pengelolaan pengajaran 1
-
Upload
abdoel-wonk-chirebond -
Category
Documents
-
view
380 -
download
0
Transcript of pengelolaan pengajaran 1
5/14/2018 pengelolaan pengajaran 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pengelolaan-pengajaran-1 1/22
PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran adalah suatu aktivitas atau proses mengajar dan belajar.
Aktivitas ini merupakan proses komunikasi dua arah, antara pihak guru dan peserta
didik. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menyatakan: “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.”[1] Sementara itu Dunkin dan
Biddle dalam Syaiful Sagala mengatakan bahwa:
Proses pembelajaran berada pada empat variabel interaksi yaitu: (1) variabelpertanda ( presage variables) berupa pendidik; (2) variabel konteks (context variables) berupa peserta didik, sekolah dan masyarakat; (3) variabel proses( process variables) berupa interaksi peserta didik dengan pendidik; dan (4) variabelproduk ( product variables) berupa perkembangan peserta didik dalam jangkapendek maupun jangka panjang.[2]
1
Memperhatikan makna pembelajaran di atas dapatlah dipahami bahwa
pembelajaran adalah membelajarkan peserta didik dengan menggunakan asaspendidikan maupun teori belajar yang merupakan penentu utamakeberhasilan pendidikan. Pembelajaran dapat disebut berhasil bila dapatmengubah peserta didik dalam arti luas serta dapat menumbuhkembangkankesadaran peserta didik untuk belajar sehingga pengalaman yang diperolehpeserta didik selama ia terlibat di dalam proses pembelajaran itu dapatdirasakan manfaatnya secara langsung.[3] Hal itu dapat dicapai manakalakesiapan guru untuk dapat mengerti, mamahami, dan menghayati berbagaihal yang berhubungan dengan proses pembelajaran, termasuk di dalamnyaprinsip-prinsip pembelajaran.
Makalah ini membahas tentang prinsip-prinsip pembelajaran yang
sangat diperlukan oleh para guru dan peserta didik dalam rangka
kelangsungan pembelajaran yang efektif dan efisien.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang maka masalah pokok dalam
pembahasan makalah ini adalah bagaimana prinsip-prinsip pembelajaran, dengan
sub permasalahan:
1. Apa saja yang termasuk prinsip-prinsip pembelajaran?
5/14/2018 pengelolaan pengajaran 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pengelolaan-pengajaran-1 2/22
2. Bagaimana implikasi prinsip-prinsip pembelajaran bagi peserta didik?
3. Bagaimana implikasi prinsip-prinsip pembelajaran bagi guru?
II. PEMBAHASAN
A. Prinsip-Prinsip Pembelajaran
Kata prinsip berasal dari bahasa Latin yang berarti “asas (kebenaran yang
menjadi pokok dasar berpikir, bertindak, dan sebagainya); dasar.”[4] Dalam bahasa
Inggris, prinsip disebut principle yang berarti a truth or belief that is accepted as a
base for reasoning or action [5] . Prinsip merupakan sebuah kebenaran atau
kepercayaan yang diterima sebagai dasar dalam berfikir atau bertindak. Jadi prinsip
dapat diartikan sebagai sesuatu yang menjadi dasar dari pokok berpikir, berpijak
atau bertindak.
Pembelajaran seperti telah diuraikan di awal yang berarti suatu aktivitas atau
proses mengajar dan belajar. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah,
mengajar yang dilakukan oleh pihak guru dan belajar dilakukan oleh peserta didik.
Jadi, prinsip-prinsip pembelajaran adalah landasan berpikir, landasan
berpijak dengan harapan tujuan pembelajaran tercapai dan tumbuhnya proses
pembelajaran yang dinamis dan terarah.
3
Sehubungan dengan prinsip-prinsip pembelajaran, para ahli berbeda dalampengelompokannya.[6] Syaiful Sagala memasukkan prinsip perkembangan,
perbedaan individu, minat, kebutuhan, aktivitas dan motivasi.[7] Sementara AhmadRohani berpendapat bahwa prinsip pembelajaran adalah termasuk aktivitas,motivasi, individualitas, lingkungan, konsentrasi, kebebasan, peragaan, kerjasamadan persaingan, apersepsi, korelasi, efisiensi dan efektivitas, globalitas, permainandan hiburan.[8] Wina Sanjaya mengatakan bahwa yang termasuk prinsippembelajaran adalah tujuan, aktivitas, individualitas, integritas, interaktif, inspiratif,menyenangkan, menantang dan motivasi.[9] Namun, dari berbagai prinsippembelajaran yang dikemukakan oleh para ahli terdapat beberapa prinsip yang
berlaku secara umum,[10] seperti perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatanlangsung, pengulangan, perbedaan individual, tantangan, balikan dan penguatan.
Adapun penjelasan tentang prinsip-prinsip pembelajaran diuraikan sebagai
berikut:
5/14/2018 pengelolaan pengajaran 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pengelolaan-pengajaran-1 3/22
1. Perhatian dan Motivasi
Perhatian dalam pembelajaran memegang peranan yang sangat penting.
Kenyataan menunjukkan bahwa tanpa perhatian tidak mungkin terjadi
pembelajaran baik dari pihak guru sebagai pengajar maupun dari pihak peserta didik
yang belajar. Perhatian peserta didik akan timbul apabila bahan pelajaran yang
dihadapinya sesuai dengan kebutuhannya, apabila bahan pelajaran itu sebagai
sesuatu yang dibutuhkan tentu perhatian untuk mempelajarinya semakin kuat.[11]
Secara psikologis, apabila sudah berkonsentrasi (memusatkan perhatian)
pada sesuatu maka segala stimulus yang lainnya tidak diperlukan. Akibat dari
keadaan ini kegiatan yang dilakukan tentu akan sangat cermat dan berjalan baik.
Bahkan akan lebih mudah masuk ke dalam ingatan, tanggapan yang terang, kokoh
dan lebih mudah untuk diproduksikan.[12]
Motivasi juga mempunyai peranan penting dalam kegiatan pembelajaran.
Seseorang akan berhasil dalam belajar kalau keinginan untuk belajar itu timbul dari
dirinya. Motivasi dalam hal ini meliputi dua hal: (a) mengetahui apa yang akan
dipelajari, (b) memahami mengapa hal tersebut patut dipelajari. Kedua hal ini
sebagai unsur motivasi yang menjadi dasar permulaan yang baik untuk belajar.
Sebab tanpa kedua unsur tersebut kegiatan pembelajaran sulit untuk berhasil.[13]
Seseorang yang mempunyai motivasi yang cukup besar sudah dapat berbuat tanpa
motivasi dari luar dirinya, itulah yang disebut motivasi intrinsik, atau tenaga
pendorong yang sesuai dengan perbuatan yang dilakukan. Sebaliknya, bila motivasi
intrinsiknya kecil, maka dia perlu motivasi dari luar yang dalam hal ini disebut
ekstrinsik, atau tenaga pendorong yang ada di luar. Motivasi ekstrinsik ini berasal
dari guru, orang tua, teman, buku-buku dan sebagainya.[14] Kedua motivasi
dibutuhkan untuk keberhasilan proses pembelajaran, namun yang memegang
peranan penting adalah peserta didik itu sendiri yang dapat memotivasi dirinya yang
didukung oleh kepiawaian seorang guru dalam merancang pembelajaran yang dapat
merangsang minat sehingga motivasi peserta didik dapat dibangkitkan.
5/14/2018 pengelolaan pengajaran 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pengelolaan-pengajaran-1 4/22
Motivasi dapat merupakan tujuan dan alat pembelajaran. Sebagai tujuan,
motivasi merupakan salah satu tujuan dalam mengajar, sebagai alat, motivasi
merupakan salah satu faktor seperti halnya intelegensia dan hasil belajar
sebelumnya yang dapat menentukan keberhasilan belajar peserta didik dari segi
kognitif, afektif dan psikomotor.[15] Motivasi adalah unsur utama dalam
pembelajaran dan pembelajaran tidak dapat berlangsung tanpa adanya perhatian.
Jadi, sesuatu hal dikatakan menarik perhatian anak, apabila anak
memperhatikannya secara spontan tanpa memerlukan usaha (perhatian tidak
sekehendak, perhatian tidak disengaja).[16] Bila terjadi perhatian spontan yang
bukan disebabkan usaha dari guru yang membuat pelajaran begitu menarik, maka
perhatian seperti ini tidak memerlukan motivasi, walaupun dikatakan bahwa
motivasi dan perhatian harus sejalan. Berbeda halnya kalau perhatian yang disengaja
atau sekehendak, hal ini diperlukan motivasi.
2. Keaktifan
Menurut Thomas M. Risk dalam Zakiah Daradjat, “teaching is the guidance of
learning experiences.” Mengajar adalah proses membimbing pengalaman
belajar.[17] Pengalaman tersebut diperoleh apabila peserta didik mempunyai
keaktifan untuk bereaksi terhadap lingkungannya. Apabila seorang anak ingin
memecahkan suatu persoalan dia harus dapat berpikir sistematis atau menurut
langkah-langkah tertentu, termasuk ketika dia menginginkan suatu keterampilan
tentunya harus pula dapat menggerakkan otot-ototnya untuk mencapainya.
Termasuk dalam pembelajaran, peserta didik harus selalu aktif. Mulai dari
kegiatan fisik yang mudah diamati sampai pada kegiatan psikis yang susah
diamati.[18] Dengan demikian belajar yang berhasil harus melalui banyak aktivitas
baik fisik maupun psikis. Bukan hanya sekedar menghafal sejumlah rumus-rumus
atau informasi tetapi belajar harus berbuat, seperti membaca, mendengar, menulis,
berlatih keterampilan-keterampilan, dan sebagainya.
5/14/2018 pengelolaan pengajaran 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pengelolaan-pengajaran-1 5/22
Prinsip aktivitas di atas menurut pandangan psikologis bahwa segala
pengetahuan harus diperoleh melalui pengamatan dan pengalaman sendiri. Jiwa
memiliki energi sendiri dan dapat menjadi aktif karena didorong oleh kebutuhan-
kebutuhan.[19] Jadi, dalam pembelajaran yang mengolah dan mencerna adalah
peserta didik sesuai dengan kemauan, kemampuan, bakat dan latar belakang
masing-masing, guru hanya merangsang keaktifan peserta didik dengan menyajikan
bahan pelajaran.
3. Keterlibatan Langsung
Prinsip keterlibatan langsung merupakan hal yang penting dalam
pembelajaran. Pembelajaran sebagai aktivitas mengajar dan belajar, maka guru
harus terlibat langsung begitu juga peserta didik. Prinsip keterlibatan langsung ini
mencakup keterlibatan langsung secara fisik maupun non fisik. Prinsip ini diarahkan
agar peserta didik merasa dirinya penting dan berharga dalam kelas sehingga dia
bisa menikmati jalannya pembelajaran.
Edgar Dale dalam Dimyati mengatakan bahwa: “belajar yang baik adalah
belajar melalui pengalaman langsung”.[20] Pembelajaran dengan pengalaman
langsung ini bukan sekedar duduk dalam kelas ketika guru sedang menjelaskan
pelajaran, tetapi bagaimana peserta didik terlibat langsung dalam proses
pembelajaran tersebut. Kegiatan pembelajaran yang diterapkan guru berarti
pengalaman belajar bagi peserta didik. Sehubungan dengan itu guru harus
memahami pola pengalaman belajar peserta didik seperti dalam kerucut
pengalaman belajar berikut:
Kerucut Pengalaman Belajar.[21]
Verbal
Yang diingat:
10%
visual
5/14/2018 pengelolaan pengajaran 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pengelolaan-pengajaran-1 6/22
20%
30%
50%
70%
Berbuat
90%
Gambar 1. Kerucut Pengalaman Belajar
Apa makna diagram tersebut dalam pembelajaran? Jika dalam pembelajaran
di kelas guru hanya mengajar dalam bentuk ceramah, yang berarti peserta didik
hanya mendengarkan, maka peserta didik dapat menangkap dari pelajaran tersebut
10% dari apa yang didengarnya. Akan tetapi, jika seorang guru menyajikan materi
dengan melibatkan peserta didik secara langsung dalam arti peserta didik yang aktif
mengerjakan tugas kelompok dan melaporkan hasilnya maka peserta didik akan
mampu mengingat sampai 90% dari apa yang dikerjakan. Jadi, jelaslah bahwa
keterlibatan langsung dalam proses pembelajaran sangat besar pengaruhnya bagi
keberhasilan atau peningkatan hasil pembelajaran. Walaupun demikian perlu
dijelaskan bahwa keterlibatan itu bukan dalam bentuk fisik semata, bahkan lebih
dari itu keterlibatan secara emosional dengan kegiatan kognitif dalam perolehan
pengetahuan, penghayatan dalam pembentukan afektif dan pada saat latihan dalam
pembentukan nilai psikomotor.[22]
4. Pengulangan
Prinsip pembelajaran yang menekankan pentingnya pengulangan yang
barangkali paling tua seperti yang dikemukakan oleh teori psikologi daya. Menurut
teori ini bahwa belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri
dari daya mengamat, menangkap, mengingat, menghayal, merasakan, berpikir dan
sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut akan
berkembang. [23]
5/14/2018 pengelolaan pengajaran 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pengelolaan-pengajaran-1 7/22
Teori lain yang menekankan prinsip pengulangan adalah teori koneksionisme.
Tokohnya yang terkenal adalah Thorndike dengan teorinya yang terkenal pula yaitu
“law of exercise” bahwa belajar ialah pembentukan hubungan antara stimulus dan
respon, dan pengulangan terhadap pengalaman-pengalaman itu memperbesar
timbulnya respon benar. Selanjutnya teori dari phychology psikologi conditioning
respons sebagai perkembangan lebih lanjut dari teori koneksionisme yang dimotori
oleh Pavlov yang mengemukakan bahwa perilaku individu dapat dikondisikan dan
belajar merupakan upaya untuk mengkondisikan suatu perilaku atau respons
terhadap sesuatu. Begitu pula mengajar membentuk kebiasaan, mengulang-ulang
sesuatu perbuatan sehingga menjadi suatu kebiasaan dan pembiasaan tidak perlu
selalu oleh stimulus yang sesungguhnya, tetapi dapat juga oleh stimulus
penyerta.[24]
Ketiga teori di atas menekankan pentingnya prinsip pengulangan dalam
pembelajaran walaupun dengan tujuan yang berbeda. Teori yang pertama
menekankan pengulangan untuk melatih daya-daya jiwa, sedangkan teori yang
kedua dan ketiga menekankan pengulangan untuk membentuk respons yang benar
dan membentuk kebiasaan.
Meskipun ketiga teori ini tidak dapat dipakai untuk menerangkan semua
bentuk belajar, tetapi masih dapat digunakan karena pengulangan masih relevan
sebagai dasar pembelajaran. Sebab, dalam pembelajaran masih sangat dibutuhkan
pengulangan-pengulangan atau latihan-latihan. Hubungan stimulus dan respons
akan bertambah erat kalau sering dipakai dan akan berkurang bahkan hilang sama
sekali jika jarang atau tidak pernah digunakan. Oleh karena itu, perlu banyak
latihan, pengulangan, dan pembiasaan.
5. Perbedaan Individual
Proses pembelajaran yang berlangsung di sekolah-sekolah pada saat ini masih
cenderung berlangsung secara klasikal yang artinya seorang guru menghadapi 30-40
orang peserta didik dalam satu kelas. Guru masih juga menggunakan metode yang
5/14/2018 pengelolaan pengajaran 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pengelolaan-pengajaran-1 8/22
sama kepada seluruh peserta didik dalam kelas itu.[25] Bahkan mereka
memperlakukan peserta didik secara merata tanpa memperhatikan latar belakang
sosial budaya, kemampuan, atau segala perbedaan individual peserta didik. Padahal
tiap peserta didik memiliki ciri-ciri dan pembawaan yang berbeda. Ada peserta didik
yang memiliki bentuk badan tinggi kurus, gemuk pendek, ada yang cekatan, lincah,
periang, ada pula yang lamban, pemurung, mudah tersinggung dan beberapa sifat-
sifat individu yang berbeda.
Untuk dapat memberikan bantuan agar peserta didik dapat mengikuti
pembelajaran yang disajikan oleh guru, maka guru harus benar-benar dapat
memahami ciri-ciri para peserta didik tersebut.[26] Begitu pula guru harus mampu
mengatur kegiatan pembelajaran, mulai dari perencanaan, proses pelaksanaan
sampai pada tahap terakhir yaitu penilaian atau evaluasi, sehingga peserta didik
secara total dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik tanpa perbedaan yang
berarti walaupun dari latar belakang dan kemampuan yang berbeda-beda.
S. Nasution dalam Ahmad Rohani menyarankan empat cara untuk
menyesuaikan pelajaran dengan kesanggupan individual:[27]
a. Pengajaran individual, peserta didik menerima tugas yang diselesaikannya menurut
kecepatan masing-masing.
b. Tugas tambahan, peserta didik yang pandai mendapat tugas tambahan, di luar
tugas umum bagi seluruh kelas sehingga hubungan kelas selalu terpelihara.
c. Pengajaran proyek, peserta didik mengerjakan sesuatu yang sesuai dengan minat
serta kesanggupannya.
d. Pengelompokan menurut kesanggupan, kelas dibagi dalam beberapa kelompok
yang terdiri atas peserta didik yang mempunyai kesanggupan yang sama.
Perbedaan individual harus menjadi perhatian bagi para guru dalam
mempersiapkan pembelajaran dalam kelasnya. Karena perbedaan individual
merupakan suatu prinsip dalam pembelajaran yang tidak boleh dikesampingkan
demi keberhasilan dalam proses pembelajaran.
5/14/2018 pengelolaan pengajaran 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pengelolaan-pengajaran-1 9/22
6. Tantangan
Kuantzu dalam Azhar Arsyad mengatakan: “if you give a man fish, he will
have a single meal. If you teach him how to fish he will eat all his life” . [28]
Pernyataan Kuantzu ini senada dengan prinsip pembelajaran yang berupa
tantangan, karena peserta didik tidak merasa tertantang bila hanya sekedar disuapi
sehingga dirinya tinggal menelan apa yang diberikan oleh guru. Sebab, tanpa
tantangan peserta didik merasa masa bodoh dan kurang kreatif sehingga tidak
berkesan materi yang diterimanya.
Agar pada diri peserta didik timbul motif yang kuat untuk mengatasi
hambatan dengan baik, maka materi pembelajaran juga harus menantang sehingga
peserta didik bergairah untuk mengatasinya.
Hal ini sejalan dengan prinsip pembelajaran dengan salah satu prinsip konsep
contextual teaching and learning yaitu inkuiri. Di mana dijelaskan bahwa inkuiri
merupakan proses pembelajaran yang berdasarkan pada pencarian dan penemuan
melalui proses berpikir secara sistematis.[29] Jadi, peserta didik akan bersungguh-
sungguh dalam menemukan masalahnya terlebih dahulu kemudian menemukan
sendiri jalan keluarnya.
7. Balikan dan Penguatan
Prinsip pembelajaran yang berkaitan dengan balikan dan penguatan,
ditekankan oleh teori operant conditioning, yaitu law of effect. Bahwa peserta didik
akan belajar bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik.
Hasil yang baik akan merupakan balikan yang menyenangkan dan berpengaruh baik
bagi hasil usaha belajar selanjutnya. Namun dorongan belajar tidak saja oleh
penguatan yang menyenangkan atau penguatan positif, penguatan negatif pun dapat
berpengaruh pada hasil belajar selanjutnya.[30]
Apabila peserta didik memperoleh nilai yang baik dalam ulangan tentu dia
akan belajar bersungguh-sungguh untuk memperoleh nilai yang lebih baik untuk
selanjutnya. Karena nilai yang baik itu merupakan penguatan positif. Sebaliknya,
5/14/2018 pengelolaan pengajaran 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pengelolaan-pengajaran-1 10/22
bila peserta didik memperoleh nilai yang kurang baik tentu dia merasa takut tidak
naik kelas, karena takut tidak naik kelas, dia terdorong pula untuk belajar lebih giat.
Inilah yang disebut penguatan negatif yang berarti bahwa peserta didik mencoba
menghindar dari peristiwa yang tidak menyenangkan.[31]
Format sajian berupa tanya jawab, eksprimen, diskusi, metode penemuan dan
sebagainya merupakan cara pembelajaran yang memungkinkan terjadinya balikan
dan penguatan. Balikan yang diperoleh peserta didik setelah belajar dengan
menggunakan metode-metode yang menarik akan membuat peserta didik terdorong
untuk belajar lebih bersemangat.
B. Implikasi Prinsip-Prinsip Pembelajaran Bagi Peserta didik
Melihat prinsip-prinsip pembelajaran di atas, peserta didik sebagai subyek
pembelajaran tidak boleh mengabaikannya begitu saja. Karena peserta didik sebagai
motor utama “ primus motor” dalam kegiatan pembelajaran sehingga akan berhasil
jika menyadari implikasi prinsip-prinsip pembelajaran terhadap dirinya.
1. Perhatian dan Motivasi
Dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran peserta didik dituntut untuk
memberikan perhatian terhadap semua rangsangan. Adanya tuntutan tersebut
seyogyanya mendorong peserta didik memiliki perhatian terhadap segala pesan yang
terimanya. Pesan-pesan yang diterima dalam pembelajaran adalah yang dapat
merangsang indranya. Dengan demikian, peserta didik diharapkan selalu melatih
indranya untuk memperhatikan rangsangan yang muncul dalam proses
pembelajaran. Karena peningkatan minat merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi motivasi.[32] Sebagai contoh dalam proses pembelajaran peserta
didik harus betul-betul dapat berkonsentrasi dalam mendengarkan ceramah guru,
membandingkan konsep-konsep yang diterimanya, mengamati secara cermat
gerakan yang dilakukan oleh guru dan sebagainya. Itu semua untuk membangkitkan
motivasi belajarnya, karena tanpa perhatian seperti itu peserta didik tidak dapat
menerima pelajaran secara maksimal.
5/14/2018 pengelolaan pengajaran 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pengelolaan-pengajaran-1 11/22
Sedangkan implikasi prinsip motivasi bagi peserta didik adalah disadarinya
oleh peserta didik bahwa motivasi belajar yang ada pada dirinya harus dibangkitkan
dan dikembangkan secara terus-menerus. Hal ini dapat dicapai dengan mengetahui
tujuan belajar yang hendak dicapai, termasuk menanggapi secara positif pujian atau
dorongan dari orang lain, harus mempunyai rencana tentang tujuan dia belajar dan
kapan harus menyelesaikan jenjang pendidikan yang sedang dijalaninya dan lain
sebagainya.
2. Keaktifan
Peserta didik sebagai sentral dalam pembelajaran, maka sebagai
konsekuensinya aktivitas peserta didik merupakan syarat berlangsungnya proses
pembelajaran. Aktivitas peserta didik dalam hal ini baik secara fisik maupun
intelektual dan emosional harus aktif. Jadi, tidak ada gunanya guru melakukan
pembelajaran jika peserta didiknya pasif saja. Sebab para peserta didiklah yang
belajar, maka merekalah yang harus melakukannya.
Sebagai implikasi prinsip keaktifan bagi peserta didik terbentuk perilaku-
perilaku untuk mencari sumber informasi yang dibutuhkan, menganalisis hasil
percobaan, ingin mengetahui segala percobaan yang dilakukan di laboratorium,
membuat tugas-tugas yang diberikan oleh guru dan sebagainya. Proses selanjutnya
terjalin keterlibatan langsung peserta didik dalam pembelajaran.[33]
3. Keterlibatan Langsung
Tempat seorang peserta didik dalam kelas tidak dapat tergantikan oleh orang
lain. Oleh karena itu, keterlibatan langsung peserta didik dalam proses pembelajaran
mutlak adanya.
Sebagai implikasinya peserta didik dituntut untuk mengerjakan sendiri tugas
belajar yang diberikan oleh gurunya. Dengan keterlibatan ini mereka akan mendapat
pengalaman. Bentuk-bentuk perilaku yang merupakan implikasi prinsip keterlibatan
langsung adalah segala kegiatan yang dilakukan di sekolah apakah itu berbentuk
intrakurikuler ataukah ekstrakurikuler. Meskipun kegiatan tersebut tidak menjamin
5/14/2018 pengelolaan pengajaran 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pengelolaan-pengajaran-1 12/22
terwujudnya prinsip keaktifan pada diri peserta didik, namun dengan keterlibatan
ini diharapkan dapat mewujudkan keaktifan peserta didik dalam proses
pembelajaran.[34]
4. Pengulangan
Istilah yang masih dapat dipertahankan dalam proses pembelajaran adalah
tujuh kali satu (7x1) lebih baik daripada satu kali tujuh (1x7). Pernyataan ini masih
sangat dibutuhkan walaupun dalam era teknologi yang serba canggih.
Sebagai implikasi dari prinsip pengulangan bagi peserta didik adalah
kesadaran peserta didik untuk bersedia melakukan sesuatu secara berulang-ulang.
Diharapkan dengan kesadaran ini peserta didik merasa tidak pernah bosan dalam
mengerjakan sesuatu walaupun telah dilakukan secara berulang-ulang. Adapun
kegiatan yang merupakan implikasi dari prinsip pengulangan seperti menghafal
perkalian, rumus-rumus, menghafal nama-nama latin tumbuhan ataupun tahun-
tahun yang bersejarah.[35]
5. Perbedaan Individual
Setiap peserta didik mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Adanya
perbedaan ini seharusnya membuat setiap peserta didik menyadari bahwa dirinya
berbeda dengan temannya, hal ini akan membantu diri peserta didik dalam
menentukan cara belajarnya sendiri. Sebagai implikasi dari prinsip perbedaan
individual bagi peserta didik adalah menentukan tempat duduk di kelas, menyusun
jadwal belajar dan sebagainya.[36]
6. Tantangan
Sesuatu yang menantang kadang mengasyikkan, seperti halnya peserta didik
apabila diberikan tugas untuk mencari sendiri tentu akan lebih termotivasi untuk
belajar. Peserta didik merasa tertantang dengan pencarian tersebut. Kegiatan ini
diharapkan bias membuat peserta didik lebih giat belajar dan mengerjakan tugas-
tugas yang diberikan.
5/14/2018 pengelolaan pengajaran 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pengelolaan-pengajaran-1 13/22
Sebagai implikasi dari prinsip tantangan bagi peserta didik adalah tuntutan
untuk memiliki kesadaran pada diri peserta didik bahwa akan adanya kebutuhan
untuk memperoleh, memproses dan mengolah pesan.[37] Peserta didik juga harus
memiliki keingintahuan yang besar terhadap sesuatu yang dihadapinya. Adapun
bentuk perilaku yang merupakan implikasi prinsip tantangan ini adalah melakukan
eksprimen, melaksanakan tugas terbimbing ataupun mandiri atau mencari
pemecahan suatu masalah.
7. Balikan dan Penguatan
Setiap orang selalu membutuhkan suatu kepastian dalam setiap aktivitas yang
dilakukannya. Seperti halnya peserta didik setiap selesai ulangan tentu ingin
mengetahui hasil ulangannya. Karena dari sini akan timbul kesadaran untuk
memperoleh balikan sekaligus penguatan dari apa yang dilakukannya.
Sebagai implikasi dari prinsip balikan dan penguatan ini adalah peserta didik
segera mencocokan jawaban dengan kunci jawaban, menerima kenyataan terhadap
nilai yang diperoleh atau menerima teguran dari orang tua atau guru dari hasil yang
kurang baik .[38] Jika peserta didik tidak mendapatkan segera nilai perolehan dalam
ulangan maka tidak ada balikan dan penguatan dari pekerjaannya, yang akhirnya dia
merasa sia-sia apa yang telah dilakukannya.
C. Implikasi Prinsip-Prinsip Pembelajaran Bagi Guru
Guru seperti halnya peserta didik tidak terlepas dari implikasi prinsip-prinsip
pembelajaran, karena guru yang merencanakan selanjutnya melaksanakan
pembelajaran tersebut.
Implikasi prinsip-prinsip pembelajaran bagi guru terwujud dalam perilaku
fisik dan psikis mereka. Jadi dengan adanya kesadaran guru pada prinsip-prinsip
tersebut diharapkan adanya peningkatan kualitas pembelajaran yang
diselenggarakan.
1. Perhatian dan Motivasi
5/14/2018 pengelolaan pengajaran 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pengelolaan-pengajaran-1 14/22
Dalam merencanakan kegiatan pembelajarannya, guru sudah memikirkan
perilakunya terhadap peserta didik sehingga dia dapat menarik perhatian dan
motivasi peserta didik dan tidak berhenti pada rencana pembelajaranya tetapi
sampai selesai menyajikan materinya.
Sebagai implikasi prinsip perhatian bagi guru tampak pada perilaku-perilaku
berikut: “hendaknya guru membuat setiap bahan pelajaran agar mengandung suatu
masalah yang menarik perhatian peserta didik dan merangsang untuk berusaha
menyelidiki serta memecahkan, guru menghubungkan bahan pelajaran dengan
masalah dan tugas kongkret yang dapat dikerjakan peserta didik secara kelompok,
dan guru menghubungkan bahan pelajaran dengan bidang kegiatan tertentu dalam
kehidupan sehari-hari.[39]
Selain guru itu juga dapat menggunakan metode yang bervariasi,
menggunakan media sesuai dengan tujuan belajar dan materi, guru dapat
menggunakan gaya bahasa yang tidak monoton serta dapat mengemukakan
pertanyaan-pertanyaan yang membimbing.[40] Bila diperhatikan secara seksama
implikasi prinsip perhatian bagi guru ini, ini sesuai dengan prinsip pembelajaran
contextual teaching and learning, seperti inkuiri dan masyarakat belajar.
Adapun implikasi prinsip motivasi bagi guru tampak pada perilaku-perilaku
di antaranya:[41]
a. Memilih bahan ajar sesuai dengan minat peserta didik.
b. Menggunakan metode dan teknik mengajar yang disukai peserta didik.
c. Mengoreksi sesegera mungkin pekerjaan peserta didik dan sesegera mungkin
memberitahukan hasilnya kepada peserta didik.
d. Memberikan pujian verbal atau non-verbal terhadap peserta didik yang memberi
respon terhadap pertanyaan yang diberikan.
e. Memberitahukan nilai guna dari pelajaran yang sedang dipelajari peserta didik.
Perilaku yang merupakan implikasi prinsip perhatian dan motivasi bagi guru
dapat dilihat lebih dari satu perilaku dari suatu kegiatan pembelajaran.
5/14/2018 pengelolaan pengajaran 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pengelolaan-pengajaran-1 15/22
2. Keaktifan
Guru memberikan kesempatan belajar kepada peserta didik, memberikan
peluang dilaksanakannya implikasi prinsip keaktifan bagi guru secara optimal. Peran
guru mengorganisasikan kesempatan belajar bagi masing-masing peserta didik
berarti mengubah peran guru, yaitu menjamin bahwa setiap peserta didik
memperoleh pengetahuan dan keterampilan di dalam kondisi yang ada. Hal ini
berarti pula bahwa kesempatan yang diberikan oleh guru akan menuntut peserta
didik selalu aktif mencari, memperoleh dan mengolah bahan belajarnya.
Untuk dapat menimbulkan keaktifan belajar pada diri peserta didik maka
guru dapat melaksanakan perilaku-perilaku berikut:[42]
a. Menggunakan multimetode dan multimedia.
b. Memberikan tugas secara individual dan kelompok.
c. Memberikan kesempatan kepada peserta didik melaksanakan eksprimen dalam
kelompok kecil (beranggota tidak lebih dari 3 orang).
d. Memberikan tugas untuk membaca bahan belajar, mencatat hal-hal yang kurang
jelas, serta
e. Mengadakan tanya jawab dan diskusi.
Sebenarnya terdapat berbagai macam metode atau cara yang dapat
dipergunakan oleh guru untuk mengaktifkan peserta didik dalam pembelajaran.
Terutama dengan memberikan tugas kelompok, diskusi , pemodelan serta
demonstrasi.
3. Keterlibatan Langsung
Sudah dijelaskan di awal bahwa keterlibatan langsung peserta didik bukan
hanya secara fisik karena itu tidak menjamin keaktifan belajar. Guru harus pandai-
pandai merancang pembelajaran sedemikian rupa sehingga peserta didik dapat
terlibat langsung bukan saja secara fisik tetapi juga mental emosional serta
intelektual peserta didik.
5/14/2018 pengelolaan pengajaran 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pengelolaan-pengajaran-1 16/22
Perilaku sebagai implikasi prinsip keterlibatan langsung bagi guru adalah
sebagai berikut:[43]
a. Merancang kegiatan pembelajaran yang lebih banyak pada pembelajaran individual
dan kelompok kecil.
b. Mementingkan eksprimen langsung oleh peserta didik dibandingkan dengan
demonstrasi.
c. Menggunakan media yang langsung digunakan oleh peserta didik.
d. Memberikan tugas kepada peserta didik untuk mempraktikkan gerakan
psikomotorik yang dicontohkan.
e. Melibatkan peserta didik mencari informasi/pesan dari sumber informasi di luar
kelas atau sekolah.
f. Melibatkan peserta didik dalam merangkum atau menyimpulkan informasi pesan
pembelajaran.
Selain itu, implikasi dari adanya prinsip ini bagi guru adalah kemampuan
guru untuk bertindak bukan saja sebagai fasilitator, tetapi juga sebagai manajer /
pengelola kegiatan yang mampu mengarahkan, membimbing dan memotivasi
peserta didik ke arah tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
4. Pengulangan
Jika guru mampu memilihkan bahan yang membutuhkan pengulangan dan
yang tidak membutuhkan pengulangan maka guru telah melakukan implikasi dari
prinsip pengulangan. Karena tidak semua bahan pembelajaran itu membutuhkan
pengulangan. Pengulangan terutama dibutuhkan oleh bahan-bahan pembelajaran
yang harus dihafalkan tanpa ada kesalahan sedikit pun, termasuk bahan yang
membutuhkan latihan-latihan.
Perilaku guru yang merupakan implikasi prinsip pengulangan di antaranya
adalah:[44]
a. Merancang pelaksanaan pengulangan.
b. Mengembangkan / merumuskan soal-soal latihan.
5/14/2018 pengelolaan pengajaran 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pengelolaan-pengajaran-1 17/22
c. Mengembangkan petunjuk kegiatan psikomotorik yang harus diulang.
d. Mengembangkan alat evaluasi kegiatan pengulangan.
e. Membuat kegiatan pengulangan yang bervariasi.
5. Perbedaan Individual
Guru menghadapi peserta didik secara klasikal dalam kelas tentunya harus
mempertimbangkan latar belakang atau karakteristik masing-masing peserta didik.
Jadi, guru harus dapat melayani peserta didiknya sesuai karakteristik mereka orang
per orang.
Adapun implikasi prinsip perbedaan individual bagi guru berwujud perilaku-
perilaku sebagai berikut:[45]
a. Menentukan penggunaan berbagai metode yang diharapkan dapat melayani
kebutuhan peserta didik sesuai karakteristiknya.
b. Merancang pemanfaatan berbagai media dalam menyajikan pesan pembelajaran.
c. Mengenali karakteristik setiap peserta didik sehingga dapat menentukan perlakuan
pembelajaran yang tepat bagi peserta didik yang bersangkutan.
d. Memberikan remediasi ataupun pertanyaan kepada peserta didik yang
membutuhkan.
6. Tantangan
Tantangan sebagai salah satu prinsip pembelajaran yang dapat mengantar
peserta didik mencapai tujuannya. Sehingga guru harus merancang kegiatan
pembelajaran dalam bentuk kegiatan, bahan dan media yang dapat memberi
tantangan kepada peserta didik untuk lebih bersemangat dengan tantangan itu.
Perilaku guru yang merupakan implikasi prinsip tantangan di antaranya
adalah:[46]
a. Merancang dan mengelola kegiatan eksperimen yang memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk melakukannya secara individual atau dalam kelompok
kecil (3-4 orang).
5/14/2018 pengelolaan pengajaran 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pengelolaan-pengajaran-1 18/22
b. Memberikan tugas kepada peserta didik memecahkan masalah yang membutuhkan
informasi dari orang lain di luar sekolah sebagai sumber informasi.
c. Menugaskan kepada peserta didik untuk menyimpulkan isi pelajaran yang selesai
disajikan.
d. Mengembangkan bahan pembelajaran (teks, hand out , modul, dan lain-lain) yang
memperhatikan kebutuhan peserta didik untuk mendapatkan tantangan di
dalamnya, sehingga tidak harus semua pesan pembelajaran disajikan secara detail
tanpa memberikan kesempatan peserta didik mencari dari sumber lain.
e. Membimbing peserta didik untuk menemukan fakta, konsep, prinsip, dan
generalisasi sendiri.
f. Guru merancang dan mengelola kegiatan diskusi untuk menyelenggarakan
masalah-masalah yang disajikan dalam topik diskusi.
7. Balikan dan Penguatan
Pemberian balikan dan penguatan dapat dengan lisan dan tulisan. Guru harus
dapat menentukan momen dan cara yang tepat keduanya dapat diberikan dengan
tepat sasaran.
Implikasi prinsip balikan dan penguatan bagi guru dapat berwujud perilaku-
perilaku di antaranya:[47]
a. Memberitahukan jawaban yang benar setiap kali mengajukan pertanyaan yang
telah dijawab peserta didik secara benar ataupun salah.
b. Mengoreksi pembahasan pekerjaan rumah yang diberikan kepada peserta didik
pada waktu yang telah ditentukan.
c. Memberikan catatan-catatan pada hasil kerja peserta didik (berupa makalah,
laporan, klipping pekerjaan rumah), berdasarkan hasil koreksi guru terhadap hasil
kerja pembelajaran.
d. Memberikan lembar jawaban tes pelajaran yang telah dikoreksi oleh guru, disertai
skor dan catatan-catatan bagi peserta didik.
5/14/2018 pengelolaan pengajaran 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pengelolaan-pengajaran-1 19/22
e. Mengumumkan dan mengonfirmasikan peringkat yang diraih setiap peserta didik
berdasarkan skor yang dicapai dalam tes.
f. Memberikan anggukan atau acungan jempol atau isyarat lain kepada peserta didik
yang menjawab dengan benar pertanyaan yang disajikan oleh guru.
g. Memberikan hadiah/ganjaran kepada peserta didik yang berhasil menyelesaikan
tugas.
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Prinsip-prinsip pembelajaran secara umum terdiri atas perhatian dan motivasi,
keaktifan, keterlibatan langsung, pengulangan, perbedaan individual, tantangan,
balikan dan penguatan.
2. Implikasi dari prinsip-prinsip pembelajaran bagi peserta didik merupakan
perilaku-perilaku yang seharusnya dengan penuh kesadaran dilakukan oleh peserta
didik dalam kegiatan belajar agar proses pembelajaran benar-benar dapat
membuahkan hasil yang diharapkan.
3. Implikasi dari prinsip-prinsip pembelajaran bagi guru adalah perlakuan-perlakuan
yang dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran yang merupakan aksi yang
diharapkan mendapat reaksi dari peserta didik sehingga pembelajaran berlangsung
sebagaimana mestinya.
B. Implikasi
Prinsip-prinsip pembelajaran seyogyanya dapat diimplememntasikan oleh
guru dan peserta didik sehingga dalam pembelajaran peserta didik dengan penuh
kesadaran jadi motor utama dan guru harus dapat mengoptimalkan segala
kemampuannya dalam merancang dan melaksanakan program pembelajaran sebaik-
baiknya sehingga tujuan utama pembelajaran dapat tercapai.
Pembelajaran yang dijalankan dengan penuh kesadaran hasilnya selalu lebih
baik dari pada pembelajaran yang dilakukan di bawah tekanan fisik maupun psikis.
5/14/2018 pengelolaan pengajaran 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pengelolaan-pengajaran-1 20/22
Tekanan-tekanan ini terjadi karena para guru tidak menerapkan prinsip-prinsip
pembelajaran dalam aktivitasnya.
DAFTAR PUSTAKA
A.M.Sardiman. Interaksi dan Motivasi Balajar Mengajar. Edisi I, Cet. IX; Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada, 2001.
Arsyad, Azhar. Your Basic Vocabulary. Cet. I; Ujung Pandang: AMA Press, 1987.
Daradjat, Zakiah. et al , Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Edisi II, Cet. II;Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2001.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Cet. I; Jakarta:Balai Pustaka, 1988.
Dimyati dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. Cet. IV; Jakarta: Rineka Cipta, 2009.
Echols, M. John dan Hassan Shadily. Kamus Inggris Indonesia. Cet. XV; Jakarta: PTGramedia, 1987.
Hamalik, Oemar. Kurikulum dan Pemblajaran. Edisi I, Cet. VI; Jakarta: Bumi Aksara,
2007.Longman. Dictionary of Contemporary English. Edisi VIII, St Ives: Clays Ltd, 1998.Muslich, Masnur. KTSP; Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual ; Panduan
bagi Guru, Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah. Edisi I, Cet. V; Jakarta: PT.Bumi Aksara, 2009.
Republik Indonesia. Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional . Cet. I; Jakarta: BP. Panca Usaha, 2003.
Riyanto, H. Yatim. Paradigma Baru Pembelajaran; Sebagai Referensi bagi Pendidikdalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas. Edisi I, Cet. I;Jakarta: Kencana Prenada Group, 2009.
Rohani, Ahmad. Pengelolaan Pengajaran. Cet. II; Jakarta: Rineka Cipta, 1995.
Saefudin Udin Sa’ud. Inovasi Pendidikan. Cet. I; Bandung: Alfabeta, 2008.
Sagala, Syaiful. Konsep dan Makna Pembelajaran; Untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Cet. VII; Bandung: Alfabeta, 2009.
Sanjaya, Wina. Kurikulum dan Pembelajaran; Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana, 2008.
Suryabrata, Sumadi. Psikologi Pendidikan. Edisi V, Cet. XII; Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada, 2004.
Suryosubroto, B. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Cet. I; Jakarta: PT. Rineka Cipta,1997.
24
5/14/2018 pengelolaan pengajaran 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pengelolaan-pengajaran-1 21/22
[1]Republik Indonesia, Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Cet. I; Jakarta: BP. Panca Usaha, 2003), h. 6.
[2]Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran; Untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar (Cet. VII; Bandung: Alfabeta,2009), h. 63.
[3] Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran, Edisi Revisi (Cet. II; Jakarta:Rineka Cipta, 2004), h. 4.
[4]Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,Edisi III (Cet. I; Jakarta: Balai Pustaka, 2001), h. 896. Lihat juga John M. Echols danHassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia (Cet. XV; Jakarta: PT Gramedia, 1987), h.447.
[5]Longman, Dictionary of Contemporary English, Edisi VIII (St Ives: ClaysLtd, 1998), h. 822.
[6]Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran; Sebagai Referensi bagi Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas, Edisi I(Cet. I; Jakarta: Kencana Prenada Group, 2009), h. 63-71.
[7] I bid .
[8] Ahmad Rohani, op. cit., h. 6.
[9]Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran; Teori dan Praktik Pengembamgan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (Jakarta: Kencana,2008), h 224-228.
[10]Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran (Cet. IV; Jakarta:Rineka Cipta, 2009), h. 42.
9 Ibid.
[12] Ahmad Rohani, op. cit ., h. 20.
[13]Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Balajar Mengajar, Edisi I (Cet.IX; Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2001), h. 38.
[14]Lihat Syaiful Sagala, op. cit., h. 152., Dimyati dan Mudjiono, op. cit., h.43., Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, Edisi I (Cet. VI; Jakarta: Bumi
Aksara, 2007), h. 112-113.
[15]Dimyati dan Mudjiono, Ibid.
[16]Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, Edisi V (Cet. XII; Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2004), h. 14.
[17]Zakiah Daradjat, et al , Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, EdisiII (Cet. II; Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2001), h. 137.
[18]Dimyati dan Mudjiono, op. cit., h. 45.
[19] Ahmad Rohani, loc. cit.
[20]Dimyati dan Mudjiono, loc. cit.
5/14/2018 pengelolaan pengajaran 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pengelolaan-pengajaran-1 22/22
[21]Masnur Muslich, KTSP;Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual ; Panduan bagi Guru, Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah, Edisi I(Cet. V; Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009), h. 75-76.
[22]Dimyati dan Mudjiono, op. cit ., h. 46.
[23] I bid.
[24] I bid., h. 47.
[25]B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah (Cet. I; Jakarta: PT.Rineka Cipta, 1997), h. 83.
[26]Syaiful Sagala, op. cit., h, 151.
[27] Ahmad Rohani, op.cit ., h. 17-18.
[28] Azhar Arsyad, Your Basic Vocabulary (Cet. I; Ujung Pandang: AMA Press, 1987), h. i.
[29]Udin Saefudin Sa’ud, Inovasi Pendidikan (Cet. I; Bandung: Alfabeta,2008), h. 169.
[30]Dimyati dan Mudjiono, op. cit., h. 48.
[31] I bid., h. 49.
[32] I bid., h. 50.[33] I bid ., h. 51.[34] I bid ., h. 52.
[35] I bid.
[36] I bid., h. 53.
[37] Ibid .
[38] I bid.
[39] Ahmad Rohani, op. cit ., h. 20-21.
[40]Dimyati dan Mudjiono, op. cit ., h. 62.
[41] I bid.
[42] I bid.
[43] I bid ., h. 63.[44] I bid ., h. 64.
[45] I bid ., h. 65-66.[46] Ibid., h. 64-65.
[47] I bid., h. 65-66.