PENGELOLAAN BAMBU LESTARIhendrabudiarto.weebly.com/uploads/2/6/2/1/26219842/bamboo_manual... ·...

15
PENGELOLAAN BAMBU LESTARI Pedoman Pengelolaan Rumpun Bambu Berkelanjutan pada Bam- bu Simpodial untuk Bahan Konstruksi oleh : Arief Rabik Ben Brown and Linda Garland Dengan kerjasama Yayasan Losari, Sahabat Bambu & USAID - Environmental Service Project E NVIRONMENTAL B AMBOO F OUNDATION

Transcript of PENGELOLAAN BAMBU LESTARIhendrabudiarto.weebly.com/uploads/2/6/2/1/26219842/bamboo_manual... ·...

PENGELOLAAN BAMBU LESTARI Pedoman Pengelolaan Rumpun Bambu Berkelanjutan pada Bam-

bu Simpodial untuk Bahan Konstruksi

oleh : Arief RabikBen Brown andLinda Garland

Dengan kerjasama Yayasan Losari, Sahabat Bambu &USAID - Environmental Service Project

ENVIRONMENTALBAMBOO FOUNDATION

TENTANG EBF

Environmental Bamboo Foundation (terdaftar di Indonesia sebagai Yayasan Bambu Lestari) adalah organisasi swasta non-profit yang bertu-juan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat miskin desa dengan mengembangkan sektor bambu dengan cara berkelanjutan, terintegrasi, dengan strategi pengembangan yang berorientasi masyarakat melalui pengelolaan dan pemanfaata hutan bambu yang berkelanjutan yang ter-hubung dangan konsumen pengguna bambu. EBF juga merupakan pusat informasi dan jaringan global bagi para ilmuan, pekerja sosial, pelaku usaha, industrialis, arsitek, insinyur, pengerajin lokal dan petani bambu dalam bentuk diskusi-diskusi konstruktif, berbagi in-formasi, kerjasama dan mitra usaha.

EBF fokus pada pada komponen pelatihan dari sektor bambu khususnya dalam:1. Pembudidayaan.2. Pengelolaan hutan bambu berkelanjutan3. Teknik bangunan bambu yang tepat guna.

Buku ini dapat diperbanyak, diterjemahkan dan diadaptasi untuk keper-luan non-komersil dengan pemberitahuan kepada EBF terlebih dulu.

Rabik, Arief, Ben Brown and Linda Garland. “Sustainable Bamboo Forestry: A Handbook for Improved Bamboo Clump Management of Sympodial (Clumping) Bamboos for Bamboo Timber.” Environmental Bamboo Foundation, Bali, Indonesia. 2009.

Diterbitkan oleh Environmental Bamboo FoundationLinda Garland Estate, Nyuh Kuning, Bali, Indonesia

+62 361 974 038www.bamboocentral.org

ENVIRONMENTAL BAMBOO

FOUNDATION

CHAPTER 1 - INTRODUCTION

THE ENVIRONMENTAL BAMBOO FOUNDATION

Ucapan Terima Kasih:

EditorPhD. Fu MaoyiWalter LiesePhD. Elizabeth WidjajaNanang BudiyantoMarcello Villegas Simon VelezTim FlanneryPaul Hawkins

MitraYayasan LosariUSAID Environmental Service ProgramSahabat Bambu

PendukungInternational Bamboo FoundationEnvironmental Bamboo Foundation

ProduksiAuthors - Arief Rabiek, Ben Brown & Linda GarlandLayout & Design - Ben BrownIllustrator utama - Solichin Illustrasi tambahan - PA Triyanto, Ben Brown, KUILU (CUSO Asia Pacific) free domain collection Alih bahasa: Tengku Lukmanul Hakim

CHAPTER 1 - INTRODUCTION

THE ENVIRONMENTAL BAMBOO FOUNDATION

PENDAHULUANTentang Buku IniPengantar dari Pendiri EBFTentang Bambu & Kehutanan Masyarakat

PERTUMBUHAN & EKOLOGI BAMBUPertumbuhan BambuAnatomi BambuPertumbuhan dan LingkunganSiklus Ekologi

PENAKSIRAN SUMBERDAYA BAMBUPengenalan KetahananMengapa Perlu Penaksiran Bambu?Survey Sumberdaya BambuIndikator SurveyFormulir untuk Penilaian BambuPemetaan Sumberdaya Bambu

6 LANGKAH PENGELOLAAN RUMPUN BAMBU DEWASAPerbaikan Awal Struktur RumpunPenyianganSistem Tanah & BambuPengelolaan Nutrisi TanahPemanenan BerkelanjutanPengendalian Hama & Penyakit secara Alami

ALAT TAMBAHANLampiran A Kalendar Musim BambuLampiran B Rantai Komoditas BambuLampiran C Pembuatan Pupuk Organik Lampiran D Pemanfaatan Daun BambuAppendix E Spesies Potensial untuk Agroforestri

Bambu

DAFTAR REFERENSI

1.2.3.

1.2.3.4.

1.2.3.4.5.6.

1.2.3.4.5.6.

BAB I

BAB 2

BAB 3

BAB 4

LAMPIRAN

DAFTAR ISI

1PENDAHULUAN

Tentang Buku Ini

Pengantar dari Pendiri EBF

Tentang Bambu & Kehutanan Masyarakat

TENTANG BUKU INI

Dalam buku komprehensif Bamboos of SE Asia (Bagian 7 dari seri PROSEA “Plant Resources of South-East Asia”), Elizabeth Widjaja me-mamparkan prioritas penelitian dan pengembangan untuk kawasan ini dalam empat kategori:

1) Survey sumberdaya saat ini, 2) silvikultur, 3) pemanfaatan dan sosial-ekonomi, dan 4) pembudidayaan dan peningkatan. Adapun poin-poin berikut ini merupakan bagian dari silvikultur :

-Menyusun metode pengelolaan sumberdaya berkelanjutan, secara alami dan di perkebunan, dalam upaya meningkatkan metode pengem-bangbiakan, penanaman, perawatan dan pemanenan;

- Mengeksplorasi penggunaan spesies bambu dalam program agrofor-estri dan reforestrasi pada kawasan gundul dan rusak, kawasan yang rawan banjir dan lahan marginal.

Buku ini fokus membahas poin pertama dari pengelolaan sumberdaya bambu, meskipun demikian tidak mengupas secara menyeluruh tentang pembudidayaan dan penanaman sebagaimana yang telah ditulis oleh Elizabeth Widjaja dalam “Panduan Membudidayakan Bambu” terbitan LIPI.

Fokus pada Kehutanan Bambu Berkelanjutan lebih pada perawatan awal bambu simpodial dan pengelolaan tahun-ke-tahun rumpun bambu (baik di perkebunan, tegakan alami, atau hutan bambu masyarkaat). Tujuan awal dari buku ini adalah untuk memberikan informasi dasar kepada pembaca tentang cara meningkatkan mutu rumpun bambu dan seb-agai akibatnya dapat meningkatkan kualitas pohon bambu yang dipanen. Barangkali ada sekitar 1 juta hektar bambu yang tumbuh di Indone-sia, artinya tanpa penanaman bambu baru sekalipun, keempatan untuk meningkatkan produksi bambu melalui pengelolaan yang efektif sangat besar. .

Buku ini juga mengeksplorasi kegunaan bambu bagi agroforestri, juga dalam berbagai topik lain mulai dari sosial-ekonomi bambu, peningkatan nilai ekologi yang diberikan oleh bambu dan berbagai kegiatan untuk mendorong masyarakat pedesaan dalam dunia perbambuan..

1.1ABOUT THIS BOOK

THE ENVIRONMENTAL BAMBOO FOUNDATION

Buku ini diperuntukkan bagi pecinta bambu secara umum, khususnya untuk fasilitator/pendamping masyarkat dan pekerja kehutanan di In-donwsia. Selain itu bubu ini juga diharapkan dapat berguna bagi para petani desa dan pemanfaat hutan yang menggantungkan hidupnya dari bambu.

Meski fokus pada kawasan geografis tertentu, yakni hutan bambu sim-podial di Indonesia, isi buku ini dapat diadaptasi secara mudah di bela-han bumi lainnya, khususnya daerah yang mengelola bambu simpodial baik di daerah tropis maupun sub-tropis. Kebanyakan dari informasi teknis dalam buku ini diperoleh penulis dari Professor Fu Maoyi, Kepala Peneliti di Chinese Academy of Forestry - Reserch Institue of Subropi-cal Forestry. EBF mengucapkan terima kasih kepada Dr. Fu Maoyi atas kesediaannya membagi hasil penelitian dan kerjanya selama lebih dari 40 tahun di hutan bambu sub-ropis Cina, tanpa informasi tersebut buku ini tidak akan terwujud.

Buku ini membahas topik-topik ilmiah, dan berusaha untuk merang-sang studi lanjutan terhadap rumpun bambu dan pengelolaanya. Con-toh ujicoba ilmiah dihadirkan pada bagian akhir buku ini pada bagian pengelolaan. Ilustrasi dibuat sedemikian rupa (dalam hitam-putih agar memudahkan fotocopy) dengan harapan gambar yang disajikan dapat menjelaskan konsep-konsep yang sulit sehingga mudah dimengerti oleh pembaca yang tidak terbiasa dengan deskirpsi teks yang panjang. Gambar-gambar juga lebih lama diingat daripada teks.

Bagian awal buku berupaya memberikan latar belakang tentang bambu, khususnya menggarisbawai peran bambu dalam hutan berbasis ma-syarakat yang lestari, yang dipromosikan oleh Environmental Bamboo Foundation sebagai hal yang paling penting dalam pengembangan ke depan perbambuan. Bagian kedua buku ini memberikan informasi teknis tentang pertumbuhan dan ekologi bambu, untuk memberikan perspe-ktif bagi pembaca pada sub-bagian aktivitas pengelolaan.

Bagian ketiga merpakan perangkat penilaian (assessment), yang digunak-an pada saat awal memulai pengelolaan rumpun dan tegakan, dengan maksud meningkatkan kualitas pengelolaan. Kegiatan assessment awal terhadap kondisi saat ini bambu dengan maksud peningkatan kualitas pengelolaan akan memberikan dasar bagi perbandingan hasil pada masa panen yang akan datang.

CHAPTER 1 - INTRODUCTION

Bagian empat buku ini dapat dianggap sebagai pedoman yang berdiri sendiri. Memaparkan enam langkah pengelolaan rumpun bambu dalam rangka meningkatkan kesehatan rumpun dan hasil panennya. Rencana kerja pada bagian akhir, mengungkapakan bahwa sebenarnya ada dua je-nis pengelolaan yang dibahas yakni: pengelolaan terhadap rumpun yang sebelumnya tidak dikelola dan perawatan tahunan rumpun yang telah dalam pengelolaan.

Beberapa bagian dari enam langkah (pemotongan bambu rusak, pen-jarangan, dll), dapat berguna ketika memulai penglolaan bambu yang sebelumnya tidak dikelola. Dengan melakukan langah-langkah tersebut, pengingkatan kesuburan dan panen bambu akan dapat dirasakan pada tahun pertama dan kedua. Ketika pertumbuhan rumpun telah diperbaiki dengan pengelolaan awal tersebut, langkah selanjutnya memberikan peran penting.

Langkah ini, seperti pemberian pupuk secara rutin, penggemburan tanah, pemulsaan dan khususnya pemanenan yang benar, harus dilaksanakan secara rutin setiap tahunnya.

Bagian akhir merupakan daftar lampiran yang berisi aktifitas-aktifitas dan petunjuk yang dapat digunakan oleh fasilitator pendamping masyarkat ketika bekerja dengan petani bambu dan para rimbawan. Kunci dari semua aktifitas ini adalah pembuatan kalendar musim yang akan mem-bantu memastikan pengelolaan yang baik dan berkelanjutan.

Perawatan dan pengelolaan suatu rumpun bambu akan semakin mudah dari waktu ke waktu. Peningkatan hasil mulai dari 2 hingga 7 kali lipat diharapkan dari pengelolaan yang baik dan rutin tersebut. Satu hal yang perlu diingat adalah untuk menikmati pengalaman pengelolaan bambu itu sendiri. Budidaya bambu telah diperaktekkan selama ribuan tahun, dan studi tentang pengelolaan ini mengungkapakan hubungan ekologis yang dalam dengan alam. Bekerja di alam merupakan salah satu kenik-matan dari pengelolaan bambu.

THE ENVIRONMENTAL BAMBOO FOUNDATION

1.2 A LETTER

FROM THE FOUNDER

CHAPTER 1 - INTRODUCTION

10

TENTANG BAMBU & HUTAN MASYARKAT

Bambu memiliki kegunaan yang lebih beragam bagi manusia dibandingkan tumbuhan lainnya. Bambu juga merupakan bagian yang tak terpisahkan dari banyak ekosistem hutan, membarikan manfaat lingkungan yang krusial. Dengan dua fakta tersebut, bambu layak mandapat pengakuan sebagai tumbuhan alam yang amat penting.

Sejak lahir hingga mati, manusia menggunakan barang-barang dari bambu. Confucious (Kung Fu Tza) pernah berkata “manusia bukanlah manusia tanpa bambu”. Rebung bambu dikonsumsi diseluruh dunia, sedangkan pasar-pasar produk yang berkaitan dengan bambu terus tumbuh dari tahun ke tahun. Termasuk arang bambu, jamur untuk obat yang tumbuh dibambu, kristal resin kaya silika yang terbentuk dalam bambu. Batang bambu dewasa elah menjadi salah satu material konstruksi penting di dunia, awet dan tahan lama jika diawetkan secara benar, per-mintaan akan konstruksi bambu, mebel dan kerajinan bambu juga terus tumbuh. Produk-produk moderen dari bambu laminasi juga sedang dikembangkan di Eropa, Asia, Afrika dan Amerika.

Bambu menghasilkan oksigen dan membantu menjernihkan air. Memberikan keteduhan dan keindahan pada alam. Bambu ber-peran sebagai pagar pelindung bagi tanaman pertanian dan hewan dari angin kencang. Akar dan rizoma bambu mengikat butiran tanah dan membangu mengurangi erosi. Daun bambu, termasuk daun bambu yang jatuh dan menumpuk didasar hutan bambu, meningkatkan penyerapan air ke rongga air tanah dan mengu-rangi terbawanya air hujan ke sungai, mengurangi bencana banjir pada musim hujan. Air permukaan yang bersumber dari rongga air tanah dilepaskan perlahan sepanjang tahun, menyediakan sumber air bagi manusia, kehidupan sungai, pohon lahan pertanian untuk waktu yang lebih lama pada musim kemarau. Bambu memiliki fungsi yang lebih baik di sini dari tumbuhan lainnya.

Salah satu ciri penting bambu adalah dapat dipanen secara terus menerus, tanpa penanaman kembali. Ini berarti bambu dapat terus memberikan fungsi lingkungannya dan pada saat bersamaan diman-faatkan manusia dalam berbagai skala ekonomi, dari sektor pedesaan hingga industri. Namun demikian, ketahanan dan kegunaan bambu juga berarti bahwa pemilik bambu perlu secara cermat menjaga kondisi tanaman mereka.

THE ENVIRONMENTAL BAMBOO FOUNDATION

11

Bukan rahasia lagi, hingga baru-baru ini, industri kayu skala besar di In-donesia begitu juga pemerintah melihat masyarkat yang hidup di hutan/sekitarnya sebagai gangguan terhadap keuntungan jangka pendek hutan. Lebih dari 15 tahun pengakuan global dan regional akan perlunya men-empatkan masyarakat di tengah-tengah pengelolaan hutan telah mem-pengaruhi pemerintah dan industri kehutanan yang paling konservatif sekalipun. Mengapa pemerintah tidak mengubah opininya ketika tidak hanya menyaksikan tapi juga memfasilitasi kerusakan hutan dalam skala terbesar yang pernah terjadi hanya dalam beberapa dekade terakhir.

Keterlibatan masyarakat sekitar sekarang dilihat sebagai kunci untuk memungkinkan pengembangbiakan kembali hutan Indonesia. Dan ke-selamatan hutan Indonesia, berhadapan dengan pemanasan global, mungkin merupakan tantangan lingkungan global terpenting yang per-nah dihadapi dunia.

Dua paragraf berikut ini dikutip dari laporan khusus jurnal “Down to Earth’s” tentang “Hutan, manusia dan hak-hak”

“Pengelolaan sumberdaya berbasis masyarakat menyaratkan jaminan akses dan kontrol terhadap sumberdaya hutan kepada masyarakat yang hidup di dalam dan di sekitar hutan yang tergantung secara ekonomi, sosial, budaya dan spritutal pada hutan. Hutan harus dikelola untuk menyediakan jaminan inter-generasi dan meningkatkan kemungkinan ke-lestariannya.” Ini didasarkan pada tiga prinsip:1. Hak-hak dan tanggungjawab terhadap sumberdaya hutan haruslah jelas, terjamin dan permanen.2. Hutan haruslah dikelola secara tepat sehingga ada aliran manfaat dan nilai tambahnya.3. Sumberdaya hutan haruslah dimanfaatkan dalam kondisi yang baik untuk menjamin kelangsungannya dimasa depan.

Buku ini menempatkan fokus teknisnya pada prinsip kedua diatas, yakni pengelolaan yang “tepat” terhadap bambu dalam konteks hutan untuk meningkatkan manfaat ekonimi dan lingkungan sekaligus nilai tambahn-ya. Kebutuhan akan buku pedoman, dengan arahan yang jelas tentang cara memperolah produktifitas terbaik dari bambu tropis menjadi sangat nyata dalam beberapa tahun terakhir ketika EBF mulai mengembangkan percobaan pengelolaan bambu berbasis masyarakat di Indonesia.

1.3.1COMMUNITY

FORESTRY IN INDONESIA

CHAPTER 1 - INTRODUCTION

1�

Perawatan dan mengelolaan bambu meliputi pengadaan dan pengelo-laan bambu. Meski ada banyak buku tentang budidaya dan penanaman bambu, hanya sedikit informasi tentang pengeloaan rumpun dan hutan bambu. Yang ada tersembunyi dalam tulisan dan dokumen ilmiah para pengelola perkebunan bambu. Buku ini dibuat untuk membantu para petani melalui proses sederhana untuk memami bambu mereka. Jika prinsip-prinsip dan langkah-langkah dalam buku ini diaplikasikan pada rumpun bambu yang ada, pemilik rumpun akan melihat kenaikan hasil bambu dalam beberapa tahun, mewujudkan peningkatan matapencaha-rian sekaligus kesehatan lingkungan.

Penerapan teknik pengelolaan bambu dalam periode 4 tahun seperti pemulsaan bambu untuk meningkatkan produktifitas dan pemanenan secara benar batang bambu yang berumur 3-4 tahun, akan memban-tu petani bambu meningkatkan hasil panen antara 2 hingga 7 kali lipat ber tahun. Diiringi dengan pengawetan bambu yang baik, peningakatan pemanfaatan dan/atau jaringan ke pasar bambu, ekonomi pedesaan akan mencapai tingkat yang tinggi dalam keberlanjutan dan independensinya.

Meski buku ini cendrung pada aspek teknis, penting artinya untuk “meli-hat bahwa bambu tegak melalui rumpunnya”. Agar bambu dapat mem-berikan manfaat ekonimi dan lingkungan secara bersamaan, ia harus menjadi bagian dari pendekatan holistik pengelolaan hutan yang lebih besar, yang menempatkan masyarkat sekitar sebagai sebagai pemimpin baik dalam pengeloaan maupun pemanfaatannya.

Menjamin hak-hak penduduk lokal di Indonesia mudah diucapkan dari-pada dilakukan, meskipun ada banyak contoh yang baik dari pengelolaan hutan berbasis masyarkat di Indoneisa, masih ada banyak kasus kegaga-lan dan hambatan yang merintangi.

Kuncinya terletak pada pengorganisasian sosial. Hutan yang baik akan membutuhkan kombinasi yang baik antara berbagai pihak dan organ-isasi, yang masing-masing bertujuan penjaga hutan untuk keberadaan dan pemanfaatan dalam jangka panjang. Ini akan membutuhkan pen-guatan organisasi-organisasi berbasis masyarakat begitu pula institusi pemerintah dalam berbagai tingkatan (desa, kabupaten, propinsi, dan nasional), masing-masing dengan kemampuan “check and balance’ satu sama lainnya. Apa yang sebelumnya dilihat sebagi tumpang-tindih dalam peraturan, sebenarnya dapat memberikikan manfaat bagi hutan, den-gan memberikan kelebihan (redundansi) pada lembaga-lembaga sosial. Redundansi akan membawa kepada ketahanan yang lebih besar tidak hanya pada ekosistem tapi juga pada sistem sosial, sehingga jika satu organisasi gagal, yang lainnya dapat memainkan peran pengelolaan yang lebih kuat.

THE ENVIRONMENTAL BAMBOO FOUNDATION

1�

Untuk mencapai ketahanan dalam sistem sosial dalam melindungi hutan, pemerintah perlu benar-benar memahami kebutuhan melibatkan dan memperkuat masyarkat dan organisasi berbasis masyarkat untuk men-jadi pengelola hutan yang berhasil.

Organisasi sosial kemasaryakatan dan lembaga pemberi dana yang ber-munculan di Indonesia dan luar negeri, mangakui bahwa dukungan kon-sisten terhadap masyarakat yang hidup di dalam dan di sekitar hutan dalam membangun organisiasi yang kuat, dinamis dan inklusif adalah san-gat penting untuk mendapatkan dukungan yang lebih luas bagi pengelo-laan hutan berbasis masyarkat dan berpengaruh pada perpindahan dari rezim “penambang-kayu” yang telah terbukti mendatangkan malapetaka sampai saat ini (Buletin WRM No. 60, Juli 2002)

Here bring it back to bamboo and close this section up.Could also introduce some of the laws that make social forestry possible.

safety info - top ten hazards working on bamboo

CHAPTER 1 - INTRODUCTION

1�

THE ENVIRONMENTAL BAMBOO FOUNDATION

1�