** .458

** -.397

* .499

** .071 -.190 -.176 -.057 1 .382

* .298 .425

* .536

**

Sig. (2-tailed) .541 .137 .213 .002 .008 .025 .004 .699 .297 .334 .756 .031 .098 .015 .002

N 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32

13 Pearson Correlation .390* .474

** .110 .456

** .579

** -.004 .327 .325 .134 .126 .035 .382

* 1 .531

** .457

** .719

**

Sig. (2-tailed) .028 .006 .550 .009 .001 .983 .068 .069 .466 .493 .849 .031 .002 .009 .000

N 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32

14 Pearson Correlation .478** .552

** .090 .351

* .432

* .230 .301 .307 -.068 .114 -.062 .298 .531

** 1 .710

** .741

**

Sig. (2-tailed) .006 .001 .623 .049 .014 .205 .094 .088 .710 .535 .735 .098 .002 .000 .000

N 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32

15 Pearson Correlation .492** .475

** -.092 .447

* .508

** -.029 .279 .283 -.260 -.057 .041 .425

* .457

** .710

** 1 .710

**

Sig. (2-tailed) .004 .006 .618 .010 .003 .873 .122 .117 .151 .756 .824 .015 .009 .000 .000

N 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32

TOTAL

Pearson Correlation .626** .767

** .028 .725

** .752

** .164 .629

** .562

** .084 .337 .182 .536

** .719

** .741

** .710

** 1

Sig. (2-tailed) .000 .000 .880 .000 .000 .370 .000 .001 .649 .059 .320 .002 .000 .000 .000

N 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32

Keterangan Valid Valid

Tidak Valid

Valid Valid Tidak Valid

Valid Valid Tidak Valid

Tidak Valid

Tidak Valid

Valid Valid Valid Valid

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

133

Lampiran 13

134

135

Lampiran 15

136

Lampiran 16

KISI-KISI LEMBAR OBSERVASI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF

Mata Pelajaran : IPA (Fisika)

Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Pertama

Sekolah : SMP Negeri 3 Semarang

Kelas/Semester : VII/Genap

Alokasi waktu : 2x40 menit

Jumlah soal : 8

Materi pokok : Kalor

Standar Kompetensi : Memahami wujud zat dan penerapannya

Indikator Aspek

yang

dinilai

Nomor

soal

Kemampuan

berpikir

kreatif

Menjelaskan pengertian kalor C1 1 Berpikir lancar

Menjelaskan hubungan antara kalor

dengan massa zat, jenis zat, dan kenaikan

suhu zat melalui eksperimen

C2 2 Berpikir

orisinal

C2 7 Berpikir luwes

Menyelidiki banyaknya kalor yang

diperlukan untuk menaikkan suhu zat

C3 3 Berpikir lancar

Menyelidiki pengaruh kalor terhadap

perubahan wujud zat

C2 5 Evaluasi

Menyelidiki kalor yang dibutuhkan

pada saat mendidih dan melebur

C4 8 Elaborasi

Menerapkan hubungan Q = m c Δt, Q

= m U, Q = m L untuk menyelesaikan

masalah sederhana

C3 4 Berpikir lancar

C3 6 Elaborasi

Jumlah 8

137

Lampiran 17

LEMBAR OBSERVASI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF

16. Apa yang dimaksud dengan kalor?

17. Indra dan reni merebus zat cair di dalam sebuah wadah. Suhu awal kedua zat

cair sama. Keduanya menunggu sampai zat cair yang mereka rebus mencapai

suhu 60 0C. Ternyata zat cair yang direbus indra membutuhkan waktu yang

lebih singkat untuk mencapai suhu 60 0C dari pada zat cair yang direbus reni.

Menurut kamu, hal apa saja yang mungkin menyebabkannya?

18. Ketika air dipanasi, ternyata semakin lama waktu yang digunakan, semakin

banyak kalor yang diberikan oleh api kepada air sehingga menyebabkan suhu

semakin tinggi. Berdasarkan pernyataan di atas, bagaimanakah hubungan

antara kalor dengan kenaikkan suhu?

19. Alumunium dengan massa 0,1 kg suhunya mula-mula 25°C. Jika diketahui

kalor jenis aluminium 900 J/ kg°C, maka berapakah suhunya jika diberi kalor

sebesar 2,7 kJ?

20. Pada siang hari, kalian akan lebih merasakan panas ketika memakai baju

berwarna putih daripada baju berwarna hitam. Benar atau salah pernyataan

tersebut? Jelaskan alasanmu!

21. Jelaskan proses-proses yang terjadi pada grafik di samping!

t

(s) D

C

C

A

B

C

D

C

E 10

00

00

00

00

00

00

00

00

00

00

00

00

C

D

C

C -

10 D

C

C

T (oC)

138

22. Ketika tangan kita terluka, kemudian kita obati dengan alkohol. Selain terasa

perih, alkohol itu juga terasa dingin. Mengapa alkohol itu terasa dingin di

tangan kita?

23. Seratus gram es dengan suhu awal -10oC dipanaskan hingga menguap

seperti digambarkan pada grafik

proses A-E. Apakah kalor yang

dibutuhkan pada proses melebur

sama dengan kalor yang dibutuhkan

pada proses menguap? (kalor jenis

air 4200J/kgoC, kalor lebur es

336000 J/kg, dan kalor uap air 2,26 x

106 J/kg)

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~SELAMAT MENGERJAKAN~~~~~~~~~~~~~~~~~~

-

10 D

C

C

A

0 B

t(s) C

D

C

E 10

00

00

00

00

00

00

00

00

0

0

0

0

0

0

0

0

C

T (oC)

139

Lampiran 18

Kunci Jawaban Lembar Observasi Kemampuan Berpikir Kreatif

No Soal Jawaban

1 Apa yang dimaksud dengan kalor?

Jawaban : Energi panas yang mengalir dari benda yang bersuhu lebih tinggi ke benda yang bersuhu lebih rendah

2 Indra dan Reni merebus zat cair di dalam sebuah wadah. Suhu awal kedua zat cair sama. Keduanya menunggu sampai zat cair yang mereka rebus mencapai suhu 60 0C. Ternyata zat cair yang direbus Indra membutuhkan waktu yang lebih singkat untuk mencapai suhu 60 0C dari pada zat cair yang direbus Reni. Menurut kamu, hal apa saja yang mungkin menyebabkannya?

Jawaban : Untuk kenaikan suhu yang sama, Indra membutuhkan waktu yang lebih singkat dibandingkan Reni. Beberapa alternatif kemungkinan penyebabnya yaitu: 5. Zat cair yang dipanaskan berbeda.

6. Nyala api yang digunakan Indra lebih besar

daripada Reni.

7. Zat cair yang dipanaskan sama, tetapi massa zat cair

yang dipanaskan Reni lebih banyak daripada Indra.

8. Bahan panci pemanas yang digunakan berbeda

3 Ketika air dipanasi, ternyata semakin lama waktu yang digunakan, semakin banyak kalor yang diberikan oleh api kepada air sehingga menyebabkan suhu semakin tinggi. Berdasarkan pernyataan di atas, bagaimanakah hubungan antara kalor dengan kenaikkan suhu?

Jawaban : Banyaknya kalor yang diperlukan untuk memanaskan suatu benda sebanding dengan suhunya.

4 Alumunium dengan massa 0,1 kg suhunya mula-mula 25°C. Jika diketahui kalor jenis aluminium 900 J/ kg°C, maka berapakah suhunya jika diberi kalor sebesar 2,7 kJ?

Diketahui : m = 0,1 kg c = 900 J/ kg°C Q = 2,7 kJ = 2700 J Ditanya : t =…….? Jawab : Q = m c ∆t ∆t = Q/(m c) ∆t = 2250/(0,1x 900) ∆t = 2700/90 ∆t = 30 oC t akhir = 30 oC + 25 oC t akhir = 55 oC

5 Pada siang hari, kalian akan lebih merasakan panas ketika memakai baju berwarna putih daripada baju berwarna hitam. Benar atau salah pernyataan tersebut? Jelaskan alasanmu!

Jawaban : salah Alasan : pada siang hari akan lebih merasakan panas ketika memakai baju berwarna hitam karena warna hitam lebih mudah menyerap panas sedangkan warna putih lebih bersifat memantulkan panas.

6

Jawaban : Proses-proses yang terjadi pada grafik adalah:

140

Jelaskan proses-proses yang terjadi pada grafik di atas!

5. AB : menaikkan suhu es dari -10oC - 0

oC (menyerap

kalor)

6. BC : melebur (menyerap kalor), es berubah menjadi

air (suhunya tetap)

7. CD : menaikkan suhu air dari 0oC – 100

oC

(menyerap kalor)

8. DE : menguap (menyerap kalor), air berubah

menjadi uap (suhunya tetap)

7 Ketika tangan kita terluka, kemudian kita obati dengan alkohol. Selain terasa perih, alkohol itu juga terasa dingin. Mengapa alkohol itu terasa dingin di tangan kita?

Jawaban : karena zat cair membutuhkan kalor untuk menguap sehingga saat alkohol menguap, alkohol menyerap kalor dari kulit tangan kita, itulah sebabnya kulit tangan terasa dingin.

8 100 gram es dengan suhu awal -10oC dipanaskan hingga menguap seperti digambarkan pada grafik proses A-E. Apakah kalor yang dibutuhkan pada proses melebur sama dengan kalor yang dibutuhkan pada proses menguap? (kalor jenis air 4200J/kgoC, kalor lebur es 336000 J/kg, dan kalor uap air 2,26 x 106

J/kg)

Aspek jawaban 4. Proses melebur = proses B-C

Q = m L

Q = 0,1 kg x 336000 J/kg

Q = 33600 J

5. Proses menguap = proses D-E

Q = m U

Q = 0,1 kg x 2,26 x 106 J/kg

Q = 2,26 x 105 J

6. Kalor yang dibutuhkan dalam proses melebur

dan menguap tidak sama

t(s

) A

B

C

D

C

E 10

00

00

00

00

00

00

00

00

00

00

00

00

C

0

-

10 D

C

C

T (oC)

t

(

s

) D

C

C

A

B

C

D

C

E 1

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

C

D

C

C -

10

C

T(o C)

141

Lampiran 19 KISI-KISI INSTRUMEN OBSERVASI KARAKTER

Indikator Skor dan Deskripsi

1. Menyelesaikan tugas yang

diberikan oleh guru.

1) Tidak mengerjakan tugas.

3) Tugas selesai dikerjakan tapi kurang lengkap.

5) Tugas selesai dikerjakan dan hasil sangat baik.

2) Tanggung jawab atas alat-

alat yang digunakan pada

saat percobaan.

1) Tidak menjaga kebersihan meja praktek dan tidak mengembalikan alat

ke tempat semula.

3) Tidak mampu menjaga kebersihan meja praktek, tetapi tetap

mengembalikan alat ke tempat semula atau Mampu menjaga kebersihan

meja praktek, tetapi tidak dikembalikan alat ke tempat semula.

5) Mampu menjaga kebersihan meja praktek dan mengembalikan alat ke

tempat semula ke tempat semula.

3) Menanggapi dan

memberikan masukan pada

saat presentasi.

1) Tidak menanggapi atau memberikan masukkan pada saat presentasi.

3) Hanya satu kali menanggapi atau memberikan masukkan pada saat

presentasi.

5) Menanggapi atau memberikan masukkan lebih dari satu kali pada saat

presentasi.

4) Menjawab pertanyaan dari

guru.

1) Tidak menjawab pertanyaan dari guru.

3) Menjawab pertanyaan yang diberikan dengan ditunjuk oleh guru

terlebih dahulu.

5) Menjawab pertanyaan yang diberikan tanpa ditunjuk oleh guru.

5) Kehadiran 1) Siswa terlambat masuk kelas >10 menit.

3) Siswa terlambat 5- 10 menit masuk kelas.

5) Siswa masuk ke kelas tepat waktu.

6) Menggunakan peralatan

sesuai dengan petunjuk.

1) Tidak mampu menggunakan alat.

3) Mampu menggunakan alat tapi tidak sesuai dengan petunjuk.

5) Mampu menggunakan alat sesuai dengan petunjuk.

7) Mengumpulkan laporan tepat

waktu.

1) Mengumpulkan laporan sehari setelah hari yang ditentukan.

3) Mengumpulkan laporan dalam hari yang ditentukan tapi tidak tepat

waktu.

5) Mengumpulkan laporan tepat waktu.

8) Mengajukan pertanyaan

untuk memperjelas dan

menggali ilmu tentang

pembelajaran.

1) Tidak mengajukan pertanyaan.

3) Bertanya tetapi konsep sederhana.

5) Bertanya dengan pertanyaan fokus, bahasa jelas dan mendalam.

No. Komponen Indikator

1 Tanggungjawab a. Tanggung jawab atas alat-alat yang digunakan pada saat percobaan.

b. Menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru.

2 Komunikasi a. Menanggapi dan memberikan masukan pada saat presentasi.

b. Menjawab pertanyaan dari guru.

3 Disiplin a. Kehadiran

b. Menggunakan peralatan sesuai dengan petunjuk.

c. Mengumpulkan laporan tepat waktu.

4 Rasa Ingin Tahu a. Mengajukan pertanyaan untuk memperjelas dan menggali ilmu tentang

pembelajaran.

b. Mencari referensi lain terhadap materi yang diajarkan.

142

Lampiran 20

LEMBAR OBSERVASI KARAKTER

No

Absen

Karakter

Jumlah

Skor Nilai

Disiplin Rasa Ingin Tahu Tanggungjawab Komunikatif

Kehadiran

Mengguna

kan

peralatan

sesuai

dengan

petunjuk

Mengum

pulkan

laporan

tepat

waktu

Mengajukan

pertanyaan

untuk

memperjelas

dan menggali

ilmu tentang

pembelajaran

Mencari

referensi

lain

terhadap

materi

yang

diajarkan

Tanggung

jawab atas

alat-alat

yang

digunakan

pada saat

percobaan

Menyelesa

ikan tugas

yang

diberikan

oleh guru

Menangga

pi dan

memberika

n masukan

pada saat

presentasi.

Menjawab

pertanyaan

dari guru.

1 3 5 1 3 5 1 3 5 1 3 5 1 3 5 1 3 5 1 3 5 1 3 5 1 3 5

143

Lampiran 21

1 K-1 43.33 cukup kreatif 66.67 kreatif

2 K-2 40 cukup kreatif 60 kreatif

3 K-3 60 kreatif 83.33 sangat kreatif

4 K-4 63.33 kreatif 73.33 kreatif

5 K-5 73.33 kreatif 93.33 sangat kreatif

6 K-6 56.67 kreatif 76.67 sangat kreatif

7 K-7 53.33 kreatif 86.67 sangat kreatif

8 K-8 76.67 sangat kreatif 100 sangat kreatif

9 K-9 53.33 kreatif 76.67 sangat kreatif

10 K-10 56.67 kreatif 80 sangat kreatif

KodeNo

Daftar Nilai Pre-Test dan Pos-Test Observasi Berpikir Kreatif Uji

Skala Terbatas

Nilai Pre-

TestKet Ket

Nilai Pos-

Test

144

Lzmpirzn 22

A B C D E F G H I

1 KCL 1 5 3 1 3 1 3 1 3 3 23 51.1111 belum terlihat

2 KCL 2 5 5 1 3 3 5 3 3 3 31 68.8889 mulai terlihat

3 KCL 3 5 3 1 3 3 3 5 1 3 27 60 mulai berkembang

4 KCL 4 5 3 3 1 3 3 3 3 3 27 60 rendah

5 KCL 5 5 5 5 3 1 3 3 3 5 33 73.3333 rendah

6 KCL 6 3 5 3 3 5 3 1 3 3 29 64.4444 mulai berkembang

7 KCL 7 5 1 3 3 1 3 3 3 3 25 55.5556 rendah

8 KCL 8 3 3 3 1 1 3 3 3 1 21 46.6667 rendah

9 KCL 9 3 1 1 3 3 5 5 3 3 27 60 mulai terlihat

10 KCL 10 5 3 5 3 3 1 5 5 3 33 73.3333 rendah

44 32 26 26 24 32 32 30 30 276 613.333

80 58 47 47 44 58 58 55 55

50.18 61.33333

jumlah

rata-rata

%

HASIL OBSERVASI KARAKTER PADA PERTEMUAN 1 UJI SKALA TERBATAS

KetNo Kode Nilai Skor

Total

Nilai

Total

145

A B C D E F G H I

1 K-1 5 5 3 5 1 3 3 5 3 33 73.3333 mulai berkembang

2 K-2 5 5 1 3 3 3 3 5 5 33 73.3333 mulai berkembang

3 K-3 5 3 5 3 3 3 5 1 5 33 73.3333 mulai berkembang

4 K-4 5 3 5 3 3 5 3 3 3 33 73.3333 mulai berkembang

5 K-5 5 5 5 3 3 3 3 5 5 37 82.2222 membudaya

6 K-6 5 5 3 3 5 3 1 3 3 31 68.8889 mulai berkembang

7 K-7 5 3 3 3 3 3 3 3 3 29 64.4444 rendah

8 K-8 3 5 3 5 3 5 5 3 5 37 82.2222 membudaya

9 K-9 5 1 3 3 3 5 5 5 3 33 73.3333 mulai berkembang

10 K-10 5 3 5 3 3 1 5 5 5 35 77.7778 mulai berkembang

48 38 36 34 30 34 36 38 40 334 742.222

96 76 72 68 60 68 72 76 80

60.727 74.22222

HASIL OBSERVASI KARAKTER PADA PERTEMUAN 2 UJI SKALA TERBATAS

Ket

jumlah

rata-rata

%

No Kode Nilai Skor

Total

Nilai

Total

146

Lampiran 23

HASIL OBSERVASI KARAKTER PADA PERTEMUAN 3 UJI SKALA TERBATAS

No Kode

Nilai Skor

Total

Nilai

Total Ket

A B C D E F G H I

1 K-1 5 5 3 5 3 3 5 3 5 37 82.2222 membudaya

2 K-2 5 5 3 3 5 3 5 3 5 37 82.2222 membudaya

3 K-3 5 3 5 3 5 3 5 5 5 39 86.6667 membudaya

4 K-4 5 5 5 3 5 5 3 5 5 41 91.1111 membudaya

5 K-5 5 5 5 5 3 3 3 5 5 39 86.6667 membudaya

6 K-6 5 5 3 5 5 5 3 3 5 39 86.6667 membudaya

7 K-7 5 5 5 5 3 3 5 3 5 39 86.6667 membudaya

8 K-8 5 5 3 3 5 5 5 3 3 37 82.2222 membudaya

9 K-9 5 3 3 3 3 5 5 3 5 35 77.7778 mulai berkembang

10 K-10 5 3 5 5 3 5 5 5 5 41 91.1111 membudaya

jumlah 50 44 40 40 40 40 44 38 48 384 853.333 % 91 80 73 73 73 73 80 69 87 rata-rata 69.82 85.33333

147

Pre-Test Post-Test

1 E-1 36.67 66.67

2 E-2 73.33 83.33

3 E-3 23.33 66.67

4 E-4 23.33 73.33

5 E-5 53.33 90

6 E-6 60 50

7 E-7 80 100

8 E-8 50 93.33

9 E-9 50 73.33

10 E-10 20 50

11 E-11 66.67 96.67

12 E-12 56.67 83.33

13 E-13 50 100

14 E-14 43.33 66.67

15 E-15 73.33 90

16 E-16 43.33 66.67

17 E-17 73.33 50

18 E-18 23.33 73.33

19 E-19 36.67 70

20 E-20 43.33 73.33

21 E-21 50 83.33

22 E-22 46.67 63.33

23 E-23 70 70

24 E-24 46.67 73.33

25 E-25 23.33 50

26 E-26 50 80

27 E-27 50 73.33

28 E-28 20 66.67

29 E-29 70 93.33

30 E-30 40 93.33

31 E-31 56.67 100

1503.32 2363.31

45.55515 76.23581

No Kode

x

Daftar Nilai Pre-Test dan Pos-Test

Kemampuan Berpikir Kreatif Uji

Nilai

148

Lampiran 24

UJI NORMALITAS PRE-TES KELAS VII H

Hipotesis

Ho : Data berdistribusi normal

Ha : Data tidak berdistribusi normal

Pengujian Hipotesis:

Rumus yang digunakan:

Kriteria yang digunakan

Ho diterima jika χ2 < χ

2 tabel

Pengujian Hipotesis

Nilai maksimal =

80 Panjang Kelas

=

10.13

Nilai minimal

=

20 Rata-rata ( x )

45.56

Rentang

=

60 s

=

17.32

Banyak kelas

=

6 n

=

31

Kelas Interval

Batas

Kelas

Z untuk

batas kls.

Peluang

untuk Z

Luas Kls.

Untuk Z Ei Oi

(Oi-Ei)²

Ei

20 - 30 19.5 -1.50 0.4338 0.1261 3.9080 6 1.120

31 - 41 30.5 -0.87 0.3078 0.2151 6.6673 3 2.017

42 - 52 41.5 -0.23 0.0927 0.2484 7.6998 11 1.414

53 - 63 52.5 0.40 0.1557 0.1942 6.0199 4 0.678

64 - 74 63.5 1.04 0.3499 0.1028 3.1857 6 2.486

75 - 85 74.5 1.67 0.4527 0.0368 1.1408 1 0.017

85.5 2.31 0.4895

χ² = 7.7327

Untuk α = 5%, dengan dk = 6 - 3 = 3 diperoleh χ² tabel =

7.81

7.7327

7.81

Karena χ² pada daerah penerimaan Ho, data tersebut berdistribusi normal

149

UJI NORMALITAS POS-TES KELAS VII H

Hipotesis

Ho : Data berdistribusi normal

Ha : Data tidak berdistribusi normal

Pengujian Hipotesis:

Rumus yang digunakan:

Kriteria yang digunakan

Ho diterima jika χ2 < χ

2 tabel

Pengujian Hipotesis

Nilai maksimal =

100 Panjang Kelas

=

8.444

Nilai minimal

=

50 Rata-rata ( x )

=

76.24

Rentang

=

50 s

=

15.32

Banyak kelas

=

6 n

=

31

Kelas Interval Batas

Kelas

Z untuk

batas

kls.

Peluang

untuk Z

Luas Kls.

Untuk Z Ei Oi

(Oi-

Ei)²

Ei

50 - 58 49.5 -1.75 0.4596 0.0830 2.5720 4 0.793

59 - 67 58.5 -1.16 0.3766 0.1607 4.9829 6 0.208

68 - 76 67.5 -0.57 0.2159 0.2226 6.9018 8 0.175

77 - 85 76.5 0.02 0.0068 0.2205 6.8353 4 1.176

86 - 94 85.5 0.60 0.2273 0.1561 4.8401 5 0.005

95 - 103 94.5 1.19 0.3834 0.0790 2.4503 4 0.980

103.5 1.78 0.4624

χ² = 3.3366

Untuk α = 5%, dengan dk = 6 - 3 = 3 diperoleh χ² tabel =

7.81

3.3366

7.81

Karena χ² pada daerah penerimaan Ho, data tersebut berdistribusi normal

150

Lampiran 25

Analisis Lembar Observasi Kemampuan Berpikir Kreatif

No Kode Nilai

Pre-Test Ket Post-Test Ket

1 E-1 36.67 cukup kreatif 66.67 kreatif

2 E-2 73.33 kreatif 83.33 sangat kreatif

3 E-3 23.33 kurang kreatif 66.67 kreatif

4 E-4 23.33 kurang kreatif 73.33 kreatif

5 E-5 53.33 kreatif 90 sangat kreatif

6 E-6 60 kreatif 50 cukup kreatif

7 E-7 80 sangat kreatif 100 sangat kreatif

8 E-8 50 cukup kreatif 93.33 sangat kreatif

9 E-9 50 cukup kreatif 73.33 kreatif

10 E-10 20 kurang kreatif 50 cukup kreatif

11 E-11 66.67 kreatif 96.67 sangat kreatif

12 E-12 56.67 kreatif 83.33 sangat kreatif

13 E-13 50 cukup kreatif 100 sangat kreatif

14 E-14 43.33 cukup kreatif 66.67 kreatif

15 E-15 73.33 kreatif 90 sangat kreatif

16 E-16 43.33 cukup kreatif 66.67 kreatif

17 E-17 73.33 kreatif 50 cukup kreatif

18 E-18 23.33 kurang kreatif 73.33 kreatif

19 E-19 36.67 cukup kreatif 70 kreatif

20 E-20 43.33 cukup kreatif 73.33 kreatif

21 E-21 50 cukup kreatif 83.33 sangat kreatif

22 E-22 46.67 cukup kreatif 63.33 kreatif

23 E-23 70 kreatif 70 kreatif

24 E-24 46.67 cukup kreatif 73.33 kreatif

25 E-25 23.33 kurang kreatif 50 cukup kreatif

26 E-26 50 cukup kreatif 80 sangat kreatif

27 E-27 50 cukup kreatif 73.33 kreatif

28 E-28 20 kurang kreatif 66.67 kreatif

29 E-29 70 kreatif 93.33 sangat kreatif

30 E-30 40 cukup kreatif 93.33 sangat kreatif

31 E-31 56.67 kreatif 100 sangat kreatif

∑ 1503.32 2363.31

rata-rata 45.55515 cukup kreatif 76.235806 sangat kreatif

151

Lampiran 26

Analisis Lembar Observasi Karakter Pertemuan 1

No Kode

Nilai Skor

Total

Nilai

Total Ket

A B C D E F G H I

1 H-1 5 3 1 3 1 3 1 3 1 21 46.67 mulai terlihat

2 H-2 5 3 1 3 1 3 3 3 3 25 55.56 mulai terlihat

3 H-3 3 3 1 3 1 3 3 1 3 21 46.67 mulai terlihat

4 H-4 5 3 3 1 3 3 1 3 3 25 55.56 mulai terlihat

5 H-5 5 3 1 3 1 3 3 3 3 25 55.56 mulai terlihat

6 H-6 3 3 3 3 3 3 1 3 3 25 55.56 mulai terlihat

7 H-7 5 1 3 3 1 1 3 3 3 23 51.11 mulai terlihat

8 H-8 3 5 3 1 1 5 3 3 1 25 55.56 mulai terlihat

9 H-9 3 1 1 3 1 3 1 3 1 17 37.78 belum terlihat

10 H-10 3 3 3 3 5 3 3 5 3 31 68.89 mulai berkembang

11 H-11 5 1 3 5 3 3 3 3 3 29 64.44 mulai berkembang

12 H-12 5 3 3 3 1 5 3 1 3 27 60 mulai terlihat

13 H-13 5 3 5 3 3 3 3 5 3 33 73.33 mulai berkembang

14 H-14 3 5 3 3 3 3 3 5 3 31 68.89 mulai berkembang

15 H-15 5 3 3 3 1 5 3 3 1 27 60 mulai terlihat

16 H-16 5 3 3 3 1 3 3 3 5 29 64.44 mulai berkembang

17 H-17 3 3 5 1 5 3 5 5 3 33 73.33 mulai berkembang

18 H-18 5 1 5 3 3 1 3 3 5 29 64.44 mulai berkembang

19 H-19 3 5 3 3 1 3 3 1 1 23 51.11 mulai terlihat

20 H-20 3 3 5 3 1 3 3 3 5 29 64.44 mulai berkembang

21 H-21 5 1 3 3 3 1 1 1 3 21 46.67 mulai terlihat

22 H-22 5 1 3 3 3 1 3 3 3 25 55.56 mulai terlihat

23 H-23 3 3 3 3 3 3 1 3 3 25 55.56 mulai terlihat

24 H-24 3 3 5 3 1 5 3 3 5 31 68.89 mulai berkembang

25 H-25 5 1 3 3 3 1 3 5 3 27 60 mulai terlihat

26 H-26 5 3 5 3 1 5 1 3 1 27 60 mulai terlihat

27 H-27 3 5 3 5 1 5 3 3 1 29 64.44 mulai berkembang

28 H-28 5 3 3 5 3 3 5 1 5 33 73.33 mulai berkembang

29 H-29 5 5 3 3 1 5 3 3 1 29 64.44 mulai berkembang

30 H-30 5 3 3 1 1 3 5 3 3 27 60 mulai terlihat

31 H-31 5 1 3 3 3 1 1 3 3 23 51.11 mulai terlihat

jumlah 131 87 95 91 63 95 83 93 87 825 1833

% 85 56 61 59 41 61 54 60 56 belum terlihat

rata-rata 26.61 59.14 mulai terlihat

152

Analisis Lembar Observasi Karakter Pertemuan 2

No Kode

Nilai Skor

Total

Nilai

Total Ket

A B C D E F G H I

1 H-1 5 3 1 5 3 5 3 3 3 31 68.89 mulai berkembang

2 H-2 5 3 3 3 1 3 3 5 3 29 64.44 mulai berkembang

3 H-3 3 3 3 3 3 5 3 1 3 27 60 mulai terlihat

4 H-4 5 3 3 1 5 3 5 3 3 31 68.89 mulai berkembang

5 H-5 5 1 5 3 3 3 3 3 5 31 68.89 mulai berkembang

6 H-6 5 5 3 3 3 5 1 3 3 31 68.89 mulai berkembang

7 H-7 5 3 5 3 1 3 5 5 3 33 73.33 mulai berkembang

8 H-8 5 5 3 3 1 5 3 3 5 33 73.33 mulai berkembang

9 H-9 3 3 5 5 3 3 1 3 3 29 64.44 mulai berkembang

10 H-10 5 3 3 3 5 3 3 5 3 33 73.33 mulai berkembang

11 H-11 5 1 5 5 3 3 5 3 5 35 77.78 mulai berkembang

12 H-12 5 3 1 3 1 3 3 3 3 25 55.56 mulai terlihat

13 H-13 5 3 3 3 3 3 3 5 3 31 68.89 mulai berkembang

14 H-14 3 5 3 3 5 3 3 3 3 31 68.89 mulai berkembang

15 H-15 5 3 3 3 1 3 5 3 3 29 64.44 mulai berkembang

16 H-16 5 5 5 3 1 3 3 5 3 33 73.33 mulai berkembang

17 H-17 3 5 5 1 5 3 5 5 3 35 77.78 mulai berkembang

18 H-18 5 3 5 3 3 3 3 3 5 33 73.33 mulai berkembang

19 H-19 5 5 3 3 1 3 3 3 3 29 64.44 mulai berkembang

20 H-20 5 3 5 3 3 3 3 3 5 33 73.33 mulai berkembang

21 H-21 5 1 3 3 1 1 5 3 3 25 55.56 mulai terlihat

22 H-22 5 3 5 1 5 1 3 3 5 31 68.89 mulai berkembang

23 H-23 5 5 3 5 3 3 1 5 3 33 73.33 mulai berkembang

24 H-24 3 5 5 3 3 3 5 1 5 33 73.33 mulai berkembang

25 H-25 5 3 5 5 3 1 5 5 3 35 77.78 mulai berkembang

26 H-26 5 3 5 3 3 3 3 3 1 29 64.44 mulai berkembang

27 H-27 3 5 3 5 1 5 3 3 3 31 68.89 mulai berkembang

28 H-28 5 3 3 5 3 3 3 1 5 31 68.89 mulai berkembang

29 H-29 5 5 3 3 3 5 3 3 3 33 73.33 mulai berkembang

30 H-30 5 3 1 3 5 3 5 3 5 33 73.33 mulai berkembang

31 H-31 5 3 3 5 3 1 3 5 5 33 73.33 mulai berkembang

jumlah 143 107 111 103 87 97 105 105 111 969 2153

% 92 69 72 66 56 63 68 68 72 belum terlihat

rata-rata 31.3 69.5 mulai berkembang

153

Analisis Lembar Observasi Karakter Pertemuan 3

No Kode

Nilai Skor

Total Nilai

Total Ket

A B C D E F G H I

1 H-1 5 5 3 5 3 5 5 5 3 36 80 mulai berkembang

2 H-2 5 5 3 3 3 5 3 5 5 37 82.22 membudaya

3 H-3 5 3 5 3 3 3 3 3 5 33 73.33 mulai berkembang

4 H-4 5 5 3 5 5 3 3 5 3 37 82.22 membudaya

5 H-5 5 3 5 3 5 5 3 5 5 39 86.67 membudaya

6 H-6 5 5 3 5 3 5 3 3 5 37 82.22 membudaya

7 H-7 5 5 5 5 5 3 3 5 3 39 86.67 membudaya

8 H-8 5 5 3 3 3 5 3 3 5 35 77.78 mulai berkembang

9 H-9 5 3 5 3 3 3 3 3 5 33 73.33 mulai berkembang

10 H-10 5 3 5 3 5 5 3 5 5 39 86.67 membudaya

11 H-11 5 3 5 5 3 3 5 5 5 39 86.67 membudaya

12 H-12 5 5 3 3 3 5 5 5 3 37 82.22 membudaya

13 H-13 5 3 3 5 3 3 5 3 5 35 77.78 mulai berkembang

14 H-14 5 5 5 5 5 3 5 5 3 41 91.11 membudaya

15 H-15 5 3 3 3 3 5 5 3 5 35 77.78 mulai berkembang

16 H-16 5 5 5 3 3 5 3 5 3 37 82.22 membudaya

17 H-17 5 5 5 3 5 3 5 5 3 39 86.67 membudaya

18 H-18 5 3 5 3 3 3 5 5 3 35 77.78 mulai berkembang

19 H-19 5 5 3 5 3 5 3 3 5 37 82.22 membudaya

20 H-20 5 5 5 5 3 5 5 5 5 43 95.56 membudaya

21 H-21 5 3 3 5 3 3 5 5 3 35 77.78 mulai berkembang

22 H-22 5 3 5 3 3 3 5 3 5 35 77.78 mulai berkembang

23 H-23 5 5 3 5 3 5 3 5 5 39 86.67 membudaya

24 H-24 5 5 5 5 3 5 5 3 5 41 91.11 membudaya

25 H-25 5 3 5 5 3 3 5 5 3 37 82.22 membudaya

26 H-26 5 3 5 3 3 5 3 3 5 35 77.78 mulai berkembang

27 H-27 5 3 5 5 3 5 5 5 5 41 91.11 membudaya

28 H-28 5 3 5 5 5 5 3 3 5 39 86.67 membudaya

29 H-29 5 5 5 3 5 5 3 5 3 39 86.67 membudaya

30 H-30 5 3 5 3 3 3 5 3 5 35 77.78 mulai berkembang

31 H-31 5 5 5 5 5 3 5 5 5 43 95.56 membudaya

jumlah 155 125 133 125 111 127 125 131 133 1162 2582

% 100 81 86 81 72 82 81 85 86

rata-rata 37.48 83.3 membudaya

154

Lampiran 27

Analisis Karakter Disiplin

No

Kode Siswa

Pertemuan

1 Nilai

Pertemuan

2 Nilai

Pertemuan

3 Nilai

A B C A B C A B C

1 H-1 5 3 1 60 5 3 1 60 5 5 1 73.3333

2 H-2 5 3 1 60 5 3 3 73.3333 5 5 3 86.6667

3 H-3 3 3 1 46.6667 3 3 3 60 5 1 3 60

4 H-4 5 3 3 73.3333 5 3 3 73.3333 5 3 3 73.3333

5 H-5 5 3 1 60 5 3 3 73.3333 5 3 3 73.3333

6 H-6 5 3 3 73.3333 5 5 3 86.6667 5 5 3 86.6667

7 H-7 5 3 3 73.3333 5 3 5 86.6667 5 5 3 86.6667

8 H-8 3 5 3 73.3333 5 5 3 86.6667 5 5 3 86.6667

9 H-9 3 1 3 46.6667 3 1 3 46.6667 5 3 3 73.3333

10 H-10 3 3 3 60 5 3 3 73.3333 5 3 3 73.3333

11 H-11 5 1 3 60 5 3 3 73.3333 5 3 5 86.6667

12 H-12 5 3 3 73.3333 5 3 1 60 5 3 3 73.3333

13 H-13 5 3 3 73.3333 5 3 3 73.3333 5 3 3 73.3333

14 H-14 3 5 3 73.3333 3 5 3 73.3333 5 5 3 86.6667

15 H-15 5 3 3 73.3333 5 3 3 73.3333 5 3 3 73.3333

16 H-16 5 3 3 73.3333 5 3 5 86.6667 5 3 5 86.6667

17 H-17 5 3 5 86.6667 3 5 5 86.6667 5 5 5 100

18 H-18 5 1 5 73.3333 5 3 5 86.6667 5 3 5 86.6667

19 H-19 3 5 3 73.3333 5 3 3 73.3333 5 3 3 73.3333

20 H-20 3 3 3 60 5 3 3 73.3333 5 3 3 73.3333

21 H-21 5 1 3 60 5 1 3 60 5 3 3 73.3333

22 H-22 5 3 3 73.3333 5 3 5 86.6667 5 3 5 86.6667

23 H-23 3 3 3 60 5 5 3 86.6667 5 5 3 86.6667

24 H-24 3 3 5 73.3333 3 3 5 73.3333 5 5 5 100

25 H-25 5 3 3 73.3333 5 3 5 86.6667 5 3 5 86.6667

26 H-26 5 3 5 86.6667 5 3 5 86.6667 5 1 5 73.3333

27 H-27 3 5 3 73.3333 3 5 3 73.3333 5 3 3 73.3333

28 H-28 5 1 3 60 5 1 3 60 5 3 3 73.3333

29 H-29 5 5 3 86.6667 5 5 3 86.6667 5 5 3 86.6667

30 H-30 5 3 3 73.3333 5 3 1 60 5 3 3 73.3333

31 H-31 5 1 3 60 5 3 3 73.3333 5 3 3 73.3333

Rata-rata skor 68.60 74.62 79.78

Kriteria Mulai berkembang Mulai Berkembang Mulai Berkembang

155

Analisis Karakter Rasa Ingin tahu

No Kode Siswa

Pertemuan

1 Nilai

Pertemuan

2 Nilai

Pertemuan

3 Nilai

D E D E D E

1 H-1 3 1 40 5 3 80 5 3 80

2 H-2 3 1 40 3 1 40 5 3 80

3 H-3 3 1 40 3 3 60 3 5 80

4 H-4 1 3 40 1 5 60 3 5 80

5 H-5 3 1 40 3 3 60 3 5 80

6 H-6 3 3 60 3 3 60 5 3 80

7 H-7 3 1 40 3 1 40 5 5 100

8 H-8 1 1 20 3 1 40 5 3 80

9 H-9 3 1 40 5 3 80 5 3 80

10 H-10 3 5 80 3 5 80 3 5 80

11 H-11 5 3 80 5 3 80 5 3 80

12 H-12 3 1 40 3 1 40 3 3 60

13 H-13 3 3 60 3 3 60 5 3 80

14 H-14 3 3 60 3 5 80 5 5 100

15 H-15 3 1 40 3 1 40 3 3 60

16 H-16 3 1 40 3 1 40 3 3 60

17 H-17 1 5 60 1 5 60 3 5 80

18 H-18 3 3 60 3 3 60 3 3 60

19 H-19 3 1 40 3 1 40 5 3 80

20 H-20 3 1 40 3 3 60 5 3 80

21 H-21 3 3 60 3 1 40 5 3 80

22 H-22 3 3 60 1 5 60 3 5 80

23 H-23 3 3 60 5 3 80 5 3 80

24 H-24 3 1 40 3 3 60 5 3 80

25 H-25 3 3 60 5 3 80 5 3 80

26 H-26 3 1 40 3 3 60 3 5 80

27 H-27 5 1 60 5 1 60 5 3 80

28 H-28 5 3 80 5 3 80 5 5 100

29 H-29 3 1 40 3 1 40 3 3 60

30 H-30 1 1 20 3 3 60 3 3 60

31 H-31 3 3 60 5 3 80 5 5 100

Rata-rata skor 49.68 60.00 78.71

Kriteria Mulai terlihat Mulai terlihat Mulai berkembang

156

Analisis Presentase tanggungjawab

No Kode Siswa

Pertemuan 1 Nilai

Pertemuan 2 Nilai

Pertemuan 3 Nilai

F G F G F G

1 H-1 3 1 40 5 3 80 5 5 100

2 H-2 3 3 60 3 3 60 5 3 80

3 H-3 3 3 60 5 3 80 3 3 60

4 H-4 3 1 40 3 5 80 3 5 80

5 H-5 3 3 60 3 3 60 5 3 80

6 H-6 3 1 40 5 1 60 5 3 80

7 H-7 1 3 40 3 5 80 3 3 60

8 H-8 5 3 80 5 3 80 5 3 80

9 H-9 3 1 40 3 1 40 3 3 60

10 H-10 3 3 60 3 3 60 5 1 60

11 H-11 3 3 60 3 5 80 3 5 80

12 H-12 5 3 80 3 3 60 5 5 100

13 H-13 3 3 60 3 3 60 3 5 80

14 H-14 3 3 60 3 3 60 3 5 80

15 H-15 5 3 80 3 5 80 5 5 100

16 H-16 3 3 60 3 3 60 5 3 80

17 H-17 3 5 80 3 5 80 3 5 80

18 H-18 1 3 40 3 3 60 3 5 80

19 H-19 3 3 60 3 3 60 5 3 80

20 H-20 3 3 60 3 3 60 5 5 100

21 H-21 1 1 20 1 5 60 3 3 60

22 H-22 1 3 40 1 3 40 3 5 80

23 H-23 3 1 40 3 1 40 3 3 60

24 H-24 5 3 80 3 5 80 5 5 100

25 H-25 1 3 40 1 5 60 3 5 80

26 H-26 5 1 60 3 3 60 5 3 80

27 H-27 5 3 80 5 3 80 5 5 100

28 H-28 3 5 80 3 3 60 5 3 80

29 H-29 5 3 80 5 3 80 5 3 80

30 H-30 3 5 80 3 5 80 3 5 80

31 H-31 1 1 20 1 3 40 3 3 60

Rata-rata skor 57.42 65.16 79.35

Kriteria Mulai terlihat Mulai berkembang Mulai berkembang

157

Analisis Karakter komunikatif

No Kode Siswa Pertemuan 1 Nilai Pertemuan 2 Nilai

Pertemuan

3 Nilai

H I H I H I

1 H-1 3 1 40 3 3 60 5 3 80

2 H-2 3 3 60 5 3 80 5 3 80

3 H-3 1 3 40 1 3 40 3 3 60

4 H-4 3 3 60 3 3 60 3 3 60

5 H-5 3 3 60 3 5 80 5 5 100

6 H-6 3 3 60 3 3 60 3 3 60

7 H-7 3 3 60 5 3 80 5 3 80

8 H-8 3 1 40 3 5 80 3 5 80

9 H-9 3 1 40 3 3 60 3 5 80

10 H-10 5 3 80 5 3 80 3 5 80

11 H-11 3 3 60 3 5 80 5 5 100

12 H-12 1 3 40 3 3 60 3 3 60

13 H-13 3 3 60 5 3 80 5 5 100

14 H-14 5 3 80 3 3 60 5 3 80

15 H-15 3 1 40 3 3 60 3 5 80

16 H-16 3 5 80 5 3 80 5 3 80

17 H-17 3 1 40 5 3 80 5 3 80

18 H-18 3 5 80 3 5 80 5 3 80

19 H-19 1 1 20 3 3 60 1 5 60

20 H-20 3 5 80 3 5 80 5 5 100

21 H-21 1 3 40 3 3 60 5 3 80

22 H-22 3 3 60 3 5 80 3 5 80

23 H-23 3 3 60 5 3 80 5 5 100

24 H-24 3 5 80 1 5 60 3 5 80

25 H-25 5 3 80 5 3 80 5 3 80

26 H-26 3 1 40 3 1 40 3 3 60

27 H-27 3 1 40 3 3 60 5 3 80

28 H-28 1 5 60 1 5 60 3 5 80

29 H-29 3 1 40 3 3 60 5 3 80

30 H-30 3 1 40 3 5 80 3 5 80

31 H-31 3 1 40 5 5 100 5 5 100

Rata-rata skor 54.84 69.68 80.00

Kriteria Mulai terlihat Mulai berkembang Mulai berkembang

158

Lampiran 28

Kelas Kelas

EksperimenSkala Kecil

PRETEST 45.56 57.67

POSTTEST 76.24 79.67

N-Gain 0.56 0.52

Kriteria uji <g> : g > 0,7 (tinggi)

: 0,3 < g < 0,7 (sedang)

: g < 0,3 (rendah)

Kelas Eksperimen

=

30.68

54.44

= 0.56 (sedang)

Kelas Skala Kecil

=

22.00

42.33

= 0.52 (sedang)

Uji Gain untuk Mengetahui Taraf Signifikansi

Perkembangan Berpikir Kreatif

RATA-RATA

=

=

gS

SS

pre

prepost

%100

g

gS

SS

pre

prepost

%100

g

159

Lampiran 29

Kelas Kelas

EksperimenSkala Kecil

Pertemuan 1 59.14 61.33

Pertemuan 2 69.46 74.22

N-Gain 0.25 0.33

Kriteria uji <g> : g > 0,7 (tinggi)

: 0,3 < g < 0,7 (sedang)

: g < 0,3 (rendah)

Kelas Eksperimen

=

10.32

40.86

= 0.25 (rendah)

Kelas Skala Kecil

=

12.89

38.67

= 0.33 (sedang)

Uji Gain untuk Mengetahui Taraf Signifikansi

Perkembangan Karakter (Pertemuan 1-2)

RATA-RATA

=

=

gS

SS

pre

prepost

%100

g

gS

SS

pre

prepost

%100

g

160

Kelas Kelas

EksperimenSkala Kecil

Pertemuan 2 69.46 61.33

Pertemuan 3 83.30 85.33

N-Gain 0.45 0.62

Kriteria uji <g> : g > 0,7 (tinggi)

: 0,3 < g < 0,7 (sedang)

: g < 0,3 (rendah)

Kelas Eksperimen

=

13.84

30.54

= 0.45 (sedang)

Kelas Skala Kecil

=

24.00

38.67

= 0.62 (sedang)

Uji Gain untuk Mengetahui Taraf Signifikansi Perkembangan

Karakter (Pertemuan 2-3)

RATA-RATA

=

=

gS

SS

pre

prepost

%100

g

gS

SS

pre

prepost

%100

g

161

Kelas Kelas

Eksperimen Skala Kecil

Pertemuan 1 59.14 61.33

Pertemuan 3 83.30 85.33

N-Gain 0.59 0.62

Kriteria uji <g> : g > 0,7 (tinggi)

: 0,3 < g < 0,7 (sedang)

: g < 0,3 (rendah)

Kelas Eksperimen

=

24.16

40.86

= 0.59 (sedang)

Kelas Skala Kecil

=

24.00

38.67

= 0.62 (sedang)

Uji Gain untuk Mengetahui Taraf Signifikansi

Perkembangan Karakter (Pertemuan 1-3)

RATA-RATA

=

=

gS

SS

pre

prepost

%100

g

gS

SS

pre

prepost

%100

g

162

Lampiran 30

1 H-1 60.00 60.00 73.33 0.00 0.33 0.33

2 H-2 60.00 73.33 86.67 0.33 0.50 0.67

3 H-3 46.67 60.00 60.00 0.25 0.00 0.25

4 H-4 73.33 73.33 73.33 0.00 0.00 0.00

5 H-5 60.00 73.33 73.33 0.33 0.00 0.33

6 H-6 73.33 86.67 86.67 0.50 0.00 0.50

7 H-7 73.33 86.67 86.67 0.50 0.00 0.50

8 H-8 73.33 86.67 86.67 0.50 0.00 0.50

9 H-9 46.67 46.67 73.33 0.00 0.50 0.50

10 H-10 60.00 73.33 73.33 0.33 0.00 0.33

11 H-11 60.00 73.33 86.67 0.33 0.50 0.67

12 H-12 73.33 60.00 73.33 -0.50 0.33 0.00

13 H-13 73.33 73.33 73.33 0.00 0.00 0.00

14 H-14 73.33 73.33 86.67 0.00 0.50 0.50

15 H-15 73.33 73.33 73.33 0.00 0.00 0.00

16 H-16 73.33 86.67 86.67 0.50 0.00 0.50

17 H-17 86.67 86.67 100.00 0.00 1.00 1.00

18 H-18 73.33 86.67 86.67 0.50 0.00 0.50

19 H-19 73.33 73.33 73.33 0.00 0.00 0.00

20 H-20 60.00 73.33 73.33 0.33 0.00 0.33

21 H-21 60.00 60.00 73.33 0.00 0.33 0.33

22 H-22 73.33 86.67 86.67 0.50 0.00 0.50

23 H-23 60.00 86.67 86.67 0.67 0.00 0.67

24 H-24 73.33 73.33 100.00 0.00 1.00 1.00

25 H-25 73.33 86.67 86.67 0.50 0.00 0.50

26 H-26 86.67 86.67 73.33 0.00 -1.00 -1.00

27 H-27 73.33 73.33 73.33 0.00 0.00 0.00

28 H-28 60.00 60.00 73.33 0.00 0.33 0.33

29 H-29 86.67 86.67 86.67 0.00 0.00 0.00

30 H-30 73.33 60.00 73.33 -0.50 0.33 0.00

31 H-31 60.00 73.33 73.33 0.33 0.00 0.33

68.60 74.62 79.78 0.19 0.20 0.36

Uji Gain Disiplin Tiap Pertemuan

Gain 1-2 Gain 2-3 Gain 1-3NoKode

siswaPertemuan 1 Pertemuan 2Pertemuan 3

Nilai Rata-rata

163

1 H-1 40.00 80.00 80.00 0.67 0.00 0.67

2 H-2 40.00 40.00 80.00 0.00 0.67 0.67

3 H-3 40.00 60.00 80.00 0.33 0.50 0.67

4 H-4 40.00 60.00 80.00 0.33 0.50 0.67

5 H-5 40.00 60.00 80.00 0.33 0.50 0.67

6 H-6 60.00 60.00 80.00 0.00 0.50 0.50

7 H-7 40.00 40.00 100.00 0.00 1.00 1.00

8 H-8 20.00 40.00 80.00 0.25 0.67 0.75

9 H-9 40.00 80.00 80.00 0.67 0.00 0.67

10 H-10 80.00 80.00 80.00 0.00 0.00 0.00

11 H-11 80.00 80.00 80.00 0.00 0.00 0.00

12 H-12 40.00 40.00 60.00 0.00 0.33 0.33

13 H-13 60.00 60.00 80.00 0.00 0.50 0.50

14 H-14 60.00 80.00 100.00 0.50 1.00 1.00

15 H-15 40.00 40.00 60.00 0.00 0.33 0.33

16 H-16 40.00 40.00 60.00 0.00 0.33 0.33

17 H-17 60.00 60.00 80.00 0.00 0.50 0.50

18 H-18 60.00 60.00 60.00 0.00 0.00 0.00

19 H-19 40.00 40.00 80.00 0.00 0.67 0.67

20 H-20 40.00 60.00 80.00 0.33 0.50 0.67

21 H-21 60.00 40.00 80.00 -0.50 0.67 0.50

22 H-22 60.00 60.00 80.00 0.00 0.50 0.50

23 H-23 60.00 80.00 80.00 0.50 0.00 0.50

24 H-24 40.00 60.00 80.00 0.33 0.50 0.67

25 H-25 60.00 80.00 80.00 0.50 0.00 0.50

26 H-26 40.00 60.00 80.00 0.33 0.50 0.67

27 H-27 60.00 60.00 80.00 0.00 0.50 0.50

28 H-28 80.00 80.00 100.00 0.00 1.00 1.00

29 H-29 40.00 40.00 60.00 0.00 0.33 0.33

30 H-30 20.00 60.00 60.00 0.50 0.00 0.50

31 H-31 60.00 80.00 100.00 0.50 1.00 1.00

49.68 60.00 78.71 0.21 0.47 0.58

NoKode

siswa

Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3 Gain 1-

2

Gain 2-

3

Gain 1-

3

Nilai Rata-rata

uji gain rasa ingin tahu tiap pertemuan

164

1 H-1 40.00 80.00 100.00 0.67 1.00 1.00

2 H-2 60.00 60.00 80.00 0.00 0.50 0.50

3 H-3 60.00 80.00 60.00 0.50 -1.00 0.00

4 H-4 40.00 80.00 80.00 0.67 0.00 0.67

5 H-5 60.00 60.00 80.00 0.00 0.50 0.50

6 H-6 40.00 60.00 80.00 0.33 0.50 0.67

7 H-7 40.00 80.00 60.00 0.67 -1.00 0.33

8 H-8 80.00 80.00 80.00 0.00 0.00 0.00

9 H-9 40.00 40.00 60.00 0.00 0.33 0.33

10 H-10 60.00 60.00 60.00 0.00 0.00 0.00

11 H-11 60.00 80.00 80.00 0.50 0.00 0.50

12 H-12 80.00 60.00 100.00 -1.00 1.00 1.00

13 H-13 60.00 60.00 80.00 0.00 0.50 0.50

14 H-14 60.00 60.00 80.00 0.00 0.50 0.50

15 H-15 80.00 80.00 100.00 0.00 1.00 1.00

16 H-16 60.00 60.00 80.00 0.00 0.50 0.50

17 H-17 80.00 80.00 80.00 0.00 0.00 0.00

18 H-18 40.00 60.00 80.00 0.33 0.50 0.67

19 H-19 60.00 60.00 80.00 0.00 0.50 0.50

20 H-20 60.00 60.00 100.00 0.00 1.00 1.00

21 H-21 20.00 60.00 60.00 0.50 0.00 0.50

22 H-22 40.00 40.00 80.00 0.00 0.67 0.67

23 H-23 40.00 40.00 60.00 0.00 0.33 0.33

24 H-24 80.00 80.00 100.00 0.00 1.00 1.00

25 H-25 40.00 60.00 80.00 0.33 0.50 0.67

26 H-26 60.00 60.00 80.00 0.00 0.50 0.50

27 H-27 80.00 80.00 100.00 0.00 1.00 1.00

28 H-28 80.00 60.00 80.00 -1.00 0.50 0.00

29 H-29 80.00 80.00 80.00 0.00 0.00 0.00

30 H-30 80.00 80.00 80.00 0.00 0.00 0.00

31 H-31 20.00 40.00 60.00 0.25 0.33 0.50

57.42 65.16 79.35 0.18 0.41 0.52

Gain 1-2Gain 2-3Gain 1-3NoKode

siswaPertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3

uji gain tanggungjawab tiap pertemuan

165

1 H-1 40.00 60.00 80.00 0.33 0.50 0.67

2 H-2 60.00 80.00 80.00 0.50 0.00 0.50

3 H-3 40.00 40.00 60.00 0.00 0.33 0.33

4 H-4 60.00 60.00 60.00 0.00 0.00 0.00

5 H-5 60.00 80.00 100.00 0.50 1.00 1.00

6 H-6 60.00 60.00 60.00 0.00 0.00 0.00

7 H-7 60.00 80.00 80.00 0.50 0.00 0.50

8 H-8 40.00 80.00 80.00 0.67 0.00 0.67

9 H-9 40.00 60.00 80.00 0.33 0.50 0.67

10 H-10 80.00 80.00 80.00 0.00 0.00 0.00

11 H-11 60.00 80.00 100.00 0.50 1.00 1.00

12 H-12 40.00 60.00 60.00 0.33 0.00 0.33

13 H-13 60.00 80.00 100.00 0.50 1.00 1.00

14 H-14 80.00 60.00 80.00 -1.00 0.50 0.00

15 H-15 40.00 60.00 80.00 0.33 0.50 0.67

16 H-16 80.00 80.00 80.00 0.00 0.00 0.00

17 H-17 40.00 80.00 80.00 0.67 0.00 0.67

18 H-18 80.00 80.00 80.00 0.00 0.00 0.00

19 H-19 20.00 60.00 60.00 0.50 0.00 0.50

20 H-20 80.00 80.00 100.00 0.00 1.00 1.00

21 H-21 40.00 60.00 80.00 0.33 0.50 0.67

22 H-22 60.00 80.00 80.00 0.50 0.00 0.50

23 H-23 60.00 80.00 100.00 0.50 1.00 1.00

24 H-24 80.00 60.00 80.00 -1.00 0.50 0.00

25 H-25 80.00 80.00 80.00 0.00 0.00 0.00

26 H-26 40.00 40.00 60.00 0.00 0.33 0.33

27 H-27 40.00 60.00 80.00 0.33 0.50 0.67

28 H-28 60.00 60.00 80.00 0.00 0.50 0.50

29 H-29 40.00 60.00 80.00 0.33 0.50 0.67

30 H-30 40.00 80.00 80.00 0.67 0.00 0.67

31 H-31 40.00 100.00 100.00 1.00 0.00 1.00

54.84 69.68 80.00 0.33 0.34 0.56

NoKode

siswaPertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3 Gain 1-2Gain 2-3Gain 1-3

uji gain komunikatif tiap pertemuan

166

Lampiran 31

Dokumentasi Penelitian

167