Pengelolaan Air Asam Tambang

9
PENGELOLAAN AIR ASAM TAMBANG PROSES TERBENTUKNYA AIR ASAM TAMBANG Pembentukan Air Asam Tambang (AAT) atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan "Acid Mine Drainage (AMD)" atau " Acid Rock Drainage (ARD)" terbentuk saat mineral sulfida tertentu yang ada pada batuan terpapar dengan kondisi dimena terdapat air dan oksigen (sebagai faktor utama) yang menyebabkan terjadinya proses oksidasi dan menghasilkan air dengan kondisi asam. Hasil reaksi kimia ini,beserta air yang bersifat asam dapat keluar dari asalnya jika terdapat air pengelontor yang cukup, umumnya air hujan yang pada timbunan batuan dapat mengalami infiltrasi/perkolasi. Air yang keluar dari sumbernya inilah yang lazim disebut dengan istilah AAT. AAT adalah air asam yang timbul akibat kegiatan penambangan, untuk membedakan dengan air asam yang timbul akibat kegiatan lain seperti penggalian untuk

description

Air asam tambang

Transcript of Pengelolaan Air Asam Tambang

  • PENGELOLAAN AIR ASAM TAMBANG

    PROSES TERBENTUKNYA AIR ASAM TAMBANG

    Pembentukan Air Asam Tambang (AAT) atau dalam bahasa Inggris

    dikenal dengan "Acid Mine Drainage (AMD)" atau " Acid Rock

    Drainage (ARD)" terbentuk saat mineral sulfida tertentu yang ada

    pada batuan terpapar dengan kondisi dimena terdapat air dan

    oksigen (sebagai faktor utama) yang menyebabkan terjadinya

    proses oksidasi dan menghasilkan air dengan kondisi asam. Hasil

    reaksi kimia ini,beserta air yang bersifat asam dapat keluar

    dari asalnya jika terdapat air pengelontor yang cukup, umumnya

    air hujan yang pada timbunan batuan dapat mengalami

    infiltrasi/perkolasi. Air yang keluar dari sumbernya inilah yang

    lazim disebut dengan istilah AAT. AAT adalah air asam yang

    timbul akibat kegiatan penambangan, untuk membedakan dengan air

    asam yang timbul akibat kegiatan lain seperti penggalian untuk

  • pembangunan fondasi bangunan, pembuatan tambak dan sebagainya.

    Beberapa mineral sulfida yang ditemukan pada proses AAT FeS2,

    Cu2S, CuS, CuFeS2, MoS2, NiS, PbS, ZnS and FeAsS. Pirit

    merupakan mineral sulfida yang umum ditemukan pada kegiatan

    penambangan terutama batubara. Terbentuknya AATditandai oleh pH

    yang rendah (1,5-4) konsentrasi logam terlarut yang tinggi,

    nilai acidity yang tinggi, nilai sulfat yang tinggi and

    konsentrasi O2 yang rendah. Jika AAT keluar dari tempat

    terbentuknya dan keluar kelingkungan umum maka faktor lingkungan

    akan terpengaruhi.

    REAKSI KIMIA:

    S + O2 ---> SO2 S = SULFUR

    SO2 + H2O ---> H2SO4

    SUMBER AIR ASAM TAMBANG

    Sumber Air Asam Tambang adalah dari pertambangan terbuka,

    terutama pada tambang batubara, yang memilki resiko terpapar

    oleh air hujan sehingga berpotensi sangat besar untuk menjadi

    tempat terbentuknya Air Asam Tambang.

    PENCEGAHAN TERBENTUKNYA AIR ASAM TAMBANG

    Salah satu upaya pencegahan pembentukan air asam tambang

    (AAT) adalah dengan pembangunan lapisan penutup material

    reaktif, umumnya dikenal sebagai Potentially Acid Forming (PAF)

    material, dengan material yang tidak reaktif, Non Acid Forming

    (NAF) material, tanah, atau material alternative seperti

    Geosyntetic Clay Liner (GCL). Lapisan ini dikenal juga dengan

    sebutan dry cover system. Tujuan dari pembangunan lapisan ini

    adalah untuk mengurangi difusi oksigen dan infiltrasi air,

    sebagai faktor penting dalam proses oksidasi mineral sulphida.

  • Selain itu, sistem pelapisan ini juga diharapkan dapat tahan

    terhadap erosi dan mendukung upaya revegetasi lahan penimbunan

    material.

    PENANGANAN AIR ASAM TAMBANG

    Pengolahan air asam harus dilakukan sebelum air tersebut

    dibuang ke badan air, sehingga nantinya tidak mencemari perairan

    di sekitar lokasi tambang. Pengolahan air asam dapat dilakukan

    dengan cara penetralan. Penetralan air asam dapat menggunakan

    bahan kimia diantaranya seperti Limestone (Calcium Carbonat),

    Hydrate Lime (Calcium Hydroxide), Caustic Soda (Sodium

    Hydroxide), Soda Ash Briquettes (Sodium Carbonate), Anhydrous

    Ammoni.

    Limestone (Calcium Carbonat)

    Limestone atau biasa dikenal dengan batu gamping telah

    digunakan selama berpuluh-puluh tahun untuk menaikkan pH dan

    mengendapkan logam di dalam air asam. Penggunaan limestone

    merupakan penanganan yang termurah, teraman dan termudah dari

    semua bahan-bahan kimia. Kekurangan dari limestone ini ialah

    mempunyai keterbatasan karena kelarutan yang rendah dan

    limestone terlapisi.

    Hydrate Lime (Calcium Hydroxide)

    Hydrated lime adalah suatu bahan kimia yang sangat umum

    digunakan untuk menetralkan air asam. Hydrated lime sangat

    efektif dari segi biaya dalam yang sangat besar dan keadaan

    acidity yang tinggi. Bubuk hydrated lime adalah hydrophobic,

    begitu lama pencampuran diperlukan untuk membuat hydrated lime

    dapat larut dalam air. Hydrated lime mempunyai batasan

    keefektifan dalam beberapa tempat dimana suatu pH yang sangat

    tinggi diperlukan untuk mengubah logam seperti mangan.

    Caustic Soda (Sodium Hydroxide)

  • Caustic Soda merupakan bahan kimia yang biasa digunakan dan

    sering dicoba lebih jauh (tidak mempunyai sifat kelistrikan),

    kondisi aliran yang rendah. Caustic menaikkan pH air dengan

    sangat cepat, sangat mudah larut dan digunakan dimana kandungan

    mangan merupakan suatu masalah. Penggunaannya sangat sederhana,

    yaitu dengan cara meneteskan cairan caustic ke dalam air asam,

    karena kelarutannya akan menyebar di dalam air. Kekurangan utama

    dari penggunaan cairan caustic untuk penanganan air asam ialah

    biaya yang tinggi dan bahaya dalam penanganannya. Penggunaan

    caustic padat lebih murah dan lebih mudah dari pada caustic

    cair.

    Soda Ash Briquettes (Sodium Carbonate)

    Sodium Carbonate biasanya digunakan dalam debit kecil

    dengan kandungan besi yang rendah. Pemilihan soda ash untuk

    penanganan air asam biasanya berdasar pemakaian sebuah kotak

    atau tong dengan air masuk dan buangan.

    Anhydrous Ammoni

    Anhydrous Ammonia digunakan dalam beberapa cara untuk

    menetralkan acidity dan untuk mengendapkan logam-logam di dalam

    air asam. Ammonia diinjeksikan ke dalam kolam atau kedalam inlet

    seperti uap air, kelarutan tinggi, rekasi sangat cepat dan dapat

    menaikkan pH. Ammonia memerlukan asam (H+) dan juga membentuk

    ion hydroxyl (OH-) yang dapat bereaksi dengan logam-logam

    membentuk endapan. Injeksi ammonia sebaiknya dekat dengan dasar

    kolam atau air inlet, karena ammonia lebih ringan dari pada air

    dan naik kepermukaan. Ammonia efektif untuk membersihkan mangan

    yang terjadi pada pH 9,5.

    Penggunaan Tawas Sebagai Bahan Koagulan

    Air asam dalam kegiatan penambangan juga bisa dipastikan

    akan memiliki kekeruhan yang sangat tinggi, oleh karena itu

    untuk menurunkan kekeruhannya dapat menggunakan bahan kimia

    seperti alum atau lebih dikenal dengan tawas atau rumus kimianya

  • (Al2SO4)3. Tawas merupakan bahan koagulan yang paling banyak

    digunakan karena bahan ini paling ekonomis, mudah diperoleh

    dipasaran serta mudah penyimpanannya. Jumlah pemakaian tawas

    tergantung kepada turbidity (kekeruhan) air. Semakin tinggi

    turbidity air maka semakin besar jumlah tawas yang dibutuhkan.

    Makin banyak dosis tawas yang ditambahkan maka pH akan semakin

    turun, karena dihasilkan asam sulfat sehingga perlu dicari dosis

    tawas yang efektif antara pH 5,8 -7,4. Apabila alkalinitas alami

    dari air tidak seimbang dengan dosis tawas perlu ditambahkan

    alkalinitas.

    Konsep Pencegahan Air Asam Tambang (Bagian 1) Abfertiawan Dec 6, 2011 3:12 pm 2 Comments

    Salah satu isu besar dalam kegiatan pertambangan yakni pembentukan air asam tambang (AAT).

    AAT adalah air yang berasal dari galian batuan yang bersifat asam dan tersingkap bersama

    logam-logam yang dulunya ada dibumi. Air asam tambang ini akan merembes kedalam sumber-

    sumber air, mengakibatkan kualitas pH yang rendah, peningkatan kadar logam terlarut dan

    terganggunya ekosistem mahluk hidup sekitarnya. AAT yang timbul akibat dari kegiatan

    pertambangan sangat berpengaruh negatif terhadap penurunan kualitas lingkungan, terutama bila

    sudah masuk ke dalam sistem air permukaan, air bawah tanah serta tanah di sekitarnya.

    Berdasarkan dari hal tersebut di atas, prediksi keberadaan sumber dari AAT harus telah

    dilakukan sejak awal operasi sehingga upaya pencegahan dan pengelolaan penurunan kualitas

    lingkungan akibat AAT dapat dilakukan dengan baik.

  • Overburden Management Plan

    Upaya pencegahan AAT dapat dilakukan sejak tahapan eksplorasi (Gambar 1) dimana sampel

    dari lubang bor eksplorasi (drilling core) dilakukan pengujian laboratorium untuk mengetahui

    karakteristik batuan penutup (overburden) yang akan digunakan sebagai data dalam pembuatan

    model geokimia (geochemical model). Dalam hal perencanaan penambangan yang terintegrasi,

    model geokimia menjadi tahapan awal yang penting guna mendapatkan berbagai informasi

    sebagai landasan dalam merencanakan tiap tahapan penambangan.

    Selain dari model cadangan batubara, model yang dapat dikembangkan yakni model persebaran

    batuan berpotensi membentuk asam (Potentially Acid Forming/PAF) dan yang tidak berpotensi

    membentuk asam (Non acid forming/NAF). Model persebaran ini akan bermanfaat untuk

    mengetahui karakteristik dan volume batuan penutup. Sehingga dapat dilakukan perencanaan

    terhadap disain daerah penimbunan yang ditujukan untuk pencegahan air asam tambang.

  • Overburden management dalam upaya pencegahan air asam tambang di daerah timbunan.

    Penggunaan metode dry cover untuk memutus kontak material sulfida terhadap udara dan/atau

    air

    Pengelolaan batuan penutup dilakukan dengan melakukan pemisahan antara material PAF dan

    material NAF (selective dumping method). Pemisahan ini dilakukan untuk melakukan proses

    enkapsulasi sebagai salah satu metode pencegahan AAT. Pada prinsipnya enkapsulasi

    merupakan sebuah cara untuk memutus salah satu komponen dari proses pembentukan air asam

    tambang yakni menghindarikan material sulfida untuk kontak secara langsung dengan udara

    dan/atau air dengan memanfaatkan material NAF untuk mengisolasi material PAF. Metode ini

    sering disebut dengan Dry Cover (Gambar 2). Material PAF ditimbun terlebih dahulu yang akan

    ditutup dengan lapisan NAF dengan ketebalan tertentu untuk memutus kontak udara dan/atau air

    dengan material sulfida. Dengan mengetahui volume masing-masing material, maka akan mudah

    untuk mendisain geometri daerah penimbunan. Selanjutnya seluruh area akan kembali dilapisi

    oleh tanah sebagai media untuk melakukan reklamasi.

    Water Management

    Proses penambangan batubara pada umumnya menggunakan metode penambangan terbuka

    (open pit) dimana lapisan penutup akan digali kemudian dipindahkan ke lokasi penimbunan

    menggunakan dump truck. Material tersebut akan di timbun di daerah waste dump yang sudah

    ditentukan baik di lokasi outside dump maupun lokasi backfilling. Penambangan dengan metode

  • tambang terbuka ini akan memberikan dampak terhadap perubahan topografi di lokasi

    penambangan akibat adanya proses penggalian dan penimbunan. Hal ini tentu akan

    mempengaruhi kondisi hidrologi melalui perubahan catchment area. Pola aliran air permukaan

    akan mengalami perubahan yang akan mempengaruhi debit aliran pada sungai di catchment

    tersebut. Selain itu, terdapatnya material sulfida pada daerah timbunan akan berpotensi terhadap

    pembentukan air asam tambang yang akan berdampak pada kualitas aliran sungai.

    Konsep Water Management di Pertambangan

    Oleh karena itu, water management menjadi bagian yang penting dalam upaya pencegahan

    terhadap pembentukan air asam tambang. Prinsip dari water management ini adalah bagaimana

    mengendalikan air dengan memisahkan air yang tercemar (air asam tambang) terhadap air yang

    masih berkualitas baik. Selain dari mengurangi beban pengolahan dari aliran air yang tercemar,

    upaya ini dapat mengisolasi daerah yang terganggu dengan daerah yang tidak terganggu.

    Perhatikan Gambar 1. Setidaknya ada 3 lokasi di area pertambangan yang memiliki potensi

    terhadap pencemaran air permukaan yakni daerah penambangan aktif, daerah

    disposal/penimbunan material penutup, dan instalasi pengolahan/pencucian batubara.

    Daerah penambangan aktif merupakan salah satu sumber pembentukan air asam tambang yang

    tidak dapat dihindari. Sehingga metode penanganan pada daerah aktif ini adalah melakukan

    pengolahan terhadap air asam tambang yang terbentuk (active treatment). Material sulfida yang

    berasal dari dinding pit penambangan akan kontak dengan air pada saat hujan terjadi , mengalir

    menuju sump pit untuk kemudian dipompa menuju ke sistem pengolahan.

  • Contoh konsep penanganan air dari area penambangan aktif di salah satu pertambangan

    Pada umumnya, metode pengolahan aktif yang digunakan yakni melalui penambahan senyawa

    penetral kapur untuk menetralkan pH. Selain itu, terdapat pula kolam pengendap sebelum keluar

    ke badan air penerima. Pengendalian melalui sistem pengolahan aktif diharapkan dapat menjaga

    kualitas aliran yang berasal dari daerah terganggu sebelum masuk ke dalam badan sungai utama

    sehingga dapat sesuai dengan baku mutu yang telah ditetapkan.

    Sedangkan daerah penimbunan (disposal area) adalah daerah kedua yang memiliki potensi besar

    pembentukan air asam tambang. Kondisi daerah disposal yang masih aktif akan menyebabkan

    material sulfida masih terekspos dan dengan bebas kontak dengan udara dan air pada saat hujan

    terjadi. Hal ini menyebabkan potensi pembentukan air asam tambang dengan debit aliran yang

    besar serta konsentrasi material erosi yang tinggi akan terjadi. Daerah timbunan tersebut harus

    dapat di isolasi agar aliran yang telah terkontaminasi tidak langsung masuk ke badan air secara

    langsung yang dapat menurunkan kualitas aliran air. Melalui pembangunan saluran-saluran di

    sekitar daerah timbunan, maka aliran air akan dapat dikendalikan. Hal ini juga dapat

    menghindari terjadinya erosi yang sering terjadi. Umumnya, daerah disposal aktif masih akan

    dilakukan pengolahan secara aktif dengan melakukan penambahan senyama kimia penetral. Hal

    ini dilakukan sampai pada proses reklamasi dilakukan dimana material PAF telah ditutup dengan

    material NAF dan tanah sebagai media tanam.