PENGARUH STIMULASI YANG BERLEBIHAN … kurikulum 1975 yang di adopsi dari Inggris. ... Menurut Kamus...

14
1 PENGARUH STIMULASI YANG BERLEBIHAN BERBENTUK KURSUS/ LES AKADEMIK TERHADAP TUMBUH KEMBANG OTAK PESERTA DIDIK Maya Umami E-mail: [email protected] Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Teknik, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indraprasta PGRI (UNINDRA) Tanjung Barat, Jagakarsa, Jakarta Selatan ABSTRAK Anak merupakan aset yang diupayakan oleh kedua orangtuanya untuk berkembang. Berkembang sebagai generasi penerus untuk lebih baik minimal satu profesi seperti orang tuanya misalnya saja jika, orang tuanya seorang dokter maka anaknya harus jadi kepala dokter dan jika dahulu orang tuanya selalu menduduki peringkat 10 besar maka anaknya harus peringkat 5 besar. Segala cara dilakukan orang tua untuk menjadi seperti apa yang diinginkannya misalnya saja dengan memberikan berbagai macam stimulasi kepada anak sebagai pelajar. Kursus/ les/ memanggil guru ke rumah dijadikan alternatif sebagai stimulasi yang tepat bagi anak secara akademik. Namun, perlu kita ketahui kemampuan anak itu seperti balon, balon akan mengembang jika diisi udara. Tetapi, tanpa disadari ketika udara terisi melebihi kapasitas, balon akan meledak. Dari rumusah masalah inilah penulis mengangkat judul "Pengaruh Stimulasi yang Berlebihan Berbentuk Kursus/ Les Akademik Terhadap Tumbuh Kembang Otak Peserta Didik" Adapun tema tersebut memiliki tujuan yakni: 1) mengetahui takaran yg tepat dalam pemberian stimulus terhadap tumbuh kembang otak, dan 2) stimulus seperti apa yang dibutuhkan untuk perkembangan otak secara maksimal. Dengan mengacu pada tujuan masalah tersebut penelitian ini menggunakan metode regresi sederhana dengan memakan waktu selama 1 minggu. Kata Kunci : Tumbuh Kembang Otak, Stimulasi, Dampak Stimulasi yang berlebih

Transcript of PENGARUH STIMULASI YANG BERLEBIHAN … kurikulum 1975 yang di adopsi dari Inggris. ... Menurut Kamus...

1

PENGARUH STIMULASI YANG BERLEBIHAN

BERBENTUK KURSUS/ LES AKADEMIK

TERHADAP TUMBUH KEMBANG OTAK PESERTA DIDIK

Maya Umami

E-mail: [email protected]

Program Studi Pendidikan Matematika,

Fakultas Teknik, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Indraprasta PGRI (UNINDRA)

Tanjung Barat, Jagakarsa, Jakarta Selatan

ABSTRAK

Anak merupakan aset yang diupayakan oleh kedua orangtuanya untuk

berkembang. Berkembang sebagai generasi penerus untuk lebih baik minimal satu profesi

seperti orang tuanya misalnya saja jika, orang tuanya seorang dokter maka anaknya harus

jadi kepala dokter dan jika dahulu orang tuanya selalu menduduki peringkat 10 besar

maka anaknya harus peringkat 5 besar. Segala cara dilakukan orang tua untuk menjadi

seperti apa yang diinginkannya misalnya saja dengan memberikan berbagai macam

stimulasi kepada anak sebagai pelajar. Kursus/ les/ memanggil guru ke rumah dijadikan

alternatif sebagai stimulasi yang tepat bagi anak secara akademik. Namun, perlu kita

ketahui kemampuan anak itu seperti balon, balon akan mengembang jika diisi udara.

Tetapi, tanpa disadari ketika udara terisi melebihi kapasitas, balon akan meledak. Dari

rumusah masalah inilah penulis mengangkat judul "Pengaruh Stimulasi yang Berlebihan

Berbentuk Kursus/ Les Akademik Terhadap Tumbuh Kembang Otak Peserta Didik"

Adapun tema tersebut memiliki tujuan yakni: 1) mengetahui takaran yg tepat dalam

pemberian stimulus terhadap tumbuh kembang otak, dan 2) stimulus seperti apa yang

dibutuhkan untuk perkembangan otak secara maksimal. Dengan mengacu pada tujuan

masalah tersebut penelitian ini menggunakan metode regresi sederhana dengan memakan

waktu selama 1 minggu.

Kata Kunci : Tumbuh Kembang Otak, Stimulasi, Dampak Stimulasi yang berlebih

2

PENDAHULUAN

Kualitas dan kuantitas pendidikan yang ada di Indonesia saat ini mengalami

kemajuan pesat. Terbukti dengan menaiknya standart nilai kelulusan, kenaikan kelas,

maupun tes ketika memasuki perguruan tinggi. Standar kelulusan dari tahun ke tahun

selalu mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Dengan begitu, masing-masing

sekolah atau perguruan tinggi berkesempatan untuk menghasilkan output yang memiliki

kualitas serta kuantitas yang dapat menunjang untuk pembangunan Negara. Pendidikan

merupakan pilar tegaknya bangsa; Melalui pendidikanlah bangsa akan tegak mampu

menjaga martabat. Dalam UU 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3,

disebutkan “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

jawab.

Dengan adanya kenaikan standart kelulusan, maka dewasa ini kurikulum

pendidikan menjadi lebih berbobot dari pendidikan terdahulu. Banyaknya materi yang

harus dikuasai peserta didik, membuat kurikulum di Indonesia mengadopsi metode CBSA

(Cara Belajar Siswa Aktif) yang lebih menekankan siswa untuk aktif selama kegiatan

belajar dan pembelajaran. Pada buku karangan Darmaningtyas yang berjudul “Pendidikan

yang memiskinkan” menuliskan bahwa Metode ini sebenarnya sudah diperkenalkan sejak

pelaksanaan kurikulum 1975 yang di adopsi dari Inggris. Sistem ini di praktikan di 60 SD

di Cianjur. Pada intinya, system ini mendorong siswa aktif belajar sendiri sedangkan guru

hanya memberikan pengarahan dari belakang. Berbeda misalnya dengan system

sebelumnya yang didominasi oleh pemandangan murid yang aktif mendengarkan dan

mencatat ucapan guru. Pada system CBSA ini, murid berdiskusi, bertanya, bahkan

mendebat guru.

Selain metode yang dapat diterapkan guru terhadap siswa, maka perlakuan orang

tua dari peserta didik juga berperan penting. Segala cara dilakukan oleh para orang tua

untuk menjadikan anaknya siswa yang berprestasi sesuai dengan keinginanya. Tiap-tiap

anak memiliki karakter yang berbeda-beda. Tidak semua anak dapat mengikut metode

CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) oleh karena itu les privat/ kursus/ memanggil guru ke

rumah menjadi alternative yang tepat bagi orang tua terhadap anaknya.

3

Tidak sedikit orang tua yang memiliki obsesi untuk menjadikan buah hatinya

seperti apa yang dia inginkan. Alternative yang diambil berbentuk les/ kursus/

mendatangkan guru ke rumah sering dijadikan “suplemen” utama untuk mencapai tujuan

orang tua tanpa memperhatikan aspek psikologis anak. Adapun beberapa alasan orang tua

lebih memilih les/ kursus akademik anaknya, yaitu:

Alasan 1

Orang tuanya sangat sibuk (dua-duanya ) bekerja. Untuk "ketenangan" hati orang tua,

maka orang tua lebih memilih anak-anaknya mengikut les privat/ kursus, dengan

"harapan" dapat menambah pandai dan keberadaan anak-anaknya-nya dalam pengawasan

orang dewasa (pengajar kursus/ les)

Alasan 2

Anaknya termasuk dalam kategori anak yang kurang mampu dalam menangkap pelajaran,

maka memang ada baiknya diikutkan dalam bidang-bidang yang kurang mampu (bila

ketidak mampuannya ada beberapa, maka anak-anaknya pun "terpaksa" menuruti

keinginan orang tuanya agar mereka menjadi mampu

Alasan 3

Anaknya termasuk golongan anak yang hyper kegiatan, maka ada baiknya orang tuanya

menyalurkan kemampuan anak untuk menyalurkan segala keinginan kegiatan anak agar

kegiatan menjadi positif.

Alasan 4

Upaya pembentukan disiplin sejak dini perilaku anak terhadap waktu. Banyak oang tua

yang mengngnkan anaknya menjadi disiplin sehingga ketika dewasa kelak perilaku

disilpin akan terus terjaga akibat dari pembentukan karakter disiplin sejak dini terhadap

waktu yang digunakan.

Tetapi, yang mulanya bertujuan baik dijadikan skandal untuk para orang tua

mengikuti les privat/ kursus buah hatinya secara berlebihan sehingga waktu main (kodrat

anak-anak) ataupun bersosialisasi menjadi berkurang bahkan tidak ada sama sekali.

Seluruh waktunya hanya di gunakan untuk belajar, kursus ini, kursus itu, dan kursus-

kursus lainnya.

TINJAUAN PUTAKA

Tumbuh Kembang/ Perkembangan Anak

Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam

struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat

4

diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses

diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang

berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya.

Termasuk juga “perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi

dengan lingkungannya” (Soetjiningsih, 1998). Dalam hal ini lingkungan memegang

peranan terbesar dalam pembentukan emosi, intelektual maupun tingkah laku. Contohnya

saja, seorang anak terlahir di lingkungan penjudi, maka bisa jadi anak tersebut memiliki

tingkah laku layaknya penjudi seperti yang ia dapatkan dari lingkunganya, dsb. Adapun

faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan, yaitu:

1. Faktor Intrinsik

Faktor instrinsik yang mempengaruhi kegagalan berkembang terutama berkaitan

dengan terjadinya penyakit pada anak

2. Faktor Ekstrinsik

Yang merupakan faktor ekstrinsik:

- Faktor psikis dan sosial (misalnya tekanan emosional akibat penolakan atau

kekerasan dari orang tua).

- Depresi bisa menyebabkan nafsu makan anak berkurang. Depresi bisa terjadi jika

anak tidak mendapatkan rangsangan sosial yang cukup, seperti yang dapat terjadi

pada bayi yang diisolasi dalam suatu inkubator atau pada anak yang kurang

mendapatkan perhatian dari orang tuanya.

- Faktor ekonomi (dapat mempengaruhi masalah pemberian makanan kepada anak,

tempat tinggal dan perilaku orang tua). Keadaan ekonomi yang pas-pasan dapat

menyebabkan anak tidak memperoleh gizi yang cukup untuk perkembangan dan

pertumbuhannya

- Faktor lingkungan (termasuk pemaparan oleh infeksi, parasit atau racun).

3. Faktor Pendukung

Faktor – faktor pendukung perkembangan anak, antara lain :

- Terpenuhi kebutuhan gizi pada anak tersebut

- Peran aktif orang tua

- Lingkungan yang merangsang semua aspek perkembangan anak

- Peran aktif anak

- Pendidikan orang tua (Soetjiningsih, 1998).

5

Keseimbangan Belahan Otak Kanan dan Belahan Otak Kiri

Seperti kita ketahui bahwa manusia memiliki sebuah otak besar (serebum) yang

dibagi menjadi belahan (hemisfer) kiri dan belahan kanan, atau bisa kita sebut otak kanan

dan otak kiri. Nah, walaupun masih merupakan kesatuan fungsi otak kanan dan otak kiri

manusia ternyata mempunyai fungsi yang berbeda.

Fungsi Otak Kanan; berfungsi dalam perkembangan emotional quotient (EQ).

Misalnya sosialisasi, komunikasi, interaksi dengan manusia lain serta pengendalian

emosi. Pada otak kanan ini pula terletak kemampuan intuitif, kemampuan merasakan,

memadukan, dan ekspresi tubuh, seperti menyanyi, menari, dan melukis.

Sedangkan Fungsi otak kiri; berfungsi dalam hal-hal yang berhubungan dengan

logika, rasio, kemampuan menulis dan membaca, serta merupakan pusat matematika.

Bagian otak ini merupakan pengendali intelligence quotient (IQ). Daya ingat otak bagian

ini juga bersifat jangka pendek.

Dalam buku karangan M. Anshori menyatakan bahwa “Keseimbangan otak

kanan dan otak kiri diperlukan agar kecerdasan instingtif maupun intelektual dapat

digunakan secara maksimal”. Otak kanan atau kiri, mana yang lebih baik ? Untuk yang

satu ini sepertinya sangat susah untuk dijawab, mengingat otak kanan maupun otak kiri

mempunyai fungsi yang berbeda. Akan tetapi, menurut para ahli, sebagian besar orang di

dunia hidup dengan lebih mengandalkan otak kirinya. Para pengguna otak kiri pada

umumnya lebih kuat dalam matematika. Mereka juga cenderung memiliki telinga kanan

lebih tajam, kaki dan tangan kanannya juga lebih tajam daripada tangan dan kaki kirinya.

Demikian juga sebaliknya dengan pengguna otak kanan.

Hakekat Stimulasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia: stimulasi adalah dorongan atau

rangsangan. Stimulasi merupakan hal yang penting dalam tumbuh kembang anak. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa anak yang kurang kasih sayang dan kurang stimulasi akan

mengalami hambatan dalam pertumbuhan dan perkembangannya serta kesulitan dalam

berinteraksi dengan orang lain. Pada buku Kedokteran EGC Karangan Dr. Soetjiningsih,

SpAK, Anak yang banyak mendapat stimulasi yang terarah kan lebih cepat berkembang

dibandingkan dengan anak yang kurang atau bahkan tidak sama sekali mendapatkan

stimulasi. Stimulasi juga dapat berfungsi sebagai penguat yang bermanfaat bagi

perkembangan anak. Berbagai macam stimulasi seperti stimulasi visual, verbal, auditif,

taktil, dll. Dapat mengoptimalkan perkembangan anak. Perhatian dan kasih sayang juga

6

stimulasi yang penting pada awal perkembangan anak misalnya dengan mengajaknya

bercakap-cakap, membelai, mencium, bermain, dll. Buku anak-anak juga penting untuk

stimulasi perkembangan anak, karena akan menambah kemampuan berbahasa,

berkomunikasi, serta menambah wawasan anak terhadap lingkungan disekitarnya.

“Prioritas untuk stimulasi perkembangan anak adalah makanan, perawatan

kesehatan, dan bermain. Makanan yang baik, pertumbuhan yang kuat dan kesehatan yang

terpelihara adalah penting, tetapi perkembangan intelektual adalah perlu. Bermain

merupakan “sekolah” yang berharga bagi anak sehingga perkembangan intelektualnya

optimal” (Morley:1986). Dari pernyataan tersebut dapat terlihat pemberian stimulasi dini

yang diberikan cukup untuk keseimbangan antara fungsi belahan otak kanan dan belahan

otak kiri. Tidak ada yang mendominasi atau sudah sesuai dengan takaran. Perkembangan

fisik, perkembangan intelektual, perkembangan bersosialisasi, perkembangan sebagai

makhluk individu, dsb.

Stimulasi Pendidikan untuk Anak

Stimulasi yang diberikan untuk anak yang sudah memasuki tahap belajar formal

dapat dikenalkan melalui pendidikan karakter. “Pendidikan karakter merupakan

keseluruhan dinamika relasional antarpribadi dengan berbagai macam dimensi, baik dari

dalam maupun dari luar dirinya, agar pribadi itu semakin dapat menghayati

kebebasannya, sehingga ia dapat semakin bertanggung jawab atas pertumbuhan dirinya

sendiri sebagai pribadi dan perkembangan orang lain dalam hidup mereka” (Doni

Kusuma A:2007) . Secara singkat, pendidikan karakter bias diartikan sebagai sebuah

bantuan social agar individu itu dapat bertumbuh dalam menghayati kebebasannya dalam

hidup bersama dengan orang lain dalam dunia. Pendidikan karakter bertujuan membentuk

setiap pribadi menjadi insane yang berkeutamaan. Pendidikan karakter menjadi pedagogi

yang membebaskan individu sehingga ia dapat menghayati keunikannya, kekhasannya,

tanpa takut bahwa dirinya akan distandardisasi atau disatuwarnakan dengan yang lain.

METODE

Rumusan Masalah

1. Tidak sedikit peserta didik mengeluh atau bahkan tidak mau mengikuti les privat.

2. Maraknya pembahasan mengenai perkembangan anak.

7

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui takaran yang tepat dalam pemberian stimulus terhadap tumbuh

kembang otak anak sebagai pelajar.

2. Stimulus yang seperti apa yang dibutuhkan untuk perkembangan otak anak yang

berprofesi sebagai pelajar

Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan selama 1 Minggu sejak tanggal 7 April 2012 sampai

dengan 14 April 2012.

Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi sederhana,

dimana adanya pengaruh variable X terhadap variable Y. Atau disebut juga Tipe

Penelitian Explanatory yaitu penelitian yang bermaksud menjelaskan pengaruh antara

satu variable dengan variable lain.

X Y Keterangan :

X = Stimulasi

Y = Tumbuh Kembang Otak

Analisis ini menurut Sugiyono (2000) digunakan dengan tujuan

meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel dependen (kriterium),

bila ada satu variabel independen sebagai prediktor dimanipulasi (dinaik turunkan

nilanya). Persamaan yang diperoleh dari regresi sederhana adalah:

Y = a + b X

y = adalah subjek nilai dalam variabel terikat yang diprediksikan

a = harga Y bila X = 0 (harga konstan)

b = angka arah koefisien regresi

X = subjek pada variabel bebas yang mempunyai nilai tertentu.

8

Dalam penelitian lebih menekankan pengaruh variable X yang merupakan

stimulasi yang berlebihan berbentuk les privat/ kursus terhadap variable Y yang

merupakan timbuh kembang otak anak. Dan dalam penelitian ini digunakan penelitian.

Subyek Penelitian

Sample yang diambil dalam penelitian ini adalah 1 (satu) orang siswa Sekolah

Dasar Negeri (SDN) Ragunan 05 Pagi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dipikirkan bahwa stimulasi berbentuk les akademik yang berlebihan (Y)

berpengaruh terhadap Tumbuh kembang otak anak yang diketahui melalui Tes EQ

(Emotional Quotient) dan Tes IQ (Intelligence Quotient) (X1). Dengan perkataan lain

dapat diterjemahkan dalam model matematika:

Y = a0 + a1X1 + e

Data Empiris yang didapatkan setelah melakukan tes dan survey langsung:

Hari Lamanya Les Akademik

per hari (Jam)

Skor EQ + IQ

(10-100)

1

2

3

4

5

6

7

6

4

6

6

4

4

6

42

55

45

46

60

67

40

9

Tabel 1

Work Sheet untuk Analisis Regresi Sederhana

No Y X1 Y2 X12 Y.X1

1 6 42 36 1764 252

2 4 55 16 3025 220

3 6 45 36 2025 270

4 6 46 36 2116 276

5 4 60 16 3600 240

6 4 67 16 4489 268

7 6 40 36 1600 240

∑ 36 355 192 18619 1766

Hitung ∑X1Y ; ∑X2; dan ∑Y

2

∑X1Y = ∑X1Y – (∑X1) (∑Y)

n

= 1766 – 355 (36)

7

= – 59,7

∑X2 = ∑X

2 – (∑X)

2

n

= 18619 – 126025

7

= 615,4

∑Y2 = ∑Y

2 – (∑Y)

2

n

= 192 – 1296

7

= 6,9

Hitung a1 dan a0

a1 = ∑𝑋𝑌

∑𝑋2 =

−59,7

615,4 = – 0,097

a0 = ∑𝑌− a1 ∑X1

𝑛 =

36−0,097 (355)

7 = 0,224

10

Fungsi Les Akademik terhadap EQ dan IQ

Y = 0,224 – 0,097X1

Koefisien Determinasi

R2 = 𝑎12 (∑𝑋12

∑𝑌2 =

−0,097 (615,4)

6,9 = – 8,65

Maka, dapat terlihat bahwa 86,5 % Les Akademik yang berlebihan sangat berdampak

kurang baik terhadap tumbuh kembang otak anak melalui tes EQ dan IQ.

Hitung Standar Error dari a1 dan a0

∂2 =

(∑ 2 − 𝑎1 2 ∑ 2𝑋1 𝑌

𝑛−2

= 6,9+0,097 (615,4)

7−2

= 13,3

Sa0 = 13,3 18619

7 (615,4)

= 13,3 18619

4307,8 = 57,5 = 7,6

Sa1 = 13,3 1

615,4 = 0,02 = 0,1

Uji Signifikan dari Estimator

Untuk:

a0 = t = a0

Sa 0 =

13,3

7,6 = 1,75

𝑡1/2 0,05 ;𝑑𝑓=5 = 2,571

Karena t < 𝑡1/2 0,025 ;𝑑𝑓=5, maka hipotesis diterima. Dengan perkataan lain, a0 tidak

berbeda secara signifikan dari nol, atau intercept tidak signifikan.

Untuk:

a1 = t = a1

Sa 1 =

−0,097

0,1 = - 0,97

𝑡1/2 0,05 ;𝑑𝑓=5 = 2,571

Karena t < 𝑡1/2 0,025 ;𝑑𝑓=5, maka hipotesis diterima. Dengan perkataan lain, a1 tidak

berbeda secara signifikan dari nol, atau intercept tidak signifikan.

11

Sebagai kesimpulan kita tulis hasil analisis regresi sederhana sebagai berikut:

Y = 0,224 – 0,097X1 R2 = – 8,65

(7,6) (0,1)

Angka dalam kurung adalah standar error.

Pembahasan Hasil Penelitian

Setelah dilakukan penelitian terhadap beberapa peserta didik maka dapat

disimpulkan bahwa tumbuh kembang otak anak tidak dipengaruhi oleh pemberian

stimulus yang berlebihan dalam bentuk les akademik dan Stimulasi juga harus dilakukan

dalam suasana yang menyenangkan dan kegembiraan. Jangan memberikan stimulasi

dengan terburu-terburu, terlalu memaksakan, tidak memperhatikan minat atau keinginan

anak, atau anak sedang mengantuk, bosan atau ingin bermain yang lain.

Selain itu, tumbuh kembang anak juga dipengaruhi oleh pemberian stimulus yang

memperhatikan keseimbangan otak kanan dan otak kir. Seperti yang kita ketahui selama

ini fungsi belahan otak kanan amat kurang dioptimalkan. Justru pemberdayaan belahan

otak kiri yang lebih diutamakan. Lihat saja di sekolah-sekolah, para guru cenderung

menekankan pembelajaran menulis, membaca, berhitung, atau menghapal. Padahal,

pembebanan otak dengan pembelajaran seperti itu, tak sepenuhnya akan mewujudkan

peningkatan perkembangan kognitif (daya pikir) anak. “Bahkan justru menjadikan anak

tak berpikir kreatif karena fungsi imajinasi yang terletak di otak kanan diabaikan,” ujar

Prof. Dr. Conny R. Semiawan.

Jadi, jika belahan otak kanan kurang berfungsi, maka anak akan lebih berpikir

linier (satu arah), teratur, dan logis. Dampaknya, anak tak berpikir multi dimensional.

Ambil contoh beberapa ekonom yang sering berpikir monolitik atau linier, yaitu hanya

berpikir tentang bidang ekonomi saja. “Padahal, perkembangan ekonomi itu dipengaruhi

oleh berbagai macam bidang, seperti politik dan sosial,” lanjut Guru Besar pada Program

Pasca Sarjana Universitas Negeri Jakarta dan Fakultas Psikologi UI ini.

Dalam penelitian ini, terlihat bahwa pemberian stimulus berbentuk les akademik

secara berlebihan akan mempengaruhi psikologis anak yang mana Menurut Psikolog

Retno A. Riani, privat di rumah bisa membuat anak merasa tertekan karena dia

berhadapan sendiri dengan guru. Anak akan merasa segan dengan gurunya. Pola privat

pun membuat penyampaian satu arah dari guru ke murid. “Anak akan menganggap apa

yang disampaikan guru itulah yang benar. Privat membuat suasana belajar jadi tegang,”

12

ujarnya. Dapat disimpulkan bahwa pemberian stimulus berbentuk les/ kursus akademik

secara berlebihan/ terus menurus akan membuat anak menjadi stress. stress yang hebat

lambat laun akan mempengaruhi tubuh anak. Tidak hanya berpengaruh secara fisik saja,

stress juga sangat mempengaruhi terhadap sisi psikologi dan emosi si anak. Rasa was-

was, cepat marah, frustasi, kesulitan bersosialisasi atau menyesuaikan diri, dan lambatnya

reaksi merupakan beberapa akibat yang ditimbulkan oleh stres.

Lulusan magister UGM ini mengusulkan agar belajar tambahan untuk anak

sebaiknya dilakukan secara berkelompok. Anak dan beberapa temannya belajar bersama

dengan seorang guru yang didatangkan ke rumah. Metode belajar kelompok lebih baik

dan bisa jadi lebih disukai anak.

Dengan belajar kelompok, kata Retno, anak memiliki teman untuk bertanya. Anak pun

bisa bertanya kepada teman lain yang sudah mengerti. Hanya dalam belajar kelompoklah

proses sharing dan komunikasi ini terjadi.

Menurut Retno, les adalah belajar tambahan setelah anak sekolah. Sebagai

tambahan, maka suasana belajar anak tidak seserius belajar di sekolah. Belajar tambahan

ini harus berlangsung secara menyenangkan. “Anak sudah terlalu serius belajar di

sekolah, maka les tambahan jangan dibuat serius juga,” kata Retno.

Lulusan psikolog UNS ini menyentil sistem pendidikan saat ini yang sangat

memberatkan anak. Anak dituntut menguasai semua pelajaran di sekolah dan mendapat

nilai tinggi. Jika anak mendapat nilai kurang di beberapa mata pelajaran, orang tua akan

berupaya memberikan les sebanyak-banyaknya pada anak. Akhirnya, hak anak untuk

bermain dan bergembira pun terampas.

“Anak perlu keseimbangan untuk belajar dan bermain. Bila terlalu terbebani pelajaran

bisa menimbulkan kecemasan, rasa rendah diri, dan rasa khawatir tidak mampu mencapai

nilai yang tinggi,”.

Selain itu, guru di sekolah memiliki peranan yang cukup besar untuk

perkembangan otak peserta didik. Salah satu metode yang sedikit banyaknya sudah kita

ketahui mengenai pendidikan karakter. Arti kebebasan dalam pendidikan karakter

merupakan kebebasan yang bertanggung jawab. Maka, jika di kaitkan dengan pemberian

stimulus yang berlebihan yang dapat membuat anak menjadi merasa terkekang akan

mengganggu pola pikirnya yang seharusnya lebih bisa berkembang dengan lebih baik

lagi.

13

PENUTUP

Kesimpulan

Dari hasil analisis dan pengujian hipotesis serta dari beberapa studi literature/

kepustakaan dapat ditarik kesimpulan bahwa adanya pengaruh pemberian stimulasi yang

berlebihan berbentuk les privat/ kursus akademik berpengaruh “Kurang Baik” terhadap

tumbuh kembang otak peserta didik. Kesimpulan ini di dukung oleh hasil pengujian

tumbuh kembang otak peserta didik yang di akibatkan dari pemberian stimulus yang

berlebihan/ secara terus menerus.

Saran

Dari hasil penelitian tersebut diketahui korelasi antara tumbuh kembang otak

peserta didik/ anak sebagai pelajar terhadap pemberian stimulus yang dilakukan secara

terus menerus. Perlu upaya antara perlakuan orang tua terhadap anak agar lebih

memperhatikan segala aspek tanpa mendoktrin anak menjadi seperi apa yang orang tua

inginkan, serta perlulah kiranya orang tua memberikan perhatian yang lebih, dalam arti

memberikan perhatian yang mampu menghindarkan anak-anak untuk mengalami stres.

Perhatian dalam bentuk kasih sayang, tidak memberikan les privat secara berlebihan/

terus menerus, menjaga makanan, melatih anak bersosialisasi, tidak menakuti anak dan

terutama memberi teladan kepada anak untuk selalu dekat dengan tuhan.

Dan juga upaya pendidik (guru di sekolah) sebagai orang tua kedua yang mana

pendidik dapat mengoptimalkan keseimbangan antara belahan otak kanan dan otak kiri

dengan metode-metode yang tepat seperti merealisasikan pendidikan karakter serta perlu

juga adanya keterbukaan anak terhadap apa yang mereka cita-citakan atau apa yang

mereka mau dalam proses belajar mereka.

14

DAFTAR PUSTAKA

Sudjana, Nana. Cetakan ke-15.2010.Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Koesoema, Doni.2007.Pendidikan Karakter (Strategi Mendidik Anak di Zaman

Global). Jakarta: PT. Grasindo.

Darmaningtyas. Cetakan ke II.2004.Pendidikan yang Memiskinkan.Tangerang:PT.

Agromedia Pustaka.

Dr. Soetjiningsih, Sp.AK.1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta:Buku Kedokteran

EGC.

Ansori, M. 2009. Si Otak Kiri dan Si Otak Kanan. Jakarta:Esensi(Erlangga Group).

Nazir, Moh.2009. Metode Penelitian. Jakarta:Ghalia Indonesia

http://lesprivatbspsurabaya.blogspot.com/2012/03/hati-hati-stres-pada-anak.html.2012.

Hati-hati-stres-pada-anak:Jakarta

http://kursusprivatplus.com/pendaftaran-siswa-3/otak-kanan-penentu-kreativitas/

http://id.answers.yahoo.com

http://www.pelita.or.id

http://tunas63.wordpress.com/2008/11/07/visi-misi-dan-tujuan-pendidikan-nasional/