PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, STRUKTUR...
Transcript of PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, STRUKTUR...
i
PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, STRUKTUR MODAL,
LIKUIDITAS, INVESMENT OPPORTUNITY SET DAN
PERTUMBUHAN LABA TERHADAP KUALITAS LABA
PERUSAHAAN (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia periode 2014-2016)
S K R I P S I
Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat
guna menyelesaikan studi akhir dan untuk memperoleh Gelar
Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Stikubank
Semarang
Disusun Oleh:
Nama : Citra Dewi
NIM : 14.05.52.0018
Program Studi : S.1 Akuntansi
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS STIKUBANK
SEMARANG
2018
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, STRUKTUR MODAL,
LIKUIDITAS, INVESMENT OPPORTUNITY SET DAN PERTUMBUHAN
LABA TERHADAP KUALITAS LABA PERUSAHAAN
(Studi pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia periode 2014-2016)
Skripsi ini telah memenuhi syarat dan telah diujikan dalam ujian pendadaran
skripsi:
Oleh:
Citra Dewi
14.05.52.0018
Program Studi S1 Akuntansi
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Stikubank
Semarang
iii
Skripsi dengan judul:
PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, STRUKTUR MODAL,
LIKUIDITAS, INVESMENT OPPORTUNITY SET DAN PERTUMBUHAN
LABA TERHADAP KUALITAS LABA PERUSAHAAN
(Studi pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia periode 2014-2016)
Oleh:
Citra Dewi
14.05.52.0018
Program Studi Strata 1 (S1) Akuntansi
Hasil penelitian dalam skripsi ini telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Pendadaran Skripsi dan telah disahkan dan diterima sebagai salah satu syarat guna
memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (SE) pada Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Stikubank Semarang pada tanggal 28 Agustus 2018:
SUSUNAN DEWAN PENGUJI
iv
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Selesainya skripsi ini dengan baik, tidaklah hanya karena penulis saja
tetapi banyak pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Terutama penulis ucapkan syukur kepada Allah swt, atas segala rahmat dan
penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-
baiknya. Selain itu penulis juga ingin mengucapkan terimakasih kepada:
Seluruh keluarga saya, yang selalu membantu, mendoakan serta
memberikan dorongan serta kasih saying yang tiada habisnya.
Sahabat-sahabat saya yang selalu memberikan semangat dan dukungan
agar selalu bersemangat dalam mengerjakan skripsi ini.
Pihak-pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu, terimakasih atas
dukungan, bantuan dalam pembuatan skripsi ini.
(Citra Dewi)
vi
MOTTO
Bukanlah KESABARAN, jika masih mempunyi batas
Bukanlah KEIKHLASAN, jika masih merasakan sakit
“Jangan Bersedih.” Sesungguhnya pertolonganakan datang bersama kesabaran.”
(HR. Ahmad)
vii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh ukuran
perusahaan, struktur modal, likuiditas, invesment opportunity set, dan
pertumbuhan laba terhadap kualitas laba. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Dalam penelitian ini, sampel ditentukan menggunakan purposive sampling
dengan periode amatan 2014 sampai dengan 2016 jumlah sampel yang diperoleh
sebanyak 217. Pengaruh antar variabel dijelaskan menggunakan metode regresi
linier berganda dengan program SPSS 19. Jenis data yang digunakan adalah data
sekunder.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur modal dan invesment
opportunity set berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas laba.
Likuiditas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kualitas laba. Sedangkan ukuran perusahaan, dan pertumbuhan laba tidak berpengaruh terhadap kualitas
laba.
Kata Kunci : ukuran perusahaan, struktur modal, likuiditas,
invesment opportunity set, pertumbuhan laba dan
kualitas laba.
viii
ABSTRACT
The purpose of this study is to examines and analyses the effect of firm size,
capital structure, liquidity, Invesment opportunity set, and profit growth to
earning quality. This research was conducted at manufacturing company listed on
Indonesia Stock Exchange (BEI).
The sampling method used in this study is purposive sampling with
observation period 2014 to 2016 the number of samples obtained as much as 217.
The influence between variables is discribed by using multiple regression analysis
with SPSS 19 program. The type of data used is secondary data.
The results showed that the capital structure and investment opportunity set
had a positive and significant effect on earnings quality. Liquidity has a negative
and significant effect on earnings quality. While the size of the company, and
profit growth does not affect earnings quality.
Keywords : company size, capital structure, liquidity, investment
opportunity set, profit growth and earnings quality.
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan YME atas rahmat dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Ukuran
Perusahaan, Struktur Modal, Likuiditas, Invesment Opportunity Set, dan
Pertumbuhan laba terhadap Kualitas Laba (Studi pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-2016)”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan dalam meraih
derajat Sarjana Ekonomi Program Strata Satu (S1) Fakultas Ekonomika dan
Bisnis Universitas Stikubank Semarang.
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan sampel yang memadai. Hasil penelitian
memberikan bukti bahwa ukuran perusahaan, dan pertumbuhan laba tidak
berpengaruh terhadap kualitas laba. Sedangkan struktur modal, likuiditas, dan
invesment opportunity set berpengaruh terhadap kualitas laba. Namun terdapat
keterbatasan dalam penelitian ini, oleh karena itu pembaca yang berminat pada
kajian penelitian ini perlu mempertimbangkan informasi ini sekiranya hasil ini
dipergunakan sebagai referensi selanjutnya.
Proses penelitian dan penyusunan laporan penelitian dalam skripsi ini,
peneliti tidak luput dari kendala. Kendala tersebut dapat diatasi peneliti berkat
adanya bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu
penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Euis Soleha, S.E., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Stikubank Semarang.
2. Cahyani Nuswandari, S.E., M.Si., Ak,CA selaku Ketua Program Studi
Akuntansi Universitas Stikubank Semarang.
3. Dr. Jacobus Widiatmoko, S.Pd, MM selaku dosen pembimbing yang telah
mencurahkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing serta
memberikan saran kepada penulis dalam menyelesaikan laporan skripsi ini.
4. Cahyani Nuswandari, S.E., M.Si., Ak,CA selaku dosen wali yang telah
banyak membantu dan memberikan saran dalam proses perkuliahan.
x
5. Seluruh Dosen, Karyawan, dan Staff Universitas Stikubank Semarang yang
telah membantu penulis memperoleh informasi, ilmu pengetahuan, serta
bantuan yang bermanfaat.
Semoga dengan terselesaikannya penyusunan skripsi ini membawa
banyak manfaat baik bagi penulis maupun bagi pembaca pada umumnya.
Semarang, Agustus 2018
Penyusun
(Citra Dewi)
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ...........................................................................
Error! Bookmark not defined.
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA SKRIPSI ..........................................
Error! Bookmark not defined.
HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................... v
MOTTO ............................................................................................................. vi
ABSTRAK .........................................................................................................vii
ABSTRACT ........................................................................................................viii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ix
DAFTAR ISI ......................................................................................................xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xvv
DAFTAR GAMBAR
.............................................................................................................................xvi
vi
DAFTAR LAMPIRAN
.............................................................................................................................xvii
ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 8
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................. 8
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................ 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA,PENELITIAN EMPRIS DAN HIPOTESIS ....... 10
2.1 Tinjauan Pustaka ........................................................................... 10
2.1.1 Teori Agensi .......................................................................... 10
2.2 Kualitas Laba ................................................................................ 12
2.3 Ukuran Perusaaan ........................................................................ 15
2.4 Struktur Modal ............................................................................. 17
2.5 Likuiditas ...................................................................................... 18
2.6 Invesment Opportunity Set ............................................................ 19
2.7 Pertumbuhan Laba ....................................................................... 23
2.8 Penelitian Terdahulu .................................................................... 26
xii
2.9 Pengembangan Hipotesis ............................................................... 28
2.9.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Kualitas Laba ...... 28
2.9.2 Pengaruh Struktur Modal terhadap Kualitas Laba ............ 28
2.9.3 Pengaruh Likuiditas terhadap Kualitas Laba ..................... 29
2.9.4 Pengaruh Invesment Opportunity Set terhadap Kualitas Laba
...................................................................................................... 30
2.9.5 Pengaruh Pertumbuhan Laba terhadap Kualitas Laba....... 31
2.10 Model Penelitian ........................................................................... 31
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 33
3.1 Objek Penelitian ......................................................................... 33
3.2 Populasi dan Pengambilan Sampel .......................................... 33
3.2.1 Populasi Penelitian ........................................................ 33
3.2.2 Sampel Penelitian .......................................................... 33
3.3 Jenis, Sumber, dan Teknik Pengambilan Data ....................... 34
3.3.1 Jenis Data ...................................................................... 34
3.3.2 Sumber Data .................................................................. 34
3.3.3 Teknik Pengambilan Data ............................................. 35
3.4 Definisi Konsep, Operasional, dan Pengukuran Variabel ..... 35
3.4.1 Definisi Konsep ............................................................. 35
3.4.2 Variabel Dependen ........................................................ 36
3.4.2.1 Kualitas Laba ................................................. 36
3.4.3 Variabel Independen ..................................................... 37
3.4.3.1 Ukuran Perusahaan ........................................ 37
3.4.3.2 Struktur Modal ............................................... 38
3.4.3.3 Likuiditas ....................................................... 38
3.4.3.4 Invesment Opportunity Set ............................. 38
3.4.3.5 Pertumbuhan Laba ......................................... 39
3.4.4 Pengukuran Variabel ..................................................... 39
3.5 Metode Analisis Data ................................................................. 40
3.5.1 Analisis Statistik Deskriptif .......................................... 40
3.5.2 Uji Normalitas Data ...................................................... 41
3.5.3 Pengujian Asumsi Klasik .............................................. 41
3.5.3.1 Uji Multikolinearitas ...................................... 41
3.5.3.2 Uji Heteroskedastisitas ................................... 42
xiii
3.5.3.3 Uji Autokorelasi ............................................. 43
3.6 Uji Kelayakan Model ................................................................. 43
3.6.1 Koefisien Determinasi (R2) ........................................... 44
3.6.2 Uji Statistik F ................................................................ 44
3.7 Analisis Regresi Linier Berganda ............................................. 44
3.8 Uji Hipotesis ............................................................................... 45
3.8.1 Uji t ................................................................................... 45
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..........................................................47
4.1 Deskripsi Analisis ....................................................................... 47
4.1.1 Populasi dan Sampel ..................................................... 47
4.2 Hasil Penelitian........................................................................... 48
4.2.1 Statistik Deskriptif ........................................................ 48
4.2.2 Uji Normalitas ............................................................... 51
4.2.3 Uji Asumsi Klasik ......................................................... 52
4.2.3.1 Uji Multikolinearitas ...................................... 52
4.2.3.2 Uji Heteroskedastisitas ................................... 53
4.2.3.3 Uji Autokolerasi ............................................. 54
4.2.4 Analisis Regresi Linier Berganda ................................. 55
4.2.5 Pengujian Model ........................................................... 56
4.2.5.1 Uji Koefisien Determinasi (R2) ...................... 56
4.2.5.2 Uji Model Fit ( Uji F) ..................................... 57
4.2.6 Uji Hipotesis (Uji-t) ...................................................... 58
4.2.6.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap
Kualitas Laba ............................................................... 58
4.2.6.2 Pengaruh Struktur Modal terhadap Kualitas
Laba .............................................................................. 59
4.2.6.3 Pengaruh Likuiditas terhadap Kualitas Laba . 59
4.2.6.4 Pengaruh Invesment Opportunity Set
terhadap Kualitas Laba ................................................ 59
4.2.6.5 Pengaruh Pertumbuhan Laba terhadap
Kualitas Laba ............................................................... 60
4.3 Pembahasan .................................................................................... 60
4.3.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Kualitas Laba ...... 60
4.3.2 Pengaruh Struktur Modal terhadap Kualitas Laba ............. 61
4.3.3 Pengaruh Likuiditas terhadap Kualitas Laba ..................... 62
xiv
4.3.4 Pengaruh Invesment Opportunity Set terhadap Kualitas Laba
........................................................................................................ . 63
4.3.5 Pengaruh Pertumbuhan Laba terhadap Kualitas Laba ....... . 64
BAB V PENUTUP ............................................................................................65
5.1 Kesimpulan ................................................................................. 65
5.2 Keterbatasan Penelitian ............................................................ 65
5.3 Saran ........................................................................................... 66
5.4 Implikasi Penelitian ................................................................... 66
5.4.1 Implikasi Metodologi dan Teori ...................................... 66
5.4.2 Implikasi Kebijakan dan Praktik (Manajerial) ................ 67
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................68
LAMPIRAN .......................................................................................................72
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tabel Penelitian Terdahulu .......................................................... 26
Tabel 3.1 Pengukuran Variabel .................................................................... 39
Tabel 4.1 Seleksi Sampel Penelitian ............................................................ 47
Tabel 4.2 Statistik Deksriptif ...................................................................... 48
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas .................................................................... 51
Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinearitas ......................................................... 53
Tabel 4.5 Hasil Uji Heteroskedastisitas ....................................................... 54
Tabel 4.6 Hasil Uji Autokorelasi (Durbin-Watson) .................................... 55
Tabel 4.7 Hasil Uji Regresi Linier Berganda ............................................... 56
Tabel 4.8 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) .......................................... 57
Tabel 4.9 Hasil Uji Model Fit (Uji F) .......................................................... 57
Tabel 4.10 Hasil Uji Hipotesis (Uji-t) ........................................................... 58
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Model Penelitian ...................................................................... 32
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 Nama Perusahaan dan Kode Perusahaan ............................... 72
LAMPIRAN 2 Kualitas Laba ......................................................................... 78
LAMPIRAN 3 Ukuran Perusahaan ................................................................. 89
LAMPIRAN 4 Struktur Modal ....................................................................... 80
LAMPIRAN 5 Likuiditas ................................................................................ 81
LAMPIRAN 6 Invesment Opportunity Set ..................................................... 82
LAMPIRAN 7 Pertumbuhan Laba.................................................................. 83
LAMPIRAN 10 Hasil Statistik Deksriptif ....................................................... 84
LAMPIRAN 11 Hasil Uji Normalitas............................................................... 85
LAMPIRAN 12 Hasil Uji Multikolinearitas .....................................................86
LAMPIRAN 13 Hasil Uji Heteroskedastisitas .................................................87
LAMPIRAN 14 Hasil Uji Autokorelasi ............................................................88
LAMPIRAN 15 Hasil Pengujian Model ...........................................................89
LAMPIRAN 16 Hasil Uji Regresi Linier Berganda .........................................90
LAMPIRAN 17 Lembar Bimbingan .................................................................91
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Sekarang ini, perkembangan bisnis khususnya pada bidang ekonomi
semakin pesat. Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah bertambahnya
jumlah perusahaan manufaktur yang sudah terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI). Semakin banyaknya perusahaan manufaktur yang berkembang, perusahaan
dituntut untuk selalu meningkatkan labanya agar dapat mempertahankan
kelangsungan usahanya dan dapat menarik para investor agar menanamkan
investasinya pada perusahaan.
Pentingnya informasi laba bagi para penggunanya menjadikan tiap
perusahaan berlomba-lomba meningkatkan labanya. Menurut Wulandari (2013),
laba yang berhasil dicapai oleh suatu perusahaan merupakan salah satu ukuran
kinerja dan menjadi pertimbangan oleh para investor atau kreditur dalam
pengambilan keputusan untuk melakukan investasi atau untuk memberikan
tambahan kredit.
Namun, bagi pihak tertentu ada yang melakukan cara tidak sehat guna
mencapai tujuan individunya terhadap informasi laba perusahaan. Hal ini
menjadikan praktek manipulasi laba dilakukan oleh manajemen perusahaan yang
mengetahui kondisi perusahaan dan bermaksud menarik investor agar
menginvestasikan dananya pada perusahaan mereka. (Irawati, 2012). Hal tersebut
yang mengakibatkan laba perusahaan menjadi tidak berkualitas.
2
Kualitas laba adalah laba dalam laporan keuangan yang mencerminkan
kinerja keuangan perusahaan yang sesungguhnya (Dhian 2012). Investor, kreditor
dan para pemangku kepentingan lainnya mengambil keputusan salah satunya
berdasar pada laporan keuangan, apabila kualitas laba yang disajikan tidak dapat
di andalkan maka para pemangku kepentingan tidak dapat percaya lagi pada
profesi akuntansi. Oleh karena itu berbagai upaya dan studi terus dilakukan agar
dapat menyusun laporan keuangan dengan kualitas laba yang tinggi.
Yushita (2013) , mengemukakan bahwa kualitas laba merupakan aspek
penting untuk menilai kesehatan keuangan suatu perusahaan. Pihak yang
berhubungan dengan perusahaan seperti kreditor, investor dan pengguna
informasi keuangan lainnya selalu memperhatikan laporan keuangan. Kualitas
laba dapat diartikan sebagai kemampuan perusahaan dalam melaporkan labanya
yang menunjukan laba yang sebenarnya, dengan sebaik mungkin melaporkan laba
yang akan digunakan untuk memprediksi laba masa depan perusahaan untuk para
pengguna laporan keuangan.
Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi keuangan
yang diberikan oleh perusahaan kepada publik terutama para investor dan
kreditur. Salah satu unsur dalam laporan keuangan yang paling banyak
diperhatikan dan dinanti-nantikan informasinya adalah laporan laba rugi. Laba
yang berhasil dicapai oleh suatu perusahaan merupakan salah satu ukuran kinerja
dan menjadi pertimbangan oleh para investor atau kreditur dalam pengambilan
keputusan untuk melakukan investasi atau untuk memberikan tambahan kredit.
Laba dapat dikatakan berkualitas tinggi jika laba yang dilaporkan tersebut dapat
3
digunakan oleh pengguna laporan keuangan untuk membuat keputusan yang
terbaik dan memenuhi karakteristik kualitatif laporan keuangan yaitu relevan dan
reabilitas.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas laba antara lain:
ukuran perusahaan, struktur modal, likuiditas, pertumbuhan laba dan invesment
opportunity set.
Ukuran perusahaan berhubungan dengan kualitas laba karena
semakin besar perusahaan maka semakin tinggi pula kelangsungan usaha suatu
perusahaan dalam meningkatkan kinerja keuangan sehingga perusahaan tidak
perlu melakukan praktek manipulasi laba. Ukuran perusahaan dapat menentukan
baik atau tidaknya kinerja dari perusahaan tersebut. Investor biasanya lebih
memiliki kepercayaan pada perusahaan besar. Hal ini dikarenakan perusahaan
besar dianggap mampu untuk terus meningkatkan kinerjaperusahaannya dengan
cara meningkatkan kualitas labanya.Perusahaan besar juga dianggap memiliki
informasi yang lebih banyak dibandingkan perusahaan kecil (Mulyani, dkk 2007).
Struktur modalyang biasa diproksikan dengan leverage karena untuk
mengetahui seberapa besar aset perusahaan yang dibiayai oleh hutang perusahaan.
Perusahaan yang memiliki hutang tinggi dapat berdampak pada risiko keuangan
yang semakin besar yaitu kemungkinan perusahaan tidak mampu membayar
hutang-hutangnya. Adanya risiko gagal bayar ini menyebabkan biaya yang harus
dikeluarkan perusahaan untuk mengatasi hal tersebut semakin besar sehingga
akan menurunkan laba perusahaan. Oleh karena itu, jika tingkat leverage suatu
perusahaan tinggi maka akan memiliki kecenderungan untuk melakukan
4
manajemen laba yang besar sehingga kualitas laba yang dihasilkan menjadi
rendah (Ghosh dan Moon, 2010).
Likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan memenuhi kewajiban
jangka pendeknya secara tepat waktu. Kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban lancarnya yang makin tinggi jika jumlah aset lancar lebih besar
daripada kewajiban lancar yang dimilikinya, jadi dapat dikatakan bahwa
perusahaan dapat memenuhi kewajiban lancarnya. Apabila perusahaan mampu
memenuhi kewajiban jangka pendek yang dimilikinya maka informasi laba yang
dihasilkan perusahaan merupakan laba yang berkualitas atau laba yang
sebenarnya. Perusahaan dengan likuiditas tinggi akan memiliki risiko yang relatif
kecil sehingga kreditur merasa yakin dalam memberikan pinjaman kepada
perusahaan dan investor akan tertarik untuk menginvestasikan dananya ke
perusahaan tersebut karena investor yakin bahwa perusahaan mampu bertahan
(tidak dilikuidasi). Dengan demikian pada saat laba dipublikasikan pasar akan
merespon positif laba tersebut. Jang et al. (2007) menyatakan bahwa semakin
tinggi current ratio suatu perusahaan maka labanya semakin berkualitas.
Investment Opportunity Set (IOS) merupakan nilai perusahaan yang
besarnya tergantung pada pengeluaran-pengeluaran yang ditetapkan oleh
manajemen di masa yang akan datang, yang pada saat ini merupakan pilihan-
pilihan investasi yang diharapkan akan lebih besar . Perusahaan dengan nilai IOS
yang tinggi akan mempunyai kesempatan atau peluang untuk berinvestasi yang
tinggi pula, baik dalam bentuk aktiva di tempat (asset in place) atau suatu aktiva
yang dapat diinvestasikan untuk jangka waktu yang lama dalam perusahaan. Wah
5
(2002) menyatakan bahwa IOS berhubungan dengan kualitas laba dan nilai
perusahaan, perusahaan yang mempunyai nilai Investment Opportunity Setyang
tinggi, maka cenderung akan memiliki nilai discretionary accrual yang tinggi pula.
Pertumbuhan laba dapat diketahui dengan mengukur market to
book ratio. Pertumbuhan laba suatu perusahaan biasanya diakibatkan oleh adanya
laba kejutan yang diperoleh pada periode sekarang. Perusahaan dengan laba
bertumbuh akan memiliki jumlah aktiva yang besar sehingga memberikan
peluang lebih besar didalam menghasilkan profitabilitasnya. Hamid (2001)
merumuskan bahwa perusahaan yang bertumbuh adalah perusahaan yang
memiliki pertumbuhan margin, laba dan penjualan yang tinggi. Jika suatu
perusahaan mempunyai pertumbuhan laba yang tinggi maka para investor akan
memberikan respon besar pada perusahaan karena perusahaan tersebut dapat
memberikan manfaat di masa depan.
Beberapa penelitian telah melakukan pengamatan terhadap variabel-
variabel yang mempengaruhi kualitas laba. Penelitian Warianto dan Rusiti (2014),
mengenai pengaruh ukuran perusahaan, struktur modal, likuiditas dan invesment
opportunity set (IOS) terhadap kualitas laba pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI. Dari penelitian tersebut dapat diketahui bahwa ukuran
perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap discretionary accruals, atau
ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap kuaitas laba.Akan
tetapi, penelitian oleh Dira dan Astika (2014) mengenai pengaruh struktur modal,
likuiditas, pertumbuhan laba, dan ukuran perusahaan pada kualitas laba,
6
menunjukan hasil bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan positif
terhadap kualitas laba.
Penelitian terdahulu terhadap hubungan antara ukuran perusahaan,
struktur mdal, likuiditas, pertumbuhan laba, dan invesment opportunity set
terhadap kuaitas laba tidak selalu menunjukan hasil yang konsisten. Obyek
penelitiannya adalah perusahaan manufaktur dikarenakan perusahaan manufaktur
merupakan emiten terbesar dalam memberikan kesempatan bagi para investor
untuk menanamkan modalnya, sehingga perusahaan manufaktur selalu mendapat
perhatian dari para investor. Kualitas dari informasi laba yang dihasilkan oleh
perusahaan manufaktur juga diindikasi dapat mempengaruhi respon pasar.
Penelitian tentang pengaruh terhadap kualitas laba sudah dilakukan oleh
beberapa orang. Hubungan antara variabel struktur modal terhadap kualitas laba
penelitian oleh Warianto dan Rusiti (2014), mengenai pengaruh ukuran
perusahaan, struktur modal, likuiditas dan invesment opportunity set (IOS)
terhadap kualitas laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI,
memperoleh hasil bahwa struktur modal berpengaruh positif signifikan terhadap
discretionary accruals, yang berrati struktur modal berpengaruh signifikan negatif
terhadap kualitas laba. Akan tetapi penelitian oleh Risdawaty dan Subowo (2015)
mengenai pengaruh struktur modal, ukuran perusahaan, asimetri informasi, dan
profitabilitas terhadap kualitas laba menunjukan hasil bahwa struktur modal
berpengaruh signifikan positif terhadap kualitas laba.
Hubungan antara variabel likuiditas terhadap kualitas laba penelitian
oleh Warianto dan Rusiti (2014), mengenai pengaruh ukuran perusahaan, struktur
7
modal, likuiditas dan invesment opportunity set (IOS) terhadap kualitas laba pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI, menunjukan hasil bahwa likuiditas
berpengaruh negatif signifikan terhadap discretionary accruals atau likuiditas
berpengaruh signifikan positif terhadap kualitas laba.Akan tetapi penelitian oleh
penelitian oleh Dira dan Astika (2014) mengenai pengaruh struktur modal,
likuiditas, pertumbuhan laba, dan ukuran perusahaan pada kualitas laba,
menunjukan hasil bahwa likuiditas tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas
laba.
Hubungan antara variabel invesment opportunity set (IOS) terhadap
kualitas laba penelitian oleh Warianto dan Rusiti (2014), mengenai pengaruh
ukuran perusahaan, struktur modal, likuiditas dan invesment opportunity set (IOS)
terhadap kualitas laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI,
menunjukan hasil bahwa invesment opportunity set (IOS) berpengaruh signifikan
positif terhadap dicretionary accruals atau IOS berpengaruh signifikan negatif
terhadap kualitas laba. Akan tetapi penelitian oleh Wulansari (2013) mengenai
pengaruh invesment opportunity set (IOS), likuiditas dan leverage terhadap
kualitas laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI menunjukan hasil
bahwa invesment opportunity set (IOS) tidak berpengaruh terhadap kualitas laba.
Hubungan antara variabel pertumbuhan laba terhadap kualitas laba,
penelitian oleh Dira dan Astika (2014) mengenai pengaruh struktur modal,
likuiditas, pertumbuhan laba, dan ukuran perusahaan pada kualitas laba,
menunjukan hasil bahwa pertumbuhan laba tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap kualitas laba. Akan tetapi penelitian oleh Irawati (2012) mengenai
8
pengaruh struktur modal, pertumbuhan laba, ukuran perusahaan dan likuiditas
terhadap kualitas laba menunjukan hasil bahwa pertumbuhan laba berpengaruh
signifikan negatif terhadap kualitas laba.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penelitian ini menguji
kembali “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Struktur Modal, Likuiditas,
Pertumbuhan Laba, dan Invesment Opportunity Set (IOS) terhadap Kualitas
Laba (Study Kasus pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI
Tahun 2014-2016)”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan diatas, maka
permasalahan yang akan diuji adalah :
1. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kualitas laba ?
2. Apakah struktur modal berpengaruh terhadap kualitas laba ?
3. Apakah likuiditas berpengaruh terhadap kualitas laba ?
4. Apakah invesment opportunity set berpengaruh terhadap kualitas laba ?
5. Apakah pertumbuhan modal berpengaruh terhadap kualitas laba ?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dari penelitian ini:
1. Menganalisis pengaruh ukuran perusahaan terhadap kualitas laba
2. Menganalisis pengaruh struktur modal terhadap kualitas laba
3. Menganalisis pengaruh likuiditas terhadap kualitas laba
4. Menganalisis pengaruh invesment opportunity set (IOS) terhadap kualitas
laba
9
5. Menganalisis pengaruh pertumbuhan laba terhadap kualitas laba
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
a. Aspek Teoritis
1. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai wacana bagi
pengembangan teori-teori atau ilmu pengetahuan terutama di
bidang ekonomi.
2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan terhadap
hasil penelitian yang lain yang telah dilakukan serta dapat dijadikan
sebagai tambahan bahan pertimbangan untuk penelitian yang akan
datang.
b. Aspek Praktis
1. Bagi perusahaan, diharapkan dapat memberikan informasi sebagai
bahan pertimbangan.
2. Bagi investor, diharapkan dapat memberikan informasi dalam
pengambilan suatu keputusan.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, PENELITIAN EMPIRIS DAN HIPOTESIS
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Teori Agensi
Teori agensi adalah teori yang menyatakan adanya hubungan kerja
antara pihak yang memberi wewenang (prinsipal) yaitu investor dengan pihak
yang menerima wewenang (agensi) yaitu manajer, dalam bentuk kontrak kerja
sama yang disebut ”nexus of contract” Jensen dan Meckling (1976) . Teori agensi
mengasumsikan bahwa semua individu bertindak atas kepentingan mereka
sendiri. Pemegang saham sebagai principal diasumsikan hanya tertarik kepada
hasil keuangan yang bertambah atau investasi mereka di dalam perusahaan.
Sedang para agen disumsikan menerima kepuasan berupa kompensasi keuangan
dan syarat-syarat yang menyertai dalam hubungan tersebut.
Perbedaan “kepentingan ekonomis” ini bisa saja disebabkan ataupun
menyebabkan timbulnya informasi asimetri (Kesenjangan informasi) antara
Pemegang Saham dan organisasi. Diskripsi bahwa manajer adalah agen bagi para
pemegang saham atau dewan direksi adalah benar sesuai teori agensi. Terdapat
tiga masalah utama dalam hubungan agensi, yaitu :
1. Kontrol pemegang saham kepada manajer
2. Biaya yang menyertai hubungan agensi
3. Menghindari dan meminimalisasi biaya agensi
11
Hubungan agensi ini memotivasi setiap individu untuk memperoleh
sasaran yang harmonis, dan menjaga kepentingan masing-masing antara agen dan
principal. Hubungan keagenan ini merupakan hubungan timbal balik dalam
mencapai tujuan dan kepentingan masing-masing pihak yang secara eksplisit dan
sadar memasukkan beberapa penekanan seperti:
1. Kebutuhan principal akan memberikan kepercayaan kepada
manajer dengan imbalan atau kompensasi keuangan
2. Budaya organisasi yang berlaku dalam perusahaan
3. Faktor luar seperti karasteristik industri, pesaing, praktek
kompensasi, pasar tenaga kerja, manajerial dan isu-isu legal
Strategi yang dijalankan perusahaan dalam memenangkan kompetisi
global. Untuk mencegah kemungkinan terjadinya konflik tersebut, maka ada
beberapa hal yang harus dilakukan, diantaranya:
1. Penyusunan Standar yang jelas mengenai siapa saja yang pantas
menjadi apa baik untuk jabatan fungsional maupun struktural
ataupun untuk posisi tertentu yang dianggap strategis dan kritis.
2. Diadakan tes kompetensi dan kemampuan untuk mencapai suatu
jabatan tertentu dengan adil dan terbuka.
3. Akuntabilitas dan Transparansi setiap “proses bisnis” dalam
organisasi agar memungkinkan monitoring dari setiap pihak
sehingga penyimpangan yang dilakukan oknum-oknum dapat
diketahui dan diberikan sangsi tanpa kompromi.
12
2.2 Kualitas Laba
Kualitas laba dalam akuntansi, merujuk kepada kemasukakalan seluruh
laba yang dilaporkan, Rinawati (2011). Kualitas laba adalah penilaian sejauh
mana laba sebuah perusahaan itu dapat diperoleh berulang-ulang, dapat
dikendalikan, dan laik bank (memenuhi syarat untuk mengajukan kredit/pinjaman
pada bank), di antara faktor-faktor lainnya. Kualitas laba mengakui fakta bahwa
dampak ekonomi transaksi yang terjadi akan beragam diantara perusahaan sebagai
fungsi dari karakter dasar bisnis mereka, dan secara beragam dirumuskan sebagai
tingkat laba yang menunjukkan apakah dampak ekonomi pokoknya lebih baik
dalam memperkirakan arus kas atau juga dapat diramalkan.
Kualitas laba merupakan suatu ukuran untuk mencocokkan apakah laba
yang dihasilkan sama dengan apa yang sudah direncanakan sebelumnya. Kualitas
laba semakin tinggi jika mendekati perencanaan awal atau melebihi target dari
rencana awal. Kualitas laba rendah jika dalam menyajikan laba tidak sesuai
dengan laba sebenarnnya sehingga informasi yang di dapat dari laporan laba
menjadi bias dan dampaknya menyesatkan kreditor dan investor dalam
mengambil keputusan (Rinawati, 2011).
Kualitas laba, menurut Schipper dan Vincent (2003), menunjukkan
tingkat kedekatan laba yang dilaporkan dengan Hicksian income, (yang
merupakan laba ekonomik) yaitu jumlah yang dapat dikonsumsi dalam satu
periode dengan menjaga agar kemampuan perusahaan pada awal dan akhir
periode tetap sama. Menurut Schipper dan Vincent, kualitas laba akuntansi
13
ditunjukkan oleh ”kedekatan atau korelasi antara laba akuntansi dan laba
ekonomik” (Suwardjono, 2005, hlm. 463).
Dechow dan Schrand (2004), laba yang berkualitas merupakan laba
yang memiliki tiga karakteristik berikut ini :
1. Mampu mencerminkan kinerja operasi perusahaan saat ini dengan
akurat,
2. Mampu memberikan indikator yang baik mengenai kinerja
perusahaan di masa depan
3. Dapat menjadi ukuran yang baik untuk menilai kinerja perusahaan
(Tong dan Miso, 2011).
Penman (2007), laba yang berkualitas dapat mencerminkan kelanjutan
laba (sustainable earning) di masa depan. Setiap perusahaan selalu membutuhkan
kualitas laba yang baik untuk membiayai kegiatan operasionalnya baik dalam
perusahaan yang bergerak dalam bidang industri maupun jasa.
Dalam literatur penelitian akuntansi, terdapat berbagai pengertian
kualitas laba dalam perspektif kebermanfaatan pada pengambilan keputusan
(decision usefulness). Schipper dan Vincent (2003) mengelompokkan konstruk
kualitas laba dan pengukurannya berdasarkan cara menentukan kualitas laba, yaitu
berdasarkan: sifat runtun-waktu dari laba, karakteristik kualitatif dalam rerangka
konseptual, hubungan laba-kas-akrual, dan keputusan implementasi. Empat
kelompok penentuan kualitas laba ini dapat diikhtisarkan sebagai berikut.
Pertama, berdasarkan sifat runtun-waktu laba, kualitas laba meliputi:
persistensi, prediktabilitas (kemampuan prediksi), dan variabilitas. Atas dasar
14
persistensi, laba yang berkualitas adalah laba yang persisten yaitu laba yang
berkelanjutan, lebih bersifat permanen dan tidak bersifat transitori. Persistensi
sebagai kualitas laba ini ditentukan berdasarkan perspektif kemanfaatannya dalam
pengambilan keputusan khususnya dalam penilaian ekuitas. Kemampuan prediksi
menunjukkan kapasitas laba dalam memprediksi butir informasi tertentu,
misalnya laba di masa datang. Dalam hal ini, laba yang berkualitas tinggi adalah
laba yang mempunyai kemampuan tinggi dalam memprediksi laba di masa
datang. Berdasarkan konstruk variabilitas, laba berkualitas tinggi adalah laba yang
mempunyai variabilitas relatif rendah atau laba yang smooth.
Kedua, kualitas laba didasarkan pada hubungan laba-kas-akrual yang
dapat diukur dengan berbagai ukuran, yaitu: rasio kas operasi dengan laba,
perubahan akrual total, estimasi abnormal/discretionary accruals (akrual
abnormal/ DA), dan estimasi hubungan akrual-kas. Dengan menggunakan ukuran
rasio kas operasi dengan laba, kualitas laba ditunjukkan oleh kedekatan laba
dengan aliran kas operasi. Laba yang semakin dekat dengan aliran kas operasi
mengindikasikan laba yang semakin berkualitas. Dengan menggunakan ukuran
perubahan akrual total, laba yang berkualitas adalah laba yang mempunyai
perubahan akrual total kecil. Pengukuran ini mengasumsikan bahwa perubahan
total akrual disebabkan oleh perubahan discretionary accruals. Estimasi
discretionary accruals dapat diukur secara langsung untuk menentukan kualitas
laba. Semakin kecil discretionary accruals semakin tinggi kualitas laba dan
sebaliknya. Selanjutnya, keeratan hubungan antara akrual dan aliran kas juga
15
dapat digunakan untuk mengukur kualitas laba. Semakin erat hubungan antara
akrual dan aliran kas, semakin tinggi kualitas laba.
Ketiga, kualitas laba dapat didasarkan pada Konsep Kualitatif
Rerangka Konseptual. Laba yang berkualitas adalah laba yang bermanfaat dalam
pengambilan keputusan yaitu yang memiliki karakteristik relevansi, reliabilitas,
dan komparabilitas /konsistensi. Pengukuran masing-masing kriteria kualitas
tersebut secara terpisah sulit atau tidak dapat dilakukan. Oleh sebab itu, dalam
penelitian empiris koefisien regresi harga dan return saham pada laba (dan
ukuran-ukuran terkait yang lain misalnya aliran kas) diinterpretasi sebagai ukuran
kualitas laba berdasarkan karakteristik relevansi dan reliabilitas.
Keempat, kualitas laba berdasarkan keputusan implementasi meliputi
dua pendekatan. Dalam pendekatan pertama, kualitas laba berhubungan negatif
dengan banyaknya pertimbangan, estimasi, dan prediksi yang diperlukan oleh
penyusun laporan keuangan. Semakin banyak estimasi yang diperlukan oleh
penyusun laporan keuangan dalam mengimplementasi standar pelaporan, semakin
rendah kualitas laba, dan sebaliknya. Dalam pendekatan kedua, kualitas laba
berhubungan negatif dengan besarnya keuntungan yang diambil oleh manajemen
dalam menggunakan pertimbangan agar menyimpang dari tujuan standar
(manajemen laba). Manajemen laba yang semakin besar mengindikasi kualitas
laba yang semakin rendah, dan sebaliknya.
2.3 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya sebuah
perusahaan yang dapat diklasifikasikan dengan berbagai cara antara lain
16
ukuran perusahaan, total aset, dan total ekuitas. Besar kecilnya dapat ditinjau
dari lapangan usaha yang dijalankan (Brigham dan Houston, 2001:117). Total
penjualan juga dapat digunakan sebagai basis pengukurannya. Karena biaya
yang mengikuti penjualan cenderung lebih besar, maka perusahaan dengan
tingkat penjualan yang tinggi cenderung memilih kebijakan akuntansi yang
mengurangi laba.
Perusahaan berukuran besar memiliki berbagai kelebihan
dibandingkan dengan perusahaan berukuran kecil. Kelebihan pertama yaitu
dengan ukuran perusahaan yang lebih besar akan mempermudah dalam
memperoleh dana dari pasar modal. Kedua, ukuran perusahaan yang besar
akan lebih memiliki kekuatan tawar-menawar (bargaining power) dalam
kontrak keuangan dibandingkan perusahaan berukuran kecil. Ketiga, adanya
kemungkinan pengaruh ukuran perusahaan dalam biaya dan return membuat
perusahaan yang lebih besar dapat memperoleh lebih banyak laba (Sawir,
2004).
Ukuran perusahaan yang biasa digunakan untuk menentukan
tingkatan perusahaan menurut Setiyadi (2007) adalah:
- Tenaga kerja, merupakan jumlah pegawai tetap dan honorer yang
terdaftar atau bekerja di perusahaan pada waktu tertentu.
- Tingkat penjualan, merupakan volume penjualan perusahaan pada
periode tertentu.
- Total utang, merupakan jumlah utang perusahaan pada suatu
periode tertentu.
17
- Total aset, merupakan keseluruhan aset yang dimiliki perusahaan
pada periode tertentu.
2.4 Struktur Modal
Menurut Subramayan (2011), struktur modal merupakan pendanaan
ekuitas dan hutang pada suatu perusahaan yang sering dihitung berdasarkan reltif
berbagai sumber pendanaan. Stabilitas keuangan perusahaan dan dan risiko gagal
melunasi uang bergantung pada sumber pendanaan serta jenis jumlah berbagai
aset yang dimiliki perusahaan. Perusahaan umumnya menggunakan baik
pendanaan utang maupun ekuitas. Kreditor biasanya tidak mau memberikan dana
tanpa perlindiungan dari pendanaan ekuitas.
Struktur modal (capital structure) adalah perbandingan atau imbangan
pendanaan jangka panjang perusahaan yang ditujukan oleh perbandingan hutang
jangka panjang terhadap sumber modal (Keown dkk, 2008). Perusahaan
menggunakan struktur modal dengan tujuan agar keuntungan yang diperoleh lebih
besar dari pada biaya aset dan sumber dananya yang akan meningkatkan
keuntungan pemegang saham. Dalam penelitian ini struktur modal dilihat dari
leveragenya.
Leverage keuangan mengacu pada jumlah pendanaan utang dalam
struktur modal suatu perusahaan. Perusahaan dengan leverage keuangan disebut
memperdagangkan ekuitas. Hal ini menunjukan perusahaan menggunakan modal
ekuitas sebagai dasar pinjaman untuk mendapatkan kelebihan pengembalian.
Menurut Dhian Eka Irawati (2012), struktur modal yang diukur dengan
leverage merupakan suatu variabel untuk mengetahui seberapa besar aset
18
perusahaan dibiayai oleh hutang perusahaan. Struktur modal mempunyai
pengaruh terhadap kualitas laba karena jika aset perusahaan lebih besar dibiayai
oleh hutang dari pada modalnya maka peran dari pada investor menjadi menurun.
Perusahaan dinilai tidak dapat menjaga keseimbangan finansial dalam
penggunaan dana antara jumlah modal yang tersedia dengan modal yang
dibutuhkan. Oleh karena itu, jika tingkat leverage suatu perusahaan semakin
tinggi maka kualitas laba akan semakin rendah.
2.5 Likuiditas
Likuiditas adalah kemampuan manajemen bank dalam menyediakan
dana yang cukup untuk memenuhi semua kewajibannya maupun komitmen yang
telah dikeluarkan kepada nasabahnya setiap saat. Kewajiban yang timbul dari sisi
aktiva misalnya penyediaan dana bagi penarikan pinjaman yang disetujui atau
penarikan atas kelonggaran tarik pinjaman. Sedangkan kewajiban yang timbul
dari sisi pasiva atau liabilities misalya penyediaan dana bagi penarikan tabungan
dan simpanan lainnya oleh nasabah.
Sumber- sumber utama kebutuhan likuiditas dapat digolongkan sebagai
berikut:
1. Memenuhi kebutuhan likuiditas wajib minimum
2. Menjaga agar saldo rekening yang ada pada bank koresponden
selalu berada pada jumlah yang ditentukan.
3. Memenuhi penarikan dana baik oleh nasabah debitur maupun
penabung.
19
Likuiditas adalah kemampuan untuk menjual sebuah asset guna
mendapatkan kas pada waktu singkat. Menurut Yenny Wulansari (2013), untuk
menjaga kestabilan perusahaan, penting bagi perusahaan untuk menjaga
likuiditasnya secara fundamental. Perusahaan yang likuid dapat diidentifikasikan
sebagai kondisi ketika perusahaan mampu memenuhi semua kewajiban jangka
pendeknya yang jatuh tempo. Untuk menjamin semua kewajiban jangka pendek
tersebut, perusahaan harus menjaminkan aset-asetnya yang likuid.
2.6 Invesment Opportunity Set
Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya
yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan untuk mendapatkan sejumlah
keuntungan di masa yang akan datang. Investment opportunity set (IOS)
merupakan kesempatan yang dimiliki oleh suatu perusahaan untuk bertumbuh.
IOS dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan klasifikasi pertumbuhan
perusahaan di masa mendatang. Gaver dan Gaver (1993) menyatakan bahwa
investment opportunity set merupakan nilai perusahaan yang besarnya tergantung
pada pengeluaran-pengeluaran yang ditetapkan manajemen di masa yang akan
datang (future discretionary expenditure), yang pada saat ini merupakan pilihan-
pilihan investasi yang diharapkan akan menghasilkan return yang lebih besar.
Myers (1977) sebagai orang pertama yang mengemukakan istilah IOS
dengan menguraikan pengertian perusahaan sebagai suatu kombinasi antara aset
riil (asset in place) dan pilihan-pilihan investasi pada masa depan. IOS
(Investment opportunity set) merupakan kesempatan perusahaan untuk tumbuh.
IOS digunakan sebagai dasar untuk menentukan klasifikasi pertumbuhan di masa
20
depan. Bagi perusahaan yang memiliki set kesempatan investasi tinggi senantiasa
melakukan ekspansi dalam strategi bisnisnya, maka akan semakin membutuhkan
dana eksternal.
Munculnya istilah IOS pertama kali dikemukakan oleh Myers (1977) yang
menguraikan pengertian perusahaan, yaitu sebagai satu kombinasi antara aset riil
(assets in place) dan opsi investasi masa depan. Opsi investasi masa depan ini
kemudian dikenal sebagai set kesempatan investasi atau Investment Opportunity
Set (IOS). Menurut Gaver dan Gaver (1993) dalam Subekti dan Kusuma (2001),
opsi investasi masa depan atau set kesempatan investasi tidak semata-mata hanya
ditunjukkan dengan adanya proyek-proyek yang didukung oleh kegiatan riset dan
pengembangan saja, tetapi juga dengan kemampuan perusahaan yang lebih tinggi
dalam mengeksploitasi kesempatan mengambil keuntungan dibandingkan dengan
perusahaan lain yang setara dalam suatu kelompok industrinya. Gaver dan Gaver
(1993) menyatakan bahwa IOS merupakan nilai perusahaan yang tergantung pada
pengeluaran-pengeluaran yang ditetapkan manajemen di masa yang akan datang,
yang pada saat ini merupakan hasil dari pilihan-pilihan investasi yang diharapkan
akan menghasilkan return yang lebih besar. Komponen dari nilai perusahaan
merupakan hasil dari pilihan-pilihan untuk membuat investasi di masa yang akan
datang adalah merupakan IOS (Myers, 1977). Karena IOS perusahaan terdiri dari
proyek-proyek yang memberikan pertumbuhan bagi perusahaan, maka IOS dapat
menjadi pemikiran sebagai prospek pertumbuhan perusahaan.
Pertumbuhan perusahaan merupakan kemampuan perusahaan untuk
meningkatkan size, sementara set kesempatan investasi merupakan opsi untuk
21
berinvestasi dalam bentuk proyek yang memiliki net present value yang positif.
Kemampuan perusahaan yang lebih tinggi ini bersifat tidak dapat diobservasi
(unobservable), oleh karena itu jika peneliti ingin mengetahui maka harus mencari
dan menghitung sendiri dengan mengembangkannya menjadi proksi IOS sesuai
dengan tujuan dan jenis data yang tersedia dalam penelitiannya (Subekti dan
Kusuma, 2001). Lebih lanjut, pertumbuhan perusahaan menurut Subekti dan
Kusuma (2001), dapat diproksikan oleh kombinasi dari berbagai nilai set
kesempatan investasi. Nilai set kesempatan investasi ini dihitung dengan
kombinasi berbagai jenis proksi yang mengimplikasikan nilai aset di tempat
berupa nilai buku aktiva maupun ekuitas perusahaan dan nilai kesempatan yang
tumbuh pada suatu perusahaan di masa depan berupa nilai pasar perusahaan.
Selanjutnya proksi-proksi IOS ini dijadikan sebagai dasar untuk menentukan
klasifikasi pertumbuhan perusahaan di masa depan apakah suatu perusahaan
masuk dalam klasifikasi yang bertumbuh atau tidak bertumbuh (Subekti dan
Kusuma, 2001).
IOS merupakan variabel yang tidak dapat diobservasi (variabel laten), oleh
karena itu diperlukan proksi. Hal ini didukung oleh Kallapur dan Trombley (2001)
yang menyatakan bahwa kesempatan investasi perusahaan tidak dapat diobservasi
untuk pihak-pihak luar perusahaan. Berbagai variabel yang digunakan sebagai
proksi IOS telah banyak diteliti dan diuji pada berbagai penelitian. Proksi ini
dapat diklasifikasikan dalam empat tipe (Kallapur dan Trombley, 2001), yaitu:
1) Proksi Berbasis pada Harga
22
Proksi ini mendasarkan pada perbedaan antara aset dan nilai perusahaan, oleh
karena itu proksi ini sangat tergantung pada harga saham. Menurut Subekti dan
Kusuma (2001), proksi ini percaya pada gagasan bahwa prospek yang tumbuh
dari perusahaan sebagian dinyatakan dalam harga pasar. Perusahaan yang tumbuh
akan memiliki nilai pasar yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan aktiva
riilnya (assets in place).
2) Proksi Berbasis Investasi
Proksi berbasis pada investasi menunjukkan tingkat aktivitas investasi yang tinggi
secara positif berhubungan dengan IOS perusahaan. Proksi ini percaya pada
gagasan bahwa dalam satu level kegiatan investasi yang tinggi berkaitan secara
positif pada nilai IOS suatu perusahaan. Kegiatan investasi ini diharapkan dapat
memberikan peluang investasi pada masa berikutnya yang semakin besar pada
perusahaan yang bersangkutan (Subekti dan Kusuma, 2001).
3) Proksi Berbasis Varian
Proksi berbasis varian mendasarkan ide bahwa pilihan akan lebih bernilai sebagai
variabilitas dari return dengan mendasarkan pada peningkatan asset (Kallapur dan
Trombley, 2001).
4) Proksi Gabungan dari Proksi IOS Individual
Alteratif proksi gabungan IOS dilakukan sebagai upaya untuk mengurangi
measurement error yang ada dalam proksi individual, sehingga menghasilkan
pengukuran yang baik untuk IOS. Beberapa alternatif proksi gabungan
diantaranya:
23
1. Analisis Sensitivitas, yaitu dengan mensubstitusikan setiap proksi satu
persatu ke dalam model untuk mendapatkan satu proksi terbaik kemudian
2. Membentuk variabel instrumental sebagai alternatif lain dari proksi IOS.
a. Common Faktor Analysis, dilakukan untuk memperoleh score
factor sebagai indeks umum IOS.
b. Structural Equation Models, dilakukan dengan
menggabungkan variabel terukur dari proksi-proksi individual
menjadi satu variabel laten, yang dilakukan dengan pendekatan
confirmatory factor analysis dengan membangun model
berdasarkan teori yang mendasari variabel-variabel terukur
tersebut ke dalam variabel latennya. Gabungan proksi IOS ini
dikorelasikan dengan realisasi pertumbuhan untuk melihat
kemampuan dan konsistensi proksi IOS dalam memprediksi
pertumbuhan perusahaan.
2.7 Pertumbuhan Laba
Pertumbuhan laba merupakan suatu kenaikan laba atau penurunan laba per
tahun yang biasnya dinyatakan dalam prosentase (Irma, 2011). Apabila suatu
perusahaan memiliki kesempatan untuk bertumbuh, maka perusahaan tersebut
dapat meningkatkan labanya di masa mendatang. Dan hal ini menunjukkan bahwa
laba yang dihasilkan merupakan laba yang berkualitas. Jadi semakin tinggi
kesempatan perusahaaan untuk tumbuh dan berkembang maka semakin tinggi
pula kualitas labanya. Pertumbuhan laba yang dimiliki oleh suatu perusahaan
dapat berpengaruh terhadap kualitas laba, karena jika suatu perusahaan
24
mempunyai kesempatan untuk tumbuh terhadap labanya berarti kinerja keuangan
perusahaan tersebut pada kondisi yang baik dan mencerminkan bahwa
perusahaaan juga memiliki kesempatan bertumbuh terhadap labanya.
Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan laba. Pengertian laba
secara operasional merupakan perbedaan antara pendapatan yang direalisasi yang
timbul dari transaksi selama satu periode dengan biaya yang berkaitan dengan
pendapatan tersebut. Wild dan Halsey (2005) ”Laba ( Income – juga disebut
Earnings atau Profit) merupakan ringkasan hasil aktivitas operasi usaha yang
dinyatakan dalam istilah keuangan”. Laba mencerminkan pengembalian kepada
pemegang ekuitas untuk periode bersangkutan, sementara pos-pos dalam laporan
merinci bagaimana laba didapat.
Menurut Darsono dan Purwanti (2008) menyatakan “Laba ialah prestasi
seluruh karyawan dalam suatu perusahaan yang dinyatakan dalam bentuk angka
keuangan yaitu selisih positif antara pendapatan dikurangi beban (Expenses)”.
Laba merupakan dasar ukuran kinerja bagi kemampuan manajemen dalam
mengoperasikan harta perusahaan. Laba harus direncanakan dengan baik agar
manajemen dapat mencapainya secara efektif.
Ukuran yang sering kali dipakai untuk menentukan sukses tidaknya
manajemen perusahaan adalah laba yang diperoleh perusahaan. Berhasil atau
tidaknya suatu perusahaan pada umumnya ditandai dengan kemampuan
manajemen dalam melihat kemungkinan dan kesempatan di masa yang akan
datang, baik jangka panjang maupun jangka pendek. Dengan demikian sasaran
25
utama pelaporan keuangan adalah informasi tentang prestasi-prestasi perusahaan
yang disajikan melalui pengukuran laba dan komponen-komponennya.
Pertumbuhan laba dihitung dengan cara mengurangkan laba periode
sekarang dengan laba periode sebelumnya kemudian dibagi dengan laba pada
periode sebelumnya. Pertumbuhan laba dipengaruhi oleh perubahan komponen-
komponen dalam laporan keuangan. Pertumbuhan laba yang disebabkan oleh
perubahan komponen laporan keuangan misalnya perubahan penjualan, perubahan
harga pokok penjualan, perubahan beban operasi, perubahan beban bunga,
perubahan pajak penghasilan, adanya perubahan pada pos-pos luar biasa, dan lain-
lain. Menurut Hanafi dan Halim sebagaimana dikutip Angkoso (2006)
menyebutkan bahwa pertumbuhan laba dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
lain:
1) Besarnya perusahaan.
2) Umur perusahaan.
3) Tingkat Leverage.
4) Tingkat penjualan.
5) Perubahan laba masa lalu.
Namun begitu pertumbuhan laba juga dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor
luar seperti adanya peningkatan harga akibat inflasi dan adanya kebebasan
manajerial (manajerial discreation) yang memungkinkan manajer memilih metode
akuntansi dan membuat estimasi yang dapat meningkatkan laba.
26
2.8 Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang kualitas laba perusahaan banyak dilakukan baik di
Indonesia maupun negara lainnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas laba
sebuah perusahaan perlu diindentifikasi secara jelas oleh karena itu penelitian
mengenai kualitas laba semakin banyak dilakukan dan dikembangkan. Berikut,
beberapa penelitian yang telah dilakukan antara lain:
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No Nama
Peneliti
dan Tahun
Variabel
Independen
Variabel
Dependen
Hasil Penelitian
1. Dhian Eka
Irawati
(2012)
- Pertumbuhan
laba
- Likuiditas
- Struktur Modal
- Ukuran
perusahaan
Kualitas
laba Pertumbuhan
laba dan
likuiditas
berpengaruh
signifikan dan
negatif terhadap
kualitas laba
Struktur modal
dan ukuran
perusahaan tidak
berpengaruh
terhadap kualitas
laba.
2. Iin
Mutmaina
h Eka
Risdawaty
dan
Subowo
(2015)
- Struktur modal
- Profitabilitas
- Ukuran
perusahaan
- Asimetri
informasi
Kualitas
Laba Struktur modal
berpengaruh
signifikan positif
terhadap kualitas
laba
Profitabilitas
berpengaruh
signifikan negatif
terhadap kualitas
laba
Ukuran
perusahaan dan
asimetri
informasi tidak
27
berpengaruh
terhadap kualitas
laba
3. Kadek
Prawisanti
Dira dan
Ida Bagus
Putra
Astika
(2014)
- Struktur modal
- Ukuran
perusahaan
- Likuiditas
- Pertumbuhan
laba
Kualitas
laba Ukuran
perusahaan
berpengaruh
signifikan positif
terhadap kualitas
laba
Struktur modal,
likuiditas, dan
pertumbuhan
laba tidak
berpengaruh
terhadap kualitas
laba
4. Paulina
Warianto
dan Ch.
Rusiti
(2014)
- Ukuran
perusahaan
- Struktur modal
- Likuiditas
- Invesment
opportunity set
(IOS)
Kualitas
laba Ukuran
perusahaan dan
likuiditas
berpengaruh
signifikan positif
terhadap kualitas
laba
Struktur modal
dan invesment
opportunity set
(IOS)
berpengaruh
signifikan negatif
terhadap kualitas
laba
5.
Yenny
Wulansari
(2013)
- Invesment
opportunity set
(IOS)
- Likuiditas
- Leverage
Kualitas
laba Likuiditas
berpengaruh
signifikan positif
terhadap kualitas
laba
IOS dan leverage
tidak
berpengaruh
terhadap kualitas
laba
28
2.9 Pengembangan Hipotesis
2.9.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Kualitas Laba
Ukuran perusahaan merupakan salah satu karakteristik perusahaan yang
sering diperhatikan. Perusahaan yang berskala besar memiliki kemungkinan
mendapatkan return yang lebih besar ketimbang perusahaan berskala kecil, selain
itu perusahaan besar juga lebih mudah dalam mendapatkan suntikan dana dari
investor.
Perusahaan berukuran besar mendapatkan kemudahan dibandingkan
perusahaan kecil, oleh karena itu manajemen akan lebih mudah dalam
mewujudkan kebijakan-kebijakan yang mungkin mahal tetapi menghasilkan
keuntungan yang besar. Keuntungan besar tersebut membuat manajemen tidak
perlu melakukan rekayasa terhadap laporan keuangan perusahaan karena tugas
manajemen dalam meningkatkan nilai perusahaan tercapai sesuai dengan
keinginan principal. Sehingga dapat dikatakan bahwa tidak timbul konflik
keagenan pada perusahaan. Hal ini didukung oleh penelitian oleh Dira & Astika
(2014), serta Warianto & Rusiti (2014) yang menyatakan bahwa ukuran
perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas laba perusahaan.
H1 : Ukuran Perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap
kualitas laba.
2.9.2 Pengaruh Struktur Modal terhadap Kualitas Laba
Struktur modal merupakan bauran pendanaan hutang jangka
panjang dan ekuitas. Struktur modal merupakan cara perusahaan untuk
membentuk sisi kanan neraca yang terdiri dari modal dan hutang. Struktur modal
29
terdiri dari pendanaan jangka pendek, pendanaan jangka panjang, dan ekuitas.
Hutang jangka pendek dan jangka panjang dapat diperoleh dari pihak eksternal
perusahaan. Hutang jangka panjang akan digunakan oleh perusahaan untuk
membiayai investasi modal.
Manajer keuangan merupakan pihak yang bertanggungjawab dalam
menentukan struktur modal perusahan. Manajer keuangan bertugas membuat
keputusan pendanaan, keputusan investasi dan keputusan deviden. Oleh karena itu
manajer keuangan sebagai agen harus berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan
shareholders (principal) dan meningkatkan nilai perusahaan. Diharapkan dengan
keputusan struktur modal yang tepat perusahaan mendapatkan keuntungan sebesar
mungkin, sehingga tidak perlu melakukan manajemen laba.
Penelitian Warianto & Rusiti (2014) dan Risdawaty & Subowo (2015)
memberikan hasil yang berbeda dari penjabaran tersebut dimana struktur modal
berpengaruh negatif signifikan terhadap kualitas laba, hal ini mungkin terjadi
karena dengan jumlah hutang yang besar membuat adanya resiko gagal bayar di
mana perusahaan harus mengeluarkan biaya lebih untuk mengatasinya, sehingga
menurunkan laba, maka manajemen cenderung melakukan manajemen laba.
H2 : Struktur Modal berpengaruh negatif signifikan terhadap
kualitas laba.
2.9.3 Pengaruh Likuiditas terhadap Kualitas Laba
Rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban (utang) jangka pendek.
Menurut Dhian (2012) likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk
30
memenuhi hutang jangka pendeknya dengan aset lancar yang dimiliki. Likuiditas
mempunyai pengaruh terhadap kualitas laba karena jika suatu perusahaan
memiliki kemampuan dalam membayar hutang jangka pendeknya berarti
perusahaan memiliki kinerja keuangan yang baik dalam pemenuhan hutang lancar
sehingga perusahaan tidak perlu melakukan manipulasi laba.
Perusahaan dengan likuiditas yang baik dinilai mampu mengatur aset
yang dimiliki sehingga mampu memperoleh laba yang maksimal sehingga tidak
menimbulkan konflik keagenan karena laba yang diterima sudak semaksimal
mungkin sehingga keinginan antara agen dan principal bisa sejajar. Hal ini
didukung oleh penelitian Warianto & Rusiti (2014) yang menyatakan bahwa
likuiditas perusahaan berpengaruh positif terhadap kualitas laba.
H3 : Likuiditas berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas
laba.
2.9.4 Pengaruh Invesment Opportunity Set terhadap kualitas laba
Invesment opportunity set (IOS) merupakan nilai sekarang dan
pilihan perusahaan untuk membuat investasi dimasa mendatang (Irma, 2011
dalam Yenny, 2013). Menurut Warianto & Rusiti (2014) menyatakan bahwa
perusahaan yang memiliki IOS tinggi maka nilai perusahaan akan meningkat
karena lebih banyak investor yang tertarik untuk berinvestasi dengan harapan
memeroleh return yang lebih besar dimasa yang akan datang. Hal tersebut yang
menyebabkan adanya kemungkinan manajemen perusahaan melakukan
manajemen laba karena untuk mempertahankan pertumbuhan perusahaan. Hasil
ini mengindikasikan bahwa meskipun manajer dari perusahaan yang mempunyai
31
Invesment Opportunity yang tinggi cenderung untuk memanipulasi discretianory
accruals sehingga kualitas labanya menjadi rendah. Hal ini didukung oleh
penelitian Warianto & Rusiti (2014) yang menyatakan bahwa invesment
opportunity set berpengaruh negatif terhadap kualitas laba. Hipotesis dalam
penelitian ini adalah:
H4: Investment opportunity set berpengaruh negatif terhadap kualitas laba
2.9.5 Pengaruh Pertumbuhan Laba terhadap Kualitas Laba
Laba yang berkualitas menunjukkan bahwa pihak manajemen
perusahaan tidak melakukan manipulasi laba terhadap informasi labanya dalam
laporan keuangan. Jadi dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan laba yang semakin
tinggi menyebabkan discretionary accruals suatu perusahaan semakin tinggi pula.
Hal ini membuat investor dapat merespon informasi laba tersebut sebagai suatu
indikasi adanya praktik bisnis yang tidak baik yang dilakukan oleh pihak
manajemen perusahaan. Irawati (2012) menyatakan bahwa pertumbuhan laba
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kualitas laba perusahaan. Hipotesis
dalam penelitian ini adalah:
H5 : Pertumbuhan laba berpengaruh negatif terhadap kualitas laba.
2.10 Penelitian Empiris
Berdasarkan hipotesis diatas maka kerangka pemikiran penelitian ini
dapat digambarkan sebagai berikut:
32
Gambar 2.1
Model Penelitian
(+)
(–)
(+)
(-)
(-)
Ukuran Perusahaan
Struktur Modal
likuiditas
IOS
Pertumbuhan Laba
Kualitas
Laba
33
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kualitas
laba, dan variabel independennya adalah ukuran perusahaan, likuiditas, struktur
modal, invesment opportunity set (IOS) dan pertumbuhan laba.
3.2 Populasi dan Pengambilan Sampel
3.2.1 Populasi Penelitian
Populasi adalah gabungan dari seluruh elemen yang berbebtuk
peristiwa, hal atau orang yang memiliki karakteristik yang serupa yang menjadi
pusat perhatian seorang peneliti karena itu dipandang sebagai sebuah semesta
penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2014-2016.
3.2.2 Sampel Penelitian
Sampel merupakan bagian dari populasi yang karakteristiknya hendak
diselidiki dan dianggap bisa mewakili keseluruhan populasi. Pengambilan sampel
dalam penelitian ini dilakukan dengan metode purposive sampling. Metode
purposive sampling adalah penarikan sampel dengan pertimbangan tertentu dan
pertibangan tersebut didasarkan pada kepentingan atau tujuan penelitian. Kriteria
sampel yang diterapkan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
34
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2015-2016, dan
mempublikasi laporan keuangan auditan untuk periode yang berakhir
31 Desember secara konsisten dan lengkap.
2. Semua data yang dibutuhkan untuk penelitian ini tersedia dengan
lengkap.
3. Perusahaan tidak mengalami kerugian 2 tahun berturut selama tahun
pengambilan sampel yaitu tahun 2014-2016.
3.3 Jenis, Sumber, dan Teknik Pengambilan Data
3.3.1 Jenis Data
Penelitian ini menggunakan data kuantitatif yang dapat diolah atau
dianalisis menggunakan teknik perhitungan statistika. Data yang digunakan pada
penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang sudah
diperoleh dalam bentuk sudah jadi, dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain
biasanya dalam bentuk publikasi. Data dalam penelitian ini berupa laporan
keuangan tahunan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) yang melaporkan laporan keuangan dan dipublikasikan pada Indonesian
Capital Market Directory (ICMD).
3.3.2 Sumber Data
Dalam penelitian ini, sumber data utamanya adalah Pusat Referensi
Pasar Modal Bursa Efek Indonesia, sehingga data yang diperoleh pada penelitian
ini data yang telah dicatat oleh Bursa Efek Indonesia. Sumber data yang
digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari laporan keuangan dan annual report,
35
selain itu sumber data lain dapat diperoleh dengan mengunduh langsung dari situs
www.idx.co.id.
3.3.3 Teknik Pengambilan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode
dokumentasi terhadap laporan keuangan perusahaan industri dasar dan kimia yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan memenuhi kriteria pengambilan sampel.
Cara yang dilakukan yaitu dengan mengumpulkan laporan keuangan dan ICMD
perusahaan yang diperoleh melalui IDX Statistics dan www.idx.co.id.
3.4 Definisi Konsep, Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
3.4.1 Definisi Konsep
Variabel adalah suatu atribut, sifat, dan niali dari individu atau obejk,
atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari serta ditarik kesimpulannya.
Variabel dependen atau varibel terikat adalah variabel yang dipengaruhi
atau menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel dependen dalam
penelitian ini adalah Kualitas Laba.
Variabel independen merupakan variabel bebas yaitu variabel yang
dapat mempengaruhi atau menjadi sebab berubahnya atau timbulnya variabel
dependen atau variabel terikat. Dalam penelitian ini variabel independen terdiri
dari: Ukuran Perusahaan, Likuiditas, Struktur Modal, Invesment Opportunity Set
(IOS) dan Pertumbuhan Laba.
36
3.4.2 Variabel Dependen
3.4.2.1 Kualitas Laba
Kualitas laba dapat diartikan sebagai kemampuan informasi akan laba
yang menyampaikan fenomena yang sebenarnya terjadi, dengan kata lain dapat
dikatakan bahwa kualitas laba adalah kemampuan perusahaan dalam melaporkan
laba yang tidak berbeda dari laba yang sesungguhnya. Salah satu ciri yang
menentukan kualitas laba adalah hubungan antara laba akuntansi dengan arus kas.
Makin tinggi korelasi antara laba akuntansi dengan arus kas maka makin tinggi
kualitas laba. Hal ini disebabkan karena makin banyak transaksi pendapatan dan
biaya yang merupakan transaksi kas dan bukan merupakan akrual, maka makin
obyektif pengakuan pendapatan dan biaya dalam laporan laba-rugi. Oleh karena
itu kualitas laba yang tinggi dapat direalisasikan kedalam kas (Darsono dan
Ashari, 2005).
Pengukuran manajemen laba mengacu pada penelitian Dechow dkk.
(1995) yang mengukur kecurangan laporan keuangan dengan menggunakan
proksi manajemen laba yang diukur menggunakan discretionary accrual.
Discretionary accruals merupakan komponen akrual yang berasal dari
manajemen laba yang dilakukan manajer atau pengakuan akrual yang bebas, tidak
diatur dalam standar akuntansi, dan merupakan pilihan kebijakan manajemen.
Sedangkan nondiscretionary accruals merupakan pengakuan akrual yang wajar
dan tunduk pada standar akuntansi yang berlaku secara umum. Selain itu
nondiscretionary accrual adalah komponen akrual yang terjadi seiring dengan
perubahan dari aktivitas perusahaan.
37
Pengukuran discretionary accrual menggunakan model Jones yang
dimodifikasi oleh Dechow dkk. (1995). Alasan penggunaan model ini karena
Modified Jones Model dapat mendeteksi manajemen laba lebih baik dibandingkan
dengan model-model lainnya sejalan dengan hasil penelitian Dechow dkk. (1995).
Selain itu telah banyak penelitian terkait dengan manajemen laba menggunakan
model modifikasi Jones. Model ini menggunakan total accrual (TACC) yang
diklasifikasikan menjadi komponen discretionary accrual (DACC) dan
nondiscretionary accrual (NDACC). Estimasi discretionary accruals dapat diukur
secara langsung untuk menentukan kualitas laba. Semakin kecil discretionary
accruals semakin tinggi kualitas laba dan sebaliknya. Selanjutnya, keeratan
hubungan antara akrual dan aliran kas juga dapat digunakan untuk mengukur
kualitas laba. Semakin erat hubungan antara akrual dan aliran kas, semakin tinggi
kualitas laba.
3.4.3 Variabel Independen
3.4.3.1 Ukuran Perusahaan
Ukuran Perusahaan merupakan skala besar kecilnya perusahaan yang
dapat diklasifikasikan berdasarkan berbagai cara antara lain dengan ukuran
pendapatan, total aset, dan total ekuitas. Ukuran perusahaan dinyatakan dengan
total aset, jika semakin besar total aset perusahaan maka akan semakin besar pula
ukuran perusahaan tersebut. Perusahaan yang memiliki total aset besar
menunjukkan bahwa perusahaan tersebut relatif lebih stabil dan mampu
menghasilkan laba yang lebih besar dibandingkan perusahaan yang memiliki total
aset sedikit atau rendah. (Warianto & Rusti, 2014).
38
3.4.3.2 Struktur Modal
Struktur modal biasanya dihitung menggunakan rasio leverage, dimana
dapat diketahui seberapa besar aset perusahaan yang dibiayai oleh hutang
perusahaan. Perusahaan dengan hutang yang tinggi memiliki risiko keuangan
yang semakin besar pula, dan menjadikan prospek perusahaan di masa yang akan
datang menjadi kurang baik (Warianto & Rusiti, 2014).
3.4.3.3 Likuiditas
Likuiditas adalah kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka
pendeknya dengan menggunakan aset lancar yang tersedia. Rasio likuiditas ini
dapat dihitung melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos aset
lancar dan kewajiban lancar. Rasio likuiditas yang lebih besar menandakan bahwa
perusahaan semakin mampu dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya
dengan menggunakan aset lancarnya (Riyanto, 2001).
3.4.3.4 Invesment Opportunity Set (IOS)
Investment Opportunity Set (IOS) merupakan kesempatan
perusahaan untuk tumbuh. Perusahaan dengan IOS tinggi cenderung dinilai positif
oleh investor karena lebih memiliki prospek keuntungan di masa yang akan
datang. Dengan demikian ketika perusahaan memiliki IOS yang tinggi maka nilai
perusahaan akan meningkat karena lebih banyak investor yang tertarik untuk
berinvestasi dengan harapan memperoleh return yang lebih besar di masa yang
akan datang. Hal tersebut yang menyebabkan adanya kemungkinan manajemen
perusahaan melakukan manajemen laba karena untuk mempertahankan
pertumbuhan perusahaan. Hasil penelitian Wah (2002), perusahaan dengan
39
Investment Opportunity yang tinggi kemungkinan lebih mempunyai discretionary
accrual (akrual kelolaan) yang tinggi.
3.4.3.5 Pertumbuhan Laba
Laba (income) adalah perbedaan antara pendapatan dengan
keseimbangan biaya-biaya dan pengeluaran untuk periode tertentu. Dengan
memprediksi laba, dapat diketahui prospek perusahaan tersebut dan mampu untuk
memprediksi deviden yang akan diterima di masa mendatang dan menentukan
kualitas laba pada laporan keuangan.
3.4.4 Pengukuran Variabel
Tabel 3.1
Pengukuran Variabel
No Variabel Definisi Pengukuran Referensi
1 Kualitas
Laba
Pengukuran
manajemen laba
mengukur
kecurangan laporan
keuangan dengan
menggunakan
proksi manajemen
laba yang diukur
menggunakan
discretionary
accrual. Semakin
kecil discretionary
accruals semakin
tinggi kualitas laba
dan sebaliknya.
DACCit =
(TACCit/TAi,t-1)-
NDACCit
Warianto &
Rusiti, 2014
2 Ukuran
Perusahaan
Ukuran Perusahaan
merupakan skala
besar kecilnya
perusahaan yang
dapat
diklasifikasikan
berdasarkan
berbagai cara
antara lain dengan
Ukuran perusahaan
(size) dalam penelitian
ini diukur dengan
menggunakan
logaritma
natural of total assets.
Warianto &
Rusiti, 2014
40
ukuran pendapatan,
total aset, dan total
ekuitas.
3 Likuiditas Likuiditas adalah
kemampuan
perusahaan
memenuhi
kewajiban jangka
pendeknya dengan
menggunakan aset
lancar yang
tersedia.
Warianto &
Rusiti, 2014
4 Struktur
Modal
Struktur modal
biasanya dihitung
menggunakan rasio
leverage, dimana
dapat diketahui
seberapa besar aset
perusahaan yang
dibiayai oleh
hutang perusahaan.
Warianto &
Rusiti, 2014
5 Pertumbuhan
Laba
Apabila informasi
laba yang disajikan
dalam laporan
keuangan
menunjukkan laba
yang sebenarnya,
maka laba yang
dihasilkan oleh
perusahaan adalah
laba yang
berkualitas.
Pertumbuhan Laba =
laba bersih t – laba
bersih t-1 ÷ laba bersih
t-1
Zein, Surya
& Silfi
2016
6 Invesment
Opportunity
Set (IOS)
Investment
Opportunity Set
(IOS) merupakan
kesempatan
perusahaan untuk
tumbuh.
MVA/BVA= {total
aset -total
ekuitas+(lembar
saham beredar x
harga penutupan
saham)}÷ total aset
Warianto &
Rusiti, 2014
3.5 Metode Analisis Data
3.5.1 Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah metode statistika yang digunakan untuk
menggambarkan atau mendeskripsikan data yang telah dikumpulkan menjadi
41
sebuah informasi. Statistik deskriptif dapat memberikan gambaran atau deskripsi
umum dari variabel penelitian, yaitu mengenai:
1. Central tendency yaitu nilai rata-rata (mean),
2. Ukuran dispersi yaitu standar deviasi, nilai maksimum, dan nilai
minimum.
3.5.2 Uji Normalitas Data
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2011).
Pengujian normalitasyang digunakan dalam penelitian ini adalah Jarque-Bera test
yaitu menggunakan rasio skewness dan kurtosis. Rasio skewness dihitung dengan
rumus sebagai berikut: (Gujarati, 2003).
Jika rasio skewness menghasilkan nilai < 2,00 atau kurtosis < 30, maka distribusi
error adalah normal.
3.5.3 Pengujian Asumsi Klasik
Ketentuan dalam penggunaan model regresi linier dengan teknik
ordinary least squares (OLS) harus didahului adanya uji asumsi klasik yang
meliputi Uji multikolinearitas, Uji heteroskedastisitas, dan Uji autokorelasi.
3.5.3.1 Uji Multikolinearitas
Metode untuk mendeteksi gejala multicollinearity dilakukan dengan uji
Variance Inflation Factor (VIF) dengan rumus berikut (Gujarati, 2011):
42
Jika VIF lebih besar dari 10, maka antar variabel bebas (independent
variable) diduga terjadi persoalan multikolinearitas. Oleh karena itu, model
regresi dinyatakan sebagai model yang terbebas dari persoalan multikolinearitas,
apabila nilai VIF kurang dari 10.
3.5.3.2 Uji Heteroskedastisitas
Pengujian selanjutnya adalah heteroscedasticity yang bertujuan untuk
mengetahui apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari
residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual
satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan
jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah model
yang Homoskedastisitas atau model yang tidak terjadi Heteroskedastisitas
(Ghozali, 2011). Ada beberapa cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya
heteroskedastisitas:
1. Melihat grafik Plot antara nilai prediksi variabel dependen yaitu
ZPRED dengan residualnya SRESID. Detekdi ada tidaknya
heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada
tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID
dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi,
dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya)
yang telah di-studentized (Ghozali, 2011).
2. Uji Glejser
Uji glejser mengusulkan untuk meregres nilai absolute residual
terhadap variabel independen dengan persamaan regresi:
43
|Ui| = + Xi + vi
Jika variabel independen signifikan secara statistik mempengaruhi
variabel dependen, maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas.
3.5.3.3 Uji Autokorelasi
Pengujian terakhir dalam model regresi linier klasik adalah autokorelasi
(autocorrelation). Untuk menguji keberadaan autocorrelation dalam penelitian ini
digunakan metode Durbin-Watson test, dimana angka-angka yang diperlukan
dalam metode tersebut adalah dL, dU, 4 – dL, dan 4 – dU.
Jika nilai Durbin-Watson mendekati 2 atau terletak antara dU dan 4 – dU
dinyatakan tidak terjadi autokorelasi, sebaliknya jika mendekati 0 diputuskan
sebagai positive autocorrelation, dan jika mendekati 4 diputuskan sebagai
negative autocorrelation. Sedangkan jika angka Durbin-Watson terletak antara dL
dan dU temasuk pada area No-positive autocorrelation dan diputuskan sebagai
area No-decision atau Zone of Indecision. Demikian juga, jika angka Durbin-
Watson terletak antara 4 – dU dan 4 – dL temasuk pada area No-negative
correlation dan diputuskan sebagai area No-decision atau Zone of Indecision.
Apabila angka Durbin-Watson terletak pada area atau Zone of Indecision perlu
dilakukan run test untuk memastikan apakah angka Durbin-Watson cenderung
pada auto ataukah no-autocorrelation.
3.6 Uji Kelayakan Model
Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menilai actual dapat di ukur dari
goodness of fitnya. Secara statistik dapat diukur dari nilai koefisien determinasi,
dan niali statistik F.
44
3.6.1 Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien
determinasi yaitu diantara nol dan satu. Secara umum koefisien determinasi untuk
data silang (crossection) relatif rendah karena adanya variasi yang besar antara
masing-masing pengamatan, sedangkan untuk data runtun waktu (time series)
biasanya mempunyai nilai koefisien determinasi yang tinggi (Ghozali, 2011).
3.6.2 Uji Statistif F
Uji F menunjukkan semua variabel independen yang dimasukkan dalam
model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen.
Hipotesis nol (H0) diuji apakah semua parameter dalam model sama dengan nol
atau:
H0 : b1 = b2 =...= bk = 0
Artinya, apakah semua variabel independen bukan merupakan penjelas
yang signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis alternatif (HA) tidak semua
para meter secara simultan sama dengan nol atau:
Hi : b1 ≠ b2 ≠...≠ bk ≠ 0
Artinya, semua variabel independen secara simultan merupakan
penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.
3.7 Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda (multiple linear regresion) merupakan
regresi dimana variabel terikatnya (Y) dihubungkan atau dijelaskan oleh lebih dari
satu variabel, mungkin dua, tiga, ataupun selebihnya variabel bebas (X) namun
45
masih menunjukkan diagram hubungan linier (Wicaksana, 2005). Dalam
penelitian ini ada satu model regresi yang menggunakan lima variabel bebas dan
satu variabel terikat, model regresi tersebut adalah:
Keterangan:
Y’ = Kualitas Laba
a = Bilangan Konstanta
b = Koefisien Regresi
X1 = Ukuran Perusahaan
X2 = Struktur Modal
X3 = Likuiditas
X4 = Invesment Opportunity Set (IOS)
X5 = Pertumbuhan laba
ε = error
3.8 Uji Hipotesis
3.8.1 Uji t
Uji signifikansi variabel independen (Xi) terhadap variabel dependen
(Y) dilakukan dengan uji statistik-t (t-test). Hal ini digunakan untuk menguji
koefisien regresi (βi) secara parsial dari masing-masing variabel independen.
Adapun hipotesis dirumuskan sebagai berikut. H1: bi 0; artinya ada pengaruh
nyata yang signifikan dari variabel independen (Xi) terhadap variabel dependen
(Y). Nilai thitung dapat dicari dengan rumus sebagai berikut (Gujarati, 2003):
Y’ = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + ε
46
Jika t-hitung> t-tabel (, N-k-l), maka H0 ditolak;
Jika t-hitung< t-tabel (, N-k-l), maka H0 diterima.
Keputusan menolak atau menerima nilai t-test juga dapat dilihat nilai
signifikansi (alpha, α) dari output SPSS-software yang menyediakan perhitungan
signifikansi (sig.). Apabila nilai signifikansi lebih kecil sama dengan 5% (sig. ≤
0,05) maka hipotesis alternatif (Hi) diterima; artinya variabel independen (Xi)
secara statistik signifikan mempunyai pengaruh nyata terhadap variabel dependen
(Y).
47
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Analisis
4.1.1 Populasi dan Sampel
Populasi dan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
dengan alasan perusahaan yang paling banyak terdaftar adalah perusahaan
manufaktur. Penelitian ini menggunakan periode penelitian dari tahun 2014-2016.
Tabel 4.1
Seleksi Sampel Penelitian
No Keterangan 2014 2015 2016 Jumlah
1. Populasi
Seluruh perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk
periode 2014-2016
144 143 144 431
2. Kriteria
a. Perusahaan tidak mempublikasi
laporan keuangan auditan untuk
periode yang berakhir pada 31
Desember secara konsisten dan
lengkap
(4)
(3)
(5)
(12)
b. Perusahaan mengalami kerugian 2
tahun berturut-turut selama tahun
2014-2016
(60) (60) (63) (183)
c. Perusahaan tidak memiliki
kelengkapan data untuk penelitian (5) (6) (8) (20)
Jumlah Perusahaan yang dijadikan
sampel 75 74 68 217
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2018
Dalam hasil seleksi dengan menggunakan purposive sampling seperti
yang ditampilkan pada tabel 4.1 perusahaan yang terpilih menjadi sampel
sebanyak 217 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
48
(BEI) dengan total pengamatan sebanyak 431 data pengamatan selama 3 tahun
(2014-2016).
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran atau
deskriptif umum dari suatu variabel dilihat dari jumlah observasi, nilai minimum,
nilai maksimum, nilai rata-rata, dan deviasi standar untuk mengembangkan profil
perusahaan yang menjadi sampel. Penelitian ini menggunakan 217 data sebagai
sampel dari total populasi 431 data. Dikarenakan adanya asumsi yang tidak
terpenuhi maka dilakukan outlier data. Outlier merupakan data yang memiliki
karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi
lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim untuk sebuah variabel tunggal atau
variabel kombinasi. Outlier data dilakukan terhadap 58 sampel, sehingga data
setelah dilakukannya outlier berjumlah 159 data.
Hasil pengujian statistik deskriptif setelah dilakukan outlier ditunjukan
dalam tabel 4.2 sebagai berikut:
Tabel 4.2
Statistik Deskriptif
Variabel Total
Sampel
Nilai
Min
Nilai
Maks
Rata-rata Standar
Deviasi
Ukuran
Perusahaan
217 24,57 33,20 28,4539 1,63681
Struktur Modal 217 0,07 0,84 0,3967 0,17900
Likuiditas 217 0,15 16,87 2,9504 2,85778
IOS 217 0,30 40,82 2,4138 4,27954
Pertumbuhan Laba 217 -2,63 52,73 1,0228 4,40259
Kualitas Laba 217 -1,16 0,78 -0,1720 0,26382
Lampiran 8 hal 84
49
Berdasarkan tabel 4.2 diatas , variabel kualitas laba tercatat nilai rata-
rata sebesar -0,1720 dengan nilai deviasi standar sebesar 0,26382 yang berarti
data memiliki variasi yang besar karena memiliki standar deviasi yang lebih besar
dari nilai rata-rata (mean). Nilai minimum variabel kualitas laba sebesar -1,16
yaitu PT Multi Bintang Indonesia Tbk pada tahun 2015, sedangkan nilai
maksimumnya sebesar 0,78 yaitu PT Lionmesh Prima Tbk pada tahun 2015. Nilai
rata-rata sebesar -0,1720 menunjukkan rata-rata kualitas laba tiap perusahaan
sampel.
Nilai rata-rata variabel ukuran perusahaan dari sampel tercatat sebesar
28,4539 dengan nilai deviasi standar 1,63681 yang berarti variasi data tidak
terlalu besar karena memiliki standar deviasi yang jauh lebih kecil dari nilai rata-
rata (mean). Ukuran perusahaan berkisar dari nilai minimum sebesar 24,57 yaitu
PT Inter Delta Tbk pada tahun 2016 sampai nilai maksimum sebesar 33,20 yaitu
PT Waskita Beton Precast Tbk pada tahun 2016. Nilai rata-rata ukuran perusahaan
sebesar 28,4539 menunjukkan rata-rata ukuran perusahaan pada sampel.
Variabel struktur modal pada tabel 4.2, tercatat nilai rata-rata sebesar
0,3967 dengan nilai deviasi standar sebesar 0,17900 yang berarti data memiliki
variasi yang tidak begitu besar karena memiliki standar deviasi yang lebih kecil
dari nilai rata-rata (mean). Nilai minimum variabel struktur modal sebesar 0,07
yaitu PT Industri Jamu Dan Farmasi Sido Muncul Tbk pada tahun 2014,
sedangkan nilai maksimumnya sebesar 0,84 yaitu PT Jembo Cable Company Tbk
pada tahun 2014. Nilai rata-rata sebesar 0,3967 menunjukkan rasio hutang
terhadap ekuitas sebesar 0,3967 (39,67%).
50
Pengujian statistik deskriptif yang telah dilakukan, memberikan hasil
bahwa nilai rata-rata variabel likuiditas dari sampel tercatat sebesar 2,9504 dengan
nilai deviasi standar 2,85778 yang berarti variasi data tidak terlalu besar karena
memiliki standar deviasi yang lebih kecil dari nilai rata-rata (mean). Likuiditas
berkisar dari nilai minimum sebesar 0,15 yaitu PT Argha Karya Prima Industry
Tbk pada tahun 2014 sampai nilai maksimum sebesar 16,87 yaitu PT Darya-Varia
Laboratoria Tbk pada tahun 2014. Nilai rata-rata likuiditas sebesar 2,9504
menunjukkan kemampuan perusahaan sampel memenuhi kewajiban lancar
menggunakan aset lancarnya sebesar 2,9504 (295,04%).
Nilai rata-rata variabel investment opportunity set dari sampel tercatat
sebesar 2,4138 dengan nilai deviasi standar 4,27954 yang berarti variasi data tidak
begitu besar karena memiliki standar deviasi yang lebih kecil dari nilai rata-rata
(mean). Variabel investment opportunity set berkisar dari nilai minimum sebesar
0,30 yaitu PT Intanwijaya Internasional Tbk pada tahun 2016, sampai nilai
maksimum sebesar 40,82 yaitu PT Selamat Sempurna Tbk pada tahun 2014. Nilai
rata-rata investment opportunity set sebesar 2,4138 menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk memiliki berinvestasi sebesar 2,4138 (241,38%).
Pengujian statistik deskriptif yang telah dilakukan, memberikan hasil
bahwa nilai rata-rata variabel pertumbuhan laba dari sampel tercatat sebesar
1,0228 dengan nilai deviasi standar 4,40259 yang berarti variasi data cukup besar
karena memiliki standar deviasi yang lebih besar dari nilai rata-rata (mean).
Variabel pertumbuhan laba berkisar dari nilai minimum sebesar -2,63 yaitu PT
Holcim Indonesia Tbk pada tahun 2016 sampai nilai maksimum sebesar 52,73
51
yaitu PT Jembo Cable Company Tbk pada tahun 2016. Nilai rata-rata
pertumbuhan laba sebesar 1,0228 menunjukkan pertumbuhan laba pada
perusahaan sampel sebesar 1,0228 (102,28%).
4.2.2 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah model regresi,
variabel-variabel memiliki distribusi normal. Terdapat dua cara untuk mendeteksi
apakah residual berdistribusi normal atau tidak, pada penelitian ini pengujian
dilakukan menggunakan uji statistik. Pengujian yang dilakukan adalah uji
skewness dan kurtosis. Pernyaratan dari uji normalitas data adalah jika nilai
Zskewness dan Zkurtosis > -1,96 dan < 1,96 (signifikan pada 0,05), maka model
regresi akan memenuhi asumsi normalitas. Dikarenakan adanya outlier data, maka
dari total 216 sample berkurang sebanyak 58 sampel, sehingga jumlah data untuk
pengujian ini sejumlah 159 data. Hasil uji normalitas setelah dilakukan outlier
dapat dilihat pada tabel 4.3 sebagai berikut:
Tabel 4.3
Uji Normalitas
Lampiran 9 hal 85
Berdasarkan hasil output uji normalitas diatas, diperoleh perhitungan
skewness dan kurtosis sebagai berikut:
N Skewness Kurtosis
Statistik Std. Error Statistik Std. Error
Unstandardized
Residual
159 -0,127 0,192 -0,484 0,383
52
√
√
√
√
Diperoleh skewness sebesar -1,96 < -0,65377 < 1,96 (signifikan pada 0,05) dan
kurtosis 1,96 > -1,24577 > -1,96. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
data yang diolah telah memenuhi asumsi normalitas, sehingga model regresi
sudah terdistribusi secara normal.
4.2.3 Uji Asumsi Klasik
4.2.3.1 Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi ditemukan terjadinya kolerasi antar variabel independen (bebas).
Pengujian ini hanya diperuntukan untuk penelitian yang memiliki variabel
independen lebih dari satu. Model regresi yang baik adalah model dimana tidak
terjadi korelasi antar variabel bebasnya. Syarat tidak terjadinya multikolinearitas
dapat dilihat dari nilai Variance Inflation Factor (VIF) serta telerance value,
dimana VIF > 10 ddan telerance value < 0,1.
Diakibatkan karena adanya uji asumsi klasik yang tidak terpenuhi maka
terjadi pembuangan outlier. Jumlah data setelah dilakukan outlier sebanyak 159
data, dimana terdapat 58 data outlier dari 217 sampel awal. Hasil pengujian
setelah di outlier dapat dilihat pada tabel 4.4:
53
Tabel 4.4
Uji Multikolinearitas
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
Ukuran
Perusahaan 0,906 1,104
Struktur Modal 0,645 1,550
Likuiditas 0,624 1,604
IOS 0,976 1,025
Pertumbuhan
Laba 0,984 1,016
Variabel dependen: kualitas laba
Lampiran 10 hal 87
Berdasarkan hasil output yang sudah di outlier pada tabel 4.4,
perhitungan nilai tolerance tidak ada variabel yang memiliki nilai kurang 0,10
yang berarti tidak terjadi korelasi antar variabel independen, Hasil perhitungan
nilai VIF memberikan hasil yang sama yaitu tidak terjadi korelasi antar variabel
independen, dikarenakan tidak ada nilai VIF lebih dari 10. Sehingga dapat
disimpulkan tidak terjadi multikolinearitas antar variabel independen.
4.2.3.2 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan varian dan residual pengamatan ke pengamatan lain.
Model regresi dikatakan baik apabila varian dan residual model dari pengamatan
ke pengamatan lain adalah sama, atau bersifat homoskedastisitas. Cara
mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dalam penelitian ini melalui uji
Glejser yang dilakukan dengan meregresi absolut residual terhadap variabel
54
independen. Hasil uji heteroskedastisitas setelah dilakukan outlier dapat dilihat
pada tabel 4.5.
Tabel 4.5
Uji Heterokedastisitas
Model
Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error
(Constant) 0,096 0,084 1,141 0,256
Ukuran Perusahaan -0,001 0,003 -0,028 -0,338 0,736
Struktur Modal 0,021 0,032 0,066 0,656 0,513
Likuiditas 0,000 0,002 -0,013 -0,132 0,895
IOS 0,001 0,001 0,073 0,892 0,374
Pertumbuhan Laba -0,002 0,003 -0,067 -0,828 0,409
Lampiran 11 hal 87
Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai probabilitas signifikansi
untuk semua variabel independen bernilai lebih dari 0,05, sehingga dapat
disimpulkan bahwa dalam model regresi tidak terjadi heteroskedastisitas.
4.2.3.3 Uji Autokolerasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model
regresi linier terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode saat ini
(t) dengan kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya (t-1). Model regresi
yang baik adalah model yang terbebas dari masalah autokorelasi. Cara mendeteksi
55
permasalah autokorelasi dapat dilakukan uji statistik melalui uji Durbin-Watson
(DW-test). Hasil uji autokolerasi dapat dilihat pada tabel 4.6
Tabel 4.6
Uji Autokorelasi (Durbin-Watson)
Model R R Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin
Watson
1 0,385 0,148 0,120 0,9861 2,160
Lampiran 12 hal 89
a. Predictors: (Constant), pertumbu laba, ios, struktur modal, ukuran perusahaan,
likuiditas
b. Dependent Variable: kualitas laba
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa nilai dw = 2,160. Nilai ini apabila
dibandingkan dengan nilai pada tabel Durbin-Watson menggunakan taraf
signifikansi 0,05, jumlah sampel 159 (n), dan jumlah variabel independen 5
(k=5), maka diperoleh nilai du = 1,68946 dan nilai dl = 1,79249.
Pengujian Autokolerasi
Negatif Ragu-Ragu Bebas Ragu-Ragu Positif
Dl
1,68946
Du
1,79249
2,160
4-du
2,20751
4-dl
2,31054
4.2.4 Analisis Regresi Linear Berganda
Penelitian ini menggunakan regresi linier berganda karena terdapat satu
variabel dependen dan lebih dari satu variabel independen. Analisis regresi
berganda digunakan untuk menguji kemampuan dalam menerangkan atau
56
menjelaskan variasi dari variabel dependen. Berikut adalah hasil dari pengujian
linier regresi berganda serta analisisnya:
Tabel 4.7
Hasil Uji Regresi Linier berganda
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
(Constant) -0,136 0,141 -0,969 0,334
ukuran perusahaan 0,002 0,005 0,038 0,489 0,625
struktur modal -0,114 0,054 -0,197 -2,117 0,036
Likuiditas 0,007 0,003 0,196 2,070 0,040
Ios -0,004 0,002 -0,159 -2,109 0,037
pertumbuhan laba 0,005 0,005 0,082 1,090 0,277
Lampiran 14 hal 90
Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa persamaan regresi yang
terbentuk adalah:
Y’ = α + β1X1 + β 2X2 + β 3X3 + β 4X4 + β 5X5 + + ε
4.2.5 Pengujian Model
4.2.5.1 Uji Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur atau mengetahui
seberapa besar kemampuan variabel independen menjelaskan atau menerangkan
variabel dependen, sedangkan sisanya dijelaskan oleh sebab-sebab lain di luar
model. Hasil uji koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel 4.8
57
Tabel 4.8
Hasil Uji Koefisien Determinasi (R²)
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
0,385 0,148 0,120 0,09861
Lampiran 13 hal 89
Dari tabel 4.8 di atas dapat diketahui bahwa Adjusted R Square (R2)
adalah 0,120. Hal ini menunjukkan bahwa variabel-variabel bebas (independen)
yaitu ukuran perusahaan, struktur modal, likuiditas, invesment opportunity set,
dan pertumbuhan laba dapat menjelaskan variabel terikat (dependen) yang dalam
penelitian ini adalah kualitas laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan periode 2014-2016 sebesar 12%. Sisanya
sebesar 88% dijelaskan oleh variabel lain diluar model regresi yang digunakan.
4.2.5.2 Uji Model Fit (Uji F)
Tabel 4.9
Uji Model Fit (Uji F)
Lampiran 13 hal 89
Uji statistik F dilakukan untuk menguji pengaruh variabel independen
yaitu ukuran perusahaan, struktur modal, likuiditas, invesment opportunity set,
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Regression 0,258 5 0,052 5,314 0,000
Residual 1,488 153 0,010
Total 1,746 158
58
dan pertumbuhan laba secara bersama-sama terhadap variabel dependen yaitu
kualitas laba. Hasil uji F dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.9.
4.2.6 Uji Hipotesis (Uji-t)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel
bebas yaitu ukuran perusahaan, struktur modal, likuiditas, invesment opportunity
set, dan pertumbuhan laba terhadap kualitas laba.
Tabel 4.10
Hasil Uji Hipotesis (Uji-t)
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -0,136 0,141 -0,969 0,334
ukuran perusahaan 0,002 0,005 0,038 0,489 0,625
struktur modal -0,114 0,054 -0,197 -2,117 0,036
Likuiditas 0,007 0,003 0,196 2,070 0,040
Ios -0,004 0,002 -0,159 -2,109 0,037
pertumbuhan laba 0,005 0,005 0,082 1,090 0,277
Lampiran 14 hal 90
4.2.6.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Kualitas Laba Perusahaan
Berdasarkan tabel 4.10 diketahui bahwa nilai koefisien regresi variabel
ukuran perusahaan adalah 0,002 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,625 lebih
besar dibandingkan dengan taraf nyata α = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa
ukuran perusahaan berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap discretionary
accruals atau ukuran perusahaan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhada
59
kualitas laba. Maka hipotesis yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan
berpengaruf positif dan signifikan terhadap kualitas laba ditolak.
4.2.6.2 Pengaruh Struktur Modal terhadap Kualitas Laba Perusahaan
Berdasarkan hasil perhitungan uji t dapat diketahui bahwa nilai
koefisien regresi variabel struktur modal adalah -0,114 dengan tingkat signifikansi
sebesar 0,036 lebih kecil dibandingkan dengan taraf nyata α = 0,05. Hal ini
menunjukkan bahwa struktur modal berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
discretionary accruals atau struktur modal berpenaruh positif dan signifikan
terhadap kualitas laba. Maka hipotesis yang menyatakan bahwa struktur modal
berpengaruf negatif dan signifikan terhadap kualitas laba ditolak.
4.2.6.3 Pengaruh Likuiditas terhadap Kualitas Laba Perusahaan
Berdasarkan tabel 4.10 diketahui bahwa nilai koefisien regresi variabel
likuiditas adalah 0,007 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,040 lebih kecil
dibandingkan dengan taraf nyata α = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa likuiditas
berpengaruh positif dan signifikan terhadap discretionary accruals atau likuiditas
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kualitas laba. Maka hipotesis yang
menyatakan bahwa likuiditas berpengaruf positif dan signifikan terhadap kualitas
laba ditolak.
4.2.6.4 Pengaruh Invesment Opportunity Set terhadap Kualitas Laba
Perusahaan
Dari hasil perhitungan uji t dapat diketahui bahwa nilai koefisien regresi
variabel invesment opportunity set adalah -0,004 dengan tingkat signifikansi
sebesar 0,037 lebih kecil dibandingkan dengan taraf nyata α = 0,05. Hal ini
60
menunjukkan bahwa invesment opportunity set berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap discretionary accruals atau invesment opportunity set berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kualitas laba. Maka hipotesis yang menyatakan
bahwa invesment opportunity set berpengaruf positif dan signifikan terhadap
kualitas laba ditolak.
4.2.6.5 Pengaruh Pertumbuhan Laba terhadap Kualitas Laba Perusahaan
Berdasarkan tabel 4.11, diketahui bahwa nilai koefisien regresi variabel
pertumbuhan laba adalah 0,005 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,277 lebih
besar dibandingkan dengan taraf nyata α = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa
pertumbuhan laba berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap discretionary
accruals atau pertumbuhan laba berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap
kualitas laba. Maka hipotesis yang menyatakan bahwa pertumbuhan laba
berpengaruf positif dan signifikan terhadap kualitas laba ditolak.
4.3 Pembahasan
4.3.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Kualitas Laba Perusahaan
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hipotesis penelitian yang
menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap
kualitas laba. Dimana semakin besar ukuran perusahaan maka kualitas labanya
justru akan semakin rendah namun tidak secara signifikan. Artinya peningkatan
aset perusahaan sebagai ukuran perusahaan yang tidak disertai dengan
penggunaan aset secara efektif dan efisien tidak dapat menaikan laba.
Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya sebuah perusahaan.
Perusahaan yang lebih besar memiliki kelebihan dibandingkan perusahaan kecil,
61
hal ini dapat terjadi karena investor atau pihak eksternal merasa dengan
perusahaan lebih besar maka perusahaan lebih stabil, sehingga dapat memperoleh
laba yang cukup besar. Manajemen sebagai agen diharapkan dapat memenuhi
keinginan pemilik atau investor sebagai principal dengan mempergunakan sumber
daya perusahaan untuk meningkatkan laba perusahaan serta meningkatkan
kualitas laba perusahaan. Dengan pemanfaatan aset yang baik, manajemen tidak
perlu melakukan manipulasi laba.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Dira dan Astika (2014), Warianto dan Rusiti (2014 yang menyatakan bahwa
ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap kualitas laba. Akan tetapi
penelitian ini sejalan oleh hasil penelitian oleh Risdawaty dan Subowo (2015)
yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak berpenaruh terhadap kualitas
laba.
4.3.2 Pengaruh Struktur Modal terhadap Kualitas Laba Perusahaan
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hipotesis penelitian yang
menyatakan bahwa struktur modal berpengaruh negatif signifikan terhadap
kualitas laba. Dimana semakin besar struktur modal maka kualitas labanya justru
akan semakin tinggi. Artinya peningkatan penggunaan hutang sebagai modal
perusahaan dapat meningkatkan laba perusahaan. Struktur modal merupakan
kombinasi atau bauran segenap pos yang masuk ke dalam sisi kanan neraca
sumber modal perusahaan. Pada penelitian ini sendiri struktur modal diukur
menggunakan rasio leverage, yaitu dengan membagi total hutang dengan total
aset. Karena dengan modal yang diperoleh dari hutang, manajer sebagai para
62
pengambil keputusan (agen) akan berhati-hati dalam memilih dan melaksanakan
kegiatan operasionalnya karena mereka berusaha untuk mengoptimalkan
penggunaan hutang karena perusahaan masih harus membayar hutang perusahaan.
Pengoptimalan dilakukan oleh agen untuk memenuhi keinginan principal
(pemilik) yaitu memperoleh laba. Dengan penggunaan hutang sebagai modal,
perusahaan berusaha menambah sumber daya yang dimiliki sehingga
memperbesar kemampuan perusahaan untuk memperoleh pendapatan, sehingga
pihak manajemen tidak perlu melakukan manipulasi laba.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Warianto dan Rusiti (2014), serta Alves (2014) yang menyatakan bahwa struktur
modal berpengaruh negatif signifikan terhadap kualitas laba.
4.3.3 Pengaruh Likuiditas terhadap Kualitas Laba Perusahaan
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hipotesis penelitian yang
menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas
laba. Dimana semakin besar likuiditas maka semakin rendah kualitas labanya.
Artinya manajemen kurang memanfaatkan aset lancar untuk memenuhi kewajiban
jangka pendek, sehingga banyak aset lancar yang menganggur. Dengan kurangnya
manajemen dalam memanfaatkan aset lancarnya, membuat laba perusahaan
menjadi menurun, sehingga manajemen perlu melakukan manipulasi laba untuk
meningkatkan laba perusahaan agar paran investor tertarik untuk berinvestasi.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Dira dan Astika (2014), yang menyatakan bahwa likuiditas
berpengaruh tidak sinifikan terhadap kualitas laba dan penelitian oleh Warianto
63
dan Rusiti (2014) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh
signifikan positif terhadap kualitas laba. Akan tetapi penelitian ini sejalan dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Irawati (2012) yang mengemukakan bahwa
likuiditas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kualitas laba.
4.3.4 Pengaruh Invesment Opportunity Set Kualitas Laba Perusahaan
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hipotesis penelitian yang
menyatakan bahwa invesment opportunity set berpengaruh negatif signifikan
terhadap kualitas laba. Dimana semakin besar invesment opportunity set maka
semakin tinggi kualitas labanya. Perusahaan dengan nilai IOS yang tinggi akan
mempunyai kesempatan atau peluang untuk berinvestasi yang tinggi pula, baik
dalam bentuk aset di tempat (asset in place) atau suatu aset yang dapat
diinvestasikan untuk jangka waktu yang lama dalam perusahaan. IOS digunakan
sebagai dasar untuk menentukan klasifikasi pertumbuhan di masa depan. Bagi
perusahaan yang memiliki set kesempatan investasi tinggi senantiasa melakukan
ekspansi dalam strategi bisnisnya, maka akan semakin membutuhkan dana
eksternal. Perusahaan yang memiliki IOS tinggi maka nilai perusahaan akan
meningkat karena lebih banyak investor yang tertarik untuk berinvestasi dengan
harapan memeroleh return yang lebih besar dimasa yang akan datang.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Warianto dan Rusiti (2014) yang menyatakan bahwa invesment opportunity
set berpengaruh signifikan dan negatif terhadap kualitas laba dan penelitian yang
dilakukan oleh Wulansari (2013) yang menyatakan bahwa invesment opportunity
set tidak berpengaruh terhadap kualitas laba.
64
4.3.5 Pengaruh Pertumbuhan Laba terhadap Kualitas Laba Perusahaan
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hipotesis penelitian yang
menyatakan bahwa pertumbuhan laba berpengaruh negatif signifikan terhadap
kualitas laba. Dimana semakin besar pertumbuhan laba maka semakin rendah
kualitas labanya. Laba yang berkualitas menunjukkan bahwa pihak manajemen
perusahaan tidak melakukan manipulasi laba terhadap informasi labanya dalam
laporan keuangan. Jadi dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan laba yang semakin
tinggi menyebabkan discretionary accruals suatu perusahaan semakin tinggi pula.
Hal ini membuat investor dapat merespon informasi laba tersebut sebagai suatu
indikasi adanya praktik bisnis yang tidak baik yang dilakukan oleh pihak
manajemen perusahaan. Investor tidak selalu memperhatikan pertumbuhan laba
suatu perusahaan, karena seringnya pertumbuhan laba terjadi karena laba kejutan.
Dimana investor tidak bisa mengetahui apakah itu laba sesungguhnya atau
manipulasi. Hal ini menyebabkan terjadinya penurunan kepercayaan dari investor
terhadap perusahaan yang mengalami pertumbuhan laba sehingga kualitas laba
menurun.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Dira dan Astika yang menyatakan bahwa pertumbuhan laba tidak berpengaruh
terhadap kualitas laba. Akan tetapi hasil penelitian ini disanggah oleh hasil
penelitian yang dilakukan oleh Irawati (2012) yang menyatakan bahwa
pertumbuhan laba berpengaruh sugnifikan dan negatif terhadap kualitas laba.
65
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang dilakukan dalam penelitian ini
menyimpulkan bahwa:
a. Variabel ukuran perusahaan berpengaruh negatif dan tidak signifikan
terhadap kualitas laba perusahaan.
b. Variabel struktur modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kualitas laba perusahaan.
c. Variabel likuiditas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kualitas
laba perusahaan.
d. Variabel invesment opportunity set berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kualitas laba perusahaan.
e. Variabel pertumbuhan laba berpengaruh negatif dan tidak signifikan
terhadap kualitas laba perusahaan.
5.2 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan-keterbatasan yang dapat dijadikan
bahan pertimbangan bagi peneliti berikutnya agar mendapatkan hasil yang lebih
baik. Keterbatasan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen
hanya sebesar 12%, sisanya sebesar 88% dijelaskan oleh variabel lain
diluar model regresi yang digunakan.
66
b. Tahun peneitian yang dilakukan hanya dalam 3 periode, yaitu 2014,
2015, dan 2016.
5.3 Saran
Berdasarkan hasil analisis pembahasan serta beberapa kesimpulan dan
keterbatasan pada penelitian ini, sarat yang dapat diberikan melalui hasil
penelitian ini agar memperoleh hasil yang lebih baik, yaitu:
a. Untuk penelitian selanjutnya dapat menggunakan variabel lain yang
belum ada pada penelitian ini. Hal-hal seperti profitabilitas, kepemilikan
keluarga, dan lain-lain dapat diteliti dalam kaitannya dengan kualitas
laba perusahaan.
b. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan proksi lain dalam
pengukuran ukuran perusahaan, misalnya menggunakan total penjualan,
total tenaga kerja, atau total hutang.
5.4 Implikasi Penelitian
5.4.1 Implikasi Metodologi dan Teori
Diharapkan untuk penelitian selanjutnya untuk memperbaiki
keterbatasan dalam penelitian ini yaitu dengan menambah jangka waktu penelitian
agar semakin banyak data perusahaan yang dapat digunakan sebagai sampel
penelitian sehingga dapat digunakan untuk memprediksi dan hasil penelitian
selanjutnya semakin baik. Selain itu diharapkan peneliti selanjutnya menambah
variabel lain selain dalam penelitian ini agar kemampuan variabel independen
dalam menjelaskan variabel dependen dapat meningkat.
67
5.4.2 Implikasi Kebijakan dan Praktik (Manajerial)
a. Bagi perusahaan diharapkan dapat menjadi tambahan pengetahuan dan
wawasan tentang kualitas laba sehingga manajemen dapat merancang
mekanisme usaha sebaik mungkin dan menguntungkan bagi semua
pihak, karena semua perusahaan menginginkan keberlanjutan usahanya.
b. Berkaitan dengan peneliti yang akan meneliti tentang kualitas laba dapat
dijadikan referensi bagi penelitian selanjutnya karena mengingat
pengaruh variabel independen penelitian ini terhadap kualitas laba
pengaruhnya masih kecil.
c. Bagi calon investor penelitian ini hanya dapat digunakan sebagai
informasi yang berkaitan dengan kualitas laba perusahaan khususnya
pada perusahaan industri dasar dan kimia yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) untuk periode 2014-2016.
68
DAFTAR PUSTAKA
Angkoso, Nandi. 2006. Akuntansi Lanjutan. Yogyakarta: FE Yogyakarta.
Alves, Sandra. 2014. The Effect of Board Independence on the Earning Quality:
Evidence from Portugese Listed Companies. Australasian Accounting,
Business and Finance Journal. Vol. 8 (3); 23-44.
Anthony dan Govindarajan. 2005. Management Control System. Edisi Pertama.
Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Bambang, Riyanto. 2001. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi.
Keempat, Cetakan Ketujuh. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
Brigham, Eugene dan Joel F. Houston. 2001. Manajemen Keuangan. Edisi
Kedelapan, Buku 2, Terjemahan Dodo Suharto, Herman Wibiwo; Editor
Yanti Sumiharti, Wisnu Chandra Kridhaji.Jakarta: Erlangga.
Darsono dan Ashari. 2005. Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan.
Jakarta: Salemba Empat.
Darsono P dan Ari Purwanti. 2008. Penganggaran Perusahaan. Jakarta: Mitra
Wacana Media.
Dechow, P. M., R.G. Sloan and A.P. Sweeney. 1995. Detecting Earnings
Management. The Accounting Review, Hal 193-225.
Dira, Kadek Prawisanti dan Ida Bagus Putra Astika. 2014. Pengaruh Struktur
Modal, Likuiditas, Pertumbuhan Laba, dan Ukuran Perusahaan pada
Kualitas Laba. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana. Vol.7 (1); 64-78.
Forum for Corporate Governance in Indonesia, Seri Tata Kelola Perusahaan
(Corporate Governance), Jilid II; Peranan Dewan Komisaris dan Komite
Audit dalam Pelaksanaan Corporate Governance, hal.8,
http://www.fcgi.or.id , diakses pada tanggal 18 Desember 2017.
Gaver, J. and Gaver, K. 1993. Additional Evidenceon The Association Between
The Investment Opportunity Set and Corporate Financing, Dividend, and
Compensation Policies. Journal of Accounting and Economics, Vol. 16:
125–160.
Ghosh, A. and D. Moon. 2010. Corporate Debt Financing and Earnings Quality.
Journal of Business Finance and Accounting, Vol. 37: 538-559.
69
Ghozali, Imam. 2016. Aplikasi Analisis Multivariete dengan Program IBM SPSS
23, Edisi Kedelapan. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Gujarati, D. 2003. Basic Econometrics. New York: Mc-Grawhill.
Hadi, Rebecca. 2018. Faktor-Faktor yang Mepengaruhi Kualitas Laba. Skripsi.
Semarang: Program Sarjana Universitas Stikubank.
Hamid, ABD. Habbe. 2001. Studi terhadap Pengukuran Kinerja Akuntansi
Perusahaan Prospektor dan Defender dan Hubungannya dengan Harga
Saham: Analisis dengan Pendekatan Life Cycle Theory. Jurnal Riset
Akuntansi Indonesia, Vol. 4(1): 111-132.
Indriastuti, Maya. 2012. Analisis Kualitas Auditor dan Corporate Governance
Terhadap Manajemen Laba. Eksistansi. Vol. 4 (2).
Irawati, Dhian Eka. 2012. Pengaruh Struktur Modal, Pertumbuhan Laba, Ukuran
Perusahaan, dan Likuiditas terhadap Kualitas Laba. Accounting Analysis
Journal. Vol. 1 (2): 1-6.
Irma Adriani. 2011. Pengaruh Investment Opportunity Set Dan Mekanisme
Corporate Governance Terhadap Kualitas Laba Dan Nilai Perusahaan.
Skripsi. Universitas Diponegoro Semarang.
Jang, Lesia, Bambang Sugiarto, dan Dergibson Siagian. 2007. Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Kualitas Laba Pada Perusahaan Manufaktur di BEJ.
Akuntabilitas, Vol.6 (2): 142-149.
Jensen, M., dan W. Meckling. 1976. Theory of the Firm : Managerial Behavior,
Agency Costs and Ownership Structure. Journal of Financal Economics,
Vol. 3: 305-360.
Kallapur, Sanjay & Mark A. Trombley. 2001. The Invesment Opportunity Set:
Determinants, Consequences and Measurements. Manajerial Finance.
Vol. 27(3): 3-15.
Keown, Arthur et al. 2008. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Buku 1. Alih
Bahasa Haryandini. Jakarta: Salemba Empat.
Mulyani, Sri, Nur Fadhjrih Asyik, dan Andayani. 2007. Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Earnings Response Coeficient Pada Perusahaan yang
Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Skripsi. Surabaya: STIESIA.
Myers, S. 1977. Determinants of Corporate Borrowing. Journal of Financial
Economics, Vol. 5: 147-175.
70
Nadirsyah dan Fadlan Nur Muharram. 2015. Struktur Modal, Good Corporate
Governance dan Kualitas Laba. Jurnal Dinamika Akuntansi dan Bisnis.
Vol. 2 (2); 184-198.
Novieyanti, Ira Ayu dan Kurnia. 2016. Pengaruh Mekanisme Good Corporate
Governance terhadap Kualitas Laba pada Perusahaan Manufaktur. Jurnal
Ilmu dan Riset Akuntansi. Vol. 15 (11); 1-15.
Penman, S.H. 2001. On Comparing Cash Flow and Accrual Accounting Models
For Us in Equity Valuation: A Response to Lundholm and O’Keefe.
Working Papper. Contemporary Accounting Research, Vol. 18(4).
Columbia University.
Puspitowati, Nela Indah dan Anissa Amalia Mulya. 2014. Pengaruh Ukuran
Komite Audit, Ukuran Dewan Komisaris, Kepemilikan Manajerial, dan
kepemilikan Institusional terhadap Kualitas Laba: Studi empiris pada
Perusahaan Sektor Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode 2008-2012. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol. 3 (1): 219-239.
Rinawati, A. 2011. Kualitas Laba. http://annyriwayati.blogspot.com/.
Risdawaty, Iin Mutmainah Eka dan Subowo. 2015. Pengaruh struktur Modal
Ukuran Perusahaan, Asimetri Informasi, dan Profitabilitas terhadap
Kualitas Laba. Jurnal Dinamika Akuntansi. Vol 7 (2); 109-118.
Sawir, Agnes. 2004. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan
Perusahaan, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Schipper, K., and L. Vincent. 2003. Earnings Quality. Accounting Horizons.
Supplement: 97-110.
Setianingsih, Ely Puji. 2013. Pengaruh Mekanisme Tata Kelola Perusahaan dan
Kinerja Perusahaan terhadap Kualitas Laba: Studi Kasus Perusahaan
Otomotif dan Komponen di Bursa Efek Indonesia. Proceeding PESAT
(Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur & Teknik Sipil). Vol. 5; 105-112.
Setiyadi. 2007. Pengaruh Company Size, Profitability, and Institutional
Ownership terhadap CSR Disclousure. Jurnal Ekonomi. Bandung:
Universitas Padjajaran.
Subekti, Imam dan Indra Kusuma. 2001. Asosiasi antara Set Kesempatan
Investasi dengan Kebijakan Pendanaan dan Deviden Perusahaan, serta
Implikasinya pada Perubahan Harga Saham. Simposium Nasional
Akuntansi III. Hal. 820-850.
71
Subramanyam. 2011. Analisis Laporan Keuangan. Buku 1 dan Buku 2. Jakarta:
Salemba Empat.
Suwardjono. 2005. Teori Akuntansi Perekayasaan dan Pelaporan Keuangan,
Edisi ke 3. Yogyakarta: BPFE.
Tugiman, Hiro. 1995. Standar Profesional Interna Audit. Bandung: Eresco.
Wah, Lai Kam. (2002). Investment Opportunity Set and Audit Quality.
http://papers.ssrn.com.
Warianto, Paulina dan Ch. Rusiti. 2014. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Struktur
Modal, Likuiditas dan Investment Opportunity Set (IOS) terhadap Kualitas
Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI. MODUS. Vol.
26 (1): 19-32.
Widjaja, Fendi Permana dan Rovila El Maghviroh. 2011. Analisis Perbedaan
Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan Sebelum dan Sesudah Adanya Komite
pada Bank-Bank Go Public di Indonesia. The Indonesia Accounting
Review. Vol. 1 (2): 117-134.
Wild, John J., K. R. Subramanyam, dan Robert F. Halsey. 2005. Analisis Laporan
Keuangan. Buku 1. Edisi kedelapan. Alih Bahasa oleh Yanivi S. Bachtiar
dan S. Nurwahyuni Harahap. Jakarta: Salemba Empat.
Wulandari, Yenny. 2013. Pengaruh Investmen Opportunity Set, Likuiditas, dan
Leverage terhadap Kualitas Laba pada Perusahaan Manufaktur yang
terdaftar di BEI. Skripsi. Program Sarjana Universitas Negeri Padang.
Yushita, Amanita Novi, Rahmawati, dan Hanung Triatmoko. Pengaruh
Mekanisme Corporate Governance, Kualitas Auditor Eksternal, dan
Likuiditas terhadap Kualitas Laba. Jurnal Economia. Vol 9 (2): 116-226.
Zein, Kartika Aulia. 2016. Pengaruh Pertumbuhan Laba, Struktur Modal,
Likuiditas dan Komisaris Independen terhadap Kualitas Laba dengan
Komisaris Independen dimoderasi oleh Kompetensi Komisaris
Independen. JOM Fekon Vol.3 (1): 980-992.
72
LAMPIRAN 1: Nama Perusahaan dan Kode Perusahaan
Tahun 2014
No Kode Perusahaan Nama Perusahaan
1 ADES PT Akasha Wira International Tbk.
2 AKPI PT Argha Karya Prima Tbk.
3 AKRA PT AKR Corporindo Tbk.
4 ALDO PT Alkindo Naratama Tbk.
5 AMFG PT Asahimas FlatGlass Tbk
6 ARNA PT Arwana Citramulia Tbk.
7 ASGR PT Astra Graphia Tbk.
8 ASII PT Astra International Tbk.
9 AUTO PT Astra Otoparts Tbk.
10 BATA PT Sepatu Bata Tbk.
11 BUDI PT Budi Starch &Sweetener Tbk.
12 CEKA PT Wilmar Cahaya Indonesia Tbk.
13 DLTA PT Delta Djakarta Tbk.
14 DVLA PT Darya-Varia Laboratoria Tbk.
15 FAST PT Fast Food Indonesia Tbk.
16 GGRM PT Gudang Garam Tbk.
17 HMSP PT H.M. Sampoerna Tbk.
18 ICBP PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
19 IGAR PT Champion Pacific Indonesia Tbk.
20 INAI PT Indal Aluminium Industry Tbk.
21 INCI PT Intanwijaya International Tbk.
22 INDF PT Indofood Sukses Makmur Tbk.
23 INDS PT Indospring Tbk.
24 INTD PT Inter Delta Tbk.
25 INTP PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.
26 JECC PT Jembo Cable Company Tbk.
27 KAEF PT Kimia Farma Tbk.
28 KBLI PT KMI Wire & Cable Tbk.
29 KDSI PT Kedawung Setia Industrial Tbk.
30 KLBF PT Kalbe Farma Tbk.
31 LION PT Lion Metal Works Tbk.
32 LMSH PT Lionmesh Prima Tbk.
33 MERK PT Merck Tbk.
34 MLBI PT Multi Bintang Indonesia Tbk.
35 MTDL PT Metrodata Electronics Tbk.
36 MYOR PT Mayora Indah Tbk
73
37 PICO PT Pelangi Indah Canindo Tbk.
38 PYFA PT Pyridam Farma Tbk.
39 RDTX PT Roda Vivatex Tbk.
40 RICY PT Ricky Putra Globalindo Tbk.
41 ROTI PT Nippon Indosari Corpindo Tbk.
42 SCCO
PT Supreme Cable Manufacturing &
Commerce Tbk.
43 SKBM PT Sekar Bumi Tbk.
44 SKLT PT Sekar Laut Tbk.
45 SMGR PT Semen Indonesia Tbk.
46 SMSM PT Selamat Sempurna Tbk.
47 SRSN PT Indo Acidatama Tbk.
48 TCID PT Mandom Indonesia Tbk.
49 TOTO PT Surya Toto Indonesia Tbk.
50 TRST PT Trias Sentosa Tbk.
51 TSPC PT Tempo Scan Pacific Tbk.
52 ULTJ PT Ultra Jaya Milk Industry & Trading Tbk.
53 UNVR PT Unilever Indonesia Tbk.
54 WIIM PT Wismilak Inti Makmur Tbk.
55 SMBR PT Semen Baturaja (Persero) Tbk.
56 SMCB PT Holcim Indonesia Tbk.
57 WTON PT Wijaya Karya Beton Tbk.
58 DPNS PT Duta Pertiwi Nusantara Tbk.
59 APLI PT Asiaplast Industries Tbk.
60 IMPC PT Impack Pratama Industri Tbk.
61 TALF PT Tunas Alfin Tbk.
62 CPIN PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk.
63 JPFA PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk.
64 TKIM PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk.
65 NIPS PT Nipress Tbk.
66 STAR PT Star Petrochem Tbk.
67 TRIS PT Trisula International Tbk.
68 UNIT PT Nusantara Inti Corpora Tbk.
69 KBLM PT Kabelindo Murni Tbk.
70 AISA PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk.
71 STTP PT Siantar Top Tbk.
72 SIDO
PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul
Tbk.
73 CINT PT Chitose Internasional Tbk.
74 BOLT PT Gruda Metalindo Tbk.
75 KIAS PT Keramika Indonesia Assosiasi Tbk.
74
Tahun 2015
No Kode Perusahaan Nama Perusahaan
1 ADES PT Akasha Wira International Tbk.
2 AKPI PT Argha Karya Prima Tbk.
3 AKRA PT AKR Corporindo Tbk.
4 ALDO PT Alkindo Naratama Tbk.
5 AMFG PT Asahimas FlatGlass Tbk
6 ARNA PT Arwana Citramulia Tbk.
7 ASGR PT Astra Graphia Tbk.
8 ASII PT Astra International Tbk.
9 AUTO PT Astra Otoparts Tbk.
10 BATA PT Sepatu Bata Tbk.
11 BUDI PT Budi Starch &Sweetener Tbk.
12 CEKA PT Wilmar Cahaya Indonesia Tbk.
13 DLTA PT Delta Djakarta Tbk.
14 DVLA PT Darya-Varia Laboratoria Tbk.
15 FAST PT Fast Food Indonesia Tbk.
16 GGRM PT Gudang Garam Tbk.
17 HMSP PT H.M. Sampoerna Tbk.
18 ICBP PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
19 IGAR PT Champion Pacific Indonesia Tbk.
20 INAI PT Indal Aluminium Industry Tbk.
21 INCI PT Intanwijaya International Tbk.
22 INDF PT Indofood Sukses Makmur Tbk.
23 INDS PT Indospring Tbk.
24 INTD PT Inter Delta Tbk.
25 INTP PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.
26 JECC PT Jembo Cable Company Tbk.
27 KAEF PT Kimia Farma Tbk.
28 KBLI PT KMI Wire & Cable Tbk.
29 KDSI PT Kedawung Setia Industrial Tbk.
30 KLBF PT Kalbe Farma Tbk.
31 LION PT Lion Metal Works Tbk.
32 LMSH PT Lionmesh Prima Tbk.
33 MERK PT Merck Tbk.
34 MLBI PT Multi Bintang Indonesia Tbk.
35 MTDL PT Metrodata Electronics Tbk.
36 MYOR PT Mayora Indah Tbk
37 PICO PT Pelangi Indah Canindo Tbk.
75
38 PYFA PT Pyridam Farma Tbk.
39 RDTX PT Roda Vivatex Tbk.
40 RICY PT Ricky Putra Globalindo Tbk.
41 ROTI PT Nippon Indosari Corpindo Tbk.
42 SCCO
PT Supreme Cable Manufacturing &
Commerce Tbk.
43 SKBM PT Sekar Bumi Tbk.
44 SKLT PT Sekar Laut Tbk.
45 SMGR PT Semen Indonesia Tbk.
46 SMSM PT Selamat Sempurna Tbk.
47 SRSN PT Indo Acidatama Tbk.
48 TCID PT Mandom Indonesia Tbk.
49 TOTO PT Surya Toto Indonesia Tbk.
50 TRST PT Trias Sentosa Tbk.
51 TSPC PT Tempo Scan Pacific Tbk.
52 ULTJ PT Ultra Jaya Milk Industry & Trading Tbk.
53 UNVR PT Unilever Indonesia Tbk.
54 WIIM PT Wismilak Inti Makmur Tbk.
55 SMBR PT Semen Baturaja (Persero) Tbk.
56 SMCB PT Holcim Indonesia Tbk.
57 WTON PT Wijaya Karya Beton Tbk.
58 DPNS PT Duta Pertiwi Nusantara Tbk.
59 APLI PT Asiaplast Industries Tbk.
60 IMPC PT Impack Pratama Industri Tbk.
61 TALF PT Tunas Alfin Tbk.
62 CPIN PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk.
63 JPFA PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk.
64 TKIM PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk.
65 NIPS PT Nipress Tbk.
66 STAR PT Star Petrochem Tbk.
67 TRIS PT Trisula International Tbk.
68 UNIT PT Nusantara Inti Corpora Tbk.
69 KBLM PT Kabelindo Murni Tbk.
70 AISA PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk.
71 STTP PT Siantar Top Tbk.
72 SIDO
PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul
Tbk.
73 CINT PT Chitose Internasional Tbk.
74 BOLT PT Gruda Metalindo Tbk.
76
Tahun 2016
No Kode Perusahaan Nama Perusahaan
1 ADES PT Akasha Wira International Tbk.
2 AKPI PT Argha Karya Prima Tbk.
3 AKRA PT AKR Corporindo Tbk.
4 ALDO PT Alkindo Naratama Tbk.
5 AMFG PT Asahimas FlatGlass Tbk
6 ARNA PT Arwana Citramulia Tbk.
7 ASGR PT Astra Graphia Tbk.
8 ASII PT Astra International Tbk.
9 AUTO PT Astra Otoparts Tbk.
10 BATA PT Sepatu Bata Tbk.
11 BUDI PT Budi Starch &Sweetener Tbk.
12 CEKA PT Wilmar Cahaya Indonesia Tbk.
13 DLTA PT Delta Djakarta Tbk.
14 DVLA PT Darya-Varia Laboratoria Tbk.
15 FAST PT Fast Food Indonesia Tbk.
16 GGRM PT Gudang Garam Tbk.
17 HMSP PT H.M. Sampoerna Tbk.
18 ICBP PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
19 IGAR PT Champion Pacific Indonesia Tbk.
20 INAI PT Indal Aluminium Industry Tbk.
21 INCI PT Intanwijaya International Tbk.
22 INDF PT Indofood Sukses Makmur Tbk.
23 INDS PT Indospring Tbk.
24 INTD PT Inter Delta Tbk.
25 INTP PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.
26 JECC PT Jembo Cable Company Tbk.
27 KAEF PT Kimia Farma Tbk.
28 KBLI PT KMI Wire & Cable Tbk.
29 KDSI PT Kedawung Setia Industrial Tbk.
30 KLBF PT Kalbe Farma Tbk.
31 LION PT Lion Metal Works Tbk.
32 LMSH PT Lionmesh Prima Tbk.
33 MERK PT Merck Tbk.
34 MLBI PT Multi Bintang Indonesia Tbk.
35 MTDL PT Metrodata Electronics Tbk.
36 MYOR PT Mayora Indah Tbk
37 PICO PT Pelangi Indah Canindo Tbk.
77
38 PYFA PT Pyridam Farma Tbk.
39 RDTX PT Roda Vivatex Tbk.
40 RICY PT Ricky Putra Globalindo Tbk.
41 ROTI PT Nippon Indosari Corpindo Tbk.
42 SCCO
PT Supreme Cable Manufacturing &
Commerce Tbk.
43 SKBM PT Sekar Bumi Tbk.
44 SKLT PT Sekar Laut Tbk.
45 SMGR PT Semen Indonesia Tbk.
46 SMSM PT Selamat Sempurna Tbk.
47 SRSN PT Indo Acidatama Tbk.
48 TCID PT Mandom Indonesia Tbk.
49 TOTO PT Surya Toto Indonesia Tbk.
50 TRST PT Trias Sentosa Tbk.
51 TSPC PT Tempo Scan Pacific Tbk.
52 ULTJ PT Ultra Jaya Milk Industry & Trading Tbk.
53 UNVR PT Unilever Indonesia Tbk.
54 WIIM PT Wismilak Inti Makmur Tbk.
55 SMBR PT Semen Baturaja (Persero) Tbk.
56 SMCB PT Holcim Indonesia Tbk.
57 WTON PT Wijaya Karya Beton Tbk.
58 DPNS PT Duta Pertiwi Nusantara Tbk.
59 APLI PT Asiaplast Industries Tbk.
60 IMPC PT Impack Pratama Industri Tbk.
61 TALF PT Tunas Alfin Tbk.
62 CPIN PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk.
63 JPFA PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk.
64 STAR PT Star Petrochem Tbk.
65 UNIT PT Nusantara Inti Corpora Tbk.
66 AISA PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk.
67 CINT PT Chitose Internasional Tbk.
68 BOLT PT Gruda Metalindo Tbk.
78
LAMPIRAN 2
KUALITAS LABA
79
LAMPIRAN 3
UKURAN PERUSAHAAN
80
LAMPIRAN 4
STRUKTUR MODAL
81
LAMPIRAN 5
LIKUIDITAS
82
LAMPIRAN 6
INVESMENT OPPORTUNITY SET
83
LAMPIRAN 7
PERTUMBUHAN LABA
84
LAMPIRAN 8 : HASIL STATISTIKA DESKRIPTIF
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
ukuran perusahaan 217 24,57 33,20 28,4539 1,63681
DER 217 ,07 ,84 ,3967 ,17900
Likuiditas 217 ,15 16,87 2,9504 2,85778
IOS 217 ,30 40,82 2,4138 4,27954
Pertumbuhan Laba 217 -2,63 52,73 1,0228 4,40259
Kualitas Laba 217 -1,16 ,78 -,1720 ,26382
Valid N (listwise) 217
Sumber: data sekunder yang diolah spss 19, 2018
85
LAMPIRAN 9 : HASIL UJI NORMALITAS
Descriptive Statistics
N Skewness Kurtosis
Statistic Statistic Std. Error Statistic Std. Error
Unstandardized Residual 159 -,127 ,192 -,484 ,383
Valid N (listwise) 159
Sumber: data sekunder yang diolah spss 19, 2018
86
LAMPIRAN 10 : HASIL UJI MULTIKOLINEARITAS
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 ukuran perusahaan ,906 1,104
struktur modal ,645 1,550
Likuiditas ,624 1,604
Ios ,976 1,025
pertumbuhan laba ,984 1,016
a. Dependent Variable: kualitas laba
Sumber: data sekunder yang diolah spss 19, 2018
87
LAMPIRAN 11 : HASIL UJI HETEROKEDASTISITAS
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) ,096 ,084 1,141 ,256
ukuran perusahaan -,001 ,003 -,028 -,338 ,736
struktur modal ,021 ,032 ,066 ,656 ,513
likuiditas ,000 ,002 -,013 -,132 ,895
Ios ,001 ,001 ,073 ,892 ,374
pertumbuhan laba -,002 ,003 -,067 -,828 ,409
a. Dependent Variable: absres
Sumber: data sekunder yang diolah spss 19, 2018
88
LAMPIRAN 12 : HASIL UJI AUTOKOLERASI
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 ,586a ,344 ,216 19,49145 1,549
a. Predictors: (Constant), pertumbuhan laba, ios, struktur modal, ukuran perusahaan, likuiditas
b. Dependent Variable: kualitas laba
Sumber: data sekunder yang diolah spss 19, 2018
89
LAMPIRAN 13 : HASIL PENGUJIAN MODEL a. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R
2)
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,385a ,148 ,120 ,09861
a. Predictors: (Constant), pertumbuhan laba, ios, struktur modal,
ukuran perusahaan, likuiditas
Sumber: data sekunder yang diolah spss 19, 2018
b. Hasil Uji Model Fit (Uji F)
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression ,258 5 ,052 5,314 ,000a
Residual 1,488 153 ,010
Total 1,746 158
a. Predictors: (Constant), pertumbuhan laba, ios, struktur modal, ukuran perusahaan, likuiditas
b. Dependent Variable: kualitas laba
Sumber: data sekunder yang diolah spss 19, 2018
90
LAMPIRAN 14 : HASIL UJI REGRESI LINIER
BERGANDA
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -,136 ,141 -,969 ,334
ukuran perusahaan ,002 ,005 ,038 ,489 ,625
struktur modal -,114 ,054 -,197 -2,117 ,036
Likuiditas ,007 ,003 ,196 2,070 ,040
Ios -,004 ,002 -,159 -2,109 ,037
pertumbuhan laba ,005 ,005 ,082 1,090 ,277
a. Dependent Variable: kualitas laba
Sumber: data sekunder yang diolah spss 19, 2018
91
92
93