Pengelolaan Lh Berbasis Masyarakat

101
1 TINGKAT PARTISIPASI WARGA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT (Kasus: Kampung Hijau Rawajati, RW 03, Kelurahan Rawajati, Kecamatan Pancoran, Kotamadya Jakarta Selatan, Provinsi DKI Jakarta) Oleh: YUDIE APRIANTO A14204049

description

Kampung Hijau

Transcript of Pengelolaan Lh Berbasis Masyarakat

  • 1

    TINGKAT PARTISIPASI WARGA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT

    (Kasus: Kampung Hijau Rawajati, RW 03, Kelurahan Rawajati, Kecamatan Pancoran, Kotamadya Jakarta Selatan, Provinsi DKI Jakarta)

    Oleh:

    YUDIE APRIANTO

    A14204049

  • 2

    PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

    FAKULTAS PERTANIAN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    2008

  • 3

    RINGKASAN

    YUDIE APRIANTO. TINGKAT PARTISIPASI WARGA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT (Kasus Kampung Hijau Rawajati, RW 03, Kelurahan Rawajati, Kecamatan Pancoran, Kotamadya Jakarta Selatan, Provinsi DKI Jakarta). (Di bawah bimbingan Titik Sumarti)

    Pemanasan global merupakan masalah yang cukup menjadi perhatian dunia saat ini. Hal ini disebabkan oleh pengelolaan lingkungan yang tidak tepat sehingga dapat merusak lingkungan. Oleh karena itu perlu perubahan paradigma pengelolaan lingkungan yang mengedepankan kesetaraan hubungan manusia dengan alam. Kondisi seperti ini menuntut tidak hanya pemerintah dalam pengelolaan lingkungan, namun juga masyarakat dan instansi lainnya, seperti pihak swasta dan LSM. Salah satu contoh pengelolaan lingkungan yang merupakan inisiatif dari masyarakat adalah pengelolaan yang dilakukan di wilayah Kampung Rawajati, RW 03, Kelurahan Rawajati, Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan. Seluruh rumahtangga menanam beragam tanaman, seperti tanaman hias, tanaman produktif, apotek hidup di pekarangan rumah, pagar dan tepi jalan di depan rumah masing-masing. Selain itu, mereka mengolah sampah domestik untuk didaur ulang sehingga dapat digunakan untuk berbagai keperluan, seperti kompos dan barang kerajinan. Oleh karena itu, menarik untuk mengkaji mengenai bagaimana tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan tersebut dan faktor-faktor apa saja yang menentukannya.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tingkat partisipasi warga dalam pengelolaan lingkungan. Selain itu, tujuan lain penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang menentukan tingkat partisipasi tersebut. Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dan menggunakan metode penelitian survai dengan didukung oleh data kualitatif. Metode yang digunakan adalah survai eksplanatoris. Jumlah responden yang diteliti adalah 100 orang. Analisis data menggunakan tabulasi silang dan uji korelasi Rank Spearman.

    Kampung Rawajati merupakan wilayah yang padat penduduk. Kepadatan penduduk wilayah ini mencapai 9.000 jiwa per kilometer persegi.. Rasio jenis kelamin sebesar 101 menunjukkan bahwa terdapat jumlah yang seimbang antara jumlah laki-laki dan perempuan. Wilayah ini sebagian besar didiami oleh para pensiunan, khususnya purnawirawan TNI AD. Hal ini disebabkan sebanyak enam

  • 4

    RT merupakan wilayah komplek Zeni TNI AD dan empat RT lainnya adalah perumahan umum. Warga Kampung Rawajati memiliki berbagai aktivitas, terutama dalam pengelolaan lingkungan. Berbagai aktivitas tersebut diwadahi oleh kelembagaan yang mengaturnya. Kelembagaan yang digunakan dalam pengelolaan lingkungan antara lain PKK, KPS dan Kelompok Agrowisata. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun Kampung Rawajati memiliki keterbatasan lahan, tetapi didukung oleh sumberdaya manusia dan kelembagaan dalam melakukan pengelolaan lingkungan.

    Pengelolaan lingkungan Kampung Rawajati merupakan salah satu bentuk pengelolaan lingkungan berbasis masyarakat. Pengelolaan ini menekankan pada pentingnya peran masyarakat dalam mendefinisikan sendiri kebutuhan, keinginan dan aspirasi serta membuat keputusan demi kesejahteraannya.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik dari warga Kampung Rawajati rata-rata berusia 51 tahun, mayoritas tingkat pendidikan responden lebih dari SMP dengan tingkat pendapatan kurang dari Rp 2.456.000,- dan mayoritas responden memiliki beban keluarga kurang dari tiga orang. Mayoritas responden memiliki pengalaman berkelompok yang rendah dan sebagian besar tinggal di wilayah Kampung Rawajati selama kurang dari 35 tahun. Selain itu mayoritas responden berpendapat bahwa dalam pelaksanaan pengelolaan lingkungan, metode yang digunakan adalah dua arah dan pelayanan kegiatan baik.

    Secara umum, tingkat partisipasi warga dalam pengelolaan lingkungan di Kampung Rawajati sudah tergolong tinggi. Dalam tahapan partisipasi, menunjukkan bahwa tahap pengambilan keputusan merupakan tahap yang paling rendah sedangkan tahap pelaksanaan, menikmati hasil dan evaluasi sudah tergolong tinggi. Hal ini disebabkan oleh trust mereka terhadap elit RW dan pengelola, kesadaran untuk mengelola lingkungan yang tinggi, dan kebanggaan terhadap penghargaan yang telah didapatkan yang mendorong warga untuk tetap mengelola lingkungannya.

    Umur, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan beban keluarga tidak berhubungan nyata atau signifikan dengan tingkat partisipasi warga Kampung Rawajati dalam pengelolaan lingkungan. Faktor yang memiliki hubungan yang signifikan dengan tingkat partisipasi adalah pengalaman berkelompok, lama tinggal, metode kegiatan dan pelayanan kegiatan. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat partisipasi warga Kampung Rawajati lebih dipengaruhi oleh interaksi mereka dengan lingkungan, baik sosial maupun alam sekitar tempat tinggalnya.

  • 5

    TINGKAT PARTISIPASI WARGA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT

    (Kasus: Kampung Hijau Rawajati, RW 03, Kelurahan Rawajati, Kecamatan Pancoran, Kotamadya Jakarta Selatan, Provinsi DKI Jakarta)

    Oleh:

    Yudie Aprianto

    A14204049

    SKRIPSI

    Sebagai Bagian Persyaratan untuk Memperoleh Gelar

  • 6

    Sarjana Pertanian pada

    Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

    Program Studi Komunikasi Dan Pengembangan Masyarakat

    Fakultas Pertanian

    Institut Pertanian Bogor

    2008

  • 7

    DEPARTEMEN KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

    FAKULTAS PERTANIAN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh:

    Nama : Yudie Aprianto

    NRP : A14204049

    Program Studi : Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

    Judul : Tingkat Partisipasi Warga dalam Pengelolaan Lingkungan

    Berbasis Masyarakat (Kasus: Kampung Hijau Rawajati, RW

    03, Kelurahan Rawajati, Kecamatan Pancoran, Kotamadya

    Jakarta Selatan, Provinsi DKI Jakarta)

    dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

    pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

    Menyetujui, Dosen Pembimbing

  • 8

    Dr. Ir. Titik Sumarti MC, M.S.

    NIP. 131 569 245

    Mengetahui,

    Dekan Fakultas Pertanian

    Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr

    NIP. 131 124 019

    Tanggal kelulusan :

  • 9

    PERNYATAAN

    DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL

    TINGKAT PARTISIPASI WARGA DALAM PENGELOLAAN

    LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT (KASUS: KAMPUNG HIJAU

    RAWAJATI, RW 03, KELURAHAN RAWAJATI, KECAMATAN

    PANCORAN, KOTAMADYA JAKARTA SELATAN, PROVINSI DKI

    JAKARTA) BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM

    PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA

    LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK

    TERTENTU.

    Bogor, Agustus 2008

    Yudie Aprianto

    A14202049

  • 10

  • 11

    RIWAYAT HIDUP

    Penulis lahir di Jakarta, tanggal 10 April 1985, sebagai anak keenam dari

    enam bersaudara pasangan Purry Purwono dan Yeti Sriati. Penulis memulai

    pendidikan formal tahun 1992 di SDN Duren Tiga 01 Pagi, penulis juga pernah

    mengikuti lomba siswa teladan tingkat kecamatan. Selanjutnya penulis

    meneruskan pendidikan formal tingkat menengah di SLTP N 182 Jakarta tahun

    1998-2001. Disamping itu penulis juga aktif dalam berbagai lomba Fisika, Bahasa

    Inggris hingga tingkat Jakarta Selatan. Setelah lulus tahun 2001 dari pendidikan

    tingkat menengah, penulis melanjutkan pendidikan tingkat atas di SMU N 55

    Jakarta sampai tahun 2004. Semasa SMU, penulis aktif mengikuti kegiatan

    ekstrakurikuler beladiri Karate dan pernah menjabat sebagai ketua, serta

    mengikuti dan memenangkan lomba Karate. Pada tahun 2004 penulis diterima di

    Fakultas Pertanian, Jurusan Sosial Ekonomi, Program Studi Komunikasi dan

    Pengembangan Masyarakat Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB.

    Semasa kuliah penulis pernah menjabat sebagai staf Pengembangan

    Sumberdaya Mahasiswa (PSDM), Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas

    Pertanian IPB. Penulis pernah menjabat sebagai ketua koordinator English

    Debating Contest Zone-@ 2006. Selain itu, penulis pernah menjadi asisten dosen

    mata kuliah Pengantar Ilmu Kependudukan dan Dasar-dasar Komunikasi tahun

    2005-sekarang. Penulis juga pernah tercatat sebagai staf Pengembangan

    Masyarakat organisasi Himpunan Profesi Mahasiswa Pecinta Ilmu-ilmu Sosial

    Ekonomi Pertanian (MISETA) IPB.

  • 12

  • 13

    KATA PENGANTAR

    Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas

    rahmat, petunjuk, dan hidayah-Nya, skripsi yang berjudul Tingkat Partisipasi

    Warga dalam Pengelolaan Lingkungan Berbasis Masyarakat (Kasus: Kampung

    Hijau Rawajati, RW 03, Kelurahan Rawajati, Kecamatan Pancoran, Kotamadya

    Jakarta Selatan, Provinsi DKI Jakarta) akhirnya dapat diselesaikan dengan baik.

    Skripsi ini merupakan suatu karya ilmiah sebagai salah satu syarat untuk

    memperoleh gelar sarjana Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penulis

    mencoba untuk mengetahui tingkat partisipasi warga dalam pengelolaan

    lingkungan serta faktor-faktor yang mempengaruhinya sehingga mendapatkan

    gambaran mengenai partisipasi serta kegiatan warga dalam pengelolaan

    lingkungan. Penulis berharap semoga materi yang disampaikan dalam skripsi ini

    dapat bermanfaat dan dapat dijadikan masukan bagi penelitian selanjutnya dengan

    minat yang sama.

    Bogor, Agustus 2008

    Penulis

  • 14

  • 15

    UCAPAN TERIMA KASIH

    Penyelesaian penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan

    dari berbagai pihak, maka dari itu pada kesempatan ini penulis ingin

    mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah

    membantu baik secara langsung ataupun tidak langsung, diantaranya adalah:

    1. Dr. Ir. Titik Sumarti MC, M.S. selaku dosen pembimbing yang telah

    memberikan pengarahan, bimbingan, perhatian dan masukan serta

    meluangkan waktunya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat

    terselesaikan dengan baik.

    2. Dosen penguji utama Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, M.S. dan dosen komisi

    pendidikan Ratri Virianita, S.Sos, M.Si atas kritik dan saran dalam

    penulisan skripsi ini.

    3. Mama, Bapak dan kakak-kakakku A Iyar, A Ade dan Mba Ningsih,

    Mbak Cici dan Om Idus, Mbak Edo dan Mbak Eka yang tak henti-

    hentinya memanjatkan doa, memberikan dukungan secara moril maupun

    materi, serta kasih sayang kepada penulis. Kepada keponakan-

    keponakanku Aviel, Ocha, Zihan, Ara, Tyo dan Sheva yang selalu

    membuat keceriaan sehingga menghilangkan rasa jenuh dan lelah dalam

    penulisan.

    4. Bapak Supardi selaku wakil RW 03 Kelurahan Rawajati yang telah

    memberikan kesempatan meneliti serta memberikan segala yang

  • 16

    dibutuhkan penulis mengenai Kampung Rawajati. Ibu Eneng yang sangat

    membantu penulis dalam memperoleh data dan menyediakan makanan

    saat melakukan turun lapang. Ibu Nur, Ibu Ratna, serta segenap warga

    Kampung Rawajati yang selalu sedia memberikan informasi dan data yang

    dibutuhkan penulis.

    5. Grup COLE yaitu Zay, Ani, Bayu, dan Ucie untuk bantuan pemikiran,

    diskusi, informasi, kebersamaan serta terima kasih telah berkenan berbagi

    emosi dalam pendewasaan diri selama ini.

    6. Teman seperjuanganku Qori dan Nita. Seluruh teman-teman KPM 41

    khususnya Ilham dan Mira yang ikut memberikan masukan dan kritik,

    serta dorongan moril.

    7. Teman-teman KKP Pasir Suren: Abdi, Bena, Cimay, dan Deri atas

    kenangan dalam kebahagian dan penderitaan saat serumah dan ber-KKP.

    Teman-teman di Wisma Gophis: Nunu, Edo, Wahyu, Teteg, Ferry, Zay,

    Juan, Afi, Iwan, Cecep, Haris, dan Windi untuk kebersamaannya dan

    persahabatan dengan toleransi yang tinggi dengan memberikan masukan

    dan kritik dalam penulisan, serta dukungan moril supaya fokus dalam

    penyelesaian skripsi.

    8. Semua rekan yang telah memberikan sumbangsih sekecil apapun dalam

    penyelesaian skripsi ini.

  • 17

    DAFTAR ISI

    Halaman

    DAFTAR ISI ............................................................................................ viii

    DAFTAR TABEL .................................................................................... xi

    DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xii

    DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xiii

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang .................................................................... 1

    1.2 Perumusan Masalah ............................................................. 4

    1.3 Tujuan Penelitian ................................................................. 5 1.4 Kegunaan Penelitian ............................................................ 5

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Pengertian Pengelolaan Lingkungan Hidup ......................... 6

    2.1.1 Pengertian Lingkungan Hidup ....................................... 6

    2.1.2 Pengelolaan Lingkungan Hidup ..................................... 7

    2.2 Community Based Management .......................................... 8

    2.3 Partisipasi Masyarakat ......................................................... 11

    2.3.1 Konsep Partisipasi ......................................................... 11

    2.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi ............... 12

    2.6 Kerangka Pemikiran ............................................................ 14

    2.7 Hipotesis Penelitian ............................................................. 15

    2.8 Definisi Operasional ............................................................ 16

    BAB III METODOLOGI

  • 18

    3.1 Metode Penelitian .............................................................. 20

    3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................... 20

    3.3 Teknik Pemilihan Responden. ............................................. 21

    3.4 Teknik Pengumpulan Data .................................................. 22

    3.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ................................. 23

    BAB IV GAMBARAN UMUM

    4.1 Lokasi Kampung Rawajati .................................................. 24 4.2 Kependudukan .................................................................... 25

    4.3 Kelembagaan Terkait dengan Pengelolaan lingkungan ....... 27

    4.3.1 PKK .............................................................................. 28

    4.3.2 Kelompok Penangkar Swadaya ..................................... 30

    4.3.3 Kelompok Agrowisata ................................................... 31

    4.3.4 Kelompok Arisan .......................................................... 32

    4.4 Ikhtisar ................................................................................ 33

    BAB V PENGELOLAAN LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT KAMPUNG RAWAJATI

    5.1 Sejarah Pengelolaan Lingkungan Kampung Rawajati .......... 34 5.2 Penghijauan......................................................................... 37 5.3 Pengelolaan Sampah Terpadu. ............................................. 39

    5.3.1 Pembuatan Pupuk Kompos dengan Sistem Bokasi ......... 41

    5.3.2 Daur Ulang Sampah Anorganik ..................................... 42

    5.4 Ikhtisar ................................................................................ 44

    BAB VI KARAKTERISTIK RESPONDEN

  • 19

    6.1 Karakteristik Individu ......................................................... 45

    6.1.1 Umur ............................................................................. 46

    6.1.2 Tingkat Pendidikan........................................................ 46

    6.1.3 Tingkat Pendapatan ....................................................... 46

    6.1.4 Jumlah Beban Keluarga ................................................. 47

    6.1.5 Pengalaman Berkelompok ............................................. 47

    6.1.6 Lama Tinggal ................................................................ 48

    6.2 Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan. ................................ 48

    6.2.1 Metode Kegiatan ........................................................... 48

    6.2.2 Pelayanan Kegiatan ....................................................... 49

    BAB VII TINGKAT PARTISIPASI WARGA KAMPUNG RAWAJATI DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN

    7.1 Tingkat Partisipasi Warga Kampung Rawajati dalam Pengelolaan Lingkungan .................................................... 50

    7.2 Hubungan Antara Karakteristik Individu dengan Tingkat

    Partisipasi Warga dalam Pengelolaan Lingkungan.............. 54

    7.2.1 Hubungan Antara Umur dengan Tingkat

    Partisipasi Warga dalam Pengelolaan Lingkungan ............. 54

    7.2.2 Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dengan

    Tingkat Partisipasi Warga dalam Pengelolaan

    Lingkungan ............................................................... 56

    7.2.3 Hubungan Antara Tingkat Pendapatan dengan

    Tingkat Partisipasi Warga dalam Pengelolaan

    Lingkungan ............................................................... 57

    7.2.4 Hubungan Antara Jumlah Beban Keluarga dengan

  • 20

    Tingkat Partisipasi Warga dalam Pengelolaan

    Lingkungan ............................................................... 59

    7.2.5 Hubungan Antara Pengalaman Berkelompok dengan

    Tingkat Partisipasi Warga dalam Pengelolaan

    Lingkungan ............................................................... 61

    7.2.6 Hubungan Antara Lama Tinggal dengan Tingkat

    Partisipasi Warga dalam Pengelolaan Lingkungan .... 62

    7.3 Hubungan Antara Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan

    dengan Tingkat Partisipasi Warga dalam Pengelolaan

    Lingkungan. ....................................................................... 64

    7.3.1 Hubungan Antara Metode Kegiatan dengan

    Tingkat Partisipasi Warga dalam Pengelolaan

    Lingkungan ............................................................... 64

    7.3.2 Hubungan Antara Pelayanan Kegiatan dengan

    Tingkat Partisipasi Warga dalam Pengelolaan

    Lingkungan ............................................................... 65

    BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

    8.1 Kesimpulan........................................................................ 67

    8.2 Saran ................................................................................. 68

    DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 69

    LAMPIRAN............ .................................................................................. 72

  • 21

    DAFTAR TABEL

    Nomor Halaman

    1. Kependudukan Kampung Rawajati, RW 03, Kelurahan Rawajati Tahun 2007 ................................................................................. 25

    2. Persentase Jumlah Penduduk Kampung Rawajati Menurut Jenis Pekerjaan Tahun 2007 ................................................................ 27

    3. Karakteristik Kelembagaan yang Terkait dalam Pengelolaan Lingkungan Kampung Rawajati .................................................. 28

    4. Bentuk Bantuan di Kampung Rawajati Periode 2001-2005 .......... 37

    5. Karakteristik Individu, Kampung Rawajati, 2008 ........................ 45

    6. Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan, Kampung Rawajati, 2008 49 7. Tingkat Partisipasi Warga Kampung Rawajati dalam Pengelolaan

    Lingkungan , 2008 ...................................................................... 50

    8. Tingkat Partisipasi Responden pada Tahap-tahap Partisipasi, Kampung Rawajati, 2008. .............................................................. 51

    9. Jumlah Responden Menurut Umur dan Tingkat Partisipasi dalam Pengelolaan Lingkungan, Kampung Rawajati, 2008 ................... 54

    10. Jumlah Responden Menurut Tingkat Pendidikan dan Tingkat Partisipasi dalam Pengelolaan Lingkungan, Kampung Rawajati, 2008 ............................................................................ 56

    11. Jumlah Responden Menurut Tingkat Pendapatan dan Tingkat Partisipasi dalam Pengelolaan Lingkungan, Kampung Rawajati, 2008. ........................................................................................ 58

    12. Jumlah Responden Menurut Jumlah Beban Keluarga dan Tingkat Partisipasi dalam Pengelolaan Lingkungan, Kampung Rawajati, 2008 . ....................................................................................... 59

    13. Jumlah Responden Menurut Pengalaman Berkelompok dan Tingkat Partisipasi dalam Pengelolaan Lingkungan, Kampung Rawajati, 2008 ........................................................................................ 61

  • 22

    14. Jumlah Responden Menurut Lama Tinggal dan Tingkat Partisipasi dalam Pengelolaan Lingkungan, Kampung Rawajati, 2008 ......... 63

    15. Jumlah Responden Menurut Metode Kegiatan dan Tingkat Partisipasi dalam Pengelolaan Lingkungan, Kampung Rawajati, 2008. ........................................................................................ 64

    16. Jumlah Responden Menurut Pelayanan Kegiatan dan Tingkat Partisipasi dalam Pengelolaan Lingkungan, Kampung Rawajati, 2008. ........................................................................................ 65

  • 23

    DAFTAR GAMBAR

    Nomor Halaman

    1. Komponen Lingkungan Hidup ..................................................... 6

    2. Kerangka Pemikiran .................................................................... 15

    3. Perubahan Paradigma Pengelolaan Sampah di Kampung Rawajati 40

  • 24

    DAFTAR LAMPIRAN

    Nomor Halaman

    1. Lokasi Kampung Rawajati, Jakarta Selatan .................................. 72

    2. Hasil Uji Korelasi Rank Spearman .............................................. 73

    3. Struktur Kepengurusan RW 03 Periode 2007-2010 ...................... 74

    4. Struktur Kepengurusan PKK RW 03 Periode 2007-2012 ............. 75

    5. Dokumentasi ............................................................................... 76

  • 25

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Lingkungan hidup merupakan bagian dari kehidupan setiap manusia.

    Lingkungan tidak hanya terdiri dari keragaman biotik dan abiotik, namun juga

    termasuk interaksi diantaranya. Lingkungan berperan dalam menjaga

    keseimbangan dari interaksi antara komponen biotik dan abiotiknya (Siahaan

    2003). Dari segi ekonomi, lingkungan memberikan manusia sumber-sumber

    makanan dan bahan baku industri serta tempat untuk tinggal. Dari segi sosial,

    lingkungan memberikan sarana untuk bersosialisasi dan mengembangkan budaya.

    Melihat pentingnya fungsi lingkungan bagi manusia, maka dibutuhkan

    pengelolaan yang baik untuk menjaga lingkungan.

    Pengelolaan lingkungan yang tidak tepat dapat merusak lingkungan.

    Sebagai contoh yaitu pemanasan global tak lepas dari akibat perbuatan manusia.

    Begitu pula dengan bencana banjir, tanah longsor, dan kekeringan akan silih

    berganti melanda akibat daya dukung lingkungan yang tak lagi mampu menahan

    berbagai kerusakan (Suparmono 2008). Terutama di Pulau Jawa yang dihuni 60

    persen penduduk Indonesia, kini tinggal memiliki hutan 19.828 kilometer persegi,

    atau kurang dari 15 persen luas daratan. Penggundulan hutan untuk pertanian,

    perkebunan, dan permukiman menimbulkan kerusakan ekologis. Suparmono

    menambahkan bahwa kebijakan pemerintah yang kurang tepat terhadap

    lingkungan hidup bisa dilihat dari kecenderungan eksploitasi berlebihan terkait

    dengan SDA di Jakarta, tren penurunan Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebagai

    resapan air berupa hutan kota, taman kota, dan cagar buah.

  • 26

    Oleh karena, itu perlu perubahan paradigma pengelolaan lingkungan yang

    mengedepankan kesetaraan hubungan manusia dengan alam. Hubungan manusia

    dan lingkungan hidupnya dipengaruhi oleh bagaimana manusia memandang alam

    semesta dari segi agama, filsafat, nilai-nilai, serta tradisi pemikiran dan ilmu

    pengetahuan (Keraf 2002). Sepanjang peradaban manusia boleh dikatakan telah

    berkembang tiga teori etika lingkungan. Etika yang tumbuh awal, yaitu Etika

    Lingkungan Dangkal (Shallow Environmental Ethics) atau yang dikenal sebagai

    antroposentrisme, yaitu etika lingkungan yang memandang manusia sebagai pusat

    dari sistem alam semesta dan etika ini dianggap sebagai penyebab krisis ekologi

    karena dari etika ini lahir sikap dan perilaku eksploitatif yang tidak peduli sama

    sekali terhadap keberlanjutan alam.

    Pada pertengahan abad 20 muncul Etika Lingkungan Medium

    (Intermediate Environmental Ethics) atau dikenal sebagai biosentrisme yang

    merupakan kritikan terhadap antroposentrisme. Etika ini berpandangan alam juga

    mempunyai nilai dan berharga pada dirinya sendiri terlepas dari kepentingan

    manusia. Awal 1970an, etika biosentrisme ini diperluas menjadi Etika

    Lingkungan Dalam (Deep Environmental Ethics) atau yang dikenal sebagai

    ekosentrisme yang berangkat dari pemahaman bahwa secara ekologis makhluk

    hidup dan lingkungan abiotiknya satu sama lain saling terkait, tidak dapat

    dipisahkan. Kewajiban dan tanggung jawab moral manusia tidak hanya dibatasi

    pada makhluk hidup, melainkan juga berlaku kepada semua realita ekologi (Keraf

    2002). Untuk itu, diperlukan pengelolaan lingkungan yang memiliki paradigma

    ekosentrisme agar tercapai keberlanjutan baik dalam pengelolaan maupun dalam

    pemanfaatan.

  • 27

    Upaya untuk mengatasi kerusakan lingkungan perlu dilakukan oleh

    pemerintah bersama dengan stakeholders lainnya. Pengelolaan lingkungan

    menjadi tanggung jawab pemerintah, swasta, LSM dan juga masyarakat lokal.

    Keterlibatan masyarakat lokal dalam mengelola lingkungan sangat diperlukan.

    Pemerintah dapat mengupayakan pembangunan di tingkat komunitas yang

    memfokuskan pada pemberdayaan warga komunitas. Hal ini dilakukan dengan

    melakukan power sharing agar masyarakat memiliki kemampuan dan kesetaraan

    dengan berbagai stakeholders lainnya (Nasdian 2003).

    Salah satu contoh kelembagaan untuk mengatasi permasalahan lingkungan

    di kota Jakarta yaitu Kampung Hijau. Kampung Hijau adalah sebutan bagi suatu

    daerah pemukiman warga baik di tingkat RT maupun RW yang menerapkan

    pengelolaan lingkungan berbasis komunitas. Lahan di Kampung Hijau sangat

    terbatas, namun masyarakat mengharapkan lingkungan menjadi tetap terjaga

    dengan baik. Keterbatasan tersebut membuat masyarakat mamanfaatkan lahan

    yang ada dengan merubah lingkungan sekitarnya menjadi hijau. Contohnya, di

    RW 03, Kelurahan Rawajati, Kecamatan Pancoran, Kotamadya Jakarta Selatan,

    Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Seluruh rumahtangga menanam beragam tanaman

    seperti tanaman hias, tanaman produktif, apotek hidup di pekarangan rumah,

    pagar dan tepi jalan di depan rumah masing-masing. Selain itu mereka mengolah

    sampah domestik untuk didaur ulang sehingga dapat digunakan untuk berbagai

    keperluan, seperti kompos dan barang kerajinan.

    Selama ini, keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan program

    pembangunan hanya dilihat dalam konteks yang sempit atau dilihat hanya sebagai

    objek saja dan bukan subjek (pelaku). Kondisi ini menyebabkan peran serta

  • 28

    masyarakat menjadi terbatas sehingga partisipasi akan menjadi semu (Dianawati

    2004). Semestinya, partisipasi masyarakat sepenuhnya dilihat dari keterlibatan

    masyarakat mulai dari perencanaan hingga evaluasi. Lebih lanjut, melalui

    partisipasi tersebut masyarakat mulai sadar akan situasi dan masalah yang

    dihadapinya serta berupaya mencari jalan keluar untuk mengatasi masalah

    mereka. Menarik untuk mengkaji mengenai bagaimana tingkat partisipasi

    masyarakat dalam pengelolaan lingkungan berbasis masyarakat tersebut dan

    golongan manakah dari masyarakat tersebut yang memiliki partisipasi yang tinggi.

    1.2 Perumusan Masalah

    Pengelolaan lingkungan dengan istilah Kampung Hijau merupakan upaya

    pengelolaan lingkungan yang berangkat dari masyarakat sebagai kepeduliannya

    terhadap lingkungan. Keberhasilan dalam pengelolaan ini tergantung dari

    kerjasama dan partisipasi aktif seluruh anggota masyarakat, serta dukungan dari

    pemerintah.

    Tinggi rendahnya partisipasi dalam pengelolaan program dipengaruhi

    oleh beberapa faktor, baik dalam diri individu maupun dari aktivitas pengelolaan

    lingkungan. Berdasarkan uraian tersebut, maka penelitian ini ingin mengkaji

    tingkat partisipasi warga dalam pengelolaan lingkungan dan menganalisis faktor-

    faktor apa saja yang menentukan partisipasi dalam pengelolaan lingkungan di RW

    03, Kelurahan Rawajati, Kecamatan Pancoran, Kotamadya Jakarta Selatan, DKI

    Jakarta.

  • 29

    1.3 Tujuan Penelitian

    Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu:

    1. Mengkaji tingkat partisipasi warga dalam pengelolaan lingkungan di RW

    03, Kelurahan Rawajati, Kecamatan Pancoran, Kotamadya Jakarta Selatan,

    DKI Jakarta.

    2. Menganalisis faktor-faktor yang menentukan partisipasi warga dalam

    pengelolaan lingkungan di RW 03, Kelurahan Rawajati, Kecamatan

    Pancoran, Kotamadya Jakarta Selatan, DKI Jakarta.

    1.4 Kegunaan Penelitian

    Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran

    kepada semua pihak:

    1. Memberikan sumbangan teoritis berupa tambahan khasanah keilmuan

    terutama bidang studi partisipasi masyarakat dalam pengelolaan

    lingkungan.

    2. Menjadi bahan masukan atau bahan pertimbangan bagi pengambil

    kebijakan khususnya pemerintah daerah dalam memecahkan masalah yang

    terjadi dalam pengelolaan lingkungan, terutama yang berkaitan dengan

    partisipasi masyarakat.

  • 30

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Pengertian Pengelolaan Lingkungan Hidup 2.1.1 Pengertian Lingkungan Hidup

    Manusia dengan segala aspek hidupnya bersama dengan komponen

    lingkungan alam dan lingkungan binaan/buatan dilihat sebagai suatu kesatuan

    dalam apa yang dinamakan lingkungan hidup (Marzali et al. 2002). Menurut UU

    No. 23/1997, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,

    keadaan, makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi

    kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia, serta makhluk lain.

    Secara skematis, komponen interaktif lingkungan hidup dapat digambarkan ke

    dalam tiga aspek, yaitu aspek alam, sosial, dan binaan/buatan (Gambar 1).

    Gambar 1. Komponen Lingkungan Hidup Sumber: Soetaryono, 2000

    Selain itu, lingkungan hidup juga merupakan sebuah sistem yang utuh,

    kolektivitas dari serangkaian subsistem yang saling berhubungan, saling

    tergantung dan fungsional satu sama lain, sehingga membentuk suatu kesatuan

    ekosistem yang utuh. Dengan demikian lingkungan hidup bisa dikatakan sebagai

    suatu kesatuan yang terdiri dari komponen biotik dan abiotik, serta interaksi

    diantaranya dalam mencapai keberlangsungan.

    Lingkungan Alam Lingkungan

    Binaan/Buatan Lingkungan Sosial Kesatuan lingkungan

    hidup manusia dalam kajian pengelolaan lingkungan hidup (pengelolaan berbasis ekosistem, tata ruang dan pranata sosial)

  • 31

    Semua kegiatan manusia memberikan dampak pada lingkungan hidup.

    Dampak tersebut semakin besar seiring pertambahan manusia, kegiatan ekonomi,

    dan teknologi dalam merekayasa, serta penggunaan energi. Sejak awal

    perkembangan budayanya, manusia telah berusaha mengelola dampak yang

    dilakukannya terhadap lingkungan hidup.

    2.1.2 Pengelolaan Lingkungan Hidup

    Menurut UU No. 23/1997, pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya

    terpadu dalam pemanfaatan, penataan, pemeliharaan, pengawasan, pengendalian,

    pemulihan, dan pengembangan lingkungan hidup. Selain itu menurut Marzali et

    al. (2002), pengelolaan lingkungan hidup diartikan sebagai usaha sadar dan

    berencana untuk mengurangi dampak kegiatan terhadap lingkungan hidup sampai

    pada tingkat yang minimum sehingga mendapatkan manfaat yang optimum dari

    lingkungan hidup untuk mencapai kesejahteraan yang berkelanjutan. Dalam upaya

    meningkatkan pengelolaan lingkungan hidup dilakukan upaya untuk mengadakan

    koreksi terhadap lingkungan, agar pengaruh merugikan dapat dijauhkan dan

    dilaksanakan pencegahan melalui efisiensi dan pengaturan lingkungan sehingga

    bahaya lingkungan dapat dihindarkan dan keserasian dapat dipelihara (Matrizal

    2005).

    Soerjani (1987) menyatakan bahwa ada tiga upaya yang harus dijalankan

    secara seimbang, yaitu upaya teknologi, upaya tingkah laku atau sikap dan upaya

    untuk memahami dan menerima koreksi alami yang terjadi karena dampak

    interaksi manusia dengan lingkungannya. Manusia mempengaruhi lingkungan

    hidupnya atau juga mengusahakan sumberdaya alam lingkungannya untuk

  • 32

    mempertahankan jenisnya, dan sebaliknya manusia dipengaruhi oleh

    lingkungannya (Resosoedarmo et al. 1987).

    Manusia bersama lingkungan hidupnya berada dalam suatu ekosistem.

    Kedudukan manusia di dalam kesatuan ekosistem adalah sebagai bagian penting

    yang tidak mungkin dipisahkan, karena itu kelangsungan hidup manusia

    tergantung pula pada kelestarian ekosistemnya. Agar kelestarian ekosistem

    tersebut dapat terjamin, maka manusia harus menjaga keserasian hubungan timbal

    balik antara manusia dengan lingkungannya. Jika keserasian hubungan manusia

    dengan lingkungannya terganggu, maka terganggu pula kesejahteraannya. Jadi

    manusia dan lingkungannya merupakan ikatan yang tidak dapat dipisahkan,

    karena kedua hal tersebut saling mempengaruhi (Natsir 1986).

    Tingkah laku manusia selalu mempengaruhi keharmonisan dan

    keseimbangan lingkungannya, karena itu manusia akan berusaha untuk

    meningkatkan kualitas lingkungan hidupnya untuk mempertahankan

    keseimbangan tersebut. Manusia berkeyakinan semakin tinggi kualitas

    lingkungan, maka semakin banyak pula manusia dapat mengambil keuntungan

    dan semakin besar pula daya dukung hidupnya (Wardana 1999).

    2.2 Community Based Management

    Dalam persepektif otonomi daerah, prinsip-prinsip pengelolaan

    sumberdaya alam mencerminkan nuansa otonomi masyarakat lokal untuk

    menguasai, mengelola, dan memafaatkan sumberdaya alam lokal. Makna dan

    hakikat dari otonomi daerah harus diterjemahkan sebagai pemberian otonomi

    kepada masyarakat di daerah, masyarakat adat/lokal, dan bukan semata-mata

    pemberian otonomi kepada pemerintah daerah. Ini merupakan manifestasi dari

  • 33

    paradigma pengelolaan sumberdaya alam yang berbasis komunitas (community-

    based resource management), sebagai pengalihan dari pengelolaan sumberdaya

    alam yang berbasis negara/pemerintah dengan strukturnya di daerah (state-based

    resource management) (Nurjaya 2008).

    Menurut Budi (2004), pengelolaan sumberdaya alam berbasis masyarakat

    (PSDABM) atau Community Based for Natural Resources Management

    (CBNRM) merupakan salah satu pendekatan pengelolaan sumberdaya alam yang

    meletakkan pengetahuan dan kesadaran lingkungan masyarakat lokal sebagai

    dasar pengelolaan. Ia juga menambahkan bahwa sampai sejauh ini persepsi dari

    pengelolaan berbasis masyarakat masih bervariasi, namun ada semacam

    kesepakatan atau persamaan pandangan bahwa Peran Masyarakat menjadi kunci

    utama. Dalam sistem pengelolaan ini masyarakat diberikan kesempatan dan

    tanggung jawab melakukan pengelolaan terhadap sumberdaya yang dimiliki,

    dimana masyarakat sendiri yang mendefinisikan kebutuhan, tujuan dan

    aspirasinya, serta membuat keputusan demi kesejahteraan mereka.

    Pengelolaan lingkungan merupakan upaya penting dalam menjaga

    keseimbangan sumberdaya. Hal ini dimaksudkan agar tidak hanya generasi

    sekarang yang dapat menikmati kekayaan sumberdaya, tetapi juga generasi

    mendatang. Dalam community based management (CBM) pengelolaan

    sepenuhnya dari tahap perencanaan hingga pengawasan dilakukan oleh anggota

    komunitas melalui organisasi yang sifatnya informal. Model ini menunjukkan

    partisipasi aktif masyarakat dan mereka memiliki otonomi terhadap pengelolaan

    sumberdaya yang mereka miliki sendiri (Satria 2002).

  • 34

    Prinsip dasar dalam pengelolaan sumberdaya berbasis masyarakat adalah

    (Budi 2004):

    1. Aktor utama pengelola adalah rakyat (masyarakat lokal, masyarakat adat).

    2. Lembaga pengelola dibentuk, dilaksanakan dan dikontrol langsung oleh

    rakyat yang bersangkutan.

    3. Batas antar kawasan unit pengelolaan kawasan komunitas setempat

    terdelineasi secara jelas dan diperoleh melalui persetujuan antar pihak

    yang terkait di dalamnya.

    4. Terjaminnya akses dan kontrol penuh oleh masyarakat secara lintas

    generasi terhadap kawasan pengelolaan.

    5. Terjaminnya akses pemanfaatan hasil SDA sesuai dengan prinsip-prinsip

    kelestarian (sustainability) oleh komunitas secara lintas generasi di dalam

    kawasan konsesi.

    6. Digunakan tata cara atau mekanisme penyelesaian sengketa yang tepat

    terhadap pertentangan klaim atas kawasan yang sama.

    7. Adanya pengakuan dan kompensasi formal (legal) terhadap penggunaan

    pengetahuan tradisional (indegenous knowledge) masyarakat di dalam

    sistem pengelolaan yang diterapkan.

    CBM merupakan pendekatan dalam pengelolaan sumberdaya, misalnya

    lingkungan, yang meletakkan pengetahuan dan kesadaran lingkungan masyarakat

    lokal sebagai dasar pengelolaannya. Dalam sistem pengelolaan ini, masyarakat

    diberikan kesempatan dan tanggung jawab dalam melakukan pengelolaan

    terhadap sumberdaya yang dimilikinya. Masyarakat mendefinisikan sendiri

    kebutuhan, keinginan dan aspirasinya serta masyarakat itu pula yang membuat

  • 35

    keputusan demi kesejahteraannya. Dengan demikian, pengelolaan lingkungan

    berbasis masyarakat adalah pendekatan pengelolaan yang melibatkan kerjasama

    antar masyarakat setempat dan pemerintah dalam bentuk pengelolaan secara

    bersama. Masyarakat berpartisipasi secara aktif baik dalam perencanaan sampai

    pada pelaksanaanya (Satria 2002).

    2.3 Partisipasi Masyarakat 2.3.1 Konsep Partisipasi

    Partisipasi merupakan kemampuan dari masyarakat untuk bertindak dalam

    keberhasilan (keterpaduan) yang teratur untuk menanggapi kondisi lingkungan

    sehingga masyarakat tersebut dapat bertindak sesuai dengan logika dari yang

    dikandung oleh kondisi lingkungan tersebut (Adjid 1985). Menurut Cohen dan

    Uphoff (1977), pengertian partisipasi adalah keterlibatan aktif masyarakat dalam

    proses pengembilan keputusan, pelaksanaan, pemanfaatan hasil dan evaluasi.

    Pengertian partisipasi lainnya didefinisikan oleh Sajogyo (1998) sebagai peluang

    untuk ikut menentukan kebijaksanaan pembangunan serta peluang ikut menilai

    hasil pembangunan. Dari berbagai pendapat tersebut, secara umum partisipasi

    merupakan keterlibatan seseorang secara aktif dalam suatu kegiatan. Partisipasi

    juga diartikan dengan memberi manusia lebih banyak peluang untuk berperan

    secara efektif dalam kegiatan pembangunan (Cernea 1988).

    Cohen dan Uphoff (1977) membagi partisipasi ke dalam beberapa tahapan,

    yaitu sebagai berikut:

    1. Tahap pengambilan keputusan, yang diwujudkan dengan keikutsertaan

    masyarakat dalam rapat-rapat.

  • 36

    2. Tahap pelaksanaan, yang merupakan tahap terpenting dalam

    pembangunan, sebab inti dari pembangunan adalah pelaksanaannya.

    Wujud nyata partisipasi pada tahap ini dapat digolongkan menjadi tiga,

    yaitu partisipasi dalam bentuk sumbangan pemikiran, bentuk sumbangan

    materi, dan bentuk keterlibatan sebagai anggota proyek.

    3. Tahap menikmati hasil, yang dapat dijadikan indikator keberhasilan

    partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan dan pelaksanaan proyek.

    Selain itu, dengan melihat posisi masyarakat sebagai subjek pembangunan,

    maka semakin besar manfaat proyek dirasakan, berarti proyek tersebut

    berhasil mengenai sasaran.

    4. Tahap evaluasi, dianggap penting sebab partisipasi masyarakat pada tahap

    ini dianggap sebagai umpan balik yang dapat memberi masukkan demi

    perbaikan pelaksanaan proyek selanjutnya.

    2.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi

    Beberapa faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat menurut

    Pangestu (1995) adalah sebagai berikut:

    1. Faktor internal, yaitu yang mencakup karakteristik individu yang dapat

    mempengaruhi individu tersebut untuk berpartisipasi dalam suatu

    kegiatan. Karakteristik individu mencakup umur, tingkat pendidikan,

    jumlah beban keluarga, jumlah pendapatan, dan pengalaman berkelompok.

    2. Faktor eksternal, meliputi hubungan yang terjalin antara pihak pengelola

    proyek dengan sasaran dapat mempengaruhi partisipasi. Sasaran akan

    dengan sukarela terlibat dalam suatu proyek jika sambutan pihak pengelola

    positif dan menguntungkan mereka. Selain itu, bila didukung dengan

  • 37

    pelayanan pengelolaan kegiatan yang positif dan tepat dibutuhkan oleh

    sasaran, maka sasaran tidak akan ragu-ragu untuk berpartisipasi dalam

    proyek tersebut.

    Menurut Silaen (1998), semakin tua umur seseorang maka penerimaannya

    terhadap hal-hal baru semakin rendah. Hal ini karena orang yang masuk dalam

    golongan tua cenderung selalu bertahan dengan nilai-nilai lama sehingga

    diperkirakan sulit menerima hal-hal yang sifatnya baru. Faktor jumlah beban

    keluarga, menurut Ajiswarman (1996), menunjukkan bahwa semakin besar

    jumlah beban keluarga menyebabkan waktu untuk berpartisipasi dalam kegiatan

    akan berkurang karena sebagian besar waktunya digunakan untuk mencari nafkah

    demi memenuhi kebutuhan keluarga.

    Murray dan Lappin (1967) menyatakan bahwa terdapat faktor internal lain,

    yang mempengaruhi partisipasi yaitu lama tinggal. Semakin lama tinggal di suatu

    tempat, semakin besar rasa memiliki dan perasaan dirinya sebagai bagian dari

    lingkungannya, sehingga timbul keinginan untuk selalu menjaga dan memelihara

    lingkungan dimana dia tinggal.

    Menurut Arifah (2002) faktor eksternal yang mempengaruhi partisipasi

    selain pelayanan yaitu metode kegiatan. Metode kegiatan yang dua arah atau

    interaktif dapat lebih meningkatkan partisipasi seseorang. Hal ini dikarenakan

    dengan metode yang dua arah maka antar penyuluh dan yang disuluh akan lebih

    terjalin hubungan erat, sehingga akan dapat meningkatkan partisipasi dalam suatu

    kegiatan.

  • 38

    2.4 Kerangka Pemikiran

    Kampung Hijau Rawajati merupakan upaya untuk melestarikan

    lingkungan sekitar yang ada di perkotaan. Selain itu, Kampung Hijau ini

    menggunakan prinsip partisipasi, yaitu menekankan pada peran masyarakat dalam

    mengelola lingkungan, mulai dari proses pengambilan keputusan hingga evaluasi

    dari kegiatan yang diadakan.

    Dalam berpartisipasi pada suatu kegiatan atau program tertentu, terdapat

    beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang atau kelompok untuk berperan

    serta dalam kegiatan tersebut. Faktor-faktor yang dimaksud, yaitu faktor internal

    dan faktor eksternal. Faktor internal dari karakteristik individu yang

    mempengaruhi partisipasi diduga, yaitu mencakup umur, tingkat pendidikan,

    jumlah beban keluarga, jumlah pendapatan, pengalaman berkelompok dan lama

    tinggal.

    Faktor eksternal merupakan pelaksanaan dalam suatu kegiatan pengelolaan

    lingkungan yang diduga mempengaruhi partisipasi, yaitu pelaksanaan pengelolaan

    lingkungan meliputi metode kegiatan dan pelayanan kegiatan yang dilakukan

    dalam pengelolaan lingkungan. Secara garis besar kerangka pemikiran dalam

    penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.

  • 39

    Keterangan: hubungan yang dihipotesiskan Gambar 2. Kerangka Pemikiran

    2.5 Hipotesis Penelitian

    Dengan memperhatikan permasalahan dan kerangka pemikiran, maka

    dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

    1. Ada hubungan yang signifikan antara karakteristik individu (faktor

    internal) dengan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan.

    a. Ada hubungan yang signifikan antara umur dengan partisipasi

    masyarakat dalam pengelolaan lingkungan.

    b. Ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan

    partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan.

    c. Ada hubungan yang signifikan antara jumlah beban keluarga dengan

    partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan.

    d. Ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendapatan dengan

    partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan.

    Karakteristik Individu Umur Tingkat Pendidikan Jumlah Beban

    Keluarga Tingkat Pendapatan Pengalaman

    Berkelompok Lama Tinggal

    Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Metode pelaksanaan

    kegiatan Pelayanan pelaksanaan

    kegiatan

    Tingkat Partisipasi dalam Pengelolaan Lingkungan Tahap Pengambilan

    Keputusan Tahap Pelaksanaan Tahap Menikmati Hasil Tahap Evaluasi

  • 40

    e. Ada hubungan yang signifikan antara pengalaman berkelompok

    dengan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan.

    f. Ada hubungan yang signifikan antara lama tinggal dengan partisipasi

    masyarakat dalam pengelolaan lingkungan.

    2. Ada hubungan yang signifikan antara pelaksanaan pengelolaan lingkungan

    (faktor eksternal) dengan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan

    lingkungan.

    a. Ada hubungan yang signifikan antara metode pelaksanaan kegiatan

    dengan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan.

    b. Ada hubungan yang signifikan antara pelayanan pelaksanaan kegiatan

    dengan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan.

    2.6 Definisi Operasional

    Definisi operasional dari variabel yang digunakan dalam penelitian

    mengenai tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan adalah:

    Faktor internal atau karakteristik individu adalah faktor-faktor yang

    terdapat dalam individu responden yang dapat memotivasi diri atau

    merupakan dorongan dalam diri untuk ikut berpartisipasi dalam

    pengelolaan lingkungan. Faktor internal meliputi umur, tingkat

    pendidikan, tingkat pendapatan, jumlah beban keluarga, pengalaman

    berorganisasi, dan lama tinggal.

    Umur adalah lama hidup responden dari sejak lahir sampai ketika

    diwawancarai. Diukur dalam jumlah tahun berdasarkan tingkatan usia

    produktif.

    Tua > 51 tahun

  • 41

    Muda 51 tahun

    Tingkat pendidikan adalah jenjang terakhir sekolah formal yang pernah

    diikuti responden. Diukur berdasarkan jenjang pendidikan formal terakhir

    dan dengan acuan dasar wajib belajar sembilan tahun.

    Tinggi : > SMP

    Rendah: SMP

    Jumlah beban keluarga adalah mereka yang hidup satu atap dan satu

    dapur, atau satu dapur lain atap. Termasuk didalamnya adalah suami/istri,

    anak-anak, anggota keluarga lainnya ataupun bukan keluarga tetapi

    menjadi tanggungan responden. Diukur dengan jumlah jiwa.

    Besar > 3 orang

    Kecil 3 orang

    Tingkat pendapatan adalah rata-rata jumlah hasil kerja berupa uang yang

    diperoleh responden setiap bulan. Diukur dengan satuan rupiah.

    Tinggi > Rp 2.456.000,-/bulan

    Rendah Rp 2.456.000,-/bulan

    Pengalaman berkelompok adalah pernah atau tidaknya responden menjadi

    anggota suatu kelompok/lembaga/organisasi tertentu. Pengalaman ini

    meliputi banyaknya kelompok/lembaga/organisasi, posisi dalam

    lembaga/organisasi yang diikuti dan lamanya responden mengikuti suatu

    kelompok/lembaga/organisasi. Diukur dengan skor total.

    Tinggi : skor > 6

    Rendah: skor 6

  • 42

    Lama tinggal yaitu lamanya responden tinggal di tempat ini sampai

    dengan dilakukan wawancara. Diukur dengan satuan tahun.

    Tinggi : > 35 tahun

    Rendah: 35 tahun

    Faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang terdapat di luar responden yang

    dapat memotivasi atau mendorong responden untuk berpartisipasi dalam

    pengelolaan lingkungan. Faktor eksternal dari kegiatan pengelolaan

    lingkungan yang meliputi metode dan pelayanan pelaksanaan kegiatan

    pengelolaan lingkungan.

    Metode pelaksanaan kegiatan adalah pandangan responden mengenai

    bagaimana cara penyampaian dalam kegiatan pengelolaan lingkungan.

    Diukur dari interaktif/dua arah atau tidak interaktif/searah dalam kegiatan

    pengelolaan lingkungan.

    Dua arah: terdapat waktu tanya jawab

    Searah : tidak disediakan waktu untuk tanya jawab

    Pelayanan pelaksanaan kegiatan adalah pandangan responden mengenai

    kualitas pendampingan, pernah tidaknya ikut pelatihan dan fasilitas alat

    atau bahan baku suatu kegiatan pengelolaan lingkungan. Diukur

    berdasarkan skor yang didapat.

    Tinggi yaitu skor > 9

    Rendah yaitu skor 9

    Tingkat partisipasi adalah keikutsertaan anggota dalam semua tahapan

    kegiatan kelompok yang meliputi tahap pengambilan keputusan,

    pelaksanaan, evaluasi, dan menikmati hasil.

  • 43

    Tahap pengambilan keputusan, dinyatakan sebagai keikutsertaan

    responden dalam mengikuti rapat/penyusunan rencana suatu kegiatan.

    Tahap ini meliputi keikutsertaan dan keaktifan responden dalam rapat.

    Tahap pelaksanaan, dinyatakan dalam keikutsertaan dalam pelaksanaan

    kegiatan pengelolaan lingkungan.

    Tahap menikmati hasil, yaitu keikutsertaan responden dalam merasakan

    manfaat dari kegiatan pengelolaan lingkungan.

    Tahap evaluasi, yaitu keikutsertaan responden dalam menilai suatu

    kegiatan.

    Penilaian terhadap tingkat partisipasi yaitu dengan menjumlah skor dari

    tiap tahapan. Sehingga tingkat partisipasi dapat dikategorikan menjadi

    Tinggi, yaitu skor > 24

    Rendah, yaitu skor 24

  • 44

    BAB III METODOLOGI

    3.1 Metode Penelitian

    Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang didukung data-

    data kualitatif. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survai, yaitu

    penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dengan menggunakan

    kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok.

    Penelitian survai dimaksudkan untuk menjelaskan hubungan kausal dan

    pengujian hipotesa, sehingga dikategorikan dalam penelitian penjelasan

    (explanatory atau confirmatory research) (Singarimbun 1989). Hubungan kausal

    yang dijelaskan dalam penelitian ini adalah hubungan faktor internal dan eksternal

    dengan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan berbasis

    masyarakat.

    3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

    Lokasi penelitian dipilih secara sengaja yaitu di RW 03, Kelurahan

    Rawajati, Kecamatan Pancoran, Kotamadya Jakarta Selatan, Daerah Khusus

    Ibukota Jakarta. Lokasi dipilih dengan pertimbangan bahwa di lokasi ini

    merupakan daerah yang menerapkan pengelolaan lingkungan berbasis

    masyarakat. Pada tahun 2003 Kampung Rawajati mendapat juara I Daur Ulang

    Sampah Tingkat Provinsi DKI Jakarta. Tahun 2004 mengikuti lomba RW

    Terbaik, Ketahanan Pangan, Produk Unggulan, Taman PKK, Taman Rumah

    Sederhana, seluruhnya mendapat juara I untuk tingkat DKI. Keadaan lingkungan

    yang asri ini membawa Rawajati mendapatkan predikat RW terbaik diantara 2.900

    RW se-Provinsi DKI Jakarta dalam bidang ketertiban, kebersihan, penghijauan

  • 45

    dan keindahan. Pada tahun 2005, Kampung Rawajati menjadi juara II tingkat

    nasional untuk lingkungan bersih keluarga sehat dan terbaik, yang dinilai oleh tim

    penggerak PKK (Program Kesejahteraan Keluarga) Pusat. Pada tahun yang sama

    tepatnya pada tanggal 18 Juni 2005 ditetapkan sebagai Kampung Agrowisata oleh

    Gubernur DKI Jakarta. Kampung ini juga mendapat penghargaan Kalpataru

    tingkat Provinsi DKI Jakarta dan penghargaan produk makanan Betawi terbaik

    tahun 2006.

    Proses penelitian ini berlangsung mulai dari bulan April sampai Juni 2008.

    Dengan penjabaran antara lain untuk proses penyusunan proposal dan kolokium

    dilaksanakan pada awal bulan April 2008, studi lapang atau pengambilan data di

    lapang dilaksanakan pada bulan April, Mei dan Juni 2008. Kemudian proses

    penulisan laporan hasil penelitian dilaksanakan pada bulan Juni dan Juli 2008.

    3.3 Teknik Pemilihan Responden

    Unit analisis dari responden yang dipilih adalah unit rumahtangga (RT).

    Unit pengamatan RT digunakan untuk pengumpulan data tentang karakteristik

    pelaku dan sejauhmana tingkat partisipasi warga dalam pengelolaan lingkungan

    dan pertimbangan pengelolaan lingkungan pada tempat penelitian sebagian besar

    dilakukan pada setiap rumahtangga.

    Jumlah responden merupakan 10 persen dari total populasi rumah tangga

    yang ada di Kampung Rawajati yaitu sebesar 100 rumahtangga. Responden adalah

    salah satu anggota rumah tangga yang melakukan kegiatan pengelolaan

    lingkungan.Teknik yang digunakan dalam mengambil sampel yaitu pengambilan

    sampel gugus sederhana (simple cluster sampling). Hal ini dilakukan karena

  • 46

    keterbatasan waktu biaya dan tenaga dari peneliti sehingga pengklusteran tidak

    dilakukan secara terstratifikasi berdasarkan lapisan masyarakat.

    Dasar pengklusteran yaitu RT atau Rukun Tetangga yang ada di Kampung

    Rawajati yaitu sejumlah 10 RT. Dari masing-masing RT tersebut dimabil secara

    acak sebanyak 10 responden sehingga total responden yang didapat sebesar 100

    rumahtangga.

    3.4 Teknik Pengumpulan Data

    Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

    sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara terstruktur

    yang menggunakan kuesioner dan wawancara mendalam dengan responden

    sebanyak 100 orang dan informan yaitu wakil RW 03 Rawajati, ketua PKK

    beserta ketua Pokja, aparat RT serta ketua kelembagaan yang ada di Kampung

    Rawajati. Selain itu, dilakukan observasi langsung untuk memperoleh informasi

    yang tidak dapat diperoleh melalui wawancara terstruktur. Data sekunder

    mengenai keadaan umum wilayah diperoleh dari Profil Kelurahan dan RW serta

    literatur yang terkait.

    Selain dengan wawancara dan observasi, pengumpulan data pendukung

    yang berupa data kualitatif digunakan dengan slip/potongan kertas khusus. Slip ini

    digunakan untuk mencatat keterangan tambahan responden yang bersifat kualitatif

    dengan mengacu nomor pertanyaan pada kuesioner. Slip ini kemudian disusun

    secara sistematis untuk digunakan saat menganalisis data (Singarimbun 1989).

  • 47

    3.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

    Data yang diperoleh, kemudian dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif.

    Analisis data secara kuantitatif dilakukan melalui tabulasi silang dan untuk

    melakukan uji hipotesis dilakukan dengan uji Korelasi Rank Spearman dengan

    software SPSS 13.0 for windows pada =5% (Walpole 1995).

    Apabila nilai P value 0,05 maka tolak Ho pada =5%, artinya terdapat

    hubungan yang signifikan antara dua variabel yang diuji sehingga hipotesis

    penelitian diterima. Analisis kualitatif dilakukan dengan cara mendeskripsikan

    dan menginterpretasikan fenomena yang ada di lapang.

  • 48

    BAB IV GAMBARAN UMUM

    4.1 Lokasi Kampung Rawajati

    Pada tahun 1965, daerah Kelurahan Rawajati merupakan daerah rawa dan

    ditumbuhi banyak pohon jati sehingga dinamai sebagai Rawajati, namun seiring

    perkembangan daerah, kini daerah ini menjadi daerah perumahan yang padat.

    Kampung Rawajati merupakan nama yang diberikan kepada Rukun Warga (RW)

    03, Kelurahan Rawajati. Kampung Rawajati terletak di wilayah Kecamatan

    Pancoran, Kotamadya Jakarta Selatan. Kampung Rawajati merupakan salah satu

    RW dari 8 RW yang ada di Kelurahan Rawajati. Kampung Rawajati memiliki luas

    wilayah sekitar 12,5 hektar dan terdiri dari sepuluh RT. Sebagian besar warga

    Kampung Rawajati merupakan daerah perumahan komplek Zeni TNI-AD yang

    terdiri dari enam RT yaitu RT 02 hingga RT 07 dan sisanya merupakan daerah

    perkampungan atau perumahan umum sebanyak empat RT yaitu RT 01, 08, 09

    dan 10.

    Sebelah utara Kampung Rawajati merupakan wilayah RW 01 dan 02

    Kelurahan Rawajati yang merupakan daerah pemukiman. Sebelah barat,

    berbatasan dengan wilayah RW 08 Kelurahan Rawajati dan daerah komplek

    perindustrian. Bagian Selatan, Kampung Rawajati berbatasan dengan RW 06

    Kelurahan Rawajati, perumahan Kalibata Indah dan Sungai Ciliwung. Sebelah

    timur, Kampung Rawajati berbatasan dengan Sungai Ciliwung.

    Lokasi Kampung Rawajati berdekatan dengan daerah pusat perbelanjaan,

    yaitu Plaza Kalibata yang dahulu bernama Kalibata Mall. Selain itu, Kampung

    Rawajati juga berdekatan dengan stasiun kereta api Duren Kalibata. Hal ini

  • 49

    menjadikan Kampung Rawajati memiliki lokasi yang strategis, baik dalam hal

    kemudahan aksesbilitas transportasi dan perdagangan.

    4.2 Kependudukan

    Masyarakat Kampung Rawajati terdiri dari berbagai umur, tingkat

    pendidikan, pekerjaan, suku bangsa dan agama.

    Tabel 1. Kependudukan Kampung Rawajati, RW 03, Kelurahan Rawajati Tahun 2007

    RT Jumlah KK

    Jumlah Penduduk

    Total Tetap Musiman

    Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan

    n % n % n % n % n %

    01 163 295 8,15 258 8,11 - - - - 553 17,34

    02 49 80 2,52 76 2,39 12 0,38 9 0,28 117 3,68

    03 64 82 2,58 111 3,49 2 0,06 1 0,03 196 6,16

    04 93 172 5,41 187 5,88 - - - - 359 11,29

    05 83 147 4,62 139 4,37 9 0,28 7 0,22 302 9,5

    06 82 91 2,86 99 3,11 - - - - 190 6

    07 61 78 2,45 87 2,74 36 1,13 19 0,6 220 7

    08 77 141 4,43 147 4,62 29 0,91 21 0,66 338 10,63

    09 103 176 5,53 206 6,48 - - - - 382 12,01

    10 160 199 6,26 175 5,5 45 1,42 44 1,38 463 14,56

    Total 929 1461 45,94 1485 46,7 133 4,18 101 3,18 3180 100 Sumber: Data Statistik RW 03, 2007

    Penduduk di Kampung Rawajati cukup padat dengan jumlah kepala

    keluarga (KK) sebanyak 929 KK. Jumlah KK tertinggi terdapat pada RT 01 yaitu

    17,55 persen dan RT 10 sebanyak 17,22 persen yang merupakan daerah

    perumahan umum, sedangkan RT dengan jumlah KK terendah terdapat pada RT

    02 yaitu 5,27 persen dan merupakan daerah perumahan komplek Zeni TNI-AD.

    Jumlah penduduk RW 03 sebanyak 3.180 jiwa terdiri dari 1.594 orang laki-laki

  • 50

    dan 1.586 orang perempuan sebagaimana tersaji pada Tabel 1. Seperti daerah

    lainnya di Jakarta banyak pendatang maupun musiman yang berdatangan dan

    keluar dari daerah ini dalam hal ini di RW 03 sebanyak 234 jiwa.

    Data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa penduduk tetap RW 03 terdiri dari

    45,94 persen laki-laki dan 46,7 persen perempuan. Selain penduduk tetap, RW 03

    juga didiami oleh penduduk musiman yang terdiri 4,18 persen laki-laki dan 3,18

    persen perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa RW 03 memiliki keseimbangan

    antara jumlah laki-laki dan perempuan.

    Melalui data pada Tabel 1, dapat diperoleh rasio jenis kelamin pada

    wilayah RW 03. Rasio jenis kelamin didapat dengan membagi jumlah warga laki-

    laki dengan jumlah warga perempuan dan kemudian dikalikan seratus persen.

    Rasio jenis kelamin RW 03, yaitu 100,5 dan dibulatkan menjadi 101. Artinya

    terdapat 101 orang perempuan diantara 100 orang warga laki-laki.

    Dari data tersebut dapat diketahui bahwa Kampung Rawajati memiliki

    kepadatan penduduk sebesar 25.440 jiwa per kilometer persegi . Angka tersebut

    didapat dari banyaknya jumlah penduduk dibagi dengan luas wilayah dengan

    satuan kilometer persegi. Menurut WHO, standard kepadatan suatu wilayah

    adalah 90 jiwa per hektar atau jika dikonversi menjadi 9.000 jiwa per kilometer

    persegi sehingga daerah Kampung Rawajati merupakan wilayah yang padat

    penduduknya.

  • 51

    Tabel 2. Persentase Jumlah Penduduk Kampung Rawajati Menurut Jenis Pekerjaan Tahun 2007

    Jenis Pekerjaan Jumlah (orang) Persentase (%) Pegawai negeri 49 2,28 Pegawai Swasta 558 25,95

    TNI/Polri 29 1,35 Wiraswasta 83 3,86

    Buruh 585 27,21 Pensiunan 656 30,52 Lain-lain 190 8,84 Jumlah 2150 100

    Sumber: Tim Penggerak PKK, 2005

    Tabel 2 menunjukkan bahwa penduduk Kampung Rawajati paling banyak

    adalah didiami oleh pensiunan, yaitu sebanyak 30,52 persen. Hal ini karena

    sebagian besar wilayah ini atau enam dari sepuluh RT merupakan wilayah

    komplek Zeni TNI AD yang didiami oleh purnawirawan TNI AD. Jenis pekerjaan

    terbanyak setelah pensiunan adalah buruh, seperti pedagang dan kuli bangunan

    sebanyak 27,21 persen dan pegawai swasta sebanyak 25,95 persen.

    4.3 Kelembagaan Terkait dengan Pengelolaan Lingkungan

    Kampung Rawajati memiliki berbagai kelembagaan dalam memenuhi

    kebutuhan. Dalam pengelolaan lingkungan, Kampung Rawajati memiliki

    kelembagaan tertentu yang mengaturnya. Kelembagaan tersebut antara lain PKK,

    Kelompok Penangkar Swadaya (KPS), Kelompok Agriowisata dan Kelompok

    Arisan. Secara umum kelembagaan tersebut dijabarkan pada Tabel 3.

    Tabel 3 menunjukkan perbedaan karakteristik kelembagaan dalam fokus,

    kegiatan dan pertemuan rutin. Penjabaran mengenai kelembagaan pada Tabel 3

    dapat dilihat pada sub bab berikutnya.

  • 52

    Tabel 3. Karakteristik Kelembagaan Pengelolaan Lingkungan Kampung Rawajati, 2008

    Karakteristik Kelembagaan PKK KPS Agrowisata Arisan

    Fokus Kesejahteraan warga.

    Budidaya tanaman Penyambutan tamu atau pengunjung

    Silaturrahmi atau kekerabatan

    Kegiatan

    Pemberdayaan warga.

    Kegiatan sosial.

    Penghijauan. Budidaya tanaman. Pengomposan.

    Pelatihan pertanian, perkebunan, pertamanan.

    Pemandu tamu Sosialisasi ke

    pihak luar/eksternal.

    Pengumpulan uang Kegiatan sosial

    seperti santunan Sosialisasi

    kegiatan RT atau RW.

    Pertemuan Rutin

    Perbulan. Perminggu. Perminggu Perbulan

    Anggota

    564 perempuan dan 30 laki-laki dari sepuluh RT.

    44 orang (laki-laki dan perempuan) warga Kampung Rawajati yang tertarik dengan budidaya tanaman dan didikung seluruh warga.

    Bagian dari anggota PKK dan KPS dengan dukungan seluruh warga.

    Warga di masing-masing RT.

    4.3.1 PKK

    Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga atau yang lebih

    dikenal dengan PKK merupakan gerakan nasional yang tumbuh dari, oleh dan

    untuk masyarakat dengan wanita sebagai motor penggeraknya. PKK bertujuan

    untuk mewujudkan keluarga yang sejahtera, maju dan mandiri.

    Keberadaan PKK di Provinsi DKI Jakarta adalah sebagai mitra kerja

    pemerintah berdasarkan visi dan misinya, memiliki tanggung jawab dalam

    memberdayakan keluarga sebagai unit kelompok terkecil dalam masyarakat. Tim

    PKK Kecamatan Pancoran melakukan pembinaan ke tingkat kelurahan dan RW

    bersama sektoral terkait mengacu pada visi dan misi yang dibuat oleh PKK DKI

    Jakarta dan disesuaikan dengan kondisi Kecamatan Pancoran pada umumnya dan

    Kelurahan Rawajati khususnya.

  • 53

    Tim PKK RW 03 Rawajati memiliki visi untuk mewujudkan keluarga

    sejahtera, maju dan mandiri yang mendukung terwujudnya Jakarta sebagai

    Ibukota Negara RI sejajar dengan kota-kota lain di dunia. Untuk hal tersebut misi

    yang nenjadi pedomannya yaitu mewujudkan keluarga melalui:

    Peningkatan mentalspiritual/perilaku hidup.

    Peningkatan pendidikan dan keterampilan.

    Peningkatan mutu pangan/makanan keluarga.

    Peningkatan derajat kehidupan.

    Peningkatan peran serta wanita dalam pembangunan.

    Memberdayakan organisasi PKK melalui peningkatan gerakan PKK.

    Tim PKK RW 03 terdiri dari sepuluh kelompok PKK RT yang total

    anggotanya terdiri dari 564 orang ibu dan 30 orang bapak. Dalam mencapai visi

    dan misinya, PKK RW 03 dibagi ke dalam lima kelompok kerja (pokja).

    Pokja I, yaitu Unggulan Keluarga dengan program kerja meliputi

    pertemuan anggota dan pengurus serta Gerakan Nasional Orang Tua Asuh

    (GNOTA) dengan 55 anak asuh dan 50 orang lanjut usia. Program lainnya adalah

    kesenian paduan suara, kasidah, kerohanian, posko banjir dan dapur umum

    (insdentil), serta pembinaan anak remaja. Pokja II memiliki program kerja antara

    lain peningkatan sumberdaya manusia dengan menyelenggarakan kursus Bahasa

    Inggris, memasak dan menjahit. Selain itu, Pokja II juga menyelenggarakan

    pendidikan anak usia dini dengan jumlah siswa 180 orang dan 12 kader, serta

    perpustakaan.

    Pokja III yaitu Hatinya PKK dengan kegiatannya antara lain

    pengembangan dan aneka ragam pangan, pemilihan makanan khas tiap RT,

  • 54

    produksi olahan pasca panen, budidaya tanaman, penanganan sampah mandiri dan

    terpadu serta membudayakan pakaian khas Betawi. Selain itu Pokja III merupakan

    pokja pelopor dalam pengelolaan lingkungan di Kampung Rawajati.

    Pokja IV yaitu bagian penguatan Posyandu dengan kegiatan antara lain

    Posyandu Anggrek II dan III dengan jumlah balita 216 anak, kader dengan jumlah

    12 orang dan lanjut usia sebanyak 60 orang. Program lainnya antara lain

    penyelenggaraan olahraga, gerakan jumat bersih yang dilaksanakan dua kali

    dalam sebulan, pelestarian lingkungan hidup serta membudidayakan hidup bersih

    dan sehat. Pokja V yaitu penguatan perekonomian keluarga dengan kegiatannya

    antara lain prakoperasi simpan pinjam, memperkenalkan produk dengan cara

    menyelenggarakan pameran dan penjualan di tempat (RW 03), menjual hasil

    produk Kampung Rawajati di Cafe Jamu, serta mendorong terwujudnya

    masyarakat yang produktif, kreatif dan inovatif.

    4.3.2 Kelompok Penangkar Swadaya (KPS)

    Kelompok masyarakat di Kampung Rawajati memulai kegiatan

    lingkungan pada 1 Januari 2003 dengan tujuan untuk menggali potensi

    masyarakat agar lebih produktif dalam mengelola limbahnya. Kelompok ini

    diprakarsai oleh PKK (Program Kesejahteraan Keluarga) yang diketuai oleh Ibu

    Nn dan didukung oleh Ketua RT, RW, Lurah dan Camat. Kelompok ini dikenal

    dengan nama Kelompok Peduli Lingkungan (KPL). KPL berorientasi pada

    penghijauan dengan kegiatan tanam-menanam saja. Perkembangan yang terjadi

    dengan adanya binaan dari Dinas Pertanian dan Kehutanan KPL diganti dengan

    nama Kelompok Penangkar Swadaya (KPS) pada tahun 2004. Hal ini karena

  • 55

    kelompok ini mulai mengusahakan sendiri media tanam, pupuk serta bididaya

    tanaman baik untuk konsumsi sendiri maupun untuk dijual.

    Jumlah anggota KPS sebanyak 43 orang. Kegiatan yang dilakukannya

    antara lain melakukan penghijauan lingkungan, melakukan pengelolaan sampah

    mandiri dan terpadu, dan melakukan pemberdayaan masyarakat untuk

    menciptakan masyarakat yang produktif. KPS menyelenggarakan pertemuan rutin

    setiap hari Kamis pagi. Pertemuan ini diisi dengan kegiatan pelatihan maupun

    sosialisasi mengenai pertanian, perkebunan, pertamanan dengan narasumber dari

    Dinas Pertanian dan Kehutanan serta berbagai pihak lainya.

    4.3.3 Kelompok Agrowisata

    Kelompok ini dibentuk setelah Kampung Rawajati mendapat predikat

    sebagai Kampung Agrowisata pada tanggal 18 Juni 2005 yang diberikan oleh

    Sutiyoso yang saat itu masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Anggota

    dari Kelompok Agrowisata Rawajati merupakan bagian dari anggota KPS dan

    PKK di Kampung Rawajati. Kelompok ini diketuai oleh Bapak Wa yang

    merupakan seorang purnawirawan.

    Kelompok ini mempunyai tugas untuk menyambut tamu-tamu yang

    berdatangan dalam rangka studi banding atau mempelajari mengenai pengelolaan

    lingkungan di Kampung Rawajati. Mereka mempersiapkan segala keperluan bagi

    tamu yang datang dan menjadi pemandu tamu, serta mendemonstrasikan berbagai

    teknik dalam pengelolaan lingkungan, seperti penghijauan, pembuatan kompos

    dan pendaur ulangan sampah anorganik.

  • 56

    4.3.4 Perkumpulan Arisan

    Pada Kampung Rawajati terdapat beberapa kelompok arisan. Kelompok

    arisan ini diadakan pada tiap RT. Salah satunya yaitu yang terdapat di RT 07.

    Pada RT ini terdapat dua kelompok arisan yaitu Ruka dan Ruki. Ruka atau rukun

    ayah adalah kelompok arisan yang terdiri dari bapak-bapak yang ada di RT 07.

    Kegiatan arisan Ruka dilakukan setiap bulan dengan pengumpulan uang arisan

    sebesar Rp 7.500,-/minggu yang terbagi menjadi Rp 5.000,- sebagai uang pokok

    arisan dan Rp 2.500,- uang untuk kas mereka yang digunakan untuk konsumsi

    serta kegiatan sosial. Selain untuk menjaga kekerabatan antar warga, Ruka juga

    membahas mengenai pengelolaan sampah dan jadwal giliran untuk siskamling. Di

    RT ini terdapat kegiatan Jimpitan yang merupakan kegiatan sosial yang dilakukan

    dengan memberikan/menyisihkan beras sebanyak satu jimpit atau sekitar

    seperempat gelas. Jimpitan ini dilakukan pada setiap rumah tangga setiap harinya.

    Beras jimpitan ini akan diambil oleh petugas setiap bulannya untuk kemudian

    dibagikan kepada warga yang lanjut usia, janda atau warga yang layak untuk

    dibantu.

    Ruki atau rukun ibu merupakan kegiatan yang serupa dengan ruka, hanya

    saja lebih menekankan pada kegiatan sosial dan menjaga kekerabatan antar ibu di

    RT 07. Jumlah uang arisan yang dikeluarkan setiap ibu rumah tangga adalah

    sebesar Rp 35.000,-/bulan terdiri dari Rp 20.000,- sebagai uang pokok arisan, Rp

    5.000,- untuk tabungan sembako, uang kas sebesar Rp 5.000,- dan uang untuk

    kegiatan sosial sebesar Rp 5.000,-.

    Perkumpulan arisan di Kampung Rawajati ini bertujuan untuk menjalin

    kebersamaan antar warga. Selain itu melalui arisan, warga dapat bertukar

  • 57

    informasi dan pendapat maupun sebagai saluran dalam menyampaikan pelatihan

    ataupun informasi mengenai pengelolaan lingkungan di wilayah Kampung

    Rawajati.

    4.4 Ikhtisar

    Berdasarkan pembahasan sebelumnya, dapat diketahui ciri-ciri dari

    Kampung Rawajati. Kampung Rawajati merupakan wilayah yang padat

    penduduknya. Rasio jenis kelamin sebesar 101 menunjukkan bahwa terdapat

    jumlah yang seimbang antara jumlah laki-laki dan perempuan. Wilayah ini

    sebagian besar didiami oleh para pensiunan khususnya purnawirawan TNI AD.

    Hal ini karena sebanyak enam RT merupakan wilayah komplek Zeni TNI AD dan

    empat RT lainnya adalah perumahan umum.

    Warga Kampung Rawajati memiliki berbagai aktivitas, terutama dalam

    pengelolaan lingkungan. Berbagai aktivitas tersebut diwadahi oleh kelembagaan

    yang mengaturnya. Kelembagaan yang digunakan dalam pengelolaan lingkungan

    antara lain PKK, KPS dan Kelompok Agrowisata. Dalam sosialisasi maupun

    penyampaian aspirasi, warga tidak hanya melakukannya melalui kelembagaan

    tersebut, namun juga melalui kelembagaan lain seperti kelompok arisan. Hal ini

    menunjukkan bahwa walaupun Kampung Rawajati memiliki keterbatasan lahan,

    tetapi didukung oleh sumberdaya manusia dan kelembagaan dapat melakukan

    pengelolaan lingkungan.

  • 58

    BAB V PENGELOLAAN LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT

    KAMPUNG RAWAJATI

    5.1 Sejarah Pengelolaan Lingkungan Kampung Rawajati

    Pada awal 2002 Ketua PKK Ibu Nn ditunjuk Kelurahan Pancoran menjadi

    kader kebersihan DKI. la bersama dengan anggota PKK dan beberapa warga

    berkunjung ke Kelurahan Banjarsari, Cilandak Barat, Jakarta Selatan. Dari

    kunjungan tersebut ia terinspirasi menggerakkan warga membangun RW 03

    seperti Banjarsari yang bersih, asri, dan hijau.

    Selain melakukan kunjungan ke Banjarsari, mereka juga melakukan studi

    banding ke beberapa wilayah antara lain:

    Cihideung Bandung dan Kebon Jeruk Jakarta pada tahun 2002 untuk

    mengkaji mengenai budidaya dan penangkaran tanaman.

    Kota Wisata dan Kota Legenda Wisata pada tahun 2002 untuk

    mempelajari mengenai penataan lingkungan.

    Yayasan Pondok Pesantren Indonesia Mahad Al Zaitun, Indramayu tahun

    2005 dengan tujuan untuk mempelajari mengenai pemanfaatan sampah

    dan ekosistem.

    Mula-mula pengurus PKK yang diajak melakukan penghijauan dan

    menjaga kebersihan di rumah masing-masing. Berikut komentar Ibu Nn: "Pengurus harus jadi pelopor warga lain. Selain untuk memberikan contoh, hal ini akan menumbuhkan warga untuk melakukan penghijauan"

    Hasilnya semua pekarangan rumah pengurus PKK menjadi hijau dan

    bersih. Pada awalnya yang ingin didahulukan adalah mengenai pengelolaan

  • 59

    sampah. Tetapi warga kurang tertarik dengan gagasan tersebut. Oleh karena itu

    gerakan dimulai dengan penghijauan. Warga digugah untuk peduli dan terlibat,

    karena ini menyangkut hajat hidup mereka sendiri.

    Awal 2003 serentak RW 03 Kelurahan Rawajati melakukan penghijauan

    dengan menanam tanaman obat di halaman rumah. Satu rumah minimal membuat

    tujuh pot tanaman. Meskipun hanya tumbuhan kecil, yang penting harus hijau

    adalah slogan yang dipakai untuk penghijauan di Kampung Rawajati. Pokoknya ga ada alasan buat untuk tidak ada lahan atau pekarangan untuk menanam. Pot diatas got pun ga apa-apa, malah jadi kelihatan lebih menarik(Ibu Nn)

    Setelah berhasil dengan tujuh pot, kemudian ditambah menjadi 10 pot dan

    hingga mencapai 30 pot, warga mulai mengeluh kekurangan pupuk maupun media

    untuk menanam. Dari permasalahan tersebut PKK mulai melakukan sosialisasi

    mengenai pentingnya pengolahan sampah. Warga digerakkan mengolah sampah

    di rumah masing-masing. Sampah organik kemudian dijadikan pupuk organik

    sekaligus media menanam.

    Untuk itu PKK mengajarkan pembagian dua kantong sampah yaitu satu di

    dapur untuk tempat sampah dapur (sampah organik), satu di depan rumah sebagai

    tempat sampah nonorganik seperti kertas, beling, dan plastik. Bila warga tidak

    sempat mengolah sampah sendiri, di RT 08 disediakan tempat pembuatan pupuk

    organik yang dilakukan kader PKK secara sukarela.

    Gerakan penghijauan partikelir itu pun berhasil. Setiap RT memiliki

    tanaman unggulan yang diproduksi sebagai kapsul atau jamu. RT 05 misalnya,

    punya tanaman unggulan Mahkota Dewa, sedangkan di RT 10 setiap pekarangan

    warga ditanami lidah buaya yang diproduksi menjadi koktail lidah buaya

  • 60

    Kampung Rawajati mendapatkan bantuan atas usahanya dalam

    mewujudkan lingkungan yang hijau dan bersih. Bantuan antara lain disajikan pada

    Tabel 4. Kegiatan pengelolaan lingkungan di daerah ini mendapatkan apresiasi

    dan penghargaan dari berbagai pihak. Pada tahun 2003 Kampung Rawajati

    mendapat juara I Daur Ulang Sampah Tingkat Provinsi DKI Jakarta. Tahun 2004

    mengikuti lomba RW Terbaik, Ketahanan Pangan, Produk Unggulan, Taman

    PKK, Taman Rumah Sederhana, seluruhnya mendapat juara I untuk tingkat DKI.

    Keadaan lingkungan yang asri ini membawa Rawajati mendapatkan

    predikat RW terbaik diantara 2.900 RW se-Provinsi DKI Jakarta dalam bidang

    ketertiban, kebersihan, penghijauan dan keindahan. Pada tahun 2005, Kampung

    Rawajati menjadi juara II tingkat nasional untuk lingkungan bersih keluarga sehat

    dan terbaik, yang dinilai oleh tim penggerak PKK (Program Kesejahteraan

    Keluarga) pusat. Pada tahun yang sama tepatnya pada tanggal 18 Juni 2005

    ditetapkan sebagai Kampung Agrowisata oleh Gubernur DKI Jakarta. Kampung

    ini juga mendapat penghargaan Kalpataru tingkat Provinsi DKI Jakarta dan

    penghargaan produk makanan Betawi terbaik tahun 2006.

  • 61

    Tabel 4. Bentuk Bantuan di Kampung Rawajati Periode 2001-2005 Tahun Sumber Bantuan Bentuk Bantuan

    2001 Kasi Pertanian dan Kehutanan Pancoran

    Pelatihan diversifikasi pangan dan gizi.

    Benih bayam, kangkung, caisim, cabe.

    Tanaman buah jeruk nipis dan limau.

    Sarana produksi seperti pot, pupuk, kandang ayam, kolam lele.

    Peternakan ayam 40 ekor dan lele 1000 ekor.

    2002 Kasi Pertanian dan Kehutanan Pancoran

    Pelatihan diversifikasi pangan dan gizi.

    Bantuan paket alat produksi yaitu panci, blender, timbangan, wajan, serokan.

    2003-2004 Kasi Pertanian dan Kehutanan Pancoran

    Bantuan vacuum. Pelatihan penagkaran

    swadaya. Pelatihan PTP dan

    Pemanfaatan TOGA. Sarana produksi. Tanaman TOGA dan buah

    2004-2005 Kasi Pertamanan Pancoran

    Rumput untuk Taman PKK RW 03 Rawajati.

    Pemangkasan pohon-pohon besar serta pembuatan taman.

    Pelatihan mengenai pertamanan.

    Pompa air (jet pump).

    2003-2005 Dinas Kebersihan DKI Jakarta Incenerator. Tempat sampah sebanyak

    60 buah.

    2004 Tim PKK Kelurahan Rawajati Bantuan dana untuk Posyandu.

    2005 Dinas Pertanian

    Pot plastik berdiameter 36 cm 120 buah.

    Pupuk kandang 110 karung.

    Pohon jambu 20 buah. Pelatihan budidaya. Tanaman buah 250 buah.

    Sumber: Tim Penggerak PKK, 2005

    5.2 Penghijauan

    Kegiatan penghijauan merupakan kegiatan awal dari pengelolaan

    lingkungan di Kampung Rawajati. Penghijauan dilakukan dalam skala rumah

  • 62

    tangga. Pada awalnya kegiatan penghijauan di RW 03 dimulai dengan kewajiban

    tiap rumah untuk minggu pertama mempunyai minimal tanaman 7 pot, minggu

    kedua 10 pot, minggu ketiga 30 pot, dan sampai minggu keempat hampir setiap

    rumah memiliki tanaman. Kemudian berkembang sehingga masing-masing RT

    memiliki tanaman unggulan.

    Penghijauan yang dilakukan oleh warga Kampung Rawajati tidak hanya

    bagi warga yang memiliki pekarangan. Bagi mereka yang tidak memilikinya maka

    penghijauan dilakukan dengan cara menanam secara hidroponik, pot tanaman

    yang digantung dan menanam di atas got yang telah ditutup dengan kayu, bambu

    atau semen.

    Penghijauan dengan memanfaatkan halaman belakang rumah dan tanah

    kosong untuk menanam tanaman seperti TOGA (Tanaman Obat Keluarga),

    aglonema dan tanaman hias lainnya sehingga dapat digunakan sebagai tempat

    rekreasi keluarga, sumber gizi dan sumber pendapatan keluarga. Selain itu,

    penghijauan tersebut dapat mengembalikan fungsi daerah aliran sungai untuk

    menahan erosi, paru-paru kota dan tempat rekreasi.

    Kegiatan penghijauan lain yang dilakukan adalah penanaman pada lahan

    kosong seperti pada Taman PKK RW 03. Disini masing-masing RT menanam

    tanaman unggulannya untuk penghijauan sekitar dan dimanfaatkan untuk

    dijadikan bahan jamu atau obat-obatan. Selain itu di taman ini juga digunakan

    sebagai budidaya tanaman. Setiap RT menanam tanaman sebagai berikut:

    RT 01 menanam tanaman mpon-mpon atau tanaman bahan baku jamu

    seperti kunyit, cabe cakra dan jahe.

    RT 02 menanam Kamboja Jepang atau Andenium.

  • 63

    RT 03 menanam Kunyit.

    RT 04 menanam Teh Hijau.

    RT 05 menanam Mahkota Dewa.

    RT 06 menanam Pandan Wangi.

    RT 07 menanam Jahe Merah.

    RT 08 menanam Zodia dan Sirih.

    RT 09 menanam Lidah Mertua.

    RT 10 menanam Lidah Buaya dan Rosela.

    Dari masing-masing jenis tanaman tersebut dicantumkan nama ilmiah,

    nama lokal serta khasiatnya untuk kesehatan tubuh. Hal ini menjadikan

    pengunjung dapat memperkaya pengetahuan serta mendorong untuk

    menggunakan jamu atau obat tradisional dari tumbuhan.

    5.3 Pengelolaan Sampah Terpadu

    Teknik pengolahan sampah di Kampung Rawajati mengacu pada prinsip

    3R, yaitu Reduce atau mengurangi volume sampah, Reuse atau menggunakan

    kembali sampah yang masih dapat dimanfaatkan dan Recycle atau mendaur ulang

    sampah menjadi barang lain yang bermanfaat dan memiliki nilai lebih.

    Pengelolaan sampah yang terpadu, seperti pemilahan sampah mulai dari

    sumbernya, menyediakan tempat sampah untuk sampah organik dan anorganik,

    menyediakan tempat pengumpulan sampah dengan fasilitas pengelolaannya,

    kegiatan daur ulang sampah organik menjadi kompos dan daur ulang sampah

    anorganik sebagai bahan baku pembuatan barang-barang kerajinan seperti tas,

    dompet, dan lain-lain.

  • 64

    Paradigma Lama Paradigma Baru

    Sumber: Nuryanto, 2008

    Gambar 3. Perubahan Paradigma Pengelolaan Sampah di Kampung Rawajati

    Pada awalnya pengelolaan sampah di wilayah Kampung Rawajati masih

    konvensional yaitu memegang paradigma lama. Paradigma ini biasa dilakukan

    hampir di seluruh wilayah di Jakarta maupun di Indonesia yaitu sampah dari

    rumah tangga langsung dikumpulkan menjadi satu untuk kemudian diangkut oleh

    petugas kebersihan ke tempat pembuangan akhir.

    Setelah adanya kesadaran serta berbagai pelatihan dan sosialisasi

    mengenai pengolahan sampah maka paradigma warga mengenai pengelolaan

    sampah mulai bergeser. Warga Kampung Rawajati mulai memandang sampah

    sebagai potensi sumberdaya yang untuk kemudian dapat dimanfaatkan. Sampah

    dari rumah tangga mulai dipilah menurut jenisnya yaitu sampah organik dan

    anorganik. Dari pemilahan ini warga memanfaatkan sampah organik untuk pupuk

    kompos bagi tanaman mereka dan sampah anorganik yang masih terpakai dapat

    digunakan sebagai pot ataupun dibuat menjadi barang lain yang memiliki nilai

    Sampah

    Kumpul

    Angkut

    Buang

    Pilah

    Olah

    Dapat Upah

    Sampah

  • 65

    jual. Selain itu sampah plastik seperti bekas refill pembersih lantai bisa dijual

    kepada kelompok PKK. Jika warga tidak memanfaatkan sampah yang sudah

    dipilah tersebut maka petugas kebersihan akan mengambil sampah tersebut.

    Sampah organik kemudian akan dibawa ke tempat pencacahan atau chopper yang

    ada di dekat Taman PKK RW 03 untuk diolah menjadi pupuk.

    Sampah organik yang dihasilkan oleh setiap KK per harinya menurut

    Bapak Su adalah berkisar 2,67 kg/KK yang terdiri dari 60 persen sampah organik,

    28 persen sampah anorganik, 2 persen sampah B3 (Bahan Berbahaya dan

    Beracun), dan 10 persen sampah kertas. Dalam waktu 3 bulan kompos padat yang

    bisa dihasilkan mencapai kurang lebih satu hingga tiga ton per bulan. Sedangkan

    untuk kompos cair, hasilnya mencapai 100 liter per bulan dengan catatan bahwa

    kompos cair ini diproduksi oleh 40 KK. Kegiatan ini mampu mengurangi volume

    sampah yang dibuang ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir) hingga 80 persen.

    Kompos padat dan cair tidak hanya dikonsumsi oleh warga saja tetapi juga dijual

    pada acara-acara pameran atau bazar yang diadakan empat hingga lima kali dalam

    setahun. Jumlah kompos yang terjual dalam satu kali pameran atau bazaar dapat

    mencapai 10 hingga 15 kilogram dengan harga Rp. 3.500 per kantong (satu

    kantong = tiga kilogram). Produk daur ulang dari kertas, styrofoam dan sampah

    anorganik juga dipamerkan dalam kegiatan tersebut.

    5.3.1 Pembuatan Pupuk Kompos dengan Sistem Bokasi

    Warga Kampung Rawajati melakukan kegiatan pembuatan pupuk kompos

    untuk memenuhi kebutuhan pupuk bagi tanaman yang ditanam di sekitar rumah

    mereka. Langkah-langkah yang dilakukan yaitu:

    1. Pilah sampah yang organik.

  • 66

    2. Sampah organik tersebut kemudian dicacah atau dihancurkan.

    3. Sampah yang telah dicacah kemudian dicampurkan dengan dedak atau

    bekatul (pakan ayam).

    4. Kemudian siapkan wadah untuk membuat cairan pemercepat mencampur

    satu sendok EM4 (bakteri penghancur), satu sendok gula pasir dan satu

    liter air.

    5. Campurkan antara cairan tersebut dengan sampah yang telah dicacah dan

    diberi dedak.

    6. Masukkan campuran tersebut ke dalam suatu wadah seperti karung atau

    drum dan disimpan selama kurang lebih lima hari namun jangan sampai

    terkena hujan atau panas matahari.

    7. Kemudian pupuk kompos telah siap dan dapat digunakan untuk memupuk

    tanaman.

    Pembuatan pupuk dikerjakan secara kolektif dalam kelompok pada

    masing-masing RT maupun perorangan. Selain itu, bagi mereka yang tidak

    membuat pupuk, sampah organik yang dihasilkan akan dibawa ke tempat

    pemotongan sampah organik yang berada di kelompok KPS, pupuk yang

    dihasilkan dijual untuk umum dengan harga Rp. 3.500 per kantong (ukuran tiga

    kilogram).

    5.3.2 Daur Ulang Sampah Anorganik

    Sampah anorganik yang dihasilkan warga Kampung Rawajati antara lain

    sampah plastik, botol, kertas, besi bekas, styrofoam, busa kaca dan lain

    sebagainya. Sampah tersebut didaur ulang oleh warga sendiri atau melalui

    kelompok PKK.

  • 67

    Botol plastik, botol kaca, kaca, gelas plastik, keramik, kaleng, dan

    aluminium foil sebagian diambil oleh pemulung sebagai mitra dan sebagian lagi

    dimanfaatkan untuk didaur ulang. Botol, keramik, kaleng dan gelas plastik

    digunakan kembali untuk dijadikan pot bunga. Beberapa botol kaca yang masih

    bagus dan telah disterilisasi digunakan sebagai botol jamu.

    Kertas atau jenis yang tergolong kertas seperti buku, karton, koran yang

    masih bersih dikumpulkan di tempat penampungan berdasarkan kelompok untuk

    kemudian dijual ke tukang loak yang hasilnya untuk kas PKK. Selain itu juga

    didaur ulang oleh kelompok remaja atau juga PKK untuk dibuat menjadi kerajinan

    tangan.

    Sampa