Pengelolaan Kebakaran Lahan dan Hutan di Sumatera Selatan ...

92
Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP 1 Pengelolaan Kebakaran Lahan dan Hutan di Sumatera Selatan : Tanggung Jawab Kita Bersama Sebuah Lokakarya awal Museum Balaputra Dewa, Palembang, 24 – 25 Oktober 2001 Diselenggarakan oleh FFPCP (Proyek Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran Hutan) - Uni Eropa dan Departemen Kehutanan, bekerjasama dengan Pemerintah Daerah Sumatera Selatan Proceedings Land and Forest Fire Management in South Sumatra: Our Common Responsibility A Pilot Workshop Balaputra Dewa Museum, Palembang 24-25 October 2001 Organized by the FFPCP (Forest Fire Prevention and Control Project) - European Union and Ministry of Forestry, in cooperation with the Provincial Government of South Sumatra

Transcript of Pengelolaan Kebakaran Lahan dan Hutan di Sumatera Selatan ...

Page 1: Pengelolaan Kebakaran Lahan dan Hutan di Sumatera Selatan ...

Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP

1

Pengelolaan Kebakaran Lahan dan Hutan di Sumatera Selatan : Tanggung Jawab Kita Bersama

Sebuah Lokakarya awal Museum Balaputra Dewa, Palembang, 24 – 25 Oktober 2001

Diselenggarakan oleh FFPCP (Proyek Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran Hutan) - Uni Eropa dan Departemen Kehutanan, bekerjasama dengan Pemerintah Daerah Sumatera

Selatan

Proceedings

Land and Forest Fire Management in South Sumatra: Our Common Responsibility

A Pilot Workshop

Balaputra Dewa Museum, Palembang 24-25 October 2001 Organized by the FFPCP (Forest Fire Prevention and Control Project) - European Union and

Ministry of Forestry, in cooperation with the Provincial Government of South Sumatra

Page 2: Pengelolaan Kebakaran Lahan dan Hutan di Sumatera Selatan ...

Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP

2

Presentasi Lokakarya (Bahasa Indonesia) .................................................................................3 Workshop Presentation (English) .............................................................................................5 Program Lokakarya / Workshop Program.................................................................................7 Perumusan Hasil Lokakarya (Bahasa Indonesia).....................................................................14 Official Workshop Conclusions (English) ..............................................................................17 Hasil Presentasi Paparan, 24 Oktober .....................................................................................20 Sessi I : Pembukaan dan Paparan Resmi.................................................................................21 Sessi II : Kebakaran dan Pengunaan lahan..............................................................................24 Sessi III. Pengelolaan Kebakaran Oleh Perusahaan Swasta ...............................................32 Sessi IV. Pengelolaan Kebakaran Oleh Masyarakat...........................................................35 Hasil Diskusi Kelompok, 25 Oktober .....................................................................................42 Kelompok 1. Pengelolaan kebakaran di areal konservasi (Kasus Calon Taman Nasional Sembilang) .............................................................................................................................42 Kelompok 2. Pengelolaan kebakaran di daerah rawa / sonor ...................................................44 Kelompok 3. Pengelolaan kebakaran di HPH/HTI..................................................................47 Presentasi dan Diskusi Pleno mengenai Hasil Diskusi Kelompok ...........................................51 Evaluation Of Workshop By Participants (English Summary) ................................................54 Evaluasi Hasil Lokakarya (Bahasa Indonesia) ........................................................................56 Appendix 1. Petunjuk Pelaksanaan Diskusi Kelompok ...........................................................68 Appendix 2. Evaluasi Hasil Lokakarya...................................................................................79 Appendix 3. List of Participants .............................................................................................81

Page 3: Pengelolaan Kebakaran Lahan dan Hutan di Sumatera Selatan ...

Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP

3

Presentasi Lokakarya (Bahasa Indonesia)

Permasalahan : Kebakaran yang tidak terkendali merusak sumber daya alam kita Setiap tahun, kebakaran yang tidak terkendali menyebabkan berbagai dampak negatif, antara lain:

ØØØØØØ Kerusakan hutan,

ØØØØØØ Kebakaran semak belukar yang menghambat pertumbuhan hutan kembali,

ØØØØØØ Kerusakan perkebunan baik milik perusahaan maupun petani (misalnya kebun kelapa sawit, kebun karet, Hutan Tanaman Industri, dsb),

ØØØØØØ Gangguan kesehatan dan transportasi yang diakibatkan oleh asap dan kabut,

ØØØØØØ Pandangan kurang baik terhadap Indonesia di luar negeri, terutama di negara tetangga. Dalam tahun-tahun dengan curah hujan rata-rata, skala dari kerusakan tersebut terbatas. Tetapi ketika terjadi musim kemarau yang panjang, setiap 3 sampai 5 tahun, kerusakan hutan dan lahan di Indonesia dapat mencapai beberapa juta hektar dengan kerugian mencapai jutaan dolar. Di Sumatera Selatan sendiri pada tahun 1997 diperkirakan sekitar satu juta hektar lahan terbakar. Proyek Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran Hutan, yang didanai oleh Uni Eropa dan Departemen Kehutanan, telah berjalan selama enam tahun (1995-2001) di Sumatera Selatan. Berbagai pengetahuan telah dipelajari dari proyek ini dan juga dari usaha yang sama di tingkat nasional maupun internasional. Pelajaran I : Pencegahan Lebih Penting dari Pemadaman Pelajaran pertama yang dipelajari adalah bahwa pemadaman kebakaran sangat sulit karena luasnya areal yang terbakar dan lokasinya sulit dijangkau. Oleh karena itu pencegahan kebakaran adalah langkah utama yang harus ditempuh, dengan menunjukan pada sebab-sebab akar dari kebakaran itu sendiri. Pelajaran II : Kebakaran paling banyak terjadi di daerah gambut dan perkebunan Pelajaran kedua adalah bukan hanya hutan yang terbakar akan tetapi kebakaran terjadi juga diluar hutan (walaupun daerah tersebut termasuk dalam kawasan hutan) seperti alang-alang, belukar, perkebunan, padang rumput di rawa gambut, dan sebagainya. Berdasarkan pengamatan peta titik panas, kebakaran yang tidak terkendali dalam skala besar terutama terjadi di dua tipe daerah yaitu :

ØØØØØØ Areal penanaman: seperti perkebunan rakyat, perkebunan besar terutama kelapa sawit atau Hutan Tanaman Industri/HTI. Penggunaan api untuk pembersihan lahan dapat berakibat kebakaran;

ØØØØØØ Daerah rawa gambut: dimana api yang menyala di bawah tanah sangat sulit untuk dikendalikan.

Oleh karena itu, maka lokakarya ini difokuskan pada Kabupaten Musi Banyuasin dan Ogan Komering Ilir, dimana keduanya mewakili daerah yang paling rawan terhadap kasus kebakaran tersebut. Pelajaran III : Belajar bagaimana cara mengelola kebakaran Tidak semua pembakaran itu buruk. Pembakaran merupakan bagian dari kegiatan masyarakat dalam pengelolaan lahan sehari-hari di Sumatera sejak dahulu. Secara tradisional masyarakat menggunakan api untuk pembersihan lahan dan mereka tahu bagaimana cara mengendalikan api. Sampai sekarang, sangat sulit untuk menemukan alternatif lain, dan kita harus belajar menggunakan api dengan bijaksana. Ini berarti kita harus dapat membedakan api yang merusak dan api yang bermanfaat. Berdasarkan itu, kita harus memusatkan usaha-usaha untuk menghindari api yang merusak melalui pencegahan, pengenalan dan penanggulangan dini. Hal inilah yang disebut dengan Pengelolaan Kebakaran.

Page 4: Pengelolaan Kebakaran Lahan dan Hutan di Sumatera Selatan ...

Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP

4

Pelajaran IV : Banyak pihak yang berurusan dengan kebakaran Oleh karena bukan hanya hutan yang terbakar, maka banyak pihak yang berurusan dengan pengelolaan kebakaran, yaitu :

ØØØØØØ Pihak yang menjadi korban kebakaran secara langsung maupun tak langsung.

ØØØØØØ Pihak yang dapat berperan untuk mencegah kebakaran yang merusak.

Berdasarkan hasil penemuan awal, pihak-pihak yang berurusan di Propinsi Sumatera Selatan yaitu :

ØØØØØØ Masyarakat setempat yang diwakili oleh pemimpin formal maupun adat atau organisasi mereka.

ØØØØØØ Perusahaan swasta yang terlibat dalam pemanfaatan lahan dan sumber daya alam.

ØØØØØØ Lembaga swadaya masyarakat dibidang lingkungan maupun pengembangan pedesaan.

ØØØØØØ Instansi pemerintah yang terkait di tingkat propinsi dan kabupaten .

ØØØØØØ Para ahli dari perguruan tinggi, atau lembaga teknik/pusat penelitian.

Untuk apa lokakarya diadakan ? Tujuan akhir dari lokakarya ini adalah untuk menemukan langkah yang dapat diterapkan. Maksud utamanya adalah untuk mengajak semua pihak yang terkait bersama-sama membahas hal-hal sebagai berikut:

ØØØØØØ Saling tukar menukar pandangan terhadap masalah kebakaran (sebab dan dampaknya).

ØØØØØØ Mencapai pengertian yang sama terhadap masalah kebakaran.

ØØØØØØ Menemukan cara mencegah kebakaran yang merusak dan kendala yang ditimbulkan.

ØØØØØØ Menemukan tindakan yang mungkin dapat dilaksanakan bersama oleh anggota lokakarya.

Bagaimana Lokakarya ini diadakan Lokakarya akan dilaksanakan selama dua hari. Bertempat di Museum Balaputra Dewa yang mewakili budaya Sumatera Selatan. Lokakarya ini akan dipimpin oleh Panitia Pengarah yang diketuai oleh Sekretaris Daerah Propinsi Sumatera Selatan dan Ketua Dinas Kehutanan. Hari pertama, pimpinan instansi dan FFPCP akan membuka lokakarya dengan menyampaikan pesan mereka tentang pengelolaan partisipatif kebakaran lahan dan hutan di Sumatera Selatan. Kemudian para ahli dan wakil pihak yang terkait masing-masing akan menyampaikan pengalaman mereka. Hari kedua, peserta akan berdiskusi dalam kelompok guna membahas pengalaman, mencapai kesepakatan, kesepahaman serta membuat usulan bagaimana cara mengatasi masalah di lapangan tentang pencegahan kebakaran. Hasilnya akan didiskusikan dalam sidang pleno untuk mencapai kesimpulan akhir yang akan disampaikan oleh panitia pengarah. Lokakarya ini akan ditutup secara resmi dan disertai dengan acara peluncuran buku Pendidikan Lingkungan Hidup "Desa Ilalang".

Page 5: Pengelolaan Kebakaran Lahan dan Hutan di Sumatera Selatan ...

Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP

5

Workshop Presentation (English)

The problem : Uncontrolled Fires Damaging our Resources Every year, uncontrolled fires in Indonesia cause the destruction of forest areas and plantations, causing various damages, such as:

- destruction of forests

- destruction of young forest regrowth preventing the regeneration of forest

- destruction of private property, especially plantations (oil palm, rubber, HTI, etc.)

- building up of smoke and haze causing health problems and disrupting transport

- damaging of Indonesia's international image and relations with its neighbors In years of average rainfall, the scale of the damage is limited. But when long droughts occur, every 3 to 5 years, destruction can reach several million hectares and several billion USD. In South Sumatra alone, it can be estimated that about 1 million hectares have burnt in 1997/98. The Forest Fire Prevention and Control Project, funded by the European Union and the Ministry of Forestry, has operated for the past six years (1995-2001) in South Sumatra. Several lessons have been learned from this project, and from other similar national and international efforts. Lessons learned I : Prevention over Suppression The first lesson learned is that given the scale of the problem and the remoteness of most fires areas, suppression is difficult to implement. Hence the first step to avoid large uncontrolled fires is through prevention : addressing the underlying causes of the fires. Lessons learned II : Fires occur mainly in Peat and Plantation areas The second lesson learned is that fires are not restricted to forest areas. In fact, most of the fires take place in non-forested areas (even if they may be officially mapped as forest) such as alang-alang, belukar, plantations, peat swamps grasslands, etc. Based on the observation of Hot Spot maps, most large-scale uncontrolled fires occur in two main focus areas:

- areas in and around plantations development (which include small-scale smallholders, large commercial plantations mostly oil palm, and industrial forestry plantations or HTI). Fire may be used for development or land reclamation and may then escape management.

- peat swamp areas, where fire is difficult to control because it burns underground for long. This is why the workshop will concentrate on the experience of MUBA and OKI districts, which represent these two types of areas. Lessons learned III : Learning to Manage Fires Not all fires are bad. Indeed, fire has been part of the Sumatran landscape for as long as there has been human beings to use it. People traditionally use fire for land clearing and know how to control it. It is difficult to find alternatives to fire use, and we have to learn to live with fire. This means that we have to distinguish between harmful fires and useful fires, and concentrate our efforts on avoiding harmful fires. This is done first through addressing the underlying causes of fires, and then early detection and attack. This is called Fire Management.

Page 6: Pengelolaan Kebakaran Lahan dan Hutan di Sumatera Selatan ...

Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP

6

Lessons learned IV : Fire concerns many parties If fire does not affect only forest, then there must be a large range of parties that have a stake in fire management, including:

- parties that are directly or indirectly affected by fire

- parties that can play a role in preventing harmful fires. Based on initial assessments, in South Sumatra these parties include:

- the local communities, represented through their traditional and formal leaders as well as their own organizations;

- the private companies involved in land conversion and natural resources management;

- the non-governmental organizations active in environment and rural development;

- the relevant government agencies at District and Provincial level;

- the relevant specialists from academic or oth er technical / scientific institutes. Why another workshop The purpose of this workshop is very practical. The aim is to bring all these different parties together with the following agenda:

- exchange perceptions on the fire problem (impacts and causes)

- reach a common understanding of the fire problem

- identify possible ways to prevent harmful fires and existing obstacles

- identify possible actions that the workshop members could start together. How is the workshop organized The workshop will take place in two days. The venue is the Museum Balaputra Dewa, chosen for its representation of South Sumatran Culture. The Workshop is presided by a Steering Committee under the leadership of the Sekretaris Daerah and Dinas Kehutanan. On the first day, FFPCP leaders and government officials will introduce the workshop, then, specialists and representatives of parties concerned with the fires will present their views and experience. On the second day, participants will gather in round table discussions on practical topics, hoping to derive a common understanding of the way to prevent fires and to make proposals. Then the results will be discussed in plenary session again, leading to the final conclusions summed up by the steering committee based on these presentations. During the closing ceremony, the "Desa Ilalang" education project will be launched.

Page 7: Pengelolaan Kebakaran Lahan dan Hutan di Sumatera Selatan ...

Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP

7

Program Lokakarya / Workshop Program

Page 8: Pengelolaan Kebakaran Lahan dan Hutan di Sumatera Selatan ...

Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP

8

Program Lokakarya – Hari pertama : Rabu 24 Oktober 2001 Jam Min Pembicara Instansi Topik / Judul

08:00 – 09:00 – Pendaftaran Peserta 9:00 – 10: 00 – Pembukaan lokakarya oleh pimpinan proyek FFPCP dan perwakilan pemerintah

9:00 10' Co-Direktor FFPCP DirJen Kebakaran Lahan dan Hutan

FFPCP/Departemen Kehutanan

Kata Sambutan

9 :10 10' Kepala Bappeda Propinsi Paparan

9 :20 10' Kepala Dinas Kehutanan Paparan 9 :30 10' Kepala Bapedalda Prop Paparan 9 :40 10’ Kepala Dinas Perkebunan Paparan

10:00 – 10:30 –Rehat Kopi 10:30 – 12:45 – Bagian pertama : Kebakaran dan penggunaan lahan

10:30 15’ Chairperson Bagian Pertama

Presentasi lokakarya & Kata pengantar Bagian pertama : Kebakaran dan penggunaan lahan

10:45 30' Ivan Anderson A.Gouyon/JM Bompard

FFPCP Pengalaman dari proyek FFPCP : 1. Daerah rawan kebakaran pada tahun tahun El Nino (IA) 2. Kebakaran, pengelolahan lahan, dan pihak-pihak yang terkait dengan kebakaran

11:15 15' Bappeda OKI Dampak dari perubahan pengunaan lahan di Kab. OKI Terhadap risiko kebakaran (pengalaman BAPPEDA OKI di bidang pemetaan)

11:30 15' Bappeda MUBA Penggunaan lahan di MUBA dan pengelolaan kebakaran pada daerah yang rawan 11:45 30' Ir. Sudarmono

Prianto Wibowo

BKSDA Wetlands International

Pengelolaan kebakaran di sekitar konservasi area (calon Taman Nasional Sembilang, MUBA dan Sugihan, OKI) 1. Pengelolaan kebakaran Partisipatif di sekitar konservasi area (BKSDA) 2. Prioriti untuk pengelolaan kebakaran di sekitar calon Taman Nasional Sembilang (Wetlands International)

12:15 30' Diskusi 12:45 – 14.00 – Makan Siang

Page 9: Pengelolaan Kebakaran Lahan dan Hutan di Sumatera Selatan ...

Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP

9

Program Lokakarya – Hari pertama : Rabu 24 Oktober 2001 Jam Min Pembicara Instansi Topik / Judul

14:00 – 15:30 – Bagian kedua : Pengelolaan Kebakaran oleh perusahaan swasta 14.00 5’ Chairperson Bagian

Kedua Pengelolaan Kebakaran oleh perusahaan swasta

14:05 15' Ahmad Wahyu Pribadi PT Lonsum Pengalaman pengelolaan kebakaran (Metode pembukaan lahan tanpa bakar khususnya di daerah rawa)

14.20 15' Ir. Suwarso PT SBA Wood Pengelolaan kebakaran di dan di sekitar HTI di lahan rawa gambut.

14:35 15' Marc Nicolas EU-SCKPFP Pengalaman pengelolaan kebakaran di HPH/HTI dengan melibatkan pihak-pihak terkait di Kalimantan.

14:50 05' Presentasi acara diskusi kelompok untuk hari kedua dan pemintaan untuk registrasi ke pada peserta (oleh Panitia) 14:55 35' Diskusi

15:30 – 15:50 – Rehat Kopi – Pendaftaran untuk diskusi kelompok pada hari kedua 15:50 – 17:40 – Bagian ketiga : Pengelolaan kebakaran oleh masyarakat setempat

15:50 5’ Chairperson Bagian Ketiga

Kata Pengantar Bagian Ketiga

15:55 15' Nurdin Ishak KSKP - MUBA Tata cara pembukaan lahan yang dilakukan oleh petani Sumatera Selatan pada umumnya 16:10 15' Arhandi

Dedi Umbu Yayasan Putra Desa

Yayasan Pandu Insani

Pola Pendekatan Untuk Mempromosikan Pengelolaan Kebakaran Lahan dan Hutan Berbasis Masyarakat

16:25 15' Akmal Maas MPM (Masyarakat Peduli MUBA)

Menggagas Pendekatan Struktural dan Kultural dalam Penanggulangan Kebakaran Hutan di Kabupaten Musi Banyuasin.

16:40 15' Ir. Reni Marsiana, S.E Yayasan Kaffah Pengalaman Yayasan Kaffah di bidang kerjasama antara perusahaan besar dan masyarakat setempat – Prospek untuk memadukan pengelolaan kebakaran dalam kegiatan di bidang pemgembangan pedesaan yang diadakan perusahan-perusahan swasta

16:55 15' Nurcholis, SH LBH Palembang – Walhi Sumsel

Hasil Lokakarya Kebakaran Hutan dan Lahan LBH Palembang – Walhi Sumsel 14 – 15 September 2001

17:10 30' Diskusi

Page 10: Pengelolaan Kebakaran Lahan dan Hutan di Sumatera Selatan ...

Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP

10

Program Lokakarya – Hari Kedua Kamis 25 Oktober 2001 Jam Min Nama Instansi Topik / Judul

08:30 – 12.30 – Diskusi Kelompok 8:30 240 Kelompok I Pengelolaan kebakaran di sekitar calon Taman Nasional Sembilang

8:30 240 Kelompok II Pengelolaan kebakaran di daerah sonor

8:30 240 Kelompok III Pengelolaan kebakaran di daerah HTI / HPH dan eks HPH

8:30 240 Kelompok IV Pengelolaan kebakaran di daerah perkebunan (besar / rakyat)

Rehat kopi – Waktunya diserahkan pada fasilitator 12:30 – 13:00 – Persiapan presentasi hasil diskusi kelompok

13:00 – 14:00 – Makan Siang 14:00 – 15:30 – Presentasi hasil diskusi kelompok

13:00 10' Kelompok I Presentasi 13:10 10' Kelompok II Presentasi

13:20 10' Kelompok III Presentasi 13:30 10' Kelompok IV Presentasi

13:40 50' Diskusi 15:30 – 16:00 – Rehat Kopi

16:00 – 17:00 – Acara Penutupan 16:00 10' Sanggar Cempako Panitia Tari Tanggai. Tarian penyambutan bagi para undangan. 15' Ketua Tim Perumus Bappeda Sumsel Pembacaan hasil rumusan lokakarya dan pembentukan kelompok pihak yang berkaitan

dengan pengelolaan kebakaran.

10' Gubernur Pemda Sumsel Kata Sambutan 10' Duta Besar Uni Eropa EU-Jakarta Kata Sambutan 5' Anak-anak/Remaja Panitia Pesan tentang pentingnya partisipasi semua pihak dalam pengelolaan kebakaran

dimasa yang akan datang

10' Duta Besar, Gubernur Kadishut, Kadisdiknas

Penyerahan buku Desa Ilalang dari Duta besar.Uni Eropa kepada Gubernur Sumsel, selanjutnya diserahkan kepada wakil guru dan anak-anak sekolah, dan wakil kelompok Mahasiswa Pecinta Alam disaksikan oleh Kadishut dan Kadisdiknas.

17:00 – 18:00 – Ramah Tamah / Jumpa pers (Duta besar, Gubernur, Kadishut, Pimpinan proyek FFPCP)

Page 11: Pengelolaan Kebakaran Lahan dan Hutan di Sumatera Selatan ...

Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP

11

Workshop Program– First Day : Wed, 24 Oct 2001 Time Min Name Institution Topic / Title

08:00 – 09:00 – Pendaftaran Peserta 9:00 – 10: 00 – Pembukaan lokakarya oleh pimpinan proyek FFPCP dan perwakilan pemerintah

9:00 10' Co-Director FFPCP Gen. Dir. for land and Forest Fires

FFPCP/Forestry Service

Welcome Speech

9 :10 10' Head Bappeda Province Introduction 9 :20 10' Head Forestry Service Introduction

9 :30 10' Head Bappedalda Prov. Introduction 9 :40 10’ Head Plantations Service Introduction

10:00 – 10:30 – Coffee Break 10:30 – 12:45 – First Session : Fires and Land Use

10:30 15’ Chairperson Bagian Pertama

Workshop introduction and presentation of first session

10:45 30' Ivan Anderson A.Gouyon/JM Bompard

FFPCP Lessons learned from FFPCP : 1. Fire prone areas during El Nino years (IA) Fire, land use, and stakeholders involved in fire management (JMB/AG)

11:15 15' Bappeda OKI Land use management in OKI, impact of forest fires and fire management system for risk-prone areas – with presentation of Bappeda OKI's experience in mapping

11:30 15' Bappeda MUBA Land use management in MUBA, impact of forest fires and fire management system for risk-prone areas

11:45 30' Ir. Sudarmono Prianto Wibowo

BKSDA Wetlands International

Fire management around conservation areas (Sugihan Reserve, OKI and proposed Sembilang National Park, MUBA): - Presentation of Participatory Fire Management System by BKSDA - Identified Priorities for Fire Management in the Sembilang National Park (Wetlands International)

12:15 30' Discussion 12:45 – 14.00 – Lunch

Page 12: Pengelolaan Kebakaran Lahan dan Hutan di Sumatera Selatan ...

Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP

12

Workshop Program– First Day : Wed, 24 Oct 2001 Time Min Name Institution Topic / Title

14:00 – 15:30 – Session II : Fire Management by Private Companies 14.00 5’ Chairperson Bagian

Kedua Presentation of second session

14:05 15' Ahmad Wahyu Pribadi PT Lonsum Experience on fire management : zero-burning especially in swamps 14.20 15' Ir. Suwarso PT SBA Wood Fire management in and around forestry plantations in the swamp areas

14:35 15' Marc Nicolas EU-SCKPFP Experience of Fire Management in HPH/HTI involving stakeholders in Kalimantan & South Sumatra (Peats)

14:50 05' Introduction of Day II Round Tables and request for registration

14:55 35' Discussion 15:30 – 15:50 – Coffee Break – Registration for Day II Round Tables 15:50 – 17:30 – Session III : Fire Management by Communities 15:50 5’ Chairperson Bagian

Ketiga Presentation of third session

15:55 15' Nurdin Ishak KSKP - MUBA The experience of fire management from the point of view of farmers 16:10 15' Arhandi

Dedi Umbu Yayasan Putra Desa

Yayasan Pandu Insani

An approach to promote community based fire management

16:25 15' Akmal Maas MPM (Masyarakat Peduli MUBA)

The view of the MUBA community on the impacts and causes of fires and the way to prevent fires through participation

16:40 15' Ir. Reni Marsiana, S.E Yayasan Kaffah Experience of Kaffah in cooperation between large plantations and local communities – How to integrate fire management in rural development activities sponsored by large companies

16:55 15' Nurcholis, SH LBH Palembang – Walhi Sumsel

Summary of 14-15 Sept workshop on Land and Forest Fires organised by Walhi

17:10 30' Discussion

Page 13: Pengelolaan Kebakaran Lahan dan Hutan di Sumatera Selatan ...

Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP

13

Workshop Program– Second Day : Thursday, 25 Oct 2001 Time Min Name Institution Topic / Title 08:30 – 12.30 – Group Discussion 8:30 240 Group I Fire management around conservation areas (case of the proposed Sembilang National

Park)

8:30 240 Group II Fire management in small farmers areas (sonor areas in OKI/MUBA) 8:30 240 Group III Fire management around HTI, HPH and ex HPH areas 8:30 240 Group IV Fire management in plantation areas (large estates and smallholders)

Coffee Break at any time chosen by facilitators 12:30 – 13:00 – Preparation of the presentations of the results of each group

13:00 – 14:00 – Lunch 14:00 – 15:30 – Presentation of the Groups' Results

13:00 10' Kelompok I Presentation 13:10 10' Kelompok II Presentation

13:20 10' Kelompok III Presentation 13:30 10' Kelompok IV Presentation 13:40 50' Discussion 15:30 – 16:00 – Coffee Break 16:00 – 17:00 – Official Closing Ceremony and Launching of Desa Ilalang Book 16:00 Sanggar Cempako Tanggai Dance

Head of SC Bappeda Sumsel Presentation of the Workshops' results

Governor Provincial Govt Keynote

Ambassador EU-Jakarta Keynote

5' Children/ Youth

OC Welcome – presentation of the importance of participatory fire management for the future

10' Ambassador, Governor Heads of Education and Forestry, students

EU, Pemda, Education & Forestry Offices, Student Groups

The Book Desa Ilalang is remitted by the European Union Embassador to the Governor of Sumsel, and then to teachers, schoolchildren and representatives of the Nature Lovers Students Associations, in presence of Heads of Forestry and Educations Services.

17:00 – 18:00 – Break – Press Meeting

Page 14: Pengelolaan Kebakaran Lahan dan Hutan di Sumatera Selatan ...

Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP

14

Perumusan Hasil Lokakarya (Bahasa Indonesia) Oleh : Tim Perumus

Ketua : Prof. DR. Ir. Benyamin Lakitan, MSc (Kepala Bappeda Propinsi Sumsel), diwakili oleh

Ibu Rohil Firmazal, MS, Kasubbid. Formulasi dan Evaluasi Rencana Strategis, BAPPEDA Prop Sumsel

Wakil : Dr. M. Roderick Bowen (Pemimpin Proyek FFPCP)

Anggota : • Ir. Alex Nurdin, SH (Plh Bupati Musi Banyu Asin), diwakili oleh Bpk Drs. M. Daud. HD. MM,

Kepala Bidang Perencanaan Strategis, Bappeda Kabupaten Musi Banyuasin. • H. F Rozi Dahlan, SH (Bupati Ogan Komering Ilir), diwakili oleh Ir. Fathony Shariff, Kadisbun

Kabupaten OKI • Ir. H. Syaiful Ramadhan, MM (Kepala Dinas Kehutanan Propinsi Sumsel), diwakili oleh Bpk.

Zulfikhar, MM, kepala subdinas inventarisasi dan tata guna hutan. • Ir. H. Sukarno (Kepala Dinas Perkebunan Propinsi Sumsel) • Dr. Ir. Fachrurrozi Syarkowi (Kepala BAPEDALDA Propinsi Sumsel) • Dr. Hilda Zulkifli, M.Si, DEA (Akademisi-Universitas Sriwijaya) • Nurcholis (LSM Lembaga Bantuan Hukum) • Ir. Suwarso (Praktisi dari perusahaan - PT. SBA) • Syamsir Sahbana (Pengurus Harian GPPSS – PT Hindoli) • Ir. Edward Panggabean (Dinas Pertanian Propinsi Sumsel- Pokja Program). • Aina R Azis (Majalah Forum Keadilan)

I. Latar Belakang dan Tujuan Lokakarya : Lihat Presentasi Lokakarya II. Pelaksanaan Lokakarya

Lokakarya dilaksanakan selama dua hari di Museum Balaputra Dewa dengan program seperti diatas. Acara diakhiri dengan acara penutupan dengan pembacaan hasil lokalarya oleh wakil ketua Tim perumus. Acara penutupan tersebut dihadiri oleh Drs.H. Zikri Kisser, Kepala Biro Kesejahteraan Rakyat dan Pemberdayaan Perempuan, dalam rangka ini mewakili Gubernur Sumatera Selatan dan oleh Councellor Juan Planas, yang mewakili Duta Besar Uni Eropa.

Acara penutupan disertai dengan pemberian resmi buku Desa Ilalang oleh Uni Eropa kepada Pemerintah Daerah Propinsi Sumatera Selatan dan Dinas Pendidikan serta anak-anak sekolah. Buku Desa Ilalang tersebut merupakan buku pendidikan lingkungan yang diharapkan dapat meningkatkan kesadaran generasi muda terhadap bahaya kebakaran dan pentingnya kelestatarian sumber daya alam dan hutan. Buku tersebut dicantum untuk anak kelas lima dan dilengkapi dengan pedoman buat gurunya. Bapak Zikri Kisser mengatakan, buku tersebut akan dimasukkan dalan kurikulum muatan lokal di Sumatera Selatan. Lokakarya dihadiri oleh 151 peserta yang terdiri dari berbagai golongan, yaitu :

• instansi pemerintah berjumlah 49 orang, tiga di antaranya dari pemerintah pusat

• perusahaan swasta (perkebunan, HPH dan HTI) berjumlah 34 orang

• LSM yang bergerak di bidang lingkungan hidup dan pengembangan pedesaan, berjumlah 30 orang

• akademisi dan peneliti berjumlah 14 orang, tiga di antaranya dari Bogor

• petani berjumlah 7 orang

• wartawan media cetak dan elektronik, pemerhati masalah lingkungan, berjumlah 7 orang,

• staf dari Proyek FFPCP-Palembang, Proyek SCKPFP-Banjarbaru, dan Delegasi Uni Eropa, Jakarta, berjumlah 10 orang

Page 15: Pengelolaan Kebakaran Lahan dan Hutan di Sumatera Selatan ...

Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP

15

III. Hasil Lokakarya Berdasarkan hasil diskusi selama dua hari ini, tim perumus mengusulkan hasil sbb: A. Dampak Kebakaran Lahan dan Hutan

• setiap tahun ada kebakaran lahan dan hutan di Propinsi Sumatera Selatan, namun yang paling besar adalah pada musim kemarau panjang yang terjadi setiap 3-5 tahun antar bulan Juli dan Oktober

• Dampak negatif kebakaran lahan dan hutan secara umum adalah hilang dan menurunnya biodiversitas, kerusakkan tanah, hutan dan kebun, dan pencemaran udara akibat asap

• Kebakaran telah merugikan berbagai pihak, terutama masyarakat di tingkat Sumatera Selatan, Indonesia, maupun Internasional, serta perusahaan swasta dan pemerintah

• Oleh karena itu telah disepakati bahwa kebakaran lahan dan hutan merupakan masalah kita semua

B. Sebab Kebakaran Lahan dan Hutan

• Sebab utama dari kebakaran adalah pembukaan lahan yang meliputi:

- pembakaran lahan yang tidak terkendali sehingga merembet ke lahan lain

- pembukaan lahan tersebut dilaksanakan baik oleh masyarakat maupun perusahaan. Namun bila pembukaan lahan dilaksanakan dengan pembakaran dalam sekala besar, kebakaran tersebut sulit terkendali.

- pembukaan lahan dilaksanakan untuk usaha perkebunan, HTI, pertanian lahan kering, sonor dan mencari ikan.

- pembukaan lahan yang paling berbahaya adalah di daerah rawa/gambut.

• Sebab lain, yang meliputi akar permasalahanya, adalah :

- penggunaan lahan yang menjadikan lahan rawan kebakaran, misalnya di lahan bekas HPH, di daerah yang beralang-alang dan di daerah HTI

- konflik antara pihak pemerintah, perusahaan dan masyarakat karena status lahan sengketa

- tingkat pendapatan masyarakat yang relatif rendah, sehingga terpaksa memilih alternatif yang mudah, murah dan cepat untuk pembukaan lahan

- kurangnya penegakan hukum terhadap perusahaan yang melanggar peraturan pembukaan lahan tanpa bakar

B. Usulan

1. Untuk sementara pembukaan lahan dengan pembakaran masih dibutuhkan untuk menunjang ekonomi di Sumatera Selatan, terutama oleh rakyat, maka yang diperlukan adalah upaya pengelolaan pembakaran yang dilaksanakan secara terkendali dan bertanggung-jawab.

2. Upaya pencegahan kebakaran lahan dan hutan yang diusulkan diantaranya:

• pemberdayaan masyarakat lewat lembaganya

• penegakkan hukum

Page 16: Pengelolaan Kebakaran Lahan dan Hutan di Sumatera Selatan ...

Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP

16

• mengembangkan usahatani terpadu yang meggunakan teknologi pembakaran secara terkendali dan tanpa asap, seperti yang telah dikembangkan oleh masyarakat Sumatera Selatan sejak dahulu

• upaya penyuluhan dan sosialisasi mengenai bahaya kebakaran baik melalui media elektronik, cetak, pendekatan langsung ataupun rambu-rambu

• diperlukan bantuan peralatan pemadaman ringan dan sederhana yang dapat digunakan oleh masyarakat desa

• diperlukan mengembangkan upaya sertifikasi untuk perusahaan yang tidak menggukanan pembakaran, seperti eko-labelling

• perlu diteliti alternatif lain (pajak lingkungan) untuk pencegahan pembukaan lahan dengan sistem bakar oleh perusahaan perkebunan besar/HTI

3. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka diperlukan forum komunikasi yang melibatkan semua pihak yang terkait untuk diskusi dan meciptakan aksi bekerjasama, yaitu dengan melibatkan :

- instansi pemerintah

- instansi non – pemerintah yaitu dari perusahaan swasta, LSM, masyarakat, akademisi, dan pers.

Page 17: Pengelolaan Kebakaran Lahan dan Hutan di Sumatera Selatan ...

Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP

17

Official Workshop Conclusions (English) By the Steering Committee

Head : Prof. DR. Ir. Benyamin Lakitan, MSc (Head of Bappeda Propinsi Sumsel), represented by

Ibu Rohil Firmazal, MS, Head of Formulation and Evaluation of Strategic Planning, Regional Planning Agency (BAPPEDA) Prop Sumsel

Wakil : Dr. M. Roderick Bowen (Project Team Leader, FFPCP)

Members : • Ir. Alex Nurdin, SH (Plh Bupati Musi Banyu Asin), represented by Bpk Drs. M. Daud. HD. MM,

Head of Strategic Planning, Bappeda Kabupaten Musi Banyuasin. • H. F Rozi Dahlan, SH (Bupati Ogan Komering Ilir), represented by Ir. Fathony Shariff, Head of

Plantation Service, Kabupaten OKI • Ir. H. Syaiful Ramadhan, MM (Head of Forestry Service, Province of South Sumatra), represented

by Bpk. Zulfikhar, MM, Head of Sub-Service of Inventory and Land Use. • Ir. H. Sukarno (Head of Plantation Service, South Sumatra) • Dr. Ir. Fachrurrozi Syarkowi (Head of Environmental Agency, South Sumatra) • Dr. Hilda Zulkifli, M.Si, DEA (Akademics-University of Sriwijaya) • Nurcholis (LBH, Legal Aid NGO) • Ir. Suwarso (PT. SBA Company) • Syamsir Sahbana (In charge of GPPSS, Association of Oil Palm planters – PT Hindoli) • Ir. Edward Panggabean (Agriculture Service, South Sumatra - Pokja Program). • Aina R Azis (Journalist, Forum Keadilan)

I. Background and Objectives of the Workshop : see Workshop Presentation III. Workshop Implementation

The workshop was implemented during two days at the Museum Balaputra Dewa (see program above). It was concluded by a closing ceremony during which the conclusions of the workshop were read by the head of Steering Committee. The closing ceremony was attended by Drs.H. Zikri Kisser, Head of the Office of People's Welfare and Womens' empowerment, representing the Governor of South Sumatra, and by Councellor Juan Planas, representing the European Union Ambassador. The closing ceremony was completed with the official launching of the desa Ilalang book, which was remitted by the European Union to the Provincial Government, the Education Service and School children. This book is an environmental education book which should hopefully increase the awareness of the young generations towards the dangers of fires and the importance of forest and natural resources conservation. The book is made for children of class 5 and is complemented with the teachers' manual. Bapak Zikri Kisser said that this book will be included in the local curriculum component in South Sumatra. The workshop was attended by 151 persons from the following categories of stakeholders:

• 49 government people, 3 of them from the Central Government

• 34 representants of private companies (plantations, forest concessions and forest plantations)

• 30 representants of NGOs locally active in the environmental and rural development sectors

• 14 people representing academic and research institutes, 3 of them from Bogor

• 7 farmers

• 7 journalists and environmental watchers

• 10 staff members from European Union and EU funded projects, including FFPCP-Palembang, SCKPFP-Banjarbaru, and the Jakarta EU Delegation.

Page 18: Pengelolaan Kebakaran Lahan dan Hutan di Sumatera Selatan ...

Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP

18

III. Results of the Workshop Based on the two-days discussion, the Steering Committee proposed the following conclusions.

A. Impact of land and forest fires

• every year there are land and forest fires in South Sumatra, but the largest ones occur during long droughts that take place every 3-5 years between July and October.

• The general negative impacts of land and forest fires are the loss of biodiversity, damage to soils, forest and plantations, and air pollution due to haze and smoke.

• Fires cause losses to many different stakeholders, especially to the people of South Sumatra and Indonesia and the international community, as well as private companies and government.

• Therefore it is agreed that land and forest fires are everyone's problem.

B. Causes of Land and Forest Fires

• The main causes of land and forest fires is land clearing, i.e.:

- land clearing using burning, which if not controlled can escape to other lands

- land clearing is conducted either by the people or by companies. However, if burning is conducted for land clearing on a large scale it is more difficult to control

- land clearing is conducted for plantations, industrial forestry, dryland agriculture, sonor (rice planting taking place in dried-up swamps during long droughts) and fishing.

- the most dangerous fires take place in the peat swamps.

• Other underlying causes are as follows:

- land use patterns which makes land more prone to burning, like for example abandoned forest concessions, areas invaded by Imperata cylindrica and industrial forest plantations

- conflicts between government, companies and people over land with unclear status

- the low level of peoples' income, so that they have no other alternatives than to use cheap, simple and fast methods of land clearing

- lack of law enforcement towards companies that break the regulations concerning zero-burning land clearing

C. Recommendations

1. For the time being, land clearing using fire is still needed to support the economy of South Sumatra, especially when land clearing is conducted by small farmers. Hence what is needed is an effort to manage fire use in a controlled and responsible way.

2. Recommendations for the prevention of land and forest fires include:

• empowering the people through their own organizations

• enforcing the law

• develop integrated farming systems that make a controlled use of fire without generating haze, like what has been developped by the people of South Sumatra since a long time ago.

Page 19: Pengelolaan Kebakaran Lahan dan Hutan di Sumatera Selatan ...

Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP

19

• extension and socialization about the dangers of fires through electronic media, printed media, direct approach or signboards.

• assistance for the supply of light and simple fire suppression equipmen, which can be used by village people

• developing certification systems for companies that do not use fire, for example through eco-labelling

• study alternative methods (environmental payments or taxes) to prevent the use of fire for land clearing by large companies for plantations

3. To reach these objectives, we need to develop a communucation forum that would involve all the stakeholders to discuss and design collaborative actions, with the participation of:

- government institutions

- non-government institutions like private companies, NGOs, peoples institutions, academics, and the media.

Page 20: Pengelolaan Kebakaran Lahan dan Hutan di Sumatera Selatan ...

Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP

20

Hasil Presentasi Paparan, 24 Oktober

Page 21: Pengelolaan Kebakaran Lahan dan Hutan di Sumatera Selatan ...

Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP

21

Sessi I : Pembukaan dan Paparan Resmi

AGENDA : Pembukaan Lokakarya oleh pimpinan proyek FFPCP dan pemerintah HARI/TANGGAL : Rabu / 24 Oktober 2001 WAKTU : 09.00 – 11.15 WIB Daftar Pembicara Nama Jabatan Instansi Roderick Bowen Co-Director FFPCP Joko Setiono, MM Direktur Penanggulangan Kebakaran

Hutan Departemen Kehutanan

Ibu Rohil Firmansyah Kasubbid. Perencanaan dan Strategis BAPPEDA Prop Sumsel Ir. H. Soetiadi Yusuf, MBA, MM.

Wakil Ketua Dishut Prop. Sumsel Dinas Kehutanan Prop. Sumsel

DR. Ir. Fachrurrozie Syarkowi, MSc.

Ketua Bapedalda Prop. Sumsel Bapedalda Prop. Sumsel

Ir. Sukarno, MSc. Kepala Dinas Perkebunan Prop. Sumsel Dinas Perkebunan Prop. Sumsel 1. Sambutan dari Co-Director FFPCP Roderick Bowen, FFPCP Lokakarya ini dilaksanakan oleh FFPCP dan Dinas Kehutanan bekerja sama dengan pemerintah. FFPCP telah bekerja sama dengan pemerintah khususnya instansi pendamping yaitu Dinas Kehutanan selama 6 tahun dan mendapat banyak kemajuan, terutama untuk lebih mengetahui mengenai sifat, sebab dan dampak kebakaran. FFPCP akan berakhir pada tanggal 31 Oktober 2001 tetapi Uni Eropa dan pemerintah Indonesia telah menyetujui proyek baru yaitu SSFFMP yang akan bertempat di kantor Gubernur Prop. Sumsel. SSFFMP dimulai pada sekitar Mei 2002 dengan dana hibah sebesar 90 % dari Uni Eropa dan 10 % dipersiapkan dari Indonesia yaitu pemerintah propinsi Sumatera Selatan. FFPCP telah mulai melibatkan berbagai instansi pemerintah, perusahaan, LSM dan masyarakat dalam kegiatannya. SSFFMP bertujuan untuk mendukung banyak kelompok bukan hanya pemerintah tetapi termasuk kelompok LSM, swasta dan masyarakat lokal. Dilanjutkan dengan sambutan dari Direktur Penanggulangan Kebakaran Hutan, Joko Setiono, MM dari Departemen Kehutanan. 2. Sambutan dari Joko Setiono, MM., Direktur Penanggulangan Kebakaran Hutan Departemen Kehutanan Beliau mengucapkan terima kasih kepada masyarakat Uni Eropa dan FFPCP atas adanya proyek FFPCP dan adanya tindak lanjut proyek SSFFMP dalam bentuk grant. Lokakarya ini dilaksanakan tepat waktunya untuk mengakhiri proyek FFPCP dan untuk memulai SSFFMP. Dalam lokakarya ada Expert dan dapat saling berbagi pengalaman untuk mengatasi kebakaran dan pembakaran. Apalagi masyarakat internasional, misalnya, Singapura dan Malaysia yang mendapat asap terutama dari Sumatera telah mempertanyakan mengapa asap tidak bida dikendalikan. Dengan demikian, Lokakarya dan Uni Eropa datang tepat waktu untuk mengantisipasi El Nino dalam tahun 2002. Lokakarya dan Uni Eropa datang tepat waktu untuk mengantisipasi El Nino dalam tahun 2002.

Page 22: Pengelolaan Kebakaran Lahan dan Hutan di Sumatera Selatan ...

Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP

22

3. Paparan I: Ibu Rohil Firmansyah, Kasubbid. Perencanaan dan Strategis BAPPEDA Prop. Sumsel Masalah kebakaran hutan telah terjadi sejak tahun 1970, dengan siklus terjadi selama 3-5 tahun yaitu tahun 1982, 1987,1991,1994, dan 1997. Kebakaran hutan sudah biasa akibat dari pembukaan lahan untuk pertanian. Kontribusi FFPCP yaitu untuk mendeteksi hot spot lalu mensosialisasikannya atau mendistribusikan data dan informsai melalui email dn website. Penyebab Awal Kebakaran hutan dan lahan : 1. Tata Guna Lahan, permasalahannya :

a) Adanya konflik kepentingan antara masyarakat dan dunia usaha sehingga menyebabkan kerusakan.

b) Land Clearing atau pembukaan lahan menyebabkan timbulnya semak yang rentan terhadap kebakaran.

2. Pembuatan saluran irigasi di rawa sehingga permukaan air menurun menyebabkan lahan gambut semakin kering.

3. Adanya logging menyebabkan lahan terbuka menimbulkan semak sehingga rentan terhadap kebakaran.

4. Pembukaan lahan untuk budidaya pertanian dengan sistem sonor dengan melakukan pembakaran yang sulit diawasi memungkinkan api menjalar di luar kontrol.

Kebijakan dan Strategi Pemerintah 1. Mengadakan koordinasi vertikal dan horisontal. 2. Anjuran untuk menghormati kearifan dan kelembagaan adat karena masyarakat memiliki kearifan

dalam membuka lahan dan adanya pengawasan dari lembaga adat. 3. Dilaksanakan pengawasan dalam pembukaan lahan untuk budidaya pertanian dengan sistem sonor. 4. Paparan II : Ir. H. M. Soetiadi Yusuf, Wakil Kepala Dinas Kehutanan Prop. Sumsel Dalam pertemuan di Pemda Prop. Sumatera Selatan dikemukakan bahwa tidak hanya terjadi kebakaran hutan tetapi juga kebakaran lahan, dan bukan hanya kebakaran murni namun juga ada kegiatan-kegiatan tertentu yang menimbulkan pembakaran. Diutamakan Alur Pikiran Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Hutan di Indonesia khususnya Sumatera Selatan (ditampilkan slide / transparen). 5. Paparan III : DR. Ir. H. Fachrurrozie Syarkowi, MSc. Bapedalda Prop Sumsel melaksanakan koordinasi antar instansi sehingga tidak dapat melakukan kerja yang operasional. Tetapi dengan struktur Organisasi Bapedalda sekarang ini memungkinkan untuk melaksanakan operasional yaitu pada sub bidang pemantauan kualitas lingkungan, sub bidang peran serta masyarakat dan sub bidang Pengawasan dan Pengendalian Kerusakan Lingkungan. (Ditampilkan slide tentang Struktur Organisasi Bapedalda Prop. Sumsel). Berdasarkan Pola Dasar Pembangunan Berwawasan Lingkungan dan Berkelanjutan terdapat tiga instrumen bagi Bapedalda untuk mengendalikan lingkungan termasuk pengendalian dampak kebakaran hutan, yaitu dengan pendekatan kewilayahan, pendekatan kemitraan sinergis (dua pendekatan ini bagian dari instrumen pro aktif) dan Layanan Koordinasi Darurat Lingkungan. (Ditampilkan slide Pola Dasar Pembangunan Berwawasan Lingkungan dan Berkelanjutan).

Page 23: Pengelolaan Kebakaran Lahan dan Hutan di Sumatera Selatan ...

Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP

23

Dengan adanya SK Gub. (masih dalam konsep) tentang petunjuk pelaksanaan pengelolaan DAS Musi dan Sub Das Musi di propinsi Sumatera Selatan maka pemerintah propinsi memiliki wewenang untuk melaksanakan tugas operasional. Pemerintah melakukan koordinasi antar pihak kabupaten dengan kabupaten, kabupaten dengan kota dan kabupaten/kota/propinsi dalam program pengelolaan lingkungan propinsi Sumatera Selatan (Lihat slide tentang koordinasi program Kelola Lingkungan Bapedalda se Sumatera Selatan). Bapedalda melakukan kebijakan 3 G (didalamnya termasuk pula pencegahan dan penanggungan kebakaran hutan dan lahan) yaitu Garda Lingkungan, Gandrung Lingkungan dan Galak Lingkungan. 6. Paparan IV : Ir Sukarno HS, MSc, Kepala Dinas Perkebunan Sektor perkebunan berperan cukup besar dalam pembangunan, yaitu ;

• PDRB perkebunan sebesar 10,53 % dari PDRB non migas Sumsel.

• Pendapatan devisa (Data ekspor komoditas perkebunan tahun 1999 mencapai nilai US $ 444.523.772 dengan didominasi oleh karet 46,1 %, lada 32,5 %, dan kopi 10,7 % serta sisanya lain-lain sebesar 10,7 %).

• Penyediaan lapangan kerja sekitar 190.000 karyawan.

• Pengembangan wilayah.

• Fungsi ekologi : penghasil oksigen dan menyerap hidro karbon serta hidro orologis.

Kondisi Kebakaran Kebun Tahun Luas Kebakaran (Ha) Kerugian (Rp) 1997 9.566,27 138.113.310.000,- 1999 475,9 2000 2001 76,66 115.600.000,- Penyebab Kebakaran Kebun : 1. Penduduk yang berkebun masih melakukan pembakaran lahan secara terkendali, namun sering

terjadi api menjalar ke kebun tetangga/perusahaan perkebunan terdekat. 2. Unsur kesengajaan 3. Kelalaian masyarakat, misalnya puntung rokok 4. Kebun yang kurang bersih dari rumput-rumput dan semak sehingga rentan tehadap kebakaran. Upaya pemerintah dalam menangani Kebakaran Kebun : Dikeluarkan SK No. 38/KB. 110/SK/Dj. Bun/05.95 tanggal 5 Mei 1995 tentang Pembukaan Lahan Tanpa Bakar, maka perusahaan diharuskan untuk mengisi surat pernyataan dari perusahaan perkebunan untuk tidak membuka lahan dengan membakar. Dibentuk Pusat Pengendalian (PUSDAL) dan Pusat Komando Pelaksana (SATLAK) usaha pencegahan kebakaran hutan. Upaya lainnya : • peningkatan SDM • Membentuk sistem informasi manajemen kebakaran hutan dan lahan • Peningkatan perlengkapan sarana dan prasarana • Sosialisasi dan penyuluhan bagi masyarakat.

Page 24: Pengelolaan Kebakaran Lahan dan Hutan di Sumatera Selatan ...

Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP

24

Sessi II : Kebakaran dan Pengunaan lahan. Agenda : Kebakaran dan Pengunaan lahan. Hari / Tanggal: Rabu / 24 Oktober 2001 Waktu : 11.35 – 13.15 WIB

Nama Jabatan Istansi Topik/Judul Ir.Zulfikar Chairperson

Bagian Pertama

Presentasi Lokakarya dan Kata Pengantar Bagian Pertama : Kebakaran dan Penggunaan Lahan

Ivan Anderson A.Gouyon / JM Bompard

Konsultan Ahli

FFPCP Kebakaran Hutan di Sumatera Selatan dan Masa Yang Akan Datang Masa Depan Bebas Asap : Mewujudkan Penggunaan Lahan yang Bijaksana

H.M. Amin Jalalen Kepala Bappeda Ogan Komring Ilir

Dampak Dari Perubahan Penggunaan Lahan di Kabupaten Ogan Komering Ilir Terhadap Resiko Kebakaran (Pengalaman BAPPEDA OKI Di Bidang Pemetaan)

Mohd. Daud .H.D Bappeda MUBA

Penggunaan Lahan dan Pengelolaan Kebakaran Pada Daerah Yang Rawan di Kabupaten Musi Banyuasin.

Ir. Sudarmono BKSDA Prianto Wibowo Wetland

Internasional

Pengelolaan kebakaran di sekitar konservasi area (calon Taman Nasional Sembilang, MUBA dan Sugihan, Ogan Komering Ilir) 1. Pengelolaan kebakaran partisipatif di

sekitar konservasi area (BKSDA) 2. Prioritas untuk pengelolaan kebakaran di

sekitar calon Taman Nasional Sembilang (Wetlands International)

Ia. Ivan Anderson, Konsultan Ahli FFPCP Macam-Macam Kebakaran

1. Sebagian kebakaran di Sumsel adalah bermanfaat bagi petani kecil, namun kebakaran tersebut merupakan kepakaran kecil yang hanya bertahan selama satu sampai dengan tiga jam saja di siang hari.

2. Pembukaan lahan oleh perkebunan besar masih menggunakan pembakaran dan megakibatkan kebakaran besar. Hutan primer di Sumsel sudah hampir habis. Dapat terlihat beberapa contoh dari kebakaran akibat land clearing seperti masih banyak terjadi di Riau, Sumatera Utara, Jambi yang semuanya melanggar hukum. Kebakaran ini dapat berlangsung selama beberapa hari baik pada siang dan malam hari.

3. Kebakaran tidak terkendali dengan banyak asap. Terakhir kali terjadi pada tahun 1997, pada waktu El Nino dan masa rawat kebakaran. Sebagian besar masalah terjadi di lahan rawa, terutama lahan gambut di Sumsel, Jambi, Kalimantan Tengah dan Irian Jaya. Kebakaran itu dapat bertahan lebih dari satu bulan.

Zona Kebakaran Hutan Periode 1 Tahun 1997

1. Hutan Rawa Gambut yang tersisa di OKI hampir semuanya rusak pada tahun 1997. Kebakaran gambut ini menyebabakan adanya polusi asap di Palembang selama bulan September dan November.

2. Beberapa kebakaran di ujung hutan rawa gambut di MUBA atau sebelah utara Karang Agung. 3. Kebakaran yang dilakukan untuk konversi menjadi perkebunan sawit dekat Muara Rupit yang

merupakan hutan rawa gambut di dataran rendah. 4. Hutan primer dilahan kering dibuka dan dibakar, berada disebelah timur sungai Musi yang

termasuk dalam Kabupaten Musi Rawas.

Page 25: Pengelolaan Kebakaran Lahan dan Hutan di Sumatera Selatan ...

Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP

25

Masa Yang Akan Datang Kabar yang bagus di Sumsel tidak terdapat kebakaran vegetasi yang serius semenjak November 1997 terkecuali 1 kebakaran besar di tahun 1999(Agustus-September). Kabar yang buruk, jika terjadi musim kering seperti pada tahun 1997, maka tipe dari kebakaran dengan kabut asapnya akan menempati pada daerah rawa di Sumsel. Forest Fire Danger : area dengan resiko tinggi pada musim kering El nino yang akan datang adalah bekas HPH di hutan rawa gambut Kabupaten MUBA, dengan luasan sekitar 155.800 Ha. Areal ini telah banyak dilakukan kegiatan penebangan dan merupakan salah satu areal utama akan kegiatan penebangan liar. Land Fire Danger : area dengan resiko tinggi akan kebakaran lahan adalah area bekas HPH pada lahan gambut di Kabupaten OKI dengan luas area sekitar 265.000 Ha. Kesimpulan 1. Terjadi degradasi degradasi hutan di Sumatera Selatan dari segi luas dan kualitas. 2. Adanya fenomena munculnya asap pada saat musim kemarau panjang. 3. Adanya kenyataan kebakaran hutan dan lahan tahun 1999 di areal Gambut selama 2 bulan berturut-

turut. 4. Adanya konversi di wilayah MUBA 5. Hutan yang rusak akan terbakar dan menyebabkan tumbuhnya alang-alang sehingga suksesi yang

terjadi akan lebih sulit. Ib. Anne Gouyon dan Jean Marie Bompard Dampak Kebakaran : kebakaran adalah masalah kita semua Setiap tahun, kebakaran yang tidak terkendali menyebabkan berbagai dampak negatif seperti tercantum pada tabel 1:

1. Kerusakan hutan 2. Kebakaran semak belukar yang menghambat pertumbuhan hutan kembali. 3. Kerusakan perkebunan baik milik perusahaan maupun petani (misalnya kebun kelapa sawit,

kebun karet, hutan tanaman industri,dsb) 4. Gangguan kesehatan dan transportasi yang diakibatkan oleh asap dan kabut. 5. Pandangan kurang baik terhadap Indonesia di luar negeri, terutama di negara tetangga.

Dari tabel tersebut dapat terlihat beberapa pelajaran :

1. Jenis lahan yang bakar bukan hanya merupakan hutan atau kawasan hutan tetapi juga daerah perkebunanan dan pertanian.

2. Semua lapisan masyarakat menjadi korban karena dampak negatif daripada kebakaran

Page 26: Pengelolaan Kebakaran Lahan dan Hutan di Sumatera Selatan ...

Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP

26

Dampak Negatif Kebakaran Hutan

Lahan Dampak Korban Alang-alang Kesuburan Tanah Masyarakat/ekonomi Sum-sel Kebun/HTI Kerusakkan kebun Pemilik dan pegawai kebun/HTI,

masyarakat dan ekonomi Sum-sel

Hutan 1. Kehilangan aneka jenis tumbuhan yang mungkin mempunyai potensi penggunaan sebagai obat, makanan, bahan baku industri, dll.

2. Kehilangan fauna. 3. Kehialangan tempat untuk berburu

dan mencari ikan. 4. Kesuburan tanah berkurang. 5. Keadaan air dan hujan berkurang.

Seluruh masyarakat baik di tingkat Sumsel maupun nasional dan internasional.

Gambut 6. Asap = mengganggu kesehatan dan transportasi laut atau udara.

7. Lahan gambut menjadi kering.

Kesimpulan Penyebab Kebakaran

Dampak Positif Dampak Negatif Kendalian Perusahaan perkebunanan/HTI membakar lahan/hutan untuk membuka lahan untuk program penanaman

Dapat memperluaskan lahan perkebunan/HTI dengan cara yang lebih murah, gampang dan cepat dibandingkan metode “Tanpa Bakar”

Dapat merusakkan lahan lain apabila tidak terkendali

Sulit untuk dikendalikan apabila skala lebih dari beberapa ratus hektar, terutama pada kemarau panjang. Sangat berbahaya apabila didaerah rawa atau gambut.

Petani membakar lahan/hutan untuk membuka lahan perkebunan/pertanian lahan kering

Dapat memperluaskan lahan pertanian dan meningkat ekonomi masyarakat Tidak ada altenatif lain untuk petani untuk membuka lahan

Tidak bermasalah asal terkendali dengan baik. Apabila tidak terkendali dapat merusakkkan lahan lain terutama belukar dan kebun/lahan orang lain.

Skala kecil –> Dapat dikendali berdasarkan adat dan kearifan setempat. Bisa terjadi tidak terkendali apabila musim kemarau panjang/drastis dan apabila orang kurang bertanggung jawab.

Petani membuka lahan di daerah rawa/gambut untuk sonor atu mencari ikan

Sama seperti di atas Sering sekali tidak terkendali sehingga menular ke daerah gambut yang nantinya dapat membakar dibawa tanah selama beberapa bulan dan mengakibatkan asap.

Sulit untuk dikendalikan apabila musim kemarau panjang dan gambut kering apabila api sudah masuk gambut di bawa tanah tidak dapat terkendali lagi.

Page 27: Pengelolaan Kebakaran Lahan dan Hutan di Sumatera Selatan ...

Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP

27

Kesimpulan Penyebab Kebakaran Selama 6 tahun yan dilakukan oleh FFPCP ditemukan bahwa :

1. Semua sumber kebakaran dari manusia bukan dari alam, misalnya petir. 2. Ada beberapa kebakaran akibat puntung rokok (tetapi ini adalah kebakaran kecil dan tidak

menyebabkan kebakaran besar ). 3. Usaha pembukaan lahan (hampir 99 %) menyebabkan kebakaran

Faktor – faktor penggunaan lahan yang menunjang kebakaran.

1. Keadaan vegetasi ( hutan yang rusak akibat kegiatan HPH ). Vegetasi terdegradasi tersebut mengandung banyak bekas kayu/ cabang kering yang mudah terbakar.

2. Pola pengembangan yang menjadikan tanaman sangat rawan kebakaran, seperti misalnya dengan menggunakan ( acacia mangium yang mudah terbakar ) waktu masih muda, atau ( kebun karet rakyat yang sering terserang alang-alang.

3. Daerah padang alang-alang/ semak belukar akibat dari kegiatan pembukaan lahan untuk pertanian yang kemudia gagal dan tidak jadi ditanami. Kasus ini terutama pada daerah transmigrasi.

4. Konflik atas tanah yang statusnya sengketa, sehingga apabila musim kemarau panjang , pernah ada laporan kasus pihak tertentu menggunakan api sebagai senjata untuk membalas dendam atau mengusir pihak lain dengan cara merusakkan kebun/ lahan yang dikuasainya.

5. Pada daerah gambut, api yang memasuki daerah gambut kering pada kemarau panjang dapat hidup dan menyular dibawah tanah secara berterusan selama beberapa minggu ataupun beberapa bulan, sehingga tidak dapat dipadami sama sekali dan nanti dapat keluar lagi dan mengakibatkan banyak kerusakan dan banyak asap karena kebakaran gambut memang sangat berasap.

Kesimpulan 1. Kebakaran adalah masalah kita semua 2. Penggunaan Pembakaran masih dibutuhkan dan pelu dikelola dengan baik karena menghapus

kebakaran tidak mungkin tetapi mengelola pembakaran dengan baik. 3. Pengelolaan Api Yang Baik = Penggunaan lahan Yang Bijaksana

II - BAPPEDA MUBA Kondisi Terjadi Kebakaran Hutan 1. Mulai bulan Juni dengan puncak bulan Agustus – Oktober dan mereda serta berakhir bulan

November – awal Desember 2. Sejalan dengan musim persiapan lahan untuk penanaman hutan dan kebun, pemukiman

transmigrasi, dan tambak serta perladanan. Perilaku Kebakaran Berdasarkan Jenis dan Penyebaran 1. Jenis kebakaran terjadi adalah kebakaran lantai hutan dan kebakaran rawa. 2. Penyebaran kebakaran bersifat sporadic, sebagian lahannya terdiri dari rawa gambut, kebun dan

tambak. 3. Pola penyebaran mengikuti serta kegiatan pembukaan lahan. Penyebab Kebakaran 1. Kebakaran terjadi mulai bulan Juni terutama di daerah lahan kering dibakar oleh petani local untuk

membuka lahan, dengan skala kecil, terjadi sedikit kabut asap.

Page 28: Pengelolaan Kebakaran Lahan dan Hutan di Sumatera Selatan ...

Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP

28

2. Terjadi kebakaran lain pada semak belukar, permukaan dan di bawah lahan gambut, sehingga terjadi kabut asap.

3. Tidak terjadi kebakaran di lahan rawa, kecuali rumput sekitarnya. Pengelolaan Kebakaran Hutan 1. Telah dibentuk Satlak yang diketuai oleh Bupati dan bertanggung jawab langsung kepada Ketua

Bakornas melalui gubernur Sumsel. 2. Yang terlibat dalam pelaksanaan yaitu Satlak PB terdiri dari instansi lain misalnya kesehatan,

social, PU, Perhubungan, ABRI dan unsure lain yang terkait dengan penanggulangan kebakaran. 3. Tugas Satlak adalah terjadi pada tahap sebelum, selama, dan setelah terjadi kebakaran secara

terpadu. Cara Satlak Menanggulangi Kebakaran 1. Menggunakan langsung aparat dinas dan instansi terkait. 2. Melibatkan masyarakat, PMI dan ormas lainnya. Mekanisme Kerja Mekanisme kerja berlangsung pada tahap kejadian, sesudah dan sebelum terjadi kebakaran. Kewenangan memberikan informasi tentang bencana dan penanggulangan kebakaran adalah Bupati sebagai Ketua Satlak. Langkah-langkah Yang Dilakukan Preventif : Alternatif sumber mata pencaharian masyarakat dengan melibatkan masyarakat sebagai pelaku pengelola sumber daya hutan dan kebun secara adil dan maksimal. Represif : Kesiagaan sesuai tata waktu musim kebakaran hutan Registrasi kekuatan dan penyebaran personil Pemetaan kekuatan Kesimpulan 1. Pola kebakaran bersifat sporadis 2. Membentuk institusi pengelolaan kebakaran yaitu satlak , satkorlak 3. Pendekatan yang dilakukan adalah prefentif dan represif

III . Bappeda OKI Permasalahan 1. Perubahan penggunaan kawasan hutan, misalnya untuk tambak udang 2. Penebangan liar dan perambahan hutan produsi, misalnya kasus HP. Sialang 3. Pembersihan lahan dan pembakaran baik untuk perkebunan maupun pertanian system sonor,

misalnya Mesuji. 4. Masih banyak lahan hutan yang tidak ada tegakan. 5. Kegiatan berburu dan mencari ikan serta membuat pondok lalu meninggalkan bekas api 6. Pengendalian kebakaran htan silit dikendalikan karena medan, keterbatasan sarana dan prasaran

serta tenaga pelatih dalam penanggulangan kebakaran hutan 7. Sebagian besar wilayah kabupaten OKI adalah lahan basah atau rawa gambut yang terdiri dari

gambut tebal yang sulit dicegah.

Page 29: Pengelolaan Kebakaran Lahan dan Hutan di Sumatera Selatan ...

Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP

29

Kebijakan 1. Inventarisir dan pemetaan kembali hutan dan lahan kritis 2. Penataan dan pembuatan batas yang jelas. 3. Mendayagunakan peta TGHK dan RTRWK dalam upaya memanfaatkan kawasan hutan 4. Penyuluhan masyarakat. 5. Rehabilitasi kawasan hutan yang rusak dengan pola HKN 6. Peningkatan kawasan Rekomendasi 1. Apakah aparat kehutanan akan tetap dipertahankan menjadi hutan atau tidak 2. Mengenai pantai timur dan tambak udang serta PT Wahyuni Mandira dalam rangka perlindungan

hutan lindung pantai apakah akan menggeser tambak-tambak rakyat lebih ke dalam 20 meter. Kesimpulan

1. Karakteristik OKI 65% adalah rawa. 2. Kebakaran hutan dan lahan di rawa letaknya berada pada jarak 200 – 250 m daripantai perlu

dicermati. 3. Terjadi perpindahan penduduk tidak terkendali menyebabkan terjadinya perambahan hutan.

IV. BKSDA Luas TN Sembilang : 205.750 Ha Ketinggian : 0-5 m dpl Habitat : § Bakau § Hutan Gambut § Rawa Terbuka § Dataran Lumpur Keanekaragaman Hayati :

Harimau Sumatera, Macan Dahan, Beruang Madu, Bangau Bluwok, dll.

Kemungkinan Penyebab Kebakaran : § Pembukaan rawa oleh para nelayan § Pembukaan vegetasi untuk perkebunan § Pembukaan vegetasi untuk tambak (masih dipertanyakan) Kesimpulan

1. Prioritas konservasi untuk hutan gambut yg tersisa di pantai timur 2. Ppenyuluhan bagi masyarakat transmigrasi 3. Pemantauan kebakaran terutama di Sungai Benu dan Semenanjung Banyuasin

Diskusi Sessi I PERTANYAAN

1. Nama : Safrullah Instansi : Yayasan Bumi Sumatera Selatan Ditujukan kepada : FFPCP (Ivan Anderson dan Anne Gouyon) Dinas Perkebunan

Page 30: Pengelolaan Kebakaran Lahan dan Hutan di Sumatera Selatan ...

Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP

30

Pertanyaan : - Apakah ada data –data proyeksi penyebaran hospot tahun 2002 - Apakah dinas perkebunan dapat memprediksi luas kebakaran hutan dan daerah rawan

kebakaran tahun 2002 - Apakah selama penelitian yang dilakukan ditemukan usaha dari masyarakat untuk

mencegah kebakaran hutan secara tradisional

2. Nama : Edward Panggabean Instansi : Dinas Pertanian Propinsi Sumatera Selatan Ditujukan Kepada : Ketua BAPPEDA OKI dan MUBA Pertanyaan :

- ditujukan untuk ketua bappeda OKI dan MUBA bagaimana program pemerintah daerah agar masyarakat mampu mengelola kebakaran api untuk mengelola kebakaran khususnya di pertanian dengan system sonor.

- Tidak setuju apabila budi daya pertanian dengan system sonor diubah menjadi secara teknis karena dengan system sonor memberi kontribusi yang besar bagi ekonomi masyarakat

- Sarannya agar budi daya pertanian dengan system sonor dengan membuka lahan menggunakan pembakaran.

3. Nama : Fatoni Syarif Instansi : Dinas Kehutanan Kab Ogan Komering Ilir Ditujukan Kepada : FFPCP Pertanyaan :

- Apakah FFPCP memiliki data sebelum proyek dimulai - Setuju dengan pembukaan lahan dengan cara membakar terkendali - Setuju, dengan adanya proyek pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan. - Informasi bahwa di OKI untuk mencegah dan menanggulangi kebakaran hutan terjadi

kesulitan transportasi dan minimnya peralatan sehingga perlu peralatan spesifik yang apply dengan kondisi medan terbatas.

4. Nama : Ali

Instansi : Yayasan Puspa Indonesia Ditujukan Kepada : Ketua BAPPEDA OKI Pertanyaan :

- Bappeda OKI tidak berpihak kepada rakyat kecil karena akan mengusir rakyat dan tambak rakyat tetapi tidak melakukan penggusuran kepada PT. Wahyuni Mandira. Jangan rakyat kecil yang terus digencet dan tidak pernah menyentuh perusahaan besar.

JAWABAN

Ivan Anderson

Data prediksi El Nino sulit. Kebakaran besar dan liar mulai September – Oktober dan berakhir pada hujan deras datang, dan daerah yang paling rawan adalah daerah rawa dan gambut. Informasi tentang kebakaran hutan dapat dilihat di website FFPCP. Anne Gouyon Berdasarkan hasil penelitian sejak tahun 1988 bekerjasama dengan Puslitbun Sembawa dan dalam rangka FFPCP, terjadi perubahan kebijakan dari orde baru ke orde reformasi mempengaruhi perilaku masyarakat dalam pembukaan lahan. Sebelum tahun 1998 sumber daya alam di Sumatera Selatan bukan milik masyarakat. Ada kecenderungan dari petani untuk membiarkan terjadinya kebakaran karena rakyat pikir hutan dan

Page 31: Pengelolaan Kebakaran Lahan dan Hutan di Sumatera Selatan ...

Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP

31

lahan itu bukan milik mereka. Dapat dihidupkan kembali kearifan dan kelembagaan adat untuk mengelola sumber daya alam karena sekarang masyarakat lebih merasa ada kepemilikan terhadap sumber daya alam mereka. BAPPEDA Alasan diubah pertanian sistem sonor menjadi teknis ; 1. Rutinitas keberhasilan dapat dijamin 2. Dapat mengurangi akibat-akibat titik api Untuk petambak udang telah terjadi perubahan kebijakan, kondisi pantai Timur memprihatinkan. Tambak harus berada minimal 2 Km dari pinggir pantai apabila hutan lindung pantai akan dilestarikan.

Page 32: Pengelolaan Kebakaran Lahan dan Hutan di Sumatera Selatan ...

Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP

32

Sessi III. Pengelolaan Kebakaran Oleh Perusahaan Swasta AGENDA : Pengelolaan Kebakaran Oleh Perusahaan Swasta HARI/TANGGAL : Rabu / 24 Oktober 2001 WAKTU 14.00 - WIB

Daftar Pembicara Nama Jabatan Instansi Topik/Judul Aina Azis Chairperson

Bagian Kedua

PT Lonsum Pengalaman pengelolaan kebakaran (Metode pembukaan lahan tanpa bakar khususnya di daerah rawa

Ir. Suwarso PT. SBA Wood Pengelolaan Kebakaran Hutan di dan di sekitar HTI di lahan rawa gambut.

Marc Nicolas EU - SCKFMP Pengalaman pengelolaan kebakaran di HPH/HTI dengan melibatkan pihak-pihak terkait di Kalimantan.

PAPARAN I Pembicara :Ir. Suwarso, Instansi : PT. SBA Wood Tema : Pengelolaan Kebakaran di dan sekitar HTI di lahan rawa gambut Memfokuskan dua persoalanyaitu social dan ekonomi Pada dasarnya hutan primer dengan tingkat keanekaragaman yang relatif tinggi dapat menghindari terjadinya kebakaran hutan akibat terciptanya iklim mikro di dalam tegakkan sehingga walaupun terjadi musim kemarau tegakan hutan tersebut tetap stabil dan tidak rentan terhadap kebakaran. Masyarakat sekitar hutan menggangap bahwa musim kemarau adalah saat yang tepat untuk menanam padi. Sementara bagi stakeholder yang lain kemarau adalah ancaman sehingga terjadi kontradisi. Pada musim kemarau air di gambut akan menurun, oleh karena itu gambut adalah bahan bakar potensial selain batu bara. • Perusahaan ini merupakan pengelola HTI di daerah OKI • Kerusakan gambut merupakan salah satu kasus lingkungan, dan dalam paparan ini difokuskan pada

masalah Sosek . • Hutan gambut berfungsi untuk sebagai penahan air atau sebagai reservoir air. • Aktifitas masyarakat disekitar hutan antara lain mengambil kayu, mencari ikan dan lahan padi

(sonor). • Kemarau panjang bagi masyarakat disekitar hutan merupakan opportunity karena bisa mendapatkan

lahan dengan cara yang murah yaitu hanya dengan menggunakan api. • Kegiatan yang antara lain sistem sonor, merupakan kegiatan pertanian dengan teknologi terbaik

bagi mereka karena dapat menghasilkan padi yang lebih dari cukup. • Begitu juga halnya dengan mencari ikan di hutan di tempat-tempat yang lebih mirip kolam

genangan yang terdapat rawa, juga menguntungkan pada saat musim kemarau tapi masih menggunakan cara pembakaran untuk membuka rawa.

• Kegiatan-kegiatan diatas memicu kebakaran hutan. • Kebakaran hutan gambut bisa terjadi karena ;

- Cuaca kebakaran - Biofisik gambut kering Faktor alam - Pola hidup dan persepsi pada musim kemarau

Page 33: Pengelolaan Kebakaran Lahan dan Hutan di Sumatera Selatan ...

Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP

33

• Pengendalian yang perlu dilakukan: - Pola pengembangan teknologi pencegahan kebakaran hutan antara lain pembakaran terkendali - Pola pengembangan kelembagaan masyarakat :

-sistem informasi kebakaran -sistem pencegahan -sistem pengembangan -sistem pengawasan -kebijakan dan peraturan

PAPARAN II Pembicara :Akhmad Wahyu Pribadi Instansi :PT. Lonsum Tema :Pengalaman Pengelolaan Kebakaran (Metode Pembukaan Lahan Tanpa Bakar

Khususnya Di Daerah Rawa)

• PT. Lonsum pertama sekali membuka lahan perkebunan dengan melakukan pembakaran hutan, tapi sekarang tidak lagi

• Dalam pengelolaan perkebunan dibuat drainase yang bertujuan menjaga aliran air dan mengeringkan lahan, air dapat dimanfaatkan bila terjadi kebakaran.

• Pembuatan subsidiary drain dibuat serendah mungkin untuk mengeringkan lahan dan memecah api yang berasal dari bawah.

• Perbandingan sistem bakar dan tanpa bakar: Bakar Tanpa Bakar

-Air, udara dan tanah tercemar tidak tercemar -kesehatan terganggu meningkat -biaya murah mahal PAPARAN III Pembicara :Marc Nicolas Instansi :EU SCKPFP Tema :Pengelaman Pengelolaan Kebakaran Di HPH / HTI Dengan Melibatkan Pihak-

Pihak Terkait Di Kalimantan Kini saatnya untuk melakukan aksi nyata . Rencana aksi yang seharusnya adalah menyiapkan kelompok-kelompok terlatih dan berpengalaman yang khusus menangani soal-soal kebakaran hutan terutama di propinsi-propinsi rawan apiOleh karena itu, dengan kewenangan yang ada pada dinas kehutanan, dibutuhkan upaya yang esegera untuk mengumpulkan semua mitra potensial untuk bekerjasama dalam prakarsa pencegahan kebakaran Mitra dalam pengelolaan kebakaran hutan : 1.company - 2.masyarakat - 3.pemerintah - 4.lembaga wadaya masyarakat - 5.donor Dalam menerapkan logika implementasi pengelolaan kebakara SCKPFP berperan sebagai katalis dari berbagai kelompok yang bersifat multi disiplin dan multi kepemilikan yang di dalamnya termasuk lembaga-lembaga pemerintah di tingkat propinsi dan kabupaten, HPH perguruan tinggi, LSM, dan masyarakat lokal.Proses pengembangan kemampuan ini divbgi dalam beberapa aspek pengelolaan kebakaran hutan , yaitu :

1. Perencanaan pengelolaan kebakaran 2. pelatihan untuk pencegahan 3. pemadam dan penyelamatan 4. penelitian dan pengembangan 5. pengelolaan berbasiskan masyarakat

Page 34: Pengelolaan Kebakaran Lahan dan Hutan di Sumatera Selatan ...

Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP

34

Dua sistem dalam mengatasi kebakaran : - Sistem pencegahan: Memikirkan tindakan sebelum terjadi masalah antara lain jalan

masuk kelokasi kebakaran, sumber air dan masyarakatnya. -Sistem pengendalian : - ada sistem organisasi, komunikasi radio

- pelatihan bukan hanya peralatan - Rencana aksi : menyiapkan kelompok-kelompok terlatih - Peralatan pengelolaan kebakaran hutan

PERTANYAAN 1 Fatoni syarif untuk PT. MHP : -Bagaimana pembinaan masyarakat dengan terjadinya

kebakaran -Upaya-upaya pengendalian kebakaran dilahan gambut 2. Yayasan Kaffah untuk PT. SBA Wood : -Bisa berjalankan pola usaha tani terpadu -Pola ini melibatkan siapa saja 3. Dinas Perkebunan: - Kelembagaan masyarakat apakah ada hubungannya - PT. Lonsum diharapkan menjelaskan masalah adanya ganti rugi karena adanya kebakaran hutan JAWABAN

1. PT. SBA WOOD,untuk ke tiga pertanyaan : - Menawarkan pembinaan yang tidak mesti pertanian mungkin tanaman untuk lahan yang

cocok walaupun perlu input yang besar. - Harus dibantu lembaga masyarakat, contohnya di Tulung Selapan hanya lembaga

Kades Yang aktif - Agroforesty muda-madahan bisa berjalan, dengan bentuk yang sesuai dengan kondisi

lapangan. - Upaya pengendalian - dilahan gambut dikembangkan canal, tapi tidak bisa untuk skala

kebekaran berat seprti pada tahun1997. - Menara Pengawas.

2. PT. Lonsum * Toni : Ada struktur fire watch man - fungsi di lapangan ceck hama, kebakaran hutan - ada tangki air yang juga untuk tangki air minum. * Disbun : tahun 1997 tuntutan kebakaran di daerah Nibung untuk mengganti lahan di

pemda Mura bukan Lonsum yang membakar. sebenarnya Lonsum memberikan donasi bagi orang yang lahannya terbakar bukan

ganti rugi, tapi di masyarakat yang menyebar adalah bahwa Lonsum mengganti rugi karena Lonsum yang membakar.

PERTANYAAN 1.Hambali, dosen fakultas Hukum UNSRI

-Tidak dibahas sentuhan adat seperti marga yang cukup efektif untuk pencegahan kebakaran hutan. -tidak dibahas bagaimana mengatasi kebakaran.

JAWABAN Dari PT. Lonsum : Pernah melakukan pendekatan kepada masyarakat yang disebut Pancong Adat yang tujuannya juga mengharapkan hidupnya kembali lembaga adat.

Page 35: Pengelolaan Kebakaran Lahan dan Hutan di Sumatera Selatan ...

Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP

35

Sessi IV. Pengelolaan Kebakaran Oleh Masyarakat

Agenda : Pengelolaan Kebakaran Oleh Masyarakat Hari/tanggal : Rabu / 24 Oktober 2001 Waktu : 16.00 – 17.50 WIB

Daftar Pembicara Nama Jabatan Instansi Topik/Judul Diki Simorangkir

Chairperson Bagian Ketiga

Pengelolaan Kebakaran oleh masyarakat setempat.

Nurdin Ishak Dewan Presidium

KSKP Sumbagsel Tata cara pembukaan lahan yang dilakukan oleh petani Sumatera Selatan pada umumnya.

Arhandi Dedi Umbu

Yayasan Putra Desa Yayasan Pandu Insani

Pola Pendekatan untuk mempromosikan pengelolaan kebakaran lahan hutan Berbasis masyarakat.

Akmal Maas

Masyarakat Peduli Muba

Menggagas penekatan structural dan cultural dalam penanggulangan kebakaran hutan di kabupaten Musi Banyuasin

Ir.Reni Marsiana, S.E.

Yayasan Kaffa Pengalaman yayasan kaffa di bidang kerjasama antara perusahaan besar dan masyarakat setempat – prospek memadukan pengelolaan kebakaran hutan kegiatan di bidang pengembangan pedesaan yang diadkan perusahaan swasta.

Nurcholis, SH Walhi/LBH Kesimpulan dari lokakarya kebakaran hutan dan lahan yang pernah dilakukan Walhi pada tanggal 14-15 September 2001.

PAPARAN I Pembicara : Nurdin Ishak Instans i : KSKP Muba Topik/Judul : Pengalaman Petani dalam Pengelolaan Kebakaran. Kebakaran hutan akan terjadi dari dua kejadian : 1. Terbakar Bisa terjadi karena pada waktu tiga bulan yaitu bulan Juli, agustus dan September ini, semua ranting-ranting atau daun-daun serta belukar dan semak-semak mati dalam keadaan kering (pada musim el-nino) dan hal ini bisa menyebabkan semua itu terbakar akibat dari panas yang berkepanjangan, juga dapat disebabkan oleh unsur yang tidak disengaja, misalnya dari api roko yang dibuang sembarangan di hutan atau dari percikan api bekas bakaran yang terbang.

2. Dibakar

Permbakaran yang dilakukan dengan unsur kesengajaan untuk tujuan tertentu, seperti yang dilakukan oleh petani untuk membuka ladang yang sudah menjadi kearifan setiap kali membuka hutan untuk perladangan baru, tetapi walaupun dengan cara membakar para petani tetap waspada dan teliti dalam melakukan pembakaran ladang. Cara-cara yang dilakukan oleh petani dalam melakuan pembakaran lahan untuk membuat ladang :

Page 36: Pengelolaan Kebakaran Lahan dan Hutan di Sumatera Selatan ...

Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP

36

1. Membuat petak dengan menebas rumput-rumput atau kayu-kayu kecil. 2. Menebang kayu-kayu besar. 3. Hasil tebasan dan tebangan dikeringkan selama 15 hari sampai 1 bulan apabila dipandang sudah

kering baru mulai melakukan pembakaran. 4. sebelum melakuka pembakaran dilakukan pengekasan terlebih dahulu dengan ukuran 3-4 m

keliling lahan yang akan dibakar dan disapu dengan bersih supaya api tidak menyeberang ke lahan orang lain atau sekelilingnya.

5. Mengundang tetangganya yang terdekat terutama petani yang mempunyai lahan di sekeliling lahan yang dibakar. Apabila salah satu yang punya atau kebun disekeliling lahan tidak hadir, batal sementara sebelum hadir bersama. Apabila semua tetangga yang punya lahan di sekitar lahan yang akan dibakar sudah hadir semua dan siap untuk bertanggung jawab untuk menjaga api barulah pembakaran bisa dilakukan.

Pembakaran dilakukan pada waktu yang sudah ditentukan berdasarkan kemufakatan apabila api sudah padam dan bekas bakaran sudah menjadi abu, masyarakat kumpul kembali sambil mengontrol keliling berama dan apabila tidak ada lagi kemungkinan api yang masih tersisa maka dengan sangat gembira masyarakat bersama-sama mengucapka “selamat” itulah cara-cara yang dilakukan petani dalam membuat ladang, beberapa hari kemudaian dilakukan penanaman padi yang disertai dengan menanam tanaman lainnya. Alasan mengapa petani masih melakukan pembakaran setiap membuat ladang :

1. Dapat meningkatkan kesuburan tanah. 2. Mengurangi hama (semut) bagi tanaman muda (sayuran). 3. Mengusir binatang buas yang ada di sekitar lahan. 4. Mempermudah persiapan kayu untuk pagar, yang diambil dari sisa pembakaran.

Marilah kiata mencoba bertukar pendapat untuk mencari akar persoalan kebakaran hutan ini dengan mengintrospeksi diri sendiri atau mencari kesalahan orang lain, sebagai contoh. Jika kesalahan ini lahir dari masyarakat petani lokal jawabnya sulit kita menyalahkan karena lokalpun punya tata cara tersendiri dan hukum yang telah membudaya. Pertanggung jawaban kebakaran hutan apakah mungkin hanya menjadi tanggung jawab pemerintah terutama Departemen Kehutanan atau semua itu merupakan tanggung jawab kita semua sebagai warga. Kelemahan dalam mengatasi kebakaran hutan selama ini karena petani dalam mencegah kebakaran hutan selama ini belum diakui, padahal petani ikut menjaga hutan dari segala kemungkinan yang dapat menimbulkan kerusakan hutan. PAPARAN II Pembicara : Arhandi dan Dedi Umbu Instans i : Yayasan Putra Desa dan Yayasan pandu Insani Tema : Pola Pendekatan untuk mempromosikan pengelolaan kebakaran lahan hutan

berbasis masyarakat. Berdasarkan pengalaman YPD dalam pemberdayaan Masyarakat Pedesaan di sumatera selatan ada 3 hal penting yang perlu dilakukan bersama masyarakat :

1. Pola perencanaan program berbasis komunitas masyarakat • Penetapan situasi/ potret desa • Memandang ke mas adepan/cita-cita ideal • Perencanaan kegiatan/program • Memonitoring dan evaluasi/refleksi

2. Pola Pengorganisasian Masyarakat Jumlah anggota kelompok idealnya berkisar antara 20-30 orang anggota. Ada 5 aspek penting yang perlu diberdayakan dalam organisasi kelompok swadaya Masyarakat Yaitu:

Page 37: Pengelolaan Kebakaran Lahan dan Hutan di Sumatera Selatan ...

Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP

37

• Aspek Organisasi Kelompo (AD?ART, Kepengurusan) • Aspek Administrasi Kelompok (administrasi organisasi dan keuangan kelompok). • Aspek Pemupuka Modal (Modal Kekuatan dari dalam sendiri dan luar) • Aspek Usaha-usaha kelompok (usaha kelompok dan perorangan) • aspek kemitraan kelompok (sesama kelompok, BUMN pemerintah, LSM Badan-badan

Internasional).

3. Pola pendampingan Masyarakat Pengelola Kebakaran Hutan Pendamping masyarakat harus memiliki jiwa ksatria, punya komitmen, bermoral, dan tulus/ikhlas, tanpa ini semua seorang pendamping tidak akan berarti bagi masyarakat yang didampingi.

PAPARAN III Pembicara : Akmal Maas Dan Zazili Mustopa,SE Instans i : Masyarakat Peduli MUBA Tema : Menggagas Pendekatan Struktural Dan Kultural Dalam Penanggulangan

Kebakaran Hutan Di Kabupaten Musi Banyuasin. Kebakaran Hutan Kebakaran hutan yang tidak terkendali biasanya disebabkan karena tindakan manusia. Namun tidak menutup kemungkinan dapat terjadi karena alam. Kemarau panjang secara alami dapat menyulut teerjadinya kebakaran di areal perkebunan karet.Kebakaran hutan dengan eskalasi yang besar umumnya disebabkan karena kesalahan manusaia (human error) bukan oleh alam. Kebakaran yang disebabkan karena tindakan manusia pada diawali dengan pembersihan lahan (land clearing). Titik kebakaran akan meluas dari areal yang di Land clearing ke areal yang mudah terbakar misalnya alang-alang, belukar, padang rumput, dan rawa gambut. Apabila kebakaran mencapai rawa gambut kebakaran akan terjadi di bawah tanah. PAPARAN IV Pembicara : Ir. Reni Mursiana, SE Instans i : Yayasan Kaffah Tema : Pengalama Yayasan kaffah dibidang kerjasama antara perusahaan besar dan masyarakat setempat. Pola kerjasama yayasan kaffah :

1. Metode pragmatis • Teknologi PBO (pengurai bahan organik) • Manajaeamen UTC (Uang tunai cepat) • Suluh akhlaqul karimah (Bersatu Teguh Bercerai runtuh)

2. Metode Tematis PAR (Participatory action Research) • Agrotrisula (Zero emission) • Aslitulus (zero Costing) • Anti-culas (Zero leakage)

Aplikasi terhadap isu kebakaran hutan :

1. Sebar PBO Berarti “ pendayagunaan bahan organik” sehingga memotivasi anti pembakaran.

2. Sebart agrotrisula

Page 38: Pengelolaan Kebakaran Lahan dan Hutan di Sumatera Selatan ...

Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP

38

Berarti “peningkatan intensifikasi 5 M (mudah, murah, massal, meriah, madani) sehingga memberantas tebang tebas bakar.

3. Sebar persatuan Berarti Penciptaan rasa tanggung jawab bersama kepada Tuhan dan masyarakat sehingga mengentaskan sikap mau untung dan enak sendiri.

PAPARAN V Pembicara : Nurcholis,SH Instansi : : LBH Tema : Kesimpulan dari lokakarya kebakaran hutan dan lahan yang pernah di adakan Walhi pada 14-15 September 2001 Tujuan Lokakarya tersebut :

1. Menggagas suatu langkah strategis dan multi-stakeholder sebagai antisipasi kebakaran hutan di Sumatera Selatan.

2. Merencanakan suatu jaringan kerja yang multi-stakeholder dalam menanggulangi kebakaran hutan dan lahan di Sumatera Selatan.

3. Merancang mekanisme koordinasi yang jelas dalam jaringan kerja pada masing-masing stakeholders.

Hasil yang ingin dicapai :

1. Adanya metode strategi yang jelas sebagai langkah antisipasi terhadap kebakaran hutan dan lahan di Sumatera Selatan.

2. Adanya jaringan kerja yng multi stake holder untuk menanggulangi kebakaran hutan dan lahan di Sumatera Selatan.

3. Adanya mekanisme koordinasi yang jelas dalam jaringan kerja pada masing-masing stakeholders.

Fakta yang ingin diungkapkan

1. Kondisi objektif luas lahan hutan di Sumatera Selatan hanya tinggal 3,3 juta ha 1,9 dalam keadaan penutupan dan bukan merupakan hutan alam dan; 1,3 juta ha sudah berpenutupan dan bukan mutlak hutan alam lagi dan; 180.000 ha saja yang merupakan virgin forest dengan catatan bukan suatu bentangan.

2. Terjadi perubahan struktur masyarakat, salah satu penyebabnya adalah pemberlakuan UU No. 5 tahun 1979. Kondisi masyarakat adat sudah pecah dalam desa-desa sehingga kultur dan kearifan yang ada sudah ada yang hilang.

3. Tekanan dari pihak internasional berpengaruh terhadap kebijakan yang diambil dan masuk dalam Loi IMF dan persyaratan kerjasama dengan pihak luar negeri.

4. Lemahnya penegakan hukum meskipun sudah terdapat instrumen hukum yang dapat digunakan seperti UU No. 23 tahun 1997 atau UU No 41 tahun 1999 yang memberikan sanksi cukup berat yaitu kepada pihak-pihak yang secara sengaja melakukan pembakaran hutan dapat dihukum maksimal 15 tahun atau denda 5 milyar rupiah.

5. Sejak tahun 1997 telah dilakukan pelarangan pembukaan lahan dengan pembakaran yaitu dengan keluarnya SK Dirjen PHPA No. 152/Kpts?DJ-VI/1997 yang mencabut SK Dirjen PHPA No. 47/Kpts/DJ-VI/1997 tentang petunjuk teknis pembakaran terkendali.

6. Adanya konflik pertahanan yang terus berlangsung sampai dengan saat ini, antara masyarakat dengan perusahaan-perusahaan perkebunan yang mulai degang penggusuran tanah masyarakat secara paksa pada awal tahun 1990-an.

Page 39: Pengelolaan Kebakaran Lahan dan Hutan di Sumatera Selatan ...

Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP

39

Rekomendasi Lokakarya Walhi

1. Dalam hal memberikan izin investasi terhadap perusahaan harus berorientasi pada penyelamatan lingkungan hidup terutama pada tata guna lahan.

2. Perlu ada komunikasi antar stakeholders, khususnya pertukaran informasi. 3. Mendorong keterlibatan masyarakat secara lebih luas, bisa melalui intervensi pendidikan

lingkungan hidup yang ditekankan pada masalah kebakaran hutan. 4. Peningkatan kesejahteraan masyarakat. 5. Dalam hal law enforcement perlu adanya pengawasan dan tekanan secara massive dari

masyarakat. 6. Terkait masalah koordinasi infomasi dengan instansi terkait, harus ada transparansi dan

sosialisasi keadaan lapangan sesuai dengan kenyataan. 7. Sosialisasi dampak kebakaran hutan serta aturan hukumnya (khususnya sanksi).

Catatan tentang peserta Lokakarya Walhi Dinas kehutanan, FFPCP, BMG, PT. MHP, BAPEDALDA, Ornop, Pers, DPRD Musi Banyuasin, Organisasi Rakyat. DISKUSI PERTANYAAN Nama: Aina Rumiati Aziz Instansi : Majalah Forum Keadilan Ditujukan Kepada : Walhi/LBH Pertanyaan:

- Para peladang berpindah dituding sebagai penyebab kebakaran hutan, apa benar mereka ?

- Apa bukan perusahaan HPH yang menjadi penyebab utama, perusahaan di Riau, diadili ?

- Pada tahun 1997, 176 perusahaan yang melanggar hukum tetapi cuma satu perusahaan yang dinyatakan bersalah (perusahaan di Riau).

Nama : Ipi Magrang Cawang Instansi : Kesatuan Solidaritas Kesejahteraan Petani (KSKP) Ditujukan Kepada : Yayasan Putra Desa Pertanyaan :

- Yayasan Putra Desa sudah 25 tahun tapi seberapa jauh kegiatan yang dilakukan dan wilayahnya dimana

- Aku baru lihat berdasarkan makalah di sini hanya wacana dari beberapa tahun berdiri sifatnya hanya promosi, saranku memperdayakan masyarakat di sekitar hutan itu lebih baik.

Nama : Fathoni Syarif Instansi : Dinas Perkebunan OKI Ditujukan Kepada : Nurdin Reni Pertanyaan :

- Terlalu berani membuat makalah yang menyalahkan perusahaan - Dengan PBO berapa kira-kira 1 Ha lahan berapa rupiah

Page 40: Pengelolaan Kebakaran Lahan dan Hutan di Sumatera Selatan ...

Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP

40

JAWABAN Nur Kholis Tahun 1997 sampai dengan hari ini ada 176 perusahaan yang dituduh merusak hutan. Lemahnya law enforcement di Riau hukum berhubungan dengan pemilik modal. Lebih baik advokasi dilakukan di lapangan. Rekonsolidasi sangat penting. Jika membicarakan kearifan lokal tinggal kenangan. Catur wangsanya mengawal hukum yang sudah ada tetapi law enforcement tidak kuat berhubungan dengan uang. Hukum tidak mampu memberikan jaminan untuk kelas bawah. Walhi tahun 1997 menggugat 11 perusahaan hanya 1 perusahaan yang dinyatakan bersalah yaitu PT. MHP dan perlu diingat ketika mengajukan gugatan, majelis hakim mempertanyakan undang-undang apa yang akan digunakan. Pak Nurdin Menyalahkan perusahaan sebagai penyebab karena adanya kasus tanah, kebakaran dari 8 kabupaten. Yang dibicarakan bukan hanya sekedar inspirasi sendiri tetapi dari adanya berbagai pengaduan yang diajukan dari berbagai KSKP di berbagai kabupaten. Ada 4 tuntutan : 1. Selama ini pemerintah tidak adil terhadap petani lokal dibanding perusahaan internasional. Padahal

petani lokal mampu melestarikan. 2. Perkebunan internasional tidak melibatkan petani lokal. 3. Mengapa pemerintah rela 4. Pemerintah tidak perduli dengan petani lokal yang terkena kebakaran. Mengapa pemerintah tidak sayang dengan usaha yang besar tersebut. Korban-korban menadahkan tangan. Reni

Penguraian bahan organik yang berasal dari cairan yang tidak sedikit pun mengandung bahan kimia. Bokasi yang dicampur dengan PBO (satu sendok teh) adalah sama dengan pupuk kompos. Biaya dalam satu hektar :

Satu botol PBO (satu liter = lima ton pupuk kimia) = Rp 10.000

Kalau keasaman tinggi dicampur dengan Dolomut.

Selain dari tiga penjelasan di atas masyarakat juga didekatkan dengan sentuhan akhlakul karimah. Akhlak tidak disentuh tidak ada gunanya karena masyarakat kecil sudah terpengaruh dengan hal-hal yang negatif, seperti judi, dadu dan sebagainya. Yayasan Putra Desa Sudah didirikan sejak 8 tahun yang lalu dan berada di desa-desa, juga mendampingi 2.500 anak .

Page 41: Pengelolaan Kebakaran Lahan dan Hutan di Sumatera Selatan ...

Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP

41

KESIMPULAN SESI IV Banyak pihak dan stakeholder yang mempunyai niat dn kepentingan yanng berbeda kita tidak mencari siapa yang salah karena keadaan sudah begini. Kembali ke akhlak, moral kita masing-masing yang diharapkan apa yang dapat dilakukan. Kita tidak butuh laporan prosiding karena sudah banyak yang pintar tentang hal tersebut. Ada tiga faktor kebakaran hutan : 1. Cuaca 2. Bahan Bakar 3. Api Berhubungan dengan hal tersebut pemadaman harus dilakukan namun pencegahan yang sangat penting. Pemadaman juga penting tetapi bukan solusi.

Page 42: Pengelolaan Kebakaran Lahan dan Hutan di Sumatera Selatan ...

Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP

42

Hasil Diskusi Kelompok, 25 Oktober

Kelompok 1. Pengelolaan kebakaran di areal konservasi (Kasus Calon Taman Nasional Sembilang)

KOMPOSISI KELOMPOK Tipe Pihak/Daerah OKI MUBA LAIN JUMLAH Pemerintah 2 5 7 Swasta/Perusahaan Masyarakat/Petani LSM 1 5 6 Akademisi/Pers JUMLAH 13

SIFAT KEBAKARAN DI SEKITAR TAMNAS SEMBILANG (PANDANGAN SECARA TIDAK LANGSUNG DARI PESERTA)

Di Mana Terjadi?

Kapan? Apa yang terbakar?

Siapa pemilik nya?

Bagaimana mulainya?

S.Benu 1970-an/1990 Rawa-rawa, hutan bakau

Masyarakat lokal Dari kegiatan pembukaan lahan dan pemukiman

Semenan- Banyuasin

1983/1997 Rawa-rawa Calon Taman Nasional

Pembakaran untuk perikanan

P. Alang gantang

1970-an/1990 hutan bakau Calon Taman Nasional

Dari kegiatan pembukaan lahan

Pulau Betet 1980-an hutan bakau Calon Taman Nasional

?

Di Luar Kawasan Taman Nasional Karang Agung 1997 Hutan rawa Transmigrasi Pembukaan Lahan S. Sembilang 1997 Hutan Gambut Transmigrasi Pembukaan Lahan S. Kepahiyang 1991 Hutan Gambut Masyarakat/

HPH ?

S. Merang 1991/94 Hutan Gambut Masyarakat/ HPH

?

DAMPAK KEBAKARAN DI SEKITAR TAMNAS SEMBILANG

Dampak Positif/

Manfaat Kepada siapa? Dampak Negatif Kepada siapa?

Menghilangkan hama/ mengusir binatang

Masyarakat Pengrusakan lahan/kesuburan lahan

menurun

Hutan/ Masyarakat

Pempermudah pembukaan

lahan/Biaya murah

Masyarakat Perusahaan

Berkurang Plasma Nuftah

Hutan

Penjualan Masker Penjual Menganggu transportasi

Masyarakat

Perbaikan Vegetasi ?

Page 43: Pengelolaan Kebakaran Lahan dan Hutan di Sumatera Selatan ...

Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP

43

PENYEBAB KEBAKARAN DI SEKITAR TAMNAS SEMBILANG

1. Pembukaan Lahan 2. Konflik Lahan 3. Perburuan / Perikanan 4. Sebab Lain 5. Musim Kemarau El Nino

USULAN PENCEGAHAN

Kegiatan Pelaksana 1. Penyuluhan / Latihan

- Penyebaran Komik - Pemutaran Film - Audiensi dengan saksi hidup

korban kebakaran - Kampanye radio - Pemasangan rambu

- LSM – Pemerintah - Masyarakat - Swasta

2. Patroli - Rutin - Khusus

- Pemerintah (KSDA) - Masyarakat

3. Monitoring Patroli - LSM 4. Pembuatan Perda - Pemerintah – Masyarakat

USULAN LANGKAH BERIKUTNYA

Task Force

SATELIT

Fire Danger Rating Letak Pemukiman/Jalan Kondisi Vegetasi Rencana Pembukaan Lahan

Diseminasi

Informasi Voluntir LSM Pemerintah

FORUM

PETA RAWAN KEBAKARAN

DINAMIS

• PENYULUHAN – PELATIHAN – PATROLI/POSKO

• SARANA / PRASARANA PERSIAPAN ALAT TRADISIONAL /

Page 44: Pengelolaan Kebakaran Lahan dan Hutan di Sumatera Selatan ...

Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP

44

Kelompok 2. Pengelolaan kebakaran di daerah rawa / sonor

KOMPOSISI KELOMPOK Tipe Pihak/Daerah OKI MUBA LAIN JUMLAH Pemerintah 2 4 6 Swasta/Perusahaan Masyarakat/Petani 2 4 6 LSM 6 Akademisi/Pers 1 1 2 JUMLAH 5 4 11 20

FISIOGRAFI / TIPOLOGI LAHAN RAWA

- Lebak dalam - Lebak tengahan - Tepian sungai - Rawa Pasang Surut

DAMPAK KEBAKARAN DI DAERAH RAWA / SONOR

1. Dampak Positif

- Menyuburkan tanah / jangka pendek - menambah penghasilan - pembukaan lahan mudah, murah, efektif - pendayagunaan lahan (sonor) - terpeliharanya nilai-nilai gotong royong

2. Dampak Negatif

- Asap, Polusi - Secara jangka panjang tidak peyuburkan tanah - meningkatkan jumlah pupuk, terjadi mahal - penyebaran api keluar areal - merusak ekosistem - hilangnya satwa-satwa di hutan

SEBAB KEBAKARAN DI DAERAH RAWA / SONOR

1. Aktivitas Pembukaan Lahan

- sonor / musim kemarau panjang - rutin/ tahunan - perusahaan

2. Aktivitas Pencarian Ikan 3. Ketidak sengajaan / rokok 4. Ketidakjelasan status lahan

Page 45: Pengelolaan Kebakaran Lahan dan Hutan di Sumatera Selatan ...

Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP

45

USULAN PENCEGAHAN DI DAERAH RAWA / SONOR

Sebab Kebakaran

Usulan Pencegahan Hambatan

Pembukaan Lahan - sonor - rutin/ tahunan - perusahaan

- Sosialisasi bahaya kebakaran

- pertanian mandiri - diubah jadi lahan

perkebunan - budidaya gelam - perketat pengawasan

dan sanksi - libatkan masyarakat

- Biaya - tidak ada bantuan - kurang kerjasama

dengan pemerintah

Aktivitas Pencarian Ikan

- Ganti api dengan strum / aki

- Biaya

Ketidak sengajaan / rokok

- Sosialisasi - penyuluhan - pelibatan masyarakat

Ketidakjelasan status lahan

- penyesuaian tata guna lahan / peta antar instansi terkait dan masyarakat

- kejelasan batas-batas di lapangan

USULAN KERJASAMA ANTAR INSTANSI UNTUK PENCEGAHAN KEBAKARAN DI DAERAH RAWA / SONOR

♦ PEMERINTAH

à Bantuan masalah teknis dan pendanaan

à Perubahan penggunaan lahan-lahan sonor menjadi areal pertanian intensif atau

perkebunan

à Meningkatkan saran dan prasarana untuk masyarakat

à Mengefektifkan kerja penyuluh di lapangan

à Kemudahan akses untuk memperoleh data/informasi/peta

à Kerjasama antar instansi terkait dalam pembuatan “Satu” peta penggunaan / kepemilikan

lahan dan memperjelas secara detil

♦ AKADEMISI / PENELITI

à Mencari teknologi tepat guna, khususnya pertanian intensif di areal rawa

à Penyuluhan, pelatihan

à Technical Assistant

à Penyediaan data / informasi / peta

Page 46: Pengelolaan Kebakaran Lahan dan Hutan di Sumatera Selatan ...

Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP

46

♦ SWASTA

à Investasi di areal rawa, kerjasama dengan masyarakat co/ KKPA

à Memperjelas batas-batas perusahaan bekerjasama dengan masyarakat, guna mengurangi

potensi konflik

♦ LSM

à Pendampingan dan penyuluhan intensif di lapangan

à Menjadi alat kontrol bagi masyarakat, perusahaan dan pemerintah

♦ MASYARAKAT

à Memberikan dukungan secara nyata

à Memperjelas batas-batas areal kepemilikan masyarakat

USULAN UNTUK LANGKAH BERIKUT LOKAKARYA

• Membangun organisasi kebakaran hutan – lahan (partisipatif)

• Pelatihan relawan kebakaran H-L

• Konsistensi dan komitment, realisasi usulan (NATO?)

• Monitoring dan Evaluasi

• Dukungan masyarakat harus diperhatikan (timbal-balik)

• Pelibatan masyarakat dalam pembuatan kebijakan partisipatif)

Page 47: Pengelolaan Kebakaran Lahan dan Hutan di Sumatera Selatan ...

Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP

47

Kelompok 3. Pengelolaan kebakaran di HPH/HTI

KOMPOSISI KELOMPOK Tipe Pihak/Daerah OKI MUBA LAIN JUMLAH Pemerintah 1 2 2 5 Swasta/Perusahaan 2 2 Masyarakat/Petani 1 1 LSM 2 3 5 Akademisi/Pers 1 1 JUMLAH 6 2 6 14

PENGALAMAN LANGSUNG DARI PERSERTA TERHADAP KEBAKARAN

Di Mana Terjadi?

Kapan? Apa yang terbakar?

Siapa pemilik nya? Bagaimana mulainya?

Sekayu + Mangunjaya

1982 (48 jam) 1997

Alang-alang Transmigrasi (500 KK/1000 ha)

?

OKI – lokasi transmigrasi air

sugihan / Tulung Senapan

1987 1991 1994 1997

Hutan Alang-alang lahan usaha

HPH Masyarakat

sonor ngelebung

illegal loggers

Hutan Wisata Punti Kayu

1997 Hutan DepHut dari masyarakat/pertanian

Bayung Lincir (MUBA)

1997 Semak + HTI HPHTI (300 ha) ?

Jirak, Sungei Penuh

1995 Karet Acacia

BRLKT (500 ha)

?

DAMPAK DARI KEBAKARAN DI DAERAH HPH/HTI

♦ DAMPAK POSITIF

à Kesuburan tanah (jangka pendek) èpetani

à Mengurangi biaya penyiapan lahan èpetani + swasta

à Memudahkan penyiapan lahan

à Sifat-sifat kimia tanah (pH 4)

Page 48: Pengelolaan Kebakaran Lahan dan Hutan di Sumatera Selatan ...

Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP

48

♦ DAMPAK NEGATIF

à Hutan gundul

à Sifat sebagai “penangkap air”

à Banjir

à Tanah longsor

à Kerusakan lahan (Jangka panjang)

à Kimia (pH) / Biologi

à Kesehatan

à Transportasi

à Mengganggu hubungan Internasional

à Menurunkan kesejahteraan masyarakat

à Biodiversity (plasma nutfah)

SEBAB KEBAKARAN DI DAERAH HPH/HTI

à Untuk tujuan tertentu :

1. Penyiapan lahan (mudah, murah, cepat) + kelalaian

2. Menghilangkan jejak / melepaskan tanggung jawab

3. Konflik kepentingan (lahan, sumber daya, sosial)

4. Akses ke sumber daya alam

5. Kelalaian (berburu, kemping, dsb)

à Iseng

USULAN PENCEGAHAN KEBAKARAN

Sebab Kebakaran Usulan Pencegahan Pengalaman Hambatan

Penyiapan lahan, mudah, murah, cepat. Kelalaian

- Pemberdayaan lembaga-lembaga masyarakat,

- Penyusunan perangkat peraturan Penegakan hokum

- Intensfikasi usaha tani terpadu

HPH MHP / Yayasan Kaffah / PT SBA

Hanya di daerah tanpa kayu + dana + skill

Menghilangkan jejak (Tg.-Jawab)

- Penegakkan Hukum - Moral

Konflik SOS (lahan, SD & Sosial)

- Penyelesaian konflik - Tata guna lahan di sempurnakan - PH bersama masyarakat - Mengakui hak rakyat

Kelalaian (kurangnya pengetahuan dan keahlian)

- Sosialisasi tentang penanggulangan kebakaran - pelatihan

Akses ke sumberdaya

Sda 1

Iseng - Penegakkan Hukum - Moral

Berdampak pada semua terutama masyarakat setempat

Page 49: Pengelolaan Kebakaran Lahan dan Hutan di Sumatera Selatan ...

Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP

49

USULAN KERJASAMA DALAM PENCEGAHAN KEBAKARAN

Usulan LSM Swasta Akademisi Pemerintah Pemberdayaan masyarakat (lembaga, aturan)

Pendampingan fasilitator, motivator, pengawasan inisiator

Fasilitator pendanaan inisiator

Litbang penyediaan informasi pendampingan

Koordinasi, pengawasan, pendanaan, evaluasi

Penegakkan Hukum

Pengawasan data + info pelaporan

Data + Info Sama Pelaksanaan

Intensifikasi + Usaha tani terpadu

Sda 1 Sda 1 Sda 1 + Transfer Teknologi

Bintek koordinasi monev pendanaan

Penyusunan perangkat peraturan

Memberikan input sosialisasi

Input Penelitian, pengkajian, sosialisasi

Pelaksanaan, pendanaan

USULAN UNTUK LANGKAH BERIKUT LOKAKARYA 1. Membentuk forum komunikasi penanggulangan kebakaran hutan & lahan Propinsi Sumsel yang

beranggotakan semua pihak terkait

2. Penyediaan perangkat pendukung forum tsb.

3. Pengadaan sarana + prasarana pemadam kebakaran di tingkat desa (hand tools + pompa air)

4. Pelatihan & sosialisasi

5. Data base + sistim informasi

6. Pengembangan Usaha Tani terpadu

Page 50: Pengelolaan Kebakaran Lahan dan Hutan di Sumatera Selatan ...

Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP

50

Kelompok 4. Pengelolaan kebakaran di perkebunan rakyat dan besar

KOMPOSISI KELOMPOK

Tipe Pihak/Daerah OKI MUBA LAIN JUMLAH Pemerintah 1 3 4 Swasta/Perusahaan 2 5 7 Masyarakat/Petani 2 2 LSM 1 5 6 Akademisi/Pers 1 1 JUMLAH 2 4 14 20

PENGALAMAN LANGSUNG TERHADAP KEBAKARAN DI PERKEBUNAN

Di Mana Terjadi?

Kapan? Apa yang terbakar?

Siapa pemilik nya?

Bagaimana mulainya?

Desa Sribandung Tanjung Atap

96 & 98 Kebun Karet Lahan rakyat desa Tanjung atap = 3 orang. Desa Sribandung = 40 orang

Imbas pembakaran PTPN VII Cinta Manis

Kec. Tj. Batu April – Oktober / Setiap Tahun

Kebun Tebu PTPN VII Cinta Manis

Sengaja dibakar

Kec. Bayung Lincir - Muba

1997 Kebun Sawit + 300 ha

PT Hindoli Kebun berdampingan dg hutan / dua-duanya terbakar

Mesuji - OKI Juni – Okt 97 Kebun Sawit + 200 ha

PT Selapan Jaya Karena lahan belum dikonversi menjadi plasma

Desa Sukajadi Kec. Lahat (lembah Bkt. Barisan)

97 Kebun Karet – Kopi = 30-40 kk + 100 ha

Petani

Desa Srimulyo 97 Kebun Karet + 30 ha

PT Pinago Utama

Musi Rawas Desa Sungai Batang Rawas Ilir

97-98 Hutan Inhutani V + 1000 ha

Pembukaan jalan baru oleh PT

Page 51: Pengelolaan Kebakaran Lahan dan Hutan di Sumatera Selatan ...

Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP

51

PANDANGAN (TIDAK LANGSUNG) TERHADAP KEBAKARAN DI PERKEBUNAN

Di Mana Terjadi?

Kapan? Apa yang terbakar?

Siapa pemilik

nya?

Bagaimana mulainya?

Sekayu-Muba Kec. S. Keruh & Kec. B. Toman

Sept 97 Karet, Jeruk + 200 ha

Petani - Rakyat, karena ganti rugi sedikit

- Ada perusahaan perkebunan yang melakukan pembakaran dalam proses land clearing (high cost)

- Orang-oramg yg lalu lalang dijalan

- Berburu, krn rusa senang makan rumput muda pasca pembakaran

Bayung Lincir - Kebun Masyrakat - Hutan

- Perapian yang dibuat o/ penebang liar

Suban Jeriji Muara Enim Blok Sodong

Juli 2001 Tumpukan Kayu Acacia 1000 m3

MHP - Karena kasus tanah tdk selesai

- Rekanan perusahaan / persaingan bisnis

DAMPAK DARI KEBAKARAN

DAMPAK POSITIF PADA SIAPA DAMPAK NEGATIF PADA SIAPA Land Clearing :

- Murah, cepat, mudah

- Mengurangi hama

- Perusahaan - Perkebunan

- alih fungsi profesi Petani mjd buruh

- Polusi : asap & debu - Kerusakan ekosistem - Kebakaran yg

meluas - Dampak politik,

ekonomi (hubungan international)

- Masyarakat - Lingkungan - Negara

Land Acquicition : Mudah, cepat

Perusahaan Melemahnya posisi tawar pemilih lahan

- Rakyat pemilik lahan

Membuka lahan u/ perkebunan rakyat : teknologi yang terjangkau

Non perusahaan : petani

Rentan kebakaran ditempat lain

- Lingkungan di sekitarnya

Page 52: Pengelolaan Kebakaran Lahan dan Hutan di Sumatera Selatan ...

Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP

52

USULAN PENCEGAHAN KEBAKARAN

SEBAB KEBAKARAN

USULAN PENCEGAHAN

PENGALAMAN HAMBATAN

- Pajak Lingkungan (Izin membakar)

- Pajak lebih mahal daripada menggunakan teknologi mekanik

- Korupsi - Kolusi - Nepotisme

- Pendekatan Legal : - Peraturan - Sanksi

- Lemahnya penegakan hukum

FINANCIAL

- Sertifikasi - “eco-label” Iso 14001

- KKN

Teknologi - Organisasi Pendidikan

- Pemberdayaan Masyarakat

Penanggulangan - Latihan - Peralatan

- Proyek-proyek

- Sarana & prasarana, skill & Jaringan

USULAN KERJASAMA DALAM PENCEGAHAN KEBAKARAN

USULAN MASYA-RAKAT

LSM SWASTA AKADEMISI PEMERINTAH

Finansial : - Pajak lingkungan - Pendekatan legal - Sertifikasi

Sumber informasi

Study (PAR) Sumber Informasi

Study Membuat kebijakan

Teknologi Pemberdayaan masyarakat 1. Organisasi 2. Pemberdayaan

Dukungan Informasi

Fasilitator Dukungan teknologi, skill, dana

Riset Pelayanan

Penanggulangan Partisipasi aktif

Fasilitator Peran Aktif Riset Penyebaran informasi

Motivator Peran aktif

Page 53: Pengelolaan Kebakaran Lahan dan Hutan di Sumatera Selatan ...

Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP

53

Presentasi dan Diskusi Pleno mengenai Hasil Diskusi Kelompok Pertanyaan

1. Salah satu penanggulangan kebakaran hutan dengan perda Kurang sepakat untuk sembilang. 2. Dayak Penyebab kebakaran dari puntung rokok belum pernah terlihat secara fakta.

Jawaban 1. - Perda umumnya berintikan belum ada alur yang jelas untuk masalah kebakaran hutan.

- Kurang sependapat bahwa perda dengan Sk gubernur tetapi melihat kekuatan hukum lebih tinggi dari Sk Gubernur

2. Rokok bisa membuat kebakaran (rokok yang biasa dipakai para petani atau besar). Tanggapan untuk pertanyaan Rokok jambu bias membakar (rokok apa saja) tentang persoalan puntung rokok hanya kelalaian (manusia menjadi penyebab utama kebakaran oleh karena itu perlu sosialisasi, penyuluhan, latihan dan lain-lain.

Pertanyaan 1. Apakah selama ini ada penyuluhan tentang pembukaaan lahan dengan zero burning. 2. Tidak sependapat pada pajak lingkungan yang membakar hutan atau lingkungan (artinya kita

mengizinkan pembakaran) Jawaban

1. Diharapkan langsung ke lokasi perusahaan yang membuka lahan dengan zero burning. 2. kalau dikenakan pajak seolah-olah mengizinkan tapi selama ini sudah dilarang pun masih

terjadi mengapa tidak dikeluarkan keputusan dengan mengenakan pajak. Pertanyaan

1. ada kontradiksi yang terjadi yaitu masyarakat petani tradisional dan perusahaan besar dan dihubungkan dengan peraturan yang mestinya semua pihak sama dimuka hukum karena itu hanya untuk perusahaaan besar sedangkan yang disebabkan oleh petani itu bisa jadi potensi kebakaran tidak dipersoalkan.

2. Bagi perusahaan yang melakukan zero burning dimana ? Jawaban

1. Saat ini tidak ada peraturan di Indonesia melarang membakar ladang sendiri yang ada hanya UU no 41 yaitu UU yang melarang membakar hutan. Dalam UU ada alasan yang dikecualikan sehingga untuk masyarakat masih ada, khusus perusahaan besar diberikan sanksi yang lebih besar.

Tanggapan :

1. Pembakaran boleh asal untuk hal-hal yang khusus dan dalam skala kecil atau terkendali. 2. Pihak perusahaaan mengaku aadanya pembakaran hutan sementara mengapa pemerinta

membantah hal tersebut karena itu sekarang yang penting bagaimana ke depan jangan terjadi pembakaran.

Rekomendasi :

1. Usulan adanya forum 2. Masalah penegakan hokum 3. Kembali ke individu masing-masing

Page 54: Pengelolaan Kebakaran Lahan dan Hutan di Sumatera Selatan ...

Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP

54

Evaluation Of Workshop By Participants (English Summary) At the end of the workshop, the participants were given a 2 pages evaluation form (see appendix 2). The full results of the evaluation, are presented in the next section. Below is a brief summary in English.

1. Evaluation of the Papers Presentations The papers presentations which took place during the first day were rather well appreciated, with an average rating of "interesting enough". The most appreciated session was the one on "Fires and Land Use", which was rated "interesting enough" to "very interesting".

2. Evaluation of the Group Discussions The group discussions received a very good rating, they were usually found "very interesting". The participants appreciated that the small groups enabled a good interaction and that everybody could participate. The plenary session during which the results of the group discussions were presented received also a good commentary ("interesting enough" to "very interesting") but the time allocated for discussion was considered too short.

3. Representativity of the Workshop Members The participants were asked whether they thought that the workshop members were a good representation of the stakeholders involved in fire management. Most participants thought that the representativeness was rather good, with the following comments: - some NGO members commented that the participation of farmers and village people was still too

low and that there was a surrepresentation of government and private companies - it was suggested that the BPN (Land Office) should have been included since they are a major

actor in land use policies - it was suggested that transmigrant farmers should have been invited, given the importance of fire

in/from transmigration areas.

4. Expression of the Participants point of view. The participants were asked whether their point of view was enough represented and expressed during the workshop. Most expressed the view that their point of view was well represented. However, some NGO members and farmers found that the time allocated for discussions and questions/answers was too short, so that they did not have time to ask their questions or express their views.

5. Information / points of view acquired during the workshop Participants indicated that the workshop enabled them to enlarge their knowledge and understanding of the causes and impacts of the fires, especially: - several participants mentioned that they learned during thw workshop that the fires were mostly

the result of human activities, especially land clearing, and not the result of accidental/ natural causes

- several participants mentioned that the workshop helped them to realize that the workshop is the responsibility and the problem of all stakeholders (everyone's problem, everyone's responsibility).

Some NGO members noted that the workshop revealed how strong some prejudices remain about the fires, for example the fact that so many participants blamed the fires on natural or accidental causes (cigarette butts), and the fact that the government and private companies are still tending to blame the fires on the farmers and villagers.

Page 55: Pengelolaan Kebakaran Lahan dan Hutan di Sumatera Selatan ...

Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP

55

6. Other benefits from the Workshop Most participants emphasized the fact that the workshop enabled them to enlarge their contacts and network, to meet new stakeholders. The occasion to discuss between different types of stakeholders was strongly appreciated.

7. Steps that you expect or suggest after the workshop The participants made the following remarks and suggestions: - that the workshop should be followed with action in the field, down to the village level, and not

just remain as speeches - that the recommendations included in the official conclusions of the workshop should be

implemented - that all actions following the workshop should be done in a transparent way, with monitoring and

information of all stakeholders - that they were hoping that a multi-stakeholder forum would be built after this workshop to

continue discussing and to implement the results of the workshop

8. Other comments and recommendations The main comment and suggestion made by the participants was that similar workshop should be held in the future, but with a larger representation and a more active participation of farmers and village people. The detailed evaluation made by the different types of stakeholders can be seen in the next section (in Indonesian).

Page 56: Pengelolaan Kebakaran Lahan dan Hutan di Sumatera Selatan ...

Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP

56

Evaluasi Hasil Lokakarya (Bahasa Indonesia)

S : Sangat menarik / C : Cukup menarik / K : Kurang menarik

S C K Komentar / Usulan

SESSI I - Paparan (Rabu 24, Jam 9:00-10:30)

PETANI

5 5

LSM

2 1 1 WALHI Sumsel : Sebagian besar pemakalah tidak menguasai materi yang diberikan ada juga materi yang tidak sesuai dengan alur yang di buat.

1 1 KKHL-Riau : Pihak Pemda memaparkan program instansi.

4 2 2 MPM : Waktu paparan diperpanjang.

1 1 BUMI : Sebaiknya pemakalah tidak diwakili sehingga bisa membantu pemecahan masalah.

2 2 KAFFAH : Paparan cukup baik namun realisasi terhadap kebakaran belum terealisasi. Program pemerintah pada prinsipnya baik, namun pelaksanaan di lapangan belum mencapai sasaran yang optimal.

INSTANSI PEMERINTAH 6 3 2 1

BAPPEDA MUBA : Sangat menarik : Paparan yang lugas, sistematis dan tidak muluk\muluk yang disampaikan Bpk. Fachurrozie Sjarkowi

Dinas PMD MUBA : Makalah yang disampaikan Bpk. Fachurrozie Sjarkowi sangat menarik dan perlu mendapat tindak lanjutnya.

Disbun Propinsi : Usul agar instansi terkait, pihak masyarakat (LSM dsbg), investor dilibatkan dlm penanganan kebakaran di proyek Uni Eropa.

BKSDA Sumsel : Paparan dari instansi terkait banyak yang hanya mewakili kepala instansi.

PERUSAHAAN SWASTA

2 1 1

PT. Cipta Futura : Kurang, karena materi sedikit dan tidak ada makalah.

PENILITI / AKADEMISI

Page 57: Pengelolaan Kebakaran Lahan dan Hutan di Sumatera Selatan ...

Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP

57

S C K Komentar / Usulan

2 1 1

Wetlands International : Ada sebagian paparan yang berfokus pada struktur dan teori.

ANONYM 1

1

TOTAL 26

5

15

6

Sessi II (Kebakaran dan Penggunaan Lahan, Rabu 24, Jam 11:00 – 13:00)

PETANI

5 1 2 2

LSM 2 2 WALHI Sumsel + KKHL Riau :

Sedikit baik karena berdasarkan fakta-2 yang ada. 4 2 2 MPM :

Menambah pengetahuan kami tentang kebakaran dan penggunaan lahan.

1 1 BUMI : Kurang jelas contoh perusahaan/masyarakat yang membuka lahan dengan zero burning.

2 2 KAFFAH : Dapat menambah wawasan.

INSTANSI PEMERINTAH 6 2 4

BAPPEDA MUBA : Makalah yang disampaikan oleh Kepala Bappeda OKI cukup menarik dengan fakta-fakta yang ada di kab. OKI.

Dinas PMD MUBA : Makalah yang disampaikan oleh Kepala Bappeda OKI cukup menarik namun perlu realitasinya.

Disbun Propinsi : Paparan dari proyek FFPCP perlu memperlihatkan data dan fakta tidak hanya uraian/tulisan saja.

PERUSAHAAN SWASTA 2 1 1

PENILITI / AKADEMISI 2 1 1

Wetlands International : Banyak perencanaan yang dibuat oleh Pemda yang belum memaksimalkan masalah ekologi, konservasi.

ANONYMUS 1

Page 58: Pengelolaan Kebakaran Lahan dan Hutan di Sumatera Selatan ...

Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP

58

S C K Komentar / Usulan

TOTAL = 25

10

12

3

Sessi III (Kebakaran di Perkebunan/HTI, Jam 14:00- 15:30) PETANI

5 4 1

LSM 3 2 1 WALHI Sumsel + KKHL Riau :

Sedikit baik karena berdasarkan fakta-2 yang ada. 4 1 3 MPM

1 1 BUMI : Belum jelas tentang pembukaan lahan dengan zero burning oleh perkebunan.

2 1 1 KAFFAH : Mendapat wawasan baru tentang teknologi pencegahan kebakaran terutama pola Agroforestri (“Pola usaha Tani Terpadu” yang disampaikan oleh pihak PT. SBA Wood Industries).

INSTANSI PEMERINTAH

6 1 5

BAPPEDA MUBA: Cukup menarik tentang pengelolaan kebakaran perkebunan/HTI tetapi tidak terlalu ada hal-hal yang baru.

Disbun Propinsi : Kebakaran di perkebunan besar pada dasarnya tidak di kehendaki oleh investor. Pada umunnya perkebunan rakyat, warga membuka lahan masih sisytim bakar karena kebiasaan (low cost). Kalau sudah kebakaran umumnya saling menunding.

PERUSAHAAN SWASTA 2 2

PT. Cipta Futura : Kami belum dapat makalah dari PT. Lonsum, padahal hal tersebut penting sebagai pedoman / acuan kami dlm mengatasi kebakaran lahan / hutan kami.

PENILITI / AKADEMISI 2 2

Wetlands International : Tidak dijelaskan suksesi setelah kebakaran.

ANONYM 1

TOTAL 25

5

18

2

Sessi IV (Pengelolaan Kebakaran oleh Masyarakat, Jam 16:00-18:00)

Page 59: Pengelolaan Kebakaran Lahan dan Hutan di Sumatera Selatan ...

Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP

59

S C K Komentar / Usulan

PETANI 4

1

3

LSM

3 1 2 WALHI Sumsel + KKHL Riau : Baik. Apa yang disampaikan pemakalah sesuai dengan fakta yang terjadi di lapangan. Ternyata masyarakat lebih arif mengelola hutan dan lahan. Peserta dari masyarakat tidak seimbang secara kuantitatif dengan peserta dari pemerintah dan pengusaha, LSM.

4 2 2 MPM : Karena masyarakat/LSM diberikan kesempatan untuk menyampaikan padangannya.

1 1 BUMI : Kurang jelas / belum ada nama dan tempat kelompok masyarakat di masing-masing daerah.

2 KAFFAH : Bisa dimaklumi penyampaiannya.

INSTANSI PEMERINTAH 6 1 4 1

BAPPEDA MUBA: Menyuarakan fakta tata cara pembukaan lahan umtuk menyapapkan lahan guna penamanan.

Dinas PMD MUBA : Teknologi yang disampaikan perlu dikembangkan.

Disbun Propinsi : Masih merupakan wacana dan ini perlu diuji coba oleh proyek.

PERUSAHAAN SWASTA 2 1 1

PENILITI / AKADEMISI

2 2

Wetlands International : Sebagian paparan yang berfokus pada pengelolaan kebakaran, bukan pada pencegahan.

ANONYM 1

TOTAL 25

6

15

4

Diskusi Kelompok (Kamis 25, Jam 8:30-12:00)

Kelompok Sonor PETANI

3

3

LSM 1

1

WALHI Sumsel : Semua elemen yang hadir berperan aktif dlm proses diskusi.

Page 60: Pengelolaan Kebakaran Lahan dan Hutan di Sumatera Selatan ...

Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP

60

S C K Komentar / Usulan

PENILITI / AKADEMIS

1

1

ANONYM 1

1

Total = 6 4 1 1

Kelompok Sembilang LSM

2 1 1

WALHI Sumsel : Sema elemen yang hadir berperan aktif dlm proses diskusi.

BUMI : Karena potensi alam yang perlu di lestarikan.

INSTANSI PEMERINTAH

3

3

PENILITI / AKADEMISI

1

1

Total = 6 5 1 0

Kelompok HPH/HTI LSM

1

1 MPM :

Karena penyampaian pendapat / usul / saran secara terbuka dan kekeluargaan.

PERUSAHAAN SWASTA

1

1

INSTANSI PEMERINTAH

1

1

BAPPEDA MUBA: Penyampaian yang komprehensif dan rekomendasi yang jelas dan terarah.

Total = 3 3 0 0

Perkebunan PETANI

2

2

LSM 2

2

KAFFAH : Karena temanya mengulas tentang bagaimanna cara pencegahan kebakaran yang baik dan ramah lingkungan.

PERUSAHAAN SWASTA

1

1

ANONYM 1

1

Total = 4 4 0 0

Sessi Pleno / Presentasi Hasil Diskusi Kelompok (Kamis 25, 13:00-16:00)

Page 61: Pengelolaan Kebakaran Lahan dan Hutan di Sumatera Selatan ...

Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP

61

S C K Komentar / Usulan

PETANI 3

3

LSM

1 1 WALHI Sumsel : Antusiasme peserta cukup tinggi. Paparan masing-masing kelompok lumayan baik.

1 1 BUMI : Waktu presentasi dan diskusi sangat terbatas sekali. Perlu ditambah waktu agar dapat bertukar pikiran yang lebih baik.

2 1 1 KAFFAH : Pada dasarnya hasil yang disampaikan tiap-tiap kelompok adalah SAMA dan bisa disepakati. Banyak menerima tanggapan-tanggapan dan bantahan- bantahan (sangahan).

INSTANSI PEMERINTAH

3

2

1

BAPPEDA MUBA : Sebuah diskusi yang hidup. BKSDA Sumsel : Waktunya terlalu sempit.

PERUSAHAAN SWASTA

1

1

PENILITI / AKADEMISI

1

1

ANONYM 1

1

Total = 14 7

7 0

Apakah Peserta Lokakarya Mewakili semua pihak?

PETANI Ipi Magran. Sekjen KSKP Sumsel

Ya. Tetapi masih kurangmya kejujuran dari peserta dalam menyampaikan makalah, karena masih ada sikap yang berusaha untuk membenarkan pihaknya sendiri (kurang kesadaran).

Predy, Alumni SLPHT MUBA

Bisa ya, bisa tidak.

Suparman Menurut saya belum sepenuhnya mewakili masyarakat Sumsel, sebab 40% perserta banyak pejabat atas nama (a/n) masyarakat.

LSM WALHI Sumsel Tidak, Terlalu banyak wakil dari Pemerintah dan swasta. Sementara wakil

masyarakat / petani yang menjadi korban utama kebakaran hutan / lahan kurang terwakili.

WALHI Sumsel TIDAK, karena dari masyarakat terlalu sedikit. MPM Cukup mewakili semua masyarakat. INSTANSI PEMERINTAH BAPPEDA MUBA

Cukup terwakili secara strata masyarakat, namun karena namanya Sumsel, kenapa tidak semua kabupaten dlm Prov. Sumsel yang diundang walaupun hanya elemen-elemen tertentu saja misalnya wakil pemerintah.

Page 62: Pengelolaan Kebakaran Lahan dan Hutan di Sumatera Selatan ...

Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP

62

Dinas PMD MUBA

Cukup mewakili.

Disbun Propinsi Masih kurang, karena urusan Badan Pertanahan Nasional Propinsi tidak diikutkan. BPN adalah sumber informasi lahan, penggunaan lahan, dll.

Dishut Propinsi Cukup mewakili. BKSDA Sumsel Cukup mewakili. Departemen Kehutanan, Jakarta

Sudah cukup mewakili.

PERUSAHAAN SWASTA PT. SBA Wood Industries

Cukup mewakili.

PT. Cipta Futura Cukup mewakili. PENILITI / AKADEMISI Wetlands International

Belum, tidak terwakilinya dari masyarakat transmigran, petani plasma.

CIFOR Yes, was quite good, UNI EROPA M. de Brune, Project Officer, Delegasi K.E.

Mungkin kurang ada perwakilan dari masyarakat desa/petani tapi sulit diajak berpartisipasi dalam acara seperti ini.

Anon. Tidak, karena belum menyebar kepada masyarakat desa. Apakah usulan / pandangan anda terwakili ?

PETANI Ipi Magran. Sekjen KSKP Sumsel

Dapat diucapkan.

Predy, Alumni SLPHT MUBA

Tidak. Dari jumlah masyarakat yang ada di MUBA dan OKI yang jumlahnya sangat banyak, belum bisa terwakili kalau cuma diwakili oleh segelintir orang aja.

Suparman Sebagian usulan (70%) terwakili. LSM WALHI Sumsel Tidak. Keterbatasan waktu yang di sisun penyelenggara mengakitbatkan

banyak pertanyaan / usulan / pandangan yang akan saya ajukan akhirnya tidak terakomodir

MPM Dapat diucapkan namun waktunya kurang. Cukup terwakili. Sebagian kecil aspirasi yang dapat kami sampaikan karena terbatasnya waktu yang diberikan.

INSTANSI PEMERINTAH BAPPEDA MUBA

Cukup terwakili, tapi hanya kami ragu hasil/rekomendasi dari lokakarya ini dapat/mau direalisasikan.

Dinas PMD MUBA

Cukup terwakili.

Disbun Propinsi Peserta rapat/lokakarya ini merupakan asset. Proyek Uni Eropa (proyek yang akan muncul) merupakan personal tim.

Dishut Propinsi Dapat terwakili. BKSDA Sumsel Dapat diucapkan.

Page 63: Pengelolaan Kebakaran Lahan dan Hutan di Sumatera Selatan ...

Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP

63

Departemen Kehutanan, Jakarta

Dapat diucapkan / cukup terwakili.

PERUSAHAAN SWASTA PT. SBA Wood Industries

Cukup mewakili.

PT. Cipta Futura Dapat. PENILITI / AKADEMISI Wetlands International

Ya.

CIFOR Came to listen. UNI EROPA M. de Brune Project Officer, Delegasi K.E.

Ya

ANON. Minta bantuan teknis, bantuan dana dan bantuan alat-alat. Minta seluruh instansi terkait terlibat.

Pengetahuan / pandangan baru apa yang anda dapat dari Lokakarya?

PETANI Ipi Magran. Sekjen KSKP Sumsel

Bahwa kebakaran yang terjadi selama ini disebabkan oleh manusia dan bukan oleh gesekan kayu/daun. Berpikir global untuk bertindak lokal.

Predy, Alumni SLPHT MUBA

Pola diskusi sudah mengarah ke pola bottom-up. Adanya keberpihakan dari LSM, pemerintah, swasta, akademi terhadap masyarakat (petani) utk kelangsungan hidup masyarakat (petani).

Suparman Bisa sedikit mengerti tentang dampak kebakaran hutan. Menambah wawasan tentang tanggung jawab kebakaran hutan.

Sutarno Menurut saya, diakdakan lokakarya lebih bagus lebih dekat dengan instansi terkait.

LSM WALHI Sumsel Pengetahuan tentang system Sonor dan masalah Calon Taman Nasional

Sembilang, serta masalah lain yang berkaitan dengan kebakaran hutan. Masih banyak pemerintah dan beberapa LSM yang beranggapan bahwa factor alam seperti El Nino atau factor … seperti puntung rokok sebagai factor penyebab utama kebakaran hutan

KKHL-Riau Masih adanya anggapan dari sebagian pemerintah dan pihak perusahaan bahwa penyebab kebakaran hutan dan lahan adalah masyarakat

MPM Banyak pandangan baru yang diperoleh dari lokakarya ini. BUMI Yah ! terutama persepsi tentang masalah kebakaran adalah MASALAH

BERSAMA atau tangggung jawab bersama. KAFFAH Data-data mengenai titik kebakaran.

Penyebab dominan kebakaran. Cara mengatasi kebakaraan dengan cara melibatkan masyarakat sekitar hutan.

INSTANSI PEMERINTAH BAPPEDA MUBA

Hampir tidak ada. Hanya saja mau menguji hasil komitmen hasil dari lokakarya. Apakah hanya utk memenuhi komsumsi pemberitauan, atau memang benar-benar ingin menyelesaikan persoalan.

Page 64: Pengelolaan Kebakaran Lahan dan Hutan di Sumatera Selatan ...

Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP

64

Dinas PMD MUBA

Menambah wawasan kami dlm hal mencegah dan nenanggulangi kebakaran hutan.

Disbun Propinsi Membantu/memberikan kontribusi FFPCP dlm tugas dan mencari solusi pencegahan dan penanggulangan kebakaran

Dishut Propinsi Kondisi dan permasalahan sistem sonor. BKSDA Sumsel Hasil lokakarya :

1. Kebakaran adalah tanggung jawab kita semua. 2. Penyebab kebakaran 99% oleh manusia.

Departemen Kehutanan, Jakarta

Kesamaan persepsi bahwa kebakaran hutan dan lahan adalah tanggung jawab kita bersama.

PERUSAHAAN SWASTA PT. SBA Wood Industries

Semua pihak menolak sebagai penyebab kebakaran berarti kebakaran terjadi semuanya disebabkan oleh kelalaian manusia.

PT. Cipta Futura Tentang faktor-faktor dan penanggulangan yang berkaitan dengan kebakaran hutan.

PENILITI / AKADEMISI Wetlands International

Ada informasi tentang penanganan kebakaran.

CIFOR Yes, learnt a lot about the issues related to fire in Sumsel, the actors, and that people felt comfortable enough to openly discuss the issues, look for solutions rather than on laying the blame.

UNI EROPA

M. de Brune

Masalah lahan tebuh, lahan sonor adalah masalah sangat baru untuk saya

ANON. Menurut saya diadakan lokakarya ini lebih bagus sebab lebih dekat dengan instansi terkait.

Manfaat lain apa yang ada dapat dari lokakarya?

PETANI Sekjen KSKP Sumsel

Mendapat teman (jaringan baru).

Predy, Alumni SLPHT MUBA

Sengaja atau tidak sengaja, masyarakat (petani) ada peluang utk ngomomg

Suparman Bisa berkenalan satu sama yang lain. LSM WALHI Sumsel Perluasan jaringan kerja. KKHL-Riau Bisa duduk bersama dengan stakeholder untuk membicarakan pengelolaan

kebakaran hutan dan lahan untuk mendapatkan solusi yang bisa dilaksanakan oleh semua pihak.

MPM Perkenalan dan hubungan silaturahmi antara peserta lokakarya. Cukup banyak sekali dari pengetahuan tentang sebab dan akibatnya kebakaran hutan. Dapat tukar pikiran dari daerah lain dan interaksi yang terkait

BUMI Silaturahmi. Menambah wawasan dan pergaulan. KAFFAH Masukan-masukan lain tentang perkebunan. INSTANSI PEMERINTAH BAPPEDA MUBA

Bisa menambah kawan/relasi dan silaturahmi dengan teman-teman lama yang kebetulan peserta.

PMD/MUBA Mendapat pengetahuan dan silaturahmi dengan peserta. Disbun Propinsi Memberikan informasi kebijakan/peraturan pengembangan perkebunan.

Page 65: Pengelolaan Kebakaran Lahan dan Hutan di Sumatera Selatan ...

Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP

65

Dishut Propinsi Dapat tukar menukar informasi dan pengalaman dlm pengolaan kebakaran hutan dan lahan.

BKSDA Sumsel Sosialisasi dengan pihak lain yang terkait dengan kebakaran hutan. Dep. Kehutanan, Jakarta

Kesempatan dialog dan berbagi pengalaman dan pendapat antar stakeholders,

PERUSAHAAN SWASTA PT. SBA Wood Industries

Tukar menukar informasi dan menambah relasi.

PT. Cipta Futura Dapat disosialisasikan kepada puhak perusahaan utk mecegah terjadinya kebakaran hutan.

PENILITI / AKADEMISI Wetlands International

Menambah wawasan dan mitra.

CIFOR Met a lot of people CIFOR could work with on the proposed field research in Sumsel next year. Had discussions and established contacts.

UNI EROPA

M. de Brune

Masukan untuk Annual dan overall workplan SSFMP

ANON. Menambah wawasan tentang kebakaran. Menambah ilmu dan kawan.

Langkah yang perlu diterapkan setelah lokakarya ini ?

PETANI Ipi Magran. Sekjen KSKP Sumsel

Adanya action yang nyata. Karena lokakarya yang tidak dilanjutkan action hanya akan menjadi wacana (Tidak ada perubahan).

Predy, Alumni SLPHT MUBA

Menunggu realisasi dari rumusan !

Suparman Semua hasil lokakarya ini, segera dilaksanakan secara transparan sampai ke masyarakat desa. Ke ikutan peran aktif pemerintah dan masyarakat. Janga sampai habis lokakarya ini, habis cerita.

LSM WALHI Sumsel Menjalankan kesepakatan- kesepakatan yang di buat bersama. Monitoring

pelaksanaan kesepakatan serta evaluasi pelaksanaan kesepakatan. Membuat forum bersama tentang kebakaraan hutan untuk melakukan program bersama-sama.

KKHL-Riau Kommitmen untuk menjalani dan melaksanakan rencana tindak lanjut yang telah dirumuskan dalam lokakarya ini.

MPM Keputusan dari lokakarya ini, agar disosialisasikan kepada masyarakat dan ditindak lanjuti.

BUMI Sosialisasi tentang bahaya kebakaran lahan dan hutan kepada masyarakat luas. Dilakukan penyuluhan dan pelatihan di daerah rawan kebakaran atau perlu dibuat PETA RAWAN KEBAKARAN.

KAFFAH Action di lapangan. Masyarakat seharusnya dilibatkan dalam pola agroforestri dan mengintensifkan tanah-tanah petani dan perlu peningkatan moral dan teknologi pada masyarakat dengan cara IPTEK dan IMTAQ, yang melalui, tepat guna, tepat sasaran.

INSTANSI PEMERINTAH

Page 66: Pengelolaan Kebakaran Lahan dan Hutan di Sumatera Selatan ...

Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP

66

BAPPEDA MUBA

Apapun rekomendasi dari lokakarya ini sebaiknya diusahakan utk dilaksanakan.

Dinas PMD MUBA

Perlu ditindak lanjuti.

Disbun Propinsi Perlu ditindak lanjuti. Dishut Propinsi Follow-up dari permasalahan yang sedang terjadi saat ini dengan

mensinergikan visi dan misi dari SSFFMP ke dalam bentuk “Program” not just “Project”.

BKSDA Sumsel Pelaksanaan seluruh rencana kegiatan termasuk pengadaan peta rawan kebakaran dinamis.

Departemen Kehutanan, Jakarta

Tindak lanjut dan implementasi dari pada hasil-hasil kesepakatan dan rencana aksi yang dihasilkan lokakarya.

PERUSAHAAN SWASTA PT. SBA Wood Industries

Perlu dibentuk forum untuk sistim informasi dan aksi penanggulangan kebakaran.

PT. Cipta Futura Perlunya diadakan pelatihan penanggulangan kebakaran kepada masyarakat dan pengusaha tentang cara penanggulangan kebakaran hutan.

PENILITI / AKADEMISI Wetlands International

Aksi : - strategi - koordinasi - operational - money

CIFOR It is a good positive effort. The momentum should not be lost but followed upon, in terms of encouraging group efforts across levels, to monitor and to address the issues raised, and exploring through research suggested alternatives to reduce the negative impacts of fires.

UNI EROPA

M. de Brune

Diulang untuk perencanaan lebih lanjut stelah tim SSFMP tiba di tempat

Langka pertama adalah memberikan kepada masyarakat ilmu yang didapat pada lokakarya.

Komentar/ Usulan lain

PETANI Ipi Magran. Sekjen KSKP Sumsel

Lebih banyak memberikan peran kepada masyarakat (Petani) karena meraka yang paling dekat dengan sekitar hutan. Pendidikan / Pelatihan.

Predy, Alumni SLPHT MUBA

Kalau memang masyarakat (petani) bagian dari kegiatan ini, kami mohon dibedakan antara proses mendukung dan proses pengambilalihan.

Suparman Hendaknya lokakarya di adakan di tingkat kecamatan/desa. LSM WALHI Sumsel Substansi dari lokakarya ini tidak / kurang terangkat. Dari sagi teknis

pelaksanaan, kegiatan ini baik. Kedepan diharapkan agar alur kegiatan lebih dijaga agar tidak melenceng dari substansi dan masyarakat / petani lebih dilibatkan, bukan hanya sebagai pelengkap saja.

Page 67: Pengelolaan Kebakaran Lahan dan Hutan di Sumatera Selatan ...

Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP

67

KKHL-Riau FFPCP tidak hanya bekerja untuk Sumsel saja dlm hal pengelolaan, pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan di Sumatera, terutama untuk daerah rawan kebakaran.

MPM “Kebakaran hutan dan lahan adalah tanggung jawab kita bersama” judul ini jangan merupakan motto saja, tapi benar-benar harus dihayati dan dipertanggung jawabkan.

BUMI Perlu dibentuk forum tentang kepedulian terhadap pencegahan kebakaran L&H.

KAFFAH Agar “pola pengembangan teknologi pencegahan kebakaran (Agroforestry) dapat segera di laksanakan di setiap perusahaan perkebunan/HPH/HTI yang melibatkan LSM sebagai mitra.

INSTANSI PEMERINTAH BAPPEDA MUBA

Enam bulan setelah lokakarya ini ada evaluasi tentang pemenuhan rekomendasi dari lokakarya ini.

Dinas PMD MUBA

Proyek ini FFPCP perlu dilanjutkan terus.

Disbun Propinsi Dishut Propinsi Perlu penguatan sistim informasi antar lembaga / instansi. BKSDA Sumsel Dibentuk forum koordinasi instansi terkait untuk penanganan kebakaran

hutan. Departemen Kehutanan, Jakarta

Lokakarya seperti ini diselenggarakan minimal setahun sekali guna evaluasi terhadap tindak lanjut dan masalah-masalah yang dihadapi serta rencana setahun kedepan.

PERUSAHAAN SWASTA PT. SBA Wood Industries

Masalah kebakaran merupakan resultan dari karakteristik lahan yang mudah terbakar, iklim dan aktivitas manusia. Untuk itu perlu dikaji karasteristik lahan antara lahan kering dan lahan rawa gambut.

PT. Cipta Futura Pihah Pemda yang berwenang atau FFPCP supaya menyosialisasikan hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan kebakaran hutan dengan cara mengirimkan aturan-aturan, penemuan- penemuan kepada setiap perusahaan / masyarakat petani.

PENILITI / AKADEMISI Wetlands International

Terima kasih pada FFPCP-EU.

CIFOR UNI EROPA

M. de Brune

Diulang untuk perencanaan lebih lanjut setelah tim SSFMP tiba di tempat

Page 68: Pengelolaan Kebakaran Lahan dan Hutan di Sumatera Selatan ...

Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP

68

Appendix 1. Petunjuk Pelaksanaan Diskusi Kelompok Sifat Pembicaraan yang diharapkan

1. Setiap peserta sempat bicara minimal satu kali

2. Tidak terjadi "monopoli" seseorang atau sejumlah orang yang terbatas terhadap diskusi

3. Pembicaraan menjadi seimbang antar 5 kelompok pihak yg diwakili yaitu:

- pihak pemerintah (tanda merah jambu muda)

- pihak masyarakat/petani (tanda hijau tua)

- pihak LSM (tanda hijau muda)

- pihak swasta/perusahaan (tanda kuning)

- pihak peneliti/akademisi (tanda coklat muda)

4. Pembicaraan hidup secara partisipatif dan spontan maupun dalam batas sopan-santun dan saling meghormati pihak lain

5. Pembicaraan lebih fokus kepada solusi daripada masalah

6. Pembicaraan sangat terfokus kepada pengelolaan kebakaran untuk mencegah kebakaran yang tidak terkendali / berdampak negatif.

7. Pembicaraan fokus terhadap kasus di tingkat lapangan, secara praktis, dan yang relevan terhadap masalah yang dihadapi di Sumatera Selatan khususnya OKI dan MUBA

8. Fokusnya kepada kasus kebakaran sesuai dengan tema kelompoknya, yaitu:

1: Pengelolaan kebakaran di sekitar calon Taman Nasional Sembilang

2: Pengelolaan kebakaran di daerah sonor

3: Pengelolaan kebakaran di daerah HTI/HPH atau ex-HPH dan sekitarnya

4: Pengelolaan kebakaran di daerah perkebunan baik rakyat maupun besar

Hasil yang diharapkan Presentasi yang dalam bentuk transparen yang sederhana yang dapat di siapkan kepada sesi pleno pada sore hari Khamis, yang merumuskan hal-hal berikut:

A. Komposisi kelompok Diskusi (yaitu berapa peserta, berapa yang dari setiap jenis/tipe pihak berdasarkan 5 kelompoknya, asal lokasi darimana)

B. Pengelaman / persepsi peserta terhadap kebakaran (sifat, sebab dan dampaknya)

C. Usulan peserta untuk mengelola kebakaran dengan baik

Page 69: Pengelolaan Kebakaran Lahan dan Hutan di Sumatera Selatan ...

Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP

69

1. Bagian pertama : Pengenalan peserta (Max 15 min) • Fasilitator meminta setiap peserta untuk beritahu:

nama, instansi dan lokasi daerah asal (yang ditempati sekarang) • Fasilitator memuterkan lembar "absen" dimana peserta mencatat informasi tsb. • Fasilitator mencatat nama orang, instansi dan daerah asal nya pada kertas besar

di papan tulis (lihat format pada tabel 1). • Hati-hati peserta perlu dikelompokkan dalam lima kelompok yaitu :

o Pemerintah (P); Swasta/perusahaan (S); LSM (L); Masyarakat (M); o Akademisi/peneliti/pers/pakar (A)

è Berarti sebaiknya mulai dengan meminta nama-nama peserta

yang dari pemerintah, berikut yang dari swasta, dan seterusnya. 2. Bagian kedua : Pengalaman (langsung) atau pandangan (tidak langsung) masing peserta menganai kebakaran (max : 45 min)

Setiap peserta pada gilirannya di mintai untuk menjawab beberapa pertanyaan yaitu: • apakah pernah mengalami masalah kebakaran secara langsung atau secara tidak

langsung è sebelumnya menjelaskan apa arti itu langsung /tidak langsung

• mengenai kebakaran yang pernah dialami, memberitahu sifatnya:

o di mana pernah terjadi (sebutkan lokasi, tipe daerah…) o tipe lahan / vegetasi apa yang terbakar (misalnya belukar, kebun karet,

hutan rawa, dan seterusnya) o yang terbakar milik siapa (bukan nama orang tetapi jenis pihak :

masyarakat/petani/perusahaan/desa/pemerintah/etc. etc.)? o kebakaran terjadi kapan (kira-kira: bulan dan tahun) dan selama berapa

waktu (bila kebakaran terulang bila sebutkan polanya mislanya : setiap musim kemarau panjang)

o kebakaran mulai bagaimana? (ceritakan) Selama pembicaraan itu, fasilitator 2/notulen mecatat hasilnya secara ringkas dalam bentuk tabel 2a dan 2b di kertas besar / papan tulis. HATI-HATI : jawaban harus dikelompokkan berdasarkan 5 tipe kelompok (P/S/L/M/A). Berarti sebelum mulai fasilitator membagi tabel dalam 5 bagian yang besarnya sesuai dengan jumlah peserta dalam setiap kelompok. Table 2a khusus digunakan untuk jawaban dari peserta yang mengalami kebakaran secara langsung (yaitu pernah memadami apui atau pernah menggunakan api atau lahannya pernah menjadi korban api). Contoh peserta yang mengalami kebakaran secara langsung adalah petani, petugas lapangan di perusahaan perkebunanan, petugas pemadam api, dll. Tabel 2b digunakan untuk jawaban dari peserta yang mempunyai pengetahuan/pandangan mengenai kebakaran namum tidak pernah terlibat secara langsung / fisik dalam upaya penggunaan/ penanggulangan kebakaran. Contoh peserta yang mengenal kebakaran secara tidak langsung adalah pejabat, pakar-pakar dll.

Page 70: Pengelolaan Kebakaran Lahan dan Hutan di Sumatera Selatan ...

Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP

70

3. Diskusi mengenai dampak daripada kebakaran (secara bebas – Max 10 min)

Lemparkan pada peserta pertanyaan : apa manfaat dan dampak negatif pada kebakaran. (peserta menjawab secara bebas, fasilitator mencatat pada tabel 3). Hasilnya dicatat oleh fasilitator secara ringkas dengan cara demikian : pada satu kolom mencatat dampak positif atau negatif, pada kolom berikutnya mencatat pada siapa dampak tersebut terasa (= siapa yang jadi korban). JANGAN LUPA KELOMPOKKAN JAWABAN BERDASARKAN 5 KELOMPOK PESERTA (P/S/L/M/A) SEPERTI TADI.

sebaiknya pada saat itu dapat diadakan rehat kopi/ minum

4. Diskusi mengenai sebab kebakaran yang tidak terkendali/berdampak negatif (secara bebas – Max 20 min) Fokuskan terhadap kebakaran yang tidak terkendali dan/atau yang berdampak negatif. Catat semua ide yang timbul. Lalu minta peserta untuk mengurutkan 5 sebab utama dengan cara musyawarha atau dengan cara demikian: Setiap peserta datang ke tabel nya dan dapat memberikan jumlah 5 bintang atau tanda X yang dapat di bagi antara semua sebab berdasarkan penting nya. 5. Bagaimana dengan upaya pencegahan api? (Max. 20 MIN)

Isi Tabel 5 dengan peserta. Untuk setiap sebab kebakaran, diusulkan cara pencegahannya dan sebutkan pengalaman yang pernah dihadapi (bila ada) dan hambatan yang pernah atau akan muncul dalam penerapan upaya tersebut. 6. Peran siapa ? (Max 20 MIN) Untuk setiap cara pencegahan/ penanggulangan, catat partisipasi yang diusulkan / diharapkan dari setiap pihak (tabel 6). 7. Masa depan (Max 20 MIN)

Langkah apa yang dapat diambil berikut lokakarya ini supaya kerjasama ini terjadi?

Page 71: Pengelolaan Kebakaran Lahan dan Hutan di Sumatera Selatan ...

Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP

71

Tabel 1. Daftar peserta

TEMA KELOMPOK: ................................................................................. Kelompok Nama Instansi Lokasi Oki MuBa Luar

Masya-rakat/ petani

LSM

Perusa-haan/

Swasta

Peneliti/ Akademisi/

Pers

Pemerintah

Page 72: Pengelolaan Kebakaran Lahan dan Hutan di Sumatera Selatan ...

Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP

72

Tabel Papan Tulis 2a. Pengalaman Langsung dari peserta terhadap kebakaran

Tema Kelompok :……….

Di Mana

Terjadi? Kapan? Apa yang

terbakar? Siapa pemilik nya?

Bagaimana mulainya?

Masyarakat/ petani

LSM

Perusahaan/ Swasta

Peneliti/ Akademisi

Pemerintah

Page 73: Pengelolaan Kebakaran Lahan dan Hutan di Sumatera Selatan ...

Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP

73

Tabel Papan Tulis 2b. Pandangan (Tidak Langsung) dari peserta terhadap kebakaran

Tema Kelompok :……….

Di Mana

Terjadi? Kapan? Apa yang

terbakar? Siapa pemilik nya?

Bagaimana mulainya?

Masyarakat/ petani

LSM

Perusahaan/ Swasta

Peneliti/ Akademisi

Pemerintah

Page 74: Pengelolaan Kebakaran Lahan dan Hutan di Sumatera Selatan ...

Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP

74

Tabel 3. Dampak kebakaran

Tema Kelompok :……….

Dampak Positif/

Manfaat (Sebutkan)

Kepada siapa? Dampak Negatif

(sebutkan)?

Kepada siapa?

Masyarakat/ petani

LSM

Perusahaan/ Swasta

Peneliti/ Akademisi

Pemerintah

Page 75: Pengelolaan Kebakaran Lahan dan Hutan di Sumatera Selatan ...

Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP

75

Tabel 4. Sebab kebakaran

Tema Kelompok :……….

Meggunakan Metode Meta Plan di mana setiap peserta mengisi "Post-It" dengan usulannya yang nandti di kelompokkan / di clusterkan oleh fasilitator

Page 76: Pengelolaan Kebakaran Lahan dan Hutan di Sumatera Selatan ...

Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP

76

Tabel 5. Usulan Pencegahan Kebakaran

Sebab Kebakaran

Usulan Pencegahan Pengalaman Hambatan

Page 77: Pengelolaan Kebakaran Lahan dan Hutan di Sumatera Selatan ...

Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP

77

Tabel 6. Usulan Kerjasama dalam Pencegahan Kebakaran

Usulan(berdasarkan Tabel 5)

Partisipasi Masyarakat

LSM Swasta Akadem Pemerintah

Page 78: Pengelolaan Kebakaran Lahan dan Hutan di Sumatera Selatan ...

Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP

78

Tab 7 Langkah yang dapat diusulkan untuk berikut dari lokakarya:

Page 79: Pengelolaan Kebakaran Lahan dan Hutan di Sumatera Selatan ...

Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP

79

Appendix 2. Evaluasi Hasil Lokakarya

Nama……………………………Jabatan………………………Instansi…..…………………… Penilaian (beri tanda X)

Komentar/ Usulan

Sessi I (Paparan, Rabu 24, Jam 9:00-10:30) Sangat menarik

Cukup Menarik

Kurang

Sessi I (Kebakaran dan Penggunaan Lahan, Rabu 24, Jam 11:00 – 13:00) Sangat menarik

Cukup Menarik

Kurang

Sessi II (Kebakaran di Perkebunan/HTI, Jam 14:00- 15:30) Sangat menarik

Cukup Menarik

Kurang

Sessi III (Pengelolaan Kebakaran oleh Masyarakat, Jam 16:00-18:00) Sangat menarik

Cukup Menarik

Kurang Diskusi Kelompok (Khamis 25, Jam 8:30-12:00)

TEMA/NAMA KELOMPOK BAPAK/IBU: ¨̈ Sonor ¨̈ Sembilang ¨̈ HPH/HTI ¨̈ Perkebunan

Sangat menarik

Cukup Menarik

Kurang

Sessi Pleno / Presentasi Hasil Diskusi Kelompok (Khamis 25, 13:00-16:00) Sangat menarik

Cukup Menarik

Kurang

Page 80: Pengelolaan Kebakaran Lahan dan Hutan di Sumatera Selatan ...

Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP

80

Menurut Bpk/Ibu, apakah peserta lokakarya cukup mewakili semua masyarakat/ pihak yang berada di SumSel? (kalau tidak kenapa) Apakah usulan /pandangan Bpk/Ibu dapat diucapkan / terwakili dalam lokakarya ini? (kalau tidak kenapa) Pengetahuan / pandangan baru apa yang bapak/ibu peroleh dari lokakarya ini? Manfaat lainnya apa yang bapak/ibu peroleh dari lokakarya ini? Menurut Bpk/Ibu, langkah apa yang perlu diterapkan setelah lokakarya ini? Komentar/Usulan lainnya:

Page 81: Pengelolaan Kebakaran Lahan dan Hutan di Sumatera Selatan ...

Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP

81

Appendix 3. List of Participants Instansi Nama Jabatan Alamat Tingkat UNI EROPA/ FFPCP EU Marcel de

Brune Wisma Dharmala Sakti, 16th Floor.

Jl.Jend.Sudirman 32 P.O. Box 6454 JKPDS, Jakarta 10220 Telp.021-5706076 Fax.021-5706075

EU - FFPCP Anne Gouyon Institutional & Rural Development Specialist

c/o Dinas Kehutanan Propinsi Sumsel Jl.Kol.H.Burlian Km.6.5 Palembang Telp: 410955

EU - FFPCP Idris Environmental Education

c/o Dinas Kehutanan Propinsi Sumsel Jl.Kol.H.Burlian Km.6.5 Palembang Telp: 410955

EU - FFPCP Ifran GIS - NOAA Specialist

c/o Dinas Kehutanan Propinsi Sumsel Jl.Kol.H.Burlian Km.6.5 Palembang Telp: 410955

EU - FFPCP Ivan Anderson GIS - NOAA Specialist

c/o Dinas Kehutanan Propinsi Sumsel Jl.Kol.H.Burlian Km.6.5 Palembang Telp: 410955

EU - FFPCP Jean Marie Bompard

Institutional & Rural Development Specialist

c/o Dinas Kehutanan Propinsi Sumsel Jl.Kol.H.Burlian Km.6.5 Palembang Telp: 410955

EU - FFPCP Rod Bowen Project Leader c/o Dinas Kehutanan Propinsi Sumsel Jl.Kol.H.Burlian Km.6.5 Palembang Telp: 410955

EU - SCKPFP khairul Pansah Jl.A.Yani No.37 (Km 35) Banjarbaru 70711 Kalimantan Selatan Indonesia

EU - SCKPFP Marc V.J.Nicolas

Jl.A.Yani No.37 (Km 35) Banjarbaru 70711 Kalimantan Selatan Indonesia

LSM

BUMI, Bina Usaha Masyarakat Indonesia – Orda Sumatera Selatan

Iskandar Zulkarnain SE, MS

Manajer Jl. Puncak Sekuning no.41 Rt.21 Palembang

Page 82: Pengelolaan Kebakaran Lahan dan Hutan di Sumatera Selatan ...

Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP

82

Instansi Nama Jabatan Alamat Tingkat BUMI, Bina Usaha Masyarakat Indonesia – Orda Sumatera Selatan

Safrulah Ms, Ir. Sekretaris Jl. Puncak Sekuning no.41 Rt.21 Palembang

Dema Stiper SE Nopi Liliani

Konsorsium Kebakaran Hutan & Lahan Prop.Riau

Susi Aengraini Jl.K.H.Ahmad Dahlan No.89 F Sukajadi - Pekanbaru Telp(0761) 46484 Fax(0761) 26514

Lembaga Bantuan Hukum RI Sumsel

Murkholis, SH Direktor Jl. Sumpah Pemuda, blok K-3 Kel. Lorok Pakjo Palembang 30137 Telp.350803

MAFESRIPALA, UNSRI

Untung Saputra Anggota Faculty of Economy, UNSRI

Mapala SABAK FMIPA UNSRI

Ilham Nur

Masyarakat Peduli MUBA (MPM)

A. Muluh. H. Yakup

Anggota MUBA

Masyarakat Peduli MUBA (MPM)

Akmal Maas AK

Ketua Jl. Depati No.828, Sekayu MUBA

Masyarakat Peduli MUBA (MPM)

Etty Iskandar, Ir.

Anggota MUBA

Masyarakat Peduli MUBA (MPM)

H. Yusmah Haris, Dr.Drs.

Kantor. Maskar Efek blok B17 Jl.Seruni no.15 Palembang

MUBA

Masyarakat Peduli MUBA (MPM)

Khairil Kec.Sungai Lilin MUBA

Masyarakat Peduli MUBA (MPM)

M. Hasan Usman

Kantor: 0714 - 322495 MUBA

Masyarakat Peduli MUBA (MPM)

Nur Muhammad Seah

Sekretaris MUBA

Masyarakat Peduli MUBA (MPM)

Zazili Mustopa, SE

MUBA

Stiper Sriwigama Brury.W DEMA Jl.Demang Lebar Daun Lorok Pakjo Palembang Tel: 374146

Page 83: Pengelolaan Kebakaran Lahan dan Hutan di Sumatera Selatan ...

Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP

83

Instansi Nama Jabatan Alamat Tingkat Wahana Bumi Hijau

Ahmad Fadilan Sekjen Jl.Lintas timur komplek Mutiara Indah I no.08 Inderalaya. HP.08127860141

OKI

Wahana Bumi Hijau

Deddy Perman Direktur Jl.Lintas timur komplek Mutiara Indah I no.08 Inderalaya.

OKI

WALHI Sumsel Aidil Fitri 'Dayak'

Staff Jl KH Ahmad Dahlan No.68 RT/RW. 32/09 26 Ilir Palembang ilir Barat II, (30135), Palembang Tel/fax: (0711)-351105.

WALHI Sumsel Budiman Direktur Jl KH Ahmad Dahlan No.68 RT/RW. 32/09 26 Ilir Palembang ilir Barat II, (30135), Palembang Tel/fax: (0711)-351105.

Wetlands International - Greater Berbak-Sembilkang Integrated Coastal Wetland Conservation

Christian Gonner

Technical Assisten

jl. Sumpah Pemuda, blok K-3 Kel. Lorok Pakjo Palembang 30137 Telp.350786

Wetlands International - Greater Berbak-Sembilkang Integrated Coastal Wetland Conservation

Irwansyah Env.Education Special

jl. Sumpah Pemuda, blok K-3 Kel. Lorok Pakjo Palembang 30137 Telp.350786

Wetlands International - Greater Berbak-Sembilkang Integrated Coastal Wetland Conservation

Joko Purnomo Cis.Computer Cartographer

jl. Sumpah Pemuda, blok K-3 Kel. Lorok Pakjo Palembang 30137 Telp.350786

Page 84: Pengelolaan Kebakaran Lahan dan Hutan di Sumatera Selatan ...

Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP

84

Instansi Nama Jabatan Alamat Tingkat Wetlands International - Greater Berbak-Sembilkang Integrated Coastal Wetland Conservation

Prianto Wibowo

Project Coordinator

jl. Sumpah Pemuda, blok K-3 Kel. Lorok Pakjo Palembang 30137 Telp.350786

Yayasan Kaffah Wagimin Jl. Dr.Cipto no.33 Palembang Telp.0711-362566 Fax.0711-44319

Yayasan Kaffah Muslim Kurniadi, SP

Sekretaris Jl. Dr.Cipto no.33 Palembang Telp.0711-362566 Fax.0711-44319

Yayasan Kaffah Reni Marsiana, Ir.

Direktor Jl. Dr.Cipto no.33 Palembang Telp.0711-362566 Fax.0711-44319

Yayasan Pandu Insani

Leo Dwikora Staff Program Secretariat: Jl. Angkatan 66, Lr. Harapan V No.1541 Sekip Ujung, Palembang, Tel.: 0711-810688

Yayasan Puspa Indonesia (Pusat Studi Perempuan Anak Indonesia)

Ali Kadiv Lingkungan

Kantor: Jl.P.Subekti no.1032 Rt.33 Palembang Telp.354742

Yayasan Putra Desa

Angkut Join Staf Lapangan Jl. By Pass Musi II No.591 Karang Jaya Palembang 30148 Tel/Fax: 0711-442468

Yayasan Putra Desa

Arhandi Tb Direktor Jl. By Pass Musi II No.591 Karang Jaya Palembang 30148 Tel/Fax: 0711-442468

Yayasan Putra Desa

M. Amin Staf Pengembangan Jaringan

Jl. By Pass Musi II No.591 Karang Jaya Palembang 30148 Tel/Fax: 0711-442468

PEMERINTAH

BAPEDALDA Sumatera Selatan

Fachrurrozie Sjarkowi, Ir.

Kepla Bapedalda Sumsel

Jl. Aerobik No.4 Kampus POM IX, Palembang, Tel./Fax : 351028, Secretariat : 356489 / 351028 / 355360

Page 85: Pengelolaan Kebakaran Lahan dan Hutan di Sumatera Selatan ...

Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP

85

Instansi Nama Jabatan Alamat Tingkat BAPPEDA Agustina

BAPPEDA Aris Munandar Jl. Ade Irma Nasution, No. 3, Palembang Tel: 356018 / 362809

BAPPEDA Elda

BAPPEDA H. Harrey Kasubid Pembangunan Sarana Prasarana

Jl. Ade Irma Nasution, No. 3, Palembang Tel: 356018 / 362809

BAPPEDA Idhamto Kasubid Pembangunan Sarana Prasarana

Jl. Ade Irma Nasution, No. 3, Palembang Tel: 356018 / 362809

BAPPEDA Rizal Jl. Ade Irma Nasution, No. 3, Palembang Tel: 356018 / 362809

BAPPEDA Rohil Firmansyah

Kasub.bid FERS Jl. Ade Irma Nasution Palembang 30129 Telp.(0711) 356118-Fax (0711)356118

BAPPEDA Zaidan P. Negara, Dr.

Jl. Ade Irma Nasution, No. 3, Palembang Tel: 356018 / 362809

BAPPEDA kab. MUBA

Harun Al-Rasyid SH

Jl. Kol Wahid Udin No 258, Sekayu, Tel./Fax: (0714) 321142 Sekayu

MUBA

BAPPEDA kab. MUBA

Muhammad Daud, HD, MM, Drs.

Kabid Prenstra Jl.Kol Wahid Udin No.258 Lk.VII Sekayu telp (0714) 321142

MUBA

BAPPEDA kab. MUBA

Zulfakar, Ir. Kasubid TR & LH

Jl.Kol.Wahid Udin No.258 Sekayu Hp.0812 7112911

MUBA

BAPPEDA kab. OKI

Fathurohman Kayu Agung Tel.: (0712) 321281, Fax : (0712) 321281 / 321701,

OKI

BAPPEDA kab. OKI

Emi, Drs. Kayu Agung Tel.: (0712) 321281, Fax : (0712) 321281 / 321701,

OKI

BAPPEDA kab. OKI

H.M. Amin Jalalen, Drs.

Kayu Agung Tel.: (0712) 321281, Fax : (0712) 321281 / 321701,

OKI

Biphut Wilayah II Maijo Staff FFPCP Jl. Kol H Burlian Km.6 Palembang Telp. (0711) 418029

Page 86: Pengelolaan Kebakaran Lahan dan Hutan di Sumatera Selatan ...

Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP

86

Instansi Nama Jabatan Alamat Tingkat Biphut Wilayah II Padian

Bagiyono Staff Biphut II Jl. Kol H Burlian Km.6 Palembang Telp.

(0711) 418029

BKSDA Kahaidir. Shut Staf Balai KSDA Sumatera Selatan, Komplek TWA Punti Kayu, Jl Kol H Barlian Km 6, Palembang, Tel : 30153 / 410948

BKSDA Sudharmo Kasi Konservasi Balai KSDA Sumatera Selatan, Komplek TWA Punti Kayu, Jl Kol H Barlian Km 6, Palembang, Tel : 30153 / 410948

Dinas Kehutanan dan Perkebunan MUBA

Atmodjo Dadas MUBA

Dinas Kehutanan OKI

Junaidi Seksi Penyuluhan Jl.Letnan Darna Jambi no.5 Kayu Agung OKI

Dinas Kehutanan Propinsi Sumsel

Soetiadi.Y, Ir. Wakabid Jl.Kol.H.Burlian Km.6.5 Palembang Telp:411476

Dinas Kehutanan Propinsi Sumsel

Syafrul, S.Hut. Staf sie.Perlindungan Hutan

Jl.Jend.Sudirman Km.3.5 Palembang

Dinas Kehutanan Propinsi Sumsel

Taufik, Ir. Jl.Jend.Sudirman Km.3.5 Palembang

Dinas Kehutanan Propinsi Sumsel

Zulfikar, MM, Ir.

Kasubdin INTAG Dinas Kehutanan Propinsi Sumsel Jl.Kol.H.Burlian Km.6.5 Palembang Telp:411476

Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa, - Bidang Sumber Daya Alam & Teknologi tepat Guna MUBA

A. Rachman Adenan, Drs.

Jl. Kol. Wahid Uddin No.192 Sekayu, MUBA Tel./Fax: (0714) 321471

MUBA

Page 87: Pengelolaan Kebakaran Lahan dan Hutan di Sumatera Selatan ...

Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP

87

Instansi Nama Jabatan Alamat Tingkat Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa, - Bidang Sumber Daya Alam & Teknologi tepat Guna MUBA

H. Syamsul Bahri, Drs.

Kasubdin KMD dan Sosbud

Jl. Kol. Wahid Uddin No.192 Sekayu, MUBA Tel./Fax: (0714) 321471

MUBA

Dinas Perkebunan Fathony. Sharif Kadis Jl. Letnan Darna Jambi No. 114, Kayu Agung T:0712-321266

OKI

Dinas Perkebunan H. Sukarno. HS, Msc, Ir.

Kepala Dinas perkebunan

Kantor; Jl.Jend.Sudirman Km.3.5 No.563 Palembang Off: 351451 / 357569,

Dinas Perkebunan Mohammad Rozim, Ir.

Sie.Inventarisasi dan Pemetaan Kebun

Off: 351451 / 35769, 368172

Dinas Perkebunan Suttia Reny Yusuf

Kasi MPP non OPT

Off: 351451 / 35769, 368172

Dinas Perkebunan Syamuil Chatib Off: 351451 / 35769, 368172

Dinas Pertanian Hj. Dahlia Ningcik, Ir.

Kasubdin Bina Rehabilitasi dan Pengendalian Lahan

Kantor: Jl.Kapten P.Tendean NO.1058 Palembang 30129 Telp.353122-364881 Fax. 350741

Dinas Pertanian Propinsi Dati I Sumatera Selatan

M. Yunus Staff RPL Jl. Kapten P. Tendean No. 1058, Palembang Telp. (0711)364881-353122 Fax. (0711)350741

Dinas Pertanian Propinsi Sumsel (Pokja Program)

Edward Panggabean. MS, Ir.

Pokja Program / TU

Kantor: Jl.Kapten P.Tendean NO.1058 Palembang 30129 Telp.353122-364881 Fax. 350741

Dinas Transmigrasi & Kependudukan

Naziruddin Kro MM, Ir.

Sie.Kesling Jl.Jend.Sudirman Km.4.5 No.9 Telp.(0711) 410883 Hp.0811782837

Dinas Transmigrasi & Kependudukan

Tukul Abdi Staf P2 Jl.Jend.Sudirman Km.4.5 No.9 Telp.(0711) 410883

Page 88: Pengelolaan Kebakaran Lahan dan Hutan di Sumatera Selatan ...

Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP

88

Instansi Nama Jabatan Alamat Tingkat DPRD MUBA Hasbullah Kantor: Jl. Wahid Udin, Sekayu Musi

Banyuasin Telp.0714-321061 MUBA

Kantor Dinas Lingkungan Hidup Kebersihan dan Pertamanan MUBA

Syamsul Bahri, Drs.

MUBA

Kantor Dinas Lingkungan Hidup OKI

Hasan…... Kepala OKI

Kantor Pemberdayaan Masyarakat Desa

Herman, Drs. Kasi.Prasarana Jl.Letnan Darna Jambi No.104 Kayu Agung Tel.(0712) 321702

OKI

Kepala BIPHUT Mohnandar PJ.NOAA Jl.Kol H.Burlian telp.(0711) 418029

MUBA/Dinas Pertanian

A. Juahir Kabag.TU Jl.Merdeka Lk.I.Sekayu Telp.321139 MUBA

Direktorat Penangulangan Kebakaran Hutan

Djoko Setijono, MM, Ir.

Gd. Manggala Wanabakti, Jakarta Blok I Lantai I4 Jakarta 10270, T: 021-5734348 F.021-5704618

Direktorat Penangulangan Kebakaran Hutan

Soedarmo Gd. Manggala Wanabakti, Jakarta Blok I Lantai I4 Jakarta 10270, T: 021-5734348 F.021-5704618

Direktorat Penangulangan Kebakaran Hutan

Wilistra Danny, Dr.

Gd. Manggala Wanabakti, Jakarta Blok I Lantai I4 Jakarta 10270, T: 021-5734348 F.021-5704618

PENELITI / AKADEMISI CIFOR Rizki P.

Permana Assisten Peneliti Jl. CIFOR, Situ Gede, Sindang Barang,

Bogor 16680 T:0251-622622, F:0251-622100 email. [email protected]

CIFOR Unna Chokkalingam, Dr.

Scientist Jl. CIFOR, Situ Gede, Sindang Barang, Bogor 16680 T:0251-622622, F:0251-622100 email. [email protected]

Page 89: Pengelolaan Kebakaran Lahan dan Hutan di Sumatera Selatan ...

Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP

89

Instansi Nama Jabatan Alamat Tingkat CIFOR - Fire Fight Project

Dicky Simorangkir, Dr.

Deputy Coordinator

Fire Fight Project, Jl. CIFOR, Situ Gede, Sindang Barang, Bogor 16680 T:0251-622622, F:0251-622100

Pusat Penelitian Karet Balai Penelitian Sembawa

Anang Gunawan

Peneliti Off: Jl.Raya Palembang -Sekayu Km.29 Kotak Pos 1127 Palembang 30001 Sumatera Selatan 361793

Pusat Penelitian Karet Balai Penelitian Sembawa

Cicilia Nancy Peneliti Off: Jl.Raya Palembang -Sekayu Km.29 Kotak Pos 1127 Palembang 30001 Sumatera Selatan 361793

Pusat Penelitian Karet Balai Penelitian Sembawa

Khaidir Amypalupy

Peneliti Off: Jl.Raya Palembang -Sekayu Km.29 Kotak Pos 1127 Palembang 30001 Sumatera Selatan 361793 fax: 312182

Pusat Penelitian Karet Balai Penelitian Sembawa

Thomas, Dr. Peneliti Off: Jl.Raya Palembang -Sekayu Km.29 Kotak Pos 1127 Palembang 30001 Sumatera Selatan 361793 [email protected]

UNSRI (Pusat Penelitian Tata Ruang)

A. Rasjid Hanafiah

Peneliti Kampus Inderalaya, Jl. Raya Palembang - Prabumulih km 32, Inderalaya, OKI 30662, Off: 581077,

UNSRI (Pusat Penkajian Pengembangan Ekonomi dan Masyarakat)

FE UNSRI Inderalaya, Palembang 30662, off.: 580964, fax: 580964,, jl. Sriwijaya, Negara Bukit Besar, Plbg 30139, off.: -, fax: 373422

UNSRI -CP Robiyanto H. Susanto, Dr.

Ketua Indralaya - OKI 30662 Telp.313247

UNSRI Environmental Research Center , (Pusat Penelitian Lingkungan Hidup)

Edward Saleh, Dr.

Dosen Peneliti Fax: 313247

Page 90: Pengelolaan Kebakaran Lahan dan Hutan di Sumatera Selatan ...

Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP

90

Instansi Nama Jabatan Alamat Tingkat UNSRI Environmental Research Center , (Pusat Penelitian Lingkungan Hidup)

M. Edi Armanto, Dr.

PPLH Unsri off: 580 936, fax: 580 640

UNSRI Fakultas Hukum

Hambali Hassam

Dosen/Bidang III Jl.Inderalaya - Prabumulih, Inderalaya OKI Telp.0711-354222, 0711-317203

PERS / MEDIA

Forum Keadilan Aina R. Azis Koresponden Forum Keadilan -

Kantor/rumah Jl. Sultan M. Mansyur RT 2 No. 57/120 Bukit Lama Palembang 30139 Tel?F: 440338

Kompas Oki Telp: 369571, Fax: 369572

Republika Maspril Aries Koresponden Republika

Jl. Sultan M. Mansyur RT 2 No. 57/120 Bukit Lama Palembang 30139 Tel?F: 440338

SCTV Ajmal Suara Pembaharuan

Bangun P Lubis Telp.Kantor: 357021 Fax: 322137

Sumex Upit, H.Dulmukti DJ

PETANI Kecamatan Bayung Lincir

Nurdin Ishak Rebon Jaro, Desa Pangkalan Tungkal, Kec. Banyu Lincir Kabupaten MUBA

MUBA

petani Alumni SLPHT

Predy Desa Sako, kec. Rambutan MUBA

petani Alumni SLPHT

Suady Kanang MUBA

petani Alumni SLPHT

Sutarno Ketua Kelompok Tani

Inderalaya OKI OKI

petani Alumni SLPHT

Zulpakar Anggota Petani Inderalaya OKI OKI

Petani KSKP Kelompok Solidaritas Kesajatrean Petani (Kecamatan Bayung Lincir)

M. Daldiri Ketua Bayung- Lincir MUBA

Page 91: Pengelolaan Kebakaran Lahan dan Hutan di Sumatera Selatan ...

Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP

91

Instansi Nama Jabatan Alamat Tingkat SEKJEN KSKP SS (Kesatuan Solidaritas Kesejahteraan Petani)

Ipi Magrang Cawang

Sekjen c/o Walhi - 0711 351105

Petani OKI Sudyanto OKI

Petani OKI Suparman OKI

PERUSAHAAN Perkebunan - PT Surya Bumi Agro Langgeng / GPPSS

Sihol Girsang 712345

Perkebunan - PTPP London Sumatra

A.M. Vincent Palembang Branch Office, Jl. Veteran No. 335/76 Palembang 30126, Tel.: 0711-351035, Fax: 0711-367153,

Perkebunan - PTPP London Sumatra

Ahmad Wahyu Pribadi

Palembang Branch Office, Jl. Veteran No. 335/76 Palembang 30126, Tel.: 0711-351035, Fax: 0711-367153,

Perkebunan PT Hindoli / GPPSS

Syamsir Syahbana

Pengurus Harian GPPSS

Desa Teluk Kemang Kecamatan Sungai Lilin Musi Banyu Asin HP.0811-788613

PT Berkat Sawit Sejati

Budi Satriana, Ir. (Estate Manager)

Estate Manajer Jl. Manjangan Blok H/9, Komplek Kedamaian Permai, Palembang 30114 (T: 813561, F: 813561)

PT Berkat Sawit Sejati

Nelson.s Assisten Lapangan

Jl. Manjangan Blok H/9, Komplek Kedamaian Permai, Palembang 30114 (T: 813561, F: 813561)

PT Cipta Futura Baramon, SH Legal Officer Jl.Mayor Ruslan no.4465 Palembang

PT Hindoli Handri Marseli Desa Teluk Kemang Kecamatan Sungai Lilin Musi Banyu Asin

MUBA

PT Hindoli I.B.Gede Astawa

Plantation Environment Health Safety Coordinator

Desa Teluk Kemang Kecamatan Sungai Lilin Musi Banyu Asin

MUBA

PT Inhutani V Bambang, Ir. Jl.Demang Lebar Daun No.5248 Telp.317336 Fax.317338

PT Melania Herman, Ir. Estate Manajer Desa Mainan Kecamatan Banyuasin III fax/telp.(0711) 313200

MUBA

Page 92: Pengelolaan Kebakaran Lahan dan Hutan di Sumatera Selatan ...

Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP

92

Instansi Nama Jabatan Alamat Tingkat PT MHP Edi Purwanto Kadiv Jl.Residen Abdul Razak no.99 Palembang

PT Mitra Ogan Iman Mah Guntung (Assisten lapangan)

Koordinator Planter

Jl. Kol. Haji Burlian Km 9 Palembang 30125 T:415381 / 417911, F: 415521)

PT Mitra Ogan M. Anjapri SH (pengurus GPPSS)

Keuangan Jl. Kol. Haji Burlian Km 9 Palembang 30125 T: 415381 / 417911, F: 415521)

PT Pakerin Irena.K Staff Administrasi HTI

Jl.Demang Lebar Daun No.52 Telp: 414808, 414789

PT Pinago Utama Mahmudi Johan Acting Manajer Jl. Mayor Ruslan No. 2000 Palembang T: 354601, F: 451453

PT Pinago Utama Wahyu Widodo

PT Pinang Witmas Sejati

Makmun.MB Humas Jl.Kol.H.Burlian km.10/2523 Palembang

PT SBA Wood Armaizal, Ir. Staff PT SBA Kantor Palembang: JL.Talang Kerangga no.39 Palembang 30144 telp 0711-357623 fax 0711-320619

PT SBA Wood Suwarso, Ir. Direktur Kantor Pusat Jakarta telp 021-55120001 etc 2226-2227 Fax. 021-53120373 Kantor Palembang: JL.Talang Kerangga no.39 Palembang 30144 telp 0711-357623, 374247 fax 0711-320619

PT Selapan Jaya I Wayan Saren Staf riset

PT Selapan Jaya Rahmad Sangkot

Staf Riset Jl.Basuki Rahmat no.788

PT Sentosa / Sribunian

J.A.Tato Staff Jl.Letnan Mukmin No.523 A Palembang