Pengembangan Klaster Bisnis Usaha Kecil dan Menengah...

14
PENGEMBANGAN KLASTER BISNIS USAHA KECIL DAN...( Wasifah Hanim, Yani Iriani ,Henny Utarsih) 373 PENGEMBANGAN KLASTER BISNIS USAHA KECIL DAN MENENGAH DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS SWOT Wasifah Hanim 1 , Yani Iriani 2 ,Henny Utarsih 3 1 Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Widyatama 2 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Widyatama 3 Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Widyatama Jl. Cikutra No. 204A Bandung 40124 E-mail: [email protected] E-mail: [email protected] E-mail: [email protected] Abstrak Salah satu pendekatan untuk mengembangkan Usaha Kecil dan Menengah yang dianggap berhasil adalah melalui pendekatan klaster/kelompok. Namun demikian dilakukan di beberapa sentra industri di Indonesia. Namun masih banyak klaster di Indonesia dalam kondisi pasif. Dalam pendekatan klaster, dukungan (baik teknis maupun keuangan) disalurkan kepada kelompok Usaha Kecil dan Menengah bukan per individu UKM. Pendekatan kelompok diyakini lebih baik karena UKM secara individual biasanya tidak sanggup menangkap peluang pasar dan Jaringan bisnis yang terbentuk terbukti efektif meningkatkan daya saing usaha karena dapat saling bersinergi. Kajian ini bertujuan untuk mengidentifikasikan profil beberapa jenis pengrajin/industri di Kabupaten Tasikmalaya dengan menggunakan pendekatan klaster, antara lain industri anyaman bambu, pandan, mendong dan border. Dari keempat industri yang akan dibahas dalam makalah ini hanya industri bordir, industri ini dipilih karena merupakan sektor unggulan di Kabupaten Tasikmalaya yang telah memiliki brand image kuat dan merupakan industri skala kecil yang banyak menyerap tenaga kerja lokal. dan telah tersebar di beberapa Kecamatan.. Selain itu kajian ini mengidentifikasikan pula kekuatan, kendala, peluang, dan ancaman yang terjadi sebagai dasar penyusunan kebijakan, strategi, dan rencana tindak pengembangan kawasan dalam rangka peningkatan daya saing. Data-data yang digunakan meliputi data primer dan sekunder. Data primer dikumpulkan melalui forum diskusi stakeholder, kuesioner, dan wawancara dengan pelaku-pelaku terkait, yaitu pemerintah pusat dan daerah, lembaga pendidikan dan pelatihan, lembaga keuangan, lembaga penelitian dan pengembangan, lembaga bantuan pengembangan bisnis (BDS), asosiasi usaha, serta unit-unit usaha yang ada termasuk tenaga kerja yang bekerja di dalamnya. Observasi langsung ke unit usaha juga dilakukan untuk mengetahui proses produksi dan kondisi usaha tersebut, terutama dalam menjaring informasi mengenai kendala yang dihadapi. Sedangkan data sekunder yang digunakan adalah dokumen-dokumen kebijakan di tigkat pusat dan daerah, data statistik daerah, dan literatur-literatur yang relevan Kata Kunci: Usaha Kecil dan Menengah (UKM), Pendekatan Klaster I. Pendahuluan Adanya globalisasi dan otonomi daerah membawa sebuah konsekuensi logis bahwa tingkat persaingan semakin tajam, baik di tingkat regional, nasional, dan internasional. Setiap daerah dituntut untuk lebih meningkatkan potensi-potensi yang dimilikinya dalam rangka

Transcript of Pengembangan Klaster Bisnis Usaha Kecil dan Menengah...

Page 1: Pengembangan Klaster Bisnis Usaha Kecil dan Menengah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1305/5/PROS... · 2Jurusan Teknik Industri, ... Dari keempat industri yang akan dibahas

PENGEMBANGAN KLASTER BISNIS USAHA KECIL DAN...( Wasifah Hanim, Yani Iriani ,Henny Utarsih) 373

PENGEMBANGAN KLASTER BISNIS USAHA KECIL DAN

MENENGAH DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS SWOT

Wasifah Hanim1, Yani Iriani

2 ,Henny Utarsih

3

1Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Widyatama

2Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Widyatama 3Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Widyatama

Jl. Cikutra No. 204A Bandung 40124

E-mail: [email protected]

E-mail: [email protected]

E-mail: [email protected]

Abstrak

Salah satu pendekatan untuk mengembangkan Usaha Kecil dan Menengah yang dianggap

berhasil adalah melalui pendekatan klaster/kelompok. Namun demikian dilakukan di beberapa sentra

industri di Indonesia. Namun masih banyak klaster di Indonesia dalam kondisi pasif. Dalam

pendekatan klaster, dukungan (baik teknis maupun keuangan) disalurkan kepada kelompok Usaha

Kecil dan Menengah bukan per individu UKM. Pendekatan kelompok diyakini lebih baik karena UKM

secara individual biasanya tidak sanggup menangkap peluang pasar dan Jaringan bisnis yang

terbentuk terbukti efektif meningkatkan daya saing usaha karena dapat saling bersinergi.

Kajian ini bertujuan untuk mengidentifikasikan profil beberapa jenis pengrajin/industri di

Kabupaten Tasikmalaya dengan menggunakan pendekatan klaster, antara lain industri anyaman

bambu, pandan, mendong dan border. Dari keempat industri yang akan dibahas dalam makalah ini

hanya industri bordir, industri ini dipilih karena merupakan sektor unggulan di Kabupaten

Tasikmalaya yang telah memiliki brand image kuat dan merupakan industri skala kecil yang banyak

menyerap tenaga kerja lokal. dan telah tersebar di beberapa Kecamatan.. Selain itu kajian ini

mengidentifikasikan pula kekuatan, kendala, peluang, dan ancaman yang terjadi sebagai dasar

penyusunan kebijakan, strategi, dan rencana tindak pengembangan kawasan dalam rangka

peningkatan daya saing.

Data-data yang digunakan meliputi data primer dan sekunder. Data primer dikumpulkan melalui

forum diskusi stakeholder, kuesioner, dan wawancara dengan pelaku-pelaku terkait, yaitu pemerintah

pusat dan daerah, lembaga pendidikan dan pelatihan, lembaga keuangan, lembaga penelitian dan

pengembangan, lembaga bantuan pengembangan bisnis (BDS), asosiasi usaha, serta unit-unit usaha

yang ada termasuk tenaga kerja yang bekerja di dalamnya. Observasi langsung ke unit usaha juga

dilakukan untuk mengetahui proses produksi dan kondisi usaha tersebut, terutama dalam menjaring

informasi mengenai kendala yang dihadapi. Sedangkan data sekunder yang digunakan adalah

dokumen-dokumen kebijakan di tigkat pusat dan daerah, data statistik daerah, dan literatur-literatur

yang relevan

Kata Kunci: Usaha Kecil dan Menengah (UKM), Pendekatan Klaster

I. Pendahuluan

Adanya globalisasi dan otonomi daerah membawa sebuah konsekuensi logis bahwa

tingkat persaingan semakin tajam, baik di tingkat regional, nasional, dan internasional. Setiap

daerah dituntut untuk lebih meningkatkan potensi-potensi yang dimilikinya dalam rangka

Page 2: Pengembangan Klaster Bisnis Usaha Kecil dan Menengah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1305/5/PROS... · 2Jurusan Teknik Industri, ... Dari keempat industri yang akan dibahas

374 | Proceeding for Call Paper PEKAN ILMIAH DOSEN FEB – UKSW, 14 DESEMBER 2012

peningkatan perekonomian dan daya saing daerah tersebut. Saat ini, strategi klaster menjadi

salah satu alternatif untuk pengembangan daya saing daerah.

Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa klaster dinilai cukup efektif karena

bersifat lokalitas, mampu mendorong terciptanya inovasi, serta sinergitas diantara pelaku-

pelaku terkait. Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan kajian mengenai strategi

pengembangan kawasan berbasis klaster guna mendukung akselerasi peningkatan daya saing

daerah.

Kajian ini mengambil studi kasus di Kabupaten Tasikmalaya dengan fokus

pengembangan industri-industri yang menjadi unggulan di daerah tersebut. Industri atau

komoditi yang menjadi studi kasus adalah industri anyaman bambu, pandan, mendong dan

bordir. Adapun pemilihan komoditi ini didasarkan atas beberapa pertimbangan, yaitu

merupakan industri unggulan di daerah tersebut, telah memiliki brand image kuat dan

merupakan industri yang sebagian besar usahanya merupakan skala kecil yang banyak

menyerap tenaga kerja lokal. Akan tetapi dalam kualitas dan diversifikasi usahanya yang

harus dikembangkan sebagai dasar tuntutan pasar yang terus berkembang, disertai dengan

sistem promosi dan penjualan yang tidak bersifat retail namun menggunakan program

Teknologi Informasi secara on line, untuk memudahkan konsumen dalam pemesanannya,

dalam wilayah lokal, nasional, regional maupun Internasional.

Melalui pendekatan klaster sangat efektif karena memudahkan dalam membuat mapping

jenis produk yang dihasilkan dan menunjang dalam marketingnya serta dapat diminimalisir

kendala yang mungkin dapat menurunkan kualitas produk dan dapat diantisipasi secara

langsung.

Sentra-sentra kerajinan bordir yang tersebar di wilayah Kabupaten Tasikmalaya sesuai

kodisi eksisting belum mampu dalam menghasilkan kualitas yang mampu bersaing, sehingga

perlu dicarikan solusi dari kendala tersebut. Dalam kemampuan desain produk sesuai

skill/SDM yang dimiliki tersebut telah memenuhi persyaratan kualitas baik, namun

diantaranya belum dapat memenuhi kebutuhan pasar secara maksimal, serta daya dukung

sarana prasarana, hak paten dan adanya kendala dalam pemenuhan bahan baku yang saat ini

masih adanya ketergantungan pasokan dari luar daerah.

Melihat dari sudut pandang tersebut dalam analisis pengembangan klaster bisnis UMKM

diperlukan pemecahannya untuk secara aktif dalam menyusun agenda yang semua kelemahan

menjadi peluang bisnis yang kompetitif, profesional dan mampu bersaing.

II. Kerangka Teoritis

2.1 Konsep Klster Industri

Selama dua dekade terakhir, konsep klaster industri telah banyak mengundang perhatian

berbagai stakeholders baik akademisi, praktisi, politisi, birokrat, para ahli ekonomi serta

semua pihak yang concern terhadap pengembangan ekonomi lokal suatu wilayah. Pengertian

kluster industri hingga saat ini masih debatable disebabkan terdiri dari bermacam-macam

konsep dan metode pendekatan yang digunakan (David, 2004). Klaster industri merupakan

konsep multidimensi yang didasarkan atas sejumlah teori-teori ekonomi dan diukur

menggunakan metodologi pendekatan yang berbeda-beda. Namun demikian, secara teoritis

konsep klaster industri dibangun oleh teori ekonomi terutama sekali oleh teori ekonomi

eksternal dan aglomerasi.

Page 3: Pengembangan Klaster Bisnis Usaha Kecil dan Menengah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1305/5/PROS... · 2Jurusan Teknik Industri, ... Dari keempat industri yang akan dibahas

PENGEMBANGAN KLASTER BISNIS USAHA KECIL DAN...( Wasifah Hanim, Yani Iriani ,Henny Utarsih) 375

Penggagas konsep klaster yang pertamakali adalah Porter (1990), memperkenalkan

konsep klaster industri (industrial cluster) dalam bukunya “The Competitive Advantage of

Nation” sebagai kebijakan untuk meningkatkan daya saing negara Amerika Serikat. Porter

mendefinisikan klaster sebagai kelompok perusahaan yang saling berhubungan, berdekatan

secara geografis dengan institusi-institusi yang terkait dalam suatu bidang khusus karena

kebersamaan dan saling melengkapi.

“cluster as a geographically proximate group of interconnected companies and

associated institutions in a particular field linked by commonalities and

complementarities (Porter, 1990)”.

Sedangkan menurut Bernat (1999) klaster didefinisikan sebagai grup perusahaan yang

berkumpul pada satu lokasi dan saling terhubung membentuk suatu jaringan (networking).

Sementara Ketels (2003), mendefinisikan klaster sebagai perusahaan-perusahaan yang

sejenis/sama atau yang saling berkaitan, berkumpul dalam suatu batasan geografis tertentu

dan terhubungkan karena saling ketergantungan dalam penyedian produk maupun jasa yang

sama/berhubungan. Pengertian klaster menurut UNIDO ( 2004) juga dapat didefinisikan

sebagai pemusatan geografis industri-industri terkait dan kelembagaan-kelembagaannya pada

suatu lokasi yang saling berdekatan.

Menurut Rosenfeld (1997), keberhasilan suatu klaster ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu

(1) spesialisasi, (2) kapasitas penelitian dan pengembangan, (3) pengetahuan dan

keterampilan, (4) pengembangan sumber daya manusia, (5) jaringan kerjasama dan modal

sosial, (6) kedekatan dengan pemasok, (7) ketersediaan modal, (8) jiwa kewirausahaan, serta

(9) kepemimpinan dan visi bersama. Mengutip dari penelitian yang dilakukan oleh Michael

Porter, terdapat faktor-faktor yang memicu inovasi dan perkembangan klaster yang kemudian

dikenal dengan ”Diamond Porter”, yaitu : (i) Faktor kondisi yang terdiri dari tenaga kerja

yang terspesialisasi, infrastruktur, bahan baku, dan modal; (ii) Permintaan yang meliputi

karakteristik, segmen, ukuran, dan jumlah permintaan; (iii) Industri pendukung dan terkait

yang meliputi industri pemasok dan komplementer; serta (iv) Struktur, strategi, dan

persaingan perusahaan. Selain itu, Porter juga menambahkan pemerintah yang juga berperan

penting dalam pengambangan klaster.

2.2 Definisi Klaster Industri

Pengembangan klaster industri dapat digunakan untuk mengembangkan industri yang

bersifat luas (broad base) dan terfokus pada jenis-jenis produk yang berpeluang memiliki

daya saing internasional yang tinggi di pasar domestik dan global.Lingkup geografis klaster

industri dapat sangat bervariasi, terentang dari satu desa saja atau salah satu jalan di daerah

perkotaan sampai mencakup sebuah kecamatan atau provinsi. Sebuah klaster industri dapat

juga melampaui batas negara menjangkau beberapa negara tetangga (misal Batam, Singapura,

Malaysia).

Klaster industri pada dasarnya bukan konsep yang sama sekali baru. Namun sejalan

dengan perkembangan jaman, telaah konsep/teori dan pengalaman empiris berbagai pihak

berkembang dari waktu ke waktu. Beragam definisi dan konsep tentang klaster industri dapat

Page 4: Pengembangan Klaster Bisnis Usaha Kecil dan Menengah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1305/5/PROS... · 2Jurusan Teknik Industri, ... Dari keempat industri yang akan dibahas

376 | Proceeding for Call Paper PEKAN ILMIAH DOSEN FEB – UKSW, 14 DESEMBER 2012

dijumpai dalam berbagai literatur. Dari beberapa definisi tersebut di atas, maka dapat

disimpulkan definisi klaster industri adalah sebagai berikut :

“jaringan dari sehimpunan industri yang saling terkait (industri inti/core industries – yang

menjadi “fokus perhatian, “industri pemasok/supllier industries, industri

pendukungnya/supporting industries, dan industri terkait/related industries), pihak/lembaga

yang menghasilkan pengetahuan/teknologi (termasuk perguruan tinggi dan lembaga

penelitian, pengembangan dan rekayasa/litbangyasa), institusi yang berperan

menjembatani/bridging institutions (misalnya brokerdan konsultan), serta pembeli, yang

dihubungkan satu dengan lainnya dalam rantai proses peningkatan nilai (value adding

production chain)” Atau secara singkat:

“Klaster industri merupakan kelompok usaha spesifik yang dihubungkan oleh jaringan mata

rantai proses penciptaan/peningkatan nilai tambah, baik melalui hubungan bisnis maupun

non bisnis”

Secara skema, pendekatan klaster industri dapat dilihat pada gambar 1.

Para pelaku (stakeholders) dalam suatu klaster industri biasanya dikelompokkan kepada

industri inti, industri pemasok, industri Institusi Pendukung (Supporting Institution) Industri

Terkait (Related Industri) Industri Pemasok Pembeli(Buyer) (Supplier Industri) Industri

Pendukung (Supporting Industri) Industri Inti (Core Industri) Panduan Pnyusunan Kerangka

dan Agenda Pengembangan Klaster Industri pendukung, industri terkait, dan pembeli, serta

institusi pendukung (”non industri”).Istilah inti, pendukung dan terkait menunjukkan peran

pelaku dalam klaster industri tertentu dan tidak ada hubungan dengan tingkat kepentingan

para pelaku. Peran tersebut dapat dilakukan oleh siapa saja tergantung pada tingkat ekonomis

dari hubungan rantai nilai tertentu.

2.3 Keterkaitan Konsep Klaster Industri Dengan Peningkatan Daya Saing Industri

Pembangunan, khususnya pembangunan ekonomi, utamanya dirancang dan

diimplementasikan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam kaitan ini,

beragam kajian konsep dan empiris klaster industri mengungkapkan beragam ”temuan”

penting, yang antara lain adalah sebagai berikut:

a. Kesejahteraan/kemakmuran sangat ditentukan oleh “daya saing.” Karenanya, di antara

berbagai tujuan/kepentingan pembangunan yang multi dimensi (dan seringkali berbeda,

bahkan “bertentangan”), peningkatan daya saing merupakan salah satu fokus orientasi

agenda yang sangat penting.

b. Di antara ukuran yang paling sesuai dari daya saing adalah “produktivitas,” yang

merupakan hasil dari pemanfaatan SDM, modal dan SDA, dan tercermin dalam “nilai”

produk (barang dan/atau jasa) dan “efisiensi” bagaimana produk tersebut dihasilkan.

c. Sumber terpenting kesejahteraan/kemakmuran (yaitu daya saing) pada dasarnya

“diciptakan,” bukan diwariskan. Beragam faktor alamiah (seperti melimpahnya sumber

daya alam) tentu sangat penting, namun hal ini bermakna sangat terbatas jika tidak

diimbangi dengan kemajuan dalam kemampuan faktor-faktor “buatan” seperti SDM yang

semakin berkualitas, infrastruktur, teknologi dan lainnya.

d. Produktivitas suatu negara/daerah bergantung pada keseluruhan industrinya, yang pada

dasarnya tercermin dalam “klaster industri-klaster industri”. Keunggulan daya saing klaster

Page 5: Pengembangan Klaster Bisnis Usaha Kecil dan Menengah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1305/5/PROS... · 2Jurusan Teknik Industri, ... Dari keempat industri yang akan dibahas

PENGEMBANGAN KLASTER BISNIS USAHA KECIL DAN...( Wasifah Hanim, Yani Iriani ,Henny Utarsih) 377

industri mencerminkan keadaan perkembangan ekonomi (the state of economy’s

development).

e. Inovasi semakin penting dalam menentukan produktivitas dan peningkatannya dalam

jangka panjang.

f. Faktor spesifik lokal/daerah seperti pengetahuan, hubungan, dan motivasi, semakin

menentukan keunggulan daya saing global.

g. Daerah akan “bersaing” dalam menawarkan lingkungan paling produktif bagi

bisnis/industri. Binis/perusahaanlah yang pada dasarnya akan bersaing (di arena

persaingan global) dalam arti sebenarnya.

.

III. METODOLOGI

Lokasi kajian dilakukan di beberapa pengrajin seperti pengrajin bambu, pandan, mendong dan

bordir di Kabupaten Tasikmalaya. Pengumpulan data meliputi data primer dan sekunder. Data

primer diperoleh melalui survei lapangan, wawancara dengan pemgrajin bambu, pandan,

mendong dan bordir dan pemasok bahan baku dengan alat bantu kuesioner. Data dianalisis

dengan menggunakan metode deskriptif, disamping itu dengan matriks Internal Strategic

Factors Analysis (IFAS), External Strategic Factors Analysis Summary (EFAS), Strengths,

Weaknesses, Opportunities and Threats (SWOT). Beberapa metode analisis yang digunakan

dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Analisis Deskriptif

Aspek yang dianalisis adalah sejarah pengrajin di Kabupaten Tasikmalaya karakteristik

industri, baik industri usaha mandiri maupun kelompok pengrajin, aspek keuangan yang

meliputi jumlah produksi, harga jual dan tingkat keuntungan, aspek produksi meliputi

ketersediaan bahan baku, teknologi yang dipakai, proses produksi, mutu produk dan

tenaga kerja, aspek pemasaran meliputi sistem promosi, pemasaran produk, serta

persaingan dan peluang pasar, aspek lingkungan eksternal meliputi sosial dan ekonomi,

pemerintah dan kemajuan teknologi.

2. Analisis Tiga Tahap Perumusan Strategi .

Analisis ini dilakukan untuk mengevaluasi keadaan umum pengrajin di Kabupaten

Tasikmalaya (usaha mandiri dan kelomok pengrajin) serta mengidentifikasi faktor-faktor

internal dan faktor eksternal industri. Hasil analisis tersebut akan dikembangkan menjadi

beberapa alternatif strategi berdasarkan skala prioritas untuk memilih strategi yang

terbaik. Tiga tahap formulasi strategi menurut David (2004) adalah:

a. Tahap Input

Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal Perusahaan

Analisis lingkungan internal dimaksudkan untuk memahami kekuatan dan kelemahan

yang dimiliki industri sepatu dari seluruh aspek fungsional manajemen. Analisis

lingkungan ekster-nal menghasilkan sejumlah daftar peluang dan ancaman bagi

industri. Aspek yang dianalisa pada lingkungan internal antara lain keuangan, sumber

daya manusia, produksi dan pemasaran. Analisis lingkungan eksternal

mengidentifikasi aspek sosial dan ekonomi, pemerintah dan teknologi.

Teknik Pembobotan

Page 6: Pengembangan Klaster Bisnis Usaha Kecil dan Menengah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1305/5/PROS... · 2Jurusan Teknik Industri, ... Dari keempat industri yang akan dibahas

378 | Proceeding for Call Paper PEKAN ILMIAH DOSEN FEB – UKSW, 14 DESEMBER 2012

Teknik yang digunakan untuk menentukan bobot dari faktor internal dan eksternal

adalah teknik Pairwise Comparison (Kinnear and Taylor, 1991). Teknik ini

membandingkan setiap peubah horizontal dengan peubah pada kolom vertikal.

Penentuan bobot pada setiap peubah yang dibandingkan menggunakan skala 1, 2 dan

3.

Matriks IFAS dan EFAS

Matriks IFAS dan EFAS yang telah disusun memberikan informasi faktor-faktor yang

mempengaruhi atau kurang mempengaruhi industri dalam lingkungan internal maupun

eksternal. Pada kolom analisis tiga matriks IFAS dan EFAS diberikan rating.

Penentuan rating oleh manajemen atau pakar dari perusahaan dilakukan terhadap

peubah-peubah dari hasil analisis situasi usaha. Pada EFAS untuk menunjukkan

seberapa efektif strategi usaha saat ini menjawab masing-masing peubah-peubah

tersebut digunakan sesuai peringkat dengan menggunakan skala 1, 2, 3 dan 4.

b. Tahap Pemaduan

Tahap pemaduan, yaitu tahapan menghasilkan strategi alternatif yang layak dengan

memadukan faktor internal dan eksternal yang telah dihasilkan pada tahap input. Pada

tahap ini digunakan alat analisis matriks Internal-External (IE) dan matriks SWOT.

Matriks IE

Matriks IE menempatkan berbagai divisi dari organisasi dalam diagram skematis yang

disebut matriks portofolio. Matriks IE dibagi menjadi tiga daerah utama yaitu:

- Daerah 1 meliputi sel I, II, atau IV termasuk dalam daerah grow and build.

Strategi yang sesuai dengan daerah ini adalah strategi intensif, misalnya penetrasi

pasar, pengembangan pasar, atau pengembangan produk dan strategi integratif,

misalnya integrasi horizontal dan vertikal.

- Daerah II meliputi sel III, V, atau VII. Strategi yang paling sesuai adalah strategi-

strategi hold and maintain. Yang termasuk dalam strategi ini adalah penetrasi

pasar dan pengembangan produk.

- Daerah III, meliputi sel VI, VIII, atau IX adalah daerah harvest dan divest.

Matriks SWOT

Pengembangan strategi pada matriks SWOT dilakukan berdasarkan hasil dari

matriks IE.

- Strategi SO, yaitu menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk meraih

peluang-peluang yang ada di luar perusahaan.

- Strategi WO, bertujuan untuk memper-kecil kelemahan-kelemahan internal

perusahaan dengan memanfaatkan peluang-peluang eksternal. Strategi ST,

bertujuan untuk menghin-dari atau mengurangi dampak dari ancaman-ancaman

eksternal.

- Strategi ST, bertujuan untuk menghin-dari atau mengurangi dampak dari ancaman-

ancaman eksternal.

Strategi WT, merupakan taktik untuk bertahan dengan cara mengurangi

kelemahan internal dan menghindari ancaman.

Gambar 2 adalah proses analisis, yang disusun berdasarkan input-input data, proses

analisis, beserta hasil keluarannya.

Page 7: Pengembangan Klaster Bisnis Usaha Kecil dan Menengah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1305/5/PROS... · 2Jurusan Teknik Industri, ... Dari keempat industri yang akan dibahas

PENGEMBANGAN KLASTER BISNIS USAHA KECIL DAN...( Wasifah Hanim, Yani Iriani ,Henny Utarsih) 379

IV. Analisis Data

4.1 Strategi Pengembangan Klaster Kerajinan Bordir di Kabupaten Tasikmalaya

Berdasarkan data temuan baik yang dilakukan dengan wawancara kepada pengrajin

maupun dari hasil penyebaran kuesioner diperoleh informasi lingkungan baik internal maupun

eksternal, yang kemudian disusun dalam matrik SWOT. Informasi yang telah didapatkan dari

hasil identifikasi faktor lingkungan internal dan eksternal Kerajinan pandan, kemudian

dirumuskan faktor-faktor kuncinya yang meliputi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman.

Faktor-faktor tersebut dievaluasi dalam matriks IFAS dan matriks EFAS. Matriks-matriks

tersebut digunakan sebagai data masukan untuk menentukan alternatif-alternatif strategi

pengembangan usaha.

Setelah dilakukan pengolahan matriks IFAS (tabel 1), diperoleh informasi bahwa faktor

kekuatan utama bagi kerajinan bordir adalah jumlah kelompok unit usaha banyak dengan

skor 0,716. Kekuatan terkecil bagi kerajinan bordir yaitu dukungan pemerintah untuk

mengembangkan komoditi kerajinan cukup tinggi dengan skor 0,023, sedangkan yang menjadi

kelemahan utama bagi kerajinan bordir adalah bahan baku tersedia, namun jumlahnya terbatas

sebesar 0,440 dan yang menjadi kelemahan terkecil yaitu teknologi produksi yang

digunakan pada umumnya masih manual. Selisih nilai antara jumlah skor factor kekuatan

dan jumlah skor faktor kelemahan adalah 0,431. Hal ini menunjukkan bahwa kerajinan

bordir berada pada posisi positif dalam lingkungan internal pengembangan usaha.

Dalam pengolahan matriks EFAS (table 2), diperoleh hasil, faktor peluang utama untuk

kerajinan bordir yaitu kerjasama dalam memasarkan produk cukup terbuka yang skornya

0,848. Peluang terkecil bagi kerajinan bordir yaitu trdapat balai latihan kerja yang berskor

0,019. Sedangkan yang menjadi ancaman utama bagi kerajinan bordir adalah munculnya alat

produksi mesin dengan system komputer sebesar 0,382 dan yang menjadi ancaman terkecil

yaitu bermnculannya produk serupa dari luar negeri. Selisih nilai antara jumlah skor faktor

kekuatan dan jumlah skor faktor kelemahan adalah 0,180. Hal ini menunjukkan bahwa

kerajinan bordir berada pada posisi positif dalam lingkungan eksternal pengembangan usaha.

Alternatif strategi dapat dirumuskan dengan merujuk pada model analisis matrik SWOT.

Model analisis SWOT dalam memformulasikan strategi didasarkan pada gabungan faktor

internal dan eksternal, dengan menggunakan dari matriks EFAS dan IFAS sebelumnya.

Diperoleh hasil analisis, seperti padaTabel 3 di bawah ini.

Rencana pengembangan klaster UMKM di Kabupaten Tasikmalaya berada pada strategi

SO (Strengths – Opportunities) , karena memberikan nilai yang paling tinggi dibanding yang

lainnya, seperti tampak pada tabel 3.. Dengan demikian pengembangan klaster bisnis

kerajinan bordir di Kabupaten Tasikmalaya, menjadi prioritas pemertintah daerah untuk

dillaksanakan. Untuk memberikan gambaran ditunjukkan oleh kurva hasil olahan yang berada

pada Kuadran I yang ditunjukkan pada gambar 3.

Dengan menggunakan analisis SWOT, maka pengembangan klaster bisnis kerajinan bordir

berada pada posisi Strategi SO (Strengths – Opportunity), yaitu menjadikan kekuatan sebagai

Page 8: Pengembangan Klaster Bisnis Usaha Kecil dan Menengah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1305/5/PROS... · 2Jurusan Teknik Industri, ... Dari keempat industri yang akan dibahas

380 | Proceeding for Call Paper PEKAN ILMIAH DOSEN FEB – UKSW, 14 DESEMBER 2012

peluang dalam pengembangan usaha. Untuk memberikan arahan dalam pengembangan klaster

bisini kerajinan bordir, berikut ini disajikan dalam matrik SWOT.

4.2 Analisis Matriks SWOT

Strategi SO (Strengths-Opportunities) adalah strategi yang digunakan untuk

mengembangkan klaster bisnis UMKM. Penentuan strategi ini dirumuskan berdasarkan

model analisis matrik SWOT, dimana data yang digunakan adalah diperoleh dari matriks

EFAS dan IFAS sebelumnya. Hasilnya pada tabel 4

Berikut ini merupakan penjelasan dari hasil matriks SWOT (Tabel 4) yaitu didapatkan

alternatif strategi sebagai berikut :

Strategi SO (Strengths-Opportunities)

Strategi SO adalah strategi yang menggunakan kekuatan pada lingkungan internal

perusahaan untuk memanfaatkan peluang yang ada pada lingkungan eksternal perusahaan

sehingga memperoleh keuntungan bagi perusahaan. Strategi yang dapat digunakan yaitu :

1. Pembentukan Kelompok Pengrajin

Pembemtukan kelompok pengrajin diperlukan dalam upaya menjamin kelangsungan

produksi kelompok unit usaha dalam bentuk kerjasama dalam memasarkan produk.

2. Pembukaan Perwakilan Usaha

Dalam upaya memenuhi permintaan pasar luar negeri terhadap produk kerajinan yang

cukup tinggi, ditunjang oleh jumlah kelompok unit usaha yang banyak, maka hendaknya di

jajaki pembukaan perwakilan usaha di Negara tujuan pemasaran, hal ini dapat

mempermudah pengusaha ketika akan mempromosikan barang di Negara tersebut,

disamping sebagai media informasi bagi pengusaha dalam pengembangan kegiatan

usahanya.

Perkuatan Keterampilan Usaha

Dalam upaya membantu pembangunan di Kabupaten Tasikmalaya, peranan sector

kerajinan bordir cukup signifikan, oleh karena itu inovasi pengrajin dalam membuat

produk kerajinan dilakukan dengan memanfaatkan balai latihan kerja.

3. Pembentukan spesialisasi

Untuk menciptakan komoditi bordir yang mempunyai kualitas yang baik, maka harus

terjalin interaksi antar perusahaan sejenis, kondisi lingkungan kerja di perusahaan yang

baik, juga dengan pembagian kerja pada masing-masing unit pekerjaan.

Perkuatan Permodalan

Untuk membantu pengrajin dalam kegiatan usahanya maka perlu adanya dukungan

pemerintah untuk mengembangkan komoditi kerajinan, disamping setiap perusahaan

menyediakan dana CSR dalam membantu mengembangkan UMKM.

4. Program Pendampingan

Untuk membantu pengusaha dalam pengembangan kegiatan usahanya perlu adanya

program pendampingan yang diberikan kepada pengusaha, baik dari segi teknik produksi,

design produk, cara memasarakn, maupun manajemen pengelolaan perusahaan. Hal ini

ditunjang oleh dukungan pemerintah untuk mengembangkan komoditi kerajinan cukup

Page 9: Pengembangan Klaster Bisnis Usaha Kecil dan Menengah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1305/5/PROS... · 2Jurusan Teknik Industri, ... Dari keempat industri yang akan dibahas

PENGEMBANGAN KLASTER BISNIS USAHA KECIL DAN...( Wasifah Hanim, Yani Iriani ,Henny Utarsih) 381

tinggi serta dukungan setiap perusahaan menyediakan dana CSR dalm membantu

mengembangkan UMKM

VI. Implikasi dan Keterbatasan

Dengan menggunakan analisis SWOT diperoleh variabel internal dan eksternal, yang

merupakan dasar untuk menentukan strategi pengelolaan klaster bisnis UMKM. Hasil analisis

menujukkan bahwa diperoleh strategi pengembangan untuk mengelola kerajinan bordir di

Kabupaten Tasikmalaya. Selanjutnya untuk mempermudah pelaksanaannya, maka strategi

tersebut di lanjutkan dengan rencana tindak pengembangan klaster. Adapun rencana tindak

meliputi tujuan, sasaran, indikator sasaran, program dan kegiatan, indikator kinerja program,

data capaian, unit kerja SKPD penanggung jawab dan lokasi, untuk kerajinan tsb dapat dilihat

pada tabel 5.

Daftar Referensi

1. Anonimous. 2003. Grand Strategi Pengembangan Sentra UKM. Kementrian Koperasi dan

UKM

RI, Jakarta.

2. Dong-Sung Cho Dan Hwy-Chang Moon, 2003, From Adam Smith to Michael Porter,

Evolusi Teori Daya Saing.

3. JICA, 2003, The Study in Strengthening Capacity of SME Cluster in Indonesia, Tidak

diterbitkan, KRI International Corp.

4. Kinnear, T.C. and J.R. Taylor. 1991. Marketing Research, An Applied Approach. Mc

Graw Hill, New York.

5. David, F.R. 2004. Konsep Manajemen Strategis. (Terjemahan). Prenhallindo, Jakarta

6. Kuncoro, Mudrajad dan Sumarno, Simon Bambangm, 2003, Indonesia’s Clove

Cigarette Industri : Scp and Cluster Analysis, 5th

7. Philip S. Purnama, 2003, Harapan Dunia Bisnis Indonesia untuk Memiliki Dya Saing

Nasional, Diskusi Panel MMA-IPB.

8. Porter (1990), The Competitive Advantage of Nation, New York, Free Press.

9. Porter, Michael E., 1993/1994, Keunggulan Bersaing, Menciptakan dan

Mempertahankan Kinerja Unggul, Harvard Busin

10. Rosenfeld, Stuart A, 1997, Bringing Business Clusters Into The Mainstream of Economic

Development, Eurepean Planning Studies, Volumes issues.

11. Soetrisno, Noer, 2002, Strategi Penguatan UKM Melalui Pendekatan Klaster Bisnis,

Konsep, Pengalaman Empiris dan Harapan Kerja Sama Bina Masyarakat Madani dengan

asosiasi BDS Indonesia

Page 10: Pengembangan Klaster Bisnis Usaha Kecil dan Menengah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1305/5/PROS... · 2Jurusan Teknik Industri, ... Dari keempat industri yang akan dibahas

382 | Proceeding for Call Paper PEKAN ILMIAH DOSEN FEB – UKSW, 14 DESEMBER 2012

Lampiran

Gambar 1. Model Generik Klaster industri

Page 11: Pengembangan Klaster Bisnis Usaha Kecil dan Menengah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1305/5/PROS... · 2Jurusan Teknik Industri, ... Dari keempat industri yang akan dibahas

PENGEMBANGAN KLASTER BISNIS USAHA KECIL DAN...( Wasifah Hanim, Yani Iriani ,Henny Utarsih) 383

Gambar 2.. Proses Analisis Pengembangan Klaster Bisnis UMKM

Gambar 3 Matriks SWOT Kerajinan Bordir

Tabel 1. Matriks IFAS Kerajinan Bordir

FAKTOR STRATEGIS INTERNAL

TOTAL

NILAI

BOBOT

KEKUATAN

Jumlah kelompok unit usaha banyak 0,716

Inovasi pengrajin dalam membuat produk kerajinan

cukup tinggi

0,466

Interaksi antar perusahaan sejenis cukup tinggi 0,080

Kondisi lingkungan kerja di perusahaan cukup tinggi 0,057

Dukungan pemerintah untuk mengembangkan

komoditi kerajinan cukup tinggi

0,023

TOTAL 1,342

KELEMAHAN

Bahan baku tersedia, namun jumlahnya terbatas 0,440

Kerjasama produksi antar unit usaaha masih rendah 0,034

Teknologi produksi yang digunakan pada umumnya 0,025

S= 1.342

KUADRAN IV KUADRAN I

T= 0.876 O= 1.056

KUADRAN III KUADRAN II

W= 0.911

Page 12: Pengembangan Klaster Bisnis Usaha Kecil dan Menengah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1305/5/PROS... · 2Jurusan Teknik Industri, ... Dari keempat industri yang akan dibahas

384 | Proceeding for Call Paper PEKAN ILMIAH DOSEN FEB – UKSW, 14 DESEMBER 2012

masih manual

Keahlian tenaga kerja yang ada pada kerajinan belum

merata

O,384

Pada umumnya lokasi produksi terbatas 0,028

TOTAL 0,911

Sumber: hasil pengolahan data

Tabel 2 Matriks EFAS Kerajinan Bordir

FAKTOR STRATEGIS EKSTERNAL

TOTAL

NILAI

BOBOT

PELUANG

Kerjasama dalam memasarkan produk cukup terbuka 0,848

Permintaan pasar luar negeri terhadap produk kerajinan

cukup tinggi

0,099

Terdapat balai latihan kerja 0,019

Terdapat pembagian kerja pada masing-masing unit

pekerjaan

0,068

Setiap perusahaan menyediakan dana CSR dalam

membantu mengembangkan UMKM

0,022

TOTAL 1,056

ANCAMAN

Munculnya alat produksi mesin dengan system computer 0,170

Liberalisasi perdagangan 0,382

Persaingan dalam harga komoditi kerajinan 0,142

Bermunculannya produk serupa dari luar negeri 0,043

Masih sedikitnya pengusaha kerajinan yang mendapatkan

fasilitasi kredit dari perbankan

0,139

TOTAL 0,876

Sumber; hasil pengolahan data

Tabel 3 Total Bobot SWOT Kerajinan Bordir

FAKTOR STRATEGIS

INTERNAL

TOTAL NILAI BOBOT

KEKUATAN 1,342

KELEMAHAN 0,911

FAKTOR STRATEGIS

EKSTERNAL

TOTAL NILAI BOBOT

PELUANG 1,056

ANCAMAN 0,876

Sumber: hasil pengolahan data

Page 13: Pengembangan Klaster Bisnis Usaha Kecil dan Menengah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1305/5/PROS... · 2Jurusan Teknik Industri, ... Dari keempat industri yang akan dibahas

PENGEMBANGAN KLASTER BISNIS USAHA KECIL DAN...( Wasifah Hanim, Yani Iriani ,Henny Utarsih) 385

Tabel 4 Matrik SWOT Strategi Pengembangan Klaster Bisnis Kerajinan Bordir di

Kabupaten Tasikmalaya

Faktor Internal

Faktor Eksternal

Strengths (S)

1. Jumlah kelompok unit usaha banyak

2. Inovasi pengrajin dalam membuat produk

kerajinan cukup tinggi

3. Interaksi antar perusahaan sejenis cukup

tinggi

4. Kondisi lingkungan kerja di perusahaan

cukup tinggiv

5. Dukungan pemerintah untuk

mengembangkan komoditi kerajinan cukup

tinggi

Opportunities (O) Strategi SO

1. Kerjasama dalam

memasarkan produk

cukup terbuka

2. Permintaan pasar luar

negeri terhadap produk

kerajinan cukup tinggi

3. Terdapat balai latihan

kerja

4. Terdapat pembagian

kerja pada masing-

masing unit pekerjaan

5. Setiap perusahaan

menyediakan dana CSR

dalam membantu

mengembangkan

UMKM

1. Pembentukan kelompok pengrajin (S1, O1)

2. Pembukaan pewakilan usaha (S1, O2)

3. Perkuatan keterampilan usaha (S2, O3)

4. Pembentukan spesiaalisasi (S3, S4, O4)

5. Perkuatan permodalan (S5, O5)

6. Program Pendampingan (S5, O5)

Page 14: Pengembangan Klaster Bisnis Usaha Kecil dan Menengah ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1305/5/PROS... · 2Jurusan Teknik Industri, ... Dari keempat industri yang akan dibahas

386 | Proceeding for Call Paper PEKAN ILMIAH DOSEN FEB – UKSW, 14 DESEMBER 2012

Tabel 5. Rencana Kegiatan Pada Kerajinan Bordir Di Kabupaten Tasikmalaya

TUJUAN SASARAN PROGRAM DAN

KEGIATAN

SKPD

PENANGGUNG

JAWAB

Pembentukan

kelompok

pengrajin

Meningkatnya

kebutuhan

pembentukan

kelompok pegrajin

diantara unit usaha

kerajinan

Lokakarya

pementukan

kelompok pengrajin

Lokakarya

kelembagaan

pengrajin

Dinas

Koperindag

Pembukaan

perwakilan

usaha

Menyediakan

perwakilan usaha di

daerah tujuan

pemasaran ekspor

Kajian tentang

survey peluang pasar

luar negeri

Studi kelayakan

pembukaan

perwakilan usaha di

Negara tujuan

pemasaran ekspor

Dinas

Koperindag

Kadin Kota

Tasikmalaya

Perkuatan

Keterampilan

Usaha dan

pembentukan

spesialisasi

Meningkatnya

kualitas penngusaha

kerajinan dan tenaga

kerja dalam teknik

produksi, teknik

design, teknik

packaging

Meningkatnya

kemampuan tenaga

kerja pada satu jenis

pekerjaan

Diklat teknik

produksi

Diklat teknik design

Diklat teknik

packaging

Diklat Pengelolaan

kerajinan

Diklat teknik

produksi

Dinas

Koperindag

Balai latihan

kerja

Perkuatan

permodalan

Meningkatnya

kemampuan unit

usaha kerajinan dalam

memperoleh kredit

dari perbankan

Seminar mengenai

pengelolaan modal

usaha

Diklat pembuatan

laporan keuangan

Diklat studi kelayakan

usaha

Dinas

Koperindag

Perguruan

Tinggi

Lembaga

Keuangan

Program

Pendampingan

Meningkatkan kualita

pengusaha dan tenaga

kerajinan

Diklat pengelolan unit

usaha kerajinan

Diklat teknik produksi

(teknik production)

Dinas

Koperindag

Perguruan

Tinggi