pengaruh tingkat kepatuhan, pemeriksaan pajak serta perubahan ...

download pengaruh tingkat kepatuhan, pemeriksaan pajak serta perubahan ...

If you can't read please download the document

Transcript of pengaruh tingkat kepatuhan, pemeriksaan pajak serta perubahan ...

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    i

    PENGARUH TINGKAT KEPATUHAN, PEMERIKSAAN PAJAK

    SERTA PERUBAHAN PENGHASILAN KENA PAJAK TERHADAP

    PENINGKATAN PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB

    PAJAK ORANG PRIBADI PADA KPP PRATAMA SURAKARTA

    Skripsi

    Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat untuk

    Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi

    Universitas Sebelas Maret Surakarta

    Oleh:

    ICHWANUL KAMILA

    NIM. F0306099

    JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

    UNIVERSITAS SEBELAS MARET

    SURAKARTA

    2010

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    ii

    ABSTRAK

    PENGARUH TINGKAT KEPATUHAN, PEMERIKSAAN PAJAK

    SERTA PERUBAHAN PENGHASILAN KENA PAJAK TERHADAP

    PENINGKATAN PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN

    WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PADA

    KPP PRATAMA SURAKARTA

    OLEH:

    ICHWANUL KAMILA

    NIM. F 0306099

    Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tingkat

    kepatuhan, pemeriksaan pajak, serta perubahan Penghasilan Kena Pajak terhadap

    peningkatan penerimaan pajak penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi pada KPP

    Pratama Surakarta dengan jumlah sampel penelitian 310 Wajib Pajak Orang

    Pribadi yang diperoleh dengan purposive sampling selama periode Maret-April

    2009. Untuk tujuan tersebut, penelitian ini menggunakan alat analisis regresi

    berganda dengan bantuan software komputer untuk statistik SPSS versi 16.0.

    Pengujian dan analisis data yang dilakukan meliputi uji asumsi klasik

    terdiri dari normalitas data, autokorelasi, multikolinieritas dan heteroskedastisitas

    serta pengujian hipotesis. Analisis data menunjukkan bahwa asumsi klasik untuk

    model regresi yang digunakan terpenuhi dan menunjukkan bahwa kepatuhan

    Wajib Pajak berpengaruh positif terhadap peningkatan penerimaan pajak

    penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi, begitu pula untuk pemeriksaan pajak dan

    perubahan Penghasilan Kena Pajak berpengaruh terhadap peningkatan

    penerimaan pajak penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi. Hasil ini

    mengindikasikan bahwa seluruh hiptesis penelitian diterima atau didukung.

    Penelitian ini memiliki keterbatasan yang dapat berpengaruh pada hasil

    penelitian. Penelitian ini hanya dilakukan pada Wajib Pajak Orang Pribadi

    sehingga tidak dapat diperbandingkan dengan Wajib Pajak Badan. Selain itu,

    penelitian ini hanya menggunakan periode pengambilan sampel satu bulan

    sebelum dan sesudah batas penyampaian Surat Pemberitahuan pajak tahunan serta

    hanya menggunakan empat variabel penelitian.

    Key words: Tingkat kepatuhan, Perubahan Penghasilan Kena Pajak,

    Pemeriksaan pajak, Peningkatan Penerimaan Pajak Penghasilan

    Wajib Pajak Orang Pribadi,

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    iii

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    iv

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    v

    MOTTO

    Twenty years from now, you will be more disappointed by

    the things you did not do than by the things you did do. So,

    throw off the bowlines, Sail away from the safe harbour,

    Catch the trade winds in your sails.

    Explore, Dream, Discover

    (Mark Twain)

    Hiduplah sedemikian rupa seolah-olah akan mati besok.

    Belajarlah seolah-olah kau hidup selamanya

    (Mahatma Gandhi)

    Keberhasilan susungguhnya adalah mengatasi rasa takut

    akan ketidak-berhasilan

    (Paul Sweeny)

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    vi

    PERSEMBAHAN

    Karya kecil ini ku persembahkan

    untuk:

    1. Allah SWT atas segala limpahan

    rahmat dan nikmat Nya.

    2. Papa dan Mamaku tersayang atas

    segala doa, pengorbanan, cinta

    dan kasih sayangnya, tanpa kalian

    aku bukanlah apa-apa di dunia

    ini.

    3. Kakakku tersayang atas segala

    dukungan dan motivasinya untukku.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    vii

    4. Wangsit Nugrohomakasih untuk

    tiap waktu yang kita lewati

    bersama hingga detik ini.

    5. Almamaterku tercinta Fakultas

    Ekonomi Universitas Sebelas

    Maret.

    KATA PENGANTAR

    Assalamualaikum Wr.Wb

    Alhamdulillahi Rabbilalamin Puji syukur penulis panjatkan kehadirat

    Allah SWT atas segala kasih dan karunia yang dilimpahkan Nya sehingga penulis

    dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Pengaruh Tingkat Kepatuhan,

    Pemeriksaan Pajak, Perubahan Penghasilan Kena Pajak serta Perubahan

    Penghasilan Tidak Kena Pajak terhadap Peningkatan Penerimaan Pajak

    Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi pada KPP Pratama Surakarta.

    Skripsi ini disusun guna memenuhi tugas dan persyaratan dalam meraih

    gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi di Fakultas Ekonomi Universitas

    Sebelas Maret Surakarta.

    Penulisan skripsi ini tidak akan berjalan lancar tanpa adanya doa, bantuan,

    dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima

    kasih kepada:

    1. Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com, Ak. selaku Dekan Fakultas Ekonomi

    Universitas Sebelas Maret Surakarta.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    viii

    2. Drs. Jaka Winarna, MSi, Ak. selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas

    Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

    3. Dra. Evi Gantyowati, MSi, Ak. selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas

    Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

    4. Sri Suranta, SE, MSi, Ak. selaku pembimbing skripsi yang telah banyak

    meluangkan waktunya dengan sabar guna memberikan bimbingan dan saran

    yang sangat berguna dalam penyusunan skripsi ini.

    5. Dra. Muthmainah, MSi, Ak. selaku pembimbing akademik.

    6. Seluruh dosen dan staf karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret

    Surakarta atas pelayanan yang telah diberikan.

    7. Papa, mama dan kakakku tersayang yang selalu memberikan doa, dukungan,

    dan motivasi dalam hidupku.

    8. Serta semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang

    tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

    Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena

    itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi

    kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak,

    khususnya pembaca yang membutuhkan informasi yang berkaitan dengan skripsi

    ini.

    Wassalamualaikum Wr.Wb

    Surakarta, Agustus 2010

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    ix

    Penulis

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL ....... i

    ABSTRAK ..... ii

    HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..... iii

    PENGESAHAN TIM PENGUJI . iv

    HALAMAN MOTO ...... v

    PERSEMBAHAN .. vi

    KATA PENGANTAR ... vii

    DAFTAR ISI ...... ix

    DAFTAR TABEL . xii

    DAFTAR GAMBAR xiii

    BAB I PENDAHULUAN ....... 1

    A. Latar Belakang Masalah ...... 1

    B. Perumusan Masalah .... 6

    C. Tujuan Penelitian .... 7

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    x

    D. Manfaat Penelitian ...... 7

    E. Sistematika Penulisan . 8

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA . 10

    A. Pengertian Pajak ........ 10

    B. Tin

    gkat Kepatuhan 13

    C. Pemeriksaan Pajak 16

    D. Penghasilan Kena Pajak (PhKP) ... 20

    E. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) .... 21

    F. Penerimaan Pajak .. 23

    G. Penelitian Terdahulu . 24

    H. Kerangka Teoritis . 25

    I. Hip

    otesis ... 26

    BAB III METODA PENELITIAN ... 30

    A. Desain Penelitian .. 30

    B. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling .. 30

    C. Data dan Sumber Data . 32

    D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 33

    E. Metode Analisis Data .... 36

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    xi

    BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 43

    A. Hasil Pengumpulan Data .... 43

    B. Analisis Deskriptif . 43

    C. Pengujian Asumsi Klasik ... 46

    D. Pengujian Hipotesis .... 50

    E. Pembahasan Hasil Penelitian . 55

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 58

    A. Kesimpulan .... 58

    B. Keterbatasan Penelitian .. 69

    C. Saran ... 70

    DAFTAR PUSTAKA .. 62

    LAMPIRAN .... 64

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    xii

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    1. Tabel IV. 1 Hasil Uji Statistik

    Deskriptif41

    2. Tabel IV.2 Hasil Uji Normalitas

    Data.43

    3. Tabel IV.3 Hasil Uji Normalitas Data

    Setelah Outlier....44

    4. Tabel IV.4 Hasil Uji

    Multikolinieritas.45

    5. Tabel IV.5 Hasil Uji

    Autokorelasi...46

    6. Tabel IV.6 Hasil Uji

    Heterokedastisitas..46

    7. Tabel IV.7 Hasil Analisis Regresi

    Ganda47

    8. Tabel IV. 8 Hasil Uji

    F.49

    9. Tabel IV. 9 Hasil Uji

    t..50

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    xiii

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar II. 1 Kerangka Pemikiran....26

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Berpedoman pada APBN, pemerintah memenuhi kebutuhan dana dengan

    mengandalkan dua sumber pokok, yaitu sumber dana luar negeri dan sumber dana

    dalam negeri. Sumber dana luar negeri misalnya pinjaman luar negeri dan hibah

    (grant), sedangkan sumber dana dalam negeri misalnya penjualan migas dan non

    migas serta pajak. Untuk menjadi bangsa yang mandiri, pemerintah terus

    mengoptimalkan sumber dana dalam negeri.

    Perkembangan pajak merupakan komponen utama penerimaan dalam

    negeri. Hal ini nampak dari terus meningkatnya proporsi penerimaan pajak

    terhadap total APBN. Pajak memberikan kontribusi sebesar 80 persen dari seluruh

    penerimaan negara. Langkah pemerintah untuk meningkatkan penerimaan dari

    sektor perpajakan dimulai dengan melakukan reformasi perpajakan secara

    menyeluruh pada tahun 1983, dan sejak saat itulah, Indonesia menganut sistem

    self assesment. Penerapan self assesment system akan efektif apabila kondisi

    kepatuhan sukarela (voluntary compliance) pada masyarakat telah terbentuk

    (Darmayanti, 2004). Kenyataan yang ada di Indonesia menunjukkan tingkat

    kepatuhan masih rendah, hal ini bisa dilihat dari belum optimalnya penerimaan

    pajak yang tercermin perbandingan tax ratio di Negara Asia tahun 2002 yaitu

    sebesar 13% (Nasucha, 2004:6).

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    2

    Dalam official assessment system tanggung jawab pemungutan terletak

    sepenuhnya pada penguasa pemerintah, sedangkan dalam self assessment system

    Wajib Pajak diberi kepercayaan penuh untuk menghitung, memperhitungkan,

    membayar atau menyetor dan melaporkan besarnya pajak yang terhutang sesuai

    dengan jangka waktu yang telah ditentukan dalam peraturan perundang-undangan

    perpajakan. Nampak jelas disini bahwa dalam self assessment system Wajib Pajak

    lebih dipandang sebagai subjek bukan sebagai objek pajak.

    Sebagai konsekuensi dari perubahan ini Direktorat Jenderal Pajak (DJP)

    berkewajiban untuk melakukan pelayanan, pengawasan, pembinaan, dan

    penerapan sanksi pajak. Untuk mewujudkan self assessment system dituntut

    kepatuhan Wajib Pajak itu sendiri. Kenyataannya belum semua potensi pajak

    yang ada dapat digali, sebab masih banyak Wajib Pajak yang belum memiliki

    kesadaran akan betapa pentingnya pemenuhan kewajiban perpajakan baik bagi

    negara maupun bagi mereka sendiri sebagai warga negara yang baik. Dalam

    kondisi tersebut keberadaan self assessment system memungkinkan Wajib Pajak

    untuk melakukan kecurangan pajak. Tanpa adanya penelitian dan pemeriksaan

    pajak serta tidak adanya ketegasan dari instansi pajak, maka ketidakpatuhan

    Wajib Pajak tersebut dapat berkembang sedemikian rupa sehingga bisa mencapai

    suatu tingkat dimana sistem perpajakan akan menjadi lumpuh.

    Untuk menjaga agar Wajib Pajak tetap berada dalam koridor peraturan

    perpajakan, maka diantisipasi dengan melakukan pemeriksaan terhadap Wajib

    Pajak yang memenuhi kriteria untuk diperiksa. Sebagaimana telah diatur dalam

    salah satu ketentuan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    3

    direvisi oleh Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000 dan direvisi kembali oleh

    Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara

    Perpajakan, yaitu dalam Pasal 29 ayat (1) bahwa Direktur Jenderal Pajak

    berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan Wajib Pajak dan

    untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-

    undangan perpajakan. Penelitian Salip dan Wato (2006) menyimpulkan bahwa

    dengan pemeriksaan pajak akan mendorong timbulnya kepatuhan Wajib Pajak,

    sehingga akan berdampak pada peningkatan penerimaan pajak pada Kantor

    Pelayanan Pajak yang pada akhirnya pajak yang dibayarkan Wajib Pajak akan

    masuk dalam kas negara.

    Bagi Kantor Pelayanan Pajak, penerimaan pajak apapun jenisnya baik itu

    Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, dan jenis pajak lainnya yang

    diterima sangat tergantung pada tingkat kepatuhan Wajib Pajak baik dalam

    melaporkan dan melunasi pajaknya. Dengan demikian, pemeriksaan pajak

    merupakan pagar penjaga agar Wajib Pajak tetap mematuhi kewajibannya. Dari

    sekian banyak jenis pajak yang ada, Pajak Penghasilan (PPh) merupakan harapan

    pemerintah untuk setiap tahunnya bertambah besar, baik dari jumlah penerimaan

    maupun dari segi Wajib Pajak yang membayarnya.

    Untuk mencapai target pajak, perlu ditumbuhkan terus-menerus kesadaran

    dan kepatuhan masyarakat Wajib Pajak untuk memenuhi kewajiban pajak sesuai

    dengan ketentuan yang berlaku. Mengingat kesadaran dan kepatuhan Wajib Pajak

    merupakan faktor penting bagi peningkatan penerimaan pajak, maka perlu secara

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    4

    intensif dikaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak,

    khususnya Wajib Pajak Orang Pribadi.

    Penelitian mengenai kepatuhan pajak sudah dilakukan oleh beberapa

    dengan menggunakan kerangka model Theory of Planned Behavior (TPB) untuk

    menjelaskan perilaku kepatuhan pajak Wajib Pajak Orang Pribadi (Bobek, 2003).

    Model TPB yang digunakan dalam penelitian memberikan penjelasan yang

    signifikan, bahwa perilaku tidak patuh (noncompliance) Wajib Pajak sangat

    dipengaruhi oleh variabel sikap, norma subyektif, dan kontrol keperilakuan yang

    dipersepsikan. Bradley (1994) dan Siahaan (2005) melakukan penelitian

    kepatuhan Wajib Pajak Badan dengan responden tax professional. Penelitian

    keduanya bukan merupakan penelitian perilaku. Tax professional adalah orang

    profesional di perusahaan yang ahli di bidang perpajakan. Oleh karena itu, untuk

    menjelaskan perilaku Wajib Pajak Badan yang dalam hal ini diwakili oleh tax

    professional perlu menggunakan teori perilaku individu dan perilaku organisasi.

    Sementara itu, Salip dan Wato (2006) menguji pengaruh pemeriksaan

    pajak terhadap peneriman negara dengan bukti empiris bahwa pemeriksaan pajak

    yang dilakukakan oleh Kantor Pelayanan Pajak berpengaruh positif terhadap

    penerimaan negara. Dengan adanya pemeriksaan pajak dapat meningkatkan

    penerimaan negara dari sektor pajak. Suryadi (2006) menguji hubungan kausal

    kesadaran, pelayanan, kepatuhan Wajib Pajak dan pengaruhnya terhadap kinerja

    penerimaan pajak dengan bukti empiris bahwa kesadaran, pelayanan dan

    kepatuhan Wajib Pajak berpengaruh terhadap kinerja penerimaan pajak.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    5

    Agusti dan Herawaty (2009) menguji pengaruh tingkat kepatuhan Wajib

    Pajak Badan terhadap peningkatan penerimaan pajak yang dimoderasi oleh

    pemeriksaan pajak. Hasil dari penelitian ini yaitu terdapat pengaruh tingkat

    kepatuhan Wajib Pajak Badan terhadap peningkatan penerimaan pajak yang

    dimoderasi oleh pemeriksaan pajak. Sampel penelitian yaitu Wajib Pajak Badan

    pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Grogol Petamburan.

    Penelitian ini merupakan pengembangan penelitian terdahulu Agusti dan

    Herawaty (2009) dengan perbedaan pada variabel penelitian dan sampel yang

    digunakan dalam penelitian ini. Agusti dan Herawaty (2009) menggunakan satu

    variabel independen berupa tingkat kepatuhan guna mengetahui peningkatan

    penerimaan pajak dengan pemerikasaan pajak sebagai variable moderating,

    sementara itu penelitian ini menggunakan tiga variabel independen yang terdiri

    dari tingkat kepatuhan Wajib Pajak, pemeriksaan pajak dan perubahan

    Penghasilan Kena Pajak. Selain variabel penelitian, perbedaan penelitian ini

    dengan penelitian Agusti dan Herawaty (2009) adalah sampel penelitian

    sebelumnya menggunakan sampel Wajib Pajak Badan, sedangkan penelitian ini

    menggunakan sampel Wajib Pajak Orang Pribadi.

    Dengan melihat fenomena tersebut, maka penulis terdorong untuk menguji

    dengan daerah dan populasi yang berbeda terhadap pengaruh tingkat kepatuhan,

    pemeriksaan pajak, serta perubahan Penghasilan Kena Pajak terhadap peningkatan

    penerimaan pajak penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi dengan judul penelitian

    PENGARUH TINGKAT KEPATUHAN, PEMERIKSAAN PAJAK,

    SERTA PERUBAHAN PENGHASILAN KENA PAJAK TERHADAP

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    6

    PENINGKATAN PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK

    ORANG PRIBADI PADA KPP PRATAMA SURAKARTA.

    B. Perumusan Masalah

    Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka pokok permasalahan yang

    dirumuskan dalam penelitian ini adalah seperti berikut ini.

    1. Apakah terdapat pengaruh tingkat kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi

    terhadap peningkatan penerimaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak

    Pratama Surakarta?

    2. Apakah terdapat pengaruh pemeriksaan pajak terhadap peningkatan

    penerimaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta?

    3. Apakah terdapat pengaruh perubahan Penghasilan Kena Pajak terhadap

    peningkatan penerimaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama

    Surakarta?

    C. Tujuan Penelitian

    Tujuan dari penelitian adalah apa yang ingin dicapai dengan penelitian

    tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan seperti berikut ini.

    1. Untuk memperoleh bukti empiris terkait pengaruh tingkat kepatuhan Wajib

    Orang Pribadi terhadap peningkatan penerimaan pajak pada Kantor

    Pelayanan Pajak Pratama Surakarta.

    2. Untuk memperoleh bukti empiris terkait pengaruh tingkat pemeriksaan

    pajak terhadap peningkatan penerimaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    7

    Pratama Surakarta.

    3. Untuk memperoleh bukti empiris terkait pengaruh perubahan Penghasilan

    Kena Pajak terhadap peningkatan penerimaan pajak pada Kantor Pelayanan

    Pajak Pratama Surakarta.

    D. Manfaat Penelitian

    Seorang peneliti memiliki tujuan untuk mendapatkan manfaat yang

    terwujud dari penelitiannya tersebut baik bagi diri sendiri pada khususnya maupun

    orang lain pada umumnya. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah seperti

    berikut ini.

    1. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta

    Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi Kantor

    Pelayanan Pajak Pratama dalam rangka meningkatkan kepatuhan Wajib

    Pajak Orang Pribadi khususnya dan Wajib Pajak lainnya dalam memenuhi

    kewajiban perpajakannya untuk meningkatkan penerimaan negara dari

    sektor pajak.

    2. Bagi Masyarakat Umum

    Hasil penelitian dapat digunakan sebagai satu alat atau media dalam

    memahami perpajakan di Indonesia terutama manfaat pajak sebagai salah

    satu sumber penerimaan negara untuk pendanaan pembangunan nasional.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    8

    3. Bagi Penelitian berikutnya

    Hasil penelitian dapat digunakan sebagai referensi dan landasan penelitian

    untuk penelitian berikutnya terutama penelitian terkait perpajakan di

    Indonesia.

    E. Sistematika Penulisan

    Hasil penelitian ini dipaparkan dengan sistematika sebagai berikut ini.

    BAB I : PENDAHULUAN

    Bab ini memaparkan latar belakang masalah, perumusan masalah,

    tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penelitian.

    BAB II : LANDASAN TEORI

    Bab ini menguraikan tinjauan pustaka yang memberi penjelasan

    terkait tingkat kepatuhan, pemeriksaan pajak, perubahan

    Penghasilan Kena Pajak serta penerimaan pajak penghasilan orang

    pribadi. Bab ini juga menguraikan review atas hasil penelitan

    terdahulu yang terkait dengan kepatuhan Wajib Pajak, pemeriksaan,

    Penghasilan Kena Pajak serta penerimaan pajak dan kemudian

    penentuan hipotesis serta kerangka pikir penelitian.

    BAB III : METODE PENELITIAN

    Bab ini menjelaskan ruang lingkup penelitian, populasi dan

    pemilihan sampel, pengumpulan data dan pengukuran variabel, dan

    prosedur analisis yang terdiri atas analisis regresi berganda beserta

    kriteria pengambilan simpulan atas pengujian yang dilakukan.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    9

    BAB IV : ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

    Bab ini menjelaskan mengenai hasil pemilihan sampel, hasil

    pengambilan data, deskripsi data penelitian, hasil analisis data

    penelitian, hasil pengujian hipotesis, dan interpretasi data serta

    pembahasan hasil pengolahan data dan pengujian hipotesis.

    BAB V : PENUTUP

    Bab ini menguraikan kesimpulan hasil penelitian, keterbatasan

    penelitian, dan saran serta implikasi hasil penelitian baik bagi

    pihak yang terkait dengan penelitian.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    10

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Pengertian Pajak

    Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang utama. Semakin hari

    peranan penerimaan pajak bagi pembiayaan pengeluaran umum/negara

    semakin besar. Beberapa ahli memberikan batasan mengenai pengertian pajak,

    diantaranya dikemukakan Suandy (2002: 2) bahwa pajak adalah peralihan

    kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran

    rutin dan surplus nya digunakan untuk public saving yang merupakan

    sumber utama untuk membiayai public investment. Sementara itu, Waluyo

    (2006) mengutip definisi pajak yang dikemukan oleh Seligman bahwa:

    Tax is compulsary contribution from the person, to the government to

    depray the expenses incurred in the common interest of all, without

    reference to special benefit conferred.

    Smeets dalam buku De Economische Betekenis Belastingen yang

    diterjemahkan oleh Waluyo (2006: 2) pajak adalah prestasi kepada pemerintah

    yang terutang melalui norma umum dan yang dapat dipaksakannya tanpa

    adanya kontraprestasi yang dapat ditunjukkan dalam hal yang individual

    dimaksudkan untuk membiayai pengeluaran pemerintah.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    11

    Menurut Andriani yang dikutip Brotodiharjo (2006) mendefinisikan

    pajak sebagai berikut:

    Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang

    terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan,

    dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk,

    dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran

    umum berhubungan dengan tugas negara yang menyelenggarakan

    pemerintahan.

    Atas dasar beberapa pengertian pajak di atas, maka dapat diketahui ciri-

    ciri yang melekat pada pengertian pajak sebagai berikut ini.

    1. Pajak dipungut berdasarkan Undang-Undang serta aturan pelaksanaannya

    yang sifatnya dapat dipaksakan.

    2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi

    individual oleh pemerintah.

    3. Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah

    daerah.

    4. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila

    dari pemasukkannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk

    membiayai public investment.

    5. Pajak dapat pula mempunyai tujuan selain budgeter, yaitu mengatur.

    Selain itu menurut Suandy (2002), pajak memiliki beberapa fungsi

    seperti berikut ini.

    1. Fungsi financial, yaitu memasukkan uang sebanyak-banyaknya ke kas

    negara, dengan tujuan untuk mebiayai pengeluaran-pengeluaran negara.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    12

    2. Fungsi mengatur, yaitu pajak digunakan sebagai alat untuk mengatur

    masyarakat baik di bidang ekonomi, sosial maupun politik dengan tujuan

    tertentu.

    3. Fungsi menanggung inflasi.

    4. Fungsi sebagai retribusi pendapatan.

    Terkait dengan pemungutan pajak, Waluyo (2006) membagi 3 sistem

    pemungutan pajak menjadi seperti berikut ini.

    1. Official Assessment System

    Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang

    kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak terutang.

    2. Self Assessment System

    Sistem ini merupakan pemungutan pajak yang memberi wewenang,

    kepercayaan, tanggung jawab kepada Wajib Pajak untuk menghitung,

    memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang

    harus dibayar.

    3. Withholding System

    Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak memberi wewenang

    kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut besarnya pajak yang

    terutang oleh Wajib Pajak.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    13

    Berdasarkan Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007

    tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, pengertian Wajib Pajak

    adalah Orang Pribadi atau Badan yang menurut ketentuan peraturan

    perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban

    perpajakan, termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak tertentu. Dengan

    demikian Wajib Pajak dibedakan menjadi berikut ini.

    1. Wajib Pajak Orang Pribadi baik usahawan maupun non-usahawan.

    2. Wajib Pajak Badan, yang meliputi perseroan terbatas (PT), perseroan

    komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau

    daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi,

    dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi sosial politik

    atau orang yang sejenis, lembaga, badan usaha tetap dan banyak badan

    lainnya.

    3. Pemungut atau pemotong pajak yang ditunjuk oleh pemerintah misalnya

    bendaharawan pemerintah atau Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara

    (KPKN).

    B. Tingkat Kepatuhan

    Kepatuhan adalah motivasi seseorang, kelompok atau organisasi untuk

    berbuat atau tidak berbuat sesuatu dengan aturan yang telah ditetapkan.

    Perilaku patuh seseorang merupakan interaksi antara perilaku individu

    kelompok dan organisasi (Gibson et al., dalam Suranto, 2001). Motivasi yang

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    14

    dimiliki seseorang sangat terpengaruh oleh faktor lingkungannya, baik internal

    maupun eksternal.

    Sistem pemungutan pajak yang berlaku di Indonesia saat ini menuntut

    Wajib Pajak untuk turut aktif dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya.

    Sistem pemungutan yang berlaku adalah self assesment system, dimana Wajib

    Pajak bertanggung jawab menetapkan sendiri kewajiban perpajakannya dan

    kemudian secara akurat dan tepat waktu membayar serta melaporkan pajaknya

    tersebut. Oleh karena itu, kesadaran dan kepatuhan subjek pajak sangat

    diperlukan guna meningkatkan penerimaan penerimaan pajak (Suryadi, 2006).

    Sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor

    235/KMK.03/2003 tanggal 3 Juni 2003, Wajib Pajak dapat ditetapkan sebagai

    Wajib Pajak patuh bila memenuhi kriteria :

    1. Kriteria Umum

    a) Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan

    dalam 2 (dua) tahun terakhir.

    b) Dalam tahun terakhr, penyampaian SPT masa yag terlambat tidak lebih

    dari 3 (tiga) masa pajak untuk setiap jenis pajak dan tidak berturut.

    c) SPT masa yang terlambat sebagaimana yang dimaksudkan dalam poin

    a dan b telah disampaikan tidak lewat dari batas waktu penyampaian

    SPT masa-masa pajak berikutnya.

    d) Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semu jenis pajak :

    i. Kecuali telah memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda

    pembayaran pajak

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    15

    ii. Tidak termasuk tunggakan pajak sehubungan dengan STP yang

    diterbitkan untuk 2 (dua) masa pajak terakhir.

    e) Tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindak pidana

    dibidang perpajakan. Yang termasuk sebagai tindak pidana dibidang

    perpajakan adalah tindak pidana yang sesuai dengan pasal 39 Undang-

    undang KUP yaitu :

    i. Tidak mendaftarkan diri atau menyalahgunakan atau

    menggunakan tanpa hak NPWP atau Pengukuhan Pengusaha

    Kena Pajak

    ii. Tidak menyampaikan SPT

    iii. Menyampaikan SPT dan atau keterangan yang isinya tidak benar

    atau tidak lengkap

    iv. Menolak untuk dilakukan pemeriksaan

    v. Memperlihatkan pembukuan atau dokumen lain yang palsu atau

    dipalsukan pada saat pemeriksaan

    vi. Tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan, tidak

    memperlihatkan catatan atau dokumen lainnya untuk

    kepentingan pemeriksaan

    vii. Tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut

    2. Kriteria Khusus

    a) Bagi Wajib Pajak yang laporan keuangannya tidak diaudit dalam 2

    (dua) tahun terakhir

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    16

    i. Menyelenggarakan pembukuan sesuai ketentuan pasal 28 UU No.

    6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata cara Perpajakan

    yang terakhir kali diubah dnegan UU No. 16 Tahun 2000

    ii. Apabila pernah dilakukan pemeriksaan koreksi fiscal yang

    dilakukan pemeriksaan pajak untuk setiap jenis pajak yang terutang

    tidak lebih dari 10%

    b) Bagi Wajib Pajak yang laporan keuangannya diaudit

    i. Laporan keuangan yang diaudit oleh akuntan public atau badan

    pengawasan keuangan harus dengan pendapat wajar tanpa

    pengecualian atau dengan pendapat wajar dengan pengecualian

    tersebut tidak mempengaruhi laba rugi fiscal

    ii. Laporan keuangan yang diaudit harus memenuhi syarat :

    a) Disusun dalam bentuk panjang (Long Term Report).

    Menyajikan rincian tiap-tiap pos secara lengkap dan jelas

    setidaknya ada uraian untuk masing-masing pos khususnya

    untuk pos yang sifatnya material.

    b) Menyajikan rekonsiliasi laba rugi komersial dan fiscal.

    Dari sekian banyak jenis pajak yang ada, Pajak Penghasilan (PPh)

    merupakan harapan pemerintah untuk setiap tahunnya bertambah besar, baik

    dari jumlah penerimaan maupun dari segi Wajib Pajak yang membayarnya.

    Pajak Penghasilan merupakan jenis pajak subjektif yang kewajiban pajaknya

    melekat pada subjek pajak yang bersangkutan, artinya kewajiban pajak

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    17

    tersebut dimaksudkan untuk tidak dilimpahkan kepada subjek pajak lainnya.

    Pajak Penghasilan dikenakan terhadap subjek pajak berkenaan dengan

    penghasilan yang diterimanya atau diperolehnya dalam tahun pajak. Alat yang

    sering digunakan untuk menilai kepatuhan Wajib Pajak adalah ketepatan

    waktu pelaporan SPT. Surat Pemberitahuan (SPT) merupakan dokumen yang

    menjadi alat kerjasama antara Wajib Pajak dan administrasi pajak, yang

    memuat data yang diperlukan untuk menetapkan secara tepat jumlah pajak

    yang terutang. Pengertian SPT dalam Pasal 1 butir 11 Undang-Undang Nomor

    28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah

    surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan

    pembayaran pajak yang terutang menurut ketentuan peraturan atau ketentuan

    perundang-undangan perpajakan.

    Sesuai dengan prinsip self assesment system, Wajib Pajak harus

    melaporkan pajak masa dan pajak tahunannya. SPT Masa adalah SPT untuk

    suatu masa pajak, sedangkan SPT Tahunan merupakan SPT untuk suatu

    Tahun Pajak atau bagian tahun pajak. Batas waktu penyampaian Surat

    Pemberitahuan (SPT) adalah seperti berikut ini.

    1. Untuk Surat Pemberitahuan (SPT) Masa, paling lama 20 (dua puluh) hari

    setelah akhir Masa Pajak.

    2. Untuk Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan pajak penghasilan Wajib

    Pajak Orang Pribadi, paling lama 3 (tiga) bulan setelah akhir tahun pajak.

    3. Untuk Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan pajak penghasilan Wajib

    Pajak Badan, paling lama 4 (empat) bulan setelah akhir tahun pajak.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    18

    Apabila Surat Pemberitahuan (SPT) tidak disampaikan dalam jangka

    waktu yang telah ditetapkan, maka Wajib Pajak akan dikenai sanksi

    administrasi berupa denda seperti berikut ini.

    1. Denda sebesar Rp 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) untuk Surat

    Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

    2. Denda sebesar Rp 100.000,00 (seratus ribu rupiah) untuk Surat

    Pemberitahuan (SPT) lainnya.

    3. Denda sebesar Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah) untuk Surat

    Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan.

    4. Denda sebesar Rp 100.000,00 (seratus ribu rupiah) untuk Surat

    Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang

    Pribadi.

    Di dalam Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan, terdapat informasi

    mengenai jumlah PPh Terutang yang dapat menjadi dasar untuk mengetahui

    besarnya peningkatan penerimaan pajak tiap tahunnya. Sehingga, semakin

    patuh Wajib Pajak melaporkan SPT tahunannya, maka peningkatan

    penerimaan pajak akan dapat direalisasikan (Agusti dan Herawaty, 2009).

    C. Pemeriksaan Pajak

    Sejalan dengan berlakunya self assessment system, peranan dan

    kejujuran Wajib Pajak semakin mutlak diperlukan. Diberlakukannya sistem

    ini, Wajib Pajak diharapkan dapat melaksanakan seluruh kewajiban

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    19

    perpajakan dan melaporkannya dengan benar pada Kantor Pelayanan Pajak di

    tempat Wajib Pajak terdaftar. Sebagai konsekuensinya, Direktorat Jenderal

    Pajak (DJP) dituntut untuk selalu melakukan pembinaan dan pengawasan

    terhadap Wajib Pajak. Salah satu bentuk pengawasan tersebut adalah melalui

    pemeriksaan. Sebagaimana telah diatur dalam salah satu ketentuan Undang-

    Undang Nomor 6 Tahun 1983 sebagimana telah direvisi oleh Undang-Undang

    Nomor 16 Tahun 2000 dan direvisi kembali oleh Undang-Undang Nomor 28

    Tahun 2007 tentang Ketentuan umum dan Tata Cara Perpajakan yaitu dalam

    pasal 29 ayat (1) bahwa Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan

    pemeriksaan untuk menguji kepatuhan Wajib Pajak dan untuk tujuan lain

    dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan

    perpajakan.

    Mengacu pada Pasal 1 angka 25 Undang-Undang Nomor 28 Tahun

    2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan mengenai

    pengertian pemeriksaan adalah sebagai berikut:

    Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari,

    mengumpulkan dan mengolah data dan atau keterangan lainnya untuk

    menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan

    lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-

    undangan.

    Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan tujuan dari

    pemeriksaan yaitu menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan

    dalam rangka memberikan kepastian hukum, keadilan dan pembinaan kepada

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    20

    Wajib Pajak serta tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan

    perundang-undangan perpajakan. Pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor

    199/PMK.03/2007 tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak terdapat dua jenis

    pemeriksaan yang dilakukan, yaitu seperti berikut ini.

    1. Pemeriksaan Kantor adalah pemeriksaan yang dilakukan di Kantor

    Direktorat Jenderal Pajak.

    2. Pemeriksaan Lapangan adalah pemeriksaan yang dilakukan di tempat

    kedudukan, tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas, tempat tinggal

    Wajib Pajak atau tempat lain yang ditentukan oleh Direktur Jenderal

    Pajak.

    Prakteknya hampir semua sistem perpajakan di dunia mengatur

    kemungkinan dapat dilakukan penelitian dan pemeriksaan laporan perpajakan

    Wajib Pajak, yang nantinya akan dapat mengungkap seberapa besar

    kekeliruan maupun penyimpangan yang ada. Namun, karena keterbatasan

    sumber daya manusia atau tenaga pemeriksa di Direktorat Jenderal Pajak,

    maka pemeriksaan tidak dapat dilakukan terhadap semua Wajib Pajak.

    Pemeriksaan hanya dilakukan terhadap laporan perpajakan Wajib Pajak yang

    memiliki kriteria tertentu. Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor

    199/PMK.03/2007 tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak, kriteria pemeriksaan

    pajak untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib

    Pajak dilakukan dalam hal-hal sebagai berikut ini.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    21

    1. Menyampaikan Surat Pemberitahuan yang menyatakan lebih bayar,

    termasuk yang telah diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan

    pajak, pemeriksaan dengan kriteria ini dilakukan dengan jenis

    pemeriksaan lapangan.

    2. Menyampaikan Surat Pemberitahuan yang menyatakan rugi, pemeriksaan

    dengan kriteria ini telah dilakukan dengan jenis pemeriksaan lapangan.

    3. Tidak menyampaikan atau menyampaikan Surat Pemberitahuan tetapi

    melampaui jangka waktu yang ditetapkan dalam Surat Teguran,

    pemeriksaan dengan kriteria ini dilakukan dengan jenis pemeriksaan

    lapangan.

    4. Melakukan penggabungan, peleburan, pemekaran, likuidasi, pembubaran

    atau akan meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya, pemeriksaan

    dengan kriteria ini dilakukan dengan jenis pemeriksaan lapangan.

    5. Menyampaikan Surat Pemberitahuan yang memenuhi kriteria seleksi

    berdasarkan hasil analisis risiko (risk based selection) mengindikasi

    adanya kewajiban perpajakan Wajib Pajak yang tidak dipenuhi sesuai

    ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, pemeriksaan dengan

    kriteria ini dilakukan dengan jenis pemeriksaan lapangan.

    Menurut Salip dan Wato (2006) pemeriksaan pajak secara nominal

    telah meningkatkan penerimaan pajak, namun peningkatan tersebut tidak

    diikuti oleh peningkatan yang signifikan pada rata-rata rasio laba sebelum

    pajak terhadap penjualan (EBT) dan rata-rata penerimaan pajak berdasarkan

    rasio Pajak Penghasilan Badan terhadap penjualan. Penelitian yang dilakukan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    22

    Gunadi (2005) mengenai jumlah tambahan penerimaan pajak dari aktivitas

    pemeriksaan pajak menunjukkan hasil yang meningkat yaitu 8%, 11%, dan

    13% untuk tahun 2001 sampai 2003.

    Tujuan akhir dari pemeriksaan di atas diharapkan dapat meningkatkan

    kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya, sehingga

    akan berdampak pada peningkatan penerimaan pajak pada Kantor Pelayanan

    Pajak yang pada akhirnya pajak yang dibayarkan oleh Wajib Pajak akan

    masuk dalam kas negara. Dengan demikian, pemeriksaan pajak merupakan

    pagar penjaga agar Wajib Pajak tetap mematuhi kewajibannya.

    D. Penghasilan Kena Pajak (PhKP)

    Pemerintah sebagai regulator pajak senantiasa melakukan usaha untuk

    dapat meningkatkan penerimaan pajak negara sebagai salah satu sumber

    penerimaan negara. Salah satu upaya yang dilakukan memotivasi Wajib Pajak

    Orang Pribadi maupun Wajib Pajak Badan dalam melakukan kewajiban

    pajaknya. Salah satu upaya tersebut dilakukan dengan memotivasi Wajib

    Pajak untuk membayarkan pajak terutangnya tepat waktu.

    Dasar perhitungan untuk menentukan besarnya Pajak Pernghasilan

    yang terutang adalah Penghasilan Kena Pajak. Khusus untuk Wajib Pajak

    Orang Pribadi, dalam mendapatkan Penghasilan Kena Pajak harus terlebih

    dahulu Penghasilan Neto setelah Koreksi dikurangi dengan Penghasilan Tidak

    Kena Pajak (PTKP). Untuk menghitung Pajak Penghasilan yang terutang yaitu

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    23

    dengan mengalikan Tarif Pajak dengan Penghasilan Kena Pajak. Tarif yang

    digunakan dapat mengikuti antara lain:

    1. Tarif umum yaitu tarif pajak yang ditunjukkan dalam Pasal 17 (lapisan

    tarif) Undang-Undang Pajak Penghasilan.

    2. Tarif Khusus yaitu tarif pajak yang ditetapkan dengan Peraturan

    Pemerintah biasanya ditunjukkan pada penghasilan tertentu

    3. Tarif sesuai undang-undang yaitu selain tarif sesuai Pasal 17 Undang-

    Undang PPh yang disebutkan dalam Pasal 23 Undang-Undang PPh

    ditetapkan dengan tarif 15% juga tarif Pasal 26 Undang-Undang PPh

    ditetapkan dengan tarif 20%.

    Guna mewujudkan self assessment system, peranan dan kejujuran

    Wajib Pajak semakin mutlak diperlukan. Wajib Pajak diharapkan dapat

    melaksanakan seluruh kewajiban perpajakan dan melaporkannya dengan

    benar pada Kantor Pelayanan Pajak di tempat Wajib Pajak terdaftar termasuk

    Penghasilan Kena Pajak. Sehingga semakin besar nilai Penghasilan Kena

    Pajak yang dilaporkan oleh Wajib Pajak maka akan membuat penerimaan

    pajak meningkat.

    E. Penerimaan Pajak

    Peran pajak dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)

    Indonesia terus meningkat terhadap seluruh pendapatan negara. Dalam APBN

    tahun anggaran 2002, target penerimaan yang berasal dari pajak untuk tahun

    anggaran 2002 sampai dengan 2005 terus meningkat. Peningkatan penerimaan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    24

    pajak merupakan bentuk tanggungjawab sosial negara dalam rangka

    meningkatkan kesejahteraan rakyat. Langkah pemerintah untuk meningkatkan

    penerimaan dari sektor perpajakan dimulai dengan melakukan reformasi

    perpajakan secara menyeluruh pada tahun 1983 hingga saat ini, dan sejak saat

    itulah, Indonesia menganut sistem self assesment. Hasil dari reformasi

    perpajakan yang dilakukan menunjukkan peningkatan penerimaan pajak yang

    signifikan setiap tahunnya. Pada awal reformasi perpajakan (tahun 1983),

    peranan pajak bagi negara melalui kontribusi di APBN masih di bawah 20%

    per tahun. Setelah dilakukan reformasi perpajakan, peranannya meningkat

    terus menjadi di atas 20% hingga mencapai 75% tiap tahun. Oleh karena itu,

    peranan pemerintah melalui upaya intensifikasi dan ekstensifikasi terus

    dilakukan khususnya pajak Penghasilan (PPh). Mengingat porsi Pajak

    Penghasilan (PPh) terhadap keseluruhan penerimaan pajak pemerintah masih

    terbilang rendah dibandingkan pajak lainnya.

    F. Penelitian Terdahulu

    Studi dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Agusti dan

    Herawaty (2009) dalam Pengaruh tingkat kepatuhan Wajib Pajak Badan

    terhadap peningkatan penerimaan pajak yang dimoderasi oleh pemeriksaan

    pajak mengungkapkan bahwa tingkat kepatuhan Wajib Pajak Badan dan

    Penghasilan Kena Pajak memberikan pengaruh terhadap peningkatan

    penerimaan pajak. Jadi semakin patuh Wajib Pajak Badan melaporkan dan

    melunasi kewajiban perpajakannya serta semakin besar Penghasilan Kena

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    25

    Pajaknya maka penerimaan pajak pada KPP akan meningkat. Dalam

    penelitian ini juga menunjukkan bahwa pemeriksaan pajak adalah masalah

    dalam peningkatan penerimaan pajak. Variabel dalam penelitian ini yaitu

    tingkat kepatuhan Wajib Pajak, Penghasilan Kena Pajak, pemeriksaan pajak

    dan penerimaan pajak. Penelitian yang dilakukan Agusti dan Herawaty (2009)

    mengambil sampel Wajib Pajak Badan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama

    Jakarta Grogol Petamburan.

    Penelitian lain yang dilakukan Salip dan Wato (2006) dalam

    Pengaruh Pemeriksaan Pajak terhadap Penerimaan Pajak mengungkapkan

    bahwa pemeriksaan pajak secara nominal telah meningkatkan penerimaan

    pajak. Namun, peningkatan tersebut tidak diikuti oleh peningkatan yang

    signifikan pada rata-rata rasio laba sebelum pajak terhadap penjualan (EBT)

    dan rata-rata penerimaan pajak berdasarkan rasio Pajak Penghasilan Badan

    terhadap penjualan. Sampel yang digunakan dalam penelitian Salip dan Wato

    (2006) adalah Wajib Pajak Badan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama

    Jakarta Kebon Jeruk.

    G. Kerangka Teoritis

    Untuk menunjukkan arah dari penyusunan penelitian ini serta

    mempermudah dalam pemahaman dan penganalisaan dari masalah yang

    dihadapi, maka diperlukan suatu kerangka pemikiran yang akan memberikan

    gambaran tahap-tahap pemikiran untuk mencapai suatu kesimpulan. Adapun

    kerangka pemikiran pada penelitian ini adalah:

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    26

    H1

    H3

    H2

    Variabel Independen Variabel Dependen

    Gambar II. 1 Kerangka Pemikiran

    H. Hipotesis

    Menurut Sekaran (2006: 135) hipotesis adalah suatu hubungan yang

    diperkirakan secara logis diantara dua atau lebih variabel yang diungkapkan

    dalam bentuk pernyataan yang dapat diuji. Maksud diuji disini adalah dengan

    pernyataan tersebut memungkinkan pengumpulan data yang dapat digunakan

    untuk membuktikan atau menjelaskan fakta-fakta yang diamati ataupun kondisi-

    kondisi yang diamati, dan digunakan sebagai petunjuk untuk langkah peneliti

    selanjutnya. Mengembangkan penelitian Agusti dan Herawaty (2009), maka

    hipotesis dalam penelitian ini dipaparkan dengan penjelasan sebagai berikut.

    Kepatuhan memenuhi kewajiban perpajakan secara sukarela merupakan

    tulang punggung self assesment system, dimana Wajib Pajak bertanggung jawab

    menetapkan sendiri kewajiban perpajakannya dan kemudian secara akurat dan

    tepat waktu membayar serta melaporkan pajaknya tersebut. Oleh karena itu,

    kesadaran dan kepatuhan subjek pajak sangat diperlukan. Alat yang sering

    Pemeriksaan Pajak

    Kepatuhan Wajib Pajak

    Perubahan Penghasilan Kena

    Pajak

    Peningkatan

    Penerimaan Pajak

    Penghasilan Wajib

    Pajak Orang Pribadi

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    27

    digunakan untuk menilai kepatuhan Wajib Pajak adalah ketepatan waktu

    pelaporan SPT. SPT yang disampaikan oleh Wajib Pajak berupa informasi

    mengenai jumlah PPh Terutang yang dapat menjadi dasar untuk mengetahui

    besarnya peningkatan penerimaan pajak tiap tahunnya. Semakin patuh Wajib

    Pajak melaporkan SPT tahunannya, maka peningkatan penerimaan pajak akan

    dapat direalisasikan. Penelitian Suryadi (2006) menyimpulkan bahwa kepatuhan

    Wajib Pajak berpengaruh signifikan terhadap kinerja penerimaan pajak. Menurut

    Agusty dan Herawaty (2009) bahwa semakin patuh Wajib Pajak Badan

    melaporkan dan melunasi kewajiban perpajakannya maka penerimaan pajak akan

    meningkat.

    Atas dasar paparan di atas, maka hipotesis pertama dalam penelitian ini

    dapat dirumuskan seperti berikut ini:

    H1 = Terdapat pengaruh tingkat kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi

    terhadap peningkatan penerimaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak.

    Sistem self assessment yang dianut dalam Sistem Perpajakan Indonesia

    sekarang ini menuntut Direktorat Jenderal Pajak (DJP) untuk selalu melakukan

    pembinaan dan pengawasan terhadap Wajib Pajak. Salah satu bentuk pengawasan

    tersebut adalah melalui pemeriksaan. Dengan dilakukannya pemeriksaan,

    diharapkan Wajib Pajak akan semakin patuh dalam melaporkan dan melunasi

    kewajiban perpajakannya sehingga akan meningkatkan penerimaan pajak.

    Menurut Salip dan Wato (2006) pemeriksaan pajak secara nominal telah

    meningkatkan penerimaan pajak, namun peningkatan tersebut tidak diikuti oleh

    peningkatan yang signifikan pada rata-rata rasio laba sebelum pajak terhadap

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    28

    penjualan (EBT) dan rata-rata penerimaan pajak berdasarkan rasio Pajak

    Penghasilan Badan terhadap penjualan. Menurut Gunadi (2005) menganalisis

    mengenai jumlah tambahan penerimaan pajak dari aktivitas pemeriksaan pajak

    menunjukkan hasil yang meningkat yaitu 8%, 11%, dan 13% untuk tahun 2001

    sampai 2003.

    Atas dasar paparan di atas, maka hipotesis kedua dalam penelitian ini

    dapat dinyatakan seperti berikut ini:

    H2 = Terdapat pengaruh pemeriksaan pajak terhadap peningkatan

    penerimaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak.

    Berbagai upaya dilakukan Direktorat Jenderal Pajak (DJP) untuk

    memotivasi Wajib Pajak Orang Pribadi maupun Wajib Badan dalam melakukan

    kewajiban pajaknya. Salah satu upaya yang dilakukan memotivasi Wajib Pajak

    Orang Pribadi maupun Wajib Pajak Badan dalam melakukan kewajiban pajaknya.

    Salah satu upaya tersebut dilakukan dengan memotivasi Wajib Pajak untuk

    membayarkan pajak terutangnya tepat waktu. Dasar perhitungan untuk

    menentukan besarnya Pajak Pernghasilan yang terutang adalah Penghasilan Kena

    Pajak. Menurut Agusty dan Herawaty (2009) bahwa semakin besar Penghasilan

    Kena Pajak yang dilaporkan oleh Wajib Pajak, semakin besar peningkatan

    penerimaan pajak.

    Atas dasar paparan di atas, maka hipotesis penelitian ketiga dalam

    penelitian ini dapat dirumuskan seperti berikut ini:

    H3 = Terdapat pengaruh perubahan Penghasilan Kena Pajak terhadap

    peningkatan penerimaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    29

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Desain Penelitian

    Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian empiris yang menguji

    tingkat kepatuhan, pemeriksaan pajak serta perubahan Penghasilan Kena Pajak

    terhadap peningkatan penerimaan pajak penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi.

    Dilihat dari sisi dimensi waktunya penelitian ini termasuk dalam kategori

    penelitian cross sectional, yaitu sebuah penelitian yang menggunakan data yang

    hanya sekali dikumpulkan, mungkin selama periode harian, mingguan, atau

    bulanan, dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian (Sekaran, 2006: 177).

    Penelitian cross sectional juga melibatkan banyak sampel.

    B. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling

    Populasi mengacu pada keseluruhan kelompok orang, kejadian atau hal

    minat yang ingin peneliti investigasi (Sekaran, 2006: 121). Penelitian ini

    dilakukan dengan mengambil populasi Wajib Pajak di Surakarta. Wajib Pajak

    yang dimaksud di sini adalah Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar pada

    Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP Pratama) Surakarta.

    Sampel (sample) adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya

    hendak diselidiki, dan dianggap bisa mewakili keseluruhan populasinya

    (Djarwanto dan Pangestu Subagyo, 1998: 107). Sampel ditentukan dengan non

    probability sampling method karena pengambilan sampel non probability

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    30

    merupakan satu-satunya alternatif yang cocok (feasible) apabila populasi total

    tidak tersedia atau tidak diketahui peneliti.

    Teknik pengambilan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini

    adalah menggunakan purposive sampling dengan tipe judgment sampling.

    Purposive sampling merupakan pengambilan sampel penelitian yang terbatas pada

    jenis orang tertentu yang dapat memberikan informasi yang diinginkan, dengan

    alasan karena mereka adalah satu-satunya yang memilikinya atau memenuhi

    beberapa kriteria yang ditentukan oleh peneliti (Sekaran, 2006: 123). Adapun

    judgment sampling adalah cara pengambilan sampel dimana subyek dipandang

    mampu memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian (Sekaran, 2006:

    123). Kriteria yang digunakan dalam pengambilan sampel penelitian adalah

    seperti berikut ini.

    1. Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak

    Pratama Surakarta tahun 2008.

    2. Wajib Pajak Orang Pribadi yang menyampaikan Surat Pemberitahuan

    Pajak Tahunan dalam rentang waktu 1 Maret 2009 sampai dengan 31

    April 2009.

    3. Wajib Pajak Orang Pribadi yang melaporkan nilai PPh terutang dan

    Penghasilan Kena Pajak tidak sebesar Rp. 0 (nol).

    4. Wajib Pajak Orang Pribadi yang melaporkan peningkatan jumlah PPh

    terutang tahun 2008 atas tahun 2007.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    31

    C. Data dan Sumber Data

    Penelitian ini menggunakan data sekunder, yaitu informasi yang diperoleh

    dari pihak lain (Sekaran, 2006). Alasan menggunakan data sekunder dengan

    pertimbangan bahwa data ini mempunyai validitas data yang dijamin oleh pihak

    lain sehingga handal untuk digunakan dalam penelitian. Adapun data tersebut

    terdiri dari data sebagai berikut ini.

    1. Data Wajib Pajak Orang Pribadi 2007 dan 2008 yang menyampaikan SPT

    selama kurun waktu 1 Maret 2009 sampai dengan 31 April 2009.

    2. Data tanggal penyampaian SPT Wajib Pajak Orang Pribadi pada KPP

    Pratama Surakarta selama kurun waktu 1 Maret 2009 sampai dengan 31

    April 2009.

    3. Data pemeriksaan oleh fiskus pajak pada KPP Pratama Surakarta selama

    kurun waktu 1 Maret 2009 sampai dengan 31 April 2009.

    4. Data jumlah Penghasilan Kena Pajak dan pajak terutang oleh Wajib Pajak

    Orang Pribadi yang menjadi sampel penelitian.

    Metode pengumpulan data adalah suatu cara yang digunakan untuk

    mendapatkan informasi yang dibutuhkan yang kemudian dikumpulkan sebagai

    bahan penelitian. Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data dengan

    cara dokumentasi yaitu merupakan pengumpulan data dengan cara meminta data

    yang telah ada sebelumnya (Djarwanto dan Pangestu Subagyo, 1998: 23).

    Dokumentasi dikumpulkan terkait dengan data yang dibutuhkan dalam penelitian

    pada KPP Pratama Surakarta.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    32

    D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

    Definisi operasional dalam penelitian ini meliputi variabel-variabel

    penelitian yang terdiri dari variabel independen dan variabel dependen. Variabel

    independen merupakan variabel yang keberadaannya tidak dipengaruhi oleh

    variabel lain dan sebaliknya mempengaruhi variabel dependen. Variabel dependen

    merupakan variabel yang keberadaannya dipengaruhi oleh variabel lainnya.

    Untuk memberikan gambaran dan pemahaman yang lebih baik, maka

    berikut ini akan disampaikan beberapa definisi operasional dari masing-masing

    variabel yang berkaitan dan akan dibahas dalam penelitian ini yaitu sebagai

    berikut:

    1. Variabel dependen

    Variabel dependen dalam penelitian ini adalah peningkatan penerimaan pajak

    orang pribadi. Variabel ini merupakan kenaikan atau peningkatan jumlah

    penerimaan negara yang berasal dari sektor pajak jika dibandingkan dengan

    tahun sebelumnya yang diukur dari selisih PPh Terutang. Variabel ini diukur

    dengan logaritma natural peningkatan penerimaan PPh terutang tahun 2008

    dan 2007.

    2. Variabel independen

    a. Tingkat kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi.

    Tingkat kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dalam penelitian ini

    dinyatakan dengan waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Pajak

    Tahunan. Alat ukur yang digunakan adalah waktu penyampaian SPT

    Tahunan, dimana data yang digunakan adalah jumlah selisih hari dari

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    33

    tanggal pelaporan terhadap tanggal batas akhir pelaporan tanggal 31

    Maret. Atas dasar tanggal penyampaian SPT tahunan tersebut, kemudian

    ditentukan nilai variabel dengan dummy variabel. Untuk pelaporan yang

    dilakukan sebelum batas akhir, diberikan tanda skor 0 dan untuk pelaporan

    setelah batas akhir pelaporan diberikan tanda skor 1. Penelitian ini

    menggunakan batasan waktu penyampaian untuk mengukur kepatuhan

    adalah satu bulan sebelum tanggal batas akhir penyampaian yaitu 31 Maret

    dan satu bulan setelah batas akhir penyampaian SPT tahunan.

    b. Pemeriksaan Pajak

    Pemeriksaan pajak yang merupakan serangkaian kegiatan untuk mencari,

    mengumpulkan, mengolah data dan atau keterangan lainnya untuk

    menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan

    lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan

    perpajakan. Ada beberapa kriteria seorang Wajib Pajak yang akan

    diperiksa, antara lain seperti berikut ini.

    1) SPT yang dilaporkan menyatakan lebih bayar (wajib diperiksa).

    2) SPT tidak atau terlambat disampaikan.

    3) SPT memenuhi kriteria yang ditentukan Direktur Jenderal Pajak

    untuk diperiksa.

    Penelitian ini menggunakan dummy variable untuk ukuran pemeriksaan

    pajak. Apabila sampel penelitian Wajib Pajak Orang Pribadi diperiksa oleh

    petugas pajak karena salah satu kriteria pemeriksan di atas diberi angka 1

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    34

    dan apabila Wajib Pajak Orang Pribadi yang menjadi sampel penelitian ini

    tidak diperiksa oleh petugas pajak diberi angka 0.

    c. Perubahan Penghasilan Kena Pajak (PhKP)

    Merupakan selisih antara jumlah Penghasilan Kena Pajak atas Wajib Pajak

    Orang Pribadi tahun sebelumnya dan Penghasilan Kena Pajak Wajib Pajak

    Orang Pribadi pada tahun berikutnya sebagaimana terlaporkan dalam SPT

    tahunan. Dalam penelitian ini perubahan Penghasilan Kena Pajak

    ditentukan berdasarkan selisih Penghasilan Kena Pajak tahun 2007 dan

    Penghasilan Kena Pajak tahun 2008 sebagaimana tercantum dalam SPT

    tahunan 2007 dan 2008. Variabel ini diukur dengan logaritma natural dari

    selisih Penghasilan Kena Pajak tahun 2008 dan tahun 2007.

    E. Metoda Analisis Data

    Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis

    regresi berganda. Dalam melakukan analisi regresi berganda, terlebih dahulu

    dilakukan pengujian asumsi klasik yang terdiri dari: normlitas data, asumsi

    heteroskedastisitas, asumsi autokorelasi, dan asumsi multikolinearitas.

    1. Uji Normalitas

    Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

    dengan membagi model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki

    distribusi normal (Ghozali, 2005). Untuk menguji normalitas, peneliti

    menggunakan uji Kolmogorov Smirnov. Kriteria pengujian yang digunakan

    adalah nilai p-value. apabila nilai -value > 0,05, maka dapat dinyatakan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    35

    bahwa data berdistribusi normal, dan apabila jika -value < 0.05, maka dapat

    dinyatakan bahwa data tidak berdistribusi normal.

    2. Multikolinieritas

    Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

    ditemukan adanya korelasi antar variabel independen (Ghozali, 2005). Model

    regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara independen. Jika

    variabel independen saling korelasi, maka variabel-variabel ini tidak

    orthogonal. Variabel orthogonal adalah variabel independen yang nilai

    korelasi antar sesama variabel sama dengan nol. Untuk mendeteksi ada atau

    tidaknya multikolinieritas di dalam model, peneliti akan melihat Tolerence

    dan Variance Inflation Factors (VIF) dengan alat bantu program Statistical

    Product and Service Solution (SPSS).

    Tolerence mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang

    tidak dijelaskan variabel independen lainnya. Jadi nilai Tolerence yang rendah

    sama dengan nilai VIF yang tinggi (karena VIF = 1/Tolerence). Nilai cut off

    yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinieritas adalah nilai

    Tolerence < 0.10 atau sama dengan nilai VIF > 10. Bila ternyata dalam model

    terdapat multikolinieritas, peneliti akan mengatasi hal tersebut dengan

    transformasi variabel. Transformasi variabel merupakan salah satu cara

    mengurangi hubungan linier di antara variabel independen. Transformasi

    dapat dilakukan dalam bentuk logaritma natural dan bentuk first difference

    atau delta (Ghozali, 2005).

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    36

    3. Autokorelasi

    Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

    linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan

    kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi,

    maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena

    observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sam lainnya. Hal ini

    sering ditemukan pada data runtut waktu (time series) karena gangguan

    pada individu atau kelompok yang sama pada periode berikutnya. Pada data

    cross section (silang waktu), masalah autokorelasi relatif jarang terjadi karena

    gangguan pada observasi yang berbeda berasal dari individu atau kelompok

    yang berbeda. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari

    autokorelasi (Ghozali, 2005).

    Pengujian ada tidaknya masalah autokorelasi, peneliti akan

    menggunakan uji Durbin-Watson dengan alat bantu SPSS. Menurut Ghozali

    (2005), jika du < d

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    37

    4. Pengujian Heteroskedaktisitas

    Uji heterokedaktisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

    regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke

    pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke

    pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda

    disebut heterokedastisitas. Sebuah model regresi yang baik adalah model

    regresi yang mempunyai data yang homoskedastisitas atau tidak terjadi

    heterokedastisitas. Kebanyakan data cross section mengandung situasi

    heterokedastisitas karena data ini menghimpun data yang mewakili berbagai

    ukuran (kecil, sedang, atau besar) (Ghozali, 2005). Untuk mendeteksi ada atau

    tidaknya heterokedastisitas dalam model, peneliti akan menggunakan uji

    Glejser dengan bantuan program SPSS. Apabila koefisien parameter beta >

    0.05 maka tidak ada masalah heteroskedastisitas (Ghozali, 2005). Jika ternyata

    dalam model terdapat heteroskedastisitas, maka cara memperbaiki dapat

    dilakukan:

    a. Transformasi dalam bentuk model regresi dengan membagi model

    regresi dengan salah satu variabel independen yang digunakan dalam

    model tersebut.

    b. Transformasi logaritma.

    5. Pengujian Hipotesis

    Sesuai dengan kerangka pemikiran dan pengajuan hipotesis di atas

    maka hipotesis akan diuji dengan persamaan regresi seperti berikut ini:

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    38

    PPJ = 0 + 1 KPTH + 2 PMRKS + 3 PPKP +

    Notasi:

    PPJ = Peningkatan Penerimaan Pajak Penghasilan

    KPTH = Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak

    PMRKS = Pemeriksaan Pajak

    PPKP = Perubahan Penghasilan Kena Pajak.

    0 = konstanta

    1 3 = koefisien regresi

    = error term

    Adapun langkah-langkah pengujian hipotesis dalam penelitian ini dapat

    dipaparkan seperti berikut ini:

    a. Pengujian Parameter Regresi Simultan (Signifikansi-F)

    Pengujian ini untuk mengetahui apakah model regresi yang digunakan

    layak (fit) untuk melakukan pengujian hipotesis dalam penelitian ini.

    Pengujian ini dilakukan dnegan alat bantu program SPSS versi 16.0.

    Kriteria pengujiannya adalah seperti berikut ini:

    1) H0 diterima dan Ha ditolak yaitu apabila -value < 0.05 atau bila

    nilai signifikansi lebih dari nilai alpha 0,05 berarti model regresi

    dalam penelitian ini tidak layak (fit) untuk digunakan dalam

    penelitian.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    39

    2) H0 ditolak dan Ha diterima yaitu apabila -value > 0.05 atau bila

    nilai signifikansi kurang dari nilai alpha 0,05 berarti model regresi

    dalam penelitian ini layak (fit) untuk digunakan dalam penelitian.

    b. Pengujian Parameter Regresi Parsial (Signifikansi-t )

    Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara

    individual mempengaruhi variabel terikat dengan asumsi variabel

    independen lainnya konstan. Kriteria pengujiannya adalah seperti berikut

    ini.

    1) H0 diterima dan Ha ditolak yaitu apabila -value > 0.05 atau bila nilai

    signifikansi lebih dari nilai alpha 0,05 berarti variabel independen

    secara individual tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

    2) H0 ditolak dan Ha diterima yaitu apabila -value < 0.05 atau bila nilai

    signifikansi kurang dari nilai alpha 0,05 berarti variabel independen

    secara individual berpengaruh terhadap variabel dependen.

    c. Pengujian Ketepatan Perkiraan (R2)

    Pengujian ini untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan model dalam

    menerangkan variasi variabel independen. Tingkat ketepatan regresi

    dinyatakan dalam koefisien determinasi majemuk (R2) yang nilainya

    antara 0 sampai dengan 1. Nilai yang mendekati 1 berarti variabel-

    variabel independen memberikan hampir semua informasi yang

    dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel independen. Jika dalam

    suatu model terdapat lebih dari dua variabel independen, maka lebih baik

    menggunakan nilai adjusted R2.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    40

    BAB IV

    ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

    Bab ini bertujuan untuk mengungkap hasil analisis data penelitian dan

    pembahasannya. Penjelasan pada bab ini akan difokuskan pada bab IV (empat)

    dalam sub bahasan, yaitu hasil pengumpulan data, analisis deskriptif, pengujian

    asumsi klasik, pengujian hipotesis, dan pembahasan hasil penelitian.

    A. Hasil Pengumpulan Data

    Penelitian ini bertujuan memberikan bukti empiris pengaruh tingkat

    kepatuhan Wajib Pajak, pemeriksaan pajak serta perubahan Penghasilan Kena

    Pajak terhadap peningkatan penerimaan pajak penghasilan Wajib Pajak Orang

    Pribadi. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa data Surat

    Pemberitahuan (SPT) tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi pada KPP Pratama

    Surakarta yang dilaporkan atau disampaikan selama kurun waktu 1 Maret 2009

    sampai dengan 31 April 2009. Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan

    sebelumnya, diperoleh sampel penelitian sejumlah 310 SPT tahunan Wajib Pajak

    Orang Pribadi.

    B. Analisis Deskriptif

    Analisis deskriptif memberikan gambaran umum mengenai variabel

    penelitian data kuantitatif kepatuhan Wajib Pajak, pemeriksaan pajak, perubahan

    Penghasilan Kena Pajak serta peningkatan penerimaan pajak yang dihitung dari

    Surat Pemberitahuan Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi yang menjadi sampel

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    41

    dalam penelitian. Gambaran data yang dimaksud terdiri dari nilai maximum, nilai

    minimum dan nilai mean serta standar deviation data penelitian yang digunakan

    dalam penelitian ini. Gambaran mengenai data penelitian yang dimaksud dapat

    dilihat dalam tabel berikut ini:

    Tabel IV. 1

    Hasil Uji Statistik Deskriptif

    Variable N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

    KPTH 310 0,00 1,00 0,1677 0,37424

    PMRKS 310 0,00 1,00 0,1871 0,39062

    LN_PPKP 310 13,65 16,91 16,0254 0,42613

    LN_PPJ 310 10,99 16,10 13,6875 0,66147

    Valid N (listwise) 310

    Sumber: Hasil Pengolahan Data

    Notasi:

    KPTH = Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak

    PMRKS = Pemeriksaan Pajak

    LN_PPKP = Logaritma Natural Perubahan Penghasilan Kena Pajak

    LN_PPJ = Logaritma Natural Peningkatan Penerimaan Pajak Penghasilan

    Tabel di atas menunjukkan untuk Wajib Pajak Orang Pribadi yang

    terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP Pratama) dan menjadi sampel

    dalam penelitian ini memiliki rata-rata nilai LN_PPKP sebesar 16,0254, nilai

    minimum sebesar 13,65 dan nilai maksimum sebesar 16,91 serta nilai standar

    deviasi sebesar 0,42613 sehingga dapat dinyatakan bahwa data LN_PPKP

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    42

    berkisar diantara 16,45153 sampai dengan 15,59927. Rata-rata nilai PPJ sebesar

    13,6907, nilai minimum sebesar 10,99 dan nilai maksimum sebesar 16,10 dan

    dengan standar deviasi sebesar 0,66054 maka distribusi atau penyebaran data

    LN_PPJ adalah berkisar antara 14,35124 sampai dengan 13,03016. Rata-rata nilai

    PMRKS sebesar 0,1871, nilai minimum sebesar 0,00 dan nilai maksimum sebesar

    1,00. Rata-rata nilai KPTH sebesar 0,1677, nilai minimum sebesar 0,00 dan nilai

    maksimum sebesar 1,00. Kedua variabel ini merupakan variabel dummy yang

    menggunakan skala 1 dan 0 sehingga nilai maksimum kedua variabel ini adalah 1

    dan nilai minimumnya adalah sebesar 0.

    Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linear

    berganda (multiple regression model) untuk menguji pengaruh tingkat kepatuhan

    Wajib Pajak, pemeriksaan pajak serta perubahan Penghasilan Kena Pajak terhadap

    peningkatan penerimaan pajak penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi. Namun

    sebelum pengujian hipotesis penelitian dengan menggunakan model regresi

    berganda tersebut, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik yang terdiri dari uji

    normalitas data, autokorelasi dan heteroskedastisitas serta multikolinieritas.

    C. Pengujian Asumsi Klasik

    Model regresi dalam penelitian dapat digunakan untuk estimasi dengan

    signifikan dan representatif jika model regresi tersebut tidak menyimpang dari

    asumsi dasar klasik regresi berupa: normalitas, autokorelasi, heterokedastisitas

    dan multikolinearitas.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    43

    1. Uji Normalitas

    Uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov-

    Smirnov terhadap data residual regresi dan dilakukan dengan program SPSS

    Release 16.0. Hasil pengujian normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov dapat

    dilihat pada Lampiran. Secara ringkas ditunjukkan tabel berikut ini.

    Tabel IV. 2

    Hasil Uji Normalitas Data

    Unstandardized

    Residual

    N 310

    Normal Parametersa Mean 0,0000000

    Std. Deviation 0,54078533

    Most Extreme Differences Absolute 0,151

    Positive 0,123

    Negative -0,151

    Kolmogorov-Smirnov Z 2,657

    Asymp. Sig. (2-tailed) 0,000

    Sumber: Hasil Pengolahan Data

    Tabel uji normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov di atas menunjukkan

    bahwa nilai asymp sig. sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 5%, maka dapat

    dinyatakan bahwa data memiliki sebaran yang tidak normal. Oleh karena itu

    dilakukan proses outlier data dengan mengeluarkan data ekstrim berdasarkan

    nilai Z score. Setelah dilakukan proses outlier diperoleh 198 data yang berarti

    terdapat 112 data ekstrim yang dikeluarkan dari data penelitian dalam

    pengujian normalitas. Berikut ini disajikan hasil uji normalitas setelah outlier

    data penelitian.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    44

    Tabel IV. 3

    Hasil Uji Normalitas Data Setelah Outlier

    Unstandardized

    Residual

    N 198

    Normal Parametersa Mean 0,0000000

    Std. Deviation 0,47970504

    Most Extreme Differences Absolute 0,070

    Positive 0,061

    Negative -0,070

    Kolmogorov-Smirnov Z 0,982

    Asymp. Sig. (2-tailed) 0,290

    Sumber: Hasil Pengolahan Data

    Hasil pengujian Kolmogorov-Smirnov dengan residual dengan data

    setelah proses outlier dapat diketahui nilai asymp sig sebesar 0,290 yang lebih

    besar dari tingkat signifikansi penelitian 5%, maka dapat dinyatakan bahwa

    seluruh data memiliki sebaran data normal.

    2. Uji Multikoliniearitas

    Uji multikolinieritas digunakan untuk mengetahui korelasi antar variabel

    independen. Model regresi yang baik adalah model yang tidak terdapat

    korelasi antara variabel independen atau korelasi antar variabel independennya

    rendah. Keberadaan multikolinieritas di deteksi dengan Varians Inflating

    Factor (VIF) dan Tolerance. Kriteria untuk dapat dinyatakan tidak terjadi

    gejala multikolineritas adalah apabila nilai tolerance lebih besar dari 0,1 dan

    nilai VIF lebih kecil dari 10. Hasil uji multikolinieritas tersaji pada tabel

    berikut ini.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    45

    Tabel IV. 4

    Hasil Uji Multikolinieritas

    Sumber: Hasil Pengolahan Data

    Hasil uji multikolinearitas di atas menunjukkan bahwa semua variabel

    independen memiliki nilai tolerance lebih dari 0,1 (10%), artinya tidak ada

    korelasi antar variabel bebas yang nilainya lebih dari 90%. Hasil perhitungan

    juga menunjukkan bahwa semua variabel bebas memiliki VIF kurang dari 10.

    Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada gejala multikolinearitas dalam model

    regresi yang digunakan. Hasil uji multikolinieritas selengkapnya dapat dilihat

    pada Lampiran.

    3. Uji Autokorelasi

    Autokorelasi menunjuk pada hubungan yang terjadi antara anggota-

    anggota dari serangkaian observasi yang terletak berderetan secara series

    dalam bentuk waktu (untuk time series) atau hubungan antara tempat yang

    berdekatan (cross sectional). Uji autokorelasi menggunakan uji Durbin

    Watson (D-W) dan tabel yang digunakan adalah berdasarkan jumlah variabel

    bebas dan jumlah sampel. Dalam penelitian ini variabel bebas terdiri dari 4

    variabel dengan jumlah sampel 198 pengamatan, maka nilai tabel DL adalah

    1,728 dan DU sebesar 1,810. Hasil uji autokorelasi dengan menggunakan

    Durbin Watson (D-W) test memperoleh nilai D-W sebesar 1,860. Adapun

    penjelasannya adalah sebagai berikut:

    Variabel Tolerance VIF Keterangan

    LN_PPKP 0,886 1,129 Tidak terdapat multikolinieritas

    PMRKS 0,856 1,168 Tidak terdapat multikolinieritas

    KPTH 0,815 1,227 Tidak terdapat multikolinieritas

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    46

    Tabel IV. 5

    Hasil Uji Autokorelasi

    Variabel D-W Du0,05 Tidak terjadi heterokedastisitas

    LN_PPKP 0,028 p>0,05 Tidak terjadi heterokedastisitas Sumber: Hasil Pengolahan Data

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    47

    Tabel uji heteroskedastisitas di atas menunjukkan bahwa tidak ada

    gangguan heteroskedastisitas yang terjadi dalam proses estimasi parameter

    model penduga yang mana nilai sign untuk semua variabel independen yang

    digunakan lebih besar dari 0,05. Jadi secara keseluruhan dapat disimpulkan

    bahwa tidak ada masalah heteroskedastisitas dalam penelitian ini. Hasil

    perhitunganan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran.

    D. Pengujian Hipotesis

    Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi

    ganda, yaitu untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap

    variabel dependen. Perhitungan analisis regresi ganda dilakukan dengan

    bantuan komputer Program SPSS for Windows Release 16.0, hasil analisis

    yang diperoleh adalah seperti tabel berikut ini:

    Tabel IV. 7

    Hasil Analisis Regresi Ganda

    Variabel Koefisien thitung Sign.

    Konstanta 4,126 2,964 0,003

    LN_PPKP 0,584 6,695 0,000*

    PMRKS 0,175 2,048 0,042**

    KPTH 0,639 7,679 0,000*

    R2 0,504

    Adjusted R2

    0,494

    Fhitung 49,116 0,000*

    Sumber: Hasil Pengolahan Data *signifikan pada tingkat signifikansi 5%

    **signifikan pada tingkat signifikansi 10%

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    48

    Hasil analisis regresi di atas menjadi dasar penyusunan persamaan

    model regresi berganda dalam penelitian sebagai berikut ini.

    PPJ = 4,126 + 0,584 (PPKP) + 0,175 (PMRKS) + 0,639 (KPTH)

    Dari persamaan regresi tersebut angka koefisien menunjukkan

    hasil yang dapat dijelaskan seperti berikut ini.

    a. Nilai koefisien tingkat kepatuhan Wajib Pajak bernilai positif

    sebesar 0,639 adalah signifikan dengan nilai p

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    49

    1. Uji Parameter Regresi Simultan (Signifikansi-F)

    Uji signifiansi-F ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh secara

    simultan variabel independen tingkat kepatuhan, pemeriksaan pajak, serta

    perubahan Penghasilan Kena Pajak terhadap peningkatan penerimaan

    pajak penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi. Hasil uji signifikansi-F

    dapat dilihat pada tabel berikut ini:

    Tabel IV. 8

    Hasil Uji F

    Sig (P-Value) Kriteria Pegujian Keterangan

    0,000 P

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    50

    secara simultan atau secara bersama-sama terhadap peningkatan

    penerimaan pajak penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi.

    Hasil uji signifikansi-t dapat dilihat pada tabel berikut ini:

    Tabel IV. 9

    Hasil Uji t

    Variabel thitung Sig.

    Konstanta 2,964 0,003

    LN_PPKP 6,695 0,000*

    PMRKS 2,048 0,042**

    KPTH 7,679 0,000*

    Sumber: Hasil Pengolahan Data *Signifikan pada 5 %

    **Signifikan pada 10%

    3. Uji Koefisien Determinasi (R2)

    Koefisien determinasi menyatakan prosentase total variasi dari

    variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen dalam

    model. Nilai R2 berkisar antara 0 sampai 1. Apabila R

    2 mendekati 1, ini

    menunjukkan bahwa variasi variabel dependen dapat dijelaskan oleh

    variasi variabel independen. Sebaliknya jika nilai R2 mendekati 0, maka

    variasi dari variabel dependen tidak dapat dijelaskan oleh variabel

    independen.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    51

    Berdasarkan hasil pengujian dengan analisis regresi ganda yang

    telah dilaksanakan diperoleh nilai Adjusted R2 sebesar 0,482 (Lampiran),

    sehingga dapat dikatakan bahwa hasil pengujian yang dilakukan

    memberikan hasil yang Goodness of fit. Nilai koefisien determinasi

    bernilai positif, hal ini menunjukkan bahwa hanya 48,2 % variasi dari

    peningkatan penerimaan pajak penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi

    dapat dijelaskan oleh variabel tingkat kepatuhan, pemeriksaan pajak, serta

    perubahan Penghasilan Kena Pajak, sedangkan sisanya sebesar 50,6%

    dijelaskan oleh variabel lain di luar model.

    E. Pembahasan Hasil Penelitian

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan Wajib Pajak

    berpengaruh terhadap peningkatan penerimaan pajak penghasilan Wajib Pajak

    Orang Pribadi. Hasil regresi memperoleh nilai thitung sebesar 7,679 signifikan

    pada taraf signifikansi 5% dan hipotesis pertama dalam penelitian diterima

    atau didukung dengan koefisien regresi positif sebesar 0,639. Artinya

    kepatuhan Wajib Pajak berpengaruh positif terhadap peningkatan penerimaan

    pajak penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi secara signifikan. Semakin

    tinggi tingkat kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dalam melaksanakan

    kewajiban pajaknya semakin besar probabilitas untuk terjadi peningkatan

    penerimaan pajak negara. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil

    penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Agusti dan Herawaty (2009) yang

    menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara tingkat kepatuhan Wajib Pajak

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    52

    terhadap peningkatan penerimaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama

    (KPP Pratama) Grogol Petamburan.

    Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pemeriksaan pajak

    berpengaruh terhadap peningkatan penerimaan pajak penghasilan Wajib Pajak

    Orang Pribadi. Hasil regresi memperoleh nilai thitung sebesar 2,048 diterima

    pada taraf signifikansi 10% dan hiptesis kedua dalam penelitian diterima atau

    didukung dengan tanda koefisien regresi positif sehingga semakin tinggi

    frekuensi pemeriksaan pajak oleh petugas pajak semakin tinggi pula

    probabilitas peningkatan penerimaan pajak negara. Artinya tinggi rendahnya

    pemeriksaan pajak yang dilakukan membuat penerimaan pajak penghasilan

    Wajib Pajak Orang Pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP

    Pratama) meningkat. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang

    dilakukan oleh Gunadi (2006) yang menyimpulkan analisa jumlah tambahan

    penerimaan pajak dari aktivitas pemeriksaan menunjukkan hasil yang

    meningkat. Penelitian Salip et al., (2006) menunjukkan bahwa pemeriksaan

    pajak meningkatkan penerimaan pajak di Kantor Pelayanan Pajak (KPP)

    Jakarta Kebon Jeruk.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan Penghasilan Kena

    Pajak berpengaruh terhadap peningkatan penerimaan pajak penghasilan Wajib

    Pajak Orang Pribadi. Hasil regresi memperoleh nilai thitung sebesar 6,695

    diterima pada taraf signifikansi 5% dan hiptesis ketiga diterima dengan tanda

    koefisien regresi positif. Artinya semakin besar perubahan nilai Penghasilan

    Kena Pajak yang dilaporkan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi maka akan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    53

    membuat penerimaan pajak penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi

    meningkat. Dalam perhitungan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi, Penghasilan

    Kena Pajak merupakan dasar pengenaan pajak yang akan dikalikan dengan

    tarif PPh Wajib Pajak Orang Pribadi. Hasil penelitian ini konsisten dengan

    hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Agusti dan Herawaty (2009)

    yang menunjukkan bahwa Penghasilan Kena Pajak mempunyai pengaruh yang

    signifikan dan positif terhadap peningkatan penerimaan pajak.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    54

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    Bab ini bertujuan menjelaskan kesimpulan yang selanjutnya diikuti dengan

    keterbatasan dan saran dari penelitian yang telah dilakukan. Hal ini bertujuan

    untuk menjelaskan hasil analisis data yang telah dilakukan sesuai permasalahan

    yang dirumuskan sehingga menjadi bahan masukkan bagi pihak-pihak yang

    terkait.

    A. Kesimpulan

    Hasil analisis yang telah dilakukan menjadi dasar bagi penulis untuk

    menarik kesimpulan yang dapat dinyatakan sebagai berikut ini.

    1. Tingkat kepatuhan Wajib Pajak berpengaruh positif terhadap

    peningkatan penerimaan pajak penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi.

    Artinya semakin tinggi tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam

    melaporkan SPT tepat waktu dapat meningkatan penerimaan pajak

    penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi secara signifikan.

    2. Pemeriksaan pajak berpengaruh positif terhadap peningkatan

    penerimaan pajak penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi sehingga

    dapat dinyatakan bahwa semakin tinggi tingkat atau frekuensi

    pemeriksaan pajak yang dilakukan membuat penerimaan pajak

    penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak

    Pratama (KPP Pratama) meningkat secara signifikan.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    55

    3. Perubahan Penghasilan Kena Pajak berpengaruh positif terhadap

    peningkatan penerimaan pajak penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi

    yang dapat disimpulkan bahwa semakin besar perubahan nilai

    Penghasilan Kena Pajak yang dilaporkan oleh Wajib Pajak Orang

    Pribadi maka akan membuat penerimaan pajak penghasilan Wajib

    Pajak Orang Pribadi meningkat secara signifikan.

    B. Keterbatasan Penelitian

    Terdapat beberapa keterbatasan dalam penelitian ini, di antaranya

    seperti berikut ini.

    1. Peneliti ini hanya meneliti pada data Wajib Pajak Orang Pribadi, hal

    ini dimungkinkan untuk penelitian berikutnya menggunakan Wajib

    Pajak Badan agar diperoleh hasil yang lebih baik.

    2. Periode pengamatan yang relatif pendek karena peneliti hanya

    menggunakan data untuk tahun pajak 2007 dan 2008 dan

    menggunakan periode pengambilan sampel dua bulan per 1 Maret

    sampai dengan 31 April 2009.

    3. Penelitian ini hanya menggunakan tiga variabel independen yang

    dipertimbangkan dapat mempengaruhi peningkatan penerimaan pajak

    yang mana dua dari tiga variabel yang digunakan menggunakan

    dummy variable yaitu tingkat kepatuhan dan pemeriksaan pajak.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    56

    C. Saran

    Kesimpulan dan keterbatasan di atas menjadi dasar alasan bagi penulis