Mengukur Tingkat Kesehatan Bank Negara Indonesia Syariah ...
PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK TERHADAP...
Transcript of PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK TERHADAP...
PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK TERHADAP
FRAUD PADA BANK SYARIAH DI INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
Rafny Hidayani Mokodompit
NIM: 1113082000043
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2017 M
i
PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK TERHADAP
FRAUD PADA BANK SYARIAH DI INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
Rafny Hidayani Mokodompit
NIM: 1113082000043
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2017 M
v
LEMBAR PERNYATAAN
KEASLIAN SKRIPSI
Yang bertandatangan dibawah ini :
Nama : Rafny Hidayani Mokodompit
NIM : 1113082000043
Jurusan : Akuntansi
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiasi terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli
atau tanpa izin pemilik karya
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya
ini
Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya melanggar pernyataan ini, maka saya siap dikenai
sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, Juni 2017
(Rafny Hidayani Mokodompit)
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Pribadi
1. Nama : Rafny Hidayani Mokodompit
2. Tempat dan Tanggal Lahir : Inobonto, 4 Mei 1996
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Alamat : Perumnas Pobundayan Permai Blok A No.
146 RT 008/003 Pobundayan, Kotamobagu
Sulawesi Utara.
5. Telepon Seluler : 081212837396
6. Email : [email protected]
B. Pendidikan
1. SDN 01 Kotamobagu 2001-2007
2. SMPN 04 Kotamobagu 2007-2010
3. MAN Insan Cendekia Gorontalo 2010-2013
4. S1 Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2013-2017
C. Latar Belakang Keluarga
1. Ayah : Drs. Hasairin Mokodompit
2. Ibu : Fonny Mewengkang S.Pd
3. Anak Ke : Tiga dari tiga bersaudara
vii
INFLUENCE OF BANK SOUNDNESS LEVEL AGAINST FRAUD IN
ISLAMIC BANKS IN INDONESIA
ABSTRACT
This study aims to examine the influence of bank soundness levelagainst
fraud in Islamic banks. Independent variables used are risk profile with Non-
Performing Financing as aproxy, Islamic Corporate Governance, Operational
Efficiency Ratio, and Capital Adequacy Ratio. The dependent variable used is
fraud in Islamic banks.
The population in this study are all Islamic Banks (BUS) which is
registered in Bank Indonesia in the period 2013 to 2015. The sample was selected
using purposive sampling method. Total sample used in this study were 10 Islamic
Banks with 3-year study period. The analytical method used in this study is
multiple regression.
The results of this study indicate that the Islamic Corporate Governance is
significant positive effect on Islamic bank’s fraud, Capital Adequacy Ratio is
significant negative effect on Islamic bank’s fraud while Non-Performing
Financing and Operational Efficiency Ratio had no effect on fraud in Islamic
banks.
Keywords :Bank Soundness Level, Fraud, Islamic Bank
viii
PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK TERHADAP FRAUD PADA
BANK SYARIAH DI INDONESIA
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris pengaruh tingkat
kesehatan bank terhadap fraud pada bank syariah di Indonesia. Variabel
independen pada penelitian ini adalah tingkat kesehatan bank dengan empat aspek
kriteria, yaitu profil risiko (risk profile) yang dihitung menggunakan rasio Non-
Performing Finance (NPF), Islamic Corporate Governance (ICG), earning yang
dihitung menggunakan Rasio Efisiensi Kegiatan Operasional, dan capital yang
dihitung menggunakan Capital Adequacy Ratio (CAR).Variabel dependen yang
digunakan ialah fraud pada bank syariah.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bank syariah yang terdaftar di
Bank Indonesia pada periode 2013-2015. Sampel dipilih menggunakan metode
purposive sampling. Total sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10
bank dengan 3 tahun periode penelitian. Metode analisis yang digunakan ialah
metode regresi berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, Islamic Corporate Governance
berpengaruh positif terhadap fraud, Capital Adequacy Ratio berpengaruh negatif
terhadap fraud, Non-Performing Financing dan Rasio Efisiensi Kegiatan
Operasional tidak berpengaruh terhadap fraud pada bank syariah.
Kata Kunci: Tingkat Kesehatan Bank, Fraud, Bank Syariah
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.
Segala puji bagi Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang
telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada junjungan
kita Nabi Muhammad SAW yang telah menjadi suri tauladan bagi umat manusia di
dunia.
Skripsi yang berjudul “Pengaruh Tingkat Kesehatan Bank terhadap
Fraud pada Bank Syariah di Indonesia” ini disusun untuk memenuhi salah satu
syarat guna meraih gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih atas
bantuan, bimbingan, dukungan, semangat serta doa, baik langsung maupun tidak
langsung dalam penyelesaian skripsi ini, kepada:
1. Kedua orang tua penulis, papa dan mama yang telah memberikan kasih sayang,
perhatian, bimbingan, nasihat, doa serta dukungan moril maupun materil yang
tiada henti kepada penulis.
2. Kedua kakak penulis kak Rinny dan kak Ririn, serta seluruh keluarga besar
yang senantiasa mendoakan dan memberikan dukungan kepada penulis.
3. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Yessi Fitri SE., M.Si., Ak., CA., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Hepi Prayudiawan SE., MM., Ak., CA., selaku Sekertaris Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Ibu Reskino, SE., M.Si., Ak., CA, selaku dosen pembimbing yang telah
berkenan memberikan waktu, bimbingan, arahan serta saran selama proses
penulisan skripsi sampai terlaksananya sidang skripsi.
7. Bapak Drs. Abdul Hamid Cebba, MBA, Ak, CPA selaku dosen pembimbing
akademik yang telah memberikan arahan, saran, dan bimbingan selama masa
studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
x
8. Seluruh dosen dan staff Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis selama
menempuh masa studi.
9. Fajar Budiman, yang selalu memberikan semangat, motivasi, nasihat, berbagi
ilmu, dan selalu membantu selama masa studi penulis.
10. Sahabat-sahabat tercinta Eki, Mufti, Lanni, Mentari, Ishmi, Sasha, Iin, Marini,
Mutia, Dinda, dan Ika yang selalu memberikan semangat, motivasi, nasihat
dan doanya kepada penulis, berbagi suka duka, berbagi cerita, dan berbagi ilmu
tanpa mengenal jarak masing-masing.
11. Sahabat-sahabat tersayang Kharensyah, Riri Magda, dan Dea Aprilia yang
selalu siap sedia menjadi partner menyelesaikan urusan perkuliahan,
memberikan motivasi, menjadi teman berbagi cerita dan partner in crime yang
selalu menghibur.
12. Rekan-rekan seperjuangan Akuntansi 2013, terimakasih atas segala informasi,
bantuan dan doanya selama menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
13. Semua pihak yang telah mendukung serta membantu dalam proses penyusunan
skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
dikarekanan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak. Akhir kata, penulis mengharapkan semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak yang membutuhkan.
Wassalamu ’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh
Jakarta, Juni 2017
Rafny Hidayani Mokodompit
xi
DAFTAR ISI
COVER
COVER DALAM ............................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ................................................. iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ........................................ v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................... vi
ABSTRACT ....................................................................................................... vii
ABSTRAK ....................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian ..................................................... 1
B. Perumusan Masalah .............................................................. 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................. 8
1. Tujuan Penelitian ............................................................ 8
2. Manfaat Penelitian .......................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur ................................................................. 10
xii
1. Agency Theory ................................................................ 10
2. Fraud .............................................................................. 11
3. Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah ........................ 23
B. Hasil Penelitian Terdahulu .................................................... 33
C. Kerangka Pemikiran ............................................................. 39
D. Perumusan Hipotesis ............................................................. 40
1. Pengaruh Non-Performing Financing terhadap Fraud ... 40
2. Pengaruh Islamic Corporate Governance terhadap
Fraud .............................................................................. 41
3. Pengaruh Rasio Efisiensi Kegiatan Operasional
terhadap Fraud ................................................................ 44
4. Pengaruh Capital Adequacy Ratio terhadap Fraud ........ 46
BAB III METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian .................................................... 50
B. Metode Penetuan Sampel ...................................................... 50
C. Metode Pengumpulan Data ................................................... 51
D. Metode Analisis Data ............................................................ 52
1. Statistik Deskriptif .......................................................... 52
2. Uji Asumsi Klasik ........................................................... 52
a. Uji Normalitas ........................................................... 52
b. Uji Multikolonieritas ................................................. 53
c. Uji Autokorelasi ........................................................ 54
d. Uji Heteroskedastisitas ............................................. 55
xiii
3. Uji Hipotesis ................................................................... 56
a. Pengujian dengan Analisis Regresi Berganda .......... 56
b. Uji Koefisien Determinasi (R2) ................................. 57
c. Uji Signifikansi Simultan (Uji Signifikansi F) ......... 57
d. Uji Signifikan Parameter Individual
(Uji Statistik t) .......................................................... 58
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian .................................... 59
1. Variabel Dependen (Y) ................................................... 59
2. Variabel Independen (X) ................................................ 59
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ...................................... 65
B. Analisis Data Penelitian ........................................................ 67
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ........................................... 67
2. Hasil Uji Asumsi Klasik ................................................. 69
a. Uji Normalitas ........................................................... 69
b. Uji Multikolonieritas ................................................. 71
c. Uji Autokorelasi ........................................................ 72
d. Uji Heteroskedastisitas ............................................. 74
3. Hasil Uji Hipotesis .......................................................... 75
a. Uji Koefisien Determinasi (R2) ................................. 75
b. Uji Signifikansi Simultan (Uji Signifikansi F) ......... 76
c. Uji Signifikan Parameter Individual
(Uji Statistik t) .......................................................... 77
xiv
C. Pembahasan .......................................................................... 79
1. Pengaruh Non-Performing Financing terhadap Fraud ... 79
2. Pengaruh Islamic Corporate Governance terhadap
Fraud .............................................................................. 80
3. Pengaruh Rasio Efisiensi Kegiatan Operasional
terhadap Fraud ................................................................ 81
4. Pengaruh Capital Adequacy Ratio terhadap Fraud ........ 83
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ........................................................................... 85
B. Saran ..................................................................................... 86
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 87
LAMPIRAN .................................................................................................... 93
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah Bank dan Kantor Perbankan Syariah
di Indonesia Tahun 2009-2017................................................. 2
Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu ....................................................... 34
Tabel 3.1 Bobot atas Tiap Faktor Penilaian GCG pada
Bank Umum Syariah ................................................................ 62
Tabel 3.2 Predikat Komposit .................................................................... 63
Tabel 4.1 Proses Seleksi Sampel .............................................................. 65
Tabel 4.2 Daftar Sampel Penelitian.......................................................... 66
Tabel 4.3 Hasil Uji Statistik Deskriptif .................................................... 67
Tabel 4.4 Hasil Uji Statistik Kolmogorov-Smirnov ................................. 71
Tabel 4.5 Hasil Uji Multikolonieritas ...................................................... 72
Tabel 4.6 Hasil Uji Autokorelasi.............................................................. 73
Tabel 4.7 Uji Durbin Watson ................................................................... 73
Tabel 4.8 Hasil Uji Glejser ....................................................................... 75
Tabel 4.9 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) ...................................... 76
Tabel 4.10 Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) ..................... 77
Tabel 4.11 Hasil Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik t) ...... 78
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Fraud Tree ............................................................................... 14
Gambar 2.2 Skema Kerangka Pemikiran ..................................................... 39
Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas dengan Grafik Histogram ...................... 70
Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas dengan Normal P-P Plot ........................ 70
Gambar 4.3 Hasil Uji Scatterplot ................................................................. 74
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Populasi dan Sampel ..................................................... 94
Lampiran 2 Data Keuangan Bank................................................................ 95
Lampiran 3 Output SPSS ............................................................................. 99
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam
bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan
taraf hidup rakyat banyak (UU No. 10 Tahun 1998). Indonesia sendiri
memiliki dua jenis bank yaitu bank yang melaksanakan kegiatan
operasionalnya secara konvensional dan bank yang menjalankan kegiatan
operasionalnya berdasarkan prinsip syariah atau yang sering disebut
dengan bank syariah.
Menurut Undang-Undang RI Nomor 21 Tahun 2008 tentang
perbankan syariah, perbankan syariah adalah segala sesuatu yang
menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup
kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan
kegiatan usahanya. Sedangkan definisi dari bank syariah sendiri adalah
bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah.
Menurut jenisnya, bank syariah terdiri atas Bank Umum Syariah (BUS)
dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).
Perkembangan perbankan syariah di Indonesia semakin pesat
paskah disahkannya UU Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah (Falikhatun, 2012). Perkembangan tersebut terlihat dari jumlah
2
bank maupun jumlah kantor baik Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha
Syariah (UUS), maupun Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).
Tabel 1.1
Perkembangan Jumlah Bank dan Kantor Perbankan Syariah di Indonesia
Tahun 2009-2017
Indikator 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Feb
2017
BUS 6 11 11 11 11 12 12 13 13
Jumlah Kantor 711 1.215 1.401 1.745 1.998 2.163 1.990 1.869 1.872
UUS 25 23 24 24 23 22 22 21 21
Jumlah Kantor 287 262 336 517 590 320 311 332 333
BPRS 138 150 155 158 163 163 163 166 166
Jumlah Kantor 225 286 364 401 402 439 446 453 451
Sumber: Statistika Perbankan Syariah Otoritas Jasa Keuangan
Tabel diatas menunjukkan perkembangan perbankan syariah yang
mengalami peningkatan dalam se-windu terakhir. BUS yang pada 2009
berjumlah 6 meningkat menjadi 13 pada Februari 2017. Perkembangan ini
ditunjukkan pula dengan peningkatan jumlah kantor BUS. Hal serupa juga
terlihat pada perkembangan UUS dan BPRS.
Perkembangan bank syariah berimplikasi pada tantangan yang
harus dihadapi bank syariah, di mana tantangan terbesar adalah untuk
mempertahankan citra dan nama baik di mata nasabah agar tetap menjaga
kepercayaan serta loyalitas nasabah kepada bank syariah (Falikhatun,
2012). Antonio (1992) menyatakan bahwa bank syariah atau bank Islam
3
adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam
khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalat secara Islam.
Akan tetapi, muncul pertanyaan apakah adanya unsur syariah
dalam suatu perbankan menjamin suatu lembaga terbebas dari tindak
kecurangan (fraud)?
Risiko yang dapat terjadi pada perbankan syariah adalah terjadinya
kecurangan pada laporan keuangan. Menurut Koroy (2008) kecurangan
dalam laporan keuangan menyebabkan informasi yang ada pada laporan
keuangan menjadi tidak valid dan tidak sesuai dengan mekanisme laporan
keuangan yang telah ditentukan, dimana seharusnya audit dapat
meyakinkan perusahaan bahwa laporan keuangan terbebas dari salah saji
(mistatement) yang material dan dapat memberikan keyakinan atas
akuntabilitas manajemen atas aktiva perusahaan.
Menurut Bank Indonesia dalam surat edaran untuk Bank Umum
Indonesia Nomor 13/28/DPNP, yang dimaksud dengan fraud adalah
tindakan penyimpangan atau pembiaran yang sengaja dilakukan untuk
mengelabui, menipu, atau memanipulasi bank, nasabah, atau pihak lain,
yang terjadi di lingkungan bank dan/atau menggunakan sarana bank
sehingga mengakibatkan bank, nasabah atau pihak lain menderita kerugian
dan/atau pelaku fraud memperoleh keuntungan keuangan baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Menurut koroy (2008) diantara kasus-kasus kecurangan tersebut,
jenis kecurangan yang paling banyak tejadi adalah aset misappropriations
4
(85%), kemudian korupsi (13%) dan jumlah paling sedikit (5%) adalah
kecurangan laporan keuangan (fraudulent statement). Kecurangan laporan
keuangan adalah masalah sosial dan ekonomi. Hal ini akan mengakibatkan
pada menurunnya reputasi masyarakat mengenai perusahaan, sehingga
dapat mengarahkan perusahaan pada kebangkrutan
Tidak ada jaminan lembaga keuangan yang berbasis syariah bebas
dari kemungkinan kecenderungan perilaku fraud (Sula, 2014). Meskipun
bank dikenal sebagai lembaga yang memiliki regulasi yang ketat, namun
bank juga merupakan pelaku target dari fraud itu sendiri (Rahman, 2014)
Fraud terjadi karena kurangnya pemahaman yang menyeluruh
tentang konsep fraud termasuk mengetahui motivasi orang melakukan
fraud serta tanda-tanda (red flags) terjadinya fraud adalah penting. Semua
pemangku kepentingan khususnya manajemen perusahaan hendaknya
memahami bahwa dengan menerapkan tata kelola perusahan, termasuk
mempertimbangkan semua prinsip dan fungsi tata kelola itu sendiri serta
peran komite audit, dijangka akan dapat mencegah atau mengurangkan
terjadinya fraud (Anugerah, 2014)
Beberapa kasus fraud yang terjadi di lembaga syariah. Seperti,
kasus pada Bank Syariah Mandiri yang melibatkan pihak internal bank
yaitu penyaluran kredit fiktif pada BSM cabang Bogor sebesar 102 miliar
rupiah kepada 197 nasabah fiktif. Akibat penyaluran kredit tersebut BSM
berpotensi mengalami kerugian sebesar 59 miliar rupiah. Atas kasus
tersebut Bareskrim Polri menetapkan empat tersangka yang mana tiga
5
diantaranya merupakan pegawai BSM (Prabowo, 2013). Selain itu terdapat
beberapa kasus di mana nasabah melaporkan bank syariah, seperti yang
dialami oleh BRI Syariah dan Bank Mega Syariah, keduanya terkena kasus
terkait gadai emas. Kasus ini muncul atas gugatan nasabah BRI Syariah
dan Bank Mega Syariah yang merasa dirugikan terkait gadai emas yang
ada pada BRI Syariah dan Bank Mega Syariah (Wijaya, 2012; Djumena,
2014).
Tingkat kinerja keuangan suatu bank dapat mempengaruhi
kepercayaan masyarakat terhadap bank tersebut. Karena pada dasarnya
penilaian masyarakat dilihat dari ukuran tersirat seperti fasilitas, pelayanan
dan tingkat keuntungan. Sehingga sebagai lembaga yang dalam kegiatanya
menggunakan dana dari masyarakat bank dituntut untuk mempertahankan
dan meningkatkan kinerjanya (Astutik, 2015)
Otoritas Jasa Keuangan sebagai lembaga yang mengatur dan
mengawasi perbankan syariah di Indonesia menerbitkan peraturan
mengenai tata pelaksanaan tingkat kesehatan bank yang diatur dalam
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 8/POJK.03/2014 tentang
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha
Syariah. Bank wajib melakukan penilaian tingkat kesehatan bank baik
secara individual maupun secara konsolidasi dengan cakupan penialaian
terhadap faktor-faktor profil risiko (risk profile), good corporate
governance, rentabilitas (earnings), dan permodalan (capital). Dalam
konsep RBBR ini bank wajib memelihara dan meningkatkan tingkat
6
kesehatan bank dengan menerapkan prinsip kehati-hatian dan manajemen
risiko dalam melaksanakan kegiatan usaha (Hardian, 2015)
Penelitian ini dilakukan dengan mengacu pada penelitian-penelitian
terdahulu yang dilakukan oleh Anugerah (2014), Astutik (2015.), Najib
(2016). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh
Anugerah (2014) terletak pada populasi penelitian yang digunakan,
Anugerah (2014) meneliti peran Good Corporate Governance dalam
pencegahan fraud pada lembaga konvensional sedangkan penelitian ini
menguji pengaruh tata kelola perusahaan terhadap fraud pada bank
syariah. Selain itu, perbedaan penelitian ini dengan yang dilakukan oleh
Astutik (2015) ialah pada variabel dependen yang digunakan, Astutik
(2015) menguji pengaruh tingkat kesehatan bank tehadap kinerja sebagai
variabel dependennya sedangkan dalam penelitian ini variabel dependen
yang digunakan ialah fraud. Selain itu periode penelitian yang digunakan
oleh Astutik (2015) di mulai dari tahun 2010 sampai dengan 2013
sedangkan pada penelitian ini menggunakan periode penelitian 2013
sampai dengan 2015.
Selanjutnya, perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang
dilakukan oleh Najib (2016) ialah terletak pada variabel independennya,
Najib (2016) menguji pengaruh sharia compliance dan Islamic corporate
governance sedangkan dalam penelitian ini variabel independen yang
digunakan ialah tingkat kesehatan bank yang dilihat dari faktor profil
7
risiko (risk profile), good corporate governance, rentabilitas (earnings),
dan permodalan (capital).
Berdasarkan uraian di atas peneliti termotivasi untuk melakukan
penelitian terkait dengan analisis tingkat kesehatan bank karena, tingkat
kesehatan bank yang didalamnya terdiri dari faktor profil risiko (risk
profile), Islamic corporate governance, rentabilitas (earnings), dan
permodalan (capital) merupakan unsur yang sangat penting dalam
operasional perbankan syariah itu sendiri, rendahnya tingkat kesehatan
bank dapat mempengaruhi kinerja bank dan memberikan peluang
terjadinya kecurangan pada bank syariah. Selain itu, peneliti ingin
mengetahui apakah tingkat kesehatan suatu bank memiliki pengaruh
terhadap tindak kecurangan yang terjadi dalam bank tersebut. Berdasarkan
hal tersebut maka peneliti melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh
Tingkat Kesehatan Bank terhadap Fraud pada Bank Syariah di
Indonesia”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka perumusan masalah
yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Apakah Non-Performing Financing, Islamic Corporate
Governance, Rasio Efisiensi Kegiatan Operasional, dan Capital Adequacy
Ratio berpengaruh terhadap fraud pada bank syariah?
8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk
menguji secara empiris atas hal-hal sebagai berikut:
Pengaruh Non-Performing Financing, Islamic Corporate
Governance, Rasio Efisiensi Kegiatan Operasional , dan Capital
Adequacy terhadap fraud pada bank syariah.
2. Manfaat Penelitian
a. Kontribusi Teoritis
1. Penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan di bidang
audit, khususnya mengenai tingkat kesehatan bank terhadap
terjadinya fraud pada bank syariah.
2. Menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya yang akan meneliti
mengenai tingkat kesehatan bank terhadap terjadinya fraud pada
bank syariah.
3. Sebagai sarana untuk menambah wawasan di bidang audit,
terutama mengenai tingkat kesehatan bank terhadap terjadinya
fraud pada bank syariah sehingga diharapkan dapat bermanfaat
bagi penulis di masa yang akan datang.
b. Kontribusi Praktis
1. Bagi pemilik dan pegawai bank syariah, penelitian ini dapat
memberikan referensi sebagai upaya pencegahan terhadap
terjadinya fraud dalam bank syariah.
9
2. Bagi auditor, penelitian ini dapat memberikan wawasan dalam
upaya untuk memeriksa dan meneliti apakah terjadi dan terdapat
unsur kecurangan dalam bank syariah.
3. Bagi nasabah, penelitian ini dapat memberikan penilaian
kemungkinan terjadinya kecurangan dalam suatu bank syariah
yang akan memberikan referensi bagi nasabah dalam penggunaan
produk perbankan syariah.
4. Bagi regulator, dapat menjadi bahan pertimbangan dalam
pembuatan regulasi yang terkait dengan kecurangan pada bank
syariah.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1. Agency Theory
Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan teori agensi sebagai
hal dasar yang digunakan untuk memahami hubungan antara principle
dan agent. Dalam hal ini hubungan keagenan merupakan kontrak
antara satu orang atau lebih yang mempekerjakan orang lain untuk
memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang
pengambilan keputusan kepada agen tersebut.
Teori ini memaparkan bahwa terdapat pemisahan kepentingan
antara pemilik perusahaan yakni principal dengan pengelola
perusahaan (agent). Adanya pemisahan ini mengakibatkan munculnya
asimetri informasi, dimana agent memiliki akses atas informasi-
informasi perusahaan yang tidak dimiliki oleh principle. Menurut
Anugerah (2014), asimetri informasi muncul ketika agent lebih banyak
mengenal (mengetahui) informasi internal dan prospek masa yang
akan datang, dibandingkan pengetahuan tentang informasi yang di
kenal/diketahui oleh principal dan stakeholder lainnya.
Menurut Jensen dan Meckling (1976) berdasarkan asumsi sifat
dasar manusia, setiap manusia memiliki kecenderungan untuk
bertindak dengan mengutamakan kepentingan pribadinya. Perbedaan
kepentingan menyebabkan agen menyalahgunakan kewajibannya
11
dalam penyampaian informasi kepada prinsipal dengan cara
memberikan atau menahan informasi yang diminta prinsipal bila
menguntungkan bagi agen (Jensen and Meckling, 1976).
Teori Agensi dan fraud pada bank syariah memiliki kaitan dimana
kecurangan yang terjadi pada entitas syariah ini merupakan dampak
yang mungkin muncul akibat adanya agency problem, yakni asimeri
informasi, dimana informasi yang dimiliki oleh agen digunakan untuk
mengambil keuntungan bagi dirinya sendiri atau orang lain yang dapat
mengakibatkan kerugian bagi prinsipal maupun perusahaan.
Prinsip-prinsip Islam yang diterapkan oleh bank syariah tidak
menjamin bank syariah terbebas dari adanya kecurangan dalam
kegiatan operasionalnya. Fraud dapat saja terjadi di lingkungan
internal bank syariah tersebut. Hal lain yang dapat muncul ialah
adanya conflict interest antara agent dan principal yang dapat
menimbulkan tekanan bagi bank syariah itu sendiri untuk dapat
meningkatkan kinerja perusahaan sehingga memberikan citra yang
baik bagi prinsipal dengan tujuan untuk mendapatkan apresiasi atas
kinerja yang dicapai.
2. Fraud
Fraud dapat diartikan sebagai suatu kecurangan. Menurut the
Institute of Internal Auditor (2013) Fraud, yaitu:
“Any illegal act characterized by deceit, concealment, or violation
of trust. These acts are not dependent upon the threat of violence or
physical force. Frauds are perpetrated by parties and organizations to
12
obtain: money, property, or services; to avoid payment or loss of
services; or to secure personal or business advantage.”
Yang dapat diartikan sebagai perbuatan yang dicirikan dengan
pangelabuan atau pelanggaran kepercayaan untuk mendapatkan uang,
aset, jasa atau mencegah pembayaran atau kerugian atau untuk
menjamin keuntungan / manfaat pribadi dan bisnis. Perbuatan ini tidak
tergantung pada ancaman kekerasan oleh pelaku terhadap orang lain
(Priantara, 2013).
Selain itu menurut Black Law Dictionary (8th Ed), definisi fraud
yaitu:
“The intentional use of deceit, a trick or some dishonest means to
deprive another of his money, property or lega right, either as a cause
of action or as fatal element in the action it self”
Definisi tersebut dapat diterjemahkan sebagai suatu perbuatan
sengaja untuk menipu atau membohongi, suatu tipu daya atau cara-
cara yang tidak jujur untuk mengambil atau menghilangkan uang,
harta, hak yang sah milik orang lain baik karena suatu tindakan atau
dampak yang fatal dari tindakan itu sendiri (Priantara, 2013)
Selanjutnya, International Standards on Auditing (ISA) seksi 240
yang membahas tentang tanggung jawab auditor untuk
mempertimbangkan fraud, mendefinisikan fraud sebagai; “…tindakan
yang disengaja oleh anggota manajemen perusahaan, pihak yang
berperan dalam governance, karyawan atau pihak ketiga yang
melakukan pembohongan atau penipuan untuk memperoleh
keuntungan yang tidak tadil atau ilegal” (Anugerah, 2014).
13
Dalam Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/28/DPNP tentang
penerapan strategi anti fraud bagi bank umum dijelaskan bahwa fraud
adalah tindakan penyimpangan atau pembiaran yang sengaja dilakukan
untuk mengelabui, menipu, atau memanipulasi Bank, nasabah, atau
pihak lain, yang terjadi di lingkungan Bank dan/atau menggunakan
sarana Bank sehingga mengakibatkan Bank, nasabah, atau pihak lain
menderita kerugian dan/atau pelaku fraud memperoleh keuntungan
keuangan baik secara langsung maupun tidak langsung. Berdasarkan
definisi di atas, pengertian fraud adalah suatu tindakan illegal dalam
bentuk kecurangan atau penipuan secara sengaja, yang dilakukan
dengan mengelabui, menipu dan/atau memanipulasi untuk
memperoleh keuntungan pribadi atau kelompok yang berdampak pada
kerugian orang lain.
Organisasi internasional yang merupakan asosiasi akuntan forensik
di Amerika Serikat (Association of Certified Fraud Examiner,
disingkat ACFE) menggambarkan fraud dalam sebuah bentuk fraud
tree atau pohon kecurangan dan pohon ini menggambarkan cabang-
cabang dari fraud dalam hubungan kerja, beserta ranting dan anak
rantingnya (Tuanakotta, 2014). Berikut merupakan gambar fraud tree:
14
Gambar 2.1
Fraud Tree
Sumber: Association of Certified Fraud Examiners
15
Fraud tree terdiri dari tiga cabang utama, yakni corupption, asset
misappropriation, dan fraudulent statements
a. Corruption
Berdasarkan fraud tree, korupsi terdiri dari empat
komponen yakni, conflict of interest atau benturan kepentingan,
yang sering kita jumpai dalam berbagai bentuk diantaranya
bisnis pelat merah atau bisnis pejabat (penguasa) dan keluarga
serta kroni mereka yang menjadi pemasok atau rekanan
lembaga-lembaga pemerintah dan didunia bisnis sekalipun
(Tuanakotta, 2014: 196). Bribery atau penyuapan merupakan
hal yang sering dijumpai dalam kehidupan bisnis dan politik di
Indonesia untuk memuluskan rencana para elit pemegang
kepentingan tersebut. Iillegal gratuities adalah pemberian
hadiah yang merupakan bentuk terselubung dari penyuapan
kepada pihak yang berkaitan dalam suatu bisnis dan kegiatan
politik di Indonesia. Dan yang selanjutnya ialah, economic
extortion yang merupakan bentuk ancaman terhadap rekanan
dengan secara terselubung atau terbuka
b. Asset misappropriation
Asset misappropriation secara sederhana diartikan sebagai
bentuk penyalahgunaan/pencurian asset perusahaan atau pihak
lain, namun dalam istilah hukum diartikan, mengambil aset
secara ilegal (tidak sah, atau melawan hukum) yang dilakukan
16
seseorang yang diberi wewenang untuk mengelola atau
mengawasi aset tersebut, disebut menggelapkan (Tuanakotta,
2014:199).
Terdapat dua bentuk fraud dalam cabang asset
misappropriation, yaitu cash dan non-cash (ACFE, 2014).
Asset misappropriation dalam bentuk penjarahan cash atau
cash misappropriation dilakukan dalam tiga bentuk yaitu
skimming, larceny, dan fraudulent disbusrsement, sedangkan
dalam bentuk non-cash dilakukan dalam bentuk misuse dan
larceny (Tuanakotta, 2014). Pada cash misappropriation
tindakan fraud bisa dilakukan pada saat uang tersebut belum
masuk ke perusahaan (skimming). Selain itu, jika uang tersebut
sudah masuk, fraud yang bisa dilakukan ialah dengan mencuri
atau pencurian (larceny). Arus uang yang masuk sudah terekam
oleh sistem akuntansi perusahaan, maka penjarahan uang
melalui pengeluaran yang tidak sah disebut (fraudulent
disbursements) (Tuanakotta, 2014).
Dalam fraud fraudulent disbursements terdapat beberapa
tindakan yang melingkupi fraud tersebut diantaranya melalui
pembebanan tagihan atau pembuatan supplier fiktif (billing
schemes), melalui pembayaran gaji dengan membuat karyawan
fiktif (payroll schemes), atau bisa juga melalui pembayaran
kembali biaya-biaya yang sudah keluar (expense reimbursement
17
schemes). Selain itu ada juga yang melalui pemalsuan cek
untuk pembayaran (check tampering) dan penggelapan uang
pengembalian atau refund dari pelanggan (register
disbursement) (Tuanakotta, 2014).
Selanjutnya pada non-cash misappropriation tindakan yang
dapat terjadi adalah pencurian inventory (larceny) dan
penyalahgunaan jabatan menggunakan aset perusahaan untuk
kepentingan pribadi (misuse) (Tuanakotta, 2014).
c. Fraudulent statements
Fraud ini berupa salah saji (misstatement baik
overstatements maupun understatements) yang terdiri dari dua
ranting cabang yaitu financial dan non-financial. Pada financial
fraud tindakan yang terjadi dapat berupa penyajian aset atau
pendapatan yang lebih tinggi dari yang sebenarnya (Asset/
revenue overstatements) atau penyajian yang lebih rendah dari
yang sebenarnya (Asset/revenue understatements). Sedangkan
untuk non-finacial fraud tindakan yang terjadi dapat berupa
penyampaian laporan non-keuangan yang menyesatkan, laporan
yang lebih bagus dari yang sebenarnya atau pemalsuan atau
pemutarbalikan keadaan yang biasanya laporan tersebut
digunakan untuk keperluan intern maupun ekstern perusahaan
(Tuanakotta, 2014). Hal ini merupakan suatu tindakan yang
dilakukan oleh petinggi suatu entitas untuk menutupi kondisi
18
finansial yang sebenarnya dengan melakukan manipulasi dalam
penyajian laporan keuangannya untuk mendapatkan
keuntungan.
Misappropriation (penyalahgunaan aset) dan fradulent statement
(laporan yang dimanipulasi) merupakan bentuk fraud yang banyak
terjadi di perusahaan/organisasi swasta. Good corporate governance
merupakan tatakelola perusahaan yang dapat diandalkan untuk
mengurangi mencegah terjadinya dua jenis fraud tersebut (Anugerah,
2014)
Menurut Albrecht et.al, (2012), untuk mendeteksi fraud, manajer,
auditor, pegawai dan pemeriksa harus mempelajari indikator/tanda-
tanda atau red flags (symptons) dan mengejarnya (menindak
lanjutinya) sampai semua bukti terkumpul. Red flags sendiri
merupakan keadaan/kondisi yang tidak biasa atau janggal atau
berbeda dengan keadaan normal. Red flags merupakan indikator
(symptons) yang menunjukkan sesuatu yang tidak biasa telah terjadi
dan memerlukan penyidikan lebih lanjut. Namun red flags tersebut
tidak semestinya menunjukkan seseorang bersalah atau tidak, tetapi
merupakan tanda-tanda yang memperingatkan mungkin fraud telah
terjadi. Pemeriksa harus menemukan apakah tanda-tanda tersebut
merupakan hasil dari suatu tindakan fraud atau hal yang lain.
Keberadaan tanda-tanda fraud harusnya dapat disadari dan selanjutnya
19
menjadi indikator yang dapat ditindaklanjuti untuk menemukan dan
membuktikan adanya fraud.
Berikut pengelompokkan tanda-tanda terjadinya fraud menurut
Albrecht et.al, (2012):
a. Accounting anomalies. Terdapat tiga area utama tempat
terjadinya accounting anomalies yaitu penyimpangan dalam
sumber dokumentasi, kesalahan dalam jurnal dan ketimpangan
dalam buku besar.
b. Internal control weaknesses. Meliputi kelemahan pada
lingkungan pengendalian, sistem akuntansi, aktivitas
pengendalian dan prosedur. Misalnya tidak ada pemisahan
fungsi dan tanggung jawab yang jelas, kurangnya pengamanan
fisik aset, kurangnya otorisasi, kurangnya pencatatan dokumen
yang memadai serta sistem akuntansi yang tidak memadai.
c. Analytical anomalies, adalah prosedur-prosedur atau
hubunganhubungan, kejadian-kejadian yang tidak biasa dan
masuk akal, meliputi transaksi-transaksi atau kejadian yang
terjadi pada waktu dan tempat yang tidak biasa, yang
melibatkan orang-orang yang biasanya terlibat dalam transakasi
atau kejadian tersebut. Misalnya prosedur, kebijakan atau
praktik-praktik yang tidak biasa, kekurangan/kelebihan kas,
perubahan volume atau harga yang tidak masuk akal.
20
d. Extravagant lifestyle, adalah gaya hidup mewah. Perubahan
gaya hidup seseorang (pegawai atau pimpinan) yang
sebelumnya biasa-biasa saja, kemudian menjadi bergaya hidup
mewah dengan mobil baru, pergi ke luar negeri dan sebagainya,
merupakan pertanda/indikator yang perlu ditindaklanjuti
kemungkinan terjadinya fraud.
e. Unusual behavior, adalah perilaku yang tidak biasa. Penelitian
psikologi menunjukkan bahwa ketika seseorang melakukan
fraud (terutama untuk yang pertama kali) pelaku akan diliputi
rasa bersalah dan ketakutan dan akan menjadi stres. Seterusnya
si pelaku ini akan berkelakuan berbeda dari biasa, untuk
menutupi perasaan atau rasa stress tersebut.
f. Tips and complaints, meliputi informasi dan pengaduan-
pengaduan tentang kemungkinan terjadinya fraud (Najib, 2016)
Setiap lembaga keuangan baik yang konvensional maupun yang
syariah diwajibkan untuk menyusun dan menerapkan strategi anti
fraud dalam operasional entitas tersebut. Upaya ini didukung dengan
aturan yang berdasar hukum, salah satunya diatur dengan Surat
Edaran Bank Indonesia Nomor 13/28/DPNP Tanggal 9 Desember
2011 tentang Penerapan Strategi Anti Fraud bagi Bank Umum (Sula,
2014).
21
Strategi anti Fraud, sebagaimana yang terdapat dalam Surat Edaran
Bank Indonesia No. 13/28/DPNP yang dalam penerapannya berupa
sistem pengendalian Fraud, memiliki 4 (empat) pilar sebagai berikut:
a. Pencegahan
Pilar pencegahan merupakan bagian dari sistem
pengendalian fraud yang memuat langkah-langkah dalam
rangka mengurangi potensi risiko terjadinya fraud, yang paling
kurang mencakup anti Fraud awareness, identifikasi
kerawanan dan know your employee.
b. Deteksi
Pilar deteksi merupakan bagian dari sistem pengendalian
fraud yang memuat langkah-langkah dalam rangka
mengidentifikasi dan menemukan fraud dalam kegiatan usaha
Bank, yang mencakup paling kurang kebijakan dan mekanisme
whistleblowing, surprise audit dan surveillance system
c. Investigasi, Pelaporan dan Sanksi
Pilar investigasi, pelaporan dan sanksi merupakan bagian
dari sistem pengendalian fraud yang paling kurang memuat
langkah-langkah dalam rangka menggali informasi
(investigasi), sistem pelaporan dan pengenaan sanksi atas fraud
dalam kegiatan usaha Bank.
22
d. Pemantauan, Evaluasi dan Tindak Lanjut
Pilar pemantauan, evaluasi dan tindak lanjut merupakan
bagian dari sistem pengendalian fraud yang paling kurang
memuat langkah-langkah dalam rangka memantau dan
mengevaluasi fraud, serta mekanisme tindak lanjut.
Penelitian yang dilakukan oleh Sula (2014) menjelaskan bahwa
kecenderungan kecurangan yang umumnya ditemukan pada praktik
operasional entitas keuangan syariah adalah penggunaan metode
accrual basis dalam hal pengakuan dan penyusunan laporan keuangan.
Menurut Gumanti dan Ary (2003) dalam Sula (2014), penerapan
prinsip accrual basis dalam pencatatan akuntansi, menyebabkan
peluang terjadinya abused pada laporan keuangan. Penyalahgunaan ini
biasanya mengarah pada upaya earnings management sebuah entitas.
Manajemen laba, apapun alasannya dapat mengarah pada penyajian
laporan keuangan yang tidak benar (miss leading) dan akhirnya akan
mempengaruhi alokasi sumber-sumber yang ada.
Studi yang dilakukan oleh Maharani (2008) dalam Sula (2014),
berfokus pada permasalahan agency problem pada kontrak
mudharabah, dimana dalam pembiayaan ini kepercayaan dan
transparansi dari kedua belah pihak yang bermuamalah mutlak
diperlukan agar hubungan keagenan yang tercipta tidak menimbulkan
perilaku fraud. Dijelaskan dalam penelitian ini bahwa beberapa agency
problem yang ditemui dalam mudharabah antara lain adanya konflik
23
kepentingan, dimana mudharib bertindak mengabaikan hubungan
kontraktual dan mendorong untuk bertindak tidak berdasarkan
kepentingan shahibul-maal.
3. Tingkat Kesehatan Bank Syariah
Kesehatan keuangan bank dapat diartikan sebagai kemampuan
suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara
normal seperti kemampuan menghimpun dana dari masyarakat, dari
lembaga lain, dan dari modal sendiri, kemampuan mengelola dana,
kemampuan untuk menyalurkan dana ke masyarakat, karyawan,
pemilik modal, dan pihak lain, pemenuhan peraturan perbankan yang
berlaku dan mampu memenuhi semua kewajiban dengan baik dengan
cara-cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku
(Triandaru, 2006).
Penilaian tingkat kesehatan bank juga dapat diartikan sebagai hasil
penilaian kuantitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap
kondisi bank tersebut (Ade, 2004). Bank yang dapat menjalankan
fungsi-fungsinya dengan baik, yang dapat menjaga dan memelihara
kepercayaan masyarakat, dapat menjalankan fungsi intermediasi
pemerintah dalam melaksankan berbagai kebijakan, terutama
kebijakan moneter merupakan tingakat kesehatan bank (Veithzal,
2007).
Penilaian kesehatan bank, disamping untuk konvensional, juga
dilakukan untuk bank syariah baik bank umum syariah atau bank
24
perkreditan syariah. Hal ini dilakukan sesuai dengan perkembangan
metodelogi penelitian kondisi bank yang bersifat dinamis yang
mendorong pengaturan kembali sistem penilaian tingkat kesehatan
bank berdasarkan prinsip syariah (Kasmir, 2011).
Berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
8/POJK.03/2014 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum
Syariah dan Unit Usaha Syariah, tingkat kesehatan bank adalah hasil
penilaian kondisi bank yang dilakukan berdasarkan risiko termasuk
risiko terkait penerapan prinsip syariah dan kinerja bank atau disebut
dengan Risk-based Bank Rating.
Tingkat kesehatan bank di Indonesia yang diatur dalam Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan Nomor 8/POJK.03/2014 mewajibkan bank
umum syariah melakukan penilaian tingkat kesehatan bank baik secara
individual maupun secara konsolidasi dengan cakupan penialaian
terhadap faktor-faktor profil risiko (risk profile), good corporate
governance, rentabilitas (earnings), dan permodalan (capital).
1. Penilaian terhadap faktor profil risiko merupakan penilaian
terhadap Risiko inheren dan kualitas penerapan Manajemen Risiko
dalam aktivitas operasional Bank yang dilakukan terhadap sepuluh
risiko, yaitu Risiko Kredit, Risiko Pasar, Risiko Likuiditas, Risiko
Operasional, Risiko Hukum, Risiko Stratejik, Risiko Kepatuhan,
Risiko Reputasi, Risiko Imbal Hasil, dan Risiko Investasi.
25
2. Penilaian faktor Good Corporate Governance bagi Bank Umum
Syariah merupakan penilaian terhadap kualitas manajemen bank
atas pelaksanaan lima prinsip Good Corporate Governance yaitu
transparansi, akuntabilitas, pertanggungjawaban, profesional, dan
kewajaran.
3. Penilaian terhadap faktor rentabilitas meliputi penilaian terhadap
kinerja rentabilitas, sumber-sumber rentabilitas, dan stabilitas
rentabilitas (sustainability earnings) Bank Umum Syariah.
4. Penilaian terhadap faktor permodalan meliputi penilaian terhadap
tingkat kecukupan permodalan dan pengelolaan permodalan Bank
Umum Syariah.
Penelitian ini menggunakan empat aspek penilaian kesehatan bank
umum syariah, yakni profil risiko yang dihitung menggunakan rasio
NPF (Triwahyuningtyas, 2014) (Astutik, 2015) (Kumalasari, 2016),
Islamic corporate governance yang diukur menggunakan nilai
komposit (Laela, 2012) (Asrori, 2014) (Najib, 2016), earning yang
diukur menggunakan rasio efisiensi kegiatan operasional (Falikhatun,
2012) (Astutik, 2015) (Hasanah, 2015), serta capital yang diukur
menggunakan rasio CAR (Widyaningrum, 2014) (Tutsaadiyah, 2015)
(Yacheva, 2016)
a. Non-Performing Financing (NPF)
Non-Performing Financing (NPF) adalah pembiayaan-
pembiayaan yang kategori kolektabilitasnya masuk dalam kriteria
26
pembiayaan kurang lancar, pembiayaan diragukan, dan
pembiayaan macet (Dendawijaya, 2005)
Cakupan komponen dan kolektibilitas pembiayaan
berpedoman pada ketentuan Bank Indonesia tentang Penilaian
Kualitas Aktiva Bank Umum Yang Melaksanakan Kegiatan
Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah yang berlaku. Dimana yang
dihitung disini mencakup kolektibilitas kurang lancar, diragukan
dan macet (Setiawan, 2009).
Pembiayaan non performing merupakan kredit yang telah
disalurkan namun kurang lancar, diragukan dan macet atau
kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah
dapat ditunjukkan oleh rasio NPF, dimana semakin tinggi NPF
akan semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan
jumlah kredit bermasalah semakin besar sehingga dapat
mengakibatkan kebangkrutan. Bank Indonesia telah menetapkan
ketentuan NPF sebesar 5% apabila bank mampu menekan rasio
NPF dibawah 5% maka potensi keuntungan yang akan diperoleh
akan semakin besar (Adityantoro, 2013). NPF dapat dirumuskan
sebagai berikut:
NPF =
b. Islamic Corporrate Governance
Munculnya isu-isu kelemahan tata kelola perusahaan yang
mengancam kelangsungan usaha serta kredibilitas bank syariah
27
sebagai lembaga keuangan Islami, mendorong para pakar
ekonomi dan keuangan Islam mengembangkan tata kelola
perusahaan bank syariah yang lebih Islami, dalam beberapa
literatur dikenal dengan istilah Islamic Corporate Governance
(ICG) (Lewis, 2005, Hasan, 2008; Abu Tapanjeh, 2009; Bhatti
dan Bhatti, 2010, dalam Asrori, 2014).
Bhatti dan Bhatti (2010) mendefinisikan tata kelola
perusahaan secara islami sebagai berikut:
“Islamic Corporate Governance seeks to devise ways in
which economic agents, the legal system, and corporate
governance can be directed by moral and social values based on
Shariah laws. Its supporters believe that all economic, corporate,
and business activities should be based on an ethoreligious
paradigm, with the sole aim being the welfare of individuals and
society as a whole. In many ways, ICG pursues the same
objectives as conventional Corporate Governance, but within the
religiousbased moral codes of Islam.”
Definisi tersebut dapat diterjemahkan sebagai tata kelola
secara Islam (ICG) berupaya untuk menemukan cara di mana
ekonomi, sistem hukum, dan tata kelola perusahaan dapat
diarahkan oleh nilai-nilai moral dan sosial dengan dasar hukum
syariah. Pendukungnya percaya bahwa hal-hal ekonomi,
perusahaan, dan kegiatan bisnis harus berdasarkan paradigma
ethareligiuos, dengan tujuan untuk mensejahterakan individu dan
masyarakat secara keseluruhan. ICG memiliki tujuan yang sama
dengan tata kelola perusahaan konvensional, akan tetapi ICG
berada dalam kode moral yang berbasis agama Islam.
28
Tata kelola perusahaan pada dasarnya merupakan suatu
sistem yang meliputi input, proses dan output dan seperangkat
peraturan yang mengatur hubungan antara stakeholder terutama
dalam arti sempit hubungan antara pemegang saham, dewan
komisaris dan dewan direksi demi tercapainya tujuan perusahaan.
Tata kelola perusahaan dimaksudkan untuk mengatur hubungan-
hubungan tersebut dan mencegah terjadinya penyimpangan dalam
menerapkan strategi perusahaan dan untuk memastikan bahwa
apabila terjadi kesalahan-kesalahan maka akan dapat diperbaiki
dengan segera (Faozan, 2013).
Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) (2012)
mengungkapkan 5 prinsip dalam pelaksanaan good corporate
governance, yaitu:
1) Transparansi
Transparansi (transparency) mengandung unsur
pengungkapan (disclosure) dan penyediaan informasi secara
tepat waktu, memadai, jelas, akurat, dan dapat
diperbandingkan serta mudah diakses oleh pemangku
kepentingan dan masyarakat. Transparansi diperlukan agar
bank menjalankan bisnis secara objektif, profesional, dan
melindungi kepentingan konsumen.
29
2) Akuntabilitas
Akuntabilitas (accountability) mengandung unsur kejelasan
fungsi dalam organisasi dan cara mempertanggung
jawabkannya. Bank sebagai lembaga dan pejabat yang
memiliki kewenangan harus dapat mempertanggungjawabkan
kinerjanya secara transparan dan akuntabel. Untuk itu bank
harus dikelola secara sehat, terukur dan professional dengan
memperhatikan kepentingan pemegang saham, nasabah, dan
pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan
prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang
berkesinambungan.
3) Responsibilitas
Responsibilitas mengandung unsur kepatuhan terhadap
peraturan perundang‐undangan dan ketentuan internal bank
serta tanggung jawab bank terhadap masyarakat dan
lingkungan. Responsibilitas diperlukan agar dapat menjamin
terpeliharanya kesinambungan usaha dalam jangka panjang
dan mendapat pengakuan sebagai warga korporasi yang baik
atau dikenal dengan good corporate citizen.
4) Independensi
Independensi mengandung unsur kemandirian dari
dominasi pihak lain dan objektifitas dalam melaksanakan
tugas dan kewajibannya. Dalam hubungan dengan asas
30
independensi (independency), Bank harus dikelola secara
independen agar masing‐masing organ Perusahaan beserta
seluruh jajaran dibawahnya tidak boleh saling mendominasi
dan tidak dapat diintervensi oleh pihak manapun yang dapat
mempengaruhi obyektivitas dan profesionalisme dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.
5) Kewajaran dan kesetaraan (fairness)
Kewajaran dan kesetaraan (fairness) mengandung unsur
perlakuan yang adil dan kesempatan yang sama sesuai
dengan proporsinya. Dalam melaksanakan kegiatannya, bank
harus senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang
saham, konsumen dan pemangku kepentingan lainnya
berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan dari
masing‐masing pihak yang bersangkutan.
Kelima prinsip-prinsip pokok GCG di atas sesuai dengan
norma dan nilai Islami dalam aktivitas dan kehidupan seorang
muslim. Islam sangat intens mengajarkan diterapkannya prinsip
'adalah (keadilan), tawazun (keseimbangan), mas'uliyah
(akuntabilitas), akhlaq (moral), shiddiq (kejujuran), amanah
(pemenuhan kepercayaan), fathanah (kecerdasan), tabligh
(transparansi, keterbukaan), hurriyah (independensi dan kebebasan
yang bertanggung jawab), ihsan (profesional), wasathan
(kewajaran), ghirah (militansi syariah, militansi syari'ah, idarah
31
(pengelolaan), khilafah (kepemimpinan), aqidah (keimanan),
ijabiyah (berfikir positif), raqabah (pengawasan), qira'ah dan
ishlah (organisasi yang terus belajar dan selalu melakukan
perbaikan) (El Junusi, 2012).
Bank Umum Syariah diwajibkan secara berkala
melakukan penilaian sendiri (self assessment) secara komprehensif
terhadap pelaksanaan tata kelola perusahaan secara Islami.
Berdasarkan surat edaran OJK Nomor 10/SEOJK.03/2014 tentang
penilaian tingkat kesehatan bank umum syariah dan unit usaha
syariah didalamnya menjelaskan mengenai self assessment bagi
BUS meliputi 11 (sebelas) faktor penilaian pelaksanaan tata kelola
perusahaan sebagai berikut:
a) Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris
b) Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi
c) Kelengkapan dan pelaksanaan tugas Komite
d) Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas
Syariah
e) Pelaksanaan prinsip syariah dalam kegiatan penghimpunan
dana dan penyaluran dana serta pelayanan jasa
f) Penanganan benturan kepentingan
g) Penerapan fungsi kepatuhan
h) Penerapan fungsi audit intern
i) Penerapan fungsi audit ekstern
32
j) Batas Maksimum Penyaluran Dana (BMPD); dan
k) Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan BUS,
laporan pelaksanaan Good Corporate Governance serta
pelaporan internal.
c. Rasio Efisiensi Kegiatan Operasional (REO)
Rasio Efisiensi Kegiatan Operasional digunakan untuk
mengukur efisiensi kegiatan operasional bank syariah. REO
didapatkan dengan membagi biaya operasional dengan pendapatan
operasional. Data biaya operasional yang digunakan adalah beban
operasional termasuk kekurangan PPAP. Sedangkan data
pendapatan operasional yang digunakan adalah data pendapatan
operasional setelah distribusi bagi hasil (Setiawan, 2009)
Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan
kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya.
Mengingat kegiatan utama bank pada prinsipnya adalah bertindak
sebagai perantara, yaitu penghimpun dan menyalurkan dana
(misalnya dana masyarakat, maka biaya dan pendapatan
operasional bank didominasi oleh biaya bunga dan hasil bunga)
(Dendawijaya, 2008).
Rasio efisiensi kegiatan operasional dapat dirumuskan
sebagai berikut:
REO =
33
d. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Menurut Dendawijaya (2005) CAR merupakan indikator
terhadap kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya
sebagai akibat dari kerugian-kerugian bank yang disebabkan oleh
aktiva yang beresiko.
Faktor permodalan (Capital) dapat dinilai dengan
menggunakan rasio keuangan yakni Capital Adequecy Ratio
(CAR). Penilaian terhadap faktor permodalan meliputi kecukupan
modal dan pengelolaan modal tersebut dibandingkan dengan
jumlah aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR). Berdasarkan SE
BI No. 26/2/BPPP mengatur bahwa rasio kecukupan modal
minimum atau CAR dari persentase tertentu terhadap ATMR
adalah sebesar 8% (Widyaningrum, 2014).
CAR dapat dirumuskan sebagai berikut:
CAR =
B. Hasil Penelitian Terdahulu
Tabel berikut merupakan penelitian-penelitian yang menjadi
sumber referensi dalam penelitian ini.
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
NO
Peneliti
(Tahun)
Judul
Metode Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
1. Haifa Najib dan Rini
(2016)
Analisis Faktor yang
mempengaruhi Fraud di
Bank Syariah
1. Menggunakan variabel
dependen yang sama,
yakni fraud pada ank
syariah
1. Penelitian terdahulu
menggunakan shariah
compliance dan Islamic
coroporate governance
sebagai variabel
independen, sedangkan
variabel independen pada
penelitian ini menggunakan
tingkat kesehatan bank
Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa variabel
shariah compliance dengan proksi
Profit Sharing Ratio memiliki
pengaruh negatif terhadap fraud
padabank syariah sedangkan
Islamic Income Ratio, Islamic
Investment Ratio dan Islamic
corporate governance tidak
memiliki pengaruh terhadap fraud
pada bank syariah
2. Nora Yacheva,
Muhammad Saifi, dan
Zahroh Z.A
(2016)
Analisis tingkat kesehatan
bank dengan metode
RBBR (risk-based bank
rating) (Studi pada Bank
Umum Swasta Nasional
Devisa yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia
periode 2012-2014)
1. Menggunakan variabel
penelitian yang sama,
yakni tingkat kesehatan
bank.
1. Objek penelitian terdahulu
menggunakan Bank Umum
Swasta Nasional Devisa
yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia, sedangkan
penelitian ini menggunakan
bank umum syariah.
2. Penelitian terdahulu tidak
menggunakan faktor GCG
untuk melihat tingkat
kesehatan bank.
Tingkat kesehatan BUSN Devisa
tahun 2012-2014 berdasarkan
rasio NPL, LDR, ROA, NIM dan
CAR menunjukkan bahwa seluruh
bank dapat dikategorikan sangat
sehat meskipun ada beberapa bank
yang juga dapat dikategorikan
sehat.
Bersambung pada halaman selanjutnya
Tabel 2.1
(Lanjutan)
Bersambung pada halaman selanjutnya
NO
Peneliti
(Tahun)
Judul
Metode Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
3. Mohammad In’airat
(2015)
The Role of
Corporate
Governance in
Fraud Reduction - A
Preception in the
Saudi Arabia
Business
Environment
1. Menguji pengaruh
corporate governance
terhadap fraud.
2. Menggunakan metode
analisis yang sama yaitu
regresi
1. Penelitian terdahulu
menggunakan data primer,
sedangkan pada penelitian ini
menggunakan data sekunder.
2. Objek pada penelitian
terdahulu berupa 40
perusahaan yang listed di
Saudi Security Market,
sedangkan objek pada
penelitian sekarang ialah
Bank Umum Syariah yang
ada di Indonesia
Dari ketiga komponen tata kelola
perusahaan, audit internal dianggap
sebagai yang paling signifikan
dalam
mengurangi tingkat penipuan.
Investigasi terhadap komponen
dimensi menunjukkan bahwa
efektivitas adalah dimensi yang
paling signifikan dalam mengurangi
tingkat penipuan. Penelitian ini
memperoleh kesimpulan bahwa
keberadaan dan penerapan GCG
tidak cukup untuk mengurangi
tingkat fraud
4. Dini Halimah Tutsaadiyah
(2015)
Analisis Tingkat Kesehatan
Bank Syariah di Indonesia
pada saat krisis keuangan
global dan setelah krisis
keuangan global (2008-
2013)
1. Menggunakan variabel
penelitian yang sama
yaitu, tingkat kesehatan
bank
1. Penelitian sebelumnya
melakukan perbandingan
objek penelitian sebelum dan
setelah krisis keuangan
global, periode penelitian
tahun 2008-2013, sedangkan
penelitian ini tidak
melakukan analisis
perbandingan dan masa
periode penelitian yakni
tahun 2013-2015
Hasil penelitian yang dilakukan
peneliti menunjukkan bahwa tingkat
kesehatan bank syariah, yaitu Bank
Syariah Mandiri, bank Muamalat
Indonesia, Bank Mega Syariah, dan
Bank Bukopin Syariah
menunjukkan tidak ada perbedaan
tingkat kesehatan bank-bank
tersebut ketika krisis keuangan
global dan setelah krisis keuangan
global
Tabel 2.1
(Lanjutan)
Bersambung pada halaman selanjutnya
NO
Peneliti
(Tahun)
Judul
Metode Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
5. R. Abdul Rahman
(2014)
Types of Fraud among
Islamic Banks in Malaysia
1. Menggunakan variabel
penelitian yang sama,
yakni fraud dalam
penelitian
1. Penelitian terdahulu
menggunakan data primer,
sedangkan pada penelitian ini
menggunakan data sekunder.
2. Objek pada penelitian
terdahulu dipilih
menggunakan simple
random sampling dari
masing-masing pegawai
yang terdapat pada Internal
Audit Department, Risk
Management Department
dan Compliance Department
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
fraudulent financial statement
merupakan jenis kecurangan yang
sering terjadi di bank syariah diikuti
dengan adanya kecurangan kartu
kredit.
6. Aldira Maradita
(2014)
Karakteristik good
corporate governance pada
bank syariah dan bank
konvensional
1. Menggunakan variabel
penelitian yang sama,
yakni good corporate
governance.
1. Penelitian terdahulu
melakukan perbandingan
antara bank umum syariah
dengan bank konvensional
sedangkan penelitian ini
hanya menggunakan bank
umum syariah sebagai objek
penelitian.
Konsep GCG antara Bank
Konvensional dengan bank syariah
pada dasarnya adalah sama, namun
yang menjadi pembeda diantara
keduanya ialah adanya syariah
compliance yaitu kepatuhan pada
syariah, kemudian DPS yang bertugas
meneliti dan membuat rekomendasi
produk baru dari bank yang
diawasinya serta melakukan
pengawasan terhadap bank syariah
Tabel 2.1
(Lanjutan)
Bersambung pada halaman selanjutnya
NO
Peneliti
(Tahun)
Judul
Metode Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
7. Puji Astutik
(2015)
Pengaruh tingkat
kesehatan bank menurut
Risk Based Bank Rating
terhadap kinerja keuangan
(Studi pada Bank Umum
Syariah di Indonesia)
1. Menggunakan
variabel independen
yang sama, yakni
tingkat kesehatan
bank.
2. Objek penelitian yang
digunakan ialah Bank
Umum Syariah
1. Penelitian terdahulu
menggunakan kinerja
keuangan sebagai variabel
dependen, sedangkan
penelitian ini
menggunakan fraud
sebagai variabel dependen
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa melalui uji F NPF, FDR,
GCG, BOPO, NOM dan CAR
berpengaruh terhadap kinerja
keuangan (ROA) sebesar 60,8%.
Sedangkan melalui uji t hanya
variabel FDR dan NOM yang
berpengaruh positif signifikan
terhadap kinerja keuangan (ROA).
Dari kedua variabel tersebut FDR
adalah variabel yang paling
dominan mempengaruhi ROA
8. Rita Anugerah
(2014)
Peranan Good
Corporate
Governance dalam
Pencegahan Fraud
1. Melakukan penelitian
mengenai pengaruh
corporate governance
terhadap fraud
1. Penelitian terdahulu
membahas corporate
governance terhadap fraud
pada lembaga
konvensional sedangkan
penelitian ini membahas
mengenai corporate
governance terhadap fraud
pada bank syariah.
Pengimplementasian mekanisme
internal dan eksternal Corporate
Governance dengan
memperhatikan
dan menjalankan semua prinsip
dan
fungsi dapat mengurangi
terjadinya
fraud.
Tabel 2.1
(Lanjutan)
NO
Peneliti
(Tahun)
Judul
Metode Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
9. Falikhatun dan
Yasmin Umar
Assegaf (2012)
Bank Syariah di
Indonesia: Ketaatan
pada Prinsip Syariah
dan Kesehatan
Finansial
1. Menggunakan variabel
yang sama, yakni
tingkat kesehatan bank
2. Objek penelitian yang
digunakan ialah Bank
Umum Syariah
1. Penelitian terdahulu
menggunakan kesehatan
finansial sebagai variabel
dependen, sedangkan pada
penelitian ini menggunakan
fraud pada bank syariah
sebagai variabel dependen
2. Periode penelitian terdahulu
tahun 2007-2011 sedangkan
pada penelitian ini tahun
2013-2015.
Kepatuhan syariah memiliki
pengaruh positif signifikasn
terhadap kesehatan keuangan Bank
Syariah.
10. Riccardo Tiscini dan
Francesca di Donato
(2006)
The relation between
accounting frauds and
corporate governance
systems: an anaysis of
recent scandals
1. Menggunakan variabel
peneitian yang sama,
yaitu fraud dan
corporate governance
1. Penelitian terdahulu
melakukan pengujian
empiris terhadap kasus
kecuarangan yang terjadi
dalam skala internasional
yang dipilih dari beberapa
negara berbeda, sedangkan
penelitian ini menggunakan
objek penelitian yakni bank
syariah yang ada di
Indonesia
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa adanya perbedaan antara
“kekuasaan yang lebih” dalam
kecurangan akuntansi dan”tekanan
kinerja” yang secara intuitif
dihipotesiskan, dan tata kelola
perusahaan mempengaruhi
tindakan kecurangan.
39
C. Kerangka Pemikiran
D. Prinsip-prinsip Islam sebagai
dasar aktivitas operasional bank
syariah memungkinkan tidak
terdapat fraud dalam BUS
Beberapa kasus fraud yang
terjadi pada Bank Umum
Syariah di Indonesia
Basis Teori:
Agency Theory
Variabel Independen Variabel Dependen
Metode Analisis: Regresi Linear Berganda
Kesimpulan dan Saran
Non-Performing Financing (X1)
Fraud
Islamic Corporate Governance
(X2)
Fraud yang terjadi pada Bank
Syariah mungkin dipengaruhi
oleh tingkat kesehatan bank
Rasio Efisiensi Kegiatan
Operasional (X3)
Capital Adequacy Ratio (X4)
40
D. Perumusan Hipotesis
1. Pengaruh Non-Performing Financing (NPF) terhadap Fraud
Non-Performing Financing (NPF) merupakan rasio
keuangan yang bekaitan dengan risiko kredit yang menunjukan
kemampuan manajemen bank dalam mengelola pembiayaan
bermasalah yang diberikan oleh bank. Semakin tinggi rasio ini
maka akan semakin buruk kualitas kredit bank yang
menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar dan
kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin
besar. Kredit dalam hal ini adalah kredit yang diberikan kepada
pihak ketiga tidak termasuk kredit kepada bank lain. Kredit
bermasalah tersebut ialah kredit dengan kualitas kurang lancar,
diragukan, dan macet (Almilia, 2005).
Jenis kecurangan yang sering terjadi di bank syariah adalah
kecurangan dalam kartu kredit (Rahman, 2014). Sebagai entitas
yang memiliki karakter khusus, bisnis keuangan syariah
memiliki risiko yang tinggi dalam pengelolaannya, sehingga
dibutuhkan prinsip kehati-hatian para pelakunya dalam aspek
kepatuhan syariah sebagai upaya pencegahan kemungkinan
resiko terjadinya fraud (Sula, 2014).
Penelitian sebelumnya meneliti mengenai pengaruh Non-
Performing Financing terhadap kinerja bank syariah, seperti
41
yang dilakukan oleh Astutik (2015) yang menyatakan bahwa
bank syariah masih dapat beroperasi dengan baik melaui rata-
rata NPF yang berada di bawah batas maksimum ketentuan
Bank Indonesia tanpa mengganggu tingkat return yang diterima.
Triwahyuningtyas (2014) melakukan penelitian mengenai
analisis kinerja keuangan bank umum syariah dan factor-faktor
yang mempengaruhinya memiliki hasil bahwa bank syariah di
Indonesia menunjukkan kondisi yang sehat dengan NPF
dibawah 6%.
Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat dikatakan bahwa
semakin rendah NPF bank syariah menunjukkan kinerja
keuangan yang baik dari bank tersebut, kinerja keuangan yang
baik diharapkan tidak terdapat fraud didalamnya. Sehingga
hipotesis disusun sebagai berikut:
H1 Non-Performing Financing berpengaruh terhadap fraud
pada Bank Syariah
2. Pengaruh Islamic Corporate Governance terhadap Fraud
Pengoperasian bank syariah tidak terlepas dengan tuntutan
pelaksanaan tata kelola perusahaan yang baik. Tuntutan atas tata
kelola ini diakibatkan oleh krisis yang terjadi di sektor
perbankan yang umumnya didominasi oleh perbankan
konvensional pada tahun 1997 yang terus berlangsung hingga
tahun 2000. Krisis Perbankan yang melanda Indonesia tersebut
42
bukan sebagai akibat merosotnya nilai tukar rupiah, melainkan
karena belum berjalannya praktik Good Corporate Governance
di kalangan perbankan (Maradita, 2014).
Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti mengenai tata
kelola perusahaan pada bank syariah, seperti yang dilakukan
oleh Anugerah (2014) mengenai peranan GCG dalam
pencegahan fraud, menunjukkan hasil bahwa
pengimplementasian mekanisme internal dan eksternal
Corporate Governance dengan memperhatikan dan menjalankan
semua prinsip dan fungsi dapat mengurangi terjadinya fraud.
Kemudian penelitian yang dilalukan Asrori (2014) yang meneliti
tentang implementasi Islamic corporate governance dan
implikasinya terhadap kinerja bank syariah, yang menunjukkan
hasil Islamic corporate governance berpengaruh terhadap
kinerja bank syariah. Selanjutnya, El Junusi (2012) meneliti
mengenai implementasi sharia governance dan implikasinya
terhadap reputasi dan kepercayaan bank syariah, yang
menunjukkan hasil bahwa pengimplementasian sharia
governance berpengaruh terhadap reputasi dan kepercayaan
nasabah..
Fraud telah menyebabkan runtuhnya perusahaan kelas
dunia seperti WorldCom. Inc dan Enron. Inc di USA pada awal
tahun 2000an, dan menurut penelitian terdahulu hal ini
43
disebabkan karena tidak berjalannya mekanisme tata kelola
perusahaan (Anugerah, 2014).
Menurut Anugerah (2014) komite audit sebagai
perpanjangan tangan komisaris merupakan elemen tata kelola
perusahaan yang dapat mencegah terjadinya fraud dengan
melakukan fungsi pengawasan (Oversight functions) terhadap
berjalannya system pengendalian internal perusahaan tersebut.
Penelitian yang dilakukan oleh Najib (2016) yang meneliti
mengenai pengaruh Islamic corporate governance terhadap
fraud pada bank syariah menyatakan bahwa tata kelola
perusahaan secara Islam pada bank syariah pada saat ini belum
efektif berpengaruh terhadap terjadinya kecurangan, sehingga
perlu dilakukan perbaikan secara terus menerus atas pelaksanaan
tata kelola perusahaan agar sesuai dengan prinsip-prinsip Islam
serta efektif untuk diterapkan.
Berdasarkan teori dan penelitian sebelumnya mengenai tata
kelola perusahaan dan pengaruhnya terhadap fraud dapat
dikatakan bahwa semakin baik penerapan tata kelola perusahaan
maka diharapkan jumlah fraud yang terjadi pada bank syariah
semakin sedikit. Penerapan tata kelola perusahaan yang baik
pada bank syariah dapat dilihat dari hasil self assessment yang
dilakukan bank syariah sesuai dengan tata cara yang dijelaskan
dalam Surat Edaran BI No. 12/13/DPbS tentang pelaksanaan
44
tata kelola perusahaan bagi Bank Umum Syariah dan Unit
Usaha Syariah. Surat Edaran BI tersebut menjelaskan penilaian
atas penerapan tata kelola perusahaan di lihat dari nilai komposit
hasil self assessment, yang mana semakin kecil nilai komposit
yang dihasilkan maka semakin baik penerapan tata kelola pada
bank syariah tersebut. Maka dapat disimpulkan bahwa semakin
kecil nilai komposit hasil self assessment tersebut diharapkan
fraud yang terjadi semakin rendah. Sehingga hipotesis penelitian
yang disusun adalah sebagai berikut:
H2 Islamic Corporate Governance berpengaruh terhadap
fraud pada Bank Syariah.
3. Pengaruh Rasio Efisiensi Kegiatan Operasional terhadap Fraud
Rasio Efisiensi Kegiatan Operasional yang diukur dengan
BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional)
merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat
efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan
operasinya (Dendawijaya, 2003). BOPO yang kecil
menunjukkan bahwa biaya operasional bank lebih kecil dari
pendapatan operasionalnya sehingga hal tersebut menunjukkan
bahwa manajemen bank sangat efisien dalam menjalankan
aktivitas operasionalnya (Habbe, 2012).
Risda (2016) dalam penelitiannya menyatakan bahwa
penurunan rasio BOPO menunjukkan tingkat efisiensi dan
45
kemampuan bank dalam menjalankan operasionalnya semakin
baik. Hal ini dikarenakan biaya yang dikeluarkan oleh bank
mampu mendapatkan penghasilan yang lebih banyak. Bank
berada pada posisi aman jika BOPO berada pada posisi kurang
dari 95%.
Tujuan didirikannya perusahaan adalah untuk memperoleh
laba dan menciptakan nilai yang berkelanjutan kepada
pemegang saham. Untuk itu manajemen perusahaan akan
berusaha dengan sekuat tenaga memaksimumkan pendapatan,
atau meminimumkan biaya agar dapat memberikan dan
melaporkan kinerja yang baik kepada pemegangan saham
(Anugerah, 2014). Manajemen cenderung melakukan fraud
dengan tujuan meningkatkan outlook perusahaan yang baik
akibat adanya tuntutan dan kestabilan keuangan perusahaan
(Junita, 2016).
Pelaksanaan fungsi pengawasan dan pemantauan yang
efektif oleh komite audit, akan membantu perusahaan/organisasi
dalam mencegah fraud kalau komite audit dapat menjalankan
tanggung jawabnya dengan baik (Anugerah, 2014).
Berdasarkan pemaparan teori dan penelitian sebelumnya,
dapat dikatakan bahwa semakin rendah Rasio Efisiensi Kegiatan
Operasional bank syariah menunjukkan kinerja keuangan yang
baik dari bank syariah tersebut, kinerja keuangan yang baik dari
46
suatu bank diharapkan tidak terdapat fraud didalamnya.
Sehingga hipotesis disusun sebagai berikut:
H3 Rasio Efisiensi Kegiatan Operasional berpengaruh
terhadap fraud pada Bank Syariah.
4. Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Fraud
Capital Adequacy Ratio merupakan rasio untuk mengukur
tingkat kecukupan modal, yang memperlihatkan seberapa jauh
seluruh aktiva yang mengandung resiko (pembiayaan,
penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai
dari dana modal sendiri bank, disamping memperoleh dana dari
sumber-sumber diluar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman
(utang) dan lain-lain (Dendawijaya, 2005). Bank syariah yang
memiliki rasio CAR yang tinggi menyebabkan semakin baik
posisi modalnya, modal yang baik akan menambah kepercayaan
masyarakat terhadap bank, dan modal yang besar
memungkinkan bank untuk menciptakan pembiayaan yang lebih
besar pula sehingga akan meningkatkan laba (Sebatiningrum,
2006).
Penelitian yang dilakuakan oleh Tutsaadiyah (2015) yang
menguji tingkat kesehatan BUS pada saat krisis keuangan global
dan setelah krisis menunjukkan hasil bahwa nilai CAR dari
bank syariah sehat dalam hal permodalan saat krisis dan setelah
krisis keuangan global, hal ini berarti bank tersebut mampu
47
menyerap kerugian dan mengelola kecukupan modal dengan
baik. Selain itu, terdapat penelitian yang dilakukan oleh Hardian
(2015) yang menguji pengaruh tingkat kesehatan terhadap
kinerja, menunjukkan hasil bahwa CAR berpengaruh positif
terhadap kinerja bank, hal ini berarti jika CAR mengalami
peningkatan maka kinerja keuangan akan meningkat. Semakin
besar nilai CAR sebuah bank maka semakin tinggi kemampuan
bank dalam menjaga kerugian-kerugian yang timbul dari
kegiatan usahanya, sehingga bank dapat mengelola usahanya
secara efisien dan pendapatan yang diterima akan semakin
meningkat.
Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Habbe
(2012) dan Astutik (2015) yang memiliki hasil bahwa CAR
tidak berpengaruh terhadap kinerja pada bank syariah. Tidak
berpengaruhnya CAR terhadap ROA disebabkan karena bank
syariah belum optimal dalam menyalurkan pembiayaan kepada
debitur. Tingkat rata-rata CAR yang mencapai 21,89%
menunjukkan bahwa bank syariah selalu menjaga tingkat CAR
minimal 8% sesuai ketentuan Bank Indonesia serta senantiasa
melakukan pengendalian risiko sehingga dalam kegiatan
operasionalnya bank cenderung tidak mengoptimalkan modal
yang ada. Sehingga tinggi rendahnya tingkat CAR pada bank
48
syariah tidak mempengaruhi return/pendapatan yang
diterimanya (Astutik, 2015).
Permasalahan mengenai perbankan tidak hanya diakibatkan
oleh krisis semata, kasus Bank Century atas tidak terpenuhinya
CAR sebesar 8% seperti halnya ketentuan Bank Indonesia juga
merupakan masalah yang belum dapat terselesaikan hingga saat
ini (Astutik, 2015). Archer dan Rifaat (2009) menemukan
bahwa kurangnya manajemen modal (pengelolaan kecukupan
modal) menyebabkan bank Islam di Inggris, Malaysia,
Yordania, dan Qatar menempatkan investasi bagi hasil sebagai
modal sehingga likuiditas bank tersebut bermasalah.
Pada kenyataanya, pelaku kecurangan bisa saja dari orang
dalam perusahaan, seperti karyawan, komite audit, auditor
internal, manajer, dan/atau orang luar seperti investor, kreditur,
pelanggan, auditor eksternal) (Ricardo the relation). Menurut
Koesmana (2007) pengendalian internal yang tidak efektif dapat
menciptakan peluang terjadinya fraud.
Agar dapat menjalankan fungsinya dengan baik, bank harus
mempunyai modal yang cukup, menjaga kualitas asetnya
dengan baik, dikelola dengan baik (Makmun, 2016) dan
dioperasikan berdasarkan prinsip kehati-hatian.
Tingkat kinerja keuangan suatu bank dapat mempengaruhi
kepercayaan masyarakat terhadap bank tersebut sehingga
49
sebagai lembaga yang dalam kegiatanya menggunakan dana dari
masyarakat bank dituntut untuk mempertahankan dan
meningkatkan kinerjanya (Astutik, 2015).
Berdasarkan pemaparan teori dan penelitian sebelumnya,
dapat dikatakan bahwa semakin tinggi Capital Adequacy Ratio
bank syariah menunjukkan kinerja keuangan yang baik dari
bank syariah tersebut, kinerja keuangan yang baik dari suatu
bank diharapkan tidak terdapat fraud didalamnya. Sehingga
hipotesis disusun sebagai berikut:
H4 Capital Adequacy Ratio berpengaruh terhadap fraud
pada Bank Syariah
50
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris pengaruh
tingkat kesehatan bank terhadap fraud pada bank syariah. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh Bank Umum Syariah (BUS) yang terdaftar di
Bank Indonesia pada tahun 2013 sampai dengan 2015. Alasan penilitian
ini memilih Bank sebagai populasi penelitian karena menurut riset yang
dilakukan oleh Association of Certified Fraud Examiner (ACFE) (2012)
bank menjadi salah satu industri yang menjadi korban fraud paling
banyak. Sedangkan pertimbangan untuk pemilihan bank umum syariah
karena bank umum syariah memiliki prinsip tersendiri dalam menjalankan
kegiatan operasionalnya.
B. Metode Penentuan Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh Bank Umum Syariah
(BUS) yang terdaftar di Bank Indonesia pada tahun 2013 sampai dengan
2015.
Metode pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode pemilihan sampel bertujuan (purposive sampling), yaitu
pengambilan sample berdasarkan keperluan penelitian yang artinya setiap
unit yang diambil dari populasi dipilih dengan sengaja berdasarkan
pertimbangan/kriteria tertentu (Purwanto, 2017). Adapun kriteria tersebut
adalah sebagai berikut:
51
1. Sampel merupakan Bank Umum Syariah (BUS) yang terdaftar di Bank
Indonesia secara berturut-turut untuk periode 2013, 2014, dan 2015.
2. Bank Umum Syariah yang mempublikasikan laporan keuangan
tahunan dalam website BUS atau website resmi lainnya periode tahun
2013, 2014, dan 2015.
3. Bank Umum Syariah yang mempublikasikan laporan pelaksanaan
Good Corporate Governance dalam website BUS atau website resmi
lainnya periode tahun 2013, 2014, dan 2015.
4. Mengungkapkan data-data yang berkaitan dengan variabel penelitian
dan tersedia dengan lengkap (data secara keseluruhan tersedia pada
publikasi selama periode 2013-2015).
C. Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data-data pada penelitian ini, peneliti
menggunakan data sekunder, yaitu data laporan keuangan dan laporan
pelaksanaan GCG tahunan periode 2013 sampai dengan 2015. Metode
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian kepustakaan yaitu teknik pengumpulan data dengan
mengadakan studi penelaahan terhadap buku, literatur, catatan, dan
laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan (Nazir,
2003). Literatur yang digunakan dalam penelitian ini merupakan jurnal-
jurnal penelitian, makalah penelitian terdahulu, buku, dan internet
research yang berhubungan dengan tema penelitian.
52
D. Metode Analisis Data
1. Uji Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi umum
dari variabel penelitian, yaitu gambaran suatu data yang dilihat dari
nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum,
sum, range, kurtoris dan skewness (kemencengan distribusi) (Ghozali,
2015).
2. Uji Asumsi Klasik
Uji regresi linier berganda dapat dilakukan setelah model
penelitian telah memenuhi syarat, yakni lolos dari uji asumsi klasik.
Uji asumsi klasik diperlukan untuk mendeteksi ada/tidaknya
penyimpangan asumsi klasik atas persamaan regresi berganda yang
digunakan. Pengujian ini terdiri dari uji normalitas, multikolonieritas,
autokorelasi dan heteroskedastisitas.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki
distribusi normal (Ghozali, 2015).
Dasar pengambilan keputusan untuk uji normalitas data
adalah sebagai berikut:
1) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti
arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan
pola distribusi normal, dan pada tabel Kolmogorov-smirnov
53
signifikansinya lebih dari 5% (>0,05) maka model regresi
memenuhi asumsi normalitas.
2) Jika data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak
mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak
menunjukkan pola distribusi normal, dan pada tabel
Kolmogorov-smirnov signifikansinya kurang dari 5% (< 0,05)
maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas
(Ghozali, 2015).
b. Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas
(independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi di antara variabel independen (Ghozali, 2015). Untuk
mengetahui ada/tidaknya multikolonieritas adalah dengan
menggunakan Variance Inflation Factor (VIF) dan Tolerance.
Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen
manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya.
Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang
terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya.
Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi
(karena VIF =1/Tolerance). Kriteria pengambilan keputusan
dengan nilai tolerance dan VIF adalah sebagai berikut:
54
1) Jika nilai tolerance ≥ 0,10 atau nilai VIF ≤ 10, maka berarti
tidak terjadi multikolonieritas.
2) Jika nilai tolerance ≤ 0,10 atau nilai VIF ≥ 10, maka berarti
terjadi multikolonieritas.
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi
linear terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode
t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (Ghozali, 2015).
Apabila terjadi korelasi, maka dinamakan ada masalah
autokorelasi. Autokorelasi muncul dikarenakan observasi yang
berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah
tersebut timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak
bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Penelitian ini
mendeteksi autokorelasi dengan Uji Durbin Watson. Hipotesis
yang akan diuji adalah:
H0: Tidak ada autokorelasi
Ha: Ada autokorelasi
Dasar pengambilan keputusan uji autokorelasi dengan Uji
Durbin Watson :
1) Bila nilai DW terletak antara batas atas atau upper bound (du)
dan (4-du), maka koefisien autokorelasi = 0, sehingga tidak
ada autokorelasi, positif atau negatif.
55
2) Bila nilai DW lebih rendah dari pada batas bawah atau lower
bound (dl), maka koefisien autokorelasi > 0, sehingga ada
autokorelasi positif.
3) Bila nilai DW lebih besar dari pada (4-dl), maka koefisien
autokorelasi < 0, sehingga ada autokorelasi negatif.
4) Bila nilai DW terletak di antara batas atas (du) dan batas
bawah (dl) atau DW terletak antara (4-du) dan (4-dl), maka
hasilnya tidak dapat disimpulkan
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari
residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka di
sebut homoskedastisitas dan jika berbeda di sebut
heteroskedastisitas (Ghozali, 2015). Model regresi yang baik
adalah model regresi yang tidak terjadi heteroskedastisitas.
Pengujian heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat
grafik plot dan uji statistik glejser..
Grafik Plot merupakan cara untuk mendeteksi ada tidaknya
heterokedastisitas adalah dengan melihat grafik plot antara nilai
prediksi variabel dependen ZPRED dengan residualnya
SRESID. Dasar analisisnya adalah: Jika ada pola tertentu,
seperti titik-titik yang ada membentuk pola teratur, maka telah
56
teridentifikasi terjadi heterokedastisitas. Jika tidak ada pola
yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan dibawah angka
0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas.
Kriteria pengambilan keputusan dengan uji statistik glejser
adalah sebagai berikut:
1) Jika nilai signifikansi > 0,05, maka tidak adanya
heteroskedastisitas.
2) Jika nilai signifikansi < 0,05, maka terdapat
heteroskedastisitas
3. Uji Hipotesis
Penelitian ini akan menggunakan Software SPSS untuk
memprediksi hubungan antara variabel independen dengan variabel
dependen.
a. Pengujian dengan Analisis Regresi Berganda
Penelitian ini akan menggunakan alat analisis regresi berganda
untuk menguji pengaruh antara variabel dependen dengan ke enam
variabel independen. Tujuan analisis regresi berganda ialah
menggunakan nilai-nilai variabel independen yang diketahui, untuk
meramalkan nilai variabel dependen.
Persamaan regresi berganda dirumuskan sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e
57
Dimana:
Y= Fraud
a = Konstanta
b = Koefisien Regresi
X1= Non-Performing Financing
X2= Islamic Corporate Governance
X3= Rasio Efisiensi Kegiatan Operasional
X4= Capital Adequacy Ratio
e = error
b. Uji Koefiseien Determinasi (Uji R2)
Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa
besar variabel independen dapat menjelaskan variabel
dependennya. Nilai koefisien determinasi terletak antara 0 dan 1 (
0 < R2 < 1), dimana semakin besar nilai R2
suatu regresi atau
nilainya mendekati 1, maka hasil regresi tersebut semakin baik. Hal
ini berarti variabel-variabel independen memberikan hampir
seluruh informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi
variabel dependen penelitian.
c. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Uji Statistik F digunakan untuk melakukan pengujian terhadap
pengaruh variabel independen bersama-sama secara simultan
terhadap variabel dependen.
Hipotesis alternatif yang akan diiuji adalah sebagai berikut:
58
Ha : Non-Performing Financing, Islamic Corporate Governance,
Rasio Efisiensi Kegiatan Operasional, Capital Adequacy Ratio
berpengaruh secara simultan terhadap fraud pada bank syariah.
Kriteria pengujian atau dasar pengambilan keputusan dalam
penelitian ini menggunakan taraf signifikansi 5% adalah sebagai
berikut (Ghozali, 2015):
1) Apabila nilai signifikansi < 0.05, maka H0 akan ditolak atau Ha
diterima, artinya semua variabel independen secara simultan
berpengaruh terhadap variabel dependen.
2) Apabila nilai signifikansi > 0.05, maka H0 akan diterima atau
Ha ditolak, artinya semua variabel independen secara simultan
tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
d. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji statistik t digunakan untuk mengetahui pengaruh
masingmasing variabel independen secara parsial terhadap variabel
dependen. Dengan tingkat signifikansi sebesar 5%, maka criteria
pengujian atau dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut
(Ghozali, 2015):
1) Apabila nilai signifikansi t < 0.05, berarti variabel independen
secara parsial berpengaruh terhadap variabel dependen.
2) Apabila nilai signifikansi t > 0.05, berarti variabel independen
secara parsial tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
59
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian
1. Variabel Dependen (Y)
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah fraud atau
kecurangan. Fraud dapat diartikan sebagai suatu perbuatan sengaja
untuk menipu atau membohongi, suatu tipu daya atau cara-cara yang
tidak jujur untuk mengambil atau menghilangkan uang, harta, hak
yang sah milik orang lain baik karena suatu tindakan atau dampak
yang fatal dari tindakan itu sendiri (Priantara, 2013)
Variabel fraud dalam penelitian ini diukur dengan melihat jumlah
internal fraud yang terjadi di bank umum syariah yang diungkapkan
dalam laporan tahunan pelaksanaan GCG masing-masing bank umum
syariah.
2. Variabel Independen (X)
Variabel independen dalam penelitian ini, yakni tingkat kesehatan
bank dengan empat aspek kriteria, yaitu profil risiko (risk profile) yang
diukur menggunakan rasio NPF, Islamic Corporate Governance yang
diukur menggunakan nilai komposit, earning yang diukur
menggunakan rasio efisiensi kegiatan operasional, serta capital yang
diukur menggunakan rasio CAR.
a. Non-Performing Financing (X1)
NPF merupakan rasio pembiayaan bermasalah terhadap
total pembiayaan yang digunakan untuk mengukur tingkat
permasalahan pembiayaan yang dihadapai oleh bank syariah.
60
Rasio NPF dapat dihitung menggunakan rumus :
NPF =
b. Islamic Corporate Governance (X2)
Islamic Corporate Governance merupakan tata kelola
perusahaan berdasarkan prinsip-prinsip Islam. Bank Umum
Syariah diwajibkan secara berkala melakukan penilaian sendiri
(self assessment) secara komprehensif terhadap pelaksanaan tata
kelola perusahaan.
Tata cara pengisian Kertas Kerja Self Assessment dilakukan
dengan tahapan sebagai berikut :
1) Menyusun analisis self assessment, dengan cara
membandingkan pemenuhan setiap Kriteria/ Indikator dengan
kondisi Bank berdasarkan data dan informasi yang relevan.
Berdasarkan hasil analisis tersebut ditetapkan peringkat
masing-masing Kriteria/ Indikator. Adapun kriteria peringkat
adalah sebagai berikut:
(a) Peringkat 1: hasil analisis self assessment menunjukkan
bahwa pelaksanaan GCG bank sangat sesuai dengan
kriteria/indikator.
(b) Peringkat 2: hasil analisis self assessment menunjukkan
bahwa pelaksanaan GCG bank sesuai dengan
kriteria/indikator.
61
(c) Peringkat 3: hasil analisis self assessment menunjukkan
bahwa pelaksanaan GCG bank cukup sesuai dengan
kriteria/indikator.
(d) Peringkat 4: hasil analisis self assessment menunjukkan
bahwa pelaksanaan GCG bank kurang sesuai dengan
kriteria/indikator.
(e) Peringkat 5: hasil analisis self assessment menunjukkan
bahwa pelaksanaan GCG bank tidak sesuai dengan
kriteria/indikator.
2) Menetapkan peringkat sub faktor, berdasarkan hasil analisis
self assessment, dengan mengacu pada kriteria peringkat
sebagaimana dimaksud pada nomor 1.
3) Menetapkan peringkat faktor, berdasarkan peringkat sub faktor.
Dalam hal tidak terdapat sub faktor, maka peringkat faktor
dimaksud ditetapkan berdasarkan hasil analisis self assessment,
dengan mengacu pada kriteria peringkat sebagaimana
dimaksud pada nomor 1; dan
4) Menyusun kesimpulan untuk masing-masing faktor yang juga
memuat permasalahan dan langkah perbaikan secara
komprehensif dan sistematis beserta target waktu
pelaksanaannya.
Untuk mendapatkan nilai dari masing-masing faktor, Bank
mengalikan peringkat dari masing-masing faktor dengan bobot
62
tertentu. Bobot masing-masing faktor ditetapkan sebagaimana
disajikan pada tabel 3.1.
Tabel 3.1
Bobot atas Tiap Faktor Penilaian GCG
pada Bank Umum Syariah
NO Faktor Bobot
(%)
1 Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan
Komisaris 12.50
2 Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi 17.50
3 Kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite 10.00
4 Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan
Pengawas Syariah 10.00
5
Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam kegiatan
penghimpunan dana dan penyaluran dana serta
pelayanan jasa
5.00
6 Penanganan benturan kepentingan 10.00
7 Penerapan fungsi kepatuhan Bank 5.00
8 Penerapan fungsi audit intern 5.00
9 Penerapan fungsi audit ekstern 5.00
10 Batas Maksimum Penyaluran Dana 5.00
11
Transparansi kondisi keuangan dan non
keuangan, laporan pelaksanaan GCG dan
pelaporan internal
15.00
TOTAL 100.00
Sumber: Surat Edaran BI No. 12/13/DPbS
Untuk dapat mengetahui tingkat kondisi dari GCG pada
bank syariah, bank dapat mengetahuinya dari nilai komposit. Nilai
komposit didapat dari penjumlahan nilai dari seluruh faktor setelah
63
dikalikan dengan bobotnya. Bank menetapkan nilai komposit
berdasarkan table 3.2 berikut:
Tabel 3.2
Predikat Komposit
Nilai Komposit Predikat Komposit
Nilai komposit < 1.5 Sangat Baik
1.5 ≤ Nilai komposit < 2.5 Baik
2.5 ≤ Nilai komposit < 3.5 Cukup Baik
3.5 ≤ Nilai komposit < 4.5 Kurang Baik
4.5 ≤ Nilai komposit ≤ 5 Tidak Baik
Sumber: Surat Edaran BI No. 12/13/DPbS
Nilai komposit diatas untuk menilai level dari kondisi
penerapan tata kelola perusahaan bank syariah. Pada penelitian ini,
nilai komposit hasil self assessment GCG bank syariah digunakan
untuk mengukur variabel Islamic Corporate Governance, yang
dapat dilihat dari laporan penerapan GCG yang dipublikasi oleh
masing-masing bank syariah.
c. Rasio Efisiensi Kegiatan Operasional (X3)
REO digunakan untuk mengukur efisiensi kegiatan
operasional bank syariah yang didapatkan dengan membagi biaya
operasioanl dengan pendapatan operasional. REO dapat dihitung
menggunkan rumus yaitu:
REO =
64
d. Capital Adequacy Ratio (X4)
CAR merupakan indikator terhadap kemampuan bank
untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian
bank yang disebabkan oleh aktiva yang beresiko. Berdasarkan
ketentuan yang dibuat Bank Indonesia dalam rangka tata cara
penilaian tingkat kesehatan bank, terdapat ketentuan bahwa modal
bank terdiri atas modal inti dan modal pelengkap.
CAR dapat dihitung menggunkan rumus yaitu:
CAR =
65
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Bank Umum Syariah
(BUS) yang ada di Indonesia. Berdasarkan data Statistik Perbankan Syariah
yang dikeluarkan oleh Otoritas Jasa Keuangan Februari 2017 jumlah Bank
Umum Syariah adalah sebanyak 13 BUS. Periode penelitian yang digunakan
yaitu dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2015. Alasan periode tersebut
digunakan dalam penelitian ini karena data tahun 2013 sampai dengan tahun
2015 dapat memberikan gambaran tentang kondisi perbankan syariah di
Indonesia. Sesuai dengan Statistik Perbankan Syariah Februari 2017, pada
tahun 2013 jumlah BUS yang ada yakni sebanyak 11 BUS yang kemudian
meningkat pada tahun 2014 menjadi 12 BUS.
Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive
sampling dengan proses seleksi sampel disajikan dalam tabel 4.1
Tabel 4.1
Proses Seleksi Sampel
No Kriteria
Tidak
Masuk
Kriteria
Masuk
Kriteria
1. BUS yang terdaftar di Bank Indonesia periode
2013-2015 1 11
2. BUS yang data laporan keuangan
tahunannya tersedia dan lengkap 2 10
3. BUS yang data laporan pelaksanaan GCGnya
tersedia dan lengkap 2 10
Jumlah Sampel Tiap Periode 10
Periode Penelitian 3
Jumlah Sampel Akhir 30
Sumber: Diolah dari berbagai referensi
66
Dari total 12 Bank Umum Syariah yang ada di Indonesia pada tahun
2013-2015 jumlah BUS yang terdaftar di Bank Indonesia secara berturut-turut
untuk periode tersebut berjumlah 11 BUS. Dari 11 BUS terdapat 1 BUS yang
laporan keuangan tahunannya tidak tersedia, dan terdapat 1 BUS yang laporan
pelaksanaan GCG nya tidak tersedia. Sehingga Bank Umum Syariah yang
memenuhi kriteria untuk dijadikan sampel adalah sebanyak 10 BUS dengan
periode penelitian selama 3 tahun sehingga jumlah sampel penelitian adalah
sebanyak 30. Daftar BUS yang telah memenuhi kriteria dan menjadi sampel
penelitian disajikan pada tabel 4.2.
Tabel 4.2
Daftar Sampel Penelitian
No Nama Bank Umum Syariah Website
1. Bank Muamalat Indonesia www.bankmuamalat.co.id
2. Bank BRI Syariah www.brisyariah.co.id
3. Bank Panin Syariah www.paninbanksyariah.co.id
4. Bank BCA Syariah www.bcasyariah.co.id
5. Bank Maybank Syariah www.maybanksyariah.co.id
6. Bank Syariah Mandiri www.syariahmandiri.co.id
7. Bank BNI Syariah www.bnisyariah.co.id
8. Bank Victoria Syariah www.bankvictoriasyariah.co.id
9. Bank Mega Syariah www.megasyariah.co.id
10. Bank Syariah Bukopin www.syariahbukopin.co.id
Sumber: Diolah dari berbagai referensi
67
B. Analisis Data Penelitian
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Statistik Deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data
yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum,
minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi)
(Ghozali, 2013). Tabel statistik menjelaskan distribusi variabel-variabel
yang diteliti, meliputi variabel dependen (Y) yaitu fraud (fraud) dan
distribusi variabel independen (X) yaitu Non-Performing Financing
(NPF), Islamic Corporate Governance (ICG), Rasio Efisiensi Kegiatan
Operasional (BOPO), dan Capital Adequacy Ratio (CAR). Hasil uji
statistik deskriptif untuk variabel dependen dan independen tersebut
disajikan pada tabel 4.3.
Tabel 4.3
Hasil Uji Statistik Deskriptif
Variabel
N Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation
Fraud 30 0 69 8,4667 15,30998
NPF 30 0,10 35,15 4,9097 6,16318
ICG 30 1,00 3,00 1,8493 0,57400
BOPO 30 62,50 192,60 94,6090 23,75611
CAR 30 11,10 59,41 20,5773 11,55353
Sumber: data sekunder yang diolah
Tabel 4.3 menunjukkan hasil analisis dengan menggunakan statistik
deskriptif. Hasil analisis terhadap variabel fraud yang diukur dengan
68
meilihat jumlah internal fraud pada bank syariah menunjukkan nilai
minimum sebesar 0, nilai maksimum sebesar 69 dengan rata-rata 8,4667
dan standar deviasi 15,30998. Hal ini menunjukkan bahwa pada data
sampel yang berjumlah 30, fraud yang terjadi pada bank syariah memiliki
jumlah paling rendah 0 yaitu pada Bank Syariah Bukopin (pada tahun
2013-2015), Bank Maybank Syariah (pada tahun 2013-2015), Bank Panin
Syariah (tahun 2013-2014) dan Bank BCA Syariah( tahun 2013 dan tahun
2015), dan nilai paling tinggi 69 yaitu pada bank Mega Syariah (tahun
2013).
Variabel Non-Performing Financing (NPF) setelah dilakukan
pengujian statistik deskriptif memperoleh nilai minimum sebesar 0,10 dan
nilai maksimum sebesar 35,15 dengan rata-rata 4,9097 dan standar deviasi
6,16318. Hal ini menunjukkan bahwa pada data sampel yang berjumlah 30
nilai NPF pada bank syariah memiliki nilai paling rendah 0,10% dan nilai
paling tinggi 35,15%.
Variabel Islamic Corporate Governance (ICG) setelah dilakukan
pengujian statistik deskriptif memperoleh nilai minimum sebesar 1 dan
nilai maksimum sebesar 3 dengan rata-rata 1,8493 dan standar deviasi
0,57400. Hal ini menunjukkan bahwa pada data sampel yang berjumlah
30, nilai komposit penerapan tata kelola perusahaan pada bank syariah
memiliki nilai paling rendah 1 dan paling tinggi 3.
Variabel Rasio Efisiensi Kegiatan Operasional (BOPO) setelah
dilakukan pengujian statistik deskriptif memperoleh nilai minimum
69
sebesar 62,50 dan nilai maksimum sebesar 192,60 dengan rata-rata
94,6090dan standar deviasi 23,75611. Hal ini menunjukkan bahwa pada
data sampel yang berjumlah 30 nilai Rasio Efisiensi Kegiatan Operasional
pada bank syariah memiliki nilai paling rendah 62,50% dan nilai paling
tinggi 192,60%.
Variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) setelah dilakukan
pengujian statistik deskriptif memperoleh nilai minimum sebesar 11,10
dan nilai maksimum sebesar 59,41 dengan rata-rata 20,5773 dan standar
deviasi 11,55353. Hal ini menunjukkan bahwa pada data sampel yang
berjumlah 30 nilai CAR pada bank syariah memiliki nilai paling rendah
11,10% dan nilai paling tinggi 59,41%.
2. Hasil Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal
(Ghozali, 2013). Pada penelitian ini uji normalitas dilakukan dengan
menggunakan analisis grafik melalui grafik histogram dan normal
probability plot dan uji statistik melalui uji Kolmogorov-Smirnov.
Hasil uji normalitas disajikan pada gambar 4.1, 4.2, dan tabel 4.4
70
Gambar 4.1
Hasil Uji Normalitas dengan Grafik Histogram
Sumber: data sekunder yang diolah
Berdasarkan grafik histogram pada gambar 4.1 terlihat bahwa
data terdistribusi secara normal dan berbentuk simetris tidak menceng
(skewness) ke kanan atau ke kiri, maka dapat dikatakan bahwa model
regresi memenuhi asumsi normalitas.
Gambar 4.2
Hasil Uji Normalitas dengan P Plot
Sumber: data sekunder yang diolah
Berdasarkan grafik normal P-P Plot pada gambar 4.2 terlihat titik-
titik menyebar di sekitar garis diagonal hal ini menunjukkan pola
71
distribusi normal, sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi
memenuhi asumsi normalitas.
Tabel 4.4
Hasil Uji Statistik Kolmogorov-Smirnov
Berdasarkan hasil uji statistik Kolmogorov-Smirnov pada tabel
4.4 besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov adalah 0,635 dengan
probabilitas signifikansi 0,815 yang berada di atas 0,05, hasil tersebut
menunjukkan bahwa data residual terdistribusi secara normal. Hal ini
konsisten dengan hasil uji grafik histogram dan grafik normal P-P
Plot.
b. Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen)
(Ghozali, 2013). Hasil uji multikolonieritas pada penelitian ini
disajikan pada tabel 4.5.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Predicted Value
N 30
Normal Parametersa,b Mean ,8211389
Std. Deviation ,80175851
Most Extreme Differences Absolute ,116
Positive ,070
Negative -,116
Kolmogorov-Smirnov Z ,635
Asymp. Sig. (2-tailed) ,815
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sumber: data sekunder yang diolah
72
Tabel 4.5
Hasil Uji Multikolonieritas
Variabel
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
NPF 0,656 1,524
ICG 0,537 1,863
BOPO 0,489 2,045
CAR 0,329 3,037
Sumber: data sekunder yang diolah
Berdasarkan hasil uji multikolonieritas pada tabel 4.5 kolom
Tolerance menunjukkan tidak ada variabel independen yang memiliki
nilai Tolerance kurang dari 0,10 yang berarti tidak ada korelasi antar
variabel independen yang nilainnya lebih dari 95%. Hasil perhitungan
nilai Variance Inflation Factor (VIF) juga menunjukkan hal yang
sama yakni tidak ada satu variabel independen yang memiliki nilai
VIF lebih dari 10. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada
multikolonieritas antar variabel independen dalam model regresi pada
penelitian ini.
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi
linear terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t
dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (Ghozali, 2013).
Penelitian ini menggunakan uji Durbin Watson dalam mendeteksi
autokorelasi.
73
Tabel 4.6
Hasil Uji Autokorelasi
R
R Square
Adjusted R
Square
Std. Error
Durbin
watson
0,612a 0,375 0,275 1,11482 1,798
a. Predictors: (Constant), ICG, NPF, BOPO, CAR
b. Dependent Variable: frd
Sumber: data sekunder yang diolah
Berdasarkan hasil output SPSS pada tabel 4.6 nilai Durbin
Watson (DW) sebesar 1,798 nilai ini kemudian dibandingkan dengan
nilai tabel dengan menggunakan nilai signifikansi 5%, jumlah sampel
30 (n) dan jumlah variabel independen 4 (k=4), maka di dapat nilai du
1,7386 dan dl 1.1426.
Tabel 4.7
Uji Durbin Watson
Ada
autokorelasi
positif
No
decision
Tidak ada
autokorelasi
No
decision
Ada
autokorelasi
negatif
0 1,1426 1,7386 2,2614 2,8574 4
(dl) (du) (4-du) (4-dl)
DW= 1,798
Sumber: data sekunder yang diolah
Berdasarkan Tabel 4.7 nilai DW 1,798 lebih besar dari batas atas
(du) 1,7386 dan kurang dari 4–1,7386 (4-du), maka dapat disimpulkan
bahwa tidak terdapat autokorelasi.
74
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan
ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2013). Pada penelitian ini dalam
mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas diketahui dengan cara
melihat pada grafik scatterplot dan melakukan uji statistik dengan uji
glejser, grafik scatterplot dan hasil uji glejser dalam penelitian ini
disajikan dalam gambar 4.3 dan tabel 4.8.
Gambar 4.3
Hasil Uji Scatterplot
Sumber: data sekunder yang diolah
Berdasarkan grafik scatterplots pada gambar 4.3 terlihat bahwa
titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atasmaupun
dibawah angka 0 pada sumbu Y dan tidak membentuk pola tertentu.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada
model regresi.
75
Tabel 4.8
Uji Glejser
Variabel
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig
B
Std.
Error
Beta
(Konstanta) -2,776E-16 2,507 0,000 1,000
NPF 0,000 ,174 0,000 0,000 1,000
ICG 0,000 ,935 0,000 0,000 1,000
BOPO 0,000 ,025 0,000 0,000 1,000
CAR 0,000 ,020 0,000 0,000 1,000
Sumber: data sekunder yang diolah
Berdasarkan hasil uji statistik Glejser pada tabel 4.8 besarnya
nilai signifikansi dari setiap variabel adalah 1, hasil tersebut
menunjukkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model
regresi. Hal ini konsisten dengan hasil uji scatterplot.
3. Hasil Uji Hipotesis
a. Uji Koefisien Determinasi (Uji R2)
Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa besar
variabel independen dapat menjelaskan variabel dependennya
(Ghozali, 2013). Hasil uji R2 pada penelitian ini disajikan dalam tabel
4.9.
76
Tabel 4.9
Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
R
R Square
Adjusted R
Square
Std. Error
Durbin
watson
0,612a 0,375 0,275 1,11482 1,798
a. Predictors: (Constant), ICG, NPF, BOPO, CAR
b. Dependent Variable: frd
Sumber: data sekunder yang diolah
Berdasarkan hasil uji R2 pada tabel 4.9 besarnya adjusted R
square adalah 0,275 hal ini berarti sebesar 27,5% variasi variabel
dependen Fraud dapat dijelaskan oleh variasi dari ke empat variabel
independen Non-Performing Financing, Islamic Corporate
Governance, Rasio Efisiensi Kegiatan Operasional, dan Capital
Adequacy Ratio, sedangkan sisanya (100% - 27,5% = 72,5%)
dijelaskan oleh sebab-sebab lain diluar model, seperti internal audit,
internal control, external audit (In’airat, 2015)
b. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Uji statistik F dilakukan untuk melihat apakah variabel
independen secara simultan (bersama-sama) berpengaruh terhadap
variabel dependen atau tidak. Hasil uji statistik F disajikan dalam tabel
4.10.
77
Tabel 4.10
Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Sum of
Squares
Df
Mean
Square
F Sig
Regression 18,642 4 4,660 3,750 0,016a
Residual 31,071 25 1,243
Total 49,713 29
a. Predictors: (Constant), ICG, NPF, BOPO, CAR
b. Dependent Variable: frd
Sumber: data sekunder yang diolah
Berdasarkan hasil uji F pada tabel 4.10 di dapat nilai F hitung
sebesar 3,750 dengan Sig 0,016, karena nilai probabilitas signifikansi
lebih kecil dari 0,05 menunjukkan bahwa variabel independen yaitu
Non-Performing Financing, Islamic Corporate Governance, Rasio
Efisiensi Kegiatan Operasional, dan Capital Adequacy Ratio secara
simultan (bersama-sama) berpengaruh terhadap variabel dependen
yaitu fraud.
c. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji statistik t digunakan untuk melihat seberapa jauh pengaruh
satu variabel independen secara individual dalam menerangkan
variasi variabel dependen (Ghozali, 2013). Hasil uji statistik t
disajikan dalam tabel 4.11.
78
Tabel 4.11
Hasil Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Variabel
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig
B
Std.
Error
Beta
(Konstanta) 1,459 2,507 0,582 0,566
NPF 0,109 0,174 0,122 0,624 0,538
ICG 2,178 0,935 0,502 2,328 0,028
BOPO -0,035 0,025 -0,320 -1,417 0,169
CAR -0,064 0,020 -0,902 -3,274 0,003
Sumber: data sekunder yang diolah
Berdasarkan hasil uji statistk t pada tabel 4.11, dari ke empat
variabel independen yang dimasukkan ke dalam model regresi
variabel NPF dan BOPO tidak signifikan, hal ini dapat dilihat dari
probabilitas signifikansi untuk NPF sebesar 0,538, dan untuk BOPO
0,169 yang keduanya memiliki nilai di atas 0,05. Sedangkan variabel
CAR dan ICG signifikan karena memiliki nilai signifikansi yang
berada dibawah 0,05 yaitu untuk variabel CAR sebesar 0,003 dan ICG
sebesar 0,028. Jadi dapat disimpulkan dari ke empat variabel
independen dalam model regresi pada penelitian ini terdapat dua
variabel independen yaitu CAR dan ICG yang memiliki pengaruh
signifikan terhadap variabel dependen yaitu fraud.
79
C. Pembahasan
1. Pengaruh Non-Performing Financing (NPF) terhadap fraud
Hipotesis pertama yang diajukan menyatakan bahwa Non-
Performing Financing (NPF) berpengaruh terhadap fraud pada bank
syariah. Hasil analisis regresi menunjukkan variabel Non-Performing
Financing (NPF) memiliki koefisien regresi sebesar 0,109 dengan
tingkat signifikansi yang lebih besar dari 0,05 yaitu sebesar 0,538. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa Non-Performing Financing (NPF) tidak
mendorong terjadinya fraud pada bank syariah atau dengan kata lain
tidak menerima H1.
Penilaian terhadap kualitas kredit bank pada penelitian ini
menunjukkan bahwa kredit bank didominasi oleh nilai dibawah 5%
sebagaimana Bank Indonesia mengatur bahwa ketika bank dapat
menekan angka NPF dibawah 5% maka potensi keuntungan yang
didapatkan semakin besar, hal ini dapat dilihat pada rata-rata penilaian
NPF dalam penelitian ini yakni sebesar 4,9097%. Dari hal tersebut dapat
dipahami bahwa, NPF bank syariah tidak dapat menggambarkan
pengaruhnya terhadap kecurangan yang terjadi di bank itu sendiri,
karena pada kenyataannya fraud tetap terjadi pada kondisi NPF yang
normal.
Astutik (2015) dalam penelitiannya menemukan bahwa NPF tidak
mempengaruhi kinerja bank syariah, penelitiannya menemukan bahwa
80
bank dapat beroperasi dengan baik melaui rata-rata NPF yang berada di
bawah batas maksimum ketentuan dari Bank Indonesia.
Performa kesehatan bank syariah dengan nilai NPF yang normal
tidak dapat menunjukkan entitas syariah ini tidak terjadi kecurangan
didalamnya. Pelaku kecurangan yang bisa saja dari orang dalam
perusahaan, seperti karyawan, komite audit, auditor internal, manajer
(Tiscini, 2006) dapat menunjukkan performa yang baik dengan adanya
kinerja keuangan bank yang baik akan tetapi hal tersebut tidak
menjamin bank terbebas dari tindakan kecurangan.
2. Pengaruh Islamic Corporate Governance (ICG) terhadap fraud
Hipotesis kedua yang diajukan menyatakan bahwa Islamic
Corporate Governance (ICG) berpengaruh terhadap fraud pada bank
syariah. Hasil analisis regresi menunjukkan variabel Islamic Corporate
Governance (ICG) memiliki koefisien regresi sebesar 2,178 dengan
tingkat signifikansi yaitu sebesar 0,028. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa Islamic Corporate Governance (ICG) berpengaruh positif
terhadap fraud pada bank syariah atau dengan kata lain H2 diterima.
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, ditemukan bahwa ICG
atau tata kelola perusahaan berpengaruh terhadap terjadinya kecurangan
pada bank syariah. Penerapan tata kelola perusahaan menjadi keharusan
bagi suatu institusi termasuk bank syariah, hal ini lebih ditujukan kepada
adanya tanggung jawab publik berkaitan dengan kegiatan operasional
bank yang diharapkan mematuhi ketentuan yang telah digariskan
81
(Maradita, 2014). Semua pemangku kepentingan khususnya manajemen
perusahaan hendaknya memahami bahwa dengan menerapkan
tatakelola perusahan, termasuk mempertimbangkan semua prinsip dan
fungsi tatakelola itu sendiri serta peran komite audit, dijangka akan
dapat mencegah atau mengurangkan terjadinya fraud (Anugerah, 2014).
Hal ini menunjukkan bahwa, penerapan tata kelola bank syariah di
Indonesia memberikan kontribusi dalam pencegahan terjadinya fraud.
Penerapan ICG pada bank syariah diharapkan semakin
meningkatnya kepercayaan publik kepada bank syariah, pertumbuhan
industri jasa keuangan Islam dan stabilitas sistem keuangan secara
keseluruhan akan senantiasa terpelihara, dan keberhasilan industri jasa
keuangan Islam dalam menerapkan GCG akan menempatkan lembaga
keuangan Islam sejajar dengan lembaga keuangan internasional lainnya
(Maradita, 2014). Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan
oleh Anugerah (2014) yang menyatakan bahwa tata kelola perusahaan
dapat mengurangi tingkat kecurangan. Namun, hasil penelitian ini
bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh In’airat (2015)
yang menyatakan bahwa keberadaan dan penerapan tata kelola
perusahaan tidak cukup untuk mengurangi tingkat fraud.
3. Pengaruh Rasio Efisiensi Kegiatan Operasional terhadap fraud
Hipotesis ketiga yang diajukan menyatakan bahwa Rasio Efisiensi
Kegiatan Operasional berpengaruh terhadap fraud pada bank syariah.
Hasil analisis regresi menunjukkan variabel Rasio Efisiensi Kegiatan
82
Operasional memiliki koefisien regresi sebesar -0,035 dengan tingkat
signifikansi yang lebih dari 0,05 yaitu sebesar 0,169. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa Rasio Efisiensi Kegiatan Operasional tidak
mendorong terjadinya fraud pada bank syariah atau dengan kata lain
tidak menerima H3.
Penilaian terhadap tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam
melakukan kegiatan operasinya pada penelitian ini menunjukkan bahwa
bank didominasi oleh tingkat efisiensi yang baik dengan nilai rata-rata
dari rasio ini sebesar 94,6090%, tetapi pada kenyataannya performa
tingkat kesehatan yang baik melalui rasio ini masih terdapat kecurangan
yang terjadi dalam bank syariah itu sendiri. Rasio ini melibatkan
perhitungan beban operasional terhadap pendapatan operasional,
pendapatan merupakan akun yang rentan terhadap manipulasi dan
pencurian hal ini dibuktikan dalam penelitian COSO (2010)
menemukan bahwa teknik fraud yang paling umum terjadi terkait
pengakuan pendapatan yang tidak tepat.
Najib (2016) menyatakan bahwa pada bank syariah masih terdapat
praktik manajemen laba yang melibatkan pendapatan, manajemen laba
apapun alasannya dapat mengarah pada penyajian laporan keuangan
yang tidak benar (miss leading) (Sula, 2014). Hal ini menunjukkan
bahwa bank syariah yang dikatakan sehat dalam hal tingkat efisiensi
operasional karena dapat menujukkan performa yang baik atas beban
terhadap pendapatannya tidak dapat mengurangi terjadinya kecurangan
83
dalam operasional perbankan itu sendiri. Pendapatan yang telah
dilakukan sesuai dengan ketentuan syariah tidak dapat memberikan
kontribusi yang besar dalam mengurangi jumlah kecurangan yang
terjadi dalam bank syariah (Najib, 2016). Faradila (2013) menyatakan
bahwa bank syariah melakukan manajemen laba dalam laporan
keuangan. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Almilia
(2005) yang menyatakan bahwa rasio BOPO mempunyai pengaruh
signifikan terhadap kondisi bermasalah dan pengaruhnya positif, artinya
semakin tinggi rasio BOPO maka kemungkinan bank dalam kondisi
bermasalah semakin besar.
4. Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap fraud
Hipotesis keempat yang diajukan menyatakan bahwa Capital
Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh terhadap fraud pada bank syariah.
Hasil analisis regresi menunjukkan variabel Capital Adequacy Ratio
(CAR) memiliki koefisien regresi sebesar -0,064 dengan tingkat
signifikansi yaitu sebesar 0,003. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh negatif terhadap fraud
pada bank syariah atau dengan kata lain H4 diterima.
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, ditemukan bahwa
Capital Adequacy Ratio berpengaruh negatif terhadap terjadinya
kecurangan pada bank syariah, dapat diartikan bahwa ketika nilai
Capital Adequacy Ratio tinggi maka jumlah fraud yang terjadi rendah.
Semakin tingginya Capital Adequacy Ratio mengindikasikan semakin
84
baik tingkat kecukupan modal bank tersebut yang dapat berpengaruh
negatif terhadap kecurangan, karena CAR yang melihat seluruh aktiva
yang mengandung resiko, termasuk pembiayaan, penyertaan, surat
berharga, tagihan pada bank lain dibiayai dari dana modal sendiri dapat
menjelaskan performa kesehatan bank tersebut. Sehingga ketika
komposisi modal dalam bank syariah dalam keadaan sehat maka
semakin kecil kecurangan dapat terjadi didalamnya. Hasil ini konsisten
dengan penelitian yang dilakukan oleh Almilia (2005) yang menyatakan
bahwa Rasio CAR mempunyai pengaruh signifikan terhadap kondisi
bermasalah dan pengaruhnya negatif, artinya semakin rendah rasio
CAR, kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin besar.
Penelitian yang dilakukan oleh Tuutsaadiyah (2015) menyatakan
bahwa BUS pada saat krisispun dapat mempertahankan CARnya
dengan baik sehingga kinerja keuangan bank tersebutpun baik. Hal
serupa juga dinyatakan oleh Hardian (2015) yakni, ketika CAR bank
syariah baik maka kinerja keuangan bank tersebut juga dalam kondisi
baik. Hal ini menunjukkan bahwa bank syariah yang memiliki nilai
CAR semakin besar mempengaruhi rendahnya kecurangan yang terjadi
di bank tersebut.
85
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris pengaruh
Non-Performing Financing, Islamic Corporate Governance, Rasio
Efisiensi Kegiatan Operasional, dan Capital Adequacy Ratio terhadap
fraud pada bank syariah. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian
ini adalah regresi berganda yang diolah menggunakan SPSS. Sampel yang
digunakan merupakan 10 Bank Umum Syariah yang telah memenuhi
kriteria pemilihan sampel dengan periode penelitian dari tahun 2013
sampai dengan 2015.
Berdasarkan hasil analisis, pengujian hipotesis, pembahasan serta
penelitian yang telah dilakukan maka dapat dikemukakan beberapa
kesimpulan penelitian sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda yang telah dilakukan
pada penelitian ini, Non-Performing Financing (NPF) secara
statistik tidak berpengaruh terhadap fraud pada bank syariah.
2. Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda yang telah dilakukan
pada penelitian ini, Islamic Corporate Governance (ICG) secara
statistik berpengaruh positif terhadap fraud pada bank syariah.
3. Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda yang telah dilakukan
pada penelitian ini, Rasio Efisiensi Kegiatan Operasional secara
statistik tidak berpengaruh terhadap fraud pada bank syariah.
86
4. Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda yang telah dilakukan
pada penelitian ini, Capital Adequacy Ratio (CAR) secara
statistik berpengaruh negatif terhadap fraud pada bank syariah.
B. Saran
Adapun saran yang dapat dipertimbangkan bagi penelitian
selanjutnya adalah sebagai berikut:
1. Penelitian selanjutnya disarankan untuk dapat memperluas
populasi dengan menambah jenis lembaga keuangan syariah
lainnya seperti Unit Usaha Syariah, BPRS atau Asuransi Syariah.
2. Penelitian selanjutnya disarankan untuk tidak hanya
menggunakan bank syariah yang ada di Indonesia sebagai objek
penelitian tetapi juga menambahkan bank syariah yang ada di luar
negeri seperti Malaysia, Arab Saudi dan lain sebagainya.
3. Penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah variabel lain
yang mungkin memiliki pengaruh terhadap fraud pada bank
syariah, mengingat variabel independen dalam model ini hanya
dapat menjelaskan 27,5 % variasi variabel fraud pada bank
syariah.
4. Penelitian selanjutnya disarankan menggunakan metode analisis
data yang berbeda dari peneleitian ini.
87
DAFTAR PUSTAKA
Albrecht, W. Steve, Chad O. Albrecht, Conan C. Albecht, Mark F. Zimbelman.
“Fraud Examination fourth edition”, USA: South-Western Cengage
Learning, 2012. Diakses tanggal 15 Januari 2017. https://mnasran.files.
wordpress.com/2015/05/fraud-examination-4th-edition.pdf.
Almilia, Luciana Spica dan Winny Herdiningtyas. “Analisis Rasio CAMEL
terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah pada Lembaga Perbankan
periode 2000-2002”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan STIE Perbanas,
Volume 7 Nomor 2, 2005.
Adityantoro, Kurnia dan Rahardjo. “Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi
Profitabilitas Perbankan di Indonesia”. Diponegoro Journal of
Accounting Tahun 2013, Halaman 1, ISSN (Online): 2337-3806. 2013
Antonio, Karnaen Perwataatmadja dan M. Syafi’i. 1992. “Apa dan Bagaimana
Bank Islam”. Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf.
Anugerah, Rita. “Peranan Good Corporate Governance dalam Pencegahan
Fraud”, Jurnal Akuntansi Universitas Riau, Volume 3 Nomor 1,
Oktober,2014.
Archer,Simon dan Rifaat Ahmed A.K. “Profit-Sharing Investment Accounts in
Islamic Bank: Regulatory Problem and Possible Solutions”, Journal of
Banking Regulation,Vol.10,4,hal 300-306. 2009.
Arthesa, Ade. “Bank dan Lembaga Keuangan bukan Bank”. Jakarta: Indeks. 2004
Asrori. “Implementasi Islamic Corporate Governance dan Implikasinya Terhadap
Kinerja Bank Syariah”, Jurnal Dinamika Akuntansi, Volume 6 Nomor 1,
Maret, 2014.
Association of Certified Fraud Examiners (ACFE), Report to the Nation on
Occupational Fraud and Abuse, 2012.
Association of Certified Fraud Examiners (ACFE). Diakses tanggal 18 Desember
2016. http://www.acfe.com/fraud-tree.aspx.
Astutik ̧ Puji. “Pengaruh Tingkat Kesehatan Bank Menurut Risk Based Bank
Rating terhadap Kinerja Keuangan (Studi pada Bank Umum Syariah di
Indonesia)”. Skripsi Program S1. Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
Universitas Brawijaya. Malang. 2015
Bank Indonesia. Peraturan Bank Indonesia No 11/33/PBI/2009 tentang
Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum Syariah
88
dan Unit Usaha Syariah. Lembar Negara RI Tahun 2009, No. 175 DPbS.
Menteri Hukum dan HAM. Jakarta. 2009.
Bank Indonesia. Peraturan Bank Indonesia No 13/2/PBI/2011 tentang
Pelaksanaan Fungsi Kepatuhan Bank Umum. Lembar Negara RI Tahun
2011, No. 6 DPNP. Menteri Hukum dan HAM. Jakarta. 2011.
Bank Indonesia. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/13/DPbS Tahun 2010
Tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum
Syariah dan Unit Usaha Syariah. Jakarta. 2010.
Bank Indonesia. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/28/DPNP Tahun 2011
Tentang Penerapan Strategi Anti Fraud bagi Bank Umum. Jakarta. 2011.
Bhatti, Maria dan M. Ishaq Bhatti. “Toward Understanding Islamic Corporate
Governance Issues in Islamic Finance.” Asian Politics and Policy,
Volume 2, Nomor 2, 2010.
Committee of Sponsoring Organization of the Treadway Commission (COSO,
Fraudulent Financial Reporting, 2010.
Dendawijaya, Lukman. “Manajemen Perbankan”. Bogor: Ghalia Indonesia. 2005.
Djumena, Erlangga. “Bank Mega Syariah Terseret Kasus Investasi Emas?”.
Diakses tanggal 15 Januari 2017, http://bisniskeuangan.kompas.com/ 89
read/2014/05/08/0821423/Bank.Mega.Syariah.Terseret.Kasus.Investasi.E
mas
El Junusi, Rahman. “Implementasi Shariah Governance serta Implikasinya
terhadap Reputasi dan Kepercayaan Syariah di Bank Syariah”. Al-
Tahrir, Volume 12 Nomor 1, Mei, 2012.
Falikhatun dan Yasmin Umar Assegaf. “Bank Syariah di Indonesia: Ketaatan
Pada Prinsip-Prinsip Syariah dan Kesehatan Finansial”, CBAM-FE
UNISSULA, Volume 2 Nomor 1, Desember, 2012.
Faozan, Akhmad. “Implementasi Good Corporate Governance dan Peran Dewan
Pengawas Syariah di Bank Syariah”, Jurnal La Riba, Volume VII
Nomor 1, Juli, 2013.
Faradila, Astri. “Analisis Manajemen Laba pada Perbankan Syariah”, JRAK,
Volume 4 Nomor 1, Februari, 2013.
Ghozali, Imam.”Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS”,
Semarang: Badan Penerbitan Universitas Diponegoro, 2015.
89
Habbe, Abd. Hamid, Muhammad Ali, dan Muhammad Sabir. “Pengaruh Rasio
Kesehatan Bank terhadap Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah Dan
Bank Konvensional di Indonesia”, Jurnal Analisis, Volume 1 Nomor 1,
Juni, 2012.
Hardian, Guruh Panji. “Pengaruh Tingkat Kesehatan Bank terhadap Kinerja Bank
Umum Syariah tahun 2011-2013 (Dengan Pendekatan Metode Risk
Based Bank Rating)”. Skripsi Program S1. Fakultas Syariah dan Hukum.
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Yogyakarta. 2015.
Hasanah, Uswatun. “Kepatuhan prinsip-prinsip syariah dan Islamic corporate
overnance terhadap kesehatan finansial pada Bank Umum Syariah”.
Skripsi Program S1. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang.
Semarang. 2015.
In’airat, Mohammad. “The Role of Corporate Governance in Fraud Reduction –
A Preception in the Saudi Arabia Business Environment”, Journal of
Accounting and Finance, Vol 15(2). 2015.
Jensen, M. C., and W. Meckling. “Theory of the Firm: Managerial Behavior,
Agency Costs, and Ownership Structure”, Journal of Financial
Economic 3, 305-360, 1976.
Junita, Nuur. Deteksi Kecurangan Laporan Keuangan Perbankan Syariah dalam
Perspektif Fraud Triangle Theory (Studi Empiris pada Bank Umum
Syariah Tahun 2010-2014). Skripsi Program S1. Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Yogyakarta. 2016
Kasmir. “Bank dan Lembaga Keuangan lainnya”. Jakarta: Rajawali Press. 2011.
Koesmana, Deddy S, Kristiawan, Humbul dan Rizki Ahmad. “Peran Auditor
Internal dalam Mencegah dan Mendeteksi Terjadinya Fraud menurut
Standar Profesi” Economic Business & Accounting Review, Vol II No.1.
hal 59-71. 2007.
Komite Nasional Kebijakan Governance, Prinsip Dasar dan Pedoman Pelaksanaan
Good Corporate Governance Perbankan Indonesia, 2012.
Koroy, Tri R. “Pendeteksian Kecurangan (Fraud) Laporan Keuangan oleh
auditor eksternal”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol. 10 No. 1. 2008.
Kumalasari, Vita. “Pengaruh Indikator Kesehatan Bank menurut Risk Based Bank
Rating terhadap Kinerja Keuangan Bank (Studi Kasus pada Bank Umum
Syariah di Indonesia)”. Skripsi Program S1. Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Yogyakarta.
2016.
90
Kusumo, Yunanto Adi. “Analisis Kinerja Keuangan Bank Syariah Mandiri
periode 2002 – 2007 (dengan Pendekatan PBI No. 9/1/PBI/2007)”.
La_Riba, Jurnal Ekonomi Islam, Universitas Islam Indonesia. 2008.
Laela, Sugiyarti Fatma. “Kualitas Laba dan Corporate Governance: Benarkah
Kualitas Laba Bank Syariah Lebih Rendah dari Bank Konvensional?”,
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Volume 9 Nomor 1, Juni
2012.
Makmun, Faisol Muhammad. “Pengaruh Risk Based Bank Rating (RBBR) dan
Sharia Complaince terhadap Kinerja Keuangan Bank pada Bank Umum
Syariah di Indonesia”. Skripsi Program S1. Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Yogyakarta. 2016.
Maradita, Aldira. “Karakteristik Good Corporate Governance Pada Bank Syariah
dan Bank Konvensional”, Yuridika, Volume 29 Nomor 2, 2012.
Najib, Haifa dan Rini. “Pengaruh Sharia Compliance dan Islamic Corporate
Governance terhadap Fraud pada Bank Syariah”. Simposium Nasional
Akuntansi XIX, Lampung, 2016.
Nazir, Mohammad. “Metode Penelitian”. Jakarta: Ghalia Indonesia. 2003.
Otoritas Jasa keuangan. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
8/POJK.03/2014 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum
Syariah dan Unit Usaha Syariah. Jakarta. 2014.
Prabowo, Dani.”Kredit Fiktif BSM Terendus Sejak 2012, 3 Pegawai Sudah
Dipecat”. Diakses tanggal 15 Januari 2017,
http://megapolitan.kompas.com/
read/2013/10/24/2349078/Kredit.Fiktif.BSM.Terendus.sejak.2012.3.Pega
wai.Sudah.Dipecat
Priantara, Diaz. “Fraud Auditing & Investigation”. Jakarta: Mitra Wacana Media.
2013.
Purwanto, Erwan Agus dan Dyah Ratih. “Metode Penelitian Kuantitatif untuk
Administrasi Publik dan Masalah-masalah Sosial”. Yogyakarta: Penerbit
Gava Media. 2017.
Rahman, R. Abdul dan I.S. Khair Anwar. “Types of Fraud among Islamic Banks
in Malaysia”, International Journal of Trade, Economics and Finance,
Volume 5 Nomor 2, April, 2014.
91
Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Lembar
Negara RI Tahun 1998, No. 182. Menteri Negara Sekertaris Negara.
Jakarta. 1998.
Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah. Lembar Negara RI Tahun 2008, No. 94. Sekertariat Negara.
Jakarta. 2008.
Risda, Iin Afriani. “Analisis Kinerja Keuangan Bank Syariah dengan Model Risk
Based Bank Rating dan Sharia Conformity and Profitability (SCNP)
Model di Indonesia (Periode 2013-2015”). Skripsi Program S1. Fakultas
Ekonomi dan Bisnis. Universitas Hasanuddin. Makassar. 2016.
Sebatiningrum, Nur Khasanah. “Pengaruh CAR, Likuiditas, dan Efisiensi
Operasional terhadap Profitabilitas Perbankan yang terdapat di Bursa
Efek Jakarta”. Skripsi Program S1. Fakultas Ekonomi. Universitas
Negeri Semarang. Semarang. 2006
Setiawan, Azis Budi. “Kesehatan Finansial dan Kinerja Sosial Bank Umum
Syariah di Indonesia”. Seminar Ilmiah: Kerjasama Magister Sains
Keuangan: Universitas Paramadhina, Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI)
Pusat, dan Masyarakat Ekonomi Syariah (MES). 2009.
Sula, Atik Emilia, Moh. Nizarul Alim dan Prasetyo. “Pengawasan, Strategi Anti
Fraud, dan Audit Kepatuhan Syariah sebagai Upaya Fraud Preventive
pada Lembaga Keuangan Syariah”, JAFFA, Volume 02 Nomor 2,
Oktober,2014.
Tiscini, Riccardo dan Francesca di Donato. “The Relation Between Accounting
Frauds and Corporate Governance System: an Analysis of Recent
Scandals”. Universitas Mercatorum.2006. Diakses tanggal 14 Januari
2017. http://papers.ssrn.com/sol3/ papers.cfm?abstract_id=1086624.
The Institute of Internal Auditors. International Standards for the Professional
Practice of Internal Auditing (Standards). 2012.
Triandaru, Sigit. “Bank dan Lembaga Kuangan lain”. Jakarta: Salemba Empat.
2006.
Triwahyuningtyas, Endah dan Ismail. “Analisis Kinerja Keuangan Bank Umum
Syariah dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya”, e-Jurnal
Manajemen Kinerja. 2014.
Tuanakotta, Theodorus M. “Akuntansi Forensik & Audit Investigatif”. Jakarta:
Salemba Empat. 2014.
92
Tutsaadiyah, Dini Halimah. “Analisis Tingkat Kesehatan Bank Syariah di
Indonesia pada saat Krisis Keuangan Global dan setelah Krisis
Keuangan Global (2008-2013)”. Skripsi Program S1. Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan . Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Jakarta. 2015.
Veithzal, Rivai. “Bank and Financial Institute Management”. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada. 2007.
Widyaningrum, Asih Hening, Suhadak, dan Tpowijono. “ANALISIS TINGKAT
KESEHATAN BANK DENGAN MENGGUNAKAN METODE RISK-
BASED BANK RATING (RBBR) (Studi pada Bank yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia dalam IHSG Sub Sektor Perbankan Tahun 2012)”.
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), Volume 9, Nomor 2, April 2014.
Wijaya, Angga Sukma. “Kasus Gadai Emas Perburuk Citra Produk Syariah”.
Diakses tanggal 15 Januari 2017.
https://m.tempo.co/read/news/2012/10/04/ 087433724/kasus-gadai-emas-
perburuk-citra-produk-syariah.
Yacheva, Nora, Muhammad Saifi, dan Zahroh Z.A. “ ANALISIS TINGKAT
KESEHATAN BANK DENGAN METODE RBBR (RISK-BASED BANK
RATING) (Studi pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2014)”. Jurnal
Administrasi Bisnis (JAB), Volume 37, Nomor 1, Agustus 2016.
93
LAMPIRAN-LAMPIRAN
94
LAMPIRAN 1
Daftar Populasi Penelitian
No Nama Bank Umum Syariah
1. PT. Bank BCA Syariah
2. PT. Bank BNI Syariah
3. PT. Bank BRI Syariah
4. PT. Bank Syariah Bukopin
5. PT. Bank Syariah Mandiri
6. PT. Bank Mega Syariah
7. PT. Bank Muamalat Indonesia
8. PT. Bank Panin Syariah
9. PT. Bank Victoria Syariah
10. PT. Bank Jabar Banten Syariah
11. PT. Maybank Syariah Indonesia
12. PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah
Daftar Sampel Penelitian
No Nama Bank Umum Syariah
1. PT. Bank BCA Syariah
2. PT. Bank BNI Syariah
3. PT. Bank BRI Syariah
4. PT. Bank Syariah Bukopin
5. PT. Bank Syariah Mandiri
6. PT. Bank Mega Syariah
7. PT. Bank Muamalat Indonesia
8. PT. Bank Panin Syariah
9. PT. Bank Victoria Syariah
10. PT. Maybank Syariah Indonesia
95
LAMPIRAN 2
Perhitungan Non-Performing Financing
2013
NO BUS Pembiayaan Bermasalah Total Pembiayaan NPF
1. BCA Syariah Rp 1.421.600.000 Rp 1.421.600.000.000 0,1
2. BNI Syariah Rp 209.105.682.600 Rp11.242.241.000.000 1,86
3. BRI Syariah Rp 575.194.897.200 Rp14.167.362.000.000 4,06
4. Syariah Bukopin Rp 140.126.668.500 Rp 3.281.655.000.000 4,27
5. Syariah Mandiri Rp 2.179.872.000.000 Rp50.460.000.000.000 4,32
6. Mega Syariah Rp 214.124.622.000 Rp 7.185.390.000.000 2,98
7. Muamalat Rp 2.345.036.100.000 Rp41.801.000.000.000 5,61
8. Panin Syariah Rp 26.467.215.000 Rp 2.594.825.000.000 1,02
9. Maybank Syariah Rp 38.736.000.000 Rp 1.440.000.000.000 2,69
10. Victoria Syariah Rp 31.903.922.400 Rp 859.944.000.000 3,71
2014
NO BUS Pembiayaan Bermasalah Total Pembiayaan NPF
1. BCA Syariah Rp 2.132.200.000 Rp 2.132.200.000.000 0,1
2. BNI Syariah Rp 279.821.338.800 Rp15.044.158.000.000 1,86
3. BRI Syariah Rp 721.805.700.000 Rp15.691.430.000.000 4,6
4. Syariah Bukopin Rp 151.026.304.000 Rp 3.710.720.000.000 4,07
5. Syariah Mandiri Rp 3.360.697.200.000 Rp49.133.600.000.000 6,83992
6. Mega Syariah Rp 212.225.640.800 Rp 5.455.672.000.000 3,89
7. Muamalat Rp 2.824.056.735.000 Rp43.115.370.000.000 6,55
8. Panin Syariah Rp 25.102.464.200 Rp 4.736.314.000.000 0,53
9. Maybank Syariah Rp 81.515.952.000 Rp 1.617.380.000.000 5,04
10. Victoria Syariah Rp 76.450.031.000 Rp 1.076.761.000.000 7,1
2015
NO BUS Pembiayaan Bermasalah Total Pembiayaan NPF
1. BCA Syariah Rp 20.828.500.000 Rp 2.975.500.000.000 0,7
2. BNI Syariah Rp 449.456.954.100 Rp17.765.097.000.000 2,53
3. BRI Syariah Rp 809.688.976.200 Rp16.660.267.000.000 4,86
4. Syariah Bukopin Rp 128.783.246.800 Rp 4.307.132.000.000 2,99
5. Syariah Mandiri Rp 3.096.054.000.000 Rp51.090.000.000.000 6,06
6. Mega Syariah Rp 179.408.749.800 Rp 4.211.473.000.000 4,26
7. Muamalat Rp 2.896.240.725.000 Rp40.734.750.000.000 7,11
8. Panin Syariah Rp 147.806.000.000 Rp 5.620.000.000.000 2,63
9. Maybank Syariah Rp 545.608.845.000 Rp 1.552.230.000.000 35,15
10. Victoria Syariah Rp 105.416.738.000 Rp 1.075.681.000.000 9,8
96
Perhitungan Rasio Efisiensi Kegiatan Operasional
20
13
NO BUS Beban Operasional Pendapatan Operasional BOPO
1. BCA Syariah Rp 63.714.300.000 Rp 86.696.500.000 73,491202
2. BNI Syariah Rp 878.405.000.000 Rp 1.061.877.000.000 82,721916
3. BRI Syariah Rp 926.592.000.000 Rp 1.111.030.000.000 83,399368
4. Syariah Bukopin Rp 370.555.823.215 Rp 401.502.992.154 92,29217
5. Syariah Mandiri Rp 4.863.000.000.000 Rp 6.631.000.000.000 73,337355
6. Mega Syariah Rp 1.487.276.000.000 Rp 1.673.842.000.000 88,854026
7. Muamalat Rp 2.318.990.000.000 Rp 2.612.380.000.000 88,769245
8. Panin Syariah Rp 254.684.000.000 Rp 283.759.000.000 89,753629
9. Maybank Syariah Rp 92.836.000.000 Rp 138.786.000.000 66,891473
10. Victoria Syariah Rp 102.792.000.000 Rp 111.775.000.000 91,963319
2014
NO BUS Beban Operasional Pendapatan Operasional BOPO
1. BCA Syariah Rp 92.006.900.000 Rp 101.533.600.000 90,617195
2. BNI Syariah Rp 1.119.482.000.000 Rp 1.435.051.000.000 78,00991
3. BRI Syariah Rp 1.069.775.000.000 Rp 1.145.232.000.000 93,411204
4. Syariah Bukopin Rp 155.037.000.000 Rp 171.280.000.000 90,516698
5. Syariah Mandiri Rp 5.522.000.000.000 Rp 6.489.000.000.000 85,097858
6. Mega Syariah Rp 1.359.262.000.000 Rp 1.380.376.000.000 98,470417
7. Muamalat Rp 2.025.960.000.000 Rp 2.176.130.000.000 93,099217
8. Panin Syariah Rp 462.281.000.000 Rp 559.789.000.000 82,581294
9. Maybank Syariah Rp 118.119.000.000 Rp 169.712.000.000 69,599675
10. Victoria Syariah Rp 73.269.000.000 Rp 47.994.000.000 152,66283
2015
NO BUS Beban Operasional Pendapatan Operasional BOPO
1. BCA Syariah Rp 107.770.300.000 Rp 172.522.500.000 62,467388
2. BNI Syariah Rp 1.193.136.000.000 Rp 1.701.988.000.000 70,102492
3. BRI Syariah Rp 1.137.438.000.000 Rp 1.527.770.000.000 74,450866
4. Syariah Bukopin Rp 169.975.000.000 Rp 214.682.000.000 79,175245
5. Syariah Mandiri Rp 5.482.000.000.000 Rp 6.899.000.000.000 79,460791
6. Mega Syariah Rp 1.413.931.000.000 Rp 1.420.692.000.000 99,524105
7. Muamalat Rp 2.264.600.000.000 Rp 2.431.730.000.000 93,127115
8. Panin Syariah Rp 656.310.000.000 Rp 734.237.000.000 89,386669
9. Maybank Syariah Rp 472.855.000.000 Rp 245.511.000.000 192,60033
10. Victoria Syariah Rp 81.237.000.000 Rp 48.713.000.000 166,76657
97
Perhitungan Capital Adequacy Ratio
2013
NO BUS Modal Bank Total ATMR CAR
1. BCA Syariah Rp 321.400.000.000 Rp 1.438.000.000.000 22,35049
2. BNI Syariah Rp 1.365.396.000.000 Rp 8.413.837.000.000 16,22798
3. BRI Syariah Rp 1.765.133.000.000 Rp 12.180.402.000.000 14,49158
4. Syariah Bukopin Rp 358.919.000.000 Rp 3.232.827.000.000 11,10233
5. Syariah Mandiri Rp 5.344.901.000.000 Rp 37.904.941.000.000 14,1008
6. Mega Syariah Rp 746.968.890.000 Rp 5.749.199.601.000 12,99257
7. Muamalat Rp 5.943.244.000.000 Rp 34.414.939.000.000 17,26937
8. Panin Syariah Rp 537.402.564.000 Rp 2.579.431.546.000 20,83415
9. Maybank Syariah Rp 992.216.000.000 Rp 1.670.116.142.064 59,41
10. Victoria Syariah Rp 164.018.470.671 Rp 891.613.000.000 18,3957
2014
NO BUS Modal Bank Total ATMR CAR
1. BCA Syariah Rp 637.854.000.000 Rp 2.157.000.000.000 29,57135
2. BNI Syariah Rp 2.004.358.000.000 Rp 10.876.820.000.000 18,42779
3. BRI Syariah Rp 1.767.087.000.000 Rp 13.710.805.000.000 12,88828
4. Syariah Bukopin Rp 567.814.000.000 Rp 3.835.920.000.000 14,80255
5. Syariah Mandiri Rp 5.328.329.000.000 Rp 37.746.024.000.000 14,11627
6. Mega Syariah Rp 812.682.712.000 Rp 4.219.493.866.000 19,26019
7. Muamalat Rp 5.751.648.147.000 Rp 41.334.187.915.000 13,91499
8. Panin Syariah Rp 1.077.569.116.000 Rp 4.194.517.530.000 25,68994
9. Maybank Syariah Rp 1.048.169.000.000 Rp 2.010.682.908.114 52,13
10. Victoria Syariah Rp 137.740.170.463 Rp 901.838.274.531 15,27327
2015
NO BUS Modal Bank Total ATMR CAR
1. BCA Syariah Rp 1.070.282.000.000 Rp 3.117.816.000.000 34,32794
2. BNI Syariah Rp 2.254.181.000.000 Rp 14.559.030.000.000 15,48304
3. BRI Syariah Rp 2.343.249.000.000 Rp 16.814.444.000.000 13,93593
4. Syariah Bukopin Rp 690.593.000.000 Rp 4.233.939.000.000 16,31089
5. Syariah Mandiri Rp 6.187.390.000.000 Rp 48.146.553.000.000 12,85116
6. Mega Syariah Rp 882.992.142.000 Rp 4.716.091.537.000 18,72296
7. Muamalat Rp 5.143.373.124.000 Rp 37.713.341.431.000 13,63807
8. Panin Syariah Rp 1.176.549.462.000 Rp 5.796.714.072.000 20,29683
9. Maybank Syariah Rp 754.605.000.000 Rp 1.965.117.187.500 38,4
10. Victoria Syariah Rp 146.736.600.762 Rp 909.371.189.998 16,13605
98
Nilai Islamic Corporate Governance
No BUS 2013 2014 2015
1 BCA Syariah 1,6 1 1
2 BNI Syariah 1,3 2 2
3 BRI Syariah 1,35 1,74 1,61
4 Syariah Bukopin 1,5 2 2
5 Syariah Mandiri 1,85 2 1
6 Mega Syariah 1,869 2 2
7 Muamalat 1,15 3 3
8 Panin Syariah 1,35 1,4 2
9 Maybank Syariah 2,17 2 3
10 Victoria Syariah 1,66 1,93 3
Jumlah Fraud pada Bank Syariah
No BUS 2013 2014 2015
1 BCA Syariah 0 1 0
2 BNI Syariah 4 3 3
3 BRI Syariah 21 11 4
4 Syariah Bukopin 0 0 0
5 Syariah Mandiri 34 25 8
6 Mega Syariah 69 39 1
7 Muamalat 1 6 2
8 Panin Syariah 0 0 4
9 Maybank syariah 0 0 0
10 Victoria syariah 1 10 7
99
LAMPIRAN 3
A. Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
NPF 30 ,10 35,15 4,9097 6,16318
BOPO 30 62,50 192,60 94,6090 23,75611
CAR 30 11,10 59,41 20,5773 11,55353
ICG 30 1,00 3,00 1,8493 ,57400
Fraud 30 ,00 69,00 8,4667 15,30998
Valid N (listwise) 30
B. Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Predicted Value
N 30
Normal Parametersa,b Mean ,8211389
Std. Deviation ,80175851
Most Extreme Differences Absolute ,116
Positive ,070
Negative -,116
Kolmogorov-Smirnov Z ,635
Asymp. Sig. (2-tailed) ,815
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
100
2. Uji Multikolonieritas
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta
Tolerance VIF
1 (Constant)
1,459 2,507
,582 ,566
NPF ,109 ,174 ,122 ,624 ,538 ,656 1,524
BOPO -,035 ,025 -,320 -1,417 ,169 ,489 2,045
CAR -,064 ,020 -,902 -3,274 ,003 ,329 3,037
ICG 2,178 ,935 ,502 2,328 ,028 ,537 1,863
a. Dependent Variable: frd
3. Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R
Square Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 ,612a ,375 ,275 1,11482 1,798
a. Predictors: (Constant), ICG, NPF, BOPO, CAR
b. Dependent Variable: frd
4. Uji Heteroskedastisitas
101
Uji Glejser
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta
Tolerance VIF
1 (Constant) -2,776E-16
2,507
,000 1,000
NPF ,000 ,174 ,000 ,000 1,000 ,656 1,524
ICG ,000 ,935 ,000 ,000 1,000 ,537 1,863
BOPO ,000 ,025 ,000 ,000 1,000 ,489 2,045
CAR ,000 ,020 ,000 ,000 1,000 ,329 3,037
a. Dependent Variable: AbsUt
C. Uji Hipotesis
Variables Entered/Removedb
Model Variables Entered
Variables Removed Method
1 ICG, NPF, BOPO, CAR
. Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: frd
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 ,612a ,375 ,275 1,11482 1,798
a. Predictors: (Constant), ICG, NPF, BOPO, CAR
b. Dependent Variable: frd
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 18,642 4 4,660 3,750 ,016a
Residual 31,071 25 1,243
Total 49,713 29
102
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Toleranc
e VIF
1 (Constant)
1,459 2,507
,582 ,566
NPF ,109 ,174 ,122 ,624 ,538 ,656 1,524
BOPO -,035 ,025 -,320 -1,417 ,169 ,489 2,045
CAR -,064 ,020 -,902 -3,274 ,003 ,329 3,037
ICG 2,178 ,935 ,502 2,328 ,028 ,537 1,863