PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN GLOBAL ...digilib.unila.ac.id/58806/3/TESIS TANPA BAB...

75
PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN GLOBAL WARMING BERBASIS SMARTPHONE ANDROID DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK (Tesis) Oleh VIRA MURTI ADHI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2019

Transcript of PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN GLOBAL ...digilib.unila.ac.id/58806/3/TESIS TANPA BAB...

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN GLOBALWARMING BERBASIS SMARTPHONE ANDROID

DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK(Tesis)

Oleh

VIRA MURTI ADHI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2019

ii

ABSTRAK

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN GLOBALWARMING BERBASIS SMARTPHONE ANDROID

DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK

Oleh

VIRA MURTI ADHI

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan media pembelajaran Global

warming berbasis Smartphone Android dengan pendekatan saintifik. Desain

pengembangan menggunakan desain penelitian oleh Borg & Gall (1989). Media

pembelajaran yang dihasilkan divalidasi oleh 2 dosen ahli menggunakan

instrument berupa form penilaian media pembelajaran dan dianalisis secara

kualitatif deskriftif. Produk media pembelajaran diuji kelompok menggunakan

kuasi eksperimen Non equivalen control group pretest-posttest. Teknik dan alat

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis dokumen,

kajian kepustakaan, wawancara, observasi, dan angket serta tes tertulis. Teknik

analisis data dilakukan sesuai prosedur yang digunakan untuk mendapatkan hasil

efektifitas kemenarikan, kemudahan dan kemanfaatan media pembelajaran . Kelas

eksperimen diberikan pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran

pada smartphone berbasis android dengan pendekatan saintifik, sedangkan kelas

kontrol menggunakan buku konvensional. Subjek uji coba yaitu siswa di salah

satu SMA di Bandar Lampung. Hasil belajar menunjukkan rata-rata N-Gain kelas

iii

Vira Murti Adhieksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol, yaitu sebesar 0,70

untuk kelas eksperimen dan 0,48 untuk kelas kontrol. Berdasarkan analisis data

produk ini dikatakan valid, praktis dan efektif.

Kata kunci: Media Pembelajaran, Global warming, Smarphone, pendekatansaintifik

iv

ABSTRACT

DEVELOPMENT OF ANDROID SMARTPHONE-BASEDGLOBAL WARMING LEARNING MEDIA WITH

SCIENTIFIC APPROACH

By

VIRA MURTI ADHI

This research aims to develop Android Smartphone-based Global Warming

learning media with scientific approach. The design of the development was

carried out with the development model of Borg & Gall (1989). The learning

media produced were validated by experts using instruments in the form of

learning media assessment forms and they were analyzed with qualitative

descriptive analysis. Learning media products were tested using non-equivalent

control group pretest-posttest quasi experiment. The data collection techniques

and tools used in this research were document analysis, literature review,

interviews, observations, questionnaires and written tests. Data analysis

techniques were carried out according to the procedures used to obtain the results

of effectiveness of attractiveness, convenience, and usefulness of the learning

media. The experimental group were taught using Android smartphone-based

learning media with scientific approach, while the control group used

conventional books. The test subjects were students in one of the senior high

schools in Bandar Lampung. Learning outcomes showed that the mean of N-Gain

in the experimental group was higher than the control group’s, which was 0.70 for

v

Vira Murti Adhithe experimental group and 0.48 for the control group. Based on data analysis this

product is said to be valid, practical and effective.

Keywords: Learning Media, Global warming, Smartphone, scientific approach

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN GLOBALWARMING BERBASIS SMARTPHONE ANDROID

DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK

Oleh

Vira Murti Adhi

Tesis

Sebagai Salah Satu yarat untuk Mecapai GelarMAGISTER PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Magister Pendidikan FisikaJurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2019

ix

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Karang, kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung

pada tanggal 12 Desember 1974 dari ayah yang bernama Darwin dan ibu bernama

Sudarmi. Penulis merupakan putra kedua dari lima bersaudara.

Penulis menyelesian pendidikan dasar di SD Negeri 1 Gedong Air Bandar

lampung. pada tahun 1987, dan melanjutkan pendidikan lanjutan tingkat pertama

di SMPN 6 Tanjung karang , kota Bandar Lampung dan menyelesaikannya pada

tahun 1990. Pada tahun 1993 penulis menyelesaian pendidikan sekolah menengah

atas di SMA Negeri 5 Tanjung karang kota Bandar Lampung. Pada Akhir tahun

1999 penulis menyelesaian pendidikan jenjang sarjana (S1) di Program Studi

Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

(MIPA) Universitas Lampung. Pada tahun 2014, penulis terdaftar sebagai

mahasiswa Program Studi Magister Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Tahun 2006 penulis diangkat sebagai CPNSD kota Bandar Lampung dan

bertugas di SMA Negeri 9 Bandar Lampung sampai dengan sekarang.

x

MOTTO

”Tingkatkan Ibadah dan Kerjamu untuk Sukses Dunia dan Akhirat”

xi

PERSEMBAHAN

Tesis ini saya persembahkan untuk Ibu Sudarmi, Istri Mislikhatun Khasanah, S.Pddan anak-anak Nasywa Apta Vania, Keandra Azka Mahardika, dan Fazrin AhzaAl Aziz

xii

SANWACANA

Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah swt. karena atas rahmat dan ridho-

Nya penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Pengembangan Media

Pembelajaran Global Warming Berbasis Smartphone Android Dengan

Pendekatan Saintifik”. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih

kepada pihak-pihak di bawah ini.

1. Bapak Prof. Mustofa Usman, MA. Ph.D., selaku Direktur Program

Pascasarjana Universitas Lampung.

2. Bapak Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Bapak Prof. Dr. Agus Suyatna, M.Si., selaku Ketua Program Studi Magister

Pendidikan Fisika, sekaligus Pembimbing I yang telah memotivasi,

membimbing, dan mengarahkan penulis selama penulisan tesis.

4. Ibu Dr. Viyanti, M.Pd., selaku Pembimbing II yang telah memotivasi,

membimbing, dan mengarahkan penulis selama penulisan tesis.

5. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si., selaku Pembahas I terima kasih atas segala

masukannya.

6. Ibu Dr. Kartini Herlina, M.Si, selaku Penguji II terima kasih atas segala

masukannya.

xiii

7. Bapak Dr. I Wayan Distrik, M.Pd., selaku Uji Ahli II terima kasih atas segala

masukannya.

8. Bapak/Ibu guru fisika dari SMA Negeri 9 Bandar Lampung, yang telah

meluangkan waktu dan masukan selama penelitian.

9. Bapak dan Ibu Dosen Magister Pendidikan Fisika Universitas Lampung yang

telah membimbing penulis dalam pembelajaran di Universitas Lampung.

10. Teman-teman seperjuangan di Program Studi Magister Pendidikan Fisika

2014 : Pak Budi, Pak Wayan, Pak Hans, Pak Najam, Pak Pay, Bu Surya, Bu

Indah, Pak Pardi, Bu Zulimah, Bu Susi, Pak Taufik, Bu Eka, Bu Emil, Pak

Trian, Pak Heri, Pak Malik, Pak Anwar, Bu Lika dan Bu Yuliana atas

bantuan dan kebersamaannya selama ini.

11. Kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya tesis ini.

Semoga dengan bantuan dan dukungan yang diberikan mendapat balasan dari

Tuhan Yang Maha Esa dan semoga tesis ini dapat bermanfaat. Amin.

Bandar Lampung, Juni 2019

Penulis,

Vira Murti Adhi

xiv

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI .................................................................................................. xivDAFTAR TABEL ......................................................................................... xviDAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xviiDAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xviii

I. PENDAHULUANA. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1B. Rumusan Masalah ............................................................................. 6C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 6D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 6E. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................ 7

II. LANDASAN TEORIA. Media Pembelajaran ......................................................................... 9B. Mobile learning ................................................................................. 11C. Smartphone ....................................................................................... 14D. Pemanasan Global ............................................................................. 16E. Pendekatan Saintifik .......................................................................... 20F. Teori yang Mendukung Pegembangan Media Pembelajaran ............ 23G. Kerangka Pemikiran ......................................................................... 28

III. METODE PENELITIANA. Model Pengembangan ....................................................................... 31B. Tahapan Penelitian ............................................................................ 32

1. Tahap Pengumpulan Informasi .................................................. 332. Tahap Perencanaan...................................................................... 343. Tahap Pengembangan ................................................................ 344. Tahap Evaluasi ........................................................................... 35

C. Lokasi Penelitian ............................................................................... 37D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ................................................. 38

1. Analisis Dokumen dan Kajian Pustakaan .................................. 382. Wawancara ................................................................................. 393. Observasi .................................................................................... 394. Angket ........................................................................................ 395. Tes .............................................................................................. 40

xv

E. Teknik Analisis Data ........................................................................ 441. Analisis Data pada Tahap Pengumpulan Informasi ................... 442. Analisis Data pada Tahap Pengembangan ................................. 453. Analisis Data pada Tahap Pengujian .......................................... 45

IV. HASIL DAN PEMBAHASANA. Hasil Penelitian ................................................................................. 49

1. Hasil Tahap Pengumpulan Informasi ......................................... 49a. Hasil Studi Pustaka .............................................................. 49b. Hasil Studi Lapangan ........................................................... 50

2. Hasil Tahap Perencanaan ............................................................ 503. Hasil Pengembangan Produk ..................................................... 52

a. Pembuatan Interface ............................................................ 52b. Pengujian ............................................................................. 58c. Publish ................................................................................. 60

4. Hasil Tahap Evaluasi Produk ..................................................... 615. Hasil Revisi Produk ................................................................... 626. Uji Lapangan .............................................................................. 63

B. Pembahasan ...................................................................................... 841. Pengaruh Penerapan Media Pembelajaran terhadap Hasil

Belajar ........................................................................................ 842. Respon Siswa terhadap Pembelajaran Materi Pemanasan

Global dengan Menggunakan Media Pembelajaran ................... 89

V. SIMPULAN DAN SARANA. Simpulan ........................................................................................... 93B. Saran ................................................................................................. 94

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 98LAMPIRAN ................................................................................................... 101

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1. Keterkaitan antara Pembelajaran dan Kompetensi ................................. 213.1. Desain Nonequivalent Control Group Design........................................ 373.2. Tahapan studi pendahuluan ................................................................... 383.3. Pedoman Pemberian Skor Soal Uraian................................................... 413.4. Klasifikasi Koefisien Korelasi ................................................................ 423.5. Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Tes Global warming ........................... 433.6. Kriteria Tingkat Gain ............................................................................. 463.7. Skor Penilaian terhadap Pilihan Jawaban .............................................. 473.8. Tafsiran Skor Penilaian Menjadi Pernyataan Nilai kualitas ................... 484.1 Pengujian Naviagasi dan Tombol........................................................... 584.2. Rekapitulasi Saran pada Tahap Evaluasi ............................................... 614.3. Saran Hasil Uji Coba Produk ................................................................. 624.4. Daftar Revisi .......................................................................................... 624.5. Statistik Deskriptif Data Nilai Hasil Pretest .......................................... 684.6. Hasil Uji Normalitas Data Pretest .......................................................... 704.7 Hasil Uji Homogenitas Data Pretest ...................................................... 714.8. Perbedaan Rata-Rata Data Pretest ......................................................... 724.9. Statistik Deskriptif Data Nilai Hasil Posttest ........................................ 734.10. Hasil Uji Normalitas Data Posttest ........................................................ 754.11 Hasil Uji Homogenitas Data Posttest ..................................................... 754.12. Perbedaan Rata-Rata Data Posttest ........................................................ 764.13. Rata-Rata N-Gain Hasil Belajar Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol .................................................................................................. 774.14. Rata-Rata N-Gain hasil belajar Tiap Indikator ....................................... 784.15. Tabel Uji Kemenarikan, Kemudahan Pengoperasian, dan

Kemanfaatan ......................................................................................... 84

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Klasifikasi Media dalam Pembelajaran ................................................. 102.2. Skema Teori Kognitif Pembelajaran Multimedia................................... 252.3. Kerangka pemikiran ............................................................................. 303.1. Model Pengembangan media Pembelajaran Borg & Gall ......................... 324.1. Flowchart Media Pembelajaran Global warming berbasis

Smartphone Android dengan Pendekatan Saintifik ............................... 514.2. Interface Halaman Intro ......................................................................... 534.3. Interface Halaman Utama ...................................................................... 544.4. Interface Halaman Petunjuk .................................................................. 544.5. Interface Halaman Kompetensi ............................................................. 554.6. Interface Halaman Kegiatan Pembelajaran ............................................ 564.7. Interface Halaman Soal-soal .................................................................. 574.8. Interface Halaman Profil ....................................................................... 574.9. Histogram Data Nilai Hasil Pretest Kelas Eksperimen ......................... 694.10. Histogram Data Nilai Hasil Pretest Kelas Kontrol ............................... 694.11. Histogram Data Nilai Hasil Posttest Kelas Eksperimen......................... 744.12. Histogram Data Nilai Hasil Posttest Kelas Kontrol .............................. 744.13. Perbandingan Nilai Rata-Rata Pretest dan Posttest hasil Belajar Siswa

pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ........................................... 774.14. Respon Siswa Terhadap Aspek Kemenarikan Media Pembelajaran ..... 814.15. Hasil Uji Kemenarikan, Kemudahan Pengoperasian, dan

Kemanfaatan Media Pembelajaran ........................................................ 84

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Kisi-Kisi Analisis Kebutuhan Guru dan Siswa ........................................ 1012 Angket Analisis Kebutuhan Guru ............................................................ 1023 Angket Analisis Kebutuhan Siswa ........................................................... 1054 Analisis Kebutuhan Guru ......................................................................... 1085 Analisis Kebutuhan Siswa ....................................................................... 1096 Kisi-Kisi Uji Ahli Materi .......................................................................... 1107 Instrumen Uji Ahli Materi ....................................................................... 1138 Instrumen Uji Ahli Materi guru ................................................................ 1209 Analisis Angket Uji Ahli Materi .............................................................. 12710 Kisi-Kisi Uji Ahli Media .......................................................................... 12811 Instrumen Uji Ahli Desain Media ............................................................ 13012 Instrumen Uji Ahli Desain Media guru .................................................... 14013 Hasil Uji Media......................................................................................... 15014 Flowchart ................................................................................................. 15115 Storyboard ................................................................................................ 15716 Pengelompokan Berdasarkan Hasil Belajar Awal Siswa.......................... 15617 Kisi-Kisi Angket Uji Kemenarikan, Kemudahan, dan Kemanfaatan ....... 16218 Instrumen Uji Kemenarikan, Kemudahan, dan Kemanfaatan .................. 16419 Analisis Hasil Uji Kemenarikan, Kemudahan dan Kemanfaatan ............. 17020 Silabus....................................................................................................... 17321 RPP ........................................................................................................... 178

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran di kelas merupakan suatu sistem, yang terdapat berbagai komponen

yang terintegrasi untuk mencapai tujuan. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan

dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2014 tujuan proses

pembelajaran adalah untuk menghasilkan insan Indonesia yang produktif,

inovatif, kreatif, afektif dengan penguatan sikap, pengetahuan, dan keterampilan

yang terintegrasi. Untuk mencapai tujuan tersebut membuat proses pembelajaran

di kelas lebih komplek. Proses pembelajaran di kelas yang kompleks itu

melibatkan sejumlah komponen, yang terdiri dari: guru, tujuan pelajaran,

manajemen interaksi (media), evaluasi, dan siswa (Hosnan, 2014).

Sebagai salah satu komponen dalam proses pembelajaran, media pembelajaran

dapat dijadikan sebagai tambahan(suplemen), pelengkap (komplemen) atau

pengganti (subtitusi)dari sumber belajar yang sudah ada. Media pembelajaran

merupakan, segala sarana atau bentuk komunikasi nonpersonal yang dapat

dijadikan wadah dari informasi pelajaran yang disampaikan kepada siswa serta

dapat menarik minat dan perhatian, sehingga tujuan dari pada belajar tercapai

dengan baik (Hosnan, 2014). Perkembangan penggunaan media pembelajaran

2

juga dipengaruhi oleh perkembangnan teknologi komunikasi dan informasi.

Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan membawa pengaruh baru dalam

strategi dan metode pembelajaran, termasuk dalam pembelajaran sains di sekolah

(Sangrà & González-Sanmamed, 2010) .

Teknologi komunikasi yang sedang berkembang saat ini adalah teknologi piranti

mobile smartphone. Piranti ini lebih mudah untuk dibawa di saku atau tas tenteng.

Berbeda dengan komputer laptop yang relatif lebih mahal, berat, dan

membutuhkan listrik yang lebih besar, piranti mobile relatif lebih murah, ringan,

dan dapat digunakan lebih lama karena hemat listrik, dapat diisi ulang atau diganti

baterai (Chen, Chen, Hwang, & Yang, 2010). Perubahan pemanfaatan teknologi

informasi dan komunikasi yang mobile dan nirkabel dalam pembelajaran

berkembang sangat cepat di berbagai aspek (Chelliah & Clarke, 2011). Sifat

smartphone yang mobile. Membuat media pembelajaran yang dikembangkan pada

smartphone juga dapat mobile. Artinya media pembelajaran tersebut dapat

digunakan dimanapun dan kapanpun.

Hasil-hasil penelitian telah menyarankan penggunaan piranti smartphone sebagai

alat bantu belajar, seperti: tablet PC, iPod, device, Personal Digital Assistants

(PDAs), smartphone (Chu & Kennedy, 2011). Saat ini, orang semakin nyaman

menggunakan piranti smartphone dalam aktivitas belajar (Ally, 2009).

Pengembangan media pembelajaran dengan memanfaatkan smartphone adalah

dengan membuat mobile learning yang ditujukan untuk semua telepon seluler

berplatform Android. Alasannya karena operating system Android menjelma

menjadi sebuah sistem yang paling banyak digunakan pada smartphone. Android

3

adalah sistem operasi berbasis Linux yang diperuntukkan untuk mobile device.

Android merupakan sistem operasi yang paling diminati di masyarakat karena

memiliki kelebihan seperti sifat open source yang memberikan kebebasan para

pengembang untuk menciptakan aplikasi (Anggraeni, 2013:13).

Hasil penelitian Fatimah,Siti. & Mufti,Yusuf, ( 2014) menyatakan, produk berupa

media pembelajaran smartphone android pada IPA-Fisika materi tekanan dinilai

oleh 1 ahli media, 1 ahli materi, dan 1 guru menghasilkan kriteria kualitas Sangat

Baik (SB) dengan persentase sebesar 89,1%. Uji terbatas dilakukan oleh 6 siswa

dan menghasilkan kriteria Sangat Baik (SB) dengan persentase sebesar 93,8%.

Sedangkan pada siswa di uji luas dilakukan oleh 30 siswa menghasilkan kriteria

Sangat Baik (SB) dengan persentase 96,3%.

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti mengenai analisis kebutuhan

dalam penggunaan smartphone berbasis Android pada 28 siswa kelas XI di SMA

Negeri 9 Bandar Lampung dan 10 guru fisika di provinsi Lampung diperoleh data

57% siswa telah memiliki smartphone berbasis Android, 14% memiliki

smartphone blackberry dan 10% smartphone iPhone (iOS) serta sisanya memiliki

Hp biasa, 82% siswa mampu menggunakan dan mengoprasikan smartphone

berbasis Android. Meskipun siswa tidak memiliki smartphone berbasis Android

mereka dapat menggunakan. Kemudian untuk guru 70% telah memiliki

smartphone dan 90% guru mampu menggunakan dan mengoprasikan smartphone

berbasis Android. Hal itu menunjukan smartphone sudah tidak asing lagi bagi

siswa dan guru bahkan telah akrab dengan para siswa dan guru. Dari hasil studi

4

pendahuluan tersebut guru dan siswa dimungkinkan dapat menggunakan

smartphone jika di jadikan media pembelajaran.

Pengembangan media pembelajaran sebagai suplemen komplemen atau subtitusi.

Dari sumber belajar, tidak lepas dari materi yang akan diajarkan. Materi pelajaran

pemenasan global (global warming) merupakan pokok bahasan yang penting

dalam pelajaran fisika, karena kurangnya pemahaman masyarakat tentang global

warming dapat menimbulkan bencana lingkungan yang sangat luas. Jika

pengetahuan masyarakat tentang lingkungan secara umum meningkat, maka

mereka akan berperilaku dengan cara yang menghindari degradasi lingkungan

(Yazdanparast, et. al. 2013).

Hasil penelitian Yazdanparast, et. al. (2013) menunjukan bahwa siswa Teheran

tidak mendapat informasi dengan baik tentang fenomena pemanasan gelobal,

dijelaskan juga hanya sekitar 5% dari siswa mampu menjelaskan efek rumah kaca

dengan lengkap dan benar, kemudian separuh lebih siswa tidak menjawab

pertanyaan yang diajukan. Hasil penelitian tersebut diperkuat oleh Shepardson ,

et. al. (2011) yang menyatakan bahwa masih terdapat siswa sekolah menengah

(39 SMP dan 12 SMA) dari Midwest yang bingung tentang efek rumah kaca serta

jenis radiasi yang terlibat dalam efek rumah kaca.

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti tentang pemahaman konsep

Global warming dengan menggunakan sumber data 28 siswa kelas XI di SMA

Negeri 9 Bandar Lampung dan 10 guru di Lampung, diperoleh informasi bahwa:

siswa telah mengerti difinisi Global warming dan “efek rumah kaca”, akan tetapi

mereka tidak mampu menganalisis secara tepat mengapa hal itu dapat terjadi serta

5

tidak memahami secara tepat pemicu efek rumah kaca dan Global warming. Hasil

studi pendahuluan juga mengungkap 90% guru merasa kesulitan mencari media

pembelajaran Global warming.

Guna mencapai hasil belajar yang optimal dalam penggunaan media

pembelajaran, perlu pendekatan yang tepat dalam proses pembelajaran.

Pendekatan pembelajaran berpusat pada siswa (student centered learning)

menjadi kajian yang banyak dilakukan untuk memperbaiki kualitaspembelajaran (Sahin, 2010). Pendekatan saintifik adalah, pendekatanpembelajaran berpusat pada siswa, dimana proses pengalaman belajar yangditempuh oleh siswa adalah, mengamati, menanya, mencari informasi,mengasosiasi, dan mengkomunikasi. (Marjan, et.al, 2014). Dengan demikianpendekatan saintifik menekankan pada keaktifan murid dalam belajar, sertamemberikan kesempatan kepada murid untuk membangun konsep dalampengetahuannya secara mandiri, membiasakan murid dalam merumuskan,menghadapi, dan menyelesaiakan permasalah yang ditemukan.Komponen yang diperlukan dalam mencapai hasil belajar yang optimal pada

pendekatan saintifik adalah media pembelajaran, yang saling terkait dengan

komponen lainya dalam mencapai tujuan pengajaran.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti telah melakukan penelitian dengan

judul “Pengembangan Media Pembelajaran Global Warming Berbasis

Smartphone Android Dengan Pendekatan Saintifik”.

6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.

1. Bagaimana bentuk media pembelajaran global warming berbasis smartphone

android dengan pendekatan saintifik guna meningkatkan hasil belajar kognitif

siswa?

2. Bagaimana kevalidan. efektivitas, kemenarikan, kemudahan pengoperasian,

dan kemanfaatan penggunaan media pembelajaran Global warming berbasis

Smartphone Android dengan pendekatan saintifik ?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mewujudkan media pembelajaran global warming

berbasis smartphone android dengan pendekatan saintifik guna meningkatkan

hasil belajar kognitif siswa?. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk

1. Menghasilkan media pembelajaran global warming berbasis smartphone

android dengan pendekatan saintifik guna meningkatkan hasil belajar

kognitif siswa?

2. mendeskripsikan efektivitas, kemenarikan, kemudahan pengoperasian, dan

kemanfaatan dari pengembangan media pembelajaran global warming

berbasis smartphone android dengan pendekatan saintifik

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik dari segi

teori, segi praktis maupun segi isu dan aksi sosial yang dapat diuraikan berikut ini.

7

1. Manfaat penelitian ini dari segi teori, yaitu untuk mengetahui konsep media

pembelajaran, pemilihan media pembelajaran dan langkah-langkah

pembuatan media pembelajaran.

2. Manfaat penelitian ini dari segi praktis, yaitu membantu siswa untuk

peningkatan meningkatkan hasil belajar kognitif melalui penggunaan media

pembelajaran global warming berbasis smartphone android dengan

pendekatan saintifik dan memperkenalkan kepada guru Fisika mengenai

penggunaan media pembelajaran global warming berbasis smartphone

android dengan pendekatan saintifik.

3. Manfaat penelitian ini dari segi isu dan aksi sosial, yaitu memperkenalkan isu

lingkungan dampak dari global warming kepada siswa untuk mendukung

adanya aksi mitigasi dan adaptasi terhadap global warming.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Pembatasan terhadap ruang lingkup permasalahan yang menjadi objek penelitian

adalah pengembangan smartphone sebagai media pembelajaran pada materi

global warming dengan pendekatan saintifik yaitu dengan batasan-batasan

masalah sebagai berikut :

1. Pengembangan yang dimaksud adalah media pembelajaran materi global

warming dengan pendekatan saintifik pada smartphone dengan sistem

operasi Android

2. Aplikasi dikembangkan pada smartphone dengan sistem operasi Android,

menggunakan perangkat lunak.

a. Ms PowerPoint 2007 ke atas

8

b. iSpring Suite 8

c. Website 2 APK

3. Smartphone Android minimal versi 4.0 /Ice Cream Sandwich

4. Materi pelajaran global warming yang dikembangkan berdasarkan

kurikulum 2013, pelajaran Fisika SMA kelas XI peminatan MIPA

5. Pengembangan media pada smartphone di gunakan untuk meningkatkan

hasil belajar kognitif siswa. Hasil belajar siswa merupakan hasil atau nilai

siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran materi pemanasan

global dengan menyesuaikan indikator-indikator dalam silabus

pembelajaran.

6. Metode yang digunakan dalam penelitian pengembangan ini adalah model

pengembangan Borg and Gall (1989)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Media Pembelajaran

Proses belajar mengajar terdiri dari beberapa komponen yang merupakan suatu

sistem yang terintegrasi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Salah satu

komponen tersebut adalah penggunaan media dalam proses belajar mengajar,

yang saling terkait dengan komponen lainya dalam mencapai tujuan pengajaran.

Media pembelajaran adalah bentuk komunikasi nonpersonal (bukan manusia)

yang merupakan wadah dari informasi pelajaran yang akan disampaikan kepada

siswa serta dapat menarik minat serta perhatian, sehingga tujuan daripada belajar

dapat tercapai dengan baik (Hosnan, 2014).

Komponen-komponen media pembelajaran harus mendasari pemikiran guru

dalam mendesain proses pengajaran di kelas. Menurut Mayer (2003) bahwa

desain multimedia harus cocok dengan tata cara belajar. Jika pembelajaran

merupakan proses pengkonstruksian pengetahuan, selayaknya multimedia

didesain berlandaskan teori-teori yang teruji agar dapat mengoptimalkan kegiatan

pembelajaran secara efektif.

Media pembelajaran harus dirancang, disusun, dibuat, dan disiapkan sedemikian

rupa oleh guru. Media yang diterapkan dalam proses pembelajaran merupakan

10

suatu karya dan dapat digolongkan sebagai teknologi dalam pembelajaran.

Klasifikasi media dalam pembelajaran dapat di lihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1. Klasifikasi Media dalam Pembelajaran.(sumber : Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

Nomor 59 Tahun 2014)

Sejalan dengan perkembangan teknologi, maka media pembelajaran mengalami

perkembangan melalui pemanfaatan teknologi tersebut. Berdasarkan teknologi

tersebut, Arsyad (2011) mengklasifikasikan media atas empat kelompok, yaitu:

VISUAL(pandang)

Non-projected

Projected

RadioRadio-kasetInterkomKomputerHPInternet

AUDIO(dengar)

TVCompact Disc (CD)Laser Disc (LD)HPKomputerInternet

AUDIO-VISUAL(pandang-dengar)

MEDIA

ALAT BANTU ALAT PERAGA

benda aslibenda tiruanmodel

Slide Projector (OHP Microprojector Film-Projector LCD Projector

Papan TulisPapan PlanelPapan MagnetPapan TempelPapan PasakPapan PakuFlipchartDiorama

ALAT UKUR

jangka sorong gelas ukur neraca termometer basicmeter

11

(a) media dengan teknologi cetak, (b). media dengan teknologi audio-visual, (c)

media dengan teknologi yang berdasarkan computer, dan (d) media dengan

gabungan teknologi cetak dan komputer.

Adapun manfaat dari media pembelajaran didalam proses pembelajaran antara

lain menurut Arsyad (2011)

a) Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi

sehingga memperlancar dan meningkatkan hasil belajar siswa.

b) Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian siswa

sehingga dapat untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, interaksi yang

lebih langsung antara siswa dan lingkungannya.

c) Media pembelajaran berguna mengatasi keterbatasan indera, ruang dan

waktu.

d) Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman pada murid

tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat dipilih mobile media atau media bergerak

sebagai media pembelajaran yang dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang dan

waktu, sehingga pembelajaran yang dilakukan juga bisa mobile.

B. Mobile learning

Ally (2009:1) menjelaskan mobile learning adalah pembelajaran melalui

teknologi mobile wireless yang memungkinkan setiap orang untuk mengakses

informasi dan materi pembelajaran dari mana saja dan kapan saja. Peserta didik

dapat mengatur sendiri kapan dia mau belajar dan dari mana saja sumber belajar

yang ia inginkan. Sehingga anusia mempunyai hak untuk mengakses materi

12

pelajaran dan informasi untuk meningkatkan kualitas hidup mereka terlepas dari

mana mereka tinggal, status mereka dan budaya mereka.

Darmawan (2012:15) menjelaskan mobile learning adalah salah satu alternatif

bahwa layanan pembelajaran dapat dilaksanakan di mana saja dan kapan saja.

Mobile learning didasari alasan bahwa pembelajaran dapat dilakukan di mana saja

dan kapan saja. Mempunyai cakupan yang luas karena menggunakan jaringan

selular komersial. Dapat diintegrasikan dengan berbagai sistem e-learning, sistem

akademik dan sistem layanan pesan instan.

Mobile Learning dalam konteks saat ini adalah kemampuan yang diberikan

kepada seseorang untuk menggunakan teknologi jaringan mobile untuk

mengakses informasi yang relevan atau menyimpan informasi baru terlepas dari

lokasi fisiknya. Secara teknis dapat dikatakan pembelajaran secara pribadi yang

menghubungkan pelajar dengan komputasi awan menggunakan perangkat

mobile. Mobile learning kebalikan dari pembelajaran yang terjadi di kelas

tradisional di mana pelajar hanya duduk, bergerak, memperhatikan guru yang

berdiri di depan kelas (Woodill, 2010:31).

Melalui mobile learning peserta didik dapat mengakses materi pembelajaran

dan informasi dari mana saja dan kapan saja. Peserta didik tidak perlu menunggu

waktu tertentu untuk belajar atau pergi ke tempat tertentu untuk belajar. Mereka

dapat menggunakan teknologi mobile wireless untuk keperluan belajar mereka

baik formal maupun informal.

Darmawan (2012:15) menjelaskan perkembangan mobile learning dilatar

13

belakangi oleh penetrasi perangkat mobile yang sangat cepat. Jumlah perangkat

mobile lebih banyak daripada PC. Perangkat mobile lebih mudah dioperasikan

daripada PC. Perangkat mobile dapat digunakan sebagai media belajar.

Mobile learning cenderung diartikan sebagai kondisi dimana siswa dapat

belajar tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu. Dalam konteks saat ini mobile

learning adalah pembelajaran yang dilakukan dengan memanfaatkan perangkat

mobile dan jaringan mobile. Jadi mobile learning adalah pembelajaran dengan

menggunakan perangkat mobile dan jaringan mobile sehingga siswa dapat

mengakses materi pembelajaran di mana saja dan kapan saja.

Woodil (2010:33) menjelaskan ekosistem mobile learning terdiri dari berbagai

jenis perangkat yang terkoneksi dengan berbagai jenis jaringan, seperti:

(a) Mobile Phon, (b). Personal Digital Assistents (PDA, (c). smartphone, (d)

notebook and netbook computers, (e). tablet device and computer, (f). digital

camera, (g). Portable media player,(h). game console and portable game device,

(i) Audience response systems, dan lain lain

Sedangkan Attewell Savill-Smith. dan Douch (2009:2) menjelaskan teknologi

yang digunakan untuk mobile learning adalah teknologi genggam seperti personal

digital assitans (PDAs), mobile phone, smartphone, MP3 and MP4 player,

multimedia pleyer portabel yang lain, konsole game, ultramobile PC, mini

notebook atau netbook, GPS dan lain-lain.

Dari berbagai perangkat yang digunakan untuk mobile learning salah satunya

adalah smartphone. Woodil (2010:36) menjelaskan smartphone berkembang saat

14

telepon selular semakin kecil dan mempunyai lebih banyak fitur dan kegunaan.

Pager yang populer pada 1980an berkembang menjadi telepon selular. Telepon

selular pada generasi kedua mempunyai fitur yang sangat sederhana seperti

telepon dan sms serta beberapa kegiatan sedarhana seperti permainan dan alat

sederhana seperti kalkulator dan stopwatch. Dalam perkembangannya banyak

fitur yang dimasukan ke dalam telepon selular seperti fitur-fitur yang terdapat

pada PDA. Kemudian diperkenalkan telepon tipe baru yang dikenal dengan

smartphone. Saat ini smartphone mempunyai bebagai fungsi seperti pada laptop

yang memungkinkan mengakses internet, dokumen, gambar, video serta berbagai

jenis aplikasi yang dapat memudahkan pekerjaan. Smartphone biasanya

mempunyai miniatur keyboard QWERTY atau keyboad virtual pada layar sentuh.

Smartphone saat ini dipandang sebagai salah satu platform yang paling cocok

digunakan untuk mobile learning.

C. Smartphone

Tingkat perkembangan perangkat smartphone yang semakin tinggi dan relatif

semakin murah merupakan faktor penyebab pengguna smartphone meningkat.

Pengguna smartphone Indonesia juga tumbuh pesat. Lembaga riset digital

memperkirakan pada 2018 jumlah pengguna smartphone di Indonesia akan

mencapai lebih dari 100 juta orang. Dengan jumlah sebesar itu, Indonesia akan

menjadi negara dengan pengguna smartphone terbesar keempat di dunia setelah

Cina, India, dan Amerika (Wahyudi, 2015).

Menurut Akopian, et. al (2013)

15

Smartphones are a common accessory to provide rich user experience dueto superior memory, advanced software-hardware support, fastprocessing, and multimedia capabilities

Kelebihan smartphone dari handphone biasa adalah terletak pada memorinya

yang sangat besar dan terdapat perangkat lunak (software) dan perangkat keras

(hardware) yang lebih canggih dengan prosesor yang lebih cepat dan

kemampuan multimedia yang lengkap.

Kelebihan yang dimiliki smartphone belum banyak diaplikasikan dalam

pembelajaran. Guru masih menggunakan metode dan media konvensional dalam

mengajar sehingga siswa merasa bosan ketika melakukan kegiatan pembelajaran.

Melihat potensi ini, pengembangan media pembelajaran dengan memanfaatkan

smartphone adalah dengan membuat mobile learning yang ditujukan untuk

semua telepon seluler berplatform Android. Alasannya karena operating system

Android menjelma menjadi sebuah sistem yang paling banyak digunakan pada

smartphone. Android adalah sistem operasi berbasis Linux yang diperuntukkan

untuk mobile device. Android merupakan sistem operasi yang paling diminati di

masyarakat karena memiliki kelebihan seperti sifat open source yang memberikan

kebebasan para pengembang untuk menciptakan aplikasi (Anggraeni, 2013:13).

Pembuatan media pembelajaran berbasis android terdiri dari tiga langkah yaitu

pertama dengan menggunakan Ms Power Point untuk membuat media

pembelajaranya, kedua mengubah file Power Point menjadi bentuk HTML5

dengan bantuan software iSpring Suite, dan langkah ke tiga mengubah HTML5

menjadi file APK dengan menggunakan aplikasi website 2 apk builder. Setelah

file berbentuk APK maka dapat diinstal di smartphone berbasis android

16

D. Global Warming

Global warming atau disebut juga pemanasan global adalah peningkatan suhu

rata-rata atmosfer, laut, dan daratan bumi yang disebabkan beberapa faktor,

kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi Gas Rumah Kaca

(GRK) akibat kegiatan manusia melalui efek rumah kaca. Pemanasan global akan

diikuti dengan perubahan iklim, seperti bertambahnya curah hujan dibeberapa

bagian dunia sehingga menimbulkan banjir dan erosi. Sedangkan, dibagian bumi

lain mengalami musim kering yang panjang disebabkan kenaikan suhu permukaan

bumi.

Menurut Kementrian Lingkungan Hidup (2012), jenis GRK yang berada di

atmosfer berpotensi menyebabkan perubahan iklim global adalah CO2, CH4, N2O,

HFCs, PFCs, SF6, NF3, CHF2OCF2OCHF2 , dan SF5CF3, C4F9OC2H5. Dari semua

jenis gas tersebut, GRK utama ialah CO2, CH4, dan N2O. Konsentrasi CO2 di

atmosfer terdapat sekitar 383 ppm (part per million) atau sekitar 0.0383% volume

atmosfer. Sedangkan N2O dan CH4 masing-masing 314 ppb dan 1745 ppb (part

per billion) atau sekitar 0.0000314% dan 0.000175% volume atmosfer.

Dampak yang ditimbulkan oleh gas-gas rumah kaca terhadap pemanasan global

sangat berbeda, untuk jumlah konsentrasi yang sama tiap-tiap gas rumah kaca

menimbulkan dampak pemanasan global yang berbeda. Global Warming Potential

(GWP) atau Potensi Pemanasan Global adalah sebuah nilai yang membandingkan

potensi GRK sebagai penyerap dan penahan cahaya matahari untuk

menghangatkan bumi dengan potensi karbon dioksida di atmosfer. Angka Potensi

Pemanasan Global ini yang dijadikan patokan adalah CO2, karena berdasarkan

17

usia CO2 berada dalam atmosfer sangat lama dan membutuhkan waktu selama 5 –

2000 tahun untuk bisa terurai.

Selain dampak Gas Rumah Kaca (GRK) sebagia penyebab global warming,

penipisan atau lubang pada lapisan ozon juga merupakan penyebab global

warming. Ozon adalah suatu lapisan oksigen yang tiap molekulnya terdiri dari

tiga atom O (O3). Pada suhu dan tekanan normal, ozon berbentuk gas biru. Ozon

pertama kali ditemukan oleh Christian Friedrich Schonbein pada tahun 1840.

Ozon dapat menjadi gas beracun sehingga apabila dekat dengan permukaan tanah

akan sangat berbahaya karena dapat merusak paru-paru jika terhisap. Sebaliknya,

lapisan ozon di atmosfer melindungi mahluk hidup di Bumi dari bahaya radiasi

sinar ultraviolet (UV). Dalam industry, ozon digunakan untuk membunuh kuman,

meniadakan pencemaran dalam air, mencuci, dan memutihkan kain.

Ozon dapat ditemukan terutama di dua lapisan atmosfer. Sekitar 10% di

Troposfer, dan sekitar 90% di Stratosfer. Sebagian besar ozon yang berada dalam

lapisan Statosfer inilah disebut dengan lapisan ozon. Lapisan ozon berada pada

Stratosfer pada ketinggian 19 sampai 48 km. Konsentrasi ozon di stratosfer

tidaklah tetap, karena ada proses terus menerus pembentukan dan pemusnahan

ozon. Ozon terbentuk dengan bantuan sinar UV yang memiliki energy lebih

besar daripada cahaya tampak. Pertama, radiasi UV diserap oleh oksigen

diatomic yang banyak terdapat di atmosfer. Energi ini dapat memecah ikatan

kimia pada oksigen menjadi atom O bebas yang bersifat reaktif.

Pada tahun 1950, ilmuwan memperkenalkan senyawa baru bernama Freon atau

Chlorofluorocarbon (CFC) dengan rumus kimia CF2Cl2 . Senyawa ini mempunyai

18

sifat fisis maupun kimia, sehingga dianggap menguntungkan dari segi teknologi

karena sangat stabil, tidak berbau, tidak mudah terbakar, tidak korosif terhadap

logam-logam di sekitarnya , serta tidak beracun terhadap manusia. Dengan sifat-

sifat menguntungkan dan harga yang tidak mahal, CFC digunakan untuk

mengganti senyawa- senyawa kimia seperti sulfur dioksida dan ammonia yang

beracun, mudah terbakar, dan berbau menyengat sebagai bahan pendingin dalam

mesin pendingin ruangna (AC) maupun lemari es. Penggunaan lain yang

dijumpai dalam keseharian adalah pada pendorong aerosol (hair spray). Tidak

seperti senyawa-senyawa kimi lain pada umumnya, CFC ini sangat stabil dan

secara kimia tidak reaktif, tidak dapat diuraikan pada ketinggian rendah dari

permukaan bumi. Untuk CFC sampai ke lapisan ozon diperlukan waktu 5 sampai

10 tahun. Setelah sampai, CFC dapat bertahan selama 70 hingga 400 tahun.

Lubang ozon dikemukakan oleh sekelompok peneliti, mereka menyadari bahwa

CFC yang stabil ini menyebabkan kerusakan ozon dalam atmosfer. Bagi manusia,

lapisan ozon yang menipis secara tidak langsung dapat mengakibatkan kulit dan

mata akan terpapar radiasi UV lebih banyak. Hal itu dapat memicu meningkatnya

kerusakan atau kanker kulit dan menyebabkan mata katarak. Peningkatan paparan

sinar UV juga dapat menekan system kekebalan tubuh dan dapat menyebabkan

masa hidup manusia bertambah pendek. Bagi tumbuhan, dapat merusak klorofil

tumbuhan yang menyebabkan berkurangnya produksi pangan bagi tumbuhan.

Plankton yang berada di dalam laut juga terancam mati akibat paparan radiasi UV

berlebih. Plankton merupakan rantai makanan binatang laut, maka jumlah ikan

akan berkurang jika Plankton berkurang. Fitoplankton merupakan jenis Plankton

yang menyumbang sekitar 70% kebutuhan oksigen di dunia dapat mati karena

19

terpapar radiasi UV berlebih, dapat menyebabkan terjadi keruskan-kerusakan

lainnya di muka bumi.

Kekhawatiran tentang akibat dari penipisan lapisan ozon yang akhirnya akan

membahayakan mahluk hidup di bumi, maka pada tahun 1986 dalam pertemuan

internasional di Montreal menghasilkan suatu perjanjian di mana seluruh negara

industry dunia setuju untuk membatasi produksi CFC dan mencari bahan pengganti

lain yang tidak berbahaya, dan pada akhirnya CFC dilarang untuk diproduksi.

Kebijaksanaan penghentian produksi gas CFC membuat perusahaan-perusahaan

kimia segera melakukan penelitian untuk mencari bahan pengganti CFC yang tidak

merusak lapisan ozon. Tahun 1992, penggunaan CFC berhasil dikurangi dengan

cepat sehingga kemudian dijadwalkan untuk mengurangi produksi CFC pada tahun

1996. Jika penggunaan CFC berhasil dikurangi secara besar-besaran mulai tahun

1996, maka dapat dihitung bahwa lapisan ozon baru kembali akan normal paling

cepat pada abad dua puluh satu.

Global warming sebagai salah satu persoalan lingkungan hidup global yang perlu

ditangani secara serius oleh semua negara. Oleh karena itu, pembelajaran

mengenai pemanasan global sangat penting dilakukan dalam rangka melakukan

adaptasi dan mitigasi terhadap fenomena pemanasan global kepada generasi

muda.

Mengingat pentingnya materi global warming maka pemerintah melalui Peraturan

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2014

mengenai Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah, telah

memasukan pokok bahasan global warming atau pemanasan global kedalam

20

pelajaran fisika di SMA pada kelas XI, yaitu pada Kompetensi Dasar sebagai

berikut:

3.12 Menganalisis gejala pemanasan global dan dampaknya bagi kehidupan

serta lingkungan dan KD

4.12 Mengajukan ide/gagasan penyelesaian masalah pemanasan global

sehubungan dengan gejala dan dampaknya bagi kehidupan serta

lingkungan.

E. Pendekatan Saintifik

Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian

rupa agar siswa aktif mengontruk konsep, hukum, atau prinsip dengan tahapan-

tahapan mengamati (identifikasi atau menemukan masalah ) merumuskan

masalah, mengajukan hipotesis, mencari data, menganalisis data, menarik

kesimpulan dan mengomunikasikan, konsep-konsep, hukum, atau perinsip yang

didapat. Pendekatan saintifik memberikan pemahaman kepada siswa untuk

mengenal, memahami berbagai materi dengan pendekatan ilmiah. Informasi

pada pendekatan saintifik dapat bersumber dari mana saja, kapan saja, tidak

tergantung dari guru saja. Suasana pembelajaran diarahkan untuk memacu

siswa dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi, dan bukan

hanya diberi tahu.

Keterkaitan antara pembelajaran dan kompetensi pada kurikulum 2013 dapat

dilihat pada tabel 2.1.

21

Tabel 2.1: Keterkaitan antara Pembelajaran dan Kompetensi

LangkahPembelajaran

Deskripsi Kegiatan Bentuk hasil belajar

Mengamati(observing)

Mengamati menggunakanindra (mendengar, melihat,menonton, membaca,menyimak, dansebagainya) dengan atautanpa mengunakan alat

Memperhatikan ketikamengamati suatuobjek/membaca suatutulisan/mendengar suatupenjelasan, catatan yangdibuat mengenai yangdiamati, kesabaran, waktu(on task) yang dipakaiuntuk mengamati

Menanya(questioning)

Mengajukan pertanyaan,tanya jawab, berdiskusi

mengenai informasi yangbelum dimengerti,informasi tambahan yangingin didapat, atau sebagaiklarifikasi informasi.

Jenis, jumlah, dan kualitaspertanyaan yang diajukansiswa (pertanyaan berupafaktual, konseptual,prosedural, dan hipotetik)

Mengumpulkaninformasi(experimenting)

Mengeksplorasi,melakukan eksperimenmencoba,mendemonstrasi-kan,meniru bentuk/gerak,membaca sumber lainselain buku teks, mencaridata dari nara sumberdengan angket,wawancara, danmemodifikasi/mengembangkan

jumlah dan kualitassumber yang digunakan,kelengkapan informasiyang didapat, validitas dariinformasi yangdikumpulkan, dan alat /instrumen yang digunakanuntuk mencari data.

Menalar/Mengasosiasi (associating)

mendiskusikan informasiyang sudah dikumpulkan,menganalisis data denganmembuat kategori,menalar ataumenghubungkanfenomena/informasi yangterkait hingga menemukansuatu pola, danmenyimpulkan.

mengembangkanargumentasi, interpretasidan kesimpulan mengenaiketerkaitan informasi daridua fakta/konsep,mengargumentasikan,menginterpretasi danmenyimpulkan mengenaiketerkaitan lebih dari duafakta/konsep/teori,mensintesis danmenyimpulkan keterkaitanantar beberapa jenis fakta-fakta/konsep/teori/pendapa

22

LangkahPembelajaran

Deskripsi Kegiatan Bentuk hasil belajar

t; mengembangkanargumentasi, interpretasidan kesimpulan yangmenunjukkan keterkaitanfakta/konsep/teori dari duasumber atau lebih yangtidak bertentangan;mengembangkanargumentasi, interpretasidan kesimpulan darikonsep/teori/pendapatyang berbeda dari berbagaijenis sumber.

Mengomunikasi-kan(communicating)

menyajikan laporan dalambentuk gambar, diagram,atau grafik; menyusunlaporan tertulis; danmenyajikan laporan mulaidari proses, hasil, dankesimpulan secara lisan

mempersentasikan hasilkajian (dari mengamatisampai menalar) dalambentuk sajian tulisan,grafis, media, multi mediadan lain-lain

*) Dapat disesuaikan dengan kekhasan masing-masing mata pelajaran(sumber: Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RepublikIndonesia Nomor 59 Tahun 2014)

Penggunaan pendekatan saintifik dapat mempengaruhi hasil belajar siswa dan

mendapatkan respon yang baik oleh siswa. Hasil penelitian Aprilia, L. (2015)

menunjukan bahwa hasil belajar pengetahuan (posttest) dianalisis dengan

mengguanakan analisis n-gain dan uji-t untuk mengetahui perbedaan hasil pretest

dengan posttest dengan nilai t hitung sebesar 20,11 sedangkan t tabel sebesar 2,02.

Karena t hitung > t tabel, maka dapat dinyatakan hasil posttest memiliki

perbedaan hasil pretest. Dan berdasarkan uji kesamaan dua rata-rata, didapatkan

bahwa nilai posttest lebih besar dari nilai pretest. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa pembelajaran berpengaruh positif bagi hasil belajar siswa. Pada ranah

sikap, setiap pertemuan rata-rata nilai yang diperoleh adalah 2,85 (baik). Pada

23

ranah keterampilan, setiap pertemuan rata-rata nilai yang diperoleh adalah 2,72

(baik). Respon siswa sangat baik terhadap pembelajaran yang menggunakan

pendekatan saintifik dengan model pembelajaran guided discovery. Hasil

penelitian tersebut juga diperkuat oleh Setiawan, A. R. (2017) desain

pembelajaran topik gerak lurus di sekolah menengah pertama dengan

menggunakan pendekatan saintifik yang telah dirancang mendapat tanggapan

siswa hampir maksimal pada setiap tahap kegiatan pembelajaran.

F. Teori yang Mendukung Pegembangan Media Pembelajaran

Media pembelajaran global warming secara umum didukung oleh beberapa teori

belajar, seperti; teori pemrosesan informasi, teori belajar kognitif, teori belajar

konstruktivis, dan teori belajar bermakna. Masing-masing teori tersebut dijelaskan

sebagai berikut.

1. Teori Pemrosesan Informasi

Memori manusia dapat direpresentasikan sebagai sebuah sistem pengolahan

informasi yang terdiri dari tiga proses dasar, yaitu: (1) encoding mengacu pada

bagaimana seseorang mengubah informasi menjadi bentuk yang dapat disimpan

dalam memori, (2) storage mengacu pada bagaimana seseorang menyimpan

informasi yang telah dikodekan, dan (3) retrieval mengacu pada bagaimana

mendapatkan akses informasi yang tersimpan dalam memori (Nevid, 2009). Bila

seseorang ingin mengingat suatu informasi maka orang tersebut akan memberikan

perhatian pada informasi tersebut, sehingga membutuhkan waktu untuk membawa

semua informasi yang direkam dalam waktu singkat (Slavin, 2008).

24

Pembelajaran mengarahkan siswa untuk menyelesaikan masalah melalui langkah

penyelesaian masalah yang efektif, mulai dari memahami masalah, merencanakan

solusi, mengeksekusi, dan mengevaluasi. Siswa perlu memusatkan perhatian agar

terbiasa melakukan hal tersebut dalam menyelesaikan masalah. Pada dasarnya

siswa tidak mengerjakan sesuatu secara otomatis, melainkan memerlukan banyak

latihan (Woolfolk, 2009).

Apabila siswa banyak mengelaborasi ide baru, maka semakin banyak pula yang

dijadikan sebagai pengetahuannya sendiri, pemahaman siswa akan semakin

dalam, dan semakin baik pula ingatan mereka pada pengetahuan tersebut. Guru

dapat mengelaborasi pengetahuan siswa melalui beberapa kegiatan seperti;

menerjemahkan informasi dengan kata-katanya sendiri, membuat contoh,

menjelaskan kembali, menggambarkan berbagai hubungan, dan menerapkan

informasi untuk mengatasi masalah.

2. Teori Belajar Kognitif

Teori belajar kognitif berorientasi pada kemampaun siswa memproses informasi

yang berkenaan dengan kemampuan memecahkan masalah dan kemampuan

berpikir produktif, serta berkenaan dengan kemampuan intelektual umum

(general intellectual ability) (Rehalat, 2014). Teori belajar kognitif juga

berpotensi memberikan pembelajaran yang lebih bermakna pada siswa dan

berdampak lebih lama, sehingga dapat menhubungkan konsep yang sudah ada

(Merriam & Caffarella, 1999).

25

Menurut Mayer & Moreno (2002), teori kognitif pembelajaran yang disajikan

pada Gambar 2.2. Teori ini mengasumsikan manusia memiliki dua saluran

menuju memori kerja. Satu saluran berasal dari indera pendengaran dan saluran

yang lain berasal dari indera penglihatan.

Gambar 2.2. Skema Teori Kognitif Pembelajaran Multimedia Sumber: Mayer &Moreno (2002)

3. Teori Belajar Konstruktivis

Teori belajar sangat penting untuk proses pembelajaran yang efektif, karena teori

belajar menjelaskan berbagai aspek dalam proses pembelajaran. Belajar

didefinisikan sebagai suatu proses pada makhluk hidup yang mengarah pada

kemampuan permanen yang tidak semata-mata karena usia (Illeris, 2007). Teori

belajar modern beranggapan bahwa belajar terjadi melalui berbagai pengalaman

dan menghasilkan perubahan pemahaman yang relatif, dan akhirnya terjadi

perubahan tindakan dan prilaku. Inti dari semua sistem pendidikan modern adalah

bekerja bersama dengan siswa untuk meningkatkan kemampuan belajar mereka,

yang didasarkan pada banyak keadaan, seperti; sosial, budaya, dan ekonomi, di

mana pembelajaran berlangsung.

Teori belajar konstruktivis adalah teori yang mengkonseptualisasikan belajar

sebagai hasil dari membangun makna dari pengalaman dan pengetahuan

26

sebelumnya (Lowenthal & Muth, 2008). Teori konstruktivis menekankan pada

beberapa asumsi, yaitu; (1) belajar adalah kegiatan adaptif, (2) belajar berada

dalam konteks di mana peristiwa itu terjadi, (3) pengetahuan dibangun oleh siswa,

(4) pengalaman dan pemahaman sebelumnya berperan dalam proses belajar, (5)

peka terhadap perubahan, dan (6) peran interaksi sosial dalam pembelajaran

(Beothel & Dimock, 2000).

4. Teori Belajar Bermakna

Pembelajaran bermakna merupakan proses menghubungkan informasi baru pada

konsep yang relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Menurut

teori ini belajar pengetahuan baru akan bergantung pada apa yang sudah

diketahui. Artinya, landasan pengetahuan dimulai dengan pengamatan dari

peristiwa atau objek melalui konsep yang sudah dimiliki. Belajar dikatakan

bermakna apabila informasi yang akan dipelajari oleh siswa disusun sesuai

struktur kognitif yang dimiliki oleh siswa, sehingga siswa mampu menghubung-

kan informasi yang baru mereka peroleh ke dalam struktur kognitif yang telah

mereka miliki.

Menurut Ausubel & Fitzgerald (1961), belajar dapat dikategorikan dalam dua

dimensi, yaitu pertama berhubungan dengan cara penyajian informasi kepada

siswa melalui penemuan. Kedua berhubungan dengan cara siswa menghubungkan

informasi dalam bentuk fakta, konsep, dan generalisasi materi yang sedang

dipelajari diasimilasikan ke dalam pengetahuan yang telah dimiliki. Terdapat tiga

persyaratan yang diperlakukan dalam suatu pembelajaran bermakna, yaitu

pertama, materi yang akan dipelajari harus logis, konsisten dengan yang diketahui

27

oleh siswa, dan harus sesuai dengan tingkat perkembangan dalam struktur kognitif

siswa. Guru harus menyiapkan ringkasan informasi dari konsep yang akan

dipelajari oleh siswa yang dihubungkan dengan struktur kognitif siswa. Kedua,

harus memiliki konsep yang relevan terhadap struktur kognitif siswa. Ketiga,

siswa harus memilih untuk menghubungkan dan mengintegrasikan pengetahuan

dengan pengetahuan yang telah dimilki yang relevan dalam struktur kognitifnya.

Faktor motivasi berperan penting dalam hal ini, karena siswa tidak akan

mengintegrasikan pengetahuan baru yang mereka peroleh apabila siswa tidak

memiliki keinginan dan tidak memiliki pengetahuan tentang bagaimana cara

melakukannya. Guru harus mengatur agar materi pembelajaran tidak dipelajari

dengan menghafal (Novak, 2011).

Siswa dapat membangun pengetahuan mereka sendiri melalui menghubungkan isu

atau konsep baru dengan pengalaman belajar yang ada, dan menciptakan

hubungan dari konsep yang sedang dipelajari. Hal ini dikenal dengan membangun

makna, pembelajaran yang mengkondisikan siswa untuk membangun makna

dengan fokus pada aktivitas dalam menggunakan pengetahuan yang berdampak

pada pembentukan siswa yang kritis dan kreatif.

Pembelajaran yang didasari pada penyelesaian masalah merupakan suatu

pembelajaran rasional yang akan membagkitkan kreativitas siswa. Pembelajaran

yang dapat membangkitkan motivasi untuk mengintegrasikan pengetahuan baru

ke dalam pengetahuan sebelumnya akan lebih bermanfaat untuk siswa (Novak,

2011). Selain itu, apabila suatu pembelajaran dapt diintegrasikan dengan aktivitas

28

dan membantu membimbing serta menjelaskan aktivitas yang dilakukan, maka

akan berdampak pada pemahaman yang lebih baik.

G. Kerangka Pemikiran

Pokok bahasan global warming dalam pelajaran Fisika, merupakan pokok

bahasan yang baru, sehingga siswa masih sulit memahami tentang global

warming. Untuk mempermudah siswa dalam memahami global warming perlu

suatu pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Pendekatan saintifik

merupakan pendekatan yang berpusat pada siswa yang mencakup tiga bagian

yaitu, sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Proses pengalaman belajar dalam

ketiga bagian tersebut terdapat dalam proses, mengamati, menanya, mencari

informasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasi.

Dalam proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik, bagian sikap

dimaksudkan agar siswa tahu tentang ‘mengapa’. Bagian keterampilan

dimaksudkan agar siswa tahu tentang ‘bagaimana’. Sedangkan, bagian

pengetahuan dimaksudkan agar siswa tahu tentang ‘apa’. Hasil akhirnya adalah

peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang

baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk

hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi

sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Informasi pada pendekatan saintifik dapat

bersumber dari mana saja, kapan saja, tidak tergantung dari guru.

Proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik memerlukan media

pembelajaran agar proses belajar mengajar lebih efektif dan menarik sehingga

29

diperoleh hasil belajar yang baik. Media yang digunakan dalam proses

pembelajaran dengan pendekatan saintifik, harus sesuai dengan karakteristik dari

pendekatan saintifik tersebut. Media yang sesuai dengan karakteristik pendekatan

saintifik adalah media yang bersifat mobaile, karena informasi pada pendekatan

saintifik dapat bersumber dari mana saja, kapan saja, tidak tergantung dari guru.

Media pembelajaran ini dikembangkan dalam bentuk aplikasi android yang dapat

dengan mudah dibuka menggunakan smartphone dengan sistem operasi android.

Pengembangan media pembelajaran dapat membantu siswa mengakses materi

pelajaran. Materi terangkum dalam sebuah aplikasi yang dapat dibuka

menggunakan perangkat mobile seperti smartphone android. Dengan adanya

materi yang terangkum dalam sebuah aplikasi dan dapat dengan mudah diakses

oleh siswa diharapkan siswa semakin sering mengakses materi sehingga hasil

belajar siswa dapat meningkat.

Menurut Mayer (2003), asumsi yang mendasari teori kognitif tentang multimedia

learning, yakni saluran ganda (dual-channel), kapasitas terbatas (limited

capacity), dan pemrosesan aktif (active-processing). Asumsi saluran ganda (dual-

channel assumption) menyatakan bahwa manusia menggunakan saluran

pemrosesan informasi terpisah yakni untuk informasi yang disajikan secara visual

dan informasi yang disajikan secara auditif. Pemrosesan informasi terjadi dalam

tiga tahap. Pertama, informasi memasuki sistem pemrosesan informasi baik

melalui saluran visual maupun melalui saluran auditif. Kedua, informasi-

informasi ini kemudian diproses secara terpisah tetapi bersamaan di dalam

memori kerja (working memory), di mana isyarat tutur (speech) yang bersifat

30

auditif maupun gambar (termasuk di dalamnya video) dipilih dan ditata.

Kemudian, tahap ketiga, informasi dari kedua saluran tersebut disatukan dan

dikaitkan dengan informasi lain yang telah tersimpan di dalam memori jangka

panjang.

Dari uraian di atas, dapat dirumuskan kerangka pemikiran sebagai berikut: jika

media pembelajaran global warming berbasis smartphone android dengan

pendekatan saintifik diterapkan dalam pembelajaran dapat meningkatkan hasil

belajar siswa”. Kerangka pemikiran penelitian pengembangan ini dapat

ditunjukkan pada Gambar 2.3.

Gambar. 2.3. Kerangka Pemikiran media pembelajaran global warming berbasissmartphone android dengan pendekatan saintifik

Pendekatan saintifik(mengamati,menanya,mengumpulkan informasi,menalar,mengomunikasikan

Video fenomenafisika, prosesterjadinyapemanasan globaldan dampaknyaterhadap bumi

Learning ContentDevelopment System

materi pokok PemanasanGlobal

Soal-soalPemanasanGlobal

Hukum, prinsipdan teoriPemanasanGlobal

Keefektifan, kemenarikan,kemudahan, dankemanfaatan

hasil belajarpemanasan global

Pengetahuan awal

31

III. METODE PENELITIAN

A. Model Pengembangan

Penelitian pengembangan ini menggunakan (Education Research and

Development). Pengertian dari penelitian pengembangan menurut Borg & Gall

(1989), yaitu sebuah proses untuk mengembangkan dan memvalidasi produk-

produk pendidikan. Langkah-langkah dalam pengembangan sebagian besar

meliputi sepuluh langkah menurut Borg & Gall (1989) yaitu meliputi: (1)

penelitian dan pengumpulan informasi (research and information collection), (2)

perencanaan (planning), (3) pengembangan dari produk pendahuluan (develop

premilinary form of product), (4) uji coba pendahuluan (preliminary field study),

(5) merevisi terhadap produk utama (main product revision), (6) melakukan uji

coba utama (main field testing), (7) merevisi produk operasional (operational

product revision), (8) uji coba operasional (operational field testing), (9) merevisi

produk akhir (final product revision), dan (10) desiminasi dan distribusi

(dessimination and distribution).

Kesepuluh langkah-langkah Borg & Gall (1989) tersebut kemudian dapat

dilakukan penyederhanaan sesuai kebutuhan penelitian. Langkah-langkah

penelitian Borg & Gall (1989) dilaksanakan dalam empat tahap penelitian, yaitu,

tahap mengumpulkan informasi, tahap perencanaan, tahap pengembangan produk,

32

dan tahap evaluasi produk. Secara umum, keseluruhan alur penelitian dan

pengembangan ini dapat disajikan dalam Gambar 3.1.

Keterangan: : Kegiatan : Pilihan : Urutan

: Hasil : Siklus

Gambar 3.1. Model Pengembangan media Pembelajaran Borg & Gall

B. Tahap-Tahap Penelitian

Pelaksanaan langkah-langkah keempat tahapan yang menjadi prosedur penelitian

dan pengembangan seperti terlihat pada Gambar 3.1 sebagai berikut:

Penelitian danpengumpulan data

Perencanaan

Pengembanganproduk awal

Uji coba pendahuluan

Draf I

Draf I-i

Tidak

Revisi produk

Ya

Analisis hasil Valid?

Uji kelompokkecil

Draf II

Tidak

Revisi produk

YaYa

revisi produk

Evaluasi hasil ujicoba

efektif

Penyempurnaanproduk hasil

Media valid,efektif, menarik,dan Praktis

Draf II-i

Uji validasi ahli

Analisis hasil

Uji cobaproduk

33

1. Tahap Pengumpulan Informasi

Pengumpulan informasi dilakukan melalui studi pustaka dan studi lapangan.

Studi pustaka merupakan kajian untuk mempelajari konsep-konsep atau teori-teori

yang berkenaan dengan produk yang dikembangkan. Studi kepustakaan dilakukan

terhadap analisis konsep media pembelajaran, global warming, smartphone,

Android dan pendekatan saintifik, yang disesuaikan dengan karakteristik materi

global warming yang sesuai dengan Kurikulum 2013. Analisis dilakukan juga

dengan melakukan kajian literatur mengenai hasil-hasil penelitan yang berkaitan

dan mendukung studi pendahuluan baik itu berasal dari hasil penelitian yang

termuat dalam proceeding maupun jurnal ilmiah, buku referensi, dan internet.

Studi kepustakaan juga mengkaji konsep dan teknik pelakasanakan penelitian

khususnya yang berkenaan dengan penelitian dan pengembangan.

Studi lapangan dilakukan untuk mengumpulkan data berkenaan dengan proses

pembelajaran yang selama ini dilakukan terkait dengan materi global warming

yang dilakukan melalui kegiatan penyebaran angket, wawancara dan observasi.

Penyebaran angket dilakukan dengan dua tujuan utama yaitu memperoleh

informasi tentang pemahaman siswa terhadap isu lingkungan tentang global

warming dan memperoleh informasi penggunaan smartphone berbasis Android

dalam pembelajaran. Dari pengumpulan informasi awal yang diperoleh melalui

penyebaran angket ini, kemudian dilakukan pendalaman lebih lanjut melalui

wawancara dan observasi. Dari studi pendahuluan berupa studi literatur dan studi

lapangan, diperoleh kosep-konsep teoritik yang mengarahkan pada pembuatan

produk media pembelajaran pada smartphone berbasis Android yang tepat dan

efisien dalam pembelajaran materi global warming, dan data empirik yang

34

menyediakan informasi mengenai pemahaman tentang isu lingkungan terkini

yaitu global warming dan kebutuhan media pembelajaran materi global warming.

Dari studi pendahuluan ini kemudian dijadikan bahan dalam tahap

pengembangan.

2. Tahap Perencanaan

Tahap perencanaan disusun berdasarkan temuan dari tahap pengumpulan

informasi, meliputi tinjauan standar isi, yaitu menentukan kompetensi inti,

kompentensi dasar dan indikator yang ingin dicapai, pembuatan flowchart yang

merupakan pembuatan bagan yang terdiri dari simbol-simbol tertentu yang

menunjukkan langkah-langkah suatu prosedur atau program serta pembuatan

storyboard yang merupakan visualisasi dalam bentuk gambar beserta keterangan-

keterangannya mengenai multimedia yang dikembangkan

3. Tahap Pengembangan

Tahap pengembangan ini meliputi kegiatan perancangan dan pengembangan

produk media pembelajaran pada smartphone berbasis Android. Perancangan

produk disusun berdasarkan temuan dari studi pendahuluan, meliputi tahap

analisis bentuk media dan pembuatan storyboard yang merupakan visualisasi

dalam bentuk gambar beserta keterangan-keterangannya mengenai media

pembelajaran pada smartphone berbasis Android yang akan dikembangkan.

Pengembangan produk meliputi pembuatan antar muka, instalasi software,

pengujian aplikasi, publisasi dan pemaketan. Pengujian aplikasi adalah pengujian

yang dilakukan oleh pengembang untuk mengetahui jalanya media pembelajaran

35

pada smartphone berbasis Android dan mengetahui bug atau error di dalam media

pembelajaran pada smartphone berbasis Android. Publisasi adalah pengubahan

format aplikasi agar aplikasi bisa dijalankan smartphone pengguna. Pemaketan

dilakukan untuk mengumpulkan aplikasi ke dalam satu paket. Hasil dari tahap ini

adalah produk awal media pembelajaran global warming pada smartphone

berbasis Android.

4. Tahap Evaluasi

Produk awal pengembangan yang telah dibuat kemudian akan dievaluasi dan

divalidasi oleh ahli yang terdiri dari ahli desain produk pembelajaran dan ahli

materi. Uji desain produk yang dikembangkan meliputi: pemilihan font, suara, tata

letak, dan pemilihan warna komponen penyusun, serta seluruh aspek

keinteraktifan pada produk yang dikembangkan. Uji ahli materi meliputi:

kesesuaian materi, keakuratan materi, dan kemukhtahiran materi. Jika setelah

dievaluasi dan divalidasi harus dilakukan perbaikan, maka akan memasuki tahap

revisi. Tahap selanjutnya media pembelajaran yang layak digunaan maka

dilakukan tahap uji satu lawan satu. Pada tahap pengembangan, validasi ahli

(expert judgement) ditetapkan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu

oleh ahli-ahli desain produk pembelajaran dan ahli materi dengan memberikan

instrument tertutup yang terdiri dari dua jawaban ” ya” dan “ tidak” namun pada

instrument di berikan ruang untuk memberikan saran dan kritik bagi

pengembangan media.

Tahap pengujian atau implementasi terdiri dari uji coba kelompok kecil, berupa

uji coba satu lawan satu, yaitu satu kelas eksperimen dan satu kelas control. Uji

coba ini menggunakan instrument angket, yang berisi penilaian produk

36

pengembangan media. Jenis angketnya adalah angket tertutup, dan hanya terdiri

dari dua jawaban yaitu "Ya" dan "Tidak". Selain itu, pada angket ini pula

responden diberi ruang untuk memberikan saran dan kritik bagi pengembangan

media agar apa yang dikembangkan memenuhi kriteria produk yang baik.

Penilaian pada tahap ini meliputi hal-hal sebagai berikut:

a. Kemudahan mengoperasikan media pembelajaran pada smartphone,

b. Keterbacaan tampilan media pembelajaran pada smartphone

c. Kemudahan responden dalam memahami materi pembelajaran global

warming

Tahap evaluasi pada dasarnya merupakan tahap implementasi produk. Produk

awal yang telah dievaluasi dan divalidasi kemudian dilakukan uji coba lapangan

dalam kelompok kecil. Uji coba lapangan dalam kelompok kecil dilakukan

dengan mengujicobakan produk media pembelajaran pada smartphone berbasis

Android kepada siswa sebagai calon pengguna produk.

Metode penelitian yang dipilih adalah metode quasi experimental design dengan

menggunakan desain penelitian nonequivalent control group design. Desain ini

hampir sama dengan pretest-posttest control group design, tetapi pada desain ini

group eksperimen maupun group kontrol tidak dipilih secara random (Sugiyono,

2009). Penggunaan prosedur penelitian ini dilakukan dengan memisahkan

kelompok perlakuan (treatment) dan kelompok kontrol, yang diuji melalui pretest

dan posttest. Peneliti kemudian membandingkan skor perbedaan rata-rata antara

kelompok yang diberi perlakuan dan kelompok kontrol. Desain nonequivalent

control group design dapat ditunjukkan pada Tabel 3.1.

37

Tabel 3.1. Desain Nonequivalent Control Group Design

Kelompok Pretest Perlakuan Postest(Variabel bebas) (Variabel terikat)

Eksperimen O1 X O2

Kontrol O3 - O4

Pada tahap evaluasi ini peneliti ingin mendapatkan informasi apakah produk yang

dikembangkan telah sesuai untuk diimplementasikan pada siswa guna

meningkatkan hasil belajar siswa. Pada tahap ini yang diamati adalah kekuatan

yang dimiliki pada produk yang dikembangkan serta hasil penerapan produk

untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pelajaran pemanasan global.

Setelah uji coba dilakukan, peneliti melakukan evaluasi dan refleksi melalui

penyebaran angket dengan tujuan untuk mengetahui keefektifan, efesiensi dan

kemenarikan dalam pemakaian produk. Hasil evaluasi digunakan sebagai dasar

untuk melakukan revisi produk yang dikembangkan. Uji coba lapangan dalam

kelompok kecil dilakukan sampai diperoleh produk yang siap untuk di gunakan

secara luas.

C. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 9 Bandar Lampung. Uji coba dalam

penelitian ini dikelompokkan berdasarkan tiga tahap pokok penelitian, yaitu Uji

coba penelitian pada tahap studi pendahuluan, tahap pengembangan, dan tahap

pengujian atau implementasi yang ditentukan secara purposive, dengan

mempertimbangkan aspek kurikulum dan tujuan khusus penelitian.

Pada tahap studi pedahuluan, terdapat dua kegiatan pengumpulan informasi yaitu

informasi pemahaman siswa tentang isu lingkungan global warming dan

38

informasi analisis kebutuhan media pembelajaran global warming. Teknik

purposive sampling digunakan untuk memilih subjek penelitian pada tahap studi

pendahuluan ini. Secara lebih rinci, subjek penelitian pada tahap studi

pendahuluan ini dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2. Tahapan studi pendahuluan

Tahapan Studi

PendahuluanSubjek Lokasi Subjek

Informasi pemahaman siswatentang global warming

28 siswa SMA Negeri 9 Bandarlampung

Analisis kebutuhan mediapembelajaran globalwarming

28 siswa SMA Negeri 9 BandarLampung

10 guru 1 guru di SMA Pringsewu,4 guru di SMA BandarLampung, 3 guru di SMALampung Tengah, dan 2guru di SMA Metro

D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Teknik dan alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis dokumen dan kajian kepustakaan, wawancara, observasi, angket,

1. Analisis Dokumen dan Kajian Kepustakaan

Analisis dokumen dilakukan melalui kajian dokumen yang terkait dengan

pengembangan produk media pembelajaran global warming pada smartphone

berbasis Android. Dokumen yang dikaji meliputi kurikulum dan silabus mata

pelajaran fisika yang berlaku pada saat penelitian dilaksanakan serta konsep-

konsep teoritis yang mendukung pengembangan produk. Selain analisis dokumen,

juga dilakukan kajian kepustakaan berupa hasil penelitian yang relevan. Hasil

kajian analisis dokumen dan kajian kepustakaan sebagai landasan teoritik

39

pengembangan media pembelajaran global warming pada smartphone berbasis

Android di SMA.

2. Wawancara

Pengumpulan data melalui wawancara dilaksanakan pada tahapan studi

pendahuluan. Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi langsung dari

guru yang dilibatkan sebagai subjek penelitian. Data hasil wawancara dari guru

diharapkan mengenai: 1) pembelajaran fisika yang dilaksanakan; 2) media

pembelajaran yang digunakan dalam materi pemansan global; dan 3) gagasan

guru untuk menyempurnakan media pembelajaran yang dikembangkan.

3. Observasi

Observasi dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengumpulkan data secara

langsung yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran. Pada tahap studi

pendahuluan dilakukan observasi untuk memperoleh data pengguna smartphone

pada proses pembelajaran.

4. Angket

Pengumpulan data melalui penyebaran angket dilaksanakan pada tahap studi

pendahuluan, pengembangan dan tahap pengujian. Pada tahap studi pendahuluan

angket digunakan untuk mengetahui kebutuhan siswa dan guru terhadap media

pembelajaran global warming pada smartphone berbasis Android. Jenis

angketnya adalah angket tertutup. Angket tertutup merupakan angket yang pilihan

jawabannya ditentukan oleh pemberi angket dan hanya terdiri dari dua jawaban

yaitu "Ya" dan "Tidak". Pada tahap pengembangan, angket digunakan untuk

mengumpulkan data tentang kelayakan produk berdasarkan kesesuaian desain dan

40

materi pada produk yang dikembangkan berdasarkan instrumen angket uji ahli.

Pada tahap pengujian atau implementasi angket digunakan untuk mengumpulkan

data tentang kemudahan pengoprasian, kemenarikan dan kemanfaatan produk

yang dikembangkan.

5. Tes

Tes digunakan untuk mengumpulkan data pada saat pengujian produk. Tes yang

digunakan berupa tes tertulis yang dilaksanakan sebelum (pretest) dan setelah

(posttest) pembelajaran dilangsungkan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Instrumen tes merupakan soal-soal tes global warming. Tes disusun dalam tipe

uraian terdiri dari sepuluh item soal berdasarkan indikator-indikator pembelajaran

global warming.

Pemahaman global warming yang diukur dari soal-soal yang diberikan meliputi

memberikan penjelasan sederhana (menganalisis argumen, bertanya dan

menjawab klaifikasi dan pertanyaan yang menantang), membangun keterampilan

dasar (mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak),

menyimpulkan (mendeduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi, menginduksi

dan mempertimbangkan hasil induksi, membuat dan mengkaji nilai hasil

pertimbangan), memberikan penjelasan lebih lanjut (mendefinisikan istilah dan

mempertimbangkan definisi), dan mengatur strategi dan taktik (memutuskan suatu

tindakan). Pedoman pemberian skor yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 3.3.

41

Tabel 3.3. Pedoman Pemberian Skor Soal Uraian

Kategori Skor Indikator Penilaian

Skor Tinggi 5 Jawaban yang diberikan jelas, fokus dan akurat. Poin-

poin yang berhubungan dengan pertanyaan soal

dikemukakan dengan jelas untuk mendukung jawaban

yang diberikan. Hubungan antara jawaban dan soal

tergambar dengan jelas.

Skor Sedang 3 Jawaban yang diberikan jelas dan cukup fokus,

namun kurang lengkap. Contoh-contoh yang

diberikan terbatas. Keterkaitan antara jawaban dan

soal kurang kuat.

Skor Rendah 1 Jawaban yang diberikan kurang sesuai dengan apa

yang dimaksudkan dalam soal, berisi informasi yang

tidak akurat, atau menunjukkan kurangnya

penguasaan terhadap materi. Poin-poin yang

diberikan tidak jelas, tidak memberikan contoh yang

mendukung.

0 Tidak ada jawaban.

(Stiggins, 1994)

Untuk mengukur validitas dan reliabilitas instrumen tes kemampuan berpikir

kritis, sebelum diberikan kepada siswa pada saat penelitian, soal-soal tersebut

diuji cobakan terlebih dahulu terhadap siswa SMA yang telah memperoleh materi

global warming. Adapun, analisis instrumennya sebagai berikut.

a) Uji Validasi

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu

tes. Suatu tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak

diukur (Sugiyono, 2009).

Untuk menguji validitas setiap butir soal maka skor-skor yang ada pada butir

yang dimaksud dikorelasikan dengan skor totalnya. Skor tiap butir soal

42

dinyatakan skor X dan skor total dinyatakan sebagai skor Y. Dengan diperolehnya

indeks validitas setiap butir soal, dapat diketahui butir-butir soal manakah yang

memenuhi syarat dilihat dari indeks validitasnya. Untuk menguji validitas

instrumen digunakan rumus korelasi product moment dengan angka kasar sebagai

berikut.

= ∑ (∑ )(∑ ){ ∑ (∑ ) }{ ∑ (∑ ) }Keterangan: = koefisien korelasi yang dicari

N = banyaknya respondenx = nilai variable 1y = nilai variable 2

Untuk perhitungannya, peneliti menggunakan software SPSS (Statistical Product

and Service Solution) versi 21. Koefisien korelasi yang diperoleh kemudian

diinterpretasikan ke dalam kategori pada Tabel 3.4. Jika > maka butir

soal yang diuji berarti valid dengan dengan taraf signifikansi 5%.

Tabel 3.4. Klasifikasi Koefisien Korelasi

Nilai Interpretasi0,80 < ≤ 1,00 Sangat kuat0,60 < ≤ 0,80 Kuat0,40 < ≤ 0,60 Sedang0,20 < ≤ 0,40 Rendah0,00 < ≤ 0,20 Sangat rendah

Rekapitulasi hasil uji validitas tes global warming disajikan pada Tabel 3.5 .

43

Tabel 3.5. Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Tes Global warming

No.ButirSoal

KoefisienKorelasi ( ) (5%)

TingkatValiditas

Interpretasi

1 1 0,792 0,355 Valid Kuat

2 2 0,766 0,355 Valid Kuat

3 3 0,583 0,355 Valid Sedang

4 4 0,805 0,355 Valid Sangat kuat

5 5 0,677 0,355 Valid Kuat

6 6 0,778 0,355 Valid Kuat

7 7 0,586 0,355 Valid Sedang

8 8 0,693 0,355 Valid Kuat

9 9 0,584 0,355 Valid Sedang

10 10 0,724 0,355 Valid Kuat

b) Uji Realibilitas

Reabilitas tes merupakan tingkat konsitensi suatu tes, yaitu sejauh mana suatu tes

dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang konsisten, relatif tidak berubah

walaupun diteskan pada situasi yang berbeda-beda. Menurut Arikunto (2010),

untuk mencari koefisien reliabilitas ( ) uraian menggunakan rumus Alpha yang

dirumuskan sebagai berikut.

= 1 − ∑Keterangan : = reliabilitas instrumen

k = banyaknya butir pertanyaan∑ = jumlah varians butir tiap pertanyaan= varian skor total

(Arikunto, 2010)

Ukuran untuk mengetahui tinggi rendahnya tingkat reliabilitas, digunakan

indeks korelasi reliabilitas seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3.4. Kriteria yang

digunakan adalah jika koefisien > dengan taraf signifikansi 5%, maka

butir soal dinyatakan reliable.

44

Dalam perhitungannya peneliti menggunakan program SPSS version 21. Adapun,

hasil perhitungan untuk global warming diperoleh = 0,885 sedangkan nilai

= 0,355, dapat disimpulkan bahwa butir-butir instrument tes global

warming tersebut reliable dengan kriteria sangat kuat. Artinya, derajat reliabilitas

tes tersebut akan memberikan hasil yang relatif sama jika diujikan kembali kepada

subjek yang sama pada waktu berbeda.

E. Teknik Analisis Data

Data-data yang telah dikumpulkan, yaitu data hasil dari: 1) analisis dokumen dan

kajian kepustakaan, 2) wawancara, 3) observasi, dan 4) angket, selanjutnya

dilakukan analisis. Analisis data dilakukan sesuai prosedur yang digunakan.

1. Analisis Data pada Tahap Studi Pendahuluan

Data yang diperoleh melalui studi pendahuluan meliputi hasil: analisis dokumen

dan kajian kepustakaan, wawancara, observasi, dan angket. Data-data tersebut

dianalisis secara deskriptif dalam bentuk uraian naratif, sehingga diperoleh

gambaran tentang:

a. Deskripsi teoritik pengembangan media pembelajaran global warming

berbasis smartphone Android dengan pendekatan saintifik

b. Deskripsi empirik latar belakang penelitian meliputi: kondisi guru, siswa,

sarana dan prasarana, serta kebutuhan media pembelajaran global warming

berbasis smartphone Android

45

2. Analisis Data pada Tahap Pengembangan

Data yang diperoleh pada tahap pengembagan dilakukan analisis data berdasarkan

instrumen uji ahli yang dilakukan untuk menilai sesuai atau tidaknya produk yang

dihasilkan sebagai media pembelajaran. Instrumen penilaian uji ahli baik uji

spesifikasi maupun uji kualitas produk oleh ahli desain dan ahli materi, memiliki

dua alternatif jawaban sesuai konten pertanyaan, yaitu: “Ya” dan “Tidak”. Revisi

dilakukan pada konten pertanyaan yang diberi pilihan jawaban “Tidak”, atau para

ahli memberikan masukan khusus terhadap media yang sudah dibuat.

3. Analisis Data pada Tahap Pengujian

Dalam menilai efektivitas pengukuran dilakukan pada aspek kognitif siswa

melalui uji tertulis.

Sebelum dilakukannya analisis tingkat efektivitas, sebelumnya akan dilakukan uji

normalitas uji-t sampel berpasangan (paired sample t- test). Uji normalitas

dilakukan untuk melihat bahwa kondisi kelas berada pada kurva normal dan layak

untuk menjadi objek uji coba, sedangkan uji-t sampel berpasangan digunakan

untuk mengetahui perbedaan antara hasil pretest dan posttest sebelum dan setelah

penggunaan media pembelajaran. Pengujian efektivitas dapat dilakukan dengan

cara melihat gain ternormalisasinya. Menurut Hake (1999), bahwa dengan

mendapatkan nilai rata-rata gain yang ternormalisasi maka secara kasar akan

dapat diukur efektivitas suatu pembelajaran dalam pemahaman konseptual.

Rumus N-gain menurut Hake (1999) sebagai berikut.

N-gain (< g >) = (% % )( % )

46

Keterangan: < > = posttest< > = pretest

Kriteria tingkat gain menurut Hake (1999) disajikan pada Tabel 3.6.

Tabel 3.6. Kriteria Tingkat Gain

Indeks Gain Kriteria

g ≥ 0,7 Tinggi

0,3 ≤ g < 0,7 Sedang

g < 0,3 Rendah

Pengukuran efisiensi penggunaan media pembelajaran dilakukan dengan uji

keterampilan siswa dalam menggunakan media pembelajaran. Berdasarkan

pengujian tersebut akan diperoleh rasio dari perbandingan waktu yang disediakan

(waktu yang diperlukan berdasarkan perencanaan pembelajaran) dengan waktu

yang digunakan oleh siswa. Jika rasio waktu yang dipergunakan lebih dari 1,

maka pembelajaran dikatakan efisiensinya tinggi, begitu juga sebaliknya.

Adapun persamaan untuk menghitung efisiensi adalah seperti

=Data kemenarikan, kemudahan pengoperasian dan kemanfaatan smartphone

sebagai media pembelajaran global warming diperoleh dari uji lapangan kepada

siswa pengguna melalui penyebaran angket. Angket respon terhadap

pengoperasian produk memiliki empat pilihan jawaban sesuai konten pertanyaan.

Masing-masing pilihan jawaban memiliki skor berbeda yang mengartikan tingkat

kesesuaian produk bagi pengguna. Skor penilaian dari tiap pilihan jawaban ini

dapat dilihat dalam Tabel 3.7.

47

Tabel 3.7. Skor Penilaian terhadap Pilihan Jawaban

No Pilihan Jawaban Skor1 Sangat menarik 42 Menarik 33 Kurang menarik 24 Tidak menarik 1

Sudjana (2005: 47)

Hasil dari skor penilaian tersebut kemudian diolah sebagai berikut.

a. Pengolahan jumlah skor ( ) jawaban angket adalah sebagai berikut.

a. Skor untuk pernyataan sangat menarik/sangat mempermudah/sangat

membantu

Skor = 4 x jumlah responden yang menjawab

b. Skor untuk pernyataan menarik/mempermudah/membantu

Skor = 3 x jumlah responden yang menjawab

c. Skor untuk pernyataan kurang menarik/kurang mudah/kurang membantu

Skor = 2 x jumlah responden yang menjawab

d. Skor untuk pernyataan tidak menarik/tidak mudah/tidak membantu

Skor = 1 x jumlah responden yang menjawab

b. Menghitung persentase jawaban angket pada setiap item dengan

menggunakan rumus sebagai berikut.

(Sudjana, 2005)

Keterangan : = persentase jawaban angket

= jumlah skor jawaban

= skor maksimum yang diharapkan

%100% maks

in S

SX

%inX

S

maksS

S

48

c. Menghitung rata-rata persentase angket untuk mengetahui kemenarikan,

kemudahan pengoperasian, dan kemanfaatan smartphone sebagai media

pembelajaran global warming dengan rumus sebagai berikut.

(Sudjana, 2005)

Keterangan : = rata-rata persentase angket-i

= jumlah persentase angket-i

= jumlah pertanyaan

d. Menafsirkan skor secara keseluruhan mengenai tingkat kemenarikan,

kemudahan pengoperasian, dan kemanfaatan multimedia interakatif

pemanasan global dengan menggunakan tafsiran Arikunto (2010) seperti pada

Tabel 3. 8.

Tabel 3.8. Tafsiran Skor Penilaian Menjadi Pernyataan Nilai Kualitas

Skor (Persentase) Kriteria

80,1%-100% Sangat tinggi

60,1%-80% Tinggi

40,1%-60% Sedang

20,1%-40% Rendah

0,0%-20% Sangat rendah

n

XX in

i %

%

%iX

%inX

n

93

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai

berikut.

1. Bentuk media pembelajaran global warming yang dihasilkan berupa aplikasi

yang bisa dijalankan di smartphone berbasis android secara off line atau on

line. Media pembelajaran berisi konten berupa gambar, video dan materi

tentang global warming sehingga dapat digunakan dalam pembelajaran

dengan pendekatan saintif sehingga meningkatkan hasil belajar konigtif siswa

2. Penggunaan Smartphone sebagai Media Pembelajaran Global warming

dengan Pendekatan Saintifik lebih efektif meningkatkan hasil belajar siswa.

Hal tersebut dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang dinyatakan oleh nilai

N-gain.Tingkat kemenarikan, kemudahan pengoperasian dan kemanfaatan

terhadap media pembelajaran global warming berbasis smartphone android

dengan Pendekatan Saintifik berturut-turut adalah sangat tinggi (80,49% ),

tinggi (79,04% ), dan sangat tinggi (82,58%).

94

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian di atas, diajukan beberapa saran sebagai

berikut.

1. Penggunaan Smartphone sebagai Media Pembelajaran Global warming

dengan Pendekatan Saintifik dapat dijadikan sebagai alternatif media

pembelajaran yang efektif dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Smartphone sebagai Media Pembelajaran Global warming dengan

Pendekatan Saintifik dapat dikembangkan oleh guru dengan

mengombinasikan Smartphone sebagai Media Pembelajaran Global warming

dengan Pendekatan Saintifik dengan model pembelajaran yang sesuai.

3. Dampak pengiring dari pembelajaran ini adalah, siswa diharapkan memiliki

kepedulian terhadap lingkungan. Guna dapat mengetahui dampak pengiring

yang dimiliki oleh siswa setelah dilakukan pembelajaran menggunakan

Smartphone sebagai Media Pembelajaran Global warming dengan

Pendekatan Saintifik, diharapkan guru dapat merealisasikannya dengan

serangkaian kegiatan aksi nyata di lapangan, yaitu dapat berupa gerakan

penghijauan, gerakan jumat bersih, dan gerakan bersepedah ke sekolah.

95

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.Jakarta: Rineka Cipta.

Akopian, David., Melkonyan, Arsen ., Golgani, Santosh C., Yuen,Timothy T.and Saygin,Can. 2013. A Template-Based Short Course Concept onAndroid Application Development. Journal of Information TechnologyEducation: Innovations in Practice Volume 12, 2013

Ally, Muhamed. 2009. Mobile learning: transforming the delivery ofeducation and training. Québec: AU Press

Anggraeni, Retno Dian & Rudy Kustijono. 2013. Pengembangan MediaAnimasi Fisika Pada Materi Cahaya Dengan Aplikasi Flash BerbasisAndroid. Jurnal Pendidikan Fisika dan Aplikasinya (JPFA) Vol 3 No 1,Juni 2013. ISSN: 2087-9946

Aprilia, L. (2015). Penerapan Perangkat Pembelajaran Materi Kalor melaluiPendekatan Saintifik dengan Model Pembelajaran Guided DiscoveryKelas X SMA. Inovasi Pendidikan Fisika, 3(3).

Ausubel, D. P. & Fitzgerald, D. 1961. Chapter V: Meaningful Learning andRetention Intrapersonal Cognitive Variables, Review of EduacationalResearch. 31 (5): 500-510.

Attewell, Jill., Savill-Smith, Carol. & Douch, Rebecca. 2009. The impact ofmobile learning Examining what it means for teaching and learning.London: LSA.

Beothel, M., & Dimock, K. V. 2000. Constructing knowledge with technology.Austin, TX: Southwest Educational Development Laboratory

Borg, W. R. & Gall, M. D. 1989. Educational Research an Introduction. NewYork: Longman

Browne, M. N., & Keeley, S. M. 2007. Asking the right questions: A guide tocritical thinking, 8th ed. Pearson Education, Upper Saddle River, NewJersey: Prentice Hall.

Chelliah, J., & Clarke, E. 2011. Collaborative teaching and learning:overcoming the digital divide? . On the Horizon, Volume 19, Number 4 ,

96

276-285.

Chen, C.-H., Chen, S.-H., Hwang, G.-J., & Yang, T.-C. 2010. Factorsinfluencing teachers’ adoption of a ubiquitous technology application insupporting teacher performance. International Journal of MobileLearning and Organisation, Volume 4, Number 1 , 39-54

Chu, S. K.-W., & Kennedy, D. M. 2011. Using online collaborative tools forgroups to coconstruct knowledge. Information Review Volume 35,Number 4 , 581-597.

Damayanti, R. S., Suyatna, A., Warsono, W., & Rosidin, U. 2017.Development of Authentic Assessment instruments for Critical Thinkingskills in Global Warming with a Scientific Approach. In InternationalJournal of Science and Applied Science: Conference Series (Vol. 2, No.1, pp. 289-299).

Darmawan, Deni. 2012. Teknologi Pembelajaran. Bandung: RemajaRosdakarya.

Fatimah,Siti. & Mufti,Yusuf, 2014. Pengembangan Media PembelajaranIPA-Fisika Smartphone Berbasis Android Sebagai Penguat KarakterSains Siswa. J. Kaunia Vol. X No. 1, April 2014/1435: 59-64 ISSN 1829-5266 (print) ISSN 2301-8550(online)

Frear, V., & Hirschbuhl, J. J. 1999. Does interactive multimedia promoteachievement and higher level thinking skills for today's sciencestudents?. British Journal of Educational Technology, 30(4), 323-329.

Haas, Alan. 2011. On a Physical Scientific Approach to TranspersonalPsychology. International Journal of Transpersonal Studies, 30(1-2),2011, pp. 69 -81

Hake, R.R. 1999. Analyzing Change/Gain Score. Woodland Hills: Dept. OfPhysics,Indiana University.[Online]:http://www.physics. indiana.du/~sdi/AnalyzingChang-Gain.pdf. (Diakses 23 September 2015)

HLIndo, Tim-Android 2014. Aplikasi Android Soal Pilihan Ganda. Jakarta.PT. Elek Media Komputindo.

Hosnan.M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam PembelajaranAbad 21. Bogor : Ghalia Indonesia

Holla, Suhas.& M Katti, Mahima. 2012. Android Based Mobile ApplicationDevelopment and Its Security. International Journal of Computer Trendsand Technology- volume3Issue3- 2012

Hsu,Yu-Chang., & Ching, Yu-Hui. 2013. Mobile App Design for Teachingand Learning: Educators’ Experiences in an Online Graduate Course.IRRODL Journal Vol 14, No 4 (2013)

Huang, C. 2005. Designing high-quality interactive multimedia learning

97

modules. Computerized Medical Imaging and Graphics, 29(2), 223-233.

IDC.com. 2015. Smartphone OS Market Share, Q1 2015. IDC CorporateUSA. http://www.idc.com/prodserv/smartphone-os-market-share.jsp

Illeris, K. 2007. How We Learn: Learning and Non-Learning in SchoolBeyond. Newyork. Routledge, Madison Avenue

Lowenthal, P., & Muth, R. 2008. Constructivism. Encyclopedia of the socialand cultural foundations of education, 177-179. Thousand Oaks, CA:Sage.

Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC). 2007. GeneralGuidelines on The Use of Scenario Data for Climate Impact andAdaptation Assessement.Version 2, pp. 66

Kementerian Lingkungan Hidup (KLH).2012. Pedoman PenyelenggaraanInventarisasi Gas Rumah Kaca Nasional. Republik Indonesia

Linn, M. C., Lee, H. S., Tinker, R., Husic, F., & Chiu, J. L. 2006. Teachingand assessing knowledge integration in science. Science, 313(5790),1049-1050.

Lutes, Kyle. 2012. Cross-Platform Mobile App Software Development in theCurriculum. Issues in Informing Science and Information TechnologyVolume 9, 2012

Merriam, S. B. & Caffarella, R. S. 1999. Learning in Adulthood: AComprehensive Guide, Second Edition. San Fransisco, CA: Jossey-Bass.

Marjan, Johari. Arnyana, I.B. Putu. Setiawan, I.G.A. Nyoman 2014. PengaruhPembelajaran Pendekatan Saintifik Terhadap Hasil Belajar Biologi danKeterampilan Proses Sains Siswa MA Mu’allimat NW Pancor SelongKabupaten Lombok Timur Nusa Tenggara Barat. e-Journal ProgramPascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi IPA(Volume 4 Tahun 2014)

Mayer, R. E. & Moreno, R. 2002. Animation as an Aid to MultimediaLearning. Educational Psychology Review. 14 (1): 87-99.

Mayer, R. E. 2003. The promise of multimedia learning: using the sameinstructional design methods across different media. Learning andinstruction, 13(2), 125-139.

McKagan, S. B., Perkins, K. K., Dubson, M., Malley, C., Reid, S., LeMaster,R., & Wieman, C. E. 2008. Developing and researching PhETsimulations for teaching quantum mechanics. American Journal ofPhysics, 76(4), 406-417.

Miri, B., David, B. C., & Uri, Z. 2007. Purposely teaching for the promotionof higher-order thinking skills: A case of critical thinking. Research inscience education, 37(4), 353-369.

98

Nevid, J. S. 2009. PsychologyConcepts and Application 3rd ed. Boston-USA:Houghton Mifflin Company

Novak, J. D. 2011. A Theory of Education: Meaningful Learning Underlinesthe Constructive Integration of Thinking, Feeling, and Acting Leading toEmpowerment for Commitment and Responsibility. MeaningfulLearning Review. 6 (2). 1-14.

Permendikbud No. 65 tahun 2013 tentang Standar Proses

Permendikbud No. 59 tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 SekolahMenengah Atas/Madrasah Aliyah

Praneetham, C., & Thathong, K. 2016. Development of Digital Instruction forEnvironment for Global Warming Alleviation. Turkish Online Journal ofEducational Technology, 15(2).

Ogawa, A. 2011. Facilitating Self-Regulated Learning: An Exploratory Caseof Teaching a University Course on Japanese Society. InternationalJournal of Teaching and Learning in Higher Education, Vol 23 No 2 ,pp. 166-174

Rama, Zaiyin. 2015. Cara Membuat Aplikasi Android dari Microsoft PowerPoint. http://berbagi-tips-tutorial.blogspot.com/2015/01/cara-membuat-aplikasi-android-dari.html

Ratinen, I. J. 2013. Primary student-teachers conceptual understanding of thegreenhouse effect: a mixed method study. International Journal ofScience Education, 35(6), 929-955

Rehalat, A. 2014. Model Pembelajaran Pemrosesan Informasi. JurnalPendidikan Ilmu Sosial. Unpatti, Ambon 23 (2): 1-11.

Riyanto, Bambang, Muh. Tamimuddin H Sri Widayati. 2006. PerancanganAplikasi M-Learning Berbasis Java. Prosiding Konferensi NasionalTeknologi Informasi & Komunikasi untuk Indonesia. Bandung: InstitutTeknologi Bandung

Rosidin, U., & Suyatna, A. 2017. Teachers and Students Knowledge aboutGlobal Warming: A Study in Smoke Disaster Area ofIndonesia. International Journal of Environmental and ScienceEducation, 12(4), 777-786.

Sahin, A. (2010). Effects of jigsaw II technique on academic achievement andattitudes to written expression course. Educational Research andReviews, Vol 5 No 12 , pp. 777-787. S

Sangrà, A., & González-Sanmamed, M. 2010. The role of information andcommunication technologies in improving teaching and learningprocesses in primary and secondary schools. ALT-J Research inLearning Technology, Volume 18, Number 3, 207-220

99

Satyaputra, Alfa. & Aritonang, Eva-Maulina. 2014. Beginning AndroidProgramming With ADT Bundle. Jakarta. PT elex Media Komputindo.

Setiawan, A. R. (2017). Penerapan pendekatan saintifik untuk melatihkanliterasi saintifik dalam domain kompetensi pada topik gerak lurus disekolah menengah pertama.

Solehah, S. 2018. Pengaruh Media Pembelajaran Berbasis Aplikasi PadaSmartphone Android dilengkapi Game Twoplayer Terhadap HasilBelajar Kognitif Siswa.

Shepardson, D. P., Niyogi, D., Choi, S., & Charusombat, U. 2011. Students’conceptions about the greenhouse effect, global warming, and climatechange. Climatic Change, 104(3-4), 481-507.

Skamp K. R, Boyes E, Stanisstreet M, 2009. Global warming responses at theprimary Secondary interface: 1 students beliefs and willingness to act,Australian Journal of Environmental Education;25:15-30.

Slavin, R. E. 2008. Perspectives on evidence-based research in education-What works? Issues in synthesizing educational program evaluations.Educational researcher. 37 (1): 5-14.

Stiggins, R. J. 1994. Student-centered classroom assessment. New York:Merrill. 153

Sugiyono . 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, 141-144

Sudjana. 2005. Metode Statistik. Bandung: PT. Tarsito Bandung

Sulisworo, Dwi., Jauhari, Ishafit., & Firdausy, Kartika. 2014. PengembanganSistem Manajemen Pembelajaran Kooperatif Secara Mobile BerbasisSistem Operasi Android. IJCETS 3 (1)2014:55-63 ISSN 2252-6447.

Susanto, B., & Suyatna, A. 2015. Design learning media of global warmingbased on interactive multimedia with scientific approach to improvecritical thinking skills. Proceeding the 3rd SEA-DR 2015: 325-344

Suwatra, W., Suyatna, A., & Rosidin, U. 2018 . Development of Interactive E-Module for Global Warming to Grow of Critical ThinkingSkills. International Journal of Advanced Engineering, Management andScience,2018, 4(7) ISSN: 2454-1311

Suwedi, N. 2011. Upaya Pencegahan dan Penanggulangan DampakPemanasan Global. Jurnal Teknologi Lingkungan, 6(2).

Suyatna, A., & Rosidin, U. 2016. Assessment Model for Critical Thinking inLearning Global Warming Scientific Approach. In Proceedings ofInternationale Conference on Educational Research and Evaluation (pp.1-7).

Tasri, Lu’mu. 2011. Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Web. Jurnal

100

MEDTEK, Volume 3, Nomor 2, Oktober 2011.

Thomas, Adam. 2013. A Physics Based Education Tool:Developed forAndroid and Windows. Cardiff University

Varma, K., & Linn, M. C. 2012. Using interactive technology to supportstudents’ understanding of the greenhouse effect and globalwarming. Journal of Science Education and Technology, 21(4), 453-464.

Walker, Lyndon. 2011. My teacher is an Android: Engaging learners throughan Android application. Proceedings ascilite 2011 Hobart: Concise Paper

Wahyudi, Ade. 2015. Indonesia, Raksasa Teknologi Digital Asia.http://katadata.co.id/opini/2015/09/29/indonesia-raksasa-teknologi-digitalasia#sthash.hmXDpXjY.dpbs. Diakses tanggal 20 Februari2015.

Wiyono, Kentang. 2009. Model Pembelajaran Multimedia InteraktifRelativitas Khusus untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir KritisSiswa SMA. Seminar Nasional Pendidikan FKIP Universitas Sriwijaya.

Wiyono, K., Setiawan, A., & Suhadi, A. 2009. Model PembelajaranMultimedia interaktif Relativitas Khusus untuk MeningkatkanKeterampilan Generik Sains Siswa SMA. Jurnal Penelitian PendidikanIPA, 3(1), 21-30.

Woodill, G. 2010. The mobile learning edge: Tools and technologies fordeveloping your teams. McGraw Hill Professio

Woolfolk, A. 2009. Educational Psychology. Active Learning Edition Edisi10. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Yuniati, Lukita. 2011. Pengembangan Media Pembelajaran Mobile LearningEfekDoppler Sebagai Alat Bantu Dalam Pembelajaran Fisika YangMenyenangkan. JP2F. Volume 2 Nomor 2 September. 92-101.

Yazdanparast, T., Salehpour, S., Masjedi, M. R., Seyedmehdi, S. M., Boyes,E., Stanisstreet, M., & Attarchi, M. 2013. Global warming: knowledgeand views of Iranian students. Acta Medica Iranica, 51(3), 178-184.