PENGARUH SELF EFFICACY DAN KONFORMITAS TEMAN …lib.unnes.ac.id/33374/1/1301414071_Optimized.pdf ·...

63
PENGARUH SELF EFFICACY DAN KONFORMITAS TEMAN SEBAYA TERHADAP PROKRASTINASI AKADEMIK SISWA DI SMK MA’ARIF NU 01 LIMPUNG BATANG TAHUN AJARAN 2018/2019 SKRIPSI Disajikan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling oleh Indah Yulianti 1301414071 JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2019

Transcript of PENGARUH SELF EFFICACY DAN KONFORMITAS TEMAN …lib.unnes.ac.id/33374/1/1301414071_Optimized.pdf ·...

i

PENGARUH SELF EFFICACY DAN KONFORMITAS

TEMAN SEBAYA TERHADAP PROKRASTINASI

AKADEMIK SISWA DI SMK MA’ARIF NU 01

LIMPUNG BATANG TAHUN AJARAN 2018/2019

SKRIPSI

Disajikan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Bimbingan dan Konseling

oleh

Indah Yulianti

1301414071

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2019

ii

iii

PENGESAHAN

Skripsi dengan judul “Pengaruh Self-Efficacy dan Konformitas Teman

Sebaya terhadap Prokrastinasi Akademik Siswa di SMK Ma’arif NU 01 Limpung

Batang Tahun Ajaran 2018/2019” yang disusun oleh Indah Yulianti (1301414071)

telah dipertahankan dihadapan sidang Panitia Ujian Skripsi FIP UNNES pada

Kamis, 22 Agustus 2019.

PANITIA :

Ketua Sekretaris

Dr. S. Edy Mulyono, M.Si. Kusnarto Kurniawan, M.Pd., Kons.

NIP. 19680704 200501 1 001 NIP. 19710114 200501 1 002

Penguji I

Sunawan, S.Pd., M.Si., Ph.D.

NIP. 19780701 200604 1 002

Penguji II Penguji III

Drs. Heru Mugiarso, M.Pd., Kons. Dr. Awalya, M.Pd., Kons.

NIP. 19610602 198403 1 002 NIP. 19601101 198710 2 001

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto

“Menunda pekerjaan hanya untuk penikmat kesenangan yang semu” (Indah

Yulianti)

Persembahan

Skripsi ini saya persembahkan kepada :

Almamater Jurusan Bimbingan dan Konseling

Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Semarang

v

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan

hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul

“Pengaruh Self-Efficacy dan Konformitas Teman Sebaya terhadap Prokrastinasi

Akademik Siswa di SMK Ma’arif NU 01 Limpung Batang Tahun Ajaran

2018/2019”. Penyelesaian skripsi ini dimaksudkan untuk melengkapi persyaratan

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Bimbingan dan Konseling

Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang.

Hasil penelitian ini adalah self-effiacy dan konformitas teman sebaya secara

bersama-sama berpengaruh dan signifikan terhadap prokrastinasi akademik, secara

spesifik dapat diketahui bahwa self-efficacy berpengaruh dan signifikan terhadap

prokrastinasi akademik sedangkan konformitas teman sebaya tidak berpengaruh

dan nirsignifikan terhadap prokrastinasi akademik siswa. Skripsi ini disusun

berdasarkan masukan dan arahan dari Dr. Awalya, M.Pd., Kons. selaku dosen

pembimbing.

Berkat rahmat Allah SWT dan ketekunan, penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini. Namun, skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena

itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum. Rektor Universitas Negeri Semarang yang

telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh studi di

Fakultas Ilmu Pendidikan.

2. Dr. Achmad Rifai RC, M.Pd. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah

memberikan ijin untuk penelitian.

vi

3. Drs. Eko Nusantoro, M.Pd., Kons. sebagai ketua jurusan Bimbingan dan

Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang yang telah

memberikan bimbingan untuk kesempurnaan skripsi ini.

4. Dr. Awalya, M.Pd. Kons. sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan

ilmu, bimbingan dan motivasi sampai terselesaikannya skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu dosen jurusan bimbingan dan konseling yang telah memberikan

bekal ilmu yang bermanfaat bagi penulis.

6. Amin Zaenudin, S.E., selaku kepala sekolah dan keluarga besar SMK Ma’arif

NU 01 Limpung yang telah memberikan ijin, fasilitas dan kerjasama selama

penulis melaksanakan penelitian.

7. Kedua orang tua tercinta, Bapak Cahyono dan Ibu Karsiti serta kakak

kandungku Mbak Mila yang selalu sabar mendoakan dan memberikan

dukungan moril serta materil untuk keberhasilan penulis.

8. Sahabat Kos Graha Cahaya dan BK angkatan 2014 yang senantiasa

memberikan dukungan dan semangat untuk menyelesaikan skripsi.

9. Semua pihak yang telah membantu dalam penelitian ini yang tidak bisa penulis

sebutkan satu persatu.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca serta dapat memberikan

kontribusi dalam dunia pendidikan khusunya terkait dengan perkembangan ilmu

bimbingan dan konseling.

Semarang, Agustus 2019

Penulis

vii

ABSTRAK

Yulianti, Indah. 2019. Pengaruh Self-Efficacy dan Konformitas Teman Sebaya

terhadap Prokrastinasi Akademik Siswa di SMK Ma’arif NU 01 Limpung Batang

Tahun Ajaran 2018/2019. Skripsi Jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu

Pendidikan Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Dr. Awalya, M.Pd.Kons.

Penelitian ini didasarkan pada fenomena di SMK Ma’arif NU 01 Limpung

yang menunjukkan bahwa banyak siswa yang melakukan prokrastinasi akademik

dan menjadi permasalahan sehari-hari di lingkungan sekolah. Tujuan penelitian ini

untuk menganalisis pengaruh self-efficacy dan konformitas teman sebaya terhadap

prokrastinasi akademik siswa.

Penelitian ini termasuk penelitian expost facto, bersifat korelasional dan

menggunakan pendekatan kuantitatif non eksperimental. Variabel bebas dalam

penelitian ini adalah self-efficacy (X1), konformitas teman sebaya (X2) dan variabel

terikatnya adalah prokrastinasi akademik (Y). Populasi penelitian ini sebanyak

1115 siswa. Teknik sampling yang digunakan adalah proportional stratified

random sampling dengan berbantuan Nomogram Herry King dengan taraf

kesalahan 5% dan didapati jumlah sampel sebanyak 270 siswa. Pengumpulan data

menggunakan skala psikologi yang telah diuji validitas dan reabilitasnya. Adapun

teknik analisis data menggunakan analisis regresi sederhana dan regresi linier

berganda.

Hasil penelitian menunjukkan (1) ada pengaruh yang signifikan antara self-

efficacy terhadap prokrastinasi akademik siswa di SMK Ma’arif NU 01 Limpung,

diperoleh hasil rhitung > rtabel (0,764 > 0,138) dengan nilai signifikansi 0,0000 < 0,05.

(2) Tidak ada pengaruh dan nirsignfikan antara konformitas teman sebaya terhadap

prokrastinasi akademik siswa di SMK Ma’arif NU 01 Limpung, diperoleh hasil

rhitung < rtabel (0,0108 < 0,138) dengan signifikansi 0,077 > 0,05. (3) Secara bersama-

sama ada pengaruh yang signifikan antara self-efficacy dan konformitas teman

sebaya terhadap prokrastinasi akademik siswa di SMK Ma’arif NU 01 Limpung,

hasil yang diperoleh Fhitung = 178,981 dengan signifikansi 0,000 < 0,05.

Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi self-

efficacy yang dimiliki siswa, maka akan semakin rendah prokrastinasi

akademiknya. Sedangkan konformitas teman sebaya tidak berpengaruh terhadap

prokrastinasi akademik. Disarankan kepada guru Bimbingan dan Konseling

memberikan layanan Bimbingan dan Konseling yang sesuai dengan kebutuhan

siswa agar memiliki self-efficacy yang tinggi, konformitas teman sebaya yang

positif dan meningkatkan kualitas akademik siswa agar tingkat prokrastinasi

rendah.

Kata kunci : prokrastinasi akademik, konformitas teman sebaya, self-efficacy

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i

PERNYATAAN ................................................................................................. ii

PENGESAHAN ................................................................................................. iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................... iv

KATA PENGANTAR ....................................................................................... v

ABSTRAK ......................................................................................................... vii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ............................................................................................. xi

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................. 1

1.1. Latar Belakang ....................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah ................................................................................. 8

1.3. Tujuan Penelitian .................................................................................. 9

1.4. Manfaat Penelitian ................................................................................ 9

5.1.1. Manfaat Teoritis ......................................................................... 9

5.1.2. Manfaat Praktis ........................................................................... 10

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA ............................................................................ 11

2.1. Penelitian Terdahulu .............................................................................. 11

2.2. Prokrastinasi Akademik ........................................................................ 12

2.2.1. Pengertian Prokrastinasi Akademik ........................................... 12

2.2.2. Jenis-jenis Prokrastinasi Akademik ............................................. 13

2.2.3. Ciri-ciri Prokastinasi Akademik .................................................. 14

2.2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prokrastinasi Akademik ...... 16

2.3. Self-Efficacy ......................................................................................... 23

2.3.1. Pengertian Self-efficacy ............................................................... 23

2.3.2. Sumber Terbentuknya Self-efficacy ............................................. 24

2.3.3. Aspek-aspek Self-efficacy ........................................................... 29

2.3.4. Proses-proses yang Mempengaruhi Self-efficacy ....................... 30

2.4. Konformitas Teman Sebaya .................................................................. 33

2.4.1. Pengertian Konformitas Teman Sebaya ...................................... 34

2.4.2. Macam-macam Konformitas Teman Sebaya .............................. 35

2.4.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Teman Sebaya ..................... 36

2.4.4. Aspek-aspek Konformitas Teman Sebaya ................................... 38

2.5. Kerangka Berpikir ................................................................................. 39

ix

2.5.1. Pengaruh Self-efficacy terhadap Prokrastinasi Akademik Siswa 39

2.5.2. Pengaruh Konformitas Teman Sebaya terhadap Prokrastinasi

Akademik Siswa .......................................................................... 40

2.5.3. Pengaruh Self-efficacy dan Konformitas Teman Sebaya terhadap

Prokrastinasi Akademik Siswa .................................................... 41

2.6. Hipotesis .............................................................................................. 44

BAB 3 METODE PENELITIAN .................................................................... 45

3.1. Jenis Penelitian dan Desain Penelitian .................................................. 45

3.1.1. Jenis Penelitian ............................................................................ 45

3.1.2. Desain Penelitian ......................................................................... 46

3.2. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ........................ 46

3.2.1. Identifikasi Variabel .................................................................... 47

3.2.2. Definisi Operasional Variabel ..................................................... 47

3.2.3. Hubungan Antar Variabel............................................................ 48

3.3. Populasi dan Sampel ............................................................................. 49

3.3.1. Populasi ....................................................................................... 49

3.3.2. Sampel dan Teknik Sampling ...................................................... 50

3.4. Metode Pengumpulan Data dan Alat Pengumpul Data ........................ 52

3.4.1. Metode Pengumpulan Data ......................................................... 52

3.4.2. Alat Pengumpul Data .................................................................. 54

3.4.3. Penyusunan Instrumen................................................................. 55

3.5. Validitas dan Reliabilitas ...................................................................... 60

3.5.1. Uji Validitas Instrumen ............................................................... 61

3.5.2. Reliabilitas ................................................................................... 66

3.6. Teknik Analisis Data.............................................................................. 68

3.6.1. Deskripsi Data ............................................................................. 69

3.6.2. Uji Asumsi ................................................................................... 70

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 73

4.1. Hasil Penelitian ...................................................................................... 73

4.1.1. Deskripsi Data ............................................................................. 73

4.1.2. Hasil Uji Hipotesis ...................................................................... 78

4.1.2.1. Hasil Uji Asumsi ........................................................... 78

4.1.2.2. Hasil Uji Analisis Regresi ............................................. 82

4.2. Pembahasan............................................................................................ 84

4.2.1. Pengaruh Self-efficacy (X1) terhadap Prokrastinasi Akademik

(Y)................................................................................................ 84

4.2.2. Pengaruh Konformitas Teman Sebaya (X2) terhadap Prokrastinasi

Akademik (Y) .............................................................................. 87

x

4.2.3. Pengaruh Self-efficacy (X1) dan Konformitas Teman Sebaya (X2)

terhadap Prokrastinasi Akademik (Y) ......................................... 89

4.3. Keterbatasan Penelitian .......................................................................... 91

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 92

5.1. Simpulan ................................................................................................ 92

5.2. Saran ...................................................................................................... 92

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 94

xi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1. Daftar Populasi Siswa ............................................................................. 50

3.2. Anggota Populasi dan Sample ................................................................. 51

3.3. Kategori Jawaban Skala Self-efficacy, Konformitas Teman Sebaya dan

Prokrastinasi Akademik .......................................................................... 54

3.4. Kisi-kisi Instrumen Skala Prokrastinasi Akademik Sebelum Uji Coba .. 57

3.5. Kisi-kisi Instrumen Skala Self-efficacy Sebelum Uji Coba ..................... 58

3.6. Kisi-kisi Instrumen Skala Konformitas Teman Sebaya Sebelum Uji

Coba ........................................................................................................ 59

3.7. Kisi-kisi Instrumen Skala Prokrastinasi Akademik Setelah Uji Coba .... 62

3.8. Kisi-kisi Instrumen Skala Self-efficacy Setelah Uji Coba ....................... 63

3.9. Kisi-kisi Instrumen Konformitas Teman Sebaya Setelah Uji Coba ........ 64

3.10. Reliabilitas Skala Prokrastinasi Akademik ............................................. 67

3.11. Reliabilitas Skala Self-efficacy ................................................................ 67

3.12. Reliabilitas Skala Konformitas Teman Sebaya ....................................... 68

3.13. Kategori Kemampuan Rata-rata Mahasiswa ........................................... 70

4.1. Deskripsi Data Variabel .......................................................................... 74

4.2. Uji Normalitas Data ................................................................................ 78

4.3. Uji Multikolinearitas ............................................................................... 80

4.4. Hasil Uji Hipotesis .................................................................................. 82

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Kerangka Berpikir “Pengaruh Self-efficacy dan Konformitas Teman Sebaya

terhadap Prokrastinasi Siswa” ................................................................. 43

3.1. Hubungan antar Variabel ........................................................................ 48

3.2. Langkah Dasar Penyusunan Instrumen ................................................... 56

4.1. Grafik Tingkat Perilaku Prokrastinasi Akademik Siswa SMK Ma’arif NU01

Limpung berdasarkan Indikator .............................................................. 75

4.2. Grafik Tingkat Self-effiacy Siswa SMK Ma’arif NU 01 Limpung

berdasarkan Indikator .............................................................................. 76

4.3. Grafik Tingkat Konformitas Teman Sebaya Siswa SMK Ma’arif NU 01

Limpung berdasarkan Indikator .............................................................. 77

4.4. Hasil Uji Heterokedastsitas ..................................................................... 81

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Pedoman Wawancara ........................................................................ 99

2. Kisi-kisi Instrumen Penelitian (Sebelum Uji Coba) ......................... 100

3. Instrumen Penelitian (Sebelum Uji Coba) ........................................ 103

4. Tabulasi Data Instrumen Penelitian (Uji Coba) ................................ 111

5. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen ................................... 122

6. Kisi-kisi Instrumen Penelitian .......................................................... 127

7. Instrumen Penelitian ......................................................................... 130

8. Tabulasi Data Penelitian ................................................................... 137

9. Hasil Analisis Regresi ....................................................................... 168

10. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ........................... 169

11. Dokumentasi ..................................................................................... 160

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Prokrastinasi adalah suatu kecenderungan untuk menunda dalam memulai

maupun menyelesaikan kinerja secara keseluruhan untuk melakukan aktivitas lain

yang tidak berguna, sehingga kinerja menjadi terhambat dan tidak pernah

menyelesaikan tugas tepat waktu. Menurut Burka dan Yuen dalam Cinthia (2017)

perilaku menunda-nunda suatu pekerjaan yang telah menjadi kebiasaan atau pola

menetap yang selalu dilakukan seseorang ketika menghadapi tugas disebut

prokrastinasi. Prokrastinasi akademik menurut McCloskey dalam Zusya (2016)

adalah kecenderungan untuk menunda-nunda aktivitas yang berhubungan

dengan belajar di lingkungan akademik. Fauziah (2015 : 125) berpendapat

prokrastinasi adalah menunda dengan sengaja kegiatan yang diinginkan walaupun

mengetahui bahwa penundaannya dapat menghasilkan dampak buruk.

Orang yang melakukan perilaku menunda disebut penunda

(prokrastinator). Gejala perilaku menunda (prokrastinasi) lebih banyak

dimanifestasikan dalam dunia pendidikan yang sering disebut dengan

prokrastinasi akademik (Solomon dalam Zusya, 2016).

Prokrastinasi akademik banyak berakibat negatif, dengan melakukan

penundaan, banyak waktu yang terbuang sia-sia. Tugas akademik menjadi

terbengkalai, bahkan bila diselesaikan hasilnya menjadi tidak maksimal.

Prokrastinasi juga bisa mengakibatkan seseorang kehilangan kesempatan dan

2

peluang yang datang. Konsekuensi lain dari prokrastinasi akademik adalah

performa yang kurang, mutu kehidupan individu berkurang, pengaruh negatif

(menambah beban pikiran, mudah tertekan, tidak percaya diri dan cemas) dan

menurunnya prestasi.

Burka & Yuen (dalam Cinthia, 2017) mengatakan bahwa prokrastinasi

mampu menciptakan masalah eksternal dan internal bagi prokrastinator itu sendiri.

Contoh masalah eksternal yang dialami siswa yang melakukan prokrastinasi adalah

siswa tidak dapat mengerjakan tugas dengan baik dan maksimal karena batas waktu

yang sedikit, akhirnya siswa mendapat teguran dari guru dan mendapat nilai yang

kurang maksimal. Sedangkan contoh internal dampak negatif pada prokrastinator

akademik adalah timbulnya rasa menyesal dan bersalah.

Sebagai siswa sudah menjadi kewajiban untuk mengemban tugas akademik

dan non akademik. Siswa sudah sepatutnya menyelesaikan tugas tepat waktu,

mengerjakan ujian dengan maksimal untuk menunjang prestasi akademiknya.

Namun pada kenyataan di lapangan banyak siswa yang menunda-nunda memulai

atau menyelesaikan tugasnya. Kebiasaan siswa yang menghabisakan waktu berjam-

jam menonton televisi, mengakses jejaring sosial, bermain game online, dan

bermain atau nongkrong bersama teman sebayanya.

Menurut Ferrari dkk (dalam Fauziah, 2015) terdapat ciri-ciri tertentu

seseorang melakukan prokrastinasi, yaitu : 1) Penundaan untuk memulai

menyelesaikan tugas yang dihadapi; 2) Keterlambatan dalam menyelesaikan tugas,

karena melakukan hal-hal lain yang tidak dibutuhkan; 3) Kesenjangan waktu antara

3

rencana yang ditetapkan dan kinerja aktual; 4) Melakukan aktivitas lain yang lebih

menyenangkan daripada tugas yang harus dikerjakan.

Meskipun prokrastinasi akademik adalah perilaku yang kurang baik yang

dapat memberikan pengaruh negatif pada hasil akademik peserta didik, namun pada

kenyataannya banyak peserta didik yang masih melakukan prokrastinasi. Pada

penelitian yang dilakukan oleh Zain (2015), survey pada SMK Panca Karya

Tangerang, tingkat prokrastinasi akademik tergolong tinggi.. Menurut siswa SMK

Panca Karya Tangerang, jika beban tugas yang diberikan berat bahkan melampaui

batas kemampuan, siswa akan mengerjakan tugas-tugasnya dalam tekanan dan

perasaan malas. Pada akhirnya siswa akan terbiasa menunda pekerjaannya.

Penelitian yang dilakukan Rahmatia dan Halim (2015), data yang diperoleh

dari hasil wawancara dengan konselor di SMK N 3 Makasar diperkirakan dalam

satu kelas yang terdiri dari 35 siswa, terdapat 20% siswa yang kerapkali menunda

pekerjaan, bentuk penundaan yang dilakukan siswa diantaranya adalah terlambat

masuk ke kelas saat pelajaran sudah dimulai, tidak mengerjakan PR di rumah atau

mengerjakan PR di sekolah dan terlambat mengumpulkan tugas dari guru. Selain

itu survey di beberapa sekolah di kota Makassar tingkat prokrastinasi akademik

siswa pada kategori tinggi.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti di SMK Ma’arif NU

01 Limpung kabupaten Batang, dari 41 siswa yang diamati didapat 61% yang

melakukan prokrastinasi akademik. Data ini menunjukkan angka yang cukup tinggi

terhadap perilaku prokrastinasi akademik siswa.

4

Hasil penelitian sebelumnya menginformasikan bahwa prokrastinasi di

prediksi oleh self-efficacy dan konformitas teman sebaya. Bandura (Ghufron, 2010:

73) menyatakan tentang konsep self-effiacy bahwa self-effiacy adalah keyakinan

individu mengenai kemampuan dirinya dalam melakukan tugas atau tindakan yang

diperlukan untuk mencapai hasil tertentu. Putra, dkk (2013) berpendapat self-

effiacy menekankan kepada aspek keyakinan diri dalam melakukan tugas dan

tindakan dimana seharusnya siswa dapat melakukan sebuah tindakan dari apa yang

dimilikinya. Self-effiacy merupakan keyakinan diri dan kepercayaan diri individu

pada kemampuannya sendiri dalam mengerjakan tugas tertentu secara efektif.

Individu yang memiliki self-effiacy tinggi akan memiliki perasaan positif

terhadap tugas, menerima tuntutan tugas sebagai tantangan, dan tidak mudah

menyerah atau frustasi ketika menghadapi rintangan. Berbeda dengan individu

dengan self-effiacy rendah akan memiliki prasangka negatif pada tugas,

menganggap tugas sebagai ancaman, dan merasa ragu-ragu terhadap

kemampuannya. Individu yang menganggap tugasnya cukup sulit dan tidak yakin

dapat menyelesaikan cenderung akan menunda menyelesaikannya.

Penelitian terdahulu tentang self-effiacy dan prokrastinasi akademik telah

banyak dilakukan. Penelitian yang dilakukan oleh Clara (2017) memperoleh hasil

bahwa self-efficacy memiliki peran negatif yang signifikan terhadap prokrastinasi

akademik siswa. Senada dengan Clara, Octaviani (2018) juga mengatakan dalam

penelitiannya bahwa self-efficacy dan prokrastinasi akademik memiliki hubungan

negatif dan masuk kategori tinggi. Putrisari (2017) juga mengatakan hal yang sama,

5

hasil penelitiannya menunjukkan bahwa self-efficacy memiliki hubungan negatif

yang signifikan terhadap prokrastinasia akademik.

Di sisi lain siswa melakukan prokrastinasi akademik dikarenakan

konformitas teman sebaya. Menurut Ciuldini dan Gordstein (dalam Rohana 2015)

konformitas adalah tendensi untuk mengubah keyakinan atau perilaku seseorang

agar sesuai dengan perilaku orang lain. Ramadhani (2016 : 511) mengatakan

konformitas adalah suatu perubahan sikap, perilaku atau kepercayaan seorang

individu agar sesuai dengan norma kelompok atau norma sosial sebagai akibat

tekanan kelompok yang nyata atau dibayangkan.

Anak dan remaja adalah peniru sikap-sikap yang mereka tangkap

sebagaimana mereka mempelajarinya. Sebagian besar waktunya dihabiskan untuk

berhubungan atau bergaul dengan teman-teman sebaya mereka. Santrock

mengatakan (dalam Desmita, 2009 : 219) dalam suatu investigasi, ditemukan

bahwa anak berhubungan dengan teman sebaya 10% dari waktunya setiap hari pada

usia 2 tahun, 20% pada usia 4 tahun dan lebih dari 40% pada usia 7-11 tahun.

Remaja cenderung mengambil dan meniru sikap dari kelompok sebayanya. Siswa

akan cenderung melakukan prokrastinasi akademik karena meniru teman

sebayanya yang melakukan prokrastinasi karena dianggap mempunyai teman

seperjuangan yang sama.

Ramadhani (2016) menyatakan bahwa konformitas teman sebaya menjadi

salah satu faktor penyebab seseorang melakukan prokrastinasi akademik. Selaras

dengan Ramadhani, Qomariyah (2016) mengatakan bahwa konformitas teman

sebaya memiliki hubungan yang positif dengan prokrastinasi akademik peserta

6

didik. Penelitian yang dilakukan oleh Imansyah dan Setyawann (2018) bahwa

terdapat hubungan positif yang signifikan antara konformitas teman sebaya

terhadap prokrastinasi akademik pada siswa laki-laki boarding school Al-Irsyad

kelas 10 dan 11.

Hasil yang berbeda yang ditunjukkan pada penelitian yang dilakukan Susanti

& Nurwidawati (2014) bahwa konformitas tidak memiliki hubungan yang

siginifikan dengan prokrastinasi akademik. Senada dengan Susanti, penelitian yang

dilakukan oleh Rosmayati (2017) menunjukkan bahwa konformitas tidak memiliki

hubungan yang signifikan dengan prokrastinasi akademik. Dalam penelitian ini

peneliti ingin mempertegas seberapa besar pengaruh konformitas teman sebaya

terhadap prokrastinasi akademik siswa.

Hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti terhadap siswa SMK Ma’arif

NU 01 Limpung, didapati bahwa masih banyak perilaku prokrastinasi akademik.

Siswa sering mengumpulkan tugas mendekati atau bahkan melewati batas akhir

waktu pengumpulan. Dari 41 siswa yang diambil secara acak, menunjukkan

perilaku prokrastinasi yang cukup tinggi yaitu mencapai 61,38%.

Kondisi tersebut didukung hasil wawancara terhadap siswa SMK Ma’arif NU

01 Limpung diperoleh informasi bahwa alasan terlambat menyelesaikan atau

mengumpulkan tugas disebabkan ketidak mampuan dalam menyelesaikan tugas

yang dianggap sulit. Banyak siswa yang menjawab sudah menyerah dalam

menyelesaikan tugas ketika melihat tugas yang diberikan guru dirasa cukup sulit.

Siswa yang kurang percaya pada kemampuannya dalam mengerjakan tugas

akhirnya tidak mempunyai semangat untuk mengerjakan tugas.

7

Alasan lain yaitu kurang bisa mengatur waktu menyelesaikan tugas akademik

dan non akademik. Misalnya kegiatan ekstrakurikuler yang padat mengakibatkan

terganggunya dalam menyelesaikan tugas atau PR tepat waktu. Pengaruh teman

juga dijadikan alasan keterlambatan dalam penyelesaian tugas. Lebih memilih

bermain bersama teman, daripada menyelesaikan tugas diawal waktu dan akhirnya

mengandalkan SKS (Sistem Kebut Semalam) atau mengerjakan diakhir batas waktu

pengumpulan.

Ditinjau dari peranan Bimbingan dan Konseling, tentunya prokrastinasi

akademik siswa merupakan hal yang krusial yang harus mendapat perhatian oleh

guru BK. Bimbingan dan Konseling bertujuan membantu peserta didik agar

memiliki kompetensi mengembangkan potensi dirinya seoptimal mungkin atau

mewujudkan nilai-nilai yang terkandung dalam tugas-tugas perkembangan yang

harus dikuasainya sebaik mungkin (Wardati & Jauhar, 2011 : 29). Apabila masalah

prokrastinasi ini tidak segera dientaskan, maka siswa akan sulit menyelesaikan

tugas perkembangannya karena terhambat pada bidang belajarnya.

Sukardi & Kusmawati (2008) mengatakan ada empat bidang ruang lingkup

bimbingan dan konseling ditinjau dari masalah yang dihadapi siswa, yaitu bidang

pribadi, bidang sosial, bidang belajar dan bidang karir siswa. Prokrastinasi

akademik siswa merupakan suatu masalah di bidang belajar siswa. Butir-butir

layanan Bimbingan dan Konseling bidang belajar menurut Wardati & Jauhar (2011:

46) diantaranya yaitu pemantapan sikap dan kebiasaan belajar yang efektif dan

efisiensi serta produktif, baik dalam mencari informasi dari berbagai sumber

belajar, bersikap pada guru dan narasumber lainnya, mengembangkan keterampilan

8

belajar, mengerjakan tugas-tugas pelajaran dan menjalani program penilaian hasil

belajar.

Dari penelitian ini diharapkan memberikan tambahan pemahaman dan

gambaran mengenai pengaruh self-effiacy dan konformitas teman sebaya terhadap

prokrastinasi akademik siswa guna mengoptimalkan layanan yang diberikan guru

BK di sekolah sesuai dengan tujuan bimbingan dan konseling terlebih di bidang

belajar siswa.

Berdasarkan latar belakang diatas dan beberapa hasil penelitian yang beragam

maka peneliti ingin mempertegas dalam penelitian ini seberapa besar pengaruh self-

effiacy dan konformitas teman sebaya terhadap prokrastinasi akademik siswa.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan fenomena yang terjadi di lapangan,

maka dapat diangkat rumuskan masalah utama yaitu ‘seberapa besarkah pengaruh

self-effiacy dan konformitas teman sebaya terhadap prokrastinasi siswa ?’.

Kemudian dari rumusan masalah tersebut dijabarkan menjadi beberapa pertanyaan

sebagai berikut :

(1) Seberapa besar pengaruh self-effiacy terhadap prokrastinasi akademik siswa

SMK Ma’arif NU 01 Limpung Batang ?

(2) Seberapa besar pengaruh konformitas teman sebaya terhadap prokrastinasi

akademik siswa SMK Ma’arif NU 01 Limpung Batang ?

(3) Seberapa besar pengaruh self-effiacy dan konformitas teman sebaya terhadap

prokrastinasi akademik siswa SMK Ma’arif NU 01 Limpung Batang ?

9

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan utama penelitian ini

adalah untuk mengungkap besar pengaruh self-effiacy dan konformitas teman

sebaya terhadap prokrastinasi siswa, kemudian tujuan khusus dari penelitian ini

sebagai berikut :

(1) Untuk menganalisis besar pengaruh self-effiacy terhadap prokrastinasi

akademik siswa SMK Ma’arif NU 01 Limpung Batang.

(2) Untuk menganalisis besar pengaruh konformitas teman sebaya terhadap

prokrastinasi akademik siswa SMK Ma’arif NU 01 Limpung Batang.

(3) Untuk menganalisis dan mendeskripsikan besar pengaruh self-effiacy dan

konformitas teman sebaya terhadap prokrastinasi akademik siswa SMK

Ma’arif NU 01 Limpung Batang.

1.4. Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat ganda, yaitu

manfaat teoritis maupun praktis :

1.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

bagi peneliti sehingga dapat memperkaya ilmu pengetahuan dan gambaran

sesungguhnya khususnya di bidang pendidikan mengenai pengaruh self-effiacy dan

konformitas teman sebaya terhadap prokrastinasi akademik.

10

1.4.2 Manfaat Praktis

Kepentingan praktis yang diharapkan dari hasil penelitian ini bisa

bermanfaat bagi :

1.4.2.1 Bagi Kepala Sekolah

Memberikan pemahaman dan gambaran mengenai pengaruh self-effiacy

dan konformitas teman sebaya terhadap prokrastinasi akademik siswa. Selain itu

dapat juga digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan

mengenai pelaksanaan bimbingan dan konseling bagi siswa terkait dengan tema

self-effiacy, konformitas teman sebaya maupun prokrastinasi akademik.

1.4.2.2 Bagi Guru BK

Memberikan pemahaman dan gambaran mengenai pengaruh self-effiacy

dan konformitas teman sebaya terhadap prokrastinasi akademik siswa. Selain itu

hasil dari penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai bahan kajian ilmiah untuk

mengoptimalkan pelayanan BK dalam pemberian layanan dalam bidang pribadi,

sosial dan belajar siswa.

1.4.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi, masukan dan

pemikiran mengenai pengaruh antara self-effiacy dan konformitas teman sebaya

terhadap prokrastinasi akademik bagi penelitian-penelitian sejenis oleh peneliti

selanjutnya.

11

BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

Pada tinjauan pustaka akan dibahas mengenai teori-teori yang mendukung

penelitian ini. Tinjauan pustaka meliputi (1) penelitian terdahulu, (2) prokrastinasi,

(3) self-effficacy, (4) konformitas teman sebaya, (5) kerangka berpikir, dan (6)

hipotesis.

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya

oleh peneliti lain. Tujuan dari penelitian terdahulu adalah sebagai bahan masukan

bagi pemula untuk membandingkan antara penelitian yang satu dengan penelitian

yang lain. Adapun penelitian terdahulu yang berkaitan dengan topik penelitian ini

dipaparkan sebagai sebagai berikut :

Penelitian yang dilakukan oleh Clara (2017) pada 395 siswa di SMA X

Tangerang memperoleh hasil bahwa self-efficacy memiliki pengaruh yang negatif

yang signifikan terhadap prokrastinasi akademik siswa.

Hasil yang sama juga diperoleh Ocatviani (2018) dalam penelitiannya pada

22 siswa di SMA IT Bandung. Terdapat korelasi negatif yang signifikan antara self-

efficacy terhadap prokrastinasi akademik. Semakin tinggi self-efficacy yang

dimiliki siswa, maka semakin rendah perilaku prokrastinasi akademik siswa

tersebut.

Putrisari (2017) mengatakan dalam penelitiannya menghasilkan bahwa

terdapat hubungan negatif antara self-efficacy dengan prokrastinasi akademik

12

siswa. Penelitian yang telah dilakukan menghasilkan hubungan yang termasuk

kedalam kategori rendah antara self-efficacy dengan prokrastinasi akademik siswa.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Imansyah dan Setyawan (2018) di MA

boarding school Al-Irsyad menunjukkan bahwa konformitas teman sebaya

berpengaruh positif secara signifikan terhadap prokrastinasi akademik siswa.

Konformitas teman sebaya memberikan sumbangan efektif sebesar 39,3% pada

prokrastinasi akademik siswa.

2.2. Prokrastinasi Akademik

Prokrastinasi merupakan salah satu perilaku yang tidak efisien dalam

menggunakan waktu dan adanya kecenderungan untuk tidak segera memulai suatu

pekerjaan ketika menghadapi suatu tugas.

2.2.1. Pengertian Prokrastinasi Akademik

Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan

awalan “pro” yang berarti mendorong maju atau bergerak maju dan akhiran

“crastinus” yang berarti keputusan hari esok. Jika digabungkan menjadi

“menangguhkan” atau “menunda sampai hari berikutnya”.

Ellis dan Knaus (Ghufron, 2017 : 152) mengatakan bahwa prokrastinasi

adalah kebiasaan penundaan yang tidak bertujuan dan proses penghindaran tugas

yang sebenarnya tidak perlu dilakukan. Selanjutnya Schraw dalam Seker (2015)

mendefinisikan “procrastination as not completing or avoiding completing the

tasks that is required to be completed” atau tidak menyelesaikan atau menghindari

tugas yang harus diselesaikan. Menurut Gafni & Geri prokrastinasi adalah

kecenderungan untuk menunda aktivitas sampai batas waktu terkahir atau bahkan

13

tidak melakukannya sama sekali (Azar, 2013). Sementara Ghufron (2017)

menyimpulkan bahwa prokrastinasi sebagai suatu penundaan yang dilakukan

secara sengaja dan berulang-ulang, dengan melakukan aktivitas lain yang tidak

diperlukan dalam pengerjaan tugas.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan

prokrastinasi akademik adalah kecenderungan menunda atau menghindari

menyelesaikan tugas yang dilakukan secara sengaja dan berulang-ulang, dengan

melakukan aktivitas lain yang tidak diperlukan dalam pengerjaan tugas sehingga

berdampak negatif pada kinerja akademik seseorang.

2.2.2. Jenis-jenis Prokrastinasi Akademik

Tidak semua penundaan penyelesaian tugas yang dilakukan siswa

berdampak buruk pada kinerja akademiknya. Ditinjau dari alasan dan tujuan

melakukan prokrastinasi dapat dibagi menjadi beberapa jenis.

Ferrari (Ghufron, 2017) membagi prokratinasi menjadi dua jenis, yaitu

functional procrastination dan disfunctional procrastination. Functional

procrastination adalah penundaan pengerjaan tugas yang bertujuan untuk

memperoleh informasi yang lebih lengkap dan akurat, sedangkan disfunctional

procrastiation adalah penundaan yang tidak bertujuan, berakibat jelek dan

menimbulkan masalah.

Disfunctional procrastination dibagi lagi menjadi dua bentuk, yakni

decisional procrastination yaitu suatu penundaan dalam mengambil keputusan

untuk memulai melakukan suatu pekerjaan dalam menghadapi situasi yang

dipersepsikan penuh stress. Jenis prokrastinasi ini terjadi akibat kegagalan dalam

14

mengidentifikasikan tugas, yang kemudian menimbulkan konflik dalam diri

individu sehingga akhirnya seorang menunda memutuskan masalah.

Selanjutnya bentuk disfunctional procrastination lainnya yaitu avoidance

procrastination yaitu suatu penundaan yang dilakukan sebagai suatu cara untuk

menghindari tugas yang dirasa tidak menyenangkan dan sulit dilakukan.

Prokrastinasi dilakukan untuk menghindari kegagalan dalam menyelesaikan dalam

menyelesaikan pekerjaan yang akan mendatang.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa prokrastinasi dapat

dibedakan menjadi dua jenis berdasarkan tujuan dan manfaat penundaan, yaitu

prokrastinasi yang disfunctional (yang menampakkan penundaan yang tidak

bertujuan dan merugikan) dan prokrastinasi yang functional (yang disertai alasan

yang kuat, mempunyai tujuan pasti sehingga tidak merugikan bahkan berguna agar

tugas dapat selesai dengan maksimal). Penelitian ini dibatasi pada jenis

disfunctional procrastination, yaitu penundaan yang dilakukan pada tugas yang

penting, tidak bertujuan dan bisa menimbulkan akibat negatif.

2.2.3. Ciri-ciri Prokrastinasi Akademik

Di bidang akademik cukup sering terlihat secara langsung perilaku

prokrastinasi akademik di kalangan siswa. Seorang prokrastinator dengan sengaja

menggunakan waktu yang dia miliki untuk melakukan aktivitas lain yang lebih

menyenangkan dan mendatangkan hiburan, seperti bermain gawai, mengobrol,

nonton atau hal lain yang bisa menghambat seseorang menyelesaikan tugasnya.

Menurut Ferrari dalam Fauziah (2015), sebagai suatu perilaku penundaan,

prokrastinasi akademik dapat diamati melalui ciri-ciri sebagai berikut :

15

(1) Penundaan untuk memulai dan menyelesaikan tugas. Seseorang prokrastinator

tahu bahwa tugasnya harus segera diselesaikan tetapi dia menunda-nunda

untuk memulai atau menyelesaikannya jika sudah memulai. Prokrastinator

akan membuat-buat alasan agar tidak segera memulai mengerjakan tugas.

Apabila sudah dimulai, akan ada alasan lagi untuk menunda menyelesaikan

tugasnya.

(2) Keterlambatan dalam menyelesaikan tugas. Seorang prokrastinator melakukan

hal-hal yang tidak dibutuhkan dalam penyelesaian tugas, tanpa

memperhitungkan keterbatasan waktu yang dimiliknya sehingga memerlukan

waktu yang lebih lama daripada waktu yang dibutuhkan pada umumnya dalam

menyelesaikan tugas. Prokrastinator menganggap batas waktu yang diberikan

untuk penyelesaian tugas masih lama sehingga tidak segera merencanakan

penyelesaian. Ketika sudah mendekati batas akhir waktu, prokrastinator baru

menyadari bahwa tugas yang diberikan harus segera selesai namun tugas

tersebut membutuhkan waktu yang lama dalam penyelesaian, sehingga

menyelesaikannya melewati batas akhir waktu.

(3) Kesenjangan waktu antara rencana yang ditetapkan dan kinerja aktual.

Minimnya perencanaan yang dimiliki prokrastinator menjadikan kesenjangan

waktu antara rencana yang ditetapkan dan kinerja aktual. Prokrastinator tidak

memperkirakan tugas yang harus diselesaikan, diantaranya waktu yang

diperlukan, proses, referensi dan hambatan yang mungkin muncul selama

penyelesaian tugas sehingga seorang prokrastinator sering mengalami

keterlambatan dalam memenuhi deadline yang telah ditentukan.

16

(4) Melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada tugas yang harus

dikerjakan. Banyak yang menyebabkan seseorang menunda pekerjaan

termasuk tugas-tugas akademik karena rasa malas, lebih suka bermain atau

refreshing atau kegiatan-kegiatan lain diluar penyelesaian tugas seperti

kegiatan organisasi, komunitas atau ekstrakurikuler. Prokrastinator kurang bisa

memprioritaskan kegiatan mana yang harus diselesaikan terlebih dahulu.

Jadi dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri prokrastinasi akademik adalah

penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan kerja pada tugas yang dihadapi,

keterlambatan dalam mengerjakan tugas, kesenjangan waktu antara rencaca dan

kinerja aktual dan melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada

melakukan tugas yang harus dikerjakan.

2.2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prokrastinasi Akademik

Keadaan siswa dengan prokrastinasi akademik tentunya dilatar belakangi

oleh beberapa faktor penyebabnya. Perilaku prokrastinasi akademik terbentuk dan

berkembang dalam proses sosialisasi yang bisa dimulai dari keluarga, akan

diperkuat lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Dengan kata lain,

seseorang melakukan prokrastinasi akademik tidak terlepas dari faktor-faktor yang

mendasari terbentuknya perilaku prokrastinasi itu sendiri. Tinggi rendahnya

perilaku prokrastinasi akademik siswa diduga banyak dipengaruhi oleh faktor-

faktor pembentuknya.

Fauziah (2015) menjelaskan ada dua faktor yang menyebabkan seseorang

melakukan prokrastinasi, yaitu faktor internal dan eksternal.

17

2.2.4.1. Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam individu yang

menjadikan prokrastinasi akademik. Ghufron (2017) mengatakan beberapa hal dari

dalam diri individu yang menyebabkan prokrastinasi antara lain kondisi fisik dan

psikologi individu.

Keadaan fisik dan kesehatan individu seseorang dapat memengaruhi

munculnya prokrastinasi akademik. Ghufron (2017 : 164) mengatakan seseorang

yang mengalami fatigue (kelelahan) akan memiliki kecenderungan yang lebih

tinggi untuk melakukan prokrastinasi.

Selanjutnya menurut Millgram dalam Ghufron (2017) kondisi psikologis

individu yang mampu memengaruhi munculnya prokrastinasi adalah trait,

misalnya trait kemampuan sosial yang tercermin dalam regulasi diri dan tingkat

kecemasan dalam berhubungan sosial. Tinggi rendahnya motivasi, kontrol diri,

efikasi diri dan keadaan psikologis lain juga dapat memengaruhi perilaku

prokrastinasi seseorang.

Fauziah (2015) memaparkan kondisi-kondisi psikologis seseorang yang

dapat memengaruhi perilaku prokrastinasi, al :

(1) Seseorang tidak mengerti tugas yang diinstruksikan oleh guru. Alasan seorang

prokrastinator melakukan prokrastinasi salah satunya adalah tidak mengerti

tugas yang diinstrusikan oleh guru. Guru bisa jadi kurang lugas dalam

menjelaskan atau menginstruksikan tugas yang diberikan. Faktor dari siswa

sendiri beragam alasannya, siswa kurang menyukai guru pelajaran sehingga

kurang memberikan atensi pada penjelasan guru. Siswa yang tidak inisiatif

18

bertanya pada guru juga dapat menjadikan tidak mengerti tugas yang diberikan,

sehingga mengalami kesulitan dan terlambat menyelesaikan tugasnya.

(2) Tidak menguasai materi. Kesulitan belajar yang dialami siswa juga menjadi

hambatan tersendiri untuk menyelesaikan tugas-tugasnya. Tingkat kesulitan

belajar siswa juga bervariatif. Apabila tingkat kesulitan belajar tinggi maka

siswa perlu usaha dan waktu yang lebih dari siswa pada umumnya untuk

menyelesaikan tugasnya.

(3) Adanya rasa malas yang timbul. Beban tugas yang dirasakan berat bahkan jika

menurutnya melampaui batas kemampuan, siswa akan mengerjakan tugas-

tugasnya dalam tekanan dan perasaan malas. Pada akhirnya siswa akan terbiasa

menunda pekerjaannya.

(4) Tidak bisa mengatur waktu. Padatnya kegiatan yang dilakukan siswa membuat

sebagian siswa kesulitan mengatur waktu untuk menyelesaikan tugas-

tugasnya, seperti kegiatan ekstrakurikuler, organisasi, komunitas atau yang

lain. Namun yang disayangkan tidak sedikit pula siswa yang tidak bisa

mengatur waktunya bukan karena kegiatan yang menunjang prestasinya di

sekolah, namun kegiatan seperti bermain gawai secara berlebihan dan tidak

ingat waktu, hanya untuk bermain sosial media, bermain gim, atau nonton.

(5) Kurang minat pada materi tertentu. Idealnya, setiap siswa harus meminati

semua mata pelajaran yang ada di sekolah. Pada jenjang pendidikan tertentu,

mata pelajaran tersebut sudah diatur sedemikian rupa untuk berbagai disiplin

ilmu seperto yang tercantum dalam struktur kurikulum pendidikan. Akan tetapi

faktanya tidak seperti konsep ideal yang kita inginkan. Ada siswa yang kurang

19

atau bahkan tidak meminati mata pelajaran tertentu. Alasannya cukup beragam,

seperti pelajarannya sukar dimengerti, banyak rumus, banyak hitung-hitungan,

banyak menghafal dan lain-lain.

Kurangnya minat siswa pada materi tertentu berdampak pada proses

belajar siswa. Siswa tidak mempunyai semangat yang tinggi untuk memahami

materi yang tidak diminati sehingga meghambat untuk menyelesaikan tugas

yang diberikan guru.

(6) Mood atau suasana hati yang tidak menentu. Mood atau suasana hati

berpengaruh pada proses pembelajaran siswa terutama siswa yang sedang

mengalami fase remaja. Siswa harus memiliki suasana hati yang baik agar

proses pembelajaran yang dilaksanakan berjalan kondusif seperti mempunyai

semangat yang tinggi, mudah menerima dan memahami pelajaran, serta

lingkungan yang medukung.

Remaja cenderung memiliki emosi yang kurang stabil dan sulit

mengontrolnya sehingga mood atau suasana hati pun berubah-ubah. Menurut

Yusuf dalam Hariyadi (2013) menjelaskan beberapa bentuk perubahan emosi

yang berdampak pada perkembangan perilaku individu seperti memperkuat

dan melemahkan semangat, menghambat atau mengganggu konsentrasi

belajar. Perilaku tersebut juga berpengaruh pada penyelesaian tugas siswa di

sekolah. Apabila siswa sedang tidak mood untuk mengerjakan tugas, siswa

cenderung menunda untuk mengerjakan dan menunggu hingga suasana hatinya

membaik kembali dan kondusif untuk mengerjkan tugas.

20

Dari uraian diatas maka beberapa hal yang berasal dari dalam individu yang

dapat menyebabkan seseorang melakukan prokrastinasi akademik antara lain faktor

fisik, seperti kelelahan dan faktor psikologis seperti rendahya motivasi, rendahnya

self-efficacy, rendahnya kontrol diri, rendahnya minat pada pelajaran, kesulitan

belajar, keadaan emosi yang tidak stabil, dan rendahnya manajemen waktu.

2.2.4.2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang terdapat di luar individu yang

memengaruhi prokrastinasi. Ghufron (2017) menjelaskan ada dua faktor eksternal

yang memengaruhi munculnya perilaku prokrastinasi pada individu, al :

(1) Gaya pengasuhan orangtua. Penelitian yang dilakukan Ferrari dan Ollivete

(Ghufron, 2017 : 165) menemukan bahwa tingkat pengasuhan otoriter ayah

menyebabkan munculnya kecenderungan perilaku prokrastinasi yang kronis

pada subjek penelitian anak perempuan, sedangkan tingkat pengasuhan

otoritatif ayah menghasilakan anak perempuan yang bukan prokrastinator.

(2) Kondisi lingkungan. Millgram (Ghufron, 2017 : 166) mengatakan kondisi

lingkungan yang lenient atau longgar prokrastinasi akademik lebih banyak

dilakukan pada lingkungan yang rendah dalam pengawasan daripada

lingkungan yang penuh pengawasan.

Fauziah (2015) mengutarakan setidaknya ada tujuh faktor eksternal yang

menyebabkan seseorang melakukan prokastinasi akademik, yaitu :

(1) Tingkat kesulitan tugas yang diberikan. Siswa menganggap tugas yang sulit

adalah tugas yang memiliki referensi susah dicari, tugas yang terlalu rumit

untuk diselesaikan, tugas yang membutuhkan proses yang lama untuk

21

diselesaikan, tidak dapat dipahami. Tingginya tingkat kesulitan tugas yang

diberikan membuat siswa menunda pekerjaan atau membutuhkan waktu yang

lebih lama dalam penyelesaian.

Kemudian tugas yang dianggap mudah bagi siswa justru membuat

siswa cenderung mengakhirkan pengerjaan tugas karena yakin mampu

menyelesaikan dalam waktu yang singkat. Seperti membuat paper, atau

meresume materi, dll.

(2) Tidak ada fasilitas untuk mengerjakan, misalnya laptop rusak, tidak ada

jaringan internet, dll. Tugas yang diberikan guru seringkali beragam jenisnya

dengan tujuan untuk membuat proses pembelajaran lebih efektif dan menarik.

Namun dalam penyelesaianya tidak jarang membutuhkan alat atau fasilitas

yang harus digunakan dalam pengerjaannya.

Tidak semua siswa dapat memiliki fasilitas atau alat yang dibutuhkan

dalam penyelesaian tugas seperti laptop, jaringan internet, atau alat dan bahan

untuk membuat prakarya. Jika fasilitas atau alat yang dibutuhkan tidak ada,

seperti laptop rusak, jaringan internet tidak lancar atau tidak adanya uang untuk

membeli bahan atau peralatan tugas, siswa menunda mengerjakan tugas sampai

alat dan fasilitas terpenuhi, seperti menunggu pinjaman laptop dari orang lain,

jaringan internet kembali lancar, atau sampai ada uang untuk membeli

peralatan. Bahkan beberapa siswa menggunakan keadaan tersebut untuk

bermalas-malasan mengerjakan dengan alasan fasilitas dan alat tidak ada atau

tidak lengkap.

22

(3) Kurangnya referensi. Sumbernya sulit dicari dan terbatas sehingga

menyebabkan individu menunda menyelesaikan tugasnya. Hal ini dijadikan

alasan untuk malas mengerjakan tugas.

(4) Waktu pengumpulannya masih lama. Siswa terlalu santai untuk

mengerjakannya karena waktu pengumpulan yang masih lama dan percaya diri

dapat menyelesaikan tugasnya dalam waktu singkat, sehingga siswa

mengerjakan tugas mendekati batas akhir waktu.

(5) Saling mengandalkan teman. Apabila tugasnya dirasa sulit, waktu

pengumpulannya sudah dekat, juga apabila tugas kelompok selalu saling

mengandalkan teman yang lainnya untuk bisa dikerjakan. Dalam hal ini

konformitas teman sebaya juga memberikan dampak negatif pada individu

sehingga melakukan prokrastinasi akademik.

(6) Kesibukkan diluar kegiatan akademik. Banyak siswa yang mengikuti

organisasi atau komunitas atau kegiatan yang lain diluar kegiatan akademik

untuk meningkatkan kualitas dirinya seperti softskiil. Namun padatnya jadwal

seringkali membuat siswa kewalahan mengatur waktu untuk menyelesaikan

tugas akademik, selain itu siswa sudah merasakan kelelahan karena seharian

sudah menjalani berbagai aktivitas. Siswa seringkali menunda mengerjakan

dan megakhirkan penyelesaian sehingga hasil yang dicapai pun tidak

maksimal. Contohnya siswa berangkat pagi ke sekolah untuk mengerjakan PR.

(7) Penumpukkan tugas. Tugas yang banyak seperti tugas individu atau tugas

kelompok membuat individu bingung tugas mana yang harus didahulukan yang

pada akhirnya tugas dikerjakan jika sudah mendekati waktu pengumpulan.

23

Jadi dapat disimpulkan terdapat beberapa faktor dari luar individu yang

dapat menyebabkan seseorang melakukan prokrastinasi akademik seperti gaya

pengasuhan orang tua, kondisi lingkungan, tingkat kesulitan tugas, kurangnya

fasilitas untuk mengerjakan tugas, kurangnya referensi, waktu pengumpulan, saling

mengandalkan teman, kesibukkan diluar kegiatan akademik dan penumpukan tugas

yang terlalu banyak.

Merujuk pada penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa faktor

penyebab munculnya perilaku prokrastinasi akademik pada siswa dipengaruhi dua

faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor dari

dalam individu yang menyebabkan seseorang melakukan prokrastinasi akademik,

dan faktor eksternal yaitu faktor dari luar individu yang menyebabkan seseorang

melakukan prokrastinasi akademik. Kedua faktor tersebut beberapa dapat dikontrol

namun ada yang tidak dapat dikontrol oleh individu.

2.3. Self-Efficacy

Self-efficacy atau efikasi diri merupakan salah satu aspek pengetahuan

tentang diri atau self-knowledge yang paling berpengaruh dalam kehidupan manusia

sehari-hari. Tokoh yang memperkenalkan self-efficacy adalah Bandura.

2.3.1. Pengertian Self-efficacy

Bandura mendefinisikan self-efficacy adalah keyakinan seseorang dalam

kemampuannya untuk melakukan suatu bentuk kontrol terhadap keberfungsian

orang itu sendiri dan kejadian dalam lingkungan (Feist & Feist, 2017 : 157).

Alwisol (2009 : 287) mengatakan efikasi diri adalah penilaian diri, apakah

dapat melakukan tindakan yang baik atau buruk, tepat atau salah, bisa atau tidak

24

bisa mengerjakan sesuai dengan yang dipersyaratkan. Lebih lanjut Ghufron

(2017:77) menjelaskan bahwa self-efficacy adalah keyakinan seseorang mengenai

kemampuan-kemampuannya dalam mengatasi beraneka ragam situasi yang muncul

dalam hidupnya. Menurut Rohana (2015) self-efficacy adalah ekspektasi dari

keyakinan mengenai seberapa jauh seseorang mampu melakukan suatu perilaku

dalam situasi tertentu.

Orang yang ekspektasi efikasinya tinggi (percaya bahwa dia dapat

mengerjakan sesuai dengan tuntutan situasi) dan harapan hasilnya realistik

(memperkirakan hasil sesuai dengan kemampuan diri), orang itu akan bekerja keras

dan bertahan mengerjakan tugas sampai selesai. Self-efficacy mendorong pula

individu untuk cenderung terlibat dalam situasi yang mengandung tantangan dan

memerlukan tindakan yang tepat dalam mencapai hasil yang diharapkan.

Sedangkan individu yang self-efficacynya rendah, kurang yakin akan kemampuan

yang dimilikinya sehingga cenderung ragu-ragu dalam mengambil keputusan dan

tindakan, mudah putus asa, menunda pekerjaan dan akan mengurangi usahanya bila

menghadapi hambatan sehingga pencapaian tujuan bisa tertunda.

Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa self-efficacy

adalah keyakinan diri individu mengenai kemampuannya dalam menghadapi segala

situasi yang muncul dalam hidupnya.

2.3.2. Sumber Terbentuknya Self-Efficacy

Kunci dari perubahan perilaku seseorang dipengaruhi oleh perubahan self-

efficacy pada orang tersebut karena keyakinan terhadap diri sendiri tidak selamanya

tinggi ataupun rendah. Self-efficacy atau keyakinann diri dapat diperoleh, diubah,

25

ditingkatkan, dan diturunkan melalui empat sumber : (1) pengalaman mengalami

sesuatu, (2) pemodelan sosial, (3) persuasi sosial dan (4) kondisi fisik dan emosi.

Berikut penjelasan keempat sumber tersebut.

2.3.2.1. Pengalaman Mengalami Sesuatu

Pengalaman keberhasilan dan kegagalan dalam menyelesaikan tugas

dimasa lalu akan mempengaruhi tinggi dan rendahnya efikasi diri seseorang.

Pengalaman berhasil dimasa lalu tidak selamanya dapat meningkatkan self-efficacy

seseorang, begitupun sebaliknya pengalaman gagal dalam menyelasaikan tugas

tidak serta merta menurunkan self-efficacy seseorang. Hal ini sesuai dengan

pendapat Bandura bahwa sumber yang paling berpengaruh pada self-efficacy adalah

pengalaman menguasai sesuatu atau performa masa lalu (Feist & Feist, 2017: 158).

Pencapaian keberhasilan seseorang memberi dampak efikasi yang

berbeda-beda karena beberapa faktor. Alwisol (2009) membedakannnya menjadi

enam faktor, yaitu :

(1) Semakin sulit tugasnya, keberhasilan akan membuat self-efficacy semakin

tinggi. Artinya, walaupun seseorang berhasil menyelesaikan tugas namun

tingkat kesulitannya sangat rendah tidak memberikan pengaruh efikasi secara

signifikan.

(2) Kerja sendiri, lebih meningkatkan self-efficacy dibanding kerja kelompok

karena seseorang akan tahu tingkat kemampuannya jika menyelesaikannya

sendiri.

(3) Kegagalan menurunkan self-efficacy, kalau orang merasa sudah berusaha

sebaik mungkin. Kegagalan dimasa lalu tidak serta merta menurunkan self-

26

efficacy jika dalam penyelesaian tugasnya tanpa melakukan usaha sama sekali

atau usahanya kecil.

(4) Kegagalan dalam suasana emosional/stress, dampaknya tidak seburuk kalau

kondisinya optimal. Kegagalan dimasa lalu mungkin akan meningkatkan self-

efficacy apabila penyelesaian tugasnya dalam keadaan stress atau tertekan dan

penyelesaian tugas selanjutnya dalam keadaan optimal.

(5) Kegagalan sesudah orang memiliki keyakinan self-efficacy yang kuat,

dampaknya tidak seburuk kalau kegagalan itu terjadi pada orang yang self-

efficacy nya belum kuat.

(6) Kegagalan pekerjaan memiliki efek yang kecil saja bagi self-efficacy,

khususnya bagi mereka yang memiliki ekspektasi kesuksesan tinggi.

Berdasarkan uraian di atas dapat diartikan bahwa pengalaman merupakan

sumber peningkatan self-efficacy yang penting, karena berdasar pengalaman

individu secara langsung. Individu yang pernah memperoleh suatu prestasi, akan

terdorong meningkatkan keyakinan dan penilaian terhadap efikasi dirinya.

Pengalaman keberhasilan individu ini meningkatkan ketekunan dan kegigihan

dalam berusaha mengatasi kesulitan, sehingga dapat mengurangi kegagalan.

2.3.2.2. Pemodelan Sosial

Sumber kedua dari self-efficacy adalah pemodelan sosial atau pengalaman

orang lain (vicarious experience). Self-efficacy meningkat saat kita mengobservasi

keberhasilan orang lain yang mempunyai kompetensi yang setara, sebaliknya self-

effiacy menurun jika mengamati orang yang kemampuannya sama ternyata gagal.

27

Pengaruh vikarius tidak besar jika figur yang diamati berbeda dengan diri

si pengamat. Meningkatnya self-efficacy individu ini dapat menigkatkan motivasi

untuk mencapai suatu prestasi. Peningkatan self-efficacy ini aka menjadi efektif jika

subyek yang menjadi model tersebut mempunyai bayak kesamaan karakteristik

antara individu dengan model, kesamaan tingkat kesulitan tugas, kesamaan situasi

da kondisi serta keanekaragaman yang dicapai oleh model. Jika seseorang

mengamati figur yang mempunyai kompetensi yang setara dan hasilnya gagal, bisa

jadi orang tidak mau mengerjakan apa yang pernah gagal dikerjakan figur yang

diamatinya dalam jangka waktu yang lama.

2.3.2.3. Persuasi Sosial

Self-efficacy dapat ditingkatkan serta diturunkan dengan persuasi sosial.

Pada persuasi sosial, individu diarahkan dengan saran, kritik, nasihat dan

bimbingan sehingga dapat meningkatkan keyakinan terhadap dirinya tentang

kemampuan-kemampuan yang dimiliki yang dapat membantu mencapai tujuan

yang diinginkan.

Kata-kata atau kritik dari sumber yang terpercaya mempunyai daya yang

lebih efektif dibandingkan dengan hal yang sama dari sumber yang tidak terpercaya

(Feist & Feist, 2017 : 159). Meningkatkan self-efficacy melalui persuasi sosial dapat

menjadi efektif hanya bila kegiatan yang didukung untuk dicoba berada dalam

jangkauan perilaku seseorang. Persuasi mungkin sudah meyakinkan seseorang

untuk mengupayakan aktivitas tertentu dan ternyata bila performa ini berhasil

dilakukan, maka pencapaian maupun penghargaan verbal berikutnya akan semakin

28

menigkatkan self-efficacy di depan. Persuasi verbal ini dapat mengarahkan individu

untuk berusaha lebih gigih untuk mencapai tujuan dan kesuksesan.

2.3.2.4. Kondisi Fisik dan Emosional

Keadaan emosi yang mengikuti suatu kegiatan akan mempengaruhi efikasi

di bidang kegiatan itu. Emosi yang kuat, takut, cemas, stress, dapat mengurangi

self-efficacy. Ketegangan fisik dalam situasi yang menekan dipandang individu

sebagai suatu tanda ketidakmampuan karena hal itu dapat melemahkan kinerja

individu.

Self-efficacy yang dimiliki seseorang bersumber dari pengalamannya

dimasa lalu apakah pernah berhasil atau gagal dalam melaksanakan tugas,

pemodelan sosial atau pengalaman yang dimiliki orang lain, kritik dan masukan

dari orang lain serta kondisi fisik dan emosionalnya.

Berdasarkan teori di atas dapat diartikan bahwa faktor-faktor yang dapat

membentuk self-efficacy yaitu pengalaman mengalami sesuatu atau penacapaian

prestasi yang dialami langsung oleh individu yang bersangkutan. Pemodelan sosial

atau pengalaman yang diperoleh individu ketika melihat orang lain dengan

karakteristik yang hampir sama dengan dirinya mencapai keberhasilan dalam

menyelesaikan tugas teretentu. Persuasi sosial atau dukungan verbal kepada

individu agar dapat menyelesaikan tugas dengan baik. Kondisi fisik dan emosional

seseorang ketika menghadapi tugas tertentu.

29

2.3.3. Aspek-apek Self-Efficacy

Self-efficacy memiliki beberapa dimensi yang mempunyai implikasi penting

pada kinerja, artinya self-efficacy bersifat spesifik dalam tugas dan situasi yang

dihadapi.

Menurut Bandura (Ghufron, 2017) self-efficacy pada diri tiap individu akan

berbeda antara satu individu dengan yang lainnya berdasarkan tiga dimensi. Berikut

ini adalah tiga dimensi tersebut :

2.3.3.1. Dimensi Tingkat (Level)

Dimensi ini berkaitan dengan derajat kesulitan tugas ketika individu

merasa mampu untuk melakukannya. Dimensi ini memiliki implikasi terhadap

pemilihan tingkah laku yang akan dicoba atau dihindari. Individu akan mencoba

tingkah laku yang dirasa mampu dilakukannya dan menghindari tingkah laku yang

berada di luar batas kemampuan yang dirasakannya.

2.3.3.2. Dimensi Kekuatan (Strength)

Dimensi ini berkaitan dengan tingkat kekuatan dari keyakinan atau

pengharapan individu mengenai kemampuannya. Pengharapan yang kuat akan

mendorong individu untuk berusaha secara optimal dalam mencapai tujuan,

sebaliknya pengharapan yang lemah akan menggoyahkan usaha dengan didukung

pengalaman-pengalaman yang buruk. Dimensi ini biasanya berkaitan langsung

dengan dimensi level, yaitu makin tinggi taraf kesulitan tugas, makin lemah

keyakinan yang dirasakan untuk menyelesaikannya.

30

2.3.3.3. Dimensi Generalisasi (Generalty)

Dimensi ini berkaitan dengan luas bidang tingkah laku yang mana individu

merasa yakin akan kemampuannya. Apakah terbatas pada suatu aktivitas dan situasi

tertentu atau pada serangkaian aktivitas dan situasi yang bervariasi.

Dari penjelasan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa keyakinan diri

seseorang terhadap kemampuan dan kompetensinya ini memiliki tiga ragam

dimensi, yaitu tingkat kesulitannya (level), (strenght) yang lebih menekankan pada

tingkat kekuatan diri terhadap keyakinan dan generalisasi (generality) yang

berkaitan dengan penguasaan diri atas tugas yang dimiliki.

2.3.4. Proses-proses yang Mempengaruhi Self-Efficacy

Seseorang memiliki self-efficacy yang tinggi tidak semata-mata karena

dipengaruhi hanya satu aspek. Terbentuknya self-efficacy membutuhkan beberapa

proses. Menurut Bandura (1997 : 202-207), proses psikologis dalam self-efficacy

yang turut berperan dalam diri manusia ada empat yaitu proses kognitif,

motivasional, afeksi dan proses pemilihan/seleksi.

2.3.4.1. Proses Kognitif

Proses kognitif merupakan proses berfikir, di dalamnya termasuk

pemerolehan, pengorganisasian dan penggunaan informasi. Kebanyakan tindakan

manusia bermula dari sesuatu yang difikirkan terlebih dahulu. Individu yang

memiliki self-efficacy tinggi lebih senang membayangkan tentang kesuksesan.

Sebaliknya individu yang self-efficacy-nya rendah lebih banyak membayangkan

kegagalan dan hal-hal yang dapat menghambat tercapainya kesuksesan. Semakin

seseorang mempersepsikan dirinya mampu maka individu akan semakin

31

membentuk usaha-usaha dalam mencapai tujuannya dan semakin kuat komitmen

individu terhadap tujuannya.

Fungsi kognitif memungkinkan individu untuk memprediksi kejadian-

kejadian sehari-hari yang akan berakibat pada masa depan. Asumsi yang timbul

pada aspek kognitif ini adalah semakin efektif kemampuan individu dalam analisis

dan dalam berlatih mengungkapkan ide-ide atau gagasan pribadi, maka akan

mendukung individu bertindak dengan tepat untuk mencapai tujuan yang

diharapkan.

2.3.4.2. Proses Motivasi

Individu memberi motivasi/dorongan bagi diri mereka sendiri dan

mengarahkan tindakan melalui tahap pemikiran-pemikiran sebelumnya.

Kepercayaan akan kemampuan diri dapat mempengaruhi motivasi dalam beberapa

hal, yakni menentukan tujuan yang telah ditentukan individu, seberapa besar usaha

yang dilakukan, seberapa jauh mereka dalam menghadapi kesulitan-kesulitan dan

ketahanan mereka dalam mengaadapi kegagalan.

2.3.4.3. Proses Afektif

Proses pengaturan kondisi emosi dan reaksi emosional. Keyakinan

individu akan coping mereka turut mempengaruhi level stres dan depresi seseorang

saat mereka menghadapi situasi yang sulit. Persepsi self-efficacy tentang

kemampuannya mengontrol sumber stres memiliki peranan penting dalam

timbulnya kecemasan. Individu yang percaya akan kemampuannya untuk

mengontrol situasi cenderung tidak memikirkan hal-hal yang negatif. Individu yang

merasa tidak mampu mengontrol situasi cenderung mengalami level kecemasan

32

tinggi, selalu memikirkan kekurangan mereka, memandang lingkungan sekitar

penuh ancaman, membesar-besarkan masalah kecil dan terlalu cemas pada hal-hal

kecil yang sebenarnya jarang terjadi.

2.3.4.4. Proses Seleksi

Kemampuan individu untuk memilih aktivitas dan situasi tertentu turut

mempengaruhi efek dari suatu kejadian. Individu cenderung menghindari aktivitas

dan situasi yang diluar batas kemampuan mereka. Bila individu merasa yakin

bahwa mereka mampu menangani suatu situasi, maka mereka cenderung tidak

menghindari situasi tersebut.

Ketidakmampuan individu dalam melakukan seleksi tingkah laku

membuat individu tidak percaya diri, bingung dan mudah menyerah ketika

menghadapi masalah atau situasi sulit. Self-efficacy dapat membentuk hidup

individu melalui pemilihan tipe aktivitas dan lingkungan. Individu akan mampu

melaksanakan aktivitas yang menantang dan memilih situasi yang diyakini mampu

menangani. Individu akan memelihara kompetensi, minat, hubungan sosial atas

pilihan yang ditentukan.

Jadi dalam proses self-efficacy dalam kemampuan individu mengevaluasi

akan kemampuan dirinya dengan cara proses kognitif yang berguna untuk

mempengaruhi bagaimana individu menafsirkan situasi lingkungan serta dapat

mengambil perencanaan sehingga nantinya self-efficacy bisa mempengaruhi

tindakannya. Dan peran berikutnya proses motivasi berguna untuk membentuk

keyakinan tentang apa yang sanggup individu lakukan. Motivasi diatur oleh

pengaharapan akan hasil dan nilai hasil. Pengharapan akan hasil merupakan

33

perkiraan bahwa perilaku atau tindakan tertentu akan menyebabkan akibat yang

khusus bagi individu. Sedangkan nilai hasil yang mempunyai arti dari konsekuensi-

konsekuensi yag terjadi bila suatu perilaku dilakukan. Individu harus memiliki

pengahrapan yang tinggi untuk mendukung nilai hasil yang tinggi.

Sedangkan proses afeksi berguna untuk mengatasi banyaknya tekanan

yang dialami individu ketika menghadapi permasalahan sehingga jika individu

memiliki afeksi yang tinggi akan mudah menyelesaikan semua tekanan yang ada.

Serta proses seleksi yang dipengaruhi oleh keyakinan serta kemampuan untuk

menyelesaikan permasalahan yang ada. Individu mampu memilih aktivitas dan

lingkungan yang diyakini mampu ditangani.

2.4. Konformitas Teman Sebaya

Pengaruh teman sebaya pada remaja memiliki peran penting dalam

berperilaku, sikap, pembicaraan, minat, dan penampilan lebih besar daripada

pengaruh keluarga karena remaja lebih banyak berinteraksi di luar rumah bersama

teman sebayanya.

Seringkali remaja merasa bahwa yang dilakukannya dalam sebuah kelompok

adalah yang semestinya yang dilakukan atas pertimbangan untuk kebaikan diri

sendiri. Tetapi tanpa disadari bahwa tindakan tersebut atas dasar pengaruh dari luar

dirinya yakni kelompok atau lingkungan. Hal tersebut dilakukannya untuk

menghindar dari tindakan penyimpangan terhadap kelompok dan juga agar tidak

mendapat sanksi sosial seperti ejekan dan rasa tidak nyaman dalam bergaul.

34

2.4.1. Pengertian Konformitas Teman Sebaya

Menurut Cialdini & Giodstein dalam Taylor dkk (2012 : 253) mengartikan

konformitas adalah tendensi untuk mengubah keyakinan atau perilaku seseorang

agar sesuai dengan perilaku orang lain.

Baron dan Byrne (2005 : 53) mendefiniskan bahwa konformitas adalah

sesuatu jenis pengaruh sosial dimana individu mengubah sikap dan tingkah laku

mereka agar sesuai dengan norma sosial yang ada. Dari pendapat tersebut bahwa

individu akan merubah sikap dan tingkah laku dengan adanya pengaruh. Pengaruh

yang dapat memicu munculnya konformitas dapat dikategorikan menjadi dua yaitu

langsung dan tidak langsung. Pengaruh langsung dapat berupa adanya permintaan

dari kelompok agar dapat menyesuaikan dengan norma kelompok tersebut.

Pengaruh tidak langsung berupa keinginan dari individu untuk dapat masuk dan

diterima dalam kelompok sehingga secara tidak langsung memaksanya

menyesuaikan diri. Taylor (2012 : 253) menjelaskan konformitas adalah

kesukarelaan untuk melakukan tindakan karena orang lain juga melakukannya.

Hurlock (1980 : 223) mengungkapkan bahwa remaja merasa dirinya harus

lebih banyak menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok sebaya bila ingin

diidentifikasikan dengan kelompok sebaya. Remaja seringkali mengabaikan

otoritasnya bertindak dan berkehendak sesuai kemauannya dikarenakan pengaruh

dari kelompok untuk bertindak. Kuat tidaknya pengaruh kelompok pada tindakan

konformitas individu tergantung penilaian subjek terhadap norma yang berlaku.

Dari penjelasan diatas tentang penyesuaian (konformitas) teman sebaya,

dapat dipahami bahwa konformitas merupakan perilaku seseorang sebagai usaha

35

untuk menyesuaikan diri dengan norma dari kelompok teman sebaya baik ada

maupun tidak ada tekanan secara langsung yang berupa tuntutan dari teman sebaya

terhadap anggota kelompok namun memiliki pengaruh yang kuat dan dapat

menyebabkan munculnya perilaku tertentu pada anggota kelompok.

2.4.2. Macam-macam Konformitas

Dalam proses mencari identitas diri, remaja bergabung dengan kelompok

tertentu. Di kelompok tersebut remaja belajar banyak hal termasuk mendapatkan

sumber informasi yang penting. Dengan bergabungnya remaja pada satu kelompok

tertentu, maka remaja tersebut sangat mungkin untuk meniru atauapun melakukan

apa saja yang juga dilakukan oleh kelompoknya. Hal ini dinamakan konformitas.

Ada 3 macam konformitas menurut Nail dkk (dalam Myers, 2014 : 253),

yaitu :

(1) Penyesuaian atau Pemenuhan (compliance). Terkadang individu menyetujui

suatu permintaan tanpa meyakini apa yang dilakukannya, seperti mengenakan

suatu baju yang sebenarnya tidak ia sukai.

(2) Kepatuhan (obedience). Individu melakukan apa yang sudah menjadi aturan

yang ada untuk menghindari mendapat hukuman atau sanksi sosial.

(3) Penerimaan (acceptance). Keyakinan individu terhadap kelompoknya, karena

dengan melakukan hal yang dilakukan oleh kelompoknya individu tersebut

akan mendapatkan manfaat yang sesuai dengan apa yang diinginkannya.

Dari penjelasan diatas ada tiga macam konformitas teman sebaya yaitu (1)

penyeseuaian, (2) kepatuhan, (3) penerimaan.

36

2.4.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konformitas

Remaja yang mempunyai tingkat konformitas tinggi akan lebih banyak

tergantung pada aturan dan norma yang berlaku dalam kelompoknya, sehingga

remaja cenderung mengatribusikan setiap aktivitasnya sebagai usaha kelompok.

Ada beberapa faktor yang menentukan sejauh mana individu menuruti

tekanan soial atau melawannya. Chen, et al (King 2010 : 204) menjelaskan secara

umum terdapat dua faktor yang telah diidentifikasikan memberikan sumbangan

pada konformitas, yaitu :

(1) Pengaruh sosial informasional (informational social influence) menunjuk pada

pengaruh orang lain kepada kita karena ingin menjadi benar. Kelompok sosial

dapat memberikan informasi apa yang tidak kita ketahui, atau dapat membantu

kita melihat hal-hal yang tidak dapat kita lihat. Sebagai akibatnya, kita dapat

menyelaraskan karena sepakat dengan kelompok. Kecenderungan untuk

menyelaraskan berdasarkan pengaruh sosial informasional terutama

bergantung pada 2 faktor : seberapa percaya diri kita dengan penilaian mandiri

kita dan seberapa banyak informasi yang kita persepsikan dimiliki oleh

kelompok.

(2) Pengaruh sosial normatif (normative social influence) adalah pengaruh orang

lain pada kita ingin mereka menyukai dan menerima kita. Dengan demikian,

jika kelompok tertentu penting bagi kita, kita akan mengadopsi gaya

berpakaian mereka yang ada di dalam kelompok atau menggunakan kata-kata

gaul yang sama, dan kita mungkin mengasumsikan sekumpulan sikap tertentu

yang mungkin menjadi ciri anggota kelompok.

37

Berikut adalah faktor-faktor yang tampak paling penting mempengaruhi

konformitas (Baron dan Byrne, 2005 : 56-62) :

(1) Kohesivitas

Kohesivitas adalah tingkat ketertarikan yang dirasa oleh individu

terhadap suatu kelompok. Ketertarikan kepada kelompok akan menimbulkan

tekanan untuk melakukan konformitas semakin kuat. Begitupun sebaliknya,

ketika kohesivitas rendah, tekanan terhadap konformitas juga rendah.

Misalnya, buat apa kita mengubah cara berpakaian dan bertingkah laku untuk

menjadi sama denga orang-orang yang tidak kia sukai atau kagumi.

(2) Ukuran Kelompok

Semakin banyak anggota yang tergabung dalam kelompok akan

menambah kuat seseorang untuk melakukan konformitas, bahkan meskipun itu

berarti individu akan menerapkan tingkah laku yang berbeda dari yang

sebelumnya.

(3) Norma Sosial Deskriptif dan Injungtif

Norma deskriptif/himbauan mempengaruhi tingkah laku dengan cara

memberitahu mengenai apa yang umumnya dianggap efektif atau adaptif pada

satu situasi. Sebaliknya, norma injungtif/perintah menetapkan apa yang harus

dilakukan, tingkah laku apa yang diterima atau tidak diterima pada situasi

tertentu.

38

(4) Pengaruh Sosial Normatif

Pengaruh sosial normatif akan menyebabkan berubahnya perilaku

seseorang karena adanya keinginan dari indivdu untuk dapat memenuhi

harapan kelompok agar dirinya tidak ditolak oleh kelompoknya.

(5) Pengaruh Sosial Informasional

Semakin besar kepercayaan individu kepada informasi dan opini

kelompok, semakin mungkin individu menyesuaikan diri dengan kelompok itu.

Segala sesuatu yang meningkatkan kepercayaan individu pada kebenaran

kelompok dimungkinkan juga akan meningkatkan tingkat konformitas.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi

konformitas teman sebaya diantaranya dipengaruhi; (1) Kohesivitas, (2) Ukuran

kelompok, (3) Norma sosial deskriptif dan injungtif, (4) Pengaruh sosial normatif,

dan (5) Pengaruh sosial informasional.

2.4.4. Aspek-aspek Konformitas Teman Sebaya

Penerimaan teman sebaya memberikan andil yang cukup terhadap

konformitas teman sebaya. Hal ini penting bahwa penyesuaian dan penerimaan

teman sebaya akan berpengaruh bagi pembentukan diri menjadi lebih dewasa dan

matang.

Menurut Taylor (2009 : 258) kekompakan yang tinggi menimbulkan

konformitas yang semakin tinggi. Alasan utamanya adalah bahwa bila orang merasa

dekat dengan anggota kelompok yang lain, akan semakin menyenangkan bagi

mereka untuk megakui dan semakin menyakitkan bila mereka mencela. Taylor

(2009 : 261) aspek konformitas diantaranya :

39

(1) Kesepakatan, sesuai yang sudah menjadi bersama menjadikan kekuatan sosial

yang mampu menimbulkan konformitas.

(2) Ketaatan, respon yang timbul sebagai akibat dari kesetiaan atau

ketertundukkan individu atas otoritas tertentu, sehingga otoritas dapat

membuat orang menjadi conform (menyesuaikan diri) terhadap hal-hal yang

disampaikan.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa sub

konformitas teman sebaya meliputi kekompakan, kesepakatan dan ketaatan. Maka

dari itu, peneliti berpendapat bahwa indikator-indikator yang terkandung dalam

konformitas teman sebaya, yaitu (1) kedekatan dan kelekatan dengan anggota

kelompok, (2) perhatian terhadap kelompok, (3) kepercayaan terhadap kelompok,

(4) kesepakatan atau kesamaan pendapat antar anggota kelompok, (5) kepatuhan

untuk melakukan tindakan, dan (6) kerelaan untuk melakukan tindakan.

2.5. Kerangka Berpikir

2.5.1. Pengaruh Self-efficacy terhadap Prokrastinasi Akademik Siswa

Seperti yang dikatakan Ghufron (2017) bahwa faktor prokrastinasi

akademik siswa salah satunya adalah faktor internal. Faktor internal adalah faktor

dari dalam individu, salah satunya adalah kondisi psikologis individu. Kondisi

psikologis yang dapat mempengaruhi siswa melakukan prokrastinasi misalya

keyakinan terhadap dirinya melakukan sesuatu atau self-efficacy.

Self-efficacy adalah keyakinan diri individu mengenai kemampuannya

dalam menghadapi segala situasi yang muncul dalam hidupnya. Feist & Feist

(2010: 211), menjelaskan bahwa self-efficacy sebagai keyakinan individu bahwa

40

mereka mampu untuk melakukan suatu tindakan yang akan menghasilkan sesuatu

yang diharapkan.

Tinggi rendahnya self-efficacy seseorang dapat berpengaruh dalam

menentukan pilihan, besar usaha mereka untuk mencapai tujuan, kegigihan,

ketekunan dan tingkat kecemasan atau ketenangan yang mereka alami ketika

menghadapi kesulitan. Orang yang memiliki self-efficacy tinggi cenderung

sungguh-sungguh dan gigih dalam melakukan usahanya dan menyegerakan

menyelesaikan urusannya tanpa ditunda-tunda. Sebaliknya orang yang memiliki

keyakinan atau self-efficacy yang rendah cenderung melakukan usaha dalam

mencapai tujuannya dengan ragu, cemas bahkan sampai ditunda.

Dari penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa self-efficacy

mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap perilaku individu salah satunya

dalam prokrastinasi akademik siswa. Siswa harus memiliki keyakinan yang tinggi

terhadap dirinya untuk mencapai sesuatu agar tidak menunda-nunda pekerjaan atau

tugas akademiknya.

2.5.2. Pengaruh Konformitas Teman Sebaya terhadap Prokrastinasi

Akademik Siswa

Sobur (2003 : 528) bahwa dalam kehidupan sehari-hari, seseorang biasanya

terus menerus menyesuaikan diri dengan cara-cara tertentu, sehingga penyesuaian

tersebut merupakan suatu pola. Biasanya seseorang dapat memenuhi dan

memuaskan kebutuhannya dengan cara-cara yang dapat diterima oleh umum. Dari

pernyataan di atas dapat diartikan bahwa remaja pun akan menyesuaikan diri

41

dengan lingkungan sekitar agar dapat diterima. Dalam hal ini penyesuaian diri

dengan lingkungan sosial tersebut sebagai konformitas.

Menurut Papalia dkk (2008 : 617) remaja akan merujuk kepada teman untuk

menunjukkan kepada mereka apa yang benar dan apa yang salah. Dengan adanya

penyesuaian atau konformitas dengan teman sebaya merupakan salah satu aspek

yang melatar belakangi perilaku remaja yang salah satunya prokrastinasi akademik.

Salah satu faktor eksternal prokrastinasi akademik siswa adalah konformitas

teman sebaya yang kurang baik. Siswa cenderung menuruti ajakan teman

sebayanya untuk menunda tugas akademiknya dengan alasan kompak. Siswa

menghindari penolakan ajakan teman sebaya karena tidak ingin dikucilkan atau

tidak ingin dianggap melanggar norma kelompoknya.

Dapat disimpulkan bahwa konformitas teman sebaya dalam hal ini adalah

yang kurang baik dapat mempengaruhi perilaku prokrastinasi akademik siswa.

Siswa cenderung menunda menyelesaikan tugas akademiknya karena tidak dapat

menolak ajakan teman sebayanya atau yang sudah dianggap sebagai norma

kelompok.

2.5.3. Pengaruh Self-efficacy dan Konformitas Teman Sebaya terhadap

Prokrastinasi Akademik Siswa

Prokrastinasi adalah suatu kecenderungan untuk menunda dalam memulai

maupun menyelesaikan kinerja secara keseluruhan untuk melakukan aktivitas lain

yang tidak berguna, sehingga kinerja menjadi terhambat, tidak pernah

menyelesaikan tugas tepat waktu, serta sering terlambat dalam menghadiri

pertemuan-pertemuan (Solomon & Rothblum dalam Fauziah, 2015).

42

Tugas akademik yang di emban oleh siswa sudah menjadi hal yang wajib

dikerjakan, namun tidak dipungkiri terkadang siswa tidak segera menyelesaikan

atau menunda-nunda dengan mengerjakan hal lain yang kurang bermanfaat karena

berbagai alasan.

Ada dua faktor siswa melakukan prokrastinasi akademik yaitu faktor

internal dan eksternal. Siswa perlu keyakinan yang tinggi terhadap dirinya agar

mereka dapat mengambil keputusan dengan tepat dan cepat untuk segera

menyelesaikan tugas akademiknya.

Selain faktor internal, faktor eksternal juga mempengaruhi prokrastinasi

akademik siswa salah satunya adalah ajakan teman dan pengaruh lingkungan. Siswa

yang memiliki konformitas tinggi terhadap kelompok teman sebayanya akan

cenderung berperilaku mengikuti teman sebayanya. Apabila norma-norma dan

kebiasaan yang dimiliki kelompok tersebut negatif kemungkinan besar siswa akan

ikut berperilaku negatif agar tidak dikucilkan dalam kelompok.

Oleh karena itu self-efficacy dan konformitas teman sebaya dapat

mempengaruhi perilaku prokrastinasi siswa. Siswa yang memiliki self-efficacy

tinggi dan memiliki konformitas yang rendah akan mengurangi melakukan

menunda menyelesaikan tugas akademiknya. Sebaliknya siswa yang memiliki self-

efficacy rendah serta konformitas terhadap teman sebayanya negatif akan

cenderung menunda-nunda menyelesaikan tugas akademiknya.

43

Gambar 2.1

Kerangka Berpikir “Pengaruh Self-efficacy dan Konformitas Teman Sebaya

terhadap Prokrastinasi Siswa”

Self-efficacy Konformitas

Teman Sebaya

1. Tingkat kesulitan

(level)

2. Kekuatan (strength)

3. Generalisasi

(generality)

1. Kedekatan dan kelekatan dengan anggota

kelompok.

2. Perhatian terhadap kelompok.

3. Kepercayaan terhadap kelompok.

4. Kesepakatan/kesamaan pendapat antar

anggota kelompok.

5. Kepatuhan untuk melakukan tindakan.

6. Kerelaan untuk melakukan tindakan.

tinggi rendah negatif positif

Prokrastinasi

Akademik

1. Penundaan untuk memulai dan

menyelesaikan tugas.

2. Keterlambatan dalam

menyelesaikan tugas.

3. Kesenjangan waktu antara

rencana yang ditetapkan dan

kinerja aktual.

4. Melakukan aktivitas lain yang

tidak berhubungan dengan tugas

yang harus dikerjakan.

rendah

tinggi

44

2.6. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk

kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2016 : 96). Bertolak dari kerangka berpikir yang

berdasarkan pada deskripsi teoritik, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian:

(1) Self-efficacy berpengaruh negatif terhadap prokrastinasi akademik siswa

SMK Ma’arif NU 01 Limpung tahun ajaran 2018/2019.

(2) Konformitas teman sebaya berpengaruh positif terhadap prokrastinasi

akademik siswa SMK Ma’arif NU 01 Limpung tahun ajaran 2018/2019.

(3) Self-efficacy dan konformitas teman sebaya secara bersama-sama

berpengaruh terhadap prokrastinasi akademik siswa tahun ajaran

2018/2019.

92

BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pengaruh antara self-efficacy

dan konformitas teman sebaya terhadap prokrastinasi akademik siswa SMK Ma’arif

NU 01 Limpung Batang tahun ajaran 2018/2019, dapat diambil kesimpulan bahwa:

(1) Ada pengaruh yang signifikan antara self-efficacy terhadap prokrastinasi

akademik siswa di SMK Ma’arif NU 01 Limpung Batang tahun ajaran

2018/2019.

(2) Tidak ada pengaruh antara konformitas teman sebaya terhadap prokrastinasi

akademik siswa di SMK Ma’arif NU 01 Limpung Batang tahun ajaran

2018/2019.

(3) Ada pengaruh dan signifikan antara self-efficacy dan konformitas teman sebaya

terhadap prokrastinasi akademik siswa di SMK Ma’arif NU 01 Limpung

Batang tahun ajaran 2018/2019.

5.2. Saran

Hasil penelitian menemukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara

self-efficacy dan konformitas teman sebaya terhadap prokrastinasi akademik siswa

di SMK Ma’arif NU 01 Limpung Batang tahun ajaran 2018/2019, maka disarankan

hal sebagai berikut :

(1) Bagi Kepala Sekolah, diharapkan dapat memberikan sarana dan prasarana yang

dibutuhkan selama proses pemberian layanan yang dilakukan oleh guru

93

Bimbingan dan Konseling dalam rangka menurunkan tingkat prokrastinasi

akademik siswa.

(2) Bagi guru Bimbingan dan Konseling, diharapkan memberikan layanan yang

sesuai dengan kebutuhan siswa agar memiliki self-efficacy yang tinggi dan

konformitas teman sebaya yang positif. Self-efficacy siswa dapat ditingkatkan

melalui layanan bimbingan dan konseling yang dilakukan oleh guru BK untuk

melatih kegigihan, menambah keyakinan diri, dan manajemen menghadapi

konflik, misalnya dengan pemberian layanan bimbingan kelompok. Sedangkan

dalam membantu siswa memiliki kehidupan sosial yang baik, konformitas

teman sebaya yang positif dapat diberikan layanan informasi tentang pergaulan

yang positif. Untuk mengurangi tingkat prokrastinasi akademik siswa dapat

diberikan layanan konseling individu maupun kelompok, agar siswa

memprioritaskan tugas yang harus diselesaikan. Serta menjalin kerjasama

dengan semua pihak terkait dari lingkungan sekolah maupun lingkungan

keluarga untuk mengawasi siswa kaitannya dengan prokrastinasi akademik

siswa.

(3) Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk lebih mematangkan konsep dan

teori yang dipakai dalam penelitian yang membahas prokrastinasi akademik

ini. Memperhatikan variabel-variabel lain yang mempengaruhi prokrastinasi

akademik selain konformitas teman sebaya, misalnya kontrol diri, regulasi diri,

dll.

94

DAFTAR PUSTAKA

Alwisol. (2009). Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.

Anggara, F., Yusuf, M.A. & Marjohan. (2016). Efektivitas Layanan Bimbingan

Kelompok deng Modeling dalam Meningkatkan Efikasi Diri Siswa dalam

Menghadapi Ujian. Konselor, 5 (1), 42-49. DOI :

https://doi.org/10.24036/02016516485-0-00

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: Rineka Cipta.

Azar, F. S. (2013). Self-Efficacy, Achievement Motivation, and Academic

Procrastination as Predictors of Academic Performance. US-China

Education Review, 3 (11), 847-857.

(https://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/33235950/US-

China_Education_Review_11B.pdf?AWSAccessKeyId=AKIAIWOW

YYGZ2Y53UL3A&Expires=1550556104&Signature=vBySPgkmpO9e

gz8nvOr%2Bc9zpJjY%3D&response-content-

disposition=inline%3B%20filename%3DUS_China_Education_Review

_11B.pdf#page=40)

Azwar, Saifudin. (2011). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka pelajar

Bandura, Albert. (1997). Self-Efficacy: The Exercise of a Control. New York: W.

H. Freeman and Company.

Baron, Robert A. & Byrne, Donn. (2005). Psikologi Sosial. Terjemahan Ratna

Djuwita. Jakarta: Erlangga.

Cinthia, R.R & Erin R.K. (2017). Hubungan antara Konformitas dengan

Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa. Jurnal Empati, 6 (2), 31-37.

(https://www.neliti.com/publications/178226/hubungan-antara-

konformitas-dengan-prokrastinasi-akademik-pada-mahasiswa)

Clara, C., Dariyo, A. & Basaria, D. (2017). Peran Self-Efficacy dan Self-Control

terhadap Prokrastinasi Akademik pada Siswa SMA (Studi pada Siswa

SMA X Tangerang). Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora dan Seni, 1

(2), 159-169. DOI : https://doi.org/10.24912/jmishumsen.v1i2.802

Desmita (2009). Psikologi Pekembangan. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Fauziah, H. H. (2015). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prokrastinasi Akademik

pada Mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Jurnal Ilmiah Psikologi, 2 (2), 123-132.

DOI: https://doi.org/10.15575/psy.v2i2.453

Feist, J., Feist, J. G. & Roberts T-A. (2017). Teori Kepribadian (Edisi 8).

Terjemahan Pertiwi R.A.H.D. Jakarta: Salemba Humanika.

95

Feist, J., Feist, J. G. (2010). Teori Kepribadian (Edisi 7). Terjemahan Sjahputri.

Jakarta : Salemba Humanika.

Ghozali, I. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang

: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Ghufron, M. N. & Risnawita, R. (2017). Teori-teori Psikologi. Yogyakarta : Ar-

Ruz Media.

Hariyadi, S. & Muslikah. (2013). Perkembangan Individu. Yogyakarta :

Deepublish.

Hurlock, Elizabeth B. (1980). Psikologi Perkembangan. Terjemahan Istiwidayanti

dan Soedjarwo. Bandung: Erlangga.

Imansyah, Y. & Setyawan, I. (2018). Peran Konformitas Teman Sebaya terhadap

Prokrastinasi Akademik pada Sisw Laki-laki MA Boarding School Al-

Irsyad. Jurnal Empati, 7 (4), 233-237.

https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/empati/article/view/23455/21416

King, Lura A. (2010). Psikologi Umum. Terjemahan Dian Marwensdy. Jakarta:

Salemba Humanika.

Klassen, R.M., Krawchuk, L.L. & Rajani, S. (2007). Academic Procrastination of

Undergraduates : Low Self-efficacy Predicts Higher Levels of

Procrastinatin. Contemporary Eductional Psychology, 33 (4), 915-931).

https://doi.org/10.1016/j.cedpsych.2007.07.001

Myers, G David. (2014). Psikologi Sosial (Edisi 10). Jakarta: Salemba Humanika.

Octaviani, P. N. & Qodariah, S. (2018). Hubungan antara Efikasi Diri dengan

Prokrastinasi Akademik pada Siswa SMA IT X Bandung. Prosiding

Psikologi Seminar Penelitian Sivitas Akademika Unisba, 4 (1), 89-94.

http://karyailmiah.unisba.ac.id/index.php/psikologi/article/view/9286

Papalia, D. E., Old, S. W., Feldman & R. D. (2008) Human Development

(terjemahan A. K. Anwar). Jakarta : Prenada Media Group.

Putra, S. A, Daharnis & Syahniar. (2013). Efektivitas Layanan Bimbingan

Kelompok dalam Meningkatkan Self Efficacy Siswa. Jurnal Ilmiah

Konseling, 2 (2), 1-6. DOI: 10.24036/02013221399-0-00

Putrisari, F., Hambali, IM. & Handarini, D. M. (2017). Hubungan Self-Efficacy,

Self-Esteem dan Perilaku Prokrastinasi Akademik Siswa Madrasah

Aliyah Negeri di Malang Raya. Teraputik, 1 (1), 60-68. DOI :

https://doi.org/10.26539/1112

Qomariyah, N. (2016). Efikasi Diri, Ketidaknyamanan terhadap Tugas dan

Konformitas Teman Sebaya sebagai Prediktor Prokrastinasi Akademik.

Tesis. Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta.

96

Rahmatia & Halim, N. (2015). Model Pengentasan Sikap Prokrastinasi Akademik

(Studi Pengembangan Berbasis Cognitive Behavior Therapy). Jurnal

Psikologi Pendidikan & Konseling, 1 (2), 133-149. DOI :

https://doi.org/10.26858/jpkk.v1i2

Ramadhani, A. (2016). Hubungan Konformitas dengan Prokrastinasi dalam

Menyelesaikan Skripsi pada Mahasiswa Tingkat Akhir yang Tidak

Bekerja di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Mulawarman Samarinda. PSIKOBORNEO, 4 (3), 507-517.

(http://ejournal.psikologi.fisip-unmul.ac.id/site/wp-

content/uploads/2016/10/Jurnal%20APRLINA%20RAMADHANI%20

-%20ONLINE%20(10-25-16-09-57-08).pdf)

Rohana. (2015). Hubungan Self Efficacy dan Konformitas Teman Sebaya terhadap

Perilaku Menyontek Siswa SMP Bhakti Loa Janan. eJournal Psikologi,

3 (3), 648-658. (http://ejournal.psikologi.fisip-unmul.ac.id/site/?p=864)

Rosmayati, Sunawan & Saraswati, S. (2017). Self-Efficacy dan Konformitas dengan

Prokrastinasi Akademik Mahasiswa. Indonesian Journal of Guidance

and Counseling : Theory and Application, 6 (4).

(https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jbk/article/view/18105)

Sarwono, S.W. (2001). Psikologi Remaja. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Seker, S. S. (2015). Review of the Variables that Predict Academic Procrastination

of University Students. European Scientific Journal, 11 (31), 16-31.

(http://eujournal.org/index.php/esj/article/view/6596)

Sobur, A. (2003). Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif dan R&D). Bandung : Alfabeta.

________. (2016). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif dan R&D). Bandung : Alfabeta.

Sukardi, D. K. & Kusmawati, N. (2008). Proses Bimbingan dan Konseling di

Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta.

Susanti, E & Nurwidawati, D. (2014). Hubungan antara Kontrol Diri dan

Konformitas dengan Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa Program

Studi Psikologi UNESA. Character, 2 (3), 1-7.

(https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/character/article/view/1

0995)

Sutoyo, Anwar. (2012). Pemahaman Individu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Taylor, Shelley E., Letitia A.P, dan David O. Sears. (2012). Psikologi Sosial.

Terjemahan Tri Wibowo. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.

Wardati & Jauhar, M. (2011). Implementasi Bimbingan & Konseling di Sekolah.

Jakarta : Prestasi Pustakarya.

97

Zain, N. & Wahyuni, S.S. (2015). Self Regulated Learning dan Prokrastinasi : Studi

pada Siswa SMK Panca Karya Tangerang. Jurnal Pendidikan Ekonomi

dan Bisnis, 3 (2), 142-150. DOI : http://doi.org/10.21009/JPEB

Zusya, A.R. & Sari Z. A. (2016). Hubungan Self-Efficacy Akademik dengan

Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa yang sedang Menyelesaikan

Skripsi. Jurnal Ilmiah Psikologi, 3 (2), 191-200.

DOI: https://doi.org/10.15575/psy.v3i2.900