Pengaruh Servicescape Terhadap Pleasure Feeling Pada ...
Transcript of Pengaruh Servicescape Terhadap Pleasure Feeling Pada ...
1
Pengaruh Servicescape Terhadap Pleasure Feeling Pada
Wisata BeeJay Bakau Resort Probolinggo
Oleh :
Veny Meirlitasari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
Dosen Pembimbing :
Dimas Hendrawan, SE., MM
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh servicescape terhadap pleasure feeling.
Jenis dari penelitian ini adalah explanatory research yang menjelaskan hubungan kausal
antar variabel-variabel melalui pengujian hipotesis. Penelitian ini menggunakan sampel
sebanyak 180 responden yang diambil dari populasi pengunjung Wisata BeeJay Bakau
Resort. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling dengan karakteristik
sampel yang dipilih yaitu minimal usia 17 tahun dan minimal pernah satu kali berkunjung ke
Wisata BeeJay Bakau Resort. Alat uji yang digunakan untuk menguji instrument penelitian
berupa uji validitas, uji reliabilitas dan uji asumsi klasik. Teknik analisis data menggunakan
analisis regresi linear berganda, uji ketepatan model menggunakan uji f dan uji hipotesis
menggunakan uji t dengan menggunakan program SPSS 21. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa variabel servicescape yang terdiri dari ambient condition, layout, seating comfort, dan
facility aesthetic berpegaruh secara signifikan terhadap pleasure feeling. Namun, terdapat
satu variabel servicescape yaitu electric equipment yang tidak berpengaruh signifikan
terhadap pleasure feeling.
Kata kunci : Servicescape, Pleasure Feeling.
1. Pendahuluan
Perkembangan bisnis di zaman era
modern yang saat ini menjadi daya tarik
bagi para pelaku bisnis yaitu pada sektor
parwisata. Setiap pariwisata memiliki
keunikan tersendiri dalam menarik serta
memenuhi akan kebutuhan dari para
wisatawan. Definisi pariwisata itu sendiri
menurut Vanhore, Nobert dalam buku
The Economics of Tourism Destinations
(2005), bahwa parisiwata sebagai
fenomena yang dihasilkan oleh seseorang
dari perjalanan dan tinggal di suatu
tempat ‘tidak sebagai penduduk’, dan
melakukan aktifitas menyenangkan dalam
jangka waktu yang relatif pendek, tidak
2
tinggal permanen dan tidak melakukan
kegiatan secara produkif secara berulang-
ulang dan berkelanjutan.
Pariwisata yang ada saat ini sangatlah
beragam, salah satunya yaitu tempat
wisata buatan dengan memanfaatkan
kekayaan alam yang diolah menjadi
tempat tujuan wisata yang menarik. Hutan
bakau memiliki fungsi ekologis dalam
pelesatarian jaringan makanan, selain nilai
ekologis tersebut, hutan bakau juga
mempunyai nilai dalam perlindungan
pantai, habitat satwa, estetika dan nilai
ekonomis (Dignwall dalam Chandra,
2011). Nilai estetika yang dimiliki oleh
hutan bakau menjadi peluang bagi pelaku
bisnis untuk dikembangkan sebagai
sebuah pariwisata dengan memberikan
edukasi bagi para wisatawan
(pengunjung).
Pada tahun 2013, dibangun tempat
ekowisata bakau di Kota Probolinggo,
tepatnya di Pelabuhan Perikanan Pantai
Mayangan Probolinggo yakni bernama
BeeJay Bakau Resort atau disingkat
menjadi BJBR. Selain berada pada lokasi
yang strategis, BJBR juga memiliki area
wisata yang luas, yaitu 89 hektar (BJBR,
2016). Daya tarik utama dari BJBR, selain
menyuguhkan pemandangan yang alami
dengan dikelilingi hutan bakau, BJBR juga
menyediakan berbagai macam spot-spot
untuk berfoto. Hal ini menunjukkan
bahwa, masing-masing tempat wisata
memiliki konsep unik yang berbeda dari
para pesaing lainnya dengan tujuan untuk
menarik pada wisatawan. para pelaku
bisnis harus memiliki tingkat kreativitas
tinggi dan memiliki nilai jual tinggi dalam
meciptakan tempat wisata buatan yang
memiliki perbedaan dengan tempat wisata
buatan yang didirikan oleh para pesaing.
Salah satu strategi yang dapat dilakukan
oleh pelaku bisnis atau pemilik dari tempat
wisata buatan tersebut yaitu dengan
menawarkan servicescape dengan tujuan
untuk memberikan perbedaan dari para
pesaing.
Menurut Zeithaml, Bitner, dan
Gremler (2013), servicescape termasuk
dalam physical evidence yaitu keseluruhan
aspek yang terdiri dari fasilitas fisik pada
sebuah organisasi yang berupa komunikasi
nyata. Jika menurut jurnal Kim dan Moon
(2009) menyebutkan bahwa servicescape
memiliki lima dimensi, yaitu : (1) ambient
condition, (2) facility aesthetic, (3) layout,
(4) electric equipment dan (5) seating
comfort.
Pendapat dari Zeithaml, Bitner dan
Gremler (2013) menyatakan bahwa
servicescape memiliki pengaruh yang
cukup besar terhadap pengalaman
konsumen. Pengalaman yang diperoleh
konsumen secara tidak langsung mampu
menunjukkan sebuah perasaan dari apa
yang telah dilakukan. rangsangan
lingkungan dapat mempangaruhi setiap
3
keadaan individu berupa emosional yang
berpengaruh terhadap tanggapan dari
individu tersebut berupa dua dasar perilaku
yaitu approach dan avoidance. Perilaku
approach (pendekatan) berupa pleasure
feeling dipengaruhi oleh perasaan puas
yang didapatkan konsumen terhadap
lingkungan itu sendiri. Pleasure feeling
merupakan penyataan mengenai perasaan
yang baik, senang, bahagia, ataupun
keceriaan dimana seseorang tersebut juga
merasakan kenyamanan dan puas terhadap
suatu keadaan (Mehrabian, dalam
Anderson, 2012).
Servicescape yang telah didesain
dengan konsep alami dan unik yang
ditawarkan kepada wisatawan, diharapkan
dapat menicptakan suatu perasaan yang
menyenangkan atau pleasure feeling,
sehingga wisata BJBR wajib untuk
dikunjungi ketika sedang berada di Kota
Probolinggo.
Penelitian ini memiliki tujuan sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui pengaruh signifikan
ambient condition terhadap pleasure
feeling pada wisata BeeJay Bakau
Resort Probolinggo.
2. Untuk mengetahui pengaruh signifikan
layout terhadap pleasure feeling pada
wisata BeeJay Bakau Resort
Probolinggo.
3. Untuk mengetahui pengaruh signifikan
seating comfort terhadap pleasure
feeling pada wisata BeeJay Bakau
Resort Probolinggo.
4. Untuk mengetahui pengaruh signifikan
facility aesthetic terhadap pleasure
feeling pada wisata BeeJay Bakau
Resort Probolinggo.
5. Untuk mengetahui pengaruh signifikan
electric equipment terhadap pleasure
feeling pada wisata BeeJay Bakau
Resort Probolinggo.
2. Kajian Pustaka
2.1 Pemasaran
Menurut American Marketing
Asocciation (AMA) dalam Kotler & Keller
(2012) pemasaran adalah salah satu fungsi
organisasi dan seperangkat proses untuk
menciptakan, mengkomunikasikan, serta
untuk menyerahkan nilai kepada
pelanggan dan mengelola hubungan
pelanggan yaitu dengan cara yang
menguntungkan organisasi dan para
pemiliki sahamnya. Pendapat berbeda
disampaikan oleh Kotler & Amstrong
(2012), mendefinisikan pemasaran sebagai
proses dimana perusahaan menciptakan
nilai bagi pelanggan dan membangun
hubungan pelanggan yang kuat untuk
memanfaatkan nilai dari pelanggan dari
sebuah imbalan.
2.2 Jasa
Kotler dan Keller dalam Tjiptono
(2014) mendfenisikan jasa sebagai setiap
tindakan atau perbuatan yang ditawarkan
oleh suatu pihak kepada pihak lain yang
4
memiliki sifat tidak berwujud fisik
(intangible) dan tidak menghasilkan suatu
kepemilikan. Sedangkan, menurut
Lovelock, Wirtz, & Mussry (2011), jasa
merupakan aktivitas ekonomi yang
ditawarkan oleh dari satu pihak kepada
pihak lainnya, sering kali kegiatan yang
dilakukan dalam jangka waktu tertentu
(time based), sebagai bentuk dari suatu
kegiatan (performance) dengan membawa
hasil yang diinginkan kepada penerima,
obyek, maupun asset-aset lainnya yang
menjadi tanggung jawab dari pembeli.
2.3 Servicescape
Lovelock, Witz, dan Mussry (2011)
menyatakan bahwa servicescape adalah
gaya dan tampilan fisik dari unsur
pengalaman lain yang ditemui oleh
pelanggan di tempat penghantaran jasa.
Sedangkan menurut Hoffman dan Bateson
(2011) memberikan definisi servicescape
sebagai lingkungan terdekat dari aktivitas
jasa tersebut berlangsung. Berdasarkan
penjelasan dari servicescape tersebut,
maka dapat disimpulkan bahwa
servicescape merupakan lingkungan
berupa tampilan fisik yang diberikan oleh
perusahaan kepada konsumen untuk
merasakan kenyamanan serta pengalaman
menyenangkan yang berbeda dari pesaing
lainnya.
Adapun lima dimensi servicescape
yang diadaptasi dari jurnal Kim & Moon
(2009) yakni terdiri dari (1) Ambient
condition merupakan dimensi yang
berhubungan dengan daya tarik estetika
seperti color, lighting, noise/music, dan
scent (Lovelock, 2012), (2) layout
merupakan tata letak perlengkapan,
peralatan, furniture yang meliputi ukuran
serta bentuk item, dan spatial relation
antara item-item yang terdapat pada
lingkungan layanan (Zeithmal et al, 2013)
(3) seating comfort yaitu mengacu pada
perasaan nyaman bagi pelanggan berupa
fisik atau bentuk dari tempat duduk dan
ruang untuk duduk (Walfield dalam Panji,
2016), (4) facility aesthetic, yakni yang
berhubungan dengan desain arsitektur
seperti desain interior dan dekorasi, dan
semua yang dapat menarik dari lingkungan
layanan (Ryu & Jang, dalam Elok, 2015),
(5) electric equipment merupakan seluruh
peralatan elektronik seperti TV, AC, radio
dan lain sebagainya dengan tujuan dapat
meningkatkan kenyamanan bagi konsumen
pada saat berkunjung (Kim dan Moon,
2009).
2.4 Pleasure Feeling
Suatu emosi yang timbul dari
konsumen atau afeksi merupakan perasaan
emosional individu dikarenakan adanya
rangsangan tertentu dari lingkungan (Peter
dalam Elok, 2016). Russel dan Pratt dalam
Lovelock (2011) menyebutkan bahwa
afeksi atau emosi konsumen terdiri dari
dua dimensi yaitu arousal (menggerakann)
dan pleasure (menyenangkan). Arousal
5
adalah suatu keadaan seseorang merasa
tertarik, terstimuli, perhatian, dan aktif.
Jika pleasure (menyenangkan) merupakan
suatu keadaan seseorang yang dapat
merasakan kenyamanan, kesenangan, dan
kepuasan. Berdasarkan penjelasan diatas,
maka afeksi atau emosi konsumen adalah
Menurut Mehrabian-Russel, dalam
Panji (2016), menjelaskan bahwa
pendekatan Mehrabian-Russel disebut juga
sebagai model M-R, yang menunjukkan,
jika reaksi konsumen dalam menanggapi
rangsangan fisik dibagi menjadi tiga, yaitu
rangsangan lingkungan, emosional, dan
dua tanggapan yang berlawanan yaitu
perilaku avoidance (penghindaran) dan
perilaku approach (pendekatan). Model
M-R kemudian menggabungkan konsep
dari lingkungan fisik, emosi dan respon
konsumen. Model yang dijelaskan tersebut
mengasumsikan bahwa lingkungan fisik
seperti servicescape dapat mempengaruhi
konsumen berupa perilaku avoidance dan
perilaku approach terhadap lingkungkan
fisik melalui perasaan emosi dan
tanggapan dari konsumen.
3. Hipotesis
H1 : Diduga terdapat pengaruh signifikan
pada ambient conditon terhadap pleasure
feeling.
H2 : Diduga terdapat pengaruh signifikan
pada layout terhadap pleasure feeling.
H3 : Diduga terdapat pengaruh signifikan
pada seating comfort terhadap pleasure
feeling.
H4 : Diduga terdapat pengaruh signifikan
pada facility aesthetic terhadap pleasure
feeling.
H5 : Diduga terdapat pengaruh signifikan
pada electric equipment terhadap pleasure
feeling.
4. Metodologi Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah explanatory research.
Populasi yang diambil pada penlitian ini
yaitu para pengunjung Wisata BJBR
Probolinggo. Sampel yang digunakan
yakni sejumlah 180 responden. Metode
dalam penelitian ini adalah non probability
sampling serta teknik purposive sampling
dengan karakteristik, pernah berkunjung
ke Wisata BJBR minimal satu kali dan
berusia di atas 17 tahun. Instrumen
penelitian menggunakan kuesioner yang
diukur dengan menggunakan skala likert.
Instrument tersebut diuji menggunakan uji
validitas, uji reliabilitas, dan uji asumsi
klasik. Teknik analisis data menggunakan
regresi linear berganda untuk mengetahui
pengaruh variabel independent terhadap
variabel dependent. Uji hipotesis
6
menggunakan uji t dan uji ketepatan model
menggunakan uji f.
5. Hasil Penelitian
Berdasarkan data yang diperoleh pada
saat penelitian, responden didominasi oleh
wanita sebanyak 61,7%. Mayoritas usia
17-22 tahun, dengan pendidikan terakhir
SMA/SMK yang memiliki status sebagai
pelajar/mahasiswa dan tingkat pendapatan
sebesar <Rp. 1.000.000,- serta kunjungan
terbanyak yaitu 3-4 kali.
Kuesioner yang telah disebar telah
memenuhi syarat uji validitas, reliabilitas,
uji asumsi klasik berupa uji normalitas, uji
heterokedastisitas, uji multikolinearitas, uji
linearitas dan teknik analisis regresi linear
berganda, dengan hasil sebagai berikut :
Hasil Uji Validitas
Tabel 1
Hasil Uji Validitas
Berdasarkan pada tabel 1 tersebut,
dapat diketahui bahwa seluruh item
variabel bebas dan terikat yaitu ambient
condition (X1), layout (X2), seating
comfort (X3), facility aesthetic (X4),
electric equipment (X5), dan pleasure
feeling (Y), memiliki nilai r hitung lebih
besar dari r tabel yakni sebesar (0,1463)
atau nilai signifikansi lebih kecil dari
alpha (0,05) sehingga dapat dikatakan
bahwa seluruh item pernyataan telah valid.
Hasil Uji Reliabilitas
Tabel 2
Hasil Uji Reliabilitas
Berdasarkan pada tabel diatas, dapat
diketahui bahwa seluruh variabel yang
digunakan memiliki nilai koefisien
cronbach alpha lebih besar dari 0,60
sehingga dapat dikatakan bahwa semua
variabel yang digunakan dalam penelitian
ini reliabel atau dapat diandalkan.
Hasil Uji Normalitas
Tabel 3
Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov
Berdasarkan pada tabel 3 diatas, telah
menunjukkan bahwa hasil pengujian dari
Kolmogorov-Smirnov menghasilkan nilai
7
signifikansi sebesar 0,293 yang lebih besar
dari alpha (0,05), maka dapat disimpulkan
bahwa data pada penelitian ini telah
berdistribusi normal atau dikatakan bahwa
asumsi normalitas terpenuhi.
Hasil Uji Multikolinearitas
Tabel 4
Hasil Uji Multikolinearitas
Berdasarkan pada tabel diatas, dapat
diketahui bahwa semua variabel bebas
mulai dari X1 sampai dengan X5
mempunyai nilai VIF (Variance Inflation
Factor) < 10 dan nilai tolerancenya > 0,1,
dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa semua variabel bebas yang
digunakan dalam model regresi pada
penelitian ini bebas multikolinearitas.
Hasil Uji Heterokedastisitas
Tabel 5
Hasil Uji Glejser
Berdasarkan pada tabel diatas, dapat
diketahui nilai t hitung dari seluruh
variabel lebih kecil dari t tabel (1,973) dan
memiliki nilai siginifikansi lebih besar dari
0,05, sehingga dikatakan bahwa seluruh
variabel bebas dalam penelitian ini bebas
dari heterekodastisitas.
Hasil Linearitas
Tabel 6
Hasil Uji Linearitas
Berdasarkan pada tabel 6 tersebut, dapat
menunjukkan bahwa semua variabel bebas
memilki nilai signifikansi lebih kecil dari
0,05 yang berarti bahwa linearitas dapat
terpenuhi.
Hasil Uji Regresi Linear Berganda
Tabel 7
Hasil Regresi Linear Berganda
Berdasarkan pada tabel 7 diatas, dapat
menunjukkan bahwa variabel ambient
condition, layout, seating comfort, dan
facility aesthetic memiliki pengaruh
signifikan terhadap pleasure feeling,
sedangkan variabel electric equipment
8
tidak berpengaruh signifikan terhadap
pleasure feeling.
Model regresi dalam penelitian ini,
menggunakan standardized coefficient
karena menggunakan skala likert dalam
pengukurannya dan yang diukur adalah
persespsi konsumen. Hasil uji regresi
menunjukkan bahwa empat variabel dari
servicescape yaitu ambience condition,
layout, seating comfort dan facility
aesthetic memiliki nilai standardized
coefficient positif atau pengaruh yang
searah terhadap pleasure feeling dan nilai
signifikansi lebih kecil dari 0,05, sehingga
dapat dikatakan bahwa keempat variabel
tersebut berpengaruh signifikan terhadap
pleasure feeling. Jika pada dimensi electric
equipment memiliki nilai standardized
coefficient yang positif pula atau pengaruh
yang searah terhadap pleasure feeling,
namun nilai signifikansi lebih besar dari
0,05, sehingga dapat dikatakan bahwa
variabel tersebut tidak berpengaruh
signifikan terhadap pleasure feeling.
Hasil Uji Hipotesis
Hasil uji hipotesis dapat dilihat dalam
tabel 7 pada kolom t hitung dan nilai
signifikansi yang menunjukkan bahwa
empat variabel bebas yaitu ambience
condition, layout, seating comfort, dan
facility aesthetic memiliki nilai t hitung
lebih besar dari t tabel (1,973) dan nilai
signifikansi lebih kecil dari alpha 0,05
yang berarti bahwa Ho ditolak dan Ha
diterima, sedangkan untuk variabel electric
equipment memiliki nilai t hitung lebih
kecil dari t tabel (1,973) dan nilai
signifikansi lebih besar dari alpha 0,05,
hal tersebut menunjukkan bahwa Ho
diterima dan Ha ditolak.
Hasil Ketepatan Model (Goodnes of
Fit)
Hasil ketepatan model dapat dilihat
pada tabel 7 dalam kolom F hitung yang
menunjukkan bahwa nilai F hitung lebih
besar dari F tabel (2,26) dan nilai
signifikansi dibawah 0,05, sehingga dapat
disimpulkan bahwa persamaan model
regresi yang digunakan dalam penelitian
ini sudah tepat atau baik.
6. Pembahasan
6.1 Pengaruh Ambience Condition
Terhadap Pleasure Feeling
Hasil penelitian telah membuktikan
bahwa ambient condition memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap
pleasure feeling. Pada tempat wisata di
BJBR, walaupun wisata tersebut
berkonsepkan outdoor, namun tetap
memiliki bagian atau ruangan atau sudut
yang membutuhkan tingkat pencahayaaan.
Pencahayaan yang diberikan ditampilkan
dalam bentuk unik yaitu dengan
meletakkan lilitan lampu- lampu kecil di
beberapa bakau tersebut, tiang lampu
sepanjang cycling track atau trail jembatan
kayu dan sebagian lilin-lilin kecil yang
diletakkan di beberapa sudut pinggir pantai
9
pasir putih buatan atau Majengan Bakau
Beach dan lampion besar berbentuk hewan
laut. Latar belakang musik atau
background music dapat membuat
pengunjung merasa terhibur dengan musik
instrument yang dapat menyenangkan hati
para wisatawan dan puas selama berwisata
di BJBR.
6.2 Pengaruh Layout Terhadap Pleasure
Feeling
Pada hasil penelitian menjelaskan
bahwa layout memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap pleasure feeling. Tata
letak berupa jarak antara meja dan kursi
yang dirancang oleh wisata BJBR mampu
memberikan kesan yang menarik namun
tetap mengutamakan kenyamanan bagi
pengunjung yaitu dengan jarak yang
cukup luas sehingga pengunjung dapat
leluasa berjalan di sekitar area tersebut.
Sama hal nya dengan pendapat yang
disampaikan oleh Wakefield & Blodgett,
dalam Ryu & Jang, (2007), bahwa sebuah
tata letak yang secara langsung memiliki
efek pada kualitas persepsi pelanggan
terhadap tingkat kesenangan atau pleasure
feeling.
6.3 Pengaruh Seating Comfort Terhadap
Pleasure Feeling
Seating comfort memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap pleasure feeling.
Pemberian fasilitas oleh wisata BJBR
dilakukan dengan semaksimal mungkin
yaitu berupa tempat duduk dengan bahan
yang lebih lunak sehingga pengunjung
merasa nyaman, khususmya yang ada pada
café dan restoran di BJBR. Berdasarkan
pada kenyamanan yang dirasakan oleh
pengunjung untuk menikmati fasilitas dari
wisata BJBR, tidak menutup kemungkinan
bahwa para pengunjung memiliki tingkat
kepuasan, sehingga dapat menimbulkan
pearasaan menyenangkan ketika sedang
berwisata di BJBR.
6.4 Pengaruh Facility Aesthetic
Terhadap Pleasure Feeling
Facility aesthetic mengacu pada
perpaduan arsitektur dengan interior dan
dekorasi yang menjadikan service
environment lebih menarik. Desain
arsitektur pada wisata BJBR memiliki
karakter yang unik dan menarik seperti
icon dari wisata ini yaitu pahatan kayu
bertuliskan BJBR dengan ukuran besar.
Pengunjung memanfaatkan seluruh desain
arsitektur tersebut yaitu dengan
mengabadikan melalui kamera bersama
dengan teman maupun keluarga. Pada
moment seperti itu lah wisata BJBR dapat
menciptakan pleasure feeling atau
perasaan yang menyenangkan kepada para
pengunjung dengan menikmati fasilitas
obyek foto yang disediakan oleh wisata
BJBR. Pemilihan warna yang tepat pada
seluruh dekorasi yang ada membuat
suasana wisata BJBR menjadi ceria,
khusus nya pada kaum remaja yang dapat
10
merasakan makna dari warna-warna yang
berbeda.
6.5 Pengaruh Electric Equipment
Terhadap Pleasure Feeling
Pada hasil penelitian menjelaskan bahwa
electric equipment memiliki pengaruh yang
tidak signifikan terhadap pleasure feeling.
Pada wisata BJBR, terdapat dua tempat
makan yang ada di wisata BJBR yaitu Café
Tenda dan Rest-O-Tent, dimana kedua
tempat makanan tersebut terdapat sebuah
panggung kecil yang dilengkapi dengan
sound system serta TV untuk membuat
pengunjung terhibur. Namun hal tersebut
tidak membuat pengunjung merasa senang
karena jenis (genre) musik yang diputarkan
tidak sesuai dengan selera musik dari
pengunjung tersebut. Begitu juga dengan
fasilitas elektronik berupa wifi yang
memiliki kualitas tinggi. Namun hal
tersebut tidak dapat menciptakan pleasure
feeling bagi para wisatawan, hal ini dapat
dikarenakan pengunjung tidak berfokus
pada fasilitas wifi yang disediakan,
melainkan lebih menikmati pemandangan
alami yang ditawarkan oleh wisata BJBR.
7. Kesimpulan dan Saran
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Ambient condition atau karakteristik
lingkungan yang berhubungan dengan
tingkat pencahayaan dan latar belakang
musik pada wisata BJBR berpengaruh
secara signifikan terhadap pleasure
feeling atau perasaan yang
menyenangkan.
2. Layout atau penataan jarak berupa
perlengkapan meja dan kursi pada
wisata BJBR bepengaruh secara
signifikan terhadap pleasure feeling
atau perasaanyang menyenangkan.
3. Seating comfort atau perasaan nyaman
berupa fasilitas fisik tempat duduk
(kursi) yang berpengaruh signifikan
terhadap pleasure feeling atau mampu
menyenangkan hati para wisatawan
BJBR.
4. Facility aesthetic atau yang mengacu
pada pemilihan warna, desain arsitektur
dan dekorasi berpengaruh secara
signifikan terhadap pleasure feeling.
5. Electric equipment atau fasilitas
elektronik yang ada di wisata BJBR
tidak memiliki pengaruh signifikan
terhadap pleasure feeling.
7.2 Saran
Berkaitan dengan penelitian yang
telah dilakukan maka peneliti dapat
memberikan saran diantaranya sebagai
berikut :
1. Wisata BJBR lebih meningkatkan
karakterisitik lingkungan atau ambient
condition yaitu berupa penambahan
pencahayaan khususnya pada malam
hari dengan penataan yang lebih
menarik, sehingga selain wisatawan
11
dapat memanfaatkan fasilitas tersebut
sebagai objek foto tetapi juga
memberikan rasa aman kepada para
wisatawan yang berkunjung ke BJBR.
2. Lebih meningkatan tata letak jarak
antar kursi dan meja atau layout yang
ada pada wisata BJBR melalui
seringnya pemantauan dari pihak
manajaemen pada setiap area yang
dilengkapi dengan kursi dan meja
tersebut, sehingga wisatawan teteap
memiliki keleluasaan berjalan,
3. Untuk memberikan kenyamanan atau
seating comfort pada wisatawan
BJBR, maka pihak manajemen perlu
menambahkan tempat duduk atau
kursi yang lebih lunak di sekitar area
wisata BJBR atau tidak hanya pada
café atau resoran saja.
4. Untuk menyenangkan hati para
wisatawan atau pleasure feeling, pihak
manajemen wisata BJBR perlu
meningkatkan facility aesthetic atau
berupa pemilihan warna, desain
arsitektur, dan dekorasi yang
disesuaikan dengan mayoritas
karakteristik wisatawan seperti pada
usia remaja akhir.
5. Pada fasilitas elektronik atau electric
equipment, pihak manajemen wisata
BJBR, sebaiknya memberikan suatu
tempat atau ruang tersendiri yang
memilki banyak manfaat seperti dapat
dijadikan obyek foto, tempat bersantai
untuk menikmati fasulitas elektronik
berupa wifi yang sudah memiliki
kualitas tinggi. Disisi lain, pihak
manajemen wisata BJBR juga perlu
mengubah jenis (genre) musik yang
disesuaikan dengan mayoritas
wisatawan seperti music pop, jazz
maupun klasik.
Daftar Pustaka
Agung, Putu. 2012. Metode Penelitian
Bisnis. Universitas Brawaijaya Press
(UB Press), Malang.
Andersson, P. K., Kristensson, P.,
Wastlund, E., Gustafsson, A. 2011.
Let The Music Play or Not : The
Infulence of Background Music on
Consumer Behavior. Juornal of
Retailing and Consumer Services 6,
pp 535-560.
Aniswara, P. R. 2016. Analisis Pengaruh
Servicescape Terhadap Revisit
Intention Yang Dimediasi Pleasure
Feeling Dan Perceived Service
Quality Pada Theme Resto (Studi
Pada Taman Indie Resto
Malang). Jurnal Ilmiah Mahasiswa
FEB, 4(2).
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur
Penelitian : Suatu Pendekatan
Praktik. Rineka Cipta, Jakarta.
Badan Pusat Statistik. 2016. Diakses pada
7 Februari 2017, pkl 15.30
<http://www.bps.go.id/brs/view/id/11
92>.
12
Cooper, D.R & Schindler, P.S. 2013.
Business Research Methods, 12th
Edition. McGraw-Hill: New York.
Gelge, I Putu. 2009. Industri Pariwisata
Indonesia Dalam Globalisasi
Perdagangan Jasa (GATS-WTO)
Implikasi Hukum dan Antisipasinya.
Refika Aditama : Bandung.
Ghozali, Imam. 2011. Analisis
Multivariate dengan Program IBM
SPSS 19. Universitas Diponegoro:
Semarang.
Hawkins, Del. I and David. 2010.
Consumer Behavior : Building
Marketing Strategy. Eleven Edition.
McGraw-Hill: New York.
Heung, Vincent & Gu, Tianiming. 2012.
Influence of Restaurant Atmospherics
on Patron Satisfaction and Behavioral
Intentions. International Journal of
Hospitality Management 31, pp 1167-
1177.
Hoffman, Doughlass & Bateson, John.
2011. Services Marketing Concept,
Strategies, & Cases, fourth edition.
Cengage Learning, South Western.
Kementrian Pariwisata. 2016. Data
Grafik Kunjungan Wisatawan
Mancanegera Bulan Januari-Februari,
diakses pada tanggal 8 February
2017.
<http://www.kemenpar.go.id/asp/inde
x.asp>.
Kim, Woo Gon & Moon Yu Ji. 2009.
Customer’s Cognitive, Emotional, And
Actionable Response To The
Servicescape : A Test Of The
Moderatin Effect Of The Restaurant
Type. International journal of
Hospitality Mangement 28, pp 144-
156.
Kotler, Philip & Keller, Kevin Lane. 2009.
American Marketing Association
terjemahan Bob Sabran. Penerbit
Erlangga, Jakarta.
Kotler, Philip & Keller, Kevin Lane. 2012.
Marketing Management. 14nd edn.
Pearson Education, Prentice Hall.
Kuncoro, M. 2014. Metode Riset untuk
Bisnis dan Ekonomi. Edisi 4.
Erlangga, Jakarta.
Lin, I. Y. 2004. Evaliauting A
Servicescape : The Effect of Cognition
And Emotion. International Journal of
Hospitality Management. Vol. 23 pp
163-178.
Lovelock, Cristhoper. Wirtz, Jochen &
Mussry, Jack. 2011. Pemasaran Jasa
Edisi 7 Jilid 1. Erlangga, Jakarta.
Lovelock, Cristhoper. Wirtz, Jochen &
Mussry, Jack. 2011. Pemasaran Jasa
Edisi 7 Jilid 2. Erlangga, Jakarta.
Lupiyoadi, Rambat & Hamdani A. 2011.
Manajemen Pemasaram Jasa.
Salemba Empat, Jakarta.
Mattila, A. S., & Wirtz, J. 2001.
Congruency Of Scent And Music As A
Driver Of In-Store Evaliations And
Behavior. Journal of Retailing. Vol.
13
77, pp 273-289.
Mei, Teh, Goi & Vigneswari, Kalidas.
2015. Constructing a Servicescape
Scale for Higher Education
Institution. International Journal of
Innovation, Management and
Technology, Vol. 6. No. 3.
Oakesm, S. 2003. Musical Tempo And
Waiting Perceptions. Psycology and
Marketing. Vol. 20, pp 685-705.
Parwati, K. Y. & Hendrawan, D. 2016.
Pengaruh Servicescape terhadap
Revisit Intention dengan Perceived
Service Quality sebagai Variabel
Mediasi (Studi Pada Ubud Hotel &
Villas). Jurnal Ilmiah Mahasiswa
FEB, 3(2).
Peter, J Paul & Olson, Jerry C. 2008.
Consumer Behavior & Marketing
Strategy eighteen edition. McGraw-
Hill, New York.
Rohmah, E. A. (2016). Pengaruh
Servicescape terhadap Revisit
Intention dengan Pleasure Feeling
Emotion sebagai Variabel Mediasi
(Studi pada Wisata Edukasi Kampung
Coklat di Kabupaten Blitar). Jurnal
Ilmiah Mahasiswa FEB, 4(2).
Rianse, Usaman dan Abdi. 2009.
Metodologi Penelitian Sosial Dan
Ekonomi (Teori dan Aplikasi), Edisi
Pertama. Alfebeta, Bandung.
Ryu, Kisang & Jang Soo Cheon. 2007. The
Effect of Environmental Perceptions
on Behavioral Intentions Through
Emotions: The Case of Upscale
Restaurants. Journal of Hospitality &
Tourism Research. Vol. 31, pp 56-72.
Sinta, Agustina. 2011. Manajemen
Pemasaran. Universitas Brawaijaya
Press (UB Press), Malang.
Solimun. 2002. Multivariate Analysis
Structural Equation Modelling (SEM)
Lisrael dan Amos. Fakultas MIPA,
Universitas Brawijaya.
Suliyanto. 2015. Diktat Ekonometrika.
Universitas Airlangga Surabaya.
Suwena, Ketut., Widyatama. 2010.
Pengetahuan Dasar Ilmu Pariwisata.
Udayana Universisty Press, Denpasar.
Tejo, Adhi. 2015. “Pengaruh
Konsep Produk, Budaya Konsumsi,
dan Keluarga Terhadap Perilaku
Konsumen dalam Mengkonsumsi
Produk Kebab”, Skripsi Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah,
Jakarta.
Tjiptono, Fandy. 2014. Pemasaran Jasa,
Prinsip, Penerapan, dan Penelitian.
Andy Offset, Yogyakarta.
Vanhore, Nobert. 2005. The Economic of
Tourism Destinations. Elsevier:
Norfolk.
Wardiyanta, M. 2006. Metode Penelitian