Tebar sejuta roda pemuda indonesia foundation pengentasan pengangguran
PENGARUH PROGRAM SEJUTA BERDAYA TERHADAP...
Transcript of PENGARUH PROGRAM SEJUTA BERDAYA TERHADAP...
PENGARUH PROGRAM SEJUTA BERDAYA TERHADAP
PERKEMBANGAN USAHA MIKRO PADA KELOMPOK SWADAYA
MASYARAKAT (KSM) PELITA JAMPANG GEMILANG, BOGOR
TAHUN 2014-2016
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai
Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Disusun Oleh :
ACHMAD DWI MUKTI 1111046100037
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/ 2016 M
ii
iii
iv
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah sat persyaratan memperoleh gelar strata satu di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 6 April 2016
Achmad Dwi Mukti 1111046100037
v
ABSTRAK
Achmad Dwi Mukti, NIM: 1111046100037, “Pengaruh Program Sejuta Berdaya terhadap Perkembangan Usaha Mikro pada Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Pelita Jampang Gemilang, Bogor Tahun 2014-2016”. Konsentrasi Perbankan Syariah, Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam), Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1437 H/ 2016 M. Masalah kemiskinan merupakan masalah urgent dalam pembangunan Indonesia. Kemiskinan merupakan hal yang kompleks karena menyangkut berbagai macam aspek dan berhubungan erat dengan kesejahteraan masyarakat. Angka kemiskinan yang masih tinggi menggambarkan rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat. Pemberdayaan ekonomi masyarakat perlu dilakukan untuk membantu mengembangkan dan memajukan usaha mikro dan memaksimalkan perannya untuk mengentaskan kemiskinan. Oleh karena itu, skripsi ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan program Sejuta Berdaya dan pengaruh dari program Sejuta Berdaya terhadap perkembangan usaha mikro pada KSM Pelita Jampang Gemilang tahun 2014-2016. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pengumpulan data melalui wawancara, instrumen kuisioner dan studi dokumentasi. Untuk mengetahui pengaruh program Sejuta Berdaya terhadap perkembangan usaha mikro, digunakan analisis kuantitatif melalui uji regresi linear sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa program Sejuta Berdaya memiliki konsep pemberdayaan yang terintegrasi dan komprehensif. Sedangkan dari hasil analisis regresi linier sederhana disimpulkan bahwa variabel program Sejuta Berdaya (X) berpengaruh secara signifikan terhadap variabel perkembangan usaha mikro (Y). Kata kunci: Sejuta Berdaya, pemberdayaan masyarakat, Kemiskinan, Usaha Mikro Pembimbing: Supriyono, ME, MM Daftar Pustaka: Tahun 1996 s.d. 2016
vi
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahiim
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Segala puji serta syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT.,
shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Baginda Nabi Besar
Muhammad SAW. beserta para keluarganya, sahabat-sahabatnya juga para
umatnya yang setia menjalankan syariatnya hingga akhir zaman.
Sepanjang perjalanan penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan
kesulitan dari berbagai hal dalam proses menyelesaikannya. Tapi sesuai dengan
janji Allah SWT. bahwa dibalik setiap kesulitan pasti ada kemudahan, pada
akhirnya penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulisan
skripsi ini juga tidak akan terselesaikan tanpa banyak tangan yang terulur
memberikan bantuan. Dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis baik secara
langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu
perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A., selaku Dekan Fakultas Syariah
dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak A.M. Hasan Ali, M.A., selaku ketua Pogram Studi Muamalat
(Hukum Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
vii
3. Bapak H. Abdurrauf, Lc., M.A., selaku sekretaris Program Studi
Muamalat (Hukum Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag., MH., selaku dosen pembimbing
akademik yang telah memberikan masukan dan saran mengenai proposal
penelitian skripsi.
5. Tim penguji selaku penguji pada sidang skripsi yang telah membantu saya
dalam mengoreksi kesalahan-kesalahan dalam penelitian saya.
6. Bapak Supriyono selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak
membantu dengan meluangkan waktu, pikiran dan tenaga serta kesabarannya
untuk memberikan bimbingan, pengarahan dan nasihat kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
7. Seluruh dosen serta civitas akademika Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
mendidik dan memberikan ilmunya kepada penulis.
8. Segenap staf LAZ Al-Azhar Peduli Ummat khususnya ka Titin Nuraisyah
yang telah membantu penulis berkomunikasi dengan staf LAZ Al-Azhar
Peduli Ummat lainnya, Bapak Iwan Rahmat atas kerjasamanya yang telah
mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian, menyempatkan waktunya
untuk wawancara dengan penulis, juga Bapak Deden yang telah membantu
penulis dalam pengumpulan data penelitian.
9. Kedua orang tua penulis, yaitu Bapak Marsono dan Ibu Rohana yang tiada
hentinya dengan tulus terus mendoakan penulis, memberikan support baik
viii
moril maupun materil. Setiap pesan dan nasihat yang disampaikan selalu
memberikan inspirasi serta menjadi motivasi bagi penulis. Skripsi ini saya
persembahkan untuk kalian. Tak lupa juga, kakak dan adik penulis yang
merupakan anugerah yang telah Allah SWT. berikan, yaitu Istiqomah dan
Raihan Febrian.
10. Sahabat-sahabat set ia penulis sejak semester 1 yang kini menghuni
Pondok Anasti kamar nomor 15, yaitu Abdul Latief Fathi, Akiko Lohandra
Ransa, Imam Syuhada, M. Firdaus, M. Iskandar Zulkarnain, M u h t a r
N a s i r A p a n d i , M umin Billah, Nuril Huda, Ramadan, Zakaria Arrazy.
11. Sahabat-sahabat kelas PS A 2011 atas kebersamaannya selama masa
perkuliahan serta bantuan, doa dan dukungannya.
12. Teman-teman dari Lingkar Studi Ekonomi Islam (LISENSI) terutama masa
kepengurusan tahun 2014-2015 atas kebersamaannya selama masa jabatan
serta bantuan, doa dan dukungannya.
13. Teman-teman seperjuangan di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta, khususnya mahasiswa/i program studi Perbankan
Syariah angkatan 2011 yang telah membantu dan memberikan motivasi
dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih atas semua kenangan yang tidak
terlupakan, semoga silaturahim kita dapat tetap terjalin sampai kapanpun.
14. Keluarga Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah (PKES), Bapak Ismi
Kushartanto dan Bapak Ah. Iskandar Zulkarnain yang atas bimbingannya
selama penulis menjalani masa magang di PKES serta Ka Suci Aprilia
Safitri dan Wulan Indah Fitria atas kerjasamanya selama bertugas di PKES.
ix
15. Serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu,
namun tidak mengurangi rasa terima kasih penulis.
Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu selesainya skripsi
ini, sekali lagi penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Semoga
Allah SWT. mencatatnya sebagai amal ibadah dan membalas semua kebaikan
dengan pahala yang berlipat ganda. Selain itu, penulis akui bahwa skripsi ini
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya
kritik dan saran yang membangun dari semua pihak guna menyempurnakan
skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua kalangan.
Aamiin.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Jakarta, 6 April 2016
Achmad Dwi Mukti
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN PANITIA UJIAN ................................................ iii
LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................... iv
ABSTRAK ......................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi
DAFTAR ISI ...................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiii
DAFTAR GRAFIK .......................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xv
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ....................................................................... 9
C. Pembatasan Masalah ....................................................................... 9
D. Perumusan Masalah ...................................................................... 10
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................... 10
F. Variabel Penelitian ........................................................................ 11
G. Hipotesis ....................................................................................... 12
H. Kerangka Teori .............................................................................. 13
I. Sistematika Penulisan ................................................................... 15
BAB II : LANDASAN TEORI
A. Program Sejuta Berdaya ................................................................ 17
xi
1. Sejarah Berdirinya dan Perkembangan Sejuta Berdaya ........... 17
2. Tujuan Sejuta Berdaya ........................................................... 22
3. Konsep Program Sejuta Berdaya ............................................ 22
4. Tahapan Program Sejuta Berdaya .......................................... 29
5. Sumber Dana Sejuta Berdaya ................................................. 32
B. KSM Pelita Jampang Gemilang ..................................................... 33
1. Profil KSM Pelita Jampang Gemilang ................................... 33
2. Sejarah Berdirinya KSM Pelita Jampang Gemilang ............... 34
3. Struktur Kepengurusan KSM Pelita Jampang Gemilang ......... 35
C. Usaha Mikro.................................................................................. 36
1. Pengertian Usaha Mikro ........................................................ 36
2. Ciri-Ciri Usaha Mikro ............................................................ 37
3. Peran Usaha Mikro ................................................................ 39
4. Perkembangan Usaha Mikro .................................................. 40
D. Variabel dan Hipotesis .................................................................. 41
E. Review Studi Terdahulu ................................................................ 42
BAB III : METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian ................................................................... 47
B. Subjek dan Objek Penelitian ......................................................... 47
C. Sumber Data ................................................................................ 48
D. Populasi dan Sampel ..................................................................... 49
E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 56
F. Instrumen Penelitian ..................................................................... 58
xii
G. Metode Analisis Data ................................................................... 58
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Ada Pengaruh dari Program Sejuta Berdaya Terhadap Kesejahteraan
Masyarakat ................................................................................... 68
1. Analisis Instrumen Penelitian ................................................ 68
2. Analisis Deskriptif ................................................................. 72
3. Uji Asumsi Klasik ................................................................. 73
4. Uji Regresi Linear Sederhana ................................................ 74
B. Tidak Ada Pengaruh dari Program Sejuta Berdaya Terhadap
Kesejahteraan Masyarakat ............................................................. 78
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................. 79
B. Saran ............................................................................................ 80
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 82
LAMPIRAN ..................................................................................................... 84
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Variabel Penelitian ......................................................................... 11
Tabel 2.1 Ciri-Ciri Usaha Mikro .................................................................... 37
Tabel 3.1 Skoring Item Instrumen ................................................................ 58
Tabel 3.2 Koefisien Korelasi Pearson ........................................................... 65
Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Program Sejuta Berdaya (X) ............................ 68
Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas Perkembangan Usaha Mikro (Y) ...................... 70
Tabel 4.3 Hasil Uji Reliabilitas Program Sejuta Berdaya (X) ......................... 71
Tabel 4.4 Hasil Uji Reliabilitas Perkembangan Usaha Mikro (Y) .................. 71
Tabel 4.5 Hasil Analisis Deskriptif ................................................................ 72
Tabel 4.6 Hasil Uji Linearitas ........................................................................ 73
Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas ...................................................................... 74
Tabel 4.8 Hasil Uji Koefisien Korelasi .......................................................... 75
Tabel 4.9 Hasil Uji Koefisien Determinasi .................................................... 76
Tabel 4.10 Hasil Uji t ...................................................................................... 76
xiv
DAFTAR GRAFIK
Grafik 2.1 Konsep Dasar Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat ....... 23
Grafik 3.1 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ......................................... 50
Grafik 3.2 Responden Berdasarkan Usia ....................................................... 51
Grafik 3.3 Responden Berdasarkan Status Pernikahan ................................... 52
Grafik 3.4 Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ............................... 52
Grafik 3.5 Responden Berdasarkan Jenis Usaha ............................................ 53
Grafik 3.6 Responden Berdasarkan Pendapatan Perbulan .............................. 54
Grafik 3.7 Responden Berdasarkan Lama Keanggotaan ................................ 55
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data Penelitian ............................................................................ 84
Lampiran 2 Transkrip Wawancara ................................................................. 86
Lampiran 3 Kuisioner .................................................................................... 92
Lampiran 4 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas .............................................. 96
Lampiran 5 Hasil Uji Asumsi Klasik dan Analisis Deskriptif .......................... 98
Lampiran 6 Hasil Uji Regresi Linier Sederhana .............................................. 99
Lampiran 7 Surat Penunjukkan Dosen Pembimbing ...................................... 102
Lampiran 8 Surat Permohonan Data/ Wawancara ......................................... 103
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sebagai negara berkembang, kemiskinan merupakan salah satu
masalah besar yang dihadapi Indonesia. Terhitung sejak
diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia 70 tahun lalu, masalah
kemiskinan masih menjadi masalah urgent dalam pembangunan nasional.
Ditengah kondisi ekonomi nasional yang sedang terpuruk, isu kemiskinan
kembali mencuat. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada
bulan Maret 2015, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan
pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di Indonesia
mencapai 28,59 juta orang (11,22 persen), bertambah sebesar 0,86 juta
orang dibandingkan dengan kondisi September 2014 yang sebesar 27,73
juta orang (10,96 persen).1 Kenaikan jumlah penduduk miskin ini
disebabkan beberapa faktor seperti kenaikan harga Bahan Bakar Minyak
(BBM), inflasi, pelemahan rupiah dan berkurangnya lapangan pekerjaan.
Masalah kemiskinan merupakan salah satu penyebab munculnya
permasalahan perekonomian masyarakat. Hal ini karena kemiskinan
didefinisikan sebagai lemahnya sumber penghasilan yang mampu
diciptakan individu masyarakat yang juga mengimplikasikan akan
lemahnya sumber penghasilan yang ada dalam masyarakat itu sendiri
1 Badan Pusat Statistik, “Persentase penduduk Miskin Maret 2015 Mencapai 11,22 Persen”,
artikel diakses pada tanggal 4 Oktober 2015 dari http://www.bps.go.id/Brs/view/id/1158
2
dalam memenuhi segala kebutuhan perekonomian dan kehidupannya.2
Kemiskinan merupakan hal yang kompleks karena menyangkut berbagai
macam aspek seperti hak untuk terpenuhinya sandang, pangan, papan,
kesehatan, pendidikan, pekerjaan dan sebagainya. Kemiskinan
menyebabkan banyak orang rela melakukan apa saja demi menjaga
keselamatan hidupnya, mulai dari mengemis, melakukan berbagai macam
perilaku menyimpang, dan bahkan walau sampai harus menjual harga diri.
Keadaan ini yang kemudian berdampak pada meningkatnya angka
kriminalitas.
Islam memandang kemiskinan merupakan satu hal yang mampu
membahayakan akidah, akhlak, kelogisan berpikir, keluarga dan juga
masyarakat. Islam pun menganggapnya sebagai sebagai musibah dan
bencana yang harus segera ditanggulangi. Dimana seorang muslim harus
segera memohon perlindungan kepada Allah atas kejahatan yang
tersembunyi di dalamnya.3 Imam Manawy dalam kitabnya Faidhul Qadir
menyebutkan, bahwa ada keterkaitan kuat antara kekafiran dan kefakiran,
karena kefakiran merupakan satu langkah menuju kekafiran. Seorang yang
fakir miskin, pada umumnya akan menyimpan kedengkian kepada orang
yang mampu dan kaya. Sedang iri dengki mampu melenyapkan semua
kebaikan. Mereka pun mulai menumbuhkan kehinaan di dalam hati
mereka, di saat mereka mulai melancarkan segala daya upayanya demi
mencapai tujuan kedengkian mereka tersebut. Walaupun ini semua belum 2 Yusuf Qardhawi, Spektrum Zakat Dalam Membangun Ekonomi Kerakyatan, (Jakarta: Zikrul
Hakim, 2005), h. 21. 3 Ibid., h. 24.
3
termasuk ke dalam kekafiran, namun sudah merupakan langkah untuk
mencapai kekafiran itu sendiri.4 Oleh karena itu permasalahan kemiskinan
ini harus segera ditemukan solusi penyelesaiannya untuk menghindari
bahaya-bahaya yang ditimbulkannya.
Dalam konteks pengentasan kemiskinan, banyak upaya yang telah
dilakukan oleh pemerintah Indonesia. Salah satunya adalah dengan
menggerakkan sektor riil melalui sektor Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM). Sektor UMKM memiliki peran yang penting bagi
perekonomian Indonesia, termasuk dalam upaya pengentasan kemiskinan.
Hal ini terlihat jelas pada masa krisis tahun 1997 dan 2008, dimana saat itu
sektor UMKM mampu bertahan dan menopang perekonomian nasional
dari keruntuhan. Walaupun demikian, sektor UMKM, dengan peran
vitalnya sebagai instrumen penopang perekonomian Indonesia yang
sekaligus berdampak pada penanggulangan kemiskinan sampai saat ini
masih dihadapkan dengan beberapa permasalahan seperti masalah
permodalan, pengelolaan dan pemasaran. Berbagai permasalahan ini yang
kemudian menghambat perkembangan industri mikro dan meminimalkan
perannya bagi perekonomian nasional khususnya dalam upaya
pengentasan kemiskinan.
Dari ketiga sektor usaha tersebut tentu yang patut menjadi
perhatian adalah sektor usaha mikro. Sektor ini terbukti memberikan
kontribusi signifikan terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB) dan
4 Ibid., h. 26.
4
penyerapan tenaga kerja. Hal ini disebabkan karena sektor mikro adalah
sektor usaha yang jumlahnya paling besar dan tersebar diseluruh wilayah
di Indonesia. Disamping itu, industri mikro memiliki posisi penting dalam
pemerataan kesejahteraan masyarakat didaerah dan mengurangi
kesenjangan pendapatan.
Dari beberapa permasalahan yang dihadapi oleh sektor usaha
mikro, langkah yang bisa diambil untuk mengatasinya adalah melalui
pemberdayaan. Pemberdayaan pada dasarnya bertujuan untuk menciptakan
masyarakat yang mampu berdaya dan berkembang. Dalam konsep
pemberdayaan, manusia adalah subjek dari dirinya sendiri. Proses
pemberdayaan menekankan pada proses memberikan kemampuan kepada
masyarakat agar menjadi berdaya, mendorong atau memotivasi individu
agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan pilihan
hidupnya. Memberdayakan masyarakat dalam pembangunan biasanya
diidentikkan dengan memberikan bantuan uang, yang justru mematikan
swadaya masyarakat, bahkan menjadikan masyarakat menggantungkan
diri kepada pemberi bantuan. Pola pemberdayaan dengan hanya
memberikan bantuan langsung uang atau bantuan proyek kepada
masyarakat tidak akan merangsang peran serta masyarakat untuk terlibat
di dalam pembangunan. Di dalam konsep pembangunan masyarakat, jenis
bantuan semacam itu memang diperlukan, akan tetapi yang lebih penting
adalah pengembangan swadaya masyarakat untuk membangun diri sendiri.
5
Suryadi (2006: 61) mengemukakan bahwa aspek penting dalam
suatu program pemberdayaan masyarakat adalah program yang disusun
sendiri oleh masyarakat, menjawab kebutuhan dasar masyarakat,
mendukung keterlibatan kaum miskin, perempuan, buta huruf dan
kelompok terabaikan lainnya, dibangun dari sumber daya lokal, sensitif
terhadap nilai-nilai budaya setempat, memerhatikan dampak lingkungan,
tidak menciptakan ketergantungan, berbagai pihak terkait terlibat, serta
berkelanjutan.5 Upaya pengembangan dan pemberdayaan perekonomian
rakyat perlu diarahkan untuk mendorong terjadinya perubahan struktur
yang meliputi proses perubahan dari pola ekonomi lemah ke ekonomi
tangguh, dari ketergantungan kepada kemandirian, dan dari konglomerat
ke rakyat.
Ekonomi syariah sebagai sebuah sistem ekonomi yang sedang
berkembang pesat di Indonesia memiliki peran penting dalam
perkembangan sektor riil. Ekonomi syariah adalah sistem ekonomi yang
kegiatannya sangat terkonsentrasi pada sektor-sektor riil seperti sektor
UMKM. Kondisi seperti ini yang kemudian mendorong geliat ekonomi
kecil atau ekonomi kerakyatan yang pada akhirnya akan berdampak pada
berkurangnya kemiskinan. Disamping itu, peran ekonomi syariah dalam
upaya pengentasan kemiskinan sangat jelas karena dalam ekonomi syariah
terdapat pengaturan mengenai dana-dana sosial seperti Zakat, Infaq,
Shodaqoh dan Wakaf (ZISWAF). Pengelolaan dana-dana tersebut jika 5 Ismail, "Program Pembangunan Berbasis Pemberdayaan Masyarakat (Tinjauan Terhadap
Pelaksanaan Program PNPM Mandiri)", Jurnal Birokrat Ilmu Administrasi Publik I, no. 1
(Desember 2013): h. 61.
6
dialokasikan secara tepat maka bukan tidak mungkin kemiskinan di
Indonesia dapat ditanggulangi. Keyakinan ini berdasarkan fakta bahwa
mayoritas masyarakat Indonesia beragama Islam yang menjadikannya
sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia.
Oleh karena itu pada akhir tahun 2013, melalui Gerakan Ekonomi
Syariah (Gres!) yang diinisiasi oleh Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah
(PKES), dibentuklah sebuah program bernama Sejuta Berdaya. Program
ini merupakan rekomendasi dari para pelaku ekonomi syariah yang
didorong oleh keinginan untuk dapat memberikan wujud konkrit peran dan
fungsi ekonomi syariah bagi pengembangan ekonomi masyarakat. Sejuta
Berdaya adalah program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh
industri dan lembaga ekonomi syariah secara bersama-sama, terintegrasi,
dan berkesinambungan. Program ini akan memanfaatkan dana kebajikan
(qardhul hasan) industri keuangan syariah dan dana-dana sosial lainya
seperti zakat dan CSR untuk meningkatkan ekonomi masyarakat dan
membangun ketahanan ekonomi mikro dan kecil serta menjadikan mereka
yang semula tidak memiliki akses terhadap sistem keuangan dan
unbankable menjadi bankable, seiring dengan program financial inclusion.
Ketua Umum Asosiasi BMT Se-Indonesia (Absindo) Aries Mufti,
menegaskan, program Sejuta Berdaya sangat ditunggu–tunggu oleh
7
masyarakat, dengan program ini peran ekonomi syariah sangat besar
pengaruhnya dalam pengentasan kemiskinan.6
Saat ini program Sejuta Berdaya telah membentuk 18 Kelompok
Swadaya Masyarakat (KSM) Sejuta Berdaya. Seiring berjalannya waktu,
anggota dari tiap-tiap KSM yang sudah terbentuk terus bertambah
sehingga mengurangi angka pengangguran didaerahnya. Usaha yang
mereka lakukan juga terus berkembang dan semakin mandiri. Pinjaman
modal usaha dengan akad Tabarru’ dari program Sejuta berdaya pun telah
membuat pinjaman berbasis riba mulai ditinggalkan. Terlebih lagi
program Sejuta Berdaya telah membuat hubungan antar rumah tangga
(sesama anggota) semakin lebih baik. Program Sejuta Berdaya melalui
pembiayaan qardhul hasan telah membantu banyak masyarakat miskin
mendapatkan pinjaman dana untuk mengembangkan usaha yang
dijalankannya.
Kelompok Swadaya Mayarakat (KSM) Pelita Jampang Gemilang
merupakan salah satu implentasi program pemberdayaan ekonomi
masyarakat oleh Sejuta Berdaya yang berlokasi di Desa Jampang,
Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Kelompok
yang dibentuk pada Januari 2014 ini diketuai oleh Bapak Cahyadi dengan
bendahara Bapak Jaelani. 7
Di KSM Pelita Jampang Gemilang ini, para anggota tidak hanya
mendapat pinjaman modal tetapi juga turut diadakan pengajian rutin 6 Agus, “Sejuta Berdaya Program Spektakuler GRES!”, artikel diakses pada tanggal 6 Oktober 2015
dari http://ekonomisyariah.info/blog/2013/11/01/sejuta-berdaya-program-spektakuler-gres/ 7 Laporan Sejuta Berdaya 2015
8
sebagai upaya memperkuat silaturahmi dan keagamaan antar anggota dan
pengurus KSM. Kemudian mereka juga disertakan dalam setiap kegiatan
pelatihan kewirausahaan yang diselenggarakan Al-Azhar Peduli Ummat
untuk mempertajam skill wirausaha mereka. Saat pertama kali dibentuk,
KSM Pelita Jampang Gemilang hanya beranggotakan 13 orang. Namun
melihat berbagai kenikmatan dan kemudahan menjadi anggota KSM
membuat warga lainnya melirik.8 KSM Pelita Jampang Gemilang adalah
salah satu KSM yang perkembangannya sangat menggembirakan.
Mayoritas anggota KSM Pelita Jampang Gemilang berprofesi
sebagai pedagang kecil, mulai dari penjual sayur segar, penjual gorengan,
penjual kelapa parut/ santan, penjual bahan pokok, penjual jajanan anak,
pengrajin ‘keset’ alas kaki, petani hortikultura, dan masih banyak yang
lainnya. Kelompok ini dibentuk dengan tujuan untuk meningkatkan
keberdayaan atau kemandirian bagi keluarga usaha kecil di Desa Jampang
dan sekitarnya dengan pinjaman dana kebajikan secara bergulir (qardhul
hasan) dan dana-dana sosial lainnya ini.9
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk mengajukan
proposal penelitian dengan judul : “Pengaruh Program Sejuta Berdaya
terhadap Perkembangan Usaha Mikro pada Kelompok Swadaya
Masyarakat (KSM) Pelita Jampang Gemilang, Bogor Tahun 2014-
2016”
8 Ibid.
9 Ibid.
9
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, masalah yang dapat
diidentifikasi peneliti adalah sebagai berikut:
1. Angka kemiskinan di Indonesia tidak berhasil diturunkan pada periode
September 2014 hingga Maret 2015
2. Peran industri mikro bagi pertumbuhan perekonomian nasional tidak
maksimal
3. Para pelaku usaha mikro tidak mampu mengatasi berbagai macam
permasalahan dan keterbatasan yang menghambat perkembangan
usahanya
4. Program Sejuta Berdaya tidak merangkul banyak pelaku usaha mikro
5. Program Sejuta Berdaya tidak menjangkau seluruh wilayah di
Indonesia
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini mengarah kepada pembahasan yang diharapkan
dan tidak menyimpang dari judul dan tujuan penelitian, maka peneliti
membatasi permasalahan yang akan diteliti, yaitu apakah program Sejuta
Berdaya memiliki pengaruh terhadap perkembangan usaha mikro pada
KSM Pelita Jampang Gemilang tahun 2014-2016?
10
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah yang dikemukakan diatas, dapat
disimpulkan bahwa rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Apakah program Sejuta Berdaya berpengaruh terhadap perkembangan
usaha mikro pada KSM Pelita Jampang Gemilang tahun 2014-2016?
2. Apakah program Sejuta Berdaya tidak berpengaruh terhadap
perkembangan usaha mikro pada KSM Pelita Jampang Gemilang
tahun 2014-2016?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelititan ini antara lain:
a. Mengetahui pelaksanaan program Sejuta Berdaya pada KSM
Pelita Jampang Gemilang
b. Mengetahui pengaruh dari program Sejuta Berdaya terhadap
perkembangan usaha mikro pada KSM Pelita Jampang Gemilang
2. Manfaat Penelitian
a. Dapat memberikan pengetahuan bagi pembaca maupun peneliti
pribadi.
b. Dapat menjadi sumber referensi bagi penelitian sejenis dan dapat
dijadikan sebagai bahan perbandingan dari penelitian yang telah
ada maupun yang akan dilakukan.
11
c. Dapat memperluas khazanah ilmu pengetahuan mahasiswa UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta tentang pengaruh pembiayaan qardhul
hasal pada program Sejuta Berdaya terhadap pendapatan
masyarakat
d. Membantu memberikan saran dan masukan bagi para pihak
terkait terutama untuk kemajuan program Sejuta Berdaya dalam
meningkatkan kualitas dan kuantitas program pemberdayaan
ekonomi masyarakat. Selain itu diharapkan dapat dijadikan bahan
evaluasi serta tolok ukur keberhasilan program serta bermanfaat
dalam hal pengambilan keputusan.
F. Variabel Penelitian
Penjelasan dari masing-masing variabel yang digunakan dalam
penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1.1
Variabel Penelitian
Variabel Indikator
Program Sejuta
Berdaya
(Variabel X)
• Growth Strategy
Peningkatan nilai ekonomis masyarakat
• Welfare Strategy
Perbaikan kesejahteraan masyarakat
• Responsive Strategy
Respon bagi kebutuhan masyarakat
12
• Integrated or Holistic Strategy
Pengintegrasian seluruh komponen dan unsur
yang diperlukan
John C. Ickis dan David C. Korten (2001:7)
Perkembangan
Usaha
(Variabel Y)
• Modal
Peningkatan pada modal usaha
• Pendapatan
Peningkatan pada pendapatan/ laba
• Volume Penjualan
Peningkatan pada volume penjualan
• Output Produksi
Peningkatan pada produktivitas
• Tenaga Kerja
Peningkatan pada penyerapan tenaga kerja
Suryana (2003:85)
G. Hipotesis
Berikut merupakan hipotesis yang diajukan untuk selanjutnya
diteliti dalam penelitian ini:
H� = Tidak ada pengaruh dari program Sejuta Berdaya terhadap
perkembangan usaha mikro
H� = Ada pengaruh dari program Sejuta Berdaya terhadap perkembangan
usaha mikro
13
H. Kerangka Teori
Angka kemiskinan di Indonesia belum dapat dikurangi secara
signifikan, angkanya justru cenderung bertambah Hal ini menimbulkan
pertanyaan tentang formulasi apakah yang tepat untuk menekan dan
mengurangi jumlah kemiskinan di Indonesia. Industri mikro yang
perannya besar bagi perekonomian nasional belum mampu
dimaksimalkan. Berbagai permasalahan dan keterbatasan yang dihadapi
para pelaku usaha mikro menghambat perannya bagi pengentasan
kemiskinan.
Hal yang dapat dilakukan untuk membantu mengatasi
permasalahan dan keterbatasan yang dihadapi oleh para pelaku usaha
mikro adalah melalui pemberdayaan. Melalui pemberdayaan, diharapkan
dapat mendorong perkembangan usaha mikro. Menurut Jim Ife (1995),
sebagaimana dikutip oleh Zubaedi dalam Pengembangan Masyarakat,
pemberdayaan berarti memberikan sumber daya, kesempatan,
pengetahuan, dan keterampilan kepada warga untuk meningkatkan
kemampuan mereka dalam menentukan masa depannya sendiri dan
berpartisipasi dalam dan memengaruhi kehidupan dan masyarakatnya.10
Menurut Tjahya Supriyatna sebagaimana dikutip Moh. Ali Aziz
dkk dalam Dakwah Pemberdayaan Masyarakat, secara umum ada empat
strategi pemberdayaan masyarakat, yaitu:11
a. The Growth Strategy (Strategi Pertumbuhan)
10
Zubaedi, Pengembangan Masyarakat: Wacana dan Praktik, (Jakarta: Kencana, 2013), h. 74-75. 11
Moh. Ali Aziz, dkk, Dakwah Pemberdayaan Masyarakat, h. 8-9.
14
b. The Welfare Strategy (Strategi Kesejahteraan)
c. The Responsive Strategy (Strategi Tanggap)
d. The Integrated or Holistic Strategy (Strategi terpadu atau menyeluruh)
Keempat jenis strategi diatas diulas oleh John C Ickis dan David C
Korten dalam buku Structural Responses to New Rural Development
Strategis, seperti dikutip oleh Tjahya Supriatna dalam buku Strategi
Pembangunan dan Kemiskinan (2001) pada halaman 7.
Berdasarkan kerangka teori diatas, dibuatlah kerangka konsep
sebagai berikut:
Gambar 1.1
Kemiskinan
Pemberdayaan ekonomi masyarakat
(Sejuta Berdaya)
Growth
Strategy
Welfare
Strategy
Responsive
Strategy
Integrated or
Holistic
Usaha berkembang
Strategi pemberdayaan
Kemiskinan berkurang
15
I. Sistematika Penulisan
Untuk keserasian dan ketertiban pembahasan serta untuk
mempermudah analisis materi dan penulisan skripsi ini, maka penulis
menjelaskan sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dijelaskan latar belakang masalah, identifikasi masalah,
pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
metode penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI
Pada bab ini akan disajikan gambaran umum mengenai program Sejuta
Berdaya dan KSM Pelita Jampang Gemilang juga teori-teori mengenai
usaha mikro, variabel dan hipotesis serta review studi terdahulu.
BAB III : METODE PENELITIAN
Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode penelitian yang meliputi
pendekatan penelitian, subjek dan objek penelitian, sumber data, teknik
pengumpulan data, instrumen penelitian, metode analisis data dan
hipotesis.
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai ada atau tidaknya pengaruh dari
program Sejuta Berdaya terhadap perkembangan usaha mikro pada KSM
Pelita Jampang Gemilang tahun 2014-2016.
16
BAB V : PENUTUP
Bab ini memuat kesimpulan dari keseluruhan pembahasan yang telah
diuraikan pada bab-bab sebelumnya serta saran-saran yang dapat penulis
sampaikan dalam penelitian skripsi ini.
17
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Program Sejuta Berdaya
1. Sejarah Berdirinya dan Perkembangan Sejuta Berdaya
Sejuta berdaya adalah program yang diinisiasi oleh Pusat
Komunikasi Ekonomi Syariah (PKES) dan bersinergi dengan Al-
Azhar Peduli Ummat (APU). Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah
adalah lembaga profesional yang dibentuk untuk melakukan aktivitas
sosialisasi dan komunikasi bersama tentang ekonomi syariah.
Lembaga yang sekaligus menjadi salah satu elemen di cetak biru
perbankan syariah itu berdiri pada tanggal 14 Mei 2003. Peresmian itu
ditandatangani oleh 25 pelaku ekonomi syariah dan disaksikan juga
oleh Sabirin Syahril, Gubernur BI saat itu. Keanggotaan PKES
meliputi badan usaha syariah, lembaga keuangan syariah, lembaga
pemerintah, notaris, lembaga pendidikan, dan lembaga syariah
lainnya. Lembaga ini menaungi, antara lain, setiap kegiatan perbankan
syariah, asuransi syariah, reksa dana syariah, pasar modal, dana
pensiun, pengelolaan zakat, pengelolaan wakaf, dan tata cara
perekonomian serta perniagaan (muamalah) lainnya. Kini ketua umum
PKES untuk periode 2012-2015 dipegang oleh Deputi Gubernur BI
Halim Alamsyah menggantikan Subarjo Joyosumarto, sedangkan
direktur eksekutifny adalah mantan praktisi yang telah malang
18
melintang di berbagai bank syariah, Ismi Kushartanto.1 Sedangkan Al-
Azhar Peduli Ummat (APU) adalah lembaga nirlaba yang dibentuk
oleh Yayasan Pesantren Islam Al-Azhar (YPIA) yang bertujuan untuk
memberdayakan masyarakat dhuafa, berbasis pendidikan dan dakwah
dengan mendayagunakan sumber daya dan partisipasi publik, dan
bukan berorientasi pada pengumpulan profit bagi pengurus organisasi.
Al-Azhar Peduli Ummat dibentuk oleh Badan Pengurus Yayasan
Pesantren Islam Al-Azhar pada tanggal 1 Desember 2004 melalui SK
Nomor 079/XII/KEP/BP-YPIA/1425.2004 yang ditandatangani oleh
ketua Badan Pengurus YPI Al-Azhar H. Rusydi Hamka dan Sekretaris
H. Nasroul Hamzah.2
Pembentukan Sejuta Berdaya bermula dari keinginan PKES
akan adanya sebuah program yang bisa berdampak terhadap
masyarakat dan mampu mendorong masyarakat untuk bersemangat
dalam berekonomi secara syariah. Program tersebut sekaligus menjadi
wujud konkrit peran dan fungsi ekonomi syariah bagi pengembangan
ekonomi masyarakat. Untuk menindaklanjuti keinginannya tersebut,
PKES mengundang beberapa lembaga zakat untuk audiensi dan
presentasi terkait konsep yang mereka tawarkan untuk program
penanggulangan kemiskinan. Dari beberapa lembaga zakat yang hadir,
konsep dari Al-Azhar Peduli Ummat yang kemudian terpilih.
1 Anif Punto Utomo, dkk, Dua Dekade Ekonomi Syariah: Menuju Kiblat Ekonomi Islam, (Jakarta:
Gres! Publishing, 2014), h. 213-214. 2 “Profil Al-Azhar Peduli Ummat”, artikel diakses pada tanggal 16 Februari 2016 dari
http://www.al-azhar.or.id/index.php/sosial/al-azhar-peduli-ummat
19
Selanjutnya PKES dan Al-Azhar Peduli Ummat bersinergi untuk
mewujudkan program tersebut.3
Program Sejuta Berdaya direncanakan menjadi salah satu
bagian dari kampanye ekonomi syariah yang dicanangkan oleh PKES.
Kampanye tersebut bernama Gerakan Ekonomi Syariah atau disingkat
menjadi Gres!. Gres! hadir dilatarbelakangi oleh realita masih
rendahnya kesadaran masyarakat dan pangsa pasar (market share)
ekonomi syariah di negeri yang berpenduduk mayoritas muslim ini.
Ketua umum PKES, Halim Alamsyah memiliki visi agar lembaga
yang dipimpinnya bersama asosiasi lainnya memiliki program
bersama yang memberikan dampak luas (high impact) untuk
sosialisasi dan pertumbuhan ekonomi syariah.4 Soft launching Gres!
dilakukan pada bulan juli 2013 oleh ketua PKES Halim Alamsyah.5
Sebulan kemudian, pada tanggal 27 Agustus 2013, dalam acara
silaturahmi Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) di Hotel Sultan
Jakarta, ditandatangani Piagam Bersama Gres! oleh 13 asosiasi
ekonomi syariah. Selanjutnya, grand launching Gres! dilaksanakan
pada tanggal 17 November 2013 oleh Presiden Republik Indonesia
saat itu, Susilo Bambang Yudhoyomo, di Monumen Nasional
(Monas). Peluncurannya diselenggarakan oleh 14 asosiasi ekonomi
syariah, perguruan tinggi, Bank Indonesia, serta didukung Kementrian
3 Wawancara Pribadi dengan Iwan Rahmat, pendamping UKM Center Sejuta Berdaya. Depok, 28
Januari 2016. 4 Anif Punto Utomo, dkk, Dua Dekade Ekonomi Syariah: Menuju Kiblat Ekonomi Islam, h. 234.
5 Ibid., h. 225.
20
Agama, Kementrian Pariwisata dan Industri Kreatif, Otoritas Jasa
Keuangan (OJK), dan Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
Indonesia (DSN MUI).6 Bersamaan dengan dicanangkannya Gres!,
turut diluncurkan juga program Sejuta Berdaya.
Sejuta Berdaya adalah program pemberdayaan masyarakat
yang dilakukan oleh industri dan lembaga ekonomi syariah secara
bersama-sama, terintegrasi, dan berkesinambungan. Program ini akan
memanfaatkan dana kebajikan (qardhul hasan) industri keuangan
syariah dan dana-dana sosial lainya seperti zakat dan CSR untuk
meningkatkan ekonomi masyarakat dan membangun ketahanan
ekonomi mikro dan kecil serta menjadikan mereka yang semula tidak
memiliki akses terhadap sistem keuangan dan unbankable menjadi
bankable, seiring dengan program financial inclusion. Ketua Umum
Asosiasi BMT Se-Indonesia (Absindo) Aries Mufti, menegaskan,
program sejuta berdaya sangat ditunggu–tunggu oleh masyarakat,
dengan program ini peran ekonomi syariah sangat besar pengaruhnya
dalam pengentasan kemiskinan.7 Walau secara resmi dilaunching pada
17 November 2013, tetapi geliat pelaksanaan program pemberdayaan
ekonomi masyarakat oleh Sejuta Berdaya baru mulai bergulir pada
akhir Desember 2013 dan awal Januari 2014. Pada periode itu,
program dimulai dengan pengumpulan masyarakat dan pembentukan
kelompok-kelompok pada lokasi-lokasi yang telah ditentukan 6 Ibid., h. 223.
7 Agus, “Sejuta Berdaya Program Spektakuler GRES!”, artikel diakses pada tanggal 6 Oktober 2015
dari http://ekonomisyariah.info/blog/2013/11/01/sejuta-berdaya-program-spektakuler-gres/
21
sebelumnya. Hingga saat ini masih terus dilakukan pembentukan
kelompok-kelompok KSM yang baru diberbagai lokasi.8
Saat ini, Sejuta Berdaya telah berhasil membentuk total 18
KSM diberbagai lokasi baik di Jabodetabek maupun luar Jabodetabek.
Untuk wilayah Jabodetabek misalnya, ada KSM Pelita Jampang
Gemilang yang berlokasi di Desa Jampang, Kecamatan Kemang,
Kabupaten Bogor dan KSM Barokah Gemilang Pengasinan di
Kelurahan Pengasinan, Kecamatan Sawangan, Kotamadya Depok.
Untuk wilayah luar Jabodetabek salah satunya ada KSM Insan Usaha
yang berlokasi di Desa Sawit, Kecamatan Darangdan Kabupaten
Purwakarta dan juga KSM Jaya Amanah Bandung di Desa Mekar
Jaya, Kecamatan Pacet, Kabupaten Bandung.
Seiring berjalannya waktu, perkembangan KSM-KSM yang
sudah terbentuk semakin menunjukkan arah yang positif. Hal ini dapat
dilihat dari hal-hal berikut:
a. Jumlah anggota tiap-tiap KSM terus bertambah
b. Berkurangnya jumlah pengangguran karena kehadiran KSM telah
turut membuka lapangan pekerjaan
c. Mulai ditinggalkannya pinjaman berbasis riba yang ditawarkan
oleh para rentenir atau bank keliling
d. Mulai terciptanya kemandirian usaha yang ditandai dengan
semakin lengkapnya item-item barang yang dijual
8 Wawancara Pribadi dengan Iwan Rahmat, pendamping UKM Center Sejuta Berdaya. Depok, 28
Januari 2016.
22
e. Meningkatnya kegiatan keagamaan/ pengajian yang dilakukan
bersamaan dengan perkumpulan anggota yang rutin dilakukan
oleh tiap-tiap KSM
f. Perkumpulan rutin tersebut turut membuat hubungan antar
anggota semakin baik.
2. Tujuan Sejuta Berdaya
Program pemberdayaan ekonomi masyarakat yang dilakukan
oleh Sejuta Berdaya bertujuan untuk mendorong masyarakat yang
berada di level pra-sejahtera agar mempunyai usaha yang lebih baik
lagi dan kemudian dapat berdampak terhadap peningkatan
kesejahteraan untuk mengurangi angka kemiskinan. Disamping itu,
sejalan dengan tujuan Gres! untuk membumikan ekonomi syariah,
program Sejuta Berdaya juga berusaha mendorong masyarakat untuk
menjalankan aktifitas ekonominya sesuai dengan nilai-nilai syariah.9
Melalui program ini, diharapkan mampu menjadikan mereka
yang semula tidak memiliki akses terhadap sistem keuangan dan
unbankable menjadi bankable dan mampu mengakses sistem
keuangan, seiring dengan program financial inclusion.
3. Konsep Program Sejuta Berdaya10
Al -Alzhar Peduli Ummat adalah lembaga amil zakat yang
terpilih untuk menjalankan program pemberdayaan masyarakat yang
digagas oleh PKES. Konsep pemberdayaan Al-Alzhar Peduli Ummat
9 Ibid.
10 Ibid.
23
terpilih karena dinilai paling bagus dibanding konsep dari lembaga
yang lain. Al-Azhar Peduli Ummat menawarkan sebuah konsep
pemberdayaan masyarakat yang komprehensif dan terintegrasi.
Dalam membentuk konsep pemberdayaan masyarakat, Al-
Azhar Peduli Ummat berkaca pada kondisi riil yang terjadi di
masyarakat. Oleh karena itu, Al-Azhar Peduli Ummat memiliki
sebuah grafik tersendiri yang digunakan sebagai formulasi khusus
untuk mengatasi masalah-masalah yang secara riil terjadi di
masyarakat.
Grafik 2.1
Konsep Dasar Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat
Sumber : Laporan Sejuta Berdaya
Konsep yang diusung oleh Al-Azhar Peduli Ummat adalah
pemberdayaan ekonomi masyarakat. Yaitu pemberdayaan masyarakat
yang difokuskan pada aspek perekonomian masyarakat. Al-Azhar
Peduli Ummat menjadikan program Sejuta berdaya sebagai program
24
yang terintegrasi dengan berbagai pihak baik dari internal Al-Azhar
Peduli Ummat maupun dari pihak luar.
Sesuai dengan grafik diatas, konsep pemberdayaan ekonomi
masyarakat dibagi menjadi 4 level. Pada tiap level diberikan
penanganan yang berbeda-beda namun saling terintegrasi dan
berkesinambungan. Berikut penjelasan mengenai keempat level
tersebut:
a. Level Penyelamatan
Level penyelamatan adalah level dimana para penerima
manfaat berada dalam kondisi miskin. Yang dimaksud miskin
disini adalah kondisi dimana seseorang memiliki penghasilan
tetapi tidak dapat mencukupi kebutuhan dasar. Mereka yang
termasuk kedalam level ini kemudian disebut sebagai keluarga
prasejahtera. Tindakan yang dilakukan terhadap keluarga
prasejahtera adalah penyelamatan untuk pemenuhan kebutuhan
dasar melalui bantuan dana Zakat, Infaq, dan Sodaqoh (ZIS) dari
program Zakat Pride. Pada level ini, tim Sejuta Berdaya
bersinergi dengan tim Zakat Pride. Zakat Pride adalah salah satu
program dari Al-Azhar Peduli Ummat yang berkonsentrasi pada
penghimpunan dan penyaluran dana ZIS. Tindakan yang
dilakukan pada level ini terfokus pada pemenuhan kebutuhan
dasar, sehingga upaya-upaya untuk pemberdayaan belum
dilakukan secara seutuhnya. Kondisi ini berlandaskan karena
25
pemenuhan kebutuhan dasar bersifat sangat urgen bagi kehidupan
seseorang. Upaya pemberdayaan tidak akan berjalan maksimal
jika nyatanya objek pemberdayaan sendiri belum mampu
memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya.
b. Level Penguatan
Level adalah level dimana para penerima manfaat berada
dalam kondisi yang sudah mampu untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan dasarnya atau telah ada keseimbangan antara
penghasilan dan pengeluaran. Mereka yang termasuk dalam level
ini kemudian disebut sebagai keluarga mandiri berpenghasilan.
Jika keluarga prasejahtera yang sebelumnya berada pada level
penyelamatan telah mampu memenuhi seluruh kebutuhan
dasarnya maka levelnya kemudian dinaikkan menjadi level
penguatan. Tindakan yang dilakukan terhadap penerima manfaat
yang berada pada level ini adalah penguatan aspek ekonomi
mereka melalui pemberian pinjaman modal usaha dengan akad
sosial (tabarru) yaitu pinjaman qardhul hasan. Pemberian
pinjaman qardhul hasan ini bertujuan agar usaha yang dimiliki
para keluarga mandiri berpenghasilan dapat berkembang sehingga
penghasilannya bertambah. Di sisi lain, pemberian pinjaman
qardhul hasan juga bertujuan untuk menghindarkan masyarakat
dari pinjaman berbasis riba yang merajalela di kalangan
masyarakat.
26
c. Level Pengembangan
Level pengembangan adalah level dimana para penerima
manfaat sudah memiliki usaha yang berkembang sehingga
berdampak pula pada kesejahteraannya. Mereka yang termasuk
dalam level ini kemudian disebut sebagai keluarga pengembangan
ekonomi. Jika keluarga mandiri berpenghasilan yang berada pada
level penguatan telah berhasil mengembangkan usahanya maka
levelnya kemudian dinaikkan menjadi level pengembangan.
Tindakan yang dilakukan pada level ini adalah mengganti
pinjaman dengan akad sosial (tabarru) menjadi akad bisnis
(tijarah). Dengan menggunakan prinsip bagi hasil. Jenisnya bisa
musyarakah atau mudharabah tergantung teknis di lapangan.
Pemberian akad bisnis bertujuan supaya operasional KSM bisa
tetap berjalan.
d. Level Ketahanan Ekonomi
Level ketahanan ekonomi adalah level dimana para
penerima manfaat sudah memiliki pendapatan yang cukup besar
dan salah satu cirinya adalah sudah memiliki investasi. Mereka
yang termasuk dalam level ini kemudian disebut sebagai keluarga
ketahanan ekonomi. Jika usaha yang dijalankan oleh keluarga
pengembangan ekonomi semakin berkembang, maka kemudian
levelnya akan dinaikkan menjadi level ketahanan ekonomi.
Tindakan yang dilakukan pada level ini adalah membantu
27
merekomendasikan keluarga ketahanan ekonomi untuk dapat
memperoleh pinjaman dari pihak ketiga, yaitu bank syariah.
Tindakan ini bertujuan supaya kebutuhan keluarga ketahanan
ekonomi terhadap pinjaman untuk penambahan modal usaha bisa
tercapai. Karena pada umumnya ketika usaha seseorang sudah
maju dan berkembang maka pinjaman yang dibutuhkannya juga
akan semakin besar. Dalam kondisi seperti ini KSM sudah tidak
mampu lagi menyediakan pinjaman karena keterbatasan aset
KSM. Penunjukkan bank syariah sebagai pihak ketiga adalah
untuk menghindari transaksi ribawi yang bisa merugikan pihak
keluarga ketahanan ekonomi.
Konsep pemberdayaan ekonomi masyarakat dari Al-Azhar
Peduli Ummat dibuat sedemikian rupa supaya ketika masyarakat,
sebagai penerima manfaat program Sejuta Berdaya, levelnya naik
dari level penyelamatan agar tidak mudah turun level atau bahkan
jatuh lagi ke level penyelamatan. Kondisi ini adalah kenyataan
yang sering ditemui oleh Al-Azhar Peduli Ummat di lapangan.
Oleh karena itu, untuk menghindari terjadinya hal tersebut, Al-
Azhar Peduli Ummat membentuk sebuah konsep pemberdayaan
ekonomi masyarakat yang terintegrasi dan komprehensif seperti
diatas. Konsep tersebut juga sekaligus menjadi bentuk pengenalan
ekonomi syariah bagi masyarakat melalui praktik langsung
maupun secara tidak langsung. Hal ini berkaitan dengan tujuan
28
program Sejuta Berdaya sebagai sosialisasi ekonomi syariah
secara luas. Seperti diketahui sebelumnya, program Sejuta
Berdaya merupakan bagian dari kampanye Gerakan Ekonomi
Syariah (Gres!).
Untuk mendukung keberhasilan konsep tersebut, program
Sejuta Berdaya menjalankan beberapa program yang secara wajib
diterapkan pada seluruh KSM. Beberapa program tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Program Ketahanan Pangan
Tujuan dari program ini adalah agar setiap anggota
KSM bisa mengurangi biaya belanja tanpa mengurangi
kebutuhan pangannya. Implementasi program ini melalui
pemberian bibit-bibit tanaman hortikultura secara gratis
kepada setiap anggota KSM.
b. Program Tabungan
Tujuan dari program ini adalah agar setiap anggota
bisa memiliki simpanan dana jika menghadapi keadaan-
keadaan darurat. Implementasi program ini melalui
pengadaan tabungan KSM dimana setiap anggota KSM
diwajibkan menabung dengan jumlah yang tidak ditentukan.
c. Program Dana Tabarru
Tujuan dari program ini adalah sebagai bentuk tolong-
menolong jika salah satu anggota tertimpa musibah.
29
Implementasi program ini melalui iuran dana tabarru pada
tiap-tiap KSM yang jumlahnya disepakati bersama.
4. Tahapan Program Sejuta Berdaya
Dalam menjalankan program pemberdayaan, ada beberapa
tahapan yang dilakukan oleh tim Sejuta Berdaya. Tahapan-tahapan
tersebut adalah sebagai berikut:11
a. Survei dan assesment calon penerima manfaat Sejuta Berdaya
Setelah lokasi telah ditentukan melalui komunikasi dan
kesepakatan antara tim Sejuta Berdaya dan pihak donatur,
selanjutnya tim Sejuta Berdaya melakukan survei dan
assesment.12 Survey dan assesment dilakukan oleh tim khusus
terhadap calon penerima manfaat program berdasarkan data-data
permohonan yang masuk dan database desa atau wilayah yang
menjadi binaan APU dalam beberapa program.
Dalam prosesnya, tim dibekali form skoring dan
dokumentasi. Penerima manfaat adalah mereka yang berada
dalam zona kuning, artinya masyarakat yang sudah tidak lagi
kesulitan dalam mencukupi kebutuhan dasarnya (emergency).
Setelah data sudah dikantongi, kemudian dilakukan komunikasi
dengan pihak-pihak yang diproyeksikan untuk menjadi pengurus
kelompok.
11
Laporan Sejuta Berdaya 2014. 12
Wawancara Pribadi dengan Iwan Rahmat, pendamping UKM Center Sejuta Berdaya. Depok, 28
Januari 2016.
30
b. Pembentukan kelompok penerima manfaat dan penguatan
sosialisasi detil program
Setelah data penerima manfaat dihimpun melalui
mekanisme rekrutment dan seleksi yang dilakukan, tim Sejuta
Berdaya memfasilitasi kepada seluruh penerima manfaat untuk
membentuk kelompok lengkap dengan kepengurusannya. Pada
saat itu dilakukan pemilihan nama kelompok, ketua kelompok
dan struktur organisasinya. Dibentuk pula peraturan-peraturan
kelompok yang mengikat anggota dan pengurus seperti jadwal
perkumpulan rutin.13 Semuanya itu dibentuk oleh penerima
manfaat dengan didampingi tim Sejuta Berdaya.
c. Implementasi dan realisasi penyaluran dana Al-Qardhul Hasan
melalui mekanisme kelompok
Setelah masing-masing kelompok dengan para anggotanya
dinilai kuat dan siap menjalankan program, dana qardhul hasan
digulirkan melalui kelompok. Kesiapan yang dimaksud termasuk
rapinya penyiapan administrasi pembukuan kelompok, buku
cicilan dan tabungan, dll.
Anggota bisa mengajukan pembiayaan usaha dengan akad
qardhul hasan dengan angsuran disesuaikan pada jenis usaha
yang dijalankan. Misalnya usaha pertanian, maka pembayaran
angsuran disesuaikan pada masa panen. Umumnya tiap anggota
13
Ibid.
31
mendapatkan jumlah pinjaman yang berbeda-beda. Anggota
dianjurkan agar menyelesaikan pinjaman tersebut dalam waktu
satu tahun. Tujuannya agar dana tersebut dapat bergulir dan
dirasakan juga oleh anggota baru. Namun anggota lama yang
belum berdaya tetap menjadi prioritas untuk mendapatkan
pinjaman kembali. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi
untuk bisa menjadi penerima pembiayaan qardhul hasan, yaitu:14
1. Terbebas dari pinjaman dengan pihak manapun
2. Memiliki usaha yang sudah dijalankan atau cikal bakal usaha
3. Memenuhi proses administratif
d. Penunjukkan dan penempatan pendamping kelompok
Dalam pelaksanaan program, pendamping ditempatkan
dalam upaya melakukan pembinaan, monitoring dan evaluasi
berjalannya program. Pendamping yang dimaksud memiliki
kapasitas dan peran dalam ekonomi pembangunan sekaligus
sebagai da’i yang menguatkan nilai dan norma agama yang baik.
e. Pendampingan dan pembinaan kelompok secara rutin dan intensif
Fasilitator dan pendamping program melakukan
pendampingan dalam hal penguatan nilai-nilai spiritual, jiwa
kewirausahaan dan manajemen kelompok
f. Training dan penguatan enterpreneurship, pembukuan keuangan
dan manajemen kelompok
14
Ibid.
32
Selain pendampingan rutin oleh para pendamping di
lapangan, peningkatan pengetahuan dan keahlian dalam hal
kewirausahaan, manajemen keuangan dan kelompok dilakukan
untuk menguatkan para penerima manfaat program. Materi
pelatihan disesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan para
penerima manfaat program
g. Monitoring dan evaluasi serta laporan berkala oleh pendamping
Monitoring dan evaluasi jalannya program dilaporkan oleh
pendamping kelompok kepada tim Sejuta Berdaya - Al Azhar
Peduli Ummat
5. Sumber Dana Sejuta Berdaya15
Sebagai sebuah program yang dilakukan secara bersama-sama,
sumber dana Sejuta Berdaya berasal dari hasil sinergi dengan bank-
bank syariah yang berada dibawah naungan PKES dan turut ambil
andil dalam kampanye Gres!. Dana CSR yang diberikan oleh bank-
bank syariah tersebut biasanya menggunakan akad infaq, hibah dan
dana kebajikan. Dana tersebut diberikan oleh bank-bank syariah
kepada APU baik secara langsung maupun berkala. Tergantung
kebijakan dari masing-masing bank syariah. Tapi umumnya mereka
menghendaki agar satu lokasi KSM hanya untuk donasi dari satu bank
syariah saja, tidak lebih.
15
Ibid.
33
Setelah dana CSR diterima oleh APU, kemudian APU
menyerahkannya ke tiap-tiap KSM sebagai aset bergilir dengan akad
hibah. Jumlah yang diberikan oleh APU kepada KSM adalah sesuai
dengan jumlah yang didonasikan oleh bank syariah. Oleh karena itu,
untuk kegiatan operasional menggunakan dana dari APU. Dana yang
sudah diterima oleh KSM selanjutnya disalurkan kepada anggota
dengan menggunakan akad qardhul hasan.
B. KSM Pelita Jampang Gemilang
1. Profil KSM Pelita Jampang Gemilang
Kelompok Swadaya Mayarakat (KSM) Pelita Jampang
Gemilang merupakan salah satu implentasi program pemberdayaan
ekonomi masyarakat oleh Sejuta Berdaya yang berlokasi di Desa
Jampang, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa
Barat. Kelompok yang dibentuk pada Januari 2014 ini diketuai oleh
Bapak Cahyadi dengan bendahara Bapak Jaelani. Mayoritas anggota
KSM Pelita Jampang Gemilang berprofesi sebagai pedagang kecil,
mulai dari penjual sayur segar, penjual gorengan, penjual kelapa
parut/ santan, penjual bahan pokok, penjual jajanan anak, pengrajin
‘keset’ alas kaki, petani hortikultura, dan masih banyak yang lainnya.
Kelompok ini dibentuk dengan tujuan untuk meningkatkan
keberdayaan atau kemandirian bagi keluarga usaha kecil di Desa
34
Jampang dan sekitarnya dengan pinjaman dana kebajikan secara
bergulir (qardhul hasan) dan dana-dana sosial lainnya ini.16
2. Sejarah Berdirinya KSM Pelita Jampang Gemilang
Merajalelanya rentenir yang terus menjerat rakyat kecil di
lingkungan rumahnya membuat Bapak Cahyadi tergerak hatinya
untuk bergabung dengan Al-Azhar Peduli Ummat dan kemudian
membentuk KSM Pelita Jampang Gemilang yang merupakan program
dari Sejuta Berdaya. Di KSM yang ia ketuai ini, dia mulai
menyampaikan pesan ke warga Desa Jampang tentang bahaya rentenir
dan uang riba. Sebagai solusinya ia kemudian mengajak warga agar
bergabung menjadi anggota KSM Pelita Jampang Gemilang dan bisa
mendapat pinjaman dana modal non riba. Walau sempat menemui
kesulitan untuk mengajak warga bergabung dengan KSM Pelita
Jampang Gemilang dan meninggalkan pinjaman ke rentenir, dengan
penjelasan dari sisi agama dan hukum membuat warga akhirnya mulai
mengerti dan sangat bahagia menjadi anggota KSM. Seiring
berjalannya waktu, ketergantungan warga kepada rentenir perlahan
berkurang. Usaha yang digeluti anggota KSM pun berjalan dengan
lancar tanpa harus memikirkan besarnya iuran yang harus disetorkan
kepada rentenir. Di KSM Pelita Jampang Gemilang ini, para anggota
tidak hanya mendapat pinjaman modal tetapi juga turut diadakan
pengajian rutin sebagai upaya memperkuat silaturahmi dan
16
Laporan Sejuta Berdaya 2015
35
keagamaan antar anggota dan pengurus KSM. Kemudian mereka juga
disertakan dalam setiap kegiatan pelatihan kewirausahaan yang
diselenggarakan Al-Azhar Peduli Ummat untuk mempertajam skill
wirausaha mereka. Saat pertama kali dibentuk, KSM Pelita Jampang
Gemilang hanya beranggotakan 13 orang. Namun melihat berbagai
kenikmatan dan kemudahan menjadi anggota KSM membuat warga
lainnya melirik.17
3. Struktur Kepengurusan KSM Pelita Jampang Gemilang
Gambar 2.1
Struktur Kepengurusan KSM Pelita Jampang Gemilang
Sumber : Sekretariat KSM Pelita Jampang Gemilang
Keterangan:
: Garis Instruksi
: Garis Konsolidasi
: Garis Koordinasi
17
“Pelita Jampang, Terhindar dari riba”, Care magazine: Inspirasi Nurani dan Kepedulian, Agustus
2015, h. 6.
PEMBINA Al-Azhar Peduli Ummat
KETUA Cahyadi
SEKRETARIS Jaenal Arifin
BENDAHARA Subarkah
ANGGOTA
36
C. Usaha Mikro
1. Pengertian Usaha Mikro
Dalam Undang-Undang Perkoperasian Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2008 pasal 1, usaha mikro adalah usaha produktif
milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang
memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang ini, yaitu:18
a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha.
b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp.
300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah)
Awalil Rizky (2008) menyatakan bahwa usaha mikro adalah
usaha informal yang memiliki aset, modal, omzet yang amat kecil.
Ciri lain dari usaha mikro adalah jenis usahanya yang sering berganti,
tempat usaha kurang tetap, tidak dapat dilayani oleh perbankan, dan
umumnya tidak memiliki legalitas usaha.19 Menurut SK Menteri
Keuangan No. 40/KMK.06/2003, usaha mikro adalah usaha produktif
milik keluarga atau perorangan WNI dan memiliki hasil penjualan
paling banyak Rp. 100.000.000,00 per tahun serta dapat mengajukan
kredit kepada bank paling banyak Rp. 50.000.000,00.
18
Tulus T.H Tambunan, UMKM di Indonesia, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2009), h. 159. 19
Euis Amalia, Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam, (Penguatan Peran LKM dan UKM di
Indonesia), (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2009), h. 41-42.
37
Tulus Tambunan mengutip laporan BPS (2006) yang
mengatakan ada perbedaan antara Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan
Usaha Menengah dalam latar belakang atau motivasi pengusaha
melakukan usaha. Menurut laporan tersebut, sebagian besar
pengusaha mikro di Indonesia mempunyai latar belakang ingin
memperoleh perbaikan penghasilan. Ini menunjukkan bahwa
pengusaha mikro berinisiatif mencari penghasilan untuk memenuhi
kebutuhan hidup keluarganya sehari-hari. Selain itu latar belakang
menjadi pengusaha mikro karena faktor keturunan yaitu meneruskan
usaha keluarga. Dalam hal ini faktor keluarga masih dominan, yakni
jika orang tuanya seorang nelayan maka anaknya juga menjadi
nelayan, dan seterusnya. Sedangkan alas an ideal pengusaha mikro
adalah merasa telah dibekali keahlian tertentu. Alas an lain menjadi
pengusaha mikro adalah tidak adanya kesempatan untuk berkarir di
bidang lain.20
2. Ciri-Ciri Usaha Mikro
Usaha mikro memiliki ciri-ciri umum sebagai berikut:
Tabel 2.1 Ciri-Ciri Usaha Mikro
No Aspek Ciri-ciri
1 Formalitas Beroperasi di sector informal; usaha
tidak terdaftar; tidak/ jarang bayar
pajak
20
Tulus Tambunan, Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Indonesia, (Jakarta: LP3ES, 2012), h. 6-7.
38
2 Organisasi dan
manajemen
Dijalankan oleh pemilik; tidak
menerapkan pembagian tenaga kerja
internal (ILD), manajemen dan struktur
organisasi formal (MOF), system
pembukuan formal (ACS)
3 Sifat dari kesempatan
kerja
Kebanyakan menggunakan anggota-
anggota keluarga tidak dibayar
4 Pola/ sifat dari proses
produksi
Derajat mekanisasi sangat rendah/
umumnya manual; tingkat teknologi
sangat rendah
5 Orientasi pasar Umumnya menjual ke pasar local
untuk kelompok pendapatan rendah
6 Profil ekonomi Pendidikan rendah dan dari rumah
tangga (RT) miskin; motivasi utama:
survival
7 Sumber-sumber dari
bahan baku modal
Kebanyakan pakai bahan baku local
dan uang sendiri
8 Hubungan-hubungan
eksternal
Kebanyakan tidak mempunyai akses ke
program-program pemerintah dan
hubungan bisnis dengan usaha besar
9 Wanita pengusaha Rasio dari wanita terhadap pria sebagai
pengusaha sangat tinggi
Sumber: Badan Pusat Statistik (www.bps.go.id)
39
3. Peran Usaha Mikro
Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah dalam pasal 3 disebutkan bahwa usaha mikro,
kecil dan menengah bertujuan untuk menumbuhkan dan
mengembangkan usahanya dalam rangka membangun perekonomian
nasional berdasarkan demokrasi ekonomi yang berkeadilan. Ini berarti
UMKM berperan dalam pembangunan perekonomian nasional melalui
kontribusi terhadap PDB, penciptaan lapangan pekerjaan, dan
penyerapan tenaga kerja.
Menurut Glen Glenardi (2002: 290) kemampuan UMKM
dalam menghadapi krisis dan pembangunan perekonomial nasional
disebabkan oleh :
a. Sektor mikro dapat dikembangkan hamper disemua sector usaha
dan tersebar di seluruh wilayah Indonesia
b. Karena sifat penyebarannya yang sangat luas (baik sektor usaha
dan wilayahnya) sektor mikro juga sangat berperan dalam
pemerataan kesempatan kerja
c. UMKM termasuk usaha-usaha anggota koperasi yang pada
umumnya fleksibel. UMKM dengan skala usaha yang tidak besar,
kesederhanaan spesifikasi dan teknologi yang digunakan dapat
lebih mudah menyesuaikan dengan perubahan atau perkembangan
yang terjadi
40
d. UMKM merupakan industri padat modal. Dalam struktur biaya
produksinya, komponen terbesar adalah biaya variabel yang
mudah menyesuaikan dengan perubahan/ perkembangan yang
terjadi
e. Produk-produk yang dihasilkan sebagian besar merupakan produk
yang berkaitan langsung dengan kebutuhan primer masyarakat
f. UMKM lebih sesuai dan dekat dengan kehidupan pada tingkat
bawah (grassroot) sehingga upaya mengentaskan masyarakat dari
keterbelakangan akan lebih selektif
4. Perkembangan Usaha Mikro
Perkembangan usaha adalah suatu bentuk usaha kepada usaha
itu sendiri agar dapat berkembang menjadi lebih baik lagi dan agar
mencapai pada satu titik atau puncak menuju kesuksesan.
Perkembangan usaha juga dapat diartikan sebagai keadaan dimana
yang lebih baik atau unggul dibandingkan dengan periode atau masa
sebelumnya. Perkembangan usaha dilakukan oleh usaha yang sudah
mulai terproses dan terlihat ada kemungkinan untuk lebih maju lagi.
Tolak ukur perkembangan usaha haruslah menggunakan
parameter yang dapat diukur sehingga tidak bersifat nisbi atau bahkan
bersifat maya sehingga sulit untuk dipertanggungjawabkan. Menurut
Suryati (2012: 43) semakin konkrit tolak ukur itu, semakin mudah
bagi semua pihak untuk memahami serta membenarkan atas diraihnya
keberhasilan tersebut.
41
Menurut Suryana (2003: 85) indikator yang menjadi tolak ukur
bagi perkembangan suatu usaha adalah sebagai berikut:
a. Modal
b. Pendapatan
c. Volume Penjualan
d. Output Produksi
e. Tenaga Kerja
D. Variabel dan Hipotesis
1. Variabel
Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi
tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.21 Menurut
Hatch dan Farhady (1981) variabel merupakan atribut seseorang, atau
objek, yang mempunyai “variasi” antara satu orang dengan yang lain
atau satu objek dengan objek yang lain. Dinamakan variabel karena
ada variasinya.22
Menurut Suwarno (2005: 1-2) variabel adalah karakteristik
yang dapat diamati dari sesuatu (objek), dan mampu memberikan
bermacam-macam nilai atau beberapa kategori.23
21
Sugiyono, Statistika untuk Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2008), h. 2. 22
Ibid., h. 3. 23
Riduwan dan Akdon, Rumus dan Data dalam Aplikasi Statistika, (Bandung: Alfabeta, 2013), h.
6.
42
2. Hipotesis
Iqbal Hasan dalam Analisis Data Penelitian dengan Statistik
mendefisisikan hipotesis sebagai pernyataan atau dugaan yang bersifat
sementara terhadap suatu masalah penelitian yang kebenarannya
masih lemah sehingga harus diuji secara empiris (hipotesis berasal
dari kata hypo yang berarti di bawah dan thesa yang berarti
kebenaran). Dalam suatu penelitian, hipotesis merupakan pedoman
karena data yang dikumpulkan adalah data yang berhubungan dengan
variabel-variabel yang dinyatakan dalam hipotesis tersebut. 24
Sedangkan Pangestu dan Djarwanto dalam statistic induktif
mengartikan hipotesis sebagai pernyataan mengenai sesuatu hal yang
harus diuji kebenarannya. Untuk membuktikan kebenaran pernyataan
tersebut diperlukan penelitian dan analisis.25
E. Review Studi Terdahulu
Dalam rangka penentuan fokus penelitian, peneliti telah
membandingkan dengan penelitian terdahulu guna mendukung materi
yang akan dibahas, yakni:
1. Tesis James Erik Siagian, Program Studi Ilmu Ekonomi
Pembangunan, Program Pascasarjana, Universitas Sumatera Utara
tahun 2007, dengan judul Analisis Dampak Pemberdayaan
Masyarakat Melalui Program Pengembangan Kecamatan Terhadap 24
Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian dengan Statistik, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004), h. 31. 25
Pangestu Subagyo dan Djarwanto, Statistika Induktif, (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 2009), h.
159.
43
Pengentasan Kemiskinan di Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui dampak Program Pengembangan
Kecamatan (PPK) terhadap upaya pengentasan kemiskinan di
Kecamatan STM Hulu dan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang.
Penelitian ini menggunakan model logit, dengan menggunakan data
primer hasil wawancara dengan 91 KK di Kecamatan STM Hulu dan
98 KK di Kecamatan Pantai Labu. Hasil penelitian menunjukkan
penyediaan sarana sosial dasar melalui program pengembangan
kecamatan memberikan dampak positif terhadap pengentasan
kemiskinan di Kecamatan STM Hulu dan Kecamatan Pantai Labu.
Variabel penyediaan sarana ekonomi dan penyediaan lapangan kerja
melalui Program Pengembangan Kecamatan memberikan dampak
positif terhadap pengentasan kemiskinan di lokasi tersebut.
2. Jurnal Arum Mayangsari, Program Studi Ilmu Administrasi Negara,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas, dengan Judul
Dampak Pemberdayaan Pengrajin Batik Oleh Diskoperindag dan
ESDM Terhadap Peningkatan Kesejahteraan UMKM Batik Jetis
Sidoarjo yang dimuat dalam Jurnal Kebijakan dan Manajemen Publik
Volume 3, Nomer 3, September-Desember 2015. Penelitian ini
bertujuan untuk mendeskripsikan mekanisme dan dampak
pemberdayaan pengrajin batik Jetis Sidoarjo oleh Disperindag dan
ESDM terhadap peningkatan kesejahteraan UMKM Batik Jetis
Sidoarjo. Penelitian menggunakan metode survei yang bersifat
44
deskriptif. Pemberdayaan yang dilakukan oleh Disperindag dan
ESDM melalui pemberian akses permodalan dan pemasaran.
Diberikan juga pembinaan guna pengembangan SDM dan
peningkatan teknologi. Secara umum, pemberdayaan pengrajin batik
oleh Disperindag dan ESDM mampu meningkatkan kesejahteraan
sosial pengrajin batik yang dilihat dari peningkatan omset para
pengajin.
3. Skripsi Hariyana, Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia tahun 2012,
dengan judul Dampak Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan
(PPMK) terhadap Kesejahteraan Masyarakat di Kelurahan Bukit Duri,
Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk
membahas mengenai bagaimanakah dampak PPMK di Kelurahan
Bukit Duri, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan. Penelitian ini
menggunakan metode kuantitatif dalam pengumpulan data dan
pendekatan kuantitatif untuk menganalisis data. Peneliti menggunakan
pemikiran Leo Agustino mengenai 4 dimensi dampak yaitu pengaruh
suatu program terhadap kelompok sasaran, pengaruh suatu program
terhadap kelompok nonsasaran, keadaan program di masa kini, serta
pengaruh tidak langsung suatu program terhadap kelompok sasaran.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden
memberikan tanggapan positif terhadap masing-masing dimensi
tersebut.
45
4. Skripsi Radika Wahyu Setyoaji, Program Studi Pendidikan Luar
Sekolah, Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan,
Universitas Negeri Yogyakarta tahun 2012, dengan judul Dampak
Program Kelompok Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga
(PKK) Terhadap Peningkatan Pemberdayaan Ekonomi Perempuan di
Dusun Sosoran Desa Candimulyo Kecamatan Kedu Kabupaten
Temanggung. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dampak
program kelompok PKK terhadap peningkatan pemberdayaan
ekonomi perempuan serta faktor penghambat dan pendukung program
kelompok PKK di Dusun Sosoran Desa Candimulyo Kecamatan
Kedu Kabupaten Temanggung. Penelitian ini termasuk penelitian
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa program kelompok PKK berdampak terhadap peningkatan
kegiatan ekonomi dan peningkatan pendapatan responden. Faktor
penghambat yang ditemui adalah rendahnya tingkat pendidikan,
kurangnya sarana transportasi dan rendahnya pengetahuan mengenai
organisasi PKK. Sedangkan faktor pendukung yang didapat adalah
tingginya partisipasi anggota PKK dan motivasi pengurus terhadap
anggota PKK.
5. Skripsi Siti Nur Mutia Andini, Konsentrasi Perbankan Syariah,
Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam), Fakultas Syariah dan
Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2011, dengan judul
Pengelolaan Dana Qardhul Hasan Terhadap Pemberdayaan
46
Masyarakat Kampung Sukamulya (Studi Kasus Pada Dana Qardhul
Hasan pada BAZ Kota Bogor). Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis pengelolaan dana qardhul hasan dalam bentuk program
Danah Berkah yang dilakukan oleh BAZ Kota Bogor. Hasil penelitian
memperlihatkan bahwa upaya BAZ Kota Bogor menyediakan
pendanaan bidang usaha pada anggota binaan Kampung Sukamulya,
Bogor melalui program Dana Berkah merupakan salah satu cara yang
terbilang cukup efektif dalam meningkatkan kondisi ekonomi mitra
binaan serta membuka lapangan pekerjaan di desa dan mengurangi
arus urbanisasi ke kota. Dari hasil analisis SWOT didapatkan
keunggulan program yaitu program dana berkah merupakan solusi
yang tepat dalam meningkatkan taraf kehidupan masyarakat miskin
melalui pendanaan dalam bidang usaha dan terhindar dari pinjaman
dana melalui lintah darat (rentenir), dan kekurangan dari program
adalah yang dialokasikan untuk program Dana Berkah masih kurang
serta belum adanya pendampingan secara intensif dari pihak BAZ
Kota Bogor untuk membimbing anggota binaannya dan mustahiq.
47
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan
kuantitatif. Yang dimaksud penelitian kuantitatif adalah penelitian yang
menggunakan model-model, seperti model matematika (misalnya fungsi
multivariat), model statistik, dan ekonometrik. Hasil analisis disajikan
dalam bentuk angka-angka yang kemudian dijelaskan dan
diinterpretasikan dalam suatu uraian.1
Sedangkan metode penelitian dalam penelitian ini menggunakan
metode penelitian survey, yaitu menggunakan kuisioner sebagai instrumen
penelitian. Informasi yang diperoleh dari penelitian survey dapat
dikumpulkan dari seluruh populasi data atau sebagian populasi. Survey
yang dilakukan pada semua populasi dinamakan survey populasi atau
penelitian sensus, sedangkan jika penelitian data hanya dilakukan pada
sebagian populasi disebut sebagai survey sampel.2
B. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Moleong (2010: 132) mendeskripsikan subjek penelitian
sebagai informan, yang artinya orang pada latar penelitian yang 1 Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian dengan Statistik, (Jakarta; Bumi Aksara, 2004), h. 30.
2 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rhineka Cipta,
1998), h. 245.
48
dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi
latar penelitian. Adapun subjek penelitian dalam penelitian ini adalah
masyarakat yang menjadi anggota KSM Pelita Jampang Gemilang
yang berlokasi di Desa Jampang, Kecamatan Kemang, Kabupaten
Bogor, Propinsi Jawa Barat.
2. Objek Penelitian
Objek penelitian adalah sesuatu yang menjadi pemusatan pada
kegiatan penelitian, atau dengan kata lain segala sesuatu yang menjadi
sasaran penelitian (Sugiyono, 2001). Adapun Obyek penelitian dalam
penelitian ini adalah dampak program Sejuta Berdaya bagi
perkembangan usaha mikro.
C. Sumber Data
Data merupakan keterangan-keterangan tentang suatu hal, dapat
berupa sesuatu yang diketahui atau yang dianggap atau anggapan. Atau
fakta yang digambarkan lewat angka, simbol, kode, dan lain-lain. Data
merupakan salah satu instrumen penting dalam sebuah penelitian. Dalam
penelitian ini jenis sumber data yang digunakan yaitu: 3
1. Data Primer
Merupakan data yang diperoleh atau dikumpulkan secara
langsung di lapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang
bersangkutan yang memerlukannya. Data primer ini disebut juga data
3 Ibid., h. 19.
49
asli atau data baru. Dalam penelitian ini, data primer didapatkan
melalui wawancara dengan tim Sejuta Berdaya serta melalui
instrumen kuisioner tertutup yang diberikan kepada seluruh anggota
KSM Pelita Jampang Gemilang.
2. Data Sekunder
Merupakan data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang
yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada. Data
ini biasanya diperoleh dari perpustakaan atau dari laporan-laporan
penelitian terdahulu. Dalam penelitian ini, data sekunder didapatkan
dalam bentuk dokumen-dokumen berupa buku-buku, majalah, brosur
serta sumber informasi lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.
D. Populasi dan Sampel
Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-
cirinya akan diduga. Dalam setiap penelitian, populasi yang dipilih erat
hubungannya dengan masalah yang ingin dipelajari.4 Sedangkan sampel
adalah sebagian dari populasi yang dijadikan dasar penelitian. Pada
pengertian lainnya populasi adalah sekelompok orang, kejadian, atau
segala sesuatu yang memiliki karateristik tertentu. Populasi pada
penelitian ini adalah masyarakat yang menjadi anggota KSM Pelita
Jampang Gemilang yang berjumlah 38 orang. Karena jumlah populasi
yang ada kurang dari 60 orang, maka penulis mengambil seluruh populasi
4 Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survai, (Jakarta: LP3ES, 2008), h.152.
50
sebagai responden unit yang akan dianalisa tanpa menentukan sampel
penelitian.
Berdasarkan survey yang dilakukan melalui instrumen kuisioner
pada populasi penelitian, diperoleh data karakteristik responden sebagai
berikut:
a. Jenis Kelamin
Grafik 3.1
Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Grafik diatas menunjukkan komposisi jenis kelamin anggota
KSM Pelita Jampang Gemilang . dari grafik tersebut dapat diketahui
bahwa mayoritas anggota adalah wanita. Dari total 38 anggota, 27
orang diantaranya berjenis kelamin wanita dan sisanya, 11 orang,
berjenis kelamin pria. Dalam rekrutmen anggota KSM Pelita Jampang
Gemilang memang terbuka bagi pria dan wanita. Banyaknya jumlah
wanita yang menjadi anggota disebabkan karena mereka ingin
membantu perekonomian keluarga mereka. Mereka ingin mandiri dan
tidak hanya mengandalkan pendapatan dari suami mereka.
11
27
Pria Wanita
0
5
10
15
20
25
30
Jenis Kelamin
51
b. Usia
Grafik 3.2
Responden Berdasarkan Usia
Grafik diatas menunjukkan komposisi umur anggota KSM
Pelita Jampang Gemilang. Dari grafik tersebut dapat diketahui bahwa
komposisi usia anggota terbanyak ada pada range usia 31-40 tahun
dengan jumlah 14 anggota dan kemudian diikuti range usia 41-50
tahun dengan jumlah 10 anggota. Sedangkan pada range usia di bawah
20 tahun tidak ada sama sekali. Rekrutmen anggota KSM Pelita
Jampang Gemilang tidak mensyaratkan usia maksimal dan minimal.
Namun calon anggota harus sudah memiliki usaha yang sudah
dijalankan. Oleh karena itu banyak anggota yang berasal dari range
usia 31-40 tahun karena pada usia tersebut umumnya masyarakat
sudah memiliki kematangan dan pengalaman dalam menjalankan
usahanya tersebut
0
7
14
10
7
0
5
10
15
10-20 Tahun 21-30 Tahun 31-40 Tahun 41-50 Tahun > 50 Tahun
Usia
52
c. Status Pernikahan
Grafik 3.3
Responden Status Pernikahan
Grafik diatas menunjukkan komposisi status pernikahan
anggota KSM Pelita Jampang Gemilang. Dari grafik tersebut dapat
diketahui hampir seluruh anggota sudah. Hanya ada satu orang
anggota yang belum menikah. Hal ini karena anggota tersebut masih
tergolong muda dengan range usia 21-30 tahun.
d. Pendidikan Terakhir
Grafik 3.4
Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
37
1
Kawin Belum Kawin
0
10
20
30
40
Status Pernikahan
17
911
1 00
5
10
15
20
Pendidikan Terakhir
53
Grafik diatas menunjukkan komposisi pendidikan terakhir
anggota KSM Pelita Jampang Gemilang. Dari grafik tersebut dapat
diketahui bahwa mayoritas pendidikan terakhir anggota adalah
SD/MI/sederajat. Sedangkan tidak ada anggota yang sampai
menyentuh tingkat D4/S1/S2/S3/sederajat. Hal ini menunjukkan
bahwa tingkat pendidikan anggota tergolong rendah.
e. Jenis Usaha
Grafik 3.5
Responden Berdasarkan Jenis Usaha
Grafik diatas menunjukkan komposisi jenis usaha anggota
KSM Pelita Jampang Gemilang. Dari grafik tersebut diketahui bahwa
hampir seluruh anggota berprofesi sebagai pedagang dengan jumlah
29 anggota. Ada 7 anggota yang memiliki usaha kerajinan dan industri
kecil. Sisanya sektor jasa dan peternakan masing-masing dimiliki oleh
satu anggota. Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa mayoritas anggota
KSM Pelita Jampang Gemilang adalah pedagang seperti pedagang
jajanan anak-anak, warung kelontong, pedagang sayur dan lainnya.
29
1 0 1
7
0
10
20
30
40
Perdagangan Jasa Pertanian Peternakan Kerajinan dan
industri kecil
Jenis Usaha
54
f. Pendapatan Perbulan
Grafik 3.6
Responden Berdasarkan Pendapatan Perbulan
Grafik diatas menunjukkan komposisi penghasilan perbulan
anggota KSM Pelita Jampang Gemilang. Dari grafik tersebut dapat
diketahui bahwa mayoritas anggota memiliki penghasilan perbulan
kurang dari Rp. 1.000.000 dengan jumlah 22 orang. Angka tersebut
melebihi setengah dari total anggota. Semakin tinggi jumlah
penghasilan yang didapat, semakin berkurang juga komposisi anggota
yang mendapatkannya. Bahkan tidak ada anggota yang memiliki
penghasilan di atas Rp. 4.000.000 perbulan. Hal ini disebabkan karena
mayoritas anggota adalah pedagang kecil sehingga penghasilannya
pun tidak besar. Banyak juga usaha yang dijalankan melalui pinjaman
dari KSM Pelita Jampang Gemilang hanya sebagai usaha sampingan.
22
9
52
00
5
10
15
20
25
≤ Rp.
1.000.000
Rp.
1.000.001 -
Rp.
2.000.000
Rp.
2.000.001 -
Rp.
3.000.000
Rp.
3.000.001 -
Rp.
4.000.000
> Rp.
4.000.000
Penghasilan Perbulan
55
g. Lama Keanggotaan
Grafik 3.7
Responden Berdasarkan Lama Keanggotan
Grafik diatas menunjukkan komposisi lama keanggotaan
anggota KSM Pelita Jampang Gemilang. Dari grafik tersebut dapat
diketahui bahwa mayoritas anggota telah menjadi anggota selama 19-
24 bulan dengan jumlah 10 orang. Selanjutnya ada 9 anggota yang
telah bergabung selama 7-12 bulan dan ada 8 orang yang telah
bergabung selama kurang dari 6 bulan. Kemudian secara berurutan
ada 6 dan 5 orang yang telah bergabung selama 13-18 bulan dan lebih
dari 24 bulan. Sejak terbentuk lebih dari 2 tahun lalu, jumlah anggota
KSM Pelita Jampang Gemilang memang terus mengalami
peningkatan seiring berjalannya waktu. Banyaknya manfaat yang
didapat membuat banyak orang yang tertarik untuk bergabung
menjadi anggota walau pada awalnya kurang dilirik masyarakat.
8
9
6
10
5
0
2
4
6
8
10
12
≤ 6 Bulan 7 Bulan - 12
Bulan
13 Bulan - 18
Bulan
19 Bulan - 24
Bulan
> 24 Bulan
Lama Keanggotaan
56
E. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data penelitian dimaksudkan sebagai pencatatan
peristiwa atau karakteristik dari sebagain atau seluruh elemen populasi
penelitian. Pengumpulan data penelitian dapat dilakukan berdasarkan cara-
cara tertentu. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik
pengumpulan data sebagai berikut: 5
1. Pengamatan (Observasi)
Pengamatan atau observasi adalah cara pengumpulan data
dengan terjun dan melihat langsung ke lapangan (laboratorium)
terhadap objek yang diteliti (populasi atau sampel). Dalam penelitian
ini, peneliti melakukan pengamatan langsung ke tempat penelitian
yaitu sekretariat KSM Pelita Jampang Gemilang yang berlokasi di
Desa Jampang, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa
Barat.
2. Wawancara (Interviu)
Wawancara adalah cara pengumpulan data dengan
mengadakan tanya jawab langsung kepada objek yang diteliti atau
kepada perantara yang mengetahui persoalan dari objek yang diteliti.
Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara dengan tim Sejuta
Berdaya di Rumah Gemilang Indonesia yang berlokasi di Pengasinan,
Depok.
5 Ibid., h. 23-24.
57
3. Penggunaan Kuisioner
Penggunaan kuisioner adalah cara pengumpulan data dengan
menggunakan daftar pertanyaan (angket) atau daftar isian terhadap
obyek yang diteliti (populasi atau sampel). Dalam penelitian ini, untuk
mendapatkan data yang dibutuhkan, peneliti menggunakan instrumen
kuisioner yang diberikan kepada anggota KSM Pelita Jampang
Gemilang sebagai obyek penelitian. Populasi pada penelitian ini
adalah anggota KSM Pelita Jampang Gemilang yang berjumlah 38
orang. Karena populasi hanya berjumlah 38 anggota, maka penulis
menggunakan seluruh populasi sebagai responden pada penelitian ini.
4. Penelusuran Literatur
Penelusuran literatur adalah cara pengumpulan data dengan
menggunakan sebagian atau seluruh data yang telah ada atau laporan
data dari peneliti sebelumnya. Penelusuran literatur disebut juga
pengamatan tidak langsung. Dalam penelitian ini, peneliti
mengumpulkan data yang berasal dari laporan-laporan terkait program
pemberdayaan ekonomi masyarakat yang didapat dari tim Sejuta
Berdaya dan mempelajari teori-teori yang ada hubungannya dengan
masalah pokok pembahasan melalui buku-buku referensi, penelitian
terdahulu, majalah, artikel, buletin, brosur, internet, dan media
lainnya.
58
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk
mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Adapun fenomena
yang dimaksud biasa disebut sebagai variabel penelitian. Pengukuran
jawaban responden menggunakan skala Likert.
Untuk keperluan analisis kuantitatif, jawaban dari setiap instrumen
diberi skor, yaitu sebagai berikut:
Tabel 3.1
Skoring Item Instrumen
Pilihan Jawaban Skor
Sangat Tidak Setuju (STS) 1
Tidak Setuju (TS) 2
Ragu-ragu (R) 3
Setuju (S) 4
Sangat Setuju (SS) 5
G. Metode Analisis Data
Metode analisis data pada penelitian ini menggunakan perhitungan
statistik melalui program SPSS 20. Setelah semua data yang diperlukan
dalam penelitian ini terkumpul, langkah selanjutnya adalah melakukan
analisis data yang terdiri dari analisis instrumen kuisioner, analisis
deskriptif, uji asumsi klasik dan yang terakhir analisis regresi sederhana.
59
1. Analisis Instrumen Kuisioner
a. Uji Validitas
Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan
tingkat keshahihan suatu intrumen (alat ukur). Sebuah intrumen
dapat dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang
diinginkan, sehingga dapat mengungkap data dari variabel yang
diteliti secara tepat.6
Dalam pengujian validitas, kuesioner penelitian ini
menggunakan korelasi pearson product moment. Angka korelasi
pearson product moment yang diperoleh dibandingkan dengan
angka r kritis yang didapat dari tabel r pearson product moment
pada tingkat ketelitian yang digunakan adalah α = 5%.
Uji validitas dilakukan dengan menggunakan software
SPSS 20 melalui proses sebagai berikut:
1) Masukan semua data variabel pada software SPSS
2) Klik analyze > correlate > bivariate
3) Pindahkan semua variabel ke kolom sebelah kanan
4) Klik OK
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas berkaitan dengan pengertian bahwa suatu
instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat
pengumpul data dan mengukur variabel karena instrumen tersebut
6 Muslich Anshori dan Sri Iswati, Buku Ajar Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Surabaya:
Airlangga University Press, 2009), h. 83.
60
sudah baik.7 Hal ini menunjukkan data yang diukur menghasilkan
nilai yang handal sekaligus dapat dipercaya.
Pada penelitian ini pengujian reliabilitas dilakukan dengan
menggunakan metode Alpha. Suatu variabel dikatakan reliabel
jika nilai Alpha Cronbach (α) > 0,60, begitu juga sebaliknya
Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan software
SPSS 20 melalui proses sebagai berikut:
1) Masukan semua data variabel pada software SPSS
2) Klik analyze > scale > reliability test
3) Pindahkan semua variabel ke kolom sebelah kanan kecuali
total variabel
4) Klik OK
2. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif adalah analisis yang menggambarkan suatu
data yang akan dibuat baik sendiri maupun secara kelompok. Dalam
penyajian ini akan dibahas mengenai pengukuran tendensi sentral
(pengukuran gejala pusat, misalnya Mean, Mode, dan Median) dan
pengukuran penyimpangan (Range, Standard Deviation, dan
Variance), juga dibahas tentang grafis dan diagram. Pengukuran ini
digunakan untuk menjaring data yang menunjukkan pusat atau
pertengahan dari gugusan data yang menyebar. Nilai rerata dari
kelompok data itu, diperkirakan dapat mewakili seluruh nilai data
7 Ibid., h. 75.
61
yang ada dalam kelompok tersebut. Tujuan analisis deskriptif untuk
membuat gambaran secara sistematis data yang faktual dan akurat
mengenai fakta-fakta serta hubungan antar fenomena yang diselidiki
atau diteliti yang diteliti secara tepat.8
Analisis deskriptif dilakukan dengan menggunakan software
SPSS 20 melalui proses sebagai berikut:
1) Masukan semua data variabel pada software SPSS
2) Klik analyze > descriptive statistic > descriptives
3) Pindahkan variabel ke kolom sebelah kanan
4) Klik OK
3. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik digunakan untuk mengetahui pola dan varian
serta kelinieritasan dari suatu populasi (data). Apakah populasi atau
data berdistribusi normal atau tidak, atau juga uji dapat digunakan
untuk mengetahui apakah populasi mempunyai beberapa varian yang
sama, serta untuk menguji normalitas data.9 Model regresi linear
sederhana dianggap baik jika model regresi tersebut memenuhi
beberapa asumsi, yaitu asumsi normalitas dan lineraitas.
a. Uji Normalitas Data
Uji normalitas ditujukan untuk mengetahui apakah populasi
data berdistribusi normal atau tidak. Bila data berdistribusi
8 Riduwan dan Akdon, Rumus dan Data dalam Analisis Statistika, (Bandung: Alfabeta, 2013), h.
27. 9 Sofyan Siregar, Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2013), h. 153.
62
normal, maka dapat digunakan uji statistik berjenis parametrik.
Sedangkan bila data tidak berdistribusi normal, maka digunakan
uji statistik nonparametrik.10 Pengujian terhadap normalitas dapat
dilakukan dengan banyak cara, salah satunya dengan uji
kolmogorov-Smirnov Test. Pengujiannya dilakukan dengan
melihat tingkat signifikansinya, jika nilai signifikansi yang
didapat > 0,05 maka data terdistribusi secara normal. Begitu juga
sebaliknya.
Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan software
SPSS 20 melalui proses sebagai berikut:
1) Masukkan semua data variabel pada software SPSS
2) Klik Analyze > Nonparametric Tests > Legacy Dialogs > 1-Sample
K-S
3) Pindahkan semua variabel ke kolom sebelah kanan
4) Klik OK
b. Uji Linearitas Data
Uji linieritas bertujuan untuk mengetahui apakah antara
variabel tak bebas (Y) dan variabel bebas (X) mempunyai
hubungan linier. 11
Dasar pengambilan keputusan dalam uji linearitas dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu:
10
Ibid. 11
Ibid., h. 178-180.
63
1) Jika nilai signifikansi yang didapat lebih besar dari 0,05 maka
kesimpulannya adalah terdapat hubungan linear secara
signifikan antara variabel independen (X) dengan variabel
dependen (Y). Begitu juga sebaliknya.
2) Jika nilai F hitung yang didapat lebih kecil dari nilai F tabel
maka kesimpulannya adalah terdapat hubungan linear secara
signifikan antara variabel independen (X) dengan variabel
dependen (Y). Begitu juga sebaliknya.
Uji linearitas dilakukan dengan menggunakan software
SPSS 20 melalui proses sebagai berikut:
1) Masukkan semua data variabel pada software SPSS
2) Klik Analyze > compare means > means
3) Pindahkan variabel Y ke kolom dependent list dan variabel X ke
kolom independent list
4) Klik OK
4. Uji Regresi Linear Sederhana
Uji regresi merupakan suatu teknik untuk membangun
persamaan dan menggunakan persamaan tersebut untuk membuat
perkiraan. Dengan demikian, analisis regresi sering disebut sebagai
analisis prediksi. Karena merupakan prediksi, maka nilai prediksi
tidak selalu tepat dengan nilai riilnya, semakin kecil tingkat
64
penyimpangan antara nilai prediksi dengan nilai riilnya, maka
semakin tepat persamaan regresi yang terbentuk.12
Metode analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis
regresi linier sederhana, karena hanya melibatkan satu variabel bebas
(independent variable) dan satu variabel terikat (dependent variable).
Bentuk umum persamaan regresi linear sederhana adalah sebagai
berikut:
Y = a + bX
Keterangan:
Y = Perkembangan usaha mikro
a = Koefisien konstanta (nilai Y bila X = 0)
b = Koefisien regresi (perubahan Y jika X berubah)
X = Program Sejuta Berdaya
Uji statistik regresi linier sederhana digunakan untuk menguji
signifikan atau ada tidaknya hubungan dua variabel melalui koefisien
regresinya.13 Berikut adalah beberapa uji yang dilakukan melalui uji
regresi linear sederhana:
a. Uji Koefisien Korelasi
Uji koefisien korelasi digunakan untuk mengetahui apakah
ada hubungan antara dua variabel atau lebih. Secara spesifik
tujuan analisis korelasi adalah untuk mengetahui apakah diantara
dua variabel terdapat hubungan, jika ada hubungan bagaimana 12
Albert Kurniawan, Metode Riset untuk Ekonomi dan Bisnis : Teori, Konsep, dan Praktik
Penelitian Bisnis,(Bandung: Penerbit Alfabeta, 2014), h. 178. 13
Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian Dengan Statistik, h. 103.
65
arah hubungan dan seberapa besar hubungan tersebut.14 Uji
korelasi dilakukan dengan menggunakan rumus Pearson
Correlation15.
Tabel 3.2
Koefisien Korelasi Pearson
KOEFISIEN TINGKAT HUBUNGAN
0,0 – 0,19 Sangat Rendah
0,2 – 0,39 Rendah
0,4 – 0,59 Sedang
0,6 – 0,79 Tinggi
0,8 – 1,00 Sangat Tinggi
Uji linearitas dilakukan dengan menggunakan software
SPSS 20 melalui proses sebagai berikut:
1) Masukkan semua data variabel pada software SPSS
2) Klik Analyze > corelate > bivariate
3) Pindahkan semua variabel ke kolom sebelah kanan
4) Klik OK
b. Uji Koefisien Determinasi (R�)
Uji Koefisien deteminasi (R�) digunakan untuk mendeteksi
seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi
variabel dependen. Koefisien determinasi (R�) dinyatakan dalam
persentase yang nilainya berkisar antara 0 < R� < 1.
14
Singgih Santoso, Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo,
2010), h. 141. 15
Muhammad Nisfiannoor, Pendekatan Statistika Modern Untuk Ilmu Sosial, (Jakarta: Penerbit
Salemba Humanika, 2009), h. 154.
66
Nilai R� yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel
independen dalam menjelaskan variabel dependen amat terbatas.
Sebaliknnya, nilai R� yang mendekati satu menandakan variabel-
variabel independen memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.
Uji koefisien determinasi dilakukan dengan menggunakan
software SPSS 20 melalui proses sebagai berikut:
1) Masukkan semua data variabel pada software SPSS
2) Klik Analyze > regression > linear
3) Klik statistic, hilangkan ceklis durbin-watson
4) Pindahkan variabel Y ke kolom dependent list dan variabel X ke
kolom independent list
5) Klik OK
c. Uji t
Uji t dilakukan untuk mengetahui tingkat signifikansi
pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat
dengan asumsi variabel bebas yang lain tidak berubah (cateris
paribus). Uji t dilakukan dengan cara membandingkan t hitung
dengan t tabel. Setelah didapatkan t hitung, maka dicari t tabel
dari tabel t yang sudah tersedia dengan ketentuan nilai alpha 5%
harus dibagi 2 menjadi 0,025 dengan degree of freedom (df)
sebesar (n-2).
67
Kesimpulan didapatkan apabila t hitung ≥ t tabel dan nilai
signifikasi di bawah 0,05, maka Ha diterima dan berarti
hubungannya signifikan.
Uji t dilakukan dengan menggunakan software SPSS 20
melalui proses sebagai berikut:
1) Masukkan semua data variabel pada software SPSS
2) Klik Analyze > regression > linear
3) Pindahkan variabel Y ke kolom dependent list dan variabel X ke
kolom independent list
4) Klik OK
68
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Ada Pengaruh dari Program Sejuta Berdaya terhadap Perkembangan
Usaha Mikro
1. Analisis Instrumen Penelitian
a. Uji Validitas
Uji validitas dilakukan dengan menghitung angka korelasi
atau r hitung dari nilai jawaban seluruh responden untuk tiap butir
pernyataan, kemudian dibandingkan dengan r tabel. Nilai r tabel
dihitung berdasarkan rumus df = N – 2 pada tingkat signifikansi
5%. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan nilai N sebesar 38,
maka 38 – 2 = 36. Nilai r tabel yang didapat adalah 0,329. Setiap
butir pernyataan bisa dikatakan valid jika nilai r hitungnya lebih
besar atau sama dengan 0,329.
1) Uji Validitas Variabel Program Sejuta Berdaya (X)
Tabel 4.1
Hasil Uji Validitas Program Sejuta Berdaya (X)
Pernyataan Nilai r hitung Nilai r tabel Kriteria
Pernyataan 1 0,285 0,329 Tidak Valid
Pernyataan 2 0,618 0,329 Valid
Pernyataan 3 0,567 0,329 Valid
Pernyataan 4 0,141 0,329 Tidak Valid
Pernyataan 5 0,350 0,329 Valid
Pernyataan 6 0,221 0,329 Tidak Valid
69
Pernyataan 7 0,335 0,329 Valid
Pernyataan 8 0,085 0,329 Tidak Valid
Pernyataan 9 0,366 0,329 Valid
Pernyataan 10 0,299 0,329 Tidak Valid
Pernyataan 11 0,515 0,329 Valid
Pernyataan 12 0,477 0,329 Valid
Pernyataan 13 0,498 0,329 Valid
Pernyataan 14 0,034 0,329 Tidak Valid
Pernyataan 15 0,405 0,329 Valid
Pernyataan 16 0,526 0,329 Valid
Pernyataan 17 0,605 0,329 Valid
Pernyataan 18 0,339 0,329 Valid
Pernyataan 19 0,581 0,329 Valid
Pernyataan 20 0,740 0,329 Valid
Pernyataan 21 0,643 0,329 Valid
Pernyataan 22 0,645 0,329 Valid
Pernyataan 23 0,383 0,329 Valid
Pernyataan 24 0,447 0,329 Valid
Pernyataan 25 0,356 0,329 Valid
Pernyataan 26 0,555 0,329 Valid
Pernyataan 27 0,172 0,329 Tidak Valid
Pernyataan 28 0,119 0,329 Tidak Valid
Sumber : Output SPSS 20
Berdasarkan tabel hasil uji validitas diatas, maka
diperoleh kesimpulan bahwa dari 28 pernyataan yang ada,
terdapat 8 pernyataan yang tidak valid. Hal ini dikarenakan
nilai r hitung 8 pernyataan tersebut lebih kecil dari nilai r tabel
(0,329). Sedangkan sisanya dinyatakan valid.
70
2) Uji Validitas Variabel Perkembangan Usaha Mikro (Y)
Tabel 4.2
Hasil Uji Validitas Perkembangan Usaha Mikro (Y)
Pernyataan Nilai r hitung Nilai r tabel Kriteria
Pernyataan 1 0,661 0,329 Valid
Pernyataan 2 0,749 0,329 Valid
Pernyataan 3 0,731 0,329 Valid
Pernyataan 4 0,703 0,329 Valid
Pernyataan 5 0,686 0,329 Valid
Pernyataan 6 0,485 0,329 Valid
Pernyataan 7 0,678 0,329 Valid
Sumber : Output SPSS 20
Berdasarkan tabel hasil uji validitas diatas, maka
diperoleh kesimpulan bahwa seluruh pernyataan yang ada telah
valid. Hal ini ini dikarenakan nilai r hitung seluruh pernyataan
tersebut lebih besar dari nilai r tabel (0,329), sehingga
memenuhi kriteria validitas.
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan dengan menghitung koefisien
Cronbach’ Alpha dengan bantuan program SPSS 20. Sebuah butir
atau variabel dapat dikatakan reliabel jka memiliki nilai Cronbach’
Alpha yang lebih besar dari 0,60.
71
1) Uji Reliabilitas Variabel Program Sejuta Berdaya (X)
Tabel 4.3 Hasil Uji Reliabilitas Program Sejuta Berdaya (X)
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,782 28
Sumber: Output SPSS 20
Berdasarkan hasil uji reliabilitas diatas, maka dapat
diperoleh kesimpulan bahwa variabel program Sejuta Berdaya
dinyatakan reliable. Hal ini karena nilai Cronbach’ Alpha
variabel tersebut adalah 0,782. Nilai tersebut lebih besar dari
0,60 (0,782 > 0,60). sehingga dinyatakan reliable.
2) Uji Reliabilitas Variabel Perkembangan Usaha Mikro (Y)
Tabel 4.4 Hasil Uji Reliabilitas Perkembangan Usaha Mikro (Y)
Sumber : Output SPSS 20
Berdasarkan hasil uji reliabilitas diatas, maka dapat
diperoleh kesimpulan bahwa variabel perkembangan usaha
mikro dinyatakan reliable. Hal ini karena nilai Cronbach’
Alpha variabel tersebut adalah 0,753. Nilai tersebut lebih
besar dari 0,60 (0,753 > 0,60) sehingga dinyatakan reliable.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,753 7
72
2. Analisis Deskriptif
Tabel 4.5 Hasil Analisis Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Sum Mean Std.
Deviation
Sejuta Berdaya 38 4 5 161 4,23 ,280
Perkembangan
Usaha Mikro 38 3,57 5,00 160,87 4,2334 ,35760
Valid N (listwise) 38
Sumber : Output SPSS 20
Berdasarkan tabel hasil analisis deskriptif diatas, dapat
diperoleh gambaran mengenai deskripsi masing-masing variabel.
Untuk variabel program Sejuta Berdaya (X) memiliki nilai jumlah
jawaban responden sebesar 161 dengan nilai maksimal sebesar 5 dan
nilai minimal sebesar 4. Nilai rata-rata dari jawaban responden adalah
sebesar 4,23 dengan nilai standar deviasi sebesar 0,280. Sedangkan
untuk variabel program perkembangan usaha mikro (Y) memiliki nilai
jumlah jawaban responden sebesar 160,87 dengan nilai maksimal
sebesar 5,00 dan nilai minimal sebesar 3,57. Nilai rata-rata dari
jawaban responden adalah sebesar 4,2334 dengan nilai standar deviasi
sebesar 0,35760.
Nilai standar deviasi yang dimiliki oleh kedua variabel lebih
kecil dari nilai mean masing-masing. Hal ini berarti standar error dari
penelitian ini rendah, sehingga penentuan variabel yang digunakan
dalam penelitian ini baik untuk diteliti lebih lanjut.
73
3. Uji Asumsi Klasik
Model regresi linear sederhana dianggap baik jika model
regresi tersebut memenuhi beberapa asumsi, yaitu asumsi normalitas
dan lineraitas. Berikut hasil uji asumsi klasik tersebut:
a. Uji Linearitas Data
Tabel 4.6 Hasil Uji Linearitas
Sumber : Output SPSS 20
Berdasarkan tabel hasil uji linearitas diatas, dapat diperoleh
kesimpulan bahwa terdapat hubungan linear secara signifikan
antara variabel program Sejuta Berdaya (X) dengan variabel
perkembangan usaha mikro (Y). Hal ini karena diperoleh nilai F
hitung sebesar 0,703. Nilai F hitung ini lebih kecil daripada nilai F
tabel yaitu 2,17 (0,703 < 2,17). Selain itu diperoleh juga nilai
signifikansi sebesar 0,749. Nilai signifikansi tersebut lebih besar
dari 0,05 (0,749 > 0,05). Dengan demikian model regresi yang
tepat untuk digunakan dalam penelitian adalah model regresi
linear sederhana.
ANOVA Table
Sum of
Squares
df Mean
Square
F Sig.
Perkembangan
Usaha Mikro *
Program Sejuta
Berdaya
Between
Groups
(Combined) 3,114 15 ,208 2,824 ,013
Linearity 2,391 1 2,391 32,530 ,000
Deviation
from Linearity ,723 14 ,052 ,703 ,749
Within Groups 1,617 22 ,074
Total 4,731 37
74
b. Uji Normalitas Data
Uji normalitas dapat dilakukan dengan cara kolmogorov-
Smirnov Test. Jika nilai p-value yang dihasilkan lebih besar dari
0,05 maka data terdistribusi normal, begitu juga sebaliknya.
Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 38
Normal Parametersa,b Mean 0E-7
Std. Deviation ,25149531
Most Extreme Differences
Absolute ,108
Positive ,108
Negative -,075
Kolmogorov-Smirnov Z ,667
Asymp. Sig. (2-tailed) ,765 a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber : Output SPSS 20
Berdasarkan tabel hasil uji normalitas data diatas, dapat
diketahui bahwa data terdistribusi secara normal. Hal ini karena
diperoleh nilai rata-rata sig (p) sebesar 0,765. Nilai tersebut lebih
besar dari 0,05 (0,765 > 0,05). Oleh karena itu dapat dikatakan
bahwa data-data dalam penelitian ini telah lolos uji asumsi klasik.
4. Uji Regresi Linear Sederhana
Uji regresi linear sederhana dalam penelitian ini dilakukan
dengan perhitungan statistik menggunakan program SPSS 20.
75
a. Uji koefisien korelasi
Tabel 4.8 Hasil Uji Koefisien Korelasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,711a ,505 ,492 ,255
a. Predictors: (Constant), Program Sejuta Berdaya
b. Dependent Variable: Perkembangan Usaha Mikro
Sumber : Output SPSS 20
Dari tabel hasil uji koefisien korelasi diatas, dapat
diperoleh kesimpulan bahwa variabel program Sejuta Berdaya
dan variabel perkembangan usaha mikro memiliki hubungan yang
tinggi/ kuat. Hal ini karena didapatkan nilai koefisien korelasi
sebesar 0,711. Berarti nilai ini berada pada rentang 0,60-0,799.
Berdasarkan rumus Pearson Correlation, nilai koefisien yang
berada pada rentang 0,6 – 0,79 memiliki tingkat hubungan yang
tinggi/ kuat.
Kemudian, angka koefisien korelasi antara kedua variabel
tersebut bertanda positif (+) yang berarti menunjukkan adanya
hubungan yang bersifat berbanding lurus, yang artinya
peningkatan satu satuan di variabel ini akan diikuti oleh penaikan
variabel lain. Dengan kata lain semakin besar nilai program
Sejuta Berdaya maka akan membuat nilai perkembangan usaha
mikro menjadi semakin besar pula.
76
b. Uji Koefisien Determinasi (R�)
Tabel 4.9 Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,711a ,505 ,492 ,255
a. Predictors: (Constant), Program Sejuta Berdaya
b. Dependent Variable: Perkembangan Usaha Mikro
Sumber : Output SPSS 20
Dari tabel hasil uji koefisien determinasi diatas, dapat
diperoleh kesimpulan bahwa 50,5% perkembangan usaha mikro
dapat dijelaskan oleh variabel program Sejuta Berdaya. Hal ini
karena berdasarkan perhitungan uji koefisien determinasi
didapatkan nilai R� sebesar 0,505 (50,5%). Ini berarti program
Sejuta Berdaya mampu memberikan kontribusi sebesar 50,5%
bagi perkembangan usaha mikro. Sedangkan sisanya, sebesar
49,5%, dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang belum dibahas
dalam penelitian ini.
c. Uji t
Tabel 4.10 Hasil Uji t
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1(Constant) ,389 ,635 ,612 ,544
Program Sejuta Berdaya ,909 ,150 ,711 6,065 ,000
a. Dependent Variable: Perkembangan Usaha Mikro
Sumber : Output SPSS 20
77
Dari tabel hasil uji t diatas, dapat diperoleh kesimpulan
bahwa program Sejuta Berdaya memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap perkembangan usaha mikro. Hal ini karena
nilai t hitung yang diperoleh dari hasil perhitungan adalah sebesar
6,065. Nilai t hitung ini lebih besar dibanding nilai t tabel sebesar
1,668 (6,065 > 1,668). Nilai t tabel diperoleh dengan
menggunakan rumus df = N-2 = 38-2 = 36 pada tingkat
signifikansi 5%. Dari hasil uji t juga diketahui bahwa setiap
perubahan sebesar 0,909 pada program Sejuta Berdaya
mempengaruhi perkembangan usaha mikro sebesar 0,389.
Kemudian nilai signifikansi yang diperoleh dari hasil
perhitungan adalah sebesar 0,000. Nilai ini lebih kecil daripada
0,05 (0,000 < 0,50). Dari kedua hasil perhitungan tersebut dapat
disimpulkan bahwa hipotesis nol (H�) ditolak, yang berarti ada
pengaruh yang signifikan dari program Sejuta Berdaya terhadap
perkembangan usaha mikro. Berdasarkan hasil tersebut, maka Al-
Azhar Peduli Ummat dan PKES sebaiknya terus melanjutkan
program Sejuta Berdaya dan memperluas cakupan program pada
daerah-daerah lainnya di Indonesia. Hal ini karena program
tersebut terbukti secara signifikan mampu meningkatkan
perkembangan usaha mikro sebagai upaya pengentasan
kemiskinan.
78
B. Tidak Ada Pengaruh dari Program Sejuta Berdaya terhadap
Perkembangan Usaha Mikro
Berdasarkan hasil uji regresi linear sederhana yang meliputi uji
koefisien korelasi, uji koefisien determinasi dan uji t diketahui hal-hal
sebagai berikut:
1. Dari hasil uji koefisien diperoleh kesimpulan bahwa variabel program
Sejuta Berdaya dan variabel perkembangan usaha mikro memiliki
hubungan yang tinggi/ kuat dengan arah yang positif
2. Dari tabel hasil uji koefisien determinasi diperoleh kesimpulan bahwa
50,5% perkembangan usaha mikro dapat dijelaskan oleh variabel
program Sejuta Berdaya.
3. Dari tabel hasil uji t diperoleh kesimpulan bahwa program Sejuta
Berdaya memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
perkembangan usaha mikro
Dari hasil uji tersebut diketahui bahwa program Sejuta Berdaya
berpengaruh secara signifikan terhadap perkembangan usaha mikro
dengan arah hubungan yang positif. Oleh karena itu hipotesis nol (H�)
yang mengatakan bahwa tidak ada pengaruh dari program Sejuta Berdaya
terhadap perkembangan usaha mikro ditolak.
Ini berarti program Sejuta Berdaya sebagai sebuah program
pemberdayaan ekonomi masyarakat patut untuk terus dilanjutkan sebagai
salah satu upaya untuk mengembangkan usaha mikro yang kemudian
akan berdampak bagi penurunan angka kemiskinan.
79
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang didapat, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Program Sejuta Berdaya adalah program pemberdayaan ekonomi
masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat sekaligus mensosialisasikan ekonomi syariah kepada
masyarakat luas. Program Sejuta Berdaya merupakan sinergi antara
Lembaga Amil Zakat Al-Azhar Peduli Ummat dengan para pelaku
ekonomi syariah yang tergabung dalam Pusat Komunikas Ekonomi
Syariah (PKES). Program Sejuta Berdaya merupakan salah satu
bagian dalam kampanye Gerakan Ekonomi Syariah (Gres!) yang
digagas oleh PKES.
2. Program Sejuta Berdaya memiliki konsep pemberdayaan ekonomi
masyarakat yang terintegrasi dan komprehensif. Dalam
pelaksanaannya, Program Sejuta Berdaya berintegrasi dengan pihak-
pihak lain untuk menguatkan dampak pemberdayaan bagi masyarakat.
Dengan konsepnya, program Sejuta Berdaya tidak hanya berupaya
mengangkat tingkat kesejahteraan masyarakat, tapi juga
mengantisipasinya agar tidak jatuh lagi dalam jurang kemiskinan.
80
3. Berdasarkan pengujian koefisien korelasi diperoleh nilai positif
sebesar 0,711. Karena berada pada rentang 0,60-0,799 maka ini
menunjukkan bahwa ada hubungan yang kuat dan berbanding lurus
antara program Sejuta Berdaya dan perkembangan usaha mikro.
Pengujian terhadap koefisien determinasi (R�) diperoleh nilai sebesar
0,505 (50,5%). Hal ini menunjukkan bahwa program Sejuta Berdaya
mampu memberikan kontribusi sebesar 50,5% bagi perkembangan
usaha mikro. Sedangkan sisanya sebesar 49,5% dipengaruhi oleh
faktor-faktor lain yang belum dibahas dalam penelitian ini.
4. Berdasarkan pengujian secara parsial (uji t) diperoleh nilai t hitung
sebesar 6,065 yang lebih besar dari nilai t tabel sebesar 1,668 (6,065 >
1,668). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan
antara program Sejuta Berdaya terhadap perkembangan usaha mikro.
B. Saran
Berdasarkan hasil temuan dan kesimpulan yang telah dipaparkan
diatas, adapun saran bagi pelaksanaan program Sejuta Berdaya, yaitu:
1. Lembaga Amil Zakat Al-Azhar Peduli Ummat dan PKES agar dapat
terus bersinergi dalam melanjutkan program Sejuta Berdaya dan
memperluas cakupan program ke daerah-daerah lain karena terbukti
secara signifikan berpengaruh terhadap perkembangan usaha mikro
yang dijalankan oleh para anggotanya.
81
2. Peneliti selanjutnya agar memperluas objek penelitian tidak hanya
terfokus pada satu KSM saja. Serta menggunakan indikator-indikator
lainnya untuk mengukur dampak dari program Sejuta Berdaya bagi
masyarakat yang menjadi anggotanya.
82
DAFTAR PUSTAKA
Agus. “Sejuta Berdaya Program Spektakuler GRES!”. artikel diakses pada 6 Oktober 2015 dari http://ekonomisyariah.info/blog/2013/11/01/sejuta-berdaya-program-spektakuler-gres/.
Anshori, Muslich dan Sri Iswati. Buku Ajar Metodologi Penelitian Kuantitatif.
Surabaya: Airlangga University Press, 2009. Amalia, Euis. Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam (Penguatan LKM dan
UKM di Indonesia. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2009. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rhineka Cipta, 1998. Aziz, Moh. Ali, dkk. Dakwah Pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta: Pustaka
Penerbit, 2005. Badan Pusat Statistik, “Persentase penduduk Miskin Maret 2015 Mencapai 11,22
Persen”, artikel diakses pada tanggal 4 Oktober 2015 dari http://www.bps.go.id/Brs/view/id/1158.
Hasan, Iqbal. Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta; Bumi Aksara,
2004. Ismail. “Program Pembangunan Berbasis Pemberdayaan Masyarakat (Tinjauan
Terhadap Pelaksanaan Program PNPM Mandiri)". Jurnal Birokrat Ilmu Administrasi Publik I. NO. 1 (Desember 2013): h. 61.
Kurniawan, Albert. Metode Riset untuk Ekonomi dan Bisnis : Teori, Konsep, dan
Praktik Penelitian Bisnis. Bandung: Penerbit Alfabeta, 2014. Laporan Sejuta Berdaya 2014. Laporan Sejuta Berdaya 2015. Nisfiannoor, Muhammad. Pendekatan Statistika Modern Untuk Ilmu Sosial.
Jakarta: Penerbit Salemba Humanika, 2009. “Pelita Jampang, Terhindar dari riba”. Care magazine: Inspirasi Nurani dan
Kepedulian. Agustus 2015. “Profil Al-Azhar Peduli Ummat”, artikel diakses pada tanggal 16 Februari 2016
dari http://www.al-azhar.or.id/index.php/sosial/al-azhar-peduli-ummat.
83
Qardhawi, Yusuf. Spektrum Zakat Dalam Membangun Ekonomi Kerakyatan.
Jakarta: Zikrul Hakim, 2005. Riduwan dan Akdon. Rumus dan Data dalam Analisis Statistika. Bandung: Alfabeta, 2013. Santoso, Singgih. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta: PT. Elex
Media Komputindo, 2010. Singarimbun, Masri. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES, 2008. Siregar, Sofyan. Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif. Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2013. Subagyo, Pangestu dan Djarwanto. Statistika Induktif. Yogyakarta: BPFE-
Yogyakarta, 2009. Sugiyono. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta, 2008. Tambunan, Tulus. Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Indonesia. Jakarta:
LP3ES, 2012. Tambunan, Tulus T.H. UMKM di Indonesia. Bogor: Ghalia Indonesia, 2009. Utomo, Anif Punto, dkk. Dua Dekade Ekonomi Syariah: Menuju Kiblat Ekonomi
Islam. Jakarta: Gres! Publishing, 2014. Wawancara Pribadi dengan Iwan Rahmat, pendamping UKM Center Sejuta
Berdaya. Depok. 28 Januari 2016. Zubaedi. Pengembangan Masyarakat: Wacana dan Praktik. Jakarta: Kencana,
2013.
84
Lampiran 1 (Data Penelitian)
Variabel Sejuta Berdaya (X)
GS
1G
S 2
GS
3G
S 4
GS
5G
S 6
GS
7W
S 1
WS
2W
S 3
WS
4W
S 5
WS
6W
S 7
RS
1R
S 2
RS
3R
S 4
RS
5R
S 6
RS
7IH
S 1
IHS
2IH
S 3
IHS
4IH
S 5
IHS
6IH
S 7
Ko
de
Re
spo
nd
en
12
34
56
78
91
01
11
21
31
41
51
61
71
81
92
02
12
22
32
42
52
62
72
8Ju
mla
hR
ata
-ra
ta
A1
55
44
55
44
44
55
44
45
55
55
55
44
45
54
12
74
.54
B2
44
55
54
44
44
44
44
44
44
55
45
45
55
55
12
34
.39
C3
45
54
44
44
44
44
44
54
54
55
45
45
55
44
12
24
.36
D4
44
44
44
44
34
44
33
44
43
44
34
44
44
44
10
73
.82
E5
44
45
33
44
44
42
44
54
43
45
44
44
54
44
11
13
.96
F6
44
45
43
44
44
42
44
54
44
45
44
44
54
44
11
34
.04
G7
45
54
44
44
44
44
44
54
54
45
55
45
55
44
12
24
.36
H8
44
45
43
44
45
42
44
54
44
45
44
44
54
44
11
44
.07
I9
45
55
53
44
44
45
54
54
44
55
44
44
44
44
12
04
.29
J1
04
55
55
34
44
44
55
45
44
45
54
54
44
44
41
21
4.3
2
K1
14
44
44
34
43
44
34
34
45
54
44
45
54
54
41
13
4.0
4
L1
24
44
44
34
44
43
33
44
44
35
54
55
55
54
41
14
4.0
7
M1
34
44
45
52
44
42
33
32
44
55
44
44
45
54
41
09
3.8
9
N1
44
44
44
33
44
43
33
24
44
44
44
44
44
44
51
06
3.7
9
O1
54
44
44
34
34
44
33
34
45
45
55
55
55
54
51
17
4.1
8
P1
64
44
44
34
34
43
34
34
45
55
55
55
55
54
41
17
4.1
8
Q1
74
44
44
34
44
44
44
44
45
55
55
54
44
44
51
18
4.2
1
R1
84
44
44
34
44
44
44
44
45
45
54
54
44
44
51
16
4.1
4
S1
95
54
55
55
54
44
55
34
45
35
54
55
55
53
41
26
4.5
0
T2
04
55
44
44
44
55
55
15
55
55
55
55
55
54
51
28
4.5
7
U2
14
44
44
44
44
44
44
44
44
55
55
54
55
55
41
21
4.3
2
V2
24
43
43
45
53
44
55
14
44
44
43
54
44
44
51
11
4.2
7
W2
34
55
44
44
44
55
55
15
55
55
55
55
55
54
51
28
4.5
7
X2
45
44
44
45
44
44
44
55
55
45
54
55
44
54
41
23
4.3
9
Y2
54
34
33
33
44
44
43
15
55
55
55
55
55
55
51
17
4.1
8
Z2
65
44
44
44
44
43
43
34
44
44
44
44
54
43
41
10
3.9
3
AA
27
44
44
44
44
34
43
33
44
44
44
44
44
44
44
10
83
.86
AB
28
44
44
44
45
45
54
43
44
54
45
44
45
55
32
11
64
.14
AC
29
54
44
44
44
44
44
53
44
44
55
45
44
45
44
11
74
.18
AD
30
44
44
44
54
44
44
44
54
44
54
44
44
44
44
11
54
.11
AE
31
44
44
44
44
44
44
33
43
43
44
34
44
44
44
10
73
.82
AF
32
44
44
44
44
43
34
43
44
44
44
35
55
55
35
11
34
.04
AG
33
44
44
44
44
44
44
44
44
44
44
44
44
44
44
11
24
.00
AH
34
44
44
54
44
45
51
11
55
55
55
45
55
45
55
11
84
.21
AI
35
44
44
45
45
44
45
53
44
54
45
55
55
54
34
12
14
.32
AJ
36
44
44
44
44
44
44
43
45
55
45
44
44
44
35
11
54
.11
AK
37
44
44
44
34
44
43
33
44
44
54
35
44
44
44
10
93
.89
AL
38
44
44
44
44
44
44
43
44
44
44
34
44
44
44
11
03
.93
15
71
59
15
81
58
15
61
43
15
11
54
14
81
56
15
01
43
14
71
20
16
31
58
16
91
58
17
31
77
15
61
74
16
41
69
17
01
71
15
11
62
4.1
34
.18
4.1
64
.16
4.1
13
.76
3.9
74
.05
3.8
94
.11
3.9
53
.76
3.8
73
.16
4.2
94
.16
4.4
54
.16
4.5
54
.66
4.1
14
.58
4.3
24
.45
4.4
74
.50
3.9
74
.26
Se
juta
Be
rda
ya
Jum
lah
Ra
ta-r
ata
KS
M P
eli
ta J
am
pa
ng
Ge
mil
an
g
RE
KA
PIT
ULA
SI
HA
SIL
SU
RV
EY
RE
SP
ON
DE
N
85
Variabel Kesejahteraan Masyarakat (Y)
KS 1 KS 2 KS 3 KS 4 KS 5 KS 6 KS 7
Kode Responden 1 2 3 4 5 6 7 Jumlah Rata-rata
A 1 4 4 4 5 4 5 4 30 4.29
B 2 4 4 5 5 5 4 4 31 4.43
C 3 4 4 5 5 4 4 4 30 4.29
D 4 4 3 4 4 4 4 5 28 4.00
E 5 4 4 4 5 4 4 4 29 4.14
F 6 4 4 4 5 4 4 4 29 4.14
G 7 4 4 4 5 5 4 4 30 4.29
H 8 4 4 4 5 4 4 5 30 4.29
I 9 4 4 4 4 4 5 4 29 4.14
J 10 4 4 4 4 4 5 4 29 4.14
K 11 4 4 4 4 4 4 4 28 4.00
L 12 4 4 4 4 4 4 5 29 4.14
M 13 4 4 4 4 4 4 4 28 4.00
N 14 4 4 4 4 4 4 5 29 4.14
O 15 5 5 4 4 4 4 5 31 4.43
P 16 4 4 4 4 4 4 5 29 4.14
Q 17 4 4 5 4 4 4 5 30 4.29
R 18 4 4 5 5 4 4 5 31 4.43
S 19 5 5 5 5 5 5 5 35 5.00
T 20 5 5 5 5 5 5 5 35 5.00
U 21 5 5 4 4 4 4 5 31 4.43
V 22 5 4 4 4 4 4 5 30 4.29
W 23 5 5 5 5 5 5 5 35 5.00
X 24 4 4 5 5 4 5 4 31 4.43
Y 25 5 5 5 5 5 4 5 34 4.86
Z 26 4 4 4 4 5 4 4 29 4.14
AA 27 4 4 4 4 4 4 2 26 3.71
AB 28 4 4 5 5 5 4 3 30 4.29
AC 29 4 4 4 4 4 4 4 28 4.00
AD 30 4 4 4 4 4 4 4 28 4.00
AE 31 4 4 4 4 4 4 4 28 4.00
AF 32 4 4 4 3 4 4 2 25 3.57
AG 33 4 4 4 4 4 4 4 28 4.00
AH 34 4 4 4 4 4 4 4 28 4.00
AI 35 5 5 5 5 5 5 5 35 5.00
AJ 36 4 4 4 4 4 5 2 27 3.86
AK 37 5 4 4 4 4 4 2 27 3.86
AL 38 4 4 4 4 4 4 2 26 3.71
161 158 163 166 161 161 156
4.24 4.16 4.29 4.37 4.24 4.24 4.11
REKAPITULASI HASIL SURVEY RESPONDEN
KSM Pelita Jampang Gemilang
Kesejahteraan Masyarakat
Jumlah
Rata-rata
86
Lampiran 2 (Transkrip Wawancara)
TRANSKRIP WAWANCARA
Dengan Iwan Rahmat (Pendamping UKM Center Sejuta Berdaya)
• Bagaimana gambaran umum tentang program Sejuta Berdaya?
UKM Center sejuta berdaya merupakan sebuah program peningkatan
kesejahteraan bagi keluarga kecil dan menengah, tentu sistemnya itu
perkelompok dan bergulir bukan bergilir. Kita ada sebuah grafik sebagai
panduan untuk peningkatan kesejahteraan. Filosofinya begini, kebutuhan
manusia atau kebutuhan orang pasti selalu meningkat. Ini adalah grafik versi
APU. Yang saya ingin katakan begini, ini adalah garis kebutuhan dasar
manusia. Kalau misalnya seseorang memiliki penghasilan yang kurang dari
kebutuhan dasar, inilah yang dinamakan miskin. Kebutuhannya tidak
berbanding sama dengan pendapatannya. Mereka tetap memiliki pendapatan
tetapi relatif kecil. Ini yang perlu kita cover. Ketika misalnya seperti ini, maka
dalam formulasi di Al-Azhar Peduli Ummat, di UKM Center Sejuta Berdaya,
ini adalah garis penyelamatan namanya. Pakai apa penyelamatannya? Pakai
dana ZIS (Zakat, Infaq, Sodaqoh). Mereka ini tidak kita pinjamkan, tapi kita
bantu, memang hak mereka. Yang seperti ini kita pakai dana ZIS. Jadi kita
tidak bicara tentang sebuah peningkatan kesejahteraan. Kita untuk UKM
Center minimal kebutuhan dan pendapatannya balance. Yang kita bidik
adalah orang-orang yang seperti ini. Ketika pendapatan dia ada tapi tidak
berkembang, nilainya tetap. Ini masuk dalam program UKM Center Sejuta
Berdaya melalui akad qardhul hasan. Yaitu pinjaman tanpa ada pengembalian
yang bertambah. Karena jelas ketika bicara tentang sejuta berdaya ini kan
sinergi dengan Gres!. Gres! itu apa? Gerakan ekonomi syariah. Masak bicara
gerakan ekonomi syariah tapi sistemnya menggunakan riba. Inilah yang kita
bidik, start kita dari sini. Lalu pertanyaannya begini, kalau UKM Center
Sejuta Berdaya mulai startnya dari sini, level dibawahnya siapa yang cover?.
Ini tetap ada yang mengcover, yaitu teman-teman dari layanan Zakat Pride.
87
Teman-teman dari bantuan langsung mustahiq yang ada di Masjid Agung Al-
Azhar. Itu memperioritaskan bagi keluarga yang levelnya belum layak untuk
diberdayakan, tapi saat itu adalah proses penyelamatan. Ini adalah jalur
penyelamatan, level diatasnya adalah level penguatan. Jangan bicara tentang
penguatan kalau levelnya adalah peyelamatan. Disinilah kita dampingi
kemudian sampai mereka pendapatannya terus naik. Ketika pendapatannya
bertambah, maka tingkat kesejahteraannya bertambah. Ketika pendapatannya
bertambah, maka akan berdampak terhadap yang lainnya juga. Setelah
pendapatannya terus meningkat maka masuk level pengembangan. Kalau
sudah sampai level pengembangan, akadnya bukan qardhul hasan lagi,
akadnya adalah bisnis atau tijarah. Kalau sebelumnya di level penguatan
akadnya qardhul hasan, ketika nanti sudah meningkat maka pinjaman
selanjutnya itu akadnya berubah menjadi bisnis, bagi-hasil. Mudharabah kah?
Musyarakah kah? Itu nanti teknis di lapangan. Artinya apa? Biar nanti
kelompok KSM itu hidup. Kalau selalu misalnya qardhul hasan, operasional
KSM bagaimana bisa tetap hidup?. Terus sampai di level keluarga ketahanan
ekonomi. Ini biasanya pendapatannya sudah cukup besar, ada investasinya.
Tapi level ini juga rawan. Sebagai contoh seseorang jual ayam bakar. Sudah
maju, beli kios satu. Tiba-tiba kiosnya terbakar. Kalau tidak ada strategi yang
lain, dia levelnya akan menukik, terjun bebas ke bawah. Kalau level
penyelamatan akadnya ZIS, level penguatan akadnya qardhul hasan, level
pengembangan akadnya bisnis, level ketahanan ekonomi melalui pihak
ketiga. Siapa pihak ketiga? Bank syariah. Kenapa bank syariah? karena KSM
sudah tidak mampu lagi mengcover kebutuhan dia untuk pinjaman. Setelah
memasuki level ketahanan ekonomi, anggota akan direkomendasikan ke
pihak ketiga yaitu bank syariah. Apa banknya? Terserah, yang dekat dengan
rumah apa?. Ini filosofi grafik dari kita.
Hingga saat ini ada 18 KSM yang sudah terbentuk. Tentu 18 KSM ini
punya plus-minus. Ada yang dari sisi sistem keuangannya lebih kuat. Ada
yang dari sisi simpan-pinjamnya lebih kuat. Ada yang dari sisi peningkatan
kesejahteraannya lebih kuat. Jadi hal yang wajar dan lumrah ketika 18 KSM
88
ini memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Itu biasanya kembali
kepada daerah, kelompok dan karakter masyarakat itu sendiri.
• Kapan berdirinya sejuta berdaya?
Sejuta berdaya sebetulnya dilaunching bulan November 2013, tapi
untuk geliat pelaksanaannya relatif akhir desember dan awal januari 2014.
Setelah kita coba gelontorkan, kita assestment, kita kumpulkan masyarakat,
kita bantu, kita bentuk kelompok itu startnya mulai Desember 2013 hingga
saat ini, dengan pembentukan secara bertahap. Sampai sekarang pun masih
dilakukan pembentukan kelompok-kelompok baru.
• Apa tujuan sejuta berdaya?
Jadi filosofinya, dulu orang-orang BI berkumpul di sebuah naungan
bernama PKES (Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah). Nah PKES ini ingin
membuat sebuah program yang berdampak terhadap masyarakat dan
masyarakat itu semangat untuk berekonomi secara syariah, tapi bingung harus
bagaimana. Singkat cerita, diundanglah beberapa lembaga zakat untuk
audiensi dan presentasi terkait dengan konsep mereka seperti apa dalam
program penanggulangan kemiskinan yang tujuannya adalah untuk
mengurangi angka-angka kemiskinan yang sudah ada. Waktu itu, salah satu
yang hadir adalah Al-Azhar Peduli Ummat. Kemudian, singkat cerita,
konsep APU lah yang diterima, yang tadi saya sampaikan dalam bentuk
grafik. Kemudian APU sinergi dengan PKES, dibuatlah sebuah slogan
program bernama gres!. Dari gres! dibentuk program Sejuta Berdaya. Tujuan
Sejuta Berdaya adalah mendorong masyarakat yang di level prasejahtera atau
level mandiri berpenghasilan untuk mempunyai usaha yang lebih baik lagi
dan berdampak terhadap peningkatan kesejahteraan. Ketika mereka sudah
sejahtera, pinjamannya sudah lunas, maka akadnya diganti menjadi tijarah.
Kenapa tidak ke bank? Karena tujuan sederhananya adalah mendorong
masyarakat dari yang tidak bankable menjadi bankable. Kenapa? Karena
administrasi atau persyaratan di bank sangat ketat. Misalnya sebuah usaha
sangat visioner, tapi kalau tidak memenuhi persyaratan bank maka tidak bisa.
Tapi buat kita bisa, tanpa agunan kok kita. Tujuannya adalah bagaimana
89
mereka kesejahteraannya meningkat, menjadi bankable. Ketika sudah
bankable maka ketika datang ke bank bisa memenuhi persyaratan dari bank.
Dengan demikian, ketika sudah sampai di level ketahanan ekonomi bisa kita
rekomendasikan ke bank syariah. Itulah salah satu indikator keberhasilan kita.
Ketika level anggota naik, berarti indikator kita mampu mendorong tingkat
kesejahteraan masyarakat sekian persen, itu tujuannya. Sehingga masyarakat
beraktifitas, berusaha, berbasis dengan nilai-nilai syariah. Itulah yang kita
usung. Di KSM Jampang salah satunya, itu rentenir atau bank keliling itu
mulai sepi.
• Dari mana sumber dananya?
Sumbernya kita hasil sinergi dengan bank-bank syariah. Bank syariah
apa? Macam-macam. Positioningnya begini, ketika CSR bank syariah
mendonasikan misalnya 100 juta, itu yang kita gunakan tetap 100 juta. Lalu
pertanyaannya untuk operasionalnya dari mana? Untuk operasionalnya dari
APU. Dana CSR ini kita jadikan aset bergulir. Asumsinya waktu itu satu
orang satu juta untuk tahap awal. Tapi nanti besarannya fleksibel dan
tergantung dengan dinamika dan kemajuan masing-masing kelompok.
Donasinya berasal dari bank-bank syariah atau pihak-pihak ketiga, apakah
dari dana kebajikan, infaq atau dana hibah, itu sangat variatif.
• Apa akad pemberian dana tersebut dari bank syariah ke APU?
Akadnya itu biasanya lebih kepada infaq, ada juga hibah. APU
menyerahkan ke anggota akadnya hibah, tapi hibahnya itu untuk kelompok.
Dari APU Ke kelompok, baru ke anggota. Dari APU ke kelompok sifatnya
hibah, dari kelompok ke anggota sifatnya pinjaman kebajikan. Ketika sampai
ke kelompok, kata-kata hibah ini disembunyikan oleh pengurus kelompok.
Kenapa? Karena kalau kata-kata hibah terdengar oleh semua anggota, dana
tersebut tidak balik. Kedua memang kita dampingi secara intens, sehingga
mereka merasa bahwa kemajuan atau kendala-kendala dalam usaha mereka
tidak sendiri, ada rekan lain.
90
• Apa syarat-syarat untuk menjadi anggota suatu KSM?
Bicara prosedur syaratnya, pertama misalnya, dia punya cikal bakal
usaha. Jadi kalau misalnya ada masyarakat yang ingin bergabung tapi ketika
disurvei tidak punya usaha dan berkata bahwa akan memulai usaha ketika
mendapat pinjaman, yang seperti itu biasanya sulit untuk dikabulkan. Karena
usaha itu kan salah satu bagian dari keterampilan. Terkadang, melihat itu
tidak sama dengan praktik. Kalau misalnya memang mereka sangat perlu
untuk dibantu, itu kita pakai slot untuk layanan mustahiq, bantunya dengan
ZIS. Tapi intinya adalah sulit untuk menerima anggota yang tidak memiliki
cikal bakal usaha. Kedua, tentu administratif, mereka isi form. Kemudian
disurvei, lalu dianalisis. Baru diputuskan oleh pengurus yang didampingi oleh
pendamping lapangan. Ada yang diterima, ada yang perlu diklarifikasi lagi
beberapa hal, ada yang belum bisa diterima. Intinya adalah, sevisioner apapun
dia, sebagus apapun, ketika sudah dia terikat dengan pihak lain artinya dia
sudah punya hutang, maka sulit untuk bisa diterima. Kita katakan boleh
bergabung jika nanti pinjamannya sudah tuntas. Kalau misalnya pinjam di
dua tempat, sangat mungkin sistem gali lubang tutup lubang itu berlaku.
Pinjem di A untuk menutupi di KSM, pinjam disini jangan-jangan untuk
mengangsur di tempat lain. Dan kita sangat fleksibel. Fleksibelnya begini,
kenapa bank-bank perkreditan itu tidak masuk pertanian? Karena para
aksesornya menganggap bahwa usaha dalam bentuk pertanian tidak terlalu
produktif, tidak prospektif. Buktinya banyak yang macet. Ya wajar, ketika
seseorang pinjam misalnya 5 juta untuk tanam hortikultura misalnya cabai.
Cabai itu 3 bulan baru panen. Tiba-tiba kalau bank kan pinjam hari ini bulan
depan harus bayar angsuran. Bapak sudah panen atau belum kami tidak
peduli, harus tetap bayar angsuran. Akhirnya pihak bank ini tidak mau tahu.
Tapi di kita itu sangat fleksibel. Kita lihat ibu atau bapak usahanya apa,
angsurannya ini kita sesuaikan dengan tempo masa tanam. Ada anggota,
usahanya ternak ikan lele, ternak ikan lele biasanya siklusnya itu 2 bulanan.
Berarti dia bayar angsuran 2 bulanan. Yang warung-warung kelontong
biasanya siklusnya satu pekan. Tiap pekan bayar angsuran. Jadi tidak sama.
91
Inilah yang membedakan juga dengan bank-bank konvensional. Artinya kita
bersandar kepada apa usaha mereka. Bukan mereka harus mengangsur ke
kelompok dalam jumlah sekian dalam sebulannya.
• Bagaimana mekanime penyalurannya?
Penyalurannya secara umum ada tahapan-tahapan. Tapi secara umum
adalah teknik penyalurannya begini, lokasinya bisa kita cari di lapangan, bisa
juga kita direkomendasikan. Ada juga pihak bank yang bersinergi yang
memberikan donasi sekaligus merekomendasikan lokasi. Ketika sudah
ketahuan lokasinya, disurvei. Kemudian sudah ketahuan, data sudah
dikantongi, kita bicara kepada pihak-pihak yang nanti diproyeksikan sebagai
pengurus. Setelah oke, sudah bicara, kita setting, baru kita kumpul. Kita
kumpul barulah kita sosialisasikan. Setelah itu barulah proses pengguliran
berlangsung. Ketika sudah pengguliran atau pada saat kumpul sebelum
pengguliran, itu biasanya aturan-aturan kelompok kita bentuk. Kumpul
apakah seminggu? apakah dua minggu? apakah sebulan?. Hari apa? jam
berapa? Dimana?. Usahanya rata-rata A,B,C,D, berarti tawarannya adalah
angsurannya begini atau begitu. Berkaca kepada satu tahun selesai. Kenapa
satu tahun? Tujuannya supaya bergulir. Supaya yang lain juga merasakan.
Tapi prioritasnya adalah kalau si A itu masih belum berdaya tetap kita
dampingkan. Ketika misalnya aset kita terbatas untuk satu kelompok tetapi
yang meminjam banyak. Tetap yang diprioritaskan untuk mendapat pinjaman
adalah anggota yang lama. Kenapa? Karena dia levelnya dari prasejahtera ke
mandiri, ke pengembangan, ke ketahanan itu nyambung. Kalau kita langsung
ganti anggota baru agar semua merasakan, pertanyaannya yang selanjutnya
adalah berapa persen dari yang sudah didampingi menjadi berdaya?, itu kita
tidak bisa jawab. Tantangannya adalah sudah berapa persen yang terdorong
atau terdampak atau meningkat kesejahteraannya. Itulah yang selalu kita
usung.
92
Lampiran 3 (Kuisioner)
A. Data Responden
Petunjuk :
Isilah jawaban anda pada kolom yang sudah disediakan, serta berilah tanda
silang (X) pada salah satu pilihan jawaban yang sesuai dengan pilihan anda.
No Pertanyaan Jawaban
1 Nama
2 Alamat
3 Jenis kelamin a. Laki-laki b. Perempuan
4 Usia
a. 10-20 tahun b. 20-30 tahun c. 30-40 tahun d. 40-50 tahun e. 50-60 tahun
5 Status pernikahan a. Kawin b. Belum kawin
6 Pendidikan terakhir
a. SD/MI/sederajat b. SMP/MTs/sederajat c. SMA/MA/sederajat d. D1/D2/D3/ sederajat e. D4/S1/S2/S3/sederajat
7 Jenis usaha
a. Perdagangan b. Jasa c. Pertanian d. Peternakan e. Kerajinan dan industri kecil
8 Penghasilan perbulan
a. ≤ Rp. 1.000.000 b. Rp. 1.000.000 – Rp. 2.000.000 c. Rp. 2.000.000 – Rp. 3.000.000 d. Rp. 3.000.000 – Rp. 4.000.000 e. ≥ Rp. 4.000.000
9 Berapa lama menjadi anggota KSM Pelita Jampang Gemilang
a. ≤ 6 bulan b. 7 bulan – 12 bulan c. 13 bulan – 18 bulan d. 19 bulan – 24 bulan e. ≥ 24 bulan
93
B. Program Sejuta Berdaya
Petunjuk:
Isilah pernyataan berikut dengan memberikan tanda silang (X) pada salah
satu jawaban yang sesuai dengan pilihan anda.
Keterangan:
1 = Sangat Tidak Setuju (STS)
2 = Tidak Setuju (TS)
3 = Ragu-ragu (R)
4 = Setuju (S)
5 = Sangat Setuju (SS)
No Pernyataan STS TS R S SS Strategi Pertumbuhan (Growth Strategy) 1 Ada peningkatan pada modal usaha 1 2 3 4 5 2 Ada perbaikan pada pendapatan usaha 1 2 3 4 5
3 Ada peningkatan produktivitas pada usaha yang dijalankan
1 2 3 4 5
4 Ada perkembangan pada usaha yang dijalankan
1 2 3 4 5
5 Ada perbaikan pada daya beli (konsumsi) 1 2 3 4 5
6 Ada peningkatan jumlah aset (kekayaan) yang dimiliki
1 2 3 4 5
7 Ada peningkatan kemampuan menabung 1 2 3 4 5 Strategi Kesejahteraan (Welfare Strategy)
8 Ada perbaikan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pangan
1 2 3 4 5
9 Ada perbaikan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan
1 2 3 4 5
10 Ada perbaikan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan
1 2 3 4 5
11 Ada perbaikan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan berlindung (rumah)
1 2 3 4 5
12 Ada penurunan tingkat kemiskinan 1 2 3 4 5
13 Ada penurunan tingkat pengangguran 1 2 3 4 5
14 Ada penurunan tingkat kepadatan penduduk
1 2 3 4 5
Strategi Tanggap (Responsive Strategy)
94
15 Ada pelatihan keterampilan yang dilaksanakan oleh Sejuta Berdaya
1 2 3 4 5
16 Ada pendampingan terhadap usaha yang dijalankan oleh Sejuta Berdaya
1 2 3 4 5
17 Ada bantuan yang diberikan oleh Sejuta Berdaya untuk mengatasi masalah-masalah yang anda hadapi
1 2 3 4 5
18 Ada sarana dan prasarana yang disediakan oleh Sejuta Berdaya untuk mendukung kesejahteraan anda
1 2 3 4 5
19 Ada bantuan yang diberikan oleh Sejuta Berdaya kepada anggota kelompok yang terkena musibah
1 2 3 4 5
20 Ada penguatan aspek spiritual (keagamaan) yang diberikan oleh Sejuta Berdaya
1 2 3 4 5
21 Ada pembekalan teknologi yang diberikan oleh Sejuta Berdaya sebagai penunjang sarana dan prasarana
1 2 3 4 5
Strategi Terpadu atau Menyeluruh (Integrated or Holistic Strategy)
22 Ada perkumpulan anggota kelompok yang rutin dilaksanakan sebagai wadah silaturahmi
1 2 3 4 5
23 Ada sistem musyawarah dalam pengambilan keputusan kelompok
1 2 3 4 5
24 Kegiatan kelompok selalu dilakukan secara gotong-royong
1 2 3 4 5
25 Semua anggota selalu dilibatkan dalam setiap kegiatan kelompok
1 2 3 4 5
26 Setiap anggota kelompok mendapat perlakuan yang sama dan adil
1 2 3 4 5
27 Masyarakat diluar anggota kelompok dilibatkan dalam setiap kegiatan kelompok
1 2 3 4 5
28 Anda menjadi lebih peduli terhadap sesama anggota kelompok
1 2 3 4 5
95
C. Perkembangan Usaha Mikro
Petunjuk:
Isilah pernyataan berikut dengan memberikan tanda silang (X) pada salah
satu jawaban yang sesuai dengan pilihan anda.
Keterangan:
1 = Sangat Tidak Setuju (STS)
2 = Tidak Setuju (TS)
3 = Ragu-ragu (R)
4 = Setuju (S)
5 = Sangat Setuju (SS)
No Pernyataan STS TS R S SS Kondisi Saat Ini
1 Ada peningkatan volume penjualan pada usaha yang dijalankan
1 2 3 4 5
2 Ada peningkatan jumlah aset yang dimiliki 1 2 3 4 5
3 Ada peningkatan produktivitas pada usaha yang dijalankan
1 2 3 4 5
4 Ada peningkatan kemampuan/ keterampilan dalam menjalankan usaha
1 2 3 4 5
5 Ada peningkatan pendapatan pada usaha yang dijalankan
1 2 3 4 5
6 Ada peningkatan modal pada usaha yang dijalankan
1 2 3 4 5
7 Ada peningkatan jumlah tenaga kerja yang digunakan
1 2 3 4 5
96
Lampiran 4 (Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas)
1. Hasil Uji Validitas
Hasil Uji Validitas Program Sejuta Berdaya (X)
Pernyataan Nilai r hitung Nilai r tabel Kriteria
Pernyataan 1 0,285 0,329 Tidak Valid
Pernyataan 2 0,618 0,329 Valid
Pernyataan 3 0,567 0,329 Valid
Pernyataan 4 0,141 0,329 Tidak Valid
Pernyataan 5 0,350 0,329 Valid
Pernyataan 6 0,221 0,329 Tidak Valid
Pernyataan 7 0,335 0,329 Valid
Pernyataan 8 0,085 0,329 Tidak Valid
Pernyataan 9 0,366 0,329 Valid
Pernyataan 10 0,299 0,329 Tidak Valid
Pernyataan 11 0,515 0,329 Valid
Pernyataan 12 0,477 0,329 Valid
Pernyataan 13 0,498 0,329 Valid
Pernyataan 14 0,034 0,329 Tidak Valid
Pernyataan 15 0,405 0,329 Valid
Pernyataan 16 0,526 0,329 Valid
Pernyataan 17 0,605 0,329 Valid
Pernyataan 18 0,339 0,329 Valid
Pernyataan 19 0,581 0,329 Valid
Pernyataan 20 0,740 0,329 Valid
Pernyataan 21 0,643 0,329 Valid
Pernyataan 22 0,645 0,329 Valid
Pernyataan 23 0,383 0,329 Valid
Pernyataan 24 0,447 0,329 Valid
97
Pernyataan 25 0,356 0,329 Valid
Pernyataan 26 0,555 0,329 Valid
Pernyataan 27 0,172 0,329 Tidak Valid
Pernyataan 28 0,119 0,329 Tidak Valid
Hasil Uji Validitas Kesejahteraan Masyarakat (Y)
Pernyataan Nilai r hitung Nilai r tabel Kriteria
Pernyataan 1 0,661 0,329 Valid
Pernyataan 2 0,749 0,329 Valid
Pernyataan 3 0,731 0,329 Valid
Pernyataan 4 0,703 0,329 Valid
Pernyataan 5 0,686 0,329 Valid
Pernyataan 6 0,485 0,329 Valid
Pernyataan 7 0,678 0,329 Valid
2. Hasil Uji Reliabilitas
Hasil Uji Reliabilitas Program Sejuta Berdaya (X)
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,782 28
Hasil Uji Reliabilitas Kesejahteraan Masyarakat (Y)
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,753 7
98
Lampiran 5 (Hasil Asumsi Klasik dan Analisis Deskriptif)
1. Hasil Uji Linieritas
2. Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 38
Normal Parametersa,b Mean 0E-7
Std. Deviation ,25149531
Most Extreme Differences
Absolute ,108
Positive ,108
Negative -,075
Kolmogorov-Smirnov Z ,667
Asymp. Sig. (2-tailed) ,765 a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
3. Hasil Analisis Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Sum Mean Std.
Deviation
Sejuta Berdaya 38 4 5 161 4,23 ,280
Kesejahteraan
Masyarakat 38 3,57 5,00 160,87 4,2334 ,35760
Valid N (listwise) 38
ANOVA Table
Sum of
Squares
df Mean
Square
F Sig.
Kesejahteraan
Masyarakat *
Program Sejuta
Berdaya
Between
Groups
(Combined) 3,114 15 ,208 2,824 ,013
Linearity 2,391 1 2,391 32,530 ,000
Deviation
from Linearity ,723 14 ,052 ,703 ,749
Within Groups 1,617 22 ,074
Total 4,731 37
99
Lampiran 6 (Hasil Uji Regresi Linier Sederhana)
1. Hasil Uji Koefisien Korelasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,711a ,505 ,492 ,255
a. Predictors: (Constant), Program Sejuta Berdaya
b. Dependent Variable: Kesejahteraan Masyarakat
2. Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,711a ,505 ,492 ,255
a. Predictors: (Constant), Program Sejuta Berdaya
b. Dependent Variable: Kesejahteraan Masyarakat
3. Hasil Uji t
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1(Constant) ,389 ,635 ,612 ,544
Program Sejuta Berdaya ,909 ,150 ,711 6,065 ,000
a. Dependent Variable: Kesejahteraan Masyarakat
4. Hasil Uji F ANOVAa
Model Sum of
Squares
df Mean
Square
F Sig.
1
Regression 2,391 1 2,391 36,784 ,000b
Residual 2,340 36 ,065
Total 4,731 37
a. Dependent Variable: Kesejahteraan Masyarakat
b. Predictors: (Constant), Program Sejuta Berdaya
100
101
102
Lampiran 7 (Surat Penunjukkan Dosen Pembimbing)
103
Lampiran 8 (Surat Permohonan Data/ Wawancara)