PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

147
PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN KOMPLEKSITAS PEMERINTAH DAERAH (JUMLAH SKPD) TERHADAP KELEMAHAN PENGENDALIAN INTERN PADA PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris Pada Pemerintah Daerah di Indonesia) Oleh: Titus Puspitasari 109082000121 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2013

Transcript of PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

Page 1: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI

DAERAH (PAD) DAN KOMPLEKSITAS PEMERINTAH DAERAH

(JUMLAH SKPD) TERHADAP KELEMAHAN PENGENDALIAN

INTERN PADA PEMERINTAH DAERAH

(Studi Empiris Pada Pemerintah Daerah di Indonesia)

Oleh:

Titus Puspitasari

109082000121

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2013

Page 2: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …
Page 3: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …
Page 4: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …
Page 5: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …
Page 6: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama Lengkap : Titus Puspitasari

2. Tempat, Tanggal Lahir : Lamongan, 04 April 1991

3. Alamat : Jl. Karangbinangun, RT. 05 / RW. 02 ,

Keputran, Kec. Deket, Kab. Lamongan.

4. No. Ponsel : 085648758408

5. Email : [email protected]

II. PENDIDIKAN FORMAL

1. SD Negeri Dinoyo II Tahun 1997-2003

2. SMP Negeri 2 lamongan Tahun 2003-2006

3. SMA Negeri 1 Lamongan Tahun 2006-2009

4. S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2009-2013

III. PENGALAMAN ORGANISASI

1. Anggota BEM Jurusan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta periode 2010-2011

2. Anggota BEM Fakultas UIN Syarif Hidayatullah Jakarta periode 2012-

2013

3. Anggota LSO VOC Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta periode 2010-2011.

4. Team Rapai dance SEIS Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

5. Seminar Internasional oleh Social Trust Fund, “Shaping Islamic Tomorrow

Today: Towards A New Islamic Agenda for Human Development, Maqasid

Perspectives”, 21 Januari 2013.

Page 7: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

vi

6. Seminar oleh Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi DKI Jakarta, “Seminar

Peningkatan Pemahaman Ketertiban Umum Bagi Pelajar dan Mahasiswa’,

29 November 2010.

7. Seminar oleh Direktorat Jendral Pajak, “Potret Perpajakan Indonesia

Menuju Sistem Perpajakan yang Transparan”, 24 November 2011.

8. Seminar oleh PT. Zahir Internasional, “Workshop Komputer Akuntansi

dengan menggunakan Zahir Accounting Edisi Standar 5. 1”, 17 Maret

2012.

9. Seminar Nasional oleh Asuransi ACA, “Peran Asuransi dalam Era

Globalisasi” 20 Mei 2010.

10. Seminar oleh Komisi Pemberantasan Korupsi, “Talkshow Pemberantasan

Korupsi”, 9 September 2009.

IV. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : Timan

2. Tempat, Tanggal Lahir : Lamongan, 16 Maret 1968

3. Ibu : Umi Kalsum

4. Tempat, Tanggal Lahir : Lamongan, 17 April 1970

5. Anak : Pertama dari 2 bersaudara

Page 8: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

vii

THE INFLUENCE OF ECONOMIC GROWTH RATE, LOCAL OWN SOURCE

REVENUE AND COMPLEXITY (NUMBER OF LOCAL GOVERNMENT

WORK UNIT) TO INTERNAL CONTROL WEAKNESS OF LOCAL

GOVERNMENT

(Empirical Study on Local Governments in Indonesia)

By: Titus Puspitasari

ABSTRACT

The purposed of the study was to test the influence of economic growth rate,

local own source revenue and complexity (number of local government work unit) to

internal control weakness of local government. Agency theory assumes that there

were many information asymetry between the agents (local government) who had

direct acces to information by the principals (the public). The existence of

information asymetry allowed the occurence of fraud or corruption by local

government.

This study used purposive sampling with 156 data from the financial

statements Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) in 2011 and

data from Badan Pusat Statistika (BPS). The result indicated that the economic

growth rate and local own source revenue had no significant influence on internal

control weakness. However, the complexity (the number of local government) had

significant influence on internal control weakness.

Keywords : Internal Control, Rate of Economic Growth, amount of revenue and

complexity.

Page 9: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

viii

PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI

DAERAH (PAD) DAN KOMPLEKSITAS PEMERINTAH DAERAH

(JUMLAH SKPD) TERHADAP KELEMAHAN PENGENDALIAN INTERN

PADA PEMERINTAH DAERAH

(Studi Empiris Pada Pemerintah Daerah di Indonesia)

Oleh: Titus Puspitasari

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara kausalitas pengaruh tingkat

pertumbuhan ekonomi, Pendapatan Asli Daerah (PAD), kompleksitas Pemerintah

Daerah (jumlah SKPD) terhadap kelemahan pengendalian intern. Teori keagenan

beranggapan bahwa banyak terjadi information asymmetry antara pihak agent

(pemerintah daerah) yang mempunyai akses langsung terhadap informasi dengan

pihak principal (masyarakat). Adanya information asymmetry inilah yang

memungkinkan terjadinya penyelewengan atau korupsi oleh pemerintah daerah.

Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dengan jumlah data

156 pemerintah daerah yang berasal dari hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan

Republik Indonesia (BPK RI) atas laporan keuangan pemerintah daerah tahun 2011

dan data dari Badan Pusat Statistika (BPS). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa

tingkat pertumbuhan ekonomi dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) tidak memiliki

pengaruh signifikan terhadap kelemahan pengendalian intern. Tetapi kompleksitas

pemerintah daerah dilihat dari jumlah SKPD memiliki pengaruh signifikan terhadap

tingkat kelemahan pengendalian intern.

Kata kunci: Pengendalian intern, pertumbuhan, PAD, SKPD

Page 10: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

ix

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Bismillahirrahmanirrahim.

Segala puji bagi Allah SWT, Ar-Rahman Ar-Rahim yang memberikan kasih

sayangnya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

baik. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang

telah membimbing umatnya menuju jalan kebenaran dengan agama Islam. Skripsi ini

disusun dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, bantuan, doa dan

dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih yang mendalam kepada:

1. Ayahanda Timan dan Ibunda Umi Kalsum dan Adikku Muhammad Ivan

Kurniawan yang selalu memberikan dukungan, perhatian, cinta dan kasih

sayang, dan doa yang selalu terucap tiada henti kepada penulis.

2. Keluarga besar di Lamongan, Kresek, Telaga Bestari dan Sidoarjo yang selalu

mendoakan dan memberikan dukungan untuk kesuksesan penulis.

3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Rahmawati, SE., MM selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi

dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Ibu Yessi Fitri, SE., Ak., M.Si selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas

Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Bapak Dr. Amilin, SE., Ak., M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi I yang

telah bersedia meluangkan waktu untuk berdiskusi, memberikan pengarahan dan

bimbingan dalam penulisan skripsi ini.

Page 11: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

x

7. Ibu Putriesti Mandasari, SP, M,Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi II yang

telah meluangkan waktu, mencurahkan perhatian, membimbing dan memberikan

pengarahan kepada penulis. Terima kasih atas semua saran yang Ibu berikan

selama ini.

8. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmu dan karyawan Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah yang telah memberikan bantuan kepada penulis.

9. Achmad Agus Heriyanto, terimakasih selama ini telah memberikan doa dan

dukungan penuh kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi sampai selesai.

10. Sahabatku Galih Ihsan, Adi Nugraha, Erick darmawan, Dini Utami, Imah astinia

dan siti aliyah Nur Khalishah yang selama ini berjuang bersama-sama dan

memberikan pertemanan yang istimewaa kepada penulis selama ini.

11. Sahabat seperjuanganku, Ira Robiah dan Nina Indriani dari awal kita kuliah

sampai saat ini selalu setia berjuang bersama-sama. Thank you so much.

12. Sahabat Accounting C’s Indescribable Democracy (ACID) yang berjuang dari

awal dengan suka duka yang tak mungkin terlupakan.

13. Sahabat yang dipertemukan dalam LSO Voice Of Comunication (VOC),

Rufiatun Nufus, Rika Fitrianti yang memberikan dukungan serta menghibur

penulis selama ini. Thanks guys.

14. Sahabat sekaligus teman sehari-hari dikosan kuning tercinta Arum Ganda

Wijayanti, Ifta Aulia, Nur Aprianti, Rosma Aliah, Annisa Nur Kusuma, Erika

yang selalu memberikan semangat, ilmu-ilmu yag bermanfaat dan kasih sayang

selama ini.

15. Sahabat SMA ku yang selama ini berbagi ilmu dan tetap menjaga tali

silaturrahmi Ulva navatilova menes, Dyah Nur Fitriana, Umu Nadziroh, Winda

Eka, Maslahatul Ummah, Mariyanti Nur, Siti Aisyah, Yuni Medya. Terimakasih

sudah menemani dan memberikan keceriaan di hari libur penulis.

16. Sahabat kecilku yang menjadi tempat curahan hati dari kecil sampai sekarang

Ernia wati, Erel Setia Hariani dan Ferry Angga.

Page 12: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

xi

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna

dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik

yang membangun dari berbagai pihak.

Jakarta, 25 April 2013

Titus Puspitasari

Page 13: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

xii

DAFTAR ISI

Keterangan Halaman

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ............................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ............................ iii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ..................... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... v

ABSTRACT ..................................................................................................... vii

ABSTRAK ..................................................................................................... viii

KATA PENGANTAR ................................................................................... ix

DAFTAR ISI .................................................................................................. xii

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvi

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xviii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................... 1

B. Perumusan Masalah ............................................................. 8

C. Tujuan Penelitian ................................................................. 8

D. Manfaat Penelitian ............................................................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Literatur.................................................................. 11

Page 14: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

xiii

1. Teori Keagenan (Agency Theory) ................................... 11

2. Undang-undang Pemerintah Daerah ............................... 13

3. Pengendalian Intern ......................................................... 19

4. Tujuan Pengendalian Internal ......................................... 20

5. Komponen Pengendalian Internal ................................... 22

6. Prosedur Pengendalian Internal ...................................... 24

7. Pemahaman Atas Pengendalian Internal ......................... 29

8. Kelemahan Pegendalian Internal..................................... 31

9. Opini Audit ..................................................................... 33

10. Pertumbuhan Ekonomi Pemerintah Daerah ................... 36

11. Pendapatan Asli Daerah (PAD) ...................................... 42

12. Kompleksitas Pemerintah Daerah .................................. 45

13. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)......................... 48

B. Penelitian Sebelumnya .......................................................... 49

C. Kerangka Berpikir ................................................................. 57

D. Hipotesis Penelitian ............................................................... 59

1. Tingkat Pertumbuhan Ekonomi PDRB Pemerintah Daerah

dengan Pengendalian Intern ............................................ 59

2. Pendapatan Asli daerah (PAD) dengan Pengendalian Intern

......................................................................................... 60

3. Kompleksitas Pemerintah daerah dilihat dari jumlah SKPD

dengan Pengendalian Intern ............................................ 61

Page 15: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

xiv

BAB III METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian .................................................... 64

B. Teknik Penentuan Populasi dan Sampel .............................. 64

C. Teknik Pengumpulan Data ................................................... 65

D. Teknik Analisis .................................................................... 66

1. Uji Statistik Deskriptif ................................................... 67

2. Uji Asumsi Klasik ........................................................... 68

a. Uji Normalitas .......................................................... 68

b. Uji Multikolinearitas ................................................ 68

c. Uji Heterokendastisitas ............................................ 69

3. Pengujian Hipotesis ........................................................ 70

a. Uji Koefisien Determinasi (R2) ................................. 71

b. Uji Signifikansi Simultan (Uji f) ............................... 71

c. Uji Signifikansi Paramater Individual (Uji t) ............ 72

d. Analisis Regresi Berganda yang Terbentuk .............. 72

E. Operasional Variabel Penelitian ........................................... 74

1. Variabel Dependen (Y) .................................................. 74

2. Variabel Independen (X) ................................................. 75

a. Pertumbuhan PDRB Pemerintah Daerah (X1) ......... 75

b. Pendapatan Asli Daerah .......................................... 76

c. Kompleksitas Pemerintah Daerah ............................. 76

Page 16: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

xv

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ...................................... 78

1. Deskripsi Objek Penelitian .............................................. 78

2. Deskripsi Sampel Penelitian ........................................... 79

B. Hasil Uji analisis Data dan Pembahasan ............................... 85

1. Hasil Statistik Deskriptif ................................................. 85

2. Hasil Uji Asumsi Klasik ................................................. 87

a. Uji Normalitas ........................................................... 87

b. Uji Multikolinearitas ................................................. 90

c. Uji Heterokedastisitas ............................................... 91

3. Hasil Uji Hipotesis Penelitian ......................................... 93

a. Uji Koefisien Determinasi (R2) ................................. 93

b. Uji Signifikansi Simultan (Uji f) ............................... 95

c. Uji Signifikansi Paramater Individual (Uji t) ............ 96

d. Hasil Uji Hipotesis dan Pembahasan ........................ 97

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................... 103

B. Implikasi ................................................................................ 104

C. Keterbatasan .......................................................................... 106

D. Saran ...................................................................................... 107

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 108

LAMPIRAN .................................................................................................... 111

Page 17: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

xvi

DAFTAR TABEL

No. Keterangan Halaman

1.1 Kelompok Temuan Akibat Ketidakpatuhan terhadap Ketentuan Perundang-

undangan atas Pemeriksaan LKPD Semester I Tahun 2012 ................ 4

2.2 Ringkasan Penelitian Terdahulu ........................................................... 50

3.1 Oprasionalisasi Variabel Penelitian ..................................................... 77

4.1 Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria ....................................... 78

4.2 Nama Pemerintah Daerah Hasil Observasi .......................................... 79

4.3 Hasil Statistik Deskriptif ...................................................................... 86

4.4 Hasil Uji Kolmogorov Smirnov ........................................................... 89

4.5 Hasil Uji Multikoloniearitas ................................................................. 90

4.6 Hasil Uji Spearman’s rho ..................................................................... 92

4.7 Hasil Adj R2 ......................................................................................... 93

4.8 Hasil Uji F ............................................................................................ 95

4.9 Hasil Uji t ............................................................................................. 96

Page 18: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

xvii

DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Halaman

2.1 Kerangka Berpikir ................................................................................ 57

4.1 Hasil Uji Normalitas ............................................................................. 88

4.2 Hasil Uji Heterokedastisitas ................................................................. 81

Page 19: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

No. Keterangan Halaman

1. Daftar Nama Pemerintah Daerah yang Terdaftar di Badan Pusat Statistika

(Dalam Juta) ......................................................................................... 113

2. Hasil Output SPSS ............................................................................... 122

Page 20: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengendalian internal dibuat untuk semua tindakan oleh sebuah

organisasi untuk memberikan keamanan terhadap assets dari pemborosan,

kecurangan dan ketidakefisienan penggunaan serta untuk meningkatkan

ketelitian dan tingkat kepercayaan dalam laporan keuangan. Oleh karena itu,

undang-undang di bidang keuangan negara membawa implikasi tentang perlunya

sistem pengelolaan keuangan negara yang lebih akuntabel dan transparan untuk

mencapai pengendalian internal yang memadai. Selain itu, pelaksanaan otonomi

daerah tidak hanya dapat dilihat dari seberapa besar daerah akan memperoleh

dana perimbangan, tetapi hal tersebut harus diimbangi dengan sejauh mana

instrumen atau sistem pengelolaan keuangan daerah mampu memberikan nuansa

manajemen keuangan yang lebih adil, rasional, transparan, partisipatif dan

bertanggungjawab untuk mewujudkan good governance.

Tuntutan dan kebutuhan era globalisasi, perwujudan kepemerintahan

yang baik (good governance), upaya pemulihan ekonomi nasional dan daerah

serta pemulihan kepercayaan yang baik secara lokal, nasional maupun

internasional terhadap pemerintah Indonesia, mengharuskan pemerintah untuk

mengambil langkah-langkah strategis dengan adanya pengendalian intern

(Sembiring, 2009).

Page 21: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

2

Sejak reformasi pada tahun 1998 berbagai perubahan terjadi di Indonesia.

Perubahan tersebut tidak hanya dirasakan di pusat pemerintahan, tetapi juga di

daerah. Setelah terjadinya reformasi, sistem pemerintahan yang awalnya bersifat

terpusat mulai mengalami desentralisasi. Hal ini ditandai dengan dikeluarkannya

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah. Regulasi

tersebut menjadi landasan bagi pemberian otonomi daerah yang semakin besar

kepada daerah (Martani dan Zaelani, 2011).

Perubahan-perubahan mendasar pada awal reformasi pengelolaan

keuangan Negara berkaitan dengan: (a) sistem penganggaran; (b) struktur

anggaran; (c) peristilahan; (d) pengukuran kinerja; (e) konsep pusat-pusat

pertanggungjawaban; (f) desentralisasi; (g) standar an kebijakan akuntansi; dan

(h) perubahan sistem akuntansi keuangan ke sistem ganda (double entry) dengan

dasar pencatatan atas dasar kas yang mengarah pada basis akrual (cash basic

toward accrual). Oleh karena itu pemerintah terus melakukan berbagai upaya

perbaikan untuk meningkatkan pengelolaan keuangan negara/daerah untuk

memperkecil potensi kecurangan. Banyaknya pemerintahan daerah di Indonesia

dengan otonomi yang semakin besar, membuat pengawasan yang baik sangat

dibutuhkan agar tidak terjadi kecurangan (fraud). Kecurangan dalam organisasi

baik di sektor pemerintahan maupun di sektor swasta biasanya disebabkan oleh

lemahnya pengendalian intern.

Adanya peningkatan tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan

pemerintahan yang baik (good governance government) mendorong pemerintah

Page 22: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

3

pusat dan pemerintah daerah untuk menerapkan adanya pengendalian intern

dalam pemerintah daerah. Pengendalian intern dalam pemerintah daerah dapat

dilakukan dengan mengadakan pengawasan intern yang berfungsi untuk

melakukan penilaian independen atas pelaksanaan tugas dan fungsi instansi

pemerintah. Lingkup pengaturan pengawasan intern mencangkup kelembagaan,

lingkup tugas, kompetensi daya manusia, kode etik, standar audit, dan pelaporan.

Penelitian yang dilakukan Coe dan Curtis (1991) menemukan dari total

127 kasus kelemahan pengendalian intern di Carolina Utara AS sebagian besar

(42%) terjadi di lembaga pemerintah. Menurut Wilopo (2006) pengendalian

intern yang efektif mengurangi kecenderungan kecurangan dalam organisasi. Hal

ini senada dengan survei KPMG tahun 2006 dimana sebagian besar kecurangan

(38%) terdeteksi karena adanya pengendalian intern.

Data yang dikeluarkan Indonesian Corruption Watch (ICW) semester I

(Januari s/d Juli) 2012, ditemukan 285 kasus korupsi yang terjadi baik di tingkat

pusat maupun di tingkat daerah yang menyebabkan negara mengalami kerugian

sebesar Rp 1,22 triliun (ICW, Laporan semester I Tahun 2012). Sedangkan hasil

pemeriksaan atas laporan keuangan Semester I Tahun 2012 Badan Pemeriksa

Keuangan (BPK) menemukan 5.036 kasus kelemahan SPI yang terdiri atas tiga

kelompok temuan yaitu kelemahan sistem pengendalian akuntansi dan pelaporan,

kelemahan sistem pengendalian pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja,

serta kelemahan struktur pengendalian intern. LKPD Semester I Tahun 2012 juga

menemukan adanya ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan

Page 23: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

4

sebanyak 6.904 kasus senilai Rp 7,011 triliun sebagaimana disajikan dalam tabel

1.1 berikut.

Tabel 1.1

Kelompok Temuan Akibat Ketidakpatuhan terhadap Ketentuan

Perundang-undangan atas Pemeriksaan LKPD Semester I Tahun 2012.

No Kelompok temuan Jumlah Kasus Nilai (juta Rp)

1. Kerugian Daerah 2.004 1.159.769

2. Potensi Kerugian Daerah 426 3.205.164

3. Kekurangan Penerimaan 1.113 849.463

4. Administrasi 2.702 -

5. Ketidakhematan/Pemborosan 227 281.232

6. Ketidakefisienan 2 537

7. Ketidakefektifan 380 1.505.408

Jumlah 6.904 7.001.576

Sumber: BPK RI (2012)

Hasil pemeriksaan BPK pada Semester I Tahun 2012, mengungkapkan

adanya ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan sebanyak 6.904

kasus senilai Rp 7.001.576 juta. Sub Total 1 menunjukkan ketidakpatuhan yang

menyebabkan kerugian, potensi kerugian, dan kekurangan penerimaan sebanyak

3.543 kasus senilai Rp 5.214.397 juta. Rekomendasi BPK terhadap kasus

tersebut adalah penyetoran sejumlah uang kas Negara/daerah/perusahaan dan

atau penyerahan aset. Temuan BPK pada Semester I tahun 2012 dinyatakan

bahwa terhadap 426 LKPD Tahun 2012 (sekitar 81,30%) dari 524 pemerintah

daerah/provinsi/kabupaten/kota yang diperiksa, BPK hanya memberikan opini

Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) atas 67 entitas, opini Wajar Dengan

Pengecualian (WDP) atas 316 entitas, opini Tidak Wajar (TW) atas 5 entitas, dan

opini Tidak Memberikan Pendapat (TMP) sebanyak 38 entitas. Meskipun

Page 24: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

5

terdapat kenaikan proporsi opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dan Wajar

Dengan Pengecualian (WDP) yang diikuti penurunan proporsi opini Tidak

Memberikan Pendapat (TMP), pemerintah daerah masih perlu meningkatkan

kualitas dalam menyajikan suatu laporan keuangan yang wajar. Penyajian suatu

laporan keuangan yang wajar merupakan gambaran dan hasil dari

pertanggungjawaban keuangan yang lebih baik.

Pengendalian intern memiliki peranan yang sangat penting bagi sebuah

organisasi, termasuk pemerintah daerah. Pemerintah daerah harus mampu

menjalankan pengendalian intern yang baik agar dapat memperoleh keyakinan

yang memadai dalam mencapai tujuan. Pasal 56 ayat 4 Undang-Undang Nomor 1

tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara menjelaskan bahwa pengelolaan

keuangan daerah harus didukung oleh sistem pengendalian intern yang memadai.

Pertumbuhan pemerintah daerah membuat setiap pemerintah daerah memiliki

karakteristik yang berbeda sehingga dapat mempengaruhi keberhasilan

implementasi sistem pengendalian intern. Oleh karena itu, penting untuk

mengatahui pengaruh tingkat pertumbuhan ekonomi, Pendapatan Asli Daerah

(PAD) dan kompleksitas Pemerintah Daerah terhadap kelemahan pengendalian

intern pada pemerintah daerah di Indonesia.

Petrovits, Shakespeare, dan Shih (2010) dalam penelitiannya menemukan

bahwa pengendalian intern yang lemah biasanya berhubungan dengan komitmen

yang kurang dalam pengendalian akuntansi. Berdasarkan hasil analisis statistik

peneliti menemukan bahwa kompleksitas (diukur dengan jumlah segmen operasi

Page 25: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

6

dan translasi mata uang asing) dan profitabilitas (dilihat dari rasio return on

assets dan nilai cash from operation) berhubungan positif dengan kelemahan

material pengendalian intern.

Penelitian yang dilakukan Doyle, Ge, dan McVay (2007) ingin

memeriksa faktor determinan dari kelemahan pengendalian intern dalam

pelaporan keuangan. Sebanyak 779 perusahaan yang dijadikan sampel dalam

penelitian ini, peneliti menemukan bahwa perusahaan yang memiliki banyak

kelemahan pengendalian intern cenderung lebih kecil, lebih muda, lemah secara

keuangan, kompleks, sedang tumbuh dan dalam restrukturisasi.

Penelitian lain dilakukan Ashbaugh-Skife, Collins, dan Kinney (2007).

Berdasarkan hasil analisis ditemukan bahwa kompleksitas organisasi (jumlah

segmen usaha, penjualan dengan mata uang asing, dan jumlah persediaan)

berpengaruh positif terhadap masalah pengendalian intern. Begitu juga untuk

perubahan organisasi yang dilihat dari data merger dan akuisisi, pertumbuhan

dan restrukturisasi memiliki pengaruh positif.

Penelitian sejenis di Asia dilakukan oleh Zhang, Niu, dan Zheng (2009).

Banyak sekali perusahaan di China membangun sistem pegendalian intern yang

dikenal dengan Enterprise Internal Control Basic Standard (EICBS). Peneliti

menemukan bukti bahwa kualitas pengendalian intern berhubungan positif

dengan ukuran perusahaan, kondisi keuangan, Peneliti juga menemukan kualitas

pengendalian intern berhubungan negatif dengan control power dari pemegang

saham mayoritas dan tingkat desentralisasi.

Page 26: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

7

Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan diatas, peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian untuk melihat pengendalian intern dalam Pemerintah

Daerah. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti melakukan penelitian yang

berjudul “Pengaruh Tingkat Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli

Daerah (PAD) dan Kompleksitas Pemerintah Daerah (Jumlah SKPD)

Terhadap Kelemahan Pengendalian Intern Pada Pemerintah Daerah”.

Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Martani dan Zaelani (2011), yang meneliti mengenai “Pengaruh

ukuran, pertumbuhan, dan kompleksitas Pemerintah Daerah terhadap

pengendalian intern pemerintah daerah”. Adapun perbedaan penelitian ini dengan

penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut:

1. Tahun pengamatan. Pada penelitian sebelumnya pengamatan dimulai dari

tahun 2008, sedangkan pada penelitian ini dilakukan pada tahun 2011.

2. Terdapat perbedaan variabel independen. Penelitian sebelumnya

menggunakan tiga variabel independen yaitu ukuran Pemerintah Daerah,

pertumbuhan Pemerintah Daerah dan kompleksitas Pemerintah Daerah.

Sedangkan pada penelitian ini terdapat satu variabel independen yang berbeda

yaitu kompleksitas Pemerintah Daerah yang dilihat dari jumlah Satuan Kerja

Perangkat Daerah (SKPD). Dalam penelitian sebelumnya kompleksitas dapat

dilihat dari jumlah Kecamatan, PAD dan jumlah penduduk.

Page 27: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

8

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan, maka dapat

diidentifikasikan masalah sebagai berikut:

1. Apakah tingkat pertumbuhan ekonomi Pemerintah Daerah memiliki pengaruh

terhadap kelemahan pengendalian intern Pemerintah Daerah?

2. Apakah PAD memiliki pengaruh terhadap kelemahan pengendalian intern

Pemerintah Daerah?

3. Apakah kompleksitas Pemerintah Daerah (jumlah SKPD) memiliki pengaruh

terhadap kelemahan pengendalian intern Pemerintah Daerah?

4. Apakah pertumbuhan ekonomi, PAD, kompleksitas Pemerintah Daerah

(jumlah SKPD) memiliki pengaruh terhadap kelemahan pengendalian intern

Pemerintah Daerah?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Pengaruh tingkat pertumbuhan ekonomi Pemerintah Daerah terhadap

kelemahan pengendalian intern Pemerintah Daerah.

2. Pengaruh PAD terhadap kelemahan pengendalian intern Pemerintah Daerah.

3. Pengaruh kompleksitas Pemerintah Daerah (jumlah SKPD) terhadap

kelemahan pengendalian intern Pemerintah Daerah.

Page 28: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

9

4. Pengaruh tingkat pertumbuhan ekonomi, PAD dan kompleksitas Pemerintah

Daerah (jumlah SKPD) terhadap kelemahan pengendalian intern Pemerintah

Daerah.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian tersebut adalah

sebagai berikut:

1. Ilmu pengetahuan.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan untuk memperluas

pengetahuan mengenai mata kuliah internal audit dalam program studi

akuntansi di perguruan tinggi, serta untuk memperluas kajian mengenai

pengaruh tingkat pertumbuhan ekonomi, Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan

kompleksitas pemerintah daerah (jumlah SKPD) terhadap kelemahan

pengendalian intern pada pemerintah daerah;

2. Pemerintah Daerah.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pengembangan

pengendalian intern pada pemerintah daerah, dan meningkatkan kesadaran

pemerintah daerah akan pentingnya pengendalian intern, serta sebagai

pertimbangan dalam pembuatan kebijakan untuk lebih meningkatkan

pengendalian intern pemerintah daerah;

Page 29: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

10

3. Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya jurusan akuntansi.

Penelitian ini diharapkan dapat menambah studi literatur mengenai pengaruh

tingkat pertumbuhan ekonomi, Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan

kompleksitas pemerintah daerah (jumlah SKPD) terhadap kelemahan

pengendalian intern pada pemerintah daerah;

4. Penulis.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman mengenai pengaruh

tingkat pertumbuhan ekonomi, Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan

kompleksitas pemerintah daerah (jumlah SKPD) terhadap kelemahan

pengendalian intern pada pemerintah daerah;

5. Penelitian Selanjutnya.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang berarti, wawasan,

referensi tambahan, dan sebagai literatur untuk penelitian lebih lanjut

mengenai tema ini.

Page 30: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Literatur

1. Teori Keagenan (Agency Theory)

Agency theory menyangkut hubungan kontraktual antara dua pihak

yaitu principal dan agent. Agency theory membahas tentang hubungan

keagenan dimana suatu pihak tertentu (principal) mendelegasikan pekerjaan

kepada pihak lain (agent) yang melakukan pekerjaan. Agency theory

memandang bahwa agent tidak dapat dipercaya untuk bertindak dengan

sebaik-baiknya bagi kepentingan principal (Tricker, 1984). Sedangkan

penelitian Fama dan Jensen (1983) menyatakan bahwa masalah agensi

dikendalikan oleh sistem pengambilan keputusan yang memisahkan fungsi

manajemen dan fungsi pengawasan. Pemisahan fungsi manajemen yang

melakukan perencanaan dan implementasi terhadap kebijakan perusahaan

serta fungsi pengendalian yang melakukan ratifikasi dan monitoring terhadap

keputusan penting dalam organisasi akan memunculkan konflik kepentingan

diantara pihak-pihak tersebut.

Diakui atau tidak di pemerintahan daerah terdapat hubungan dan

masalah keagenan (Halim dan Abdullah, 2005). Penelitian Lane (2000)

menyatakan bahwa teori keagenan dapat diterapkan dalam organisasi publik

menyatakan bahwa negara demokrasi modern didasarkan pada serangkaian

11

Page 31: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

12

hubungan prinsipal-agen. Teori keagenan memandang bahwa pemerintah

daerah sebagai agent bagi masyarakat (principal) akan bertindak dengan

penuh kesadaran bagi kepentingan mereka sendiri serta memandang bahwa

pemerintah daerah tidak dapat dipercaya untuk bertindak dengan sebaik-

baiknya bagi kepentingan masyarakat. Agency theory beranggapan bahwa

banyak terjadi information asymmetry antara pihak agen (pemerintah) yang

mempunyai akses langsung terhadap informasi dengan pihak prinsipal

(masyarakat). Adanya information asymmetry inilah yang memungkinkan

terjadinya penyelewengan atau korupsi oleh agen. Sebagai konsekuensinya,

pemerintah daerah harus dapat meningkatkan pengendalian internalnya atas

kinerjanya sebagai mekanisme checks and balances agar dapat mengurangi

information asymmetry.

Berdasar agency theory pengelolaan pemerintah daerah harus diawasi

untuk memastikan bahwa pengelolaan dilakukan dengan penuh kepatuhan

kepada berbagai peraturan dan ketentuan yang berlaku. Meningkatnya

akuntabilitas pemerintah daerah informasi yang diterima masyarakat menjadi

lebih berimbang terhadap pemerintah daerah yang itu artinya information

asymmetry yang terjadi dapat berkurang. Kemungkinan untuk melakukan

korupsi menjadi lebih kecil dikarenakan semakin berkurangnya information

asymmetry.

Page 32: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

13

2. Undang-Undang Pemerintah Daerah (UU No. 33 Tahun 2004)

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun

2004 tentang pemerintahan daerah menjelaskan bahwa pembentukan undang-

undang tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan

pemerintahan daerah (UU No.33 Tahun 2004) dimaksudkan untuk

mendukung pendanaan atas penyerahan urusan kepada pemerintahan daerah

yang diatur dalam undang-undang tentang pemerintahan daerah. Perimbangan

keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah mencakup

pembagian keuangan antara Pemerintah pusat dan Pemerintahan Daerah

secara proporsional, demokratis, adil dan transparan dengan memperhatikan

potensi, kondisi dan kebutuhan daerah.

Ada beberapa cakupan yang terdapat dalam UU No.33 Tahun 2004

yaitu antara lain:

a. Prinsip Kebijakan Perimbangan Keuangan.

Prinsip kebijakan perimbangan keuangan terdapat dalam pasal 2

dan pasal 3. Pelaksanaan perimbangan keuangan antara pemerintah pusat

dan daerah tersebut perlu memperhatikan kebutuhan pembiayaan bagi

pelaksanaan kewenangan yang menjadi tanggung jawab pemerintah pusat,

antara lain pembiayaan bagi politik luar negeri, pertahanan keamanan,

peradilan, pengelolaan moneter dan fiskal, agama, serta kewajiban

pengembalian pinjaman Pemerintah Pusat.

Page 33: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

14

b. Dasar Pendanaan Pemerintah Daerah.

Dasar pendanaan pemerintah daerah terdapat dalam pasal 4.

Pendanaan penyelenggaraan pemerintahan agar terlaksana secara efisien

dan efektif serta untuk mencegah tumpang tindih ataupun tidak tersedianya

pendanaan pada suatu bidang pemerintahan, maka diatur pendanaan

penyelenggaraan pemerintahan. Penyelenggaraan pemerintahan yang

menjadi kewenangan daerah dibiayai dari APBD, sedangkan

penyelenggaraan kewenangan pemerintahan yang menjadi tanggung jawab

pemerintah dibiayai dari APBN, baik kewenangan Pusat yang

didekonsentrasikan kepada Gubernur atau ditugaskan kepada pemerintah

daerah dan/atau desa atau sebutan lainnya dalam rangka tugas pembantuan.

c. Sumber Penerimaan Daerah.

Sumber penerimaan daerah terdapat dalam pasal 5, 6, 7, 8, 9.

Penerimaan daerah dalam pelaksanaan desentralisasi terdiri atas

pendapatan daerah dan pembiayaan. Pendapatan daerah bersumber dari: (1)

Pendapatan Asli Daerah (PAD); (2) dana perimbangan; dan (3) lain-lain

pendapatan. Pembiayaan bersumber dari: (1) sisa lebih perhitungan

anggaran Daerah; (2) penerimaan pinjaman daerah; (3) dana cadangan

daerah; (4) hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan.

Page 34: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

15

d. Pendanaan Asli Daerah.

Pendanaan asli daerah terdapat dalam pasal 6,7,8,9. pendapatan asli

daerah merupakan pendapatan daerah yang bersumber dari hasil pajak

daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang

dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, yang bertujuan

untuk memberikan keleluasaan kepada daerah dalam menggali pendanaan

dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan asas

desentralisasi. Pendapatan daerah bersumber dari: (1) pendapatan asli

daerah; (2) dana perimbangan; (3) lain-lain pendapatan.

e. Dana Perimbangan.

Dana perimbangan terdapat dalam pasal 10 sampai dengan pasal 26.

Dana perimbangan merupakan sumber pembiayaan yang berasal dari

bagian daerah dari Pajak Bumi dan Bangunan, bea perolehan hak atas tanah

dan bangunan, dan penerimaan dari sumber daya alam, serta dana alokasi

umum dan dana alokasi khusus. Dana perimbangan ini terdiri atas: (1) dana

bagi hasil; (2) dana alokasi umum; (3) dana alokasi khusus.

f. Lain-lain Pendapatan.

Lain-lain pendapatan terdapat dalam pasal 43 sampai dengan pasal

48 dalam lain-lain pendapatan selain hibah, undang-undang ini juga

mengatur pemberian dana darurat kepada daerah karena bencana nasional

dan/atau peristiwa luar biasa yang tidak dapat ditanggulangi dengan dana

APBD. Pemerintah juga dapat memberikan dana darurat pada daerah yang

Page 35: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

16

mengalami krisis solvabilitas, yaitu daerah yang mengalami krisis

keuangan berkepanjangan.

g. Pinjaman Daerah.

Pinjaman daerah terdapat pada pasal 49 sampai dengan pasal 56.

Pinjaman daerah adalah semua transaksi yang mengakibatkan daerah

menerima sejumlah uang atau menerima manfaat yang bernilai uang dari

pihak lain sehingga daerah tersebut dibebani kewajiban untuk membayar

kembali. Pinjaman daerah adalah salah satu alternatif sumber pembiayaan

daerah dalam pelaksanaan desentralisasi, termasuk untuk menutup

kekurangan arus kas. Pinjaman daerah digunakan untuk membiayai

kegiatan yang merupakan inisiatif dan kewenangan daerah berdasarkan

peraturan perundang-undangan.

h. Obligasi Daerah.

Obligasi daerah terdapat pada pasal 57 sampai dengan pasal 65.

Obligasi daerah merupakan surat utang yang diterbitkan oleh pemerintah

daerah yang ditawarkan kepada publik melalui penawaran umum di pasar

modal. Obligasi ini tidak dijamin oleh pemerintah pusat (pemerintah)

sehingga segala resiko yang timbul sebagai akibat dari penerbitan obligasi

daerah menjadi tanggung jawab pemerintah daerah. Penerbitan surat utang

merupakan bukti bahwa pemerintah daerah telah melakukan

pinjaman/utang kepada pemegang surat utang tersebut. Pinjaman akan

dibayar kembali sesuai dengan jangka waktu dan persyaratan yang

Page 36: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

17

disepakati. Pemerintah daerah yang menerbitkan obligasi daerah

berkewajiban membayar bunga secara berkala sesuai dengan jangka waktu

yang telah ditetapkan. Pada saat jatuh tempo pemerintah daerah

berkewajiban mengembalikan pokok pinjaman.

i. Pengelolaan Keuangan Dalam Rangka Desentralisasi.

Pengelolaan keuangan dalam rangka desentralisasi terdapat dalam

pasal 66 sampai dengan pasal 86. Kebijakan otonomi daerah dan

desentralisasi fiskal yang telah dilaksanakan sejak tahun 2001 adalah dalam

rangka mendukung pencapaian tujuan pembangunan nasional. Seiring

dengan perubahan dinamika sosial politik, Pemerintah telah melakukan

revisi beberapa materi dalam undang-undang otonomi daerah dan

desentralisasi fiskal dengan ditetapkannya Undang-undang (UU) Nomor 32

Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU Nomor 33 Tahun 2004

tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan

Daerah. Substansi perubahan kedua undang-undang tersebut adalah

semakin besarnya kewenangan Pemerintah Daerah dalam mengelola

pemerintahan dan keuangan daerah. Pembangunan daerah diharapkan dapat

berjalan sesuai dengan aspirasi, kebutuhan, dan prioritas daerah, sehingga

dapat memberikan dampak positif bagi perkembangan ekonomi regional,

yang pada gilirannya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Page 37: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

18

j. Dana Dekonsentrasi.

Dekonsentrasi terdapat dalam pasal 87 sampai dengan pasal 95.

Pendanaan dalam rangka dekonsentrasi dilaksanakan setelah adanya

pelimpahan wewenang pemerintah melalui kementerian negara/lembaga

kepada gubernur sebagai wakil pemerintah di daerah didanai oleh

pemerintah yang disesuaikan dengan wewenang yang dilimpahkan.

Kegiatan dekonsentrasi di daerah dilaksanakan oleh SKPD yang ditetapkan

oleh gubernur. Dana dekonsentrasi merupakan bagian anggaran

kementerian negara/lembaga yang dialokasikan berdasarkan rencana kerja

dan anggaran kementerian negara/lembaga dana dekonsentrasi disalurkan

melalui rekening kas umum negara. Semua barang yang diperoleh dari

dana dekonsentrasi menjadi barang milik negara yang dapat dihibahkan

kepada daerah.

k. Dana Tugas Pembantuan.

Dana tugas pembantuan terdapat dalam pasal 96 sampai dengan

100. Dana tugas pembantuan adalah dana yang berasal dari APBN yang

dilaksanakan oleh daerah yang mencakup semua penerimaan dan

pengeluaran dalam rangka pelaksanaan tugas pembantuan. Sedangkan

tugas pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah kepada daerah

dan/atau desa atau sebutan lain dengan kewajiban melaporkan dan

mempertanggungjawabkan pelaksanaannya kepada yang menugaskan.

Penata keuangan dalam pelaksanaan tugas pembantuan dilakukan secara

Page 38: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

19

terpisah dari penatausahaan keuangan dalam pelaksanaan dekonsentrasi

dan desentralisasi. Semua barang yang diperoleh dari dana tugas

pembantuan menjadi barang milik negara dan dapat dihibahkan kepada

Daerah. Barang milik negara yang dihibahkan kepada daerah dikelola dan

ditatausahakan oleh daerah.

l. Sistem Informasi Keuangan Daerah.

Sistem informasi keuangan daerah terdapat dalam pasal 101 sampai

dengan pasal 104. Informasi keuangan daerah adalah segala informasi yang

berkaitan dengan keuangan daerah yang diperlukan dalam rangka

penyelenggaraan sistem informasi keuangan daerah. Daerah

menyampaikan informasi keuangan daerah yang dapat

dipertanggungjawabkan kepada pemerintah.

3. Pengendalian Intern

Pengertian pengendalian intern menurut Arens (2012) adalah proses

yang dilaksanakan oleh dewan komisaris, manajemen, pimpinan yang berada

dibawah mereka untuk memberikan kepastian yang layak bahwa tujuan

pengendalian tercapai yaitu: (1) keandalan laporan keuangan; (2) efektifitas

dan efisiensi operasi; dan (3) ketaatan terhadap hukum dan peraturan.

Menurut IAI (2011) mendefinisikan pengendalian intern sebagai suatu

proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan personel lain

entitas yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang

pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini: (a) keandalan pelaporan

Page 39: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

20

keuangan, (b) efektifitas dan efisiensi operasi, dan (c) kepatuhan terhadap

hukum dan peraturan yang berlaku.

Sedangkan menurut AICPA (2005), pengendalian internal adalah suatu

proses yang dipengaruhi board of directors, manajemen dan pegawai lainnya,

yang dirancang untuk memberikan keyakinan yang layak dapat dicapainya

tujuan-tujuan yang berkaitan dengan: (a) dapat dipercayainya laporan

keuangan, (b) efektivitas dan efisiensi operasi, dan (c) ketaatan terhadap

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Berdasarkan pengertian-pengertian pengendalian internal diatas, dapat

disimpulkan bahwa pengendalian internal merupakan suatu proses yang terdiri

dari kebijakan dan prosedur yang dibuat untuk dilaksanakan oleh orang-orang

untuk memberikan keyakinan yang memadai dalam pencapaian tujuan-tujuan

tertentu yang saling berkaitan. Penerapan pengendalian intern dalam setiap

kegiatan operasi perusahaan diharapkan tidak akan terjadi tindakan-tindakan

penyelewengan yang dapat merugikan perusahaan, misalanya penggelapan

baik yang dilakukan secara sengaja maupun tidak sengaja.

4. Tujuan Pengendalian Intern

Demi mencapai pengelolaan keuangan Negara yang efektif, efisien,

transparan, dan akuntabel, lembaga atau organisasi wajib melakukan

pengendalian atas penyelenggaraan kegiatan pemerintahan. Pengendalian atas

penyelenggaraan kegiatan pemerintahan dilaksanakan berpedoman pada

Page 40: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

21

sistem pengendalian intern pemerintah sebagaimana diatur dalam peraturan

pemerintah.

Menurut Arens (2012), tujuan pengendalian intern adalah sebagai

berikut:

a. Keandalan laporan keuangan.

Agar dapat menyelenggarakan operasi usahanya manajemen memerlukan

informasi yang akurat, oleh karena itu dengan adanya pengendalian intern

diharapkan dapat menyediakan data yang dapat dipercaya, sebab dengan

adanya data atau catatan yang handal memungkinkan tersusunnya laporan

keuangan yang dapat diandalkan.

b. Efektifitas dan efisiensi operasi

Tujuan pengendalian intern yang berhubungan dengan efisiensi dan

efektivitas operasi ditunjukkan untuk mencegah duplikasi usaha yang

tidak perlu atau pemborosan dalam segala kegiatan bisnis perusahaan dan

untuk mencegah penggunaan sumber daya yang tidak efisien.

c. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.

Tujuan pengendalian intern adalah memastikan bahwa segala peraturan

dan hukum telah ditetapkan manajemen untuk mencapai tujuan

perusahaan telah ditaati oleh karyawan perusahaan tersebut.

Page 41: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

22

Sedangkan menurut Mulyadi (2002), tujuan pengendalian intern

terbagi menjadi dua yaitu:

a. Menjaga kekayaan perusahaan

1) Penggunaan kekayaan perusahaan hanya melalui sistem otorisasi yang

telah ditetapkan.

2) Pertanggungjawaban kekayaan perusahaan yang dicatat dibandingkan

dengan kekayaan yang sesungguhnya.

b. Melakukan pengecekan atas ketelitian dan keandalan data akuntansi.

1) Pelaksanaan transaksi melalui sistem otorisasi yang telah ditetapkan.

2) Pencatatan transaksi yang terjadi tercatat dengan benar di dalam catatan

akuntansi perusahaan.

5. Komponen Pengendalian Intern

Komponen pengendalian intern menurut PP No. 60 (2008), suatu

perusahaan dapat mencapai tujuan pengendalian internalnya dengan

menerapkan lima komponen:

a. Lingkungan Pengendalian

Lingkungan pengendalian suatu perusahaan mencakup seluruh sikap

manajemen dan karyawan mengenai pentingnya pengendalian. Salah satu

faktor yang mempengaruhi lingkungan penegndalian adalah falsafah dan

gaya operasi manajemen. Lingkungan pengendalian adalah “tone at the

top” perusahaan. Hal ini dimulai dengan pemilik dan manajer puncak.

Mereka harus berprilaku secara terhormat untuk memberikan contoh yang

Page 42: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

23

baik kepada para karyawan perusahaan. Pemilik menunjukkan pentingnya

pengendalian internal jika dia mengharapkan para karyawan menjalankan

pengendaliannya secara serius.

Struktur organisasi usaha merupakan kerangka dasar untuk perencanaan

dan pengendalian operasi juga mempengaruhi lingkungan pengendalian,

karena setiap manajer toko bertanggung jawab untuk membentuk

lingkungan pengendalian yang efektif. Kebijakan Personalia juga

mempengaruhi lingkungan pengendalian. Kebijakan personalia meliputi

perekrutan, pelatihan, evaluasi, penetapan gaji, dan promosi karyawan. Di

samping itu uraian pekerjaan, kode etik karyawan, dan kebijakan mengenai

masalah perbedaan kepentingan merupakan bagian dari kebijakan

personalia Kebijakan dan prosedur tersebut dapat memperkokoh

pengendalian internal bila memberikan jaminan yang wajar bahwa hanya

karyawan yang kompeten dan jujurlah yang direkrut dan dipertahankan.

b. Pengendalian Risiko

Manajemen harus memperhitungkan risiko yang mungkin akan dialami

oleh perusahaan dan mengambil langkah penting untuk mengendalikan

risiko ini dan mengambil langkah penting untuk mengendalikannya

sehingga tujuan dari pengendalain internal dapat tercapai. Setelah risiko

diidentifikasi, maka dapat dilakukan analisis untuk memperkirakan

besarnya pengaruh risiko tersebut serta tingkat kemungkinan terjadinya,

dan untuk menentukan tindakan-tindakan yang akan meminimumkannya.

Page 43: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

24

c. Prosedur Pengendalian.

Prosedur pengendalian dirancang untuk memastikan bahwa tujuan

perusahaan tercapai. Contoh prosedur tersebut adalah membebankan

tanggung jawab, memisahkan tugas, dan menggunakan alat keamanan

untuk melindungi persediaan dari pencurian.

d. Pemantauan Pengendalian.

Perusahaan memperkerjakan auditor untuk memantau penegndalian intern

dalam perusahaan. Auditor internal akan memonitor pengendalian

perusahaan demi mengamankan aktiva, dan auditor eksternal memonitor

pengendalian untuk memastikan bahwa catatan akuntansi sudah akurat.

e. Sistem Informasi

Sistem informasi merupakan hal penting. Pemilik perusahaan memerlukan

informasi yang akurat untuk menelusuri aktiva dan mengukur laba serta

rugi.

6. Prosedur Pengendalian Intern

Menurut Mulyadi (2002), terdapat beberapa prosedur pengendalian

intern, yaitu sebagai berikut:

a. Karyawan yang kompeten, dapat diandalkan, dan Etis.

Sistem akuntansi yang baik memerlukan prosedur untuk memastikan

bahwa para karyawan mampu melaksanakan tugas yang diemban, Karena

itu karyawan harus kompeten, dapat diandalkan (reliable) dan etis.

Memberikan gaji tinggi akan menarik karyawan berkualitas tinggi.

Page 44: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

25

Perlunya pelatihan untuk melakukan tugas yang diberikan dan mengawasi

pekerjaan.

b. Pemberian Tanggung Jawab.

Kemungkinan terjadinya ketidakefisienan, kesalahan, dan penggelapan,

dapat dikurangi dengan adanya tanggung jawab operasi yang berkaitan

harus dibagi kepada dua orang atau lebih. Sebuah perusahaan yang

memiliki pengendalian intern yang baik, tidak ada tugas penting yang

terlewatkan dan memiliki karyawan yang bertanggung jawab.

c. Pemisahan Tugas.

Manajemen yang cerdas akan membagi tanggung jawab di antara dua atau

lebih orang. Pemisahan tugas akan membatasi penipuan dan meningkatkan

keakuratan catatan akuntansi. Pemisahan tugas dapat dibagi dua bagian:

1) Pemisahan operasi dari akuntansi.

Akuntansi harus terpisah sepenuhnya dari departemen operasi,

seperti produksi dan penjualan. Apabila karyawan bagian penjualan

mencatat pendapatan perusahaan maka angka penjualan akan

digelembungkan, dan manajer puncak tidak akan mengetahui berapa

yang sebenarnya dijual perusahaan. Inilah sebabnya mengapa harus

diadakan pemisahan tugas akuntansi dan penjualan.

Page 45: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

26

2) Memisahkan penjagaan aktiva dan akuntansi

Akuntan tidak boleh menangani kas dan kasir tidak boleh

memiliki akses ke catatan akuntansi. Jika satu karyawan bertanggung

jawab atas kedua tugas itu, orang tersebut dapat mencuri kas dan

menutupi pencurian yang dilakukan. Treasurer perusahaan menangani

kas, dan controler memperhitungkan kas itu. Tidak ada orang yang

memegang kedua tanggung jawab itu.

Apabila terdapat orang yang sama melakukan tugas

pemesanan, pemeriksaan penerimaan barang, dan melakukan

pembayaran kepada pemasok, maka akan terjadi kemungkinan

penyelewengan terjadi, seperti:

(a) Pemesanan bisa dilakukan berdasarkan hubungan pribadi dengan

pemasok, bukan berdasarkan harga, mutu, dan faktor-faktor

objektif lainnya.

(b) Kuantitas dan kualitas barang pesanan yang diterima mungkin

tidak diperiksa, sehingga barang yang diterima atau barang yang

mutun jelek tetap dibayar.

(c) Barang yang dibeli tersebut mungkin akan dicuri oleh karyawan.

(d) Keabsahan dan keakuratan faktur mungkin tidak diperiksa dengan

cermat, sehingga mnyebabkan pembayaran atas faktur yang tidak

benar atau tidak akurat.

Page 46: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

27

d. Audit.

Untuk melakukan validasi catatan akuntansinya, sebagian besar perusahaan

melakukan audit. Audit adalah pemeriksaan laporan keuangan dan sistem

akuntansi perusahaan. Auditor memeriksa pengendalian internal untuk

mengevaluasi sistem. Audit dapat dilakukan secara internal atau eksternal.

Auditor internal adalah karyawan perusahaan yang bertugas memastikan

bahwa karyawan mengikuti kebijakan perusahaan dan operasi berjalan

dengan efisien. Auditor juga menentukan apakah perusahaan mengikuti

persyaratan hukum. Sedangkan auditor eksternal independen sepenuhnya

dari perusahaan. Mereka ditugaskan untuk menentukan apakah laporan

keuangan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang diterima umum.

Auditor juga menyarankan perbaikan yang akan membantu perusahaan

berjalan dengan mulus.

e. Dokumen.

Dokumen menyediakan rincian tentang tranasaksi bisnis. Dokumen

meliputi faktur dan pesanan melalui faks. Dokumen harus diberi nomor

urut untuk mencegah pencurian dan ketidakefisienan. Kesenjangan dalam

urutan nomor itu akan menarik perhatian.

f. Perangkat Elektronik.

Sistem akuntansi saat ini memiliki kualitas yang semakin menurun

terutama pada kualitas dokumen karena lebih mengandalkan pada

perangkat penyimpan digital. Sebagai contoh: Pedagang mengendalikan

Page 47: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

28

persediaan dengan memegang sensor elektronik pada barang dagang. Kasir

akan menyingkirkan sensor tersebut. Jika seorang pelanggan berusaha

meninggalkan toko dengan sensor masih terpasang, alarm akan berbunyi.

g. Pengendalian Lainnya.

Perusahaan menyimpan dokumen penting dalam brankas tahan api. Alarm

anti pencuri akan melindungi bangunan, dan kamera keamanan akan

melindungi properti lainnya. Para spesialis pencegahan kerugian melatih

karyawan agar waspada dengan aktivitas yang mencurigakan. Karyawan

yang menangani kas sangat rentan terhadap godaan. Banyak perusahaan

membeli fidelity bonds terhadap para kasir. Fidelity bond adalah polis

asuransi yang akan memberi ganti rugi kepada perusahaan atas setiap

kerugian akibat pencurian oleh karyawan. Sebelum menerbitkan fidelity

bond, perusahaan asuransi menyelidiki catatan karyawan. Cuti wajib

(Mandatory Vacations) dan rotasi tugas (job rotation) akan memperbaiki

pengendalian internal. Perusahaan merotasi karyawannya dari satu

pekerjaan ke pekerjaan lainnya. Hal ini dapat meningkatkan moral dengan

memberikan para karyawan pandangan yang lebih luas mengenai

perusahaan. Selain itu, dengan mengetahui bahwa orang lain akan

menggantikan tugas anda bulan depan juga akan mempertahankan

kejujuran anda.

Page 48: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

29

7. Pemahaman Atas Pengendalian Intern

Mulyadi (2002) menyatakan bahwa pemahaman auditor tentang

pengendalian intern digunakan untuk:

a. Kemungkinan dapat atau tidaknya audit dilaksanakan.

b. Salah saji material yang potensial dapat terjadi.

c. Resiko deteksi.

d. Perancangan pengujian substantif.

Penilaian atas SPI berguna untuk mengidentifikasi prosedur-prosedur

pengelolaan keuangan daerah yang mempunyai resiko untuk terjadinya salah

saji secara material dalam penyusunan laporan keuangan. Penilaian atas SPI

dilakukan oleh pihak yang mempunyai wewenang sebagai pengawas

(inspektorat atau BPKP) atau auditor (BPK) (Warren, 2004).

Permendagri nomor 04 tahun 2008 tentang pedoman pelaksanaan

review atas laporan keuangan pemda memberikan pedoman tentang tata cara

penilaian atas SPI dilakukan dengan proses sebagai berikut:

a. Memahami sistem dan prosedur pengelolaan keuangan daerah yang

meliputi: Sistem dan Prosedur Penerimaan Kas; Sistem dan Prosedur

Pengeluaran Kas; Sistem dan Prosedur Akuntansi Satuan Kerja; Sistem dan

Prosedur Akuntansi Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD); Sistem

dan Prosedur Penyusunan Laporan Keuangan.

b. Melakukan observasi dan atau wawancara dengan pihak terkait di setiap

prosedur yang ada. Aktivitas ini untuk mengidentifikasi resiko yang

Page 49: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

30

mungkin timbul di setiap sub proses yang ada dan keberadaan sistem

pengendalian dalam rangka mengantisipasi resiko yang bersangkutan.

c. Melakukan analisis atas resiko yang telah diidentifikasi pada sebuah

kesimpulan tentang kemungkinan terjadinya salah saji yang material dalam

penyusunan laporan keuangan.

d. Melakukan analisis atas resiko yang telah diidentifikasi pada sebuah

kesimpulan tentang arah pelaksanaan pengujian SPI.

Sudjono dan Hoesada (2009) menyatakan untuk memperkuat dan

menunjang efektivitas SPI perlu dilakukan:

a. Pengawasan intern atas penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi

pemerintah termasuk akuntabilitas keuangan negara. Pengawasan intern

tersebut dilakukan oleh Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) melalui

audit, review, evaluasi, pemantau, dan kegiatan pengawasan lainnya.

b. Pembinaan penyelenggaraan SPI pemerintah. Berdasarkan ketentuan

perundang-undangan, organisasi yang diberi kewenangan dalam

pembinaan SPI adalah Badan Pengawas Keuangan Pemerintah (BPKP).

Pembinaan dapat dilakukan dalam bentuk: penyusunan pedoman teknis

penyelenggaraan SPIP, sosialisasi, pendidikan dan pelatihan,

pembimbingan dan konsultasi SPIP, dan peningkatan kompetensi auditor

APIP.

Page 50: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

31

8. Kelemahan Pengendalian internal

Susanto (2007) mengemukakan beberapa keterbatasan dari

pengendalian intern, sehingga pengendalian intern tidak dapat berfungsi,

yaitu:

a. Kesalahan (Error), kesalahan muncul ketika karyawan melakukan

pertimbangan yang salah atau perhatiannya selama bekerja terpecah.

b. Kolusi (Collusion), kolusi terjadi ketika dua atau lebih karyawan

berkonspirasi untuk melakukan pencurian (korupsi) di tempat mereka

bekerja.

c. Penyimpangan manajemen, manajemen suatu organisasi memiliki banyak

otorisasi dibandingkan karyawan biasa, proses pengendalian efektif pada

tingkat manajemen bawah dan tidak efektif pada tingkat atas.

d. Manfaat dan biaya, konsep jaminan yang meyakinkan atau masuk akal

mengandung arti bahwa biaya pengendalian intern tidak melebihi manfaat

yang dihasilkan.

Menurut Warren (2004), Kelemahan pengendalian intern tersebut

didapatkan dengan melihat tingkat kesesuaian pengendalian intern terhadap

standar audit yang telah ditetapkan yaitu Standar Pemeriksaan Keuangan

Negara. Hasil audit tersebut dikelompokkan ke dalam tiga kelompok utama

sebagai berikut:

a. Kelemahan Sistem Pengendalian Akuntansi dan Pelaporan

1) Proses penyusunan laporan tidak sesuai ketentuan.

Page 51: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

32

2) Sistem informasi akuntansi dan pelaporan tidak memadai.

3) Entitas terlambat menyampaikan laporan.

4) Pencatatan tidak atau belum dilakukan atau tidak akurat.

5) Sistem informasi akuntasi dan pelaporan belum didukung sumber daya

manusia yang memadai.

b. Kelemahan Sistem Pengendalian Pelaksanaan APBD Kelemahan Struktur

Pengendalian Intern

1) Mekanisme pemungutan, penyetoran dan pelaporan serta penggunaan

penerimaan daerah dan hibah tidak sesuai dengan ketentuan.

2) Penyimpangan terhadap peraturan bidang teknis tertentu atau ketentuan

intern organisasi yang diperiksa tentang pendapatan dan belanja.

3) Perencanaan kegiatan tidak memadai.

4) Pelaksanaan belanja diluar mekanisme APBN/APBD.

5) Penetapan/pelaksanaan kebijakan tidak tepat atau belum dilakukan

berakibat hilangnya potensi penerimaan/pendapatan.

6) Penetapan/pelaksanaan kebijakan tidak tepat atau belum dilakukan

berakibat peningkatan biaya/belanja.

c. Kelemahan Struktur Pengendalian Intern

2) Entitas tidak memiliki Standar Operating Procedur formal.

3) Standar Operating Procedur yang ada pada entitas tidak berjalan secara

optimal atau tidak ditaati.

4) Entitas tidak memiliki satuan pengawas intern.

Page 52: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

33

5) Satuan pengawas intern yang ada tidak memadai atau tidak berjalan

optimal.

6) Tidak ada pemisahan tugas dan fungsi yang memadai.

9. Opini Audit

Menurut Petronela (2004), auditor sebagai pihak yang independen

dalam pemeriksaan laporan keuangan suatu perusahaan akan memberikan

opini atas laporan keuangan yang diauditnya. Laporan penting sekali dalam

audit karena laporan menginformasikan pemakai informasi mengenai apa

yang dilakukan auditor dan kesimpulan yang diperolehnya.

Petronela (2004), menyatakan bahwa opini audit diberikan oleh auditor

dalam beberapa tahap audit sehingga auditor dapat memberi kesimpulan atas

opini yang harus diberikan atas laporan keuangan yang diauditnya. Menurut

Arens (2012) menyebutkan bahwa laporan audit adalah langkah terakhir dari

seluruh proses audit. Ini artinya auditor dalam memberikan opini sudah

didasarkan pada keyakinan profesionalnya.

Menurut IAI dalam Standar Profesional Akuntan Publik (2011) terkait

dengan standar pelaporan, maka opini auditor merupakan tanggung jawab

auditor dalam tahap akhir pekerjaan audit. Tipe opini auditor terdiri dari lima

tipe, yaitu pendapat wajar tanpa pengecualian, pendapat wajar tanpa

pengecualian dengan bahasa penjelas, pendapat wajar dengan pengecualian,

pendapat tidak wajar, dan pernyataan tidak memberikan pendapat.

Page 53: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

34

Penjelasan dari kelima tipe auditor adalah sebagai berikut:

a. Dengan pendapat wajar tanpa pengecualian

Auditor menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara

wajar dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi

berterima umum di Indonesia. Laporan audit dengan pendapat wajar tanpa

pengecualian diterbitkan oleh auditor jika kondisi berikut terpenuhi:

1) Semua laporan neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas dan

laporan arus kas terdapat dalam laporan keuangan.

2) Dalam pelaksanaan perikatan, seluruh standar umum dapat dipenuhi

oleh auditor.

3) Bukti cukup dapat dikumpulkan oleh auditor, dan auditor telah

melaksanakan perikatan sedemikian rupa sehingga memungkinkan

untuk melaksanakan tiga standar pekerjaan lapangan.

4) Laporan keuangan disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang

berterima umum di Indonesia.

5) Tidak ada keadaan yang mengharuskan auditor untuk menambah

paragraf penjelas atau modifikasi kata-kata dalam laporan audit.

b. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelas (unqualified

opinion with explanatory language).

Dalam keadaan tertentu, auditor menambahkan suatu paragraf

penjelas atau bahasa penjelas lain dalam laporan audit, meskipun tidak

mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan

Page 54: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

35

auditan. Paragraf penjelas dicantumkan setelah paragraf pendapat. Keadaan

yang menjadi penyebab utama ditambahkannya suatu paragraf penjelas

atau modifikasi kata-kata dalam laporan audit baku adalah:

1) Ketidak konsistenan penerapan prinsip akuntansi berterima umum.

Ketidakkonsistenan terjadi apabila ada perubahan prinsip akuntansi atau

metode akuntansi yang mempunyai akibat material terhadap daya

banding laporan keuangan perusahaan.

2) Keraguan besar tentang kelangsungan hidup suatu entitas.

3) Auditor setuju dengan suatu penyimpangan dari prinsip akuntansi yang

dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan.

4) Penekanan atas suatu hal.

5) Laporan audit yang melibatkan auditor lain.

c. Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion).

Pendapat wajar dengan pengecualian diberikan apabila auditee

menyajikan secara wajar laporan keuangan, dalam semua hal yang material

sesuai dengan prinsip akuntansi berterima secara umum di Indonesia,

kecuali untuk dampak hal yang dikecualikan.

Pendapat wajar dengan pengecualian dinyatakan dalam keadaan:

1) Tidak adanya bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan

terhadap ruang lingkup audit.

2) Auditor yakin bahwa laporan keuangan berisi penyimpangan dari

prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia, yang berdampak

Page 55: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

36

material dan auditor berkesimpulan untuk tidak menyatakan pendapat

tidak wajar.

d. Pendapat tidak wajar (adverse opinion).

Pendapat tidak wajar diberikan oleh auditor apabila laporan

keuangan auditee tidak menyajikan secara wajar laporan keuangan sesuai

dengan prinsip akuntansi berterima umum.

e. Tidak memberikan pendapat (disclaimer of opinion).

Auditor menyatakan tidak memberikan pendapat jika auditor tidak

melaksanakan audit yang berlingkup memadai untuk memungkinkan

auditor memberikan pendapat atas laporan keuangan. Pendapat ini juga

diberikan apabila auditor dalam kondisi tidak independen dalam

hubungannya dengan klien.

10. Pertumbuhan Ekonomi Pemerintah Daerah

Tingkat pertumbuhan perusahaan memiliki hubungan positif dengan

kelemahan pengendalian intern. Organisasi yang sedang tumbuh memiliki

masalah kelemahan pengendalian intern yang lebih banyak. Pertumbuhan

yang cepat dari sebuah organisasi menyebabkan banyak terjadi perubahan.

Berbagai perubahan tersebut menuntut penyesuaian dari pengendalian intern

yang dimiliki. Hal tersebut tentu membutuhkan waktu untuk

mengimplementasikan prosedur yang baru. Hal tersebut memungkinkan

terjadinya masalah-masalah pengendalian intern dalam organisasi.

Page 56: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

37

Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kanaikan GDP/GNP tanpa

memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat

pertumbuhan penduduk, atau apakah perubahan struktur ekonomi yang terjadi

atau tidak (Arsyad, 2004). Teori pertumbuhan ekonomi bisa didefinisikan

sebagai penjelasan mengenai faktor-faktor yang menentukan kenaikan output

perkapita dalam jangka panjang, dan penjelasan mengenai bagaimana faktor-

faktor tersebut sehingga terjadi proses pertumbuhan (Boediono, 1999).

Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu

negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari

perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode berikutnya.

Menurut Sirojuzilam dan Mahalli (2010) pertumbuhan ekonomi merupakan

suatu gambaran mengenai dampak kebijaksanaan pemerintah yang

dilaksanakan khususnya dalam bidang bidang ekonomi. Menurut penelitian

Supriana (2008), peningkatan taraf hidup masyarakat dalam jangka panjang

melalui pertumbuhan ekonomi adalah tujuan pembangunan ekonomi setiap

negara.

Menurut Jhingan (1995), teori ekonomi pembangunan memiliki enam

karakteristik pertumbuhan ekonomi, yaitu:

a. Terdapatnya laju kenaikan produksi perkapita yang tinggi untuk

mengimbangi laju pertumbuhan penduduk yang cepat;

b. Semakin meningkatnya laju produksi perkapita terutama akibat adanya

perbaikan teknologi dan kualitas input yang digunakan;

Page 57: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

38

c. Adanya perubahan struktur ekonomi dari sektor pertanian ke sektor industri

dan jasa;

d. Meningkatnya jumlah penduduk yang berpindah dari pedesaan ke daerah

perkotaan (urbanisasi);

e. Pertumbuhan ekonomi terjadi akibat adanya ekspansi negara maju dan

adanya kekuatan hubungan internasional;

f. Meningkatnya arus barang dan modal dalam perdagangan internasional.

PDRB merupakan indikator ekonomi makro suatu daerah, yang

menggambarkan ada atau tidaknya perkembangan perekonomian daerah.

Dengan menghitung PDRB secara teliti dan akurat baik atas dasar harga

berlaku maupun atas dasar harga konstan dapat diambil beberapa kesimpulan

mengenai keberhasilan pembangunan di suatu daerah, yang memperlihatkan

laju pertumbuhan ekonomi yang mewakili peningkatan produksi di berbagai

sektor lapangan usaha yang ada (Saggaf, 1999).

Saggaf (1999) juga mengemukakan bahwa dalam konsep regional,

pertumbuhan ekonomi daerah adalah angka yang ditunjukkan oleh besarnya

tingkat pertumbuhan produk domestik regional bruto suatu daerah yang

diukur atas dasar harga konstan. Bagi suatu daerah provinsi, kabupaten/kota

gambaran PDRB yang mencerminkan adanya laju pertumbuhan ekonomi

dapat dilihat dalam data sektor-sektor ekonomi yang meliputi pertanian,

pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, listrik gas dan air bersih,

bangunan, perdagangan hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi,

Page 58: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

39

keuangan persewaan dan jasa perusahaan dan jasa-jasa lainnya. Pertumbuhan

ekonomi dapat dilihat dari data konsumsi rumah tangga, konsumsi

pemerintah, pembentukan modal bruto, perubahan persediaan, ekspor dan

impor.

Pengertian PDRB menurut Badan Pusat Statistik (2002) adalah jumlah

nilai tambah yang dihasilkan untuk seluruh wilayah usaha dalam suatu

wilayah atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang

dihasilkan seluruh unit ekonomi di suatu wilayah.

Untuk menghitung PDRB yang ditimbulkan dari satu daerah, Badan

Pusat Statistik (2002) menyebutkan tiga pendekatan yang digunakan yaitu:

a. Pendekatan Produksi.

Pendekatan produksi yaitu pendekatan untuk mendapatkan nilai tambah

di suatu wilayah dengan melihat seluruh produksi netto barang dan jasa

yang dihasilkan oleh seluruh sektor perekonomian selama satu tahun.

Pendekatan produksi terdiri dari sembilan sektor yaitu: pertanian,

pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, listrik, gas dan air

bersih, bangunan/konstruksi, perdagangan, hotel dan restoran,

pengangkutan dan komunikasi, keuangan, real estate dan jasa

perusahaan, jasa-jasa termasuk jasa pelayanan pemerintah.

Page 59: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

40

b. Pendekatan Pendapatan, adalah pendekatan yang dilakukan dengan

menjumlahkan seluruh balas jasa yang diterima oleh faktor produksi,

meliputi:

1) Upah/gaji (balas jasa faktor produksi tenaga kerja).

2) Sewa tanah (balas jasa faktor produksi tanah).

3) Bunga modal (balas jasa faktor produksi modal).

4) Keuntungan (balas jasa faktor produksi wiraswasta/skill).

c. Pendekatan Pengeluaran, adalah model pendekatan dengan cara

menjumlahkan nilai permintaan akhir dari seluruh barang dan jasa, yaitu:

1) Barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga, lembaga swasta

yang tidak mencari untung (nirlaba) dan pemerintah.

2) Barang dan jasa yang digunakan untuk membentuk modal tetap bruto.

3) Barang dan jasa yang digunakan sebagai stok dan ekspor neto.

Secara konsep ketiga pendekatan tersebut akan menghasilkan angka

yang sama. Jadi, jumlah pengeluaran akan sama dengan jumlah barang dan

jasa akhir yang dihasilkan dan harus sama pula dengan jumlah pendapatan

untuk faktor-faktor produksi. PDRB yang dihasilkan dengan cara ini disebut

sebagai PDRB atas dasar harga pasar, karena di dalamnya sudah dicakup

pajak tak langsung neto. Metode Alokasi, model pendekatan ini digunakan

karena kadang-kadang dengan data yang tersedia tidak memungkinkan untuk

mengadakan penghitungan pendapatan regional dengan menggunakan metode

Page 60: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

41

langsung seperti tiga cara di atas, sehingga dipakai metode alokasi atau

metode tidak langsung.

Menurut Rahardja dan Manurung (2002) yang dimaksud dengan

PDRB adalah nilai barang dan jasa akhir, yang diproduksi oleh sebuah

perekonomian dalam satu periode (kurun waktu) dengan menggunakan faktor-

faktor produksi yang berada (berlokasi) dalam perekonomian tersebut.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan keseluruhan

nilai tambah yang dasar pengukurannya timbul akibat adanya berbagai

aktivitas ekonomi dalam suatu wilayah. Data PDRB menggambarkan

kemampuan suatu daerah dalam mengelola sumber daya yang dimilikinya.

Tingkat PDRB ini juga ditentukan oleh lajunya pertumbuhan penduduk lebih

dari PDRB, maka ini mengalami perubahan terhadap pendapatan per kapita,

oleh sebab itu pertambahan PDRB tidak memperbaiki tingkat kesejahteraan

ekonomi masyarakat karena terdapat kemungkinan timbulnya keadaan

tersebut maka pengertian pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi

harus dibedakan (Sirojuzilam, 2011).

Tingkat PDRB belum menjamin peningkatan kesejahteraan bagi setiap

individu dalam masyarakat. Bahkan mungkin sekali yang meningkat

pendapatannya justru pada sekelompok orang tertentu saja sedangkan yang

lainnya relatif tetap atau menurun. PDRB merupakan total nilai tambah kotor

(bruto) yang dihitung dari jumlah gaji/upah, keuntungan-keuntungan

perusahaan, sewa lahan, bunga, penyusutan dan pajak-pajak tidak langsung

Page 61: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

42

neto. Dengan demikian tingginya PDRB suatu daerah belum menjamin

tingginya pendapatan masyarakat dan kesejahteraan masyarakat suatu daerah

(Rustiadi, Saefulhakim dan Panuju, 2011). Bagi suatu daerah provinsi,

kabupaten/kota gambaran PDRB yang mencerminkan adanya laju

pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dalam data sektor-sektor ekonomi yang

meliputi pertanian, pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, listrik

gas dan air bersih, bangunan, perdagangan hotel dan restoran, pengangkutan

dan komunikasi, keuangan persewaan dan jasa perusahaan dan jasa-jasa

lainnya. Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari data konsumsi rumah

tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal bruto, perubahan

persediaan, ekspor dan impor. Penelitian ini menggunakan istilah

pertumbuhan ekonomi yang akan dilihat dari sudut pandang Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB). Pertumbuhan ekonomi dapat diketahui dengan

membandingkan PDRB pada satu tahun tertentu (PDRBt) dengan PDRB

sebelumnya (PDRBt – 1).

11. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pendapatan Asli daerah (PAD) adalah pendapatan yang diperoleh

daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan

perundang-undangan (Yani, 2008). Menurut penelitian lain yang dilakukan

oleh Soeratno dan Soeparmono (2002), Pendapatan Asli Daerah (PAD)

merupakan pendapatan asli daerah yang potensinya berada di daerah dan

dikelola oleh pemerintah yang bersangkutan. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Page 62: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

43

ini merupakan salah satu sumber pendapatan yang cukup diandalkan oleh

pemerintah Kota/ Kabupaten, karena dana ini murni digali sendiri dan dapat

digunakan sepenuhnya untuk dimanfaatkan sesuai prioritas daerah dalam

menjalankan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah.

Pengertian Daerah adalah seperti yang tercantum dalam Undang-

Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagai revisi

dari UU Nomor 22 tahun 1999 yaitu daerah yang berhak mengurus rumah

tangganya sendiri (daerah otonom) yang dibagi menjadi: Daerah Propinsi,

Daerah Kabupaten/Kota.

Hak dan wewenang pemerintah daerah dalam pengelolaan/

penggalian sumber-sumber keuangan daerah diatur dalam Undang-Undang

No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah sebagai revisi Undang-

Undang No. 22 Tahun 1999. Undang-undang tersebut menyatakan bahwa

kepada suatu pemerintah daerah diwajibkan untuk menggali sumber-sumber

keuangan daerah berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Hal ini dapat memberikan kebebasan kepada pemerintah daerah setempat

untuk menciptakan sumber pajak/retribusi daerah yang baru demi semakin

tercapainya kemajuan suatu daerah yang semakin mantap. Tentu saja dengan

cara yang tidak eksploitatif agar dimensi-dimensi yang disebutkan diatas

menjadi dasar dalam menggali sumber-sumber pendapatan daerah.

Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintah

daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan

Page 63: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

44

keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah sumber

pendapatan daerah terdiri dari Pendapatan asli Daerah (PAD), Dana

Perimbangan, Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah.

a. Pendapatan Asli Daerah (PAD) yaitu pendapatan dari suatu daerah

dimana pengelolaaannya diurus sendiri oleh rumah tangga/pemerintah

daerah itu sendiri. Jenis penerimaan ini terdiri dari:

1) Pajak Daerah

Menurut Mardiasmo (2006), dasar hukum pemungutan pajak

daerah dan retribusi daerah adalah Undang-undang No.18 Tahun

1997 tentang pajak daerah dan retribusi daerah sebagaimana telah

diubah terakhir dengan Undang-Undang No.34 Tahun 2000.

2) Retribusi Daerah

Menurut Siahaan (2005), pemungutan retribusi daerah yang

saat ini didasarkan pada Undang-Undang No.34 Tahun 2000 sebagai

perubahan Undang-Undang Nomor 18 tahun 1997. Menurut

Mardiasmo (2006), pengertian retribusi daerah adalah pungutan

derah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang

khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah daerah untuk

kepentingan ornag pribadi atau badan.

3) Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan

Page 64: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

45

Menurut Yani (2008), hasil pengelolaan kekayaan daerah

yang dipisahkan merupakan hasil yang diperoleh dari pengelolaan

kekayaan yang terpisah dari pengelolaan APBD. Jika atas

pengelolaan kekayaan tersebut memperoleh laba, laba tersebut dapat

dimasukkan sebagai salah satu sumber pendapatan asli daerah. Hasil

pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan ini mencakup:

(a) Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik

daerah/ Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).

(b) Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik

pemerintah/Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

(c) Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta

atau kelompok usaha masyarakat.

4) Lain-lain PAD yang sah.

Menurut Yani (2008), lain-lain PAD yang sah merupakan

penerimaan daerah yang tidak termasuk dalam jenis pajak daerah,

retribusi daerah, dan hasil pengelolaan daerah yang dipisahkan.

12. Kompleksitas Pemerintah Daerah

Kompleksitas pemerintahan daerah dapat dilihat dari beberapa aspek.

Jumlah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) menjadi salah satu ukuran

kompleksitas pemerintahan daerah dalam penelitian ini. Jumlah Satuan Kerja

Perangkat Daerah (SKPD) juga menjadi pertimbangan dalam melihat tingkat

kebutuhan pelayanan umum di suatu daerah. Semakin kompleks suatu

Page 65: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

46

organisasi dalam menjalankan kegiatan dan memiliki area kerja yang tersebar

akan semakin sulit pengendalian intern dijalankan. Organisasi akan

menghadapi tantangan yang lebih besar dalam mengimplementasikan

pengendalian intern secara konsisten untuk setiap divisi yang berbeda.

Kesulitan akan muncul ketika akan memulai konsolidasi laporan keuangan

dari berbagai divisi atau cabang organisasi (Restu dan Indriantoro, 2000).

Kompleksitas didasarkan pada persepsi individu tentang kesulitan

suatu tugas atau pekerjaan. Persepsi ini menimbulkan kemungkinan bahwa

suatu tugas/pekerjaan sulit bagi seseorang, namun mungkin juga mudah bagi

orang lain. Kompleksitas muncul dari ambiguitas dan struktur yang lemah,

baik dalam tugas utama maupun tugas lain (Restu dan Indriantoro, 2000).

Menurut Wood (1980) menyebutkan kompleksitas tugas dapat dilihat

dalam dua aspek, yaitu:

a. Kompleksitas Komponen

Yaitu mengacu pada jumlah informasi yang harus diproses dan tahapan

pekerjaan yang harus dilakukan untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan.

Suatu pekerjaan dianggap semakin rumit jika informasi yang harus

diproses dan tahap-tahap yang dilakukan semakin banyak.

b. Kompleksitas Koordinatif

Yaitu mengacu pada jumlah koordinasi (hubungan antara satu bagian

pekerjaan dengan bagian lain) yang dibutuhkan untuk menyelesaikan

sebuah pekerjaan. Suatu pekerjaan dianggap semakin rumit ketika

Page 66: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

47

pekerjaan tersebut memiliki keterkaitan dengan pekerjaan lainnya atau

pekerjaan yang dilaksanakan tersebut terkait dengan pekerjaan yang

sebelum dan sesudahnya.

Bonner (1994) mengemukakan ada tiga alasan yang cukup mendasar

mengapa pengujian terhadap kompleksitas tugas untuk sebuah situasi perlu

dilakukan:

a. Kompleksitas tugas ini diduga berpengaruh signifikan terhadap kinerja;

b. Sarana dan teknik pembuatan keputusan dan latihan tertentu diduga telah

dikondisikan sedemikian rupa ketika para peneliti memahami keganjilan

pada kompleksitas tugas;

c. Pemahaman terhadap kompleksitas dari sebuah tugas dapat membantu tim

manajemen audit perusahaan menemukan solusi.

Restu dan Indrianto (2000) menyatakan bahwa peningkatan

kompleksitas dalam suatu tugas atau sistem, akan menurunkan tingkat

keberhasilan tugas itu. Terkait dengan kegiatan pengauditan, tingginya

kompleksitas audit ini dapat menyebabkan akuntan berperilaku disfungsional

sehingga menyebabkan penurunan kepuasan kerja auditor dalam pembuatan

keputusan dalam audit.

Page 67: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

48

13. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)

Menurut panduan penyelenggaraan forum SKPD (2004), Satuan Kerja

Perangkat Daerah (SKPD) merupakan organisasi/lembaga pada pemerintah

daerah yang bertanggung jawab kepada Gubernur/bupati/walikota dalam

rangka penyelenggaraan pemerintahan yang terdiri dari sekretaris daerah,

dinas daerah dan lembaga teknis daerah, kecamatan, dan satuan polisi pamong

praja sesuai dengan kebutuhan. Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri

Nomor 13 Tahun 2006 disebutkan bahwa Satuan Kerja Perangkat Daerah

yang selanjutnya disingkat SKPD adalah perangkat daerah pada pemerintah

daerah selaku pengguna anggaran atau pengguna barang. Untuk menjalankan

organisasinya, SKPD membuat dokumen rencana yang lima tahun (Renstra

SKPD) dan dokumen rencana kerja satu tahun (Renja-SKPD). Kedua

dokumen tersebut disusun secara partisipatif dan melibatkan masyarakat

(termasuk LSM, Ormas, asosiasi profesi) dan diselenggarakan oleh SKPD

bersangkutan.

Merujuk kepada UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem. Perencanaan

Pembangunan Nasional (SPPN), Rencana Pembangunan Tahunan Satuan

Kerja Perangkat Daerah, yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Satuan

Kerja Perangkat Daerah (Renja-SKPD), adalah dokumen perencanaan Satuan

Kerja Perangkat Daerah untuk periode 1 (satu) tahun. Kepala Satuan Kerja

Perangkat Daerah (SKPD) selaku pengguna anggaran harus

menyelenggarakan akuntansi atas transaksi keuangan, asset, utang, dan

Page 68: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

49

ekuitas dana, termasuk transaksi pendapatan dan belanja, yang berada dalam

tanggung jawabnya. Hal ini berarti bahwa setiap SKPD harus membuat

laporan keuangan unit kerja. Sedangkan laporan keuangan yang harus dibuat

setiap unit kerja adalah Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Catatan atas

Laporan Keuangan. Laporan keuangan tersebut disampaikan kepada Pejabat

Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) sebagai dasar penyusunan laporan

keuangan pemerintah daerah.

B. Penelitian Sebelumnya

Berikut ini adalah penelitian-penelitian terdahulu tentang faktor

determinan pengendalian intern yang banyak dilakukan di sektor swasta dan

organisasi nirlaba. Penelitian tersebut yaitu Doyle, Ge dan McVay (2007),

Ashbaugh-Skife, Collins, dan Kinney (2007), Zhang, Niu, dan Zheng (2009),

dan Petrovits, Shakespeare, dan Shih (2010), Mustikarini dan Fitriasari (2007),

Martani dan Zaelani (2011) dan Kristanto (2006).

Adapun hasil penelitian terdahulu mengenai topik yang berkaitan dengan

penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 2.2.

Page 69: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

50

Tabel 2.2

Ringkasan Penelitian Terdahulu

No Nama Peneliti

(Tahun)

Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

1. Doyle, Ge dan

McVay (2007)

Pengungkapan

Kelemahan Material

Pengendalian Intern

Setelah Diterapkan

Sarbanes-Oxley Act

- Variabel dependen:

Pengendalian Intern

- Alat Analisis:

Regresi Berganda

- Variabel independen:

1. Sarbanes-Oxley Act

2. Pelaporan Keuangan

- Ruang Lingkup:

Penelitian sekarang

menggunakan sampel

Pemerintah Daerah di

Indonesia, sedangkan

penelitian yang

dilakukan oleh Ge dan

McVay menggunakan

sampel perusahaan yang

mengungkapkan

minimal satu kelemahan

material pengendalian

intern dalam lembar

isian SEC (Security and

Exchange Commision)

setelah tanggal efektif

daro Sarbanes-oxley

Act tahun 2002.

Perusahaan yang memiliki

banyak kelemahan

pengendalian intern

cenderung lebih kecil,

lebih muda, lemah secara

keuangan, sedang tumbuh,

dan dalam restrukturisasi.

Bersambung pada halaman selanjutnya

Page 70: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

51

Tabel 2.2 (Lanjutan)

No Nama Peneliti

(Tahun)

Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

2. Ashbaugh-

skife, Collins,

dan Kinney

(2007)

Penilaian

Manajemen tentang

Efektivitas Desain

dan Operasi

Pengendalian Intern

dalam Pelaporan

Keuangan.

- Variabel

Dependen:

Pengendalian

Intern

- Variabel

Independen:

Kompleksitas

- Alat Analisis:

Regresi Berganda

- Variabel Independen:

Perubahan organisasi

(dilihat dari data merger

dan akuisisi,

pertumbuhan, dan

restrukturisasi).

- Ruang Lingkup:

Penelitian sekarang

menggunakan sampel

Pemerintah Daerah di

Indonesia, sedangkan

penelitian yang

dilakukan oleh

Ashbaugh-skife, Collins,

dan Kinney

menggunakan sampel

perusahaan yang telah

melakukan sertifikasi

telah melakukan evaluasi

terhadap efektifitas

pengendalian intern

berdasarkan SOX seksi

302 dan seksi 404.

- Kompleksitas

organisasi (jumlah

segmen usaha,

penjualan dengan mata

uang asing, dan

jumlah persediaan)

berpengaruh positif

terhadap pengendalian

internal.

- Perubahan organisasi

(dilihat dari data

merger dan akuisisi,

pertumbuhan, dan

restrukturisasi)

memiliki pengaruh

positif terhadap

pengandalian internal.

Bersambung pada halaman selanjutnya

Page 71: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

52

Tabel 2.2 (Lanjutan)

No Nama Peneliti

(Tahun)

Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

3. Zhang, Niu,

dan Zheng

(2009)

Pengaruh Faktor

Internal dan

Eksternal

Perusahaan terhadap

Audit Delay dan

Timeliness

- Variabel

Dependen:

Pengendalian

Intern

- Alat Analisis:

Regresi Berganda

- Variabel Independen:

1. Ukuran perusahaan

2. Control Power

pemegang saham

- Ruang Lingkup:

Penelitian sekarang

menggunakan sampel

Pemerintah Daerah di

Indonesia, sedangkan

penelitian yang

dilakukan oleh Zhang,

Niu, dan Zheng

menggunakan sampel

perusahaan yang

membangun sistem

pengendalian intern

yang disebut Enterprise

Internal Control Basic

Standard (EICBS)..

- Kualitas pengendalian

intern berhubungan

positif dengan ukuran

perusahaan

- Kualitas pengendalian

intern berhubungan

negative dengan control

power dari pemegang

saham.

Bersambung pada halaman selanjutnya

Page 72: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

53

Tabel 2.2 (Lanjutan)

No Nama Peneliti

(Tahun)

Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

4. Petrovits,

Shakespeare,

dan Shih

(2010)

Penyebab dan

Dampak dari

Defisiensi

Pengendalian Intern

Pada Sektor Nirlaba

- Variabel Dependen:

Pengendalian Intern

- Variabel Independen:

1. Pertumbuhan

PDRB

2. Kompleksitas

- Alat Analisis:

Regresi Berganda

- Variabel Independen:

1. Going concern

2. Opini laporan

keuangan

3. Keuntungan

perusahaan

- Ruang Lingkup:

Penelitian sekarang

menggunakan sampel

Pemerintah Daerah di

Indonesia, sedangkan

penelitian yang

dilakukan oleh

Petrovits,

Shakespeare, dan

Shih menggunakan

sektor organisasi

nirlaba yaitu 27.495

lembaga amal dari

tahun 1999 sampai

2007.

- Pengendalian intern pada

organisasi nirlaba

memiliki hubungan

positif dengan kondisi

keuangan lemah, sedang

tumbuh, lebih kompleks,

dan berukuran kecil.

Bersambung pada halaman selanjutnya

Page 73: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

54

Tabel 2.2 (Lanjutan)

No Nama Peneliti

(Tahun)

Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

5. Mustikarini

dan Fitriasari

(2007)

Pengaruh

Karakteristik

Pemerintah Daerah

dan Temuan Audit

BPK Terhadap

Kinerja Pemerintah

Daerah/Kota di

Indonesia

- Variabel Dependen:

Pengendalian Intern

(dilihat dari skor

kinerja Pemda)

- Variabel Independen:

PAD (dilihat dari

tingkat kekayaan

daerah)

- Alat Analisis:

Regresi Berganda

- Ruang Lingkup:

Pemerintah Daerah di

Indonesia

- Variabel Independen:

1. Ukuran Pemerintah

Daerah

2. Tingkat

ketergantungan

pada Pemerintah

Pusat

3. Belanja Daerah

4. Temuan audit

- Ukuran Pemerintah

Daerah, tingkat PAD,

tingkat ketergantungan

pada pemerintah pusat,

dan temuan audit BPK

berpengaruh signifikan

terhadap variabel

independen dengan arah

yang sesuai dengan

hipotesis.

Bersambung pada halaman selanjutnya

Page 74: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

55

Tabel 2.2 (Lanjutan)

No Nama Peneliti

(Tahun)

Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

6. Martani dan

Zaelani (2011)

Pengaruh Ukuran,

Pertumbuhan dan

Kompleksitas

Terhadap

Pengendalian Intern

Pemerintah Daerah

di Indonesia

- Variabel Dependen:

Pengendalian Intern

- Variabel Independen:

1. Pertumbuhan

Pemerintah Daerah

2. Kompleksitas

Pemerintah Daerah

(dilihat PAD dan

jumlah SKPD)

- Alat Analisis:

Regresi Berganda

- Ruang Lingkup:

Pemerintah Daerah di

Indonesia

- Variabel Independen:

Ukuran Pemerintah

Daerah

- Ukuran Pemerintah

Daerah secara signifikan

berpengaruh negatif

terhadap kelemahan

pengendalian intern.

Pertumbuhan pemerintah

daerah secara signifikan

berpengaruh positif

terhadap pengendalian

intern dan kompleksitas

pemerintah daerah

memiliki pengaruh

signifikan positif

terhadap pengendalian

intern.

Bersambung pada halaman selanjutnya

Page 75: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

56

Tabel 2.2 (Lanjutan)

No Nama Peneliti

(Tahun)

Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

7. Kristanto

(2006)

Pengaruh Ukuran

Pemerintahan,

Pendapatan Asli

Daerah (PAD), dan

Belanja Modal

Sebagai Prediktor

Kelemahan

Pengendalian

Internal.

- Variabel Dependen:

Pengendalian Intern

- Variabel Independen:

Pendapatan Asli

Daerah (PAD)

- Alat Analisis:

Regresi Berganda

- Ruang Lingkup:

Pemerintah Daerah di

Indonesia

- Variabel Independen:

1. Ukuran Pemerintah

Daerah

2. Belanja Modal

- Ukuran Pemerintah

Daerah secara signifikan

berpengaruh positif

terhadap kelemahan

pengendalian intern.

Pendapatan Asli Daerah

(PAD) berpengaruh

negatif terhadap

pengendalian intern dan

belanja modal memiliki

pengaruh signifikan

positif terhadap

pengendalian intern.

Page 76: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

57

C. Kerangka Berpikir

Menurut Hamid (2007), kerangka pemikiran merupakan sintesa dari

serangkaian teori yang tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya

merupakan gambaran sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau

alternatif solusi dari serangkaian masalah yang ditetapkan.

Kerangka berpikir ini merupakan model konseptual tentang bagaimana

teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai

masalah yang penting. Adapun masalah-masalah yang dianggap penting dalam

penelitian ini adalah pertumbuhan Pemerintah Daerah dan kompeksitas

Pemerintah Daerah yang mempengaruhi pengendalian intern Pemerintah Daerah.

Gambar 2.1 berikut ini adalah kerangka pemikiran yang menggambarkan

permasalahan penelitian.

Gambar 2.1.

Kerangka Berpikir

Bersambung pada halaman selanjutnya

Gambar 2.1 Lanjutan

Banyaknya pemerintahan daerah di Indonesia dengan otonomi yang

semakin besar, membuat pengawasan yang baik sangat dibutuhkan agar

tidak terjadi kecurangan (fraud). Kecurangan dalam organisasi baik di

sektor pemerintahan maupun di sektor swasta biasanya disebabkan oleh

lemahnya pengendalian intern.

Dikeluarkannya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

pemerintahan daerah yang menjadi landasan bagi pemberian

otonomi daerah

Page 77: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

58

Gambar 2.1

Skema Kerangka Pemikiran

Variabel Independen Variabel Dependen

Basis Teori:

Teori Keagenan (Agency Theory)

Tingkat Pertumbuhan

Ekonomi Pemerintah

Daerah

Kompleksitas

Pemerintah Daerah

Pengendalian Intern

Metode Analisis: Regresi Berganda

Hasil Pengujian dan Pembahasan

Kesimpulan, Implikasi, Keterbatasan, dan Saran

Dikeluarkannya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

pemerintahan daerah yang menjadi landasan bagi pemberian

otonomi daerah

PAD

Page 78: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

59

D. Hipotesis Penelitian

1. Tingkat Pertumbuhan Ekonomi Pemerintah Daerah dengan Kelemahan

Pengendalian Intern

Beberapa penelitian mengenai pengaruh pertumbuhan perusahaan

terhadap pengendalian intern telah banyak dilakukan. Penelitian yang

dilakukan Doyle, Ge, dan McVay (2007) dan penelitian yang dilakukan oleh

Ashbaugh-Skife, Collins, dan Kinney (2007) menemukan bukti empiris

bahwa tingkat pertumbuhan perusahaan memiliki hubungan positif dengan

kelemahan pengendalian intern. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh

Petrovits, Shakespeare, dan Shih (2010) dalam terhadap organisasi nirlaba

menyimpulkan bahwa organisasi yang sedang tumbuh memiliki masalah

kelemahan pengendalian intern yang lebih banyak. Pertumbuhan yang cepat

dari sebuah organisasi menyebabkan banyak terjadi perubahan. Berbagai

perubahan tersebut menuntut penyesuaian dari pengendalian intern yang

dimiliki.

Berdasarkan hasil penelitian-penelitian tersebut, maka peneliti

menduga bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh signifikan terhadap

pengendalian intern, sehingga rumusan hipotesisnya adalah:

H1: Tingkat Pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif signifikan terhadap

kelemahan pengendalian intern.

Page 79: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

60

2. Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan Kelemahan Pengendalian

Intern.

Pendapatan asli daerah diperoleh dengan melihat sejumlah transaksi,

tetapi frekuensi transaksi tersebut sangat tinggi, misalnya pajak daerah,

retribusi dan hasil pengelolaan kekayaan daerah. Dengan demikian

diperlukan sumber daya yang lebih untuk melakukan pengendalian terhadap

Pendapatan Asli Daerah (PAD). PAD memiliki peranan penting dalam

pembiayaan daerah, semakin besar PAD yang dimiliki suatu daerah semakin

besar pula kemampuan daerah untuk mencapai tujuan otonomi daerah yakni

dalam dua hal peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang

semakin baik, serta pemeliharaan hubungan yang serasi antara pusat dan

keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (Yani, 2008).

Penelitian Petrovits, Shakespeare, dan Shih (2010) menemukan

bahwa pengendalian intern dapat diukur dari banyak atau sedikit jumlah

sumber pendapatan. Hasilnya menunjukan semakin banyak jumlah sumber

pendapatan membuat masalah pengendalian intern meningkat. Oleh karena

itu, dalam penelitian ini pengendalian intern akan dipengaruhi dari PAD.

Peneletian serupa dilakukan oleh Darwanto dan Yustikasari (2007) di

Indonesia yang menemukan adanya perbedaan preferensi antara eksekutif

dan legislatif dalam pengalokasian PAD ke dalam belanja sektoral. Adanya

penurunan alokasi pendidikan dan kenaikan alokasi infrastruktur diduga

disebabkan oleh adanya kekuasaan legislatif yang sangat besar sehingga

Page 80: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

61

menyebabkan kewenangan atas penggunaan jumlah PAD tidak sesuai

dengan preferensi publik dan karena adanya kewenangan tersebut ditemukan

adanya korupsi politik oleh legislatif. Kesimpulan dari penelitian Darwanto

dan Yustikasari (2007) adalah pengendalian intern sangat diperlukan untuk

mencegah timbulnya fraud dalam mengamankan dana PAD. Berdasarkan hal

tersebut, maka hipotesis yang dirumuskan adalah sebagai berikut:

H2: Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh positif signifikan

terhadap kelemahan pengendalian intern

3. Kompleksitas Pemerintah Daerah (jumlah SKPD) dengan Kelemahan

Pengendalian Intern

Kompleksitas pemerintahan daerah dapat dilihat dari beberapa aspek.

Semakin kompleks suatu organisasi dalam menjalankan kegiatan dan

memiliki area kerja yang tersebar akan semakin sulit pengendalian intern

dijalankan. Organisasi menghadapi tantangan yang lebih besar dalam

mengimplementasikan pengendalian intern secara konsisten untuk setiap

divisi yang berbeda. Kesulitan juga akan muncul ketika akan memulai

konsolidasi laporan keuangan dari berbagai divisi atau cabang organisasi.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ge dan McVay (2005),

mengemukakan bahwa setelah diterapkannya Sarbanes Oxley Act terdapat

peningkatan kualitas pengendalian intern dalam perusahaan. Penelitian ini

menggunakan sampel 261 perusahaan yang mengungkapkan minimal satu

Page 81: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

62

kelemahan material pengendalian intern dalam lembar pengisisan SEC

(Security and Exchange Commission).

Penelitian Asbaugh-Skife, Collins, dan Kinney (2007) menemukan

efektifitas desain dan operasi pengendalian intern dalam pelaporan keuangan

setelah diwajibkannya perusahaan melakukan sertifikasi bahwa telah

melakukan evaluasi terhadap pengendalian intern dalam pelaporan

keuangan. Hasil analisis ditemukan bahwa kompleksitas organisasi (jumlah

segmen usaha) berpengaruh positif terhadap pengendalian intern.

Penelitian lain yang dilakukan Doyle, Ge dan McVay (2007)

menemukan hubungan positif antara jumlah segmen usaha atau cabang

organisasi dengan kelemahan pengendalian intern. Peneliti menemukan dari

779 perusahaan yang dijadikan sampel terdapat perusahaan yang memiliki

banyak kelemahan pengendalian intern adalah perusahaan yang memiliki

banyak diversifikasi. Semakin banyak segmen atau cabang organisasi maka

pengendalian intern yang terjadi akan semakin kompleks.

Peneliti menerapkan segmen usaha atau cabang organisasi dalam suatu

perusahaan menjadi jumlah SKPD (Satuan Kerja Pemerintah Daerah) yang

dimiliki pemerintah daerah. Karena diduga banyak masalah yang timbul dari

banyaknya jumlah SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) seperti terdapat

kesulitan implementasi sistem pengendalian intern pada lingkungan SKPD

yang berbeda, masalah pengawasan dari pemerintah daerah dan masalah

mengenai pelaporan keuangan.

Page 82: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

63

Berdasarkan hal tersebut hipotesis yang dapat dikembangkan adalah:

H3: Kompleksitas Pemerintah Daerah berpengaruh positif signifikan

terhadap kelemahan pengendalian intern.

Page 83: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

64

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kausalitas yang menggunakan data

sekunder diambil dari pemerintah daerah seluruh Indonesia berupa laporan

neraca untuk mendapatkan total asset, laporan realisasi anggaran untuk

memperoleh data PAD dan total pendapatan, laju PDRB, dan jumlah SKPD

(Satuan Kerja Perangkat Daerah) dan laporan dari BPK mengenai opini laporan

keuangan pemerintah daerah tahun 2011.

B. Teknik Penentuan Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah pemerintah daerah seluruh Indonesia yang

berjumlah 409. Sampel dalam penelitian ini dipilih dengan menggunakan teknik

puposive sampling dengan jumlah data sebanyak 156 pemerintah daerah. Kriteria

pengambilan sampel adalah pemerintah daerah seluruh Indonesia yang dipilih

memiliki semua data yang lengkap meliputi neraca untuk mendapatkan total aset,

laporan realisasi anggaran untuk data PAD dan total pendapatan, laju PDRB,

jumlah SKPD pemerintah daerah pada tahun 2011.

64

Page 84: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

65

Pemerintah daerah yang menjadi sampel dalam penelitian ini memiliki

kriteria sebagai berikut:

1. Pemerintah daerah seluruh Indonesia yang mempublikasikan laporan

keuangan pada tahun anggaran 2011 dan telah diaudit oleh BPK.

2. Menyajikan laporan keuangan pemerintah daerah per Desember 2011 secara

lengkap.

3. Memiliki data pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dari

tahun 2010 – 2011 yang bernilai positif.

4. Memiliki informasi variabel-variabel yang diukur yaitu Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB), Pendapatan asli Daerah (PAD) dan Satuan Kerja

Perangkat daerah (SKPD) dan didalamnya memuat satuan pemahaman

pengendalian intern termasuk laporan mengenai kepatuhan undang-undang

dan pengendalian intern.

C. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan penelusuran

Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) yang dipilih dan memiliki semua

data yang lengkap meliputi neraca untuk medapatkan total aset, jumlah SKPD

Pemerintah daerah, laporan realisasi anggaran untuk data PAD dan total

pendapatan dan laju PDRB tahun 2011.

Sumber data penelitian yang digunakan penulis adalah data sekunder. Data

sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak

Page 85: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

66

langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data

sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah

tersusun dalam arsip yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan

(Indriantoro dan Supomo, 2002). Data sekunder dari penelitian ini diambil dari:

- Laporan keuangan pemerintah daerah yang diperoleh dari Badan Pemeriksa

Keuangan (BPK) yang dipublikasikan pada tahun 2011.

- Jumlah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Pemerintah Daerah yang

diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang dipublikasikan pada tahun

2011.

- Data jumlah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang diperoleh dari

LKPD dan dipublikasikan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) pada

tahun 2011.

- Jurnal-jurnal, tesis dan bahan dari internet yang berhubungan dengan

pengendalian intern pemerintah daerah.

- Data opini audit pemerintah daerah seluruh Indonesia yang dipublikasikan di

BPK pada tahun 2011.

D. Teknik Analisis

Metode analisis data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan

teknik analisis kuantitatif. Penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif

dilakukan dengan cara mengkuantifikasi data-data penelitian sehingga

menghasilkan informasi yang dibutuhkan dalam analisis.

Page 86: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

67

Terdapat tiga uji yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu uji statistik

deskriptif, uji asumsi klasik dan analisis regresi berganda.

1. Uji Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif dalam penelitian pada dasarnya merupakan proses

transformasi data penelitian dalam bentuk tabulasi sehingga mudah dipahami

dan diinterpretasikan. Pengujian ini menyajikan ringkasan, pengaturan atau

penyusunan data dalam bentuk tabel dan grafik. Statistik deskriptif umumnya

digunakan oleh peneliti untuk memberikan informasi mengenai karakteristik

variabel penelitian yang utama (Ikhsan, 2008).

Penelitian statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskriptif suatu

data yang dapat dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varians, dan

range statistik (Ghozali, 2011). Mean digunakan untuk memperkirakan besar

rata-rata populasi yang diperkirakan dari sampel. Standar deviasi digunakan

untuk menilai dispersi rata-rata dari sampel. Maksimum-minimum digunakan

untuk melihat nilai minimum dan maksimum dari populasi. Hal ini perlu

dilakukan untuk melihat gambaran keseluruhan dari sampel yang berhasil

dikumpulkan dan memenuhi syarat untuk dijadikan sampel penelitian.

Page 87: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

68

2. Uji Asumsi Klasik

Tahapan dalam pengujian dengan menggunakan uji regresi berganda

menggunakan beberapa asumsi klasik yang harus dipenuhi meliputi: uji

normalitas, uji multikolinearitas dan uji heterokedastisitas yang secara rinci

dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model

regresi, variabel penggangu atau residual mempunyai distribusi normal

(Ghozali, 2011). Menurut Winarmo (2009) model regresi yang baik

adalah yang memiliki distribusi data normal atau mendekati normal.

Untuk menguji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan uji

Kolmogorov-Smirnov (K-S). Data dikatakan berdistribusi normal yaitu

nilai K-S memiliki nilai probabilitasnya di atas α = 5%.

b. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji ada tidaknya

korelasi antar variabel independen dalam suatu model regresi.

multikolinearitas di dalam model regresi pada penelitian ini dapat

dideteksi dengan menghitung koefisien korelasi antar variabel

independen, apabila koefisiennya rendah, maka tidak terdapat

multikolinieritas (Winarno, 2009).

Lain halnya menurut Ghozali (2011) uji Multikolinearitas

bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi

Page 88: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

69

antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik adalah tidak

terjadi korelasi diantara variable independen. Multikolinearitas dapat

dilihat dari nilai toleransi dan lawannya yaitu Variance Inflation Factor

(VIF). Untuk pengambilan keputusan dalam menentukan ada atau

tidaknya multikolinearitas yaitu dengan kriteria sebagai berikut

1) Jika nilai VIF > 10 atau jika nilai tolerance < 0, 1 maka ada

multikolinearitas dalam model regresi.

2) Jika nilai VIF < 10 atau jika nilai tolerance > 0, 1 maka tidak ada

multikolinearitas dalam model regresi.

c. Uji Heterokendastisitas

Menurut Ghozali (2011) uji heterokedastisitas bertujuan untuk

menguji apakah model regresi terjadi kesamaan varians dari residual satu

pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah

yang homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Ada

beberapa cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas.

Namun, dalam penelitian ini dapat dideteksi dengan melihat Grafik Plot

dan uji Spearman’s rho.

Grafik plot dapat diketahhui dengan melihat nilai prediksi variabel

terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi

ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dialakukan dengan melihat ada

tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED

dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah

Page 89: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

70

residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di-studentized. Dasar

analisis:

1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola

tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit),

maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan

dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

Uji Spearman’s Rho dilakukan dengan cara mengkorelasikan

masing-masing variabel independen dengan nilai unstandardized

residual. Pengujian menggunakan tingkat signifikasi 0,05 dengan uji dua

sisi. Jika korelasi antara variabel independen dengan residual diatas 0,05

maka dikatakan bahwa tidak terjadi masalah Heterokedastisitas pada

model regresi Ghozali (2011).

3. Pengujian Hipotesis

Menurut Kuncoro (2001), pengujian hipotesis digunakan untuk

mengukur ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir aktual secara

statistik hal ini dapat diukur dari koefisien determinasi (R2), uji statistik t, uji

statistik F, dan analisis regresi berganda.

Page 90: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

71

a. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien Deteminasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa

jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.

Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2

yang kecil

berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan

variasi variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu

berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi

yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen (Ghozali, 2011).

Tetapi karena R2

mengandung kelemahan mendasar, yaitu bias terhadap

jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model, maka

penelitian ini menggunakan adjusted R2

berkisar antara nol dan satu. Jika

nilai adjusted R2

semakin mendekati satu maka makin baik kemampuan

model tersebut dalam menjelaskan variabel dependen (Winarno, 2009).

b. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

Menurut Ghozali (2011), uji F pada dasarnya menunjukkan

apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai

pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Kriteria

signifikansi simultan adalah:

- Jika signifikansi > 0,05 maka H0 diterima

- Jika signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak

Page 91: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

72

c. Uji Signifikansi Paramater Individual (Uji t)

Menurut Ghozali (2011), tujuan pengujian ini adalah untuk

mengetahui seberapa jauh pengaruh variabel penjelasan (independen)

secara individual dalam menjelaskan variasi variabel dependen.

Membandingkan antara p value dengan tingkat signifikansi 0,05, maka

dapat ditentukan apakah Ho ditolak atau diterima (Ho diterima apabila p

value > 0,05, Ho ditolak apabila p value < 0,05).

Kriteria signifikansi hipotesis adalah:

- Jika signifikansi > 0,05 maka H0 diterima

- Jika signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak

d. Analisis Regresi Berganda yang Terbentuk

Regresi berganda adalah metode analisis yang tepat ketika

penelitian melibatkan satu variabel terikat yang diperkirakan

berhubungan dengan satu atau lebih variabel bebas. Tujuan analisis

regresi berganda adalah memperkirakan perubahan respon pada variabel

terikat terhadap beberapa variabel bebas. Analisis regresi adalah sebuah

pendekatan yang digunakan untuk mendefinisikan hubungan matematis

antara variabel dependen (Y) dengan satu atau beberapa variabel

independen (X). Hubungan matematis digunakan sebagai suatu model

regresi yang digunakan untuk meramalkan atau memprediksi nilai (Y)

berdasarkan nilai (X) tertentu. Dengan menggunakan analisis regresi akan

diketahui variabel independen yang benar-benar signifikan yang

Page 92: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

73

mempengaruhi variabel dependen dan dengan variabel yang signifikan

dapat digunakan untuk memprediksi nilai variabel dependen dalam suatu

penelitian (Hair, Anderson dan Tatham, 1995).

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

regresi berganda (multiple regression), yaitu dengan melihat pengaruh

tingkat pertumbuhan ekonomi, PAD dan kompleksitas pemerintah daerah

dilihat dari (jumlah SKPD) terhadap pengendalian intern pada pemerintah

daerah. Model dalam penelitian ini memiliki jumlah kasus yang terkait

kelemahan sistem pengendalian intern di pemerintah daerah oleh auditor

BPK menjadi variabel dependen (Internal Control Weaknesses/ICW).

Sedangkan variabel independen dalam model penelitian ini terdiri dari:

1) Tingkat pertumbuhan ekonomi dilihat dari jumlah Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) Pemerintah Daerah.

2) Pendapatan Asli Daerah (PAD) dilihat dari hasil persentase dari PAD

dan total pendapatan Pemerintah Daerah.

3) Kompleksitas pemerintah daerah yang dilihat dari Jumlah Satuan

Kerja Perangkat Daerah (SKPD).

Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

ICW = α + β GROWTH+ β2 PAD+ β3 SKPD+ε

Keterangan:

ICW = Pengendalian intern

α = Konstanta

Page 93: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

74

GROWTH = Pertumbuhan Pemerintah Daerah (dilihat dari pertumbuhan

PDRB)

PAD = Pendapatan Asli Daerah di Pemerintah Daerah

SKPD = Jumlah Satuan Kerja Perangkat Daerah di Pemerintah

Daerah

ε = Koefisien error

E. Operasionalisasi Variabel Penelitian

Pada bagian ini akan diuraikan definisi dari masing-masing variabel yang

digunakan berikut dengan operasional dan cara pengukurannya. Adapun

operasionalisasi variabel-variabel tersebut adalah sebagai berikut:

1. Variabel Dependen (Y)

Pengendalian intern pemerintah daerah dalam penelitian ini adalah

variabel dependen. Pengendalian intern merupakan suatu proses yang

dipengaruhi board of directors, manajemen dan pegawai lainnya, yang

dirancang untuk memberikan keyakinan yang layak dapat dicapainya tujuan-

tujuan organisasi (AICPA, 2005). Pengendalian intern pemerintah daerah

dalam penelitian ini diukur dari hasil laporan Badan Pemeriksa Keuangan

(BPK) yang berupa jumlah temuan kasus penyimpangan atau pelanggaran

terhadap Sistem Pengendalian Internal (SPI) dalam Pemerintah Daerah.

Semakin banyak temuan kasus penyimpangan SPI yang ditemukan BPK di

Page 94: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

75

suatu pemerintah daerah maka semakin lemah pengendalian intern dari

pemerintah daerah tersebut (Martani dan Zaelani, 2011).

2. Variabel Independen (X)

Menurut Indriantoro dan Supomo (2002), variabel independen

(variabel bebas) adalah tipe variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi

variabel yang lain. Variabel independen dalam penelitian ini adalah tingkat

pertumbuhan ekonomi dan kompleksitas pemerintah daerah dilihat dari

jumlah SKPD di pemerintah daerah.

Adapun penjelasan variabel-variabel tersebut sebagai berikut:

a. Pertumbuhan Ekonomi Pemerintah Daerah (X1)

Organisasi yang sedang tumbuh memiliki masalah pengedalian

kelemahan pengendalian intern yang lebih banyak. Pertumbuhan yang

cepat dari sebuah organisasi menyebabkan banyak terjadi perubahan.

Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan GDP/GNP tanpa

memandang apakah kenaikan itu besar atau lebih kecil dari tingkat

penduduk atau apakah perubahan struktur ekonomi yang terjadi atau tidak

(Arsyad, 2004).

Pertumbuhan ekonomi pemerintah daerah dalam penelitian ini

dilihat dari laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

Pertumbuhan ekonomi dapat diketahui dengan membandingkan PDRB

pada satu tahun tertentu (PDRBt) dengan PDRB sebelumnya (PDRBt – 1)

Page 95: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

76

(Rustiadi, Saefulhakim dan Panuju, 2011). Pengukuran PDRB dalam

penelitian ini menggunakan rumus perhitungan sebagai berikut:

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) =

b. Pendapatan Asli Daerah (X2)

Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang diperoleh

daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan

peraturan perundang-undangan (Yani, 2008).

Pendapatan Asli Daerah (PAD) dapat diukur dengan membandingkan

dengan jumlah pendapatan Pemerintah Daerah sehingga terbentuk

persentase PAD (Kristanto, 2009). Pengukuran PAD dalam penelitian ini

menggunakan rumus sebagai berikut:

Pendapatan Asli Daerah (PAD) =

x 100%

c. Kompleksitas Pemerintah Daerah (X3)

Semakin kompleks suatu organisasi dalam menjalankan kegiatan dan

memiliki area kerja yang tersebar akan semakin sulit pengendalian intern

dijalankan. Jumlah SKPD menjadi pertimbangan dalam melihat tingkat

kebutuhan pelayanan umum di suatu pemerintah daerah. Kompleksitas

Pemerintah Daerah dapat dilihat dari jumlah unit perangkat daerah yang

terdapat dalam daerah tersebut (Restu dan Indriantoro, 2000). Variabel

kompleksitas pemerintah daerah dalam penelitian ini dilihat dari jumlah

Page 96: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

77

SKPD dalam suatu Pemerintah Daerah di laporan keuangan Pemerintah

Daerah. Variabel dan skala pengukuran yang terdapat dalam penelitian

disajikan secara ringkas dalam Tabel 3.1 di bawah ini:

Tabel 3. 1

Oprasionalisasi Variabel Penelitian

No. Variabel Pengukuran

Skala

Pengukur-

an Sumber Data

1. Variabel

dependen:

Pengendalian

Intern (Y)

(Martani dan

Zaelani, 2011)

Proksi: jumlah

temuan BPK

akibat kelemahan

Sistem

Pengendalian

Intern

Rasio Ihtisar Hasil

Pemeriksaan

Semester

(IHPS) II oleh

BPK

2. Variabel

independen:

Tingkat

pertumbuhan

ekonomi (X1)

(Rustiadi,

Saefulhakim dan

Panuju, 2011)

.

Rasio Buku PDRB

Pemerintah

Daerah

Seluruh

Indonesia

Tahun 2010

dan 2011 oleh

BPS

3. Variabel

independen:

Pendapatan Asli

Daerah (PAD)

(X2) (Kristanto,

2009)

x100%

Rasio Laporan

Keuangan

Pemerintah

Daerah

(LKPD) tahun

2011 oleh BPK

4. Variabel

independen:

Kompleksitas

Pemerintah

Daerah (X3)

(Restu dan

Indriantoro,

2000)

Proksi: jumlah

seluruh Satuan

Kerja Perangkat

Daerah (SKPD)

yang dimiliki

Pemerintah

Daerah

Rasio Laporan

Keuangan

Pemerintah

Daerah

(LKPD) tahun

2011 oleh BPK

Page 97: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

78

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Deskripsi Objek Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah Pemerintah Daerah yang ada di

Indonesia. Sampel Pemerintah Daerah yang berhasil diperoleh dalam

penelitian ini sebanyak 156 Pemerintah Daerah dengan total data 409

Pemerintah Daerah. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari

Badan Pusat Statistika (BPS) dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) pada

tahun 2011. Fokus penelitian ini adalah ingin melihat pengaruh tingkat

pertumbuhan ekonomi, Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan kompleksitas

pemerintah daerah (jumlah SKPD) terhadap kelemahan pengendalian intern

pada Pemerintah Daerah. Proses seleksi sampel berdasarkan kriteria yang

telah ditetapkan dan ditampilkan dalam tabel berikut ini:

Tabel 4.1

Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria

Sumber: Data sekunder yang diolah

No. Kriteria Jumlah

1. Total Pemerintah Daerah yang ada di Indonesia. 409

2. Pemerintah Daerah yang tidak memiliki data secara lengkap

pada laporan keuangannya dan laporan temuan auditor

independen.

(213)

3. Pemerintah Daerah yang memiliki nilai PDRB Negatif (40)

Data tersedia dan lengkap 156

Total sampel selama satu tahun periode penelitian 156

78

Page 98: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

79

2. Deskripsi Sampel Penelitian

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini dipilih secara purposive

sampling, sehingga sampel dalam penelitian ini merupakan Pemerintah

daerah yang memiliki kriteria yang sesuai dengan tujuan penelitian. Sampel

dipilih bagi Pemerintah Daerah yang menyajikan data yang dibutuhkan

dalam penelitian ini, seperti data jumlah kasus kelemahan sistem

pengendalian internal yang diterbitkan oleh BPK, Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB), Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Satuan Kerja

Perangkat Daerah (SKPD). Berikut ini adalah nama-nama Pemerintah

Daerah yang menjadi objek dalam penelitian ini:

Tabel 4.2

Nama Pemerintah Daerah Hasil Observasi

No. Nama Pemerintah Daerah

Prov. Aceh

1 Aceh barat

2 Aceh besar

3 Aceh Selatan

4 Aceh Singkil

5 Aceh tengah

6 Aceh Utara

7 Gayo Lues

8 Nagan Raya

Prov. Sumatera Utara

1 Asahan

2 Dairi

4 Labuhanbatu

5 Mandailing Natal

6 Pakpak Bharat

7 Samosir

Page 99: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

80

No. Nama Pemerintah Daerah

Prov. Sumatera Barat

1 Agam

2 Dharmasraya

3 Padang Pariaman

4 Pasaman

5 Pesisir Selatan

6 Sijunjung

7 Solok

8 Tanah Datar

Prov. Riau

1 Pelalawan

2 Rokan Hulu

Prov. Jambi

1 Batang Hari

2 Bungo

3 Kerinci

4 Merangin

5 Sarolangun

6 Tebo

Prov. Sumatera Selatan

1 Lahat

2 Muara Enim

3 Musi banyuasin

4 Musi rawas

6 Ogan komering ilir

7 Ogan komering ulu

Prov. Kepulauan Riau

1 Bintan

2 Karimun

3 Kepulauan anambas

4 Lingga

5 Natuna

Prov. Jawa Barat

1 Bandung

2 Bandung barat

3 Bekasi

4 Bogor

Page 100: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

81

No. Pemerintah Daerah

5 Ciamis

6 Cianjur

7 Cirebon

8 Garut

9 Purwakarta

10 Subang

11 Sukabumi

12 Sumedang

Prov. Jawa Tengah

1 Banjarnegara

2 Banyumas

3 Batang

4 Boyolali

5 Brebes

6 Demak

7 Grobogan

8 Jepara

9 Karanganyar

10 Kebumen

11 Kendal

12 Klaten

13 Kudus

14 Magelang

15 Pekalongan

16 Pemalang

17 Purbalingga

18 Purworejo

19 Rembang

20 Semarang

21 Sragen

Prov. D. I Yogyakarta

1 Bantul

2 Gunung kidul

3 Sleman

Prov. Jawa Timur

1 Bangkalan

2 Banyuwangi

3 Blitar

4 Bojonegoro

Page 101: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

82

No. Pemerintah Daerah

Prov. Jawa Timur

5 Lamongan

6 Lumajang

7 Madiun

8 Magetan

9 Malang

10 Mojokerto

11 Nganjuk

12 Pacitan

13 Pamekasan

14 Ponorogo

15 Probolinggo

16 Sampang

20 Tuban

21 Tulungagung

Prov. Banten

1 Lebak

2 Pandeglang

3 Serang

4 Tanggerang

Prov. Bali

1 Badung

2 Bangle

3 Buleleng

4 Gianyar

5 Karangasem

6 Klungkung

7 Tabanan

Prov. Nusa Tengara Barat

1 Dompu

2 Lombok barat

3 Lombok tengah

4 Lombok timur

5 Sumbawa

6 Sumbawa barat

Page 102: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

83

No. Pemerintah Daerah

Prov. Nusa Tenggara Timur

1 Alor

Prov. Kalimantan Barat

1 Ketapang

2 Kubu Raya

3 Pontianak

4 Sambas

5 Sanggau

Prov. Kalimantan Tengah

1 Barito selatan

2 Gunung mas

3 Kapuas

4 Kotawaringin barat

5 Kotawaringin timur

6 Lamandau

7 Murung raya

8 Pulang pisau

Prov. Kalimantan Selatan

1 Barito kuala

2 Hulu sungai selatan

3 Hulu sungai tengah

4 Hulu sungai utara

5 Tanah laut

6 Tapin

Prov. Kalimantan Timur

1 Paser

2 Panejam paser utara

3 Tana tidung

Prov. Sulawesi Utara

1 Bolaang mongondow

2 Bolaang mongondow utara

Prov. Sulawesi Tengah

1 Banggai

2 Banggai kepulauan

3 Buol

4 Donggala

5 Morowali

6 Parigi mouton

Page 103: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

84

Pemerintah Daerah

7 Poso

8 Sigi

9 Tojo una-una

Prov. Sulawesi Selatan

1 Barru

2 Bone

3 Bulukumba

4 Enrekang

5 Gowa

6 Luwu

7 Pangkajene da Kepulauan

8 Pinrang

9 Sindenreg rappang

10 Wajo

Prov. Sulawesi Tenggara

1 Buton

2 Kolaka

3 Konawe selatan

4 Muna

5 Wakatobi

Prov. Gorontalo

1 Boalemo

2 Bone bolango

3 Gorontalo

4 Gorontalo utara

5 Pohuwato

Prov. Sulawesi barat

1 Mamuju

2 Mamuju utara

Prov. Maluku

1 Maluku tenggara barat

Prov. Maluku Utara

1 Halmahera selatan

2 Halmahera tengah

3 Halmahera utara

Prov. Papua

1 Asmat

2 Jayapura

Page 104: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

85

No. Pemerintah Daerah

3 Kep. Yapen

4 Paniai

5 Puncak jaya

Prov. Papua Barat

1 Raja ampat

2 Sorong

3 Sorong selatan

156

Sumber: Data sekunder yang diolah

B. Hasil Uji Analisis Data

Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan model regresi

berganda (multiple regression). Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran

yang menyeluruh mengenai pengaruh pertumbuhan ekonomi, Pendapatan Asli

Daerah (PAD) dan kompleksitas pemerintah daerah (jumlah SKPD) terhadap

pengendalian intern pada Pemerintah Daerah.

1. Hasil Uji Statistik Deskriptif

Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif diperoleh sebanyak 156 data

observasi yang berasal dari jumlah Pemerintah Daerah sampel yang berjumlah

156 yang memiliki data yang lengkap untuk kepentingan penelitian.

Page 105: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

86

Tabel 4.3

Hasil Statistik Deskriptif

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

ICW 156 .17 1.03 .5693 .17479

GROWTH 156 .31 1.24 .7551 .15659

PAD 156 .13 7.52 1.6057 .88484

SKPD 156 .22 .43 .2934 .04353

Valid N (listwise) 156

Sumber : Data sekunder yang diolah dengan SPSS 1.7

Tabel 4.3 menunjukkan statistik deskriptif masing-masing variabel

penelitian. Berdasarkan Tabel 4.3, hasil analisis dengan menggunakan

statistik deskriptif terhadap ICW (Internal Control Weakness) dengan melihat

jumlah temuan kasus penyimpangan sistem pengendalian intern yang terjadi

di Pemerintah Daerah, menunjukkan nilai minimum sebesar 0,17, nilai

maksimum sebesar 1,03 dengan rata-rata sebesar 0,5693 dan standar deviasi

sebesar 0,17479. Hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif

terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi Pemerintah Daerah menunjukkan nilai

minimum sebesar 0,31, nilai maksimum sebesar 1,24 dengan rata-rata sebesar

0,7551 dan standar deviasi 0,15659. Hasil analisis dengan menggunakan

statistik deskriptif terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang dihitung

menghitung presentase dengan cara membagi jumlah PAD dengan jumlah

pendapatan dikalikan seratus persen menunjukkan nilai minimum sebesar

0,13, nilai maksimum sebesar 7,52 dengan rata-rata sebesar 1,6057 dan

standar deviasi 0,88484. Hasil analisis dengan menggunakan statistik

Page 106: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

87

deskriptif mengenai kompleksitas Pemerintah Daerah dilihat dari jumlah

Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang dilihat dari jumlah SKPD pada

Pemerintah Daerah menunjukkan nilai minimum sebesar 0,22, nilai

maksimum sebesar 0,43 dengan rata-rata sebesar 0,2934 dan standar deviasi

sebesar 0,4353.

Variabel pertumbuhan ekonomi, PAD dan kompleksitas Pemerintah

Daerah memiliki nilai rata-rata lebih besar dari nilai standar deviasi. Hal ini

menunjukkan bahwa kualitas data dari variabel tersebut baik, karena nilai

rata-rata yang lebih besar dari nilai standar deviasinya mengidentifikasikan

bahwa standar error dari variabel tersebut kecil (Ghozali, 2011).

2. Hasil Uji Asumsi Klasik

Tahapan dalam pengujian regresi berganda menggunakan beberapa uji

asumsi klasik yang harus dipenuhi meliputi: uji normalitas, uji

multikolinearitas dan uji heterokedastisitas yang secara rinci dijelaskan

sebagai berikut:

a. Hasil Uji Normalitas

Hipotesis dalam penelitian ini dengan menggunakan model regresi

berganda (multiple regression). Tujuanya adalah untuk memperoleh

gambaran yang menyeluruh mengenai pengaruh variabel independen

(tingkat pertumbuhan ekonomi, Pendapatan Asli daerah (PAD) dan

kompleksitas pemerintah daerah) terhadap variabel dependen (kelemahan

Page 107: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

88

pengendalian intern). Berikut ini disajikan hasil uji normalitas yang dapat

dilihat pada gambar 4.1 di halaman berikutnya.

Selengkapnya mengenai hasil uji normalitas penelitian dapat dilihat

pada gambar 4.1 sebagai berikut.

Gambar 4.1

Hasil Uji Normalitas

Grafik P-P Plot tersebut menggambarkan bahwa grafik normal

probability garis observasi mendekati atau menyentuh garis diagonalnya

yang berarti nilai residual berdistribusi normal.

Page 108: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

89

Hasil uji normalitas juga bisa dilihat dengan menggunakan uji

Kolmogorov-Smirnov untuk lebih meyakinkan bahwa data telah

terdistribusi secara normal dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 4.4

Hasil Uji Kolmogorov Smirnov

Hasil uji normalitas dalam kajian penelitian ini menggunakan uji One-

Sample Kolmogrov-Smirnov. Terlihat bahwa nilai K-S sebesar 0,515

dengan nilai signifikansi diatas 0,05 yang berarti nilai residual

terdistribusi secara normal atau memenuhi asumsi klasik.

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

Residual

N 183

Normal Parametersa,,b

Mean .0000000

Std. Deviation 3.81865643

Most Extreme Differences Absolute .060

Positive .060

Negative -.031

Kolmogorov-Smirnov Z .818

Asymp. Sig. (2-tailed) .515

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Page 109: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

90

b. Hasil Uji Multikoloniearitas

Model regresi yang baik adalah regresi dengan tidak adanya gejala

korelasi yang kuat di antara variabel bebasnya. Berikut ini disajikan hasil

hasil uji multikoloniearitas yang dapat dilihat pada tabel 4.5 sebagai

berikut:

Tabel 4.5

Hasil Uji Multikoloniearitas

Tampilan output SPSS dari tabel 4.5 menunjukkan VIF dan tolerance

mengindikasikan tidak terdapat multikoloniearitas dalam variabel. Hal ini

terlihat pada nilai VIF tidak ada yang melebihi 10 dan nilai tolerance

tidak ada yang kurang dari 0,10.

Coefficientsa

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant)

GROWTH .483 2.069

PAD .963 1.039

SKPD .472 2.118

a. Dependent Variable: ICW

Page 110: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

91

c. Uji Heterokedastisistas

Model regresi yang baik adalah model regresi yang bebas dari masalah

heterokedastisitas (homokedastisitas). Berikut ini disajikan hasil uji untuk

heterokedastisitas yang dapat dilihat pada gambar 4.2 sebagai berikut:

Gambar 4.2

Hasil Uji Heterokedastisitas

Gambar 4.2 dari grafik scatterplots di atas terlihat bahwa titik-titik

menyabar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka

0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi

heteroskedastisitas pada model regresi sehingga layak dipakai untuk

kemudian dilanjutkan ke pengujian hipotesis.

Page 111: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

92

Uji Spearman’s rho adalah salah satu cara lain untuk meneliti adanya

heterokedastisitas pada model regresi. Uji Spearman’s rho dilakukan agar

terdapat keyakinan terhadap hasil analisis regresi yang dilakukan. Berikut

ini disajikan hasil uji Spearman’s rho yang dapat dlihat pada tabel 4.6

sebagai berikut:

Tabel 4.6

Hasil Uji Spearman’s rho

Correlations

SKPD GROWTH PAD

Unstandardized

Residual

Spearman's

rho

SKPD Correlation

Coefficient

1.000 .734** .101 -.026

Sig. (2-tailed) . .000 .209 .750

N 156 156 156 156

GROWTH Correlation

Coefficient

.734** 1.000 .061 -.048

Sig. (2-tailed) .000 . .447 .551

N 156 156 156 156

PAD Correlation

Coefficient

.101 .061 1.000 .024

Sig. (2-tailed) .209 .447 . .762

N 156 156 156 156

Unstandardized

Residual

Correlation

Coefficient

-.026 -.048 .024 1.000

Sig. (2-tailed) .750 .551 .762 .

N 156 156 156 156

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Page 112: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

93

Tabel 4.6 diatas menjukkan bahwa ketiga variabel independen tidak

signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen, hal ini

terlihat dari probabilitas signifikansinya di atas tingkat kepercayaan 5%.

Sehingga dalam model regresi tidak terdapat indikasi adanya

Heterokedastisitas.

3. Hasil Uji Hipotesis Penelitian

a. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)

Pada model regresi berganda penggunaan adjusted R2

(Adj R2), atau

koefisien determinasi yang telah disesuaikan, lebih baik dalam melihat

seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel

dependen bila dibandingkan dengan R2.

Berikut ini disajikan hasil uji Adj R2

penelitian dapat dilihat

pada tabel 4.7 sebagai berikut:

Tabel 4.7

Hasil Adj R2

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .423a .179 .163 .15993

a. Predictors: (Constant), PAD, GROWTH, SKPD

b. Dependent Variable: ICW

Page 113: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

94

Tabel 4.7 di atas menunjukkan bahwa angka koefisien korelasi (R)

menunjukkan nilai sebesar 0,423 yang menandakan bahwa hubungan

antara variabel independen dengan variabel dependen adalah lemah karena

memiliki nila R < 0,5.

Adapun nilai Adj R2

sebesar 0,163 menunjukkan bahwa hanya sebesar

16,3% variasi variabel dependen (ICW) yang dapat dijelaskan oleh variasi

variabel independen (GROWTH, PAD dan SKPD) dalam penelitian ini.

Hal ini menandakan lemahnya kemampuan variabel independen

(GROWTH, PAD dan SKPD) menjelaskan variabel dependen (ICW),

dikarenakan penelitian ini hanya memperhatikan angka-angka dalam

laporan keuangan Pemerintah Daerah.

Sedangkan sisanya yang sebesar 83,7% dijelaskan oleh variabel lain

yang tidak dimasukkan ke dalam penelitian, seperti ukuran pemerintah

daerah, jumlah penduduk yang mungkin dapat mempengaruhi kelemahan

pengendalian intern Pemerintah Daerah.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yaitu

penelitian Martani dan Zaelani (2011) yang seluruh variabel dalam

penelitiannya hanya menyumbang 25% dari keseluruhan variabel

independen. Artinya masih terdapat 75% variabel-variabel independen lain

yang belum diketahui dan diteliti secara ilmiah mempengaruhi kelemahan

pengendalian intern Pemerintah Daerah.

Page 114: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

95

b. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

Uji F bertujuan untuk mengetahui apakah seluruh variabel

independen secara bersama-sama (simultan) memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap variabel dependen. Signifikansi model regresi pada

penelitian ini diuji dengan melihat nilai signifikansi (sig.) yang ada di

tabel 4.8 di halaman selanjutnya.

Berikut ini disajikan hasil uji F penelitian dapat dilihat pada tabel 4.8

sebagai berikut:

Tabel 4.8

Hasil Uji F

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression .848 3 .283 11.050 .000a

Residual 3.888 152 .026

Total 4.735 155

a. Predictors: (Constant), PAD, GROWTH, SKPD

b. Dependent Variable: ICW

Tabel 4.8 menunjukkan bahwa nilai F hitung dengan nilai sig. sebesar

0,000. Hal ini menandakan bahwa model regresi dapat digunakan untuk

memprediksi tingkat kelemahan pengendalian intern karena nilai sig.

<alpha (α = 5%). Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang

signifikan antara GROWTH, PAD dan SKPD secara simultan terhadap

kelemahan pengendalian intern.

Page 115: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

96

c. Hasil Uji Signifikansi Paramater Individual (Uji t)

Uji t bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh variabel

independen secara individual (parsial) yaitu rasio pertumbuhan ekonomi

(GROWTH), Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Kompleksitas

Pemerintah Daerah yang dilihat dari jumlah Satuan Kerja Perangkat

Daerah (SKPD) dalam menerangkan variabel dependen yaitu kelemahan

pengendalian intern (ICW).

Signifikansi model regresi pada penelitian ini diuji dengan melihat

nilai sig. yang ada di tabel 4.9 sebagai berikut.

Tabel 4.9

Hasil Uji t

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) .075 .088 .859 .392

GROWTH -.014 .118 -.012 -.116 .907

PAD -.007 .015 -.034 -.449 .654

SKPD 1.755 .429 .437 4.086 .000

a. Dependent Variable: ICW

Page 116: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

97

Berdasarkan pada hasil analisis data diperoleh persamaan model

regresi sebagai berikut:

ICW = 0,075 – 0,014 GROWTH – 0,007PAD + 1,755 SKPD+ε

Berdasarkan pengujian regresi berganda (multiple regression)

sebagaimana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, interpretasi hasil

disajikan dalam tiga bagian. Bagian pertama membahas pengaruh

pertumbuhan ekonomi (GROWTH) terhadap pengendalian intern (ICW)

(H1). Bagian kedua membahas pengaruh PAD (PAD) terhadap

pengendalian intern (ICW) (H2). Bagian ketiga membahas pengaruh

kompleksitas pemerintah daerah jumlah SKPD (SKPD) (H3). Ketiga

variabel independen yang dimasukkan dalam model dengan signifikansi

5% dan 1% dapat disimpulkan bahwa variabel GROWTH, PAD tidak

berpengaruh signifikan terhadap variabel ICW, sedangkan variabel SKPD

berpengaruh signifikan terhadap variabel ICW.

d. Hasil Uji Hipotesis dan Pembahasan

1) Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi (GROWTH) terhadap

Kelemahan Pengendalian Intern (ICW) (H1).

Tabel 4.9 di atas menunjukkan bahwa variabel GROWTH

tidak signifikan, hal ini dapat dilihat dari Koefisien regresi

GROWTH adalah sebesar -0,014 dengan nilai t hitung sebesar -0,116

dan nilai sig. sebesar 0,907. Hasil tersebut menunjukkan bahwa

tingkat signifikansi > 0,05 yang berarti berpengaruh secara negatif

Page 117: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

98

dan tidak signifikan terhadap ICW, berarti kenaikan atau penurunan

GROWTH tidak akan mempengaruhi kelemahan pengendalian

intern, sehingga hipotesis ke-1 tidak berhasil didukung. Hasil

penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh peneliti Petrovits, Shakespeare dan Shih (2010),

Asbaugh-skife, Collins dan Kinney (2007) dan penelitian yang

dilakukan Martani dan Zaelani (2011),

Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian sebelumnya

yang dilakukan oleh Swastia Nirmala dan Daljono (2012) dan

Rakhmawati (2008), yang menyatakan bahwa laju pertumbuhan

ekonomi pemerintah daerah tidak memiliki pengaruh terhadap

kelemahan pengendalian intern. Hal ini disebabkan karena dalam

penelitian ini menggunakan pengukuran variabel pertumbuhan ekonomi

pemerintah daerah yang kurang tepat. Pengukuran variabel pertumbuhan

ekonomi ini tidak tepat karena dalam penelitian ini hanya mengukur

perubahan laju PDRB dari tahun 2010 ke tahun 2011, maka kelemahan-

kelemahan pengendalian intern banyak ditemukan di Pemerintah Daerah

dan belum diperbaiki kualitas pengendalian internalnya. Kepala Badan

Pemeriksa Keuangan (BPK) Hadi Poernomo (2012) menyampaikan

bahwa dari hasil pemeriksaan terhadap 158 Laporan Keuangan

Pemerintah Daerah (LKPD), ditemukan 1.796 kasus kelemahan

Sistem Pengendalian Intern (SPI) yang belum diperbaiki kualitas

Page 118: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

99

pengendalian internalnya dengan potensi kerugian senilai Rp1,72

triliun.

Jika pengukuran perubahan laju pertumbuhan ekonomi ini

dilakukan dalam beberapa tahun minimal lima tahun, kelemahan-

kelemahan akan lebih sedikit ditemukan karena perusahaan sudah

berusaha meningkatkan pengendalian internalnya. Hal tersebut yang

membuat laju pertumbuhan ekonomi tidak memiliki pengaruh terhadap

kelemahan pengendalian intern. Alasan lain yang menyebabkan variabel

ini tidak signifikan adalah pemerintah daerah yang memiliki tingkat

pertumbuhan ekonomi tinggi belum tentu memiliki pengendalian intern

yang baik. Sehingga banyak pemerintah daerah yang tingkat

pertumbuhan ekonomi tinggi ternyata ditemukan banyak temuan

kecurangan oleh BPK. Hal ini terbukti dalam temuan kasus oleh BPK RI

di Kabupaten Padang Lawas Utara yang memiliki pertumbuhan

ekonomi sebesar 8,20% pada tahun 2011 namun memiliki banyak kasus

kecurangan seperti di bidang administrasi pemerintahan, rekruitmen

PNS yang diduga mematok sejumlah dana, penempatan jabatan

struktural dengan tarif tertentu dan pemotongan setiap pencairan

kegiatan pada setiap SKPD dan proyek Pemerintah Daerah.

Namun ada pula pemerintah daerah dengan tingkat pertumbuhan

ekonomi yang tinggi memiliki pengendalian intern yang baik. Hal ini

sejalan dengan laporan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI

Page 119: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

100

Perwakilan Aceh yang memberikan opini Wajar Tanpa Pengecualian

(WTP) kepada pemerintah Banda Aceh yang memiliki pertumbuhan

ekonomi yang cukup tinggi yaitu sebesar 6,02% pada tahun 2011

sehingga untuk kelima kali secara berturut-turut karena memiliki

pengendalian intern yang baik dengan tidak ditemukannya

pelanggaran yang fatal oleh BPK RI.

2) Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Kelemahan

Pengendalian Intern (ICW) (H2).

Variabel PAD menunjukkan koefisien regresi negatif -0,007

dengan nilai t hitung sebesar -0,449 nilai probabilitas signifikansi

sebesar 0,657. Hal ini berarti tingkat signifikansinya jauh diatas 0,05,

sehingga hipotesis ke-2 tidak berhasil didukung. Penelitan ini tidak

mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

Mustikarini dan Fitriasari (2007), Martani dan Zaelani (2011) dan

Kristanto (2006).

Penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya yaitu oleh

Hasmawati dan Raharja (2012) yang menyatakan tingkat kekayaan yang

dimiiki perusahaan tidak memiliki pengaruh yang signifkan terhadap

kelemahan pengendalian intern. Hal ini dikarenakan Pemerintah Daerah

yang memiliki PAD yang tinggi belum menjamin pengendaian internnya

juga akan lebih baik daripada Pemerintah Daerah yang memiliki PAD

lebih rendah. Penelitian lain yang mendukung adalah penelitian

Page 120: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

101

Kristanto (2009) yang menyatakan bahwa PAD tidak berpengaruh

terhadap kelemahan pengendalian internal yang disebabkan karena

sejak semakin maraknya penangkapan pejabat daerah dan anggota

DPRD ke pengadilan akibat kasus korupsi terhadap dana Anggaran

Pendapatan dan APBD, membuat PAD sebagai salah satu obyek korupsi

mendapat perhatian khusus (pengawasan) dalam peruntukkannya

dengan tujuan agar Pemerintah Daerah efektif melakukan kebijakan

demi kepentingan rakyat banyak.

3) Pengaruh Kompleksitas Pemerintah daerah (SKPD) terhadap

Kelemahan Pengendalian Intern (ICW) (H3).

Variabel SKPD menunjukkan koefisien regresi positif sebesar

1,755 dengan nilai t hitung sebesar 4,086 nilai probabilitas

signifikansi sebesar 0,000. Hal ini berarti tingkat signifikansinya jauh

dibawah 0,05, sehingga hipotesis ke-3 diterima. Penelitan ini

mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

Ashbaugh-skife, Collins, dan Kinney (2007) yang menyatakan bahwa

jumlah kecamatan memiliki pengaruh signifikan terhadap kelemahan

pengendalian intern.

Alasan yang mendasari adalah semakin kompleks suatu

organisasi dalam menjalankan kegiatan dan memiliki area kerja yang

tersebar akan semakin sulit pengendalian intern yang dijalankan.

Organisasi akan menghadapi tantangan yang lebih besar dalam

Page 121: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

102

mengimplementasikan pengendalian intern secara konsisten untuk

setiap divisi yang berbeda dan kesulitan akan muncul ketika akan

memulai konsoldasi laporan keuangan dari berbagai divisi atau

cabang organisasi.

Alasan lain yang mendasari adalah pemerintah daerah yang

memiliki satuan kerja yang banyak akan memiliki banyak

diversifikasi sehingga akan menyebabkan semakin kompleksnya

pengendalian intern yang dilakukan. Dengan demikian semakin

banyak segmen atau cabang organisasi maka kasus kelemahan

pengendalian intern yang terjadi akan semakin banyak seperti

kesulitan implementasi sistem pengendalian intern di lingkungan

SKPD yang berbeda, masalah pengawasan dari pemerintah daerah

sampai saat pelaporan keuangan.

Page 122: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

103

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penelitian ini meneliti tentang pengaruh pertumbuhan ekonomi, Pendapatan

Asli Daerah (PAD) dan kompleksitas Pemerintah Daerah dilihat dari jumlah

SKPD terhadap pengendalian intern. Analisis dilakukan dengan menggunakan

analisis regresi berganda dengan program Statistical Package for Social Science

(SPSS) versi 17. Data sampel sebanyak 156 Pemerintah Daerah yang

menerbitkan laporan keuangan di Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) pada tahun

2011. Hasil pengujian dan pembahasan pada bagian sebelumnya dapat diringkas

sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil uji regresi berganda (multiple regression) menunjukkan

bahwa pertumbuhan ekonomi Pemerintah Daerah tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap pengendaian intern Pemerintah Daerah pada tahun

pengamatan 2011. Hasil ini tidak mendukung penelitian sebelumnya yang

dilakukan beberapa peneliti Ashbaugh-skife, Collins dan Kinney (2007),

Petrovits, Shakespeare dan Shih (2010) dan Martani dan Zaelani (2011).

2. Berdasarkan hasil uji regresi berganda (multiple regression) menunjukkan

bahwa jumlah Pendapatan Asli Daerah (PAD) tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap pengendaian intern Pemerintah Daerah pada tahun

pengamatan 2011. Hasil ini mendukung penelitian sebelumnya yang

103

Page 123: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

104

dilakukan oleh Mustikarini dan Fitriasari (2007), Martani dan Zaelani (2011)

dan Kristanto (2006).

3. Berdasarkan hasil uji regresi berganda (multiple regression) menunjukkan

bahwa kompleksitas Pemerintah Daerah dilihat dari jumlah SKPD

berpengaruh secara signifikan terhadap kelemahan pengendalian intern

Pemerintah Daerah pada tahun pengamatan 2011. Hasil ini mendukung

penelitian sebelumnya yaitu Ashbaugh-skife, Collins, dan Kinney (2007).

4. Berdasarkan hasil uji regresi berganda (multiple regression) menunjukkan

bahwa tingkat petumbuhan ekonomi dan Pendapatan Asli Daerah (PAD)

tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kelemahan penegndalian intern

Pemerintah Daerah sedangkan kompleksitas Pemerintah Daerah dilihat dari

jumlah SKPD berpengaruh secara signifikan terhadap kelemahan

pengendalian intern Pemerintah Daerah pada tahun pengamatan 2011.

B. Implikasi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada

pengembangan ilmu pemeriksaan akuntansi yang khususnya membahas

mengenai pengaruh tingkat pertumbuhan ekonomi, Pendapatan Asli Daerah

(PAD) dan Kompleksitas Pemerintah Daerah (jumlah SKPD) terhadap

kelemahan pengendalian intern Pemerintah Daerah.

Tingkat pertumbuhan ekonomi Pemerintah Daerah memiliki pengaruh

negatif terhadap kelemahan pengendalian intern. Hal ini mengimplikasikan

Page 124: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

105

bahwa Pemerintah Daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang

tinggi belum tentu memiliki kelemahan pengendalian yang tinggi juga, begitu

pula sebaliknya. Sehingga Pemerintah Daerah yang memiliki nilai rata-rata

pertumbuhan rendah maupun tinggi dituntut untuk melakukan penyesuaian dan

melakukan perbaikan terhadap pengendalian internal yang dimiliki karena

keduanya memiliki kemungkinan untuk terjadi kecurangan yang diakibatkan

masalah lemahnya pengendalian internal yang dimiliki. Hal tersebut tentu

membutuhkan waktu untuk mengimplementasikan prosedur-prosedur baru dan

bisa menimbulkan masalah pengendalian intern dalam organisasi tersebut.

Pendapatan Asli daerah (PAD) berasal dari retribusi daerah, pajak daerah

dan bagi hasi kekayaan alam daerah. Pendapatan Asli Daerah (PAD) memiliki

hubungan yang berlawanan dengan pengendalian intern (negatif). Hal ini berarti

pemerintah daerah yang memiliki PAD yang rendah memiliki resiko terjadinya

kecurangan yang tinggi. Begitu pula sebaliknya, Pemerintah daerah yang

memiliki PAD yang tinggi memilki resiko kecurangan yang rendah. Sehingga

Pemerintah Daerah yang memiiki PAD yang tinggi seharusnya tetap

meningkatkan pengendalian internnya untuk mempertahankan PAD dan

melindungi terjadinya kecurangan yang sangat mungkin terjadi karena tingginya

PAD yang dimiliki.

Semakin kompleks suatu organisasi dalam menjalankan kegiatan dan

memiliki area kerja yang tersebar akan semakin sulit pengendalian intern

dijalankan. Karena diduga banyak masalah yang timbul dari banyaknya jumlah

Page 125: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

106

SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) seperti terdapat kesulitan implementasi

sistem pengendalian intern pada lingkungan SKPD yang berbeda, masalah

pengawasan dari pemerintah daerah dan masalah mengenai pelaporan keuangan

mewajibkan Pemerintah Daerah memiliki pengendalian intern dan adanya

komunikasi yang intensif dengan pihak manajemen untuk mengatasi masalah-

masalah tersebut.

C. Keterbatasan

Penelitian ini memiliki keterbatasan yang mungkin dapat melemahkan hasil

penelitian. Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Populasi penelitian yang digunakan adalah Pemerintah Daerah di seluruh

Indonesia yang menerbitkan laporan keuangan di Badan Pemeriksa

Keuangan (BPK) yang hanya dilakukan pada tahun 2011.

2. Penelitian ini hanya menggunakan 4 variabel, yaitu 1 variabel dependen

yaitu pengendalian intern dan 3 variabel independen yaitu tingkat

pertumbuhan ekonomi, Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan kompleksitas

Pemerintah daerah dilihat dari jumlah SKPD.

3. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Badan

Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Badan Pusat Statistik (BPS) yang memuat

data mengenai Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) seluruh

Indonesia dan data-data lain yang diperlukan untuk mendukung penelitian

ini.

Page 126: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

107

D. Saran

Penelitian mengenai pengendalian intern Pemerintah daerah di masa yang

akan datang diharapkan mampu memberikan hasil penelitian yang lebih

berkualitas, dengan mempertimbangkan saran dibawah ini:

1. Menambahkan cakupan jumlah sampel dan periode pengamatan yang lebih

panjang, sehingga hasil yang diperoleh akan lebih menjelaskan gambaran

kondisi yang sesungguhnya.

2. Menambahkan beberapa variabel lain sebagai faktor yang dapat

mempengaruhi keberadaan pengendalian intern Pemerintah Daerah, seperti

ukuran pemerintah daerah, jumlah penduduk dan tingkat pendapatan yang

diperoleh dari Pemerintah Pusat (DAU).

3. Selain data sekunder juga menggunakan data lain, seperti kuesioner taupun

interview ke kantor pemerintah atau institusi pemerintah lain untuk

mengetahui informasi lebih lengkap mengenai keberadaan pengendalian

intern pada Pemerintah daerah.

Page 127: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

108

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah. (2009). PP No. 60 Tahun 2008 tentang SPIP Upaya Membentuk Internal

Control Culture. http:/syukriy.wordpress.com/2009/02/21/pp-602008-tentang-

spip-upaya-membentuk-internal-control-culture. Diakses tanggal 30 Maret

2013

Abdullah dan Halim. (2004). Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan

Asli Daerah (PAD) terhadap Belanja Pemerintah Daerah : Studi Kasus

Kabupaten/ Kota di Jawa dan Bali, Proceeding Simposium Nasional

Akuntansi VI, 16-17 Oktober 2003, Surabaya.

Arens. (2012). Auditing and Assurance Services and The Integrity of Financial

Reporting, 8th

Edition. United States of America: John Wiley & Sons Inc.

Ashbaugh, Collins, Daniel, Kinney dan William. (2006). The Discovery and

Reporting of Internal Control Deficiencies Prior to SOX-Mandated Audits.

McCombs Research Paper Series No. ACC-02-05

Badan Pemeriksa Keuangan. (2011). Laporan Hasil Pemeriksaan LKPD Pemerintah

Daerah. Jakarta: Biro Humas dan Luar Negeri Badan pemeriksa Keuangan

Republik Indonesia

Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia. Ikhtisar Hasil Pemeriksaan

Semeseter 1 Tahun 2012. (2012). http://www.bpk.go.id. Diakses tanggal 5

Februari 2013.

Badan Pusat Statistika. (2002). Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

Christine, Shakespeare, Chaterine dan Shih. (2010). The Causes and Consequences of

Internal Control Problems in Nonprofit Organizations. Accounting Review,

Jan2010, Vol. 86 Issue 1, p325-357.

Coe, Charles, Ellis dan Curtis. (1991). Internal Controls in State, Local, and

Nonprofit Agencies. Public Budgeting & Finance. Malden: Vol. 11, Iss. 3; pg.

43 .

Darwanto dan Yustikasari. (2007). Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli

daerah, dan Dana Alokasi Umum terhadap Pengaloksian Anggaran Belanja

Modal. Simposium Nasional Akuntansi. Makasar.

Page 128: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

109

Doyle, Ge, Weili dan McVay. (2007). Determinants of weaknesses in internal control

over financial reporting. Working paper, Utah State University, University of

Washington, dan New York University.

Fama dan Jensen. (1983). The separation of ownershhip and control. Journal of law

and economics, 26, pp.

Forum Pengembangan Partisipasi Masyarakat. (2008). Panduan Penyelenggaraan

Forum Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Bandung.

Ge dan McVay (2005). The Disclosure of Material Weaknesses in Internal Control

After the Sarbanes-Oxley Act. Accounting Horizon, 19(3), 137-158.

Ghozali. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Cetakan 4.

Semarang: BP Universitas Diponegoro.

Hair, Anderson dan Tatham. (1995). Multivariance Data Analisys. Sixth Edition.

Pearson Education, Inc. New Jersey. United State of America.

Hamid. (2007). Buku Panduan Penulisan Skripsi, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial

Universitas Islam Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Hasmawati dan Raharja. (2012). Pengaruh Ukuran Koperasi dan Jenis Koperasi

terhadap Kualitas Sistem Pengendalian Intern (Studi Kasus pada Koperasi di

Semarang). Diponegoro Journal Of accounting. Vol. 1, No. 1.

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). (2011). Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta:

Salemba Empat.

Ikhsan. (2008). Metodologi Penelitian Akuntansi Keprilakuan. Yogyakarta: Graham

Ilmu.

Indriantoro dan Supomo. (2002). Metodologi Penelitian Bisnis. Edisi Pertama. BPFE:

Yogyakarta.

Jhingan. (1996). Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta: PT. Rajawali

Pers.

Jiambalvo, James dan Jamie Pratt. (1982). Task Complexity and Leadership

Effectiveness in CPA Firms. The Accounting Review, pp. 734-749.

Kieso. (2007). Intermediate Accounting. Ed.12th. USA: John Wiley & Son Inc.

Page 129: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

110

KPMG. (2006). International Survey of Corporate Responsibility Reporting.

Forensic: Fraud Survey. Swiss.

Kuncoro. (2001). Metode Kuantitatif: Teori Aplikasi untuk Bisnis dan Ekonomi. Edisi

Pertama. AMP YKPN: Yogyakarta.

Lane. (2000). Jilid 1 (Marketing Management, Twelfth Edition). Terj. Benyamin

Molan. Jakarta, PT.

Mankiw. (2006). Pengantar Ekonomi Makro, Edisi Ketiga. Jakarta: Salemba Empat.

Manurung dan Rahardja. (2004). Uang, Perbankan dan Ekonomi Moneter (Kajian

Kontekstual Indonesia). Lembaga Penerbit FEUI: Jakarta.

Martani dan Zaelani (2011). Pengaruh Ukuran, Pertumbuhan dan Kompleksitas

terhadap Pengendalian Intern Pemerintah Daerah. Simposium Nasional

Akuntansi Aceh.

Mardiasmo. (2002). Akuntansi Sektor Publik. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Marihot. (2005). Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. PT. Rajagrafindo Persada:

Jakarta.

Mulyadi. (2002). Auditing, Buku 1, edisi Enam, Jakarta: Salemba Empat.

Nachrowi dan Hardius. (2002). Penggunaan Teknik Ekonometri. Pendekatan

Populer, Praktis Dilengkapi Teknik Analisis & Pengolahan Data dengan

Menggunakan Paket Program SPSS. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta.

Peraturan Menteri dalam Negeri (Permendagri) Nomor 04 Tahun 2008. (2008).

Pedoman Pelaksanaan Reviu atas Laporan Keuangan Pemerintah daerah.

Petronela, Thio. (2004). Pertimbangan Going Concern Perusahaan dalam Pemberian

Opini Audit. Jurnal Balance, 47-55.

Petrovits, Christine , Shakespeare, Chaterine dan Shih, Aimee. (2010). The Causes

and Consequences of Internal Control Problems in Nonprofit Organizations.

Accounting Review, Jan2010, Vol. 86 Issue 1, p325-357

Republik Indonesia. (1999). Undang-Undang No. 22 Tahun 1999. Pemerintah

daerah.

Page 130: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

111

Republik Indonesia. (2004). Undang-Undang No. 33 Tahun 2004. Perimbangan

Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah daerah.

Rustiadi, Saefulhakim, Sunsun dan Panuju. (2011). Perencanaan dan Pengembangan

Wilayah. Crestpent Pres dan Yayasan Pustaka Obor Indonesia: Jakarta.

Saggaf. (1999). Analisa Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Terhadap Peningkatan

Pertumbuhan ekonomi di Kotamadya, Pekan Baru. Tesis. Medan.

Sembiring. (2009). Fungsi dan Tugas Inspektorat dalam Pengendalian Intern Barang

milik Daerah Pada Pemerintah Kabupaten Karo Sumatra Utara. Jurnal

Akuntansi dan Manajemen Sumatera Utara. Vol. 11 No. 1.

Sudjono dan Hoesada. (2009). Strategi Penerapan Pereturan Pemerintah tentang

Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Majalah Akuntansi Indonesia, Edisi

no. 15.

Simanjuntak. (1998). Ekonomi untuk Negara Berkembang. Jakarta: Bumi Aksara.

Sirojuzilam dan Mahalli, (2010). Regional: Pembangunan, Perencanaan dan

Ekonomi. Medan: USU Press.

Susanto. (2007). Konsep dan Pengembangan Berbasis Komputer. Bandung: Lingga

Jaya.

Tricker. (1984). Corporate Governance-Paractices, Procedures and Power in British

Companies and Their Board Of Dorectors. Economist Books. ISBN 1-84668-

167-7.Uk, Gower.

Yani. (2008). Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah di

Indonesia. Jakarta: Edisi Revisi, PT. Raja Grafindo Persada

Warren. (2003). Accounting. 20th edition. South Western. Mason- Ohio.

Wood. (1986). Task Complexity. Definition of The Construct. Organizational

Behaviour and Human Decision Process. pp. 60-82.

Zhang, Niu dan Zheng. (2009). Research on the determinants of the quality of

internal control: evidence from China. International Conference on

Information Management, Innovation Management and Industrial

Engineering Paper.

Page 131: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

112

LAMPIRAN

Page 132: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

113

Daftar Nama Pemerintah Daerah yang Terdaftar di Badan Pusat Statistika

(Dalam Juta)

No Kabupaten SKPD Pendapatan PAD PDRB

2010

PDRB

2011

Temuan

BPK

Prov. Aceh

1 Aceh barat 53 521367 1577844 3247 3270 9

2 Aceh besar 60 670459 1407965 5751 6390 11

3 Aceh Selatan 18 526756 2290243 2580 2710 1

4 Aceh Singkil 21 365959 259951 716 804 3

5 Aceh tengah 13 544612 2385824 2686 3270 7

6 Aceh Utara 15 970646 1809455 11223 11889 1

7 Gayo Lues 10 409178 3248218 2686 3270 15

8 Nagan Raya 16 458364 1805222 2827 2766 5

Prov. Sumatera

Utara

1 Asahan 14 790142 2969119 11932 13650 6

2 Dairi 26 468820 323235 3778 4226 7

4 Labuhanbatu 32 627169 1282004 7611 8094 9

5 Mandailing Natal 10 1015704 4062816 3826 4147 3

6 Pakpak Bharat 15 268888 5329792 332 373 1

7 Samosir 36 394227 1916608 1670 1835 14

Prov. Sumatera

Barat

1 Agam 16 655529 186787 6593 7412 12

2 Dharmasraya 27 499218 1104489 2678 3068 7

3 Padang Pariaman 50 675842 2355014 6201 6979 9

4 Pasaman 43 503861 2289757 3283 3742 1

5 Pesisir Selatan 16 711917 2792488 4619 5234 4

6 Sijunjung 21 474260 1813614 3065 3418 12

7 Solok 20 622712 1911919 1091 6088 12

Page 133: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

114

No Kabupaten SKPD Pendapatan PAD PDRB

2010

PDRB

2011

Temuan

BPK

8 Tanah Datar 29 553789 1307 5425 6085 6

Prov. Riau

1 Pelalawan 28 834130 2326917 16795 19270 9

2 Rokan Hulu 17 977889 3512911 11775 15155 11

Prov. Jambi

9

1 Batang Hari 25 588745 2147999 3876 4702 4

2 Bungo 12 685040 1319465 4034 4755 8

3 Kerinci 30 540112 2006211 3070 3518 7

4 Merangin 31 612251 1725526 3265 3859 16

5 Sarolangun 22 616896 2892152 3978 4667 6

6 Tebo 106 582953 2856353 2619 3095 1

Prov. Sumatera

Selatan

1 Lahat 29 862619 1667444 5630 6591 1

2 Muara Enim 31 1150855 185141 19959 23284 4

3 Musi banyuasin 48 1186095 2206729 28379 30793 6

4 Musi rawas 87 1186793 163682 7691 8847 1

6 Ogan komering ilir 25 1059108 282587 6946 7985 2

7 Ogan komering ulu 15 699245 1753109 5885 6685 14

Prov. Kepulauan

Riau

1 Bintan 35 618012 5085012 4425 4875 5

2 Karimun 23 574082 3235541 4288 4814 8

3 Kepulauan anambas 21 685909 4829665 2705 2774 6

4 lingga 37 518988 4151904 1002 1136 14

5 Natuna 45 909538 436292 4143 4373 9

Page 134: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

115

No Kabupaten SKPD Pendapatan PAD PDRB

2010

PDRB

2011

Temuan

BPK

Prov. Jawa Barat

1 Bandung 59 2028504 9415284 46092 51292 13

2 Bandung barat 38 1006833 1353216 17704 19355 8

3 Bekasi 55 1607577 4649374 97527 106773 4

4 Bogor 48 2926437 5632475 14070 83032 8

5 Ciamis 80 1282693 2320356 17572 19345 12

6 Cianjur 64 1503544 1168918 18668 20573 14

7 Cirebon 73 1670303 9553268 10931 12117 12

8 Garut 39 1919484 1600023 24845 27492 13

9 Purwakarta 41 1054655 1027809 15957 17121 10

10 Subang 33 1307927 15708 15996 20161 14

11 Sukabumi 28 1576395 12523 18595 20161 8

12 Sumedang 25 1165218 8370518 12266 13532 11

Prov. Jawa Tengah

1 Banjarnegara 46 984557 1633333 6701 7446 6

2 Banyumas 93 1446407 8385551 10336 11495 7

3 Batang 19 730426 1367045 5269 5865 9

4 Boyolali 47 1038988 1276539 8102 9028 10

5 Brebes 50 1302465 1510805 14630 16427 6

6 Demak 45 756158 138592 5933 6517 13

7 Grobogan 40 1068529 1577887 6500 7141 11

8 Jepara 43 978513 9997681 9188 10120 8

9 Karanganyar 46 870550 1054215 9224 10288 6

10 Kebumen 15 1140548 1669396 6484 7208 14

11 Kendal 41 958983 11193 10777 12123 7

Page 135: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

116

No Kabupaten SKPD Pendapatan PAD PDRB

2010

PDRB

2011

Temuan

BPK

12 Klaten 59 1218358 1860145 11272 12187 7

13 Kudus 43 910541 9049214 31464 33830 5

14 Magelang 21 435897 7922087 8022 8771 2

15 Pekalongan 60 866509 1631168 7231 8033 8

16 Pemalang 19 969382 1351507 8062 8860 4

17 Purbalingga 20 865161 9432426 5770 6522 14

18 Purworejo 49 896461 1330969 6467 7143 7

19 Rembang 55 759842 9482497 4969 5440 12

20 Semarang 54 945858 7033186 43398 48461 14

21 Sragen 45 987162 1198288 6747 7580 10

Prov. D. I

Yogyakarta

1 Bantul 55 900868 8428386 9076 10097 15

2 Gunung kidul 30 843350 2008694 6625 7251 5

3 Sleman 13 1029924 518279 13612 15098 10

Prov. Jawa Timur

1 Bangkalan 49 1029924 2339832 7625 8382 9

2 Banyuwangi 10 1211464 1326818 23550 26367 12

3 Blitar 30 1118580 1681671 12309 13785 2

4 Bojonegoro 40 1333736 14316 22205 27616 6

5 Lamongan 35 1173178 1135304 11774 13461 1

6 Lumajang 35 953013 1341271 13886 15583 4

7 Madiun 43 861906 1730665 6899 7777 7

8 Magetan 13 786108 1422511 7383 8116 10

9 Malang 36 1628821 1292438 30803 35675

7

Page 136: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

117

No Kabupaten SKPD Pendapatan PAD PDRB

2010

PDRB

2011

Temuan

BPK

10 Mojokerto 47 883906 112131 18254 20766 9

11 Nganjuk 55 971791 1149763 11002 12305 4

12 Pacitan 16 647764 1883911 3353 3742 6

13 Pamekasan 13 880348 1926911 4917 5615 9

14 Ponorogo 19 1055149 2001724 7456 8405 7

15 Probolinggo 58 1009166 2111403 14896 16762 3

16 Sampang 47 694725 1715116 5710 6438 7

17 Sidoarjo 46 1666122 4231249 56507 64465 3

18 Sumenep 65 1039909 2194595 11199 12617 4

19 Trenggalek 22 867257 1420196 5870 6646 6

20 Tuban 44 991878 1076607 19041 21431 5

21 Tulungagung 22 1022966 1183934 16298 18338 2

Prov. Banten

1 Lebak 35 1111410 1343321 8421 9312 3

2 Pandeglang 18 952649 190271 8695 9619 2

3 Serang 32 1209035 729816 12642 14241 9

4 Tanggerang 34 1846947 602141 56965 39993 6

Prov. Bali

1 Badung 35 1295731 129468 14927 16403 8

2 Bangle 35 519595 2361795 2360 2580 7

3 Buleleng 37 948491 1002633 7556 8288 8

4 Gianyar 35 807984 5070531 7337 8119 2

5 Karangasem 40 667050 1199062 4136 4635 6

6 Klungkung 36 454717 1413921 2748 3023 8

Page 137: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

118

No Kabupaten SKPD Pendapatan PAD PDRB

2010

PDRB

2011

Temuan

BPK

7 Tabanan 25 760393 6707003 5054 5531 10

Prov. Nusa Tengara

Barat

1 Dompu 38 498989 1963828 1984 2335 6

2 Lombok barat 18 828021 7225692 3940 4394 7

3 Lombok tengah 16 899143 1347919 4640 5394 8

4 Lombok timur 50 1057497 2013858 6215 7061 2

5 Sumbawa 56 696717 1584997 3968 4642 10

6 Sumbawa barat 30 649000 5279256 17961 12987 7

Prov. Nusa

Tenggara Timur

1 Alor 24 477097 257737 836 942 14

Prov. Kalimantan

Barat

1 Ketapang 18 903080 2373778 5912 6786 2

2 Kubu raya 32 706397 2528626 8801 9979 5

3 Pontianak 22 462057 3522877 12506 13913 6

4 Sambas 23 768406 2549879 5903 6647 18

5 Sanggau 34 730985 2518727 5136 5741 3

Prov. Kalimantan

Tengah

1 Barito selatan 15 537495 2978637 2242 2536 11

2 Gunung mas 22 509073 2486072 1275 1459 13

3 Kapuas 17 800281 3341047 4936 5589 7

4 Kotawaringin barat 18 606977 13985 4510 5129 6

5 Kotawaringin timur 19 768341 1226265 7847 9249 11

6 Lamandau 33 431993 3208742 1083 1232 9

7 Murung raya 22 594441 2680681 2071 2456

10

Page 138: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

119

No Kabupaten SKPD Pendapatan PAD PDRB

2010

PDRB

2011

Temuan

BPK

8 Pulang pisau 21 446008 3013568 1297 1465 6

Prov. Kalimantan

Selatan

1 Barito kuala 44 561278 320712 3703 4001 9

2 Hulu sungai selatan 64 553132 1377046 2153 2375 7

3 Hulu sungai tengah 37 573574 1812183 2140 2468 9

4 Hulu sungai utara 36 605594 2304216 1486 1788 5

5 Tanah laut 25 554769 1835403 3961 4707 3

6 Tapin 28 609324 2335291 2198 2423 1

Prov. Kalimantan

Timur

1 Paser 38 1052092 1793176 13207 16680 7

2 Panejam paser utara 40 947704 2744741 2923 3845 20

3 Tana tidung 18 725245 4015086 346 380 9

Prov. Sulawesi

Utara

12

1

Bolaang

mongondow 31 457570 5887416 1958 2244 8

2

Bolaang

mongondow utara 24 354507 734273 758 829 5

Prov. Sulawesi

Tengah

1 Banggai 20 648291 3104545 4131 5016 11

2 Banggai kepulauan 29 437516 437516 1495 1719 5

3 Buol 33 489159 3538989 1308 1505 2

4 Donggala 52 597852 3468624 3744 4410 8

5 Morowali 53 634284 1326815 3716 4591 7

6 Parigi moutong 58 571537 5519963 6346 7247 2

7 Poso 36 554707 2285378 2132 2462 4

8 Sigi 32 498432 1120072 3140 3556 8

Page 139: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

120

No Kabupaten SKPD Pendapatan PAD PDRB

2010

PDRB

2011

Temuan

BPK

9 Tojo una-una 44 436552 2352239 1202 1376 7

Prov. Sulawesi

Selatan

1 Barru 18 481975 2936365 1666 1904 8

2 Bone 18 869291 16429 7530 8836 5

3 Bulukumba 17 694009 11665 3763 4286 4

4 Enrekang 24 503154 2496299 1921 2292 8

5 Gowa 30 695948 1428611 5082 4931 7

6 Luwu 29 543851 2839508 3718 4341 9

7

Pangkajene dan

kepulauan 38 665752 8754481 5379 6413 10

8 Pinrang 10 638082 1689523 5291 6217 5

9 Sindenreg rappang 14 677852 1393066 3367 4216 11

10 Wajo 43 703582 1471375 5409 6656 9

Prov. Sulawesi

Tenggara

1 Buton 53 512326 3511487 1927 2252 15

2 Kolaka 71 644187 8076567 6212 7261 9

3 Konawe selatan 62 514981 3257312 2633 2998 12

4 Muna 66 632939 325268 2612 2914 15

5 Wakatobi 64 387306 2639943 807 931 7

Prov. Gorontalo

1 Boalemo 32 360832 2781408 795 887 12

2 Bone bolango 44 377826 2398895 916 1020 6

3 Gorontalo 51 566439 186249 2405 2692 3

4 Gorontalo utara 30 337826 3157252 530 642 8

5 Pohuwato 37 411810 2713561 1206 1426 9

Page 140: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

121

No Kabupaten SKPD Pendapatan PAD PDRB

2010

PDRB

2011

Temuan

BPK

Prov. Sulawesi barat

1 Mamuju 56 677988 2152343 3328 3906 3

2 Mamuju utara 45 360842 5811596 1660 2063 16

Prov. Maluku

1

Maluku tenggara

barat 34 491803 1628487 541 624 7

Prov. Maluku Utara

1 Halmahera selatan 53 539560 1660185 899 1005 11

2 Halmahera tengah 25 366329 2324423 795 902 10

3 Halmahera utara 44 531396 44283 795 902 12

Prov. Papua

1 Asmat 28 774543 451418 621 744 9

2 Jayapura 37 571522 3473664 1933 2236 7

3 Kep. Yapen 52 482628 603285 770 821 8

4 Paniai 23 616432 8794864 472 525 10

5 Puncak jaya 29 635882 4281169 619 661 15

Prov. Papua Barat

1 Raja ampat 48 633948 362546 1121 1196 48

2 Sorong 52 659210 4355821 6166 6839 52

3 Sorong selatan 26 531447 6153856 393 464 26

Page 141: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

122

HASIL OUTPUT SPSS

Correlations

ICW SKPD GROWTH PAD

Pearson Correlation ICW 1.000 .422 .298 .048

SKPD .422 1.000 .719 .191

GROWTH .298 .719 1.000 .116

PAD .048 .191 .116 1.000

Sig. (1-tailed) ICW . .000 .000 .275

SKPD .000 . .000 .009

GROWTH .000 .000 . .074

PAD .275 .009 .074 .

N ICW 156 156 156 156

SKPD 156 156 156 156

GROWTH 156 156 156 156

PAD 156 156 156 156

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

ICW .5693 .17479 156

SKPD .2934 .04353 156

GROWTH .7551 .15659 156

PAD 1.6057 .88484 156

Page 142: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

123

Variables Entered/Removed

Model

Variables

Entered

Variables

Removed Method

1 PAD, GROWTH,

SKPDa

. Enter

a. All requested variables entered.

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression .848 3 .283 11.050 .000a

Residual 3.888 152 .026

Total 4.735 155

a. Predictors: (Constant), PAD, GROWTH, SKPD

b. Dependent Variable: ICW

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) .075 .088 .859 .392

SKPD 1.755 .429 .437 4.086 .000 .472 2.118

GROWTH -.014 .118 -.012 -.116 .907 .483 2.069

PAD -.007 .015 -.034 -.449 .654 .963 1.039

a. Dependent Variable: ICW

Page 143: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

124

Collinearity Diagnosticsa

Model

Dim

ensi

on Eigenvalue Condition Index

Variance Proportions

(Constant) SKPD GROWTH PAD

1 1 3.795 1.000 .00 .00 .00 .01

2 .177 4.625 .01 .00 .01 .97

3 .021 13.574 .55 .00 .45 .01

4 .007 23.581 .44 1.00 .54 .01

a. Dependent Variable: ICW

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .423a .179 .163 .15993 1.967

a. Predictors: (Constant), PAD, GROWTH, SKPD

b. Dependent Variable: ICW

Coefficient Correlationsa

Model PAD GROWTH SKPD

1 Correlations PAD 1.000 .030 -.155

GROWTH .030 1.000 -.714

SKPD -.155 -.714 1.000

Covariances PAD .000 5.243E-5 .000

GROWTH 5.243E-5 .014 -.036

SKPD .000 -.036 .184

a. Dependent Variable: ICW

Page 144: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

125

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value .4377 .8177 .5693 .07396 156

Std. Predicted Value -1.778 3.359 .000 1.000 156

Standard Error of Predicted

Value

.013 .088 .024 .010 156

Adjusted Predicted Value .4348 .8144 .5695 .07394 156

Residual -.41534 .32761 .00000 .15837 156

Std. Residual -2.597 2.049 .000 .990 156

Stud. Residual -2.868 2.078 .000 1.009 156

Deleted Residual -.50663 .33712 -.00020 .16481 156

Stud. Deleted Residual -2.940 2.101 -.003 1.017 156

Mahal. Distance .082 45.858 2.981 4.964 156

Cook's Distance .000 .452 .011 .044 156

Centered Leverage Value .001 .296 .019 .032 156

a. Dependent Variable: ICW

Page 145: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

126

Page 146: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

127

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

Residual

N 183

Normal Parametersa,,b

Mean .0000000

Std. Deviation 3.81865643

Most Extreme Differences Absolute .060

Positive .060

Negative -.031

Kolmogorov-Smirnov Z .818

Asymp. Sig. (2-tailed) .515

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Correlations

SKPD GROWTH PAD

Unstandardized

Residual

Spearman's

rho

SKPD Correlation

Coefficient

1.000 .734** .101 -.026

Sig. (2-tailed) . .000 .209 .750

N 156 156 156 156

GROWTH Correlation

Coefficient

.734** 1.000 .061 -.048

Sig. (2-tailed) .000 . .447 .551

N 156 156 156 156

PAD Correlation

Coefficient

.101 .061 1.000 .024

Sig. (2-tailed) .209 .447 . .762

N 156 156 156 156

Unstandardized

Residual

Correlation

Coefficient

-.026 -.048 .024 1.000

Sig. (2-tailed) .750 .551 .762 .

N 156 156 156 156

Page 147: PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN …

128

Correlations

SKPD GROWTH PAD

Unstandardized

Residual

Spearman's

rho

SKPD Correlation

Coefficient

1.000 .734** .101 -.026

Sig. (2-tailed) . .000 .209 .750

N 156 156 156 156

GROWTH Correlation

Coefficient

.734** 1.000 .061 -.048

Sig. (2-tailed) .000 . .447 .551

N 156 156 156 156

PAD Correlation

Coefficient

.101 .061 1.000 .024

Sig. (2-tailed) .209 .447 . .762

N 156 156 156 156

Unstandardized

Residual

Correlation

Coefficient

-.026 -.048 .024 1.000

Sig. (2-tailed) .750 .551 .762 .

N 156 156 156 156

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).