PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERHITUNG 1-10 ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6142/1/PDF...
Transcript of PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERHITUNG 1-10 ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6142/1/PDF...
-
PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERHITUNG 1-10
MELALUI MEDIA ULAT ANGKA DI KELOMPOK A
TK CANDRA PUSPITA KECANDRAN KECAMATAN
SIDOMUKTI KOTA SALATIGA
TAHUN PELAJARAN 2018/2019
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd)
Oleh:
IRNA ISNAINI SUSANTI
NIM 23050150013
PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2019
-
i
-
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
-
iii
PENGESAHAN KELULUSAN
-
iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
-
v
MOTTO
ُر الناِس َأنْ َفُعُهْم ِللناسِ َخي ْ“Sebaik-baik Manusia adalah yang paling bermanfaat bagi
manusia”. (HR Ahmad)
-
vi
PERSEMBAHAN
Dengan ridho Allah SWT, karya ini penulis persembahkan untuk:
1. Bapakku Jumarun yang senantiasa memberikan kasih sayang yang tulus ,
mendidik dan mendoakan, Ibukku tercinta Alm. Binti Musonah semoga
mendapat tempat terbaik disisi Allah SWT. Mas Muhammad Ainul Yakin
dan mba Siti Syamsiatun yang terus memberikan semangat selama study.
2. Kepada bapak, ibu dosen yang telah membimbing proses skripsi
3. Kepada Bu Lia, Bu Tami, Bu Ana, dan Bu Indah yang telah menjadi
bagian dari keluarga, teman, sahabat, dan selalu membimbing, terima
kasih telah membantu terselesainya skripsi ini.
4. Kepada Sahabat mba Aryana, mba Anis R, mba Istiana, Nurul R, mba
Dian, mba Indana, Alfa alfi, ata dan Putri yang selalu memberikan
dukungan dan doa pada penulis, terima kasih sudah menjadi yang terbaik
-
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirohmanirrohim
Puji syukur Alhamdilillahirobbil’alamin, penulis panjatkan kepada Allah
SWT yang selalu memberikan nikmat, karunia, taufik, serta hidayah-Nya kepada
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul
“Pengembangan Kemampuan Berhitung 1-10 Melalui Media Ulat Angka di
Kelompok A TK Candra Puspita Kecandran Sidomukti Kota Salatiga Tahun
Pelajaran 2018/2019”.
Tidak lupa sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada
Nabi Agung Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat serta para
pengikutnya yang selalu setia dan menjadikannya suri tauladan yang mana
beliaulah satu-satunya umat manusia yang dapat mereformasi umat manusia dari
zaman kegelapan menuju zaman terang benderang ini.
Skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa bantuan dari semua
pihak yang telah membimbing rasa terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Zakiyuddin Baidhawy, M. Ag. Selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Prof. Dr. Mansur, M.Ag. selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga.
3. Bapak Imam Mas Arum, S.Pd., M.Pd. Selaku Ketua Prodi Studi Pendidikan
Islam Anak Usia Dini IAIN Salatiga.
4. Bapak Agung Hidayatullah, S.S,.M.Pd.I. Selaku Pembimbing Akademik
dengan ketulusan dan kesabaran mengarahkan dalam memberikan bimbingan.
-
viii
5. Ibu Peni Susapti, M. Si. Selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang selalu
memberi motivasi dan dengan sabar memberikan bimbingan hingga skripsi
selesai.
6. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Pendidikan Islam Anak Usia Dini, yang telah
memberikan bekal ilmu yang tak ternilai selama belajar di IAIN Salatiga.
7. Ibu Nur Chalia Mufida, S.Pd. Selaku kepala sekolah TK Candra Puspita yang
telah memberikan ijin penelitian dan membantu penyusun skripsi.
8. Ibu Aryana Wahyu Safrita, S. Pd. Guru kelompok A TK Candra Puspita.
9. Kepada keluarga, sahabat yang selalu memberikan perhatian, semangat, dan
dorongan untuk menyelesaikan tugas akhir ini.
10. Teman-teman PIAUD angkatan 2015 seperjuangan dalam penyusunan skripsi
ini. Dan Semua pihak yang membantu penyusunan penelitian ini.
11. Terimakasih kepada siswa siswi TK Candra Puspita yang tidak bisa
disebutkan satu persatu terkhusus kelompok A
12. Almamater tercinta, Institut Agama Islam Negeri Salatiga
Semoga segala amal baik di terima Allah SWT dan menjadi keberkahan
serta mendapat balasan yang tak terhingga. Penulis menyadari bahwa dalam
penyusunan skripsi ini banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan.
Untuk itu penulis memohon kritik dan saran yang membangun dengan
harapan skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan menjadi sumbangan
pengetahuan untuk pendidikan.
Salatiga, 22 Agustus 2019
Penulis
-
ix
ABSTRAK
Susanti Irna Isnaini. 2019. (Pengembangan Kemampuan Berhitung 1-10 Melalui
Media Ulat Angka Di Kelompok A TK Candra Puspita Kecandran
Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2018/2019).
Skripsi, Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini. Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Peni
Susapti, M.Si.
Kata Kunci: Berhitung, dan Media Ulat Angka
Kemampuan berhitung pada anak sejak dini berguna untuk membekali
kehidupan anak di masa yang akan datang. Kemampuan berhitung yang belum
berkembang menjadi masalah yang dihadapi guru kelompok A. Rumusan masalah
dalam penelitian ini yaitu apakah penerapan pembelajaran dengan menggunakan
media ulat angka dapat meningkatan kemampuan berhitung 1-10 pada siswa
kelompok A di TK Candra Puspita Kecandran Kecamatan Sidomukti Tahun
Pelajaran 2018/2019? Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan
pembelajaran dengan menggunakan media ulat angka dalam meningkatan
kemampuan berhitung 1-10 pada siswa kelompok A di TK Candra Puspita
Kecandran Kecamatan Sidomukti Tahun Pelajaran 2018/2019.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari 4 tahap
yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, refleksi. Subjek dalam penelitian
ini adalah anak uisa 4-5 tahun yang berjumlah 23 anak di TK Candra Puspita.
Teknik pengumpulan data yang digunakan berupa observasi, dokumentasi, tes.
analisis data penelitian ini deskriptif kualitatif. Indikator keberhasilan dalam
penelitian ini adalah minimal 85% siswa memperoleh nilai BSH (Berkembang
Sesuai Harapan) atau BSB (Berkembang Sangat Baik).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengembangan kemampuan
berhitung 1-10 melalui media ulat angka di Kelompok A TK Candra Puspita
Kecandran Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2018/2019 telah
terbukti berhasil dan ada peningkatan di setiap siklusnya. Dengan menggunakan
media ulat angka anak akan lebih mudah dalam memahami angka 1-10 karena
didalam media ulat angka tersebut ada jumlah benda yang sesuai angka yang di
tempel. Persentase keberhasilan pada kondisi awal (pra siklus) dari 23 anak ada
13 anak yang dinyatakan (Mulai Berkembang) kemampuan berhitungnya dengan
rata-rata 44,58%. Pada Siklus I terdapat 15 anak yang dinyatakan (Berkembang
Sesuai Harapan) dengan sebanyak rata-rata 67,42%. Hasil penelitian di Siklus II
terdapat 22 anak yang berhasil (Berkembang Sesuai Harapan) dan (Berkembang
Sangat Baik) atau sebanyak 93,56% yang memenuhi indikator keberhasilan
penelitian kelas sebesar 85% sehingga tindakan dihentikan pada siklus II.
-
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................................... ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .......................................................... iii
PENGESAHAN KELULUSAN ......................................................................... iv
MOTTO .............................................................................................................. v
PERSEMBAHAN ............................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ........................................................................................ vii
ABSTRAK .......................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ....................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 8
C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 9
D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan ..................................... 9
E. Kegunaan Penelitian ............................................................................... 10
F. Definisi Operasional ............................................................................... 11
G. Metode Penelitian ................................................................................... 17
H. Sistematika Penulisan ............................................................................. 27
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori.............................................................................................. 28
1. Pendidikan Anak Usia Dini ............................................................... 28
2. Aspek Perkembangan Kognitif ......................................................... 31
3. Media Pembelajaran .......................................................................... 37
4. Hakikat Berhitung Permulaan ........................................................... 40
-
xi
5. Pengertian Bermain ........................................................................... 49
6. Alat Peraga Edukatif ......................................................................... 52
7. Media Ulat Angka ............................................................................. 54
B. Kajian Pustaka .......................................................................................... 57
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................................ 60
B. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ............................................................. 66
C. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Pra Siklus ........................................... 67
D. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Siklus I ............................................... 69
E. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Siklus II .............................................. 75
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Per Siklus ................................................................................. 80
1. Ketentuan Penilaian dan Pengolahan Data ....................................... 80
2. Data Hasil Penelitian Siklus I .......................................................... 82
3. Data Hasil Penilaian Siklus II ........................................................... 89
B. Pembahasan ............................................................................................. 97
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................. 100
B. Saran ....................................................................................................... 101
Daftar Pustaka ..................................................................................................... 102
Lampiran-Lampiran
Riwayat Hidup Penulis
-
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Penilaian Indikator Keberhasilan ......................................... 25
Tabel 2.1 Lingkup Perkembangan Kognitif ......................................... 33
Tabel 3.1 Data Nama Siswa Kelompok A ........................................... 60
Tabel 3.2 Data Nama Siswa Kelompok B ........................................... 61
Tabel 3.3 Daftar Nama Guru TK Candra Puspita ................................ 63
Tabel 4.1 Penilaian Indikator Keberhasilan ......................................... 79
Tabel 4.2 Indikator Pencapaian Perkembangan ................................... 80
Tabel 4.3 Hasil Penilaian Siklus I ........................................................ 82
Tabel 4.4 Data Perkembangan Permainan Ulat Angka ....................... 85
Tabel 4.5 Hasil Pengamatan Kegiatan Guru Siklus I ........................... 87
Tabel 4.6 Hasil Pengamatan Kegiatan Siswa Siklus I ......................... 89
Tabel 4.7 Hasil Penilaian Siklus II ....................................................... 92
Tabel 4.8 Data Perkembangan Permainan Ulat Angka ....................... 95
Tabel 4.9 Hasil Pengamatan Guru Siklus II ......................................... 97
Tabel 4.10 Hasil Pengamatan Kegiatan Siswa Siklus II ........................ 99
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis dan Taggart ......... 17
Gambar 3.1 Data Struktur Kepengurusan .................................................... 64
Gambar 4.1 Grafik Perbandingan ............................................................... 48
-
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Permohonan Ijin Penelitian
Lampiran 2 Surat Keterangan Melakukan Penelitian
Lampiran 3 Surat Pengajuan Pembimbing
Lampiran 4 Lembar Konsultasi Skripsi
Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Harian (RPPH) Siklus I
Lampiran 6 Rencana Pelaksanaan Harian (RPPH) Siklus II
Lampiran 7 Catatan Anekdot
Lampiran 8 Penilaian Hasil Karya Anak
Lampiran 9 Penilaian Pencapaian Harian
Lampiran 10 Dokumentasi Foto Penilaian
Lampiran 11 Daftar SKK
Lampiran 12 Daftar Riwayat Hidup
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berdasarkan Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, pada bab 1 pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa
“Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditunjukkan
kepada anak sejak lahir sampai dengan anak usia enam tahun yang dilakukan
melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam
memasuki pendidikan lebih lanjut”.
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) pada hakikatnya ialah
pendidikan yang diselengarakan dengan tujuan untuk memfasilitasi
pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh atau
menekankan pada perkembangan seluruh aspek kepribadian anak. Dengan
adanya lembaga PAUD perlu menyediakan berbagai kegiatan yang dapat
mengembangkan berbagai aspek perkembangan seperti: kognitif, bahasa,
sosial, emosi, fisik, dan motorik. Pendidikan Anak Usia Dini juga dapat
diartikan sebagai salah satu bentuk penyelengaraan pendidikan yang
menitik beratkan pada peletakan dasar kearah pertumbuhan dan
perkembangan, baik koordinasi motorik (halus dan kasar), kecerdasan
emosi, kecerdasan jamak (mutiple intelligences) maupun kecerdasan
spiritual (Ulfah, 2012:17). Karena itulah di perlukan stimulasi yang tepat
dan diberikan sejak dini. Salah satu aspek perkembangan yang perlu
-
2
dikembangkan adalah kognitif, suatu proses berpikir yaitu beripa
kemampuan untuk menghubungkan, menilai dan mempertimbangkan
sesuatu.
Menurut Hasnida (2014: 43) mengungkapkan perkembangan
kognitif merupakan perkembangan pikiran. Pikiran adalah bagian dari
proses berpikir dari otak, pikiran yang digunakan untuk mengendali,
memberi alasan rasional, mengatasi dan memahami kesempatan penting.
Perkembangan kognitif anak usia dini dapat diartikan sesuatu yang
merujuk kepada perubahan-perubahan pada proses berpikir.
Anak adalah aset bagi orang tua dan di tangan orang tualah anak-
anak tumbuh dan menemukan jalannya. Saat si kecil tumbuh dan
berkembang, ia begitu lincah dan memikat. Lima tahun pertama yang
disebut dengan The Golden Years, seseorang anak mempunyai potensi
yang sangat besar untuk berkembang. Pada usia ini, 90% dari fisik otak
anak sudah terbentuk di masa-masa inilah, anak seyogianya mulai
diarahkan. Saat keemasan ini tidak akan terjadi dua kali. Sebagai orang tua
yang proaktif, orang tua hendaknya memerhatikan hal-hal yang berkenaan
dengan perkembangan sang buah hati, yang merupakan amanat Tuhan
(Hasan, 2009:29). Mengingat betapa pentingnya periode kanak-kanak bagi
seseorang inilah stimulasi yang sangat diperlukan. Stimulasi yang tepat ini
akan membantu anak-anak tumbuh, berkembang dan belajar secara
maksimal.
-
3
Masa anak usia dini sering disebut dengan “golden age” atau masa
emas. Pada masa ini hampir seluruh potensi anak mengalami masa peka
untuk tumbuh dan berkembang secara tepat dan hebat. Perkembangan
setiap anak tidak sama karena setiap individu memiliki perkembangan
yang berbeda makanan yang bergizi seimbang serta stimulasi yang intensif
sangat dibutuhkan anak untuk pertumbuhan dan perkembangan tersebut,
apabila anak diberikan stimulasi atau gizi yang baik maka proses
pertumbuhan dan perkembangan anak akan terjadi secara baik (Hasnida,
2014:168-169). Istilah-istilah yang dikenal diantaranya pengembangan
kognitif, daya pikir atau ada juga yang menyebutnya sebagai
pengembngan kognitif, daya pikir atau ada juga yang menyebutnya
sebagai pengembangan matematika. Kegiatan pengembangan
pembelajaran matematika untuk anak usia dini dirancang agar anak
mampu menguasi berbagai pengetahuan dan ketrampilan matematika dan
mengenal angka 1-10.
Dijelaskan oleh Nia Fatmawati dalam Jurnal Pendidikan Anak Usia
dini tentang pentingnya kemampuan berhitung merupakan kemampuan
sebagai satu daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari
pembawaan latihan. Standar NCTM (National Council of Teacher of
Mathematics) memberikan gambaran rinci mengenai proses dan isi
matematika, fokus pada siswa usia dini adalah pemahaman angka, sistem
angka dan oprasi hitung, khususnya penambahan dan pengurangan. Dasar
pembelajaran berhitung bagi usia dini salah satunya terdapat dalam teori
-
4
perkembangan kognitif. Pada tahap perkembangan kognitif anak, piaget
menjelaskan bahwa pada uisa 7 tahun perkembangan kognitif anak
memasuki operasional konkret.
Menurut Susanto yang mengutip dari Suriasumantri (2000: 204),
mengungkapkan tentang pengertian matematika, bahwa matematika pada
hakikatnya merupakan cara belajar untuk mengatur jalan pikiran seseorang
dengan maksud melalui matematika ini seseorang akan dapat mengatur
jalan pikirannya. Matematika bisa menguasai dari berbagai teorinya, maka
dimungkinkan seseorang dapat lebih sistematis dalam me-manage jalan
pirkirannya. Atau dengan kata lain, orang yang mahir atau menguasai
teori-teori dalam matematika, maka orang ini akan mudah untuk mengatur
jalan pikirnya, akan mudah dalam memecahkan berbagai kesulitan dan
permasalahan yang dihadapinya. Sehingga kemampuan yang dimiliki anak
tersebut mampu berlanjut ke tahap pengertiann mengenai angka bilangan
1-10.
Menurut Hurlock (1978:51-52), seiring dengan perkembangan
pemahaman bilangan permulaan ini, menyatakan bahwa konsep yang
dimulai dipahami anak sejalan dengan bertambahnya pengalaman yang
dialami anak, di antaranya konsep bilangan. Konsep bilangan berhubungan
dengan kata-kata, ketika anak mulai bicara. Pengalaman yang dialami
seseorang anak memengaruhi konsep bilangan anak, karena itulah secara
umum anak yang memulai pendidikan di taman kanak-kanak umumnya
belajar arti bilangan lebih cepat dibandingkan dengan yang tidak
-
5
mengalami pendidikan di taman kanak-kanak. Materi yang terdapat dalam
Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Taman Kanak-Kanak dan Raudhatul
Athfal. Materi yang diberikan di antaranya: membilang, menyebut urutan
bilangan dari 1 sampai 10, membilang (mengenal konsep bilangan dengan
benda-benda) sampai 10; membuat urutan bilangan 1-10 dengan benda-
benda; menghubungkan/ memasangkan lambang blangan dengan benda-
benda hingga sepuluh (anak tidak diseuruh menulis); membedakan dan
membuat dua kumpulan benda yang sama jumplahnya, yang tidak sama,
lebih banyak, lebih sedikit; menyebutkan hasil penambahan dan
pengurangan dengan benda 10 (Susanto,2011:107-108). Kemampuan
berhitung untuk anak uisa dini diperlukan untuk mengembangkan
pengetahuan dasar matematika, seperti pengenalan angka 1-10, warna,
bentuk, ukuran, dan dapat membentuk sikap logis, kritis dan kreatif pada
anak
Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan
untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga merangsang
pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta kemauan peserta didik
sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi dalam rangka mencapai
tujuan pembelajaran secara efektif (Sukiman,2012:29). Melalui
penggunaan media pembelajaran anak dengan pengalaman sehari-hari
anak dapat membantu pemahaman mengenal konsep matematika
berhitung 1-10.
-
6
Bermain bagi anak usia dini sudah tidak asing lagi. Setiap ada
anak usia dini, di situ pasti dijumpai kegiatan bermain. Bermain adalah
serangkaian kegiatan atau aktivitas anak untuk bersenang-senang. Apapun
kegiatannya, selama itu terdapat unsur kesenangan atau kebahagiaan bagi
anak usia dini, maka bisa disebut sebagai bermain. Bermain menjadi
prioritas utama dalam kegiatan pembelajaran anak usia dini. Melalui
bermain seseorang anak dapat belajar berbagai hal baru yang belum ia
ketahui sebelumnya. Selain itu, bermain dapat pula menstimulsi berbagai
perkembangan anak, seperti fisik-motorik, kognitif, logika-matematika,
bahasa, moral-agama, sosial-emosional, dan seni. Melalui bermain pula
kreativitas anak akan terbangun dan berkembang dengan maksimal
(Fadlillah, 2017: 6).
Banyak jenis permainan yang beredar di masyarakat, dari
permainan yang harganya murah sampai permainan yang mahal, dari
permainan tradisional sampai permainan modern. Semua jenis permainan
tersebut tentu dapat menimbulkan dampak yang positif maupun negatif.
Pendidikan harus bisa mengarahkan peserta didik ke arah yang positif.
Sehingga secara tidak langsung ketika mereka bermain sambil belajar.
Berdasarkan hasil observasi di TK Candra Puspita pada tanggal 11
Maret 2019 sendiri masih terdapat permasalahan mengenai aspek
perkembangan. Aspek perkembangan yang terkait diantaranya adalah
permasalahan menghitung angka 1-10, anak-anak di TK Candra Puspita
kebanyakan hanya menghafal bilangan, tetapi untuk angka anak belum
-
7
mengetahui angka dengan bilangannya. Berdasarkan observasi kelompok
A juga masih terdapat anak yang berhitung dengan loncat-loncat atau
tidak urut sesuai urutan angka dan guru hanya menggunakan papan tulis
dalam proses pembelajaran terkait berhitung yang digunakan, sehingga
masih menggunakan media yang sama, yaitu jari tangan dan pengerjaan
lembar kegiatan siswa. Contohnya terdapat gambar buku berjumlah 6 dan
anak diminta menghitung jumlah gambar buku kemudian menuliskan
angkanya dilembar kertas, ternyata antara jumlah gambar buku dan angka
yang dituliskan dikertas masih salah.
Penggunaan media dalam pengajaran di kelas merupakan sebuah
kebutuhan yang tidak diabaikan. Hal ini dapat dipahami mengingat proses
belajar yang dialami siswa tertumpu pada berbagai kegiatan menambah
ilmu dan wawasan untuk bekal hidup di masa sekarang dan masa akan
datang. Salah satu upaya yang harus ditempuh adalah bagaimana
menciptakan situasi belajar yang memungkinkan terjadinya proses
pengalaman belajar pada diri siswa dengan menggerakan segala sumber
belajar dan cara belajar yang efektif dan efesien, dalam hal ini, media
pengajaran merupakan salah satu pendukung efektif dalam membantu
terjadinya proses belajar. Berdasarkan uraian di atas, dapat diyakini betapa
pentingnya media dalam proses pembelajaran. Media pembelajaran
merupakan alat bantu yang dapat mempermudah proses permainan materi
pembelajaran yang disampaikan dan sudah barang tentu akan
-
8
mempermudah pencapaian keberhasilan tujuan pembelajaran (Usep, 2016:
8).
Ulat angka sendiri adalah media yang dirancang untuk
mengembangkan kemampuan berhitung dengan benda nyata, di iringi
bernyanyi dan melompat dalam lingkaran sambil menyebutkan warna.
Oleh sebab itu, perlu adanya cara terkait kemampuan berhitung
dengan menggunakan media yang berbeda, agar siswa aktif dan tidak
bosan dalam mengikuti kegiatan belajar. Untuk itu peneliti mengambil
judul Pengembangkan Kemampuan Berhitung 1-10 Melalui Media Ulat
Angka Di Kelompok A TK Candra Puspita Kecandran Kecamatan
Sidomukti Kota Salatiga Tahun Ajaran 2018/2019. Hal ini diharapkan
untuk meningkatkan pemahaman konsep menghitung dan membilang pada
anak serta untuk memberikan salah satu cara untuk menatasi permasalahan
yang ada di TK Candra Puspita tersebut. Penggunaan media ulat angka
anak akan mampu mengahadapi persoalan untuk menghitung benda nyata,
hal ini akan lebih mudah di pahami oleh anak.
A. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang digunakan dalam penulisan ini adalah Apakah
penerapan pembelajaran dengan menggunakan media ulat angka dapat
meningkatan kemampuan berhitung 1-10 pada siswa kelompok A di TK
Candra Puspita Kecandran Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga Tahun
Pelajaran 2018/2019?
-
9
B. Tujuan Penelitian
Tujuan diadakanya penelitian ini adalah untuk mengetahui
penerapan pembelajaran dengan menggunakan media ulat angka dalam
meningkatan kemampuan berhitung 1-10 pada siswa kelompok A di TK
Candra Puspita Kecandran Kecamatan Sidomukti Tahun Pelajaran
2018/2019.
C. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan
Menurut Sujiono (2009) hipotesis merupakan jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian
telah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan. Hipotesis dikatakan sementara
karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori.
Berdasarkan pendapat diatas, peneliti menyimpulkan bahwa
hipotesis adalah suatu dugaan atau kesimpulan sementara terhadap
permasalahan penelitian, yang mungkin benar atau salah. Hipotesis ini
akan diterima jika benar dan akan ditolak jika salah.
Hipotesis yang akan diajukan dalam penelitian tindakan kelas ini
adalah dengan menggunakan media ulat angka sebagai media
pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan berhitung 1-10 pada siswa
kelompok A TK Candra Puspita Kecandran Kecamatan Sidomukti Kota
Salatiga tahun pelajaran 2018/2019.
Untuk menganilisis tingkat keberhasilan atau persentasi
keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya
-
10
dilakukan dengan cara memberikan bernyanyi sambil berhitung 1-10,
mampu membilang angka 1-10 dan mengenal konsep bilangan 1-10
dengan jumlah benda dan menyebutkan warna yang berada dalam
lingkaran. Dengan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir
putaran dan melakukan pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa.
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah minimal 85% siswa
memperoleh nilai BSH (Berkembang Sesuai Harapan) atau BSB
(Berkembang Sangat Baik).
D. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang
baik secara teoritis maupun praktis:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini sangat bermanfaat bagi peneliti yang dapat
menambah wawasan dan pengalaman dalam melakukan pembelajaran
dengan menggunakan metode, hasil penelitian dapat dijadikan
pedoman dalam pengembangan konsep kognitif anak terutama dalam
bidang matematika yaitu berhitung permulaan melalui media ulat angka
serta memudahkan siswa dalam berhitung 1-10 dan menghitung benda
dengan lebih mudah.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi peserta didik
Membantu peserta didik dalam meningkatkan kognitif dan
fisik motorik anak untuk minat belajar dengan adanya penggunaan
-
11
media dalam pembelajaran dan meningkatkan pemahaman dalam
konsep berfikir anak dalam berhitung saat pembelajaran.
b. Bagi guru
Memberikan inovasi dan inspirasi dalam memuat media
pembelajaran yang unik, kreatif dan dapat meningkatkan
kemampuan dalam menciptakan alat peraga edukatif dan
meningkatkan aspek perkembangan untuk kegiatan belajar
mengajar di Taman kanak-kanak.
c. Bagi sekolah
Meningkatkan kreatifitas dalam mengembangkan alat
peraga edukatif sebagai pendukung dalam pembelajaran dan
sebagai bahan untuk bisa menerapkan metode bermain sambil
belajar dengan menggunakan media pembelajaran.
E. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahan pemahaman judul ini, maka penulis
memberikan pengertian-pengertian dari istilah-istilah yang digunakan
dalam judul penelitian ini:
a. Kemampuan Berhitung
Menurut Munandar (1999: 17), bahwa kemampuan merupakan
daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan
dan latihan. Seseorang dapat melakukan sesuatu karena adanya
kemampuan yang dimiliknya. Dalam kemampuan yang dimilikinya.
Dalam pandangan Munandar, kemampuan ini ialah potensi seseorang
-
12
yang merpakan bawaan sejak lahir serta dipermatang dengan adanya
pemibasaan dan latihan, sehingga ia mampu melakukan sesuatu.
Senada dengan Robin (1978:13) juga menyatakan bahwa
kemampuan merupakan suatu kapasitas berbagai tugas dalam suatu
pekerjaan tertentu. Dengan demikian, dari kedua keterangan di atas,
dapat dipahami bahwa kemampuan merupakan suatu daya atau
kesangkupan dalam diri setiap individu dimana daya ini dihasilkan dari
pembawaan dan juga latihan yang mendukung individu dalam
menyelesaikan tugasnya.
Memberi bekal kemampuan berhitung pada anak sejak dini, guna
untuk membekali kehidupan anak di masa yang akan datang, di masa
yang sangat penting untuk pendidikan yang berjenjang. Dalam istilah
salah satu konsep matematika yang paling penting dipelajari anak-anak
usia tiga, empat, dan lima tahun ialah pengembangan kepekaan pada
bilangan. Peka dalam bilangan berarti lebih dari sekedar menghitung.
Kepekaan bilangan itu mencakup pengembangan rasa kuantitas dan
pemahaman kesesuaian satu lawan satu (Hartnett & Gelman, 1998).
Cara meningkatkan kemampuan berhitung adalah kemampuan
untuk menggunakan keterampilan berhitung. Tahapan yang dilakukan
untuk membantu mempercepat penugasan berhitung melalui jalur
matematika, misalnya: tahap penugasan konsep, tahap transisi, dan
tahap pengenalan lambang (Depdiknas, 2000: 7-8).
-
13
b. Alat Peraga Edukatif
Kamtini dan Tanjung menjelaskan, bahwa alat peraga edukatif
adalah alat permainan yang secara optimal mampu merangsang dan
menarik minat anak sekaligus mampu mengembangkan berbagai
potensi anak dan dimanfaatkan dalam berbagai aktivitas. Pendapat lain
dijelaskan oleh Soetjiningsih, yang mendefinisikan alat permainan
edukatif sebagai alat yang mengotimalkan perkembangan anak sesuai
usia dan tingkat perkembangan dan yang berguna untuk
pengembangan aspek fisik, bahasa, kognitif, dan sosial anak
(Rahmawati, 2014).
Dengan demikian, alat permainan edukatif adalah alat permainan
yang mampu menarik anak-anak, tapi di sisi lain juga mempunyai
nilai-nilai pendidikan dalam merangsang berbagai aspek
perkembangan anak sesuai dengan tingkat usianya.
c. Ulat Angka
Dijelaskan pengertian ulat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
ulat yaitu salah satu tahap bentuk dalam daur kehidupan kupu-kupu,
berupa binatang kecil melata, gilik memanjang, dan umumnya berkaki
enam, adakalanya berbulu-bulu, memakan daun, buah, atau bingkai,
jika sudah waktunya berubah bentuk menjadi kepompong lalu menjadi
kupu-kupu (termasuk juga anak serangga, bernga, lundi, dan
sebagainya).
-
14
Ulat adalah tehap larva dari spesies dalam ordo lepidoptera, yang
mencakup kupu-kupu dan ngengat, kebanyakan adalah pemakan
tumbuhan walaupun beberapa spesies merupakan pemakan serangga.
Kebanyakan ulat dianggap sebagai hama dalam pertanian. Banyak
spesies mhemhat dikenal karena tahap ulatnya menyebabkan
kerusakan pada buah dan produk pertanian lainnya. Kebanyakan ulat
memiliki badan panjang dan berbentuk giling (silinder). Ulat memiliki
tiga pasang tungkai yang sejati pada tiga segmen dada, ditambah
dengan empat pasang tungkai semu yang disebut tungkai perut pada
segmen tengah perut dan sering sepasang tungkai perut pada segmen
perut terakhir. Ulat mempunyai sepuluh segmen perut.
Dijelaskan dalam Jurnal Penelitian Ilmu Pendidikan, dalam proses
pembelajaran, pendidik diharapkan tidak hanya sekedar menggunakan
metode ceramah dan pemberian tugas, namun dituntut dapat
memanfaatkan media pembelajaran untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Media merupakan bagian yang tak terpisahkan dan
berkaitan erat dengan proses mengajar. Pemilihan media dapat
mempengaruhi proses dan hasil belajar anak. oleh karena itu, guru
perlu cermat dan kreatif dalam memilih serta memanfaatkan media
pembelajaran yang akan digunakan untuk membantu meningkatkan
minat, pemahaman dan pencapaian hasil belajar anak.
Menurut Putri (2015: 157) permainan ulat angka adalah melatih
kemampuan mengurutkan angka, belajar mengenali angka dan
-
15
menyusun puzzle. Permainan ulat angka merupakan suatu permainan
tiruan yang berbentuk seperti binatang ulat yang badannya berbentuk
lingkaran untu melakukan mengenal lambang bilangan 1-10.
Belajar angka merupakan pembelajaran yang sangat penting bagi
keberhasilan anak di masa yang akan datang. Menurut Burns dan
Larton (2000: 22) kelompok matematika yang sudah di perkenalkan
mulai dari usia tiga tahun adalah kelompok bilangan (Aritmatika
berhitung), pola dan fungsinya, geometri, ukuran-ukuran, grafik,
estimasi, probabilitas, pemecahan masalah.
Media ulat angka merupakan alat permainan edukatif yang terbuat
dari kardus di bentuk persegi panjang, kertas lipat, karton, spidol, lem
kertas, double tape. Dengan cara bermin yaitu secara bergantian,
setelah itu saat bermain anak melewati 3 lingkaran yang sudah di
warnai, waktu berada di lingkaran anak sambil mengucapkan warna
yang ada di dalam lingkaran itu, dan anak mengucapkan angka 1-10
yang berada di ulat angka secara urut dan sambil bernyanyi, setelah
itu, anak memilih angka, sambil menghitung banyaknya benda yang
ada di dalam ulat angka tersebut. dengan ini penggunaan media ulat
angka lebih difokuskan menggunakan indikator menyebutkan bilangan
1-10 dan menghitung benda-benda yang di dalam ulat angka.
Kelebihan dari media ulat angka ini adalah bersifat mudah diingat,
dapat berguna untuk melatih perkembangan motorik kasar saat
melompat di dalam lingkaran, melatih perkembangan kognitif saat
-
16
berhitung angka 1-10 dan menghitung banyaknya benda, dan melatih
anak dalam bersosialisasi saat bergantian. Sedangkan kelemahan dari
edia ulat angka yaitu, memungkinkan menimbulkan kejenuhan saat
menunggu giliran, proses pembuatannya lama, dan sangat perlu adanya
pengawasan agar tidak salah langkah saat bermain.
Tujuan media ulat angka adalah meningkatkan minat anak untuk
belajar, memudahkan guru dalam menyampaikan pembelajaran,
meningkatkan kemampuan berhitung 1-10 dengan baik, dan
memberikan gambaran seni pada anak.
d. Anak Usia Dini
Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu
proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan
selanjutnya. Pendidikan Anak usia dini pada dasarnya meliputi seluruh
upaya dan tindakan yang dilakukan oleh pendidik dan orang tua dalam
proses perawatan, pengasuhan dan pendidikan pada anak dengan
menciptakan aura dan lingkungan dimana anak dapat mengeksplorasi
pengalaman yang memberikan kesempatan kepadanya untuk
mengetahui dan memahami pengalaman belajar yang diperolehnya
dari lingkungan, melalui cara mengamati, meniru dan bereksperimen
yang berlangsung secara berulang-ulang dan melibatkan seluruh
potensi dan kecerdasan anak.
-
17
F. Metode Penelitian
1. Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom
Action Research). Dari namanya penelitian tindakan kelas, sudah dapat
dipahami isi yang ada di dalamnya, yaitu suatu kegiatan penelitian
yang dilakukan di dalam kelas.
Menurut Arikunto (2009: 2), Penelitian Tindakan Kelas merupakan
kegiatan penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelas yang
sehari-hari dipegangnya. Pembicaraan penelitian tindakan kelas
dimulai sejak digulirnya Proyek Pengembangan Pendidikan Guru
(P3G). Dan menyebutkan bahwa di dalam penelitin tindakan kelas ada
tiga istilah yang membentuk pengertian tindakan tersebut, yakni:
1. Penelitian, merujuk pada suatu kegiatan mencermati suatu
objek dengan menggunakan cara atau aturan metodologi
tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang
bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal/masalah.
2. Tindakan, merujuk pada suatu usaha/kegiatan yang sengaja
dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu.
3. Kelas, adalah suatu tempat yang tidak terbatas pada ruang
tertentu, tetapi menggandung pengertian pada sejumlah siswa
dalam kelompok yang mengikuti kegiatan pembelajaran yang
dirancang oleh guru.
-
18
Penelitian tindakan kelas merupakan salah satu cara
pengembangan profesionalisme guru dengan jalan memberdayakan
mereka untuk memahami kinerjanya sendiri dan menyusun rencana
untuk melakukan perbaikan secara terus menerus, Suhaenah (1998).
Menurut Kemmis dan Mc Taggart (1988) mengatakan bahwa PTK
adalah suatu bentuk refleksi diri kolektif yang dilakukan oleh peserta-
pesertanya dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dan
praktik sosial.
Alasan penulis menggunakan penelitian tindakan kelas
dikarenakan penulis terlibat langsung di dalam penelitian. Dalam
penelitian ini siswa merupakan populasi. Untuk lebih jelasnya
tahapan-tahapan dalam penelitian tindakan kelas adalah sebagai
berikut:
-
19
Skema Siklus Penelitian
Gambar 1. 1 Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis dan
Taggart
Sumber: (Yonny, 2012: 168)
Pada tiap siklus terdiri dari 4 komponen yakni perencanaan
(planning), tindakan (acting), observasi (observing), dan refleksi
(reflecting).
2. Subjek Penelitan
Subjek penelitian ini adalah anak didik kelompok A di TK Candra
Puspita yang beralamat di Dusun Karang Padang, Desa Kecandraan,
Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga, Kabupaten Semarang, Jawa
Tengah. Tahun Pelajaran 2018/2019 yang berjumlah 23 anak, Yang
terdiri dari 13 anak laki-laki dan 11 anak perempuan. Peneliti memilih
kelompok A, karena pada usia atau tahapan ini sesuai dengan aspek
-
20
perkembangan kognitif atau berhitung pada anak dan aspek fisik
motorik kasar. Dengan adanya penugasan berhitung atau
perkembangan kognitif dan aspek fisik motorik kasar maka anak akan
belajar berfikir secara logika dan bergerak untuk menyelesaikan suatu
masalah, anak juga mengoptimalkan kemampuan berhitungnya sebagai
bekal untuk melanjutkan ke sekolah dasar atau jenjang yang lebih
tinggi. Adapun model pembelajaran yang digunakan TK Candra
Puspita menggunakan model klasikal.
3. Langkah-langkah penelitian
Pada dasarnya penelitian tindakan kelas terdiri dari 4 tahapan yaitu,
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.
a. Perencanaan
Pada tahap ini peneliti merancang tindakan yang akan
dilakukan dalam penelitian yaitu meliputi prasurvai, menentukan
tujuan pembelajaran, membuat rencana pembelajaran, merancang
instrumen, membuat lembar observasi dan alat evaluasi untuk
setiap pertemuan (Acep, 2010:56).
Pada tahap perencanaan ini peneliti melakukan perencanaan
antara lain sebagai berikut:
1. Membuat konsep atau sekenario pembelajaran dengan media
ulat angka, yaitu membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Harian (RPPH)
-
21
2. Membuat dan menyiapkan media ulat angka yang akan
digunakan dalam penelitian dan diajarkan kepada anak didik.
b. Pelaksanaan
Pada tahap kedua ini peneliti melakukan kegiatan penelitian
sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat. Hal penting yang
perlu diingat dalam tahap pelaksanaan ini ialah guru harus
berusaha semaksimal mungkin untuk merealisasikan semua hal
yang telah direncanakan, dengan catatan guru harus tetap bersikap
wajar, jangan dibuat-buat (Johni,201:126).
Tahap ini merupakan pelaksanaan yang telah dibuat berupa
penerapan pembelajaran sesuai konsep dan sekenario yang telah
tertulis pada RPPH dan pelaksanaan tahap perencanaan.
c. Pengamatan
Pada tahap ketiga, yakni melakukan pengamatan oleh
peneliti terhadap proses tindakan yang sedang dilakukan guru.
Guru yang sedang melakukan tindakan tersebut sebagai guru
pelaksana, dan pengamat yang mengadakan observasi terhadap
proses tindakan peneliti.
Pada tahap ini pengamatan dilakukan selama proses segala
aktivitas anak didik diamati, dicatat, dan dinilai hasil proses belajar
anak didik sehingga dapat menjadi masukkan untuk peneliti dalam
melaksanakankegiatan belajar mengajar.
-
22
d. Refleksi
Pada tahap keempat, merupakan kesempatan untuk
mengemukakan potret atau gambaran secara utuh jalannya
tindakan pada siklus yang telah dilaksanakan. Pada kegiatan
refleksi pengamat membeberkan segala hal yang berkaitan dengan
jalannya tindakan pada pertemuan yang telah dilaksanakan (Johni,
2013:127).
Untuk mengetahui ketercapaian dan keberhasilan tujuan
penelitian, maka pada tahap refleksi ini peneliti melakukan:
1. Mencatat hasil observasi dan pelaksanaan pembelajaran.
2. Evaluasi hasil observasi
3. Analisis hasil observasi, apabila pada siklus1 belum tercapai
indikatornya, maka peneliti akan melakukan perbaikan pada
siklus 2.
4. Teknik Pengumpulan Data
Ada sejumlah teknik pengumpulan data yang dapat digunakan
dalam penelitian, akan tetapi tidak semua cocok untuk semua jenis data.
Oleh karena itu, peneliti harus memilih teknik pengumpulan data yang
dapat digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini. Teknik yang
digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data dalam penelitian
tindakan kelas ini antara lain:
-
23
a. Teknik Observasi
Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke
objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan.
Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara
mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan
terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Observasi dapat
dilakukan dengan partisipasi ataupun non partisipasi. Dalam
observasi partisipasi pengamat ikut serta dalam kegiatan yang
sedang berlangsung, pengamat ikut sebagai peserta rapat atau
peserta pelatihan. Dalam observasi non partisipasi pengamat tidak
ikut serta dalam kegiatan, dia hanya berperan mengamati kegiatan,
tidak ikut dalam kegiatan (Suaryono,2013:38).
Dalam hal ini peneliti mengamati proses pembelajaran,
bagaimana cara guru mengajarkan berhitung pada anak dan juga
alat perjaga apa yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan
materi pembelajaran.
b. Teknik Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data
penelitian mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan,
transkip, buku, surat, koran, majalah, prasasti, notulen rapat, leger
nilai, agenda, dan lain-lain (Johni,2013:100).
Dokumentasi dilakukan sebagai salah satu tekhnik
pengumpulan data pengamatan hasil kemampuan berhitung 1-10
-
24
dan evaluasi soal tes tertulis untuk anak dan pada masing-masing
siklus dan hasil lembar pengesahan anak kelompok A di TK
Candra Puspita dengan menggunakan media ulat angka.
c. Teknik Tes
Tes sebagai instrumen pengumpul data adalah serangkaian
pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur
keterampilan pengetahuan, intelegensi, kemampuan, atau bakat
yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Secara umum tes
diartikan sebagai alat yang dipergunakan untuk mengukur
pengetahuan atau penguasaan objek ukur terhadap seperangkat
konten atau materi tertentu.
Dalam hal ini peneliti merancang lembar penugasan untuk
anak didik sebagai instrumen yang dapat digunakan untuk
mendapatkan data kuantiatif berupa nilai hasil penerpan media ulat
angaka dalam upaya peningkatan kempuan berhitung 1-10, yang
kemudaian akan dianalisis dan diambil kesimpulannya (Suryono,
2013:40).
5. Instrumen Penelitian
Instrumen-instrumen yang digunakan dalam penelitian tindakan
kelas ini antara lain:
a. Lembar observasi, yaitu lembar yang digunakan untuk
mengamati aktifitas siswa secara langsung selama proses
pembelajaran.
-
25
b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mingguan (RPPM) dan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH), yang
merupakan panduan bagi guru dalam menyiapkan pembelajaran.
c. Tes buatan peneliti yaitu berupa lembar tugas yang harus
dikerjakan oleh sisiwa yang digunakan untuk mengukur
kemampuan siswa terhadap materi yang disampaikan yakni
mengenai materi berhitung permulaan.
d. Dokumentasi, dalam hal ini dokumentasi yang peneliti butuhkan
meliputi:
1) Foto kegiatan pembelajaran.
2) Foto alat permainan edukatif
3) Data siswa, data guru, dan data profil sekolah.
6. Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode nalaisis yang
bersifat diskriptif kualitatif, yaitu mendiskripsikan data yang diperoleh
melalui instrumen penelitian. Setelah data terkumpul kemudian
diklasifikasikan ke dalam dua kelompok data yaitu kuantitatif yang
berbentuk angka-angka dan kualitatif yang dinyatakan dalam kata-kata
simbol.
Untuk mengetahui keefektifan suatu metode dalam kegiatan
pembelajaran perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini
menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode
penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai
-
26
dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui prestasi
belajar yang dicapai siswa juga untuk memperoleh respon siswa
terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses
pembelajaran (Daryanto, 2018:194).
Menurut Mulyasa (2009: 70), analiais data yaitu dilakukan sejak
awal dan mencakup setiap aspek kegiatan penelitian. Ketika pencatatan
lapangan melalui observasi atau pengamatan tentang kegiatan
pembelajaran di kelas, peneliti dapat langsung menganalisis apa yang
diamatinya, iklim kelas, suasana pembelajaran, cara guru mengajar, dan
interaksi pembelajaran. Guru peneliti perlu memahami teknik analisis
data yang tepat agar hasil penelitiannya dapat memberikan manfaat
dalam meningkatkan kualitas pembelajaran secara tepat, sesuai dengan
kondisi yang terjadi di dalam kelas.
Tabel 1.1
Ketentuan penilaian kemampuan berhitung 1-10 dengan
menggunakan media ulat angka
Simbol Bintang Skor/
Nilai Kategori Kriteria/ketentuan
1
Belum
Berkembang
(BB)
Jika anak mencoba,
kurang tepat atau anak
tidak mau mencoba.
2
Mulai
Berkembang
(MB)
Jika anak bisa dengan
bantuan meniru teman
-
27
3
Berkembang
Sesuai
Harapan
(BSH)
Jika anakmelakukannya
dengan mandiri dan
konsisten tanpa harus
dicontohkan guru
4
Berkembang
Sangat Baik
(BSB)
Jika anak bisa tanpa
bantuan dan bisa
membantu teman yang
belum bisa.
G. Sistematika Penulisan
Pembahasan dalam skripsi ini terdiri dari V bab yang dapat
diuraikan sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan, yang berisi : latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penelitian, Hipotesis tindakan, kegunaan penelitian,
definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II : Landasan Teori, yang berisi: kajian teori, dan kajian pustaka.
BAB III : Pelaksanaan Penelitian, yang berisi: tentang gambaran umum
lokasi penelitian, deskripsi pelaksanaan siklus I (perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi), dan deskripsi
pelaksanaan siklus II
BAB IV : Hasil penelitian dan pembahasan
BAB V : Penutup, berisi kesimpulan dan saran.
-
28
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Pendidikan Anak Usia Dini
a. Pengertian Anak Usia Dini
Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu
proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan
selanjutnya. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun. Pada
masa ini proses pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai aspek
sedang mengalami masa yang cepat dalam rentang perkembangan hidup
manusia. Proses pembelajaran sebagai bentuk perlakuan yang diberikan
pada anak harus memperhatikan karakteristik yang dimiliki setiap
tahapan perkembangan anak (Nurani, 2009: 6).
Menurut Trianto (2011:6) usia dini merupakan periode awal yang
paling penting dan mendasar di sepanjang rentang pertumbuhan dan
perkembangan kehidupan manusia. Pada masa ini ditandai oleh berbagai
periode penting yang fundamen dalam kehidupan anak selanjutnya
sampai periode akhir perkembangannya. Salah satu periode yang menjadi
penciri masa usia dini adalah the golden ages atau periode keemasan.
Banyak konsep dan fakta yang ditemukan memberikan penjelasan
periode keemasan pada masa usia dini, di mana semua potensi anak
berkembang paling cepat. Beberapa konsep yang disandingkan untuk
masa anak usia dini adalah masa eksplorasi, masa identifikasi/imitasi,
-
29
masa peka, masa bermain, dan masa trozt alter 1 (masa membangkang
tahap 1).
b. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) pada hakikatnya ialah
pendidikan yang diselelenggarakan dengan tujuan untuk memfasilitasi
pertubuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh atau menekankan
pada pengembanganseluruh aspek kepribadian anak. Oleh karena itu,
PAUD memberi kesempatan kepada anak untuk mengembangkan
kepribadian dan potensi secara maksimal.
Pendidikan bagi Anak Usia Dini adalah pemberian upaya untuk
menstimulasi, membimbing, mengasuh dan pemberian kegiatan
pembelajaran yang akan menghasilkan kemampuan dan ketrampilan
anak. Pendidikan pada anak usia dini pada dasarnya meliputi seluruh
upaya dan tindakan yang dilakukan oleh pendidik dan orang tua dalam
proses perawatan, pengasuhan dan pendidikan pada anak dengan
menciptakan aura dan lingkungan dimana anak dapat mengksplorasi
pengalaman yang memberikan kesempatan kepadanya untuk mengetahui
dan memahami pengalaman belajar yang diperolehnya dari lingkungan,
melalui cara mengamati, meniru dan bereksperimen yang berlangsung
secara berulang-ulang dan melibatkan seluruh potensi dan kecerdasan
anak (Nuraini, 2009: 7).
Secara institusional, Pendidikan Anak Usia Dini juga dapat
diartikan sebagai salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang
-
30
menitik beratkan, baik koordinasi motorik (halus dan kasar), kecerdasan
emosi, kecerdasan jamak (mutiple intelligences) maupun kecerdasan
spiritual.
Secara yuridis, istilah anak usia dini di Indonesia ditunjukan
kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun. Lebih lanjut
pasal 1 ayat 14 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional menyatakan bahwa “Pendidikan anak usia dini
adalah suatu upaya pembinaan yang ditunjukan kepada anak usia dini
sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui
pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam
memasuki pendidikan lebih lanjut”.
c. Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini
Menurut Suyadi (20013: 19) secara umum tujuan Pendidikan Anak
Usia Dini ialah memberikan stimulasi atau rangsangan bagi
perkembangan potensi anak agar menjadi manusia beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kritis, kreatif, inovatif, mandiri, percaya diri, dan menjadi warga negara
yang demokratis dan bertanggung jawab. Senada dengan tujuan diatas,
Solehuddin (1997) menyatakan bahwa tujuan pendidikan anak usia dini
ialah memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal
dan menyeluruh sesuai dengan norma dan nilai-nilai kehidupan yang
dianut. Melalui pendidikan anak usia dini, anak diharapkan dapat
-
31
mengembangkan segenap potensi yang dimilikinya seperti, Intelektual
(kognitif), sosial, emosi, moral-agama dan fisik-motorik).
PAUD bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi anak agar
kelak dapat berfungsi sebagai manusia yang utuh sesuai falsafah suatu
bangsa. Anak dapat dipandang sebagai individu yang baru mulau mulai
mengenal dunia. Ia belum mengetahui tata krama, sopan santun, aturan,
norma, etika, dan berbagai hal tentang dunia. Ia juga sedang berjalan
berkomunikasi dengan orang lain dan belajar memahami orang lain, anak
perlu dibimbing agar mampu memahami berbagai hal tentang dunia dan
isinya (Suyanto, 2005: 3).
2. Aspek perkembangan kognitif
a. Pengertian perkembangan
Setiap mahluk hidup pasti mengalami proses perkembangan
selama hidupnya. Perkembangan yang dialami proses perkembangan
selama hidupnya. Perkembangan yang dialami oleh makhuk hidup tidak
hanya dalam aspek psikologis saja, tetapi juga pada aspek biologis.
Susanto (2011:19), mengemukakan bahwa, Perkembangan
merupakan suatu perubahan, dan perubahan ini tidak bersifat kuantitatif,
melainkan kualitatif. Perkembangan tidak ditekankan pada segi material,
melainkan pada segi fungsional.
Menurut Mirroh (2013: 9), perkembangan merupakan proses yang
tidak akan berhenti dan setiap perkembangan memiliki tahapan-tahapan
yaitu: tahap dikenangkan, tahap kandungan, tahap anak, tahap remaja,
-
32
tahap dewasa, dan tahap lansia, ada juga yang menggunakan patokan
umur yang dapat pula digolongkan dalam masa intraterin, masa bayi,
masa anak sekolah, masa remaja dan masa adonelen yang lebih lanjut
akan disebut dengan periodesasi perkembangan.
Teori Periodesasi Perkembangan dapat digolongkan menjadi 3
macam yakni:
1. Periodesasi Perkembangan Biologis
Periodesasi berdasarkan biologis adalah Periodesasi yang
pembahasannya berdasarkan pada kondisi atau proses pertumbuha
biologis anak, karena pertumbuhan biologis ikut berpengaruh terhadap
perkembangan kejiwaan seseorang anak.
2. Periodesasi Perkembangan Didaktis
Periodesasi berdasarkan didaktis adalah Periodesasi yang
pembahasannya berdasarkan pada segi keperluan/ materi apa kiranya
yang tepat diberikan kepada anak didik pada masa-masa terentu, serta
memikirkan tentang kemungkinan metode yang paling efektif untuk
masa tertentu tersebut.
3. Periodesasi Perkembangan Psikologis
Pada pembagian ini para ahli membahas gejala perkembangan jiwa
anak, berorientasi dari sudut pandang psikologis, mereka tidak lagi
mendasarkan pada sudut pandang biologis ataupun didaktis, sehingga
para ahli nengembalikan masalah kejiwaan dalam kedudukan yang
murni.
-
33
Adapun menurut Yusuf Syamsu (dalam Susanto, 2011:19),
mengemukakan bahwa perkembangan adalah perubahan-perubahan
yang dialami oleh individu atau organisme menuju tingkat
kedewasaannya atau kematengannya (maturation) yang berlangsung
secara sistematis, progesif dan berkesinambungan, baik menyangkut
fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah).
b. Pengertian Kognitif
Para ahli yang berkecimbung dalam bidang pendidikan, banyak
yang berbeda pendapat dalam mendefinisikan kognitif. Orang awam
biasanya lebih mengenal kognitif dengan kata kecerdasan intelektual.
Perkembangan kognitif setiap indvidu pun berbeda-beda.
Kognitif adalah suatu proses berpikir, yaitu kemampuan individu
untuk menghubungkan, menilai, dan mempertimbangkan suatu kejadian
atau peristiwa. Proses kognitif berhubungan dengan tingkat kecerdasan
(intelegensi) yang menandai seseorang dengan berbagai minat terutama
sekali ditunjukan kepada ide-ide (Susanto, 2011: 47).
Menurut Mirroh (2013:48), “Kognitif adalah proses manusia
memperoleh pengetahuan tentang dunia, yang meliputi proses berfikir,
belajar, menangkap, mengingat, dan memahami”. Perkembangan kognitif
merupakan pertumbuhan dan perkembangan kapasitas intelektual.
Adapun lampiran perkembangan kognitif anak usia 4-5 tahun
dalam permendikbud no 137 tahun 2014 adalah sebagai berikut:
-
34
Tabel 2.1 Lingkup Perkembangan kognitif menurut Permendikbud
no 137 tahun 2014
Lingkup Perkembangan
Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak
Usia 4-5
A. Berpikir logis
1. Mengklasifikasikan benda berdasarkan fungsi, bentuk atau ukuran
2. Mengenal kejala sebab akibat yang terkait dengan dirinya
3. Mengklasifikasikan benda ke dalam kelompok yang sejenis atau kelompok yang berpasangan
dengan 2 fariasi
4. Mengenal pola (misalnya AB-AB dan ABC-ABC) dan mengulanginya
5. Mengurutkan benda berdasarkan 5 seriasi ukuran atau warna
B. Berpikir simbolik
1. Membilang banyak benda satu sampai sepuluh 2. Mengenal konsep bilangan 3. Mengenal lambang bilangan 4. Mengnal lambang huruf
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa perkembangan kognitif
yang sesuai dengan tema penelitian berdasarkan permendikbud no 137
tahun 2014 adalah termasuk dalam kemampuan berpikir simbolik’.
Kesimpulannya pembelajaran berhitung pada anak diberikan oleh
guru/pendidik harus sesuai dengan standar tingkat pencapaian dan
perkembangan anak yang sudah ditetapkan.
c. Urgensi Perkembangan Kognitif
Pada dasarnya pengembangan kognitif dimaksudkan agar anak
mampu melakukan eksplorasi terhadap dunia sekiitar melalui panca
inderanya, sehingga dengan pengetahuan yang didapatkannya tersebut
anak akan dapat melangsungkan hidupnya dan menjadi manusia yang
-
35
utuh sesuai dengan kodratnya sebagai makhluk Tuhan yang harus
memperdayakan apa yang ada di dunia ini untuk kepentingan dirinya
dan orang lain (Susanto, 2011:48).
Proses kognisi meliputi berbagai aspek, seperti presepsi, ingatan,
pikiran, simbol, penalaran, dan pemecahan masalah. Sehubungan
dengan hal ini Pieget berpendapat, bahwa pentingnya guru
mengembangkan kognitif pada anak adalah:
1. Agar anak mampu mengembangkan daya persepsinya berdasarkan
apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan, sehingga anak akan
memiliki pemahaman yang utuh dan komprehensif.
2. Agar anak mampu melatih ingatannya terhadap semua peristiwa dan
kejadian yang pernah dialaminya.
3. Agar anak mampu mengembangkan pemikiran-pemikirannya dalam
rangka menghubungkan satu peristiwa dengan peristiwa lainnya.
4. Agar anak mampu memahami simbol-simbol yang tersebar di dunia
sekitarnya.
5. Agar anak mampu melakukan penalaran-penalaran, baik yang terjadi
secara alamiah (spontan), maupun melalui proses ilmiah (percobaan)
6. Agar anak mampu memecahkan persoalan hidup yang dihadapinya,
sehingga pada akhirnya anak akan menjadi individu yang mampu
menolong dirinya sendiri.
-
36
d. Faktor yang mempengaruhi Perkembangan Kognitif
Banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif, namun
sedikitnya faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Faktor Herditas/ keturunan
Teori herditas atau nativisme yang dipelopori oleh seorang ahli
filsafat Schopenhauer, berpendapat bahwa manusia lahir sudah
membawa potensi-potensi tertentu yang tidak dapat dipengaruhi oleh
lingkungan.
b. Faktor Lingkungan
Teori lingkungan atau emperisme dipelopori oleh Jhon Locke,
Locke berpendapat bahwa, manusia dilahirkan dalam keadaan suci
seperti kertas putih yang masih bersih belum ada tulisan atau noda
sedikit pun.
c. Faktor Kematangan
Tiap organ (fisik maupun psikis) dapat dikatakan matang jika telah
mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing.
Kematangan berhubungan erat dengan usia kronologis (usia kalender).
d. Faktor Pembentukan
Pembentukan ialah segala keadaan di luar diri seseorang yang
mempengaruhi perkembangan intelegensi. Pembentukan dapat
dibedakan menjadi pembentukan sengaja (sekolah formal) dan
pembentukan tidak sengaja (pengaruh alam sekitar). Sehingga
-
37
manusia berbuat intelegen karena untuk mempertahankan hidup
ataupun dalam bentuk penyesuaian diri.
e. Faktor Minat dan Bakat
Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan
dorongan untuk berbuat lebih giat dan lebih baik lagi. Adapun bakat
diartikan sebagai kemampuan bawaan, sebagai potensi yang masih
perlu dikembangkan dan dilatih agar dapat terwujud. Bakat seseorang
yang memiliki bakat tertentu, maka akan semakin mudah dan cepat
mempelajarinya.
f. Faktor Kebebasan
Kebebasan yaitu keleluasaan manusia untuk berfikir divergen
(menyebar) yang berarti bahwa manusia dapat memilih metode-
metode tertentu dalam memecahkan masalah-masalah, juga bebas
dalam memilih masalah sesuai kebutuhannya.
3. Media Pembelajaran
a. Pengertian Media Pembelajaran
Media merupakan kata jamak dari medium yang artinya pengantar
atau perantara yang digunakan oleh komunikator untuk
menyampaikan pesan kepada komunikan dalam mencapai efek
tertentu. Kata media berasal dari bahasa Latin “medio” dalam bahasa
latin media diartikan sebagai antara. Secara khusus kata tersebut dapat
diartikan sebagai alat komunikasi yang digunakan untuk membawa
informasi dari satu sumber kepada penerima. Dikaitkan dengan
-
38
pembelajaran, media diartikan sebagai alat komunikasi yang
digunakan dalam proses pembelajaran untuk membawa informasi
berupa materi ajar dari guru kepada murid sehingga murid menjadi
lebih tertarik untuk mengikuti kegiatan pembelajaran (Usep, 2016: 6).
Latif (2013:151) Berpendapat media dalam proses pembelajaran
dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pembelajaran yang
pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang
dicapainya. Jika diartikan dengan pendidikan anak usia dini, maka
media pembelajaran berarti segala sesuatu yang dapat dijadikan bahan
(software) dan alat (hardware) untuk bermain yang membuat AUD
mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan menentukan
sikap. Media yang digunakan dalam PAUD adalah alat permainan
edukatif (APE). APE terbagi menjadi dua golongan yaitu: (1) APE
luar: Alat permainan edukatif yang disediakan di luar ruangan
(halaman/taman); (2) APE dalam: alat permainan edukatif yang
disediakan untuk anak bermain di dalam ruangan.
b. Tujuan dan Manfaat Media Pembelajaran
Manfaat media pembelajaran anak usia dini, banyak manfaat yang
dapat diperoleh dengan memanfaatkan media dalam pembelajaran,
yaitu:
1. Pesan/informasi pembelajaran dapat disampaikan dengan lebih
jelas, menarik, konkret dan tidak hanya dalam bentuk kata-kata
tertulis atau lisan berlaka (verbalitas).
-
39
2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indra, misalnya
objek yang terlalu besar dapat digantikan dengan realitas, gambar,
film bingkai, film atau model. Kejadian atau peristiwa yang terjadi
di masa lalu dapat ditampilkan lagi lewat rekaman film, vidio, dan
lain-lain. Objek yang teralu kompleks dapat disajikan dengan
model, diagram, dan lain-lain.
3. Meningkatkan sikap aktif siswa dalam belajar.
4. Menimbulkan kegairahan dan motivasi dalam belajar.
5. Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antar siswa dengan
lingkungan dan kenyataan.
6. Memungkinkan siswa belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan
dan minatnya.
7. Memberikan perangsang, pengalaman, dan presepsi yang sama
bagi siswa.
c. Macam-macam Media Pembelajaran Anak Usia Dini
Bila dikatkan dengan pembelajaran anak usia dini, media
dimasukan sebagai alat yang menjadi perantara dalam menyampaikan
pembelajaran pada anak usia dini. Hal ini terdapat banyak media yang
digunakan untuk pembelajaran anak usia dini. Prinsipnya, media yang
akan digunakan tersebut dapat memberikan rangsangan semangat atau
motivasi anak usia dini untuk dapat belajar dengan mudah dan
menyenangkan sehingga mereka tidak merasa jenuh atau bosan dalam
mengikuti proses pembelajaran.
-
40
Adapun macam-macam media pemebelajaran untuk anak usia dini
dapat digolongkan menjadi tiga, sebagai berikut:
1. Media Audio adalah sebuah media pembelajaran yang mengandung
pesan dalam bentuk audiktif (pendengaran), serta hanya
mengandalkan kemampuan suara saja, seperti radio dan kaset.
2. Media Visual
Media Visual adalah media yang hanya mengandalkan indra
pengelihatan.
3. Media Audiovisual
Media Audiovisual adalah media yang mempunyai unsur suara
dan unsur gambar. Seperti ulat angka yaitu melatih kemampuan
mengurutkan angka dan belajar mengenali angka.
Diantara ketiga macam media tersebut yang baik untuk
digunakan pada pembelajran anak usia dini ialah media
audiovisual. Sebab, media ini telah memadukan antara media
pendengaran dan pengelihatan. Media ini anak akan lebih mudah
dalam memahami materi pembelajaran yang diberikan (Fadlillah,
2012: 212).
4. Hakikat Berhitung Permulaan
a. Pengertian Berhitung
Salah satu kemampuan yang sangat penting bagi anak yang perlu
dikembangkan dalam rangka membekali mereka, untuk masa depan dan
saat ini ialah memberikan bekal kemampuan berhitung.
-
41
Munandar (1999:17), Berpendapat bahwa kemampuan merupakan
daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan
dan latihan. Adapun yang dimaksud dengan kemampuan berhitung
permulaan ialah kemampuan yang dimiliki setiap anak untuk
mengembangkan kemampuannya, karakteristik perkembangannya
dimulai dari lingkungan yang terdekat dengan dirinya, sejalan dengan
perkembangan kemampuannya anak dapat meningkat ketahap
pengertian mengenai jumlah, yaitu berhubungan dengan jumlah dan
pengurangan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah suatu
daya untuk kesanggupan dalam diri seseorang dimana daya tersebut
dihasilkan dari pembawaan dan latihan yang mendukung dalm
menyelesaikan suatu tugas.
Susanto (dalam Suriasumantri (2000: 204), mengeungkapkan
tentang pengertian matematika, bahwa matematika pada hakikatnya
merupakan cara belajar untuk mengatur jalan pikiran seseorang dengan
maksud melalui matematika ini seseorang akan dapat mengatur jalan
pikirannya. Menguasai matematika dan berbagai teorinya, maka
dimungkinkan seseorang dapat lebih sistematis dalam me-manage jalan
pirkirannya. Atau dengan kata lain, orang yang mahir atau menguasai
teori-teori dalam matematika, maka orang ini akan mudah untuk
mengatur jalan pikirnya, akan mudah dalam memecahkan berbagai
kesulitan dan permasalahan yang dihadapinya.
-
42
Pada umumnya, anak hafal angka 1-10, tetapi mereka mengalami
kesulitan ketika dihadapkan pada kegiatan berhitung yang
sesungguhnya, oleh karena itu, kegiatan berhitung harus dibuat menarik
dan mudah dipahami. Anak usia 4 tahun telah dapat mengklasifikasikan
benda berdasarkan satu kategori, mereka juga mulai menunjukkan
keterkaitan pada anak dan kuantitas, seperti menghitung, mengukur,
dan membandingkan. Meskipun demikian, mereka sering kali
menggunakan angka-angka tanpa pemahaman.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, adapun tingkat pencapaian
perkembangan anak pada lingkup perkembangan kognitif untuk
meningkatkan konsep angka anak pada usia 4-6 tahun, menurut
kepmendikbud dalam pedoman pengembangan progam pembelajaran di
taman kanak-kanak Tahun 2010, yaitu:
1. Mengetahui konsep banyak dan sedikit
2. Mengenal konsep bilangan.
3. Mengnal lambang bilangan.
4. Menyebutkan lambang bilangan 1-10
5. Mencocokan bilangan dengan lambang bilangan (Suryana,
2016:108).
b. Tahapan Kemampuan Berhitung
Berbagai cara dapat dilakukan oleh guru dan orang tua untuk
mengembangkan atau meningkatkan kemampuan berhitung permulaan,
kemampuan berhitung merupakan kemampuan untuk menggunakan
-
43
ketrampilan berhitung. Tahapan yang dapat dilakukan untuk membantu
mempercepat penguasaan berhitung melalui jalur matematika,
misalnya: tahap penguasan konsep, tahap transisi, dan tahap pengenalan
lambang (Depdiknas, 2000: 7-8).
Tahapan bermain hitung atau matematika anak usia dini, dengan
mengacu pada hasil penelitian Jean Piaget tentang intelektual, yang
menyatakan bahwa anak usia 2-7 tahun berada pada tahap operasional,
maka penguasaan kegiatan berhitung/matematika pada anak usia taman
kanak-kanak akan melalui tahapan sebagai berikut:
1. Tahap konsep/ pengertian
Pada tahap ini anak berekspresi untuk menghitung segala macam
benda-benda yang dapat dihitung dan yang dapat dilihatnya. Kegiatan
menghitung-hitung ini harus dilakukan dengan memikat, sehingga
benar-benar dipahami oleh anak. Pada tahap ini guru atau orang tua
harus dapat memberikan pembelajaran yang menarik dan berkesan,
sehingga anak tidak menjadi reda atau bosan.
2. Tahap transmisi/ peralihan
Tahap transisi merupakan masa peralihan dari konkret ke lambang,
tahap ini ialah saat anak mulai benar-benar memahami. Untuk itulah
maka tahap ini diberikan apabila tahap konsep sudah dikuasai anak
dengan baik, yaitu saat anak mampu menghitung yang terdapat
kesesuaian antara benda yang dihitung dan bilangan yang disebutkan.
-
44
Tahap transisiinipun harus terjadi dalam waktu yang cukup untuk
dikusai anak.
3. Tahap lambang
Tahap di mana anak sudah diberi kesempatan menulis sendiri tanpa
paksaan, yakni berupa lambang bilangan, bentuk-bentuk, dan
sebagainya jalur-jalur dalam mengenalkan kegiatan berhitung atau
matematka.
Konsep matematika yang perlu diberikan pada anak adalah berupa
bilangan atau berhitung, pola dan fungsinya, geometri, ukuran-ukuran,
grafis, estimasi, probabilitas, dan pemecahan masalah. Konsep ini perlu
diperkenalkan kepada anak secara bertahap sesuai dengan tingkat
menghubungkan kosnsp konkret dengan lambang bilangan dan tingkat
lambang bilangan. Ketiga tingkat penguasaan tahapan ini dimulai dari
memahami konsep matematika, kemudian menghubungkan benda-benda
nyata dengan lambang bilangan dan akhirnya anak akan memahami
lambang bilangan (Susanto, 2011: 100-101).
Mengingat sangat pentingnya kemampuan berhitung bagi anak, maka
kemampuan berhitung perlu diajarkan sejak dini, dengan berbagai media
dan metode yang tepat jangan sampai merusak pola perkembangan anak.
c. Prinsip-prinsip kemampuan berhitung
Berhitung permulaan untuk mengembangkan kemampuan
berhitung permulaan pada amak dikenalkan melalui permainan
-
45
berhitung, dikenal ada beberapa prinsip mendasar yang perlu dipahami
dalam menerapkan permainan berhitung, yaitu:
1. Dimulai dari menghitung benda.
2. Berhitung dari yang lebih mudah ke yang lebih sulit.
3. Anak berpatisipasi aktif dan adanya rangsangan untuk
menyelesaikan masalah sendiri.
4. Suasana yang menyenangkan
5. Bahasa yang sederhana dan menggunakan contoh-contoh.
6. Anak dikelompokan sesuai dengan tahapan berhitungnya.
7. Evaluasi dari awal sampai akhir kegiatan (Depdiknas, 2000: 8).
Prinsip-prinsip tersebut dapat di kemukakan bahwa pelajaran
berhitung bukan sesuatu yang menakutkan, tetapi merupakan
pembelajaran yang disenangi dinilai dari hati nuraninya sehingga anak
akan merasa membutuhkan karena mengasyikan dan cara
mengajarkannya pun harus tepat. Namun proses intelektualnya masih
sempit dan cara berpikirnya masih belum terarah, dan harus diingat
pula anak usia 6 tahun sudah dapat memecahkan persoalan-persoalan
sederhana, seperti telah dapat menghitug 1-10.
Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa
kemampuan berhitung permulaan adalah kemampuan yang dimiliki
oleh setiap anak yang berkaitan dengan konsep matematika sederhana,
yang meliputi kegiatan mengurutkan bilangan atau membilang, dan
mengenali jumlah, serta bertujuan untuk menumbuh kembangkan
-
46
keterampilan yang sangat diperlukan dalah kehidupan sehari-hari
sebagai dasar pengembangan kemampuan matematika untuk
pendidikan selanjutnya.
d. Metode Pengembangan Berhitung
Mengembangkan kemampuan berhitung permulaan pada anak
dapat dilakukan dengan beberapa metode. Metode yang dikembangkan
dalam mengenalkan dan mengembangkan kemampuan berhitung
permulaan.
Renew (2002:1), berpendapat metode yang perlu diterapkan dalam
mengembangkan kemampuan berhitung permulaan pada anak
dilakukan dengan permainan-permainan yang menyenangkan, suasana
belajar yang mengembirakan dan bagaimana anak tertarik untuk
belajar. Suasana yang nyaman dan menyenangkan, dapat membuat anak
akan belajar angka dengan cara kreatif dalam suatu permainan
berdasarkan tahapan-tahapan tertentu.
e. Perkembangan Kemampuan Berhitung
1. Pengertian berhitung
Belajar berhitung sebenarnya telah dimulai ketika anak
masih kecil,misalnya saat orangtua mengajarkan lagu balonku, anak
sudah belajar berhitung. Yang perlu diperhatikan oleh guru dan
orang tua adalah menyiapkan anak untuk menyukai pelajaran
berhitung. Oleh karena itu dalam pelajaran berhitung harus disertai
dengan media yang menarik. Sebelum anak diajarkan untuk
-
47
berhitung, terlebih dahulu anak harus bisa menghitung dan
mengetahui angka-angka dalam menghitung tersebut, baik itu
urutannya maupun arti dari setiap angka tersebut. belajar
menghitung adalah langkah pertama dalam mengerti angka. Saat
anak-anak mulai menghitung mereka menganggap itu rima.
Mungkin mereka mengerti 1-2-3, tetapi tidak membayangkan 6-7-8.
Bila si anak sudah tahu urutan 1-2-3-4-5-6-7-8-9-10, dia bisa mulai
mengerti apa arti angka-angka tersebut.
Pada umumnya, anak hafal angka 1 sa,pai 10, tetapi mereka
mengalami kesulitan, oleh karena itu, kegiatan berhitung harus
dibuat menarik dan mudah dipahami. Anak usia 4 tahun telah dapat
mengklasifikan benda berdasarkan satu kategori, mereka juga mulai
menunjukkan keterkaitan pada angka dan kuantitas, seperti
menghitung, mengukur, dan membandingkan. Meskipun demikian,
mereka sering kali menggunakan angka-angka tanpa pemahaman.
Berdasarkan penjelasan diatas, berhitung merupakan bagian
dari matematika. Kemampuan berhitung sangat diperlukan untuk
mengembangkan pengetahuan anak tentang angka, bilangan,
penjumlahan, dan pengurangan. Selain itu, berhitung juga
merupakan dasar bagi perkembangan kemampuan matematika anak
untuk mengikuti pendidikan selanjutnya, Suryana (2016:106).
-
48
2. Karakteristik Berhitung
Kecerdasan berhitung seseorang anak ditandai dengan
kemampuannya untuk berinteraksi dengan angka-angka dan
bilangan, berpikir dan ilmiah serta adanya konsistensi dalam
pemikiran.
Anak dapat mempelajari berhitung melalui konsep
matematika, yaitu melalui berhitung benda dengan konkret,
menghubungkan jumlah dengan lambang bilangan, dan
mengembangkan konsep menambah serta mengurang. Suyanto
(2005: 162) konsep matematika anak usia dini, meliputi:
a. Menghitung, yaitu menghubungkan antara benda dan konsep
bilangan, dimulai dari satu. Jika sudah mahir anak dapat
menghitung kelipatannya.
b. Angka, yaitu simbol dari kuantitas. Anak bisa menghubungkan
antara banyaknya benda dan simbol angka.
c. Klasifikasi, yaitu mengklompokan bendabenda kedalam
beberapa kelompok, untuk matematika bisa berdasarkan ukuran
atau bentuknya
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan ciri anak cerdas
berhitung adalah anak memiliki kemampuan memahami angka dan
bilangan. Selain itu anak juga mengklasifikasi benda berdasarkan
simbol, ukuran, serta bentuknya.
-
49
3. Tujuan Berhitung
Berhitung merupakan bagian dari matematika yang secara
umum di TK bertujuan agar anak mengetahui dasar-dasar
pembelajaran berhitung pada jenjang selanjudnya, sehingga pada
saatnya nanti anaklebih siap mengikuti pembelajaran matematika,
Suryana (2016: 109).
5. Pengertian Bermain
A. Pengertian Bermain
Meningkatkan aktivitas anak dalam kegiatan pembelajaran serta
meningkatkan kemampuan mengenal angka 1 sampai 10 perlu
diupayakan sebuah perbaikan dalam pemberian stimulus. Salah satunya
adalah bermain, merupakan kebutuhan bagi anak usia dini. Selain
sebagai aktivitas bersenang-senang, bermain juga dimaksudkan untuk
belajar anak, karena belajarnya anak melalui aktivitas bermain. Bermain
menjadi prioritas utama dalam kegiatan pembelajaran anak usia dini.
Melalui bermain seseorang anak dapat belajar berbagai hal baru yang
belum anak ketahui sebelumnya.
Fadlillah (2017: 6), berpendapat bermain adalah serangkaian
kegiatan atau aktivitas anak untuk bersenang-senang. Ada pun
kegitannya, selama itu terdapat unsur kesenangan atau kebahagiaan
bagi anak usia dini, maka bisa disebut sebagai bermain. Senada dengan
pengertian dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 857),
-
50
disebutkan bahwa istilah bermain berasal dari kata dasar main yang
berarti melakukan aktivitas atau kegiatan untuk menyenangkan hati.
Fadlillah (2012:168) Metode bermain adalah metode yang
menerapkan permainan atau mainan tertentu sebagai wahana
pembelajaran siswa dan suatu kegiatan yang dilakukan untuk
kesenangan yang ditimbulkannya, tanpa mempertimbangkan hasil
akhir. Piaget menjelaskan bahwa bermain terdiri atas tanggapan yang
diulang sekedar untuk kesenangan fungsional.
Hal ini perkembangan anak usia dini, bermain dapat dikategorikan
menjadi dua jenis sebagai berikut:
a. Bermain aktif
Bermain aktif, kesenangan timbul dari apa yang dilakukan
individu, apakah dalam bentuk kesenangan berlari atau membuat
sesuatu dengan lilin atau cat.
b. Bermain pasif
Bermain pasif (hiburan), kesenangan diperoleh dari kegiatan orang
lain. Pemain menghabiskan sedikit energi. Anak-anak yang menikmati
temannya bermain, memandang orang atau hewan di televisi,
menonton adegan lucu atau membaca buku adalah bermain tanpa
mengeluarkan tenaga, tetapi kesenangannya hampir seimbang dengan
anak yang menghabiskan tenagannya di tempat olahraga atau tempat
bermain.
-
51
B. Tujuan Bermain
Tujuan bermain dimaksudkan untuk mengetahui peran bermain
dalam perkembangan anak usia dini. Fadlillah (2017:9), Adapun secara
umum tujuan bermain dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bentuk
sebagai berikut:
a. Eksplorasi secara bahasa berarti mengelarkan. Maksudnya
mengeluarkan atau mencurahkan seluruh kemampuan yang
dimiliki. Jiwa anak adalah suka berpetualang, anak suka melakukan
hal-hal yang baru diinginkan dan dianggap menarik bagi dirinya.
Karakteristik anak ingin mempunyai rasa ingin tahu cukup kuat
membuat anak cenderung bereksplorasi untuk mencurahkan segala
kreativitasnya.
b. Eksperimen, secara etimologi, eksperimen berarti uji coba. Adapun
secara terminologi yaitu melakukan serangkaian percobaan-
percobaan demi menghasikan sesuatu yang diharapkan. Hal ini
dikarenakan rasa ingin tahu anak sangat tinggi, sehingga anak
sering kali melampiaskan ke dalam bentuk-bentuk permainan yang
dimainkannya.
c. Imitation, imitasi dimaksudkan sebagai bentuk tiruan anak-anak,
dengan kata lai, bermain merupakan suatu bentuk peniruan anak-
anak terhadap permainan yang dimainkan. Selain kegiatan bermain,
anak bebas berekspresi untuk menirukan berbagai hal uang ada
dalam imajinasinya.
-
52
d. Adaptasi, tujuan lain dari kegiatan bermain ialah untuk melatih
adaptasi anak-anak dengan lingkungan sekitar. Adaptasi sendiri
bermakna mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan. Adapun
kondisi anak berupaya untuk bisa beradaptasi dengan teman-
temannya dalam rangka menciptakan suasana keakraban dan
kegembiraan.
Demikian besar peran bermain dalam kehidupan anak
sebagaimana diungkapkan oleh banyak ahli tersebut, dapat
disimpulkan bahwa bermain atau permainan merupakan sarana
utama dalam pengembangan berbagai aspek perkembangan anak
yaitu Nilai Agama dan Moral, Bahasa, Fisik Motorik, Sosial
Emosi, Kognitif dan Seni, yang memiliki pengertian, tujuan
sebagai persiapan untuk menghadapi kehidupan sebenarnya.
6. Alat Peraga Edukatif
Kegiatan pembelajaran anak usia dini, alat permainan edukatif
memiliki peran cukup penting bagi anak usia dini, karena melalui alat
permainan edukatif ini kegiatan pembelajaran akan berlangsung dengan
lancar, menarik, kreatif, dan menyenangkan, sehingga dapat
mempermudah tercapainya tujuan pembelajaran.
Istilah alat permainan edukatif memiliki dua makna pokok, yaitu
alat permainan dan edukatif. Alat permainan adalah semua alat yang
digunakan anak memenuhi naluri bermainnya. Adapun kata edukatif
mempunyai arti nilai-nilai pendidikan. Maka jika dipadukan alat
-
53
permainan edukatif ialah segala sesuatu yang dijadikan sebagai sarana
bermain yang sekaligus bermanfaat bagi perkembangan anak.
Menurut Mayke sebagaimana dikutip Badru Zaman alat permainan
edukatif adalah alat permainan yang dirancang secara khusus untuk
kepentingan pendidikan. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan alat
peraga edukatif adalah setiap alat atau bentuk permainan yang dalamnya
mengandung nilai-nilai pendidikan bagi pertumbuhan dan perkembangan
anak (Fadlillah, 2017: 56).
A. Pentingnya Alat Peraga Edukatif
Bagi anak-anak alat permainan edukatif sangat penting dan
bermanfaat bagi tumbuh kembang mereka. Tidak hanya menyangkut
fisik melainkan juga psikis, dengan menggunakan alat peraga edukatif,
semua itu bisa dikembangkan dengan mudah dan aktivitas yang
dilakukan anak adalah bermian, namun dalam bermian itu
sesungguhnya anak telah belajar. Bermainnya anak merupakan proses
belajarnya anak.
Ismail (2012: 139-140) beberapa hal yang menjadikan alasan
mengapa alat permainan edukatif penting bagi anak usia dini adalah:
1. APE dapat meningkatkan pemahaman terhadap totalitas kediriannya
atau mengembangkan kepribadian anak.
2. Meningkatkan kemampuan berkomunikasi anak dan menciptakan
kemampuan anak untuk hal-hal baru.
-
54
3. Meningkatk