PENGARUH TEMPERATUR DAN WAKTU REDUKSI TERHADAP …digilib.unila.ac.id/60061/3/3. SKRIPSI FULL...

50
PENGARUH TEMPERATUR DAN WAKTU REDUKSI TERHADAP PERUBAHAN FASA BIJIH MANGAN DARI NUSA TENGGARA TIMUR MENGGUNAKAN ARANG KAYU SEBAGAI REDUKTOR (Skripsi) Oleh SOFHIA CHAIRUNNISYA JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG 2019

Transcript of PENGARUH TEMPERATUR DAN WAKTU REDUKSI TERHADAP …digilib.unila.ac.id/60061/3/3. SKRIPSI FULL...

  • PENGARUH TEMPERATUR DAN WAKTU REDUKSI TERHADAP

    PERUBAHAN FASA BIJIH MANGAN DARI NUSA TENGGARA TIMUR

    MENGGUNAKAN ARANG KAYU SEBAGAI REDUKTOR

    (Skripsi)

    Oleh

    SOFHIA CHAIRUNNISYA

    JURUSAN FISIKA

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    UNIVERSITAS LAMPUNG

    2019

  • i

    ABSTRAK

    PENGARUH TEMPERATUR DAN WAKTU REDUKSI TERHADAP

    PERUBAHAN FASA BIJIH MANGAN DARI NUSA TENGGARA TIMUR

    MENGGUNAKAN ARANG KAYU SEBAGAI REDUKTOR

    Oleh

    SOFHIA CHAIRUNNISYA

    Telah dilakukan penelitian mengenai pengaruh temperatur dan waktu reduksi

    terhadap perubahan fasa bijih mangan dari Nusa Tenggara Timur menggunakan

    arang kayu sebagai reduktor. Reduksi bijih mangan dilakukan dengan metode

    pirometalurgi. Pada tahap pertama dilakukan reduksi dengan variabel temperatur

    900, 1000, dan 1100 °C dengan waktu reduksi dibuat tetap yaitu 15 menit. Setelah

    itu dilakukan proses reduksi dengan variabel waktu reduksi 30, 45, 60, dan 75

    menit menggunakan temperatur terbaik yang diketahui dari tahap sebelumnya.

    Hasil analisis XRF menunjukkan bahwa temperatur dan waktu reduksi

    berpengaruh pada peningkatan kadar Mn pada bijih Mangan. Kadar Mn tertinggi

    mencapai 77,985 % didapatkan menggunakan temperatur 1100 °C dan waktu

    reduksi 45 menit. Hasil karakterisasi XRD menunjukkan bahwa raw material

    bijih mangan setelah direduksi mengalami perubahan fasa dan struktur mineral.

    Perubahan fasa yang terjadi adalah fasa pyrolusite (MnO2) menjadi fasa bixbyite

    (Mn2O3), braunite (Mn2SiO4) dan Hausmannite (Mn3O4). Perubahan struktur

    mineral yang terjadi adalah pyrolusite dan bixbyite berbentuk kubik menjadi

    bixbyite, braunite, dan hausmannite berbentuk tetragonal. Model kinetika yang

    sesuai merepresentasikan reduksi bijih Mn pada penelitian ini adalah model

    kinetika Ginstling-Brounshtein dengan energi aktivasi (Ea) yang didapat sebesar

    9,573 kkal/mol, sehingga laju reduksi dikendalikan oleh reaksi kimia dan difusi

    gas.

    Kata Kunci : Bijih Mangan, Perubahan Fasa, Reduksi, Struktur Mineral.

  • ii

    ABSTRACT

    EFFECT OF TEMPERATURE AND REDUCTION TIME TO PHASE

    TRANSFORMATION ONEAST NUSA TENGGARA MANGANESE ORE

    USING CHARCOAL AS REDUCTANT

    By

    SOFHIA CHAIRUNNISYA

    Effect of temperature and reduction time to phase transformation on east nusa

    tenggara manganese ore using charcoal as reductant has been researched.

    Reduction of manganese ore was carried out by pyometallurgy method. In the first

    step, reduction was carried out with temperature variables of 900, 1000, and

    1100 °C with the reduction time being fixed at 15 minutes. After that the reduction

    process is carried out with the reduction time variables 30, 45, 60, and 75 minutes

    using the best temperature known from the previous stage. The X-Ray

    Fluorescence (XRF) characterization result showed that the temperature and the

    reduction time influeced increasing Mn content on manganese ore. The highest

    Mn content reaching 77.985% was obtained using a temperature 1100 ° C and a

    45 minute reduction time. The X-Ray Diffraction (XRD) characterization result

    showed that raw material of manganese ore reduced after being reduced had

    transformation of phase and structure mineral. The transformation phase that

    occur were the pyrolusite (MnO2) phase became the bixbyite (Mn2O3), braunite

    (Mn2SiO4) and Hausmannite (Mn3O4) phases. The transformation in mineral

    structures that occur were pyrolusite and bixbyite in the form of cubic to bixbyite,

    braunite, and Hausmannite in the form of tetragonal.The suitable kinetic model

    with activation energy (Ea) obtained at 9,573 kcal / mol. The rate of reduction

    was controlled by chemical reaction and gas diffusion.

    Keywords: Manganese Ore, Phase Transformation, Reduction, Mineral Structure.

  • iii

    PENGARUH TEMPERATUR DAN WAKTU REDUKSI TERHADAP

    PERUBAHAN FASA BIJIH MANGAN DARI NUSA TENGGARA TIMUR

    MENGGUNAKAN ARANG KAYU SEBAGAI REDUKTOR

    Oleh

    SOFHIA CHAIRUNNISYA

    Skripsi

    Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

    SARJANA SAINS

    Pada

    Jurusan Fisika

    Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

    JURUSAN FISIKA

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    UNIVERSITAS LAMPUNG

    BANDAR LAMPUNG

    2019

  • iv

  • v

  • vi

  • vii

    RIWAYAT HIDUP

    Penulis bernama lengkap Sofhia Chairunnisya, dilahirkan pada tanggal 13 Juni

    1997 di Bandar Lampung. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara

    dari pasangan Bapak Nur Ali dan Ibu Dra. Ratu Sabarina. Pendidikan yang telah

    ditempuh oleh penulis adalah Sekolah Dasar Negeri 2 Campang Raya pada Tahun

    2008, Sekolah Menengah Pertama Negeri 31 Bandar Lampung pada Tahun 2011,

    Sekolah Menengah Kejuruan Farmasi Cendikia Farma Husada Bandar Lampung

    pada Tahun 2014.

    Penulis diterima di Jurusan Fisika FMIPA Universitas Lampung pada tahun 2014

    melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN).

    Selama menempuh pendidikan, penulis aktif pada Unit Kegiatan Mahasiswa

    English Society (ESo) Universitas Lampung dan menjadi part of Creativity and

    Financial Support pada tahun 2016. Pada Tahun 2017, penulis menyelesaikan

    Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Badan Riset dan Standarisasi (BARISTAND)

    Industri Lampung, dengan judul “Analisis Kandungan Timbal (Pb) dalam Udara

    Ambien di Daerah Pringsewu Menggunakan Metode Destruksi Basah dengan

    Spektrofotometer Serapan Atom”. Penulis juga melakukan pengabdian terhadap

    masyarakat dengan mengikuti program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas

    Lampung tahun 2018 di desa Waway Karya, Kecamatan Mekar Karya, Lampung

    Timur.

  • viii

    PERSEMBAHAN

    Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan nikmat yang

    telah diberikan, sehingga skripsi ini dapat selesai.

    Karya ini kupersembahkan kepada:

    Kedua orangtuaku tercinta, Ibu Dra. Ratu Sabarina dan Ayah Nur Ali yang

    senantiasa mendoakan, memberikan bimbingan, kepercayaan dan selalu

    memperjuangkan masa depan untukku. Terimakasih atas segala pengorbanan

    yang telah diberikan kepadaku. Semoga Ibu dan Ayah selalu diberi kesehatan,

    kebahagiaan, serta segala kebaikan dalam hidup dunia hingga akhirat.

    Kakakku Mohammad Welly Justiceawan, S.Tr.P., dan Adikku Mohammad

    Saddam Ali atas dukungan yang selalu diberikan pada setiap harapanku. Semoga

    selalu ada kemudahan dalam mencapai setiap harapanmu juga.

    Seluruh keluarga besar, atas segala dukungan dan perhatian yang

    telah diberikan.

    Teman-temanku, atas waktu, bantuan, saran, dan keceriaan yang telah

    diberikan.

    Almamater tercinta, Universitas Lampung.

  • ix

    MOTTO

    If there is no struggle, there is no progress.

    (Frederick Douglass)

  • x

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat, karunia, dan nikmat yang telah

    diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

    “Pengaruh Temperatur dan Waktu Reduksi terhadap Perubahan Fasa Bijih

    Mangan dari Nusa Tenggara Timur Menggunakan Arang Kayu sebagai

    Reduktor” yang merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains (S.Si)

    pada Bidang Material Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

    Alam Universitas Lampung.

    Skripsi ini membahas tentang reduksi bijih mangan dari Nusa Tenggara Timur

    menggunakan arang kayu sebagai reduktor. Pada skripsi ini dilakukan analisis

    bijih mangan menggunakan XRF dan XRD.

    Penulis menyadari bahwa dalam penyajian skripsi ini masih jauh dari

    kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang

    membangun dari berbagai pihak demi perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini.

    Semoga skripsi ini dapat menjadi rujukan untuk penelitian selanjutnya agar lebih

    sempurna dan dapat memperkaya ilmu pengetahuan.

    Bandar Lampung, 07 November 2019

    Sofhia Chairunnisya

  • xi

    SANWACANA

    Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi nikmat,

    karunia serta rahmat-Nya sehingga penulis dapat menelesaikan skripsi yang

    berjudul “Pengaruh Waktu dan Temperatur pada Perubahan Fasa Bijih Mangan

    dari Nusa Tenggara Timur Menggunakan Arang Kayu sebagai Reduktor”.

    Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Dengan segala

    kerendahan hati dan rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

    1. Ibu Suprihatin, S.Si., M.Si. selaku Pembimbing Pertama yang telah

    memberikan waktu, bimbingan, motivasi, nasihat serta ilmunya.

    2. Bapak Yayat Iman Supriyatna, S.T., M.T. selaku Pembimbing Kedua yang

    telah memberikan waktu, bimbingan, saran, serta ilmunya dalam penulisan

    skripsi ini.

    3. Bapak Drs. Ediman Ginting, M.Si. selaku Penguji yang telah memberikan

    ilmunya, koreksi, dan saran selama penulisan skripsi.

    4. Orangtuaku, Ibu Dra. Ratu Sabarina dan Ayah Nur Ali yang selalu memberi

    dukungan, do’a, serta semangat.

    5. Bapak Drs. Syafriadi, M.Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang

    selalu memberikan bimbingan dan saran selama masa perkuliahan.

    6. Bapak Drs. Suratman, M.Sc. selaku Dekan FMIPA Universitas Lampung.

  • xii

    7. Bapak Arif Surtono, S.Si., M.Si., M.Eng., selaku Ketua Jurusan Fisika

    FMIPA Universitas Lampung

    8. Bapak Gurum Ahmad Pauzi, S.Si., M.T., selaku Sekretaris Jurusan Fisika

    FMIPA Universitas Lampung

    9. Seluruh Dosen dan Staff Jurusan Fisika FMIPA Universitas Lampung.

    10. Balai Penelitian Teknologi Mineral (BPTM) – LIPI Lampung dan pihak-

    pihak terkait yang telah membantu penulis selama pelaksanaan penelitian.

    11. Fitria Damayanti selaku tim penelitian dalam menyelesaikan tugas akhir.

    12. Teman-temanku, Karlina Rahmah, Belta Ramadhona, S.I.P., Zahra Maria

    Ulfa, S.Si., Adeliya Ayu Anggraeni, S.Si., Retno Asih, Latifah Kamalia,

    S.Si., Ketrin Chintia Riski, S.Si., Apriliana, S.Si., Maya Heti Andayani, Sarah

    Mutia Dicahyani, dr. Ulima Mazaya Ghaisani, Ardila Siska, Amd. Keb, dan

    Ayu Suryani atas waktu, bantuan, dan keceriaan yang telah diberikan.

    13. Teman-teman Fisika FMIPA Universitas Lampung Angkatan 2014.

    Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini yang tidak

    bisa penulis sebutkan satu persatu. Semoga Allah SWT selalu membalas dengan

    hal yang lebih baik. Aamiin.

    Bandar Lampung, 07 November 2019

    Sofhia Chairunnisya

  • xiii

    DAFTAR ISI

    Halaman

    ABSTRAK ..................................................................................................... i

    ABSTRACT ..................................................................................................... ii

    HALAMAN JUDUL ...................................................................................... iii

    HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... iv

    HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ v

    PERNYATAAN.............................................................................................. vi

    RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ vii

    PERSEMBAHAN........................................................................................... viii

    MOTTO .......................................................................................................... ix

    KATA PENGANTAR .................................................................................... x

    SANWACANA ............................................................................................... xi

    DAFTAR ISI................................................................................................... xiii

    DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xv

    DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvii

    I. PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang.................................................................................. 1B. Rumusan Masalah............................................................................. 4C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 4D. Batasan Masalah ............................................................................... 5E. Manfaat Penelitian ............................................................................ 5

  • xiv

    II. TINJAUAN PUSTAKA

    A. Mangan ............................................................................................. 6B. Reduksi ............................................................................................. 8C. Ekstraksi Mangan dengan Metode Pirometalurgi............................. 9D. Arang Kayu....................................................................................... 10E. XRD.................................................................................................. 11F. XRF .................................................................................................. 17

    III. METODOLOGI PENELITIAN

    A. Waktu dan Tempat Penelitian........................................................... 23B. Alat dan Bahan Penelitian ................................................................ 23C. Prosedur Penelitian ........................................................................... 24

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil Analisis Proksimat .................................................................. 27B. Pengaruh Variasi Temperatur Reduksi ............................................. 28C. Pengaruh Variasi Waktu Reduksi..................................................... 34D. Kinetika Reduksi .............................................................................. 38

    V. KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan ....................................................................................... 42B. Saran ................................................................................................ 43

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • xv

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 1. Produksi dan penggunaan produk bijih mangan kelasmenengah ..................................................................................... 7

    Gambar 2. Sinar-X yang dihamburkan oleh atom-atom kristal yangberjarak d..................................................................................... 13

    Gambar 3.Mesin difraksi sinar x.................................................................... 15

    Gambar 4. Ilustrasi skema dua dimensi SiO2 (a) kristal, dan (b) kacaSiO2 ............................................................................................. 17

    Gambar 5. Proses terjadinya sinar-X ............................................................. 18

    Gambar 6. EDXRF......................................................................................... 20

    Gambar 7. WDXRF ....................................................................................... 21

    Gambar 8. Diagram alir penelitian................................................................. 24

    Gambar 9. Grafik pengaruh temperatur reduksi terhadap kadar Mn ............. 30

    Gambar 10. Difraktogram hasil karakterisasi XRD Mn hasil reduksi padatemperatur 900, 1000, 1100, dan 1100°C selama 15 menit ........ 32

    Gambar 11. Grafik pengaruh waktu reduksi terhadap kadar Mn padatemperatur 1100°C ..................................................................... 35

    Gambar 12. Difraktogram hasil karakterisasi XRD Mn hasil reduksipada temperatur 1100°C dengan waktu reduksi 15, 30, 45,60 dan 75 menit......................................................................... 36

    Gambar 13. Grafik hubungan 1/T terhadap ln k menggunakan modelkinetika Jander .......................................................................... 39

  • xvi

    Gambar 14. Grafik hubungan 1/T terhadap ln k menggunakan modelkinetikaGinstling-Brounsthein............................................................... 39

    Gambar 15. Grafik hubungan 1/T terhadap ln k ............................................ 40

  • xvii

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 1. Tingkat recovery Mn dan kebutuhan energi dalam produksiferromangan silikomangan dan mangan metal melaluiberbagai proses................................................................................. 10

    Tabel 2. Hasil analisis proksimat reduktor..................................................... 11

    Tabel 3. Hasil analisis proksimat ................................................................... 11

    Tabel 4. Analisis proksimat arang kayu ......................................................... 27

    Tabel 5. Hasil analisis XRF menggunakan variasi temperatur 900, 1000,1100°C dan waktu 15 menit............................................................. 28

    Tabel 6. Fraksi senyawa dari pola XRD pada masing-masingtemperatur reduksi ........................................................................... 32

    Tabel 7. Fraksi senyawa dari pola XRD pada masing-masingwaktu reduksi ................................................................................... 36

    Tabel 8. Nilai R2 dan k dari masing-masing persamaan model ..................... 38

    Tabel 9.Hasil perhitungan terhadap konstanta laju reaksi ............................. 40

  • I. PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Indonesia memiliki sumber daya mineral bijih mangan yang ketersediaannya

    cukup besar. Potensi bijih mangan Indonesia terdapat di Pulau Sumatera,

    Kepulauan Riau, Pulau Jawa, Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi, Nusa Tenggara,

    Maluku, dan Papua (Susyanto, 2012). Sementara itu, menurut Laporan Status

    Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Provinsi Nusa Tenggara Timur (2005),

    potensi sumber daya mineral mangan di Nusa Tenggara Timur sekitar 350.000

    Ton. Ketersediaan mangan terbesar terdapat di kabupaten Manggarai, Reo, dan

    Lambaleda (Hermanus, 2005).

    Pemanfaatan mangan sebagian besar digunakan dalam bidang metalurgi, yaitu

    untuk proses produksi besi baja, sedangkan penggunaan mangan untuk tujuan non

    metalurgi antara lain untuk produksi baterai kering, keramik, gelas dan bahan

    kimia (Sahoo et al., 2001).

    Penggunaan mangan dunia tiap tahun diperkirakan terus meningkat karena

    permintaan baja lebih dari 2 persen tiap tahun (Zhang, 2007). Berbagai usaha

    dilakukan untuk menaikkan nilai tambah mineral tersebut melalui penelitian dan

    adanya kebijakan pemerintah terkait peraturan usaha pertambangan mineral

  • 2

    Indonesia. Terkait dengan kegiatan tersebut, pemerintah menetapkan Permen

    ESDM RI No. 25 tahun 2018, dimana isinya mengatur batasan produk pengolahan

    dan pemurnian minimum mineral mangan. Batas pengolahan minimum

    konsentrat mangan yaitu Mn ≥ 49 % dan batas minimum pemurnian konsentrat

    mangan berupa Fero Mangan (FeMn), Mn ≥ 60 %, Silika Mangan (SiMn), Mn ≥

    60 %, Mangan Monoksida (MnO), Mn ≥ 42%, Mangan Sulfat (MnSO4), dan

    berupa MnO2 > 98% (Asrofi, 2018).

    Pengolahan bijih mangan terbagi menjadi dua bagian yaitu secara pirometalurgi

    dan hidrometalurgi. Pirometalurgi adalah proses ekstraksi metal dengan energi

    panas, temperatur umum yang dipakai berkisar 500-1600 °C. Pada temperatur

    tersebut, berbagai macam metal sudah dalam fase cair, bahkan kadang-kadang

    fase gas (Kumar et al, 2010). Dalam proses pirometalurgi, salah satu cara

    mendapatkan logam cair adalah dengan melelehkan bahan logam di dalam

    tungku. Pemilihan tungku peleburan yang akan digunakan untuk mencairkan

    logam harus sesuai dengan bahan baku yang akan dilebur. Proses reduksi pada

    dasarnya adalah pengambilan oksigen dari mineral oksida oleh reduktor tertentu,

    biasanya reduktor yang digunakan adalah karbon dalam batubara. Karbon

    bereaksi dengan oksigen membentuk karbon monoksida yang lebih aktif

    mereduksi bijih mangan (Todd, 2010).

    Penggunaan batubara sebagai reduktor untuk mereduksi bijih mangan telah

    digunakan dalam penelitian yang dilakukan oleh Aditya Wibawa dan Solihin

    (2014). Variasi temperatur yang digunakan dalam penelitian tersebut yaitu 700,

    800, 900, 1000, 1100, dan 1200 °C. Hasil penelitian menunjukkan semakin tinggi

  • 3

    temperatur yang digunakan, efisiensi reduksi bijih mangan semakin meningkat.

    Bijih mangan direduksi secara optimal dengan memanggang (roasting) pada

    temperatur 1200 °C dengan penggunaan 20 % kadar batu bara sebagai reduktor.

    Pada temperatur tersebut % kadar mangan yang diperoleh mencapai 56,5 %.

    Reduktor lain yang dapat digunakan sebagai sumber karbon dalam mereduksi

    bijih mangan adalah arang kayu. Arang kayu adalah residu hitam berisi karbon

    tidak murni yang dihasilkan dengan menghilangkan kandungan air dan komponen

    volatil. Arang hitam, ringan, mudah hancur dan menyerupai batu bara ini terdiri

    dari 85 % sampai 98 % karbon, sisanya adalah abu atau benda kimia lainnya.

    Hasil analisis proksimat arang kayu diperoleh pada penelitian yang dilakukan oleh

    Supriyatna, Y. I., dkk (2012) menunjukkan kandungan karbon terikat pada arang

    kayu sebesar 76,85 % dengan nilai kalori 7009,4 kJ/kg sedangkan kandungan

    karbon terikat pada batubara hanya 45,34 %, dengan nilai kalori 5800 kJ/kg.

    Penggunaan arang kayu sebagai reduktor diharapkan lebih baik daripada batu bara

    karena memiliki kandungan karbon terikat yang lebih tinggi dibandingkan batu

    bara, di samping itu arang kayu juga memiliki nilai kalori yang lebih tinggi.

    Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka pada penelitian ini

    dilakukan reduksi bijih mangan dari Provinsi Nusa Tenggara Timur sebagai bahan

    baku dan arang kayu sebagai reduktor. Penelitian ini dilakukan dengan variasi

    temperatur dan waktu reduksi menggunakan metode pirometalurgi. Karakterisasi

    sampel dilakukan menggunakan X-Ray Diffraction (XRD) dan X-Ray Fluoresence

    (XRF).

  • 4

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka rumusan masalah pada

    penelitian ini adalah:

    1. Bagaimana pengaruh variasi temperatur terhadap kadar Mn pada bijih mangan?

    2. Bagaimana pengaruh variasi waktu reduksi terhadap kadar Mn pada bijih

    mangan?

    3. Bagaimana pengaruh variasi temperatur terhadap perubahan fasa bijih mangan?

    4. Bagaimana pengaruh variasi waktu reduksi perubahan fasa bijih mangan?

    5. Bagaimana model kinetika reduksi bijih mangan yang terjadi pada penelitian

    ini?

    C. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

    1. Untuk mengetahui pengaruh variasi temperatur terhadap kadar Mn pada bijih

    mangan.

    2. Untuk mengetahui pengaruh variasi waktu reduksi terhadap kadar Mn pada

    bijih mangan.

    3. Untuk mengetahui pengaruh variasi temperatur terhadap perubahan fasa bijih

    mangan.

    4. Untuk mengetahui pengaruh variasi waktu reduksi terhadap perubahan fasa

    bijih mangan.

    5. Untuk mengetahui model kinetika pengendali yang terjadi pada proses reduksi

    yang dilakukan.

  • 5

    D. Batasan Masalah

    Batasan masalah dalam penelitian ini adalah:

    1. Bijih mangan yang digunakan adalah bijih mangan yang berasal dari Provinsi

    Nusa Tenggara Timur.

    2. Reduktor yang digunakan dalam penelitian ini adalah arang kayu.

    3. Variasi temperatur yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 900, 1000, dan

    1100 °C.

    4. Variasi waktu reduksi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 15, 30, 45, 60,

    dan 75 menit.

    5. Model kinetika yang digunakan adalah Jander dan Ginstling-Brounshtein

    E. Manfaat Penelitian

    Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:

    1. Memberikan informasi mengenai pengaruh temperatur dan waktu reduksi

    dalam reduksi bijih mangan.

    2. Sebagai referensi ilmiah untuk penelitian lebih lanjut mengenai reduksi bijih

    mangan dengan metode priometalurgi.

  • 6

    II. TINJAUAN PUSTAKA

    A. Mangan

    Mangan adalah unsur dengan simbol Mn. Nama mangan berasal dari Bahasa latin,

    magnes, yang memperlihatkan sifat magnetik pyrolusite, berwarna keabu-abuan

    dan bersifat getas. Sifatnya hampir sama dengan besi namun mangan lebih ringan

    dan lebih keras. Mangan memiliki empat bentuk alotropi, yaitu alpha mangan,

    beta mangan, gamma mangan, dan delta mangan. Logam ini akan menguap pada

    temperatur 2061 °C.

    Di alam, mangan ditemukan dalam bentuk mineral, seperti alabandit (MnS),

    pirolusit (MnO2), haussmanit (Mn3O4), Jacobsit (Mn2 FeO4) dan lain-lain. Proses

    pemurnian mangan ada dua macam, yaitu electrowinning dan electrothermal.

    Mangan biasanya diproduksi dalam bentuk ferromangan dan silikomangan.

    Ferromangan (Fe-Mn-C) mengandung lebih dari 76 % Mn dan 7,5 % C untuk

    karbon tinggi, 1-1,5 % C untuk karbon menengah, dan kurang dari 1 % untuk

    karbon rendah, sedangkan silikomangan (Si-Mn-C) mengandung 65-85 % Mn,

    14-16 % Si, dan 2 % C (Cardarelli, 2008).

    Mangan kadar tinggi atau biasa disebut dengan metallurgical grade yaitu bijih

    mangan dengan kadar mangan diatas 44 % yang biasanya digunakan untuk

  • 7

    kepentingan industri baja sebagai ferromangan atau untuk baja dengan unsur

    mangan sebagai unsur pemadu, sedangkan mangan kadar yang lebih rendah atau

    low grade manganese ore umumnya dipergunakan untuk kepentingan selain

    industri baja seperti untuk pembuatan mangan dioksida (MnO2) sebagai bahan

    depolarisator baterai kering, keramik atau senyawa bahan kimia (Zhang, 2007).

    Pengunaan mangan didominasi oleh penggunaan metalurgi, khususnya

    produksi ferroalloy dan penggunaan selanjutnya dalam pembuatan baja. Gambar 1

    mengilustrasikan bagaimana produk bijih mangan digunakan dalam metalurgi.

    Gambar 1 menunjukkan bahwa sejumlah kecil bijih mangan digunakan secara

    langsung atau pada contoh lain yang diubah menjadi logam mangan dan sebagian

    besar bijih mangan yang digunakan dalam pembuatan baja diubah menjadi

    ferromangan.

    Intermediate Poducts End Use

    ~84%

    ~2%

    Gambar 1. Produksi dan penggunaan produk bijih mangan kelas menengah

    (Elvers B et al., 1990).

    Direct use Pig Iron

    Manganese Ore

    Silicomanaganese

    Ferromanganese

    Manganese

    Metal

    Steelmaking

    Copper and Alumina

    Alloy

    Chemical Industy

    Synthetic

    Manganese

    Dioxide

    Dry-cell Battery

    ~1 %

    ~13 %

    < 1 %

  • 8

    Berdasarkan kandungan silikon dan karbonnya, paduan mangan dapat

    diklasifikasikan menjadi 4 kelompok utama yaitu:

    1. High carbon ferromanganese, dengan 78 % Mn dan sekitar 7,5 % C

    2. Refined ferromanganese dengan kandungan karbon 0,5 % - 1,5%

    3. Silicomanganese dengan kandungan Mn antara 17 % - 20 %, kandungan

    karbon 2 % - 1,5 %

    4. Low carbon silicomanganese dengan kandungan Si 26-31 % dan kandungan

    karbon antara 0,5 % sampai 0,05 %

    B. Reduksi

    Reduksi pada dasarnya adalah pengambilan oksigen dari mineral oksida tertentu

    terutama mangan oksida oleh reduktor tertentu, biasanya reduktor yang digunakan

    adalah karbon. Karbon bereaksi dengan oksigen membentuk karbon monoksida

    yang lebih aktif dalam mereduksi bijih mangan (Kumar et al., 2010).

    Reaksi reduksi mangan adalah sebagai berikut:

    2MnO2 + C → Mn2O3 + CO ............................................................. (1)

    3Mn2O3 + C → 2Mn3O4 + CO .......................................................... (2)

    Mn3O4 + C → 3MnO + CO ............................................................... (3)

    MnO + C → Mn + CO ...................................................................... (4)

    MnO2 dan Mn2O3 tidak dapat stabil pada temperatur 700 °C dan 900 °C, pada

    persamaan 1-4 menunjukkan oksigen diberikan pada reaksi kesetimbangan.

    Tekanan parsial mencapai 1 atm pada reaksi 3-4 dengan temperatur sebesar 800

    °C dan 900 °C terurai menjadi oksida yang lebih rendah secara spontan pada

  • 9

    temperatur tersebut. Pada temperatur 900 °C dan 1300 °C, didapat bahwa mangan

    oksida direduksi menjadi logam (Todd, 2010).

    C. Ekstraksi Mangan dengan Metode Pirometalurgi

    Dalam proses pirometalurgi, reaksi paduan logam dimurnikan dan/atau diproduksi

    pada suhu tinggi dengan reduksi. Pemanasan dan pemurnian bahan utama dibuat

    dalam tanur tiup hanya menggunakan kokas sebagai reduktor dan sebagai sumber

    energi dalam tanur peleburan listrik. Reduksi dengan karbon (batubara) atau

    silikon adalah metode untuk memproduksi ferromangan (FeMn) dengan karbon

    tinggi (HC), karbon sedang (MC), karbon rendah (LC), dan silikon mangan

    menengah (SiMn) untuk industri baja. Suhu yang diperlukan untuk reduksi

    mangan total adalah tinggi (1267 °C) karena stabilitas senyawa MnO. Metode

    pirometalurgi dapat diterapkan hanya untuk bijih bermutu tinggi dengan konten

    pengotor yang rendah. Kandungan fosfor dan arsenik sangat penting dalam proses

    peleburan tidak boleh melebihi 0,5 %. Senyawa lain yang sangat penting untuk

    kualitas produk logam adalah Al2O3, SiO2, CaO, MgO, dan S (Elvers et al., 1990).

    Sejarah pengolahan bijih mangan melalui jalur pirometalurgi diawali pada tahun

    1816. Pada saat itu ferromangan diproduksi secara komersial di Jerman dengan

    menggunakan teknologi blast furnace. Pada tahun 1890, ferromangan kadar tinggi

    diproduksi dengan menggunakan reduksi karbotermik menggunakan karbon

    sebagai agen pereduksinya yang dilakukan di dalam electrict furnace. Proses

    reduksi mangan dari bijih yang kemudian berkembang adalah proses silikotermik

    dan aluminotermik untuk menghasilkan paduan mangan dengan kemurnian tinggi.

  • 10

    Di dalam teknologi blast furnace bahan pereduksi yang digunakan adalah karbon

    yang bersumber dari arang kayu atau kokas dengan konsumsi sekitar 2000 kg/t

    FeMn dan energi ini hampir empat kali lebih tinggi dari electric furnace. Karena

    biaya yang tinggi dan dampak polusi udara yang dihasilkan dari proses ini, maka

    teknologi blast furnace mulai ditinggalkan dan digantikan dengan electrict

    furnace. Pada tahun 2005 tiga perempat dari produksi mangan di dunia dihasilkan

    dengan menggunakan teknologi electric furnace. Pada Tabel 1 disajikan

    perbedaan tingkat Mn recovery dan konsumsi energi pada proses produksi

    ferromangan dan silikomangan melalui beberapa jalur proses (Onuraip dan Emin,

    2001).

    Tabel 1. Tingkat recovery Mn dan kebutuhan energi dalam produksi ferromangan

    silikomangan dan mangan metal melalui berbagai proses (Onuraip,

    2001).

    Products Process Mn Recovery

    (%)

    Energy

    Consumption

    (kWh/t)

    Coke

    (kg/t)

    HC FeMn EAF 60-75 2600-2800 350

    BF 80-85 - 2000

    SiMn EAF 70-80 3500-4200 850-1000

    LC FeMn EAF 60-85 1600-1900 -

    Metallic Mn Metalothermic 63-85 - -

    Electrometallurgy 70-87 9000 -

    D. Arang Kayu

    Arang aktif merupakan senyawa karbon amorf yang sebagian besar terdiri dari

    karbon bebas, arang aktif dapat dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung

    karbon atau dari arang dengan perlakuan secara khusus untuk mendapatkan

    permukaan yang lebih luas. Arang aktif mempunyai sifat fisika antara lain

  • 11

    berwarna hitam, tidak berbau, tidak berasa dan mempunyai banyak rongga.

    Rongga tersebut menjadi parameter penting dalam peningkatan daya serap. Arang

    aktif mempunyai luas permukaan 300 sampai 2000 m2 per gram. Karakteristik

    bahan karbon aktif seperti ukuran pori dan partikel, luas permukaan, permukaan

    kimia, kerapatan, dan kekasaran sangat berpengaruh terhadap efisiensi penyerapan

    (Baksi et al., 2004).

    Arang kayu adalah residu hitam berisi karbon tidak murni yang dihasilkan dengan

    menghilangkan kandungan air dan komponen volatil. Arang yang hitam, ringan,

    mudah hancur dan menyerupai batu bara ini terdiri dari 85 % sampai 98 %

    karbon, sisanya adalah abu atau benda kimia lainnya. Hasil analisis proksimat

    berbagai reduktor ditunjukkan pada Tabel 2 dan Tabel 3.

    Tabel 2. Hasil analisis proksimat reduktor (Supriyatna, Y. I., dkk, 2012).

    No. Nama Contoh

    Kalori

    (kJ/kg)

    Moisture Volatile Ash Fixed Carbon

    1 Arang kayu 10,03 8,75 4,37 76,85 7009,4

    2 Arang batok 5,39 11,03 3,98 79,60 5312,71

    3 Kokas 7,22 5,84 6,51 80,43 7600

    4 Batubara 8,96 40,22 5,48 45,34 5800

    Tabel 3. Hasil analisis proksimat (Supriyatna, Y. I., dkk, 2017).

    Compound Palm Kernell Shell Charcoal

    Fixed Carbon (wt%) 21.11 76.85

    Volatile Matter (wt%) 67.43 8.75

    Ash (wt%) 2.30 4.37

    Moisture (wt%) 9.16 10.03

    E. X-Ray Diffraction (XRD)

    Sinar-X pertama kali ditemukan oleh Wilhelm Rontgen pada tahun 1895. Sinar-X

    % Hasil Analisis Proksimat

  • 12

    merupakan gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang ( = 0,1 mm)

    yang lebih pendek dibanding gelombang cahaya ( = 400-800 nm) (Smallman,

    2000). Panjang gelombang sinar-X ini merupakan dasar digunakannya teknik

    difraksi. XRD mempunyai peran yang sangat penting untuk analisis padat

    kristalin, yaitu untuk meneliti parameter kisi dan tipe struktur, mengetahui

    susunan berbagai jenis atom dalam kristal, keberadaan cacat, ukuran butiran,

    orientasi, dan kerapatam-presipitat.

    Bila seberkas sinar-X dengan panjang gelombang diarahkan pada permukaan

    kristal dengan sudut datang θ, maka sinar tersebut akan dihamburkan oleh bidang

    atom kristal dan menghasilkan puncak-puncak difraksi yang dapat diamati dengan

    peralatan difraksi sinar-X (Cullity, 1978).

    Sistem kerja difraktometer sinar-X didasarkan pada hukum Bragg. Pola difraksi,

    intensitas dan sudut difraksi 2 berbeda-beda untuk setiap bahan. Interferensi

    berupa puncak-puncak intensitas diperoleh sebagai hasil proses difraksi dimana

    terjadi interaksi antara sinar-X dengan atom-atom pada bidang kristal (Vlack,

    1994). Hamburan sinar-X oleh elektron-elektron di dalam atom suatu material

    dapat dilihat pada Gambar 2.

  • 13

    Gambar 2. Sinar-X yang dihamburkan oleh atom-atom kristal yang berjarak d

    (Richman, 1967).

    Gambar 2 menunjukkan gelombang pertama memiliki panjang yang sama yaitu

    AB+BC, begitu pula dengan gelombang kedua DF+FH. Gelombang kedua

    DF+FH. Gelombang kedua berjalan lebih jauh dari gelombang pertama, dan

    selisihnya adalah:

    ∆= (𝐷𝐹 + 𝐹𝐻) − (𝐴𝐵 + 𝐵𝐶)

    Jika dari titik B ditarik garis ke DF dan FH, diberi tanda E dan G, maka:

    𝐷𝐸 = 𝐴𝐵, 𝐺𝐻 = 𝐵𝐶

    Perbedaan antara dua gelombang tersebut adalah:

    ∆= (𝐸𝐹 + 𝐹𝐺)

    Diketahui bahwa EF+FG merupakan λ (panjang gelombang) dan panjang EF

    sama dengan panjang FG yaitu sebesar 𝑑 𝑠𝑖𝑛, sehingga:

    𝜆 = 𝑑 sin 𝜃 + 𝑑 sin 𝜃

    𝜆 = 2𝑑 sin 𝜃

    Sinar 1 dan 2 akan menjadi 1 fasa jika beda lintasan sama dengan jumlah n

    panjang gelombang sehingga:

    𝑛𝜆 = 2𝑑 sin 𝜃

  • 14

    𝜆 = 2𝑑 sin 𝜃

    Persamaan 11 inilah yang kemudian dikenal sebagai hukum Bragg, yang pertama

    kali ditulis oleh W. L. Bragg. Persamaan (11) kemudian diturunkan menjadi:

    𝜆 = 2𝑑′

    𝑛sin 𝜃

    Jarak antar bidang adalah 1/n dari jarak sebelumnya, maka ditetapkan

    𝑑′

    𝑛sin 𝜃. Dengan demikian persamaan Bragg dapat ditulis:

    𝜆 = 2𝑑 sin 𝜃 .................................................................................... (5)

    Dengan 𝜆 = panjang gelombang (m), d = jarak kisi (m), dan 𝜃 = sudut difraksi

    (Richman, 1967). Karena nilai 𝑠𝑖𝑛 maksimum adalah 1, maka persamaan menjadi:

    𝑛𝜆

    2𝑑= sin 𝜃 < 1

    Dari persamaan (14) dapat dilihat untuk memenuhi nilai 𝑠𝑖𝑛, maka nilai n𝜆 harus

    < 2𝑑. Dengan demikian kondisi untuk difraksi pada sudut 2𝜃 yang teramati

    adalah:

    𝜆 < 2𝜃

    Pada kebanyakan kristal nilai 𝑑 adalah dalam orde 3 Å atau kurang, sehingga

    kristal tidak dapat mendifraksikan sinar ultraviolet dengan panjang gelombang

    kira-kira 500 Å (Cullity, 1978).

    Berdasarkan persamaan Bragg, jika seberkas sinar-X di jatuhkan pada sampel

    kristal, bidang kristal tersebut akan membiaskan sinar-X yang memiliki panjang

    gelombang sama dengan jarak antar kisi dalam kristal tersebut. Sinar yang

    dibiaskan ditangkap oleh detektor kemudian diterjemahkan sebagai sebuah

    puncak difraksi. Semakin banyak bidang kristal yang terdapat dalam sampel,

  • 15

    semakin kuat intensitas pembiasan yang dihasilkannya. Setiap puncak yang

    muncul pada pola XRD mewakili satu bidang kristal yang memiliki orientasi

    tertentu dalam sumbu tiga dimensi. Puncak-puncak yang didapatkan dari data

    pengukuran ini kemudian dicocokkan dengan standar difraksi sinar-X yang

    disebut JCPDS (Cullity, 2001). Mesin difraksi sinar-X ditunjukkan pada Gambar

    3.

    Gambar 3. Mesin difraksi sinar-X (Sumber: http://particle.dk/new-xrd-readyfor\

    -gmp/)

    Komponen mesin XRD terdiri dari:

    1. Goniometer, merupakan alat untuk mengukur sudut atau membuat suatu objek

    (dalam hal ini adalah detektor) berotasi dalam posisi sudut yang tepat.

    2. Tabung sinar-X (tabung elektron), merupakan tempat pembentukan elektron

    yang digunakan untuk menumbuk plat logam sehingga menghasilkan sinar-X.

    Berkas sinar-X digunakan untuk menumbuk material sampel dan menghasilkan

    spektrum kontinyu maupun spektrum garis.

    3. Monokromator, merupakan komponen yang berperan untuk mengubah berkas

  • 16

    polikromatik menjadi berkas monokromatik.

    4. Sample holder, merupakan tempat sampel diletakkan. Sampel yang akan

    dianalisis dapat diletakkan dalam berbagai orientasi untuk mendapatkan sudut

    difraksi.

    5. Detektor, merupakan bagian dari mesin XRD yang berfungsi untuk mendeteksi

    berkas cahaya yang terdifraksi pada sudut-sudut tertentu dengan intensitasnya

    masing-masing. Berkas cahaya yang mengalami difraksi terekam pada pita.

    6. Perangkat lunak (software), merupakan erangkat lunak yang digunakan untuk

    menganalisis hasil uji XRD dapat dipisahkan menjadi dua jenis, yang pertama

    adalah perangkat lunak yang berfungsi untuk menterjemahkan rekaman pada

    pita menjadi nilai sudut 2θ yang kemudian diubah menjadi pola difraktogram

    sesuai dengan intensitasnya yang terdeteksi oleh detektor. Jenis yang kedua

    adalah peangkat lunak yang digunakan untuk menginterpretasikan data sudut

    2θ dengan intensitasnya untuk kemudian diketahui Indeks Miller dan nilai

    parameter kisi serta jarak antar kisi (spacing) sehingga dapat diketahui struktur

    kristal pada material sampel.

    Kristal merupakan susunan atom-atom yang teratur dan berulang di dalam ruang

    tiga dimensi, dimana keteraturan susunan tersebut dikarenakan kondisi geometris

    yang dipengaruhi oleh ikatan atom yang berarah. Gambar 4 menunjukkan ilustrasi

    dari struktur atom kristal dan struktur atom nanosilika amorf yang tidak beraturan.

    Pada XRD, pola difraksi dinyatakan dengan besar sudut-sudut yang terbentuk

    sebagai hasil dari difraksi berkas cahaya oleh kristal pada material. Nilai sudut

    tersebut dinyatakan dalam 2θ, dimana θ merepresentasikan sudut datang cahaya.

  • 17

    Sedangkan nilai 2θ merupakan besar sudut datang dengan sudut difraksi yang

    terdeteksi oleh detektor.

    Gambar 4. Ilustrasi skema dua dimensi SiO2 (a) kristal, dan (b) kaca SiO2

    (Yamane, 2000).

    Berdasarkan hukum Bragg (𝜆 = 2 𝑑 𝑠𝑖𝑛 𝜃), panjang gelombang (𝜆) dan sudut

    difraksi merupakan dua variabel yang dapat divariasikan untuk menghasilkan pola

    difraksi. Nilai jarak antar bidang (𝑑) tidak dapat divariasikan karena merupakan

    rusuk yang menghubungkan antara bidang kristal dan bernilai tetap bagi suatu

    system kristal tertentu, kecuali jika struktur kristalnya pada material komposit

    mengalami perubahan.

    F. X-Ray Fluorescence (XRF)

    XRF merupakan salah satu metode analisis nondestructive (tidak merusak) yang

    digunakan untuk analisis unsur dalam suatu bahan. Analisis XRF portable

    berdasarkan pada prinsip dasar interaksi sinar elektron dan sinar-X dengan bahan

    padat. Analisis menggunakan XRF dilakukan berdasarkan identifikasi dan

    pencacahan sinar-X karakteristik yang terjadi dari peristiwa fotolistrik. Efek

  • 18

    fotolistrik terjadi karena elektron dalam atom target (sampel) terkena sinar

    berenergi tinggi (radiasi gamma, sinar-X). Apabila energi sinar tersebut lebih

    tinggi daripada energi ikat elektron dalam orbit K, L atau M atom target, maka

    elektron atom target akan keluar dari orbitnya. Dengan demikian, atom target akan

    mengalami kekosongan. Kekosongan elektron ini akan diisi oleh elekton dari

    orbital yang lebih luar diikuti dengan pelepasan energi yang berupa sinar-X.

    Sinar-X yang dihasilkan merupakan suatu gabungan spektrum sinambung dan

    spektrum berenergi tertentu (discree) yang terjadi tergantung pada perpindahan

    elektron yang terjadi dalam atom bahan (Kalnicky, 2001). Spektrum ini disebut

    sebagai spektrum sinar-X karakteristik. Proses ini dapat dilihat pada Gambar 5.

    Gambar 5. Proses terjadinya sinar-X (Kalnicky, 2001).

    XRF adalah metode analisis untuk menentukan komposisi kimia dari semua jenis

    bahan. Teknik ini dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi unsur

    berdasarkan pada panjang gelombang dan jumlah sinar-X yang dipancarkan

    kembali setelah suatu material ditembaki sinar-X berenergi tinggi. Bahan uji

    dapat dalam bentuk padat, cair, bubuk, hasil penyaringan atau bentuk lainnya.

    XRF terkadang juga bisa digunakan untuk menentukan ketebalan dan komposisi

  • 19

    lapisan dan pelapis. Aplikasi XRF mencakup industri logam, semen, minyak,

    polimer, plastik dan makanan, begitupun pertambangan, mineralogi dan geologi,

    serta analisis lingkungan terhadap air sebagai bahan limbah. XRF juga merupakan

    teknik analisis yang sangat berguna untuk penelitian dan farmasi.

    Sinar-X dapat dilihat sebagai gelombang elektromagnetik dengan panjang

    gelombang tertentu atau sebagai berkas foton dengan energi tertentu. Gelombang

    elektromagnetik lainnya meliputi cahaya, gelombang radio dan sinar-γ. Pada

    XRF, sinar-X yang dihasilkan oleh sumber menyinari sampel. Sumber elektron

    dapat melalui tabung sinar-X, namun dapat pula berupa sinkrotron atau bahan

    radioaktif. Elemen dalam sampel akan memancarkan radiasi sinar-X dengan

    energi diskrit (setara dengan warna dalam cahaya optik) yang merupakan

    karakteristik untuk tiap elemen. Melalui radiasi yang di pancarkan sampel, akan

    terbentuk warna (energi) yang dapat diukur. Warna yang berbeda menghasilkan

    energi yang berbeda pula dan digunakan untuk menentukan elemen apa saja yang

    ada pada sampel. Langkah ini disebut analisis kualitatif. Dengan mengukur

    intensitas energi yang dipancarkan (warna), dimungkinkan untuk menentukan

    berapa banyak setiap elemen hadir dalam sampel. Langkah ini disebut analisis

    kuantitatif (Brouwer, 2010).

    Menurut Thermofisher (2018), proses yang terjadi pada XRF yaitu:

    a. Sampel diradiasi sinar-X energi tinggi dari tabung sinar-X dan dikontrol.

    b. Ketika sebuah atom dalam sampel ditumbuk sinar-X dengan energi yang cukup

    (lebih besar dari energi pengikatan atom K atau L), sebuah elektron dari salah

    satu orbital dalam atom dilepaskan.

  • 20

    c. Atom mendapatkan stabilitas, mengisi kekosongan yang tertinggal di kulit

    orbital bagian dalam dengan sebuah elektron dari salah satu atom energi tinggi

    pada kulit orbital.

    d. Elektron turun ke keadaan energi rendah dengan melepaskan sinar-X berpijar.

    Energi sinar-X ini sama dengan perbedaan spesifik energi antara dua keadaan

    kuantum elektron. Pengukuran energi ini adalah dasar analisis XRF.

    XRF dapat dibagikan ke dalam dua kelompok, yaitu energy dispersive systems

    (EDXRF) and wavelength dispersive systems (WDXRF).

    1. Energy Dispersive X-Ray Fluoresence (EDXRF)

    Spektrometri sinar-X dispersi energi (EDXRF) adalah teknik analisis non-

    destruktif yang digunakan untuk memperoleh informasi unsur dari berbagai

    jenis bahan. Produk ini digunakan pada banyak industri dan aplikasi

    termasukproduksi semen, produksi kaca, pertambangan, benefisiasi mineral,

    besi, baja dan logam non-ferrous, minyak bumi dan petrokimia, polimer dan

    industri terkait, forensik, farmasi, produk kesehatan, lingkungan, makanan dan

    kosmetik.

    Gambar 6. EDXRF (https//www.malvernpanalytical.com/en/products/

    x-ray-fluorescence/energy-dispersive-x-ray-fluorescence/).

  • 21

    Konsep dasar semua spektrometer adalah sumber radiasi, sampel dan sistem

    pendeteksian. Pada spektrometer EDXRF yang ditunjukkan pada Gambar 6,

    tabung sinar-X berfungsi sebagai sumber yang menyinari sampel secara langsung,

    dan fluoresensi yang berasal dari sampel diukur dengan detektor dispersi energi.

    Detektor ini mampu mengukur berbagai karakteristik energi radiasi yang datang

    langsung dari sampel. Detektor dapat memisahkan radiasi dari sampel ke dalam

    radiasi dari berbagai elemen yang ada dalam sampel.

    2. Wavelength Dispersive X-Ray Fluoresence (WDXRF)

    Metode spektrometri sinar-X untuk mengukur elemen didasarkan pada

    hubungan Moseley, menunjukkan bahwa timbal balik dari panjang gelombang

    radiasi karakteristik untuk garis spektrum tertentu dari rangkaian (yaitu K, L,

    M) berhubungan langsung dengan kuadrat dari nomor atom. Panjang

    gelombang ini terdokumentasi dengan baik. Dengan mengukur karakteristik

    panjang gelombang radiasi sinar-X, dapat disimpulkan dari mana asal suatu

    atom. Gambar 7 menunjukkan cara kerja WDXRF.

    Gambar 7. WDXRF (https://www.malvernpanalytical.com/en/products/

    Technology/x-ray-fluorescence/wavelenght-dispersive-x-ray-

    fluorescence/).

  • 22

    Pada spektrometri WDXRF, sinar polikromatik yang muncul dari permukaan

    sampel didispersikan ke dalam konstituen monokromatiknya menggunakan kristal

    analisis sesuai dengan hukum Bragg.

  • 22

    III. METODOLOGI PENELITIAN

    A. Waktu dan Tempat Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2019 sampai Juni 2019 di

    Laboratorium Balai Penelitian Teknologi Mineral – Lembaga Ilmu Pengetahuan

    Indonesia (LIPI) yang bertempat di Jl. Ir. Sutami km 15 Tanjung Bintang,

    Lampung Selatan.

    B. Alat dan Bahan Penelitian

    Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

    1. Bijih mangan

    2. Arang kayu

    3. Air

    4. Gelas Ukur

    5. Mortar

    6. Muffle Furnace

    7. Timbangan digital

    8. Ayakan Mesh 270

    9. Ayakan Mesh 325

  • 24

    C. Prosedur Penelitian

    a. Diagram Alir Penelitian

    diagram alir pada penelitian ini ditujukkan pada Gambar 8.

    Gambar 8. Diagram Alir Penelitian

    b. Prosedur Penelitian

    Percobaan diawali dengan melakukan analisis proksimat pada reduktor arang

    Karakterisasi Bijih

    Mn dan Reduktor

    Penggerusan Bijih Mn

    hingga 10 mm

    Penggerusan Reduktor

    hingga 0,074 mm

    Pemanasan dengan suhu

    1000 °C selama 30 menit

    Penggerusan Bijih Mn

    hingga 0,074 mm

    Pencampuran

    Peletisasi

    Pemanasan dengan Furnace pada

    T = 900, 1000, 1100 °C dan t = 15, 30, 45, 60, dan 75 menit

    Pendinginan

    XRF dan XRD

  • 25

    kayu dan karakterisasi XRF dan XRD terhadap bijih mangan. Selanjutnya

    dilakukan preparasi bahan baku, dimana bijih mangan dan arang kayu digerus

    menggunakan ayakan mesh 270. Kemudian dilakukan pencampuran dengan

    komposisi 91 % bijih Mn dan 9 % reduktor arang kayu sesuai dengan variabel

    yang telah ditentukan dan dilakukan pencetakan hingga membentuk pellet bijih

    mangan dengan ukuran sekitar 1 cm. Proses dilakukan di dalam furnace dengan

    crucible.

    Pada tahap pertama dilakukan reduksi dengan variabel temperatur 900, 1000, dan

    1100 °C dengan waktu reduksi dibuat tetap yaitu 15 menit. Setelah itu dilakukan

    proses reduksi dengan variabel waktu reduksi 30, 45, 60, dan 75 menit

    menggunakan temperatur terbaik yang diketahui dari tahap sebelumnya. Dari hasil

    percobaan yang dilakukan dapat diperoleh 2 grafik yaitu grafik hubungan

    temperatur reduksi terhadap kadar Mn dan grafik hubungan waktu reduksi

    terhadap kadar Mn.

    Persen tingkat reduksi dihitung terhadap perubahan berat pellet sebelum dan

    sesudah dilakukan reduksi dan perubahan kadar Mn. Dalam studi kinetika

    dihitung nilai konstanta laju reaksi atau nilai koefisien difusifitas spesi reaktif

    dengan menggunakan model kinetika yang dipakai sehingga dapat diprediksi

    kinetika proses reduksi dan pengendali laju proses reduksi. Perhitungan tingkat

    reduksi dapat dihitung menggunakan persamaan (16) :

    ................................................................................................................... (16)

    Keterangan :

    ξ =𝑀𝑛𝑅𝑂 . 𝑊𝑅𝑂

    𝑀𝑛𝑜𝑟𝑒 . 𝑊𝑝

  • 26

    𝑀𝑛𝑅𝑂 = Kadar Mn sesudah reduksi

    𝑊𝑅𝑂 = Berat Mn sesudah reduksi

    𝑀𝑛𝑜𝑟𝑒 = Kadar Mn dalam bijih karbon

    𝑤𝑝 = Berat Mn sebelum reduksi

    Setelah nilai ξ pada persamaan (16) diketahui, persamaan model kinetika yang

    digunakan dalam proses perhitungan adalah model difusi Jander dan Ginstling-

    Brounshtein seperti pada persamaan (17) dan persamaan (18) :

    [1 − (1 − ξ)1

    3⁄ ]2

    = 𝑘𝑡 ............................................................................... (17)

    1 − (2 3)⁄ ξ − (1 − ξ)2

    3⁄ = 𝑘𝑡 .................................................................... (18)

    Keterangan :

    ξ = Tingkat reduksi pelet

    𝑘 = Konstanta Laju reduksi

    𝑡 = Waktu reduksi

  • 39

    V. KESIMPULAN DAN SARAN

    A. KESIMPULAN

    Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh kesimpulan sebagai

    berikut:

    1. Pengaruh variasi temperatur terbaik diperoleh pada saat reduksi menggunakan

    temperatur 1100 °C dengan kadar Mn yaitu 77,985 %.

    2. Pengaruh variasi waktu reduksi terhadap kadar Mn terbaik diperoleh pada saat

    reduksi menggunakan waktu reduksi 45 menit dengan kadar Mn yaitu 80,185

    %.

    3. Temperatur sangat berpengaruh terhadap perubahan fasa bijih Mn dari

    pyrolusite (MnO2) ke bixbyte (Mn2O3) maupun braunite (Mn2SiO4) lalu

    menjadi haussmanite (Mn3O4).

    4. Waktu reduksi tidak berpengaruh terhadap perubahan fasa bijih Mn. Fasa

    yang terbentuk yaitu braunite (Mn2SiO4) dan haussmanite (Mn3O4).

    5. Model kinetika yang sesuai merepresentasikan reduksi bijih Mn pada

    penelitian ini adalah model kinetika Ginstling-Brounshtein dengan laju

    reduksi dikendalikan oleh reaksi kimia dan difusi gas.

  • 43

    B. SARAN

    Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, untuk meningkatkan kualitas bijih

    Mn diharapkan untuk penelitian selanjutnya memvariasi kadar reduktor arang

    kayu.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Anonim. 2016. New XRD instrument ready for GMP analysis.

    Http://particle.dk/new-xrd-ready-for-gmp/. Diakses pada 22 April 2018

    pukul 13.50 WIB.

    Anonim. 2016. Malvern Panalytical Energy Dispersive X-ray Fluorescence

    EDXRFSpectrometers. https://www.malvernpanalytical.com/

    en/products/technology/x-ray-fluorescence/energy-dispersive-x-ray-

    fluorescence/. Diakses pada 15 Maret 2018 pukul 01.30 WIB.

    Anonim. 2016. Introduction to Wavelength Dispersive Spectroscopy WDXRF &

    Malvern Panalytical WDXRF Spectrometers. https://www.malvernpana

    lytical.com/en/products/technology/x-ray-fluorescence/wavelength-

    dispersive-x-ray-flourescence/. Diakses pada 15 Maret 2018 pukul 01.15

    WIB.

    Asrofi, H. 2018. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik

    Indonesia nomor: 25 Tahun 2018. Kementerian Energi dan Sumber Daya

    Mineral. Jakarta.

    Baksi, S., Biswas, S., dan Mahajan, S., 2004. Activated Carbon from Bamboo-

    Technology Development towards commercialization. Paper of

    Department of chemical engineering. IIT. Bombay.

    Brouwer, P. 2010. Theory of XRF: Getting Acquainted with the Principles.

    Panalytical BV. Almelo-The Netherland.

    Cardarelli, F. 2008. Materials Handbook A Concise Desktop Reference Second

    Edition. Springer. London.

    Cullity, B. D. 1978. Elements of X-Rays Diffraction, Second Edition. Adison-

    https://www.malvernpanalytical.com/https://www.malvernpanalytical.com/en/products/technology/x-ray-fluorescence/wavelength-dispersive-x-ray-flourescence/https://www.malvernpanalytical.com/en/products/technology/x-ray-fluorescence/wavelength-dispersive-x-ray-flourescence/

  • Wesley Publishing Company Inc. United State of America. Pp. 1-7.

    Cullity, B. D and Stock, S.R. 2001. Elements of X-Rays Diffraction, 3rd Edition.

    Adison-Wesley Publishing Company Inc. USA.

    Elvers B., Hawkins S., Schulz G., 1990. Ullmann’s Encyclpedia of Industrial

    Chemistry, Weinheim: VCH Verlagsgesellschaft mbH, Pp. 507.

    Grimsley, W.D. 1977. The Mechanism And Rate Of Reduction Of Mamatwan

    Manganese Fines By Carbon. Journal Of The South African Institute Of

    Mining And Metallurgy. Vol. 40. Pp. 113-129.

    Hermanus, M. 2005. Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Nusa

    Tenggara Tahun 2005. Pemerintah Provinsi NTT. Nusa Tenggara

  • Kalnicky, D. J. and Singhvi, R. 2001. Field Portable XRF Analysis of

    Enviromental Samples. Journal of Hazardous Materials. Vol. 83. Pp.

    93-122.

    Khedr, M.H. 2005. Isothermal reduction kinetics at 900-1100 °C of NiFe2O4

    sintered at 1000-1200 °C. Journal of analytical and applied pyrolisis.

    Cairo. Vol. 73. No. 123-129.

    Kumar, M., Ranganathan, S., and Sinha, S.N. 2007. Kinetics of reduction of

    different manganese ores. Journal of INFACON XI. New Delhi. Pp. 241–

    246.

    Onuraip, Y. and Emin, A. M., 2001:Carbothermic Smelting Of Tavas

    Manganese Ore, Turkey, Vol 20. No 5-6.

    Richman, M. H. 1967. An Introduction to The Science of Metals. Blaisdell

    Publishing Company. Washington DC. Pp. 78-79.

    Sahoo, R.N., Naik, P.K.and Das, S.C. 2001. Leaching of manganese ore using

    oxalic acid as reductant in sulphuric acid solution. Journal of

    Hydrometallurgy. Pp.157–163.

    Smallman, R. E. and Bishop, R. J. 2000. Modern Physical Metallurgy and

    Material Engineering. Oxford. Butterworth-Heinemann. Pp. 34-35.

    Supriyatna, Y. I., Amin, M., dan Suharto. 2012. Studi penggunaan reduktor pada

    proses reduksi pellet bijih besi lampung menggunakan rotary kiln.

    Prosiding Snapp. Hal 6.

    Supriyatna, Yayat I., Zulhan, Z. dan Triapriani, Y. 2017. The ferromanganese

    production using Indonesian low-grade manganese ore using charcoal

    and palm kernel shell as reductant in mini electric arc furnace. Mineral

    Processing and Technology International Conference. Lampung.

    Susyanto, 2012. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik

    Indonesia nomor: 07 Tahun 2012. Kementerian Energi dan Sumber Daya

  • Mineral : Jakarta.

    Thermofisher. 2018. XRF Thermofisher. 2018. XRF Technlogy. https//

    www.thermofisher.com/id/en/home/industrial/spectroscopy-elemental-

    isotope-analysis/learning-center/elemental-analysis-information/xrf-

    technology.html.Diakses pada 15 Maret 2018 Pukul 02.00 WIB.

    Todd , M. 2010. Mn Ore Reduction Technologies. 7th ImnI EPD China

    Conference : China.

    Vlack, Van L. H. 1995. Ilmu dan Teknologi Bahan (Ilmu Logam dan Bukan

    Logam), Edisi kelima. Erlangga. Jakarta. Pp. 101-104.

    Yamane, M., and Asahara, Y. 2000.Glass for Photonics:Measurement. United

    Kingdom at the University Press. Cambridge.

    Zhang, W., Cheng, C.Y. 2007. Manganese Metallurgy Review Part I: Leaching

    of Ore/Secondary Materials and Recovery of Electrolytic/Chemical

    Manganese Dioxide. Journal of Hydrometallurgy. Vol. 89: Pp. 137-159.

    http://www.thermofisher.com/id/en/home/industrial/spectroscopy-elemental-http://www.thermofisher.com/id/en/home/industrial/spectroscopy-elemental-

    DAFTAR ISI.pdf (p.1-2)DAFTAR GAMBAR.pdf (p.3-4)DAFTAR TABEL.pdf (p.5)