PENGARUH STRUKTUR CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP ...
Transcript of PENGARUH STRUKTUR CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP ...
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
i
PENGARUH STRUKTUR CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP
PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
PERUSAHAAN BUMN NON KEUANGAN DI INDONESIA
(Studi Empiris Perusahaan BUMN Non Keuangan Periode 2015-2017)
Skripsi
Disusun untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Persyaratan guna
Mencapai Gelar Sarjana Akuntansi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Sebelas Maret
Disusun Oleh :
GABRIELA VITA SARASWATI
F1317036
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2019
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ii
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING
SKRIPSI
PENGARUH STRUKTUR CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP
PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
PERUSAHAAN BUMN NON KEUANGAN DI INDONESIA
Disusun Oleh:
GABRIELA VITA SARASWATI
F1317036
Telah disetujui oleh Pembimbing
Pada tanggal:……………….…..
Dosen Pembimbing
Prof. Dr. Rahmawati, M.Si., Ak.
NIP. 196804011993032001
Mengetahui:
Kepala Program Studi Akuntansi
Agung Nur Probohudono, SE., M.Si., Ph.D., Ak., CA
NIP. 198302042008011003
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
iii
HALAMAN PENGESAHAN
SKRIPSI
PENGARUH STRUKTUR CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP
PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
PERUSAHAAN BUMN NON KEUANGAN DI INDONESIA
Diajukan Oleh:
GABRIELA VITA SARASWATI
F1317036
Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji
Pada tanggal:…………………
Susunan Tim Penguji Skripsi
1. Ketua Penguji
Drs. Eko Arief Sudaryono, M.Si, Ak.
NIP. 196112311988031006 (…………………….)
2. Sekertaris Penguji
Drs. Subekti Djamaluddin, M.Si, Ak.
NIP. 195509161988031001 (…………………….)
3. Dosen Pembimbing
Prof. Dr. Rahmawati M.Si, Ak.
NIP. 196804011993032001 (…………………….)
Mengetahui:
Kepala Program Studi Akuntansi
Agung Nur Probohudono, SE., M.Si., Ph.D., Ak., CA
NIP. 198302042008011003
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
iv
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Nama : Gabriela Vita Saraswati
Nim. : F1317036
Program Studi : Akuntansi
Judul Skripsi :Pengaruh Struktur Corporate Governance Terhadap Pengungkapan
Corporate Social Responsibility Perusahaan BUMN Non
Keuangan Di Indonesia Periode 2015-2017
Menyatakan dengan sebenarnya, bahwa skripsi berjudul “Pengaruh Struktur
Corporate Governance Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility
Perusahaan BUMN Non Keuangan Di Indonesia Periode 2015-2017” adalah
betul-betul karya saya sendiri dan buka merupakan hasil jiplakan/ salinan/
sanduran dari karya orang lain.
Apabila di kemudian hari pernyataan saya ini tidak benar maka saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang saya peroleh
atas skripsi tersebut.
Surakarta, 25 Juli 2019
Yang Menyatakan,
Gabriela Vita Saraswati
NIM. F1317036
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
v
MOTTO
Berproses itu tidaklah mudah. Kamu harus jatuh berkali-kali terlebih dahulu,
sebelum akhirnya dapat berjalan lalu berlari. Nikmatilah. Bukankah berlian pun
harus terus diasah dan dipoles, agar dapat bernilai tinggi?
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
vi
PERSEMBAHAN
Puji syukur saya haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya yang telah memudahkan dan melancarkan saya sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Saya persembahkan karya ini untuk :
Papa dan Mama saya tercinta yang telah menjadi penguat dan panutan
dalam hidup saya. Semoga Tuhan selalu memberikan kesehatan, rejeki,
dan kebahagian untuk Papa dan Mama.
Suami, anak, dan kedua adik saya tercinta yang telah menjadi
penyemangat dan memotivasi saya untuk menyelesaikan skripsi ini.
Keluarga besar dan para sahabat yang selalu memberikan doa dan
dukungan.
Ibu Prof. Dr. Rahmawati M.Si, Ak. yang telah bersedia membimbing saya
dengan penuh kesabaran dalam menyelesaikan penelitian ini.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan berkah dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Struktur Corporate Governance
Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility Perusahaan BUMN Non
Keuangan Di Indonesia Periode 2015-2017”. Penyusunan Skripsi ini merupakan
salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana.
Ucapan terima kasih diberikan kepada berbagai pihak yang telah
membantu dan membimbing dalam penyusunan Skripsi ini yaitu:
1. Bapak Prof. Dr. Ravik Karsidi, M. S. selaku Rektor Universitas Sebelas
Maret.
2. Bapak Prof. Drs. Djoko Suhardjanto, M.Com (Hons), Ph.D, Ak. selaku
Dekan FEB Universitas Sebelas Maret.
3. Bapak Agung Nur Probohudono, S.E., M. Si., Ph. D., Ak., CA selaku Ketua
Program Studi S1 Akuntansi.
4. Bapak Prof. Drs. Hasan Fauzi, MBA, Ph.D, Ak. selaku pembimbing
akademik yang telah membimbing penulis selama melaksanakan perkuliahan
di Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Sebelas
Maret.
5. Ibu Prof. Dr. Rahmawati M.Si, Ak. selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
6. Seluruh dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Sebelas Maret atas
segala ilmu dan pengalaman berharga yang telah diberikan selama ini kepada
penulis.
7. Para staf Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Sebelas Maret yang
telah membantu penulis selama masa perkuliahan.
8. Papa, Mama, Suami, anak, dan kedua adik saya yang selalu mendoakan,
mendukung, memberikan semangat, dan memotivasi saya dalam
menyelesaikan skripsi ini.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
viii
9. Teman-teman S1 Akutansi Transfer 2017 Kelas A, terima kasih atas
keceriaan, solidaritas, dan pengalaman luar biasa yang membuat hari-hari
semasa kuliah lebih berarti.
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Bagimana pun juga skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bermanfaat untuk kesempurnaan.
Surakarta, 23 Januari 2020
Gabriela Vita Saraswati
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ix
DAFTAR ISI
Halaman Sampul .............................................................................................. i
Halaman Judul .................................................................................................. ii
Halaman Pengesahaan Pembimbing ................................................................ iii
Halaman Pengesahan Penguji Skripsi .............................................................. iv
Halaman Pernyataan......................................................................................... v
Halaman Motto................................................................................................. vi
Halaman Persembahan ..................................................................................... vii
Kata Pengantar ................................................................................................. viii
Daftar Isi........................................................................................................... x
Daftar Tabel ..................................................................................................... xiii
Daftar Gambar .................................................................................................. xiv
Daftar Lampiran ............................................................................................... xv
Abstrak ............................................................................................................. xvi
Abstract ............................................................................................................ xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 8
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 9
D. Manfaat Penelitian....................................................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori ............................................................................................ 11
1. Teori Agensi (Agency Theory) ............................................................. 11
2. Laporan tahunan dan pengungkapan................................................... 13
3. Corporate Social Responsibility .......................................................... 14
4. Laporan berkelanjutan (Sustainability Report) .................................... 15
5. Pengungkapan Corporate Social Responsibility .................................. 17
6. Corporate Governance ........................................................................ 18
7. Dewan Komisaris ................................................................................. 22
B. Kerangka Konseptual ................................................................................. 25
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
x
C. Penelitian Terdahulu dan Pengembangan Hipotesis ................................... 26
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian ......................................................................................... 31
B. Populasi, sampel, dan teknik pengambilan sampel ..................................... 31
C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel............................... 32
D. Teknik Analisis Data ................................................................................... 35
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A Deskripsi Pemilihan Sampel ........................................................................ 43
B. Statistik Deskriptif ....................................................................................... 44
C. Uji Estimasi Model ...................................................................................... 46
D. Uji Asumsi Klasik ....................................................................................... 48
E. Uji Hipotesis ................................................................................................ 48
F. Pembahasan ................................................................................................. 51
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................. 56
B. Implikasi ...................................................................................................... 57
C. Keterbatasan ................................................................................................ 58
D. Saran ............................................................................................................ 58
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 60
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................ 64
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.4 Analisis Data ................................................................................ 36
Tabel 4.1 Kriteria Sampel ............................................................................ 44
Tabel 4.2 Statistik Deskriptif ........................................................................ 45
Tabel 4.3 Uji Chow ...................................................................................... 47
Tabel 4.4 Uji Hausman .................................................................................. 47
Tabel 4.5 Random Effect Model ................................................................... 49
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Struktur dan Mekanisme corporate governance two tiers system
yang diadopsi oleh Indonesia ................................................... 21
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual ............................................................... 26
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Daftar Perusahaan
Lampiran 2: Statistik Deskriptif
Lampiran 3: Uji Chow
Lampiran 4: Uji Hausman
Lampiran 5: Random Effect Model
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xiv
Pengaruh Struktur Corporate Governance Terhadap Pengungkapan
Corporate Social Responsibility Perusahaan Bumn Non Keuangan Di
Indonesia (Studi Empiris Perusahaan Bumn Non Keuangan Periode 2015-
2017)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh tata kelola perusahaan
atau yang sering disebut corporate governance terhadap praktik pengungkapan
tanggungjawab sosial berupa corporate social responsibility. Semakin
bekembangnya zaman perusahaan dan sistem pengelolaan juga semakin
berkembang. Di Indonesia banyak sekali perusahaan yang memanfaatkan sumber
daya alam dan manusia sebagai kegiatan usaha dan perusahaan tersebut telah
go-publik. Perusahaan yang melakukan kegiatan yang berpotensi memiliki
hubungan dengan masyarakat harus memiliki tanggung jawab sosial. Tanggung
jawab sosial tersebut sering disebut Corporate Social Responsibility. Penelitian
ini bertujuan untuk melihat pengaruh tata kelola perusahaan atau yang sering
disebut corporate governance terhadap praktik pengungkapan CSR yang
merupakan bagian dari pengungkapan pengungkapan sustainability report
Metode penelitian yang digunakan adalah Analisis Regresi linear berganda
menggunakan data panel. Corporate governance dalam penelitian ini
diimplementasikan oleh Ukuran anggota Dewan komisaris, Proporsi anggota
dewan komisaris independen, Proporsi anggota dewan komisaris wanita dan
ukuran komite audit. Uji regresi data panel menggunakan bantuan software
Eviews versi 9.0. Dari pengujian model estimasi didapatkan random effect model
sebagai estimasi terpilih. Hasil dari penelitian ini adalah ukuran anggota dewan
komisaris , proporsi anggota dewan komisaris independen, proporsi anggota
dewan komisaris independen dan ukuran komite audit memiliki pengaruh positif
terhadap praktik pengungkapan corporate social responsibility
Kata Kunci: corporate social responsibility, corporate governance,
pengungkapan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xv
The Influence Of Corporate Governance Structure On Disclosure Of
Corporate Social Responsibility Of Non Financial Soe Companies In
Indonesia (Empirical Study Of Non-Financial Bumn Companies Period
2015-2017)
ABSTRACT
This study aims to look at the effect of corporate governance or often called
corporate governance on the practice of disclosure of social responsibility in the
form of corporate social responsibility. The development era of the company and
the management system are also increasingly developing. In Indonesia, many
companies use natural and human resources as business activities and the
company has gone public. Companies that carry out activities that have the
potential to have a relationship with the community must have a social
responsibility. This social responsibility is often called Corporate Social
Responsibility. This study aims to look at the effect of corporate governance or
often called corporate governance on CSR disclosure practices that are part of
disclosure of sustainability report disclosures The research method used is
multiple linear regression analysis using panel data. Corporate governance in
this study was implemented by the size of the members of the board of
commissioners, the proportion of independent board members, the proportion of
women board members and the size of the audit committee. Panel data regression
test using the help of Eviews software version 9.0. From the estimation model
testing, the random effect model is selected as the estimated estimation. The
results of this study are the size of the members of the board of commissioners, the
proportion of members of the board of independent commissioners, the proportion
of members of the board of commissioners who are independent and the size of
the audit committee have a positive influence on the practice of corporate social
responsibility disclosure
Keyword: corporate social responsibility, corporate governance, disclosure
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Di era globalisasi, semakin banyak perusahaan-perusahaan yang berdiri di
Indonesia, baik dari perusahaan sejenis maupun perusahaan yang tidak sejenis.
Persaingan antar perusahaan menjadi semakin ketat. Setiap perusahaan berlomba-
lomba untuk menghasilkan laba semaksimal mungkin sehingga seringkali
perusahaan mengabaikan dampak sosial, ekonomi dan lingkungan yang timbul
akibat dari aktivitas atau tindakan ekonomi perusahaan, padahal kegiatan produksi
yang dilakukan perusahaan menimbulkan kerusakan terhadap lingkungan seperti
penggundulan hutan, polusi udara dan air serta perubahan iklim (Astuti, 2015).
Laporan keberlanjutan atau yang sering disebut dengan sustainability report
ini dalam beberapa tahun terakhir telah menjadi salah satu isu perkembangan
utama perusahaan. Salah satu bentuk sustainability report adalah adanya kegiatan
terkait aktivitas corporate social responsibility yang bertujuan sebagai tanggung
jawab sosial terhadap masyarakat. Konsep tersebut timbul dikarenakan adanya
tuntutan dan harapan dari masyarakat sekitar mengenai peran perusahaan dalam
masyarakat. Perdebatan tersebut berlanjut pada seputar dampak negatif
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2
lingkungan dan sosial akibat penggunaan sumber daya yang tidak proporsional
dan tidak bijaksana oleh suatu organisasi bisnis (Dilling, 2010; Kolk, 2003).
Perusahaan sering kali mengesampingkan dampak sosial dan lingkungan yang
timbul dari aktivitas ekonomi perusahaan yang dilakukan.
Perusahaan biasanya hanya berfokus pada maksimalisasi keuntungan saja.
Hal tersebut dibuktikan dengan semakin banyaknya kasus yang terjadi di
Indonesia, seperti tragedi banjir lumpur panas di Sidoarjo yang disebabkan oleh
PT. Lapindo Brantas Inc. Contoh lainnya adalah pencemaran teluk Buyat di
Minahasa Selatan yang disebabkan oleh PT. Newmont Minahasa Raya (Sari dan
Marsono 2013). Adanya kasus-kasus tersebut membuat para pemangku
kepentingan atau yang biasa disebut dengan stakeholder, khususnya investor
mulai melirik perusahaan-perusahaan yang telah melaporkan informasi
tambahannya berupa sustainability report di dalam laporan tahunannya (Wibowo,
2014). Mereka beranggapan bahwa perusahaan yang telah mencantumkan
sustainability report dalam laporan tahunannya akan memiliki nilai tambah
dibandingkan perusahaan yang belum mencantumkan laporan tersebut.
Terdapat banyak kasus yang timbul akibat mengabaikan dampak sosial,
ekonomi dan lingkungan. Kasus pada perusahaan perkebunan di Kota
Subulussalam yaitu jebolnya limbah pabrik CPO yang mencemari sungai
mengakibatkan ikan-ikan mati sehingga para nelayan kehilangan mata
pencahariannya, hal ini berdampak buruk bagi warga sekitar apalagi kasus ini
sudah beberapa kali terjadi. Seharusnya sebagai perusahaan yang mengeksploitasi
potensi sumber daya alam hendaknya menerapkan program CSR yang merupakan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3
satu keharusan dan tanggung jawab sosial dan moral perusahaan terhadap warga
sekitar, tidak hanya sekadar meningkatkan produktifitas saja (Saputra, 2016).
Contoh lain yaitu Kerusakan lingkungan hidup akibat limbah batubara di
sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Air Bengkulu hingga pesisir pantai di
Kota Bengkulu dan Bengkulu Tengah yang terjadi sejak 1980-an hingga saat ini.
Kendati demikian, pemerintah daerah tidak pernah berupaya menemukan
perusahaan tambang untuk dimintai pertanggungjawaban (Hendry,2017).
Sebagaimana kita ketahui, bahwa kegiatan utama dari indutri pertambangan
adalah pengeksplorasian sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui.
Dampak dari kegiatan ini jelas sekali akan menimbulkan kerusakan lingkungan
yang tidak sedikit. Diperlukan waktu ratusan tahun untuk mengembalikan kondisi
tersebut. Berarti dalam menjalankan kegiatannya, perusahaan akan menimbulkan
dampak-dampak sosial bagi sekitarnya tertutama dampak lingkungan hidup. Hal
yang paling sering muncul dalam permasalahan ini. yaitu Isu mengenai kerusakan
lingkungan (Tjahjono, 2012).
Guna meminimalisir berbagai permasalan yang mungkin timbul
sebagaimana disebutkan diatas, sudah semestinya sejak awal setiap perusahaan
sudah harus menunjukkan corporate social responsibility-nya. Hal ini sangat
penting untuk meyakinkan masyarakat bahwa kehadiran perusahaan tersebut akan
memberi kompensasi pada mereka dalam bentuk program-program yang akan
meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi penduduk. Tanggung Jawab Sosial
dan Lingkungan adalah komitmen Perseroan untuk berperan serta dalam
pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4
lingkungan yang bermanfaat, baik bagi Perseroan sendiri, komunitas setempat,
maupun masyarakat pada umumnya. Hal ini sejalan dengan Pasal 2 Peraturan
Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan Perseroan Terbatas yang bunyinya: Setiap Perseroan selaku subjek
hukum mempunyai tanggung jawab sosial dan lingkungan. Tanggung jawab sosial
dan lingkungan ini menjadi kewajiban bagi perseroan yang menjalankan kegiatan
usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam berdasarkan
undang-undang. Kewajiban tersebut dilaksanakan baik di dalam maupun di luar
lingkungan perseroan.
Corporate Social Responsibility merupakan sebuah pendekatan bisnis yang
memiliki pandangan untuk menghormati etika, orang-orang, masyarakat dan
lingkungan, sebagai strategi integral yang meningkatkan posisi kompetitif dari
sebuah perusahaan (Mittal, Sinha, & Singh, 2008). Perusahaan-perusahaan
termotivasi untuk terlibat dalam tanggung jawab sosial untuk beberapa alasan
yaitu untuk mengikuti regulasi pemerintah, meningkatkan citra publik,
memberikan transparansi kepada investor, dan untuk meningkatkan kinerja
ekonomi (Turcsanyi & Sisaye, 2013). Selain alasan-alasan tersebut menurut
Mittal et al. (2008) perusahaan-perusahaan juga didorong untuk mengadopsi atau
memperluas upaya-upaya dalam melakukan CSR yang dikarenakan adanya
tekanan dari pelanggan, pemasok, karyawan, masyarakat, investor, organisasi
aktivis, dan pemangku kepentingan lainnya. prinsip keuangan berkelanjutan juga
diatur dalam standar akuntansi keuangan di Indonesia dan Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan No. 51 Tahun 2017 tentang Penerapan Keuangan Berkelanjutan Bagi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
5
Lembaga Jasa Keuangan, Emiten, dan Perusahaan Publik (Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan, 2017).
Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan Corporate Social Responsibility
adalah mekanisme suatu perusahaan secara sukarela memperhatikan lingkungan
sosial ke dalam operasinya dan hubungan dengan stakeholders melebihi tanggung
jawab terhadap hukum. Pertanggungjawaban sosial tersebut di ungkapkan dalam
laporan perusahaan yang disebut sustainability reporting. Corporate
Sustainability Reporting dibagi menjadi 3 bagian yaitu kinerja ekonomi, kinerja
lingkungan, kinerja sosial. Pengungkapan Corporate Social Responsibility penting
karena perusahaan berada di lingkungan masyarakat dan aktivitasnya berdampak
terhadap sosial dan lingkungan. Selain itu pengungkapan CSR juga dipandang
sebagai wujud akuntabilitas perusahaan kepada masyarakat dari dampak yang di
timbulkan perusahaan (Darwin 2004).
Dengan adanya aktivitas Corporate Social Responsibility perusahaan akan
memberikan dampak positif bagi perusahaan yaitu meningkatkannya kepercayaan
masyarakat terhadap produk perusahaan yang membuat reputasi perusahaan juga
meningkat dimata masyarakat. Sehingga masyarakat akan berkeinginan untuk
membeli produk perusahaan. Semakin banyak produk perusahaan yang terjual di
pasaran maka laba (profit) yang dapat dihasilkan perusahaan akan semakin
meningkat. Dengan meningkatnya profit akan dapat menarik investor, karena
profitabilitas menjadi pertimbangan penting bagi investor dalam keputusan
investasinya (Kusumadilaga, 2010). Hal ini akan secara signifikan mempengaruhi
kinerja keuangan perusahaan.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
6
Jika dilihat dari definisinya, sustainability report merupakan sebuah praktik
pengukuran, pengungkapan, serta upaya akuntabilitas dari kinerja suatu entitas
dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan kepada para pemangku
kepentingan, baik secara internal maupun eksternal dari entitas tersebut
(www.globalreporting.org). Pedoman dalam penyusunan sustainability report ini
telah diatur oleh Global Reporting Initiative (GRI) yang telah dikembangkan sejak
tahun 1990, di mana pelaporan tersebut dibuat terpisah dari laporan keuangan
ataupun laporan tahunan. GRI sendiri merupakan salah satu organisasi
internasional yang berpusat di Amsterdam, Belanda, di mana aktivitas utamanya
difokuskan kepada pencapaian transparansi dan pelaporan suatu perusahaan
melalui pengembangan standar dan pedoman pengungkapan sustainability report.
Dalam pedoman penyusunan sustainability report yang dikeluarkan oleh GRI,
telah disebutkan pula indicator dalam menilai kinerja keberlanjutan dari sebuah
perusahaan, di mana indicator tersebut terdiri dari : 9 indikator kinerja ekonomi,
34 indikator kinerja lingkungan, serta 48 indikator kinerja sosial (GRI, 2012).
Penyusunan dan pengungkapan sustainability report yang dilakukan oleh
perusahaan merupakan salah satu upaya yang dilakukan perusahaan dalam
membuktikan akuntabilitas pelaksanaan tanggung jawabnya yang telah dilakukan
secara benar dan terukur.
Di Negara Indonesia, peraturan mengenai pengungkapan laporan tahunan
telah dikemukakan oleh Pemerintah dalam aturan Undang-undang No. 40 tahun
2007 tentang Perseroan Terbatas, sedangkan peraturan mengenai penyampaian
sustainability report telah diatur khusus oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7
dituangkan dalam POJK No.51/POJK.03/2017 tentang Penerapan Keuangan
Berkelanjutan Bagi Lembaga Jasa Keuangan, Emiten, dan Perusahaan Publik.
Walaupun pengungkapan sustainability report tersebut masih bersifat voluntary,
tetapi kini pengungkapan sustainability report mulai menjadi tren di kalangan
perusahaan besar yang ada di Indonesia. Hal ini dibuktikan pada tahun 2012
sebanyak 41 perusahaan go public yang telah menyajikan sustainability report.
Angka tersebut menjadikan Indonesia menjadi negara paling tinggi di kawasan
Asia Tenggara dalam hal penyajian sustainability reporting oleh perusahaan
(Meryana, 2013). Hal tersebut didorong dengan adanya pemberian penghargaan
tahunan atas sustainability report yang diselenggarakan oleh lembaga National
Center For Sustainability Reporting (NCSR) yang bekerja sama dengan Ikatan
Akuntansi Indonesia Kompartemen Akuntan Manajemen (IAI-KAM). Pemberian
penghargaan tersebut dimaksudkan dengan tujuan untuk memberikan apresiasi
terhadap perusahaan di Indonesia yang telah menyajikan sustainability report,
baik yang diterbitkan secara terpisah maupun terintegrasi dalam laporan
tahunannya.
Penelitian sebelumnya pernah dilakukan oleh Priantana dan Yustian (2011)
yang menunjukan bahwa ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris
independen dan ukuran komite audit memiliki pengaruh signifikan terhadap
pengungkapan corporate social responsibility. Perbedaan penelitian ini dengan
penelitian tersebut yaitu perusahaan yang digunakan dalam penelitian Priantana
dan Yustian (2011) menggunakan perusahaan keuangan yang terdaftar di BEI
sedangkan penelitian ini menggunakan BUMN non keuangan. Selain itu
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8
penelitian ini menggunakan indikator pengungkapan CSR yaitu GRI 4.1 tahun
2016 sedangakn penelitian sebelumnya menggunakan GRI tahun 2011. Periode
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tahun 2015-2017.
1.2. Rumusan Masalah
Menurut Mualifin dan Maswar (2016) kinerja keuangan perusahaan
berpengaruh terhadap sustainability report, sehingga perusahaan yang menyajikan
sustainability report akan memiliki kinerja yang semakin tinggi sehingga
pengungkapan corporate social responsibility tidak akan terabaikan. Topik
seputar sustainability reporting menjadi tren di perusahaan, termasuk Badan
Usahan Milik Negara. Adanya banyak kasus yang terjadi seputar corporate social
responsibility mendorong peneliti untuk melihat pengaruh struktur corporate
governance dalam mengawasi praktik pengungkapan corporate social
responsibility. Dengan demikian, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini dapat disajikan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut.
1.1.1 Apakah ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap pengungkapan
corporate social reponsibility?
1.1.2 Apakah proporsi dewan komisaris independen berpengaruh terhadap
pengungkapan corporate social reponsibility ?
1.1.3 Apakah proporsi dewan komisaris wanita berpengaruh terhadap
pengungkapan corporate social reponsibility ?
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9
1.1.4 Apakah ukuran komite audit berpengaruh terhadap pengungkapan
corporate social reponsibility ?
1.2 Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan untuk melihat pengaruh struktur corporate
governance dalam praktik pengungkapan corporate social reponsibility. Tujuan
penelitian ini dapat dilihat sebagai berikut.
1.2.1 Memberikan bukti empiris bahwa ukuran dewan komisaris berpengaruh
terhadap pengungkapan corporate social reponsibility.
1.2.2 Memberikan bukti empiris bahwa proporsi dewan komisaris independen
berpengaruh terhadap pengungkapan corporate social reponsibility.
1.2.3 Memberikan bukti empiris bahwa proporsi dewan komisaris wanita
berpengaruh terhadap pengungkapan corporate social reponsibility.
1.2.4 Memberikan bukti empiris bahwa ukuran komite audit berpengaruh
terhadap pengungkapan corporate social reponsibility.
1.3.Manfaat Penelitian
Dengan penelitian ini, diharapkan dapat memberi manfaat bagi pihak-
pihak yang menggunakannya, antara lain:
1.3.1. Akademisi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pemahaman serta
menjadi acuan teoritis dan referensi terkait pengungkapan Corporate
Social Responsibility.
1.3.2. Praktisi
Penelitian ini diharapkan dapat menambah acuan terkait
pengungkapan Corporate Social Responsibility sehingga dapat
digunakan untuk membuat kebijakan. Selain itu dapat memberikan
gambaran bagi pemerintah, praktisi, analisator keuangan, direksi,
investor dan kreditor mengenai pengaruh dari pengungkapan
Corporate Social Responsibility pada perusahaan BUMN non
keuangan.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Teori Agensi
Penelitian ini menggunakan teori agensi sebagai acuan dalam meneliti
pengaruh corporate governance terhadap praktik pengungkapan risiko
operasional. Teori agensi menurut Jensen dan Meckling (1976) adalah suatu
kontrak dibawah satu atau lebih yang melibatkan agent untuk melaksanakan
beberapa pelayanan bagi mereka dengan melakukan pendelegasian wewenang
pengambilan keputusan kepada agent. Teori agensi menyatakan bahwa
perusahaan memiliki suatu kontrak yang terdiri dari pemilik sumber daya
ekonomi yang memiliki peran sebagai pelaku dan manager berperan sebagai agen
yang melakukan sebuah kontrol terhadap sumber-sumber tersebut Adams (1994).
Menurut Darmadi (2014) perbedaan kepentingan antara manager sebagai
agen dan shareholders sering kali memicu masalah keagenan. Teori keagenan
dapat dijadikan dasar dalam praktik pengungkapan risiko karena perusahaan
selaku agen pasti memiliki informasi yang lebih lengkap daripada pemegang
saham selaku pihak ekternal perusahaan. Pihak eksternal dalam menentukan
keputusan sangatlah membutuhkan informasi yang lengkap dari agen. Sama
halnya seperti yang diungkapkan Jensen dan Meckling (1976), jika agent
bertindak tidak sesuai dengan kepentingan principal maka akan menimbulkan
konflik kepentingan (biaya keagenan). Konflik kepentingan muncul akibat
perbedaan tujuan diantara berbagai pihak berdasarkan posisi dan kepentingannya.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12
Teori keagenan juga membahas tentang asimetri informasi. Asimetri informasi
adalah informasi internal hanya diketahui oleh salah satu pihak saja.
Kreditor dan investor merupakan pihak yang menanamkan modalnya
diperusahaan (Shehata, 2014). Dalam menanamkan modalnya pihak investor
tentunya akan menilai perusahaan yang akan ditanami modal, dengan
mendapatkan informasi yang lengkap tentu akan menarik minat investor karena
perusahaan dianggap memiliki penilaian yang baik. Namun faktanya manajemen
sering tidak mengungkapkan informasinya secara lengkap kepada pihak
shareholder. Maka dari itu untuk mengrangi masalah keagenan tersebut
diperlukan adanya mekanisme tata kelola perusahaan yang baik (corporate
governance).
Teori agensi digunakan untuk memudahkan memahami Corporate
Governance. Teori ini menjelaskan hubungan antara satu orang atau lebih
(principal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk melaksanakan beberapa
pelayanan bagi mereka bagi mereka dengan melakukan pendelegasian wewenang
pengambilan keputusan kepada agent (Hendriksen dan Van Breda, 2000). Dalam
perusahaan seharusnya pengelola wajib memberikan informasi perusahaan kepada
pemilik. Namun, seringkali informasi yang disampaikan pengelola terhadap
pemilik perusahaan tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya. Adanya konflik
kepentingan dan asimetri informasi dapat merugikan perusahaan, maka perlu
diadakan tindakan berupa pengawasan untuk mengatasi masalah tesebut. Dalam
penerapan Good Corporate Governance (GCG) diharapkan dapat memberikan
kepercayaan pemilik perusahaan kepada manajemen dalam mengelola perusahaan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13
sehingga tidak menimbulkan konflik kepentingan dan biaya keagenan Ibrahim
(2007).
2.1.2. Laporan tahunan dan pengungkapan
Menurut Suhardjanto dan Miranti (2009) laporan tahunan merupakan
media dalam memberikan informasi umum perusahaan dan informasi keuangan
lainnya dari pihak manajemen kepada pihak ekternal perusahaan. Laporan
tahunan adalah media manajemen perusahaan dalam melaporkan dan memberikan
informasi lengkap mengenai kinerja mereka atas tanggung jawab yang diberikan
oleh pemangku kepentingan atau stakeholders (Wardhani, 2009). Dari kedua
penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa laporan tahunan merupakan alat
komunikasi utama dalam memberikan informasi yang diharapkan dengan adanya
informasi tersebut dapat digunakan oleh pihak-pihak yang membutuhkan
informasi dari manajemen perusahaan guna mengatahui kondisi perusahaan.
Tingkat pengungkapan suatu perusahaan yang diungkapkan dalam annual report
akan berpengaruh terhadap banyaknya informasi yang dapat diperoleh.
Pengungkapan menurut Suwardjono (2005) terdapat 3 jenis pengungkapan
yang dikeluarkan oleh manajemen perusahaan, yaitu wajar (fair disclosure),
memadai (asequate disclosure), dan penuh (full disclosure). Pengungkapan wajar
merupakan pelayanan informasi yang setara atau sama pada semua pihak, setiap
pihak yang berkepentingan memiliki hak yang sama dalam hal pemberian
informasi. Pengungkapan memadai yaitu tingkat minimal yang harus dipenuhi
oleh perusahaan agar tidak menyesatkan dalam pengambilan keputusan.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14
Pengungkapan penuh , yaitu penyajian secara menyeluruh terkait informasi untuk
penentuan keputusan.
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.1 (Revisi 2017)
tentang penyajian laporan keuangan mengatur pengungkapan laporan keuangan
secara umum dan pengungkapan risiko perusahaan secara detail dijelaskan di
PSAK 60 (Revisi 2014) tentang instrumen keuangan : pengungkapan dan
penyajian. Pemerintah dalam memberi perhatian terhadap pengungkapan
informasi tidak lain bertujuan untuk melindngi kepentingan stakeholder dari
ketimpangan dan asimetri informasi antara manajemen dengan stakeholder karena
kepentingan manajemen. Standar yang dibuat oleh pemeritah tersebut berguna
sebagai pedoman untuk pelaksanaan pengungkapan risiko perusahaan secara
benar dan lengkap lengkap. Sebagai salah satu bentuk pengungkapan wajib,
pengungkapan risiko diharapkan mampu mengurangi asimetri informasi yang
akan mengoptimalkan efektivitas internal perusahaan dan membantu investor
dalam penilaian (Wardhani, 2009).
2.1.3. Corporate Social Responsibility
Corporate Social Responsibility merupakan sebuah mekanisme suatu
organisasi secara sukarela mengintegrasikan perhatian kepada lingkungan dan
sosial dalam operasinya dan interaksinya terdahap stakeholder Darwin (2004).
Menurut The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD)
CSR merupkan komitmen bsinis berkelanjutan dari perusahaan yang beretika dan
berkontribusi dalam pembangunan ekonomi untuk meningkatkan kualitas hidup
karyawan dan masyarakat sekitar.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15
Ruang lingkup CSR mencakup tiga hal, yaitu: (1) Basic Responsibility,
tanggung jawab yang muncul karena keberadaan perusahaan. Contohnya
kewajiban membayar pajak, mentaati hukum, dan memenuhi standar pekerjaan,
(2) Organizational Responsibility, tanggung jawab perusahaan untuk memenuhi
kepentingan stakeholders, dan (3) Societal Responsibility, tanggung jawab yang
menjelaskan tahapan ketika interaksi antara bisnis dan masyarakat sehingga
perusahaan dapat tumbuh dan berkembang secara berkesinambungan. Dapat
disimpulkan bahwa CSR merupakan suatu bentuk tanggung jawab perusahaan
terhadap lingkungan sosialnya yang turut serta merasakan dampak atas aktivitas
operasional perusahaan. CSR diwujudkan agar terjaga keseimbangan diantara
pelaku bisnis dan masyarakat sekitarnya agar semua pihak tidak ada yang
dirugikan Gray, et al (1987) dalam Murwaningsari (2007).
2.1.4. Laporan berkelanjutan (Sustainability Report)
Sustainability report merupakan sebuah praktik pengukuran,
pengungkapan, serta upaya akuntabilitas dari kinerja sebuah organisasi guna
mencapai tujuan pembagunan berkelanjutan terhadap para stakeholder, baik
stakeholder internal maupun stakeholder eksternal (GRI, 2006). Dari sudut
pandang dunia bisnis, pembagunan berkelanjutan dapat diartikan sebagai
organisasi yang memebuhi kebutuhan para stakeholder atau pemangku
kepentingannya pada masa sekarang, baik secara langsung maupun tidak langsung
tanpa mengurangi kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan pemangku
kepentingannya pada masa depan (Dyllick and Hockerts, 2002).
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16
Di dalam sustainability report tidak hanya menyajikan informasi keuangan
saja, namun juga menyajikan informasi yang bersifat non-keuangan, di mana
informasi tersebut terdiri dari informasi aktivitas sosial serta lingkungan yang
memungkinkan sebuah organisasi atau perusahaan dapat bertumbuh secara
berkelanjutan (Elkington, 1997). Arti keberlanjutan tersebut merupakan sebuah
hasil masyarakat yang memungkinkan adanya generasi mendatang yang
setidaknya akan tetap memiliki kekayaan alam yang sama dengan generasi yang
ada pada saat ini (Whitehead, 2006).
World Business Council for Sustainable Development (2000) menjabarkan
beberapa manfaat yang akan didapatkan apabila sebuah organisasi atau
perusahaan menyajikan pengungkapan sustainability report, antara lain yaitu : a)
Memberikan informasi kepada para stakeholder, sehingga dapat meningkatkan
prospek perusahaan dan membantu mewujudkan transparasi laporan keuangan; b)
Membantu membangun reputasi perusahaan, sehingga dapat memberikan
kontribusi dalam meningkatkan brand value, market share, serta customer loyality
dalam jangka panjang; c) Dapat menjadikan gambaran bagaimana perusahaan
dalam mengelola risiko-risiko yang dihadapinya; d) Dapat digunakan sebagai
simulasi leadership thinking dan performance yang didukung dengan semangat
kompetisi; e) Dapat mengembangkan dan sebagai fasilitas dalam
mengimplementasi sistem manajemen yang lebih baik dalam mengelola dampak
lingkungan, ekonomi, serta sosial; f) Dapat mencerminkan secara tidak langsung
kemampuan dan kesiapan perusahaan dalam memenuhi kegiatan pemegang saham
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17
dengan visi jangka panjang, serta membantu mendemonstrasikan bagaimana
meningkatkan nilai perusahaan terkait dengan isu sosial dan lingkungan.
2.1.5. Pengungkapan Corporate Social Responsibility
Corporate Social Reporting adalah proses pengkomunikasian efek-efek
sosial dan lingkungan atas tindakan-tindakan ekonomi perusahaan pada
kelompok-kelompok tertentu dalam masyarakat dan pada masyarakat secara
keseluruhan (Gray, et al., 1987 dalam Rosmasita, 2007). Pengungkapan
(disclosure) terhadap aspek social, ethical, environmental dan sustainability
merupakan suatu cara bagi perusahaan untuk menyampaikan bentuk
akuntabilitasnya kepada para stakeholder.
Dengan laporan pertanggungjawaban sosial, masyarakat akan mengetahui
aktivitas-aktivitas sosial yang telah dilakukan oleh perusahaan. Hal ini penting
mengingat masyarakat merupakan salah satu pihak yang merasakan dampak dari
aktivitas perusahaan, terutama dampak negatif yang mungkin timbul akibat
aktivitas perusahaan. Dengan melakukan praktik dan pengungkapan CSR,
perusahaan akan mendapatkan manfaat antara lain, peningkatan penjualan,
memperkuat brand positioning, meningkatkan citra perusahaan, menurunkan
biaya operasi, serta meningkatkan daya tarik perusahaan di mata investor dan
analis keuangan (csrnetwork.org, 2006 dalam Said, et al., 2009).
Di Indonesia praktik pengungkapan tanggung jawab sosial diatur oleh Ikatan
Akuntan Indonesia (IAI), yang tertuang dalam Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) No.1 Paragraf 9, yang menyatakan bahwa: “Perusahaan dapat
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18
pula menyajikan laporan tambahan seperti laporan mengenai lingkungan hidup
dan laporan nilai tambah (value added statement), khususnya bagi industri dimana
faktor-faktor lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi industri yang
menganggap pegawai sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang
peranan penting”.
Dalam pengungkapan tanggung jawab sosial juga terdapat dalam keputusan
Ketua Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) No. kep- 38/PM/1996 peraturan
No. VIII.G.2 tentang Laporan Tahunan yang berisi mengenai kebebasan bagi
perusahaan untuk memberikan penjelasan umum mengenai perusahaan, selama
hal tersebut tidak menyesatkan dan bertentangan dengan informasi yang disajikan
dalam bagian lainnya. Penjelasan umum tersebut berisi uraian mengenai
keterlibatan perusahaan dalam kegiatan pelayanan masyarakat, program
kemasyarakatan, amal, atau bakti sosial lainnya, serta uraian mengenai program
perusahaan dalam rangka pengembangan SDM (Murwaningsari, 2007).
2.1.6. Corporate Governance
Penjelasan mengenai corporate governance sejalan dengan Raka (2001)
yang menyatakan perangkat tata kelola (governance) dari suatu organisasi sebagai
open system terdiri atas struktur tata kelola (governance structure), mekanisme
tata kelola (governance mechanism), prinsip-prinsip tata kelola (governance
principles) dalam menjalankan sebuah perusahaan diperlukan tata kelola
perusahaan yang baik atau good corporate governance agar perusahaan tetap
survive dalam menjalankan kegiatannya sehingga dalam pelaksanaanya
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
19
dibutuhkan mekanisme atau aturan main yang harus diterapkan untuk
menjalankan sebuah struktur yang sudah terbentuk.
Forum for Corporate Governance in Indonesia FCGI (2001) mengartikan
corporate governance sebagai :
“Seperangkat peraturan yang mngatur hubungan antara pemegang saham,
pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para
pemegang kepentngan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak
dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan
mengendalikan perusahaan”
Menurut FCGI (2001) corporate governace memiliki prinsip – prinsip
sebagai berikut :
a. Pertanggungan-jawab ( responsibility)
Prinsip ini menuntut tanggung jawab yang dilakukan oleh perusahaan
maupun pimpinan dan manajer perusahaan dalam melakukan kegiatannya.
Perusahaan harus menaati peraturan perundang-undangan dan melaksanakan
tanggung jawab kepada pihak luar atau masyarakat dan lingkyngan sehingga akan
terpelihara kesinambungan usaha dalam waktu panjang dan mendapat pengakuan
sebagai good corporate governance (KNKG,2016).
b. Akuntabilitas (accountability)
Prinsip ini memuat kewenangan-kewenangan yang harus dimiliki oleh
dewan komisaris dan direksi beserta kewajiban-kewajibannya kepada pemegang
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
20
saham dan stakeholders lainnya. Menurut Stephanie (2009) akuntabilitas dapat
diartikan sebagai kejelasan fungsi , penerapan, pelaksanaan dan
pertanggungjawaban organ sehingga pengelolaan dapat efektif.
c. Keterbukaan (transparancy)
Dalam prinsip ini, informasi diungkapkan harus secara tepat waktu dan
akurat. Informasi yang diungkapkan yaitu keadaan keuangan, kinerja keuangan,
kepemilikan dan pengelolaan perusahaan. KNKG (2016) menjelaskan bahwa
trasnparansi merupakan keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan
keputusan dan keterbukaan dalam mengemukkakan informasi materiil dan relevan
tentang perusahaan.
d. Kewajaran (fairness)
Seluruh stakeholders harus memiliki kesempatan untuk mendapatkan
perlakuan yang adil dan benar dari emiten. Mintara (2008) menjelaskan bahwa
fairness juga mencakup adanya kejelasan hak-hak investor, khususnya pemegang
saham minoritas dari berbagai bentuk kecurangan.
e. Kemandirian ( independency)
Prinsip ini menuntut para pengelola perusahaan bertindak secara mandiri
sesuai peran dan fungsi yang dimilikinya tanpa ada tekanan-tekanan dari pihak
manapun yang tidak sesuai dengan sistem operasional perusahaan yang berlaku.
Untuk melancarkan pelaksanaan asas tata kelola perusahaan yang baik,
perusahaan harus dikelola secara mandiri sehingga masing-masing bagian dari
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
21
perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain
(KNKG, 2006).
Menurut FCGI (2002) corporate governance sebagai sistem dimana
sebuah perusahaan atau entitas bisnis diarahkan dan diawasi. Sepemikiran dengan
itu, maka struktur corporate governance menjelaskan distribusi hak-hak dan
tanggung jawab dari masing-masing pihak yang terlibat dalam sebua bisnis , yaitu
dewan komisaris dan direksi pemegang saham dan pihak-pihak lain yang terkait
dengan stakeholders. Menurut FCGI (2001) Indonesia mengadopsi sistem
corporate governance yang diterapkan oleh Belanda yaitutwo tier’s systemmaka
dari itu hubungan antara struktur serta mekanisme corporate governance dapat
dijelaskan menggunakan gambar berikut.
Gambar 2.1 Struktur dan Mekanisme corporate governance two tiers
systemyang diadopsi oleh Indonesia
Sumber: FCGI (2001)
Corporate governance mulai muncul khususnya di Indonesia setelah
Indonesia mengalami masa krisis yang berkepanjangan sejak tahun 1998.
Corporate governance terdiri dari pihak-pihak yang melakkan pengawasan
terhadap manajemen, seperti dewan komisaris, komisaris independen, dan komite
Dewan
komisaris
RUPS
Direksi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
22
audit. Menurut undang undang nomor 40 tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas
menjelaskan secara tersirat bahwa Indonesia menganut sistem twotier’s dalam
struktur corporate governance. Dari bagan tersebut bisa dijelaskan bahwa anggota
dewan komisaris dan direksi diangkat dan diberhentikan oleh RUPS sehingga
anggota dewan komisaris dan direksi bertanggungjawab terhadap RUPS selaku
pemegang saham perusahaan. RUPS dalam hal ini memiliki mekanisme untuk
mengangkat serta memberhentikan keanggotaan dewan komisaris dan direksi.
Dewan komisaris dalam struktur corporate governance memiliki mekanisme
pengawas terhadap kinerja direksi sedangkan direksi selaku manajer pelaksana
bertanggungjawab atas pekerjaannya kepada para pemegang saham melalui RUPS
dan dewan komisaris selaku pengawas. Ho dan wong (2001) menjelaskan tentang
corporate governance sebagai cara yang efektifuntuk menggambarkan hak dan
tanggung jawab masing-masing kelompok pemangku kepentingan dalam sebuah
perusahaan dimana transparacy merupakan indikator utama standar corporate
governance dalam sebuah ekonomi.
2.1.7. Dewan Komisaris
Dewan Komisaris sebagai organ perusahaan bertugas dan
bertanggungjawab secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan memberikan
nasihat kepada Direksi serta memastikan bahwa Perusahaan melaksanakan GCG
sesuai dengan aturan. Namun demikian, Dewan Komisaris tidak boleh turut serta
dalam mengambil keputusan operasional. Kedudukan masing-masing anggota
Dewan Komisaris termasuk Komisaris Utama adalah setara. Tugas Komisaris
Utama sebagai primus inter pares adalah mengkoordinasikan kegiatan Dewan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
23
Komisaris (KNKG,2006). Agar pelaksanaan tugas Dewan Komisaris dapat
berjalan secara efektif, perlu dipenuhi prinsip-prinsip berikut:
1) Komposisi Dewan Komisaris harus memungkinkan pengambilan
keputusan secara efektif, tepat dan cepat, serta dapat bertindak
independen.
2) Anggota Dewan Komisaris harus profesional, yaitu berintegritas dan
memiliki kemampuan sehingga dapat menjalankan fungsinya dengan
baik termasuk memastikan bahwa Direksi telah memperhatikan
kepentingan semua pemangku kepentingan.
3) Fungsi pengawasan dan pemberian nasihat Dewan Komisaris
mencakup tindakan pencegahan, perbaikan, sampai kepada
pemberhentian sementara.
Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007 Pasal
97, dijelaskan bahwa Komisaris bertugas mengawasi kebijaksanaan Direksi dalam
menjalankan perusahaan serta memberikan nasihat kepada Direksi. Lebih lanjut
Pasal 98 UUPT menegaskan, bahwa Komisaris wajib dengan itikad baik dan
penuh tanggung jawab menjalankan tugas untuk kepentingan perseroan.
Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 tahun 2007, pada
pasal 108 ayat (5) dijelaskan bahwa bagi perusahaan berbentuk perseroan
Terbatas, maka wajib memiliki paling sedikitnya 2 (dua) anggota Dewan
Komisaris. Oleh karena itu, jumlah anggota Dewan Komisaris dalam tiap
perusahaan berbeda-beda jumlahnya karena harus disesuaikan dengan
kompleksitas perusahaan dengan tetap memperhatikan efektivitas dalam
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
24
pengambilan keputusan.
Dewan Komisaris terdiri dari komisaris independen dan komisaris non-
independen. Komisaris independen merupakan komisaris yang tidak berasal dari
pihak terafiliasi, sedangkan komisaris non-independen merupakan komisaris yang
terafiliasi. Yang dimaksud dengan terafiliasi adalah pihak yang mempunyai
hubungan bisnis dan kekeluargaan dengan pemegang saham pengendali, anggota
Direksi dan Dewan Komisaris lain, serta dengan perusahaan itu sendiri. Mantan
anggota Direksi dan Dewan Komisaris yang terafiliasi serta karyawan perusahaan,
untuk jangka waktu tertentu termasuk dalam kategori terafiliasi (KNKG,2006).
Keberadaan Komisaris Independen telah diatur Bursa Efek Jakarta melalui
peraturan BEJ tanggal 1 Juli 2000 dikutip dari (FCGI,2002). Dikemukakan bahwa
perusahaan yang listed di Bursa harus mempunyai Komisaris Independen yang
secara proporsional sama dengan jumlah saham yang dimiliki pemegang saham
yang minoritas (bukan controlling shareholders). Dalam peraturan ini, persyaratan
jumlah minimal Komisaris Independen adalah 30% dari seluruh anggota Dewan
Komisaris. Beberapa kriteria lainnya tentang Komisaris Independen adalah
sebagai berikut:
1) Komisaris Independen tidak memiliki hubungan afiliasi dengan
pemegang saham mayoritas atau pemegang saham pengendali
(controlling shareholders) Perusahaan Tercatat yang bersangkutan.
2) Komisaris Independen tidak memiliki hubungan dengan direktur
dan/atau komisaris lainnya Perusahaan Tercatat yang bersangkutan.
3) Komisaris Independen tidak memiliki kedudukan rangkap pada
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
25
perusahaan lainnya yang terafiliasi dengan Perusahaan Tercatat yang
bersangkutan.
4) Komisaris Independen harus mengerti peraturan perundang-undangan
di bidang pasar modal.
2.2. Kerangka Konseptual
Gambar dibawah menjelaskan kerangka konseptual yang digunakan dalam
penellitian ini. Terdapat 4 variabel independen yaitu ukuran dewan komisaris,
proporsi anggota komisaris independen, proporsi anggota komisaris wanita, dan
ukuran komite audit serta variabel kontrol menggunakan size perusahaan. Berikut
adalah gambar kerangka konseptual yang digunakan dalam penelitian ini.
Gambar 2.2 kerangka konseptual
Independen Dependen
H1+
H2+
H3+
H4+
1. Ukuran dewan komisaris (X1)
2. Proposi dewan komisaris
independen (X2)
3. Proporsi dewan komisaris wanita
(X3)
4. Ukuran Komite Audit (X4)
Pengungkapan Corporate
Social Responsibility
Size
Control Variabel
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
26
2.3. Penelitian Terdahulu dan Pengembangan Hipotesis
2.3.1 Pengaruh ukuran dewan komisaris terhadap pengungkapan corporate
social responsibility
Dewan Komisaris merupakan salah satu elemen penting bagi tata kelola
perusahaan yang bertugas mengawasi pelaksanaan aktivitas perusahaan sehingga
dikelola dengan semestinya oleh agen mereka (Said, et al 2009). Di
Indonesia,dewan komisaris diangkat dan diberhentikan atas persetujuan dari
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Dewan komisaris bertugas memberikan
pengarahan dan nasehat kepada direksi dan memastikan bahwa direksi telah
melaksanakan GCG dalam menjalankan aktivitas bisnisnya (UU No. 40 Th.
2007).
Beberapa penelitian mengenai hubungan ukuran dewan komisaris dan luas
pengugkapan CSR telah banyak, seperti penelitian yang dilakukan oleh Sembiring
(2005). Hasil penelitiannya menemukan adanya hubungan positif antara ukuran
dewan dan luas pengungkapan CSR di Indonesia. Penelitian lain dilakukan oleh
Veronica dan Sumin (2009). Dalam penelitiannya menguji pengaruh ukuran
dewan komisaris dengan pengungkapan sukarela dan hasilnya menunjukkan hasil
yang sama dengan penelitian Sembiring (2005).
Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat dikembangkan hipotesis
sebagai berikut ini.
H1 : Ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap pengungkapan
corporate social responsibility
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
27
2.3.2 Pengaruh proporsi dewan komisaris independen terhadap
pengungkapan corporate social responsibility
Komisaris independen merupakan pihak yang tidak mempunyai hubungan
bisnis dan kekeluargaan dengan pemegang saham pengendali, anggota Direksi
dan Dewan Komisaris, serta dengan perusahaan itu sendiri (KNKG, 2006).
Komisaris independen memiliki peran penting bagi perusahaan. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa tingkat independensi dewan komisaris dapat
mempengaruhi efektivitas dewan.
Said dan Haron (2009) meneliti perbedaan struktur dewan komisaris antara
perusahaan “socially responsible” dengan perusahaan “nonsocially responsible”.
Hasil studi menunjukkan bahwa perusahaan “socially responsible” memiliki
anggota komisaris independen lebih banyak dibandingkan pada perusahaan “non-
socially responsible”. Studi tersebut menunjukkan bahwa komisaris independen
memegang peran penting untuk memonitoring dan memastikan perusahaan
dikelola secara benar sehingga dapat meningkatkan citra baik perusahaan.
Sembiring (2005) menemukan bahwa semakin tinggi proporsi komisaris
independen akan meningkatkan kualitas pengungkapan perusahaan. Keberadaan
komisaris independen dapat mendorong Dewan Komisaris mengambil keputusan
secara objektif yang melindungi seluruh pemangku kepentingan. Sebagai pihak
yang independen, mereka akan mendorong anggota dewan komisaris lain untuk
melakukan tugas pengawasan lebih baik lagi. Hal tersebut dilakukan agar dapat
melindungi seluruh pemangku kepentingan dari tindakan agen yang menyimpang.
Jika pengawasan telah dilakukan dengan efektif, maka pengelolaan perusahaan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
28
akan dilakukan dengan baik pula, dan manajemen akan mengungkapkan semua
informasi yang ada, termasuk tanggung jawab sosial.
Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat dikembangkan hipotesis
sebagai berikut ini.
H2 : Proporsi dewan komisaris berpengaruh positif terhadap
pengungkapan corporate social responsibility
2.3.3 Pengaruh proporsi dewan komisaris wanita terhadap pengungkapan
corporate social responsibility
Menurut Adam dan fereirra (2004) keberadaan wanita di dalam anggota
memberikan pengalaman, pandangan, dan opini yang berbeda terhadap praktik
board governance. Dari perbedaan pandangan dan sudut pandang tersebut
menciptakan harmonisasi pandagan, pendapat , dan pengalaman sehingga dari
harmonisasi tersebut dapat menghasilkan banyaknya informasi yang di
ungkapkan. Hal tersebut dikarenakan wanita memiliki sikap kehati-hatian yang
lebih tinggi dan memiliki ketelitian yang lebih tinggi juga dari pada pria
(Kusumastuti, Supatmi, dan Sastra, 2007).
Penelitian Carter (2003) menunjukan bahwa jumlah anggota komisaris
wanita mempengaruhi nilai perusahaan. Pudjiastuti dan Mardiyah (2006)
memperlihatkan bahwa wanita di dalam dewan komisaris menjadi drive
teamwork dan menekan masalah ketidakhadiran dalam rapat dewan. Volkart dan
Noldeke (2008) menunjakan hasil keberadaan komisaris wanita berpengaruh
positif terhadap kinerja perusahaan. Proporsi anggota komisaris wanita memilik
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
29
pengaruh positif terhadap kinerja perusahaan dalam pengungkapan sukarela
dalam hal ini adalah corporate social responsibility (Bonna, Pan, dan
Yoshikawab, 2004). Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat dikembangkan
hipotesis sebagai berikut.
H3 : Proporsi dewan komisaris wanita berpengaruh positif terhadap
pengungkapan corporate social responsibility
2.3.4 Pengaruh ukuran komite audit terhadap pengungkapan corporate
social responsibility
Komite Audit merupakan komite yang bertugas membantu Dewan
Komisaris dalam melakukan mekanisme pengawasan terhadap manajemen.
Keanggotaan komite audit sesuai dengan yang telah diatur oleh Bapepam dan
Bursa Efek Indonesia, disebutkan bahwa Komite Audit yang dimiliki oleh
perusahaan minimal terdiri dari tiga orang, dimana sekurang-kurangnya 1 (satu)
orang berasal dari Komisaris Independen dan 2 (dua) orang anggota lainnya
berasal dari luar emiten atau perusahaan publik.
Menurut KNKG (2006), salah satu tugas komite audit adalah untuk
memastikan bahwa struktur pengendalian internal perusahaan dilakukan dengan
baik. Adanya anggota independen dalam komite audit dapat menjadi alat yang
efektif untuk melakukan mekanisme pengawasan sehingga dapat mengurangi
biaya agensi, meningkatkan pengendalian internal dan akan meningkatkan
kualitas pengungkapan informasi perusahaan (Forker, 1992 dalam Said, et al.,
2009). Anggota independen dapat menjaga independensinya dari pihak
manajemen, sehingga dapat secara objektif membantu dewan komisaris
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
30
melaksanakan tugas pengawasan terhadap manajemen. Dengan tercapainya
pengawasan yang efektif, maka dapat dipastikan pengendalian internal dilakukan
dengan baik. Sehingga akan mengurangi konflik dan biaya agensi yang pada
akhirnya dapat mendorong agen untuk mengungkapkan seluruh informasi
perusahaan.
Penelitian Wright (1996) menemukan bahwa komposisi komite audit sangat
berhubungan dengan kualitas laporan keuangan. McCullen dan Raghunandan
(1996) mendukung temuan tersebut yang menyatakan bahwa keberadaan audit
mampu menghasilkan pelaporan keuangan yang lebih berkualitas. Penelitian oleh
Ho dan Wong (2001) juga menemukan adanya hubungan positif antara
independensi komite audit dan pengungkapan corporate social responsibility
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dibentuk hipotesis sebagai berikut.
H4 : Ukuran komite audit berpengaruh positif terhadap pengungkapan
corporate social responsibility
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
31
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian pengujian hipotesis (hypothesis
testing). Menurut Hartono (2005) hypothesis testing adalah penelitian yang
bertujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditentukan di awal. Penelitian ini
bertujuan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan oleh peneliti mengenai
struktur corporate governance yang direpresentasikan dengan ukuran anggota
dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen, proporsi dewan
komisaris wanita, dan ukuran komite audit.
3.2 Populasi, sampel, dan teknik pengambilan sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan BUMN non
Keuangan di Indonesia tahun 2015-2017. Perusahaan BUMN memiliki kewajiban
untuk menyampaikan laporan tahunan kepada stakeholder. Jumlah populasi pada
penelitian ini tahun 2015-2017 sebesar 120 perusahaan.
Teknik yang digunakan untuk mengambil sampel yaitu purposive
sampling karena sampel yang digunakan dalam penelitian ini harus memiliki
kriteria yang sudah ditentukan. Menurut Hartono (2005) teknik purposive
sampling adalah pengambilan sampel yang dilakukan dengan mengambil sampel
berdasarkan kriteria tertentu sesuai dengan tujuan dari penelitian. Kriteria sampel
yang digunakan adalah laporan tahunan perbankan yang tidak mengalami
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
32
delisting dan menerbitkan laporan tahunan selama 3 (tiga) tahun berturut-turut
(2015-2017) yang didalamnya terdapat pengungkapan CSR.
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang didapatkan dari situs
resmi Website BUMN. Data yang digunakan adalah laporan tahunan BUMN non
Keuangan tahun 2015-2017 dan sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Zeghal
dan Ahmed (1999) annual report digunakan karena memiliki kredibilitas tinggi.
Laporan tahunan adalah media informasi yang digunakan oleh sejumlah
stakeholder sebagai sumber utama informasi (Deegan dan Rankin, 1999).
3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
3.3.1 Variabel Dependen
Variabel dependen (terikat) merupakan variabel yang dijelaskan atau
dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini
adalah tingkat pengungkapan corporate social responsibility berdasarkan GRI
(2013).. Menurut Siregar (2016) untuk mengukur indeks pengungkapan
menggunakan rumus sebagai berikut:
keterangan:
CSR = indeks pengungkapan corporate social responsibility
n = jumlah item pengungkapan yang dipenuhi
k = jumlah semua item yang mungkin dipenuhi
Pengukuran variabel ini dilakukan dengan cara mengamati ada atau
tidaknya suatu item informasi yang ditentukan dalam laporan tahunan, apabila
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
33
item informasi tidak ada dalam laporan keuangan maka diberi skor 0, dan jika
item informasi yang ditentukan ada dalam laporan keuangan tahunan maka diberi
skor 1. Metode ini sering disebut Scoring data. Indikator berasal dari GRI 4 yang
berjumlah 91 item. Apabila BUMN mengungkapkan seluruh item maka nilai yang
diperoleh adalah 91 (100%).
3.3.2 Variabel Independen
Variabel independen pada penelitian ini menggunakan karakterisitik corporate
governance yang diimplementasikan oleh Ukuran anggota Dewan komisaris,
Proporsi anggota Dewan komisaris, Proporsi anggota Dewan komisaris wanita,
Jumlah rapat Dewan komisaris, dan Jumlah rapat komite audit.
3.3.2.1 Ukuran Anggota Dewan Komisaris
Ukuran Dewan Komisaris yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
jumlah seluruh anggota Dewan Komisaris dalam suatu perusahaan. Ukuran
Dewan Komisaris dihitung dengan menghitung jumlah anggota Dewan
Komisaris dalam suatu perusahaan yang disebutkan dalam laporan tahunan
(Dewi, 2011).
3.3.2.2 Proporsi Dewan Komisaris Independen
Komisaris independen merupakan anggota Dewan Komisaris yang
tidak berasal dari pihak terafiliasi. Independensi Dewan Komisaris yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah proporsi Komisaris Independen dalam
suatu Dewan Komisaris perusahaan. Independensi Dewan Komisaris diukur
dengan rasio atau (%) antara jumlah anggota Komisaris Independen
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
34
dibandingkan dengan jumlah total anggota Dewan Komisaris (Cety dan
Suhardjanto, 2011).
3.3.2.3 Proporsi anggota dewan komisaris wanita
Proporsi presentase jumlah komisaris wanita dibandingkan jumlah total
anggota komisaris.Jumlah komisaris wanita dikatakan tinggi apabila jumlah
komisaris wanita 2 atau lebih dan dikatakan rendah apabila tidak terdapat
komisaris wanita dakam keanggotaan dewan komisaris.Indikator yang diadopsi
dalam penelitian ini adalah persentase komisaris wanita atas seluruh anggota
dewan komisaris perusahaan (Marinova, Plantenga dan Remery, 2010) dan
(Peterson dan Philpot, 2009) maka dari itu rumus yang digunakan sebagai berikut
3.3.2.4 Ukuran komite audit
Komite audit adalah suatu komite yang dibentuk untuk melakukan
kegiatan audit terhadap manajemen perusahaan dan menjamin bahwa kerja
manajemen sesuai dengan aturan dan kewajiban yang ada. Ukuran komite
audit adalah jumlah seluruh anggota komite audit.
3.3.3 Variabel Kontrol
3.3.3.1 Ukuran Perusahaan (Firm Size)
Ukuran perusahaan diukur berdasarkan total aset yang dimiliki oleh
perusahaan diperoleh dari laporan tahunan perusahaan. Ukuran perusahaan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
35
yang diukur dari total aset akan ditransformasikan dalam bentuk logaritma
dengan tujuan untuk menyamakan dengan variabel lain, karena nilai total aset
perusahaan relatif lebih besar dibandingkan dengan variabel-variabel lain
(Dewi, 2011). Ukuran Perusahaan dirumuskan sebagai berikut:
SIZE = log (total aset)
3.4 Teknik Analisis Data
Metode analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda, untuk
menguji dan melihat bagaimana pengaruh simultan setiap variabel independen
terhadap variabel dependennya. Dalam penelitian ini, analisis regresi linier
berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen mengenai
mekanisme corporate governance yang direpresentasikan dengan Ukuran
Anggota Dewan Komisaris, Proporsi Dewan Komisaris Independen, Ukuran
Komite Audit, terhadap variabel dependen pengungkapan corporate social
responsibility dengan ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol.
Dalam penelitian ini persamaan regresi linear berganda yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
CSR =
Simbol Keterangan
CSR Pengungkapan corporate social responsibility
U_DEKOM Ukuran angota dewan komisaris
PROP_KOMIND Proporsi Dewan Komisaris Independen
PROP_KOMWAN Proporsi Dewan komisaris Wanita
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
36
U_ADT Ukuran komite audit
SIZE Ukuran perusahaan
Konstanta
Koefisien Regresi
Error
Sumber : Olah data 2019
3.4.1 Uji Model Panel
Dalam penelitian ini model regresi yang digunakan adalah regresi linear
data panel dengan bantuan program Eviews 9 for Windows 32 bit. Data panel
merupakan gabungan dari data cross section dan time series. Menurut Gujarati
(2006) data panel ini mempunyai kelebihan dibandingkan dengan data yang lain
di antaranya
1. Data yang disediakan lebih informatif dengan adanya kombinasi dari
data time series dan cross section.
2. Pengaruh yang tidak bisa diamati dengan data time series dan cross
section murni, mampu dideteksi dan diukur dengan lebih baik oleh
data panel.
3. Data panel ini dapat memperhitungkan adanya heterogenitas individus
secara eksplisit, dan penggunaannya cocok sebagai study of dynamic
adjustment.
4. Data panel bisa digunakan dalam mempelajari model-model perilaku
yang kompleks, serta mampu meminimalisir kemungkinan bias yang
timbul karena agregasi data individu.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
37
Program Eviews 9 ini mempunyai tiga metode estimasi yaitu Common
Effect, Fixed Effect, dan Random Effect. Pendekatan common effect sering disebut
dengan PLS (Pooled Least Square) merupakan pendekatan yang paling sederhana
dalam model uji data panel. Pada pendekatan fixed effect menggambarkan
penggunaan metode OLS (Ordinary Least Square) , sedangkan pada random
effect menggambarkan penggunaan metode GLS (Generalized Least Square).
Untuk mengetahui penggunaan metode estimasi mana yang tepat digunakan maka
perlu melakukan uji Chow dan uji Haussman. Jika hasil penentuan metode
estimasi menunjukkan penggunaan metode fixed effect, maka diperlukan uji
asumsi klasik. Jika hasil penentuan metode estimasi menunjukkan penggunaan
random effect, maka tidak diperlukan uji asumsi klasik sesuai dengan pernyataan
Gujarati dan Porter (2009) bahwa yang memenuhi uji asumsi klasik hanya pada
penggunaan metode GLS (Generalized Least Square).
Untuk menentukan metode estimasi terbaik antara Common Effect, Fixed
Effect, dan Random Effect dapat dilakukan dengan uji statistik berikut :
3.4.1.1 Uji Chow
Uji Chow digunakan sebagai pemilihan model estimasi diantara Pooled
Least Square (Common Model) atau Fixed Effect Model. Hipotesis pada pengujian
Chow adalah :
H0
: α1 = α
2 = ... = α
N (pooled least square)
H1
: α1 ≠ α
2 ≠ ... ≠ α
N (fixed effect)
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
38
Kriteria uji :
Prob chi-square statistik < 0,05; maka menolak H0
Prob chi-square statistik > 0,05; maka menerima H0
Fixed Effect Model dipilih apabila nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05.
Sedangkan Common Model dipilih apabila nilai probabilitas lebih besar dari 0,05.
3.4.1.2 Uji Hausman
Uji Hausman digunakan sebagai pemilihan model model estimasi diantara
Fixed Effect Model atau Random Effect Model dalam mengolah data panel. Fixed-
Effect Model (FEM) dipilih apabila nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05.
Sedangkan Random Effect Model dipilih apabila nilai probabilitas lebih besar dari
0,05. Hipotesis dalam Uji Hausman adalah :
H0: Random-Effect
H1: Fixed-Effect
Kriteria uji :
Prob chi-square statistik < 0,05; maka menolak H0
Prob chi-square statistik > 0,05; maka menerima H0
Fixed-Effect Model (FEM) dipilih apabila nilai probabilitas lebih kecil dari
0,05. Sedangkan Random Effect Model dipilih apabila nilai probabilitas lebih
besar dari 0,05.
3.4.1.3 Uji Langrange Multiplier (LM)
Uji Langrange Multiplier adalah untuk mengetahui model estimasi data
panel yang tepat diantara Pooled Least Square atau Random Effect Model.
Breusch-Pagan mulai mengembangkan Uji Langrange Multiplier ini. Uji Lm
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
39
dilakukan dengan cara menghitung nilai LMhitung
yang diperoleh dari nilai
residual. Rumus yang digunakan dalam menghitung LMhitung
sebagai berikut:
Keterangan:
n : jumlah cross-section
T : jumlah periode
: jumlah rata-rata kuadrat residual
: jumlah kuadrat residual
Hipotesis yang digunakan dalam uji Lagrange Multiplier (LM) adalah:
H0
: Pooled Least Square
Ha : Random Effect Model
Nilai LM hitung lebih besar daripada nilai kritis chi-square maka H0
ditolak, hal tersebut berarti menerima Ha ini berati menunjukan bahwa model yang
dipilih adalah Random Effect Model. Nilai LM hitung lebih kecil daripada nilai
kritis chi-square maka H0
diterima, hal tersebut berarti menolak Ha
yang
menunjukan bahwa model yang dipilih adalah Pooled Least Square.
3.4.2 Uji Asumsi Klasik
Sebagai syarat uji regresi berganda dilakukan uji asumsi klasik untuk
memastikan bahwa data penelitian sudah benar (valid), konsisten , tidak bias, dan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
40
penaksiran koefisien regresinya efektif (Gujarati, 2003). Menurut gujarati (2003)
uji asumsi klasik dilakukan apabila model yang terpilih adalah common effect
model dan fixed effect model namun apabila yang terpilih adalah random effect
model maka uji asumsi klasik tidak dilakukan karena random effect model
merupakan model general least square yang diasumsikan sudah terhindar dari
bias. Dalam uji asumsi klasik untuk data panel terdiri dari :
3.4.2.1 Uji Multikolinearitas
Menurut Ghozali (2006), Uji multikolinearitas memiliki fungsi untuk
menguji apakah problem yang sering muncul dalam analisis regresi terjadi, yaitu
ketika terdapat korelasi yang tinggi anatar dua atau lebih variabel independen.
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan nilai korelasi antar variabel.
Apabila nilai korelasi kurang dari 0,8 maka tidak terjadi gejala multikolinearitas.
3.4.2.2 Uji heterokedastisidas
Menurut Ghozali (2006) Uji heterokedastisidas bertujuan untuk menguji
apakah model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Dalam pengukuan heterkedastisidas dapat menggunakan
scatter plot. Dalam pengamatan grafik scatterplot menunjukan titik-titik yang
terbentuk harus menyebar secara acak, baik dibawah maupun diatas angka 0 pada
sumbu Y. Apabila posisi ini terpenuhi berarti tidak terjadi heterokedastisidas.
Apabila menggunakan grafik plots memiliki kelemahan yang cukup
signifikan, karena jumlah dari pengamatan akan mempengaruhi ploting. Semakin
sedikit pengamatan akan menyebabkan semakin sulitnya menginterpretasikan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
41
hasil grafik plots. Maka dari itu , dibutuhkan uji statistic untuk menjamin
keakuratan hasil, seperti uji glejser (Ghozali, 2006). Menurut Gujarati (2003) uji
tersebut dilakukan dengan meregresi nilai absolut residual pada variabel
independen
3.4.3 Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui besarnya pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen dengan menggunakan model
analisis regresi berganda yang telah ditentukan. Untuk mengetahui pengaruh
antara variabel independen dengan variabel dependen maka dilakukan pengujian
sebagai berikut .
3.4.3.1 Koefisien Determinasi
Uji ini dilakukan untuk menentukan besarnya kemampuan variabel
independen dalam menjelaskan variabel dependen. Nilai koefisien
determinasi (Adjusted R2) berada di antara nol (0) dan satu (1). Jika nilai
adjusted R2
kecil berarti kemampuan variabel independen dalam
menjelaskan variabel dependen cukup terbatas. Apabila nilai adjusted R2
mendekati satu maka variabel independen dapat memberikan hampir
semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen.
3.4.3.2 Uji F Simultan
Pengujian ini ditujukan untuk mengetahui apakah semua variabel
independen yang dimasukan dalam penelitian memiliki pengaruh secara
serentak terhadap variabel dependen, sehingga dapat menjelaskan bahwa
model regresi yang digunakan dalam penelitian layak atau tidak. Pengujian
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
42
ini dapat dilakukan dengan melihat nilai probabilitas. Jika nilai
probabilitas < 0,05 (untuk tingkat signifikansi 0,05), maka variabel
independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen.
Jika nilai probabilitas < 0,05 maka variabel independen secara serentak
tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
3.4.3.3 Uji t parsial
Uji statistik t menunjukkan seberapa besar sebuah variabel independen
dalam mempengaruhi variabel dependen. Pengujian ini dilakukan pada
tingkat signifikansi 5%, dengan melihat nilai signifikansi t pada masing-
masing variabel dalam output hasil analisis regresi. Apabila signifikansi t
lebih kecil dari α (0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh
yang signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen.
Kriteria pengujian yang digunakan adalah nilai probabilitas dari
masing-masing variabel independen yang disajikan dalam tabel hasil
analisis regresi. Jika sig probabilitas < 0,05, maka variabel independen
tersebut signifikan berpengaruh, jika sig probabilitas > 0,05, maka
variabel independen tersebut tidak signifikan.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
43
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Setelah membahas megenai metodologi penelitian di BAB sebelumnya,
pada BAB ini akan membahas mengenai statistik deskrtiptif , uji estimasi model
dan pengujian hipotesis yang akan dilanjutkan dengan analisis dan pembahasan
hipotesis.
4.1 Deskripsi Pemilihan Sampel
Menurut Sugiyono (2010), sampel merupakan sebagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Dengan kata lain, sampel
merupakan sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti, di mana sifat dari
sampel tersebut dapat mewakili semua populasi yang ada. Adapun teknik
pengambilan sampel dalam penelitian ini ialah menggunakan purposive sampling,
yang berarti pengambilan sampel berdasarkan pada pertimbangan tertentu
berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan peneliti dan umumnya disesuaikan
dengan tujuan atau masalah penelitian. Berikut adalah kriteria penentuan sampel
yang digunakan dalam penelitian ini:
1. Merupakan perusahaan milik negara atau perusahaan yang mayoritas
kepemilikan modalnya dimiliki oleh negara, dalam hal ini yang
dimaksud adalah BUMN (Badan Usaha Milik Negara), khusunya
yang bergerak di luar bidang keuangan.
2. Perusahaan BUMN non-keuangan yang telah menyajikan laporan
keuangan dan sustainability report selama periode 2015-2017.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
44
3. Perusahaan menggunakan mata uang Rupiah dalam laporan
keuangannya.
4. Mencakup semua data yang dibutuhkan dalam perhitungan variabel-
variabel pada penelitian ini.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat jumlah sampel yang digunakan dapat
dilihat sebagai berikut.
Tabel 4.1 Kriteria Sampel
Kriteria Sampel Jumlah
Perusahaan BUMN 74
BUMN Keuangan (8)
Laporan keuangan tidak legkap (5)
Perusahaan yang tidak menyajikan laporan keuangan
dalam rupiah
(7)
Jumlah sampel perusahaan terpilih 54
Tahun pengamatan 3
Total observasi 162
Menurut tabel diatas jumlah populasi selama 3 tahun adalah 222 perusahaan
BUMN, setelah dihitung sampel perusahaan yang terpilih adalah 162 sampel.
4.2 Statistik Deskriptif
Berikut merupakan penyajian data melalui tabel statistis deskriptif yang
meliputi nilai mean, median, maximum dan minimum tiap variabel.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
45
Tabel 4.2 Statistik Deskriptif
Variabel Mean Med Max Min
Std.
Deviasi N
CSRDI 0.69 0.58 0.93 0.06 0.119792 162
U_DEKOM 4.28 4.00 8.00 3.00 0.988479 162
PROP_KOMIND 0.63 0.67 0.75 0.50 0.097714 162
PROP_KOWAN 0.31 0.25 0.75 0.00 0.099845 162
U_ADT 3.67 4.00 6.00 3.00 0.729325 162
SIZE 12.49 12.01 15.47 9.04 0.747603 162
Sumber : Olahdata 2019
Hasil statistik deskriptif menunjukan jumlah niali rata-rata sampel tiap
variabel , nilai maksimum tiap variabel dan nilai minimum tiap variabel. Standar
deviasi dari tiap variabel menunjukan nilai dibawah nilai rata-rata, sehingga data
yang disajikan bersifat homogen dan tidak bias. CSRDI sebagai variabel
dependen memiliki nilai rata-rata 0.69 atau 69%. Hasil tersebut menunjukan
bahwa tingkat pengungkapan CSR di Indonesia sebesar 69%. Menurut Cety dan
Suhardjanto (2008) nilai 57% masih tergolong rendah. karena walaupun CSRD
merupakan pengungkapan yang bersifat sukarela seharusnya dalam praktik
pelaksanaannya harus mendekati 100%. Variabel CSRDI memiliki nilai
maksimum sebesar 93% sedangkan nilai minimum sebesar 6%.
Variabel ukuran dewan komisaris memiliki nilai rata-rata sebesar 4 orang.
Nilai maksimum ukuran dewan komisaris sebesar 8 orang sedangkan nilai
minimum sebesar 3 orang. Variabel ukuran komite audit memiliki nilai rata-rata
sejumlah 3 orang. Menurut Undang-undang Nomor 40 tahun 2007 tentang
perseroan terbatas jumlah komite audit minimal terdiri dari 3 anggota yang
meliputi 1 komisaris independen selaku ketua komite audit, 1 pihak independen
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
46
yang berkeahlian akuntansi dan keuangan dan 1 pihak independen yang memiliki
keahlian hukum. Dari hasil statistik deskriptif menunjukan jumlah rata-rata
anggota komite audit sudah mencukupi syarat minimum yang telah diterapkan
oleh undang-undang. Nilai maksimum dari variabel ukuran komite audit sebesar 6
orang sedangkan nilai minimum sebesar 3 orang.
Variabel proporsi ukuran dewan komisaris independen memiliki nilai rata-
rata sebesar 0.63 atau 63%. Nilai tersebut menujukan bahwa rata-rata proporsi
anggota dewan komisaris sudah diatas standar minimum yang ditetapkan oleh
Undang-undang Nomor 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas yaitu sebesar
50% sedangkan nilai maksimum dan minimum proporsi anggota dewan komisaris
independen sebesar 75% dan 50%.
Variabel proporsi anggota komisaris wanita memiliki rata-rata sebesar
0.31 / 31% . Variabel proporsi anggota komisaris wanita memiliki nilai
maksimum sebesar 0.75 dan minimum sebesar 0. Variabel kontrol ukuran
perusahaan memiliki memiliki rata-rata 12.49 sedangkan leverage memiliki nilai
rata-rata 1.26.
4.3 Uji Estimasi Model
4.3.1 Uji Chow
Uji chow digunakan sebagai uji untuk menentukan pemodelan terbaik
antara fixed effect model dan common effect model (Gujarati, 2006). Berikut
adalah hasil uji chow dari penelitian ini.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
47
Tabel 4.3 Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Equation: Untitled
Test cross-section fixed effects
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 8.722103
-
62,120 0.0000
Cross-section Chi-square 322.4179 62.000 0.0000
Sumber : Olahdata 2019
Hasil uji chow diatas menunjukan nilai probabilitas Cross-section Chi-
square krang dari 0.05 yaitu sebesar 0.0000 sehingga dapat disimpulkan bahwa
pemodelan yang lebih cocok antara fixed effect model dan common effect model
adalah fixed effect model. Oleh karena itu pengujian berikutnya adalah uji
hausman.
4.3.2 Uji Hausman
Apabila hasil uji chow menunjukan estimator yang terpilih adalah fixed
effect model maka pengujian dilanjutkan dengan uji hausman untuk memilih
pemodelan fixed effect model atau random effect model (Gujarati, 2006). Hasil
uji hausman sebagai berikut.
Tabel 4.4 Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test
Equation: Untitled
Test cross-section random effects
Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 8.502629 6 0.2064
Sumber : Olahdata 2019
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
48
Hasil output uji hasuman diatas menunjkan nilai Cross-section random
lebih besar dari 0.05 yaitu sebesar 0.2035 sehingga dapat disimpulkan bahwa
pemodelan yang terpilih adalah random effect model. Dari kedua uji estimator
model maka dapat disimpulkan bahwa model penelitian yang tepat untuk
pengujian hipotesis adalah Random Effect Model.
4.4 Uji Asumsi Klasik
Menurut Gujarati (2006) apabila uji model estimator pemodelan yang
terpilih adalah random effect model maka uji asumsi klasik tidak perlu dilakukan.
Hal tersebut dikarena Random effect model merupakan estimator yang bersifat
General least square (GLS) sehingga model merupakan BLUE atau pemodelan
merupakan pemodelan yang terhindar dari bias sehingga uji asumsi klasik sudah
tidak perlu dilakukan.
4.5 Uji Hipotesis
Hasil dari uji estimator model didapatkan Random effect model sebagai
estimator yang paling cocok untuk penelitian ini sehingga Random effect model
akan digunakan sebagai dasar uji hipotesis.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
49
Tabel 4.5 Random Effect Model
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.916273 0.052618 17.41363 0.0000
U_Dekom 0.135430 0.021933 6.17485 0.0000**
Prop_Komind 0.046167 0.005788 7.97678 0.1245
Prop_Komwan 0.009816 0.004224 2.32380 0.0212*
U_Audit 0.000207 0.000535 0.38714 0.0091**
LogSize 0.093804 0.006485 14.46458 0.0145*
Effects Specification
S.D. Rho
Cross-section random
0.014533 0.7318
Idiosyncratic random 0.008798 0.2682
Weighted Statistics
R-squared 0.479086 Mean dependent var 0.190146
Adjusted R-
squared 0.478396 S.D. dependent var 0.060266
S.E. of regression 0.008858 Sum squared resid 0.01428
F-statistic 1420.033 Durbin-Watson stat 1.420829
Prob(F-statistic) 0.000000* Keterangan : * Signifikan pada tingkat confident level 95% / Margin error 5%
**Signifikan pada tingkat confident level 99% / Margin error 1%
Sumber : Olah data 2019
4.5.1 Uji koefisien determinasi R-squared
Menurut Ghozali (2006) uji koefisien determinasi R-squared digunakan
sebagai indikator untuk mengetahui seberapa besar pengaruh yang dihasilkan oleh
variabel independen terhadap variabel dependen. Berdasarkan hasil output
Random effect model menunjukan nilai adjusted r-squared sebesar 0.47 atau 47%
.Hal tersebut menunjukan bahwa variabel independen yang dipilih dalam
penelitian ini mampu mempengaruhi variabel dependen sebesar 47% sedangkan
53% pengaruh didapatkan oleh faktor – faktor lain diluar variabel indepeden yang
terpilih.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
50
4.5.2 Uji F simultan
Uji F simultan digunakan untuk mengatahui apakah variabel independen
secara simultan atau bersama-sama mampu mempengaruhi variabel dependen
sehingga model yang dipilih dapat dikatan fit (Ghozali, 2006). Berdasarkan
output Random effect model menunjukan nilai probabilitas F kurang dari 0.05
yaitu sebesar 0.000 sehingga dapat diketahui bahwa variabel independen secara
simultan mampu mempengaruhi variabel dependen. Dari hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa model yang dipilih sudah memenuhi goodness of fit.
4.5.3 Uji t Parsial
Menurut Ghozali (2006) uji t parsial digunakan untuk melihat pengaruh
masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Berdasarkan
output uji t parsial pada pemodelan random effect model dapat dilihat bahwa
terdapat 4 variabel independen yang memiliki pengaruh signifikan positif
terhadap variabel dependen. Hal tersebut terjadi karena hasil nilai t yang
dihasilkan oleh data berada di area tengah dan tidak berada dia area sig 2 tailed
sehingga variabel tersebut tidak siginifikan.
Pengaruh signifikan dapat dilihat dari nilai probabilitas signifikansi
sedangkan arah pengaruh dapat dilihat dari koefisien t statistic. Dari 4 variabel
independen yang memiliki pengaruh positif yaitu ukuran dewan komisaris,
proporsi anggota dewan komisaris wanita dan ukuran komite audit, sedangkan
proporsi anggota dewan komisaris independen tidak memiliki pengaruh. variabel
kontrol ukuran perusahaan memiliki pengaruh terhadap pengungkapan CSR.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
51
4.6 Pembahasan
4.6.1 Pengaruh ukuran anggota dewan komisaris terhadap pengungkapan
corporate social responsibility
Berdasarkan hasil uji t parsial variabel ukuran anggota dewan komisaris
memiliki probabilitas sebesar 0.000 dan memiliki koefisien 0,1354. Dari hasil
tersebut dapat diketahui bahwa nilai probabilitas dibawah 0.05 sehingga dapat
disimpulkan bahwa hipotesis ukuran anggota dewan komisaris berpengaruh
positif terhadap corporate social responsibility diterima.
Menurut FCGI (2002) dewan komisaris memiliki peran yang penting
sebagai pengawas dan memiliki tanggungjawab yang besar terhadap pelaporan
informasi yang disampaikan pada laporan tahunan. Dewan komisaris merupakan
mekanisme pengawasan dalam corporate governance. Keberadaan dewan
komisaris dalam sistem perusahaan sangat penting karena dewan komisaris
diharapkan mamp menjaga stabilitas kinerja dari perusahaan. Hasil penelitian ini
sejalan dengan Sembiring (2005) dan Veronica dan Sumin (2009) yang
menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap
pengungkapan corporate social responsibility
4.6.2 Pengaruh proporsi anggota dewan komisaris independen terhadap
pengungkapan corporate social responsibility
Variabel Proporsi anggota Dewan komisaris independen memiliki
koefisien Signifikansi sebesar 0,1245 Dari hasil tersebut menunjukan bahwa
Proporsi anggota Dewan komisaris Independen tidak berpengaruh terhadap
pengungakapan CSR. Dari hasil tersebut menunjukan bahwa hipotesis Proporsi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
52
anggota Dewan komisaris Independen berpangaruh positif terhadap corporate
social responsibility ditolak karena hasil uji t parsial menunjukan bahwa Proporsi
anggota Dewan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap pengungkapan
CSR. Suhardjanto (2008) menyatakan bahwa komisaris independen mempunyai
fungsi semu atau tidak sebenernya karena dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Dalam pemilihan dewan komisaris kompetensi bukan merupakan dasar utama
dalam pemilihan dewan komsaris, namun lebih
Hasil juga ini menunjukan bahwa peran Dewan komisaris independen
masih kurang dan sejalan dengan penelitian Asian Development Bank (2004)
yang menjelaskan bahwa kuatnya kepemilkan saham mayoritas dan kendali
pendiri perusahaan menjadikan dewan komisaris independen tidak bersikap
semestinya. Fungsi pengawasan yang seharusnya tidak pandang bulu dan tidak
terpengaruh apapun ternyata tidak berjalan semestinya. Lemahnya kemampuan
Dewan komisaris Independen dipengaruhi oleh masalah komunikasi, koordinasi,
dan pembuatan keputusan.
Dalam pemilihan dewan komisaris kompetensi bukan merupakan dasar
utama dalam pemilihan dewan komsaris, namun lebih kepada penghargaan atau
penghormatan sehingga tidak mencakup asas profesionalisme (Surya dan
Yustavanda, 2006). Sejalan dengan penelitian Rahmawati (2011) menunjukan
bahwa Dewan komisaris Independen memiliki tidak memiliki pengaruh terhadap
pengungkapan tanggung jawab sosial. Penelitian Cety dan Suhardjanto (2010)
juga menunjukan bahwa keberadaan Dewan komisaris independen tidak memiliki
pengaruh terhadap praktik pengungkapan di Indonesia.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
53
4.6.3 Pengaruh proporsi anggota Dewan komisaris wanita terhadap
pengungkapan corporate social responsibility.
Variabel Proporsi anggota Dewan komisaris wanita memiliki koefisien
signifikansi sebesar 0,0212 dan nilai β 0,009. Hal itu menunjukan bahwa Proporsi
anggota Dewan komisaris wanita memiliki pengaruh signifikan positif terhadap
corporate social responsibility karena memiliki koefisien signifikansi kurang dari
0,05 dan nilai β menunjukan pengaruh positif. Dari hasil penelitian tersebut
menunjukan bahwa hipotesis Proporsi anggota Dewan komisaris wanita
berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR diterima.
Hasil ini sejalan dengan penelitian Volkart dan Nokleke (2008) yang
menunjukan bahwa keberadaan komisaris wanita memiliki pengaruh positif
terhadap kinerja perusahaan. Suhardjanto et. al.(2011) juga menunjukan bahwa
komisaris wanita memiliki pengaruh positif terhadap sosial disclosure. Rahmawati
(2011) menunjukan bahwa komisaris wanita memiliki pengaruh positif terhadap
praktik social Disclosure. Hasil ini menunjukan bahwa semakin besar jumlah
wanita dalam komposisi Dewan komisaris semakin besar juga pengungkapan
corporate social responsibility
Pengaruh positif tersebut karena wanita memiliki sikap teliti dan kehati-
hatian yang tinggi lebih dari laki-laki (Kusumastuti, Supatmi dan Sastra, 2007).
Menurut Adam dan Ferreira (2004) wanita dianggap dapat memberikan
pandangan dan opini yang bervariasi dalam dalam praktik board governance
(Adam dan Ferreira, 2004). Dengan adanya pandangan dan opini yang variatif
menciptakan banyak informasi yang diungkapkan pada annual report. Menurut
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
54
Pravitasari dan Kahn (1985) wanita dalam melakukan sesuatu memiliki tingkat
kepekaan dan ketelitian yang lebih dari pada laki-laki sehingga dalam
menyampaikan informasi cenderung lebih detail dan teliti daripada laki-laki.
4.6.4 Pengaruh ukuran anggota komite audit terhadap pengungkapan
corporate social responsibility.
Berdasarkan hasil uji t parsial variabel ukuran komite audit memiliki
probabilitas sebesar 0.0091 dan memiliki koefisien beta positif. Dari hasil tersebut
dapat diketahui bahwa nilai probabilitas dibawah 0.05 sehingga dapat disimpulkan
bahwa hipotesis ukuran komite audit berpengaruh positif terhadap pengungkapan
corporate social responsibility diterima.
Hasil ini sejalan dengan penelitian Rudy (2017) dan Said, Yuserrie dan
Haron (2009) yang menunjukan bahwa jumlah komite audit dapat berpengaruh
positif terhadap tingkat social disclosure termasuk pengungkapan corporate
social responsibility. Hasil ini juga sejelan dengan fungsi komite audit menurut
FCGI (2002) yang menjelaskan bahwa tugas komite audit membantu pengawasan
yang dilakukan oleh dewan komisaris dan diharapkan mampu meningkatkan
kredibilitas informasi yang diungkapakan di laporan keuangan.
Menurut Rudy (2017) komite audit membantu komisaris dalam
melaksanakan mekanisme pengawasan mampu meningkatkan kualitas informasi
yang harus disampaikan oleh manajemen. Hal tersebut dikarenakan komite audit
memiliki dorongan tanggung jawab untuk menjaga dan mengarahkan manajemen
untuk selalu memberikan pengungkapan dan informasi yang luas untuk
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
55
disampaikan. Dengan adanya komite audit yang dapat menjaga informasi dengan
baik diharapkan pengungkapan mengenai CSR dapat diperhatikan lebih
dikarenakan corporate social responsibility merupakan hal yang sangat penting.
4.6.5 Pengaruh size perusahan terhadap pengungkapan corporate social
responsibility
Berdasarkan hasil uji t parsial variabel kontrol ukuran perusahaan
memiliki probabilitas sebesar 0.0145 dan memiliki koefisien beta positif. Dari
hasil tersebut dapat diketahui bahwa nilai probabilitas dibawah 0.05 sehingga
dapat disimpulkan bahwa hipotesis ukuran perusahaan berpengaruh positif
terhadap pengungkapan corporate social responsibility.
Hasil ini sejalan dengan Belkaoui dan Karpik (1989), Hackston dan Milne
(1996), Sembiring (2005), Rosmasita (2007), Machmud dan Djakman (2008), dan
Puspitasari (2009) yang menunjukan bahwa ukuran perusahaan memiliki
pengaruh positif terhadap social disclosure. Menurut Sembiring (2005) ukuran
perusahaan yang besar mampu menambah biaya kegenan sehingga perusahaan
perlu mengurangi biaya keagenan tersebut dengan cara mengungkapkan informasi
secara luas kepada stakeholder. Dengan adanya hasil tersebut maka variabel
ukuran perusahaan dapat menjadi variabel kontrol dalam model penelitian ini.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
56
BAB V
PENUTUP
Setelah selesai dengan analisis dan pembahasan di BAB IV, selanjutnya
adalah bagian penutup yang terdiri dari kesimpulan , keterbatasan, saran dan
rekomendasi penelitian selanjutnya.
5.1 Kesimpulan
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa rumusan masalah yang sudah
ditentukan memiliki hasil sebagai berikut.
1. Ukuran anggota Dewan komisaris memiliki pengaruh positif terhadap praktik
pengungkapan corporate social responsibility
2. Proporsi anggota dewan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap
praktik pengungkapan corporate social responsibility.
3. Proporsi anggota dewan komisaris memiliki pengaruh positif terhadap praktik
pengungkapan corporate social responsibility
4. Ukuran komite audit memiliki pengaruh positif terhadap praktik
pengungkapan corporate social responsibility
Hasil dari penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat
pengungkapan sukarela di Indonesia terutama corporate social responsibility
masih rendah. Hal tersebut dikarenakan manajemen suatu perusahaan dalam
melaksanakan kegiatannya belum berfokus pada pengungkapan sukarela sehingga
tingkat pengungkapan belum bisa maksimal. Penelitian ini juga memiliki tujuan
untuk melihat seberapa besar pengaruh struktur corporate governance yang
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
57
diterapkan oleh perusahaan terhadap tingkat corporate social responsibility
dengan pendekatan teori agensi sehingga diturunkan beberapa variabel yang sudah
diteliti. Hasil tersebut menunjukan pentingnya pengawasan terhadap berjalannya
sistem suatu perusahaan dalam rangka meningkatkan tanggungjawab sosial
terhadap lingkungan dan masyarakat dalam wujud pengungkapan corporate social
responsibility.
5.2 Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat dikemukankan implikasi secara
teoritis dan praktis sebagai berikut :
5.2.1 Manfaat praktis
a) Ukuran anggota Dewan komisaris memiliki pengaruh positif terhadap
praktik pengungkapan keseahatan dan keselamatan kerja. Hasil
tersebut menunjukan bahwa jumlah anggota yang dimiliki oleh dewan
komisaris memiliki pengaruh terhadap corporate social responsibility
dikarenakan dewan komisaris memiliki fungsi sebagai pengawas
kinerja manajemen.
b) Proporsi anggota dewan komisaris memiliki tidak memiliki pengaruh
positif terhadap praktik corporate social responsibility. Hasil tersebut
menunjukan bahwa jumlah anggota independen yang dimiliki oleh
dewan komisaris tidak memiliki pengaruh terhadap corporate social
responsibility dikarenakan dewan komisaris memiliki menjalankan
fungsi semestinya dan masih semu (Suhardjanto, 2010)
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
58
c) Ukuran komite audit memiliki pengaruh positif terhadap praktik
corporate social responsibility. Hasil tersebut menunjukan semakin
jumlah komite audit memiliki pengaruh baik terhadap corporate
social responsibility dikarenakan komite audit memiliki tugas
membantu pengawasan dewan komisaris.
5.2.2 Implikasi Teoritis
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai evaluasi dan saran untuk
perusahaan manifaktur yang sudah go public untuk memperbaiki tingkat
pengawasan terhadap kinerja manajemen dalam memberikan informasi
pengungkapan corporate social responsibility.
5.3 Keterbatasan
Penelitian ini telah diusahakan dan dilaksanakan sesuai metodologi penelitian,
namun demikian masih memiliki keterbatasan yaitu :
1. Nilai R-Squared yang dimiliki adalah 47% sehingga tergolong secara simultan
memiliki pengaruh kuat, namun masih ada variabel yang tidak memiliki
pengaruh terhadap variabel dependen.
2. Sampel yang digunakan belum dapat menggambarkan BUMN secara umum
karena hanya berfokus pada BUMN non Keuangan.
5.4 Saran
Bedasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan maka dapat diberikan
saran-saran semakin berikut:
1. Penelitian selanjutnya dapat membandingkan tingkat corporate social
responsibility Indonesia dengan luar negeri.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
59
2. Penelitian selanjutnya dapat menambahkan variabel moderasi agar peneliti
dapat mengetahui faktor yang memperkuat ataupun memperlemah pengaruh.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
60
DAFTAR PUSTAKA
Abeysekera, I.2008. The role of corporate governance in intellectual capital
disclosure in Kenyan listed firms. www.ssrn.com.
Adam, R., dan D. Ferreira. 2008. Women in the Boardroom and Their Impact on
Governance and Performance. Journal of Financial Economics, 94(2) 291-
309.
Ahmad, R. 2017. Pengaruh Struktur Corporate Governance Terhadap Tingkat
Keselarasan Laporan Tahunan Dengan Rerangka Integrated Reporting.
Diponegoro Journal Of Accounting, 12-24.
Andres, P.; V.Azofra dan F. Lopez.. 2005. Corporate boards in OECD countries:
size, compositions, functioning and effectiveness. Journal of Corporate
Governance, 13(2): 197-210.
Boediono, G.S.B. 2005. “Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme
Corporate Governance dan Dampak Manajemen Laba Dengan
Menggunakan Analisis Jalur”. Simposium Nasional Akuntansi 8.
Bonna, I.; T. Yoshikawabdan; dan P.H., Phan. 2004. Effects of Board Structure
and firm Performance: A Comparison between Japan and Australia. Journal
of Asian Bussiness & Management 3: 105-125.
Brick E.I., dan N.K. Childambaran 2007. Board meetings, commite structure and
firm performance. http://papers.ssrn.com.
Cety, T., dan D. Suhardjanto. 2010. Pengaruh corporate governance terhadap
environmental performance di Indonesia. Makalah dipresentasikan pada
Call for Paper FE UNS tanggal 3 November 2010.
Darwin, Ali. 2004. Corporate Social Responsibility (CSR), Standards &
Reporting. Seminar Nasional Universitas Katolik Soegijapranata.
Deegan, C., dan M. Rankin. 1996. An Analysis of Environmental Disclosurees
Firms Prosecuted Sccessfullyt by the Environmental Protection Autority.
Accounting Auditing and Accountability Journal: 50-68.
Dewi, A , E. Rahmawati, D. Suhardjanto, dan M. Firazonia. 2012. Peran
corporate governance dalam praktik risk disclosure pada perbankan
Indonesia. JurnalAkuntansi & Auditing, 9 (1).
Dewi, A. 2011.Peran Corporate Governance dalam Financial Risk Disclosure:
Studi Empiris Perbankan Indonesia. Skripsi. Universitas Sebelas Maret .
Tidak dipublikasi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
61
Donovan, G., dan K. Gibson. 2000. Environmental Disclosure in The Corporate
Annual Report. A longitudinal Australian Study Paper For Presentation in
The 6th
Interdisciplinary Environmental Association Conference. Montel,
Canada
Egon Zehnder International.2000. Corporate governance and the role of board
directors.Australia : Libraries.
Etteredge, M.L.; K., Johnstone; M.S. Stone; dan Q. Wang. 2010. The effects of
company size, corporate governance quality, and bad news on disclosure
compliance, Review of Accounting Studies, Forthcoming.
Forum Corporate Governance Indonesia (FCGI). 2002. Peranan Dewan
Komisaris dan Komte Audit dalam pelaksanaan tata kelola perusahaan
(corporate governance).
Forum for Corporate Governance in Indonesia. 2001. Peranan Dewan Komisaris
danKomite Audit dalam PelaksanaanCorporate Governance (Tata
KelolaPerusahaan). http://fcgi.or.id. Diakses 13 Desember 2018.
Ghozali, I. 2006. Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: BP
UNDIP.
GRI. (2013). Global Reporting Inisiatives. Diambil dari
http://www.globalreporting.org pada tanggal 5 Mei 2019.
Gujarati, D. N.2003. Basic Econometrics. Forth Edition. New york: Mc. Graw-
Hill.
Hartono, J. 2000. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi kedua. BPFE.
Yogyakarta.
Ho, S.S.M., dan K.S. Wong. 2001. A Study of relationship between corporate
governance structure and extent of voluntary disclosure. Journal of
InternationalAccounting Auditing and Taxation10: 139-156.
Komite Nasional Kebijakan Governace (KNKG). 2006. Pedoman UMum
Good Corporate Governance di Indonesia.
Komite Nasional Kebijakan Governance. 2006.Pedoman Umum Good Corporate
Governance Indonesia. http://bapepam.go.id. Di akses 13 Desember 2018.
Kusumastuti, S.; Supatmi; dan S., Perdana. 2007. Pengaruh Board Diversity
Terhadap Nilai Perusahaan dalam Perspektif Corporate Governance.Jurnal
Akuntansi dan keuangan, 9(2): 88-89.
Marinova, J.H.; J. Plantenga; dan ,C.L.H.S. Remery. 2010. Gender Diversity and
Firm Performance: Evidence From Dutch and Danish Boardrooms. Working
papers from Utrecth School of Economics No.10-03.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
62
McGuire, J. B., Sundgren, A., & Schneeweis, T. (1988). Corporate Social
Responsibility and Firm Financial Performance. Academy of Management
Journal, 31(4), 854–872. https://doi.org/10.2307/256342
Mittal, R. K., Sinha, N., & Singh, A. (2008). An analysis of linkage between
economic value added and corporate social responsibility. Management
Decision, 46(9), 1437–1443. https://doi.org/10.1108/00251740810912037
Mualifin, O.R. dan Maswar P.P., 2016. Dampak Pengungkapan Sustainability
Report Terhadap Kinerja Keuangan dan Kinerja Pasar. Jurnal Ilmu dan
Riset Akuntansi : Vol. 5, No. 5.
Muntoro, Ronny Kusuma. 2006. Makalah “Mebangun Dewan Komisaris yang
Efektif”. Universitas Indonesia.
Permatasari, N.D.2009.Pengaruh corporate governance, etnis, dan latar belakang
pendidikan terhadap environmental disclosure: Studi empiris pada
perusahaan listing Bursa Efek Indonesia. Skripsi Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret. Tidak di publikasi
Peterson, C.,A., dan J. Philpot. 2009.Corporate Governance: Roles of Academic
directors on US Fortune 500 boards. The international journal of businessin
society, issn: 1472-0701.
Pudjiastuti, W., dan A. A. Mardiyah. 2006. Perspektif Agency Theory: Pengaruh
Informasi Asimetri terhadap Manajemen Laba. Jurnal Ekuitas Vol 4 No 1
Maret 2000, 29-42.
Putri, Anggi Miharsa. 2009. “Pengaruh Independensi dan efektivitas Komite
Audit terhadap Manajemen Laba”. Skripsi Tidak Dipublikasikan.
Universitas Diponegoro.
Rahmawati, E. 2011. Peran Board of Directors terhadap Operational Risk
Discosure pada Perbankan Indonesia. Skripsi. Tidak dipublikasikan.
Raka, G. 2001. “Manajemen Perubahan untj Penerapan Good corporate
Governance” Ikatan Akuntan Publik Indonesia.
Said. Zainuddin dan Haron. 2009. “The Relationship Between Corporate Social
Responsibility Disclosure And Corporate Governance Characteristics In
Malaysian Public Listed Company”. Social Responbility Journal. Vol. 5 No.
2, pp. 212-226
Sembiring, 2005. Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan Tanggung jawab
Sosial: Studi Empiris pada Perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Jakarta.
Paper Presented at the Seminar Nasional Akuntansi,
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
63
Slaughter, G , Bayoud, NS, Kavanagh, M & 2012, „Corporate Social
Responsibility Disclosure and Employee Commitment: Evidence from
Libya‟, International Journal of Economics and Finance, vol 4, no 5, pp.
37-50.
Suwardjono.2005.Teori Akuntansi : Perekayasaan pelaporan keuangan, edisi
ketiga.Yogyakarta.BPFE.
Turcsanyi, J., & Sisaye, S. (2013). Corporate social responsibility and its link to
financial performance: Application to Johnson & Johnson, a pharmaceutical
company. World Journal of Science, Technology and Sustainable
Development, 10(1), 4–18. https://doi.org/10.1108/20425941311313065
Undang-undang No. 40 tahun 2007 tentang perseroan di Indonesia.
Waryanti. 2009. “ Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Pengungkapan
Sosial pada Perusahaan Manufaktur di BEI”. Skripsi Tidak
Dipublikasikan. Universitas Diponegoro.
Wibisono, Y. (2007). Membedah Konsep & Aplikasi CSR. Gresik: Fascho
Publishing.
Widowati, Nungki. 2009. “ Pengaruh corporate governance terhadap
manajemen laba pada perusahaan manufaktur di BEI”. Skripsi Tidak
Dipublikasikan. Universitas Diponegoro.
Volkart, R dan M. Noldeke. 2008. Gender Diversity and Firm
performance- An empirical approach‟.
www.bf.uzh.ch/publikationen/pdf/publ_1912.pdf.
Zeghal, D., dan S.,Ahmed.1990. Comparison of Social Responsibility Information
Disclosure Media Used by Canadian Firms. Accounting, Auditing and
Accounting Journal. Vol. 3, No. 1, p. 38-53.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
64
Lampiran
1. Daftar Perusahaan
Nama Perusahaan
Perum Perhutani(Persero)
PT Inhutani II (Persero)
PT Perkebunan Nusantara I (Persero)
PT Perkebunan Nusantara III (Persero)
PT Perkebunan Nusantara IV (Persero)
PT Perkebunan Nusantara IX (Persero)
PT Perkebunan Nusantara X (Persero)
PT Perkebunan Nusantara XI (Persero)
PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero)
PT Sang Hyang Seri (Persero)
PT Aneka Tambang (Persero) Tbk
PT Bukit Asam (Persero) Tbk
PT Pertamina (Persero)
PT Timah (Persero) Tbk
PT. Inalum (Indonesia Asahan Alumunium)
Perum Percetakan Uang Republik Indonesia (PERURI)
PT Indofarma (Persero) Tbk
PT Industri Telekomunikasi Indonesia (Persero)
PT Kimia Farma (Persero) Tbk
PT Krakatau Steel (Persero) Tbk
PT LEN Industri (Persero)
PT Pupuk Indonesia Holding Company (Persero)
PT Semen Baturaja (Persero)
PT Semen Gresik (Persero) Tbk / Semen Indonesia (Persero) Tbk
PT Perusahaan Gas Negara (Persero)Tbk
PT Perusahaan Listrik Negara (Persero)
Perum Pembangunan Perumahan Nasional
PT Adhi Karya (Persero) Tbk
PT Brantas Abipraya (Persero)
PT Hutama Karya (Persero)
PT Nindya Karya (Persero)
PT Pembangunan Perumahan (Persero)
PT Wijaya Karya (Persero) Tbk
PT Waskita Karya (Persero) Tbk
Perum Bulog
PT Sarinah (Persero)
PT Angkasa Pura I (Persero)
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
65
PT Angkasa Pura II (Persero)
PT ASDP Indonesia Ferry (Persero)
PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk
PT Jasa Marga (Persero) Tbk
PT Kawasan Berikat Nusantara (Persero)
PT Kawasan Industri Wijaya Kusuma (Persero)
PT Kereta Api Indonesia (Persero)
PT Pelabuhan Indonesia I (Persero)
PT Pelabuhan Indonesia II (Persero)
PT Pelabuhan Indonesia III (Persero)
PT Pelayaran Nasional Indonesia (Persero)
PT Pos Indonesia (Persero)
Perum LKBN ANTARA
PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk
Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC)
PT Biro Klasifikasi Indonesia (Persero)
PT Sucofindo (Persero)
2. Statistik Deskriptif
Variabel Mean Med Max Min
Std.
Deviasi N
CSRDI 0.69 0.58 0.93 0.06 0.119792 162
U_DEKOM 4.28 4.00 8.00 3.00 0.988479 162
PROP_KOMIND 0.63 0.67 0.75 0.50 0.097714 162
PROP_KOWAN 0.31 0.25 0.75 0.00 0.099845 162
U_ADT 3.67 4.00 6.00 3.00 0.729325 162
SIZE 12.49 12.01 15.47 9.04 0.747603 162
3. Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Equation: Untitled
Test cross-section fixed effects Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 8.722103 (62,120) 0.0000
Cross-section Chi-square 322.417866 62 0.0000
Cross-section fixed effects test equation:
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
66
Dependent Variable: CSRDI
Method: Panel Least Squares
Date: 09/17/19 Time: 18:24
Sample: 2015 2017
Periods included: 3
Cross-sections included: 54
Total panel (balanced) observations: 162 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -0.944398 0.059304 -15.92457 0.0000
PROP_KOMIND 0.114998 0.022629 5.081931 0.0000
U_DEKOM 0.040258 0.005573 7.223613 0.0000
U_ADT 0.011218 0.004402 2.548457 0.0116 R-squared 0.981043 Mean dependent var 0.576313
Adjusted R-squared 0.980418 S.D. dependent var 0.119792
S.E. of regression 0.016763 Akaike info criterion -5.302921
Sum squared resid 0.051143 Schwarz criterion -5.182856
Log likelihood 508.1260 Hannan-Quinn criter. -5.254280
F-statistic 1569.760 Durbin-Watson stat 0.442736
Prob(F-statistic) 0.000000
4. Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test
Equation: Untitled
Test cross-section random effects
Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 8.502629 6 0.2035
Cross-section random effects test comparisons:
Variable Fixed Random Var(Diff.) Prob. PROP_KOMIND 0.148541 0.135430 0.000402 0.5130
U_DEKOM 0.052397 0.046167 0.000043 0.3424
U_ADT 0.010973 0.009816 0.000011 0.7280
PROP_KOMWAN 0.001051 0.000207 0.000000 0.0188
Cross-section random effects test equation:
Dependent Variable: CSRDI
Method: Panel Least Squares
Date: 09/17/19 Time: 18:23
Sample: 2015 2017
Periods included: 3
Cross-sections included: 54
Total panel (balanced) observations: 162
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
67
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -0.874972 0.069063 -12.66924 0.0000
PROP_KOMIND 0.148541 0.029710 4.999780 0.1245
U_DEKOM 0.052397 0.008749 5.988725 0.0000
U_ADT 0.010973 0.005376 2.041021 0.0434
PROP_KOMWAN 0.001051 0.000645 1.630614 0.1056
LOGSIZE 0.086939 0.009378 9.270530 0.0162 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.476557 Mean dependent var 0.576313
Adjusted R-squared 0.474606 S.D. dependent var 0.119792
S.E. of regression 0.008798 Akaike info criterion -6.352751
Sum squared resid 0.009288 Schwarz criterion -5.169256
Log likelihood 669.3350 Hannan-Quinn criter. -5.873289
F-statistic 510.8214 Durbin-Watson stat 2.151740
Prob(F-statistic) 0.000000
5. Random Effect Model
Dependent Variable: CSRDI
Method: Panel EGLS (Cross-section random effects)
Date: 09/17/19 Time: 18:20
Sample: 2015 2017
Periods included: 3
Cross-sections included: 54
Total panel (balanced) observations: 162
Swamy and Arora estimator of component variances
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.916273 0.052618 17.41363 0.0000
U_Dekom 0.135430 0.021933 6.17485 0.0000*
Prop_Komind 0.046167 0.005788 7.97678 0.1245
Prop_Komwan 0.009816 0.004224 2.32380 0.0212*
U_Audit 0.000207 0.000535 0.38714 0.0091*
LogSize 0.093804 0.006485 14.46458 0.0145*
Effects Specification
S.D. Rho
Cross-section random
0.014533 0.7318
Idiosyncratic random 0.008798 0.2682
Weighted Statistics
R-squared 0.479086 Mean dependent var 0.190146
Adjusted R-squared 0.478396 S.D. dependent var 0.060266
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
68
S.E. of regression 0.008858 Sum squared resid 0.01428
F-statistic 1420.033 Durbin-Watson stat 1.420829
Prob(F-statistic) 0.000000*