PENGARUH WAKTU PERENDAMAN KEDELAI DAN ZAT …semnas.pnl.ac.id/prosiding/186/Artikel Rek 0058.pdf ·...
Transcript of PENGARUH WAKTU PERENDAMAN KEDELAI DAN ZAT …semnas.pnl.ac.id/prosiding/186/Artikel Rek 0058.pdf ·...
-
Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.2 No.1 September 2018 | ISSN:2598-3954
A-299
PENGARUH WAKTU PERENDAMAN KEDELAI DAN ZAT PENGGUMPAL
ALAMI IE ASAM SUNTI TERHADAP KANDUNGAN
PROTEIN TAHU KEDELAI
Salmyah1, Halim Zaini2 ,Anggri Putri Intani3
1,2,3Jurusan Teknik Kimia Industri Program Studi Teknologi Kimia Industri
Jln. B.Aceh-Medan km.280 Buketrata 24301 INDONESIA
[email protected],3 [email protected]
Abstrak - Ie asam sunti merupakan produk samping dari pembuatan asam sunti yang dijemur dan difermentasi selama 5 hari dengan
penambahan garam. Ie asam sunti sangat mudah diperoleh oleh karena itu peneliti memanfaatkannya sebagai penggumpal alami pada
pembuatan tahu kedelai. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui pengaruh waktu perendaman kedelai, volume ie asam sunti dan
waktu penggumpalan terhadap karakteristik tahu kedelai. Metode penelitian ini menggunakan Central Composite Design (CCD) yang
termasuk dalam Response Surface Methode (RSM). Data yang diperoleh dianalisis menggunakan Analisis Variant. Variabel yang diamati
adalah kadar protein, tekstur dan pH. Berdasarkan analisa statistic perangkat lunak Minitab 14, hasil menunjukkan bahwa kondisi
optimum proses penggumpalan pada waktu perendaman 5 jam, volume ie asam sunti 200 ml dan waktu penggumpal 25 menit diperoleh
kadar protein 250-360 mg/l, tekstur 395,07-400 mm/det, pH 5,6-5,8 dan rendemen 21,5-23,5 %.
Kata kunci— tahu, kedelai, ie asam sunti, Metode Response Surface (RSM)
Abstract - Ii is a byproduct of the manufacture of injectable acids which are dried and fermented for 5 days with the addition of salt. Injection
acid is very easy to obtain, therefore researchers use it as a natural coagulation in the manufacture of soybean tofu. This study also aims to
determine the effect of soybean immersion time, volume of injectable acid and clotting time on the characteristics of soybean tofu. This
research method uses Central Composite Design (CCD) which is included in the Response Surface Method (RSM). The data obtained were
analyzed using Variant Analysis. The variables observed were protein content, texture and pH. Based on Minitab 14 software statistical
analysis, the results showed that the optimum clotting process conditions at 5 hours of immersion, volume of 200 ml of injectable acid and
25 minutes of coagulation time obtained protein content of 250-360 mg / l, texture 395.07-400 mm / det, pH 5,6-5,8 and yield 21,5-23,5%.
Keywords— tofu, soybean, ie injection acid, Response Surface Method (RSM)
-
Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.2 No.1 September 2018 | ISSN:2598-3954
A-300
I. PENDAHULUAN
Tahu
Tahu merupakan pangan olahan kedelai yang banyak
digemari oleh masyarakat Indonesia, karena rasanya yang enak
dan kandungan gizi yang cukup tinggi, serta harga yang relative
murah sehingga mudah didapatkan dan banyak di konsumsi oleh
hampir seluruh penduduk di Indonesia (Nurhidajah dan Agus
Suyanto, 2012). seperti yang diketahui bahwa masyarakat
Indonesia berada pada kondisi ekonomi yang memperihatinkan
yakni masyarakat yang terdiri dari kalangan menengah kebawah
yang tidak dapat menjangkau harga-harga makanan yang mahal
seperti daging-dagingan, sedangkan masyarakat tersebut
memerlukan asupan gizi dan protein. Daging-dagingan tersebut
dapat digantikan dengan mengosumsi tahu sebagai memenuhi
asupan gizi.
Tahu sebagai salah satu produk olahan kedelai yang
merupakan sumber penyediaan protein yang sangat baik untuk
tubuh karna kadar protein yang terkandung didalamnya serta daya
cernanya yang tinggi. Kata tahu berasal dari bahasa cina yaitu
tao-hu atau teu-hu. Kata tao yang berarti kedelai, sementar hu
berarti lumat atau menjadi bubur. Di Jepang, tahu dikenal dengan
nama tofu, sedangkan dalam bahasa inggris disebut soybean curd
atau tofu.
Proses pembuatan tahu ada dua bagian yaitu pembuatan
susu kedelai dan pembuatan bahan penggumpal. Susu kedelai
dibuat dengan merendam kedelai dalam air bersih. Perendaman
dimaksudkan untuk melunakkan struktur selular kedelai sehingga
mudah digiling dan memberikan dispersi dan suspensi bahan
padat kedelai lebih baik pada waktu ekstraksi. Perendaman juga
dapat mempermudah pengupasan kulit kedelai akan tetapi
perendaman yang terlalu lama dapat mengurangi total padatan.
Pada prinsipnya pembuatan tahu merupakan penggumpalan
protein dari susu kedelai. Proses penggumpalan terjadi karena
penambahan penggumpal berupa zat asam dan mengakibatkan
terjadinya peristiwa denaturasi protein. Denaturasi dapat
diartikan sebagai suatu proses terpecahnya ikatan hydrogen
karena adanya interaksi hidrofobik, ikatan garam dan
terbentuknya lipatan atau wiru molekul.
Tabel 1.1
Syarat Mutu Tahu Berdasarkan SNI 01-3142-1998 N
o
Kriteria Uji Satuan Persyaratan
1 Keadaan :
Bau
Rasa
Warna
Penampakan
Abu
Protein
Lemak
Serat kasar
-
-
-
-
-
% (b/b)
% (b/b)
% (b/b)
% (b/b)
% (b/b)
Normal
Normal
Putih bersih atau kuning
bersih
Normal tidak berlendir
dan tidak berjamur
Maksimal 1,0
Minimal 9,0
Minimal 0,5
Maksimal 0,1
Bahan
tambahan
makanan
Sesuai SNI 0222 M dan
Peraturam Menteri
Kesehatan No.
711/Men/Kes/Per/IX/199
8
2 Cemaran:
Timbale
Tembaga
(Cu)
Seng (Zn)
Timah (Sn)
Raksa (Hg)
Cemaran
arsen(As)
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
Maksimal 2,0
Maksimal 30,0
Maksimal 40,0
Maksimal 40,0 atau
250,0
Maksimal 0,03
Maksimal 1,0
3 Cemaran
mikroba :
Escherichia
coli
Salmonella
/25 g
APM1/
g
/25g
Maksimal 10
Negatif
(Sumber : SNI 01-3142-1998)
Belimbing Wuluh
Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) atau sering
disebut belimbing asam merupakan satu tanaman yang tumbuh
subur di seluruh daerah di Indonesia khususnya di Provinsi Aceh.
Tanaman ini termasuk salah satu jenis tanaman tropis yang
mempunyai kelebihan yaitu dapat berbuah sepanjang tahun
(Amnur, 2008). Kandungan kimia buah belimbing wuluh antara
lain adalah saponin, tannin, glukosid, kalsium oksalat, sulfur,
asam format, perioksida, asam laktat dan asam sitrat.
Belimbing wuluh dikenal oleh masyarakat aceh dengan
sebutan Limeng, hampir seluruh penduduk masyarakat aceh
memiliki tanaman belimbing wuluh karna masyarakat Aceh
menggunakannya sebagai bumbu makanan khas Aceh. Tanaman
ini memiliki buah yang berlimpah, sehingga masyarakat aceh
mengolah belimbing wuluh menjadi asam sunti.
Ie Asam Sunti
Ie Asam Sunti merupakan produk samping yang
diperoleh dari proses pembuatan asam sunti. Asam sunti
merupakan pengawetan atau pengeringan buah belimbing wuluh
dengan cara penjemuran dan penambahan garam dapur. Proses
pembuatan asam sunti itu yakni dari pengawetan belimbing
wuluh segar yang dicampur dengan garam dapur dan penjemuran
selama 5 hari tergantung dari terik atau tidaknya matahari. Ie
Asam Sunti dihasilkan dari air sisa fermentasi asam sunti pada
malam hari. Masyarakat memanfaatkan Ie Asam Sunti sebagai
pengawet ikan dan tidak sedikit dari masyarakat yang membuang
air belimbing wuluh tersebut begitu saja. Ie Asam Sunti
-
Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.2 No.1 September 2018 | ISSN:2598-3954
A-301
mengandung kadar keasaman yang sangat tinggi, yaitu asam
sitrat ( Salmyah, Fachraniah dan Elwina, 2017)
Kedelai
Kedelai (Glycine Max Merr) merupakan salah satu hasil
pertanian yang sangat penting artinya sebagai bahan makanan,
karena jumlah dan mutu protein yang dikandungnya sangat tinggi
yaitu sekitar 40 % dan susunan asam amino essensialnya lengkap
serta sesuai sehingga protein kedelai mempunyai mutu yang
mendekati mutu protein hewani (Hardjo, 1964).
Tabel 1.2
Komposisi Kimia Kedelai Kering Per 100 gram.
No Komposisi Jumlah
1 Kalori (Kkal) 331,0
2 Protein (gram) 34,9
3 Lemak (gram) 18,1
4 Karbohidrat (gram) 34,8
5 Kalsium (mg) 227,0
6 Fosfor (mg) 585,0
7 Besi (mg) 8,0
8 Vitamin A (SI) 110,0
9 Vitamin B1 (mg) 1,1
10 Air (gram) 7,5
(Sumber : Cahyadi, 2007)
Protein
Protein merupakan suatu zat makanan yang sangat
penting bagi tubuh, karena zat ini disamping berfungsi sebagai
zat pembangun dan pengatur, Protein adalah sumber asam- asam
amino yang mengandung unsur C, H, O dan N yang tidak dimiliki
oleh lemak atau karbohidrat. Molekul protein mengandung pula
posfor, belerang dan ada jenis protein yang mengandung unsur
logam seperti besi dan tembaga (Budianto, A.K, 2009).
Protein kedelai yang sebagian besar adalah globulin,
mempunyai titik isoelektris 4,1 - 4,6. Globulin akan mengendap
pada pH 4,1 sedangkan protein lainnya seperti proteosa, prolamin
dan albumin bersifat larut dalam air sehingga diperkirakan
penurunan kadar protein dalam perebusan disebabkan terlepasnya
ikatan struktur protein karena panas yang menyebabkan
terlarutnya komponen protein dalam air (Ismed Suhadi, 2003).
Jenis Penggumpal
Menurut Salmyah (2006), jenis penggumpal alami untuk
pembuatan tahu adalah ie kulo sira. Ie kulo sira merupakan
limbah yang diperoleh dari proses pembuatan garam yang tidak
habis mengkristal. Cairan ini dapat langsung digunakan sebagai
penggumpal tanpa perlakuan lanjut.
Selain itu jenis penggumpal lain yaitu batu tahu, cuka,
dan biang tahu.
II. MOTODE PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Politeknik
Negeri Lhokseumawe.
Bahan penelitian terdiri dari atas: kedelai dan ie asam
sunti dengan alat-alat seperti: panci, kompor, blender, pengaduk,
kain saring, pencetak dan pengepress tahu.
Penelitian dilakukan dengan metode Response Surface
Methode (RSM) dengan menggunakan minitab 14 dengan model
Central Composite Design (CCD). Dengan faktor pertama adalah
lama waktu perendaman kedelai 3 s/d 7 jam, faktor kedua volume
ie asam sunti 100 s/d 300 ml dan faktor ketiga waktu
penggumpalan protein 15 s/d 35 menit.
Tabel 2.1
Rancangan Data Penelitian
Variabel yang diamati meliputi: kadar protein, tekstur,
pH dan rendemen tahu.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 3.1
Hasil Data Pengamatan Waktu
perendaman
kedelai
(jam)
Kadar protein
(mg/l)
Tekstur
(mm/det)
pH Rendeme
n
(%)
4.00000 109,6451 302,5 5,5 20
6.00000 158,7976 499,8 5,5 21
4.00000 318,8760 496,0 5,9 25
6.00000 303,3520 459,8 6,1 25
4.00000 206,1760 432,9 5 20
6.00000 258,0301 450,7 5,1 21
4.00000 466,2932 441,1 6 24
6.00000 505,8894 482,3 6 24
3.31821 358,6335 398,2 5,7 23
6.68179 309,9245 414,8 5,9 25
5.00000 393,5523 431,5 5,1 19
5.00000 613,9927 496,0 6 27
5.00000 230,9740 389,4 5,6 25
5.00000 580,8480 342,6 5,8 21
5.00000 263,7961 395,0 5,7 23
5.00000 263,7961 395,0 5,7 23
5.00000 263,7961 395,0 5,7 23
5.00000 263,7961 395,0 5,7 23
5.00000 263,7961 395,0 5,7 23
5.00000 263,7961 395,0 5,7 23
StdO
rder
Run
Ord
er
PtT
ype
Bloc
ks
Waktu
perendam
an
kedelai
(jam)
Volume
Ie Asam
Sunti
(ml)
Waktu
penggum
pal
protein
(menit)
1 1 1 1 4.00000 150.000 20.0000
2 2 1 1 6.00000 150.000 20.0000
3 3 1 1 4.00000 250.000 20.0000
4 4 1 1 6.00000 250.000 20.0000
5 5 1 1 4.00000 150.000 30.0000
6 6 1 1 6.00000 150.000 30.0000
7 7 1 1 4.00000 250.000 30.0000
8 8 1 1 6.00000 250.000 30.0000
9 9 -1 1 3.31821 200.000 25.0000
10 10 -1 1 6.68179 200.000 25.0000
11 11 -1 1 5.00000 115.910 25.0000
12 12 -1 1 5.00000 284.090 25.0000
13 13 -1 1 5.00000 200.000 16.5910
14 14 -1 1 5.00000 200.000 33.4090
15 15 0 1 5.00000 200.000 25.0000
16 16 0 1 5.00000 200.000 25.0000
17 17 0 1 5.00000 200.000 25.0000
18 18 0 1 5.00000 200.000 25.0000
19 19 0 1 5.00000 200.000 25.0000
20 20 0 1 5.00000 200.000 25.0000
-
Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.2 No.1 September 2018 | ISSN:2598-3954
A-302
1. Kadar protein Analisis variant untuk kadar protein dengan
menggunakan Metode Respon Surface dengan model Central
Composite Design menunjukkan bahwa model regresi
menunjukkan Pvalue yang signifikan terhadap model yaitu 0,018.
Sehingga dapat dikatakan bahwa ada pengaruh jenis bahan
penggumpal, waktu perendaman dan lama penggumpal terhadap
kadar protein.
S = 83.62 R-Sq = 78.9% R-Sq(adj) = 59.9%
Persamaan koefesien Regresi untuk Kadar Protein adalah
Y = -3,13044 (X12) + 0,0227178 (X22) + 0,837812 (X32) –
0,192336 (X1)(X2) + 1,4455 (X1)(X3) + 0,0770956 (X2)(X3) +
36,7934 (X1) -8,24789 (X2) – 50,4264 (X3) +1235,24
Semakin laman perendaman kedelai maka kadar protein
akan semakin menurun karna lepasnya ikatan struktur protein
sehingga komponen protein terlarut dalam air.perendaman yang
lama juga mengakibatkan lunaknya struktur kacang kedelai
sehingga kadar air tahu semakin tinggi.
Hasil analisa kadar protein pada alat spektrofotometris
UV-VIS diperoleh Kadar protein tahu terbaik yaitu pada waktu
perendaman kedelai 5 jam, volume ie asam sunti 200 ml dan
waktu penggumpalan 25 menit menghasilkan kadar protein tahu
sebesar 263,7961 mg/l.
Gambar 4.1 contour plot dan surface terhadap kadar protein
2. Tekstur Tekstur tahu sangat tergantung pada kondisi
penggumpalan misalnya ph dan bahan penggumpal. Hasil analisis
variant menunjukkan Pvalue mendekati signifikan yaitu berkisar
0,056 dan menghasilkan persamaan sebagai berikut :
Y = 10,9108 (X12) + 0,01246 (X22) – 0,136255 (X32) – 0,525367
(X1)(X2) – 2,55088 (X1)(X3) – 0,05693(X2)(X3) + 77,8888 (X1) –
0,493491 (X2) + 30,5195 (X3) – 216,946
S = 38.39 R-Sq = 70.6% R-Sq(adj) = 44.1%
Nilai tekstur tahu terbaik pada waktu perendaman
kedelai 5 jam, volume ie asam sunti 200 ml dan waktu
penggumpalan 25 menit menghasilkan tekstur tahu sebesar
395,07 mm/det
Gambar 4.2 contour plot dan surface plot terhadap tekstur
3. pH Analisis variant model regresi menunjukkan bahwa Pvalue
yang sangat signifikan terhadap ph yaitu Pvalue = 0,000. Hal ini
menunjukkan bahwa Ie asam sunti mempunyai pengaruh nyata
terhadap kadar keasaman tahu.
S = 0.1213 R-Sq = 91.8% R-Sq(adj) = 84.5%
perendaman (jam)
pe
ng
gu
mp
al (m
l)
6.56.05.55.04.54.03.5
280
260
240
220
200
180
160
140
120
Hold Values
penggumpalan (mnt) 25
tekstur
450 - 500
500 - 550
> 550
< 400
400 - 450
Contour Plot of tekstur vs penggumpal (ml), perendaman (jam)
250
tekstur
400
200
500
600
penggumpal (ml)3 1504 5 1006perendaman (jam)
Hold Values
penggumpalan (mnt) 25
Surface Plot of tekstur vs penggumpal (ml), perendaman (jam)
perendaman (jam)
pe
ng
gu
mp
al (m
l)
6.56.05.55.04.54.03.5
280
260
240
220
200
180
160
140
120
Hold Values
penggumpalan (mnt) 25
kadar
300 - 350
350 - 400
400
protein
- 450
450 - 500
500 - 550
> 550
< 250
250 - 300
Contour Plot of kadar protein vs penggumpal (ml), perendaman (jam)
250
kadar protein
200200
400
600
penggumpal (ml)3 1504 5 1006perendaman (jam)
Hold Values
penggumpalan (mnt) 25
Surface Plot of kadar protein vs penggumpal (ml), perendaman (jam)
-
Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.2 No.1 September 2018 | ISSN:2598-3954
A-303
Berikut adalah persamaan regresi yang diperoleh :
Y = 0,02589 (X12) – 2,4996 (X22) – 3,7834 (X32) + 0,000250
(X1)(X2) – 0,00250 (X1)(X3) + 0,000450(X2)(X3) – 0,199871 (X1)
+ 0,00396224 (X2) – 0,0668372 (X3) + 5,98070
Protein kedelai sebagian besar adalah globulin,
mempunyai titik isoelektrik 4,1 – 4,6. Globulin akan mengendap
pada pH 4,1. Tahu dengan penggumpal alami ie asam sunti
menghasilkan niilai pH terbaik pada waktu perendaman kedelai 5
jam, volume ie asam sunti 200 ml dan waktu penggumpalan 25
menit yaitu 5,7.
Gambar 4.3 contour plot dan surface plot terhadap pH
4. Rendemen Kualitas tahu yang dihasilkan biasanya berbanding
terbalik dengan jumlah rendamen yang dihasilkan. Semakin
tinggi nilai rendamen yang dihasilkan maka semakin rendah mutu
yang di dapatkan.
S = 0.7822 R-Sq = 92.3% R-Sq(adj) = 85.4%
Persamaan regresi untuk rendemen
Y = 0.1734 (X12) -7.2048 (X22) + -0.0072 (X32) – 0,005 (X1)(X2)
-4.0565 (X1)(X3) -0.001 (X2)(X3) -0.3415 (X1) + 0.1219 (X2) +
0.4324 (X3) + 2.58294
Nilai rendemen tahu terbaik pada waktu perendaman
kedelai 5 jam, volume ie asam sunti 200 ml dan waktu
penggumpalan 25 menit menghasilkan rendemen sebesar 23%
Gambar 4.2 contour plot dan surface plot terhadap rendemen
5. Hasil Penelitian Tahu Dipasaran Berdasarkan analisa kadar protein dengan menggunakan
alat spektrofotometris UV-VIS pada tahu kedelai dipasaran
menghasilkan kadar protein sebesar 246,1760 mg/l, alnalisa
tekstur mengasilkan nilai tekstur tahu sebesar 311,4 mm/det dan
kadar keasaman terhadap tahu sebesar 6. Hasil perbandingan
dengan tahu kedelai menggunakan penggumpal alami ie asam
sunti sangat nyata dengan hasil optimal pada perendaman kedelai
5 jam, volume ie asam sunti 200 ml dan penggumpalan protein
selama 25 menit yaitu kadar protein sebesar 263,7961 mg/l,
tekstur 395,0 mm/det. Hal ini menunjukkan bahwa tahu kedelai
menggunakan penggumpal alami ie asam sunti tidak lebih buruk
dibandingkan dengan tahu dipasaran.
V. KESIMPULAN
Ie asam sunti dapat menggumpalkan protein kedelai
menjadi tahu Berdasarkan analisa statistic perangkat lunak
Minitab 14 kondisi optimum proses penggumpalan pada waktu
perendaman kedelai 5 jam, volume ie asam sunti 200 ml dan
waktu penggumpal 25 menit diperoleh kadar protein 250-360
mg/l, tekstur 395,07- 400 mm/det, pH 5,6-5,8 dan rendemen 21,5-
23,5 %. Hasil tahu dari pasaran diperoleh kadar protein sebesar
246,1760 mg/l, tekstur tahu sebesar 311,4 mm/det dan kadar
keasaman terhadap tahu sebesar 6. Perbandingan antara
karakteristik tahu dengan penggumpal alami ie asam sunti dengan
perendaman (jam)
pe
ng
gu
mp
al (m
l)
6.56.05.55.04.54.03.5
280
260
240
220
200
180
160
140
120
Hold Values
penggumpalan (mnt) 25
ph
5.2 - 5.4
5.4 - 5.6
5.6 - 5.8
5.8 - 6.0
6.0 - 6.2
<
> 6.2
5.0
5.0 - 5.2
Contour Plot of ph vs penggumpal (ml), perendaman (jam)
250
ph
5.0200
5.5
6.0
penggumpal (ml)3 1504 5 1006perendaman (jam)
Hold Values
penggumpalan (mnt) 25
Surface Plot of ph vs penggumpal (ml), perendaman (jam)250
rendemen %
18200
21
24
27
penggumpal (ml)3 1504 5 1006perendaman (jam)
Hold Values
penggumpalan (mnt) 25
Surface Plot of rendemen % vs penggumpal (ml), perendaman (jam)
perendaman (jam)
pe
ng
gu
mp
al (m
l)
6.56.05.55.04.54.03.5
280
260
240
220
200
180
160
140
120
Hold Values
penggumpalan (mnt) 25
rendemen %
21.5 - 23.5
23.5 - 25.5
> 25.5
< 19.5
19.5 - 21.5
Contour Plot of rendemen % vs penggumpal (ml), perendaman (jam)
-
Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.2 No.1 September 2018 | ISSN:2598-3954
A-304
tahu dipasaran menunjukkan bahwa ada berbedaan yang nyata.
Tahu dengan penggumpal alami ie asam sunti memperoleh
karakteristik yang tidak lebih buruk dari tahu dipasaran.
REFERENSI [1] Amnur. 2008. Cikal Bakal Averrhoa Bilimbi.
Http://averrhoabilimbi .blogspot. com/2008/10/cikal-bakal-averrhoa-
bilimbi.html, Diakses pada Tanggal 22 Oktober 2008
[2] Budianto, A.K. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Gizi. Cetakan keempat. Malang : Penerbit UMM Press.
[3] Cahyadi, 2007, “Teknologi Dan Kasiat Kedelai”, Bumi Aksara, Jakarta [4] Hou, H.J., K.C. Chang, And M.C. Shin. 1999. Yield And Textural
Properties Of Soft Tofu As Affected By Coagulation Method. J. Food. Sci.
62 (4) : 824-827.
[5] Hardjo, S. , 1964. Pengolahan dan Pengawetan Kedelai untuk Bahan Makanan Manusia. Bagian Gizi Fakultas Kedokteran UI, Jakarta.
[6] Ismed Suhaidi, 2003. Pengaruh Lama Perendaman Kedelai Dan Jenis Zat Penggumpal Terhadap Mutu Tahu. Fakultas Pertanian, Jurusan Teknologi
Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
[7] Latifah, 2008. Uji Efektifitas Ekstrak Kasar Senyawa Antibakteri Pada Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi L) Dengan Variasi Pelarut.
Skripsi, Malang:Uin Malang.
[8] Mastaufik dan Ikesitoresmi 2005. Pemanfaatan Bahan Penggumpal Alami Dari Ekstrak Buah Nanas Dan Papaya Pada Pembuatan Tahu Dari Susu
Layu. Laporan Penelitain. Jurusan Teknologi Pertanial Fakultas Pertanian
Unsoed, Purwokerto. [9] Nurhidajah Dan Agus Yanto, 2012. Kadar Kalsium Dan Sifat Organoleptik
Tahu Susu Dengan Variasi Jenis Bahan Penggumpal. Jurnal Pangan Dan
Gizi. Vol.03, No.05. [10] Nuzulia Diniyani, 2013. Pengaruh Penggunaan Sari Jeruk Nipis (Citrus
Aurantifolla) Sebagai Koagulan Dalam Pembuatan Tahu Biji Saga. Food
Science And Culinary Education Journal. Jurusan Teknik Jasa Produksi, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang, Indonesia. Vol.2, No.2
[11] Salmyah, Fachraniah dan Elwina, 2017. Pemanfaatan Ie Asam Sunti (Limbah Dari Proses Pembuatan Asam Sunti) Sebagai Penggumpal Susu Kedelai Dan Pengawet Tahu. Politeknik negeri Lhokseumawe
[12] Salmyah, 2006. Penggunaan Ie Kulo Sira Sebagai Bahan Penggumpal Dan Pengendapan Susu Kedelai. Jurnal Reaksi (Journal Of Science And Technology). Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe.
Vol.4, No.8.