PENGARUH TEMPERATUR DAN WAKTU REDUKSI TERHADAP …digilib.unila.ac.id/60061/3/3. SKRIPSI FULL...
Transcript of PENGARUH TEMPERATUR DAN WAKTU REDUKSI TERHADAP …digilib.unila.ac.id/60061/3/3. SKRIPSI FULL...
-
PENGARUH TEMPERATUR DAN WAKTU REDUKSI TERHADAP
PERUBAHAN FASA BIJIH MANGAN DARI NUSA TENGGARA TIMUR
MENGGUNAKAN ARANG KAYU SEBAGAI REDUKTOR
(Skripsi)
Oleh
SOFHIA CHAIRUNNISYA
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2019
-
i
ABSTRAK
PENGARUH TEMPERATUR DAN WAKTU REDUKSI TERHADAP
PERUBAHAN FASA BIJIH MANGAN DARI NUSA TENGGARA TIMUR
MENGGUNAKAN ARANG KAYU SEBAGAI REDUKTOR
Oleh
SOFHIA CHAIRUNNISYA
Telah dilakukan penelitian mengenai pengaruh temperatur dan waktu reduksi
terhadap perubahan fasa bijih mangan dari Nusa Tenggara Timur menggunakan
arang kayu sebagai reduktor. Reduksi bijih mangan dilakukan dengan metode
pirometalurgi. Pada tahap pertama dilakukan reduksi dengan variabel temperatur
900, 1000, dan 1100 °C dengan waktu reduksi dibuat tetap yaitu 15 menit. Setelah
itu dilakukan proses reduksi dengan variabel waktu reduksi 30, 45, 60, dan 75
menit menggunakan temperatur terbaik yang diketahui dari tahap sebelumnya.
Hasil analisis XRF menunjukkan bahwa temperatur dan waktu reduksi
berpengaruh pada peningkatan kadar Mn pada bijih Mangan. Kadar Mn tertinggi
mencapai 77,985 % didapatkan menggunakan temperatur 1100 °C dan waktu
reduksi 45 menit. Hasil karakterisasi XRD menunjukkan bahwa raw material
bijih mangan setelah direduksi mengalami perubahan fasa dan struktur mineral.
Perubahan fasa yang terjadi adalah fasa pyrolusite (MnO2) menjadi fasa bixbyite
(Mn2O3), braunite (Mn2SiO4) dan Hausmannite (Mn3O4). Perubahan struktur
mineral yang terjadi adalah pyrolusite dan bixbyite berbentuk kubik menjadi
bixbyite, braunite, dan hausmannite berbentuk tetragonal. Model kinetika yang
sesuai merepresentasikan reduksi bijih Mn pada penelitian ini adalah model
kinetika Ginstling-Brounshtein dengan energi aktivasi (Ea) yang didapat sebesar
9,573 kkal/mol, sehingga laju reduksi dikendalikan oleh reaksi kimia dan difusi
gas.
Kata Kunci : Bijih Mangan, Perubahan Fasa, Reduksi, Struktur Mineral.
-
ii
ABSTRACT
EFFECT OF TEMPERATURE AND REDUCTION TIME TO PHASE
TRANSFORMATION ONEAST NUSA TENGGARA MANGANESE ORE
USING CHARCOAL AS REDUCTANT
By
SOFHIA CHAIRUNNISYA
Effect of temperature and reduction time to phase transformation on east nusa
tenggara manganese ore using charcoal as reductant has been researched.
Reduction of manganese ore was carried out by pyometallurgy method. In the first
step, reduction was carried out with temperature variables of 900, 1000, and
1100 °C with the reduction time being fixed at 15 minutes. After that the reduction
process is carried out with the reduction time variables 30, 45, 60, and 75 minutes
using the best temperature known from the previous stage. The X-Ray
Fluorescence (XRF) characterization result showed that the temperature and the
reduction time influeced increasing Mn content on manganese ore. The highest
Mn content reaching 77.985% was obtained using a temperature 1100 ° C and a
45 minute reduction time. The X-Ray Diffraction (XRD) characterization result
showed that raw material of manganese ore reduced after being reduced had
transformation of phase and structure mineral. The transformation phase that
occur were the pyrolusite (MnO2) phase became the bixbyite (Mn2O3), braunite
(Mn2SiO4) and Hausmannite (Mn3O4) phases. The transformation in mineral
structures that occur were pyrolusite and bixbyite in the form of cubic to bixbyite,
braunite, and Hausmannite in the form of tetragonal.The suitable kinetic model
with activation energy (Ea) obtained at 9,573 kcal / mol. The rate of reduction
was controlled by chemical reaction and gas diffusion.
Keywords: Manganese Ore, Phase Transformation, Reduction, Mineral Structure.
-
iii
PENGARUH TEMPERATUR DAN WAKTU REDUKSI TERHADAP
PERUBAHAN FASA BIJIH MANGAN DARI NUSA TENGGARA TIMUR
MENGGUNAKAN ARANG KAYU SEBAGAI REDUKTOR
Oleh
SOFHIA CHAIRUNNISYA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA SAINS
Pada
Jurusan Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
-
iv
-
v
-
vi
-
vii
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Sofhia Chairunnisya, dilahirkan pada tanggal 13 Juni
1997 di Bandar Lampung. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara
dari pasangan Bapak Nur Ali dan Ibu Dra. Ratu Sabarina. Pendidikan yang telah
ditempuh oleh penulis adalah Sekolah Dasar Negeri 2 Campang Raya pada Tahun
2008, Sekolah Menengah Pertama Negeri 31 Bandar Lampung pada Tahun 2011,
Sekolah Menengah Kejuruan Farmasi Cendikia Farma Husada Bandar Lampung
pada Tahun 2014.
Penulis diterima di Jurusan Fisika FMIPA Universitas Lampung pada tahun 2014
melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN).
Selama menempuh pendidikan, penulis aktif pada Unit Kegiatan Mahasiswa
English Society (ESo) Universitas Lampung dan menjadi part of Creativity and
Financial Support pada tahun 2016. Pada Tahun 2017, penulis menyelesaikan
Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Badan Riset dan Standarisasi (BARISTAND)
Industri Lampung, dengan judul “Analisis Kandungan Timbal (Pb) dalam Udara
Ambien di Daerah Pringsewu Menggunakan Metode Destruksi Basah dengan
Spektrofotometer Serapan Atom”. Penulis juga melakukan pengabdian terhadap
masyarakat dengan mengikuti program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas
Lampung tahun 2018 di desa Waway Karya, Kecamatan Mekar Karya, Lampung
Timur.
-
viii
PERSEMBAHAN
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan nikmat yang
telah diberikan, sehingga skripsi ini dapat selesai.
Karya ini kupersembahkan kepada:
Kedua orangtuaku tercinta, Ibu Dra. Ratu Sabarina dan Ayah Nur Ali yang
senantiasa mendoakan, memberikan bimbingan, kepercayaan dan selalu
memperjuangkan masa depan untukku. Terimakasih atas segala pengorbanan
yang telah diberikan kepadaku. Semoga Ibu dan Ayah selalu diberi kesehatan,
kebahagiaan, serta segala kebaikan dalam hidup dunia hingga akhirat.
Kakakku Mohammad Welly Justiceawan, S.Tr.P., dan Adikku Mohammad
Saddam Ali atas dukungan yang selalu diberikan pada setiap harapanku. Semoga
selalu ada kemudahan dalam mencapai setiap harapanmu juga.
Seluruh keluarga besar, atas segala dukungan dan perhatian yang
telah diberikan.
Teman-temanku, atas waktu, bantuan, saran, dan keceriaan yang telah
diberikan.
Almamater tercinta, Universitas Lampung.
-
ix
MOTTO
If there is no struggle, there is no progress.
(Frederick Douglass)
-
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat, karunia, dan nikmat yang telah
diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Pengaruh Temperatur dan Waktu Reduksi terhadap Perubahan Fasa Bijih
Mangan dari Nusa Tenggara Timur Menggunakan Arang Kayu sebagai
Reduktor” yang merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains (S.Si)
pada Bidang Material Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Lampung.
Skripsi ini membahas tentang reduksi bijih mangan dari Nusa Tenggara Timur
menggunakan arang kayu sebagai reduktor. Pada skripsi ini dilakukan analisis
bijih mangan menggunakan XRF dan XRD.
Penulis menyadari bahwa dalam penyajian skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari berbagai pihak demi perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat menjadi rujukan untuk penelitian selanjutnya agar lebih
sempurna dan dapat memperkaya ilmu pengetahuan.
Bandar Lampung, 07 November 2019
Sofhia Chairunnisya
-
xi
SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi nikmat,
karunia serta rahmat-Nya sehingga penulis dapat menelesaikan skripsi yang
berjudul “Pengaruh Waktu dan Temperatur pada Perubahan Fasa Bijih Mangan
dari Nusa Tenggara Timur Menggunakan Arang Kayu sebagai Reduktor”.
Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Dengan segala
kerendahan hati dan rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Suprihatin, S.Si., M.Si. selaku Pembimbing Pertama yang telah
memberikan waktu, bimbingan, motivasi, nasihat serta ilmunya.
2. Bapak Yayat Iman Supriyatna, S.T., M.T. selaku Pembimbing Kedua yang
telah memberikan waktu, bimbingan, saran, serta ilmunya dalam penulisan
skripsi ini.
3. Bapak Drs. Ediman Ginting, M.Si. selaku Penguji yang telah memberikan
ilmunya, koreksi, dan saran selama penulisan skripsi.
4. Orangtuaku, Ibu Dra. Ratu Sabarina dan Ayah Nur Ali yang selalu memberi
dukungan, do’a, serta semangat.
5. Bapak Drs. Syafriadi, M.Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
selalu memberikan bimbingan dan saran selama masa perkuliahan.
6. Bapak Drs. Suratman, M.Sc. selaku Dekan FMIPA Universitas Lampung.
-
xii
7. Bapak Arif Surtono, S.Si., M.Si., M.Eng., selaku Ketua Jurusan Fisika
FMIPA Universitas Lampung
8. Bapak Gurum Ahmad Pauzi, S.Si., M.T., selaku Sekretaris Jurusan Fisika
FMIPA Universitas Lampung
9. Seluruh Dosen dan Staff Jurusan Fisika FMIPA Universitas Lampung.
10. Balai Penelitian Teknologi Mineral (BPTM) – LIPI Lampung dan pihak-
pihak terkait yang telah membantu penulis selama pelaksanaan penelitian.
11. Fitria Damayanti selaku tim penelitian dalam menyelesaikan tugas akhir.
12. Teman-temanku, Karlina Rahmah, Belta Ramadhona, S.I.P., Zahra Maria
Ulfa, S.Si., Adeliya Ayu Anggraeni, S.Si., Retno Asih, Latifah Kamalia,
S.Si., Ketrin Chintia Riski, S.Si., Apriliana, S.Si., Maya Heti Andayani, Sarah
Mutia Dicahyani, dr. Ulima Mazaya Ghaisani, Ardila Siska, Amd. Keb, dan
Ayu Suryani atas waktu, bantuan, dan keceriaan yang telah diberikan.
13. Teman-teman Fisika FMIPA Universitas Lampung Angkatan 2014.
Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini yang tidak
bisa penulis sebutkan satu persatu. Semoga Allah SWT selalu membalas dengan
hal yang lebih baik. Aamiin.
Bandar Lampung, 07 November 2019
Sofhia Chairunnisya
-
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ..................................................................................................... i
ABSTRACT ..................................................................................................... ii
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ v
PERNYATAAN.............................................................................................. vi
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ vii
PERSEMBAHAN........................................................................................... viii
MOTTO .......................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR .................................................................................... x
SANWACANA ............................................................................................... xi
DAFTAR ISI................................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xv
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................. 1B. Rumusan Masalah............................................................................. 4C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 4D. Batasan Masalah ............................................................................... 5E. Manfaat Penelitian ............................................................................ 5
-
xiv
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Mangan ............................................................................................. 6B. Reduksi ............................................................................................. 8C. Ekstraksi Mangan dengan Metode Pirometalurgi............................. 9D. Arang Kayu....................................................................................... 10E. XRD.................................................................................................. 11F. XRF .................................................................................................. 17
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian........................................................... 23B. Alat dan Bahan Penelitian ................................................................ 23C. Prosedur Penelitian ........................................................................... 24
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Analisis Proksimat .................................................................. 27B. Pengaruh Variasi Temperatur Reduksi ............................................. 28C. Pengaruh Variasi Waktu Reduksi..................................................... 34D. Kinetika Reduksi .............................................................................. 38
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ....................................................................................... 42B. Saran ................................................................................................ 43
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
-
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Produksi dan penggunaan produk bijih mangan kelasmenengah ..................................................................................... 7
Gambar 2. Sinar-X yang dihamburkan oleh atom-atom kristal yangberjarak d..................................................................................... 13
Gambar 3.Mesin difraksi sinar x.................................................................... 15
Gambar 4. Ilustrasi skema dua dimensi SiO2 (a) kristal, dan (b) kacaSiO2 ............................................................................................. 17
Gambar 5. Proses terjadinya sinar-X ............................................................. 18
Gambar 6. EDXRF......................................................................................... 20
Gambar 7. WDXRF ....................................................................................... 21
Gambar 8. Diagram alir penelitian................................................................. 24
Gambar 9. Grafik pengaruh temperatur reduksi terhadap kadar Mn ............. 30
Gambar 10. Difraktogram hasil karakterisasi XRD Mn hasil reduksi padatemperatur 900, 1000, 1100, dan 1100°C selama 15 menit ........ 32
Gambar 11. Grafik pengaruh waktu reduksi terhadap kadar Mn padatemperatur 1100°C ..................................................................... 35
Gambar 12. Difraktogram hasil karakterisasi XRD Mn hasil reduksipada temperatur 1100°C dengan waktu reduksi 15, 30, 45,60 dan 75 menit......................................................................... 36
Gambar 13. Grafik hubungan 1/T terhadap ln k menggunakan modelkinetika Jander .......................................................................... 39
-
xvi
Gambar 14. Grafik hubungan 1/T terhadap ln k menggunakan modelkinetikaGinstling-Brounsthein............................................................... 39
Gambar 15. Grafik hubungan 1/T terhadap ln k ............................................ 40
-
xvii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Tingkat recovery Mn dan kebutuhan energi dalam produksiferromangan silikomangan dan mangan metal melaluiberbagai proses................................................................................. 10
Tabel 2. Hasil analisis proksimat reduktor..................................................... 11
Tabel 3. Hasil analisis proksimat ................................................................... 11
Tabel 4. Analisis proksimat arang kayu ......................................................... 27
Tabel 5. Hasil analisis XRF menggunakan variasi temperatur 900, 1000,1100°C dan waktu 15 menit............................................................. 28
Tabel 6. Fraksi senyawa dari pola XRD pada masing-masingtemperatur reduksi ........................................................................... 32
Tabel 7. Fraksi senyawa dari pola XRD pada masing-masingwaktu reduksi ................................................................................... 36
Tabel 8. Nilai R2 dan k dari masing-masing persamaan model ..................... 38
Tabel 9.Hasil perhitungan terhadap konstanta laju reaksi ............................. 40
-
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia memiliki sumber daya mineral bijih mangan yang ketersediaannya
cukup besar. Potensi bijih mangan Indonesia terdapat di Pulau Sumatera,
Kepulauan Riau, Pulau Jawa, Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi, Nusa Tenggara,
Maluku, dan Papua (Susyanto, 2012). Sementara itu, menurut Laporan Status
Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Provinsi Nusa Tenggara Timur (2005),
potensi sumber daya mineral mangan di Nusa Tenggara Timur sekitar 350.000
Ton. Ketersediaan mangan terbesar terdapat di kabupaten Manggarai, Reo, dan
Lambaleda (Hermanus, 2005).
Pemanfaatan mangan sebagian besar digunakan dalam bidang metalurgi, yaitu
untuk proses produksi besi baja, sedangkan penggunaan mangan untuk tujuan non
metalurgi antara lain untuk produksi baterai kering, keramik, gelas dan bahan
kimia (Sahoo et al., 2001).
Penggunaan mangan dunia tiap tahun diperkirakan terus meningkat karena
permintaan baja lebih dari 2 persen tiap tahun (Zhang, 2007). Berbagai usaha
dilakukan untuk menaikkan nilai tambah mineral tersebut melalui penelitian dan
adanya kebijakan pemerintah terkait peraturan usaha pertambangan mineral
-
2
Indonesia. Terkait dengan kegiatan tersebut, pemerintah menetapkan Permen
ESDM RI No. 25 tahun 2018, dimana isinya mengatur batasan produk pengolahan
dan pemurnian minimum mineral mangan. Batas pengolahan minimum
konsentrat mangan yaitu Mn ≥ 49 % dan batas minimum pemurnian konsentrat
mangan berupa Fero Mangan (FeMn), Mn ≥ 60 %, Silika Mangan (SiMn), Mn ≥
60 %, Mangan Monoksida (MnO), Mn ≥ 42%, Mangan Sulfat (MnSO4), dan
berupa MnO2 > 98% (Asrofi, 2018).
Pengolahan bijih mangan terbagi menjadi dua bagian yaitu secara pirometalurgi
dan hidrometalurgi. Pirometalurgi adalah proses ekstraksi metal dengan energi
panas, temperatur umum yang dipakai berkisar 500-1600 °C. Pada temperatur
tersebut, berbagai macam metal sudah dalam fase cair, bahkan kadang-kadang
fase gas (Kumar et al, 2010). Dalam proses pirometalurgi, salah satu cara
mendapatkan logam cair adalah dengan melelehkan bahan logam di dalam
tungku. Pemilihan tungku peleburan yang akan digunakan untuk mencairkan
logam harus sesuai dengan bahan baku yang akan dilebur. Proses reduksi pada
dasarnya adalah pengambilan oksigen dari mineral oksida oleh reduktor tertentu,
biasanya reduktor yang digunakan adalah karbon dalam batubara. Karbon
bereaksi dengan oksigen membentuk karbon monoksida yang lebih aktif
mereduksi bijih mangan (Todd, 2010).
Penggunaan batubara sebagai reduktor untuk mereduksi bijih mangan telah
digunakan dalam penelitian yang dilakukan oleh Aditya Wibawa dan Solihin
(2014). Variasi temperatur yang digunakan dalam penelitian tersebut yaitu 700,
800, 900, 1000, 1100, dan 1200 °C. Hasil penelitian menunjukkan semakin tinggi
-
3
temperatur yang digunakan, efisiensi reduksi bijih mangan semakin meningkat.
Bijih mangan direduksi secara optimal dengan memanggang (roasting) pada
temperatur 1200 °C dengan penggunaan 20 % kadar batu bara sebagai reduktor.
Pada temperatur tersebut % kadar mangan yang diperoleh mencapai 56,5 %.
Reduktor lain yang dapat digunakan sebagai sumber karbon dalam mereduksi
bijih mangan adalah arang kayu. Arang kayu adalah residu hitam berisi karbon
tidak murni yang dihasilkan dengan menghilangkan kandungan air dan komponen
volatil. Arang hitam, ringan, mudah hancur dan menyerupai batu bara ini terdiri
dari 85 % sampai 98 % karbon, sisanya adalah abu atau benda kimia lainnya.
Hasil analisis proksimat arang kayu diperoleh pada penelitian yang dilakukan oleh
Supriyatna, Y. I., dkk (2012) menunjukkan kandungan karbon terikat pada arang
kayu sebesar 76,85 % dengan nilai kalori 7009,4 kJ/kg sedangkan kandungan
karbon terikat pada batubara hanya 45,34 %, dengan nilai kalori 5800 kJ/kg.
Penggunaan arang kayu sebagai reduktor diharapkan lebih baik daripada batu bara
karena memiliki kandungan karbon terikat yang lebih tinggi dibandingkan batu
bara, di samping itu arang kayu juga memiliki nilai kalori yang lebih tinggi.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka pada penelitian ini
dilakukan reduksi bijih mangan dari Provinsi Nusa Tenggara Timur sebagai bahan
baku dan arang kayu sebagai reduktor. Penelitian ini dilakukan dengan variasi
temperatur dan waktu reduksi menggunakan metode pirometalurgi. Karakterisasi
sampel dilakukan menggunakan X-Ray Diffraction (XRD) dan X-Ray Fluoresence
(XRF).
-
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pengaruh variasi temperatur terhadap kadar Mn pada bijih mangan?
2. Bagaimana pengaruh variasi waktu reduksi terhadap kadar Mn pada bijih
mangan?
3. Bagaimana pengaruh variasi temperatur terhadap perubahan fasa bijih mangan?
4. Bagaimana pengaruh variasi waktu reduksi perubahan fasa bijih mangan?
5. Bagaimana model kinetika reduksi bijih mangan yang terjadi pada penelitian
ini?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh variasi temperatur terhadap kadar Mn pada bijih
mangan.
2. Untuk mengetahui pengaruh variasi waktu reduksi terhadap kadar Mn pada
bijih mangan.
3. Untuk mengetahui pengaruh variasi temperatur terhadap perubahan fasa bijih
mangan.
4. Untuk mengetahui pengaruh variasi waktu reduksi terhadap perubahan fasa
bijih mangan.
5. Untuk mengetahui model kinetika pengendali yang terjadi pada proses reduksi
yang dilakukan.
-
5
D. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bijih mangan yang digunakan adalah bijih mangan yang berasal dari Provinsi
Nusa Tenggara Timur.
2. Reduktor yang digunakan dalam penelitian ini adalah arang kayu.
3. Variasi temperatur yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 900, 1000, dan
1100 °C.
4. Variasi waktu reduksi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 15, 30, 45, 60,
dan 75 menit.
5. Model kinetika yang digunakan adalah Jander dan Ginstling-Brounshtein
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:
1. Memberikan informasi mengenai pengaruh temperatur dan waktu reduksi
dalam reduksi bijih mangan.
2. Sebagai referensi ilmiah untuk penelitian lebih lanjut mengenai reduksi bijih
mangan dengan metode priometalurgi.
-
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Mangan
Mangan adalah unsur dengan simbol Mn. Nama mangan berasal dari Bahasa latin,
magnes, yang memperlihatkan sifat magnetik pyrolusite, berwarna keabu-abuan
dan bersifat getas. Sifatnya hampir sama dengan besi namun mangan lebih ringan
dan lebih keras. Mangan memiliki empat bentuk alotropi, yaitu alpha mangan,
beta mangan, gamma mangan, dan delta mangan. Logam ini akan menguap pada
temperatur 2061 °C.
Di alam, mangan ditemukan dalam bentuk mineral, seperti alabandit (MnS),
pirolusit (MnO2), haussmanit (Mn3O4), Jacobsit (Mn2 FeO4) dan lain-lain. Proses
pemurnian mangan ada dua macam, yaitu electrowinning dan electrothermal.
Mangan biasanya diproduksi dalam bentuk ferromangan dan silikomangan.
Ferromangan (Fe-Mn-C) mengandung lebih dari 76 % Mn dan 7,5 % C untuk
karbon tinggi, 1-1,5 % C untuk karbon menengah, dan kurang dari 1 % untuk
karbon rendah, sedangkan silikomangan (Si-Mn-C) mengandung 65-85 % Mn,
14-16 % Si, dan 2 % C (Cardarelli, 2008).
Mangan kadar tinggi atau biasa disebut dengan metallurgical grade yaitu bijih
mangan dengan kadar mangan diatas 44 % yang biasanya digunakan untuk
-
7
kepentingan industri baja sebagai ferromangan atau untuk baja dengan unsur
mangan sebagai unsur pemadu, sedangkan mangan kadar yang lebih rendah atau
low grade manganese ore umumnya dipergunakan untuk kepentingan selain
industri baja seperti untuk pembuatan mangan dioksida (MnO2) sebagai bahan
depolarisator baterai kering, keramik atau senyawa bahan kimia (Zhang, 2007).
Pengunaan mangan didominasi oleh penggunaan metalurgi, khususnya
produksi ferroalloy dan penggunaan selanjutnya dalam pembuatan baja. Gambar 1
mengilustrasikan bagaimana produk bijih mangan digunakan dalam metalurgi.
Gambar 1 menunjukkan bahwa sejumlah kecil bijih mangan digunakan secara
langsung atau pada contoh lain yang diubah menjadi logam mangan dan sebagian
besar bijih mangan yang digunakan dalam pembuatan baja diubah menjadi
ferromangan.
Intermediate Poducts End Use
~84%
~2%
Gambar 1. Produksi dan penggunaan produk bijih mangan kelas menengah
(Elvers B et al., 1990).
Direct use Pig Iron
Manganese Ore
Silicomanaganese
Ferromanganese
Manganese
Metal
Steelmaking
Copper and Alumina
Alloy
Chemical Industy
Synthetic
Manganese
Dioxide
Dry-cell Battery
~1 %
~13 %
< 1 %
-
8
Berdasarkan kandungan silikon dan karbonnya, paduan mangan dapat
diklasifikasikan menjadi 4 kelompok utama yaitu:
1. High carbon ferromanganese, dengan 78 % Mn dan sekitar 7,5 % C
2. Refined ferromanganese dengan kandungan karbon 0,5 % - 1,5%
3. Silicomanganese dengan kandungan Mn antara 17 % - 20 %, kandungan
karbon 2 % - 1,5 %
4. Low carbon silicomanganese dengan kandungan Si 26-31 % dan kandungan
karbon antara 0,5 % sampai 0,05 %
B. Reduksi
Reduksi pada dasarnya adalah pengambilan oksigen dari mineral oksida tertentu
terutama mangan oksida oleh reduktor tertentu, biasanya reduktor yang digunakan
adalah karbon. Karbon bereaksi dengan oksigen membentuk karbon monoksida
yang lebih aktif dalam mereduksi bijih mangan (Kumar et al., 2010).
Reaksi reduksi mangan adalah sebagai berikut:
2MnO2 + C → Mn2O3 + CO ............................................................. (1)
3Mn2O3 + C → 2Mn3O4 + CO .......................................................... (2)
Mn3O4 + C → 3MnO + CO ............................................................... (3)
MnO + C → Mn + CO ...................................................................... (4)
MnO2 dan Mn2O3 tidak dapat stabil pada temperatur 700 °C dan 900 °C, pada
persamaan 1-4 menunjukkan oksigen diberikan pada reaksi kesetimbangan.
Tekanan parsial mencapai 1 atm pada reaksi 3-4 dengan temperatur sebesar 800
°C dan 900 °C terurai menjadi oksida yang lebih rendah secara spontan pada
-
9
temperatur tersebut. Pada temperatur 900 °C dan 1300 °C, didapat bahwa mangan
oksida direduksi menjadi logam (Todd, 2010).
C. Ekstraksi Mangan dengan Metode Pirometalurgi
Dalam proses pirometalurgi, reaksi paduan logam dimurnikan dan/atau diproduksi
pada suhu tinggi dengan reduksi. Pemanasan dan pemurnian bahan utama dibuat
dalam tanur tiup hanya menggunakan kokas sebagai reduktor dan sebagai sumber
energi dalam tanur peleburan listrik. Reduksi dengan karbon (batubara) atau
silikon adalah metode untuk memproduksi ferromangan (FeMn) dengan karbon
tinggi (HC), karbon sedang (MC), karbon rendah (LC), dan silikon mangan
menengah (SiMn) untuk industri baja. Suhu yang diperlukan untuk reduksi
mangan total adalah tinggi (1267 °C) karena stabilitas senyawa MnO. Metode
pirometalurgi dapat diterapkan hanya untuk bijih bermutu tinggi dengan konten
pengotor yang rendah. Kandungan fosfor dan arsenik sangat penting dalam proses
peleburan tidak boleh melebihi 0,5 %. Senyawa lain yang sangat penting untuk
kualitas produk logam adalah Al2O3, SiO2, CaO, MgO, dan S (Elvers et al., 1990).
Sejarah pengolahan bijih mangan melalui jalur pirometalurgi diawali pada tahun
1816. Pada saat itu ferromangan diproduksi secara komersial di Jerman dengan
menggunakan teknologi blast furnace. Pada tahun 1890, ferromangan kadar tinggi
diproduksi dengan menggunakan reduksi karbotermik menggunakan karbon
sebagai agen pereduksinya yang dilakukan di dalam electrict furnace. Proses
reduksi mangan dari bijih yang kemudian berkembang adalah proses silikotermik
dan aluminotermik untuk menghasilkan paduan mangan dengan kemurnian tinggi.
-
10
Di dalam teknologi blast furnace bahan pereduksi yang digunakan adalah karbon
yang bersumber dari arang kayu atau kokas dengan konsumsi sekitar 2000 kg/t
FeMn dan energi ini hampir empat kali lebih tinggi dari electric furnace. Karena
biaya yang tinggi dan dampak polusi udara yang dihasilkan dari proses ini, maka
teknologi blast furnace mulai ditinggalkan dan digantikan dengan electrict
furnace. Pada tahun 2005 tiga perempat dari produksi mangan di dunia dihasilkan
dengan menggunakan teknologi electric furnace. Pada Tabel 1 disajikan
perbedaan tingkat Mn recovery dan konsumsi energi pada proses produksi
ferromangan dan silikomangan melalui beberapa jalur proses (Onuraip dan Emin,
2001).
Tabel 1. Tingkat recovery Mn dan kebutuhan energi dalam produksi ferromangan
silikomangan dan mangan metal melalui berbagai proses (Onuraip,
2001).
Products Process Mn Recovery
(%)
Energy
Consumption
(kWh/t)
Coke
(kg/t)
HC FeMn EAF 60-75 2600-2800 350
BF 80-85 - 2000
SiMn EAF 70-80 3500-4200 850-1000
LC FeMn EAF 60-85 1600-1900 -
Metallic Mn Metalothermic 63-85 - -
Electrometallurgy 70-87 9000 -
D. Arang Kayu
Arang aktif merupakan senyawa karbon amorf yang sebagian besar terdiri dari
karbon bebas, arang aktif dapat dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung
karbon atau dari arang dengan perlakuan secara khusus untuk mendapatkan
permukaan yang lebih luas. Arang aktif mempunyai sifat fisika antara lain
-
11
berwarna hitam, tidak berbau, tidak berasa dan mempunyai banyak rongga.
Rongga tersebut menjadi parameter penting dalam peningkatan daya serap. Arang
aktif mempunyai luas permukaan 300 sampai 2000 m2 per gram. Karakteristik
bahan karbon aktif seperti ukuran pori dan partikel, luas permukaan, permukaan
kimia, kerapatan, dan kekasaran sangat berpengaruh terhadap efisiensi penyerapan
(Baksi et al., 2004).
Arang kayu adalah residu hitam berisi karbon tidak murni yang dihasilkan dengan
menghilangkan kandungan air dan komponen volatil. Arang yang hitam, ringan,
mudah hancur dan menyerupai batu bara ini terdiri dari 85 % sampai 98 %
karbon, sisanya adalah abu atau benda kimia lainnya. Hasil analisis proksimat
berbagai reduktor ditunjukkan pada Tabel 2 dan Tabel 3.
Tabel 2. Hasil analisis proksimat reduktor (Supriyatna, Y. I., dkk, 2012).
No. Nama Contoh
Kalori
(kJ/kg)
Moisture Volatile Ash Fixed Carbon
1 Arang kayu 10,03 8,75 4,37 76,85 7009,4
2 Arang batok 5,39 11,03 3,98 79,60 5312,71
3 Kokas 7,22 5,84 6,51 80,43 7600
4 Batubara 8,96 40,22 5,48 45,34 5800
Tabel 3. Hasil analisis proksimat (Supriyatna, Y. I., dkk, 2017).
Compound Palm Kernell Shell Charcoal
Fixed Carbon (wt%) 21.11 76.85
Volatile Matter (wt%) 67.43 8.75
Ash (wt%) 2.30 4.37
Moisture (wt%) 9.16 10.03
E. X-Ray Diffraction (XRD)
Sinar-X pertama kali ditemukan oleh Wilhelm Rontgen pada tahun 1895. Sinar-X
% Hasil Analisis Proksimat
-
12
merupakan gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang ( = 0,1 mm)
yang lebih pendek dibanding gelombang cahaya ( = 400-800 nm) (Smallman,
2000). Panjang gelombang sinar-X ini merupakan dasar digunakannya teknik
difraksi. XRD mempunyai peran yang sangat penting untuk analisis padat
kristalin, yaitu untuk meneliti parameter kisi dan tipe struktur, mengetahui
susunan berbagai jenis atom dalam kristal, keberadaan cacat, ukuran butiran,
orientasi, dan kerapatam-presipitat.
Bila seberkas sinar-X dengan panjang gelombang diarahkan pada permukaan
kristal dengan sudut datang θ, maka sinar tersebut akan dihamburkan oleh bidang
atom kristal dan menghasilkan puncak-puncak difraksi yang dapat diamati dengan
peralatan difraksi sinar-X (Cullity, 1978).
Sistem kerja difraktometer sinar-X didasarkan pada hukum Bragg. Pola difraksi,
intensitas dan sudut difraksi 2 berbeda-beda untuk setiap bahan. Interferensi
berupa puncak-puncak intensitas diperoleh sebagai hasil proses difraksi dimana
terjadi interaksi antara sinar-X dengan atom-atom pada bidang kristal (Vlack,
1994). Hamburan sinar-X oleh elektron-elektron di dalam atom suatu material
dapat dilihat pada Gambar 2.
-
13
Gambar 2. Sinar-X yang dihamburkan oleh atom-atom kristal yang berjarak d
(Richman, 1967).
Gambar 2 menunjukkan gelombang pertama memiliki panjang yang sama yaitu
AB+BC, begitu pula dengan gelombang kedua DF+FH. Gelombang kedua
DF+FH. Gelombang kedua berjalan lebih jauh dari gelombang pertama, dan
selisihnya adalah:
∆= (𝐷𝐹 + 𝐹𝐻) − (𝐴𝐵 + 𝐵𝐶)
Jika dari titik B ditarik garis ke DF dan FH, diberi tanda E dan G, maka:
𝐷𝐸 = 𝐴𝐵, 𝐺𝐻 = 𝐵𝐶
Perbedaan antara dua gelombang tersebut adalah:
∆= (𝐸𝐹 + 𝐹𝐺)
Diketahui bahwa EF+FG merupakan λ (panjang gelombang) dan panjang EF
sama dengan panjang FG yaitu sebesar 𝑑 𝑠𝑖𝑛, sehingga:
𝜆 = 𝑑 sin 𝜃 + 𝑑 sin 𝜃
𝜆 = 2𝑑 sin 𝜃
Sinar 1 dan 2 akan menjadi 1 fasa jika beda lintasan sama dengan jumlah n
panjang gelombang sehingga:
𝑛𝜆 = 2𝑑 sin 𝜃
-
14
𝜆 = 2𝑑 sin 𝜃
Persamaan 11 inilah yang kemudian dikenal sebagai hukum Bragg, yang pertama
kali ditulis oleh W. L. Bragg. Persamaan (11) kemudian diturunkan menjadi:
𝜆 = 2𝑑′
𝑛sin 𝜃
Jarak antar bidang adalah 1/n dari jarak sebelumnya, maka ditetapkan
𝑑′
𝑛sin 𝜃. Dengan demikian persamaan Bragg dapat ditulis:
𝜆 = 2𝑑 sin 𝜃 .................................................................................... (5)
Dengan 𝜆 = panjang gelombang (m), d = jarak kisi (m), dan 𝜃 = sudut difraksi
(Richman, 1967). Karena nilai 𝑠𝑖𝑛 maksimum adalah 1, maka persamaan menjadi:
𝑛𝜆
2𝑑= sin 𝜃 < 1
Dari persamaan (14) dapat dilihat untuk memenuhi nilai 𝑠𝑖𝑛, maka nilai n𝜆 harus
< 2𝑑. Dengan demikian kondisi untuk difraksi pada sudut 2𝜃 yang teramati
adalah:
𝜆 < 2𝜃
Pada kebanyakan kristal nilai 𝑑 adalah dalam orde 3 Å atau kurang, sehingga
kristal tidak dapat mendifraksikan sinar ultraviolet dengan panjang gelombang
kira-kira 500 Å (Cullity, 1978).
Berdasarkan persamaan Bragg, jika seberkas sinar-X di jatuhkan pada sampel
kristal, bidang kristal tersebut akan membiaskan sinar-X yang memiliki panjang
gelombang sama dengan jarak antar kisi dalam kristal tersebut. Sinar yang
dibiaskan ditangkap oleh detektor kemudian diterjemahkan sebagai sebuah
puncak difraksi. Semakin banyak bidang kristal yang terdapat dalam sampel,
-
15
semakin kuat intensitas pembiasan yang dihasilkannya. Setiap puncak yang
muncul pada pola XRD mewakili satu bidang kristal yang memiliki orientasi
tertentu dalam sumbu tiga dimensi. Puncak-puncak yang didapatkan dari data
pengukuran ini kemudian dicocokkan dengan standar difraksi sinar-X yang
disebut JCPDS (Cullity, 2001). Mesin difraksi sinar-X ditunjukkan pada Gambar
3.
Gambar 3. Mesin difraksi sinar-X (Sumber: http://particle.dk/new-xrd-readyfor\
-gmp/)
Komponen mesin XRD terdiri dari:
1. Goniometer, merupakan alat untuk mengukur sudut atau membuat suatu objek
(dalam hal ini adalah detektor) berotasi dalam posisi sudut yang tepat.
2. Tabung sinar-X (tabung elektron), merupakan tempat pembentukan elektron
yang digunakan untuk menumbuk plat logam sehingga menghasilkan sinar-X.
Berkas sinar-X digunakan untuk menumbuk material sampel dan menghasilkan
spektrum kontinyu maupun spektrum garis.
3. Monokromator, merupakan komponen yang berperan untuk mengubah berkas
-
16
polikromatik menjadi berkas monokromatik.
4. Sample holder, merupakan tempat sampel diletakkan. Sampel yang akan
dianalisis dapat diletakkan dalam berbagai orientasi untuk mendapatkan sudut
difraksi.
5. Detektor, merupakan bagian dari mesin XRD yang berfungsi untuk mendeteksi
berkas cahaya yang terdifraksi pada sudut-sudut tertentu dengan intensitasnya
masing-masing. Berkas cahaya yang mengalami difraksi terekam pada pita.
6. Perangkat lunak (software), merupakan erangkat lunak yang digunakan untuk
menganalisis hasil uji XRD dapat dipisahkan menjadi dua jenis, yang pertama
adalah perangkat lunak yang berfungsi untuk menterjemahkan rekaman pada
pita menjadi nilai sudut 2θ yang kemudian diubah menjadi pola difraktogram
sesuai dengan intensitasnya yang terdeteksi oleh detektor. Jenis yang kedua
adalah peangkat lunak yang digunakan untuk menginterpretasikan data sudut
2θ dengan intensitasnya untuk kemudian diketahui Indeks Miller dan nilai
parameter kisi serta jarak antar kisi (spacing) sehingga dapat diketahui struktur
kristal pada material sampel.
Kristal merupakan susunan atom-atom yang teratur dan berulang di dalam ruang
tiga dimensi, dimana keteraturan susunan tersebut dikarenakan kondisi geometris
yang dipengaruhi oleh ikatan atom yang berarah. Gambar 4 menunjukkan ilustrasi
dari struktur atom kristal dan struktur atom nanosilika amorf yang tidak beraturan.
Pada XRD, pola difraksi dinyatakan dengan besar sudut-sudut yang terbentuk
sebagai hasil dari difraksi berkas cahaya oleh kristal pada material. Nilai sudut
tersebut dinyatakan dalam 2θ, dimana θ merepresentasikan sudut datang cahaya.
-
17
Sedangkan nilai 2θ merupakan besar sudut datang dengan sudut difraksi yang
terdeteksi oleh detektor.
Gambar 4. Ilustrasi skema dua dimensi SiO2 (a) kristal, dan (b) kaca SiO2
(Yamane, 2000).
Berdasarkan hukum Bragg (𝜆 = 2 𝑑 𝑠𝑖𝑛 𝜃), panjang gelombang (𝜆) dan sudut
difraksi merupakan dua variabel yang dapat divariasikan untuk menghasilkan pola
difraksi. Nilai jarak antar bidang (𝑑) tidak dapat divariasikan karena merupakan
rusuk yang menghubungkan antara bidang kristal dan bernilai tetap bagi suatu
system kristal tertentu, kecuali jika struktur kristalnya pada material komposit
mengalami perubahan.
F. X-Ray Fluorescence (XRF)
XRF merupakan salah satu metode analisis nondestructive (tidak merusak) yang
digunakan untuk analisis unsur dalam suatu bahan. Analisis XRF portable
berdasarkan pada prinsip dasar interaksi sinar elektron dan sinar-X dengan bahan
padat. Analisis menggunakan XRF dilakukan berdasarkan identifikasi dan
pencacahan sinar-X karakteristik yang terjadi dari peristiwa fotolistrik. Efek
-
18
fotolistrik terjadi karena elektron dalam atom target (sampel) terkena sinar
berenergi tinggi (radiasi gamma, sinar-X). Apabila energi sinar tersebut lebih
tinggi daripada energi ikat elektron dalam orbit K, L atau M atom target, maka
elektron atom target akan keluar dari orbitnya. Dengan demikian, atom target akan
mengalami kekosongan. Kekosongan elektron ini akan diisi oleh elekton dari
orbital yang lebih luar diikuti dengan pelepasan energi yang berupa sinar-X.
Sinar-X yang dihasilkan merupakan suatu gabungan spektrum sinambung dan
spektrum berenergi tertentu (discree) yang terjadi tergantung pada perpindahan
elektron yang terjadi dalam atom bahan (Kalnicky, 2001). Spektrum ini disebut
sebagai spektrum sinar-X karakteristik. Proses ini dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Proses terjadinya sinar-X (Kalnicky, 2001).
XRF adalah metode analisis untuk menentukan komposisi kimia dari semua jenis
bahan. Teknik ini dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi unsur
berdasarkan pada panjang gelombang dan jumlah sinar-X yang dipancarkan
kembali setelah suatu material ditembaki sinar-X berenergi tinggi. Bahan uji
dapat dalam bentuk padat, cair, bubuk, hasil penyaringan atau bentuk lainnya.
XRF terkadang juga bisa digunakan untuk menentukan ketebalan dan komposisi
-
19
lapisan dan pelapis. Aplikasi XRF mencakup industri logam, semen, minyak,
polimer, plastik dan makanan, begitupun pertambangan, mineralogi dan geologi,
serta analisis lingkungan terhadap air sebagai bahan limbah. XRF juga merupakan
teknik analisis yang sangat berguna untuk penelitian dan farmasi.
Sinar-X dapat dilihat sebagai gelombang elektromagnetik dengan panjang
gelombang tertentu atau sebagai berkas foton dengan energi tertentu. Gelombang
elektromagnetik lainnya meliputi cahaya, gelombang radio dan sinar-γ. Pada
XRF, sinar-X yang dihasilkan oleh sumber menyinari sampel. Sumber elektron
dapat melalui tabung sinar-X, namun dapat pula berupa sinkrotron atau bahan
radioaktif. Elemen dalam sampel akan memancarkan radiasi sinar-X dengan
energi diskrit (setara dengan warna dalam cahaya optik) yang merupakan
karakteristik untuk tiap elemen. Melalui radiasi yang di pancarkan sampel, akan
terbentuk warna (energi) yang dapat diukur. Warna yang berbeda menghasilkan
energi yang berbeda pula dan digunakan untuk menentukan elemen apa saja yang
ada pada sampel. Langkah ini disebut analisis kualitatif. Dengan mengukur
intensitas energi yang dipancarkan (warna), dimungkinkan untuk menentukan
berapa banyak setiap elemen hadir dalam sampel. Langkah ini disebut analisis
kuantitatif (Brouwer, 2010).
Menurut Thermofisher (2018), proses yang terjadi pada XRF yaitu:
a. Sampel diradiasi sinar-X energi tinggi dari tabung sinar-X dan dikontrol.
b. Ketika sebuah atom dalam sampel ditumbuk sinar-X dengan energi yang cukup
(lebih besar dari energi pengikatan atom K atau L), sebuah elektron dari salah
satu orbital dalam atom dilepaskan.
-
20
c. Atom mendapatkan stabilitas, mengisi kekosongan yang tertinggal di kulit
orbital bagian dalam dengan sebuah elektron dari salah satu atom energi tinggi
pada kulit orbital.
d. Elektron turun ke keadaan energi rendah dengan melepaskan sinar-X berpijar.
Energi sinar-X ini sama dengan perbedaan spesifik energi antara dua keadaan
kuantum elektron. Pengukuran energi ini adalah dasar analisis XRF.
XRF dapat dibagikan ke dalam dua kelompok, yaitu energy dispersive systems
(EDXRF) and wavelength dispersive systems (WDXRF).
1. Energy Dispersive X-Ray Fluoresence (EDXRF)
Spektrometri sinar-X dispersi energi (EDXRF) adalah teknik analisis non-
destruktif yang digunakan untuk memperoleh informasi unsur dari berbagai
jenis bahan. Produk ini digunakan pada banyak industri dan aplikasi
termasukproduksi semen, produksi kaca, pertambangan, benefisiasi mineral,
besi, baja dan logam non-ferrous, minyak bumi dan petrokimia, polimer dan
industri terkait, forensik, farmasi, produk kesehatan, lingkungan, makanan dan
kosmetik.
Gambar 6. EDXRF (https//www.malvernpanalytical.com/en/products/
x-ray-fluorescence/energy-dispersive-x-ray-fluorescence/).
-
21
Konsep dasar semua spektrometer adalah sumber radiasi, sampel dan sistem
pendeteksian. Pada spektrometer EDXRF yang ditunjukkan pada Gambar 6,
tabung sinar-X berfungsi sebagai sumber yang menyinari sampel secara langsung,
dan fluoresensi yang berasal dari sampel diukur dengan detektor dispersi energi.
Detektor ini mampu mengukur berbagai karakteristik energi radiasi yang datang
langsung dari sampel. Detektor dapat memisahkan radiasi dari sampel ke dalam
radiasi dari berbagai elemen yang ada dalam sampel.
2. Wavelength Dispersive X-Ray Fluoresence (WDXRF)
Metode spektrometri sinar-X untuk mengukur elemen didasarkan pada
hubungan Moseley, menunjukkan bahwa timbal balik dari panjang gelombang
radiasi karakteristik untuk garis spektrum tertentu dari rangkaian (yaitu K, L,
M) berhubungan langsung dengan kuadrat dari nomor atom. Panjang
gelombang ini terdokumentasi dengan baik. Dengan mengukur karakteristik
panjang gelombang radiasi sinar-X, dapat disimpulkan dari mana asal suatu
atom. Gambar 7 menunjukkan cara kerja WDXRF.
Gambar 7. WDXRF (https://www.malvernpanalytical.com/en/products/
Technology/x-ray-fluorescence/wavelenght-dispersive-x-ray-
fluorescence/).
-
22
Pada spektrometri WDXRF, sinar polikromatik yang muncul dari permukaan
sampel didispersikan ke dalam konstituen monokromatiknya menggunakan kristal
analisis sesuai dengan hukum Bragg.
-
22
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2019 sampai Juni 2019 di
Laboratorium Balai Penelitian Teknologi Mineral – Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI) yang bertempat di Jl. Ir. Sutami km 15 Tanjung Bintang,
Lampung Selatan.
B. Alat dan Bahan Penelitian
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
1. Bijih mangan
2. Arang kayu
3. Air
4. Gelas Ukur
5. Mortar
6. Muffle Furnace
7. Timbangan digital
8. Ayakan Mesh 270
9. Ayakan Mesh 325
-
24
C. Prosedur Penelitian
a. Diagram Alir Penelitian
diagram alir pada penelitian ini ditujukkan pada Gambar 8.
Gambar 8. Diagram Alir Penelitian
b. Prosedur Penelitian
Percobaan diawali dengan melakukan analisis proksimat pada reduktor arang
Karakterisasi Bijih
Mn dan Reduktor
Penggerusan Bijih Mn
hingga 10 mm
Penggerusan Reduktor
hingga 0,074 mm
Pemanasan dengan suhu
1000 °C selama 30 menit
Penggerusan Bijih Mn
hingga 0,074 mm
Pencampuran
Peletisasi
Pemanasan dengan Furnace pada
T = 900, 1000, 1100 °C dan t = 15, 30, 45, 60, dan 75 menit
Pendinginan
XRF dan XRD
-
25
kayu dan karakterisasi XRF dan XRD terhadap bijih mangan. Selanjutnya
dilakukan preparasi bahan baku, dimana bijih mangan dan arang kayu digerus
menggunakan ayakan mesh 270. Kemudian dilakukan pencampuran dengan
komposisi 91 % bijih Mn dan 9 % reduktor arang kayu sesuai dengan variabel
yang telah ditentukan dan dilakukan pencetakan hingga membentuk pellet bijih
mangan dengan ukuran sekitar 1 cm. Proses dilakukan di dalam furnace dengan
crucible.
Pada tahap pertama dilakukan reduksi dengan variabel temperatur 900, 1000, dan
1100 °C dengan waktu reduksi dibuat tetap yaitu 15 menit. Setelah itu dilakukan
proses reduksi dengan variabel waktu reduksi 30, 45, 60, dan 75 menit
menggunakan temperatur terbaik yang diketahui dari tahap sebelumnya. Dari hasil
percobaan yang dilakukan dapat diperoleh 2 grafik yaitu grafik hubungan
temperatur reduksi terhadap kadar Mn dan grafik hubungan waktu reduksi
terhadap kadar Mn.
Persen tingkat reduksi dihitung terhadap perubahan berat pellet sebelum dan
sesudah dilakukan reduksi dan perubahan kadar Mn. Dalam studi kinetika
dihitung nilai konstanta laju reaksi atau nilai koefisien difusifitas spesi reaktif
dengan menggunakan model kinetika yang dipakai sehingga dapat diprediksi
kinetika proses reduksi dan pengendali laju proses reduksi. Perhitungan tingkat
reduksi dapat dihitung menggunakan persamaan (16) :
................................................................................................................... (16)
Keterangan :
ξ =𝑀𝑛𝑅𝑂 . 𝑊𝑅𝑂
𝑀𝑛𝑜𝑟𝑒 . 𝑊𝑝
-
26
𝑀𝑛𝑅𝑂 = Kadar Mn sesudah reduksi
𝑊𝑅𝑂 = Berat Mn sesudah reduksi
𝑀𝑛𝑜𝑟𝑒 = Kadar Mn dalam bijih karbon
𝑤𝑝 = Berat Mn sebelum reduksi
Setelah nilai ξ pada persamaan (16) diketahui, persamaan model kinetika yang
digunakan dalam proses perhitungan adalah model difusi Jander dan Ginstling-
Brounshtein seperti pada persamaan (17) dan persamaan (18) :
[1 − (1 − ξ)1
3⁄ ]2
= 𝑘𝑡 ............................................................................... (17)
1 − (2 3)⁄ ξ − (1 − ξ)2
3⁄ = 𝑘𝑡 .................................................................... (18)
Keterangan :
ξ = Tingkat reduksi pelet
𝑘 = Konstanta Laju reduksi
𝑡 = Waktu reduksi
-
39
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh kesimpulan sebagai
berikut:
1. Pengaruh variasi temperatur terbaik diperoleh pada saat reduksi menggunakan
temperatur 1100 °C dengan kadar Mn yaitu 77,985 %.
2. Pengaruh variasi waktu reduksi terhadap kadar Mn terbaik diperoleh pada saat
reduksi menggunakan waktu reduksi 45 menit dengan kadar Mn yaitu 80,185
%.
3. Temperatur sangat berpengaruh terhadap perubahan fasa bijih Mn dari
pyrolusite (MnO2) ke bixbyte (Mn2O3) maupun braunite (Mn2SiO4) lalu
menjadi haussmanite (Mn3O4).
4. Waktu reduksi tidak berpengaruh terhadap perubahan fasa bijih Mn. Fasa
yang terbentuk yaitu braunite (Mn2SiO4) dan haussmanite (Mn3O4).
5. Model kinetika yang sesuai merepresentasikan reduksi bijih Mn pada
penelitian ini adalah model kinetika Ginstling-Brounshtein dengan laju
reduksi dikendalikan oleh reaksi kimia dan difusi gas.
-
43
B. SARAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, untuk meningkatkan kualitas bijih
Mn diharapkan untuk penelitian selanjutnya memvariasi kadar reduktor arang
kayu.
-
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2016. New XRD instrument ready for GMP analysis.
Http://particle.dk/new-xrd-ready-for-gmp/. Diakses pada 22 April 2018
pukul 13.50 WIB.
Anonim. 2016. Malvern Panalytical Energy Dispersive X-ray Fluorescence
EDXRFSpectrometers. https://www.malvernpanalytical.com/
en/products/technology/x-ray-fluorescence/energy-dispersive-x-ray-
fluorescence/. Diakses pada 15 Maret 2018 pukul 01.30 WIB.
Anonim. 2016. Introduction to Wavelength Dispersive Spectroscopy WDXRF &
Malvern Panalytical WDXRF Spectrometers. https://www.malvernpana
lytical.com/en/products/technology/x-ray-fluorescence/wavelength-
dispersive-x-ray-flourescence/. Diakses pada 15 Maret 2018 pukul 01.15
WIB.
Asrofi, H. 2018. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik
Indonesia nomor: 25 Tahun 2018. Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral. Jakarta.
Baksi, S., Biswas, S., dan Mahajan, S., 2004. Activated Carbon from Bamboo-
Technology Development towards commercialization. Paper of
Department of chemical engineering. IIT. Bombay.
Brouwer, P. 2010. Theory of XRF: Getting Acquainted with the Principles.
Panalytical BV. Almelo-The Netherland.
Cardarelli, F. 2008. Materials Handbook A Concise Desktop Reference Second
Edition. Springer. London.
Cullity, B. D. 1978. Elements of X-Rays Diffraction, Second Edition. Adison-
https://www.malvernpanalytical.com/https://www.malvernpanalytical.com/en/products/technology/x-ray-fluorescence/wavelength-dispersive-x-ray-flourescence/https://www.malvernpanalytical.com/en/products/technology/x-ray-fluorescence/wavelength-dispersive-x-ray-flourescence/
-
Wesley Publishing Company Inc. United State of America. Pp. 1-7.
Cullity, B. D and Stock, S.R. 2001. Elements of X-Rays Diffraction, 3rd Edition.
Adison-Wesley Publishing Company Inc. USA.
Elvers B., Hawkins S., Schulz G., 1990. Ullmann’s Encyclpedia of Industrial
Chemistry, Weinheim: VCH Verlagsgesellschaft mbH, Pp. 507.
Grimsley, W.D. 1977. The Mechanism And Rate Of Reduction Of Mamatwan
Manganese Fines By Carbon. Journal Of The South African Institute Of
Mining And Metallurgy. Vol. 40. Pp. 113-129.
Hermanus, M. 2005. Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Nusa
Tenggara Tahun 2005. Pemerintah Provinsi NTT. Nusa Tenggara
-
Kalnicky, D. J. and Singhvi, R. 2001. Field Portable XRF Analysis of
Enviromental Samples. Journal of Hazardous Materials. Vol. 83. Pp.
93-122.
Khedr, M.H. 2005. Isothermal reduction kinetics at 900-1100 °C of NiFe2O4
sintered at 1000-1200 °C. Journal of analytical and applied pyrolisis.
Cairo. Vol. 73. No. 123-129.
Kumar, M., Ranganathan, S., and Sinha, S.N. 2007. Kinetics of reduction of
different manganese ores. Journal of INFACON XI. New Delhi. Pp. 241–
246.
Onuraip, Y. and Emin, A. M., 2001:Carbothermic Smelting Of Tavas
Manganese Ore, Turkey, Vol 20. No 5-6.
Richman, M. H. 1967. An Introduction to The Science of Metals. Blaisdell
Publishing Company. Washington DC. Pp. 78-79.
Sahoo, R.N., Naik, P.K.and Das, S.C. 2001. Leaching of manganese ore using
oxalic acid as reductant in sulphuric acid solution. Journal of
Hydrometallurgy. Pp.157–163.
Smallman, R. E. and Bishop, R. J. 2000. Modern Physical Metallurgy and
Material Engineering. Oxford. Butterworth-Heinemann. Pp. 34-35.
Supriyatna, Y. I., Amin, M., dan Suharto. 2012. Studi penggunaan reduktor pada
proses reduksi pellet bijih besi lampung menggunakan rotary kiln.
Prosiding Snapp. Hal 6.
Supriyatna, Yayat I., Zulhan, Z. dan Triapriani, Y. 2017. The ferromanganese
production using Indonesian low-grade manganese ore using charcoal
and palm kernel shell as reductant in mini electric arc furnace. Mineral
Processing and Technology International Conference. Lampung.
Susyanto, 2012. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik
Indonesia nomor: 07 Tahun 2012. Kementerian Energi dan Sumber Daya
-
Mineral : Jakarta.
Thermofisher. 2018. XRF Thermofisher. 2018. XRF Technlogy. https//
www.thermofisher.com/id/en/home/industrial/spectroscopy-elemental-
isotope-analysis/learning-center/elemental-analysis-information/xrf-
technology.html.Diakses pada 15 Maret 2018 Pukul 02.00 WIB.
Todd , M. 2010. Mn Ore Reduction Technologies. 7th ImnI EPD China
Conference : China.
Vlack, Van L. H. 1995. Ilmu dan Teknologi Bahan (Ilmu Logam dan Bukan
Logam), Edisi kelima. Erlangga. Jakarta. Pp. 101-104.
Yamane, M., and Asahara, Y. 2000.Glass for Photonics:Measurement. United
Kingdom at the University Press. Cambridge.
Zhang, W., Cheng, C.Y. 2007. Manganese Metallurgy Review Part I: Leaching
of Ore/Secondary Materials and Recovery of Electrolytic/Chemical
Manganese Dioxide. Journal of Hydrometallurgy. Vol. 89: Pp. 137-159.
http://www.thermofisher.com/id/en/home/industrial/spectroscopy-elemental-http://www.thermofisher.com/id/en/home/industrial/spectroscopy-elemental-
DAFTAR ISI.pdf (p.1-2)DAFTAR GAMBAR.pdf (p.3-4)DAFTAR TABEL.pdf (p.5)