PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU DALAM...
Transcript of PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU DALAM...
PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU DALAM
PENINGKATAN MUTU PENGAJARAN
DI SMP AL-AMANAH CISAUK
Oleh:
ACHMAD LAZIM NIM : 102018224169
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1428 H / 2007 M
PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU DALAM
PENINGKATAN MUTU PENGAJARAN
DI SMP AL-AMANAH CISAUK
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai
Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh:
Achmad Lazim NIM. 102018224169
Di Bawah Bimbingan
Drs. Syafril, M. Pd NIP. 150 097 592
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1428 H / 2007 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul “PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU
DALAM PENINGKATAN MUTU PENGAJARAN DI SMP AL-AMANAH
CISAUK” telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 5 Februari 2007. Skripsi ini
telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program
Strata 1 (S1) pada Jurusan Kependidikan Islam Manajemen Pendidikan.
Jakarta, 5 Februari 2007
Sidang Munaqasyah
Dekan / Pembantu Dekan Bid. Akademik/ Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota Prof. Dr. Dede Rosyada, MA Prof. Dr. H. Aziz Fahrurrozi, MA NIP : 150 231 356 NIP : 150 202 343
Anggota
Penguji I Penguji II Drs. Syauki, M. Pd Drs. Muarif Sam, M. Pd NIP. 150 215 283 NIP. 150 268 586
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim,
Sembah dan sujud syukur kepada Allah Sang Pemilik Alam beserta isinya
“innalillahi wa inna ilaihi roji’un” dan tiada sekutu bagi-Nya, Dzat yang penuh
dengan cinta dan penuh kasih karena atas cinta dan kasih-Nya-lah penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad
SAW yang telah mengajarkan kepada ummat manusia tentang kebaikan dan
pemaknaan tentang hakikat hidup dan semoga apa yang telah diajarkan kepada
ummat manusia akan tetap abadi sampai akhir zaman.
Tidak lupa semua pihak yang sangat membantu dalam proses penyelesaian
skripsi ini, dengan penuh kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Prof. Dr. H. Aziz Fahrurrozi, MA., Pembantu Dekan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Dra. Yefnelti Z., M. Pd., Ketua Jurusan Kependidikan Islam, Bapak Drs.
Mu’arif Syam, M. Pd., Sekretaris Jurusan Kependidikan Islam dan Bapak Drs.
Syauki, M. Pd., Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Drs. Syafril, M. Pd., Dosen pembimbing skripsi yang tak berhenti
memberikan saran produktif dan kritik membangun dalam penyelesaian skripsi
ini.
5. Bapak Drs. Alisuf Sobri, Dosen Penasehat Akademik. Bapak dan Ibu Dosen
Jurusan Kependidikan Islam Program Studi Manajemen Pendidikan, atas ilmu
dan pengalaman yang telah diberikan selama penulis kuliah.
6. Bapak Drs. Oman Rohmanudin, Kepala SMP Al-Amanah. Bapak dan Ibu guru
serta seluruh staf SMP Al-Amanah, atas kesempatan dan informasi yang telah
diberikan selama penulis melakukan penelitian.
7. Pengelola Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah, serta Perpustakaan Jurusan Kependidikan
Islam, terima kasih atas buku-bukunya dan layanan serta fasilitas yang telah
diberikan kepada penulis.
8. Ayahanda Sri Waluyo dan Ibunda Khayatun tercinta, yang telah berjuang tanpa
mengenal menyerah untuk mengasuh, mendidik, mendoakan dan berkorban baik
moril maupun materil. “rabbighfirli waliwalidayya warhamhuma kama rabbayani
shaghira”.
9. Adikku Achmad Fauzan dan Nur Fajriatul Azizah yang tiada hentinya
memberikan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini, terima
kasih atas doa dan dukungannya.
10. Kepada sosok yang menyempurnakan dan menyejukkan hatiku “Fathiarani Nurul
Ramadhani”, “kau adalah … … …!”
11. Kawan-kawan Jurusan KI-Manajemen Pendidikan angkatan 2002, khususnya
kawan-kawan kelas C, yang sudah menyelesaikan studi dan yang belum mudah-
mudahan cepat selesai, terima kasih atas motivasi dan dukungannya yang telah
diberikan kepada penulis.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT jualah penulis serahkan, semoga jasa baik
yang telah mereka sumbangkan menjadi amal sholeh dan mendapat balasan yang
lebih baik dari Allah SWT. Semog skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.
Jakarta, 27 April 2007
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR .......................................................................................... i
DAFTAR ISI......................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................ vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.................................................................. 1
B. Masalah Penelitian .......................................................................... 7
1. Identifikasi Masalah................................................................. 7
2. Pembatasan Masalah ................................................................ 8
3. Perumusan Masalah ................................................................. 9
BAB II TINJAUAN TEORITIS DAN KERANGKA BERFIKIR
A. Tinjauan Teoritis ............................................................................ 10
1. Pengembangan Kompetensi Guru.............................................. 10
a. Pengertian Kompetensi Guru .................................................. 10
b. Jenis-jenis Kompetensi Guru .................................................. 19
c. Konsep Pengembangan Kompetensi Guru.............................. 24
d. Indikator Pengembangan Kompetensi Guru ........................... 29
e. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kompetensi .................... 33
2. Mutu Pengajaran ........................................................................ 34
a. Pengertian Pengajaran dan Mutu Pengajaran.......................... 34
b. Komponen Pengajaran ............................................................ 37
d. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Mutu Pengajaran............ 47
B. Kerangka Berfikir............................................................................ 49
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan dan Kegunaan Penelitian..................................................... 52
B. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................... 53
C. Variabel Penelitian .......................................................................... 54
D. Populasi dan Sampel ....................................................................... 54
E. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 54
F. Teknik Pengolahan Data .................................................................. 56
G. Definisi Operasional dan Kisi-kisi Instrumen Penelitian................ 57
H. Teknik Analisa Data........................................................................ 58
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Profil SMP Al-Amanah................................................................... 60
1. Historis SMP Al-Amanah dan Perkembangannya..................... 60
2. Visi dan Misi SMP Al-Amanah ................................................. 63
3. Struktur Organisasi SMP Al-Amanah........................................ 64
B. Keadaan Kurikulum SMP Al-Amanah............................................ 64
C. Keadaan Personil Guru, Pegawai dan Siswa SMP Al-Amanah...... 66
D. Keadaan Sarana dan Prasarana SMP Al-Amanah........................... 69
E. Deskripsi dan Analisis Data............................................................. 69
F. Interpretasi Data............................................................................... 86
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................... 97
B. Saran................................................................................................ 100
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
1. Kisi-kisi instrument penelitian ........................................................................ 58
2. Deskripsi keadaan kurikulum SMP Al-Amanah.............................................. 65
3. Deskripsi keadaan guru dan pegawai SMP Al-Amanah ……………………... 67
4. Deskripsi keadaan siswa SMP Al-Amanah …………………………………... 68
5. Deskripsi keadaan sarana dan prasarana SMP Al-Amanah …………………... 69
6. Pengembangan kompetensi guru ..................................................................... 71
7. Rencana pengembangan kompetensi guru ....................................................... 71
8. Pencantuman kegiatan dalam rencana pengembangan kompetensi guru ........ 72
9. Sosialisasi program pengembagan kompetensi guru ………………… .......... 72
10. Pelaksanaan kegiatan pengembangan kompetensi guru ………………… ..... 73
11. Keiikutsertaan guru dalam kegiatan pengembangan kompetensi……………. 73
12. Hambatan dalam kegiatan pengembangan kompetensi……………………. .. 74
13. Penyimpangan dalam tujuan, materi dan cara ………………… .................... 74
14. Penyimpangan dalam jadwal ………………………………………….... ...... 75
15. Efektifitas pelaksanaan kegiatan pengembangan kompetensi………………….. 75
16. Pemantauan atau pengawasan…………………………………...................... 76
17. Evaluasi kegiatan ............................................................................................. 76
18. Keberhasilan kegiatan . .................................................................................... 77
19. Program pengembangan kompetensi guru…………………………………… 77
20. Pemberian pelatihan terhadap keterampilan guru ………............................... 78
21. Anjuran kepala sekolah dalam membuat rencana pengajaran………………... 78
22. Kunjungan (mensupervisi) kelas …………………......................................... 79
23. Pengawasan terhadap PBM ……………………............................................. 79
24. Pemberian wawasan keilmuan… ..................................................................... 80
25. Pemberian pengetahuan dan keterampilan mengajar ...................................... 80
26. Penilaian atau evaluasi terhadap kinerja guru …………................................. 81
27. Keikutsertaan dalam penataran/seminar pendidikan……………………….... 81
28. Peningkatan kompetensi Anda sebagai guru ……………. ............................. 82
29. Aplikasi hasil penataran/seminar dalam PBM…………………………. ........ 82
30. Implementasi hasil pengembangan dalam proses pengajaran ………............. 83
31. Penerapan metode pembelajaran………………………………...................... 83
32. Kesulitan dalam menerapkan hasil pengembangan …………... ..................... 84
33. Manfaat kegiatan pengembangan bagi guru……. ........................................... 84
34. Perbaikan terhadap faktor penghambat mutu pengajaran…………………….. 85
35. Peningkatan proses belajar mengajar…………………... ................................ 85
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Dewasa ini mutu pendidikan banyak dibicarakan serta berbagai
upaya telah dilaksanakan untuk meningkatkannya. Upaya yang telah
dilaksanakan diantaranya adalah perbaikan kurikulum, perbaikan gedung,
pemenuhan sarana belajar, metode pembelajaran dan peningkatan kualitas
para pendidik.
Profesional guru hingga kini pun masih banyak dipertanyakan
orang, baik di kalangan pakar pendidikan maupun di luar pakar
pendidikan. Bahkan hampir setiap hari, media massa khususnya media
massa cetak baik harian maupun mingguan memuat berita tentang guru,
berita-berita tersebut ironisnya banyak yang cenderung melecehkan posisi
guru, baik yang sifatnya menyangkut kepentingan umum sampai kepada
hal-hal yang sifatnya sangat pribadi, sedangkan dari pihak guru sendiri
nyaris tak mampu membela diri.
Masyarakat/orang tua murid pun kadang-kadang mencemoohkan dan menuding guru tidak kompeten, tidak berkualitas dan sebagainya, manakala putra/ putrinya tidak bisa menyelesaikan persoalan yang ia hadapi sendiri atau memiliki kemampuan tidak sesuai dengan keinginannya. Tentu saja tuduhan dan protes dari berbagai kalangan tersebut akan merongrong wibawa guru, bahkan cepat atau lambat, pelan tapi pasti akan menurunkan martabat guru. Sikap dan perilaku masyarakat tersebut memang bukan tanpa alasan, karena
memang ada sebagian kecil oknum guru yang melanggar/ menyimpang dari kode etik sebagi seorang guru.1
Masalah mutu pendidikan hingga saat ini masih menjadi suatu
problematika yang bersifat umum, karena pada saat orang membicarakan
mutu pendidikan tidak kelihatan dengan jelas ukuran mutu yang
sebenarnya. Ada yang merisaukan ukuran mutu karena mengetahui
keterbatasan pengetahuan siswa tentang suatu bidang pelajaran karena
melihat kemampuan membaca dan menulis para pelajar karena melihat
rendahnya disiplin sosial generasi muda. Oleh karena itu, menyadari
pentingnya mutu dalam pendidikan maka dipandang perlu setiap lembaga
pendidikan untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas pendidiknya
yaitu guru, mengingat posisi guru dalam suatu lembaga pendidikan sangat
besar pengaruhnya dalam meningkatkan kualitas anak didik. Untuk itu
kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan harus membina dan
mengembangkan secara khusus kompetensi guru dengan tujuan mereka
termotivasi untuk kreatif, imajinatif, dan progresif, sehingga siswa yang
dididik menjadi berkualitas dan berguna bagi lingkungan masyarakat
dimana ia tinggal maupun bagi nusa dan bangsa.
Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus. Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keahlian untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan sebagai guru. Untuk menjadi guru tidak mudah, diperlukan syarat-syarat khusus, apalagi sebagai guru yang profesional yang harus menguasai betul seluk-beluk pendidikan
1 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Rosda Karya, 2005), Cet. Ke-17,
h.1
pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang perlu dibina dan dikembangkan melalui massa pendidikan tertentu atau pendidikan prajabatan.2
Masalah guru senantiasa mendapat perhatian yang serius, baik oleh
pemerintah maupun masyarakat pada umumnya dan oleh ahli pendidikan
khususnya. Mengingat bahwa guru merupakan media yang sangat penting
artinya dalam kerangka pembinaan dan pengembangan bangsa. Selain itu,
masalah mengenai pengembangan kompetensi guru juga diperkuat oleh
adannya Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen
sebagaimana yang tercantum pada pasal 34 tentang pembinaan dan
pengembangan, dimana pembinaan dan pengembangan kompetensi guru
tersebut merupakan hal yang wajib dilakukan baik oleh pemerintah atau
pemerintah daerah pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
pemerintah, pemerintah daerah, dan atau masyarakat. Mengingat bahwa
guru merupakan ujung tombak dalam pendidikan, karena peranan guru
sangat mempengaruhi terhadap peningkatan mutu pendidikan itu sendiri.
Oleh karena itu, untuk meningkatkan kompetensi guru, kepala
sekolah sebagai pemimpin pendidikan hendaknya dapat mengembangkan
kompetensi para gurunya agar mutu pengajaran yang dilakukan dapat
dicapai sesuai dengan tujuan pendidikan. Tidak semua guru dapat
melakukan pekerjaan yang ditekuni dengan profesional, hal ini dikarenakan
kurangnya pembinaan dan keterbatasan kemampuan yang dimiliki oleh
2 Ibid., h. 5
guru tersebut. Dengan adanya pembinaan dan pengembangan kompetensi
terhadap para guru, diharapkan dapat meningkatkan mutu pengajaran
sehingga mutu pendidikan pun dapat dicapai dengan baik.
Pembinaan dan pengembangan kompetensi guru dalam
peningkatan mutu pengajaran dimaksudkan untuk meningkatkan mutu
pendidikan nasional yang selama ini dipandang masyarakat cukup rendah
dan untuk mewujudkan cita-cita bangsa yaitu mencerdaskan kehidupan
bangsa. Bermutu tidaknya suatu sekolah atau lembaga pendidikan sangat
tergantung pada kadar kualitas tenaga pendidik yaitu guru. Kadar kualitas
tenaga pendidik dapat menjadi salah satu penyebab kadar kualitas out put
sekolah. Mutu tenaga pendidik merupakan faktor utama dalam usaha
meningkatkan mutu pendidikan sekolah yang pada gilirannya akan sangat
mempengaruhi kemajuan masyarakat yang menjadi supra sistem sekolah.
Oleh karena itu, pengembangan kompetensi profesional guru perlu
dilakukan agar guru selalu memiliki sikap terbuka dan mengikuti
perkembangan baru dalam bidang pendidikan. Dimana pada dasarnya
pengembangan kompetensi profesional guru yang dilakukan adalah untuk
menambah pengetahuan, menambah keterampilan dan merubah sikap, yang
dapat membangkitkan semangat untuk bekerja.
Dari uraian tersebut jelaslah bahwa kompetensi profesional
merupakan hal penting yang harus dimiliki guru, sehingga harus selalu
dikembangkan sesuai dengan tuntutan di bidang pendidikan, agar guru
memiliki pengetahuan, kecakapan dan keahlian sebagaimana diharapkan.
Pengembangan kompetensi profesional guru ini bertujuan untuk
meningkatkan mutu pengajaran yang dilakukan guru, yang pada gilirannya
akan mempengaruhi mutu pendidikan itu sendiri.
Demikian penting pengembangan kompetensi terhadap guru,
namun terkadang hilang oleh tidak adanya komunikasi yang baik antara
guru dan kepala sekolah, sehingga timbul rasa kurang diperhatikan dari
pihak guru oleh kepala sekolah dalam melaksanakan tugasnya sebagai
pendidik.
Mengenai SMP Al-Amanah, Sekolah Menengah Pertama SMP Al-
Amanah telah berdiri sejak tahun 1991, dimana sekolah tersebut berada
dibawah naungan yayasan pondok pesantren Al-Amanah. Sekolah ini
didirikan oleh beberapa tokoh masyarakat setempat, salah satunya yaitu H.
TB. Suhandi. Pendirian SMP Al-Amanah ini tidak hanya didasarkan pada
upaya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang berada disekitar
sekolah tersebut saja, namun keberadaan SMP Al-Amanah ini juga sebagai
salah satu usaha umat Islam untuk menyampaikan pendidikan Islam sedini
mungkin untuk perkembangan kehidupan jasmaniah dan rohaniah sesuai
dengan tingkat perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan serta untuk
memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai betapa pentingnya
arti sebuah pendidikan.
Dalam perkembangannya sekolah SMP Al-Amanah terbilang
cukup baik, hal ini dapat dilihat dari tahun ke tahun baik secara kuantitas
maupun kualitas sekolah ini terus meningkat. Secara kuantitas siswa SMP
Al-Amanah terus meningkat sampai tahun pelajaran 2005/2006, yang
memiliki 17 rombongan belajar. Sedangkan secara kualitas dari tahun ke
tahun sekolah ini pun terus meningkat, baik kualitas hasil pembelajaran
maupun kualitas ekstrakurikulernya.
Secara kualitas pada tahun 1996 hasil pembelajaran yang diperoleh
sekolah tersebut sangat baik, hal ini dapat dilihat dari hasil Ujian Nasional
untuk tingkat daerah Serpong meraih juara 3. Kemudian untuk kegiatan
pramuka, pada tahun 1997 sekolah ini terpilih untuk mengikuti upacara
tingkat nasional di TMII. Selain itu, kualitas ekstrakurikuler lainnya seperti
dari bidang olahraga dan seni pun cukup baik. Hal ini dapat terlihat dari
berbagai prestasi yang telah diperoleh dari berbagai perlombaan yang telah
diikutinya, seperti pada tahun 2004/2005 sekolah ini meraih juara 3
kejuaraan futsal tingkat Kabupaten Tangerang. Kemudian pada tahun
2005/2006 untuk kejuaraan futsal sekolah ini meraih juara 1 tingkat
Kabupaten Tangerang dan juara 3 untuk kejuaraan bola voli putri tingkat
Kabupaten Tangerang.
Hal ini menunjukkan bahwa sekolah ini meskipun belum lama
berdiri sudah mampu bersaing dengan sekolah-sekolah lain yang ada
disekitarnya, baik dari kualitas pembelajarannya maupun kualitas
ekstrakurikulernya. Dari prestasi-prestasi penghargaan yang diperoleh SMP
Al-Amanah, sebenarnya masih ada banyak penghargaan lainnya yang
diperoleh dari tahun ke tahun oleh sekolah tersebut. Hal ini membuktikan
bahwa pihak sekolah memperhatikan minat dan bakat para siswanya
dengan mengikutsertakan dan berpartisipasi dalam setiap kejuaraan, baik
yang diselenggarakan oleh tingkat Kabupaten Tangerang maupun se-
JABOTABEK.
Uraian tersebut menunjukkan bahwa sekolah SMP Al-Amanah
tidak hanya mengutamakan dan memperhatikan kualitas pendidikannya
saja, tetapi sekolah ini juga memperhatikan minat dan bakat dari para
siswanya sehingga tidak heran bila sekolah ini meskipun belum lama berdiri
sudah mampu bersaing dengan sekolah-sekolah lain yang ada disekitarnya
baik dari segi pengajarannya maupun kegiatan ekstrakurikulernya.
Dari latar belakang tersebut penulis tertarik untuk meneliti
masalah tersebut dengan judul “PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU
DALAM PENINGKATAN MUTU PENGAJARAN DI SMP AL-AMANAH.”
Masalah Penelitian
Identifikasi Masalah
Perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu
pesat sangat mempengaruhi pembaharuan pendidikan dan pengajaran. Hal ini
menuntut adanya pembaharuan-pembaharuan kompetensi guru, khususnya dalam
merencanakan dan melaksanakan proses belajar mengajar dengan memanfaatkan
kemajuan teknologi dan sistem manajemen.
Adapun identifikasi masalahnya adalah sebagai berikut:
a) Pengembangan profesionalisme guru dalam peningkatan kinerja guru
b) Pengembangan kurikulum pembelajaran dalam peningkatan kualitas
pengajaran
c) Pengembangan mutu guru dalam peningkatan proses belajar mengajar
d) Pengembangan kompetensi guru dalam peningkatan kreativitas mengajar
guru
e) Pembinaan terhadap keterampilan guru dalam peningkatan kualitas
pembelajaran
f) Pengembangan metodologi pembelajaran dalam peningkatan mutu
pengajaran
g) Pengembangan media pembelajaran dalam peningkatan proses belajar
mengajar
h) Pengembangan kurikulum pembelajaran dalam peningkatan kinerja guru
i) Pengembangan kompetensi guru dalam peningkatan mutu pengajaran
j) Hasil pengembangan kompetensi guru terhadap peningkatan kinerja guru
dalam pembelajaran
Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya permasalahan yang akan dibahas, sehingga agar
pembahasan tidak terlalu meluas dan lebih memudahkan serta lebih terarah dalam
skripsi ini, maka penulis membatasi permasalahan sebagai berikut:
a. Pengembangan yang dimaksud adalah pengembangan yang dilakukan oleh
kepala sekolah sehubungan dengan peningkatan mutu pengajaran.
Pengembangan adalah suatu usaha untuk memperbaiki dan meningkatkan
ilmu pengetahuan, keterampilan, kemampuan dan kecakapan-kecakapan
yang dimiliki oleh guru.
b. Kompetensi guru yang dimaksud adalah kompetensi profesional guru dalam
pengajaran yang meliputi kemampuan dan keterampilan guru dalam
mengelola program pengajaran, kinerja guru dalam proses belajar mengajar
dan kemampuan guru dalam mengelola evaluasi program pengajaran.
Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, maka selanjutnya penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
Bagaimana pengembangan kompetensi guru serta usaha yang dilakukan
dalam meningkatkan mutu pengajaran di SMP Al-Amanah ?
BAB II
TINJAUAN TEORITIS DAN KERANGKA BERFIKIR
A. Tinjauan Teoritis
1. Pengembangan Kompetensi Guru
a. Pengertian Kompetensi Guru
Sebelum membahas lebih dalam mengenai kompetensi guru, penulis
terlebih dahulu akan mengangkat beberapa literature mengenai arti dari
profesi itu sendiri. Dalam kehidupan sehari-hari sering terdengar istilah
profesi atau profesional. “Seseorang mengatakan bahwa profesinya sebagai
seorang dokter, yang lain mengatakan bahwa profesinya sebagai arsitek, atau
ada pula sebagai pengacara, guru, dan lain sebagainya”.3
Bila diamati dengan cermat bermacam-macam profesi tersebut, belum
dapat dilihat dengan jelas apa yang merupakan kriteria bagi suatu pekerjaan
sehingga dapat disebut suatu profesi itu. Kebanyakan kita mengatakan bahwa
mengajar itu adalah suatu profesi, sebenarnya apakah yang dimaksud dengan
profesi dan kriteria yang harus dipenuhi agar suatu jabatan dapat disebut suatu
profesi.
Menurut Ornstein dan Levine (1984), sebagaimana yang dikutip oleh
Soetjipto dan Raflis Kosasi dalam bukunya “Profesi Keguruan” menyatakan
3 Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), Cet. Ke-2, h. 14
bahwa profesi itu adalah jabatan yang sesuai dengan pengertian profesi di
bawah ini:
1) Melayani masyarakat, merupakan karier yang akan dilaksakan sepanjang hayat (tidak berganti-ganti pekerjaan)
2) Memerlukan bidang ilmu dan keterampilan tertentu diluar jangkauan khalyak ramai (tidak setiap orang dapat melakukannya).
3) Menggunakan hasil penelitian dan aplikasi dari teori ke praktek. 4) Mempunyai organisasi yang diatur oleh anggota profesi sendiri. 5) Mempunyai kode etik untuk mejelaskan hal-hal yang meragukan
atau menyangsikan yang berhubungan dengan layanan yang diberikan.
6) Mempunyai kadar kepercayaan yang tinggi dari publik dan kepercayaan diri setiap anggotanya.
7) Mempunyai status sosial dan ekonomi yang tinggi (bila dibanding dengan jabatan lainnya).4
Sedangkan menurut Peter Salim (1982) yang telah diterjemahkan oleh
Muhamad Nurdin mengatakan bahwa “Profesi merupakan suatu bidang
pekerjaan yang berdasarkan pada pendidikan keahlian tertentu”.5 Adapun
pendapat dari Sikun Pribadi (1991:1) yang dikutip oleh Muhamad Nurdin,
mengatakan bahwa “Profesi pada hakikatnya merupakan suatu pernyataan
bahwa seseorang akan mengabdikan dirinya kepada suatu jabatan atau
pekerjaan, karena orang tersebut merasa terpanggil untuk menjabat pekerjaan
itu”.6
Selain itu, Kenneth Lynn (1965:67) memberikan definisi profesi
sebagai berikut: “A profession delivers esoteric service based on esoteric
4 Ibid., h. 15-16 5 Muhamad Nurdin, Kiat Menjadi Guru Profesional, (Yogyakarta: Prismaso PHIE, 2004),
Cet. Ke-1, h. 119-120 6 Ibid., h. 120
knowledge systematically formulated and applied to the need of a client”
(suatu profesi yang menyajikan jasa dengan berdasarkan pada ilmu
pengetahuan yang dipahami oleh orang tertentu secara sistematik yang
diformulasikan dan diterapkan untuk memenuhi kebutuhan klien).7 Didalam
bukunya “Guru Profesional dan implementasi kurikulum” Syafruddin Nurdin
mengatakan bahwa “Profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi oleh
pendidikan keahlian (keterampilan, kejuruan dan sebagainya) tertentu”.8
Dari berbagai pengertian profesi tersebut diatas, dapat disimpulkan
bahwa dalam profesi digunakan teknik dan prosedur intelektual yang harus
dipelajari secara sengaja, sehingga dapat diterapkan untuk kemaslahatan orang
lain. Selain itu, dari gambaran pengertian profesi diatas juga menimbulkan
makna, bahwa profesi yang disandang oleh tenaga kependidikan atau guru,
adalah sesuatu pekerjaan yang membutuhkan pengetahuan, keterampilan,
kemampuan dan ketelatenan untuk menciptakan anak memiliki perilaku
sesuai dengan yang diharapkan.
Profesi sebagai seorang guru bukanlah pekerjaan yang mudah, seperti
yang dibayangkan oleh sebagian orang, dengan bermodal penguasaan materi
dan menyampaikannya kepada siswa sudah cukup, hal ini belumlah dapat
dikategori sebagai guru yang memiliki pekerjaan profesional, karena guru
yang profesional mereka harus memiliki berbagai keterampilan, kemampuan
7 Ibid., h. 121 8 Syafruddin Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, (Jakarta: Quantum
Teaching, 2005), Cet. Ke-1, h. 13
khusus, mencintai pekerjaannya, menjaga kode etik guru, dan lain sebagainya.
Oleh karena itu, perlu adanya syarat atau kriteria-kriteria yang harus dipenuhi
oleh suatu pekerjaan agar dapat disebut sebagai profesi.
Menurut Sardiman (1994:131) yang mengutip pendapat Wolver,
sebagaimana yang diterjemahkan oleh Muhamad Nurdin dalam bukunya
“Kiat Menjadi Guru Profesional”, mengatakan bahwa suatu pekerjaan disebut
profesi apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:
1) Memiliki spesialisasi dengan latar belakang teori yang luas,
maksudnya memeliki pengetahuan umum dan keahlian yang khusus.
2) Merupakan karier yang dibina secara organisatoris, maksudnya adanya
keterkaitan dalam suatu organisasi profesional, memiliki otonomi
jabatan, kode etik, serta merupakan karya bakti seumur hidup.
3) Diakui masyarakat sebagai pekerjaan yang mempunyai status
profesional dan memperoleh perlindungan hukum.9
Sedangkan menurut Rochman Natawidjaya yang dikutip oleh
Syafruddin Nurdin, mengemukakan beberapa kriteria sebagai ciri suatu
profesi, yaitu:
1) Ada standar kerja yang baku dan jelas. 2) Ada lembaga pendidikan khusus yang menghasilkan pelakunya
dengan program dan jenjang pendidikan yang baku serta memiliki standar akademik yang memadai dan yang bertanggung jawab tentang pengembangan ilmu pengetahuan yang melandasi profesi itu.
9 Muhamad Nurdin, Op. Cit. h. 123
3) Ada organisasi yang mewadahi para pelakunya untuk mempertahan-kan dan memperjuangkan eksistensi dan kesejahteraannya.
4) Ada etika dan kode etik yang mengatur perilaku para pelakunya dalam memperlakukan kliennya.
5) Ada sistem imbalan terhadap jasa layanannya yang adil dan baku. 6) Ada pengakuan masyarakat (profesional, penguasa dan awam)
terhadap pekerjaan itu sebagai suatu profesi.10
Sedangkan menurut Glenn Langford yang telah diterjemahkan oleh
Martinis Yamin dalam bukunya “Profesionalisasi Guru dan Implementasi
KBK”, mengatakan bahwa kriteria suatu profesi mencakup:
1) Upah
2) Memiliki pengetahuan dan keterampilan
3) Memiliki rasa tanggung jawab dan tujuan
4) Mengutamakan layanan
5) Memiliki kesatuan
6) Mendapat pengakuan dari orang lain atas pekerjaan yang digelutinya.11
Dari berbagai penjelasan tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa
jabatan profesional harus sesuai dengan kriteria-kriteria yang telah
dikemukakan di atas, sehingga tindakan seorang guru tidak menyimpang dari
kaidah-kaidah yang telah disepakati bersama. Hal ini membuktikan bahwa
untuk menjadi seorang guru tidaklah mudah, apalagi menjadi seorang guru
yang profesional.
10 Syafruddin Nurdin, Op. Cit. h. 15-16 11 H. Martinis Yamin, Profesionalisasi Guru & Implementasi KBK, (Jakarta: Gaung Persada
Press, 2006), Cet. Ke-1, h. 14
Pengertian dasar kompetensi (competency) adalah kemampuan atau
kecakapan. “Padanan kata yang berasal dari bahasa inggris ini cukup banyak
dan yang lebih relevan dengan pembahasan ini ialah kata proficiency dan
ability yang memiliki arti kurang lebih sama yaitu kemampuan”.12 Hanya,
proficiency lebih sering digunakan orang untuk menyatakan kemampuan
berperingkat tinggi.
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (WJS. Purwadarminta)
“Kompetensi berarti (kewenangan) kekuasaan untuk menentukan atau
memutuskan sesuatu hal.”13
Menurut Broke and Stone (1975) sebagaimana yang telah
diterjemahkan oleh Uzer Usman menyatakan bahwa “Kompetensi merupakan
gambaran hakikat kualitatif dari perilaku guru yang tampak sangat penting.”14
Sedangkan menurut W. Robert Houston yang telah diterjemahkan oleh
Roestiyah N.K mengartikan kompetensi sebagai “Suatu tugas yang memadai,
atau pemilihan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dtuntut oleh
seseorang.”15
12 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2002), Cet. Ke-7, h.229 13 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Rosda Karya, 2005), Cet. Ke-17,
h. 14 14 Ibid., 15 Roestiyah, N.K, Masalah-masalah Ilmu Keguruan, (Jakarta: PT Bina Aksara, 1989), Cet.
Ke-3, h.4
Dengan gambaran pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa
kompetensi merupakan kemampuan dan kewenangan guru dalam
melaksanakan profesi keguruannya.
Menurut pandangan tradisional, guru adalah “seorang yang berdiri di
depan kelas untuk menyampaikan ilmu pengetahuan (Roestiyah,
1982:182)”.16 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi kedua 1991, guru
diartikan sebagai “Orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya)
mengajar.”17
Menurut Balnadi Sutadipura yang dikutip oleh Syafruddin Nurdin
dalam bukunya “Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum”
mengungkapkan bahwa guru adalah orang yang layak digugu dan ditiru.18
Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, guru adalah “Seorang
yang mempunyai gagasan yang harus diwujudkan untuk kepentingan anak
didik, sehingga menunjang hubungan sebaik-baiknya dengan anak didik,
sehingga menjunjung tinggi, mengembangkan dan menerapkan keutamaan
yang menyangkut agama, kebudayaan dan keilmuan (1985:65)”.19
Menurut Mc Loed, yang dikutip oleh Muhibbin Syah dalam bukunya
“Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru” mengungkapkan bahwa
16 Syafruddin Nurdin, Op. Cit. h. 6 17 Muhibbin Syah, Op. Cit., h. 222 18 Syafruddin Nurdin, Loc. Cit. 19 Ibid., h. 7
“Teacher is a person whose occupation is teaching others.”20 Artinya guru
adalah seorang yang pekerjaannya mengajar orang lain.
Ngalim Purwanto mengartikan bahwa guru adalah “Orang yang
pernah memberikan sesuatu ilmu atau kepandaian tertentu kepada seseorang
atau kelompok, misalnya guru silat, guru ngetik, guru tari dan lain-lain.”21
Berdasarkan sejumlah sumber tersebut di atas, dapatlah disimpulkan
bahwa seorang guru bukan hanya sekedar pemberi ilmu pengetahuan kepada
murid-muridnya atau menurut Soepardjo Adikusumo “mengecer informasi
dengan menjaja-jajakannya di depan kelas. Akan tetapi, dia seorang tenaga
profesional yang dapat menjadikan murid-muridnya mampu merencanakan,
menganalisis dan menyimpulkan masalah yang dihadapi. Dengan demikian,
seorang guru hendaklah bercita-cita tinggi, berpendidikan luas, berkepribadian
kuat dan tegar serta berprikemanusiaan yang mendalam”.22
Melihat pendapat para ahli di atas tentang pengertian guru (pendidik)
dapat diambil kesimpulan bahwa seseorang bisa dikatakan guru oleh orang
lain, karena ia telah memberikan ilmunya terhadap orang lain dan bisa
bermanfaat untuk orang tersebut, dan dia (guru) tidak mengharapkan balasan
apapun kecuali ilmu yang telah diberikan bisa bermanfaat bagi didrinya
maupun orang lain (murid dan masyarakat).
20 Muhibbin Syah, Loc. Cit., 21 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidkan Teoritis Dan Praktis, (Bandung: Remaja Rosda Karya,
2001), Cet. Le-13, h. 138 22 Syafruddin Nurdin, Loc. Cit.
Di dalam bukunya “Menjadi Guru Profesional” Uzer Usman
mengungkapkan bahwa kompetensi guru merupakan “kemampuan dan
kewenangan guru dalam melaksanakan profesi keguruannya.”23 Artinya
bahwa guru yang piawai dalam melaksanakan profesinya dapat disebut guru
yang kompeten dan profesional.
Sesuai dengan yang diungkapkan oleh Saman bahwa “Seseorang
dikatakan berkompeten dalam bidang tetentu apabila orang tersebut
menguasai kecakapan kerja atau keahlian sesuai dengan tuntutan bidang yang
bersangkutan, dengan demikian ia mempunyai kewenangan dalam pelayanan
sosial.”24
Menurut Barlow (1985) sebagaimana yang telah diterjemahkan oleh
Muhibbin Syah menyatakan bahwa “Kompetensi guru merupakan
kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajibannya
secara bertanggung jawab dan layak.”25
Dari beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli, maka dapat
disimpulkan bahwa kompetensi guru merupakan kemampuan dasar yang
seharusnya dimiliki setiap guru dalam melaksanakan tugas-tugasnya dan
kewajibannya secara baik dan bertanggung jawab sehingga kegiatan belajar
mengajar dapat terlaksana dengan efektif dan efisien.
23 Moh. Uzer Usman, Loc. Cit., 24 Saman. A, Profesionalisme Keguruan, (Yogyakarta: Kanisius, 1994), Cet. Ke-1, h.94 25 Muhibbin Syah, Op. Cit., h. 229
b. Jenis-jenis Kompetensi Guru
Guru merupakan faktor yang sangat penting dalam pendidikan formal
pada umumnya, karena bagi siswa guru sering dijadikan tokoh teladan. Maka
setiap guru harus memiliki perilaku dan kemampuan yang cukup untuk
mengembangkan siswanya dengan baik. Untuk melaksanakan tugas dan
tanggung jawbnya sebagai pengajar, guru harus menguasai berbagai
kompetensi yang dimilikinya.
Moh. Uzer Usman dalam bukunya “Menjadi Guru Profesional”
membagi kompetensi kedalam dua bagian yaitu kompetensi pribadi dan
kompetensi profesional.
1) Kompetensi Pribadi, kemampuan pribadi ini meliputi hal-hal sebagai berikut: a) Mengembangkan kepribadian
(1) Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (2) Mengembangkan sifat-sifat terpuji yang dipersyaratkan bagi
jabatan guru b) Berinteraksi dan berkomunikasi
(1) Berinteraksi dengan teman sejawat untuk meningkatkan kemampuan profesional
(2) Berinteraksi dengan masyarakat untuk penunaian misi pendidikan
c) Melaksanakan bimbingan dan penyuluhan (1) Membimbing siswa yang mengalami kesulitan belajar (2) Membimnimg siswa yang berkelainan dan berbakat khusus
d) Melaksanakan administrasi sekolah (1) Mengenal pengadministrasian sekolah (2) Melaksanakan administrasi sekolah
e) Melaksanakan penelitian bersama untuk keperluan sekolah (1) Mengkaji konsep dasar penelitian ilmiah (2) Melaksanakan penelitian sederhana
2) Kompetensi profesional, kemampuan profesional ini meliputi hal-hal sebagai berikut: a) Menguasai Landasan Kependidikan
(1) Mengenal tujuan pendidikan untuk mengenal tujuan nasional (2) Mengenal fungsi sekolah dan masyarakat
b) Menguasai bahan pengajaran (1) Menguasai bahan pengajaran kurikulum pendidikan Dasar dan
Menengah (2) Menguasai bahan pengajaran
c) Menyusun program pengajaran (1) Menetapkan tujuan pengajaran (2) Memilih dan mengembangkan bahan pengajaran (3) Memilih dan mengembangkan strategi belajar mengajar (4) Memilih dan mengembangkan media pengajaran yang sesuai (5) Memilih dan memanfaatkan sumber belajar
d) Melaksanakan Program Pengajaran (1) Mengatur ruang belajar (2) Mengelola interaksi belajar mengajar
e) Menilai hasil belajar mengajar untuk kepentingan pengajaran (1) Menilai prestasi murid untuk kepentingan pengajaran (2) Menilai proses belajar mengajar yang yang telah dilaksana-
kan.26
Sedangkan menurut Nana Sudjan dalam bukunya “Dasar-dasar Proses
Belajar Mengajar” membagi kompetensi kedalam tiga bidang, yaitu:
1) Kompetensi bidang kognitif
2) Kompetensi bidang sikap (afektif)
3) Kompetensi bidang perilaku (psikomotorik).27
Penjelasan mengenai tiga bidang kompetensi yang telah disebutkan
diatas adalah sebagai berikut:
1) Kompetensi bidang kognitif
Kompetensi bidang kognitif yaitu kemampuan intelektual yang
dimiliki oleh guru. Seperti penguasaan mata pelajaran, pengetahuan
26 Moh. Uzer Usman, Op. Cit. h. 16-19 27 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo,
2000), Cet. Ke-5, h.18
metode mengajar, pengetahuan mengenai belajar dan tingkah laku
individu, pengetahuan tentang bimbingan dan penyuluhan, pengetahuan
tentang menilai hasil belajar siswa, pengetahuan tentang masyarakat, serta
pengetahuan umum lainnya.
2) Kompetensi bidang afektif
Kompetensi bidang sikap (afektif) adalah kesediaan dan kesiapan
guru terhadap berbagai hal yang berkenaan dengan tugas profesinya.
Misalnya sikap mencintai dan memiliki perasaan senang terhadap mata
pelajaran yang dibinanya, sikap toleransiterhadap sesama teman
profesinya.
3) Kompetensi bidang psikomotorik
Kompetensi bidang perilaku (psikomotorik) yaitu segala
kemampuan guru dalam berbagai keterampilan atau perilaku yang bersifat
jasmaniah yang pelaksanaannya berhubungan dengan tugasnya selaku
pengajar, seperti keterampilan mengajar, membimbing menilai,
menggunakan alat bantu pengajaran, keterampilan berkomunikasi dan
lain-ain.
Berdasarkan penjelasan di atas, sudah barang tentu ketiga bidang
kompetensi tersebut tidak dapat berdiri sendiri, saling berhubungan dan saling
mempengaruhi satu sama lain.
Kompetensi guru di Indonesia telah dikembangkan pula oleh Proyek
Pembina Pendidikan Guru (P3G) Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Menurut P3G yang termasuk kompetensi profesional guru ada sepuluh
yang meliputi:
a. Menguasai bahan b. Mengelola program belajar mengajar c. Mengelola kelas d. Menggunakan media atau sumber e. Menguasai landasan-landasan kependidikan f. Mengelola ineraksi belajar mengajar g. Menilai prestasi untuk kepentingan pengajaran h. Mengenal fungsi program bimbingan dan penyuluhan di
sekolah i. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah j. Memahami prinsip-prinsip dan penafsiran hasil pendidikan
bagi keperluan pengajaran.28
Dalam Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen,
yang dimaksud dengan kompetensi adalah seperangkat pengetahuan,
keterampilan dan perilaku yang harus di miliki dan dikuasai oleh guru atau
dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Adapun kompetensi yang
harus di miliki oleh guru sebagaimana yang disebutkan dalam Undang-
Undang No. 14 tahun 2005 pasal 10 ayat 1 meliputi kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional.
Berikut ini penjelasan mengenai kompetensi yang telah disebutkan di
atas, yaitu:
1. Kompetensi Pedagogik
28 Ibid., h. 19
Yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik adalah kemampuan
mengelola pengajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap
peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan pengajaran, evaluasi hasil
belajar dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimilikinya.
2. Kompetensi Kepribadian
Yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah
kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan wibawa
menjadi tauladan bagi peserta didik serta berakhlak mulia.
3. Kompetensi Sosial
Yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah kemampuan
pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul
secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.
4. Kompetensi Profesional
Yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah
kemampuan penguasaan materi pengajaran secara luas dan mendalam
yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar
kompetensi yang telah ditetapkan.
Demikian kompetensi dasar yang harus di miliki oleh seorang guru
dan juga yang merupakan landasan dalam mengabdikan profesinya.
Kompetensi dasar guru jelas sangat berguna bagi guru, sebab dengan adanya
perumusan kompetensi dasar guru bisa dijadikan pedoman bagi guru untuk
menilai dirinya apakah dia sebagai seorang guru dalam menjalankan
profesinya telah dapat memenuhi kompetensi-kompetensi tersebut. Bila
belum, guru harus berani mengakui kekurangannya itu, dan berusaha untuk
mencapai perbaikan. Dengan demikian guru tersebut selalu berusaha untuk
mengembangkan dirinya dan lebih memantapkan dirinya menjadi seorang
guru.
c. Konsep Pengembangan Kompetensi guru
Sebelum membahas lebih dalam mengenai pengembangan kompetensi
guru, penulis terlebih dahulu akan mengangkat beberapa literatur mengenai
pengembangan personil karena bila dilihat dari kaca mata manajemen guru
adalah sebagai tenaga personil dari sebuah lembaga atau organisasi.
Dalam hubungannya dengan hal tersebut, Sudarwan Danim
mengemukakan bahwa Tujuan pengembangan personil adalah untuk:
1) Meningkatkan performans dalam posisi mereka yang memegang
jabaan atau menduduki posisi tertentu;
2) Mengembangkan keterampilan atau keahlian pokok dari personil yang
terpilih untuk mengisi tempat atau posisi tertentu;
3) Mempromosikan pengembangan diri semua personil dalam rangka
meningkatkan pengaruhnya sebagai individu dan memudahkan
pemenuhan kebutuhan.29
Konsep pengembangan tersebut di atas tidak jauh berbeda dengan apa
yang dikemukakan oleh Bambang Tri Cahyono bahwa “Pengembangan
adalah setiap usaha untuk memperbaiki pelaksanaan pekerjaan yang sekarang
maupun yang akan datang, dengan memberikan informasi, mempengaruhi
sikap-sikap atau menambah kecakapan-kecakapan. Dengan kata lain,
pengembangan adalah sikap kegiatan yang dimaksudkan untuk mengubah
kelakuan, yang terdiri dari pengetahuan, kecakapan-kecakapan dan sikap.”30
Dari tujuan pengembangan tersebut di atas, ternyata pengembangan
kompetensi tenaga edukatif tidak berbeda dengan tujuan pengembangan
personil yang telah diuraikan, yaitu untuk meningkatkan performans dan
meningkatkan keterampilan atau keahlian pokok yang harus dimiliki,
keterampilan konseptual, teknikal dan pribadi untuk dapat melaksanakan
tugasnya secara profesional.
Selanjutnya Castetter merumuskan bahwa pengembangan personil
mencakup kegiatan, baik kegiatan jangka pendek maupun jangka panjang
yang masing-masing mempunyai tujuan berbeda. Pengembangan personil ini
merupakan suatu proses peningkatan personil melalui pendekatan-pendekatan
29 Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2002), Cet. Ke-1, h. 35 30 Bambang Tri Cahyono, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: IPWI, 1996), h. 156
yang menekankan pada “Self-realization, Self-growth and Self-development”,
dimana melibatkan kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan dan
mengembangkan kemampuan, sikap-sikap keterampilan dan pengetahuan.31
Dalam pengembangan ini ada dua kegiatan, yaitu: (1) yang khusus
direncanakan dan diterapkan oleh sistem sekolah (pendekatan formal), (2)
yang dilakukan oleh personil itu sendiri (pendekatan informal).
Untuk menentukan program pengembangan ada tiga pertimbangan
pokok dalam perencanaannya, yaitu:
1) Kebutuhan organisasi untuk pengembangan;
2) Kebutuhan akan peningkatan pengetahuan khusus dan keterampilan
bagi personil;
3) Potensi personil untuk pertumbuhan dan perkembangan.32
Dalam pendapatnya, Sudarwan Danim membuat suatu model proses
pengembangan yang terdiri dari:
1) Perencanaan pengembangan personil
Perencanaan pengembangan personil ini merupakan perencanaan
makroyang meliputi aspek pengembangan menyangkut isu-isu pokok,
seperti program apa yang diharapkan dapat dikerjakan, apa batasannya,
dan bagaimana urutan prioritasnya, penanggung jawab dan sifatnya,
31 Sudarwan Danim, Op. Cit. h. 36 32 Ibid.,
prioritasnya dan tanggung jawab, dan lain sebaginya dari seluruh tingkat
administrasi yang erlibat dalam kegiatan pengembangan.
2) Pemprograman pengembangan personil
Pemrograman pengembangan personil maksudnya adalah
mentransformasikan perencanaan makro kedalam suatu rangkaian
perencanaan mikro, berupa desain operasional dan program
pengembangan.
3) Pengevaluasian program pengembangan personil.
Dimana tahap ini dimaksudkan untuk menentukan tingkat
keberhasilan pengembangan yang telah direncanakan dan kelemahan-
kelemahan dalam proses penyelenggaraan.33
Menurut Suryosubroto dalam bukunya “Manajemen Pendidikan di
Sekolah”, mengatakan bahwa bentuk-bentuk peningkatan profesi keguruan
secara garis besar adalah sebagai berikut:
1) Peningkatan profesi secara individual:
a) Peningkatan melalui penataran-penataran
b) Peningkatan profesi melalui belajar sendiri
c) Peningkatan profesi melalui media massa
33 Ibid.,
2) Peningkatan profesi keguruan melalui organisasi profesi:
a) Peningkatan melalui kegiatan diskusi kelompok
b) Peningkatan melalui kegiatan ceramah ilmiah
c) Peningkatan melalui kegiatan karyawisata
d) Peningkatan melalui kegiatan buletin organisasi.34
Guru sebagai personil edukatif dituntut juga untuk mengembangkan
bidang pekerjaannya sesuai dengan rumusan-rumusan di atas, karena memang
perkembangan dalam bidang ilmu pengeahuan dan teknologi telah demikian
maju dengan pesatnya, sehingga lembaga sekolah dituntut untuk bisa
mengikuti gerak langkahkemajuan itu, dimana semua personil yang terlibat
didalamnya harus menyesuaikan diri dengan hal tersebut. Tenaga edukaif atau
guru sebagai salah satu personil di lembaga sekolah harus mengembangkan
kompetensi demi keberhasilan pelaksanaan tugas profesionalnya, disamping
melaksanakan inovasi dan mengatasi tantangan yang menghadangnya.
Senada dengan hal tersebut di atas, Nana Sudjana mengemukakan bahwa: Tanggung jawab dalam mengembangkan profesi pada dasarnya ialah tuntutan dan panggilan untuk selalu mencintai, menghargai, menjaga dan meningkatkan tugas dan tanggung jawab profesinya. Guru harus sadar bahwa tugas dan tanggung jawabnya tidak bisa dilakukan oleh orang lain, kecuali oleh dirinya. Demikian pula ia harus sadari bahwa dalam melaksanakan tugasnya selalu dituntut untuk bersungguh-sungguh dan bukan pekerjaan sambilan. Oleh karena itu, guru dituntut agar selalu meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam rangaka melaksanakan tugas profesinya. Ia harus peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi khususnya dalam bidang pendidikan dan pengajaran, dan pada masyarakat pada umumnya. Disinilah letaknya
34 B. Suryosubroto, Manajemen Pendidikan di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), Cet.
Ke-1, h. 190-191
pengembangan profesi yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya sebagai pendidik.35
Sudarwan Danim mengemukakan tiga manfaat pengembangan guru, yaitu:
a) Peningkatan performansi guru sesuai dengan posisinya saat ini;
b) Pengembangan keterampilan guru untuk mengantisipasi tugas-tugas
baru yang bersifat reformasi;
c) Merangsang pertumbuhan diri guru bagi penciptaan kepuasan kerja
secara individual.36
Sedangkan menurut Siagian, disamping bermanfaat bagi organisasi,
kegiatan program pengembangan sudah barang tentu bermanfaat pula bagi
para anggota organisasi.37
Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa guru juga
senantiasa mempunyai andil besar dan tanggung jawab terhadap
pengembangan profesionalnya disamping lembaga atau departemen yang
terkait bagi peningkatan mutu pengajaran dalam mencapai tujuan pendidikan.
d. Indikator Pengembangan Kompetensi Guru
Mutu pada dasarnya adalah suatu pengertian yang abstrak dan
subyektif, karena berdasarkan sudut pandang seseorang atau berdasarkan
dengan syarat-syarat tertentu yang telah ditetapkan bersama. Dalam hal ini
35 Nana Sudjana, Op. Cit., h.16 36 Sudarwan Danim, Loc. Cit., 37 Siagian, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), Cet. Ke-11, h.
184
mutu kompetensi guru adalah dimana guru tersebut dengan kompetensi yang
dimilikinya dapat melaksanakan tugasnya secara bertanggung jawab. Diantara
indikator kompetensi guru secara umum ialah:
1) Melaksanakan tugas belajar mengajar dengan menggunakan persiapan mengajar, perencanaan bahan pelajaran, hadir di kelas sesuai dengan jadwal. Melaksanakan berbagai teknik dan metode mengajar untuk lebih memudahkan pemahaman siswa, melaksanakan evaluasi terhadap bahan pelajaran yang telah disampaikan.
2) Pengelolaan kelas dan mengelola interaksi belajar mengajar, agar pelaksanaan belajar mengajar berjalan dengan suasana kondusif.
3) Membantu siswa ketika menghadapi kesulitan baik yang berhubungan langsung dengan pelajaran maupun tidak.
4) Selalu berusaha meningkatkan kepentingan belajar dengan mencari metode-metode baru dalam penyampaian bahan pelajaran.
5) Selalu berusaha meningkatkan kemampuannya dalam perkembangan ilmu pengetahuan dengan membaca buku-buku yang berhubungan dengan bidang studi yang dipegangnya dan mengikuti kegiatan ilmiah berupa diskusi atau seminar.
6) Bertanggung jawab untuk membantu sesama guru dan membantu sekolah dalam kegiatan pengembangan kurikulum serta berpartisipasi dalam kepanitiaan yang diselenggarakan oleh sekolah.38
Sedangkan Sudarwan Danim, mengemukakan empat langkah
pengembangan personalia, yaitu: 1) Perencanaan, 2) Pengorganisasian, 3)
Pelaksanaan, dan 4) Evaluasi.39
Berdasarkan pendapat tersebut, penulis berpendapat bahwa sekolah
sebagai suatu organisasi dipandang perlu untuk mengadakan pengembangan
personalia, dalam hal ini salah satu diantaranya adalah pengembangan
38 Sanusi Uwes, Manajemen Pengembangan Mutu Dosen, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
1999), Cet. Ke-1, h. 30-31 39 Sudarwan Danim, Loc. Cit.,
kompetensi guru. Dimana pengembangan kompetensi guru tersebut
menyangkut tiga hal yang harus dilakukan yaitu perencanaan kegiatan,
pelaksanaan kegiatan, dan evaluasi kegiatan.
Perencanaan kegiatan tersebut merupakan kegiatan merencanakan
proses belajar mengajar, pelaksanaan kegiatan merupakan kegiatan
melaksanakan dan memimpin atau mengelola proses belajar mengajar,
sedangkan evaluasi kegiatan dimaksudkan untuk menilai kemajuan proses
belajar mengajar.
Kegiatan pengembangan tenaga kependidikan yakni guru, dilakukan
atas prakarsa institusi, kelompok maupun individu. Dilihat dari perspektif
institusi, kegiatan ini diperuntukkan untuk merangsang, memelihara, dan
meningkatkan kualitas staf dalam memecahkan masalah-masalah
keorganisasian.
Pengembangan tenaga kependidikan atas prakarsa institusi adalah
penting, namun yang tidak kalah pentingnya adalah prakarsa personal tenaga
kependidikan untuk menjalani proses profesionalisasi.40
Dari paparan di atas diketahui bahwa kewajiban untuk mengembang-
kan kompetensi profesional guru adalah kewajiban guru itu sendiri, atasan
dari guru tersebut seperti kepala sekolah dan supervisor sebagai kepanjangn
tangan dari institusi yang berkaitan dengan dunia kependidikan.
40 Ibid.,
Dalam pengembangan kompetensi guru mengenai hal-hal tentang
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Perencanaan ini menurut penulis bisa
mencakup bagaimana sekolah atau individu guru dalam merencanakan
pengembangan kompetensi profesional keguruannya, seperti berencana untuk
senantiasa mengembangkan kompetensi profesional guru seperti: berencana
mengikuti pelatihan-pelatihan, membeli buku-buku baru dan sebagainya.
Pelaksanaan adalah sesuatu yang dikerjakan berdasarkan perencanaan yang
telah dibuat sebelumnya baik oleh individu guru yang bersangkutan atau oleh
sekolah atau juga institusi terkait.
Adapun kegiatan evaluasi adalah melakukan penilaian terhadap
pelaksanaan-pelaksanaan yang telah dilakukan atau dikerjakan, apakah
perencanaan yang dibuat sudah terlaksan atau belum, sesuai dengan rencana
atau tidak, serta berhasil atau tidaknya perencanaan dan pelaksanaan
pengembangan kompetensi guru, oleh institusi sekolah atau guru itu sendiri.
Dari uraian tersebut dapat dijelaskan bahwa pengembangan
kompetensi guru dapat diartikan sebagai usaha yang dilakukan untuk
memperbaiki dan meningkatkan kemampuan, keterampilan dan kecakapan-
kecakapan serta untuk menambah pengetahuan yang dimiliki oleh para guru,
sehingga dengan adanya kegiatan pengembangan kompetensi tersebut guru
menjadi lebih berkualitas dan kompeten dalam melaksanakan tugasnya
sebagai pendidik. Dengan kata lain, pengembangan kompetensi guru tersebut
adalah merupakan serangkaian bantuan yang berwujud layanan profesional,
dimana layanan tersebut diberikan oleh orang ahli (kepala sekolah, penilik
sekolah, pengawas dan ahli lainnya) kepada guru dengan maksud agar dapat
meningkatkan baik kualitas guru maupun kualitas proses dan hasil pengajaran
sehingga tujuan pendidikan yang direncanakan dapat tercapai dengan baik.
Oleh karena itu, dengan adanya pengembangan kompetensi terhadap
guru, maka tujuan yang hendak dicapai adalah untuk memperbaiki efektivitas
kerja seorang guru dalam mencapai hasil kerja yang telah ditetapkan sehingga
proses pengajaran yang dilakukan dapat berjalan dengan baik, sehingga guru
tersebut dapat menjadi seorang yang profesional dalam melaksanakan
tugasnya sebagai pendidik. Adapun aspek-aspek yang perlu dikembangkan
diantaranya adalah aspek afektif, kognitif dan psikomotor guru dalam
pendidikan dan pengajaran yang meliputi aspek pengetahuan, kemampuan,
keterampilan, sikap dan kepribadian guru, sehingga guru diharapkan dapat
lebih profesional dalam menjalankan tugasnya.
e. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kompetensi
Pengembangan kompetensi guru merupakan proses perubahan
kemampuan profesional guru secara bertahap ke arah yang lebih baik untuk
terciptanya suatu kesempurnaan. Pengembangan kompetensi guru merupakan
bagian dari kegiatan peningkatan tenaga kependidikan.
Kualitas guru dalam mengajar pada hakikatnya merupakan hasil
interaksi dari berbagai faktor yang mempengaruhinya, yaitu faktor yang
datangnya dari dalam dirinya dan dari luar dirinya. Faktor yang datang dari
dalam dirinya (faktor internal) antara lain adalah faktor kesehatan, potensi,
sikap dan kepribadian. Sedangkan faktor yang berasal dari luar dirinya (faktor
eksternal) antara lain adalah kepala sekolah, anak didik, dan sarana prasarana
sekolah.
Menurut Kartini Kartono terdapat dua faktor yang dapat
mempengaruhi kompetensi antara lain adalah faktor dari dalam diri sendiri
yang meliputi kecerdasan, keterampilan dan kecakapan, bakat, kemampuan
dan minat, motif, kepribadian dan cita-cita. Dan faktor dari luar diri sendiri
yang meliputi lingkungan dan sarana prasarana.41
Kedua faktor tersebut menunjukkan bahwa guru sebagai ahli
pendidikan dan pengajaran harus mampu memiliki kesadaran, keinginan dan
kemauan untuk selalu meningkatkan kompetensinya, sehingga diharapkan
guru menjadi lebih kompeten dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik.
Selain itu ditunjang juga dengan upaya-upaya dari luar, seperti sarana dan
prasarana serta kegiatan-kegiatan pengembangan kompetensi guru dalam
upaya untuk meningkatkan profesionalisme guru dalam pengajaran
(pendidikan dan pelatihan, seminar, dan penataran-penataran).
2. Mutu Pengajaran
a. Pengertian Pengajaran dan Mutu Pengajaran
41 Kartini Kartono, Menyiapkan dan Memandu Karier, (Jakarta: CV. Raja Wali, 1985), h. 23
Padanan kata pengajaran yang dapat dijumpai dalam kepustakaan
asing adalah learning atau instruction, istilah instruction sering diartikan
sebagai “Proses pembelajaran yakni proses membuat orang melkukan proses
belajar sesuai dengan rancangan.”42
Di dalam buku “Masalah Pengajaran Sebagai Suatu Sistem” Roestiyah
N.K mengemukakan empat definisi pengajaran yaitu: “pertama, Pengajaran
adalah transfer pengetahuan kepada siswa. Kedua, Pengajaran adalah
mengajar siswa-siswa bagaimana cara belajar. Ketiga, Pengajaran adalah
hubungan interaktif antara guru dan siswa. Keempat, Mengajar adalah
interaksi siswa dengan siswa dan konsultasi guru.43
Adapun pengertian pengajaran menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (1991) berasal dari kata “ajar”, artinya petunjuk yang diberikan
kepada orang supaya diketahui (diturut). Kata “mengajar” berarti memberi
pelajaran. Sedangkan kata “mengajarkan” berarti memberikan pelajaran.
Berdasarkan arti-arti ini, kemudian KBBI itu mengartikan pengajaran sebagai
“proses perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan.”44
Selanjutnya, istilah pengajaran dalam bahasa Inggris disebut
instruction atau teaching. Akar kata instruction adalah to instruct, artinya to
direct to do something; to teach to do something; to furnish with information.
42 Udin Saripudin Winatapura dan Rustana Ardinawata, Materi Pokok Perencanaan
Pengajaran, (Jakarta: Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam dan UT, 2000), Cet. Ke-4, h. 2 43 Roestiyah, N.K, Masalah-masalah Pengajaran Sebagai Suatu Sistem, (Jakarta: Rineka
Cipta, 1994), Cet. Ke-3, h. 41-44 44 Muhibbin Syah, Op. Cit., h. 33
Yakni memberi pengarahan agar melakukan sesuatu; mengajar agar
melakukan sesuatu; memberi informasi. Istilah instruction (pengajaran)
menurut Reber (1988) berarti: “Pendidikan atau proses perbuatan
mengajarkan pengetahuan.”45
Sementara itu, Tardif (1987) memberi arti instruction secara lebih rinci
yaitu: A preplanned goal directed educational process designed to facilitate
learning. Artinya, pengajaran adalah sebuah proses kependidikan yang
sebelumnya direncanakan dan diarahkan untuk mencapai tujuan serta
dirancang untuk mempermudah belajar.46
Selain pengertian tersebut di atas, ada beberapa pengertian yang
dikemukakan oleh para ahli pendidik diantaranya adalah menurut Meril
sebagaimana yang dikutip oleh Abdul Gafur dalam bukunya ‘Desain
Instruksional”, pengajaran adalah suatu kegiatan dimana seseorang dengan
sengaja diubah dan dikontrol dengan maksud agar ia dapat bertingkah laku
dan bereaksi terhadap kondisi tertentu.”47
Adapun pengajaran menurut Nana Sudjana adalah “Suatu proses
mengatur, mengorganisasikan lingkungan yang ada disekitar siswa sehingga
dapat menumbuhkan dan mendorong siswa dalam melakukan proses belajar.48
45 Ibid., 46 Ibid., h. 33-34 47 Abdul Gafur, Desain Instruksional, (Solo: Tiga Serangkai,1989), h. 22 48 Nana Sudjana, Op. Cit., h. 29
Dari berbagai definisi di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa
pada hakikatnya pengajaran adalah suatu proses yang dilakukan secara
sengaja untuk mengelola lingkungan anak didik agar memungkinkannya
untuk belajar dan memberikan respon terhadap situasi tersebut.
Selanjutnya menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia “Mutu adalah
ukuran baik buruk suatu benda, kualitas, taraf, kadar, atau derajat dari
kecerdasan, kepandaian dan sebagainya.49
Menurut Nurhasan, pengertian secara umum kata “Mutu dapat
diartikan kualitas, suatu gambaran yang menjelaskan mengenai baik buruknya
hasil yang dicapai para siswa dalam proses pendidikan yang sedang
dilaksanakan.”50 Jadi dapat disimpulkan bahwa mutu adalah ukuran untuk
menyatakan esensi semua benda atau hal berupa standar ideal yang ingin
dicapai oleh suatu proses.
Pada pembahasan di atas, telah dijabarkan mengenai pengertian mutu
dan pengajaran secara terpisah, maka penulis dapat mengambil kesimpulan
bahwa yang dimaksud dengan mutu pengajaran adalah kualitas atau gambaran
yang menjelaskan baik buruknya mengenai hasil belajar mengajar yang
dilakukan oleh guru terhadap anak didik dalam proses pendidikan.
b. Komponen Pengajaran
49 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pistaka, 2002), Edisi III, Cet. Ke-2, h. 768
50 Drs. Nurhasan, Korvensi Nasional Pendidikan Indonesia, Kurikulum untuk Abad 21, Indikator Cara Pengukuran dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mutu pendidikan, (Jakarta: PT. Sindo, 1994), Cet. Ke-3, h. 390
Komponen pengajaran merupakan suatu sistem yang di dalamnya
terdapat berbagai komponen yang saling berhubungan, saling mempengaruhi
serta saling melengkapi. Komponen yang dimaksud adalah semua berbagai
yang ada di dalam sumber belajar, baik yang dirancang maupun yang
dimanfaatkan. Bagian-bagian ini merupakan satu kesatuan yang sulit berdiri
sendiri, meskipun kadang-kadang dapat digunakan secara terpisah.51
Dalam proses belajar mengajar diperlukannya kurikulum yang
dijadikan sebagai pedoman dalam pengajaran, karena kurikulum merupakan
alat untuk mencapai tujuan pengajaran. Sebagai alat dalam pengajaran,
kurikulum memiliki bagian-bagian penting yang dapat mendukung operasinya
secara baik. Kurikulum sebagai alat untuk mencapai tujuan pengajaran
memiliki komponen pokok dan komponen penunjang yang saling berkaitan,
berinteraksi dalam pencapaian tujuan pengajaran.
Komponen pokok kurikulum menurut Subandijah meliputi:
“Komponen tujuan, komponen isi/materi, komponen organisasi/strategi,
komponen media, dan komponen proses belajar mengajar. Sedangkan yang
termasuk dalam komponen penunjang kurikulum meliputi: Sistem
administrasi dan supervisi, pelayanan bimbingan dan penyuluhan, dan sistem
evaluasi.”52
51 Ahmad Rohani, Media Instruksional Edukatif, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997), Cet. Ke-1,
h. 105 52Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, (Jakarta: Gaya Media Pratama,
1999), Cet. Ke-1, h. 12
Dari komponen-komponen kurikulum tersebut di atas, penulis
mengambil beberapa komponen yang berkaitan dengan peningkatan mutu
pengajaran. Adapun komponen-komponen pengajaran yang dapat
mempengaruhi mutu pengajaran antara lain adalah:
1) Tujuan pengajaran;
2) Materi/bahan pengajaran;
3) Metode pengajaran;
4) Media/sarana prasarana pengajaran; dan
5) Evaluasi pengajaran
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai komponen
pengajaran tersebut di atas, maka penulis memberikan penjelasan satu persatu.
1) Tujuan Pengajaran
Tujuan merupakan suatu hal yang paling penting dalam proses
pengajaran, yakni hal yang ingin dicapai secara keseluruhan, yang
meliputi tujuan domain kognitif, domain afektif, dan domain psikomotor,
karena tujuan pengajaran dapat menunjang tercapainya tujuan belajar.
Tujuan pengajaran dilihat dari tiga sumber, antara lain adalah
masyarakat, siswa dan bidang studi. Tujuan pengajaran menurut
masyarakat mencakup konsep luas seperti: membentuk manusia pancasila,
menjadikan manusia pembangunan, berkepribadian yang mantap dan
bertanggung jawab. Sedangkan tujuan pengajaran menurut siswanya
mencakup kesiapan jabatan, keterampilan memecahkan masalah,
penggunaan waktu senggang secara membangun dan sebagainya, sehingga
setiap siswa mempunyai harapan yang mungkin berbeda.
Adapun tujuan pengajaran yang ada kaitannya dengan bidang studi
dapat dinyatakan lebih spesifik, misalnya dalam sains “sadar akan
keindahan dan keteraturan dalam lingkungan belajar. Rumusan tentang
tujuan harus mengenal perubahan dalam minat dan kebutuhan siswa, dan
perubahan dalam kebutuhan masyarakat dan lembaga pendidikannya.53
Menurut Muhammad Uzer Usman, hasil belajar yang dicapai oleh
siswa sangat erat kaitannya dengan rumusan tujuan instruksional yang
direncanakan guru sebelumnya. Hal ini dipengaruhi oleh kemampuan pula
oleh guru sebagai perancang (designer) belajar mengajar. Untuk itu, guru
dituntut menguasai taksonomi hasil belajar yang selama ini dijadikan
pedoman dalam perumusan tujuan instruksional.
Tujuan instruksional pada umumnya dikelompokkan ke dalam tiga
kategori, yakni domain kognitif, afektif dan psikomotorik. Domain
kognitif mencakup tujuan yang berhubungan dengan ingatan, pengetahuan
dan kemampuan intelektual. Domain afektif mencakup tujuan-tujuan yang
berhubungan dengan perubahan-perubahan sikap, nilai, perasaan dan
minat. Sedangkan domain psikomotorik mencakup tujuan-tujuan yang
53 A. Tresna Sastrawijaya, M. Sc, Pengembangan Program Pengajaran, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 1991), Cet. Ke-1, h. 26-27
berhubungan dengan manipulasi dan kemampuan gerak. Klasifikasi tujuan
tersebut memungkinkan hasil belajar yang diperoleh dari kegiatan belajar
mengajar, karena hasil belajar dapat dilihat dari tingkah laku siswa. Hal ini
memberikan pula petunjuk bagi guru dalam menentukan tujuan-tujuan
dalam bentuk tingkah laku yang diharapkan dari dalam diri siswa.54
Dari uraian tersebut, untuk menentukan bermutu tidaknya
pendidikan dan pengajaran di sekolah, maka guru, kepala sekolah, siswa
dan masyarakat dapat berperan secara aktif di dalam usaha untuk
mencapai tujuan pengajaran yang direncanakan dan yang diharapkan
sesuai dengan perkembangan zaman.
2) Materi/bahan Pengajaran
Yang dimaksud dengan bahan pengajaran adalah sesuatu yang
harus dipelajari oleh pembelajar dalam melaksanakan aktivitas belajarnya.
Bahan pengajaran bisa berasal dari guru, buku-buku teks, paper, makalah,
artikel, disamping dapat berasal dari lapangan atau obyek tertentu.
Menurut Ali Imron dalam bukunya “Belajar dan Pembelajaran”,
mengatakan bahwa penyediaan bahan pengajaran sangat bergantung pada
tujuan pengajaran, karakteristik siswa, siasat belajar yang harus ditempuh
oleh siswa dan faktor ketersediaan tidaknya bahan pengajaran.55
Penguasaan bahan pengajaran oleh guru mengarah kepada sifat spesifikasi
54 Moh. Uzer Usman, Op. Cit., h. 34 55 Ali Imron, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1996), Cet. Ke-1, h. 32-33
atas ilmu yang diajarkan. Dengan melakukan penguraian di dalam
memberikan materi pengajaran akan mempermudah siswa untuk
memahami pelajaran yang disampaikan oleh guru.
Dari materi yang telah disusun dengan baik, dapat dilihat tujuan
yang hendak dicapai dalam pengajaran. Apakah materi yang diberikan
merupakan penyajian fakta-fakta, kecakapan-kecakapan yang hanya
membutuhkan daya mental saja untuk menguasainya, atau menghendaki
keterampilan dan berisi kebiasaan-kebiasaan yang dapat membentuk
sesuatu yang nampak.
Dengan memperhitungkan isi, sifat dan luasan materi dalam
pengajaran akan mempermudah guru di dalam menetapkan baik tujuan
pengajaran maupun metode pengajaran yang mempunyai ciri-ciri yang
sesuai dengan keadaan materi pengajaran.
3) Metode Pengajaran
Metode pengajaran yaitu proses bagaimana mengajar belajar atau
“learn how to learn” merupakan syarat penting dan menentukan bagi
reciptanya penyelenggaraan pendidikan bermutu. Pada dasarnya setiap
mata pelajaran menuntut model metodologi pengajaran tersendiri sesuai
dengan sifatnya; adanya mata pelajaran yang menuntut banyak latihan dan
pengulangan, sedikit penjelasan dan instruksi, ada mata pelajaran yang
menuntut banyak ceramah, perenungan dan analisis. Oleh karena itu,
metode pengajaran yang baik adalah metode pengajaran yang mampu
mengembangkan semangat dan kemampuan belajar lebih lanjut.
Metode pengajaran adalah segala usaha yang sistematis pragmatis
yang dilakukan guru untuk mencapai tujuan pengajaran melalui berbagai
aktifitas baik di dalam maupun diluar kelas diluar lingkungan sekolah.
Ada beberapa metode yang digunakan dalam proses belajar
mengajar Dr. A.L. Backer mengemukakan sejumlah metode dalam
pengajaran sebagai berikut:
1) Metode tiruan 2) Metode percobaan 3) Metode pengalaman pembuatan 4) Metode conditioning 5) Metode ceramah atau kuliah 6) Metode buku 7) Metode deelektrik atau pembahasan 8) Metode elektronik56
Selain metode mengajar diatas penulis juga akan mengemukakan
metode mengajar menurut Abdul Majid dalam buku “Perencanaan
Pengajaran”yaitu sebagai berikut:
1) Metode Ceramah 2) Metode Tanya Jawab 3) Metode Tulisan 4) Metode Diskusi 5) Metode Pemecahan Masalah (Problem solving method) 6) Metode Kisah 7) Metode Perumpamaan
56 Piet A Sahertian dan Frans Mataheru, Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidkan (Surabaya:
Usaha Nasional, 1981), h. 166
8) Metode Pemahaman dan Penalaran 9) Metode perintah berbuat baik dan saling menghormati 10) Metode Suri Teladan 11) Metode hikmah dan mau’izhah hasanah 12) Metode peringatan dan pemberian motivasi 13) Metode Praktik 14) Metode Karya Wisata 15) Metode Tadrij (pertahapan).57
Apapun penggunaan suatu metode hendaknya dapat membawa
suasana interaksi atau pembelajaran yang edukatif, menempatkan peserta
didik pada keterlibatan aktif belajar maupun menumbuh kembangkan
minat belajar serta membangkitkan semangat belajar dan menghidupkan
proses pembelajaran yang sedang berlangsung.
Dari uraian tersebut, maka metode mengajar sangat mendukung
keberhasilan belajar. Oleh karena itu, guru sebagai tenaga pendidik di
dalam menentukan metode pengajaran seyogyanya disesuaikan dengan
pokok bahasan yang diberikan kepada siswa. Selain itu pula untuk
menanggulangi kejenuhan siswa, sebaiknya di dalam menentukan metode
mengajar dilakukan secara bervariasi.
4) Media/sarana prasarana Pengajaran
Menurut Mursall. M media adalah suatu eksistensi manusia yang
memungkinkan mempengaruhi orang lain yang tidak mengadakan kontak
langsung dengan dia. Dalam arti sempit media pengajaran hanya meliputi
57Abdul Majid, Perencanaan Pengajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), Cet. Ketiga, h. 137-158
media yang dapat digunakan secara efektif dalam proses pengajaran yang
terencana, sedangkan arti luas media tidak hanya meliputi media
komunikasi dan elektronik yang komplek, akan tetapi juga menyangkut
alat-alat sederhana seperti fotografi, diagram dan bagan buatan guru,
obyek-obyek nyata serta kunjungan keluar sekolah.
Pengetahuan dan pemahaman tentang media pengajaran setiap
guru harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang
media pengajaran meliputi:
a) Media sebagai alat komunikasi guna lebih mengefektifkan PBM
b) Fungsi media dalam rangka mencapai tujuan pendidikan
c) Tentang proses pengajaran
d) Hubungan antara metode mengajar dengan media pengajaran
e) Memelihara dan menggunakan media pengajaran
f) Nilai atau manfaat media dalam pengajaran
g) Berbagai jenis alat dan teknik media
h) Usaha inovasi dalam media pengajaran.58
Salah satu manfaat dari media pengajaran adalah dapat
mempertinggi proses belajar siswa dalam pengajaran yang pada gilirannya
diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang hendak dicapai. Adapun
manfaat media pengajaran antara lain:
a) Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh para siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran lebih baik.
58 Oemar Hamalik, Media Pengajaran, (Jakarta: PT. Cipta Aditya Bakti, 1994), Cet. Ke-7, h.1
b) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan energi.
c) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain.
d) Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.59
Dari uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa media/sarana
prasarana pengajaran dijadikan hal yang sangat mendukung tercapainya
Tujuan Instruksional Khusus (TIK) maupun Tujuan Instruksional Umum
(TIU) dalam proses pengajaran. Guru harus mampu di dalam
menggunakan media yang tersedia sehingga antara media dan metode
saling melengkapi di dalam proses pengajaran yang pada gilirannya akan
meningkatkan mutu pengajaran.
5) Evaluasi pengajaran
Evaluasi adalah suatu proses menentukan nilai seseorang dengan
menggunakan patokan-patokan tertentu untuk mencapai suatu tujuan.
Evaluasi hasil pengajaran adalah suatu proses menentukan nilai prestasi
pengajaran yang telah dilakukan dengan menggunakan patokan-patokan
tertentu guna mencapai tujuan pengajaran yang telah ditentukan.
59 Harjanto, Peencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), Cet. Ke-2, h. 243
Menurut Ali Imron dalam bukunya “Belajar dan Pembelajaran”
mengatakan bahwa kedudukan evaluasi dalam belajar dan pembelajaran
sangat penting, dan bahkan dapat dipandang sebagai bagian yang tak
terpisahkan dengan keseluruhan proses pengajaran. Dengan evaluasi akan
diketahui, apakah pengajaran yang telah dilakukan telah mencapai tujuan
atau belum. Dengan evaluasi juga akan diketahui faktor-faktor apa saja
yang menjadikan penyebab pengajaran tersebut berhasil atau tidak.60
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi pengajaran
sangat menunjang keberhasilan dari proses pengajaran, karena dengan
adanya evaluasi pengajaran dapat dijadikan tolak ukur dalam mengadakan
perbaikan pengajaran yang lebih bermutu dan sesuai dengan
perkembangan zaman.
Dari penjelasan mengenai berbagai komponen pengajaran tersebut
di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam proses pengajaran komponen-
komponen tersebut merupakan hal yang sangat penting sehingga antara
komponen yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mutu Pengajaran
Usaha meningkatkan mutu pengajaran bukanlah pekerjaan mudah
tanpa banyak menemui hambatan. Adanya hambatan ini meminta setiap orang
60 Ali Imron, Op. Cit., h. 114-116
yang mengusahakan peningkatan mutu pengajaran untuk memperhatikan
segala faktor yang dapat mempengaruhi mutu pengajaran. Segala faktor
tersebut perlu diidentifikasikan agar usaha yang dilakukan berjalan lancar.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi mutu pengajaran, diantaranya
adalah:
1) Tenaga kependidikan yang terdiri dari Kepala Sekolah, Guru dan Staf;
2) Pengelolaan sekolah yaitu pengaturan pengintegrasian segala kegiatan
yang dilakukan di dalam lingkungan sekolah serta segala kegiatan
yang berhubungan dengan sekolah;
3) Anak didik;
4) Lingkungan dan Orang tua;
5) Sarana dan prasarana pendidikan.61
Selain hal tersebut di atas, untuk meningkatkan mutu guru perlu
dipertimbangkan faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam maupun dari
luar dirinya. Bagaimanapun baiknya situasi dan kondisi yang tersedia serta
pembinaan dan pengembangan yang telah diupayakan dengan baik oleh
kepala sekolah, namun jika guru tersebut tidak memiliki kemauan maka
semuanya tidak akan berjalan dengan lancar. Dengan adanya kemauan,
kecakapan, serta keahlian yang dimiliki oleh seorang guru maka segala
kekurangan yang ada akan menjadi pendorong baginya untuk senantiasa
61 Ace Suryadi, Mutu Pendidikan Persekolahan dalam Perspektif Mimbar Pendidikan, IX, 2
Juli 1990, h. 2-8
selalu berusaha meningkatkan kemampuannya, sehingga mutu pengajaran
dalam pendidikan dapat tercapai sesuai dengan tujuan pendidikan.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan mutu pengajaran adalah suatu kualitas atau gambaran yang
menjelaskan mengenai baik buruknya hasil belajar mengajar yang dilakukan
oleh guru terhadap anak didik dalam proses pendidikan. Untuk mencapai
mutu pengajaran yang baik tidak terlepas dari berbagai indikator yang
mempengaruhi proses pengajaran itu sendiri, karena indikator-indikator
tersebut merupakan hal yang sangat penting dalam mencapai keberhasilan
proses pengajaran.
Adapun indikator-indikator yang mempengaruhi tercapainya mutu
pengajaran diantaranya yaitu tujuan pengajaran, bahan/materi pengajaran,
metode pengajaran, media/sarana prasarana pengajaran dan evaluasi
pengajaran. Dimana semua indikator tersebut merupakan suatu komponen-
komponen yang terdapat di dalam kurikulum pengajaran, dimana komponen-
komponen tersebut tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya karena
komponen-komponen tersebut saling berkaitan dalam proses pengajaran.
A. Kerangka Berfikir
Pentingnya peranan pendidikan dalam membentuk sumber daya
manusia, setiap lembaga pendidikan perlu meningkatkan mutu pendidikannya,
khususnya dalam meningkatkan kompetensi guru karena guru merupakan
komponen manusiawi yang memiliki keunikan dalam berpikir maupun dalam
bekerja.
Adapun yang menjadi kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah:
bahwa guru yang kompeten adalah orang yang memiliki kemampuan dan
keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan
fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal. Atau dengan kata lain,
guru profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta
memiliki pengalaman yang kaya di bidangnya.
Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan mutu pengajaran, kepala
sekolah sebagai manajer pendidikan bertanggung jawab atas aktivitas guru.
Selaku pemimpin kepala sekolah bertanggung jawab atas pengembangan
kompetensi guru sebagai usaha untuk meningkatkan kepandaian dan kecakapan,
memberi kesempatan kepada guru untuk meningkatkan kemampuan dan
kinerjanya sebagai pendidik, pengajar, fasilitator, teladan dan sebagai wakil
masyarakat di lembaga pendidikan yang memiliki tanggung jawab.
Kompetensi guru adalah salah satu faktor yang mempengaruhi
tercapainya mutu pengajaran, namun kompetensi itu sendiri tidak berdiri sendiri
tetapi ia juga dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Oleh karena itu,
kompetensi sangat penting dalam meningkatkan kualitas dan aktivitas
kependidikan. Untuk itu, profesi guru perlu ditunjang dengan adanya kompetensi
yang harus dimiliki diantaranya yakni kompetensi pribadi, kompetensi pedagogik,
kompetensi profesional dan kompetensi sosial. Dimana kompetensi ini akan
menjadi landasan dalam menjalankan profesinya sebagai guru, karena guru yang
kompeten akan lebih mampu mengelola proses pengajaran dengan baik dan akan
lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif, sehingga hasil
pengajaran yang dilakukan berada pada tingkat yang optimal.
Mengingat bahwa posisi guru dalam suatu lembaga pendidikan
merupakan salah satu komponen pendidikan yang menjadi ujung tombak dalam
meningkatkan mutu pendidikan, oleh karena itu sekolah sebagai penyelenggara
pendidikan dipandang perlu untuk selalu memperbaiki atau meningkatkan
kualitas pendidiknya, yaitu guru. Untuk itu, dalam hal ini kepala sekolah sebagai
pemimpin pendidikan diharapkan dapat mengembangkan kompetensi para
gurunya, sebab tidak semua guru dapat melakukan pekerjaan yang ditekuni
dengan profesional, hal ini dikarenakan kurangnya pembinaan dan keterbatasan
kemampuan yang dimiliki oleh guru tersebut.
Sehingga dengan adanya pengembangan kompetensi terhadap para guru,
diharapkan guru akan lebih profesional dalam menjalankan tugasnya sebagai
pendidik. Karena bermutu tidaknya suatu sekolah atau lembaga pendidikan sangat
tergantung pada tinggi atau rendahnya kadar kualitas tenaga pendidik yaitu guru.
Jika proses pengajaran meningkat maka hasil pengajaran yang dilakukan
diharapkan meningkat, sehingga mutu pengajaran dapat dicapai sesuai dengan
tujuan pendidikan yang telah ditentukan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang penulis lakukan adalah sebagai berikut:
b. Untuk mengetahui bagaimana pengembangan kompetensi guru yang
dilakukan oleh kepala sekolah.
c. Untuk mengetahui upaya peningkatan terhadap mutu pengajaran yang
dilakukan kepala sekolah
2. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian yang dilakukan penulis adalah sebagai berikut:
a. Dari hasil penelitian ini diharapkan penulis dapat menambah wawasan
pengetahuan tentang pengembangan kompetensi guru disuatu sekolah
dalam meningkatkan mutu pengajaran.
b. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan yang berarti
bagi kepala sekolah mengenai pentingnya pengembangan kompetensi guru
dalam meningkatkan mutu pengajaran.
c. Sebagai bahan rujukan dan informasi bagi guru dalam melaksanakan
pengembangan kompetensi guru dalam meningkatkan mutu pengajaran.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Lokasi yang dijadikan penelitian adalah Sekolah Menengah Pertama
(SMP) Al-Amanah yang beralamat di JL. Raya Puspitek Pocis, Bakti Jaya
Serpong Tangerang.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 8 sampai dengan 14 Juni 2006
dan tanggal 6 sampai dengan 11 November 2006. Untuk lebih jelasnya dapat di
uraikan sebagai berikut:
a) Dari tanggal 8 sampai dengan 14 Juni penulis melakukan wawancara
dengan kepala sekolah dan beberapa guru SMP Al-Amanah untuk
memperoleh data mengenai pengembangan kompetensi guru di SMP Al-
Amanah serta mencari data mengenai keadaan sekolah seperti keadaan
kurikulum sekolah, keadaan guru dan karyawan sekolah, keadaan siswa
dan keadaan sarana dan prasarana sekolah.
b) Dari tanggal 6 sampai dengan 11 November penulis melakukan penelitian
kembali dengan melakukan penyebaran angket kepada guru-guru SMP Al-
Amanah, untuk mengetahui tanggapan dari para guru mengenai
pengembangan kompetensi guru dalam peningkatan mutu pengajaran yang
dilakukan oleh kepala sekolah.
C. Variabel Penelitian
Dapat penulis jelaskan bahwa penelitian ini mempunyai satu variabel, yaitu
Pengembangan kompetensi guru dalam peningkatan mutu pengajaran, variabel ini
menduduki posisi sebagai variabel independent (bebas) yaitu masukan yang
memberikan pengaruh terhadap hasil. Oleh karena itu, penelitian ini bersifat
kualitatif dan tidak bermaksud untuk menguji hipotesis antara variabel bebas dan
terikat. Dengan demikian, dalam penelitian ini tidak ada hubungan antara variabel
melainkan hanya mendeskripsikan informasi apa adanya sesuai dengan variabel
yang diteliti.
D. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian. Adapun dalam penelitian ini
yang menjadi populasi adalah kepala sekolah dan guru SMP Al-Amanah.
Populasi targetnya adalah semua guru yang mengajar di SMP Al-Amanah (Pocis-
Cisauk) yang berjumlah 27 orang.
Sampel adalah sebagian subyek yang diselidiki dari keseluruhan subyek
penelitian (populasi). Dalam penelitian ini penulis mengambil sampel dari
keseluruhan populasi yaitu sebesar 100% yang berjumlah 27 guru SMP Al-
Amanah.
E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh dan mengumpulkan data, penulis menggunakan tiga
metode, yaitu:
1. Observasi
Observasi yaitu pengamatan dan pencatatan dengan sistematis fenomena-
fenomena yang diselidiki. Observasi ini dilaksanakan untuk memperoleh data
yang menyeluruh mengenai kondisi objek yang sedang diteliti, seperti mengamati
lingkungan sekolah, keadaan guru, struktur organisasi sekolah. Dalam penelitian
ini penulis melakukan observasi di SMP Al-Amanah (Pocis – Serpong).
2. Wawancara
Wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang
dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan
muka, dan dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan.62
Wawancara ini dilakukan untuk memperoleh informasi tentang
pengembangan kompetensi guru dalam meningkatkan mutu pengajaran di sekolah
tersebut. Wawancara ini akan penulis tujukan kepada kepala sekolah, yang
digunakan untuk melengkapi data angket dan observasi.
3. Angket (Quesioner)
Angket adalah sekumpulan pertanyaan tertulis baik yang bersifat tertutup,
dengan pilihan yang sudah disediakan atau pertanyaan terbuka yang
memungkinkan responden mengisi sesuai dengan pendapat atau pengalaman
pribadinya. Angket ini penulis susun dan disebarkan kepada guru-guru di SMP
62 Anas Sudijono, “Pengantar Evaluasi Pendidikan”, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003),
Cet. Ke-4, h. 82
Al-Amanah Pocis, guna mengetahui bagaimana pengembangan kompetensi guru
dalam peningkatan mutu pengajaran di sekolah tersebut.
F. Teknik Pengolahan Data
Setelah data dikumpulkan dengan lengkap dari lapangan, tahap berikutnya
adalah tahap analisis. Pada tahp ini, data dikerjakan dan dimanfaatkan sehingga
dapat menyimpulkan kebenaran-kebenaran yang dapat dipakai untuk menjawab
persoalan-persoalan yang diajukan dalam penelitian.
Dalam pengolahan data penulis menempuh cara sebagai berikut:
1. Editing
Mengedit adalah memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan oleh
para pengumpul data. Jadi setelah angket di isi oleh responden dan dikembalikan
kepada penulis, kemudian penulis segera memeriksa satu persatu angket yang
dikembalikan dari nomor satu sampai nomor terakhir.
2. Tabulating
Tabulating (menyusun data dalam bentuk tabel) merupakan tahap lanjutan
dalam proses analisis data, lewat tabulasi data lapangan akan tampak ringkas dan
tersusun dalam suatu tabel yang baik, sehingga dapat dengan mudah di pahami.
G. Definisi Operasional dan Kisi-kisi Instrumen Penelitian
1. Definisi Operasional
Pengembangan kompetensi guru yang dimaksud adalah serangkaian bantuan
yang berwujud layanan profesional, dimana layanan tersebut diberikan oleh
orang yang ahli (kepala sekolah, penilik sekolah, pengawas dan ahli leinnya)
kepada guru dengan maksud untuk memperbaiki atau meningkatkan
pengetahuan, keterampilan, kemampuan dan kecakapan-kecakapan yang
dimiliki oleh guru, sehingga dapat meningkatkan mutu pengajaran sesuai
dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Sedangkan kompetensi guru
yang dimaksud adalah kompetensi profesional guru dalam pengajaran yang
meliputi kemampuan dan keterampilan guru dalam mengelola program
pengajaran, kinerja guru dalam proses belajar mengajar dan kemampuan guru
dalam mengelola evaluasi program pengajaran.
2. Kisi-kisi Instrument Penelitian
variabel penelitian yang telah diuraikan dalam bahasan sub bab sebelumnya,
selanjutnya dapat diuraikan dalam suatu kisi-kisi penelitian. Kisi-kisi
penelitian antara lain berisi variabel-variabel, indikator-indikator variabel
yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan, jumlah item dan nomor
item. Kisi-kisi instrumen penelitian berdasarkan teori-teori dan penelitian
yang telah ada sebelumnya, sebagaimana yang terlihat berikut ini:
Tabel 1
Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Variabel Indikator Jumlah
Item No Item
Pengembangan
Kompetensi
Guru dalam
Peningkatan
Mutu
Pengajaran
1. Rencana pengembangan kompetensi guru
2. Pelaksanaan pengembangan kompetensi guru: a) Pelaksanaan kegiatan oleh guru b) Hambatan-hambatan kegiatan c) Efektivitas kegiatan
3. Evaluasi pengembangan kompetensi guru:
a) Ketercapaian kegiatan pengembangan kompetensi
b) Implementasi hasil kegiatan dalam pengajaran
4. Pengembangan terhadap kemampuan dan keterampilan guru
5. Pengembangan melalui penataran
6. Peningkatan terhadap mutu pengajaran
4
2 3 3
3 3
3 3 6
1, 2, 3, 4 5, 6 7, 8, 9 10, 11, 14 12, 13, 28 25, 26, 27 15, 19, 20 22, 23, 24 16, 17, 18, 21, 29, 30
H. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk
yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan, sehingga data yang telah
terkumpul dapat dianalisa dan kemudian diambil suatu kesimpulan. Pada proses
ini, penulis menggunakan teknik analisis data secara deskriptif untuk
memaparkan hasil yang diperoleh. Teknik yang digunakan adalah dengan mencari
persentase setiap jawaban yang dipilih responden setelah data diedit dan
ditabulasikan terlebih dahulu. Adapun rumus yang penulis gunakan dalam analisis
data adalah rumus persentase, yaitu:
P = Nf x 100%
Keterangan :
P = Angka Persentase
F = Frekuensi
N = Jumlah sampel objek penelitian
Berdasarkan hasil persentase tersebut, penulis menentukan kriteria
sebagai berikut:
No Persentase Kriteria
1.
2.
3.
4.
76% - 100%
51% - 75%
26% - 50%
0% - 25%
Sangat Baik dan efektif
Baik dan Efektif
Cukup Baik dan Efektif
Kurang Baik dan Efektif
Demikian metode yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini, sehingga
penulis dapat mengetahui bagaimana tingkat pengembangan kompetensi guru
dalam peningkatan mutu pengajaran di SMP Al-Amanah.
BAB IV
HASIL PENELITIAN A. Profil SMP Al-Amanah
1. Historis SMP Al-Amanah dan Perkembangannya
SMP Al-Amanah berada di bawah naungan yayasan pondok pesantren Al-
Amanah yang didirikan pada tahun 1990/1991 oleh beberapa tokoh masyarakat di
wilayah tersebut yaitu H. TB. Suhandi , Samsul Huda (almarhum), Drs.
Nuryaman, Hj. Fien Sulaiman, Hj. Nihaya Roeba’I dan beberapa tokoh
masyarakat lainnya, yang kemudian baru memiliki legalitas formal pada tanggal
18 Maret 1991 dengan ditandatanganinya sebuah akta notaris oleh Dr. H. Erwal
Gewang, S. H. No. 4 tahun 1991. Tanggal penanda tanganan akta tersebut
selanjutnya dinyatakan sebagai hari lahirnya SMP Al-Amanah.
Pada awalnya yayasan tersebut hanya mendirikan 2 jenjang pendidikan
yaitu RA/TKA dan SMP yang mulai diorientasikan pada tahun 1991/1992,
berdasarkan SK KaKanwil Depdikbud Propinsi Jawa Barat 572/102/Kep/E/91.
Pada perkembangan selanjutnya kini yayasan pondok pesantren Al-Amanah telah
menyelenggarakan jenjang pendidikan SD dan SMK.
Untuk mendapatkan kepercayaan di masyarakat, SMP Al-Amanah
kemudian mengikuti akreditasi yang pertama pada tahun 1994, karena pada waktu
itu telah meluluskan satu angkatan sesuai dengan keputusan pemerintah, yaitu jika
sekolah telah meluluskan satu angkatan sekolah tersebut baru dapat melakukan
akreditasi dan berhasil meraih status disamakan bedasarkan SK KaKanwil
Depdikbud Propinsi Jawa Barat No. 852/102/Kep/1/94 yaitu pada tanggal 04
November 1994.
Kemudian pada tahun 1999/2000 SMP Al-Amanah melaksanakan lagi
akreditasi yang kedua dengan meraih status disamakan. Selanjutnya pada tahun
2004 sekolah ini melaksanakan lagi akreditasi yang ketiga dan berhasil meraih
status menjadi sekolah yang terakreditasi. Yayasan pondok pesantren Al-Amanah
terus membangun dan mengembangkan usahanya hingga saat ini, setelah 16 tahun
berdiri yayasan tersebut telah berhasil membina jenjang pendidikan mulai dari
RA/TKA sampai dengan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang berada pada
lokasi yang sama.
Dalam perkembangannya sekolah SMP Al-Amanah terbilang cukup baik,
hal ini dapat dilihat dari tahun ke tahun baik secara kuantitas maupun kualitas
sekolah ini terus meningkat. Secara kuantitas siswa SMP Al-Amanah terus
meningkat sampai tahun pelajaran 2005/2006, yang memiliki 17 rombongan
belajar. Sedangkan secara kualitas dari tahun ke tahun juga meningkat, baik
kualitas hasil pembelajaran maupun kualitas ekstrakurikuler.
Secara kualitas pada tahun 1996, dari hasil Ujian Nasional untuk tingkat
daerah Serpong meraih juara 3. Kemudian untuk kegiatan pramuka, pada tahun
1997 terpilih untuk mengikuti upacara tingkat nasional di TMII. Selain itu,
kualitas ekstrakurikuler lainnya seperti dari bidang olahraga dan seni, pada tahun
2004/2005 meraih juara 3 kejuaraan futsal tingkat Kabupaten Tangerang,
kemudian pada tahun 2005/2006 untuk kejuaraan futsal meraih juara I tingkat
Kabupaten Tangerang dan juara 3 untuk kejuaraan bola voli putri tingkat
Kabupaten Tangerang.
Hal ini menunjukkan bahwa sekolah ini meskipun belum lama berdiri
sudah mampu bersaing dengan sekolah-sekolah lain yang ada di sekitarnya. Dari
prestasi-prestasi penghargaan yang diperoleh para siswa-siswi Al-Amanah diatas,
sebenarnya masih ada banyak penghargaan lain yang diperoleh dari tahun ke
tahun. Hal ini membuktikan bahwa pihak sekolah memperhatikan bakat dan minat
para siswa dengan mengikutsertakan dan berpartisipasi dalam setiap kejuaraan,
baik yang diselenggarakan oleh tingkat Kabupaten Tangerang maupun se-
JABODETABEK.
Keberadaan SMP Al-Amanah sebagai salah satu usaha umat islam
untuk menyampaikan pendidikan islam sedini mungkin untuk perkembangan
kehidupan jasmaniah dan rohaniah sesuai dengan tingkat perkembangannya. SMP
Al-Amanah menawarkan biaya yang terjangkau oleh masyarakat umum, selain itu
juga pengurus yayasan memiliki komitmen untuk membantu anak yatim dan
kaum du’afa. Hal ini didasarkan pada semangat pengabdian juga merupakan
sarana berjuang pengurus yayasan tersebut untuk memberikan pemahaman
kepada masyarakat mengenai betapa pentingnya arti sebuah pendidikan.
Perkembangan yayasan secara fisik juga diikuti oleh peningkatan
kepercayaan masyarakat terhadap sekolah yang dikelolanya. Hal ini terungkap
dengan semakin banyaknya orang tua yang mendaftarkan putra-putrinya ke SMP
Al-Amanah..
2. Visi dan Misi SMP Al-Amanah
SMP Al-Amanah didirikan dengan visi dan misi yang jelas, yaitu:
Visi : “Unggul dalam prestasi akademik, non akademik, iman, aman dan
nyaman”.
Dengan indikator sebagai berikut:
1. Unggul dalam perolehan nilai Ujian Nasional
2. Unggul dalam aktivitas keagamaan dan sosial
3. Unggul dalam ekstrakurikuler olahraga, pramuka, kesenian dan
paskibra
4. Unggul dalam pengelolaan 7 K
Misi
1. Meningkatkan perolehan nilai rata-rata Ujian Nasional melalui
pembelajaran aktif, kreatif, inovatif dan menyenangkan
2. Meningkatkan aktivitas keagamaan dan sosial dengan penuh kesadaran
dan kebersamaan
3. Meningkatkan aktivitas ekstrakurikuler
4. Meningkatkan pengelolaan 7 K secara aktif, kreatif dan partisipatif.
Kepala Sekolah Drs. Oman Rohmanudin
Wakil Kepala Sekolah Drs. Nuryaman, S.Ag
Laboran Nuryani, Amd
Perpustakaan Eti Sumiati, S.Sos
Tata Usaha Sundusiyah/ Mustofa Ahmad
Wali Kelas Guru Mata Pelajaran Guru Pembimbing
SISWA
3. Struktur Organisasi SMP Al-Amanah
Dibawah ini dikemukakan struktur organisasi SMP Al-Amanah sebagai
berikut:
STRUKTUR ORGANISASI SEKOLAH
B. Keadaan Kurikulum SMP Al-Amanah
Standar kurikulum yang digunakan oleh SMP Al-Amanah adalah
menggunakan perpaduan dua kurikulum antara kurikulum Diknas dan kurikulum
Depag dengan perbandingan 70% : 30%. Kurikulum Diknas yang digunakan
menyangkut mata pelajaran umum seperti Matematika, Fisika, Biologi, Bahasa
Indonesia, Bahasa Inggris dan lain sebagainya. Sedangkan kurikulum Depag
menyangkut mata pelajaran Aqidah, Fiqih dan Bahasa Arab, selain itu sekolah ini
juga menggunakan kurikulum yayasan yang meliputi pelajaran Baca tulis Al-
Qur’an dan komputer.
Karena sekolah ini menggunakan perpaduan dua kurikulum, maka
penerapannya pun terbagi dua yaitu pertama, dalam kurikulum Diknas sekolah ini
mengacu pada sistem yang telah disesuaikan oleh Diknas itu sendiri, seperti
mengacu pada sistem KBK. Sedangkan yang kedua, dalam kurikulum Depag
sekolah ini mengacu pada buku-buku yang digunakan di sekolah Madrasah
Tsanawiyah, kecuali untuk mata pelajaran Aqidah dan Fiqih khususnya untuk
kelas 3 itu dikembangkan lagi oleh pihak sekolah sendiri sesuai dengan kebutuhan
masyarakat. Untuk lebih jelasnya mengenai keadaan kurikulum SMP Al-Amanah
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1
Deskripsi Kurikulum SMP Al-Amanah
No Kurikulum Diknas Kurikulum Depag Kurikulum Lokal
1 PPKn Bahasa Arab Komputer 2 PAI Kajian Al-Qur’an dan Hadits Baca Tulis Al-Qur’an 3 B. Indonesia Fiqih 4 Matematika Aqidah Akhlak
5 IPA (Fisika, Biologi) 6 IPS (Sejarah, Ekonomi,
Geografi) 7 Keterampilan dan Kesenian 8 Penjaskes
9 Bahasa Inggris
Untuk mendukung dan menyalurkan minat dan bakat siswa diadakan kegiatan
ekstrakurikuler diluar jam pelajaran sekolah, seperti: pramuka, seni, paskibra dan
olahraga sehingga siswa-siswi dapat tampil dengan baik dan bersaing dengan sekolah
lainnya dalam berbagai perlombaan yang diadakan baik di tingkat Kecamatan maupun
Kabupaten.
C. Keadaan Personil Guru, Pegawai dan Siswa SMP Al-Amanah
1. Keadaan Guru dan Pegawai SMP Al-Amanah
Personil guru yang mengajar di SMP Al-Amanah berjumlah 27 orang yang terdiri dari 19 orang guru laki-laki dan 8 orang guru perempuan,
karyawan tata usaha 2 orang, bendahara 1 orang, pembina kegiatan ekstrakurikuler 3 orang dan petugas kebersihan 1 orang. Lulusan atau pendidikan terakhir guru di SMP Al-Amanah cukup bervariatif yaitu
lulusan dari berbagai macam perguruan tinggi bidang studi dengan disiplin ilmu yang telah mereka dapatkan.sedangkan untuk pegawai lainnya berasal
dari jenjang Sekolah Menengah Umum (SMU) dan ada juga yang berasal dari jenjang Sekolah Dasar (SD). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel berikut ini:
Tabel 2
Deskripsi Keadaan Guru dan Pegawai SMP Al-Amanah
No Nama L/
P Jabatan Pendidikan Terakhir Mengajar Bid. Studi
GT/ GTT
1 Drs. Oman Rohmanudin L Kep-sek Bhs. Inggris, UIN JKT, 1990 - GTY
2 Drs. Nuryaman, S. Ag L WaKepsek Tarbiyah/PAI, UIN JKT, 1990 PAI, Aqidah GTY
3 H. Ahmad Hadi, S. Ag L Guru PAI, STAI BDG, 2001 Fiqih GTY
4 Drs. Ulul Arkham L Kesiswaan/ Guru PPKN, IKIP VET SMR, 1993 PPKn,
Sejarah GTY
5 Suprih, A. Ma L Guru Mtk, IKIP SMR, 1988 Mtk GTY
6 Drs. Syaefullah L Guru IPS, UIN JKT, 1993 Geografi, KTK GTY
7 Drs. A Aziz Rofiq L Kurikulum/ Guru Tarbiyah/PAI, UIN JKT, 1993 KTK, BTQ GTY
8 Nuryani, A. Md P Guru Biologi, IKIP JKT, 1995 Biologi GTY
9 Drs. Ahmad Muhroj L Guru IPS, UIN JKT, 1991 Ekonomi GTT
10 Ogi Suprayugi, S.Pd L Guru Bhs. Indonesia, STKIP JKT, 2003 B. Indonesia GTT
11 Drs. Nahrawi, S.Ag L Guru Syari’ah, UIN JKT, 1989 Aqidah GTT
12 Umi W, S.Pd P Guru PPKN, IKIP VET SMR, 1994 PPKn GTT
13 Subarianto, A.Md L Guru Adm. Perkan, IKIP MLG, 1989 Komputer GTT
14 Drs. Encep S L Guru Bhs. Indonesia, UIN JKT, 1993 B. Indonesia GTT
15 Sapto Sudrato, S.Pd L Guru Penjaskes, IKIP JKT, 1999 Penjaskes GTT
16 Shodikin Nizan L Guru Bhs. Inggris, IKIP M. JKT B. Inggris GTT
17 Hayin Imroniati, S.E P Guru Ekonomi, UNMUH PNRG, 1997 Mtk GTT
18 Bambang W, A.Md L Guru TEK. NUKLIR, 1995 Fisika, Mtk GTT
19 Iyep Sumpena, S.Pd L Guru IPS, STKIP JKT, 2001 Sejarah, Eko GTT
20 Ahmad Husen, S.Ag L Guru Tarbiyah/B. Arab, UIN JKT, 1995 B. Arab GTT
21 Dede Aslihah, S.Ag P Guru PAI, STAI BDG, 2001 PAI, BTQ GTT
22 Siti Maryam, S.Ag P Guru Bhs. Arab, IAIC TSM, 2001 B. Arab GTT
23 Hendra B. S, S.Kom L Guru TI, UIN JKT, 2004 Komputer GTT
24 Dyah P. S P Guru Fisika, UHAMKA JKT Fisika GTT
25 Utsman A, S.Ag L Guru PAI, STAI ALHIK JKT, 2002 PAI, Aqidah GTT
26 Dra. Siti Badriyah P Guru B. Indonesia, IKIP MUH. Purworejo, 1990 B. Indonesia GTT
27 Deasy Mariatul. Q P Guru Tarbiyah/B. Inggris, UIN JKT B. Inggris GTT
28 A Bandaniji, S.Pd L Guru PAI, STAI FATAHILLAH SRPG BTQ GTT
29 Sundusiyah P Tata Usaha PGAN JKT,1990 - PTY
30 Mustofa Ahmad L Tata Usaha IPS, UNMUH JKT - PTY
31 Eti Sumiati, S.Sos P Pustakawan Adm Niaga, STIA TSM, 1997 - PTT
32 Abdullah L Bendahara Akuntansi, SMK BM, 1998 - PTT
33 Wandih L Petugas Kebersihan SDN 1988 - PTT
34 Djalul L Alumni - -
35 Syaeful Bahri L Alumni - -
36 Misad Nur Azis L Alumni - -
37 Syahrul Munir L
Pembina ekskul
Alumni - -
2. Keadaan Siswa SMP Al-Amanah
Siswa yang bersekolah di SMP Al-Amanah adalah mereka yang tinggal di
sekitar Cisauk, Serpong, Pamulang dan sekitarnya. Perkembangan siswa SMP Al-
Amanah setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan baik secara kualitas
maupun kuantitas, walaupun tingkat pertumbuhan jumlah siswa tidak begitu
signifikan. Selanjutnya untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3
Deskripsi Keadaan Siswa SMP Al-Amanah
Tahun Ajaran 2000/01 01/02 02/03 03/04 04/05 05/06
Kelas I 180 231 260 242 258 207
Kelas II 135 181 230 217 237 250
Jum
lah
Sisw
a
Kelas III 130 136 181 178 209 178
Jumlah 466 546 672 637 701 688
D. Keadaan Sarana dan Prasarana SMP Al-Amanah
SMP Al-Amanah terletak diatas tanah seluas 9.994 meter persegi, yang
terdiri dari 4 unit bangunan dan dilengkapi juga dengan sarana dan prasarana
belajar seperti: perpustakaan, laboratorium IPA, laboratorium komputer, lapangan
olahraga dan masjid. Pada saat ini SMP Al-Amanah sedang membangun gedung
baru mengingat kapasitas daya tampung siswa kurang mencukupi. Untuk lebih
jelasnya berikut ini disajikan dalam bentuk tabel:
Tabel 4
Deskripsi Sarana dan Prasarana SMP A-Amanah
No Jenis Sarana Prasarana
Jumlah Jenis Sarana
Prasarana Jumlah
1 Bangunan Gedung 4 Unit 10 Lab. Komputer 1 Buah 2 Ruang Belajar 7 Unit 11 Sanggar Kesenian 1 Buah 3 Ruang Kep-Sek 1 Buah 12 Koperasi/toko 1 Buah 4 Ruang Guru 2 Buah 13 Kamar mandi guru 1 Buah 5 Masjid 1 Buah 14 Kamar mandi murid 2 Buah 6 Perpustakaan 1 Buah 15 Rumah dinas kep- sek 1 Buah 7 Ruang BP 1 Buah 16 Rumah dinas guru 7 Unit 8 Ruang OSIS 1 Buah 17 Asrama 3 Unit 9 Lab. IPA 1 Buah 18 Sarana Olahraga 1 Buah
E. Deskripsi dan Analisis Data
Dalam mengumpulkan data, penulis menggunakan beberapa teknik yang
diantaranya teknik observasi, wawancara dan angket. Observasi yang penulis
lakukan adalah untuk mengetahui kondisi sekolah baik itu keadaan gedung, guru-
guru, siswa, terutama keadaan sarana dan prasarana, hal ini dilakukan untuk
mendapatkan data-data yang lebih akurat. Sedangkan wawancara yang penulis
lakukan adalah dalam rangka mengetahui pengembangan kompetensi guru dalam
peningkatan mutu pengajaran (hasil wawancara terlampir) baik yang dilakukan
oleh kepala sekolah maupun oleh individu guru itu sendiri. Adapun angket yang
penulis buat adalah angket tertutup sebanyak 30 item yang berbentuk pilihan
ganda yang harus dijawab oleh guru-guru dengan memberikan tanda silang dan
disebarkan keseluruh guru-guru yang mengajar di sekolah SMP Al-Amanah yang
beralamat di Jl. Raya Puspitek Pocis Bhakti Jaya Cisauk Tangerang.
Kemudian hasil angket yang telah dikumpulkan ditabulasikan kedalam
bentuk presentasi dan diolah, kemudian dapat di peroleh kesimpulan, hal ini dapat
di lihat dan dijelaskan dalam analisis secara keseluruhan.
Data yang telah dikumpulkan dari hasil angket yang disebarkan kepada
guru-guru kemudian diolah dengan menggunakan rumusan distribusi frekuensi.
Maksud dari pengolahan tersebut agar data yang diperoleh dapat memberikan arti
dan penjelasannya dari tujuan penelitian yang dilakukan.
Untuk memudahkan menganalisis data hasil penelitian tersebut, maka
setiap item dibuat ke dalam tabulasi yang disesuaikan dengan teknik analisis data
sehingga dengan demikian dapat ditarik kesimpulan seberapa besar tingkat
implementasi pengembangan kompetensi guru dalam peningkatan mutu
pengajaran dapat dilihat dari hasil angket di bawah ini.
Tabel 5
Pengembangan Kompetensi Guru
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase (%)
Selalu 15 55,6 % Sering 8 29,6 %
Kadang-kadang 4 14,8 %
1
Tidak Pernah - - Jumlah 27 100 %
Melihat data pada tabel 5 di atas menunjukkan bahwa responden yang
menjawab selalu sebanyak 55,6 %, sering 29,6 %, sedangkan yang menjawab
kadang-kadang sebanyak 14,8 %, dan tidak pernah 0 %. Hal ini berarti bahwa kepala
sekolah selalu melakukan pengembangan kompetensi guru untuk meningkatkan
profesionalisme guru dalam pengajaran.
Tabel 6
Rencana Pengembangan Kompetensi Guru
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase (%)
Selalu 12 44,4 % Sering 10 37,1 %
Kadang-kadang 5 18,5 %
2
Tidak Pernah - - Jumlah 27 100 %
Dari data pada tabel 6 tersebut di atas menunjukkan bahwa responden yang
menjawab selalu sebanyak 44,4 %, sering 37,1 %, sedangkan yang menjawab
kadang-kadang sebanyak 18,5 %, dan tidak pernah 0 %. Hal ini berarti bahwa dalam
melakukan pengembangan kompetensi guru kepala sekolah selalu membuat rencana
program pengembangan kompetensi guru terlebih dahulu, hal ini dilakukan agar
kegiatan tersebut dapat berjalan sesuai dengan yang telah direncanakan.
Tabel 7
Pencantuman Kegiatan dalam RP Pengembangan Kompetensi Guru
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase (%)
Selalu 14 51,8 % Sering 10 37,1 %
Kadang-kadang 3 11,1 %
3
Tidak Pernah - - Jumlah 27 100 %
Dari data pada tabel 7 tersebut di atas dapat diketahui bahwa dalam rencana
pengembangan kompetensi guru kepala sekolah selalu mencantumkan kegiatan-
kegiatan yang akan dilaksanakan oleh guru seperti pelatihan-pelatihan dan
pendidikan, penataran dll. Hal ini dapat dilihat dari jawaban responden yang
menjawab selalu sebanyak 51,8 %, sering 37,1 %, kadang-kadang 11,1 %, sedangkan
yang menjawab tidak pernah sebanyak 0 %.
Tabel 8
Sosialisasi Program Pengembangan Kompetensi Guru
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase (%)
Selalu 12 44,5 % Sering 9 33,3 %
Kadang-kadang 6 22,2 %
4
Tidak Pernah - - Jumlah 27 100 %
Data pada tabel 8 tersebut di atas menunjukkan bahwa kepala sekolah selalu
mensosialisasikan program pengembangan kompetensi tersebut kepada para guru,
guru dapat mengetahui kegiatan apa yang akan dilaksanakan. Hal ini dapat terlihat
dari jawaban responden yang menyatakan selalu sebanyak 44,5 %, sering 33,3 %,
sedangkan yang menjawab kadang-kadang sebanyak 22,2 %, dan tidak pernah 0 %.
Tabel 9
Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Kompetensi Guru
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase (%)
Selalu 16 59,3 % Sering 8 29,6 %
Kadang-kadang 3 11,1 %
5
Tidak Pernah - - Jumlah 27 100 %
Berdasarkan data pada tabel 9 di atas dapat diketahui bahwa responden yang
menjawab selalu sebanyak 59,3 %, sering 29,6 %, kadang-kadang 11,1 %, sedangkan
yang menjawab tidak pernah sebanyak 0 %. Hal ini menunjukkan bahwa guru selalu
melaksanakan kegiatan pengembangan kompetensi yang telah diprogramkan kepala
sekolah.
Tabel 10
Keikutsertaan Guru dalam Kegiatan Pengembangan Kompetensi
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase (%)
3 kali 2 7,4 % 5 kali 4 14,8 % 10 kali 8 29,6 %
6
Lebih dari 10 kali 13 48,2 % Jumlah 27 100 %
Melihat data pada tabel 10 tersebut di atas menunjukkan bahwa responden
yang menjawab lebih dari 10 kali sebanyak 48,2 %, 10 kali sebanyak 29,6 %, 5 kali
sebanyak 14,8 %, sedangkan yang menyatakan hanya 3 kali sebanyak 7,4 %. Hal ini
berarti menunujukkan bahwa lebih dari 15 kali para guru telah mengikuti berbagai
kegiatan pengembangan kompetensi yang diprogramkan kepala sekolah.
Tabel 11
Hambatan dalam Kegiatan Pengembangan Kompetensi
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase (%)
Selalu 1 3,7 % Sering 2 7,4 %
Kadang-kadang 13 48,1 %
7
Tidak Pernah 11 40,8 % Jumlah 27 100 %
Data pada tabel 11 tersebut di atas menunjukkan bahwa dalam melaksanakan
kegiatan pengembangan kompetensi yang diprogramkan kepala sekolah, guru
kadang-kadang mengalami hambatan-hambatan. Hal ini dapat dilihat dari jawaban
responden yang menjawab kadang-kadang sebanyak 48,1 %, tidak pernah 40,8 %,
sering 7,4 %, sedangkan yang menyatakan selalu sebanyak 3,7 %.
Tabel 12
Penyimpangan dalam Tujuan, materi dan cara
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase (%)
Selalu - - Sering 2 7,4 %
Kadang-kadang 9 33,3 %
8
Tidak Pernah 16 59,3 % Jumlah 27 100 %
Berdasarkan data pada tabel 12 di atas dapat diketahui bahwa pelaksanaan
kegiatan pengembangan kompetensi yang dilaksanakan oleh guru sesuai yang
diprogramkan kepala sekolah tidak pernah mengalami penyimpangan dalam hal
tujuan, materi, dan cara. Hal ini dapat terlihat dari jawaban responden yang menjawab
tidak pernah sebanyak 59,3 %, kadang-kadang 33,3 %, sering 7,4 %, sedangkan yang
menjawab selalu sebanyak 0 %.
Tabel 13
Penyimpangan Jadwal
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase (%)
Selalu 2 7,4 % Sering 4 14,8 %
Kadang-kadang 12 44,5 %
9
Tidak Pernah 9 33,3 % Jumlah 27 100 %
Melihat data pada tabel 13 tersebut di atas dapat diketahui bahwa responden
yang menjawab kadang-kadang sebanyak 44,5 %, tidak pernah 33,3 %, sering 14,8
%, sedangkan yang menyatakan selalu sebanyak 7,4 %. Hal ini menunjukkan bahwa
dalam melaksanakan kegiatan pengembangan kompetensi, guru kadang-kadang
mengalami penyimpangan dalam jadual.
Tabel 14
Efektifitas Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Kompetensi
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase (%)
Selalu 10 37,1 % Sering 12 44,4 %
Kadang-kadang 5 18,5 %
10
Tidak Pernah - - Jumlah 27 100 %
Dari data pada tabel 14 tersebut di atas menunjukkan bahwa pelaksanaan
kegiatan pengembangan kompetensi guru yang dilaksanakan oleh guru sesuai yang
diprogramkan kepala sekolah sering berjalan dengan baik dan efektif. Hal ini dapat
dilihat dari jawaban responden yang menyatakan sering sebanyak 44,4 %, selalu 37,1
%, kadang-kadang 18,5 %, sedangkan yang menyatakan tidak pernah sebanyak 0 %.
Tabel 15
Pemantauan atau pengawasan
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase (%)
Selalu 3 11,1 % Sering 15 55,6 %
Kadang-kadang 9 33,3 %
11
Tidak Pernah - - Jumlah 27 100 %
Berdasarkan data pada tabel 15 tersebut di atas dapat diketahui bahwa
responden yang menyatakan sering sebanyak 55,6 %, kadang-kadang 33,3 %,
sedangkan yang menyatakan selalu sebanyak 11,1 %, dan tidak pernah 0 %. Hal ini
berarti bahwa selama kegiatan pengembangan kompetensi guru berlangsung, kepala
sekolah sering mengadakan pemantauan atau pengawasan terhadap para guru yang
sedang mengikuti kegiatan pengembangan kompetensi demi tercapainya kegiatan
tersebut.
Tabel 16
Evaluasi Kegiatan
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase (%)
Selalu 8 29,6 % Sering 14 51,9 %
Kadang-kadang 5 18,5 %
12
Tidak Pernah - - Jumlah 27 100 %
Data pada tabel 16 tersebut di atas menunjukkan bahwa setelah kegiatan
pengembangan kompetensi dilaksanakan kepala sekolah sering mengadakan evaluasi
terhadap kegiatan yang telah dilaksanakan oleh para guru untuk mengukur
keberhasilan kegiatan tersebut. Hal ini dapat terlihat dari jawaban responden yang
menyatakan sering sebanyak 51,9 %, selalu 29,6 %, kadang-kadang 18,5 %,
sedangkan yang menyatakan tidak pernah sebanyak 0 %.
Tabel 17
Keberhasilan Kegiatan
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase (%)
Selalu 10 37,1 % Sering 12 44,4 %
Kadang-kadang 5 18,5 %
13
Tidak Pernah - - Jumlah 27 100 %
Dari data pada tabel 17 tersebut di atas dapat diketahui bahwa responden yang
menyatakan sering sebanyak 44,4 %, selalu 37,1 %, sedangkan yang menyatakan
kadang-kadang sebanyak 18,5 %, dan tidak pernah 0 %. Hal ini menunjukkan bahwa
kegiatan pengembangan kompetensi guru yang diprogramkan kepala sekolah sering
berhasil sepenuhnya dilaksanakan oleh para guru.
Tabel 18
Program Pengembangan Kompetensi Guru
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase (%)
Sangat memadai 3 11,1 % Cukup memadai 15 55,6 % Kurang memadai 9 33,3 %
14
Tidak memadai - - Jumlah 27 100 %
Berdasarkan data pada tabel 18 tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa responden yang menjawab cukup memadai sebanyak 55,6 %, kurang memadai
sebanyak 33,3 %, sedangkan yang menjawab sangat memadai sebanyak 11,1 %, dan
tidak memadai 0 %. Hal ini menunjukkan bahwa program kegiatan pengembangan
kompetensi guru yang dilakukan kepala sekolah untuk meningkatkan kualitas
pengajaran sudah cukup memadai.
Tabel 19
Pemberian Pelatihan terhadap Keterampilan Guru
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase (%)
Selalu 12 44,5 % Sering 6 22,2 %
Kadang-kadang 9 33,3 %
15
Tidak Pernah - - Jumlah 27 100 %
Pada data tabel 19 tersebut di atas menunjukkan bahwa kepala sekolah selalu
memberikan pelatihan-pelatihan pendidikan kepada guru untuk meningkatkan
kemampuan dan keterampilan guru dalam pengajaran. Hal ini dapat dilihat dari
jawaban responden yang menyatakan selalu sebanyak 44,5 %, sering sebanyak 22,2
%, kadang-kadang sebanyak 33,3 %, sedangkan yang menyatakan tidak pernah 0 %.
Tabel 20
Anjuran Kepala Sekolah dalam Membuat Rencana Pengajaran
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase (%)
Selalu 22 81,5 % Sering 3 11,1 %
Kadang-kadang 2 7,4 %
16
Tidak Pernah - - Jumlah 27 100 %
Data pada tabel 20 tersebut di atas menunjukkan bahwa responden yang
menyatakan selalu sebanyak 81,5 %, sering sebanyak 11,1 %, kadang-kadang
sebanyak 7,4 %, sedangkan yang menyatakan tidak pernah 0 %. Hal ini menunjukkan
bahwa kepala sekolah selalu menganjurkan kepada para guru untuk membuat rencana
pengajaran sebelum mengajar sesuai program kepala sekolah agar kegiatan belajar
mengajar dapat lebih terarah sesuai dengan tujuan pengajaran.
Tabel 21
Kunjungan (mensupervisi) Kelas
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase (%)
Selalu 8 29,6 % Sering 12 44,5 %
Kadang-kadang 5 18,5 %
17
Tidak Pernah 2 7,4 % Jumlah 27 100 %
Data pada tabel 21 di atas terlihat bahwa kepala sekolah sering melakukan
kunjungan (mensupervisi) guru ketika mengajar. Hal ini dapat dilihat dari jawaban
responden yang menjawab sering sebanyak 44,5 %, selalu sebanyak 29,6 %, kadang-
kadang sebanyak 18,5 %, sedangkan yang menyatakan tidak pernah sebanyak 7,4 %.
Tabel 22
Pengawasan terhadap PBM
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase (%)
Selalu 9 33,3 % Sering 13 48,2 %
Kadang-kadang 3 11,1 %
18
Tidak Pernah 2 7,4 % Jumlah 27 100 %
Pada data tabel 22 tersebut di atas dapat diketahui bahwa responden yang
menyatakan sering sebanyak 48,2 %, selalu sebanyakl 33,3 %, sedangkan yang
menyatakan kadang-kadang sebanyak 11,1 % dan yang menyatakan tidak pernah
sebanyak 7,4 %. Hal ini menunjukkan bahwa kepala sekolah sering melakukan
pengawasan terhadap proses belajar mengajar yang guru-guru lakukan.
Tabel 23
Pemberian Wawasan Keilmuan
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase (%)
Selalu 8 29,6 % Sering 12 44,5 %
Kadang-kadang 6 22,2 %
19
Tidak Pernah 1 3,7 % Jumlah 27 100 %
Dari data tabel 23 di atas menunjukkan bahwa kepala sekolah sering
memberikan wawasan keilmuan yang luas kepada guru dalam merumuskan tujuan-
tujuan pendidikan dan meningkatkan kemampuan mengajar guru. Hal ini dapat dilihat
dari jawaban responden yang menyatakan sering sebanyak 44,5 %, selalu sebanyak
29,6 %, sedangkan yang menyatakan kadang-kadang sebanyak 22,2 % dan tidak
pernah sebanyak 3,7 %.
Tabel 24
Pemberian Pengetahuan dan Keterampilan Mengajar
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase (%)
Selalu 9 33,3 % Sering 12 44,5 %
Kadang-kadang 6 22,2 %
20
Tidak Pernah - - Jumlah 27 100 %
Pada data tabel 24 tersebut di atas dapat diketahui bahwa kepala sekolah
sering memberikan pengetahuan dan keterampilan mengajar kepada guru, hal ini
dilakukan agar guru termotivasi untuk meningkatkan proses belajar mengajar. Hal ini
dapat dilihat dari jawaban responden yang menyatakan sering sebanyak 44,5 %,
selalu sebanyak 33,3 %, kadang-kadang sebanyak 22,2 %, sedangkan yang
menjawab tidak pernah 0 %.
Tabel 25
Penilaian atau evaluasi terhadap Kinerja Guru
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase (%)
Selalu 10 37,1 % Sering 12 44,4 %
Kadang-kadang 5 18,5 %
21
Tidak Pernah - - Jumlah 27 100 %
Dari data pada tabel 25 di atas terlihat bahwa responden yang menyatakan
sering sebanyak 44,4 %, guru tersebut adalah guru yang menganggap bahwa dengan
adanya penilaian atau evaluasi terhadap kinerja guru diharapkan guru dapat lebih baik
lagi dalam melaksanakan pengajaran, selalu sebanyak 37,1 %, sedangkan yang
menyatakan kadang-kadang sebanyak 18,5 % dan tidak pernah sebanyak 0 %. Hal ini
menunjukkan bahwa kepala sekolah sering melakukan penilaian atau evaluasi
terhadap kinerja guru dalam pengajaran.
Tabel 26
Keikutsertaan dalam Penataran/seminar Pendidikan
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase (%)
Selalu 20 74,1 % Sering 5 18,5 %
Kadang-kadang 2 7,4 %
22
Tidak Pernah - - Jumlah 27 100 %
Pada data tabel 26 tersebut di atas menunjukkan bahwa responden yang
menyatakan selalu sebanyak 74,1 %, guru tersebut adalah mereka yang menganggap
bahwa hal tersebut merupakan layanan yang baik bagi guru untuk mengembangkan
dan meningkatkan kompetensi yang dimiliki, sering sebanyak 18,5 %, sedangkan
yang menyatakan kadang-kadang sebanyak 7,4 % dan tidak pernah sebanyak 0 %.
Hal ini berarti bahwa kepala sekolah selalu mengikutsertakan guru-guru dalam
berbagai penataran/seminar pendidikan dalam upaya meningkatkan mutu.
Tabel 27
Peningkatan Kompetensi Anda sebagai Guru
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase (%)
Selalu 12 44,5 % Sering 8 29,6 %
Kadang-kadang 7 25,9 %
23
Tidak Pernah - - Jumlah 27 100 %
Berdasarkan data pada tabel 27 di atas dapat diketahui bahwa responden yang
menyatakan selalu sebanyak 44,5 %, sering sebanyak 29,6 %, sedangkan yang
menyatakan kadang-kadang sebanyak 25,9 % dan tidak pernah sebanyak 0 %. Hal ini
menunjukkan bahwa dengan adanya berbagai kegiatan penataran/seminar pendidikan
yang telah diikuti dapat meningkatkan kompetensi yang dimiliki oleh para guru.
Tabel 28
Aplikasi Hasil Penataran/seminar dalam KBM
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase (%)
Selalu - - Sering 5 18,5 %
Kadang-kadang 10 37,1 %
24
Tidak Pernah 12 44,4 %
Jumlah 27 100 %
Dari data pada tabel 28 tersebut di atas menunjukkan bahwa hasil yang
diperoleh dari penataran/seminar tidak pernah sulit untuk diterapkan dalam proses
belajar mengajar. Hal ini dapat dilihat dari jawaban responden yang menyatakan tidak
pernah sebanyak 44,4 %, kadang-kadang sebanyak 37,1 %, sedangkan yang
menyatakan sering sebanyak 18,5 % dan selalu sebanyak 0 %.
Tabel 29
Implementasi Hasil Pengembangan Kompetensi dalam
Proses Pengajaran
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase (%)
Selalu 5 18,5 % Sering 14 51,9 %
Kadang-kadang 8 29,6 %
25
Tidak Pernah - - Jumlah 27 100 %
Dari data pada tabel 29 tersebut di atas dapat diketahui bahwa responden yang
menyatakan sering sebanyak 51,9 %, kadang-kadang sebanyak 29,6 %, sedangkan
yang menyatakan selalu sebanyak 18,5 % dan yang menjawab tidak pernah 0 %. Hal
ini menunjukkan bahwa setelah mengikuti berbagai kegiatan pengembangan
kompetensi guru yang diprogramkan kepala sekolah, guru sering mengimplementasi-
kan hasil yang diperoleh dalam proses pengajaran.
Tabel 30
Penerapan Metode Pembelajaran
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase (%)
Selalu 5 18,5 % Sering 13 48,2 %
26
Kadang-kadang 9 33,3 %
Tidak Pernah - - Jumlah 27 100 %
Berdasarkan data pada tabel 30 di atas dapat diketahui bahwa guru sering
menerapkan teknik dan metode pembelajaran berdasarkan pelatihan yang pernah
diikuti dalam proses belajar mengajar. Hal ini dapat dilihat dari jawaban responden
yang menjawab sering sebanyak 48,2 %, kadang-kadang sebanyak 33,3 %, sedangkan
yang menyatakan selalu sebanyak 18,5 % dan tidak pernah sebanyak 7,4 %.
Tabel 31
Kesulitan dalam Menerapkan Hasil Pengembangan
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase (%)
Selalu - - Sering 4 14,8 %
Kadang-kadang 10 37,1 %
27
Tidak Pernah 13 48,1 % Jumlah 27 100 %
Data pada tabel 31 tersebut di atas menunjukkan bahwa guru tidak pernah
mengalami kesulitan dalam menerapkan hasil yang telah diperoleh dari kegiatan
pengembangan kompetensi dalam proses pengajaran. Hal ini dapat dilihat dari
jawaban responden yang menyatakan tidak pernah sebanyak 48,1 %, kadang-kadang
sebanyak 37,1 %, sedangkan yang menyatakan sering sebanyak 14,8 % dan selalu
sebanyak 0 %.
Tabel 32
Manfaat Kegiatan Pengembangan bagi Guru
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase (%)
Selalu 16 59,3 % Sering 3 11,1 %
28
Kadang-kadang 8 29,6 %
Tidak Pernah - - Jumlah 27 100 %
Pada data tabel 32 tersebut di atas menunjukkan bahwa dengan adanya
kegiatan pengembangan kompetensi guru yang diprogramkan, guru merasa semakin
meningkatkan dalam melaksanakan pendidikan dan pengajaran. Hal ini dapat terlihat
dari jawaban responden yang menyatakan selalu sebanyak 59,3 %, kadang-kadang
sebanyak 29,6 %, sedangkan yang menyatakan sering sebanyak 11,1 % dan tidak
pernah sebanyak 0 %.
Tabel 33
Perbaikan terhadap Faktor Penghambat Mutu Pengajaran
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase (%)
Selalu 5 18,5 % Sering 14 51,9 %
Kadang-kadang 8 29,6 %
29
Tidak Pernah - - Jumlah 27 100 %
Berdasarkan data pada tabel 33 di atas dapat diketahui bahwa responden yang
menyatakan sering sebanyak 51,9 %, kadang-kadang sebanyak 29,6 %, sedangkan
yang menyatakan selalu sebanyak 18,5 %, dan tidak pernah sebanyak 0 %. Hal ini
berarti menunjukkan bahwa untuk meningkatkan mutu pengajaran kepala sekolah
melakukan perbaikan-perbaikan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi atau
menghambat tercapainya mutu pengajaran.
Tabel 34
Peningkatan Proses Belajar Mengajar
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase (%) Selalu 18 66,7 % 30 Sering 2 7,4 %
Kadang-kadang 7 25,9 % Tidak Pernah - - Jumlah 27 100 %
Berdasarkan data pada tabel 34 tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa guru senantiasa selalu memperbaiki dan meningkatkan proses belajar
mengajar sesuai program kepala sekolah agar tujuan pengajaran dapat tercapai sesuai
dengan yang telah direncanakan. Hal ini dapat terlihat dari jawaban responden yang
menyatakan selalu sebanyak 66,7 %, sering sebanyak 7,4 %, sedangkan yang
menyatakan kadang-kadang sebanyak 25,9 % dan tidak pernah sebanyak 0 %.
F. Interpretasi Data
Berdasarkan analisis data tersebut dapat penulis interpretasikan bahwa
pelaksanaan pengembangan kompetensi guru yang dilakukan oleh kepala sekolah
dapat dikatakan sudah berjalan baik dan efektif. Pengembangan kompetensi guru
yang dilakukan guna meningkatkan profesionalisme guru sudah dilakukan secara
bertahap, dari mulai perencanaan kegiatan pengembangan kompetensi guru
sampai dengan pengevaluasian kegiatan tersebut.
Kegiatan perencanaan pengembangan kompetensi guru tersebut terlihat
dari dilaksanakannya pembuatan rencana kegiatan pengembangan kompetensi
guru yang dilakukan oleh kepala sekolah, hal ini dapat dilihat dari jawaban
responden dimana 81,5 % (selalu dan sering) guru menyatakan bahwa kepala
sekolah membuat rencana kegiatan pengembangan kompetensi guru terlebih
dahulu sebelum dilaksanakan (tabel 6). Dalam membuat rencana program
pengembangan kompetensi guru, tentunya perlu dicantumkan berbagai kegiatan
yang akan dilaksanakan agar guru mengetahui kegiatan apa saja yang akan
dilaksanakan. Adapun data yang mendukung bahwa kepala sekolah pernah (selalu
dan sering) mencantumkan berbagai kegiatan dalam rencana pengembangan
kompetensi guru dapat dilihat pada tabel 7, dimana 88,9 % responden mengatakan
bahwa kepala sekolah mencantumkan berbagai kegiatan dalam rencana kegiatan
tersebut.
Tahap selanjutnya adalah pelaksanaan kegiatan pengembangan
kompetensi guru, pada tahap ini yang dapat terlaksana adalah guru melaksanakan
dan mengikuti kegiatan-kegiatan pengembangan kompetensi yang telah
diprogramkan kepala sekolah, di mana hal ini dapat terlihat dari jawaban
responden yang menyatakan bahwa 88,9 % guru (selalu dan sering) melaksanakan
kegiatan pengembangan kompetensi yang telah diprogramkan kepala sekolah
serta dapat dilihat pula dari jawaban responden yang menyatakan 48,2 % guru
sudah lebih dari 10 kali mengikuti kegiatan pengembangan kompetensi yang
diprogramkan kepala sekolah, 29,6 % guru menyatakan hanya 10 kali, 14,8 %
guru menyatakan 5 kali dan 7,4 % guru menyatakan 3 kali.
Tahap terakhir yang dilakukan adalah evaluasi terhadap kegiatan
pengembangan kompetensi guru, pada aspek ini yang terlaksana adalah kepala
sekolah melakukan evaluasi untuk mengukur keberhasilan kegiatan
pengembangan kompetensi yang telah dilaksanakan oleh guru dan penerapan
hasil yang diproleh dalam proses pengajaran. Untuk mengetahui sejauh mana
hasil yang diperoleh dari kegiatan pengembangan kompetensi guru tersebut
kepala sekolah melakukan evaluasi terhadap kegiatan-kegiatan yang telah
dilaksanakan oleh guru, hal ini dapat dilihat dari jawaban responden dimana 81,5
% (selalu dan sering) guru menyatakan bahwa kepala sekolah mengadakan
evaluasi terhadap kegiatan tersebut untuk mengukur keberhasilan dari kegiatan
pengembangan kompetensi yang telah dilaksanakan oleh guru (tabel 16). Hal ini
didukung pula dengan perolehan jawaban responden pada tabel 15, dimana 66,7
% responden menyatakan bahwa kepala sekolah melakukan pemantauan atau
pengawasan terhadap kegiatan pengembangan kompetensi guru tersebut.
Adapun dalam proses pengajaran, guru senantiasa mengimplementasikan
hasil yang diperoleh dari kegiatan pengembangan kompetensi yang pernah
diikutinya di dalam proses belajar mengajar, hal ini dapat dilihat dari jawaban
responden yang menyatakan 70,4 % guru (selalu dan sering)
mengimplementasikan hasil yang diperoleh dari kegiatan pengembangan
kompetensi yang diprogramkan kepala sekolah di dalam proses pengajaran serta
dapat dilihat pula dari jawaban responden yang menyatakan 66,7 % guru (selalu
dan sering) menerapkan teknik dan metode pembelajaran berdasarkan pelatihan
dan pengembangan di dalam proses belajar mengajar (tabel 29 dan 30).
Dari hasil kegiatan evaluasi tersebut dapat diketahui bahwa dengan adanya
kegiatan pengembangan kompetensi guru yang diprogramkan kepala sekolah,
guru merasa semakin meningkat dalam melaksanakan pendidikan dan pengajaran,
hal ini dapat terlihat dari jawaban responden dimana 70,4 % (selalu dan sering)
guru menyatakan bahwa mereka merasa semakin meningkat dalam melaksanakan
pendidikan dan pengajaran dengan adanya kegiatan pengembangan kompetensi
guru yang dilakukan kepala sekolah, hal ini menunjukkan bahwa kegiatan
pengembangan kompetensi tersebut menberikan manfaat bagi para guru dalam
meningkatkan profesionalismenya.
Dalam pengembangan terhadap kemampuan dan keterampilan guru,
kegiatan yang terlaksana adalah kepala sekolah memberikan pelatihan-pelatihan
pendidikan terhadap kemampuan dan keterampilan guru, kepala sekolah
memberikan wawasan keilmuan yang luas kepada guru dalam merumuskan
tujuan-tujuan pendidikan dan meningkatkan kemampuan mengajar guru-guru dan
kepala sekolah memberikan pengetahuan dan keterampilan mengajar kepada
guru.
Hal ini dapat terlihat dari jawaban responden dimana 66,7 % responden
menyatakan bahwa kepala sekolah pernah (selalu dan sering) memberikan
berbagai pelatihan-pelatihan pendidikan terhadap kemampuan dan keterampilan
guru dalam pengajaran (table 19), didukung pula dengan jawaban responden yang
menyatakan 74,1 % (selalu dan sering) bahwa kepala sekolah memberikan
wawasan keilmuan yang luas kepada guru dalam merumuskan tujuan-tujuan
pendidikan dan meningkatkan kemampuan mengajar guru-guru serta dapat dilihat
pula dari jawaban responden yang menyatakan 77,8 % (selalu dan sering) bahwa
kepala sekolah juga memberikan berbagai pengetahuan dan keterampilan
mengajar kepada guru (lihat tabel 23 dan 24).
Adapun pengembangan melalui penataran, kegiatan yang terlaksana
adalah kepala sekolah mengikutsertakan guru-guru dalam berbagai penataran-
penataran/seminar pendidikan sebagai upaya peningkatan mutu, sehingga
diharapkan dengan mengikuti berbagai penataran/seminar pendidikan dapat
meningkatkan kompetensi para guru. Hal ini dapat terlihat dari jawaban
responden dimana 92,6 % (selalu dan sering) responden menyatakan bahwa
kepala sekolah mengikutsertakan guru-guru dalam berbagai penataran/seminar
pendidikan (tabel 26), serta dapat dilihat pula dari jawaban responden yang
menyatakan 74,1 % (selalu dan sering) guru merasa bahwa dengan adanya
penataran/seminar pendidikan yang telah diikuti dapat meningkatkan kompetensi
yang telah dimiliki (tabel 27).
Data yang telah terhimpun tersebut menunjukkan bahwa pengembangan
kompetensi guru yang dilakukan untuk meningkatkan profesionalisme guru sudah
dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan proses pengembangan, mulai dari
perencanaan kegiatan pengembangan kompetensi guru sampai dengan evaluasi
kegiatan tersebut, meskipun masih terdapat sedikit hambatan dalam
pelaksanaannya. Pengembangan kompetensi guru yang dilakukan kepala sekolah
dapat dikatakan sudah baik dan efektif, hal ini terlihat dari berbagai layanan
profesional yang telah diberikan kepada guru-guru untuk meningkatkan
kompetensi yang dimiliki guru. Layanan yang dilakukan kepala sekolah tersebut
diantaranya meliputi kegiatan pemberian pelatihan-pelatihan pendidikan kepada
guru, pemberian wawasan keilmuan yang luas kepada guru dalam merumuskan
tujuan-tujuan pendidikan dan pemberian pengetahuan dan keterampilan mengajar
terhadap para guru serta mengikutsertakan para guru dalam berbagai
penataran/seminar pendidikan. Adapun efektifitas pengembangan kompetensi
guru tersebut terlihat dari manfaat kegiatan tersebut bagi guru, dimana dengan
adanya kegiatan pengembangan kompetensi tersebut guru mengalami peningkatan
dalam melaksanakan pendidikan dan pengajaran, didukung pula dengan
tanggapan guru yang menyatakan bahwa pengembangan kompetensi guru yang
dilakukan kepala sekolah cukup memadai, dimana 55,6 % responden menyatakan
cukup memadai (tabel 18).
Selanjutnya dalam upaya peningkatan terhadap mutu pengajaran, kegiatan
yang terlaksana adalah kepala sekolah menganjurkan kepada guru untuk membuat
rencana pengajaran sebelum melaksanakan pengajaran, kepala sekolah melakukan
kunjungan (mensupervisi) guru di kelas ketika mengajar, kepala sekolah
melakukan pengawasan terhadap PBM yang dilakukan guru, kepala sekolah
melakukan penilaian atau evaluasi terhadap kinerja guru dalam pengajaran,
kepala sekolah memperbaiki berbagai faktor-faktor yang mempengaruhi atau
menghambat tercapainya mutu pengajaran seperti sarana dan prasarana
pengajaran.
Hal ini dapat terlihat dari jawaban responden yang menyatakan selalu
sebanyak 81,5 % bahwa kepala sekolah menganjurkan kepada guru untuk
membuat rencana pengajaran sebelum melaksanakan proses belajar mengajar agar
dapat terarah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, sering sebanyak 11,1 %
dan kadang-kadang sebanyak 7,4 %. Kemudian untuk mengetahui bagaimana
proses pengajaran yang dilakukan para guru, kepala sekolah melakukan
kunjungan dan pengawasan terhadap PBM yang dilakukan oleh guru, hal ini
dapat terlihat pada tabel 21 yang menyatakan bahwa kepala sekolah melakukan
kunjungan kelas ketika guru mengajar adalah 44,5 % menyatakan sering, 29,6 %
menyatakan selalu, 18,5 % menyatakan kadang-kadang dan 7,4 % menyatakan
tidak pernah. Ditunjang pula dengan perolehan jawaban responden pada tabel 22
yang menyatakan bahwa kepala sekolah melakukan pengawasan terhadap PBM
yang guru lakukan, adalah 48,2 % menyatakan sering melakukan pengawasan
terhadap PBM, 33,3 % menyatakan selalu, 11,1 % menyatakan kadang-kadang
dan 7,4 % menyatakan tidak pernah.
Hal lain yang menunjang peningkatan terhadap mutu pengajaran adalah
dengan melakukan penilaian atau evaluasi terhadap kinerja guru dalam proses
belajar mengajar dan melakukan perbaikan terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhi atau menghambat tercapainya mutu pengajaran seperti sarana dan
prasarana pengajaran. Adapun data yang menyatakan bahwa kepala sekolah
melakukan penilaian terhadap kinerja guru dalam pengajaran adalah 44,4 %
menyatakan sering melakukan penilaian, 37,1 % menyatakan selalu dan 18,5 %
menyatakan kadang-kadang serta data yang menyatakan bahwa kepala sekolah
melakukan perbaikan terhadap faktor-faktor yang menghambat tercapainya mutu
pengajaran adalah 51,9 % responden menyatakan sering melakukan perbaikan,
29,6 % menyatakan kadang-kadang dan 18,5 % menyatakan selalu.
Data yang telah terhimpun tersebut menunjukkan bahwa upaya
peningkatan terhadap mutu pengajaran yang dilakukan kepala sekolah sudah baik,
hal ini terlihat bahwa kepala sekolah sudah melaksanakan tanggung jawabnya
sebagai pemimpin untuk meningkatkan mutu pengajaran yang dilakukan oleh
guru. Adapun kegiatan yang dilakukan diantaranya meliputi anjuran kepala
sekolah kepada guru untuk membuat rencana pengajaran, melakukan kunjungan
(mensupervisi) guru dikelas ketika mengajar, melakukan pengawasan terhadap
PBM yang dilakukan guru dan melakukan penilaian atau evaluasi terhadap
kinerja guru dalam pengajaran serta memperbaiki berbagai faktor yang
menghambat atau mempengaruhi tercapainya mutu pengajaran seperti sarana dan
prasarana pembelajaran.
Beradasarkan interpretasi data tersebut dapat diketahui bahwa
pengembangan kompetensi guru serta usahanya dalam meningkatkan mutu
pengajaran yang dilakukan kepala sekolah sudah baik dan efektif serta cukup
memadai.
Untuk mendukung hasil analisis data tersebut, penulis akan memaparkan
hasil wawancara dengan kepala sekolah mengenai pengembangan kompetensi
guru dalam peningkatan mutu pengajaran, yaitu sebagai berikut:
Dalam setiap kegiatan perencanaan merupakan suatu langkah awal yang
perlu dilakukan terlebih dahulu, karena dengan adanya perencanaan yang matang
diharapkan kegiatan yang akan dilaksanakan dapat berjalan sesuai dengan apa
yang di inginkan. Sehubungan dengan pengembangan kompetensi guru, SMP Al-
Amanah dalam hal ini kepala sekolah dan pihak yayasan selalu melakukan
perencanaan terlebih dahulu sebelum melaksanakan program yang akan
dijalankan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah SMP Al-Amanah
Drs. Oman Rohmanudin bahwa program yang dilakukan untuk mengembangkan
kompetensi guru di SMP Al-Amanah adalah dengan mengikutsertakan guru
dalam pelatihan-pelatihan baik di tingkat gugus, kabupaten maupun tingkat
propinsi. Selain itu juga, dilaksanakan pelatihan-pelatihan yang dilakukan oleh
yayasan seperti Quantum teaching, Quantum learning dan pelatihan-pelatihan
kurikulum 2004 oleh pengawas dinas kependidikan dan kebudayaan kabupaten
tangerang yang bekerja sama dengan yayasan pondok pesantren Al-Amanah dan
juga diikutsertakan dalam workshop-workshop yang ada hubungannya dengan
kompetensi guru.
Dalam lembaga pendidikan, guru merupakan salah satu komponen
pendidikan yang mempunyai peranan yang sangat penting untuk meningkatkan
mutu pendidikan atau keluarannya. Dimana seorang guru tersebut dituntut
memiliki kompetensi, karena kompetensi sangat penting dan berarti bagi guru
dalam pengajaran/pembelajaran guna meningkatkan mutu pendidikan dimana
guru tersebut mengajar. Oleh karena itu, pengembangan kompetensi guru sangat
perlu sekali dilakukan oleh kepala sekolah selaku pemimpin pendidikan, sehingga
mutu pendidikan yang diharapkan dapat tercapai dengan baik.
Sehubungan dengan hal tersebut, dari hasil wawancara dengan kepala
sekolah SMP Al-Amanah bahwa pengembangan kompetensi guru yang dilakukan
oleh kepala sekolah meliputi 3 aspek, yaitu:
a. Pengembangan kurikulum
b. Pengembangan metodologi pembelajaran
c. Pengembangan media pembelajaran
Adapun kompetensi yang diprioritaskan oleh kepala sekolah
terhadap para guru di SMP Al-Amanah adalah sebagai berikut:
a. Penguasaan materi pelajaran
b. Kompetensi metodologi pembelajaran
c. Kompetensi didaktik metodik
d. Kompetensi penguasaan kelas
Selain mengikuti pengembangan kompetensi guru yang dilakukan oleh
kepala sekolah, guru-guru di SMP Al-Amanah juga senantiasa selalu melakukan
pengembangan kompetensi secara individu. Selain mengikutsertakan para guru
dalam berbagai pelatihan-pelatihan pendidikan, sekolah SMP Al-Amanah juga
memberikan berbagai kesempatan kepada guru-guru untuk melanjutkan
pendidikannya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Dengan adanya berbagai
kesempatan yang diberikan kepada guru untuk mengembangkan kompetensinya
ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, diharapkan dapat meningkatkan
kompetensi yang dimiliki oleh para guru guna meningkatkan pula mutu
pendidikan sekolah SMP Al-Amanah.
Dalam menigkatkan kompetensi guru di SMP Al-Amanah, berbagai
kegiatan pengembangan kompetensi telah dilakukan baik oleh kepala sekolah
maupun pihak yayasan Al-Amanah itu sendiri. Pelaksanaan pengembangan
kompetensi guru yang dilakukan tersebut berjalan cukup baik dan efektif,
meskipun masih terdapat sedikit kendala yang dihadapi.
Meskipun dalam pelaksanaan pengembangan kompetensi guru masih
terdapat sedikit kendala, namun guru-guru di SMP Al-Amanah selalu memiliki
antusias yang tinggi terhadap adanya program pengembangan kompetensi guru
tersebut. Hal ini terbukti dengan adanya berbagai pelatihan-pelatihan yang diikuti
oleh para guru SMP Al-Amanah, selain itu juga ada sebagian guru yang
melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi lagi.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil deskripsi data dan analisis data menunjukkan bahwa
pengembangan kompetensi guru serta usahanya dalam peningkatan mutu
pengajaran yang dilakukan kepala sekolah SMP Al-Amanah dapat dikatakan
sudah baik dan efektif. Meskipun masih terdapat sedikit kendala atau hambatan
dalam pelaksanaannya, namun hal tersebut tidak menyurutkan semangat para
guru karena adanya antusias yang tinggi dari para guru untuk mengembangkan
kompetensi yang dimiliki. Hal ini menunjukkan bahwa kepala sekolah telah
melaksanakan tanggung jawabnya yakni melakukan berbagai kegiatan
pengembangan kompetensi terhadap para guru dengan baik serta usahanya dalam
meningkatkan mutu pengajaran.
Sebagai pendukung dari hasil analisis data di atas, berikut ini gambaran
yang ditemukan dari hasil penelitian:
1. Sudah dilaksanakannya kegiatan pengembangan kompetensi guru secara
bertahap, dari mulai perencanaan kegiatan sampai dengan pengevaluasian
kegiatan tersebut. Kegiatan perencanaan pengembangan kompetensi guru
tersebut terlihat dari dilaksanakannya pembuatan rencana kegiatan
pengembangan kompetensi guru yang dilakukan oleh kepala sekolah, hal ini
dapat dilihat dari jawaban responden dimana 81,5 % guru menyatakan bahwa
kepala sekolah membuat rencana kegiatan pengembangan kompetensi guru
terlebih dahulu sebelum dilaksanakan. Tahap selanjutnya adalah pelaksanaan
kegiatan pengembangan kompetensi guru, pada tahap ini yang dapat
terlaksana adalah guru melaksanakan dan mengikuti kegiatan-kegiatan
pengembangan kompetensi yang telah diprogramkan kepala sekolah, hal ini
terlihat dari jawaban responden dimana 88,9 % guru menyatakan bahwa guru
melaksanakan kegiatan pengembangan kompetensi yang telah diprogramkan
kepala sekolah serta dapat dilihat pula dari jawaban responden yang
menyatakan 48,2 % guru sudah lebih dari 10 kali mengikuti kegiatan
pengembangan kompetensi yang dilakukan kepala sekolah. Pengembangan
kompetensi guru yang dilakukan kepala sekolah sudah cukup memadai, hal ini
terlihat dari jawaban responden dimana 55,6 % responden menyatakan bahwa
program kegiatan pengembangan kompetensi guru yang dilakukan kepala
sekolah cukup memadai. Tahap terakhir yang dilakukan adalah evaluasi
terhadap kegiatan pengembangan kompetensi guru. Untuk mengetahui sejauh
mana hasil yang diperoleh dari kegiatan pengembangan kompetensi guru
tersebut kepala sekolah melakukan evaluasi terhadap kegiatan-kegiatan yang
telah dilaksanakan oleh guru, hal ini terlihat dari jawaban responden dimana
81,5 % responden menyatakan bahwa kepala sekolah mengadakan evaluasi
terhadap kegiatan tersebut untuk mengukur keberhasilan dari kegiatan
pengembangan kompetensi yang telah dilaksanakan oleh Bapak/Ibu guru.
Dari hasil kegiatan evaluasi tersebut dapat diketahui bahwa dengan adanya
kegiatan pengembangan kompetensi guru yang diprogramkan kepala sekolah,
guru semakin meningkat dalam melaksanakan pendidikan dan pengajaran, hal
ini terlihat dari jawaban responden dimana 70,4 %, guru menyatakan bahwa
mereka merasa semakin meningkat dalam melaksanakan pendidikan dan
pengajaran dengan adanya pengembangan kompetensi yang dilakukan kepala
sekolah.
2. Pelaksanaan pengembangan terhadap kemampuan dan keterampilan guru
sudah baik, hal ini dapat dilihat bahwa kepala sekolah pernah (selalu, sering,
kadang-kadang) memberikan pelatihan-pelatihan pendidikan terhadap
kemampuan dan keterampilan guru, kepala sekolah memberikan wawasan
keilmuan yang luas kepada guru dalam merumuskan tujuan-tujuan pendidikan
dan meningkatkan kemampuan mengajar guru-guru dan kepala sekolah
memberikan pengetahuan dan keterampilan mengajar kepada guru.
3. Adapun pengembangan melalui penataran, penulis menyimpulkan bahwa
pelaksanaan pengembangan melalui penataran sudah baik. Hal ini dapat
dilihat bahwa kepala sekolah sudah melaksanakan kegiatan tersebut dengan
baik dan kepala sekolah selalu mengikutsertakan Bapak/Ibu guru dalam setiap
pembinaan seperti penataran-penataran/seminar pendidikan dan lokakarya.
Dengan maksud untuk meningkatkan profesionalisme guru dan diharapkan
dapat meningkatkan mutu pengajaran sehingga tujuan pendidikan yang
direncanakan dapat tercapai. Hal ini dapat terlihat dari jawaban responden
yang menyatakan selalu sebanyak 74,1 % bahwa kepala sekolah
mengikutsertakan guru-guru dalam berbagai penataran/seminar pendidikan.
4. Selanjutnya dalam upaya peningkatan terhadap mutu pengajaran, penulis
menyimpulkan bahwa pelaksanaan kegiatan tersebut sudah baik, hal ini dapat
dilihat bahwa kepala sekolah pernah (selalu, sering, kadang-kadang)
menganjurkan kepada guru untuk membuat rencana pengajaran sebelum
melaksanakan pengajaran, melakukan kunjungan (mensupervisi) guru di kelas
ketika mengajar, melakukan pengawasan terhadap PBM yang dilakukan guru
dan melakukan penilaian atau evaluasi terhadap kinerja guru dalam
pengajaran serta memperbaiki berbagai faktor-faktor yang mempengaruhi atau
menghambat tercapainya mutu pengajaran seperti sarana dan prasarana
pengajaran.
a. Saran-saran
Setelah penulis memberikan kesimpulan penelitian, maka dapat
dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:
1. Implementasi pengembangan kompetensi guru dalam peningkatan mutu
pengajaran baik yang dilakukan oleh individual maupun oleh kepala sekolah
sudah berjalan cukup baik dan efektif, namun mengingat hal ini merupakan
hal yang sangat penting sekali guna meningakatkan mutu pendidikan, oleh
karena itu hendaknya perlu lebih ditingkatkan lagi baik oleh guru maupun
pihak sekolah.
2. Guru merupakan salah satu komponen pendidikan yang mempunyai peranan
yang sangat penting bagi kemajuan dan peningkatan mutu sekolah dan
keluarannya. Sehubungan dengan hal itu, maka Kepala Sekolah sebagai
pemimpin hendaknya dapat meningkatkan kompetensi yang dimiliki oleh para
guru, sehingga mutu pengajaran yang diharapkan dapat tercapai sesuai dengan
tujuan pendidikan yang diinginkan. Kegiatan peningkatan kompetensi tersebut
dapat dilakukan melalui berbagai cara, misalnya seperti memberikan
kesempatan kepada guru untuk mengikuti penataran, seminar-seminar,
workshop-workshop, loka karya atau memberikan kesempatan kepada guru
untuk melanjutkan pendidikannya kejenjang yang lebih tinggi dan
meningkatkan pendidikannya yang berhubungan dengan kompetensinya.
3. Kepada guru agar terus berusaha mengembangkan kompetensi yang dimiliki
sesuai dengan keilmuannya atau bidang studi yang diajarkan sesuai dengan
kemajuan teknologi dan informasi.
4. Guru adalah orang yang berperan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan
pencapaian tujuan pendidikan khususnya di sekolah yang bersangkutan, maka
guru hendaknya dapat selalu meningkatkan kompetensi yang dimilikinya
sehingga mutu pengajaran yang dilakukan dapat lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Danim, Sudarwan, Inovasi Pendidikan Dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme
Tenaga Kependidikan, Bandung: Pustaka Setia, 2002, Cet. Ke-1 Darmodiharjo, Dardi, Peranan Guru Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan Analisis
Pendidikan, Tahun III, No. 4, 1982/1983 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka, 2002, Edisi III, Cet. Ke-2 Gafur, Abdul, Desain Instruksional, Solo: Tiga Serangkai, 1989 Hamalik, Oemar, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2004, Cet. Ke-3 , Media Pengajaran, Jakarta: PT Cipta Aditya Bakti, 1994, Cet. Ke-7 Idi, Abdullah, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, Jakarta: Gaya Media
Pratama, 1999, Cet. Ke-1 Imron, Ali, Pembinaan Guru Di Indonesia, Jakarta: PT Dunia Pustaka, 1995, Cet.
Ke-1 , Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Pustaka Jaya, 1996, Cet. Ke-1 Kartono, Kartini, Menyiapkan dan Memandu Karier, Jakarta: Raja Wali, 1985 Nurhasan, Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia II, Kurikulum Untuk Abad 21,
Indikator Cara Pengukuran dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Mutu Pendidikan, Jakarta: Grasindo, 1994, Cet. Ke-3
Majid, Abdul, Perencanaan Pengajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru,
Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007, Cet. Ke-3 Nurdin, H. Syafrudin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, Jakarta:
Quantum Teaching, 2005, Cet. Ke-3
Purwanto, M. Ngalim, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2000, Cet. Ke-13 Roestiyah, N. K, Masalah-masalah Ilmu Keguruan, Jakarta: PT Bina Aksara, 1989,
Cet. Ke-3 , Masalah Pengajaran Sebagai Suatu Sistem, Jakarta: PT Bina Aksara,
1994, Cet. Ke-3 Rohani, Ahmad, Media Instruksional Edukatif, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997, Cet.
Ke-1 Siagian, Sondang, P., Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: PT Bumi Aksara,
2004, Cet. Ke-11 Saman, A., Profesionalisme Keguruan, Jogjakarta: Kanisius, 1994, Cet. Ke-1 Soetjipto dan Kosasi, R., Profesi Keguruan, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004, Cet. Ke-
2 Sudijono, Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2003, Cet. Ke-4 Sudjana, Nana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT Sinar Baru
Algesindo, 2000, Cet. Ke-5 Suryadi, Ace, Mutu Pendidikan Persekolahan Dalam Perspektif Mimbar Pendidikan,
Jilid IX, 1990 Suryosubroto, B., Manajemen Pendidikan Di Sekolah, Jakarta: PT Rineka Cipta,
2004, Cet. Ke-1 Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2002, Cet. Ke-7 Tri Cahyono, Bambang, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: IPWI, 1996 Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi, Jakarta: UIN Jakarta
Press, 2002, Cet. Ke-2
Usman Uzer, Moh., Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2005, Cet. Ke-17 Uwes, Sanusi, Manajemen Pengembangan Mutu Dosen, Jakarta: Logos Wacana
Ilmu, 1999, Cet. Ke-1 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional Winatapura, Udin, S. dan Ardinawata, R., Materi Pokok Perencanaan Pengajaran,
Jakarta: Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam dan UT, 2000, Cet. Ke-4
Yamin, H. Martinis, Profesionalisasi Guru dan Implementasi KBK, Jakarta: Gaung
Persada Press, 2006, Cet. Ke-1