PENGEMBANGAN MEDIA FLASH MATERI IKATAN KIMIA SISWA …

12
Vol. 4 No. 2 Februari 2016 Ar-Razi Jurnal Ilmiah ISSN. 2503-4448 11 PENGEMBANGAN MEDIA FLASH MATERI IKATAN KIMIA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 PONTIANAK Ananda Riski Shelawaty * , Dini Hadiarti dan Raudhatul Fadhilah Prodi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Muhammadiyah Pontianak Jalan Ahmad Yani No. 111 Pontianak Kalimantan Barat * Email: [email protected] ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya ketuntasan siswa SMA Negeri 1 Pontianak pada materi ikatan kimia, ketuntasan tersebut hanya mencapai 44,3%. Kemudian media yang pernah digunakan pada materi tersebut adalah media papan tulis, power point dan video. Berdasarkan analisis angket minat siswa yang diberikan diketahui bahwa siswa menyukai pembelajaran menggunakan komputer tetapi tidak suka dengan media power point dan video. Penelitian ini bertujuan mengembangkan media flash materi ikatan kimia siswa kelas X SMA Negeri 1 Pontianak yang layak digunakan sebagai bahan ajar. Model pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah model modifikasi pengembangan 4D menjadi 3D yang direkomendasikan Thiagarajan yaitu Define, Design, dan Develop. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik komunikasi tidak langsung, pengukuran dan observasi. Instrumen penelitian berupa lembar angket, soal pre-test dan post-test dan lembar obsevasi. Kelayakan media flash yang dikembangkan didasarkan atas aspek kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini adalah: (1) rata-rata nilai kevalidan media flash adalah sebesar 89,78% dengan kriteria Valid, (2) kepraktisan media berdasarkan respon siswa yaitu sebesar 80,02% dengan kriteria Sangat Kuat dan respon guru sebesar 75% dengan kriteria Kuat, dan (3) Keefektifan media didasarkan pada hasil belajar menunjukkan hasil yang signifikan antara sebelum dan sesudah menggunakan media yaitu 0,000 < 0,05. Media flash berhasil dikembangkan di SMA Negeri 1 Pontianak dan cocok diaplikasikan pada materi ikatan kimia. Kata Kunci: ikatan kimia, media flash, pengembangan media ABSTRACT This study aimed by the students’ low mastery score on Chemical Bond material at SMA Negeri 1 Pontianak. The mastery score gained by the students was only 44,3%. Based on the results of the questionnaires given to the students, they tend to study by using computer than power point program and video that have been used by the teachers. Therefore, this study aimed to develop teaching materials of Chemical Bond flash media for the students of grade X, SMA Negeri 1 Pontianak. A 3D (Define, Design, and Develop) development model suggested by Thiagarajan was carried out in this study. The data collection technique used were indirect communication, measurement, and observation. While the instruments were questionnaire sheets, pre-test and post- test questions, and observation sheet. The feasibility of the flash media developed was based on the aspects of validity, practicality, and effectiveness. The results obtained in this study were: (1) the average score of the flash media validity was 89.78% and was considered valid, (2) the practicality of the media based on the students’ response was 80.02% and was considered very strong and the teacher’s response was 75% and considered strong, and (3) the effectiveness of the media based on the learning outcomes showed significant results between before and after using the media (0.000 <0.05). As a result, flash media is regarded successful developed for the students of SMA Negeri 1 Pontianak and it is applicable to teach Chemical Bond material. Keywords: Chemical Bond, Flash media, media development

Transcript of PENGEMBANGAN MEDIA FLASH MATERI IKATAN KIMIA SISWA …

Page 1: PENGEMBANGAN MEDIA FLASH MATERI IKATAN KIMIA SISWA …

Vol. 4 No. 2 Februari 2016 Ar-Razi Jurnal Ilmiah ISSN. 2503-4448

11

PENGEMBANGAN MEDIA FLASH MATERI IKATAN KIMIA

SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 PONTIANAK

Ananda Riski Shelawaty*, Dini Hadiarti dan Raudhatul Fadhilah

Prodi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Muhammadiyah Pontianak

Jalan Ahmad Yani No. 111 Pontianak Kalimantan Barat *Email: [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya ketuntasan siswa SMA Negeri 1 Pontianak pada

materi ikatan kimia, ketuntasan tersebut hanya mencapai 44,3%. Kemudian media yang pernah

digunakan pada materi tersebut adalah media papan tulis, power point dan video. Berdasarkan

analisis angket minat siswa yang diberikan diketahui bahwa siswa menyukai pembelajaran

menggunakan komputer tetapi tidak suka dengan media power point dan video. Penelitian ini

bertujuan mengembangkan media flash materi ikatan kimia siswa kelas X SMA Negeri 1 Pontianak

yang layak digunakan sebagai bahan ajar. Model pengembangan yang digunakan dalam penelitian

ini adalah model modifikasi pengembangan 4D menjadi 3D yang direkomendasikan Thiagarajan

yaitu Define, Design, dan Develop. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik

komunikasi tidak langsung, pengukuran dan observasi. Instrumen penelitian berupa lembar angket,

soal pre-test dan post-test dan lembar obsevasi. Kelayakan media flash yang dikembangkan

didasarkan atas aspek kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan. Hasil yang diperoleh pada penelitian

ini adalah: (1) rata-rata nilai kevalidan media flash adalah sebesar 89,78% dengan kriteria Valid,

(2) kepraktisan media berdasarkan respon siswa yaitu sebesar 80,02% dengan kriteria Sangat Kuat

dan respon guru sebesar 75% dengan kriteria Kuat, dan (3) Keefektifan media didasarkan pada

hasil belajar menunjukkan hasil yang signifikan antara sebelum dan sesudah menggunakan media

yaitu 0,000 < 0,05. Media flash berhasil dikembangkan di SMA Negeri 1 Pontianak dan cocok

diaplikasikan pada materi ikatan kimia.

Kata Kunci: ikatan kimia, media flash, pengembangan media

ABSTRACT

This study aimed by the students’ low mastery score on Chemical Bond material at SMA Negeri 1

Pontianak. The mastery score gained by the students was only 44,3%. Based on the results of the

questionnaires given to the students, they tend to study by using computer than power point

program and video that have been used by the teachers. Therefore, this study aimed to develop

teaching materials of Chemical Bond flash media for the students of grade X, SMA Negeri 1

Pontianak. A 3D (Define, Design, and Develop) development model suggested by Thiagarajan was

carried out in this study. The data collection technique used were indirect communication,

measurement, and observation. While the instruments were questionnaire sheets, pre-test and post-

test questions, and observation sheet. The feasibility of the flash media developed was based on the

aspects of validity, practicality, and effectiveness. The results obtained in this study were: (1) the

average score of the flash media validity was 89.78% and was considered valid, (2) the practicality

of the media based on the students’ response was 80.02% and was considered very strong and the

teacher’s response was 75% and considered strong, and (3) the effectiveness of the media based on

the learning outcomes showed significant results between before and after using the media (0.000

<0.05). As a result, flash media is regarded successful developed for the students of SMA Negeri 1

Pontianak and it is applicable to teach Chemical Bond material.

Keywords: Chemical Bond, Flash media, media development

Page 2: PENGEMBANGAN MEDIA FLASH MATERI IKATAN KIMIA SISWA …

Vol. 4 No. 2 Februari 2016 Ar-Razi Jurnal Ilmiah ISSN. 2503-4448

12

PENDAHULUAN

Kimia merupakan salah satu mata

pelajaran wajib jurusan MIA di SMA,

yang masih dianggap cukup sulit oleh

siswa. Hal ini didukung dari hasil Ujian

Nasional 2013/2014 siswa-siswa di

Pontianak rata-rata nilai pada mata

pelajaran kimia paling rendah dibanding

pelajaran matematika, fisika, dan biologi.

Hasil Ujian Nasional 2014/2015 siswa-

siswa di Pontianak juga menunjukkan

rata-rata nilai pada mata pelajaran kimia

terendah ketiga setelah mata pelajaran

matematika dan biologi. Kesulitan siswa

dalam mempelajari kimia didasarkan

pada kesulitan memahami konsep-konsep

kimia (Rahman, 2012).

Kesulitan siswa dalam memahami

konsep-konsep kimia menurut Huddle et

al (2000), disebabkan oleh bahan ajar

yang digunakan tidak mengaitkan ketiga

level representasi kimia yaitu

makroskopis, simbolik, dan mikroskopis.

Representasi makroskopik merupakan

level konkret, dimana pada level ini siswa

mengamati fenomena yang terjadi, baik

melalui percobaan yang dilakukan atau

fenomena yang terjadi pada kehidupan

sehari-hari. Representasi mikroskopik

merupakan level abstrak yang

menjelaskan fenomena makroskopik.

Sedangkan representasi simbolik

digunakan untuk merepresentasikan

fenomena makroskopik dengan

menggunakan simbol-simbol kimia,

rumus dan persamaan kimia, persamaan

matematika, grafik, mekanisme reaksi,

serta struktur molekul (Chandrasegaran,

Treagust, & Mocerino 2007). Konsep

kimia banyak yang bersifat abstrak salah

satunya terdapat pada materi ikatan

kimia.

Materi ikatan kimia berkaitan dengan

konsep-konsep seperti pengisian elektron

pada kulit-kulit atom, penentuan elektron

valensi, konfigurasi elektron, kestabilan

elektron, maupun penggambaran lambang

Lewis. Sirhan (2007) juga mengatakan

tanpa memahami pengetahuan dasar

seperti ikatan kimia, materi seperti laju

reaksi, asam dan basa, elektrokimia,

kesetimbangan kimia, dan kimia larutan

menjadi sukar dipahami.

Ikatan kimia merupakan salah satu

materi yang sulit dipahami siswa SMA

Negeri 1 Pontianak. Pernyataan ini

diperkuat dengan hasil wawancara

dengan guru kimia kelas X pada tanggal

12 Maret 2015. Kesulitan belajar siswa

ini diperlihatkan dari rendahnya nilai

ulangan harian siswa. Dari 7 kelas, siswa

yang belum mencapai KKM (80)

memperoleh persentase ketidaktuntasan

mencapai 55,7% sedangkan siswa yang

tuntas 44,3%. Berdasarkan hasil observasi

saat melaksanakan PPL dari bulan

Oktober 2014, saat pembelajaran pada

materi ikatan kimia siswa tampak

bingung membedakan antara ikatan ion

dan ikatan kovalen serta masih kesulitan

menentukan ikatan kovalen koordinasi.

Kemudian hasil wawancara yang

dilakukan terhadap enam siswa dengan

kemampuan atas, sedang, dan bawah

kelas X SMA Negeri 1 Pontianak tanggal

18 Maret 2015, juga disimpulkan bahwa

materi ikatan kimia merupakan materi

yang sulit. Hal ini diperkuat dengan hasil

analisis soal ulangan harian ikatan kimia

yang menunjukkan masih banyak siswa

yang salah mengerjakan soal ikatan ion,

Page 3: PENGEMBANGAN MEDIA FLASH MATERI IKATAN KIMIA SISWA …

Vol. 4 No. 2 Februari 2016 Ar-Razi Jurnal Ilmiah ISSN. 2503-4448

13

ikatan kovalen dan ikatan kovalen

koordinasi.

Seorang guru profesional, dalam hal

ini dituntut untuk dapat

menvisualisasikan konsep abstrak yang

dipelajari. Salah satu upaya yang dapat

dilakukan oleh seorang guru adalah

dengan memberikan media pembelajaran

yang dapat memudahkan peserta didik

untuk mengkonstruksikan pengetahuan

dan pikirannya terhadap konsep abstrak

tersebut. Media sangatlah membantu

dalam proses pembelajaran. Hasil

penelitian Ashari (2014) yang dilakukan

di kelas XI MIA se-kota Pontianak

tentang pengembangan media flash

menyatakan hasil dari produk yang

dihasilkan memberikan hasil positif

dalam penggunaannya. Hal ini sejalan

dengan penelitian Deafirmanda (2013)

yang dilakukan pada mahasiswa

pendidikan kimia tentang pengembangan

media flash pada praktikum kimia

organik II.

Keberadaan media pembelajaran

membuat peserta didik lebih mudah

memahami materi yang bersifat abstrak.

Hasil wawancara pada tanggal 18 Maret

2015 dengan siswa SMA Negeri 1

Pontianak mengatakan senang

menggunakan komputer terutama pada

kegiatan pembelajaran. Media yang

pernah digunakan dalam proses

pembelajaran di SMA Negeri 1 Pontianak

ialah power point dan video. Hasil

observasi pada saat melaksanaan PPL di

SMA Negeri 1 Pontianak media yang

digunakan oleh guru adalah papan tulis,

power point dan video. Pada media power

point yang digunakan saat mengajar

materi ikatan kimia tidak memiliki level

representasi yaitu mikroskopik dan

makroskopik, berdasarkan pernyataan

tersebut bisa jadi penyampaian materi

tidak tersampaikan seluruhnya sehingga

siswa kesulitan memahami materi yang

diajarkan. Seharusnya pelajaran kimia

diajarkan dengan 3 level representasi.

Selain media power point, media lain

yang pernah digunakan saat mengajar

yaitu video, namun media video yang

digunakan saat mengajar tidak

memperlihatkan level representasi yaitu

makroskopik, selain itu pendapat siswa

menyatakan kurang termotivasi pada

kegiatan pembelajaran dengan

menggunakan media power point dan

video. Berdasarkan hasil penilaian angket

yang disebarkan kepada 21 siswa MIA 1 -

MIA 7 yang berkemampuan tinggi,

sedang dan rendah menunjukkan siswa

senang belajar menggunakan komputer

tetapi tidak suka menggunakan power

point dan video dengan persentase

76.19%.

Oleh karena itu diperlukan media

yang dapat mengatasi kelemahan media

tersebut. Salah satu media yang dapat

digunakan dalam menjelaskan materi ini

adalah media flash. Flash merupakan

multimedia berbasis komputer yang

menarik, menurut Sutaryono (2014) hal

tersebut dikarenakan multimedia ini dapat

menyajikan gerak dan gambar dengan

berbagai warna yang menarik,

memperjelas yang abstrak, memperjelas

bagian-bagian yang penting, menyingkat

suatu uraian panjang hanya dengan

sebuah gambar, serta didalamnya dapat

dimasukkan animasi dengan perpaduan

video dan audio sebagai alat bantu pada

proses pembelajaran.

Keberhasilan pengembangan

penggunaan media flash dalam

Page 4: PENGEMBANGAN MEDIA FLASH MATERI IKATAN KIMIA SISWA …

Vol. 4 No. 2 Februari 2016 Ar-Razi Jurnal Ilmiah ISSN. 2503-4448

14

menjelaskan materi kimia telah banyak

dilaporkan. Hasil penelitian Ashari

(2014) menunjukkan bahwa media flash

berbasis multipel representasi pada materi

asam basa kelas XI yang dikembangkan

memenuhi aspek keefektifan berdasarkan

peningkatan ≥ 80% setelah penggunaan

media flash. Hal ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan Deafirmanda

(2013), yang memperoleh hasil bahwa

media pembelajaran menggunakan flash

pada praktikum kimia organik II

mahasiswa program studi pendidikan

kimia Universitas Muhammadiyah

Pontianak dinyatakan efektif berdasarkan

tingginya respon positif mahasiswa

dengan persentase sebesar 86,7% pada uji

coba awal dan 81,02% pada uji coba

utama.

Berdasarkan uraian di atas, maka

peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang pengembangan media

pembelajaran berbasis Flash materi

ikatan kimia siswa kelas X SMA Negeri 1

Pontianak. Melalui penelitian ini

diharapkan dapat dihasilkan media

pembelajaran berbasis visual pada

pembelajaran kimia yang layak

digunakan.

METODE PENELITIAN

Penelitian dan pengembangan

(research and development) menurut

Mulyatiningsih (2013) bertujuan

menghasilkan produk baru melalui proses

pengembangan. Penelitian ini bertujuan

untuk menghasilkan sebuah produk yaitu

media pembelajaran flash yang akan

digunakan pada kegiatan pembelajaran

kimia pada materi ikatan kimia. Adapun

model pengembangan yang digunakan

yaitu memodifikasi model pengembangan

4D (four D model) yang

direkomendasikan Thiagarajan (1974).

Thiagarajan (1974) menggambarkan

tahap model 4D terdiri atas Define

(Pendefinisian), Design (Perancangan),

Develop (Pengembangan), dan

Disseminate (Penyebarluasan).

Menyikapi adanya keterbatasan waktu,

biaya, maupun tenaga, maka pada

penelitian ini terbatas pada tahap 3D yaitu

Define (Pendefinisian), Design

(Perancangan), dan Develop

(Pengembangan) tanpa melakukan

Disseminate (Penyebarluasan).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Prosedur penelitian yang dilakukan

merupakan prosedur penelitian yang

direkomendasikan oleh Thiagarajan yang

terdiri atas tahap pendefinisian, tahap

perancangan, dan tahap pengembangan

produk tanpa melakukan tahap

penyebarluasan. Kelayakan media flash

yang dikembangkan didasarkan atas tiga

aspek yaitu aspek validitas, aspek

kepraktisan, dan aspek keefektifan.

Jumlah sampel yang dijadikan sebagai uji

coba lapangan awal media berjumlah 7

siswa kelas XI dan untuk uji coba

lapangan utama media berjumlah 35

siswa kelas X yang ada di SMA Negeri 1

Pontianak.

A. Tahap Pendefinisian

1. Analisis Awal Akhir

Melalui tahap ini, peneliti melakukan

analisis kebutuhan (need assessment)

melalui tiga cara, yaitu:

a. Ditinjau dari Silabus Kurikulum 2013

Melalui tahap ini dilakukan telaah

Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi

Dasar (KD) yang akan dijadikan acuan

Page 5: PENGEMBANGAN MEDIA FLASH MATERI IKATAN KIMIA SISWA …

Vol. 4 No. 2 Februari 2016 Ar-Razi Jurnal Ilmiah ISSN. 2503-4448

15

dalam mengembangkan media flash.

Konsep teori ikatan kimia syarat akan

simbol-simbol, struktur, dan proses

kimia. Oleh sebab itu, upaya yang dapat

dilakukan untuk menggambarkan konsep

abstrak pada materi tersebut adalah

dengan mengembangkan media flash.

Pemanfaatan media flash ini, akan dapat

memberikan gambaran yang tepat pada

siswa tentang ilustrasi-ilustrasi ikatan

yang akan terbentuk.

Berdasarkan hal di atas, KI dan KD

kemudian ditelaah lebih lanjut dengan

melakukan pengembangan indikator dan

tujuan pembelajaran sehingga

memudahkan sejauh mana kedalaman dan

keluasan materi yang akan disajikan

dalam media flash. Hasil pengembangan

indikator dan tujuan pembelajaran

selengkapnya terdapat dalam Tabel 1.

Tabel 1. Pengembangan Indikator

dan Tujuan Pembelajaran

Indikator

Pembelajaran

Tujuan

Pembelajaran

Tahap

Berpikir

Menentukan

kecenderungan

suatu unsur untuk

mencapai

kestabilannya

Siswa dapat

menentukan

kecenderungan

suatu unsur

untuk mencapai

kestabilannya

C3

Menentukan

unsur-unsur yang

dapat berikatan

ion

Siswa dapat

menentukan

unsur-unsur

yang dapat

berikatan ion

C3

Menentukan

unsur-unsur yang

dapat berikatan

kovalen

Siswa dapat

menentukan

unsur-unsur

yang dapat

berikatan

C3

kovalen

Menentukan

unsur yang dapat

membentuk

ikatan kovalen

tunggal, rangkap

dua dan rangkap

tiga

Siswa dapat

menentukan

unsur yang

dapat

membentuk

ikatan kovalen

tunggal,

rangkap dua dan

rangkap tiga

C3

b. Analisis Kajian Pustaka (Kajian

Literatur)

1) Febri Ashari (2014)

Pengembangan media flash

berbasis multiple representasi

pada materi asam basa kelas XI

MIA SMA Negeri Se-Kota

Pontianak ketuntasan belajar

siswa meningkat ≥ 80%.

2) Deafirmanda (2013)

Pengembangan media

pembelajaran berbasis flash pada

praktikum kimia organik II

mahasiswa program studi

pendidikan kimia universitas

muhammadiyah Pontianak dengan

meningkatnya rata-rata hasil

belajar siswa yang awalnya 83,5

menjadi 92,91.

c. Studi Lapangan

1) Identifikasi Media Pembelajaran

Berdasarkan analisis terhadap

media yang pernah digunakan di

SMA Negeri 1 Pontianak pada materi

ikatan kimia, dapat diketahui bahwa

media sudah digunakan pada mata

pelajaran kimia materi ikatan kimia

yaitu seperti power point dan video,

namun penggunaannya pada kegiatan

pembelajaran masih belum efektif.

Page 6: PENGEMBANGAN MEDIA FLASH MATERI IKATAN KIMIA SISWA …

Vol. 4 No. 2 Februari 2016 Ar-Razi Jurnal Ilmiah ISSN. 2503-4448

16

2) Wawancara

Hasil wawancara dengan guru SMA

Negeri 1 Pontianak menunjukkan ada

beberapa materi abstrak yang dianggap

sulit berdasarkan hasil ulangan hariannya,

salah satunya materi ikatan kimia.

Kemudian pada saat pelaksanaan

pembelajaran guru sudah melakukan

pembelajaran dengan baik namun

pemanfaatan penggunaan dalam media

dirasakan guru masih kurang maksimal.

Menurut guru kesulitan materi ini terletak

pada sulitnya siswa membedakan unsur

yang membentuk ikatan ion dan kovalen.

3) Sarana dan Prasarana

Sarana dan Prasarana di SMA Negeri 1

Pontianak pada dasarnya telah

mendukung kelancaran pengembangan

media flash.

2. Analisis Siswa

Melalui tahap ini peneliti

menganalisa karakteristik siswa yang

meliputi umur, sikap awal siswa pada

pelajaran kimia, motivasi belajar,

pengalaman belajar, dan gaya belajar

siswa. Pada analisis karakteristik siswa,

diperoleh hasil bahwa siswa kelas X MIA

SMA Negeri 1 Pontianak rata-rata berusia

antara 15-17 tahun, artinya siswa telah

berada pada tahap operasional formal.

3. Analisis Tugas

Melalui tahap ini peneliti

menentukan tugas prosedural yang

dilakukan siswa selama media flash diuji

cobakan. Tugas prosedural tersebut

merupakan tugas siswa melalui

pendekatan scientific. Diagram prosedur

tersebut diperlihatkan pada gambar 1

sebagai berikut:

4. Analisis Konsep

Melalui tahap ini peneliti

menganalisis konsep-konsep yang

diajarkan. Analisis konsep yang

dilakukan dalam penelitian ini adalah

mengidentifikasi, merinci, dan menyusun

konsep-konsep yang dimuat dalam media

flash berdasarkan tujuan pembelajaran

yang telah dibuat sebelumnya, konsep-

konsep tersebut meliputi konsep ikatan

ion, ikatan kovalen dan ikatan kovalen

koordinasi.

5. Perumusan Tujuan Pembelajaran

Perumusan tujuan pembelajaran

tentang penguasaan kompetensi

ditargetkan untuk pencapaian indikator

pembelajaran yang telah dibuat

sebelumnya. Teori ikatan kimia dipilih

menjadi materi yang dimuat dalam media

flash. Selain itu konsep-konsep dalam

ikatan kimia sangat memungkinkan

dibuat dalam bentuk animasi/simulasi

Gambar 1. Diagram Prosedural

Tugas Siswa

Siswa Mengamati Visualisasi Media flash

Siswa Menanyakan Konsep Materi yang dianggap Belum Jelas

Siswa Mengumpulkan Data Konsep Materi

yang Ditayangkan Media flash

Siswa Merumuskan Simpulan dari Setiap Konsep Materi

Ikatan Kimia yang Ditayangkan Media Flash

Siswa Menjawab Soal Latihan dan Evaluasi

Siswa Menyimpulkan Hasil

Page 7: PENGEMBANGAN MEDIA FLASH MATERI IKATAN KIMIA SISWA …

Vol. 4 No. 2 Februari 2016 Ar-Razi Jurnal Ilmiah ISSN. 2503-4448

17

seperti serah terima electron pada ikatan

ion yang tidak dapat teramati.

B. Tahap Perancangan

Pada tahap perancangan (design)

dilakukan penyusunan standar test yang

akan digunakan untuk mengukur

kemampuan siswa dalam memahami

materi Ikatan Kimia, standar test yang

disusun terdiri atas kisi-kisi soal dan butir

soal dalam bentuk pilihan ganda

sebanyak 5 soal pretest dan 10 soal

posttest soal juga dibuat dan dimuat

dalam media pembelajaran yang akan

dikembangakan. Soal yang dihasilkan

divalidasi oleh 3 dosen Program Studi

Pendidikan Kimia Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas

Muhammadiyah Pontianak pada tanggal

24 Juni 2015 dan 1 guru materi kimia

SMA Negeri 1 Pontianak pada tanggal 6

Juli 2015. Hasil penilaian oleh para

validator, menunjukan bahwa soal harus

diperbaiki meliputi indikator soal,

penulisan soal dan jawaban yang

digunakan pada soal tersebut, kemudian

dari hasil penilaian para validator, soal

diperbaiki dan diserahkan kembali agar

divalidasi berdasarkan hasil perbaikan

yang telah dilakukan sehingga soal yang

akan digunakan valid atau layak.

Berdasarkan karekteristik materi

Ikatan Kimia yang merupakan materi

bersifat abstrak, dilakukan pemilihan

media pembelajaran yang akan

dikembangkan sesuai dengan tujuan yang

telah dirumuskan sebelumnya. Dari

beberapa temuan yang dilakukan pada

studi pendahuluan maka media

pembelajaran yang cocok untuk

dikembangkan sehingga dapat digunakan

pada materi Ikatan Kimia adalah media

pembelajaran flash. Adapun desain awal

produk yang dikembangkan sebagai

berikut:

Frame Pendahuluan

Frame Utama

Page 8: PENGEMBANGAN MEDIA FLASH MATERI IKATAN KIMIA SISWA …

Vol. 4 No. 2 Februari 2016 Ar-Razi Jurnal Ilmiah ISSN. 2503-4448

18

C. Tahap Pengembangan

1. Validasi ahli dan Revisi I

Validasi ahli merupakan kegiatan

yang dilakukan untuk mereview dan

melihat aspek kevalidan media flash yang

dikembangkan. Desain awal media flash

merupakan desain yang akan divalidasi

oleh para validator untuk mengetahui

kekurangan serta perbaikan yang perlu

dilakukan sebelum media flash diuji

cobakan. Validasi media flash ini

dilakukan oleh 12 validator dengan

spesifikasi 4 ahli materi, 4 ahli media,

dan 4 ahli bahasa pada tanggal 13 Juli -

10 Agustus 2015. Data hasil validasi

menunjukkan bahwa rata-rata nilai

kevalidan untuk materi sebesar 88.6%,

untuk media sebesar 89,5%, dan bahasa

sebesar 91,25%.

Berdasarkan hasil tersebut dapat

diketahui bahwa media flash memperoleh

rata-rata kriteria kevalidan sebesar

89,78% dengan kriteria Valid. Setelah

selesai diperbaiki sesuai saran/masukan

yang ada, media flash ini dari segi aspek

bahasa dapat digunakan untuk uji coba

lapangan awal.

2. Uji Coba Pengembangan

a. Uji Coba Lapangan Awal

Uji coba lapangan awal merupakan

tahap yang dilakukan untuk mengetahui

apakah media flash yang dikembangkan

layak digunakan dalam pembelajaran

atau tidak. Uji coba lapangan awal ini

dilakukan di kelas XI MIA SMA Negeri

1 Pontianak. Uji coba ini dilakukan

terhadap 7 siswa yang berkemampuan

tinggi dan melibatkan 3 observer yaitu 1

guru kimia dan 2 mahasiswa pendidikan

kimia sebagai pengamat keterlaksanaan

media flash yang diujicobakan pada

pembelajaran. Selain mengisi angket

yang telah disediakan, siswa dan guru

juga memberikan komentar/saran

terhadap media flash.

Hasil analisis angket respon media

flash ini digunakan untuk mengetahui

bagaimana kepraktisan media yang

dikembangkan pada uji coba lapangan

awal.Respon siswa terhadap media flash

termasuk ke dalam kriteria sangat kuat,

artinya siswa tertarik terhadap media

flash. Hal ini dibuktikan dari rata-rata

respon siswa mencapai 81.86%.

Sedangkan rata-rata respon guru

terhadap media flash mencapai 75%

yang juga termasuk kategori kuat

ketertarikan guru terhadap media flash.

Kriteria presentase nilai respon siswa

dan guru jika mencapai 80% ≤ NRS ≤

100% dikategorikan sangat kuat. Jika

respon ≥ 50% dari seluruh butir

pernyataan termasuk dalam kategori

Frame Penyudah

Frame Materi

Gambar 2. Desain Awal Media

Pembelajaran Flash

Page 9: PENGEMBANGAN MEDIA FLASH MATERI IKATAN KIMIA SISWA …

Vol. 4 No. 2 Februari 2016 Ar-Razi Jurnal Ilmiah ISSN. 2503-4448

19

sangat kuat dan kuat maka respons

siswa dan guru dikatakan positif,

sehingga dapat disimpulkan bahwa

dalam uji coba lapangan awal ini respon

siswa dan guru positif terhadap media

flash. Rekapitulasi dari angket respon

siswa dan guru pada uji coba lapangan

awal dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rekapitulasi Analisis Angket

Respon Siswa dan Guru

Berdasarkan hasil tersebut terlihat

bahwa persentase dari respon siswa

sebesar 81,86% sedangkan untuk respon

guru adalah 75% sehingga

dikategorikan kuat serta respon dari

guru dan siswa ini dinyatakan positif.

b. Uji Coba Lapangan Utama

Uji coba lapangan utama

bermanfaat untuk melihat sejauh mana

produk yang dibuat dapat mencapai

sasaran dan tujuan. Uji lapangan utama

ini dilakukan untuk memperoleh produk

akhir dari media flash yang

dikembangkan. Uji coba lapangan

utama ini dilakukan di SMA Negeri 1

Pontianak terhadap 35 siswa yang

terdiri atas 7 siswa berkemampuan

tinggi, 21 siswa berkemampuan sedang,

dan 7 siswa berkemampuan rendah

sebagai sampel uji coba dan melibatkan

3 observer yaitu 1 guru kimia dan 2

mahasiswa pendidikan kimia sebagai

pengamat keterlaksanaan media flash

yang diujicobakan. Selain mengisi

angket yang telah disediakan, siswa dan

guru juga memberikan komentar/saran

terhadap media flash. Komentar/saran

pada uji coba lapangan utama ini tidak

mengarah kepada revisi produk,

melainkan kepada komentar-komentar

positif tentang media flash yang

digunakan. Berdasarkan hasil uji coba

lapangan utama ini, diperoleh penilaian

dan respon yang sangat baik dan positif

dari guru maupun dari siswa. Oleh

sebab itu, media flash yang

dikembangkan tidak lagi direvisi dan

dianggap sebagai produk akhir yang

layak digunakan dalam proses

pembelajaran.

Media yang dikembangkan

dikatakan layak apabila memenuhi

aspek kevalidan, kepraktisan, dan

keefektifan. Sama seperti uji coba

lapangan awal, pada uji coba lapangan

utama media flash yang telah valid,

diuji kepraktisan dan keefektifannya.

Dalam uji coba lapangan utama ini,

media flash mendapat respon positif

dari guru dan siswa. Rata-rata respon

siswa mencapai 78% yang masuk dalam

kategori kuat. Sedangkan rata-rata

respon guru mencapai 75% yang masuk

dalam kategori kuat. Oleh karena respon

siswa dan guru > 50%, maka respon

siswa dan guru dikatakan positif

terhadap media flash. Hasil ini

menandakan bahwa media flash telah

memenuhi aspek praktis untuk menjadi

media yang layak digunakan.

Rekapitulasi respon guru dan siswa

terhadap media flash uji coba lapangan

utama disajikan dalam tabel 3 berikut:

Tabel 3. Rekapitulasi Analisis Angket

Respon Siswa dan Guru

Angket Rata-rata

Persentase

Kriteri

a

Angket Rata-rata

Persentase Kriteria

Respon

Siswa 81,86

Sangat

Kuat

Respon Guru 75 Kuat

Page 10: PENGEMBANGAN MEDIA FLASH MATERI IKATAN KIMIA SISWA …

Vol. 4 No. 2 Februari 2016 Ar-Razi Jurnal Ilmiah ISSN. 2503-4448

20

Respon

Siswa 78,18 Kuat

Respon

Guru 75 Kuat

Media flash pada uji coba

pengembangan lapangan utama telah

memenuhi aspek kevalidan dan

kepraktisan. Aspek ketiga yang harus

dipenuhi agar menjadi media yang layak

digunakan yaitu aspek keefektifan.

Untuk mengetahui media flash efektif

atau tidak yaitu dengan melihat hasil

belajar siswa setelah menggunakan

media flash. Data hasil pre-test dan

post-test siswa pada uji coba lapangan

utama dianalisis untuk menentukan

aspek keefektifan dari media flash yang

dikembangkan. Selain mampu

memberikan pemahaman atau

membantu siswa dalam memahami

materi yang diajarkan, media flash

diharapkan efektif dalam memberikan

dampak terhadap perubahan hasil

belajar setelah penggunaannya.

Berdasarkan hasil belajar siswa

pada uji coba utama setelah penggunaan

media flash kemudian dianalisis untuk

melihat apakah terdapat perbedaan yang

signifikan antara hasil belajar siswa

sebelum dan sesudah menggunakan

media flash yang dikembangkan.

Sebelum dilakukan analisis data,

terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat

awal yang meliputi uji normalitas dan

uji homogenitas data.

1) Uji Normalitas

Sebelum dianalisis, data yang

diperoleh diuji normalitas dengan

menggunakan uji statistik Shapiro-

Wilk Test dengan bantuan SPSS 22 for

windows. Hasil uji normalitas data

pre-test dan post-test selengkapnya.

Hasil perhitungan uji statistik Shapiro-

Wilk Test dengan taraf signifikan 0.05

melalui bantuan SPSS 22 for windows,

nilai probabilitas data pre-test dan

post-test SMA Negeri 1 Pontianak

tersaji pada Tabel 4.

Tabel 4. Hasil Uji Normalitas SMA

Negeri 1 Pontianak

Data Tes Shapiro-

Wilk Df Sig.

Pre-test 0.854 35 0.000

Post-test 0.663 35 0.000

Berdasarkan Tabel 4 nilai

signifikan data pre-test dan post-test

SMA Negeri 1 Pontianak adalah

sebesar 0.000 dan 0.000 < taraf

signifikan 0,05. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa data pre-test dan

post-test SMA Negeri 1 Pontianak

memiliki data yang tidak berdistribusi

normal.

2) Uji Hipotesis

Berdasarkan data pre-test dan

post-test memiliki variansi data yang

tidak normal, maka pengujian untuk

membuktikan hipotesis dilanjutkan

dengan menggunakan uji statistik non-

parametrik yaitu uji wilcoxon. Hasil

perhitungan selengkapnya dapat dilihat

pada. Hasil perhitungan uji wilcoxon

tersaji pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil Uji Wilcoxon Data Pre-

test dan Post-test

Sekolah Test Statisticsb

Posttest-

Pretest

SMA

Negeri 1

Asymp. Sig. (2-

tailed) .000

Page 11: PENGEMBANGAN MEDIA FLASH MATERI IKATAN KIMIA SISWA …

Vol. 4 No. 2 Februari 2016 Ar-Razi Jurnal Ilmiah ISSN. 2503-4448

21

Pontianak

Berdasarkan Tabel 5 hasil uji

Wilcoxson signed ranks test diperoleh

nilai signifikan pretest dan posttest

0,000 < 0,05. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa terdapat perbedaan

yang signifikan antara hasil belajar

sebelum dan setelah penggunaan

media flash dan media flash memenuhi

aspek keefektifan.

Perbandingan aspek keefektifan

pada penelitian sebelumnya yaitu pada

penelitian Ashari (2014) terdapat

perbedaan yang signifikan antara

sebelum dan sesudah penggunaan

media sebesar 0,002 < 0,05 dan

penelitian Deafirmanda (2013) juga

menunjukkan terdapat perbedaan

signifikan dari hasil belajar setelah

penggunaan media pembelajaran

sebesar 0,001 < 0,05. Sehingga dapat

diketahui bahwa media flash yang saat

ini dikembangkan yaitu pada materi

ikatan kimia memperoleh aspek

keefektifan lebih tinggi dari pada

penelitian Ashari (2014) yang

mengembangkan flash pada materi

asam basa, apabila dilihat dari materi

kedua materi termasuk bersifat abstrak

sehingga dapat diketahui bahwa media

flash lebih efektif apabila

dikembangkan pada materi ikatan

kimia dibanding asam basa.

Sedangkan apabila dibandingkan

dengan penelitian Deafirmanda (2013)

yang mengembangkan flash pada

praktikum kimia organik II, dapat

diketahui bahwa aspek keefektifan

pada media flash yang dikembangkan

pada materi ikatan kimia lebih tinggi

dibanding pada praktikum kimia

organik. Hal ini menunjukkan media

lebih efektif dikembangkan pada

materi yang bersifat abstrak dan tidak

menggunakan metode pada saat

pembelajarannya.

KESIMPULAN

Media flash yang dikembangkan

pada penelitian ini layak digunakan

sebagai bahan ajar dalam pembelajaran

kimia nilai masing-masing sebesar

karena media flash yang

dikembangkan telah memenuhi kriteria

kevalidan, kepraktisan dan keefektifan

sebagai yaitu aspek kevalidan sebesar

89,78% dengan kriteria nilai kevalidan

adalah Valid. Aspek kepraktisan,

memperoleh 80,02% untuk respon

siswa dengan kriteria nilai Sangat

Kuat, sedangkan respon guru

memperoleh 75% dengan kriteria nilai

Kuat. Aspek keefektifan, memperoleh

nilai signifikan pretest dan posttest

0,000 < 0,05. Sehingga media flash

yang dikembangkan layak digunakan

karena dapat mengatasi kesulitas siswa

dalam mempelajari konsep abstrak

pada materi ikatan kimia.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2009). Dasar-Dasar

Evaluasi Pendidikan. Jakarta:

Rineka Cipta.

Ashari, F. (2014). Pengembangan Media

Flash Berbasis Multiple

Representatisi Pada Materi Asam

Basa Kelas XI MIA SMA Negeri

Se-Kota Pontianak. Skripsi.

Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Kimia. Universitas

Muhammadiyah Pontianak.

Page 12: PENGEMBANGAN MEDIA FLASH MATERI IKATAN KIMIA SISWA …

Vol. 4 No. 2 Februari 2016 Ar-Razi Jurnal Ilmiah ISSN. 2503-4448

22

Chandrasegaran, A.L, Treagust, D.F &

Mocerino, M. (2007). The

development of A Two-Tier

Multiple-choice Diagnostic

Instrument For Evaluating

Secondary School Students’

Ability To Describe and Explain

Reactions Using Multiple Levels

of representation. Chemistry

education Research and Practice,

Vol. 8(3), 293-307.

Darmadi, H. (2011). Metode Penelitian

Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Deafirmanda, Y. (2013). Pengembangan

Media Pembelajaran Berbasis

Flash pada Praktikum Kimia

Organik II Mahasiswa Program

Studi Pendidikan Kimia

Universitas Muhammadiyah

Pontianak. Skripsi. Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Kimia. Universitas

Muhammadiyah Pontianak.

Direktorat Pembinaan SMA. (2010).

Panduan Penyusunan Bahan Ajar

Berbasis TIK. Kementerian

Pendidikan Nasional.

Huddle, P.A. White, M.A. & Rogers, F.

(2000). Using a Teaching Model

to Correct Known Misconception

in Electrochemistry. Journal of

Chemical Education, Vol 77 (1):

104-110.

Mulyatiningsih, E. (2012). Metode

Penelitian Terapan Bidang

Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Samsuri. (2013). Pengaruh Model

Pembelajaran Koooperatif Tipe

Numbered Heads Together (NHT)

Menggunakan Media Flash Pada

Materi Hidrolisis Garam Terhadap

Hasil Belajar dan Retensi Siswa

Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1

Pemangkat. Skripsi. Program

Studi Pendidikan Kimia FKIP

Muhammadiyah Pontianak.

Sirhan, G. (2007). Learning Difficulties

in Chemistry: An Overview. The

Journal of Turkish Science

Education. Volume 4, Issue 2 Hal.

3-20.

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian

Pendidikan: Pendekatan

Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.

Bandung: Alfabeta.