pengaruh suhu lingkungan terhadap suhu tubuh
description
Transcript of pengaruh suhu lingkungan terhadap suhu tubuh
KEGIATAN 10
PENGARUH SUHU LINGKUNGAN TERHADAP SUHU TUBUH
A. Tujuan
1. Dapat melakukan pengukuran suhu tubuh homeoterm dan mengamati pengaruh
suhu lingkungan terhadap suhu tubuh manusia.
B. Dasar Teori
Termoregulasi adalah suatu mekanisme makhluk hidup untuk mempertahankan
suhu internal agar berada di dalam kisaran yang dapat ditolelir. Suhu berpengaruh
kepada tingkat metabolisme. Suhu yang tinggi akan menyebabkan aktivitas molekul-
molekul semakin tinggi karena energi kinetiknya makin besar dan kemungkinan
terjadinya tumbukan antara molekul satu dengan molekul lain semakin besar pula.
Akan tetapi, kenaikan aktivitas metabolisme hanya akan bertambah seiring dengan
kenaikan suhu hingga batas tertentu saja. Hal ini disebabkan metabolisme di dalam
tubuh diatur oleh enzim (salah satunya) yang memiliki suhu optimum dalam bekerja.
Jika suhu lingkungan atau tubuh meningkat atau menurun drastis, enzim-enzim
tersebut dapat terdenaturasi dan kehilangan fungsinya (Campbell, 2004).
Di alam, pengaturan suhu tubuh oleh hewan dan manusia dilakukan untuk
mengatur panas yang diterimanya atau yang hilang ke lingkungan. Mekanisme
perubahan panas tubuh hewan dapat terjadi dengan 4 proses, yaitu konduksi,
konveksi, radiasi, dan evaporasi. Konduksi adalah perubahan panas tubuh hewan
karena kontak dengan suatu benda. Konveksi adalah transfer panas akibat adanya
gerakan udara atau cairan melalui permukaan tubuh. Radiasi adalah emisi dari energi
elektromagnet. Radiasi dapat mentransfer panas antar obyek yang tidak kontak
langsung. Sebagai contoh, radiasi sinar matahari. Evaporasi adalah proses kehilangan
panas dari permukaan cairan yang ditranformasikan dalam bentuk gas (Martini, 1998).
Berdasarkan pengaruh suhu lingkungan terhadap suhu hewan, maka hewan
dibagi menjadi dua golongan, yaitu poikioterm dan homoiterm. Suhu tubuh hewan
poikioterm dipengaruhi oleh lingkungan. Suhu tubuh bagian dalam lebih tinggi
dibandingkan dengan suhu tubuh luar. Hewan seperti ini juga disebut hewan berdarah
dingin. Di lain pihak hewan homoiterm disebut hewan berdarah panas. Suhu tubuh
hewan homoiterm lebih stabil, hal ini dikarenakan adanya reseptor dalam otaknya
sehingga dapat mengatur suhu tubuh. Endotermik biasanya mempertahankan suhu
tubuh mereka di sekitar 35 – 40°C (Duke, 1985).
Hewan homoiterm dapat melakukan aktifitas pada suhu lingkungan yang
berbeda akibat kemampuan mengatur suhu tubuh. Hewan homoiterm mempunyai
variasi temperatur normal yang dipengaruhi oleh faktor umur, faktor kelamin, faktor
lingkungan, faktor panjang waktu siang dan malam, faktor makanan yang dikonsumsi
dan faktor jenuh pencernaan air. Hewan berdarah panas adalah hewan yang dapat
menjaga suhu tubuhnya, pada suhu-suhu tertentu yang konstan biasanya lebih tinggi
dibandingkan lingkungan sekitarnya. Sebagian panas hilang melalui proses radiasi,
berkeringat yang menyejukkan badan. Proses evaporasi yang dilakukan berfungsi
untuk menjaga suhu tubuh agar tetap konstan. Contoh hewan berdarah panas adalah
bangsa burung dan mamalia (Swenson, 1997).
Hewan ektoterm adalah hewan yang sangat bergantung pada suhu di
lingkungan luar untuk meningkatkan suhu tubuhnya karena panas yang dihasilkan dari
keseluruhan sistem metabolismenya hanya sedikit. Sedangkan hewan endoterm,
adalah hewan yang suhu tubuhnya berasal dari produksi panas di dalam tubuh, yang
merupakan hasil samping dari metabolisme jaringan. Suhu tubuh merupakan
keseimbangan antara perolehan panas dari dalam (metabolisme) atau luar dengan
kehilangan panas. Untuk menghadapi cuaca yang sangat buruk (terlalu dingin atau
terlalu panas). Hewan ektoterm perlu menghemat energi dengan cara hibernasi atau
estivasi (Guyton,1993).
Hewan ektotermik dan endotermik mempertahankan suhu tubuhya dengan
mengkombinasikan empat kategori umum dari adaptasi, yaitu:
1. Penyesuaian laju pertukaran panas antara hewan dengan sekelilingnya.
Insulasi tubuh seperti, rambut, bulu, lemak yang terletak persis di bawah
kulit untuk mengurangi kehilangan panas. Penyesuaian ini terdiri dari
beberapa mekanisme, diantaranya :
a. Hewan endotermik mengubah jumlah darah yang mengalir ke kulitnya
berdasarkan suhu di sekitarnya. Misal pada suhu dingin maka hewan
endotermik akan mengecilkan diameter pembuluh darahnya
(vasokontriksi) sehingga terjadi penurunan aliran darah, sedangkan
pada musim panas hewan endotermik akan membesarkan diameter
pembuluh darahnya (vasodilitasi) sehingga terjadi peningkatan aliran
darah.
b. Pengaturan arteri dan vena yang disebut penukar panas lawan
arus( countercurrent heat exchanger). Pengaturan lawan arus ini
memudahkan pemindahan panas dari arteri ke vena di sepanjang
pembuluh darah tersebut
2. Pendinginan melalui kehilangan panas evaporatif.
Hewan endotermik dan ektotermik terestial kehilangan air melalui
pernapasan dan melalui kulit. Jika kelembapan udara cukup rendah, air
akan menguap dan hewan tersebut akan kehilangan panas dengan cara
pendingin melalui evaporasi. Evaporasi dari sistem respirasi dapat
ditingkatkan dengan cara panting (menjulurkan lidah ke luar). Pendinginan
melalui evaporasi pada kulit dapat ditingkatkan dengan cara berendam atau
berkeringat
3. Respons perilaku.
Banyak hewan dapat meningkatkan atau menurunkan hilangnya
panas tubuh dengan cara berpindah tempat. Mereka akan berjemur
dibawah terik matahari atau pada batu panas selama musim dingin,
menemukan tempat sejuk, lembab atau masuk ke dalam lubang di dalam
tanah pada musim panas, dan bahkan bermigrasi ke lingkungan yang lebih
sesuai.
4. Pengubahan laju produksi panas metabolik.
Kategori penyesuaian ini hanya berlaku bagi hewan endotermik,
khususnya unggas dan mamalia. Hewan endotermik akan meningkatkan
produksi panas metaboliknya sebanyak dua tau tiga kali lipat ketika
terpapar ke keadaan dingin (Campbell, 2004).
Manusia memiliki rentan suhu normal manusia 36,4 dan 36,7 ˚C. Sedangkan
suhu lingkungan normal sekitar 27˚C. Pada hasil pengamatan, suhu lingkungan dapat
berada diatas 27˚C dan mengalami perubahan di setiap kegiatan dapat disebabkan
karena suhu merupakan besaran yang sangat bergantung pada keadaan lingkungan
sekitar. Masing masing tempat memilki keadaan yang berbeda beda, seperti ketinggian
dari permukaan laut, tekanan dan kelembapan udara. Jadi tempertur suatu ruang atau
daerah dapat berubah ubah menurut fungsi keadaannya. Setelah praktikum, didapatkan
hasil bahwa terjadi peningkatan dan penurunan suhu tubuh berdasarkan aktivitas. Hal
ini terjadi dikarenakan suatu sistem termoregulasi dalam tubuh, yaitu suatu sistem
yang berfungsi mengendalikan naik turunnya suhu tubuh berdasarkan perubahan suhu
luar dan aktivitas yang dilakukan oleh organisme. Masing masing organisme yang
dalam hal ini adalah manusia , memilki respon tubuh terhadap perubahan suhu yang
berbeda. Berikut adalah faktor faktor yang mempengaruhi suhu tubuh manusia
(Pearce, 1990):
1. Usia
Regulasi suhu tidak stabil sampai anak – anak mencapai
pubertas. Rentang suhu normal turun secara berangsur sampai
seseorang mendekati masa lansia. Lansia mempunyai rentang suhu
tubuh yang lebih sempit daripada dewasa awal. Suhu oral 35º C tidak
lazim pada lansia dalam cuaca dingin. Namun, rentang suhu tubuh
pada lansia sekitar 35ºC. Lansia terutama sensitive terhadap suhu
eskrim, karena kemunduran mekanisme control, terutama pada control
vasomotor, penurunan jumlah jaringan subkutan, penurunan aktivitas
kelenjar, dan penurunan metabolism.
2. Olahraga
Aktivitas otot memerlukan peningkatan suplai darah dan
pemecahan karbohidrat dan lemak. Hal ini menyebabkan peningkatan
metabolisme dan produksi panas. Segala jenis olahraga dapat
meningkatkan suhu tubuh. Olahraga berat lama, seperti lari jarak jauh
dapat meningkatkan suhu tubuh untuk sementara sampai 41ºC.
3. Kadar Hormon
Secara umum wanita mengalami fluktuasi suhu tubuh yang
lebih besar daripada pria. Variasi tubuh dapat digunakan untuk
memperkirakan masa paling subur pada wanita untuk hamil.
4. Irama Sirkadian
Suhu tubuh berubah secara normal 0,5 – 1 ºC selama periode
244 jam. Bagaimanapun suhu merupakan irama paing stabil pada
manusia. Tapi pola suhu tubuh tidak berubah secara otomatis pada
orang yang bekerja malam hari dan tidur siang hari. Perlu waktu 1 – 3
minggu untuk perputaran tersebut berubah. Secara umum irama
sirkadian tidak berubah secara usia.
5. Stres
Stres fisik dan emosi meningkatkan suhu tubuh melalui
stimulasi hormonal dan persyarafan. Perubahan fisiologi tersebut
meningkatkan panas. Klien yang cemas saat masuk rumah sakit atau
tempat praktik dokter, suhu tubuhnya dapat lebih tinggi dari normal.
6. Lingkungan
Lingkungan mempengaruhi suhu tubuh. Jika suhu dikaji dalam
ruangan hangat klien mungkin tidak mungkin meregulasi suhu tubuh
melalui mekanisme pengeluaran panas dan suhu tubuh akan naik. Jika
klien berada diluar lingkungan luar tanpa baju hangat, suhu tubuh
mungkin rendah karena penyebaran yang efektif dan pengeluaran panas
yang kondusif.
Termoregulasi manusia berpusat pada hypothalamus anterior. Terdapat tiga
komponen pengatur atau penyusun sistem pengaturan panas, yaitu termoreseptor,
hypothalamus, dan saraf eferen. Termoregulasi dapat menjaga suhu tubuh. Dari
perubahan keadaan lingkungan yang terjadi secara tiba tiba ataupun karena jenis
akitifitas yang dilakukan oleh seseorang. Pada suhu tubuh yang konstan biasanya lebih
tinggi dibandingkan lingkungan sekitarnya. Mekanisme pengaturan suhu tubuh
merupakan penggabungan fungsi dari organ-organ tubuh yang saling berhubungan.
Mamalia Memiliki dua jenis sensor pengatur suhu, yaitu sensor panas dan sensor
dingin yang berbeda tempat pada jaringan sekeliling (penerima di luar) dan jaringan
inti (penerima di dalam) dari tubuh (Swenson,1997).
Suhu lingkungan memiliki derajat yang tidak jauh berbeda dari suhu tubuh.
Hal ini dapat mengisyaratkan bahwa suhu tubuh dan suhu lingkungan akan saling
menyesuaikan. Penyesuaian ini dilakukan untuk mencegah kerusakan dan gangguan
sistem dalam tubuh yang dapat mengganggu kestabilan sel sel, sehingga sel sel rusak
dan tidak mapu bermetabolisme secara sempurna (Gordon,1992).
Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan suhu lingkungan, artinya
panas tubuh dapat hilang atau berkurang akibat lingkungan yang lebih dingin atau
lebih panas. Begitu juga sebaliknya, lingkungan dapat mempengaruhi suhu tubuh
manusia. Perpindahan suhu antara manusia dan lingkungan terjadi sebagian besar
melalui kulit. Proses kehilangan panas melalui kulit dimungkinkan karena panas
diedarkan melalui pembuluh darah dan juga disuplai langsung ke fleksus arteri kecil
melalui anastomosis arteriovenosa yang mengandung banyak otot. Kecepatan aliran
dalam fleksus arteriovenosa yang cukup tinggi (kadang mencapai 30% total curah
jantung) akan menyebabkan konduksi panas dari inti tubuh ke kulit menjadi sangat
efisien. Dengan demikian, kulit merupakan radiator panas yang efektif untuk
keseimbangan suhu tubuh (Swenson,1997).
Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat. Banyak faktor yang
dapat menyebabkan fluktuasi suhu tubuh. Untuk mempertahankan suhu tubuh manusia
dalam keadaan konstan, diperlukan regulasi suhu tubuh. Suhu tubuh manusia diatur
dengan mekanisme umpan balik (feed back) yang diperankan oleh pusat pengaturan
suhu di hipotalamus. Apabila pusat temperatur hipotalamus mendeteksi suhu tubuh
yang terlalu panas, tubuh akan melakukan mekanisme umpan balik. Mekanisme
umpan balik ini terjadi bila suhu inti tubuh telah melewati batas toleransi tubuh untuk
mempertahankan suhu, yang disebut titik tetap (set point). Titik tetap tubuh
dipertahankan agar suhu tubuh inti konstan pada 37°C. Apabila suhu tubuh meningkat
lebih dari titik tetap, hipotalamus akan merangsang untuk melakukan serangkaian
mekanisme untuk mempertahankan suhu dengan cara menurunkan produksi panas dan
meningkatkan pengeluaran panas sehingga suhu kembali pada titik tetap (Guyton,
1993).
C. Alat dan Bahan
1. Katak
2. Air dingin
3. Air panas
4. Stopwatch
5. Termometer batang
6. Termometer tubuh
D. Cara Kerja :
A. Pengaruh suhu lingkungan terhadap suhu badan katak
1. Meletakkan termometer kedalam mulut katak selama ±5 menit, mengamati skala
dan mencatat suhunya.
2. Memasukkan katak ke dalam baskom yang terisi air dingin, rendam selama ±5
menit.
3. Mengulangi cara yang sama, tetapi air dingin diganti dengan air hangat, amati dan
catat suhunya.
4. Mengamati perbedaan suhu tubuh katak sesudah dan sebelum perlakuan.
B. Pengaruh suhu lingkungan terhadap suhu badan manusia
1. Mengukur suhu tubuh dengan termometer.
2. Meletakkan air dingin yang terbungkus plastik di leher bagian belakang.
3. Mengukur suhu tubuh dengan termometer lagi dan mencatat suhu tubuh sesudah
perlakuan.
4. Mengulangi cara yang sama, tetapi air dingin diganti dengan air hangat, amati dan
catat suhunya.
E. Hasil dan Diskusi
Diskusi
Praktikum dengan topik “ Pengaruh Suhu Lingkungan Terhadap Suhu
Tubuh” bertujuan agar mahasiswa dapat melakukan pengukuran suhu tubuh
homeoterm dan mengamati pengaruh suhu lingkungan terhadap suhu tubuh
manusia.
Hewan homeoterm merupakan hewan berdarah panas yang suhu
tubuhnya stabil meskipun lingkungan disekitarnya mengalami kenaikkan atau
penurunan suhu,hal ini dikarenakan hewan homeoterm memiliki
osmoregulator di otaknya yang berfungsi untuk menjaga suhu tetap dalam
keadaan optimal atau homeostatis.
Pada pengukuran suhu tubuh homeoterm menggunakan manusia
sebagai objek pengamatan. Berdasarkan hasil pengamatan dapat dilihat suhu
tubuh mahasiswa naracoba sebelum diberi perlakuan berupa air dingin dan air
panas suhunya relatif konstan hal ini karena manusia memiliki osmoregulator
yang mengatur agar suhu tubuh tetap dalam keadaan optimal. Manusia
memiliki rentan suhu normal 36,4 dan 36,7 ˚C.
Mekanisme regulasi panas berlangsung secara cepat karena melibatkan
sistem saraf dan hormon sehingga disebut neuro-endokrin. Regulasi panas
badan menggunakan sistem feedback (umpan balik negatif) artinya apabila
panas badan melebihi suhu optimal , maka hipothalamus akan berusaha
menurunkan ke optimal, begitu pun sebaliknya. Sebagai ilustrasi jika suhu
lingkungan tinggi atai suhu badan meningkat 1-2 °C maka kenaikan suhu
tersebut akan mempengaruhi sel-sel saraf perifer agar meningkatkan sirkulasi
darah perifer yang berada di bawah kulit dan meningkatkan perkeringatan
sehingga panas badan banyak yang keluar. Selanjutnya suhu darah yang telah
turun tersebut akan ke hipothalamus dan mnginstruksikan agar aktivitas sel-sel
sarafnya diturunkan sehingga suhu badan tetap dalam kondisi optimal.
(Heru,Tri.2013).
Untuk pengukuran suhu tubuh hewan poikiloterm menggunakan katak
sebagai objeknya. Berdasarkan hasil pengamatan dapat dilihat suhu tubuh
katak sebelum dan setelah diberi perlakuan berupa dimasukkan kedalam air
dingin dan air hangat suhu tubuh katak mengalami perubahan yang cukup
signifikan, hal ini dikarenakan katak merupakan hewan ektoterm yang suhu
tubuhnya dipengaruhi oleh suhu lingkungannya karena katak tidak mempunyai
osmoregulator di dalam tubuhnya.
F. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan pengaruh suhu lingkungan terhadap suhu tubuh
dapat disimpulkan :
1. Suhu lingkungan pada hewan homeoterm tidak begitu berpengaruh karena
hewan homeoterm memiliki osmoregulator di dalam tubuhnya yang menjaga
suhu tubuh tetap dalam keadaan normal.
2. Suhu lingkungan berpengaruh pada hewan poikiloterm karena hewan
poikiloterm tidak memiliki osmoregulator di dalam tubuhnya sehingga suhu
tubuhnya bergantung pada suhu lingkungannya.
G. Daftar Pustaka
Campbell. 2004. Biology. Erlangga. Jakarta.
Duke, NH. 1995. The Physiology of Domestic Animal. Comstock Publishing.New
York.
Guyton, D.C. 1993. Fisiologi Hewan, edisi 2. EGC. Jakarta.