PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MENULIS TEKS CERPEN …digilib.unila.ac.id/55654/3/TESIS TANPA BAB...
Transcript of PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MENULIS TEKS CERPEN …digilib.unila.ac.id/55654/3/TESIS TANPA BAB...
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MENULIS TEKS CERPENDENGAN MODEL PROJECT BASED LEARNING
UNTUK SISWA KELAS IX SMP/MTs
(Tesis)
Oleh
PROGRAM PASCASARJANAMAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2019
ERA OCTAFIONA
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MENULIS TEKS CERPENDENGAN MODEL PROJECT BASED LEARNING
UNTUK SISWA KELAS IX SMP/MTs
OlehERA OCTAFIONA
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk (1) menghasilkan produk berupa buku teks menuliscerpen dengan model project based learning untuk siswa kelas IX SMP/MTs, dan(2) menguji serta mendeskripsikan kelayakan buku teks menulis cerpen denganmodel project based learning yang dikembangkan berdasarkan ahli materi, ahlimedia, teman sejawat, dan siswa SMP/MTs.
Metode penelitian mengacu pada metode penelitian dan pengembangan Borg andGall yang meliputi 1) potensi dan masalah, 2) pengumpulan data, 3) desainproduk, 4) validasi desain, 5) perbaikan desain, 6) uji coba produk, dan 7) revisiproduk akhir. Penelitian ini dilaksanakan melalui observasi, wawancara, danpenyebaran angket pada tiga sekolah di Bandar Lampung yang meliputi SMPNegeri 13 Bandar Lampung, SMP IT Baitul Jannah Bandar Lampung, dan SMPIT Global Madani Bandar Lampung pada tahun pelajaran 2017/2018. Validasirancangan produk dilakukan oleh ahli/pakar yang relevan, yaitu ahli materi, ahlimedia, penilaian teman sejawat, kemudian diujicobakan kepada siswa SMP/MTstersebut.
Buku teks pada penelitian ini layak digunakan dalam pembelajaran menuliscerpen di SMP/MTs. Hal ini terlihat dari hasil uji ahli materi dan hasil uji ahlimedia yaitu dikategorikan layak untuk diproduksi setelah adanya revisi danperbaikan sesuai dengan saran pakar/ahli. Uji kelayakan bahan ajar oleh guruBahasa Indonesia pada kelas IX di SMPN 13 Bandar Lampung, SMP IT BaitulJannah Bandar Lampung, dan SMP IT Global Madani Bandar lampung didapatnilai rata-rata 91 dengan kategori sangat layak. Uji coba produk pada kelas kecildilakukan sebagai bentuk evaluasi awal sebelum diujicobakan di kelas besardengan perolehan nilai sebesar 90,55 dengan kategori layak diujicobakan. Ujikelas besar dilakukan sebagai bentuk evaluasi rancangan produk buku teks dengannilai sebesar 85,42 dengan kategori layak. Berdasarkan angket uji coba kelayakanyang telah dilakukan, dapat disimpulkan buku teks menulis cerpen dengan modelproject based learning layak digunakan sebagai bahan ajar untuk siswa kelas XISMP/MTs.
Kata Kunci: Menulis Cerpen, Buku Teks, dan Model Project Based Learning
DEVELOPMENT OF TEACHING WRITING TEACHING MATERIALSTHROUGH PROJECT BASED LEARNING LEARNING MODELS FOR
CLASS IX SMP / MTs STUDENTS
ByERA OCTAFIONA
ABSTRACT
This research aims to (1) to produce the product of textbook writing short storybased on project based learning models for grade IX junior high school, and (2) totest and to describe the textbook feasibility of writing short story based on projectbased learning models that are developed based on material experts, mediaexperts, peer assessment, and junior high school student.
The method of this research is in accordance to the research and developmentBorg and Gall such as 1) potency and problem, 2) data collection, 3) productdesign, 4) design validation, 5) design improvement, 6) product trial, 7) productfinal revision. This research was conducted through observation, interview, andquestionnaire dissemination of three school in Bandar Lampung including SMPNegeri 13 Bandar Lampung, SMP IT Baitul Jannah Bandar Lampung, SMP ITGlobal Madani Bandar Lampung academic year 2017/2018. Validation of productdesign is carried out by relevant experts in material and media, peer assessment,then tested to the junior high school students.
Textbook use in this study fit in learning to write short story at jenior high school.This can be seen from the assessment of learning material experts andinstructional media experts of textbooks writing short stories through projectbased learning models categorized as feasible to be produced after revisions andimprovements in accordance with expert advice. Feasibility material test done bypractitioners teachers Bahasa Indonesia in class IX at SMPN 13 Bandar Lampung,SMP IT Baitul Jannah Bandar Lampung, and SMP IT Global Madani Bandarlampung obtained an average value 91 with very eligible category. The testproduct on small classes performed as the initial evaluation form before tested in alarge classroom with the acquisition value of 90.55 with eligible category. Bigclass test conducted as a from evaluation of teaching material design with theacquisition value of 85,42 with eligible category. Based on the questionnaires thathas been done, it can be concluded that textbook of writing short story projectbased learning deserves to be used as teaching material for class IX in junior highschool.
Keyword: Project Based Learning Models, Textbook, and Writing Short Story.
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MENULIS TEKS CERPEN
DENGAN MODEL PROJECT BASED LEARNING
UNTUK SISWA KELAS IX SMP/MTs
Oleh
ERA OCTAFIONA
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
MAGISTER PENDIDIKAN
Pada
Program Pascasarjana Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 13 September 1992, putri
pertama dari pasangan Bapak Eriady Marahimat dan Ibu Misnawati.
Pendidikan yang telah ditempuh penulis adalah TK Pertiwi Rawa Laut Bandar
Lampung diselesaikan pada tahun 1998. Pendidikan di SD Yayasan Kartika Jaya
II-5 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2004. Pendidikan di SMP Negeri 9
Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2007. Pendidikan di SMA YP UNILA
Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2010.
Pada tahun 2010, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur PKAB. Pada
tahun 2013, penulis melakukan PPL di SMP Negeri 1 Gunung Terang, Kecamatan
Gunung Terang, Kabupaten Tulang Bawang Barat dan KKN Kependidikan
Terintegrasi Unila di Desa Panca Marga, Kecamatan Gunung Terang, Kabupaten
Tulang Bawang Barat. Pada tahun 2015 melanjutkan studi di Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan (FKIP) jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas
Lampung sampai sekarang.
MOTO
“Sesunggguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.”(Q.S. Al-Insyirah : 6)
“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yangdemikian itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyuk
(Q.S Al-Baqarah : 45)
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa, danjangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah
kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”(Q.S Al-Maidah : 2)
PERSEMBAHAN
Teriring doa dan rasa syukur ke hadirat Allah swt., kupersembahkan tesis ini
untuk orang-orang yang paling berharga dalam hidupku.
1. Ayahanda dan Ibundaku tercinta, Bapak Eriady Marahimat dan Ibu Misnawati
yang tak henti-hentinya mencurahkan kasih sayang, mendidik dengan penuh
cinta, dan berdoa dengan keikhlasan hati untuk keberhasilanku menggapai cita-
cita serta selalu menanti keberhasilanku.
2. Adik-Adikku tercinta, Marendra dan Sanestia Eriawaty yang telah memberikan
doa dan dukungan dalam menuntut ilmu serta menanti keberhasilanku.
3. Untuk keluarga besarku yang selalu memberikan doa dan dukungan untuk
keberhasilanku.
4. Keluarga besar MPBSI 2010.
5. Almamater tercinta yang kubanggakan.
SANWACANA
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah subhannahuwata’ala atas segala
limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis
yang berjudul “Pengembangan Bahan Ajar Menulis Teks Cerpen Dengan Model
Project Based Learning Untuk Siswa Kelas IX SMP/MTs” sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
di Universitas Lampung.
Proses penyusunan tesis ini, penulis tentu telah banyak menerima masukan,
arahan, bimbingan, motivasi, dan bantuan dari berbagai pihak. Sehubungan
dengan hal itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak berikut.
1. Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.Pd., selaku Rektor Universitas Lampung.
2. Dr. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung dan
selaku dosen pembimbing I atas kesediaan dan keikhlasannya memberikan
bimbingan, saran, arahan, dan motivasi yang diberikan selama penyusunan
tesis ini.
3. Prof. Mustofa, Ph.D., selaku Direktur Pascasarjana Universitas Lampung.
4. Dr. Mulyanto Widodo, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia serta sekaligus penguji II atas kesediaan dan keikhlasannya
memberikan bimbingan, saran, arahan, dan motivasi yang diberikan selama
penyusunan tesis ini.
xii
5. Dr. Edi Suyanto, M.Pd., selaku Ketua Jurusan MPBSI dan selaku dosen
pembimbing I atas kesediaan dan keikhlasannya memberikan bimbingan,
saran, arahan, dan motivasi yang diberikan selama penyusunan tesis ini.
6. Dr. Nurlaksana Eko Rusminto, M.Pd., selaku Pembimbing Akademik sekaligus
penguji II yang telah memberikan bimbingan, masukan, nasihat, dan motivasi
kepada penulis.
7. Bapak dan Ibu dosen serta staf Program Studi Magister Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia dan Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni.
8. Ayahanda dan Ibunda tercintaku, Bapak Eriyadi Marahimat dan Ibu Misnawati
yang tak henti-hentinya mencurahkan kasih sayang, mendidik dengan penuh
cinta, dan berdoa dengan keikhlasan hati untuk keberhasilanku menggapai cita-
cita serta selalu menanti keberhasilanku.
9. Adik-adikku tercinta, Marendra dan Sanestia Eriawaty yang telah memberikan
doa dan dukungan dalam menuntut ilmu serta menanti keberhasilanku.
10. Sepupuh-sepupuhku tercinta, Astri Nurul Insani, Fadhilah Fanny, Ivone Prata
Mulia, dan Nidia Fifi Friandana.
11. Untuk keluarga besarku yang selalu memberikan doa dan dukungan untuk
keberhasilanku.
12. Bapak dan Ibu pendidik serta staf dan siswa SMP Negeri 13 Bandar
Lampung, SMP IT Baitul jannah Bandar Lampung, dan SMP IT Global
Madani Bandar lampung.
13. Sahabat-sahabat terbaikku Restty Purwana Suwama, Nandita Wana Putri,
Sinourita Puji Saka, Henny Marita, Setyan Widiyanto, dan teman
seperjuangan dalam menyelesaikan tesis Merina Tri Rahma Okta.
xiii
14. Teman-teman MPBSI Angkatan 2015 yang tidak bisa penulis sebutkan satu
persatu, terima kasih atas persahabatan dan kebersamaan yang kalian berikan
selama ini.
15. Kepada semua pihak yang ikut berperan dan membantu penulis dalam
menyelesaikan tesis ini.
Semoga Allah subhanahuwata’ala membalas segala keikhlasan, amal, dan bantuan
semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini. Harapan
penulis, semoga tesis ini bermanfaat bagi kita semua terutama bagi dunia
pendidikan khususnya Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Amin.
Bandar Lampung, Januari 2019
Era Octafiona
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Masalah................................................................................ 11.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 101.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 101.4 Spesifikasi Produk Pengembangan .............................................................. 101.5 Manfaat Produk Pengembangan .................................................................. 111.6 Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan ................................................... 12
1.6.1 Asumsi ................................................................................................ 121.6.2 Keterbatasan Pengembangan .............................................................. 12
1.7 Definsi Operasional ...................................................................................... 12
BAB II LANDASAN TEORI2.1 Bahan Ajar ................................................................................................... 14
2.1.1 Pengertian Bahan Ajar ........................................................................ 142.1.2 Jenis-Jenis Bahan Ajar ........................................................................ 172.1.3 Prinsip-Prinsip Bahan Ajar ................................................................. 222.1.4 Unsur-Unsur Bahan Ajar ..................................................................... 232.1.5 Pengembangan Bahan Ajar ................................................................. 242.1.6 Prinsip Pengembangan Bahan Ajar ..................................................... 262.1.7 Tujuan dan Manfaat Pengembangan Bahan Ajar ................................ 27
2.2 Pengembangan Penyususnan Bahan Ajar .................................................... 282.2.1 Analisis Kebutuhan Bahan Ajar .......................................................... 282.2.2 Penyususnan Peta Bahan Ajar ............................................................. 302.2.3 Struktur Bahan Ajar ............................................................................ 312.2.4 Penyususnan Bahan Ajar Cetak .......................................................... 322.2.5 Evaluasi dan Revisi ............................................................................. 34
2.3 Pengertian dan Definisi Buku Teks ............................................................. 372.3.1 Fungsi Buku Teks ............................................................................... 402.3.2 Kualitas Buku Teks ............................................................................. 432.3.3 Jenis-Jenis Buku Teks ......................................................................... 472.3.4 Kelayakan Isi Buku Teks .................................................................... 48
2.3.4.1 Kesesuaian dengan Kurikulum ............................................... 482.3.4.2 Keakuratan Materi Indikator ................................................... 512.3.4.3 Materi Pendukung Pembelajaran ............................................ 54
2.3.5 Kelayakan Bahasa Buku Teks ............................................................. 56
2.4 Keterampilan Menulis ................................................................................... 602.4.1 Proses Menulis ...................................................................................... 62
2.5 Menulis Teks Cerita Pendek ........................................................................ 632.5.1 Pengertian Teks Cerita Pendek ........................................................... 642.5.2 Struktur Teks Cerita Pendek ............................................................... 652.5.3 Unsur-Unsur Teks Cerita Pendek ........................................................ 682.5.4 Proses Kreatif Menulis Teks Cerpen ................................................... 712.5.5 Pembelajaran Menulis Teks Cerpen di SMP Dalam Kurikulum 2013
Revisi 2017 ..... .................................................................................... 752.6 Model Project Based Learning ...................................................................... 75
2.6.1 Pengertian Model Project Based Learning ........................................... 762.6.2 Hakikat Model Project Based Learning ............................................... 782.6.3 Karakteristik Model Project Based Learning ....................................... 792.6.4 Komponen Model Project Based Learning .......................................... 812.6.5 Prinsip-Prinsip Model Project Based Learning ..................................... 832.6.6 Langkah-Langkah Model Project Based Learning ................................. 832.6.7 Kelebihan dan Kekurangan Model Project Based Learning ................. 86
2.7 Pembelajaran Menulis Teks Cerpen dengan ModelProject Based Learning ................................................................................... 89
BAB III METODE PENELITIAN3.1 Jenis Penelitian.............................................................................................. 943.2 Model pengembangan .................................................................................. 943.3 Prosedur Pengembangan ............................................................................... 95
3.3.1 Hasil Studi Pendahuluan ..................................................................... 1003.3.2 Proses Pengembangan Produk ........................................................... 102
3.3.2.1 Uji Praktis atau Uji Teman Sejawat ......................................... 1023.3.2.2 Uji Ahli Pakar atau Uji Pakar .................................................. 1033.3.2.3 Uji Lapangan Dalam Kelompok Kecil ...................................... 1033.3.2.4 Uji Lapangan Dalam Kelompok Besar ..................................... 104
3.4 Uji Coba Produk ........................................................................................... 1043.4.1 Desain Uji Coba Produk ...................................................................... 1043.4.2 Subjek Uji Coba .................................................................................. 1063.4.3 Lokasi Penelitian ................................................................................. 107
3.5 Sumber Data, Instrumen, Subjek, dan Analisis Data .................................. 1073.5.1 Sumber Data ......................................................................................... 1073.5.2 Instrumen Penelitian ............................................................................. 1073.5.3 Subjek Penelitian .................................................................................. 1153.5.4 Analisi Data .......................................................................................... 116
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN4.1 Hasil Penelitian ............................................................................................ 118
4.1.1 Hasil Penelitian Pendahuluan .............................................................. 1184.1.2 Deskripsi Data Gambaran Pembelajaran Menulis Teks Cerpen ......... 119
4.1.3 Penilaian Guru Terhadap Materi Cerpen pada Buku TeksPelajaran Bahasa Indonesia ................................................................. 122
4.1.4 Wawancara dengan Guru Mata Pelajaran Bahasa IndonesiaTentang Model Bahan Ajar yang Diharapkan .................................... 124
4.2 Pengembangan Bahan Ajar Buku Teks Menulis Teks Cerpen denganModel Project Based Learning untuk Siswa SMP/MTs .............................. 1284.2.1 Penelitian dan Pengumpulan Informasi .............................................. 1284.2.2 Perencanaan Pembuatan Bahan Ajar Buku Teks Menulis Teks Cerpen
dengan Model Project Based Learning ............................................... 1294.2.3 Evaluasi dan Revisi ............................................................................. 133
4.2.3.1 Hasil Uji Ahli .......................................................................... 1334.2.3.2 Hasil Uji Teman Sejawat/Praktisi ........................................... 1394.2.3.3 Uji Coba Produk ...................................................................... 143
4.3 Pembahasan .................................................................................................. 1544.3.1 Pengembangan Bahan Ajar Buku Teks dengan Model
Project Based Learning ....................................................................... 1544.3.2 Evaluasi Penggunaan Bahan Ajar Buku Teks ..................................... 159
BAB V SIMPULAN DAN SARAN5.1 Simpulan ...................................................................................................... 1661.2 Saran ............................................................................................................. 167
DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN
1. Instrumen Angket untuk Siswa Terkait dengan Pengalaman Awal Siswa DalamMenulis Teks Cerpen dan Manfaat Buku Pelajaran Bahasa Indonesia
2. Deskripsi Data Sikap Siswa Mengenai Pengalaman Awal Menulis Teks Cerpen3. Instrumen Angket Wawancara dengan Guru Bahasa Indonesia4. Deskripsi Data Wawancara dengan Guru Bahasa Indonesia5. Dokumentasi Penelitian Pendahuluan6. Surat Keterangan Penelitian7. Surat Balasan Izin Penelitian8. Surat Kesediaan Menjadi Validasi9. Validasi Kelayakan Bahan Ajar Oleh Ahli Materi10. Validasi Kelayakan Bahan Ajar Oleh Ahlia Media11. Validasi Kelayakan Bahan Ajar Oleh Guru Bahasa Indonesia12. Hasil Evaluasi Kelayakan Bahan Ajar Oleh Ahli Materi13. Hasil Evaluasi Kelayakan Bahan Ajar Oleh Ahli Media14. Hasil Evaluasi Kelayakan Bahan Ajar Oleh Ahli Guru Bahasa Indonesia15. RPP16. Kisi-Kisi Uji Coba Kelayakan Produk Bahan Ajar Buku Teks17. Angket Penilaian Siswa dalam Uji Lapangan Terbatas18. Tabel Perhitungan Kelayakan Uji Lapangan Terbatas19. Instrumen Angket Penilaian Siswa Terhadap Buku Teks Pembelajaran Menulis
Teks Cerpen dengan Model Project Based Learning20. Tabel Perhitungan Penilaian Siswa Terhadap Buku Teks Pembelajaran Menulis
Teks Cerpen dengan Model Project Based Learning21. Contoh Menulis Teks Cerpen Hasil Karya Siswa22. Bahan Ajar23. Buku Teks
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Penilaian Bahan Ajar Menulis Teks Cerpen Dalam Buku PelajaranBahasa Indonesia ............................................................................. 3
Tabel 2.1 Contoh Analisis KI-KD ..................................................................... 28Tabel 2.2 Struktur Bahan Ajar Cetak (Printed) ................................................ 31Tabel 2.3 Instrumen Evaluasi Bahan Ajar ......................................................... 36Tabel 2.4 Butir-Butir Dalam Definisi Buku Teks .............................................. 39Tabel 2.5 Indikator Landasan Keterbacaan Materi dan Bahasa yang Digunakan
Dalam Buku Teks ............................................................................... 59Tabel 2.6 Tahap dan Kegiatan Dalam Proses Menulis ...................................... 62Tabel 2.7 Contoh Struktur Teks Cerpen ............................................................ 66Tabel 3.1 Angket Kompetensi Awal Siswa Menulis Cerpen dan Persepsi
Siswa Terhadap Materi Cerpen Pada Buku Teks PelajaranBahasa Indonesia …............................................................................ 108
Tabel 3.4 Angket Penilaian Guru terhadap Materi Cerpen pada Buku TeksPelajaran Bahasa Indonesia ................................................................ 110
Tabel 3.5 Instrumen Penilaian Bahan Ajar Buku Teks oleh Ahli dan Guru ...... 111Tabel 3.6 Intrumen Penilaian Siswa Terhadap Bahan Ajar Buku Teks ............. 115Tabel 3.7 Subjek Penelitian ................................................................................ 116Tabel 3.8 Konversi Data Kuantitatif ke Kualitatif ............................................. 117Tabel 4.1 Deskripsi Data Sikap Siswa Mengenai Pengalaman Awal Menulis
Teks Cerpen ....................................................................................... 119Tabel 4.2 Penilaian Bahan Ajar Menulis Teks Cerpen Dalam Buku pelajaran
Bahasa Indonesia ................................................................................ 122Tabel 4.2 Angket Wawancara dengan Guru Bahasa Indonesia ......................... 124Tabel 4.3 Dokumen Isi Keseluruhan Bahan Ajar Buku Teks ............................ 132Tabel 4.4 Hasil Evaluasi Pakar/Ahli Materi Terhadap Bahan Ajar Buku
Teks Menulis Cerpen dengan Model Project Based Learning ........... 134Tabel 4.5 Hasil Evaluasi Pakar/Ahli Materi Terhadap Bahan Ajar Buku
Teks Menulis Cerpen dengan Model Project Based Learning ........... 136Tabel 4.6 Hasil Evaluasi Teman Sejawat/Praktisi Terhadap Bahan Ajar
Buku Teks Menulis Cerpen dengan ModelProject Based Learning ....................................................................... 139
Tabel 4.7 Kategori Skala Likert Penilaian Kelayakan Pengembangan BahanAjar Buku Teks ................................................................................... 141
Tabel 4.8 Kisi-Kisi Uji Coba Kelayakan Produk Bahan Ajar Buku Teks ......... 144Tabel 4.9 Hasil Uji Penggunaan Bahan Ajar Buku Teks Kelas Kecil ............... 146
Tabel 4.10 Hasil Uji Penggunaan Buku Teks Kelas Besar di SMP Negeri 13Bandar Lampung .............................................................................. 148
Tabel 4.11 Hasil Uji Penggunaan Bahan Ajar Buku Teks Kelas Besar di SMPIT Baitul Jannah Bandar lampung .................................................... 150
Tabel 4.12 Hasil Uji Penggunaan Bahan Ajar Buku Teks Kelas Besar di SMPIT Global Madani Bandar lampung ................................................. 151
Tabel 4.13 Uji Penggunaan Bahan Ajar Buku Teks pada Kelas Besar ............. 153
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Peta Bahan Ajar .............................................................................. 31Gambar 2.2 Siklus Karakteristik PjBL Sumber: Sani, 2014 .............................. 80Gambar 2.3 Bagan Siklus Komponen PjBL Sumber: Sani, 2014 ...................... 82Gambar 2.4 Langkah-Langkah Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek .... 84Gambar 3.1 Langkah-Langkah Dalam Model Penelitian dan Pengembangan
Borg and Gall .................................................................................. 98Gambar 3.2 Langkah-Langkah Model Pengembangan Borg And Gall .............. 104Gambar 4.1 Perubahan Penulisan dan Gambar Cover Bahan Ajar Buku Teks
Menulis Teks Cerpen ...................................................................... 138Gambar 4.2 Perubahan Sumber atau Referensi Foto, dan Ukuran Gambar atau
Foto Seharusnya Disesuaikan Jangan Terlalu Kecil ...................... 138
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembelajaran bahasa Indonesia pada dasarnya bertujuan memberikan bekal
kepada siswa kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Indonesia secara efektif
dan efisien baik lisan maupun tulis. Keterampilan yang ditekankan dalam
pembelajaran bahasa adalah keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan
menulis. Keterampilan-keterampilan tersebut memiliki ranah sendiri-sendiri,
namun satu sama lainnya saling berhubungan erat dalam pembelajaran bahasa
Indonesia. Keterampilan-keterampilan tersebut, di antaranya keterampilan
menulis merupakan keterampilan tersulit jika dibandingkan dengan jenis
keterampilan lainnya. Hal tersebut disebabkan tingkat kemahiran menulis di
dalamnya menuntut kemahiran keterampilan yang lain.
Salah satu keterampilan berbahasa adalah keterampilan menulis. Keterampilan
menulis termasuk keterampilan yang paling tinggi tingkat kesulitannya bagi
pembelajar dibandingkan dengan ketiga keterampilan lainnya (Iskandarwassid,
2011: 291). Hal ini pun senada dengan yang diungkapkan oleh Ishak (2014: 8)
yang mengatakan bahwa keterampilan menulis itu katanya sulit dilakukan.
Anggapan ini mengakibatkan siswa kurang berminat dalam mempelajari
keterampilan menulis. Padahal, kegiatan ini harus selalu dihadapi terutama oleh
kaum akademisi seperti menulis cerpen, menulis esai, menulis opini, dan lain-lain.
2
Bahkan Akhadiah (2003: 5) mengatakan, bahwa masalah yang sering dilontarkan
dalam pengajaran karang-mengarang adalah kurang mampunya mahasiswa atau
siswa menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Hal ini terlihat dari
pilihan kata yang kurang tepat, kalimat yang kurang efektif, sukar
mengungkapkan gagasan karena kesulitan memilih kata atau membuat kalimat,
bahkan kurang mampu mengembangkan ide secara teratur dan sistematis, serta
kesalahan ejaan pun sering dijumpai.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan penulis melalui angket,
diketahui bahwa sebagian besar siswa merasa tidak dapat mengungkapkan dan
menemukan ide, gagasan, dan pikiranya yang akan ditulis. Siswa tidak tahu
bagaimana memulai dan menyusun ide-ide untuk menulis. Bahkan, 67% siswa
tidak tertarik menulis cerpen dikarenakan bahwa menulis itu sulit. Sebanyak 63%
siswa sulit untuk mencari ide dalam menulis cerpen. Sebanyak 83% siswa menulis
cerpen hanya karena tugas dari guru. Kondisi ini diperkuat oleh pernyataan guru
yang menyatakan bahwa pengajaran menulis belum terlaksana dengan baik di
sekolah. Kelemahannya terletak pada cara guru mengajar. Umumnya kurang
variasi, tidak merangsang dan kurang pula dalam frekuensi (Tarigan, 1987: 186).
Hal ini pun dibuktikan dari hasil penelitian Alwasilah (dalam Aisyah, 2009: 314)
yang menyatakan bahwa di sekolah-sekolah, sastra hanya diajarkan sebanyak
23,6% saja. Dalam kapasistasnya yang hanya 23,6% tersebut, ternyata
pembelajaran sastra lebih diterapkan pada aspek pengetahuan (kognitif), bukan
aspek afektif maupun keterampilan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
pembelajaran sastra khususnya pembelajaran menulis di sekolah masih
mengindikasikan permasalahan.
3
Hasil penelitian pendahuluan selanjutnya yang dilakukan di sekolah SMP Negeri
13 Bandar Lampung, yaitu terkait bahan ajar yang digunakan oleh guru di sekolah
tersebut masih berpusat pada penggunaan buku paket dan buku pegangan guru
saja sehingga referensi untuk materi yang akan diajarkan pada siswa masih
terbatas. Guru pun belum melakukan pengembangan bahan ajar yang dapat
digunakan untuk siswa secara mandiri. Berikut ini rangkuman penilaian bahan
ajar menulis teks cerpen oleh responden.
Tabel 1.1 Penilaian Bahan Ajar Menulis Teks Cerpen Dalam Buku PelajaranBahasa Indonesia
NO. DESKRIPSI PENILAIAN
A. Kelayakan isi
1. Pengembangan materi sesuaidengan KI dan KD pembelajaranmenulis teks cerpen
Sesuai dengan KI dan KD
2. Materi sesuai dengan kebutuhansiswa
Uraian materi kurang lengkap
3. Materi dalam buku pelajaransesuai dengan kebutuhan bahanajar
Kurang sesuai dengan kebutuhan
4. Pengembangan materi sesuaidengan substansi materi
Belum sesuai dengan substansi materi
5. Materi dalam buku pelajaranbermanfaat untuk menambahwawasan pengetahuan menulisteks cerpen
Menambah wawasan
6. Materi menulis teks cerpen sesuaidengan nilai-nilai moral dan sosial
Sesuai dengan nilai-nilai moral dansocial
B. Kebahasaan
7. Materi menulis teks cerpen dapatdipahami dengan mudah
Materi terlalu singkat, tidak adatuntunan menulis cerpen, sulitdipahami
8. Materi menulis teks cerpenmemuat informasi yang jelas
Informasi kurang jelas
9. Materi menulis teks cerpen ditulisdengan kaidah bahasa Indonesiayang baik dan benar
Sesuai dengan kaidah kebahasaan
4
10. Materi menulis teks cerpenmenggunakan bahasa Indonesiasecara efektif dan efisien
Bahasa Indonesia yang digunakanefektif dan efisien
C. Sajian
11. Tujuan pembelajaran menulis tekscerpen dituliskan dengan jelas
Tujuan pembelajaran tidak ditulisdengan jelas
12. Pengembangan materi menulisteks cerpen diurutkan dengan baik(dari konkret ke abstrak, darimudah ke sulit, dari umum kekhusus)
Tidak diuraikan dengan sistematis
13. Pengembangan materi menulisteks cerpen memberikan motivasibelajar secara eksplisit
Kurang memotivasi
14. Pengembangan materi menulisteks cerpen menimbulkaninteraktivitas (stimulus danrespon) pembelajarn yang baik
Kurang menimbulkan interaktivitas,tidak ada petunjuk/langkah kegiatanpembelajaran
15. Pengembangan materi menulisteks cerpen berisi informasi yanglengkap yang dibutuhkan untukmenulis teks cerpen
Tidak menjelaskan langkah-langkahmenulis teks cerpen, materi tidaklengkap
D. Kegrafisan
16. Jenis dan ukuran font (huruf) yangdigunakan memudahkan siswadalam membaca bahan ajar
Tulisan terbaca dengan jelas
17. Tata letak bahan ajar dalam bukupelajaran memudahkanpembacaan
Cukup mudah dibaca
18. Bahan ajar disertai ilustrasi,grafis, gambar, dan foto yangmenarik dan mendukung terhadappenguasaan kompetensi menulisteks cerpen
Tidak ada
19. Desain tampilan sampul danbahan ajar menarik minat bacasiswa
Kurang menarik, komposisi warnakurang bervariasi
Dari empat unsur penilaian, ada dua unsur yang mendapat catatan penting
kelayakan isi dan penyajian. Para responden menilai bahwa kelayakan isi materi
menulis teks cerpen dalam buku-buku yang dipakai masih kurang layak.
Pengembangan materi dalam buku pelajaran tersebut tidak lengkap. Secara
5
substansi, buku pelajaran belum menjelaskan materi secara lengkap yang
dibutukan siswa untuk menulis teks cerpen. Oleh karena itu, bahan ajar dalam
buku pelajaran yang digunakan belum mencukupi kebutuhan pembelajaran.
Pernyataan yang dikemukakan guru sebagai responden tersebut selaras dengan
hasil angket kompetensi menulis teks cerpen siswa. Hasil penelitian pada siswa
responden menunjukkan bahwa mereka belum menguasai kompetensi
pengetahuan dan keterampilan yang memadai untuk dapat menulis teks cerpen
dengan baik. Oleh karena itu, guru dan siswa membutuhkan bahan ajar yang dapat
membantu memaksimalkan kompetensi yang harus dicapai.
Perihal penyajian, guru responden menilai bahan ajar menulis cerpen belum
disajikan dengan sistematis dan tujuan pembelajaran tidak ditulis dengan jelas.
Responden pengembangan bahan ajar menulis teks cerpen juga disertai langkah-
langkah atau tahapan pembelajaran dalam menulis teks cerpen. Siswa tidak
langsung ditugaskan untuk menulis teks cerpen secara utuh. Unsur kegrafisan
bahan ajar tidak disertai ilustrasi, grafis, gambar, dan foto yang menarik dan
mendukung terhadap penguasaan kompetensi menulis teks cerpen. Selain itu,
desain tampilan sampul dan bahan ajar kurang menarik minat baca siswa.
Mengatasi permasalahan tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan bahan
ajar yang dapat membantu siswa dan guru untuk mencapai kompetensi menulis
cerpen. Buku teks merupakan bahan ajar buku pelajaran dalam bidang studi
tertentu yang merupakan buku standar yang biasa digunakan di sekolah-sekolah
sebagai penunjang bidang studi tertentu. Tujuan pembelajaran menggunakan buku
teks sebagai sumber atau alat evaluasi dan pengajaran remedial. Artinya, di
6
samping bahan tersedia juga alat evaluasi, bila diperlukan sudah tersedia pula
bahan pengajaran remedialnya secara lengkap dan utuh.
Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar buku teks lebih banyak
melibatkan peran siswa secara individual maupun kelompok dibandingkan dengan
guru. Guru sebagai fasilitator kegiatan belajar hanya membantu siswa memahami
tujuan pembelajaran, pengorganisasian materi pelajaran, melakukan evaluasi,
serta menyiapkan dokumen. Penggunaan buku teks didasarkan pada fakta bahwa
jika siswa diberikan waktu dan kondisi belajar memadai maka akan menguasai
suatu kompetensi secara tuntas.
Pembelajaran menulis di sekolah tidak terlepas dari peranan seorang guru. Guru
menempati posisi yang sangat strategis dalam menciptakan kondisi pembelajaran.
Mulai dari mengelola kelas, memilih bahan ajar, menerapkan strategi
pembelajaran, serta kreativitas dalam menentukan model dan media sangat
menentukan keberhasilan dalam proses belajar mengajar, terutama pembelajaran
menulis.
Selain faktor-faktor tersebut, masalah juga disebabkan oleh faktor guru antara
lain guru bahasa Indonesia belum menerapkan model pembelajaran yang dapat
meningkatkan aktivitas siswa, guru belum menyajikan materi menulis yang
menarik, inspiratif, dan kreatif. Guru masih menerapkan model pembelajaran
konvensional dengan mengunakan metode ceramah dan penugasan sehingga kelas
masih didominasi oleh guru. Siswa lebih banyak mendengarkan penjelasan guru
dan melaksanakan tugas jika guru memberikan tugas/latihan setelah penjelasan
dari guru selesai. Siswa bersikap pasif karena hanya menerima informasi dari
7
guru. Guru yang menjadi pusat pembelajaran. Siswa tidak diajarkan strategi
belajar yang dapat memahami belajar, berfikir, dan memotivasi diri sendiri.
Terkait dalam menulis teks cerpen, siswa tidak diajarkan mengenai pencarian ide
dalam menulis cerpen dan kemudian dikembangkan menjadi sebuah teks cerpen.
Siswa hanya menghafal konsep, bukan menerapkan konsep tersebut dalam
kehidupan sehari-hari. Padahal model dan metode yang dipilih guru dalam
pembelajaran sangat mempengaruhi hasil belajar siswa.
Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa perlunya model pembelajaran
yang mampu mendorong kreativitas dan memunculkan potensi siswa. Dalam
rangka mencapai tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di jenjang Sekolah
Menengah Pertama (SMP) agar efektif dan efisien, maka guru dituntut
menggunakan model yang tepat dalam kegiatan pembelajaranya. Salah satu model
yang dapat diterapkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya aspek
keterampilan menulis cerpen, yaitu model pembelajaran berbasis proyek atau
project based learning. Pembelajaran guru yang kurang bervariasi sehingga
pembelajaran kurang menarik dan siswa menjadi kurang aktif dapat diatasi
dengan model pembelajaran berbasis proyek (project based learning).
Buck Institute for Education sebagaimana dikutip oleh Sutirman (2013: 43)
mengemukakan, bahwa model pembelajaran berbasis proyek adalah suatu metode
pengajaran sistematis yang melibatkan para siswa dalam mempelajari
pengetahuan dan keterampilan melalui proses yang terstruktur, pengalaman yang
nyata, dan teliti yang dirancang untuk menghasilkan produk. Penggunaan model
pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan motivasi, melatih proses
8
berfikir, dan menumbuhkan produktivitas siswa dalam menulis cerpen. Dengan
digunakannya model pembelajaran berbasis proyek, siswa tidak lagi hanya
menjadi pendengar seperti ketika digunakan metode ceramah, sebaliknya siswa
memiliki peran aktif pada proyek yang dijalankan. Pembelajaran yang menantang
akan menghilangkan rasa bosan yang dimiliki siswa, siswa akan terpacu untuk
menyelesaikan proyek sesuai waktu yang ditentukan.
Pembelajaran berbasis proyek lebih memusatkan pada masalah kehidupan yang
bermakna bagi siswa, peran guru menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan
dan memfasilitasi siswa dalam merancang sebuah proyek, yaitu produk cerpen.
Hal ini akan menambah kreativitas ide siswa dalam merancangkan sebuah teks
cerpen yang kemudian akan mereka kerjakan dalam waktu yang sudah guru
sediakan sesuai dengan konsep yang diajarkan. Pada akhirnya, siswa akan
terampil dalam menulis teks cerpen dan ini akan menambah kreativitas siswa.
Penelitian sejenis ini juga pernah dilakukan oleh Dalu Pradhah Prasaja dengan
judul Pengembangan Bahan Ajar Modul Menulis Teks Cerpen Berdasarkan
Teknik Storyboard untuk Siswa SMA/MA Kelas XI. Hasil yang diperoleh dari
penelitian tersebut bahwa buku teks pelajaran bahasa Indonesia yang digunakan
dalam pembelajaran bermanfaat untuk memudahkan guru memberikan materi
yang diajarkan. Buku teks pelajaran selain bisa digunakan untuk belajar
berkelompok, juga bisa digunakan untuk belajar secara mandiri. Selain itu, buku
teks pelajaran bahasa Indonesia juga bisa meningkatkan kemampuan siswa dalam
hal menulis cerpen karena buku tersebut dilengkapi dengan karya sastra yang bisa
meningkatkan kemampuan menulis cerpen siswa. Penelitian terkait lainnya
9
berupa jurnal yang ditulis oleh Satoto Endar Nayono, Nuryadin ER berjudul
Pengembangan Model Project Based Learning Pada Mata Kuliah Computer
Aided Design. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Implementasi model project
based learning terbukti dapat meningkatkan proses dan hasil belajar mahasiswa
pada mata kuliah CAD melalui pemberian tugas perencanaan gambar bagunan
gedung sekolah dengan berpedoman pada kondisi nyata di lapangan. Tugas
disampaikan setiap kali melakukan tatap muka dan diperbaiki pada tatap muka
berikutnya berdasarkan umpan balik yang disampaikan dosen. Model project
based learning akan lebih mudah diimplementasikan apabila disertai dengan
model tutor teman sebaya dan model pembelajaran PAIKEM. Penelitian jurnal
selanjutnya ditulis oleh Arif Wijayati berjudul Pengembangan Bahan Ajar Teks
Cerpen Untuk Siswa Kelas Vii Sekolah Menengah Pertama (Smp.) Hasil
penelitian menunjukkan bahwa bahan ajar teks cerpen ini dikembangkan dengan
memperhatikan kesesuaian ukuran buku dengan standar ISO. Bahan ajar disusun
dengan tujuan melibatkan siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran dan
membantu siswa dalam mencapai penguasaan kompetensi dasar. Penelitian-
penelitian tersebut dipandang perlu untuk dijadikan acuan bagi peneliti dalam
melakukan penelitian.
Mengingat hasil penelitian pengembangan bahan ajar menulis teks cerpen dengan
model project based learning ini masih memungkinkan dipengaruhi oleh faktor-
faktor yang belum mampu terkendali, maka perlu kiranya dilakukan penelitian
lebih lanjut pada sampel yang lebih banyak dan luas. Oleh karena itu, fokus
penelitian ini mengembangkan bahan ajar, yaitu berupa buku teks menulis cerpen
berbasis dengan model project based learning untuk siswa kelas IX SMP/MTs.
10
Tujuan utama penggunaan model project based learning pada buku teks menulis
cerpen yang dikembangkan pada penelitian ini untuk memudahkan siswa dalam
merancang cerpen, membuat cerpen, memampilkan produk cerpen, dan
mengaktifkan siswa dalam membangun pengetahuan dan keterampilan menulis
hingga menjadi sebuah cerpen.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian
pengembangan ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimanakah proses pengembangan bahan ajar menulis teks cerpen dengan
model project based learning untuk siswa SMP?
2. Bagaimanakah kelayakan bahan ajar yang dikembangkan untuk pembelajaran
menulis teks cerpen dengan model project based learning untuk siswa SMP?
1.3 Tujuan Peneletian
Berdasarkan latar belakang di atas, tujuan penelitian pengembangan ini adalah
sebagai berikut.
1. Mengembangkan dan membuat bahan ajar menulis teks cerpen dengan model
project based learning untuk siswa SMP.
2. Mengetahui kelayakan bahan ajar yang dikembangkan untuk pembelajaran
menulis teks cerpen dengan model project based learning untuk siswa SMP.
1.4 Spesifikasi Produk Pengembangan
Produk pengembangan bahan ajar menulis teks cerpen berupa buku teks dengan
model project based learning dengan spesifikasi sebagai berikut.
11
1. Materi ajar yang dikembangkan berbentuk buku teks.
2. Buku teks ini berisi keterampilan menulis cerpen.
3. Penyusunan buku teks ini diintegrasikan dengan model project based learning.
4. Buku teks berisi bagian pendahuluan, bagian teks atau isi buku teks, dan bagian
pelengkap.
5. Buku teks ini dapat digunakan sebagai sumber belajar mandiri bagi siswa
dalam menulis teks cerpen.
1.5 Manfaat Produk Pengembangan
Manfaat yang diharapkan pada penelitian dan pengembangan bahan ajar menulis
teks cerpen dengan model project based learning ini adalah sebagai berikut.
a. Bagi siswa
1. Buku teks ini dapat dijadikan sumber belajar mandiri siswa dalam menulis teks
cerpen.
2. Dapat mendorong dan meningkatkan minat siswa dalam menulis teks cerpen.
b. Bagi guru
1. Sebagai referensi tambahan yang dapat mempermudah guru dalam
menjelaskan dan memberikan penugasan kepada siswa untuk menulis teks
cerpen.
2. Membantu guru membangkitkan motivasi dan minat siswa dalam menulis teks
cerpen.
12
1.6 Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan
1.6.1 Asumsi
Penelitian pengembangan buku teks pembelajaran menulis teks cerpen bagi siswa
SMP ini diasumsikan sebagai berikut.
1. Menjadi media belajar mandiri bagi siswa SMP/MTs dalam menulis teks
cerpen.
2. Meningkatkan minat dan motivasi siswa SMP/MTs dalam menulis teks cerpen.
3. Memudahkan siswa SMP/MTs dalam memahami langkah-langkah menulis
teks cerpen.
1.6.2 Keterbatasan Pengembangan
Adapun, batasan pengembangan pada penelitian ini sebagai berikut:
1. terbatas pada materi SMP/MTs,
2. terbatas pada kompetensi dasar menulis cerpen, dan
3. buku teks pembelajaran hanya divalidasi oleh ahli materi, guru bahasa
Indonesia, serta siswa sebagai masukan.
1.7 Definisi Operasional
Istilah dalam penelitian ini diberikan definisi operasional sebaga berikut.
1. Pengembangan adalah menciptakan sesuatu yang baru atau mengembangkan
konsep yang telah ada menjadi lebih baik dengan inovasi.
2. Buku teks adalah buku pelajaran dalam bidang studi tertentu yang merupakan
buku standar yang disusun oleh pakar dalam bidangnya untuk maksud-maksud
dan tujuan instruksional yang dilengkapi dengan sarana pengajaran yang serasi
13
dan mudah dipahami oleh pemakainya disekolah maupun diperguruan tinggi
sehingga dapat menunjang sesuatu program pengajaran.
3. Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk
berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang
lain. Menulis juga berarti mengekspresikan secara tertulis gagasan, ide,
pendapat atau pikiran dan perasaan.
4. Cerpen atau cerita pendek adalah kisahan pendek (kurang lebih 10.00 kata)
yang memberikan kesan tunggal yang dominan dan memusatkan diri pada satu
tokoh dalam satu situasi.
5. Model project based learning adalah model pembelajaran yang melibatkan
siswa secara langsung dalam proses pembelajaran melalui kegiatan penelitian
untuk mengerjakan dan menyelesaikan suatu proyek tertentu.
II. LANDASAN TEORI
2.1 Bahan Ajar
Bahan ajar merupakan informasi, alat, dan teks yang diperlukan guru atau
instruktur untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Bahan
ajar memiliki fungsi strategis bagi proses belajar mengajar. Bahan ajar dapat
membantu guru dan mahasiswa dalam proses kegiatan pembelajaran sehingga
guru tidak perlu terlalu banyak menyajikan materi. Bahan ajar juga dapat
menggantikan sebagian peran guru dan mendukung pembelajaran individual. Hal
ini akan memberi dampak positif bagi guru karena sebagian waktunya dapat
dicurahkan untuk membimbing belajar siswa. Dampak positifnya bagi siswa dapat
mengurangi ketergantungan siswa terhadap gurunya dan membiasakan untuk
belajar mandiri. Berikut penjelasan selengkapnya.
2.1.1 Pengertian Bahan Ajar
Bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis baik tertulis
maupun tidak sehingga tercipta lingkungan atau suasana yang meungkinkan siswa
untuk belajar. Guru harus memiliki atau menggunakan bahan ajar yang sesuai
dengan kurikulum, karakteristik sasaran, dan tututan pemecahan masalah belajar.
Berikut beberapa definisi bahan ajar menurut para ahli.
1. Bahan ajar adalah seperangkat sarana atau alat pembelajaran yang berisikan
materi pembelajaran, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang
15
didesain secara sistematis dan menarik dalam rangka mencapai tujuan yang
diharapkan, yaitu mencapai kompetensi atau subkompetensi dengan segala
kompleksitasnya (Widodo dan Jasmadi dalam Lestari, 2013:1).
2. Bahan atau materi pembelajaran pada dasarnya adalah “isi” dari kurikulum,
yakni berupa mata pelajaran atau bidang studi dengan topik/subtopik dan
rinciannya (Ruhimat, 2011:152).
3. Iskandarwassid dan Dadang Sunendar (2011: 171) mengungkapkan bahwa
bahan ajar merupakan seperangkat informasi yang harus diserap siswa melalui
pembelajaran yang menyenangkan. Hal ini menunjukkan bahwa dalam
penyusunan bahan ajar diharapkan siswa benar-benar merasakan manfaat
bahan ajar atau materi itu setelah ia mempelajarinya.
4. Wardhana (2010: 29) menambahkan bahwa bahan ajar merupakan suatu media
untuk mencapai keinginan atau tujuan yang akan dicapai oleh peserta
disiswadik. Bahan ajar digunakan untuk sekolah maupun perguruan tinggi
contohnya buku referensi, modul ajar, buku praktikum, bahan ajar, dan buku
teks pelajaran. Jenis-jenis buku tersebut tentunya digunakan untuk
mempermudah siswa untuk memahami materi ajar yang ada di dalamnya.
Sesuai dengan penulisan modul yang dikeluarkan oleh Direktorat Guruan
Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2003, bahan ajar memiliki beberapa
karakteristik, yaitu self instructional, self contained, stand alone, adaptive, dan
user friendly (Widodo dan Jasmadi dalam Lestari, 2013 : 2).
16
1. Self instructional, yaitu bahan ajar dapat membuat siswa mampu
membelajarkan diri sendiri dengan bahan ajar yang dikembangkan untuk
memenuhi karakter self instructional, maka di dalam bahan ajar harus terdapat
tujuan yang dirumuskan dengan jelas, baik tujuan akhir maupun tujuan antara.
Bahan ajar dapat memudahkan siswa belajar secara tuntas dengan memberikan
materi pembelajaran yang dikemas ke dalam unit-unit atau kegiatan yang lebih
spesifik.
2. Self contained, yaitu seluruh materi pelajaran dari satu unit kompetensi atau
subkompetensi yang dipelajari terdapat di dalam satu bahan ajar secara utuh.
Jadi, sebuah bahan ajar haruslah memuat seluruh bagian-bagiannya dalam satu
buku secara utuh untuk memudahkan pembaca mempelajari bahan ajar
tersebut.
3. Stand alone (berdiri sendiri), yaitu bahan ajar yang dikembangkan tidak
tergantung pada bahan ajar lain atau tidak harus digunakan bersama-sama
dengan bahan ajar lain, artinya sebuah bahan ajar dapat digunakan sendiri
tanpa bergantung dengan bahan ajar lain.
4. Adaptive, yaitu bahan ajar hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi
terhadap perkembangan ilmu dan teknologi. Bahan ajar harus memuat materi-
materi yang sekiranya dapat menambah pengetahuan pembaca terkait
perkembangan zaman atau lebih khususnya perkembangan ilmu dan teknologi.
5. User friendly, yaitu setiap intruksi dan paparan informasi yang tampil bersifat
membantu dan bersahabat dengan pemakainya termasuk kemudahan pemakai
dalam merespon dan mengakses sesuai dengan keinginan. Jadi, bahan ajar
17
selayaknya hadir untuk memudahkan pembaca untuk mendapat informasi
dengan sejelas-jelasnya.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penyusunan bahan ajar yang mampu
membangun siswa untuk belajar mandiri dan memperoleh ketuntasan dalam
proses pembelajaran adalah sebagai berikut.
1. Memberikan contoh-contoh dan ilustrasi yang menarik dalam rangka
mendukung pemaparan materi pembelajaran.
2. Memberikan kemungkinan bagi siswa untuk memberikan umpan balik atau
mengukur penguasaannya terhadap materi yang diberikan dengan memberikan
soal-soal latihan, tugas, dan sejenisnya.
3. Kontekstual, yaitu materi yang disajikan terkait dengan suasana atau konteks
tugas dan lingkungan siswa.
4. Bahasa yang digunakan cukup sederhana karena siswa hanya berhadapan
dengan bahan ajar ketika belajar secara mandiri.
2.1.2 Jenis-jenis Bahan Ajar
Bahan ajar memiliki jenis-jenis sebagai berikut.
1. Bahan ajar pandang (visual) terdiri atas bahan cetak (printed) antara lain
handout, buku, modul, lembar kerja peserta didik, brosur, leaflet, wallchart,
foto atau gambar. Non cetak (non printed) antara lain model atau maket.
2. Bahan ajar dengar (audio) antara lain kaset, radio, piringan hitam, dan compact
disc audio.
3. Bahan ajar pandang dengar (audio visual) antara lain video compact disk, dan
film.
18
4. Bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material) antara lain
CAI (Computer Assisterd Instruction), compact disk (CD) multimedia
pembelajaran interaktif, dan bahan ajar berbasis web (web based learning
materials).
Penelitian selanjutnya hanya akan dibahas mengenai bahan ajar cetak. Bahan ajar
cetak dapat ditampilkan dalam berbagai bentuk. Jika bahan ajar cetak tersusun
secara baik, bahan ajar akan mendatangkan beberapa keuntungan seperti yang
dikemukakan oleh Steffen Peter Ballstaedt, (1994) sebagai berikut:
1. bahan tertulis biasanya menampilkan daftar isi sehingga memudahkan bagi
seorang guru untuk menunjukkan kepada siswa bagian mana yang sedang
dipelajari,
2. biaya untuk pengadaannya relatif sedikit,
3. bahan tertulis cepat digunakan dan dapat dipindah-pindah secara mudah,
4. susunannya menawarkan kemudahan secara luas dan kreativitas bagi individu,
5. bahan tertulis relatif ringan dan dapat dibaca di mana saja,
6. bahan ajar yang baik akan dapat memotivasi pembaca untuk melakukan
aktivitas, seperti menandai, mencatat, dan membuat sketsa,
7. bahan tertulis dapat dinikmati sebagai sebuah dokumen yang bernilai besar,
dan
8. pembaca dapat mengatur tempo secara mandiri.
Jenis bahan ajar cetak antara lain handout, buku, modul, lembar kerja peserta
didik (LKPD), brosur, leaflet, wallchart, dan foto atau gambar. Berikut
pemaparan secara lengkap.
19
a. Handout
Handout adalah “segala sesuatu” yang diberikan kepada siswa ketika mengikuti
kegiatan pembelajaran. Handout juga dapat diartikan sebagai bahan tertulis yang
disiapkan untuk memperkaya pengetahuan siswa (Prastowo dalam Lestari, 2011:
79). Guru dapat membuat handout dari beberapa literatur yang memiliki relevansi
dengan kompetensi dasar yang akan dicapai oleh siswa. Handout dapat diperoleh
melalui download internet atau menyadur dari berbagai buku dan sumber lainnya.
b. Buku
Buku sebagai bahan ajar merupakan buku yang berisi ilmu pengetahuan hasil
analisis terhadap kurikulum dalam bentuk tertulis. Buku disusun dengan
menggunakan bahasa sederhana, menarik, dilengkapi gambar, keterangan, isi
buku, dan daftar pustaka. Buku akan sangat membantu guru dan siswa dalam
mendalami ilmu pengetahuan sesuai dengan mata pelajaran masing-masing.
Secara umum, buku dibedakan menjadi empat jenis (Prastowo dalam Lestari,
2011: 79) sebagai berikut.
1. Buku sumber, yaitu buku yang dapat dijadikan rujukan, referensi, dan sumber
untuk kajian ilmu tertentu biasanya berisi suatu kajian ilmu yang lengkap.
2. Buku bacaan, yaitu buku yang hanya berfungsi untuk bahan bacaan saja
misalnya cerita, legenda, novel, dan lain sebagainya.
3. Buku pegangan, yaitu buku yang bisa dijadikan pegangan guru atau pengajar
dalam melaksanakan proses pengajaran.
20
4. Buku bahan ajar atau buku teks, yaitu buku yang disusun untuk proses
pembelajaran dan berisi bahan-bahan atau materi pembelajaran yang akan
diajarkan.
c. Modul
Modul merupakan bahan ajar yang ditulis dengan tujuan agar siswa dapat belajar
secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru. Oleh karena itu, modul harus
berisi tentang petunjuk belajar, kompetensi yang akan dicapai, isi materi
pelajaran, informasi pendukung, latihan soal, petunjuk kerja, dan evaluasi. Modul
diberikan agar siswa dapat belajar mandiri tanpa harus dibantu oleh guru.
d. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
Lembar kerja peserta didik (LKPD) merupakan salah satu sarana untuk membantu
dan mempermudah dalam kegiatan belajar mengajar sehingga akan terbentuk
interaksi yang efektif antara siswa dengan guru dan dapat meningkatkan aktifitas
siswa dalam peningkatan prestasi belajar.
e. Brosur
Pengertian brosur menurut Kamus Besar bahasa Indonesia edisi kedua yang
diterbitkan oleh percetakan Balai Pustaka pada Tahun 1996 adalah bahan
informasi tertulis mengenai suatu masalah yang disusun secara bersistem atau
cetakan yang hanya terdiri atas beberapa halaman, dan dilipat tanpa dijilid atau
selebaran cetakan yang berisi keterangan singkat tetapi lengkap tentang
perusahaan atau organisasi. Brosur juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan ajar
atau sebagai sebuah metode pengajaran, selama sajian brosur diturunkan dari
kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh siswa. Jika sebuah brosur dapat
digunakan sebagai bahan ajar dan dapat berhasil efektif mencapai satu standar
21
sebuah kompetensi dasar, brosur atau lembaran brosur hendaklah dibuat dan
didesain hanya untuk mencapai satu kompetensi dasar pengajaran saja.
f. leaflet
Leaflet ialah bahan cetak tertulis berupa lembaran yang dilipat tapi tidak dijahit
agar terlihat menarik leaflet didesain secara cermat dilengkapi dengan ilustrasi
dan menggunakan bahasa yang sederhana, singkat, dan mudah dipahami. Leaflet
sebagai bahan ajar juga harus memuat materi yang dapat menggiring siswa untuk
menguasai satu atau lebih KD (Murni, 2010: 1).
g. Wallchart
Wallchart adalah bahan cetak yang biasanya berupa bagan siklus/proses atau
grafik yang bermakna menunjukkan posisi tertentu. Jika wallchart terlihat lebih
menarik bagi siswa maupun guru, wallchart didesain dengan menggunakan tata
warna dan pengaturan proporsi yang baik. Wallchart biasanya masuk dalam
kategori alat bantu melaksanakan pembelajaran, namun dalam hal ini wallchart
didesain sebagai bahan ajar. Oleh karena itu, wallchart harus memenuhi kriteria
sebagai bahan ajar antara lain bahwa memiliki kejelasan tentang KD dan materi
pokok yang harus dikuasai oleh siswa, diajarkan untuk berapa lama, dan
bagaimana cara menggunakannya.
h. Foto atau Gambar
Foto/gambar memiliki makna yang lebih baik dibandingkan dengan tulisan.
Foto/gambar sebagai bahan ajar tentu saja diperlukan satu rancangan yang baik
agar setelah selesai melihat sebuah atau serangkaian foto/gambar siswa dapat
melakukan sesuatu yang pada akhirnya menguasai satu atau lebih KD.
22
Menurut Weidenmann dalam buku Lehren mit Bildmedien menggambarkan
bahwa melihat sebuah foto/gambar lebih tinggi maknanya dari pada membaca
atau mendengar. Melalui membaca yang dapat diingat hanya 10%, dari
mendengar yang diingat 20%, dan dari melihat yang diingat 30%. Foto/gambar
yang didesain secara baik dapat memberikan pemahaman yang lebih baik. Bahan
ajar ini dalam menggunakannya harus dibantu dengan bahan tertulis. Bahan
tertulis dapat berupa petunjuk cara menggunakannya dan atau bahan tes.
2.1.3 Prinsip-Prinsip Bahan Ajar
Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah (2006) dalam
Mudlofir (2011: 130) menguraikan prinsip-prinsip bahan ajar, yakni prinsip
relevansi, konsistensi, dan kecukupan.
1. Prinsip relevansi artinya keterkaitan. Materi pembelajaran hendaknya relevan
atau ada kaitan atau ada hubungannya dengan pencapaian kompetensi dasar.
2. Prinsip konsistensi artinya keajegan. Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai
siswa empat macam, bahan ajar yang harus diajarkan juga harus meliputi
empat macam.
3. Prinsip kecukupan artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai
dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan.
Ciri-ciri bahan ajar yang baik adalah sebagai berikut:
1. menimbulkan minat baca,
2. ditulis dan dirancang untuk siswa,
3. menjelaskan tujuan instruksional,
4. disusun berdasarkan pola belajar yang fleksibel,
23
5. struktur berdasarkan kebutuhan siswa dan kompetensi akhir yang akan dicapai,
6. memberi kesempatan pada siswa untuk berlatih,
7. mengakomodasi kesulitan siswa,
8. memberikan rangkuman,
9. gaya penulisan komunikatif dan semi formal,
10. kepadatan berdasar kebutuhan siswa,
11. dikemas untuk proses instruksional,
12. mempunyai mekanisme untuk mengumpulkan umpan balik dari siswa, dan
13. menjelaskan cara mempelajari bahan ajar.
2.1.4 Unsur-unsur Bahan Ajar
Unsur-unsur bahan ajar, yaitu (1) petunjuk belajar, (2) kompetensi yang akan
dicapai, (3) informasi pendukung, (4) latihan-latihan, (5) petunjuk kerja, dan (6)
evaluasi (Prastowo, 20011: 28-30) periksa juga Mudlofir (2011: 140).
1) Petunjuk belajar
Komponen ini berisi tentang (a) bagaimana guru mengajarkan materi kepada
siswa, dan (b) bagaimana siswa mempelajari materi yang ada dalam bahan
ajar.
2) Kompetensi yang akan dicapai
Komponen ini berisi tentang kompetensi apa yang harus dicapai oleh siswa.
Kompetensi inti, kompetensi dasar, dan indikator pencapaian hasil belajar
harus tercantum dalam bahan ajar.
24
3) Informasi pendukung
Informasi pendukung merupakan barbagai informasi tambahan yang
melengkapi bahan ajar sehingga siswa akan semakin mudah menguasai
pengetahuan dan keterampilan yang akan mereka peroleh.
4) Latihan-latihan
Komponen ini berupa tugas yang diberikan kepada siswa untuk melatih
kemampuan mereka setelah mempelajari bahan ajar.
5) Petunjuk kerja
Petunjuk kerja merupakan sejumlah prosedual cara pelaksanaan aktivitas
yang harus dilakukan oleh siswa berkaitan dengan praktik dan lain
sebagainya.
6) Evaluasi
Komponen ini berisi evaluasi (pertanyaan untuk penilaian) untuk mengukur
penguasaan kompetensi siswa.
2.1.5 Pengembangan Bahan Ajar
Terdapat sejumlah alasan mengapa guru perlu untuk mengembangkan bahan ajar
antara lain ketersediaan bahan sesuai tuntutan kurikulum, karakteristik sasaran,
dan tuntutan pemecahan masalah belajar. Pengembangan bahan ajar harus
memperhatikan tuntutan kurikulum. Artinya, bahan belajar yang akan kita
kembangkan harus sesuai dengan kurikulum. Pada kurikukulum tingkat satuan
pendidikan, standard kompetensi lulusan telah ditetapkan oleh pemerintah.
Namun, bagaimana untuk mencapainya dan apa bahan ajar yang digunakan
diserahkan sepenuhnya kepada para guru sebagai tenaga profesional. Guru
dituntut untuk mempunyai kemampuan mengembangkan bahan ajar sendiri.
25
Bahan ajar dalam mendukung kurikulum bisa saja menempati posisi sebagai
bahan ajar pokok ataupun suplementer. Bahan ajar pokok adalah bahan ajar yang
memenuhi tuntutan kurikulum. Sementara itu, bahan ajar suplementer adalah
bahan ajar yang dimaksudkan untuk memperkaya, menambah, ataupun
memperdalam isi kurikulum.
Jika bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum tidak ada ataupun sulit
diperoleh, membuat bahan belajar sendiri adalah suatu keputusan yang bijak.
Dalam mengembangkan bahan ajar, referensi dapat diperoleh dari berbagai
sumber baik itu berupa pengalaman ataupun pengetahauan sendiri ataupun
penggalian informasi dari narasumber baik orang ahli ataupun teman sejawat.
Referensi dapat kita peroleh dari makalah-makalah, media masa, internet, dll. Jika
bahan yang sesuai dengan kurikulum cukup melimpah, bukan berarti kita tidak
perlu mengembangkan bahan sendiri. Para siswa seringkali bahan yang terlalu
banyak membuat mereka bingung. Untuk itu, guru perlu membuat bahan ajar
untuk menjadi pedoman bagi siswa.
Pertimbangan lain adalah karakteristik sasaran. Bahan ajar yang dikembangkan
orang lain seringkali tidak cocok untuk siswa kita. Beberapa jumlah alasan
ketidakcocokan misalnya lingkungan sosial, geografis, budaya, dll. Oleh karena
itu, bahan ajar yang dikembangkan sendiri dapat disesuaikan dengan karakteristik
sasaran. Lingkungan sosial, budaya, dan geografis, karakteristik sasaran juga
mencakup tahapan perkembangan siswa, kemampuan awal yang telah dikuasai,
minat, latar belakang keluarga, dll. Oleh karena itu, bahan ajar yang
26
dikembangkan sendiri dapat disesuaikan dengan karakteristik siswa sebagai
sasaran.
Pengembangan bahan ajar selanjutnya harus dapat menjawab atau memecahkan
masalah ataupun kesulitan dalam belajar. Materi pembelajaran yang terkadang
sulit untuk memahaminya ataupun guru sulit untuk menjelaskannya. Kesulitan
tersebut dapat saja terjadi karena materinya abstrak, rumit, asing, dsb. Jika
mengatasi kesulitan ini, perlu dikembangkan bahan ajar yang tepat. Jika materi
pembelajaran yang akan disampaikan bersifat abstrak, bahan ajar harus mampu
membantu siswa menggambarkan sesuatu yang abstrak tersebut, misalnya dengan
penggunaan gambar, foto, bagan, skema, dll. Materi yang rumit harus dapat
dijelaskan dengan cara yang sederhana sesuai dengan tingkat berfikir siswa
sehingga menjadi lebih mudah dipahami.
2.1.6 Prinsip Pengembangan Bahan Ajar
Pengembangan bahan ajar hendaklah memperhatikan prinsisp-prinsip
pembelajaran. Prinsip pembelajaran tersebut sebagai berikut:
1. mulai dari yang mudah untuk memahami yang sulit, dari yang kongkret untuk
memahami yang abstrak,
2. pengulangan akan memperkuat pemahaman,
3. umpan balik positif akan memberikan penguatan terhadap pemahaman siswa,
4. motivasi belajar yang tinggi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan
belajar,
5. mencapai tujuan ibarat naik tangga, setahap demi setahap, akhirnya akan
mencapai ketinggian tertentu, dan
27
6. mengetahui hasil yang telah dicapai akan mendorong siswa untuk terus
mencapai tujuan.
2.1.7 Tujuan dan Manfaat Pengembangan Bahan Ajar
Bahan ajar disusun dengan tujuan sebagai beikut:
a. menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan
mempertimbangkan kebutuhan siswa, yakni bahan ajar yang sesuai dengan
karakteristik dan setting atau lingkungan sosial siswa,
b. membantu siswa dalam memperoleh alternatif bahan ajar di samping makalah-
makalah teks yang terkadang sulit diperoleh, dan
c. memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran.
Manfaat yang dapat diperoleh apabila seorang guru mengembangkan bahan ajar
sendiri adalah sebagai berikut:
1. diperoleh bahan ajar yang sesuai tuntutan kurikulum dan sesuai dengan
kebutuhan belajar siswa,
2. tidak lagi tergantung kepada makalah teks yang terkadang sulit untuk
diperoleh,
3. bahan ajar menjadi labih kaya karena dikembangkan dengan menggunakan
berbagai referensi,
4. menambah khasanah pengetahuan dan pengalaman guru dalam menulis bahan
ajar,
5. bahan ajar akan mampu membangun komunikasi pembelajaran yang efektif
antara guru dengan siswa karena siswa akan merasa lebih percaya kepada
gurunya, dan
28
6. menambah angka kredit DUPAK (Daftar Ulasan pengusulan Angka Kredit)
jika dikumpulkan menjadi buku dan diterbitkan.
Adapun, manfaat bagi peserta didik adalah sebagai berikut:
1. kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik,
2. kesempatan untuk belajar secara mandiri dan mengurangi ketergantungan
terhadap kehadiran guru, dan
3. mendapatkan kemudahan dalam mempelajari sikap kompetensi yang harus
dikuasainya.
2.2 Pedoman Penyusunan Bahan Ajar
2.2.1 Analisis Kebutuhan Bahan Ajar
Bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kompetensi yang harus dikuasai oleh
siswa diperlukan analisis terhadap SK-KD, analisis sumber belajar, dan penentuan
jenis serta judul bahan ajar. Analisis dimaksud dijelaskan sebagai berikut.
1. Analisis KI-KD
Analisis KI-KD dilakukan untuk menentukan kompetensi-kompetensi mana yang
memerlukan bahan ajar. Hasil analisis ini selanjutnya akan dapat diketahui berapa
banyak bahan ajar yang harus disiapkan dalam satu semester tertentu dan jenis
bahan ajar mana yang dipilih. Berikut ini diberikan contoh analisis KI-KD untuk
menentukan jenis bahan ajar.
Tabel 2.1 Contoh Analisis KI-KD
Mata Pembelajaran : Bahasa Indonesia
Kalas : IX
Semester : 1
29
Kompetensi Dasar : Mengungkapkan pengalaman dan gagasan dalam
bentuk cerita pendek dengan memperhatikan
struktur dan kebahasaan.
KompetensiDasar Indikator
MateriPembelajaran
KegiatanPembelajaran
JenisBahanAjar
Mengungkapkan pengalamandan gagasandalam bentukcerita pendekdenganmemperhatikanstruktur dankebahasaan.
Menulis tekscerpen denganstruktur teksyang tepat Menulis tekscerpen denganbahasa yangtepat
Struktur tekscerpen Cirikebahasaan tekscerpen
Membacateks cerpenmodel Menentukanstruktur tekscerpen. Menganalisisunsurkebahasaanteks cerpen Menulis tekscerpen denganmemperhatikanstruktur dankebahasaan
Buku,LKPD
Kebutuhan bahan ajar dapat dilihat dari analisis di atas, jenis bahan ajar dapat
diturunkan dari pengalaman belajarnya. Semakin jelas pengalaman belajar
diuraikan akan semakin mudah guru menentukan jenis bahan ajarnya. Jika analisis
dilakukan terhadap seluruh SK, akan diketahui berapa banyak bahan ajar yang
harus disiapkan oleh guru.
1. Analisis Sumber Belajar
Sumber belajar yang akan digunakan sebagai bahan penyusunan bahan ajar perlu
dilakukan analisis. Analisis dilakukan terhadap ketersediaan, kesesuaian, dan
kemudahan dalam memanfaatkannya. Caranya adalah menginventarisasi
ketersediaan sumber belajar yang dikaitkan dengan kebutuhan.
30
2. Pemilihan dan Penentuan Bahan Ajar
Pemilihan dan penentuan bahan ajar dimaksudkan untuk memenuhi salah satu
kriteria bahwa bahan ajar harus menarik dan dapat membantu siswa untuk
mencapai kompetensi. Oleh sebab itu, bahan ajar dibuat sesuai dengan kebutuhan
dan kecocokan dengan KD yang akan diraih oleh siswa. Jenis dan bentuk bahan
ajar ditetapkan atas dasar analisis kurikulum dan analisis sumber bahan
sebelumnya.
2.2.2 Penyusunan Peta Bahan Ajar
Peta kebutuhan bahan ajar disusun setelah diketahui berapa banyak bahan ajar
yang harus disiapkan melalui analisis kebutuhan bahan ajar. Peta Kebutuhan
bahan ajar sangat diperlukan guna mengetahui jumlah bahan ajar yang harus
ditulis dan sekuensi atau urutan bahan ajarnya seperti apa. Sekuensi bahan ajar ini
sangat diperlukan dalam menentukan prioritas penulisan. Peta juga dapat
digunakan untuk menentukan sifat bahan ajar, apakah dependen (tergantung) atau
independen (berdiri sendiri). Bahan ajar dependen adalah bahan ajar yang ada
kaitannya antara bahan ajar yang satu dengan bahan ajar yang lain sehingga dalam
penulisannya harus saling memperhatikan satu sama lain apalagi kalau saling
mempersyaratkan. Sementara itu, bahan ajar independen adalah bahan ajar yang
berdiri sendiri atau dalam penyusunannya tidak harus memperhatikan atau terikat
dengan bahan ajar yang lain. Contoh peta bahan ajar.
31
Gambar 2.1 Peta bahan Ajar
2.2.3 Struktur Bahan Ajar
Dalam penyusunan bahan ajar terdapat perbedaan dalam strukturnya antara bahan
ajar yang satu dengan bahan ajar yang lain, untuk mengetahui perbedaan-
perbedaan dimaksud dapat dilihat pada matrik berikut ini.
Tabel 2.2 Struktur Bahan Ajar Cetak (Printed)
No. Komponen Ht Bu Ml LKS Bro Lf Wch F/Gb Mo/M
1. Judul √ √ √ √ √ √ √ √ √
2. Petunjukbelajar
- √ √ - - - - -
3. KD/MP - √ √ √ √ √ ** ** **
4. Informasipendukung
√ √ √ √ √ ** ** **
5. Latihan - √ √ - - - - - -
6. Tugas/L.kerja - √ √ - - - ** **
7. Penilaian - √ √ √ √ √ ** ** **
Memahamipengetahuan
(faktual,konseptual, dan
prosedural)berdasarkan rasa
ingin tahunyatentang iptek, seni,dan budaya terkait
fenomena dankejadian tampak
mata.
Mengungkapkanpengalaman dangagasan dalambentuk ceritapendek denganmemperhatikanstruktur dankebahasaan.
1.Membangun konteks
2.Pemodelan
3. Prakonstruksi
4.konstruksi
5. Pelatihan
(KD)(KI)
32
Keterangan:
Ht: handout,
Bu:Buku,
Ml:Modul,
LKS:Lembar Kegiatan Siswa,
Bro:Brosur,
Lf:Leaflet,
Wch:Wallchart,
F/Gb:Foto/ Gambar,
Mo/M: Model/Maket(Depdiknas, 2008:18)
2.2.4 Penyusunan Bahan Ajar Cetak
Bahan ajar dapat berupa handout, buku, lembar kegiatan siswa (LKS), modul,
brosur atau leaflet, wallchart, foto/gambar, model/maket. Susunan bahan yang
perlu diperhatikan adalah bahwa judul atau materi yang disajikan harus berintikan
KD atau materi pokok yang harus dicapai oleh siswa, di samping itu menurut
Steffen-Peter Ballstaedt bahan ajar cetak harus memperhatikan beberapa hal
sebagai berikut.
a. Susunan tampilan yang menyangkut urutan yang mudah, judul yang singkat,
terdapat daftar isi, struktur kognitifnya jelas, rangkuman, dan tugas pembaca.
b. Bahasa yang mudah menyangkut mengalirnya kosa kata, jelasnya kalimat,
jelasnya hubungan kalimat, dan kalimat yang tidak terlalu panjang.
c. Menguji pemahaman yang menyangkut menilai melalui orangnya, dan check
list untuk pemahaman.
33
d. Stimulan yang menyangkut enak tidaknya dilihat, tulisan mendorong pembaca
untuk berfikir, dan menguji stimulan.
e. Kemudahan dibaca yang menyangkut keramahan terhadap mata (huruf yang
digunakan tidak terlalu kecil dan enak dibaca), urutan teks terstruktur, dan
mudah dibaca.
f. Materi instruksional yang menyangkut pemilihan teks, bahan kajian, dan
lembar kerja (work sheet).
Sebuah buku biasanya akan berisi tentang sesuatu yang menjadi buah pikiran dari
seorang pengarangnya. Jika seorang guru menyiapkan sebuah buku yang
digunakan sebagai bahan ajar, buah pikirannya harus diturunkan dari KD yang
tertuang dalam kurikulum sehingga buku akan memberi makna sebagai bahan ajar
bagi siswa yang mempelajarinya.
Sebuah buku akan dimulai dari latar belakang penulisan, definisi/ pengertian dari
judul yang dikemukakan, penjelasan ruang lingkup, pembahasan dalam buku,
hukum atau aturan-aturan yang dibahas, contoh-contoh yang diperlukan, hasil
penelitian data, dan interpretasinya berbagai argumen yang sesuai untuk disajikan.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh seorang guru dalam menulis buku
adalah sebagai berikut.
1. Mempelajari kurikulum dengan cara menganalisisnya.
2. Menentukan judul buku yang akan ditulis sesuai dengan SK yang akan
disediakan bukunya.
3. Merancang outline buku agar isi buku lengkap mencakup seluruh aspek yang
diperlukan untuk mencapai suatu kompetensi.
34
4. Mengumpulkan referensi sebagai bahan penulisan, upayakan untuk
menggunakan referensi terkini dan relevan dengan bahan kajiannya.
5. Menulis buku dilakukan dengan memperhatikan penyajian kalimat yang
disesuaikan dengan usia dan pengalaman pembacanya. Siswa SMA upayakan
untuk membuat kalimat yang tidak terlalu panjang maksimal 25 kata per
kalimat dan dalam satu paragraf 3 – 7 kalimat.
6. Mengevaluasi/mengedit hasil tulisan dengan cara membaca ulang. Jika ada
kekurangan segera dilakukan penambahan.
7. Memperbaiki tulisan.
8. Gunakan berbagai sumber belajar yang dapat memperkaya materi, misalnya
buku, majalah, internet, dan jurnal hasil penelitian.
2.2.5 Evaluasi dan Revisi
Setelah selesai menulis bahan ajar, yang perlu Anda lakukan adalah evaluasi
terhadap bahan ajar tersebut. Evaluasi ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah
bahan ajar telah baik ataukah masih ada hal yang perlu diperbaiki. Teknik evaluasi
bisa dilakukan dengan beberapa cara, misalnya evaluasi teman sejawat ataupun uji
coba kepada siswa secara terbatas. Respondenpun bisa anda tentukan apakah
secara bertahap mulai dari one to one, group, ataupun class.
Komponen evaluasi mencakup kelayakan isi, kebahasaan, sajian, dan kegrafikan.
a. Komponen kelayakan isi
Komponen kelayakan isi mencakup sebagai berikut:
1. kesesuaian dengan KI, KD,
2. kesesuaian dengan perkembangan anak,
35
3. kesesuaian dengan kebutuhan bahan ajar,
4. kebenaran substansi materi pembelajaran,
5. manfaat untuk penambahan wawasan, dan
6. kesesuaian dengan nilai moral, dan nilai-nilai sosial.
b. Komponen Kebahasaan
Komponen kebahasan mencakup sebagai berikut:
1. keterbacaan,
2. kejelasan informasi,
3. kesesuaian dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar, dan
4. pemanfaatan bahasa secara efektif dan efisien (jelas dan singkat).
c. Komponen Penyajian
Komponen penyajian mencakup sebagai berikut:
1. kejelasan tujuan (indikator) yang ingin dicapai,
2. urutan sajian,
3. pemberian motivasi, daya tarik,
4. interaksi (pemberian stimulus dan respond), dan
5. kelengkapan informasi.
d. Komponen Kegrafikan
Komponen kegrafikan mencakup sebagai berikut:
1. penggunaan font; jenis dan ukuran,
2. lay out atau tata letak,
3. ilustrasi, gambar, foto, dan
4. desain tampilan.
36
Komponen-komponen penilaian di atas dapat Anda kembangkan ke dalam format
instrumen evaluasi. Contoh format evaluasi adalah sebagai berikut.
Tabel 2.3 Instrumen Evaluasi Bahan Ajar
Judul Bahan Ajar : ...........
Mata Pelajaran : ...........
Penulis : ...........
Evaluator : ...........
Tanggal : ...........
No Komponen 1 2 3 4 5
A. KELAYAKAN ISI
1 Kesesuaian dengan KI, KD
2 Kesesuaian dengan kebutuhan siswa
3 Kesesuaian dengan kebutuhan bahanajar
4 Kebenaran substansi materi
5 Manfaat untuk penambahan wawasanpengetahuan
6 Kesesuaian dengan nilai-nilai, moralitas,sosial
B. KEBAHASAAN
7 Keterbacaan
8 Kejelasan informasi
9 Kesesuaian dengan kaidah bahasaIndonesia
10 Penggunaan bahasa secara efektif danefisien
C. SAJIAN
11 Kejelasan tujuan
37
Petunjuk pengisian
Berilah tanda check (v) pada kolom yang paling sesuai dengan penilaian Anda.
1 = sangat tidak baik/sesuai
2 = kurang sesuai
3 = cukup
4 = baik
5 = sangat baik/sesuai
(Depdiknas, 2008: 29)
Berdasarkan hasil evaluasi tersebut, selanjutnya Anda dapat melakukan revisi atau
perbaikan terhadap bahan ajar yang Anda kembangkan. Bahan ajar selanjutnya
siap untuk Anda manfaatkan dalam proses pembelajaran.
2.3 Pengertian dan Definisi Buku Teks
Sejak dahulu, telah banyak ahli yang menaruh perhatian pada buku teks dan juga
mengemukakan pengertiannya. Berikut ini beberapa di antaranya ada yang
12 Urutan penyajian
13 Pemberian motivasi
14 Interaktivitas (stimulus dan respond)
15 Kelengkapan informasi
D. KEGRAFISAN
16 Penggunaan font (jenis dan ukuran)
17 Lay out, tata letak
18 Ilustrasi, grafis, gambar, foto
19 Desain tampilan
38
mengatakan bahwa “buku teks adalah rekaman pikiran rasial yang disusun buat
maksud-maksud dan tujuan-tujuan intruksional” (Hall Quest dalam Tarigan,
2009:12). Ahli yang lain menjelaskan bahwa “buku teks adalah buku standar/buku
setiap cabang khusus studi” dan dapat terdiri atas dua tipe, yaitu buku
pokok/utama dan suplemen/tambahan. (Lange dalam Tarigan, 2009:12).
Buku adalah buah pikiran yang berisi ilmu pengetahuan hasil analisis terhadap
kurikulum secara tertulis. Buku disusun menggunakan bahasa sederhana, menarik,
dan dilengkapi gambar serta daftar pustaka (Kurniasih, 2014: 60). Ahli yang lebih
terperinci lagi mengemukakan bahwa “buku teks adalah buku yang dirancang buat
penggunaan di kelas dengan cermat disusun dan disiapkan oleh para pakar atau
para ahli bidang itu dan diperlengkapi dengan sarana-sarana pengajaran yang
sesuai dan serasi”. (Bacon dalam Tarigan, 2009:12).
Ahli yang lain lagi mengutarakan bahwa “buku teks adalah sarana belajar yang
biasa digunakan di sekolah-sekolah dan di perguruan tinggi untuk menunjang
suatu program pengajaran”. (Buckingham dalam Tarigan, 2009:12). Berdasarkan
pendapat ahli yang tertera di atas, dapat disimpulkan beberapa hal seperti berikut
ini.
a. Buku teks selalu berkaitan dengan bidang studi tertentu. Buku teks mengenai
matematika, sejarah, bahasa, ekonomi, dan sebagainya.
b. Buku teks selalu merupakan buku yang standar. Pengertian standar di sini ialah
baku, menjadi acuan, berkualitas, dan biasanya ada tanda pengesahan dari badan
yang berwenang di Indonesia misalnya badan itu di bawah naungan Departemen
Pendidikan Nasional.
39
c. Buku teks ditulis untuk tujuan intruksional tertentu. Buku teks mengenai
keterampilan berbahasa dan menyimak ditulis untuk tujuan pengajaran menyimak
tertentu dan sebagainya.
d. Buku teks ditulis untuk jenjang pendidikan tertentu. Ada buku teks untuk
tingkat sekolah dasar. Ada buku teks untuk sekolah menengah pertama. Ada buku
teks untuk sekolah menengan atas. Ada buku teks untuk tingkat perguruan tinggi
dan sebagainya.
e. Buku teks selalu ditulis untuk menunjang sesuatu program pengajaran. Buku
teks yang buku teks yang menunjang pengajaran kesastraan. Ada yang menunjang
pengajaran tata bahasa. Adapula beberapa buku teks yang menunjang pengajaran
keterampilan bahasa dan sebagainya. (Tarigan, 2009:13).
Berdasarkan para ahli di atas serta kesimpulan-kesimpulannya, penulis
mengambil garis besar atau simpulan dari pengertian dan definisi buku teks. Buku
teks adalah sama dengan buku pelajaran. Secara lengkapnya dapat didefinisikan
sebagai berikut “buku teks adalah buku pelajaran dalam bidang studi tertentu yang
merupakan buku standar yang biasa digunakan di sekolah-sekolah sebagai
penunjang bidang studi tertentu.” Dalam memudahkan pemahaman terhadap
butir-butir dicakup dalam definisi buku teks, perhatikan tabel berikut ini.
Tabel 2.4 Butir-Butir Dalam Definisi Buku Teks
Isi
Pelajaran
Penulis
40
Pakar/Ahli
Relevansi
Bidnag Studi Tertentu
BUKU TEKS Kualitas
Standar
Tujuan (Umum)
Menunjang Pengajaran
Perlengkapan
Sarana Penunjang
Gradasi
SD,SMP,SMA,PT
Tujuan Khusus
Menunjang Pengajaran Bahasa, tsb.
2.3.1 Fungsi Buku Teks
Membaca atau mempelajari suatu buku misalnya buku teks dalam mata pelajaran
tertentu siswa ataupun pembaca dapat mengatur sendiri mengenai kecapatan
membacanya. Jika boleh dalam tempo cepat, sedang, atau juga lambat, kalau
memang daya tangkap tidak begitu kuat. Kesempatan untuk mengulang atau
meninjau kembali sesuatu buku cukup terbuka dan bebas. Waktu pembacaan
41
kembali dapat diatur sesuka hati baik dalam lamanya atau jam pembacaan, seperti
pagi, siang, atau malam jumlah pengulangan pun tidak terbatas dan dapat
disesuaikan dengan keinginan pembaca.
Buku teks memberi kesempatan kepada pembaca untuk menyegarkan ingatan.
Membaca kembali tentulah dapat memperkuat ingatan yang sudah ada, bahkan
pembacaan kembali itu dapat pula dipakai sebagai pemeriksaan daya ingat
seseorang terhadap hal yang pernah dipelajarinya melalui buku teks.
Sarana- sarana khusus yang ada dalam buku teks dapat menolong para pembaca
untuk memahami isi buku. Sarana seperti skema, diagram, matriks, dan gambar-
gambar ilustrasi berguna dalam mengantar pembaca ke arah pemahaman isi buku.
Buku teks memiliki peranan dalam mata pelajaran tertentu. Greene dan Petty
(Tarigan, 2009: 17) telah merumuskan beberpa peranan buku teks tersebut sebagai
berikut.
1. Mencerminkan suatu sudut pandangan yang tangguh dan modern mengenai
pengajaran serta mendemonstrasikan aplikasinya dalam bahan pengajaran yang
disjaikan.
2. Menyajikan suatu sumber pokok masalah atau subject-matter yang kaya,
mudah dibaca, dan bervariasi yang sesuai dengan minat dan kebutuhan para
siswa atau pembaca sebagai dasar program-program kegiatan yang disarankan
ketika keterampilan-keterampilanekspresional diperoleh di bawah kondisi-
kondisi yang menyerupai kehidupan yang sebenarnya.
42
3. Menyediakan suatu sumber yang tersusun rapi dan bertahap mengenai
keterampilan-keterampilan ekspresional yang mengemban masalah pokok
dalam komunikasi.
4. Menyajikan metode-metode dan sarana-sarana pengajaran untuk memotivasi
para siswa.
5. Menyajikan fiksasi (perasaan yang mendalam) awal yang perlu dan juga
sebagai penunjang bagi pelatihan-pelatihan dan tugas-tugas praktis.
6. Menyajikan bahan/sarana evaluasi dan remedial yang serasi dan tepat guna.
Buku teks sebagai pengisi bahan haruslah menampilkan sumber bahan yang tepat
dan jelas. Susunannya teratur dan sistematis. Jenisnya bervariasi dan kaya akan
ilmu yang bermanfaat. Daya penariknya kuat karena sesuai dengan minat siswa
bahkan memenuhi kebutuhan siswa. Buku teks itu menantang, merangsang, serta
menunjang aktivitas dan kreativitas siswa. Bahan yang terkandung dalam buku
teks hendaknya tersusun dengan rapi. Bahan harus pula tersusun dalam gradasi
tertentu sesuai dengan hakikat mata pelajaran maka susunan itu sebenarnya dapat
beraneka ragam, misalnya umum-khusus, mudah-sukar, bagian-keseluruhan, dan
sebagainya.
Buku teks sebaiknya menyajikan bahan secara mendalam, sebab berguna bagi
penyelesaian tugas dan pelatihan yang dituntut dari siswa. Tugas dan pelatihan ini
pada gilirannya memperdalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan siswa
terhadap isi buku teks. Buku teks juga berperan sebagai sumber atau alat evaluasi
dan pengajaran remedial artinya di samping bahan, tersedia juga alat evaluasi. Jika
43
diperlukan, sudah tersedia pula bahan pengajaran remedialnya secara lengkap dan
utuh.
Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka tergambarlah bahwa buku teks sangat
erat kaitannya dengan kurikulum yang berlaku pada masanya, selain dengan
kurikulum buku teks sangat erat kaitannya pula dengan GBPP (Garis-garis Besar
Program Pengajaran). Uraian di atas juga dapat disimpulkan bahwa fungsi dari
buku teks adalah sebagai berikut:
1. mencerminkan suatu sudut pandangan,
2. menyediakan suatu sumber yang teratur dan bertahap,
3. menyajikan pokok masalah yang kaya dan serasi,
4. menyediakan metode dan sarana pengajaran,
5. menyajikan fiksasi awal bagi tugas dan pelatihan, dan
6. menyajikan sumber bahan evaluasi dan remedial. (Tarigan, 2009:19).
2.3.2 Kualitas Buku Teks
Buku memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat modern. Buku
juga banyak hal yang dapat dipelajari bahkan dapat dikatakan hampir semua segi
kehidupan manusia direkam dalam buku. Dunia kini memang benar-benar dunia
buku.
Buku adalah kunci ke arah gudang ilmu pengetahuan, siapa yang ingin maju dan
pandai haruslah menggunakan manfaat buku. Seorang pelajar atau mahasiswa
salah satu buku yang sangat diperlukan ialah buku teks atau buku pelajaran. Buku
teks berfungsi sebagai penunjang kegiatan belajar-mengajar dalam mata pelajaran
tertentu. Semakin baik kualitas buku teks, semakin sempurna pengajaran mata
44
pelajaran yang ditunjangnya. Buku teks mengenai bahasa Indonesia bermutu
tinggi akan meningkatkan kualitas pengajaran dan hasil pengajaran bahasa
Indonesia dan seterusnya.
Greene dan Petty (Tarigan, 2009:20) telah menyusun cara penilaian buku teks
dengan sepuluh kriteria. Jika buku teks dapat memenuhi sepuluh persyaratan yang
diajukan, dapat dikatakan buku teks tersebut berkualitas. Butir-butir yang harus
dipenuhi oleh buku teks yang tergolong kategori berkualitas tinggi sebagai
berikut:
1. buku teks haruslah menarik minat anak-anak atau pembaca, yaitu para siswa
yang mempergunakannya,
2. buku teks haruslah mampu memberi motivasi kepada para siswa yang
memakianya,
3. buku teks haruslah mampu memuat ilustrasi yang menarik para siswa yang
memanfaatkannya,
4. buku teks seharusnya mempertimbangkan aspek-aspek linguistik sehingga
sesuai dengan kemampuan para siswa yang memakainya,
5. buku teks isinya haruslah berhubungan erat dengan pelajaran-pelajaran lainnya,
lebih baik lagi kalau dapat menunjangnya dengan rencana sehingga semuanya
merupakan suatu kebulatan yang utuh dan terpadu,
6. buku teks haruslah dapat menstimulasi dan merangsang aktivitas-aktivitas
pribadi para siswa yang mempergunakannya,
7. buku teks haruslah dengan sadar dan tegas menghindari konsep-konsep yang
samar-samar dan tidak biasa agar tidak membingungkan para siswa yang
memakainya,
45
8. buku teks haruslah mempunyai sudut pandang atau point of view yang jelas dan
tegas sehingga juga pada akhirnya menjadi sudut pandang para pemakainya,
9. buku teks haruslah mampu memberi pemantapan dan penekananpada nilai-nilai
anak dan orang dewasa, dan
10. buku teks itu haruslah dapat menghargai perbedaan-perbedaan pribadi para
siswa pemakainya.
Jika ditelaah lebih mendalam lagi, kriteria yang dikemukakan oleh Greene dan
Petty di atas dapatlah diidentifikasi sepuluh butir yang dipakai sebagai titik tolak
dalam penentuan kualitas buku teks. Butir-butir itu meliputi minat siswa,
motivasi, ilustrasi, linguistik, terpadu, menggiatkan, aktivitas, kejelasan konsep,
titik pandang, pemantapan nilai dan menghargai perbedaan pribadi.
Buku berkaitan erat dengan kurikulum yang berlaku. Buku teks yang baik
haruslah relevan dan menunjang pelakasanaan kurikulum. Kriteria linguistik
mengacu kepada tujuan agar buku teks dipahami oleh siswa. Oleh karena itu,
buku teks harus memunyai bahasa yang komunikatif bagi pembacanya. Tarigan
(2009:21) menyatakan bahwa terdapat beberapa pedoman penilaian buku teks
sebagai berikut.
1. Sudut pandang
Buku teks harus mempunyai landasan, prinsip, dan sudut pandang tertentu yang
menjiwai atau melandasi buku teks secara keseluruhan.
46
2. Kejelasan konsep
Konsep-konsep yang digunakan dalam suatu buku teks harus jelas dan tegas.
Buku teks tidak boleh ada kata-kata ambigu agar siswa atau pembacanya dapat
mudah memahami dan mengerti materi yang tertulis dalam buku teks tersebut.
3. Relevan dengan kurikulum
Buku teks digunakan di sekolah-sekolah yang memiliki kurikulum. Oleh karena
itu, penulis buku teks harus melihat kurikulum yang berlaku.
4. Menarik minat
Buku teks yang diterbitkan oleh penulis selain harus sesuai dengan kurikulum,
buku teks juga harus menarik minat bagi para siswa atau pembacanya. Semakin
menarik buku teks dikemas akan semakin tinggi daya tarik siswa untuk
membacanya.
5. Menumbuhkan motivasi
Buku teks yang baik adalah buku teks yang dapat membuat siswa ingin, mau, dan
senang mengerjakan apa yang diinstruksikan dalam buku tersebutt. Buku teks
tersebut dapat menggiring siswa ke arah penumbuhan motivasi instrinsik.
6. Menstimulus aktivitas siswa
Buku teks yang baik adalah buku teks yang merangsang, menantang, dan
menggiatkan aktivitas siswaa. Tujuan dan bahan merupakan faktor metode sangat
menentukan dalam hal ini.
7. Ilustratif
Buku teks harus disertai dengan ilustrasi yang memadai dan cocok bagi materi
yang disampaikan dalam buku teks tersebut.
47
8. Buku teks harus dimengerti bagi pembacanya, yaitu siswa
Pemahaman harus didahului oleh komunikasi yang tepat. Faktor utama yang
berperan di sini adalah bahasa. Bahasa buku teks haruslah sesuai dengan bahasa
siswa, serta kalimat-kalimatnya efektif terhindar dari makna ganda, sederhana,
sopan, dan menarik.
9. Menunjang mata pelajaran lain
Buku teks mengenai bahasa Indonesia misalnya di samping menunjang mata
pelajaran bahasa Indonesia, dapat juga menunjang mata pelajaran lain. Melalui
pengajaran bahasa Indonesia, pengetahuan siswa dapat bertambah dengan soal-
soal sejarah, ekonomi, matematika, dan sebagainya.
10. Menghargai perbedaan individu
Buku teks yang baik tidak membesar-besarkan perbedaan individu tertentu.
Perbedaan dalam kemampuan, bakat, minat, ekonomi, dan sosial budaya setiap
individu tidak dipermasalahkan tetapi diterima sebagaimana adanya.
11. Memantapkan nilai-nilai
Buku teks yang baik berusaha untuk memantapkan nilai-nilai yang berlaku dalam
masyarakat. Uraian-uraian yang menjurus kepada penggoyahan nilai-nilai yang
berlaku harus dihindarkan.
2.3.3 Jenis-Jenis Buku Teks
Menurut Tarigan (2009:29) ada empat dasar atau patokan yang digunakan dalam
pengklasifikasian buku teks. Patokan-patokan itu adalah sebagai berikut:
a. berdasarkan mata pelajaran atau bidang studi (terdapat di SD, SMP, dan SMA),
b. berdasarkan mata kuliah bidang yang bersangkutan (terdapat di perguruan
tinggi),
48
c. berdasarkan penulisan buku teks (mungkin di setiap jenjang pendidikan), dan
d. berdasarkan jumlah penulis buku teks.
Penulisan buku teks dari segi cara dikenal dengan tiga jenis buku teks adalah
sebagai berikut:
a. buku teks tunggal ialah buku teks yang hanya terdiri atas satu buku saja,
b. buku teks berjilid ialah buku pelajaran untuk satu kelas tertentu atau untuk satu
jenjang sekolah tertentu,
c. buku teks berseri ialah buku pelajaran berjilid mencakup bebrapa jenjang
sekolah, misalnya dari SD-SMP-SMA. (Tarigan, 2009:32), dan
d. berdasarkan jumlah penulis buku teks.
2.3.4 Kelayakan Isi Buku Teks
Kelayakan isi menyangkut materi apa yang disajikan dalam buku teks. Ada
beberapa hal penting yang harus dipenuhi agar buku teks dapat dikatakan
memiliki isi yang layak untuk dipakai. Kelayakan isi terlihat dari kesesuaian
uraian materi dengan kurikulum (kompetensi dasar), keakuratan materi, dan
materi pendukung.
2.3.4.1 Kesesuaian dengan Kurikulum (Kompetensi Dasar)
Materi yang termuat dalam buku teks harus jelas dan sesuai dengan kurikulum.
Kurikulum di dalamnya terdapat kompetensi inti dan kompetensi dasar yang telah
ditetapkan oleh BSNP. Keseuaian materi meliputi kelengkapan materi dan
kedalaman materi yang disajikan.
49
1. Kelengkapan materi dalam buku teks bahasa Indonesia setidaknya kelengkapan
materi mencakup beberapa hal, yaitu wacana, pemahaman wacana, fakta
kebahasaan/kesastraan, dan aplikasi.
a. Wacana
Wacana dapat berupa percakapan dan karangan atau laporan utuh misalnya puisi,
novel, buku, artikel, pidato, khotbah, atau cerpen merupakan materi utama yang
ada di dalam buku teks pelajaran bahasa Indonesia. Wacana biasanya mengawali
uraian materi setiap bab. Berdasarkan pada wacana tersebut uraian materi,
pemahaman wacana, fakta kebahasaan/kesastraan, dan implikasi bahasa dibahas.
Wacana yang disajikan mencakup ruang lingkup yang ada dalam kurikulum.
b. Pemahaman Wacana
Pemahaman wacana merupakan tahapan lanjut setelah membaca dan menyimak
wacana. Pemahaman wacana berisi perintah, tugas, atau pelatihan yang
mengarahkan siswa untuk memahami isi atau pesan wacana.
c. Fakta Kebahasaan/Kesastraan
Uraian materi berisi fakta kebahasaan, yaitu kalimat, kosakata, istilah, ungkapan,
peribahasa, atau kesastraan sesuai dengan tuntutan yang di dalam kurikulum.
d. Implikasi Wacana
Implikasi wacana merupakan unsur di luar wacana bisa berupa analogi,
perbandingan, dan kesejajaran wacana yang mampu memperkuat penyampaian
materi sesuai dengan tuntutan kurikulum. Implikasi wacana berisi konsep dasar
keluasan materi melalui pelatihan, tugas, kegiatan mandiri sehingga dalam
kehidupan sehari-hari siswa mampu menggali dan memanfaatkan informasi,
menyelesaikan masalah, dan membuat keputusan dalam kerja ilmiah.
50
2. Keluasan Materi
a. Penyajian konsep, definisi, prinsip, prosedur, contoh-contoh, dan pelatihan
tercapainya KI dan KD.
b. Materi (termasuk contoh dan latihan) dalam buku teks menjabarkan substansi
minimal (fakta, konsep, prinsip, dan teori) yang terkandung dalam KI yang
terdapat dalam buku teks sesuai dengan kebutuhan materi pokok yang
mendukung dan KD.
3. Kedalaman Materi
Kedalaman materi sebuah buku teks juga harus diperhatikan, harus jelas
pembagian kedalaman materi pada tiap tingkatan kelas. Hal yang diperhatikan
dalam poin kedalaman materi, yaitu kesesuaian, kuantitas, dan kualitas.
a. Kesesuaian Wacana
Wujud uraian atau wacana yang ada di dalam buku teks harus sesuai dengan
materi yang akan disampaikan atau yang akan dituju dalam suatu pembelajaran.
Wacana tersebut tetap mengacu kepada tuntutan kebutuhan yang ada di dalam
kurikulum yang berlaku.
b. Kuantitas Wacana
Jika mencapai kedalaman materi, kuantitas wacana ditentukan oleh
pengembangan atau penambahan jenis wacana lain yang dapat berfungsi sebagai
pembanding, penjelas, analogi, atau kebutuhan lain yang sejalan dengan tuntutan
materi. Oleh karena itu, materi yang disajikan memuat sumber-sumber tambahan
itu mencerminkan kontinuitas dengan kedalaman pengembangan materi. Materi
yang ditampilkan menjadi lebih menarik dan inovatif serta memotivasi siswa
senang belajar.
51
c. Kualitas Wacana
Mencerminkan kedalaman materi yang ditentukan oleh keaktualan, kemutakhiran,
kefaktualan, dan kevariasian topik. Kualitas wacana mencerminkan kedalaman isi
atau pesan dengan spiralitas pengembangan materi pelajaran bahasa.
2.3.4.2 Keakuratan Materi Indikator
Keakuratan materi diarahkan pada sasaran berikut.
1. Akurasi Konsep dan Definisi
a. Materi dalam buku teks harus disajikan secara akurat untuk menghindari
miskonsepsi yang dilakukan siswa.
b. Konsep dan definisi harus dirumuskan dengan tepat untuk mendukung
tercapainya KI dan KD.
2. Akurasi Prinsip
Ada beberapa prinsip dasar yang harus terpenuhi dalam sebuah buku teks. Prinsip
dasar tersebut sebagai berikut.
a. Prinsip Kebersamaan
Prinsip kebersamaan adalah prinsip yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa
bertumpu pada pemenuhan dorongan bagi siswa untuk mengungkapkan ide,
pikiran, gagasan, perasaan, dan informasi kepada orang lain baik secara lisan
maupun tertulis.
b. Prinsip Keontetikan
Prinsip keontetikan bahan dan materi pelatihan berbahasa dipilih teks atau wacana
tulis maupun lisan yang banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengembangkan kemahiran fungsi berbahasanya, menekankan fungsi
komunikatif bahasa, dan memenuhi kebutuhan fungsi berbahasa siswa. Bahan
52
berisi petunjuk atau pelatihan (tugas) yang memanfaatkan media cetak atau
elektronik seoptimal mungkin.
c. Prinsip Keterpaduan
Materi Penataan Bahasa dan Sastra dilakukan dengan memperhatikan hal-hal
berikut:
1. mempertaruhkan keutuhan makna, dan
2. menuntut siswa untuk mengerjakan atau mempelajarinya secara bertahap.
d. Prinsip Keberfungsian
Prinsip keberfungsian ada pada pemulihan metode dan teknik pembelajaran. Hal-
hal yang harus diperhatikan sebagai berikut:
1. memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengambil bagian dalam
peristiwa berbahasa yang seluas-luasnya,
2. memberikan informsi, praktik, dan pengalaman-pengalaman berbahasa yang
sesuai dengan kebutuhan bahasa siswa, dan
3. mengarahkan siswa kepada penggunaan bahasa, bukan penguasaan
pengetahuan bahasa.
e. Prinsip Perfomansi
Komunikatif prinsip perfomansi komunikatif dapat berupa kegiatan berbahasa,
mengamati, berlatih, atau bahkan merenung. Aspek yang perlu diperhatikan
dengan pemikiran pengalaman belajar ialah mendukung terbentuknya perfomansi
komunikatif siswa yang handal sesuai dengan bahan pembelajaran bermakna bagi
pengembangan potensi dan kemahiran bahasa siswa.
53
f. Prinsip Kebertautan
Pembelajaran kontekstual menuntut penggunaan media dan sumber belajar yang
berupa pengalaman produktif lisan maupun tulisan berupa fakta berbahasa atau
peristiwa aktual. Bahan tersebut dapat dicari oleh siswa atau guru sesuai dengan
kebutuhan berbahasa.
g. Prinsip Penilaian
Pembelajaran komunikatif menuntut penggunaan penilaian yang dapat mengukur
secara langsung kemahiran berbahasa siswa secara menyeluruh dan terpadu.
Penilaiannya dapat mendorong siswa agar aktif berbahasa secara lisan maupun
tulisan.
Adapun, instrumen akurasi prinsip adalah sebagai berikut.
a. Prinsip yang merupakan salah satu aspek yang digunaan untuk menyusun suatu
teori.
b. Prinsip-prinsip yang tersaji dalam buku teks perlu dirumuskan secara akurat
agar tidak menimbulkan multi tafsir bagi siswa.
3. Akurasi Prosedur
1. Prosedur merupakan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mencapai
suatu sasaran tertentu.
2. Prosedur harus dirumuskan secara akurat hingga siswa tidak melakukan
kekeliruan secara sistematis.
4. Akurasi contoh, Fakta, dan Ilustrasi
Konsep, prinsip, prosedur, atau rumus harus diperjelas oleh contoh, fakta, dan
ilustrasi yang disajikan secara akurat. Oleh karena itu, siswa tidak hanya
memahami suatu pengetahuan secara verbalitas.
54
5. Akurasi Sosial
Penguasaan siswa atas konsep, prinsip, prosedur, atau algoritma harus dibangun
oleh soal-soal yang disajikan secara akurat.
2.3.4.3 Materi Pendukung Pembelajaran
Indikator materi pendukung pembelajaran diarahkan pada hal-hal berikut.
1. Kesesuaiannya dengan perkembangan ilmu dan teknologi. Materi (termasuk
contoh, latihan, dan daftar pustaka) yang terdapat dalam buku teks harus sesuai
dengan perkembangan ilmu dan teknologi.
2. Keterkinian fitur, contoh, dan rujukan. Fitur (termasuk uraian, contoh, dan
latihan) mencerminkan peristiwa atau kondisi terkini. Keterkinian ini terlihat
pada sumber atau rujukan yang digunakan. Pada umumnya rujukan yang layak
digunakan dalam buku teks maksimal menggunakan rujukan lima tahun
terakhir.
3. Penalaran
a. Penalaran ini berperan pada saat siswa harus membuat kesimpulan. Oleh
karena itu, materi dalam buku teks perlu memuat uraian, contoh, tugas,
pertanyaan, atau soal latihan yang mendorong siswa untuk secara runtut
membuat kesimpulan yang sahih.
b. Materi dapat pula memuat soal-soal terbuka, yaitu soal-soal yang menuntut
siswa untuk memberikan jawaban atau strategi penyelesaian yang bervariasi.
4. Pemecahan masalah
Sajian materi dalam buku teks perlu memuat beragam strategi dan latihan
pemecahan masalah untuk menumbuhkan kreativitas siswa. Pemecahan masalah
55
meliputi memahami masalah, merancang model, memeriksa hasil, (mencari solusi
yang layak), dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
5. Keterkaitan antarkonsep
Keterkaitan antarkonsep dalam buku teks dapat dimunculkan dalam uraian atau
contoh. Hal ini dimaksudkan untuk membantu siswa dalam membangun jaringan
pengetahuan yang utuh. Keterkaitan antara pelajaran satu dan pelajaran atau
keterkaitan antara materi yang sedang dipelajari dan kehidupan sehari-hari perlu
juga ditunjukkan agar siswa menyadari manfaat materi tersebut dalam kehidupan.
6. Komunikasi
Materi dalam buku teks hendaknya memuat contoh atau latihan untuk
mengomunikasikan gagasan, baik secara tertulis maupun lisan untuk memperjelas
keadaan atau masalah yang sedang dipelajari atau dihadapi.
7. Penerapan
Materi dalam buku teks hendaknya memuat uraian, contoh, atau soal-soal yang
menjelaskan penerapan suatu konsep dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini
dimaksudkan agar siswa dapat menerapkan dalam kehidupan nyata setiap konsep
yang dipelajari.
8. Kemenarikan materi
Materi dalam buku teks hendaknya memuat uraian, strategi, gambar, foto, sketsa,
cerita sejarah, contoh, atau soal-soal menarik yang dapat menimbulkan minat
siswa untuk mengkaji lebih jauh. Jika siswa tertarik terhadap materi yang
dipelajari, ia akan terangsang untuk mempelajarinya lebih jauh.
56
9. Mendorong untuk mencari informasi lebih lanjut
Materi dalam buku teks hendaknya memuat tugas-tugas yang mendorong siswa
untuk memeroleh informasi lebih lanjut dari berbagai sumber lain seperti internet,
buku, artikel, dsb.
10. Materi pengayaan
Materi dalam buku teks sebaiknya menyajikan uraian, contoh, atau soal
pengayaan yang berkaitan dengan topik yang dibicarakan sehingga sajian
materinya lebih luas atau lebih dalam daripada materi yang dituntut KD.
Pengayaan ini diharapkan siswa mempunyai kompetensi yang lebih luas dan kaya.
2.3.5 Kelayakan Bahasa Buku Teks
Bahasa dapat diartikan sebagai rangkaian bunyi yang mempunyai makna tertentu.
Rangkaian bunyi yang kita kenal sebagai kata melambangkan suatu konsep.
Umpamanya perkataan kuda melambangkan konsep “sejenis binatang berkaki
empat yang biasa dikendarai” dan lambang bahasa spidol melambangkan makna
“sejenis alat tulis bertinta”. Perkataan gunung atau burung merpati sebenarnya
merupakan lambang yang kita berikan untuk konsep atau objek tertentu (Kosasih,
2011:2).
Bahasa merupakan alat untuk berpikir dan belajar. Bahasa memungkinkan kita
untuk berpikir secara abstrak. Kita dapat memikirkan sesuatu meskipun objek
yang kita pikirkan itu tidak berada di dekat kita. Simbol-simbol bahasa yang
abstrak, kita dapat memikirkan sesuatu secara terus-menerus dan kemudian
mewariskan pengalamannya itu kepada generasi-generasi berikutnya. Kita dapat
pula mengomunikasikan sesuatu yang kita pikirkan dan dapat pula belajar sesuatu
57
dari orang lain. Kita pun dapat mengekspresikan sikap dan perasaan kita. Kita
dapat menyampaikan segala hal yang berkecamuk dalam pikiran dan hati kita,
tidak hanya dengan ekspresi dan gerak-gerik tubuh tetapi dengan bahasa. Bahasa
merupakan alat komunikasi yang paling efektif dibandingkan dengan yang
lainnya. Bahasa yang dapat menyatakan segala macam perasaan dan maksud
tertentu. Bahasa juga dapat menyatakan perasaan dan maksud tertentu dapat
dimengerti oleh orang lain dengan mudah.
Dalam penulisan buku teks yang perlu diperhatikan adalah landasan keterbacaan
materi dan bahasa yang digunakan dalam buku teks tersebut. Landasan ini
diperlukan karena buku teks merupakan sarana komunikasi siswa dalam
pembelajaran. Sarana komunikasi sebagai materi dan redaksi sajian yang terdapat
dalam buku teks harus bisa dipahami oleh siswa. Dalam penulisan buku teks perlu
diperhatikan mengenai ejaan, pemilihan diksi, dan kalimat yang digunakan dalam
sebuah buku teks. Ejaan adalah ketentuan yang mengatur penulisan huruf menjadi
satuan yang lebih besar berikut tanda bacanya (Mustakim, 1994: 128). Pendapat
lain mengatakan bahwa ejaan merupakan seperangkat aturan penulisan yang harus
diperhatikan (Fuad dkk, 2006: 25). Ejaan merupakan seperangkat aturan penulisan
sebaiknya tunduk pada aturan-aturan yang berlaku. Jika terjadi pelanggaran dalam
penulisan ejaan, akan berakibat tulisan tersebut tidak benar dan diragukan
keilmiahannya.
Pemilihan diksi atau kata juga sangat penting bagi penulis sebuah buku teks
bahasa Indonesia. Pelihan kata atau diksi adalah hasil dari proses atau tindakan
memilih kata. Pendapat lain mengatakan bahwa diksi atau pilihan kata dapat
58
mengungkapkan gagasan secara tepat (Mustakim, 1994: adalah kemampuan
membedakan secara tepat makna dari gagasan yang disampaikan (Keraf, 1989:
24). Sementara itu, Putrayasa (2010: 7) mengatakan bahwa diksi atau pilihan kata
berhubungan dengan penggunaan kata terutama pada soal kebenaran, kejelasan,
dan keefektifan. Para pendapat tersebut bersangkutan dengan makna. Makna kata
yang tidak dipahami atau salah memahaminya akan berakibat kesalahpahaman
pembaca terhadap isi keseluruhan kalimat. Makna terdapat dua jenis, yaitu
makana leksikal dan makna gramatikal. Makna leksikal adalah makna yang
bersifat leksikon atau makna yang sesuai dengan referennya. Makna leksikal
disebut juga makna kamus (Chaer, 2009: 60). Makna gramatikal adalah makna
yang hadir sebagai akibat adanya proses gramatika seperti proses afiksasi,
reduplikasi, dan komposisi. Makna gramatikal juga dapat diartikan sebagai makna
kata yang timbul akibat peristiwa penggabungan morfem (Chaer, 2009: 62).
Penulisan buku teks harus menggunakan kalimat yang efektif dan sesuai dengan
jenjang pemahaman siswa. Kalimat adalah bagian ujaran yang mempunyai
struktur minimal subjek (S) dan predikat (P) dan intinasinya menunjukkan bagian
ujaran tersebut sudah lengkap dengan makna (Finoza, 2002: 107). Sementara itu,
Putrayasa (2008: 20) mengatakan bahwa kalimat adalah satuan gramatikal yang
dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir naik turun.
Secara teknis, indikator yang mendukung aspek keterbacaan materi dan bahasa
yang digunakan dalam buku teks adalah komunikatif, dialogis, interaktif, lugas,
keruntutan alur pikir, koherensi, kesesuaian dengan kaidah bahasa Indonesia yang
59
benar, dan penggunaan istilah dan simbol atau lambang yang sesuai dengan
perkembangan siswa (Agustina, 2011:75).
Tabel 2.5 Indikator Landasan Keterbacaan Materi dan Bahasa yangDigunakan Dalam Buku Teks
No. Indikator Deskriptor
1. Komunikatif Indikator komunikatif terlihat pada penataankalimatnya. Buku teks dikatakan komunikatifapabila penataan kalimat yang digunakan tidakbertele-tele sehingga dapat dengan mudahdipahami oleh pembacanya.
2. Dialogis daninteraktif
Dialogis dan interaktif terlihat pada dayapenulisannya. Buku teks dikatakan dialogis daninteraktif apabila gaya penulisannya menempatkanpenulis sebagai orang pertama dan siswa(pembaca) sebagai orang kedua. Dengandemikian, penggunaan sapaan kamu, kalian, Anda,dan struktur kalimat tanya , perintah, dan serucukup mewarnai dalam buku teks tersebut.
3. Lugas Lugas terlihat pada diksi atau pilihan katanya.Kata-kata yang digunakan dalam buku teks harusmemiliki makna yang jelas dan tidak ambigu.Dengan demikian, pilihan katanya harus sesuaidengan konteksnya sehingga hanya mempunyaisatu makna.
4. Keruntutan alurpiker
Keruntutan alur pikir terlihat pada kronologipenalaran. Konsep, teori, definisi, rumus, dankaidah yang terdapat dalam buku teks harusdisajikan dengan pola penalaran tertentu sehinggadapat diterima dengan akal sehat. Pola penalaranini bisa berupa pola penalaran induktif dan polapenalaran deduktif.
5. Koherensi Koherensi terlihat pada keterkaitan antarkonsep,kegiatan, dan informasi yang terdapat dalam sajianbuku. Penataan dan penyajian konsep satu dengankonsep lain, kegiatan satu dengan kegiatan yanglain, dan informasi yang satu dengan informasiyang lain harus ada kaitan yang jelas sehinggadapat berterima bagi siswa. Terkait dengankoherensi ini, penulis buku teks harus dapat
60
menjelaskan kepada siswa, alasan konsep tertentudisajikan terlebih dahulu sebelum konsep yanglain dan sebagainya.
6. Kesesuaian dengankaidah bahasaIndonesia yangbenar
Kesesuaian dengan kaidah bahasa Indonesia yangbenar terlihat pada ketepatan penggunaan ejaan,tanda baca, istilah, dan struktur kalimat. Karenabuku teks menggunakan media tulis, ketepatanpenggunaan ejaan dan tanda baca mutlakdiperlukan. Kesalahan pada penggunaan ejaan dantanda baca akan mengakibatkan hal-hal dalammembacanya. Penggunaan istilah dan strukturkalimatnya pun harus sesuai dengan pedomanpenggunaan istilah bidang tertentu dan tatabahasabaku bahasa Indonesia.
7. Penggunaan istilahdan simbol ataulambang yangsesuai denganperkembanganpeserta didik
Penggunaan istilah dan simbol atau lambang yangsesuai dengan perkembangan peserta didik terlihatdari keberterimaan siswa terhadap istilah, simbol,atau lambang yang digunakan dalam buku teks.Dengan pertimbangan ini, ketika akanmenggunakan istilah dan simbol tertentu, penulisbuku teks harus dapat menyesuaikannya denganperkembangan kemampuan siswa.
2.4 Keterampilan Menulis
(Burhan Nurgiyantoro, 2010: 29) mengemukakan bahwa keterampilan menulis
adalah kemampuan mengungkapkan gagasan kepada pihak lain secara tertulis.
Tugas menulis yang diberikan secara umum ada dua macam, yaitu 1) menulis
sebagai hasil tanggapan terhadap teks-teks kesastraan, dan (2) menulis kreatif.
(Tarigan, 1985: 3-4) mengatakan bahwa menulis merupakan suatu keterampilan
berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak
secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang
produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis ini, maka sang penulis
diharuskan terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosa kata.
61
Keterampilan menulis ini tidak akan datang secara otomatis, melainkan harus
melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur. Dalam kehidupan modern ini
jelas bahwa keterampilan menulis sangat dibutuhkan, kiranya tidaklah terlalu
berlebihan bila kita katakan bahwa keterampilan menulis merupakan suatu ciri
dari orang yang terpelajar atau bangsa yang terpelajar.
Keterampilan menulis adalah kemampuan seseorang dalam melukiskan lambang
grafis yang dimengerti oleh penulis bahasa itu sendiri maupun orang lain yang
mempunyai kesamaan pengertian terhadap simbol-simbol bahasa tersebut (Agus
Suriamiharja, dkk 1996: 1). Menulis atau mengarang adalah mengutarakan
sesuatu dengan menggunakan bahasa secara tertulis. Dengan mengutarakan itu
dimaksudkan menyampaikan, memberitakan, menceritakan, melukiskan,
menerangkan, meyakinkan, menjelmakan, dan sebagainya.
Berdasarkan lingkup dan aspeknya, menulis memang dapat ditinjau dari berbagai
segi. Proses kegiatan yang ditempuh melibatkan sejumlah kegiatan yang beragam
antara lain pengolahan gagasan, penataan kalimat, pengembangan paragraf, dan
pengembangan karangan dalam jenis-jenis wacana tertentu. Menulis sebuah
karangan yang sederhana pun secara teknis kita dituntut memenuhi persyaratan
dasar, seperti kalau kita menulis karangan yang rumit. Kita harus memilih topik,
membatasinya, mengembangkan gagasan, menyajikannya dalam kalimat dan
paragraf yang tersusun secara logis, dan sebagainya. Beberapa teori di atas dapat
diambil simpulan bahwa keterampilan menulis adalah keterampilan seseorang
dalam melahirkan pikiran, perasaan, dan kehendak kepada orang lain melalui
lambang-lambang grafis yang dimengerti oleh penulis itu sendiri maupun orang
62
lain yang memiliki kesamaan pengertian pula terhadap bahasa yang
dipergunakannya.
2.4.1 Proses Menulis
Proses menulis melibatkan serangkaian kegiatan yang terdiri atas tahap
prapenulisan, penulisan, dan pascapenulisan. Fase prapenulisan merupakan
kegiatan persiapan yang dilakukan sebelum kegiatan menulis dilakukan termasuk
ke dalamnya adalah memilih topik, menentukan tujuan, memperhatikan pembaca
dan corak paragraf, mengumpulkan informasi pendukung, dan menyusun
kerangka paragraf (Kosasih, 2011: 10). Akhdiah, dkk (2012: 3) dalam proses
penulisan terdiri atas tiga tahap, yaitu 1) tahap prapenulisan, yang merupakan
tahap awal dalam menulis, 2) tahap penulisan, yang membahas setiap butir topik
yang ada dalam kerangka yang disusun, dan 3) tahap perevisian yang merupakan
tahap koreksi terhadap keseluruhan tulisan dari aspek struktur tulisan dan
kebahasaan. Perhatikan tabel 2.6 berikut.
Tabel 2.6 Tahap dan Kegiatan Dalam Proses Menulis
No. Tahap Kegiatan
1. Prapenulisan Tahap persiapan yang merupakan langkah awal dandalam menulis yang mencakup kegiatanmenentukan dan membahas topik tulisan,merumuskan tujuan, menentukan materi penulisan,dan menyusun kerangka (rancang bangun)karangan.
2. Penulisan Pada tahap ini kita membahas setiap butir topikyang ada dalam kerangka yang disusun. Dalam halini, kita harus memilih kata-kata yang teapat untukmendukung gagasan. Kata-kata itu lalu disusunmenjadi kalimat efektif. Kalimat-kalimat itu harusdisusun menjadi paragraf-paragraf yang memenuhipersyaratan. Pada tahap ini, kita menentukan judul,subjudul, dan kutipan.
63
3. Perevisian Pada tahap ini mengoreksi keseluruhan tulisan dariaspek isi (kesesuaian isi dengan judul), organisasi(kesatuan dan kepaduan makna), kosakata,pengunaan bahasa (kalimat-kalimat efektif),dan mekanik (ejaan, tanda baca, dan susunanparagraf).
Sumber: Akhdiah, dkk (2012: 3)
2.5 Menulis Teks Cerita Pendek
Pembelajaran merupakan aktivitas yang melibatkan siswa dan guru untuk
mencapai tujuan tertentu. Aktivitas belajar menjadi penting karena melalui
kegiatan belajar guru dapat menanamkan nilai-nilai kepada siswa. Bahasa
Indonesia merupakan salah satu pelajaran penting yang dipelajari di sekolah.
Pembelajaran menulis cerita pendek merupakan salah satu materi yang terdapat
dalam silabus kurikulum 2013 edisi revisi khususnya kelas IX. Pembelajaran
cerita pendek tertera pada silabus mata pelajaran Bahasa Indonesia pada
kompetensi inti 4 (KI 4) Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret
(menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah
abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai
dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut
pandang/teori dan kompetensi dasar (KD) 4.6 mengungkapkan pengalaman dan
gagasan dalam bentuk cerita pendek dengan memperhatikan struktur dan
kebahasaan.
Pembelajaran menulis cerita pendek, tiga keterampilan yang menjadi konsentrasi
pencapaian pada Kurikulum 2013, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan
akan dapat dicapai. Hal tersebut diuraikan sebagai berikut.
64
a. Kompetensi sikap
Menulis cerita pendek siswa diharapkan akan memiliki sikap tanggung jawab,
percaya diri, responsif, dan santun. Siswa diharapkan mampu untuk memiliki
sikap tanggung jawab atas kreatifitasnya dalam menulis cerpen. Siswa diharapkan
memiliiki sikap percaya diri dalam menulis cerita pendek, baik sesuai dengan
pengalaman pribadi ataupun pengalaman orang lain. Siswa diharapkan memiliki
sikap responsif dan santun dalam proses pembelajaran menulis cerita pendek.
b. Kompetensi pengetahuan
Secara tidak langsung kegiatan menulis cerita pendek akan meningkatkan
kompetensi pengetahuan pada siswa karena dalam proses pengerjaannya siswa
akan banyak mengolah data berupa wawasan dan pengetahuan umum serta
pengetahuan kebahasaan digunakan untuk menulis cerita pendek yang disusunya.
c. Kompetensi Keterampilan
Menulis cerita pendek akan meningkatkan keterampilan siswa terutama
keterampilan menulis. Keterampilan membaca juga akan turut meningkat karena
dengan menulis cerpen akan menuntut siswa untuk rajin membaca.
2.5.1 Pengertian Teks Cerita Pendek
Cerita pendek tergolong karya sastra yang berbentuk prosa. Cerita pendek adalah
sebuah materi pembelajaran yang diajarkan oleh guru di setiap sekolah jenjang
menengah pertama dan atas. Kosasih (2012:34) menyatakan cerita pendek, yaitu
cerita yang menurut wujud fisiknya berbentuk pendek. Cerita pendek merupakan
cerita yang habis dibaca sekitar sepuluh menit atau setengah jam, jumlah katanya
500-5000 kata. Suyanto (2013:46) mengartikan cerita pendek sebagai cerita
berbentuk prosa yang pendek. Ukuran pendek di sini bersifat relatif atau habis
65
dibaca sekali duduk. Menulis cerita pendek sebagai salah satu aktivitas menulis
memiliki banyak tujuan yang sangat bermanfaat bagi pengembangan afektif,
kognitif, dan psikomotorik siswa. Jika mempelajari materi menulis cerita pendek,
guru secara terintegrasi akan menuntut siswa agar berfikir kreatif untuk menulis,
menghargai lingkungan sekitarnya, sekaligus meningkatkan kemampuan
berbahasa Indonesia yang baik dan benar.
2.5.2 Struktur Teks Cerpen
Zabadi (2014:189) mengemukakan bahwasannya cerpen memiliki tiga struktur.
Struktur teks cerpen meliputi orientasi, komplikasi, dan resolusi. Berikut
dijelaskan ketiga bagian tersebut.
1. Orientasi
Orientasi adalah bagian awal yang berisikan pengenalan toko-tokoh yang
mendukung cerita. Pada bagian ini juga disampaikan latar tempat dan waktu yang
melatarbelakangi cerita dan awalan masuk ke tahapan berikutnya, yaitu
komplikasi (sinopsis) merupakan bagian cerita yang menggambarkan keseluruhan
isi cerita. Keberadaan abstrak seperti itu dalam cerpen bersifat opsional, mungkin
ada dan mungkin bisa tidak muncul.
2. Komplikasi
Komplikasi merupakan bagian yang berisi urutan kejadian yang dihadapi tokoh
utama. Tokoh utama mengalami pertikaian dengan tokoh lain sampai
permasalahan tersebut mencapai klimaksnya. Bagian komplikasi menjadi inti
cerita dalam teks cerpen.
66
3. Resolusi
Resolusi merupakan bagian pemecahan masalah. Pada bagian ini masalah yang
dihadapi tokoh utama terselesaikan. Pengarang memberikan nilai-nilai atau
pelajaran yang dapat dipetik oleh pembacanya dari cerita yang dipaparkan. Oleh
karena itu, membaca ataupun menulis teks cerpen tidak hanya menjadi sarana
pengembangan kreatifitas bagi penulis atau hiburan bagi pembaca, tetapi juga
menjadi media dalam menginternalisasikan nilai-nilai kearifan yang lebih dikenal
dengan pendidikan karakter bangsa. Berikut ini contoh analisis cerpen
berdasarkan bagian-bagian tersebut.
Tabel 2.7 Contoh Struktur Teks Cerpen
No. Bagian Ciri-ciri Contoh Cerpen
1. Orientasi - Bagian ini berisipengenalan tokoh,latar tempat danwaktu, dan awalanmasuk ke tahapberikutnya.
Suatu pagi yang cerah,seorang anak bernama Andrewmemasuki sekolahnya, SMAN 22Bandar Lampung. Andrew adalahseorang anak yang memiliki mimpiuntuk menjadi seorang musisi yangterkenal. Tetapi tak seorang pun yangmempercayai mimpinya itu. Diaberjalan dengan sangat santai menujukelasnya, XI IPS 1. Namun,langkahnya mendadak terhenti saatdia melihat papan pengumuman,dimana ada pengumuman bahwa adalomba band antar kelas XI SMAN 2pada hari Sabtu, dan seluruh siswa-siswi kelas XI, wajib untuk mengikutilomba dengan membentuk band yangberanggotakan 5 orang, dan wajibmengumpulkan data tentang bandmereka paling lambat hari Jum’at...
2. Komplikasi- Pada bagian inidiuraikan masalahapa yang terjadi danmengapa masalah
“Lu mau gabung dengankami? sadar deh, kemampuan lubelum memenuhi syarat,” ejek salahseorang temannya.
67
tersebut terjadi.- Tokoh utama
berhadapan denganmasalah (problem)
“Tapi gw rasa gw punyakemampuan itu!” jawab Andrew.
Mendengar perkataan itu,semua teman-temannya menertawaidirinya. Meskipun begitu, dia takberputus asa, Andrew tetap mencarianggota untuk mengikuti kompetisiitu. Dia terus mencari hingga belmasuk pun berbunyi, tetapi Andrewmasih belum menemukan anggota.
Tak terasa waktu berlalu, jamistirahat pun tiba. Andrew duduk dibangku taman dan termenung.Michael, anak XI IPS 2 yang melihatAndrew sedang termenung, berniatmengusili Andrew. Jadilah Michaeldiam-diam berjalan ke arah belakangbangku dan, tiba-tiba…
“Doooooooorrrrrrrrrrrrrrrr!!!!!!!! “teriak Michael .
“Sialan!! Ngagetin gue ajalo!!“ gerutu Andrew .
“Ya, sorry…. cumanbercanda, bro!! tapi lo kenapa? kokkayak nya lo gak semangat? “ tanyaMichael.
“gue bingung, karena guebelom nemu anggota band buat lombasabtu besok. Sementara limit nyakanhari Jum’at, empat hari lagi, eh loudah ada band belom? “ Andrewbertanya pada Michael.
“Kebetulan, bro!! gw jugabelom punya!! gimana kalo kitabentuk band? Gue kan jago gitar, lojago nyanyi, cocok!! Lo jadi vokalis,gue jadi gitaris, gimana….setujugak?? “tanya Michael.
“Ok, setuju!!“ seru Andrew.
68
“sip!! berarti tinggal cari tigaanggota lagi!! ayo, kita cari!!“ ajakMichael penuh semangat...
3. Resolusi - Pada bagian iniberakhirnya ceritadengan teratasinyamasalah yang terjadidalam cerita.
...Akhirnya band mereka punlengkap, lalu mereka berlimamendiskusikan nama untuk bandmereka. Sempat terjadi perdebatan,sampai tiba-tiba Andrewmengusulkan nama ProjectRevolution Band, yang bermaknabahwa band itu adalah proyek merekauntuk merevolusi dunia musik.Michael, Thomas, George, danRichard pun menyetujui usul Andrew. Jadilah, band Project Revolutionmendaftar dan akhirnya ProjectRevolution pun mengikuti lomba.Project Revolution tampil dengansempurna Hingga Akhirnya bandmereka pun berhasil menjuarai lombaband tersebut. Andrew merasa senangbahwa dia bisa membuktikan kepadateman sekelasnya akan kemampuanbermusiknya.
Setelah lomba berakhir,kelima anggota Project Revolutionberjanji untuk selalu kompak sampaikapanpun. Sesuai dengan janjimereka, kelima anggota band ProjectRevolution pun kompak menjagapersahabatan diantara mereka .
2.5.3 Unsur-unsur Teks Cerita Pendek
Cerita pendek memiliki unsur-unsur pendukungnya salah satunya, yaitu unsur
instrinsik. Unsur instrinsik ( unsur yang berada di dalam karya sastra ) dan usur
Ekstrinsik (Unsur yang berada di luar karya sastra). Unsur instrinsik terdiri atas
tema, alur, tokoh dan penokohan, latar, gaya bahasa, sudut pandang pengarang,
dan amanat. Unsur unsur tersebut sebagai berikut.
69
a. Tema
Tema dalam sebuah karya sastra hanyalah merupakan salah satu dari sejumlah
unsur pembangun cerita yang lain, yang secara bersama membentuk sebuah
kemenyeluruhan. Eksistensi tema itu sendiri bergantung dari berbagai unsur yang
lain. Tarigan (2008:167) mengungkapkan bahwa tema adalah gagasan utama atau
pikiran pokok. Tema suatu karya imajinatif merupakan pikiran yang akan ditemui
oleh setiap pembaca yang cermat sebagai akibat membaca karya tersebut. Tema
biasanya merupakan suatu komentar mengenai kehidupan atau orang-orang. Tema
haruslah dibedakan dari tesis yang merupakan gagasan logis yang mendasari
setiap esai yang baik. Tema juga dibedakan dari motif, subjek, atau topik. Tema
dipergunakan untuk member nama bagi suatu pernyataan atau pikiran mengenai
suatu subjek, motif, atau topik.
b. Alur
Unsur intrinsik cerita pendek yang kedua, yaitu alur. Alur adalah rangkaian
peristiwa yang saling berkaitan karena hubungan sebab akibat (Suyanto, 2012:
50). Menurut Tarigan (2008:156) unsur-unsur yang terdapat pada alur sebagai
berikut:
1. situation (pengarang mulai melukiskan suatu keadaan atau situasi),
2. generating circumtanse (peristiwa yang bersangkut-paut, yang berkaitan mulai
bergerak),
3. rising action (keadaan mulai memuncak),
4. climax (peristiwa-peristiwa mencapai klimaks), dan
5. denouement (pengarang memberikan pemecahan sosial dari semua peristiwa).
70
c. Latar
Latar atau setting adalah lingkungan fisik tempat kegiatan berlangsung. Latar
mencakup tempat dalam waktu dan kondisi psikologis dari semua yang terlibat
dalam kegiatan itu. Latar penting dalam member sugesti akan ciri-ciri tokoh dan
dalam menciptakan suasana sesuatu karya sastra. Melalui latar yang digambarkan
dalam cerita pendek dapat diketahui bagaimana peristiwa tersebut terjadi,
(Abrams dalam Suyanto (2012:50) mengemukakan bahwa latar adalah tempat,
hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa
yang diceritakan. Latar dalam cerita dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis
sebagai berikut.
1. Latar tempat, yaitu latar yang merupakan lokasi tempat terjadinya peristiwa
cerita misalnya rumah, kantor, gedung, dan lain-lain.
2. Latar waktu, yaitu latar yang berhubungan dengan saat terjadinya peristiwa
cerita, apakah berupa penanggalan, penyebutan peristiwa sejarah,
penggambaran situasi pagi, siang, malam, dan lainlain,
3. Latar sosial, yaitu keadaan yang berupa adat istiadat, budaya, nilai-nilai atau
norma, dan sejenisnya yang ada di tempat peristiwa cerita.
d. Tokoh dan penokohan
Pada sebuah cerpen unsur tokoh tidak bisa disampingkan, sebab tanpa adanya
tokoh di dalam sebuah cerpen maka cerpen tersebut tidak bisa dikatakan sebuah
karya. Dalam sebuah tokoh harus ada sebagai pelaku utama dalam cerita dan
ditambah beberapa tokoh lain dalam memainkan cerita.
71
Tokoh adalah pelaku cerita. Tokoh tidak selalu berwujud manusia, tetapi
bergantung pada siapa atau apa yang diceritakannya itu dalam cerita. Watak atau
karakter adalah sifat dan sikap para tokoh tersebut, adapun penokohan atau
perwatakan adalah cara pengarang menampilkan tokoh-tokoh dan watak-
wataknya itu dalam cerita. Ada beberapa cara atau metode yang digunakan
pengarang dalam menampilkan tokoh dan wataknya dalam cerita termasuk
melalui gaya bahasa (Suyanto, 2012:46).
e. Gaya Bahasa (Style)
Suyanto (2012:51--53) dalam menyampaikan sebuah cerita, pengarang tentu
memiliki gaya bahasa (style) masing-masing. Gaya bahasa (style) adalah cara
mengungkapkan bahasa seorang pengarang untuk mencapai efek estetis dan
kekuatan daya ungkap.
2.5.4 Proses Kreatif Menulis Teks Cerpen
Berikut ini akan dijelaskan rangkaian proses kreatif dalam penulisan teks cerpen.
1. Pencarian Ide
Ide dalam menulis cerpen adalah masalah yang bersumber dari peristiwa ataupun
benda. Masalah sebagai sumber ide dalam menulis cerpen adalah ketertarikan kita
pada fenomena atau benda yang membangkitkan rasa ingin menulis cerpen. Hidup
ini rangkaian peristiwa dalam gerak ruang yang berpindah-pindah, dalam
peristiwa dan ruang itulah manusia selalu mendapatkan hal-hal yang menarik bagi
dirinya sendiri. Hal yang menarik itulah yang disebut sebagai permasalahan
sumber ide menulis cerpen misalnya apa yang sekarang anda lakukan? Mungkin
saja sedang jalan-jalan pagi atau duduk-duduk di halaman rumah, dalam keadaan
72
demikian coba tanyakan pada diri sendiri apa yang menarik. Jika Anda sudah
menyebutkannya dalam hati, itulah yang disebut sebagai sumber ide. Anda akan
menulisnya menjadi sebuah cerpen.
Langkah selanjutnya adalah buatlah persoalan dari benda atau peristiwa yang
sudah anda sebutkan dalam hati, caranya buatlah persoalan hidup yang sumbernya
dari benda atau peristiwa yang menarik, misalnya jika anda tertarik pada “bunga
melati”, disinilah imajinasi dan fantasi dibutuhkan untuk mengembangkan
persoalan kehidupan yang bersumber pada bunga melati. Ide ada di sekitar kita
baik dalam bentuk peristiwa maupun benda-benda, maka mencari ide hanya perlu
merenung dan memahami ruang dan peristiwa yang sedang anda hadapi. Oleh
karena itu, manusia hidup selalu dalam ruang dan peristiwa, maka setiap peristiwa
dan ruang yang sedang kita alami dan diami pasti ada ide yang bias
dikembangkan menjadi cerpen.
2. Pengendapan dan Pengolahan Ide
Jika ide dan persoalannya sudah didapat, selanjutnya adalah memikirkan jawaban
atas persoalan ini. Jawaban atas logika inilah yang akan dikembangkan menjadi
cerita. Proses pencarian dalam perenungan inilah yang disebut sebagai tahap
pengendapan atau pengolahan ide. Proses pengendapan ide itu bisa dilakukan
dengan dua teknik sebagai berikut.
a. Teknik tulis, yaitu menulis rangkaian peristiwa yang akan menjadi jawaban
atas ide dan permasalahannya.
b. Teknik renung, yaitu hanya merenungkan dan mengkontemplasikan
kemungkinan-kemungkinan rangkaian peristiwa dalam pikiran dan
73
perasaannya sebelum dituliskan. Teknik-teknik ini baik bergantung pada
kebiasaan dan kemahiran kita dalam menulis.
Tahap kontemplasi atau pengendapan ini hendaknya dilakukan bersamaan saat itu
juga, yaitu sesudah mendapatkan ide. Jangan ditunda karena pasti akan lupa dan
bisa saja benda atau peristiwa itu sudah tidak menarik lagi bagi kita. Hal ini
terjadi karena kemenarikan itu sangat ditentukan keadaan dan suasana hati. Jadi,
saat suasana hati menganggapnya menarik harus saat itu juga dirumuskan
permasalahannya dan diendapkan atau dikontemplasikan detil peristiwa dan
alurnya untuk menjadi cerita. Melihat fakta bahwa satu ide dapat dirumuskan
menjadi beberapa permasalahan dan setiap permasalahan dalam proses
pengendapannya mempunyai logika jawaban dan ceritanya sendiri-sendiri, maka
satu ide baik benda ataupun peristiwa bisa dijadikan beberapa cerpen.
3. Penulisan
Jika ide dan permasalahan sudah terpecahkan setelah melalui proses pengendapan
yang menghasilkan logika jawaban atau alur peristiwa, baik yang dituliskan
maupun yang disimpan dalam pikiran dan perasaan, selanjutnya adalah
menuliskannya pelan-pelan sampai selesai. Proses penulisan ini adalah tahap
paling sulit karena berbagai kendala selalu ada terutama bagi pemula adalah malas
dan susah memulainya. Cara mengatasi adalah paksa dan yakinkan diri untuk
menulis, jangan berfikir dengan pesimis tentang hasil yang tidak baik.
Prinsip yang harus dijunjung tinggi dalam menuliskan ide dan pengendapan
adalah harus saat itu juga dan harus jadi. Jika ide yang sudah diolah sudah
matang, segeralah menulis hari itu juga. Kenapa bisa demikian? Karena setiap hari
74
dalam diri kita itu selalu ada perubahan-perubahan rasa yang dipengaruhi oleh
kondisi psikologi kita sendiri.
Jika ide dan pengendapannya sedang dituliskan, prinsip harus jadi dijunjung
tinggi tidak boleh tidak, sebab dalam menuliskannya baru setengah jalan Anda
tinggal pergi dan tidak diselesaikan, maka sama halnya menyia-nyiakan ide dan
endapannya. Menulis itu adalah intensitas dan ketelatenan setiap ide yang telah
diolah tulislah pelan-pelan sampai jadi dan jangan ditinggalkan begitu saja. Akan
tetapi, beristirahatlah sejenak jika mungkin anda buntu karena kecapean atau
idenya habis.
4. Editing dan Revisi
Cerpen yang anda tulis sudah selesai, maka bukan berarti cerpen itu sudah jadi
atau final, tetapi cerpen yang anda tulis baru merupakan hasil impresi ide-ide yang
diendapkan belum sebagai hasil logika rasionalitas karena saat kita menuliskan
ide-ide yang telah diendapkan, prinsip dasarnya adalah “segera tuliskan” dan
“harus jadi”. Jadi, tidak menutup kemungkinan disitu ada unsur ketergesaan dan
yang terpenting ide “muntah” dan jadi cerpen, untuk mengatasi persoalan ini mau
tidak mau Anda harus melakukan tahap selanjutnya, yaitu editing dan revisi.
Editing ini berkaitan dengan pembetulan aspek kebahasaan dan penulisan,
sedangkan revisi berkaitan dengan isi misalnya alur yang tidak kronologis,
anakronisme, kesalahan bercerita, konflik yang datar dan tidak dramatik, dan
sebagainya. Oleh karena itu, editing dan revisi harus dilakukan sebagai proses
akhir untuk menghasilkan cerpen yang baik.
75
2.5.5 Pembelajaran Menulis Cerpen di SMP Dalam Kurikulum 2013 Revisi
2016
Keterampilan menulis teks cerpen adalah salah satu kompetensi dasar
pembelajaran bahasa Indonesia kelas IX dalam kurikulum 2013 revisi 2016. Teks
cerpen masuk dalam kategori teks genre cerita atau narasi (teks lainnya, yaitu teks
cerita moral, teks fantasi, teks cerita biografi, dan teks cerita prosedur)
(Depdikbud, 2016: 102). Pada saat sebelum direvisi, standar isi mata pelajaran
kurikulum 2013 revisi dan rincian KI/KD tidak dirumuskan pada Permendikbud
yang sama. Standar isi setiap mata pelajaran diatur Permendikbud Nomor 21
Tahun 2016, sedangkan KI/KD Permendikbud Nomor 24 Tahun 2016. Setiap KD
pengetahuan dipasangkan dengan KD keterampilan. Pada kurikulum 2016 revisi,
keterampilan menulis diajarkan di kelas IX. Pasangan KD pengetahuan dan KD
keterapilan menulis cerpen sebagai berikut.
3.6 Menelaah struktur dan aspek kebahasaan cerita pendek yang dibaca atau
didengar.
4.6 Mengungkapkan pengalaman dan gagasan dalam bentuk cerita pendek
dengan memperhatikan struktur dan kebahasaan.
2.6 Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)
Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang mengambarkan
prosedur sistematik dalam pengorganisasian pengalaman belajar untuk mencapai
tujuan belajar tertentu (Sutikno, 2014: 58). Menurut Tim Pengembang MKPD
Kurikulum dan Pembelajaran (2011: 198), model pembelajaran adalah suatu
rencana atau pola yang dapat kita gunakan untuk merancang pembelajaran tatap
muka di dalam kelas atau dalam latar tutorial dan dalam membentuk materi-materi
76
pembelajaran termasuk buku, film-film, pita kaset, program media komputer, dan
kurikulum (serangkaian studi panjang). Model pembelajaran berbasis proyek
didefinisikan sebagai sebuah pembelajaran dengan aktivitas jangka panjang yang
melibatkan siswa dalam merancang, membuat, dan memampilkan produk untuk
mengatasi permasalahan dunia nyata (Sani, 2014: 172). Priyatni menambahkan
bahwa pembelajaran berbasis proyek adalah pembelajaran dengan menggunakan
tugas proyek sebagai metode pembelajaran.
Berdasarkan pendapat para pakar di atas, peneliti menyimpulkan model
pembelajaran berbasis proyek adalah kerangka konseptual yang menggambarkan
prosedur sistematik dalam pengorganisasian pengalaman belajar untuk mencapai
tujuan belajar tertentu dan suatu rencana atau pola yang dapat kita gunakan untuk
merancang pembelajaran tatap muka di dalam kelas atau dalam latar tutorial dan
dalam membentuk materil-materil pembelajaran termasuk buku, film-film, pita
kaset, program media komputer, kurikulum (serangkaian studi panjang), dan
pembelajaran dengan menggunakan tugas proyek sebagai metode pembelajaran.
2.6.1 Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai
pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembalajaran tutorial,
dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya
buku-buku, film, komputer, dan kurikulum (Joyce dalam Trianto, 2009: 22).
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan
77
pengajar dalam merencanakan proses belajar-mengajar (Soekamto dalam Trianto,
2009: 22). Hal ini berarti bahwa model pembelajaran memberikan kerangka dan
arah bagi guru untuk mengajar (Enggen dan Kaucahak dalam Trianto, 2009: 22).
Berdasarkan pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa model
pembelajaran adalah perencanaan yang tersusun secara sistematis yang berfungsi
sebagai pedoman bagi para perancang dan pengajar untuk menentukan perangkat
pembelajaran dalam mencapai tujuan yang sudah ditentukan.
Istilah model pembelajaran digunakan berdasarkan dua alasan penting. Alasan
tersebut adalah sebagai berikut.
1. Istilah model memunyai makna lebih luas daripada strategi, metode, atau
prosedur. Model pembelajaran memiliki empat ciri khusus yang tidak dimiliki
oleh strategi, metode, atau prosedur pembelajaran sebagai berikut:
a. rasional teoretik yang logis yang disusun oeh para penciptanya,
b. landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan
pembelajaran yang akan dicapai),
c. tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan
dengan berhasil, dan
d. lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.
2. Model pembelajaran dapat berfungsi sebagai sarana komunikasi yang penting.
Model pembelajaran diklasifikasikan berdasarkan tujuan pembelajaran,
sintaksnya (pola urutan), dan sifat lingkungan belajarnya. Penggunaan model
pembelajaran tertentu memungkinkan guru dapat mencapai tujuan
pembelajaran tertentu dan bukan tujuan pembelajaran yang lain. Sintaks suatu
78
model pembelajaran menggambarkan keseluruhan urutan langkah yang diikuti
oleh serangkaian kegiatan pembelajaran. Sintaks pembelajaran menunjukkan
dengan jelas kegiatan-kagiatan apa yang perlu dilakukan oleh guru atau siswa,
urutan kegiatan-kagiatan tersebut, dan tugas-tugas khusus yang perlu dilakukan
oleh siswa.
2.6.2 Hakikat Model Project Based Learning
Helm & Katz (2001) menyatakan bahwa project based learning merupakan model
pembelajaran yang secara mendalam menggali nilai-nilai dari satu topik tertentu
yang sedang dipelajari. Helm & Katz memfokuskan pembelajaran pada pemberian
proyek penelitian pada siswa. Siswa kegiatan ini terfokus pada upaya mencari
jawaban atas pertanyaan yang diajukan guru. Model ini memberikan peluang
kepada siswa untuk membuat keputusan dalam memiliki topik, melakukan
penelitian, dan menyelesaikan sebuah proyek tertentu.
Pembelajaran berbasis proyek merupakan pembelajaran yang berpusat pada
proses, relatif berjangka waktu, berfokus pada masalah, dan unit pembelajaran
bermakna dengan memadukan konsep-konsep dari sejumlah komponen baik itu
pengetahuan, disiplin ilmu, atau lapangan. Pada pembelajaran berbasis proyek
kegiatannya secara kolaboratif dalam kelompok yang heterogen. Berdasarkan
uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa hakikat kerja proyek adalah kolaboratif,
maka pengembangan keterampilan belajar berlangsung di antara siswa. Pada
pembelajaran berbasis proyek kekuatan individu dan cara belajar yang dipacu
dapat memperkuat kerja tim sebagai suatu keseluruhanan.
79
2.6.3 Karakteristik Model Project Based Learning
Kemendikbud (2013) membagi pembelajaran berbasis proyek menjadi delapan
karakteristik sebagai berikut:
1. siswa membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja,
2. adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada siswa,
3. siswa mendesain proses untuk menentukan solusi atas permasalahan atau
tantangan yang diajukan,
4. siswa secara kolaboratif bertanggungjawab untuk mengakses dan mengelola
informasi untuk memecahkan masalah,
5. proses evaluasi dijalankan secara kontinyu,
6. siswa secara berkala merefleksi aktivitas yang sudah dijalankan,
7. produk akhir aktivitas belajar akan dievaluasi secara kualitatif, dan
8. situasi pembelajaran sangat toleren terhadap kesalahan dan perubahan.
Sani dalam bukunya (2014: 174) mengambarkan karakteristik PjBL yang akan
dimuat dalam diagram dibawah ini.
80
Gambar 2.2 Siklus Karakteristik PjBL Sumber: Sani, 2014
Pembelajaran dengan model project based learning (PjBL) dilakukan untuk
memperdalam pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dengan cara
membuat karya atau proyek yang terkait dengan materi ajar dan kompetensi yang
diharapakan dimiliki oleh siswa. Proyek yang dibuat sebaiknya terkait dengan
kebutuhan masyarakat. Model project based learning memungkinkan siswa untuk
melakukan aktivitas belajar saintifik berupa kegiatan 1) bertanya, 2) melakukan
kegiatan, 3) melakukan penyelidikan atau percobaan, 4) menalar, dan 5) menjalin
PjBL
BelajarBerpusat
Pada Siswa
ProyekBersifatRealistis
InvertigasiKonstruktifMenghasilkan
Produk
FokusPada
KonsepPenting
ProsesInkuiri
TerkaitPermasalahanNyata/ Autentik
81
hubungan dengan orang lain dalam upaya memperoleh informasi atau data.
Produk yang disampaikan dalam PjBL dapat berupa media elektronik, media
catak, teknologi tepat guna, karya tulis, dan sebagainya.
Penyampaian produk dapat dilakukan melalui media online, pameran, atau
kegiatan lainnya. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
karakteristik model project based learning adalah proses inkuiri, fokus pada
konsep penting, belajar berpusat pada siswa, proyek bersifat realistis, investigasi
konstruktif, dan menghasilkan produk. Model project based learning pada siswa
melakukan aktivitas belajar berupa kegiatan bertanya, melakukan kegiatan,
melakukan penyelidikan atau percobaan, menalar, dan menjalin hubungan dengan
orang lain untuk memperoleh informasi atau data. Produk yang disampakan dalam
PjBL dapat berupa media elektronik, media cetak, teknologi tepat guna, karya
tulis, dan sebagainya.
2.6.4 Komponen Model Project Based Learning
Sani dalam bukunya (2014: 176) menggambarkan komponen PjBL yang akan
dimuat dalam bagan di bawah ini.
82
Gambar 2.3 Bagan Siklus Komponen PjBL Sumber: Sani, 2014
Berdasarkan penjelasan bagan di atas, penulis menyimpulkan bahwa komponen
model project based learning adalah berbasis keterampilan (keterampilan dasar,
interpersonal, berpikir, dan sebagainya), melibatkan siswa belajar aktif
(menyelidiki, mengkreasi, dan sebagainya), berorentasi tugas dan produk (media,
PjBL
Berorientasi tugas danproduk
Media, TTG, KaryaTulis, dan sebagainya
Menggunakan PenilaianAutentik
Portofolio, Rubrik,Pengematan, dan
sebagainya
Berbasis Keterampilan
Keterampilan dasar,Interpersonal,Berfikir, danSebagainya
Melibatkan SiswaBelajar Aktif
Menyelidi,Mengkreasi,Berbagi, dansebagainya
83
karya tulis, TTG, dan sebagainya), dan mengunakan penilaian autentik
(portopolio, rubrik, pengamatan, dan sebagainya).
2.6.5 Prinsip-Prinsip Model Pject Based Learning
Priyatni dalam bukunya (2014: 123) mengemukakan prinsip-prinsip pembelajaran
berbasis proyek sebagai berikut.
a. Pembelajaran berpusat pada siswa yang melibatkan tugas-tugas pada
kehidupan nyata untuk memperkaya pembelajaran.
b. Tugas proyek menekankan pada kegiatan penelitian berdasarkan suatu tema
atau topik yang telah ditentukan dalam pembelajaran.
c. Penyelidikan atau eksperimen dilakukan secara autentik dan menghasilkan
produk nyata yang telah dianalisis.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa prinsip-prinsip model
project based learning adalah pembelajaran berpusat pada siswa yang melibatkan
tugas-tugas pada kehidupan nyata untuk memperkaya pembelajaran. Tugas
proyek menekankan pada kegiatan penelitian berdasarkan suatu tema yang telah
ditentukan dalam pembelajaran dan penyelidikan atau eksperimen dilakukan
secara autentik dan menghasilkan produk nyata yang telah dianalisis dan
dikembangkan berdasarkan tema atau topik yang disusun dalam bentuk produk
(laporan atau karya tulis).
2.6.6 Langkah-Langkah Model Project Based Learning
Priyatni (2014: 123) mengemukakan langkah-langkah pembelajaran berbasis
proyek digambarakan dalam bentuk diagram berikut.
84
Gambar 2.4 Langkah-Langkah Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek
Adapun, penjelasan mengenai langkah-langkah pambelajaran dengan model
project based learning yang terdapat dalam gambar sebagai berikut.
1. Penentuan pertanyaan mendasar (Start With the Essential Question).
Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang dapat
memberi penugasan siswa dalam melakukan suatu aktivitas. Mengambil topik
yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai dengan sebuah investigasi
mendalam dan topik yang diangkat relevan untuk para siswa.
2. Mendesain perencanaan proyek (Design a Plan for the Project).
Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pengajar dan siswa. Siswa
diharapkan akan merasa “memiliki” atas proyek tersebut. Perencanaan berisi
tentang aturan main pemilihan aktivitas yang dapat mendukung menjawab
pertanyaan esensial dengan cara mengintegrasikan berbagai subjek yang
mungkin serta mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses untuk membantu
penyelesaian proyek.
85
3. Menyusun jadwal (Create a Schedule).
Guru dan siswa secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam
menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain (1) membuat
timeline untuk menyelesaikan proyek, (2) membuat deadline penyelesaian
proyek, (3) membawa siswa agar merencanakan cara yang baru, (4)
membimbing siswa ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan
dengan proyek, dan (5) meminta siswa untuk membuat penjelasan (alasan)
tentang pemilihan suatu cara.
4. Memonitor siswa dan kemajuan proyek (Monitor the Students and the
Progress of the Project).
Pengajar bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas siswa
selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara
menfasilitasi siswa pada setiap proses, dengan kata lain pengajar berperan
menjadi mentor bagi aktivitas siswa agar mempermudah proses monitoring
dibuat sebuah rubrik yang dapat merekam keseluruhan aktivitas yang penting.
5. Menguji hasil (Assess the Outcome.
Penilaian dilakukan untuk membantu guru dalam mengukur ketercapaian
standar berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing- masing siswa,
memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai siswa,
dan membantu pengajar dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya.
6. Mengevaluasi pengalaman (Evaluate the Experience).
Pada akhir proses pembelajaran, guru dan siswa melakukan refleksi terhadap
aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan
baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini, siswa diminta untuk
86
mengungkapkan perasaan dan pengalamanya selama menyelesaikan proyek.
Guru dan siswa mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja
selama proses pembelajaran sehingga pada akhirnya ditemukan suatu temuan
baru (new inquiry) untuk menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap
pertama pembelajaran.
Berdasarkan uraian di atas, disimpulkan bahwa langkah-langkah model project
based learning ada enam langkah, yaitu penentuan proyek, perancangan langkah
langkah penyelesaian proyek, penyusunan jadwal pelaksanaan proyek,
penyelesaian proyek dengan fasilitasi dan monitoring guru, penyusunan laporan
dan presentasi/publikasi hasil proyek, dan evaluasi proses dan hasil proyek.
2.6.7 Kelebihan dan Kekurangan Model Project Based Learning
Kriteria-kriteria di atas mendukung pengembangan kompetensi siswa banyak ahli
mengungkapkan keunggulan model ini. Keunggulan lainnya dikemukakan oleh
McDonell (2007), yakni bahwa model ini dapat meningkatkan kemampuan siswa
dalam mengajukan pertanyaan, mencari informasi dan menginterpretasikan
informasi, membuat rencana penelitian, berbagi pengalaman pada orang lain, serta
menampilkan semua disposisi intelektual dan sosial yang dimilikinya untuk
memecahkan dunia nyata.
Keunggulan-keunggulan di atas lalu dirinci oleh Kemendikbut (2013) sebagai
berikut:
1. meningkatkan motivasi belajar siswa, mendorong kemampuan siswa untuk
melakukan pekerjaan penting, dan mereka perlu untuk dihargai,
2. meningkatkan kemampuan problem solving,
87
3. membuat siswa menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-proplem
yang kompleks,
4. meningkatkan kolaborasi,
5. mendorong siswa untuk mengembangkan komunikasi,
6. meningkatkan keterampilan siswa dalam mengelola sumber belajar,
7. memberikan pengalaman kepada siswa dalam mengorganisasi proyek,
8. menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan siswa secara kompleks dan
berkembang sesuai dengan dunia nyata,
9. melibatkan siswa untuk belajar mengambil informasi dan penggetahuan yang
dimiliki kemudian diimplementasikan dengan dunia nyata, dan
10. membuat suasana belajar menjadi menyenangkan sehingga siswa maupun
guru menikmati proses pembelajaran
Ada beberapa kelemahannya sebagai berikut:
1. membutuhkan banyak waktu untuk menyelesakan masalah dan menghasilkan
produk,
2. membutuhkan biaya yang cukup,
3. membutuhkan guru yang terampil dan mau belajar,
4. membutuhkan fasilitas, peralatan, dan bahan yang memadai,
5. tidak sesuai untuk siswa yang mudah menyerah dan tidak memiliki
pengetahuan serta keterampilan yang dibutuhkan, dan
6. kesulitan melibatkan semua siswa dalam kerja kelompok.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan model project based learning
memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya adalah meningkatkan motivasi
belajar siswa, mendorong kemampuan siswa untuk melakukan pekerjaan penting
88
dan mereka perlu untuk dihargai, meningkatkan kemampuan problem solving,
membuat siswa menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-proplem
yang kompleks, meningkatkan kolaborasi, mendorong siswa untuk
mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi, meningkatkan
keterampilan siswa dalam mengelola sumber belajar, dan memberikan
pengalaman kepada siswa.
Dalam mengorganisasi proyek disediakan pengalaman belajar yang melibatkan
siswa secara kompleks dan merancang untuk berkembang sesuai dengan dunia
nyata, melibatkan siswa untuk belajar mengambil informasi dan menunjukkan
penggetahuan yang dimiliki kemudian diimplementasikan dengan dunia nyata.
Suasana belajar dibuat menjadi menyenangkan sehingga siswa maupun guru
menikmati proses pembelajaran. Kelemahannya adalah membutuhkan banyak
waktu untuk menyelesaikan masalah dan menghasilkan produk, membutuhkan
biaya yang cukup, membutuhkan guru yang terampil dan mau belajar,
membutuhkan fasilitas, peralatan dan bahan yang memadai, tidak sesuai untuk
siswa yang mudah menyerah dan tidak memiliki pengetahuan serta keterampilan
yang dibutuhkan, dan kesulitan melibatkan semua siswa dalam kerja kelompok.
Pembelajaran berbasis proyek ini juga menuntut siswa untuk mengembangkan
keterampilan, seperti kolaborasi dan refleksi. Menurut studi penelitian,
pembelajaran berbasis proyek membantu siswa untuk meningkatkan keterampilan
sosial mereka sering menyebabkan absensi berkurang dan lebih sedikit masalah
disiplin di kelas. Siswa juga menjadi lebih percaya diri berbicara dengan
kelompok orang termasuk orang dewasa. Pelajaran berbasis proyek juga
89
meningkatkan antusiasme untuk belajar. Pada saat anak-anak bersemangat dan
antusias tentang apa yang mereka pelajari, mereka sering mendapatkan lebih
banyak terlibat dalam subjek dan kemudian memperluas minat mereka untuk mata
pelajaran lainnya. Antusias siswa cenderung untuk mempertahankan apa yang
mereka pelajari, bukan melupakannya secepat mereka telah lulus tes.
2.7 Pembelajaran Menulis Teks Cerpen dengan Model Project BasedLearning
Project based learning merupakan pengembangan dalam pembelajaran yang
dikembangkan dari teori John Dewey. Dalam perkembangannya project based
learning dijadikan sebuah model pembelajaran yang bermakna yang mengasah
kratifitas siswa dengan menunjukkan suatu produk untuk menghadapi sebuah
permasalahan yang otentik
(Mihradi, 2013:189).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, model project based learning adalah
model pembelajaran yang memberikan siswa kesempatan untuk menunjukkan
eksistensi dirinya dalam menghadapi sebuah masalah dengan melibatkan kerja
proyek. Sintaks model project based learning menurut (Kamdi, 9:2009) adalah
sebagai berikut.
a. Searching
Siswa dihadapkan pada masalah yang riil dan guru mendorong siswa untuk
mengidentifikasi masalah tersebut. Masalah yang diajukan adalah masalah yang
nyata dan siswa dianggap mampu untuk mengerjakannya dalam rentang waktu
tertentu. Pada proses ini, guru menjadi motivator eksternal bagi siswa dengan
90
memberikan pertanyaan-pertanyaan yang dapat memberi dorongan kepada siswa
untuk berjuang memperoleh konsep atau prinsip utama suatu bidang tertentu.
b. Solving
Siswa dibimbing menemukan alternatif dan merumuskan strategi pemecahan
masalah. Perlu digarisbawahi, bahwa permasalahan yang diberikan haruslah
permasalahan yang nyata dan dapat mendorong siswa mengonstruksi
pengetahuannya sendiri untuk memecahkan persoalan yang dihadapinya.
c. Designing
Guru membimbing siswa dalam melakukan perencanaan dan tahapan-tahapan
yang harus dilalui untuk membuat suatu produk. Guru juga memperhatikan
perkiraan waktu pembuatan proyek dan memastikan siswa dapat mengerjakan
proyek tersebut sesuai dengan kemampuannya.
d. Producting/creating
Setelah itu, siswa menyusun desain perencanaan proyek dan memperkirakan
waktu pembuatannya, siswa mengerjakan proyek tersebut sesuai dengan
rancangan yang telah direncanakan. Guru mengawasi, membimbing, dan
memfasilitasi apa yang dibutuhkan oleh siswa.
e. Evaluating
Siswa dibimbing melakukan evaluasi terhadap produknya sendiri. Memeriksa
apakah sudah sesuai dengan rancangan awal atau belum dan mencari kekurangan
dari produk tersebut.
f. Sharing
Siswa mempresentasikan karya yang telah dibuat kepada teman-temannya untuk
mendapatkan masukan agar dalam mengerjakan proyek menjadi lebih baik. Siswa
91
juga dapat bertukar pikiran mengenai proyek yang dikerjakan. Menurut Thomas
(dalam Wena, 2013: 144), pembelajaran project based learning merupakan model
pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola
pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek. Buck Institute for
Education (2014) mendefinisikan project based learning adalah metode
pengajaran dimana siswa mendapatkan pengetahuan dan keterampilan dengan
bekerja untuk menyelidiki suatu masalah, pertanyaan yang kompleks, atau
tantangan dalam jangka waktu tertentu. Berikut tahapan-tahapan penerapan
model project based learning dalam pembelajaran menyusun teks cerita pendek
secara tertulis di ruang kelas.
a. Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan pengiring untuk mengarahkan siswa
kepada sebuah permasalahan. Menemukan sebuah permasalahan selanjutnya
guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok untuk selanjutnya
mengidentifikasi masalah dan menyelesaikan masalah tersebut.
b. Siswa mendiskusikan mengenai cara-cara apa saja yang dapat mengatasi
permasalahan yang telah ditemukan. Guru bertindak sebagai pembimbing
ketika siswa melaksanakan diskusi.
c. Siswa dan guru mendiskusikan pembuatan suatu produk baik tahapan-tahapan
yang harus dilalui maupun penentuan waktu pembuatan.
d. Siswa membuat cerita pendek berdasarkan pengalaman pribadi dengan
memperhatikan rencana yang telah dibuat sebelumnya.
e. Cerita pendek tersebut jadi, guru mengajak siswa untuk mengevaluasi produk
hasil kelompok sendiri maupun kelompok lain. Mengevaluasi produk
92
selanjutnya siswa memperbaiki produk berdasarkan evaluasi yang telah
dilakukan.
f. Siswa berbagi pengalaman mengenai cara, kesulitan yang dialami, dan suka-
duka dalam pembuatan proyek.
Model pembelajaran berbasis proyek selalu dimulai dengan menemukan apa
sebenarnya pertanyaan mendasar yang nantinya akan menjadi dasar untuk
memberikan tugas proyek bagi siswa (melakukan aktivitas). Topik yang dipakai
harus pula berhubungan dengan dunia nyata dengan dibantu guru, kelompok-
kelompok siswa akan merancang aktivitas yang akan dilakukan pada proyek
mereka masing-masing. Semakin besar keterlibatan dan ide-ide siswa (kelompok
siswa) yang digunakan dalam proyek itu, akan semakin besar pula rasa memiliki
mereka terhadap proyek tersebut. Guru dan siswa selanjutnya menentukan batasan
waktu yang diberikan dalam penyelesaian tugas (aktivitas) proyek mereka.
Dalam berjalannya waktu, seluruh aktivitas siswa dilaksanakan mulai dari
persiapan pelaksanaan proyek mereka hingga melaporkannya, sementara guru
memonitor dan memantau perkembangan proyek kelompok-kelompok siswa dan
memberikan pembimbingan yang dibutuhkan. Pada tahap berikutnya, setelah
siswa melaporkan hasil proyek yang mereka lakukan, guru menilai pencapaian
yang siswa peroleh baik dari segi pengetahuan (knowledge terkait konsep yang
relevan dengan topik) hingga keterampilan dan sikap yang mengiringinya. Guru
kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk merefleksi semua
kegiatan (aktivitas) dalam pembelajaran berbasis proyek yang telah mereka
93
lakukan agar di lain kesempatan pembelajaran dan aktivitas penyelesaian proyek
menjadi lebih baik lagi.
94
III. METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode research and development (R&D). Metode
penelitian dan pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk
menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut
(Sugiyono, 2010: 407). Sukmadinata (2008) menyatakan bahwa penelitian dan
pengembangan (R&D) adalah suatu pendekatan penelitian untuk menghasilkan
suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang sudah ada. Metode
penelitian ini merujuk pada model Borg & Gall dengan sedikit penyesuaian sesuai
konteks penelitian. Penelitian ini tujuan akhirnya adalah mengembangkan suatu
produk yang dapat digunakan dalam pembelajaran. Adapun, ruang lingkupnya
adalah pengembangan bahan ajar menulis teks cerpen dengan model project based
learning untuk siswa SMP/MTs. Produk yang dihasilkan berupa buku teks
sebagai penunjang dalam menulis teks cerpen.
3.2 Model Pengembangan
Menurut Borg and Gall (1989: 624), educational research and development is a
process used to develop and valiadate educational product, atau dapat diartikan
bahwa penelitian pengembangan pendidikan adalah sebuah proses yang
digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan.
Penelitian dan pengembangan pendidikan (R&D Education) adalah model
95
pembangun berbasis industri yang temuan penelitian digunakan untuk merancang
prosedur dan produk baru yang kemudian diujikan di lapangan secara sistematis,
dievaluasi, dan disempurnakan sampai memenuhi kriteria yang ditentukan baik
kualitas maupun standar yang sama (Borg and Gall), 2003: 569).
Hasil dari penelitian pengembangan tidak hanya pengembangan sebuah produk
yang sudah ada, melainkan juga untuk menemukan pengetahuan atau jawaban
atas permasalahan praktis. Metode penelitian dan pengembangan juga
didefinisikan sebagai suatu metode penelitian yang digunakan untuk
menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut
(Sugiyono, 2014: 407). Penelitian dan pengembangan atau Research and
Development (R&D) juga diartikan sebagai suatu pendekatan penelitian untuk
menghasilkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang sudah ada
(Sukmadinata, 2008).
Berdasarkan pendapat di atas, penulis menentukan model pengembangan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Reserach and Development (R&D) Borg
and Gall dengan langkah-langkah diadaptasi oleh peneliti. Dalam model R&D
dikelompokkan menjadi tiga kegiatan yakni penelitian pendahuluan,
pengembangan produk, dan uji efektivitas. Penggunaan model R&D sesuai
dengan tujuan penelitian ini yakni mengembangkan bahan ajar.
3.3 Prosedur Pengembangan
Borg and Gall (Sukmadinata, 2013: 169-170) menyatakan ada 10 langkah
pelaksanaan strategi penelitian dan pengembangan.
96
1. Penelitian dan pengumpulan data (research and information collecting)
Pengukuran kebutuhan, studi literatur, penelitian dalam skala kecil, dan
pertimbangan-pertimbangan dari segi nilai.
2. Perencanaan (planning)
Menyusun rencana penelitian meliputi kemampuan-kemampuan yang diperlukan
dalam pelaksanaan penelitian, rumusan tujuan yang hendak dicapai dengan
penelitian tersebut, desain atau langkah-langakah penelitian, dan kemungkinan
pengujian dalam lingkup terbatas.
3. Pengembangan draf produk (develop preliminary form of product)
Pengembangan bahan pembelajaran, proses pembelajaran, dan instrumen evaluasi.
4. Uji coba lapangan awal (preliminary field testing)
Uji coba di lapangan pada 1 sampai 3 sekolah dengan 6 sampai dengan 12 subjek
uji coba. Selama uji coba diadakan pengamatan, wawancara, dan pengedaran
angket.
5. Merevisi hasil uji coba (main product revision)
Memperbaiki atau menyempurnakan hasil uji coba.
6. Uji coba lapangan (main field testing)
Melakukan uji coba yang lebih luas pada 1 sampai 3 sekolah dengan 15 sampai
dengan 30 orang subjek uji coba.
7. Penyempurnaan produk hasil uji lapangan (operational product revision)
Menyempurnakan produk hasil uji coba lapangan.
97
8. Uji pelaksanaan lapangan (operational field testing)
Uji lapangan dilaksanakan pada 1 hingga 3 sekolah melibatkan 15 hingga 30
subjek. Pengujian dilakukan melalui angket, wawancara, dan observasi serta
analisis hasilnya.
9. Penyempurnaan produk akhir (final product revision)
Penyempurnaan didasarkan masukan dari uji pelaksanaan lapangan.
10. Diseminasi dan implementasi (dissemination and implementation)
Melaporkan hasilnya dalam pertemuan profesional dan dalam jurnal. Bekerja
sama dengan penerbit untuk penerbitan.
Langkah-langkah tersebut yang ditawarkan oleh Borg & Gall di atas
disederhanakan menjadi 8 tahap untuk mengembangkan modul pembelajaran
menulis teks cerpen. Hal tersebut dikarenakan 10 langkah yang digunakan ini
sudah mencakup kesepuluh langkah-langkah di atas. Selain itu, penyerderhanaan
langkah-langkah pengembangan produk disebabkan karena keterbatasan waktu
dan biaya. Tahap-tahap tersebut sebagai berikut:
1. studi pendahuluan,
2. membuat rancangan desain produk,
3. mengembangkan bentuk produk awal,
4. melakukan uji coba terbatas,
5. melakukan revisi produk hasil uji coba terbatas,
6. melakukan uji coba luas,
7. melakukan revisi produk dari uji coba luas, dan
8. pembuatan produk akhir
98
Berikut diagram langkah-langkah dalam model penelitian dan pengembangan
Borg and Gall.
Gambar 3.1 Langkah-Langkah Dalam Model Penelitian dan PengembanganBorg and Gall
Tahap diseminasi (penyebarluasan) tidak dilakukan dalam penelitian ini karena
berkaitan dengan pembiayaan penerbitan produk dan implementasi produk di
lapangan dalam skala luas. Langkah-langkah dalam penelitian dapat dilihat pada
gambar berikut.
STUDIPENDAHULUAN PERENCANAAN
Pegembanganformat
produk awal
UJI COBAAWAL
REVISIPRODUK
UJILAPANGAN
REVISIPRODUK
PRODUKAKHIR
99
Penelitian pengembangan ini dimulai dengan studi pendahuluan yang merupakan
bagian reserach (R) pertama dalam R&D. Studi pendahuluan dilakukan untuk
memperoleh informasi awal tentang kebutuhan, kondisi lapangan, dan kelayakan
dilakukannya pengembangan bahan ajar. Hasil studi pendahuluan digunakan
Studi Pendahuluan Melalui Kajian Potensi dan Masalah
Pengumpulan Data Kebutuhan Buku Teks
Perancangan dan Pengembangan Buku Teks
Validasi Ahli/Pakar
Revisi
Uji Teman Sejawat
Revisi
Uji Coba Produk
Revisi
Buku Teks Menulis Cerpen dengan Model Project BasedLearning untuk Siswa SMP/MTs Kelas IX
100
untuk mendesain dan mengembangkan produk. Desain pengembangan produk
pada tahap ini merupakan bagian development (D) dalam R&D.
Pada tahap desain pengembangan produk tersebut didesain dan dikembangkan
bahan ajar berupa Buku Teks Menulis Teks Cerpen dengan Model Project Based
Learning untuk Siswa SMP/MTs. Pada tahap proses pengembangan ini dilakukan
uji produk dalam kelompok kecil. Produk kemudian mengalami revisi setelah
diujikan lagi dalam uji kelompok luas kemudian kembali dilakukan revisi. Hasil
akhir pengembangan ini berupa produk atau hasil pengembangan bahan ajar buku
teks Menulis Teks Cerpen dengan Model Project Based Learning untuk Siswa
SMP/MTs yang telah dinyatakan layak dan siap diimplementasikan dalam proses
pembelajaran di kelas pada kompetensi dasar (KD).
3.3.1 Hasil Studi Pendahuluan
Studi pendahuluan dilakukan untuk memperoleh informasi awal tentang
kebutuhan, kondisi lapangan, dan kelayakan dilakukannya pengembangan bahan
ajar. Hasil studi pendahuluan digunakan untuk mendesain dan mengembangkan
produk. Studi pendahuluan dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung
sebagai subjek dalam penelitian ini. Studi pendahuluan dengan teknik sebagai
berikut.
1. Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan dengan menelaah dokumen-dokumen yang berkaitan
dengan bahan ajar menulis cerpen. Dokumentasi dilakukan pada perangkat
pembelajaran berupa silabus, RPP, bahan ajar, media, evaluasi, kondisi guru
serta siswa, dan bahan ajar di perpustakaan.
101
2. Observasi
Teknik observasi lapangan dilakukan dengan mengamatan secara langsung
proses pembelajaran di kelas. Tujuannya untuk memperoleh deskripsi kegiatan
guru dalam menerapkan pendekatan (metode/teknik) dalam pembelajaran,
bahan ajar, media, evaluasi, dan perilaku siswa dalam mengikuti pembelajaran.
3. Angket
Pemberian angket ditujukan kepada guru-guru dan siswa. Tujuan penyebaran
angket ini adalah untuk mendapatkan deskripsi objektif tentang kondisi
pembelajaran dan bahan ajar.
4. Wawancara
Wawancara dan diskusi dilakukan dengan guru, siswa, dan kepala sekolah
untuk mengetahui secara langsung kondisi pembelajaran yang telah dilakukan
berkaitan dengan pendekatan yang digunakan dan motivasi siswa dalam
mengikuti pembelajaran.
Fokus yang penting dalam studi pendahuluan ini adalah didapatkannya deskripsi
kebutuhan tentang bahan ajar. Dasar deskripsi kebutuhan ini adalah hasil
penyebaran angket kebutuhan tentang perlunya bahan ajar menulis crepen. Angket
ditujukan kepada guru dan siswa didik di SMP 13 Negeri Bandar Lampung
sebagai objek penelitian ini.
Hasil observasi, wawancara, dan angket tersebut dianalisis untuk mendapatkan
deskripsi yang tepat tentang kondisi pembelajaran dan bahan ajar. Hasil analisis
kebutuhan bahan ajar berupa deskripsi bahan ajar yang diperlukan, yaitu bahan
ajar yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa SMP/MTs. Hasil studi
102
pendahuluan secara keseluruhan dalam penelitian ini dijadikan landasan untuk
menetapkan desain produk bahan ajar yang dikembangkan. Desain produk yang
ditetapkan, yaitu desain struktur bahan ajar menulis teks cerpen dengan model
project based learning untuk siswa SMP/MTs kelas IX semester 1. Produk yang
akan dihasilkan berupa bahan ajar buku teks. Desain struktur bahan ajar, meliputi
topik/kompetensi dasar, pendalaman materi, tugas, dan pembiasan.
3.3.2 Proses Pengembangan Produk
Desain struktur bahan ajar sudah dilakukan, langkah berikutnya adalah proses
pembuatan produk awal. Pembuatan produk awal ini didasari oleh desain struktur
yang dihasilkan pada tahap studi pendahuluan. Produk awal bahan ajar sudah
dibuat, langkah selanjutnya adalah melakukan serangkaian pengujian sebagai
proses pengembangan produk. Proses pengembangan produk dilakukan dalam
empat tahapan, yakni uji praktis atau teman sejawat, uji ahli atau pakar yang
relevan dengan bidang kajian, uji coba lapangan dalam skala kecil 10 siswa, dan
uji coba dalam skala luas. Tiap tahapan akan dijelaskan sebagai berikut.
3.3.2.1 Uji Praktis atau Uji Teman Sejawat
Uji praktis atau teman sejawat dilakukan untuk memperoleh masukan sebanyak
mungkin dari praktisi atau teman sejawat, yaitu guru bahasa Indonesia. Praktisi
adalah orang yang sering diajak diskusi untuk memberi penilaian, kritik, saran,
dan masukan-masukan yang berguna untuk perbaikan (revisi) bahan ajar yang
dikembangkan sampai siap diujikan pada tahap selanjutnya.
103
3.3.2.2 Uji Ahli atau Pakar
Pelaksanaan uji ahli atau pakar dimaksudkan untuk memperoleh masukan dari
ahli atau pakar yang memiliki kompetensi pada bidang kajian yang relevan.
Dalam konteks ini uji ahli atau pakar dilakukan kepada ahli materi atau isi
pembelajaran sastra dan ahli teknologi pembelajaran.
Hasil uji ahli atau pakar juga berupa komentar, kritik, saran, koreksi, dan
penilaian terhadap produk pengembangan. Uji ahli atau pakar dilakukan dengan
teknik wawancara, diskusi, dan angket penilaian produk. Hasil uji praktis dan uji
ahli atau pakar dimanfaatkan untuk merevisi desain produk sampai diperoleh
desain produk yang layak.
3.3.2.3 Uji Coba Lapangan Dalam Kelompok Kecil
Uji coba lapangan dalam kelompok kecil melibatkan 10 orang siswa. Uji coba
lapangan dalam kelompok kecil dilakukan dengan mengujicobakan produk bahan
ajar kepada guru dan siswa sebagai calon pengguna produk. Hasil uji lapangan
dalam kelompok kecil dimanfaatkan untuk merevisi produk.
Uji coba lapangan dalam kelompok kecil dan revisi produk dilakukan dengan
kolaborasi antara peneliti dan guru dengan berbekal saran dan komentar dari siswa
sebagai pengguna bahan ajar. Uji coba lapangan dalam kelompok kecil dilakukan
sanpai diperoleh produk yang lebih baik dari produk sebelumnya dan siap untuk
diujikan pada uji selanjutnya.
104
3.3.2.4 Uji Coba Lapangan Dalam Kelompok Besar
Uji coba lapangan dalam kelompok besar dilakukan pada tiga sekolah yang
berbeda. Uji coba lapangan dalam kelompok besar dilakukan dengan
mengujicobakan produk pengembangan kepada guru dan siswa sebagai calon
pengguna produk. Hasil uji lapangan dalam kelompok besar juga dimanfaatkan
untuk merevisi produk. Uji coba lapangan dalam kelompok besar dan revisi
produk dilakukan secara berkolaborasi antara guru, peneliti, dan memperhatikan
saran atau komentar dari siswa. Uji coba lapangan dalam kelompok besar
dilakukan sampai diperoleh produk yang siap untuk digunakan sebagai bahan ajar.
3.4 Uji Coba Produk
3.4.1 Desain Uji Coba Produk
Penelitian pengembangan tentunya membutuhkan rangkaian uji coba terhadap
produk, ini dilakukan untuk menguji validitas produk, apakah benar-benar dapat
bermanfaat bagi peningkatan mutu penbelajaran atau tidak. Desain uji coba dapat
digambarkan pada alur di bawah ini.
Gambar 3.2 Langkah-Langkah Model Pengembangan Borg And Gall
Draft IPengembangan
AngketTanggapan
AhliIsi
MasukanAhli
RevisiDraft I
105
Draft IIPengembangan
AngketTanggapan
AhliDesain
MasukanAhli
RevisiDraft II
PreliminaryField Revision /Revisi Draft II
Draft IIIPengembangan
AngketTanggapan
Preliminary FieldTesting / Uji CobaKelompok Kecil
MasukanSiswa
Main FieldRevision /
Revisi Bab III
Draft IVPengembangan
AngketTanggapan
Main FieldTesting / UjiPembelajaran
Masukan Siswadam Guru
Revisi ProdukTerakhir
Produk Jadi
106
3.4.2 Subyek Uji Coba
Subyek uji coba adalah seseorang yang terlibat langsung dalam pengujian produk
bahan ajar. Subyek uji coba produk pengembangan buku teks menulis teks cerpen
dalam model project based learning sebagai berikut.
a. Ahli isi dan materi bidang studi bahasa Indonesia
Ahli isi bidang studi bahasa Indonesia adalah dosen yang mempunyai kemahiran
dalam materi bahasa Indonesia khususnya materi menulis teks cerpen. Ahli isi dan
materi bidang studi ini akan memberikan penilaian terhadap bahan ajar yang
sudah dibuat. Penilaian buku teks menulis teks cerpen ini bukan hanya dari segi
isi dan materi, akan tetapi bahasa yang sesuai dengan karakteristik siswa tingkat
sekolah menengah pertama dan juga penyajian yang menarik. Penilaian yang
paling penting adalah materi pada buku teks menulis teks cerpen. Penelian, selain
memberikan penilaian pada buku teks menulis teks cerpen juga memberikan saran
atau masukan sehingga buku teks pembelajaran menjadi lebih sempurna.
b. Ahli desain bahan ajar
Ahli desain bahan ajar adalah dosen yang mempunyai kemahiran dalam bidang
desain. Penilaian ini dititikberatkan pada desain bahan ajar kemenarikan untuk
digunakan oleh kelas IX selain memberikan saran atau masukan sehingga bahan
ajar menjadi lebih sempurna.
c. Sasaran penelitian
Sasaran pada penelitian ini adalah guru dan siswa kelas IX pada tiga sekolah
yaitu: SMP Negeri 13 Bandar Lampung, SMPT IT Baitul Jannah Bandar
Lampung, dan SMP IT Global Madani Bandar Lampung. Guru dan siswa akan
107
memberikan penilaian terhadap buku teks menulis teks cerpen yang telah
dikembangkan melalui angket yang telah disebarkan.
3.4.3 Lokasi Penelitian
Peneliti memilih di SMP Negeri 13 Bandar Lampung, SMP IT Baitul Jannah
Bandar Lampung, dan SMP IT Global Madani Bandar Lmpung di kelas IX
dengan alasan bahwa ketiga SMP tersebut sudah menggunakan kurikulum 2013.
3.5 Sumber Data, Instrumen, Subjek, dan Analisis Data
Data penelitian ini dipilah menjadi dua, yakni data kualitatif dan data kuantitatif.
Data kualitatif berupa data deskriptif. Data deskriptif berupa komentar, kritik,
saran, koreksi, dan penilaian yang diberikan oleh praktisi dan ahli atau pakar
terhadap produk. Data kuantitatif merupakan hasil penilaian kelayakan bahan ajar
buku teks yang diberikan oleh praktisi dan ahli atau pakar terhadap produk.
3.5.1 Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah ahli, praktisi, dan siswa. Data dari ahli
dan praktisi berupa komentar, kritik, saran, koreksi, dan penilaian terhadap buku
teks menulis cerpen. Data dari siswa berupa angket penilaian kelayakan bahan
ajar menulis cerpen.
3.5.2 Instrumen Penelitian
Peneliti menggunakan instrumen berupa observasi, wawancara, dan angket.
Teknik observasi lapangan dilakukan dengan mengamatan secara langsung proses
pembelajaran di kelas. Tujuannya untuk memperoleh deskripsi kegiatan guru
dalam menerapkan pendekatan (metode atau teknik) dalam pembelajaran, bahan
ajar, media, evaluasi, dan perilaku siswa dalam mengikuti pembelajaran.
108
Wawancara dimanfaatkan untuk mendapatkan tanggapan secara lisan dari guru
dan siswa. Angket dimanfaatkan untuk penilaian produk pengembangan bahan
ajar buku teks menulis cerpen oleh ahli, siswa, dan guru.
Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini menggunakan bentuk
centang (√) pada kolom yang tersedia. Berikut ini bentuk kuesioner yang
digunakan untuk ahli materi, ahli media, teman sejawat/praktisi, dan siswa.
Tabel 3.1 Angket Kompetensi Awal Siswa Menulis Cerpen dan PersepsiSiswa Terhadap Materi Cerpen Pada Buku Teks PelajaranBahasa Indonesia
NO. PERNYATAAN SS S TT TS STS1. Saya suka/mempunyai hobi menulis
cerpen2. Saya menulis cerpen jika ada tugas
dari guru3. Saya menulis cerpen berdasarkan
pengalaman yang saya alami4. Saya menulis cerpen berdasarkan
pengalaman orang lain5. Saya menulis cerpen berdasarkan
imajinasi saya sendiri6. Saya menulis cerpen berdasarkan
kejadian yang ada di lingkunganSekitar
7. Saya belum pernah menulis cerpen8. Saya sudah menulis 1-2 judul cerpen9. Saya sudah menulis lebih dari 4 judul
cerpen10. Saya sulit untuk mencari ide dalam
menulis cerpen11. Saya sulit untuk menulis paragraf
pertama (awal cerita)12. Saya sulit untuk mengembangkan
cerita13. Saya sulit untuk membuat konflik
cerita14. Saya sulit untuk membuat akhir cerita
(penutup) yang bagus15 Saya pernah mempublikasikan hasil
cerpen saya16. Materi yang disajikan dalam buku teks
109
menambah pengetahuan sayatentang menulis cerpen
17. Materi yang yang disajikan dalambuku teks mempermudah saya untukmenulis cerpen
18. Materi yang disajikan dalam buku teksmenumbuhkan kreativitas saya dalammenulis cerpen
19. Materi yang disajikan dalam buku teksmendorong saya untuk menulis cerpenberdasarkan pengalaman pribadi saya
20. Materi yang disajikan dalam buku teksmendorong saya untuk menulis cerpenberdasarkan keadaan lingkungansekitar
21. Materi yang disajikan dalam buku teksmendorong saya untuk menulis cerpenberdasarkan pengalaman orang lainyang saya ketahui
22. Buku teks yang digunakan sudahmencukupi sebagai sumber belajarSaya
23. Saya membutuhkan sumber belajarlain, misalnya LKS, modul, dan lain-lain
24. Saya membutuhkan sumber belajarlain yang dapat saya gunakan untukbelajar mandiri
25. Setelah belajar materi tentang cerpen,saya tertarik untuk menulis cerpen
26. Setelah belajar materi tentang cerpen,saya bisa menulis cerpen dengan baik
27. Buku teks pelajaran bahasa Indonesiamenjadi sumber utama dalam belajarmenulis cerpen
28. Buku teks bahasa Indonesia dapatdigunakan tanpa penjelasan/ panduandari guru
Keterangan Skor Penilaian:
5: Sangat baik
4: Baik
3: Cukup baik
110
2: Kurang baik
1: Sangat kurang baik
Siswa memilih pilihannya dengan memberikan tanda centang (√) sesuai dengan
kompetensi menulis cerpen yang dimilikinya.
Tabel 3.4 Angket Penilaian Guru Terhadap Materi Cerpen Pada Buku TeksPelajaran Bahasa Indonesia
NO. DESKRIPSI PENILAIAN
A. Kelayakan isi1. Pengembangan materi sesuai
dengan KI dan KD pembelajaranmenulis teks cerpen
2. Materi sesuai dengan kebutuhansiswa
3. Materi dalam buku pelajaransesuai dengan kebutuhan bahanajar
4. Pengembangan materi sesuaidengan substansi materi
5. Materi dalam buku pelajaranbermanfaat untuk menambahwawasan pengetahuan menulisteks cerpen
6. Materi menulis teks cerpen sesuaidengan nilai-nilai moral dan sosial
B. Kebahasaan7. Materi menulis teks cerpen dapat
dipahami dengan mudah8. Materi menulis teks cerpen
memuat informasi yang jelas9. Materi menulis teks cerpen ditulis
dengan kaidah bahasa Indonesiayang baik dan benar
10. Materi menulis teks cerpenmenggunakan bahasa Indonesiasecara efektif dan efisien
C. Sajian11. Tujuan pembelajaran menulis teks
cerpen dituliskan dengan jelas12. Pengembangan materi menulis
teks cerpen diurutkan dengan baik(dari konkret ke abstrak, dari
111
mudah ke sulit, dari umum kekhusus)
13. Pengembangan materi menulisteks cerpen memberikan motivasibelajar secara eksplisit
14. Pengembangan materi menulisteks cerpen menimbulkaninteraktivitas (stimulus danrespon) pembelajarn yang baik
15. Pengembangan materi menulisteks cerpen berisi informasi yanglengkap yang dibutuhkan untukmenulis teks cerpen
D. Kegrafisan16. Jenis dan ukuran font (huruf) yang
digunakan memudahkan siswadalam membaca bahan ajar
17. Tata letak bahan ajar dalam bukupelajaran memudahkanpembacaan
18. Bahan ajar disertai ilustrasi,grafis, gambar, dan foto yangmenarik dan mendukung terhadappenguasaan kompetensi menulisteks cerpen
19. Desain tampilan sampul danbahan ajar menarik minat bacasiswa
Guru memberikan penilaian terhadap materi cerpen pada buku teks pelajaran
bahasa Indonesia sesuai dengan kriteria penilaian yang dimilikinya.
Tabel 3.5 Instrumen Penilaian Bahan Ajar Buku Teks oleh Ahli dan Guru
A. Kelayakan Isi
No.IndikatorPenilaian
SkalaPenilaian Alasan
Penilaian1 2 3 4 5
1. Kesesuaian bahan ajar(BA) dengan KI, KD
2. Kesesuaianpendekatan/metode bahanajar (BA) dengan
112
kebutuhan siswa3. Kesesuaian bahan ajar
(BA) dengan kebutuhanpembelajaran
4. Kebenaran substansimateri
5. Manfaat untukpenambahan wawasanpengetahuan
6. Kesesuaian dengan nilai-nilai, moralitas, sosialRangkuman kualitatif:
B. Kelayakan Bahasa
No.IndikatorPenilaian
SkalaPenilaian Alasan
Penilaian1 2 3 4 5
7. Keterbacaan tulisan
8. Kejelasan kegiatanpembelajaran
9. Kesesuaian dengan kaidahbahasa Indonesia
10. Penggunaan bahasa yangtidak menimbulkanpenafsiran ganda
Rangkuman kualitatif:
113
C. Kelayakan Penyajian
No.IndikatorPenilaian
SkalaPenilaian Alasan
Penilaian1 2 3 4 5
12. Keruntutan materi dankonsep
13. Keruntutan tingkatkesulitan materi
14. Pemberian motivasi
15. Interaktivitas (stimulusdan respon) bahan ajardengan kegiatan siswa
16. Kelengkapan penyajianmateriRangkuman kualitatif:
D. Kelayakan Kegrafikan
No. IndikatorPenilaian
SkalaPenilaian Alasan
Penilaian1 2 3 4 5
21. Ketepatan Penggunaanfont (jenis dan ukuran)
22. Ketepatan Lay out, tataletak
23. Kejelasan Ilustrasi,grafis, gambar, foto
24. Kemenarikan Desaintampilan sampul bahanajarRangkuman kualitatif:
114
(Sumber: adaptasi Depdiknas, 2008: 29)
Keterangan Skor Penilaian:
5: Sangat baik
4: Baik
3: Cukup baik
2: Kurang baik
1: Sangat kurang baik
Tabel 3.6 Intrumen Penilaian Siswa Terhadap Bahan Ajar Buku Teks
NO. PERNYATAAN 1 2 3 4Kelayakan Isi
1. Materi disajikan dengan jelas danlengkap
2. Materi yang disajikan mudah sayapahami
3. Materi memudahkan saya untukmenulis cerpen berdasarkanpengalaman
4. Materi mendorong saya berpikir kreatif5. Materi yang disajikan dapat menambah
pengetahuan saya tentang menuliscerpen
6. Tujuan pembelajaran dalam tiapkegiatan disampaikan dengan jelasKelayakan Bahasa
7. Bahasa yang digunakan mudah sayapahami
8. Bahasa yang digunakan komunikatif9. Kejelasan dalam penggunaan bahasa10. Kejelasan dalam pemaparan materi
Kelayakan Penyajian11. Saya paham dengan setiap penugasan
yang diberikan12. Terdapat langkah-langkah yang harus
dilakukan peserta didik dalam setiappembelajaran
13. Terdapat contoh/ilustrasi yang dapatmempermudah pemahaman sayaterhadap materi yang disampaikan
115
14. Ilustrasi/contoh yang digunakan sudahsesuaiKelayakan Kegrafikan
15 Pesan/maksud dalam modul disajikandengan bahasa yang menarik
16. Desain sampul menarik17. Desain bagian isi modul menarik18. Menggunakan huruf yang menarik dan
mudah saya baca
Keterangan Skor Penilaian:
4: Sangat Baik
3: Baik
2: Kurang Baik
1: Tidak Baik
3.5.3 Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini dikelompokkan dalam penelitian pendahuluan,
penilaian produk, dan uji coba produk. Subjek penelitian dalam penelitian ini
sebagai berikut.
Tabel 3.7 Subjek Penelitian
No Tahapan Penelitian Subjek Penelitian
1. Penelitian pendahuluan 3 Orang Guru Bahasa Indonesia
1. Purnamawanti, S.Pd. (SMPN 13 Balam)2. Kurnia Mustika Ayu, S.Pd. (SMP IT BJ)3. Fika Oktavia, S.Pd. (SMP IT GM)
30 Siswa SMP/MTs dengan rinciansebagai berikut.10 Siswa SMPN 13 Bandar Lampung10 Siswa SMP IT Baitul Jannah10 Siswa SMP IT Global Madani
2. Penilaian produk Pakar MateriDr. Munaris, M.Pd.
116
Pakar DesainDr. Herpratiwi, M.Pd
PraktisiDr. Wahono, M.Pd.
3. Uji coba produk Uji Lapangan Terbatas10 Siswa SMP Negeri 13 Balam
Uji Lapangan Luas
80 Siswa SMP/MTs dengan rincian sebagaiberikut.32 Siswa SMPN 13 Bandar Lampung22 Siswa SMP IT Baitul Jannah26 Siswa SMP IT Global Madani
3.5.4 Analisis Data
Kegiatan analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif
berdasarkan hasil analisis data ahli/pakar, dan analisis data saat uji coba produk.
Aturan peberian skor di bahwa ini sesuai menurut Sugiyono (2016:135).
1. Lembar Angket Siswa
Langkah analisis data pada lembar angket siswa dengan menggunakan skor dari
1-5 kriteria sebagai berikut.
1 Sangat baik2 Baik3 Cukup baik4 Kurang baik5 Sangat kurang baik
2. Wawancara Guru Bahasa Indonesia
Data yang diperoleh dalam wawancara ditulis kemudian dirangkum hal-hal
penting.
117
3. Validasi Kelayakan Pakar/Ahli, Praktisi, dan Siswa
Kegiatan analisis data dari hasil angket dilakukan dengan mencari rata-rata skor
skala likert berdasarkan tiap-tiap aspek. Aspek tersebut yaitu (1) kelayakan isi, (2)
kelayakan bahasa, (3) kelayakan penyajian, dan (4) kelayakan kegrafikan. Angket
responden terhadap produk memiliki 5 pilihan jawaban sesuai konten pertanyaan
yaitu 5 = sangat sesuai, 4 = sesuai, 3 = cukup sesuai, 2 = kurang sesuai, dan 1 =
sangat kurang sesuai. Hasil rata-rata penilaian angket tersebut kemudian dihitung
berdasarkan rumus
Skor dari penghitungan tersebut akan menunjukkan tingkat kelayakan bahan ajar
buku teks berdasarkan penilaian pakar/ahli, praktisi, dan siswa. Hasil persentase
skor tersebut kemudian diubah ke dalam data kualitatif dengan menggunakan
interpretasi skor menurut Riduwan & Sunarto (2009: 23) dalam tabel 3.8.
Tabel 3.8 Konversi Data Kuantitatif ke Kualitatif
No. Presentase Data Kualitatif1 0% - - 20% Sangat Kurang Layak2 21% - - 40% Kurang Layak3 41% - - 60% Cukup Layak4 61% - - 80% Layak5 81% - - 100% Sangat Layak
Persentase = Jumlah Skor x 100%Skor maksimal
166
BAB VSIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang pengembangan bahan ajar
menulis cerita pendek dengan model project based learning untuk siswa kelas IX
SMP/MTs diperoleh kesimpulan sebagai berikut.
1. Penelitian ini menghasilkan bahan ajar berupa buku teks menulis cerpen
dengan model project based learning. Pengembangan bahan ajar buku teks
mengadaptasi penelitian pengembangan menurut Borg and Gall dari sepuluh
menjadi tujuh langkah. Pengembangan bahan ajar buku teks ini menambahkan
model project based learning yang berintegrasi dengan materi menulis cerpen
sebagai bahan ajar pembelajaran menulis di kelas IX SMP/MTs.
Pengembangan bahan ajar buku teks ini tidahk hanya memberikan siswa
paham akan materi yang dipelajari tetapi juga paham bagaimana strategi
belajarnya sendiri. Penambahan model project based learning ini digunakan
untuk melatih mengoptimalkan proses berpikir siswa dalam meningkatkan
belajar mandiri dan menulis secara aktif hingga mampu menulis cerpen.
Sisawa merancang apa yang hendak dipelajari, memantau perkembangan diri
dalam belajar, dan menilai apa yang dipelajari.
2. Hasil uji validasi yang dilakukan oleh ahli materi pembelajarandan ahli media
pembelajaran menyatakan bahwa sangat baik atau sangat layak. Adapun, uji
167
coba lapangan kelompok kecil dan uji coba lapangan kelompok besar
dilakukan sebagai evaluasi produk bahan ajar buku teks. Berdasarkan hasil
penilaian oleh guru dan siswa dari tiga sekolah, yaitu SMP Negeri 13 Bandar
Lampung, SMP IT Baitul Jannah Bandar Lampung, dan SMP Global Madani
Bandar Lampung menyatakan bahwa bahan ajar buku teks ini sangat baik atau
sangat layak untuk digunakan dalam kegiatan pembelajaran menulis teks cerita
pendek.
5.2 Saran
Saran dalam penelitian ini sebagai berikut.
1. Hendaknya dalam pembelajaran menulis teks cerpen guru tidak hanya
menggunakan satu sumber belajar, tetapi bisa menggunakan buku teks menulis
cerpen dengan model project based learning yang telah dikembangkan oleh
peneliti guna membantu siswa untuk lebih memahami konsep pembelajaran
menulis teks cerpen.
2. Sebaiknya dalam pembelajaran menulis teks cerpen siswa tidak hanya
menggunakan satu sumber belajar, tetapi bisa menggunakan bahan ajar buku
teks yang telah dikembangkan oleh peneliti sebagai pendamping buku
pelajaran guna memudahkan dan membantu siswa dalam mempelajari materi
menulis cerpen.
3. Bagi peneliti lain yang akan mengadakan penelitian sejenis dapat
menggunakan bahan ajar buku teks yang telah dikembangkan sebagai referensi
guna menambah wawasan bagi peneliti tentang bahan ajar buku teks dengan
model project based learning pada mata pelajaran bahasa Indonesia khususnya
menulis cerpen.
169
DAFTAR PUSTAKA
Aksan, Hermawan. 2015. Proses Kreatif Menulis Cerpen. Bandung: NuansaCendekia.
Alwasilah, Chaedar dan Suzanna Alwasilah. 2003. Menulis dengan PendekatanKomunikatif. Bandung: Khaifa.
Alwi, Hasan. dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga).Jakarta: Balai Pustaka.
Amiruddin, 2013. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar BaruAlgensindo Bandung.
Depdiknas. 2006. Pedoman Memilih dan Menyusun Bahan Ajar. Jakarta: PusatKurikulum.
Depdiknas. 2008. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Pusat Kurikulum
Setiyadi, Bambang. 2006. Metode Penelitian untuk Pengajaran Bahasa Asing.Yogyakarta: Graha Ilmu.
Daryanto, dkk. 2014. Pengembangan Perangkat Pembelajaran. Yogyakarta:Gava Media.
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Panduan Pengembangan Bagan Ajar.Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar.Cetakan Ketiga. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Komalasari, Kokom. 2014. Pembelajaran Kontekstual. Bandung: PT RefikaAditama.
Masroroh, Ana. 2015. Pengembangan Modul Pembelajaran Menulis CerpenBerbasis Pengalaman (Experiential Learning) Untuk Siswa SMP/MTs.Diakses pada 2 Agustus 2016 pukul 21:10. http://eprints.uny.ac.id/27649/
Nababan, Diana. 2008. Menulis Kreatif Karya Sastra. Jakarta: Gramedia.
Nurgiyantoro, Burhan. 2013. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah MadaUniversity Press.
170
Padmadewi, Ni Nyoman dkk. 2014. Asesmen Kurikulum. Yogyakarta: GrahaIlmu.
Permendikbud No. 24 Tahun 2016 Tentang Kompetensi Inti dan KompetensiDasar Pelajaran pada Kurikulum 2013.
Prastowo, Andi. 2012. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif.Jogjakarta: DIVA Press.
Priyatni, Endah Tri. 2014. Desain Pembelajaran Bahasa Indonesia dalamKurikulum 2013. Jakarta: Bumi Aksara.
Putra, Nusa. 2012. Research & Development Penelitian dan Pengembangan:Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.
Sukistiono. 2017. Pengembangan Bahan Ajar Menulis Teks CerpenMenggunakan Pendekatan Berbasis Teks Dengan Metode Cerpen-GramUntuk Siswa Smp/Mts. Kelas Ix. Bandar lampung: Universitas Lampung.
Suyanto, Edi. 2012. Perilaku Tokoh dalam Cerpen Indonesia. Lampung:Universitas Lampung.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:Alfabeta
Tarigan, Henry Guntur. 1985. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa.
Tarigan, Henry Guntur. 2013. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.Bandung: Angkasa.