PENGARUH SELF EFFICACY, DUKUNGAN SOSIAL D AN VARIABEL...
Transcript of PENGARUH SELF EFFICACY, DUKUNGAN SOSIAL D AN VARIABEL...
PENGARUH SELF EFFICACY, DUKUNGAN SOSIAL DAN
VARIABEL DEMOGRAFIS TERHADAP MOTIVASI
BERPRESTASI ATLET TAEKWONDO
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Oleh :
Disusun oleh:
Siti Fauziah Aprilia Wijaya
NIM : 11140700000150
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H /2018 M
ii
iii
NIP: 19640814 200112 1 001
iv
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto
Maka Sesungguhnya Bersama Kesulitan
Itu Ada Kemudahan, Sesungguhnya
Bersama Kesulitan Itu Ada Kemudahan.
Q.S Al Insyirah 5-6
Waktu bagaikan pedang. Jika engkau tidak
memanfaatkannya dengan baik, maka ia akan
memanfaatkanmu.
[Hadis Riwayat Muslim]
Persembahan
Skripsi ini saya persembahkan untuk kedua orangtua, sahabat dan
orang terkasih
vi
ABSTRAK
A) Fakultas Psikologi
B) Agustus 2018
C) Siti Fauziah Aprilia Wijaya
D) Pengaruh Self Efficacy, Dukungan Sosial dan Variabel Demografis terhadap
Motivasi Berprestasi Atlet Taekwondo
E) xiv + 70 halaman + lampiran
F) Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh self efficacy, dukungan
sosial (dukungan emosional, dukungan informatif, dukungan penghargaan,
dukungan instrumental, dan dukungan jaringan sosial) dan variabel
demografis (jenis kelamin dan usia) terhadap motivasi berprestasi atlet
Taekwondo.
Sampel penelitian yaitu atlet Taekwondo di Banten sebanyak 200 atlet.
Adapun metode dalam pengambilan sampel dengan menggunakan teknik
snowball sampling yaitu pengambil sampel dengan menyebarkan
kuesionerdarisatuatletBantenkeatlet lainnya.Penulis membuat sendiri
alat ukur dengan mengacu pada kompenen dalam motivasi berprestasi milik
McClelland, pengukuran terhadap self efficacy mengacu pada Physical Self
Efficacy Scale (PSE) dari Rycman dan dukungan sosial penulis mengacu
berdasarkan aspek-aspek dukungan sosial yang dijelaskan oleh Sarafino. Uji
validitas alat ukur menggunakan Confirmatory Factor Analalysis (CFA)
dengan software Lisrel 8.70 sedangkan analisis data menggunakan teknik
analisis regresi berganda dengan software SPSS 20.
Hasil penelitian membuktikan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan self
efficacy, dukungan sosial (dukungan emosional, dukungan informatif,
dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dan dukungan jaringan sosial)
dan variabel demografis (jenis kelamin dan usia) terhadap motivasi berprestasi
atlet Taekwondo Banten. Dengan demikian, hipotesis alternatif (Ha) diterima.
Artinya, terdapat pengaruh yang signifikan variabel self efficacy, dukungan
sosial (dukungan emosional, dukungan informatif, dukungan penghargaan,
dukungan instrumental, dan dukungan jaringan sosial) dan variabel
demografis terhadap motivasi berprestasi atlet Taekwondo Banten. Hasil uji
hipotesis minor membuktikan variabel yang pengaruhnya signifikan yaitu self
efficacy dan dukungan penghargaan.
Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan penelitian ini sengan
melibatkan variabel lain, seperti persepsi, kecemasan, konsep diri, atau
mungkin bisa ditambahkan variabel islam pada penelitian selanjutnya.
G) Bahan bacaan: 40; 18 buku + 20 jurnal + 2 artikel
vii
ABSTRACT
(A) Faculty of Psychology
(B) August 2018
(C) Siti Fauziah Aprilia Wijaya
(D) The Influence of Self Efficacy, Social Support and Demographic Variables
on the Achievement of Taekwondo Athletes
(E) xiv + 70 pages + attachments
F) This study was conducted to determine the effect of self efficacy, social
support (emotional support, informative support, award support, instrumental
support, and social network support) and demographic variables (gender and
age) on the achievement motivation of Taekwondo athletes.
The research sample was 200 athletes in Banten. The method in taking
samples using snowball sampling technique is the sample taker by
distributing questionnaires from one Banten athlete to another athlete. The
author makes his own measurement tool by referring to the components in
McClelland's achievement motivation, the measurement of self efficacy refers
to Rycman's Physical Self Efficacy Scale (PSE) and the author's social
support refers to aspects of social support described by Sarafino. Test the
validity of measuring instruments using Confirmatory Factor Analysis (CFA)
with Lisrel 8.70 software while data analysis uses multiple regression analysis
techniques with SPSS 20 software.
The results showed that there was a significant effect of self efficacy, social
support (emotional support, informative support, award support, instrumental
support, and social network support) and demographic variables (gender and
age) on the achievement motivation of Banten Taekwondo athletes. Thus, the
alternative hypothesis (Ha) is accepted. That is, there is a significant influence
on the variables of self efficacy, social support (emotional support,
informative support, award support, instrumental support, and social network
support) and demographic variables on the achievement motivation of Banten
Taekwondo athletes. The results of the minor hypothesis test prove that
variables have a significant influence on self efficacy and reward support.
Future studies are expected to develop this research by involving other
variables, such as perception, anxiety, self-concept, or maybe an Islamic
variable can be added to future research.
(G) Reading materials : 40; 18 books + 20 journals + 2 articels
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
izin Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian skripsi dengan judul “Pengaruh
Self Efficacy, Dukungan Sosial dan Variabel Demografis terhadap Motivasi
Berprestasi Atlet Taekwondo”. Tidak lupa shalawat serta salam penulis selalu
curahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, berikut para keluarga
dan sahabat.
Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena
itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Abdul Mujib, M.Ag.,M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajarannya.
2. Bapak Drs. Akhmad Baidun, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi, terima
kasih telah meluangkan waktu, tenaga, pikiran serta doa selama proses
bimbingan. Banyak ilmu dan pemahaman yang penulis dapatkan.
3. Ibu Mulia Sari Dewi, M.Psi selaku dosen pembimbing akademik, terima kasih
atas bimbingan dan masukannya selama penulis menjalani perkuliahan.
4. Dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak
memberikan ilmu dan pemahaman kepada penulis baik dalam bidang
akademis maupun dalam menjalani kehidupan.
5. Kedua orang tua yang sangat penulis cintai dan banggakan, Bapak Sukma
Wijaya dan Ibu Siti Rasyidah. Terima kasih selalu mendukung di saat suka
maupun duka. Tak pernah lelah memberikan motivasi dan saran yang
membangun dalam setiap langkah penulis.
ix
6. Keluarga Ciater yang selalu memberikan dukungan serta do’a terbaik buat
penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini. Om Buyung, Om Ican, Om
Iyus, Ibu Yuli, Tante Dj, Mama Fuah, Tante Upi, Abang Irsyad, Ka Ade, Ka
Rina, Mba Rahma, Bilah, De Ika, Zydan, Rara, Khaira, dan Izzat.
7. Fikri Suryana Setiaji yang telah menjadikan proses penulisan ini begitu penuh
dengan makna dan rasa syukur yang banyak, serta membuat penulis tidak
mudah menyerah.
8. Sahabat terbaik yang selalu menjadi tempat keluh dan kesah penulis selama
ini, Vina Rachmawati. Serta teman sejak SMA yang membuat penulis
semangat menyelesaikan penelitian ini agar mampu bertemu dan melakukan
liburan bersama kembali, Icha, Maureen, Fifin, Meike, Lia, Kania, Tiwi.
9. Pejuang S.Psi yang mampu mengingatkan dijalan-Nya dan membuat semangat
penulis selama perkuliahan. Inay, Novia, Icha, Shafira, Verona, Eno, Salsa,
Gio, Desri, Indri, Diday. Terimakasih karena selalu ada untuk menemani.
10. Teman-teman pembimbing Pak Baidun, Amel, Gio, Amar, dan Teh Fitri yang
menjadikan kita semangat untuk segera menyusul menyelesaikan penelitian
ini. Terimakasih telah berjuang bersama.
11. Dan, seluruh pihak yang tidak dapat dituliskan satu persatu, atas semua
bantuan dan doanya. Semoga kebaikan kalian semua dibalas dengan sebaik-
baik balasan oleh Allah.
Jakarta, 02 Agustus 2018
Penulis
x
DAFTAR ISI
COVER ................................................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................... iv
ABSTRAK ............................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ............................................................................................. viii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ x
DAFTAR TABEL .................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xiv
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1-11
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................................... 7
1.2.1 Pembatasan Masalah Penelitian .................................................. 7
1.2.2 Perumusan Masalah .................................................................... 8
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................................. 9
1.3.1 Tujuan Penelitian ........................................................................ 9
1.3.2 Manfaat Penelitian ...................................................................... 10
BAB 2 LANDASAN TEORI ................................................................................ 12-37
2.1 Motivasi Berprestasi ............................................................................. 12
2.1.1 Pengertian Motivasi Berprestasi ................................................. 12
2.1.2 Dimensi Motivasi Berprestasi ..................................................... 16
2.1.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Berprestasi .......... 17
2.1.4 Alat Ukur Motivasi Berprestasi .................................................. 22
2.2 Self Efficacy .......................................................................................... 23
2.2.1 Pengertian Self Efficacy .............................................................. 23
2.2.2 Aspek Self Efficacy ...................................................................... 27
2.2.3 Alat Ukur Self Efficacy ................................................................ 27
2.3 Dukungan Sosial ................................................................................... 29
2.3.1 Pengertian Dukungan sosial ........................................................ 29
2.3.2 Dimensi Dukungan Sosial .......................................................... 31
2.3.3 Alat Ukur Dukungan Sosial ........................................................ 32
2.4 Kerangka Berpikir ................................................................................ 33
2.5 Hipotesis Penelitian .............................................................................. 36
BAB 3 METODE PENELITIAN ............................................................................ 38-53
3.1 Populasi Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ............................... 38
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ....................................... 38
3.3 Instrumen Pengumpulan Data ................................................................ 40
3.4 Uji Validitas Konstruk ........................................................................... 43
3.4.1 Uji Validitas Konstuk Motivasi Berprestasi ............................... 44
3.4.2 Uji Validitas Konstruk Self Efficacy ........................................... 45
3.4.3 Uji Validitas Konstruk Dukungan Sosial .................................... 46
xi
3.4.3.1 Uji Validitas Konstruk Dukungan Emosional ............... 46
3.4.3.2 Uji Validitas Konstruk Dukungan Informatif ................ 47
3.4.3.3 Uji Validitas Konstruk Dukungan Penghargaan ............ 48
3.4.3.4 Uji Validitas Konstruk Dukungan Instrumental ............ 49
3.4.3.5 Uji Validitas Konstruk Dukungan Jaringan Sosial ........ 50
3.5 Teknik Analisis Data ............................................................................. 51
BAB 4 HASIL PENELITIAN ................................................................................ 54-63
4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian ..................................................... 54
4.2 Hasil Analisis Deskriptif ....................................................................... 54
4.3 Kategorisasi Skor Variabel Penelitian .................................................. 55
4.4 Uji Hipotesis Penelitian ........................................................................ 56
4.5 Proporsi Varian ..................................................................................... 61
Bab 5 Kesimpulan, Diskusi Dan Saran ................................................................. 64-70
5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 64
5.2 Diskusi .................................................................................................. 64
5.3 Saran .................................................................................................... 68
5.3.1 Saran Teoritis .............................................................................. 68
5.3.2 Saran Praktis ............................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 71-73
LAMPIRAN .............................................................................................................. 74-92
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Format Skoring Skala Likert ..................................................................... 41
Tabel 3.2 Blue Print Skala Motivasi Berprestasi ...................................................... 41
Tabel 3.3 Blue Print Skala Self Efficacy ................................................................... 42
Tabel 3.4 Blue Print Skala Dukungan Sosial ............................................................. 42
Tabel 3.5 Muatan Faktor Item Motivasi Berprestasi ................................................. 45
Tabel 3.6 Muatan Faktor Item Self Efficacy ............................................................... 46
Tabel 3.7 Muatan Faktor Item Dukunagn Emosional ................................................ 47
Tabel 3.8 Muatan Faktor Item Dukungan Informatif ................................................. 48
Tabel 3.9 Muatan Faktor Item Dukungan Penghargaan ............................................ 49
Tabel 3.10 Muatan Faktor Item Dukungan Instrumental ........................................... 50
Tabel 3.11 Muatan Faktor Dukungan Jaringan Sosial ............................................... 51
Tabel 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian .......................................................... 54
Tabel 4.2 Analisis Deskriptif ..................................................................................... 55
Tabel 4.3 Norma Skor Kategorisasi ........................................................................... 56
Tabel 4.4 Kategorisasi Skor Variabel Penelitian ....................................................... 56
Tabel 4.5 R Square ..................................................................................................... 58
Tabel 4.6 Anova ......................................................................................................... 58
Tabel 4.7 Koefisien Regresi ....................................................................................... 59
Tabel 4.8 Proporsi Varians untuk Masing-masing Independent Variable ................. 62
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skema Kerangka Berfikir ....................................................................... 36
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner ................................................................................................ 77
Lampiran 2 Syntax dan Path Diagram ....................................................................... 84
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Olahraga bela diri merupakan olahraga prestasi yang menarik dan diminati banyak
orang, dari mulai anak-anak sampai dengan orang dewasa. Olahraga bela diri
selain dapat untuk menjaga kesehatan dan kesegaran tubuh, dapat juga berguna
sebagai alat untuk mengantisipasi kemungkinan adanya gangguan. Setiap
olahraga memiliki ciri khasnya untuk mencapai hasil yang terbaik, termasuk
tuntutan psikologis, karena fokus pembinaan setiap olahraga bervariasi
bergantung pada ciri khas dan pengelompokkannya ke dalam olahraga individual
atau regu (Gunarsa, 2008). Dari sekian banyak bentuk olahraga beladiri,
Taekwondo yang berasal dari Korea diperkirakan memiliki peminat yang cukup
besar di negara asalnya bahkan sampai ke dunia lnternasional termasuk di
Indonesia.
Di Indonesia, diperkirakan lebih dari 200.000 anggota taekwondo yang aktif
berlatih, dan dalam ajang bergengsi Pekan Olahraga Nasional, olahraga seni
beladiri taekwondo sudah menjadi cabang olahraga yang resmi dilombakan
(wordpress.com). Cabang olahraga Taekwondo merupakan salah satu cabang
olahraga yang banyak penggemarnya, karena dapat diikuti oleh pria dan wanita
dan dari segala tingkatan usia. Bahkan, dari cabang olahraga Taekwondo
diharapkan akan muncul pemain yang berprestasi yang dapat membawa harum
nama bangsa dan negara Indonesia yang tercinta ini. Seperti atlet Taekwondo
Banten yang tiap tahunnya akan ada yang membawa nama Banten dalam
2
Kejuaraan Nasional baik dalam kategori Kyorugi (bertarung) maupun Poomsae
(jurus). Namun, hanya satu hingga tiga atlet saja yang mampu mencapai juara
pertama. Demi mencapai suatu prestasi tinggi tersebut, tentu diperlukan waktu
yang cukup lama untuk dapat menguasai semua keterampilan yang diperlukan
dalam cabang olahraga bela diri. Diperlukan motivasi serta kemampuan untuk
menghadapi masalah-masalah yang timbul dalam kegiatan berlatih dan
bertanding.
Motivasi merupakan elemen penting yang mengarahkan aktivitas seseorang
dan membuatnya lebih atau kurang dinamis. Sesuai dengan pandangan Muskanan
(2015) mengenai motivasi dalam olahraga adalah aspek psikologi yang berperan
penting bagi para pelatih, guru dan pembina olahraga, karena motivasi adalah
dasar untuk menggerakkan dan mengarahkan perbuatan dan perilaku seseorang
dalam olahraga.
Individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi lebih fokus terhadap target
atau standar yang ingin dicapainya tidak tergantung pada materi atau fasilitas
yang didapatkannya. Atkinson (1974) dan McClelland (1961) (dalam Satiadarma,
2000) telah lama mengajukan teori motivasi yang didasari oleh pemenuhan
kebutuhan (need achievement theory). Prestasi yang pernah diraih pasti dapat
menimbulkan perasaan yang membuat seseorang tidak akan lupa dengan
pencapaian yang pernah dialaminya tersebut.
McClelland (2000) menyatakan bahwa individu yang mempunyai motivasi
berprestasi tinggi akan mempunyai rasa tanggung jawab dan rasa percaya diri
yang tinggi, lebih ulet, lebih giat dalam melaksanakan suatu tugas, mempunyai
3
keinginan untuk menyelesaikan tugasnya dengan baik. Motivasi berprestasi
tersebut dimiliki oleh setiap individu, termasuk dimiliki oleh seorang atlet.
Banyak hal yang dapat dilakukan individu, termasuk pencapaian prestasi
yang didasari oleh motivasi berprestasi tinggi. Mylsidayu (2015) berpendapat
bahwa motivasi berprestasi merupakan suatu dorongan yang terjadi dalam diri
individu untuk senantiasa meningkatkan kualitas tertentu dengan sebaik-baiknya
atau lebih dari biasa dilakukan. Motivasi berprestasi tinggi perlu dimiliki setiap
indivdu agar dapat mengoptimalkan standar pencapaian kesuksesan yang ingin
diraih.
Sering kali terdengar bahwa kekalahan dari atlet karena faktor psikologis
individu, tetapi jarang sekali terdengar komentar bahwa seorang atlet dapat
memenangkan pertandingan disebabkan oleh aspek psikologis (Satiadarma,
2000). Jadi, seolah-olah aspek psikologis memiliki atribusi negatif (negative
attribution) bagi diri seorang atlet. Tanggapan ini dibantah dengan pendapat
Harsono (1988) bahwa atlet yang melakukan gerakan-gerakan fisik tidak mungkin
akan menghindarkan diri dari pengaruh-pengaruh mental-emosional yang timbul
dalam olahraga tersebut. Perkembangan mental atlet tidak kurang pentingnya dari
perkembangan kemampuan lainnya, sebab bila perkembangan fisik, teknik, dan
taktik atlet sempurna, namun mentalnya tidak turut berkembang, prestasi tinggi
tidak mungkin dapat dicapai.
Membentuk kembali motivasi berprestasi itu sendiri dipengaruhi dari dalam
maupun dari luar individu itu sendiri, sehingga untuk membangkitkan motivasi
berprestasi yang dimiliki oleh atlet di lakukan melalui dalam diri sendiri
4
(intrinsik) dan dari luar diri (ekstrinsik) atlet tersebut. Sejalan dengan pandangan
Mylsidayu (2015) bahwa perilaku individu dalam olahraga dipengaruhi oleh
motivasi, yakni motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi berprestasi
tidak hanya tergantung kepada atlet yang bersangkutan, tetapi peran orang
disekitarnya untuk dapat mengembalikan motivasi berprestasi atlet tersebut.
Ze-Ju Zhang (2015) dalam penelitiannya mengatakan motivasi berprestasi juga
dapat ditingkatkan melalui peningkatan self-efficacy. Ketika individu mempunyai
self efficacy yang tinggi, cenderung mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi
juga. Pada atlet self efficacy merupakan keyakinan individu pada kemampuannya
dalam mengatur dan melaksanakan efektifitas dalam mencapai hasil yang harus
digapai.
Self efficacy yang tinggi sangat berperan dalam memberikan sumbangan yang
bermakna dalam proses kehidupan individu, karena self efficacy mampu untuk
melakukan sesuatu pada atlet, maka akan timbul motivasi pada diri atlet untuk
melakukan hal-hal terbaik dalam mencapai prestasi tertinggi. Barakatu (2007)
mengemukakan bahwa pribadi yang memiliki self efficacy positif cenderung
mempunyai motivasi yang lebih besar untuk melaksanakan tugas sesuai kriteria
standar yang ditetapkan.
McCelland (dalam Komarudin, 2016) menjelaskan bahwa kepercayaan diri
merupakan control internal terhadap perasaan individu akan adanya kekuatan
dalam dirinya, kesadaran akan kemampuannya, dan bertanggung jawab terhadap
keputusan yang telah ditetapkannya. Pelatih perlu membangun kebiasaan atlet
untuk berperilaku percaya diri. Jika atlet sering dicemooh, secara bertahap
5
individu akan mengalami kurang percaya diri, atau sebaliknya rasa percaya
dirinya tidak akan tumbuh.
Bandura (1997) mengatakan bahwa self efficacy pada dasarnya adalah hasil
dari proses kognitif berupa keputusan, keyakinan, atau pengharapan tentang
sejauh mana individu memperkirakan kemampuan dirinya dalam melaksanakan
tugas atau tindakan tertentu yang perlu dilakukan untuk mencapai hasil yang
diinginkan. Alwisol (2010) mengungkapkan self efficacy adalah penilaian diri,
apakah dapat melakukan tindakan yang baik atau buruk, tepat atau salah, bisa atau
tidak bisa mengerjakan sesuai dengan yang dipersyaratkan. Atlet yang
mempunyai self efficacy yang baik dapat diartikan sebagai individu yang
mempunyai keyakinan dan kemampuan untuk melaksanakan tugas, dalam hal ini
tugas pada atlet berupa prestasi yang akan diaraihnya saat bertanding.
Dalam olahraga kompetitif, pengaruh faktor psikologis pada atlet secara
khusus terlihat ketika atlet itu sedang bertanding. Hal ini dapat dilihat dari kuat-
lemahnya motivasi untuk meraih prestasi dan memenangkan pertandingan. Mishra
& Ashutosh (2017) menyatakan bahwa ketika motivasi ekstrinsik meningkat,
motivasi intrinsik akan meningkat dan sebaliknya. Ketika seorang atlet
mengalami kondisi fisik yang kurang baik saat latihan atau saat akan menghadapi
pertandingan, dapat diprediksi atlet tersebut kurang mampu menunjukkan
potensinya secara maksimal. Demikian pula ketika atlet mengalami gangguan
psikologis yang dikarenakan oleh kurangnya persiapan atau kurangnya motivasi,
akan membuat atlet tersebut menjadi kurang mampu bertanding secara maksimal.
6
Jenis kelamin mempengaruhi individu dalam memperoleh prestasi. Pria lebih
memiliki motivasi berprestasi dibandingkan wanita didasari pada jenis kegiatan
atau pekerjaan yang dilakukan, pria lebih memiliki pekerjaan yang lebih beragam
dibanding wanita. Beberapa hasil penelitian menunjukkan motivasi berprestasi
pria lebih tinggi daripada wanita, ada juga yang menemukan motivasi berprestasi
wanita lebih tinggi daripada pria, dan ada yang tidak menemukan perbedaan.
Crandall, Maccoby, & Jacklin (dalam Jenny, 2001) menjelaskan bahwa “General
traditional gender differences show that women have lower expectancies of
success that men in achievement area”. Artinya, secara umum perbedaan jenis
kelamin menunjukkan perbedaan keinginan untuk sukses, dimana wanita
memiliki ekspektasi untuk sukses yang lebih rendah dibandingkan dengan pria.
Usia dipilih sebagai variabel bebas yang akan diteliti pengaruhnya terhadap
motivasi berprestasi karena terdapat karakteristik dan arah tujuan yang berbeda
tiap usia atlet. Nurjaya (dalam Equata, 2012) menjelaskan karakteristik atlet dan
arah tujuan latihan. Pertama, atlet pra junior (kelompok usia dibawah 13 tahun)
memiliki karakteristik anak senang bermain, berkembang jiwa sosialnya,
perkembangan motorik, mudah mencontoh gerakan. Arah tujuan latihan yakni
menumbuhkan rasa senang berolahraga, mengembangkan daya pikir atau
kecerdasan, menanamkan sikap mental yang mendukung prestasi puncak. Kedua,
atlet junior (kelompok usia 13-18 tahun) memiliki karakteristik pubertas, mudah
goyah, dan meninggalkan olahraga untuk pindah ke bidang yang lain. Arah tujuan
latihan pada atlet junior yakni meningkatkan skill; mengembangkan kreativitas
dan daya pikir; pembinaan berlanjut mengenai sikap, kepribadian, budi pekerti
7
luhur, kejiwaan dan ketakwaan; melatih kematangan dan kekompakan bertanding;
serta menanaman rasa percaya diri dan kemandirian yang tinggi. Ketiga, atlet
senior (kelompok usia 18-27 tahun), prestasi bersifat labil dan sementara, maka
latihan untuk peningkatan dan penjagaan prestasi perlu dilakukan secara kontinyu,
teratur, terarah, meningkat, bertahap dan berkesinambungan secara sistematis.
Penelitian ini berfokus untuk meneliti motivasi berprestasi pada atlet
Taekwondo Banten. Taekwondo yang berasal dari Korea ini diperkirakan
memiliki peminat yang cukup besar di negara asalnya bahkan sampai ke dunia
lnternasional termasuk di Indonesia. Di Indonesia, diperkirakan lebih dari 200.000
anggota taekwondo yang aktif berlatih, dan dalam ajang bergengsi Pekan
Olahraga Nasional, seni beladiri Taekwondo sudah menjadi cabang olahraga yang
resmi dilombakan (wordpress.com). Salah satunya ialah provinsi Banten yang tiap
tahunnya ada atlet yang bertanding dalam Kejuaraan Nasional baik dalam kategori
Kyorugi maupun Poomsae. Namun, tidak dipungkiri dalam hasil hanya satu
hingga tiga atlet saja yang mampu mencapai juara pertama.
Taekwondo Banten pada Kejurnas Taekwondo Senior tahun 2017 tidak
mencapai targetnya. Dalam berita Kabar Banten, tim Taekwondo Banten hanya
mampu membawa pulang enam medali perunggu, dari target minimal satu medali
emas yang dicanangkan sebelumnya. Namun, pada dua tahun sebelumnya tim
Taekwondo Pusat Pembinaan dan Latihan Olahraga Pelajar (PPLP) Banten berada
di peringkat empat usai meraih dua keping emas, tiga perak dan satu perunggu
pada ajang Kejuaraan Nasional (Kejurnas) antar PPLP/PPLPD/SKO taekwondo
2015. (detakbanten.com)
8
Berdasarkan fakta tersebut, terlihat bahwa penelitian mengenai motivasi
berprestasi atlet Taekwondo Banten penting dilakukan. Tujuannya agar individu
dalam cabang olahraga Taekwondo baik atlet, pelatih dan official dapat
mengetahui sejauh mana sebuah faktor mempengaruhi motivasi berprestasi atlet.
Oleh karena itu, karya tulis ini berjudul Pengaruh Self Efficacy, Dukungan
Sosial dan Variabel Demografis terhadap Motivasi Berprestasi Atlet
Taekwondo.
1.2 Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah
1.2.1 Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dalam penelitian ini ialah untuk mengetahui lebih jauh
mengenai pengaruh self efficacy, dukungan sosial, dan variabel demografis
terhadap motivasi berprestasi atlet Taekwondo.
1. Motivasi berprestasi adalah usaha mencapai sukses yang bertujuan untuk
berhasil dalam kompetisi, dalam suatu ukuran keunggulan dan motivasi itu
muncul ketika individu berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Adapun
dimensi motivasi berpresati menurut McClelland adalah risiko pemilihan
tugas, umpan balik, tanggung jawab, kreatif-inovatif, waktu penyelesain
tugas, memiliki tujuan yang realistik.
2. Self efficacy adalah bentuk penilaian diri yang mempengaruhi tindakan,
perasaan, dan pikiran. Dalam penelitian ini menggunakan physical self
efficacy yang dikembangkan oleh Ryckman et al. (1982) yaitu kemampuan
diri dalam menjalani suatu proses aktifitas individu.
9
3. Dukungan sosial adalah dukungan yang mengacu pada tindakan yang benar-
benar dilakukan oleh orang lain atau dukungan yang diterima. Adapun
dimensi dari dukungan sosial adalah support), dukungan emosional
(emotional support), dukungan informatif (informational support), dukungan
penghargaan (esteem support), dukungan instrumental (instrumental,
dukungan jaringan sosial (social network support).
4. Variabel demografis yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
- Tingkat usia yang dimaksud tingkat usia dalam penelitian ini adalah, junior
(13-18 tahun) dan senior (18-27 tahun).
- Jenis kelamin yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perbedaan bentuk,
sifat, dan fungsi biologi laki-laki dan perempuan yang menentukan peran
masing-masing individu.
1.2.2 Perumusan Masalah
Rumusan masalah yang dikembangkan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Apakah ada pengaruh yang signifikan self efficacy, dukungan sosial
(dukungan emosional, dukungan informatif, dukungan penghargaan,
dukungan instrumental, dan dukungan jaringan sosial), dan variabel
demografis (jenis kelamin dan usia) terhadap motivasi berprestasi atlet
Taekwondo?
2. Apakah ada pengaruh yang signifikan variabel self efficacy terhadap motivasi
berprestasi atlet Taekwondo?
3. Apakah ada pengaruh yang signifikan dukungan emosional pada variabel
dukungan sosial terhadap motivasi berprestasi atlet Taekwondo?
10
4. Apakah ada pengaruh yang signifikan dukungan informatif pada variabel
dukungan sosial terhadap motivasi berprestasi atlet Taekwondo?
5. Apakah ada pengaruh yang signifikan dukungan penghargaan pada variabel
dukungan sosial terhadap motivasi berprestasi atlet Taekwondo?
6. Apakah ada pengaruh yang signifikan dukungan instrumental pada variabel
dukungan sosial terhadap motivasi berprestasi atlet Taekwondo?
7. Apakah ada pengaruh yang signifikan dukungan jaringan sosial pada variabel
dukungan sosial terhadap motivasi berprestasi atlet Taekwondo?
8. Apakah ada pengaruh signifikan jenis kelamin terhadap motivasi berprestasi
atlet Taekwondo?
9. Apakah ada pengaruh signifikan usia terhadap motivasi berprestasi atlet
Taekwondo?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Menguji pengaruh variabel self efficacy, dukungan sosial dan variabel
demografis terhadap motivasi berprestasi atlet Taekwondo.
2. Menguji adanya besaran sumbangan self efficacy, dukungan sosial dan faktor
demografis terhadap motivasi berprestasi atlet Taekwondo.
1.3.2 Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat memberikan
sumbangan perkembangan ilmu pengetahuan khususnya mengenai pengaruh self
11
efficacy, dukungan sosial dan faktor demografis terhadap motivasi berprestasi
pada atlet Taekwondo.
2. Manfaat Praktis
Memberikan gambaran kepada atlet dan para pelatih Taekwondo tentang motivasi
berprestasi sehingga diharapkan atlet dan para pelatih bisa melakukan tindakan
meningkatkan motivasi berprestasi pada atlet untuk meraih prestasi.
12
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Motivasi Berprestasi
2.1.1 Pengertian Motivasi Berprestasi
Istilah motif (motive) berasal dari akar kata bahasa latin “movere” yang kemudian
menjadi “motion”, yang artinya gerak atau dorongan untuk bergerak, sedangkan
motivasi (motivation) berarti pemberian atau penimbulan motif atau hal yang
sudah menjadi aktif pada saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai
tujuan terasa sangat mendesak. Motivasi adalah energi psikologis yang bersifat
abstrak dan sebagai refleksi kekuatan interaksi antara kognisi, pengalaman, dan
kebutuhan (Husdarta, 2014).
Motivasi menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada
manusia, sehingga akan menghubungkan pada persoalan gejala kejiwaan,
perasaan dan juga emosi, untuk kemudian bertindak melakukan sesuatu. Manusia
memiliki motivasi tertentu dalam setiap perbuatan yang dilakukan. Uno (2010)
berpendapat bahwa motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai
kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut
bertindak atau berbuat. Individu yang memiliki motivasi akan memiliki energi
atau kekuatan untuk berbuat dalam usama mencapai suatu tujuan. Suryabrata
(1998) menambahkan bahwa motif adalah keadaan dalam diri individu yang
mendorong untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan.
Motivasi menumbuhkan kekuatan atau energi dalam diri individu untuk
bergerak atau berbuat demi suatu tujuan tertentu. Menurut Uno (2010), motivasi
13
merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha
mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi
kebutuhannya. Kebutuhan yang dimaksud yaitu motif atau tujuan individu yang
hendak dicapai. Motivasi dapat mempengaruhi tingkah laku atau perbuatan yang
dilakukan individu, dalam usaha mencapai suatu tujuan.
Motivasi yang harus dimiliki oleh atlet yaitu motivasi berprestasi. Motivasi
berprestasi merupakan dorongan yang ada dalam diri seseorang untuk berusaha
meningkatkan kemampuannya dengan menggunakan standar keunggulan.
McClelland (dalam Hutapea, 2010) menyatakan bahwa motivasi berprestasi
adalah suatu usaha mencapai sukses yang bertujuan untuk berhasil dalam
kompetisi, dalam suatu ukuran keunggulan dan motivasi itu muncul ketika
individu berinteraksi dengan lingkungan sosialnya.
Sedangkan Santrock (2007) menjelaskan motivasi sebagai:
“…why individual believe, think, and feel the way they do, with special
consideration of the activation and direction of their behavior” (Santrock,
2007)
Bahwa motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan
perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku penuh energi, terarah,
dan bertahan lama. Motivasi adalah proses internal yang mengaktifkan, menuntun,
dan mempertahankan perilaku dari waktu ke waktu (Slavin, 2011). Motivasi
mampu menggerakkan individu untuk berbuat, mengarahkan perbuatan, dan
menyeleksi serta mempertahankan perbuatan mana yang harus dilakukan demi
mencapai tujuan yang ditetapkan.
14
Motivasi yang mengacu pada adanya kebutuhan individu dilandasi oleh
kebutuhan individu yang bersangkutan (Kremer & Scully, dalam Satiadarma,
2000). Kebutuhan yang dimaksud yaitu motif atau tujuan individu yang hendak
dicapai. Motivasi dapat mempengaruhi tingkah laku atau perbuatan yang
dilakukan individu, dalam usaha mencapai suatu tujuan.
Motivasi yang harus dimiliki oleh atlet yaitu motivasi berprestasi. Motivasi
berprestasi merupakan dorongan yang ada dalam diri seseorang untuk berusaha
meningkatkan kemampuannya dengan menggunakan standar keunggulan.
Motivasi berprestasi disebut juga dengan istilah N.Ach (Need for Achievment).
McClelland (2000) mengemukakan bahwa individu memperoleh kebutuhan
tertentu dari kultur sosial dengan mempelajarinya dari peristiwa yang telah
individu alami, terutama yang individu alami ketika masih muda.
Menurut McClelland (2000), terdapat tiga kebutuhan pokok dalam diri
individu yang mendorong tingkah laku, yaitu: Kebutuhan untuk berprestasi (need
for achievement), merupakan kebutuhan untuk mencapai sukses yang
mengarahkan tingkah laku pada usaha untuk mencapai prestasi
tertentu; Kebutuhan untuk berafiliasi (need for affiliation), merupakan kebutuhan
akan kehangatan dan dukungan dalam hubungan dengan orang lain. Kebutuhan
ini mengarahkan tingkah laku untuk mengadakan hubungan dengan akrab dengan
orang lain; Kebutuhan untuk berkuasa (need for power), merupakan kebutuhan
untuk menguasai dan mempengaruhi orang lain yang menyebabkan individu
kurang memedulikan perasaaan orang lain.
15
Husdarta (2014) menyatakan jika seseorang memiliki motivasi berprestasi
yang tinggi untuk memenuhi kebutuhannya dan keinginan dalam dirinya, individu
tersebut mempunyai kesanggupan dan kemampuan untuk dapat melakukan suatu
pekerjaan yang baik, melakukan sesuatu pekerjaan dengan sukses, terampil dalam
melaksanakan tugas, terkenal dan populer dalam bidang tertentu, dapat
menyelasaikan masalah yang sukar dan bersifat menantang, berinisiatif dalam
melakukan sesuatu, melakukan suatu dengan baik dari pada orang lain, dan
bertanggung jawab dalam mengerjakan sesuatu.
Hal yang serupa dikemukakan oleh Mylsidayu (2015) bahwa motivasi
berprestasi adalah kebutuhan untuk mengungguli dalam hubungannya dengan
ukuran-ukuran yang dipertandingkan. Atlet yang memiliki motivasi berprestasi
akan dapat menyelesaikan sesuatu yang sulit, menguasai, memanipulasi dan
mengorganisasi objek fisik/ide, melawan dan mengatasi orang lain, dan
meningkatkan harga diri dengan kesuksesan dalam menggunakan kemampuan
khusus.
McClelland (dalam Hutapea, 2010) menemukan bahwa individu dengan
dorongan prestasi yang tinggi berbeda dari individu lain dalam keinginan kuat
untuk melakukan hal-hal dengan lebih baik. Individu dengan motivasi berprestasi
yang tinggi mencari kesempatan- kesempatan dimana individu tersebut memiliki
tanggung jawab pribadi dalam menemukan jawaban-jawaban terhadap masalah-
masalah. Individu tersebut lebih menyukai pekerjaan- pekerjaan dimana terdapat
tanggung jawab pribadi, akan memperoleh balikan, dan tugas pekerjaan memiliki
resiko yang sedang (moderate).
16
Dalam penelitian ini, penulis mengacu pada teori motivasi berprestasi oleh
McClelland yaitu suatu usaha mencapai sukses yang bertujuan untuk berhasil
dalam kompetisi, dalam suatu ukuran keunggulan dan motivasi itu muncul ketika
individu berinteraksi dengan lingkungan sosialnya.
2.1.2 Dimensi Motivasi Berprestasi
Terdapat beberapa dimensi motivasi berprestasi yang menurut McClelland (dalam
hertanto), antara lain, resiko pemilihan tugas, umpan balik, tanggung jawab,
kreatif-inovatif, waktu penyelesaian tugas, memiliki tujuan yang realistik.
1. Resiko pemilihan tugas yaitu adanya kecenderungan pada individu yang
motivasi berprestasi nya tinggi untuk lebih realistis dalam memilih tugas.
Individu lebih suka tugas dengan tantangan moderat yang akan
menjanjikan kesuksesan. Individu tidak suka dengan pekerjaan yang
terlalu mudah dimana tidak ada tantangan dan pekerjaan yang terlalu sulit
dimana kemungkinan suksesnya rendah.
2. Umpan balik yaitu adanya umpan balik yang konkrit tentang apa yang
sudah individu lakukan dengan membandingkan prestasi yang dimiliki
terhadap orang lain. Umpan balik ini selanjutnya akan dipergunakan untuk
memperbaiki prestasinya.
3. Tanggung jawab yaitu adanya tanggung jawab atas tugas yang
dikerjakannya. Ia akan berusaha untuk meyelesaikan setiap tugas yang
dilakukan dan tidak meninggalkan tugas itu sebelum berhasil
menyelesaikannya. Hal ini dikarenakan individu akan merasa berhasil bila
telah menyelesaikan tugas dan gagal bila tidak dapat menyelesaikannya.
17
4. Kreatif-inovatif yaitu inovatif adalah melakukan sesuatu dengan cara yang
berbeda dengan cara sebelumnya. Kreatif adalah mencari cara baru untuk
menyelesaikan tugas dengan seefektif dan seefisien mungkin. Individu
tidak menyukai pekerjaan rutin yang sama dari waktu ke waktu. Jika
dihadapkan pada tugas yang bersifat rutin, individu akan berusaha mencari
cara lain untuk menghindari rutinitas yang sama setiap harinya, namun
jika tidak dapat menghindarinya individu akan tetap dapat
menyelesaikannya.
5. Waktu penyelesain tugas yaitu individu dengan motivasi berprestasi yang
tinggi akan berusaha menyelesaikan setiap tugas secepat mungkin dan
seefisien mungkin. Sedangkan individu dengan motivasi berprestasi yang
rendah kurang tertantang untuk menyelesaikan tugas secepat mungkin,
sehingga cenderung memakan waktu yang lama, menunda-nunda dan
tidak efisien.
6. Memiliki tujuan yang realistik yaitu individu dengan motivasi berprestasi
yang tinggi akan berusaha menyesuaikan waktu pada setiap tugas agar
hasil tugas dapat diperoleh secara maksimal. Sedangkan individu dengan
motivasi berprestasi yang rendah kurang dapat menyesuaikan waktu pada
setiap tugas yang dikerjakannya, sehingga cenderung menghasilkan tugas
yang kurang maksimal pula.
2.1.3 Faktor-faktor Motivasi Berprestasi
Terdapat pandangan Kamlesh yang dikutip Husdarta (2014) bahwa motivasi
berolahraga dipengaruhi oleh faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern
18
meliputi pembawaan atlet, tingkat pendidikan, pengalaman masa lalu, cita-cita,
dan harapan. Semantara itu, faktor ektern meliputi fasilitas yang tersedia, sarana
dan prasarana, metode latihan, program latihan, dan lingkungan/iklim pembinaan.
Berikut pembahasan lebih lanjut mengenai motivasi intrinsik dan motivasi
ekstrinsik dari Maylsidayu (2015).
1. Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinstik bersumber dari dalam diri individu itu sendiri untuk
melakukan aktivitas olahraga. Motivasi intrinsik sifatnya permanen, mandiri, dan
stabil karena dorongan berasal dari dalam diri individu, yang akan menentukan
kuat atau tidaknya motivasi, serta berlangsung lama atau tidaknya motivasi yang
dimiliki. Motivasi intrinsik terbagi menjadi dua, yaitu motivasi intrinsik positif
dan motivasi intrinsik negatif. Motvasi intrinsik positif adalah keinginan untuk
tumbuh dan berkembang, mengekspresikan diri, seperti ingin karier dalam
olahraga lebih baik, dan aktualisasi diri. Motivasi intrinsil negatif, karena tekanan,
acaman, ketakutan, dan kekhawatiran seperti takut tertinggal dengan teman-teman
yang lain dalam tim.
Terdapat pengaruh yang signifikan dari kecemasan terhadap motivasi
berprestasi yang di teliti oleh Clarasasti (2017) pada atlet bulutangkis remaja.
Menurut Mylsidayu (2008), dampak dari kecemasan akan mengakibatkan
gangguan, berikut adalah gejala-gejala apabila atlet atau anak didik mengalami
kecemasan. Pertama, individu cenderung terus menerus merasa khawatir akan
terjadi hal buruk, Kedua individu akan menjadi kurang sabar, mudah tersinggung,
sulit konsentrasi dan mengalami kesulitan tidur. Ketiga, sering berkeringat
19
berlebihan, jantung berdegup cepat, gemetar, mual dan berkeringat dingin.
Keempat, atlet akan merasa otot kaku, merasa cepat lelah, tidak mampu untuk
bersikap rileks, gerakan wajah atau tubuh berlebihan. Adapun faktor lain yang
mempengaruhi motivasi berprestasi atlet bulutangkis remaja, seperti misalnya
kesehatan mental dan fisik atlet, keadaan lingkungan yang sehat dan menunjang,
kesesuaian bakat dan olahraga yang dipilih sesuai neluri atlet, fasilitas penunjang
latihan dan perelatan latihan yang lengkap, metode latihan yang tepat, dan alat
audio yang memadai dan pengaturan aktifitas yang menarik.
Atlet yang memiliki burnout merupakan suatu kondisi yang dipenuhi oleh
kelelahan fisik, mental, emosional serta rendahnya penghargaan diri sehingga
banyak energi dan tenaga terbuang sia-sia serta menurunnya motivasi dari tiap
individunya. Keinginan untuk semakin tahu dan semakin bisa akan muncul jika
situasi latihan menyenangkan. Oleh sebab itu, seorang atlet harus meningkatkan
motivasi untuk banyak berlatih dan seorang atlet harus menghilangkan rasa jenuh
(burnout). Keinginan yang dimiliki atlet akan mendorong untuk mengarahkan
segala tenaga, usaha dan perilakunya, serta ditambah motivasi berprestasi pada
diri atlet akan memberikan hasil atau prestasi yang lebih baik bagi atlet itu sendiri
(Primita & Dyah, 2014).
Goal-setting atau penetapan target dalam olahraga sangat penting bagi
perkembangan kepribadian para atlet dan dapat menjadi suatu strategi psikologis
dalam meniti dan meraih prestasi puncak. Seorang atlet diharapkan memiliki
kemampuan menetapkan target dan tujuan yang baik bagi dirinya sendiri sehingga
dapat mempengaruhi usahanya untuk menyelesaikan target dan mencapai tujuan
20
yang diharapkannya. Motivasi berprestasi mendorong atlet untuk tetap bertahan
dan persisten dalam usaha mengejar target yang diinginkan. Sebagaimana
dijabarkan dalam penelitian Rahayu & Olievia (2015) bahwa ada hubungan antara
goal-setting dan motivasi berprestasi dengan prestasi pada atlet renang.
Penelitian yang dilakukan oleh Surbakti (2008) meneliti self efficacy terhadap
atlet berprestasi. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dapat disimpulkan
bahwa subjek lebih menyukai pertandingan dengan tingkat kompetisi yang tinggi
serta cukup menguasai berbagai teknik sehingga mampu beradaptasi dengan
kesulitan yang dihadapinya. Subjek juga merasa yakin dapat menyelesaikan setiap
tugas yang diberikan kepadanya dan mencapai sukses. Sedangkan hasil
penelaahan dari karakteristik self efficacy, didapatkan bahwa subjek memiliki self
efficacy tinggi. Adapun karakteristik self efficacy yang dimiliki oleh subjek adalah
merencanakan serta mempersiapkan diri, berlatih dengan giat dan bekerja keras,
menyusun tujuan dan karir, memiliki target dan cita-cita tinggi, memiliki
keinginan untuk mengembangkan diri, memiliki komitmen yang tinggi dan
mempelajari teknik-teknik baru. Hasil penelitian ini juga menunjukkan kalau
subjek memiliki karakteristik self efficacy tinggi lainnya, yaitu memandang
kegagalan yang dialaminya karena kurang melakukan persiapan dan usaha,
menyukai tantangan, menerima tugas yang sulit, memiliki fisik dan daya tahan
tubuh yang baik, tegas dan mengoptimalkan kesempatan yang baik serta optimis
dan aktif.
Ketika atlet merasa senang dan puas atas keterlibatannya dalam aktivitas
olahraga maka atlet tersebut termotivasi secara intrinsik. Ciri-ciri atlet yang
21
memiliki motivasi intrinsik, antara lain: berorientasi pada kepuasan dalam dirinya;
biasanya tekun, rajin, kerja keras, teratur, disiplin dalam latihan; kurang suka
bergantung pada orang lain; aktivitas lebih permanen; dan memiliki karakteristik
kepribadian yang positif, matang, jujur, sportif.
2. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik bersumber dari luar diri individu untuk melakukan aktivitas
olahraga. Sifatnya sementara, tergantung, dan kurang stabil. Motivasi ekstrinsik
terbagi menjadi dua, yakni motivasi ekstrinsik positif dan motivasi ekstrinsik
negatif. Motivasi ekstrinsik positif berupa hadiah, iming-iming yang
membangkitkan, niat untuk berbuat sesuatu, seperti bonus jika menang
pertandingan. Sedangkan motivasi ekstrinsik negatif, sesuatu yang dipaksakan di
luar agar orang menghindar dari sesuatu yang tidak diinginkan, seperti kena
sanksi atau hukuman ketika terlambat latihan.
Motivasi berprestasi tinggi yang dimiliki oleh atlet tersebut tidak hanya
terbentuk dari dirinya sendiri karena keinginannya, namun motivasi tersebut juga
didapat dari orang yang ada disekitarnya, terutama oleh pelatihnya, salah satu
syarat dan ciri dari pelatih yang handal yaitu sebagai komunikator yang baik bagi
atletnya. Dalam penelitian (Fernandi & Miftakhul, 2013) adanya hubungan
persepsi komunikasi interpersonal pelatih-atlet terhadap motivasi berprestasi pada
atlet hoki, bahwa sesungguhnya pemberian motivasi untuk berprestasi oleh pelatih
kepada atletnya dilakukan dengan melakukan sebuah komunikasi interpersonal.
Ditemukan dalam penelitian Juwita & Jovita (2017), bahwa dukungan yang
didapat para atlet tenis kursi roda dari teman-teman sekomunitas, pelatih dan
22
keluarga akan memberi semangat tersendiri bagi atlet. Berdasarkan hasil
pengakuan subyek maka diketahui keberhasilan yang individu raih saat ini tidak
terlepas dari keberadaan dan dukungan yang individu dapatkan dari orang-orang
di sekitar. Dukungan dari lingkungan merupakan salah satu faktor yang penting
mempengaruhi keberhasilan individu. Dukungan keluarga (suami), pelatih, teman-
teman satu komunitas) lebih berfungsi untuk memberi semangat, meningkatkan
kepercayaan diri , meningkatkan kemampuan bermainnya melaui saran saran yang
diberikan dan perdorong yang membuat subyek menekuni profesi sebagai seorang
atlet.
Motivasi ekstrinsik merupakan keinginan untuk menapilkan suatu aktivitas
karena adanya penghargaan dari luar dirinya. Maka dari itu, motivasi ekstrinsik
akan berfungsi manakala ada rangsangan dari laur dirinya. Seperti atlet yang
diberikan penguatan dalam bentuk pujian baik dari pelatih maupun seseorang
akan termotivasi akan melakukan push-up dengan jumlah yang banyak walaupun
kenyataannya sudah dalam keadaan lelah. Inilah pentingnya motivasi ekstrinsik
diberikan kepada atlet dalam aktivitas olahraga.
2.1.4 Alat Ukur Motivasi Berprestasi
Ada beberapa cara untuk mengukur motivasi yaitu dengan:
1. Tes Proyektif , tes ini didasarkan pada ide bahwa orang yang akan
memproyeksikan perasaan dan kebutuhnanya dalam materi yang ambigu
atau tidak terstruktur. Memiliki teori dan pengukuran kepribadian Henry
Murray, McClelland menguji motivasi prestasi dengan memperlihatkan
23
kepada subjek gambar yang akan menstimulasi respon yang berhubungan
dengan pencapaian prestasi.
2. Kuesioner inventori, ini terdiri dari pertanyaan-pertanyaan tentang
perilaku dan pilihan tertentu untuk dijawab yang berhubungan dengan apa
yang akan atau dipilih untuk dilakukan dalam situasi tertentu.
3. Tes situasional, dalam tes ini dibuat suatu situasi dimana tindakan
seseorang akan menampakkan motifnya yang dominan.
Dalam penelitian ini, cara yang digunakan untuk mengukur tingkat motivasi
beprestasi subjek adalah dalam bentuk skala Likert yang mengacu pada dimensi
dalam motivasi berprestasi milik McClelland yang akan di modifikasi oleh
penulis. Hal ini disebabkan karena penulis menganggap kuesioner lebih praktis
dibandingkan cara pengukuran yang lain. Subjek memilih satu dari keempat
pilihan jawaban yang dianggap paling tepat mengenai dirinya, sehingga tidak ada
campur tangan orang lain.
2.2 Self Efficacy
2.2.1 Pengertian Self Efficacy
Self-Efficacy menurut Bandura adalah kepercayaan seseorang terhadap
kemampuannya dalam berstrategi dan bertindak dalam usaha meraih keberhasilan
(dalam Sarfino, 2011). Di samping itu, Sarafino (2011) berpendapat bahwa
individu dengan self efficacy yang tinggi untuk aktivitas mungkin kurang merasa
terancam dan menggunakan sedikit usaha mental, karena individu dapat
mengelola tuntutan situasi dengan lebih mudah.
Dalam hal tindakan, self-efficacy berpengaruh dalam mempertahankan
24
motivasi, menanggulangi sesuatu yang baru, cenderung memilih tantangan,
memiliki intensitas usaha tinggi, dapat bertahan dalam menghadapi masalah,
mengeksplorasi lingkungan, atau menciptakan lingkungan baru. Penampilan
secara fisik misalnya aktivitas yang berhubungan dengan kinerja fisik, seperti
berolah raga, bermain drama, dan lain-lain. Sebagai contoh adalah seorang atlet
dalam penampilannya akan lebih memiliki daya tahan yang lebih lama, bila
perasaan self efficacy yang dimilikinya tinggi dan menjadi bagian dalam
menjalani tugasnya. Dalam hal perasaan, menurut Schwarzer self-Efficacy
mempengaruhi diri agar tidak mudah menyerah (Sarafino, 2006).
Selanjutnya, Feist dan Feist (2002) juga mendefinisikan sebagai suatu
keyakinan individu dalam usaha mengontrol pekerjaan di lingkungannya. Lain
halnya dengan Baron & Byrne (dalam Ghufron & Rini, 2010) mendifinisakan self
efficacy sebagai evaluasi seseorang mengenai kemapuan atau kompetensi dirinya
untuk melakukan suatu tugas, mencapai suatu tujuan, dan mengatasi hambatan.
Maka self efficacy sebagai persepsi tentang kemampuan diri kemungkinan
besar akan menghadirkan adanya keyakinan bahwa individu dapat melakukan
suatu tindakan dengan baik dan sukses. Self efficacy yang tinggi akan membuat
seseorang akan berusaha semakin giat, di berbagai penelitian menunjukan kualitas
individu akan meningkat seiring pertumbuhan self efficacy (Bandura, 1998).
Berdasarkan pendangan Bandura (1998), Self-Efficacy adalah bentuk penilaian
diri yang mempengaruhi tindakan, perasaan, dan pikiran, maksud pengertian
diatas adalah yang diutamakan dalam self efficacy ialah penilaian seseorang
tentang apa yang dapat di lakukan dengan keterampilan apapun yang dimilikinya,
25
dalamnya hal ini Taekwondo, dengan latihan rutin seorang atlet diharapkan akan
mempunyai penilaian terhadap kemampuan dirinya dalam berlatih Taekwondo.
Bandura (1998) memandang self efficacy atau perasaan mampu untuk
mengatasi situasi khusus, mempengaruhi beberapa aspek dari fungsi psikososial.
Khususnya, pandangan tentang efficacy yang dapat meningkat atau berkurang
pada saat individu memilih aktifitas yang akan dilakukan, sejauh mana individu
dapat memandang kesulitan dan frustasi, sejauh mana individu dapat terus
memandang tentang kesulitan, dan reaksi emosional individu pada saat
mengantisipasi tugas atau pada saat sedang menjalaninya. Teori kognitif sosial
sering diterapkan pada aktivitas fisik, dan self-efficacy memiliki dukungan terkuat
sebagai korelasi antara aktivitas olahraga dan fisik. Ryckman, Robbins, Thornton,
dan Cantrell pada tahun 1982 mengembangkan Physical Self Efficacy, yang
menggambarkan secara umum bahwa physical self efficacy terkait dengan kinerja
tugas motorik McAuley & Gill (1983). Penampilan secara fisik misalnya aktivitas
yang berhubungan dengan kinerja fisik, seperti berolah raga.
Self efficacy sebagai persepsi tentang kemampuan diri kemungkinan besar akan
menghadirkan adanya keyakinan bahwa individu dapat melakukan suatu tindakan
dengan baik dan sukses. Self efficacy yang tinggi akan membuat seseorang akan
berusaha semakin giat, di berbagai penelitian menunjukan kualitas individu akan
meningkat seiring pertumbuhan self efficacy (Bandura 1997 dalam jurnal
Wicaksono & Hermein, 2013).
Menurut Bandura (1998), Semakin kuat self-efficacy yang dirasakan, semakin
tinggi sasaran tantangan yang ditetapkan individu untuk diri individu sendiri dan
26
semakin kuat komitmen mereka kepada diri individu sendiri. Penampilan baik
secara fisik maupun dalam tugas akademik dapat ditingkatkan dengan adanya
persepsi tentang self efficacy. Salah satu alasan kenapa self efficacy membawa
efek pada tubuh, karena self efficacy dapat menjadi stimulus bagi tubuh untuk
memproduksi endogenous opioids yang berfungsi sebagai penawar rasa sakit yang
alami.
Selef Efficacy sebuah hal yang penting dalam mengangkat individu ke tingkat
yang lebih baik. Tanpa self efficacy, individu tidak akan mampu menghadapi
kesulitan dalam hidup (Suraya & Madya, 2017). Khususnya, pandangan tentang
efficacy yang dapat meningkat atau berkurang pada saat individu memilih aktifitas
yang akan dilakukan, sejauh mana individu dapat memandang kesulitan dan
frustasi, sejauh mana individu dapat terus memandang tentang kesulitan, dan
reaksi emosional individu pada saat mengantisipasi tugas atau pada saat sedang
menjalaninya. Seseorang yang memiliki Self Efficacy tinggi akan lebih mampu
bertahan dan berusaha dalam menghadapi kesulitan untuk mencapai harapan yang
diinginkan.
Jika atlet memiliki self efficacy yang tinggi sangat memungkinkan atlet itu
memberi energi terhadap tubuhnya untuk menggerakkan dirinya dalam mencapai
tujuan yang diinginkannya karena berada dalam proses kognitif altlet tersebut, hal
ini dijelaskan oleh Bandura (1998) bahwa serangkian tindakan yang dilakukan
pada manusia awalnya dikonstruk dalam pikirannya. Penilaian terhadap self
efficacy dapat menentukan pilihan tingkah laku yang akan dilakukan dan
diusahakan individu serta reaksi emosional yang akan dirasakannya, karena
27
penilaian tentang self efficacy mempengaruhi kognitif berupa keyakinan pada
kemampuan diri, afektif berupa perasaan individu yang membangkitkan
emosional, dan konatif berupa kecenderungan perilakunya.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan physical self efficacy yang
dikembangkan oleh Ryckman et al. (1982) yaitu adalah kemampuan diri dalam
menjalani suatu proses aktifitas yang mengacu pada teori self-efficacy Bandura
yaitu bentuk penilaian diri yang mempengaruhi tindakan, perasaan, dan pikiran.
2.2.2 Aspek Self Efficacy
1. Kognitif
Komponen kognitif berisi kepercayaan (nilai dan pengalaman dasar), persepsi dan
stereotip yang dimiliki individu mengenai sesuatu. Seringkali komponen kognitif
ini dapat disamakan dengan pandangan (opini), terutama apabila menyangkut
masalah isu atau problem yang kontroversial.
2. Afektif
Kompenen afektif merupakan perasaan individu terhadap objek sikap dan
menyangkut masalah emosi. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling
dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan
terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin akan mengubah sikap seseorang.
3. Konatif
Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu yang ada
dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapi.
2.2.3 Alat Ukur Self Efficacy
Ada beberapa bentuk pengukuran Self Efficacy, yaitu sebagai berikut:
28
1. Physical Self Efficacy Scale (PSE) dari Ryckman (1982) Pengukuran ini
digunakan untuk mengukur tingkat kompetensi fisik yang dirasakan dan
didasari pula adanya asumsi bahwa harapan individu terhadap kehebatan
dirinya memiliki pengaruh yang signifikan pada aspek kognitif, afektif dan
konatif.
2. Self Efficacy Scale (SES) dari Sherer (1982) Bentuk pengukuran ini
digunakan untuk mengukur tingkat kepercayaan secara umum pada
kemampuan diri seseorang. SES merupakan scala yang digunakan untuk
mengukur harapan terhadap keyakian diri secara umum yang tidak terikat
pada situasi atau tingkah laku tertentu.
3. Skala Self Efficacy dari Bandura (1982) Dalam pengukuran ini ingin dilihat
kondisi tinggi rendahnya Efficacy diri yang dikelompokan kedalam tiga
golongan, real sure (sangat yakin), pretty sure (yakin), dan not sure (tidak
yakin).
Dalam penelitian ini pengukuran terhadap self efficacy akan menggunakan
skala sikap model Likert berupa angket dengan bentuk pengukurannya mengacu
pada Physical Self Efficacy Scale (PSE) dari Ryckman (1982).
Metode atau cara yang digunakan adalah dengan instrumen penelitian berupa
angket atau daftar penyataan, angket yang digunakan pada penelitian ini
berbentuk Skala Model Likert yang akan digunakan untuk mengukur tingkat self
efficacy pada atlet olah raga beladiri Taekwondo. Skala ini mengacu pada
Physical Self Efficacy Scale (PSE) dengan indikator aspek kognitif, afektif dan
konatif yang akan di modifikasi oleh penulis.
29
2.3 Dukungan Sosial
2.3.1 Pengertian Dukungan Sosial
Dukungan sosial mengacu pada tindakan yang benar-benar dilakukan oleh orang
lain. atau dukungan yang diterima. Merujuk pada pengertian atau persepsi
individu mengenai kenyamanan, kepedulian dan bantuan tersedia jika diperlukan
yaitu dukungan yang dirasakan. Dukungan yang diterima dan dirasakan dapat
berpengaruh terhadap kesehatan. Dukungan dapat berasal dari banyak sumber,
seperti pasangan, keluarga, teman, dokter atau organisasi komunitas. Individu
dengan dukungan sosial percaya bahwa dicintai, dihargai merupakan bagian dari
jaringan sosial seperti keluarga atau organisasi komunitas yang dapat membantu
pada saat dibutuhkan (Sarafino & Smith, 2011).
Sementara dukungan sosial didefinisikan oleh Schwarzer, Nina & Nina (2003)
dianggap sebagai sumber daya yang diberikan oleh individu lain, sebagai bantuan
penanggulangan atau sebagai pertukaran sumber daya. Dalam hal ini, individu
yang merasa memperoleh dukungan sosial secara emosional merasa lega karena
diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang menyenangkan pada dirinya.
Dukungan sosial yang didefinisikan oleh Gottlieb (dalam Kuntjoro, 2002) sebagai
informasi verbal atau nonverbal, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang
diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek di dalam lingkungan
sosialnya atau yang berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan
keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah laku penerimanya.
Dukungan sosial merupakan salah satu istilah yang digunakan untuk
menerangkan bagaimana hubungan sosial menyumbang manfaat bagi kesehatan
30
mental atau kesehatan fisik individu. Cohen & Mckay (dalam Lu, 1997)
berpendapat dukungan sosial telah dikonseptualisasikan sebagai transaksi
interpersonal yang menguntungkan yang melindungi orang dari efek merugikan
dari kejadian yang membuat stres. Rook (dalam Smet, 1994) berpendapat
dukungan sosial sebagai satu diantara fungsi pertalian atau ikatan sosial.
Dukungan sosial yang diterima dapat membuat individu merasa tenang,
diperhatikan, percaya diri, dan kompeten. Atlet yang mendapatkan dukungan
sosial yang bersumber dari pelatih, teman dan orangtua dapat meningkatkan
semangat dan percaya diri seorang atlet pada saat bertanding.
Dukungan sosial merupakan kenyamanan psikis dan emosional yang diberikan
kepada individu oleh keluarga, teman, rekan, dan yang lainnya. Senada dengan
Taylor (2003) yang mendefinisikan dukungan sosial sebagai pertukaran
interpersonal dimana salah seorang memberikan bantuan atau pertolongan kepada
yang lain. Ucun pun (dalam Sarafino, 2011) yang menyebutkan bahwa dukungan
sosial mengacu pada kenyamanan, kepedulian, harga diri, atau bantuan yang
tersedia bagi seseorang dari orang atau kelompok lain. Kondisi atau keadaan
psikologis ini dapat mempengaruhi respon-respon dan perilaku individu sehingga
berpengaruh terhadap kesejahteraan individu secara umum.
Pada penelitian ini, penulis menggunakan definisi dukungan sosial dari
Sarafino & Smith (2011). Dukungan sosial yaitu dukungan yang mengacu pada
tindakan yang benar-benar dilakukan oleh orang lain atau dukungan yang
diterima.
31
2.3.2 Dimensi Dukungan Sosial
Dukungan sosial dibagi kedalam 5 dimensi (Sarafino, 2011), yaitu:
1. Dukungan emosional (emotional support); Bentuk dukungan ini melibatkan
rasa empati, ada yang selalu mendampingi, adanya suasanya kehangatan, dan
rasa diperhatikan akan membuat individu memiliki perasaan nyaman, yakin,
diperdulikan dan dicintai oleh sumber dukungan sosial sehingga individu
dapat menghadapi masalah dengan lebih baik. Dukungan ini sangat penting
dalam menghadapi keadaan yang dianggap tidak dapat dikontrol.
2. Dukungan informatif (informational support); Bentuk dukungan ini
melibatkan pemberian informasi, pengetahuan, petunjuk, saran atau umpan
balik tentang situasi dan kondisi individu. Jenis informasi seperti ini dapat
menolong individu untuk mengenali dan mengatasi masalah dengan lebih
mudah.
3. Dukungan penghargaan (esteem support); Bentuk dukungan ini berupa
penghargaan positif pada individu, pemberian semangat, persetujuan pada
pendapat individu dan perbandingan yang positif dengan individu lain.
Bentuk dukungan ini membantu individu dalam membangun harga diri dan
kompetensi.
4. Dukungan instrumental (instrumental support); Bentuk dukungan ini
merupakan penyediaan materi yang dapat memberikan pertolongan langsung
seperti pinjaman uang, pemberian barang, makanan serta pelayanan. Bentuk
dukungan ini dapat mengurangi kecemasan karena individu dapat langsung
memecahkan masalahnya yang berhubungan dengan materi. Dukungan
32
instrumental sangat diperlukan dalam mengatasi masalah yang dianggap
dapat dikontrol.
5. Dukungan jaringan sosial (social network support); Mencakup perasaan
keanggotaan dalam kelompok. Dukungan jaringan sosial merupakan perasaan
keanggotaan dalam suatu kelompok, saling berbagi kesenangan dan aktivitas
sosial. Adanya dukungan jaringan sosial akan membantu individu untuk
mengurangi stress yang dialami dengan cara memenuhi kebutuhan akan
persahabatan dan kontak sosial dengan orang lain.
Dari definisi mengenai dimensi dukungan sosial, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa dukungan yang diperlukan atlet tergantung pada keadaan dan
situasi yang dialami. Diharapkan dimensi ini dapat berpengaruh cukup besar
terhadap motivasi prestasi atlet Taekwondo.
2.3.3 Alat Ukur Dukungan Sosial
Dari beberapa literatur penulis menemukan beberapa alat ukur untuk dukungan
sosial:
1. Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MMPS); yang
dikembangkan oleh Gregory D. Zimet pada tahun 1988. Alat ukur ini
digunakan untuk mengukur penilian yang diberikan individu mengenai
dukungan sosial adekuat yang berasal dari keluarga, teman, dan seseorang
yang special (significant other).
2. Social Support Questionnaire (SSQ); adalah kuesioner survei kuantitatif,
psikometri yang dimaksudkan untuk mengukur dukungan sosial dan
kepuasan dengan dukungan sosial tersebut dari perspektif orang yang
33
diwawancarai, pada tahun 1981 oleh Irwin Sarason, Henry Levine, Robert
Basham dan Barbara Sarason.
3. The Interpersonal Support Evaluation (ISEL); (Cohen, Mermelstein,
Kamarck, & Hoberman, 1985) berkaitan dengan cara orang lain
mempengaruhi tanggapan orang terhadap kejadian yang penuh tekanan.
Alat ukur yang dibutuhkan penelitian tidak sesuai dengan beberapa alat ukur di
atas, penulis memodifikasi alat ukur dukungan sosial berdasarkan dimensi
dukungan sosial yang dijelaskan oleh Sarafino yaitu mencakup dukungan
emosional, dukungan informatif, dukungan penghargaan, dukungan instrumental,
dan dukungan jaringan sosial.
2.4 Kerangka Berpikir
Salah satu yang mempengaruhi kemenangan atlet yaitu motivasi berprestasi. Atlet
yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan berjuang dan berusaha keras untuk
meraih kemenangan. Motivasi berprestasi sangat dibutuhkan oleh atlet. Motivasi
berprestasi yang tinggi mendorong atlet untuk mengatasi segala rintangan dan
tidak putus asa saat menjumpai kesulitan dalam pertandingan. Atlet yang
memiliki motivasi berprestasi tinggi akan melakukan berbagai usaha dan berjuang
keras untuk mendapatkan penampilan yang terbaik. Motivasi berprestasi tinggi
yang dimiliki setiap atlet diharapkan dapat mendorong atlet untuk mencapai hasil
terbaik.
Terdapat beberapa komponen motivasi berprestasi yang menurut McClelland
(dalam hertanto) Pertama: resiko pemilihan tugas, atlet lebih suka pertandingan
(berjenjang) dengan tantangan moderat yang akan menjanjikan kesuksesan.
34
Kedua: umpan balik, dipergunakan untuk memperbaiki prestasinya. Ketiga:
tanggung jawab, merasa berhasil bila telah menyelesaikan tugas dan gagal bila
tidak dapat menyelesaikannya. Keempat: kreatif-inovatif, melakukan sesuatu
dengan cara yang berbeda dengan cara sebelumnya dan mencari cara baru untuk
menyelesaikan tugas dengan seefektif dan seefisien mungkin. Kelima: waktu
penyelesaian tugas, menyelesaikan tugas dengan waktu secepat mungkin dan
seefisien. Keenam: memiliki tujuan yang realistik, menyesuaikan waktu pada
setiap tugas agar hasil tugas dapat diperoleh secara maksimal.
Motivasi berprestasi dapat tumbuh karena dorongan dari dalam diri (intrinsik)
atlet dan dari luar diri (ekstrinsik) atlet tersebut. Kepercayaan diri (self efficacy)
atlet terhadap kemampuannya merupakan salah satu dorongan dari dalam dirinya.
Dengan munculnya keyakinan diri yang positif dalam diri atlet, maka akan
terpancar dari penampilan fisik atlet yang lebih meyakinkan sehingga bisa dan
mampu meraih prestasi terbaik. Dalam self-efficacy ini dilihat dari tiga aspek,
yaitu kognitif, afektif, dan konatif yang mengacu pada Physical Self Efficacy
Scale (PSE) oleh Ryckman, Robbins, Thornton, dan Cantrell pada tahun 1982.
Dari luar diri atlet bisa berupa kehadiran orang lain dalam kehidupan pribadi,
yang memberikan dukungan dalam menghadapi berbagai masalah yang akan
timbul dalam pertandingan. Dukungan sosial adalah suatu dorongan yang
dirasakan, penghargaan, dan kepedulian yang diberikan oleh orang-orang yang
berada di sekeliling individu sehingga dukungan yang dirasakan akan sangat
penting Sarafino (2011). Dukungan yang diperlukan atlet tergantung pada
keadaan dan situasi yang dialami. Adapun dimensi dalam dukungan sosial, yaitu:
35
dukungan emosional (emotional support), dukungan informatif (informational
support), dukungan penghargaan (esteem support), dukungan instrumental
(instrumental support), dan dukungan jaringan sosial (social network support).
Adapun kasus yang penulis ketahui dari observasi dan wawancara tidak
terstruktur mengenai motivasi prestasi kepada atlet-atlet Taekwondo Banten, yang
pertama yang dapat disimpulkan oleh penulis yaitu, tenyata ada beberapa atlet
yang kurang memahami kemampuan dirinya di atas matras karena alasan-alasan
tertentu, baik karena lawannya yang lebih senior maupun karena berada di daerah
orang lain, sehingga membuat atlet tersebut kurang tampil secara maksimal di
dalam pertandingan. Penulis juga mengetahui bahwa masih kurangnya dukungan
sosial bagi atlet Nasional Banten selama ini. Dari dukungan informasi mengenai
pertandingan yang terkadang ada perubahan, dukungan penghargaan yang masih
kurang baik, bahkan kurangnya dukungan jaringan sosial terhadap satu tim,
dimana disaat atlet ingin bertanding sesama tim tidak membantu dan saling
mendukung atlet tersebut.
Faktor yang dapat mempengaruhi motivasi berprestasi adalah faktor
demografis, dimana penulis memilih jenis kelamin dan usia sebagai dimensi yang
turut diikutsertakan dalam penelitian, Nurjaya (dalam Equata, 2012) menjelaskan
karakteristik atlet dan arah tujuan latihan menurut usia atlet tersebut. Atlet junior
(kelompok usia 13-18 tahun) dan atlet senior (kelompok usia 18-27 tahun).
36
Gambar 2.1
Skema Kerangka Berpikir
2.5 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:
Ha : Ada pengaruh yang signifikan self efficacy, dukungan sosial (dukungan
emosional, dukungan informatif, dukungan penghargaan, dukungan
instrumental, dan dukungan jaringan sosial) dan variabel demografis (jenis
kelamin dan usia) terhadap motivasi berprestasi atlet Taekwondo.
H1 : Adanya pengaruh yang signifikan self efficacy terhadap motivasi
berprestasi atlet Taekwondo.
H2 : Adanya pengaruh yang signifikan dimensi dukungan emosional pada
variabel dukungan sosial terhadap motivasi berprestasi atlet Taekwondo.
Self Efficacy
Usia
Dukungan penghargaan
Dukungan informatif
Dukungan emosional
Dukungan instrumental
Dukungan jaringan sosial
Dukungan Sosial
Variabel Demografis
Jenis Kelamin
Motivasi
Berprestasi
37
H3 : Adanya pengaruh yang signifikan dimensi dukungan informatif pada
variabel dukungan sosial terhadap motivasi berprestasi atlet Taekwondo.
H4 : Adanya pengaruh yang signifikan dimensi dukungan penghargaan pada
variabel dukungan sosial terhadap motivasi berprestasi atlet Taekwondo.
H5 : Adanya pengaruh yang signifikan dimensi dukungan instrumental pada
variabel dukungan sosial terhadap motivasi berprestasi atlet Taekwondo.
H6 : Adanya pengaruh yang signifikan dimensi dukungan jaringan sosial
terhadap variabel dukungan sosial terhadap motivasi berprestasi atlet
Taekwondo.
H7 : Adanya pengaruh yang signifikan dimensi jenis kelamin terhadap
motivasi berprestasi atlet Taekwondo.
H8 : Adanya pengaruh yang signifikan dimensi usia terhadap motivasi
berprestasi atlet Taekwondo.
38
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah atlet Taekwondo Banten, dengan jumlah yang
tidak diketahui dengan pasti jumlahnya dari empat Kabupaten dan empat
Kotamadya, yaitu: Kabupaten Lebak, Kabupaten Pandegelang, Kabupaten Serang,
Kabupaten Tangerang, Kota Cilegon, Kota Serang, Kota Tangerang, Kota
Tangerang Selatan.
Penulis menetapkan jumlah sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini
sebanyak 200 sampel atlet Banten dengan usia 13-18 tahun yang di
kategorisasikan sebagai junior dan untuk 18-27 tahun yang di kategorisasikan
sebagai senior, dari delapan Kabupaten dan Kotamadya pada provinsi Banten.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan peneliti adalah teknik
snowball sampling yaitu pengambil sampel dengan menyebarkan kuesioner
dari satu pelatih atau atlet Banten ke atlet lainnya. Penyebaran kuesioner
dilakukan secara online melalui google form.
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Dependent variable penelitian ini yaitu motivasi berprestasi pada atlet Taekwondo
Banten. Variable independent dalam penelitian ini yaitu self efficacy, dukungan
sosial (dukungan emosional, dukungan informatif, dukungan penghargaan,
dukungan instrumental, dan dukungan jaringan sosial) dan variabel demografis
(jenis kelamin & usia). Adapun definisi operasional dari variabel penelitian ini
adalah:
39
1. Motivasi berprestasi merupakan usaha mencapai sukses yang bertujuan untuk
berhasil dalam kompetisi, dalam suatu ukuran keunggulan dan motivasi itu
muncul ketika individu berinteraksi dengan lingkungan sosialnya.
2. Self efficacy merupakan bentuk penilaian diri yang mempengaruhi tindakan,
perasaan, dan pikiran yaitu kemampuan diri dalam menjalani suatu proses
aktifitas yang pengaruhnya terhadap kognitif, afektif, dan konatif individu.
Self efficacy sebagai persepsi tentang kemampuan diri kemungkinan besar
akan menghadirkan adanya keyakinan bahwa individu dapat melakukan suatu
tindakan dengan baik dan sukses.
3. Dukungan Sosial merupakan dukungan yang mengacu pada tindakan yang
benar-benar dilakukan oleh orang lain atau dukungan yang diterima.
Dukungan sosial dibagi kedalam 5 komponen, yaitu:
a. Dukungan emosional (emotional support); Bentuk dukungan ini
melibatkan rasa empati, ada yang selalu mendampingi, adanya suasanya
kehangatan, dan rasa diperhatikan akan membuat individu memiliki
perasaan nyaman, yakin, diperdulikan dan dicintai oleh sumber dukungan
sosial sehingga individu dapat menghadapi masalah dengan lebih baik.
b. Dukungan informatif (informational support); Bentuk dukungan ini
melibatkan pemberian informasi, pengetahuan, petunjuk, saran atau umpan
balik tentang situasi dan kondisi individu.
c. Dukungan penghargaan (esteem support); Bentuk dukungan ini berupa
penghargaan positif pada individu, pemberian semangat, persetujuan pada
pendapat individu dan perbandingan yang positif dengan individu lain.
40
d. Dukungan instrumental (instrumental support); Bentuk dukungan ini
merupakan penyediaan materi yang dapat memberikan pertolongan
langsung seperti pinjaman uang, pemberian barang, makanan serta
pelayanan.
e. Dukungan jaringan sosial (social network support); Mencakup perasaan
keanggotaan dalam kelompok. Dukungan jaringan sosial merupakan
perasaan keanggotaan dalam suatu kelompok, saling berbagi kesenangan
dan aktivitas sosial.
4 Faktor demografi yang digunakan dalam penelitian ini jenis kelamin dan
tingkat usia. Tingkat usia yang dimaksud tingkat usia dalam penelitian ini
adalah junior (13-18 tahun) dan senior (18-27 tahun).
3.3 Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk
kuesioner dengan menggunakan model likert. Pada skala ini menggunakan empat
alternatif pilihan jawaban. Adapun pilihan jawaban dalam pengisian kuesioner
yaitu, sangat tidak sesuai, tidak sesuai, sesuai dan sangat sesuai. Setiap individu
memiliki jawaban yang berbeda. Tidak ada jawaban yang benar ataupun salah.
Cara menjawabnya dengan memberikan tanda checklist (√) pada alternatif pilihan
jawaban yang telah disediakan. Individu diharuskan untuk menjawab masing-
masing item dengan satu pilihan jawaban. Item disusun dalam bentuk pernyataan
favorable (positif) dan unfovarable (negatif). Skor untuk alternatif pilihan
jawaban dalam pernyataan favorable dan unfovarable dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :
41
Tabel 3.1 Skor Pengukuran Skala
Pilihan Favorable Unfavorable
Sangat Sesuai 4 1
Sesuai 3 2
Tidak Sesuai 2 3
Sangat Tidak Sesuai 1 4
Instrumen yang diberikan pada atlet Taekwondo Banten terdiri dari:
1. Skala motivasi berprestasi yang terdiri dari dimensi resiko pemilihan tugas,
umpan balik, tanggung jawab, kreatif-inovatif, waktu penyelesaian tugas, dan
memiliki tujuan yang realistik McClelland yang dimodifikasi oleh penulis.
Tabel 3.2 Blue Print Skala Motivasi Prestasi
Dimensi Indikator Fav Unfav Jml
1. Resiko
Pemilihan
Tugas
Senang berkompetisi untuk
mengungguli individu lain
Suka menggunakan prestasi
sebagai ukuran keberhasilan
6, 23
2, 14
8, 20 4
2
2. Umpan Balik Individu suka memperoleh umpan
balik atas hasil kerja kerasnya
Memperbaiki prestasi dengan
umpan balik
3, 15
21
7
9, 18
3
3
3. Tanggung
Jawab Individu menyukai tugas yang
menuntut tanggung jawab pribadi
Individu menyelesaikan tugas yang
dilakukan
1, 5,
13
11
12, 19
4
2
4. Kreatif-
Inovatif Individu mencari cara lain untuk
menghindari rutinitas
Menyelesaikan tugas dengan
seefektif dan seefisien mungkin
24, 31
33
27
29
3
2
5. Waktu
Penyelesaian
Tugas
Individu menyelesaikan tugas
secepat mungkin
Tertantang degan tugas yang
diberikan waktu
25
28
32, 34
30
3
2
6. Memiliki
Tujuan yang
Realistik
Individu memiliki tujuan realistis
Individu memiliki hasil yang
maksimal
4, 16,
22
17
10
26
4
2
34 Total 19 15
42
2. Skala self efficacy menggunakan Physical Self efficacy Scale (PSE) yang
dikembangkan oleh Ryckman, et.al pada tahun 1982 yang terdiri dalam aspek
kognitif, afektif dan konatif.
Tabel 3.3 Blue Print Skala Self Efficacy
Aspek Indikator Fav Unfav Total
Kepercayaan individu terhadap
pertandingan
Persepsi individu terhadap pertandingan
1, 6
3, 10
9
18
3
3
Self
efficacy Perasaan individu terhadap pertandingan
Sikap individu terhadap pertandingan
2, 7
13, 19
4, 11
14
4
3
Penilaian individu terhadap pertandingan
Penilaian individu terhadap persiapan
pertandingan
8
15
5, 17
12, 16
3
3
Total 12 7 19
3. Dukungan sosial yang terdiri dari dimensi dukungan mosional, dukungan
penghargaan, dukungan instrumental, dukungan informatif, dan dukungan
jaringan sosial.
Tabel 3.4 Blue Print Dukungan Sosial
Aspek Indikator Fav Unfav Total
1 Dukungan
Emosional Empati dari orang lain
Kepedulian orang lain terhadap individu
ketika mengalami permasalahan
1
4, 5, 28,
30
2, 3, 29
6,1 5
4
6
2 Dukungan
Informatif Individu memperoleh nasihat atau saran
dari orang lain
Individu memperoleh petunjuk atau
penjelasan dari orang lain
19
13, 22,
24
20, 21
23
3
4
3 Dukungan
Penghargaan
Individu memperoleh ungkapan positif
Individu memperoleh dorongan untuk
maju
7, 8
10, 12
9
11
3
3
4 Dukungan
Instrumental Pemberian langsung dari orang lain
Penyediaan materi berupa perlengkapan
14
16, 18
17
1
3
5 Dukungan
Jaringan
Sosial
Individu memperoleh umpan balik dari
orang lain setah bertandingan
26, 27
18
25
12
3
30 Jumlah
43
3.4 Uji Validitas Konstruk
Untuk menguji validitas konstruk instrumen pengukuran dalam penelitian ini,
penulis menggunakan pendekatan analisis faktor berupa Confirmatory Factor
Analysis (CFA). Pengujian analisis CFA seperti ini dilakukan dengan bantuan
software LISREL 8.70 Adapun logika CFA adalah sebagai berikut (Umar, 2015) :
1. Bahwa ada sebuah konsep yang didefinisikan secara operasional sehingga
dapat disusun pertanyaan atau pernyataan untuk mengukurnya. Kemampuan ini
disebut faktor, sedangkan pengukuran terhadap faktor ini dilakukan melalui
analisis terhadap respon atas item-itemnya.
2. Diteorikan setiap item hanya mengukur satu faktor saja, begitupun juga tiap
subtes hanya mengukur satu faktor juga. Artinya baik item maupun subtes
bersifat unidimensional.
3. Dengan data yang tersedia, dapat diestimasi matriks korelasi antar item yang
seharusnya diperoleh jika memang unidimensional. Matriks korelasi ini disebut
sigma ( ∑ ), kemudian dibandingkan dengan matriks dari data empiris, yang
disebut matriks S. Jika teori tersebut benar (unidimensional) maka tentunya
tidak ada perbedaan antara matriks ∑ dan matriks S, atau bisa juga dinyatakan
dengan ∑ - S = 0.
4. Pernyataan tersebut dijadikan hipotesis nihil yang kemudian diuji dengan chi
square. Jika hasil chi square tidak signifikan (p > 0,05), maka hipotesis nihil
tersebut “tidak ditolak”. Artinya teori unidimensionalitas tersebut dapat
diterima bahwa item ataupun sub tes instrument hanya mengukur satu faktor
saja.
44
5. Jika model fit, maka langkah selanjutnya menguji apakah item signifikan atau
tidak mengukur apa yang hendak di ukur, dengan menggunakan t - test. Jika
hasil t - test tidak signifikan maka item tersebut tidak signifikan dalam
mengukur apa yang hendak diukur, sebaiknya item yang demikian di drop.
Dalam penelitian kali ini, peneliti menggunakan taraf kepercayaan 95%
sehingga item yang dikatakan signifikan adalah item yang memiliki t - value
lebih dari 1,96 (t > 1,96).
6. Terakhir, apabila dari hasil CFA terdapat item yang koefisien muatan faktornya
negatif, maka item tersebut harus di drop. Sebab hal ini tidak sesuai dengan
sifat item, yang bersifat positif (favorable).
3.4.1 Uji Validitas Konstruk Motivasi Berprestasi
Dalam uji validitas motivasi berprestasi dapat diketahui melalui hasil awal
analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan
Chi – Square = 2458.17, df = 527, P – Value = 0.00000, RMSEA = 0.136. Oleh
karena itu, penulis melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan
pengukuran pada item dibebaskan berkorelasi satu sama lain. Setelah dilakukan
modifikasi sebanyak 168 kali, maka diperoleh model fit dengan Chi-
Square=402.45, df=359, P-value=0.05648, RMSEA=0.025.
Selanjutnya adalah pengujiannya item yang dilakukan dengan melihat T -
value dan muatan faktor, jika nilai t > 1,96 artinya item tersebut signifikan dan
sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item pengukuran motivasi berprestasi
dapat dilihat dalam tabel 3.5 berikut :
45
Tabel 3.5 Muatan Faktor Item Motivasi Berprestasi
No Item Koefisien Standar Error Nilai T Signifikan
1 0,60 0,11 18,67
2 0,70 0,11 20,46
3 0,54 0,11 18,88
4 0,17 0,10 5,09
5 0,54 0,11 16,11
6 0,66 0,11 23,28
7 0,29 0,10 10,22
8 0,60 0,08 17,86
9 0,27 0,07 9,39
10 0,12 0,07 14,22
11 0,51 0,07 18,10
12 0,27 0,07 8,78
13 0,54 0,08 18,53
14 0,70 0,08 22,88
15 0,20 0,07 6,88
16 0,72 0,08 23,65
17 0,43 0,07 14,64
18 0,22 0,07 6,21
19 0,46 0,07 15,13
20 0,61 0,08 18,31
21 0,17 0,07 5,74
22 0,67 0,07 24,10
23 0,55 0,08 18,11
24 0,52 0,08 15,87
25 0,56 0,08 16,74
26 0,22 0,08 7,45
27 0,37 0,07 12,07
28 0,50 0,07 15,15
29 0,55 0,08 16,67
30 0,51 0,08 17,47
31 0,01 0,07 0,26
32 0,49 0,08 12,79
33 0,48 0,08 15,09
34 0,51 0,08 15,51
Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa dari 34 item yang mengukur motivasi
berprestasi, terdapat 33 item yang signifikan (t > 1.96). Satu item, yaitu item 31
tidak signifikan (t < 1.96), sehingga harus digugurkan.
3.4.2 Uji Validitas Konstruk Self Efficacy
Penulis menguji apakah 19 item dari self efficacy bersifat unidimensional, artinya
benar hanya mengukur self efficacy saja. Dari hasil awal analisis CFA yang
dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi - Square =
46
1082.50, df = 152, P – Value = 0.00000, RMSEA = 0.175. Oleh karena itu,
penulis melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran
pada item dibebaskan berkorelasi satu sama lain. Setelah dilakukan modifikasi
sebanyak 64 kali, maka diperoleh model fit dengan Chi-Square = 109.81, df = 88,
P – Value = 0.05770, RMSEA = 0.035.
Tabel 3.6 Muatan Faktor Item Self Efficacy
Keterangan: tanda √ = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan
Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa dari 19 item yang mengukur self
efficacy, semua item signifikan (t > 1.96), maka tidak ada item yang digugurkan.
3.4.3 Uji Validitas Dukungan Sosial
3.4.3.1 Uji Validitas Dukungan Emosional
Pada variabel dukungan emosional yang dilakukan dengan model fit satu faktor
menghasilkan model yang tidak fit dengan Chi – Square = 183.27, df = 35, P –
No Item Koefisien Standar Error Nilai T Signifikan
1 0.64 0.06 7.87
2 0.43 0.07 6.11
3 0.26 0.09 3.58
4 0.19 0.09 2.72
5 0.58 0.07 8.91
6 0.81 0.05 13.28
7 0.52 0.04 7.88
8 0.53 0.05 9.40
9 0.65 0.03 10.45
10 0.34 0.04 4.65
11 0.46 0.04 6.59
12 0.83 0.03 14.60
13 0.62 0.04 9.65
14 0.58 0.05 7.92
15 0.63 0.03 9.87
16 0.64 0.04 9.93
17 0.57 0.03 8.97
18 0.27 0.05 4.17
19 0.68 0.04 10.84
47
value = 0.00000, RMSEA = 0.146. Oleh karena itu, penulis melakukan modifikasi
dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu
sama lainnya. Setelah dilakukan modifikasi sebanyak 10 kali menghasilkan model
yang fit dengan Chi-Square = 36.27, df = 25, P - value = 0.06754, RMSEA =
0.048.
Selanjutnya adalah pengujiannya item yang dilakukan dengan melihat T -
value dan muatan faktor, jika nilai t > 1,96 artinya item tersebut signifikan dan
sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item pengukuran dukungan emosional
dapat dilihat dalam tabel 3.7 sebagai berikut:
Tabel 3.7 Muatan Faktor Item Dukungan Emosional
Keterangan: tanda √ = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan
Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa dari 10 item yang mengukur variabel
dukungan emosional, semua item signifikan (t > 1.96), maka tidak ada item yang
digugurkan.
3.4.3.2 Uji Validitas Dukungan Informatif
Pada variabel dukungan informatif yang dilakukan dengan model fit satu faktor
menghasilkan model yang tidak fit dengan Chi-Square = 181.82, df = 14, P –
value = 0.00000, RMSEA = 0.245. Oleh karena itu, penulis melakukan modifikasi
No Item Koefisien Standar Error Nilai T Signifikan
1 0.62 0.08 8.50
2 0.47 0.08 6.28
3 0.23 0.09 2.98
4 0.26 0.09 3.29
5 0.60 0.08 7.78
6 0.64 0.08 8.65
7 0.39 0.06 5.18
8 0.33 0.06 4.31
9 0.66 0.05 8.83
10 0.55 0.06 7.45
48
dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu
sama lainnya. Setelah dilakukan modifikasi sebanyak 6 kali menghasilkan model
yang fit dengan Chi-Square = 9.67, df = 8, P – value = 0.28881, RMSEA =
0.0032.
Selanjutnya adalah pengujiannya item yang dilakukan dengan melihat T -
value dan muatan faktor, jika nilai t > 1,96 artinya item tersebut signifikan dan
sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item pengukuran dukungan informatif
dapat dilihat dalam tabel 3.8 sebagai berikut:
Tabel 3.8 Muatan Faktor Item Dukungan Informatif
Keterangan: tanda √ = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan
Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa dari 7 item yang mengukur variabel
dukungan informatif, terdapat 6 item yang signifikan (t > 1.96). Satu item lainnya,
yaitu item 6 tidak signifikan (t < 1.96), sehingga harus digugurkan.
3.4.3.3 Uji Validitas Dukungan Penghargaan
Pada variabel dukungan informatif yang dilakukan dengan model fit satu faktor
menghasilkan model yang tidak fit dengan Chi-Square = 238.73, df = 9, P – value
= 0.00000, RMSEA = 0.358. Oleh karena itu, penulis melakukan modifikasi
dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu
No Item Koefisien Standar Error Nilai T Signifikan
1 0.42 0.09 5.77
2 0.93 0.07 14.37
3 0.18 0.10 2.38
4 0.26 0.09 2.83
5 0.65 0.07 9.49
6 0.01 0.10 0.10 x
7 0.69 0.06 10.07
49
sama lainnya. Setelah dilakukan modifikasi sebanyak 7 kali menghasilkan model
yang fit dengan Chi-Square = 0.68, df = 2, P – value = 0.71160, RMSEA = 0.000.
Selanjutnya adalah pengujiannya item yang dilakukan dengan melihat T -
value dan muatan faktor, jika nilai t > 1,96 artinya item tersebut signifikan dan
sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item pengukuran dukungan informatif
dapat dilihat dalam tabel 3.9 sebagai berikut:
Tabel 3.9 Muatan Faktor Item Dukungan Penghargaan
Keterangan: tanda √ = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan
Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa dari 6 item yang mengukur variabel
dukungan penghargaan, semua item signifikan (t > 1.96), maka tidak ada item
yang digugurkan.
3.4.3.4 Uji Validitas Dukungan Instrumental
Pada variabel dukungan instrumental yang dilakukan dengan model fit satu faktor
menghasilkan model yang tidak fit dengan Chi-Square = 20.16, df = 2, P – value
= 0.00004, RMSEA = 0.214. Oleh karena itu, penulis melakukan modifikasi
dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu
sama lainnya. Setelah dilakukan modifikasi sebanyak 1 kali menghasilkan model
yang fit dengan Chi-Square = 0.02, df = 2, P – value = 0.88602, RMSEA = 0.000.
Selanjutnya adalah pengujiannya item yang dilakukan dengan melihat T -
value dan muatan faktor, jika nilai t > 1,96 artinya item tersebut signifikan dan
No Item Koefisien Standar Error Nilai T Signifikan
1 0.17 0.10 2.86
2 0.38 0.11 6.12
3 1.10 0.37 6.74
4 0.42 0.11 7.16
5 0.55 0.13 7.85
6 1.31 0.45 7.75
50
sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item pengukuran dukungan informatif
dapat dilihat dalam tabel 3.10 sebagai berikut:
Tabel 3.10 Muatan Faktor Item Dukungan Instrumental
Keterangan: tanda √ = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan
Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa dari 4 item yang mengukur variabel
dukungan instrumental, terdapat 2 item yang signifikan (t > 1.96). Dua item
lainnya, yaitu item 1 dan 3 tidak signifikan (t < 1.96), sehingga harus digugurkan.
Namun demikian, hanya satu item dengan nilai T terkecil yang digugurkan, yaitu
item 3 karena untuk bisa melakukan regresi menggunakan SPSS diperlukan
minimal tiga item pada setiap dimensi.
3.4.3.5 Uji Validitas Dukungan Jaringan Sosial
Pada variabel dukungan jaringan sosial yang dilakukan dengan model fit satu
faktor menghasilkan model yang tidak fit dengan Chi-Square = 0.00, df = 0, P –
value = 1.00000, RMSEA = 0.000.
Selanjutnya adalah pengujiannya item yang dilakukan dengan melihat T -
value dan muatan faktor, jika nilai t > 1,96 artinya item tersebut signifikan dan
sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item pengukuran dukungan jaringan
sosial dapat dilihat dalam tabel 3.11 sebagai berikut:
No Item Koefisien Standar Error Nilai T Signifikan
1 0.02 0.10 0.39 x
2 13.62 0.11 3312.85
3 0.02 0.37 0.38 x
4 12.81 0.11 3011.13
51
Tabel 3.11 Muatan Faktor Item Dukungan Jaringan Sosial
No Item Koefisien Standar Error Nilai T Signifikan
1 0.23 0.10 1.96
2 0.33 0.13 2.18
3 1.53 1.92 2.45
Keterangan: tanda √ = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan
Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa dari 3 item yang mengukur variabel
dukungan penghargaan, semua item signifikan (t > 1.96), maka tidak ada item
yang digugurkan.
3.5 Teknik Analisis Data
Dalam menguji hipotesis penelitian, penulis menggunakan analisis regresi
berganda. Dalam hal ini yang dijadikan DV (variabel yang dianalisis variannya)
adalah motivasi berprestasi, sedangkan yang dijadikan IV (prediktor) adalah self
efficacy, dukungan sosial dan faktor demografis.
Setelah melakukan analisis faktor dengan metode CFA (Confirmatory Factor
Analysis), maka akan didapatkan data variabel yang berupa true-score yang
selanjutnya dijadikan input untuk dianalisis dengan regresi berganda. Karena
dalam penelitian ini akan dilakukan pengujian hipotesis dengan analisis statistik,
maka hipotesis penelitian yang ada diubah menjadi hipotesis nihil. Hipotesis nihil
inilah yang akan diuji dalam analisis statistik nantinya. Pada penelitian ini
digunakan analisis regresi berganda di mana terdapat lebih dari satu variabel
bebas untuk memprediksi variabel terikat. Pada penelitian ini terdapat delapan
independent variable (variabel bebas) dan satu dependent variable (variabel
terikat). Adapun persamaan regresi berganda untuk penelitian ini adalah sebagai
berikut:
52
Y' = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + b8X8 + e
keterangan :
Y' = Nilai prediksi Y (motivasi berprestasi)
a = intercept (konstanta)
b = koefisien regresi untuk masing-masing X
X1 = self efficacy
X2 = dukungan emosional
X3 = dukungan informatif
X4 = dukungan penghargaan
X5 = dukungan instrumental
X6 = dukungan jaringan sosial
X7 = jenis kelamin
X8 = usia
e = residu
Melalui analisis regresi berganda ini akan diperoleh nilai R2, yaitu koefisien
determinasi yang menunjukan besarnya proporsi (presentase) varians dari DV
yang bisa dijelaskan oleh bervariasinya IV secara keseluruhan.
Adapun untuk mendapatkan nilai R2 , digunakan rumus sebagai berikut :
R2 =
SSreg SSy
Di mana :
R2
= Proporsi varians yang bisa dijelaskan oleh keseluruhan IV
SSreg = Jumlah kuadrat regresi yang dapat dihitung jika koefisien regresi
telah diperoleh.
SSy = Jumlah kuadrat dari y
Selanjutnya R2
dapat diuji signifikansinya dengan uji F. Adapun rumus
untuk uji F terhadap R2
adalah :
𝐹 = 𝑅2/𝑘(1 − 𝑅2)/(𝑁 − 𝑘 − 1)
53
Keterangan :
R2
= Proporsi Varians
k = Banyaknya independent variable
N = Ukuran Sampel
Apabila nilai F itu siginifikan (p<0,05), maka berarti seluruh IV secara
bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap DV.
Adapun langkah berikutnya menguji signifikansi pengaruh masing-masing IV
terhadap DV. Hal ini dilakukan melalui uji t (t-test) terhadap setiap koefisien
regresi. Jika nilai t > 1,96 maka berarti IV yang bersangkutan memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap DV, dan sebaliknya.
Adapun rumus t-test yang digunakan adalah :
𝑡𝑖 = 𝑏𝑖𝑆𝑏𝑖 Keterangan :
bi = Koefisien regresi ke – 1
Sbi = Standart Error Estimate dari bi
54
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah 200 atlet Taekwondo Banten usia
Junior/Senior. Adapun rincian dari subjek penelitian dijelaskan dalam tabel 4.1
berikut:
Tabel 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian
Sampel Penelitian Frekuensi Presentase
Jenis Kelamin
Perempuan 110 55.0%
Laki-Laki 90 45.0%
Usia
Junior (13-18) 96 48.0%
Senior (18-27) 104 52.0%
Berdasarkan pada tabel 4.1 bahwa dapat diketahui jumlah sampel sebanyak
200 atlet. Jumlah sampel perempuan sebanyak 110 partisipan atau 55%. Jumlah
partisipan laki-laki 90 atlet atau 45%. Dapat dilihat bahwa atlet perempuan cukup
mendominasi dalam penelitian ini dibandingkan dengan atlet laki-laki.
Berikutnya dijelaskan untuk jumlah sampel berdasarkan usiannya dalam tabel
4.1 ini, terlihat bahwa usia atlet junior sebanyak 96 orang atau 48%, usia junior
10-17 tahun. Usia untuk atlet senior adalah 18-35 tahun dan banyak atlet senior
yang berpartisipan sebanyak 104 atlet atau 52%.
4.2 Hasil Analisis Deskriptif
Dari tabel 4.2 dapat diketahui deskripsi statistik pada setiap variabel. Dalam
tabel tersebut diketahui bahwa variabel motivasi berprestasi memiliki nilai
minimum = 28.38, nilai maksimum = 73.74 dan nilai SD = 9.4178894. Pada
55
variabel self efficacy memiliki nilai minimum = 25.82, nilai maksimum = 68.71
dan nilai SD = 9.3044248. Dukungan emosional memiliki nilai minimum = 23.40,
nilai maksimum = 71.66 dan nilai SD = 8.2556957. Dukungan informatif
memiliki nilai minum = 30.45, nilai maksimum = 64.25 dan nilai SD =
8.4247229. Dukungan penghargaan memiliki nilai minimum = 26.26, nilai
maksimum = 61.56 dan nilai SD = 8.7027007. Dukungan instrumental memiliki
nilai minimum = 27.36, nilai maksimum = 62.24 dan nilai SD = 6.8414721.
Dukungan jaringan sosial memiliki nilai minimum = 41.42, nilai maksimum =
61.60 dan nilai SD = 9.99466.
Tabel 4.2 Hasil Analisis Deskriptif
N Min Max Mean Std. Deviation
Motivasi berprestasi 200 28.38 73.74 50.0002 9.4178894
Self efficacy 200 25.82 68.71 49.9998 9.3044248
Dukungan emosional 200 23.40 71.66 49.9999 8.2556957
Dukungani nformatif 200 30.45 64.25 49.9989 8.4247229
Dukungan penghargaan 200 26.26 61.56 50.0001 8.7027007
Dukungan instrumental 200 27.36 62.24 50.0007 6.8414721
Dukungan jaringan sosial 200 41.42 61.60 49.9999 9.99466
Valid N (listwise) 200
4.3 Kategorisasi Skor Variabel Penelitian
Dalam pengkategorisasian skor, peneliti membagi variabel motivasi berprestasi,
self efficacy, dukungan emosional, dukungan informatif, dukungan penghargaan,
dukungan instrumental, dukungan jaringan sosial menjadi tiga yaitu, rendah,
sedang dan tinggi. Dengan menggunakan nilai mean dan standar deviasi, maka
dapat ditetapkan norma kategorisasi variabel penelitian seperti yang tertera pada
tabel 4.3 berikut ini :
56
Tabel 4.3 Norma Skor Kategorisasi
Kategori Interval / Norma
Rendah X < M – 1 SD
Sedang M – 1 SD ≤ X ≤ M + 1 SD
Tinggi X > M + 1 SD
Setelah kategori tersebut didapatkan, maka akan diperoleh nilai persentase
kategori masing-masing variabel penelitian. Masing-masing variabel akan
dikategorisasikan sebagai rendah, sedang dan tinggi.
Tabel 4.4 Kategorisasi Skor Variabel Penelitian
Variabel Rendah (%) Sedang (%) Tinggi (%)
Motivasi Berprestasi 27 (13.5) 139 (69.5) 34 (17.0)
Self Efficacy 35 (17.5) 124 (62.0) 41 (20.5)
Dukungan Emosional 27 (13.5) 144 (72.0) 29 (14.5)
Dukungan Informatif 18 (9.0) 142 (71.0) 40 (20.0)
Dukungan Penghargaan 46 (23.0) 116 (58.0) 38 (19.0)
Dukungan Instrumental
Dukungan Jaringan Sosial
27 (13.5)
130 (65.0)
115 (57.5)
43 (21.5)
85 (42.5)
Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa sebanyak 27 (13.5%) atlet
Taekwondo memiliki kecenderungan motivasi berprestasi yang rendah dan
sebanyak 34 (17.0%) atlet Taekwondo memiliki kecenderungan motivasi
berprestasi yang tinggi. Dalam variabel self efficacy diketahui bahwa terdapat 35
(17.5%) atlet Taekwondo memiliki skor self efficacy yang rendah dan 41 (20.5%)
atlet Taekwondo memiliki skor self efficacy yang tinggi. Selanjutnya dalam
variabel dukungan emosional diketahui bahwa sebanyak 27 (13.5%) atlet
Taekwondo memiliki skor dukungan emosional yang rendah dan sebanyak 29
(14.5%) atlet Taekwondo memiliki skor dukungan emosional yang tinggi. Pada
variabel dukungan informatif diketahui bahwa sebanyak 18 (9%) atlet Taekwondo
memiliki skor dukungan informatif yang rendah dan sebanyak 40 (2%) atlet
57
Taekwondo memiliki skor dukungan informatif yang tinggi. Pada skor variabel
dukungan penghargaan diketahui bahwa sebanyak 46 (23%) atlet Taekwondo
memiliki skor dukungan penghargaan yang rendah dan sebanyak 38 (19%) atlet
Taekwondo memiliki skor dukungan penghargaan yang tinggi. Pada skor variabel
dukungan instrumental diketahui bahwa sebanyak 27 (13.5%) atlet Taekwondo
memiliki skor dukungan instrumental yang rendah dan sebanyak 43 (21.5%) atlet
Taekwondo memiliki skor dukungan instrumental yang tinggi. Kemudian, pada
skor variabel dukungan jaringan sosial diketahui bahwa sebanyak 85 (42.5%) tlet
Taekwondo memiliki skor dukungan jaringan sosial yang tinggi.
4.4 Uji Hipotesis Penelitian
Pada tahapan uji hipotesis penelitian, penulis menggunakan teknik analisis
regresi dengan software SPSS 20 seperti yang sudah dijelaskan pada bab 3. Dalam
regresi ada tiga hal yang dilihat, yaitu pertama melihat R Square untuk
mengetahui berapa persen (%) varians dependent variable yang dijelaskan oleh
independent variable, yang kedua apakah keseluruhan independent variable
berpengaruh secara signifikan terhadap dependent variable, kemudian terakhir
melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi dari masing-masing
independent variable. Langkah pertama peneliti melihat besaran R Square untuk
mengetahui berapa persen (%) varians dependent variable yang dijelaskan oleh
independent variable. Selanjutnya untuk tabel R Square, dapat dilihat pada tabel
4.5
58
Tabel 4.5 Hasil Regresi R-Square
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .680a .463 .440 7.0461095
Dari tabel dapat dilihat bahwa perolehan R2 sebesar 0.463 atau 46.3%.
Artinya proporsi dari motivasi berprestasi yang dijelaskan oleh self efficacy,
dukungan sosial (dukungan emosional, dukungan informatif, dukungan
penghargaan, dukungan instrumental, dukungan jaringan sosial) dan faktor
demografis (jenis kelamin & usia) adalah sebesar 46.3% sedangkan sisanya
dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini. Langkah kedua, peneliti
menganalisis dampak independent variable terhadap motivasi berprestasi. Adapun
hasil uji F dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut:
Tabel 4.6 Hasil ANOVA Pengaruh Keseluruhan Independent Variable
Terhadap Dependent Variable
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 8167.929 8 1020.991 20.565 .000b
Residual 9482.703 191 49.648
Total 17650.632 199
Berdasarkan pada tabel dapat diketahui bahwa nilai Sig. adalah sebesar 0.000.
dengan demikian diketahui bahwa nilai Sig < 0.05, maka hipotesis nol yang
menyatakan bahwa “tidak ada pengaruh yang signifikan self efficacy, dukungan
sosial (dukungan emosional, dukungan informatif, dukungan penghargaan,
dukungan instrumental, dukungan jaringan sosial) dan faktor demografis (jenis
kelamin & usia) terhadap motivasi berprestasi” ditolak. Hal tersebut berarti bahwa
ada pengaruh yang signifikan self efficacy, dukungan sosial (dukungan emosional,
59
dukungan informatif, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dukungan
jaringan sosial) dan faktor demografis (jenis kelamin & usia) terhadap motivasi
berprestasi.
Langkah selanjutnya, peneliti melihat koefisien regresi tiap independent
variable. Jika nilai Sig < 0.05 maka koefisien regresi tersebut signifikan yang
berarti bahwa pengaruh IV tersebut signifikan terhadap motivasi berprestasi.
Namun, jika nilai Sig > 0.05 maka koefisien tersebut tidak signifikan yang berarti
bahwa pengaruh IV tersebut tidak signifikan terhadap motivasi berprestasi.
Adapun penyajiannya pada tabel 4.7 berikut:
Tabel 4.7 Hasil Koefisien Regresi
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 8.184 4.404
1.858 .065
Self efficacy .565 .074 .558 7.620 .000*
Dukungan emosional -.023 .093 -.020 -.251 .802
Dukungan informatif -.035 .081 -.031 -.436 .663
Dukungan penghargaan .182 .076 .169 2.404 .017*
Dukungan instrumental .107 .094 .078 1.145 .254
Dukungan jaringan sosial .010 .064 .010 .149 .882
Jenis kelamin .509 1.014 .027 .502 .616
usia .863 1.001 .046 .863 .389
Berdasarkan persamaan regresi pada tabel koefisien regresinya, maka
persamaan regresinya sebagi berikut: (*signifikan)
Motivasi berprestasi’ = 8.184 + 0. 565* self efficacy ─ 0. 023 dukungan
emosional ─ 0.035 dukungan informatif + 0.182* dukungan penghargaan + 0.
107 dukungan instrumental + 0.010 dukungan jaringan sosial + 0. 509 jenis
kelamin + 0. 863 usia.
60
Dari hasil diatas, hanya koefisien self efficacy dan dukungan penghargaan
yang signifikan, sedangkan variabel lainnya tidak signifikan. Hal ini menyatakan
bahwa dari 8 IV hanya 2 IV (self efficacy dan dukungan penghargaan) yang
signifikan pengaruhnya terhadap motivasi berprestasi. Penjelasan dari nilai
koefisien regresi yang diperoleh pada masing-masing IV adalah sebagai berikut:
1. Nilai koefisien regresi pada variabel self efficacy sebesar 0.565 dengan nilai sig
sebesar 0.000 (sig < 0.05). Hal tersebut membuktikan bahwa hipotesis nihil
ditolak yang berarti self efficacy pengaruhnya signifikan terhadap motivasi
berprestasi. Adapun koefisien bertanda positif, hal tersebut memiliki arti bahwa
semakin tinggi self efficacy maka semakin tinggi motivasi berprestasi.
2. Nilai koefisien regresi pada variabel dukungan emosional sebesar -0.023
dengan nilai sig sebesar 0.802 (sig > 0.05). Hal tersebut membuktikan bahwa
hipotesis nihil diterima, yang berarti bahwa dukungan emosional pengaruhnya
tidak signifikan terhadap motivasi berprestasi.
3. Nilai koefisien regresi pada variabel dukungan informatif sebesar -0.035
dengan nilai sig sebesar 0.663 (sig > 0.05). Hal tersebut membuktikan bahwa
hipotesis nihil diterima, yang berarti bahwa dukungan informatif pengaruhnya
tidak signifikan terhadap motivasi berprestasi.
4. Nilai koefisien regresi pada variabel dukungan penghargaan sebesar 0.182
dengan nilai sig sebesar 0.017 (sig < 0.05). Hal tersebut membuktikan bahwa
hipotesis nihil ditolak, yang berarti bahwa dukungan penghargaan pengaruhnya
signifikan terhadap motivasi berprestasi. Adapun koefisien bertanda positif, hal
61
tersebut memiliki arti bahwa semakin tinggi dukungan penghargaan maka
semakin tinggi motivasi berprestasi.
5. Nilai koefisien regresi pada variabel dukungan instrumental sebesar 0.107
dengan nilai sig sebesar 0.254 (sig > 0.05). Hal tersebut membuktikan bahwa
hipotesis nihil diterima, yang berarti bahwa dukungan instrumental
pengaruhnya tidak signifikan terhadap motivasi berprestasi.
6. Nilai koefisien regresi pada variabel dukungan jaringan sosial sebesar 0.010
dengan nilai sig sebesar 0.882 (sig > 0.05). Hal tersebut membuktikan bahwa
hipotesis nihil diterima, yang berarti bahwa dukungan jaringan sosial
pengaruhnya tidak signifikan terhadap motivasi berprestasi.
7. Nilai koefisien regresi pada variabel jenis kelamin 0.509 dengan nilai sig
sebesar 0.616 (sig > 0.05). Hal tersebut membuktikan bahwa hipotesis nihil
diterima, yang berarti bahwa jenis kelamin pengaruhnya tidak signifikan
terhadap motivasi berprestasi.
8. Nilai koefisien regresi pada variabel usia 0.863 dengan nilai sig sebesar 0.389
(sig > 0.05). Hal tersebut membuktikan bahwa hipotesis nihil diterima, yang
berarti bahwa usia pengaruhnya tidak signifikan terhadap motivasi berprestasi.
4.5 Pengujian Proporsi Varians pada Setiap Variabel Independen
Selanjutnya, peneliti melakukan analasis regresi berganda dengan cara
menambahkan satu independent variable setiap melakukan regresi. Hal tersebut
dilakukan untuk mengetahui sumbangan proporsi varians dari masing-masing
independent variable terhadap motivasi berprestasi. Dapat dilihat pada tabel 4.8
di bawah ini:
62
Tabel 4.8 Hasil Analisis Proporsi Varians
Model R R
Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F Change df1 df2 Sig.F
Change
1 .659a .434 .431 7.1010396 .434 152.039 1 198 .000*
2 .661b .437 .431 7.1029906 .003 .891 1 197 .346
3 .662c .438 .429 7.1140422 .001 .388 1 196 .534
4 .675d .456 .445 7.0177584 .018 6.415 1 195 .012*
5 .678e .460 .446 7.0106452 .004 1.396 1 194 .239
6 .678f .460 .443 7.0282074 .000 .032 1 193 .859
7 .679g .461 .441 7.0414101 .001 .277 1 192 .599
8 .680h .463 .440 7.0461095 .002 .744 1 191 .389
Berdasarkan tabel 4.8, dapat disampaikan informasi sebagai berikut :
1. Variabel self efficacy memberikan sumbangan sebesar 0.434 atau sebesar
43.4% dalam proporsi varians motivasi berprestasi. Sumbangan tersebut
signifikan secara statistik dengan Sig. F Change = 0.000 (p < 0.05)
2. Variabel dukungan emosional memberikan sumbangan sebesar 0.003 atau
sebesar 0.3% dalam proporsi varians motivasi berprestasi. Sumbangan tersebut
tidak signifikan secara statistik dengan Sig. F Change = 0.346 (p > 0.05)
3. Variabel dukungan informatif memberikan sumbangan sebesar 0.001 atau
sebesar 0.1% dalam proporsi varians motivasi berprestasi. Sumbangan tersebut
tidak signifikan secara statisitik dengan Sig. F Change = 0.534 (p > 0.05)
4. Variabel dukungan penghargaan memberikan sumbangan sebesar 0.018 atau
sebesar 1.8% dalam proporsi varians motivasi berprestasi. Sumbangan tersebut
signifikan secara statistik dengan Sig. F Change = 0.012 (p < 0.05)
5. Variabel dukungan instrumental memberikan sumbangan sebesar 0.004 atau
sebesar 0.4% dalam proporsi varians motivasi berprestasi. Sumbangan tersebut
tidak signifikan secara statistik dengan Sig. F Change = 0.239 (p > 0.05)
63
6. Variabel dukungan jaringan sosial memberikan sumbangan sebesar 0.000 atau
sebesar 0% dalam proporsi varians motivasi berprestasi. Sumbangan tersebut
tidak signifikan secara statistik dengan Sig. F Change = 0.859 (p > 0.05)
7. Variabel jenis kelamin memberikan sumbangan sebesar 0.001 atau sebesar
0.1% dalam proporsi varians motivasi berprestasi. Sumbangan tersebut tidak
signifikan secara statistik dengan Sig. F Change = 0.599 (p > 0.05)
8. Variabel usia memberikan sumbangan sebesar 0.002 atau sebesar 0.2% dalam
proporsi varians motivasi berprestasi. Sumbangan tersebut tidak signifikan
secara statistik dengan Sig. F Change = 0.389 (p > 0.05)
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat dua variabel independen,
yaitu self efficacy dan dukungan penghargaan yang secara signifikan memberikan
sumbangan terhadap motivasi berprestasi, jika dilihat dari besarnya pertambahan
R2 yang dihasilkan setiap kali dilakukan penambahan variabel independen
(sumbangan proporsi varian yang diberikan).
64
BAB 5
KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan ada pengaruh yang signifikan
antara self efficacy, dukungan sosial (dukungan emosional, dukungan informatif,
dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dukungan jaringan sosial) dan
faktor demografis (jenis kelamin & usia) terhadap perilaku motivasi berprestasi
atlet Taekwondo Banten
Berdasarkan hasil analisis regresi yang menguji signifikansi masing-masing
koefisien regresi terhadap variabel terikat, terdapat dua variabel yang signifikan
mempengaruhi perilaku motivasi berprestasi atlet Taekwondo Banten yaitu self
efficacy dan dukungan penghargaan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
ada pengaruh yang signifikan pada variabel yaitu self efficacy dan dukungan
penghargaan terhadap motivasi berprestasi.
5.2 Diskusi
Setiap atlet dan pelatih selalu ingin menghasilkan yang terbaik untuk membawa
nama baik Banten dalam segala pertandingan, dan untuk menghasilkan yang
terbaik tidak lepas dari motivasi berprestasi. Para atlet pun mampu meningkatkan
motivasi berprestasinya dengan bantuan orang-orang sekitar. Dalam penelitian ini,
jika dilihat dari kategorisasi skor variabel didapatkan hasil dari 200 responden, 34
responden berada dalam kategorisasi motivasi berprestasi tinggi. Motivasi
berprestasi rendah bisa disebabkan karena faktor jenis kelamin dan usia.
Responden dalam penelitian ini mayoritas perempuan. Untuk usia dalam
65
kejuaraan taekwondo junior 13-18 tahun dan senior 18-27 tahun (dalam Equata,
2012), dimana dalam penelitian ini senior dominan.
Dalam hasil penelitian dan pengujian hipotesis, diketahui bahwa variabel
dukungan emosional, dukungan informatif, dukungan instrumental, dukungan
jaringan sosial, jenis kelamin, dan usia tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap motivasi berprestasi. Sementara self efficacy dan dukungan penghargaan
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap motivasi berprestasi.
Dalam hasil penelitian ini diketahui bahwa aspek self efficacy memiliki
pengaruh yang signifikan dengan motivasi berprestasi. Sejalan dengan penelitian
Ze-Ju Zhang (2015) bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara self
efficacy dengan motivasi berprestasi. Jika atlet memiliki self efficacy yang tinggi
sangat memungkinkan atlet itu memberi energi terhadap tubuhnya untuk
menggerakkan dirinya dalam mencapai tujuan yang diinginkannya karena berada
dalam proses kognitif altlet tersebut. Ryckman (1982) pencetus alat ukur Physical
Self Efficacy Scale (PSE) ini, menyatakan bahwa pengukuran ini digunakan untuk
mengukur tingkat kompetensi fisik yang dirasakan dan didasari pula adanya
asumsi bahwa harapan individu terhadap kehebatan dirinya berpengaruh yang
signifikan pada aspek kognitif, afektif dan konatif. Konatif kecenderungan
berperilaku tertentu yang ada dalam diri atlet berkaitan dengan pertandingan yang
dihadapi. Aspek konatif ini berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi
berprestasi. Hasil penelitian Heazelwood & Burke (2011) menemukan bahwa self-
efficacy berpengaruh pada performa olahraga sebesar 44%.
Dukungan sosial ini terdiri dari 5 variabel yang diturunkan berdasarkan jenis-
66
jenis dukungan sosial yang diterima pada individu yaitu dukungan emosional,
dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dukungan informatif, dan
dukungan jaringan sosial dari teori Sarafino (2011). Dukungan emosional
melibatkan rasa empati, ada yang selalu mendampingi, adanya suasana
kehangatan, dan rasa diperhatikan akan membuat atlet memiliki perasaan nyaman,
yakin, sehingga atlet dapat menghadapi masalah dengan lebih baik. Dalam
penelitian ini dukungan emosional berpengaruh secara negative dan tidak
signifikan terhadap motivasi berprestasi.
Dukungan informatif menurut Sarafino (2011) adalah jenis dukungan berupa
pemberian nasihat, saran dan informasi pada individu. Jenis informasi seperti ini
dapat menolong atlet untuk mengenali dan mengatasi masalah dengan lebih
mudah. Dalam penelitian ini dukungan informatif ini berpengaruh negatif dan
tidak signifikan terhadap motivasi berprestasi.
Dukungan yang diterima atlet akan membuat para atlet merasa diterima dalam
kelompok dan merasa dipedulikan oleh orang disekitarnya sehingga atlet tersebut
dapat merasa nyaman dengan lingkungannya. Ada satu variabel yang berpengaruh
positif dan signifikan berdasarkan hasil analisis statistik terhadap motivasi
berprestasi yaitu variabel dukungan penghargaan. Berdasarkan teori yang
dijelaskan Sarafino (2011) dukungan penghargaan adalah jenis dukungan yang
diberikan sebagai bentuk suatu dukungan yang siekspresikan melalui penghargaan
dan tanpa syarat atau apa adanya. Karena jenis dukungan ini dapat menimbulkan
perasaan berharga dan kompeten pada diri individu. Dukungan emosional,
dukungan instrumental, dukungan informatif, dan dukungan jaringan sosial
67
memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap motivasi berprestasi pada
atlet.
Dukungan instrumental sangat diperlukan dalam mengatasi masalah yang
dianggap dapat dikontrol. Bentuk dukungan ini dapat mengurangi kecemasan
karena atlet dapat langsung memecahkan masalahnya yang berhubungan dengan
materi. Karena Wentzel (dalam Santrock, 2014) yang beranggapan bahwa
kepedulian yang diberikan oleh orangtua, guru-guru dan teman sebaya
memberikan hasil yang signifikan. Namun, dalam penelitian ini dukungan
instrumental berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap motivasi
berprestasi.
Dukungan sosial juga dapat diperoleh dari pasangan hidup, orang tua, saudara,
tetangga, dan termasuk teman sejawat (Prawitasari, 1994). Dukungan jaringan
sosial merupakan perasaan keanggotaan dalam suatu kelompok, saling berbagi
kesenangan dan aktivitas sosial. Adanya dukungan jaringan sosial akan membantu
atlet untuk mengurangi stress yang dialami dengan cara memenuhi kebutuhan
akan persahabatan dan kontak sosial dengan orang lain. Namun, dalam penelitian
ini dukungan jaringan sosial berpengaruh secara negatif dan tidak signifikan
terhadap motivasi berprestasi.
Selanjutnya variabel yang tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
motivasi berprestasi adalah jenis kelamin. Hal ini tidak sejalan dengan pandangan
McClelland (1987) bahwa Jenis kelamin mempengaruhi individu dalam
memperoleh prestasi. Pria lebih memiliki motivasi berprestasi dibandingkan
wanita didasari pada jenis kegiatan atau pekerjaan yang dilakukan, pria lebih
68
memiliki pekerjaan yang lebih beragam dibanding wanita.
Kemudian, variabel yang tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
motivasi berprestasi adalah usia. Hal ini tidak sejalan dengan pandangan
McClelland (1987) bahwa usia dapat menjadikan seorang individu memiliki
perkembangan ego, kematangan emosi dan kematangan berfikir sehingga seorang
individu dapat menggunakan kematangan usianya untuk termotivasi agar dapat
berprestasi.
Dalam penelitian ini penulis menyebarkan kuesioner kepada senior yang
merupakan pelatih untuk para junior yang lainnya, yang membuat para senior
lebih sadar akan aspek-aspek psiokologis yang harus ditanam kepada atlet.
Namun, tidak dipungkiri dalam penelitian ini penulis memiliki banyak
keterbatasan. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah penulis tidak langsung
bertemu dengan para atlet (responden) untuk melakukan pendekatan lebih agar
melihat aspek-aspek psikologis apa sajakah yang terungkap selain aspek yang
yang penulis teliti saat penulis mampu berdiskusi langsung dengan para atlet.
5.3 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, analisis seluruh proses dan isi laporan, masih
terdapat ketidaksempurnaan, sehingga ada beberapa saran yang dapat diberikan
untuk penelitian selanjutnya antara lain :
5.3.1 Saran teoritis
Berdasarkan hasl penelitian ini, terdapat beberapa saran teoritis yang dapat
diajukan sebagai bahan pertimbangan bagi penelitian selanjutnya, yaitu:
1. Berdasakan hasil analisis regresi diketahui bahwa motivasi berprestasi
69
dipengaruhi oleh semua independent variable sebesar 0.463 atau 46.3%.
sedangkan 53.7% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian ini.
Oleh karena itu, penulis menyarankan untuk penelitian selanjutnya agar
meneliti dan menganalisis pengaruh variabel lain yang juga berpengaruh
terhadap motivasi berprestasi terhadap atlet. Karena motivasi berprestasi
memiliki faktor lain yang mempengaruhi seperti persepsi, kecemasan, konsep
diri, atau mungkin bisa ditambahkan variabel islam pada penelitian
selanjutnya.
2. Gambaran subjek dalam penelitian ini hanya melihat jenis kelamin dan usia,
tidak memasukan club, prestasi tertinggi dan pendidikan terakhir. Untuk
penelitian selanjutnya sebaiknya memasukan elemen club, prestasi tertinggi
dan pendidikan terakhir. Penulis juga menyarankan pada penelitian
selanjutnya agar meneliti motivasi berprestasi yang diberikan pelatih terhadap
atlet-atletnya.
3. Literatur dalam penelitian ini cukup terbatas, terlebih lagi artikel mengenai
self efficacy dan dukungan sosial dalam psikologi olahraga. Disarankan untuk
menemukan dan menggunakan artikel mengenai psikologi olahraga agar
penelitian selanjutnya lebih baik.
5.3.2 Saran Praktis
Berdasarkan hasil penelitian ini, terdapat beberapa saran praktis yang dapat
diajukan kepada pihak-pihak yang berkepentingan berkenaan dengan hasil
penelitian, yaitu:
70
1. Pada penelitian ini ditemukan bahwa ada pengaruh siginifikan dari variabel
self efficacy terhadap motivasi berprestasi. Selanjutnya agar dipertimbangkan
kepada para pengurus serta pelatih khususnya Taekwondo manapun dalam
meningkatkakn motivasi berprestasi pada atlet dengan memperthatikan aspek
kognitf, afektif dan konatif pada diri atlet.
2. Pada penelitian ini ditemukan bahwa dukungan penghargaan signifikan
mempengaruhi motivasi berorestasi pada atlet. Diharapkan pada para
pengurus dan pelatih Taekwondo agar lebih memfokuskan lagi terhadap
penghargaan kepada atlet.
71
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rahman Barakatu. 2007. Membangun motivasi berprestasi: Pengembangan
self efficacy dan penerapannya dalam dunia pendidikan. Lentera
Pendidikan. Jilid 5, No. 1
Adisasmito, L S. (2007). Mental juara: Modal atlet berprestasi. Jakarta.
Rajagrafindo Persada
Alwisol.2009.Psikologi kepribadian.Malang: UMM Press
Bandura, A. (1997). Self efficacy: The exercise of Control. New York: Freeman
and Company
Clarasasti, E. I. & Devi. J. (2017). Pengaruh kecemasan berolahraga terhadap
motivasi berprestasi atlet bulutangkis remaja di klub J Jakarta.
HumanitasVolume 1 Nomor 2 Agustus 2017
Equata. Z. K. (2012). Hubungan antara persepsi atlet Taekwondo junior pada
program latihan dengan motivasi berprestasi. Universitas Sebelas Maret
Surakarta. Skripsi
Feist, J & Feist, G.J. (2002). Theories of Personality (5th ed). Boston: McGraw
Hill.
Fernandi, I. Miftakhul, J. (2013). Hubungan persepsi komunikasi interpersonal
pelatih-atlet terhadap motivasi berprestasi pada atlet Hoki. Universitas
Negeri Surabaya. Character. Volume 01 Nomor 02 Tahun 2013
Ghufron, M. N., & Rini. R. S. (2010). Teori-teori psikologi. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media
Gunarsa, S.D. 2008. Psikologi Olahraga Prestasi. Jakarta : BPK Gunung Mulia
Hertanto. E. Kuesiner motivasi berprestasi karyawan (Model David McClelland).
Diunduh tanggal 10 Agustus 2018
https://www.academia.edu/23705860/kuesioner_motivasi_berprestasi_ka
ryawan_model_david_mcclelland_
Husdarta, J., S. (2014). Psikologi olahraga. Bandun: Alfabeta
Hutapea, B. (2010). Studi komparatif tentang motivasi berprestasi pada atlet
kempo propinsi DKI Jakarta ditinjau dari kepribadian. Psikobuana. ISSN
2085-4242, Vol. 1, No. 3, 199-209
72
Ibrahim, h. Amar, H. Muhammad, A. & Aerni. (2016). motivation climate, self-
confidence and perceived success among stundent athletes. Procedia
Economics and Finance 35 (2016) 503-508
Jenny, K. 2001. “Self regulated strategies in achievement settings cukture and
gender differences”. Universitas of Haifa: Journal of Cross Cultural
Phychology, 32.
Juwita, Suzanna. Jovita, Maria. Gambaran motivasi berprestasi pada atlet
perempuan tenis kursi roda. Universitas Kristen Krida Wacana
Khan, Z. Zeeshan, H. Naseem, A. & Sartaj, K. (2011). Sports achievment
motivation and sports competition anxiety: A relationship study. journal
of education and pratice ISSN 2222-1735, Vol 2, NO 4, 2011
Komarudin. (2016). Psikologi olahraga. Bandung: Remaja Rosdakarya
Lu, Luo. (1997). Social support, Reciprocity, and well-being. National Science
Council, Taiwan, ROC, NSC83-0301-H-037.008. The Journal of Social
Psychology, 1997, 137(5),618-628
McAuley, E. & Gill, D.L. (1983). Reliability and validity of the Physical Self-
Efficacy Scale in a competitive sport setting. Journal of Sport & Exercise
Psychology, 5, 410-418
Mc.Clelland, C. D. (2000). Human motivation. New york : Cambridge University
Press
Mishra, M. & Ashutosh, A. (2017). relationships between motivation type and
sport participantion among indian student. International Journal of
Physical Education, Sport and Health 2017; 4(3) 05-07
Muskanan, K. (2015). Analisis motivasi berprestasi AtletPusat Pendidikan dan Latihan Olahraga Pelajar (PPLP) Provinsi Nusa Tenggara Timur. Jurnal
Kebijakan & Administrasi Publik Vol 19 No 2 - November 2015 p-ISSN
0852-9213, e-ISSN 2477-4693
Mylsidayu, A. (2015). Psikologi olahraga. Jakarta: Sinar Grafika
Primita, H. Dyah, A. (2014). Hubungan antara motivasi berprestasi dengan
burnout pada atlet bulutangkis di Purwokerto. PSYCHO IDEA, Tahun 12.
No.1, Februari 2014 ISSN 1693-1076
Rahayu, E. Olievia, P. (2015). Hubungan antara goal-setting dan motivasi
berprestasi dengan atlet renang. Character. Volume 3 Nomor 2 Tahun
2015
Santrock, J. W. (2007). Psikologi pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media
73
Group
Sarafino, E. O. (2006). Health psychology: Biopsychosicial Interaction fifth
edition. John Willey & Sons
Satiadarma. M. P. (2000). Dasar – dasar psikologi olahraga. Jakarta : Pustaka
Sinar Harapan
Slavin, Robert E. (2011). Psikologi pendidikan: Teori dan praktik. Edisi
Kesembilan. Jilid 2. (Penerjemah: Marianto Samosir). Jakarta: PT Indeks
Suraya, Wan H. , & Madya. (2017). Self Efficacy and academic perfomance of
secondary schools students in perak: an exploratory oulook. International
Journal of Academic Research in Progressive Education and
Development. 20017, Vol. 6, No. 3 ISSN: 2226-6348
Surbakti, M. (2008). Self efficacy pada atlet berprestasi (studi kasus). Universitas
Gunadarma.Skripsi
Suryabrata, S.(1998). Psikologi kepribadian. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Taekwondo Indonesia. Diunduh tanggal 10 Agustus 2018
https://taekwondo0822.wordpress.com/about/kyoruki/
Uno. H. B. (2010). Teori motivasi & pengukurannya. Jakarta: PT Bumi Aksara
Wicaksono, J, A. Hermien, L. (2013). Hubungan self efficacy dengan ketepatan
free throw pada pemain national basketball league klub cls knights.
Universitas Negeri Surabaya. Character, Volume 01, Nomor 02, Tahun
2013
Zhang, Ze-Ju., Chuan-Lin, Z., Xian-Geng, Z., Xiang-Min, L., Hui, Z., Jing, W.,
Shuang, L. (2015). Relationship between self-efficacy beliefs and
achievement motivation in student nurses. Chinese Nursing Research 2
(2015) 67-70
74
LAMPIRAN
75
76
Tabel 3.5 Muatan Faktor Item Motivasi Berprestasi
No Item Koefisien Standar Error Nilai T Signifikan
1 0,60 0,11 18,67
2 0,70 0,11 20,46
3 0,54 0,11 18,88
4 0,17 0,10 5,09
5 0,54 0,11 16,11
6 0,66 0,11 23,28
7 0,29 0,10 10,22
8 0,60 0,08 17,86
9 0,27 0,07 9,39
10 0,12 0,07 14,22
11 0,51 0,07 18,10
12 0,27 0,07 8,78
13 0,54 0,08 18,53
14 0,70 0,08 22,88
15 0,20 0,07 6,88
16 0,72 0,08 23,65
17 0,43 0,07 14,64
18 0,22 0,07 6,21
19 0,46 0,07 15,13
20 0,61 0,08 18,31
21 0,17 0,07 5,74
22 0,67 0,07 24,10
23 0,55 0,08 18,11
24 0,52 0,08 15,87
25 0,56 0,08 16,74
26 0,22 0,08 7,45
27 0,37 0,07 12,07
28 0,50 0,07 15,15
29 0,55 0,08 16,67
30 0,51 0,08 17,47
31 0,01 0,07 0,26
32 0,49 0,08 12,79
33 0,48 0,08 15,09
34 0,51 0,08 15,51
Keterangan: tanda √ = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan
77
1. Lampiran Kuesioner
Kuesioner Penelitian
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Selamat pagi/siang/sore,
Salam sejahtera saya ucapkan, semoga Anda selalu mendapatkan berkah
serta perlindungan dari Allah Ta’ala sehingga dapat melaksanakan aktivitas sehari-
hari.
Peneliti merupakan mahasiswa Program Sarjana Strata-1 (S1) Fakultas
Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang saat ini sedang melakukan penelitian
dalam rangka penyelesaian skripsi. Peneliti mengharapkan kesediaan Anda untuk
dapat berpartisipasi dalam penelitian ini.
Anda dipersilakan untuk mengisi kuesioner ini dengan mengikuti petunjuk
pengisian yang diberikan dan TIDAK ADA JAWABAN SALAH dalam kuesioner ini.
Anda diharapkan mengisi jawaban sesuai dengan keadaan Anda saat ini. Data diri
dan semua jawaban Anda akan diolah secara general, bukan perorangan. Data dalam
penelitian ini akan dijaga KERAHASIAAN nya dan hanya untuk kepentingan
penelitian. Atas perhatian dan bantuannya peneliti ucapkan terima kasih.
Hormat Saya,
(Siti Fauziah A W)
Data Responden
Nama/Inisial :________________________________________________
Jenis Kelamin :________________________________________________
Usia :________________________________________________
78
UNTUK MENGISI SKALA 1
Berikut ini terdapat butir-butir pernyataan, baca dan pahami baik-baik setiap
pernyataan. Anda diminta untuk mengemukakan apakah pernyataan-pernyataan
tersebut sesuai dengan diri Anda, dengan cara member tanda (√) pada salah satu dari empat pilihan yang tersedia, pada kolom bagian kanan.
Jika jawaban Anda:
o Sangat Tidak Sering, beri tanda pada kolom STS
o TidakSering,beritandapadakolomTS
o Sering, beri tanda pada kolom S
o SangatSering,beri tanda pada kolom SS
79
No Pernyataan SS S TS STS
1 Saya tetap latihan meskipun bukan musim
pertandingan
2 Saya termotivasi berlatih lebih giat,
khususnya pada pertandingan yang lebih
tinggi tingkatannya
3 Saya mengikuti pertandingan yang
membuat penguasaan teknik saya semakin
bertambah
4 Saya lebih baik merasa sakit tetapi menang
5 Saya meminta tugas tambahan untuk
berlatih pada pelatih
6 Saya berlatih lebih dari atlet-atlet lainnya
suapaya dapat memenangkan pertandingan
7 Menurut saya memenangkan pertandingan
untuk membanggakan keluarga hal yang
biasa
8 Saya lebih suka latihan yang ringan-ringan
saja karena saya tidak memiliki target
untuk menang
9 Saya keberatan bila disuruh melakukan
teknik baru dalam pertandingan diluar
kebiasaan saya
10 Sebelum mengikuti pertandingan saya
konsul dengan orang “pintar”
11 Saya melakukan latihan apabila disuruh
pelatih
12 Setiap kali pelatih memberikan masukan
kepada saya, saya tidak menghiraukan
hingga saya mengulangi kesalahan yang
sama
13 Saya mengajukan diri untuk mengikuti
pertandingan
14 Mengikuti pertandingan yang menantang
membuat saya semangat untuk menang
15
Apapun hasil pertandingan saya selalu
dibanggakan oleh pelatih
16 Disaat saya mengalami kekalahan, saya
meningkatkan latihan
17 Saya belum merasa puas sebelum
menyandang juara 1
18 Saya merupakan orang yang tidak dapat
menerima pendapat/masukan dari orang lain
80
19 Lebih baik saya menyerah dari pada saya
cedera
20 Daripada saya kalah dalam bertanding,
mending saya menyerah duluan
21 Menurut pelatih saya menghasilkan
pertandingan yang maksimal
22 Saya tetap akan ikut dalam berbagai
pertandingan hingga saya memperoleh
prestasi puncak
23 Saya total dalam bertanding, meskipun
beresiko cedera
24 Saya suka pada tugas yang menuntut ide
baru atau gerakan yang baru
25 Tugas yang diberikan pelatih, saya
selesaikan tepat waktu
26 Memenangkan pertandingan bukan
merupakan hal yang penting
27 Saya keberatan jika diberikan tugas baru
diluar rutinitas saya
28 Waktu yang diberikan untuk
menyelesaikan tugas membuat saya
bersemangat
29 Bila mendapatkan tugas yang sulit saya
menyerah menyelesaikannya
30 Dengan waktu yang diberikan pelatih saya
lebih suka bersantai-santai
31 Saya berusaha mencari cara lain untuk
menghindari rutinitas, agar dapat
menyelesaikan tugas dengan lebih baik
32 Saya akan mengerjakan tugas apabila
pelatih sudah menegor saya
33 Setiap diberikan tugas saya akan
melakukannya dengan seefektif mungkin
34 Setiap menyelesaikan tugas, saya
cenderung memakan waktu lama di
banding team yang lain
81
No Pernyataan SS S TS STS
1 Peluang menang dalam pertandingan ini cukup
tinggi karena saya baru sembuh dari cedera
2 Saya bisa memenangkan pertandingan, karena
orang tua saya yakin pada saya
3 Bila saya gagal dalam pertandingan, berarti
usaha saya belum maksimal
4 Saya merasa akan gagal dalam pertandingan,
sebab pelatih memberikan semangat
5 Saya ingin menghindar terus saja saat
pertandingan agar tidak cedera
6 Jika saya menang dalam pertandingan itu
karena saya punya keinginan yang besar untuk
berprestasi
7 Saya sangat bersemangat menunggu partai
saya dalam pertandingan
8 Sambil menunggu partai saya dalam
pertandingan, lebih baik saya melakukan
pemanasan
9 Karena saya lagi malas bertanding, lebih baik
saya mengundurkan diri
10 Menurut saya pertandingan berjenjang sama
dengan di club, bila saya mampu menang
bertanding diclub maka saya juga mampu
menang di pertandingan berjenjang
11 Rasanya kemungkinan untuk saya menang
sangat kecil
12 Menjelang giliran saya bertanding, saya lebih
baik melamun dari pada pemanasan
13 Digambarkan mengenai pertandingan saja saya
sudah semangat apalagi melaksanakannya
langsung
14 Saya kurang bersemangat saat saya mewakili
daerah saya dalam kejuaraan
15 Kelincihan gerakan tendangan, pukulan, dan
tangkisan saya bisa semakin baik saat
mempersiapkan pertandingan
82
16 Latihan yang saya lakukan tidak
mempengaruhi pertandingan
17 Fisik saya belum tentu bisa bertahan samapi
pertandingan selesai
18 Saya akan gagal dalam bertanding karena saya
belum menguasai strateginya
19 Saya sangat bersemangat dalam segala
pertandingan yang saya ikuti
No Pernyataan SS S TS STS
1. Keluarga turut bersemangat sebelum saya
bertanding
2. Team saya kurang memahami perasaan
saya sebelum pertandingan
3. Saat saya bersemangat, team saya justru
khawatir
4. Teman turut menenangkan saya saat
panic sebelum pertandingan
5.
Ketika saya mendapat permasalahan
dalam pertandingan, pelatih memberikan
bantuan kepada saya
6.
Orang lain kurang mempedulikan saya
ketika saya sedang menghadapi ketakutan
akan pertandingan
7. Saya dan team akan saling memuji setiap
selesai pertandingan
8. Pelatih mengakui kemampuan yang saya
miliki
9. Disaat saya menang, team saya ada yang
kecewa
10. Team memberikan dukungan untuk
menang dalam pertandingan
83
11. Keluarga kurang mendukung saat saya
akan bertanding
12. Keluarga dan pelatih sama-sama
mendukung untuk keberhasilan saya
13.
Ketika saya lupa mempraktekan suatu
gerakan, pelatih akan mendemonstrasikan
lagi
14. Keluarga selalu memberikan dana untuk
kebutuhan pertandingan saya
15. Team kurang peduli saat saya mengalami
kesulitan dalam latihan
16. Setiap mengikuti pertandingan official
menyiapkan segala perlengkapan
17. Saat saya butuh body proktetor, official
enggan menyiapkan
18. Setiap team memiliki perlengkapan
masing-masing
19. Pelatih memberikan strategi taktik dalam
bertanding
20. Pelatih enggan memberikan informasi
yang saya butuhkan saat saya ragu
21.
Saran yang saya dapat dari team,
terkadang membuat saya jadi kurang
percaya diri
22. Pelatih memberikan petunjuk teknik yang
benar dalam bertanding
23. Official enggan memberikan petunjuk
peraturan dalam pertandingan
24.
Team memberikan penjelasan setiap saya
merasa sulit menerima petunjuk dari
pelatih
25. Team bersikap acuh terhadap saya, saat
saya gagal dalam pertandingan
84
26. Team memberikan umpan balik tentang
strategi, setelah pertandingan
27.
Setiap saya gagal pelatih akan
memberikan umpan balik yang
membangkitkan semangat saya
28. Keluarga saya menanyakan keadaan saya
ketika saya gelisah
29. Team saya kurang memperhatikan
keadaan saya
30 Setiap saat saya gelisah pelatih akan
membuat suasana ceria
85
2. Lampiran Analisis CFA
1. Syntax Motivasi Berprestasi
UJI VALIDITAS KONSTRUK MB
DA NI=34 NO=200 MA=PM
LA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10
ITEM11 ITEM12 ITEM13 ITEM14 ITEM15 ITEM16 ITEM17 ITEM18 ITEM19
ITEM20 ITEM21 ITEM22 ITEM23 ITEM24 ITEM25 ITEM26 ITEM27 ITEM28
ITEM29 ITEM30 ITEM31 ITEM32 ITEM33 ITEM34
PM SY FI=MB.COR
MO NX=34 NK=1 LX=FR TD=SY ME=UL
LK
MOTIVASI
FR TD 28 25 TD 5 2 TD 4 3 TD 28 20 TD 27 9 TD 9 8 TD 34 32 TD 6 5 TD 20 19 TD
24 8 TD 21 8 TD 28 8 TD 33 28 TD 12 10 TD 16 8 TD 14 5 TD 27 22 TD 27 24 TD 20
12 TD 23 19 TD 25 17 TD 11 5 TD 14 13 TD 24 15 TD 21 1 TD 30 29 TD 29 1 TD 29
24 TD 18 11 TD 28 11 TD 26 11 TD 17 11 TD 29 16 TD 12 2 TD 12 7 TD 29 19 TD 22
7 TD 33 19 TD 33 20 TD 30 7 TD 33 32 TD 23 22 TD 18 7 TD 34 30 TD 34 5 TD 32 31
TD 34 9 TD 20 6 TD 32 15 TD 20 5 TD 21 2 TD 4 2 TD 21 16 TD 20 9 TD 33 2 TD 30
18 TD 32 30 TD 32 1 TD 15 6 TD 16 15 TD 33 15 TD 23 1 TD 32 27 TD 32 7 TD 32 26
TD 32 29 TD 32 25 TD 25 2 TD 29 2 TD 30 2 TD 33 25 TD 33 13 TD 10 2 TD 25 20
TD 21 15 TD 2 1 TD 28 2 TD 28 2 TD 8 2 TD 25 18 TD 26 14 TD 24 2 TD 31 1 TD 27
14 TD 24 14 TD 5 4 TD 23 14 TD 19 5 TD 34 14 TD 31 12 TD 30 4 TD 19 18 TD 23 18
TD 18 3 TD 34 13 TD 34 17 TD 34 25 TD 16 4 TD 20 8 TD 25 24 TD 25 16 TD 28 24
TD 13 1 TD 28 16 TD 34 28 TD 34 8 TD 29 8 TD 10 4 TD 32 14 TD 20 1 TD 28 12 TD
12 11 TD 11 10 TD 10 8 TD 15 14 TD 32 6 TD 32 16 TD 10 6 TD 29 21 TD 33 21
FR TD 21 12 TD 19 4 TD 21 12 TD 19 4 TD 9 7 TD 33 8 TD 32 17 TD 31 3 TD 31 4
FR TD 27 7 TD 8 7 TD 11 9 TD 18 13 TD 18 5 TD 34 26 TD 27 11 TD 23 4 TD 4 1
FR TD 10 9 TD 32 22 TD 15 10 TD 19 13 TD 20 18 TD 26 24 TD 17 4 TD 34 31
FR TD 31 19 TD 27 23 TD 19 3 TD 18 8 TD 34 18 TD 10 7 TD 26 1 TD 27 6 TD 23 5
FR TD 21 4 TD 21 18 TD 12 8 TD 12 9 TD 25 4 TD 20 17 TD 18 12 TD 32 18 TD 31 30
FR TD 3 1 TD 24 3 TD 26 25 TD 29 17 TD 32 12 TD 31 9 TD 9 5
PD
OU TV SS MI AD=OFF IT=1000
86
87
2. Syntax self efficacy
UJI VALIDATAS KONSTRUK SELF EFFICACY
DA NI=19 NO=200 MA=PM
LA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10 ITEM11
ITEM12 ITEM13 ITEM14 ITEM15 ITEM16 ITEM17 ITEM18 ITEM19
PM SY FI=SELFEFFICACY.COR
MO NX=19 NK=1 LX=FR TD=SY
LK
SELFEFFICACY
FR TD 15 9 TD 13 12 TD 19 15 TD 12 6 TD 17 16 TD 18 17 TD 10 4 TD 2 1 TD 15 6
TD 19 18 TD 11 6 TD 11 5 TD 10 6 TD 18 3 TD 16 14 TD 16 7 TD 7 1 TD 15 14 TD 15
2 TD 17 15 TD 12 10 TD 6 3 TD 14 2 TD 11 4 TD 14 12 TD 11 9 TD 13 2 TD 6 2 TD
18 13 TD 6 5 TD 9 1 TD 12 1 TD 12 2 TD 18 8 TD 14 4 TD 14 3 TD 19 13 TD 15 13
TD 19 12 TD 19 17 TD 19 4 TD 13 11 TD 19 11 TD 7 5 TD 14 7 TD 16 10 TD 19 16
TD 10 8 TD 8 4 TD 18 10 TD 17 6 TD 10 3 TD 4 3 TD 18 4 TD 16 4 TD 12 4 TD 16 11
TD 19 2 TD 16 12 TD 4 1 TD 7 4 TD 9 3 TD 9 6 TD 15 3
PD
OU TV SS MI ADD=OFF
88
3. Syntax dukungan emosional
UJI VALIDITAS KONSTRUK DUKUNGAN EMOSIONAL
DA NI=10 NO=200 MA=PM
LA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10
PM SY FI=DUKEMO.COR
MO NX=10 NK=1 LX=FR TD=SY
LK
DUKEMO
fr td 8 1 td 3 2 td 10 4 td 9 1 td 10 9 td 8 4 td 7 3 td 6 5 td 5 2 td 9 7
PD
OU TV SS MI
89
4. Syntax dukungan informatif
UJI VALIDITAS KONSTRUK DUKUNGAN INFORMATIF
DA NI=7 NO=200 MA=PM
LA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7
PM SY FI=DUKINF.COR
MO NX=7 NK=1 LX=FR TD=SY
LK
DUKINF
FR TD 6 3 TD 6 4 TD 7 4 TD 4 3 TD 6 1 TD 4 2
PD
OU TV SS MI
90
5. Syntax dukungan penghargaan
UJI VALIDITAS KONSTRUK DUKUNGAN PENGHARGAAN
DA NI=6 NO=200 MA=PM
LA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6
PM SY FI=DUKPENG.COR
MO NX=6 NK=1 LX=FR TD=SY ME=UL
LK
DUKPENG
FR TD 2 1 TD 6 3 TD 5 1 TD 3 2 TD 4 2 TD 4 1 TD 3 1
PD
OU TV SS MI AD=OFF IT=5000
91
6. Syntax dukungan instrumental
UJI VALIDITAS KONSTRUK DUKUNGAN INSTRUMENTAL
DA NI=4 NO=200 MA=PM
LA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4
PM SY FI=DUKINS.COR
MO NX=4 NK=1 LX=FR TD=SY ME=UL
LK
DUKINS
FR TD 4 2
PD
OU TV SS MI AD=OFF IT=5000
92
7. Syntax dukungan jaringan sosial
UJI VALIDITAS KONSTRUK DUKUNGAN JARINGAN SOSIAL
DA NI=3 NO=200 MA=PM
LA
ITEM1 ITEM2 ITEM3
PM SY FI=DUKJAR.COR
MO NX=3 NK=1 LX=FR TD=SY
LK
DUKJAR
PD
OU TV SS MI