Pengelolaan Sungai Rawa Danau Waduk 27Feb2012
-
Upload
arjuridhoni -
Category
Documents
-
view
164 -
download
4
Transcript of Pengelolaan Sungai Rawa Danau Waduk 27Feb2012
PENGELOLAANPENGELOLAANSUNGAI, DANAU, DAN SUNGAI, DANAU, DAN RAWARAWA
Kementerian Kementerian Negara Negara Lingkungan HidupLingkungan HidupAsdep Urusan Pengendalian Kerusakan Sungai dan Asdep Urusan Pengendalian Kerusakan Sungai dan
DanauDanauPusdiklat KLH Pusdiklat KLH Palangkaraya, Palangkaraya, 20120122
Beberapa Peraturan Perundang-undangan yang berkaitan dengan Pengelolaan Sumber Daya Air
Perkotaan, Permukima
n dan Industri, dll
Hutan Lindung/ Kawasan
Konservasi dan Hutan ProduksiMuka air normal
Sempadan sungaiSempadan sungai
Muka air banjir
Alur sungai
SUNGAI : PP 38/2011
PP 82/2001 PKA & PPA
UU 41/1999, PP 26/2008, Keppres
32/1990
UU No 7 Tahun 2004 , UU 32 Tahun 2009, UU No. 26 Tahun 2004
Air Limba
h
Pertanian, Perkebunan,
HTI
UU 18/2004, PP 150/2000, PP 04/2001
UU 5/1990, UU 41/99
TOTAL AIR DUNIA
2.39
97.61
Air Laut (97,61%)
Air Tawar (2,39%)
DISTRIBUSI AIR TAWAR
1 1
5238
8
Air Danau ( 52 %) Soil moisture (38%)
Uap air (8%) Air dalam mahluk hidup (1%)
Air sungai (1%)
20
79
Es (79%) Air tanah (20%) Air permukaan (1%)
1
Sumber: Hehanussa, 2004
BANJIR
DAS KRITIS
PERMUKIMAN & PENCEMARAN
KEPENDUDUKAN KEKERINGAN
SAMPAH
MASALAH SDA
ISISU U NASIONALNASIONAL PERMASALAHAN SUMBER DAYA AIRPERMASALAHAN SUMBER DAYA AIR
• KAWASAN RESAPAN AIR• SEMPADAN SUMBER AIR
• INDUSTRI/HOTEL/ RESTORAN/RUMAH SAKIT• RUMAH TANGGA• PERTANIAN/PETERNAKAN
KERUSAKANLINGKUNGAN
PENCEMARANAIR
FLUKTUASIFLUKTUASIDEBIT TINGGIDEBIT TINGGI
EROSI/EROSI/SEDIMENTASISEDIMENTASI
DEBITDEBITKECILKECIL
DEBITDEBITBESARBESAR
KRISIS AIR BANJIR
Perambahan hutan Illegal logging Kebakaran hutan dan lahan Alih fungsi lahan dll
• mata air• sungai• danau/waduk• dll
DAS (Watershed) i.e. DAS Walanae
Sub-DAS (Sub-Watershed) i.e Sanrego, Minraleng)
DTA/Catchment (dengan kawasan terbangun)
Wilayah Sungai (River Basin) i.e. WS Walanae-Cenrane
Unit Pengelolaan SDA (Water Resources Management Units)
Sumber: dimodifikasi dari Clement et al, 1996)
1
2
3
4
Wilayah Sungai (WS) = Kesatuan wilayah Pengelolaan Sumber Daya Air (SDA) dalam satu atau lebih Daerah Aliran Sungai dan/atau pulau-pulau kecil yang luasnya < 2000 km2. (Sumber: UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air)
Air integrator dan indikator terbaik pengelolaan DAS
t0
tt11
tt22
tt33
HuluHulu
TengahTengah
HilirHilir
2000 m
dp
l
Sungai bermata air di Gunung dan bermuara di Laut
• KAWASAN RESAPAN AIR• SEMPADAN SUMBER AIR
LINGKUNGAN LESTARI
KUALITAS AIR BAIK
FLUKTUASIDEBIT STABIL
EROSI & SEDIMENTASII KECIL(ALAMI)
DEBITSTABIL
DEBITSTABIL
AIRTERSEDIA SEPANJANG
TAHUN
TUTUPAN HUTAN DALAM KONDISI BAIK DAN MASIH ALAMI
• mata air• sungai• danau/waduk• dll
DIMANFAATKAN PARA PENGGUNA AIR UNTUK
KEGIATAN SOSIAL & EKONOMI
•Petani – Sawah•PDAM & Masyarakat – Air Minum•PLN - PLTA
HULU
HILIR
HUBUNGAN HULU-HILIR DALAM EKOSISTEM DAS ALAMI
• Setiap komponen saling terkait satu sama lain dalam ekosistem DAS.
• Perubahan salah satu komponen akan merubah dan mempengaruhi komponen lainnya
Pelepasan air Pelepasan air tanahtanah
Arus antaraArus antara
Aliran Permukaan
PeresapPeresapanan
Permukaan Air Tanah
evapotranspirasi
DAUR HIDROLOGI PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI
• Peresapan air berkurang• Muka air tanah turun, • Mata Air kering• Terjadi intrusi air laut
• Banjir bandang• Pendangkalan sungai dan muara• Daerah banjir meluas
• Erosi tinggi
• Longsor
Pada musim kemarau air sungai nyaris kering
PENGEMBANGAN DAS(TIDAK TERKENDALI)
Peresapan 25%
Limpasan 75%
Kamis, 29 Juli 2010
1010
1100112011301130
126020102020204020502080
20902120
2100
21302140
4140
5090
5150
5170
1090
1180
12101240
1290
20702110
5100
402040304080
7020
3010
4010 5160
1992 sebanyak 39 DAS Sangat Kritis1992 sebanyak 39 DAS Sangat Kritis
1010
1100112011301130
126020102020204020502080
20902120
2100
21302140
4010
5090
5150
51705160
1180
1984 sebanyak 22 DAS Sangat Kritis1984 sebanyak 22 DAS Sangat Kritis
2005 sebanyak 62 DAS Sangat Kritis2005 sebanyak 62 DAS Sangat Kritis
KERUSAKAN LINGKUNGAN MENAMBAH JUMLAH
DAS KRITIS
Kerusakan sumber-sumber air
(danau, sungai, mata air),
Fluktuasi debit kemarau dan hujan tinggi,
Erosi dan sedimentasi
Banjir, longsor, kekeringan, dan penurunan
Kualitas air
Jumlah DAS rusak/kritis mengalami peningkatan dari tahun ke tahun
Bagaimana Gambaran Mengenai DAS di Indonesia ?
Jumlah DAS Kritis Tahun 1984-2005
Tahun Jumlah DAS Kritis
1984 22
1992/1994 39
1998 42
2000 58
2003 60
2005 62
62 DAS Prioritas I
221 DAS Prioritas II
175 DAS Prioritas III
Jumlah DAS di Indonesia= 458 DAS
BERAPA BERAPA LUASLUASHUTAN KITA HUTAN KITA YANG MASIHYANG MASIHSEPERTI SEPERTI INI ?? INI ??
KAWASAN KAWASAN HUTAN HUTAN LINDUNG MULERLINDUNG MULER
1. TAMBANG PERMUKAAN
2. TAMBANG BAWAH TANAH
3. INDUSTRI-MANUFAKTUR
4. PERTANIAN – CULTIVATION
5. URBAN USES – TRANSPORTASI
6. URBAN USES - PEMUKIMAN
12. SLASH AND BURN AGICULTURE
13. KONSTRUKSI JALAN
14. KAWASAN HUTAN: KOMSERVASI DAN PRODUKSI
7. URBAN USES- WASTE DISPOSAL
8. REKREASI – PANTAI
9. INDUSTRI – TERMAL PLANT
10. WADUK DAN PLTA
11. PERTANIAN - AGROCHEMICALS
15. IRIGASI DAN DRAINASE
16. PERTANIAN – LIMBAH DAN PEMUPUKAN
17. REKREASI AIR
18. TAMBANG – GRAVEL MINING
BERBAGAI ISU PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN BERBAGAI ISU PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAISUNGAI
A. Kerusakan Lingkungan
Pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan lahan dan
tataruang sehingga melampaui daya dukungya yang menyebabkan
erosi, longsoran, simpanan air berkurang dan meningkatkan aliran
limpasan, masalah yang timbul adalah sedimentasi, banjir dan
kekeringan,Th 1984 22 DAS KritisTh 1992 39 DAS KritisTh 2005 60 DAS Kritis
Pertambahan 1.8 DAS/th
Tutupan Hutan1.JAWA (9,82%)2.NUSA TENGGARA (25,29%)3.BALI (30,43%)4.SUMATERA (32,73%)5.Kalimantan (47,58%)
Tutupan Hutan1.JAWA (9,82%)2.NUSA TENGGARA (25,29%)3.BALI (30,43%)4.SUMATERA (32,73%)5.Kalimantan (47,58%)
UU 41/2009 Minimal 30 %
Laju deforestasi 1.87 - 3.51 jt ha/th
B. Pencemaran
Berdasarkan pemantauan KLH dari 34 sungai lintas Propinsi Berdasarkan pemantauan KLH dari 34 sungai lintas Propinsi sebesar 94 % tidak sesuai dengan mutu air yang ditetapkan sebesar 94 % tidak sesuai dengan mutu air yang ditetapkan atau dalam kondisi cemar.atau dalam kondisi cemar.
CITARUM RIVER
Pictures of Ciliwung Watershed AreasPictures of Ciliwung Watershed Areas
Mount Pangrango – West JavaMount Pangrango – West Java
Low Land of Mount Pangrango Low Land of Mount Pangrango
Mid-Stream of Ciliwung in Bogor Mid-Stream of Ciliwung in Bogor
Downstream of Ciliwung in Jakarta
Downstream of Ciliwung in Jakarta
13 Sungai Prioritas 2010 - 13 Sungai Prioritas 2010 - 20142014
Pulau Jawa: Ciliwung, Cisadane, Citarum, Citanduy, Progo, Bengawan Solo & Brantas
Pulau Sumatera: Batanghari, Kampar, Musi, dan Siak
Pulau Kalimantan: Barito
Pulau Sulawesi: Saddang-Mamasa
No Nama Sungai Nama DAS Nama SWS Status Prioritas
Status Pencemaran( dibandingkan
dengan Kelas II PP 82/2001)
1 Barito Barito Barito Lintas Provinsi Cemar sedang
2 Batanghari Batanghari Batanghari Lintas Provinsi Cemar sedang-berat
3 Bengawan Solo Bengawan Solo Bengawan Solo Lintas Provinsi Cemar sedang-berat
4 Brantas Brantas BrantasStrategis Nasional Cemar berat
5 Ciliwung Ciliwung Cisadane-Ciliwung Lintas Provinsi Cemar berat
6 Cisadane Cisadane Cisadane-Ciliwung Lintas Provinsi Cemar berat7 Citanduy Citanduy Citanduy Lintas Provinsi Cemar berat
8 Citarum Citarum CitarumStrategis Nasional Cemar berat
9 Kampar Kampar Kampar Lintas Provinsi Cemar berat
10 Musi Musi Musi Lintas Provinsi Cemar ringan-berat
11 Progo Progo Progo-Opak-Oyo Lintas Provinsi Cemar berat
12 Sa’dang Sa’dang Sa’dang Lintas Provinsi Cemar sedang-berat
13 Siak Siak SiakStrategis Nasional Cemar berat
Sungai Prioritas PenangananSungai Prioritas PenangananTahun 2010 s/d 2014Tahun 2010 s/d 2014
13 DAS PRIORITASNo.
Nama Sungai
Nama SWS PropinsiStatus Mutu Air
1 Barito Barito Kal sel-Kalteng Cemar ringan 2 Batanghari Batanghari Sumbar-Jambi Cemar sedang
3 Bengawan Solo Bengawan Solo Jateng-Jatim
Cemar sedang-berat
4 Brantas Brantas Jatim Cemar berat
5 Ciliwung Cisadane-Ciliwung Jabar-DKI Jkt Cemar berat
6 Cisadane Cisadane-Ciliwung
Jabar-Tangerang Cemar berat
7 Citanduy Citanduy Jabar-jateng Cemar berat 8 Citarum Citarum Jabar Cemar berat 9 Kampar Kampar Sumbar -Riau Cemar berat
10 Musi Musi Bengkulu-Sumsel
Cemar ringan-berat
11 Progo Progo-Opak-Oyo
Yogyakarta -Jateng Cemar berat
12 Sa'dang Sa'dang Slbar-Sulsel Cemar ringan 13 Siak Siak Riau Cemar berat
No Propinsi Nama Sungai
Jumlah Titik
Sampling
Frek-uensi Sampling
Kisaran Status Mutu Air Sungai
Berdasarkan KMA PP 82/2001
Kisaran Status Mutu Air Sungai Berdasarkan
KMA PP 82/2001
Kelas I Kelas II
1 Banten Kali Angke 6 3 cemar berat cemar berat
2 Jakarta Ciliwung 15 2cemar sedang s/d cemar berat
cemar ringan s/d cemar berat
3 Jabar Citarum 7 2cemar sedang s/d cemar berat
cemar ringan s/d cemar berat
4 Jateng Progo 9 2cemar sedang s/d cemar berat cemar sedang
5 DIY Progo 7 4 cemar berat cemar berat
6 Jatim Brantas 19 3 s/d 20 cemar berat cemar sedang s/d cemar berat
Kisaran Status Mutu Kualitas Air Sungai di Indonesia Tahun 2007
Di Pulau Jawa
No
Propinsi
Nama Sungai
Jumlah Titik Sampl
ing
Frek-uensi Sampling
Kisaran Status Mutu Air Sungai Berdasarkan
KMA PP 82/2001
Kisaran Status Mutu Air Sungai Berdasarkan
KMA PP 82/2001
Kelas I Kelas II
16Bali T. Badung 6 2 cemar sedang s/d cemar berat cemar sedang s/d cemar berat
17NTT Dendeng 5 & 6 2 cemar ringan cemar ringan
18NTB Jangkok 6 2 memenuhi s/d cemar sedang memenuhi s/d cemar sedang
19Kalbar Kapuas 39 2 cemar ringan s/d cemar berat cemar ringan s/d cemar berat
20Kalteng Kahayan 7 2 cemar ringan s/d cemar sedang
cemar ringan s/d cemar sedang
21Kalsel Martapura 6 2 cemar ringan s/d cemar sedang
cemar ringan s/d cemar sedang
22Kaltim Mahakam 6 2 cemar sedang
cemar ringan s/d cemar sedang
23Sulut Tondano 10 2 cemar ringan s/d cemar berat
cemar ringan s/d cemar sedang
24Goronta
lo Bone 6 2 cemar ringan s/d cemar sedangcemar ringan s/d cemar
sedang
25Sulteng Palu 6 2 cemar ringan s/d cemar sedang
cemar ringan s/d cemar sedang
26Sulsel
Tallo 5 & 6 2 cemar ringan s/d cemar berat cemar ringan s/d cemar berat
Jeneberang 6 2 cemar ringan s/d cemar berat cemar ringan s/d cemar berat
27Sultra Konaweha 6 2 cemar ringan s/d cemar sedang cemar ringan
Kisaran Status Mutu Kualitas Air Sungai di Indonesia Tahun 2007
Di Pulau Bali-Nusa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku & Papua
No Nama Sungai Pendayagunaan Air Sungai Penetapan Kelas (Mutu Air Sasaran)
TargetPencapaian
1 Barito Transportasi sungai, PDAM, industri I – III 20 Tahun2 Batanghari Transportasi sungai, industri I – III 20 Tahun
3 Bengawan Solo Air irigasi, PDAM, industri, budidaya ikan I – III 20 Tahun
4 BrantasAir irigasi, PLTA, air baku air minum/PDAM, industri, budidaya ikan, wisata air I – III
20 Tahun
5 CiliwungAir baku air minum/PDAM, industri, budidaya ikan
I – III 20 Tahun
6 CisadaneAir irigasi, air baku air minum/PDAM, industri, budidaya ikan
I – II 20 Tahun
7 Citanduy Air irigasi, PDAM budidaya ikan I - II 15 Tahun
8 CitarumAir irigasi, 3 PLTA, air baku air minum/PDAM, industri, budidaya ikan, wisata air
I - III 15 Tahun
9 Kampar Transportasi sungai, industri I - II 20 Tahun
10 Musi Transportasi sungai, Wisata sungai, industri I - III 20 Tahun
11 Progo Air irigasi, PDAM, industri, budidaya ikan I - III 15 Tahun12 Sa'dang PLTA, Air irigasi, industri, budidaya ikan I - III 15 Tahun
13 Siak Transportasi sungai, Wisata sungai, industri I - III 20 Tahun
Penetapan Kelas (Mutu Air Sasaran) danPenetapan Kelas (Mutu Air Sasaran) dan Target PencapaiannyaTarget Pencapaiannya u untuk 13 Sungai Prioritasntuk 13 Sungai Prioritas
Kewenangan KLH dalam Pengelolaan Kewenangan KLH dalam Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran AirPencemaran Air
Landasan Hukum Kewenangan KLH
UU 32 Tahun 2009
• Mengkoordinasikan dan melaksanakan pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup (Pasal 63)
• Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai pencemaran dan / atau kerusakan hidup lintas batas negara
PP 82 Tahun 2001• Pengelolaan kualitas air lintas propinsi dan atau lintas batas negara
(Pasal 5)
PP 38 Tahun 2007
• Pengelolaan kualitas air skala nasional dan/atau lintas batas negara• Penetapan kelas air pada sumber air skala nasional dan/atau lintas
batas negara• Koordinasi dan pelaksanaan pemantauan kualitas air skala nasional
dan/atau lintas batas negara• Pengendalian pencemaran air pada sumber air skala nasional dan
/atau lintas batas negara• Pengawasan pengendalian pencemaran air skala nasional • Penetapan baku mutu air lebih ketat dan/atau penambahan
parameter pada skala nasional dan/atau lintas batas negara• Penerapan paksaan pemerintah atau uang paksa terhadap
pelaksanaan penanggulangan pencemaran air skala nasional pada keadaaan darurat dan/atau keadaan yang tidak terduga lainnya
• Pengaturan pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air
• Pengaturan baku mutu air limbah untuk berbagai kegiatan• Penetapan baku mutu dan peruntukan sungai lintas propinsi
Peraturan Mengenai Peraturan Mengenai Penetapan Kelas AirPenetapan Kelas Air
PP NOMOR 82 TAHUN 2001 Pengelolaan Kualitas Air dan pengendalian Pencemaran Air (pasal 9).
Kepmen LH no.114 tahun 2003 tentang Pedoman Pengkajian untuk Menetapkan Kelas Air.
Kepmen LH no.115 tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air.
Permen LH no.1 tahun 2007 tentang Pedoman Penentuan Pengkajian Teknis untuk Menetapkan Kelas Air.
PenetapanKelas Air
Pemulihan KerusakanDi Catchment Area
PenguranganBeban Pencemaran
Income GeneratingKerjasama Antar Daerah
PerbaikanFungsi Lingk.
Sungai
Rencana Rencana Umum Umum
(Masterplan)(Masterplan)
TataRuang
• Perpres• Perda
SUNGAI/DANAU (DAS)
PRIORITAS
PROSES SEGMENTAS
I DAS (Watershed Segmentati
on)
SEMPADAN SUNGAI/DANA
U
CATCHMENT AREAS
BADAN AIR
BAIK/ CEMAR
BAIK/ RUSAK
SUMBER PENCEMAR
SUMBER KERUSAKAN
SEGMENT 1
SEGMENT 2
SEGMENT 3
MUTU AIR
SAAT INI
MUTU AIR
SASARANKELAS
2
KELAS 3
KELAS 3
KELAS 1
KELAS 2
KELAS 2
PROSES PENETAPAN KELAS AIR
INVENTARISASI INVENTARISASI & IDENTIFIKASI & IDENTIFIKASI
RAGAM RAGAM KEGIATANKEGIATAN
MASTER PLAN MASTER PLAN DAN DAN
MONITORING MONITORING PLANPLAN
KONSERVASI DAN PKL
BAIK/ RUSAK
PKA DAN PPA
PROSES PENETAPA
N DAS PRIORITAS
IMPLEMENTASIMPLEMENTASI, MONEV & I, MONEV & PELAPORANPELAPORAN
1 2
3
4
5
6
Hulu
Hilir
Dari Kelas Air Menuju Pengelolaan Terpadu Daerah Aliran Sungai
KELAS 4KELAS 4
KELAS 3KELAS 3
KELAS 2KELAS 2
KELAS 1KELAS 1
(pertanaman)
(perikanan air tawar,peternakan, pertanaman)
(rekreasi air, perikanan air tawar,peternakan, pertanaman)
(air baku air minum, rekreasi air, perikanan air tawar,peternakan, pertanaman)
KELAS AIRKELAS AIR && PERUNTUKANNYAPERUNTUKANNYA
KUALITAS AIRKUALITAS AIRSEMAKINSEMAKIN
BAIKBAIK
PENGGUNAAN AIR:PENGGUNAAN AIR: SAAT INISAAT INI YANG AKAN DATANGYANG AKAN DATANG
PP No.82 Tahun 2001PP No.82 Tahun 2001
PenetapanKelas Air
PerbaikanPerbaikanFungsi LingkFungsi Lingk
SungaiSungai
• PerpresPerpres• PerdaPerda
TARGETPeningkatan Kualitas Air (Mutu Air Sasaran) Manfaat Sesuai
Peruntukan
TUJUAN :a. Sebagai dasar dalam melakukan PENGENDALIAN
PENCEMARAN AIR dan PENGENDALIAN KERUSAKAN LINGKUNGAN sesuai
mutu air sasaran (hulu s/d hilir)b. Memberikan ARAHAN PEMANFAATAN AIR sesuai
peruntukanSASARANMeningkatnya manfaat air untuk AIR BAKU AIR MINUM dan peruntukan lainnya sesuai persyaratan mutu air.
MEKANISME MEKANISME Pemulihan Kualitas Lingkungan Pemulihan Kualitas Lingkungan
SungaiSungaiMASTER PLANMASTER PLANLIMA TAHUN ILIMA TAHUN I
MASTER PLANLIMA TAHUN II
MASTER PLANLIMA TAHUN III
SINKRONISASIPROGRAM TAHUNAN
•EVALUASI MUTU AIR SASARAN•PENYUSUNAN MASTER PLAN
SINKRONISASIPROGRAM TAHUNAN
•EVALUASI MUTU AIR SASARAN•PENYUSUNAN MASTER PLAN
SINKRONISASIPROGRAM TAHUNAN
•EVALUASI MUTU AIR SASARAN•PENYUSUNAN MASTER PLAN
PROGRAM PEMULIHAN PROGRAM PEMULIHAN KUALITASKUALITAS LINGKUNGAN SUNGAI LINGKUNGAN SUNGAI
1.Untuk mencapai mutu air sasaran
2.Disusun untuk 20 tahun yang dilaksanakan secara bertahap 5 tahunan
3.Dasar bagi Menteri LH, menteri terkait, gubernur, Bupati/Walikota untuk melaksanakan rencana detail
4.Rencana kegiatan disusun berdasarkan parameter kunci pencemar
5.Pelaksanaan Program dikoordinasikan oleh Menteri Negara LH
55 (Lima) Program Utama (Lima) Program Utama Pemulihan Kualitas Lingkungan Pemulihan Kualitas Lingkungan
Sungai Sungai
11 Program Pengendalian Pencemaran AirProgram Pengendalian Pencemaran Air
22Program Pengendalian Kerusakan Program Pengendalian Kerusakan LingkunganLingkungan
33 Program Penataan Ruang Program Penataan Ruang
44 Program Penegakan HukumProgram Penegakan Hukum
55 Program Peningkatan Peran MasyarakatProgram Peningkatan Peran Masyarakat
Kegiatan pada Program Kegiatan pada Program Pengendalian Pengendalian
Pencemaran AirPencemaran Air1.1. Pengolahan limbah berbasis masyarakatPengolahan limbah berbasis masyarakat
2.2. Pembuatan saluran penyaring/peredam Pembuatan saluran penyaring/peredam limbah rumah tangga (tinja) di limbah rumah tangga (tinja) di sepanjang sungaisepanjang sungai
3.3. Pembuatan instalasi pengolahan air Pembuatan instalasi pengolahan air limbah pemukimanlimbah pemukiman
4.4. Pembuatan septictank pemukimanPembuatan septictank pemukiman
5.5. Pembuatan instalasi gas bio Pembuatan instalasi gas bio
6.6. Pelaksanaan PROKASIH dan PROPERPelaksanaan PROKASIH dan PROPER
7.7. Penerbitan dan pengawasan izin Penerbitan dan pengawasan izin pembuagan air limbahpembuagan air limbah
Kegiatan pada Program Kegiatan pada Program Pengendalian Pengendalian
Kerusakan LingkunganKerusakan Lingkungan1. Reboisasi
2. Rehabilitasi dan Penanaman Kanan Kiri Sungai yang masih terbuka
3. Agroforestry
4. Penghijauan/Rehabilitasi Lingkungan
5. Pembuatan Check DAM/DAM Penahan/DAM Pengendali
6. Pembuatan Sistem Peresapan Air (sumur resapan, biopori)
7. Penetapan dan pembebasan sempadan sungai dari bangunan perumahan maupun perdagangan
8. Penetapan aspek ekologis lingkungan perumahan
9. Penertiban sempadan dan bantaran sungai
Kegiatan pada Program Penataan Kegiatan pada Program Penataan RuangRuang
1.1. Revisi tata ruangRevisi tata ruang
2.2. Sistem monitoring dan Sistem monitoring dan pengawasan penataan ruangpengawasan penataan ruang
3.3. Penyusunan zoning regulationPenyusunan zoning regulation
4.4. Evaluasi pemanfaatan ruangEvaluasi pemanfaatan ruang
5.5. Penertiban bangunan di hutan Penertiban bangunan di hutan lindunglindung
1. Pelatihan (pembuatan gas bio, kompos, pengolahan limbah secara sederhana)
2. Sosialisasi dan diseminasi (bahaya akibat pembuangan sampah ke sungai, pentingnya gas bio sebagai pengganti bahan bakar, dll)
3. Pembentukan forum (forum/kelompok peduli Sungai/DAS)
Kegiatan pada Program Kegiatan pada Program Peningkatan Peningkatan Peran Serta MasyarakatPeran Serta Masyarakat
Kegiatan pada Program Penegakan Kegiatan pada Program Penegakan HukumHukum
1. Penegakan hukum (pemanfaatan ruang, perusakan dan pencemaran lingkungan)
2. Pembuatan dan sosialisasi peraturan perundang-undangan pengelolaan lingkungan di daerah
PENGELOLAAN PENGELOLAAN DANAUDANAU
Danau Sentarum, KalbarDanau Toba, Sumatera
Utara
Danau Batur, Bali
Danau Maninjau, Sumatera Barat
Danau Kerinci, Jambi
Danau Sentani, Papua
Danau Singkarak, Sumatera Barat
Danau Limboto, Gorontalo
Danau Tondano, SulutDanau Poso, Sulteng
Danau Tempe, Sulsel
Danau Matano,Sulsel
Danau Rawa Danau , Banten Danau Mahakam,
Kaltim
PENUTUPAN LAHAN 15 DANAU PRIORITAS NASIONAL 2010-2014
HASIL INTEPRETASI CITRA LANDSAT 2007-2008
No. PENUTUPAN LAHANHUTAN NON HUTAN LAHAN KRITIS TUBUH AIR PEMUKIMAN
TOTAL %Ha % Ha % Ha % Ha % Ha %
1 Toba 39765.1 12.096585.
9 29.377277.
2 23.4114691.1
3 34.7 1826.4 0.6 330146 100
2 Maninjau 9926.05 40.84047.3
2 16.6215.77
3 0.9 9960.98 41.0169.20
6 0.724319.
3 100
3 Singkarak 18196 36.215025.
4 29.94471.5
4 8.9 10998.80 21.91579.3
5 3.150271.
1 100
4 Kerinci 34922.2 34.734507.
7 34.323329.
8 23.2 4500.87 4.53484.7
9 3.5 100745 100
5 Tondano 891 3.2 18236 65.9 173 0.6 6113.00 22.1 2242 8.1 27655 100
6 Limboto 43915 30.2 85686 58.9 10241 7.0 3682.00 2.5 1956 1.3 145480 100
7 Poso 58285 43.5 34545 25.8 4371 3.3 36617.00 27.3 119 0.1 133937 100
8 Tempe 165255 49.3 99044 29.5 64834 19.3 5871.00 1.8 383 0.1 335387 100
9Matano-Mahalona-
Towuti 138945 57.2 17824 7.3 9985 4.1 75462.00 31.1 535 0.2 242751 10010 Semayang-Melintang-
Jempang48105.3 29.8 3735.1
72.3 92040.
157.1 17394.63 10.8 0 0.0 161275 100
11 Sentarum 0 0.0 0.43 0.0 0 0.0 1015.70 100.0 0 0.01016.1
3 100
12 Sentani 21289.5 44.85608.2
7 11.811342.
1 23.9 9247.09 19.5 0 0.0 47487 100
13 Batur 5027.57 48.3 105.42 1.01613.5
1 15.5 3636.76 35.0 17.69 0.2 10401 100
14 Rawa Danau 39 7.9 348 70.4 84 17.0 0.00 0.0 23 4.7 494 100
15 Rawa Pening 37 3.9 521 55.5 225 24.0 30.00 3.2 126 13.4 939 100
Kesepakatan Bali tentang Kesepakatan Bali tentang Pengelolaan Danau Pengelolaan Danau
BerkelanjutaBerkelanjutann1. Pengelolaan Ekosistem Danau2. Pemanfaatan Sumber Daya Air
Danau3. Pengembangan Sistem
Monitoring, Evaluasi Dan Informasi
4. Penyiapan Langkah-langkah Adaptasi Dan Mitigasi Perubahan Iklim Terhadap Danau
5. Pengembangan Kapasitas, Kelembagaan Dan Koordinasi
6. Peningkatan Peran Masyarakat7. Pendanaan Berkelanjutan
Kesepakatan Bali tentang Kesepakatan Bali tentang Pengelolaan Danau Pengelolaan Danau
BerkelanjutaBerkelanjutann1. Pengelolaan Ekosistem Danau2. Pemanfaatan Sumber Daya Air
Danau3. Pengembangan Sistem
Monitoring, Evaluasi Dan Informasi
4. Penyiapan Langkah-langkah Adaptasi Dan Mitigasi Perubahan Iklim Terhadap Danau
5. Pengembangan Kapasitas, Kelembagaan Dan Koordinasi
6. Peningkatan Peran Masyarakat7. Pendanaan Berkelanjutan
Ditandatangani oleh 9 menteri pada KNDI I
di Denpasar Bali
Perlu langkah nyata implementasi
Kesepakatan BALI 2009
GERAKAN PENYELAMATAN DANAU
PermasalahanDanau
PermasalahanDanau
Kesepakatan Bersama Pengelolaan Danau Berkelanjutan (9
Sektor)
15 Danau PrioritasKNDI I 2009
15 Danau PrioritasKNDI I 2009
P. Sumatera•D. Toba
•D. Singkarak•D. Maninjau
•Kerinci
P. Sumatera•D. Toba
•D. Singkarak•D. Maninjau
•Kerinci
P. Jawa•D. Rawa Danau
•D. Rawapening
P. Jawa•D. Rawa Danau
•D. Rawapening
P. Bali•D. BaturP. Bali•D. Batur
• Alih fungsi lahan DTA• Sedimentasi• Eceng gondok
• Penurunan volume air• Konflik kelembagaan• Erosi
P. Kalimantan•D. Semayang, D.
Melintang, D. Jempang•D. Sentarum
P. Kalimantan•D. Semayang, D.
Melintang, D. Jempang•D. Sentarum
P. Sulawesi•D. Tempe •D. Matano•D. Poso • D. Tondano•D. Limboto
P. Sulawesi•D. Tempe •D. Matano•D. Poso • D. Tondano•D. Limboto
P. PapuaD. Sentani
P. PapuaD. Sentani
Gerakan Penyelamatan Danau secara
Nasional
Gerakan Penyelamatan Danau secara
Nasional
Tema :Langkah Nyata Penyelamatan DanauTujuan : Tindak Lanjut Kesepakatan Bali Tahun 2009 Peluncuran Gerakan Penyelamatan Danau
Rawapening sebagai model pertama Peluncuran Gerakan Penyelamatan Danau
secara nasionalOutput : Komitmen Langkah Nyata Penyelamatan
Danau
Pendekatan
16 Daerah Pengaju DEKON(Danau)
DEKON BIDANG DANAU Indikator : Tersusunnya Laporan Kegiatan Penyelamatan Danau Total Daerah pengaju DEKON : 16 Provinsi
DEKON BIDANG DANAU
No Daerah (Provinsi)Alokasi
AnggaranStatus
1 Sumatera Utara Rp. 366.660.000 Buka
2 Sumatera Barat Rp. 290.905.000 Buka
3 Kep. Riau Rp. 484.455.000 Blokir
4 Jambi Rp. 180.730.000 Buka
5 Sumatera Selatan Rp. 459.595.000 Buka
6 Banten Rp. 438.845.000 Buka
7 Jawa Tengah Rp. 150.000.000 Buka
8 Kalimantan Selatan Rp. 180.085.000 Buka
9 Kalimantan Barat Rp. 254.610.000 Buka
10 Sulawesi Utara Rp. 325.140.000 Blokir
11 Gorontalo Rp. 289.090.000 Blokir
12 Sulawesi Tengah Rp. 500.000.000 Buka
13 Sulawesi Selatan Rp. 249.590.000 Buka
14 Bali Rp. 200.000.000 Buka
15 Maluku Utara Rp. 354.700.000 Buka
16 Papua Rp. 362.000.000 Blokir
Total Keseluruhan :
Rp. 5.086.405.00
0
Masalah Sempadan dan Gulma Air Danau Toba
Kegiatan Perikanan Tangkap Danau Rawa Pening
Masalah Gulma Air Danau Limboto
Kematian Massal Ikan Danau Maninjau
No Lokasi Waktu Kerugian
1 Danau Maninjau, Sumbar
2-7 Jan 09 Rp 150 milyar terdiri dari:
KJA 6.286 petak
1.042 KK
Ikan yang mati 13.413 ton
Kredit macet : Rp. 3,6 M
2 Waduk Karangkates, Jatim
2008 Kerugian lebih dari Rp.280 juta akibat blooming algae
3 Waduk Jatiluhur,
Jabar
2 Des 06 - 8 Jan 07
Rp 50 milyar (7.200 ton ikan mati)
4 Danau Toba, Sumut 30 Jul 08 18.000 ekor atau 3.600 Kg ikan mati mendadak. Kerugian Rp.50 juta
5 Waduk Saguling, Jabar
9 Des 07 Rp 78 juta
6 Waduk Karangkates, Jatim
26 Sep 07 Rp 400 juta
7 Waduk Jatiluhur,
Jabar
2 Feb 06 Ratusan juta rupiah. Ribuan ikan mati dari 11.550 karamba
KEJADIAN IKAN MATI MASSAL
Pencemaran air dari hulu (Bandung, Cimahi - kota & industri), sampah Kegiatan pertanian pada catchment sekitarnya masalah sosial Sedimentasi
WADUK SAGULING:
WADUK CIRATA:
KJA – eutrofikasi, anoxic di bagian dasar Sedimentasi Masalah sosial (pemilik dan pekerja KJA) Potensi pencemaran pengembangan
kawasan industri di Cipendey (WP IV Bandung Barat)
WADUK JATILUHUR: KJA – eutrofikasi, anoxic di bagian dasar masalah sosial (pemilik dan pekerja KJA) fluktuasi muka air (~ 20 m)
Masalah koordinasi kelembagaan pengelolaan
By: MCK on 11/20/2009 at www.w3.org/TR/xhtml1/DTD
KJA di Waduk Djuanda
PENCEMARAN PERAIRAN WADUK Semakin menurunnya kualitas perairan
waduk oleh adanyanya pencemaran organik terutama senyawa nitrogen dan phospor yang berasal dari limbah industri, pertanian, domestik dan karamba jaring apung (KJA)
Perlu upaya mengurangi jumlah dan atau produksi KJA sesuai Daya Tampung Beban Pencemaran (DTBP)-KJA
Perlu mengurangi beban pencemaran di Citarum Hulu minimum 60%
PEMANFAATAN AIR DANAU
Air baku untuk penduduk di sekitarnya (B) Pertanian untuk penduduk yang berkebun di
bantaran & sempadan danau, atau air irigasi di hilir danau (T)
Perikanan tangkap dan perikanan budidaya di danau atau pada sungai/ saluran air yang berasal dari danau (I)
Sumber daya tenaga lisistrik atau PLTA, baik yang dibangun pada outlet danau ataupun pada sungai yang keluar dari danau (L)
Pengendalian banjir, karena menyimpan air diwaktu musim hujan (PB)
Pariwisata bagi wisatawan domestik dan wisatawan asing (PW)
Jumlah Danau di Indonesia Jumlah Danau di Indonesia Berdasarkan Lokasi dan Luas Berdasarkan Lokasi dan Luas
Jumlah Danau di Indonesia Jumlah Danau di Indonesia Berdasarkan Lokasi dan Luas Berdasarkan Lokasi dan Luas
Pulau Jumlah Danau dengan Luas (ha)
TotalArea (Ha)
10-99 100-999 >999
Sumatera 88 69 13 190.043 (170)
Kalimantan 61 61 17 84.231 (139)
Jawa & Bali 19 10 2 6.270 (31)
Nusa Tenggara
7 4 3 6.041 (14)
Sulawesi 11 10 9 141.871 (30)
Maluku 5 3 2 3.438 (10)
Papua 39 76 12 59.830 (127)
Total 230 233 58 491.724 (Ha) (521 buah )
Sumber : Nontji, 1996
UKURAN DANAU DI INDONESIA
NoDanau Luas
km2
DalamMaks. (m)
Volume Juta m3
KategoriLuas
Kategori Volume
1 Batur 15.9 88 820 Kecil Medium
2 Bratan 3.85 22 49 Kecil Kecil
3 Buyan 3.9 87 160 Kecil Medium
4 Diatas 12.3 44 ND Kecil ?
5 Dibawah 11.2 309 ND Kecil ?
6 Kerinci 46 97 ND Kecil ?
7 Limboto 56 2.5 ND Kecil ?
8 Maninjau 97.9 169 10.400 Kecil Besar
9 Matano 164.1 590 55.015 Medium Besar
10 Poso 323.2 450 ND Medium ?
11 Ranau 125.9 229 21.950 Medium Besar
12 Rawa Pening 25 14 52 Kecil Kecil
13 Sentani 93.6 42 ND Kecil ?
14 Singkarak 107.8 268 16.100 Medium Besar
15 Tamblingan 1.9 90 27 Kecil Kecil
16 Tempe 350 5 ND Medium ?
17 Toba 1130 529 240.000 Medium Sangat Besar
18 Tondano 50 20 ND Kecil
Kategori Kedalaman Danau
No Kategori Kedalaman (m) Danau
1 Sangat dangkal < 10 Limboto dan Tempe
2 Dangkal 10 - 50Bratan, Diatas, Tondano, Rawa Danau dan Rawa Pening
3 Medium 50 - 100Batur, Buyan, Kerinci dan Tamblingan
4 Dalam 100 - 200
5 Sangat dalam > 200Dibawah, Maninjau, Matano, Poso, Ranau, Singkarak, Toba dan Towuti
KLASIFIKASI LUAS (Km2) VOLUME (juta m3)
Besar 10.000 – 1.000.000 10.000 – 100.000
Medium 100 – 10.000 100 – 10.000Kecil 1 - 100 1 - 100
Sangat Kecil < 1 < 1
Sumber: ILEC, Vol.9, p.33, 1999
KLASIFIKASI UKURAN DANAU
TIPE DANAU DI INDONESIANo Tipe/Genesa Danau Danau1. Danau Tektonik Diatas, Dibawah, Lindu, Matano, Paniai , Poso,
Singkarak dan Towuti2. Danau Vulkanik Danau Tiga Warna dan Segara Anak, Rawa Danau,
Tondano3 Danau Tekto-vulkanik Toba, Maninjau, Kerinci dan Ranau4. Danau Kawah G. Kelud dan Galunggung5. Danau Kaldera Maninjau dan Batur6. Danau Sesar - Lingkar
KalderaBratan-Buyan-Tamblingan
7. Danau Paparan Banjir (Flood Plain)
Semayang, Melintang, Jempang, Limboto dan Tempe
8. Danau Oksbow Danau Teluk di Jambi9. Danau Longsoran/Bencana
AlamSentani, Ranau dan Bandung Purba
10. Danau Pelarutan Paniai dan Dolina di Biak11. Danau Morai/Gletser Danau Ertzberg di Papua12 Danau semi-alami
(semi natural)Danau Rawa Pening
Sumber : (1). Lehmusluoto & Badruddin M, 1995, (2). Hehanussa, 1996.
PROFIL DAN DIMENSI BEBERAPA DANAU
ZONASI sekitar DanauZone 1. Green belt dengan tanaman daun jarum (tidak boleh ada pertanian dan peternakan)
Zone 2. tanaman hutan dan agro forestry terbatas (peternakan tidak boleh)
Zone 3. pertanian dan peternakan dengan limbah terolah
Danau
Zone 4. pemukiman & fasilitas umum
KEWENANGAN
MENTERI UNTUK DANAU YANG LOKASI DAN/ATAU DAERAH TANGKAPAN AIRNYA BERADA DI LINTAS PROVINSI DAN/ATAU LINTAS BATAS NEGARA;
GUBERNUR UNTUK DANAU YANG LOKASI DAN DAERAH TANGKAPAN AIRNYA BERADA DI LINTAS KABUPATEN/KOTA;
BUPATI/WALIKOTA UNTUK DANAU YANG LOKASI DAN DAERAH TANGKAPAN AIRNYA BERADA DI WILAYAH KABUPATEN /KOTA
PENGELOLAAN PENGELOLAAN RAWARAWA
Ekosistem gambut adalah tatanan unsur gambut yang mempunyai karakteristik yang unik dan rapuh serta merupakan satu kesatuan utuh menyeluruh dalam kesatuan hidrologis gambut yang saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktifitasnya.
ISTILAHISTILAH
Karakteristik:Kesatuan Hidrologis GambutKubah GambutSedimen dibawah gambut (Lapisan Pirit atau Kwarsa)
Penampang Vertikal Kawasan
Gambut Kubah Gambut (peat dome)
Tanah Mineral
PENDAHULUAN PENDAHULUAN • Indonesia memiliki Lahan Gambut terbesar Indonesia memiliki Lahan Gambut terbesar
ke 4 setelah Canada, Russia and USA ke 4 setelah Canada, Russia and USA• Lahan gambut tropika terluas di duniaLahan gambut tropika terluas di dunia• Total luas Kesatuan Hidrologis Gambut Total luas Kesatuan Hidrologis Gambut
32.656.106 ha )32.656.106 ha )• Indonesia menyimpan cadangan carbon Indonesia menyimpan cadangan carbon
gambut mencapai 46 giga ton atau sekitar gambut mencapai 46 giga ton atau sekitar 38% dunia. (120 GT)38% dunia. (120 GT)
POTENSI DAN POTENSI DAN FUNGSI FUNGSI KAWASANKAWASANGAMBUTGAMBUT
• Pengatur air/Fungsi Hidrologi• Sarana konservasi • Habitat flora dan fauna• Sarana budidaya• Sumber energi• Penjaga Iklim Global
PERLU KESAMAAN PANDANG PRIORITAS
DALAM MENYELAMATKAN FUNGSI TERSEBUT
PERAN LAHAN GAMBUT :PERAN LAHAN GAMBUT :
Fungsi ekonomi, ekologi, dan sosial budaya
Hasil hutan kayu dan non-kayu. Budidaya tanaman (pertanian perkebunan) Penyimpan dan pemasok air (pengendali
banjir) Konservasi keanekaragaman hayati Pengendali iklim global (penyimpan
karbon)
Selama 30 tahun lebih, pengelolaan lahan gambut kurang memperhatikan prinsip-prinsip ekologi dan karakteristik ekosistem lahan gambut sebenarnya, yang mengakibatkan timbulnya berbagai masalah, seperti:1. Seluas 2,669 juta ha atau 37 % lahan gambut di Sumatera rusak dan tidak produktif.2. Pengembangan Lahan Gambut (PLG 1 Juta Ha).3. Hilangnya keanekaragaman hayati.4. Kebakaran hutan dan asap, banjir terus-menerus di luar musim hujan, tanah sulfat masam, dll.5. Masalah sosio-ekonomi; hilangnya mata pencaharian masyarakat, kemiskinan, dan dampak lanjut yang ditimbulkan.
KONDISIKONDISI GAMBUT GAMBUT
PERMASALAHAN :Pengelolaan Lahan Gambut
Tidak berbasis satu kesatuan ekosistem yang utuh (kesatuan hidrologis gambut-KHG)
Kurang memperhatikan sifat dan karakteristik gambut
Kebijakan RTRW belum mempertimbangkan KHG dan karakteristik gambut
Belum ada peraturan yang secara tegas mengatur pengelolaan ekosistem gambut
Kurangnya data dan informasi tt ekosistem gambut
Belum ada metode yang tepat dan akurat dalam penghitungan emisi GRK lahan gambut
PRINSIP KEBIJAKAN :
Keterpaduan dalam pengendalian kerusakan ekosistem gambut dan pelaksanaannya berdasarkan satuan wilayah pengelolaan gambut berbasiskan kesatuan hidrologis gambut
Kerjasama antar daerah sesuai dengan kewenangan yang ada (lintas provinsi/kab/kota)
Peran aktif masyarakat (Perguruan Tinggi/Dunia Usaha/LSM)
DASAR KEBIJAKAN :
Mandat Undang-undang No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
RTRW berbasis KLHS, daya dukung, dan daya tampung lingkungan hidup
Pengendalian kebakaran htn/lahan (gambut) Inpres No. 1 th 2010 tentang Percepatan
Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional tahun 2010
Penurunan emisi GRK sebesar 26 %
STRATEGI :
1. Inventarisasi dan pemetaan ekosistem gambut 2. Penataan fungsi ekosistem gambut3. Penataan kelembagaan dan monitoring4. Pemanfaatan sesuai kondisi setempat
berbasis kesatuan hidrologis gambut dan karakteristiknya.
5. sosialisasi dan peningkatan partisipasi masyarakat
6. Pengendalian kerusakan berdasarkan kriteria baku karusakan ekosistem gambut
7. Melakukan penghitungan emisi GRK lahan gambut
Penghitungan Emisi GRK Lahan
Gambut
GHGInventory System
(SIGN: System Inventarisasi GRK Nasional)
Latar Belakang :
Indonesia telah menetapkan target penurunan emisi 26% dan 41% (dengan tambahan pendanaan internasional)
Kewajiban negara perativikasi konvensi untuk melaporkan emisi GRK (National Communication)
Pengurangan emisi harus bersifat terukur, dapat dilaporkan dan diverifikasi (Measurable, Reportable, and Varifiable)
LUAS KHG BERDASARKANLUAS KHG BERDASARKAN WILAYAH ADMINISTRASI DI WILAYAH ADMINISTRASI DI INDONESIAINDONESIA
PULAU
LUAS (HA)
NON LINDUNG
LINDUNG GAMBUT
JUMLAH
Sumatera 8.385.668 2.702.531 10.888.199
Kalimantan 7.371.307 3.013.740 10.385.047
Sulawesi 568.496 62.656 611.152
Papua 9.415.435 1.266.827 10.682.262
Jawa 89.446 89.446
TOTAL 25.610.352 7.045.753 32.656.106
Sumber: KLH, 2008
PENDEKATAN PENYUSUNAN PENDEKATAN PENYUSUNAN KEBIJAKAN KEBIJAKAN
Penyusunan kebijakan RPP Pengendalian Kerusakan Ekosistem Gambut
Penyusunan Masterplan Pengelolaan Ekosistem Gambut
Penyusunan Profil Ekosistem Gambut Pemetaan KHG melalui Citra Satelit
NNoo
ProvinsiProvinsi Luas (Ha)Luas (Ha)Kandungan Kandungan Carbon (Juta Carbon (Juta
Ton)Ton)
1 Riau 4,043,602.00 16,851.23
2Sumatera
Selatan 1,420,042.00 1,729.30
3 Jambi 716,838.00 1,850.97
4 Sumatera Utara 325,295.00 560.65
5 Aceh 274,051.00 561.4 7
6 Sumatera Barat 210,234.00 507.76
7 Lampung 87,567.00 60.33
8 Bangka Belitung 63,620.00 69.4
Total Sumatera 7,204,301.00 21,721.72
LUAS LAHAN GAMBUT & LUAS LAHAN GAMBUT & KANDUNGAN KARBON PER KANDUNGAN KARBON PER PROVINSI DI SUMATERA PROVINSI DI SUMATERA
Sumber: Wetlands International
LUAS LAHAN GAMBUT & KANDUNGAN LUAS LAHAN GAMBUT & KANDUNGAN KARBON PER PROVINSI DI KARBON PER PROVINSI DI KALIMANTAN KALIMANTAN
NNoo
ProvinsiProvinsi Luas (Ha)Luas (Ha)Kandungan Kandungan Carbon (Juta Carbon (Juta
Ton)Ton)
1Kalimantan
Tengah3,010,640.00 6,351.52
2 Kalimantan Barat 1,729,980.00 3,625.19
3 Kalimantan Timur 696,997.00 1,211.91
Total Kalimantan 5,769,246.00 11,274.56
Sumber: Wetlands International
Sebaran Gambut di Indonesia Berdasarkan Wilayah*
2,481,00016,973,00020,697,000Total
1,882,0008,753,0008,910,000Irian Jaya5
1,00042,00048,000Maluku4
-34,00044,000Sulawesi3
857,000**3,531,0004,413,000Kalimantan2
341,0004,613,0007,282,000Sumatera1
Dilindungi (ha)
Sisa(ha) 1
Luas Original (ha)
WilayahNo
•As of 1987 [Source: Silvius et al, 1987]. It is estimated that up to 3 million ha of peat has been converted or destroyed between 1987 to 2000.
•** including Sebangauas new National Park in Kaltengendorsed in 2004.Indonesia merupakan negara terluas kawasan gambut tropika, dan negara ke 4 terluas kawasan gambut di dunia
• Kelembagaan Belum adanya peraturan yang mengatur
mekanisme dalam menterpadukan pengelolaan gambut berbasiskan ekosistem
peraturan terpisah seperti kehutanan, lingkungan pertambangan, sumber daya air dll
• Belum adanya data karakteristik gambut sebagai base line perencanaan serta belum adanya keseragaman data lahan gambut
• Partisipasi pihak terkait yang masih lemahLemahnya kerjasama Pemerintah Pusat, Daerah, LSM dan dunia usaha.
KENDALA PENGELOLAANKENDALA PENGELOLAAN
KRITERIA KERUSAKAN KAWASAN LINDUNG KRITERIA KERUSAKAN KAWASAN LINDUNG GAMBUTGAMBUT
No.
Parameter Ambang Batas Kerusakan
Keterangan
1. Gambut dan/atau pepohonan dan/atau tutupan lahan di kawasan lindung gambut
10 persen atau lebih dari seluruh kawasan lindung gambut terbuka
Berfungsi sebagai pengatur keseimbangan air, adanya keanekaragaman hayati, pencegahan kebakaran bawah gambut (ground fire), intrusi air laut, munculnya sulfat masam, dan desertifikasi
2. Parit/drainase buatan
Ada parit dan/ atau drainase terbuka
KRITERIA KERUSAKAN KAWASAN BUDIDAYA
Parameter Ambang Batas Kerusakan Keterangan
Muka air di Lahan gambut
Kedalaman muka air tanah lebih dari (satu) meter dari permukaan lahan
Mencegah kebakaran bawah gambut (ground fire)
Tinggi muka air di saluran di lahan gambut lebih rendah atau sama dari lapisan berpirit
Mencegah munculnya sulfat masam
Tinggi muka saluran lebih rendah atau sama menyentuh lapisan pasir kwarsa
Mencegah desertifikasi
Peatland
KONTRIBUSI EMISI KARBON DARI KONTRIBUSI EMISI KARBON DARI LAHAN GAMBUTLAHAN GAMBUT