PENGEMBANGAN MEDIA KARTU KATA PENYUSUNAN POLA …
Transcript of PENGEMBANGAN MEDIA KARTU KATA PENYUSUNAN POLA …
i
PENGEMBANGAN MEDIA KARTU KATA PENYUSUNAN POLA
KALIMAT (SPOK) UNTUK SISWA TUNARUNGU KELAS II SLB-B
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Sisca Danasari
NIM: 161134019
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2020
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PERSEMBAHAN
Karya ini peneliti persembahkan untuk:
1. Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang memberi kelancaran dan kekuatan dalam
menyelesaikan skripsi ini.
2. Ayah tercinta, Matius Surono yang selalu memberikan keyakinan dan
dukungan kepada peneliti bahwa peneliti bisa menyelesaikan kewajiban
penelitian ini.
3. Ibu tercinta, Agnes Parni yang selalu memberikan semangat dan doa kepada
peneliti, sehingga peneliti mampu menyelesaikan kewajiban dengan penuh
cinta kasih dan juga sayang yang tiada henti-hentinya.
4. Kakak-kakak tercinta, yang selalu memberikan dukungan untuk terus maju
menjalani proses hingga sampai pada puncak penyelesaian ini.
5. Pacar tercinta, Sidorus Trio Anggi Pratama yang selalu memberikan motivasi
dan juga doa kepada peneliti, sehingga peneliti mampu menyelesaikan
kewajiban ini.
6. Sahabat-sahabat peneliti, Dominika Rika Suharyani, Mugiyono, Hendrikus
Handoko, dan teman-teman yang lain yang tidak bisa peneliti sebutkan satu
persatu.
7. Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yaitu selaku almamater peneliti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
MOTTO
“Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan
jangan bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia
dalam segala lakumu, Maka Ia akan meluruskan jalanmu”
(Amsal 3:5)
“Lakukan apa yang ada di hari ini, karena apa yang ada hari
ini belum tentu ada di hari esok”
(Sisca Danasari)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRAK
PENGEMBANGAN MEDIA KARTU KATA PENYUSUNAN POLA
KALIMAT (SPOK) UNTUK SISWA TUNARUNGU KELAS II SLB-B
Sisca Danasari
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2020
Rendahnya kemampuan menyusun pola kalimat adalah salah satu
permasalahan yang dialami oleh siswa tunarungu. Peneliti mengambil beberapa
siswa tunarungu kelas II. Siswa tunarungu kelas II memiliki hambatan dalam
pernyusunan pola kalimat, terutama pola SPOK. Media pembelajaran MEKARTA
PEPOKA digunakan untuk melatih kemampuan siswa tunarungu dalam menyusun
pola kalimat SPOK.
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan media kartu kata
penyusunan pola kalimat. Media ini berfungsi untuk membantu kemampuan
menyusun pola kalimat siswa tunarungu kelas II. Penelitian ini menggunakan
Research and Development (R&D). Peneliti menggunakan desain milik Borg dan
Gall. Peneliti melakukan penelitian menggunakan enam langkah. Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi,
wawancara, dan kuesioner. Media pembelajaran divalidasi oleh guru kelas II dan
dosen PGSD.
Hasil rerata validasi media dari ahli media adalah 4,3 dengan kategori
“sangat baik” dan media layak digunakan dengan revisi sesuai saran perbaikan.
Hasil rerata validasi dari ahli materi adalah 4,7 dengan kategori “sangat baik” dan
media layak sesuai saran perbaikan. Hasil rerata validasi media dari kedua ahli
adalah 4,5. Hasil ini termasuk dalam interval skor 4,2-5,0 sehingga memperoleh
kriteria “sangat baik”. Hasil rerata validasi video tutorial penggunaan media dari
ahli media adalah 4,4 dengan kriteria “sangat baik”. Hasil rerata validasi video
tutorial penggunaan media dari ahli materi adalah 4,4. Hasil tersebut masuk dalam
interval skor 4,2-5,0 sehingga memperoleh kriteria “sangat baik”. Dari hasil
tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa MEKARTA PEPOKA dapat membantu
siswa dalam penyusunan pola kalimat SPOK untuk siswa tunarungu kelas II.
Kata kunci: penyusunan pola kalimat, media kartu kata, siswa tunarungu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
ABSTRACT
DEVELOPMENT OF WORD CARD MEDIA FOR SENTENCE PATTERN
(SPOK) CONSTRUCTION AMONG DEAF STUDENTS IN SLB-B GRADE II
Sisca Danasari
University Sanata Dharma
Yogyakarta
2020
Low sentence pattern construction skills were one of the problems faced
by deaf students. The researcher studied Grade II deaf students. They experienced
difficulty constructing sentence patterns, especially the SPOK (Subject, Predicate,
Object, Adverb) pattern. MEKARTA PEPOKA learning media was used to
exercise deaf students’ SPOK sentence pattern construction skills.
This study aimed to develop word card media for sentence pattern
construction to aid Grade II deaf students’ sentence pattern construction skills. It
used the Research and Development (R&D) method. The researcher used Borg
and Gall’s design and conducted the study in six steps. Data collection techniques
used were observation, interview, and questionnaire. The media was validated by
a Grade II teacher and a PGSD lecturer.
Average media validation result by media expert was 4.3 or “very good”
and was suitable for usage with revisions according to improvement suggestions.
Average validation result by material expert was 4.7 or “very good” and was
suitable according to suggestions. Average media validation result by both
experts was 4.5. This was within the score interval of 4.2-5.0 and was considered
“very good”. Average validation result for the media usage tutorial video by
media expert was 4.4 or “very good”. Average validation result for the tutorial
video by material expert was 4.4. This was within the score interval of 4.2-5.0 and
was considered “very good”. From the results, the researcher concluded that
MEKARTA PEPOKA could aid Grade II deaf students in constructing SPOK
sentence patterns.
Keywords: sentence pattern construction, word card media, deaf students,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... iv
HALAMAN MOTTO .................................................................................... vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................ vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ...................................................... viii
ABSTRAK ..................................................................................................... viii
ABSTRACT ..................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................. xii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xix
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 5
C. Tujuan Pengembangan ................................................................ 5
D. Manfaat Penelitian....................................................................... 5
E. Definisi Operasional .................................................................... 6
F. Spesifikasi produk ....................................................................... 6
BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................ 9
A. Kajian Pustaka ............................................................................. 9
1. Pengertian Tunarungu ............................................................. 9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
2. Karakteristik Tunarungu ......................................................... 10
3. Klasifikasikan Ketunarunguan ................................................ 14
B. Media Pembelajaran .................................................................... 14
1. Pengertian Media Pembelajaran .............................................. 14
2. Jenis-jenis Media Pembelajaran .............................................. 15
3. Manfaat Media Pembelajaran.................................................. 16
C. Media Kartu Kata ........................................................................ 18
1. Pengertian Media Kartu Kata .................................................. 18
2. Karakteristik Media Kartu Kata .............................................. 18
D. Materi Pola Kalimat .................................................................... 19
1. Kalimat .................................................................................... 19
2. Struktur Kalimat ...................................................................... 20
3. Pola Kalimat ............................................................................ 21
4. Unsur-unsur Kalimat ............................................................... 21
E. Penelitian yang Relevan .............................................................. 23
F. Kerangka Berpikir ....................................................................... 25
BAB III METODE PENELITIAN................................................................. 27
A. Jenis Penelitian ............................................................................ 27
B. Prosedur Pengembangan ............................................................. 27
C. Setting Penelitian......................................................................... 31
D. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 32
E. Instrumen Penelitian .................................................................... 35
F. Teknik Analisis Data ................................................................... 39
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 42
A. Hasil Penelitian ........................................................................... 42
1. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ............................................ 42
2. Potensi dan Masalah ................................................................ 43
3. Pengumpulan Data .................................................................. 47
4. Desain Produk ......................................................................... 49
5. Validasi Desain Produk ........................................................... 51
6. Revisi Desain Produk .............................................................. 57
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
7. Revisi Produk .......................................................................... 57
8. Uji Coba Produk ...................................................................... 60
B.Pembahasan .................................................................................. 61
1. Langkah-langkah Pengembangan Media ................................ 61
2. Kualitas Produk Media Kartu Kata ......................................... 63
BAB V KESIMPULAN ................................................................................. 65
A.Kesimpulan .................................................................................. 66
B.Keterbatasan Penelitian ................................................................ 66
C. Saran ............................................................................................ 67
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 68
LAMPIRAN ................................................................................................... 71
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... 121
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian................................................................................... 28
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Observasi Analisis Kebutuhan .............................. 31
Tabel 3.3 Pedoman Observasi Analisis Kebutuhan .............................................. 31
Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Wawancara dengan Guru Kelas ............................ 32
Tabel 3.5 Pedoman Wawancara dengan Guru Kelas ............................................ 32
Tabel 3.6 Kisi-kisi Instrumen Validasi Produk ..................................................... 33
Tabel 3.7 Kuesioner Validasi Produk ................................................................... 33
Tabel 3.8 Kisi-kisi Kuesioner Uji Coba Terbatas Produk ..................................... 34
Tabel 3.9 Kuesioner Uji Coba Terbatas Produk ................................................... 34
Tabel 3.10Konverensi Nilai Skala Lima ............................................................... 35
Tabel 3.11Kriteria Skor Skala Lima ..................................................................... 37
Tabel 4.1 Kisi-kisi Instrumen Observasi Analisis Kebutuhan .............................. 38
Tabel 4.2 Kisi-Kisi Instrumen Wawancara dengan Guru Kelas ........................... 39
Tabel 4.3 Hasil Observasi Analisis Kebutuhan..................................................... 40
Tabel 4.4 Hasil Wawancara dengan Guru Kelas .................................................. 41
Tabel 4.5 Hasil Validasi Ahli Media..................................................................... 47
Tabel 4.6 Saran Perbaikan Produk Ahli Media ..................................................... 47
Tabel 4.7 Hasil Validasi Ahli Materi .................................................................... 48
Tabel 4.8 Saran Perbaikan Produk Ahli Materi .................................................... 48
Tabel 4.9 Rangkuman Setiap Aspek Validasi Media dan Modul ......................... 49
Tabel 4.10 Rangkuman Setiap Aspek Validasi Video Tutorial Penggunaan
Media .................................................................................................. 51
Tabel 4.11 Revisi Desain Produk .......................................................................... 52
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 Kotak Kartu Kata .............................................................................. 5
Gambar 1.2 Tempat Penyusunan Kartu ................................................................ 5
Gambar 1.3 Papan Tulis ........................................................................................ 5
Gambar 1.4 Tempat Penyusunan Kartu ................................................................ 6
Gambar 1.5 Kartu Kata ......................................................................................... 6
Gambar 1.6 Kartu Gambar .................................................................................... 6
Gambar 4.1 Revisi Kata Kartu Kata ..................................................................... 52
Gambar 4.2 Revisi Gambar pada Kartu Kata........................................................ 53
Gambar 4.3 Revisi Tempat Kartu Kata ................................................................. 53
Gambar 4.4 Revisi Warna Background Papan Penyusunan Pola Kalimat ........... 54
Gambar 4.5 Revisi Langkah-langkah Penggunaan pada Modul ........................... 55
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan 3.1 Prosedur Penelitian Pengembangan menurut Sugiyono ...................... 24
Bagan 4.1 Hasil Observasi dan Wawancara ......................................................... 44
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Surat-surat Permohonan Izin Validasi .............................................. 71
Lampiran 2 Term Of Reference ........................................................................... 72
Lampiran 3 ........................................................................................................... 74
Lampiran 3.1 Instrumen Validasi Pengembangan Media oleh Ahli Media
Pembelajaran ................................................................................. 74
Lampiran 3.2 Instrumen Validasi Pengembangan Media oleh Ahli Materi
Pembelajaran ................................................................................ 78
Lampiran 4 ............................................................................................................ 82
Lampiran 4.1 Lembar Validasi Tutorial Penggunaan Media Kartu oleh Ahli
Media Pembelajaran ...................................................................... 82
Lampiran 4.2 Lembar Validasi Tutorial Penggunaan Media Kartu oleh Ahli
Materi Pembelajaran ...................................................................... 85
Lampiran 5 Surat Permohonan Validasi ............................................................... 88
Lampiran 6 ............................................................................................................ 89
Lampiran 6.1 Hasil Instrumen Validasi Pengembangan Media oleh Ahli Media
Pembelajaran .................................................................................. 89
Lampiran 6.2 Hasil Instrumen Validasi Pengembangan Media oleh Ahli Materi
Pembelajaran .................................................................................. 92
Lampiran 7 ............................................................................................................ 95
Lampiran 7.1 Hasil Validasi Tutorial Penggunaan Media Kartu Kata oleh Ahli
Media Pembelajaran ....................................................................... 95
Lampiran 7.2 Hasil Validasi Tutorial Penggunaan Media Kartu Kata oleh Ahli
Materi pembelajaran ...................................................................... 98
Lampiran 8 Modul Media Pembelajaran Kartu Kata Penyusun Kalimat Siswa
Tunarungu .......................................................................................... 101
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan bangsa yang digunakan
dalam berkomunikasi. Bahasa adalah sistem lambang bunyi digunakan untuk
mengidentifikasi, berkomunikasi, dan berinteraksi. Adanya bahasa mempermudah
untuk melakukan kerja sama (Kridalaksana, 2001). Setiap bahasa mempunyai
aturan atau kaidah-kaidah tertentu, baik mengenai tata bunyi, tata bentuk maupun
tata kalimat. Tata bunyi, tata bentuk, maupun tata kalimat itu penting dipelajari
agar terdapat kesepakatan antara sesama pemakai bahasa, dengan demikian dapat
dihindari kesalahan dalam penggunaanya. Kaidah-kaidah dalam bahasa
dinamakan tata bahasa dan salah satunya sub bahasan tata bahasa Indonesia
adalah bidang sintaksis atau tata kalimat. “Sintaksis adalah bagian dari tata bahasa
yang mempelajari dasar-dasar dan proses pembentukan kalimat dalam suatu
bahasa, (Keraf, 1983: 137). Sintaksis mempunyai beberapa aspek pembahasan,
salah satunya adalah struktur kalimat.
Sintaksis pada hakikatnya adalah “tempat” atau “laci” yang dapat diisi oleh
bentuk bahasa tertentu (Manaf, 2009:34). Salah satu struktur kalimat yang peneliti
ambil yaitu hanya pada batasan pola kalimat S-P-O-K. Beberapa siswa masih
mengalami hambatan dalam penyusunan pola S-P-O-K. Siswa yang mengalami
hambatan dalam penyusunan kalimat tersebut sering tidak dapat mengikuti teman
lain pada saat pembelajaran. Siswa yang mengalami hambatan tersebut memiliki
kemampuan dengar intensitas bunyi antara 40-65 dB. Maka, pola S-P-O-K adalah
unsur-unsur yang terdapat pada kalimat yang dasar dan sering digunakan pada
penyusunan kalimat. Sehingga peneliti memilih untuk berfokus pada pembahasan
pola S-P-O-K saja. Pengertiannya adalah unsur S berarti subjek, unsur P adalah
predikat, unsur O adalah objek, dan unsur K adalah keterangan. Selain empat
unsur tersebut, terdapat pula unsur Pel atau pelengkap.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Winarsih (2007: 36) menyatakan bahwa orang tunarungu biasanya
mengalami hambatan atau gangguan dalam berkomunikasi dikarenakan adanya
kesulitan dalam menyampaikan pesan melalui Bahasa. Dengan pendapat tersebut,
siswa tunarungu mendapatkan pelayanan atau pendidikan dalam hal berbahasa
lebih intensif. Siswa tunarungu mengalami hambatan dalam penyampaian dan
pemerolehan informasi karena kurangnya informasi yang disebabkan oleh
hilangnya indera pendengarannya. Beberapa contoh yang peneliti dapatkan
melalui observasi di kelas, siswa tunarungu mengalami kekeliruan dalam
menyampaikan informasi yang sesuai dengan kalimat yang mudah dipahami siswa
lain, contohnya adalah saat siswa diminta mengerjakan tugas membuat kalimat di
depan teman-teman baik secara tulis ataupun secara lisan. Siswa tunarungu masih
mengalami kesulitan menyusun pola S-P-O-K dalam sebuah kalimat, seringkali
kosa-kata yang dipilih siswa tunarungu salah dimasukkan pada unsur pola
kalimat. Karena tidak ada alat yang dapat membantunya dalam menyelesaikan
tugas dari guru dan juga kurangnya pengetahuan mengenai kesepakatan bahasa,
seperti contohnya kesepakatan pada kata “Melempar”. Oleh karena itu, diperlukan
alat bantu belajar seperti media pembelajaran agar guru mampu membantu
kesulitan siswa dan membantu menjelaskan mengenai kesepakatan bahasa yang
dipakai pada orang mendengar lainnya, khususnya membantu dalam
menyelesaikan tugas membuat kalimat yang sesuai pola S-P-O-K.
Hasil observasi dan wawancara yang peneliti lakukan pada 25 November
2019 di SLB-B Karnnamanohara, menunjukkan bahwa beberapa siswa kelas II
mengalami kesulitan dalam menyusun atau menuliskan pola kalimat. Siswa masih
sering melakukan kesalahan pada saat menulis pola kalimat dengan struktur yang
belum tepat dan susunan kata dalam kalimat masih terbolak-balik. Contohnya
“Saya makan sudah”, Pada contoh yang didapat saat penelitian, kalimat tersebut
menunjukkan bahwa penempatan dan pilihan kata tidak tepat, jika mengikuti pola
dasar. Jika kalimat tersebut ditulis seperti “saya sudah makan”, maka kalimat
mudah dipahami. Berbeda apabila siswa berasal dari daerah yang berada di Timur
wilayah Indonesia, kalimat itu akan mudah diterima dan dipahami. Kaitannya
dengan penelitian ini, peneliti hanya berfokus pada siswa tunarungu yang berada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
di pendidikan SLB-B Karnnamanohara dengan kebutuhan bahasa yang digunakan
di daerah mereka, dan bukan siswa yang berada di Timur wilayah Indonesia.
Peneliti merasa siswa tunarungu belum tepat dalam menyusun kosa kata menjadi
kalimat yang sesuai dengan pola kalimat dasar. Kalimat tersebut juga tidak sesuai
dengan pola atau struktur kalimat S-P-O-K, akibatnya alur kalimat menjadi sulit
dimengerti. Oleh karena itu, diperlukan alat bantu belajar seperti media
pembelajaran agar guru mampu membantu kesulitan siswa dalam menyelesaikan
tugas membuat kalimat yang sesuai pola S-P-O-K”.
Pada bahasan paragraf kedua dan ketiga, peneliti menemukan suatu
hambatan yang dialami siswa. Kaitannya dengan pola kalimat S-P-O-K, peneliti
menggunakan batasan tersebut untuk mengembangkan media kartu kata guna
membantu kesulitan dalam penyusunan pola kalimat. Subjek yang diambil peneliti
adalah siswa tunarungu yang masuk dalam golongan siswa tunarungu dengan
kemampuan dengar bunyi dengan intensitas 40- 65 dB. Peneliti memilih siswa
tunarungu dengan kemampuan dengar tersebut, karena peneliti merasa siswa
tunarungu masih membutuhkan pendidikan yang sama dengan siswa mendengar
lainnya. Tidak bisa dipungkiri, banyak juga siswa mendengar pada umumnya juga
masih memiliki kemampuan bahasa yang belum tepat. Tetapi peneliti hanya
berfokus pada siswa tunarungu agar mereka juga dapat mengikuti Pendidikan
yang sama dengan siswa mendengar pada umumnya. Hal ini jauh berbeda jika
dibandingkan dengan anak mendengar pada jenjang usia yang sama, beberapa
siswa tunarungu yang menjadi subjek penelitian ini sudah berusia 9-11 tahun,
dimana pada siswa mendengar dengan usia 9-11 tahun sudah mampu menyusun
pola kalimat berdasarkan pola S-P-O-K dengan baik.
Hamalik (dalam Arshad, 2009: 15) mengemukakan bahwa pemakaian
media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan
keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan
kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh psikologis terhadap sisa. Dalam
proses belajar mengajar media merupakan salah satu komponen penunjang yang
penting diaplikasikan untuk memudahkan guru dalam menyampaikan materi
pembelajaran. Media yang sering digunakan guru untuk belajar siswa tunarungu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
biasanya media yang berbasis kartu kata, media gambar, media konkrit (benda
asli), media stimulasi auditoris dan pias kata atau kolom kata. Media juga dapat
membantu membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar.
Penggunaan media pembelajaran bukan saja dapat mempermudah dan
mengefektifkan proses pembelajaran, akan tetapi juga bisa membuat proses
pembelajaran lebih menarik (Sanjaya, 2009:162).
Seperti yang dijelaskan dalam jurnal Barajas (dalam Levin, 2016:10)
“Menulis adalah menggabungkan banyak keterampilan keaksaraan awal yang
penting untuk perkembangan anak-anak yang merupakan salah satu alasan
mengapa para ahli menyarankan agar itu dimasukkan ke dalam kegiatan kelas
prasekolah. Ulasan jurnal tersebut menyatakan bahwa adanya perbandingan antara
anak mendengar dengan usia yang sama dengan anak tunarungu memiliki
kemampuan yang berbeda, perbedaan yang signifikan antara anak tunarungu dan
anak mendengar usia 9-11. Perbedaan yang signifikan itu bisa terjadi dari
pendidikan prasekolah. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk mengembangkan
kemampuan pada anak tunarungu, khususnya pada kemampuan menyusun pola
kalimat. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan sarana
belajar seperti media pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Maka
peneliti kemudian memilih mengembangkan media pembelajaran kartu kata untuk
membantu kesulitan siswa dalam penyusunan pola kalimat. Media kartu kata ini
dirasa mampu untuk membantu kebutuhan siswa tunarungu.
Media pembelajaran yang dikembangkan dan dirasa dapat membantu anak
tunarungu dalam mengembangkan kemampuan penyusunan pola kalimat adalah
MEKARTA PEPOKA (Media Kartu Kata Penyusunan Pola Kalimat). Media ini
berisi kartu-kartu kata dan kartu gambar yang berfungsi sebagai media belajar
siswa tunarungu dalam penyusunan kalimat. Berdasarkan kebutuhan pada anak
tunarungu, peneliti menyusun judul “Pengembangan Media Kartu Kata
Penyusunan Pola Kalimat Untuk Siswa Tunarungu Kelas II SLB-B.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai
berikut.
A. Bagaimana pengembangan kartu kata untuk membantu kesulitan siswa
tunarungu dalam penyusunan pola kalimat?
B. Bagaimana kualitas media pengembangan kartu kata dalam penyusunan
pola kalimat?
C. Tujuan Pengembangan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, penelitian ini memiliki tujuan yaitu
sebagai berikut.
A. Untuk mengetahui pengembangan kartu kata untuk membantu kesulitan
siswa tunarungu dalam penyusunan pola kalimat.
B. Untuk mengetahui kualitas media pengembangan kartu kata dalam
penyusunan pola kalimat.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Bagi Siswa Tunarungu
Penelitian ini bermanfaat untuk mempelajari penyusunan pola kalimat.
b. Bagi Guru
Produk hasil penelitian ini dapat digunakan ketika mengajarkan dan
mengenalkan penyusunan pola kalimat
c. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat membantu membuka wawasan terkait media
yang dibutuhan untuk siswa berkebutuhan khusus tunarungu serta
mengetahui cara membuat media yang inovatif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
E. Definisi Operasional
1. Siswa Tunarungu
Siswa tunarungu dalam penelitian ini adalah siswa yang mengalami
hambatan fungsi pendengaran dengan kemampuan dengar bunyi dalam
intensitas antara 40-65 dB dan masuk dalam kategori siswa yang
mengalami keterlambatan dalam perkembangan bahasa karena
keterbatasan dalam pemerolehan informasi dan penyampaian pesan.
2. Pola Penyusunan Kalimat
Pola penyusunan kalimat dalam penelitian ini adalah sebuah konsep
menyusun sebuah kalimat sesuai dengan struktur pola yang digunakan
dalam penelitian ini, dikhususkan pada struktur kalimat yaitu S-P-O-K.
3. Media Kartu Kata
Media kartu kata adalah kartu kecil yang berisi kata, gambar, teks, atau
simbol yang mengingatkan atau menuntut siswa kepada sesuatu yang
berhubungan dengan gambar itu.
F. Spesifikasi produk
Spesifikasi produk yang dikembangkan dalam penelitian pengembangan
media kartu kata adalah sebagai berikut:
a. Poduk terdiri dari tiga bagian yaitu berupa kotak penyusunan pola kalimat,
kartu kata dan kartu gambar, serta modul penggunaan media. Media dibuat
berbentuk bangun persegi panjang karena merupakan satu bangun yang
sudah sering digunakan guru dalam pembelajaran dan sangat dikenali
siswa di kelas.
b. Besar kotak keseluruhan berbentuk bangun ruang persegi panjang dengan
ukuran 50 x 30 x 5 cm.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Gambar 1.1 Kotak Kartu Kata
c. Kotak penyusunan kalimat dibagi menjadi dua tempat yaitu tempat papan
tulis dan tempat penyusunan kartu.
Gambar 1.2 Tempat Penyusunan Kartu Gambar 1.3 Papan Tulis
d. Produk dilengkapi dengan tempat kartu kata dan kartu gambar dengan
ukuran 50 x 30 cm.
Gambar 1.4 Tempat Kartu
e. Kartu kata berisikan kumpulan kata Subjek, kata Predikat, kata Objek, dan
kata Keterangan. Media kartu kata ini terdapat pula kartu gambar sebagai
kartu bantuan dalam penyusunan pola kalimat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Gambar 1.5 Kartu Kata Gambar 1.6 Kartu Gambar
f. Kartu kata dan kartu gambar berbentuk persegi panjang dengan ukuran 9 x
7 cm.
g. Desain kartu kata menggunakan software Microsoft word dengan kertas
jenis A4 dan dicetak menggunakan kertas jenis ivory 400gsm.
h. Desain kartu gambar menggunakan Pict Art dicetak menggunakan kertas
jenis ivory 400gsm.
i. Jenis tulisan pada kartu kata menggunakan font tegak bersambung. Jenis
tulisan menggunakan font ini karena sesuai dengan saran yang diberikan
guru kelas, agar siswa lebih paham. Font ini sudah sering digunakan
dalam penulisan saat pembelajaran menggunakan media cetak.
j. Modul penggunaan kartu kata, yang berfungsi sebagai petunjuk
penggunaan media.
k. Modul penggunaan media dicetak menggunakan kertas jenis ivory
350gsm. Modul menggunakan kertas jenis ini agar tidak mudah sobek
karena memiliki ukuran yang cukup tebal dan modul tidak mudah rusak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
1. Pengertian Tunarungu
Tunarungu dapat diartikan sebagai suatu keadaan kehilangan pendengaran
yang mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap berbagai rangsangan,
terutama melalui indera pendengarannya. Batasan pengertian anak tunarungu
telah banyak dikemukakan oleh para ahli yang semuanya itu pada dasarnya
mengandung pengertian yang sama. Di bawah ini dikemukakan beberapa definisi
tunarungu menurut para ahli.
Winarsih, (2007: 23) mengemukakan bahwa tunarungu merupakan orang
yang mengalami kehilangan atau kekurangan kemampuan mendengar, baik
sebagian atau seluruhnya, yang diakibatkan tidak berfungsinya sebagian atau
seluruh alat pendengaran, sehingga anak tersebut tidak dapat menggunakan alat
pendengarannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut berdampak pada
kehidupannya secara kompleks utamanya kemampuan berbahasa sebagai alat
komunikasi yang sangat penting. Selain pendapat ini terdapat beberapa ahli yang
juga memiliki keterkaitan mengenai tunarungu. Dikemukakan bahwa tunarungu
adalah individu yang mengalami kerusakan indera pendengaran seperti di bawah
ini.
Suharmini, (2009: 35) mengemukakan bahwa tunarungu adalah keadaan
dimana seorang individu yang mengalami kerusakan pada indera pendengaran
sehingga berdampak tidak bisa menangkap berbagai rangsang suara, atau
rangsang lain melalui indera pendengaran.
Sutjihati (2006), mengemukakan bahwa tunarungu adalah suatu keadaan
kehilangan pendengaran yang mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap
berbagai rangsangan, terutama melalui indera pendengarannya.
Gunawan. D (2012) Tunarungu merupakan istilah umum untuk
menunjukkan kepada seorang yang mengalami tuli (deaf) dan kekurangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
pendengaran (hard of hearing,) yang disebabkan oleh adanya kerusakan atau tidak
berfungsinya alat pendengaran, sehingga mengakibatkan perkembangan bahasa
terhambat dan memerlukan suatu pelayanan khusus dalam mengembangkan
potensinya. Beberapa pengertian dan definisi tunarungu di atas merupakan
definisi yang termasuk kompleks sehingga dapat disimpulkan bahwa anak
tunarungu adalah anak yang memiliki gangguan dalam pendengaran, yang terjadi
akibat kerusakan pada indera pendengaran yang mengakibatkan seseorang tidak
dapat menangkap berbagai rangsangan, terutama melalui indera pendengarannya
baik kehilangan pendengaran secara keseluruhan ataupun masih memiliki sisa
pendengaran. Meskipun anak tunarungu sudah diberikan alat bantu dengar, tetap
saja anak tunarungu masih memerlukan pelayanan pendidikan khusus. Apabila
dilihat secara fisik, anak tunarungu tidak berbeda dengan anak dengar pada
umumnya. Pada saat berkomunikasi barulah diketahui bahwa anak tersebut
mengalami gangguan pendengaran atau sering disebut tunarungu.
2. Karakteristik Tunarungu
a. Fisik
Beberapa anak tunarungu memiliki ciri fisik cara berjalannya kaku dan
sedikit bungkuk, Gerakan matanya cepat, agak beringas, Gerakan tangan
dan kakinya cepat atau lincah, pernafasannya pendek dan agak terganggu
(Somantri, 2006: 45).
b. Intelegensi
Secara potensial, anak tunarungu tidak berbeda dengan intelegensi anak
mendengar pada umumnya. Namun demikian secara fungsional,
intelegensi anak tunarungu berada di bawah anak yang mampu mendengar
dengan baik. (Somantri, 2006: 45). Hal ini disebabkan oleh kesulitan anak
tunarungu dalam memahami bahasa karena terbatasnya kemampuan
pendengaran. Anak-anak tunarungu sulit dapat menangkap pengertian
yang abstrak, karena untuk dapat menangkap pengertian yang abstrak,
anak-anak memerlukan pemahaman yang baik mengenai bahasa lisan dan
tulis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
c. Emosi
Emosi anak tunarungu selalu bergolak, disatu pihak karena kemiskinan
bahasanya dan di lain pihak karena pengaruh-pengaruh dari luar yang
diterimanya. Keterbatasan yang terjadi dalam komunikasi pada anak
tunarungu mengakibatkan perasaan terasing dari lingkungannya. Anak
tunarungu mampu melihat semua kejadian, akan tetapi tidak mampu
memahami dan mengikutinya secara menyeluruh sehingga menimbulkan
emosi yang tidak stabil, mudah curiga, dan kurang percaya diri.
d. Sosial
Dalam pergaulan, anak tunarungu cenderung memisahkan diri terutama
dengan anak pada umumnya, hal ini disebabkan oleh keterbatasan
kemampuan untuk melakukan komunikasi secara lisan.
e. Bahasa
Anak tunarungu miskin dalam kosa kata, sulit dalam mengartikan
ungkapan-ungkapan Bahasa yang mengandung arti kiasan, sulit
mengartikan kata-kata abstrak, kurang menguasai irama dan gaya bahasa.
Hal ini disebabkan adanya hubungan yang erat antara bahasa dan bicara
dengan ketajaman pendengaran, mengingat bahasa dan bicara merupakan
hasil proses peniruan sehingga anak tunarungu sangat terbatas dalam segi
bahasa.
3. Klasifikasikan Ketunarunguan
Easterbrooks (dalam Mahmud 2003:3) mengemukakan tunarungu dapat
diklasifikasikan berdasarkan tiga hal. Klasifikasi tunarungu yaitu:
berdasarkan tingkat kehilangan pendengaran, letak gangguan pendengaran
secara anatomis serta saat terjadinya ketunarunguan. Peneliti memilih siswa
tunarungu dengan kategori tersebut karena, beberapa siswa kelas II yang
menjadi subjek penelitian ini memiliki tingkat dengar dengan intensitas 55-
63 dB berdasarkan informasi yang diperoleh peneliti dari data sekolah.
Siswa tunarungu tersebut masuk dalam kategori siswa yang mengalami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
ketulian sedang atau masuk pada siswa yang memiliki daya dengar dengan
intensitas 40-64 dB.
a. Berdasarkan tingkat kehilangan pendengaran
1) Tunarungu ringan (Mild Hearing Impairment), yaitu Kelainan pendengaran
yang masih mampu mendengar bunyi dengan intensitas antara 20-40 dB.
Biasanya kelompok ini mengalami kesulitan dalam percakapan dan sering
tidak menyadari bahwa dia sedang diajak bicara
2) Tunarungu sedang (Moderate Hearing Impairment), yaitu kelainan
pendengaran yang masih mendengar bunyi dengan intensitas 40- 65 dB.
Kelompok ini biasanya mengalami kesulitan dalam kecakapan tanpa
memperhatikan wajah pembicara, sulit mendengar dari kejauhan atau dalam
suasana gaduh, tetapi dapat dibantu dengan alat Bantu dengar (hearing aid).
3) Tunarungu agak berat (Severe Hearing Impairment), yaitu Kelainan
pendengaran hanya mampu mendengar bunyi yang memiliki intensitas 56-
95 dB. Kelompok ini hanya memahami sedikit percakapan pembicara
apabila melihat wajah pembicara dan dengan suara keras, tetapai untuk
percakapan normal, praktis mereka tidak dapat mengikuti, hanya mereka
masih dapat dibantu dengan alat bantu dengar (hearing aid).
4) Ketunarunguan berat (Profound Hearing Impairment), yaitu Kelainan
pendengaran hanya dapat mendengar bunyi dengan intensitas di atas 95 dB
ke atas. Percakapan normal tidaklah mungkin bagi mereka, alat bantu juga
kecil kemungkinan dapat membantu mereka, mereka sangat tergantung
dengan komunikasi verbal atau isyarat
b. Berdasarkan letak gangguan pendengaran secara anatomis, terdapat tiga
jenis ketunarunguan atas factor penyebabnya
1) Conductive loss, yaitu ketunarunguan tipe konduktif yaitu ketunarunguan
yang disebabkan oleh terjadinya kerusakan pada telinga bagian luar dan
tengah yang berfungsi sebagai alat konduksi /menghantar getaran suara
menuju telinga bagian dalam.
2) Sensorineural loss, yaitu ketunarunguan yang disebabkan oleh terjadinya
kerusakan pada telinga bagian dalam serta syaraf pendengaran (Nerveus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Chochlearis) yang dapat mengakibatkan terhambatnya pengiriman pesan
bunyi ke otak.
3) Central auditory processing disorder yaitu gangguan pada ocial syaraf pusat
proses pendengaran yang mengakibatkan individu mengalami kesulitan
memahami apa yang didengarnya meskipun tidak ada gangguan yang
spesifik pada telinga itu sendiri. Anak yang mengalami gangguan pusat
pemprosesan pendengaran ini mungkin memiliki pendengaran yang normal
bila diukur dengan audiometer, tetapi mereka sering mengalami kesulitan
memahami apa yang didengarnya.
c. Berdasarkan saat terjadinya ketunarunguan
1) Pra-Natal
a) Genetik, yaitu anak mengalami gangguan pendengaran (tunarungu)
karena faktor keturunan.
b) Anak yang mengalami gangguan pendengaran (tunarungu) sejak dalam
kandungan karena infeksi/penyakit.
2) Natal, yaitu anak yang mengalami gangguan pendengaran (tunarungu)
akibat proses kelahiran dengan resiko tingi.
3) Post-natal, yaitu anak yang mengalami gangguan pendengaran (tunarungu)
setelah dilahirkan.
Klasifikasi tunarungu dilihat dari pandangan umum terbagi menjadi dua
bagian yaitu: (1) Orang tuli adalah seorang yang mengalami kehilangan
kemampuan mendengar sehingga mengalami hambatan dalam bahasa dan
komunikasi, baik memakai atau tidak memakai alat bantu dengar. (2) Orang
kurang dengar adalah seorang yang mengalami kehilangan sebagian
kemampuan mendengar, akan tetapi masih memiliki sisa pendengaran baik
memakai atau tidak memakai alat bantu dengar. Mengenai dua bagian tersebut,
peneliti mengambil klasifikasi yang kedua, yaitu klasifikasi orang kurang
dengar sebagai subjek penelitian dalam skripsi ini karena siswa yang menjadi
subjek pada penelitian ini masuk memiliki kemampuan dengar bunyi 55-63 dB
dan masuk pada kategori kurang dengar atau memiliki intensitas 40-65 dB.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Siswa tunarungu yang nantinya akan dijadikan subjek pada pengembangan
media penyusunan pola kalimat (SPOK) adalah siswa tunarungu dengan
kategori sedang atau siswa tunarungu yang memiliki daya dengar dengan
intensitas 40-64 dB.
B. Media Pembelajaran
1. Pengertian Media Pembelajaran
Kata media berasal dari Bahasa Latin, yakni “medius” yang secara harfiah
berarti „tengah‟,‟ perantara‟ atau „pengantar‟. Di bahasa Arab media disebut
„wasail‟ bentuk jama‟ dari „wasilah‟, yakni sinonim “alwast” yang artinya juga
„tengah‟. Kata „tengah‟ itu sendiri berarti berada di antara dua sisi, maka disebut
juga sebagai „perantara‟ (wasilah) atau yang mengantarai kedua sisi tersebut
(Munadi, Y. 2013: 6).
Media dapat dipahami secara garis besar meliputi manusia, materi, atau
kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh
pengetahuan, keterampilan atau sikap (Arsyad, 2011: 3). Pendapat ini memiliki
keterkaitan dengan pendapat ahli di bawah yaitu tentang pengertian media.
Sadiman (2006: 7) menjelaskan bahwa media adalah segala sesuatu yang
dapat dipergunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga
dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa sedemikian rupa
sehingga proses belajar terjadi.
Sementara itu Rossi, Bridle (dalam Sanjaya 2008: 204) mengemukakan
bahwa media adalah alat dan bahan yang dapat dipakai untuk tujuan pendidikan,
seperti radio, televisi, buku, Koran, majalah, dan sebagainya.
Dari berbagai pendapat mengenai pengertian media, kesimpulan dari media
adalah salah satu alat alternatif yang digunakan oleh seorang guru dalam
menyampaikan sebuah materi di depan kelas. Media salah satu alat bantu yang
dapat merangsang anak untuk lebih giat. Dengan menggunakan media seorang
guru diharapakan bisa lebih mudah dalam menyampaikan materi dan siswa juga
dapat menerima pelajaran dengan baik dan menyenangkan sehingga menimbulkan
motivasi siswa untuk belajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
2. Jenis-Jenis Media Pembelajaran
Media pembelajaran memiliki beragam jenis. Setiap jenis media
pembelajaran memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Wibawa dan Mukti
(1991:25-56) mengklasifikasikan media menurut kesamaan karakteristik dan
kekhususannya sebagai berikut.
a. Media Audio, media audio berkaitan dengan indera pendengaran dan pesan
yang akan disampaikan dituangkan dalam lambing-lambang auditif verbal,
nonverbal maupun kombinasi. Yang termasuk media audio antara lain telepon,
radio, pita audio dll.
b. Media Visual, media visual dibedakan menjadi dua yaitu (1) media visual diam
dan (2) media visual gerak. Jenis media yang dapat diklasifikasikan dalam
media visual diam antara lain foto, ilustrasi, kartu kata bergambar, peta dll.
Sedangkan media visual gerak meliputi gambar-gambar proyeksi bergerak
seperti film bisu dan sebagainya.
c. Media Audio Visual, media audio visual menggabungkan antara media audio
dan visual sehingga bisa mengatasi kekurangan kedua media tersebut. Media
audio visual dibedakan menjadi dua, yaitu (1) media audio visual diam seperti
TV diam, film rangkai suara, halaman bersuara, buku bersuara dan lain
sebagainya. (2) media audio visual gerak seperti film bersuara, pita, video, film
TV dan lain sebagainya.
Berdasarkan klasifikasi media di atas, media memiliki beragam jenis.
Penggunaan media hendaknya disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai, strategi pembelajaran, dan situasi di sekolah.
Pada penelitian ini, media yang dikembangkan merupakan media visual.
Fathuttohman (2007: 76) mengungkapkan bahwa media visual adalah media yang
hanya mengandalkan indera penglihatan. Media visual ini ada yang menampilkan
gambar diam seperti film strip, slide foto, gambar atau lukisan dan cetakan. Media
visual yang diperlukan lebih menekankan pada perolehan informasi melalui
indera lain yang masih berfungsi yaitu penglihatan, perabaan, pengecapan, dan
penciuman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Pada penelitian ini, penulis membuat media pengembangan kartu kata.
Media kartu kata yang juga berisi kartu gambar dan kartu kosa kata ini
menekankan pada indera penglihatan. Tidak hanya menekan pada indera
penglihatan, penggunaaan media ini dapat dikerjakan menggunakan tangan yaitu
siswa mengambil, menjajarkan, mengantungkan, meletakkan kartu pada tempat
yang tersedia, sehingga dapat dikatakan media ini juga menekankan pada fungsi
perabaan/motorik.
Alasan penulis memilih media kartu kata sebagai alat bantu belajar
penyusunan pola kalimat pada pembelajaran Bahasa Indonesia adalah dengan
pertimbangan yaitu:
(a) Siswa tunarungu mengalami ketidakberfungsian organ pendengaran
mengakibatkan anak tunarungu sulit menangkap pengertian yang abstrak, untuk
dapat menangkap pengertian yang abstrak diperluka pemahaman yang baik akan
bahasa lisan maupun tulis (Somantri, 2006). Siswa sulit memahami kata-kata jika
tidak melihat bentuk konkrit. Oleh karenanya, siswa membutuhkan media yang
bersifat konkret yang dapat dilihat dan diraba. Media dilengkapi dengan penulisan
kata dan gambar. Gambar berfungsi untuk memberikan gambaran pada siswa
terkait makna kata.
(b) Siswa tunarungu memiliki kekurangan dalam menerima informasi dari indera
pendengaran. Secara alamiah, siswa tunarungu mengompensasi kekurangannya
tersebut dengan mengoptimalkan indera lain yang tidak mengalami gangguan.
Pada umumnya siswa tunarungu mengoptimalkan indera penglihatan guna
memperoleh informasi.
3. Manfaat Media Pembelajaran
Hamalik (dalam Arshad, 2009: 15) mengemukakan bahwa pemakaian
media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan
keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan
kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh psikologis terhadap sisa. Oleh
karena itu, media penyusunan pola kalimat (SPOK) dikembangkan sebagai media
yang dapat membantu siswa tunarungu dalam menyelesaikan kesulitan dalam
penyusunan pola kalimat terutama pola S-P-O-K. Selain pendapat Hamalik,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
terdapat pula pendapat menurut Sudjana yang mengemukakan bahwa media
pembelajaran memiliki manfaat dalam proses belajar mengajar.
Sudjana (1992: 2) mengemukakan ada beberapa manfaat media dalam
proses belajar mengajar, yaitu:
a. Dengan adanya media pembelajaran, maka proses pembelajaran akan lebih
menarik perhatian peserta didik, sehingga dapat menumbuhkan motivasi
belajar bagi peserta didik. Motivasi yang tinggi pada peserta didik akan
membuat peserta didik lebih semangat dalam belajar, sehingga diharapkan
hasil belajar peserta didik juga akan meningkat.
b. Bahan materi pembelajaran yang banayak dengan adanaya media
pembelajaran maka akan lebih jelas maknanya, sehingga peserta didik dapat
lebih dipahami dan menguasaan materi secara maksimal dengan demikian
mencapaian tujuan pembelajaran lebih mudah. Materi pelajaran yang banyak
dan sulit dijelaskan oleh guru akan membuat sisiwa tidak memahami materi,
peran media pembelajaran misalnya video dalam materi pembelajaran akan
membuat peserta didik lebih memahami materi.
c. Metode mengajar akan lebih bervariasi dengan menggunakan model-model
pembelajaran, mengajar tidak hanya dengan metode ceramah yaitu dengan
komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, dengan adanaya
media pembelajaran akan membuat peserta didik tidak bosan dan guru tidak
kehabisan tenaga karena terus menerus menjelaskan, apalagi bila guru dalam
sehari mengajar lebih dari lima jam pelajaran. Jadi dapat
disimpulkan manfaat media pembelajaran sebagai alat bantu guru dalam
menyampikan materi, dan sebagai variasi guru dalam menyampaikan materi.
d. Manfaat berikutnya dengan adanya media pembelajaran peserta didik dapat
lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan
penjelasan guru secara konvensional, tetapi peserta didik juga dituntut untuk
ada aktivitas lain seperti mengamati, mensimulasikan, memerankan, dan lain-
lain. Berdasarkan ulasan di atas, terdapat beberapa manfaat yang dapat
dirasakan dengan menggunakan media pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
C. Media Kartu Kata
1. Pengertian Media Kartu Kata
Media kartu kata merupakan jenis media visual yang terdiri dari gambar
dan juga kata-kata dalam setiap kartu. Arsyad (2009: 119) menjelaskan bahwa
media kartu kata adalah kartu kecil yang berisi kata, gambar, teks, atau simbol
yang mengingatkan atau menuntut siswa kepada sesuatu yang berhubungan
dengan gambar itu.
Kartu kata adalah kartu yang berisi satu kata yang telah memiliki arti.
Kartu kata yang dimaksud adalah kertas tebal yang dipotong dengan ukuran
tertentu berbentuk persegi dengan berisikan tulisan huruf-huruf abjad yang
tersusun membentuk kata yang mempunyai makna atau maksud. Kata dalam kartu
kata bisa berarti kata benda, kata sifat, dan kata kerja (Rahadi, 2003: 14).
Media kartu kata berasal dari dua kata yaitu kartu dan kata. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2002), kartu adalah kertas tebal yang
berbentuk persegi panjang (yang dapat digunakan sebagai berbagai keperluan).
Sedangkan kata diartikan unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang
merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan
dalam berbahasa.
Jadi, media kartu kata adalah suatu media berbentuk persegi, terdapat kata,
dan memiliki ukuran yang tebal, dirancang dengan mempertimbangkan manfaat
dari penggunaan media dan digunakan untuk mencapai tujuan tertentu seperti
contohnya pada penelitian ini agar dapat mempermudah pemahaman siswa,
terutama pada penelitian mengenai penyusunan pola kalimat.
2. Karakteristik Media Kartu Kata
Rahadi, A (2003: 18) mengemukakan bahwa kartu kata adalah kartu yang
berisi satu kata yang telah memiliki arti. Kartu kata yang dimaksud adalah kertas
tebal yang dipotong dengan ukuran tertentu berbentuk persegi dengan berisikan
tulisan huruf-huruf abjad yang tersusun membentuk kata yang mempunyai makna
atau maksud. Kata dalam kartu kata bisa berarti kata benda, kata sifat, dan kata
kerja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Ada beberapa karakteristik media kartu kata yaitu sebagai berikut (Rahadi,
2003: 18).
a) Harus Autentik, artinya dapat menggambarkan objek atau peristiwa seperti jika
siswa melihat langsung Misalnya, siswa akan mempelajari gunung meletus,
setelah diberi gambaran bagaimana gunung meletus, maka akan tahu bahwa
pada saat gunung meletus mengeluarkan larva dan debu panas dari kawahnya,
dan hal tersebut bisa berbahaya
b) Sederhana, komposisinya cukup jelas menunjukkan bagian-bagian pokok
dalam gambar tersebut.
c) Ukuran gambar proposional, sehingga siswa mudah membayangkan ukuran
yang sesungguhnya benda atau objek yang digambar.
d) Memadukan antara keindahan dengan kesesuaiannya untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
e) Gambar harus message. Tidak setiap gambar yang bagus merupakan media
yang bagus. Sebagai media yang baik, gambar hendaklah bagus dari sudut seni
dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
D. Materi Pola Kalimat
1. Kalimat
Definisi kalimat sebagai satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan maupun
tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Pada kalimat, terdapat
beberapa kata dan atau frasa menduduki fungsi tertentu. Jika kata-kata
tersebut digabungkan dengan benar, akan muncul pemikiran dan pesan
yang ingin disampaikan oleh penutur (Alwi, Hasan, & Munaf, H. 2003:
311) mendefinisikan. Kalimat dalam wujud lisan diucapkan dengan
menggunakan intonasi, dalam wujud tulisan, kalimat dimulai dengan huruf
kapital dan diakhiri dengan titik (.). kelompok struktural memberikan
definisi bahwa kalimat adalah satuan gramatikal yang tidak berkonstruksi
lagi dengan bentuk lain.
Ramlan (2001: 21) menjelaskan bahwa penentuan dalam sebuah kalimat
bukan karena banyaknya kata yang menjadi unsurnya melainkan
intonasinya. Ramlan menyatakan bahwa kalimat bisa saja terdiri atas satu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
kata. Yang menjadi penanda kalimat adalah hurud kapital di awal kalimat
dan adanya intonasi akhir. Intonasi akhir dalam tuturan tertulis adalah
tanda baca. Elson dan Pickett ( Via Poerwadi, dkk, 2002: 121)
menekankan bahwa secara semantik kalimat merupakan proposisi dan
bersifat predikatif. Sebagai satuan fonologis, kalimat diawali dengan
intonasi awal dan diakhiri dengan intonasi final. Sebagai satuan
gramatikal, secara tradisional, kalimat sebagai satuan yang terdiri atas
subjek dan predikat.
Jadi, berdasarkan beberapa pendapat di atas, kalimat didefinisikan sebagai
satuan gramatikal yang memiliki intonasi awal yang ditandai dengan huruf kapital
dan diakhiri dengan intonasi final yang ditandai dengan titik dan terdiri dari
unsur-unsur pembentuk kalimat. Unsur-unsur kalimat tersebut adalah subjek (S),
predikat (P), objek (O), Pelengkap (Pel), dam keterangan (K). Subjek adalah
pelaku kegiatan. Predikat adalah kata kerja atau penanda aktivitasnya. Objek
adalah sesuatu yang dikenai tindakan dari pelaku. Pelengkap adalah pemberian
informasi tambahan. Perbedaan objek dan pelengkap terletak pada bentuknya.
Objek dapat menggantikan subjek dalam kalimat pasif, sedangkan pelengkap
tidak dapat menggantikan subjek pada kalimat pasif. Keterangan adalah unsur
yang menunjukkan tempat, cara, waktu, dan lain-lain.
2. Struktur Kalimat
Telah dijelaskan pada teori sebelumnya mengenai struktur dalam KBBI
Pusat Bahasa (2008: 1341) bahwa struktur merupakan pengaturan pola dalam
bahasa secara sintagmatis. Selanjutnya, pengertian kalimat juga telah disinggung
pada poin sebelumnya bahwa kalimat merupakan satuan bahasa terkecil (Kamus
Besar Bahasa Indonesia edisi Ketiga 2003: 311). Definisi lain juga menjelaskan
bahwa kalimat adalah satuan bahasa yang dimulai dari huruf kapital dan diakhiri
dengan titik serta memiliki subjek dan predikat. Jadi, jika dua pengertian di atas
digabungkan, pengertian struktur kalimat adalah satuan gramatikal yang memiliki
Intonasi awal yang ditandai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan intonasi
final yang ditandai dengan titik dan terdiri dari unsurunsur pembentuk kalimat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
3. Pola Kalimat
Pola dalam KBBI pada definisi keempat adalah suatu sistem atau cara kerja.
Pola kalimat merupakan pola kalimat dasar. Kalimat dasar adalah kalimat yang
berisi informasi pokok dalam struktur inti, belum mangalami perubahan.
Perubahan yang dimaksud dapat berupa penambahan unsur seperti penambahan
keterangan, subjek, predikat maupun objek. Namun perubahan yang terjadi juga
dapat berupa perubahan urutan unsur atau berupa perubahan bentuk. (Sugono,
2009: 110). Pengertian lain juga dijelaskan bahwa kalimat dasar adalah kalimat
yang memenuhi syarat gramatikal, yaitu kalimat yang mempunyai unsur subjek,
predikat, objek, serta pelengkap dan kalimat itu belum mengalami perubahan.
(Sugono, 2009: 112). Berikut merupakan beberapa contoh pola kalimat.
(1) Aldi [S] duduk [P] di teras depan [Ket].
(2) Ani dan teman-temannya [S] sedang belajar [P] sekarang [Ket].
(3) Para guru [S] mengadakan [P] pelatihan [O] di sekolah [Ket].
(4) Kue itu [S] terletak [P] di meja [Ket] kemarin [Ket].
(5) Ibu [S] membeli [P] sepatu [O] tadi siang [Ket].
(6) Ibu [S] membelikan sepatu [P] adik [O] tadi siang [Ket].
(7) Dia [S] meletakkan [P] uang [O] di atas meja itu [Ket] kemarin [Ket].
Pada contoh-contoh di atas, kata-kata yang dicetak miring dapat dihilangkan
tanpa mengakibatkan kejanggalan kalimat (ambigu). Berdasarkan contoh-contoh
di atas, kalimat (6) yang memiliki bagian terpenting pengisi kelima fungsi
sintaktis yang telah disebutkan pada penjelasan sebelumnya. Beberapa kalimat di
atas, dimulai dengan subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan di akhir
kalimat jika ketiga unsur itu hadir. Dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia
edisi Ketiga (2003: 322) menambahkan bahwa banyak kalimat yang predikatnya
mendahului subjek kalimat. Kalimat-kalimat demikian pada umumnya dapat
diubah susunannya sehingga berpola S-P. Alwi, dkk (2003: 322) menyatakan pola
umum kalimat dasar dalam Bahasa Indonesia sebagai berikut: S + P + (O) + (Ket).
4. Unsur-Unsur Kalimat
Kalimat terdiri atas beberapa unsur yang membentuknya. Berikut unsur-
unsur kalimat menurut Widjono (2011: 148).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
a. Subjek
Subjek atau pokok kalimat merupakan unsur utama kalimat. Subjek
menentukan kejelasan makna kalimat. Keberadaan subjek dalam kalimat
berfungsi sebagai pembentuk kalimat dasar, kalimat luas, kalimat tunggal,
kalimat majemuk, tidak hanya itu memperjelas makna dan menjadi pokok
pikiran, menegaskan/memfokuskan makna serta membentuk kesatuan pikiran
(Widjono, 2011: 148). Subjek adalah pelaku kegiatan dalam kalimat. Biasanya
subjek diisi dengan kata nomina (benda). Contohnya adik, kelinci, Joko, kepala
sekolah, dan lain-lain (Alwi, dkk., 2010:334).
b. Predikat
Seperti halnya dengan subjek, predikat kalimat kebanyakan muncul secara
eksplisit. Keberadaan predikat dalam kalimat berfungsi sebagai pembentuk
kalimat dasar, kalimat tunggal, kalimat luas, kalimat majemuk, mejadi unsur
penjelas, yaitu memperjelas pikiran atau gagasan yang diungkapkan dan
menentukan kejelasan makna kalimat, serta membentuk kesatuan pikiran dan
sebagai sebutan (Widjono, 2011: 148). Predikat biasanya diisi dengan kata
kerja, seperti membaca, berlari, menari, dan lain-lain. Predikat tersebut
menandakan aktivitas yang dilakukan oleh pelaku kegiatan (Alwi, dkk.,
2010:333).
c. Objek
Kehadiran objek dalam kalimat bergantung pada jenis predikat kalimat serta
ciri khas objek itu sendiri. Predikat kalimat yang berstatus transitif mempunyai
objek. Biasanya, predikat ini berupa kata kerja berkonfiks me-kan, atau me-i,
misalnya mengambilkan, mengumpulkan, melempari, mendekati. Dalam
kalimat, objek berfungsi sebagai pembentuk kalimat dasar pada kalimat
berpredikat transfitif, memperjelas makna kalimat, membentuk kesatuan atau
kelengkapan pikiran (Widjono, 2011: 149). Secara umum, objek adalah
sesuatu yang dikenai tindakan oleh pelaku kegiatan. Objek biasanya juga diisi
dengan kelas kata nomina (benda) (Alwi, dkk., 2010:335).
d. Pelengkap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Pelengkap adalah unsur kalimat yang berfungsi melengkapi informasi,
mengkhususkan objek, dan melengkapi struktur kalimat (Widjono, 2011: 150).
e. Keterangan
Keterangan kalimat berfungsi menjelaskan atau melengkapi informasi pesan-
pesan kalimat. Tanpa keterangan, informasi menjadi tidak jelas. Hal ini dapat
dirasakan kehadirannya terutama dalam surat undangan, laporan penelitian, dan
informasi yang terkait dengan tempat, waktu, sebab, dan lain-lain (Widjono,
2011: 150)
Berdasarkan uraian di atas, kalimat disusun dengan berdasarkan unsur-unsur
pola kalimat dan dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan intonasi akhir
kalimat merupakan satuan bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran yang
utuh, baik dengan cara lisan maupun tulisan. Dalam wujud lisan, kalimat
diucapkan dengan suara naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri
dengan intonasi akhir (Widjono, 2011: 150).
E. Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti ini tentunya sudah melihat
penelitian-penelitian yang relevan sebelumnya. Peneliti menemukan jenis
penelitian yang sama, yakni terkait dengan pengembangan media kartu kata untuk
penyusunan pola kalimat. Berikut beberapa penelitian yang relevan, yang peneliti
temukan.
Penelitian pertama yaitu penelitian yang dilakukan oleh Nur Kholifatul
Mujibiyah (2018) dari Universitas Negeri Sunan Kalijaga dengan judul penelitian
“Peningkatan Pemahaman Kata Benda Melalui Penggunaan Media Kartu Kata
Pada Siswa Kelompok A di Raudatul Athfal Jannatul Abror Plandirejo Tuban”.
Penelitian tersebut ditulis oleh Lalu Nur Kholifatul Mujibiyah pada 2018.
Penelitian tersebut menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK). Garis
besar dari penelitian ini, berisi tentang penggunaan media kartu kata dapat
meningkatkan pemahaman kata benda pada siswa kelompok RA Jannatul Abror
Plandirejo Plumpang Tuban. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat peningkatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
persentase dari siklus I 67% dan II yaitu 58% menjadi 78% pada uji coba produk
yang dilakukan peneliti.
Penelitian kedua yang juga relevan penelitian ini dilakukan oleh Rasyid
Fadlan (2017) dari Universitas Sanata Dharma dengan judul “Pengembangan
Media Pembelajaran Konvensional Kartu Kata Pada Rangka Manusia Subtema 1
Tubuh Manusia Pada Materi Pokok Kerangka Manusia Untuk Kelas V Sekolah
Dasar”. Penelitian tersebut ditulis oleh Rasyid Fadlan pada 2017. Penelitian
tersebut menggunakan metode penelitian Research And Development (R&D).
Berdasarkan hasil penelitian, garis besar dari penelitian ini yaitu berisi tentang
pengembangan media pembelajaran konvensional kartu kata pada rangka
manusia. Hal ini dapat dilihat dari nilai hasil uji coba validitas pertama sebesar
4,71, validitas kedua 4,71, validitas ketiga 3,78, dan validitas keempat 4,21 dan
memperoleh skor rata-rata akhir mencapai 4,35 dengan hasil penelitian masuk
dalam kategori sangat baik sehingga produk layak digunakan dan dikembangkan.
Penelitian ketiga adalah penelitian yang berjudul Penggunaan Media Kartu
Kata untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan dalam Mata
Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas II SDN Kilang Kecamatan Montong
Gading Kabupaten Lombok Timur Tahun Pelajaran 2016/2017. Penelitian
tersebut ditulis oleh Lalu Budi Yushalihin pada 2017. Penelitian tersebut
menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK). Berdasarkan hasil
penelitian, terdapat peningkatan skor aktivitas siswa. Pada siklus I, skor hanya
memperoleh 13 dengan predikat aktif untuk aktivitas siswa dan ketuntasan
klasikal mencapai 73,9%. Pada siklus II, terdapat peningkatan ada aktivitas siswa
dan ketuntasan klasikal. Aktivitas siswa mencapai 17 dengan predikat aktif dan
ketuntasan klasikal mencapai 91,30%.
Penelitian-penelitian di atas memiliki persamaan dan perbedaan dengan
penelitian ini. Persamaan yang dapat ditemukan dari ketiganya adalah media yang
digunakan dalam membantu kebutuhan siswa. Penelitian pertama sama-sama
mengkaji tentang media kartu kata sebagai alat uji Pemahaman Kata Benda. Pada
penelitian kedua mengkaji tentang pengembangan media kartu kata untuk materi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
pokok Kerangka Manusia. Penelitian ketiga mengkaji tentang Penggunaan Media
Kartu Kata untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan.
Perbedaan dari ketiganya terletak pada lokasi penelitian, objek yang dikaji,
dan sasaran yang ingin ditingkatkan ataupun yang dikembangkan. Selain itu,
penelitian ketiga memiliki perbedaan pada metode penelitiannya. Penelitian kedua
menggunakan metode penelitian Research and Development (R&D). Berdasarkan
ketiga penelitian relevan di atas, peneliti menggunakan media penelitian yang
sama yaitu media kartu kata. Kartu kata yang dikembangkan digunakan untuk
membantu subjek penelitian. Untuk lokasi dan subjek penelitian, peneliti memilih
melakukan penelitian di SLB-B Karnnamanohara. Subjek penelitiannya yaitu
siswa tunarungu. Peneliti memilih lokasi tersebut karena media pembelajaran
yang digunakan dalam pembelajaran secara langsung belum memadai sehingga
peneliti dapat mengembangkan media kartu kata untuk membantu siswa
tunarungu dalam mempelajari penyusunan pola kalimat (SPOK).
F. Kerangka Berpikir
Peserta didik hambatan pendengaran atau sering disebut tunarungu adalah
peserta didik yang memiliki masalah dalam pemerolehan bahasanya. Hal ini
disebabkan oleh ketidakberfungsian pada sebagian atau keseluruhan indera
pendengaran dan kemudian memberikan dampak yang sangat nyata yaitu miskin
bahasa sehingga menghambat keterampilan dalam berbahasa dan berkomunikasi.
Kartu kata adalah media yang dapat menjembatani peserta didik hambatan
pendengaran dalam kemampuan penyusunan pola kalimat.
Pembelajaran tentang konsep pola struktur kalimat pada pola S – P – O –
K disajikan dalam rangkaian media kartu kata. Kartu kata dirancang dengan
semenarik mungkin dengan mempertimbangakan warna, desain dan juga tingkat
kemudahan serta keamanan penggunaannya, sehingga peserta didik hambatan
pendengaran yang menggunakan media ini dalam pembelajaran di kelas menjadi
lebih tertarik dan mampu memahami dalam menyusun pola kalimat (SPOK).
Kekhasan pada pengembangan ini, media kartu kata yang dikembangkan
dengan metode penelitian Research and Development (R&D), dilengkapi dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
modul penggunaan media untuk membantu memudahkan guru dalam memberikan
panduan kepada peserta didik hambatan pendengaran. Peserta didik dengan begitu
mudah menerima arahan dari guru untuk menggunakan media kartu kata ini.
Maka dari kerangka berpikir di atas, penggunaan media kartu kata pada saat
pembelajaran penyusunan pola kalimat (SPOK) dan pemberian intervensi pada
peserta didik hambatan pendengaran kelas II di SLB-B Karnnamanohara
Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian dan pengembangan Research and
Development (R&D). Penelitian Research and Development (R&D) adalah
rangkaian proses atau langkah-langkah dalam rangka membangun suatu produk
baru atau menyempurnakan produk yang telah ada agar dapat
dipertanggungjawabkan (Sugiyono, 2013: 48).
Sugiyono (2012: 407) menjelaskan bahwa penelitian Research and
Development (R&D) adalah metode penelitian yang digunakan untuk
menghasilkan sebuah produk tertentu dan menguji keefektifan produk yang
dianggap handal telah melalui tahap-tahap pengujian dan revisi, produk yang
dihasilkan sesuai dengan kebutuhan lapangan dan sesuai dengan hasil analisis
kebutuhan. Sanjaya (2013:130) mengatakan bahwa proses pengembangan produk
dilakukan secara ilmiah dengan menganilisis data secara empiris.
Penelitian ini menggunakan prosedur pengembangan Borg and Gall.
Sementara itu, Sukmadinata (2007:164) mengemukakan bahwa penelitian dan
pengembangan atau Research and Development adalah suatu proses atau langkah-
langkah untuk mengembangkan sebuah produk baru atau menyempurnakan
produk yang telah ada, yang dapat dipertanggungjawabkan.
B. Prosedur Pengembangan
Penelitian ini menggunakan sepuluh tahap dalam penelitian. Sepuluh tahap
terdiri dari 1) Potensi dan masalah, 2) Pengumpulan data, 3) Desain produk, 4)
Validasi desain, 5) Revisi Desain, 6) Uji coba produk, 7) Revisi produk, 8) Uji
coba pemakaian, 9) Revisi produk, 10) Produksi massal.
Prosedur pengembangan dalam penelitian ini menghasilkan sebuah produk/
media akhir berupa media kartu kata tentang penyusunan pola kalimat (SPOK)
bagi siswa yang mengalami kebutuhan khusus tunarungu kelas bawah SLB/B.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Langkah-langkah pengembangan produk ini menggunakan model penelitian dari
Sugiyono (dalam Borg and Gall). Prosedur penelitian dan pengembangan ini,
peneliti hanya menggunakan 6 tahap saja. Langkah-langkah tersebut terdiri dari 1)
potensi dan masalah, 2) pengumpulan data, 3) desain produk, 4) validasi produk,
5) revisi desain, 6) uji coba produk.
Bagan 3.1 Prosedur Penelitian Pengembangan menurut Sugiyono
Setiap langkah penelitian Research and Development (R&D) dari langkah-
langkah penelitian menurut Sugiyono dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Tahap Potensi dan Masalah
Penelitian diawali dengan melakukan analisis kebutuhan, penelitian pustaka,
penelitian literatur, penelitian skala kecil, dan standar laporan yang diperlukan
(Borg and Gall, 1989). Pelaksanaan analisis kebutuhan terdapat beberapa kriteria
yang berhubungan dengan pentingnya pengembangan produk, ketersediaan
sumber daya yang kompeten dan ketersediaan waktu. Studi literatur diperlukan
untuk pengenalan sementara terhadap produk yang hendak dikembangkan serta
mengumpulkan informasi lain yang berkaitan dengan pengembangan produk yang
telah direncanakan. Riset skala kecil adalah untuk mengetahui beberapa hal
tentang produk yang hendak dikembangkan.
Analisis kebutuhan dilakukan dengan melakukan pengamatan, serta wawancara
dengan guru kelas bawah SLB/B Karnamanohara Yogyakarta. Pengamatan dan
wawancara ditujukan untuk mengidentifikasi adanya fakta dan masalah yang
terjadi dilapangan. Selain itu, peneliti juga melakukan kajian pustaka sebagai
bekal dasar penelitian untuk melakukan pengembangan.
Pengumpulan
Data
Revisi
Desain
Validasi
Produk
Desain
Produk
Potensi dan
Masalah
Uji coba
Produk
Produk
Massal
Revisi
Produk
Uji coba
Pemakaian
Revisi
Produk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
2. Tahap Pengumpulan Data
Dalam tahap pengumpulan data ini, peneliti merumuskan untuk memberikan
rancangan yang tepat yang berkaitan dengan permasalahan, menentukan tujuan
yang dicapai pada setiap tahapan. Peneliti merencanakan untuk membuat sebuah
produk yang berupa media pembelajaran Kartu Kata bagi siswa yang memiliki
kebutuhan tunarungu untuk penyusunan pola kalimat (SPOK) pada kelas bawah
terutama kelas II SLB-B Karnnamanohara. Peneliti juga melakukan studi pustaka,
untuk mencari bahan melalui sumber buku atau internet, dan mengumpulkan
bahan dari berbagai sumber untuk menambah referensi guna melengkapi
perencanaan pembuatan produk.
3. Tahap Desain Produk
Pengembangan produk awal dalam penelitian ini berupa bahan cetak visual
dalam bentuk kartu kata seperti media visual lainnya, namun dalam kartu kata ini
hanya berisi kata yang mengandung S-P-O-K. Peneliti mulai mengembangkan
produk awal dengan menentukan desain awal kartu kata agar menarik bagi siswa.
Desain awal pada kartu kata dilakukan dengan mengumpulkan berbagai kosakata
yang mudah dimengerti untuk siswa tunarungu yang dapat disusun menjadi suatu
kalimat baik aktif maupun pasif. Isi dari media kartu kata yaitu ada 4 kartu warna
yang masing-masing warna memiliki kriteria masing-masing seperti warna merah
merupakan kosakata subjek (S), kartu warna hijau kosakata predikat (P) dan
warna kuning kumpulan kosakata objek (O) dan kartu warna biru merupakan
kartu keterangan (K). Kemudian Produk ini juga dilengkapi kotak tempat dan juga
papan susun untuk membantu siswa dengan kebutuhan khusus tunarungu
menyusun pola kalimat (SPOK) yang mereka temukan.
4. Tahap Validasi Desain
Uji coba lapangan awal melakukan uji terhadap desain produk yang sudah
dikembangkan oleh peneliti, apakah sesuai dengan tujuan. Uji coba lapangan awal
yang dilakukan di SLB/B Karnamanohara Yogyakarta di kelas II. Produk Kartu
Kata divalidasi oleh ahli media (Validator), ahli materi (Validator), dan pengguna
(siswa). Selama uji coba awal, validator memvalidasi produk dengan mengisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
sebuah intrumen yang sudah disediakan oleh peneliti. Validitas produk bertujuan
untuk memperoleh kritik dan saran, serta penilaian kualitas produk yang kita
kembangkan dapat kemudian diujikan.
a. Validasi Ahli Media
Sebelum media diujicobakan, suatu produk pengembangan perlu divalidasi
oleh ahli media. Ahli media merupakan dosen pakar yang berkompeten
dalam media pembelajaran. Kegiatan validasi dilakukan dengan cara
menilai instrumen tentang desain dan komponen-komponen media yang
dikembangkan. Dalam kegiatan validasi yang dilakukan peneliti, didapat
data kelayakan, penilaian, komentar dan saran. Media kartu kata
penyusunan pola kalimat yang dikembangkan. Data hasil validasi kemudian
digunakan sebagai bahan perbaikan dan penyempurnaan produk kartu kata
penyusunan kalimat.
b. Validasi Ahli Materi
Selain divalidasi oleh ahli media, produk juga divalidasi oleh ahli materi
merupakan guru kelas yang berkompeten dalam pembelajaran, yaitu guru
kelas II. Validasi ahli materi dilakukan dengan cara menilai instrumen
tentang materi yang disajikan dalam media kartu kata penyusunan pola
kalimat (SPOK). Data penilaian instrumen, komentar dan saran dari ahli
materi digunakan sebagai bahan perbaikan dan penyempurnaan materi yang
disajikan dalam produk kartu kata penyusunan pola kalimat S-P-O-K.
c. Validasi Pengguna (Siswa)
Validasi pengguna dilakukan dengan mengujicobakan media yang sudah
direvisi dalam praktik pembelajaran di kelas. Validasi pengguna fokus pada
keterterapan media kartu kata penyusunan pola kalimat, yaitu dapat
tidaknya media itu digunakan dalam uji coba.
5. Tahap Revisi Produk
Revisi produk dilakukan setelah uji coba produk lapangan awal selesai
dilakukan. Pada tahap penyempurnaan produk awal, dilakukan pendekatan
kualitatif tentang produk kartu kata. Revisi produk dilakukan oleh peneliti
setelah memperoleh kritik dan saran dari hasil validasi validator. Revisi produk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
dilakukan untuk memperbaiki kekurangan dari produk yang telah divalidasi
oleh para validator.
6. Tahap Uji Coba Lapangan
Setelah melakukan revisi produk, kemudian melakukan uji lapangan produk
utama. Uji produk utama melibatkan lima siswa kelas II SLB/B Karnnamanohara
Yogyakarta. Setelah selesai melakukan uji coba hasil-hasil pengumpulan data
dievaluasi dan jika memungkin dibandingkan dengan uji coba awal.
Peneliti melakukan penelitian hanya menggunakan enam langkah
pengembangan tersebut karena pengembangan produk kartu kata tentang
penyusunan pola kalimat S-P-O-K yang tepat dan pengembangan ini merupakan
pengembangan terbatas.
C. Setting Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini siswa berkebutuhan tunarungu kelas II SLB/B (siswa
yang berada di kelas II SLB tetapi tidak memiliki ketentuan usia, melainkan
menggunakan tingkat kemampuan dengar sedang) Karnnamanohara Yogyakarta
tahun ajaran 2019/2020 dengan tingkat ketunarunguan yaitu masih mendengar
bunyi dengan intensitas 40- 65 dB. Pertimbangan dalam pemilihan siswa
tunarungu sebagai subjek penelitian berdasarkan wawancara bersama guru kelas
II di sekolah SLB/B Karnnamanohara. Siswa tunarungu kelas II masih memiliki
kemampuan menyusun kalimat yang rendah.
2. Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah berupa media pembelajaran yaitu kartu
kata. Kartu kata tersebut dilengkapi dengan unsur-unsur kalimat. Selain itu, media
ini dilengkapi dengan kartu gambar agar siswa dapat memperoleh informasi.
3. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SLB/B Karnnamanohara Yogyakarta. Tempat
yang terletak sangat strategis berada dalam situasi perkampungan, jauh dari
keramaian dan juga jalan utama
.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
4. Waktu Penelitian
Penelitian ini dimulai pada November 2019 sampai Juni 2020. Berikut
jadwal penelitian dalam tabel 3.1.
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian
No Kegiatan
Bulan
November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni
1. Observasi
dan
Penyusunan
metode
penelitian
yang ada
pada BAB
III.
2. Pembuatan
produk
(media
Kartu Kata).
3. Pelaksanaan
Penelitian
dan revisi
produk.
4. Penyusunan
laporan hasil
penelitian
D. Teknik Pengumpulan Data
Sugiyono (2013:2), menjelaskan bahwa metode penelitian merupakan cara
ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi,
wawancara, dan kuesioner. Observasi dan wawancara dilakukan dengan tujuan
untuk mengumpulkan informasi terkait media pembelajaran dan siswa tunarungu,
serta melihat fakta atau masalah yang terjadi di lapangan. Observasi dan
wawancara dilakukan pada tahap Tahap Potensi dan Masalah. Peneliti melakukan
observasi di SLB/B Karnnamanohara Yogyakarta kelas I, II, dan III serta
melakukan wawancara dengan guru kelas masing-masing. Data yang sudah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
diperoleh kemudian dianalisis peneliti untuk mendapatkan informasi mengenai
kebutuhan siswa dalam mengembangkan kalimat yang sesuai, serta akan
kebutuhan siswa dalam penggunaan media ketika pembelajaran di kelas.
1. Teknik Pengamatan/Observasi
Cristensen, L. (2011) menyatakan bahwa “In research, observation is define
as watching of behavioral pattern of people in certain situasion to obtain
information about phenomenan of interest. Observation is an important way of
collecting information about people because people do not always do what they
say do”. Dalam penelitian, observasi diartikan sebagai pengamatan terhadap pola
prilaku manusia dalam situasi tertentu untuk mendapatkan informasi tentang
fenomena yang diinginkan. Observasi merupakan cara yang penting untuk
mendapatkan informasi yang pasti tentang orang, karena apa yang dilakukan
orang belum tentu sama apa yang kita kerjakan.
Dalam penelitian ini, pengamatan atau observasi diartikan sebagai
aktivitas terhadap suatu proses atau objek dengan maksud memahami
pengetahuan dari sebuah fenomena berdasarkan pengetahuan dan gagasan yang
sudah diketahui sebelumnya. Observasi merupakan suatu proses yang kompleks,
suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis, dua di
antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan (Hadi dalam
Sugiyono, 2013:145). Pengataman atau observasi dilakukan di kelas I, II, dan III
SLB/B Karnamanohara Yogyakarta. Aspek yang diamati oleh peneliti yaitu
tentang kurangnya kemampuan siswa yang memiliki kebutuhan dalam
penyusunan pola kalimat (SPOK). Tujuan observasi adalah memperoleh data
analisis kebutuhan siswa dari pengembangan media kartu kata. Observasi
berpedoman pada kisi-kisi yang telah dibuat oleh peneliti. Kisi-kisi observasi
memiliki empat aspek yang diukur dan dijabarkan dengan sepuluh butir poin
pernyataan pada bab III. Aspek pertama terdiri atas tiga butir pernyataan tentang
ketersediaan media kartu kata untuk siswa kelas II. Aspek kedua terdiri atas dua
pernyataan tentang penggunaan media pembelajaran. Aspek ketiga terdiri atas tiga
pernyataan tentang analisis kebutuhan siswa. Aspek keempat terdiri atas dua
penyataan tentang keaktifan siswa pada saat pembelajaran. Aspek-aspek tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
yang menjadi pedoman peneliti pada saat melakukan observasi hingga
mendapatkan hasil pada analisis kebutuhan.
2. Wawancara
Esterbeg (dalam Sugiyono, 2013:231) mengatakan bahwa wawancara
merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya
jawab sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Peneliti
menggunakan pedoman wawancara untuk memahami informasi-informasi yang
lebih dalam dan informasi pokok. Pedoman wawancara menjadi acuan bagi
peneliti agar informasi yang diperoleh lebih jelas. Wawancara ini dilakukan untuk
membantu memperoleh data hasil analisis kebutuhan pada siswa tunarungu.
3. Kuesioner
Angket atau kuesioner merupakan suatu teknik pengumpulan data secara tidak
langsung (peneliti tidak bertanya jawab secara langsung dengan responden).
Angket atau kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk
dijawab (Sugiono, 2008:199). Teknik ini bertujuan untuk mengetahui kualitas
produk yang sudah dibuat atau dikembangkan oleh peneliti. Produk yang telah
dibuat atau dikembangkan layak dan sesuai digunakan sebagai media
pembelajaran siswa di kelas yang dinilai atau di ujicobakan pada validator.
Peneliti menggunakan bentuk kuesioner yang berstruktur dengan bentuk jawaban
tertutup. Hal tersebut dikarenakan agar dalam kuesioner, validator dapat
memberikan komentar, tanggapan, atau saran yang digunakan peneliti untuk
merevisi produk yang divalidasi.
Lembar kuesioner validasi diisi oleh validator dosen ahli dalam bidangnya
dan guru kelas II SLB/B Karnamanohara. Validasi kuesioner dibedakan menjadi
validasi dosen ahli dan validasi guru kelas II SLB/B. Hasil validasi kemudian
diolah dengan teknik analisis data sehingga peneliti mendapat skor validasi. Hasil
validasi melalui kuesioner dapat digunakan sebagai masukan kepada peneliti
untuk memperbaiki media kartu kata.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini menggunakan teknik nontes. Peneliti menggunakan
pedoman observasi, pedoman wawancara, dan kuesioner. Untuk melakukan
teknik non-tes tersebut, peneliti menggunakan beberapa instrumen.
1. Pedoman Observasi
Observasi dilaksanakan pada saat guru kelas dan siswa sedang melakukan
pembelajaran di kelas. Di sekolah SLB/B Karnamanohara Yogayakarta tersebut
guru tidak memiliki RPP atau Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran yang sudah
dirancang. Peneliti mencatat hal-hal penting yang berkaitan dengan aspek yang
digunakan untuk pedoman penelitian. Berikut ini adalah kisi-kisi observasi
analisis kebutuhan dapat dilihat pada tabel 3.2.
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Observasi Analisis Kebutuhan
Variabel Aspek Yang Diukur No. Item
Media Kartu Kata Ketersediaan media kartu kata untuk siswa kelas II 1,2,3
Penggunaan media kartu kata untuk siswa kelas II 4,5
Pembelajaran
Bahasa Indonesia
Kebutuhan siswa yang ditemukan dalam pembelajaran
Bahasa Indonesia pada materi membaca.
6,7,8
Keaktifan/ partisipasi siswa dalam mengikuti
pembelajaraan materi membaca.
9, 10
Berikut adalah daftar pernyataan pengembangan instrument observasi analisis
kebutuhan untuk siswa kelas II SLB/B Karnnamanohara Yogyakarta dapat dilihat
pada tabel 3.3.
Tabel 3.3 Pedoman Observasi Analisis Kebutuhan
Variabel Aspek Yang Diukur Pernyataan
Media kartu
kata
Ketersediaan media kartu
kata untuk siswa kelas II
1. Media kartu kata tersedia di sekolah.
2. Media kartu kata memuat materi
pembelajaran kelas II mengenai
pengembangan kalimat.
3. Media kartu kata untuk siswa kelas II
apakah dibuat semenarik mungkin.
Penggunaan media kartu
kata untuk siswa kelas II
4. Siswa menggunakan media kartu kata
pada saat pembelajaran di kelas
5. Siswa memahami penggunaan dari media
kartu kata sehingga dapat menyusun
kalimat dengan tepat.
Pembelajaran
Kosakata
Kesulitan yang dialami
siswa dalam pembelajaran
Bahasa Indonesia materi
terkait pembentukan kalimat
6. Siswa kurang mampu menyusun kalimat
dengan tepat.
7. Siswa kurang mampu meletakan S-P-O-K
dengan benar/masih suka keliru.
8. Siswa kurang mampu mengerti mengenai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
kosa kata baru.
Keaktifan/ partisipasi siswa
dalam mengikuti
pembelajaraan materi
kosakata
9. Siswa aktif mengikuti pembelajaran
bahasa di kelas
10. Siswa aktif dalam mengerjakan tugas
terkait materi bahasa.
2. Pedoman Wawancara
Wawancara ini ditujukan oleh narasumber yaitu guru kelas II SLB/B
Karnamanohara Yogyakarta. Wawancara ini bertujuan untuk menganalisis
kebutuhan pembuatan media kartu kata dari narasumber tersebut.
Wawancara guru kelas II SLB/B Karnamanohara Yogyakarta dilakukan
untuk memperoleh informasi yang lebih jelas. Berikut adalah kisi-kisi wawancara
wali kelas 1 SLB/B Karnamanohara Yogyakarta dapat dilihat pada tabel 3.4.
Tabel 3.4 Kisi-Kisi Instrumen Wawancara dengan Guru Kelas
Variabel Aspek Yang Diukur No. Item
Media Kartu
Kata
Ketersediaan media kartu kata atau media lain untuk siswa kelas II
SLB/B Karnnamanohara
1, 2, 3
Penggunaan Media kartu kata untuk siswa kelas II 4, 5
Pembelajaran
Bahasa
Indonesia
Kesulitan dan masalah yang dialami guru dalam pembelajaran materi
bahasa terhadap siswa di kelas.
6
Partsipasi siswa dalam mengikuti pembelajaran materi bahasa
terkhusus pada pengembangan kalimat.
7, 8
Usaha yang dilakukan guru untuk mengatasi kesulitan siswa dalam
pembelajaran materi bahasa terkhusus pada pengembangan kalimat.
bahasa terkhusus pada pengembangan kalimat.
9, 10
Berikut daftar pertanyaan pengembangan instrument wawancara guru
kelas II SLB/B Karnnamanohara Yogyakarta dapat dilihat pada tabel 3.5.
Tabel 3.5 Pedoman Wawancara dengan Guru Kelas
Variabel Aspek Yang Diukur Pertanyaan
Media Kartu
Kata
Ketersediaan media kartu
kata atau media lain
untuk siswa kelas II
SLB/B Karanmanohara
1. Apakah sekolah memiliki media pembelajaran
kartu kata?
2. Apa saja materi yang pelajaran yang masuk dalam
media kartu kata?
3. Bagaimana kondisi dari media kartu kata untuk
siswa kelas II yang tersedia?
Penggunaan Media kartu
kata untuk siswa kelas II
4. Bagaimana cara memanfaatkan media kartu kata
dalam pelakasanaan pembelajaran di kelas?
5. Bagaimana cara guru untuk mempermudah siswa
dalam menguasai penggunaan dari media kartu
kata tersebut ?
Pembelajaran
Bahasa
Indonesia
Kesulitan dan masalah
yang dialami guru dalam
pembelajaran materi
6. Apa saja kesulitan guru yang dialami dalam
melaksanakan pembelajaran materi bahasa
terkhusus pada pengembangan kalimat?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
kosakata
Partsipasi siswa dalam
mengikuti pembelajaran
materi kosakata
7. Bagaimana keaktifan siswa pada saat mengikuti
pembelajaran materi bahasa terkhusus pada
pengembangan kalimat?
8. Apakah ada yang mencoba untuk bertanya
meskipun bahasamya kurang jelas jika belum
memahami?
Usaha yang dilakukan
guru untuk mengatasi
kesulitan siswa dalam
pembelajaran materi
kosakata
9. Bagaimana menurut bapak/ibu jika media kartu
kata ini mengandung pembelajaran mengenai
materi bahasa terkhusus pada pengembangan
kalimat?
10. Apa saja upaya bapak/ibu lakukan dalam mengatasi
kesulitan yang dialami siswa dalam melaksanakan
materi bahasa terkhusus pada pengembangan
kalimat?
3. Kuesioner
Kuesioner digunakan oleh peneliti sebagai acuan peneliti untuk merevisi
produk produk agar menjadi lebih baik dan dapat digunakan sebagai media
pembelajaran di kelas. Peneliti menggunakan kuesioner dalam validasi produk,
baik oleh pakar maupun guru kelas II SLB/B Karnnamanohara. Kuesioner ini
berisi penelitian terhadap produk yang telah dibuat oleh peneliti. Kuesioner ini
terdapat pernyataan-pernyataan yang disesuaikan dengan spesifikasi produk yang
dikembangkan oleh peneliti serta terdapat kolom-kolom untuk mengisi komentar
dan saran untuk kekurangan produk dan nantinya akan digunakan untuk
memperbaiki produk tersebut agar lebih baik.
a. Kusioner Validasi Produk
Kuesioner validasi produk dibuat berdasarkan pada aspek yang ingin dikaji
karakteristik produk yang digunakan untuk mengembangkan produk tersebut.
Pengisian kuesioner validitas produk oleh ahli dilakukan sesudah peneliti
mempresentasikan media kartu kata yang dikembangkan. Selain kuisioner
validitas produk oleh ahli, terdapat pula kuesioner tanggapan mengenai produk
oleh siswa setelah uji coba terbatas. Kisi-kisi kuesioner validitas produk oleh ahli
dan tanggapan oleh siswa dijadikan tabel 3.6.
Tabel 3.6 Kisi-kisi Instrumen Validasi Produk
Variabel Aspek Yang Diukur No. Item
Kartu Kata Desain Produk 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10
Keefektifan Kartu Kata 11,12,13,14,15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Berikut adalah pengembangan instrumen kuesioner validitas produk dan
dapat dilihat pada tabel 3.7.
Tabel 3.7 Kuisioner Validasi Produk
Aspek Yang Diukur Pernyataan
Desain Produk
1. Kartu kata menggunakan kosa kata yang tepat sesuai dengan
bahasa anak umur 7-11 tahun atau kelas II SD.
2. Kartu kata menggunakan kosa kata yang jelas dan mudah
dipahami oleh siswa.
3. Kosa kata yang digunakan sesuai pedoman ejaannya Kamus
Besar Bahasa Indonesia yang terbaru.
4. Kartu kata memiliki desain yang menarik.
5. Penggunaan jenis tulisan disesuaikan dengan kebutuhan siswa.
6. Penggunaan jenis tulisan dan ukuran yang mudah dibaca.
7. Kartu kata menggunakan warna yang terang untuk menarik
perhatian siswa.
8. Terdapat tempat penyusunan dan juga box tempat masing-
masing warna kartu.
9. Kartu kata berbentuk persegi panjang.
10. Terdapat buku panduan cara penggunaan media kartu kata.
Keefektifan Kartu Kata
11. Siswa dapat menyusun kalimat dengan benar.
12. Buku panduan dapat membantu guru dalam menggunakan
media.
13. Media dapat digunakan pada beberapa materi, tidak hanya pada
pengembangan kalimat.
14. Media dapat dipakai secara mandiri maupun kelompok.
15. Bahan produk mendukung pada saat penggunaannya di kelas.
b. Kuesioner Uji Terbatas Produk
Kuesioner uji coba terbatas produk disusun berdasarkan indikator mengenai
keefektifan media kartu kata yang telah dikembangkan peneliti. Pengisian
kuesioner uji coba terbatas media kartu kata dilakukan pada saat peneliti
melakukan uji coba terbatas pada 3 siswa tunarungu kelas II di SLB/B
Karnamanohara. Kisi-kisi kuesioner uji coba terbatas produk dan tanggapan
dalam tabel 3.8.
Tabel 3.8 Kisi-kisi Kuisioner Uji Coba Terbatas Produk
Variabel Aspek Yang Ingin Dikaji No. Item
Kartu Kata Warna Keefektifan Kartu Kata 1,2,3,4,5
Berikut adalah pertanyaan pengembangan instrumen kuesioner uji coba
terbatas produk dapat dilihat pada tabel 3.9.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Tabel 3.9 Kuisioner Uji Coba Terbatas Produk
Variabel Aspek Yang Ingin Dikaji Pertanyaan
Kartu Kata
Warna
Keefektifan Produk
1. Produk dapat menumbuhkan rasa ingin tahu
siswa.
2. Produk membuat siswa mau belajar
mengembangkan kalimat.
3. Produk dapat membantu siswa belajar lebih
giat dalam menyusun kalimat yang baru
diketahui.
4. Produk mendukung untuk dikembangkan
lagi sebagai fasilitas belajar siswa.
5. Produk menjadi alat bantu kesulitan siswa
dalam belajar
F. Teknik Analisis Data
1. Data Kualitatif
Sugiyono (2015: 23) data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka, atau
data kuantitatif yang diangkakan (scoring). Jadi data kuantitatif merupakan data
yang memiliki kecenderungan dapat dianalisis dengan cara atau teknik statistik.
Data tersebut dapat berupa angka atau skor dan biasanya diperoleh dengan
menggunakan alat pengumpul data yang jawabannya berupa rentang skor atau
pertanyaan yang diberi bobot. Dalam penelitian ini, data kuantitatif berupa skor
dari pakar media pembelajaran dan guru. Data dianalisis sebagai dasar untuk
memperbaiki dan mengetahui kelayakan produk yang dihasilkan.
2. Data Kuantitatif
Sugiyono (2015: 23) data kualitatif adalah data yang berbentuk kalimat, kata
atau gambar. Data kualitatif merupakan deskripsi komentar observer terhadap
kegiatan guru dan siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung dan komentar
pengamat terhadap rencana pelaksanaan pembelajaran yang dilihat oleh guru atau
peneliti. Data berupa skor penelitian oleh pakar media pembelajaran, dan guru
kelas II sekolah dasar. Data yang dianalisis sebagai dasr dari hasil penelitian
kuesioner diubah menjadi data interval. Skala penilaian terhadap perangkat
pembelajaran yang dikembangkan yaitu 5 (sangat baik), 4 (baik), 3 (cukup baik),
2 (kurang baik), 1 (sangat kurang baik). Skor yang sudah didapat kemudian
dikonverensikan menjadi data kualitatif skala lima dengan acuan Sukardjo (2008
:101) seperti tabel 3.10 berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Tabel 3.10 Konverensi Nilai Skala Lima
Interval Skor Kategori
X > Xi + 1,80 Sbi Sangat baik
Xi + 0,60 Sbi < X ≤ Xi + 1,80 Sbi Baik
Xi - 0,60 Sbi < X ≤ Xi + 0,60 Sbi Cukup baik
Xi – 1,80,60 Sbi < X ≤ Xi - 0,60 Sbi Kurang baik
X ≤ Xi - 1,80 Sbi Sangat kurang baik
Keterangan :
Rerata ideal (Xi) : (skor maksimal ideal + skor minimal ideal)
Simpangan baku ideal (Sbi) : (skor maksimal ideal - skor minimal ideal)
X : Skor aktual
Berdasarkan rumus konversi di atas perhitungan data-data kuantitatif
dilakukan untuk memperoleh data kualitatif dengan menerapkan rumus konversi
tersebut. Penentuan rumus kualitatif pengembangan ini diterapkan dengan
konversi sebagai berikut.
Skor maksimal ideal : 50
Skor minimal ideal : 30
Rata-rata ideal (Xi) : (50+10) = 30
Simpangan baku ideal (Sbi) : (50-10) = 6,67
Ditanyakan:
Interval skor kategori sangat baik, baik, cukup baik, kurang baik, dan sangat
kurang baik.
Jawaban:
Kategori sangat baik = X > Xi + 1,80 Sbi
= X > 30 + (1,80 . 6,67)
= X > 30 + 1,21
= X > 4,21
Kategori baik = Xi + 0,60 Sbi < X ≤ Xi + 1,80 Sbi
= 3 + (0,60 . 0,67) < X ≤ 3 + (1,21)
= 3 – (0,40) < X ≤ 3 + (1,21)
= 3,40 < X ≤ 4,21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Kategori cukup baik = Xi - 0,60 Sbi < X ≤ Xi + 0,60 Sbi
= 3 - (0,60 . 0,67) < X ≤ 3 + (0,60 . 0,67)
= 3 – (0,40) < X ≤ 3 + (0,40)
= 2,60 < X ≤ 3,40
Kategori kurang baik = Xi – 1,80,60 Sbi < X ≤ Xi - 0,60 Sbi
= 3 - (1,80 . 6,67) < X ≤ 3 - (0,60 . 6,67)
= 3 – (1,21) < X ≤ 3 - (0,40)
= 1,79 < X ≤ 2,60
Kategori sangat kurang baik = X ≤ Xi - 1,80 Sbi
= X ≤ 3 – (1,80 . 0,67)
= X ≤ 3 – 1,21
= X ≤ 1,79
Pedoman penskoran =
Berdasarkan perhitungan tersebut, konversi data kuantitatif menjadi data
kualitatif skala lima sebagai berikut :
Tabel 3.11 Kriteria Skor Skala Lima
Interval Skor Kategori
4,22 – 5 Sangat baik
3,41 – 4,21 Baik
2,61 – 3,40 Cukup baik
1,80 – 2.60 Kurang baik
1 – 1,79 Sangat kurang baik
Hasil dari perhitungan skor masing-masing validasi yang dilakukan akan
dicari rata-rata skor perolehannya kemudian dapat dikonverensikan dari data
kuantitatif ke data kualitatif dalam kategori tertentu seperti yang tertera pada tabel
kriteria skor skala lima.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian
Penelitian pengembangan yang berjudul “Pengembangan Media Kartu Kata
Penyusunan Pola Kalimat (SPOK) Untuk Siswa Tunarungu” dilaksanakan
observasi pada 21 Januari 2020. Langkah dalam proses penelitian pengembangan
media kartu kata tentang penyusunan pola kalimat adalah melakukan observasi
sebagai analisis kebutuhan. Untuk meminta izin, peneliti datang ke sekolah SLB
Karnnamaohara Yogyakarta. Peneliti menemui kepala sekolah dan menjelaskan
maksud dan tujuan kedatangan peneliti di sekolah. Setelah pihak sekolah
mengizinkan, peneliti melakukan analisis kebutuhan berdasarkan langkah-langkah
pengembangan media kartu kata yang telah dijelaskan di bab III. Peneliti
melakukan analisis kebutuhan dengan menggunakan observasi dan wawancara.
Sebelum melakukan penelitian, peneliti meminta surat keterangan di sekretariat
prodi untuk melakukan penelitian di SLB Karnnamanohara Yogyakarta. Peneliti
melakukan observasi analisis kebutuhan dan wawancara sesuai pedoman yang
telah dibuat. Kisi-kisi instrumen observasi analisis kebutuhan dibuat seperti pada
tabel 4.1. Kisi-kisi instrumen wawancara pada tabel 4.2 sebagai berikut.
Tabel 4.1 Kisi-kisi Instrumen Observasi Analisis Kebutuhan
Variabel Aspek Yang Diukur No. Item
Media Kartu Kata Ketersediaan media kartu kata untuk siswa kelas II 1,2,3
Penggunaan media kartu kata untuk siswa kelas II 4,5
Pembelajaran
Bahasa Indonesia
Kebutuhan siswa yang ditemukan dalam pembelajaran
Bahasa Indonesia pada materi membaca.
6,7,8
Keaktifan/ partisipasi siswa dalam mengikuti pembelajaraan
materi membaca.
9, 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Tabel 4.2 Kisi-Kisi Instrumen Wawancara dengan Guru Kelas
Variabel Aspek Yang Diukur No. Item
Media Kartu
Kata
Ketersediaan media kartu kata atau media lain untuk siswa kelas II
SLB/B Karanmanohara
1, 2, 3
Penggunaan Media kartu kata untuk siswa kelas II 4, 5
Pembelajaran
Bahasa
Indonesia
Kesulitan dan masalah yang dialami guru dalam pembelajaran materi
bahasa terhadap siswa di kelas.
6
Partisipasi siswa dalam mengikuti pembelajaran materi bahasa
terkhusus pada penyusunan pola kalimat.
7, 8
Usaha yang dilakukan guru untuk mengatasi kesulitan siswa dalam
pembelajaran materi bahasa terkhusus pada pengembangan kalimat.
bahasa terkhusus pada penyusunan pola kalimat.
9, 10
Peneliti melakukan wawancara langsung kepada guru kelas terkait kebutuhan
belajar dan kemampuan siswa. Peneliti tidak hanya berhenti pada wawancara
terkait kebutuhan dan kemampuan siswa, tetapi peneliti juga menggali kebutuhan
yang selama ini dibutuhkan siswa dan sekolah melalui observasi langsung.
Peneliti melakukan observasi langsung agar pengembangan media penyusunan
pola kalimat dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan siswa dan sekolah.
Walaupun uji coba produk ke siswa tunarungu terhambat karena pandemi
virus corona, peneliti melakukan pada uji coba validitas produk ke validator.
Produk ini divalidasi oleh dua orang validator yaitu ahli media (dosen PGSD) dan
validasi ahli materi (guru kelas II) SLB-B Karnnamanohara. Uji validitas produk
tersebut dilakukan untuk mengetahui kualitas dan tingkat kelayakan produk dan
juga kosa-kata dalam pilihan kata yang dikembangkan peneliti jika digunakan
sebagai media pembelajaran penyusunan pola kalimat di kelas II SLB-B.
2. Potensi dan masalah
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh potensi dan masalah yang ditemukan
pada analisis kebutuhan siswa tunarungu di SLB Karnnamanohara. Peneliti
melakukan observasi di kelas II SLB Karnnamanohara pada tanggal 21 Januari
2020. Observasi dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung. Observasi ini
digunakan untuk memastikan kebutuhan pada siswa secara langsung terkait
ketersediaan dan penggunaan media kartu kata yang peneliti kembangkan
sehingga penelitian dapat menghasilkan produk sesuai dengan kebutuhan
siswanya. Observasi yang dilakukan peneliti diperoleh hasil yaitu ada beberapa
siswa yang masih mengalami kesulitan dalam penyusunan pola kalimat pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
materi pembelajaran bahasa Indonesia. Siswa mengalami kekeliruan dalam
menyusun pola kalimat sehingga dalam penyusunan pola kalimat tidak sesuai
dengan pola kalimat yang baik dan benar.
Peneliti juga melakukan wawancara kepada wali kelas dan dua siswa kelas
II SLB Karnnamanohara pada 21 Januari 2020. Wawancara digunakan untuk
mengetahui perkembangan pelaksanaan pembelajaran mengenai penyusunan pola
kalimat di kelas II. Hal tersebut bertujuan agar pengembangan media kartu kata
dapat tepat sasaran, membantu siswa dalam mengerti dan memahami tentang
materi penyusunan pola kalimat, serta membiasakan siswa untuk dapat menyusun
kalimat sesuai dengan pola kalimat dengan baik. Hasil observasi diuraikan pada
tabel 4.3 sebagai berikut.
Tabel 4.3 Hasil Observasi Analisis Kebutuhan
Aspek Yang Diukur Pernyataan Hasil Pengamatan
Ketersediaan media
kartu kata untuk
siswa kelas II
1. Media kartu kata tersedia
di sekolah.
Peneliti mengamati ketersediaan
media kartu kata di sekolah sebagai
sarana belajar siswa, tidak
ditemukan media pembelajaran kartu
kata yang digunakan sebagai sarana
belajar siswa.
2. Media kartu kata memuat
materi pembelajaran kelas
II mengenai penyusunan
pola kalimat.
Media kartu kata yang akan
dikembangkan yaitu media kartu
kata yang memuat materi
pembelajaran Bahasa Indonesia
mengenai penyusunan pola kalimat,
disesuaikan dengan kebutuhan siswa
yang masih mengalami kesulitan
dalam pengembangan kalimat dan
penyusunan pola kalimat yang sesuai
dengan pola kalimat yang baik dan
benar.
3. Media kartu kata untuk
siswa kelas II apakah
dibuat semenarik mungkin.
Media kartu kata yang akan dibuat,
disesuaikan dengan minat siswa
untuk pembelajaran sehingga,
peneliti mengembangkan media
kartu kata semenarik mungkin, dari
segi pemberian warna kartu dan juga
pembentukan desain media.
Penggunaan media
kartu kata untuk
siswa kelas II
4. Siswa menggunakan media
kartu kata pada saat
pembelajaran di kelas
Media kartu kata yang
dikembangkan sesuai dengan
analisis kebutuhan, digunakan pada
saat pembelajaran berlangsung di
kelas oleh siswa yang mengalami
kesulitan dalam penyusunan pola
kalimat.
5. Siswa memahami
penggunaan dari media
Media kartu kata dilengkapi dengan
modul penggunaan, sehingga siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
kartu kata sehingga dapat
menyusun kalimat dengan
tepat.
yang menggunakan media lebih
mudah menyusun kalimat yang
sesuai dengan pola kalimat.
Kesulitan yang
dialami siswa dalam
pembelajaran Bahasa
Indonesia materi
terkait pembentukan
kalimat
6. Siswa kurang mampu
menyusun kalimat dengan
tepat
Analisis kebutuhan di peroleh
beberapa siswa masih mengalami
kesulitan dalam penyusunan pola
kalimat sesuai dengan pola kalimat
yang benar .
7. Siswa kurang mampu
meletakan S-P-O-K
dengan benar/masih suka
keliru.
Analisi kebutuhan diperoleh
beberapa siswa masih sering keliru
meletakan pola kalimat saat
penyusunan pola kalimat yang benar.
8. Siswa kurang mampu
mengerti mengenai kosa
kata baru.
Siswa mengalami kekeliruan pada
penyusunan pola kalimat di sebabkan
oleh adanya kosa kata baru yang
belum mereka pahami.
Keaktifan/partisipasi
siswa dalam
mengikuti
pembelajaraan materi
kosakata
9. Siswa aktif mengikuti
pembelajaran bahasa di
kelas
Siswa dengan aktif mengikuti
pembelajaran di kelas pada saat
pembelajaran mengenai Bahasa
Indonesia.
10. Siswa aktif dalam
mengerjakan tugas terkait
materi bahasa.
Siswa sangat aktif dan tertib
mengerjakan tugas dari guru kelas
terkait pembelajaran materi Bahasa
Indonesia.
Setelah melakukan observasi, peneliti melakukan wawancara dengan guru
kelas II. Pada saat melakukan wawancara, peneliti langsung memberikan
pertanyaan kepada guru kelas, dan berikut hasil wawancara dengan guru kelas
dirangkum dalam tabel 4.4 sebagai berikut.
Tabel 4.4 Hasil Wawancara dengan Guru Kelas
Aspek Yang
Diukur
Pertanyaan Rangkuman Hasil Wawancara
Ketersediaan media
kartu kata atau
media lain untuk
siswa kelas II
SLB/B
Karanmanohara
1. Apakah sekolah memiliki
media pembelajaran kartu
kata?
Sekolah sudah memiliki media kartu
kata, tetapi belum dapat menunjang
pembelajaran sehari-hari di kelas,
karena jumlah media yang sangat minim
sehingga guru sering membuatkan
media kartu kata seadanya
menggunakan kertas-kertas bekas yang
ada di kelas.
2. Apa saja materi pelajaran
yang masuk dalam media
kartu kata?
Materi yang dapat dimasukkan dalam
media kartu kata yaitu materi bahasa
Indonesia, IPA, IPS dan Agama.
3. Bagaimana kondisi dari
media kartu kata untuk
siswa kelas II yang tersedia?
Konsisi media kartu kata yang ada di
kelas II sudah tidak layak digunakan,
karena guru hanya membuatkan dari
kertas bekas, sehingga saat selesai
digunakan kartu kata tidak lagi terurus
dan hanya disimpan di lemari.
Penggunaan Media 4. Bagaimana cara Guru memanfaatan media kartu kata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
kartu kata untuk
siswa kelas II
memanfaatkan media kartu
kata dalam pelakasanaan
pembelajaran di kelas ?
pada saat memberikan materi baru ke
siswa. Saat siswa mengalami kesulitan
pada penjelasan guru, media kartu kata
dijadikan sebagai salah satu media yang
dapat membantu guru menjelaskan
materi kepada siswa.
5. Bagaimana cara guru untuk
mempermudah siswa dalam
menguasai penggunaan dari
media kartu kata tersebut ?
Guru memberikan contoh atau arahan
terlebih dahulu ke siswa bagaimana cara
menggunakan media, kemudian guru
menuntun siswa untuk mempraktikkan
dengan bimbingan secara langsung atau
mengacu pada buku panduan (apabila
ada buku panduan)
Kesulitan dan
masalah yang
dialami guru dalam
pembelajaran materi
kosakata
6. Apa saja kesulitan guru
yang dialami dalam
melaksanakan pembelajaran
materi bahasa terkhusus
pada penyusunan pola
kalimat ?
Kesulitan yang dialami guru yaitu pada
saat membimbing siswa dalam
menyusun kalimat yang susuai dan
memberikan pengertian mengenai
membedakan kosa kata objek dan
predikat.
Partsipasi siswa
dalam mengikuti
pembelajaran materi
kosakata
7. Bagaimana keaktifan siswa
pada saat mengikuti
pembelajaran materi bahasa
terkhusus pada penyusunan
pola kalimat?
Siswa sangat menyukai materi Bahasa,
jadi pada saat pembelajaran mereka
sangat aktif dan selalu mengerjakan
tugas-tugas yang guru berikan,
meskipun masih ada beberapa siswa
yang mengalami kesulitan dan
ketinggalan materi tetapi mereka juga
tetap aktif mengikuti pembelajaran.
8. Apakah ada yang mencoba
untuk bertanya meskipun
bahasamya kurang jelas jika
belum memahami ?
Guru selalu memberikan kesempatan
siswa untuk bertanya ketika mengalami
kesulitan dalam menangkap penjelasan
dari guru, dan banyak sekali siswa yang
aktif bertanya pada saat kesempatan
bertanya itu diberikan.
Usaha yang
dilakukan guru
untuk mengatasi
kesulitan siswa
dalam pembelajaran
materi kosakata
9. Bagaimana menurut
bapak/ibu jika media kartu
kata ini mengandung
pembelajaran mengenai
materi bahasa terkhusus
pada penyusunan pola
kalimat?
Guru sangat mendukung pengembangan
media kartu kata yang dapat membantu
dalam pembelajaran Bahasa, karena
dianggap selama ini materi Bahasa
adalah materi pokok yang harus siswa
pahami dan guru masih sulit mencari
media pembelajaran yang tepat dalam
penerapan pembelajaran di kelas.
10. Apa saja upaya bapak/ibu
lakukan dalam mengatasi
kesulitan yang dialami siswa
dalam melaksanakan materi
bahasa terkhusus pada
penyusunan pola kalimat. ?
Guru melakukan pengulangan materi-
materi yang masih dianggap sulit bagi
siswa, sampai guru merasa siswa sudah
mampu mengikuti materi selanjutnya.
Tidak hanya itu guru memberikan
tambahan jam belajar khusus untuk
siswa-siswa yang mengalami kesulitan.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan beberapa sumber,
dapat disimpulkan bahwa beberapa siswa kelas II SLB Karnnamanohara masih
mengalami kesulitan dalam penyusunan pola kalimat dengan benar. Hal ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
diketahui pada saat pelaksanaan pembelajaran di kelas, kemampuan beberapa
siswa tersebut masih jauh tertinggal dengan siswa lain. Dari hasil observasi, guru
juga tidak menggunakan media sebagai alat bantu pembelajaran.
3. Pengumpulan Data
Pada tahap pengumpulan data, peneliti melakukan desain media dari hasil
analisis yang sudah diperoleh saat observasi dan wawancara dengan guru kelas II.
Pengumpulan data ini dilakukan dengan membuat desain awal media dari sebuah
kertas karton. Peneliti membuat bentuk media awal sebagai perencanaan produk
yang akan dikembangkan. Media yang dibuat peneliti yaitu pengembangan kartu
kata untuk siswa tunarungu kelas II. Produk yang dihasilkan dipertimbangkan
dengan tujuan yang ingin peneliti capai yaitu membantu kesulitan siswa atau
kebutuhan siswa yang peneliti peroleh pada saat peneliti melakukan analisis
kebutuhan. Cara peneliti menentukan media kartu kata yaitu dari hasil observasi
dan wawancara dengan guru kelas II. Oleh karena itu, peneliti memilih media
kartu kata sebagai media yang dikembangkan. Berikut rincian kisi-kisi yang telah
dibuat peneliti sebagai alat untuk menentukan pengembangan media kartu kata.
a. Observasi
Ketika memulai pembelajaran, seorang guru mencari tahu permasalahan
atau peristiwa yang terjadi pada saat itu atau yang bersumber dari siswa. Dengan
demikian, guru menjadikan permasalahan tersebuat sebagai bahan pengajaran hari
itu. Setelah diajarkan, barulah seorang guru membuatkan RPP. Jadi, saat
melakukan observasi siswa di kelas II SLB/B Karnamanohara, siswa sudah bisa
membaca, tetapi masih belum tepat dalam penyusunan pola kalimatnya. Saat
melakukan observasi di kelas II SLB/B Karnamanohara, siswa masih memerlukan
pendampingan agar lebih mudah dipahami kalimatnya. Maka, peneliti mengambil
kesimpulan untuk mengembangkan media kartu kata sebagai alat bentu belajar
siswa tunarungu dalam penyusunan pola kalimat khususnya pola dasar S-P-O-K.
b. Wawancara
Wawancara berpedoman pada kisi-kisi yang telah dibuat oleh peneliti. Kisi-
kisi wawancara dengan guru kelas II memiliki lima aspek yang diukur dan
dijabarkan dengan sepuluh butir poin pertanyaan pada bab III. Aspek pertama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
terdiri atas tiga butir pertanyaan tentang ketersediaan media kartu kata untuk
siswa kelas II. Aspek kedua terdiri atas dua butir pertanyaan dua tentang
penggunaan media pembelajaran. Aspek ketiga terdiri atas satu pertanyaan
tentang kesulitan dan juga kendala yang dialami guru dalam pembelajaran di
kelas. Aspek keempat terdiri atas dua pertanyaan tentang partisipasi siswa tentang
dalam pembelajaran di kelas. Aspek kelima terdiri atas dua butir pertanyaan
tentang upaya guru dalam membantu kesulitan yang siswa alami pada penyusunan
pola kalimat. Wali kelas II di SLB/B Karnnamanohara Yogyakarta pada tanggal
25 November 2019. Hasil dari wawancara wali kelas, kemudian akan diolah dan
digunakan untuk menganalisis masalah dan potensi yang ditemukan saat
observasi. Dari hasil wawancara tersebut, kemudian peneliti mengambil
kesimpulan analisis kebutuhan pada siswa sebagai acuan dalam pengembangan
media yang sesuai dengan kebutuhannya.
Aspek-aspek tersebut yang menjadi pedoman peneliti pada saat melakukan
wawancara hingga mendapatkan hasil pada analisis kebutuhan sehingga dapat
disimpulkan melalui bagan 4.1 hasil observasi dan wawancara adalah sebagai
berikut.
Bagan 4.1. Hasil Observasi dan Wawancara
4. Desain Produk
a. Media Kartu Kata
Peneliti menyusun desain media kartu kata dari kertas karton untuk
menentukan bentuk dan ukuran sebagai papan dasar media. Kemudian kartu kata
Siswa mengalami
kesulitan dalam
penyusunan pola
kalimat yang
benar dan pada
saat pembelajaran
berlangsung guru
tidak
menggunakan
media
pembelajaran
Bahasa.
Observasi: Beberapa siswa mengalami kesulitan dalam
penyusunan pola kalimat, dan pada saat melaksanakan
pembelajaran, dan guru tidak menggunakan media sebagai
alat bantu siswa dalam pembelajaran Bahasa.
Wawancara: Kemampuan beberapa siswa dalam
menyusun kalimat dapat dikatakan masih tertinggal dari
dari siswa lainnya, siswa sudah mampu menyusun kalimat
tetapi masih secara acak tidak sesuai pola kalimat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
dibuat menggunakan kertas HVS ukuran A4 yang ditulis tangan dengan jenis
tulisan tegak bersambung dan kartu gambar dibentuk menggunakan gambaran
tangan asli.
Desain awal kartu kata dibuat dengan mengumpulkan kosakata subjek,
predikat, objek, kosakata keterangan, dan kartu gambar yang diambil dari sumber
kegiatan sehari-hari yang kemudian digambar manual oleh peneliti. Media kartu
kata dibentuk seperti bangun ruang persegi panjang. Peneliti memilih bentuk
tersebut karena saran dari guru kelas pada saat observasi di kelas II, siswa
tunarungu kelas II dianggap paling mudah mengingat bangun ruang berbentuk
persegi panjang.
Pada rincian desain dalam, terdapat dua bagian. Bagian pertama yaitu
papan penyusunan pola kalimat dan bagian kedua yaitu papan tulis yang berfungsi
sebagai pengulangan kalimat yang sudah disusun oleh siswa. Bagian papan
penyusunan pola kalimat dibuat dua sekat dan dua kolom. Kolom sebelah kiri
digunakan untuk menggantungkan kartu gambar dan kolom sebelah kanan
digunakan untuk penyusunan kartu kata subjek, predikat, objek, dan keterangan.
Desain dilengkapi dengan tempat kartu kata dan bagian kedua yaitu papan tulis.
Bagian ini dibuat dengan desain bagian bawah papan yang diberi engsel agar
memudahkan siswa ketika menulis sehingga bagian siku siswa tidak terasa
terganggu.
Desain keseluruhan dari mulai warna, peneliti memilih warna dasar merah.
Pada bagian penyusunan pola kalimat, peneliti memberi warna hitam sesuai saran
validator. Warna kartu kata juga dipilih sesuai warna yang sering dikenali siswa di
kelas II, kartu kata subjek yaitu merah, warna kartu predikat hijau, warna kartu
kata objek kuning, dan warna kartu kata keterangan biru.
b. Desain Modul
Desain modul dibuat menggunakan kertas ivory berukuran A4. Di dalamnya
terdapat gambar-gambar produk dan juga penjelasan cara penggunaan media.
Modul yang dibuat oleh peneliti didesain sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
1). Cover Modul
Bagian cover modul dilengkapi dengan judul yaitu “Modul Pengembangan
Kartu Kata Penyusunan Pola Kalimat (SPOK) Bagi Siswa Tunarungu Kelas II
SLB-B”. Gambar media kartu kata dijadikan sebagai cover modul. Modul
dilengkapi dengan background yang menarik dan sesuai dengan kebutuhan
siswa. Selain itu, modul juga mencantumkan nama penyusun modul.
2). Kata Pengantar
Kata pengantar ini berisikan ucapan syukur peneliti tentang pembuatan modul.
Terdapat deskripsi harapan peneliti terhadap modul yang dibuat sebagai salah
satu sarana belajar siswa. Selain itu dalam kata pengantar, penulis juga menulis
inti dari pembuatan modul, isi modul, dan hasil analisis kebutuhan yang
dilakukan peneliti. Peneliti mengharapkan modul yang dibuat dapat membantu
guru dalam pembelajaran.
3). Daftar Isi
Daftar isi berisi mengenai urutan penomoran halaman pada modul. Pembuatan
modul ditunjukan sebagai pedoman guru dalam penggunaan media sehingga
modul diberikan daftar isi agar lebih mudah mencari topik yang ingin
dipelajari.
4). Pendahuluan
Pendahuluan ini berisi tentang gagasan utama pembuatan modul dan
mengambil intisari dari isi modul. Pendahuluan juga dicantumkan manfaat dan
tujuan modul penggunaan media pembelajaran.
5). Isi Modul
Bagian isi modul berisi mengenai langkah-langkah penggunaan media kartu
kata, tujuan pengembangan media kartu kata, dan manfaat dari pengembangan
media kartu kata. Terdapat pula sasaran yang ingin dibantu oleh peneliti. Isi
modul memuat gambar-gambar yang diambil dari sumber kegiatan sehari-hari
agar membantu siswa lebih mudah memahami dan menyusun kalimat. Isi
modul menjelaskan keterangan warna-warna yang digunakan dalam kartu kata
sebagai media penyusunan pola kalimat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
6). Daftar Pustaka
Daftar Pustaka ini berisi sumber-sumber untuk melengkapi pembuatan modul
seperti sumber dari pengambilan gambar-gambar untuk kartu gambar.
7). Biodata Penulis
Biodata penulis berisi mengenai riwayat hidup penulis. Pada bagian biodata
ini, penulis menjabarkan beberapa pengalaman hidupnya. Dalam biodata,
penulis terdapat nama lengkap, nomor induk mahasiswa (NIM), tempat/tanggal
lahir, motto hidup dan juga program studi penulis.
5. Validasi Desain Produk
Produk yang telah dibuat oleh peneliti selanjutnya divalidasi oleh validator.
Validator yang membantu dalam validasi yaitu ahli media (dosen PGSD) dan ahli
materi (guru kelas). Validasi produk dilakukan guna mengetahui kualitas
kelayakan produk kartu kata sebagai alat bantu belajar kesulitan siswa tunarungu
dan mengetahui saran dan masukan dari validator terhadap produk yang sudah
dibuat oleh peneliti. Saran dan masukan dari validator selanjutnya digunakan
peneliti sebagai bahan perbaikan produk. Setelah produk divalidasi oleh validator,
peneliti menghitung kualitas kelayakan produk menggunakan penskoran skala
lima menurut Widoyoko (2012:106). Validasi desain produk dilakukan oleh ahli
media yakni dosen PGSD. Peneliti memberikan seperangkat validasi di antaranya
media pembelajaran, video tutorial penggunaan media, surat izin, Term of
Reference (TOR), dan lembar validasi yang dibuat peneliti. Selanjutnya, peneliti
melakukan validasi bersama ahli materi yaitu guru kelas II SLB Karnnamanohara.
Peneliti juga memberikan perangkat validasi seperti media pembelajaran, video
tutorial penggunaan media, surat izin, Term of Reference (TOR), dan juga lembar
validasi. Hasil validasi dari kedua validator memiliki halaman saran dan masukan
sebagai catatan bagi peneliti yang kemudian menjadi perbaikan media.
a. Data Hasil Validasi Ahli Media dan Revisi Produk
Ahli media yang memvalidasi dalam penelitian ini adalah dosen PGSD.
Validasi dilakukan pada 24 Juli 2020. Validasi produk yang dinilai dalam
penelitian ini yaitu desain produk, isi produk, serta video tutorial penggunaan
media.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Hasil validasi oleh ahli media menunjukkan produk memperoleh skor rata-rata
sebesar 4,3. Skor rata-rata hasil validasi video tutorial penggunaan media sebesar
4,4. Skor tersebut kemudian dibandingkan dengan skala lima yang telah
ditentukan oleh peneliti. Hasil perhitungan rata-rata menunjukkan produk dalam
penelitian ini memiliki kriteria kelayakan “Sangat Baik”. Hasil perhitungan rata-
rata video tutorial penggunaan media menunjukkan kriteria kelayakan “Sangat
Baik”. Ahli media menyatakan bahwa produk layak digunakan dengan revisi
sesuai saran perbaikan untuk digunakan atau diujicobakan.
Tabel 4.5 Hasil Validasi Ahli Media
Aspek Pengukuran Skor Kategori
Validasi Produk dan Modul 3,3 Sangat Baik
Video Tutorial Penggunaan Media Kartu Kata 4,4 Sangat Baik
Berdasarkan validasi yang telah dilakukan, ahli media memberikan saran
untuk perbaikan produk yang diuraikan dalam tabel 4.6
Tabel 4.6 Saran Perbaikan Produk Ahli Media
No Saran perbaikan
1. Perlu ada revisi dalam hal gambar dan kata-kata yang dibuat kartu, agar lebih sesuai dengan
pemahaman anak kelas II
2. Sebaiknya dibuat level-level misalkan level 1, level 2 dan level 3 pada kartu
b. Data Hasil Validasi Ahli Materi dan Revisi Produk
Ahli materi yang memvalidasi dalam penelitian ini adalah guru kelas II
SLB-B. Validasi dilakukan pada 28 Juli 2020. Validasi produk yang dinilai dalam
penelitian ini yaitu desain produk, isi produk, dan video tutorial penggunaan
media.
Hasil validasi oleh ahli materi menunjukkan produk memperoleh skor rata-rata
sebesar 4,7. Skor rata-rata hasil validasi video tutorial penggunaan media sebesar
4,4. Skor tersebut kemudian dibandingkan dengan skala lima yang telah
ditentukan oleh peneliti. Hasil perhitungan rata-rata menunjukkan produk dalam
penelitian ini memiliki kriteria kelayakan “Sangat Baik”. Hasil perhitungan rata-
rata video tutorial penggunaan media menunjukkan kriteria kelayakan “Sangat
Baik”. Ahli materi menyatakan bahwa produk layak digunakan dengan revisi
sesuai saran perbaikan untuk digunakan atau diujicobakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Tabel 4.7 Hasil Validasi Ahli Materi
Aspek Pengukuran Skor Kategori
Validasi Produk dan Modul 3,7 Sangat Baik
Video Tutorial Penggunaan Media Kartu
Kata
4,4 Sangat Baik
Berdasarkan validasi yang telah dilakukan, ahli materi tidak memberikan
saran perbaikan secara umum melainkan revisi pada bagian produk.
1). Hasil Rangkuman Validator
Setelah peneliti melakukan perhitungan rata-rata skor yang diperoleh dari
validasi produk dan video tutorial penggunaan media, peneliti merangkum hasil
dari kedua validasi yang dilakukan. Berikut hasilnya akan dirangkum pada tabel
4.8.
Tabel 4.8 Hasil Rangkuman Validasi
No Validator Total Rerata Kriteria
Validasi Produk dan Modul
1. Ahli Media 87 4,3 Sangat Baik
2. Ahli Materi 94 4,7 Sangat Baik
Validasi Video Tutorial Penggunaan Media
1. Ahli Media 44 4,4 Sangat Baik
2. Ahli Materi 44 4,4 Sangat Baik
Rerata validasi media 4,5 Sangat Baik
Rerata validasi video tutorial penggunaan media 4,4 Sangat Baik
Hasil rerata validasi media dari ahli media adalah 4,3. Hasil tersebut
termasuk dalam interval skor 4,2-5,0 yang berarti masuk pada kriteria “Sangat
Baik” dan media layak digunakan dengan revisi sesuai dengan saran perbaikan.
Hasil rerata validasi dari ahli materi adalah 4,7. Hasil tersebut termasuk dalam
interval skoe 4,2-5,0 yang berarti masuk pada kriteria “Sangat Baik” dan media
layak digunakan dengan revisi sesuai perbaikan. Hasil rerata validasi media dari
kedua ahli adalah 4,5 sehingga masuk dalam interval skor 4,2-5,0 dengan kriteria
“Sangat Baik”.
Hasil dari rerata validasi video tutorial penggunaan media dari ahli media
adalah 4,4. Hasil tersebut masuk dalam interval skor 4,2-5,0 yang berarti masuk
pada kriteria “sangat baik” dan video layak digunakan dengan revisi sesuai
dengan saran perbaikan. Hasil dari rerata validasi video tutorial penggunaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
media dari ahli materi adalah 4,4. Hasil tersebut masuk dalam interval skor 4,2-
5,0 yang berarti masuk pada kriteria “Sangat Baik” dan video layak digunakan
dengan revisi sesuai dengan saran perbaikan.
2). Rangkuman Penilaian Setiap Aspek dari Validator
Peneliti merangkum penilaian setiap aspek validasi media dari kedua
validator. Rangkuman dari kedua validator tersebut dijabarkan pada sebuah tabel
4.9.
Tabel 4.9 Rangkuman Setiap Aspek Validasi Media dan Modul
No Pernyataan
Validator
Rerata Kriteria Dosen
Guru kelas
II
Desain media
1. Kartu kata
menggunakan kosa kata
yang sesuai dengan
bahasa anak kelas II SD.
4 4 4 Baik
2. Kartu kata
menggunakan gambar
yang colorfull.
4 5 4,5 Sangat baik
3. Kosa kata yang
digunakan sesuai
pedoman ejaan Kamus
Besar Bahasa Indonesia.
5 5 5 Sangat baik
4. Kartu kata memiliki
desain yang menarik 4 5 4,5 Sangat baik
5. Kombinasi warna
menarik 5 5 5 Sangat baik
6. Penggunaan jenis tulisan
dan ukuran yang mudah
dibaca.
4 4 4 Baik
7. Kartu kata bergambar
disesuaikan dengan
kegiatan sehari-hari
sehingga siswa lebih
mudah memahami.
4 4 4 Baik
8. Kartu kata didesain
menggunakan empat
warna kartu dan satu
kartu kata bergambar.
5 5 5 Sangat baik
9. Kesesuaian warna
tampilan
dan background
4 5 4,5 Sangat baik
10. Desain gambar
memberikan
kesan positif sehingga
mampu menarik minat
belajar
4 5 4,5 Sangat baik
Kualitas modul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
11. Kesesuaian penyajian
gambar dan materi yang
dibahas.
5 5 5
Sangat baik
12. Modul dapat membantu
guru dalam
menggunakan media.
5 5 5
Sangat baik
13. Modul dapat digunakan
pada beberapa materi. 4 4 4
Baik
14. Modul dapat dipakai
secara mandiri maupun
kelompok.
4 5 4,5
Sangat baik
15. Isi modul menjadi salah
satu sumber factual bagi
guru.
4 5 4,5
Sangat baik
16. Isi modul dapat
menumbuhkan rasa
ingin tahu siswa.
5 5 5
Sangat baik
17. Modul memberikan
pesan atau motivasi
siswa dalam belajar.
5 4 4,5
Sangat baik
18. Modul membantu
kesulitan siswa dalam
menyusun kalimat.
4 4 4
Baik
19. Petunjuk penggunaan
media disampaikan
dengan jelas.
4 5 4
Baik
20. Keruntutan penyajian
modul penggunaan
media.
4 5 4,5
Sangat baik
Total 87 94 4,5 Sangat baik
Rerata 4,3 4,7
Setelah peneliti merangkum penilaian setiap aspek validasi media, peneliti
juga merangkum penilaian setiap aspek pada video tutorial penggunaan media.
Rangkuman yang dibuat oleh peneliti dijabarkan pada tabel 4.10 sebagai berikut.
Tabel 4.10 Rangkuman Setiap Aspek Validasi Video Tutorial Penggunaan
Media
No Pernyataan Validator
Rerata Kriteria Dosen Guru kelas II
1.
Video tutorial memiliki
susunan cara
menggunakan media
secara urut.
4 4 4 Baik
2.
Video tutorial dapat
membantu guru dalam
menerapkan cara
penggunaan media.
4 5 4,5 Sangat baik
3.
Video tutorial berdurasi
pendek dan memuat isi
yang mudah dipahami.
5 5 5 Sangat baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
4.
Video tutorial memuat
gambar-gambar yang
menarik untuk
mendukung isi video.
4 5 4,5 Sangat baik
5.
Video tutorial
menggunakan Bahasa
Indonesia yang mudah
dipahami dan sesuai
kaidah Bahasa
Indonesia yang baik.
5 5 5 Sangat baik
6.
Video tutorial memiliki
kualitas suara yang
jelas.
4 4 4 Baik
7.
Video tutorial memiliki
tata letak pengambilan
efek video yang baik.
4 4 4 Baik
8. Video tutorial berisi
gambar dan suara. 5 4 4,5 Sangat baik
9.
Video tutorial memiliki
tampilan penyajian yang
menarik.
4 4 4 Baik
10.
Video tutorial memiliki
kualitas pesan yang
baik.
5 4 4,5 Sangat baik
Total 40 40 4,5 Sangat baik
Rerata 4,4 4,4
6. Revisi Desain Produk
Ahli media dan ahli materi menyampaikan beberapa komentar untuk merevisi
desain produk dan juga video tutorial penggunaan media. Revisi diberikan agar
produk layak digunakan sebagai media pembelajaran untuk siswa tunarungu.
Komentar tersebut menjadi landasan peneliti untuk merevisi produk. Beberapa
komentar yang diberikan oleh ahli terlihat pada tabel 4.11.
Tabel 4.11 Revisi Desain Produk
Revisi Validator
Dosen Guru Kelas II
Saran Perbaikan Desain Media dan Modul
Perlu lebih dibuat sederhana Ada beberapa kalimat yang terlalu panjang
Gambar dilengkapi supaya sesuai dengan keterangannya Perlu sedikit pembenahan dipemakaian
tanda baca dan huruf kapital
Perlu penulisan huruf yang jelas Ada beberapa kalimat yang perlu
disederhanakan
Background supaya diberi warna yang berbeda dengan
warna dasar
Prosedur modul perlu ditata ulang
Saran Perbaikan Vidio Tutorial Penggunaan Media
Backgroung pada pembuatan video lebih baik berwarna
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
7. Revisi Produk
Revisi produk dilakukan berdasarkan saran masukkan dari validator sebagai
perbaikan produk agar dapat digunakan. Saran perbaikan kedua validator sebagai
berikut.
Sebelum Revisi Komentar/Saran
Gambar 4.1 Revisi Kata Kartu Kata
Peneliti melakukan revisi dari media dan ahli materi yaitu mengubah kartu
kata yang awalnya menggunakan tulisan tangan menjadi huruf tegak bersambung
pada MS-Word yang lebih jelas. Kemudian, peneliti mengubah huruf kapital pada
kata yang berada di tengah kalimat. Tidak hanya kedua aspek tersebut, peneliti
juga mengganti warna yang lebih terang guna menarik perhatian siswa agar lebih
senang bermain. Seperti pada gambar 4.1, terlihat bahwa peneliti merevisi tulisan,
warna, dan huruf kapital pada kosa kata. Siswa tunarungu tentunya menyesuaikan
dengan gambar yang dipikih Ketika akan membedakan kata menjemur atau
dijemur. Misalnya gambar tersebut adalah seorang wanita yang mengangkat
pakaian dan meletakkan pada tempat jemuran, maka siswa akan bisa membedakan
bahwa kosa kata itu adalah menjemur bukan dijemur. Siswa akan menjadi keliru
dan tidak logis, apabila menuliskan kalimat seperti contoh “Siti dijemur pakaian
pada siang hari”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Sebelum Revisi Komentar/Saran
Gambar 4.2 Revisi Gambar Pada Kartu Gambar
Peneliti melakukan revisi dari ahli media yaitu mengubah gambar menjadi
lebih jelas. Gambar yang direvisi peneliti dari gambaran manual menjadi gambar
cetak yang lebih terlihat lengkap dan bagus. Pada gambar sebelah kiri, belum
terlihat secara jelas dan lengkap gambar yang dimaksudkan sebagai petunjuk
penyusunan pola kalimat sehingga siswa akan sulit menyusun kalimat karena
gambar tidak lengkap dan jelas. Revisi ini membantu siswa lebih mudah
memahami dari bagian-bagian gambar yang nantinya dicari kosakatanya.
Sebelum Revisi Sesudah Revisi
Gambar 4.3 Revisi Tempat Kartu Kata
Peneliti melakukan revisi dari ahli materi mengenai tempat kartu kata.
Peneliti melakukan revisi dari saran ahli materi, supaya tempat kartu kata dibuat
menjadi satu kemudian diberi batas. Tampak pada gambar sebelah kiri tempat
kartu masih terpisah-pisah, kemudian gambar sebelah kanan yang telah direvisi
peneliti menjadi satu hanya diberi batas saja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Sebelum Revisi Sesudah Revisi
Gambar 4.4 Revisi Warna Background Papan Penyusunan Pola Kalimat
Peneliti melakukan revisi dari ahli media yaitu mengubah warna
background papan penyusunan pola kalimat dari warna dasar merah menjadi
warna hitam sesuai saran ahli media. Peneliti merevisi warna background agar
terlihar berbeda dengan warna dasar yang ada pada papan media. Revisi ini
dilakukan agar siswa lebih tertarik dengan beberapa warna yang ada pada bagian-
bagian papan dan menjadi lebih bagus dilihat ketika papan penyusunan pola
kalimat berbeda warna background dengan warna dasar.
Sebelum Revisi Sesudah Revisi
Gambar 4.5 Revisi Langkah-langkah Penggunaan Pada Modul
Peneliti melakukan revisi dari ahli media yaitu mengubah langkah-langkah
penggunaan media pada modul agar lebih mudah dipahami pembaca. Pada
gambar sebelah kiri, langkah-langkah penggunaan masih terlihat terbalik dan sulit
dipahami. Peneliti merevisi langkah-langkah penggunaan media menjadi lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
runtut dan mudah dipahami pembaca serta memberikan keterangan menggunakan
gambar agar lebih jelas.
8. Uji Coba Produk
Uji coba produk dilakukan setelah media kartu kata telah direvisi dan siap
diujicobakan. Akan tetapi, karena kondisi pandemic virus corona (Covid-19),
peneliti tidak bisa melakukan ujicoba produk kepada siswa secara langsung.
Situasi tersebut terjadi saat peneliti melakukan validasi dan revisi produk sehingga
tidak memungkinkan peneliti melakukan tatap muka secara langsung dengan
siswa tunarungu.
Peneliti tidak dapat melakukan uji coba produk dengan siswa kelas II SLB
Karnnamanohara dikarenakan semua aktivitas di sekolah sementara diberhentikan
sampai waktu yang belum ditentukan. Peneliti membuat video tutorial
penggunaan media yang sudah divalidasi kedua ahli. Video tutorial penggunaan
media membantu calon pengguna memahami cara menggunakan media.
B. Pembahasan
1. Langkah-Langkah Pengembangan Media
Penelitian pengembangan dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah
Borg dan Gall (dalam Sukmadinata, 2007:167-170), serta pengembangan
Sugiyono (2011:298). Langkah-langkah tersebut telah dimodifikasi peneliti
menjadi enam langkah untuk mengembangkan produk kartu kata penyusunan pola
kalimat. Enam langkah tersebut terdiri atas:
Tahap potensi dan masalah yang terdiri atas analisis kebutuhan pada siswa
tunarungu. Peneliti melakukan observasi keadaan sekolah, kelas, dan kondisi
kebutuhan siswa saat pembelajaran. Selain melakukan observasi, peneliti juga
melakukan wawancara secara langsung kepada guru kelas II SLB-B
Karnnamanohara. Dari analisis kebutuhan ini, peneliti menggunakan data hasil
analisis kebutuhan sebagai landasan pengembangan penelitian media kartu kata.
Pada tahap pengumpulan data, hasil observasi dan wawancara
menunjukkan bahwa guru dan siswa membutuhkan media pembelajaran
khususnya pada pembelajaran Bahasa siswa tunarungu. Peneliti kemudian ingin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
mengembangan media kartu kata dan guru menyetujui jika media yang
dikembangkan berisi materi yang dapat membantu kesulitan siswa. Oleh karena
itu, peneliti terdorong untuk melakukan penelitian mengenai media pembelajaran
kartu kata tentang penyusunan pola kalimat bagi siswa kelas II SLB
Karnnamanohara.
Tahap perencanaan atau tahap desain produk, peneliti mengembangkan
media kartu kata berlandaskan dari hasil analisis kebutuhan yang didapat pada
saat observasi dan wawancara. Berdasarkan hasil analisis kebutuhan, peneliti
kemudian mendesain produk awal menggunakan kertas karton untuk membuat
papan penyusunan pola kalimat. Hal tersebut dapat menjadikan media kartu kata
cocok untuk digunakan sebagai desain produk awal untuk digunakan sebagai
validasi produk yang nantinya direvisi oleh validator.
Tahap validasi produk, peneliti melakukan validasi produk kepada ahli
media dan ahli materi. Validasi ini bertujuan untuk mengetahui seberapa baik
kualitas produk yang dikembangkan oleh peneliti. Validasi produk tidak hanya
berhenti pada mengetahui kualitas produk saja melainkan, kritik dan masukkan
yang diberikan validator sebagai saran perbaikkan media. Pada validitas produk
validator juga memberikan penilaian terhadap produk yang dikembangkan oleh
peneliti, guna sebagai uji kelayakan produk.
Validasi yang sudah dilakukan peneliti kepada kedua ahli yaitu ahli media
dan ahli materi untuk mendapatkan penilaian akhir media. Media kartu kata
divalidasi oleh seorang ahli media yaitu dosen PGSD. Hasil validasi oleh ahli
media menunjukkan produk memperoleh skor rata-rata sebesar 4,3. Skor tersebut
kemudian dibandingkan dengan skala lima yang telah ditentukan oleh peneliti.
Perbandingan menunjukkan produk dalam penelitian ini termasuk dalam kategori
“Sangat Baik”. Ahli media menyatakan bahwa produk layak digunakan sesuai
dengan saran perbaikan.
Validasi kedua dilakukan oleh seorang ahli materi yaitu guru kelas II SLB
Karnnamanohara. Hasil validasi oleh ahli materi menunjukkan produk
memperoleh skor rata-rata sebesar 4,7. Skor tersebut kemudian dibandingkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
dengan skala lima dan masuk dalam kategori “Sangat Baik”. Ahli materi
menyatakan bahwa produk layak digunakan sesuai dengan saran perbaikan.
Pada tahap revisi produk, peneliti merevisi media kartu kata sesuai dengan
komentar dan saran perbaikan dari validator setelah melakukan validasi produk
oleh ahli media dan ahli materi. Selanjutnya, peneliti seharusnya melakukan uji
coba produk. Akan tetapi, karena situasi pandemi virus corona (Covid-19),
peneliti tidak dapat melakukan uji coba produk secara langsung ke siswa. Peneliti
mengganti ujicoba produk dengan membuat video tutorial penggunaan media,
kemudian divalidasi juga oleh kedua ahli. Hasil validasi video tutorial
penggunaan media memperoleh skor rata-rata sama dari kedua ahli yaitu 4,4. Skor
tersebut kemudian dibandingkan dengan skala lima yang kemudian masuk dalam
kategori “Sangat Baik”. Tahap uji coba ini digantikan dengan hasil validasi video
tutorial yang dibuat oleh peneliti karena aktivitas di sekolah untuk sementara
waktu diberhentikan.
Berdasarkan keenam langkah penelitian pengembangan ini, peneliti dapat
menghasilkan produk akhir berupa media kartu kata penyusunan pola kalimat atau
peneliti mengemas dalam sebuah judul “Pengembangan Media Kartu Kata untuk
Penyusunan Pola Kalimat (SPOK) Untuk Siswa Tunarungu Kelas II SLB-B”,
video tutorial penggunaan media dan juga modul pengembangan. Guru dan siswa
dapat menggunakan produk akhir sebagai media pembelajaran di kelas dan
sebagai sarana belajar siswa secara mandiri maupun berkelompok.
2. Kualitas Produk Media Kartu Kata
Kualitas produk media kartu kata dapat dilihat dari hasil validasi kedua ahli.
Media kartu kata, video tutorial, dan buku modul cara penggunaan media kartu
kata yang divalidasi oleh ahli materi dan ahli media. Media tersebut telah
dilaksanakan sesuai dengan model pengembangan dari Borg and Gall (dalam
Sugiyono, 2012: 407) yaitu metode penelitian yang digunakan untuk
menghasilkan sebuah produk tertentu dan menguji keefektifan produk yang
dianggap handal. Produk telah melalui tahap-tahap pengujian dan revisi. Produk
yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan lapangan dan sesuai dengan hasil
analisis kebutuhan. Proses pengembangan produk dilakukan secara ilmiah dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
menganilisis data. Para ahli memberikan saran untuk penilaian produk, serta
memberikan komentar mengenai kelebihan dan kekurangan produk yang akan
dikembangkan. Hasil dari analisis kebutuhan, peneliti kemudian memiliki
keinginan untuk pengembangan media kartu kata.
Tahap pembuatan desain media kartu kata serta validasi yang telah
dilakukan peneliti. Kemudian desain media kartu kata direvisi sesuai saran
perbaikan. Selanjutnya, karena peneliti tidak dapat melakukan uji coba akibat
adanya pandemi virus corona (covid-19), peneliti hanya berhenti pada tahap
pengembangan yaitu revisi produk. Tahap validasi menunjukkan bahwa skor rata-
rata media kartu kata, modul, dan video tutorial penggunaan media kartu kata
masuk dalam kategori “Sangat baik”. Desain media kartu kata sudah sesuai
dengan karakteristik kebutuhan siswa tunarungu.
Hasil rekapitulasi dari kedua ahli dirangkum pada tabel 4.8 Hasil
Rangkuman Validasi Ahli. Validasi produk oleh ahli media (Dosen) menunjukkan
skor rata-rata 4,3 dengan kategori “Sangat baik”, validasi video tutorial
penggunaan media kartu kata menunjukkan skor rata-rata 4,4 dengan katogori
“Sangat baik”. Validasi produk dari ahli materi (Guru kelas II) menunjukkan skor
rata-rata 4,7 dengan kategori “Sangat baik”, validasi video tutorial penggunaan
kartu kata menunjukkan skor rata-rata 4,4 dengan kategori “Sangat baik”.
Produk akhir memiliki desain sesuai dengan kebutuhan siswa tunarungu
kelas II SLB-B Karnnamanohara. Sampul produk dibuat dengan tulisan yang
menggunakan tinta cat. Kartu kata yang dicetak menggunakan kertas Ivory
400gsm. Sampul produk media kartu kata tersebut menggunakan judul
“MEKARTA PEPOKA” yang berarti Media Kartu Kata Penyusunan Pola
Kalimat (SPOK) yang diletakkan di tengah. Peneliti menggunakan huruf tegak
bersambung untuk membuat kartu kata dengan ukuran 48pt. Selain itu, ukuran
kartu kata dibuat sesuai kebutuhan box permainan yaitu P = 9cm dan L = 7cm.
Warna pada produk dibuat dengan warna dasar merah dan warna hitam pada
bagian untuk menyusun kalimat.
Produk akhir dalam penelitian ini berupa pengembangan media kartu kata
tentang penyusunan pola kalimat siswa tunarungu untuk siswa kelas II SLB-B
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Karnnamanohara. Media kartu kata ini sudah dibuat sesuai karakteristik
kebutuhan siswa dan sudah layak dijadikan sebagai media pembelajaran guna
mendukung aktivitas belajar di sekolah dasar. Selain itu, media kartu kata ini
sudah layak digunakan sebagai media pembelajaran pola kalimat (SPOK) untuk
siswa kelas II SLB-B.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan proses pengembangan media dan uji coba terhadap media
pengembangan kartu kata pada materi bahasa Indonesia, kesimpulan penelitian ini
sebagai berikut.
1. Pengembangan media kartu kata yang didesain dengan menggunakan kertas
karton dengan ukuran 500 gsm. Kartu kata dan kartu gambar didesain
menggunakan kertas HVS ukuran P=9cm dan L=7cm. Langkah-langkah
pengembangan produk ini menggunakan model penelitian dari Sugiyono dalam
Borg and Gall. Prosedur penelitian dan pengembangan Sugiyono menggunakan
sepuluh tahap dalam penelitian, tetapi penulis hanya menggunakan 6 tahap
saja. Langkah-langkah tersebut terdiri dari 1) potensi dan masalah, 2)
pengumpulan data, 3) desain produk, 4) validasi produk, 5) revisi desain, dan
6) uji coba produk. Rangkaian validasi produk juga dilakukan oleh peneliti
dengan langkah pengembangan tersebut di antaranya:
a. Tahap potensi dan masalah dilakukan dengan analisis kebutuhan,
observasi, dan wawancara.
b. Tahap pengumpulan data dilakukan dengan merancang produk kartu kata.
c. Tahap desain produk dilakukan dengan membuat desain produk awal
menggunakan karton dan juga kertas HVS.
d. Tahap validasi produk dilakukan oleh dua validator yaitu ahli media dan
ahli materi. Ahli media (dosen) dan ahli materi (guru kelas) dengan menilai
produk yang telah didesain oleh peneliti.
e. Tahap revisi produk. Peneliti melakukan revisi produk sesuai saran dan
komentar kedua validator sehingga produk dapat digunakan sesuai dengan
saran perbaikan.
2) Tahap uji coba. Peneliti mengalami keterbatas dalam tahap uji coba akibat
adanya pandemi virus corona (covid-19). Tetapi pada tahap keenam ini,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
peneliti mengganti dengan membuat video tutorial cara penggunaan media
sebagai tahap uji coba yang juga divalidasi oleh kedua ahli.
3) Hasil pengembangan media kartu kata ini kemudian divalidasi oleh dua
validator yaitu validator ahli media oleh dosen PGSD dan validator ahli materi
oleh guru kelas II SLB-B Karnnamanohara. Hasil validasi produk yaitu sebagai
berikut:
a. Hasil rerata validasi media dari ahli media adalah 4,3. Hasil tersebut
termasuk dalam interval skor 4,2-5,0 yang berarti masuk pada kategori
“sangat baik” dan media layak digunakan dengan revisi sesuai dengan saran
perbaikan. Hasil rerata validasi dari ahli materi adalah 4,7. Hasil tersebut
termasuk dalam interval skor 4,2-5,0 yang berarti masuk pada kriteria
“sangat baik” dan media layak digunakan dengan revisi sesuai perbaikan.
Hasil rerata validasi media dari kedua ahli adalah 4,5 sehingga masuk dalam
interval skor 4,2-5,0 dengan kriteria “sangat baik”.
b. Hasil dari rerata validasi video tutorial penggunaan media dari ahli media
adalah 4,4. Hasil tersebut masuk dalam interval skor 4,2-5,0 yang berarti
masuk pada kriteria “sangat baik” dan video layak digunakan dengan revisi
sesuai dengan saran perbaikan. Hasil dari rerata validasi video tutorial
penggunaan media dari ahli materi adalah 4,4. Hasil tersebut masuk dalam
interval skor 4,2-5,0 yang berarti masuk pada kriteria “sangat baik” dan
video layak digunakan dengan revisi sesuai dengan saran perbaikan.
B. Keterbatasan Penelitian
Penelitian pengembangan ini memiliki beberapa keterbatasan yang
dijelaskan sebagai berikut.
1. Peneliti tidak dapat melakukan tahap uji coba produk, dikarenakan adanya
pandemi virus corona (Covid-19).
2. Kurangnya data yang didapat oleh peneliti dari hasil wawancara dengan guru
kelas pada saat melakukan analisis kebutuhan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
C. Saran
Berdasarkan pada keterbatasan dalam penelitian ini, saran untuk peneliti
selanjutnya sebagai berikut.
1. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat melakukan ujicoba produk dengan
subjek tanpa kendala yang tidak diinginkan.
2. Lebih banyak menganalisis kebutuhan secara luas, seperti melakukan
wawancara secara rinci terkait sasaran pengembangan produk.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan, Dardjowidjojo, Soejono, Lapoliwa, Hans, Moeliono, Anton M.
(2010). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (edisi ketiga). Jakarta: Balai
Pustaka
Arsyad, A. (2009). Media Pengajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Arsyad, A. (2011). Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada
B. Christensen, Larry, et.all. (2011) Research Methods, Design, and Analysis.
Boston: Pearson Education.
Barajas, Carmen et al. (2016). “Comprehension of Texts by Deaf Elementari
School Students: The Role of Grammatical Understandin”. Journal
Research in Developmental Disabilities. Universidad de Málaga,
Department of Developmental and Educational Psychology, Faculty of
Psychology. Spain: Campus de Teatinos, 29071, Málaga.
Fadlan, R. (2017). Pengembangan Media Pembelajaran Konvensional Kartu Kata
Pada Rangka Manusia Subtema 1 Tubuh Manusia Pada Materi Pokok
Kerangka Manusia Untuk Kelas V Sekolah Dasar”. Yogyakarta:
Universitas Sanata Dharma.
Fathurrohman, P. (2007). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: PT Refika
Aditama.
Gunawan, D. (2016). Modul Guru Pembelajar SLB Tunarungu Kelompok
Kompetensi A.
Hermansyah, A. K., Tembang, Y., & Purwanty, R. (2019). Penggunaan Media
Kartu Warna Kata untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca
Permulaan Siswa Kelas I SD Inpres Gudang Arang Merauke. Musamus
Journal of Primary Education, (December), 104–115.
https://doi.org/10.35724/musjpe.v1i2.1468
Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2002. Jakarta: Balai Pustaka.
Keraf, G. 1993. Tata Bahasa Indonesia. Flores: Nusa Indah.
Kridalaksana, H. (2001). Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Kridalaksana, H. (2011). Kamus Linguistik. Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Linawati, R. (2012). Penerapan Metode Mathernal Reflektif Dalam Pembelajaran
Berbahasa pada Anak Tunarungu Di Kelas Persiapan Slb Negeri
Semarang. Indonesian Journal of Early Childhood Education Studies,
1(2), 1–7. https://doi.org/10.15294/ijeces.v1i2.9210
Mahmud, M. (2003). Definisi dan Klasifikasi Tunarungu. PLB UPI.
Manaf, Abdul, N. (2009). Sintaksis: Teori dan Terapannya dalam Bahasa
Indonesia. Padang: Sukabina Press.
Mujibiyah, N. U. R. K. (2018). Peningkatan Pemahaman Kata Benda Melalui
Penggunaan Media Kartu Kata pada Siswa Kelompok A di Raudatul
Athfal Jannatul Abror Plandirejo Tuban. Surabaya: Universitas Islam
Negeri Sunan Ampel.
Munadi, Y. (2013). Media Pembelajaran. Jakarta Selatan: REFERENSI
Putrayasa, I. B. (2009). Jenis Kalimat dalam Bahasa Indonesia. Bandung: PT.
Refika Aditama
Rahadi, A. (2003). Media Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas.
Rahayu, M. (2007). Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi. Jakarta: PT Grasindo
Rahmah, F. N. (2018). Problematika Anak Tunarungu dan Cara Mengatasinya.
Quality, 6(1), 1. https://doi.org/10.21043/quality.v6i1.5744
Rahmalya, K. (2019). Penerapan Media Kartu Kata Bergambar untuk
Mengembangkan Kemampuan Berbahasa Anak di Taman Kanak-Kanak
Al-Kautsar Bandar Lampung. Universitas Islam Negeri Raden Intan
Lampung.
Rumidjan, Sumanto, & Badawi, A. (2017). Pengembangan Media Kartu Kata
Untuk Melatih Keterampilan Membaca Permulaan pada Siswa Kelas 1
SD. Sekolah Dasar: Kajian Teori Dan Praktik Pendidikan, 26(1), 62–68.
https://doi.org/10.17977/um009v26i12017p062
Sadiman, Arief S. (2002). Media Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo.
Sanjaya, W. (2008). Media Pembelajaran Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Sanjaya, W. (2009). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sanjaya, Wina. (2013). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Solikhatun, Y. U. (2013). Penyesuaian Sosial pada Penyandang Tunarungu Di
SLB Negeri Semarang. Educational Psychology Journal, 2(1), 65–72.
Somantri, Sutjihati (2006). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung. PT Refika
Aditama.
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kunatitatif Kualitatif dan R&D. Bandung
Alfabeta
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono. (2015). Teknik Pengamatan/Observasi.
Sugiyono. (2015). Teknik Wawancara.
Suharmini, Tin. (2009). Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta:
Kanwa Publisisher
Sukmadinata, Nana Syaodih. (2007). Metode Penelitian dan Pendidikan.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Wibawa, Basuki & Mukti, Farida. (1991). Media Pengajaran. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktor Jenderal Pendidikan
Tinggi.
Widjono. (2011). Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Grasindo.
Winarsih, Murni. (2007). Intervensi Dini Bagi Anak Tunarungu dalam
Pemerolehan Bahasa. Jakarta: Depdiknas.
Winarsih, Murni. (2007). Intervensi Dini Bagi Anak Tunarungu Dalam
Pemerolehan Bahasa. Jakarta: Depdikbud.
Yishalihin, L. B. (2017). Penggunaan Media Kartu Kata untuk Meningkatkan
Kemampuan Membaca Permulaan dalam Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia Siswa Kelas II SDN 6 Kilang Kecamatan Montong Gading
Kabupaten Lombok Timur Tahun Pelajaran 2016/2017 (Universitas Islan
Negeri Mataram). Retrieved from
https://doaj.org/article/f820bd6e28cf44988e96d72e946a06ff
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Lampiran 1
SURAT PERMOHONAN IJIN VALIDASI
Yogyakarta, ….. …………………… 2020
Hal : Permohonan Validasi
Lampiran : -
Kepada Yth :
Di Tempat :
Dengan hormat,
Yang bertandatangan di bawah ini :
Nama : Sisca Danasari
NIM : 161134019
Program Studi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Dosen Pembimbing : 1. Brigitta Erlita Tri Anggadewi, S.Psi., M.Psi.
2. Laurensia Aptik Evanjeli, S.Psi., M.,A.
Judul Skripsi :“Pengembangan Kartu Kata Penyusunan Pola Kalimat
(SPOK) Untuk Siswa Tunarungu Kelas II SLB-B”
Dengan ini saya mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk memberikan validasi,
saran dan masukan mengenai kelayakan terhadap produk media pengembangan
kartu kata ini dan untuk kepentingan penelitian Research and Development (RnD)
yang berjudul “Pengembangan Kartu Kata Penyusunan Pola Kalimat Untuk Siswa
Tunarungu Kelas II SLB-B”
Demikian permohonan saya, atas bantuan Bapak/Ibu saya mengucapkan
terima kasih.
Dosen Pembimbing I Peneliti
Brigitta Erlita Tri Anggadewi, S.Psi., M.Psi. Sisca Danasari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Lampiran 2
Term Of Reference
(TOR)
Media Kartu Kata Penyusunan Pola Kalimat (SPOK) atau “MEKARTA
PEPOKA” dibuat untuk memenuhi kebutuhan peserta didik dengan kebutuhan
khusus tunarungu di SLB-B Karnnamanohara. Kebutuhan khusus tunarungu
secara umum, dari segi fisik anak tunarungu tidak berbeda dengan anak normal
lainnya. Hasaenudin (2009: 66-67) mengungkapkan beberapa karakteristik anak
tunarungu, yaitu dapat dilihat dari: a) segi intelegensi; b) bahasa dan bicara; serta
c) emosi dan sosial.
Peneliti melakukan observasi dan wawancara, sehingga mendapatkan hasil
bahwa melalui pembelajaran di kelas menulis dan berbicara, beberapa siswa
masih mengalami kesulitan dalam menyusun kata menjadi sebuah kalimat. Oleh
karena itu, peneliti mengembangkan media pembelajaran kartu kata sebagai
penunjang pembelajaran. Pengembangan media kartu kata bertujuan untuk,
membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam penyusunan kata menjadi
sebuah kalimat agar mampu menyusun kalimat dengan baik pada saat
pembelajaran.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, peneliti melakukan penelitian
pengembangan media kartu kata sebagai media pembelajaran penyusunan kata di
kelas untuk peserta didik dengan kebutuhan tunarungu. Peserta didik juga
mengalami kesulitan menyusun kata dan membedakan kata Subjek, Predikat,
Objek dan Keterangan sehingga menjadi kendala dalam belajar menyusun kata
menjadi kalimat yang baik dan benar. Pengembangan media ini, digunakan agar
peserta didik mengenal kata dan juga dapat menyusun dengan susunan yang
benar sesuai pola kalimat. Peneliti hanya berfokus pada penyusunan kata untuk
pembentukan kalimat. Kalimat menurut Kridalaksana (2001: 92) yaitu rangkaian
kata yang dapat mengungkapkan gagasan, pikiran, atau perasaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Oleh karena itu, saya memohon kesediaan Bapak/Ibu untuk memvalidasi
media pembelajaran pengembangan kosa kata yang saya buat. Atas bantuan dan
kerjasamanya saya mengucapkan terima kasih.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Lampiran 3
Lampiran 3.1
INSTRUMEN VALIDASI PENGEMBANGAN MEDIA KARTU KATA
TENTANG PENYUSUNAN POLA KALIMAT BAGI SISWA
TUNARUNGU KELAS II SLB-B
OLEH AHLI MEDIA PEMBELAJARAN
Petunjuk:
Saya saat ini sedang melakukan penelitian pengembangan media pembelajaran
bagi anak tunarungu. Saya mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk menilai kualitas
media kartu kata dengan cara memberikan tanda centang (√) pada kolom angka
sesuai dengan kriteria yang tersedia, serta dapat memberikan komentar sesuai
dengan saran perbaikan yang Bapak/Ibu perlukan pada produk media ini. Berikut
ini pedoman penskoran dan penilaian terhadap instrument validasi media. Atas
kesediaan Bapak/Ibu dalam mengisi lembar validasi saya ucapkan terimakasih.
Keterangan :
1 = Sangat Tidak baik ; 2 = Tidak baik ; 3 = Kurang baik; 4 = Baik; 5 = Sangat
baik
No Pernyataan Kriteria Penilaian
Komentar 1 2 3 4 5
Desain media
1
Kartu kata
menggunakan kosa
kata yang sesuai
dengan bahasa anak
kelas II SD.
2
Kartu kata
menggunakan
gambar yang
colorfull.
3
Kosa kata yang
digunakan sesuai
pedoman ejaan
Kamus Besar Bahasa
Indonesia.
4 Kartu kata memiliki
desain yang menarik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
5 Kombinasi warna
menarik
6
Penggunaan jenis
tulisan dan ukuran
yang mudah dibaca.
7
Kartu kata bergambar
disesuaikan dengan
kegiatan sehari-hari
sehingga siswa lebih
mudah memahami.
8
Kartu kata didesain
menggunakan empat
warna kartu dan satu
kartu kata
bergambar.
9
Kesesuaian warna
tampilan
dan background
10
Desain gambar
memberikan
kesan positif
sehingga
mampu menarik
minat belajar
Kualitas modul
11
Kesesuaian
penyajian gambar
dan materi yang
dibahas.
12
Modul dapat
membantu guru
dalam menggunakan
media.
13
Modul dapat
digunakan pada
beberapa materi.
14
Modul dapat dipakai
secara mandiri
maupun kelompok.
15
Isi modul menjadi
salah satu sumber
factual bagi guru.
16
Isi modul dapat
menumbuhkan rasa
ingin tahu siswa.
17 Modul memberikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
pesan atau motivasi
siswa dalam belajar.
18
Modul membantu
kesulitan siswa
dalam menyusun
kalimat.
19
Petunjuk penggunaan
media disampaikan
dengan jelas.
20
Keruntutan penyajian
modul penggunaan
media.
Total
Rerata
Komentar umum dan saran perbaikan produk :
Pedoman Penskoran=
kelayakan produk:
Interval Skor Kategori
4,2 - 5 Sangat baik
3,4 – 4,1 Baik
2,6 – 3,3 Cukup baik
1,8 - 2,5 Kurang baik
1 - 1,7 Sangat kurang baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Kesimpulan (mohon lingkari salah satu) :
1. Media layak digunakan tanpa revisi
2. Media digunakan dengan revisi sesuai saran perbaikan.
3. Media tidak layak digunakan.
Yogyakarta, …. ……………… 2020
Validator
Drs. Y.B Adimassana, M.A.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Lampiran 3.2
INSTRUMEN VALIDASI PENGEMBANGAN MEDIA KARTU KATA
TENTANG PENYUSUNAN POLA KALIMAT BAGI SISWA
TUNARUNGU KELAS II SLB-B
OLEH AHLI MATERI PEMBELAJARAN
Petunjuk:
Saya saat ini sedang melakukan penelitian pengembangan media pembelajaran
bagi anak tunarungu. Saya mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk menilai kualitas
media kartu kata dengan cara memberikan tanda centang (√) pada kolom angka
sesuai dengan kriteria yang tersedia, serta dapat memberikan komentar sesuai
dengan saran perbaikan yang Bapak/Ibu perlukan pada produk media ini. Berikut
ini pedoman penskoran dan penilaian terhadap instrument validasi media. Atas
kesediaan Bapak/Ibu dalam mengisi lembar validasi saya ucapkan terimakasih.
Keterangan :
1 = Sangat Tidak baik ; 2 = Tidak baik ; 3 = Kurang baik; 4 = Baik; 5 = Sangat
baik
No Pernyataan Kriteria Penilaian
Komentar 1 2 3 4 5
Desain media
1
Kartu kata
menggunakan kosa
kata yang sesuai
dengan bahasa anak
kelas II SD.
2
Kartu kata
menggunakan
gambar yang
colorfull.
3
Kosa kata yang
digunakan sesuai
pedoman ejaan
Kamus Besar Bahasa
Indonesia.
4 Kartu kata memiliki
desain yang menarik
5 Kombinasi warna
menarik
6 Penggunaan jenis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
tulisan dan ukuran
yang mudah dibaca.
7
Kartu kata bergambar
disesuaikan dengan
kegiatan sehari-hari
sehingga siswa lebih
mudah memahami.
8
Kartu kata didesain
menggunakan empat
warna kartu dan satu
kartu kata
bergambar.
9
Kesesuaian warna
tampilan
dan background
10
Desain gambar
memberikan
kesan positif
sehingga
mampu menarik
minat belajar
Kualitas modul
11
Kesesuaian
penyajian gambar
dan materi yang
dibahas.
12
Modul dapat
membantu guru
dalam menggunakan
media.
13
Modul dapat
digunakan pada
beberapa materi.
14
Modul dapat dipakai
secara mandiri
maupun kelompok.
15
Isi modul menjadi
salah satu sumber
factual bagi guru.
16
Isi modul dapat
menumbuhkan rasa
ingin tahu siswa.
17
Modul memberikan
pesan atau motivasi
siswa dalam belajar.
18 Modul membantu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
kesulitan siswa
dalam menyusun
kalimat.
19
Petunjuk penggunaan
media disampaikan
dengan jelas.
20
Keruntutan penyajian
modul penggunaan
media.
Total
Rerata
Komentar umum dan saran perbaikan produk :
Pedoman Penskoran=
Kriteria kelayakan produk:
Interval Skor Kategori
4,2 - 5 Sangat baik
3,4 – 4,1 Baik
2,6 – 3,3 Cukup baik
1,8 - 2,5 Kurang baik
1 - 1,7 Sangat kurang baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Kesimpulan (mohon lingkari salah satu) :
1. Media layak digunakan tanpa revisi
2. Media digunakan dengan revisi sesuai saran perbaikan.
3. Media tidak layak digunakan.
Yogyakarta, …. ......... 2020
Validator
Ambariyanti, S.Pd
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Lampiran 4
Lampiran 4.1
LEMBAR VALIDASI TUTORIAL PENGGUNAAN MEDIA KARTU
KATA
Yth. Bapa/Ibu Validator
Saya sedang melakukan penelitian pengembangan media pembelajaran Kartu
Kata untuk anak tunarungu. Saya mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk menilai
kualitas video tutorial cara penggunaan media pembelajaran bagi anak tunarungu
kelas II SD dengan cara memberi tanda centang (√) pada kolom angka sesuai
dengan kriteria yang tersedia, serta dapat memberikan komentar sesuai dengan
saran perbaikan yang Bapak/Ibu perlukan pada produk media pembelajaran ini.
Berikut ini merupakan pedoman penskoran dan penilaian terhadap instrument
validasi tutorial penggunaan media. Atas kesediaan Bapak/Ibu dalam mengisi
lembar validasi saya ucapkan terimakasih.
Keterangan :
1 = Sangat Tidak baik ; 2 = Tidak baik ; 3 = Kurang baik; 4 = Baik; 5 = Sangat
baik
No Pernyataan Kriteria Penilaian
Komentar 1 2 3 4 5
Isi Video
1
Video tutorial
memiliki susunan
cara menggunakan
media secara urut.
2
Video tutorial dapat
membantu guru
dalam menerapkan
cara penggunaan
media.
3
Video tutorial
berdurasi pendek dan
memuat isi yang
mudah dipahami.
4 Video tutorial
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
memuat gambar-
gambar yang menarik
untuk mendukung isi
video.
5
Video tutorial
menggunakan
Bahasa Indonesia
yang mudah
dipahami dan sesuai
kaidah Bahasa
Indonesia yang baik.
Kualitas Video
6
Video tutorial
memiliki kualitas
suara yang jelas.
7
Video tutorial
memiliki tata letak
pengambilan efek
video yang baik.
8 Video tutorial berisi
gambar dan suara.
9
Video tutorial
memiliki tampilan
penyajian yang
menarik.
10
Video tutorial
memiliki kualitas
pesan yang baik.
Total
Rerata
Komentar umum dan saran perbaikan produk :
Pedoman Penskoran=
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Kriteria kelayakan produk:
Interval Skor Kategori
4,2 - 5 Sangat baik
3,4 – 4,1 Baik
2,6 – 3,3 Cukup baik
1,8 - 2,5 Kurang baik
1 - 1,7 Sangat kurang baik
Kesimpulan (mohon lingkari salah satu) :
1. Media layak digunakan tanpa revisi.
2. Media digunakan dengan revisi sesuai saran perbaikan.
3. Media tidak layak digunakan.
Yogyakarta, …. 2020
Validator
Drs. Y.B Adimassana, M.A.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Lampiran 4.2
LEMBAR VALIDASI TUTORIAL PENGGUNAAN MEDIA KARTU
KATA
Yth. Bapak/Ibu Validator
Saya sedang melakukan penelitian pengembangan media pembelajaran Kartu
Kata untuk anak tunarungu. Saya mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk menilai
kualitas video tutorial cara penggunaan media pembelajaran bagi anak tunarungu
kelas II SD dengan cara memberi tanda centang (√) pada kolom angka sesuai
dengan kriteria yang tersedia, serta dapat memberikan komentar sesuai dengan
saran perbaikan yang Bapak/Ibu perlukan pada produk media pembelajaran ini.
Berikut ini merupakan pedoman penskoran dan penilaian terhadap instrument
validasi tutorial penggunaan media. Atas kesediaan Bapak/Ibu dalam mengisi
lembar validasi saya ucapkan terimakasih.
Keterangan :
1 = Sangat Tidak baik ; 2 = Tidak baik ; 3 = Kurang baik; 4 = Baik; 5 = Sangat
baik
No Pernyataan Kriteria Penilaian
Komentar 1 2 3 4 5
Isi Video
1
Video tutorial
memiliki susunan
cara menggunakan
media secara urut.
2
Video tutorial dapat
membantu guru
dalam menerapkan
cara penggunaan
media.
3
Video tutorial
berdurasi pendek dan
memuat isi yang
mudah dipahami.
4 Video tutorial
memuat gambar-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
gambar yang menarik
untuk mendukung isi
video.
5
Video tutorial
menggunakan
Bahasa Indonesia
yang mudah
dipahami dan sesuai
kaidah Bahasa
Indonesia yang baik.
Kualitas Video
6
Video tutorial
memiliki kualitas
suara yang jelas.
7
Video tutorial
memiliki tata letak
pengambilan efek
video yang baik.
8 Video tutorial berisi
gambar dan suara.
9
Video tutorial
memiliki tampilan
penyajian yang
menarik.
10
Video tutorial
memiliki kualitas
pesan yang baik.
Total
Rerata
Komentar umum dan saran perbaikan produk :
Pedoman Penskoran=
Kriteria kelayakan produk:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Interval Skor Kategori
4,2 - 5 Sangat baik
3,4 – 4,1 Baik
2,6 – 3,3 Cukup baik
1,8 - 2,5 Kurang baik
1 - 1,7 Sangat kurang baik
Kesimpulan (mohon lingkari salah satu) :
1.Media layak digunakan tanpa revisi
2.Media digunakan dengan revisi sesuai saran perbaikan.
3.Media tidak layak digunakan.
Yogyakarta, ……… 2020
Validator
Ambariyanti, S.Pd.
\
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Sisca Danasari lahir di Braja Gemilang, 31 Maret 1997.
Peneliti telah menempuh jenjang Pendidikan di TK Pertiwi,
SD Negeri 1 Braja Gemilang, SMP Ibnu Sina Braja Harjosari,
dan SMA Pangudi Luhur Sedayu. Penulis saat ini sedang
melanjutkan Pendidikan S1-nya di Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta, tepatnya di Fakultas Ilmu Pendidikan, Program
Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
Peneliti memilih penelitian Research and Develompent (R&D) untuk membuat
skripsi sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana. Skripsi yang dibuat
peneliti berjudul “Pengembangan Media Kartu Kata Penyusunan Pola Kalimat
(SPOK) Untuk Siswa Tunarungu Kelas II SLB-B”.
Setelah menempuh Pendidikan di PGSD Universitas Sanata Dharma, Peneliti
telah mengikuti berbagai kegiatan yang ada seperti Badan Eksekutif Mahasiswa
Universitas Sanata Dharma, Panitia kegiatan PGSD Celebration, dan beberapa
kegiatan wajib prodi lainnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI