PENGEMBANGAN MEDIA FLASH MATERI IKATAN KIMIA SISWA …
Transcript of PENGEMBANGAN MEDIA FLASH MATERI IKATAN KIMIA SISWA …
Vol. 4 No. 2 Februari 2016 Ar-Razi Jurnal Ilmiah ISSN. 2503-4448
11
PENGEMBANGAN MEDIA FLASH MATERI IKATAN KIMIA
SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 PONTIANAK
Ananda Riski Shelawaty*, Dini Hadiarti dan Raudhatul Fadhilah
Prodi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Muhammadiyah Pontianak
Jalan Ahmad Yani No. 111 Pontianak Kalimantan Barat *Email: [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya ketuntasan siswa SMA Negeri 1 Pontianak pada
materi ikatan kimia, ketuntasan tersebut hanya mencapai 44,3%. Kemudian media yang pernah
digunakan pada materi tersebut adalah media papan tulis, power point dan video. Berdasarkan
analisis angket minat siswa yang diberikan diketahui bahwa siswa menyukai pembelajaran
menggunakan komputer tetapi tidak suka dengan media power point dan video. Penelitian ini
bertujuan mengembangkan media flash materi ikatan kimia siswa kelas X SMA Negeri 1 Pontianak
yang layak digunakan sebagai bahan ajar. Model pengembangan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah model modifikasi pengembangan 4D menjadi 3D yang direkomendasikan Thiagarajan
yaitu Define, Design, dan Develop. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik
komunikasi tidak langsung, pengukuran dan observasi. Instrumen penelitian berupa lembar angket,
soal pre-test dan post-test dan lembar obsevasi. Kelayakan media flash yang dikembangkan
didasarkan atas aspek kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan. Hasil yang diperoleh pada penelitian
ini adalah: (1) rata-rata nilai kevalidan media flash adalah sebesar 89,78% dengan kriteria Valid,
(2) kepraktisan media berdasarkan respon siswa yaitu sebesar 80,02% dengan kriteria Sangat Kuat
dan respon guru sebesar 75% dengan kriteria Kuat, dan (3) Keefektifan media didasarkan pada
hasil belajar menunjukkan hasil yang signifikan antara sebelum dan sesudah menggunakan media
yaitu 0,000 < 0,05. Media flash berhasil dikembangkan di SMA Negeri 1 Pontianak dan cocok
diaplikasikan pada materi ikatan kimia.
Kata Kunci: ikatan kimia, media flash, pengembangan media
ABSTRACT
This study aimed by the students’ low mastery score on Chemical Bond material at SMA Negeri 1
Pontianak. The mastery score gained by the students was only 44,3%. Based on the results of the
questionnaires given to the students, they tend to study by using computer than power point
program and video that have been used by the teachers. Therefore, this study aimed to develop
teaching materials of Chemical Bond flash media for the students of grade X, SMA Negeri 1
Pontianak. A 3D (Define, Design, and Develop) development model suggested by Thiagarajan was
carried out in this study. The data collection technique used were indirect communication,
measurement, and observation. While the instruments were questionnaire sheets, pre-test and post-
test questions, and observation sheet. The feasibility of the flash media developed was based on the
aspects of validity, practicality, and effectiveness. The results obtained in this study were: (1) the
average score of the flash media validity was 89.78% and was considered valid, (2) the practicality
of the media based on the students’ response was 80.02% and was considered very strong and the
teacher’s response was 75% and considered strong, and (3) the effectiveness of the media based on
the learning outcomes showed significant results between before and after using the media (0.000
<0.05). As a result, flash media is regarded successful developed for the students of SMA Negeri 1
Pontianak and it is applicable to teach Chemical Bond material.
Keywords: Chemical Bond, Flash media, media development
Vol. 4 No. 2 Februari 2016 Ar-Razi Jurnal Ilmiah ISSN. 2503-4448
12
PENDAHULUAN
Kimia merupakan salah satu mata
pelajaran wajib jurusan MIA di SMA,
yang masih dianggap cukup sulit oleh
siswa. Hal ini didukung dari hasil Ujian
Nasional 2013/2014 siswa-siswa di
Pontianak rata-rata nilai pada mata
pelajaran kimia paling rendah dibanding
pelajaran matematika, fisika, dan biologi.
Hasil Ujian Nasional 2014/2015 siswa-
siswa di Pontianak juga menunjukkan
rata-rata nilai pada mata pelajaran kimia
terendah ketiga setelah mata pelajaran
matematika dan biologi. Kesulitan siswa
dalam mempelajari kimia didasarkan
pada kesulitan memahami konsep-konsep
kimia (Rahman, 2012).
Kesulitan siswa dalam memahami
konsep-konsep kimia menurut Huddle et
al (2000), disebabkan oleh bahan ajar
yang digunakan tidak mengaitkan ketiga
level representasi kimia yaitu
makroskopis, simbolik, dan mikroskopis.
Representasi makroskopik merupakan
level konkret, dimana pada level ini siswa
mengamati fenomena yang terjadi, baik
melalui percobaan yang dilakukan atau
fenomena yang terjadi pada kehidupan
sehari-hari. Representasi mikroskopik
merupakan level abstrak yang
menjelaskan fenomena makroskopik.
Sedangkan representasi simbolik
digunakan untuk merepresentasikan
fenomena makroskopik dengan
menggunakan simbol-simbol kimia,
rumus dan persamaan kimia, persamaan
matematika, grafik, mekanisme reaksi,
serta struktur molekul (Chandrasegaran,
Treagust, & Mocerino 2007). Konsep
kimia banyak yang bersifat abstrak salah
satunya terdapat pada materi ikatan
kimia.
Materi ikatan kimia berkaitan dengan
konsep-konsep seperti pengisian elektron
pada kulit-kulit atom, penentuan elektron
valensi, konfigurasi elektron, kestabilan
elektron, maupun penggambaran lambang
Lewis. Sirhan (2007) juga mengatakan
tanpa memahami pengetahuan dasar
seperti ikatan kimia, materi seperti laju
reaksi, asam dan basa, elektrokimia,
kesetimbangan kimia, dan kimia larutan
menjadi sukar dipahami.
Ikatan kimia merupakan salah satu
materi yang sulit dipahami siswa SMA
Negeri 1 Pontianak. Pernyataan ini
diperkuat dengan hasil wawancara
dengan guru kimia kelas X pada tanggal
12 Maret 2015. Kesulitan belajar siswa
ini diperlihatkan dari rendahnya nilai
ulangan harian siswa. Dari 7 kelas, siswa
yang belum mencapai KKM (80)
memperoleh persentase ketidaktuntasan
mencapai 55,7% sedangkan siswa yang
tuntas 44,3%. Berdasarkan hasil observasi
saat melaksanakan PPL dari bulan
Oktober 2014, saat pembelajaran pada
materi ikatan kimia siswa tampak
bingung membedakan antara ikatan ion
dan ikatan kovalen serta masih kesulitan
menentukan ikatan kovalen koordinasi.
Kemudian hasil wawancara yang
dilakukan terhadap enam siswa dengan
kemampuan atas, sedang, dan bawah
kelas X SMA Negeri 1 Pontianak tanggal
18 Maret 2015, juga disimpulkan bahwa
materi ikatan kimia merupakan materi
yang sulit. Hal ini diperkuat dengan hasil
analisis soal ulangan harian ikatan kimia
yang menunjukkan masih banyak siswa
yang salah mengerjakan soal ikatan ion,
Vol. 4 No. 2 Februari 2016 Ar-Razi Jurnal Ilmiah ISSN. 2503-4448
13
ikatan kovalen dan ikatan kovalen
koordinasi.
Seorang guru profesional, dalam hal
ini dituntut untuk dapat
menvisualisasikan konsep abstrak yang
dipelajari. Salah satu upaya yang dapat
dilakukan oleh seorang guru adalah
dengan memberikan media pembelajaran
yang dapat memudahkan peserta didik
untuk mengkonstruksikan pengetahuan
dan pikirannya terhadap konsep abstrak
tersebut. Media sangatlah membantu
dalam proses pembelajaran. Hasil
penelitian Ashari (2014) yang dilakukan
di kelas XI MIA se-kota Pontianak
tentang pengembangan media flash
menyatakan hasil dari produk yang
dihasilkan memberikan hasil positif
dalam penggunaannya. Hal ini sejalan
dengan penelitian Deafirmanda (2013)
yang dilakukan pada mahasiswa
pendidikan kimia tentang pengembangan
media flash pada praktikum kimia
organik II.
Keberadaan media pembelajaran
membuat peserta didik lebih mudah
memahami materi yang bersifat abstrak.
Hasil wawancara pada tanggal 18 Maret
2015 dengan siswa SMA Negeri 1
Pontianak mengatakan senang
menggunakan komputer terutama pada
kegiatan pembelajaran. Media yang
pernah digunakan dalam proses
pembelajaran di SMA Negeri 1 Pontianak
ialah power point dan video. Hasil
observasi pada saat melaksanaan PPL di
SMA Negeri 1 Pontianak media yang
digunakan oleh guru adalah papan tulis,
power point dan video. Pada media power
point yang digunakan saat mengajar
materi ikatan kimia tidak memiliki level
representasi yaitu mikroskopik dan
makroskopik, berdasarkan pernyataan
tersebut bisa jadi penyampaian materi
tidak tersampaikan seluruhnya sehingga
siswa kesulitan memahami materi yang
diajarkan. Seharusnya pelajaran kimia
diajarkan dengan 3 level representasi.
Selain media power point, media lain
yang pernah digunakan saat mengajar
yaitu video, namun media video yang
digunakan saat mengajar tidak
memperlihatkan level representasi yaitu
makroskopik, selain itu pendapat siswa
menyatakan kurang termotivasi pada
kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan media power point dan
video. Berdasarkan hasil penilaian angket
yang disebarkan kepada 21 siswa MIA 1 -
MIA 7 yang berkemampuan tinggi,
sedang dan rendah menunjukkan siswa
senang belajar menggunakan komputer
tetapi tidak suka menggunakan power
point dan video dengan persentase
76.19%.
Oleh karena itu diperlukan media
yang dapat mengatasi kelemahan media
tersebut. Salah satu media yang dapat
digunakan dalam menjelaskan materi ini
adalah media flash. Flash merupakan
multimedia berbasis komputer yang
menarik, menurut Sutaryono (2014) hal
tersebut dikarenakan multimedia ini dapat
menyajikan gerak dan gambar dengan
berbagai warna yang menarik,
memperjelas yang abstrak, memperjelas
bagian-bagian yang penting, menyingkat
suatu uraian panjang hanya dengan
sebuah gambar, serta didalamnya dapat
dimasukkan animasi dengan perpaduan
video dan audio sebagai alat bantu pada
proses pembelajaran.
Keberhasilan pengembangan
penggunaan media flash dalam
Vol. 4 No. 2 Februari 2016 Ar-Razi Jurnal Ilmiah ISSN. 2503-4448
14
menjelaskan materi kimia telah banyak
dilaporkan. Hasil penelitian Ashari
(2014) menunjukkan bahwa media flash
berbasis multipel representasi pada materi
asam basa kelas XI yang dikembangkan
memenuhi aspek keefektifan berdasarkan
peningkatan ≥ 80% setelah penggunaan
media flash. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan Deafirmanda
(2013), yang memperoleh hasil bahwa
media pembelajaran menggunakan flash
pada praktikum kimia organik II
mahasiswa program studi pendidikan
kimia Universitas Muhammadiyah
Pontianak dinyatakan efektif berdasarkan
tingginya respon positif mahasiswa
dengan persentase sebesar 86,7% pada uji
coba awal dan 81,02% pada uji coba
utama.
Berdasarkan uraian di atas, maka
peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang pengembangan media
pembelajaran berbasis Flash materi
ikatan kimia siswa kelas X SMA Negeri 1
Pontianak. Melalui penelitian ini
diharapkan dapat dihasilkan media
pembelajaran berbasis visual pada
pembelajaran kimia yang layak
digunakan.
METODE PENELITIAN
Penelitian dan pengembangan
(research and development) menurut
Mulyatiningsih (2013) bertujuan
menghasilkan produk baru melalui proses
pengembangan. Penelitian ini bertujuan
untuk menghasilkan sebuah produk yaitu
media pembelajaran flash yang akan
digunakan pada kegiatan pembelajaran
kimia pada materi ikatan kimia. Adapun
model pengembangan yang digunakan
yaitu memodifikasi model pengembangan
4D (four D model) yang
direkomendasikan Thiagarajan (1974).
Thiagarajan (1974) menggambarkan
tahap model 4D terdiri atas Define
(Pendefinisian), Design (Perancangan),
Develop (Pengembangan), dan
Disseminate (Penyebarluasan).
Menyikapi adanya keterbatasan waktu,
biaya, maupun tenaga, maka pada
penelitian ini terbatas pada tahap 3D yaitu
Define (Pendefinisian), Design
(Perancangan), dan Develop
(Pengembangan) tanpa melakukan
Disseminate (Penyebarluasan).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Prosedur penelitian yang dilakukan
merupakan prosedur penelitian yang
direkomendasikan oleh Thiagarajan yang
terdiri atas tahap pendefinisian, tahap
perancangan, dan tahap pengembangan
produk tanpa melakukan tahap
penyebarluasan. Kelayakan media flash
yang dikembangkan didasarkan atas tiga
aspek yaitu aspek validitas, aspek
kepraktisan, dan aspek keefektifan.
Jumlah sampel yang dijadikan sebagai uji
coba lapangan awal media berjumlah 7
siswa kelas XI dan untuk uji coba
lapangan utama media berjumlah 35
siswa kelas X yang ada di SMA Negeri 1
Pontianak.
A. Tahap Pendefinisian
1. Analisis Awal Akhir
Melalui tahap ini, peneliti melakukan
analisis kebutuhan (need assessment)
melalui tiga cara, yaitu:
a. Ditinjau dari Silabus Kurikulum 2013
Melalui tahap ini dilakukan telaah
Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi
Dasar (KD) yang akan dijadikan acuan
Vol. 4 No. 2 Februari 2016 Ar-Razi Jurnal Ilmiah ISSN. 2503-4448
15
dalam mengembangkan media flash.
Konsep teori ikatan kimia syarat akan
simbol-simbol, struktur, dan proses
kimia. Oleh sebab itu, upaya yang dapat
dilakukan untuk menggambarkan konsep
abstrak pada materi tersebut adalah
dengan mengembangkan media flash.
Pemanfaatan media flash ini, akan dapat
memberikan gambaran yang tepat pada
siswa tentang ilustrasi-ilustrasi ikatan
yang akan terbentuk.
Berdasarkan hal di atas, KI dan KD
kemudian ditelaah lebih lanjut dengan
melakukan pengembangan indikator dan
tujuan pembelajaran sehingga
memudahkan sejauh mana kedalaman dan
keluasan materi yang akan disajikan
dalam media flash. Hasil pengembangan
indikator dan tujuan pembelajaran
selengkapnya terdapat dalam Tabel 1.
Tabel 1. Pengembangan Indikator
dan Tujuan Pembelajaran
Indikator
Pembelajaran
Tujuan
Pembelajaran
Tahap
Berpikir
Menentukan
kecenderungan
suatu unsur untuk
mencapai
kestabilannya
Siswa dapat
menentukan
kecenderungan
suatu unsur
untuk mencapai
kestabilannya
C3
Menentukan
unsur-unsur yang
dapat berikatan
ion
Siswa dapat
menentukan
unsur-unsur
yang dapat
berikatan ion
C3
Menentukan
unsur-unsur yang
dapat berikatan
kovalen
Siswa dapat
menentukan
unsur-unsur
yang dapat
berikatan
C3
kovalen
Menentukan
unsur yang dapat
membentuk
ikatan kovalen
tunggal, rangkap
dua dan rangkap
tiga
Siswa dapat
menentukan
unsur yang
dapat
membentuk
ikatan kovalen
tunggal,
rangkap dua dan
rangkap tiga
C3
b. Analisis Kajian Pustaka (Kajian
Literatur)
1) Febri Ashari (2014)
Pengembangan media flash
berbasis multiple representasi
pada materi asam basa kelas XI
MIA SMA Negeri Se-Kota
Pontianak ketuntasan belajar
siswa meningkat ≥ 80%.
2) Deafirmanda (2013)
Pengembangan media
pembelajaran berbasis flash pada
praktikum kimia organik II
mahasiswa program studi
pendidikan kimia universitas
muhammadiyah Pontianak dengan
meningkatnya rata-rata hasil
belajar siswa yang awalnya 83,5
menjadi 92,91.
c. Studi Lapangan
1) Identifikasi Media Pembelajaran
Berdasarkan analisis terhadap
media yang pernah digunakan di
SMA Negeri 1 Pontianak pada materi
ikatan kimia, dapat diketahui bahwa
media sudah digunakan pada mata
pelajaran kimia materi ikatan kimia
yaitu seperti power point dan video,
namun penggunaannya pada kegiatan
pembelajaran masih belum efektif.
Vol. 4 No. 2 Februari 2016 Ar-Razi Jurnal Ilmiah ISSN. 2503-4448
16
2) Wawancara
Hasil wawancara dengan guru SMA
Negeri 1 Pontianak menunjukkan ada
beberapa materi abstrak yang dianggap
sulit berdasarkan hasil ulangan hariannya,
salah satunya materi ikatan kimia.
Kemudian pada saat pelaksanaan
pembelajaran guru sudah melakukan
pembelajaran dengan baik namun
pemanfaatan penggunaan dalam media
dirasakan guru masih kurang maksimal.
Menurut guru kesulitan materi ini terletak
pada sulitnya siswa membedakan unsur
yang membentuk ikatan ion dan kovalen.
3) Sarana dan Prasarana
Sarana dan Prasarana di SMA Negeri 1
Pontianak pada dasarnya telah
mendukung kelancaran pengembangan
media flash.
2. Analisis Siswa
Melalui tahap ini peneliti
menganalisa karakteristik siswa yang
meliputi umur, sikap awal siswa pada
pelajaran kimia, motivasi belajar,
pengalaman belajar, dan gaya belajar
siswa. Pada analisis karakteristik siswa,
diperoleh hasil bahwa siswa kelas X MIA
SMA Negeri 1 Pontianak rata-rata berusia
antara 15-17 tahun, artinya siswa telah
berada pada tahap operasional formal.
3. Analisis Tugas
Melalui tahap ini peneliti
menentukan tugas prosedural yang
dilakukan siswa selama media flash diuji
cobakan. Tugas prosedural tersebut
merupakan tugas siswa melalui
pendekatan scientific. Diagram prosedur
tersebut diperlihatkan pada gambar 1
sebagai berikut:
4. Analisis Konsep
Melalui tahap ini peneliti
menganalisis konsep-konsep yang
diajarkan. Analisis konsep yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah
mengidentifikasi, merinci, dan menyusun
konsep-konsep yang dimuat dalam media
flash berdasarkan tujuan pembelajaran
yang telah dibuat sebelumnya, konsep-
konsep tersebut meliputi konsep ikatan
ion, ikatan kovalen dan ikatan kovalen
koordinasi.
5. Perumusan Tujuan Pembelajaran
Perumusan tujuan pembelajaran
tentang penguasaan kompetensi
ditargetkan untuk pencapaian indikator
pembelajaran yang telah dibuat
sebelumnya. Teori ikatan kimia dipilih
menjadi materi yang dimuat dalam media
flash. Selain itu konsep-konsep dalam
ikatan kimia sangat memungkinkan
dibuat dalam bentuk animasi/simulasi
Gambar 1. Diagram Prosedural
Tugas Siswa
Siswa Mengamati Visualisasi Media flash
Siswa Menanyakan Konsep Materi yang dianggap Belum Jelas
Siswa Mengumpulkan Data Konsep Materi
yang Ditayangkan Media flash
Siswa Merumuskan Simpulan dari Setiap Konsep Materi
Ikatan Kimia yang Ditayangkan Media Flash
Siswa Menjawab Soal Latihan dan Evaluasi
Siswa Menyimpulkan Hasil
Vol. 4 No. 2 Februari 2016 Ar-Razi Jurnal Ilmiah ISSN. 2503-4448
17
seperti serah terima electron pada ikatan
ion yang tidak dapat teramati.
B. Tahap Perancangan
Pada tahap perancangan (design)
dilakukan penyusunan standar test yang
akan digunakan untuk mengukur
kemampuan siswa dalam memahami
materi Ikatan Kimia, standar test yang
disusun terdiri atas kisi-kisi soal dan butir
soal dalam bentuk pilihan ganda
sebanyak 5 soal pretest dan 10 soal
posttest soal juga dibuat dan dimuat
dalam media pembelajaran yang akan
dikembangakan. Soal yang dihasilkan
divalidasi oleh 3 dosen Program Studi
Pendidikan Kimia Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Pontianak pada tanggal
24 Juni 2015 dan 1 guru materi kimia
SMA Negeri 1 Pontianak pada tanggal 6
Juli 2015. Hasil penilaian oleh para
validator, menunjukan bahwa soal harus
diperbaiki meliputi indikator soal,
penulisan soal dan jawaban yang
digunakan pada soal tersebut, kemudian
dari hasil penilaian para validator, soal
diperbaiki dan diserahkan kembali agar
divalidasi berdasarkan hasil perbaikan
yang telah dilakukan sehingga soal yang
akan digunakan valid atau layak.
Berdasarkan karekteristik materi
Ikatan Kimia yang merupakan materi
bersifat abstrak, dilakukan pemilihan
media pembelajaran yang akan
dikembangkan sesuai dengan tujuan yang
telah dirumuskan sebelumnya. Dari
beberapa temuan yang dilakukan pada
studi pendahuluan maka media
pembelajaran yang cocok untuk
dikembangkan sehingga dapat digunakan
pada materi Ikatan Kimia adalah media
pembelajaran flash. Adapun desain awal
produk yang dikembangkan sebagai
berikut:
Frame Pendahuluan
Frame Utama
Vol. 4 No. 2 Februari 2016 Ar-Razi Jurnal Ilmiah ISSN. 2503-4448
18
C. Tahap Pengembangan
1. Validasi ahli dan Revisi I
Validasi ahli merupakan kegiatan
yang dilakukan untuk mereview dan
melihat aspek kevalidan media flash yang
dikembangkan. Desain awal media flash
merupakan desain yang akan divalidasi
oleh para validator untuk mengetahui
kekurangan serta perbaikan yang perlu
dilakukan sebelum media flash diuji
cobakan. Validasi media flash ini
dilakukan oleh 12 validator dengan
spesifikasi 4 ahli materi, 4 ahli media,
dan 4 ahli bahasa pada tanggal 13 Juli -
10 Agustus 2015. Data hasil validasi
menunjukkan bahwa rata-rata nilai
kevalidan untuk materi sebesar 88.6%,
untuk media sebesar 89,5%, dan bahasa
sebesar 91,25%.
Berdasarkan hasil tersebut dapat
diketahui bahwa media flash memperoleh
rata-rata kriteria kevalidan sebesar
89,78% dengan kriteria Valid. Setelah
selesai diperbaiki sesuai saran/masukan
yang ada, media flash ini dari segi aspek
bahasa dapat digunakan untuk uji coba
lapangan awal.
2. Uji Coba Pengembangan
a. Uji Coba Lapangan Awal
Uji coba lapangan awal merupakan
tahap yang dilakukan untuk mengetahui
apakah media flash yang dikembangkan
layak digunakan dalam pembelajaran
atau tidak. Uji coba lapangan awal ini
dilakukan di kelas XI MIA SMA Negeri
1 Pontianak. Uji coba ini dilakukan
terhadap 7 siswa yang berkemampuan
tinggi dan melibatkan 3 observer yaitu 1
guru kimia dan 2 mahasiswa pendidikan
kimia sebagai pengamat keterlaksanaan
media flash yang diujicobakan pada
pembelajaran. Selain mengisi angket
yang telah disediakan, siswa dan guru
juga memberikan komentar/saran
terhadap media flash.
Hasil analisis angket respon media
flash ini digunakan untuk mengetahui
bagaimana kepraktisan media yang
dikembangkan pada uji coba lapangan
awal.Respon siswa terhadap media flash
termasuk ke dalam kriteria sangat kuat,
artinya siswa tertarik terhadap media
flash. Hal ini dibuktikan dari rata-rata
respon siswa mencapai 81.86%.
Sedangkan rata-rata respon guru
terhadap media flash mencapai 75%
yang juga termasuk kategori kuat
ketertarikan guru terhadap media flash.
Kriteria presentase nilai respon siswa
dan guru jika mencapai 80% ≤ NRS ≤
100% dikategorikan sangat kuat. Jika
respon ≥ 50% dari seluruh butir
pernyataan termasuk dalam kategori
Frame Penyudah
Frame Materi
Gambar 2. Desain Awal Media
Pembelajaran Flash
Vol. 4 No. 2 Februari 2016 Ar-Razi Jurnal Ilmiah ISSN. 2503-4448
19
sangat kuat dan kuat maka respons
siswa dan guru dikatakan positif,
sehingga dapat disimpulkan bahwa
dalam uji coba lapangan awal ini respon
siswa dan guru positif terhadap media
flash. Rekapitulasi dari angket respon
siswa dan guru pada uji coba lapangan
awal dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Rekapitulasi Analisis Angket
Respon Siswa dan Guru
Berdasarkan hasil tersebut terlihat
bahwa persentase dari respon siswa
sebesar 81,86% sedangkan untuk respon
guru adalah 75% sehingga
dikategorikan kuat serta respon dari
guru dan siswa ini dinyatakan positif.
b. Uji Coba Lapangan Utama
Uji coba lapangan utama
bermanfaat untuk melihat sejauh mana
produk yang dibuat dapat mencapai
sasaran dan tujuan. Uji lapangan utama
ini dilakukan untuk memperoleh produk
akhir dari media flash yang
dikembangkan. Uji coba lapangan
utama ini dilakukan di SMA Negeri 1
Pontianak terhadap 35 siswa yang
terdiri atas 7 siswa berkemampuan
tinggi, 21 siswa berkemampuan sedang,
dan 7 siswa berkemampuan rendah
sebagai sampel uji coba dan melibatkan
3 observer yaitu 1 guru kimia dan 2
mahasiswa pendidikan kimia sebagai
pengamat keterlaksanaan media flash
yang diujicobakan. Selain mengisi
angket yang telah disediakan, siswa dan
guru juga memberikan komentar/saran
terhadap media flash. Komentar/saran
pada uji coba lapangan utama ini tidak
mengarah kepada revisi produk,
melainkan kepada komentar-komentar
positif tentang media flash yang
digunakan. Berdasarkan hasil uji coba
lapangan utama ini, diperoleh penilaian
dan respon yang sangat baik dan positif
dari guru maupun dari siswa. Oleh
sebab itu, media flash yang
dikembangkan tidak lagi direvisi dan
dianggap sebagai produk akhir yang
layak digunakan dalam proses
pembelajaran.
Media yang dikembangkan
dikatakan layak apabila memenuhi
aspek kevalidan, kepraktisan, dan
keefektifan. Sama seperti uji coba
lapangan awal, pada uji coba lapangan
utama media flash yang telah valid,
diuji kepraktisan dan keefektifannya.
Dalam uji coba lapangan utama ini,
media flash mendapat respon positif
dari guru dan siswa. Rata-rata respon
siswa mencapai 78% yang masuk dalam
kategori kuat. Sedangkan rata-rata
respon guru mencapai 75% yang masuk
dalam kategori kuat. Oleh karena respon
siswa dan guru > 50%, maka respon
siswa dan guru dikatakan positif
terhadap media flash. Hasil ini
menandakan bahwa media flash telah
memenuhi aspek praktis untuk menjadi
media yang layak digunakan.
Rekapitulasi respon guru dan siswa
terhadap media flash uji coba lapangan
utama disajikan dalam tabel 3 berikut:
Tabel 3. Rekapitulasi Analisis Angket
Respon Siswa dan Guru
Angket Rata-rata
Persentase
Kriteri
a
Angket Rata-rata
Persentase Kriteria
Respon
Siswa 81,86
Sangat
Kuat
Respon Guru 75 Kuat
Vol. 4 No. 2 Februari 2016 Ar-Razi Jurnal Ilmiah ISSN. 2503-4448
20
Respon
Siswa 78,18 Kuat
Respon
Guru 75 Kuat
Media flash pada uji coba
pengembangan lapangan utama telah
memenuhi aspek kevalidan dan
kepraktisan. Aspek ketiga yang harus
dipenuhi agar menjadi media yang layak
digunakan yaitu aspek keefektifan.
Untuk mengetahui media flash efektif
atau tidak yaitu dengan melihat hasil
belajar siswa setelah menggunakan
media flash. Data hasil pre-test dan
post-test siswa pada uji coba lapangan
utama dianalisis untuk menentukan
aspek keefektifan dari media flash yang
dikembangkan. Selain mampu
memberikan pemahaman atau
membantu siswa dalam memahami
materi yang diajarkan, media flash
diharapkan efektif dalam memberikan
dampak terhadap perubahan hasil
belajar setelah penggunaannya.
Berdasarkan hasil belajar siswa
pada uji coba utama setelah penggunaan
media flash kemudian dianalisis untuk
melihat apakah terdapat perbedaan yang
signifikan antara hasil belajar siswa
sebelum dan sesudah menggunakan
media flash yang dikembangkan.
Sebelum dilakukan analisis data,
terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat
awal yang meliputi uji normalitas dan
uji homogenitas data.
1) Uji Normalitas
Sebelum dianalisis, data yang
diperoleh diuji normalitas dengan
menggunakan uji statistik Shapiro-
Wilk Test dengan bantuan SPSS 22 for
windows. Hasil uji normalitas data
pre-test dan post-test selengkapnya.
Hasil perhitungan uji statistik Shapiro-
Wilk Test dengan taraf signifikan 0.05
melalui bantuan SPSS 22 for windows,
nilai probabilitas data pre-test dan
post-test SMA Negeri 1 Pontianak
tersaji pada Tabel 4.
Tabel 4. Hasil Uji Normalitas SMA
Negeri 1 Pontianak
Data Tes Shapiro-
Wilk Df Sig.
Pre-test 0.854 35 0.000
Post-test 0.663 35 0.000
Berdasarkan Tabel 4 nilai
signifikan data pre-test dan post-test
SMA Negeri 1 Pontianak adalah
sebesar 0.000 dan 0.000 < taraf
signifikan 0,05. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa data pre-test dan
post-test SMA Negeri 1 Pontianak
memiliki data yang tidak berdistribusi
normal.
2) Uji Hipotesis
Berdasarkan data pre-test dan
post-test memiliki variansi data yang
tidak normal, maka pengujian untuk
membuktikan hipotesis dilanjutkan
dengan menggunakan uji statistik non-
parametrik yaitu uji wilcoxon. Hasil
perhitungan selengkapnya dapat dilihat
pada. Hasil perhitungan uji wilcoxon
tersaji pada Tabel 5.
Tabel 5. Hasil Uji Wilcoxon Data Pre-
test dan Post-test
Sekolah Test Statisticsb
Posttest-
Pretest
SMA
Negeri 1
Asymp. Sig. (2-
tailed) .000
Vol. 4 No. 2 Februari 2016 Ar-Razi Jurnal Ilmiah ISSN. 2503-4448
21
Pontianak
Berdasarkan Tabel 5 hasil uji
Wilcoxson signed ranks test diperoleh
nilai signifikan pretest dan posttest
0,000 < 0,05. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan antara hasil belajar
sebelum dan setelah penggunaan
media flash dan media flash memenuhi
aspek keefektifan.
Perbandingan aspek keefektifan
pada penelitian sebelumnya yaitu pada
penelitian Ashari (2014) terdapat
perbedaan yang signifikan antara
sebelum dan sesudah penggunaan
media sebesar 0,002 < 0,05 dan
penelitian Deafirmanda (2013) juga
menunjukkan terdapat perbedaan
signifikan dari hasil belajar setelah
penggunaan media pembelajaran
sebesar 0,001 < 0,05. Sehingga dapat
diketahui bahwa media flash yang saat
ini dikembangkan yaitu pada materi
ikatan kimia memperoleh aspek
keefektifan lebih tinggi dari pada
penelitian Ashari (2014) yang
mengembangkan flash pada materi
asam basa, apabila dilihat dari materi
kedua materi termasuk bersifat abstrak
sehingga dapat diketahui bahwa media
flash lebih efektif apabila
dikembangkan pada materi ikatan
kimia dibanding asam basa.
Sedangkan apabila dibandingkan
dengan penelitian Deafirmanda (2013)
yang mengembangkan flash pada
praktikum kimia organik II, dapat
diketahui bahwa aspek keefektifan
pada media flash yang dikembangkan
pada materi ikatan kimia lebih tinggi
dibanding pada praktikum kimia
organik. Hal ini menunjukkan media
lebih efektif dikembangkan pada
materi yang bersifat abstrak dan tidak
menggunakan metode pada saat
pembelajarannya.
KESIMPULAN
Media flash yang dikembangkan
pada penelitian ini layak digunakan
sebagai bahan ajar dalam pembelajaran
kimia nilai masing-masing sebesar
karena media flash yang
dikembangkan telah memenuhi kriteria
kevalidan, kepraktisan dan keefektifan
sebagai yaitu aspek kevalidan sebesar
89,78% dengan kriteria nilai kevalidan
adalah Valid. Aspek kepraktisan,
memperoleh 80,02% untuk respon
siswa dengan kriteria nilai Sangat
Kuat, sedangkan respon guru
memperoleh 75% dengan kriteria nilai
Kuat. Aspek keefektifan, memperoleh
nilai signifikan pretest dan posttest
0,000 < 0,05. Sehingga media flash
yang dikembangkan layak digunakan
karena dapat mengatasi kesulitas siswa
dalam mempelajari konsep abstrak
pada materi ikatan kimia.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2009). Dasar-Dasar
Evaluasi Pendidikan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Ashari, F. (2014). Pengembangan Media
Flash Berbasis Multiple
Representatisi Pada Materi Asam
Basa Kelas XI MIA SMA Negeri
Se-Kota Pontianak. Skripsi.
Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Kimia. Universitas
Muhammadiyah Pontianak.
Vol. 4 No. 2 Februari 2016 Ar-Razi Jurnal Ilmiah ISSN. 2503-4448
22
Chandrasegaran, A.L, Treagust, D.F &
Mocerino, M. (2007). The
development of A Two-Tier
Multiple-choice Diagnostic
Instrument For Evaluating
Secondary School Students’
Ability To Describe and Explain
Reactions Using Multiple Levels
of representation. Chemistry
education Research and Practice,
Vol. 8(3), 293-307.
Darmadi, H. (2011). Metode Penelitian
Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Deafirmanda, Y. (2013). Pengembangan
Media Pembelajaran Berbasis
Flash pada Praktikum Kimia
Organik II Mahasiswa Program
Studi Pendidikan Kimia
Universitas Muhammadiyah
Pontianak. Skripsi. Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Kimia. Universitas
Muhammadiyah Pontianak.
Direktorat Pembinaan SMA. (2010).
Panduan Penyusunan Bahan Ajar
Berbasis TIK. Kementerian
Pendidikan Nasional.
Huddle, P.A. White, M.A. & Rogers, F.
(2000). Using a Teaching Model
to Correct Known Misconception
in Electrochemistry. Journal of
Chemical Education, Vol 77 (1):
104-110.
Mulyatiningsih, E. (2012). Metode
Penelitian Terapan Bidang
Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Samsuri. (2013). Pengaruh Model
Pembelajaran Koooperatif Tipe
Numbered Heads Together (NHT)
Menggunakan Media Flash Pada
Materi Hidrolisis Garam Terhadap
Hasil Belajar dan Retensi Siswa
Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1
Pemangkat. Skripsi. Program
Studi Pendidikan Kimia FKIP
Muhammadiyah Pontianak.
Sirhan, G. (2007). Learning Difficulties
in Chemistry: An Overview. The
Journal of Turkish Science
Education. Volume 4, Issue 2 Hal.
3-20.
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian
Pendidikan: Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.