Pengaruh Revolusi Perancis Terhadap Perkembangan Ilmu Sosiologi

33
Pengaruh Revolusi Perancis Terhadap Perkembangan Ilmu Sosiologi Pengertian revolusi Perancis menurut wikipedia adalah: “Masa dalam sejarah Perancis antara tahun 1789 dan 1799 di mana para demokrat dan pendukung republikanisme menjatuhkan monark absolut di Perancis dan memaksa Gereja Katolik Roma menjalani restrukturisasi yang radikal. Banyak penyebab yang melatarbelakangi terjadinya revolusi Perancis antara lain: Kemarahan terhadap kekuasaan raja yang mutlak atau absolut, situasi ekonomi yang buruk, kebencian terhadap intoleransi agama, ketidakstabilan dan diskriminasi hak, golongan bangsawan dan kaum rohaniwan memiliki hak-hak istimewa, seperti memungut pajak, tidak dikenai pajak, dan memiliki tanah, sebaliknya rakyat kecil malah diberati pajak, dan lain-lain. Penyebab yang paling mendominasi terjadinya revolusi di Perancis adalah keserakahan Raja Louis XVI dan Maria Antoinette ( istri Raja Louis XVI ), yang mempergunakan uang rakyat untuk kepentingan pribadinya.Ia juga mengatakan: “L'etat c'est moiyang berarti “Negara adalah saya!” yang merupakan semboyannya yang paling terkenal.

description

sosiologi

Transcript of Pengaruh Revolusi Perancis Terhadap Perkembangan Ilmu Sosiologi

Page 1: Pengaruh Revolusi Perancis Terhadap Perkembangan Ilmu Sosiologi

Pengaruh Revolusi Perancis Terhadap Perkembangan Ilmu Sosiologi

             Pengertian revolusi Perancis menurut wikipedia adalah: “Masa dalam sejarah Perancis antara tahun 1789 dan 1799 di mana para demokrat dan pendukung republikanisme menjatuhkan monark absolut di Perancis dan memaksa Gereja Katolik Roma menjalani restrukturisasi yang radikal. Banyak penyebab yang melatarbelakangi terjadinya revolusi Perancis antara lain: Kemarahan terhadap kekuasaan raja yang mutlak atau absolut, situasi ekonomi yang buruk, kebencian terhadap intoleransi agama, ketidakstabilan dan diskriminasi hak, golongan bangsawan dan kaum rohaniwan memiliki hak-hak istimewa, seperti memungut pajak, tidak dikenai pajak, dan memiliki tanah, sebaliknya rakyat kecil malah diberati pajak, dan lain-lain. Penyebab yang paling mendominasi terjadinya revolusi di Perancis adalah keserakahan Raja Louis XVI dan Maria Antoinette ( istri Raja Louis XVI ), yang mempergunakan uang rakyat untuk kepentingan pribadinya.Ia juga mengatakan: “L'etat c'est moi” yang berarti “Negara adalah saya!” yang merupakan semboyannya yang paling terkenal.

Pada saat menjelang revolusi banyak kerusuhan-kerusuhan yang terjadi yang dilakukan oleh rakyat karena pada saat itu terjadi perebutan kudeta antara rakyat dan rajanya. Puncak kemarahan rakyat terjadi pada tanggal 14 Juli 1849 yang ditandai dengan penyerangan atas penyerbuan dan sekaligus meluluhlantahkan penjara Bastille. Hari itu pula merupakan awal dimulainya revolusi Perancis, yang kelak juga menjadi inspirasi revolusi di sejumlah negara Eropa dan juga revolusi industri. Penjara ini merupakan lambang kekuasaan dan kesewenangan Raja Louis. Setelah itu, Kerajaan Perancis diubah menjadi sebuah republik dan diperintah oleh pemerintahan Terror atau Reign of Terror (suatu sistem

Page 2: Pengaruh Revolusi Perancis Terhadap Perkembangan Ilmu Sosiologi

pemerintahan dengan cara-cara diktator). Kemudian, pada tahun 1795, sistem pemerintahan Terror itu dibentuk sistem pemerintahan Directorie (1795-1799), tetapi tidak berhasil mengatasi kekacauan-kekacauan yang terjadi di Perancis.

              Kemudian Revolusi Perancis berhasil ditaklukkan oleh Napoleon Bonaparte, lalu Ia di angkat menjadi kaisar Perancis. Revolusi berhasil menguasai istana, pada tanggal 16 Januari 1793 M. Raja Louis XVI dipenggal dengan pisau Guillotine, kemudian menyusul Maria Antoinette. Perancis di bawah pemerintahan revolusioner membentuk negara, dengan tentara milisi dipimpin Napoleon Bonnaparte yang bersemboyan liberte, egalite, dan fraternette yang diabadikan pada warna bendera biru-putih-merah. Pada perang koalisi VI, tahun 1814, Perancis dikalahkan oleh pasukan koalisi dan Napoleon dibuang ke pulau Elba. Pada tahun 1815 Napoleon meloloskan diri dan terjadi perang koalisi ke VII, akhirnya Perancis dapat dikalahkan kembali dan Napoleon dibuang ke pulau St. Helena.

             Revolusi Perancis membawa pengaruh yang sangat luas , secara politis lahirnya paham-paham baru seperti liberalism, demokrasi, dan nasionalisme sebagai perkembangan dari semboyan revolusi liberte, egalite, dan fraternette. berakhirnya Revolusi Perancis, semua orang berharap bahwa kesamaan (egalite), persaudaraan (fraternite), dan kebebasan liberte) yangmenjadi semboyan revolusi benar-benar akan terwujud. Ketiga semboyan itu memiliki kaitan yang erat satu sama lain.

Namun, dalam kenyataannya berbeda dengan apa yang diharapkan. Revolusi memang telah mendatangkan perubahan, namun pada saat yang sama juga telah mendatangkan kekuatiran yanglebih besar. Apa sesungguhnya yang terjadi? yang terjadi adalah timbulnya anarki (situasi tanpaaturan) dan kekacauan (chaos) yang lebih besar setelah terjadinya

Page 3: Pengaruh Revolusi Perancis Terhadap Perkembangan Ilmu Sosiologi

Revolusi Perancis. Banyak sekali ketegangan-ketegangan pada saat itu seperti pendiskriminasian terhadap orang miskin. August Comte adalah orang yang pertama kali membuat deskipsi ilmiah atas situasi sosial seperti ini. Dialah yang pertama kali menggunakan kata "sosiologi". Walaupun sosiologi muncul pada abad ke-19 pada masanya August Comte, akan tetapi perhatian terhadap mayarakat sudah ada sebelum abad 19, hanya saja masih berupa pemikiran-pemikiran dan belum menjadi suatu ilmu. Contohnya Aristoteles (384-322 SM), didalam bukunya politics, Aristoteles mengadakan suatu analisis mendalam terhadap lembaga-lembaga politik dalam masyarakat, abad ke-17 ditandai tulisan Hobbes (1588-1679) yang berjudul The Leviathan, Inti ajarannya di ilhami oleh hukum alam, fisika dan matematika. Dia beranggapan bahwadalam keadaan alamiah, kehidupan manusia didasarkan pada keinginan-keinginan yangmekanis, sehingga manusia selalu ingin berkelahi, akan tetapi mereka mempunyai pikiran bahwa hidup damai dan tentram jauh lebih baik, awal abad ke-19 muncullah ajaran Saint Simon (1760-1825) yang terutama mengatakan bahwa manusia hendaknya dipelajari dalam kehidupan berkelompok. Muncullah di abad ke-19 nama Auguste Comte yang telah menulis beberapa buah buku yang berisikan tentang pendekatan-pendekatan umum untuk mempelajari masyarakat. Nama yang dipakai pada saat itu adalah "sosiologi" ( 1839) yang berasal darikata latin socius yang berarti "kawan", "teman", "masyarakat" dan dari kata yunani logos yang berarti "kata", "berbicara". Jadi sosiologi adalah berbicara tentang masyarakat.Lahirnya sosiologi, tercatat pada 1842,

Page 4: Pengaruh Revolusi Perancis Terhadap Perkembangan Ilmu Sosiologi

REVOLUSI PRANCIS

Sebelum meletus revolusi, masyarakat Prancis terbagi ke dalam tiga golongan politik: pertama, golongan bangsawan kaya yang berjumlah sekitar 400.000 orang; kedua, terdiri dari golongan gereja atau agamawan yang berjumlah sekitar 100.000 yang terdiri dari rahib dan biarawan katolik, pendeta dan uskup; dan ketiga, meliputi sekitar 99% warga negara Prancis.

Golongan ketiga ini pun dibagi ke dalam tiga bagian:

(1) golongan menengah (borjuis) seperti ahli hukum, dokter, pedagang, pengusaha dan pemilik pabrik;

(2) kaum buruh dan pekerja, dan;

(3) golongan petani.

Hak-hak politik dan hak-hak istimewa dapat dimiliki seseorang bergantung dari kedudukannya dalam golongannya tersebut. Masyarakat Prancis merasakan adanya ketidakadilan sebagai akibat dari perbedaan pemberian hak dan kewajiban khususnya pada golongan yang ke tiga.

1. Latar Belakang Lahirnya Revolusi Prancis

a. Ketidakadilan Politik dan Ekonomi

Page 5: Pengaruh Revolusi Perancis Terhadap Perkembangan Ilmu Sosiologi

Kaum bangsawan memegang peranan yang sangat penting dalam bidang politik, sehingga segala sesuatunya ditentukan oleh bangsawan sedangkan raja hanya mengesahkan saja. Ketidakadilan dalam bidang politik dapat dilihat dari pemilihan pegawai-pegawai pemerintah yang berdasarkan keturunan dan bukan berdasarkan profesi atau keahlian, Hal ini menyebabkan administrasi negara menjadi kacau dan berakibat munculnya tindakan korupsi. Ketidakadilan politik lainnya adalah tidak diperkenankannya masyarakat kecil untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan pemerintahan.

Penyebab lain meletusnya Revolusi Prancis adalah masalah keuangan yang disebabkan oleh pengeluaran yang berlebihan oleh raja-raja Prancis pada tahun 1600-1700-an. Untuk menanggulangi masalah tersebut, raja Prancis menggunakan sistem pajak kepada rakyatnya. Namun, sistem pajak yang digunakan tidak mampu memberikan keadilan bagi rakyatnya. Golongan I dan II bebas dari pajak tertentu. Sebagian borjuis yang kaya juga terbebas dari pajak dengan cara membeli surat lisensi bebas pajak, sedangkan golongan III, yakni para petani dan buruh, dikenakan semua jenis pajak antara lain pajak diri, pajak penghasilan, pajak tanah dan rumah, pajak garam, dan pajak anggur.

b. Lemahnya Wibawa Raja Perancis

Raja Prancis seperti Louis XV dan XVI menyadari bahwa masalah keuangan negara dapat teratasi bila setiap orang atau

Page 6: Pengaruh Revolusi Perancis Terhadap Perkembangan Ilmu Sosiologi

golongan membayar pajak. Akan tetapi karena mereka tidak memiliki kewibawaan dalam menindak golongan I dan II, maka golongan tersebut tetap memiliki hak-hak istimewa dan bebas dari pajak.

1) Munculnya Filsuf-filsuf Pembaharu

Pada pertengahan abad ke-18 di Prancis bermunculan para penulis dan filsuf terkenal. Tulisan-tulisan yang mereka buat banyak menyinggung kelemahan dan kesalahan pemerintah, seperti ketidakadilan sosial, politik dan ekonomi. Adapun tokoh-tokoh pembaharu tersebut di antaranya:

(a) Montesquieu, yang menulis buku berjudul Lesprit des Lois (Jiwa Undang-undang) yang menerangkan sejarah undangundang dan peraturan pemerintah beserta kelebihan dan kelemahannya. Inti dari buku tersebut menerangkan kekuasaan negara yang dibagi ke dalam tiga kekuasaan yakni legislatif, eksekutif dan yudikatif yang dikenal dengan nama Trias Politica.

(b) Voltaire, seorang tokoh pembaharu yang bersifat kritis terhadap pemerintah. Ia mengecam peraturan-peraturan negara dan menyatakan bahwa pemerintahan Raja Louis XVI bukanlah sebuah pemerintahan demokratis melainkan pemerintahan otokrasi yang berpusat pada kekuasaan seorang raja. Dalam hal ini raja menjalankan pemerintahan bukan untuk kepentingan rakyat akan tetapi untuk kepentingan pribadi atau golongan.

(c) J.J. Rousseau, seorang filsuf yang menaruh perhatian terhadap pelaksanaan kedaulatan dan persamaan rakyat dan menganjurkan agar Prancis melaksanakan sistem

Page 7: Pengaruh Revolusi Perancis Terhadap Perkembangan Ilmu Sosiologi

pemerintahan demokrasi. Atas idenya tersebut ia dianggap sebagai “Bapak Demokrasi Modern”.

c. Absolutisme Monarki

Absolutisme monarki adalah suatu bentuk pemerintahan kerajaan yang rajanya berkuasa secara mutlak dan tidak dibatasi oleh undang-undang. Dalam pemerintahan ini, nasib negara berada di tangan raja. Raja Louis XVI adalah raja yang tidak memiliki kewibawaan, tidak mampu membuat keseragaman administrasi dan bersifat depotisme serta feodalisme. Hal ini mengakibatkan banyak para pejabat pemerintahan yang melakukan penyelewengan dan ketidakadilan bagi rakyat.

2. Penyerangan ke Penjara Bastille: Kelahiran Revolusi Prancis

Seperti yang telah disinggung di atas bahwa salah satu sebab yang mengakibatkan Revolusi Prancis adalah masalah keuangan. Sebagai tindak lanjut dalam mengatasi permasalahan keuangan, Raja Louis XVI berusaha menerapkan pajak kepada Golongan I dan II. Akan tetapi tindakan ini mengalami kegagalan karena tidak disetujui oleh golongan bangsawan. Golongan ini berpendapat bahwa semua pajak yang baru yang akan diterapkan harus mendapat persetujuan dari Estates General atau Badan Legislatif yang merupakan badan perwakilan dari ke tiga golongan masyarakat Prancis.

Page 8: Pengaruh Revolusi Perancis Terhadap Perkembangan Ilmu Sosiologi

Masyarakat Perancis mengharapkan agar Estates General dapat berperan dalam kehidupan politik di Prancis. Namun, dalam tubuh Estates General sendiri terdapat perselisihan pendapat tentang tata cara pemungutan suara (voting) di antara ke tiga golongan. Golongan I dan II menghendaki voting dilakukan oleh golongan mereka (estates). Sedangkan golongan III menyadari bahwa jumlah mereka jauh lebih banyak dan menghendaki agar voting dilakukan secara individual.

Perselisihan tersebut diakhiri dengan pengusiran anggota golongan III dari tempat sidang pertemuan oleh Louis XVI. Golongan III tersebut akhirnya bersidang di lapangan tenis tertutup (jeu de pume). Di tempat tersebut mereka membentuk Dewan Nasional atau National Assembly atas anjuran Abbe Syies pada tanggal 17 Juni 1789.

Hal ini dianggap sebagai awal dimulainya Revolusi Prancis. Tuntutan Dewan Nasional adalah menuntut adanya peran politik yang besar dalam pemerintahan serta diakuinya hak-hak mereka dan meminta terbentuknya undang-undang atau konstitusi bagi Prancis sesuai dengan sumpah Jeu de Paume.

Pada 9 Juli 1789 terbentuklah Assembly National Constituante (Dewan Nasional Konstituante) yang terdiri dari perwakilan semua golongan yang bertugas membuat rancangan undangundang dasar. Lahirnya lembaga ini menunjukkan lemahnya kedudukan dan kewibawaan Raja Louis XVI dan

Page 9: Pengaruh Revolusi Perancis Terhadap Perkembangan Ilmu Sosiologi

keberanian Assembly National. Bastille adalah sebuah benteng pertahanan kota Paris yang dibangun pada tahun 1300. Benteng ini diubah menjadi penjara bagi tawanan politik yang membahayakan kekuasaan raja.

Penyerangan penduduk Prancis ke penjara Bastille dilatarbelakangi oleh kabar tentang pengumpulan pasukan kerajaan yang berjumlah 20.000 orang untuk membubarkan Dewan Nasional dan melawan revolusi. Alasan lain penyerbuan penduduk terhadap penjara Bastille adalah raja bertindak sewenang-wenang terhadap rakyat, rakyat ingin menghancurkan simbol kekuasaan raja, rakyat ingin membebaskan para tokoh dan pimpinan politik yang di penjara yang seluruhnya berjumlah 7 orang. Singkatnya, Bastille adalah simbol dari kejahatan Raja Louis. Dikeluarkannya “Deklarasi Hak-hak Manusia dan Warga Negara” (Declaration des Droits de I’home et du Citoyen) pada tanggal 26 Agustus 1789 oleh pihak kerajaan, telah memicu rakyat Paris untuk memberontak.

Melalui deklarasi ini rakyat Prancis memiliki hak kemerdekaan, hak milik, hak keamanan dan hak perlindungan dari tindakan kekerasan. Dalam deklarasi ini juga dinyatakan bahwa semua orang memiliki persamaan (equality) di depan hukum, memiliki hak untuk berbicara, memilih agama dan kebebasan pers. Inti deklarasi ini merujuk pada ajaran Rousseau yang memuat asas kedaulatan rakyat, kemerdekaan, persaudaraan dan persamaan.

Page 10: Pengaruh Revolusi Perancis Terhadap Perkembangan Ilmu Sosiologi

Prinsip-prinsip kemerdekaan (liberty), persamaan (equality), dan hak-hak alami (natural right) dirumuskan kembali dalam konstitusi Prancis yang baru. Pada dasarnya konstitusi tersebut berisi jaminan hak-hak rakyat dan pembatasan kekuasaan raja. Raja Louis XVI menerima konstitusi tersebut sehingga corak pemerintahan Prancis menjadi monarki konstitusional, yang berarti kerajaan yang mempunyai undang-undang dasar.

3. Bentuk-bentuk Pemerintahan Prancis Pasca Revolusi

a. Pemerintahan Monarki Konstitusional (1789-1793)

14 Juli 1789 merupakan langkah awal yang diambil oleh pemerintah revolusi, yaitu dengan dibentuk Pasukan Keamanan Nasional yang dipimpin oleh Jendral Lafayette. Selanjutnya dibentuk Majelis Konstituante untuk menghapus hak-hak istimewa raja, bangsawan, dan pimpinan gereja. Semboyan rakyat segera dikumandangkan oleh J.J. Rousseau yaitu liberte, egalite dan fraternite. Dewan perancang undang-undang terdiri atas Partai Feullant dan Partai Jacobin. Partai Feullant bersifat pro terhadap raja yang absolut, sedangkan Partai Jacobin menghendaki Prancis berbentuk republik.

 Mereka beranggotakan kaum Gerondin dan Montagne di bawah pimpinan Maxmilien de’Robespierre, Marat, dan Danton. Pada masa ini juga raja Louis XVI dijatuhi hukuman pancung (guillotine) pada 22 Januari 1793 pada saat itu bentuk pemerintahan Prancis adalah republik.

Page 11: Pengaruh Revolusi Perancis Terhadap Perkembangan Ilmu Sosiologi

b. Pemerintahan Teror atau Konvensi Nasional (1793-1794)

Pada masa ini pemegang kekuasaan pemerintahan bersikap keras, tegas, dan radikal demi penyelamatan negara. Pemerintahan terror dipimpin oleh Robespierre dari kelompok Montagne. Di bawah pemerintahannya setiap orang yang kontra terhadap revolusi akan dianggap sebagai musuh Prancis. Akibatnya dalam waktu satu tahun terdapat 2.500 orang Prancis dieksekusi, termasuk permaisuri Louis XVI, Marie Antoinette.

 Hal ini menimbulkan reaksi keras dari berbagai pihak. Akhirnya terjadi perebutan kekuasaan oleh kaum Girondin. Robespierre ditangkap dan dieksekusi dengan cara dipancung bersama dengan 20 orang pengikutnya. Pada Oktober 1795 terbentuklah pemerintahan baru yang lebih moderat yang disebut Pemerintahan Direktori.

c. Pemerintahan Direktori atau Direktorat (1795-1799)

Pada masa Direktori, pemerintahan dipimpin oleh lima orang warga negara terbaik yang disebut direktur. Masing-masing direktur memiliki kewenangan dalam mengatur masalah ekonomi, politik sosial, pertahanan-keamanan, dan keagamaan. Direktori dipilih oleh Parlemen. Pemerintah direktori ini tidak bersifat demokratis sebab hak pilih hanya diberikan kepada pria dewasa yang membayar pajak.

Page 12: Pengaruh Revolusi Perancis Terhadap Perkembangan Ilmu Sosiologi

Dengan demikian wanita dan penduduk miskin tidak memiliki hak suara dan tidak dapat berpartisipasi. Pada masa pemerintahan direktori, rakyat tidak mempercayai pemerintah karena sering terjadinya tindak korupsi yang dilakukan oleh pejabat pemerintah yang berakibat terancamnya kesatuan nasional Prancis. Akan tetapi, dari segi militer Prancis mengalami kemajuan yang pesat, hal ini berkat kehebatan Napoleon Bonaparte. Ketidakpercayaan rakyat terhadap pemerintah ini berhasil dimanfaatkan Napoleon untuk merebut pemerintahan pada tahun 1799.

d. Pemerintahan Konsulat (1799-1804)

Pemerintahan konsulat dibagi ke dalam tiga bagian, yaitu Napoleon sebagai Konsulat I, Cambaseres sebagai Konsulat II, dan Lebrun sebagai Konsulat III. Akan tetapi dalam perjalanan sejarah selanjutnya Napoleon berhasil memerintah sendiri. Di bawah pimpinan Konsulat Napoleon, Perancis berhasil mencapai puncak kejayaannya. Tidak hanya dalam bidang militer akan tetapi juga dalam bidang sosial, politik, ekonomi, dan budaya. Pada tahun 1803 Napoleon terpilih sebagai kaisar Prancis atas dasar voting dalam sidang legislatif. Penobatannya dilaksanakan pada 2 Desember 1804 oleh Paus VII.

e. Masa Pemerintahan Kaisar (1804-1815)

Napoleon sebagai kaisar dimulai dengan pemerintahannya yang bersifat absolut. Hal ini jelas tidak disukai oleh rakyat

Page 13: Pengaruh Revolusi Perancis Terhadap Perkembangan Ilmu Sosiologi

Prancis. Napoleon memiliki keinginan untuk mengembalikan kekuasaan raja secara turun-temurun dan menguasai seluruh wilayah Eropa. Ia mengangkat saudara-saudaranya menjadi kepala Negara terhadap wilayah yang berhasil ditaklukannya. Oleh karena itu, pemerintahan Napoleon disebut juga pemerintahan nepotisme.

Pemerintahan kekaisaran berakhir setelah Napoleon ditangkap pada tahun 1814 setelah kalah oleh negara-negara koalisi dan dibuang di Pulau Elba. Karena kecerdikannya Napoleon berhasil melarikan diri dan segera memimpin kembali pasukan Prancis untuk melawan tentara koalisi selama 100 hari. Namun, karena kekuatan militer yang tak seimbang, akhirnya Napoleon mengalami kekalahan dalam pertempuran di Waterloo pada tahun 1915. Dia dibuang ke pulau terpencil di Pasifik bagian selatan, St. Helena sampai akhirnya meninggal pada tahun 1821.

f. Pemerintahan Reaksioner

Rakyat merasa tidak senang terhadap sistem pemerintahan absolute yang dilakukan oleh Napoleon. Oleh karena itu rakyat kembali memberi peluang pada keturunan Raja Louis XVIII untuk menjadi raja di Prancis kembali (1815-1842). Raja yang berkuasa pada saat sistem pemerintahan Reaksioner, selain Raja Louis XVIII, adalah Raja Charles X (1824-1840) dan Raja Louis Philippe (1830-1848).

Page 14: Pengaruh Revolusi Perancis Terhadap Perkembangan Ilmu Sosiologi

4. Dampak Revolusi Prancis

Revolusi Prancis secara politik telah mengakibatkan berkembangnya faham liberal yang menghendaki demokrasi dan kebebasan individu, lahirnya negara-negara republik yang demokratis, munculnya aksi-aksi revolusioner untuk menentang penguasa absolut. Prancis yang pada awalnya bersifat absolute (kekuasaan raja yang tidak terbatas) menjadi negara yang demokratis (negara yang berundang-undang dan mempunyai Dewan Perwakilan Rakyat).

Revolusi Prancis secara ekonomi telah mengakibatkan sistem pajak feodal dihapus, berkembangnya industri modern, munculnya system perdagangan bebas dan keadilan dalam sistem perpajakan. Revolusi Prancis secara sosial-budaya telah mengakibatkan sistem feodalisme terhapus, munculnya susunan masyarakat yang baru tanpa kelas, adanya usaha pemerataan pendidikan dan pengajaran, adanya kebebasan beragama, serta langkah Napoleon diikuti oleh banyak negara lain.

Di abad ke-14 terjadi apa yang dinamakan Renaisance di Eropa yang dimulaikan dari Itali. Renaisance atau terlahir kembali; seorang sejarahwan Belanda Johan Huizinga, menamakan sebagai suatu zaman impian pada masa lampau dimana kaum intelek Eropa memimpikan suatu masa kebesaran dan kejayaan. “The Intelect Beauty” seperti apa yang dilihat oleh pelukis Botticelli dalam karya

Page 15: Pengaruh Revolusi Perancis Terhadap Perkembangan Ilmu Sosiologi

lukisannya “Lahirnya Venus” lukisan “David” dari Michelangelo, Monalisanya Leonardo da Vinci, Loirenya Erasmus dan banyak lagi ahli-ahli pahat dan bangunan. Pendek kata Huruf “R” berarti “Individualisme” dan “Modernisasi” bagi Eropa yang telah dimulaikan dari Itali. Lebih rinci adalah suatu kesempatan dimana seseorang lebih melihat ke dalam individunya dan karya kesanggupan mencipta.

Tetapi “R” bisa juga berkembang menjadi sebuah mitos, karena kesempurnaan yang ingin dimiliki manusia adalah tanpa batas, dan tak mudah terpuaskan bahkan bisa berkembang kearah yang salah karena tak terkontrol dan ini telah dibuktikan oleh sejarah yang terjadi di Perancis.

Sejak zaman Louis XII, yang beristrikan Maria de Midici seorang putri Italia, kerajaan Perancis telah bercita-cita bahwa Perancis akan menjadi pusat kebudayaan di Eropa, mengambil alih kebesaran Itali. Cita-cita ini menurun ke Louis ke-XIV atau si Raja Matahari. Untuk itulah Versailles telah dibangun, dan tatakrama kaum bangsawan dilatih, demikian pula budi bahasanya. Versailles adalah simbol kecemerlangan Renaissance (”R”).

Bentuk Pemerintahan Perancis sebelum Revolusi.

Raja mempunyai kekuasaan yang tidak terbatas, memuncak pada Louis ke-XIV, yang selalu mengulangi perkataan: “Lietat c’est moi” (I am the state). Namun demikian negara berbentuk Collonne dibawah pengawasan umum, setiap daerah memperhatikan kesejahteraannya sendiri-sendiri. Penduduk terdiri dari kaum bangsawan, kaum agama dan rakyat.

Kaum bangsawan dan agama punya hak-hak istimewa namun rakyat tidak punya hak apapun. Mereka hanya berkewajiban membayar pajak, dan jumlah dari rakyat inilah yang paling banyak. Pajak-pajak yang harus ditanggung rakyat adalah : pajak diri (capitation), pajak penghasilan, pajak rumah dan harta tetap, pajak tanah, pajak garam, pajak untuk gereja, pajak untuk kaum bangsawan, pajak untuk barang-barang kerajinan yang dihasilkan rakyat, pajak berdagang dan banyak lagi. Rakyat tidak punya hak untuk duduk dalam

Page 16: Pengaruh Revolusi Perancis Terhadap Perkembangan Ilmu Sosiologi

pemerintahannya. Hanya kaum bangsawan dan kaum agama yang bisa memegang pemerintahan, tidak dari golongan rakyat yang dianggap bodoh dan tidak terdidik. Oleh karena itu golongan rakyatpun berusaha untuk bersungguh-sungguh dalam bidang kerajinan, menenun, belajar sendiri, dan berdagang secara kecil-kecilan. Yang paling penting dari golongan rakyat ini muncul ahli-ahli pikir yang kemudian membela hak-hak mereka sebagai rakyat.

Lahirnya para pemikir penganjur perubahan.

J.J. Rousseau (1712 - 1775)

Pemujaan dan pujiannya kepada rakyat dapat dikatakan terlalu berlebihan. Sebagai seorang penulis dia tergolong pemuja alam, sama seperti dua orang kawannya dari Inggris yaitu William Words Worth dan Charles Dickens. Manusia adalah bagian dari alam, dan dia lebih memuja rakyat, karena dalam tingkah laku rakyat yang polos terdapat ketulusan, tidak pada orang yang telah dihaluskan atau telah dipoles oleh tatakrama. Rakyat adalah segala-galanya bagi dia. J.J. Rousseau menyiarkan faham kemerdekaan bagi manusia dan persamaan. Rousseau menulis buku yang berjudul “Contract Sosial“. Dijelaskannya bagaimana seharusnya undang-undang dan peraturan-peraturan untuk manusia yang beradab. Tulisan Rousseau ini amat mendapat perhatian rakyat Perancis, dipandang sebagai buku suci ke arah perubahan sehingga semua rakyat merasa berkewajiban untuk membacanya. Inti dari Sociale Contract bahwa kekuasaan adalah ditangan rakyat.

Voltaire (1694 1778)

Sebenarnya pada zamannya, Voltaire lebih dikenal sebagai seorang pujangga daripada seorang ahli hukum. Dengan tegas dan jitu dikritiknya pemerintahan Louis ke-XIV yang aristokrat. Dia membandingkan pemerintahan di Inggris yang berparlemen dengan di Perancis yang hanya namanya punya parlemen, sedangkan, parlemen sejak Louis ke-XIII tidak lagi berfungsi. Kemudian dia membandingkan pemerintahan Frederick II di Jerman yang bertindak demi masyarakat banyak. Voltaire menyokong pendapat J.J. Rousseau

Page 17: Pengaruh Revolusi Perancis Terhadap Perkembangan Ilmu Sosiologi

dengan mengatakan bahwa semua peraturan yang telah tidak sesuai harus ditiadakan.

Montesqueu (1659-1755)

Bukunya adalah “L’Esprit des Lois” (Jiwanya Undang-Undang). Diterangkan sejarah dari Undang-Undang dan peraturan-peraturan pemerintah, dirincinya segala keburukan dan kebaikannya. Kekuasaan membuat undang-undang, menjalankan undang-undang dan kehakiman harus dipisahkan.

Ketiga penulis ini, banyak mempengaruhi meletusnya revolusi Perancis. Ajaran Rousseau adalah yang paling menonjol, dia punya banyak pengikut dari kaum bangsawan maupun dari kaum agama. Idea Rousseau kecintaan pada rakyat, dan kembali ke alam, disambut di seluruh Eropa bahkan di Amerika Utara (New World atau Amerika Serikat sekarang ini). Ketiga penulis ini semasa hidupnya di zaman Louis ke-XIV tidak pernah hidup di Perancis. Rousseau memilih Swiss (Zurich) sebagai tempat tinggalnya hingga ajal, sedangkan Voltaire pernah tinggal di Inggris kemudian mendapat perlindungan raja Frederick II dari Jerman (temannya Voltaire) namun pernah pula dipenjarakan di Bastille, demikian pula Montesque.

Para sejarahwan kemudian mencatat bahwa J.J. Rousseau yang dengan seluruh jiwanya untuk rakyat, tidak sempat lagi melihat kemarahan dan pengadilan rakyat dimasa Revolusi Perancis itu.

Meletusnya Revolusi Perancis.

Ketika, kesulitan sedang memuncak raja Louis XV mangkat. Raja ini terkenal, tidak pernah berbuat apapun untuk rakyatnya, dia hanya terkenal di meja judi, dan menjalankan garis-garis kebijkasanaannya yang telah ditetapkan oleh Louis XIV. Louis ke-XV diganti oleh anaknya Louis Ke-XVI. Rakyat mempunyai sedikit harapan akan ada perbaikan, karena diketahui bahwa Louis ke-XVI orangnya baik hati walaupun tersiar desas-desus bahwa permaisurinya Maria Antoinette, (anak Maharani Austria) adalah ratu yang manja dan boros. Semasa Louis Ke-XVI, Necker dijadikan menteri keuangan, rakyat banyak

Page 18: Pengaruh Revolusi Perancis Terhadap Perkembangan Ilmu Sosiologi

berharap kepada kebijaksanaan Necker, karena dia meniadakan segala tunjangan istimewa untuk para bangsawan.

Tetapi karena bermacam intrik istana, Necker kemudian diasingkan raja, dan hal ini menimbulkan kemarahan rakyat. Rakyat berbondong-bondong ke Versailles (Istana tempat raja berdiam) hendak menanyakan akan hal itu, tetapi mereka dihadang oleh pasukan keamanan dan banyak dari rakyat yang menjadi korban. Maka rakyat berseru, kita harus pula cari senjata, dimana ada senjata? Senjata disimpan dipenjara Bastille, maka seluruh rakyat kota Paris berbondong ke Bastille pada tanggal 14 Juli 1789 itu, dan memporak-porandakan penjara yang angker itu serta melepaskan seluruh tahanan politik. Bastille adalah lambang kekejaman dari aristokrasi Perancis, dan keruntuhan Bastille hingga saat ini dirayakan sebagai hari kemerdekaan Perancis. Rakyat yang telah punya senjata meminta Jendral Lafayette ( yang dikenal sebagai Jendral yang pro rakyat) untuk memimpin mereka, dan Lafayette menyanggupinya.

Brunswick adalah Jendral yang dipercayakan untuk menjaga keamanan raja, yang pada waktu itu meminta bantuan tentara Jerman untuk menjaga keamanan kota Paris.

Pada tanggal 14 Juli itu pula, di Versailles L’Assemblee Nationale/ Majelis kebangsaan bersidang lagi, sesudah badan itu dilumpuhkan untuk waktu yang cukup lama. Persidangan terakhir adalah pada tahun 1614. Para bangsawan tercengang melihat kefasihan berbicara dari pemimpin-pemimpin rakyat. Terdapat banyak orator yang sejak itu berbicara di pojok-pojok jalan, maupun taman-taman terbuka, yang isinya hanyalah membakar semangat rakyat.

Sementara itu, ekonomi Perancis makin parah harga roti terus menanjak. Tiba-tiba saja di tanggal 6 Oktober itu (1789) seorang anak perempuan kecil memukul-mukul mangkok susunya yang terbuat dari kaleng. Sambil mengatakan lapar-lapar, mana roti, mana roti. Ucapan yang memelas dari anak itu telah menggerakkan hati semua kaum ibu disekitar tempat itu. Semua mereka mengatakan, apa yang akan kita lakukan bila anak-anak kita lapar? Suara itu dengan cepat didengar di seluruh kota Paris. Muncul wanita-wanita sebagai pemimpin, ayo kita

Page 19: Pengaruh Revolusi Perancis Terhadap Perkembangan Ilmu Sosiologi

ke Versailles. Setiap rombongan itu lewat, banyak yang bergabung sehingga kelompok membesar memenuhi jalan ke arah Versailles. Golongan ini adalah golongan ibu-ibu yang compang-camping, badan mereka tidak bermandikan parfum sebagai wanita-wanita bangsawan yang hidup di Versailles. Setiba di istana Versailles hari telah malam, maka mereka berkemah disekitar Istana.

Pagi-pagi kaum agitator telah datang dan berpidato pada mereka. Mireabau, angkat bicara, siapa bilang wanita-wanita Perancis tidak cantik? Semua mereka cantik melebihi kecantikan Maria Antoinette, kekurangannya karena mereka tidak mandi dengan susu setiap hari dan bersiramkan parfum. Maka ramailah tempat itu. Kalian mau roti? Mintalah pada si tukang roti dan istrinya (maksudnya raja dan ratu), tempat itu menjadi semakin gaduh.

Mari kita ajak si tukang roti, dan istrinya ke Paris, biar mereka tahu betapa miskinnya kami. Maka berteriaklah perempuan-perempuan itu dihadapan istana Versailles meminta raja pindah ke Paris. Raja mengabulkan permintaan mereka, dan rombongan perempuan itu bagaikan menyeret kereta keluarga raja, menuju Paris, sambil mereka bernyanyi-nyanyi, kami tidak akan kekurangan roti lagi, karena si tukang roti, istrinya dan anaknya (putra mahkota) telah kami bawa ke Paris untuk mengolah roti kami. Sejak itu keluarga Louis XVI, mendiami kembali sitana tua, Louvres di tengah-tengah kota paris, (sekarang digunakan sebagai museum). Lukisan-lukisan yang diabadikan oleh seorang pelukis Perancis tentang kemarahan perempuan-perempuan itu, tersimpan dalam museum ini.

Dipihak lain, para bangsawan Eropa mengikuti dengan cemas perkembangan Revolusi di perancis. Mereka juga tidak setuju dengan cara Louis ke-XVI menuruti kemauan rakyatnya, raja telah menjadi permainan dari para agitator. Jerman, Austria, Belgia dan Belanda menyatakan perang pada Perancis. Tetapi gegap gempita Revolusi terus bergema.

Para bangsawan bermodal, secara diam-diam telah meninggalkan Perancis dan transfer uang dari Bank of Paris ke Bank of England menjadi sibuk. Raja telah berkali-kali diperingati oleh saudara-

Page 20: Pengaruh Revolusi Perancis Terhadap Perkembangan Ilmu Sosiologi

saudaranya yang telah selamat tiba di Itali, Jerman dan Inggris untuk mencari jalan segera meninggalkan tempat itu. Tetapi Louis ke XVI selalu menjawab dia tidak percaya bila rakyatnya sendiri akan menyakiti dia, dan bila hal itu sampai terjadi dia rela. Ketika raja berhasil dibujuk oleh Maria Antoinnette untuk tinggalkan Paris, keadaan telah terlambat, mereka tertangkap di Verrennes.

Kaum bermodal lari meningggalkan negeri Perancis, dan banyak dari mereka yang memilih “The New World” (AS sekarang ini) sebagai tempat penanaman modal (Baca The Ambassadors: Henry James).

Majelis kebangsaan, tidak menghasilkan apa-apa, sehingga akhirnya keadaan dikuasai oleh kaum anarkhi. Raja diseret ke pengadilan rakyat. Seorang intellektual yang pinternya semacam apapun tak dapat melawan emosi rakyat yang bertindak karena dendam.

Jendral La Fayette, sebagai seorang tokoh militer yang dianggap dapat menyelesaikan keadaan tidak dapat berbuat banyak. Mungkin pada waktu itu dia terlalu tua, lagi pula dia telah lebih banyak memikirkan kebangkitan Amerika Serikat, Jendral La Fayette adalah juga salah seorang penanda tangan Deklarasi Philadelphia di tahun 1776 di Amerika.

Pengadilan Rakyat dan Pengadilan untuk Raja.

Sejak keadaan tak terkendalikan lagi, sebenarnya yang berlaku adalah suasana pembalasan dendam. Seorang pujangga Inggris seperti Charles Dickens, yang khusus datang ke Paris untuk menyaksikan peristiwa-peristiwa itu, menulis bahwa: “Suatu generasi yang paling terdidik, dan dianggap paling berbudaya habis dilanda Revolusi itu.” Rakyat yang dibelenggu berabad-abad hidup bagaikan binatang, telah berubah dari domba-domba yang penurut, menjadi serigala-serigala yang lapar, yang siap merobek siapa saja yang dianggap akan tambah menyengsarakan mereka. Adakah hukum sebagaimana yang dicita-citakan oleh Voltaire, dan pengadilan yang dimaksudkan oleh Montesqueu berlaku dalam suasana yang demikian? Dimanakah keluguan rakyat dan kelembutan rakyat yang dibayangkan oleh J.J. Rousseau? Yang bergema pada waktu itu hanyalah Guilty atau tidak guilty dan guilitin adalah jawabannya.

Page 21: Pengaruh Revolusi Perancis Terhadap Perkembangan Ilmu Sosiologi

Bentuk pengadilan untuk raja, tak terhindar dari pengadilan rakyat. Pengacara yang disediakan adalah seorang pengacara yang dianggap tersohor diseluruh Eropa, Deseze namanya dan pada persidangan yang dikatakan sebagai muktamar kebangsaan ini, kalimat Deseze dicatat dalam sejarah hukum, seperti berikut: ” Saya cari diantara tuan-tuan siapa yang menjadi hakim diantara tuan-tuan?” Ternyata aku tidak berhasil menemukannya, dan ini sudah pratanda suatu kegagalan hukum. Tuan-tuan semuanya adalah pendakwa.”

7 Januari 1793 Muktamar Kebangsaan menjatuhkan hukuman mati pada Louis Capet, dengan cara memungut suara yaitu 387 melawan 334. Dalam kata-kata penyerahannya, raja berkata semoga darah saya dan darah yang telah mengalir selama ini akan membahagiakan rakyat Perancis, dihari-hari mendatang.

Pemburu-pemburu kekuasaan; Robberpierre, Danton, Marrat dan Mirrebeau.

Setelah raja dihukum mati, maka muncullah banyak partai. Semua menyuarakan untuk rakyat dan demi kesucian cita-cita politik mereka. Partai Republik partai Yacobijn, Girodin dll. Singa-singa panggung adalah Robbespierre, Marrat dan Danton duduk dalam partai Yacobijn.

Robbespierre, ahli pidato digolongkan pada penganjur terror seperti juga Marrat dan Danton. Setelah beberapa tahun berjalan menjadi negara Republik, maka Perancis pun tidak tahan akan tekanan-tekanan luar apalagi tiga serangkai yang dikenal sebagai “Tukang sembelih” yang bercokol dalam partai Yacobijn seperti Robberpierre, Danton dan Marrat berada dalam partai ini. Perancis berusaha mendapatkan kembali julukan sebagai negara yang berbudaya di Eropa, dan terdapatnya tukang-tukang sembelih itu di partai Yacobijn dianggap sebagai suatu yang amat memalukan. Oleh karena itu terjadilah perpecahan dalam partai itu. Dan Robbespierre dihukum mati.

Danton, terkenal sebagai diktator Paris terkenal dengan peristiwa berdarah September 1789 dimana dalam tiga malam saja 1000 (seribu orang) yang diduga pro raja telah dibantai dan menganjurkan agar di

Page 22: Pengaruh Revolusi Perancis Terhadap Perkembangan Ilmu Sosiologi

kota-kota besar lain di perancis dilakukan hal yang sama. Ketika rakyat mulai menginginkan ketenangan maka Danton pun dipenggal dengan Gulitin.

Mirrabeau, Mirreabeau sebenarnya telah pertama-tama digulitin oleh pengadilan revolusi, karena dituduh telah mengadakan persetujuan secara rahasia dengan mantan ratu Maria Antoinette. Mirrabeau adalah seorang orator terkenal yang mematahkan pidato raja di dewan kebangsaan pada tanggal 5 Mei 1789.

Marrat, Dia adalah seorang yang pergi dari satu kota ke kota yang lain, di Perancis untuk mengumpulkan nama-nama dari orang-orang yang dicurigai masih menjadi pengikut raja. Biasanya nama yang telah dalam daftarnya tak akan lolos lagi dari penyembelihan. Disaat itu partai Yacobijn telah hancur berantakan terjadi tuduh menuduh diantara mereka. Maka Marrat berpidato dengan berapi-api mencela pemimpin-pemimpin yang menurut dia adalah pengkhianat bangsa. Dimusim semi bulan April 1793 itu, dia berada di Gaen, daerah Bregtagne. Sementara itu disalah satu pojok taman itu, seorang gadis dengan tekun mendengarkan pidato Marrat. Nama gadis itu, “Charlotte Corday” rupanya gadis itu tak tahan lagi mendengarkan keganasan-keganasan yang dianjurkan Marrat. Maka dia mengikuti Marrat ke Paris. Sesampai di kantor Marrat gadis yang lugu itu berkata: ” Saya datang dari Gaen ingin bertemu tuan Marrat”. Malihat gadis itu dengan segera Marrat berkata: “Manakah nama-nama pengkhianat dari negerimu ? Marrat duduk untuk menuliskan nama-nama, tetapi dengan cepat gadis itu menusukkan pisau yang sangat tajam ke dada Marrat. Maka berakhirlah hidupnya di musim semi tahun 1793 itu. Kematian keempat ahli terror ini dicatat dalam sejarah Eropa sebagai pemburu-pemburu kekuasaan yang tak segan-segan menjadikan rakyat yang lugu sebagai korban permainan politik mereka.

Berkaca pada sejarah revolusi Perancis, dalam mengatasi kebingungan rakyat, sekarang ini adalah lebih baik diam, tidak perlu banyak memberi tanggapan, salah satu, apalagi berlebihan maka anda tak lebih dari seorang agitator. Semoga Tuhan melindungi kita, dan terhindar dari marabahaya.