PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP KADAR GULA DARAH PADA ...
Transcript of PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP KADAR GULA DARAH PADA ...
49
Literasi Kesehatan Husada │ Volume 4 Nomor III : Oktober 2020
PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP KADAR GULA DARAH
PADA LANSIA YANG MENDERITA DIABETES MELLITUS DI
POSYANDU LANSIA DESA KRETERANGGON
KECAMATAN SAMBENG KABUPATEN
LAMONGAN
Verawati Ermia Rosyidah Kusuma1, Ardiyanti Hidayah2, Yusiana Vidhiastutik3
123STIKES HUSADA JOMBANG
Email : [email protected]
ABSTRAK
Diabetes mellitus merupakan penyakit gangguan metabolik terutama metabolisme
karbohidrat yang disebabkan oleh Berkurangnya atau ketiadaan hormon insulin
dari sel beta pankreas, atau akibat gangguan fungsi insulin. Diabetes Mellitus
dapat di intervensi dengan terapi non farmakologi, salah satunya adalah senam
lansia. Senam lansia merupakan adalah rangkaian gerakan badan yang teratur
yang dilakukan oleh lanjut usia. Penelitian ini pre ekspriment dengan jenis one
group pre test dan post test design. Metode pengambilan sampel adalah accidental
dengan jumlah sampel 30. Dilakukan senam lansia satu kali dalam satu bulan
selama tiga bulan. Kadar gula darah sebelum dan sesudah senam diukur. Hasil
penelitian didapatkan mayoritas responden kadar gula darah tetap sebelum
perlakuan senam lansia (90%), sedangkan mayoritas responden kadar gula darah
tetap sesudah dilakukan perlakuan senam lansia (90%). Hasil penelitian dengan
menggunakan uji Wilcoxon menunjukkan ρ > α atau 1,000 > 0,05 maka H1
ditolak. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Tidak ada
pengaruh yang signifikan antara terapi aktivitas senam lansia dengan perubahan
kadar gula darah pada lansia yang menderita diabetes mellitus di posyandu lansia
Desa Kreteranggon Kecamatan Sambeng Kabupaten Lamongan. Sebagai tenaga
kesehatan menyarankan kepada masyarakat agar bisa memberikan penyuluhan
lebih intensif tentang senam lansia agar dapat menyeimbangkan kadar gula darah
sehingga tidak mengalami peningkatan.
Kata kunci : Diabetes Mellitus, lansia, senam lansia
PENDAHULUAN
Semakin bertambahnya usia
maka tingkat kesegaran jasmani akan
turun. Penurun kemampuan akan
semakin terlihat setelah umur 40
tahun, sehingga saat lansia
kemampuan akan turun antara 30-
50% (Ismawati, 2010). Penyakit
degeneratif timbul seiring
bertambahnya usia akibat
berkurangnya fungsi organ dalam
tubuh yang secara bertahap; sistem
kardiovaskular, pernafasan, saraf,
sensori, muskuloskeletal. Akibat
berbagai macam kemunduran sistem
organ tersebut, lansia rentan dan
lebih beresiko mengalami berbagai
macam penyakit, diabetes melitus
adalah salah satunya (Stanhope &
Lancaster, 2010). Aktivitas fisik juga
50
Literasi Kesehatan Husada │ Volume 4 Nomor III : Oktober 2020
berpengaruh dalam regulasi
keseimbangan tubuh. Banyak dari
aktivitas fisik yang mempengaruhi
tubuh seseorang baik secara fisik
maupun secara psikis. Bekerja
karena tuntutan pekerjaan merupakan
salah satu aktivitas fisik yang dimana
apabila berlebihan akan memberi
dampak kepada tubuh baik fisik
maupun psikis. Olah raga juga
merupakan salah satu aktivitas fisik.
Olah raga dengan pengetahuan dan
pelaksanaan yang benar yang dapat
menjaga metabolisme dan regulasi
keseimbangan tubuh. Olah raga
dapat membantu menjaga kadar gula
darah, tekanan darah, kadar lemak
tidak normal, dan membantu
menurunkan berat badan (Adams,
2013).Olahraga untuk para usia
lanjut perlu diberikan dengan
berbagai patokan, antara lain bebas
ringan dan sedang, waktu relatif
lama, bersifat aerobik, tidak
kompetitif atau bertanding, yaitu
salah satu dengan olahraga senam
(Ismawati, 2010). Komponen latihan
jasmani atau atau olahraga sangat
penting dalam pelaksanaan diabetes
karena efeknya dapat menurunkan
kadar glukosa darah dengan
meningkatkan pengambilan glukosa
oleh otot dan memperbaiki
pemakaian insulin (Ruben, 2016).
Menurut World Health
Organization (WHO) pada tahun
2017 mencatat di dunia jumlah DM
ini mencapai 425 juta penyandang
diabetes dan 97,5 juta diantaranya
tinggal di Asia Tenggara. Jumlah
penderita Diabetes Melitus (DM) di
Indonesia semakin
mengkhawatirkan. Kini mencapai 10
juta orang. Jumlah ini sama dengan
urutan ke lima di Asia Tenggara
(Depkes RI, 2018). Satu dari lima
penderita diabetes masih berumur
dibawah 40 tahun, yakni antara 20
hingga 39 tahun sebanyak 1.671.000
orang. Sedangkan usia 40 hingga 59
tahun sebanyak 4.651.000 orang.
Sisanya berusia 60 hingga 79 tahun
(Yuliansari, 2015). Menurut Dinas
Kesehatan Jawa Timur tahun 2018
Diabetes Melitus (DM) hanya
menempati posisi ke 7 dari 10
penyakit terbanyak di Jatim dengan
jumlah 21.257 juta jiwa. Menurut
Dinas Kesehatan Kabupaten
Lamongan pada tahun 2018 jumlah
penderita Diabetes Melitus sebanyak
6.352 kasus. Berdasarkan studi
pendahuluan didapatkan data
penderita diabetes melitus di
Posyandu Lansia Desa Kreteraggon
51
Literasi Kesehatan Husada │ Volume 4 Nomor III : Oktober 2020
Kecamatan Sambeng Lamongan
pada tahun 2018 sebanyak 85
penderita diabetes melitus. Pada
bulan Januari s.d Februari tahun
2019 memperoleh data baru
sebanyak 40 penderita diabetes
melitus.
Proses penuaan adalah tantangan
yang harus ditanggulangi karena
diartikan dengan proses kemunduran
prestasi kerja dan penurunan
kapasitas fisik seseorang. Akhirnya
kaum lansia jadi kurang produktif,
rentan terhadap penyakit dan banyak
bergantung pada orang lain.
Ketidakefektifan secara fisik dapat
mengakibatkan buruknya profil
serum lipoprotein dan meningkatnya
resistensi insulin perifer. Hal-hal
tersebut merupakan faktor resiko dan
penyakit kardiovaskuler, obesitas,
hipertensi, intoleransi glukosa dan
diabetes melitus tipe dua
(Ramadhani, 2016). Diabetes Melitus
(DM) merupakan penyakit gangguan
metabolisme kronis yang ditandai
dengan peningkatan glukosa darah
(hiperglikemia), disebabkan karena
ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan insulin. Insulin dalam
tubuh dibutuhkan untuk
memfasilitasi masuknya glukosa
alam sel agar dapat digunakan untuk
metabolisme dan pertumbuhan sel.
Karena kurangnya produksi insulin
oleh pankreas ataupun karena kurang
efektifnya insulin terhadap tubuh,
menyebabkan kadar gula dalam
darah menjadi berlebih atau disebut
hiperglikemia (Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia,
2013). Kondisi hiperglikemia
memiliki ciri-ciri yang dapat
diidentifikasi apabila terjadi pada
tubuh penderita. Penderita
hiperglikemi akan mengalami
polyuria (sering kencing), polydipsia
(haus berlebih), penurunan berat
badan, dan juga terkadang
mengalami polyphagia (lapar
berlebih) serta penglihatan menjadi
kabur (Canivell & Gomis, 2014).
Kondisi hiperglikemia yang teridap
pada tubuh pada jangka waktu yang
lama dapat menyebabkan disfungsi
berbagai sistem tubuh dan yang
terkena paling utama ialah sistem
kardiovaskular dan sistem saraf yang
mana dapat menciptakan beberapa
komplikasi, seperti: meningkatnya
risiko penyakit jantung dan stroke,
kerusakan saraf di kaki yang
meningkatkan ulkus kaki (infeksi
dan bahkan keharusan untuk
amputasi kaki), retinopati diabetikum
(kerusakan pembuluh darah di retina
52
Literasi Kesehatan Husada │ Volume 4 Nomor III : Oktober 2020
yang dapat menyebabkan kebutaan),
gagal ginjal, dan meningkatnya
risiko kematian (Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia,
2013). Terjadinya komplikasi pada
diabetes melitus akan
membahayakan penderitanya dan
menurunkan kualitas hidupnya.
Komplikasi dapat terjadi dalam
kondisi kadar gula darah tak
terkendali dalam waktu yang lama,
maka penderita diabetes melitus
dengan kadar gula darah tinggi terus-
menerus dan sudah menderita lebih
dari 10 tahun, dapat dipastikan akan
menderita komplikasi (Sutedjo,
2010).
Salah satu perawatan dalam
mengontrol glukosa darah yaitu
dengan berolahraga, Olah raga dapat
meningkatkan penggunaan glukosa
oleh otot sehingga langsung dapat
menyebabkan penurunan gula darah.
Jenis Olah raga yang dianjurkan
untuk dilakukan oleh penderita
diabetes melitus ialah Olah raga
aerobik yang mana dapat
meningkatkan fungsi dan efisiensi
metabolisme tubuh. Olah raga
aerobik seperti jogging, berenang,
senam lansia, dan bersepeda tepat
dilakukan penderita diabetes melitus
karena menggunakan otot-otot besar
ditubuh dan meningkatkan kerja
sistem kardiovaskular (Indriyani,
Supriyatno & Santoso, 2010). Senam
lansia adalah olahraga ringan yang
mudah dilakukan dan tidak
memberatkan yang dapat diterapkan
pada lansia. Senam lansia merupakan
program Menteri Kepemudaan dan
Olahraga yang bertujuan untuk
mengupayakan peningkatan
kesegaran jasmani kelompok lansia
yang jumlahnya semakin bertambah.
Senam lansia ini dirancang khusus
untuk membantu lansia agar dapat
mencapai usia lanjut yang sehat,
berguna, bahagia dan sejahtera
(Rahmadhani, 2016). Senam lansia
biasanya dilakukan tiga kali dalam
seminggu, namun dari program yang
diadakan oleh Pemerintah biasanya
sekali dalam sebulan. Satu sesi
berlangsung selama 15 menit
pemanasan, 30 menit inti dan 15
menit pendinginan (Rahmadhani,
2016)
TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Senam Lansia
Senam lansia adalah rangkaian
gerakan badan yang teratur yang
dilakukan oleh lanjut usia (Kamus
Bahasa Indonesia Kontemporer,
2010). Kesegaran jasmani adalah
kemampuan seseorang untuk
53
Literasi Kesehatan Husada │ Volume 4 Nomor III : Oktober 2020
melaksanakan tugas sehari-sehari
tanpa mengalami kelelahan yang
berarti dan masih melakukan
cadangan tenaga untuk menikmati
waktu senggangnya dengan baik
(Pudjiastuti dan Utomo, 2011).
Manfaat Senam Lansia :
1) Mengatur kadar gula darah
2) Memperlambat proses
degenerasi karena pertambahan
usia
3) Memudahkan penyesuaian
kesehatan jasmani dalam
kehidupan (adaptasi)
Konsep Kadar Gula Darah
Glukosa merupakan
karbohidrat terpenting yang
kebanyakan diserap ke dalam
aliran darah sebagai glukosa dan
gula lain diubah menjadi glukosa
di hati. Glukosa adalah bahan
bakar utama dalam jaringan tubuh
serta berfungsi untuk
menghasilkan energi. Kadar
glukosa darah sangat erat
kaitannya dengan penyakit
diabetes melitus.
Konsep Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus merupakan
penyakit gangguan metabolik
terutama metabolisme karbohidrat
yang disebabkan oleh
Berkurangnya atau ketiadaan
hormon insulin dari sel beta
pankreas, atau akibat gangguan
fungsi insulin (Sutedjo, 2010).
Etiologi kadar gula darah tinggi
atau Diabetes Mellitus :
1) Kelebihan karbohidrat
2) Stres
3) Pola makan yang salah
4) Pengetahuan
5) Malas beraktivitas (Adib,
2011)
Gejala Klinik :
1) Poliuria (sering kencing)
2) Polidipsia (sering haus)
3) Polifagiai (sering lapar)
Komplikasi Diabetes Mellitus :
1) Gangren
2) Atherosklerosis
3) Katarak
Konsep Lansia
Lansia adalah bagian dari
proses tumbuh kembang. Manusia
tidak secara tiba-tiba menjadi tua,
tetapi berkembang dari bayi,
anak-anak, dewasa dan akhirnya
menjadi tua (Azizah, 2011).
Lansia bukan suatu penyakit,
namun merupakan tahap lanjut
dari suatu proses kehidupan yang
ditandai dengan kemampuan
tubuh untuk beradaptasi dengan
54
Literasi Kesehatan Husada │ Volume 4 Nomor III : Oktober 2020
stres lingkungan (Pujiastuti, 2003
dikutip dalam Efendi, 2013).
Konsep Pengaruh Senam
Lansia Terhadap Penurunan
Kadar Gula Darah
Senam lansia adalah olahraga
ringan yang mudah dilakukan dan
tidak memberatkan yang dapat
diterapkan pada lansia. Senam
lansia ini dirancang khusus untuk
membantu lansia agar dapat
mencapai usia lanjut yang sehat,
berguna, bahagia dan sejahtera
(Ramadhani & Sapulete, 2016).
Glukosa adalah bahan bakar
utama dalam jaringan tubuh serta
berfungsi untuk menghasilkan
energi. Kadar glukosa darah
sangat erat kaitannya dengan
penyakit diabetes melitus.
Peningkatan kadar glukosa darah
sewaktu ≥ 200 mg/dL yang
disertai dengan gejala poliuria,
polidipsia, polifagia, dan
penurunan berat badan yang tidak
dapat dijelaskan sebabnya sudah
cukup untuk menegakkan
diagnosis diabetes melitus (Amir,
2015). Menurut (Bandiyah, 2009)
usia lanjut adalah suatu kejadian
yang pasti akan dialami oleh
semua orang yang dikaruniai usia
panjang, terjadinya tidak bisa
dihindari oleh siapapun, namun
manusia dapat berupaya untuk
menghambat kejadiannya.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan
penelitian pre eksperimental dengan
rancangan one group pretest-
posttest, yaitu rancangan yang tidak
ada kelompok pembanding (kontrol),
tetapi paling tidak sudah dilakukan
observasi pertama (pretest) yang
memungkinkan menguji perubahan-
perubahan yang terjadi setelah
adanya eksperimen (program).
Populasi semua lansia dengan
Diabetes Mellitus di posyandu lansia
Desa Kreteranggon Kecamatan
Sambeng Lamongan sebanyak 40
orang.
Pengambilan sampling dalam
penelitian ini adalah non probability
sampling dengan jenis Accidental
Sampling yaitu Metode pengambilan
sampel dengan memilih siapa yang
kebetulan ada atau dijumpai
(Sugiyono, 2012).
Variabel independen dalam
penelitian ini adalah senam lansia
dan variabel dependen dalam
penelitian ini adalah kadar kadar gula
darah pada lansia yang menderita
diabetes mellitus.
55
Literasi Kesehatan Husada │ Volume 4 Nomor III : Oktober 2020
Tempat dan waktu penelitian
dilaksanakan di Posyandu Lansia
Desa Kreteranggon Kecamatan
Sambeng Kabupaten Lamongan pada
bulan Januari sampai dengan Maret
2020.
Pada penelitian ini Pengumpulan
data menggunakan alat ukur easy
touch dan dimasukkan dilembar
observasi kemudian dianalisa
menggunakan uji statistik Wilcoxon.
HASIL PENELITIAN
Data Umum
Karakteristik responden
berdasarkan jenis kelamin
Tabel 1 Karakteristik Responden
Berdasarkan jenis kelamin di
posyandu lansia Desa Kreteranggon
Kecamatan Sambeng Kabupaten
Lamongan bulan Januari sampai
Maret 2020
No Jenis
Kelamin
Jumlah Persentase
(%)
1. Laki-laki 10 33,3
2. Perempuan 20 66,7
Total 30 100.0
Sumber : data primer, 2020
Dari tabel 1 diketahui bahwa sebagian
besar responden berjenis perempuan
sebanyak 20 orang (66,6%).
Karakteristik responden
berdasarkan umur
Tabel 2 Karakteristik Responden
Berdasarkan umur di posyandu
lansia Desa Kreteranggon
Kecamatan Sambeng Kabupaten
Lamongan bulan Januari sampai
Maret 2020
No Umur Jumlah Persentase (%)
1. 45-59
Tahun 5 16,7
2. 60-70 18 60
3. >70 tahun 7 23,3
Total 30 100.0
Sumber : data primer, 2020
Dari tabel 2 diketahui bahwa
sebagian besar responden berusia 60-
70 tahun sebanyak 18 orang (60%).
Karakteristik responden
berdasarkan berat badan
Tabel 3 Karakteristik Responden
Berdasarkan berat badan di
posyandu lansia Desa Kreteranggon
Kecamatan Sambeng Kabupaten
Lamongan bulan Januari sampai
Maret 2020
No Berat Badan Jumlah Persentase (%)
1. < BB ideal
(< 18,4
kg/m2)
9 30
2. BB ideal
(18,5-24,9
kg/m2)
16 53,3
3. > BB ideal
(≥ 25 kg/m2)
5 16,7
Total 30 100.0
Sumber : data primer, 2020
Dari tabel 3 diketahui bahwa sebagian
besar responden memiliki berat badan
56
Literasi Kesehatan Husada │ Volume 4 Nomor III : Oktober 2020
ideal (18,5-24,9 kg/m2) sebanyak 16
orang (53,3 %)
Karakteristik responden
berdasarkan pendidikan terakhir
Tabel 4 Karakteristik Responden
Berdasarkan pendidikan terakhir di
posyandu lansia Desa Kreteranggon
Kecamatan Sambeng Kabupaten
Lamongan bulan Januari sampai
Maret 2020
No Pendidikan
Terakhir
Jumlah Persentase (%)
1. Tidak
Sekolah
2 6,7
2. Dasar (SD,
SMP)
17 56,6
3. Menengah
(SMA,
SMK)
9 30
4. Tinggi
(Perguruan
Tinggi)
2 6,7
Total 30 100.0
Sumber : data primer, 2020
Dari tabel 4 diketahui sebagian besar
responden berpendidikan terakhir
Dasar (SD, SMP) sebanyak 17 orang
(56,6 %)
Karakteristik responden
berdasarkan pekerjaan
Tabel 5 Karakteristik Responden
Berdasarkan pekerjaan di posyandu
lansia Desa Kreteranggon
Kecamatan Sambeng Kabupaten
Lamongan bulan Januari sampai
Maret 2020
No Pendidikan
Terakhir
Jumlah Persentase (%)
1 Bekerja 22 73,3
2. Tidak
Bekerja
8 26,7
Total 30 100.0
Sumber : data primer, 2020
Dari tabel 5 diketahui sebagian besar
responden yang bekerja sebanyak 22
orang (73,3 %).
Karakteristik responden
berdasarkan merokok
Tabel 5 Karakteristik Responden
Berdasarkan merokok di posyandu
lansia Desa Kreteranggon
Kecamatan Sambeng Kabupaten
Lamongan bulan Januari sampai
Maret 2020
No Pendidikan
Terakhir
Jumlah Persentase (%)
1. Merokok 7 23,3
2. Tidak
Merokok
23 76,7
Total 30 100.0
Sumber : data primer, 2020
Dari tabel 6 diketahui sebagian besar
responden tidak merokok sebanyak
23 orang (76,7 %).
Karakteristik responden
berdasarkan informasi
Tabel 6 Karakteristik Responden
Berdasarkan informasi di posyandu
lansia Desa Kreteranggon
Kecamatan Sambeng Kabupaten
Lamongan bulan Januari sampai
Maret 2020
57
Literasi Kesehatan Husada │ Volume 4 Nomor III : Oktober 2020
No Informasi Jumlah Persentase (%)
1. Pernah 13 43,3
2. Tidak
Pernah
17 56,7
Total 30 100.0
Sumber : data primer, 2020
Dari tabel 7 diketahui sebagian besar
responden tidak pernah mendapatkan
informasi tentang senam lansia
sebanyak 17 orang (56,7 %).
Karakteristik responden
berdasarkan sumber informasi
Tabel 8 Karakteristik Responden
Berdasarkan sumber informasi di
posyandu lansia Desa Kreteranggon
Kecamatan Sambeng Kabupaten
Lamongan bulan Januari sampai
Maret 2020
No Sumber
Informasi
Jumlah Persentase (%)
1. Nakes 17 56,7
2. Media
massa
2 6,6
3 Media
elektronik
6 20
4 Tetangga /
teman
5 16,7
Total 30 100.0
Sumber : data primer, 2020
Dari tabel 8 diketahui sebagian besar
responden mendapatkan sumber
informasi dari nakes sebanyak 17
orang (56, %).
Data Khusus
Kadar gula darah pada lansia
yang menderita Diabetes Mellitus
sebelum senam lansia
Tabel 9 Kadar gula darah pada
lansia yang menderita Diabetes
Mellitus sebelum senam lansia di
posyandu lansia Desa Kreteranggon
Kecamatan Sambeng Kabupaten
Lamongan
No Kadar gula
darah
sebelum
senam
lansia
Jumlah Persentase
(%)
1.
2.
Tetap
Turun 27
3
90
10
Total 30 100
Sumber : data primer, 2017
Dari gambar 9 diketahui bahwa
responden kadar gula darah
sebelum dilakukan senam lansia
kategori tetap sebanyak 27 orang
(90%). Menurut bidan Desa
Kreteranggon 3 orang responden
yang memiliki kategori turun
memang mengonsumsi obat hebal
dan diet yang sejak bulan Oktober
2019, sehingga kadar gula darah 3
responden tersebut menurun sejak
bulan Desember 2019.
Kadar gula darah pada lansia
yang menderita Diabetes Mellitus
sesudah senam lansia
58
Literasi Kesehatan Husada │ Volume 4 Nomor III : Oktober 2020
Tabel 10 Kadar gula darah pada
lansia yang menderita Diabetes
Mellitus sesudah senam lansia di
posyandu lansia Desa Kreteranggon
Kecamatan Sambeng Kabupaten
Lamongan
No Kadar gula
darah
sesudah
senam
lansia
Jumlah Persentase (%)
1.
2.
Tetap
Turun
27
3
90
10
Total 30 100
Sumber : data primer, 2020
Dari tabel 10 diketahui bahwa
responden kadar gula darah sesudah
dilakukan senam lansia kategori
tetap sebanyak 27 orang (90%).
Tabulasi silang
Tabulasi silang Pengaruh senam
lansia terhadap penurunan kadar gula
darah pada lansia yang menderita
diabetes mellitus di Desa
Kreteranggon Kecamatan Sambeng
Kabupaten Lamongan
No Sebelum Sesudah
Kadar
gula
darah
F % Kadar
gula
darah
F %
1. Tetap 27 90 Tetap 27 90
2. Turun 3 10 Turun 3 10
Total 30 100 Total 30 100
Sumber : data primer, 2020
Berdasarkan tabel 11 didapatkan
bahwa dari 27 penderita dengan
kadar gula darah yang tinggi, 27
(100%) diantaranya tidak
mengalami penurunan kadar gula
darah setelah melakukan senam
lansia.
ANALISA DATA
Pengaruh senam lansia terhadap
penurunan kadar gula darah pada
lansia yang menderita Diabetes
Mellitus di Posyandu Lansia Desa
Kreteranggon Kecamatan Sambeng
Kabupaten Lamongan.
Berdasarkan tabel 11 didapatkan
bahwa dari 27 penderita dengan
kadar gula darah yang tinggi, 27
(100%) diantaranya tidak mengalami
penurunan kadar gula darah setelah
melakukan senam lansia.
Berdasarkan hasil analisa
menggunakan uji Wilcoxon pada
tingkat kemaknaan α = 0,05
didapatkan bahwa ρ > α atau 1,000 >
0,05 yang artinya tidak ada pengaruh
senam lansia terhadap kadar gula
darah pada lansia yang menderita
Diabetes Mellitus di posyandu lansia
Desa Kreteranggon Kecamatan
Sambeng Kabupaten Lamongan.
PEMBAHASAN
Kadar gula darah pada lansia
yang menderita Diabetes Mellitus
59
Literasi Kesehatan Husada │ Volume 4 Nomor III : Oktober 2020
sebelum senam lansia di posyandu
lansia Desa Kreteranggon
Kecamatan Sambeng Kabupaten
Lamongan
Dari hasil penelitian pada tabel 9
diketahui bahwa mayoritas responden
kadar gula darah sebelum senam
lansia kategori tetap sebanyak 27
orang (90%). Berdasarkan tabulasi
silang menunjukkan bahwa sebagian
besar responden berjenis kelamin
perempuan sebanyak 20 orang
(66,7%), sebagian besar berat badan
responden menurut IMT adalah BB
Ideal 18,5-24,9 kg/m2 sebanyak 16
orang (60%), sebagian besar umur
responden 60-70 tahun sebanyak 18
orang (60%) dan sebagian besar
pendidikan responden Menengah
(SD dan SMP) sebanyak 17 orang
(56,6%).
Kadar glukosa darah sangat erat
kaitannya dengan penyakit diabetes
mellitus (Amir, 2015). Penyebab kadar
gula di dalam darah terlalu tinggi
sehingga tubuh tidak dapat
melepaskan atau menggunakan insulin
secara cukup. Jika seseorang memiliki
kadar gula darah puasa > 126 mg/dl,
dan sewaktu tes darah mencapai > 200
mg/dl jika tidak melakukan puasa.
Terjadinya peningkatan kadar gula
darah pada responden diawali
responden kurang memperhatikan
tanda-tanda awal terjadinya penyakit
diabetes mellitus, seperti : banyak
kencing, banyak minum atau merasa
sering haus, banyak makan merasa
sering lapar, sehingga responden
tidak menyadari bahwa dirinya sudah
menderita diabetes.
Kadar Gula Darah Pada Lansia
yang menderita Diabetes Mellitus
Sesudah senam lansia di Posyandu
Lansia Desa Kreteranggon
Kecamatan Sambeng Kabupaten
Lamongan.
Dari hasil penelitian pada gambar
10 diketahui bahwa lebih dari
setengah responden kadar glukosa
darah pada kelompok sesudah senam
lansia adalah tetap sebanyak 27
orang (90%) dan turun sebanyak 3
orang (10%) sama dengan sebelum
melakukan senam lansia.
Penerimaan informasi tentang
senam lansia yang diberikan oleh
tenaga kesehatan sangat berpengaruh
terhadap kenyakinan penderita untuk
melaksanakan senam lansia dengan
sungguh-sungguh dan nyakin bahwa
senam lansia dapat menurunkan
kadar gula darah. Kondisi ini yang
mendorong penderita melaksanakan
senam sesuai aturan dan jadwal yang
60
Literasi Kesehatan Husada │ Volume 4 Nomor III : Oktober 2020
telah diterapkan sehingga senam
lansia sangat efektif untuk
menurunkan kadar gula darah.
Oleh karena itu, penting untuk
melaksanakan senam lansia yang
dilakukan setidaknya satu kali setiap
bulannya dengan gerakan yang
benar. Beberapa contoh olahraga
yang dapat dilakukan oleh penderita
yaitu, jalan kaki.
Pengaruh Senam Lansia terhadap
Penurunan Kadar Gula Darah pada
Lansia yang menderita Diabetes
Mellitus di Posyandu Lansia Desa
Kreteranggon Kecamatan Sambeng
Kabupaten Lamongan.
Berdasarkan tabel 10 didapatkan
bahwa dari 27 responden dengan
kadar gula darah tetap, dan 3
responden dengan kadar gula darah
turun seteah dilakukan senam lansia.
Berdasarkan hasil analisa
menggunakan uji Wilcoxon pada
tingkat kemaknaan α = 0,05
didapatkan bahwa ρ > α atau 1,000 >
0,05 yang artinya tidak ada pengaruh
senam lansia terhadap kadar gula
darah pada lansia yang menderita
Diabetes Mellitus di posyandu lansia
Desa Kreteranggon Kecamatan
Sambeng Kabupaten Lamongan.
Hasil penelitian ini tidak
mendukung hipotesis yang
menyatakan terdapat hubungan
antara aktivitas fisik dengan kadar
gula darah puasa pada lansia. Karena
selain aktivitas fisik, adapun hal lain
yang mempengaruhi kadar gula
darah puasa tetap terjaga normal
pada lansia di panti ini adalahpola
makan yang sehat dan gizi seimbang.
Di mana Panti Sosial Tresna Werdha
Budi Mulia 2 ini sangat
memfasilitasi pola diet yang baik,
sehingga kadar gula darah puasa
lansia di panti ini rerata terkontol
dengan baik. Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian oleh Fuad
Haryanto pada tahun 2013 yang
menilai hubungan aktivitas fisik
dengan kadar gula darah puasa pada
pasien DM tipe 2 di RS umum
daerah cilegon yang melibatkan 20
responden hanya terdapat 2 pasien
DM tipe 2 yang memiliki kadar gula
darah normal dan sampel yang di
gunakan sedikit sehingga data yang
di gunakan kurang variatif, metode
yang digunakan adalah metode
potong lintang dengan data analisi
Chi–square yang mana menunjukkan
tidak terdapat hubungan yang
bermakna antara hubungan aktivitas
61
Literasi Kesehatan Husada │ Volume 4 Nomor III : Oktober 2020
fisik dengan kadar gula darah puasa
pada pasien DM tipe 2 (p=0,495).
Penelitian lain juga yang sejalan
dilakukan Qurrotuaen pada tahun
2009, dikutip dari jurnal Via
Angraeni (2018) menilai faktor-
faktor yang mempengaruhi
pengendalian kadar guladarah pada
pasien DM di ruang poliklinik
penyakit dalam RSUP Fatmawati
melibatkan 75 responden. Hasil
analisi hubungan antara aktivitas
fisik dengan kadar gula darah pada
pasien DM yang diperoleh bahwa
ada sebanyak 10 responden (33.3%)
dari 30 total responden pasien DM
yang melakukan aktivitas fisik sesuai
anjuran, kadar gula darahnya tinggi.
Sementara terdapat 11 responden
(24,4%) dari 45 total responden
pasien DM yang tidak melakukan
aktivitas fisik sesuai anjuran, kadar
gula darahnya tinggi. Berdasarkan
hasil diperoleh pvalue = 0,564 (p>)
maka dapat disimpulkan bahwa tidak
ada hubungan antara aktivitas fisik
dengan terkendalinya kadar gula
darah pada pasien DM.
Menurut Setyo (2011), dalam
penelitiannya membuktikan bahwa
pengetahuan tentang pengelolaan
DM berhubungan signifikan dengan
keberhasilan pengelolaan Diabetes
Mellitus. Hal ini menunjukkan
bahwa orang yang mempunyai
pengetahuan baik mempunyai resiko
4 kali berhasil dalam pengelolaan
DM tipe 2 dibandingkan dengan
yang berpengetahuan kurang dan
secara statistik bermakna. Semakin
sering seseorang mendapat
penyuluhan, maka semakin baik pula
perilakunya. Pasien Diabetes perlu
mendapat informasi tentang
pengertian tentang DM terutama
perencanaan makan. Pengetahuan
mengenai manajemen diabetes
merupakan komponen yang penting
agar pengelolaan diabetes itu bisa
berjalan dengan baik.
KESIMPULAN
Kesimpulan penelitian ini adalah
sebagai berikut :
a. Sebelum dilakukan senam lansia
mayoritas responden dengan
kadar gula darah kategori tetap
sebanyak 27 orang (90%).
b. Sesudah dilakukan senam lansia
mayoritas responden dengan
kadar gula darah kategori tetap
sebanyak 27 orang (90%).
c. Tidak ada pengaruh senam lansia
terhadap penurunan kadar gula
darah pada lansia yang menderita
Diabetes Mellitus di Posyandu
62
Literasi Kesehatan Husada │ Volume 4 Nomor III : Oktober 2020
lansia Desa Kretaranggon
Kecamatan Sambeng Kabupaten
Lamongan signifikan dikarenakan
p=1,000 > (α = 0,05).
SARAN
a. Bagi Tenaga Kesehatan
Memberikan penyuluhan lebih
intensif tentang kebiasaan sehari-
hari yang dapat meningkatkan
kadar glukosa darah, sehingga
peningkatan kadar gula darah
dapat dicegah dan ditangani
secara optimal.
b. Bagi Masyarakat
Mengubah gaya hidup khusus
pola makan dan kebiasaan-
kebiasaan yang dapat
meningkatkan kadar gula darah,
serta rutin melakukan
pemeriksaan ke puskesmas,
sehingga peningkatan kadar gula
darah dapat dicegah seoptimal
mungkin
c. Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai referensi dalam
penelitian yang berkaitan dengan
penurunan kadar gula darah pada
penderita Diabetes Mellitus.
d. Bagi Institusi Pendidikan
Menambah referensi untuk
meningkatkan kualitas pendidikan
khusus tentang pengaruh senam
lansia terhadap penurunan kadar
gula darah pada lansia yang
menderita Diabetes Mellitus.
DAFTAR PUSTAKA
Adib. (2010). Pengetahuan Praktis
Ragam Penyakit Mematikan
Yang Paling Sering Menyerang
Kita. Yogyakarta. Buku Biru
Amir. (2015). Kadar Glukosa Darah
Sewaktu Pada Pasien Diabetes
Mellitus Tipe 2 di Puskesmas
Bahu Kota Manado. Jurna e-
Biomedik (eBM), Volume 3,
Nomor 1
Amalia Ramdhani, Ivonny M
Sapulete, D. H. C. P. (2010).
pengaruh senam lansia
terhadap kadar gula darah
pada lansia di BU Senja Cerah
Manado. 4.
Dewanti. (2010). Buku Pintar
Kesehatan : Kolesterol,
Diabetes Mellitus dan Asam
Urat. Klaten : Kawan Kita.
Fitria, Ana. (2009). Diabetes : Tips
Pencegahan Preventif dan
Penanganan. Yogyakarta :
Venus.
Hairani. (2013). Pengaruh Senam
Lansia Terhadap Kadar ula
Darah pada Penderita
Diabetes Mellitus Tipe 2 di
Desa Leyangan Kecamatan
Ungaran Timur Kabupate
Semarang. Jurnal PSIK
STIKES Ngudi Wauya
Ungaran. Vol. 1 No. 5
Hidayat, Aziz Alimul. (2009).
Metode Penelitian
Keperawatan dan Teknik
63
Literasi Kesehatan Husada │ Volume 4 Nomor III : Oktober 2020
Analisis Data. Jakarta :
Salemba Medika.
Khairul. (2012). Manajemen
Kesehatan Manula di Tulkan.
Available onine : (http://
khairulhuda.com/ diakses 14-
10-2019)
Maryam, dkk. (2008). Mengenal
Usia Lanjut dan
Perawatannya. Jakarta :
Salemba Medika
Melitus, D., Wilayah, D. I.,
Puskesmas, K., Tahun, U., &
Kunci, K. (2018). Olah Raga
Dan Kadar Gula Darah Pada
Kelompok Lansia Dengan
Diabetes Melitus Di Wilayah
Kerja Puskesmas Ulakan
Tahun 2017 Khairul Andri
Sekoslah Tinggi Ilmu
Kesehatan Indonesia. XII(79),
85–92.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2010).
Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta.
Nursalam. (2011). Konsep dan
Penerapan Metodologi
Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika.
Republik, K. K. (2010). Manfaat
Senam Lansia terhadap Upaya
Mengontrol Gula Darah yang
Berpengaruh pada Aktivitas
Sehari-hari.
RI, D. (2016). Menkes : Mari Kita
Cegah Dibetes Dengan Cerdik
(www.depkes.go.id/. 1–7.
Riduwan. (2010). Metode dan
Teknik Menyusui Tesis.
Bandung : Alfabeta.
Ruben. (2016). Pengaruh Senam
Kaki Diabetes Terhadap
Perubahan Kadar Gula Darah
Pada Pasien Diabetes Mellitus
Tipe 2 di Wilayah Kerja
Puskesmas Ememawira.
eJournal Keperawatan (eKP)
Volume 4 Nomor 1, Mei 2016.
Soeryoko, Hery. (2011). 25
Tanaman Obat Ampuh
Penakluk Diabetes Mellitus.
Yogyakarta : CV. Andi Offset.
Subiyanto, Paulus. (2010). Self
Hypnosis bagi Diabetisi : Cara
Mudah Tetap Sehat Mandiri
dan Panjang Umur.
Yogyakarta : Gosyen
Publishing.
Sugiyono. (2011). Statistika Untuk
Penelitian. Bandung : Alfabeta
Sutedjo. (2010). 5 Strategi Penderita
Diabetes Mellitus Berusia
Panjang. Yogyakarta :
KANISIUS.
Tjokroprawiro, Askandar. (2011).
Panduan Lengkap Pola Makan
Untuk Penderita Diabetes.
Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Wahyudi. (2012). Senam Lansia.
Available online : (http://
andiwahyudi.com/ diakses
pada 14-10-2019.
Yuliansari. (2015). Jumlah Penderita
Diabetes Indonesia Terbanyak
ke-5 di Dunia. Available online
:
(http://www.suara.com/diakses
, 10-10-2019).