Pengelolaan Wilayah Perbatasan NKRI

16
PENGELOLAAN WILAYAH PERBATASAN 2011 Harmen Batubara www.wilayahperbatasan.com Page 1 PENGELOLAAN WILAYAH PERBATASAN NASIONAL Oleh : Harmen Batubara 1. Pendahuluan . Wilayah NKRI secara geografis berada pada posisi terbuka serta berada pada lintas kepentingan dunia dan berada diantara dua benua (Asia-Australia) dan dua samudera ( Samudra Atlantis-Pasifik) juga merupakan jalur perdagangan Dunia dengan rata-rata dilewati 140 kapal besar/hari dan 2000 penerbangan sipil/hari serta berbatasan dengan 10 negara, Merupakan negara kepulauan terbesar ( Benua Maritim) dengan letak pulau-pulaunya yang menyebar, berjumlah tidak kurang dari 17.499 pulau bernama dan tidak bernama serta memiliki wilayah daratan seluas ? 2 juta km2 dan wilayah perairan seluas ? 6 juta km2, panjang garis pantai ? 81.000 km serta terdapat 92 pulau-pulau kecil terluar, memiliki 185 titik dasar (base points). Penduduk Indonesia berjumlah mendekati 230.000.000 jiwa terdiri dari ratusan suku bangsa. Dari segi kepentingan regional serta dikaitkan dengan posisi wilayah Nusantara yang demikian terbuka serta berada diantara dua benua dan dua samudra tentu NKRI tidak bisa lepas dari imbas kepentingan nasional negara-negara besar seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Australia. Lagi pula negara kita juga dikelilingi oleh negara-negara Persemakmuran yang berada dibawah pimpinan Inggeris. Diluar kondisi tersebut munculnya negara Adi Daya baru China yang kepentingan nasionalnya secara khusus tidak lepas dari Asia Tenggara dan Asia Timur. Kesemua kepentingan tersebut dengan sendirinya memberikan interaksi yang sangat kuat terhadap NKRI. Salah satu fenomena yang perlu dicermati adalah hubungan kita dengan Australia, dari segi diplomasi Australia selalu menyampaikan bahwa keberadaan Papua adalah bagian tidak terpisahkan dari NKRI dan akan tetap lebih baik kalau ia tetap satu dalam NKRI. Tetapi dari pola Australia mengelola kawasan, sesungguhnya mereka lebih berkepentingan melihatnya seperti apa yang terjadi dengan PNG, Timor Leste, Salomon, Vanuatu, dll (dan sebentar lagi Bougenville, PNG; akan ada referendum untuk menentukan pendapat apakah Bougenvilla merdeka atau tetap gabung

Transcript of Pengelolaan Wilayah Perbatasan NKRI

Page 1: Pengelolaan Wilayah Perbatasan NKRI

PENGELOLAAN WILAYAH PERBATASAN 2011

Harmen Batubara www.wilayahperbatasan.com Page 1

PENGELOLAAN WILAYAH PERBATASAN NASIONAL Oleh : Harmen Batubara

1. Pendahuluan . Wilayah NKRI secara geografis berada pada posisi

terbuka serta berada pada lintas kepentingan dunia dan berada diantara dua

benua (Asia-Australia) dan dua samudera ( Samudra Atlantis-Pasifik) juga

merupakan jalur perdagangan Dunia dengan rata-rata dilewati 140 kapal

besar/hari dan 2000 penerbangan sipil/hari serta berbatasan dengan 10

negara, Merupakan negara kepulauan terbesar ( Benua Maritim) dengan

letak pulau-pulaunya yang menyebar, berjumlah tidak kurang dari 17.499

pulau bernama dan tidak bernama serta memiliki wilayah daratan seluas ? 2

juta km2 dan wilayah perairan seluas ? 6 juta km2, panjang garis pantai ?

81.000 km serta terdapat 92 pulau-pulau kecil terluar, memiliki 185 titik

dasar (base points). Penduduk Indonesia berjumlah mendekati 230.000.000

jiwa terdiri dari ratusan suku bangsa.

Dari segi kepentingan regional serta dikaitkan dengan posisi wilayah

Nusantara yang demikian terbuka serta berada diantara dua benua dan dua

samudra tentu NKRI tidak bisa lepas dari imbas kepentingan nasional

negara-negara besar seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Australia. Lagi

pula negara kita juga dikelilingi oleh negara-negara Persemakmuran yang

berada dibawah pimpinan Inggeris. Diluar kondisi tersebut munculnya

negara Adi Daya baru China yang kepentingan nasionalnya secara khusus

tidak lepas dari Asia Tenggara dan Asia Timur. Kesemua kepentingan

tersebut dengan sendirinya memberikan interaksi yang sangat kuat

terhadap NKRI.

Salah satu fenomena yang perlu dicermati adalah hubungan kita dengan

Australia, dari segi diplomasi Australia selalu menyampaikan bahwa

keberadaan Papua adalah bagian tidak terpisahkan dari NKRI dan akan tetap

lebih baik kalau ia tetap satu dalam NKRI. Tetapi dari pola Australia

mengelola kawasan, sesungguhnya mereka lebih berkepentingan melihatnya

seperti apa yang terjadi dengan PNG, Timor Leste, Salomon, Vanuatu, dll

(dan sebentar lagi Bougenville, PNG; akan ada referendum untuk

menentukan pendapat apakah Bougenvilla merdeka atau tetap gabung

Page 2: Pengelolaan Wilayah Perbatasan NKRI

PENGELOLAAN WILAYAH PERBATASAN 2011

Harmen Batubara www.wilayahperbatasan.com Page 2

dengan PNG) yakni negara-negara yang punya ketergantungan serta

mendukung kepentingan nasional Australia.

Letak NKRI yang terbuka, berada ditengah arus berbagai kepentingan

internasional, dengan sendirinya menuntut adanya suatu kebijakan dan

strategi yang tepat dalam mengelola wilayah perbatasan NKRI. Karena

bagaimanapun bilamana pengelolaan wilayah batas tidak sesuai dinamika

dan kondisi lingkungan disekitarnya, maka mau atau tidak mau ia bisa

menjadi titik masuk (intake point) bagi kepentingan Negara lain, bisa

berwujut intermistik yakni perpaduan antara kepentingan internasional

dengan domestik. Negara kita harus mampu mengelola wilayah

perbatasannya dan itu berarti harus membenahi perbatasannya sendiri,

kemudian mampu memantaunya, mengontrol dan menjadikan wilayah

perbatasan jadi beranda depan perekonomian bangsa, yang mampu

menjadikannya pusat atau jadi bagian sistem perekonomian nasional yang

sekaligus mempererat hubungan antar bangsa yang berbatasan di kawasan

ini.

2. Maksud dan Tujuan. Maksud dari penulisan ini adalah memberikan

gambaran Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Wilayah Perbatasan untuk

menjaga keutuhan Wilayah dan demi kemakmuran NKRI. Tujuannya adalah

sebagai bahan masukan bagi pengambil keputusan dan kebijakan di wilayah

perbatasan.

3. Ruang Lingkup dan Tata Urut Penulisan. Untuk lebih mempermudah

pemahaman maka tulisan ini disusun secara diskriptis analisis dengan tata

urut sebagai berikut :

a. Pendahluan.

b. Kondisi Umum dan Masalah Perbatasan.

c. Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Wilayah Perbatasan.

e. Kesimpulan dan Saran.

f. Penutup.

4. Kondisi Umum dan Masalah Perbatasan. Secara umum kondisi

wilayah perbatasan negara kita boleh dikatakan masih relatif terisolasi,

belum didukung oleh sarana dan prasarana, termasuk didalamnya tidak

adanya atau sangat terbatasnya jaringan transportasi, listirik, dan

telekomunikasi, Jadi kalau kita berbicara tentang wilayah perbatasan, itu

Page 3: Pengelolaan Wilayah Perbatasan NKRI

PENGELOLAAN WILAYAH PERBATASAN 2011

Harmen Batubara www.wilayahperbatasan.com Page 3

adalah gambaran wilayah yang terisolasi, tanpa dukungan sarana dan

prasarana..Bahkan dianggap sebagai tempatnya para pembajak,

penebang/pembalak liar serta berbagai kegiatan illegal lainnya. Sehingga

persepsinya, wilayah perbatasan perlu diamankan, dan tidak perlu ada

kehidupan ekonomi di sana. Seperti perbatasan RI-Malaysia di Kalimantan,

panjang perbatasan itu mencapai 2004 km, tetapi boleh dikatakan hampir

tidak ada jalan raya disekitar perbatasannya ; kalaupun ada hanya berada

disekitar Kalimantan Barat, selebihnya boleh dikatakan terisolasi total.

Dibanding dengan wilayah perbatasan di sebelah Malaysia maka kondisinya

sungguh berbeda. Secara umum desa-desa mereka di perbatasan sudah

terjangkau oleh sarana transportasi, listerik dan telepon hampir mencapai

95 %. Jalan raya mereka juga sudah terbentang mulai dari ujung-ke ujung

atau dari Tanjung Datu sampai Pulau Sebatik di sepanjang perbatasan.

Demikian juga dengan unsur pelayanannya, mereka walau sederhana tetapi

yang namanya pelayanan sejenis puskesmas, KUD dan seterusnya memang

benar-benar berfungsi dan memberi manfaat pada warganya; sementara di

daerah sebelah kita yang ada hanya palang nama-namanya saja dan sama

sekali tidak memberi manfaat apa-apa. Kalau kita bandingkan dengan batas

negara kita dengan PNG, maka kondisinya lebih parah lagi. Tetapi karena

negara tetangga kita lebih susah lagi, maka masyarakat kita biasa-biasa

saja. Hal yang sama dengan batas negara kita dengan Timor Leste.

Wilayah perbatasan laut dan Pulau-Pulau Kecil Terluar pada umumnya

terpencil dan jauh dari pusat kegiatan. Pulau-Pulau Kecil Terluar merupaka

kawasan yang sangat sulit dijangkau, lebih parah lagi lebih dari 30 % pulau-

pulau itu tidak mempunyai sumber air tawar dan tak berpenghuni..

Jangankan mengharapkan pelayanan mendasar yang memadai seperti

sekolah, puskesmas. Untuk sekedar bisa bertahan hidup saja di lingkungan

seperti itu masih tanda tanya besar. Persoalan seperti ini masih pula

ditambah dengan persoalan perbatasan itu sendiri. Boleh dikatakan, dari

Sepuluh negara yang mempunyai perbatasan dengan kita, maka sampai

saat ini belum ada satupun yang telah selesai. Gambarannya lebih kurang

demikian :

a. Wilayah Darat.

1) Perbatasan RI – Malaysia.

Page 4: Pengelolaan Wilayah Perbatasan NKRI

PENGELOLAAN WILAYAH PERBATASAN 2011

Harmen Batubara www.wilayahperbatasan.com Page 4

a) Panjang garis batas : 2004 km, terdiri dari sektor barat

(Kalimantan Barat – Sarawak) dan sektor timur (Kalimantan

Timur – Sabah). Penegasan batas bersama dimulai sejak tahun

1975. Jumlah tugu batas ada 19.328 buah terdiri dari tipe A,B,C

dan D lengkap dgn koordinatnya. Kemudinan terdapat field plan

, traverse hight plan (skala 1 : 5.000 dan 1 : 2.500) masing-

masing = 1.318 MLP( Model Lembar Peta). Pada tahun 2000

pekerjaan demarkasi dan delienasi dan penggambarannya telah

selesai, akan tetapi masih terdapat sepuluh lokasi yang

bermasalah atau kedua negara belum sepakat tentang batas

negara di lokasi tersebut.

b) 10 (Sepuluh) Permasalahan Utama (The Outstanding Border

problems,OSBP) Sebagaimana diketahui, pengukuran atau

penegasan batas RI-Malaysia sebenarnya telah selesai pada

tahun 2000, namun demikian masih terdapat sepuluh lokasi

yang kedua negara tidak atau belum sepakat. Malaysia hanya

mengakui sembilan permasalahan saja, sementara Indonesia

menghendaki ada sepuluh. Perbedaan ini menyangkut lokasi

Tanjung Datu. Secara formal ditingkat teknik kedua negara

sudah menanda tangani hasil ukurannya, dan secara hukum

masalahnya sudah selesai.

Tetapi belakangan pihak Indonesia menyadari bahwa apa yang

telah ditanda tangani tentang Tanjung Datu itu adalah sesuatu

kekeliruan dan menghendaki adanya kaji ulang di lokasi

tersebut, apalagi yang menanda tangani itu baru sampai

tahapan tingkat Teknik; artinya masih ada kesempatan untuk

melihatnya kembali. Tapi bagi pihak Malaysia sampai sejauh ini

tidak mau lagi untuk melakukan kaji ulang di lokasi tersebut.

Kesepuluh atau kesembilan masalah ini sesuai perencanaan awal

akan dibahas setelah penegasan batas selesai, yakni setelah

tahun 2000. Tapi berhubung di wilayah perbatasan tersebut

masih dilakukan kerjasama pembuatan “datum” bersama, serta

pemetaan bersama maka kedua belah pihak merasa perlu untuk

menunggu hasilnya, sebelum kembali membahas ke sepuluh

atau sembilan masalah tersebut.

Page 5: Pengelolaan Wilayah Perbatasan NKRI

PENGELOLAAN WILAYAH PERBATASAN 2011

Harmen Batubara www.wilayahperbatasan.com Page 5

2) Batas RI – PNG.

a) Panjang garis batas ? 770 km, darat 663 km, S. Fly ? 107 km,

penegasan batas dimulai tahun 1966. jumlah tugu MM sebanyak 52

buah, jumlah perapatan tugu batas 1.600 tugu, peta wilayah

perbatasan dengan kedar 1 : 50.000. sebanyak 25 mlp dari 27 mlp.

b) Penentuan batas berdasarkan koordinat astronomis :

1410 00’ 00” BT di utara antara MM1 – MM10,

1410 01’ 10” BT di selatan antara MM11 – MM14.

c) Permasalahan batas antara RI – PNG, yaitu : Pada umumnya

meskipun dalam perencanaan maupun kesepakatannya pengukuran

perbatasan ini akan dilakukan secara bersama; tapi pada

kenyataannya belum pernah dilakukan secara bersama-sama. Artinya

kedua belah pihak bekerja secara sendiri-sendiri, meski hasil ahirnya

tetap ditanda tangani oleh kedua negara. Kemudian di Desa Wara

Smoll adalah wilayah NKRI tetapi telah dihuni, diolah dan

dimanfaatkan secara ekonomis, administratif serta sosial oleh warga

PNG yang sejak dahulu dilayani oleh pemerintah PNG. Namun

demikian pemerintah PNG sendiri mengakui bahwa desa itu wilayah

RI.

3) Batas RI – Timor Leste.

a) Panjang batas. 268,8 km, terdiri dari sektor Timur ? 149,1 km dan

sektor Barat ? 119,7 km. Telah disepakati 907 tugu dari rencana +

5.000, disepakati 5 dari 8 daerah yg semula ada permasalahan

(terutama kesulitan implementasi dan masalah adat),

b) Permasalahan.

(1) Noel Besi, pihak RI menginginkan Noel Besi sebagai batas

wilayah sesuai toponimi, sedangkan UNTAET menginginkan

sungai Nono Noemna berdasarkan sudut kompas 320 NW ke

arah P. Batek.

(2) Manusasi, fihak RI menginginkan garis batas dipindahkan ke

Page 6: Pengelolaan Wilayah Perbatasan NKRI

PENGELOLAAN WILAYAH PERBATASAN 2011

Harmen Batubara www.wilayahperbatasan.com Page 6

arah utara S. Miomafo ditarik dari pilar yang dibuat tahun 1966,

menyusuri punggung bukit.

(3) Dilumil/Memo, river Island seluas 58 Ha, pihak RI

menginginkan batas berada di sebelah timur river Island

sedangkan RDTL di sebelah barat.

b. Wilayah Laut. Masalah Batas laut RI dengan negara tetangga

menggunakan dasar hukum UNCLOS ’82; boleh jadi secara defakto wilayah

itu masih masuk dan menjadi kepemilikan RI akan tetapi secara budaya dan

ekonomi mereka lebih dekat dengan negara tetangga dengan

permasalahannya sebagai berikut :

1) RI – India. UNCLOS 1982, perjanjian garis batas landas kontinen

tahun 1974 dan tahun 1977, Sesui dengan Keppres 51/74 tanggal 25

September 1974 dan Keppres 26/77 tanggal 4 April 1977. Sejauh ini

belum ada masalah yang muncul.

2) RI – Thailand. UNCLOS 1982, perjanjian garis batas landas kontinen

tahun 1971, persetujuan garis batas dasar laut tahun 1971, Keppres

21/72 tanggal 11 Maret 1972 dan Keppres 1/77 tanggal 11 Desember

1975.

Secara sepihak Thailand mengumumkan ZEE berdasarkan Royal

Proclamation tanggal 23 Pebruari 1981 berjarak 200 NM dari baselines

Thailand dan mengusulkan landas kontinen dengan ZEE berhimpit. RI

berpendapat ZEE mempunyai rejim hukum yang berbeda dengan

landas kontinen sesuai UNCLOS 82.

3) RI – Malaysia. UNCLOS 1982, perjanjian baris batas landas

kontinen tahun 1969 (menggunakan Konvensi Geneva 58) dan

penetapan garis laut wilayah diselat Malaka tahun 1970, Keppres

89/69 tanggal 15 November 1969 dan UU No. 2/71 tanggal 10 Maret

1971.

Malaysia mengklaim Blok Ambalat dilaut Sulawesi, dan tidak konsisten

dengan UNCLOS 1982, meskipun ZEE belum ditetapkan. RI

berpendapat Blok Ambalat yang berada di Laut Sulawesi masuk dalam

wilayah NKRI.

4) RI – Singapura. UNCLOS 1982, perjanjian garis batas laut wilayah

tahun 1973, UU No. 7/73 tanggal 8 Desember 1973 (Lembar Negara

RI No. 3018). Perjanjian ini dilakukan sebelum UNCLOS 82.

Pasir dari Indonesia telah merubah bentuk asli geografi Singapura,

Page 7: Pengelolaan Wilayah Perbatasan NKRI

PENGELOLAAN WILAYAH PERBATASAN 2011

Harmen Batubara www.wilayahperbatasan.com Page 7

sehingga wilayah Singapura kian menjorok ke perairan Indonesia.

UNCLOS 82 memungkinkan negara memanfaatkan harbour work

sebagai titik dasar. Sampai saat ini ekspor pasir masih berjalan terus,

minimal dalam bentuk pasar gelap.

5) RI – Vietnam. UNCLOS 1982, perundingan penetapan batas landas

kontinen tahun 2003. RI belum meratifikasi perjanjian tahun 2003,

perairan Laut Cina Selatan mengandung minyak bumi dan gas.

6) RI – Philipina. UNCLOS 1982, penjajakan perundingan tingkat

teknis (1994) dan pertemuan informal (2000), pertemuan teknis

lanjutan forum Joint Commision Bordering Committee/JCBC (2001).

Treaty Of Paris 1898.

Belum ada ketetapan untuk penentuan batas maritim, dimana

Indonesia mengusulkan diterapkannya prinsip proporsionalitas

panjang pantai, dan median line bagi kawasan yang sempit. Philipina

pertimbangkan masalah perikanan sebagai faktor yang relevan untuk

mencari solusi yang equitable.

7) RI – Palau . UNCLOS 82, Konstitusi Palau tahun 1979. Belum

pernah melakukan perundingan karena belum ada hubungan

diplomatik antar kedua negara. Dalam masalah kedaulatan AS

bertanggung jawab atas pertahanan Palau dan kemungkinan Palau

dibantu oleh AS dalam perundingan penetapan batas maritim.

RI – PNG. UNCLOS 1982, perjanjian garis batas tertentu (1973) dan

persetujuan batas maritim (1982), UU No. 6/73 dan Keppres No.

21/82. Meskipun masalah penangkapan ikan di wilayah hukum

tradisional tidak mempunyai masalah akan tetapi luas wilayah daerah

hukum tradisional nelayan dan bentuk/sifat kegiatannya belum

ditetapkan secara tuntas.

9) RI – Timor Leste. UNCLOC 82, pertemuan Bali (Desember 2004).

ALKI yang melintas perairan Timor Leste, akses laut untuk Ocussi ke

Timor Leste dan kemungkinan tumpang tindih batas yuridiksi ke dua

negara di laut masih belum tuntas.

10) RI – Australia. UNCLOS 1982, perjanjian garis batas landas

kontinen (1971), perjanjian penetapan batas dasar laut tertentu

(1971), hak perikanan tradisional nelayan RI (1974), Keppres No.

42/71 dan Keppres No. 66/72. Australia ingin memberlakukan

perundingan anti terorisme baru dengan memeriksa semua kapal

sampai jauh dari batas yurisdiksinya.

d. Permasalahan Perbatasan di sekitar Pulau-Pulau Kecil Terluar

Page 8: Pengelolaan Wilayah Perbatasan NKRI

PENGELOLAAN WILAYAH PERBATASAN 2011

Harmen Batubara www.wilayahperbatasan.com Page 8

Dari hasil penelitian dan penghitungan terhadap 17.499 pulau-pulau

yang ada, sebanyak 5698 pulau sudah diberi nama, sementara

sebanyak 11.801 Pulau belum ada nama. Dari jumlah sebanyak itu

terdapat 92 Pulau terluar yang dinilai sangat strategis, karena menjadi

lapis terluar Nusantara juga berbatasan langsung dengan Negara

Tetangga atau laut Internasional. Dari 92 Pulau tersebut terdapat 12

Pulau yang membutuhkan perhatian khusus, yakni : Pulau Rondo

(Sabang,NAD). Pulau Sekatung (Natuna,Kepri). Pulau Nipa (Batam,

Kepri). Pulau Berhala (Deli Serdang,Sumut). Pulau Marore

(Sangihe,Sulut), Pulau Miangas (Kep.Talaud,Sulut), Pulau Marampit

(Kep.Talaud,Sulut), Pulau Batek (Kupang,NTT), Pulau Dana ( Kupang,

NTT), Pulau Fani (Raja Ampat, Papua), Pulau Fanildo (Biak Numfor,

Papua) dan Pulau Brass ( Biak Numfor,Papua)

Sebagaimana diketahui, Pulau-Pulau Kecil Terluar umumnya memiliki

karakteristik yang khas dan sekaligus menjadi sumber permasalahan

yang membutuhkan perhatian :

1). Lokasi Pulau-Pulau Kecil Terluar pada umumnya terpencil,

jauh dari pusat kegiatan ekonomi. Pulau-Pulau Kecil Terluar

merupakan kawasan sangat sulit dijangkau, demikian pula

dengan kondisi alamnya ada yang sama sekali tidak berpenghuni

dan tidak mempunyai sumber air tawar.

2) Minimnya sarana dan prasarana. Hal ini dapat dilihat mulai

dari belum adanya apa-apa sama sekali, tidak ada sarana jalan,

belum ada terminal, tidak punya pelabuhan laut dan sarana

angkutan. Selain itu untuk yang sudah berpenghunipun,

umumnya prasarana air terlebih lagi irigasi untuk menunjang

kegiatan pertanian belum ada atau jauh dari memadai, demikian

pula dengan jangkauan pelayanan lainnya seperti sarana listrik

dan telekomunikasi.

3) Akses menuju Pulau-Pulau Kecil Terluar sangat terbatas. Pada

umumnya aksesibilitas menuju pulau-pulau kecil terluar tidak

ada atau sangat minim sehingga sulit mengharapkan sektor

perekonomian bisa berkembang secara alami.

4) Kesejahteraan masyarakat masih sangat rendah. Kondisi

masyarakat umumnya masih tergolong sangat sederhana atau

dibawah garis kemiskinan. Karena kondisi wilayahnya

menyebabkan mereka belum dapat memanfaatkan peluang.

Page 9: Pengelolaan Wilayah Perbatasan NKRI

PENGELOLAAN WILAYAH PERBATASAN 2011

Harmen Batubara www.wilayahperbatasan.com Page 9

Malah pada umumnya mereka lebih mengandalkan negara

tetangga.

5) Penduduk merasa lebih dekat dengan negara tetangga.

Secara geografis Pulau-Pulau Kecil Terluar berjarak lebih dekat

dengan negara tetangga, Penduduk banyak yang mencari nafkah

di negara tetangga, karena lebih mudah mendapatkan

pekerjaan, misalnya penduduk P. Miangas, ( Batas dgn Pilifina).

P. Sebatik (Batas dgn Malaysia). begitu juga dengan sarana dan

prasarananya, sehingga kegiatan ekonominya lebih dipengaruhi

oleh kegiatan yang terjadi di wilayah tetangga

6) Pengrusakan lingkungan hidup cenderung meningkat.

Beratnya beban ekonomi mesayarakat dan rendahnya kesadaran

terhadap lingkungan serta lemahnya pengawasan menyebabkan

maraknya kegiatan menjual tanah atau pasir yang ada

disekitarnya ke negara tetangga (kasus pulau nipah dan

sekitarnya). Mereka tidak sadar kalau perbuatan seperti itu

justeru memperluas negara tetangga dan sebaliknya

mempersempit wilayah negara sendiri dan sekaligus menjadi

masalah dalam penegasan batas antar negara.

7) Arus informasi dari negara tetangga lebih dominan. Karena

letaknya yang terisolir Pulau-Pulau Kecil Terluar sulit dijangkau

oleh teknologi komunikasi dan informasi sehingga cenderung

memanfaatkan informasi dari negara tetangga. Sebagian besar

mereka hanya dapat mengakses TV negara tetangga dan

sebaliknya tidak bisa menangkap jaringan TV nasional, kalaupun

dapat tapi kualitas nya kurang baik.

Rendahnya kualitas SDM. Salah satu faktor yang menentukan

kualitas SDM adalah tersedianya infrastruktur dasar seperti

pendidikan, kesehatan dan perumahan. Tetapi karena tidak

tersedia maka tingkat pendidikan umumnya masih rendah,

demikian pula halnya dengan kesehatan masyarakat.

5. Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Wilayah Perbatasan. Sesuai

dengan Platform Penanganan Permasalahan Perbatasan Antarnegara ,

Depdagri, ke depan visi pengembangan wilayah perbatasan adalah “

Menjadikan kawasan perbatasan sebagai kawasan yang aman, tertib,

menjadi pintu gerbang negara dan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi

yang berkelanjutan; sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan

Page 10: Pengelolaan Wilayah Perbatasan NKRI

PENGELOLAAN WILAYAH PERBATASAN 2011

Harmen Batubara www.wilayahperbatasan.com Page 10

masyarakat disekitarnya dan menjamin tetap utuhnya NKRI”. Pandangan

seperti ini sebenarnya lebih mengacu kepada semangat panataan wilayah

perbatasan di negara-negara Eropa, yang menjadikan wilayah

perbatasannya menjadi terbuka, tetapi tetap dalam kendali kerjasama

keamanan nasionalnya masing-masing.

Dengan pendekatan semacam ini maka menjadi penting maknanya

mengaitkan pusat-pusat pertumbuhan global, regional, nasional dengan

wilayah .dan kawasan perbatasan.Dikaitkan dengan lokasi wilayah yang

starategis maka idenya adalah bagaimana mendesain suatu pelabuhan

maupun lapangan terbang yang didukung oleh sarana dan parasaran yang

komplit dalam skala dan standar Internasional, sehingga siapapun yang

melakukan kegiatan transportasi di sekitar wilayah ini akan tergiur untuk

memanfaatkannya; apalagi kalau tidak dikenai biaya, katakanlah dengan

kebijakan bebas biaya parkir. Sementara ini volume lalu lintas di

transportasi di wilayah NKRI mencapai 140 kapal dan 2000 penerbangan

internasional perhari. Kalau saja kita dapat membuat 30 % dari jumlah itu

berkenan dan mau mampir, maka dapat dibayangkan berapa besar potensi

aktifitas kegiatan ekonomi yang akan digerakkannya.

a. Kebijakan Pengelolaan Wilayah Perbatasan. Kondisi wilayah

perbatasan negara mempunyai karakter tersendiri, dan pada hal-hal

tertentu sangat berbeda antara wilayah perbatasan yang satu dengan

lainnya, sehingga pada tahapan-tahapan tertentu memerlukan

kebijakan khusus, namun dalam garis besarnya dapatlah ditarik suatu

kebijakan umum yang relative berlaku untuk semua kawasan

perbatasan, adapun kebijakan umum itu meliputi :

1). Menyelesaikan masalah perbatasan dengan negara tetangga.

Sebagaimana kita ketahui, kita mempunyai perbatasan dengan

sepuluh negara tetangga. Batas darat meliputi Malaysia, Papua New

Guinea dan Timor Leste. Sementara batas laut dengan negara

India, Thailand, Vietnam,Malaysia, Singapura, Pilifina, Kepulauan

Palau, Papua New Guinea, Australia dan Timor Leste. Sampai saat

ini belum ada satu negarapun yang telah selesai permasalahan

perbatasannya dengan negara kita. Karena itu maka perlu terus

diupayakan agar semangat untuk menuntaskan ini tetap tinggi;

Page 11: Pengelolaan Wilayah Perbatasan NKRI

PENGELOLAAN WILAYAH PERBATASAN 2011

Harmen Batubara www.wilayahperbatasan.com Page 11

karena tanpa partisivasi yang setara antara kedua negara maka

sulit diharapkan masalah perbatasan dapat diselesaikan.

2). Mengembangkan Kawasan Perbatasan sebagai Halaman depan

dan Pintu Gerbang internasional bagi kawasan regional Asia-Pasifik.

Pendekatan itu membawa kita untuk melihat pertumbuhan regional

yang menghubungkan China, Taiwan, Hongkong, Jepang,

Singapura dan Australia. Maka pusat halaman depan itu adalah

kawasan Perbatasan di sekitar Pulau Batam, Pulau Bali dan Pulau

Biak. Kalau di tiga lokasi tersebut dapat dibuat kerjasama kawasan

yang bersifat regional serta mempasilitasinya berbagai fasilitas

berskala Internasional terutama dalam hal kepelabuhanan laut

maupun udara, dan terintegrasi dengan system perekonomian

nasional maka bisa dipercaya akan banyak para pemakai sarana

lalu lintas kawasan asia-pasifik yang akan memanfaatkannya,

apalagi kalau kita menerapkan kebijakan “ bebas parkir” serta

dukungan lainnya yang terkait dengan jaringan pariwisata, dan

bisnis.

3). Mengembangkan kawasan perbatasan dengan pendekatan

Kesejahteraan dan Keamanan secara serasi. Untuk pengembangan

kawasan perbatasan, yang perlu dilakukan adalah dengan

mempedomani Tata Ruang Kawasan Perbatasan, mengoptimalkan

kawasan pertumbuhan yang sudah ada disekitar wilayah tersebut,

baik itu di wilayah tetangga maupun di wilayah sendiri. Pusat –

pusat pertumbuhan yang telah ada didukung dengan penambahan

sarana dan prasarana bagi pengembangan di kawasan tersebut.

Bentuknya bisa dilakukan kerjasama antar daerah dari dua negara,

atau dalam satu negara. Dengan adanya Undang-undang no 32

tahun 2004 tentang Otonomi Daerah, maka sebenarnya

pengembangan wilayah perbatasan akan mendapat insentif baru

sehingga pembangunannya akan dapat lebih optimal.

Untuk mengimbangi pengembangan dari segi ekonomi maka dalam

hal penguatan aspek pertahanan / keamanan maka perlu

dikembangkan kemampuan pemanfaatan teknologi pengamanan di

kawasan perbatasan. Disamping penambahan pos-pos pengamanan

juga perlu dilakukan pemberdayaannya dengan memanfaatkan

kemampuan teknologi surveilance dan sarana penindakan gerak

cepat, dengan kemampuan SDM yang sepadan. Sehingga

Page 12: Pengelolaan Wilayah Perbatasan NKRI

PENGELOLAAN WILAYAH PERBATASAN 2011

Harmen Batubara www.wilayahperbatasan.com Page 12

pengamanan wilayah atau kawasan perbatasan merupakan satu

kesatuan dengan pengamanan wilayah nasional serta sesuai

dengan kompartemen strategis yang ada, akan tetapi mempunyai

jaring komando yang jelas. Dengan demikian pengamanan di suatu

kawasan perbatasan sampai batas-batas tertentu dia bisa mandiri

meski tetap terkait dengan Kompartemen Staretegis di wilayah

tersebut.

4). Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia melalui

pembangunan sarana dan prasarana kesejahteraan, pendidikan,

pesehatan, dan informasi. Selama ini perhatian terhadap kawasan

perbatasan hampir tidak ada. Hal ini karena sistem pemerintahan

kita yang sangat sentralistik. Tetapi dengan adanya Otonomi

Khusus, maka sebenarnya pemberdayaan kawasan perbatasan

dapat dilakukan dengan jalan membangun sarana dan

prasarananya. Sarana mana yang diprioritaskan akan sangat

tergantung dengan kondisi geografi maupun demografi di wilayah

tersebut. Bila hal seperti ini, susah diterapkan maka minimal pemda

daerah yang bersangkutan dapat membangun asrama-asrama

siswa anak-anak perbatasan di pusat-pusat pemerintahan, terserah

apakah itu di ibu kota kecamatan / kabupaten atau provinsi.

5). Meningkatkan Kerjasama di bidang Sosial, Budaya, Keamanan

dan Ekonomi dengan negara tetangga. Secara etnis dapat

dikatakan masyarakat yang ada diperbatasan sebenarnya masih

merupakan satu kesatuan etnis, suku atau adat yang sama. Dapat

dipastikan diantara mereka telah terjalin kerjasama yang baik

antara satu dengan lainnya. Dengan demikian, maka potensi ini

perlu diwadahi serta dikembangkan sehingga mampu memberikan

manfaat yang besar bagi kedua pihak. Jadi pendekatannya adalah,

disamping adanya aturan formal antar negara, juga mereka masih

mempunyai aturan yang dapat mengakomodir kehidupan

tradisional mereka di sekitar kawasan tersebut.

6). Meningkatkan Kelestarian Lingkungan Kawasan Perbatasan.

Kawasan perbatasan kita baik di darat maupun di laut memiliki

keanekaragaman hayati yang tidak ternilai harganya. Di Pulau

Kalimantan, Papua dan Timor Leste hampir seluruh hutan

Page 13: Pengelolaan Wilayah Perbatasan NKRI

PENGELOLAAN WILAYAH PERBATASAN 2011

Harmen Batubara www.wilayahperbatasan.com Page 13

perbatasannya terdiri dari hutan tropis dan bagian dari kawasan

konservasi yang merupakan “paru-paru dunia”. Sedangkan

kawasan perbatasan laut/maritime memiliki surber budi daya laut

dan perikanan yang sangat besar. Boleh dikatakan hidup

masayarakat di wilayah-wilayah tersebut sangat tergantung dengan

eko system kelestarian alam disekitarnya. Artinya kalau kelestarian

alamnya terganggu maka perekonomian mereka juga akan

terganggu; karena itu pelestarian alam lingkungan adalah bagian

yang tidak terpisahkan dengan pengembangan kawasan

perbatasan.

b. Strategi Pengelolaan Wilayah Perbatasan. Untuk memudahkan

pelaksanaan Kebijakan dalam pengelolaan wilayah perbatasan, maka

perlu di rumuskan pula langkah-langkah strategi bagi pengelolaannya,

yang secara garis besarnya meliputi ;

1) Strategi Dasar. Kalau pada masa lalu strategi pengembangan

kawasan perbatasan disusun berdasarkan adanya anggapan

ancaman dari luar, maka sesuai dengan kebijakan yang tertuang

dalam Buku Putih Dephan, maupun palform Penangannan

Permasalahan Perbatasan Antar Negara, maka pengembangan

kawasan perbatasan dilakukan dengan mengedapankan kerjasama

yang aman, harmonis dan pusat pertumbuhan serta sebagai pintu

gerbang bagi perekonomian nasional, maka startegi dasar dari

pengembangan kawasan perbatasan adalah :

a) Membuka beberapa simpul-simpul akses kawasan

perbatasan sebagai pintu gerbang dan pertumbuhan ekonomi

wilayah.

b) Meningkatkan kerjasama internasional, regional dan

nasional di kawasan perbatasan.

c) Meningkatkan pusat-pusat peretumbuhan di kawasan

perbatasan sesuai dengan potensi dan daya dukung

lingkungannya, dengan prioritas membangun sarana dan

prasaraan kepelabuhanan laut dan udara serta darat dengan

standar internasional; dan dalam pengoperasiaanya diduat

sederhana, murah tetapi berkualitas.

Page 14: Pengelolaan Wilayah Perbatasan NKRI

PENGELOLAAN WILAYAH PERBATASAN 2011

Harmen Batubara www.wilayahperbatasan.com Page 14

d) Mensinergikan berbagai program ekonomi dan hankam di

kawasan perbatasan.

2) Strategi khusus, mengingat kawasan perbatasan antara satu dan

lainnya memang berbeda, maka perlu juga diterapkan adanya

strategi khusus yang meliputi semua aspek kehidupan baik dari

segi ekonomi, Pertahanan dan keamanan, pengembangan SDM dan

Kelestarian Lingkungan. Starategi ini lebih mengacu kepada

keunggulan wilayahnya masing-masing. Pendekatannya adalah

pada harmonisasi antara kawasan kedua negara. Sehingga

pengembangan kawasan tidak dilakukan dengan program yang

sama, tetapi justeru dengan program yang bisa saling memperkuat

antar sektor, maupun antar kawasan.

6. Kesimpulan dan Saran

a. Kesimpulan.

1) Wilayah perbatasan dan pulau-pulau kecil terluar merupakan posisi

strategis dan berperan sebagai wialayah pengikat dalam keutuhan

wilayah Nusantara, dan masuk dalam geostrategis ketahanan wilayah

khusus serta memiliki kepentingan nasional yang bersifat tetap

maupun dinamis. Untuk kepentingan pertahanan TNI telah melakukan

berbagai kegiatan meliputi patroli, penempatan pasukan, serta

berbagai kegiatan lainnya. Untuk memudahkan manajemen

pengamanan wilayah yang demikian luas diperlukan dukungan

teknologi pengintaian “ surveillance”, sarana transportasi, komunikasi

serta gelar pasukan pengamanan batas yang sewaktu-waktu siap

dioperasikan.

2) Kerjasama regional bidang pertahanan dan pengelolaan /

pengembangan ataupun pembangunan kawasan perbatasan

memerlukan kerjasama dengan negara lain, khususnya negara

tetangga. Kerjasama seperti ini dipercaya merupakan salah satu upaya

untuk membangun rasa saling percaya bagi terwujudnya stabilitas

keamanan maupun pengelolaan kawasan. Permasalahan-

permasalahan kawasan maupun masalah perbatasan akan dapat

diselesaikan dengan mengedepankan semangat kebersamaan yang

dibangun berdasarkan prinsip persamaan, saling menghormati dan

tidak saling intervensi. Sampai saat ini kerjasama yang sudah

Page 15: Pengelolaan Wilayah Perbatasan NKRI

PENGELOLAAN WILAYAH PERBATASAN 2011

Harmen Batubara www.wilayahperbatasan.com Page 15

terwadahi secara “permanen” baru dengan negara Malaysia, PNG, dan

Timor Leste.

3) Pengembangan kawasan perbatasan harus memiliki keterkaitan

dengan pertumbuhan perekonomian regional, dan nasional dengan

demikian ia akan mampu bertumbuh sesuai dengan dinamika

kawasan.

b. Saran.

Selama ini pengembangan kawasan perbatasan masih lebih menekankan

kepada aspek pertahanan dan kemanan, sementara ke depan yang

dikehendaki adalah arah yang lebih memberi peran kepada pembangunan

untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya tanpa melupakan faktor

keamanan. Karena itu ke depan sudah semestinya kawasan perbatasan

diberi tempat yang layak, terutama dalam berbagai instrumen pembangunan

maupun pertahanan seperti pada Buku Putih, SDR(Strategic Defence

Review), RPP tentang Kawasan Pertahanan ( Dephan) serta Kebijakan

Pembangunan Kawasan Perbatasan dari segi pandang Depdagri dan

Kementerian Perikanan dan Kelautan.

Daftar Bacaan.

1. “Buku Putih Dephan RI Tahun 2003”, Mempertahankan Tanah Air

Memasuki Abad 21.

2. Daniel J. Kaufman (US National Security, A framework for Analysis),

Lexington Books, DC Heats and Company, 1985.

3. Geopolitik Global dan Regional Serta Implikasinya Bagi Australia dan

Indonesia, Mayjen TNI Dadi Susanto, Lokakarya Perjanjian Keamanan

Australia- Indonesia : Dari Perspektif Global dan Regional serta Relevansinya

bagi Indonesia, Ruang Sudirman, Dephan 20 Juni 2006.

4. Kaji Ulang Strategis Sistem Pertahanan, Strategic Defence Review, Dirjen

Strahan Dephan, Tahun 2004.

5. Naskah Akademik Penataan Ruang Kawasan Pertahanan, ( masih dalam

revisi ) Dephan 2004.

6. Pengaruh penetapan ruu batas wilayah NKRI terhadap pertahanan

negara, Brigjen TNI Frans B. Workala S.pd.MM.,Direktur Wilayah Pertahanan

Direktorat Jenderal Strategi Pertahanan, Dephan. Makalah ini

dipresentasikan sebagai bahan pada Dialog Terbatas Dalam Rangka

Page 16: Pengelolaan Wilayah Perbatasan NKRI

PENGELOLAAN WILAYAH PERBATASAN 2011

Harmen Batubara www.wilayahperbatasan.com Page 16

Penyusunan RUU Tentang Batas Wilayah Kedaulatan NKRI yang

diselenggarakan Depdagri di Hotel Aston Atrium Senen pada tanggal 26 Juni

2006

7. Pokok-pokok Pikiran Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Tata

Ruang Wilayah Pertahanan, DoK Jakstra, Dirjen Strahan Dephan 2006

8. Platform Penanganan Permasalahan Perbatasan Antar Negara, Direktorat

Wilayah Administrasi dan Perbatasan, Dirjen PUM, Departemen Dalam

Negeri. 2005.

9. Manajemen Wilayah Negara, Brigjen TNI Frans B. Workala

S.pd.MM.,Direktur Wilayah Pertahanan Direktorat Jenderal Strategi

Pertahanan, Dephan. 2006.

10. Undang-Undang tentang Pertahanan RI Nomor 3 Tahun 2001 (

Lembaran Negara RI tahun 2001 nomor 78, TLNRI 3851).

11. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 78 tahun 2005 tentang

Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil Terluar.

12. Undang-undang no.17 tahun 1985 tentang Pengesahan United Nations

Convention on the Law Of the Sea tahun 1982 ( Lembaran Negara RI Tahun

1985 nomor 76, Tambahan LNRI nomor 3319.

13. Undang-undang No 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (

LNRI tahun 2004 nomor 127, Tambahan Lembaran Negara RI nomor 4439.

Jakarta, Juli 2009