PENGARUHFAKTOR DEMOGRAFIS, KETERLIBATAN ORANG TUA,...
Transcript of PENGARUHFAKTOR DEMOGRAFIS, KETERLIBATAN ORANG TUA,...
PENGARUHFAKTOR DEMOGRAFIS, KETERLIBATAN ORANG
TUA, KONSEP DIRI AKADEMIK DAN SELF-
EFFICACYTERHADAP PRESTASI AKADEMIK
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Oleh :
Adam Yalfiz Hakki
NIM : 1112070000023
FAKULTASPSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIFHIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H /2018 M
ii
iii
iv
v
ABSTRAK
A) Fakultas Psikologi
B) Mei 2018
C) Adam Yalfiz Hakki
D) Pengaruh faktor demografis, keterlibatan orang tua, konsep diri akademik dan self-
efficacy terhadap prestasi akademik
E) xv + 87halaman + 14 lampiran
F) Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh faktor demografis (jenis kelamin,
pendidikan orang tua, dan penghasilan orang tua), keterlibatan orangtua
(keterlibatan orang tua dirumah dan keterlibatan orang tua disekolah), konsep diri
akademik (Self confident dan self effort), dan self-efficacy terhadap prestasi siswa.
Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan analisis
regresi berganda yang melibatkan populasi sebanyak 304 siswa dengansampel
sebanyak 283 siswa kelas 8 dan 9 (perempuan 120; laki-laki 163), dengan teknik
pengambilan sampel menggunakan non-probability sampling, yaitu teknik
purposive sampling. Alat ukur yang digunakan adalah hasil adaptasi dari Hoover-
Dampsey dan Sandler (2005) mengenai aktifitas keterlibatan orang tua. Skala
Academic Self Concept scale (ASC scale) dari Liu dan Wang (2005) untuk
mengukur konsep diri akademik, dan untuk skala self-efficacy menggunakan alat
ukur yang digunakan oleh Pertiwi (2015) yang mengacu pada teori Bandura. Untuk
pengujian validitas konstruk menggunakan Lisrel 8.7
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa ada pengaruh yang signifikan dari
faktor demografis, keterlibatan orang tua, konsep diri akademik dan self-efficacy
terhadap prestasi akademik sebesar 36% sedangkan 64% sisanya dipengaruhi oleh
variabel lain diluar penelitian ini. Variabel-variabel yang memberikan pengaruh
tersebut adalah jenis kelamin sebesar 32,5% dan self-efficacysebesar 2%.
Penulis menyarankan untuk penelitian selanjutnya agar menggunakan variabel
lainnya seperti inteligesi, minat, motivasi dan faktor pendekatan belajar seperti
speculative dan achieving, analytical dan deep, reproductive dan surfaceuntuk
mengukur prestasi siswa.
G) Bahan bacaan: 60; bukur : 6+ jurnal: 48 + skripsi: 5 + web: 1
vi
ABSTRACT
A) Faculty of Psychology
B) May 2018
C) Adam Yalfiz Hakki
D) The Effect of demographic factors, parent involvement, academic self concept, and
self-efficacy to student achievement
E) xv +87 page + 14 attachment
F) This study aimed to investigate how the influence of demographic factors (gender,
parent’s education, and parent’s income), parent involvement (parent involvement
at home and parent involvement at school), academic self concept (academic effort
and academic confident), and self-efficacy to student achievement.
In this study, the writer used a quantitative approach with multiple regression
analysis involving 304 population with sample size 282 student grade 8 and 9
(female 120: male 162) with non-probability sampling technique. An adaption of
Hoover-Dampsey and Sandler scale was used to measure parent involvement
activities.Academic Self Concept scale(ASC scale) from Liu and Wang
(2005)measuring academic self concept, and instrument from Pertiwi (2015) which
is based on Bandura theory measuring self-efficacy. For testing the construct
validity is using Lisrel 8.7.
The result indicates that there is a significant influence on demographic factors,
parent involvement, academic self concept, and self-efficacy to student achievement
ammounts 36%, the remaining 64% influenced by other variables outside this
study. The variables that give the influence are gender 32,5% and self-efficacy 2%.
Researcher sugest to further reaserch using other variables such as intelligence,
interest, motivation and factor of study approach like speculative andachieving,
analyticalanddeep, reproductiveandsurface to measure student academic
achievement
G) Literatures:60; book : 6 + journal: 48 + minithesis: 5 + website: 1
KATA PENGANTAR
vii
Alhamdulilahi rabbil 'alamin
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena rahmat
dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan pembuatan skripsi ini. Shalawat serta
salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita, Rasulullah Muhammad SAW,
beserta keluarga, sahabat, dan seluruh umatnya.
Penulisan proposal skripsi ini tidak mungkin selesai tanpa bantuan langsung
maupun tidak langsung berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag., M.Si., Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, periode 2014-2019, beserta jajarannya.
2. Ibu Hj. Dr. Diana Mutiah, M.Si., Dosen Pembimbing Akademik sekaligus Dosen
Pembimbing skripsi, terimakasih telah memberikan bimbingan, arahan, koreksi,
saran, dan kritik yang membangun selama masa perkuliahan.
3. Segenap dosen Psikologi, terima kasih atas ilmu yang telah diberikan selama penulis
menempuh pendidikan di Fakultas Psikologi.
4. Bapak Syaifullah, Kepala Sekolah SMP Tri Mulia yang telah memberikan izin
penelitian di sekolah yang Bapak pimpin.
5. Kedua orang tua tercinta, mamaku Suyatmi, terima kasih atas segala kasih saying
dan doa serta ayahku Alm. Sabhani, sosok panutan dan segala cerita tentang Ayah
memberikan motivasi tersendiri untuk peneliti.
6. Kakakku tersayang, Mutiara Novianti Fani, S.E., M.M terimakasih atas dukungan
danmenjadi tempat curhat yang baik bagi peneliti.
viii
7. Teman-teman 2012 kelas A yang telah memberikan dukungan serta canda yang
menyenangkan.
8. Teteh Agusti Yolandari S.Psi dan Julia Roswani S.Psi, terima kasih atas petunjuk
sistematika penulisan skripsi dan mengajari peneliti untuk analisis data.
9. Kawan-kawan Himpunan mahasiswa Islam terima kasih telah memberikan wadah
yang baik bagi peneliti untuk berproses selama perkuliahan
10. Mega Famela, terima kasih telah meluangkan waktu menemani peneliti serta
membawakan bekaldalam mengerjakan skripsi ini.
11. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terimakasih untuk
segala dukungan dan bantuan yang telah diberikan untuk membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Penulis memohon kepada Allah SWT agar seluruh dukungan, bantuan,
bimbingan dari semua pihak dibalas dengan sebaik-baiknya, amin. Saran dan kritik
yang membangun sangat penulis harapkan untuk kebaikan di masa yang akan datang.
Jakarta, 14 Mei 2018
Penulis
ix
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Kemudian apabila kamu bertekad, maka berusahalah
(Al-Insyirah : 7)
Jika ridha ibumu sudah kau dapat, maka apapun bisa kau lakukan.
(Adam Yalfiz Hakki)
Skripsi ini kupersembahkan untuk Mamaku yang selalu
mendukung dan mendoakanku, Alm.Ayah semoga kau tersenyum
serta untuk kakakku.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………… i
HALAMAN PERSETUJUAN ………………………………………….... ii
LEMBAR PENGESAHAN ………………………………………………. iii
LEMBAR PERNYATAAN ……………………………...…………....…. iv
ABSTRAK ………………………………………………………………… v
ABSTRACT …………………………………...…………………………… vi
KATA PENGANTAR …………………………………...…………..…… vii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ……………………………………….. ix
DAFTAR ISI ………………………………………………………............ x
DAFTAR TABEL ……………………………………………………........ xiii
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………..……. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………...………………… xv
BAB 1 PENDAHULUAN……...………………………….…………...
1-14
1.1. Latar belakang masalah……………………...…….……... 1
1.2. Pembatasan masalah dan perumusan masalah …….…….. 12
1.2.1. Pembatasan masalah ………………….………...... 12
1.2.2. Perumusan masalah ……………….…...……….... 12
1.3. Tujuan dan manfaat penelitian …………………...…....… 13
1.3.1. Tujuan penelitian .……… …………….…..…....... 13
1.3.2. Manfaat penelitian ……………………………...... 13
1.3.2.1. Manfaat teoritis ….………….…….…... 13
1.3.2.2. Manfaat praktis ..…………………….... 14
BAB 2LANDASAN TEORI…………………………………….……...
15-43
2.1. Prestasi Akademis …………………………………..….. 15
2.1.1. Definisi prestasi akademis……..…………………. 15
2.1.2. Teoriprestasi akademis…………………………… 16
2.1.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi
akademis…………………………………………..
2.1.3.1.Faktor internal…………………………….
2.1.3.2. Faktor eksternal…………………………..
18
19
20
2.1.4. Pengukuran prestasi akademis……………………. 22
2.2. Faktor Demografi……..………………………………..... 23
2.2.1. Jenis kelamin……………………………………… 23
2.2.2. Pendidikan orang tua……………………………… 24
2.2.3. Penghasilan orangtua…………………………….. 25
2.2.4. Teknik Skoring……………………………………. 27
2.3. KeterlibatanOrangtua….…………………………………. 28
2.3.1. Definisi keterlibatan orang tua……………….... 28
2.3.2. Dimensi keterlibatan orangtua...………………….. 29
2.3.3. Pengukuran keterlibatan orang tua……...………. 30
2.4 Konsep Diri Akademis……………………………………. 31
xi
2.4.1. Definisi konsep diri akademis………………...…... 31
2.4.2. Dimensi konsep diri akademis...………………….. 32
2.4.3. Pengukuran konsep diri akademis …..…...………. 33
2.5 Self-Efficacy……………………………………………….. 35
2.5.1. Definisi self-efficacy…………………………….... 35
2.5.2.Pengukuran self -
efficacy…………………………...
37
2.6 Kerangka Berpikir………………………………………… 39
2.7 Hipotesis Penelitian………………………………………... 42
2.7.1.Hipotesis mayor……………………………………. 42
2.7.2. Hipotesis minor…………………………………… 42
BAB 3METODE PENELITIAN………………………………......…...
44-57
3.1. Populasi, sampel, dan teknik pengambilan sampel……..... 44
3.2. Variabel penelitian ………………….…………………… 44
3.3. Instrumen pengumpulan data ...……………...………… 47
3.4.1. Alat ukur prestasi siswa ……...……….………….. 47
3.4.2. Kuesioner Demografi………. …………...…...…... 47
3.4.3. Alat ukur keterlibatan orangtua…………………… 47
3.4.4. Alat ukur konsep diri akademik………………… 47
3.4.5. Alat ukur self-efficacy………………………………… 48
3.4. Uji validitas konstruk …………………...……......……… 48
3.5.1. Uji validitas alat ukur keterlibatan orang tua
dirumah...................................................................
50
3.5.2. Uji validitas alat ukur leterlibatan orang tua
disekolah……………………………………...….
51
3.5.3. Uji validitas alat ukur academic confidence……. 52
3.5.4. Uji validitas alat ukur academic effort ………….. 52
3.5.5. Uji validitas alat ukur self effiacy………………. 55
3.6. Teknik analisis data ………………..…………………….. 56
BAB 4 HASIL PENELITIAN ………...………………………..………
58-67
4.1. Gambaran subjek penelitian ……………………...………. 56
4.2. Statistik deskriptif variabel penelitian ……………………. 59
4.3. Hasil uji hipotesis ………………………………………… 61
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN ….………….………
68-76
5.1. Kesimpulan ……………………………………………….. 68
5.2. Diskusi ……………………………………………………. 68
5.3. Kekurangan dan Kelebihan ………………………………. 73
5.3. Saran ……………………………………………………… 74
5.3.1. Saran teoritis ……………………………………….. 75
5.3.2. Saran praktis ……………………………………….. 75
DAFTAR PUSTAKA ………………………………...…………………...
77
LAMPIRAN ………………………………………….....………………… 84
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Nilai skor jawabanskala Likert ….…………………..…………. 46
Tabel 3.5. Muatan faktor item keterlibatan orang tua di rumah……………. 50
Tabel 3.6. Muatan faktor item keterlibatan orang tua di sekolah ………….. 52
Tabel 3.7. Muatan faktor item academic confidence ……………………... 53
Tabel 3.8. Muatan faktor item academic effort…………...………..……… 54
Tabel 4.1. Gambaran umum subjek penelitian …………………………….. 58
Tabel 4.2. Skor variabel penelitian……………..…………………………... 58
Tabel 4.3. Rumus kategorisasi……………………………………………... 60
Tabel 4.4. Kategorisasi skor Variabel……………..……………………… 60
Tabel 4.5. Tabel R Square ………………………………………..……...… 62
Tabel 4.6. Tabel anova …………………………………………..……........ 62
Tabel 4.7. Tabel koefisien …………………………………………........... 63
Tabel 4.8. Tabel proporsi varians masing-masing independent variable … 65
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Bagan kerangka berfikir ………………………………….… 42
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Izin Penelitian ……………………………...…………… 84
Lampiran 2 Kuesioner Penelitian ………………………………………….. 85
Lampiran 3 Syntax dan Path Diagram CFA …………………………………… 90
Lampiran 4Output Deskriptif dan Regresi …..………………………..…… 96
Lampiran 5 Tabel Blueprint alat ukur keterlibatan orang tua…………….... 99
Lampiran 6 Tabel Blueprint alat ukur konsep diri akademik………………. 100
Lampiran 7 Tabel Blueprint alat ukur self-efficacy…………..…………….... 101
Lampiran 8Muatan faktor item self-efficacy.………………………...……. 103
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan sangat penting bagi perkembangan masyarakat. Semakin berpendidikan
masyarakat, semakin beradab dan baik disiplin masyarakat. Masyarakat sebagai
sumber daya manusia suatu negara merupakan faktor penting dalam pembangunan di
era globalisasi saat ini. Pengalaman di banyak negara menunjukan, sumber daya
manusia yang bermutu lebih penting dari pada sumber daya alam yang melimpah.
Salah satu cara meningkatkan mutu sumber daya manusia adalah dengan pendidikan.
Akan tetapi, beberapa dekade terakhir ini, mutu pendidikan Indonesia sangat rendah.
Rendahnya mutu pendidikan Indonesia dapat dilihat dari dataProgramme for
International Student Achievement (PISA).PISA merupakan sistem ujian yang
diinisasi oleh Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD)
yang bertujuan untuk mengevaluasi sistem pendidikan dari 72 negara di seluruh
dunia. Setiap tiga tahun, siswa berusia 15 tahun dipilih secara acak, untuk mengikuti
tes dari tiga kompetensi dasar yaitu membaca, matematika dan sains. PISA mengukur
apa yang diketahui siswa dan apa yang dapat dia lakukan (aplikasi) dengan
pengetahuannya. Hasil data menunjukan bahawa Indonesia berada pada posisi 64 dari
72 negara peserta (antaranews, 2016).
2
Berdasarkan data di atas, maka dapat dikatakan prestasi akademik siswa
Indonesia masih memprihatinkan. Kenyataannya, setiap siswa dituntut dapat
mencapai prestasi akademik yang memuaskan. Saat penerimaan siswa baru, setiap
sekolah memiliki standarisasi nilai yang harus dipenuhi siswa untuk dapat menjadi
peserta didik di sekolah tersebut. Lalu, setelah berhasil masuk ke sekolah yang
diharapkan, siswa akan dituntut untuk mendapat nilai yang baik atau diatas KKM
(Kriteria Ketuntasan Minimal) jika ingin naik kelas. Selanjutnya, untuk lulus dalam
Ujian Nasional juga ditetapkan minimal nilai yang harus dicapai siswa agar dapat
lulus dan dapat melanjutkan ke jenjang sekolah berikutnya.
Dalam memilih sekolah, siswa akan memilih berdasarkan tingkat akreditasi
sekolah tersebut. Tigkat akreditasi dinilai berdasarkan delapan komponen, yaitu :1)
Standar Isi; 2) Standar Proses 3) Standar Kompetensi Lulusan; 4) Standar Pendidik
dan Tenaga Kependidikan; 5) Standar Sarana dan Prasarana; 6) Standar Pengelolaan;
7) Standar Pembiayaan; 8) Standar Penilaian (Badan Akreditasi Nasional
Sekolah/Madrasah, 2017). Sekolah dengan akreditasi A berarti sekolah yang seluruh
komponennya dianggap baik oleh BAN S/M, sehingga dapat meningkatkan mutu
peserta didik yang ditandai dengan prestasi akademik yang baik.
Namun, penulis menemukan data salah satu Sekolah Menengah Pertama yang
terakreditasi A tetapi perolehan nilai UN nya kurang memuaskan. Data tersebut
didapat melalui wawancara elektronik, yaitu melalui wawancara pribadi pada tanggal
15 Juni 2017 dengan salah satu pengajar. Dari hasil wawancara didapatkan, bahwa
3
sekolah tersebut memiliki nilai rata-rata 65,46 (kategori D) untuk mata pelajaran
Bahasa Indonesia, 41,52 untuk mata pelajaran Bahasa Inggris (kategori C), 40,42
untuk mata pelajaran Matematika (kategori D), dan 41,37 untuk mata pelajaran IPA
(kategori D). Pengajar tersebut juga membenarkan bahwa prestasi akademik siswa di
sekolah ini rendah.
Dalam dunia pendidikan, termasuk di Sekolah Menengah Pertama (SMP),
keberhasilan seorang siswa ditandai dengan prestasi belajar yang tinggi atau
mencapai standar kelulusan, hal ini dikenal sebagai prestasi akademik. Prestasi
akademik ialah suatu tingkat khusus perolehan atau hasil keahlian dalam karya
akademik yang dinilai oleh guru-guru, lewat tes-tes yang dibakukan, atau lewat
kombinasi kedua hal tersebut (Chaplin, 2005), sehingga melalui prestasi
akademiknya, seorang siswa dapat mengetahi kemajuan yang telah dicapai dalam
belajar dan menunjukkan gambaran kelebihan maupun kekurangannya.
Prestasi akademik siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Syah
(2010), faktor-faktor tersebut dapat digolongkan menjadi faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari diri siswa dan berpengaruh
terhadap proses pembelajaran dalam pencapaian prestasi akademik, yaitu aspek
fisiologis dan aspek psikologis serta pendekatan belajar. Kemudian faktor eksternal
adalah faktor dari luar diri siswa dan berpengaruh terhadap proses pembelajaran
dalam pencapaian prestasi akademik, yaitu lingkungan sosial dan lingkungan
nonsosial. Faktor-faktor inilah yang akan saling berinteraksi sehingga menghasilkan
4
prestasi akademik yang baik.
Selain itu, faktor yang berpengaruh pada prestasi akademik siswa adalah
faktor demografis. Faktor demograsi adalah gambaran tentang perilaku penduduk
baik secara agregat maupun kelompok (Yasin & Adiotomo dalam Nafisah, 2017).
Pengelompokan penduduk dapat meliputi jenis kelamin, pendidikan orang tua, dan
penghasilan orang tua. Hasil penelitian Nnamani dan Oyibe (2016), Dahie,
Mohamed, dan Moalim (2016), dan Wilson (2009) menunjukan bahwa jenis kelamin,
pendidikan orang tua, dan penghasilan orang tua berpengaruh pada prestasi akademik
siswa. Nnamani dan Oyibe (2016) menyatakan bahwa siswa laki-laki unggul dalam
mata pelajaran Ilmu Sosial, Kimia, Fisika, matematika dan lingkungan dan siswa
peremuan unggul dalam mata pelajaran Bahasa dan Seni. Dahie, Mohamed, dan
Moalim (2016), dan Wilson (2009) menyatakan bahwa pendidikan dan penghasilan
orang tua memainkan peran penting dalam mengasah keterampilan anak. Orang tua
kelas menengah berperan aktif dalam pendidikan dan perkembangan anak-anak
dengan menggunakan kegiatan yang terorganisir dan terkontrol melalui diskusi,
sehingga kemampuan penalaran anak akan terasah.
Namum terdapat penelitian yang berlawanan dari hasil penelitian diatas. Hasil
penelitian Joseph, John, Eric, Yusuf, dan Olubunmi menunjukan bahwa jenis kelamin
tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prestasi akademis siswa. Selain itu,
hasil penelitian Nelson (2009) dan Belley dan Lochner (2007) masing-masing
membuktikan bahwa pendidikan orang tua dan penghasilan orang tua tidak memiliki
5
pengaruh yang signifikan terhadap prestasi akademis siswa.
Prestasi akademik yang tinggi juga dihubungkan dengan keterlibatan orang
tua baik di rumah dan di sekolah. Berdasarkan penelitian Rafiq, Tehsin, Fatima,
Sohail, Saleem, dan Khan (2013) keterlibatan orang tua di rumah dalam
meningkatkan prestasi siswa merupakan fungsi pendidikan dari sebuah keluarga.
Dapat dipahami bahwa keluarga memiliki tanggung jawab agar anak menjadi anggota
masyarakat yang produktif. Semakin orang tua terlibat dalam proses menyampaikan
pendidikan untuk anak-anak mereka, semakin banyak anak-anak yang dapat unggul
dalam prestasiakademik mereka. Penyampaian pendidikan juga berguna untuk
menjadikan anak sebagai anggota masyarakat yang produktif serta bertanggung
jawab.
Rasinski dan Fredrick (1988, dalam Vahedi & Nikdel, 2011) menyimpulkan
bahwa orang tua memainkan peran tidak ternilai dalam membangun dasar
pembelajaran anak. Zang dan Carrasquillo (1995, dalam Vahedi & Nikdel, 2011) juga
menyatakan bahwa ketika anak-anak dikelilingi dengan rasa kepedulian, orang tua
yang sanggup dan mampu memelihara serta menjalin hubungan dengan persaingan
yang tidak begitu ekstrem, tidak akan sulit membangun kemampuan menulis dan
membaca anak.
Menurut Rafiq, et al. (2013) keterlibatan orang tua dihubungkan dengan
pencapaian prestasi akademik anak yang lebih tinggi dalam pelajaran bahasa dan
matematika. Bentuk dari keterlibatan orang tua berupa mendaftarkananak ke tempat
6
les sehinggaanak memiliki ketekunan akademik yang lebih baik, perilaku dan
kemampuan sosial yang lebih baik, kemampuan beradaptasi di sekolah, absensi yang
lebih baik dan tingkat drop-out yang lebih rendah. Bentuk keterlibatan orang tua
lainnya yaitu mengawasi PR, mendorong anak untuk mengikuti kegiatan ekstra
kurikuler, aktif berhubungan dengan para guru dan membantu anak mengembangkan
rencana masa depannya sehingga anak-anak lebih merespon dan melakukan yang
terbaik di sekolah. Cotton dan Wikelund (2005) menyatakan bahwa semakin orang
tua terlibat dalam pembelajaran anak, maka semakin bermanfaat efek pencapaian
prestasi akademik. Perayataan ini berdasarkan pada 42 review penelitian yang
dilakukan oleh peneliti lain dalam rentang 1975-1988. Hal senada juga disampaikan
oleh Bryan (2005) bahwa anak-anak cenderung memiliki level prestasi yang tinggi
ketika orang tua terlibat dalam pendidikan.
Prestasi akademik tidak hanya tergantung pada kualitas sekolah dan guru,
akan tetapi tingkat keterlibatan orang tua memiliki peran penting dalam prestasi
akademik anak-anak mereka (Rafiq, et al., 2013). Beberapa ilmuan telah mengkaji
pengaruh keterlibatan orang tua terhadap prestasi akademikbaik melalui tinjauan
pustaka maupun melalui penelitian. Sepertitinjauan pustaka Jeynes (2003), Jeynes
(2007), Shute, Hansen, Underwood, J. S. (2007) (dalam Porumbu & Necsoi, 2013)
yang menunjukan pentingnya keterlibatan orang tuadalam memfasilitasiprestasi
siswa. Dimensiketerlibatan orang tua terbukti menjadi prediktorprestasi akademik
siswa di sekolah yang kuat. Dalam ranah penelitian juga menyimpulkan hal yang
7
sama. Temuan penelitian mendukung adanya hubungan positif antara keterlibatan
orang tua dan keberhasilan pendidikan (Rafiq, et al., 2013).
Usaha berkelanjutan dari keterlibatan orang tua, dapat meningkatkan prestasi
akademik siswa sesuai dengan temuan penelitian Driessen, Smit dan Sleegers (2005),
Fan (2001), Hong dan Ho (2005) (dalam Rafiq, et al., 2013). Peneltian Tela dan Tela
(2003), Campbell (1995), Rich (1987) (dalam Vahedi & Nikdel, 2011) menunjukan
bahwa keterlibatan orang tuadalam pendidikan anak dapat memberikan manfaat baik
bagi orangtua, anak dan sekolah. Selanjutnya, penelitian di Allama Iqbal Town,
Lahore City (Rafiq, et al., 2013) berjudul “Parental Involvement and Academic
Achievement; A Study on Secondary School Student of Lahore, Pakistan’’
menunjukan bahwa keterlibatan orang tua memberikan efek yang signifikan dalam
performance academic anak-anak yang pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi
akademikanak-anak. Namun hasil penelitian dari Ralph dan McNeal membuktikan
bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan keterlibatan orang tua dengan prestasi
akademis siswa.
Dilihat dari faktor internal siswa, konsep diri dapat diasumsikan sebagai salah
satu faktor yang mempengaruhi prestasi akademik seorang siswa. Secara umum,
konsep diri diartikan sebagai evaluasi individu mengenai diri sendiri; penilaian dan
penaksiran mengenai diri sendiri oleh individu yang bersangkutan (Chaplin, 2005).
Jika dihubungkan dengan prestasi akademik, maka konsep diri dapat diartikan
sebagai perasaan individu atau tingkat kepercayaan menyelesaikan tugas-tugas
8
akademik tertentu (Awan, Noureen, Naz, 2011) yang biasanya disebut dengan konsep
diri akademik. Tingginya tingkat konsep diri akademik pada siswa akan membawa
keberhasilan siswa di sekolah dan rendahnya tingkat konsep diri akademik pada
siswa akan mambawa kegagalan siswa di sekolah. Keberhasilan atau kegagalan siswa
di sekolah menurut Gabriel, et al., (2009) tergantung pada bagaimana seseorang
merasakan kualitas dan atribut kualitas diri sendiri. Chowdhury dan Pati (1997)
menyatakan bahwa konsep diri akademikmemainkan peran penting dalam proses
pendidikan. Ketika seorang anakditerima, disetujui, dihormati dan disukai akan
memiliki kesempatan untuk memperoleh sikap penerimaan diri dan menghormati diri.
Menurut Wang dan Lin (2008) konsep diri akademik dipandang sebagai
keyakinan umum individu tentang diri mereka. Tingkat konsep diri akademik
individu memprediksi apakah atau sejauhmana dia mampu menyelesaikan tugas-
tugas akademik baik berhasil atau tidak berhasil.Konsep diri akademikdipandang
sebagai fungsimotivasi yang perlu dijaga bahkan ditingkatkan bila ingin memiliki
prestasi akademik yang baik. Hal ini sesuai dengan Byrne (dalam Awan, et al., 2011)
yang menyatakan bahwa konsep diriakademik memiliki fungsi motivasi dan dengan
demikian, perubahan konsep diriakademik akan menyebabkan perubahan dalam
prestasi akademik berikutnya. Perubahan tersebut memiliki dampak positif bagi
prestasi akademik jika konsep diri akademik siswa meningkat dan juga berdampak
negatif bagi prestasi akademik jika konsep diri akademik siswa menurun.
9
Oleh karena itu, konsep diri akademiksebaiknya diselidiki untuk siswa yang
memiliki prestasiakademik yang rendah. Ini dilakukan untuk menjaga keyakinan
siswa tentang diri mereka sendiri. Dambudzo (2012) menyatakan bahwa penting
untuk menyelidiki hubungan antara konsep diriakademik dan prestasi akademik
dalam rangka untuk menyelamatkan para pelajar yang menjadi korban keyakinan
negatif mereka tentang dirinya. Pernyataan ini ditekankan juga oleh Hamachek
(1995) yang menyatakan bahwa prestasi akademik tidak hanya menjadi ungkapan
kemampuan siswa tetapi juga dapat membantu siswa merasa percaya diri dan mampu
berbuat hal baik sedangkan persepsi negatif siswa akan menyebabkan mereka merasa
ragu-ragu. Pembentukan konsep diriakademik dapat dilakukan dengan mulai
berprilaku baik sebelum dan saat siswa berada di sekolah. Penelitian Caslyn dan
Kenny (1977), Garg (1992) (dalam DeFreitas & Rinn, 2013) menemukan bahwa
siswa harus berprilaku baik di sekolah untuk memiliki konsep diriakademik yang
tinggi, sementara penelitian Marsh, Trautwein, Lüdtke, Koller dan Baumert (2005),
Valentine, DuBois, dan Cooper (2004) (dalam DeFreitas & Rinn, 2013) mendukung
gagasan bahwa konsep diriakademik yang tinggi diperlukan sebelum siswa dapat
melakukan hal terbaik di sekolah.
Penelitian terdahulu terkait hubungan konsep diri akademik
dengan prestasi akademik dapat dilihat dari penelitan yang dilakukan oleh Awan, et
al. (2011) yang berjudul “A Study of Relationship between Avhievement Motivation,
Self-Concept an Achievement in English and Mathematics at Secondary Level ’’.
10
Penelitian ini terdiri dari 366 siswa (144 laki-laki dan 172 perempuan) yang berasal
dari empat sekolah umum dan empat sekolah privat di Sarghoda, Pakistan. Hasil
penelitian ini menunjukan adanya hubungan yang signifikan konsep diri akademik
dengan prestasi akademik. Penelitian lainnya dilakukan oleh Arefi dan
Naghebzadeh (2014) yang berjudul “The Relation Between Academic Self-Concept
And Academic Motivation And Its Effect On Academic Achievement’’. Penelitian ini
terdiri dari 300 siswa (150 laki-laki dan 150 perempuan) yang berasal dari lingkungan
sosial-ekonomi yang berbeda di Urmia City, Iran. Hasilnya, konsep diri akademik
mempunya hubungan yang positif dan signifikan terhadap prestasi akademik. Artinya
semakin tinggi tingkat konsep diri akademik siswa, semakin tinggi juga prestasi
akademiknya. Hasilnya, konsep diri akademik mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap prestasi akademik. Hasil yang berlawanan dapat ditemukan dalam penelitian
Newman (1984, dalam Marsh, 2014), yaitu konsep diri akademik tidak berpengaruh
signifikan terhadap prestasi akademis siswa.
Disamping konsep diri akademik, faktor internal lainnya
seperti self-efficacy perlu ditinjau sebagai pembentuk tercapainya prestasi akademik
siswa yang tinggi. Self-efficacy menurut Bandura (dalam Santrock, 2004) merupakan
keyakinan bahwa seseorang mampu menguasai situasi tertentu dan menghasilkan
sesuatu yang positif. Bandura (dalam Santrock, 2004) meyakini bahwa self-efficacy
adalah faktor penting yang mempengaruhi prestasi akademik seorang murid.
Tingginya self-efficacy dapat memicu individu dalam mencetak prestasi pada suatu
11
bidang tertentu, baik akademik, seni, budaya, sosial, dan lain-lain. Schunk (dalam
Santrock, 2004) menyatakan bahwa self-efficacy mempengaruhi individu dalam
menentukan tindakan yang akan dilakukan untuk mencapai suatu tujuan.
Self-efficacy pada tahap selanjutnya akan
mempengaruhi motivasi seseorang. Zimmerman (2000) menjelaskan bahwa self-
efficacy mempengaruhi beberapa indikasi motivasi akademik seperti pilihan aktifitas,
tingkat usaha yang dilakukan, persistensi dan reaksi emosional, sehingga dapat
dikatakan bahwa self-efficacy mempunyai peran strategis terhadap motivasi
seseorang. Bandura (dalam Zimmerman, 2000) mengemukakan bahwa self-efficacy
berkontribusi signifikan terhadap motivasi seseorang dan pencapaiannya.
Berdasarkan hal itu, dapat dipahami bahwa self-efficacymempunyai andil besar
terhadap motivasi dan prestasi akademik seseorang. Penelitian yang dilakukan oleh
Lent dan Larkin (1984) yang berjudul “Relation of Self-Efficacy Expectations to
Academic Achievement and Persistence”, dimana hasil penelitiannya menyatakan
bahwa tingkat dan kekuatan self-efficacy dalam kebutuhan pendidikan berhubungan
dengan prestasi akademik. Selain itu, Penelitian yang dilakukan oleh Li (2012) yang
berjudul “A Study of the Attitude, Self-efficacy, Effort and Academic Achievement of
CityU Students towards Research Methods and Statistics”, dimana hasil penelitiannya
menyatakan bahwa ada hubungan positif antara dua variabel: self-efficacy dan
prestasi akademik. Namun, penelitian yang dilakukan oleh Tahalele (2005, dalam
Nugroho, 2007) membuktikan bahwa self-efficacy tidak memiliki pengaruh yang
12
signifikan terhadap prestasi akademis siswa. Berdasarkan temuan penelitian
terdahulu, dimana hasil penelitian terdapat pertentangan, tentunya akan sangat
menarik untuk dapat mengetahui lebih lanjut mengenai keterkaitan variabel demi
tercapainya prestasi akadamik siswa yang lebih baik. Oleh karena itu, penulis tertarik
melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Faktor Demografis, Keterlibatan Orang
Tua, Konsep Diri Akademik dan Self-efficacyterhadap Prestasi Akademik”
1.2 Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah
1.2.1 Pembatasan masalah
Penelitian ini dibatasi pada masalah yang berkaitan dengan prestasi akademik dengan
faktor-faktor yang mempengaruhi yaitu faktor demografis jenis kelamin, pendidikan
orang tua, pendapatan orang tua, keterlibatan orang tua di rumah, keterlibatan orang
tua di sekolah, academic confidence, academic effort, dan self-efficacy. Subjek
penelitian ini adalah siswa dan siswi kelas 8 dan 9 di SMP Tri Mulia, Jakarta Selatan.
1.2.2 Perumusan masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas dapat dirumuskan masalah penelitian
sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan faktor demografis (jenis kelamin,
pendidikan orang tua, dan penghasilan orang tua) keterlibatan orang tua
(keterlibatan orang tua di rumah dan keterlibatan orang tua di sekolah), konsep
diri akademik (academic confidence dan academic effort), dan self-
efficacyterhadap prestasi akademik ?
13
2. Berapa besar pengaruh faktor demografis (jenis kelamin, pendidikan orang tua,
dan penghasilan orang tua), keterlibatan orang tua (keterlibatan orang tua di
rumah dan keterlibatan orang tua di sekolah), konsep diri akademik (academic
confidence dan academic effort), dan self-efficacyterhadap prestasi akademik ?
1.3 Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan sebelumnya, maka tujuan dari
penelitian ini adalah:
1. Membuktikan pengaruh faktor demografis (jenis kelamin, pendidikan orang tua,
dan penghasilan orang tua), keterlibatan orang tua (keterlibatan orang tua di
rumah dan keterlibatan orang tua di sekolah), konsep diri akademik (academic
confidence dan academic effort), dan self-efficacyterhadap prestasi akademik.
2. Mengetahui variabel faktor demografis (jenis kelamin, pendidikan orang tua, dan
penghasilan orang tua), keterlibatan orang tua (keterlibatan orang tua di rumah
dan keterlibatan orang tua di sekolah), konsep diri akademik (academic
confidence dan academic effort), dan yang berpengaruh besar terhadap prestasi
akademik.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan pada ilmu psikologi, terutama
psikologi sosial, psikologi pendidikan dan psikologi keluarga. Sumbangan hasil
penelitian juga akan memperkuat penelitian sebelumnya terkait pengaruh faktor
14
demografis, keterlibatan orang tua, konsep diri akademik, dan self-efficacy terhadap
prestasi akademik siswa bila hasil penelitian signifikan.
1.4.2 Manfaat praktis
Dalam ranah praktis diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi
untuk penelitian selanjutnya juga menjadi tambahan wawasan untuk orang tua dan
siswa/i demi meningkatkan prestasi akademik siswa.
15
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Prestasi Akademik
2.1.1 Definisi prestasi akademik
Menurut Linn, Bond, Car, Darling-Hammond, Harris, Hess, Shulman (tt) terdapat
perbedaan antara prestasi akademik dengan pembelajaran akademik. Meskipun
prestasi akademik dan pembelajaran akademik sering digunakan untuk menilai
pengajaran. Prestasi akademik adalah status pengetahuan dari materi subjek
pelajaran, pemahaman, dan keterampilan pada satu waktu, sedangkan
pembelajaran siswa adalah pertumbuhan pengetahuan, pemahaman, dan
keterampilan subjek pelajaran dari waktu ke waktu.
Menurut Arefi dan Naghebzadeh (2014), prestasi akademik adalah skor
aktual atau skor yang diperoleh dalam ujian tahunan siswa. Untuk lebih spesifik,
prestasi akademik ini mengacu pada kinerja dalam bentuk nilai numerik yang
diperoleh siswa dalam ujian akhir. Pengukuran yang paling umum digunakan
untuk mengukur prestasi akademik adalah tes terstandar.
Prestasi adalah kecakapan nyata yang dapat diukur secara langsung dengan
menggunakan tes. Definisi yang lain menyebutkan bahwa prestasi belajar siswa
merupakan tingkat penguasaan atau keberhasilan yang dicapai siswa dalam menuntut
suatu pelajaran pada periode tertentu. Prestasi belajar siswa biasanya dinyatakan
16
dalam bentuk angka atau skor yang berfungsi sebagai indikator keberhasilan dari
suatu proses belajar mengajar (Santoso & Salim, 2010).
Dengan demikian, penulis menggunakan definisi prestasi siswa yang
diutarakan oleh Arefi dan Naghebzadeh (2014) yaitu skor aktual atau skor yang
diperoleh dalam ujian tahunan siswa. Untuk lebih spesifik, prestasi akademik ini
mengacu pada kinerja dalam bentuk nilai numerik yang diperoleh siswa dalam
ujian akhir. Pengukuran yang paling umum digunakan untuk mengukur prestasi
akademik adalah tes terstandar, yaitu menggunakan nilai rapot Ujian Kenaikan
Kelas (UKK).
2.1.2 Teori prestasi akademik siswa
Tujuan pembelajaran adalah berkaitan terhadap hal-hal yang harus diketahui
dan dapat dilakukan oleh para siswa pada akhir sebuah program studi; pelajaran
harus dirancang untuk mencapai tujuan tersebut. Evaluasi tersebut menunjukan
sejauh mana setiap siswa telah benar-benar menguasainya pada akhir
pembelajaran (Carr & Harris, 2001; Marzano dkk., 2001, dalam Slavin, 2012).
Winkel (1996) mengungkapkan bahwa kemampuan intelektual sangat
menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh prestasi. Untuk mengetahui
berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi.
Tujuan dari evaluasi untuk mengetahui prestasi yang diperoleh siswa setelah
proses belajar mengajar.
17
Evaluasi atau penilaian mengacu pada berbagai macam cara yang
digunakan sekolah-sekolah formal untuk mengukur prestasi akademis siswa
(Gronlund & Waugh, 2009; McMillan, 2008; Popham, 2005, dalam Slavin, 2012).
Evaluasi siswa biasanya berfokus pada prestasi akademis dengan menggunakan
kuis-kuis, ulangan harian, ujian tengah semester dan ujian akhir semester.
Evaluasi siswa memiiki enam tujuan utama, yaitu :
1. Umpan balik untuk siswa
Siswa perlu mengetahui hasil dari usaha-usaha yang telah dilakukan siswa.
Evaluasi regular memberikan umpan balik pada kelebihan dan kelemahan siswa.
Informasi ini akan membantu siswa untuk meningkatkan nilai-nilai mereka.
2. Umpan Balik untuk tenaga pengajar
Satu dari fungsi terpenting (namun sering dilupakan) dari evaluasi siswa adalah
memberikan umpan balik terhadap para pengajar mengenai keefektifan
pengajaran tenaga pengajar. Kuis yang sering diajukan, mengerjakan tugas-tugas
akan memberikan lebih detail indikasi-indikasi kemajuan mengenai siswa
tersebut.
3. Informasi untuk para orang tua
Sebuah rapor disebut rapor dikarenakan unttuk melaporkan kemajuan siswa.
Melaporkan fungsi evaluasi ini sangat penting untuk berbagai alasan.
Diantaranya, berbagai macam evaluasi sekolah yang rutin (hasil-hasil ujian,
tanda bintang, dan sertifikat maupun keterangan dalam kartu laporan penilaian)
18
menginformasikan kepada orangtua mengenai tugas-tugas sekolah anak-
anaknya. Jika siswa mendapat nilai buruk, orangtuanya mungkin mengetahui
sebabnya dan mungkin dapat membantunya dengan tepat.
4. Informasi untuk seleksi dan sertifikasi
Sebagian sosiolog melihat bahwa pengelompokan siswa maupun mahasiswa ke
dalam aturan bemasyarakat sebagai tujuan utama pihak lembaga pendidikan.
5. Informasi untuk dipertanggung-jawabkan
Evaluasi siswa menjadi data untuk evaluasi para guru, sekolah-sekolah, kepala
daerah, bahkan Negara. Setiap negara memiliki program ujian yang
memperkenankan negara untuk memberikan peringkat setiap sekolah
berdasarkan penampilan siswanya. Hasil ujian semacam ini juga sering
digunakan dalam mengevaluasi para kepala sekolah, tenaga pengajar, dan
pengawas. Ini yang menyebabkan ujian tersebut menjadi sangta serius.
6. Dorongan untuk meningkatkan usaha siswa
Yang terpenting dari tujuan evaluasi adalh untuk mendorong para siswa agar
memberikan usaha terbaiknya. Beberapa siswa sekolah menengah atas juga
menekankan pentingya nilai-nilai tersebut untuk masuk seleksi ke perguruan
tinggi.
Berdasarkan pemaparan mengenai peranan penting dan fungsi evaluasi
yang telah dikemukakan diatas, nilai ujian akhir semester menjadi acuan
pengukuran prestasi akademis siswa dalam penelitian ini.
19
2.1.3 Faktor-Faktor yang mempengaruhi prestasi akademik
Menurut (Syah, 2010) untuk mencapai prestasi akademik yang tinggi, maka perlu
diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi akademik. Ada pun faktor-
faktor yang mempengaruhi prestasi akademik adalah sebagai berikut :
2.1.3.1 Faktor internal
Faktor dari dalam diri siswa yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa. Faktor
internal dibagi menjadi dua aspek, yaitu:
1. Aspek fisiologis, yaitu kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang
menandai tingkat kebugaran oragan-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat
mempengruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi
organ-organ khusus siswa, seperti tingkat kesehatan indera pendengaran dan
indera penglihatan, juga sangat memengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap
informasi dan pengetahuan, khususnya yang disajikan dikelas,
2. Aspek psikologis. Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat
mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan belajar siswa, seperti: tingkat
kecerdasan/inteligensi siswa, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa, motivasi
siswa.
3. Faktor pendekatan belajar, yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi
dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-
materi pelajaran. Ada pun pendekatan belajar siswa dibedakan menjad 3 macam,
yaitu: 1) Pendekatan tinggi, yang dibedakan menjadi speculative dan achieving; 2)
20
Pendekatan sedang, yang dibedakan menjadi analytical dan deep, dan 3)
Pendekatan rendah, yang dibedakan menjadi reproductive dan surface.
2.1.3.2 Faktor eksternal
Faktor dari luar siswa, yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa. Faktor eksternal
terdiri dari dua macam, yakni:
1. Faktor lingkungan sosial, seperti: keluarga, guru dan staf, masyarakat dan teman,
2. Faktor lingkungan nonsosial, seperti: rumah, sekolah, peralatan dan alam.
Selain itu, terdapat penelitian terdahulu terkait prestasi akademik, yaitu :
1. Penelitian yang dilakukan oleh Nnamani dan Oyibe (2016) yang berjudul
“Gender And Academic Achievement Of Secondary School Students In Social
Studies In Abakaliki Urban Of Ebonyi State” , dimana hasil penelitian
menyatakan bahwa jenis kelamin skor rata-rata prestasi akademik siswa
perempuan lebih tinggi daripada skor rata-rata prestasi akademik siswa laki-laki.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Dahie, dkk (2016) yang berjudul
“Socioeconomic Status And Academic Achievement At Secondary Schools In
Mogadishu-Somalia” , dimana hasil penelitian menyatakan pendidikan orang
tua, pekerjaan orang tua, dan penghasilan orang tua memiliki hasil positif
dan signifikan terhadap prestasi akademik siswa.
21
3. Penelitian yang dilakukan oleh Awan, Noureen dan Naz (2011) yang berjudul “A
Study of Relationship between Achievement Motivation, Self Concept and
Achievement in English and Mathematics at Secondary Level”, dimana hasil
penelitiannya menyatakan bahwa konsep diri matematika dan bahasa inggris
berhubungan dengan prestasi akademik pada tingkat signifikansi sebesar 0.01 (2-
tailed).
4. Penelitian yang dilakukan oleh DeFreitas dan Rinn (2013) yang
berjudul“Academic Achievement in First Generation College Students: The Role
of academic self-concept”, dimana hasil penelitiannya menyatakan bahwa konsep
diri akademik berhubungan dengan prestasi akademik pada tingkat korelasi
sebesar 0,25, p = 0,01.
5. Penelitian yang dilakukan oleh Arefi dan Naghebzadeh (2014) yang berjudul
“The Relation Between Academic Self-Concept and Academic Motivation and Its
Effect on Academic Achievement”, dimana hasil penelitiannya menyatakan bahwa
tidak ada hubungan signifikan antara motivasi akademik dan prestasi akademik,
tetapi ada hubungan yang signifikan antara konsep diri akademik dan prestasi
akademik.
6. Penelitian yang dilakukan oleh Lent dan Larkin (1984) yang berjudul “Relation of
Self-Efficacy Expectations to Academic Achievement and Persistence”, dimana
hasil penelitiannya menyatakan bahwa tingkat dan kekuatan self-efficacy dalam
kebutuhan pendidikan berhubungan dengan prestasi akademik.
22
7. Penelitian yang dilakukan oleh Li (2012) yang berjudul “A Study of the Attitude,
Self-efficacy, Effort and Academic Achievement of CityU Students towards
Research Methods and Statistics”, dimana hasil penelitiannya menyatakan bahwa
ada hubungan positif antara dua variabel: self-efficacy dan prestasi akademik.
Dari faktor-faktor dan hasil-hasil penelitian di atas, penulis memilih faktor
demografis, keterlibatan orang tua, self-efficacy dan konsep diri akademik sebagai
variabel yang mempengaruhi prestasi akademik siswa.
2.1.4 Pengukuran Prestasi Akademik
Berdasarkan penelitian terdahulu, terdapat beberapa alat ukur untuk mengukur
prestasi akademik, yaitu :
1. Kuesioner demografi
Arefi dan Naghebzadeh (2014) menggunakan kuesioner demografi dan meminta
siswa melaporkan umur, jenis kelamin, dan rata-rata nilai mereka.
2. Nilai ujian akhir siswa dan laporan pengajar
Kung dan Lee (2015) menggunakan 2 alat ukur untuk prestasi matematik siswa.
Pertama, menggunakan nilai ujian akhir siswa dan kedua, evaluasi pengajar terhadap
kinerja siswa pada kelas matematik. Untuk evaluasi pengajar terhadap kinerja siswa
pada kelas matematik, menggunakan 5 point skala model Likert yang diurutkan dari 1
= lemah sampai 5 = sangat baik.
3. Nilai rapor
23
Rogers, Theule, Ryan, Adam dan Keating (2009) menggunakan nilai terbaru anak-
anak pada mata pelajaran matematika, science, dan bahasa.
4. Informasi demografi
DeFreitas dan Rinn (2013) menggunakan kuesioner demografi. Siswa diminta untuk
melaporkan usia, etnis, jenis kelamin, pendapatan, dan nilai rata-rata mereka.
Dalam penelitian ini, pengukuran prestasi akademik didasarkan pada data
primer, yaitu didapat dari pihak sekolah. Hal ini berdasarkan pada penelitian Arefi
dan Naghebzadeh (2014).
2.2 Faktor Demografi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian demografi merupakan ilmu
tentang susunan, jumlah, dan perkembangan penduduk yang memberikan
uraian atau gambaran statistik mengenai suatu bangsa dilihat dari sudut sosial
politik dan ilmu kependudukan. Sedangkan menurut Yasin dan Adiotomo (2010,
dalam Nafisah, 2017) demografi adalah gambaran tentang perilaku penduduk,
baik secara agregat maupun kelompok. Faktor demografi menurut Nurdin dan
Adioetomo (2010, dalam Nafisah, 2017) diantaranya meliputi: jenis kelamin,
pendidikan orang tua, dan penghasilan orang tua. Dalam penelitian ini, faktor
demografis adalah gambaran tentang perilaku penduduk, baik secara agregat
maupun kelompok yang meliputi jenis kelamin, pendidikan orang tua, dan
penghasilan orang tua.
24
2.2.1 Jenis kelamin
Secara umum, pengertian jenis kelamin (Gender)adalah perbedaan yang tampak
antara laki-laki dan perempuan apabila dilihat dari nilai dan tingkah laku. Fakih
(2006) mengemukakan bahwa jenis kelamin merupakan suatu sifat yang melekat
pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksikan secara sosial maupun
kultural. Perubahan ciri dan sifat yang terjadi dari waktu ke waktu dan dari tempat ke
tempat lainnya disebut konsep gender. Selanjutnya Santrock (2004) mengemukakan
bahwa istilah gender dan seks memiliki perbedaan dari segi dimensi. Istilah seks
(jenis kelamin) mengacu pada dimensi biologis seorang laki-laki dan perempuan,
sedangkan gender mengacu pada dimensi sosial-budaya seorang laki-laki dan
perempuan. Dalam penelitian ini, jenis kelamin merupakan perbedaan biologis antara
laki-laki dan perempuan.
Hasil tes prestasi yang dilakukan oleh Onekutu (2002) telah menunjukkan
bahwa anak laki-laki dan perempuan di usia dini memiliki kinerja yang sama dalam
semua mata pelajaran termasuk Bahasa Inggris, dan ketika mereka tumbuh ke kelas
yang lebih tinggi, siswa perempuan mulai lebih tertarik dalam pelajaran seni dan
bahasa, sedangkan anak laki-laki lebih tertarik dalam pelajaran sains dan Ilmu Sosial.
Perbedaan minat pelajaran antara siswa laki-laki dan perempuan menghasilkan situasi
di mana ada lebih banyak anak laki-laki daripada anak perempuan yang mengambil
peminatan Ilmu Sosial.
2.2.2 Pendidikan orang tua
25
Menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 14 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 yang dimaksud pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Menurut Fuad
Ihsan (2003) Tingkat atau jenjang pendidikan adalah tahap pendidikan yang
berkelanjutan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik,
tingkat kerumitan bahan pengajaran dan cara menyajikan bahan pengajaran. Jenjang
pendidikan sekolah terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan
pendidikan tinggi. Dalam penelitian ini, pendidikan orang tua adalah tingkat
pendidikan formal yang telah dilalui oleh orang tua siswa.
Pendidikan orang tua erat kaitannya dengan kecerdasan orang tua. Hubungan
kausal antara pendidikan orang tua dengan kecerdasan anak dapat ditemukan dalam
gen. Orang tua yang cerdas akan mencapai pendidikan yang tinggi dan mewariskan
kecerdasan yang tinggi kepada anak. Selain itu, orang tua yang cerdas akan
menyediakan lingkungan yang dapat merangsang intelektual anak-anak mereka
(Bouchard & McGue, 1981; Plomin,1997; Plomin, DeFries, & Loehlin, 1977, dalam
Steinmayr, Dinger & Spinath, 2010)
2.2.3 Penghasilan orang tua
26
Penghasilan orang tua diartikan setiap hasil jerih payah orang tua yang dapat dinilai
dengan tingkat atau nilai tertentu. Berdasarkan jenisnya dibedakan penghasilan
menjadi dua yaitu: (a) penghasilan berupa barang, dan (b) penghasilan berupa uang.
Sedangkan bidang kegiatannya, pendapatan meliputi pendapatan sektor formal dan
pendapatan sektor informal. Pendapatan sektor formal adalah segala penghasilan baik
berupa barang atau uang yang bersifat regular dan diterimakan biasanya balas jasa
atau kontraprestasi di sektor formal yang terdiri dari pendapatan berupa uang,
meliputi: gaji, upah dan hasil investasi dan pendapatan berupa barang-barang
meliputi: beras, pengobatan, transportasi, perumahan, maupun yang berupa rekreasi.
Pendapatan sektor informal adalah segala penghasilan baik berupa barang maupun
uang yang diterima sebagai balas jasa atau kontraprestasi di sektor informal yang
terdiri dari pendapatan dari hasil investasi, pendapatan yang diperoleh dari
keuntungan sosial, dan pendapatan dari usaha sendiri, yaitu hasil bersih usaha yang
dilakukan sendiri, komisi dan penjualan dari hasil kerajinan rumah (BPS, 2004).
Dalam penelitian ini yang dimaksud penghasilan orang tua adalah pendapatan orang
tua dalam bentuk rupiah yang diterima setiap bulan sebagau hasil balas jasa dari
kegiatan orang tua.
Penghasilan keluarga selama masa kanak-kanak memiliki dampak besar pada
prestasi akademik (Duncan, Ziol-Guest, & Kalil, 2010). Kesenjangan prestasi antara
anak-anak yang tinggal di keluarga berpenghasilan rendah dan anak-anak yang
tinggal di keluarga yang lebih kaya dimulai sebelumnya taman kanak-kanak, dan
27
melebar seiring bertambahnya usia (Duncan & Magnuson, 2005; Heckman, 2006;
Magnuson & Duncan, 2006). Mekanisme yang mendasari hubungan antara
pendapatan keluarga dan prestasi siswa adalah kehadiran di sekolah. Anak-anak yang
tidak masuk kelas akan gagal mendapatkan manfaat pelajaran, interaksi teman
sebaya, dan kegiatan lainnya yang dirancang untuk mendorong pembelajaran
(Morrisey, Hutchison dan Winsler, 2013).
2.2.4 Teknik skoring
Pada penelitian ini, jenis kelamin dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok
laki-laki dan kelompok perempuan. Kemudian untuk kelompok laki-laki diberi kode
1 dan untuk kelompok perempuan diberi kode 0. Memberikan kode kepada kelompok
laki-laki dan perempuan sesuai dengan peneitian yang dilakukan Arefi dan
Naghebzadeh (2014).
Selanjutnya, untuk pendidikan orang tua dibagi berdasarkan tingkat
pendidikan formal yang telah ditempuh orang tua, yaitu : SD, SMP, SMA, S1 dan S2.
Untuk SD diberi kode 1, SMP dieri kode 2, SMA diber kode 3, S1 diberi kode 4, dan
S2 diberi kode 5. Teknik ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Dahie, dkk
(2016).
Terakhir, untuk penghasilan orang tua dibagi menjadi empat kelompok
kemudian diberi kode. Untuk kelompok orang tua yang memiliki penghasilan
1.500.000 diberi kode 1, untuk kelompok orang tua yang memiliki penghasilan
1.500.000-2.500.000 diberi kode 2, untuk kelompok orang tua yang memiliki
28
penghasilan 2.500.000-3.500.000 diberi kode 3, untuk kelompok orang tua yang
memiliki penghasilan lebih dari 3.500.000 diberi kode 4. Pengelompokan penghasilan
orang tua berdasarkan pada Badan Pusat Statistik (2004)
2.3 Keterlibatan Orang Tua
2.3.1 Definisi Keterlibatan Orang Tua
Menurut Rafiq, dkk (2013) keterlibatan orang tua mungkin berbeda antar budaya dan
antar lingkungan masyarakat. Keterlibatan orang tua juga berbeda tipe yang memiliki
pengaruh berbeda pada kinerja anak-anak. Keterlibatan orang tua adalah kegiatan
membantu anak-anak dalam membaca, mendorong megerjakan tugas sekolah,
memantau kegiatan anak di rumah dan di sekolah, dan menyediakan layanan
pembinaan untuk meningkatkan pembelajaran anak-anak dalam mata pelajaran yang
berbeda.
Menurut Deslorges dan Abouchar (dalam Rafiq dkk, 2013) keterlibatan orang
tua digolongkan ke dalam empat kategori; 1) Keterlibatan orang tua berbasis sekolah;
2) Keterlibatan orang tua berbasis rumah; 3) keterlibatan orang tua langsung dalam
kegiatan akademik anak-anak; 4) keterlibatan orang tua secara tidak langsung dalam
kegiatan akademik anak-anak. Tingkat keterlibatan orang tua bervariasi di antara
orang tua. Misalnya keterlibatan ibu, orang tua yang berpendidikan atau tidak
berpendidikan, keterlibatan ayah, status ekonomi, latar belakang keluarga, lingkungan
sosial. Keterlibatan orang tua memiliki dampak positif pada prestasi akademik anak-
29
anak bahkan ketika faktor latar belakang seperti kelas sosial, ukuran keluarga, telah
diperhitungkan.
Menurut Hoover-Dempsey dan Sandler (2005) keterlibatan orang tua
merupakan aktifitas dan perilaku keterlibatan orang tua dan anak baik di rumah
ataupun di sekolah. Keterlibatan orang tua di rumah didefinisikan sebagai aktifitas
yang terjadi antara anak dan orang tua di luar sekolah. Kegiatan dan perilaku orang
tua berfokus pada perilaku, sikap, atau strategi yang berkaitan dengan anak, dan
termasuk kegiatan orang tua seperti membantu mengerjakan pekerjaan rumah,
mempersiapkan anak untuk menghadapi ujian, dan mengawasi kemajuan anak.
Kegiatan keterlibatan orang tua di sekolah termasuk yang biasanya dilakukan oleh
orang tua di sekolah. Perilaku keterlibatan orang tua di sekolah dapat berfokus pada
anak, tetapi mungkin juga berfokus pada masalah sekolah.
Dengan demikian, penulis menggunakan definisi keterlibatan orang tua yang
diutarakan oleh Hoover-Dempsey dan Sandler (2005), yaitu aktifitas dan perilaku
keterlibatan orang tua dan anak baik di rumah ataupun di sekolah.
2.3.2 Dimensi Keterlibatan Orang Tua
Hoover-Dempsey dan Sandler (2005) membagi kategori aktifitas dan perilaku
keterlibatan orang tua dalam 2 kategori, yaitu:
1. Aktifitas keterlibatan orang tua di rumah, aktifitas yang berlangsung antara anak
dan orang tua diluar sekolah. Kegiatan dan perilaku orang tua umumnya berfokus
pada perilaku anak terkait pembelajaran, sikap atau strategi, dan termasuk
30
membantu memberikan penjelasan ketika ada PR yang sulit dikerjakan anak,
mengulas materi sebelum ujian, serta mengawasi kemajuan prestasi akademik
anak.
2. Aktifitas keterlibatan orang tua di sekolah, termasuk yang biasanya dilakukan oleh
orang tua di sekolah. Perilaku keterlibatan berbasis sekolah dapat berfokus pada
anak (misalnya, menghadiri rapat orang tua-guru) dan dapat berfokus pada isu-isu
sekolah atau kebutuhan anak (misalnya, menghadiri open house sekolah, menjadi
relawan saat kunjungan lapangan)
2.3.3 Pengukuran Keterlibatan Orang Tua
Pada penelitian terdahulu telah digunakan alat ukur keterlibatan orang tua. Ada pun
alat ukur pada penelitian terdahulu sebagai berikut :
1. Alat ukut yang digunakan oleh Fan (2001) yang mengukur empat dimensi
keterlibatan orang tua, yaitu : communication (alpha cronbach = 0.75), parent
educational aspiration (alpha cronbach = 0.92), participation (alpha cronbach =
0.61), dan supervision (alpha cronbach = 0.60)
2. Alat ukur yang digunakan oleh Hoover-Dempsey dan Sandler (2005) yang
mengukur aktifitas keterlibatan orang tua berbasis rumah dan keterlibatan orang
tua berbasis sekolah. Untuk keterlibatan orang tua berbasis rumah terdapat 5 item
dengan alpha cronbach = 0,85, dan keterlibatan orang tua berbasis sekolah
terdapat 5 item dengan alpha cronbach = 0,82
31
3. Alat ukur keterlibatan orang tua yang digunakan oleh kurniawati (2009) dengan 4
skala Likert yang dihilangkan jawaban netral. Ada pun dimensi yang diukur
adalah: (1) menyediakan bahan bacaan sesuai usia anak; (2) orang tua mengajari
anak membaca; (3) orang tua mengecek hasil membaca/memonitor anak; (4)
senang mengajak anak ke toko buku; (5) menyediakan tempat membaca.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan alat ukur yang dikembangkan
berdasarkan teori dan dimensi dari Hoover-Dempsey dan Sandler (2005). Ada pun
dimensi keterlibatan orang tua adalah keterlibatan orang tua di rumah dan
keterlibatan orang tua di sekolah. Pengembangan alat ukur dikarenakan hanya ada 10
item dalam alat ukur aslinya yang masing-masing item hanya mengukur 1 aspek.
Penulis menambahkan 13 item kedalam skala tersebut supaya pengukuran aspek
keetrlibatan orang tua di rumah dan keterlibatan orang tua di sekolah pada subjek
penelitian lebih dalam. Sehingga total item pada skala keterlibatan orang tua
sebanyak 23 item. Selain itu, penulis juga memodifikasi alternatif pilihan jawaban
menjadi 4 poin skala Likert yang diurut dari 1 (sangat tidak setuju) sampai 4 (sangat
setuju).
2.4 Konsep Diri Akademik
2.4.1 Definisi Konsep Diri Akademik
Menurut Wang dan Lin (2008) konsep diri dipandang sebagai keyakinan umum
individu tentang diri sendiri. Tingkat konsep diripada individu memprediksi apakah
atau sejauh mana individu mampumenyelesaikan tugas-tugas akademik dengan
32
berhasil atau tidak. Dengan demikian, konsep diri dapat mengarah pada peningkatan
kinerja akademik.
Menurut Lewis dan Knight, Mui (2000) konsep diri tersusun atas dimensi
akademik, social, emosional dan fisik yang merupakan satu set persepsi atau referensi
yang dimiliki seseorang tentang self. Pentingnya konsep diri berkontribusi penting
dalam pembentukan kepribadian. Hal ini berkaitan dengan kompetensi sosial, karena
mempengaruhi bagaimana seseorang merasa, berpikir, belajar, menghargai dirinya,
berhubungan dengan orang lain dan bagaimana dia berperilaku.
Sedangkan Liu dan Wang (2005) menyimpulkan beberapa definisi konsep
diri akademik dari beberapa ahli. Persepsi kompetensi, kesenangan dan kemauan
siswa untuk belajar giat terhadap materi pelajaran, dan komitmen menyelesaikan
tugas merupakan inti dari definisi konsep diri akademik menurut para ahli yang
digunakan oleh Liu dan Wang. Akhirnya, Liu dan Wang meyimpulkan konsep diri
akademik merupakan persepsi siswa yang berkaitan dengan tingkat kepercayaan
menyelesaikan tugas tertentu
Dari penjelasan diatas penulis mengambil definisi konsep diri akademik
yang dijabarkan oleh Liu dan Wang (2005) yakni persepsi siswa yang berkaitan
dengan tingkat kepercayaan menyelesaikan tugas tertentu.
2.4.2 Dimensi Konsep Diri Akademik
Liu dan Wang (2005) membagi dimensi konsep diri akademik menjadi dua bagian,
yaitu:
33
1. Academic Confidence (AC), yaitu perasaan siswa tentang kompetensi
akademiknya.
2. Academic Effort (AE), yaitu komitmen, keterlibatan, dan ketertarikan siswa
terhadap tugas sekolahnya.
2.4.3 Pengukuran Konsep Diri Akademik
Terdapat alat ukur konsep diri akademik pada penelitian sebelumnya, yaitu :
1. Pada penelitian Liu dan Wang (2005) menggunaka Academic Self Conceptscale
(ASC Scale) dikembangkan atas referensi subskala academic self esteem Battle
(1981), skala konsep diri pelajaran sekolah Marsh, Relich dan Smith (1983) skala
general and academic status Piers dan Harris (1964) dan skala konsep diri
akademikQuek (1988). Alat ini terdiri atas dua subskala academic confidence (9
item) dan academic effort (10 item). Subskala academic confidence (AC) menilai
perasaan dan persepsi siswa tentang kompetensi akademik. Contoh item “saya baik
dalam semua pelajaran sekolah” dan “kebanyakan teman sekelas saya lebih pintar
dari saya”. Subskala academic effort (AE) menilai komitmen, keterlibatan dan
ketertarikan siswa pada pekerjaan sekolah. Contoh item “saya tertarik dengan
pekerjaan sekolah saya” dan “saya belajar dengan giat demi ujian saya”. Jawaban
dari item diberikan 4 poin skala yang diurut dari 1 (sangat tidak setuju) sampai 4
(sangat setuju).
2. Instrumen dari Adeoye (2008) yang memberikan informasi tentang konsep
34
diriindividu. Instrument ini memiliki 5 item skala dengan pola respon berupaangka
4 = Sangat Seperti Saya, 3 = Seperti Saya, 2 = Tidak Seperti Saya , 1 = Sangat
Tidak Seperti Saya. Total skor berkisar 1-20 dengan skor dari 14 ke atas
menunjukkan konsep diri yang baik dan skor 1-13 menunjukkan konsep diri yang
buruk. Item dalam instrumen meliputi; Saya prihatin tentang apa yang orang
pikirkan tentang saya, saya selalu ingin menjadi diri saya sendiri, saya selalu takut
gagal, saya orang yang cerdas dan bertanggung jawab, saya selalu merasa sulit
untuk menghadapi realitas kehidupan. Adeoye (2008) melaporkan CronbachAlpha
dan keandalan co–efisien untuk skala sebesar 0,72. Dalam penelitian inidiperoleh
Cronbach Alpha sebesar 0,76.
3. Self Description Questionnare III (SDQ-III) dirancang untuk mengukur konsep
diriremaja akhir dan dewasa awal. SDQ-III didasarkan pada modelkonsep
diriShavelson yang mendukung semua multifaset dan hirarki darikonsep
diriShavelson, Hubner, dan Stanton (dalam DeFreitas & Rinn, 2013).SDQ-III
berisi 136 item dan mengukur 13 faset dari konsep diri Marsh dan O’Neill (dalam
DeFreitas dan Rinn, 2013). Setiap faset dikurur oleh 10 sampai 12 item dengan
respon dari 1 (sangat salah) sampai 8 (sangat benar). SDQ-III menilai empat area
konsep diri akademik (matematika, verbal, akademik umum dan pemecahan
masalah), delapan area konsep diri non akademik (kemampuan fisik, penampilan
fisik, hubungan sesama jenis, hubungan lawan jenis, hubungan dengan orang tua,
nilai spiritual/agama, kejujuran/dapat dipercaya dan stabilitas emosi) dan konsep
35
diri general. Pada penelitian DeFreitas dan Rinn (2013) hanya menggunakan data
subskala konsep diri matematika dan subskala konsep diri verbal. Contoh item
pada subskala matematikakonsep diriadalah “secaraumum saya lebih baik dalam
kursus matematika daripada kursus lainnya” dan “saya lumayan baik dalam
matematika” contoh item subskala verbal konsep diri adalah “di sekolah saya lebih
sulit belajar membaca daripada murid lain”, “kemampuan verbal saya lumayan
baik”, “saya dapat menulis secara efektif”.
Pada penelitian ini, penulis menggunakan alat ukur Academic Self Concept
scale (ASC scale) dari Liu dan Wang (2005). Alat ukur ini terdiri atas dua subskala,
yaitu academic confidence (9 item) dengan nilai koefisien alpha mencapai 0,82 dan
academic effort (10 item) dengan nilai koefisien alpha mencapai 0,71. Subskala
academic confidence (AC) menilai perasaan dan persepsi siswa tentang kompetensi
akademik dan subskala academic effort (AE) menilai komitmen, keterlibatan dan
ketertarikan siswa pada pekerjaan sekolah. Alat ukur ini menggunakan jenis skala
Likert dengan 4 alternatif jawaban yang diurut dari 1 (sangat tidak setuju) sampai 4
(sangat setuju).
2.5 Self-Efficacy
2.5.1 Definisi Self-efficacy
Self-efficacy menurut Bandura (1994) adalahkepercayaan/keyakinan yang dimiliki
seseorang terhadap kemampuan untuk menghasilkan/menujukkan tingkat
kemampuan dalam mengerjakan latihan yang mempengaruhi peristiwa yang terjadi
36
dalam kehidupan. Self-efficacy menentukan bagaimana orang merasakan, berpikir,
memotivasi diri dan berperilaku. Keyakinan semacam itu menghasilkan efek beragam
melalui empat proses besar, yaitu kognitif, motivasi, afektif dan proses seleksi.
Menurut Pajares (1996), self-efficacy keyakinan dan harapan lainnya memiliki
kesamaan, yaitu keyakinan tentang kemampuan yang dirasakan seseorang. Self-
efficacy didefinisikan sebagai kemampuan yang dirasakan individu untuk mencapai
kinerja yang telah dibuat dan mencapai hasil yang spesifik. Menurut teori kognitif
sosial, kejadian-kejadian yang dapat mempengaruhi seseorang berbeda. Tergantung
pada apa yang dikelola, pengaturan motivasi sendiri, proses berpikir, keadaan dan
tindakan afektif, atau perubahan kondisi lingkungan.
Sementara itu Stajkovic dan Luthans (2002) menganggap bahwa self-efficacy
mengacu pada keyakinan individu akan kemampuannya untuk mengeksekusi tugas
tertentu dalam konteks tertentu. Siswa cenderung mengevaluasi dan
mengintegrasikan informasi tentang kemampuan yang mereka rasakan. Self-efficacy
menentukan apakah perilaku belajar siswa akan dimulai, seberapa besar usaha yang
diperlukan, dan berapa lama usaha itu dipertahankan. Self-efficacy yang tinggi pada
siswa akan mengaktifkan usaha yang cukup dan menghasilkan kesuksesan. Self-
efficacy yang rendah pada siswa akan membuat siswa menghentikan usaha mereka
sebelum waktunya dan menghasilkan kegagalan.
Dengan demikian, penulis menggunakan definisi self-efficacy yang diutarakan
37
oleh Bandura (1994) yang menyatakan bahwa self-efficacy merupakan
kepercayaan/keyakinan yang dimiliki seseorang terhadap kemampuan untuk
menghasilkan/menujukkan tingkat kemampuan dalam mengerjakan latihan yang
mempengaruhi peristiwa yang terjadi dalam kehidupan.
2.5.2 Pengukuran Self-efficacy
Ada sejumlah penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti untuk mengukur self-
efficacy, diantaranya :
1. Self-efficacy Scale (SES) dengan 30 item laporan diri yang dirancang untuk
megukur self-efficacy umum dan sosialseperti Locus of Control, Personal Control,
Social Desirability, Ego Strength, Interpersonal Competence,dan Self-esteem
(Sherer dan Maddux, 1982). Alat ukur ini menggunakan 5 poin skala Likert
dengan jawaba A “Sangat Setuju” sampai jawaban E “Sangat TIdak Setuju”, nila
koefisien alpha alat ukur ini sebesar 0,86 untuk self-efficacy umum dan 0,71 untuk
self-efficacy sosial.
2. Alat ukur yang digunakan oleh Owen dan Froman (1988), College Academic Self-
efficacy Scale (CASES) yang mengukur self-efficacy khususnya untuk mahasiswa
perguruan tinggi. CASES terdiri dari 33 item laporan diri, dibuat untuk mengkur
self-efficacyacademic dengan meminta mahasiswa untuk menilai seberapa yakin
mereka tentang kemampuan dalam kinerja akademik yang berkaitan dengan
perilaku di perguruan tinggi. Kuesioner menggunakan 5 poin skala Likert dengan
38
jawaban sangat yakin (memilih A) dan sedikit yakin (memilih B). Owen dan
Froman (1988) menguji reabilitas CASES sebanyak dua kali, hasil koefisien alpha
CASES pertama kali sebesar 0,92 dan setelah delapan minggu besar koefisien
alpha CASES sebesar 0,92.
3. Multidimensional Scale of Perceived Self-efficacy (MPSE) dalam penelitian
Hughes, Galbraith, dan White (2011) yang menggunakan sembilan domain (57
item) yang mengukur self-efficacy untuk prestasi akademik; daftar sumber daya
sosial; belajar mengatur diri (kemampuan untuk mengatur kegiatan belajar
sendiri); keterampilan membagi waktu luang dan kegiatan ekstrakurikuler;
menemui harapan lain; mendaftar dalam komunitas pengasuhan dan dukungan
komunitas; serta self regulatory efficacy (kemampuan untuk menghindari perilaku
transgresif seperti bolos sekolah atau menggunakan narkoba), self -fficacy sosial,
dan Self-assertiveefficacy. Semua item dalam bentuk “Seberapa baik dapat Anda
(melakukan tugas atau proses tertentu)?” Siswa menjawab pada skala 7 poin mulai
dari 1 (tidak baik sama sekali) sampai 7 (sangat baik). skor yang lebih besar
mengindikasikan tingkat self-efficacy yang lebih tinggi. Reliabilitas internal (alpha
Cronbach) untuk subskala MSPSE berkisar dari α = 0,62 (daftar Sumber Daya
Sosial) sampai α = 0,90 (effikasi diri untuk belajar mengatur diri).
4. Alat ukur self-efficacy yang digunakan oleh Pertiwi (2015) dengan mengacu pada
teori Bandura dengan item sebanyak 30. Nilai Chronbach’s alpha = 0,903 dengan
39
4 alternatif jawaban yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan
sangat tidak setuju (STS).
Untuk variabel self-efficacy dalam peneleitian ini, penulis menggunakan
alat ukur dari Pertiwi (2015) yang mengacu pada teori Bandura. Alat ukur ini terdiri
dari 30 item dengan skala model Likert yang memuat 4 alternatif jawaban yaitu
sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS).
Koefisien alpha pada alat ukur tersebut mencapai 0.903 yang artinya dapat mengukur
self-efficacy secara baik dan konsisten.
2.6 Kerangka Berpikir
Sekolah mrupakan tempat terjadinya proses belajar mengajar. Disetiap sekolah pasti
memiliki alat uji untuk mengetahui keberhasilan belajar seorang anak. Alat uji ini
dikenal dengan ujian tengah semester dan ujian kenaikan kelas. Dimana hasil dari
ujian akan keluar skor yang mengindikasikan prestasi akademik siswa. Banyak
penelitian mengungkapkan variabel-variabel yang mempengaruhi prestasi siswa,
diantaranya faktor demografis, keterlibatan orang tua, konsep diri akademik, dan self-
efficacy.
Faktor demografis seperti jenis kelamin, pendidikan orang tua, dan
penghasilan orang tua dapat meningkatkan prestasi akademik siswa. Berdasarkan
penelitian terdahulu, skor rata-rata prestasi akademik siswa perempuan lebih baik dari
prestasi akademik siswa laki-laki. Siswa perempuan lebih unggul dalam pelajarab
40
bahasa dan seni sedangkan siswa laki-laki lebih unggul dalam pelajaran Ilmu Sosial,
Kimia, Fisika, matematika dan lingkungan.
Selanjutnya, pendidikan orang tua juga dapat meningkatkan prestasi akademik
siswa. Orang tua yang berpendidikan tinggi, sadar akan pentingnya pendidikan untuk
anak-anak mereka. Sehingga akan berusaha untuk memenuhi kebutuhan pendidikan
untuk anak-anak mereka. Dengan demikian, bila anak terhambat masalah akademik
maka orang tua akan membantu mengajari atau akan mendaftarkan anaknya ke
program bimbingan belajar. Hasilnya, prestasi akademik anak akan baik.
Berikutnya, penghasilan orang tua menentukan kesanggupan orang tua dalam
memilih program belajar. Orang tua dengan penghasilan tinggi, akan memilih
program belajar yang ekslkusif seperti les privat. Les privat adalah program belajar
dimana pengajar akan mendatangi rumah siswa dan hanya ada satu pengajar per satu
siswa sehingga anak-anak akan lebih fokus dalam menyerap materi yang belum
dipahami. Dengan demikian, anak akan siap dalam menghadapi ujian di sekolah
Selain Aktifitas keterlibatan orang tua di sekolah, misalnya menghadiri rapat
orang tua dan guru dapat menjadi pengetahuan orang tua terkait program-program
pembelajaran apa saja yang ada di sekolah yang berkaitan dengan pencapaian prestasi
akademik yang lebih baik. Sehingga, bila orang tua mengetahui program-program
yang akan memberikan dampak baik bagi prestasi akademik anak, maka orang tua
akan mendorong anaknya untuk mengikuti program tersebut. Begitu pula dengan
aktifitas keterlibatan orang tua di rumah, misalnya membantu anak untuk mengulas
41
pelajaran saat akan diadakan ujian, maka orang tua sudah terlibat agar anak dapat
menguasai materi yang akan diujikan dalam ujian. Dengn demikian hasil ujian anak
nantinya akan baik, yaitu diatas KKM. Jadi dapat diasumsikan, bahwa keterlibatan
orang tua baik di sekolah atau di rumah dapat mempengaruhi prestasi akademik anak.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Jeynes (2007), Porumbu dan Necsoi (2012),
dan Rafiq, dkk (2013), bahwa prestasi akademik dipengaruhi oleh keterlibatan orang
tua.
Selanjutnya, academic confidence (AC) dan academic effort (AE) dalam
konsep diri akademik berpengaruh pada prestasi siswa. AC merupakan perasaan dan
persepsi siswa terkait kompetensi dirinya. Seorang siswa yang merasa kompetensi
dirinya baik di setiap mata pelajaran akan mempersepsikan bahwa mata pelajaran itu
mudah. Sehingga, saat menerima materi pelajaran dari guru mereka akan lebih
optimis untuk menguasainya. Kemudian AE merupakan komitmen, keterlibatan, dan
ketertarikan siswa terhadap tugas sekolahnya. Siswa yang tertarik dengan tugas
sekolahnya akan berusaha mengerjakan tugas itu dengan baik. Sehingga nilai yang
diraihnya pun akan baik pula. Jadi dapat diasumsikan bahwa konsep diri akademik
mempengaruhi prestasi akademik. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Awan, dkk
(2011), DeFreitas dan Rinn (2013), dan Adeoye dan Feyisetan (2015) bahwa prestasi
akademik dipengaruhi oleh konsep diri akademik.
Kemudian, siswa dengan self-efficacy yang tinggi saat dihadapkan dengan
tingkat soal yang sulit, mereka akan memiliki keyakinan bahwa mereka dapat
42
menyelesaikan soal tersebut dengan baik, sehingga kemungkinan besar siswa itu akan
sukses dalam prestasi akademiknya. Jadi dapat diasumsikan, bahwa self-efficacy
mempengaruhi prestasi akademik. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Li (2012),
Adeoye dan Feyestein (2015) yang menyatakan bahwa self-efficacy mempengaruhi
prestasi akademik.
Berdasarkan penjelasan landasan teori dan kerangka berfikir di atas, maka
penulis memiliki konsep seperti berikut:
Gambar 2.1 Ilustrasi Kerangka Berfikir
2.6 Hipotesis
2.6.1 Hipotesis Mayor
: Ada pengaruh yang signifikan faktor demografis (jenis kelamin, pendidikan
orang tua, dan penghasilan orang tua) keterlibatan orang tua (keterlibatan orang
43
tua di rumah dan keterlibatan orang tua di sekolah), konsep diri akademik
(academic confidence dan academic effort), dan self-efficacyterhadap prestasi
akademik
2.6.2 Hipotesis Minor
: Ada pengaruh yang signifikan dimensi jenis kelamin dalam faktor
demografisterhadap prestasi akademik siswa.
: Ada pengaruh yang signifikan dimensi pendidikan orang tua dalam faktor
demografisterhadap prestasi akademik.
: Ada pengaruh yang signifikan dimensi penghasilan orang tua dalam faktor
demografis terhadap prestasi akademik.
: Ada pengaruh yang signifikan dimensi keterlibatan orang tua di rumah dalam
keterlibatan orang tuaterhadap prestasi akademik.
: Ada pengaruh yang signifikan dimensi keterlibatan orang tua di sekolah dalam
keterlibatan orang tuaterhadap prestasi akademik.
: Ada pengaruh yang signifikan dimensi academic confidence dalam konsep diri
akademik terhadap prestasi akademik.
: Ada pengaruh yang signifikan dimensi academic effort dalam konsep diri
akademik variabel terhadap prestasi akademik
: Ada pengaruh yang signifikan variabel self-efficacy terhadap prestasi akademik.
44
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi dari penelitian ini adalah siswa dan siswi SMP X kelas 8 dan 9 dengan
jumlah keseluruhan populasi siswa dan siswi sebanyak 304 siswa dengan sampel
sebanyak 282 siswa. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan
teknik non-probability sampling dimana peluang terpilihnya anggota populasi tidak
dapat diketahui. Adapun metode pengambilan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini ialah metode purposive sampling karena karakteristik sampel dalam
penelitian telah ditentukan, antara lain :
1. Siswa dan siswi aktif SMP X Jakarta
2. Terdaftar di kelas 8 dan kelas 9
3.2. Variabel Penelitian
Adapun variabel penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu :
1. Variabel terikat (dependent variable) dalam penelitian ini adalah prestasi
akademik.
2. Variabel bebas (independent variable) dalam penelitian ini adalah : faktor
demografis (Jenis Kelamin, pendidikan orang tua, dan pendapatan orang tua),
keterlibatan orang tua (keterlibatan orang tua di rumah dan keterlibatan orang tua
di sekolah), konsep diri akademik (Academic confidence dan Academic effort,
45
danSelf-Efficacy.
Adapun definisi operasional variabel yang akan diteliti adalah sebagai berikut :
1. Prestasi siswaadalah skor yang didapat siswa SMP X kelas 8 dan kelas 9 dalam
Ujian Kenaikan Kelas (UKK). Hasil UKK diperoleh dari rapor siswa semester
dua.
2. Faktor demografis gambaran tentang perilaku penduduk baik secara agregat
maupun kelompok. Faktor demografis dalam penelitian ini meliputi jenis
kelamin, pendidikan orang tua, dan penghasilan orang tua.. Data faktor
demografis siswa diperoleh dari data responden yang diisi siswa
3. Keterlibatan orang tua merupakan perilaku keterlibatan antara orang tua dan anak
baik di sekolah ataupun di rumah yang diperoleh dari siswa SMP X kelas 8
dengan tujuan untuk meningkatkan prestasi akademik. Adapun keterlibatan orang
tua ini diukur dengan menggunakan skala likert dengan dimensi sebagai berikut :
1) Keterlibatam orang tua di rumah merupakan aktifitas orang tua dan anak yang
dilakukan di rumah.
2) Keterlibatan orang tua di sekolah merupakan aktifitas orang tua dan anak
yang dilakukan di sekolah.
4. Konsep diri akademik merupakan penilaian siswa SMP X kelas 8 terhadap
dirinya sendiri terkait dengan kompetensi dan tugas sekolah yang diukur dengan
menggunakan skala likert dengan dimensi sebagai berikut :
1) Academic confidence merupakan penilaian siswa tentang kompetensi
46
akademiknya.
2) Academic effort merupakan komitmen, keterlibatan, dan ketertarikan siswa
terhadap tugas sekolahnya.
5. Self-Efficacy merupakan penilaian siswa SMP X kelas 8 terkait kemampuannya
untuk belajar dan usaha yang dilakukan siswa saat mengahadapi tantangan yang
diukur dengan skala likert.
3.4. Instrumen pengumpulan data
Teknik pengumpulan data adalah suatu cara yang digunakan penulis untuk
memperoleh data yang hendak diteliti. Untuk mengetahui prestasi siswa, pnulis
mengumpulkan nilai rapor siswa dan teknik kuesioner dengan skala model Likert
untuk skala keterlibatan orang tua, konsep diri akademik, dan self-efficacy. Dalam
model skala Likert cara menjawabnya adalah dengan memberikan tanda silang (x)
pada salah satu alternatif pilihan jawaban yang disediakan. Item disusun dalam
bentuk pernyataan favorable (positif) dan unfavorable (negatif). Skor untuk alternatif
pilihan jawabandalam pernyataan favorable dan unfavorable dapat dilihat pada tabel
3.1.
Tabel 3.1
Nilai skor jawaban skala Likert
Alternatif
Pilihan Jawaban
Peryataan
Favorable Unfavorable
Sangat sesuai/Sangat sering 4 1
Sesuai/Sering 3 2
Tak sesuai/Pernah 2 3
Sangat tak sesuai/Tak pernah 1 4
47
3.4 Instrumen pengumpulan data
3.4.1 Alat ukur prestasi siswa
Data primer digunakan untuk mengetahui nilai rapot siswa yang diperoleh
dari guru wali kelas.
3.4.2 Kuesioner demografis
Kuesioner demografis digunakan untuk mengetahui nama siswa, jenis
kelamin, pendidikan orang tua, dan penghasilan orang tua.
3.4.3 Alat ukur keterlibatan orang tua
Alat ukur keterlibatan orang tua disusun sendiri oleh penulis berdasarkan teori
dan dimensi dari Hoveer-Dempsey dan Sandler (2005) dengan 22 buah item.
Alat ukur ini terbagi kedalam dua dimensi keterlibatan orang tua, yaitu :
keterlibatan orang tua di rumah (14 item) dan keterlibatan orang tua di
sekolah (8 item). Blueprint keterlibatan orang tua dapat dilihat pada tabel 3.2
(Terlampir)
3.4.4 Alat ukur konsep diri akademik
Alat ukur konsep diri akademik yang digunakan adalah Academic Self
Concept scale (ASC scale) dari Liu dan Wang (2005) yang diterjemahkan
kedalam bahasa Indonesia. Skala ini terdari dari 19 item yang terbagi kedalam
dua dimensi, yaitu : academic confidence (9 item) dan academic effort (10
item). Blueprint konsep diri akademik dapat dilihat pada tabel 3.3.
(Terlampir)
48
3.4.5 Alat ukur Self-Efficacy
Alat ukur Self-Efficacy dalam peneleitian ini menggunakan alat ukur dari Pertiwi
(2015) yang mengacu pada teori Bandura. Skala ini terdiri dari 30 item dengan
jumlah indicator sebanyak 6 indikator. Adapun jumlah item favorable sebanyak 13
item dan jumlah item unfavorable sebanyak 17 item yang dapat dilihat pada tabel 3.4.
(Terlampir)
3.5 Uji validitas konstruk
Untuk menguji validitas konstruk setiap item maka penulis melakukan uji validitas
dengan menggunakan CFA (Confirmatory Factor Analysis) dengan menggunakan
software LISREL 8.70. Berikut langkah-langkah yang dilakukan, yaitu:
1. Menguji apakah hanya satu faktor saya yang menyebabkan item-item saling
berkorelasi (hipotesis uni-dimensional item). Hipotesis ini diuji dengan Chi-
Square, untuk memutuskan apakah memang tidak ada perbedaan antara matriks
korelasi yang diperoleh dari data dengan matriks korelasi yang dihitung menurut
teori atau model. Jika hasil Chi-Square tidak signifikan (p>0.05) berarti hipotesis
nihil yang menyatakan bahwa “tidak ada perbedaan antara matriks korelasi yang
diperoleh dari data dan model” tidak ditolak yang artinya item yang diuji
mengukur satu faktor saja (uni-dimensional). Namun jika nilai Chi-Square
signifikan (p<0.05), maka diperlukan modifikasi terhadap model dengan cara
memperbolehkan kesalahan pengukuran pada item-item saling berkorelasi tetapi
dengan tetap menjaga bahwa item hanya mengukur satu faktor (uni-
49
dimensional). Jika sudah diperoleh model yang fit (tetapi tetap uni-dimensional)
maka dilakukan langkah selanjutnya.
2. Menganalisis item mana yang menjadi sumber tidak fit. Terdapat beberapa hal
yang perlu diperhatikan untuk mengetahui item mana yang menjadi sumber tidak
fit, yaitu:
Menggunakan uji signifikansi terhadap koefisien muatan faktor dari masing-masing
item dengan menggunakan t-test. Jika nilai t yang diperoleh pada sebuah item tidak
signifikan (ǀt<1.96ǀ) maka item tersebut akan di drop karena dianggap tidak signifikan
sumbangannya terhadap pengukuran yang sedang dilakukan.
Melihat arah dari koefisien muatan faktor (factor loading). Jika suatu item memiliki
muatan faktor negatif, maka item tersebut didrop karena tidak sesuai dengan
pengukuran (berarti semakin tinggi nilai pada item tersebut semakin rendah nilai pada
faktor yang diukur).
Sebagai kriteria tambahan (optional) dapat dilihat juga banyaknya korelasi partial
antara kesalahan pengukuran pada suatu item yang berkorelasi dengan kesalahan
pengukuran pada item lain. Jika pada suatu item terdapat terlalu banyak korelasi
seperti ini (misalnya lebih dari tiga), maka item tersebut juga akan didrop. Alasannya
karena item yang demikian selain mengukur apa yang ingin diukur juga mengukur
hal lain (multi-dimensional item).
Jika langkah-langkah di atas telah dilakukan, maka diperoleh item-item yang
valid untuk mengukur apa yang ingin diukur.
50
3.5.1 Uji validitas alat ukur keterlibatan orang tua di rumah
Penulis menguji apakah 14 item yang bersifat unidimensional, artinya item-item
tersebut benar-benar hanya mengukur Keterlibatan Orang Tua di Rumah. Dari hasil
awal analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan
Chi-Square=319.51, df=77, P-value = 0.00000 dan RMSEA = 0.106. Namun, setelah
dilakukan modifikasi sebanyak 14 kali terhadap model, dimana kesalahan
pengukuran di beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka
diperoleh model fit dengan Chi-Square=80,91, df=63, P-value = 0.06386 dan
RMSEA = 0.032. Artinya model satu faktor dapat diterima, bahwa seluruh item
hanya mengukur satu faktor saja yaitu Keterlibatan Orang Tua di Rumah.
Tabel 3.5
Muatan faktor item keterlibatan orang tua di rumah.
No Item Faktor Loading Std. Error T-Value Sig
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
0.36
0.44
0.06
-0.20
0.54
0.42
0.61
0.72
0.61
0.19
0.61
0.60
0.34
0.43
0.06
0.06
0.07
0.07
0.06
0.06
0.06
0.06
0.06
0.07
0.06
0.06
0.06
0.06
5.63
6.89
0.87
-3.00
8.84
6.45
10.02
12.37
11.20
2.86
10.20
10.04
5.26
6.70
√
√
X
X
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Keterangan : V= signifikan (t>1.96); X= tidak signifikan (t<1.96)
Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya item dalam
mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu
51
di drop atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap muatan
faktor, jika nilai t > 1,96, maka item tersebut signifikan dan begitu juga sebaliknya.
Koefisien muatan faktor untuk item keterlibatan orang tua di rumahdapat dilihat pada
tabel 3.5.
Berdasarkan tabel 3.5 di atas terlihat bahwa 12 item yang mengukur keterlibatan
orang tua di rumah signifikan, 12 item yang signifikan dengan t > 1.96 dan bertanda
positif. Sedangkan sisanya sebanyak dua item harus di drop (t < 1.96).
3.5.2 Uji validitas alat ukur keterlibatan orang tua di sekolah
Penulis menguji apakah delapan item yang bersifat unidimensional, artinya item-item
tersebut benar-benar hanya mengukur Keterlibatan Oran Tua di Sekolah. Dari hasil
awal analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata fit dengan Chi-
Square=227.99 , df=20, P-value = 0.00000 dan RMSEA = 0.192. Namun, setelah
dilakukan modifikasi sebanyak 9 kali terhadap model, dimana kesalahan pengukuran
di beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit
dengan Chi-Square=16.38, df=11, P-value = 0.12767 dan RMSEA = 0.042. Artinya
model satu faktor dapat diterima, bahwa seluruh item hanya mengukur satu faktor
saja yaitu Keterlibatan Orang Tua di Sekolah.
Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya item dalam
mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu
di drop atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap muatan
faktor, jika nilai t > 1,96, maka item tersebut signifikan dan begitu juga sebaliknya.
52
Koefisien muatan faktor untuk item keterlibatan orang tua di sekolahdapat dilihat
pada tabel 3.6 berikut.
Tabel 3.6
Muatan faktor item keterlibatan orang tua di sekolah
No Item Faktor Loading Std. Error T-Value Sig
1
2
3
4
5
6
7
8
0.83
0.85
-0.63
-0.11
0.56
0.41
0.85
0.44
0.05
0.05
0.06
0.06
0.06
0.06
0.08
0.06
15.74
15.92
-11.23
-1.95
9.47
7.18
10.67
7.33
√
√
X
X
√
√
√
√
Keterangan : V= signifikan (t>1.96); X= tidak signifikan (t<1.96)
Berdasarkan tabel 3.6 diatas terlihat bahwa enam item yang mengukur
keterlibatan orang tua di sekolah signifikan, enam item yang signifikan dengan t >
1.96 dan bertanda positif. Sedangkan sisanya sebanyak dua item harus di drop (t <
1.96)..
3.5.3 Uji validitas alat ukur academic confidence
Penulis menguji apakah sembilan item yang bersifat unidimensional, artinya item-
item tersebut benar-benar hanya mengukur Academic Confidence. Dari hasil awal
analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan Chi-
Square=135.27, df=27, P-value = 0.00000 dan RMSEA = 0.119. Namun, setelah
dilakukan modifikasi sebanyak tujuh kali terhadap model, dimana kesalahan
pengukuran di beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka
diperoleh model fit dengan Chi-Square=29.32, df=20, P-value = 0.08163 dan
53
RMSEA = 0.041. Artinya model satu faktor dapat diterima, bahwa seluruh item
hanya mengukur satu faktor saja yaitu Academic Confidence.
Tabel 3.7
Muatan faktor item academic confidence.
No Item Faktor Loading Std. Error T-Value Sig
1
2
3
4
5
6
7
8
9
0.34
0.08
0.51
0.10
0.55
0.52
0.76
0.71
0.46
0.07
0.07
0.06
0.07
0.06
0.06
0.06
0.06
0.06
5.13
1.20
8.29
1.53
8.82
8.49
13.40
12.20
7.23
√
X
√
X
√
√
√
√
√
Keterangan : V= signifikan (t>1.96); X= tidak signifikan (t<1.96)
Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya item dalam
mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu
di drop atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap muatan
faktor, jika nilai t > 1,96, maka item tersebut signifikan dan begitu juga sebaliknya.
Koefisien muatan faktor untuk item academic effort dapat dilihat pada tabel 3.7.
Berdasarkan tabel 3.7 di atas terlihat bahwa tujuh item yang mengukur
academic effort signifikan, tujuh item yang signifikan dengan t > 1.96 dan bertanda
positif. Sedangkan sisanya sebanyak dua item harus di drop (t < 1.96).
3.5.4 Uji validitas alat ukur academic effort
54
Penulis menguji apakah 10 item yang bersifat unidimensional, artinya item-item
tersebut benar-benar hanya mengukur Academic Effort. Dari hasil awal analisis CFA
yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan Chi-
Square=227.96, df=35, P-value = 0.00000 dan RMSEA = 0.140. Namun, setelah
dilakukan modifikasi sebanyak 10 kali terhadap model, dimana kesalahan
pengukuran di beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka
diperoleh model fit dengan Chi-Square=35.87, df=25, P-value = 0.07362 dan
RMSEA = 0.039. Artinya model satu faktor dapat diterima, bahwa seluruh item
hanya mengukur satu faktor saja yaitu Academic Effort.
Tabel 3.8
Muatan faktor item academic effort .
No Item Faktor Loading Std. Error T-Value Sig
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
0.43
0.32
0.57
0.65
0.43
0.85
0.22
0.04
0.64
0.34
0.06
0.06
0.06
0.06
0.06
0.05
0.06
0.07
0.06
0.06
6.93
5.13
9.48
11.26
6.96
15.52
3.38
0.60
11.05
5.39
√
√
√
√
√
√
√
X
√
√
Keterangan : V= signifikan (t>1.96); X= tidak signifikan (t<1.96)
Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya item dalam
mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu
di drop atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap muatan
55
faktor, jika nilai t > 1,96, maka item tersebut signifikan dan begitu juga sebaliknya.
Koefisien muatan faktor untuk item academic effort dapat dilihat pada tabel 3.8.
Berdasarkan tabel 3.8 di atas terlihat bahwa sembilan item yang mengukur
academic effort signifikan, sembilan item yang signifikan dengan t > 1.96 dan
bertanda positif. Sedangkan sisanya sebanyak satu item harus di drop (t < 1.96).
3.5.5 Uji validitas alat ukur self effiacy
Penulis menguji apakah 30 item yang bersifat unidimensional, artinya item-item
tersebut benar-benar hanya mengukur self-efficacy. Dari hasil awal analisis CFA yang
dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan Chi-Square=2657.83,
df=405, P-value = 0.00000 dan RMSEA = 0.140. Namun, setelah dilakukan
modifikasi sebanyak 42 kali terhadap model, dimana kesalahan pengukuran di
beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit
dengan Chi-Square=1079.72, df=361 dan RMSEA = 0.084. Artinya model satu faktor
dapat diterima, bahwa seluruh item hanya mengukur satu faktor saja yaitu self-
efficacy.
Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya item dalam
mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu
di drop atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap muatan
faktor, jika nilai t > 1,96, maka item tersebut signifikan dan begitu juga sebaliknya.
Koefisien muatan faktor untuk item self-efficacy dapat dilihat pada tabel 3.9.
(Terlampir)
56
Berdasarkan tabel 3.9terdapat 28 item yang mengukur self-efficacy signifikan,
28 item yang signifikan dengan t > 1.96 dan bertanda positif. Sedangkan sisanya
sebanyak dua item harus di drop (t < 1.96).
3.6. Teknik analisis data
Dalam penelitian ini berdasarkan hipotesis yang hendak diukur, penulis
menggunakan teknik analisis multiple regression atau analisis regresi berganda untuk
mengetahui besar dan arah hubungan antara independent variabel dengan
dependentvariable. Terdapat delapan independent variabel dalam penelitian ini
yaitufaktor demografis (jenis kelamin, pendidikan orang tua, dan penghasilan orang
tua) keterlibatan orang tua(keterlibatan orang tua di rumah dan keterlibatan orang tua
di sekolah), konsep diri akademik (academic confidence dan academic effort), dan
self-efficacy dimana penulis ingin melihat pengaruhnya terhadap dependent variabel
yaitu prestasi akademik siswa. Metode analisis juga digunakan untuk melihat
pengaruh secara parsial dari faktor demografis, keterlibatan orang tua, konsep diri
akademik, dan self-efficacy terhadap prestasi akademik.
Persamaan analisis multi regresi pada penelitian ini adalah:
Y = a + + + + + + + + + e
Keterangan:
Y = Prestasi akademik siswa
a = Intercept (Konstan)
b = Koefisien regresi yang distandarisasikan untuk masing-masing X
= Jenis Kelamin
= Pendidikan Orang Tua
= Pendapatan Orang Tua
57
= Keterlibatan orang tua di rumah
= Keterlibatan orang tua di sekolah
= Academic Confidence
= Academic Effort
= Self-Efficacy
e = Residu
Adapun data yang dianalisis dengan persamaan diatas adalah hasil dari
pengukuran yang sudah ditransformasi ke dalam true score. Dalam hal ini, truescore
adalah faktor yang dihitung dengan menggunakan software SPSS dengan
menggunakan item yang valid. Tujuan dari true score adalah agar koefisien regresi
tidak mengalami atenuasi atau underestimated (koefisien regresi yang terhitung lebih
rendah dari yang seharusnya sehingga tidak signifikan).
Dalam analisis regresi berganda, besarnya proporsi varians resiliensi yang
dipengaruhi oleh bervariasinya seluruh IV bisa diukur dengan rumus R², dimana:
Hasil uji t ini akan diperoleh dari hasil regresi yang akan dilakukan oleh penulis.
58
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa dan siswi kelas 8 dan 9 SMP X yang
berjumlah 283 orang. Gambaran umum subjek penelitian digambarkan berdasarkan
ciri-ciri demografi, seperti jenis kelamin, pendidikan orang tua dan penghasilan orang
tua.
Tabel 4.1
Gambaran umum subjek penelitian Karakteristik sampel Jumlah Persentase
Jenis Kelamin Laki-laki 162 58
Perempuan 120 42
Pendidikan orang tua SD 34 12
SMP 59 21
SMA 156 55
S1 30 11
S2 4 1
Penghasilan orang tua 1.500.000 99 35
1.500.000 s/d 2.500.000 91 32
2.500.000 s/d 3.500.000 56 20
Lebih dari 3.500.000 37 13
Berdasarkan karakteristik jenis kelamin pada tabel 4.1, dapat diketahui bahwa
responden laki-laki jumlahnya lebih banyak daripada perempuan, yaitu 58%.
Selanjutnya, jika dilihat berdasarkan karakteristik tingkat pendidikanorang tua pada
tabel 4.1,dapat diketahui bahwa tingkat SMA merupakan pendidikan terakhir orang
tua terbanyak yaitu 55%. Kemudian, berdasarkan karakteristik penghasilan orang
59
tuapada tabel 4.1 dapat diketahui bahwa penghasilan orang tua subjek penelitian
terbanyak memiliki penghasilan 1.500.0000, yaitu 35%.
4.2 Statistik deskriptif variabel penelitian
Pada penelitian ini, skor yang digunakan dalam analisis statistik adalah skor yang
dihitung untuk menghindari estimasi bias dari kesalahan pengukuran yang merupakan
hasil proses konversi raw score, skor ini disebut true score. Proses ini dilakukan
untuk memudahkan dalam melakukan perbandingan antara skor hasil penelitian
variabel yang diteliti.
Dengan demikian, raw score pada setiap variabel harus diletakan pada skala
yang sama. Untuk memperoleh deskripsi statistik, dihitung item-item yang valid dan
positif, sehingga didapatkan faktor skor. Jadi, penghitungan skor faktor ini tidak
menunjukan item-item variabel seperti pada umumnya, tetapi dihitung true score
pada tiap skala. Skor faktor yang dianalisis adalah skor faktor yang bermuatan positif
dan signifikan.
T-Score= (skor faktor x 10) + 50
Setelah didapatkan skor faktor yang telah dirubah menjadi true score, nilai baku
inilah yang akan dianalisis dalam uji hipotesis korelasi dan regresi. Hal tersebut
berlaku juga untuk semua variabel pada penelitan ini. Skor tersebut disajikan dalam
tabel 4.2 berikut ini:
Tabel 4.2
Skor variabel penelitian
60
N Min Max Mean Std. D
Prestasi akademik 282 63.46 85.58 75.4165 3.73329
Pendidikan orang tua 282 1.00 5.00 2.68 .870
Penghasilan orang tua 282 1.00 4.00 2.11 1.030
Keterlibatan di rumah 282 18.38 66.49 50.00 9.054
Keterlibatan di sekolah 282 38.04 80.28 50.00 8.649
Academic confidence 282 26.71 65.13 50.00 8.387
Academic effort 282 21.31 64.09 50.00 8.493
Self-efficacy 282 21.52 70.01 50.01 9.579
Berdasarkan tabel 4.2, dapat dijelaskan bahwa untuk variabel prestasi akademik
memiliki skor minimum 63.46 dan maksimum 85.58, variabel pendidikan orang tua
memiliki skor minimum 1 dan maksimum 5, variabel penghasilan orang tua memiliki
skor minimum 1 dan maksimum 4 , variabel keterlibatan orang tua dirumah memiliki
skor minimum 18.38 dan maksimum 66.49, variabel keterlibatan orang tua disekolah
memiliki skor minimum 38.04 dan maksimum 62.87, variabel academic confidence
memiliki skor minimum 26.71 dan maksimum 65.13, variabel academic effort
memiliki skor minimum 21.31 dan maksimum 64.09, variabel self-efficacy memiliki
skor minimum 21.52 dan maksimum 70.01.
Pada penelitian ini, penulis juga membagi klasifikasi prestasi akademik,
keterlibatan orang tua di rumah, keterlibatan orang tua disekolah, academic
confidence, academic effort, self-efficacy menjadi dua skor, yaitu skor rendah dan
tinggi. Kategorisasi didapat berdasarkan rumus pada tabel 4.3 berikut ini :
Tabel 4.3
Rumus kategorisasi
Kategorisasi Rumus
Rendah X<M
Tinggi X>M
61
Uraian mengenai gambaran kategori skor variabel berdasarkan tinggi dan
rendahnya tiap variabel disajikan pada tabel 4.3.
Berdasarkan data pada tabel dapat dilihat bahwa variabel prestasi akademikberada
pada kategorisasi tinggi (143 orang atau sebesar 50.71%), variabel keterlibatan orang
tua dirumahberada pada kategorisasi tinggi (146 orang atau sebesar 51.78%),
variabel keterlibatan orang tua disekolahberada pada kategorisasirendah
Tabel 4.4
Kategorisasi Skor Variabel
Variabel Frekuensi %
Rendah Tinggi Rendah Tinggi
Prestasi akademik 139 143 49.29 50.71
Keterlibatan di rumah 136 146 48.22 51.78
Keterlibatan di sekolah 155 127 54.96 45.04
Academic confidence 136 146 48.22 51.78
Academic effort 122 160 43.26 56.74
Self-efficacy 152 130 54.90 45.10
(155 orang atau sebesar 54.96%), variabel academic confidenceberada pada
kategorisasi tinggi (147 orang atau sebesar 51.78%), variabel academic effortberada
pada kategorisasi tinggi (166 orang atau sebesar 56.74%), variabel self-
efficacyberada pada kategorisasi rendah (153 orang atau sebesar 54.90%)
4.3 Hasil Uji Hipotesis Penelitian
Pada tahapan ini penulis menguji hipotesis dengan teknik analisis regresi berganda
dengan menggunakan software SPSS 17.0. Seperti yang sudah disebutkan pada Bab
3, dalam regresi ada tiga hal yang dilihat, yaitu melihat besaran R square untuk
mengetahui varians dependent variable yang dijelaskan oleh independent variable,
kedua apakah secara keseluruhan independent variable berpengaruh secara signifikan
62
terhadap dependent variable, kemudian terakhir melihat signifikan atau tidaknya
koefisien regresi dari masing-masing independent variable. Langkah pertama penulis
melihat besaran R square untuk melihat berapa persen (%) varians dependent
variable yang dijelaskan oleh independent variable Selanjutnya untuk tabel R square
dapat dilihat pada tabel 4.4.
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa peroleh R square sebesar 0.360. Artinya
proporsi varians dari prestasi akademik yang dijelaskan oleh jenis kelamin,
pendidikan orang tua, penghasilan orang tua, keterlibatan orang tua di rumah,
keterlibatan orang tua di sekolah, academic confidence, academic effort dan self-
efficacy sebesar 36%, sedangkan 64% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain diluar
penelitian ini.
Tabel 4.5
Tabel R-square
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the Estimate
1 .600a .360 .341 3.03113
a. Predictors: (Constant), penghasilan_orangtua, keterlibatan_di_sekolah, jenis_kelamin,
keterlibatan_di_rumah, pendidikan_orangtua, effort, confidence, efficacy
Langkah kedua penulis menganalisis dampak dari seluruh independent variable
terhadap prestasi akademik. Adapun hasil uji F dapat dilihat pada tabel 4.6berikut.
Tabel 4.6
Tabel anova
Model Sum of
Squares
Df Mean
Square
F Sig.
63
ANOVAb
a. Dependent Variable: prestasi_akademik
b. Predictors: (Constant), penghasilan_orangtua, keterlibatan_di_sekolah, jenis_kelamin, keterlibatan_di_rumah, pendidikan_orangtua, effort, achievement, efficacy
Jika melihat kolom keenam dari kiri diketahui bahwa (p < 0,05), maka hipotesis
nihil ditolak. Artinya, ada pengaruh yang signifikan dari jenis kelamin, pendidikan
orang tua, penghasilan orang tua, keterlibatan orang tua di rumah, keterlibatan orang
tua di sekolah, academic confidence, academic effort dan self-efficacy terhadap
prestasi akademik. Langkah terakhir adalah melihat signifikan atau tidaknya koefisien
regresi dari masing-masing independent variable. Adapun penyajiannya ditampilkan
pada tabel 4.6.
Tabel 4.7
Koefisien regresi
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B
Std.
Error Beta
1 (Constant) 79.834 2.591 30.809 .000
Jenis Kelamin -4.130 .377 -.548 -10.965 .000*
Pendidikan Orangtua .064 .215 .015 .300 .765
Penghasilan Orangtua .126 .186 .035 .678 .498
Keterlibatan Dirumah -.019 .021 -.046 -.874 .383
Keterlibatan Disekolah -.044 .024 -.102 -1.870 .063
Academic confidence -.026 .028 -.058 -.917 .360
Academic effort -.016 .027 -.037 -.616 .539
Self-efficacy .055 .019 .142 2.885 .004*
1 Regression
Residual
Total
1408.171
2508.258
3916.429
8
273
282
176.021
9.188
19.158 .000b
64
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B
Std.
Error Beta
1 (Constant) 79.834 2.591 30.809 .000
Jenis Kelamin -4.130 .377 -.548 -10.965 .000*
Pendidikan Orangtua .064 .215 .015 .300 .765
Penghasilan Orangtua .126 .186 .035 .678 .498
Keterlibatan Dirumah -.019 .021 -.046 -.874 .383
Keterlibatan Disekolah -.044 .024 -.102 -1.870 .063
Academic confidence -.026 .028 -.058 -.917 .360
Academic effort -.016 .027 -.037 -.616 .539
Self-efficacy .055 .019 .142 2.885 .004*
a. Dependent Variable: Prestasi Akademik
Berdasarkan koefisien regresi pada tabel 4.6, dapat disampaikan persamaan
regresi sebagai berikut : (* signifikan)
Prestasi akademik = 79.834 – 4.130 (jenis kelamin)* + 0.064 (pendidikan orang tua)
+ 0.126 (penghasilan orang tua) – 0.019 (keterlibatan orang tua di rumah) - 0.044
(keterlibatan orang tua disekolah) – 0.026 (academic confidence) - 0.016 (academic
effort) + 0.055 (self-efficacy)*.
Dari persamaan regresi yang telah dipaparkan, dapat dijelaskan dari delapan
independent variable terdapat duaindependent variable yang signifikan pengaruhnya
terhadap prestasi akademik, yaitu jenis kelamin dan self-efficacy. Adapun penjelasan
dari nilai koefisien regresi yang diperoleh dari masing-masing independent
variableadalah sebagai berikut :
65
1. Independent variable nilai koefisien regresi jenis kelamin sebesar -4.130dengan
nilai P= 0.000 (p < 0,05)yang berarti variabel jenis kelaminmempengaruhi secara
signifikan terhadap prestasi akademik. Selain itu, koefisien regresi dari jenis
kelamin bertanda negatif, artinya bahwa jenis kelamin yang diberi kode 0 (siswa
perempuan) memiliki prestasi akademik yang lebih tinggi dibandingkan dengan
laki-laki.
2. Independent variable nilai koefisien regresi pendidikan orang tua sebesar
0.064dengan nilai P=0.765 (p > 0,05)yang berarti variabel pendidikan orang tua
tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap prestasi akademik.
3. Independent variable nilai koefisien regresipenghasilan orang tua sebesar
0.126dengan nilai P=0.498 (p > 0,05)yang berarti variabel penghasilan orang tua
tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap prestasi akademik.
4. Independent variable nilai koefisien keterlibatan orang tua di rumah sebesar -
0.19dengan nilai P=0.383 (p > 0.05)yang berarti variabel ketelibatan orang tua
dirumah tidak mempengaruhi secarasignifikan terhadap prestasi akademik.
5. Independent variable nilai koefisien keterlibatan orang tua di sekolah sebesar -
0.044dengan nilai P=0.063 (p > 0.05)yang berarti variabel keterlibatan orang tua
disekolah tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap prestasi akademik.
6. Independent variable nilai koefisien regresi accademic confidence sebesar -
0.026dengan nilai P=0.360(p > 0.05) yangberarti variabel academic confidence
tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap prestasi akademik
66
7. Independent variable nilai koefisien regresi academic effortsebesar-0.016dengan
nilai P=0.539 (p > 0.05)yang berarti variabel academic efforttidak mempengaruhi
secarasignifikan terhadap prestasi akademik.
8. Independent variable nilai koefisien regresi self-efficacysebesar 0.055dengan
nilai P=0.004(p < 0.05)yang berarti variabel self-efficacymempengaruhi
secarasignifikan terhadap prestasi akademik.Selain itu, koefisien regresi dari self-
efficacy bertanda positif, artinya semakin tinggi self-efficacy siswa maka prestasi
akademik siswa akan semakin tinggi.
Selanjutnya, penulis ingin mengetahui sumbangan proporsi varians dari masing-
masing independent variable terhadap prestasi akademik. Untuk itu penulis
melakukan analisis regresi berganda secara stepwise yaitu dengan menambahkan satu
independent variable setiap melakukan analisis regresi. Adapun R2changedapat
dilihat pada tabel 4.7
Tabel 4.8
Proporsi varians untuk masing-masing independent variable
Model R2 R
2change
F
Change df1 df2 Sig
Jenis Kelamin .325 .325 134.732 1 280 .000
Pendidikan Orangtua .325 .000 .131 1 279 .717
Penghasilan Orangtua .326 .001 .267 1 278 .606
Keterlibatan Dirumah .329 .004 1.514 1 277 .220
Keterlibatan Di sekolah .335 .005 2.195 1 276 .140
Academic confidence .339 .004 1.840 1 275 .176
Academic effort .340 .001 .343 1 274 .558
Self-efficacy .360 .020 8.321 1 273 .004
Pada tabel 4.7 diatas, dapat diketahui bahwa :
67
1. Variabel jenis kelamin memberikan sumbangan sebesar 32.5% terhadap varians
prestasi akademik. Sumbangan tersebut signifikan dengan nilai P= 0.000 (<0.05).
2. Variabel pendidikan orang tua memberikan sumbangan sebesar 0 % terhadap
varians prestasi akademik. Sumbangan tersebut tidak signifikan dengan nilai P=
0.717 (>0.05).
3. Variabel penghasilan orang tua memberikan sumbangan sebesar 0.1 % terhadap
varians prestasi akademik. Sumbangan tersebut tidak signifikan dengan nilai P=
0.606 (>0.05).
4. Variabel keterlibatan orang tua di rumah memberikan sumbangan sebesar 0,4%
terhadap varians prestasi akademik. Sumbangan tersebut tidak signifikan dengan
nilai P= 0.220 (>0.05).
5. Variabel keterlibatan orang tua di sekolah memberikan sumbangan sebesar 0.5%
terhadap varians prestasi akademik. Sumbangan tersebut signifikan dengan nilai
P= 0.140 (<0.05).
6. Variabel academic confidencememberikan sumbangan sebesar 0.4 % terhadap
varians prestasi akademik. Sumbangan tersebut tidak signifikan dengan nilai P=
0.176 (>0.05).
7. Variabel academic effort memberikan sumbangan sebesar 0.1% terhadap varians
prestasi akademik. Sumbangan tersebut tidak signifikan dengan nilai P= 0.558
(>0.05).
68
8. Variabel self-efficacy memberikan sumbangan sebesar 2%terhadap varians
prestasi akademik. Sumbangan tersebutsignifikan dengan nilai P= 0.004 (<0.05).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat 8 variabel independen, yaitu
jenis kelamin, pendidikan orang tua, penghasilan orang tua, keterlibatan orang tua di
rumah, keterlibatan orang tua di sekolah, academic confidence, academic effort dan
self-efficacyjika dilihat dari besarnya pertambahan R Square yang dihasilkan setiap
kali dilakukan penambahan variabel independen (sumbangan proporsi varian yang
diberikan). Dari keseluruhan variabel independen tersebut yang memberikan
sumbangan paling besar terhadap variabel dependen dilihat dari besarnya
pertambahan R Square yaitu variabel jenis kelamin yang memberikan sumbangan
sebesar 32.4% dan self-efficacy yang memberikan sumbangan sebesar 2% terhadap
prestasi akademik.
69
BAB 5
KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Setelah melakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji multiple
regressionhasilnyaterdapat pengaruh yang signifikan faktor demografis (jenis
kelamin, pendidikan orang tua, dan penghasilan orang tua), keterlibatan orang tua
(keterlibatan orang tua di rumah dan keterlibatan orang tua di sekolah), konsep diri
akademik(academic confidence dan academic effort)danself-efficacyterhadap prestasi
akademik siswa sebesar 36%.
Selanjutnya penulis melakukan uji hipotesis terhadap masing-masing
independent variable tehadap prestasi akademik siswa. Dari hasil uji hipotesis,
terdapat dua independent variable yang berpengaruh signifikan terhadap prestasi
akademik, yaitu jenis kelamin dan self-efficacy. Sedangkan pendidikan orang tua,
penghasilan orang tua, keterlibatan orang tua di rumah, keterlibatan orangtua di
sekolah, academic confidence, dan academic effort tidak berpengaruh signifikan
terhadap prestasi akademik siswa.
5.2. Diskusi
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan faktor
demografis (jenis kelamin, pendidikan orang tua, dan penghasilan orang tua),
keterlibatan orang tua (keterlibatan orang tua di rumah dan keterlibatan orang tua di
70
sekolah), konsep diri akademik(academic confidence dan academic effort)danself-
efficacyterhadap prestasi akademik siswa sebesar 36%.
Variabel jenis kelaminmemiliki pengaruh signifikan terhadap prestasi
akademik siswa. Variabel jenis kelamin memiliki tingkat signifikansi sebesar 0 (P<
0.05) dan memberikan sumbangan pengaruh sebesar 32.5% terhadap prestasi
akasemik siswa. Arah pengaruh jenis kelamin adalah positif, artinya siswa yang
diberi kode 0 (siswa perempuan) memiliki prestasi yang lebih tinggi dari siswa yang
diberi kode 1 (siswa laki-laki). Hasil penelitian ini sejalan dengan Oyibe dan
Nnamani (2016) dan Eshetu (2014) yang menyatakan bahwa jenis kelaminmemiliki
pengaruh signifikan terhadap prestasi akademik siswa. Dalam penelitian Oyibe dan
Nnamani (2016) menyatakan bahwa skor rata-rata prestasi akademik siswa
perempuan lebih tinggi dari pada skor rata-rata prestasi akademik siswa laki-laki.
Namun, penulis menemukan hasil yang menyatakan bahwa jenis kelamin tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prestasi akademik, seperti penelitian
yang dilakukan oleh Joseph, et al. (2015) dan Weis, Heikamp, Trommsdorff (2013).
Menurut Eshetu (2014) siswa perempuan lebih giat dalam belajar daripada siswa laki-
laki, sehingga prestasi siswa perempuan lebih tinggi daripada siswa laki-laki.
Variabel pendidikan orang tuamemiliki pengaruh tidak signifikan terhadap
prestasi akademik siswa tetapi memiliki arah pengaruh positif. Variabel pendidikan
orang tua memiliki tingkat signifikansi sebesar 0.765 (P>0.05) dengan besar
sumbangan sebesar 0%. Variabel ini tidak signifikan karena terjadi kesalahan saat
71
pengambilan data. Kesalahan terjadi karena penulis memberikan kuesioner langsung
ke siswa, bukan ke orang tua. Sehingga terjadi kesalahan dalam menjawab
pendidikan orang tua. Penulis juga tidak membagi kategori pendidikan ayah dan
pendidikan ibu. Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Dahie, et al.
(2016) dan Gordon, Dahl, dan Lochner (2012).
Namun, hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Nelson (2009) dan Amuda dan Ali (2016). Nelson (2009) menyatakan bahwa faktor
internal seperti self-efficacy memiliki pengaruh yang lebih kuat terhadap prestasi
akademik. Selain itu, Penelitian yang dilakukan oleh Amuda dan Ali (2016)
membuktikan bahwa pendidikan ayah dan ibu tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap prestasi akademik. Amuda dan Ali (2016) menyatakan bahwa
komitmen pribadi, tekad, dan self-efficacy adalah beberapa faktor internal yang dapat
mempengaruhi prestasi akademik.Stajkovic dan Luthans (2002) menyatakan Siswa
cenderung mengevaluasi dan mengintegrasikan informasi tentang kemampuan yang
mereka rasakan. Self-efficacy menentukan apakah perilaku belajar siswa akan
dimulai, seberapa besar usaha yang diperlukan, dan berapa lama usaha itu
dipertahankan. Self-efficacy yang tinggi pada siswa akan mengaktifkan usaha yang
cukup dan menghasilkan kesuksesan. Self-efficacy yang rendah pada siswa akan
membuat siswa menghentikan usaha mereka sebelum waktunya dan menghasilkan
kegagalan.
72
Variabel penghasilan orang tuamemiliki pengaruhtidak signifikan terhadap
prestasi akademik siswa tetapi memiliki arah pengaruh positif. Variabel penghasilan
orang tua memiliki tingkat signifikansi sebesar 0.498 (P>0.05) dan memberikan
sumbangan sebesar 0.1% terhadap prestasi akademik siswa. Variabel penghasilan
orang tua tidak signifikan karena terjadi kesalahan saat pengambilan data. Kesalahan
terjadi karena penulis memberikan kuesioner langsung ke siswa, bukan ke orang tua.
Sehingga terjadi kesalahan dalam menjawab penghasilan orang tua. Hasil ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Wilson dan Mavello (2009) dan Belley dan
Lochner (2007). Namun, penelitian yang dilakukan oleh Dahie, et al. (2016) dan
Gordon, et al. (2012) membuktikan bahwa penghasilan orang tua memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap prestasi akademik.
Variabel keterlibatan orang tua, baik keterlibatan orang tua di rumah dan
keterlibatan orang tua di sekolah memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap prestasi
akademik siswa dan memiliki arah pengaruh negatif. Variabel keterlibatan orang tua
di rumah memiliki tingkat signifikansi sebesar 0.383 (P>0.05) dan memberikan
sumbangan sebesar 0.4% terhadap prestasi akademik siswa, sedangkan untuk
variabel keterlibatan orang tua di sekolah memiliki tingkat signifikansi sebesar 0.063
(P>0.05) dan memberikan sumbangan sebesar 0.5%. Variabel keterlibatan orang tua
tidak signifikan walaupun sudah menggunakan kuesioner dari Dampsey dan Sandler
(2005). Penulis menambahkan 13 item pada kuesiner penelitian karena hanya ada
satu item untuk mengukur satu indikator. Penambahan item kuesioner diharapkan
73
dapat mengukur variabel keterlibatan orang tua di rumah dan keterlibatan oarng tua di
sekolah lebih dalam. Namun, hasil ini sejalan dengan penelitian McNeal (2014) dan
Kim dan Rohner (2002) dan tidak sejalan dengan hasil penelitian Dempsey dan
Sandler (2005) dan Fan (2001)
Variabel konsep diri akademik (academic confidence dan academic
effort)memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap prestasi akademik siswa dan
memiliki arah pengaruh negatif. Variabel academic confidence memiliki tingkat
signifikansi sebesar 0.360 (P>0.05) dan memberikan sumbangan sebesar 0.4%
terhadap prestasi akademik siswa, sedangkan variabel academic effort memiliki
tingkat signifikansi sebesar 0.539 (P>0.05) dan memberikan sumbangan sebesar
0.1% terhadap prestasi akademik siswa. Variabel konsep diri akademik (academic
confidence dan academic effort) tidak signifikan walaupun sudah menggunakan skala
baku dari Liu dan Wang (2005). Hasil ini memang tidak sesuai dengan asumsi
peneliti. Namun, terdapat penelitian terdahulu yang mendukung hasil ini. Penelitian
yang dilakukan oleh Newman (1984 dalam Marsh, 2014) dan Meerah dan Mazlan
(2017).
Variabel self-efficacy memiliki pengaruh signifikan terhadap prestasi
akademik siswa dan memiliki arah pengaruh positif, artinya semakin tinggi self-
efficacy siswa maka semakin tinggi prestasi akademik siswa. Variabel self-efficacy
memiliki tingkat signifikansi sebesar 0.004 (P<0.05) dan memberikan sumbangan
sebesar 2% terhadap prestasi akademik siswa. Hasil ini sejalan dengan penelitian
74
Zimmerman (2000) dan Li (2012). Tingginya self-efficacy dapat memicu individu
dalam mencetak prestasi pada suatu bidang tertentu, baik akademik, seni, budaya,
sosial, dan lain-lain. Schunk (dalam Santrock, 2004) menyatakan bahwa self-efficacy
mempengaruhi individu dalam menentukan tindakan yang akan dilakukan untuk
mencapai suatu tujuan.
Self-efficacy pada tahap selanjutnya akan mempengaruhi motivasi seseorang.
Zimmerman (2000) menjelaskan bahwa self-efficacy mempengaruhi beberapa
indikasi motivasi akademik seperti pilihan aktifitas, tingkat usaha yang dilakukan,
persistensi dan reaksi emosional, sehingga dapat dikatakan bahwa self-efficacy
mempunyai peran strategis terhadap motivasi seseorang. Bandura (dalam
Zimmerman, 2000) mengemukakan bahwa self-efficacy berkontribusi signifikan
terhadap motivasi seseorang dan pencapaiannya. Berdasarkan hal itu, dapat dipahami
bahwa self-efficacymempunyai andil besar terhadap motivasi dan prestasi akademik
seseorang. Namun, masih terdapat pertentangan hasil penelitian tentang ada tidaknya
pengaruh self-efficacy terhadap prestasi akademik siswa. Penelitian yang dilakukan
oleh Tahalele (2005, dalam Nugroho 2004) dan Strelnieks (2005, dalam Li, 2012)
membuktikan tidak ada pengaruh signifikan self-efficacy terhadap prestasi akademik
siswa. Strelnieks (2005, dalam Li, 2012) bahkan menyatakan ketika self-efficacy
dapat memberikan pengaruh terhadap prestasi akademik berpengaruh pada beberapa
faktor eksternal seperti jenis kelamin dan status sosial ekonomi.
5.3 Kekurangan dan Kelebihan
75
Dari uraian diskusi diatas, penulis menyadari bahwa terdapat kelebihan dan
kekurangan dalam penelitian ini. Adapun kelebihan penelitian ini ialah mengukur
prestasi akademik siswa bukan hanya menggunakan predictor persepsi individu
terhadap diri sendiri (konsep diri akademikdan self-efficacy). Penelitian ini juga
menggunakan predictor persepsi individu terhadap lingkungan di luar diri individu
(keterlibatan orang tua) dan atribut yang melekat pada individu (faktor demografis),
sehingga penelitian ini dapat menjelaskan bahwa bukan hanya faktor internal saja
yang mempengaruhi prestasi akademik siswa, melainkan faktor eksternal dan faktor
demografis juga dapat mempengaruhi prestasi kademik siswa.
Sedangkan kekurangan penelitian terdapat pada prosedur pengumpulan data.
Pada skala faktor demografis (penghasilan orang tua dan pendidikan orang tua), ada
indikasi subjek penelitian memberikan respon yang tidak sesuai fakta. Hal ini
dikarenakan ketidaktahuan siswa terkait penghasilan dan pendidikan orang tua
mereka secara pasti. Lalu, penelitian ini juga memiliki kekurangan dalam
menambahkan item pada kuesioner alat ukur keterlibatan orang tua (keterlibatan
orang tua di rumah dan keterlibatan orang tua di sekolah) sehinga hasil uji regresi
menyatakan bahwa tidak ada pengaruh keterlibatan orang tua (keterlibatan orang tua
di rumah dan keterlibatan orang tua di sekolah) terhadap prestasi akademik.
5.4 Saran
Penulis menyadari bahwa banyak keterbatasan yang ada dalam penelitian yang telah
dilakukan. Namun penulis berharap hal tersebut dapat menjadi bahan pembelajaran
76
dan bahan evaluasi bagi penulis maupun penulis di masa mendatang. Berdasarkan
hasil penelitian yang diperoleh, maka penulis membagi dua saran, yaitu saran teoritis
dan saran praktis.
5.4.1 Saran teoritis
Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai
berikut:
1. Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan, varians dari keseluruhan independent
variable sebesar 36%, dan sisanya 64% disebabkan oleh faktor lain diluar
pnelitian ini. Untuk penelitian selanjutnya dengan tema yang sama sebaiknya
menggunakan variabel lain seperti inteligesi, minat, motivasi dan faktor
pendekatan speculative dan achieving, analytical dan deep, reproductive dan
surface.
2. Pada penelitian ini, variabel penghasilan orang tua dan pendidikan orang tua di
peroleh langsung dari siswa, sehingga jawaban yang diberikan siswa belum tentu
sesuai dengan kenyataan. Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya data
penghasilan orang tua dan pendidikan orang tua dapat diminta langsung ke pihak
sekolah.
3. Untuk penelitian yang akan datang sebaiknya menggunakan alat ukur yang baku,
sehingga diharapkan memperoleh hasil uji regresi yang sesuai dengan asumsi.
5.4.2 Saran praktis
77
Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai
berikut:
1. Dari hasil penelitian, diketahui bahwa jenis kelaminmemberikandampak yang
signfikan terhadap prestasi akademik. Oleh sebab itu,disarankan kepada pengajar
untuk menilai ulang metode pembelajaran di kelas serta menyampaikan materi
ajar dengan metode yang tepat, agar setiap siswa memiliki kesempatan untuk
unggul dalam kegiatan pembelajaran.
2. Dari hasil penelitian, diketahui bahwa self-efficacy memberikandampak yang
signfikan terhadap prestasi akademik. Oleh sebab itu,disarankan kepada siswa
untuk lebih percaya akan kemampuan sendiri dalam mengerjakan tugas atau
ulangan, sehingga dapat memperoleh prestasi yang baik dan tinggi.
3. Dari tabel kategorisasi skor variabel, dapat dilihat selisih dari persentase prestasi
tinggi dengan persentase prestasi rendah hanya sebesar 1.42%. Walaupun bisa
dikatakan bahwa rata-rata prestasi siswa tinggi, namun selisih persentase antara
prestasi tinggi dengan persentase prestasi rendah kecil. Oleh sebab itu,
disarankan untuk pihak sekolah agar memberikan pendalaman materi bagi
seluruh siswa, sehingga semakin banyak siswa yang memiliki prestasi tinggi.
4. Dari gambaran umum hasil penelitian, dapat dilihat bahwa persentase pendidikan
orang tua terbesar ada pada tingkat SMA dengan persentase pendapatan orang
tua terbanyak ada pada tingkat 1.500.000. Jadi, dapat dikatakan bahwa orang tua
sulit untuk memenuhi kebutuhan akademik siswa yang dapat meningkatkan
78
prestasi anak (contohnya, mengajarkan sendiri anak mereka dan mendaftarkan
anak ke tempat bimbingan belajar). Oleh sebab itu, disarankan untuk pihak
sekolah untuk memberikan pendalaman materi untuk seluruh siswa tanpa
memungut bayaran atau menerima pembayaran sesuai kesanggupan orang tua.
79
DAFTAR PUSTAKA
Adeoye, H.& Feyisetan, T. (2015). Influence of self-concept and self-efficacy on
academic achievement in english language among senior secondary
school students in oyo and ogun states.International Journal of Social
Sciences and Humanities Reviews, 5 (2), 123-131.
Amariana, A. (2012). Keterlibatan orangtua dalam perkembangan literasi anak usia
dini. Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Amuda, B.G., &Ali, D.G. (2016).Parents’ level of education as predictors of
academic performance of Nce students of colleges of education in the
north eastern states of nigeria. Journal Of Humanities And Social Science,
21 (2), 41-47
Arefi, M.& Naghebzadeh, M. (2014). The relation between academic self-concept
and academic motivation and its effect on academic achievement. Indian
Journal of Fundamental and Applied Life Sciences, 4 (S4), 3225-3230.
Awan, R., Noureen, G., & Naz, A. (2011). A study of relationship between
achievement motivation, self concept and achievement in english and
mathematics at secondary level. International Education Studies, 4 (3), 72-79.
Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah (2017). Perangkat Akreditasi
SMP/MTs. Jakarta: Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah.
Belley, P., & Lochner, L. (2007). The Changing Role Of Family Income And Ability
In DeterminingEducational Achievement. Working Paper Series.
Massachusetts Avenue: Cambridge.
Bryan, J. (2005). Fostering Educational Resilience and Achievement in Urban School
ThroughSchool-Familiy Community Partnership, 219-227.
Chaplin, J.P (2005). Kamus Lengkap Psikologi. Alih Bahasa: Dr. Kartini Kartono.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
80
Chowdhury, A & Pati, C. (1997). Effect of Selected Family Variables on Social
Preference,Academic Achievement and Self-Concept of Elementary School
Children. Early Child Development and Care, 137, 133-143.
Cotton, K & Wikelund, K.R. (1989). Parent Involvement in Education.Education
Research and Improvement, 20 (1989), 57-65.
Dahie, A.M., Mohamed, M.O., Moalim, A.A. (2016). Socioeconomic Status And
Academic Achievement At Secondary Schools In Mogadishu-Somalia.
International Journal in Management and Social Science, 4 (1), 300-313.
Dambudzo, I.I., Lewis, A & Schulze, S. (2012). The Relationship Between Learner
Social Self Concept and Academic Achievement. Prime Research on
Education, 2(5), 259-268.
DeFreitas, S.C & Rinn, A. (2013). Academic achievement in first generation college
students: the role of academic self-concept. Journal of the Scholarship of
Teaching and Learning, 13 (1), 57-67.
Duncan, G.J., Ziol-Guest, K.M., & Kalil, A. (2010). Early-childhood poverty and
adult attainment, behavior, and health. Child Development, 81 (1), 306-325.
Eshetu, A.A. (2014). Gender disparity analysis in academic achievement at higher
education preparatory school: Case of Soth Wolo, Ethiopia. Educational
Research and Review, 10 (1), 50-58.
Fan, X. (2001) Parental Involvement and Students' Academic Achievement: A
Growth Modeling Analysis, The Journal of Experimental Education, 70(1),
27-61.
Fakih, M. (2006). Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Gabriel, K.C., Cheboswony, M., Kodero, H.M., & Benard, M. (2009). The self-
concept andacademic performance of institutionalized and non-
institutionalized HIV/AIDS orphaned children in Kisumu municipality.
Educational Research and Review, 4(3), 106-110.
81
Gordon, B., Dahl, Lochner, L. (2012). The impact of family income on child
achievement: evidence from the earned income tax credit. American
Economic Review, 102(5): 1927–1956.
Hamachek, D. (1995). Self-Concept and School Achievement: Interaction Dynamics
and a ToolFor Assessing Self Concept Component. Jornal of Counseling and
Development, 73, 419
Hoover-Dampsey, K.V & Sandler, H.M. (2005). The Social Context of Parental
Involvement: A Path to Enhanced Achievement. Nashville: Vanderbilt
University.
Hughes, A., Galbraith, D & White, D. (2011). Perceived Competence: A Common
Core for Self-Efficacy and Self-Concept?, Journal of Personality Assessment,
93(3), 278-289.
Ihsan, F. (2003). Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Jeynes, W.H. (2007). The Relationship Between Parental Involvement and Urban
Secondary School Student Academic Achievement. Urban Education, 42(1),
82-110.
Joseph, A., John, O., Eric, I., Yusuf, A., & Olubunmi, A. (2015). Effect of gender on
students’ academic performance in computer studies in secondary schools in
New Bussa, Borgu, Local Government of Niger State. Journal of Education
and Practice, 6 (3), 1-7.
Kim, K & Rohner, R.P. (2002). Parental Warmth, Control, and Involvement in
Schooling: Predicting Academic Achievement among Korean American
Adolescents. Journal of Cross-Cultural Psychology, 33 (127), 127-140
Kung, H.Y & Lee, C.Y. (2016). Multidimensionality of Parental Involvement and
Children's Mathematics Achievement in Taiwan: Mediating Effect of Math
Self-Efficacy. Learningand Individual Differences, 1-8.
82
Kurniawati. (2009). Pengaruh keterlibatan orang tua dan ekonomi keluarga
terhadap minat membaca siswa kelas VIIID SMP Negeri 1 Bojong
Pekalongan. Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang
Lent, R.W., Brown, S.D. & Larkin, K.C. (1984). Relation of Self-Efficacy
Expectations to Academic Achievement and Persistence. Journal of
Counseling Psychology, 31(3), 356-362
Lewis, J.D & Knight, H.V. (2000). Self-Concept in Gifted Youth: An Investigation
Employing the Piers-Harris Subscales. Gifted Child Quarterly, 44(1), 45-53
Li, L.K.Y. (2012). A Study of the Attitude, Self-efficacy, Effort and Academic
Achievement of CityU Students towards Research Methods and Statistics.
Discovery – SS Student E-Journal, 1, 154-183
Linn, R., Bond, L., Carr, P., Hammon, LD., Harris, D., Hess, F., & Shullmen, L. (tt).
Executive Summary. Dalam Johnston, R., Mark, M., & Lisa, T (ed). Student
Learning, Student Achievement: How Do Teachers Measure Up?. Wilson
Boulevard: Arlington.
Liu, W.C & Wang, C.K.J. (2005). Academic self-concept: a cross-sectional study of
grade. and gender differences in a singapore secondary school. Asia Pacific
Education Review, 6 (1), 20-27.
McNeal, R.B. (2014). Parent involvement, academic achievement and the role of
student attitudes and behaviors as mediators. Journal of Educational
Research, 2(8), 564-576.
Meerah, A.R.M & Mazlan, S.N. (2017). Relationship between academic self concept
andacademic achievement among uitm centre offootball athletes.
International Journal of Management and Applied Science, 3 (2), 71-77.
Morrissey, T. W., Hutchison, L., & Winsler, A. (2013). Family Income, School
Attendance, and Academic Achievement in Elementary School.
Developmental Psychology. Advance online publication. doi:
10.1037/a0033848
83
Nafisah, J. (2017). Pengaruh faktor demografi terhadap pendapatan tenaga kerja
sektor primer di Indonesia. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta.
Nelson, J.K. (2009). Impact of parent education on student success. Orem: Utah
Valley University
Nugroho, O.A. (2007). Hubungan antara self-efficacy, penyesuaian diri dengan
prestasi akademik mahasiswa. Skripsi. Madiun: Universitas Widya Mandala
Nnamani, S.C., Oyibe, O.A. (2016). Gender And Academic Achievement Of
Secondary SchoolStudents In Social Studies In Abakaliki Urban Of Ebonyi
State. British Journal of Education, 4 (8), 72-83.
Owen, S.D & Froman, R.D. (1988). Development of a College Academic Self-
Efficacy Scale. Document Resume, 1-8.
Pertiwi, N.G (2015). Pengaruh Self Efficacy Terhadap Hasil Belajar Pada Siswa Kelas
V Sekolah Dasar Daerah Binaan IV Kecamatan Cilacap Selatan Kabupaten
Cilacap. Skripsi. Tegal: Universitas Negeri Semarang
Porumbu, D & Necsoi, V. (2013). Relationship between parental involvement/
attitude and children’s school achievements. Social and Behavioral Sciences,
76 (2013), 706-710.
Rafiq H.M.W., Fatima, T., Sohail, M.M., Saleem M., & Khan, M.A. (2013). Parental
involvement and academic achievement; a study on secondary school
students of Lahore, Pakistan. International Journal of Humanities and
Social Science,3 (8), 209-223.
Rogers, M.A., Theule, J., Ryan, B.A., Adams, G.R., & Keating, L. (2009). Parental
involvement and children's school achievement : evidence for mediating
processes. Canadian Journal of School Psychology, 24 (1), 34-57.
Santoso, A., Salim (2010). BAB II: Kajian Pustaka. Dalam Ainun Salim (ed).
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Siswa: Tinjauan Berdasarkan
84
Data TIMMS 2007. 7. Jakarta: Pusat Penilaian Pendidikan Badan Penelitian
dan Pengembangan Kementrian Pendidikan Nasional.
Santrock, J.W. (2004). Educational Psychology. 2nd edition. New York: McGraw-
Hill
Schunk, D. H., & Pajares, F. (2009). Self-efficacy theory. In K. R. Wenzel & A.
Wigfield (Eds.), Educational psychology handbook series. Handbook of
motivation at school, 5-53.
Sherer, M & Maddux, J.E. (1982). The Self-Efficacy Scale: Construction And
Validation. Psychological Reports, 1982, 51, 663-671
Slavin,R.E (1994). Educational Psychologyi: Theory and practice. 4th edition.
Massachusetts: Paramount Publishing.
Stajkovic, A.D & Luthans F. (2002). Social Cognitive Theory and Self .efficacy:
Implications for Motivation Theory and Practice. Initial Consideration, 126-
140.
Syah, M. (2010). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya
Undang-Undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta:
Depdiknas.
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Tenaga Kerja. Jakarta: Depnaker.
Vahedi, M & Nikdel, H. (2011). Emotional intelligence, parental involvement and
academic achievement. Social and Behavioral Sciences, 30 (2011), 331-335.
Wang, J & Lin, E. (2008). An Alternative Interpretation of the Relationship between
Self-Concept and Mathematics Achievement: Comparison of Chinese and US
Students as a Context. Evaluation & Research in Education, 21(3), 154-174.
Weis, M., Heikamp, T., & Trommsdorff, G. (2013).Gender differences in school
achievement: The role of self-regulation. Original Research
85
Article.Konstanz: Department of Psychology, Developmental and Cross-
Cultural Psychology, University of Konstanz.
Wibisono, K (2016). Peringkat Pisa Indonesia Mengalamai Peningkatan. Diakses
pada tanggal 8 Februaru 2017 dari
https://www.antaranews.com/berita/600165/peringkat-pisa-indonesia-alami-
peningkatan.html
Wilson, C.M. (2009). The Relation Among Parental Factors and Achievement of
African American Urban Youth. The Journal of Negro Education, 78 (2),
102-113.
86
Lampiran 1
Surat Izin Penelitian
86
Lampiran 2
Kuesioner Penelitian Assalamu’alaikum Wr. Wb / Salam Sejahtera Saya Adam Yalfiz Hakki, Mahasiswa Program Strata 1 (S1) Fakultas Psikologi Jakarta yang saat ini sedang melakukan penelitian dalam rangka penyelesaian tuga s akhir. Oleh karena itu, Saya mengharapkan Adik-Adik untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Adik-Adik dapat mengisi kuesioner ini dengan mengikuti petunjuk pengisian yang telah diberikan. TIDAK ADA JAWABAN SALAH dalam kuesioner ini. Adapun informasi yang Adik-Adik berikan dalam penelitian ini akan dijaga KERAHASIAANNYA dan digunakan hanya untuk kepentingan penelitian. Atas perhatian Adik-Adik, Saya ucapkan terima kasih. DATA RESPONDEN Nama : Jenis Kelamin : Pendidikan orang tua* : a. SD c. SMA e. S2 b. SMP d. S1 Penghasilan orang tua per bulan* : a. 1.500.000 c. 2.500.000 s/d 3.500.000 b. 1.500.000 s/d 2.500.000 d. lebih dari 3.500.000 *) silang (x) salah satu pilihan
Tanda Tangan dan Nama jelas
Petunjuk Pengisian Berikut terdapat butir-butir pernyataan, baca dan pahami setiap butir pernyataan. Adik-Adik diminta mengemukakan apakah pernyataan tersebut sesuai dengan apa yang Adik-Adik pikirkan
dengan cara menyilang (X) salah satu dari empat pilihan yang tersedia, pada bagian kanan dari masing-masing pernyataan. Jika jawaban Adik-Adik, Adik-Adik Sangat Setuju, silanglah pada bagian SS Jika jawaban Adik-Adik, Adik-Adik Setuju, silanglah pada bagian S Jika jawaban Adik-Adik, Adik-Adik Tidak Setuju, silanglah pada bagian TS Jika jawaban Adik-Adik, Adik-Adik Sangat Tidak Setuju, silanglah pada bagian STS Contoh
No Pernyataan SS S TS STS
1 Orang tua saya menanyakan tentang
kegiatan belajar saya di sekolah
X
Skala 1 Keterlibatan Orang Tua
No Pernyataan Jawaban
SS S TS STS
1
Orang tua saya menanyakan
tentang kegiatan belajar saya di
sekolah
2 Saat mengerjakan PR, Orang tua
saya akan mendampingi saya
3 Ketika saya kesulitan mengerjakan
PR, orang tua saya akan membantu
4 Orang tua saya menanyakan
tentang ada tidaknya PR
5 Saya belajar bersama orang tua
saya saat akan ujian
6 Orang tua saya meminta kisi-kisi
ujian
7 Saya mengerjakan PR bersama
90
orang tua saya
8 Saya sering berbincang tentang
tugas yang sulit saya kerjakan
9
Saya mengulas materi ujian
bersama orang tua
10 Saya berlatih mengerjakan soal
bersama orang tua saya
11 Orang tua saya memeriksa tugas
yang saya kerjakan
12 Saat sekolah mengadakan rapat
dengan orang tua, orang tua saya
hadir
13 Orang tua saya meminta pihak
sekolah untuk melaporkan proses
belajar saya di sekolah
14 Orang tua saya hadir bila ada
pertunjukan yang diadakan oleh
sekolah
15 Orang tua saya menargetkan nilai
yang harus saya capai
16 Setelah ujian, orang tua saya
menanyaka kemungkinan niai yang
dapat saya capai
17 Orang tua saya tidak akan hadir
bila ada undangan rapat dengan
pihak sekolah
18 Orang tua saya memberikan rumus
singkat dalam mengerjakan soal
19 Saya mengerjakan soal sendiri
yang sebelumnya dibantu oleh
orang tua
20 Orang tua saya sibuk sehigga
meminta sekolah memberitahu
hasil rapat
21 Orang tua saya menghadiri
undangan open-house dari sekolah
22 Orang tua saya menjadi volunteer
untuk kegiatan study tour
23 Saat mengambil rapot, orang tua
saya menanyakan proses belajar
saya
Skala 2 Konsep Diri Akademik
No Pernyataan Jawaban
SS S TS STS
1 Saya dapat memahami pelajaran
dengan mudah
2 Saya dapat membantu tugas
sekolah teman
3 Jika saya giat, saya dapat diterima
oleh sekolah favorit
4 Kebanyakan teman sekelas saya
lebih pintar dari saya
5 Guru saya berfikir bahwa saya
tidak mampu mengerjakan tugas
6 Saya lupa tentang apa yang sudah
dipelajari
7 Saya merasa ingin keluar dari
sekolah ini.
8 Saya tidak mampu mengerjakan
soal ujian
91
9 Saya mampu melakukan yang
terbaik disemua pelajaran daripada
yang lain
10 Saya tertidur didalam kelas
11 Saya mengerjakan tugas tanpa
berpikir
12 Saya memperhatikan guru selama
pelajaran
13 Saya belajar giat saat ujian
14 Saya tertarik dengan tugas sekolah
saya
15 Saya akan melakukan yang terbaik
saat ujian
16 Saya tidak yakin bahwa nilai
matematika saya akan lebih baik
lagi di ujian berikutnya
17 Saya menunggu pelajaran selesai.
18 Saya tidak mudah menyerah saat
menghadapi soal yang sulit
19 Saya tidak mau berusaha lebih
dalam pekerjaan sekolah saya
Skala 3 Self Efficacy
No Pernyataan Jawaban
SS S TS STS
1 Saya hanya mengerjakan soal-soal
yang mudah.
2 Saya menyerah jika mengerjakan
soal yang sulit.
3 Untuk soal yang mudah pasti bisa
saya selesaikan, tapi untuk soal
yang sulit saya pasti tidak bisa
menyelesaikannya.
4 Saya tidak cukup pintar untuk
mengerjakan soal yang sulit.
5 Saya pintar, jadi saya pasti bisa
mengerjakan soal yang sulit.
6 Saya hanya mengetahui cara untuk
menyelesaikan soal yang mudah.
7 Saya akan berpikir keras untuk
memecahkan soal yang sulit.
8 Saya hanya mengerjakan soal yang
mudah.
9 Soal yang sulit membuat saya
malas untuk
mengerjakannya.
10 Saya memiliki ide untuk
mengerjakan soal yang
sulit.
11 Jika menghadapi soal yang sulit,
saya tidak berusaha
untuk menyelesaikannya.
12 Saya tidak akan mengerjakan soal
yang sulit.
13 Tidak ada cara untuk
menyelesaikan soal yang sulit.
14 Saya tidak memiliki cara untuk
menyelesaikan soal yang sulit.
15 Saya akan membiarkan soal yang
sulit.
16 Saya semangat jika mengerjakan
soal yang sulit.
17 Saya putus asa jika mengerjakan
soal yang sulit.
18 Saya tidak akan bisa mengerjakan
92
soal yang sulit.
19 Saya harus memiliki keyakinan
agar sukses.
20 Saya tidak yakin bisa mengerjakan
soal yang sulit.
21 Jika semua soal sulit, pasti saya
mendapatkan nilai yang buruk.
22 Saya tidak yakin bisa mengerjakan
soal yang sulit.
23 Jika kita tidak berusaha, maka kita
tidak dapat mengerjakan soal yang
sulit.
24 Berkat kemampuan saya, saya bisa
mengerjakan soal sesulit apapun.
25 Jika saya berusaha, saya pasti bisa
menyelesaikan
soal-soal yang sulit.
26 Jika saya memiliki niat dan tujuan,
saya pasti bisa
menghadapi kesulitan.
27 Nilai buruk saya dapatkan karena
belum belajar ketika akan ulangan
28 Saya memperhatikan Bapak/Ibu
guru ketika menyampaikan materi,
sehingga ketika ulangan
mendapatkan nilai bagus.
29 Saya tidak boleh menyerah ketika
mengerjakan soal yang sulit jika
tidak ingin mendapatkan nilai
buruk seperti pada ulangan
kemarin.
30 Jika saya hanya bermain terus-
menerus, saya akan mendapatkan
nilai yang sangat buruk seperti
ulangan lalu.
-TERIMA KASIH ATAS KERJASAMANYA-
90
Lampiran 3
Syntax dan Path Diagram CFA
Syntax dan Path Diagram Keterlibatan Orang Tua di Rumah
uji validitas konstruk keterlibatan orang tua dirumah DA NI=14 NO=283 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 PM SY FI=RUMAH.COR MO NX=14 NK=1 TD=SY LK KOTR FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 LX 7 1 LX 8 1 LX 9 1 LX 10 1 FR LX 11 1 LX 12 1 LX 13 1 LX 14 1 FR TD 2 1 TD 8 7 TD 4 3 TD 7 5 TD 4 1 TD 9 8 TD 13 10 TD 12 10 TD 7 6 TD 6 5 FR TD 12 6 TD 9 2 TD 12 9 TD 14 10 PD OU SS TV MI
91
Syntax dan Path Diagram Keterlibatan Orang Tua di Sekolah
uji validitas konstruk keterlibatan orang tua disekolah DA NI=8 NO=283 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 PM SY FI=SEKOLAH.COR MO NX=8 NK=1 TD=SY LK KOTS FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 LX 7 1 LX 8 1 FR TD 8 7 TD 4 3 TD 7 2 TD 8 5 TD 5 4 TD 7 1 TD 7 3 PD OU SS TV MI
92
Syntax dan Path Diagram Academic Confidence
uji validitas konstruk confidence DA NI=9 NO=283 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 PM SY FI=ACHIEVEMENT.COR MO NX=9 NK=1 TD=SY LK ACHIEV FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 LX 7 1 LX 8 1 LX 9 1 FR TD 3 1 TD 9 1 TD 2 1 TD 6 4 TD 9 5 TD 6 1 TD 4 2 PD OU SS TV MI
93
Syntax dan Path Diagram Academic Effort
uji validitas konstruk EFFORT
DA NI=10 NO=283 MA=PM
LA
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10
PM SY FI=EFFORT.COR
MO NX=10 NK=1 TD=SY
LK
EFFORT
FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 LX 7 1 LX 8 1 LX 9 1 LX
10 1
FR TD 2 1 TD 10 7 TD 8 7 TD 3 1 TD 10 2 TD 7 2 TD 8 6 TD 8 3 TD 10 1
TD 8 2
PD
OU SS TV MI
94
--------
Syntax dan Path Diagram Self Efficacy
uji validitas konstruk EFFICACY DA NI=30 NO=283 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18 X19 X20 X21 X22 X23 X24 X25 X26 X27 X28 X29 X30 PM SY FI=EFFICACY.COR MO NX=30 NK=1 TD=SY LK EFFICACY FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 LX 7 1 LX 8 1 LX 9 1 LX 10 1 FR LX 11 1 LX 12 1 LX 13 1 LX 14 1 LX 15 1 LX 16 1 LX 17 1 LX 18 1 LX 19 1 LX 20 1 FR LX 21 1 LX 22 1 LX 23 1 LX 24 1 LX 25 1 LX 26 1 LX 27 1 LX 28 1 LX 29 1 LX 30 1
95
FR TD 26 25 TD 29 28 TD 8 6 TD 14 13 TD 10 7 TD 30 27 TD 30 15 TD 13 12 TD 16 13 TD 16 10 FR TD 25 24 TD 24 16 TD 22 20 TD 24 5 TD 25 10 TD 28 12 TD 28 18 TD 30 8 TD 8 1 TD 25 23 FR TD 26 23 TD 30 6 TD 6 1 TD 29 25 TD 29 19 TD 29 26 TD 28 26 TD 21 7 TD 18 17 TD 9 2 TD 4 3 TD 22 18 FR TD 28 25 TD 2 1 TD 22 8 TD 15 5 TD 30 29 TD 27 13 TD 8 5 TD 20 12 TD 19 3 TD 19 4 TD 19 11 TD 14 2 PD OU SS TV MI
96
97
Lampiran 4
Output Deskriptif dan Regresi
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
NilaiUAS 75.4165 3.73329 282
JK .5745 .49530 282
PendOrtu 2.68 .870 282
PenghasilOrtu 2.11 1.030 282
Dirumah 50.00 9.054 282
Disekolah 50.00 8.649 282
Confidence 50.00 8.387 282
Effort 50.00 8.493 282
Efficacy 50.01 9.579 282
Variables Entered/Removeda
Model Variables
Entered
Variables
Removed
Method
1 JK .
2 PendOrtub .
3 PenghasilOrtub .
4 Dirumahb . Enter
5 Disekolahb .
6 Confidenceb .
7 Effortb .
8 Efficacyb .
a. Dependent Variable: NilaiUAS
b. All requested variables entered.
98
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .600a .360 .341 3.03113
a. Predictors: (Constant), Efficacy, PenghasilOrtu, Effort, JK,
PendOrtu, Dirumah, Disekolah, Confidence
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 1408.171 8 176.021 19.158 .000b
Residual 2508.258 273 9.188
Total 3916.429 281
a. Dependent Variable: NilaiUAS
b. Predictors: (Constant), Efficacy, PenghasilOrtu, Effort, JK, PendOrtu, Dirumah, Disekolah,
Confidence
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 79.834 2.591 30.809 .000
JK -4.130 .377 -.548 -10.965 .000
PendOrtu .064 .215 .015 .300 .765
PenghasilOrtu .126 .186 .035 .678 .498
Dirumah -.019 .021 -.046 -.874 .383
Disekolah -.044 .024 -.102 -1.870 .063
Confidence -.026 .028 -.058 -.917 .360
Effort -.016 .027 -.037 -.616 .539
Efficacy .055 .019 .142 2.885 .004
99
a. Dependent Variable: NilaiUAS
Model Summary
Mod
el
R R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error
of the
Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F
Chang
e
df1 df2 Sig. F
Change
1 .570a .325 .322 3.07299 .325
134.73
2 1 280 .000
2 .570b .325 .320 3.07777 .000 .131 1 279 .717
3 .571c .326 .319 3.08182 .001 .267 1 278 .606
4 .574d .329 .320 3.07898 .004 1.514 1 277 .220
5 .579e .335 .323 3.07236 .005 2.195 1 276 .140
6 .582f .339 .325 3.06769 .004 1.840 1 275 .176
7 .583g .340 .323 3.07136 .001 .343 1 274 .558
8 .600h .360 .341 3.03113 .020 8.321 1 273 .004
a. Predictors: (Constant), JK
b. Predictors: (Constant), JK, PendOrtu
c. Predictors: (Constant), JK, PendOrtu, PenghasilOrtu
d. Predictors: (Constant), JK, PendOrtu, PenghasilOrtu, Dirumah
e. Predictors: (Constant), JK, PendOrtu, PenghasilOrtu, Dirumah, Disekolah
f. Predictors: (Constant), JK, PendOrtu, PenghasilOrtu, Dirumah, Disekolah, Confidence
g. Predictors: (Constant), JK, PendOrtu, PenghasilOrtu, Dirumah, Disekolah, Confidence, Effort
h. Predictors: (Constant), JK, PendOrtu, PenghasilOrtu, Dirumah, Disekolah, Confidence, Effort,
Efficacy
99
Lampiran 5
Tabel Blueprint alat ukur keterlibatan orang tua
Tabel 3.2
Blueprint alat ukur keterlibatan orang tua
Dimensi Indikator Item
Jumlah Favorable Unfavorable
Keterlibatan
orang tua
dirumah
Keterlibatan
orang tua di
sekolah
Berbincang terkait
pembelajaran
Mendampingi saat
mengerjakan PR
Mengulas pelajaran
Sikap dan strategi
Mengawasi kemajuan
anak
Menghadiri rapat orang
tua-guru
Mengamati proses belajar
Melakukan open house ke
sekolah
Menjadi komitee sekolah
1,2,3
4,5
6,7,8
9,10,11
12,13,14
15,16
18,23
-
22
-
-
-
-
-
17
19
20,21
-
3
2
3
3
3
3
3
2
1
100
Lampiran 6
Tabel Blueprint alat ukur konsep diri akademik
Tabel 3.3
Blueprint alat ukur konsep diri akademik
Dimensi Indikator Item
Jumlah Favorable Unfavorable
Academic
Confidence
Academic
Effort
Perasaan terkait
kompetensi akademik
Komitmen tehadap tugas
Keterlibatan
mengerjakan tugas
Minat terhadap tugas
1, 2, 3, 9
13, 15, 18,
19
14
12
4, 5, 6, 7, 8
16
10,11
17
9
5
3
2
101
Lampiran 7
Tabel Blueprint alat ukur self-efficacy
Tabel 3.4
Blueprint alat ukur self-efficacy
Dimensi Indikator Item
Jumlah Favorable Unfavorable
Self-Efficacy
Tingkat kesulitan tugas
Perilaku menghadapi
tugas
Kuat lemahnya
keyakinan
Pengharapan terhadap
kemampuan
Pengalaman bukan
hambatan
Menjadikan pengalaman
sebagai dasar untuk
meningkatkan keyakinan
5
7, 10, 16
19, 23
24, 25, 26
27
28, 29, 30
1, 2, 3, 4, 6
8, 9, 11, 12,
13,14, 15,
17
18, 20, 21,
22
-
-
-
6
11
6
3
1
3
103
Lampiran 8
Muatan faktor item self-efficacy
Keterangan : V= signifikan (t>1.96); X= tidak signifikan (t<1.96)
No Item Faktor Loading Std. Error T-Value Sig
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
0.61
0.62
0.70
0.49
0.31
0.26
0.58
0.60
0.68
0.45
0.69
0.69
0.68
0.65
0.72
0.46
0.74
0.67
0.68
0.59
0.62
0.56
0.33
0.36
0.54
0.48
-0.20
0.54
0.40
-0.09
0.05
0.05
0.05
0.06
0.06
0.06
0.05
0.05
0.05
0.06
0.05
0.05
0.05
0.05
0.05
0.06
0.05
0.05
0.05
0.06
0.05
0.06
0.06
0.06
0.06
0.06
0.06
0.06
0.06
0.06
11.08
11.43
13.23
8.51
5.15
4.33
10.52
10.95
12.74
7.86
12.96
12.91
13.09
11.97
13.74
7.91
14.20
12.24
12.42
10.71
11.28
10.09
5.54
6.11
9.68
8.37
-3.25
9.47
6.92
-1.54
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
X
√
√
X