PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) DI DESA...

33
PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) DI DESA TOAPAYA KECAMATAN TOAPAYA KABUPATEN BINTAN TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI Oleh ROSNIATI NIM. 110565201175 PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 2016

Transcript of PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) DI DESA...

Page 1: PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) DI DESA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · penyusunan APBDes yaitu dokumen Rencana Pembangunan Jangka

PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) DI DESA TOAPAYA KECAMATAN TOAPAYA KABUPATEN BINTAN TAHUN 2014

NASKAH PUBLIKASI

Oleh

ROSNIATI NIM. 110565201175

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG

2016

Page 2: PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) DI DESA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · penyusunan APBDes yaitu dokumen Rencana Pembangunan Jangka

ROSNIATI Mahasiswa Ilmu Pemerintahan, FISIP, UMRAH

Abstrak

Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) harus menyatu di dalam pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes), sehingga prinsip pengelolaan ADD sama persis dengan pengelolaan APBDes yang harus mengikuti prinsip tata kelola pemerintahan yang baik. Dimana ada 3 prinsip dasar yang harus diterapkan oleh pemerintah desa dalam mengelola APBDes, yaitu transparansi, akuntabilitas, dan partisipatif.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses pengelolaan Alokasi Dana Desa di Desa Toapaya menurut asas-asas pengelolaan keuangan desa. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan format desain bersifat deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi dan dokumentasi. Informan dalam penelitian ini berjumlah 15 orang.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam pengelolaan ADD di Desa Toapaya berdasarkan asas-asas pengelolaan keuangan desa sudah berjalan dengan baik. Hal ini ditandai dengan adanya proses transparansi yang diberikan oleh Pemerintah Desa Toapaya dalam bentuk mempublikasikan setiap pembangunan fisik dan penggunaan anggaran, meskipun tidak semuanya dapat dipublikasikan. Sedangkan untuk akuntabilitas Pemerintah Desa Toapaya membuat laporan pertanggungjawaban dan setiap pembangunan disesuaikan dengan apa yang direncanakan diawal. Dan untuk partisipasi masyarakat juga berjalan dengan baik dimana masyarakat terlibat dalam musyawarah pembangunan baik secara langsung maupun melalui perwakilan mereka.

Kata kunci : Pengelolaan Alokasi Dana Desa, asas-asas pengelolaan keuangan desa

Page 3: PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) DI DESA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · penyusunan APBDes yaitu dokumen Rencana Pembangunan Jangka

ROSNIATI Student of Government Science, FISIP, UMRAH

Abstract

The management of the village Fund Allocation (ADD) should be incorporated in the management of budget revenue and expenditure of the village (APBDes), so the principles are exactly the same add-on management to the management of APBDes should follow the principle of good governance. Where are the 3 basic principles that must be applied by Governments in managing village APBDes, namely transparency, accountability, and participatory.

The purpose of this research is to know the process of managing the allocation of Funds in the village of Toapaya, according to the principles of financial management. This research is qualitative research design formats are descriptive. The technique of data collection is done with the interview, observation and documentation. Informants in this study amounted to 15 people.

From the results of the study showed that in the add-on management in the village of Toapaya based on the principles of village financial management is already well underway. It is characterized by the existence of the process of transparency provided by the Government of the village of Toapaya in the form of publicizing any physical development and the use of the budget, though not all of it can be published. As for the accountability of the Government accountability report Toapaya Village and every development are adapted to what was planned in advance. And for public participation also goes well where communities are involved in the deliberation of the development, either directly or through their representatives.

Keywords: Management of the allocation of the village Fund, the financial management principles of the village

Page 4: PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) DI DESA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · penyusunan APBDes yaitu dokumen Rencana Pembangunan Jangka

1

PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) DI DESA TOAPAYA KECAMATAN TOAPAYA KABUPATEN BINTAN TAHUN 2014

A. Latar Belakang

Pada masa orde baru sistem pemerintahan bersifat sentralisasi. Dimana

setiap kebijakan ditentukan oleh pemerintah pusat. Pasca Orde Baru dan

beralih kemasa reformasi memberikan ruang yang lebih besar bagi daerah

dalam menjalankan pemerintahannya, karena otonomi daerah mulai

dicanangkan hingga akhirnya dikeluarkanlah Undang-Undang Nomor 22

Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang mengamanatkan desentralisasi

di tingkat kabupaten. Hal ini juga berdampak bagi otonomi ditingkat desa.

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah

akhirnya diganti dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah karena dirasa sudah tidak sesuai lagi dengan

perkembangan keadaan dan penyelenggaraan otonomi daerah. Dalam Undang-

Undang Nomor 32 Tahun 2004 telah mengatur lebih jelas mengenai desa dan

mengakui adanya otonomi asli atas desa yang artinya desa memiliki hak untuk

mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Namun, pada prinsipnya

desa tetap masih menjalankan kewenangan yang diberikan oleh

kabupaten/kota.

Selain hal tersebut dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2004 tentang Pemerintahan Daerah pemerintah mulai memperbaiki konsep

yang sebelumnya desa hanya mendapat bantuan menjadi bagian. Yang artinya

bahwa desa memiliki hak atas bagian dari keuangan negara yang melalui dana

Page 5: PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) DI DESA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · penyusunan APBDes yaitu dokumen Rencana Pembangunan Jangka

2

perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh kabupaten/kota,

yang kemudian disebut dengan Alokasi Dana Desa (ADD). Tujuan dari

pengalokasian dana desa adalah dalam rangka meningkatkan pemberdayaan,

kesejahteraan dan pemerataan pembangunan di desa. Ketegasan mengenai

konsep ADD dipertegas dengan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005

tentang Desa yang terkandung dalam pasal 68 ayat 1 huruf c.

Sadu Wasistiono, menyatakan bahwa pembiayaan atau keuangan

merupakan faktor essensial dalam mendukung penyelenggaraan otonomi desa,

sebagaimana juga pada penyelenggaraan otonomi daerah. Konsep ADD

sebenarnya bermula dari sebuah refleksi terhadap model bantuan desa yang

diberikan oleh pemerintah pusat bersamaan dengan agenda pembangunan

desa1.

Dalam pasal 1 ayat 11 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005

tentang Desa dijelaskan bahwa ADD adalah dana yang dialokasikan oleh

Pemerintah kabupaten/kota untuk desa, yang bersumber dari bagian dana

perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh kabupaten/kota.

Selanjutnya, anggaran ADD tersebut akan digunakan sebagai penunjang

kegiatan otonomi desa agar dapat maksimal dalam memberikan pelayanan,

pembangunan, serta pemberdayaan masyarakat ditingkat pedesaan. Oleh

karena itu, jika anggaran tersebut dikelola secara baik dan jujur maka hasil

kegiatan otonomi desa, khususnya pemberdayaan masyarakat akan terlihat

jelas.

1 Sadu Wasistiono, Etin Indrayani,dan Andi Pitono, Memahami Asas Tugas Pembantuan Melalui Pandangan Teoretik,

Legalistik, dan Implementasi, (Bandung: Fokusmedia 2006), 107.

Page 6: PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) DI DESA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · penyusunan APBDes yaitu dokumen Rencana Pembangunan Jangka

3

Desa merupakan subyek hukum yang memiliki otonomi dalam

melakukan tindakan-tindakan hukum. Dalam konteks pengelolaan keuangan,

desa bisa melakukan pengelolaan keuangan secara mandiri dengan tetap

mematuhi kerangka regulasi yang terkait dengan tata kelola keuangan desa.

Pengelolaan keuangan desa tidak dapat dilepaskan dari rangkaian

proses perencanaan desa tahunan yang biasa disebut Musyawarah Perencanaan

Pembangunan (Musrenbang) Desa. Keluaran dari Musrenbangdes yaitu

dokumen Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes). Basis utama

penyusunan APBDes yaitu dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Desa (RPJMDes) dan Rencana Kegiatan Pembangunan Desa (RKPDes).

Pengelolaan keuangan desa merupakan satu kesatuan yang melekat

dalam implementasi otonomi desa menuju desa yang mandiri. Pengelolaan

keuangan desa bertujuan menciptakan dan memperkuat sistem tata

pemeintahan desa yang jelas dan efektif sehingga terwujud

pertanggungjawaban yang baik dalam pelaksanaan pemerintahan.

Sehubungan dengan hal tersebut, dalam pelaksanaan pengelolaan ADD

peran serta masyarakat juga menjadi hal yang penting terutama dalam proses

pengambilan keputusan dan pelaksanaan kegiatan yang menyangkut kebutuhan

masyarakat desa. Selain itu, diperlukan juga adanya kerjasama yang baik antara

aparatur desa dengan masyarakat dalam setiap tahapan-tahapan pengelolaan

ADD. Jika hal tersebut berjalan dengan baik maka besar kemungkinan

masyarakat dapat lebih mengembangkan diri untuk mencapai kemajuan

bersama seperti yang diharapkan dari program ini yaitu terciptanya masyarakat

Page 7: PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) DI DESA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · penyusunan APBDes yaitu dokumen Rencana Pembangunan Jangka

4

yang lebih berdaya. Selain melibatkan masyarakat, kegiatan pengelolaan ADD

juga turut melibatkan beberapa stakeholders seperti karang taruna, tim

penggerak PKK, serta Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Stakeholders

tersebut diharapkan mampu untuk saling bekerja sama dalam pelaksanaan

pengelolaan ADD.

Apabila keuangan desa tidak dikelola berdasarkan ketentuan peraturan

perundanagn maka dapat menimbulkan tindakan-tindakan yang mengarah pada

penyalahgunaan keuangan, baik secara pribadi maupun kelompok. Ini akan

berdampak pada hilangnya tingkat kepercayaan masyarakat kepada pemerintah

desa. Pembangunan pun tidak akan berjalan dengan baik dan berpotensi

berhadapan dengan hukum.

Kemudian pada tahun 2007 dikeluarkanlah Peraturan Menteri Dalam

Negeri (Permendagri) Nomor 37 tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan

Keuangan Desa. Dalam Permendagri Bab IX tersebut telah cukup dijelaskan

mulai tujuan ADD tata cara penghitungan besaran anggaran per Desa,

mekanisme penyaluran, penggunaan dana sampai dengan

pertanggungjawabannya.

Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 tahun 2007 pasal 19

dijelaskan bahwa tujuan ADD adalah menanggulangi kemiskinan dan

mengurangi kesenjangan meningkatkan perencanaan dan penganggaran

pembangunan di tingkat desa dan pemberdayaan masyarakat, meningkatkan

pembangunan infrastruktur perdesaan, meningkatkan pengamalan nilai-nilai

keagamaan, sosial budaya dalam rangka mewujudkan peningkatan sosial,

Page 8: PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) DI DESA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · penyusunan APBDes yaitu dokumen Rencana Pembangunan Jangka

5

meningkatkan ketentraman dan ketertiban masyarakat, meningkatkan

pelayanan pada masyarakat desa dalam rangka pengembangan kegiatan sosial

dan ekonomi masyarakat, mendorong peningkatan keswadayaan dan gotong

royong masyarakat, meningkatkan pendapatan desa dan masyarakat desa

melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa).

Untuk menjalankan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun

2005 tentang Desa mengenai ADD, maka pada tahun 2009 Kabupaten Bintan

mulai menjalankan amanat tersebut dengan memberikan hak desa yang melalui

dana perimbangan pusat dan daerah yang kemudian disebut ADD. Dengan

tujuan mempercepat pelaksanaan otonomi desa dengan memberikan sumber

keuangan desa untuk operasional desa dan pembangunan desa. Dimana yang

besaran dananya dihitung dengan menggunakan nilai bobot masing-masing

desa, sehingga masing masing desa menerima besaran yang berbeda.

Peraturan Bupati Bintan Nomor 11 Tahun 2011 tentang Dana Alokasi

Umum Desa dijelaskan penggunaan Dana Alokasi Umum Desa adalah untuk :

”Akumulasi Dana yang diterima oleh Desa (Dana Alokasi Umum Desa)

digunakan oleh Pemerintah Desa sebagai berikut :

(1). 30% ( tiga puluh persen ) untuk biaya aparatur, biaya administrasi dan

biaya operasional Pemerintahan Desa.

(2) 70% ( tujuh puluh persen ) untuk pembiayaan pelayanan Publik dan

pemberdayaan masyarakat, diantaranya ;

a. Biaya perbaikan sarana Publik dalam skala kecil. b. Penyertaan modal usaha masyarakat melalui BUMDesa. c. Biaya untuk pengadaan ketahanan pangan. d. Perbaikan lingkungan dan pemukiman.

Page 9: PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) DI DESA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · penyusunan APBDes yaitu dokumen Rencana Pembangunan Jangka

6

e. Penanggulangan Kemiskinan. f. Perbaikan kesehatan dan pendidikan. g. Pengembangan sosial budaya. h. dan sebagainya yang dianggap penting.

Berdasarkan pasal 9 ayat 1 dan ayat 2 maka dalam praktek penggunaan

Dana Alokasi Umum Desa digunakan untuk membiayai Belanja Tidak

Langsung berupa insentif atau tunjangan perangkat desa, Insentif BPD serta

Operasional BPD sedangkan Belanja Langsung digunakan pemerintah desa

untuk membiayai operasional desa dan belanja pemberdayaan masyarakat.

Dibawah ini merupakan rincian pengelolaan ADD di Desa Toapaya:

Page 10: PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) DI DESA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · penyusunan APBDes yaitu dokumen Rencana Pembangunan Jangka

7

Tabel I.1

Rincian Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa Toapaya

No. Rincian Penggunaan ADD/Tahun

2013 (Rp 338.309.116)

2014 (Rp 353.309.116)

1. Belanja operasional Pemerintah Desa: a. Program pelayanan

administrasi perkantoran b. Program peningkatan

sarana dan prasarana aparatur

c. Program peningkatan disiplin aparatur

d. Program peningkatan pengembangan sistem pelaporan capaian kinerja dan keuangan

e. Gaji pokok aparatur desa f. Tunjangan anggota BPD

Rp 300.046.432 Rp 82.921.432 Rp 47.630.000 Rp 18. 395.000 Rp 2.300.000 Rp 130.800.000 Rp 18.000.000

Rp 260.354.650 Rp 68.118.450 Rp 39.186.200 Rp 1.950.000 Rp 2.300.000 Rp 130.800.000 Rp 18.000.000

2. Belanja operasional BPD Rp 20.000.000 Rp 20.000.000

3. Belanja pemberdayaan masyarakat/publik Rp 20.310.000 Rp 74. 369.767

Total Rp 340. 356.432 Rp 354.724.417 Sumber: Data olahan peneliti 20152

Bedasarkan tabel diatas pada tahun 2013 ADD Desa Toapaya sebesar

Rp 338.309.116 dengan penggunaan Rp 340.356.432 dan dananya digunakan

untuk biaya operasional kantor desa sebesar Rp 300.046.432 dan biaya

operasional BPD sebesar Rp 20.000.000, dan untuk belanja pemberdayaan

sebesar Rp 20.310.000.

Sedangkan pada tahun 2014 jumlah ADD sebesar Rp 353.309.116

dengan penggunaan Rp 354.724.417. Dengan rincian biaya operasional kantor

2 Diambil dari perincian Peraturan Desa Dan Peraturan Kepala Desa Tentang APBDes Toapaya Tahun 2013 dan 2014.

Page 11: PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) DI DESA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · penyusunan APBDes yaitu dokumen Rencana Pembangunan Jangka

8

sebesar Rp 260.354.650 dan biaya operasional BPD tetap Rp 20.000.000,

sedangkan untuk belanja pemberdayaan mengalami kenaikan menjadi Rp

74.369.767.

Dalam Permendagri Nomor 37 Tahun 2007 Pasal 20 ayat satu (1)

menjelaskan bahwa pengelolaan ADD satu kesatuan dengan pengelolaan

keuangan desa. Dalam Muhammad Arif (2007)3 yang senada juga dengan

Permendagri Nomor 37 Tahun 2007, proses pengelolaan keuangan desa

meliputi:

a) Perencanaan, dalam Murtiono dan Wulandari (2007)4 yang dimaksud

dengan perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa

depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber

daya yang tersedia. Dalam tahap ini pemerintah desa menyusun rancangan dan

dalam proses perencanaan harus mengikut sertakan masyarakat desa, yang

biasanya dilakukan melalui musyawarah desa.

b) Penganggaran, dalam Murtiono dan Wulandari (2007)5 yang dimaksud

dengan penganggaran adalah suatu proses menyusun kerangka kebijakan

publik yang memuat hak dan kewajiban pemerintah desa dan masyarakat yang

tercermin dalam pendapatan, belanja, dan pembiayaan, dengan menggunakan

prinsip partisipasi, transparansi, akuntabilitas, disiplin, keadailan. efesiensi, dan

efektivitas anggaran.

3 Muhammad Arif, Tata Cara Pengelolaan Keuangan Desa Dan Pengelolaan Kekayaan Desa, ( Pekanbaru: Red Post

Press, 2007) 32. 4 Yusuf Murtiono dan Wulandari, Buku Pintar: Perencanaan dan Penganggaran Desa, (Yogyakarta: FPPD, 2014) 6. 5 Ibid., 51.

Page 12: PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) DI DESA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · penyusunan APBDes yaitu dokumen Rencana Pembangunan Jangka

9

c) Penatausahaan. Dalam Dina Mariana dan Suci Handayani (2014),

penatausahaan merupakan proses dari rangkaian kegiatan mencatat dan

membukukan semua penerimaan dan pengeluaran dalam transaksi yang

dilakukan oleh pemeintah desa6.

d) Pelaporan merupakan proses menyampaikan laporan realisasi pelaksanaan

APBDes oleh pemerintah desa kepada Bupati/Walikota.

e) Pertanggungjawaban. Dalam Dina Mariana dan Suci Handayani (2014)

pertanggungjawaban ialah proses penyampaian laporan kegiatan keuangan

desa, baik itu penerimaan, pengeluaran, pembiayaan, maupun penggunaan

uang milik desa selama satu tahun anggaran7.

Desa Toapaya mulai menerima ADD sejak tahun 2009, setelah

diberlakukannya Peraturan Bupati Bintan Nomor 19 Tahun 2008 tentang Dana

Alokasi Umum Desa. Namun, berdasarkan data yang diperoleh dalam proses

perencanaan dan penganggaran tidak sesuai dengan asas-asas pengelolaan

ADD. Dimana seharusnya dalam proses musrenbang harus adanya partisipasi

masyarakat. Hal ini terlihat dari daftar hadir musyawarah desa yang hanya

dihadiri para elit desa saja. Padahal seharusnya harus melibatkan masyarakat

secara umum seperti masyarakat miskin dan marjinal serta kaum perempuan

harus diikutsertakan.

Selain hal tersebut diatas jika dilihat dari rincian penggunaan ADD di

Desa Toapaya belum maksimalnya penggunaan ADD untuk kepentingan

masyarakat secara umum hal ini terlihat dari rincian pengelolaan ADD yang 6 Dina Mariana dan Suci Handayani, Buku Pintar: Pengelolaan & Pertanggungjawaban Keuangan desa, (Yogyakarta:

FPPD, 2014) 45. 7 Ibid., 59.

Page 13: PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) DI DESA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · penyusunan APBDes yaitu dokumen Rencana Pembangunan Jangka

10

digunakan untuk pemberdayaan masyarakat belum sesuai dengan aturan yang

ada. Dimana 30% ADD adalah untuk biaya operasional pemerintah desa dan

BPD, sedangkan 70% ADD untuk pemebrdayaan masyarakat. Namun, yang

terjadi adalah dimana biaya operasional pemerintah desa melebihi dari

akumulasi anggaran yang telah ditentukan baik berdasarkan Peraturan Bupati

Bintan Nomor 11 tahun 2011 maupun Permendagri Nomor 37 Tahun 2007.

Berdasarkan paparan di atas maka penulis ingin menganalisis kedalam

sebuah usulan penelitian yang berjudul: “Pengelolaan Alokasi Dana Desa

(ADD) di Desa Toapaya Kecamatan Toapaya Kabupaten Bintan Tahun

2014”.

B. Tinjauan Pustaka

1. Prinsip dan Asas-Asas Pengelolaan Alokasi Dana Desa

Pada dasarnya prinsip pengelolaan keuangan desa sama dengan

prinsip pengelolaan keuangan daerah. Yang mengadopsi prinsip good

governance dalam pengelolaannya. Agar tercipta pemerintahan yang baik.

Menurut UNDP dalam Krina (2003) merekomendasikan beberapa

karakteristik governance, yaitu legitimasi politik, kerjasama dengan institusi

masyarakat sipil, kebebasan berasosiasi dan berpartisipasi, akuntabilitas

birokratis dan keuangan (financial), manajemen sektor publik yang efisien,

kebebasan informasi dan ekspresi, sistem yudisial yang adil dan dapat

dipercaya. Sedangkan World Bank mengungkapkan sejumlah karakteristik

good governance adalah masyarakat sispil yang kuat dan partisipatoris,

Page 14: PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) DI DESA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · penyusunan APBDes yaitu dokumen Rencana Pembangunan Jangka

11

terbuka, pembuatan kebijakan yang dapat diprediksi, eksekutif yang

bertanggung jawab, birokrasi yang profesional dan aturan hukum8.

Jelas bahwa jumlah komponen atau pun prinsip yang melandasi tata

pemerintahan yang baik sangat bervariasi dari satu institusi ke institusi lain,

dari satu pakar ke pakar lainnya. Namun paling tidak ada sejumlah prinsip

yang dianggap sebagai prinsip-prinsip utama yang melandasi good

governance, yaitu transparansi, akuntabilitas, dan partisipasi masyarakat.

Berikut ini adalah pembahasan mendalam dari ketiga prinsip tersebut

disertai dengan indikatornya masing-masing:9

a. Transparansi

Dalam Krina transparansi adalah prinsip yang menjamin akses atau

kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh informasi tentang

penyelenggaraan pemerintahan, yakni informasi tentang kebijakan, proses

pembuatan dan pelaksanaanya, serta hasil-hasil yang dicapai. Transparansi

dapat diketahui banyak pihak mengenai pengelolaan keuangan daerah

dengan kata lain segala tindakan dan kebijakan harus selalu dilaksanakan

secara terbuka dan diketahui oleh umum. Menurut Meutiah dalam Krina

Transparansi yakni adanya kebijakan terbuka bagi pengawasan. Sedangkan

yang dimaksud dengan informasi adalah informasi mengenai setiap aspek

kebijakan pemerintah yang dapat dijangkau oleh publik. Keterbukaan

8 Loina Lalolo Krina P., Indikator & Alat Ukur Prinsip Akuntabilitas, Transparansi & Partisipasi, (Jakarta: Sekretariat

Good Public Governance Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, 2003, (https://mfile.narotama.ac.id, diakses Rabu, 13 Januari 2016)

9 Ibid,.

Page 15: PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) DI DESA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · penyusunan APBDes yaitu dokumen Rencana Pembangunan Jangka

12

informasi diharapkan akan menghasilkan persaingan politik yang sehat,

toleran, dan kebijakan dibuat berdasarkan pada preferensi publik.

Prinsip transparasi paling tidak dapat dilihat melalui sejumlah

indikator seperti :

1. Mekanisme yang menjamin sistem keterbukaan dan standarisasi dari

semua proses-proses pelayanan publik;

2. Mekanisme yang memfasilitasi pertanyaan-pertanyaan publik tentang

berbagai kebijakan dan pelayanan publik, maupun proses-proses

didalam sektor publik;

3. Mekanisme yang memfasilitasi pelaporan maupun penyebaran

informasi maupun penyimpangan tindakan aparat publik didalam

kegiatan melayani.

b. Akuntabilitas

Menurut Krina akuntabilitas adalah prinsip yang menjamin setiap

kegiatan penyelenggaraan pemerintahan dapat dipertanggungjawabkan

secara terbuka oleh pelaku kepada pihak yang terkena dampak penerapan

kebijakan.

Menurut Teguh Kurniawan dalam Krina (2003)10 akuntabilitas

dalam penyelenggaraan pemerintahan terdiri dari beberapa elemen antara

lain :

1. Adanya akses publik terhadap laporan yang telah dibuat;

2. Penjelasan dan pembenaran terhadap tindakan pemerintah;

10 Ibid,.17

Page 16: PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) DI DESA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · penyusunan APBDes yaitu dokumen Rencana Pembangunan Jangka

13

3. Penjelasan harus dilakukan dalam sebuah forum terbuka;

4. Aktor harus memiliki kewajiban untuk hadir.

Adapun indikator yang bisa digunakan dalam akuntabilitas menurut

Krina adalah:

1. Proses pembuatan sebuah keputusan yang dibuat secara tertulis,

tersedia bagi warga yang membutuhkan, dengan setiap keputusan

yang diambil sudah memenuhi standar etika dan nilai-nilai yang

berlaku, dan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar;

2. Akurasi dan kelengkapan informasi yang berhubungan dengan cara-

cara mencapai sasaran suatu program;

3. Kejelasan dari sasaran kebijakan yang telah diambil dan

dikomunikasikan;

4. Kelayakan dan konsistensi dari target operasional maupun prioritas;

5. Penyebarluasan informasi mengenai suatu keputusan melalui media

massa;

6. Akses publik pada informasi atas suatu keputusan setelah keputusan

dibuat dan mekanisme pengaduan masyarakat;

7. Sistem informasi manajemen dan monitoring hasil.

c. Partisipasi Masyarakat

Prinsip bahwa setiap orang memiliki hak untuk terlibat dalam

pengambilan keputusan di setiap kegiatan penyelenggaraan pemerintahan.

Keterlibatan dalam pengambilan keputusan dapat dilakukan secara langsung

atau secara tidak langsung.

Page 17: PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) DI DESA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · penyusunan APBDes yaitu dokumen Rencana Pembangunan Jangka

14

Sedangakan Sutoro Eko memaknai partisipasi (participation) adalah

persamaan hak dalam mengambil semua keputusan, baik langsung maupun

tidak langsung yaitu melalui lembaga perwakilan yang sah untuk

mewakilkan kepentingan mereka. Kata kunci dalam pembangunan

demokratis adalah partisipasi masyarakat. Secara teoritis, partisipasi adalah

keterlibatan secara terbuka (inclusion) dan keikutsertaan (involvement).

Keduanya mengandung kesamaan tetapi berbeda pada titik tekannya.

Inclusion menyangkut siapa saja yang terlibat, sedangakan involvement

berbicara bagaimana masyarakat terlibat. Keterlibatan berarti memberi

ruang bagi siapa saja untuk terlibat dalam proses pembangunan, terutama

kelompok-kelompok masyarakat minoritas, miskin, rakyat kecil dan

perempuan11.

Adapun menurut Krina indikator dari prinsip partisipasai adalah:

1. Keterlibatan aparat melalui terciptanya nilai dan komitmen diantara

aparat;

2. Adanya forum untuk menampung partisipasi masyarakat yang

representatif, jelas arahnya dan dapat dikontrol bersifat terbuka dan

inklusif, harus ditempatkan sebagai mimbar masyarakat mengekspresikan

keinginannya;

3. Kemampuan masyarakat untuk terlibat dalam proses pembuatan

keputusan;

11Sutoro Eko,“Meletakkan Desa dalam Desentralisasi dan Demokrasi, Pengantar Tentang Partisipasi”

(http://web.iaincirebon.ac.id/ebook/moon/Rural&Village/ pdf, diakses Selasa, 8 Maret 2016)

Page 18: PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) DI DESA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · penyusunan APBDes yaitu dokumen Rencana Pembangunan Jangka

15

4. Fokus pemerintah adalah pada memberikan arah dan mengundang

orang lain untuk berpartisipasi;

5. Visi dan pengembangan berdasarkan pada konsensus antara

pemerintah dan masyarakat;

6. Akses bagi masyarakat untuk menyampaikan pendapat dalam proses

pengambilan keputusan.

Menurut Mardiasmo (2002) ada tiga prinsip utama yang mendasari

pengelolaan keuangan daerah , yaitu12:

Pertama, prinsip transparansi atau keterbukaan. Transparansi di sini

memberikan arti bahwa anggota masyarakat memiliki hak dan akses yang

sama untuk mengetahui proses anggaran karena menyangkut aspirasi dan

kepentingan masyarakat, terutama pemenuhan kebutuhan-kebutuhan hidup

masyarakat banyak.

Kedua, prinsip akuntabilitas. Akuntabilitas adalah prinsip

pertanggungjawaban publik yang berarti bahwa proses penganggaran mulai

dari perencanaan, penyusunan dan pelaksanaan harus benar-benar dapat

dilaporkan dan dipertanggungjawabkan kepada DPRD dan masyarakat.

Masyarakat tidak hanya memiliki hak untuk mengetahui anggaran tersebut

tetapi juga berhak untuk menuntut pertanggungjawaban atas rencana

ataupun pelaksanaan anggaran tersebut.

Akuntabilitas adalah kewajiban pihak pemegang amanah (agent)

untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan, dan

12 Mardiasmo, “Otonomi & Manajemen Keuangan daerah”, (Yogyakarta: ANDI, 2002) 105.

Page 19: PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) DI DESA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · penyusunan APBDes yaitu dokumen Rencana Pembangunan Jangka

16

mengungkapkan segala aktifitas dan kegiatan yang menjadi tanggung

jawabnya kepada pihak pemberi amanah (prinscipal) yang memiliki hak dan

kewenangan untuk meminta pertanggung jawaban tersebut.

Ketiga, prinsip value for money. Prinsip ini berarti diterapkannya

tiga pokok dalam proses penganggaran yaitu ekonomis, efisiensi, dan

efektif. Ekonomi berkaitan dengan pemilihan dan penggunaan sumber daya

dalam jumlah dan kualitas tertentu pada harga yang murah. Efisiensi berarti

bahwa penggunaan dana masyarakat tersebut dapat menghasilkan ouput

yang maksimal (berdaya guna). Efektifitas berarti bahwa penggunaan

anggaran tersebut harus mencapai target-target atau tujuan kepentingan

publik.

Dalam Gregorius Sahdan, dkk (2008) juga disebutkan bahwa

pengelolaan ADD harus menyatu di dalam pengelolaan APBDes, sehingga

prinsip pengelolaan ADD sama persis dengan pengelolaan APBDes, yang

harus mengikuti prinsip-prinsip good governance (tata kelola pemerintahan

yang yang baik)13. Artinya, pengelolaan keuangan desa harus memegang

asas transparansi, akuntabel, partisipatif, serta dilakukan dengan tertib dan

disiplin anggaran.

Sebagaimana diatur dalam Pasal 20 ayat 1 Peraturan Menteri Dalam

Negeri Nomor 37 tahun 2007 disebutkan bahwa pengelolaan ADD satu

kesatuan dengan pengelolaan keuangan desa. Yaitu menggunakan asas-asas

transparan, akuntabel, partisipatif serta dilakukan dengan tertib dan disiplin

13 Gregorius Sahdan, Paramita Iswari dan Sunaji Zamroni, ADD Untuk Kesejahteraan Rakyat Desa, (Yogyakarta: FPPD,

2008) 23.

Page 20: PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) DI DESA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · penyusunan APBDes yaitu dokumen Rencana Pembangunan Jangka

17

anggaran yang juga harus mengikuti prinsip-prinsip good governance,

dengan uraian sebagai berikut14:

1. Transparan yaitu prinsip keterbukaan yang memungkinkan masyarakat

untuk mengetahui dan mendapat akses informasi seluas-luasnya tentang

keuangan desa. Asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk

memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang

penyelenggaraan pemerintahan desa dengan tetap memperhatikan ketentuan

peraturan perundang-undangan;

2. Akuntabel yaitu perwujudan kewajiban untuk mempertanggungjawabkan

pengelolaan dan pengendalian sumber daya dan pelaksanaan kebijakan yang

dipercayakan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Asas

akuntabel yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir kegiatan

penyelenggaraan pemerintahan desa harus dapat dipertanggungjawabkan

kepada masyarakat desa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan;

3. Partisipatif yaitu penyelenggaraan pemerintahan desa yang

mengikutsertakan kelembagaan desa dan unsur masyarakat desa;

4. Tertib dan disiplin anggaran yaitu pengelolaan keuangan desa harus

mengacu pada aturan atau pedoman yang melandasinya. Keuangan Desa

yang tertib dan disiplin anggaran mempunyai pengertian bahwa seluruh

anggaran desa harus dilaksanakan secara konsisten, dan dilakukan

14 BPKP, “Petunjuk Pelaksanaan Bimbingan & Konsultasi Pengelolaan Keuangan Desa”, (http://www.bpkp.go.id,

diakses Kamis, 3 Maret 2016)

Page 21: PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) DI DESA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · penyusunan APBDes yaitu dokumen Rencana Pembangunan Jangka

18

percatatan atas penggunaannya yang sesuai dengan prinsip akuntansi

keuangan di desa.

Dalam perwujudan keuangan desa yang tertib dan disiplin anggaran,

maka pengelolaan dana desa harus taat hukum, harus tepat waktu, harus

tepat jumlah, dan sesuai dengan prosedur yang ada. Teratur sesuai dengan

aturan perundangan yang berlaku, termasuk belanja yang sesuai dengan

nomenklatur anggaran. Tujuannya untuk menghindari penyimpangan, dan

meningkatkan profesionalitas pengelolaannya.

Beberapa disiplin anggaran yang perlu diperhatikan dalam

Pengelolaan Keuangan Desa yaitu:

a. Pendapatan yang direncanakan merupakan perkiraan yang terukur secara

rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan, sedangkan

belanja yang dianggarkan merupakan batas tertinggi pengeluaran belanja;

b. Pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian tersedianya

penerimaan dalam jumlah yang cukup dan tidak dibenarkan melaksanakan

kegiatan yang belum tersedia atau tidak mencukupi kredit anggarannya

dalam APBDesa/Perubahan APBDesa;

c. Semua penerimaan dan pengeluaran daerah dalam tahun anggaran yang

bersangkutan harus dimasukan dalam APBDesa dan dilakukan melalui

Rekening Kas Desa.

Dalam Pasal 19 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun

2007 tentang Pengelolaan Keuangan Desa tujuan ADD adalah:

a. Menanggulangi kemiskinan dan mengurangi kesenjangan;

Page 22: PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) DI DESA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · penyusunan APBDes yaitu dokumen Rencana Pembangunan Jangka

19

b. Meningkatkan perencanaan dan penganggaran pembangunan di tingkat

desa dan pemberdayaan masyarakat;

c. Meningkatkan pembangunan infrastruktur perdesaan;

d. Meningkatkan pengamalan nilai-nilai keagamaan, sosial budaya dalam

rangka mewujudkan peningkatan sosial;

e. Meningkatkan ketentraman dan ketertiban masyarakat;

f. Meningkatkan pelayanan pada masyarakat desa dalam rangka

pengembangan kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat;

g. Mendorong peningkatan keswadayaan dan gotong royong masyarakat;

h. Meningkatkan pendapatan desa dan masyarakat desa melalui Badan

Usaha Milik Desa (BUMDesa).

Berdasarkan prinsip-prinsip dan asas-asas pengelolaan keuangan

daerah tersebut diatas maka peneliti merangkumnya ke dalam bentuk tabel

untuk membandingkan prinsip-prinsip yang mendasari pengelolaan

keuangan daerah/desa yang nantinya akan digunakan guna membahas

permasalahan yang berkaitan dengan penelitian, sebagai berikut:

Tabel I.2

Perbandingan Prinsip-prinsip Pengelolaan Keuangan Daerah/Desa

No. Krina Mardiasmo Permendagri No. 37 Tahun 2007

1. a. Transparansi b. Akuntabilitas c. Partsisipatif

a. Transparansi b. Akuntanbilitas c. Value for money

a. Transparansi b. Akuntabilitas c. Partisipatif d. Tertib dan disiplin

anggaran Sumber: Data olahan peneliti 2015.

Page 23: PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) DI DESA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · penyusunan APBDes yaitu dokumen Rencana Pembangunan Jangka

20

C. Hasil Penelitian

Proses pengelolaan ADD di Desa Toapaya maka dapat dilihat dari

beberapa asas dibawah ini:

A. Transparansi

Transparansi berarti keterbukaan (openness) pemerintah daerah

dalam memberikan informasi yang terkait dengan aktivitas pengelolaan

sumber daya daerah kepada pihak-pihak yang membutuhkan informasi.

1. Transparansi yang dilakukan oleh Pemerintah Desa Toapaya dalam

penggunaan anggaran

Pemerintah Desa Toapaya dalam mewujudkan transparansi dimulai

dari tingkat bawah (masyarakat) dengan mempublikasikan setiap

pembangunan fisik dengan pemasangan plang proyek dan penempelan

penggunaan anggaran dan capaiannya di papan informasi agar masyarakat

dapat mengetahui. Pemerintah Desa Toapaya juga pernah memakai jasa

media massa (HaluanKepri) untuk sekedar menyampaikan penggunaan

anggaran desa, namun hal itu sudah tidak dilakukan karena dirasa agak

berlebihan dan terbentur masalah anggaran.

Selain menempelkan pengumuman di papan informasi dan di

warung-warung juga perwakilan desa akan menyampaikan kepada

masyarakat mengenai hasil dari musrenbang dan penggunaan anggaran.

Walaupun begitu tidak bisa semuanya dipublikasikan.

Namun, informan masyarakat umumnya mengatakan bahwa mereka

tidak mengetahui dan tidak memahami apa yang tertulis di papan

Page 24: PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) DI DESA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · penyusunan APBDes yaitu dokumen Rencana Pembangunan Jangka

21

pengumuman dan juga untuk melihat penggunaan anggaran harus ke kantor

desa. Hal ini bukan tanpa alasan karena kebanyakan masyarakat Desa

Toapaya adalah petani dengan tingkat pendidikan yang masih rendah

sehingga hal ini bisa menjadi faktor yang mempengaruhi tingkat

pemahaman dan sikap partisipasi mereka.

B. Akuntabilitas

Akuntabilitas adalah prinsip pertanggungjawaban publik yang berarti

bahwa proses penganggaran mulai dari perencanaan, penyusunan dan

pelaksanaan harus benar-benar dapat dilaporkan dan

dipertanggungjawabkan.

1. Bentuk pertanggungjawaban pemerintah desa dalam penggunaan ADD

yang dilihat dari proses pelaporan

Berdasarkan wawancara dengan informan bentuk

pertanggunjawaban atas pengelolaan ADD dilakukan oleh kepala desa

selaku pemegang kekuasaan keuangan desa melalui LKPJ setiap akhir tahun

anggaran berjalan dan diakhir masa jabatan Kepala Desa. Dan disampaikan

kepada BPD melalui rapat bersama BPD.

Untuk mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran kepada

Bupati, Pemerintah Desa Toapaya membuat Laporan Penyelenggaraan

Pemerintahan Desa (LPPD) dan Surat Pertanggungjawaban (SPJ)

pengelolaan keuangan desa. SPJ juga sebagai syarat untuk pencairan

anggaran triwulan berikutnya .

Page 25: PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) DI DESA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · penyusunan APBDes yaitu dokumen Rencana Pembangunan Jangka

22

Untuk mewujudkan akuntabilitas dibutuhkan pula transparansi

keseluruhan proses penggunaan ADD, mulai dari usulan peruntukkannya,

pelaksanaan sampai dengan pencapaian hasilnya dapat

dipertanggungjawabkan di depan seluruh pihak terutama masyarakat desa.

2. Kesesuaian antara perencanaan dengan hasil

Kegiatan pembangunan yang dilaksanakan di desa Toapaya pada

tahun 2014 adalah disesuaikan dengan Rencana Kerja Pembangunan Desa

(RKPDes) tahun 2014 yang dimusyawarahkan melalui Musrenbangdes pada

tahun sebelumnya dan juga Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa

(RPJMDes).

Namun tidak semua apa yang diusulkan dapat direalisasikan hal ini

dikarenakan harus menyesuaikan dengan anggaran dan prioritas

pembangunan. Oleh karena itu, pihak Pemerintah Desa Toapaya akan

melakukan peninjauan ulang apa yang sudah terealisai dan apa yang belum

terealisasi. Untuk yang belum terealisasi kemudian akan diusulkan kembali

di tahun anggaran berikutnya berdasarkan musyawarah dengan masyarakat

dan berdasarkan apakah hal tersebut masih dibutuhkan atau tidak. Untuk

pembangunan fisik tahun 2014 bersumber dari Dana Alokasi Khusus (DAK)

. Dan ADD yang bersumber dari DAU digunakan untuk pelayanan publik

termasuk juga operasional pemerintah desa dan pemberdayaan masyarakat.

C. Partisipatif

1. Keterlibatan masyarakat dalam pengambilan keputusan dan menentukan

suatu pembangunan dalam proses perencanaan

Page 26: PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) DI DESA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · penyusunan APBDes yaitu dokumen Rencana Pembangunan Jangka

23

Dalam proses perencanaan Pemerintah Desa Toapaya selalu

melibatkan masyarakat, karena masyarakatlah yang mengetahui apa yang

mereka butuhkan. Dan untuk musrenbang yang di tingkat kantor desa

masyarakat tidak ikut terlibat karena sudah ada perwakilan masyarakat yang

menghadiri dan menyampaikan aspirasi mereka. Berdasar wawancara

dengan beberapa informan masyarakat dapat dikatakan bahwa, sebenarnya

sudah ada undangan atau ajakan untuk terlibat dalam musyawarah bersama.

Namun, ada yang tidak bisa hadir karena beberapa alasan seperti karena

pekerjaan, kondisi fisik dan karena ketidakpahaman. Sehingga hal ini

menyebabkan kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi masih kurang.

Keterlibatan kaum perempuan atau ibu-ibu di Desa Toapaya bisa

dikatakan mereka cukup aktif hal ini dikarenakan ada wadah khusus bagi

mereka yaitu kelompok PKK. Partisipasi atau keterlibatan masyarakat disini

diwujudkan di tingkat RT. Hal ini menandakan bahwa ada akses bagi

masyarakat untuk menyampaikan pendapat dalam proses pengambilan

keputusan.

Sedangkan menurut Mardiasmo bahwa partisipasi adalah

keterlibatan masyarakat dalam membuat keputusan baik secara langsung

maupun tidak langsung melalui lembaga perwakilan yang dapat

menyalurkan aspirasinya.

2. Partisipasi masyarakat dalam pengawasan penggunaan anggaran

Desa Toapaya bahwa pemerintah desa terbuka dengan kritikan

masyarakat baik mengenai pelayanan maupun pembangunan yang dilakukan

Page 27: PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) DI DESA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · penyusunan APBDes yaitu dokumen Rencana Pembangunan Jangka

24

oleh pemerintah desa. Masyarakat bisa menyampaikan langsung baik

kepada BPD ataupun pihak Pemerintah Desa Toapaya dalam artian kepala

desa. Karena partisipasi tidak hanya diindikasikan oleh kahadiran secara

fisik atau mobilisasi masyarakat, tetapi menekankan pada partisipasi untuk

bersuara, mengontrol pembuatan dan pelaksanaan kebijakan di desa.

D. Penutup

1. Kesimpulan

Setelah meakukan penelitian dan analisis terhadap proses Pengelolaan

Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa Toapaya Kecamatan Toapaya Kabupaten

Bintan Tahun 2014, maka dilakukan penarikan kesimpulan yang disesuaikan

dengan indikator penelitian, sebagai berikut:

a. Transparansi

Pemerintah Desa Toapaya sudah mengupayakan keterbukaan informasi

kepada masyarakat mulai dari proses penyusunan, pelaksanaan, dan

pertanggungjawaban. Untuk mewujudkan transparansi Pemerintah Desa

Toapaya mempublikasikan penggunaan anggaran melalui papan informasi di

kantor desa dan menempelkan di warung-warung serta perwakilan desa juga

akan menyampaikan kepada masyarakat mengenai hasil musrenbang dan

penggunaan angggaran.

b. Akuntabilitas

Akuntabilitas erat kaitannya dengan transparansi. Oleh karena itu

bentuk pertanggungjawaban Pemerintah Desa Toapaya adalah dengan

membuat Laporan Keterangan Pertanggungjawaban kepala Desa (LKPJ) yang

Page 28: PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) DI DESA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · penyusunan APBDes yaitu dokumen Rencana Pembangunan Jangka

25

dilakukan setiap akhir tahun anggaran atau di akhir Januari atau diawal

Februari di tahun berikutnya. LKPJ ini dibuat dua kali yaitu diakhir tahun

anggaran dan diakhir masa jabatan Kepala Desa yang akan disampaikan

kepada Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Selain LKPJ, Pemerintah Desa

Toapaya juga membuat Surat Pertanggungjawaban (SPJ) untuk dilaporkan

kepada Pemerintah Kabupaten Bintan yang dilakukan 3 (tiga) bulan sekali.

Pemerintah Desa Toapaya juga mengupayakan mewujudkan

akuntabilitas dengan membangun apa yang telah diusulkan masyarakat dalam

proses perencanaan dan tentunya disesuaikan dengan pagu anggaran dan

prioritas pembangunan. Dan ketika apa yang diusulkan masyarakat belum

terealisasi maka Pemerintah Desa Toapaya akan mengajukan kembali usulan

tersebut di tahun anggaran berikutnya berdasarkan musyawarah dengan

masyarakat dan pertimbangan pembangunan.

c. Partisipatif

Untuk menjalankan prinsip partisipasi, Pemerintah Desa Toapaya

melibatkan masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan. Proses

perencanaan pembangunan atau yang dikenal dengan musrenbang dimulai di

tingkat RT yang dihadiri oleh tokoh masyarakat dan masyarakat setempat.

Setelah menampung aspirasi masyarakat di tingkat RT, kemudian dilanjutkan

dengan musyawarah dusun yang dihadiri oleh anggota BPD.

Partisipasi bukan hanya sekedar ikut terlibat dalam proses perencanaan

pembangunan akan tetapi termasuk partisipasi dalam pengawasan penggunaan

anggaran terhadap hasil dari proses perencanaan tersebut. Disini Pemerintah

Page 29: PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) DI DESA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · penyusunan APBDes yaitu dokumen Rencana Pembangunan Jangka

26

Desa Toapaya membuka ruang bagi masyarakat untuk melakukan pengawasan

dalam pelayanan maupun pembangunan. Masyarakat bisa menyampaikan

langsung kepada Pemerintah Desa Toapaya dengan langsung datang ke kantor

desa ataupun lewat lembaga perwakilan masyarakat yaitu BPD.

2. Saran

Adapun saran yang dapat peneliti berikan berdasarkan kesimpulan

diatas adalah sebagai berikut:

1. Untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas seharusnya Pemerintah

Desa Toapaya rutin melakukan pertemuan atau musyawarah dalam rangka

membicarakan penyelenggaraan pemerintah dan pertanggungjawaban

kegiatan dan keuangan desa baik dengan perangkat desa, BPD, RT/RW,

kepala dusun, PKK, LPM, karang taruna, kader posyandu pertemuan atau

musyawarah bisa dilakukan sebulan sekali dengan penentuan tanggal tetap.

2. Sedangkan untuk mewujudkan transparansi dan pertanggungjawaban kepada

masyarakat pemerintah desa bisa menempelkan pertanggungjawaban

keuangan desa dan penyelenggaraan pemerintahan di posyandu, polindes,

serta tempat ibadah seperti mushola atau masjid. Dengan cara ini lebih

mudah masyarakat untuk melihat karena tempat-tempat ini lebih sering dan

mudah didatangi.

3. Untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengawasan Pemerintah

Desa Toapaya sebaiknya membuka ruang pengaduan yang bisa dilakukan

ketika kegiatan keagamaan seperti sebelum atau setelah dilaksanakannya

sholat Jumat, majelis taklim, dan atau ketika hari besar seperti hari raya

Page 30: PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) DI DESA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · penyusunan APBDes yaitu dokumen Rencana Pembangunan Jangka

27

lebaran atau 17 Agustus. Hal ini bisa mendorong pemerintah desa dapat

menjalankan fungsinya lebih baik lagi.

Page 31: PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) DI DESA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · penyusunan APBDes yaitu dokumen Rencana Pembangunan Jangka

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Arif, Muhammad.2007. Tata Cara Pengelolaan Keuangan Desa Dan Pengelolaan Kekayaan Desa. Pekanbaru: Red Post Press.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Awang, Azam. 2010. Implementasi Pemberdayaan Pemerintahan Desa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Mardiasmo. 2002. Otonomi & Manajemen Keuangan daerah. Yogyakarta: ANDI.

Mariana, Dina dan Suci Handayani. 2014. Buku Pintar: Pengelolaan & Pertanggungjawaban Keuangan Desa. Yogyakarta: FPPD.

Murtiono, Yusuf dan Wulandari. 2014. Buku Pintar: Perencanaan dan Penganggaran Desa. Yogyakarta: FPPD.

Nurcholis, Hanif. 2011. Pertumbuhan dan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Jakarta : Erlangga.

Patilima, Hamid. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Rozaki, Abdur. 2005. Prakarsa Desentralisasi dan Otonomi Desa. Yogyakarta: IRE Press.

Sahdan, Gregorius, Paramita Iswari dan Sunaji Zamroni. 2008. ADD Untuk Kesejahteraan Rakyat Desa. Yogyakarta: FPPD.

Salim, Agus. 2006. Teori dan Paradigma Penelitian sosial: Buku sumber Untuk Penelitian Kualitaif, Edisi kedua Yogyakarta: Tiara Wacana.

Soleh, Chabib dan Heru Rochmansjah, 2010. “Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah”. Bandung: Fokusmedia.

Soemantri, Bambang Trisantoso. 2010. Pedoman Penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Bandung: Fokusmedia.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Page 32: PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) DI DESA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · penyusunan APBDes yaitu dokumen Rencana Pembangunan Jangka

Suyanto, Bagong dan Sutinah. 2011. Metode Pnelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan. Jakarta: Kencana.

Syafrudin, Ateng dan Na’a, Suprin. 2010. Pergulatan Hukum Tradisional dan Hukum Moderen Dalam Desain Otonomi Desa. Bandung: PT. Alumni.

Tim FPPD. 2007. Alokasi Dana Desa: Cermin Komitmen Kabupaten/Kota pada Otonomi desa (Hasil Studi penerapan Kebijakan ADD di 6 Kabupaten). Yogyakarta: FPPD.

Wahjudin, Sumpeno. 2011. Perencanaan Desa Terpadu. Banda Aceh, Reinforcement Action and Development.

Wasistiono, Sadu, Etin Indrayani,dan Andi Pitono. 2006. Memahami Asas Tugas Pembantuan Melalui Pandangan Teoretik, Legalistik, dan Implementasi, Bandung: Fokusmedia.

Wasistiono, Sadu dan M. Irwan Tahir. 2007. Prospek Pengembangan Desa. Bandung: Fokusmedia.

Widjaja, Haw. 2010. Otonomi Desa. Jakarta: PT. Raja Grafindo.

Internet

BPKP. 2015. “Petunjuk Pelaksanaan Bimbingan & Konsultasi Pengelolaan Keuangan Desa”, (http://www.bpkp.go.id, diakses Kamis, 3 Maret 2016)

Eko, Sutoro. “Meletakan Desa dalam Desentralisasi dan Demokrasi, Pengantar Tentang Partisipasi” (http://web.iaincirebon.ac.id/ebook/moon/ Rural&Village/pdf, diakses Selasa, 8 Maret 2016)

Krina P., Loila Lalolo. 2003. Indikator & Alat Ukur Prinsip Akuntabilitas, Transparansi & Partisipasi. Jakarta: Sekretariat Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, (https://mfile.narotama.ac.id, diakses Rabu, 13 Januari 2016)

Peraturan Undang-undangan

Undang-undang Nomor 06 Tahun 2014 Tentang Desa

Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 tahun 2007 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa

Peraturan Bupati Bintan Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Dana Alokasi Umum Desa

Page 33: PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) DI DESA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · penyusunan APBDes yaitu dokumen Rencana Pembangunan Jangka

Peraturan Desa Dan Peraturan Kepala Desa Toapaya Kecamatan Toapaya Kabupaten Bintan Tahun 2014

Dokumen

Dokumen Pelaksanaan Anggaran Desa Toapaya Tahun 2013

Dokumen Pelaksanaan Anggaran Desa Toapaya Tahun 2014

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Desa Toapaya Tahun 2014

Surat Pertanggungjawaban Desa Toapaya Triwulan III