Pengaruh Rayapan Terhadap Keruntuhan Lereng A4
-
Upload
delvinahartriana -
Category
Documents
-
view
61 -
download
0
Transcript of Pengaruh Rayapan Terhadap Keruntuhan Lereng A4
Proses Rayapan Batuan menuju Runtuhnya Lereng
Secara umum terdapat lereng alami dan buatan. Lereng alami adalah lereng yang
terbentuk secara alami dan lereng buatan adalah lereng yang dibuat menusia untuk keperluan
tertentu, misalnya tanggul sungai, urugan untuk jalan raya, dll. Terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi kuat geser tanah dan berasal dari tubung lereng itu sendiri sehingga dapat
menyebabkan kelongsoran. Faktor-faktor tersebut antara lain : material pembentuk lereng,
kemiringan lereng, muka air tanah, struktur geologi lereng, dan pelapukan tanah. Selain
faktor internal terdapat pula faktor eksternal yang menambah gaya-gaya penyebab longsor ,
yaitu infiltrasi air hujan, keberadaan vegetasi, kegempaan, dan rayapan (creep).
Rayapan atau rangkak didefinisikan sebagai gerakan yang dapat dibedakan dalam hal
kecepatan gerakannya yang secara alami biasanya lambat (Zaruba & Mencl, 1969; Hansen.
1984). Untuk mebedakan longsoran dan rayapan, maka kecepatan gerakan tanah perlu
diketahui.
Rayapan (creep) dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu : rayapan musiman yang
dipengaruhi iklim, rayapan bersinambungan yang dipengaruhi kuat geser dari material, dan
rayapan melaju yang berhubungan dengan keruntuhan lereng atau perpindahan massa lainnya
(Hansen, 1984).
Kecepatan Keterangan
>3 meter / detik Ekstrim sangat cepat
3 meter /detik s.d. 0,3 meter/ menit Sangat cepat
0,3 meter/ menit s.d. 1,5 meter/hari cepat
1,5 meter/ hari s.d. 1,5 meter/ bulan sedang
1,5 meter/ bulan s.d. 1,5 meter/ tahun lambat
0,06 meter/ tahun s.d. 1,5 meter/ tahun Sangat lambat
<0,06 meter/tahun Ekstrim sangat lambat
. Faktor penyebab rayapan di dalam tanah dan batuan dapat dikarenakan daerah
longsoran lama (old landslide). Terzaghi (1950) membedakan rayapan musiman (seasonal
Tabel 1. Laju kecepatan gerakan tanah (Hansen, 1984)
creep) dan rayapan menerus (continous creep). Rayapan musiman disebabkan oleh
temperatur lapisan tanah permukaan, terjadi terutama di dalam tanah lempung dan lanau.
Pada musim dingin di daerah yang mengalami musim salju, rayapan dipengaruhi oleh
pembekuan atau pencairan es.
Rayapan juga terjadi akibat tekanan air pori tinggi berkembang pada mata air.
Tekanan air pori mengurangi kuat geser tanah dan menyebabkan tanah bergerak ke bawah
lereng. Kandungan air dan kelembapan juga berpengaruh, menurut Afrouz dan Harvey
(1974) menyatakan bahwa pada batuan lunak (soft rock) yang jenuh, laju rayapan akan
meningkat, sebesar tiga kali pada batubaran dan delapan kali pada batu serpih (shale).
Kecepatan rayapan dipengaruhi oleh geometri lereng dan sifat tegangan-tegangan dan kondisi
tegangan air pori dalam tanah atau batuan. . Temperatur berpengaruh pada kecepatan rayapan
seperti pengujian Kuznetsov dan Vashcilin (1970) ,menguji batu pasir menyatakan bahwa
deformasi rayapan sekunder akan meningkat dengan meningkatnya temperatur. Kemudian
faktor struktur yang mempengaruhi telah diteliti oleh Lacomte (1965) yang meneliti pengaruh
ukuran butiran terhadap perilaku rayapan pada batu garam (salt-rock), peningkatan ukuran
butir mengurangi kecepatan rayapan.
Rayapan umumnya bertambah dengan bertambahnya waktu. Pada awalnya rayapan
terjadi sangat kecil, namun kecepatannya bertambah bila mendekati longsor. Saito dan
Uezawa (1961) dan Zaito (1965-1969) menyatakan adanya hubungan keterkaitan antara
kecepatan regangan rayapan dan waktu runtuh, yaitu waktu menuju runtuh berbanding
terbalik dengan kecepatan regangan, dan tidak bergantung pada macam batuan. Ketika
longsoran hampir terjadi, kecepatan rayapan hampir tinggi hingga beberapa sentimeter per
hari.
Dapat dilihat dari kurva creep diatas hasil uji dengan tegangan konstan. Rayapan
dipahami sebagai perubahan bentuk yang terus-menerus dari suatu bahan dibawa pengaruh
tekanan konstan. Tahapan yang diperlihatkan di kurva creep yaitu tahap pertama laju
perubahan bentuk murun AC – Rayapan Primer (transient creep), tahap kedua laju
perubahan bentuk mendekati konstan, dan pada tahap ketiga laju perubahan meningkan dan
proses diakhiri dengan proses putus atau runtuh (rupture). Periode waktu untuk setiap tahap
rayapan sangan tergantung dari bahan dan besarnya tegangan. Total regangan (perpanjangan
relatif) pada waktu t terdiri atas komponen tegangan elastis dan regangan.
Menurut bagian Litbang PU Departemen Pekerjaan Umum mengeluarkan tabel
hubungan tiper keruntuhan lereng dengan kecepatan keruntuhan lereng, derajat kerusakan
dan dampak terhadap jalan. Untuk tiper gerakan rayapan (creep)
Tipe Gerakan Klasifikasi
kecepatan gerakan
Ukuran kecepatan
perpindagan /
satuan waktu
Tingkat Kerusakan Dampak dan saran
penanganan terhadap
bangunan jalan
Rayapan (creep)
Sangat lambat < 0,3m / 5th Tidak perlu
dikhawatirkan
Tidak nampak kerusakan
pada badan jalan, bisa
ditanggulangi melalui
pemeliharaaan
rutin/periodik
Lambat 0,3m / 5th – 1,5m/
th
Perlu diperhatikan Belum nampak
kerusakan berarti, cukup
mempertahankan fungsi
jalan pemeliharaan rutin
/ periodik
Sehingga dapat terbukti pernyataan awal yang mengatakan bahwa rayapan merupakan
faktor eksternal yang memperngaruhi gaya geser sehingga dapat menyebabkan kelongsoran.
Meskipun rayapan bergerak perlahan dan dipengaruhi oleh waktu yang lama tetapi jika kita
tidak peka terhadap pergerakan rayapan ini maka kita tidak dapat mewaspadai keruntuhan
lereng. Tetapi jika dari gerakan rayapan yang bergantung pada waktu mungkin dapat diatasi
sebelum rayapan memasuki proses putus atau runtuh. Sehingga kita dapat mewaspadai saat
dimana kondisi lereng memunculkan tanda-tanda keruntuhan akibat rayapan.
Referensi :
Rekayasa Penanganan Keruntuhan Pada Lereng Tanah Residual dan Batuan (Pd.T-09-2005-
B)
http://akhaakbar.blogspot.com/2009/04/penanganan-tanah-longsor.html
http://arindharenipramesti.blogspot.com/2011/01/biomekanika-paper-2.html
.