PENGEMBANGAN METODE TAHUN 2016bbppmbtph.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads... ·...

36
BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 1 PENGEMBANGAN METODE TAHUN 2016 Kelompok Fungsional yang melaksanakan tupoksi Balai Besar PPMB-TPH salah satunya adalah Fungsional Pengawas Benih Tanaman. Jabatan Fungsional Pengawasa Benih Tanaman merupakan salah satu jabatan fungsional rumpun ilmu hayat lingkup pertanian yang diatur berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 09 Tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Pengawas Benih Tanaman dan Angka Kreditnya, serta peraturan Bersama Menteri Pertanian dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 59/Permentan/OT.140/9/2011 dan No. 38 tahun 2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pengawas benih Tanaman dan Angka Kreditnya. Sebagai tindak lanjut dari kedua peraturan diatas juga diterbitkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 09/Permentan/OT.140/2.2012, tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Pengawas Benih Tanaman dan angka kreditnya. Bidang kegiatan pengawasan benih tanaman terdiri atas unsur pendidikan, kegiatan pengawasan benih tanaman, pengembangan metode mutu benih, pengembangan profesi dan penunjang tugas pengawasan benih tanaman. Pada Tahun Anggaran 2016 tugas yang diberikan terkait dengan tugas dan fungsi Balai adalah sebagai berikut: 1. Pengembangan Metode /Validasi /Verifikasi Metode Kegiatan pengembangan metode/ validasi/verifikasi yang dilaksanakan oleh Balai Besar PPMB-TPH merupakan visualisai dari salah satu fungsi Balai Besar PPMB-TPH dan mendukung program Direktorat Jenderal Tanaman Pangan yakni Program Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Tanaman Pangan untuk Mencapai Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan. Pada TA. 2016 Balai Besar melaksanakan kegiatan pengembangan/ validasi/verifikasi dalam rangka memecahkan permasalahan, kendala maupun harmonisasi perkembangan teknologi di bidang mutu benih. Kegiatan ini terdiri dari sepuluh (10) judul Pengembangan dan validasi metode. a. Validasi Uji Daya Hantar Listrik dengan Daya Berkecambah untuk Pengujian Mutu Benih Kedelai Uji daya hantar listrik (uji DHL) merupakan salah satu metode uji vigor yang telah resmi diterbitkan dalam ISTA Rules. Berdasarkan hasil kegiatan koordinasi yang dipimpin oleh Direktur Perbenihan dan dihadiri oleh perwakilan dari Direktorat Perbenihan, Direktorat Budidaya AKABI, Pusat Penyuluhan Pertanian (Pusluhtan), Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan (Puslitbangtan), Kepala pengujian tersebut. Balai Penelitian Aneka Kacang dan Umbi (Balitkabi), Balai Besar PPMB-TPH, UPTD BPSBP Yogyakarta dan BPSBTPH Jawa Barat, serta berdasarkan kajian Balai Besar PPMB-TPH dan Balitkabi diketahui bahwa metode DHL tersebut bersifat kuantitatif dengan biaya pengujian yang relatif murah.

Transcript of PENGEMBANGAN METODE TAHUN 2016bbppmbtph.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads... ·...

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 1

PENGEMBANGAN METODE TAHUN 2016

Kelompok Fungsional yang melaksanakan tupoksi Balai Besar PPMB-TPH salah satunya adalah Fungsional Pengawas Benih Tanaman. Jabatan Fungsional Pengawasa Benih Tanaman merupakan salah satu jabatan fungsional rumpun ilmu hayat lingkup pertanian yang diatur berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 09 Tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Pengawas Benih Tanaman dan Angka Kreditnya, serta peraturan Bersama Menteri Pertanian dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 59/Permentan/OT.140/9/2011 dan No. 38 tahun 2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pengawas benih Tanaman dan Angka Kreditnya. Sebagai tindak lanjut dari kedua peraturan diatas juga diterbitkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 09/Permentan/OT.140/2.2012, tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Pengawas Benih Tanaman dan angka kreditnya.

Bidang kegiatan pengawasan benih tanaman terdiri atas unsur pendidikan, kegiatan pengawasan benih tanaman, pengembangan metode mutu benih, pengembangan profesi dan penunjang tugas pengawasan benih tanaman. Pada Tahun Anggaran 2016 tugas yang diberikan terkait dengan tugas dan fungsi Balai adalah sebagai berikut: 1. Pengembangan Metode /Validasi /Verifikasi Metode

Kegiatan pengembangan metode/ validasi/verifikasi yang dilaksanakan oleh Balai Besar PPMB-TPH merupakan visualisai dari salah satu fungsi Balai Besar PPMB-TPH dan mendukung program Direktorat Jenderal Tanaman Pangan yakni Program Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Tanaman Pangan untuk Mencapai Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan.

Pada TA. 2016 Balai Besar melaksanakan kegiatan pengembangan/ validasi/verifikasi dalam rangka memecahkan permasalahan, kendala maupun harmonisasi perkembangan teknologi di bidang mutu benih. Kegiatan ini terdiri dari sepuluh (10) judul Pengembangan dan validasi metode.

a. Validasi Uji Daya Hantar Listrik dengan Daya Berkecambah untuk

Pengujian Mutu Benih Kedelai

Uji daya hantar listrik (uji DHL) merupakan salah satu metode uji vigor yang telah resmi diterbitkan dalam ISTA Rules. Berdasarkan hasil kegiatan koordinasi yang dipimpin oleh Direktur Perbenihan dan dihadiri oleh perwakilan dari Direktorat Perbenihan, Direktorat Budidaya AKABI, Pusat Penyuluhan Pertanian (Pusluhtan), Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan (Puslitbangtan), Kepala pengujian tersebut. Balai Penelitian Aneka Kacang dan Umbi (Balitkabi), Balai Besar PPMB-TPH, UPTD BPSBP Yogyakarta dan BPSBTPH Jawa Barat, serta berdasarkan kajian Balai Besar PPMB-TPH dan Balitkabi diketahui bahwa metode DHL tersebut bersifat kuantitatif dengan biaya pengujian yang relatif murah.

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 2

Validasi ini bertujuan untuk mengetahui tingkat korelasi antara uji DHL dan uji daya berkecambah (DB). Tingginya tingkat korelasi menunjukkan bahwa uji DHL mampu menjadi metode deteksi awal dalam pengujian mutu benih kedelai untuk memberikan gambaran viabilitas sesunguhnya melalui pengujian DB. Uji DHL merupakan pengukuran terhadap konduktivitas elektrik dari air rendaman benih (leachate) yang memberikan penilaian mengenai tingkat kebocoran elektrolit jaringan tanaman. Lot benih yang mempunyai tingkat kebocoran elektrolit tinggi (konduktivitasnya tinggi) dianggap mempunyai vigor rendah, sedangkan benih yang mempunyai kebocoran elektrolit rendah (tingkat konduktivitas rendah) mempunyai vigor yang tinggi. Informasi mengenai vigor benih dapat digunakan untuk menilai tingkat viabilitas atau mutu benih yang diuji.Validasi ini untuk mengetahui tingkat korelasi uji DHL di laboratorium benih Indonesia dengan melibatkan 10 laboratorium penguji benihdi daerah yaitu laboratorium BPSB-TPH Provinsi Jawa Barat, BPSB-TPH Provinsi Jawa Timur, BPSB Provinsi Jawa Tengah, BPSB-TPH Provinsi Lampung, BPSB-TPH Provinsi Kalimantan Selatan, BPSB Provinsi Kalimantan Barat, BPSB-TPH Provinsi Nusa Tenggara Barat, BPSB-TPH Provinsi Banten, BPSB-TPH Provinsi Sulawesi Selatan, dan BPSB Provinsi Jambi. Kegiatan ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai dengan Desember 2016 di Laboratorium Biologi Balai Besar PPMB-TPH. Pada kegiatan ini menggunakan 3 lot benih kedelai yang mewakili 3 level vigor benih yaitu tinggi (varietas grobogan), sedang (varietas Argomulyo) dan rendah (varietas Anjasmoro). Pengolahan data uji banding antar analis Balai Besar PPMBTPH dengan melihat korelasi antara hasil pengujian DB dan DHL untuk lot benih yang dikirim ke 10 laboratorium penguji serta melihat korelasi pada lot benih yang digunakan sebagai data dukung. Hasil pengujian validasi DHL terdiri dari hasil pengujian pendahuluan, pengujian homogenitas, uji banding dan verifikasi hasil pengujian dari 10 laboratorium penguji. Dalam kegiatan ini menggunakan beberapa pengolahan data diantaranya: 1). data uji homogenitas untuk mengetahui kehomogenan suatu lot benih, 2). Uji Grubbs untuk menyaring data pencilan, 3). tabel toleransi ISTA untuk penyaringan data baik perulangan atau antar laboratorium, dan 4) Pengolahan data dengan mengkolerasi nilai DB dan DHL pada 10 lab. penguji di daerah. Adapun hasil pengujian heterogenitas berdasarkan daya berkecambah pada 3 lot benih menunjukkan bahwa 3 lot tersebut homogen. Berdasarkan tabel ISTA DHL dan DB serta uji grubbs dari 10 laboratorium peserta untuk lot 1 (Grobogan) dan lot 2 (Argomulyo) yang lolos verifikasi keduanya masing-masing hanya 7 laboratorium, dan untuk lot 3 (Anjasmoro) yang lolos verifikasi ada 4 laboratoriumpenguji. Dari keseluruhan data yang lolos kemudian dilanjutkan dengan meregresikan dan mengkorelasikan antar nilai DB dan DHL diperoleh nilai r = -0,603064. Nilai r yang negatif memberikan informasi bahwa nilai DHL berbanding terbalik dengan nilai DB. Makin tinggi nilai DHL maka nilai DB yang dihasilkan akan rendah. Sehingga secara umum pengujian DHL mampu memberikan perkiraan potensi viabilitas suatu lot benih.

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 3

Hasil korelasi dan regresi yang diaplikasikan terhadap keseluruhan data baik pada pengujian pendahuluan dan pengujian antar lab. peserta menunjukkan bahwa nilai regresi dan korelasi untuk lot dengan potensi viabilitas sedang dan tinggi masih sangat signifikan menunjukkan keeratan hubungan antara uji DHL dan uji DB ditunjukkan dengan nilai r diatas 0,8 dapat dilihat pada Gambar V.1.1. (hasil regresi) dan Tabel V.1.1. (hasil korelasi).

Gambar V.1.1. Hasil regresi 2 lot benih pada laboratorium penguji yang

lolos verifkasi

Tabel V.1.1. Hasil korelasi 2 lot benih pada laboratorium penguji yang lolos verifkasi

Nilai DHL Nilai DB

Nilai DHL 1 Nilai DB -0,81449 1

Secara keseluruhan hasil pengujian validasi uji daya hantar listrik dan uji daya berkecambah untuk pengujian mutu benih kedelai dapat ditarik kesimpulan : 1) Metode pengujian DHL mampu memberikan gambaran potensi

viabilitas sebagai uji awal, terlihat dari nilai korelasi yang dihasilkan sebesar -0,81449.

2) Uji DHL tidak mampu mendeteksi lot benih yang dengan viabilitas rendah.

Adapun rekomendasi dari kegiatan ini adalah : 1) Metode Pengujian DHL mampu memberikan gambaran potensi

viabilitas suatu lot benih. 2) Nilai DHL < 20 µs cm-1 g-1 memberikan gambaran suatu lot benih

memiliki potensi viabilitas diatas 80%. Apabila nilai DHL diatas 20 µs cm-1 g-1 diperlukan observasi nilai daya berkecambah secara real melalui pengujian DB.

3) Masih terdapat keberagam data diantara lab. peserta diperlukan pendampingan saat melakukan pengujian DHL.

b. Pengaruh Transportasi Terhadap Ketahanan Mutu Benih Kedelai

Kemunduran benih dapat ditengarai secara biokimia dan fisiologi. Indikasi biokimia kemunduran benih dicirikan antara lain penurunan aktivitas enzim, penurunan cadangan makanan, meningkatnya nilai

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 4

konduktivitas. Indikasi fisiologi kemunduran benih antara lain penurunan daya berkecambah dan vigor. Oleh sebab itu penelitian ini dilakukan berkaitan dengan mutu benih kedelai setelah transportasi dan selama kurun waktu penyimpanan. Tujuan dari kegiatan ini memperoleh informasi mutu benih kedelai akibat transportasi dan mendapatkan data awal untuk memperhitungkan masa berlaku label. Waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan ini di Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (Balai Besar PPMB-TPH) TaposDepok, UPT PSBTPH Propinsi Jawa Timur, dan UPTD BPSBTPH Prov. Lampung pada Tahun Anggaran 2016. Bahan yang dipakai untuk kegiatan ini yaitu benih kedelai dengan ukuran besar, plastik inner, karung, plastik polyetylen, kertas CD, plastik 1 kg, label. Alat yang digunakan mesin sealing, mesin jahit karung. Metodologi yang digunakan adalah : 1) Pengumpulan informasi ketersediaan benih kedelai dan pengiriman

benih, 2) Pengambilan contoh benih kedelai. 3) Pelaksanaan transportasi benih kedelai sesuai pengiriman benih 4) Pengolahan data dan kesimpulan.

Rancangan Percobaan yang digunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan yang digunakan 1 faktor yaitu transportasi. Pengolahan data dengan Anova. Proses pengangkutan benih dari gudang ke truk sebelum dilakukan transportasi dapat dilihat pada Gambar 2 V.1.

Gambar V.1.2. Proses pengangkutan benih dari gudang ke truk

Proses transportasi benih dari Ponorogo Jawa Timur ke Balai Besar PPMB-TPH dan BPSB Lampung dapat dilihat pada Gambar V.1.3.

Gambar V.1.3. Proses pengiriman benih

Grafik rata-rata suhu dan kelembaban setiap enam jam selama transportasi dapat dilihat pada Gambar V.I.4.

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 5

Gambar V.I.4.Grafik rata-rata suhu dan kelembaban per enam jam

Dari hasil pengujian awal/pertama sebelum ditransportasikan benih varietas Anjasmoro sudah tidak memenuhi standard untuk benih, karena dari hasil uji daya berkecambahnya tidak memenuhi standard benih seperti terlihat dalam Tabel V.I.2.

Tabel V.I.2. Hasil Pengujian kedelai varietas Anjasmoro

Varietas Anjasmoro Daya

Berkecambah Kemurnian Kadar Air

Data Label 82 99.9 10.7

Jarak 0 (T0) Jatim 51 100 9.2

45 100 9.0

50 100 9.0

Rata-rata 53 100 9.2

Jarak 1 (T1) BBPPMB-TPH 50 100 9.1

46 99.8 9.2

40 99.9 9.1

46 99.9 9.2

Rata-rata 50 99.9 9.3

Jarak 2 (T2) Lampung Rata-rata

46 99.9 9.2

37 99.8 9.1

30 100 9.3

33 100 9.2

37 99.9 8.9

Rata-rata 34 99.9 9.1

Hasil uji daya berkecambah varietas Grobogan antara data label dengan jarak 1 (665 km ) dalam waktu tempuh 3 hari dan jarak 2 (996 km) dalam waktu tempuh 5 hari tidak berbeda nyata. Benih masih memenuhi standard mutu sebagai benih seperti terlihat pada Tabel V.I.3.

Tabel V.I.3. Hasil Pengujian kedelai varietas Grobogan

Varietas Grobogan Daya

Berkecambah Kemurnian Kadar Air

Data Label 91 99.9 9.6

Jarak 0 (T0) Jatim 89 100 8.9

76 100 8.2

75 100 8.2

71 100 8.5

Rata-rata 78 b 100 b 8.5 a

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 6

Varietas Grobogan Daya

Berkecambah Kemurnian Kadar Air

Jarak 1 (T1) BBPPMB-TPH

92 99.9 9.4

93 99.8 9.4

89 99.9 9.4

91 99.9 9.4

Rata-rata 91 a 99.9 a 9.4 b

Jarak 2 (T2) Lampung 86 100 9.4

83 100 9.5

85 100 9.8

87 100 9.3

Rata-rata 85 a 100 a 9.5 a Keterangan : Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang

sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5 %

Kesimpulan yang didapat dari pengembangan metode ini ini adalah hasil uji mutu benih yang sudah ditransportasikan dengan kondisi suhu, kelembaban antara 23.9% - 79.1%, suhu 27.20C - 51.10C, kemasan karung plastik dengan dilapisi plastik inner dengan berat 20 kg/kemasan, kadar air 9.4 – 9.6% dan guncangan truk Fuso dengan muatan 40 ton menempuh jalan darat dan melalui lautan dengan kapal penyeberangan pada kondisi awal viabilitas tinggi dengan jarak ± 996 km dalam waktu tempuh 5 hari kondisi mutu benih masih memenuhi syarat label benih. Transportasi dengan menempuh jalan darat kondisi awal viabilitas tinggi dengan jarak ± 665 km dalam waktu tempuh 3 hari kondisi mutu benih masih memenuhi syarat label benih. Dari kegiatan pengembangan metode ini diperoleh rekomendasi bahwa pengiriman benih kedelai dengan jalan darat dan kondisi awal viabilitas tinggi dengan jarak ± 665 km dalam waktu tempuh 3 hari dan jalan darat melalui Selat Sunda menggunakan kapal penyeberangan dengan jarak ± 996 km dalam waktu tempuh 5 hari dilakukan dengan mengemas benih kedelai menggunakan karung yang didalamnya dilapisi plastik inner dengan berat 20 kg/kemasan dan diangkut dengan menggunakan truk Fuso.

c. Korelasi Uji Tetrazolium dengan Daya Berkecambah Benih Kedelai

Viabilitas benih adalah kemampuan benih untuk berkecambah pada kondisi yang optimum untuk perkecambahan. Lamanya periode pengujian daya berkecambah (8 hari) seringkali menjadi kendala dalam proses sertifikasi, dimana beberapa konsumen pengujian mengharapkan dapat memperoleh hasil pengujian yang lebih cepat namun tetap akurat. Sehingga uji cepat viabilitias melalui uji tetrazolium (TZ) diharapkan mampu menjadi alternatif dalam mempercepat waktu pengujian di laboratorium. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengetahui tingkat korelasi antar uji TZ dengan daya berkecambah pada benih kedelai, baik melalui uji banding antar analis Balai Besar PPMB-TPH serta uji banding di beberapa laboratorium BPSB di Indonesia. Pengujian ini menggunakan tiga sampel benih dengan varietas dan persentase daya berkecambah (DB) yang berbeda yaitu Grobogan 96%, Argomulyo 79%, Anjasmoro 19%. Di Balai Besar PPMB-TPH pengujian

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 7

TZ dan DB dilakukan oleh tujuh analis, sedangkan uji antar laboratorium dilakukan oleh sepuluh laboratorium BPSB yang berbeda yaitu laboratorium BPSB-TPH Provinsi Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Lampung, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Nusa Tenggara Barat, Banten, Sulawesi Selatan, dan Jambi. Uji homogenitas dilaksanakan setelah proses pengemasan, untuk mengetahui apakah sampel uji cukup homogen. Setiap laboraorium peserta memperoleh 3 sampel uji, bahan pembuat larutan buffer, garam tetrazolium chlorida, gambar acuan pola pewarnaan viabel dan non viabel, serta petunjuk pelaksanaan pengujian dan pelaporan. Hasil uji homogenitas juga menunjukkan bahwa ketiga varietas benih tersebut homogen sehingga benih dapat digunakan untuk sampel uji. Beberapa pola pewarnaan yang diperoleh dalam pengujian tetrazolium (TZ) terdapat pada Gambar V.1.5 sampai V.1.7.

Gambar V.1.5. Pola pewarnaan benih viable

Gambar V.1.6. Pola pewarnaan benih non viabel

Gambar V.1. 7. Pola pewarnaan benih non viabel

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 8

Hasil uji tetrazolium (TZ) dan daya berkecambah (DB) pada ketiga sampel di Balai Besar PPMB-TPH memiliki kisaran selisih yang berbeda-beda. Pada varietas Grobogan dan argomulyo dengan tingkat viabilitas tinggi dan sedang, selisih antara kedua pengujian cukup rendah yaitu 0-5%. Sedangkan pada varietas Grobogan dengan daya berkecambah <30%, memiliki selisih yang cukup besar antara hasil uji TZ dan DB yaitu 1-47%. Hasil pengujian tiga sampel uji di Balai Besar PPMB-TPH menunjukkan tingkat korelasi yang cukup tinggi yaitu r: 0,9396. Hasil pengujian TZ di laboratorium BPSB menunjukkan bahwa laboratorium mampu melaksanakan uji TZ, namun hasil uji TZ masih menunjukkan hasil yang beragam antara ketiga varietas. Pada varietas Grobogan dengan persentase daya berkecambah yang cukup tinggi (>90%) memiliki selisih antara hasul uji TZ dan DB yang cukup rendah yaitu 0-8%, sedangkan pada varietas Argomulyo dengan DB >70% memiliki selisih 3-17%. Varietas Anjasmoro dengan persentase DB terendah (<40%) memiliki selisih yang besar yaitu 18-59%. Nilai korelasi yang tinggi antara uji DB dan uji TZ menunjukkan bahwa pengujian TZ mampu memberikan perkiraan/estimasi tingkat viabilitas benih yang hampir sama dengan uji daya berkecambah. Namun diperlukan kemampuan dan pengalaman yang cukup bagi analis untuk mampu melaksanakan uji tetrazolium yang tepat untuk hasil uji yang akurat. Dari kegiatan pengembangan metode ini diperoleh rekomendasi bahwa apabila diperlukan uji cepat viabilitas dengan metode TZ dalam proses pengujian benih, maka benih dengan hasil uji TZ > 90% dapat diketahui potensi daya berkecambah lot benih tersebut tinggi, tetapi apabila hasil uji TZ <90%, maka diperlukan verifikasi melalui uji daya berkecambah untuk mengetahui viabilitas lot benih yang diuji.

d. Verifikasi Pengujian Daya Berkecambah Pada Beberapa Varietas

Benih Kedelai pada Media Kertas dan Pasir

Pengujian mutu benih tanaman pangan mengacu pada Keputusan Menteri Pertanian 635/HK.150/C/07/2015 tanggal 24 Juli 2015 tentang Pedoman Teknis Pengambilan Contoh Benih dan Pengujian/Analisis Mutu Benih Tanaman Pangan yang merupakan metode standar dalam pengujian mutu benih yang mengacu pada ISTA Rules, pengujian daya berkecambah kedelai dapat dilakukan pada media kertas dan pasir pada suhu 25°C atau 20 <=>30°C. Perbedaan hasil nilai daya berkecambah dapat terjadi dengan penggunaan media perkecambahan yang berbeda. Untuk itu, dilaksanakan verifikasi metode pengujian terhadap beberapa varietas kedelai pada media perkecambahan yang berbeda yaitu media kertas dan pasir di Balai Besar PPMB-TPH dengan tujuan untuk mendapatkan media yang sesuai untuk pengujian daya berkecambah beberapa varietas benih kedelai. Benih Kedelai yang digunakan adalah benih kedelai varietas Grobogan, Anjasmoro dan Argomulyo. Media perkecambahan berupa media kertas, pasir, dan media kertas versa pak dengen metode Top papaer Covered with Sand (TPS). Pengujian daya berkecambah baik dengan media pasir maupun media kertas dilaksanakan dilaboratorium dengan suhu 25oC ± 2oC dan RH terkendali.

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 9

Berdasarkan hasil analisis terhadap nilai daya berkecambah pada ketiga varietas tersebut, penggunaan pasir 1x pakai berbeda nyata dengan kertas CD pada varietas Grobogan yang merupakan kedelai dengan viabilitas tinggi (nilai db >90%) dan varietas Argomulyo yang merupakan varietas dengan viabilitas yang rendah (nilai DB < 50%) dimana nilai daya berkecambah dengan media pasir lebih tinggi dibandingkan dengan media kertas CD (Tabel V.I.4).

Tabel V.I.4. Nilai daya berkecambah kedelai varietas Grobogan, Anjasmoro dan Argomulyo dengan media pasir satu kali pakai dan media kertas

Varietas

Nilai daya berkecambah pada

media

Nilai daya berkecambah pada

media

Nilai daya berkecambah pada media

Pasir 1x pakai

Kertas Pasir 2x

pakai Kertas

Pasir 3x pakai

Kertas

Grobogan 97a 95b 95a 97a 97 a 95 a

Anjasmoro 42a 27b 27a 24a 20 a 19 a

Argomulyo 89a 84a 76a 73a 74 a 72 a Keterangan : Huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda

nyata pada tingkat kepercayaan α 95%

Sementara berdasarkan tabel G5 Milles (1963), nilai daya berkecambah kedua metode pada varietas Grobogan dengan pasir satu kali pakai masih masuk toleransi dimana nilai selisih maksimal kedua metode adalah 4. Kedelai Anjasmoro merupakan kedelai dengan nilai daya berkecambah yang rendah, yaitu dibawah 50%. Pengunaan media pasir untuk pengujian daya berkecambah pada varietas tersebut memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan media kertas CD. Penggunaan ulang pasir untuk media dalam pengujian daya berkecambah pada ketiga varietas tersebut memberikan hasil yang tidak berbeda nyata dengan penggunaan kertas CD (Tabel V.I.4). Keunggulan media pasir dibanding kertas CD pada pengujian daya berkecambah dua varietas tersebut dimana dengan media pasir lebih mudah untuk mengidentifikasi benih abnormal karena tidak ada infeksi sekunder (Gambar V.I.8) terutama pada benih – benih dengan viabilitas yang rendah dimana infeksi sekunder rentan terjadi pada benih sehat

Gambar V.I.8. Benih-benih abnormal pada media pasir

Salah satu yang menjadi kelemahan penggunaan media kertas CD adalah untuk benih – benih yang banyak terinfeksi penyakit (cendawan),

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 10

resiko terjadinya infeksi sekunder pada benih-benih sehat sangat besar. Media ini juga sangat mudah ditembus akar dan robek pada saat dilakukan pengamatan pertama (Gambar V.I.9).

Gambar V.1.9. Penggunaan media kertas CD yang mudah robek

Penggunaan ulang pasir sebagai media uji daya berkecambah terlihat memberikan hasil yang tidak berbeda nyata dengan media kertas CD pada kedelai varietas Grobogan yang memiliki viabilitas di atas 90%, dan menunjukkan hasil yang berbeda nyata pada varietas Anjasmoro serta Argomulyo (Tabel V.I.5).

Tabel V.I.5. Nilai daya berkecambah kedelai varietas Grobogan, Anjasmoro dan Argomulyo pada tiga taraf pemakaian pasir

Media (pakai) Varietas

Grobogan Anjasmoro Argomulyo

Pasir (1x) 97 a 42a 89a Pasir (2x) 95 a 27ab 76b Pasir (3x) 97 a 20b 74b

Keterangan : Huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada tingkat kepercayaan α 95%

Viabilitas awal yang tinggi pada kedelai varietas Grobogan diduga tidak terlalu terpengaruh oleh penggunaan pasir bekas. Hasil yang berbeda nyata pada varietas Anjasmoro dan Argomulyo diduga disebabkan vigor awal benih yang lebih rendah dibandingkan pada varietas Grobogan, sehingga nilai daya perkecambahan yang dihasilkan disebabkan karenan penurunan vigor akibat selang waktu pengujian antara pasir satu kali, dua kali, dan tiga kali pakai. Penggunaan kertas versa pak sebagai media perkecambahan dengan metode TPS memberikan hasil seperti disajikan pada Tabel V.I.6.

Tabel V.I.6. Nilai daya berkecambah benih kedelai dengan media kertas versa pak metode TPS

Media Nilai Daya Berkecambah

TPS 100 Kertas CD 96

Berdasarkan tabel G5 Milles (1963), nilai daya berkecambah metode TPS tidak berbeda dibandingkan metode pasir, dimana hasil keduanya masih dalam batas toleransi maksimum (toleransi maksimun adalah 4). Media kertas CD memberikan hasil nilai daya berkecambah yang sama baik dibandingkan media pasir pada varietas-varietas kedelai dengan nilai daya berkecambah awal yang tinggi. Penggunaan ulang media

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 11

pasir sampai tiga kali pakai masih dapat digunakan untuk pengujian daya berkecambah. Pada kedelai dengan nilai daya berkecambah awal rendah, penurunan nilai daya berkecambah pada media 2 dan 3 kali pakai disebabkan oleh penurunan viabilitas karena deteriorasi akibat adanya selang waktu pengujian. Dari kegiatan pengembangan metode ini diperoleh rekomendasi bahwa media kertas CD dan media pasir sama-sama dapat digunakan untuk pengujian daya berkecambah pada kedelai dengan daya berkecambah tinggi, untuk benih kedelai dengan nilai daya berkecambah rendah, pengujian daya berkecambah dilakukan dengan media pasir. Untuk alasan ekonomis, media pasir dapat digunakan sampai tiga kali pakai dalam pengujian daya berkecambah benih kedelai dengan catatan media diayak ulang dan disterilisasi menggunakan air panas sebelum digunakan.

e. Penentuan Batas Maksimum Nematoda Parasit Aphelenchoides besseyi pada Benih Padi untuk Standar Mutu Kesehatan

Aphelenchoides besseyi adalah nematoda parasit tanaman padi yang bersifat terbawa benih padi. Hasil pengkajian nematoda terbawa benih padi di laboratorium dan lapangan Balai Besar PPMB-TPH tahun 2014, menunjukkan sampel benih padi yang yang mengandung 51-100 spesimen A. besseyi per 400 butir benih, 101-150 spesimen A. besseyi per 400 butir benih dan ≥ 151 spesimen A. besseyi per 400 butir benih dapat mengekspresikan gejala penyakit white tip atau pucuk putih, namun belum diketahui dampaknya terhadap hasil padi. Fukano, 1962; Todd dan Atkins, 1958 dalam Hoshino dan Togashi, 2000 menyatakan tanaman padi yang terinfeksi menyebabkan kekerdilan, daun padi berwarna lebih hijau gelap dan biasanya melintir di tunas/pucuk dan bagian daun terminalnya klorosis. Selain itu panjang malai padi berkurang dan menghasilkan lebih sedikit biji daripada tanaman padi yang tidak terinfeksi. Selain itu biji padi menjadi lebih tipis, persentase biji hampa meningkat dan terdapat bintik hitam pada gabah. Infeksi Aphelenchoides besseyi menyebabkan kehilangan hasil dan kualitas gabah menjadi menurun (Hoshino dan Togashi, 2000). Hasil pengkajian nematoda terbawa benih padi tahun 2015 tentang penentuan batas maksimum nematoda parasit A. besseyi pada benih padi dengan populasi awal A. besseyi 414 spesimen per 400 butir padi untuk mengetahui dampak infeksi A. besseyi terhadap hasil padi belum memberikan dampak terhadap hasil padi, karena hasil padi level 0 (kontrol) tidak berbeda dengan level 7 (100% = infeksi A. besseyi dalam sampel) sehingga pengkajian nematoda terbawa benih padi dan kajian tersebut diulang tahun 2016 dengan populasi awal A. besseyi 692 spesimen per 400 butir padi. Kehilangan hasil akibat infeksi A. besseyi berkisar antara 10% sampai 30% tergantung pada kerentanan varietas tanaman dan kepadatan populasi nematoda. Penelitian dan informasi untuk mengetahui penurunan hasil panen oleh infeksi nematoda tersebut juga terbatas, termasuk korelasi antara jumlah nematoda dalam benih dengan performa tanaman (Giudici, et al., 2003). Fukano, (1962) ; Bridge, et al.,

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 12

(1990) dalam Tenente et al., (2006) melaporkan bahwa 30 nematoda per 100 benih cukup untuk menurunkan hasil tanaman padi, meskipun kehilangan dalam produksi padi berkisar antara 4,7% - 54%, tergantung pada banyak faktor termasuk varietas tanaman. Menurut Giudici et al., (2003), perkiraan kepadatan populasi sekitar 30 nematoda per 100 biji dapat diterima sebagai batas toleransi yang berkolerasi dengan kerugian 5% untuk varietas yang rentan. Tujuan pengkajian ini adalah 1) untuk mengetahui dampak penyakit “white tip” yang disebabkan oleh A. besseyi terhadap hasil gabah padi dan komponennya, dan 2) untuk menentukan jumlah ambang batas A. besseyi pada benih padi. Bahan dan alat yang digunakan adalah sampel padi varietas Pak Tiwi dibagi dalam 5 level populasi awal (infestasi 0; 25%; 50%; 75%; dan 100%) yang dibentuk dari pencampuran benih padi yang disterilkan (diberi perlakuan panas untuk mengeliminasi A. besseyi) dan benih tanpa perlakuan panas dengan komposisi tertentu. Populasi awal A. besseyi setiap level dilakukan uji Daya kecambah untuk mengetahui persentase kejadian penyakit (tanaman yang terinfeksi) berdasarkan jumlah tanaman yang bergejala per total benih yang tumbuh. Selanjutnya untuk mengetahui ada tidaknya penurunan hasil gabah padi, maka tanaman yang bergejala dan tidak bergejala ditumbuhkan dalam boks pertumbuhan berukuran 76 x 176 x 46 x cm hingga panen atau menghasilkan gabah dan hasilnya dibandingkan. Tanaman yang bergejala diperoleh dengan cara menyeleksi kecambah yang menunjukkan gejala infeksi pada ujung daunnya seperti yang terlihat pada Gambar V.I.10. Berikut adalah dokumentasi gambar gejala infeksi pada tanaman padi umur 12-14 hari setelah tanam (hst). Gambar V.I.10. Gejala pucuk putih pada ujung daun tanaman padi

umur 12-14 hst Hasil pengamatan persentase tingkat kejadian penyakit pada tiap level terlihat pada Tabel V.I.7 berikut.

Tabel V.1.7. Persentase Kejadian Penyakit Setiap Level Infeksi

LEVEL PERSENTASE KEJADIAN

PENYAKIT KETERANGAN

(% Daya Kecambah)

0 % 12 % c 87 %

a

25 % 23 % bc

88 % a

50 % 20 % c 88 %

a

75 % 32 % ab

92 % a

100 % 39 % a 90 %

a

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 13

Boks pertumbuhan untuk tanaman bergejala dan tidak bergejala diulang 3 kali atau 3 boks, jumlah tanaman per boks memuat 15 individu tanaman dengan jarak antar tanaman ± 18 cm x 18 cm, sehingga jumlah individu tanaman bergejala dan tidak bergejala adalah 45 individu tanaman, seperti yang terlihat pada Gambar V.I.11. Tanaman dipelihara sampai panen atau menghasilkan bulir padi.

Gambar V.I.11. Uji daya tumbuh tanaman bergejala dan tidak bergejala

Pengamatan terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman di masa vegetatif, gejala penyakit masih terlihat pada ujung daun tanaman padi ke-3 boks tanaman bergejala, sedangkan pada tanaman yang tidak bergejala tidak terlihat. Di masa generatif, pada tanaman bergejala terjadi perubahan bentuk/ malformasi daun bendera, seperti terlihat pada Gambar V.I.12, dan tidak nampak gejala tersebut pada daun bendera tanaman tidak bergejala. Gejala tersebut serupa dengan gejala penyakit white-tip yang digambarkan oleh Tulek dan Cobanoglu, 2012 (Gambar V.I.13). Gejala awal penyakit white-tip paling jelas pada awal pertumbuhan adalah timbulnya klorosis pada ujung atau pucuk daun yang baru muncul dari pelepah daun. Pucuk-pucuk tersebut kemudian kering dan menggulung, sedang bagian daun yang lain tampak normal (Luc, et al, 1995).

Gambar V.I.13. Gejala white tip pada batang utama dan daun bendera (Tulek and Cobanoglu, 2012)

Tidak

bergejala

Bergeja

la

Gambar V.I.12. Gejala Pada Tanaman Bergejala

a 1-3. Fese Vegetatif b 1-2. Fase generatif

a 1 a 2

a 3

b 1 b 2

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 14

Hasil perhitungan terhadap berat biji per tanaman pada tanaman bergejala dan tidak bergejala tertera pada Tabel V.I.8 di bawah ini.

Tabel V.I.8. Rata-rata berat biji tanaman bergejala dan tidak bergejala

Berat biji per tanaman

Tanaman bergejala Tanaman tidak bergejala

22.113 16.32 17.74 35.59 26.76 21.03

Rata-rata = 18.70 19 gram a Rata-rata = 27.79 28 gram b

Hasil pengkajian nematoda terbawa benih padi di laboratorium dan lapangan Balai Besar PPMB-TPH tahun 2016 diperoleh hasil bahwa populasi awal A. besseyi yang terbawa benih padi 692 spesimen per 400 butir benih atau 173 spesimen per 100 butir benih dapat menurunkan hasil padi varietas Pak Tiwi sebesar 32.14% dengan asumsi tanaman terindikasi gejala “white tip” 100%. Jumlah populasi awal A. besseyi 692 spesimen per 400 butir benih atau 173 spesimen per 100 butir benih merupakan batas ambang maksimal pada varietas Pak Tiwi. Berdasarkan hasil kegiatan pengembangan metode ini diperoleh rekomendasi bahwa jumlah populasi awal A. besseyi 692 spesimen per 400 butir benih atau 173 spesimen per 100 butir benih merupakan batas ambang maksimal pada varietas Pak Tiwi. Pengujian lebih lanjut dilakukan terhadap beberapa varietas padi lainnya yang banyak ditanam petani pada skala mikroplot di lapangan.

f. Verifikasi Pengujian Nematoda Aphelenchoides besseyi Terbawa

Benih Padi

Pengujian nematoda Aphelenchoides besseyi terbawa benih padi telah tercantum dalam ISTA Rules (Chapter 7 Nomor 025) sebagai metoda resmi ISTA, validitas uji nematoda tidak perlu diragukan lagi, tetapi verifikasi pelaksanaan pengujian oleh suatu laboratorium perlu dilaksanakan untuk menentukan kemampuan laboratorium tersebut dalam melaksanakan pengujian. Tujuan dari pengembangan metode ini adalah memantau kemampuan analis Balai Besar PPMB-TPH dalam melaksanakan pengujian nematoda terbawa benih padi, serta memverifikasi tingkat reprodusibilitas uji nematoda terbawa benih padi di beberapa laboratorium nematoda di Indonesia. Kegiatan pengembangan metode ini dilakukan pada Januari s.d Desember 2016 di laboratorium Balai Besar PPMB-TPH dan laboratorium peserta verifikasi. Kegiatan pengembangan metode ini terdiri dari beberapa tahap yaitu : 1) Pengadaan sarana pengujian (disiapkan masing-masing satu paket

sarana pengujian nematoda terbawa benih untuk setiap lab peserta. Tiap paket sarana pengujian berisi alat pancing nematoda, saringan, beaker glass 100 ml, cawan petri/sirakus, objek dan cover glass).

2) Pemilihan laboratorium peserta (Laboratorium yang dipilih merupakan laboratorium yang memiliki personel dan fasilitas pengujian yang memadai berdasarkan surat konfirmasi kesediaan sebagai peserta kegiatan verifikasi). Peserta verifikasi adalah laboratorium nematoda dari Institut Pertanian Bogor, Balai Besar Uji

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 15

Standar Karantina Pertanian, BPSBTPH Jawa Barat, BPSB Provinsi Jawa Tengah, BPSB TPH Kalimantan Selatan, UPTD BPSB TPH Sulawesi Selatan, BPSBTPH Provinsi Nusa Tenggara Barat, UPTD BPSBTPH Provinsi Lampung, UPT PSB Provinsi Nusa Tenggara Timur dan produsen swasta (PT. Agri Makmur Pertiwi).

3) Penyiapan contoh benih uji (disiapkan 6 contoh benih padi yang terdiri dari 3 contoh benih positif nematoda dan 3 contoh benih negatif nematoda). Kemudian dilakukan uji homogenitas dan stabilitas.

4) Uji banding antar analis di Balai Besar PPMB-TPH 5) Pelaksanaan verifikasi pengujian oleh laboratorium peserta verifikasi

(setiap laboratorium menerima satu paket yang berisi contoh benih, sarana pengujian dan petunjuk pelaksanaan pengujian). Selain itu juga dilakukan pendampingan pengujian oleh analis Balai Besar PPMB-TPH ke laboratorium peserta verifikasi ini.

Data uji banding dan verifikasi diolah secara kualitatif karena kriteria penentuan hasil uji adalah positif dan negatif (ISTA, 2013).

Tabel V.I.9. Pengolahan statistik secara kualitatif

Nilai benar Positif Negatif

Hasil yang didapat Positif PA PD Hasil yang didapat Negatif ND NA

Ket : PA = positive agreement ND = negative deviation NA = negative agreement PD = positive deviation

Kemudian dihitung :

Sensitivity = ΣPA ΣPA+ΣND

Specificity = ΣNA ΣNA+ΣPD

Accuracy = ΣNA+ΣPA

ΣPA+ΣNA+ΣPD+ΣND

Sensitivity 100% menunjukkan bahwa laboratorium atau analis selalu dapat mendeteksi nematoda target. Specivity 100% menunjukkan bahwa laboratorium atau analis tidak memberikan hasil positif pada contoh benih yang tidak terinfeksi nematoda (tidak ada false positif). Accuracy 100% menunjukkan bahwa pathogen target selalu terdeteksi. Untuk semua kasus, nilainya harus lebih dari 80%. Contoh benih yang digunakan untuk kegiatan ini adalah sebanyak 6 lot dengan kode huruf A s.d F, yang terdiri dari 3 contoh benih positif nematode (kode A, B, E) dan 3 contoh benih negatif nematode (C, D, F). Kemudian dilakukan uji homogenitas dan uji stabilitas. Dari hasil uji homogenitas (Tabel V.I.10) dan stabilitas di peroleh data bahwa sampel yang digunakan sudah homogen dan stabil.

x 100

x 100

x 100

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 16

Tabel V.I.10. Data pengujian nematoda 6 lot benih padi pada uji homogenitas

Ulangan Jumlah nematode Aphelenchoides besseyi

Contoh uji positif Contoh uji negatif

A B E C D F

1 + + + - - - 2 + + + - - - 3 + + + - - - 4 + + + - - - 5 + + + - - - 6 + + + - - - 7 + + + - - - 8 + + + - - - 9 + + + - - - 10 + + + - - -

Kemudian dilakukan uji banding antar analis di Balai Besar PPMB-TPH (Tabel V.I.11). Dari hasil uji banding antar analis diperoleh kesimpulan bahwa seluruh analis Balai Besar PPMB-TPH (PBT ahli) yang mengikuti kegiatan pengembangan metode ini dapat melakukan pengujian nematoda terbawa benih dengan nilai sensitivity, specivicity dan accuracy 100%.

Tabel V.I.11. Data hasil uji banding antar analis Balai Besar PPMB-TPH

No Analis

Jumlah nematode Aphelenchoides besseyi (Ekor)

Sensitivity (%)

Specificity (%)

Accuracy (%)

Contoh uji positif

Contoh uji negatif

A B E C D F 1 NM + + + - - - 100 100 100

2 SN + + + - - - 100 100 100

3 SRPL + + + - - - 100 100 100

4 VES + + + - - - 100 100 100

5 NPI + + + - - - 100 100 100

6 MKD + + + - - - 100 100 100

7 SA + + + - - - 100 100 100

8 NFW + + + - - - 100 100 100

9 TW + + + - - - 100 100 100

10 N + + + - - - 100 100 100

11 M + + + - - - 100 100 100

12 SF + + + - - - 100 100 100

Tahap selanjutnya adalah pelaksanaan verifikasi pengujian oleh laboratorium peserta verifikasi. Adapun hasil verifikasi pengujian nematoda terbawa benih padi dari laboratorium peserta dapat dilihat pada Tabel V.I.12.

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 17

Tabel V.I.12. Data verifikasi pengujian nematoda terbawa benih padi dari laboratorium peserta

No Lab peserta

Jumlah nematoda Aphelenchoides besseyi (Ekor)

Sensitivity (%)

Specificity (%)

Accuracy (%)

Contoh uji positif

Contoh uji negatif

A B E C D F

1 BBUSKP + + + - - - 100 100 100 2 IPB + + + - - - 100 100 100 3 BPSBTPH

Jawa Barat + + + - - - 100 100 100

4 BPSB Prov. Jawa Tengah

+ - + - - - 66,67 100 83,33

5 UPTD BPSBTPH Lampung

+ + + - - - 100 100 100

6 BPSB TPH Kalimantan Selatan

+ + - - - - 66,67 100 83,33

7 PTD BPSB TPH Sulawesi Selatan

+ + + - - - 100 100 100

8 BPSBTPH Prov. NTB

+ + + - - - 100 100 100

9 UPT PSB Prov. NTT

+ + - - - - 66,67 100 83,33

10 PT AMP + + + - - - 100 100 100

Dari 10 laboratorium peserta kegiatan verifikasi, terdapat 7 laboratorium yang dapat melakukan pengujian nematode terbawa benih dengan nilai sensitivity, specivicity dan accuracy lebih dari 80 %, Sedangkan 3 laboratorium lainnya dapat melakukan pengujian nematoda terbawa benih tetapi nilai sensitivitynya kurang dari 80%. Dari kegiatan pengembangan metode ini diperoleh rekomendasi bahwa sampai tahun 2016, dari 32 BPSB di Indonesia, telah ada 9 BPSB (BPSBTPH Jawa Barat, BPSB Provinsi Jawa Tengah, BPSB TPH Kalimantan Selatan, UPTD BPSB TPH Sulawesi Selatan, BPSBTPH Provinsi Nusa Tenggara Barat, UPTD BPSBTPH Provinsi Lampung, UPT PSB Provinsi Nusa Tenggara Timur, UPT PSBTPH Provinsi Jawa Timur dan UPSBTPH Provinsi Kalimantan Barat) yang mampu melakukan pengujian nematoda terbawa benih padi. Kegiatan verifikasi ini akan dilanjutkan dengan melibatkan 23 BPSB di tahun 2017 dan 2018.

g. Verifikasi Metode ISTA No 011 Deteksi Pyricularia oryzae pada Benih Padi

Organisme pengganggu tanaman dapat menurunkan kualitas benih melalui infeksi pada jaringan benih atau kontaminasi pada permukaan benih. Organisme pengganggu tanaman, seperti patogen, dapat berupa bakteri, cendawan maupun virus dan nematoda. Untuk mendeteksi

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 18

keberadaan patogen atau status kesehatan benih diperlukan pengujian kesehatan benih. Sebagai acuan dalam pengujian mutu benih, ISTA juga telah mengeluarkan beberapa metode standar untuk pengujian kesehatan benih yang diterbitkan dalam Annexe Chapter 7: Seed Health Testing. Metode ISTA No. 7-011 merupakan metode untuk deteksi Pyricularia oryzae pada benih padi. Prinsip metode ISTA No. 7-011 adalah menggunakan metode Blotter Test dengan perlakuan suhu inkubasi 22 ± 2ºC dibawah penyinaran lampu NUV dengan 12 jam terang dan 12 jam gelap secara bergantian. Laboratorium Balai Besar PPMB-TPH merupakan Laboratorium terakreditasi ISTA untuk pengujian kesehatan beberapa cendawan terbawa benih padi, salah satu diantaranya adalah cendawan target Pyricularia oryzae. Sebagai laboratorium yang telah terakreditasi, maka diperlukan pemantauan kinerja untuk ruang lingkup tersebut. Dalam pengujian rutin di Laboratorium Mikrobiologi Cendawan terdapat permasalahan dimana analis sulit mendeteksi cendawan P. oryzae, meskipun pengujian telah dilakukan pada banyak varietas benih padi. Penyebab kesulitan dalam deteksi cendawan P. oryzae diduga karena metode yang digunakan di laboratorium belum sepenuhnya memenuhi persyaratan ISTA Rules 7-011. Perbedaan tersebut adalah adanya prosedur perlakuan inkubasi dengan suhu dingin -20°C (freezing) pada hari ke-2 selama masa inkubasi, sedangkan pada metode ISTA Rules 7-011 tidak terdapat perlakuan freezing. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, salah satu cara yang ditempuh adalah dengan melakukan kegiatan Verifikasi Metode ISTA No. 7-011. Kegiatan verifikasi bertujuan untuk mengetahui efektifitas penggunaan metode tersebut dalam deteksi cendawan P. oryzae. Percobaan verifikasi dilakukan dengan 1 faktor yaitu perlakuan metode uji dengan 16 perlakuan. Pada percobaan ini setiap perlakuan diulang 4 kali sehingga secara keseluruhan terdapat 64 satuan percobaan. Variabel yang diamati yaitu persentase infeksi cendawan P.oryzae. Data hasil deteksi cendawan P. oryzae yang diperoleh dari hasil pengujian menggunakan 16 perlakuan metode, diolah dengan analisis ragam. Apabila terdapat pengaruh yang berbeda nyata maka dilakukan uji lanjut dengan Duncan Multiple Rate Test (DMRT) pada taraf kesalahan 5%. Hasil pelaksanaan kegiatan verifikasi metode yang dilakukan dengan beberapa tahapan adalah sebagai berikut : 1) Pemeriksaan dan pengambilan tanaman bergejala di lapang

Sumber inokulum yang digunakan adalah tanaman padi sawah varietas Ciherang yang mempunyai gejala serangan penyakit blast dari lahan pertanaman yang berada dibawah pengawasan Laboratorium Pengamatan dan Peramalan Hama dan Penyakit Tanaman Pangan Cianjur. Inokulum diambil pada tanggal 10 Maret 2016 dengan umur kurang lebih 90 hari (10 hari sebelum masa panen).

2) Hasil uji pendahuluan Pengujian dilakukan di laboratorium dengan menggunakan metode blotter test untuk deteksi ada tidaknya cendawan target P. oryzae pada jaringan tanaman (batang, daun dan benih) yang diambil dari

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 19

lapang sebagai sumber inokulum. Pengujian ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa benih yang digunakan untuk verifikasi metode adalah benih yang positif terinfeksi cendawan target. Hasil pengujian melalui pengamatan cendawan secara mikroskopik ditemukan cendawan target pada jaringan tanaman yaitu pada bagian batang dan benih. Pada jaringan daun tidak ditemukan cendawan target namun terdeteksi adanya pertumbuhan cendawan lain seperti: Nigrospora oryzae dan Tilletia barclayana yang menutupi hampir seluruh bagian permukaan daun sehingga diduga dapat menghambat pertumbuhan P. oryzae. Dari hasil uji pendahuluan diketahui bahwa benih padi yang diambil dari lapang positif terserang penyakit blast / terinfeksi cendawan P. oryzae dan dapat digunakan untuk kegiatan verifikasi lebih lanjut. Hasil identifikasi cendawan dilaporkan persentase infeksi P. oryzae dan juga beberapa cendawan lain yang ditemukan pada jaringan batang, daun dan benih. Cendawan P. oryzae mempunyai ciri-ciri morfologi yaitu koloni yang berukuran kecil, tidak mencolok, berwarna abu-abu hingga kehijauan. Konidia berbentuk bulat, lonjong, tembus cahaya, dan bersekat dua atau 3 ruangan (Ou, 1985 dalam Azis, 2013). Gambar koloni cendawan P. oryzae dan struktur konidia yang terdeteksi pada benih dapat dilihat pada Gambar V.I.14.

Gambar V.I.14. Cendawan P. oryzae diamati di bawah mikroskop stereo (a), konidia dan konidiophor diamati di bawah mikroskop compound (b), (c) dan (d)

3) Hasil verifikasi metode uji

Verifikasi metode dilakukan dengan membandingkan hasil uji cendawan berdasarkan metode ISTA dengan beberapa metode blotter test lain atau metode ISTA yang dimodifikasi. Tujuannya adalah untuk mengetahui metode uji yang paling efektif dalam deteksi cendawan P. oryzae. Secara keseluruhan terdapat 16 perlakuan metode yang digunakan untuk pengujian. Setiap 1 perlakuan metode uji terdiri dari kombinasi perlakuan yang meliputi jarak penyinaran lampu NUV, waktu penyinaran dengan lampu NUV,

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 20

penggunaan 2 jenis cawan petri, dan penggunaan suhu inkubasi dengan/tanpa perlakuan suhu dingin -20°C). Hasil verifikasi dengan beberapa perlakuan metode inkubasi, diperoleh hasil pengujian deteksi cendawan P. oryzae yang dilakukan oleh 4 orang analis (4 ulangan) adalah seperti yang tersaji pada Tabel V.I.13. Sesuai dengan Tabel V.I.11 di atas, setiap 1 perlakuan metode uji terdiri dari kombinasi perlakuan yang meliputi jarak penyinaran lampu NUV (25 cm/40 cm), waktu penyinaran dengan lampu NUV (dimulai hari ke-1 / ke-2 / ke-3 hingga hari ke-7), penggunaan 2 jenis cawan petri (kaca / plastik), dan penggunaan suhu inkubasi (suhu ruang 28-30°C / suhu terkendali 20±2°C, dengan/tanpa perlakuan suhu dingin -20°C). Metode sesuai nomor 1-4 merupakan metode sesuai persyaratan ISTA, metode nomor 5–8 merupakan metode ISTA yang dimodifikasi dengan perlakuan suhu dingin -20°C (freezing) dan biasa dilakukan dalam pengujian sehari-hari di Laboratorium Balai Besar PPMB-TPH, metode nomor 9–12 merupakan metode baru, dan metode nomor 13–16 adalah metode yang diadopsi dari IPB.

Tabel V.I.13. Hasil identifikasi cendawan P. oryzae dengan berbagai perlakuan metode inkubasi

No Jenis

Bahan Petridish

Jarak Penyinaran NUV (Cm)

Penyinaran NUV

(Hari ke-) Perlakuan Suhu (Hari ke-)

% Infeksi Cendawan (Ulangan)

Rerata

1 2 3 4

1 Plastik 25 1 s.d 7 1 s.d 7 (20±2°C) 7 11 12 13 10.75 2 Plastik 40 1 s.d 7 1 s.d 7 (20±2°C) 12 17 25 21 18.75 3 Kaca 25 1 s.d 7 1 s.d 7 (20±2°C) 6 5 15 9 8.75 4 Kaca 40 1 s.d 7 1 s.d 7 (20±2°C) 14 11 21 13 14.75 5 Plastik 25 1, 3 s.d 7 1 (20±2°C), 2 (-20°C), 3 s.d 7 (20±2°C) 13 9 8 10 10.00 6 Plastik 40 1, 3 s.d 7 1 (20±2°C), 2 (-20°C), 3 s.d 7 (20±2°C) 11 6 5 19 10.25 7 Kaca 25 1, 3 s.d 7 1 (20±2°C), 2 (-20°C), 3 s.d 7 (20±2°C) 11 9 14 14 12.00 8 Kaca 40 1, 3 s.d 7 1 (20±2°C), 2 (-20°C), 3 s.d 7 (20±2°C) 13 15 7 16 12.75 9 Plastik 25 2 s.d 7 1 (28-30°C), 2 s.d 7 (20±2°C) 14 10 4 11 9.75 10 Plastik 40 2 s.d 7 1 (28-30°C), 2 s.d 7 (20±2°C) 9 12 17 5 10.75 11 Kaca 25 2 s.d 7 1 (28-30°C), 2 s.d 7 (20±2°C) 6 9 5 16 9.00 12 Kaca 40 2 s.d 7 1 (28-30°C), 2 s.d 7 (20±2°C) 10 6 7 7 7.50 13 Plastik 25 3 s.d 7 1 s.d 7 (28-30°C) 7 7 10 9 8.25 14 Plastik 40 3 s.d 7 1 s.d 7 (28-30°C) 11 3 10 18 10.50 15 Kaca 25 3 s.d 7 1 s.d 7 (28-30°C) 10 1 6 16 8.25 16 Kaca 40 3 s.d 7 1 s.d 7 (28-30°C) 10 1 5 15 7.75

Berdasarkan hasil deteksi cendawan P. oryzae pada Tabel V.I.13, seluruh perlakuan metode dapat digunakan untuk mendeteksi cendawan P. oryzae. Namun, terlihat perbedaan tingkat infeksi pada masing-masing metode. Persentase infeksi cendawan yang paling tinggi berturut-turut adalah pada perlakuan metode 2 (metode ISTA menggunakan petridish bahan plastik, jarak NUV 40 cm) tingkat infeksi 18,75%, metode 4 (metode ISTA menggunakan petridish bahan kaca, jarak NUV 40 cm) tingkat infeksi 14,75% dan metode 8 (metode ISTA menggunakan petridish bahan kaca, jarak NUV 40 cm dan disisipkan perlakuan freezing pada hari ke-2 tingkat infeksi 12,75%. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan metode terhadap hasil uji berbeda nyata atau tidak maka dilakukan pengolahan data secara statistik menggunakan analisis ragam.

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 21

Dari hasil analisis ragam yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa 16 perlakuan metode pengujian yang digunakan tidak berpengaruh nyata terhadap hasil uji pada α 9,99%. Hal ini berarti bahwa seluruh perlakuan metode dapat digunakan untuk deteksi cendawan target. Namun dengan alasan pertimbangan ekonomis, perlakuan menggunakan petridish dari bahan plastik tidak direkomendasikan untuk menjadi metode alternatif karena petridish hanya dapat digunakan sekali pakai. Berdasarkan pengalaman analis pada saat proses pengamatan menggunakan mikroskop, terdapat 2 metode yang dianggap paling mudah dan efektif yaitu perlakuan metode inkubasi suhu 22 ± 2°C selama 7 hari (metode ISTA) dan perlakuan metode inkubasi suhu 22 ± 2°C dengan perlakuan suhu dingin -20°C (freezing) selama 24 jam pada hari ke-2. Hal ini relevan dengan hasil identifikasi cendawan P. oryzae pada Tabel 11 bahwa tingkat infeksi yang tinggi dapat dideteksi dengan kedua metode tersebut. Dua metode tersebut dipilih karena beberapa alasan subyektif, dimana terdapat metode lain yang kurang aplikatif digunakan yaitu perlakuan metode inkubasi pada suhu ruang 28 - 30°C. Pada perlakuan metode ini, hasil pengamatan menggunakan mikroskop stereo yang dilakukan pada hari ke-8 setelah masa inkubasi, terlihat spora yang tumbuh pada benih masih sedikit dan sangat diperlukan kehati-hatian analis untuk dapat mengambil spora dan membuat preparat. Selain itu, analis mengalami kesulitan pada saat proses mengidentifikasi struktur konidia P. oryzae menggunakan mikroskop compound karena bentuk konidia yang diamati belum terlalu jelas / belum sempurna dan dapat menimbulkan keraguan sehingga menyebabkan proses identifikasi menjadi lebih lama. Diduga pada kondisi suhu tersebut waktu inkubasi selama 7 hari belum mencukupi untuk terjadinya sporulasi cendawan P. oryzae secara optimal. Dengan mempertimbangkan tingkat kemudahan bagi analis dalam teknik pengamatan secara mikroskopik menggunakan kedua metode tersebut, maka 2 metode tersebut selanjutnya dipilih dan diaplikasikan untuk pengawasan mutu benih yang beredar hasil uji petik, khususnya pada pengujian cendawan terbawa benih padi. Hasil pengujian terhadap 20 contoh benih hasil uji petik tidak ada satupun varietas benih yang terdeteksi cendawan P. oryzae. Adanya permasalahan bahwa selama ini analis kesulitan mendeteksi cendawan P. oryzae diduga disebabkan karena benih yang diuji adalah benih-benih yang telah bersertifikat, dimana benih-benih tersebut telah mengalami proses pengolahan pasca panen seperti penampian/pemilahan, pengeringan, pembersihan dan perlakuan lainnya. Hasil observasi terhadap benih yang diambil dari lapang dengan tingkat kadar air awal 16% yang dinyatakan positif terinfeksi cendawan P. oryzae melalui uji pendahuluan maupun pengujian verifikasi metode, setelah dilakukan pengeringan di bawah sinar matahari hingga kadar airnya mencapai 9%, ternyata setelah diuji kembali sudah tidak terdeteksi cendawan P. oryzae. Hal ini

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 22

menunjukkan bahwa perlakuan pengeringan dengan sinar matahari dapat mengurangi secara signifikan bahkan menghilangkan infeksi benih oleh P. oryzae. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Manandhar et al. (1998) menyebutkan bahwa infeksi P. oryzae yang rendah ditemukan pada sampel yang menggunakan perlakuan penampian pada proses pengolahan pasca panen, karena benih yang terinfeksi menjadi hampa sehingga mudah terbuang dalam proses penampian/pemilahan. Demikian pula infeksi lebih rendah terdapat pada sampel yang dikeringkan di bawah sinar matahari. Pengeringan di bawah sinar matahari dapat mengurangi keberadaan inokulum pada permukaan benih atau bahkan mengurangi infeksi pada tingkat awal. Oleh karena itu contoh kirim benih padi untuk pengujian kesehatan benih biasanya memiliki infeksi yang rendah, karena telah melalui proses pasca panen seperti pemilahan dan pengeringan di bawah sinar matahari. Dengan membandingkan penggunaan kedua metode tersebut secara visual, terlihat ada pengaruh yang berbeda pada kondisi benih yang ditabur pada cawan petri. Perbedaan tersebut adalah benih yang diinkubasi tanpa perlakuan freezing tampak mengalami perkecambahan, sedangkan benih yang ditabur dengan perlakuan freezing pada hari ke-2 masa inkubasi tidak mengalami perkecambahan. Terjadinya perkecambahan pada benih tentunya dapat mengganggu proses identifikasi cendawan dengan menggunakan mikroskop stereo karena sebagian besar benih yang ditabur tumbuh akar dan tunas, sehingga posisi benih terangkat dari permukaan media, menjadi tidak teratur dan sulit diamati. Adanya pertumbuhan benih tersebut juga memungkinkan terjadinya kontaminasi silang antar individu benih yang terinfeksi cendawan. Kesimpulan hasil verifikasi adalah bahwa metode blotter test pada suhu inkubasi 20±2°C dengan perlakuan freezing yang biasa dilakukan dalam pengujian sehari-hari di laboratorium cendawan merupakan metode yang dianggap paling efektif untuk deteksi P. oryzae.

Dari kegiatan pengembangan metode ini diperoleh rekomendasi bahwa metode deteksi cendawan P. oryzae yang aplikatif dan efektif adalah metode blotter test dengan menggunakan : 1) Cawan petri dari bahan kaca; 2) Suhu inkubasi 22±2°C dengan penyinaran lampu NUV 12 jam terang

dan 12 jam gelap secara bergantian selama 7 hari; 3) Perlakuan suhu dingin -20°C (freezing) selama 24 jam pada hari ke-

2 dalam masa inkubasi 7 hari.

h. Verifikasi Optimasi Penanda Simple Sequence Repeat (SSR) Dalam Kemurnian Genetik Secara Molekuler (DNA) Padi Hibrida

Upaya pemerintah dalam mewujudkan swasembada pangan melalui peningkatan produktivitas padi diantaranya adalah penggunaan benih padi hibrida yang memiliki keunggulan produksi tinggi. Benih hibrida merupakan keturunan pertama (F1) yang dihasilkan dari persilangan antara dua atau lebih tetua pembentuknya (galur induk/ inbrida

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 23

homozigot). Sebanyak 98 varietas padi hibrida telah dilepas di Indonesia antara lain adalah HIPA Jatim 1, HIPA Jatim 2, HIPA 3, HIPA 5 ceva, HIPA 7, HIPA 8, HIPA 9, dan HIPA 6 Jete. Beberapa varietas tersebut berasal dari tetua Galur Mandul Jantan (CMS) A1 kecuali HIPA 6 Jete yang berasal dari A2 dengan tetua Pemulih Kesuburan (Restorer) yang beragam seperti R2, R5, R14, PK 12, PK 17, PK 21, PK 88. Pada kegiatan sertifikasi benih, pemeriksaan kemurnian benih di lapang menjadi salah satu prosedur penting guna menghasilkan benih bermutu. Uji kemurnian genetik sangat penting dalam penentuan kebenaran varietas benih yang sesuai dengan persyaratan dari varietas tersebut secara kualitas, atau tidak terdapat campuran varietas lain. Kemurnian genetik benih hibrida dapat dilakukan di laboratorium secara molekuler seperti penggunaan penanda Simple Sequence Repeat (SSR). Waktu yang dibutuhkan dalam pengujan kemurnian benih padi hibrida relatif singkat (5 hari) dan lebih akurat dibandingkan pemeriksaan kemurnian di lapang yang memerlukan waktu sesuai umur tanaman dan dilaksanakan oleh Pengawas Benih Tanaman (PBT) yang berkompeten terhadap morfologi varietas tanaman. Diharapkan metode uji kemurnian genetik secara molekuler di laboratorium dapat memberikan alternatif pelayanan yang memuaskan kepada pelanggan. Berdasarkan hasil verifikasi metode pengujian kemurnian genetik secara molekuler (DNA), diketahui bahwa tiga penanda SSR yaitu RM 164, RM 263,dan RM 276 merupakan penanda SSR yang dapat digunakan dalam mendeteksi kemurnian benih hibrida. Kegiatan verifikasi metode ini memberikan hasil bahwa 1) Program penggandaan PCR yang optimal untuk penempelan primer (annealing) baik suhu dan waktu adalah 53°C selama 30 detik dengan komposisi reagen untuk DNA cetakan (contoh kerja) 3 ul dengan konsentrasi 50x. 2) Penanda SSR yang dapat menginterpretasikan adanya perbedaan (campuran varietas lain) adalah RM 164, RM 263, dan RM 276 dengan visualisasi fragmen DNA dari dokumentasi lebih dari satu alel.

Gambar V.I.15. Morfologi contoh tanaman padi hibrida HIPA 6 Jete dengan campuran varietas lain yang diamati

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 24

Gambar V.I.16. Tahap persiapan bahan uji dan salah satu langkah

kerja uji kemurnian genetik (DNA) di laboratorium

Gambar V.I.17. Visualisasi hasil amplifikasi PCR dengan penanda RM

164 dan RM 263 pada HIPA Jatim 1 di laboratorium

Dari kegiatan pengembangan metode ini diperoleh rekomendasi bahwa : 1) Metode pengujian Simple Sequence Repeat (SSR) dengan

penanda RM 164, RM 263 dan RM 276, dapat digunakan sebagai metode pengujian kemurnian genetik (DNA) varietas padi hibrida di laboratorium;

2) Pengujian kemurnian genetik metode SSR pada varietas benih padi hibrida di laboratorium menggunakan contoh pembanding berupa tetua jantan dan tetua betina dari varietas yang diuji.

i. Verifikasi Kapasitas Desikator dan Optimalisasi Jumlah Cawan

dalam Penetapan Kadar Air (KA) Benih Padi

Tingkat keakuratan/kebenaran hasil pengujian berdasarkan SNI ISO/IEC 17025:2008 sangat ditentukan oleh faktor manusia, kondisi akomodasi dan lingkungan, metode pengujian dan validasi, peralatan, ketertelusuran pengukuran, pengambilan contoh dan penanganan barang yang diuji. Tingkat keakuratan hasil pengujian kadar air (KA) dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya analis yang kurang begitu diperhatikan, seperti: menimbang wadah KA dalam jumlah banyak sekaligus, masih menggunakan desikan yang tidak efektif, teknik memindahkan wadah KA ke dalam dan keluar oven dll. Berdasarkan hal tersebut maka, dilakukan verifikasi untuk dapat menetapkan jumlah wadah KA optimal yang dapat ditimbang sekaligus tanpa mempengaruhi hasil KA serta mengetahui efektivitas desikan silica gel terhadap hasil KA dengan menggunakan maksimal jumlah wadah KA (cawan

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 25

porselen/alumunium) dalam desikator berukuran standar (diameter 29,5 cm dan tinggi 28 cm). Alat dan bahan yang diperlukan meliputi: cawan porselen dan alumunium, neraca, desikator, oven, grinding mill, saringan, serta bahan uji berupa benih padi varietas Ciherang dan mentimun varietas Yupiter, seperti pada Gambar V.I.18.

Gambar V.I.18. Bahan uji benih padi varietas Ciherang (a) dan mentimun varietas Yupiter (b)

Dalam prosedur pelaksanaan verifikasi beberapa hal yang perlu diperhatikan : 1) Verifikasi kapasitas desikator

a) Desikator yang digunakan adalah berukuran standar yang biasa digunakan oleh laboratorium penguji mutu benih (BPSB) yaitu berdiameter 29,5 cm dan tinggi 28 cm, seperti yang terlihat pada Gambar V.I.19.

Gambar V.I.19. a) Ukuran desikator yang digunakan diameter 29,5 cm; tinggi 28 cm; b) Desikator dengan silica gel

b) Desikan yang digunakan adalah silica gel (Gambar 20) dengan volume 1kg/desikator

c) Waktu yang diperlukan untuk mendinginkan wadah KA dalam desikator 30-40 menit (harus dicatat waktu yang dibutuhkan sesuai dengan bahan wadah KA, jumlah dan kondisi desikan).

d) Tingkat kelembabanataurH desikator perlu juga dicatat. e) Terdapat desikator kontrol (desikator yang hanya berisi 2 wadah

KA) dan desikator perlakuan yang berisi penuh wadah (cawan porselen : 20 wadah; untuk alumunium 40 wadah), yang dapat dilihat pada Gambar V.I.20.

a b

a b

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 26

Gambar V.1.20. a) Desikator kontrol (2 cawan) dan perlakuan (20

cawan); b) Desikator kontrol (2 wadah alumunium) dan perlakuan (40 wadah alumunium)

f) Kondisi desikan yang digunakan: baru, 1 sampai dengan 10 bulan pakai atau lebih (desikan yang digunakan untuk verifikasi tidak diganti sampai jangka waktu yang ditentukan). Sehingga diperlukan rekaman penggunaan desikator seperti: jumlah wadah KA; setiap hari dan setiap pengujian untuk desikator kontrol maupun yang perlakuan.

2) Verifikasi optimalisasi wadah KA saat penimbangan, yang perlu diperhatikan : a) Waktu yang diperlukan setiap kali penimbangan (berhubungan

dengan kecepatan penimbangan). b) Jarak antara desikator dengan neracaatau waktu yang

diperlukan untuk memindahkan wadah KA dari desikator ke neraca.

c) Antrian jumlah wadah yang dicoba: 4 , 6, 8, 10 wadah KA dan seterusnya sekaligus secara berurutan dibandingkan dengan kontrol (penimbangan hanya terdiri dari 2 wadah/ 2 ulangan). Penimbangan dihentikan bila telah mendapatkan hasil KA diluar toleransi.

Adapun analisa data untuk verifikasi kapasitas desikator dilakukan dengan membandingkan hasil penetapan KA menggunakan desikator A (sebagai kontrol) dengan rata-rata hasil KA desikator B, (toleransi yang digunakan adalah 0,2 sesuai ISTA Rules 2015, Chapter 9), sedang verifikasi optimalisasi wadah KA saat penimbangan, toleransi antar ulangan pada pengujian KA sebesar 0,2%, digunakan untuk menetapkan perbedaan selisih antara % KA kontrol dengan perlakuan. Berdasarkan analisa data tersebut diperoleh hasil bahwa dalam penetapan KA benih padi dan mentimun dengan menggunakan cawan porselen (20 cawan pada desikator B), ternyata seluruh cawan yang digunakan dapat ditimbang langsung secara berurutan tanpa disimpan dulu dalam desikator untuk menunggu waktu penimbangan, karena selisih rata-rata persentase KA antara kontrol (2 cawan yang ditempatkan di desikator A) dengan perlakuan (20 cawan yang ditempatkan di desikator B) masih memenuhi batas toleransi. Begitu pula halnya pada penetapan KA benih mentimun yang menggunakan wadah alumunium (40 wadah pada desikator B). Sedangkan untuk penetapan KA benih padi yang menggunakan wadah alumunium, jumlah

a b

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 27

maksimal wadah yang dapat ditimbang langsung secara berurutan adalah hanya sampai dengan wadah ke-36, dan sisanya menghasilkan persentase KA yang melebihi batas toleransi bila dibandingkan dengan kontrol. Hal ini dikarenakan rata-rata waktu tiap ulangan yang diperlukan pada setiap tahapan penetapan KA dari mulai penghancuran (untuk benih padi) sampai dengan penimbangan untuk memperoleh M3 memerlukan waktu lebih lama yaitu ± 213 detik dibandingkan dengan

perlakuan lainnya (lihat Tabel V.I.14). Lebih lamanya waktu yang diperlukan pada tahapan penetapan KA dengan menggunakan wadah alumunium (diluar waktu pengeringan oven) disebabkan tidak mudahnya analis dalam membuka dan menutup wadah bahan alumunium sehingga diperlukan tambahan waktu. Selain itu pada penetapan KA benih padi seperti yang disajikan pada Tabel V.I.14, baik yang menggunakan cawan porselen atau alumunium rata-rata memerlukan waktu tiap ulangan lebih lama daripada mentimun dikarenakan adanya tahapan penghancuran (grinding).

Tabel V.1.14. Hasil verifikasi optimalisasi wadah KA saat penimbangan Bahan uji Jenis

wadah KA

Ʃ maksimal wadah KA dlm penimbangan

Rata-rata waktutiapulangan (detik) Ʃ waktu yang

diperlukan (detik)

Penimbangan M1, M2 & M3

Pemindahan/memasukkanwadah KA darioven, desikator dan

neraca (termasuk penghancuran)

Padi Cawan porselen

20 ±110 ±56 ±166

Mentimun Cawan porselen

20 ±45 ±30 ±75

Padi Alumunium 36 ±137 ±77 ±213

Mentimun Alumunium 40 ±81 ±31 ±112

Untuk kegiatan verifikasi kapasitas desikator yang bertujuan mengetahui efektivitas desikan silica gel terhadap hasil KA dengan menggunakan maksimal jumlah wadah KA (cawan porselen/alumunium) dalam desikator berukuran standar (diameter 29,5 cmdan tinggi 28 cm), sampai dengan bulan ke-9 (sembilan) penggunaan desikan silica gel berdasarkan hasil analisa data selisih antara rata-rata setiap hasil penetapan KA menggunakan desikator A (sebagai kontrol) dengan desikator B (perlakuan) masih dalam batas toleransi ( maksimal 0,2%) yang berarti desikan masih memenuhi persyaratan atau masih efektif, baik untuk bahan uji benih padi maupun mentimun dengan menggunakan cawan porselen maupun alumunium. Pada kondisi desikan yang masih efektif jika contoh benih didinginkan dalam desikator, benih yang hangat tidak akan menyerap uap air karena desikan masih mampu untuk menyerap uap air tersebut, sehingga keakuratan hasil penetapan KA dapat dipertahankan. Kondisi desikan yang masih memenuhi persyarataan sampai dengan bulan ke-9 telah digunakan untuk 587 contoh benih pada desikator kontrol (dengan rata-rata rH dan waktu yang digunakan untuk mendinginkan wadah 26% dan 26 menit) serta 1158 contoh benih pada desikator perlakuan (dengan rata-rata RH dan waktu yang digunakan untuk mendinginkan wadah 28% dan 38 menit).

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 28

Kesimpulan yang dapat diambil dari kegiatan tersebut antara lain: 1) Maksimal jumlah wadah KA yang dapat ditimbang secara berurutan sekaligus tanpa mempengaruhi hasil KA adalah : a) 20 cawan porselen atau 10 contoh benih padi dan mentimun dengan batasan waktu

pengujian per ulangan ± 166 dan ± 75 detik; b) 40 wadah alumunium

atau 20 contoh benih mentimun dengan batasan waktu pengujian per

ulangan ± 112 detik; c) 36 wadah alumunium atau 18 contoh benih padi

dengan batasan waktu pengujian per ulangan ± 213 detik. 2) Desikan

silica gel sampai dengan bulan ke-9 (sembilan) masih efektif untuk penetapan KA benih padi dan mentimun dengan menggunakan wadah alumunium maupun cawan porselen, untuk 1158 contoh benih (dengan rata-rata RH dan waktu yang digunakan untuk mendinginkan wadah 28% dan 38 menit). Untuk mendapatkan informasi lebih lengkap mengenai efektivitas desikan disarankan melaksanakan verifikasi lebih lanjut untuk jenis desikan yang berbeda sebagai indikator alternative dan bersifat lebih aman seperti anhydrous calcium sulphate, envirogel, molecular sieves, CaCl2, P2O5, dan activated aluminium.

Dari kegiatan verifikasi secara keseluruhan diperoleh rekomendasi sebagai berikut : 1) Jumlah wadah KA yang dapat ditimbang sekaligus secara berurutan

mempengaruhi hasil KA. Maksimal jumlah wadah KA alumunium untuk contoh benih padi adalah 36 atau 18 contoh benih dengan batasan waktu per ulangan ± 213 detik.

2) Desikan jenis silica gel dapat digunakan sampai dengan 9 bulan atau lebih. Gambar 4 menunjukkan perbedaan kondisi silica gel setelah 9 bulan pakai antara perlakuan dengan kontrol.

Gambar V.I.21. Perbedaan kondisi silica gel setelah 9 bulan pakai antara perlakuan dengan kontrol

j. Kajian Masa Berlaku Label Benih Jagung yang disimpan di Cold

Storage

Jagung merupakan salah satu dari tiga pangan unggulan yang ditargetkan untuk swasembada. Dalam buku pedoman yang diterbitkan oleh Direktorat Perbenihan Direktorat Jendral Tanaman Pangan tentang Persyaratan dan Tata cara Sertifikasi Benih Tanaman Pangan, disebutkan bahwa masa berlaku label benih jagung hibrida, masa berlaku label diberikan paling lama 9 bulan sejak tanggal selesai pengujian atau paling lama 11 bulan setelah panen, dan 12 bulan dari

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 29

selesai pengujian atau 14 bulan dari panen untuk benih yang disimpan dalam cold/control storage. Pada pelaksanaannya banyak benih yang tidak disimpan di dalam cold storage selama 12 bulan, namun masa berlaku label tetap dihitung selama 12 bulan setelah benih keluar dari cold storage. Percobaan ini dilakukan untuk mengkaji/mengevaluasi masa berlaku label benih jagung hibrida dengan memantau mutu fisiologis yang disimpan di cold/control storage dan open storage/gudang (dengan masa simpan hingga bulan ke-24). Kegiatan ini dilaksanakan di Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (Balai Besar PPMB-TPH) Tapos, Depok pada Tahun Anggaran 2016 (Tahun ke-2). Benih jagung dikemas dengan berat 350 gram tiap kemasan sebanyak satuan percobaan yaitu 24 karung dengan masing-masing karung terdapat 12 kemasan benih. Masa simpan di Cold / Control Storage selama 24 bulan. Dalam 1 kemasan terdapat 2 sub kemasan untuk ulangan (Ulangan 1 dan Ulangan 2). Pengujian terhadap masa simpan cold storage dilakukan setiap bulan dengan parameter : penetapan Kadar Air (KA) Uji Daya Berkecambah (DB) dan Indeks Vigor (IV) (Gambar V.I.22).

Gambar V.I.22. Bagan/Alur Pengambilan Contoh dan Pengujian Mutu Benih jagung

Percobaan disusun oleh satu faktor, yaitu waktu simpan yang terdiri atas 13 taraf yaitu 0 bulan, 1 bulan, 2 bulan,dst hingga12 bulan terhadap pengaruh ruang penyimpanan Control storage (Suhu 210C, RH Maksimal 40%) dan open storage (Suhu 250C - 280C). Analisis Data

Bagan / Alur

Pembuatan Laporan PM

Bahan Rekomendasi

Seminar proposal/Konsultasi

Narasumber

Pelaksanaan PM

1. Penyimpanan bahan uji Control storage dan di suhu ruang

2. Pengujian pada awal periode simpan dan selama penyimpanan

(s.d 24 bulan)

3. Pengumpulan dan analisis data

Gambar V.I.23. Penyimpanan benih di dalam cold storage PT. EWINDO (A) dan di suhu ruang (B)

A B

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 30

dengan menggunakan Annova (Uji Nilai Tengah) dan Rancangan Acak Lengkap Pola Tersarang (Nested). Hasil kegiatan sampai dengan bulan November telah dilakukan penyimpanan benih jagung di cold storage PT East West Seed Indonesia (PT. EWINDO) sampai dengan penyimpanan bulan ke-19 (Oktober tahun 2016). PT EWINDO dipilih karena merupakan alternatif tempat yang paling memungkinkan untuk dijangkau dalam rangka pengambilan contoh benih setiap bulan. Disamping itu, gudang penyimpanan benih di PT EWINDO memiliki kondisi penyimpanan yang memenuhi persyaratan kepmentan No. 355 Tahun 2015 dengan kelembaban udara (RH) rata-rata 32% (Maksimal 40%) dan suhu rata-rata 210C. Data RH dan suhu yang tercatat saat benih diambil dari cold storage disajikan pada Tabel V.I.15.

Tabel V.I.15. Data RH dan suhu saat pengambilan contoh benih di cold storage selama 8 bulan di tahun 2016

Data hasil penetapan kadar air (KA) di laboratorium disajikan pada Gambar V.I.24 menunjukkan bahwa persentase kadar air selama penyimpanan di cold/control storage dan open storage (suhu ruang) tidak berbeda secara nyata jika dibandingkan dengan acuan persyaratan berdasarkan Kepmentan 355 Tahun 2015 (Pedoman Teknis Sertifikasi Benih Bina Tanaman Pangan) yang memberikan batasan kadar air maksimal benih jagung hibrida sebesar 12%. Gambar V.I.24. Tabel hasil penetapan Kadar Air di laboratorium dan grafik

hasil pengujian Kadar Air selama waktu simpan (bulan)

No Bulan (2016) Cold Storage Open storage

RH (%) Suhu (oC) RH (%) Suhu (oC)

1 Maret 29,2 20 84 27 2 April 33,4 21 81 28 3 Mei 33,4 21 80 28 4 Juni 31,4 20 75 28 5 Juli 27,9 21 77 27 6 Agustus 33,5 21 79 26 7 September 35,2 21 82 26 8 Oktober 31,4 21 84 25

Keterangan : Warna biru muda = Kondisi waktu simpan Control / Cold Storage. Warna hijau muda = Kondisi simpan Open Storage (gudang). Angka pertama diagonal dan tebal (Bold) di tiap kode kemasan = kondisi awal setelah dari Cold Storage

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

Mar-15 9.3 9.2 9.6 9.8 10.1 10.2 10.3 10.3 10.6 10.6 11.1 11.3 11.2

Apr-15 9.1 9.3 9.6 9.7 9.9 10.0 10.1 10.3 10.4 10.8 11.0 11.1 11.5

May-15 9.1 9.4 9.6 9.7 9.8 9.9 10.2 10.3 10.6 10.8 11.7 10.8 11.1

Jun-15 9.2 9.3 9.5 9.6 9.7 9.9 9.9 10.3 10.7 10.5 10.5 11.0 11.1

Jul-15 9.0 9.3 9.4 9.5 9.8 9.7 10.2 10.3 10.4 10.4 10.8 10.9 11.1

Ags-15 9.1 9.2 9.3 9.7 9.6 10.0 10.3 10.5 10.6 10.9 10.6 11.3 11.2

Sep-15 9.0 9.1 9.4 9.5 10.0 10.0 10.3 10.3 10.6 10.7 10.8 11.0 11.3

Oct-15 8.9 9.3 9.3 9.8 10.0 10.7 10.2 10.5 10.7 10.8 11.0 11.2

Nov-15 9.1 9.2 9.6 9.8 10.0 10.2 10.5 10.4 10.8 11.0 11.1

Dec-15 8.9 9.6 9.7 9.7 9.8 10.2 9.7 10.5 10.7 10.7

Jan-16 9.5 9.3 9.5 9.5 10.0 10.3 10.2 10.1 10.6

Feb-16 9.2 9.2 9.4 9.7 9.9 10.1 10.2 10.5

Mar-16 9.0 9.1 9.6 9.6 9.8 10.0 10.3

Apr-16 8.9 9.4 9.4 9.8 10.1 10.1

May-16 9.0 9.1 9.4 9.7 9.9

Jun-16 9.0 9.3 9.5 9.6

Jul-16 9.0 9.2 9.4

Ags-16 9.0 9.1

Sep-16 8.9

Oct-16

Kode

Hasil Uji Kadar Air (%) Benih Jagung Hibrida

Kondisi Waktu Simpan (Control Storage dan Open Storage ) Bulan ke ….

191817161514131211109876543210

12,0

11,5

11,0

10,5

10,0

9,5

9,0

Masa Simpan

Ka

da

r A

ir

Kadar Air

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 31

Data hasil pengujian daya berkecambah (DB) di laboratorium disajikan pada Gambar V.I.25 menunjukkan bahwa persentase daya berkecambah selama penyimpanan di cold / control storage dan open storage (suhu ruang) tidak Berbeda secara Signifikan jika dibandingkan dengan acuan persyaratan berdasarkan Kepmentan 355 Tahun 2015 (Pedoman Teknis Sertifikasi Benih Bina Tanaman Pangan) yang memberikan batasan minimal benih jagung hibrida sebesar 85%. Gambar V.I.25. Tabel hasil pengujian Daya Berkecambah di laboratorium dan

grafik hasil pengujian Daya Berkecambah selama waktu simpan (bulan)

Data hasil pengujian indeks vigor (IV) di laboratorium disajikan pada Gambar 26 menunjukkan bahwa persentase indeks vigor benih jagung mengalami penurunan hingga mencapai level indeks vigor 44 % (angka dicetak tebal/bold, font berwarna hijau muda) dalam rentang waktu keseluruhan penyimpanan selama 16 bulan dengan kondisi 5 bulan selama Cold Storage dan 11 bulan di control storage / gudang. Vigor benih pada Gambar 26 menunjukkan bahwa sifat-sifat benih yang menentukan potensi pemunculan kecambah cepat yang berbeda-beda walaupun hasil dari daya kecambah yang baik. Hal tersebut dapat terjadi karena objektivitas analis yang berbeda dalam hal menentukan struktur esensial benih yang tumbuh awal secara normal atau tidak. Kesimpulan diperoleh bahwa penetapan kadar air (KA), uji daya berkecambah (DB) dan indeks vigor (IV) selama penyimpanan cold/control storage dan open storage selama waktu simpan hingga bulan ke-19 terhadap mutu fisiologis benih jagung hibrida dapat disimpulkan bahwa masa berlaku label benih terhadap mutu fisiologis benih yang disimpan pada cold storage dan open storage masih memenuhi persyaratan standar mutu laboratorium (tidak berbeda secara nyata) dan masa edar benih berdasarkan persyaratan Kepmentan 355 Tahun 2015 (Pedoman Teknis Sertifikasi Benih Bina Tanaman Pangan) perihal Mutu standar Laboratorium dan masa edar label benih jagung hibrida. Persyaratan Mutu Benih di Laboratorium mensyaratkan kadar air maksimal sebesar 12,0% dan daya berkecambah minimal sebesar 85,0%

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

Mar-15 96 96 95 93 96 96 96 95 95 95 97 96 91

Apr-15 97 96 96 95 96 95 97 93 96 96 95 94 97

May-15 96 95 95 96 94 95 96 94 96 94 95 97 96

Jun-15 95 96 96 93 96 94 95 96 95 91 96 96 95

Jul-15 95 96 96 96 96 94 95 94 93 97 96 96 93

Ags-15 93 92 97 96 94 96 95 95 97 93 95 91 93

Sep-15 95 97 96 94 96 96 95 98 95 95 94 94 92

Oct-15 95 95 96 93 97 96 98 95 96 95 94 91

Nov-15 94 96 96 96 94 98 96 95 94 94 91

Dec-15 95 93 94 94 98 96 94 92 92 89

Jan-16 97 97 94 97 96 96 97 94 95

Feb-16 95 96 98 97 96 95 95 92

Mar-16 95 96 95 95 94 93 91

Apr-16 96 94 95 96 96 91

May-16 97 95 96 94 91

Jun-16 98 95 94 95

Jul-16 95 93 95

Ags-16 95 96

Sep-16 96

Oct-16

Hasil Uji Daya Berkecambah (%) Benih Jagung Hibrida

KodeKondisi Waktu Simpan (Control Storage dan Open Storage ) Bulan ke ….

191817161514131211109876543210

98

96

94

92

90

88

Masa Simpan

Da

ya

Be

rke

cam

ba

h

Daya Berkecambah

Keterangan : Warna biru muda = Kondisi waktu simpan Control / Cold Storage. Warna hijau muda = Kondisi simpan Open Storage (gudang). Angka pertama diagonal dan tebal (Bold) di tiap kode kemasan = kondisi awal setelah dari Cold Storage

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 32

Gambar V.I.26. Tabel hasil pengujian Indeks Vigor di laboratorium dan Grafik

hasil pengujian Indeks Vigor selama waktu simpan (bulan) Rekomendasi yang dihasilkan untuk Masa Berlaku Label Benih Jagung Hibrida yaitu dapat diterapkan berdasarkan aturan Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 355/Hk.130/C/05/2015 Tentang Pedoman Teknis Sertifikasi Benih Bina Tanaman Pangan yang salah satu poinnya mempersyaratkan bahwa untuk ruangan penyimpanan yang terkontrol kelembaban udara relatifnya/RH maksimal sebesar 40 %, sehingga mutu benih jagung hibrida masih terjaga mutunya.

2. Pelayanan Pengujian

Pelayanan pengujian dapat didefinisikan sebagai bentuk layanan jasa dari laboratorium yang dalam hal ini dilaksanakan oleh Balai Besar PPMB-TPH dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat Kegiatan pelayanan pengujian di Laboratorium Balai Besar PPMB-TPH mencakup kegiatan pengujian internal dan eksternal. Pengujian internal dilakukan untuk mendukung kegiatan uji profisiensi, uji petik mutu benih yang beredar, pemeliharaan ruang lingkup akreditasi serta pemeliharaan kompetensi alat serta analis, sedangkan pengujian eksternal merupakan permintaan pengujian dari customer (pelanggan).

Seiring dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2012, telah ditetapkan Jenis dan Tarif PNBP (Penerimaan Negara Buka Pajak) yang berlaku pada Kementerian Pertanian. Dalam Peraturan Pemerintah disebutkan, bahwa jenis PNBP yang berlaku pada Kementerian Pertanian diantaranya adalah. jasa layanan pengujian, analisis, dan pengembangan pertanian.

Peraturan Pemerintah ini juga menegaskan, bahwa seluruh penerimaan PNBP yang berlaku pada Kementerian Pertanian wajib disetor langsung secepatnya ke Kas Negara. Dengan berdasar Peraturan ini maka Laboratorium Balai Besar PPMB-TPH berhak meminta biaya kepada

191817161514131211109876543210

100

90

80

70

60

50

40

Masa Simpan

Ind

eks V

igo

r

Indeks Vigor

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

Mar-15 80 84 63 77 89 65 91 89 65 52 93 76 49

Apr-15 85 52 66 85 68 83 89 72 53 78 74 68 72

May-15 64 79 89 70 81 80 72 57 82 62 74 74 83

Jun-15 72 88 69 86 90 67 55 90 79 66 76 87 86

Jul-15 83 67 89 78 62 52 69 54 73 76 86 88 84

Ags-15 56 76 93 64 46 93 59 60 69 80 81 44 64

Sep-15 86 91 62 50 82 81 71 80 89 86 85 58 66

Oct-15 83 66 58 68 89 75 75 86 88 90 52 67

Nov-15 76 55 93 78 66 75 91 86 79 49 68

Dec-15 53 60 77 78 80 88 78 78 63 64

Jan-16 93 78 68 66 89 86 93 64 76

Feb-16 66 82 76 83 86 80 47 69

Mar-16 84 77 79 88 82 46 75

Apr-16 77 87 86 91 69 63

May-16 87 81 83 62 67

Jun-16 90 87 64 48

Jul-16 83 73 52

Ags-16 66 52

Sep-16 47

Oct-16

KodeKondisi Waktu Simpan (Control Storage dan Open Storage ) Bulan ke ….

Hasil Uji Indeks Vigor (%) Benih Jagung Hibrida

Keterangan : Warna biru muda = Kondisi waktu simpan Control / Cold Storage. Warna hijau muda = Kondisi simpan Open Storage (gudang). Angka pertama diagonal dan tebal (Bold) di tiap kode kemasan = kondisi awal setelah dari Cold Storage. Angka yang diberi tanda = Vigor terendah

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 33

pelanggan eksternal yang nantinya akan disetorkan ke Kas Negara.Setiap jenis pengujian mempunyai tarif yang berbeda (Tabel V.2.1). Tabel V.2.1. Jenis pelayanan dan tarif pengujian per sampel

No Jenis Pelayanan Pengujian Benih

Tarif per sampel (Rp)

1 Kadar air (metode oven) 25.000

2 Kemurnian fisik 25.000

3 Berat 1000 butir benih 10.000

4 Daya berkecambah (Benih Kecil) Metode berdasarkan aturan Internasional Seed Testing Association (ISTA)

37.000

5 Daya berkecambah (Benih Besar) Metode berdasarkan aturan Internasional Seed Testing Association (ISTA)

69.000

6 Daya berkecambah (Benih Kecil) Metode Kertas Merang dan Kertas Stensil

10.000

7 Daya berkecambah (Benih Besar) Metode Kertas Merang dan Kertas Stensil

10.000

9 Indeks Vigor (Benih Kecil) 37.000

10 Indeks Vigor (Benih Kecil) 69.000

11 Accelerated Aging 100.000

12 Daya Hantar Listrik (Benih Kecil) 15.000

13 Daya Hantar Listrik (Benih Besar) 25.000

14 Heterogenitas dengan cara a. Analisis kemurnian b. Daya berkecambah

25.000 85.000

15 Viabilitas benih secara biokimia dengan uji tetrazolium a. Benih Kecil b. Benih Besar

225.000 425.000

16 Cendawan terbawa benih dengan Metode a. Blotter Test b. Agar Test

160.000 320.000

17 Bakteri Terbawa Benih dengan metode Liquid Assay

200.000

18 Virus Terbawa Benih dengan Metode a. Enzyme Linked Immunosorbent Assay

(ELISA) per satu jenis virus b. Growing on test c. Tanaman indicator

225.000 30.000 32.000

19 Nematoda Terbawa Benih 50.000

20 Uji Penanda DNA Metode Random Amplyfied Polymerphic DNA (RAPD) 1. Satu Primer 2. Dua Primer 3. Tiga Primer 4. Empat Primer Setiap penambahan 1 primer

462.000 612.000 763.000 913.000 150.000

21 Jasa Pembuatan Sertifikat pengujian benih (Sertifikat ISTA)

250.000/ sertifikat

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 34

Kondisi teknis yang beragam dari laboratorium pengujian mutu benih di daerah seperti kompetensi sumber daya laboratorium daerah berbeda dengan daerah lain perlu difasilitasi dengan laboratorium pembanding. Untuk itu laboratorium penguji mutu benih Balai Besar PPMB-TPH berupaya dapat berperan dalam penerapan standardisasi metode uji benih, sehingga keseragaman hasil uji dapat tercapai.

Ruang lingkup pelayanan pengujian terdiri uji eksternal yang meliputi uji servis untuk sertifikat ISTA, uji banding, uji profisiensi dari customer luar balai besar dan uji internal yang meliputi pemeliharaan ruang lingkup pengujian terakreditasi, uji banding unjuk kerja laboratorium/analis, pengecekan/kalibrasi alat untuk pengukuran. Kegiatan pelayanan pengujian TA. 2016 menetapkan pencapaian 1000 contoh benih yang dapat ditangani oleh laboratorium dan hingga TA. 2016 akhir telah tercapai sejumlah 1309 contoh benih dan 15 contoh tanah sehingga total ada 1324 buah. Komoditas benih pelayanan pengujian berupa benih tanaman pangan, hortikultura dan benih tanaman lain yang diperoleh dari uji profisiensi ISTA dan uji profisiensi BBPPTP Ambon dan juga dari uji service dari BP2STP Maluku Utara dan BPSB DIY. Pencapaian contoh benih dalam pelayanan pengujian tiap laboratorium Balai Besar PPMB-TPH selama TA. 2016 tersaji pada Gambar V.2.1.

Gambar V.2.1. Pencapaian Jumlah Contoh Benih pelayanan pengujian bulan Januari – Desember 2016

Benih yang diuji di Balai Besar PPMB-TPH dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu benih tanaman pangan (Gambar V.2.2) total sebanyak 1018 benih, benih hortikultura sebanyak 761 benih dan benih tanaman lain sebanyak 49 benih (Tabel V.2.2).

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 35

Gambar V.2.2. Komoditi dan jumlah benih tanaman pangan

Benih tanaman lain diperoleh dari uji profisiensi ISTA, uji profisiensi dari BBBPTP Ambon, pemeliharaan ruang lingkup Balai Besar PPMB-TPH, juga campuran benih yang terdiri dari benih jagung+sawi, jagung+terong padi+sawi dan benih padi+terong yang dipergunakan dalam pemeliharaan ruang lingkup kalibrasi devider.

Tabel V.2.2. Jenis komoditi dan jumlah sampel benih hortikultura dan benih tanaman lain

No Hortikultura Jumlah No Hortikultura Jumlah No Tanaman Lain Jumlah

1 Alpukat 2 24 Kol 6 1 Cengkeh 1

2 Asparagus 2 25 Kol Bunga 3 2 Helianthus annuus 3

3 Bawang Merah 36 26 Kubis 7 3 Jagung+Sawi 2

4 Bayam 3 27 Lobak 2 4 Jagung+Terong 18

5 Beet 2 28 Manggis 1 5 Kakao 2

6 Bengkoang 1 29 Mentimun 8 6 Mentimun+Bayam 2

7 Bisbol 1 30 Melon 10 7 Padi+Sawi 18

8 Blewah 1 31 Oyong 15 8 Padi+Terong 2

9 Brokoli 2 32 Petsay 1 9 Pala 1

10 Buncis 22 33 Paria 7

Jumlah 49

11 Cabai 465 34 Pepaya 2 12 Caisim 1 35 Sawi 26

13 Duku 2 36 Selada 2 14 Gandaria 1 37 Seledri 1 15 Jagung Manis 1 38 Semangka 17 16 Jeruk 2 39 Sirsak 1 17 Kacang Kapri 1 40 Spinach 2 18 Kacang Panjang 12 41 Terong 12 19 Kangkung 3 42 Tin 1 20 Kailan 1 43 Tomat 40 21 Kecipir 1 44 Waluh 2 22 Kemangi 1 45 Wortel 31 23 Kentang 1 Jumlah 757

BALAI BESAR PPMB-TPH 5 - 36

Pada bulan Agustus 2016, Laboratorium Kesehatan Balai Besar PPMB-TPH menerima contoh uji berupa tanah sebanyak 15 sampel untuk diuji kesehatan Nematoda. Sampel uji profisiensi berjumlah 1086 contoh benih, terbagi menjadi 3 yaitu uji profisiensi ISTA sebanyak 14 contoh benih, uji profisiensi Balai Besar PPMB-TPH sebanyak 1068 contoh benih, dan uji profisiensi BBPPTP Ambon sebanyak 4 contoh benih. Jenis komoditas dan jumlah sampel uji profisiensi tersaji pada Tabel V.2.3 berikut.

Tabel V.2.3. Jenis komoditas dan jumlah sampel uji profisiensi

UP ISTA UP BBPPMB-TPH UP BBPPTP

Bawang Merah 3 Cabai 398 Cengkeh 1

Helianthus annuus 3 Padi 670 Kakao 2

Jagung 8

Pala 1

Jumlah sampel uji petik Balai Besar PPMB-TPH pada TA 2016 sebanyak 174 sampel yang terdiri dari 111 sampel benih tanaman pangan dan 63 sampel benih hortikultura, terinci pada Tabel V.2.4 berikut.

Tabel V.2.4. Jenis komoditas dan jumlah sampel uji petik

Tanaman Pangan Hortikultura

Padi 65 Bawang Merah

30

Jagung 46 Cabai 33

Total 111 Total 63

Berdasarkan realisasi hasil kegiatan pelayanan pengujian di delapan laboratorium Balai Besar PPMB-TPH dapat disimpulkan bahwa kegiatan pelayanan pengujian yang terdiri dari kegiatan uji profisiensi, uji petik benih beredar dan uji service melebihi target yang telah ditetapkan. Jumlah sampel benih dari bulan Januari-Desember 2016 berjumlah 1324 sampel.