1 Reading: DRGs (3rd Revision) Dikutip oleh dr. Mayang Anggraini Naga MIK-2009.
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR (LKPD) MENULIS CERITA …digilib.unila.ac.id/61353/3/TESIS TANPA BAB...
Transcript of PENGEMBANGAN BAHAN AJAR (LKPD) MENULIS CERITA …digilib.unila.ac.id/61353/3/TESIS TANPA BAB...
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR (LKPD) MENULIS CERITA FANTASI
DENGAN MODEL PROJECT BASED LEARNING
UNTUK SISWA SMP KELAS VII
(Tesis)
Oleh
ERIKA PRATIWI
MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2020
ABSTRAK
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR (LKPD) MENULIS CERITA FANTASI
DENGAN MODEL PROJECT BASED LEARNING
UNTUK SISWA SMP KELAS VII
Oleh
ERIKA PRATIWI
Permasalahan dalam penelitian ini berkaitan dengan pengembangan bahan ajar (LKPD)
menulis teks cerita fantasi dengan model Project Based Learning. Tujuan penelitian
yakni menghasilkan produk bahan ajar, mendeskripsikan kelayakan bahan ajar, dan
menguji efektivitas bahan ajar berupa “LKPD Menulis Cerita Fantasi dengan Model
Project Based Learning”.
Metode penelitian menggunakan desain penelitian dan pengembangan yang
mengadaptasi tujuh dari sepuluh langkah dalam prosedur penelitian pengembangan
menurut Borg and Gall. Teknis pengumpulan data dengan observasi, wawancara, dan
penyebaran angket di tiga sekolah yaitu SMP Negeri 2 Bunga Mayang, SMP Negeri 3
Bunga Mayang, dan SMP PG Bunga Mayang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) berhasil dikembangkan bahan ajar berupa
“Bahan Ajar (LKPD) Menulis Cerita Fantasi dengan model Project Based Learning”,
2) kelayakan lembar kerja peserta didik secara keseluruhan dinyatakan “sangat baik”
oleh ahli materi, ahli media, dan praktisi dengan persentase penilaian 91.25, 90, dan
96.75, 3) LKPD memperoleh nilai efektifitas (N-gain) sebesar (0,74) termasuk dalam
kategori tinggi, nilai efektifitas (N-gain) (0,55), dan (0,65) termasuk dalam kategori
sedang.
Kata kunci: bahan ajar, LKPD, menulis cerita fantasi, project based learning
ABSTRACT
DEVELOPMENT OF TEACHING MATERIAL (LKPD) WRITING A
FANTASY STORY WITH PROJECT BASED LEARNING MODEL FOR
SEVENTH GRADE STUDENTS OF JUNIOR HIGH SCHOOL
By
ERIKA PRATIWI
The problem of this research deals with the development of teaching material (LKPD)
writing fantasy story with Project Based Learning model. The objectives of the research
are to produce teaching material product, to describe the properness of teaching
material, and to examine the effectiveness of the teaching material in the model “LKPD
writing fantasy story with Project Based Learning”.
In this research, the researcher applied research and development design method
adapting seven of the ten steps in the research and development procedures according to
Borg and Gall. The data collections technique were observations, interview, and
questionnaire conducted in three schools namely SMP Negeri 2 Bunga Mayang, SMP
Negeri 3 Bunga Mayang, and SMP PG Bunga Mayang.
This study shows 3 points as the result 1) teaching materials in the form of “Writing
Fantasy Story with Project Based Learning Model (LKPD)”, 2) the properness of the
entire student activity sheet was declared “very good” by the teaching material
development experts, media experts, and practitioners with a percentage rating 91.25,
90, and 96.75, 3) student activity sheet value of N-gain of (0,74) in high category, and
(0,55), (0,65) in medium category.
Keywords: fantasy story, LKPD, project based learning model, student activity sheet
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR (LKPD) MENULIS CERITA FANTASI
DENGAN MODEL PROJECT BASED LEARNING
UNTUK SISWA SMP KELAS VII
Oleh
ERIKA PRATIWI
(Tesis)
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
MAGISTER PENDIDIKAN
pada
Program Pascasarjana Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2020
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Ketapang pada tanggal
28 September 1993, putri tunggal dari pasangan Bapak
Amizar (Almarhum) dan Ibu Ernawati. Penulis memulai
pendidikan di TK PG Bunga Mayang Lampung Utara
diselesaikan pada tahun 2000; SD PG Bunga Mayang
Lampung Utara diselesaikan pada tahun 2006; SMP PG Bunga Mayang Lampung
Utara diselesaikan pada tahun 2009; SMA Negeri 2 Kotabumi Lampung Utara
diselesaikan pada tahun 2012; Strata-1 (S-1) Program Studi Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia dan Daerah, FKIP Universitas Lampung diselesaikan pada
tahun 2016. Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Magister
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP Universitas Lampung pada tahun
2017.
MOTO
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
(QS. Al-Insyirah: 6)
Kesuksesan bukan kunci kebahagiaan, namun kebahagianlah kunci kesuksesan.
Jika Anda mencintai apa yang Anda kerjakan, Anda akan sukses.
(Albert Sehmeitzer)
PERSEMBAHAN
Ya Allah Ya Tuhanku, Tuhan semesta alam. Mahasuci Engkau yang telah
menurunkan Islam dan mengangkat serta meninggikan derajat wanita sama
dengan kaum laki-laki di sisi-Mu. Terima kasih Tuhan atas segala nikmat-Mu,
baik berupa perlindungan, keselamatan, keindahan, kebahagiaan, kelebihan
maupun kekuranganku, dan atas takdirku yang tertulis di Lauhul Mahfudz-Mu.
Penuh dengan kerendahan hati dan atas rasa hormat serta baktiku,
kupersembahkan tesis ini kepada orang-orang tersayang.
1. Ayahanda dan Ibundaku tercinta yakni Bapak Amizar (Almarhum) dan Ibu
Ernawati yang tak henti-hentinya mencurahkan kasih sayang, mendidik
dengan penuh cinta, dan berdoa dengan keikhlasan hati untuk keberhasilanku
menggapai cita-cita.
2. Untuk keluarga besarku yang selalu memberikan doa dan dukungan untuk
keberhasilanku.
3. Keluarga besar Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 2017.
4. Almamater tercinta, Universitas Lampung, yang telah mendewasakan dan
mengiringi keberhasilanku.
SANWACANA
Puji syukur ke hadirat Allah Subhanahu Wataala yang telah melimpahkan rahmat-
Nya sehingga tesis ini terselesaikan. Tesis dengan judul “Pengembangan Bahan
Ajar (LKPD) Menulis Cerita Fantasi dengan Model Project Based Learning
untuk Siswa SMP Kelas VII” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Pendidikan pada Program Studi Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia di Universitas Lampung.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang setulusnya kepada
pihak-pihak berikut.
1. Prof. Dr. Karomani, M.Si., selaku Rektor Universitas Lampung;
2. Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. selaku Direktur Pascasarjana
Universitas Lampung;
3. Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung;
4. Dr. Nurlaksana Eko Rusminto, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan
Bahasa dan Seni Universitas Lampung;
5. Dr. Edi Suyanto, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Magister Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Lampung;
6. Dr. Iing Sunarti, M.Pd., selaku dosen pembimbing I yang telah banyak
membantu, membimbing, mengarahkan, dan memberikan saran kepada
penulis dengan penuh kesabaran selama proses penyelesaian tesis;
7. Dr. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku dosen pembimbing II yang telah
banyak membantu, membimbing, mengarahkan, dan memberikan saran
kepada penulis dengan penuh kesabaran selama proses penyelesaian tesis;
8. Dr. Farida Ariyani, M.Pd., selaku dosen pembahas I yang telah
memberikan kritik, saran, dan motivasi kepada penulis;
9. Dr. Mulyanto Widodo, M.Pd., selaku dosen pembahas II yang telah
memberikan kritik, saran, dan motivasi kepada penulis;
10. Seluruh dosen Program Studi Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia yang telah mendidik dan memberikan berbagai bekal ilmu
pengetahuan yang sangat bermanfaat;
11. Nimbang Marga, S.Pd. selaku Guru Bahasa Indonesia di SMP Negeri 2
Bunga Mayang, Sumiyati, S.Pd. selaku Guru di SMP Negeri 3 Bunga
Mayang, dan Nanik Harsidah, S.Pd. selaku Guru di SMP PG Bunga
Mayang yang telah membantu penulis selama proses penelitian;
12. Teman-teman di Program Studi Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia angkatan 2017, terima kasih atas dukungan, persahabatan, serta
kebersamaan yang kalian berikan;
13. Seseorang yang aku cita-citakan menjadi imam dalam hidupku yang
begitu sabar memotivasi dan menemaniku dalam penyelesaian tesis;
14. Semua pihak yang tidak mungkin disebutkan satu per satu yang telah
membantu menyelesaikan tesis.
Semoga Allah Subhanahu Wataala membalas semua budi baik pihak yang telah
membantu penulis. Penulis juga mohon maaf apabila terdapat kata yang salah,
kekurangan, dan kekhilafan dalam penulisan tesis ini. Penulis berharap semoga
tesis ini bermanfaat bagi kita semua, terutama bagi kemajuan pendidikan,
khususnya Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Bandar Lampung, Januari 2020
Penulis,
Erika Pratiwi
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK .................................................................................................. ii
HALAMAN JUDUL .................................................................................. iii
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................. iv
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... v
SURAT PERNYATAAN ........................................................................... vi
RIWAYAT HIDUP .................................................................................... vii
MOTO ......................................................................................................... viii
PERSEMBAHAN ....................................................................................... ix
SANWACANA ........................................................................................... x
DAFTAR ISI ............................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xvi
DAFTAR BAGAN ...................................................................................... xviii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 10
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 11
D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 11
E. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................. 12
BAB II LANDASAN TEORI
A. Bahan Ajar ....................................................................................... 13
1. Pengertian Bahan Ajar ................................................................ 13
2. Tujuan dan Manfaat Penyusunan Bahan Ajar ............................ 14
3. Prinsip Penyusunan Bahan Ajar ................................................. 16
4. Pengembangan Bahan Ajar ........................................................ 17
5. Jenis Bahan Ajar ......................................................................... 19
B. Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) ......................................... 24
1. Pengertian Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) .................. 24
2. Fungsi Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) ........................ 26
3. Kriteria Kualitas Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) ......... 27
4. Sistematika Penulisan Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) 29
5. Langkah-langkah Menyusun LKPD ............................................ 29
C. Keterampilan Menulis ...................................................................... 32
1. Pengertian Menulis ..................................................................... 32
2. Tujuan Menulis............................................................................ 33
xiv
3. Manfaat Menulis.......................................................................... 35
4. Tahap Menulis ............................................................................ 36
5. Jenis-Jenis Teks Bahasa Indonesia Kelas VII SMP .................... 38
D. Teks Cerita Fantasi ........................................................................... 39
1. Pengertian Teks Cerita Fantasi.................................................... 40
2. Ciri-Ciri Cerita Fantasi ............................................................... 40
3. Struktur Cerita Fantasi ................................................................ 42
4. Unsur-Unsur Intrinsik Cerita Fantasi ......................................... 43
5. Unsur Kebahasaan Cerita Fantasi .............................................. 46
6. Langkah-langkah Menyusun Cerita Fantasi................................ 47
7. Jenis-jenis Cerita Fantasi ............................................................ 48
E. Model Pembelajaran Project Based Learning ................................. 49
1. Pengertian Model Pembelajaran Project Based Learning .......... 49
2. Karakteristik Model Pembelajaran Project Based Learning ...... 50
3. Manfaat Model Pembelajaran Project Based Learning .............. 52
4. Kelebihan dan Kelemahan Project Based Learning ................... 52
5. Langkah-langkah Model Pembelajaran Project Based Learning 53
6. Perbedaan Pembelajaran Problem Based Learning dengan Project
Based Learning .......................................................................... 55
F. Pembelajaran Menulis Cerita Fantasi dengan Project Based
Learning ............................................................................................. 56
G. Metode Penelitian R & D (Research and Development) ................. 59
1. Pengertian Penelitian R & D (Research and Development) ....... 59
2. Karakteristik Penelitian R & D (Research and Development).... 61
3. Langkah-langkah R & D (Research and Development) ............. 62
4. Kelebihan dan Kekurangan R & D (Research and Development 66
BAB III METODE PENELITIAN A. Model Pengembangan ....................................................................... 67
B. Tempat Penelitian.............................................................................. 71
C. Spesifikasi Produk Pengembangan ................................................... 71
D. Langkah Penelitian Pengembangan ................................................. 72
E. Studi Pendahuluan ............................................................................ 72
1. Perancangan dan Pengembangan Produk .................................. 73
2. Evaluasi Produk ......................................................................... 74
F. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 76
G. Instrumen Penelitian ......................................................................... 77
H. Teknik Analisis Data ........................................................................ 88
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ................................................................................ 91
1. Studi Pendahuluan ...................................................................... 92
a. Potensi dan Masalah ............................................................. 92
b. Pengumpulan Data Pengembangan LKPD .......................... 100
c. Menentukan Jenis dan Bentuk Pengembangan Bahan Ajar .. 102
2. Pengembangan Produk Awal ..................................................... 103
a. Kompetensi Dasar, Kompetensi Inti, dan Indikator Pencapaian
Kompetensi .......................................................................... 105
xv
b. Memahami Teks Cerita Fantasi Melalui Model Project Based
Learning ............................................................................... 106
3. Evaluasi dan Revisi .................................................................... 107
a. Hasil Uji Ahli ....................................................................... 107
b. Uji Coba Produk ................................................................... 130
4. Kelayakan Produk ...................................................................... 143
5. Hasil Efektivitas ......................................................................... 151
B. Pembahasan ...................................................................................... 153
1. Hasil Pengembangan LKPD dengan Model Project Based
Learning ..................................................................................... 153
2. Hasil Kelayakan LKPD Menulis Teks Cerita Fantasi dengan
Model Project Based Learning .................................................. 160
3. Hasil Uji Efektivitas LKPD Menulis Teks Cerita Fantasi dengan
Model Project Based Learning .................................................. 163
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan .......................................................................................... 165
B. Saran ................................................................................................. 167
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xvi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Data Nilai Rata-Rata Siswa Kelas VII TP. 2018/2019 ................. 7
Tabel 2.1 Manfaat Pembelajaran Project Based Learning .......................... 52
Tabel 2.2 Perbedaan PBL dengan PjBL ....................................................... 55
Tabel 3.1 Angket Wawancara Siswa Terhadap Kebutuhan LKPD ............. 77
Tabel 3.2 Angket Wawancara Guru Terhadap Kebutuhan LKPD ............... 79
Tabel 3.3 Instrumen Penilaian LKPD Teks Cerita Fantasi .......................... 80
Tabel 3.4 Instrumen Penilaian Teman Sejawat untuk Uji Coba LKPD ........ 81
Tabel 3.5 Instrumen Penilaian LKPD oleh Siswa sebagai Pengguna ........... 83
Tabel 3.6 Pedoman Penilaian Menulis Cerita Fantasi ................................. 85
Tabel 3.7 Rubrik Penilaian Menulis Cerita Fantasi ..................................... 87
Tabel 3.8 Kategori Penilaian Teks Cerita Fantasi Siswa ............................. 87
Tabel 3.9 Kriteria Tingkat Kelayakan .......................................................... 89
Tabel 3.10 Kriteria Interpretasi N-gain ........................................................ 90
Tabel 4.1 Analisis Hasil Wawancara Siswa tentang Kebutuhan Bahan Ajar. 93
Tabel 4.2 Hasil Wawancara Siswa Terhadap Kebutuhan Bahan Ajar ......... 97
Tabel 4.3 Kompetensi Dasar yang Dibahas pada LKPD ............................. 105
Tabel 4.4 Instrumen Penilaian LKPD Teks Cerita Fantasi .......................... 107
Tabel 4.5 Penilaian Kelayakan Ahli Materi ................................................. 108
Tabel 4.6 Penilaian Kelayakan Bahasa Ahli Materi .................................... 109
Tabel 4.7 Penilaian Kelayakan Penyajian Ahli Materi ................................ 110
Tabel 4.8 Penilaian Kelayakan Kegrafikan Ahli Materi .............................. 111
Tabel 4.9 Hasil Validasi Ahli Materi ............................................................ 112
Tabel 4.10 Instrumen Penilaian LKPD Teks Cerita Fantasi ......................... 113
Tabel 4.11 Penilaian Kelayakan Isi Ahli Media ........................................... 114
Tabel 4.12 Penilaian Kelayakan Bahasa Ahli Media .................................... 115
Tabel 4.13 Penilaian Kelayakan Penyajian Ahli Media................................ 116
Tabel 4.14 Penilaian Kelayakan Kegrafikan Ahli Media ............................. 117
Tabel 4.15 Hasil Validasi Ahli Media........................................................... 118
Tabel 4.16 Instrumen Penilaian Teman Sejawat untuk Uji Coba LKPD ...... 118
Tabel 4.17 Penilaian Kelayakan Isi oleh Praktisi ......................................... 120
Tabel 4.18 Penilaian Kelayakan Bahasa oleh Praktisi ................................. 121
Tabel 4.19 Penilaian Kelayakan Penyajian oleh Praktisi .............................. 121
Tabel 4.20 Penilaian Kelayakan Kegrafikan oleh Praktisi............................ 122
Tabel 4.21 Hasil Validasi Praktisi ................................................................ 123
Tabel 4.22 Saran Perbaikan LKPD Ahli Materi .......................................... 125
Tabel 4.23 Saran Perbaikan LKPD Ahli Media ............................................ 126
xvii
Tabel 4.24 Saran Perbaikan LKPD Praktisi/Teman Sejawat ....................... 129
Tabel 4.25 Tingkat Kelayakan oleh Guru Bahasa Indonesia ....................... 131
Tabel 4.26 Hasil Uji Penggunaan LKPD pada Skala Kecil ......................... 138
Tabel 4.27 Hasil Penggunaan LKPD Skala Luas di SMP Negeri 2
Bunga Mayang ........................................................................... 139
Tabel 4.28 Hasil Penggunaan LKPD Skala Luas di SMP Negeri
Bunga Mayang ........................................................................... 140
Tabel 4.29 Hasil Penggunaan LKPD Skala Luas di SMP PG
Bunga Mayang ........................................................................... 142
Tabel 4.30 Hasil Penilaian LKPD Uji Skala Luas Responden Siswa .......... 144
Tabel 4.31 Hasil Validasi LKPD Uji Skala Luas Responden Guru ............. 145
Tabel 4.32 Saran Perbaikan Guru Bahasa Indonesia ................................... 145
Tabel 4.33 Hasil Revisi Guru Bahasa Indonesia SMP Negeri 2
Bunga Mayang ........................................................................... 146
Tabel 4.34 Hasil Revisi Guru Bahasa Indonesia SMP Negeri 3
Bunga Mayang ........................................................................... 147
Tabel 4.35 Hasil Revisi Guru Bahasa Indonesia SMP PG
Bunga Mayang ........................................................................... 148
Tabel 4.36 Saran Perbaikan Siswa SMP Kelas VII ..................................... 150
Tabel 4.37 Hasil Revisi Siswa SMP Negeri 2 Bunga Mayang .................... 150
Tabel 4.38 Hasil Revisi Siswa SMP Negeri 3 Bunga Mayang .................... 150
Tabel 4.39 Hasil Revisi Siswa SMP PG Bunga Mayang ............................. 151
Tabel 4.40 Hasil Pretest, Postest, dan N-gain .............................................. 152
Tabel 4.41 Sintag Pembelajaran Project Based Learning ............................ 158
xviii
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan 3.1 Langkah-Langkah Penelitian R & D Borg and Gall ................... 68
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Surat Izin Penelitian
2. Angket Validasi Ahli Materi
3. Angket Validasi Ahli Media
4. Angket Validasi Guru/Praktisi
5. Hasil Angket Validator
6. Hasil Angket Tanggapan Siswa pada Ujicoba Kelas Besar
7. Hasil Menulis Cerita Fantasi oleh Siswa
8. Hasil Penilaian LKPD oleh Guru Bahasa Indonesia
9. Hasil Uji Efektivitas Bahan Ajar
10. RPP Bahasa Indonesia Kelas VII Materi Menulis Cerita Fantasi
11. Foto Kegiatan
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan kebutuhan penting dalam kehidupan. Melalui pendidikan
akan diperoleh pengetahuan dan keterampilan dalam pembentuk kepribadian, baik
melalui bimbingan dan pengarahan dari orang tua maupun guru. Jalur pendidikan
yang bisa ditempuh di sekolah adalah jalur pendidikan formal. Pendidikan formal
adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas
pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang di dalamnya terjadi proses
pembelajaran antara guru dan peserta didik. Pembelajaran adalah proses untuk
seseorang belajar, sehingga terjadi perubahan dari tidak tahu menjadi tahu. Di
dalam proses pembelajaran seseorang memiliki rasa ingin tahu dan mencari tahu
tentang maksud dari apa yang diajarkan. Menurut Sutikno (2013:31)
pembelajaran yaitu segala upaya yang dilakukan oleh guru (pendidik) agar terjadi
proses belajar pada diri peserta didik. Secara implisit, di dalam pembelajaran,
terdapat kegiatan memilih, menetapkan, dan mengembangkan metode untuk
mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Pembelajaran lebih menekankan
pada cara-cara untuk mencapai tujuan dan berkaitan dengan bagaimana cara
2
mengorganisasikan materi pelajaran, menyampaikan materi pelajaran, dan
mengelola pembelajaran.
Supaya pendidikan tidak tertinggal perlu adanya penyesuaian-penyesuaian
terutama yang berkaitan dengan faktor-faktor pengajaran di sekolah. Oleh karena
itu, dunia pendidikan menyikapi secara positif pemanfaatan dan pengembangan
bahan ajar untuk penunjang pembelajaran. Bahan ajar merupakan salah satu unsur
pembelajaran yang tidak dapat diabaikan manfaatnya untuk menunjang kegiatan
belajar mengajar (Depdiknas, 2008: 6).
Bahan ajar digunakan sebagai pedoman dalam proses pembelajaran. Dengan
bahan ajar, program pembelajaran dapat dilaksanakan secara lebih teratur karena
guru sebagai pelaksana pendidikan akan memperoleh materi yang jelas. Majid
(2013: 174) mengungkapkan bahan ajar adalah segala bentuk bahan, informasi,
alat, dan teks yang digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan
kegiatan belajar mengajar. Depdiknas (2008: 6) menyebutkan bahwa bahan ajar
merupakan segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru atau
instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
Salah satu bahan ajar cetak yakni lembar kegiatan peserta didik atau LKPD.
Lembar kegiatan peserta didik merupakan suatu bahan ajar cetak yang berupa
lembar-lembar kertas yang berisi materi, ringkasan, dan petunjuk-petunjuk
pelaksanaan tugas pembelajaran yang harus dikerjakan peserta didik yang
mengacu pada kompetensi dasar yang harus dicapai (Prastowo, 2015: 204).
3
LKPD memiliki beberapa kelebihan sebagai berikut.
1) Siswa dapat belajar sesuai dengan kemampuan masing-masing.
2) Siswa dapat mengulang materi dalam cetakan.
3) Perpaduan teks dan gambar dalam halaman cetak dapat menambah daya tarik
serta memperlancar pemahaman informasi yang disajikan.
4) Siswa dapat aktif menjawab pertanyaan dan latihan yang disusun.
5) Materi di dalam LKPD dapat diproduksi dengan ekonomis dan didistribusikan
dengan mudah (Arsyad, 2009: 38-39).
LKPD sebagai bahan ajar dalam pembelajaran memudahkan guru dalam
menyampaikan pelajaran pada siswa siswinya. Dengan adanya LKPD juga dapat
membantu guru dalam penyampaian pembelajaran, khususnya guru menjadi tidak
banyak bicara, tanpa menjelaskan panjang lebar, guru menyampaikan pembuka,
inti, dan penutup, maka pembelajaran dapat terlaksana dengan baik dan benar.
Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru adalah model
pembelajaran project based learning. Model pembelajaran project based learning
adalah model dengan aktivitas jangka panjang yang melibatkan siswa dalam
merancang, membuat, dan menampilkan produk untuk mengatasi permasalahan
dunia nyata (Sani, 2018 : 172). Model pembelajaran project based learning
merupakan salah satu model yang sangat baik dalam mengembangkan
keterampilan berpikir, keterampilan mengambil keputusan, kemampuan
berkreativitas, kemampuan memecahkan masalah, dan sekaligus dipandang
efektif untuk mengembangkan rasa percaya diri dan manajemen diri para siswa
(Abidin, 2016: 167).
4
Salah satu mata pelajaran yang akan dicapai di dalam Kurikulum 2013 adalah
Bahasa Indonesia yang diatur oleh Permendikbud nomor 24 tahun 2016 tentang
Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar pelajaran pada Kurikulum 2013 pada
pendidikan dasar dan menengah. Pelajaran Bahasa Indonesia di dalam
Kurikulum 2013 secara umum bertujuan agar peserta didik mampu menyimak,
berbicara, membaca, dan menulis.
Keterampilan menulis merupakan bentuk manifestasi kemampuan dan
keterampilan berbahasa yang paling akhir dikuasai oleh pembelajar bahasa
setelah keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, dan keterampilan
membaca (Iskandarwassid dan Suhendar, 2008: 248). Pada dasarnya
keterampilan menulis tidak hanya berupa melahirkan pikiran atau perasaan
saja, tetapi juga merupakan pengungkapan ide, pengetahuan, ilmu, dan
pengalaman hidup seseorang dalam bahasa tulis. Oleh karena itu, menulis
bukanlah merupakan kegiatan yang sederhana dan tidak perlu dipelajari, tetapi
justru dikuasai (Saddhono dan Slamet, 2014: 151).
Dalam Kurikulum 2013 untuk pembelajaran keterampilan menulis pada siswa
SMP Kelas VII terdapat lima jenis teks, yaitu: (1) teks deskripsi, (2) teks cerita
fantasi, (3) teks prosedur, (4) teks laporan hasil observasi, dan (5) teks fabel
(Harsiati, 2016).
Teks cerita fantasi dibelajarkan pada siswa kelas VII semester ganjil sesuai
dengan KD 3.4 Menelaah struktur dan kebahasaan cerita fantasi yang dibaca dan
didengar dan 4.4 Menyajikan gagasan kreatif dalam bentuk cerita fantasi secara
lisan dan tulis dengan memperhatikan struktur dan penggunaan bahasa. Teks
5
cerita fantasi merupakan sebuah karya tulis yang dibangun menggunakan alur
cerita yang normal, namun memiliki sifat imajinatif dan khayalan semata
(Dimyati, 2017: 14).
Teks cerita fantasi merupakan salah satu genre cerita yang sangat penting untuk
melatih kreativitas. Cerita fantasi merupakan cerita khayalan yang berisi
perkembangan kejadian atau peristiwa (Harsiati, 2016: 44). Teks cerita fantasi
adalah teks yang berisi struktur yang terdiri atas orientasi, komplikasi, dan
resolusi dan penggunaan bahasa dalam teks tersebut (Dalman, 2012: 146). Alasan
memilih cerita fantasi disesuaikan dengan karakteristik siswa SMP Kelas VII pada
usia 10─14 tahun yaitu keinginan menjelajah dan berkhayal mencari kepuasan.
Khayalan ini tidak selamanya bersifat negatif, justru dapat menjadi sesuatu yang
konstruktif, misalnya dengan munculnya ide cemerlang yang dituangkan ke dalam
sebuah tulisan (Arajoo T.V., 1986).
Di era seperti sekarang ini, guru mempunyai tugas untuk mendorong,
membimbing, dan memberi fasilitas peserta didik untuk mencapai tujuan dalam
pembelajaran. Permendikbud Nomor 103 konsep pembelajaran pada Kurikulum
2013 menyebutkan pembelajaran merupakan suatu proses pengembangan potensi
dan pembangunan karakter setiap peserta didik, sebagai hasil dari sinergi antara
pendidikan yang berlangsung di sekolah, keluarga, dan masyarakat. Proses
tersebut memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan
potensi sikap (spiritual dan sosial), pengetahuan, dan keterampilan yang
diperlukan dirinya untuk hidup dan untuk bermasyarakat, berbangsa, serta
6
berkontribusi pada kesejahteraan hidup umat manusia. Pengembangan potensi
peserta didik tersebut tidak terlepas dari bahan ajar.
Pembelajaran yang efektif dan efisien tidak terjadi dengan sendirinya namun
dirancang oleh guru melalui pengelolaan pembelajaran dan pemanfaatan sumber
daya pembelajaran dalam menciptakan suasana yang kondusif untuk mencapai
tujuan. Hal ini tertuang dalam undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional yang selanjutnya dijabarkan dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan bahwa
proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakannya secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif
serta memberikan ruang yang cukup bagi kreativitas, dan kemandirian sesuai
dengan minat, bakat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa. Dengan
demikian, perencanaan pembelajaran yang mempersiapkan bahan ajar dan model
yang tepat, serta peranan guru dalam proses pembelajaran yang mampu
memotivasi siswa menjadi hal yang penting untuk dikelola.
Berdasarkan wawancara dengan guru di tiga sekolah menunjukkan bahwa
kemampuan menulis teks cerita fantasi masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari
nilai rata-rata siswa tahun pelajaran 2018/1019 dengan rata-rata di bawah kriteria
ketuntasan minimal yang ditetapkan yaitu 75. Berikut tabel nilai rata-rata siswa
mata pelajaran Bahasa Indonesia semester ganjil pada tiga sekolah di Bunga
Mayang Tahun Pelajaran 2018/2019.
7
Tabel 1.1 Data Nilai Rata-Rata Siswa Kelas VII Semester Ganjil Tahun
Pelajaran 2018/2019
No Nama Sekolah Kelas Jumlah
Siswa
Nilai Rata-Rata
1 SMP Negeri 2 Bunga Mayang VII 30 68,8
2 SMP Negeri 3 Bunga Mayang VII 30 58,5
3 SMP PG Bunga Mayang VII 38 68,2
Rata-Rata 65,1
KKM=75 <75
Selain itu dapat dilihat pula dari hasil penelitian pendahuluan yang dilakukan
peneliti terhadap tiga guru SMP, yaitu guru di SMP Negeri 2 Bunga Mayang,
guru di SMP Negeri 3 Bunga Mayang, dan guru di SMP PG Bunga Mayang,
Bapak Nimbang Marga, S.Pd mengatakan bahwa dibutuhkan bahan ajar yang
membuat siswa tertarik untuk menulis cerita fantasi selain buku paket.
Adapun menurut guru SMP Negeri 3 Bunga Mayang, Ibu Sumiyati, S.Pd
rendahnya kualitas pembelajaran karena kurangnya bahan ajar yang menunjang
pembelajaran dan belum diterapkannya model pembelajaran yang menarik bagi
siswa. Guru belum menggunakan bahan ajar berupa LKPD dan belum
menggunakan model pembelajaran Project Based Learning. Berdasarkan hasil
penelitian, faktor yang berasal dari siswa yaitu siswa kurang siap mengikuti
pembelajaran menulis cerita fantasi. Dalam proses pembelajaran menulis cerita
fantasi, siswa belum dapat menulis cerita fantasi dengan struktur dan penggunaan
bahasa yang baik dan benar.
Masalah-masalah yang muncul dalam pembelajaran menulis teks cerita fantasi
membutuhkan penerapan bahan ajar dan model pembelajaran yang tepat oleh guru
untuk memperbaiki kualitas pembelajaran. Berkaitan dengan hal tersebut, guru
8
Bahasa Indonesia dituntut untuk mampu menciptakan pembelajaran yang
interaktif dan menarik. Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah dengan
menggunakan LKPD dan model pembelajaran yang mengarahkan siswa untuk
berpikir kritis. Model pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses
pembelajaran tersebut adalah model pembelajaran project based learning. Model
pembelajaran project based learning digunakan pada LKPD dalam materi
pembelajaran menulis teks cerita fantasi.
Penelitian sejenis yang pernah dilakukan dengan model pembelajaran berbasis
Model Project Based Learning yaitu pertama oleh Sundyana (2017) dengan judul
“Peningkatan Kemampuan Menulis Melalui Model Project Based Learning pada
Peserta Didik Kelas VII D SMP Negeri 1 Tumijajar Tahun Pelajaran
2015/2016”. Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut bahwa kemampuan
menulis dengan model Project Based Learning mengalami peningkatan dari
prasiklus, siklus I, siklus II, dan siklus III. Oleh karena itu, pembelajaran berbasis
proyek sangat tepat diterapkan untuk mata pelajaran bahasa Indonesia khususnya
kompetensi menulis.
Kedua, oleh Susanti (2016) dengan judul “Peningkatan Kemampuan Menulis
Puisi Melalui Model Project Based Learning pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri
16 Pesawaran Tahun Pelajaran 2015/2016”. Hasil yang diperoleh dari penelitian
tersebut bahwa aktivitas pembelajaran menulis puisi meningkat karena
diterapkannya Project Based Learning.
Ketiga, oleh Laila (2018) dengan judul “Pengembangan Media Buku Permainan
Labirin Fantasi (Buperlafa) dalam Pembelajaran Menulis Cerita Fantasi
9
Berbasis Psychowriting Kelas VII SMP Negeri 1 Cerme, Gresik” . Penelitian ini
menghasilkan produk berupa media pembelajaran. Media Buperlafa digunakan
untuk membantu peserta didik belajar materi cerita fantasi khususnya
pembelajaran menulis.
Keempat, oleh Suwandi (2017) dalam Jurnal Internasional dengan judul
“Internalization of Values of Ecological Literacy through Fantasy Based
Indonesia Laguage Learning on Junior High School Students in Surakarta”.
Jurnal ini menjelaskan tentang penelitian tindakan kelas yang terdiri atas siklus I,
siklus II, dan siklus III. Pada beberapa siklus tersebut ditemukan siswa
memperoleh banyak pemahaman dan mampu menginternalisasi nilai-nilai melalui
deskripsi konflik dan resolusi dalam cerita fantasi.
Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut, tentu ada perbedaan dengan penelitian
yang akan dilakukan oleh peneliti. Perbedaan dengan penelitian sebelumnya
sebagai berikut.
1) Penelitian Sundyana bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menulis
secara umum, sedangkan penelitian ini memfokuskan pada kegiatan menulis
cerita fantasi.
2) Penelitian Susanti bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menulis puisi,
sedangkan penelitian ini memfokuskan pada kegiatan menulis cerita fantasi.
3) Penelitian Laila bertujuan untuk mengembangkan media pembelajaran
Buperlafa, sedangkan penelitian ini menghasilkan produk berupa LKPD.
4) Penelitian Suwandi yakni penelitian tersebut bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan menginternalisasi nilai-nilai kepedulian terhadap lingkungan
10
melalui cerita fantasi, sedangkan penelitian ini bertujuan untuk
mengembangkan produk menulis cerita fantasi dengan model Project Based
Learning.
Penelitian ini dikembangkan untuk membantu guru mengajarkan kepada siswa
dalam membangun pengetahuan dan keterampilan menulis cerita fantasi. Dengan
melihat kenyataan di atas, peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian
mengenai pengembangan model Project Based Learning terhadap kemampuan
menulis cerita fantasi pada siswa kelas VII, dengan judul penelitian
“Pengembangan Bahan Ajar (LKPD) Menulis Cerita Fantasi dengan Model
Project Based Learning untuk Siswa SMP Kelas VII”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan tersebut, rumusan
masalah penelitian ini adalah
1. Bagaimanakah pengembangan produk berupa bahan ajar “LKPD Menulis
Cerita Fantasi dengan model Project Based Learning untuk siswa SMP
kelas VII”?
2. Bagaimanakah kelayakan bahan ajar “LKPD Menulis Cerita Fantasi
dengan model Project Based Learning untuk siswa SMP kelas VII”?
3. Bagaimanakah efektivitas bahan ajar “LKPD Menulis Cerita Fantasi
dengan model Project Based Learning untuk siswa SMP kelas VII”?
11
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian sebagai berikut.
1. Menghasilkan produk LKPD Menulis Cerita Fantasi dengan model Project
Based Learning untuk siswa SMP kelas VII.
2. Mendeskripsikan kelayakan LKPD Menulis Cerita Fantasi dengan model
Project Based Learning untuk siswa SMP kelas VII.
3. Menguji efektifitas LKPD Menulis Cerita Fantasi dengan model Project
Based Learning untuk siswa SMP kelas VII.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoretis maupun
secara praktis. Adapun manfaat tersebut sebagai berikut.
1. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian pengembangan ini dapat digunakan sebagai bahan referensi
pembelajaran menulis cerita fantasi dengan Pengembangan LKPD model
Project Based Learning pada pembelajaran Bahasa Indonesia tingkat SMP
kelas VII.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari penelitian pengembangan ini dibedakan menjadi tiga,
yaitu bagi siswa, bagi guru, dan bagi sekolah. Secara terinci diuraikan sebagai
berikut.
a. Manfaat bagi siswa, hasil penelitian pengembangan ini dapat menjadi
rujukan untuk siswa saat menulis cerita fantasi dengan model Project
Based Learning.
12
b. Manfaat bagi guru, hasil penelitian pengembangan ini dapat digunakan
sebagai alternatif atau bahan rujukan untuk pembelajaran menulis,
khususnya menulis cerita fantasi dan memberikan informasi tentang
bagaimana menulis cerita fantasi melalui model Project Based Learning.
c. Manfaat bagi sekolah, sebagai masukan dalam memberikan pembinaan
dan pengembangan pengajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian pengembangan ini adalah sebagai berikut.
1. Subjek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas VII SMP Negeri 2 Bunga
Mayang, SMP Negeri 3 Bunga Mayang, dan SMP PG Bunga Mayang tahun
pelajaran 2018/2019.
2. Objek penelitian ini adalah pengembangan LKPD dalam pembelajaran cerita
fantasi dengan menggunakan model Project Based Learning pada siswa kelas
VII SMP.
3. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Bunga Mayang, SMP
Negeri 3 Bunga Mayang, dan SMP PG Bunga Mayang.
4. Waktu penelitian ini adalah tahun pelajaran 2018/2019.
5. KD yang digunakan untuk menulis teks cerita fantasi ini adalah 3.4 Menelaah
struktur dan kebahasaan cerita fantasi yang dibaca dan didengar dan 4.4
Menyajikan gagasan kreatif dalam bentuk cerita fantasi secara lisan dan tulis
dengan memperhatikan struktur dan penggunaan bahasa.
13
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Bahan Ajar
Pengembangan bahan ajar (LKPD) menulis cerita fantasi dengan model Project
Based Learning merupakan suatu penelitian pengembangan bahan ajar. Sebelum
melakukan kegiatan pengembangan tersebut terlebih dahulu diperlukan pemahaman
hakikat bahan ajar. Berikut ini diuraikan selengkapnya tentang bahan ajar dari
beberapa ahli.
1. Pengertian Bahan Ajar
Bahan ajar merupakan informasi, alat, dan teks yang diperlukan guru atau instruktur
untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Bahan ajar adalah
segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru atau instruktur dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan ajar yang dimaksud berupa
bahan tertulis maupun tidak tertulis. Bahan ajar adalah seperangkat materi yang
disusun secara sistematis baik tertulis maupun tidak sehingga tercipta
lingkungan/suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar (Daryanto dan
Dwicahyono, 2014: 171).
14
Oleh sebab itu, bahan ajar menjadi bagian yang penting dalam proses belajar
mengajar yang menempati kedudukan yang menentukan keberhasilan belajar
mengajar yang berkaitan dengan ketercapaian tujuan pembelajaran serta menentukan
kegiatan- kegiatan belajar mengajar (Hamalik, 2002: 139). Selanjutnya, menurut
Sanjaya (2008: 141) bahan ajar adalah segala sesuatu yang menjadi isi kurikulum
yang harus dikuasai oleh siswa sesuai dengan kompetensi dasar dalam rangka
pencapaian standar kompetensi setiap mata pelajaran dalam satuan pendidikan
tertentu.
Bahan ajar atau materi ajar pembelajaran (Instructional materials) secara garis besar
terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam
rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis-
jenis materi pembelajaran terdiri atas pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, dan
prosedur), keterampilan, dan sikap (Depdiknas, 2006: 3). Berdasarkan beberapa
pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa bahan ajar adalah sumber belajar
yang sangat dibutuhkan oleh siswa maupun guru untuk menunjang proses
pembelajaran agar berjalan secara maksimal.
2. Tujuan dan Manfaat Penyusunan Bahan Ajar
Bahan ajar merupakan informasi, alat, dan teks yang diperlukan guru dalam
implementasi pembelajaran. Dalam implementasi pembelajaran bahan ajar memiliki
tujuan-tujuan tertentu. Tujuan penyusunan bahan ajar tersebut adalah sebagai berikut.
15
a. Menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan
mempertimbangkan kebutuhan siswa, yakni bahan ajar yang sesuai dengan
karakteristik dan setting atau lingkungan sosial peserta didik.
b. Membantu peserta didik dalam memperoleh alternatif bahan ajar di samping
makalah-makalah teks yang terkadang sulit diperoleh.
c. Memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran.
Ada sejumlah manfaat yang dapat diperoleh apabila seorang guru mengembangkan
bahan ajar sendiri, yakni sebagai berikut.
a. Diperoleh bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dan sesuai dengan
kebutuhan belajar siswa, tidak lagi bergantung pada makalah teks yang terkadang
sulit untuk diperoleh.
b. Bahan ajar menjadi lebih kaya karena dikembangkan dengan menggunakan
berbagai referensi.
c. Menambah khasanah pengetahuan dan pengalaman guru dalam menulis bahan
ajar.
d. Bahan ajar akan mampu membangun komunikasi pembelajaran yang efektif antara
guru dengan siswa karena siswa akan merasa lebih percaya kepada gurunya.
e. Menambah angka kredit DUPAK (Daftar Ulasan Pengusulan Angka Kredit) jika
dikumpulkan menjadi buku dan diterbitkan
16
Adapun manfaat bagi peserta didik, yakni sebagai berikut.
a. Kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik;
b. Kesempatan untuk belajar secara mandiri dan mengurangi ketergantungan
terhadap kehadiran guru;
c. Mendapatkan kemudahan dalam mempelajari sikap kompetensi yang harus
dikuasainya (Daryanto dan Dwicahyono, 2014: 171-172).
3. Prinsip Penyusunan Bahan Ajar
Depdiknas (2006: 11) mengungkapkan “pengembangan bahan ajar hendaknya
memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran berikut. (1) mulai dari yang mudah
untuk memahami yang sulit, dari yang konkret untuk memahami yang abstrak; (2)
pengulangan memperkuat pemahaman; (3) umpan balik positif memberikan
penguatan terhadap pemahaman siswa; (4) motivasi yang tinggi merupakan salah satu
faktor penentu keberhasilan belajar; (5) mencapai tujuan; dan (6) mengetahui hasil
yang dicapai”.
Selain prinsip di atas, Prastowo (2013: 317) menjelaskan “ada beberapa prinsip yang
perlu diperhatikan dalam penyusunan bahan ajar atau materi pembelajaran. Prinsip-
prinsip dalam pemilihan materi pembelajaran meliputi prinsip relevansi, konsistensi,
dan kecukupan. Ketiga penerapan prinsip-prinsip tersebut dipaparkan sebagai berikut.
1. Prinsip relevansi, artinya keterkaitan. Materi pembelajaran hendaknya relevan atau
ada kaitan atau ada hubungannya dengan pencapaian SK dan KD. Cara termudah
ialah dengan mengajukan pertanyaan tentang kompetensi dasar yang harus
17
dikuasai siswa. Dengan prinsip dasar ini, guru akan mengetahui apakah materi
yang hendak diajarkan tersebut materi fakta, konsep, prinsip, prosedur, aspek sikap
atau aspek psikomotorik sehingga pada gilirannya guru terhindar dari kesalahan
pemilihan jenis materi yang tidak relevan dengan pencapaian SK dan KD.
2. Prinsip konsistensi, artinya keajegan. Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai
siswa empat macam, maka bahan ajar yang harus diajarkan juga harus meliputi
empat macam.
3. Prinsip kecukupan, artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai
dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak
boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit akan
kurang membantu mencapai SK dan KD. Sebaliknya, jika terlalu banyak akan
membuang-buang waktu dan tenaga yang tidak perlu untuk mempelajarinya.
Dari penjelasan di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa dalam penyusunan bahan
ajar, hal utama yang perlu diperhatikan adalah kurikulum. Setiap penyusunan bahan
ajar, hendaknya disesuaikan dengan kurikulum yang sedang berlaku dan dalam
penyusunan bahan ajar harus memperhatikan prinsip-prinsip dari bahan ajar itu
sendiri, sehingga nantinya bahan ajar dapat digunakan secara maksimal.
4. Pengembangan Bahan Ajar
Pengembangan bahan ajar yang akan dilakukan mempertimbangkan beberapa
langkah teknis yakni (1) analisis terhadap KI-KD, (2) analisis sumber belajar, dan
18
(3) penentuan jenis bahan ajar. Analisis KI-KD dilakukan untuk menentukan
kompetensi-kompetensi mana yang memerlukan bahan ajar (Abidin, 2014: 270).
Selanjutnya, bahan ajar paling tidak mencakup beberapa hal sebagai berikut.
1. Petunjuk belajar.
2. Kompetensi yang akan dicapai.
3. Informasi pendukung.
4. Latihan-latihan.
5. Petunjuk kerja berupa lembar kerja.
6. Evaluasi (Majid, 2013: 174).
Bahan ajar merupakan bahan atau materi pembelajaran yang disusun secara sistematis
yang digunakan guru dan siswa dalam KBM (Daryanto dan Dwicahyono, 2014: 176).
Tujuan bahan tersebut sebagai berikut.
1. Menimbulkan minat baca.
2. Ditulis dan dirancang untuk siswa.
3. Menjelaskan tujuan intruksional.
4. Disusun berdasarkan pola belajar yang fleksibel.
5. Struktur berdasarkan kebutuhan siswa dan kompetensi akhir yang akan dicapai.
6. Memberi kesempatan pada siswa untuk berlatih.
7. Mengakomodasi kesulitan siswa.
8. Memberikan rangkuman.
9. Gaya penulisan komunikatif dan semi formal.
10. Kepadatan berdasarkan kebutuhan siswa.
19
11. Dikemas untuk proses intruksional.
12. Mempunyai mekanisme untuk mengumpulkan umpan balik dari siswa.
13. Menjelaskan cara mempelajari bahan ajar.
5. Jenis Bahan Ajar
Menurut Daryanto dan Dwicahyono (2014: 173), bahan ajar memiliki beberapa jenis
di dalam pembelajaran. Adapun jenis-jenis bahan ajar tersebut adalah sebagai berikut.
1. Bahan ajar pandang (visual) terdiri atas bahan cetak (printed) antara lain handout,
buku, modul, lembar kerja peserta didik, brosur, leaflet, wallchart, foto atau
gambar. Noncetak (non printed) antara lain model atau maket.
2. Bahan ajar dengar (audio) antara lain kaset, radio, dan compact disc audio.
3. Bahan ajar pandang dan dengar (audio visual) antara lain video compact disk, dan
film.
4. Bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material) antara lain CAI
(Computer Assisterd Instruction), compact disk (CD) multimedia pembelajaran
interaktif, dan bahan ajar berbasis web (web based learning materials).
Berdasarkan teknologi yang digunakan, bahan ajar dapat dikelompokkan menjadi
empat kategori sebagai berikut.
1. Bahan cetak (printed) seperti antara lain handout, buku, modul, lembar kerja
siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar, model/maket.
2. Bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio, dan compact disk audio.
3. Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti video compact disk dan film.
20
4. Bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material) seperti CAI
(Computer Assisted Instruction), compact disk (CD) multimedia pembelajarn
interaktif, dan bahan ajar berbasis web (web based learning materials)
(Majid, 2013: 174).
Bahan ajar cetak yang tersusun dengan baik mendatangkan beberapa keuntungan
sebagai berikut.
1. bahan tertulis biasanya menampilkan daftar isi sehingga memudahkan bagi
seorang guru untuk menunjukkan kepada peserta didik bagian mana yang sedang
dipelajari;
2. biaya untuk pengadaannya relatif sedikit;
3. bahan tertulis cepat digunakan dan dapat dipindah-pindah secara mudah
susunannya menawarkan kemudahan secara luas dan kreativitas bagi individu;
4. bahan tertulis relatif ringan dan dapat dibaca di mana saja
5. bahan ajar yang baik akan dapat memotivasi pembaca untuk melakukan aktivitas,
seperti menandai, mencatat, dan membuat sketsa;
6. bahan tertulis dapat dinikmati sebagai sebuah dokumen yang bernilai besar;
7. pembaca dapat mengatur tempo secara mandiri (Majid, 2013: 175).
Majid (2013: 175) mengemukakan bahwa jenis bahan ajar cetak, antara lain sebagai
berikut.
a. Handout
Handout adalah bahan tertulis yang disiapkan oleh seorang guru untuk
memperkaya pengetahuan peserta didik dan biasanya diambilkan dari
21
beberapa literatur yang memiliki relevansi dengan materi yang diajarkan atau KD
dan materi pokok yang harus dikuasai oleh peserta didik. Saat ini handout dapat
diperoleh dengan berbagai cara, antara lain dengan cara download dari internet,
atau menyadur dari sebuah buku.
b. Buku
Buku adalah bahan tertulis yang menyajikan ilmu pengetahuan buah pikiran dari
pengarangnya. Oleh pengarangnya isi buku didapat dari berbagai cara, misalnya
hasil penelitian, hasil pengamatan, aktualisasi pengalaman, otobiografi, atau hasil
imajinasi seseorang yang disebut sebagai fiksi. Buku adalah sejumlah lembaran
kertas baik cetakan maupun kosong yang dijilid dan diberi kulit. Buku sebagai
bahan ajar merupakan buku yang berisi suatu ilmu pengetahuan hasil analisis
terhadap kurikulum dalam bentuk tertulis. Buku yang baik adalah buku yang ditulis
dengan menggunakan bahasa yang baik dan mudah dimengerti, disajikan secara
menarik dilengkapi dengan gambar dan keterangan-keterangannya, isi buku juga
menggambarkan sesuatu yang sesuai dengan ide penulisannya.
c. Modul
Modul adalah sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta didik dapat
belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru, sehingga modul berisi
paling tidak tentang, 1) petunjuk belajar (petunjuk siswa atau guru); 2) kompetensi
yang akan dicapai; 3) konten atau isi materi; 4) informasi pendukung; 5) latihan-
latihan; 6) petunjuk kegiatan; 7) evaluasi; 8) balikan terhadap hasil evaluasi. Sebuah
modul akan bermakna kalau peserta didik dapat dengan mudah menggunakannya.
22
Pembelajaran dengan modul memungkinkan seorang peserta didik yang memiliki
kecepatan tinggi dalam belajar akan lebih cepat menyelesaikan satu atau lebih KD
dibandingkan dengan peserta didik lainnya. Dengan demikian maka modul harus
menggambarkan KD yang akan dicapai oleh peserta didik, disajikan dengan
menggunakan bahasa yang baik, menarik, dan dilengkapi dengan ilustrasi.
d. Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD)
Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) adalah lembaran-lembaran yang berisi
tugas dan harus dikerjakan oleh peserta didik. Tugas yang diperintahkan dalam
lembar kegiatan harus jelas KD yang akan dicapainya. Tugas-tugas sebuah lembar
kegiatan tidak akan dapat dikerjakan oleh peserta didik secara baik apabila tidak
dilengkapi dengan buku lain atau referensi lain yang terkait dengan materi tugasnya.
Keuntungan adanya lembar kegiatan bagi guru, yakni memudahkan guru dalam
melaksanakan pembelajaran, sedangkan bagi siswa akan belajar secara mandiri dan
belajar memahami dan menjalankan suatu tugas tertulis. Dalam menyiapkannya guru
harus cermat dan memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai, karena
sebuah lembar kerja harus memenuhi paling tidak kriteria yang berkaitan dengan
tercapai/ tidaknya sebuah KD dikuasai oleh peserta didik.
e. Brosur
Brosur adalah bahan informasi tertulis mengenai suatu masalah yang disusun
secara bersistem atau cetakan yang hanya terdiri atas beberapa halaman dan
dilipat tanpa dijilid atau selebaran cetakan yang berisi keterangan singkat, tetapi
23
lengkap tentang perusahaan atau organisasi. Dengan demikian, brosur dapat
dimanfaatkan sebagai bahan ajar, selama sajian brosur diturunkan dari KD yang harus
dikuasai oleh siswa. Mungkin saja brosur dapat menjadi bahan ajar yang menarik
karena bentuknya yang menarik dan praktis. Agar lembaran brosur tidak terlalu
banyak sebaiknya brosur didesain hanya memuat satu KD saja. Ilustrasi dalam sebuah
brosur akan menambah menarik minat peserta didik untuk menggunakannya.
f. Leaflet
Leaflet adalah bahan cetak tertulis berupa lembaran yang dilipat, tetapi tidak
dimatikan atau dijahit. Agar terlihat menarik biasanya leaflet didesain secara cermat
dilengkapi dengan ilustrasi dan menggunakan bahasa yang sederhana, singkat
serta mudah dipahami. Leaflet sebagai bahan ajar juga harus memuat materi yang
dapat menggiring peserta didik untuk menguasai satu atau lebih KD.
g. Wallchart
Wallchart adalah bahan cetak, biasanya berupa bagan siklus atau proses atau
grafik yang bermakna menunjukkan posisi tertentu. Agar wallchart terlihat lebih
menarik bagi siswa maupun guru, maka wallchart didesain dengan menggunakan
tata warna dan pengaturan proporsi yang baik. Wallchart biasanya masuk dalam
kategori alat bantu melaksanakan pembelajaran, namun dalam hal ini wallchart
didesain sebagai bahan ajar. Wallchart harus memenuhi kriteria sebagai bahan ajar
yakni memiliki kejelasan tentang KD dan materi pokok yang harus dikuasai oleh
peserta didik, diajarkan untuk berapa lama, dan bagaimana cara menggunakannya.
24
Sebagai contoh wallchart tentang siklus binatang antara lain ular, tikus, dan
lingkungannya.
h. Foto atau Gambar
Foto atau gambar sebagai bahan ajar tentu saja diperlukan satu rancangan yang
baik agar setelah selesai melihat sebuah atau serangkaian foto/gambar siswa dapat
melakukan sesuatu yang pada akhirnya menguasai satu atau lebih KD. Melalui
membaca yang dapat diingat hanya 10%, dari mendengar yang diingat 20%, dan
dari melihat yang diingat 30%. Foto atau gambar yang didesain secara baik dapat
memberikan pemahaman yang lebih baik. Bahan ajar ini dalam menggunakannya
harus dibantu dengan bahan tertulis. Bahan tertulis dapat berupa petunjuk cara
menggunakannya dan atau bahan tes.
B. Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD)
Penelitian pengembangan ini akan menghasilkan produk bahan ajar berupa Lembar
Kegiatan Peserta Didik (LKPD) menulis cerita fantasi dengan model pembelajaran
Project Based Learning. Berikut ini diuraikan selengkapnya mengenai Lembar
Kegiatan Peserta Didik (LKPD).
1. Pengertian Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD)
Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) merupakan sebuah perangkat
pembelajaran yang berperan penting dalam pembelajaran. LKPD yaitu berupa
lembar kerja yang harus dikerjakan oleh siswa. Menurut Prastowo (2012: 204)
25
LKPD merupakan suatu bahan ajar cetak yang berupa lembaran-lembaran
yang berisi materi, ringkasan dan petunjuk yang harus dilaksanakan oleh
peserta didik. Dalam hal ini tugas- tugas tersebut sudah disesuaikan dengan
kompetensi dasar yang harus dicapai.
“Worksheet is a kind of printed instructional material that is prepared and
frequently used by teachers in order to help students to gain knowledge, skills,
and value by providing helpful comment about the course objectives and enabling
students to engage in active learning and learning-by-doing in out of the school
(Kaymakci, 2012: 57).”
“Lembar kegiatan adalah sejenis bahan ajar cetak yang disiapkan dan sering
digunakan oleh guru untuk membantu siswa mendapatkan pengetahuan,
keterampilan, dan nilai dengan memberikan komentar bermanfaat tentang tujuan
khusus dan memungkinkan siswa untuk terlibat dalam pembelajaran aktif dan
pembelajaran dapat dilakukan di keluar sekolah (Kaymakci, 2012: 57).”
Jadi, berdasarkan penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa LKPD merupakan sebuah
kumpulan lembaran-lembaran kertas yang berisi materi, tugas-tugas yang harus
dilakukan dalam kegiatan pembelajaran, serta langkah-langkah yang harus dilakukan
dalam pembelajaran. Tugas-tugas yang diberikan dalam LKPD harus jelas dan sesuai
dengan materi yang diajarkan sehingga kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran
yang akan dicapai dapat tercapai dengan baik.
Menurut Prastowo (2012: 205) dalam menyiapkan LKPD, ada beberapa syarat yang
mesti dipenuhi oleh pendidik. Pendidik harus cermat, serta memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang memadai untuk bisa membuat LKPD yang bagus. Sebuah LKPD
harus memenuhi kriteria yang berkaitan dengan tercapai atau tidaknya sebuah
kompetensi dasar yang harus dikuasi dan dipahami oleh peserta didik.
26
2. Fungsi Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD)
Berdasarkan pengertian di atas Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) memiliki
beberapa fungsi. Menurut Prastowo (2012: 205), LKPD memiliki empat fungsi
sebagai berikut.
1. Sebagai bahan ajar yang meminimalkan peran pendidik, namun lebih
mengaktifkan peserta didik.
2. Sebagai bahan ajar yang mempermudah untuk memahami materi yang diberikan.
3. Sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya tugas untuk berlatih, serta
4. Memudahkan pelaksanaan pengajaran kepada peserta didik.
Selain sebagai media pembelajaran, LKPD juga mempunyai fungsi lain sebagai
berikut.
1. Sebagai alternatif bagi guru untuk mengarahkan pengajaran atau memperkenalkan
suatu kegiatan tertentu sebagai kegiatan pembelajaran.
2. Dapat digunakan untuk mempercepat proses pengajaran dan menghemat waktu
penyampaian topik.
3. Dapat untuk mengetahui seberapa jauh materi yang telah dikuasai oleh peserta
didik.
4. Dapat mengoptimalkan alat bantu pengajaran yang terbatas.
5. Membantu peserta didik dapat lebih aktif dalam proses belajar mengajar.
6. Dapat membantu meningkatkan minat peserta didik jika Lembar Kegiatan Peserta
Didik (LKPD) disusun secara rapi, sistematis mudah dipahami oleh peserta didik
sehingga menarik perhatian peserta didik.
27
7. Dapat menumbuhkan kepercayaan diri peserta didik dan meningkatkan motivasi
belajar dan rasa ingin tahu.
8. Dapat mempermudah penyelesaian tugas perorangan, kelompok, atau klasikal
karena peserta didik dapat menyelesaikan tugas sesuai dengan kelompok.
9. Dapat melatih peserta didik menggunakan waktu seefektif mungkin.
10. Dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah.
3. Kriteria Kualitas Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD)
Dalam sebuah pembelajaran Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) memiliki
peranan yang sangat penting, karena LKPD merupakan pedoman pendidik dalam
melakukan kegiatan pembejaran dan pemberian tugas-tugas kepada peserta didik.
Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) yang disusun harus memenuhi syarat-syarat
berikut ini, yakni syarat didatik, syarat konstruksi, dan syarat teknik. (Darmodjo dan
Kaligis dalam Rohaeti 2008: 3).
a. Syarat-Syarat Didaktik
Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) yang berkualitas harus memenuhi syarat-
syarat didaktik sebagai berikut.
a. Mengajak peserta didik aktif dalam proses pembelajaran.
b. Memberi penekanan pada proses untuk menemukan konsep.
c. Memiliki variasi stimulus melalui berbagai media dan kegiatan peserta didik.
d. Dapat mengembangkan kemampuan komunikasi sosial, emosional, moral, dan
estetika pada diri peserta didik.
28
e. Pengalaman belajar ditentukan oleh tujuan pengembangan pribadi.
b. Syarat-syarat Konstruksi
LKPD yang berkualitas harus memenuhi syarat-syarat konstruksi sebagai berikut.
a. Menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat kedewasaan anak.
b. Menggunakan struktur kalimat yang jelas.
c. Syarat-syarat Teknik
1) Gunakan huruf cetak dan tidak menggunakan huruf Latin atau Romawi.
2) Gunakan huruf tebal yang agak besar untuk topik, bukan huruf biasa yang diberi
garis bawah.
3) Gunakan kalimat pendek, tidak boleh lebih dari satu kata dalam satu baris.
4) Gunakan bingkai untuk menentukan kalimat perintah dan jawaban peserta didik.
5) Usahakan agar besarnya huruf dan gambar sesuai.
d. Gambar
Gambar yang baik dalam Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) adalah gambar
yang dapat menyampaikan isi dari materi pelajaran yang disampaikan atau sedang
dipelajari. Agar peserta didik lebih memahami materi yang disampaikan.
e. Penampilan
Penampilan Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) harus menarik karena anak akan
melihat LKPD dan lebih tertarik pada sampulnya. Maka LKPD dibuat semenarik
mungkin.
29
4. Sistematika Penulisan Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD)
Menurut Prastowo (2012: 210) sistematika penulisan LKPD adalah sebagai berikut.
1) Judul kegiatan, tema, sub tema, kelas, dan semester berisi topik kegiatan sesuai
dengan Kompetensi Dasar (KD) dan identitas kelas. Untuk LKPD dengan
pendekatan inkuiri maka judul dapat berupa rumusan masalah.
2) Tujuan pembelajaran sesuai dengan Kompetensi Dasar (KD).
3) Alat dan bahan, jika kegiatan belajar memerlukan alat dan bahan, maka
dituliskan alat dan bahan yang diperlukan.
4) Prosedur kerja, berisi petunjuk kerja untuk peserta didik yang berfungsi
mempermudah peserta didik melakukan kegiatan belajar.
5) Tabel data, berisi tabel di mana peserta didik dapat mencatat hasil pengamatan
atau pengukuran. Untuk kegiatan yang tidak memerlukan data bisa diganti
dengan tabel/kotak kosong yang dapat digunakan peserta didik untuk menulis,
menggambar atau berhitung.
6) Bahan diskusi, berisi pertanyaan-pertanyaan yang menuntun peserta didik
melakukan analisis data dan melakukan konseptualisasi.
5. Langkah-langkah Menyusun Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD)
Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) merupakan hal penting yang menunjang
pembelajaran. Oleh sebab itu, penyusunan LKPD harus dilakukan secara baik dan
LKPD yang disusun harus inovatif dan kreatif. Penyusunan LKPD harus
memperhatikan langkah-langkah dan kaidah penyusunan LKPD yang baik. Menurut
30
Prastowo (2012: 212) langkah-langkah dalam menyusun LKPD adalah sebagai
berikut.
1) Melakukan analisis kurikulum
Analisis kurikulum merupakan langkah pertama dalam penyusunan LKPD.
Langkah ini dimaksudkan untuk menentukan materi-materi mana yang
memerlukan bahan ajar LKPD. Materi yang digunakan ditentukan dengan cara
melakukan analisis terhadap materi pokok, pengalaman belajar, serta materi yang
diajarkan.
2) Menyusun peta kebutuhan LKPD
Peta kebutuhan LKPD sangat diperlukan untuk mengetahui jumlah LKPD yang
harus ditulis serta melihat sekuensi atau urutan LKPD-nya. Menyusun peta
kebutuhan diambil dari hasil analisis kurikulum dan kebutuhan yang diperlukan
dalam pembelajaran sesuai dengan hasil analisis. Hal-hal yang biasa dianalisis
untuk menyusun peta kebutuhan di antaranya, KI, KD, indikator pencapaian, dan
LKPD yang sudah digunakan.
3) Menentukan judul LKPD
Judul ditentukan dengan melihat hasil analisis standar kompetensi dan kompetensi
dasar, materi-materi pokok, atau dari pengalaman belajar yang terdapat dalam
kurikulum. Satu kompetensi dasar dapat dikembangkan menjadi sebuah judul
LKPD. Jika kompetensi dasar tersebut tidak terlalu besar.
4) Penulisan LKPD
Penulisan LKPD memiliki langkah-langkah yang harus diperhatikan. Berikut
langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam menyusun LKPD.
31
a. Merumuskan kompetensi dasar
Untuk merumuskan kompetensi dasar dapat dilakukan dengan melihat pada
kurikulum yang berlaku. Kompetensi dasar merupakan turunan dari standar
kompetensi. Untuk mencapai kompetensi dasar peserta didik harus mencapai
indikator-indikator yang merupakan turunan dari kompetensi dasar.
b. Menentukan alat penilaian
LKPD yang baik harus memiliki alat penilaian untuk menilai semua yang
sudah dilakukan. Penilaian dilakukan terhadap proses kerja dan hasil kerja
peserta didik. Alat penilaian dapat berupa soal pilihan ganda dan soal essai.
Penilaian yang dilakukan didasarkan pada kompetensi peserta didik, maka alat
penilaian yang cocok adalah menggunakan pendekatan Penilaian Acuan
Patokan (PAP). Dengan demikian demikian pendidik dapat melakukan
penilaian melalui proses dan hasilnya.
c. Menyusun materi
Sebuah LKPD di dalamnya terdapat materi pelajaran yang akan dipelajari.
Materi dalam LKPD harus sesuai dengan kompetensi dasar yang akan dicapai.
Ketika menyusun materi untuk LKPD ada beberapa hal yang harus
diperhatikan. Materi LKPD dapat berupa informasi pendukung, gambaran
umum mengenai ruang lingkup materi yang akan dipelajari. Materi dalam
LKPD dapat diambil dari berbagai sumber seperti, buku, majalah, jurnal,
internet, dan sebagainya. Tugas-tugas yang diberikan dalam LKPD harus
tuliskan secara jelas guna mengurangi hal-hal yang seharusnya dapat
dilakukan oleh peserta didik.
32
d. Memperhatikan struktur LKPD
Langkah ini merupakan langkah terakhir yang dilakukan dalam penyusunan
LKPD. Kita terlebih dahulu harus memahami segala sesuatu yang akan kita
gunakan dalam penyusunan LKPD, terutama bagian dasar dalam penyusunan
LKPD sebelum melakukan penyusunan LKPD. Komponen penyusun LKPD
harus sesuai apabila salah satu komponen penyusun LKPD tidak sesuai maka
LKPD tidak akan terbentuk.
C. Keterampilan Menulis
Keterampilan menulis sebagai salah satu dari empat keterampilan berbahasa yang
mempunyai peranan penting di dalam kehidupan manusia. Dengan menulis,
seseorang dapat mengungkapkan pikiran dan gagasan untuk mencapai maksud dan
tujuannya. Berikut ini diuraikan selengkapnya mengenai keterampilan menulis.
1. Pengertian Menulis
Keterampilan menulis merupakan satu dari empat keterampilan berbahasa yaitu
keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keterampilan menulis
merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk ber-komunikasi
secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain (Tarigan, 1994: 3).
Selain itu menulis merupakan suatu kegiatan menuangkan pikiran, gagasan, dan
perasaan seseorang yang diungkapkan dalam bahasa tulis (Rosidi, 2009: 2).
Berdasarkan apa yang dijelaskan di atas, penulis sependapat dengan kedua pendapat
33
tersebut bahwa menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang terdiri dari
kegiatan menuangkan pikiran, gagasan, dan perasaan yang diungkapkan dalam
bahasa tulis sehingga tulisan tersebut dapat digunakan sebagai sarana komunikasi
tidak langsung.
Menulis bukanlah suatu keterampilan yang mudah karena untuk dapat menulis
dengan baik dan benar memerlukan latihan intensif. Kegiatan menulis sangat penting
dalam pendidikan karena dapat membantu siswa berlatih berpikir, mengungkapkan
gagasan, dan menecahkan masalah. Menulis adalah salah satu bentuk berpikir, yang
juga merupakan alat untuk membuat orang lain (pembaca) berpikir (Rosidi, 2009: 3).
Rosidi berusaha mengemukakan pentingnya menulis untuk melatih daya nalar
seseorang dan melaui menulis banyak sekali manfaat yang diperoleh yaitu di
antaranya dapat melatih pemikiran seseorang menjadi lebih kritis, menjadi sarana
untuk berkreatifitas menciptakan tulisan-tulisan yang bermanfaat dalam bentuk
karangan, artikel, cerpen, dan lain-lain.
2. Tujuan Menulis
Komunikasi dapat terjadi melalui tulisan, karena tulisan bisa dikatakan sebagai media
penghubung maksud dan tujuan antara si penulis dengan si pembaca. Seperti yang
dikatakan oleh Hartig dalam Tarigan (2008: 25) bahwa ada beberapa tujuan menulis
seperti berikut ini.
34
1. Tujuan Penugasan (Assignment Purpose)
Tujuan penugasan ini sebenarnya tidak mempunyai tujuan sama sekali. Penulis
menulis sesuatu karena ditugaskan, bukan atas kemauan sendiri. Misalnya, siswa
menulis rangkuman buku atau sekretaris membuat laporan.
2. Tujuan Altruistik (Altruistik purpose)
Penulis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca, menghindarkan kedukaan
para pembaca, ingin menolong para pembaca memahami, menghargai perasaan
dan penalarannya dan ingin membuat hidup para pembaca lebih menyenangkan
dengan karyanya.
3. Tujuan Persuasif (Persuasive Purpose)
Tulisan ini bertujuan untuk meyakinkan pembaca akan kebenaran gagasan yang
diutarakan.
4. Tujuan Informasional (Informasional Purpose)
Tulisan ini bertujuan untuk memberi informasi atau keterangan atau penerangan
kepada para pembaca.
5. Tujuan Pernyataan Diri (Self-Ekspressive Purpose)
Tulisan ini bertujuan untuk memperkenalkan diri sang pengarang kepada
pembaca.
6. Tujuan Kreatif (Creative Purpose)
Tujuan penulisan ini berhubungan dengan tujuan pernyataan diri. Namun,
keinginan penulis di sini lebih cenderung kepada keinginan untuk mencapai
norma dan nilai estetika/ seni/ keindahan yang ideal.
35
7. Tujuan Pemecahan Masalah (Problem-Solving Purpose)
Dalam tulisan ini, penulis ingin memecahkan masalah yang dihadapi. Penulis
menjelaskan secara detil tentang pikiran-pikiran, ide-ide, dan gagasannya sendiri
agar dimengerti oleh pembaca.
3. Manfaat Menulis
Tarigan (2008: 16) mengemukakan ada empat manfaat dari menulis sebagai berikut.
1. Menulis menyenangkan dalam hal penjelajahan diri pribadi. Kegiatan menulis
dapat menjadi hal yang sangat menyenangkan karena dengan menulis, seseorang
mampu menjelajahi potensi dirinya.
2. Menulis membuat kita sadar akan kehidupan. Dalam kegiatan menulis, kepekaan
dan keterbukaan pikiran akan lingkungan sekitar dapat membuat seseorang
menyadari makna kehidupan sebenarnya.
3. Menulis membantu kita memahami diri kita lebih baik. Salah satu dari tujuan
menulis adalah untuk pernyataan diri. Dengan menulis, seseorang mampu
menyelami kepribadiannya sendiri dan secara tidak langsung, seorang penulis
dapat memahami kepribadiannya sendiri.
4. Menulis membantu memecahkan masalah. Salah satu tujuan dari menulis itu
adalah untuk memecah masalah. Tidak semua masalah dapat terselesaikan
dengan cara berbicara atau berdebat. Menulis bisa menjadi satu alternatif untuk
memecahkan masalah jika tidak memungkinkan untuk berbicara.
36
Pada dasarnya ketika seseorang menulis, orang tersebut menciptakan sebuah karya
yang mengungkapkan pikiran dan perasaannya tentang sesuatu yang ia alami sendiri
dan tidak pernah terpikirkan oleh orang lain. Ketika seseorang menuangkan idenya ke
dalam berbagai bentuk tulisan seperti cerpen, karangan, dan lainnya, pada prinsipnya
ia sedang mengalami proses kreativitas.
4. Tahap Menulis
Menulis dapat diartikan sebagai suatu kebiasaan untuk menyatakan gagasan atau
pendapat secara tertulis, ini berarti menulis adalah suatu aktivitas yang membutuhkan
proses dalam pengerjaannya. Dalman (2012: 15) menyatakan bahwa proses menulis
ada 3 tahap sebagai berikut.
1. Tahap Prapenulisan (Persiapan)
Tahap ini merupakan tahap pertama, tahap prapenulisan, atau tahap persiapan
adalah ketika pembelajar menyiapkan diri, mengumpulkan informasi,
merumuskan masalah, menetukan fokus, mengolah informasi, menarik tafsiran
dan inferensi terhadap realitas yang dihadapinya, berdiskusi, membaca,
mengamati, dan lain-lain yang memperkaya kognitifnya yang akan diproses
selanjutnya. Pada tahap prapenulisan ini terdapat aktivitas memilih topik,
menetapkan tujuan dan sasaran, mengumpulkan bahan, dan informasi yang
diperlukan, serta mengorganisasikan ide atau gagasan dalam bentuk karangka
karangan.
37
2. Tahap Penulisan
Pada tahap penulisan, kita mengembangkan butir demi butir ide yang terdapat
dalam kerangka karangan, dengan memanfaatkan bahan atau informasi yang
telah kita pilih dan kita kumpulkan.Seperti yang kita ketahui, struktur karangan
terdiri atas bagian awal, isi, dan akhir. Awal paragraf berfungsi untuk
memperkenalkan dan sekaligus menggiring pembaca terhadap pokok tulisan kita,
bagian ini sangat menentukan. Karena itu, upayakan awal karangan semenarik
mungkin.Isi karangan menyajikan bahasan topik atai ide utama karangan, berikut
hal-hal yang menjelaskan atau mendukung ide tersebut, seperti contoh, ilustrasi,
informasi, bukti, atau alasan. Akhir karangan berfungsi untuk mengembalikan
pembaca pada ide-ide inti dan penekanan ide-ide penting. Bagian ini berisi
simpulan, dan ditambah rekomendasi atau saran bila diperlukan.
3. Tahap Pascapenulisan
Tahap ini merupakan tahap penghalusan dan penyempurnaan buram yang kita
hasilkan. Kegiatanya terdiri atas penyuntingan dan perbaikan (revisi). Kegiatan
penyuntingan dan perbaikan dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut.
a. Membaca keseluruhan karangan.
b. Menandai hal-hal yang perlu diperbaiki atau memberi catatan bila ada hal-
hal yang harus diganti, ditambahkan, disempurnakan.
c. Melakukan perbaikan sesuai dengan temuan saat penyuntingan.
38
5. Jenis-Jenis Teks Bahasa Indonesia Kelas VII SMP
Dalam Kurikulum 2013, konsep pembelajaran bahasa Indonesia memang berbasis
teks. Hal tersebut dapat dilihat dalam rumusan kompetensi dasar substansi bahasa
Indonesia dari pendidikan dasar sampai dengan pendidikan tinggi. Adapun jenis-jenis
teks yang dipelajari tentu berbeda di tiap jenjang pendidikan. Menurut Harsiati (2016)
menyatakan bahwa jenis-jenis teks bahasa Indonesia dalam kurikulum 2013 (revisi)
untuk jenjang SMP kelas VII sebagai berikut.
a. Teks Deskripsi
Teks deskripsi adalah teks yang menggambarkan objek dengan cara memerinci objek
secara subjektif atau melukiskan kondisi objek dari sudut pandang penulis. Teks
deskripsi bertujuan menggambarkan atau melukiskan secara rinci dan penggambaran
sekonkret mungkin suatu objek/ suasana/ perasaan sehingga pembaca seolah-olah
melihat, mendengar, dan mengalami apa yang dideskripsikan (Harsiati, 2016: 7).
b. Teks Cerita Fantasi
Cerita fantasi merupakan salah satu genre cerita yang sangat penting untuk melatih
kreativitas. Berfantasi secara aktif bisa mengasah kreativitas. Cerita fantasi
merupakan cerita fiksi yang berisi perkembangan kejadian atau peristiwa (Harsiati,
2016: 44).
c. Teks Prosedur
Teks prosedur adalah teks yang menjelaskan kegiatan yang harus dilakukan agar
pembaca atau pemirsa dapat secara tepat dan akurat mengikuti sebuah proses
39
membuat sesuatu, melakukan suatu pekerjaan, atau menggunakan suatu alat. Ciri teks
ini adanya panduan langkah-langkah yang harus dilakukan, aturan atau batasan dalam
hal bahan, dan isi kegiatan yang dilakukan (Harsiati, 2016: 88).
d. Teks Laporan Hasil Observasi
Teks laporan hasil observasi adalah teks yang bertujuan untuk memerinci,
mengklasifikasi, dan memberi informasi faktual tentang orang, hewan, objek, atau
fenomena. Teks laporan hasil observasi dapat berbentuk buku referensi
(ensiklopedia), film dokumenter, dan hasil penelitian (Harsiati, 2016: 123). Teks
laporan hasil observasi biasanya berisi hasil obervasi dan analisis secara sistematis
serta berisi fakta-fakta yang bisa dibuktikan secara ilmiah (Harsiati, 2016: 129).
e. Teks Fabel
Teks fabel adalah teks yang menceritakan kehidupan binatang yang berperilaku
menyerupai manusia. Teks fabel termasuk jenis cerita fiksi, bukan kisah tentang
kehidupan nyata. Teks fabel juga disebut cerita moral karena pesan yang ada didalam
cerita fabel berkaitan erat dengan moral.Teks fabel tidak hanya mengisahkan
kehidupan binatang, tetapi juga mengisahkan kehidupan manusia dengan segala
karakternya (Harsiati, 2016: 194).
D. Teks Cerita Fantasi
Pembahasan mengenai teori teks cerita fantasi akan diulas satu persatu, dimulai dari
pembahasan mengenai pengertian, ciri-ciri, struktur, unsur-unsur intrinsik, unsur
40
kebahasaan, langkah-langkah, dan jenis. Berikut ini diuraikan selengkapnya
mengenai teks cerita fantasi.
1. Pengertian Teks Cerita Fantasi
Teks cerita fantasi merupakan sebuah karya tulis yang dibangun menggunakan alur
cerita yang normal, namun memiliki sifat imajinatif dan khayalan semata. Umumnya
unsur unsur dan struktur cerita fantasi ini seperti setting, alur, penokohan, konflik,
ending, dan lain sebagainya akan dibuat berlebihan dan terkesan tidak akan pernah
terjadi di dunia nyata (Dimyati, 2017: 14). Harsiati (2014: 43) mengungkapkan cerita
fantasi merupakan salah satu genre cerita yang sangat penting untuk melatih
kreativitas. Berfantasi secara aktif bisa mengasah kreativitas.
Sedangkan menurut Kurniawan (2014: 39) menulis teks cerita fantasi adalah menulis
teks cerita yang isinya bernuansa keajaiban dengan pemunculan tokoh-tokoh unik
seperti robot, pohon, ataupun batu yang bisa berbicara atau berperilaku seperti
manusia. Interaksi yang terjadi antara tokoh memunculkan hal-hal di luar pemahaman
logika manusia. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa cerita fantasi bersifat fiksi atau khayalan dengan pemunculan tokoh-tokoh
yang unik sehingga memiliki daya tarik yang berbeda dari teks lainnya.
2. Ciri-Ciri Teks Cerita Fantasi
Sama seperti jenis teks pada umumnya cerita fantasi ini dapat dikatakan sebagai teks
cerita fantasi memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
41
a. Ide Cerita yang Terbuka
Ide cerita dalam cerita fantasi umumnya tidak memiliki batasan realita (kenyataan)
dan dapat dikembangkan sesuka pengarang. Tema dan ide yang diusung oleh cerita
fantasi biasanya adalah mistis, supranatural, futuristik, dan lain sebagainya.
b. Terdapat Keanehan, Misterius, dan Keajaiban
Jika Anda mendapati sebuah teks cerita mengandung unsur keanehan, bersifat
misterius seperti mengandung unsur mistis maupun terdapat keajaiban yang tidak
dapat dilogika oleh pikiran maka itu dapat menjadi ciri-ciri cerita fantasi.
Umumnya segala keanehan dan keajaiban yang timbul dalam cerita bersifat
berlebihan seperti Anda sedang membayangkan manusia bersayap dan bisa
terbang tinggi atau lain sebagainya.
c. Tokoh yang Unik
Tokoh dalam teks cerita fantasi umumnya memiliki kelebihan tersendiri yang unik
dan berbeda dari yang lain, Seperti dalam cerita Superman yang tokoh utamanya
yakni Clark Kent (Superman) memiliki kekuatan super untuk terbang,
mengangkan beban jutaan kilogram dan mengeluarkan laser dari matanya.
d. Fiksi atau Khayalan
Bersifat fiksi dan merupakan cerita khayalan semata, maka cerita fantasi ini tidak
akan bisa dinalar oleh akal pikiran jika dibandingkan dengan kehidupan di dunia
nyata.
42
e. Gaya Bahasa
Gaya bahasa yang digunakan dalam cerita ini umumnya tidak harus selalu terikat
menggunakan bahasa yang formal. Melainkan menggunakan bahasa yang
bervariasi (Dimyati, 2017: 36).
3. Struktur Cerita Fantasi
Struktur cerita fantasi umumnya hampir sama dengan struktur teks cerita fantasi
yakni terdiri dari orientasi, konflik, dan resolusi. Adapun penjelasan dari masing-
masing struktur adalah sebagai berikut.
a. Orientasi
Pengenalan atau orientasi merupakan sebuah bagian dimana pengarang
memberikan pengenalan tentang penokohan, tema, dan sedikit alur cerita
kepada pembacanya.
b. Konflik
Konflik sendiri merupakan bagian dimana terjadi permasalahan dimulai dari
awal permasalahan hingga menuju ke puncak permasalahan.
c. Resolusi
Resolusi merupakan penyelesaian dari permasalahan atau konflik yang terjadi.
Resolusi sendiri merupakan bagian penentu yang akan mengarah pada ending
(Dimyati, 2017: 38).
43
4. Unsur-Unsur Intrinsik Cerita Fantasi
Unsur-unsur intrinsik dalam cerita fantasi sebagai berikut.
a. Tema
Tema merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra dan yang
terkandung di dalam teks sebagai struktur semantis dan yang menyangkut persamaan-
persamaan atau perbedaan-perbedaan (Hartoko dalam Nurgiyantoro, 2012: 68). Tema
merupakan jiwa cerita dalam karya fiksi (Priyatni, 2010: 119). Pada cerita fantasi
biasanya tema yang digunakan bersifat fantasi, berhubungan dengan majic,
supranatural, dan futuristik.
b. Alur (Plot)
Plot merupakan hubungan antarperistiwa yang bersifat sebab akibat, tidak hanya
jalinan secara kronologis. Alur ini erat hubungannya dengan tokoh-tokoh yang
berperan dalam sebuah cerita karena melukiskan peristiwa yang dialami oleh tokoh-
tokoh cerita atau aktivitas dari tokoh cerita yang melahirkan konfliks (Nurgiyantoro,
2012: 112). Alur adalah rangkaian peristiwa yang berarti bahwa peristiwa menjadi
unsur dari alur. Keterampilan pengarang dalam menggarap peristiwa menjadi jalinan
cerita yang menarik ikut menentukan kualitas cerita yang ditampilkan pengarang
(Priyatni, 2010: 112).
c. Penokohan
Penokohan adalah teknik bagaimana pengarang menampilkan tokoh-tokoh dalam
cerita sehingga dapat diketahui karakter atau sifat para tokoh. Tokoh cerita adalah
44
orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama yang oleh
pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang
diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Tokoh dalam
cerita fantasi bisa diberi watak dan ciri yang unik yang tidak ada dalam kehidupan
sehari-hari. Tokoh memiliki kesaktian-kesaktian tertentu. Tokoh mengalami peristiwa
misterius yang tidak terjadi pada kehidupan sehari-hari. Tokoh mengalami kejadian
dalam berbagai latar waktu. Tokoh dapat ada pada seting waktu dan tempat yang
berbeda zaman (bisa waktu lampau atau waktu yang akan datang/ futuristik).
d. Watak
Watak atau karakter berhubungan dengan perangai si pelaku dengan perangai si tokoh
dalam suatu narasi.
e. Latar (setting)
Latar atau setting yang disebut sebagai landasan tumpu, menyarankan pada
pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya
peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Latar memberikan pijakan cerita secara konkret
dan jelas. Unsur latar dapat dibedakan kedalam tiga unsur pokok, yaitu tempat,
waktu, dan sosial. Berikut ini ketiga unsur itu walau masing-masing menawarkan
permasalahan yang berbeda dan dapat dibicarakan secara sendiri, pada kenyataannya
saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya.
a. Latar Tempat
Latar tempat adalah lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah
karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan mungkin berupa tempat-tempat
45
dengan nama tertentu, inisial tertentu, mungkin lokasi tertentu tanpa nama
jelas.
b. Latar Waktu
Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-
peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi masalah “kapan” tersebut
biasanya dihubungkan dengan waktu faktual, waktu yang kaitannya atau dapat
dikaitkan dengan peristiwa sejarah.
c. Latar Sosial
Latar sosial berhubungan pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku
kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya
fiksi.
e. Sudut Pandang
Sudut pandang berhubungan dengan dari mana penulis memandang suatu
peristiwa. Ada sudut pandang orang pertama atau orang ketiga. Menurut
Nurgiyantoro (2012: 256) dapat dibedakan dua, yaitu sudut pandang persona
ketiga: dia, mereka, dan kalian. Sudut pandang persona pertama “Aku”. Sudut
pandang campuran adalah sudut pandang yang menggabungkan antara sudut
pandang orang ketiga “Dia” dan sudut pandang orang pertama “Aku”.
Pengarang melakukan kreativitas dalam penceritaan dengan mencampurkan
sudut pandang tersebut. Menurut Nurgiyantoro (2012: 267) tidak semua
penceritaan menggunakan sudut pandang ini, namun tergantung dengan efek
yang diinginkan oleh pengarang saja.
46
5. Unsur-Unsur Kebahasaan Cerita Fantasi
Terdapat lima ciri-ciri kebahasaan dalam cerita fantasi sebagai berikut.
1. Penggunaan kata ganti dan nama orang sebagai sudut pandang penceritaan
(contoh: aku, mereka, dia, dikau, engkau, Queen, Angel Biru).
2. Penggunaan kata yang mencerap panca indera dalam diskripsi latar (tempat,
waktu, dan suasana), contohnya dalam beberapa teks berikut.
a. Latar Tempat
Tiga pohon berjajar rapih berdiri dengan kokoh. Sayap-sayap burung yang
mulai mengepak, menggoyangkan daun-daun dalam dahan. Hembusan
angin yang tak biasa. Mengemparkan kota Zaitun di sore ini.
b. Latar Suasana
Air mata pun jatuh di pipi Pangeran Xin. Sepucuk surat dari Sang Nenek
menjadi saksi kepiluannya. Tawa canda pangeran sirna.
c. Latar Waktu
Pagi hari seperti biasa para agent mempersiapkan diri. Matahari bersinar
terang membawa hawa semangat. Kokok jago bersautan menyambut hari
telah datang.
3. Menggunakan pilihan kata dengan makna kias dan makna khusus
Contoh: Monster itu bekaki empat. Langkah seribunya penuh dengan
keberanian. Semakin mendekat semakin melawan.
47
4. Kata Sambung Penanda Urutan Waktu
Kata sambung urutan waktu itu, sementara itu, bersamaan dengan itu, tiba-
tiba, ketika, sebelum, dan sebagainya. Penggunaan kata sambung uruan waktu
untuk menandakan datangnya tokoh lain atau perubahan latar, baik latar
suasana, waktu, dan tempat.
Contoh:
1. Sebelum Alien itu datang langit mendung
2. Tiga tahun yang lalu, gunung itu memuntahkan lahar dingin
3. Akhirnya, Raja Zahab berkuasa kembali di kerajaan Saturnus.
5. Penggunaan Kata atau Ungkapan Keterkejutan
Penggunaan kata/ungkapan keterkejutan berfungsi untuk menggerakan cerita
(memulai masalah). Contoh: Tiba-tiba pesawat tempur melepaskan tembakan
Pertamanya (Harsiati, 2016: 68-69).
6. Langkah-Langkah Menyusun Cerita Fantasi
Cerita fantasi dapat disusun dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut.
1. Memilih topik atau menjadi dasar penceritaan yaitu menentukan ide awal.
2. Mengumpulkan materi sebagai bahan uraian dengan melakukan riset.
3. Menentukan pola pengembangan bahan uraian. Pengarang dapat melakukan
pembuatan detail-detail ide awal cerita.
4. Menyusun kerangka paragraf berupa gagasan dan gagasan penjelas lainnya.
48
5. Mengembangkan kerangka paragraf menjadi kalimat yang padu sehingga
tersusun sebuah cerita.
7. Jenis-Jenis Cerita Fantasi
Jenis-jenis cerita fantasi akan dijelaskan sebagai berikut.
1. Cerita Fantasi Total dan Irisan
Pertama dalam kategori fantasi total berisi fantasi pengarang terhadap
objek atau tertentu pada cerita kategori ini semua yang terdapat dalam
cerita, tidak terjadi dalam dunia nyata. Kedua cerita fantasi irisan yaitu
cerita fantasi yang mengungkapkan fantasi, tetapi masih menggunakan
nama-nama dalam kehidupan nyata, menggunakan nama tempat yang ada
dalam kehidupan nyata, atau peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi pada
dunia nyata.
2. Cerita Fantasi Sezaman dan Lintas Waktu
Jenis cerita fantasi berdasarkan kesesuainya dibedakan menjadi dua
kategori, yaitu latar lintas waktu dan latar waktu sezaman. Latar sezaman
berarti latar yang digunakan satu masa (fantasi masa kini, fantasi masa
lampau, atau fantasi masa yang akan datang atau futuristik). Latar lintas
waktu berarti cerita fantasi menggunakan dua latar watu yang berbeda
(misalnya masa kini, dengan zaman prasejarah, masa kini, dan 40 tahun
mendatang atau futuristik).
49
E. Model Pembelajaran Project Based Learning
Pengembangan bahan ajar (LKPD) menulis cerita fantasi ini menggunakan model
Project Based Learning. Model ini diharapkan dapat memperbaiki proses
pembelajaran sehingga siswa mampu memproduksi cerita fantasi. Berikut akan
dijelaskan mengenai model pembelajaran Project Based Learning.
1. Pengertian Project Based Learning
Hosnan (2014: 319) menjelaskan bahwa Project Based Learning (PBL) atau
model pembelajaran berbasis proyek (PBP) merupakan model pembelajaran
yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media. Guru menugaskan siswa
untuk melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sistesis, dan informasi
untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar. Pembelajaran ini
menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan
mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam
beraktivitas secara nyata.
Project Based Learning (PjBL) adalah sebuah pembelajaran dengan aktivitas
jangka panjang yang melibatkan siswa dalam merancang, membuat, dan
menampilkan produk untuk mengatasi permasalahan dunia nyata (Sani, 2018 :
172). Sedangkan Grant dalam Priansa (2015: 168) menyatakan bahwa
pembelajaran berbasis proyek adalah model pembelajaran secara konstruktif
untuk pendalaman pembelajaran dengan pendekatan berbasis riset terhadap
50
permasalahan dan pertanyaan yang berbobot, nyata, dan relevan bagi kehidupan
peserta didik.
Berdasarkan berbagai pendapat di atas, maka pembelajaran berbasis proyek
(Project Based Learning) merupakan model pembelajaran yang diorientasikan
untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan belajar para siswa melalui
serangkaian kegiatan merencanakan, melaksanakan penelitian, dan menghasilkan
produk tertentu yang dibingkai dalam satu wadah berupa proyek pembelajaran.
2. Karakteristik Project Based Learning
Pembelajaran berbasis proyek memiliki potensi yang besar untuk memberikan
pengalaman belajar yang lebih menarik dan bermakna bagi siswa (Gear dalam
Hosnan, 2014: 321). Sedangkan menurut Buck Institute for Education (Hosnan, 2014:
321) belajar berbasis proyek PBL memiliki karakteristik sebagai berikut.
a. Siswa mengambil keputusan sendiri dalam kerangka kerja yang telah
ditentukan bersama sebelumnya.
b. Siswa berusaha memecahkan sebuah masalah atau tantangan yang tidak
memiliki satu jawaban pasti.
c. Siswa ikut merancang proses yang akan ditempuh dalam mencari solusi.
d. Siswa didorong untuk berpikir kritis, memecahkan masalah,
berkolaborasi, serta mencoba berbagai macam bentuk komunikasi.
e. Siswa bertanggung jawab mencari dan mengelola sendiri informasi yang
mereka kumpulkan.
51
f. Pakar-pakar dalam bidang yang berkaitan dengan proyek yang dijalankan
sering diundang menjadi guru tamu dalam sesi-sesi tertentu untuk
memberikan pencerahan bagi siswa.
g. Evaluasi dilakukan secara terus-menerus selama proyek berlangsung.
h. Siswa secara regular merefleksikan dan merenungi apa yang telah mereka
lakukan, baik proses maupun hasilnya.
i. Produk akhir dari proyek (belum tentu berupa material, tapi bisa berupa
presentasi, drama, dan lain-lain) dipresentasikan di depan umum
(maksudnya, tidak hanya pada gurunya, namun bisa juga pada dewan
guru, orang tua, dan lain-lain) dan dievaluasi kualitasnya.
j. Di dalam kelas dikembangkan suasana penuh toleransi terhadap kesalahan
dan perubahan, serta mendorong bermunculannya umpan balik serta
revisi.
Senada dengan karakteristik di atas, Mac Donell (dalam Abidin, 2014: 168)
menjelaskan bahwa model pembelajaran ini memiliki tujuh karakteristik sebagai
berikut.
a. Melibatkan siswa secara langsung dalam pembelajaran
b. Menghubungkan pembelajaran dengan dunia nyata
c. Dilaksanakan dengan berbasis penelitian
d. Melibatkan berbagai sumber belajar
e. Bersatu dengan pengetahuan dan keterampilan
f. Dilakukan dari waktu ke waktu
52
g. Diakhiri dengan sebuah produk tertentu.
3. Manfaat Pembelajaran Project Based Learning
Pembelajaran berbasis proyek memiliki sejumlah manfaat yang penting bagi peserta
didik, antara lain sebagai berikut.
Tabel 2.1 Manfaat Pembelajaran Project Based Learning
No Manfaat Penjelasan
1. Merangsang Keaktifan
Peserta Didik
Pembelajaran berbasis proyek mendorong
peserta didik untuk aktif dan terlibat proses
pembelajaran.
2. Mendorong Pembelajaran
Interaktif
Pembelajaran berbasis proyek mendorong
peserta didik untuk melaksanakan pembelajaran
yang interaktif, baik secara individu maupun
kelompok.
3. Berfokus pada Peserta
Didik
Pembelajaran berbasis proyek berfokus pada
peserta didik.
4. Guru merupakan Fasilitator Pembelajaran berbasis proyek berasumsi bahwa
guru merupakan fasilitator yang mampu
mendorong dan memotivasi peserta didik untuk
belajar secara lebih mandiri.
5. Mendorong Peserta Didik
Berpikir Lebih Kritis
Pembelajaran berbasis proyek mendorong
peserta didik berpikir lebih kritis sehingga
makna sesungguhnya dari proses pembelajaran
dapat dipahami dengan baik oleh peserta didik.
6. Pengetahuan Lebih
Mendalam
Pembelajaran berbasis proyek mendorong
peserta didik untuk berpikir lebih mendalam
sehingga pengetahuan yang dimilikinya akan
semakin berkembang.
Sumber: (Priansa, 2015: 170)
4. Kelebihan dan Kelemahan Project Based Learning
Sebagai model yang telah lama diakui kekuatannya dalam mengembangkan
kompetensi siswa, banyak ahli mengungkapkan keunggulan model ini. Railsback
53
dalam Priansa (2015: 171-172) menyatakan keunggulan model ini sebagai
berikut.
a. Mempersiapkan peserta didik menghadapi kehidupan nyata yang terus
berkembang.
b. Meningkatkan motivasi peserta didik untuk belajar dan mendorong
kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan penting.
c. Membentuk sikap peserta didik.
d. Meningkatkan kepercayaan diri peserta didik.
e. Meningkatkan kemampuan peserta didik dalam pemecahan masalah yang
dihadapi.
Banyak keuntungan yang dapat diperoleh dengan model pembelajaran Project Based
Learning, namun masih ada kelemahan dan kesulitan seperti waktu dan biaya yang
lebih banyak dibutuhkan. Diperlukan desain khusus untuk kelas atau sekolah yang
menggunakannya untuk mencapai hasil yang maksimal. Tahap pembelajaran ini
selalu mengikutsertakan presentasi atau performance, maka dibutuhkan sekolah yang
lebih efektif dan dinamis.
5. Langkah-Langkah Project Based Learning
Langkah-langkah model pembelajaran project based learning menurut (Kamdi,
2007: 9) adalah sebagai berikut.
54
a. Searching
Siswa dihadapkan pada masalah yang real dan guru mendorong siswa
untuk mengidentifikasi masalah tersebut. Masalah yang diajukan adalah
masalah yang nyata dan siswa dianggap mampu untuk mengerjakannya
dalam rentang waktu tertentu. Pada proses ini guru menjadi motivator
eksternal bagi siswa dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang
dapat memberi dorongan kepada siswa untuk berjuang memperoleh
konsep dan prinsip utama suatu bidang tertentu.
b. Solving
Siswa dibimbing menemukan alternatif dan merumuskan strategi
pemecahan masalah. Perlu digarisbawahi bahwa permasalahan yang
diberikan haruslah permasalahan yang nyata dan dapat mendorong siswa
mengontruksi pengetahuannya sendiri untuk memecahkan persoalan yang
dihadapinya.
c. Designing
Guru membimbing siswa dalam melakukan perencanaan dan tahapan-
tahapan yang harus dilalui untuk membuat suatu produk. Guru juga
memperhatikan perkiraan waktu pembuatan proyek dan memastikan siswa
dapat mengerjakan proyek tersebut sesuai dengan kemampuannya.
d. Producting/ Creating
Setelah siswa menyusun desain perencanaan proyek dan memperkirakan
waktu pembuatannya, siswa mengerjakan proyek tersebut sesuai dengan
55
rancangan yang telah direncanakan. Guru mengawasi, membimbing, dan
memfasilitasi apa yang dibutuhkan siswa.
e. Evaluating
Siswa dibimbing melakukan evaluasi terhadap produknya sendiri.
Memeriksa apakah sudah sesuai dengan rancangan awal atau belum dan
mencari kekurangan produk tersebut.
f. Sharing
Siswa mempresentasikan karya yang telah dibuat kepada teman-temannya
untuk mendapatkan masukan agar dalam mengerjakan proyek menjadi
lebih baik.
6. Perbedaan Pembelajaran Problem Based Learning dan Project Based Learning
Menurut Sani (2018: 187) menyatakan bahwa terdapat perbedaan antara problem
based learning dengan project based learning sebagai berikut.
Tabel 2.2 Perbedaan PBL dengan PjBL
No. Problem Based Learning Project Based Learning
1. Dilakukan secara berkelompok. Dilakukan secara berkelompok.
2. Permasalahan dunia nyata yang
bersifat divergen atau terbuka
(mungkin terkait dengan kehidupan
siswa atau mungkin merupakan
permasalahan di daerah lain).
Pertanyaan terkait dengan
permasalahan dalam kehidupan siswa.
3. Dapat bersifat multidisiplin atau
hanya satu pelajaran.
Pada umumnya bersifat multidisiplin
atau kolaborasi beberapa mata
pelajaran.
4. Menghasilkan solusi konseptual
atau prosedural berdasarkan analisis
permasalahan.
Menghasilkan produk yang terkait
dengan solusi permasalahan.
56
F. Pembelajaran Menulis Cerita Fantasi dengan Model Project Based Learning
Pembelajaran project based learning merupakan pengembangan dalam pembelajaran
yang dikembangkan dari teori John Dewey. Dalam perkembangannya project based
learning menjadi sebuah model pembelajaran yang digunakan sebagai sarana bagi
siswa untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan belajar (Simskins dalam
Abidin, 2014: 168). Model pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menunjukkan eksistensi dirinya dalam menghadapi sebuah masalah dengan
melibatkan kerja proyek. Model pembelajaran berbasis proyek ini akan menghasilkan
produk berupa LKPD cerita fantasi.
Sintag model pembelajaran Project Based Learning yang dikembangkan oleh The
George Lucas Educational Foundation dalam Priansa, (2015: 176) adalah sebagai
berikut.
a. Dimulai dengan Pertanyaan Esensial
Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang
dapat mengeksplorasi pengetahuan awal peserta didik serta memberi
penugasan peserta didik dalam melakukan suatu aktivitas.
b. Mendesain Rencana Proyek
Perencanaan proyek yang dilakukan secara kolaboratif antara guru dan peserta
didik dalam menentukan aturan main pengerjaan proyek. Pada tahap ini, guru
membantu peserta didik untuk menentukan judul proyek yang sesuai dengan
materi dan permasalahannya.
57
c. Membuat Jadwal
Tahap ketika guru dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal
aktivitas dalam menyelesaikan proyek.
d. Memonitor Peserta Didik dan Memantau Perkembangan Proyek
Guru bertanggung jawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas peserta
didik selama menyelesaikan proyek.
e. Menilai Hasil
Penilaian dilakukan untuk membantu guru dalam mengukur ketercapaian
standard an tujuan pembelajaran.
f. Mengevaluasi Pengalaman
Guru dan peserta didik melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil akhir
proyek yang sudah dijalankan. Pada tahap ini peserta didik diminta untuk
mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama menyelesaikan proyek.
Berikut tahapan-tahapan penerapan model Project Based Learning dalam
pembelajaran menyusun cerita fantasi secara tertulis di ruang kelas.
a. Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan pengiring untuk mengarahkan siswa
kepada sebuah permasalahan. Setelah menemukan permasalahan, guru
membagi siswa menjadi beberapa kelompok untuk selanjutnya
mengidentifikasi masalah dan menyelesaikan masalah tersebut.
58
b. Siswa mendiskusikan mengenai cara-cara apa saja yang dapat dilakukan untuk
mengatasi permasalahn yang ditemukan. Guru bertindak sebagai pembimbing
ketika siswa melaksanakan diskusi.
c. Siswa dan guru mendiskusikan pembuatan suatu produk, baik tahapan-
tahapan yang harus dilalui maupun penentuan waktu pembuatan.
d. Siswa membuat cerita fanatsi berdasarkan pengamatan terhadap objek sekitar
dengan memperhatikan rencana yang telah dibuat sebelumnya.
e. Setelah cerita fantasi tersebut jadi, guru mengajak siswa untuk mengevaluasi
produk hasil kelompok sendiri maupun kelompok lain. Setelah mengevaluasi
produk, siswa memperbaiki produk berdasarkan evaluasi yang telah
dilakukan.
f. Siswa berbagi pengalaman mengenai cara dan kesulitan yang dialami serta
suka duka dalam pembuatan proyek.
Model pembelajaran berbasis proyek selalu dimulai dengan menemukan apa
sebenarnya pertanyaan mendasar, yang nantinya akan menjadi dasar untuk
memberikan tugas proyek bagi siswa (melakukan aktivitas). Tentu saja topik yang
dipakai berhubungan dengan dunia nyata. Selanjutnya dengan dibantu guru,
kelompok-kelompok siswa akan merancang aktivitas yang akan dilakukan pada
proyek mereka masing-masing. Semakin besar keterlibatan dan ide-ide siswa
(kelompok siswa) yang digunakan dalam proyek itu, akan semakin besar pula rasa
memiliki mereka terhadap proyek tersebut.
59
Selanjutnya, guru dan siswa menentukan batasan waktu yang diberikan dalam
penyelesaian tugas (aktivitas) proyek mereka. Seiring berjalannya waktu, siswa
melaksanakan seluurh aktivitas mulai dari persiapan pelakasanaan proyek mereka
hingga melaporkannya, sementara guru memonitor dan memantau perkembangan
proyek kelompok-kelompok siswa dan memberikan pembimbingan yang dibutuhkan.
Tahap berikutnya, setelah siswa melaporkan hasil proyek yang dilakukan, guru
menilai pencapaian yang siswa peroleh baik segi pengetahuan (knowledge terkait
konsep yang relevan denga topik), hingga keterampilan dan sikap yang
mengiringinya. Terakhir, guru memberikan kesempatan kepada siswa merefleksi
semua kegiatan (aktivitas) dalam pembelajaran berbasis proyek yang telah mereka
lakukan agar di lain kesempatan pembelajaran dan aktivitas penyelasaian proyek
menjadi lebih baik lagi.
G. Metode Penelitian R & D (Research and Development)
Pengembangan bahan ajar (LKPD) menulis cerita fantasi ini menggunakan model
pembelajaran Project Based Learning dengan metode penelitian pengembangan
(Research and Development). Berikut ini diuraikan mengenai metode tersebut.
1. Pengertian Penelitian R & D (Research and Development)
“ Educational Research and Development is a process used to develop and validate
educational products” yang maknanya adalah “penelitian pendidikan dan
pengembangan adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan
suatu produk baru atau memvalidasi produk pendidikan” (Borg and Gall, 1989: 772).
60
Produk dalam konteks ini adalah tidak selalu berbentuk hardware (buku, modul,
LKPD, alat bantu pembelajaran di kelas dan laboratorium), tetapi bisa juga perangkat
lunak (software) seperti program untuk pengolahan data, pembelajaran di kelas,
perpustakaan atau laboratorium, ataupun model-model pendidikan, pembelajaran
pelatihan, bimbingan, evaluasi, manajemen, dan sebagainya. Menurut Borg and Gall
(1989: 772) bahwa:
“Educational Research and development (R & D) is a process used to develop
and validate educational products. The steps of this process are usually referred
to as the R & D cycle, which consists of studying research findings pertinent to
the product to be developed, developing the products based on these findings,
field testing it in the setting where it will be used eventually, and revising it to
correct the deficiencies found in the filed-testing stage. In more rigorous
programs of R&D, this cycle is repeated until the field-test data indicate that the
product meets its behaviorally defined objectives.”
“Penelitian pendidikan dan pengembangan adalah sebuah proses untuk
mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan. Langkah-langkah proses
ini biasanya disebut sebagai siklus Litbang, yang terdiri atas mempelajari
temuan-temuan penelitian yang berkaitan dengan produk yang akan
dikembangkan, mengembangkan produk berdasarkan temuan-temuan ini,
mengujinya di tempat yang akan digunakan akhirnya, dan merevisi untuk
memperbaiki kekurangan yang ditemukan pada tahap pengujian yang diajukan.
Dalam program R & D yang lebih ketat, siklus ini diulangi hingga data uji
lapangan menunjukkan bahwa produk memenuhi tujuan yang ditetapkan secara
perilaku.”
Sugiyono (2015: 35) berpendapat bahwa, metode penelitian dan pengembangan
(R&D) adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk
tertentu, dan menguji keektifan produk tersebut. Untuk dapat menghasilkan produk
tertentu digunakan penelitian yang bersifat analisis kebutuhan (digunakan metode
survey atau kualitatif) dan untuk menguji keefektifan produk tersebut supaya dapat
61
berfungsi di masyarakat luas, maka diperlukan penelitian untuk menguji keektifan
produk tersebut (digunakan metode eksperimen).
Selanjutnya menurut Sukmadinata (2009: 164), mengemukakan bahwa penelitian dan
pengembangan (R&D) merupakan suatu proses atau langkah-langkah untuk
mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada,
yang dapat dipertanggungjawabkan. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa penelitian pengembangan R & D ini digunakan untuk
mengembangkan dan mengetahui validitas suatu produk.
2. Karakteristik Penelitian R & D (Research and Development)
Borg and Gall (1989) menjelaskan empat ciri utama dalam penelitian R & D adalah
sebagai berikut.
1. Studying research findings pertinent to the product to be develop artinya
melakukan studi atau penelitian awal untuk mencari temuan temuan penelitian
terkait dengan produk yang akan dikembangkan.
2. Developing the product base on this findings artinya mengembangkan produk
berdasarkan temuan penelitian tersebut.
3. Field testing it in the setting where it will be used eventually artinya
dilakukannya uji lapangan dalam seting atau situasi senyatanya di mana
produk tersebut nantinya digunakan.
4. Revising it to correct the deficiencies found in the field-testing stage artinya
melakukan revisi untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ditemukan
dalam tahap-tahap uji lapangan.
62
Dari keempat ciri utama R & D tersebut, memberikan gambaran bahwa ciri utama R
& D adalah adanya langkah-langkah penelitian awal terkait dengan produk yang akan
dikembangkan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut kemudian produk.
3. Langkah-langkah Penelitian R & D (Research and Development)
Secara ringkas langkah-langkah penelitian R & D menurut Borg dan Gall (1989: 782)
diuraikan sebagai berikut.
a. Research and Information Collecting (Penelitian dan Pengumpulan Data)
Langkah pertama ini meliputi analisis kebutuhan, studi pustaka, studi literatur,
penelitian skala kecil dan standar laporan yang dibutuhkan. Untuk melakukan
analisis kebutuhan ada beberapa kriteria yang terkait dengan urgensi
pengembangan produk dan pengembangan produk itu sendiri, juga
ketersediaan SDM yang kompeten dan kecukupan waktu untuk
mengembangkan.
b. Planning (Perencanaan)
Menyusun rencana penelitian, meliputi kemampuan-kemampuan yang
diperlukan dalam pelaksanaan penelitian, rumusan tujuan yang hendak dicapai
dengan penelitian tersebut, desain atau langkah-langkah penelitian,
kemungkinan pengujian dalam lingkup terbatas.
c. Develop Preliminary Form of Product (Pengembangan Draft Produk
Awal)
Langkah ini meliputi penentuan desain produk yang akan dikembangkan
(desain hipotetik), penentuan sarana dan prasarana penelitian yang dibutuhkan
63
selama proses penelitian dan pengembangan, penentuan tahap-tahap
pelaksanaan uji desain di lapangan, dan penentuan deskripsi tugas pihak-pihak
yang terlibat dalam penelitian. Termasuk di dalamnya antara lain
pengembangan bahan pembelajaran, proses pembelajaran dan instrumen
evaluasi.
d. Preliminary Field Testing (Uji Coba Lapangan Awal)
Langkah ini merupakan uji produk secara terbatas, yaitu melakukan uji
lapangan awal terhadap desain produk, yang bersifat terbatas, baik substansi
desain maupun pihak-pihak yang terlibat. Uji lapangan awal dilakukan secara
berulang-ulang sehingga diperoleh desain layak, baik substansi maupun
metodologi. Misal uji ini dilakukan di 1 sampai 3 sekolah, menggunakan 6
sampai 12 subjek uji coba (guru). Selama uji coba diadakan pengamatan,
wawancara dan pengedaran angket. Pengumpulan data dengan kuesioner dan
observasi yang selanjutnya dianalisis.
e. Main Product Revision (Revisi Hasil Uji Coba)
Langkah ini merupakan perbaikan model atau desain berdasarakan uji
lapangan terbatas. Penyempurnaan produk awal akan dilakukan setelah
dilakukan uji coba lapangan secara terbatas. Pada tahap penyempurnaan
produk awal ini, lebih banyak dilakukan dengan pendekatan kualitatif.
Evaluasi yang dilakukan lebih pada evaluasi terhadap proses, sehingga
perbaikan yang dilakukan bersifat perbaikan internal.
64
f. Main Field Text (Uji Lapangan Produk Utama)
Langkah ini merupakan uji produk secara lebih, meliputi uji efektivitas desain
produk, uji efektivitas desain (pada umumnya menggunakan teknik
eksperimen model penggulangan). Hasil dari uji ini adalah diperolehnya
desain yang efektif, baik dari sisi substansi maupun metodologi. Contoh uji
ini misalnya dilakukan di 3 sampai 15 sekolah dengan 20 sampai 100 subjek.
Pengumpulan data tentang dampak sebelum dan sesudah implementasi produk
menggunakan kelas khusus, yaitu data kuantitatif penampilan subjek uji coba
(guru) sebelum dan sesudah menggunakan model yang dicobakan. Hasil-hasil
pengumpulan data dievaluasi dan kalau mungkin dibandingkan dengan
kelompok pembanding.
g. Operational Product Revision (Revisi Produk)
Langkah ini merupakan penyempurnaan produk atas hasil uji lapangan
berdasarkan masukan dan hasil uji lapangan utama. Jadi, perbaikan ini
merupakan perbaikan kedua setelah dilakukan uji lapangan yang lebih luas
dari uji lapangan yang pertama. Penyempurnaan produk dari hasil uji
lapangan lebih luas ini akan lebih memantapkan produk yang dikembangkan,
karena pada tahap uji coba lapangan sebelumnya dilaksanakan dengan adanya
kelompok kontrol. Desain yang digunakan adalah pretest dan posttest. Selain
perbaikan yang bersifat internal. Penyempurnaan produk ini didasarkan pada
evaluasi hasil sehingga pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
kuantitatif.
65
h. Operational Field Testing (Uji Coba Lapangan Skala Luas/Uji
Kelayakan)
Langkah ini sebaiknya dilakukan dengan skala besar, meliputi uji efektivitas
dan adaptabilitas desain produk, dan uji efektivitas dan adabtabilitas desain
melibatkan para calon pemakai produk. Hasil uji lapangan berupa model
desain yang siap diterapkan, baik dari sisi substansi maupun metodologi.
Misal uji ini dilakukan di 10 sampai 30 sekolah dengan 40 sampai 200 subjek.
Pengujian dilakukan melalui angket, wawancara, dan observasi dan hasilnya
dianalisis.
i. Final Product Revision (Revisi Produk Final)
Langkah ini merupakan penyempurnaan produk yang sedang dikembangkan.
Penyempurnaan produk akhir dipandang perlu untuk lebih akuratnya produk
yang dikembangkan. Pada tahap ini sudah didapatkan suatu produk yang
tingkat efektivitasnya dapat dipertanggungjawabkan. Hasil penyempurnaan
produk akhir memiliki nilai "generalisasi" yang dapat diandalkan.
Penyempurnaan didasarkan masukan atau hasil uji kelayakan dalam skala
luas.
j. Disemination and Implementation (Desiminasi dan Implementasi)
Desiminasi dan implementasi, yaitu melaporkan produk pada forum-forum
profesional di dalam jurnal dan implementasi produk pada praktik pendidikan.
Penerbitan produk untuk didistribusikan secara komersial maupun free untuk
dimanfaatkan oleh publik. Distribusi produk harus dilakukan setelah melalui
quality control.
66
4. Kelebihan dan Kekurangan Penelitian R & D (Research and Development)
Pada dasarnya Model Borg dan Gall (1989) bagian dari penelitian pengembangan
(R&D) yang memiliki kelebihan dan kekurangan sebagai berikut.
a. Mampu mengatasi kebutuhan nyata dan mendesak (real needs in the here and
now) melalui pengembangan solusi atas suatu masalah sembari menghasilkan
pengetahuan yang bisa digunakan di masa mendatang.
b. Mampu menghasilkan suatu produk atau model yang memiliki nilai validasi
tinggi, karena melalui serangkaian uji coba di lapangan dan divalidasi ahli.
c. Mendorong proses inovasi produk atau model yang tiada henti sehingga
diharapkan akan selalu ditemukan model atau produk yang selalu aktual
dengan tuntutan kekinian.
d. Merupakan penghubung antara penelitian yang bersifat teoritis dan lapangan.
e. Pada prinsipnya memerlukan waktu yang relatif panjang, karena prosedur
yang harus ditempuh relatif kompleks.
f. Tidak bisa digeneralisasikan secara utuh, karena penelitian ditujukan untuk
pemecahan masalah “here and now”, dan dibuat berdasarkan sampel
(spesifik), bukan populasi.
g. Penelitian memerlukan sumber dana dan sumber daya yang cukup besar.
67
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Model Pengembangan
Borg and Gall (1989: 624), educational research and development is aprocess
used to develop and validate educational product yang artinya bahwa penelitian
pengembangan pendidikan adalah sebuah proses yang digunakan untuk
mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan. Penelitian dan
Pengembangan pendidikan (R & D Education) adalah model pembangunan
berbasis industri di mana temuan penelitian digunakan untuk merancang prosedur
dan produk baru, yang kemudian diujikan di lapangan secara sistematis,
dievaluasi, dan disempurnakan sampai memenuhi kriteria efektivitas yang
ditentukan, kualitas, atau standar yang sama (Borg and Gall, 2003: 569).
Hasil dari penelitian pengembangan tidak hanya pengembangan sebuah produk
yang sudah ada melainkan juga untuk menemukan pengetahuan atau jawaban atas
permasalahan praktis. Metode penelitian dan pengembangan juga didefinisikan
sebagai suatu metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk
tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2011: 297),
sedangkan menurut Setyosari (2015: 275-277) penelitian pengembangan
memfokuskan pada bidang desain atau rancangan, apakah itu berupa model desain
dan desain bahan ajar. Pengembangan juga merupakan suatu proses yang dipakai
untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan.
68
Dari beberapa pendapat pakar di atas, penulis menentukan model pengembangan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah research and development (R&D)
Borg and Gall yang selanjutnya lebih dikenal dengan research and development
research (RDR) dengan langkah-langkah diadaptasi oleh peneliti. Dalam model
RDR dikelompokkan menjadi tiga kegiatan, yakni penelitian pendahuluan,
pengembangan produk, dan uji efektivitas.
Langkah-langkah utama dalam melaksanakan penelitian pengembangan ini pada
research and development yang dikembangkan oleh Borg and Gall ini dapat
digambarkan dengan bagan berikut ini.
Bagan 3.1 Langkah-langkah penggunaan Metode Research and
Development (R&D) menurut Borg dan Gall
Pengumpulan
informasi
penelitian
Perencanaan Mengembangkan
bentuk awal
produk
Uji lapangan tahap
awal
Revisi produk
utama
Uji lapangan
utama
Revisi produk
operasional
Uji lapangan
operasional
Revisi produk
tahap akhir
Diseminasi dan
implementasi
69
Berikut penjelasan langkah-langkah pengembangan menurut Borg and Gall.
1. Pengumpulan informasi penelitian (research and information collecting)
Tahap ini adalah tahap awal dalam penelitian pengembangan, meliputi
tinjauan pustaka, observasi kelas, dan persiapan penyusunan laporan.
2. Perencanaan (planning)
Pada tahap perencanaan, meliputi kegiatan mendefinisikan (membatasi)
keterampilan, menyatakan tujuan dalam mementukan pelajaran, dan
pengujian kelayakan dalam skala kecil. Kegiatan perencanaan meliputi
kegiatan mendefinisikan (membatasi) keterampilan, menyatakan tujuan
dalam mementukan pelajaran, danpengujian kelayakan dalam skala kecil.
3. Mengembangkan bentuk awal produk (develop preliminary form of
product)
Komponen-komponen yang terintegrasikan ke dalam produk merupakan
bentuk fisik dari produk pengembangan. Pengembangan draf produk
meliputi kegiatan mempersiapkan bahan ajar, buku panduan, dan alat
evaluasi.
4. Uji lapangan tahap awal (preliminary field testing)
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah mengumpulkan dan
menganalisis datawawancara, observasional, dan kuesioner.
5. Revisi produk utama (main product revision)
Hasil dari uji lapangan tahap awal yang dilakukan oleh para ahli terhadap
desain produk maka akan diketahui apa saja kelemahan dan kekurangan
dari produk yang telah dikembangkan. Dari kelemakan kelebihan tersebut,
70
perlu dilakukan perbaikan desain sehingga produk menjadi layak untuk
memenuhi kebutuhan belajar peserta didik setelah uji coba.
6. Uji lapangan utama (main field testing)
Pengumpulan data kuantitatif atas kinerja sebelum dan sesudah pelajaran.
Hasilnya kemudian dievaluasi dan dibandingkan dengan data kelompok
kontrol.
7. Revisi produk operasional (operational product revision)
Revisi produk yang disarankan melalui uji lapangan utama.
8. Uji lapangan operasional (operational field testing)
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah mengumpulkan dan
menganalisis data wawancara, observasional, dan kuesioner.
9. Revisi produk tahap akhir (final product revision)
Revisi produk sebagaimana yang disarankan oleh uji lapangan
operasional.
10. Diseminasi dan Implementasi
Produk yang telah selesai dapat disebarluaskan dan dipergunakan untuk
umum.
Dengan tetap mengacu pada model pengembangan (R&D) oleh Borg and Gall
(1983: 775), kesepuluh langkah dalam model penelitian dan pengembangan Borg
and Gall tidak semuanya dilakukan peneliti. Peneliti menyederhanakan menjadi
tujuh tahap yang disesuaikan dengan karakterisktik, keterbatasan waktu, biaya,
serta tenaga.
71
B. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di tiga sekolah yakni SMP Negeri 2 Bunga Mayang,
SMP Negeri 3 Bunga Mayang, SMP PG Bunga Mayang pada siswa kelas VII
tahun pelajaran 2018/2019. Penelitian dilaksanakan berdasarkan pertimbangan
efisiensi waktu, tenaga, dan biaya.
C. Spesifikasi Produk Pengembangan
Produk yang dihasilkan pada penelitian pengembangan ini berupa LKPD teks
cerita fantasi menggunakan model Project Based Learning pada siswa kelas VII
SMP dengan spesifikasi sebagai berikut.
1. Lembar Kegiatan Peserta Didik adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang
harus dikerjakan oleh peserta didik kelas VII SMP.
2. Lembar kegiatan ini berisi petunjuk dan langkah-langkah untuk
menyelesaikan tugas sesuai dengan kompetensi dasar materi teks cerita
fantasi untuk memahami bagaimana siswa bisa membuat teks cerita fantasi.
3. Lembar kegiatan ini digunakan untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas
VII selama empat jam pelajaran. Lembar kegiatan ini digunakan sebagai
pendamping buku paket yang digunakan dalam pembelajaran terkait
pembelajaran menulis teks cerita fantasi.
4. Lembar kegiatan ini disusun dengan struktur judul, petunjuk belajar,
kompetensi yang akan dicapai, informasi pendukung, tugas-tugas, dan
langkah kerja, serta penilaian.
72
D. Langkah Penelitian Pengembangan
Peneliti mengadaptasi tahapan dalam model penelitian dan pengembangan Borg
and Gall yang dilaksanakan dalam tujuh tahap hingga dihasilkan LKPD yang
layak untuk uji lapangan. Penelitian pengembangan ini dimulai dengan studi
pendahuluan yang merupakan bagian research (R) pertama dalam RDR. Studi
pendahuluan dilakukan untuk memperoleh informasi awal tentang kebutuhan dan
kondisi lapangan pembelajaran untuk dilakukan pengembangan bahan ajar. Hasil
studi pendahuluan digunakan untuk mendesain dan mengembangkan produk.
Desain pengembangan produk merupakan bagian development (D) dalam RDR.
Tahapan-tahapan hasiladaptasi Borg and Gall dikelompokkan dalam tahapan
utama yaitu studi pendahuluan, pengembangan dan evaluasi produk. Tahapan
tersebut kemudian diuraikan dalam langkah-langkah berupa (1) potensi dan
masalah; (2) pengumpulan data kebutuhan bahan ajar; (3 ) pengembangan bahan
ajar melalui perancangan (desain) produk dan mengembangkan bentuk produk
awal; (4) evaluasi produk melalui validasi oleh ahli/ pakar yang relevan; (5) revisi
rancangan produk hasil validasi; (6) uji coba produk pada teman sejawat dan uji
coba kelas kecil dan revisi produk hasil uji coba dilanjutkan dengan uji coba lebih
luas dengan kelas sesungguhnya (30 siswa); (7) melakukan revisi menjadi produk
operasional berupa LKPD yang siap diuji efektivitas penggunaannya.
E. Studi Pendahuluan
Penelitian dan pengembangan bahan ajar dimulai dengan analisis kebutuhan.
Analisis kebutuhan dilakukan berdasarkan potensi dan masalah yang ada dalam
pembelajaran dan pengumpulan data yang digunakan untuk mengembangkan
73
Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) untuk siswa kelas VII SMP di Lampung
Utara. Analisis potensi dan masalah pembelajaran diamati berdasarkan
pelaksanaan pembelajaran dan wawancara kepada guru dan siswa mengenai
penggunaan LKPD saat ini dan pengembangan yang diharapkan. Pengumpulan
data pengembangan LKPD melalui review produk LKPD yang ada dan analisis
konsep materi pengembangannya.
Hal penting dalam studi pendahuluan ini adalah didapatkannya deskripsi
kebutuhan tentang bahan ajar dengan model Project Based Learning. Dasar
deskripsi kebutuhan ini adalah hasil penyebaran angket kebutuhan tentang
perlunya bahan ajar LKPD dengan model Project Based Learning. Angket
ditujukan kepada guru-guru dan para siswa dari tiga sekolah yakni SMP Negeri 3
Bunga Mayang, SMP Negeri 2 Bunga Mayang, dan SMP PG Bunga Mayang
Lampung Utara.
Hasil observasi, wawancara, dan angket tersebut dianalisis untuk mendapatkan
deskripsi yang tepat tentang kondisi pembelajaran dan bahan ajar. Hasil analisis
kebutuhan berupa deskripsi bahan ajar yang diperlukan, yaitu bahan ajar LKPD
dengan model Project Based Learning yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa
SMP. Hasil studi pendahuluan dijadikan landasan untuk menetapkan desain
produk bahan ajar LKPD dengan model Project Based Learning.
1. Perancangan dan Pengembangan Produk
Perancangan LKPD dimulai dengan menentukan peta kebutuhan LKPD disusun
berdasarkan analisis kebutuhan materi yang harus disiapkan dalam LKPD.
Struktur LKPD secara umum adalah sebagai berikut: judul, petunjuk belajar
74
(petunjuk siswa), kompetensi yang akan dicapai, informasi pendukung, tugas-
tugas, langkah-langkah kerja, dan penilaian.
Setelah desain struktur bahan ajar dan panduan penggunaan bahan ajar telah
ditetapkan, langkah berikutnya adalah pembuatan produk awal dalam bentuk
Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD). Revisi rancangan awal bahan ajar berupa
LKPD ini ketika terdapat ketidak sesuaian rancangan dengan kelayakan
pembelajaran. Tahap validasi materi teks cerita fantasi direvisi kembali sehingga
layak digunakan dalam pembelajaran berdasarkan serangkaian pengujian sebagai
proses evaluasi pengembangan produk.
2. Evaluasi Produk
Evaluasi pengembangan LKPD ini dilakukan dalam empat tahap, yakni (1) uji
ahli/ pakar yang relevan dengan bidang kajian, (2) uji teman sejawat yaitu guru
bidang studi Bahasa Indonesia di SMP, (3) uji coba dalam skala kecil (10 siswa),
dan (4) uji coba dalam skala luas (1 kelas = 30 siswa).
a. Penilaian LKPD oleh Ahli/ Pakar
Pelaksanaan uji ahli/ pakar dimaksudkan untuk memperoleh masukan dari
ahli/ pakar yang memiliki kompetensi pada bidang kajian yang relevan.
Dalam konteks ini uji ahli/ pakar dilakukan kepada ahli materi/ isi
pembelajaran dan ahli teknologi pembelajaran. Pada tahap ini dilakukan
pengujian terhadap produk yang dihasilkan berupa validasi para ahli sebelum
digunakan pada tahap implemantasi. Hasil uji ahli/ pakar berupa komentar,
kritik, saran, koreksi, dan penilaian terhadap produk pengembangan.
75
Pengujian dilakukan dengan teknik diskusi dan angket penilaian produk.
Hasil uji dimanfaatkan untuk merevisi desain produk hingga diperoleh desain
produk yang layak.
b. Penilaian Teman Sejawat/ Praktisi
Uji teman sejawat atau praktisi pembelajaran dilakukan untuk memperoleh
masukan dari guru-guru Bahasa Indonesia di SMP. Pengujian ini bertujuan
untuk menjaring respon guru terhadap produk yang dikembangkan. Penilaian
meliputi bahasa, kesesuaian isi, kemenarikan penyajian dan kegrafikan diukur
menggunakan angket yang diisi oleh guru. Hasil observasi selanjutnya
dianalisis secara deskriptif menggunakan pendekatan kualitatif.
c. Uji Coba dalam Skala Kecil
Uji coba terbatas dalam skala kecil (10 siswa) dilakukan untuk mengetahui
respon siswa mengenai kelayakan penggunaan LKPD melalui angket uji
kemenarikan, kemudahan, dan kemanfaatan LKPD. Pelaksanaan uji
dilakukan pada siswa kelas VII SMP Negeri 3 Bunga Mayang dan
dimanfaatkan untuk merevisi rancangan produk LKPD sebelum diujikan
dalam kelompok besar.
d. Uji Coba Produk
Uji coba skala luas dilakukan pada kelas pembelajaran (1 kelas= 30 siswa).
Hasil pengujian diperoleh penilaian produk operasional berupa LKPD yang
siap digunakan dalam mencapai tujuan pembelajaran. Langkah-langkah uji
coba dilakukan dengan cara berikut ini.
76
1) Menyiapkan perangkat untuk uji coba (kriteria LKPD yang layak dan
angket kelayakan).
2) Menentukan responden uji coba peserta didik kelas VII di SMP yang
telah ditentukan.
3) Menyiapkan sarana dan prasarana yang diperlukan untuk
mengimplementasikan LKPD dalam pembelajaran.
4) Menginformasikan kepada responden tentang tujuan uji coba dan
kegiatan yang harus dilakukan oleh responden.
5) Melakukan uji coba sebagaimana kegiatan pembelajaran materi teks
cerita fantasi mengunakan model Project Based Learning yang
dihasilkan sebagai bahan ajarnya.
6) Mengumpulkan data hasil uji coba lembar angket uji daya tarik.
7) Mengolah data dan menyimpulkan hasilnya.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan dengan menelaah dokumen-dokumen yang berkaitan
dengan bahan ajar teks cerita fantasi untuk peserta didik SMP. Dokumentasi
dilakukan di kelas di beberapa SMP, perangkat pembelajaran berupa RPP,
LKPD, media, evaluasi, serta kondisi guru dan siswa dalam pembelajaran.
2. Observasi
Teknik observasi lapangan dilakukan dengan melakukan pengamatan
terhadap proses pembelajaran di kelas. Tujuannya untuk memperoleh
77
deskripsi kegiatan guru sebelum dan sesudah menerapkan LKPD saat
pembelajaran.
3. Wawancara
Wawancara dilakukan terhadap guru dan siswa untuk mengetahui secara
langsung kondisi pembelajaran yang dilakukan berkaitan dengan kebutuhan
penggunaan LKPD pembelajaran teks cerita fantasi.
4. Angket
Pemberian angket ditujukan kepada ahli atau pakar yang memiliki kompetensi
pada bidang kajian yang relevan, guru-guru pelajaran Bahasa Indonesia SMP
dan siswa kelas VII yang menerima materi teks cerita fantasi. Tujuan
penyebaran angket ini adalah untuk mendapatkan deskripsi objektif tentang
kelayakan LKPD yang dikembangkan dan daya tarik penggunaannya
sehingga diharapkan dapat memotivasi siswa untuk belajar.
G. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data yang
diteliti. Penelitian ini menggunakan instrumen sebagai berikut.
1. Lembar wawancara kebutuhan guru dan siswa, untuk mengetahui LKPD yang
dibutuhkan dalam pembelajaran.
Tabel. 3.1 Angket Wawancara Siswa Terhadap Kebutuhan LKPD
No Aspek Pernyataan
1. Ketersediaan bahan ajar
1. Apakah Bapak/Ibu menggunakan
bahan ajar sebagai panduan siswa
dalam kegiatan pembelajaran menulis
teks cerita fantasi?
2. Jika ada, apakah bahan ajar tersebut
buatan sendiri?
3. Jika tidak ada, apa panduan
78
No Aspek Pernyataan
pembelajaran menulis teks cerita
fantasi yang biasa digunakan?
2. Kesesuaian dengan standar
kompetensi pembelajaran
1. Apakah panduan kegiatan
belajar siswa yang
digunakan sudah sesuai
dengan KI dan KD
pembelajaran menulis teks
cerita fantasi?
2. Jika tidak sesuai, apa kekurangan
panduan kegiatan tersebut yang
masih harus diperbaiki atau
dilengkapi?
3 Penyajian
1. Apakah bahan ajar yang
digunakan memudahkan
Bapak/ Ibu dalam mencapai
tujuan belajar siswa yaitu
mampu mengidentifikasi ciri-
ciri dan unsur-unsur
pembangun teks cerita fantasi?
2. Apakah bahan ajar memberikan
panduan langkah-langkah
belajar menulis teks cerita
fantasi secara kontekstual?
3. Adakah Bapak/ Ibu
mengalami kendala selama
memberikan materi menulis
teks cerita fantasi
menggunakan panduan yang
ada?
4. Jika ada, kendala apa yang
mendasari kesulitan
mengajarkan menulis teks
cerita fantasi kepada siswa?
4 Pengayaan materi
1. Apakah panduan kegiatan
belajar siswa yang
digunakan memberikan
pengayaan materi?
2. Jika ada, pengayaan seperti
apa yang disajikan dalam
materi menulis teks cerita
fantasi ini?
3. Jika tidak ada, pengayaan
seperti apa yang diinginkan
dalam pembelajaran menulis
79
No Aspek Pernyataan
teks cerita fantasi?
4. Apakah Bapak/ Ibu
membutuhkan panduan
kegiatandalam bentuk LKPD
untuk membantu membelajarkan
materi menulis teks cerita fantasi
pada siswa?
5 Penambahan Model Project
Based Learning
Apakah Bapak/Ibu setuju adanya
penambahan model pembelajaran
Project Based Learning ?
Selain pada guru, wawancara juga dilakukan pada siswa untuk mengetahui
kebutuhan LKPD sebagai panduan pembelajaran materi teks cerita fantasi
Tabel 3.2 Angket Wawancara Siswa Terhadap Kebutuhan LKPD
No. Pernyataan Jawaban
1. Ketersediaan LKPD
1. Apakah Anda menggunakan LKPD sebagai panduan kegiatan pembelajaran menulis teks cerita fantasi?
2. Jika tidak ada, apa panduan pembelajaran menulis teks cerita fantasi yang biasa digunakan?
2. Kesesuaian dengan
tujuan pembelajaran
1. Apakah panduan kegiatan belajar sesuai dengan tujuan pembelajaran menulis teks cerita fantasi?
2. Jika tidak sesuai, apa kekurangan panduan kegiatan tersebut yang masih harus diperbaiki atau dilengkapi?
3. Penyajian 1. Apakah LKPD yang digunakan memudahkan
siswa mencapai tujuan belajar siswa yaitu
mengidentifikasi struktur dan unsur-unsur
pembangun teks cerita fantasi?
2. Apakah LKPD memberikan panduan materi
mengidentifikasi unsur-unsur pembangun teks
cerita fantasi?
3. Apakah Anda mengalami kendala dalam
mengidentifikasi unsur-unsur pembangun teks
cerita fantasi dengan menggunakan panduan
yang ada?
80
No. Pernyataan Jawaban
4. Jika ada, kendala apa yang mendasari kesulitan
khususnya dalam mengidentifikasi unsur-unsur
pembangun teks cerita fantasi?
5. Apakah Anda membutuhkan panduan kegiatan
dalam bentuk LKPD khususnya pada materi
menulis teks cerita fantasi?
4. Pengayaan materi 1. Apakah panduan kegiatan belajar yang Anda
gunakan memberikan pengayaan materi?
2. Jika ada, pengayaan seperti apa yang disajikan
dalam materi menulis teks cerita fantasi ini?
3. Jika tidak ada, pengayaan seperti apa yang
diinginkan dalam materi menulis teks cerita
fantasi?
4. Apakah Anda membutuhkan panduan kegiatan
dalam bentuk LKPD untuk membantu
mempelajari materi menulis teks cerita fantasi?
2. Validasi pakar/ ahli melalui angket uji pakar/ ahli untuk menilai kelayakan
LKPD yang dihasilkan. Angket berupa lembar instrumen penilaian LKPD
mengacu pada panduan penyusunan bahan ajar Depdiknas (2008: 16).
Tabel 3.3 Instrumen Penilaian LKPD Teks Cerita Fantasi
No. Komponen 1 2 3 4 5
Kelayakan Isi
1. Kesesuaian dengan KI, KD
2. Kesesuaian dengan kebutuhan
siswa
3. Kesesuaian dengan kebutuhan
bahan ajar
4. Kebenaran substansi materi
Kebahasaan
5. Keterbacaan
6. Kejelasan informasi
7. Kesesuaian dengan kaidah
Bahasa Indonesia
8. Penggunaan bahasa secara
efektif dan efisien
81
No. Komponen 1 2 3 4 5
Sajian
9. Kejelasan tujuan
10. Urutan penyajian
11. Pemberian motivasi
12. Interaktivitas (stimulus dan
respons)
13. Kelengkapan informasi
Kegrafisan
14. Penggunaan font (jenis dan
ukuran)
15. Layout, tata letak
16. Ilustrasi, grafis, gambar, foto
17. Desain tampilan, penggunaan
warna yang sesuai
Penilaian angket dilakukan menggunakan skala likert dengan kriteria SK (Sangat
Kurang) = 1, K (Kurang) = 2, C (Cukup = 3, B (Baik) = 4, dan SB (Sangat Baik)
= 5 (Depdiknas, 2008: 16).
Tabel 3.4 Instrumen Penilaian Teman Sejawat/ Praktisi untuk Uji Coba
LKPD
No. Indikator Penilaian Jawaban Deskripsi/
Saran
Validator SB
(5)
B
(4)
C
(3)
K
(2)
SK
(1)
1. Kelayakan Isi
a. Kesesuaian LKPD
dengan KI dan KD
b. Kesesuaian LKPD
dengan kebutuhan
guru atau siswa
c. Kesesuaian LKPD
dengan kebutuhan
pembelajaran cerita
fantasi
d. Manfaat untuk
penambahan wawasan
pengetahuan
e. Kebenaran substansi
82
No. Indikator Penilaian Jawaban Deskripsi/
Saran
Validator SB
(5)
B
(4)
C
(3)
K
(2)
SK
(1)
materi
2. Kebahasaan
a. Keterbacaan tulisan
b. Kejelasan informasi
pembelajaran
c. Kesesuaian dengan
kaidah bahasa
Indonesia
d. Penggunaan bahasa
secara efektif dan
efisien
3. Penyajian Materi
a. Kejelasan LKPD
tujuan pembelajaran
b. Urutan penyajian
LKPD pembelajaran
c. Pemberian motivasi
d. Interaktivitas (stimulus
dan respon) LKPD
dengan kegiatan siswa
e. Kelengkapan
penyajian materi
4. Kegrafikan
a. Penggunaan font (jenis
dan ukuran)
b. Layout, tata letak
c. Ilustrasi, grafis,
gambar, dan foto
d. Harmonisasi warna
ilustrasi, grafis, dan
gambar memperjelas
fungsi dan pesan cerita
e. Desain tampilan
penggunaan warna
yang sesuai
Skor Rata-Rata
Penilaian oleh teman sejawat/praktisi yaitu guru Bahasa Indonesia yang dilakukan
dengan memberi tanda centang (√) pada kolom yang paling sesuai berdasarkan
kriteria 1 = sangat kurang, 2= kurang sesuai, 3 = cukup, 4 = baik, 5 = sangat
83
baik/sesuai. Selain penilaian, guru sebagai pengguna LKPD juga memberikan
saran perbaikan sehingga LKPD yang dikembangkan layak untuk digunakan.
3. Angket uji coba produk LKPD sebagai bahan ajar dalam pembelajaran teks
cerita fantasi yang diberikan kepada siswa. Angket diberikan untuk mengetahui
tanggapan siswa terhadap LKPD yang telah dihasilkan melalui dua tahap, yaitu uji
skala kecil dan uji skala besar atau kelas pembelajaran sebenarnya. Tanggapan
siswa pada skala kecil menjadi masukan perbaikan sebelum diujicobakan pada
kelas pembelajaran. Penilaian angket dilakukan menggunakan skala likert dengan
kriteria kriteria 1 = sangat kurang, 2= kurang sesuai, 3 = cukup, 4 = baik, 5 =
sangat baik/sesuai.
Tabel 3.5 Instrumen Penilaian LKPD oleh Siswa sebagai Pengguna
No Pertanyaan
Pilihan Jawaban Keterangan
TM
(1)
KM
(2)
M
(3)
SM
(4)
A. Kemenarikan LKPD
1. Apakah variasi penggunaan
huruf (ukuran, bentuk, jenis,
dan warna) membuat LKPD
menarik dipelajari?
2. Apakah ilustrasi yang ada
membuat LKPD menarik
dipelajari?
3. Apakah desain layout
membuat LKPD menarik
dipelajari?
4. Apakah penggunaan variasi
warna membuat LKPD
menarik dipelajari?
5. Apakah penggunaan gambar-
gambar membuat LKPD
menarik dipelajari?
6. Apakah kesesuaian
permasalahan membuat LKPD
menarik dipelajari?
7. Apakah dengan adanya contoh
84
No Pertanyaan
Pilihan Jawaban Keterangan
TM
(1)
KM
(2)
M
(3)
SM
(4)
membuat LKPD menarik
dipelajari?
8. Apakah kesesuaian gambar
membuat LKPD menarik
dipelajari?
9. Apakah soal-soal latihan dan
tes formatif dalam LKPD
menarik untuk dikerjakan?
10. Apakah format keseluruhan
LKPD membuat LKPD
menarik dipelajari?
B. Kemudahan Penggunaan
11. Apakah cakupan isi LKPD
mempermudah Anda
menggunakan bahan ajar?
12. Apakah kejelasan isi LKPD
mempermudah Anda
menggunakan bahan ajar?
13. Apakah alur penyajian LKPD
mempermudah Anda
menggunakan bahan ajar?
14. Apakah bahasa yang
digunakan dalam LKPD dapat
dipahami secara jelas sehingga
mempermudah Anda
menggunakan bahan ajar?
15. Apakah kejelasan pemaparan
materi LKPD mempermudah
Anda menggunakan bahan
ajar?
16. Apakah petunjuk/perintah/
panduan dalam LKPD dapat
dipahami maksudnya secara
jelas sehingga mempermudah
Anda menggunakan bahan
ajar?
17. Apakah pertanyaan-
pertanyaan dalam LKPD dapat
Anda pahami maksudnya
secara jelas sehingga
mempermudah penggunaan
bahan ajar?
85
No Pertanyaan
Pilihan Jawaban Keterangan
TM
(1)
KM
(2)
M
(3)
SM
(4)
C. Kemanfaatan LKPD Pembelajaran
18. Apakah LKPD membantu
Anda meningkatkan minat
mempelajari materi?
19. Apakah LKPD membantu
Anda mempelajari materi
secara lebih mudah?
20. Apakah evaluasi (soal latihan
dan ulangan harian) yang ada
membantu Anda mengetahui
kemampuan konsep yang
Anda kuasai?
Tabel 3.6 Pedoman Penilaian Menulis Cerita Fantasi
Berikut ini aspek-aspek penilaian keterampilan menulis teks cerita fantasi.
No. Aspek
penilaian Bobot
Skala
nilai Kriteria
1.
Ide Cerita
yang
Terbuka
4 4 Ide cerita sangat menarik, ide yang
ditampilkan tidak dibatasi oleh realitas
kehidupan nyata, sehingga menimbulkan
ketertarikan untuk dibaca.
3 Ide cerita yang dipilih cukup menarik,
ada perpaduan dunia nyata dan dunia
khayali, cukup menimbulkan
ketertarikan untuk dibaca.
2 Ide cerita yang dipilih sudah baik namun
kurang menimbulkan dunia khayali
dalam teks, sehingga ketertarikan untuk
dibaca.
1 Ide cerita kurang tepat dengan isi cerita
fantasi, ide tidak mengandung realitas
kehidupan nyata maupun dunia khayali.
2. Terdapat
Keanehan,
Misterius,
dan
Keajaiban
4 4 Pendeskripsian keanehan, misterius, dan
keajaiban sangat nampak terlihat
sehingga menunjukkan ciri-ciri cerita
fantasi.
3 Pendeskripsian keanehan, misterius, dan
keajaiban yang dikembangkan sesuai
86
No. Aspek
penilaian Bobot
Skala
nilai Kriteria
dengan isi cerita fantasi.
2 Pendeskripsian keanehan, misterius, dan
keajaiban yang dikembangkan belum
nampak dalam cerita.
1 Pendeskripsian keanehan, misterius, dan
keajaiban yang dikembangkan dalam
cerita kurang nampak.
3.
Tokoh yang
Unik
4
4 Sangat baik dalam menampilkan tokoh
yang unik dalam cerita sehingga berbeda
dari yang lain.
3 Baik dalam menampilkan tokoh yang
unik dalam cerita sehingga berbeda dari
yang lain.
2 Cukup terlihat dalam menampilkan
tokoh yang unik dalam cerita sehingga
berbeda dari yang lain.
1 Pendeskripsian tokoh yang unik dalam
cerita kurang terlihat, sehingga tidak
menarik untuk dibaca.
4. Fiksi atau
Khayalan
4 4 Baik dalam menampilkan unsur fiksi
dalam cerita sehingga menarik untuk
dibaca.
3 Cukup baik dalam menampilkan unsur
fiksi dalam cerita sehingga menarik
untuk dibaca.
2 Kurang dalam menampilkan unsur fiksi
dalam cerita sehingga menarik untuk
dibaca.
1 Sangat kurang sesuai dalam dalam
menampilkan unsur fiksi dalam cerita
sehingga menarik untuk dibaca.
5. Bahasa 4 4 Sangat baik dalam memilih bahasa yang
ekspresif dan menggunakan ragam
percakapan.
3 Baik dalam dalam memilih bahasa yang
ekspresif sehingga tidak terikat dengan
bahasa yang formal.
2 Cukup baik dalam dalam memilih bahasa
yang ekspresif sehingga tidak terikat
dengan bahasa yang formal.
1 Kurang baik dalam dalam memilih
bahasa yang ekspresif sehingga tidak
menimbulkan ketertarikan untuk dibaca.
87
Perolehan hasil dari penjumlahan skor maksimal tiap-tiap aspek pada kriteria di
atas telah diketahui, selanjutnya akan diketahui pula kategori keterampilan
menulis teks cerita fantasi dari berbagai aspek kriteria penilaian di atas menjadi
dasar untuk rubrik penilaian. Adapun rubrik penilaian keterampilan menulis cerita
fantasi dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.
Tabel 3.7 Rubrik Penilaian Menulis Cerita Fantasi
No. Aspek Penilaian Skala Nilai
Bobot
Skor
Maksimal 1 2 3 4
1. Ide Cerita yang Terbuka 5 20
2. Terdapat Keanehan,
Misterius, dan Keajaiban
5 20
3. Tokoh yang Unik 5 20
4. Fiksi atau Khayalan 5 20
5. Bahasa ekspresif dan ragam
percakapan
5 20
Jumlah 100
Nilai akhir = Perolehan Skor x Skor Ideal (100)
Skor maksimal
Rubrik penilaian diatas berdasarkan kriteria penilaian keterampilan menulis teks
cerita fantasi. Adapun kriteria penilaian keterampilan menulis teks cerita fantasi
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.8 Kategori Penilaian Teks Cerita Fantasi Siswa
No. Skor Kategori
1. 85 – 100 Sangat baik
2. 75 – 84 Baik
3. 60 – 74 Cukup
4. 0 – 59 Kurang
Sumber: Kemendikbud (2016: 78-79)
88
H. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik deskriptif kualitatif.
Analisis data yang dilakukan adalah menelaah lembar validitas untuk uji ahli,
lembar angket siswa, dan lembar angket guru.
a. Analisis lembar angket Ahli Materi, Ahli Media, reviewer (Guru Bahasa
Indonesia) diubah dari bentuk kualitatif menjadi kuantitatif.
b. Setelah data terkumpul, kemudian dihitung skor rata-rata setiap aspek
kriteria yang dinilai dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Sudjana,
2010:109).
Keterangan:
X = skor rata-rata
n = jumlah penilaian
ΣX =jumlah skor
c. Setelah menghitung skor rata-rata seluruh kriteria penilaian, kemudian
diubah ke dalam hasil persentase/proporsi. Skor persentase diperoleh dengan
cara menghitung rata-rata jawaban berdasarkan instrumen penilaian menurut
1 ahli materi, 1 ahli media, 3 guru Bahasa Indonesia dan siswa SMP/MTs
kelas VII. Rumus menghitung persentase kelayakan bahan ajar sebagai
berikut.
Jumlah Skor Persentase=
Skor Maksimal x 100%
ΣX
X=
N
89
Skor dari penghitungan tersebut akan menunjukkan tingkat kelayakan dari
penelitian yaitu berupa ―LKPD Menulis Teks Cerita Fantasi dengan Model
Project Based Learning‖ dari ahli media, ahli materi, guru dan siswa dari 3
sekolah yaitu kelas VII SMP Negeri 2 Bunga Mayang, SMP Negeri 3 Bunga
Mayang, dan SMP PG Bunga Mayang. Hasil persentase skor tersebut
kemudian diubah ke dalam data kualitatif dengan menggunakan interpretasi
skor menurut Riduwan & Sunarto (2009: 23) yang telah dimodifikasi.
Tabel 3.9 Kriteria Tingkat Kelayakan
No. Rentang Skor Kriteria
1. 21%— 40% Kurang Menarik
2. 41%— 60% Cukup Menarik
3. 61%— 80% Menarik
4. 81%— 100% Sangat Menarik
(Sumber: Riduwan & Sunarto, 2009: 23)
d. Tahapan yang terakhir setelah menghitung presentase kelayakan LKPD
yakni menghitung efektivitas dengan menghitung rata-rata pretest, postest,
dan N-gain. Skor gain yaitu perbandingan gain aktual dengan gain
maksimum. Gain aktual yaitu selisih skor posttest terhadap skor pretest.
Rumus N-gain adalah sebagai berikut.
N-gain = nilai posttest nilai pretest
skor maksimal ideal nilai pretest
Kriteria interpretasi N-gain yang dikemukakan oleh Meltzer (2002)
seperti pada Tabel 3.10.
90
Tabel 3.10 Kriteria Interpretasi N-gain
Rata-rata Gain Ternormalisasi Kriteria Interpretasi
g > 0,7 Tinggi
0,3 < g ≤ 0,7 Sedang
g ≤0,3 Rendah
Kriteria uji efektifitas LKPD, jika tingkat pencapaian N-gain minimal kategori
sedang.
165
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penilitian yang telah diuraikan mengenai pengembangan
LKPD Menulis Teks Cerita Fantasi dengan Model Project Based Learning,
dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Pengembangan LKPD lebih dikhususkan untuk materi menulis teks cerita
fantasi pada pembelajaran menulis dengan penambahan model project
based learning pada materi LKPD.
2. Kelayakan bahan ajar LKPD Menulis Teks Cerita Fantasi dengan Model
Project Based Learning yang telah dikembangkan memenuhi kriteria
“sangat baik”. Hal tersebut didukung oleh data berikut ini.
a. LKPD Menulis Teks Cerita Fantasi dengan Model Project Based Learning
memperoleh skor akhir dengan persentase 91,25 dinyatakan “sangat baik”.
Penilaian terendah pada aspek kebahasaan dengan skor akhir 85 dari ahli
materi.
b. LKPD Menulis Teks Cerita Fantasi dengan Model Project Based Learning
memperoleh skor akhir dengan persentase 92 dinyatakan ke dalam kategori
“sangat baik”. Penilaian terendah pada aspek kebahasaan dengan skor akhir
88 dari ahli media.
166
c. LKPD Menulis Teks Cerita Fantasi dengan Model Project Based Learning
memperoleh skor akhir 96,75 dinyatakan “sangat baik” dan penilaian
terendah pada aspek kebahasaan dengan skor akhir 95 dari praktisi.
d. LKPD Menulis Teks Cerita Fantasi dengan Model Project Based Learning
“sangat baik” untuk digunakan dalam kegiatan pembelajaran menulis teks
cerita fantasi dengan model project based learning. Penilaian terendah pada
aspek kebahasaan dengan skor akhir 89,55 dari ahli tiga guru di tiga
sekolah.
3. Berdasarkan perhitungan hasil pretest, postest, dan N-gain, Menulis Teks
Cerita Fantasi dengan Model Project Based Learning dinyatakan
memperoleh nilai efektivitas sebesar (0,74) termasuk dalam kategori tinggi,
(0,55), (0,65) termasuk dalam kategori sedang.
B. Saran
Saran dalam penelitian ini yakni sebagai berikut.
1. Bagi guru dan siswa, LKPD diharapkan dapat menambah wawasan,
pelengkap buku teks, dan tambahan referensi dalam pembelajaran, berbasis
model project based learning dimaksudkan agar peserta didik dapat secara
aktif dan kreatif untuk menambah pengetahuan dan wawasan siswa
terhadap materi teks cerita fantasi.
2. Bagi peneliti lain, disarankan untuk dapat meneliti fakta kebahasaan yang
terdapat dalam LKPD, mengingat aspek kebahasaan menjadi skor terendah
167
di masing-masing aspek penilaian dari ahli materi, ahli media, praktisi, dan
tiga guru di tiga sekolah.
3. LKPD ini diharapkan memberikan sebuah pandangan bahwa dalam
pembuatan bahan ajar sebaiknya memperhatikan kondisi geografis setiap
wilayah yang akan menggunakannya, sehingga siswa juga memiliki
pengalaman yang tidak jauh berbeda dengan realita dan materi dalam
LKPD tersebut.
168
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Sani, Ridwan. 2014. Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi
Kurikulum 2013. Jakarta: Bumi Aksara.
Abidin, Yunus. 2014. Desain Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013.
Bandung: PT Refika Aditama.
Arsyad, Azhar. 2009. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawal Press.
Borg and Gall. 1989. Educational Research and Introduction. New York:
Longman.
Dalman. 2012. Keterampilan Menulis. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Daryanto dan Dwicahyono. 2014. Pengembangan Perangkat Pembelajaran.
Yogyakarta: Gava Media.
Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan
Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan SMP. 2006. Panduan
Penyusunan Bahan Ajar. Jakarta: Pusat Kurikulum.
Depdiknas. 2008. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Pusat
Kurikulum.
Dimyati. 2017. Menulis Teks Fantasi Untuk Anak Sekolah Dasar. Universitas
Negeri Malang.
Hamalik. Oemar. 2002. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Harsiati, Titik. 2016. Buku Siswa Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Kurikulum dan
Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.
Hosnan, Muhammad. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam
Pembelajaran Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.
Kamdi, W dkk. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Malang: Universitas
Negeri Malang.
Kaymakci, S. 2012. A Review of Studies on Worksheets in Turkey. US-China
Education Review A.
169
Kurniawan, Heru. 2014. Pembelajaran Menulis Kreatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya Offset.
Laila, Izatul. 2018. Pengembangan Media Buku Permainan Labirin Fantasi
(Buperlafa) dalam Pembelajaran Menulis Cerita Fantasi Berbasis
Psychowriting Kelas VII SMP Negeri 1 Cerme, Gresik. Jurnal Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia. Volume: 1 Nomor: 1 Tahun 2018, hlm 1—10.
Universitas Negeri Surabaya. Diunduh 10-6-2018.
Majid, Abdul. 2013. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Meltzer, D.E. 2002. “The Realitionsip Between Mathematics Preparation and
Conceptual Learning gains in Physics: Posisible “Hidden Variable” in
Diagnostic Pretest Scores”. American Journal of Physics.
Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Sastra Anak. Yogyakarta. Gajamada:
University Press.
Prastowo. Andi. 2012. Pengembangan Bahan Ajar Tematik Panduan Lengkap
Aplikatif. Yogyakarta: Diva Press.
Priansa, Donni Juni. 2015. Manajemen Peserta Didik dan Model
Pembelajaran. Bandung: Alfabeta Bandung.
Priyatni, Endah Tri. 2010. Membaca Sastra dengan Ancangan Literasi Kritis.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Riduwan dan Sunarto. 2009. Pengantar Statistika. Bandung: Alfabeta.
Rohaeti. 2008. Desain Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013.
Jakarta: Bumi Aksara.
Rosidi, Imron. 2009. Menulis Siapa Takut?. Yogyakarta: Kanisius.
Saddhono dan Slamet. 2014. Pembelajaran Keterampilan Bahasa Indonesia.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Grup.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Sundyana. 2017. Peningkatan Kemampuan Menulis Melalui Model
Project Based Learning pada Peserta Didik Kelas VII D SMP
Negeri 1 Tumijajar Tahun Pelajaran 2015/2016. Tesis: FKIP
Unila. Diakses 25 Januari 2019.
170
Susanti, Maria. 2016. Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi Melalui
Model Project Based Learning pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri
16 Pesawaran Tahun Pelajaran 2015/2016. FKIP Unila. Diakses
25 Januari 2019.
Sutikno, Sobry. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Lombok: Holistica.
Suwandi, Sarwiji. 2017. Internalization of Values of Ecological Literacy through
Fantasy Based Indonesia Language Learning on Junior High School
Students in Surakarta. Jurnal Internasional. ISSN 2549-5607. Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Diunduh 10-6-2018.
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa Bandung.