PENGATURAN KEBERADAAN SAKSI MAHKOTA DALAM TINDAK …eprints.umm.ac.id/39552/1/PENDAHULUAN.pdf ·...

18
PENGATURAN KEBERADAAN SAKSI MAHKOTA DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI DI INDONESIA DITINJAU DARI PRINSIP HAK ASASI MANUSIA (HAM) TERHADAP TERSANGKA/TERDAKWA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Program Studi Ilmu Hukum Disusun Oleh: ZATWA AMELIA Nim : 201410110311002 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG FAKULTAS HUKUM 2018

Transcript of PENGATURAN KEBERADAAN SAKSI MAHKOTA DALAM TINDAK …eprints.umm.ac.id/39552/1/PENDAHULUAN.pdf ·...

Page 1: PENGATURAN KEBERADAAN SAKSI MAHKOTA DALAM TINDAK …eprints.umm.ac.id/39552/1/PENDAHULUAN.pdf · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk digunakan sebagai mana mestinya.

PENGATURAN KEBERADAAN SAKSI MAHKOTA DALAM TINDAK

PIDANA KORUPSI DI INDONESIA DITINJAU DARI PRINSIP HAK

ASASI MANUSIA (HAM) TERHADAP TERSANGKA/TERDAKWA

SKRIPSI

Untuk memenuhi sebagai Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Program Studi Ilmu Hukum

Disusun Oleh:

ZATWA AMELIA

Nim : 201410110311002

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

FAKULTAS HUKUM

2018

Page 2: PENGATURAN KEBERADAAN SAKSI MAHKOTA DALAM TINDAK …eprints.umm.ac.id/39552/1/PENDAHULUAN.pdf · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk digunakan sebagai mana mestinya.

ii

PENULISAN HUKUM

PENGATURAN KEBERADAAN SAKSI MAHKOTA DALAM TINDAK

PIDANA KORUPSI DI INDONESIA DITINJAU DARI PRINSIP HAK

ASASI MANUSIA (HAM) TERHADAP TERSANGKA/TERDAKWA

Disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

kesarjanaan dalam bidang Ilmu Hukum

Oleh:

Zatwa Amelia

201410110311002

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

FAKULTAS HUKUM

2018

Page 3: PENGATURAN KEBERADAAN SAKSI MAHKOTA DALAM TINDAK …eprints.umm.ac.id/39552/1/PENDAHULUAN.pdf · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk digunakan sebagai mana mestinya.

iii

LEMBAR PENGESAHAN

PENULISAN HUKUM

PENGATURAN KEBERADAAN SAKSI MAHKOTA DALAM TINDAK

PIDANA KORUPSI DI INDONESIA DITINJAU DARI PRINSIP HAK

ASASI MANUSIA (HAM) TERHADAP TERSANGKA/TERDAKWA

Disusun dan diajukan Oleh :

Zatwa Amelia

Nim : 201410110311002

Telah disetujui oleh Pembimbing untuk dilakukan

Ujian Penulisan Hukum

Pada tanggal : 27 Januari 2018

DOSEN PEMBIMBING

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Sidik Sunaryo, SH., M.Si., M.Hum Dr. Haris Tofli, SH. M.Hum

Mengetahui,

Dekan Fak. Hukum UMM

Dr. Tongat, SH.,M.Hum

Page 4: PENGATURAN KEBERADAAN SAKSI MAHKOTA DALAM TINDAK …eprints.umm.ac.id/39552/1/PENDAHULUAN.pdf · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk digunakan sebagai mana mestinya.

iv

Page 5: PENGATURAN KEBERADAAN SAKSI MAHKOTA DALAM TINDAK …eprints.umm.ac.id/39552/1/PENDAHULUAN.pdf · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk digunakan sebagai mana mestinya.

v

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Zatwa Amelia

Nim : 201410110311002

Program Studi : Ilmu Hukum

Fakultas : Hukum

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Tugas Akhir Penulisan Hukum dengan judul:

“PENGATURAN KEBERADAAN SAKSI MAHKOTA DALAM

TINDAK PIDANA KORUPSI DI INDONESIA DITINJAU DARI

PRINSIP HAK ASASI MANUSIA (HAM) TERHADAP

TERSANGKA/TERDAKWA” adalah benar-benar karya saya, dan

dalam naskah Tugas Akhir Penulisan Hukum ini tidak terdapat karya

ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar

akademik disuatu perguruan tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat

yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, baik sebagian ataupun

keseluruhan, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan

disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.

2. Apabila ternyata didalam Tugas Akhir Penulisan Hukum ini dapat

dibuktikan terdapat unsur-unsur PLAGIASI, saya bersedia Tugas Akhir

Penulisan Hukum ini DIGUGURKAN dan GELAR AKADEMIK YANG

TELAH SAYA PEROLEH DIBATALKAN, serta diproses sesuai dengan

ketentuan ketentuan hukum yang berlaku.

3. Tugas akhir penulisan hukum ini dapat dijadikan sumber pustaka yang

merupakan HAK BEBAS ROYALTI NON EKSLKLUSIF.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk digunakan sebagai

mana mestinya.

Malang, 26 Januari 2018

Yang menyatakan,

Zatwa Amelia

Page 6: PENGATURAN KEBERADAAN SAKSI MAHKOTA DALAM TINDAK …eprints.umm.ac.id/39552/1/PENDAHULUAN.pdf · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk digunakan sebagai mana mestinya.

vi

Motto dan Persembahan

Motto

“Jika engkau berada di pagi hari, jangan tunggu sampai petang hari. Jika engkau

berada di petang hari, jangan tunggu sampai pagi. Manfaatkanlah waktu sehatmu

sebelum datang sakitmu. Manfaatkanlah waktu hidup sebelum datang matimu.”

(HR. Bukhari)

Kupersembahkan Kepada:

1) Kedua Orang Tua Tercinta Yurdiansyah dan Gt. Masliani, Adik tercinta

Nabila, dan Keluarga besar terkasih.

2) Saudara-saudara seperjuanganku di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

Cabang Malang Komisariat Hukum Universitas Muhammadiyah Malang.

3) Teman-teman seperjuangan FH UMM 2014.

Page 7: PENGATURAN KEBERADAAN SAKSI MAHKOTA DALAM TINDAK …eprints.umm.ac.id/39552/1/PENDAHULUAN.pdf · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk digunakan sebagai mana mestinya.

vii

ABSTRAKSI

Nama : Zatwa Amelia

Nim : 201410110311002

Judul : PENGATURAN KEBERADAAN SAKSI MAHKOTA

DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI DI

INDONESIA DITINJAU DARI PRINSIP HAK ASASI

MANUSIA (HAM) TERHADAP

TERSANGKA/TERDAKWA

Pembimbing : Dr. Sidik Sunaryo, SH., M.Si., M.Hum

Dr. Haris Tofli, SH., M.Hum

Bahwa dalam proses pembuktian perkara pidana di persidangan khususnya

dalam tindak pidana yang bersifat penyertaan terdapat pembaruan dalam

praktiknya yakni munculnya istilah “Saksi Mahkota”. Namun belum terdapat

pengaturanya dalam hukum positif hanya dalam praktiknya terdapat yurisprudensi

putusan Mahkamah Agung. Dalam Yurisprudensi yang memuat perihal saksi

mahkota masih ada disparitas yakni ada yang membolehkan dan ada pula yang

tidak memperbolahkan. Penggunaan saksi tidak diperbolehkan menurut putusan

Mahkamah Agung No. 1174 K/Pid/1994 jo No.1592 K/Pid/1994. Berdasarkan hal

tersebut penulis hendak mengkaji dengan rumusan masalah: 1) Bagaimana

pengaturan keberadaan saksi mahkota dalam sistem pembuktian tindak pidana

korupsi di Indonesia saat ini ditinjau dari aspek prinsip HAM terhadap

tersangka/terdakwa? 2) Bagaimana konsep ideal pengaturan saksi mahkota dalam

pembaharuan hukum acara pidana tindak pidana korupsi di Indonesia yang

berlandaskan prinsip-prinsip HAM terhadap tersangka/terdakwa? Penelitian ini

menggunkan metode yuridis-normatif dengan pendekataan undang-undang dan

pendekatan konseptual. Penelitian menemukan bahwa pengaturan saat ini masih

belum ideal ditinjau berdasarkan aspek HAM khususnya terkait dengan prinsip

non self incrimination. Sebab menurut prinsip non self incrimination seorang

terdakwa tidak boleh dipaksa untuk memberikan kesaksian yang memberatkan

dirinya. Sedangkan dalam praktik kesaksian seorang saksi mahkota dapat

memberatkan dirinya dan terdakawa lain yang didakwa melakukan penyertaan.

Kemudian pengaturan saksi mahkota saat ini masih bersifat parsial sehingga

terdapat pertentangan antara satu dengan lainya. Untuk itu, idealnya pengaturan

mengenai saksi mahkota diatur dengan undang-undang untuk melengkapi

instrumen yang ada sehingga pengaturan dan perlindungan terhadap saksi

mahkota dapat dilakukan secara komprehensif dan tidak bertentangan dengan

prinsip non self incrimination.

Kata kunci : Saksi Mahkota, Hak Asasi Manusia, Non Self Incrimination, Tindak

Pidana Korupsi

Page 8: PENGATURAN KEBERADAAN SAKSI MAHKOTA DALAM TINDAK …eprints.umm.ac.id/39552/1/PENDAHULUAN.pdf · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk digunakan sebagai mana mestinya.

viii

ABSTRACT

Name : Zatwa Amelia

Nim : 201410110311002

Judul : RULES FOR THE EXISTENCE OF A CROWN

WITNESS IN A CORRUPTION CRIME IN

INDONESIA IN TERMS OF HUMAN RIGHT

PRINCIPLES AGAINTS SUSPECTS OF

DEFENDANTS

Pembimbing : Dr. Sidik Sunaryo, SH., M.Si., M.Hum

Dr. Haris Tofli, SH., M.Hum

In the process of proving a criminal case at a trial particularly

on deelneming practice, there is a renewal on it which is the emergence of “The

Crown Witness” term. However, in the ius constitutum (positive law) there is no

regulation of it yet, mere in the practice there is the jurisprudence of the supreme

court. In the jurisprudence that contains the crown witness, there is a disparity in

which there are two sides either permitted or prohibited. The utilizing of

a prohibited witness based on the jurisprudence of the supreme court is Numb.

1174 K/Pid/1994 jo Numb.1592 K/Pid/1994. Based on that case this study is

aimed at investigating the following research questions: 1) How the regulation of

the crown witness existence in the corruption proofing system in Indonesia which

is viewed from the aspect of human right against the suspect? 2) How the ideal

concept of the crown witness’s regulation in the renewal of criminal procedure

law of corruption in Indonesia based on the principle of the right of the suspect?

This study is conducted using a juridis-normative method with the constitution

and conceptual approach. This finding of this study is the current regulation is not

ideal based on the aspect of human rights on the non self incrimination principle.

Since according to non self incrimination principle, a suspect is not able to be

forced to testify that which encumber him. Furthermore, the regulation of the

current crown witness is still partial, thus there is a conflict between one another.

Therefore ideally the regulation of the crown witness is governed by the

constitution, as a result the regulation and protection of the crown witnesses are

able to be carried out comprehensively and not against the principle of non self

incrimination.

Keywords: The crown witness, Human right, Non self incrimination, Criminal act

of corruption.

Page 9: PENGATURAN KEBERADAAN SAKSI MAHKOTA DALAM TINDAK …eprints.umm.ac.id/39552/1/PENDAHULUAN.pdf · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk digunakan sebagai mana mestinya.

ix

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim, dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha

Pengasih dan Maha Penyayang, dengan ini penulis panjatkan segala puji bagi

Allah SWT sang pemilik segala ilmu dan semesta alam yang telah melimpahkan

rahmat Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas

akhir/skripsi sebagaimana mestinya. Sholawat dan Salam selalu tercurahkan

kepada baginda Rasulullah SAW yang selalu penulis rindukan, beliau sebagai suri

tauladan contoh kehidupan bagi umat muslim. hingga sampai saat ini juga, penulis

bisa merasakan indahnya islam dan manisnya iman.

Penyelesaian penulisan tugas akhir/skripsi ini merupakan suatu hal yang

membahagiakan dan membanggakan bagi penulis, karena proses penyelesaian

penulisan tugas akhir/skripsi ini telah mengajarkan dan menyadarkan penulis

tentang perjuangan dan mimpi-mimpi, serta merupakan pertanggung jawaban

penulis selama menempuh kuliah atau menimba ilmu di Fakultas Hukum

Universitas Muhammadiyah Malang.

Penulis menyadari akan keterbatasan yang dimiliki dan berterima kasih

dengan setulus hati atas segala bantuan, bimbingan, dan doa dari berbagai pihak

sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir/skripsi ini. Dengan selesainya

tugas akhir/skripsi ini, maka penulis dengan segala kerendahan hati dan rasa

penghormatan serta penghargaan yang tulus serta ikhlas, penulis mengucapkan

terimakasih sebesar-besarnya kepada:

1. Kedua Orang Tua tercinta (Yurdiansyah dan Gt.Masliani) terima kasih

yang tiada terhingga telah merawat penulis sejak kecil dan menyekolahkan

penulis sampai jenjang perguruan tinggi, serta adik penulis yang terkasih

Nabila;

2. Rektor Universitas Muhammadiyah Malang, Drs. Fauzan, M.Pd, selaku

motivator dan inspirator penulis selama menimba ilmu dikampus putih

tercinta beserta jajarannya;

3. Prof. Dr. Muhadjir Effendy, MAP, selaku mantan Rektor UMM yang

mengukuhkan penulis sebagai Mahasiswa Fakultas Hukum UMM pada

tahun 2014. Penulis bangga pernah dipimpin bapak di kampus putih,

semoga amanah dengan tugas yang baru sebagai Menteri Pendidikan RI;

4. Bapak Dr. Tongat, S.H., M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum dan Ibu

Catur Wido Haruni, S,H., M.Si., M.Hum selaku Wakil Dekan I, Bapak Dr.

Haris Tofli, SH., M.hum selaku Wakil Dekan II, Bapak Said Noor P, S.H.,

M.H selaku Wakil Dekan III, dan Bapak Bayu Dwi Widdy Djatmiko, S.H.,

M.Hum selaku Kepala Laboratorium Fakultas Hukum, terimakasih telah

menjadi motivator dan inspirasi penulis;

5. Bapak Dr. Sidik Sunaryo, SH., M.Si.,M.Hum selaku dosen pembimbing I

serta bapak Dr. Haris Tofli, SH.,M.Hum selaku dosen pembimbing II yang

selalu sabar membimbing penulis dalam menyelesaian tugas akhir ini,

melalui bimbingan dan saran-saran konstruktif penulis banyak menimba

ilmu dalam proses konsultasi dan penyempurnaan skripsi penulis,

terimakasih atas segala bimbingan dan perhatiannya.

Page 10: PENGATURAN KEBERADAAN SAKSI MAHKOTA DALAM TINDAK …eprints.umm.ac.id/39552/1/PENDAHULUAN.pdf · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk digunakan sebagai mana mestinya.

x

6. Bapak Nu’man Aunuh, SH., M.Hum. sekalu dosen wali penulis yang telah

membantu dan membimbing penulis dari awal perkuliahan sampai penulis

menyelesaikan study, terimakasih bapak jasamu tak akan pernah penulis

lupakan;

7. Bapak Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang

yang tidak dapat sebutkan satu Persatu dalam skripsi ini. Terimakasih atas

ilmu dan pengetahuan yang telah diberikan selama ini, semoga ilmu yang

diberikan bisa bermanfaat didunia dan akhirat amin, jasa-jasa beliau tiada

batasnya;

8. Instruktur Laboratorium Fakultas Hukum UMM dan pejabat Tata Usaha

Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang yang telah banyak

membantu penulis;

9. Kasyful Qulub, SH., MH., Mursalim Nasrudin, SH., dan Lanang

Zussaukah yang telah sabar menjadi tempat berkeluh kesah dan telah

memberikan masukan bagi penulis dalam menyelesaikan tugas

akhir/skripsi ini;

10. Sahabat-sahabat terbaikku Ka Selvi, Dita, Ari S, Risma, Caca, Richa, Dea,

dan Petre yang selalu memberikan semangat saat penulis dalam keadaan

susah, terima kasih sudah menjadi sahabat terbaik selama menempuh study

di Malang, khususnya di Fakultas Hukum UMM.

11. Recht Basketball Assosiation yang selalu menjadi obat dikala penulis

merasakan jenuhnya bangku perkuliahan serta yang telah memberikan

banyak pengalaman dan pelajaran untuk penulis;

12. Rifki Ali Murfikin selaku ketua umum HMI Komisariat Hukum dan

kawan-kawan se ideologi di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI ’47)

Fakultas Hukum, terima kasih sudah menjadi teman diskusi, beraksi dalam

bingkai organisasi. Yakusa!

13. Kawan-kawan Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang

angkatan 2014, dan kelas A yang telah menemani selama perkuliahan,

terimakasih kawan-kawan canda tawa bersama kalian akan sangat penulis

rindukan.

14. Teman terdekat penulis yaitu M. Azhari Rifani yang telah menemani

penulis sejak SMA hingga sekarang selalu memberikan semangat dan

membantu penulis saat penulis mengalami kesulitan dalam masa-masa

perkuliahan di Fakultas Hukum UMM hingga penulis bisa menyelesaikan

tugas akhir ini.

Malang, 26 Januari 2018

Zatwa Amelia

Page 11: PENGATURAN KEBERADAAN SAKSI MAHKOTA DALAM TINDAK …eprints.umm.ac.id/39552/1/PENDAHULUAN.pdf · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk digunakan sebagai mana mestinya.

xi

DAFTAR ISI

COVER DALAM ...................................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................... iii

SURAT PERNYATAAN .......................................................................... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................ vi

ABSTRAKSI ............................................................................................. vii

ABSTRACT .............................................................................................. viii

KATA PENGANTAR ............................................................................... ix

DAFTAR ISI ............................................................................................. xi

DAFTAR TABEL ..................................................................................... xii

DAFTAR BAGAN .................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xiv

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1 A. Latar Belakang ............................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................... 9

C. Tujuan ............................................................................................ 10

D. Manfaat .......................................................................................... 10

E. Kegunaan ....................................................................................... 12

F. Metode Penelitian........................................................................... 12

1. Jenis Penelitian ......................................................................... 13

2. Pendekatan Masalah ................................................................. 14

3. Jenis dan Sumber Bahan Hukum .............................................. 15

4. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum......................................... 18

5. Teknik Analisa Bahan Hukum .................................................. 19

G. Sistematika Penulisan ..................................................................... 20

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 22 A. Tinjauan Umum Tentang Pembuktian Dalam Perkara Pidana .......... 22

1. Pengertian Pembuktian .............................................................. 22

2. Jenis-jenis Teori Pembuktian dalam Hukum Acara Pidana ......... 25

3. Prinsip Pembuktian Dalam Perkara Pidana ................................ 29

4. Sistem Pembuktian .................................................................... 32

5. Beban Pembuktian ..................................................................... 35

B. Tinajauan Umum Tentang Saksi ...................................................... 36

1. Pengertian Saksi ........................................................ ................ 36

2. Jenis-jenis Saksi..................... .................................................... 37

3. Saksi Mahkota ........................................................................... 39

C. Tinjauan Umum Tentang Tindak Pidana Korupsi ............................ 42

1. Pengertian Tindak Pidana Korupsi ............................................. 42

2. Tindak Pidana Korupsi Sebagai Tindak Pidana Khusus ............. 48

D. Tinjauan Umum Tentang Hak Asasi Manusia .................................. 54 1. Hak Asasi Manusia .................................................................... 54

2. Dasar Hukum Pengaturan Hak Asasi Manusia ........................... 55

Page 12: PENGATURAN KEBERADAAN SAKSI MAHKOTA DALAM TINDAK …eprints.umm.ac.id/39552/1/PENDAHULUAN.pdf · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk digunakan sebagai mana mestinya.

xii

3. Pembagian Hak Asasi Manusia .................................................. 56

4. Prinsip Hak Asasi Manusia yaitu Non Self Incrimination terhadap tersangka atau terdakwa............................................... 58

E. Tinjauan Umum Tentang Pembaharuan Hukum Pidana di Indonesia ........................... ................................................................ 63

1. Latar Belakang Perlunya Pembaharuan Hukum Pidana .............. 63 2. Urgensi Pembaharuan Hukum Pidana di Indonesia .................... 64

3. Pembaharuan Hukum Pidana Dalam RUU KUHP ..................... 65

BAB III PEMBAHASAN.......................................................................... 67

A. Analisis Pengaturan Keberadaan Saksi Mahkota dalam Sistem

Pembuktian Tindak Pidana Korupsi di Indonesia ditinjau dari Aspek

Prinsip Hak Asasi Manusia terhadap tersangka atau terdakwa ......... 67

B. Konsep Ideal Pengaturan Saksi Mahkota dalam Pembaharuan Hukum

Acara Pidana Tindak Pidana Korupsi di Indonesia yang Berlandaskan

Prinsip Hak Asasi Manusia terhadap tersangka atau terdakwa ......... 85

1. Pengaturan Saksi Mahkota Dalam RUU KUHAP ...................... 87

2. Konsep Aturan Dalam Penggunaan Saksi Mahkota Sebagai Alat

Bukti yang Tidak Melanggar HAM ........................................... 89

3. Syarat-syarat yang wajib dipenuhi dalam penggunaan Saksi

Mahkota .................................................................................. .. 93

4. Pengaturan Saksi Mahkota dalam Pembaharuan Hukum Pidana di

Indonesia Ditinjau dari Aspek Prinsip HAM .............................. 99

BAB IV PENUTUP ................................................................................... 101

A. Kesimpulan ..................................................................................... 101

B. Saran ............................................................................................... 104

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 106

LAMPIRAN

Page 13: PENGATURAN KEBERADAAN SAKSI MAHKOTA DALAM TINDAK …eprints.umm.ac.id/39552/1/PENDAHULUAN.pdf · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk digunakan sebagai mana mestinya.

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1: Perbedaan aturan yang memperbolehkan dan yang tidak

memperbolehkan penggunaan saksi mahkota dalam pembuktian tindak

pidana korupsi ............................................................................................ 76

Page 14: PENGATURAN KEBERADAAN SAKSI MAHKOTA DALAM TINDAK …eprints.umm.ac.id/39552/1/PENDAHULUAN.pdf · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk digunakan sebagai mana mestinya.

xiv

DAFTAR BAGAN

Bagan 1: Penggunaan Saksi Mahkota Sebagai Alat Bukti............................ 97

Page 15: PENGATURAN KEBERADAAN SAKSI MAHKOTA DALAM TINDAK …eprints.umm.ac.id/39552/1/PENDAHULUAN.pdf · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk digunakan sebagai mana mestinya.

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Surat Tugas

Lampiran 2: Berita Acara Seminar Proposal Tugas Akhir

Lampiran 3: Kartu Kendali Bimbingan Tugas Akhir

Page 16: PENGATURAN KEBERADAAN SAKSI MAHKOTA DALAM TINDAK …eprints.umm.ac.id/39552/1/PENDAHULUAN.pdf · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk digunakan sebagai mana mestinya.

xvi

DAFTAR PUSTAKA

BUKU:

Abdulkadir Muhammad, 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. PT.Citra Aditya

Bakti. Bandung.

Adami Chazawi, 2008. Hukum Pembuktian Tindak Pidana Korupsi. Bandung.

PT.Alumni.

Andi Hamzah, 2006. Analisis dan Evaluasi Hukum Tenatang Pelaksanaan Asas

Oportunitas Dalam Hukum Acara Pidana. Jakarta: BPHN.

Andi Hamzah, 2006. Pemberantasan Korupsi Melalui Hukum Pidana Nasional

dan Internasional. Jakarta. Rajagrafindo Persada.

Andi Hamzah, 2007. Hukum Acara Pidana. Edisi Kedua. Dalam Indriyanto Seno

Adji.

Anshoruddin, 2004. Hukum Pembuktian Menurut Hukum Acara Islam dan Hukum

Positif. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Barda Nawawi Arief, 1996. Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana. Bandung :

Penerbit PT.Citra Aditya Bakti.

Barda Nawawi Arief, 2009. RUU KUHP Baru Sebuah Restrukturisasi/

Rekonstruksi Sistem Hukum Pidana Indonesia. Semarang. Badan

Penerbit Universitas Diponegoro.

Barda Nawawi Arief, 2010. Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, cetakan

kedua. PT.Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Darwan Prinst, 2002. Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.. PT. Citra Aditya

Bakti. Bandung.

Djoko Sumaryanto, 2009. Pembalikan Beban Pembuktian Dalam Rangka

Pengembalian Kerugian Keuangan Negara. Jakarta. Prestasi Pustaka.

Eddy O.S. Hiariej. 2012. Teori dan Hukum Pembuktian. Yogyakarta. PT. Gelora

Aksara Pratama

Evi Hartanti, 2005. Tindak Pidana Korupsi. Edisi Kedua. Semarang. Sinar

Grafika.

Page 17: PENGATURAN KEBERADAAN SAKSI MAHKOTA DALAM TINDAK …eprints.umm.ac.id/39552/1/PENDAHULUAN.pdf · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk digunakan sebagai mana mestinya.

xvii

Hari Sasongko dan Lily Rosita, 2003. Hukum Pembuktian Dalam Perkara

Pidana. Bandung. Mandar Maju.

Henry Compbell Black, Black’s Law Dictionary With Pronounciations, (St. Paul,

Minn: West Publishing Co., 1983.

Johny Ibrahim, 2006. Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif. Bayu

Publlishing. Malang.

Kamus Pusat Bahasa. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta. Pusat

Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.

Kumpulan Kitab Undang-Undang Hukum, 2014. KUH Perdata, KUHP, KUHAP.

Wacana Intelektual.

Lilik Mulyadi , 2007. Putusan Hakim Dalam Hukum Acara Pidana : Teori,

Praktik, Teknik Penyusunan dan Permasalahannya. Citra Aditya Bakti,

Bandung.

M.Yahya Harahap. 2008. Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP :

Pemeriksaan Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi, dan Peninjauan

Kembali. Edisi Kedua. Jakarta. Sinar Grafika.

Mukti Fajar, Yulianto Achmad, 2015. Dualisme Penelitian Hukum-Normatif dan

Empiris. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Nicholas Fyfe dan James Sheptycki, 2005. Facilitating Witness Co-operation In

Organised Crime Cases: An International Review. London. Crown

Research Development and Statistic Directorate Home Office.

Peter Mahmud Marzuki, 2011. Penelitian Hukum. Kencana Prenada Media

Group. Jakarta.

R. Soesilo, 1980. Teknik Berita Acara (Proses Verbal) Ilmu Bukti dan Laporan,

Bogor : Politeia.

R. Subekti, 2008. Hukum Pembuktian. Jakarta. Pradnya Paramita.

Suryono Sutart, 1991. Hukum Pidana Jilid I. Badan Penerbit UNDIP. Semarang.

Syaiful Bakhri, 2009. Pidana Denda dan Korupsi. Yogyakarta. Total Media.

Waluyadi. 2004. Hukum Pembuktian dalam Perkara Pidana untuk Mahasiswa

dan Praktisi. Bandung Mandar Maju.

Page 18: PENGATURAN KEBERADAAN SAKSI MAHKOTA DALAM TINDAK …eprints.umm.ac.id/39552/1/PENDAHULUAN.pdf · Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk digunakan sebagai mana mestinya.

xviii

JURNAL:

Setiyono, 2007. Eksistensi Saksi Mahkota Sebagai Alat Bukti Dalam Perkara

Pidana. Lex Jurnalica Vol. 5 No.1.

Dwinanto Wibowo, 2011. Peranan Saksi Mahkota dalam Peradilan Pidana di

Indonesia. Universitas Indonesia.

PERUNDANG-UNDANGAN:

Undang-Undang RI No. 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan Korban

Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum

Acara Pidana

Undang-Undang RI No.39 Tahun 1999 Jo. Undang-Undang RI No. 21 Tahun

2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Undang-Undang No. 12 Tahun 2005 Tentang Pengesahan Internasional Covenant

On Civil and Political Right (Kovenan Internasional tentang Hak-Hak

Sipil dan Politik