PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR)...

146

Click here to load reader

Transcript of PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR)...

Page 1: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN

NYALA API BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS

SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS

A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

Disusun Oleh :

RIA SARI HIDAYAH

5315127338

SKRIPSI

Ditulis untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2016

Page 2: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

ii

HALAMAN PENGESAHAN

NAMA DOSEN TANDA TANGAN TANGGAL

Pratomo Setyadi, S.T., M.T.

………………………

……………….

(Dosen Pembimbing I)

Ja’far Amiruddin, S.T., M.T.

……………………….

………………

(Dosen Pembimbing (II)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

Ahmad Kholil, S.T., M.T.

………………………

……………..

(Ketua Penguji)

I Wayan Sugita, S.T., M.T.

………………………

…………….

(Sekretaris)

Dr. Darwin Rio Budi Syaka, M.T.

………………………

…………….

(Dosen Ahli)

Megetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Teknik Mesin

Universitas Negeri Jakarta

Ahmad Kholil, S.T., M.T.

NIP. 197705012001121002

Page 3: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

iii

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini, menyatakan bahwa:

Nama : Ria Sari Hidayah

NIM : 5315127338

Tempat, tanggal lahir : Sleman, 29 Oktober 1993

Adalah benar penulisan ini dengan gagasan sendiri dan melakukan

penelitian sesuai dengan arahan dosen pembimbing dengan skripsi yang berjudul

“Pengaruh Tata Letak Terhadap Perambatan Nyala Api Berbasis Metode

FDS (Fire Dynamic Simulator) Pada Parkiran Sepeda Motor Kampus A

Universitas Negeri Jakarta”. Dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau

pendapat yang ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis

dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama

pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

Demikian lembar peryataan ini dibuat dengan sungguh. Apabila kemudian

ditemukan bukti kuat bahwa skripsi ini tidak asli seperti pernyataan diatas, maka

penulis bersedia menerima hukuman yang berlaku di Universitas Negeri Jakarta.

Jakarta, Juli 2016

Yang Membuat Pernyataan

Ria Sari Hidayah

NIM. 5315127338

Page 4: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

iv

ABSTRAK

Ria Sari Hidayah. Pengaruh Tata Letak Terhadap Perambatan Nyala Api Ketika

Terjadi Kebakaran Berbasis Metode FDS (Fire Dynamics Simulator) pada

Parkiran Sepeda Motor Kampus A Universitas Negeri Jakarta. Jakarta: Jurusan

Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta, 2016.

Perilaku api dan penjalaran api kebakaran dipengaruhi oleh jumlah dan

kondisi bahan bakarnya. Mengingat banyaknya jumlah bahan yang mudah

terbakar pada bangunan parkir menjadikan bangunan parkir memiliki resiko yang

tinggi terhadap bahaya kebakaran. Namun, kondisi bangunan parkir sepeda motor

Kampus A Universitas Negeri Jakarta bisa dikatakan memperihatinkan dan tidak

siap menunjang keamanan dan keselamatan jika terjadi kebakaran. Untuk itu

pengelolaan bahan yang mudah terbakar adalah salah satu upaya yang dapat

dilakukan untuk meminimalisirkan efek dari bahaya kebakaran.

Tulisan ini membahas mengenai hasil simulasi dari pembakaran api dengan

berbagai orientasi tata letak pada parkiran sepeda motor kampus A UNJ

menggunakan Fire Dynamics Simulator versi 5. Orientasi tata letak sepeda motor

dilakukan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap penyebaran nyala api.

Material yang digunakan sebagai sampel ialah Polyethilene yaitu material plastik

pada sepeda motor. Penelitian ini menggunakan tiga jenis orientasi tata letak yaitu

tata letak 1 (tata letak pulau dengan jarak antar motor 10 cm), tata letak 2 (tata

letak pulau dengan jarak antar motor 20 cm), dan tata letak 3 (tata letak dua sisi

dengan sistem kompartemen). Perkembangan api pada simulasi digambarkan oleh

hasil visualisasi, HRR (Heat Release Rate), Burning rate, dan kenaikan

temperatur. Dari hasil pemodelan dapat disimpulkan terdapat pengaruh antara tata

letak sepeda motor dengan perambatan nyala api. Tata letak 1 merupakan tata

letak dengan tingkat penyebaran nyala api tertinggi, sedangkan tata letak 3

memiliki tingkat penyebaran api terendah.

Kata kunci: tata letak, sepeda motor, FDS, HRR, burning rate, temperatur

Page 5: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

v

ABSTRACT

Ria Sari Hidayah. The Effect of the Layout with Fire Spreading Based on FDS

(Fire Dynamics Simulator) Method at The Motorcycle Parking Lot Campus (A)

State University of Jakarta : Department of Mechanical Engineering, Faculty of

Engineering, State University of Jakarta, 2016.

Fire behavior and propagation of fire is affected by the amount and

condition of the fuel. Given the large amount of combustible materials in the

building parking makes parking building has a higher risk of a fire hazard.

However, the condition of the motorcycle parking building Campus A State

University of Jakarta could be said concerning when and not ready to support the

security and safety in case of fire. For the management of combustible material is

one effort that can be done to reduce the effects of a fire hazard.

This paper discusses the results of the simulation of the burning fire with

different orientation of the layout on A campus of motorcycle parking UNJ using

Fire Dynamics Simulator version 5. The orientation of the layout of the

motorcycle carried out to determine the effect on the spread of flames. The

material used as sample material is polyethylene which is plastic on a motorcycle.

This research uses three types of layout orientation i.e. layout-1 (Tata letak pulau

by the distance between the motor 10 cm), layout-2 (Tata letak pulau by the

distance between the motor 20 cm), and layout-3 (Tata letak dua sisi with the

system compartment). The development of a fire in the simulation illustrated by

the results of visualization, HRR (Heat Release Rate), Burning rate, and

temperature. From the modeling results can be concluded there is influence

between the layout of a motorcycle with flame spread. The layout-1 is a layout

with the highest rate of spread flame, while the layout of the three has the lowest

rate of fire spread.

Keywords: layout, motorcycles, FDS, HRR, burning rate, temperature

Page 6: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan banyak nikmat dan

tidak lupa shalawat beserta salam semoga selalu tercurah kepada Baginda Nabi

Muhammad SAW beserta keluarganya, para sahabatnya, dan para pengikutnya

yang selalu setia sampai akhir.

Penulisan Skripsi yang berjudul ”Pengaruh Tata Letak Terhadap

Perambatan Nyala Api Berbasis Metode FDS (Fire Dynamics Simulator)

pada Parkiran Sepeda Motor Kampus A Universitas Negeri Jakarta”, ini

diajukan sebagai syarat kelulusan untuk menyelesaikan studi S-1 pada Program

Studi Pendidikan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta.

Dalam proses penyelesaiannya, skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan

tanpa adanya bantuan bimbingan serta dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu

dengan kerendahan hati penulis ingin menyampaikan terimakasih yang sebesar-

besarnya kepada:

1. Kedua orang tua penulis, Bapak Tholib Hasan dan Ibu Sumiyati, yang telah

mendidik penulis sejak kecil hingga saat ini. Dengan kasih sayang yang

ikhlas dan segala doa tercurah yang selalu membantu dan memberikan

semangat dalam kehidupan penulis.

2. Defi Karimatul Isnaini (adik) yang selalu membantu dan memberikan

semangat agar penulis dapat menyelesaikan skripsinya tepat waktu.

3. Bapak Drs. Ir. Riyadi Joyokusumo, MT, selaku Dekan Fakultas Teknik,

Bapak Ahmad Kholil, ST, MT selaku kepala program studi pendidikan

Teknik Mesin Universitas Negeri Jakarta

Page 7: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

vii

4. Bapak Pratomo Setyadi, ST.,M.T selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak

Ja‟far Amiruddin, MT. selaku Dosen pembimbing II, yang dengan penuh

kesabaran serta meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan

arahan kepada penulis guna menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Himawan Hadi Sutrisno, ST.,MT. selaku dosen pembimbing

akademik.

6. Bapak Adhi Saputra, selaku Dosen Building Management yang senantiasa

memberikan masukan-masukan serta pembelajaran mengenai penggunaan

Fire Dynamics Simulator.

7. Seluruh dosen dan staff Jurusan Teknik Mesin Universitas Negeri Jakarta.

8. Elsa Friska Putri dan Yola Furqaan Nanda, sebagai teman seperjuangan

dalam penyusunan skripsi ini.

9. Teman-teman Fire Protection and Safety Engineering angkatan kedua,

terimakasih selalu meramaikan dan memberikan hiburan serta membantu

memberikan motivasi untuk menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

10. Keluarga besar Universitas Negeri Jakarta yang senantiasa memberikan

semangat dan dukungannya.

Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah

mebantu dalam pelaksanaan penelitian dan juga dalam penulisan skripsi ini

sehingga penulis dapat menyelesaikannya.

Penulis juga minta maaf sebesar-besarnya kepada semua pihak atas

kesalahan yang sengaja maupun tidak sengaja selama pelaksanaan penelitian. dan

penulis menyadari adanya ketidaksempurnaan dalam penusunan skripsi ini karena

Page 8: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

viii

keterbatasan pengetahuan penulis. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan

kritik dari semua pihak agar menjadi lebih baik di masa yang akan datang.

Besar harapan penulis bahwa skripsi ini dapat memberikan informasi dan

manfaat serta pengetahuan bagi pembaca dan mahasiswa Jurusan Teknik Mesin.

Demikian skripsi ini dibuat sebagaimana mestinya dan semoga bermanfaat bagi

penulis khususnya dan pembaca umumnya.

Jakarta, Juli 2016

Penulis

Page 9: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

ix

Bissmillahirrahmanirrahim………

“…, Allah doesn’t want to place you in difficulty, but He wants to purify you and to complete His favor

on you that you may be thankful” (Q.S. Al Maidah : 6)

“Demi waktu ketika matahari naik sepenggalan, dan demi malam apabila telah sunyi,

Tuhanmu tidak meninggalkan engkau dan tidak pula membencimu…” (Q.S. Ad Dhuha : 13)

“Nak, jika kau tahu sedikit saja apa yang telah seorang ibu lakukan untukmu,

maka yang kau tahu itu sejatinya bahkan belum sepersepuluh

dari pengorbanan, rasa cinta, serta sayangnya kepada kalian…”

-Eliana-

(Tere Liye, 2010)

Kupersembahkan :

Kepada Ibu dan Ayah, saudariku, serta kepada almamaterku.

Page 10: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

x

DAFTAR ISI

Halaman Judul ..................................................................................................................... i

Lembar Pengesahan ........................................................................................................... ii

Lembar Pernyataan ............................................................................................................ iii

Abstrak .............................................................................................................................. iv

Abstract .............................................................................................................................. v

Kata Pengantar ................................................................................................................... vi

Lembar Persembahan ........................................................................................................ ix

Daftar Isi ............................................................................................................................. x

Daftar Lampiran .............................................................................................................. xiii

Daftar Tabel .................................................................................................................... xiv

Daftar Gambar .................................................................................................................. xv

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1

1.2. Identifikasi Masalah ................................................................................. 3

1.3. Pembatasan Masalah ................................................................................ 3

1.3. Perumusan Masalah.................................................................................. 4

1.4. Tujuan Penelitian...................................................................................... 5

1.5. Manfaat Penelitian.................................................................................... 5

BAB II KAJIAN TEORI

2.1. Kebakaran.................................................................................................. 6

2.1.1. Teori Kebakaran .............................................................................. 6

2.1.1.1 Fuel ...................................................................................... 8

Page 11: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

xi

2.1.1.2 Sumber Ignition ................................................................... 8

2.1.1.3 Oksigen/Bahan Pengoksidasi (Oxidizing Agent) ............... 10

2.1.2 Tahapan Proses Pembakaran ................................................ 10

2.1.3 Transfer Panas ...................................................................... 12

2.1.4 Perilaku Api dan Faktor yang Mempengaruhinya ................ 13

2.2. Karakteristik Pembakaran pada Benda Padat.......................................... 16

2.3. Laju Produksi Kalor ................................................................................ 19

2.4. Parkir ....................................................................................................... 21

2.4.1 Pengertian Parkir ............................................................................ 21

2.4.2 Jenis Ruang Parkir ......................................................................... 22

2.4.3 Pola Parkir Sepeda Motor .............................................................. 23

2.5. Program Fire Dynamics Simulation ........................................................ 24

2.5.1 Hydrodynamic Model .................................................................... 27

2.5.2 Large Eddy Simulation (LES) ....................................................... 28

2.5.3 Direct Numerical Simulation (DNS) ............................................. 29

2.5.4 Model Pembakaran........................................................................ 30

2.5.5 Batasan yang Ada pada FDS versi 5.0 .......................................... 31

2.5.6 Pertumbuhan dan Penyebaran Api ................................................ 32

2.5.7 Perpindahan Panas Radiasi ........................................................... 33

2.5.8 Data Masukan dan Hasil dalam Suatu Simulasi FDS ................... 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Tempat, Waktu, dan Subjek Penelitian .................................................... 36

3.2. Alat dan Bahan Penelitian ........................................................................ 36

3.2.1 Alat Penelitian ................................................................................ 36

3.2.2 Bahan ............................................................................................. 37

3.3. Diagram Alir Penelitian ........................................................................... 37

3.3.1 Tahap Studi Pendahuluan ............................................................... 38

Page 12: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

xii

3.3.2 Tahap Identifikasi dan Perumusan Masalah .................................. 38

3.3.3 Tahap Studi Pustaka ....................................................................... 38

3.3.4 Tahap Pengumpulan Data .............................................................. 38

3.3.5 Tahap Penentuan dan Pembuatan Tata Letak Parkir ...................... 38

3.3.6 Penentuan Skenario Kebakaran...................................................... 43

3.3.7 Memasukkan Parameter ................................................................. 46

3.3.8 Melakukan Literasi FDS ................................................................ 53

3.4. Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data ................................................ 54

3.5. Teknik Analisis Data ............................................................................... 55

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1. Deskripsi Hasil Penelitian ....................................................................... 56

4.2. Analisis dan Pembahasan ........................................................................ 63

4.2.1. Analisis Penyebaran Temperatur .................................................. 63

4.2.2. Analisis Laju Pelepasan Panas terhadap Waktu............................ 72

4.2.3. Analisis Perpindahan Panas .......................................................... 78

4.2.4. Analisis Laju Pembakaran............................................................. 85

4.3. Aplikasi Hasil Penelitian ......................................................................... 91

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan.............................................................................................. 92

5.2. Saran ........................................................................................................ 93

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 94

Page 13: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Input FDS Tata Letak 1 ........................................................................ 96

Lampiran 2. Data Hasil Simulasi .................................................................................... 117

Lampiran 3. Daftar Riwayat Hidup ................................................................................. 130

Page 14: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Kecepatan Penyebaran Api ............................................................................ 17

Tabel 2.2. Hasil Simulasi Pembakaran pada Kursi dengan Kain Pelapis yang

Terjadi Pada Ruangan .................................................................................... 21

Tabel 3.1. Skenario Lokasi Titik Awal Api .................................................................... 45

Tabel 3.2. Penamaan Simulasi Berdasarkan ArahAngin, Titik Api Awal dan Tata

Letak ............................................................................................................... 46

Tabel 3.3. Hasil Set Up Simulasi dengan FDS ............................................................... 51

Tabel 4.1. Perbandingan Pertumbuhan Api Pada Titik 1 dan Angin X-min .................. 57

Tabel 4.2. Perbandingan Pertumbuhan Api Pada Titik 2 dan Angin X-min .................. 58

Tabel 4.3. Perbandingan Pertumbuhan Api Pada Titik 3 dan Angin X-min .................. 59

Tabel 4.4. Perbandingan Pertumbuhan Api Pada Titik 3 dan Angin Y-min .................. 60

Tabel 4.5. Perbandingan Penyebaran Asap pada Detik ke 1800 .................................... 62

Tabel 4.6. Perbandingan Penyebaran Temperatur di Titik 1 dengan Arah Angin

X-min Detik ke 1800 ...................................................................................... 64

Tabel 4.7. Perbandingan Penyebaran Temperatur di Titik 2 dengan Arah Angin

X-min Detik ke 1800 ...................................................................................... 65

Tabel 4.8. Penyebaran Temperatur Simulasi 1-3 ............................................................. 66

Tabel 4.9. Penyebaran Temperatur Simulasi 2-3 ............................................................ 68

Tabel 4.10. Penyebaran Temperatur Simulasi 3-3 ............................................................ 69

Tabel 4.11. Penyebaran Temperatur Simulasi 1-4 ............................................................ 70

Tabel 4.12. Penyebaran Temperatur Simulasi 2-4 ............................................................ 71

Tabel 4.13. Penyebaran Temperatur Simulasi 3-4 ............................................................ 72

Page 15: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Segitiga Api .................................................................................................. 6

Gambar 2.2. Tetrahedron of Fire ...................................................................................... 7

Gambar 2.3. Cara Uap Bahan Bakar Dihasilkan dari Padatan .......................................... 8

Gambar 2.4. Stages of Combustion or Fire Growth ....................................................... 11

Gambar 2.5. Perpindahan Konduksi ............................................................................... 12

Gambar 2.6. Perpindahan Panas Konveksi ..................................................................... 12

Gambar 2.7 Perpindahan Panas Radiasi......................................................................... 13

Gambar 2.8. Interakasi api yang menyebar dengan permukaan dari benda padat .......... 18

Gambar 2.9. Rate of spread of flame on an inclined surface .......................................... 18

Gambar 2.10. Penyebaran ke atas dari sepotong kain ....................................................... 19

Gambar 2.11. Pola Parkiran Satu Sisi ............................................................................... 23

Gambar 2.12. Pola Parkir Dua Sisi ................................................................................... 24

Gambar 2.13. Pola Parkir Pulau ........................................................................................ 24

Gambar 2.14. Diagram yang menggambarkan file yang digunakan dan dibuat oleh

NIST Fire Dynamic Simulator (FDS), Skokezip, dan Smokeview. ............ 26

Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian ............................................................................. 37

Gambar 3.2. Tata Letak Parkir ........................................................................................ 39

Gambar 3.3. Denah Lantai Parkiran Kampus A UNJ ..................................................... 39

Gambar 3.4. Tata Letak 1 ................................................................................................ 40

Gambar 3.5. Jarak Sepeda Motor Tata Letak 1 ............................................................... 41

Gambar 3.6. Tata Letak 2 ................................................................................................ 41

Gambar 3.7. Jarak Sepeda Motor Tata Letak 2 ............................................................... 42

Gambar 3.8. Tata Letak 3 ................................................................................................ 42

Gambar 3.9. Jarak Sepeda Motor Tata Letak 3 ............................................................... 43

Gambar 3.10. Area Parkir Sepeda Motor yang Disimulasikan ......................................... 44

Gambar 3.11. Perintah yang Digunakan untuk Mengeksekusi File .................................. 54

Page 16: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

xvi

Gambar 4.1. Perbandingan Laju Pelepasan Panas terhadap Waktu di Titik Api

Awal 1 dan Arah Angin X-min ................................................................. 74

Gambar 4.2. Perbandingan Laju Pelepasan Panas terhadap Waktu di Titik Api

Awal 2 dan Arah Angin X-min ................................................................. 75

Gambar 4.3. Perbandingan Laju Pelepasan Panas terhadap Waktu di Titik Api

Awal 3 dan Arah Angin X-min ................................................................ 76

Gambar 4.4. Perbandingan Laju Pelepasan Panas terhadap Waktu di Titik Api

Awal 3 danArah Angin Y-min .................................................................. 78

Gambar 4.5. Grafik Perpindahan Panas ......................................................................... 81

Gambar 4.6. Grafik Perpindahan Panas ......................................................................... 82

Gambar 4.7. Grafik Perpindahan Panas ......................................................................... 83

Gambar 4.8. Grafik Perpindahan Panas ........................................................................ 84

Gambar 4.9. Perbandingan Laju Pembakaran terhadap Waktu di Titik Api Awal

1 dan Arah Angin X-min ........................................................................... 86

Gambar 4.10. Perbandingan Laju Pembakaran terhadap Waktu di Titik Api Awal

2 dan Arah Angin X-min ........................................................................... 87

Gambar 4.11. Perbandingan Laju Pembakaran terhadap Waktu di Titik Api Awal

3 dan Arah Angin X-min ........................................................................... 89

Gambar 4.12. Perbandingan Laju Pembakaran terhadap Waktu di Titik Api Awal

3 dan Arah Angin Y-min ........................................................................... 90

Page 17: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan kehidupan manusia membawa pengaruh yang sangat besar

terhadap pola pikir manusia. Pola pikir yang sebelumnya sederhana seperti

memenuhi kebutuhan primer, sekunder, dan tersier berkembang menjadi pola

pikir yang lebih kompleks, dimana tidak hanya ketiga kebutuhan itu saja yang

perlu dipikirkan, tetapi juga aspek lain, salah satunya ialah aspek keselamatan

(safety). Aspek ini perlu mendapat perhatian yang baik, karena menyangkut jiwa

manusia. Aspek ini mencakup analisa mengenai resiko kecelakaan apa saja yang

dapat terjadi dan bagaimana cara meminimalisasi kemungkinan terjadinya resiko

kecelakaan tersebut.

Salah satu kecelakaan yang sering dan rawan terjadi ialah kebakaran.

menurut data statistik kebakaran yang dikeluarkan oleh Dinas Penanggulangan

Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi DKI Jakarta dari awal tahun 2016 hingga

tanggal 19 Juni 2016 telah terjadi 213 kali peristiwa kebakaran di wilayah DKI

Jakarta dengan perkiraan kerugian material sebesar Rp.40.5 Milyar.

Salah satu kebakaran yang berdampak luas adalah kebakaran pada bangunan

tinggi. Bangunan tinggi sudah menjadi kebutuhan di Jakarta untuk

mengakomodasi kegiatan bisnis yang makin berkembang, salah satu bangunan

tinggiyang dapat menunjang kegiatan utama pada suatu bangunan adalah gedung

parkir. Risiko kebakaran yang terjadi pada gedung parkir mempunyai peringkat

yang tinggi dibanding dengan tempat-tempat lain, mengingat jumlah bahan bakar

yang tersedia pada gedung parkir sangat banyak.

Page 18: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2

Universitas Negeri Jakarta (UNJ) adalah satu-satunya universitas berlabel

negeri di Jakarta. Dengan jumlah mahasiswa yang terus bertambah setiap

tahunnya, menuntut tersedianya ruang parkir yang memadai. Sehingga faktor

keamanan dari bahaya kebakaran seharusnya menjadi prioritas yang diutamakan.

Namun kenyataannya berkata lain, kondisi bangunan parkir sepeda motor Kampus

A Universitas Negeri Jakarta bisa dikatakan memperihatinkan dan tidak siap

menunjang keamanan dan keselamatan jika terjadi kebakaran.

Mengingat besarnya kerugian yang dapat dialami bila terjadi kebakaran,

sistem penanggulangan bahaya kebakaran sangat penting untuk diketahui. Salah

satu upaya yang dapat dilakukan dalam pencegahan kebakaran adalah mendesain

tata letak material dalam suatu bangunan, yaitu dengan menempatkan bahan

mudah terbakar berjauhan dengan struktur, sistem dan komponen yang penting

untuk keselamatan, serta memperhatikan akses atau jalur evakuasi kedaruratan

untuk kepentingan keselamatan.

Perilaku api dan penjalaran api kebakaran dipengaruhi oleh kondisi bahan

bakarnya. Kondisi bahan bakar yang mempengaruhi kecepatan menjalarnya api

yaitu ukuran, susunan, dan kesinambungan bahan bakar. Dari uraian tersebut

dapat diketahui bahwa faktor material atau bahan bakar dapat mempengaruhi

penyebaran api. Padahal penyebaran api yang cepat merupakan salah satu

penyebab meluasnya suatu kebakaran. Untuk itu pengelolaan material adalah

salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran api sehingga

dapat mengurangi timbulnya kerugian yang lebih besar. Pada parkiran

pengelolaan material yang dapat dilakukan adalah dengan mengatur tata letak

Page 19: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

3

sepeda motor dengan menganalisis jarak aman sepeda motor agar penyebaran api

yang terjadi ketika kebakaran dapat diminimalisirkan.

1.2 Identifikasi Masalah

1 Termasuk dalam klasifikasi apa gedung parkir sepeda motor kampus A

Universitas Negeri Jakarta?

2 Bagaimana tingkat bahaya kebakaran di gedung parkir sepeda motor

kampus A Universitas Negeri Jakarta?

3 Bagaimana tingkat ketahanan api gedung parkir sepeda motor kampus A

Universitas Negeri Jakarta?

4 Bagaimana tata letak sepeda motor pada gedung parkir kampus A

Universitas Negeri Jakarta?

5 Apakah tata letak sepeda motor pada gedung parkir kampus A Universitas

Negeri Jakarta sudah mampu menghambat penjalaran api ketika kebakaran

menggunakan perangkat lunak Fire Dynamics Simulator?

6 Bagaimana pengaruh tata letak sepeda motor pada gedung parkir kampus A

Universitas Negeri Jakarta terhadap perambatan nyala api dari simulasi

menggunakan software Fire Dynamics Simulator?

7 Apakah pemberian jarak antar baris sepeda motor pada tata letak sepeda

motor di gedung parkir kampus A Universitas Negeri Jakarta dapat

menghambat perambatan api?

1.3 Pembatasan Masalah

1. Gedung yang diteliti adalah gedung parkir sepeda motor yang terdapat di

kampus A Universitas Negeri Jakarta.

2. Penelitian dilakukan menggunakan Fire Dynamics Simulator (FDS) versi 5.

Page 20: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

4

3. Simulasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah simulasi trial dimana

hanya satu lantai yang disimulasikan.

4. Simulasi yang dilakukan menggunakan bentuk komputasi LES (Large Eddy

Simulation).

5. Tata letak parkir yang digunakan adalah tata letak menurut Dirjen

Perhubungan Darat, 1998, yaitu pola parkir dua sisi dan pola parkir pulau.

6. Bentuk geometri motor pada penelitian diasumsikan sebagai balok dengan

ukuran 0.5 m x 1.65 m x 1.1 m.

7. Reaksi pembakaran yang diikutsertakan pada simulasi ini hanyalah reaksi

material Polyethilene.

8. Kecepatan aliran udara ventilasi yang masuk ke sistem diasumsikan berasal

dari satu sisi yaitu pada sumbu x min. dengan ventilasi pada sisi yang

lainnya adalah terbuka.

9. Simulasi kebakaran dilakukan dengan asumsi bahwa telah terjadi kebakaran

pada sebuah motor.

10. Kebakaran disimulasikan tanpa dilakukan tindakan pemadaman.

11. Variabel pada simulasi ini adalah waktu terjadi kebakaran, yaitu pada 10

menit, 20 menit, dan 30 menit.

1.4 Perumusan Masalah

1. Bagaimana penyebaran temperatur pada masing-masing simulasi dengan

FDS?

2. Bagaimana perbandingan laju pelepasan panas terhadap waktu dari masing-

masing hasil simulasi dengan FDS?

3. Bagaimana perpindahan panas pada masing-masing simulasi dengan FDS?

Page 21: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

5

4. Bagaimana perbandingan laju pembakaran terhadap waktu dari masing-

masing hasil simulasi dengan FDS?

1.5 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh tata letak sepeda motor

terhadap penyebaran api pada parkiran sepeda motor kampus A Universitas

Negeri Jakarta dan dapat diketahui tata letak yang aman terhadap bahaya

kebakaran.

1.6 Kegunaan Penelitian

1. Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan peneliti

mengenai pengaruh tata letak sepeda motor pada bangunan parkir terhadap

penyebaran api.

2. Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan peneliti

mengenai tata letak sepeda motor yang aman terhadap bahaya kebakaran.

3. Hasil dari penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pihak

terkait untuk memperbaiki tata letak sepeda motor pada bangunan parkir

sepeda motor kampus A Universitas Negeri Jakarta.

Page 22: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kebakaran

2.1.1 Teori Kebakaran

Api adalah suatu kejadian/reaksi kimia eksotermik yang diikuti munculnya

panas/kalor, cahaya (nyala), asap dan gas dari bahan yang terbakar (Building &

Plant Institute dan Ditjen Binawas Depnaker, 2005). Menurut Pusdiklatkar api itu

diartikan sebagai suatu reaksi kimia yang disertai oleh pengeluaran asap, panas,

dan gas-gas lainnya. Api juga bisa disebut sebagai hasil dari reaksi pembakaran

yang cepat (Pusdiklatkar, 2006).

Pada dasarnya api dapat terjadi karena ada faktor-faktor penyebabnya.

Faktor-faktor penyebab itu adalah bahan bakar (fuel), sumber panas (heat), dan

oksigen. Ketiga faktor tersebut merupakan bagian dari teori segitiga api. Ketiga

faktor tersebut jika bertemu dan bereaksi pada saat yang bersamaan maka dapat

dipastikan akan terjadi sebuah kebakaran. Tetapi jika salah satu dari ketiga faktor

tersebut tidak bertemu maka kebakaran tidak akan terjadi. Berikut adalah gambar

dari segitiga api.

Gambar 2.1.Segitiga Api Sumber: Slide Materi Ajar Heny Triasbudi, IR.,MSC. 2015

Page 23: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

7

Perkembangan dari teori segitiga api adalah ditemukannya unsur keempat

yang menyebabkan timbulnya api. Unsur yang keempat ini adalah rantai reaksi

kimia. Dalam teori ini dijelaskan bahwa pada saat energi diterapkan pada bahan

bakar seperti hidrokarbon, beberapa ikatan karbon dengan dengan karbon lainnya

terputus dan menghasilkan radikal bebas. Sumber energi yang sama juga

menyediakan kebutuhan energi untuk memutus beberapa rantai karbon dengan

hydrogen sehingga menghasilkan radikal bebas lebih banyak. Selain itu, rantai

oksigen dengan oksigen lainnya juga ikut terputus dan menghasilkan radikal

oksida. Jika jarak antara radikal-radikal ini cukup dekat maka akan terjadi

penggabungan kembali (recombing) radikal bebas dengan radikal lainnya atau

dengan kelompok fungsional yang lain. Pada proses pemutusan rantai, terjadi

pelepasan energi yang tersimpan di dalam rantai tersebut. Energi yang lepas dapat

menjadi sumber energi untuk memutuskan rantai yang lain dan melepaskan energi

yang lebih banyak lagi (Depnaker RI, 1999). Pembentukan radikal bebas

menentukan kecepatan api. Pembentukan dan konsumsi radikal bebas adalah

untuk mempertahankan reaksi api.

Gambar 2.2.Tetrahedron Api

Sumber: Slide Materi Ajar Heny Triasbudi, IR.,MSC. 2015

Page 24: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

8

2.1.1.1 Fuel

Bahan bakar adalah segala sesuatu material baik dalam bentuk gas, cair dan

padat yang dapat menghasilkan penyalaan atau menyala.Yang termasuk bahan

bakar padat antara lain kayu, kertas, kardus, bahan-bahan pembungkus seperti

plastik, karet, kain, rumput, plastik, dll.Contoh bahan bakar cair adalah minyak,

parafin, bensin, perekat,bahan kimia seperti aseton, toluen, dan spirtus, bahan cat

pelapis, dan juga bahan pengencer cat itu sendiri.Sementara bahan bakar gas dapat

berupa gas alam, gas metan, dan LPG (Liquefied PetroleumGas)

Bahan yang teroksidasi atau terbakar pada proses kebakaran.Pada keadaan

normal bahan bakar dapat berbentuk padat, cair dan gas.Untuk dapat terbakar

bahan bakar padat dan cair harus mengeluarkan/berubah bentuk menjadi gas.

Gambar 2.3. Cara Uap Bahan Bakar Dihasilkan dari Padatan

Sumber: Slide Materi Ajar Heny Triasbudi, IR.,MSC. 2015

2.1.1.2 Sumber ignition

Secara umum sumber penyalaan juga menghasilkan panas yang dapat

menyalakan bahan bakar yang telah bercampur dengan oksigen. Terdapat empat

sumber energi panas yaitu kimia, listrik, mekanik dan energi nuklir.

Contoh sumber penyalaan dari energi kimia adalahpanas pembakaran (heat

of combustion)yaitu panas yang dihasilkan oleh proses oksidasi, pemanasan

spontan (spontaneous heating)yaitu panas yang timbul dengan sendirinya dari

Page 25: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

9

substansi organik tanpa penambahan panas dari luar, panas penguraian (heat of

decomposition) yaitu panas yang dihasilkan oleh proses penguraian senyawa

kimia, dan panas pelarutan (heat of solution) yaitu panas yang timbul dalam

peristiwa larutnya bahan kimia dalam suatu cairan.

Sementara sumber penyalaan yang berasal dari energi listrik antara lain

panas tahanan (resistance heating) yaitu panas yang dihasilkan akibat

mengalirnya arus listrik melewati konduktor., panas arus bocor (leakage current

heating) yaitu panas yang timbul akibat kurang baiknya bahan isolasi, terutama

pada listrik dengan tegangan tinggi, panas percikan (heat from arcing) yaitu panas

yang dihasilkan akibat lompatan elektron berupa percikan bunga api atau lelehan

bahan konduktor di antara atau pada dua terminal, panas listrik statis (Static

electricity) panas yang dihasilkan akibat lompatan elektron berupa bunga api di

antara dua permukaan bahan yang berbeda muatan serta panas petir (lightning)

yaitu panas yang dihasilkan akibat dilepaskannya muatan listrik dari awan ke

awan, dari awan ke bumi dan dari bumi ke awan.

Sumber penyalaan yang berasal dari energi mekanik adalah Panas gesekan

(frictional heat) yaitu panas yang timbul akibat gerakan atau gesekan antara dua

permukaan bahan, panas percikan (friction sparks) yaitu panas dari percikan

bunga api yang terjadi karena benturan antara benda-benda padat keras yang salah

satunya terbuat dari logam, dan panas tekanan (heat of compression) yaitu panas

yang dihasilkan akibat tekanan yang dilakukan untuk memperkecil volume bahan

berbentuk gas.

Sumber penyalaan yang berasal dari energi nuklir adalah berupa panas fisi

atau fusi yaitu panas yang dihasilkan akibat pemisahan atau penggabungan inti

Page 26: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

10

atom-atom bahan radio aktif. Panas yang dihasilkan sangat besar bila dibanding

dengan energi lain.

2.1.1.3 Oksigen/Bahan Pengoksidasi (Oxidizing Agent)

Oksigen secara alamiah pada umumnya terdapat dalam udara. Udara terdiri

21 % Oksigen, 79 % Nitrogen dan 1 % gas-gas lainnya. Suplai oksigen dapat

semakin bertambah melalui hembusan angin atau oleh sistem ventilasi natural

maupun sistem ventilasi buatan. Pengaturan sistem ventilasi ini harus diperhatikan

karena bila terjadi kebakaran, sistem ventilasi yang salah dapat menjadi penyuplai

oksigen sehingga kebakaran akan susah dipadamkan.

Bahan yang dapat menghasilkan oksigen dalam reaksi kimia kebakaran

disebut oxidizer. Oxidizerini tidak dapat terbakar tetapi mendukung terjadinya

kebakaran bila dipertemukan dengan bahan bakar. Contohnya antara lainBromate,

Bromine, Chlorate, Chlorine, Fluorine, Iodine, Nitrate, Nitric Acid, Nitrite

Perchlorate, Peroxide, dan Permanganat.

2.1.2 Tahapan Proses Pembakaran

Kebakaran tidak terjadi begitu saja, tetapi melalui tahapan atau tingkat

pengembangan api. Setiap kebakaran selalu dimulai dengan adanya percikan api

atau penyalaan. Api dapat membesar dengan cepat atau secara perlahan-lahan

tergantung situasi dan kondisi yang mendukung, seperti jenis bahan yang terbakar,

suplai oksigen yang cukup dan panas yang tinggi. Fase ini disebut pertumbuhan

api (growth stage).

Api dengan singkat berkobar besar, tetapi dapat juga berkembang perlahan 1

sampai 10 menit. Pada saat ini api menuju tahap sempurna dengan temperatur

Page 27: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

11

mencapai 100°F (537°C). Selanjutnya jika kondisi mendukung, maka api akan

berkembang menuju puncaknya. Semua bahan bakar yang ada akan dilalap dan

kobaran api akan membumbung tinggi (Ramli, 2010). Pada fase ini terdapat api

dapat yang tumbuh dengan cepat karena adanya suplai oksigen atau bahan bakar

dalam jumlah yang cukup banyak sehingga dapat membakar semua material pada

waktu yang singkat dan terjadi sambaran-sambaran atau penyalaan dengan

temperatur mencapai puncaknya sekitar 700 - 1000°C disebut dengan flashover

point.

Kemudian fase fully developed, proses kebakaran yang terjadi tidak secepat

seperti pada fase pertumbuhan (growth). Fully developed ditandai dengan adanya

nyala api yang besar dengan suhu lebih dari 300°C. Setelah mencapai puncaknya,

bahan bakar mulai menipis sehingga api akan menurunkan intensitasnya yang

disebut dengan fase pelapukan api (decay). Pada fase ini api akan padam secara

alami karena tidak terdapat oksigen ataupun bahan bakar yang dibutuhkan untuk

proses pembakaran (Furness dan Muckett, 2007:117).

Gambar 2.4 Stages of Combustion or Fire Growth

Sumber: Furness dan Muckett, 2007

Page 28: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

12

2.1.3 Transfer Panas

Api biasanya terjadi di tempat yang beroksigen baik itu ruang terbuka

ataupun tertutup, jika titik api telah timbul maka penyebaran api ke seluruh

bangunan gedung dapat terjadi melalui tiga mekanisme yaitu konduksi, konveksi,

dan radiasi.

Konduksi

Panas dipindahkan/merambat dari suatu benda ke benda lain dengan kontak

secara langsung. Kecepatan perpindahan panas tergantung dari sifat

konduktifitas bahan bakar.

Gambar 2.5 Perpindahan Panas Konduksi

Sumber: Slide Materi Ajar Heny Triasbudi, IR.,MSC. 2015

Konveksi

Panas dipindahkan melalui gerakan/fluida. Fluida dengan temperatur lebih

tinggi akan mengalir ke atas dan sebaliknya.

Gambar 2.6 Perpindahan Panas Konveksi

Sumber: Slide Materi Ajar Heny Triasbudi, IR.,MSC. 2015

Radiasi

Panas dipindahkan melalui transmisi gelombang elektro magnetik.

Page 29: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

13

Gambar 2.7 Perpindahan Panas Radiasi

Sumber: Slide Materi Ajar Heny Triasbudi, IR.,MSC. 2015

Di sepanjang permukaan yang mudah terbakar, penyebaran bisa vertikal dan

horizontal. Penyebaran dipengaruhi oleh hubungan antara lebar dari bagian yang

terbakar dan tinggi dari material.

Di sepanjang lapisan bahan bakar yang menerus, terjadi pada bangunan

dengan penyebaran dimulai dari lantai sampai kelangit-langit ketika ruangan

menjadi panas karena api. Selain itu ketebalan material berpengaruh, semakin

tebal material maka penyebaran akan berlangsung lebih lama. Di sepanjang

lapisan bahan bakar tidak menerus, penyebaran berlangsung tidak melalui lantai,

akan tetapi harus melompati berbagai macam benda yang ada dihadapannya.

Kemudahan penjalaran api di dalam dan dari suatu bangunan tertentu

tergantung dari banyaknya bahan yang mudah terbakar, kemampuan struktur

bangunan untuk bertahan terhadap api dan lokasi bentuk terhadap sumber api.

2.1.4 Perilaku Api dan Faktor yang Mempengaruhinya

Perilaku api merupakan reaksi api terhadap keadaan lingkungannya, yaitu

bahan bakar yang berpotensi untuk terbakar, iklim, kondisi cuaca lokal dan

topografi. Perilaku api dapat berubah dalam ruang, waktu atau kedua-duanya yang

berhubungan dengan perubahan dalam komponen lingkungan (Brown dan Davis,

Page 30: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

14

1973, diacu dalam Arif 2001).Komponen lingkungan yang mempengaruhi

perilaku api (Whelan, 1995, diacu dalam Arif 2001), adalah:

1. Ketersediaan Bahan Bakar

Jumlah energi yang tersimpan dalam bahan bakar menentukan intensitas

kebakaran, susunan dari bahan bakar mempengaruhi penjalaran api secara

vertikal dan horizontal, distribusi ukurannya dapat mempengaruhi api yang

menyala, dan kandungan bahan kimianya dapat mempengaruhi

flammabilitas (kemudahan untuk terbakar).

2. Kelembaban dan Temperatur

Kelembaban dan temperatur dapat mempengaruhi kadar air bahan bakar,

dapat mengurangi nyala api, pembakaran dan penjalaran api. Suhu bumi

tertinggi (Clar dan Chatten, 1954) biasanya terjadi pada jam 13.30-15.30

tidak berhimpit dengan radiasi surya maksimum (pukul 12.00 tengah hari).

Keterlambatan ini terjadi karena suhu terus menerus naik selama jumlah

radiasi surya yang diterima bumi melampaui radiasi bumi yang keluar.

3. Angin

Suatu dampak yang paling penting dari angin adalah menyediakan oksigen

yang banyak untuk terjadinya pembakaran. Hal ini juga dikemukakan oleh

Chandler (1983) yaitu arah penjalaran api sangat dipengaruhi keadaan

angin. Udara panas dan angin kencang dapat menghembuskan bara api dan

menimbulkan kebakaran baru pada daerah yang dilaluinya. Dikatakan pula

bahwa angin mempengaruhi kecepatan penjalaran api dengan cara

memperluas daerah radiasi dan konveksi dari api.

Page 31: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

15

Menurut Gronqvist dan Jurvelius dalam PHPA (1993), karakteristik bahan

bakar yang berpengaruh terhadap perilaku api dan penjalaran api adalah:

1. Ukuran bahan bakar

Ukuran bahan bakar dibagi menjadi tiga bagian yaitu bahan bakar halus,

bahan bakar sedang dan bahan bakar kasar. Bahan bakar halus mudah

dipengaruhi lingkungan sekitarnya, mudah mengering, tetapi mudah pula

menyerap air. Karena cepat kering, apabila terbakar cepat meluas namun

cepat cepat pula padam. Bahan bakar kasar, kadar air yang terkandung lebih

stabil, tidak cepat mengering, sehingga sulit terbakar. Namun, apabila

terbakar akan memberikan penyalaan api lebih lama (Purbowaseso, 2004).

2. Susunan bahan bakar

Susunan bahan bakar dibedakan atas susunan secara vertikal dan horizontal.

Bahan bakar dengan susunan vertikal atau kearah memungkinkan api

mencapai atas dalam waktu yang singkat. Sedangkan susunan bahan bakar

secara horizontal menyebabkan bahan bakar dapat menyebar, sehingga api

juga dapat menyebar berkisenambungan secara mendatar. Apabila bahan

bakar tersusun longgar, maka api akan lebih cepat merambat dibandingkan

dengan bahan bakar yang tersusun lebih padat. Hal ini karena pada bahan

bakar longgar panas ditransfer melalui proses konveksi dan radiasi,

sedangkan pada bahan bakar yang tersusun padat prosesnya adalah konduksi

yang dapat dikatakan kurang efisien.Susunan bahan bakar akan

mempengaruhi sifat-sifat perilaku api. Susunan horizontal memberikan

pengaruh apakah suatu kebakaran akan menyebar atau seberapa besar

Page 32: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

16

tingkat penyebaran api akan terjadi. Susunan bahan bakar vertikal akan

mempengaruhi ukuran dan kemampuan menyalanya api.

3. Volume bahan bakar

Volume bahan bakar dalam jumlah besar akan menyebabkan api lebih besar,

temperatur sekitar lebih tinggi, sehingga terjadi kebakaran yang sulit

dipadamkan. Sedangkan volume bahan bakar yang sedikit akan terjadi

sebaliknya yaitu api yang terjadi kecil dan mudah dipadamkan. Hal ini

didukung oleh hasil penelitian McArthur 1973, diacu dalam Arif 2001

menyatakan bahwa kecepatan penjalaran api meningkat secara langsung dan

proporsional dengan meningkatnya volume bahan bakar tersedia. Hal ini

dengan asumsi bahwa faktor lainnya dianggap konstan.

4. Kesinambungan bahan bakar

Bahan bakar yang berkesinambungan akan mempermudah api untuk

menjalar. Hal ini disebabkan pemindahan panas dari bahan bakar satu

kebahan bakar didekatnya akan berjalan dengan baik (Purbowaseso, 2004).

2.2 Karakteristik Pembakaran pada Benda Padat

2.2.1 Pengaruh Orientasi Pada Penyebaran Api Pembakaran Bahan Bakar

Padat

Orientasi permukaan benda padat bisa diubah- ubah, yang tentunya dapat

memberi pengaruh yang signifikan terhadap perilaku api. Secara umum,

permukaan padat dapat terbakar dengan sudut orientasi berapapun, namun

penyebaaran api akan sangat cepat bila terbakar permukaan padat yang vertikal.

Hal ini sudah dibuktikan oleh Magee dan McAlevy (1971), diacu dalam Hartanto

(2008:13) dengan menggunakan sampel dari secarik kertas besar sudut orientasi

Page 33: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

17

semakin cepat pula kecepatan dari penyebaran api. Perlu diketahui bahwa sudut

orientasi merupakan sudut yang terbentuk antara permukaan benda padat dengan

garis horizontal, dimana sudut 0o berarti permukaan horizontal dan sudut 90

o

berarti permukaan vertikal.

Tabel 2.1. Kecepatan Penyebaran Api

Orientasi (o) Kecepatan Penyebaran Api

(mm/s)

0 (Horizontasl)

22.5

45

75

90 (Vertikal)

3.6

6.3

11.2

29.2

46-47

Sumber: Magee and McAlevy (1971)

Menurut Markstein dan de Ris (1972) pada jurnal “Upward Fire Spread

Over textiles”, diacu dalam Hartanto (2008:13) arah dari perambatan api juga

menentukan kecepatan penyebaran api. Penyebaran api ke bawah akan lebih

lambat dibanding penyebaran api ke atas. Alasannya dapat dijelaskan berdasarkan

interaksi fisik yang terjadi antara lidah api dengan bahan bakar yang belum

terbakar yang dapat berubah ketika orientasi berubah. Untuk penyebaran api

kebawah dan horizontal, penyebarannya disebit counter- current, sedangkan

penyebaran keatas disebut concurretnt. Istilah counter- current menjelaskan

peristiwa dimana terdapat aliran udara yang arahnya berlawanan dengan arah

perambatan api, sedangkan concurrent sebaliknya, yaitu ketika adanya aliran

udara yang searah dengan penyebaran api. Penyebaran api pada concurrent lebih

cepat dibanding pada counter- current. Hal ini disebabkan karena concurrent

lidah api dan udara panas mengalir ke arah yang sama, memberikan kontribusi

Page 34: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

18

panas ke daerah yang belum terbakar dan menyebabkan api mudah menjalar ke

daerah tersebut.

Gambar 2.8. Interakasi api yang menyebar dengan permukaan dari benda

padat yang dapat terbakar (combustible solid) untuk berbagai

sudut kemiringan: (a) -90o ; (b) -45

o; (c) 0

o; (d) +45

o; (e) +90

o.

(a), (b), dan (c) adalah penyebaran counter- current sedangkan

(d) dan (e) penyebaran concurrent. (Markstein dan de Ris, 1972).

Untuk bahan bakar padat yang tebal (thick), peningkatan kecepatan

penyebaran ke atas (upward spread) dapat dilihat hanya ketika kemiringan dari

permukaan diperbesar menjadi 15o-20

o. Kecepatan dari penyebaran api akan

membesar secara signifikan jika aliran udara dari sisi samping dihalangi. Hal ini

disadari setelah kejadian kebakaran dari ekskalator kayu terjadi di stasiun bawah

tanah di London tahun 1988. Fenomena ini disebut sebagai trench effect.

Gambar 2.9.Rate of spread of flame on an inclined surface, 60 mm wide

samples of PMMA with () and without (♦) ‘sidewalls’

Sumber: Drysdale & Macmillan, 1992

Page 35: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

19

Gambar 2.10. Penyebaran ke atas dari sepotong kain yang diposisikan

vertikal (a) bagian- bagian dari sampel yang terbakar, (b)

peningkatan kecepatan penyebaran sebanding dengan

peningkatan panjang daerah pyrolisi (lp). Sampel adalah kain

katun sutra dengan lebar 0,457m panjang .524m dan

densitasnya 103 g/m2 (Markstein dan de Ris, 1972).

Dari gambar di atas dapat terlihat bahwa kecepatan penyebaran api

sebanding dengan panjang daerah pyrolisis (lp), sehingga dapat dituliskan:

Vp = lpn

Dimana Vp kecepatan penyebaran api vertikal dan lp ialah panjang daerah

pyrolisis, dan n merupakan konstanta, dimana nilainya mendekati 0.5.

2.3. Laju Produksi Kalor (Heat Release Rate/HRR)

Laju produksi kalor pada dasarnya adalah nilai kalor yang dilepaskan per

satuan waktu pada suatu sampel akibat adanya reaksi eksotermis setelah energi

aktivasinya terlewati. Laju produksi kalor tidak hanya satu dari sebagian variabel

yang digunakan untuk mendeskripsikan kebakaran/api. Namun, laju produksi

kalor adalah variable tunggal terpenting dalam mendeskripsikan kebakaran,

kecuali ledakan.(Babrauskas and Peacock, 1992). Ada tiga alasan utama untuk hal

ini, yaitu:

Page 36: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

20

1. Laju produksi kalor (HRR) adalah gaya penggerak untuk kebakaran/api.

Laju produksi kalor dapat digambarkan sebagai mesin penggerak kebakaran.

Hal ini cenderung terjadi dalam arah umpan balik-positif (positive-

feedback), panas/kalor menimbulkan lebih banyak lagi panas/kalor (heat

makes more heat). Hal ini tidak terjadi seperti halnya dengan variable

kebakaran lainnya, contohnya karbon monoksida. Karbon monoksida tidak

menimbulkan lebih banyak lagi karbon monoksida.

2. Sebagian besar variable lain berhubungan dengan laju produksi kalor.

Perkembangan dari sebagian besar produk hasil kebakaran yang tidak

diinginkan cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya laju produksi

kalor. Asap, gas-gas berbahaya, temperatur ruangan dan variabel bahaya

kebakaran lainnya umumnya bergerak naik secara bersamaan seiring

meningkatnya laju produksi kalor.

3. Tingginya HRR mengindikasikan tingginya ancaman kematian.

Beberapa variabel kebakaran tidak secara langsung berhubungan sebagai

ancaman hidup. Sebagai contoh jika suatu produk menunjukkan

kemudahannya untuk mampu nyala (ignitability) ataupun tingginya laju

penyebaran apinya, hal ini tidak selalu berarti bahwa suatu kondisi

kebakaran dianggap berbahaya. Keadaan tersebut dianggap hanya sebagai

kecenderungan api yang mengganggu. Sebaliknya, tingginya laju produksi

kalor dalam suatu kebakaran sangatlah berbahaya. Hal ini disebabkan

karena tingginya laju produksi kalor dapat mengakibatkan tingginya

temepratur dan besarnya fluks kalor yang terjadi, hal ini terbukti mematikan

bagi penghuni dalam suatu kondisi kebakaran.

Page 37: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

21

Simulasi yang dilakukan oleh Bukowski dkk, (1989) serta Peacock &

Bukowski (1990) menjelaskan alasan-alasan tersebut. Simulasi yang dilakukan

adalah pembakaran pada kursi dengan kain pelapis yang terjadi dalam suatu

ruangan. Variabel yang digunakan untuk mengukur tingkat bahaya dari kebakaran

dalam simulasi ini adalah temperature dan CO2. Walaupun masih banyak gas-gas

lain yang dapat digunakan sebagai indicator dari tingkat toxicity, akan tetapi

konsentrasi CO2 mewakili jenis serta bentuk dari kurva untuk gas-gas lainnya.

Simulasi yang dilakukan adalah dengan tiga variasi pembakaran, yaitu:

1. Kasus dasar, sebuah kursi yang terbakar dalam suatu ruangan

2. Penggandaan variabel laju produksi kalor (HRR) dari kursi

3. Penggandaan variabel toxicity dari material

4. Percepatan waktu penyalaan dari kursi yang terbakar dari 70 detik menjadi

35 detik.

Tabel 2.2 Hasil Simulasi Pembakaran Pada kursi Dengan Kain Pelapis

yang Terjadi Dalam Suatu Ruangan

Skenario Waktu untuk

terjadi (detik)

Waktu untuk

kematian (detik)

Kasus dasar 180 >600

Penggandaan variabel HRR 160 180

Penggandaan variabel toxicity 180 >600

Percepatan waktu penyalaan 140 >600

Sumber: Babrauskas and Peacock, 1992

2.4. Parkir

2.4.1. Pengertian Parkir

Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang bersifat

sementara karena ditinggalkan oleh pengemudinya. Termasuk dalam pengertian

parkir adalah setiap kendaraan yang berhenti pada tempat-tempat tertentu baik

yang dinyatakan dengan rambu lalu lintas ataupun tidak, serta tidak semata-mata

Page 38: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

22

untuk kepentingan menaikkan dan/atau menurunkan orang dan/atau barang.

Sedangkan definisi parkir menurut ketentuan yang berlaku di Indonesia adalah

keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat sementara.

Kata parkir sendiri berasal dari asal kata parricus pada zaman medieval

Latin yang berarti tanah berpagar. Manusia menggunakan sebagai media

transportasi dari satu tempat ke tempat yang lain. Untuk dapat melakukan

kegiatan lain, manusia menempatkan dan meninggalkan kendaraannya dalam

waktu tertentu di suatu tempat. Samaseperti manusia, kendaraan pun memiliki

kebutuhan untuk tempat beristirahat. Oleh karena itu disediakan fasilitas parkir

yang dapat menyediakannya. Fasilitas parkir bertujuan untuk memberikan tempat

istirahat kendaraan dan menunjang kelancaran arus lalu lintas.

2.4.2. Jenis Ruang parkir

Fasilitas parkir di lingkungan perkotaan memiliki berbagai jenis

penempatan yang terdiri dari:

1. Parkir di badan jalan (on street parking)

Parkir di badan jalan yaitu parkir yang menggunakan tepi jalan. Dimana

penempatannya terdiri dari:

a. Parkir pada tepi jalan tanpa pengendalian parkir.

b. Parkir pada kawasan parkir dengan pengendalian parkir.

2. Parkir di luar badan jalan (out street parking).

Parkir di luar badan jalan diaplikasikan di tempat-tempat yang tarikan

perjalanannya besar agar kelancaran arus lalu lintas dan kelestarian

lingkungan tetap terjaga. Dengan demikian desain parkir di luar badan jalan

Page 39: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

23

sangat perlu diselaraskan dengan kebutuhan ruang parkir (Dirjen

Perhubungan Darat, 1998).

Fasilitas parkir untuk jenis penempatan off street parking yang tersedia

untuk setiap bangunan publik terdiri dari:

1. Parking surface (taman parkir) adalah area parkir yang terletak pada

permukaan tanah dan tidak berada di dalam bangunan. Parkir jenis ini terdiri

dari parkir pada suatu area yang telah ditentukan berupa parking lot atau

taman parkir.

2. Garage parking (gedung parkir) atau biasa disebut Structured Parking

(parkir terstruktur) atau Multistorey garage (gedung parkir bertingkat),

adalah area parkir di dalam bangunan yang terletak di atas permukaan tanah

dan biasanya bertingkat.

3. Basement parking (parkir basemen) adalah area parkir di dalam bangunan

yang terletak di bawah permukaan tanah.

Pada bangunan publik, area parkir di dalam bangunan baik pada gedung

maupun basement dikatakan sebagai area parkir penunjang kegiatan utama

bangunan publik tersebut.

2.4.3. Pola Parkir Sepeda Motor

1) Pola Parkir Satu Sisi

Gambar 2.11 Pola Parkir Satu Sisi

Sumber: Dirjen Perhubungan Darat, 1998

Page 40: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

24

2) Pola Parkir Dua Sisi

Gambar 2.12. Pola Parkir Dua Sisi

Sumber: Dirjen Perhubungan Darat, 1998

3) Pola Parkir Pulau

Gambar 2.13. Pola Parkir Pulau

Sumber: Dirjen Perhubungan Darat, 1998

2.5. Program Fire Dynamic Simulation

Salah satu program computer yang mampu menganalisis kebakaran secara

lebih komplek adalah Fire Dynamic Simulation (FDS) yang dikembangkan oleh

Building and Fire Research (BFRL) National Institute of Standards and

Technology (NIST), yaitu sebuah badan pengembangan penelitian yang bergerak

pada bidang teknik keselamatan kebakaran di bawah pengawasan U.S Department

of Commerce. Sedangkan smokeview merupakan software hasil komputasi dari

FDS yang menghasilkan gambar dan animasi. Software ini dikembangkan di awal

tahun 2000 sebagai pemodelan komputasi dinamika fluida atau CFD untuk

pengendalian kebakaran berdasarkan aaliran fluida. FDS melakukan pendekatan

simulasi secara numeric dalam bentuk persamaan Navier-Stokes secara akurat

Page 41: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

25

dalam kecepatan yang rendah dan pengendalian termal secara rendah dengan

fokus kerja pada asap dan perpindahan panas dari api. Kejadian secara parsial dari

persamaan konservasi masa, momentum, dan energi didekatkan sebagai

perbedaan yang dekat dan pemecahan kasusnya berubah-ubah berdasarkan waktu

pada ruang tiga dimensi secara garis lurus .

Gambaran secara umum partikel bergerak seperti asap dan butiran air

menggunakan pendekatan Lagrangian. Sedangkan slices-2D countours digunakan

sebagai visualisasi tentang berbagai macam informasi fase gas seperti suhu atau

temperatur, densitas, heat release rate per unit area, dan radiative flux. Melalui

pengembangannya, FDS mampu memecahkan masalah dalam teknik keselamatan

kebakaran. Sebagai dasar dari dinamika api dan pembakaran, FDS dapat

digunakan untuk pemodelan fenomena berikut:

Kecepatan perpindahan produk dari panas dan pembakaran dari suatu

kebakaran secara rendah.

Perpindahan radiasi secara panas dan konveksi antara permukaan gas dan

padat.

Pyrolisis.

Penyebaran lidah api dan pertumbuhan suatu kebakaran.

Aktivasi dari sprinkler, heat detector, dan smoke detector.

Semprotan dan tekanan sprinkler oleh air.

Hasil dari komputasi simulasi FDS terdiri dari suhu, densitas, tekanan,

kecepatan, dan komposisi kimia dari setiap grid cell pada setiap waktu komputasi.

Terdapat dua buah keluaran dari komputasi FDS yaitu untuk permukaan padat dan

fase gas. Untuk keluaran dari permukaan padat dapat terdiri dari temperatur, heat

Page 42: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

26

flux, mass lose rate, dan berbagai macam bentuk lainnya. Sedangkan untuk fase

gas terdiri dari temperatur, kecepatan, gas speciese concentration (uap air, CO2,

CO, N2), perkiraan konsentrasi dan penglihatan dari suatu asap, tekanan, heat

release rate per unit colume, mixture fraction (rasio perbandingan antara udara

dan bahan bakar), gas density, dan water droplet mass per unit volume. Pada

permukaan benda padat, FDS memprediksikan keseimbangan energi antara gas

dan fase solid seperti, suhu permukaan dan interior, heat flux secara radiasi dan

konveksi, burning rate, dan water droplet mass per unit area. Dan secara

umumnya komputasi yang lebih diutamakan oleh program adalah total heat

release rate, waktu aktivasi sprinkler dan detector, dan fluks masa dan energi

melalui benda yang berongga dan padat. Pada gambar 2.13, dijelaskan bagaimana

cara kerja FDS dalam membuat sebuah pemodelan ke dalam smoke zip dan juga

smoke view.

Gambar 2.14. Diagram yang menggambarkan file yang digunakan dan

dibuat oleh NIST Fire Dynamic Simulator (FDS), Skokezip,

dan Smokeview. Sumber: FDS 5 User’s Guide

Page 43: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

27

2.5.1. Hydrodynamic Model

FDS memecahkan komputasi simulasi dengan pendekatan secara numerik

dari persamaan Navier- Stokes untuk pergerakan simulasi yang lambat dan aliran

thermal yang lamban dengan penekanan pada asap dan perpindahan panas dari

api. Inti algoritma dari skema pemrograman dari FDS yaitu pendekatan prediksi

dan koreksi akurat dalam ruang dan waktu orde dua. Pergerakan (Turbulensi)

simulasi dilakukan (treated) melalui pendekatan bentuk smargorinsky dari Large

Eddy Simulation (LES). Feature yang paling membedakan dari setiap model CFD

adalah perlakuan atau treatment dari pergerakkan simulasi. Model turbulensi

sudah lama dipakai dalam mensimulasikan berbagai pemecahan masalah dalam

kasus kebakaran. Ada tiga teknik utama dalam sebuah simulasi turbulensi yaitu

Reynold- Averaged Navier- Stokes (RANS), Large Eddy Simulation (LES), dan

Direct Numerical Simulation (DNS) tetapi didalam FDS hanya ada dua

pendekatan utama yaitu LES dan DNS yang penggunaannya tergantung dari

tujuan dan resolusi grid dari geometri. Penyederhanaan persamaannya tidak

terlepas dari persamaan konservasi dasar yaitu kekelan massa, kekekalan

momentum, kekekalan energi dan persamaan gas ideal.

Persamaan Kekekalan Massa

𝜕𝜌

𝜕𝑡 + ∆. ρu = 0 (2-1)

Persamaan Kekekalan Momentum (Hukum Newton Kedua)

𝜕

𝜕𝑡(ρu) + ∆. ρuu + ∆ p = ρf + ∆. τij (2-2)

Persamaan Kekekalan Energi (Hukum Pertama Thermodinamika)

𝜕

𝜕𝑡(ρh) + ∆. Ρhu =

𝐷𝑝

𝐷𝑡 + 𝑞 ‴ - ∆. q + ᶲ (2-3)

Persamaan Gas Ideal

Page 44: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

28

p = 𝜌𝑅 𝑇

𝑀 (2-4)

Dimana:

ρ = Kerapatan Gas

t = Waktu

u = ( u, v, w) vektor kecepatan

p = Tekanan

τij = Viscous Stress Tensor

F = Vektor Gaya Luar (Termasuk Gravitasi)

H = Koefisien Perpindahan Kalor

q‴ = Laju Pelepasan Panan per Unit Volume

ᶲ = Fungsi Disipasi

R = Universal Gas Konstan

M = Berat Molekul Dari Gas

T = Temperatur

2.5.2. Large Eddy Simulation (LES)

LES adalah teknik yang digunakan untuk memodelkan proses yang

dissipative seperti viskositas, konduktivitas thermal, dan difusi termal yang terjadi

pada skala kecil dibandingkan permasalahan nyata yang secara eksplisit

dipecahkan ulang oleh grid numerik. Ini artinya parameter seperti viskositas

dinamik, konduktivitas thermal (k), dan koefesien disfusi (D) tidak dapat

digunakan secara langsung di kebanyakan praktiknya pada simulasi. Parameter

tersebut harus digantikan oleh ekspresi pengganti “model” simulasi tersebut yang

nantinya berpengaruh terhadap perhitungan dalam simulasi. Sedanglan LES

Page 45: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

29

sendiri merupakan mode dasar dari simulasi FDS. Mengikuti analisis yang

dilakukan oleh Smagorinsky maka model viskositas dapat dibuat sebagai berikut:

μLES= 𝜌 (CsΔ)2(2S ij. S ij-

2

3(∇.ū)

2)1/2

(2-5)

sedangkan persamaan diffusive lainnya adalah:

kLES= μLES 𝐶𝑝

Pr ; (ρD) l,LES=

μLES

Sc (2-6)

2.5.3. Direct Numerical Simulation (DNS)

Hal tersebut juga memungkinkan simulasi untuk Direct Numerical

Simulation (DNS) jika grid numerik dari simulasi cukup baik atau rapat. Ada

beberapa skenario aliran dimana hal tersebut memungkinkan untuk menggunakan

molekular properties seperti viskositas dinamik, konduktivitas termal (k), dan

koefisien (D) secara lansung. Biasanya, penggunaan DNS hanya ada pada grid

cells yang berada pada 1 mm atau kurang. Untuk DNS, viskositas, konduktivitas

termal, dan difusitas material diambil dari teori kinetik karena ketergantungan dari

setiap parameter tersebut sangatlah penting dalam skenario simulasi kebakaran.

Persamaan Viskositas

μl =26.69 x 10−7(𝑀𝑙 𝑇)

𝜎𝑙2Ω𝑣

kg

m s (2-7)

Persamaan konduktivitas termal dimana Prandtl Number Pr= 0.7

kl= 𝜇𝑙 𝑐𝑝 ,𝑙

Pr

W

m K (2-8)

Sehingga persamaan DNS untuk viskositas dan konduktivitas termal adalah:

𝜇DNS = 𝑌𝑙𝜇𝑙𝑙 ; 𝑘DNS = 𝑌𝑙𝑘𝑙𝑙 (2-9)

Sedangkan persamaan difusifitas material adalah:

𝐷𝑙𝑚 =2.66×10−7𝑇

32

𝑀𝑙𝑚

12𝜎𝑙𝑚

2Ω𝐷

m2

𝑠 (2-10)

Page 46: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

30

Dimana:

Cs = Smagorinsky constant (LES)

σ = Constanta Stefan- Boltzmann

Pr = Prandtl number

cp = Constant pressure specific heat

k = Thermal conductivity

Yi = Mass fraction of ith species

2.5.4. Model Pembakaran

Untuk kebanayakan aplikasi, FDS menggunakan model pembakaran

berdasarkan konsep mixture fraction sehingga di dalam pendekatan FDS tidak

dapat membedakan pembakaran jenis flamming dan smoldering. Mixture fraction

adalah sebuah konservasi kuantitas skalar yang didefinisikan sebagai fraksi gas

pada point yang diberikan dalam wilayah aliran yang diasumsikan sebagai bahan

bakar. Pada FDS ada pilihan skema yang dirancang untuk memperkirakan

seberapa luas permukaan pembakaran di dalam ruang yang berventilasi. Fraksi

masa dari semua molekul reaktan dan produk dapat diperoleh dari Mixture

Fraction dengan mengartikan ekspresi “hubungan keadaan atau state relations”

didapat dari penggabungan penyederhanaan analisa dan pengukuran.

Persamaan umum dasar yang dipakai untuk menyelesaikan reaksi pembakaran

adalah:

𝑣𝐹 Fuel + 𝑣𝑂O2 → 𝑣𝑃,𝑖Products𝑖 (2-11)

Persamaan stokiometrik yang dipakai untuk menyatakan laju konsumsi bahan

bakar dan oksidator adalah:

Page 47: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

31

ṁ‴𝐹

𝑣𝐹𝑀𝐹=

ṁ‴𝑂

𝑣𝑂𝑀𝑂 (2-12)

Sedangkan persamaan mixture fraction setelah memasukan unsur hukum kekelan

menjadi:

𝜌𝐷𝑍

𝐷𝑡 = ∇.𝜌𝐷∇𝑍 (2-13)

Dari persamaan tersebut dapat diturunkan lagi untuk mendapatkan laju konsumsi

oksigen perunit masa setiap waktu adalah:

− ṁ῎𝑂 =𝑑𝑌𝑂

𝑑𝑍𝑍<𝑍𝑓 𝜌𝐷∇𝑍.𝐧 (2-14)

2.5.5. Batasan yang Ada pada Fire Dynamic Simulator Versi 5.0

Walaupun pada FDS dapat menggambarkan pemodelan skenario kebakaran,

ada beberapa batasan yang tergambarkan berikut ini:

1. Asumsi aliran berkecepatan rendah

FDS mempunyai keterbatasan rendah untuk bilangan Mach lebih kecil dari

0.3 sehingga dengan keterbatasan ini FDS tidak dapat membuat aliran

dalam bentuk kecepatan suara seperti ledakan, aliran pada nozel, yang

tersendat, dan juga ledakan.

2. Rectilinie geometri

Di dalam simulasi FDS hanya mengenal geometri benda- benda yang

berbentuk rectiliner atau lurus. Sehingga dengan hal tersebut, FDS tidak

dapat membentuk geometri benda yang bulat seutuhnya atau rectangular.

Tetapi pendekatan terhadap bentuk geometri rectangular dapat dibuat

berdasarkan ukuran cell.

3. Pertumbuhan dan Penyebaran Api

Page 48: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

32

Pada dasarnya FDS di disain untuk memodelkan kebakaran pada skala

industri. Dalam suatu simulasi, FDS dapat mendekati tingkat akurasi 10

sampai 20% berdasarkan hasil eksperimen bergantung pada jumlah ukuran

grid cell. Tetapi bagaimanapun juga, untuk pertumbuhan heat release dari

simulasi lebih banyak diprediksikan dibandingkan secara spesifik dari hasil

eksperimen dengan ketidaktepatan yang tinggi. Ada beberapa hal mengapa

hal tersebut bisa terjadi, diantaranya adalah: properties dari material dan

bahan bakar benda lebih banyak tidak diketahaui dan sulit untuk dihasilkan,

proses heat transfer pembakaran dalam bentuk solid jauh lebih kompleks

dibandingkan pada penggambaran matematis di dalam FDS.

4. Combustion Model

Di dalam FDS tipe pembakaran yang digunakan adalah mixture- fraction.

Sehingga dalam praktiknya, FDS tidak dapat membedakan jenis

pembakaran flamming dan smoloedering.

2.5.6. Pertumbuhan dan Penyebaran Api

Simulasi FDS dapat digunakan untuk menganalisis laju pelepasan panas

(HRR) pada suatu kebakaran. besarnya HRR dalam suatu kebakaran dipengaruhi

oleh laju perpindahan panas dan luas permukaan dari produk yang terbakar.

Dalam hal ini, suatu model dapat memprediksikan kecepatan aliran dan

temperatur dengan akurasi mencapai 5% sampai 20% dari pengukuran yang

dilakukan dalam suatu eksperimen, yang bergantung pada ukuran grid yang

digunakan dalam simulasi tersebut. Bagaimanapun juga, suatu skenario kebakaran

dimana besarnya HRR hanya dapat diprediksikan dan tidak dapat ditentukan

berapa besarnya HRR dalam kebakaran tersebut yang disebabkan ketidakpastian

Page 49: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

33

yang cukup besar dari suatu model dalam menggambarkan suatu keadaan. Hal

tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah:

1. Properties dari suatu material dan bahan bakar pada kondisi actual sering

kali sulit untuk dapat diketahui.

2. Proses fisik dari pembakaran, perpindahan panas baik secara radiasi,

konveksi dan konduksi lebih rumit representasi matematik yang terdapat

dalam FDS yang sensitif terhadap parameter dalam bentuk numeric maupun

fisik.

Pemodelan dengan menggunakan FDS membutuhkan tingkat keterampilan

dan penilaian yang baik dari pengguna dari suatu penyebaran asap dan panas pada

simulasi suatu peristiwa kebakaran.

2.5.7. Perpindahan Panas Radiasi

Perpindahan panas secara radiasi termasuk ke dalam model dari suatu

persamaan radiasi untuk non-scattering gray gas, dan dalam beberapa kasus

menggunakan wide band model. Persamaan ini diselesaikan dengan menggunakan

teknik yang sama dengan Finite Volume Method (FVM) untuk suatu perpindahan

panas secara konveksi. Terdapat beberapa keterbatasan dari model ini yaitu:

1. Absorption coefficient untuk smoke-laden gas merupakan suatu fungsi yang

kompleks dari komposisi dan temperatur suatu gas. Hal ini disebabkan oleh

penyederhanaan model pembakaran, komposisi kimia dari komposisi asap

hasil pembakaran, terutama pada soot (jelaga) asap yang berakibat pada

penyerapan dan emisi panas radiasi.

2. Perpindahan panas radiasi terbagi melalui sekitar 100 sudut solid. Untuk

suatu target yang letaknya jauh dari sumber radiasi, seperti pada suatu nyala

Page 50: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

34

api, dapat mengakibatkan distribusi panas radiasi yang tidak seragam. Hal

ini dapat terlihat pada suatu visualisasi suhu permukaan suatu benda dimana

penyebaran panas akan dipengaruhi oleh banyaknya sudut pada suatu

permukaan benda. Permasalahan ini dapat dikurangi dengan menambah

jumlah grid pada suatu benda agar lebih solid akan tetapi hal tersebut akan

menambah waktu komputasi dari suatu simulasi.

2.5.8. Data Masukan dan Hasil dalam Suatu Simulasi FDS

Program Fire Dynamic Simulator ini membaca parameter masukan dari text

file, menghitung solusi numeric dengan persamaan atur, dan membuat output file

sebagai definisi hasil dari input file. Beberapa data masukan dalam simulasi FDS

diantaranya adalah:

1. Menentukan batas area dan waktu dalam simulasi

2. Model dari bangunan

3. Nyala api berkaitan dengan properties material dan kondisi thermal

boundary

4. Ventilasi

5. Pembakaran dan radiasi

6. Partikel dan droplet

7. Device dan control logic

FDS melakukan pendekatan geometri sebagai suatu persamaan dari satu

atau lebih rectangular grid. Perpindahan massa dan panas dari suatu solid surface

disimulasikan melalui korelasi empiris.

File output dari simulasi FDS berupa temperatur, konsentrasi dan

perkembangan api pada domain tertentu sesuai dengan input file. Animasi

Page 51: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

35

perkembangan api tidak dapat ditampilkan langsung melalui FDS, akan tetapi

dapat ditampilkan menggunakan Smokeview.

Tipe output dalam simulasi FDS dalam fase gas diantaranya adalah:

1. Temperatur gas

2. Kecepatan gas

3. Tekanan

4. HRR per unit volume

5. Fraksi campuran bahan bakar (rasio udara-bahan bakar)

6. Massa jenis gas

7. Massa droplet air dalam suatu volume

Pada suatu permukaan solid, FDS memprediksikan hasil dari suatu

hubungan kesetimbangan energi antara fase solid dan gas, diantaranya adalah:

1. Temperatur permukaan solid

2. Heat flux, baik radiasi maupun konveksi

3. Burning rate

4. Massa droplet air dalam suatu area

Dalam simulasi FDS juga dihasilkan secara umum untuk suatu pemodelan,

diantaranya adalah:

1. Total heat release rate (HRR)

2. Waktu pengaktifan sprinkler, nozzle dan detektor

3. Massa dan fluks energi yang melalui suatu bentuk solid

Page 52: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

36

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di gedung parkir Speda Motor Kampus A

Universitas Negeri Jakarta yang terletak di Jalan Rawamangun Muka, Jakarta

Timur. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2016.

3.2 Alat dan Bahan Penelitian

3.2.1 Alat Penelitian

Alat yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari hardware dan software.

Adapun rinciannya sebagai berikut:

1. Hardware yang digunakan ialah:

Processor Intel® Core™ i7-2600 (3.40 GHz)

Besar memori RAM 4.0 GB

Kapasitas Harddisk 390 Gb

Monitor

Perangkat mouse dan keyboard standar

Printer

2. Software yang digunakan ialah:

Sistem Operasi Microsoft Windows 7

Microsoft Office 2007

Software Fire Dynamics Simulator versi 5

Text editor Notepad++

Program command prompt

Anemometer alat pengukur kecepatan angin

Page 53: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

37

3.2.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Data-data terkait bangunan gedung parkir sepeda motor kampus A

Universitas Negeri jakarta.

2. Literatur dan jurnal penelitian sebelumnya yang berupa buku, maupun

jurnal online yang berkaitan dengan penelitian dan fire modeling

menggunakan Fire Dynamics Simulator.

3.3 Diagram Alir Penelitian

Gambar 3.1 Diagram Alir Metode Penelitian

Page 54: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

38

3.3.1 Tahap Studi Pendahuluan

Tahapan ini merupakan langkah awal penelitian yang dilakukan, pada tahap

ini penulis menentukan gedung parkir yang akan diteliti dan melakukan observasi

kondisi gedung parkir tersebut.

3.3.2 Tahap Identifikasi dan Perumusan Masalah

Setelah melakukan studi pendahuluan, maka dapat diketahui permasalahan-

permasalahan apa saja yang terdapat pada gedung parkir sepeda motor kampus A

UNJ. Masalah yang ditemukan kemudian akan dianalisa dan dirumuskan

penyebab serta solusi yang mungkin untuk dikembangkan.

3.3.3 Tahap Studi Pustaka

Studi pustaka dilakukan untuk menambah wawasan dan pengetahuan

mengenai permasalahan yang akan dibahas dan menentukan metode yang tepat

untuk memecahkan masalah. Studi pustaka dapat ditelusuri melalui literatur

berupa buku, jurnal, hasil penelitian orang lain berupa tesis dan skripsi, serta

pencarian informasi melalui internet.

3.3.4 Tahap Pengumpulan Data

Tahap selanjutnya adalah mengumpulkan data-data yang diperlukan untuk

mendukung pemecahan masalah yang timbul berdasarkan fokus penelitian. data-

data yang diperlukan diperoleh dengan menggunakan metode observasi secara

langsung.

3.3.5 Tahap Penentuan dan Pembuatan Tata Letak Parkir

Langkah selanjutnya adalah melakukan pemilihan tata letak speda motor

yang akan diteliti. Pada penelitian ini penulis menggunakan referensi tata letak

Page 55: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

39

b a

parkir yang dikeluarkan oleh Dirjen Perhubungan Darat, yaitu tata letak parkir dua

sisi dan tata letak parkir pulau.

Gambar 3.2 (a) Tata Letak Parkir Dua Sisi (b) Tata Letak Parkir Pulau

Dalam penentuan pola parkir yang diperhatikan adalah:

Luas area parkir dan pola parkir sepeda motor UNJ lantai 2

Luas area parkir 1389.75 m2. Pada tiap jarak 7.25 m terdapat tiang beton

berukuran 0.75 x 0.75 m. Dengan tinggi bangunan 2.85 m, tebal tembok 0.2 m,

luas tiap bukaan 7.25 x 1 m. Sedangkan panjang pintu keluar dan masuk masing-

masing adalah 162 m.

Gambar 3.3 Denah Lantai Dua Parkiran Kampus A UNJ

Page 56: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

40

Jumlah motor

Dalam penelitian ini jumlah motor sebagai bahan bakar mendapat perlakuan

berupa pengurangan. Pengurangan jumlah motor dilakukan untuk mengurangi

jumlah bahan bakar yang terbakar. Pengurangan jumlah bahan bakar ini

diharapkan mampu mengurangi dampak dari perambatan kebakaran.

Jarak antar motor

Jarak antar motor pada setiap tata letak parkir sepeda motor berbeda-beda. Selain

untuk memudahkan arus keluar masuk pemberian jarak antar baris motor

diharapkan mampu memperlambat laju perpindahan kalor.

Setelah melakukan penentuan pola parkir, langkah yang selanjutnya

dilakukan adalah pembuatan ilustrasi pola parkir sepeda motor menggunakan

software AutoCAD.

1) Tata letak 1

Tata letak 1 adalah tata letak parkir pulau dengan sistem cluster yaitu

susunan motor dibuat seperti barisan blok-blok motor dengan jarak tertentu.

Kapasitas atau daya tampung sepeda motor pada tata letak ini sebanyak 590

sepeda motor seperti yang terlihat pada gambar 3.4.

Gambar 3.4 Tata Letak 1

Page 57: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

41

Gambar 3.5 Jarak Sepeda Motor Tata Letak 1

Keterangan:

a = jarak motor yang paling mendekati tembok dengan tembok = 20 cm

b = jarak antar motor yang saling bersebelahan = 10 cm

c = jarak antar baris motor yang berjauhan = 115 cm

d = jarak antar baris motor yang berdekatan = 20 cm

e = jarak motor pada setiap cluster atau blok = 150 cm

2) Tata letak 2

Tata letak 2 adalah tata letak parkir pulau dengan sistem cluster ke 2 yaitu

susunan motor dibuat seperti barisan blok-blok motor dengan jarak tertentu.

Kapasitas atau daya tampung sepeda motor pada tata letak ini sebanyak 470

sepeda motor seperti yang terlihat pada gambar 3.6.

Gambar 3.6 Tata Letak 2

Page 58: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

42

Gambar 3.7 Jarak Sepeda Motor Tata Letak 2

Keterangan:

a = jarak motor yang paling mendekati tembok dengan tembok = 85 cm

b = jarak antar motor yang saling bersebelahan = 20 cm

c = jarak antar baris motor yang berjauhan = 175 cm

d = jarak antar baris motor yang berdekatan = 30 cm

e = jarak motor pada setiap cluster atau blok = 120 cm

3) Tata letak 3

Tata letak 3 adalah tata letak parkir dua sisi dengan sistem kompartemen

yaitu pada setiap 3 baris motor terdapat sekat pembatas berupa tembok. Kapasitas

atau daya tampung sepeda motor pada tata letak ini sebanyak 530 sepeda motor

seperti yang terlihat pada gambar 3.8.

Gambar 3.8 Tata Letak 3

Page 59: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

43

Gambar 3.9 Jarak Sepeda Motor Tata Letak 3

Keterangan:

a = jarak motor yang paling mendekati tembok dengan tembok = 20 cm

b = jarak antar motor yang saling bersebelahan = 20 cm

c = jarak antar baris motor yang berjauhan = 115 cm

d = tebal tembok penyekat = 20 cm

e = jarak motor pada setiap cluster atau blok = 120 cm

3.3.6 Penentukan Skenario Kebakaran

Simulasi yang dilakukan adalah simulasi trial, maka simulasi kebakaran

hanya mencakup sebagian area dari satu lantai gedung parkiran, yaitu dengan

luasan 24.75 m x 24.00 m (panjang x lebar) dengan tinggi 3 m. Hal ini dilakukan

untuk mempermudah dan mempercepat waktu literasi, karena semakin luas area

simulasi perhitungan yang dilakukan oleh FDS akan semakin sulit dan

membutuhkan waktu yang sangat lama.

Geometri motor diasumsikan sebagai balok berukuran 1.85 m x 0.5 m x 1.1

m (panjang x lebar x tinggi) dan materialnya dianggap sebagai polyethylene.

Pemodelan motor yang berupa balok dikarenakan keterbatasan FDS yang hanya

dapat memodelkan geometri-geometri benda bebentuk rectiliner atau lurus.

Material polyethilene adalah material yang paling mudah terbakar pada sepeda

motor setelah foam (busa) pada jok motor. Selain itu material ini adalah material

Page 60: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

44

terluar dan terbanyak dari sepeda motor sehingga material ini merupakan material

yang berpengaruh dalam perambatan. Kebakaran diskenariokan terjadi pada

sebuah motor dengan asumsi motor sudah terbakar seluruhnya pada detik ke 0.

Sumber kebakaran yang diperlukan untuk menghasilkan perkembangan dan

penyebaran api yang digunakan pada penelitian ini memiliki Heat Realase Rate

per Unit Area sebasar 913 kW/m2.

Gambar 3.10 Area Parkir Sepeda Motor yang Disimulasikan

Page 61: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

45

Salah satu tahapan penting dalam membuat skenario kebakaran adalah

menentukan titik awal lokasi terjadinya kebakaran. dalam menentukan titik api

awal perlu ditetapkan kriteria yang dapat membantu prediksi situasi tidak aman.

Kriteria yang dipakai pada penelitian ini adalah apabila kebakaran tersebut terjadi

menyebabkan pertumbuhan dan penyebaran api membesar. Sesuai dengan teori

segitiga api, maka hal yang menyebabkan pertumbuhan api membesar adalah

ketersediaan oksigen dan material. Sedangkan menurut Drysdale dan Macmillan,

1992 penyebaran api secara signifikan akan membesar ketika udara dari samping

dihalangi (dihalangi dengan dinding samping). Untuk mewakili aspek-aspek

tersebut dapat dipakai skenario titik awal api sebagai berikut:

Tabel 3.1 Skenario Lokasi Titik Awal Api

1 Skenario 1 Dekat dengan ventilasi atau bukaan

2 Skenario 2 Dekat dengan tembok atau dinding samping

3 Skenario 3 Di daerah kumpulan motor

Sedangkan untuk kondisi ventilasi, pada simulasi ini, bukaan terdapat pada

4 sisi. Simulasi dilakukan dengan mengasumsikan terdapat angin yang arahnya

memasuki sistem, simulasi pertama dilakukan dengan arah angin yang berasal

dari sumbu x-min dengan besar 0.9 m/s. Penentuan angin yang berasal dari x-min

didasari oleh hasil observasi sebelum melakukan penelitian, dimana arah angin

yang masuk ke domain selalu berasal dari sumbu x-min. Selain itu bukaan dari

sisi lainnya terdapat penghalang dari gedung di dekatnya. Selain itu terdapat

penelitian tambahan dengan arah angin berasal dari ymin yang besarnya 0.6 m/s,

dimana pada sisi ini bukaan juga tidak terhalang oleh gedung lain. Penelitian

tambahan ini dilakukan pada titik awal api yang efeknya kebakarannya paling

Page 62: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

46

besar (titik api awal ke-3). Sehingga pada penelitian ini penulis akan melakukan

12 kali simulasi yang dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 3.2 Penamaan Simulasi Berdasarkan Arah Angin, Titik Api Awal

dan Tata Letak

Arah

angin

Titik Api

Awal

Tata Letak Nama

simulasi

X min 1 1 1-1

2 2-1

3 3-1

2 1 1-2

2 2-2

3 3-2

3 1 1-3

2 2-3

3 3-3

Y min 3 1 1-4

2 2-4

3 3-4

Dalam suatu simulasi dengan menggunakan FDS 5, perbandingan antara

besarnya domain dan ukuran grid yang digunakan dalam simulasi sangat berkaitan

satu sama lain. Besarnya grid yang digunakan dalam suatu simulasi FDS akan

sangat memengaruhi akurasi hasil simulasi. Besarnya ukuran grid yang dipakai

juga akan berpengaruh pada computing time untuk suatu simulasi. Pada penelitian

ini dipergunakan grid dengan ukuran 0,2 m x 0,2 m x 0,2 m. Penentuan ukuran

grid tersebut dengan memperhitungkan keakurasian hasil simulasi dan juga waktu

melakukan literasi. Karena mesh yang digunakan cukup besar jika grid yang

digunakan lebih kecil dari 0.2 hasilnya akan lebih akurat namun proses literasi

akan berjalan sangat lama, sedangkan jika grid yang digunakan lebih besar dari

0.2 maka proses literasi akan semakin cepat namun keakurasian dari hasil akan

menurun.

Page 63: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

47

3.3.7 Memasukkan Parameter

Data-data input yang harus dituliskan pada notepad++ adalah sebagai

berikut:

a. Pengaturan Batas Waktu dan Ruang (Domain)

Hal pertama yang harus dilakukan dalam menulis input file ialah memberi

nama pada tugas (job) dari input file tersebut. Namelist group HEAD

mengandung dua parameter, dalam input file yang digunakan yaitu:

&HEAD CHID='1-1' , TITLE='Test 1-1' /

CHID merupakan barisan dari 30 karakter atau kurang yang memberi nama pada

file-file output. Dalam hal ini, file smokeview yang terbentuk akan

bernama1-1.smv dan tidak boleh ada spasi dalam baris CHID ini. TITLE

merupakan barisan dari 60 karakter atau kurang yang menjelaskan mengenai apa

yang akan dikerjakan oleh input file tersebut. Nama-nama job dari penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. &HEAD CHID='1-1' , TITLE='Test 1-1' /

2. &HEAD CHID='1-2' , TITLE='Test 1-2' /

3. &HEAD CHID='1-3' , TITLE='Test 1-3' /

4. &HEAD CHID='2-1' , TITLE='Test 2-1' /

5. &HEAD CHID='2-2' , TITLE='Test 2-2' /

6. &HEAD CHID='2-3' , TITLE='Test 2-3' /

7. &HEAD CHID='3-1' , TITLE='Test 3-1' /

8. &HEAD CHID='3-2' , TITLE='Test 3-2' /

9. &HEAD CHID='3-3' , TITLE='Test 3-3' /

Berikutnya, perlu ditentukan lamanya waktu untuk simulasi, dalam hal ini

menggunakan kelompok nama TIME. Dalam input file yang digunakan yaitu:

&TIME TWFIN=1800.0 /

Page 64: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

48

TWFIN menyatakan berapa lama waktu untuk simulasi dalam deti. Dalam contoh

di atas selama 1800 detik (30 menit). Jika TWFIN ditulis 0, maka FDS hanya

melakukan set-up, yang sangat berguna bila kita hanya ingin memeriksa geometri

yang telah dibuat.

Seluruh perhitungan dalam FDS dilakukan dalam domain yang terdiri dari

volume-volume penyusun yang disebut mesh. MESH ialah kelompok nama yang

mendefinisikan domain perhitungan. Sistem koordinat dalam FDS menggunakan

aturan tangan kanan. Titik awal dari koordinat didefinisikan dalam bagian

pertama, ketiga dan kelima pada XB, contohnya:

&MESH IJK=125,120,16, XB=-0.25,24.75,0,24,0,3.2

Artinya domain perhitungan berukuran 25 m x 24 m x 3.2 m dan setiap koordinat

dibagi dalam 125 bagian untuk koordinat x, 120 bagian untuk koordinat y dan 16

bagian untuk koordinat z. Penulis menggunakan grid dengan ukuran 0,2 x 0,2x 0,2

meter, hal ini bertujuan untuk mendapatkan hasil perhitungan yang lebih akurat

namun tetap dapat mempermudah proses literasi.

Kelompok nama MISC digunakan untuk memasukkan parameter-parameter

lainnya yang dibutuhkan dalam suatu skenario pembkaran, dalam input file yang

digunakan ialah:

&MISC SURF_DEFAULT=‟WALL‟, TMPA=32. /

&MISC LES=.TRUE. /

SURF_DEFAULT=‟WALL‟ menyatakan bahwa setiap objek yang dimaksukkan

dalam domain terbuat dari wall, kecuali ditentukan lain. TMPA=32. menyatakan

bahwa suhu ruangan atau di dalam gedung sekitar 32oC. Sedangkan LES=.TRUE.

menyatakan bahwa simulasi yang digunakan menggunakan bentuk Large Eddy

Simulation.

Page 65: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

49

b. Pendefinisian Kondisi Batas

Kelompok nama SURF mendefinisikan sifat seluruh permukaan padat dan

ventilasi dalam domain. Setiap kelompok nama SURF_ID=‟WALL‟ benda

tersebut dari dinding, sehingga sifat-sifatnya sesuai dengan sifat dinding. Berikut

ini adalah kondisi batas yang digunakan pada input files yaitu:

&REAC ID = 'POLYETHILENE'

FYI = 'C_1 H_2'

SOOT_YIELD = 0.27

C = 1.

H = 2. /

&MATL ID = 'PE'

CONDUCTIVITY = 0.30

SPECIFIC_HEAT = 2.15

DENSITY = 940.

HEAT_OF_REACTION = 3400.

HEAT_OF_COMBUSTION = 43400.

REFERENCE_TEMPERATURE = 443.

NU_FUEL = 1.

N_REACTIONS = 1. /

&MATL ID = 'CONCRETE'

CONDUCTIVITY = 1.7

SPECIFIC_HEAT = 0.75

DENSITY = 2200. /

&SURF ID = 'WALL'

RGB = 190,190,190

MATL_ID = 'CONCRETE'

THICKNESS = 0.20 /

&SURF ID = 'MOTOR'

Page 66: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

50

RGB = 128,0,0

MATL_ID = 'PE'

THICKNESS = 0.5 /

c. Pembuatan Model

Kelompok nama untuk meletakkan benda dalam domain ialah OBST

(obstruction). Benda didefinisikan oleh dua titik (x1, y1 ,z1) dan (x2, y2, z2)

dalam bentuk sextuplet XB = x1, x2, y1, y2, z1, z2. Salah satu contohnya dalam

input file yaitu:

&OBST XB= 0.00, 24.75, 0.00, 24.75, 0.00, 0.20, SURF_ID='WALL' /

Artinya benda tersebut berdimensi 24.75 m (24.75 – 0.00) searah sumbu x, 24.75

m (24.75 – 0.00) searah sumbu y, dan 0.2 m (0.20 – 0.00) searah sumbu z. Titik

yang membentuk benda tersebut ialah (0.00, 0.00, 0.00) dan (24.75, 24.75, 0.20).

SURF_ID= „WALL‟ menyatakan benda tersebut terbuat dari dinding (wall).

d. Pendefinisan Titik Awal Kebakaran dan Ventilasi

Pendefinisian api awal dan ventilasi menggunakan kelompok nama SURF

ID. Dalam penelitian input file yang digunakan ialah:

&SURF ID='BLOW', VEL=-0.9, COLOR= 'YELLOW' /

&SURF ID='FIRE', HRRPUA=913, RGB=1,0,0 /

SURF ID=‟BLOW‟ menyatakan bahwa objek yang dimasukkan dalam domain

berupa angin. VEL=-0.9 menyatakan velocity (kecepatan angin) sebesar 0.9 m/s

yang arahnya adalah memasuki domain. COLOR=‟YELLOW‟ menyatakan warna

yang digunakan adalah kuning. Pemberian warna pada angin dilakukan untuk

memudahkan dalam membedakan objek pada file smokeview. Sedangkan SURF

ID=‟FIRE‟ menyatakan bahwa objek yang dimasukkan dalam domain adalah api.

HRRPUA=913 menyatakan bahwa Heat Release Rate Per Unit Area (laju

Page 67: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

51

perpindahan panas per meter persegi) sebesar 913 kW/m2dan RGB=1,0,0

menyatakan jenis RGB yang digunakan.

Untuk mendefinisikan titik awal api dalam penelitian ini menggunakan

kelompok nama OBST (obstruction) yaitu:

&OBST XB= 0.75, 2.6, 0.75, 1.25, 0.2, 1.30, SURF_IDS='FIRE', 'MOTOR'

Artinya benda tersebut berdimensi 1.85 m (2.6 – 0.75) searah sumbu x, 0.5 m

(1.25 – 0.75) searah sumbu y, dan 1.1 m (1.30 – 0.20) searah sumbu z. Titik yang

membentuk benda tersebut ialah (0.75, 0.75, 0.20) dan (2.6, 1.25, 1.3).

SURF_IDS= „FIRE‟,‟MOTOR‟ menyatakan bahwa pada bagian atas motor

terdapat api.

Tabel 3.3 Hasil Set Up Simulasi dengan FDS

Set Up Simulasi 1-1

Set Up Simulasi 2-1

Set Up Simulasi 3-1

Set Up Simulasi 1-2

Page 68: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

52

Set Up Simulasi 2-2

Set Up Simulasi 3-2

Set Up Simulasi 1-3

Set Up Simulasi 2-3

Set Up Simulasi 3-3

Set Up Simulasi 1-3 ke 2

Page 69: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

53

Set Up Simulasi 2-3 ke 2

Set Up Simulasi 3-3 ke 2

3.3.8 Melakukan Literasi FDS

FDS dijalankan menggunakan command prompt, atau dapat dijalankan

menggunakan third party Graphical User Interface (GUI). Pada penelitian ini

penulis menjalankan FDS hanya menggunakan command prompt saja. Misalkan

input file yang telah dibuat bernamainput.fds. Kita dapat menjalankan FDS untuk

mengeksekusi file tersebut dengan membukan command line DOS, mengubah

directory (cd) ke tempat dimana file tersebut disimpan dan menjalankannya

dengan mengetik fds5 input.fds pada command line.

Dalam penelitian ini, file yang diinput bernama 1-1.fds disimpan di lokasi

C:\Users\17\Desktop\1-1, maka pada command prompt kita harus mengetik sesuai

langkah berikut:

cd (spasi) C:\Users\17 (enter)

cd (spasi) Desktop (enter)

cd (spasi) 1-1 (enter)

fds5 (spasi) 1-1.fds (enter)

Page 70: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

54

Gambar 3.11 Perintah yang Digunakan untuk Mengeksekusi File

Pada tahap berikutnya, CPU akan mengeksekusi (meliterasi) input file

tersebut sesuai dengan apa yang telah didefinisikan oleh user. Lama dari waktu

eksekusi tergantung dari waktu simulasi pada input file yang didefinisikan pada

TWFIN (Time When FINeshed), besarnya MESH, grid yang digunakan dan

spesifikasi komputer yang digunakan. Untuk spesifikasi minimum sesuai yang

dicantumkan pada user guide adalah kecepatan prosesor 1 GHz dan memory 512

MB. Kecepatan CPU akan menentukan lamanya waktu eksekusi sedangkan

memory menentukan banyaknya sel dalam MESH yang dapat ditampung dalam

memory.

3.4 Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan sehubungan dengan

penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Studi Pustaka

Yaitu metode pengumpulan data berdasakan literatur yang berhubungan

dengan proses pembakaran, perambatan api, laju produksi kalor, jenis

parkir, pola parkir sepeda motor, dan mempelajari penelitian terdahulu.

Page 71: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

55

Selain itu studi pustaka juga dengan menggunakan internet dan mencari dari

berbagai sumber terpercaya.

2. Observasi

Yaitu metode peengumpulan data dimana peneliti melakukan pencatatan

berbagai informasi yang di dapat selama penelitian. Peneliti mencatat

informasi mengenai kondisi gedung Parkir Sepeda Motor Kampus A UNJ.

3. Simulasi

Yaitu metode penelitian yang memperagakan sesuatu dalam bentuk tiruan

yang mirip dengan keadaan yang sesungguhnya, simulasi juga yaitu

penggambaran suatu sistem atau proses dengan peragaan memakai model

statistic atau pemeran (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional,

2005). Peneliti menggunakan software Fire Dynamics Simulator untuk

melakukan simulasi kebakaran dengan pemodelan komputer.

3.5 Teknik Analisis Data

Data-data yang telah terekam dan tercatat kemudian ditata dan

dikelompokkan sesuai jenis masing-masing. Data disusun dalam tabulasi supaya

mudah diamati dan disorting sesuai urutan data. Data yang disusun dalam tabulasi

adalah hasil dari simulasi pemodelan dengan Fire Dynamics Simulator. Data yang

tidak disusun dalam tabulasi adalah yang berupa diagram, foto-foto hasil simulasi.

Page 72: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

56

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Hasil Penelitian

Pada penelitian ini, hanya difokuskan pada hasil simulasi menggunakan

FDS Version 5. Seperti yang sudah dikatakan bahwa penelitian yang sudah

dilakukan oleh Yola Furqaan Nanda yang berjudul Karakteristik Penyebaran Api

Ketika Terjadi Kebakaran Berbasis Metode FDS pada Parkiran Sepeda Motor

Kampus A Universitas Negeri Jakarta, berdasarkan hasil penelitian yang sudah

didapat dari penelitiannya bahwa kecepatan penyebaran api dipengaruhi oleh arah

angin dan letak titik awal api pembakaran. Untuk itu simulasi ini dilakukan

dengan mengambil topik tata letak material atau pengelolaan suatu bahan bakar

yaitu sepeda motor untuk memperkecil efek kebakaran yang terjadi pada parkiran

sepeda motor kampus A Universitas Negeri Jakarta.

Tata letak pada parkiran sepeda motor divariasikan dengan berbagai macam

jarak seperti yang telah dijelaskan pada Bab sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk

membandingkan dan menentukan tata letak sepeda motor yang dapat

memperkecil kerugian akibat dari kebakaran.

Pada input file sebelum melakukan literasi menggunakan program command

prompt tidak dimasukkannya namelist BURN_AWAY=.TRUE. sehingga pada

hasil visual dengan smokeview tidak terlihat material yang habis karena proses

pembakaran. Hal ini dikarenakan, terjadinya eror memory instability ketika

namelist tersebut diikutsertakan.

Berikut ini adalah hasil pengamatan secara visual yang didapat setelah

melakukan proses simulasi dengan Fire Dynamics Simulator.

Page 73: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

57

Tabel 4.1 Perbandingan Pertumbuhan Api Pada Titik 1 dan Angin X-min

Detik Tata Letak 1 Tata Letak 2 Tata Letak 3

600

1200

1800

Pada tabel di atas dapat terlihat bahwa perbedaan pertumbuhan api dari 3

tata letak dengan titik awal api 1 dan arah angin yang berasal dari x-min tidak

menunjukkan perbedaan yang signifikan. Pada ketiga tata letak tersebut tidak

terjadi perambatan dari motor yang terbakar ke motor yang berada disampingnya

dikarenakan arah perambatan pada titik ini dipengaruhi oleh arah angin yaitu arah

perambatannya searah sumbu x. Sehingga walaupun jarak antar motor yang

bersebelahan pada tata letak 1 sangat dekat yaitu 10 cm, api tidak merambat ke

motor di sampingnya. Selain itu, walaupun arah api searah sumbu x, api tidak

dapat merambat ke arah depan karena tidak ada bahan yang dapat terbakar di

depan motor yang terbakar.

Page 74: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

58

Tabel 4.2 Perbandingan Pertumbuhan Api Pada Titik 2 dan Angin X-min

Detik Tata Letak 1 Tata Letak 2 Tata Letak 3

600

1200

1800

Pertumbuhan api pada titik 2 dapat dilihat perbedaannya namun tidak

banyak karena pertumbuhan api hanya dipengaruhi oleh jarak antar motor yang

bersebelahan. Faktor angin tidak mempengaruhi pertumbuhan api karena angin

yang masuk terhalang oleh tembok, sehingga tidak terjadi perambatan api ke arah

sumbu x. Pada tata letak 1, di detik ke 600, api mulai merambat ke motor

disebelahnya; dan pada tata letak 2, di detik yang sama api sudah menunjukkan

perambatan ke arah samping tapi hanya sedikit; sedangkan pada tata letak 3, api

belum menunjukkan perambatan ke arah samping. Di detik ke 1200, api pada tata

letak 1 sudah merambat ke satu motor di sampingnya hingga didetik ke 1800.

Untuk tata letak 2, di detik 1200, api sudah merambat kebagian depan motor

disampingnya, dan membakar bagian belakang motor tersebut pada detik ke 1800.

Sedangkan pada tata letak 3 api masih belum merambat ke area samping hingga

Page 75: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

59

detik 1800. Sehingga dalam waktu 1800 detik motor yang terbakar pada tata letak

1 dan 2 berjumlah dua motor, sedangkan pada tata letak 3 motor yang terbakar

hanya satu buah motor.

Tabel 4.3 Perbandingan Pertumbuhan Api Pada Titik 3 dan Angin X-min

Detik Tata Letak 1 Tata Letak 2 Tata Letak 3

600

1200

1800

Pada tabel 4.3 perbandingan pertumbuhan api dapat dilihat secara

signifikan, karena selain dipengaruhi oleh kecepatan angin juga dipengaruhi oleh

jarak antar motor. Pada tata letak 1, di detik ke 600 penyebaran api terjadi seluas

±2.40 m2

(dua motor), pada detik ke 1200 luas area api mencapai ±3.70 m2

(empat motor), dan pada detik ke 1800 api sudah menyebar luas hingga ke ujung-

ujung ruangan dan api pada bagian tengah ruangan sudah padam, jumlah motor

Page 76: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

60

yang telah terbakar hingga detik 1800 adalah 279 motor. Pada tata letak 2, di detik

ke 600 penyebaran api terjadi sebanyak ±0.95 m2

yaitu hanya satu motor, pada

detik ke 1200 motor yang terbakar hampir tiga buah dengan luas area api

mencapai ±2.60 m2

, dan pada detik ke 1800 luas area api mencapai ±3.78 m2

dengan motor yang terbakar masih tiga buah. Sedangkan pada tata letak 3, di detik

ke 600 motor yang terbakar satu buah dengan luas area api ±1.40 m2, pada detik

ke 1200 motor yang terbakar berjumlah dua buah dengan luas area api ±2.2 m2,

dan pada detik ke 1800 motor yang terbakar masih berjumlah dua buah namun

dengan luas area api ±2.86 m2.

Tabel 4.4 Perbandingan Pertumbuhan Api Pada Titik 3 dan Angin Y-min

Detik Tata Letak 1 Tata Letak 2 Tata Letak 3

600

1200

1800

Page 77: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

61

Dari simulasi pada titik 3 didapatkan pertumbuhan api yang terjadi sangat

cepat. Oleh karena itu, dilakukan penelitian terhadap titik ke 3 dengan arah angin

yang berbeda yaitu berasal dari y-min dengan kecepatan 0.6 m/s. hal ini dilakukan

untuk mendapatkan tata letak yang aman jika terjadi kebakaran dengan arah angin

yang berbeda pada gedung parkir sepeda motor kampus A UNJ. Hasil dari

pengamatan visual pada tata letak 1, di detik ke 600 motor yang terbakar

berjumlah dua buah dengan luas area api mencapai ±1.85 m2,

pada detik ke 1200

motor yang terbakar sebanyak tiga buah motor dengan luas area api mencapai

±3.2m2,dan pada detik ke 1800 api sudah menyebar luas hampir membakar

seluruh ruangan dengan jumlah motor yang telah terbakar hingga detik 1800

adalah 279 motor. Pada tata letak 2, di detik ke 600 penyebaran api terjadi

sebanyak ±1.1 m2

yaitu hanya satu motor, pada detik ke 1200 motor yang terbakar

hampir dua buah dengan luas area api mencapai ±1.47 m2

, dan pada detik ke 1800

luas area api mencapai ±3 m2

dengan motor yang terbakar hampir tiga buah motor.

Sedangkan pada tata letak 3, di detik ke 600 motor yang terbakar hampir dua buah

dengan luas area api ±1.7 m2, pada detik ke 1200 motor yang terbakar masih

berjumlah dua buah dengan luas area api ±2.2 m2, dan pada detik ke 1800 motor

yang terbakar hampir tiga buah dengan luas area api ±2.7 m2. Dapat dilihat bahwa

perumbuhan api pada tata letak ke tiga lebih cepat di awal dibanding tata letak ke

dua namun semakin berjalannya waktu pertumbuhannya lebih lambat dibanding

tata letak 2.

Page 78: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

62

Tabel 4.5 Perbandingan Penyebaran Asap pada Detik ke 1800 dan Arah

Angin X-min

Titik Tata Letak 1 Tata Letak 2 Tata Letak 3

1

2

3

Tabel diatas menunjukkan perbedaan sebaran asap pada ketiga tata letak di

detik 1800. Hasil visualisasi menunjukkan bahwa tata letak 3, dilihat dari semua

titik pembakaran memiliki tingkat sebaran asap yang terendah. Hal ini terjadi

karena penyebaran asap terhalang oleh sekat-sekat atau tembok pembatas. Pada

pembakaran di titik 1, penyebaran asap pada tata letak 3 tidak jauh berbeda

dengan tata letak 1 dan 2, karena penyebaran asap pada titik ini dibantu oleh angin

yang berasal dari xmin dan panjang sekat pembatas tidak sampai dengan ujung

tembok karena merupakan jalur keluar masuk motor sehingga asap menyebar

melalui sisi-sisi yang terbuka yaitu di area depan motor yang terbakar. Dan pada

pembakaran di titik 2 penyebaran asap yang terjadi pada tata letak 3 hanya sedikit

Page 79: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

63

karena terhalang oleh tembok penyekat dan tidak dibantu dengan angin karena

jarak dari bukaan yang cukup jauh. Sedangkan pembakaran di titik 3 penyebaran

asap yang terjadi pada tata letak 3, pada awalnya asap menyebar ke arah depan

kemudian mulai membelok ke kompartemen samping kanan, hal ini terjadi karena

ketika asap sudah menyebar sampai kebagian depan, asap bertemu dengan angin

yang arahnya ke arah kanan sehingga penyebaran asap terbantu oleh angin yaitu

ke arah kanan.

4.2 Analisis Dan Pembahasan

4.2.1 Analisis Penyebaran Temperatur

a. Penyebaran Temperatur di Titik 1 dengan Arah Angin X-min

Tabel 4.6 dibawah merupakan slice file temperatur di detik ke 1800 yang

menunjukkan penyebaran temperatur di titik 1 dengan arah angin berasal dari x-

min pada simulasi 1-1 (tata letak 1), simulasi 2-1 (tata letak 2), dan simulasi 3-1

(tata letak 3). Terdapat fenomena menarik yang dapat dilihat dari gambar

dibawah. Tampak bahwa api pada ketiga simulasi mengalami perbedan

kemiringan yang hampir mirip jika dilihat pada slice sumbu y. Miringnya api

tersebut diakibatkan pengaruh konveksi secara paksa oleh angin, dan perbedaan

kemiringan tersebut dipengaruhi oleh jarak kedekatan sumber api dengan angin.

Perbedaan jarak tersebut juga menyebabkan temperatur yang terjadi pada ketiga

tata letak menjadi berbeda, pada simulasi 1-1 temperatur tertingginya hanya

mencapai 100oC, sedangkan simulasi 2-1 temperatur tertingginya hingga 200

oC,

dan simulasi 3-1 temperatur tertingginya sebesar 150oC.

Dari uraian diatas membuktikan bahwa kedekatan jarak sumber api dengan

angin memberikan pengaruh pada perilaku api. Semakin dekat sumber api dengan

Page 80: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

64

sumber angin maka temperatur api akan semakin cepat menurun seperti yang

terjadi pada tata letak 1 dan 3. Begitu juga sebaliknya jika jarak antara sumber api

dengan sumber angin cukup jauh maka penurunan temperatur akan semakin

lambat seperti yang terjadi pada tata letak 2.

Tabel 4.6 Perbandingan Penyebaran Temperatur di Titik 1 dengan Arah

Angin X-min Detik ke 1800

Tata

Letak

Slice x Slice y

1

2

3

b. Penyebaran Temperatur di Titik 2 dengan Arah Angin X-min

Tabel 4.7 dibawah merupakan slice file temperatur di detik ke 1800 yang

menunjukkan penyebaran temperatur di titik 2 dengan arah angin berasal dari x-

min pada simulasi 1-2 (tata letak 1), simulasi 2-2 (tata letak 2), dan simulasi 3-2

(tata letak 3). Dilihat melalui slice sumbu X, temperatur tertinggi pada ketiga

simulasi adalah 350oC namun dapat dilihat bahwa sebaran temperatur pada

Page 81: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

65

simulasi 3-2 lebih sedikit dibanding simulasi 1-2 dan 2-2, hal itu terjadi karena

jarak antar motor yang bersebelahan pada tata letak 3 lebih besar yaitu 20 cm

dibanding tata letak 1 yang hanya memiliki jarak antar motor 10 cm. Sedangkan,

pada tata letak 2 dan 3 jarak antar motor yang bersebelahan adalah sama tetapi

pada tata letak 3 terdapat penambahan sekat pembatas (tembok) yang

menghalangi oksigen yang dibutuhkan pada proses pembakaran. Jika dilihat

melalui slice sumbu Y, temperatur tertinggi terdapat pada simulasi 1-2 yaitu

400oC, sedangkan simulasi 2-2 dan 3-2 memiliki temperatur tertinggi 350

oC. hal

ini semakin membuktikan bahwa tata letak 3 memeliki tingkat keamanan terhadap

kebakaran lebih tinggi dibanding tata letak 1 dan 2.

Tabel 4.7 Perbandingan Penyebaran Temperatur di Titik 2 dengan Arah

Angin X-min Detik ke 1800

Tata

Letak

Slice x Slice y

1

2

3

Page 82: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

66

c. Penyebaran Temperatur di Titik 3 dengan Arah Angin X-min

Tabel 4.8 Penyebaran Temperatur Simulasi 1-3

Detik Slice x Slice y

600

1200

1600

1800

Pada tabel 4.8 dapat dilihat bahwa temperatur yang terjadi pada simulasi 1-

3 berkisar antara 300oC (yang ditandai dengan warna hijau) sampai 1000

oC (yang

ditandai dengan warna merah). Pada awalnya api menyebar ke area samping

kanan kiri motor yang terbakar. Pada detik ke 600 temperatur yang terjadi masih

berkisar antara 300oC-500

oC, kemudian pada detik ke 1200 mengalami

peningkatan temperatur hingga 700oC, dan terus meningkat sangat cepat pada

Page 83: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

67

detik ke 1600 yaitu temperatur mencapai 800oC-1000

oC. Pada detik ini motor

yang terbakar sudah sangat luas hampir ke seluruh area yang disimulasikan,

kemudian secara perlahan temperatur pada bagian tengah ruangan menurun.

Hingga di detik ke 1800 api mulai berada disetiap dinding gedung dan bertahap

mengecil. Pada detik ke 1800 pertumbuhan api sudah memasuki tahap decay atau

pelapukan api dimana pada fase ini api akan mulai padam secara alami karena

tidak terdapatnya bahan bakar. Dalam kasus ini, temperatur tertinggi pada detik ke

1800 terdapat pada sekitar area bukaan, hal ini diakibatkan karena material yang

telah terbakar menimbulkan char. Api yang tadinya besar dan berada diseluruh

area gedung mulai terhalang char yang timbul, sehingga mengakibatkan api

mengecil dan mencari material yang mampu dibakar dan arah bukaan lainnya

untuk mencari sumber oksigen.

Pada tabel 4.9 dibawah dapat dilihat bahwa penyebaran temperatur pada

simuasi 2-3 lebih sedikit dibanding simulasi 1-3. Temperatur api yang terbentuk

pada simulasi ini berkisar antara 300oC yang ditandai warna hijau sampai 500

oC

yang ditandai dengan warna merah. Di 600 detik pertama temperatur pada motor

yang terbakar belum menyebar ke motor yang berada disampingnya. Kemudian di

detik ke 1200 temperatur pada ceilling mulai meningkat hingga menimbulkan

penyebaran ke satu motor disampingnya sampai pada detik ke 1800 temperatur

ceilling semakin tinggi yaitu sebesar 500oC dan penyebarannya mulai kebawah

mendekati motor yang berada dibawahnya.

Page 84: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

68

Tabel 4.9 Penyebaran Temperatur Simulasi 2-3

Detik Slice x Slice y

600

1200

1800

Pada tabel 4.10 menunjukkan penyebaran temperatur yang terjadi pada

simulasi 3-3 yaitu pembakaran di titik 3 pada tata letak 3 dan arah angin berasal

dari xmin. Penyebaran temperatur api yang terbentuk berkisar antara 300oC

(hijau) sampai 600oC (merah). Hal ini menunjukkan bahwa temperatur yang

terjadi pada simulasi ini sedikit lebih besar dibanding pada simulasi 2-3.

Pemilihan titik pembakaran ke tiga pada tata letak tiga ini ditempatkan diantara

motor ditengah gedung, dan pada bagian atas ceilling yang dekat dengan titik

pembakaran terdapat beton cor-coran sehingga jarak motor yang terbakar dengan

bagian ceilling menjadi lebih dekat. Hal ini menyebabkan penyebaran temperatur

Page 85: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

69

pada simulasi 3-3 ini menjadi lebih lebar karena ketika temperatur sampai pada

ceilling kemudian bertemu dengan beton cor-coran lalu bergerak kearah samping

kanan kiri beton cor-coran lalu mengikuti bentuk ceilling, dan kemudian mulai

turun ke bawah.

Tabel 4.10 Penyebaran Temperatur Simulasi 3-3

Detik Slice x Slice y

600

1200

1800

d. Penyebaran Temperatur di Titik 3 dengan Arah Angin Y-min

Pada tabel 4.11 dapat dilihat bahwa temperatur yang terjadi pada simulasi

1-4 yaitu pada titik api 1 dan arah angin berasal dari ymin berkisar antara 300oC

(yang ditandai dengan warna hijau) sampai 1000oC (yang ditandai dengan warna

merah). Pada awalnya api menyebar ke area samping kanan kiri motor yang

terbakar. Pada detik ke 600 temperatur yang terjadi masih berkisar antara 300oC-

400oC, kemudian pada detik ke 1800 temperatur mencapai 800

oC-1000

oC. Pada

detik ini motor yang terbakar sudah sangat luas hampir ke seluruh area yang

Page 86: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

70

disimulasikan. Ini berarti pada detik tersebut pertumbuhan kebakaran sedang

berada pada tahap fully developed, fase ini ditandai dengan adanya nyala api yang

besar dan temperatur yang tinggi, pada kasus ini temperatur tertinggi mencapai

1000oC.

Tabel 4.11 Penyebaran Temperatur Simulasi 1-4

Detik Slice x Slice y

600

1200

1800

Pada simulasi 2-4 titik awal api berada diantara motor ditengah gedung dan

angin berasal dari sumbu ymin. Penyebaran temperatur lebih sedikit dibanding

simulasi 1-4. Dilihat dari tabel 4.12 temperatur api yang terbentuk pada simulasi

ini berkisar antara 300oC yang ditandai warna hijau sampai 550

oC yang ditandai

dengan warna merah. Di 600 detik pertama temperatur pada motor yang terbakar

belum menyebar ke motor yang berada disampingnya. Kemudian di detik ke 1200

temperatur pada ceilling mulai meningkat hingga menimbulkan penyebaran ke

satu motor disampingnya sampai pada detik ke 1800 temperatur ceilling semakin

Page 87: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

71

tinggi yaitu sebesar 550oC dan penyebarannya mulai kebawah mendekati motor

yang berada dibawahnya.

Tabel 4.12 Penyebaran Temperatur Simulasi 2-4

Detik Slice x Slice y

600

1200

1800

Pada tabel 4.13 menunjukkan penyebaran temperatur yang terjadi pada

simulasi 3-4 yaitu pembakaran di titik 3 pada tata letak 3 dan arah angin berasal

dari ymin. Penyebaran temperatur api yang terbentuk berkisar antara 300oC

(hijau) sampai 750oC (merah). Hal ini menunjukkan bahwa temperatur yang

terjadi pada simulasi ini sedikit lebih besar dibanding pada simulasi 2-4.

Pemilihan titik pembakaran ke tiga pada tata letak tiga ini ditempatkan diantara

motor ditengah gedung, dan pada bagian atas ceilling yang dekat dengan titik

pembakaran terdapat beton cor-coran sehingga jarak motor yang terbakar dengan

bagian ceilling menjadi lebih dekat. Hal ini menyebabkan penyebaran temperatur

Page 88: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

72

pada simulasi 3-4 ini menjadi lebih lebar karena ketika temperatur sampai pada

ceilling kemudian bertemu dengan beton cor-coran lalu bergerak kearah samping

kanan kiri beton cor-coran mengikuti bentuk ceilling, dan kemudian mulai turun

ke bawah.

Tabel 4.13 Penyebaran Temperatur Simulasi 3-4

Detik Slice x Slice y

600

1200

1800

4.2.2 Analisis Laju Pelepasan Panas terhadap Waktu

Grafik-grafik yang terdapat pada sub-Bab ini merupakan grafik Laju

Pelepasan Panas/Heat Release Rate (HRR) dalam kW. Sumbu x merupakan

waktu dalam detik sedangkan sumbu y menyatakan besarnya HRR dalam kW.

Perbedaan warna dalam kurva mengindikasikan variabel variasi tata letak yang

digunakan, yaitu warna biru menunjukkan Laju Pelepasan Panas pada tata letak 1,

warna merah menunjukkan Laju Pelepasan Panas pada tata letak 2, dan warna

hijau merupakan Laju Pelepasan Panas pada tata letak 3.

Page 89: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

73

a. Titik Api Awal 1 dan Arah Angin Xmin

Grafik 4.1 dibawah memperlihatkan perbandingan laju pelepasan panas

antara simulasi 1-1 (tata letak 1 dengan titik api 1 dan arah angin x-min), simulasi

2-1 (tata letak 2 dengan titik api 1 dan arah angin x-min), dan simulasi 1-3 (tata

letak 3 dengan titik api 1 dan arah angin x-min). Pada grafik menunjukkan adanya

kecenderungan gradient peningkatan yang tidak terlalu signifikan. Adanya

perbedaan jarak dengan angin yang masuk menyebabkan proses pelepasan panas

mengalami perbedaan. Pada umumnya, semakin jauh jarak antara motor yang

terbakar dengan bukaan yang terdapat angin yang masuk ke sistem (xmin) akan

cenderung lebih lambat, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya pada sub-Bab

4.2.1 yaitu mengenai penyebaran temperatur, bahwa simulasi 1-1 memiliki

temperatur terendah dibanding simulasi 2-1 dan 3-1, karena jarak sumber api

dengan angin pada tata letak ini lebih dekat dibanding tata letak lainnya.

Pada detik ke 600 laju pelepasan panas pada tata letak 1 sebesar 866.2 kW,

pada tata letak 2 sebesar 859.6 kW, sedangkan pada tata letak 3 sebesar 858.3 kW.

Kemusian, pada detik ke 1200 laju pelepasan panas pada tata letak 1 adalah 876.2

kW, pada tata letak 2 sebesar 863.7 kW, sedangkan pada tata letak 3 sebesar 868.1

kW. Selanjutnya di detik ke 1800, laju pelepasan panas pada tata letak 1 sebesar

886.4 kW, pada tata letak 2 sebesar 868.7 kW, sedangkan pada tata letak 3, laju

pelepasan panas yang terjadi pada adalah 877.3 kW.

Page 90: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

74

Gambar 4.1 Grafik Perbandingan Laju Pelepasan Panas terhadap Waktu di

Titik Api Awal 1 dan Arah X-min

b. Titik Api Awal 2 dan Arah Angin X-min

Grafik 4.2 dibawah memperlihatkan perbandingan laju pelepasan panas

antara simulasi 1-2 (tata letak 1 dengan titik api 2 dan arah angin x-min), simulasi

2-2 (tata letak 2 dengan titik api 2 dan arah angin x-min), dan simulasi 3-2 (tata

letak 3 dengan titik api 2 dan arah angin x-min). Pada grafik menunjukkan adanya

kecenderungan gradient peningkatan yang sama pada tahap awal kebakaran.

namun setelah melewati waktu tertentu simulasi 1-2 meningkat lebih cepat dan

selang beberapa waktu simulasi 2-2 juga meningkat lebih tajam hingga pada detik

akhir pelepasan panas yang terjadi hampir sama dengan simulasi 1-2 pada detik

yang sama. Sebaliknya pada simulasi 3-2 peningkatan laju pelepasan panas yang

terjadi hanya sedikit.

Pada detik ke 600 laju pelepasan panas pada tata letak 1 sebesar 901.1 kW,

pada tata letak 2 sebesar 842.9 kW, sedangkan pada tata letak 3 sebesar 842.37

kW. Kemusian, pada detik ke 1200 laju pelepasan panas pada tata letak 1 adalah

993.3 kW, pada tata letak 2 sebesar 879.5 kW, sedangkan pada tata letak 3 sebesar

851.4 kW. Selanjutnya di detik ke 1800, laju pelepasan panas pada tata letak 1

sebesar 1088.7 kW, pada tata letak 2 sebesar 1074.6 kW, sedangkan pada tata

letak 3, laju pelepasan panas yang terjadi adalah 854.3 kW.

Page 91: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

75

Gambar 4.2 Grafik Perbandingan Laju Pelepasan Panas terhadap Waktu di

Titik Api Awal 2 dan Arah X-min

c. Titik Api Awal 3 dan Arah Angin X-min

Grafik 4.3 dibawah memperlihatkan perbandingan laju pelepasan panas

antara simulasi 1-3 (tata letak 1 dengan titik api 3 dan arah angin x-min), simulasi

2-3 (tata letak 2 dengan titik api 3 dan arah angin x-min), dan simulasi 3-3 (tata

letak 3 dengan titik api 3 dan arah angin x-min). Pada grafik menunjukkan adanya

kecenderungan gradient peningkatan yang sama pada tahap awal kebakaran,

namun setelah melewati waktu tertentu, parameter laju pelepasan panas pada

simulasi 1-3 meningkat sangat tajam dibanding simulasi 2-3 dan 3-3. Hal ini

terjadi karena temperatur pada detik ke 1200 pada simulasi 1-3 sudah mencapai

1000oC, sehingga kemampuan membakar material pada detik tersebut akan terjadi

dengan cepat karena temperatur ignition polyethilen adalah 443oC. sedangkan

pada simulasi 2-3 peningkatan laju pelepasan pada awalnya lebih lambat

dibanding simulasi 3-3, namun pada detik ke 800 laju pelepasan panas pada

simulasi 3-3 tidak mengalami peningkatan yang signifikan sehingga pada detik ke

1800 laju pelepasan panas pada simulasi 2-3 hampir sama dengan laju pelepasan

simulasi 3-3.

Page 92: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

76

Pada detik ke 600 laju pelepasan panas pada tata letak 1 sebesar 1061.4 kW,

pada tata letak 2 sebesar 845.73 kW, sedangkan pada tata letak 3 sebesar 962.64

kW. Kemudian, pada detik ke 1200 laju pelepasan panas pada tata letak 1 adalah

1645 kW, pada tata letak 2 sebesar 1038.84 kW, sedangkan pada tata letak 3

sebesar 1427.43 kW. Selanjutnya di detik ke 1800, laju pelepasan panas pada tata

letak 1 sebesar 183506.9 kW, pada tata letak 2 sebesar 1566.9 kW, sedangkan

pada tata letak 3, laju pelepasan panas yang terjadi adalah 1572.1 kW.

(a)

(b)

Gambar 4.3 Grafik Perbandingan Laju Pelepasan Panas terhadap Waktu di

Titik Api Awal 3 dan Arah X-min (a) grafik keseluruhan; dan

(b) grafik diperbesar

d. Titik Api Awal 3 dan Arah Angin Y-min

Grafik 4.4 dibawah memperlihatkan perbandingan laju pelepasan panas

antara simulasi 1-4 (tata letak 1 dengan titik api 3 dan arah angin y-min), simulasi

2-4 (tata letak 2 dengan titik api 3 dan arah angin y-min), dan simulasi 3-4 (tata

Page 93: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

77

letak 3 dengan titik api 3 dan arah angin y-min). Pada grafik menunjukkan adanya

kecenderungan gradient peningkatan yang sama pada tahap awal kebakaran,

namun pada detik ke 200, parameter laju pelepasan panas pada simulasi 3-4

mengalami peningkatan. Kemudian pada simulasi 1-4 laju pelepasan panas mulai

meningkat pada detik ke 800 dan mencapai laju pelepasan panas yang hampir

sama dengan simulai 3-4 pada detik ke 1000 yaitu 1442.85 kW pada simulasi 1-4

dan 1469 kW pada simulasi 3-4. Kemudian pada detik ke 1600 simulasi 1-4

mengalami peningkatan yang sangat tajam. Hal ini terjadi karena temperatur pada

detik ke 1600 pada simulasi 1-4 sudah mencapai 1000oC, sehingga kemampuan

membakar material pada detik tersebut akan terjadi dengan cepat. Sedangkan pada

simulasi 2-4 peningkatan laju pelepasan panas sedikit lebih lambat dibanding laju

pelepasan panas pada simulasi 3-4..

Pada detik ke 600 laju pelepasan panas pada tata letak 1 sebesar 953.1kW,

pada tata letak 2 sebesar 850.9kW, sedangkan pada tata letak 3 sebesar 1230.5

kW. Kemudian, pada detik ke 1200 laju pelepasan panas pada tata letak 1 adalah

1825.7 kW, pada tata letak 2 sebesar 1101.7 kW, sedangkan pada tata letak 3

sebesar 1530.6 kW. Selanjutnya di detik ke 1800, laju pelepasan panas pada tata

letak 1 sebesar 82196.8 kW, pada tata letak 2 sebesar 1428.9 kW, sedangkan pada

tata letak 3, laju pelepasan panas yang terjadi adalah 1765.73 kW.

Page 94: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

78

(a)

(b)

Gambar 4.4 Grafik Perbandingan Laju Pelepasan Panas terhadap Waktu di

Titik Api Awal 3 dan Arah Y-min (a) grafik keseluruhan; dan

(b) grafik diperbesar

Dilihat dari aspek tingkat kedahsyatan kebakaran, dari beberapa grafik

perbandingan laju pelepasan panas, tata letak 1 memeberikan efek kebakaran yang

lebih tinggi dibanding tata letak 2 dan 3. Dan tata letak 3 memberikan efek yang

lebih ringan dibanding tata letak 1 dan 2. Selain tingkat kerugian barang dan

kerusakan bangunan akan lebih kecil, proses pemadamannya juga akan menjadi

lebih mudah.

4.2.3 Analisis Perpindahan Panas

Grafik-grafik yang terdapat pada sub-Bab ini merupakan grafik perpindahan

panas dalam kW. Sumbu x merupakan waktu dalam detik sedangkan sumbu y

Page 95: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

79

menyatakan besarnya perpindahan panas dalam kW. Perbedaan warna dalam

kurva mengindikasikan variabel perpindahan panas, yaitu warna biru

menunjukkan perpindahan panas radiasi, warna merah menunjukkan perpindahan

panas konveksi, dan warna hijau merupakan perpindahan panas konduksi.

a. Titik Api Awal 1 dengan Arah Angin X-min

Grafik 4.5 dibawah ini merupakan grafik perpindahan panas dari simulasi 1-

1 (gambar a), simulasi 2-1 (gambar b), dan simulasi 3-1 (gambar c). Jika diamati

grafik 1-1 dan grafik 3-1 memiliki bentuk grafik yang hampir sama, dengan

perpindahan panas konveksi yang paling tinggi. Seperti yang telah dijelaskan

sebelumnya motor yang terbakar pada kedua tata letak ini memiliki jarak yang

relatif dekat dengan bukaan yang terdapat angin, itulah yang menyebabkan

perpindahan panas konveksi menjadi dominan dibandingkan dengan perpindahan

panas radiasi ataupun konduksi. Sedangkan pada simulasi 2-1, perpindahan panas

konveksi merupakan perpindahan panas yang terendah, ini diakibatkan karena

jarak motor yang terbakar pada simulasi ini cukup jauh dengan area bukaan yang

terdapat angin.

Perpindahan panas konveksi yang terjadi pada akhir simulasi (detik ke-

1800) pada simulasi 1-1 adalah 606.14 kW, pada simulasi 2-1 adalah 495.48 kW,

sedangkan pada simulasi 3-1 adalah 603 kW. Perpindahan panas radiasi yang

terjadi pada akhir simulasi di simulasi 1-1 sebesar 266.27 kW, simulasi 2-1 adalah

820.77 kW, sedangkan simulasi 3-1 adalah 259.59 kW. Dan perpindahan panas

konduksi yang terjadi di akhir simulasi pada simulasi 1-1 adalah 217 kW, simulasi

2-1 adalah 1032.24 kW, sedangkan pada simulasi 3-1 sebesar 202.35 kW.

Page 96: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

80

Pada tabel 4.13 menunjukkan penyebaran temperatur yang terjadi pada

simulasi 3-4 yaitu pembakaran di titik 3 pada tata letak 4 dan arah angin berasal

dari ymin. Penyebaran temperatur api yang terbentuk berkisar antara 300oC

(hijau) sampai 750oC (merah). Hal ini menunjukkan bahwa temperatur yang

terjadi pada simulasi ini sedikit lebih besar dibanding pada simulasi 2-3.

Pemilihan titik pembakaran ke tiga pada tata letak tiga ini ditempatkan diantara

motor ditengah gedung, dan pada bagian atas ceilling yang dekat dengan titik

pembakaran terdapat beton cor-coran sehingga jarak motor yang terbakar dengan

bagian ceilling menjadi lebih dekat. Hal ini menyebabkan penyebaran temperatur

pada simulasi 3-3 ini menjadi lebih lebar karena ketika temperatur sampai pada

ceilling kemudian bertemu dengan beton cor-coran lalu bergerak kearah samping

kanan kiri beton cor-coran mengikuti bentuk ceilling, dan kemudian mulai turun

ke bawah.

Pada tabel 4.13 menunjukkan penyebaran temperatur yang terjadi pada

simulasi 3-4 yaitu pembakaran di titik 3 pada tata letak 4 dan arah angin berasal

dari ymin. Penyebaran temperatur api yang terbentuk berkisar antara 300oC

(hijau) sampai 750oC (merah). Hal ini menunjukkan bahwa temperatur yang

terjadi pada simulasi ini sedikit lebih besar dibanding pada simulasi 2-3.

Pemilihan titik pembakaran ke tiga pada tata letak tiga ini ditempatkan diantara

motor ditengah gedung, dan pada bagian atas ceilling yang dekat dengan titik

pembakaran terdapat beton cor-coran sehingga jarak motor yang terbakar dengan

bagian ceilling menjadi lebih dekat. Hal ini menyebabkan penyebaran temperatur

pada simulasi 3-3 ini menjadi lebih lebar karena ketika temperatur sampai pada

ceilling kemudian bertemu dengan beton cor-coran lalu bergerak kearah samping

Page 97: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

81

kanan kiri beton cor-coran mengikuti bentuk ceilling, dan kemudian mulai turun

ke bawah.

(a) (b)

(c)

Gambar 4.5 Grafik Perpindahan Panas (a) Simulasi 1-1; (b) Simulasi 2-1; (c)

Simulasi 3-1

b. Titik Api Awal 2 dengan Arah Angin X-min

Grafik 4.6 dibawah ini merupakan grafik perpindahan panas dari simulasi 1-

2 (gambar a), simulasi 2-2 (gambar b), dan simulasi 3-2 (gambar c). Ketiga grafik

tersebut memiliki kesamaan yaitu dengan perpindahan panas paling dominan

adalah perpindahan panas conveksi kemudian perpindahan panas radiasi dan yang

paling rendah adalah perpindahan panas konduksi. Grafik a dan b memiliki

kemiringan grafik yang hampir sama yaitu mengalami kenaikan sedangkan grafik

c perpindahan panas yang terjadi lebih stabil.

Perpindahan panas konveksi yang terjadi pada akhir simulasi (detik ke-

1800) pada simulasi 1-2 adalah 675.36 kW, pada simulasi 2-2 adalah 673.85 kW,

sedangkan pada simulasi 3-2 adalah 573.98 kW. Perpindahan panas radiasi yang

terjadi pada akhir simulasi di simulasi 1-2 sebesar 357.07 kW, simulasi 2-2 adalah

Page 98: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

82

353.26 kW, sedangkan simulasi 3-2 adalah 280.61 kW. Dan perpindahan panas

konduksi yang terjadi di akhir simulasi pada simulasi 1-2 adalah 286.88 kW,

simulasi 2-2 adalah 271.53 kW, sedangkan pada simulasi 3-2 sebesar 202.41 kW.

(a) (b)

(c)

Gambar 4.6 Grafik Perpindahan Panas (a) Simulasi 1-2; (b) Simulasi 2-2; (c)

Simulasi 3-2

c. Titik Api Awal 3 dengan Arah Angin X-min

Grafik 4.7 dibawah ini merupakan grafik perpindahan panas dari simulasi 1-

3 (gambar a), simulasi 2-3 (gambar b), dan simulasi 3-3 (gambar c). Jika diamati,

terdapat perbedaan yang sangat jauh antara simulasi 1-3 dengan dua simulasi

lainnya. Perpindahan panas yang terjadi pada simulasi 1-3 meningkat secara

drastis dengan perpindahan panas secara radiasi dan konduksi yang paling

dominan. Sedangkan pada simulasi 2-3 ketiga perpindahan panas mengalami

peningkatan dengan perpindahan panas konduksi yang paling dominan, sebelum

simulasi mencapai 900 detik terdapat penurunan perpindahan panas namun tidak

Page 99: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

83

banyak kemudian menigkat kembali setelah detik ke 900, peningkatan yang

terjadi cukup tinggi. Sedangkan pada simulasi 3-3 perpindahan panas yang

dominan masih pada perpindahan panas konduksi, setelah detik ke 600

perpindahan panas yang terjadi mengalami peningkatan yang cukup banyak

namun pada detik 900 peningkatan mulai melambat.

Perpindahan panas konveksi yang terjadi pada akhir simulasi (detik ke-

1800) pada simulasi 1-3 adalah 62070 kW, pada simulasi 2-3 adalah 474.10 kW,

sedangkan pada simulasi 3-3 adalah 468.52 kW. Perpindahan panas radiasi yang

terjadi pada akhir simulasi di simulasi 1-3 sebesar 100016 kW, simulasi 2-3

adalah 814.72 kW, sedangkan simulasi 3-3 adalah 870.31 kW. Dan perpindahan

panas konduksi yang terjadi di akhir simulasi pada simulasi 1-3 adalah 91654 kW,

simulasi 2-3 adalah 1030.42 kW, sedangkan pada simulasi 3-3 sebesar 1064.41

kW.

(a) (b)

(c)

Gambar 4.7 Grafik Perpindahan Panas (a) Simulasi 1-3; (b) Simulasi 2-3; (c)

Simulasi 3-3

Page 100: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

84

d. Titik Api Awal 3 dengan Arah Angin Y-min

(a) (b)

(c)

Gambar 4.8 Grafik Perpindahan Panas (a) Simulasi 1-4; (b) Simulasi 2-4; (c)

Simulasi 3-4

Grafik 4.8 diatas merupakan grafik perpindahan panas dari simulasi 1-4

(gambar a), simulasi 2-4 (gambar b), dan simulasi 3-4 (gambar c). grafik yang

terbentuk tidak berbeda jauh dengan simulasi pada titik awal 3 dengan arah angin

x-min, yaitu simulasi 1-4 memiliki grafik yang peningkatannya paling tinggi.

Perpindahan panas yang paling dominan pada ketiga grafik adalah perpindahan

panas secara konduksi dan perpindahan panas secara konduksi adalah perpindahan

panas yang paling rendah.

Perpindahan panas konveksi yang terjadi pada akhir simulasi (detik ke-

1800) pada simulasi 1-4 adalah 16110 kW, pada simulasi 2-4 adalah 404.68 kW,

sedangkan pada simulasi 3-4 adalah 387.89 kW. Perpindahan panas radiasi yang

Page 101: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

85

terjadi pada akhir simulasi di simulasi 1-4 sebesar 57938 kW, simulasi 2-4 adalah

775.77 kW, sedangkan simulasi 3-4 adalah 1115.09 kW. Dan perpindahan panas

konduksi yang terjadi di akhir simulasi pada simulasi 1-4 adalah 57303 kW,

simulasi 2-4 adalah 976.66 kW, sedangkan pada simulasi 3-4 sebesar 1355.49

kW.

4.2.4 Analisis Laju Pembakaran terhadap Waktu

Grafik-grafik yang terdapat pada sub-Bab ini merupakan grafik Laju

Pembakaran/Burning Rate dalam kg/s. Sumbu x merupakan waktu dalam detik

sedangkan sumbu y menyatakan besarnya Burn rate dalam kg/s. Perbedaan warna

dalam kurva mengindikasikan variabel variasi tata letak yang digunakan, yaitu

warna biru menunjukkan Laju Pelepasan Panas pada tata letak 1, warna merah

menunjukkan Laju Pelepasan Panas pada tata letak 2, dan warna hijau merupakan

Laju Pelepasan Panas pada tata letak 3.

a. Titik Api Awal 1 dan Arah Angin X-min

Grafik 4.9 dibawah memperlihatkan perbandingan laju pembakaran antara

simulasi 1-1 (tata letak 1 dengan titik api 1 dan arah angin x-min), simulasi 2-1

(tata letak 2 dengan titik api 1 dan arah angin x-min), dan simulasi 1-3 (tata letak

3 dengan titik api 1 dan arah angin x-min). Pada grafik menunjukkan adanya

kecenderungan gradient peningkatan laju pembakaran pada simulasi 1-1 dan 1-3

yang cenderung sama. Namun pada detik ke 1000 simulasi 2-1 mengalami

peningkatan laju pembakaran yang cukup tinggi yaitu sebesar 0.026 kg/s, lebih

tinggi dibanding pada simulasi 1-1 (0.025 kg/s) dan 3-1 (0.24 kg/s) di detik yang

sama. Peningkatan laju pembakaran pada simulasi 2-1 terus meningkat sampai

detik ke 1757 yaitu 0.4 kg/s dan menurun pada detik 1766 menjadi 0.38 kg/s.

Page 102: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

86

Sedangkan pada simulasi 1-1 dan 3-1 perbedaan antara laju pembakaran awal

hingga detik 1800 tidak mengalami perubahan yang banyak yaitu tetap berada

pada 0.24 kg/s.

Pada detik ke 600 laju pembakaran pada tata letak 1 sebesar 0.0244 kg/s,

pada tata letak 2 sebesar 0.024 kg/s, sedangkan pada tata letak 3 sebesar 0.0243

kg/s. Kemudian, pada detik ke 1200 laju pembakaran pada tata letak 1 adalah

0.0247 kg/s, pada tata letak 2 sebesar 0.0287 kg/s, sedangkan pada tata letak 3

sebesar 0.0246 kg/s. Selanjutnya di detik ke 1800, laju pembakaran pada tata letak

1 sebesar 0.0249 kg/s, pada tata letak 2 sebesar 0.0385 kg/s, sedangkan laju

pembakaran yang terjadi pada tata letak 3 adalah 0.0247 kg/s.

Gambar 4.9 Grafik Perbandingan Laju Pembakaran terhadap Waktu di

Titik Api Awal 1 dan Arah Angin X-min

b. Titik Api Awal 2 dan Arah Angin X-min

Grafik 4.10 dibawah memperlihatkan perbandingan laju pembakaran antara

simulasi 1-2 (tata letak 1 dengan titik api 2 dan arah angin x-min), simulasi 2-2

(tata letak 2 dengan titik api 2 dan arah angin x-min), dan simulasi 3-2 (tata letak

3 dengan titik api 2 dan arah angin x-min). Pada grafik menunjukkan adanya

kecenderungan gradient peningkatan laju pembakaran yang sama pada tahap awal

Page 103: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

87

kebakaran, namun di detik ke 400 pada simulasi 2-1 telah menunjukkan adanya

peningkatan laju pembakaran yaitu menjadi 0.0243 kg/s, sedangkan pada

simulasi 2-2 dan 3-2 laju pembakaran masih berada pada angka 0.0239 kg/s.

Selanjutnya laju pembakaran pada simulasi 1-2 terus mengalami peningkatan

hingga detik ke 1800. Dan pada detik ke 1000 laju pembakaran pada simulasi 2-2

mulai mengalami kenaikan yaitu menjadi 0.0251 kg/s, kenaikan tersebut terus

berlangsung hingga detik akhir hingga. Sedangkan laju pembakaran yang terjadi

pada simulasi 3-2 tidak mengalami peningkatan yaitu tetap berada disekitar angka

0.0239-0.024 kg/s.

Pada detik ke 600 laju pembakaran pada tata letak 1 sebesar 0.0252 kg/s,

pada tata letak 2 sebesar 0.024 kg/s, sedangkan pada tata letak 3 sebesar 0.0239

kg/s. Kemudian, pada detik ke 1200 laju pembakaran pada tata letak 1 adalah

0.0271 kg/s, pada tata letak 2 sebesar 0.0259 kg/s, sedangkan pada tata letak 3

sebesar 0.0239 kg/s. Selanjutnya di detik ke 1800, laju pembakaran pada tata letak

1 sebesar 0.0288 kg/s, pada tata letak 2 sebesar 0.0385 kg/s, sedangkan laju

pembakaran yang terjadi pada tata letak 3 adalah 0.024 kg/s.

Gambar 4.10 Grafik Perbandingan Laju Pembakaran terhadap Waktu di

Titik Api Awal 2 dan Arah Angin X-min

Page 104: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

88

c. Titik Api Awal 3 dan Arah Angin X-min

Grafik 4.11 dibawah memperlihatkan perbandingan laju pembakaran antara

simulasi 1-3 (tata letak 1 dengan titik api 3 dan arah angin x-min), simulasi 2-3

(tata letak 2 dengan titik api 3 dan arah angin x-min), dan simulasi 3-3 (tata letak

3 dengan titik api 3 dan arah angin x-min). Pada grafik menunjukkan adanya

kecenderungan gradient peningkatan yang sama pada tahap awal kebakaran,

namun setelah melewati waktu tertentu, parameter laju pembakaran pada simulasi

1-3 dan 3-3 mengalami kenaikan laju pembakaran yang sama pada detik 800 yaitu

sekitar 0.032 kg/s, kemudian laju pembakaran pada simulasi 1-3 meningkat

sangat tajam dibanding simulasi 2-3 dan 3-3, yaitu pada detik ke 1400, laju

pembakaran pada simulasi 3-3 mencapai 0.0656 kg/s, peningkatan tersebut terus

meningkat sangat tajam hingga detik akhir. Sedangkan laju pemabakaran pada

simulasi 3-3 tidak mengalami peningkatan yang berarti yaitu angka laju

pembakaran tetap berada di sekitar 0.038 kg/s sejak detik 1350 hingga detik ke

1800. Namun pada simulasi 2-3, peningkatan tetap terjadi secara perlahan.

Pada detik ke 600 laju pembakaran pada tata letak 1 sebesar 0.0283 kg/s,

pada tata letak 2 sebesar 0.0239 kg/s, sedangkan pada tata letak 3 sebesar 0.0263

kg/s. Kemudian, pada detik ke 1200 laju pembakaran pada tata letak 1 adalah 0.04

kg/s, pada tata letak 2 sebesar 0.0279 kg/s, sedangkan pada tata letak 3 sebesar

0.0356 kg/s. Selanjutnya di detik ke 1800, laju pembakaran pada tata letak 1

sebesar 8.6378 kg/s, pada tata letak 2 sebesar 0.0384 kg/s, sedangkan laju

pembakaran yang terjadi pada tata letak 3 adalah 0.0386 kg/s.

Page 105: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

89

(a)

(b)

Gambar 4.11 Grafik Perbandingan Laju Pembakaran terhadap Waktu di

Titik Api Awal 3 dan Arah Angin X-min (a) grafik

keseluruhan; dan (b) grafik diperbesar

d. Titik Api Awal 3 dan Arah Angin Y-min

Grafik 4.12 dibawah memperlihatkan perbandingan laju pembakaran antara

simulasi 1-4 (tata letak 1 dengan titik api 3 dan arah angin y-min), simulasi 2-4

(tata letak 2 dengan titik api 3 dan arah angin y-min), dan simulasi 3-4 (tata letak

3 dengan titik api 3 dan arah angin y-min). Pada grafik menunjukkan adanya

kecenderungan gradient peningkatan yang sama pada tahap awal kebakaran,

namun setelah melewati waktu tertentu, parameter laju pembakaran pada simulasi

3-4 mengalami kenaikan pada detik ke 400 yaitu laju pembakaran menjadi 0.03

kg/s, sedangkan pada simulasi 1-4 dan 2-4 di detik yang sama laju pembakaran

senilai 0.024 kg/s. Kemudian laju pembakaran pada simulasi 1-4 dan 3-4 berada

pada nilai yang sama pada detik 1020 yaitu 0.036 kg/s, sedangkan di detik yang

sama laju pemabakaran simulai 2-4 lebih rendah yaitu 0.0276 kg/s. Selanjutnya

Page 106: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

90

pada detik ke 1600, laju pembakaran pada simulasi 1-4 mengalami kenaikan yang

sangat cepat jauh dibandingkan dengan simulasi 2-4 dan 3-4 yang kenaikan laju

pembakarannya tidak terlalu banyak.

Pada detik ke 600 laju pembakaran pada tata letak 1 sebesar 0.0262 kg/s,

pada tata letak 2 sebesar 0.024 kg/s, sedangkan pada tata letak 3 sebesar 0.0317

kg/s. Kemudian, pada detik ke 1200 laju pembakaran pada tata letak 1 adalah

0.0438 kg/s, pada tata letak 2 sebesar 0.029 kg/s, sedangkan pada tata letak 3

sebesar 0.0379 kg/s. Selanjutnya di detik ke 1800, laju pembakaran pada tata letak

1 sebesar 1.737 kg/s, pada tata letak 2 sebesar 0.0358 kg/s, sedangkan laju

pembakaran yang terjadi pada tata letak 3 adalah 0.0429 kg/s.

(a)

(b)

Gambar 4.12 Grafik Perbandingan Laju Pembakaran terhadap Waktu di

Titik Api Awal 3 dan Arah Angin Y-min (a) grafik

keseluruhan; dan (b) grafik diperbesar

Page 107: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

91

Dilihat dari aspek tingkat kedahsyatan kebakaran, dari beberapa grafik

perbandingan laju pembakaran, tata letak 1 memeberikan efek kebakaran yang

lebih tinggi dibanding tata letak 2 dan 3. Dan tata letak 3 memberikan efek yang

lebih ringan dibanding tata letak 1 dan 2. Walaupun beberapa grafik menunjukkan

simulasi yang dilakukan pada tata letak 3 lebih awal mengalami kenaikan laju

pembakaran namun pada detik-detik berikutnya kenaikan laju pembakaran yang

terjadi pada tata letak 3 melambat.

4.3 Aplikasi Hasil Penelitian

Dari hasil analisis penelitian kedua belas simulasi menggunakan Fire

Dynamics Simulator, dapat terlihat dari beberapa parameter percobaan seperti

penyebaran temperatur, laju pelepasan panas, laju pembakaran, dan penyebaran

asap didapatkan hasil bahwa terdapat pengaruh antara tata letak sepeda motor

terhadap penyebaran kebakaran. Tata letak ke-1 memiliki tingkat kebakaran yang

paling tinggi dibandingkan dengan yang lainnya, hal ini dikarenakan jarak antar

motor yang bersebelahan hanya 10 cm sedangkan pada tata letak ke 2 dan ke 3

memiliki jarak antar motor 20 cm. Sehingga didapatkan jarak aman untuk motor

yang bersebelahan adalah 20 cm. Sementara itu, walaupun pengaruh efek

penyebaran api pada tata letak ke-2 tidak terlalu besar, namun penyebaran asap

pada tata letak ini jauh lebih luas dibandingkan tata letak ke-3. Selain efek

penyebaran api lebih rendah dibanding tata letak ke-1 dan ke-2, tata letak ke-3

juga lebih aman dari penyebaran asap dikarenakan terdapat tembok penyekat

(pembatas). Hasil penelitian tersebut dapat dipertimbangkan untuk diaplikasikan

untuk mengelola tata letak sepeda motor pada gedung parkir sepeda motor

kampus A Universitas Negeri Jakarta agar lebih aman dari bahaya kebakaran.

Page 108: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

92

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil pemodelan kebakaran dengan

variasi tata letak sepeda motor adalah terdapat pengaruh antara tata letak sepeda

motor dengan penyebaran api, dan tata letak paling aman dari efek kerugian

bahaya kebakaran adalah tata letak ke-3, dengan penjelasan sebagai berikut:

1. Pada titik awal api ke-1 penyebaran kebakaran dipengaruhi oleh jarak

kedekatan sumber api dengan angin yang berasal dari bukaan. Tata letak ke-

1 dan tata letak ke-3 memiliki efek penyebaran api yang lebih ringan

dibanding tata letak ke-2, karena pada tata letak 1 dan 3, jarak motor yang

terbakar dengan angin lebih dekat dan itu membuat temperatur

pembakarannya mengalami penurunan dengan cepat.

2. Pada titik awal api ke-2 penyebaran kebakaran dipengaruhi oleh jarak antar

motor yang bersebelahan. Semakin jauh jarak antar motor maka penyebaran

api akan semakin lambat juga. Tata letak ke-3 memiliki efek penyebaran

terendah dibanding tata letak ke-1 dan ke-2 dengan jarak antar motor 20 cm.

3. Pada titik awal api ke 3 penyebaran kebakaran dipengaruhi oleh banyaknya

sumber bahan bakar, angin, serta jarak antar motor. Tata letak ke-3 memiliki

efek penyebaran terendah karena selain jarak antar motor cukup jauh,

sepeda motor pada tata letak ini dikelola dengan sistem kompartemen

(tembok pembatas/penyekat).

4. Sistem kompartemen pada tata letak ke-3 dapat memperkecil area

penyebaran asap pada saat kebakaran.

Page 109: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

93

5.2 Saran

Untuk menyempurnakan hasil penelitian, saran yang dapat penulis berikan

untuk penelitian selanjutnya adalah:

1. Perlu dilakukan penelitian secara keseluruhan dari gedung agar dapat

diketahui efek penyebaran api yang terjadi pada semua area parkiran.

2. Kesempurnaan bentuk dan komponen pembentuk material yang diteliti akan

sangat membantu memberikan hasil yang lebih mendekati keadaanya

sebenarnya, sehingga didapatkan hasil lebih valid.

3. Perlu dilakukan analisis penempatan termokopel pada input file agar dapat

dilakukan analisis kenaikan temperatur yang lebih sempurna.

4. Perlu dilakukan penelitian pada lantai dasar bangunan parkir, karena faktor

penyebab timbulnya kebaran pada lantai dasar cukup banyak yaitu, terdapat

kantin disamping gedung, dan juga generator di lantai dasar.

Page 110: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

94

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Kholik H. 2014. Upaya Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan di

Desa Purwajaya Kecamatan Loa Janan Kabupaten Kutai Kartanegara

[tesis]. Samarinda: Program Pasca Sarjana, Universitas 17 Agustus 1945

Samarinda.

Adrianus. 2008. Pengaruh Jenis Sambungan Kabel Listrik Terhadap Potensi

Bahaya Kebakaran [tesis]. Depok: Fakultas Teknik, Universitas Indonesia.

Danang, E.P. 2016. Evaluasi Penerapan Keamanan dan Keselamatan Gedung

Berbasis Metode CFSES (Computerized Fire Safety Evaluation

System) pada Gedung Pusat Studi dan Sertifikasi Guru UNJ [skripsi].

Jakarta: Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta

Dharsono Guruh. 2012. Penentuan Kriteria Bahaya Kebakaran Melalui Evaluasi

Citra Hasil Pemodelan Asap [skripsi]. Depok: Fakultas Teknik,

Universitas Indonesia.

Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Prov.DKI Jakarta.2016

“Daftar Bencana Kebakaran DKI Jakarta”

http://jakartafire.net/profil/index.php?act=detil&idp=17. Diakses tanggal 1

Juni pukul 19.45

Drysdale, D. (1998). An Introduction to Fire Dynamics 2nd

Edition. England: John

Wiley & Sons.

Du, Y., & Li, G. (2012). A new temperature-time curve for fire-resistance analysis

of structures. Fire Safety Journal, 54, 113–120. Diperoleh dari:

http://www.sciencedirect.com.

Dwi Arian. 2011. Pengaruh Sistem Tirai Kabut Air Terhadap Penurunan Fluks

Kalor dan Distribusi Temperatur pada Kebakaran Kompartemen [skripsi].

Depok: Fakultas Teknik, Universitas Indonesia.

Furness, A., & Muckett, M (2007). Introduction to Fire Safety Management.

Burlington, MA: Elsevier Ltd.

Jin Kim Hyeong., & G. David. 2000. Heat Release Rates of Burning Items in

Fires. Fire Safety Journal. Diperoleh dari: http://www.sciencedirect.com

Mostafei, H., (2013). Hybrid fire testing for assessing performance of sruktures in

fire- Application. Fire Safety Journal, 56, 30-38. Diperoleh dari:

http://www.sciencedirect.com

[NIST] National Institute of Standars and Technology.(2007). Fire Dynamics

Simulation (Version 5) Technical Reference Guide.

Page 111: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

95

[NIST] National Institute of Standars and Technology.(2007). Fire Dynamics

Simulation (Version 5) User’s Guide Guide.

[NIST] National Institute of Standars and Technology.(2006). Use’s Guide for

Smokiview Version 4- A Tool for Visualizing Fire Dynamics Simulation

Data.

Nugroho, Y. S., et al. 2010. Pemodelan Fenomena Backdraft pada Kompartemen

Dua Kamar. [Prosiding] Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin

(SNTTM) ke-9; Palembang, 13-15 Okt 2010. Depok: Departemen Teknik

Mesin Universitas Indonesia. Hlm 135-140.

Quintere, G.James. (2006). Fundamental of Fire Phenomena. John Wiley & Sons.

Ramli, S., (2010). Manajemen kebakaran. Jakarta, Indonesia: Dian Rakyat.

Yao,W., Huang, H., Shen, S., Qiao, L., Wang, W., & Zhang, H.(2013). Fire risk

mapping based assesment method applied in performance based design.

Fire Safety Journal, 56, 81-89. Diperoleh dari:

http://www.sciencedirect.com

Page 112: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

96

Data Input File FDS

Tata Letak 1 &HEAD CHID='1-1' , TITLE='TEST 1-1' / &MESH IJK=125,120,16, XB=-0.25,24.75,0,24,0,3.2 &TIME TWFIN=1800.0 / &DT_RESTART=60. / &MISC SURF_DEFAULT='WALL', TMPA=32. / &MISC LES=.TRUE. / &REAC ID = 'POLYETHILENE' FYI = 'C_1 H_2' SOOT_YIELD = 0.27 C = 1. H = 2. / &MATL ID = 'PE' CONDUCTIVITY = 0.30 SPECIFIC_HEAT = 2.15 DENSITY = 940. HEAT_OF_REACTION = 3400. HEAT_OF_COMBUSTION = 43400. REFERENCE_TEMPERATURE = 443. NU_FUEL = 1. N_REACTIONS = 1. / &MATL ID = 'CONCRETE' CONDUCTIVITY = 1.7 SPECIFIC_HEAT = 0.75 DENSITY = 2200. / &SURF ID = 'WALL' RGB = 190,190,190 MATL_ID = 'CONCRETE' THICKNESS = 0.20 / &SURF ID = 'MOTOR' RGB = 128,0,0 MATL_ID = 'PE' THICKNESS = 0.5 / &OBST XB= 0.00, 24.75, 0.00, 24.00, 0.00, 0.20, SURF_ID='WALL' / floor &OBST XB= 0.00, 0.75, 0.00, 0.75, 0.20, 3.2, SURF_ID='WALL' / &OBST XB= 0.75, 8.00, 0.00, 0.20, 0.20, 3.2, SURF_ID='WALL' / &HOLE XB= 0.75, 8.00, 0.00, 0.20, 1.45, 2.45 / &OBST XB= 8.00, 8.75, 0.00, 0.75, 0.20, 3.2, SURF_ID='WALL' / &OBST XB= 8.75, 16.00, 0.00, 0.20, 0.20, 3.2, SURF_ID='WALL' / &OBST XB= 16.00, 16.75, 0.00, 0.75, 0.20, 3.2, SURF_ID='WALL' / &OBST XB= 16.75, 24.00, 0.00, 0.20, 0.00, 3.2, SURF_ID='WALL' / &HOLE XB= 16.75, 24.00, 0.00, 0.20, 1.45, 2.45 / &OBST XB= 24.00, 24.75, 0.00, 0.75, 0.20, 3.2, SURF_ID='WALL' / &OBST XB= 0.00, 0.20, 0.75, 8.00, 0.20, 3.2, SURF_ID='WALL' / &HOLE XB= 0.00, 0.20, 0.75, 8.00, 1.45, 2.45 / &OBST XB= 0.00, 0.75, 8.00, 8.75, 0.20, 3.2, SURF_ID='WALL' / &OBST XB= 0.00, 0.20, 8.75, 16.00, 0.20, 3.2, SURF_ID='WALL' / &OBST XB= 0.00, 0.75, 16.00, 16.75, 0.20, 3.2, SURF_ID='WALL' / &OBST XB= 0.00, 0.20, 16.75, 24.00, 0.20, 3.2, SURF_ID='WALL' / &OBST XB= 0.00, 0.75, 24.00, 24.00, 0.20, 3.2, SURF_ID='WALL' / &OBST XB= 24.55, 24.75, 0.75, 8.00, 0.20, 3.2, SURF_ID='WALL' / &HOLE XB= 24.55, 24.75, 0.75, 6.38, 1.45, 2.45 / &HOLE XB= 24.55, 24.75, 6.38, 8.00, 0.20, 3.2 /

LAMPIRAN 1

Page 113: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

97

&OBST XB= 24.00, 24.75, 8.00, 8.75, 0.20, 3.2, SURF_ID='WALL' / &OBST XB= 24.55, 24.75, 8.75, 16.00, 0.20, 3.2, SURF_ID='WALL' / &HOLE XB= 24.55, 24.75, 8.75, 10.37, 0.20, 3.2 / &HOLE XB= 24.55, 24.75, 10.37, 16.00, 1.45, 2.45 / &OBST XB= 24.00, 24.75, 16.00, 16.75, 0.20, 3.2, SURF_ID='WALL' / &OBST XB= 24.55, 24.75, 16.75, 24.00, 0.20, 3.2, SURF_ID='WALL' / &HOLE XB= 24.55, 24.75, 16.75, 24.00, 1.45, 2.45 / &OBST XB= 24.00, 24.75, 24.00, 24.00, 0.20, 3.2, SURF_ID='WALL' / &OBST XB= 8.00, 8.75, 8.00, 8.75, 0.20, 3.2, SURF_ID='WALL' / &OBST XB= 8.00, 8.75, 16.00, 16.75, 0.20, 3.2, SURF_ID='WALL' / &OBST XB= 8.00, 8.75, 16.00, 16.75, 0.20, 3.2, SURF_ID='WALL' / &OBST XB= 8.00, 8.75, 24.00, 24.00, 0.20, 3.2, SURF_ID='WALL' / &OBST XB= 8.00, 8.75, 32.00, 32.75, 0.20, 3.2, SURF_ID='WALL' / &OBST XB= 16.00, 16.75, 8.00, 8.75, 0.20, 3.2, SURF_ID='WALL' / &OBST XB= 16.00, 16.75, 16.00, 16.75, 0.20, 3.2, SURF_ID='WALL' / &OBST XB= 16.00, 16.75, 24.00, 24.00, 0.20, 3.2, SURF_ID='WALL' / &OBST XB= 4.275, 4.475, 0.20, 24.00, 2.45, 3.2, SURF_ID='WALL' / &OBST XB= 8.275, 8.475, 0.20, 24.00, 2.45, 3.2, SURF_ID='WALL' / &OBST XB= 12.275, 12.475, 0.20, 24.00, 2.45, 3.2, SURF_ID='WALL' / &OBST XB= 16.275, 16.475, 0.20, 24.00, 2.45, 3.2, SURF_ID='WALL' / &OBST XB= 20.275, 20.475, 0.20, 24.00, 2.45, 3.2, SURF_ID='WALL' / &OBST XB= 0.20, 24.75, 4.275, 4.475, 2.45, 3.2, SURF_ID='WALL' / &OBST XB= 0.20, 24.75, 8.275, 8.475, 2.45, 3.2, SURF_ID='WALL' / &OBST XB= 0.20, 24.75, 12.275, 12.475, 2.45, 3.2, SURF_ID='WALL' / &OBST XB= 0.20, 24.75, 16.275, 16.475, 2.45, 3.2, SURF_ID='WALL' / &OBST XB= 0.20, 24.75, 20.275, 20.475, 2.45, 3.2, SURF_ID='WALL' /

&OBST XB= 0.40, 2.25, 1.15, 1.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' /baris 1 &OBST XB= 0.40, 2.25, 1.75, 2.25, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 0.40, 2.25, 2.35, 2.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 0.40, 2.25, 2.95, 3.45, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 0.40, 2.25, 3.55, 4.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 0.40, 2.25, 4.15, 4.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 0.40, 2.25, 4.75, 5.25, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 0.40, 2.25, 5.35, 5.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 0.40, 2.25, 5.95, 6.45, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 0.40, 2.25, 6.55, 7.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 0.40, 2.25, 7.15, 7.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 0.40, 2.25, 9.15, 9.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 0.40, 2.25, 9.75, 10.25, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 0.40, 2.25, 10.35, 10.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 0.40, 2.25, 10.95, 11.45, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 0.40, 2.25, 11.55, 12.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 0.40, 2.25, 12.15, 12.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 0.40, 2.25, 12.75, 13.25, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 0.40, 2.25, 13.35, 13.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 0.40, 2.25, 13.95, 14.45, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 0.40, 2.25, 14.55, 15.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 0.40, 2.25, 15.15, 15.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 0.40, 2.25, 17.15, 17.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 0.40, 2.25, 17.75, 18.25, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 0.40, 2.25, 18.35, 18.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 0.40, 2.25, 18.95, 19.45, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 0.40, 2.25, 19.55, 20.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 0.40, 2.25, 20.15, 20.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 0.40, 2.25, 20.75, 21.25, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 0.40, 2.25, 21.35, 21.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 0.40, 2.25, 21.95, 22.45, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 0.40, 2.25, 22.55, 23.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 0.40, 2.25, 23.15, 23.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 3.40, 5.25, 2.35, 2.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' /BARIS 2 &OBST XB= 3.40, 5.25, 2.95, 3.45, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 3.40, 5.25, 3.55, 4.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 3.40, 5.25, 4.15, 4.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' /

Page 114: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

98

&OBST XB= 3.40, 5.25, 4.75, 5.25, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 3.40, 5.25, 5.35, 5.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 3.40, 5.25, 5.95, 6.45, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 3.40, 5.25, 6.55, 7.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 3.40, 5.25, 7.15, 7.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 3.40, 5.25, 9.15, 9.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 3.40, 5.25, 9.75, 10.25, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 3.40, 5.25, 10.35, 10.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 3.40, 5.25, 10.95, 11.45, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 3.40, 5.25, 11.55, 12.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 3.40, 5.25, 12.15, 12.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 3.40, 5.25, 12.75, 13.25, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 3.40, 5.25, 13.35, 13.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 3.40, 5.25, 13.95, 14.45, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 3.40, 5.25, 14.55, 15.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 3.40, 5.25, 15.15, 15.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 3.40, 5.25, 17.15, 17.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 3.40, 5.25, 17.75, 18.25, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 3.40, 5.25, 18.35, 18.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 3.40, 5.25, 18.95, 19.45, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 3.40, 5.25, 19.55, 20.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 3.40, 5.25, 20.15, 20.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 3.40, 5.25, 20.75, 21.25, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 3.40, 5.25, 21.35, 21.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 3.40, 5.25, 21.95, 22.45, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 3.40, 5.25, 22.55, 23.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 3.40, 5.25, 23.15, 23.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 6.40, 8.25, 2.35, 2.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' /BARIS 3 &OBST XB= 6.40, 8.25, 2.95, 3.45, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 6.40, 8.25, 3.55, 4.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 6.40, 8.25, 4.15, 4.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 6.40, 8.25, 4.75, 5.25, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 6.40, 8.25, 5.35, 5.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 6.40, 8.25, 5.95, 6.45, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 6.40, 8.25, 6.55, 7.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 6.40, 8.25, 7.15, 7.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 6.40, 8.25, 9.15, 9.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 6.40, 8.25, 9.75, 10.25, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 6.40, 8.25, 10.35, 10.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 6.40, 8.25, 10.95, 11.45, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 6.40, 8.25, 11.55, 12.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 6.40, 8.25, 12.15, 12.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 6.40, 8.25, 12.75, 13.25, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 6.40, 8.25, 13.35, 13.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 6.40, 8.25, 13.95, 14.45, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 6.40, 8.25, 14.55, 15.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 6.40, 8.25, 15.15, 15.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 6.40, 8.25, 17.15, 17.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 6.40, 8.25, 17.75, 18.25, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 6.40, 8.25, 18.35, 18.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 6.40, 8.25, 18.95, 19.45, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 6.40, 8.25, 19.55, 20.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 6.40, 8.25, 20.15, 20.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 6.40, 8.25, 20.75, 21.25, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 6.40, 8.25, 21.35, 21.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 6.40, 8.25, 21.95, 22.45, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 6.40, 8.25, 22.55, 23.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 6.40, 8.25, 23.15, 23.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 8.45, 10.3, 2.35, 2.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' /BARIS 4 &OBST XB= 8.45, 10.3, 2.95, 3.45, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 8.45, 10.3, 3.55, 4.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' /

Page 115: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

99

&OBST XB= 8.45, 10.3, 4.15, 4.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 8.45, 10.3, 4.75, 5.25, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 8.45, 10.3, 5.35, 5.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 8.45, 10.3, 5.95, 6.45, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 8.45, 10.3, 6.55, 7.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 8.45, 10.3, 7.15, 7.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 8.45, 10.3, 9.15, 9.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 8.45, 10.3, 9.75, 10.25, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 8.45, 10.3, 10.35, 10.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 8.45, 10.3, 10.95, 11.45, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 8.45, 10.3, 11.55, 12.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 8.45, 10.3, 12.15, 12.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 8.45, 10.3, 12.75, 13.25, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 8.45, 10.3, 13.35, 13.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 8.45, 10.3, 13.95, 14.45, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 8.45, 10.3, 14.55, 15.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 8.45, 10.3, 15.15, 15.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 8.45, 10.3, 17.15, 17.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 8.45, 10.3, 17.75, 18.25, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 8.45, 10.3, 18.35, 18.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 8.45, 10.3, 18.95, 19.45, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 8.45, 10.3, 19.55, 20.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 8.45, 10.3, 20.15, 20.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 8.45, 10.3, 20.75, 21.25, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 8.45, 10.3, 21.35, 21.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 8.45, 10.3, 21.95, 22.45, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 8.45, 10.3, 22.55, 23.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 8.45, 10.3, 23.15, 23.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 11.45, 13.3, 2.35, 2.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' /BARIS 5 &OBST XB= 11.45, 13.3, 2.95, 3.45, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 11.45, 13.3, 3.55, 4.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 11.45, 13.3, 4.15, 4.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 11.45, 13.3, 4.75, 5.25, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 11.45, 13.3, 5.35, 5.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 11.45, 13.3, 5.95, 6.45, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 11.45, 13.3, 6.55, 7.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 11.45, 13.3, 7.15, 7.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 11.45, 13.3, 9.15, 9.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 11.45, 13.3, 9.75, 10.25, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 11.45, 13.3, 10.35, 10.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 11.45, 13.3, 10.95, 11.45, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 11.45, 13.3, 11.55, 12.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 11.45, 13.3, 12.15, 12.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 11.45, 13.3, 12.75, 13.25, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 11.45, 13.3, 13.35, 13.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 11.45, 13.3, 13.95, 14.45, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 11.45, 13.3, 14.55, 15.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 11.45, 13.3, 15.15, 15.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 11.45, 13.3, 17.15, 17.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 11.45, 13.3, 17.75, 18.25, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 11.45, 13.3, 18.35, 18.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 11.45, 13.3, 18.95, 19.45, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 11.45, 13.3, 19.55, 20.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 11.45, 13.3, 20.15, 20.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 11.45, 13.3, 20.75, 21.25, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 11.45, 13.3, 21.35, 21.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 11.45, 13.3, 21.95, 22.45, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 11.45, 13.3, 22.55, 23.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 11.45, 13.3, 23.15, 23.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 14.45, 16.3, 2.35, 2.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' /BARIS 6 &OBST XB= 14.45, 16.3, 2.95, 3.45, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' /

Page 116: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

100

&OBST XB= 14.45, 16.3, 3.55, 4.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 14.45, 16.3, 4.15, 4.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 14.45, 16.3, 4.75, 5.25, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 14.45, 16.3, 5.35, 5.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 14.45, 16.3, 5.95, 6.45, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 14.45, 16.3, 6.55, 7.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 14.45, 16.3, 7.15, 7.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 14.45, 16.3, 9.15, 9.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 14.45, 16.3, 9.75, 10.25, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 14.45, 16.3, 10.35, 10.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 14.45, 16.3, 10.95, 11.45, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 14.45, 16.3, 11.55, 12.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 14.45, 16.3, 12.15, 12.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 14.45, 16.3, 12.75, 13.25, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 14.45, 16.3, 13.35, 13.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 14.45, 16.3, 13.95, 14.45, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 14.45, 16.3, 14.55, 15.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 14.45, 16.3, 15.15, 15.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 14.45, 16.3, 17.15, 17.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 14.45, 16.3, 17.75, 18.25, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 14.45, 16.3, 18.35, 18.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 14.45, 16.3, 18.95, 19.45, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 14.45, 16.3, 19.55, 20.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 14.45, 16.3, 20.15, 20.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 14.45, 16.3, 20.75, 21.25, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 14.45, 16.3, 21.35, 21.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 14.45, 16.3, 21.95, 22.45, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 14.45, 16.3, 22.55, 23.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 14.45, 16.3, 23.15, 23.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 16.5, 18.35, 2.35, 2.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' /BARIS 7 &OBST XB= 16.5, 18.35, 2.95, 3.45, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 16.5, 18.35, 3.55, 4.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 16.5, 18.35, 4.15, 4.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 16.5, 18.35, 4.75, 5.25, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 16.5, 18.35, 5.35, 5.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 16.5, 18.35, 5.95, 6.45, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 16.5, 18.35, 6.55, 7.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 16.5, 18.35, 7.15, 7.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 16.5, 18.35, 9.15, 9.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 16.5, 18.35, 9.75, 10.25, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 16.5, 18.35, 10.35, 10.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 16.5, 18.35, 10.95, 11.45, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 16.5, 18.35, 11.55, 12.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 16.5, 18.35, 12.15, 12.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 16.5, 18.35, 12.75, 13.25, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 16.5, 18.35, 13.35, 13.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 16.5, 18.35, 13.95, 14.45, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 16.5, 18.35, 14.55, 15.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 16.5, 18.35, 15.15, 15.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 16.5, 18.35, 17.15, 17.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 16.5, 18.35, 17.75, 18.25, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 16.5, 18.35, 18.35, 18.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 16.5, 18.35, 18.95, 19.45, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 16.5, 18.35, 19.55, 20.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 16.5, 18.35, 20.15, 20.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 16.5, 18.35, 20.75, 21.25, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 16.5, 18.35, 21.35, 21.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 16.5, 18.35, 21.95, 22.45, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 16.5, 18.35, 22.55, 23.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 16.5, 18.35, 23.15, 23.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 19.5, 21.35, 2.35, 2.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' /BARIS 8

Page 117: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

101

&OBST XB= 19.5, 21.35, 2.95, 3.45, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 19.5, 21.35, 3.55, 4.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 19.5, 21.35, 4.15, 4.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 19.5, 21.35, 4.75, 5.25, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 19.5, 21.35, 5.35, 5.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 19.5, 21.35, 5.95, 6.45, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 19.5, 21.35, 6.55, 7.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 19.5, 21.35, 7.15, 7.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 19.5, 21.35, 9.15, 9.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 19.5, 21.35, 9.75, 10.25, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 19.5, 21.35, 10.35, 10.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 19.5, 21.35, 10.95, 11.45, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 19.5, 21.35, 11.55, 12.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 19.5, 21.35, 12.15, 12.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 19.5, 21.35, 12.75, 13.25, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 19.5, 21.35, 13.35, 13.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 19.5, 21.35, 13.95, 14.45, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 19.5, 21.35, 14.55, 15.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 19.5, 21.35, 15.15, 15.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 19.5, 21.35, 17.15, 17.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 19.5, 21.35, 17.75, 18.25, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 19.5, 21.35, 18.35, 18.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 19.5, 21.35, 18.95, 19.45, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 19.5, 21.35, 19.55, 20.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 19.5, 21.35, 20.15, 20.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 19.5, 21.35, 20.75, 21.25, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 19.5, 21.35, 21.35, 21.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 19.5, 21.35, 21.95, 22.45, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 19.5, 21.35, 22.55, 23.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 19.5, 21.35, 23.15, 23.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 22.5, 24.35, 1.15, 1.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' /baris 9 &OBST XB= 22.5, 24.35, 1.75, 2.25, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 22.5, 24.35, 2.35, 2.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 22.5, 24.35, 2.95, 3.45, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 22.5, 24.35, 3.55, 4.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 22.5, 24.35, 4.15, 4.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 22.5, 24.35, 4.75, 5.25, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 22.5, 24.35, 5.35, 5.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 22.5, 24.35, 5.95, 6.45, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 22.5, 24.35, 10.35, 10.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 22.5, 24.35, 10.95, 11.45, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 22.5, 24.35, 11.55, 12.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 22.5, 24.35, 12.15, 12.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 22.5, 24.35, 12.75, 13.25, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 22.5, 24.35, 13.35, 13.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 22.5, 24.35, 13.95, 14.45, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 22.5, 24.35, 14.55, 15.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 22.5, 24.35, 15.15, 15.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 22.5, 24.35, 17.15, 17.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 22.5, 24.35, 17.75, 18.25, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 22.5, 24.35, 18.35, 18.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 22.5, 24.35, 18.95, 19.45, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 22.5, 24.35, 19.55, 20.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 22.5, 24.35, 20.15, 20.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 22.5, 24.35, 20.75, 21.25, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 22.5, 24.35, 21.35, 21.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 22.5, 24.35, 21.95, 22.45, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 22.5, 24.35, 22.55, 23.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 22.5, 24.35, 23.15, 23.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &VENT MB='XMIN', SURF_ID='BLOW 1' / &VENT MB='XMAX', SURF_ID='OPEN' /

Page 118: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

102

&VENT MB='YMIN', SURF_ID='OPEN' / &VENT MB='YMAX', SURF_ID='OPEN' / &VENT MB='ZMIN', SURF_ID='OPEN' / &BNDF QUANTITY='GAUGE_HEAT_FLUX' / &BNDF QUANTITY='WALL_TEMPERATURE' / &BNDF QUANTITY='BURNING_RATE' / &TAIL /

1) Untuk Titik Api Awal 1 &OBST XB= 0.40, 2.25, 1.15, 1.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='FIRE' /baris 1 &SLCF PBX=1.325, QUANTITY='TEMPERATURE' / &SLCF PBX=1.325, QUANTITY='HRRPUV' / Heat Release Rate per Unit Volume &SLCF PBX=1.325, QUANTITY='MIXTURE_FRACTION' / &SLCF PBY=1.4, QUANTITY='TEMPERATURE' / &SLCF PBY=1.4, QUANTITY='HRRPUV' / Heat Release Rate per Unit Volume &SLCF PBY=1.4, QUANTITY='MIXTURE_FRACTION' / &SLCF PBX=0, QUANTITY='TEMPERATURE' / &SLCF PBX=0, QUANTITY='HRRPUV' / Heat Release Rate per Unit Volume &SLCF PBX=0, QUANTITY='MIXTURE_FRACTION' / &SLCF PBY=0, QUANTITY='TEMPERATURE' / &SLCF PBY=0, QUANTITY='HRRPUV' / Heat Release Rate per Unit Volume &SLCF PBY=0, QUANTITY='MIXTURE_FRACTION' / &SLCF PBX=24.75, QUANTITY='TEMPERATURE' / &SLCF PBX=24.75, QUANTITY='HRRPUV' / Heat Release Rate per Unit Volume &SLCF PBX=24.75, QUANTITY='MIXTURE_FRACTION' / &SLCF PBY=24.0, QUANTITY='TEMPERATURE' / &SLCF PBY=24.0, QUANTITY='HRRPUV' / Heat Release Rate per Unit Volume &SLCF PBY=24.0, QUANTITY='MIXTURE_FRACTION' / &SLCF PBZ=1.3, QUANTITY='TEMPERATURE' / &SLCF PBZ=1.3, QUANTITY='HRRPUV' / Heat Release Rate per Unit Volume &SLCF PBZ=1.3, QUANTITY='MIXTURE_FRACTION' / &SLCF PBZ=0, QUANTITY='TEMPERATURE' / &SLCF PBZ=0, QUANTITY='HRRPUV' / Heat Release Rate per Unit Volume &SLCF PBZ=0, QUANTITY='MIXTURE_FRACTION' / &SLCF PBZ=3.2, QUANTITY='TEMPERATURE' / &SLCF PBZ=3.2, QUANTITY='HRRPUV' / Heat Release Rate per Unit Volume &SLCF PBZ=3.2, QUANTITY='MIXTURE_FRACTION' /

2) Untuk Titik Api Awal 2 &OBST XB=0.40,2.25,23.15,23.65,0.2,1.30, SURF_IDS='FIRE ','MOTOR' /API &SLCF PBX=1.325, QUANTITY='TEMPERATURE' / &SLCF PBX=1.325, QUANTITY='HRRPUV' / Heat Release Rate per Unit Volume &SLCF PBX=1.325, QUANTITY='MIXTURE_FRACTION' / &SLCF PBY=23.4, QUANTITY='TEMPERATURE' / &SLCF PBY=23.4, QUANTITY='HRRPUV' / Heat Release Rate per Unit Volume &SLCF PBY=23.4, QUANTITY='MIXTURE_FRACTION' / &SLCF PBX=0, QUANTITY='TEMPERATURE' / &SLCF PBX=0, QUANTITY='HRRPUV' / Heat Release Rate per Unit Volume &SLCF PBX=0, QUANTITY='MIXTURE_FRACTION' / &SLCF PBY=0, QUANTITY='TEMPERATURE' / &SLCF PBY=0, QUANTITY='HRRPUV' / Heat Release Rate per Unit Volume &SLCF PBY=0, QUANTITY='MIXTURE_FRACTION' / &SLCF PBX=24.75, QUANTITY='TEMPERATURE' / &SLCF PBX=24.75, QUANTITY='HRRPUV' / Heat Release Rate per Unit Volume &SLCF PBX=24.75, QUANTITY='MIXTURE_FRACTION' / &SLCF PBY=24.0, QUANTITY='TEMPERATURE' / &SLCF PBY=24.0, QUANTITY='HRRPUV' / Heat Release Rate per Unit Volume &SLCF PBY=24.0, QUANTITY='MIXTURE_FRACTION' / &SLCF PBZ=1.3, QUANTITY='TEMPERATURE' / &SLCF PBZ=1.3, QUANTITY='HRRPUV' / Heat Release Rate per Unit Volume &SLCF PBZ=1.3, QUANTITY='MIXTURE_FRACTION' / &SLCF PBZ=0, QUANTITY='TEMPERATURE' /

Page 119: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

103

&SLCF PBZ=0, QUANTITY='HRRPUV' / Heat Release Rate per Unit Volume &SLCF PBZ=0, QUANTITY='MIXTURE_FRACTION' / &SLCF PBZ=3.2, QUANTITY='TEMPERATURE' / &SLCF PBZ=3.2, QUANTITY='HRRPUV' / Heat Release Rate per Unit Volume &SLCF PBZ=3.2, QUANTITY='MIXTURE_FRACTION' /

3) Untuk Titik Api Awal 3 &OBST XB=11.45,13.3,12.15,12.65,0.2,1.30, SURF_IDS='FIRE','MOTOR' /API &SLCF PBX=12.375, QUANTITY='TEMPERATURE' / &SLCF PBX=12.375, QUANTITY='HRRPUV' /Heat Release Rate per Unit Volume &SLCF PBX=12.375, QUANTITY='MIXTURE_FRACTION' / &SLCF PBY=12.4, QUANTITY='TEMPERATURE' / &SLCF PBY=12.4, QUANTITY='HRRPUV' / Heat Release Rate per Unit Volume &SLCF PBY=12.4, QUANTITY='MIXTURE_FRACTION' / &SLCF PBX=0, QUANTITY='TEMPERATURE' / &SLCF PBX=0, QUANTITY='HRRPUV' / Heat Release Rate per Unit Volume &SLCF PBX=0, QUANTITY='MIXTURE_FRACTION' / &SLCF PBY=0, QUANTITY='TEMPERATURE' / &SLCF PBY=0, QUANTITY='HRRPUV' / Heat Release Rate per Unit Volume &SLCF PBY=0, QUANTITY='MIXTURE_FRACTION' / &SLCF PBX=24.75, QUANTITY='TEMPERATURE' / &SLCF PBX=24.75, QUANTITY='HRRPUV' / Heat Release Rate per Unit Volume &SLCF PBX=24.75, QUANTITY='MIXTURE_FRACTION' / &SLCF PBY=24.0, QUANTITY='TEMPERATURE' / &SLCF PBY=24.0, QUANTITY='HRRPUV' / Heat Release Rate per Unit Volume &SLCF PBY=24.0, QUANTITY='MIXTURE_FRACTION' / &SLCF PBZ=1.3, QUANTITY='TEMPERATURE' / &SLCF PBZ=1.3, QUANTITY='HRRPUV' / Heat Release Rate per Unit Volume &SLCF PBZ=1.3, QUANTITY='MIXTURE_FRACTION' / &SLCF PBZ=0, QUANTITY='TEMPERATURE' / &SLCF PBZ=0, QUANTITY='HRRPUV' / Heat Release Rate per Unit Volume &SLCF PBZ=0, QUANTITY='MIXTURE_FRACTION' / &SLCF PBZ=3.2, QUANTITY='TEMPERATURE' / &SLCF PBZ=3.2, QUANTITY='HRRPUV' / Heat Release Rate per Unit Volume &SLCF PBZ=3.2, QUANTITY='MIXTURE_FRACTION' /

Tata Letak 2

&HEAD CHID='2-1' , TITLE='TEST 2-1' / &MESH IJK=125,120,16, XB=-0.25,24.75,0,24,0,3.2 &TIME TWFIN=1800.0 / &DT_RESTART=60. / &MISC SURF_DEFAULT='WALL', TMPA=32. / &MISC LES=.TRUE. / &REAC ID = 'POLYETHILENE' FYI = 'C_1 H_2' SOOT_YIELD = 0.27 C = 1. H = 2. / &MATL ID = 'PE' CONDUCTIVITY = 0.30 SPECIFIC_HEAT = 2.15 DENSITY = 940. HEAT_OF_REACTION = 3400. HEAT_OF_COMBUSTION = 43400. REFERENCE_TEMPERATURE = 443. NU_FUEL = 1. N_REACTIONS = 1. / &MATL ID = 'CONCRETE' CONDUCTIVITY = 1.7 SPECIFIC_HEAT = 0.75 DENSITY = 2200. /

Page 120: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

104

&SURF ID = 'WALL' RGB = 190,190,190 MATL_ID = 'CONCRETE' THICKNESS = 0.20 / &SURF ID = 'MOTOR' RGB = 128,0,0 MATL_ID = 'PE' THICKNESS = 0.5 / &SURF ID = 'BLOW 1', VEL=-0.9, COLOR= 'YELLOW' / &SURF ID = 'FIRE', HRRPUA=913, RGB=1,0,0 / &OBST XB= 0.00, 24.75, 0.00, 24.00, 0.00, 0.20, SURF_ID='WALL' / &OBST XB= 0.00, 0.75, 0.00, 0.75, 0.20, 3.2, SURF_ID='WALL' / &OBST XB= 0.75, 8.00, 0.00, 0.20, 0.20, 3.2, SURF_ID='WALL' / &HOLE XB= 0.75, 8.00, 0.00, 0.20, 1.45, 2.45 / &OBST XB= 8.00, 8.75, 0.00, 0.75, 0.20, 3.2, SURF_ID='WALL' / &OBST XB= 8.75, 16.00, 0.00, 0.20, 0.20, 3.2, SURF_ID='WALL' / &OBST XB= 16.00, 16.75, 0.00, 0.75, 0.20, 3.2, SURF_ID='WALL' / &OBST XB= 16.75, 24.00, 0.00, 0.20, 0.00, 3.2, SURF_ID='WALL' / &HOLE XB= 16.75, 24.00, 0.00, 0.20, 1.45, 2.45 / &OBST XB= 24.00, 24.75, 0.00, 0.75, 0.20, 3.2, SURF_ID='WALL' / &OBST XB= 0.00, 0.20, 0.75, 8.00, 0.20, 3.2, SURF_ID='WALL' / &HOLE XB= 0.00, 0.20, 0.75, 8.00, 1.45, 2.45 / &OBST XB= 0.00, 0.75, 8.00, 8.75, 0.20, 3.2, SURF_ID='WALL' / &OBST XB= 0.00, 0.20, 8.75, 16.00, 0.20, 3.2, SURF_ID='WALL' / &OBST XB= 0.00, 0.75, 16.00, 16.75, 0.20, 3.2, SURF_ID='WALL' / &OBST XB= 0.00, 0.20, 16.75, 24.00, 0.20, 3.2, SURF_ID='WALL' / &OBST XB= 0.00, 0.75, 24.00, 24.00, 0.20, 3.2, SURF_ID='WALL' / &OBST XB= 24.55, 24.75, 0.75, 8.00, 0.20, 3.2, SURF_ID='WALL' / &HOLE XB= 24.55, 24.75, 0.75, 6.38, 1.45, 2.45 / &HOLE XB= 24.55, 24.75, 6.38, 8.00, 0.20, 3.2 / &OBST XB= 24.00, 24.75, 8.00, 8.75, 0.20, 3.2, SURF_ID='WALL' / &OBST XB= 24.55, 24.75, 8.75, 16.00, 0.20, 3.2, SURF_ID='WALL' / &HOLE XB= 24.55, 24.75, 8.75, 10.37, 0.20, 3.2 / &HOLE XB= 24.55, 24.75, 10.37, 16.00, 1.45, 2.45 / &OBST XB= 24.00, 24.75, 16.00, 16.75, 0.20, 3.2, SURF_ID='WALL' / &OBST XB= 24.55, 24.75, 16.75, 24.00, 0.20, 3.2, SURF_ID='WALL' / &HOLE XB= 24.55, 24.75, 16.75, 24.00, 1.45, 2.45 / &OBST XB= 24.00, 24.75, 24.00, 24.00, 0.20, 3.2, SURF_ID='WALL' / &OBST XB= 8.00, 8.75, 8.00, 8.75, 0.20, 3.2, SURF_ID='WALL' / &OBST XB= 8.00, 8.75, 16.00, 16.75, 0.20, 3.2, SURF_ID='WALL' / &OBST XB= 8.00, 8.75, 16.00, 16.75, 0.20, 3.2, SURF_ID='WALL' / &OBST XB= 8.00, 8.75, 24.00, 24.00, 0.20, 3.2, SURF_ID='WALL' / &OBST XB= 8.00, 8.75, 32.00, 32.75, 0.20, 3.2, SURF_ID='WALL' / &OBST XB= 16.00, 16.75, 8.00, 8.75, 0.20, 3.2, SURF_ID='WALL' / &OBST XB= 16.00, 16.75, 16.00, 16.75, 0.20, 3.2, SURF_ID='WALL' / &OBST XB= 16.00, 16.75, 24.00, 24.00, 0.20, 3.2, SURF_ID='WALL' / &OBST XB= 4.275, 4.475, 0.20, 24.00, 2.45, 3.2, SURF_ID='WALL' / &OBST XB= 8.275, 8.475, 0.20, 24.00, 2.45, 3.2, SURF_ID='WALL' / &OBST XB= 12.275, 12.475, 0.20, 24.00, 2.45, 3.2, SURF_ID='WALL' / &OBST XB= 16.275, 16.475, 0.20, 24.00, 2.45, 3.2, SURF_ID='WALL' / &OBST XB= 20.275, 20.475, 0.20, 24.00, 2.45, 3.2, SURF_ID='WALL' / &OBST XB= 0.20, 24.75, 4.275, 4.475, 2.45, 3.2, SURF_ID='WALL' / &OBST XB= 0.20, 24.75, 8.275, 8.475, 2.45, 3.2, SURF_ID='WALL' / &OBST XB= 0.20, 24.75, 12.275, 12.475, 2.45, 3.2, SURF_ID='WALL' / &OBST XB= 0.20, 24.75, 16.275, 16.475, 2.45, 3.2, SURF_ID='WALL' / &OBST XB= 0.20, 24.75, 20.275, 20.475, 2.45, 3.2, SURF_ID='WALL' / &OBST XB= 1.05, 2.9, 0.95, 1.45, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' /baris 1, &OBST XB= 1.05, 2.9, 1.65, 2.15, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 1.05, 2.9, 2.35, 2.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 1.05, 2.9, 3.05, 3.55, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 1.05, 2.9, 3.75, 4.25, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 1.05, 2.9, 4.45, 4.95, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 1.05, 2.9, 5.15, 5.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 1.05, 2.9, 5.85, 6.35, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' /

Page 121: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

105

&OBST XB= 1.05, 2.9, 6.55, 7.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 1.05, 2.9, 7.25, 7.75, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 1.05, 2.9, 8.95, 9.45, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 1.05, 2.9, 9.65, 10.15, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 1.05, 2.9, 10.35, 10.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 1.05, 2.9, 11.05, 11.55, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 1.05, 2.9, 11.75, 12.25, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 1.05, 2.9, 12.45, 12.95, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 1.05, 2.9, 13.15, 13.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 1.05, 2.9, 13.85, 14.35, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 1.05, 2.9, 14.55, 15.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 1.05, 2.9, 15.25, 15.75, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' /

&OBST XB= 1.05, 2.9, 16.95, 17.45, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 1.05, 2.9, 17.65, 18.15, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 1.05, 2.9, 18.35, 18.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 1.05, 2.9, 19.05, 19.55, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 1.05, 2.9, 19.75, 20.25, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 1.05, 2.9, 20.45, 20.95, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 1.05, 2.9, 21.15, 21.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 1.05, 2.9, 21.85, 22.35, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 1.05, 2.9, 22.55, 23.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 1.05, 2.9, 23.25, 23.75, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 4.65, 6.5, 2.35, 2.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' /baris 2 &OBST XB= 4.65, 6.5, 3.05, 3.55, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 4.65, 6.5, 3.75, 4.25, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 4.65, 6.5, 4.45, 4.95, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 4.65, 6.5, 5.15, 5.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 4.65, 6.5, 5.85, 6.35, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 4.65, 6.5, 6.55, 7.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 4.65, 6.5, 7.25, 7.75, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 4.65, 6.5, 8.95, 9.45, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 4.65, 6.5, 9.65, 10.15, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 4.65, 6.5, 10.35, 10.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 4.65, 6.5, 11.05, 11.55, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 4.65, 6.5, 11.75, 12.25, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 4.65, 6.5, 12.45, 12.95, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 4.65, 6.5, 13.15, 13.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 4.65, 6.5, 13.85, 14.35, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 4.65, 6.5, 14.55, 15.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 4.65, 6.5, 15.25, 15.75, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 4.65, 6.5, 16.95, 17.45, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 4.65, 6.5, 17.65, 18.15, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 4.65, 6.5, 18.35, 18.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 4.65, 6.5, 19.05, 19.55, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 4.65, 6.5, 19.75, 20.25, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 4.65, 6.5, 20.45, 20.95, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 4.65, 6.5, 21.15, 21.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 4.65, 6.5, 21.85, 22.35, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 4.65, 6.5, 22.55, 23.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 4.65, 6.5, 23.25, 23.75, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 6.8, 8.65, 2.35, 2.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' /baris 3 &OBST XB= 6.8, 8.65, 3.05, 3.55, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 6.8, 8.65, 3.75, 4.25, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 6.8, 8.65, 4.45, 4.95, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 6.8, 8.65, 5.15, 5.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 6.8, 8.65, 5.85, 6.35, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 6.8, 8.65, 6.55, 7.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 6.8, 8.65, 7.25, 7.75, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 6.8, 8.65, 8.95, 9.45, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 6.8, 8.65, 9.65, 10.15, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' /

Page 122: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

106

&OBST XB= 6.8, 8.65, 10.35, 10.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 6.8, 8.65, 11.05, 11.55, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 6.8, 8.65, 11.75, 12.25, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 6.8, 8.65, 12.45, 12.95, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 6.8, 8.65, 13.15, 13.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 6.8, 8.65, 13.85, 14.35, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 6.8, 8.65, 14.55, 15.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 6.8, 8.65, 15.25, 15.75, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 6.8, 8.65, 16.95, 17.45, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 6.8, 8.65, 17.65, 18.15, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 6.8, 8.65, 18.35, 18.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 6.8, 8.65, 19.05, 19.55, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 6.8, 8.65, 19.75, 20.25, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 6.8, 8.65, 20.45, 20.95, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 6.8, 8.65, 21.15, 21.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 6.8, 8.65, 21.85, 22.35, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 6.8, 8.65, 22.55, 23.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 6.8, 8.65, 23.25, 23.75, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 10.4, 12.25, 2.35, 2.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' /baris 4 &OBST XB= 10.4, 12.25, 3.05, 3.55, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 10.4, 12.25, 3.75, 4.25, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 10.4, 12.25, 4.45, 4.95, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 10.4, 12.25, 5.15, 5.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 10.4, 12.25, 5.85, 6.35, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 10.4, 12.25, 6.55, 7.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 10.4, 12.25, 7.25, 7.75, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 10.4, 12.25, 8.95, 9.45, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 10.4, 12.25, 9.65, 10.15, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 10.4, 12.25, 10.35, 10.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 10.4, 12.25, 11.05, 11.55, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 10.4, 12.25, 11.75, 12.25, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 10.4, 12.25, 12.45, 12.95, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 10.4, 12.25, 13.15, 13.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 10.4, 12.25, 13.85, 14.35, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 10.4, 12.25, 14.55, 15.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 10.4, 12.25, 15.25, 15.75, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 10.4, 12.25, 16.95, 17.45, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 10.4, 12.25, 17.65, 18.15, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 10.4, 12.25, 18.35, 18.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 10.4, 12.25, 19.05, 19.55, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 10.4, 12.25, 19.75, 20.25, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 10.4, 12.25, 20.45, 20.95, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 10.4, 12.25, 21.15, 21.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 10.4, 12.25, 21.85, 22.35, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 10.4, 12.25, 22.55, 23.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 10.4, 12.25, 23.25, 23.75, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 12.55, 14.4, 2.35, 2.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' /baris 5 &OBST XB= 12.55, 14.4, 3.05, 3.55, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 12.55, 14.4, 3.75, 4.25, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 12.55, 14.4, 4.45, 4.95, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 12.55, 14.4, 5.15, 5.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 12.55, 14.4, 5.85, 6.35, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 12.55, 14.4, 6.55, 7.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 12.55, 14.4, 7.25, 7.75, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 12.55, 14.4, 8.95, 9.45, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 12.55, 14.4, 9.65, 10.15, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 12.55, 14.4, 10.35, 10.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 12.55, 14.4, 11.05, 11.55, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 12.55, 14.4, 11.75, 12.25, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 12.55, 14.4, 12.45, 12.95, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 12.55, 14.4, 13.15, 13.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' /

Page 123: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

107

&OBST XB= 12.55, 14.4, 13.85, 14.35, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 12.55, 14.4, 14.55, 15.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 12.55, 14.4, 15.25, 15.75, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 12.55, 14.4, 16.95, 17.45, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 12.55, 14.4, 17.65, 18.15, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 12.55, 14.4, 18.35, 18.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 12.55, 14.4, 19.05, 19.55, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 12.55, 14.4, 19.75, 20.25, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 12.55, 14.4, 20.45, 20.95, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 12.55, 14.4, 21.15, 21.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 12.55, 14.4, 21.85, 22.35, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 12.55, 14.4, 22.55, 23.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 12.55, 14.4, 23.25, 23.75, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 16.15, 18, 2.35, 2.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' /baris 6 &OBST XB= 16.15, 18, 3.05, 3.55, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 16.15, 18, 3.75, 4.25, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 16.15, 18, 4.45, 4.95, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 16.15, 18, 5.15, 5.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 16.15, 18, 5.85, 6.35, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 16.15, 18, 6.55, 7.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 16.15, 18, 7.25, 7.75, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 16.15, 18, 8.95, 9.45, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 16.15, 18, 9.65, 10.15, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 16.15, 18, 10.35, 10.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 16.15, 18, 11.05, 11.55, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 16.15, 18, 11.75, 12.25, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 16.15, 18, 12.45, 12.95, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 16.15, 18, 13.15, 13.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 16.15, 18, 13.85, 14.35, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 16.15, 18, 14.55, 15.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 16.15, 18, 15.25, 15.75, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 16.15, 18, 16.95, 17.45, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 16.15, 18, 17.65, 18.15, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 16.15, 18, 18.35, 18.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 16.15, 18, 19.05, 19.55, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 16.15, 18, 19.75, 20.25, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 16.15, 18, 20.45, 20.95, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 16.15, 18, 21.15, 21.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 16.15, 18, 21.85, 22.35, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 16.15, 18, 22.55, 23.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 16.15, 18, 23.25, 23.75, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 18.3, 20.15, 2.35, 2.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' /baris 7 &OBST XB= 18.3, 20.15, 3.05, 3.55, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 18.3, 20.15, 3.75, 4.25, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 18.3, 20.15, 4.45, 4.95, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 18.3, 20.15, 5.15, 5.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 18.3, 20.15, 5.85, 6.35, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 18.3, 20.15, 6.55, 7.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 18.3, 20.15, 7.25, 7.75, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 18.3, 20.15, 8.95, 9.45, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 18.3, 20.15, 9.65, 10.15, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 18.3, 20.15, 10.35, 10.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 18.3, 20.15, 11.05, 11.55, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 18.3, 20.15, 11.75, 12.25, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 18.3, 20.15, 12.45, 12.95, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 18.3, 20.15, 13.15, 13.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 18.3, 20.15, 13.85, 14.35, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 18.3, 20.15, 14.55, 15.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 18.3, 20.15, 15.25, 15.75, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 18.3, 20.15, 16.95, 17.45, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' /

Page 124: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

108

&OBST XB= 18.3, 20.15, 17.65, 18.15, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 18.3, 20.15, 18.35, 18.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 18.3, 20.15, 19.05, 19.55, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 18.3, 20.15, 19.75, 20.25, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 18.3, 20.15, 20.45, 20.95, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 18.3, 20.15, 21.15, 21.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 18.3, 20.15, 21.85, 22.35, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 18.3, 20.15, 22.55, 23.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 18.3, 20.15, 23.25, 23.75, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 21.9, 23.75, 2.35, 2.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' /baris 8 &OBST XB= 21.9, 23.75, 3.05, 3.55, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 21.9, 23.75, 3.75, 4.25, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 21.9, 23.75, 4.45, 4.95, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 21.9, 23.75, 5.15, 5.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 21.9, 23.75, 5.85, 6.35, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 21.9, 23.75, 6.55, 7.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 21.9, 23.75, 7.25, 7.75, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 21.9, 23.75, 8.95, 9.45, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 21.9, 23.75, 9.65, 10.15, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 21.9, 23.75, 10.35, 10.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 21.9, 23.75, 11.05, 11.55, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 21.9, 23.75, 11.75, 12.25, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 21.9, 23.75, 12.45, 12.95, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 21.9, 23.75, 13.15, 13.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 21.9, 23.75, 13.85, 14.35, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 21.9, 23.75, 14.55, 15.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 21.9, 23.75, 15.25, 15.75, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 21.9, 23.75, 16.95, 17.45, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 21.9, 23.75, 17.65, 18.15, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 21.9, 23.75, 18.35, 18.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 21.9, 23.75, 19.05, 19.55, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 21.9, 23.75, 19.75, 20.25, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 21.9, 23.75, 20.45, 20.95, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 21.9, 23.75, 21.15, 21.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 21.9, 23.75, 21.85, 22.35, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 21.9, 23.75, 22.55, 23.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 21.9, 23.75, 23.25, 23.75, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &VENT MB='XMIN', SURF_ID='BLOW 1' / &VENT MB='XMAX', SURF_ID='OPEN' / &VENT MB='YMIN', SURF_ID='OPEN' / &VENT MB='YMAX', SURF_ID='OPEN' / &VENT MB='ZMIN', SURF_ID='OPEN' / &BNDF QUANTITY='GAUGE_HEAT_FLUX' / &BNDF QUANTITY='WALL_TEMPERATURE' / &BNDF QUANTITY='BURNING_RATE' /

&TAIL /

1) Untuk Titik Api Awal 1 &OBST XB=1.05,2.9,0.95,1.45,0.2,1.30, SURF_IDS=’FIRE’,'MOTOR' /API &SLCF PBX=1.975, QUANTITY='TEMPERATURE' / &SLCF PBX=1.975, QUANTITY='HRRPUV' /Heat Release Rate per Unit Volume &SLCF PBX=1.975, QUANTITY='MIXTURE_FRACTION' / &SLCF PBY=1.2, QUANTITY='TEMPERATURE' / &SLCF PBY=1.2, QUANTITY='HRRPUV' / Heat Release Rate per Unit Volume &SLCF PBY=1.2, QUANTITY='MIXTURE_FRACTION' / &SLCF PBX=0, QUANTITY='TEMPERATURE' / &SLCF PBX=0, QUANTITY='HRRPUV' / Heat Release Rate per Unit Volume &SLCF PBX=0, QUANTITY='MIXTURE_FRACTION' / &SLCF PBY=0, QUANTITY='TEMPERATURE' /

Page 125: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

109

&SLCF PBY=0, QUANTITY='HRRPUV' / Heat Release Rate per Unit Volume &SLCF PBY=0, QUANTITY='MIXTURE_FRACTION' / &SLCF PBX=24.75, QUANTITY='TEMPERATURE' / &SLCF PBX=24.75, QUANTITY='HRRPUV' / Heat Release Rate per Unit Volume &SLCF PBX=24.75, QUANTITY='MIXTURE_FRACTION' / &SLCF PBY=24.0, QUANTITY='TEMPERATURE' / &SLCF PBY=24.0, QUANTITY='HRRPUV' / Heat Release Rate per Unit Volume &SLCF PBY=24.0, QUANTITY='MIXTURE_FRACTION' / &SLCF PBZ=1.3, QUANTITY='TEMPERATURE' / &SLCF PBZ=1.3, QUANTITY='HRRPUV' / Heat Release Rate per Unit Volume &SLCF PBZ=1.3, QUANTITY='MIXTURE_FRACTION' / &SLCF PBZ=0, QUANTITY='TEMPERATURE' / &SLCF PBZ=0, QUANTITY='HRRPUV' / Heat Release Rate per Unit Volume &SLCF PBZ=0, QUANTITY='MIXTURE_FRACTION' / &SLCF PBZ=3.2, QUANTITY='TEMPERATURE' / &SLCF PBZ=3.2, QUANTITY='HRRPUV' / Heat Release Rate per Unit Volume &SLCF PBZ=3.2, QUANTITY='MIXTURE_FRACTION' /

2) Untuk Titik Api Awal 1 &OBST XB=1.05,2.9,23.25,23.75,0.2,1.30, SURF_IDS='FIRE','MOTOR' /API &SLCF PBX=1.975, QUANTITY='TEMPERATURE' / &SLCF PBX=1.975, QUANTITY='HRRPUV' / Heat Release Rate per Unit Volume &SLCF PBX=1.975, QUANTITY='MIXTURE_FRACTION' / &SLCF PBY=23.5, QUANTITY='TEMPERATURE' / &SLCF PBY=23.5, QUANTITY='HRRPUV' / Heat Release Rate per Unit Volume &SLCF PBY=23.5, QUANTITY='MIXTURE_FRACTION' / &SLCF PBX=0, QUANTITY='TEMPERATURE' / &SLCF PBX=0, QUANTITY='HRRPUV' / Heat Release Rate per Unit Volume &SLCF PBX=0, QUANTITY='MIXTURE_FRACTION' / &SLCF PBY=0, QUANTITY='TEMPERATURE' / &SLCF PBY=0, QUANTITY='HRRPUV' / Heat Release Rate per Unit Volume &SLCF PBY=0, QUANTITY='MIXTURE_FRACTION' / &SLCF PBX=24.75, QUANTITY='TEMPERATURE' / &SLCF PBX=24.75, QUANTITY='HRRPUV' / Heat Release Rate per Unit Volume &SLCF PBX=24.75, QUANTITY='MIXTURE_FRACTION' / &SLCF PBY=24.75, QUANTITY='TEMPERATURE' / &SLCF PBY=24.75, QUANTITY='HRRPUV' / Heat Release Rate per Unit Volume &SLCF PBY=24.75, QUANTITY='MIXTURE_FRACTION' / &SLCF PBZ=1.3, QUANTITY='TEMPERATURE' / &SLCF PBZ=1.3, QUANTITY='HRRPUV' / Heat Release Rate per Unit Volume &SLCF PBZ=1.3, QUANTITY='MIXTURE_FRACTION' / &SLCF PBZ=0, QUANTITY='TEMPERATURE' / &SLCF PBZ=0, QUANTITY='HRRPUV' / Heat Release Rate per Unit Volume &SLCF PBZ=0, QUANTITY='MIXTURE_FRACTION' / &SLCF PBZ=3.2, QUANTITY='TEMPERATURE' / &SLCF PBZ=3.2, QUANTITY='HRRPUV' / Heat Release Rate per Unit Volume &SLCF PBZ=3.2, QUANTITY='MIXTURE_FRACTION' /

3) Untuk Titik Api Awal 1 &OBST XB=12.55,14.4,12.45,12.95,0.2,1.30, SURF_IDS='FIRE','MOTOR' /API &SLCF PBX=13.475, QUANTITY='TEMPERATURE' / &SLCF PBX=13.475, QUANTITY='HRRPUV' /Heat Release Rate per Unit Volume &SLCF PBX=13.475, QUANTITY='MIXTURE_FRACTION' / &SLCF PBY=12.7, QUANTITY='TEMPERATURE' / &SLCF PBY=12.7, QUANTITY='HRRPUV' / Heat Release Rate per Unit Volume &SLCF PBY=12.7, QUANTITY='MIXTURE_FRACTION' / &SLCF PBX=0, QUANTITY='TEMPERATURE' / &SLCF PBX=0, QUANTITY='HRRPUV' / Heat Release Rate per Unit Volume &SLCF PBX=0, QUANTITY='MIXTURE_FRACTION' / &SLCF PBY=0, QUANTITY='TEMPERATURE' / &SLCF PBY=0, QUANTITY='HRRPUV' / Heat Release Rate per Unit Volume &SLCF PBY=0, QUANTITY='MIXTURE_FRACTION' / &SLCF PBX=24.75, QUANTITY='TEMPERATURE' /

Page 126: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

110

&SLCF PBX=24.75, QUANTITY='HRRPUV' / Heat Release Rate per Unit Volume &SLCF PBX=24.75, QUANTITY='MIXTURE_FRACTION' / &SLCF PBY=24.0, QUANTITY='TEMPERATURE' / &SLCF PBY=24.0, QUANTITY='HRRPUV' / Heat Release Rate per Unit Volume &SLCF PBY=24.0, QUANTITY='MIXTURE_FRACTION' / &SLCF PBZ=1.3, QUANTITY='TEMPERATURE' / &SLCF PBZ=1.3, QUANTITY='HRRPUV' / Heat Release Rate per Unit Volume &SLCF PBZ=1.3, QUANTITY='MIXTURE_FRACTION' / &SLCF PBZ=0, QUANTITY='TEMPERATURE' / &SLCF PBZ=0, QUANTITY='HRRPUV' / Heat Release Rate per Unit Volume &SLCF PBZ=0, QUANTITY='MIXTURE_FRACTION' / &SLCF PBZ=3.2, QUANTITY='TEMPERATURE' / &SLCF PBZ=3.2, QUANTITY='HRRPUV' / Heat Release Rate per Unit Volume &SLCF PBZ=3.2, QUANTITY='MIXTURE_FRACTION' /

Tata Letak 3 &HEAD CHID='3-1' , TITLE='TEST 3-1' / &MESH IJK=125,120,16, XB=-0.25,24.75,0,24,0,3.2 &TIME TWFIN=1800.0 / &DT_RESTART=60. / &MISC SURF_DEFAULT='WALL', TMPA=32. / &MISC LES=.TRUE. / &REAC ID = 'POLYETHILENE' FYI = 'C_1 H_2' SOOT_YIELD = 0.27 C = 1. H = 2. / &MATL ID = 'PE' CONDUCTIVITY = 0.30 SPECIFIC_HEAT = 2.15 DENSITY = 940. HEAT_OF_REACTION = 3400. HEAT_OF_COMBUSTION = 43400. REFERENCE_TEMPERATURE = 443. NU_FUEL = 1. N_REACTIONS = 1. / &MATL ID = 'CONCRETE' CONDUCTIVITY = 1.7 SPECIFIC_HEAT = 0.75 DENSITY = 2200. / &SURF ID = 'WALL' RGB = 190,190,190 MATL_ID = 'CONCRETE' THICKNESS = 0.20 / &SURF ID = 'MOTOR' RGB = 128,0,0 MATL_ID = 'PE' THICKNESS = 0.5 / &SURF ID = 'BLOW 1', VEL=-0.9, COLOR= 'YELLOW' / &SURF ID = 'FIRE', HRRPUA=913, RGB=1,0,0 / &OBST XB= 0.00, 24.75, 0.00, 24.00, 0.00, 0.20, SURF_ID='WALL' / &OBST XB= 0.00, 0.75, 0.00, 0.75, 0.20, 3.2, SURF_ID='WALL' / &OBST XB= 0.75, 8.00, 0.00, 0.20, 0.20, 3.2, SURF_ID='WALL' / &HOLE XB= 0.75, 8.00, 0.00, 0.20, 1.45, 2.45 / &OBST XB= 8.00, 8.75, 0.00, 0.75, 0.20, 3.2, SURF_ID='WALL' / &OBST XB= 8.75, 16.00, 0.00, 0.20, 0.20, 3.2, SURF_ID='WALL' / &OBST XB= 16.00, 16.75, 0.00, 0.75, 0.20, 3.2, SURF_ID='WALL' / &OBST XB= 16.75, 24.00, 0.00, 0.20, 0.00, 3.2, SURF_ID='WALL' / &HOLE XB= 16.75, 24.00, 0.00, 0.20, 1.45, 2.45 / &OBST XB= 24.00, 24.75, 0.00, 0.75, 0.20, 3.2, SURF_ID='WALL' / &OBST XB= 0.00, 0.20, 0.75, 8.00, 0.20, 3.2, SURF_ID='WALL' /

Page 127: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

111

&HOLE XB= 0.00, 0.20, 0.75, 8.00, 1.45, 2.45 / &OBST XB= 0.00, 0.75, 8.00, 8.75, 0.20, 3.2, SURF_ID='WALL' / &OBST XB= 0.00, 0.20, 8.75, 16.00, 0.20, 3.2, SURF_ID='WALL' / &OBST XB= 0.00, 0.75, 16.00, 16.75, 0.20, 3.2, SURF_ID='WALL' / &OBST XB= 0.00, 0.20, 16.75, 24.00, 0.20, 3.2, SURF_ID='WALL' / &OBST XB= 0.00, 0.75, 24.00, 24.00, 0.20, 3.2, SURF_ID='WALL' / &OBST XB= 24.55, 24.75, 0.75, 8.00, 0.20, 3.2, SURF_ID='WALL' / &HOLE XB= 24.55, 24.75, 0.75, 6.38, 1.45, 2.45 / &HOLE XB= 24.55, 24.75, 6.38, 8.00, 0.20, 3.2 / &OBST XB= 24.00, 24.75, 8.00, 8.75, 0.20, 3.2, SURF_ID='WALL' / &OBST XB= 24.55, 24.75, 8.75, 16.00, 0.20, 3.2, SURF_ID='WALL' / &HOLE XB= 24.55, 24.75, 8.75, 10.37, 0.20, 3.2 / &HOLE XB= 24.55, 24.75, 10.37, 16.00, 1.45, 2.45 / &OBST XB= 24.00, 24.75, 16.00, 16.75, 0.20, 3.2, SURF_ID='WALL' / &OBST XB= 24.55, 24.75, 16.75, 24.00, 0.20, 3.2, SURF_ID='WALL' / &HOLE XB= 24.55, 24.75, 16.75, 24.00, 1.45, 2.45 / &OBST XB= 24.00, 24.75, 24.00, 24.00, 0.20, 3.2, SURF_ID='WALL' / &OBST XB= 8.00, 8.75, 8.00, 8.75, 0.20, 3.2, SURF_ID='WALL' / &OBST XB= 8.00, 8.75, 16.00, 16.75, 0.20, 3.2, SURF_ID='WALL' / &OBST XB= 8.00, 8.75, 16.00, 16.75, 0.20, 3.2, SURF_ID='WALL' / &OBST XB= 8.00, 8.75, 24.00, 24.00, 0.20, 3.2, SURF_ID='WALL' / &OBST XB= 8.00, 8.75, 32.00, 32.75, 0.20, 3.2, SURF_ID='WALL' / &OBST XB= 16.00, 16.75, 8.00, 8.75, 0.20, 3.2, SURF_ID='WALL' / &OBST XB= 16.00, 16.75, 16.00, 16.75, 0.20, 3.2, SURF_ID='WALL' / &OBST XB= 16.00, 16.75, 24.00, 24.00, 0.20, 3.2, SURF_ID='WALL' / &OBST XB= 4.275, 4.475, 0.20, 24.00, 2.2, 3.2, SURF_ID='WALL' / &OBST XB= 8.275, 8.475, 0.20, 24.00, 0.2, 3.2, SURF_ID='WALL' / &HOLE XB= 8.275, 8.475, 0.75, 2.3, 0.2, 2.2 / &OBST XB= 12.275, 12.475, 0.20, 24.00, 2.2, 3.2, SURF_ID='WALL' / &OBST XB= 16.275, 16.475, 0.20, 24.00, 0.2, 3.2, SURF_ID='WALL' / &HOLE XB= 16.275, 16.475, 0.75, 2.3, 0.2, 2.2 / &OBST XB= 20.275, 20.475, 0.20, 24.00, 2.2, 3.2, SURF_ID='WALL' / &OBST XB= 0.20, 24.75, 4.275, 4.475, 2.2, 3.2, SURF_ID='WALL' / &OBST XB= 0.20, 24.75, 8.275, 8.475, 2.2, 3.2, SURF_ID='WALL' / &OBST XB= 0.20, 24.75, 12.275, 12.475, 2.2, 3.2, SURF_ID='WALL' / &OBST XB= 0.20, 24.75, 16.275, 16.475, 2.2, 3.2, SURF_ID='WALL' / &OBST XB= 0.20, 24.75, 20.275, 20.475, 2.2, 3.2, SURF_ID='WALL' / &OBST XB= 0.40, 2.25, 0.95, 1.45, 0.2, 1.30, SURF_ID 'MOTOR' /baris 1 &OBST XB= 0.40, 2.25, 1.65, 2.15, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 0.40, 2.25, 2.35, 2.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 0.40, 2.25, 3.05, 3.55, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 0.40, 2.25, 3.75, 4.25, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 0.40, 2.25, 4.45, 4.95, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 0.40, 2.25, 5.15, 5.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 0.40, 2.25, 5.85, 6.35, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 0.40, 2.25, 6.55, 7.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 0.40, 2.25, 7.25, 7.75, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 0.40, 2.25, 8.95, 9.45, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 0.40, 2.25, 9.65, 10.15, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 0.40, 2.25, 10.35, 10.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 0.40, 2.25, 11.05, 11.55, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 0.40, 2.25, 11.75, 12.25, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 0.40, 2.25, 12.45, 12.95, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 0.40, 2.25, 13.15, 13.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 0.40, 2.25, 13.85, 14.35, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 0.40, 2.25, 14.55, 15.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 0.40, 2.25, 15.25, 15.75, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 0.40, 2.25, 16.95, 17.45, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 0.40, 2.25, 17.65, 18.15, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 0.40, 2.25, 18.35, 18.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 0.40, 2.25, 19.05, 19.55, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 0.40, 2.25, 19.75, 20.25, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 0.40, 2.25, 20.45, 20.95, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 0.40, 2.25, 21.15, 21.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 0.40, 2.25, 21.85, 22.35, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 0.40, 2.25, 22.55, 23.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' /

Page 128: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

112

&OBST XB= 0.40, 2.25, 23.25, 23.75, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 3.40, 5.25, 2.35, 2.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' /BARIS 2 &OBST XB= 3.40, 5.25, 3.05, 3.55, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 3.40, 5.25, 3.75, 4.25, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 3.40, 5.25, 4.45, 4.95, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 3.40, 5.25, 5.15, 5.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 3.40, 5.25, 5.85, 6.35, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 3.40, 5.25, 6.55, 7.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 3.40, 5.25, 7.25, 7.75, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 3.40, 5.25, 8.95, 9.45, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 3.40, 5.25, 9.65, 10.15, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 3.40, 5.25, 10.35, 10.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 3.40, 5.25, 11.05, 11.55, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 3.40, 5.25, 11.75, 12.25, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 3.40, 5.25, 12.45, 12.95, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 3.40, 5.25, 13.15, 13.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 3.40, 5.25, 13.85, 14.35, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 3.40, 5.25, 14.55, 15.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 3.40, 5.25, 15.25, 15.75, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 3.40, 5.25, 16.95, 17.45, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 3.40, 5.25, 17.65, 18.15, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 3.40, 5.25, 18.35, 18.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 3.40, 5.25, 19.05, 19.55, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 3.40, 5.25, 19.75, 20.25, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 3.40, 5.25, 20.45, 20.95, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 3.40, 5.25, 21.15, 21.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 3.40, 5.25, 21.85, 22.35, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 3.40, 5.25, 22.55, 23.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 3.40, 5.25, 23.25, 23.75, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 6.4, 8.25, 2.35, 2.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' /BARIS 3 &OBST XB= 6.4, 8.25, 3.05, 3.55, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 6.4, 8.25, 3.75, 4.25, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 6.4, 8.25, 4.45, 4.95, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 6.4, 8.25, 5.15, 5.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 6.4, 8.25, 5.85, 6.35, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 6.4, 8.25, 6.55, 7.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 6.4, 8.25, 7.25, 7.75, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 6.4, 8.25, 8.95, 9.45, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 6.4, 8.25, 9.65, 10.15, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 6.4, 8.25, 10.35, 10.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 6.4, 8.25, 11.05, 11.55, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 6.4, 8.25, 11.75, 12.25, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 6.4, 8.25, 12.45, 12.95, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 6.4, 8.25, 13.15, 13.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 6.4, 8.25, 13.85, 14.35, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 6.4, 8.25, 14.55, 15.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 6.4, 8.25, 15.25, 15.75, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 6.4, 8.25, 16.95, 17.45, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 6.4, 8.25, 17.65, 18.15, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 6.4, 8.25, 18.35, 18.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 6.4, 8.25, 19.05, 19.55, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 6.4, 8.25, 19.75, 20.25, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 6.4, 8.25, 20.45, 20.95, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 6.4, 8.25, 21.15, 21.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 6.4, 8.25, 21.85, 22.35, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 6.4, 8.25, 22.55, 23.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 6.4, 8.25, 23.25, 23.75, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 8.5, 10.35, 2.35, 2.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' /BARIS 4 &OBST XB= 8.5, 10.35, 3.05, 3.55, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 8.5, 10.35, 3.75, 4.25, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 8.5, 10.35, 4.45, 4.95, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 8.5, 10.35, 5.15, 5.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 8.5, 10.35, 5.85, 6.35, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 8.5, 10.35, 6.55, 7.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 8.5, 10.35, 7.25, 7.75, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 8.5, 10.35, 8.95, 9.45, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 8.5, 10.35, 9.65, 10.15, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' /

Page 129: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

113

&OBST XB= 8.5, 10.35, 10.35, 10.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 8.5, 10.35, 11.05, 11.55, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 8.5, 10.35, 11.75, 12.25, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 8.5, 10.35, 12.45, 12.95, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 8.5, 10.35, 13.15, 13.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 8.5, 10.35, 13.85, 14.35, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 8.5, 10.35, 14.55, 15.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 8.5, 10.35, 15.25, 15.75, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 8.5, 10.35, 16.95, 17.45, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 8.5, 10.35, 17.65, 18.15, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 8.5, 10.35, 18.35, 18.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 8.5, 10.35, 19.05, 19.55, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 8.5, 10.35, 19.75, 20.25, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 8.5, 10.35, 20.45, 20.95, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 8.5, 10.35, 21.15, 21.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 8.5, 10.35, 21.85, 22.35, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 8.5, 10.35, 22.55, 23.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 8.5, 10.35, 23.25, 23.75, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 11.45, 13.3, 2.35, 2.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' /BARIS 5 &OBST XB= 11.45, 13.3, 3.05, 3.55, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 11.45, 13.3, 3.75, 4.25, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 11.45, 13.3, 4.45, 4.95, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 11.45, 13.3, 5.15, 5.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 11.45, 13.3, 5.85, 6.35, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 11.45, 13.3, 6.55, 7.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 11.45, 13.3, 7.25, 7.75, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 11.45, 13.3, 8.95, 9.45, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 11.45, 13.3, 9.65, 10.15, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 11.45, 13.3, 10.35, 10.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 11.45, 13.3, 11.05, 11.55, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 11.45, 13.3, 11.75, 12.25, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 11.45, 13.3, 12.45, 12.95, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 11.45, 13.3, 13.15, 13.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 11.45, 13.3, 13.85, 14.35, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 11.45, 13.3, 14.55, 15.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 11.45, 13.3, 15.25, 15.75, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 11.45, 13.3, 16.95, 17.45, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 11.45, 13.3, 17.65, 18.15, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 11.45, 13.3, 18.35, 18.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 11.45, 13.3, 19.05, 19.55, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 11.45, 13.3, 19.75, 20.25, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 11.45, 13.3, 20.45, 20.95, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 11.45, 13.3, 21.15, 21.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 11.45, 13.3, 21.85, 22.35, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 11.45, 13.3, 22.55, 23.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 11.45, 13.3, 23.25, 23.75, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 14.4, 16.25, 2.35, 2.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' /BARIS 6 &OBST XB= 14.4, 16.25, 3.05, 3.55, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 14.4, 16.25, 3.75, 4.25, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 14.4, 16.25, 4.45, 4.95, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 14.4, 16.25, 5.15, 5.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 14.4, 16.25, 5.85, 6.35, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 14.4, 16.25, 6.55, 7.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 14.4, 16.25, 7.25, 7.75, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 14.4, 16.25, 8.95, 9.45, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 14.4, 16.25, 9.65, 10.15, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 14.4, 16.25, 10.35, 10.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 14.4, 16.25, 11.05, 11.55, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 14.4, 16.25, 11.75, 12.25, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 14.4, 16.25, 12.45, 12.95, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 14.4, 16.25, 13.15, 13.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 14.4, 16.25, 13.85, 14.35, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 14.4, 16.25, 14.55, 15.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 14.4, 16.25, 15.25, 15.75, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 14.4, 16.25, 16.95, 17.45, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 14.4, 16.25, 17.65, 18.15, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 14.4, 16.25, 18.35, 18.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' /

Page 130: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

114

&OBST XB= 14.4, 16.25, 19.05, 19.55, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 14.4, 16.25, 19.75, 20.25, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 14.4, 16.25, 20.45, 20.95, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 14.4, 16.25, 21.15, 21.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 14.4, 16.25, 21.85, 22.35, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 14.4, 16.25, 22.55, 23.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 14.4, 16.25, 23.25, 23.75, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 16.5, 18.35, 2.35, 2.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' /BARIS 7 &OBST XB= 16.5, 18.35, 3.05, 3.55, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 16.5, 18.35, 3.75, 4.25, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 16.5, 18.35, 4.45, 4.95, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 16.5, 18.35, 5.15, 5.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 16.5, 18.35, 5.85, 6.35, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 16.5, 18.35, 6.55, 7.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 16.5, 18.35, 7.25, 7.75, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 16.5, 18.35, 8.95, 9.45, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 16.5, 18.35, 9.65, 10.15, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 16.5, 18.35, 10.35, 10.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 16.5, 18.35, 11.05, 11.55, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 16.5, 18.35, 11.75, 12.25, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 16.5, 18.35, 12.45, 12.95, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 16.5, 18.35, 13.15, 13.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 16.5, 18.35, 13.85, 14.35, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 16.5, 18.35, 14.55, 15.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 16.5, 18.35, 15.25, 15.75, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 16.5, 18.35, 16.95, 17.45, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 16.5, 18.35, 17.65, 18.15, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 16.5, 18.35, 18.35, 18.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 16.5, 18.35, 19.05, 19.55, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 16.5, 18.35, 19.75, 20.25, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 16.5, 18.35, 20.45, 20.95, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 16.5, 18.35, 21.15, 21.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 16.5, 18.35, 21.85, 22.35, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 16.5, 18.35, 22.55, 23.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 16.5, 18.35, 23.25, 23.75, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 19.5, 21.35, 2.35, 2.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' /BARIS 8 &OBST XB= 19.5, 21.35, 3.05, 3.55, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 19.5, 21.35, 3.75, 4.25, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 19.5, 21.35, 4.45, 4.95, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 19.5, 21.35, 5.15, 5.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 19.5, 21.35, 5.85, 6.35, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 19.5, 21.35, 6.55, 7.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 19.5, 21.35, 7.25, 7.75, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 19.5, 21.35, 8.95, 9.45, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 19.5, 21.35, 9.65, 10.15, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 19.5, 21.35, 10.35, 10.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 19.5, 21.35, 11.05, 11.55, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 19.5, 21.35, 11.75, 12.25, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 19.5, 21.35, 12.45, 12.95, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 19.5, 21.35, 13.15, 13.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 19.5, 21.35, 13.85, 14.35, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 19.5, 21.35, 14.55, 15.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 19.5, 21.35, 15.25, 15.75, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 19.5, 21.35, 16.95, 17.45, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 19.5, 21.35, 17.65, 18.15, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 19.5, 21.35, 18.35, 18.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 19.5, 21.35, 19.05, 19.55, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 19.5, 21.35, 19.75, 20.25, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 19.5, 21.35, 20.45, 20.95, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 19.5, 21.35, 21.15, 21.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 19.5, 21.35, 21.85, 22.35, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 19.5, 21.35, 22.55, 23.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 19.5, 21.35, 23.25, 23.75, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 22.5, 24.35, 0.95, 1.45, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' /baris 9 &OBST XB= 22.5, 24.35, 1.65, 2.15, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 22.5, 24.35, 2.35, 2.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 22.5, 24.35, 3.05, 3.55, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' /

Page 131: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

115

&OBST XB= 22.5, 24.35, 3.75, 4.25, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 22.5, 24.35, 4.45, 4.95, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 22.5, 24.35, 5.15, 5.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 22.5, 24.35, 5.85, 6.35, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 22.5, 24.35, 10.35, 10.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 22.5, 24.35, 11.05, 11.55, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 22.5, 24.35, 11.75, 12.25, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 22.5, 24.35, 12.45, 12.95, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 22.5, 24.35, 13.15, 13.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 22.5, 24.35, 13.85, 14.35, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 22.5, 24.35, 14.55, 15.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 22.5, 24.35, 15.25, 15.75, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 22.5, 24.35, 16.95, 17.45, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 22.5, 24.35, 17.65, 18.15, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 22.5, 24.35, 18.35, 18.85, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 22.5, 24.35, 19.05, 19.55, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 22.5, 24.35, 19.75, 20.25, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 22.5, 24.35, 20.45, 20.95, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 22.5, 24.35, 21.15, 21.65, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 22.5, 24.35, 21.85, 22.35, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 22.5, 24.35, 22.55, 23.05, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &OBST XB= 22.5, 24.35, 23.25, 23.75, 0.2, 1.30, SURF_ID='MOTOR' / &VENT MB='XMIN', SURF_ID='BLOW 1' / &VENT MB='XMAX', SURF_ID='OPEN' / &VENT MB='YMIN', SURF_ID='OPEN' / &VENT MB='YMAX', SURF_ID='OPEN' / &VENT MB='ZMIN', SURF_ID='OPEN' / &BNDF QUANTITY='GAUGE_HEAT_FLUX' / &BNDF QUANTITY='WALL_TEMPERATURE' / &BNDF QUANTITY='BURNING_RATE' /

&TAIL /

1) Untuk Ttitik Api Awal 1 &OBST XB=0.40,2.25,0.95,1.45,0.2,1.30, SURF_IDS='FIRE','MOTOR' /API &SLCF PBX=1.125, QUANTITY='TEMPERATURE' / &SLCF PBX=1.125, QUANTITY='HRRPUV' / Heat Release Rate per Unit Volume &SLCF PBX=1.125, QUANTITY='MIXTURE_FRACTION' / &SLCF PBY=1.2, QUANTITY='TEMPERATURE' / &SLCF PBY=1.2, QUANTITY='HRRPUV' / Heat Release Rate per Unit Volume &SLCF PBY=1.2, QUANTITY='MIXTURE_FRACTION' / &SLCF PBX=0, QUANTITY='TEMPERATURE' / &SLCF PBX=0, QUANTITY='HRRPUV' / Heat Release Rate per Unit Volume &SLCF PBX=0, QUANTITY='MIXTURE_FRACTION' / &SLCF PBY=0, QUANTITY='TEMPERATURE' / &SLCF PBY=0, QUANTITY='HRRPUV' / Heat Release Rate per Unit Volume &SLCF PBY=0, QUANTITY='MIXTURE_FRACTION' / &SLCF PBX=24.75, QUANTITY='TEMPERATURE' / &SLCF PBX=24.75, QUANTITY='HRRPUV' / Heat Release Rate per Unit Volume &SLCF PBX=24.75, QUANTITY='MIXTURE_FRACTION' / &SLCF PBY=24.00, QUANTITY='TEMPERATURE' / &SLCF PBY=24.00, QUANTITY='HRRPUV' / Heat Release Rate per Unit Volume &SLCF PBY=24.00, QUANTITY='MIXTURE_FRACTION' / &SLCF PBZ=1.3, QUANTITY='TEMPERATURE' / &SLCF PBZ=1.3, QUANTITY='HRRPUV' / Heat Release Rate per Unit Volume &SLCF PBZ=1.3, QUANTITY='MIXTURE_FRACTION' / &SLCF PBZ=0, QUANTITY='TEMPERATURE' / &SLCF PBZ=0, QUANTITY='HRRPUV' / Heat Release Rate per Unit Volume &SLCF PBZ=0, QUANTITY='MIXTURE_FRACTION' / &SLCF PBZ=3.2, QUANTITY='TEMPERATURE' / &SLCF PBZ=3.2, QUANTITY='HRRPUV' / Heat Release Rate per Unit Volume &SLCF PBZ=3.2, QUANTITY='MIXTURE_FRACTION' /

2) Untuk Ttitik Api Awal 2 &OBST XB=0.40,2.25,23.25,23.75,0.2,1.30, SURF_IDS='FIRE','MOTOR' /API &SLCF PBX=1.325, QUANTITY='TEMPERATURE' /

Page 132: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

116

&SLCF PBX=1.325, QUANTITY='HRRPUV' / Heat Release Rate per Unit Volume &SLCF PBX=1.325, QUANTITY='MIXTURE_FRACTION' / &SLCF PBY=23.5, QUANTITY='TEMPERATURE' / &SLCF PBY=23.5, QUANTITY='HRRPUV' / Heat Release Rate per Unit Volume &SLCF PBY=23.5, QUANTITY='MIXTURE_FRACTION' / &SLCF PBX=0, QUANTITY='TEMPERATURE' / &SLCF PBX=0, QUANTITY='HRRPUV' / Heat Release Rate per Unit Volume &SLCF PBX=0, QUANTITY='MIXTURE_FRACTION' / &SLCF PBY=0, QUANTITY='TEMPERATURE' / &SLCF PBY=0, QUANTITY='HRRPUV' / Heat Release Rate per Unit Volume &SLCF PBY=0, QUANTITY='MIXTURE_FRACTION' / &SLCF PBX=24.75, QUANTITY='TEMPERATURE' / &SLCF PBX=24.75, QUANTITY='HRRPUV' / Heat Release Rate per Unit Volume &SLCF PBX=24.75, QUANTITY='MIXTURE_FRACTION' / &SLCF PBY=24.00, QUANTITY='TEMPERATURE' / &SLCF PBY=24.00, QUANTITY='HRRPUV' / Heat Release Rate per Unit Volume &SLCF PBY=24.00, QUANTITY='MIXTURE_FRACTION' / &SLCF PBZ=1.3, QUANTITY='TEMPERATURE' / &SLCF PBZ=1.3, QUANTITY='HRRPUV' / Heat Release Rate per Unit Volume &SLCF PBZ=1.3, QUANTITY='MIXTURE_FRACTION' / &SLCF PBZ=0, QUANTITY='TEMPERATURE' / &SLCF PBZ=0, QUANTITY='HRRPUV' / Heat Release Rate per Unit Volume &SLCF PBZ=0, QUANTITY='MIXTURE_FRACTION' / &SLCF PBZ=3.2, QUANTITY='TEMPERATURE' / &SLCF PBZ=3.2, QUANTITY='HRRPUV' / Heat Release Rate per Unit Volume &SLCF PBZ=3.2, QUANTITY='MIXTURE_FRACTION' /

3) Untuk Titik Api Awal 3 &OBST XB=11.45,13.3,12.45,12.95,0.2,1.30, SURF_IDS='FIRE','MOTOR' /API &SLCF PBX=12.375, QUANTITY='TEMPERATURE' / &SLCF PBX=12.375, QUANTITY='HRRPUV' /Heat Release Rate per Unit Volume &SLCF PBX=12.375, QUANTITY='MIXTURE_FRACTION' / &SLCF PBY=12.7, QUANTITY='TEMPERATURE' / &SLCF PBY=12.7, QUANTITY='HRRPUV' / Heat Release Rate per Unit Volume &SLCF PBY=12.7, QUANTITY='MIXTURE_FRACTION' / &SLCF PBX=0, QUANTITY='TEMPERATURE' / &SLCF PBX=0, QUANTITY='HRRPUV' / Heat Release Rate per Unit Volume &SLCF PBX=0, QUANTITY='MIXTURE_FRACTION' / &SLCF PBY=0, QUANTITY='TEMPERATURE' / &SLCF PBY=0, QUANTITY='HRRPUV' / Heat Release Rate per Unit Volume &SLCF PBY=0, QUANTITY='MIXTURE_FRACTION' / &SLCF PBX=24.75, QUANTITY='TEMPERATURE' / &SLCF PBX=24.75, QUANTITY='HRRPUV' / Heat Release Rate per Unit Volume &SLCF PBX=24.75, QUANTITY='MIXTURE_FRACTION' / &SLCF PBY=24.00, QUANTITY='TEMPERATURE' / &SLCF PBY=24.00, QUANTITY='HRRPUV' / Heat Release Rate per Unit Volume &SLCF PBY=24.00, QUANTITY='MIXTURE_FRACTION' / &SLCF PBZ=1.3, QUANTITY='TEMPERATURE' / &SLCF PBZ=1.3, QUANTITY='HRRPUV' / Heat Release Rate per Unit Volume &SLCF PBZ=1.3, QUANTITY='MIXTURE_FRACTION' / &SLCF PBZ=0, QUANTITY='TEMPERATURE' / &SLCF PBZ=0, QUANTITY='HRRPUV' / Heat Release Rate per Unit Volume &SLCF PBZ=0, QUANTITY='MIXTURE_FRACTION' / &SLCF PBZ=3.2, QUANTITY='TEMPERATURE' / &SLCF PBZ=3.2, QUANTITY='HRRPUV' / Heat Release Rate per Unit Volume &SLCF PBZ=3.2, QUANTITY='MIXTURE_FRACTION' /

4) Untuk Arah Angin Y-min &SURF ID = 'BLOW 1', VEL=-0.6, COLOR= 'YELLOW' / &VENT MB='XMIN', SURF_ID='OPEN' / &VENT MB='XMAX', SURF_ID='OPEN' / &VENT MB='YMIN', SURF_ID='BLOW 1' / &VENT MB='YMAX', SURF_ID='OPEN' / &VENT MB='ZMIN', SURF_ID='OPEN' /

Page 133: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

117

DATA HASIL SIMULASI

1) Simulasi 1-1

LAMPIRAN 2

Page 134: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

118

2) Simulasi 1-2

Page 135: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

119

3) Simulasi 1-3

Page 136: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

120

4) Simulasi 1-4

Page 137: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

121

5) Simulasi 2-1

Page 138: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

122

6) Simulasi 2-2

Page 139: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

123

7) Simulasi 2-3

Page 140: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

124

8) Simulasi 2-4

Page 141: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

125

Page 142: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

126

9) Simulasi 3-1

Page 143: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

127

10) Simulasi 3-2

Page 144: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

128

11) Simulasi 3-3

Page 145: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

129

12) Simulasi 3-4

Page 146: PENGARUH TATA LETAK TERHADAP PERAMBATAN NYALA API  BERBASIS METODE FDS (FIRE DYNAMICS SIMULATOR) PADA PARKIRAN SEPEDA MOTOR KAMPUS A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

130

Daftar Riwayat Hidup

Penulis dilahirkan di Sleman pada tanggal 20 Oktober 1993 dari ayah bernama

Tholib Hasan dan ibu bernama Sumiyati. Penulis merupakan anak pertama dari

dua bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SDN Tegal

Alur 20 Petang dan tamat tahun 2005. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan

di SMPN 201 Jakartadan tamat tahun 2008. Penulis melanjutkan pendidikannya di

SMAN 33 Jakarta jurusan IPA dan tamat tahun 2011. Setelah itu penulis

melanjutkan pendidikan di Universitas Negeri Jakarta pada tahun 2012. Semasa

kuliah penulis melakukan PKL (Praktek Kerja Lapangan) di PUSDIKLAT Dinas

Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Ciracas- Jakarta Timur pada

Agustus 2015 dan melakukan PKM (Praktek Kegiatan Mengajar) di Teratai Putih

pada September 2015. Selama kuliah di Universitas Negeri Jakarta penulis aktif di

berbagai organisasi. Yaitu BEM Jurusan Teknik Mesin tahun 2013 sebagai staff

Pendidikan dan Teknologi. Kemudian pada tahun 2014 penulis masih mengikuti

organisasi BEM Jurusan Teknik Mesin sebagai Staff Biro Kewirausahaan.