PENGARUH PROFITABILITAS, PERTUMBUHAN...
Transcript of PENGARUH PROFITABILITAS, PERTUMBUHAN...
PENGARUH PROFITABILITAS, PERTUMBUHAN PERUSAHAAN,
UKURAN PERUSAHAAN DAN ARUS KAS BEBAS
TERHADAP KEBIJAKAN UTANG
(Studi Kasus pada Perusahaan Subsektor Makanan dan Minuman yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-2018)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Persyaratan Meraih Gelar Sarjana Ekonomi (SE)
Oleh :
Avianti Paramitha
(11140810000027)
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019/1440 H
i
PENGARUH PROFITABILITAS, PERTUMBUHAN PERUSAHAAN,
UKURAN PERUSAHAAN DAN ARUS KAS BEBAS
TERHADAP KEBIJAKAN UTANG
(Studi Kasus pada Perusahaan Subsektor Makanan dan Minuman yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2014–2018)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Persyaratan Meraih Gelar Sarjana Ekonomi (SE)
Disusun Oleh:
Avianti Paramitha
NIM: 11140810000027
Dibawah Bimbingan:
Pembimbing I
Murdiyah Hayati, S.Kom., MM
NIP. 197410032003122001
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019/1440 H
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini, Selasa 22 Oktober 2019 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:
1. Nama : Avianti Paramitha
2. NIM : 11140810000027
3. Jurusan : Manajemen (Keuangan)
Judul Skripsi : Pengaruh Profitabilitas, Pertumbuhan Perusahaan,
Ukuran Perusahaan dan Arus Kas Bebas Terhadap
Kebijakan Utang Perusahaan Subsektor Makanan dan
Minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode
2014-2018)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut di atas dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 22 Oktober 2019
1. Dr. Indo Yama Nasarudin, S.E, MAB (______________________)
NIP. 19741127200111002 Ketua
2. Murdiyah Hayati, S.Kom., MM (______________________)
NIP. 197410032003122001 Sekretaris
3. Faizul Mubarok, MM (______________________)
NIDN. 2014058801 Penguji Ahli
4. Murdiyah Hayati, S.Kom., MM (______________________)
NIP. 197410032003122001 Pembimbing
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Kamis, 8 April 2018 telah dilakukan ujian komprehensif atas
mahasiswa:
1. Nama : Avianti Paramitha
2. NIM : 11140810000027
3. Jurusan : Manajemen (Keuangan)
4. Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Profitabilitas, Pertumbuhan Perusahaan,
Ukuran Perusahaan dan Arus Kas Bebas Terhadap Kebijakan
Utang Perusahaan Subsektor Makanan dan Minuman yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-2018
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut di atas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk melanjutkan
ketahap ujian skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 8 April 2018
1. Amalia, M.S.M (_______________________)
NIP. 197408212009012005 Penguji I
2. Deni Pandu Nugraha, M.Sc (_______________________)
NIP. 2012108503 Penguji II
iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Avianti Paramitha
NIM : 11140810000027
Jurusan : Manajemen (Keuangan)
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penelitian skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan
dan mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiasi terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli
atau tanpa izin pemilik karya.
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab atas
karya ini.
Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang benar
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan ini, maka saya siap
dikenakan sanksi berdasarkan hukum yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, 22 Oktober 2019
Yang Menyatakan
Avianti Paramitha
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Avianti Paramitha
2. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 21 September 1996
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Alamat : Perum. Reni Jaya blok w2 No.2
Pondok Benda, Pamulang, Tangerang
Selatan
5. Agama : Islam
6. Telepon : 082211135484
7. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN
1. 2002 – 2008 : SDN Pamulang 1
2. 2008 – 2011 : SMPN 17 Tangerang Selatan
3. 2011 – 2014 : SMAN 1 Tangerang Selatan
4. 2014 – 2019 : S1 Manajemen Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta
III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Ketua OSIS SMPN 17 Tangerang Selatan 2009/2010
2. Anggota Himpunan Mahasiswa Jurusan Manajemen UIN Jakarta
2015/2016
vi
ABSTRACT
The purpose of this research is to analyze the influence of Profitability,
Growth of the Company, Firm Size and Free Cash Flow toward the Debt Policy
that consist of Return On Assets (ROA), GROWTH, SIZE, FCF and Debt to Equity
Ratio (DER). Samples in this research are 11 companies subsector Food and
Beverages listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX) from 2014-2018. This
research used panel data regression analysis with Eviews version 9. The result
shows that independentvariabel (ROA, GROWTH, SIZE and FCF) simultaneously
have significant effect towards Debt Policy. In partially, the obtained result shows
that ROA, GROWTH, and SIZE have effect on Debt Policy, meanwhile FCF had
no effect on Debt Policy. The ability of independentvariabels in explaining the
variation of the dependentvariabel was 76%. While the remaining 24% was
explained by other independentvariabel outside the model.
Keyword : Return On Assets, Firm Growth, Free Cash Flow ,Debt Policy
vii
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh
Profitabilitas, Pertumbuhan Perusahaan, Ukuran Perusahaan dan Arus Kas Bebas
yang diproyeksikan dengan Return on Assets (ROA), GROWTH, SIZE dan Free
Cash Flow (FCF) terhadap Kebijakan Utang (DER) pada perusahaan Subsektor
Makanan dan Minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sampel dalam
penelitian ini adalah 11 perusahaan Subsektor Makanan dan Minuman yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2014-2018. Penelitian ini menggunakan
analisis regresi data panel dengan program Eviews versi 9 dan teknik pengambilan
sampel dengan purposive sampling. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa
secara simultan variabel independen ROA, GROWTH, SIZE, dan FCF memiliki
pengaruh signifikan terhadap DER. Secara parsial hasil menunjukkan bahwa ROA,
GROWTH, SIZE memiliki pengaruh terhadap Kebijakan Utang, sedangkan FCF
tidak memiliki pengaruh terhadap Kebijakan Utang. Kemampuan variabel
independen dalam menjelaskan variabel dependen sebesar 76%. Sedangkan,
sisanya sebesar 24% dijelaskan oleh variabel independen lain diluar model.
Kata Kunci: Return on Assets, Pertumbuhan Perusahaan, Arus Kas Bebas,
Kebijakan Utang
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
membawa kita dari jaman jahiliyah ke jaman yang terang benderang seperti saat ini.
Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat guna
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari bahwa telah mendapat banyak
dukungan, bantuan, bimbingan serta semangat dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu, membimbing, dan mendukung dalam penyusunan skripsi ini, yaitu:
1. Allah SWT yang selalu memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar dan baik
sampai pada selesai.
2. Kedua orang tua tercinta dan tersayang, Bapak Agus Bachtiar Nuh, Ibu
Sarasmukti , dan saudara-saudara penulis, Rindu Sagita Putri, Rizky Gusti
Andhini dan Andhika Ibnu Sina yang selalu mendoakan dengan ikhlas,
memberikan kasih sayang yang tulus serta selalu memberikan dukungan
kepada penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
3. Ibu Prof. Dr. Hj. Amany Burhanudin Umar Lubis, Lc., MA. selaku Rektor
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
ix
4. Bapak Prof. Dr. Amilin, SE., M.Si., Ak., CA., BKP., QIA. selaku Dekan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Murdiyah Hayati, S.Kom., MM. selaku Ketua Jurusan Manajemen dan
Ibu Amalia, S.E., M.S.M. selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
mengesahkan secara resmi judul penelitian sebagai bahan skripsi dan telah
membantu memberikan izin kepada penulis sehingga penulisan skripsi
berjalan dengan lancar.
6. Ibu Murdiyah Hayati, S Kom., MM. selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah memberikan waktu, ilmu, bimbingan serta arahan kepada penulis
selama penulis menyusun skripsi.
7. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, khususnya Bapak dan Ibu Dosen Manajemen yang telah memberikan
ilmunya kepada penulis selama masa perkuliahan.
8. Mochamad Meinard Ibrahim yang selalu memberikan semangat dan
memotivasi penulis untuk segera menyelesaikan skripsi. Terima kasih untuk
waktu, semangat, perhatian dan doa yang telah diberikan.
9. Tsizy Aqila Primadina, sahabat penulis tak terpisahkan selama kuliah sejak
semester 1 sampai wisuda. Terima kasih atas segala kebaikan, bantuan, canda
tawa yang telah diberikan. I love you!
10. Teman-teman seperjuangan penulis yaitu PERMAK yaitu Intan, Cynthia,
Vivi, Ayu dan Nisa terima kasih untuk canda tawa dan bantuan selama
x
perkuliahan serta terus mendukung penulis menyelesaikan skripsi ini.
Semoga kita semua sukses di masa depan.
11. Sahabat-sahabat penulis yang membantu secara langsung maupun tidak
langsung, Risti, Bella, Nanda, Divta, Ayu, Fadhil, Maajid, Syifa, Bang Ulum,
Wildan, IMAYZING (Risyda, Icha, Via), dan OMDO (Megi, Mitha, Astika,
Annfar, Ulfia, Reka, Alida). terima kasih untuk segala dukungan, motivasi
dan doa yang diberikan untuk penulis agar segera menyelesaikan skripsi ini.
12. Seluruh teman-teman Manajemen angkatan 2014 khususnya Manajemen
Keuangan yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang selalu
memberikan semangat dan dukungan dari awal perkuliahan hingga saat ini.
13. Semua pihak yang terlibat dalam proses pembuatan skripsi ini yang tidak
dapat disebutkan satu persatu namun tidak mengurangi rasa terima kasih
penulis.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada
semua pihak. Semoga segala bantuan yang telah diberikan mendapat pahala berlipat
dari Allah SWT. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat
bagi penulis serta pembaca.
Jakarta, 22 Oktober 2019
Penulis
(Avianti Paramitha)
xi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ........................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ....................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ............................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................................................v
ABSTRACT ............................................................................................................. vi
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1
A. Latar Belakang Penelitian .................................................................................. 1
B. Perumusan Masalah .......................................................................................... 13
C. Tujuan Penelitian .............................................................................................. 14
D. Manfaat Penelitian ............................................................................................ 14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................16
A. Kajian Teori ...................................................................................................... 16
1. Manajemen Keuangan ............................................................................... 16
2. Struktur Modal .......................................................................................... 18
3. Kinerja Keuangan Perusahaan .................................................................. 35
B. Penelitian Sebelumnya ..................................................................................... 45
C. Hubungan Antar Variabel ................................................................................ 50
xii
1. Hubungan Variabel Profitabilitas terhadap Kebijakan Utang ................... 50
2. Hubungan Variabel Pertumbuhan Perusahaan terhadap Kebijakan Utang
.................................................................................................................. .51
3. Hubungan Variabel Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Utang ........ 51
4. Hubungan Variabel Arus Kas Bebas terhadap Kebijakan Utang .............. 52
D. Kerangka Berpikir ............................................................................................ 53
F. Hipotesis ........................................................................................................... 54
BAB III METODOLOGI PENELITIAN...............................................................55
A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................................ 55
B. Metode Penentuan Sampel ............................................................................... 55
C. Metode Pengumpulan Data .............................................................................. 57
D. Metode Analisis Data ....................................................................................... 58
1. Analisis Statistik Deskriptif....................................................................... 58
2. Metode Regresi Data Panel ....................................................................... 58
3. Pemilihan Model ....................................................................................... 62
4. Uji Asumsi Klasik ..................................................................................... 63
5. Pengujian Hipotesis ................................................................................... 65
E. Definisi Operasional Variabel .......................................................................... 68
1. Variabel Dependen ..................................................................................... 68
2. Variabel Independen .................................................................................. 69
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN .........................................................73
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ..................................................... 73
1. Deskripsi Objek Penelitian ........................................................................ 73
xiii
2. Profil Perusahaan ....................................................................................... 74
B. Analisis dan Pembahasan ................................................................................. 75
1. Analisis Statistik Deskriptif....................................................................... 75
2. Pengujian Pemilihan Model Regresi Data Panel ....................................... 81
3. Uji Asumsi Klasik ..................................................................................... 83
4. Analisis Regresi Data Panel ...................................................................... 86
5. Pengujian Hipotesis ................................................................................... 88
6. Interpretasi Hasil Penelitian ...................................................................... 91
BAB V PENUTUP .................................................................................................98
A. Kesimpulan ....................................................................................................... 98
B. Saran ................................................................................................................. 99
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................100
LAMPIRAN .........................................................................................................104
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Penelitian Sebelumnya ......................................................................... 45
Tabel 3.1 Kriteria Penyaringan Sampel ............................................................... 56
Tabel 3.2 Daftar Sampel Penelitan ....................................................................... 57
Tabel 3.3 Ringkasan Definisi Operasional Variabel ............................................ 72
Tabel 4.1 Profil Perusahaan Subsektor Makanan dan Minuman ......................... 74
Tabel 4.2 Uji Statistik Deskriptif ......................................................................... 75
Tabel 4.3 Data Debt to Equity Ratio (DER) Subsektor Makanan dan Minuman
periode 2014-2018 ............................................................................... 76
Tabel 4.4 Data Return on Assets (ROA) Subsektor Makanan dan Minuman
periode 2014-2018 ............................................................................... 77
Tabel 4.5 Data Pertumbuhan Perusahaan Subsektor Makanan dan Minuman
periode 2014-2018 ............................................................................... 78
Tabel 4.6 Data Ukuran Perusahaan Subsektor Makanan dan Minuman periode
2014-2018 ............................................................................................ 79
Tabel 4.7 Data Arus Kas Bebas Subsektor Makanan dan Minuman periode 2014-
2018 ..................................................................................................... 80
Tabel 4.8 Uji Chow .............................................................................................. 81
Tabel 4.9 Uji Hausman ......................................................................................... 82
Tabel 4.10 Uji Multikolinearitas .......................................................................... 84
Tabel 4.11 Uji White ............................................................................................ 85
Tabel 4.12 Uji Autokorelasi ................................................................................. 85
Tabel 4.13 Analisis Regresi Data Panel ............................................................... 86
xv
Tabel 4.14 Uji F ................................................................................................... 88
Tabel 4.15 Uji t .................................................................................................... 89
Tabel 4.16 Koefisien Determinasi ........................................................................ 91
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Perekonomian Indonesia Tahun 2014-2018 ( dalam %) .................... 2
Gambar 1.2 Industri Manufaktur yang Mengalami Pertumbuhan Tertinggi di
Tahun 2017 .......................................................................................... 4
Gambar 1.3 DER Sektor Industri Barang Konsumsi Tahun 2014-2018 (dalam %)
...............................................................................................................8
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ............................................................................ 53
Gambar 4.1 Uji Normalitas .................................................................................. 83
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pertumbuhan ekonomi negara berkembang pada tahun 2018 sedang
mengalami perlambatan ekonomi dikarenakan terdapat perang dagang antara
Amerika Serikat dan Tiongkok. Sejumlah negara di dunia khawatir dengan
perlambatan ekonomi yang sedang terjadi. Indonesia adalah salah satu negara
berkembang, sehingga pertumbuhan ekonomi negara berkembang dianggap
akan mempengaruhi perekonomian Indonesia. Berdasarkan World Economic
Outlook (WEO) edisi April 2019, Nilai pertumbuhan ekonomi negara
berkembang sebesar 4.5%. Nilai ini menurun dibanding tahun sebelumnya,
dimana pada tahun sebelumnya nilai pertumbuhan sebesar 4.9%. Maka, tidak
mengherankan bila terdapat beberapa negara berkembang yang mengalami
perlambatan ekonomi.
Seiring dengan perlambatan ekonomi negara berkembang yang sedang
terjadi, tidak membuat perekonomian Indonesia ikut melemah. Hal ini dapat
dilihat di gambar 1.1 bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam 4 tahun
terakhir sedang mengalami peningkatan. Berdasarkan, Kemenperin 2018 dirilis
nilai perekonomian Indonesia di tahun 2018 sebesar 5,17 % dan mencapai nilai
tertinggi di 4 tahun terakhir. Peningkatan ekonomi indonesia 4 tahun terakhir
disebabkan oleh perbaikan ekspor, konsumsi rumah tangga dan konsumsi
pemerintah serta peningkatan investasi. Selain itu, jauh lebih tingginya
pertumbuhan investasi fisik (Pembentukan Modal Tetap Bruto) merupakan
2
faktor utama yang menyebabkan lebih tingginya pertumbuhan ekonomi
nasional tahun 2018.
Gambar 1.1
Perekonomian Indonesia Tahun 2014-2018 (dalam %)
Sumber: Kementerian Perindustrian (2018)
Salah satu sektor yang mempercepat pertumbuhan ekonomi Indonesia
adalah peningkatan investasi di sektor industri manufaktur. Wakil Menteri
Perindustrian, Alex Retraubun, menyatakan bahwa industri manufaktur adalah
salah satu tumpuan utama pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal itu terjadi
sejak kuartal IV 2012 hingga saat ini. Gairah perekonomian Indonesia yang
semakin tinggi juga disebabkan oleh peningkatan sektor industri manufaktur
yang menjadi perhatian utama pemerintah (Kemenperin, 2018). Hal ini dapat
disebabkan karena Industri manufaktur memiliki potensi besar untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia dan dapat berkontribusi
terhadap peningkatan Produk Domestik Bruto, hal ini mampu menciptakan
nilai tambah (value added) bagi komoditas yang dihasilkan, penciptaan
5,02
4,88
5,035,07
5,17
4,70
4,80
4,90
5,00
5,10
5,20
2014 2015 2016 2017 2018
3
terhadap lapangan pekerjaan, meningkatkan pendapatan masyarakat, yang
akhirnya mengurangi kemiskinan
Perusahaan manufaktur identik dengan pabrik yang mengaplikasikan
mesin-mesin, peralatan, teknik rekayasa dan tenaga kerja. Industri manufaktur
memiliki 3 sektor yakni sektor Barang Konsumsi, sektor Industri Dasar Kimia,
sektor Aneka Industri. Dari ketiga sektor tersebut, Sektor Industri Barang
Konsumsi menjadi industri yang produknya paling digunakan oleh masyarakat
maupun perusahaan. Industri Barang Konsumsi dalam proses produksinya juga
membutuhkan banyak sumber daya alam maupun manusia. Hal ini berarti
Industri Barang Konsumsi mempunyai peranan dalam menyerap tenaga kerja
dan meningkatkan pendapatan suatu negara.
Industri manufaktur mengalami pertumbuhan tertinggi di beberapa
subsektor seperti Subsektor Makanan dan Minuman, logam dasar, mesin dan
perlengkapan. Hal ini dikarenakan pada subsektor-subsektor ini memiliki iklim
investasi yang mendukung perkembangan pada sektor tersebut. Selain itu,
peningkatan ekspor pada kelompok industri ini juga meningkatkan
pertumbuhan pada subsektor ini. Industri Makanan dan Minuman menjadi
subsektor dari sektor Barang Konsumsi yang mengalami pertumbuhan
tertinggi di tahun 2017. Pada gambar 1.2 terlihat pertumbuhan industri
Makanan dan Minuman merupakan industri manufaktur yang mengalami
pertumbuhan tertinggi. Pertumbuhan industri Makanan dan Minuman pada
tahun 2016 sebesar 8.33% menjadi sebesar 9.23% pada tahun 2017.
Peningkatan pertumbuhan industri Makanan dan Minuman pada tahun 2017
4
terkait erat dengan peningkatan ekspor kelompok industri ini pada tahun 2017
naik sebesar 20.72% (Kemenperin, 2017).
Gambar 1.2
Industri Manufaktur yang Mengalami
Pertumbuhan tertinggi di tahun 2017
Sumber: Kementerian Perindustrian (2017)
Subsektor Industri Makanan dan Minuman adalah perusahaan–perusahaan
pengolahan yang mengubah bahan baku mentah menjadi sebuah produk
makanan dan minuman jadi atau setengah jadi yang lebih bernilai sehingga
memberikan keuntungan bagi perusahaan (www.sahamok.com). Subsektor
Makanan dan Minuman memberikan devisa yang besar bagi negara karena
industri ini terus dikonsumsi oleh masyarakat dari berbagai kalangan setiap
harinya. Industri ini juga mempunyai peluang yang besar untuk berkembang
dan diminati oleh banyak investor. Hal ini membuat persaingan di Industri ini
5
sangatlah ketat karena para perusahaan mencari para investor untuk
menanamkan modalnya ke Industri Makanan dan Minuman.
Tingginya pertumbuhan Subsektor Makanan dan Minuman harus
diimbangi dengan pemenuhan kebutuhan dana yang besar demi
mempertahankan posisi usahanya dalam industri. Dalam pemenuhan
kebutuhan dana, perusahaan harus mencari alternatif-alternatif pendanaan yang
efisien mempertimbangkan serta menganalisis berbagai variabel dan sumber
dana untuk memenuhi kebutuhan investasi maupun kegiatan operasional
perusahaan. Manajer memiliki tugas untuk mempertimbangkan keputusan
pendanaannya. Pertimbangan diperlukan karena masing-masing sumber
pendanaan mempunyai konsekuensi yang berbeda-beda. Salah satu kebijakan
pendanaan yang dibuat manajer yaitu mengenai struktur modal. Struktur modal
adalah kombinasi penggunaan sumber yang berasal dari dalam perusahaan dan
luar perusahaan guna memenuhi kebutuhan dana perusahaan (Suryani dan
Khafid, 2015). Jadi dalam kaitannya dengan struktur modal, Modal sendiri
terdiri dari berbagai jenis saham, cadangan dan laba ditahan. Modal yang
bersumber dari eksternal perusahaan adalah utang jangka panjang yang terdiri
dari berbagai jenis obligasi dan kredit investasi jangka panjang lainnya.
Kebijakan penggunaan dana menggunakan utang dari luar perusahaan ini
disebut Kebijakan Utang (Suryani dan Khafid, 2015). Kebijakan Utang
merupakan salah satu kebijakan pendanaan dalam perusahaan yang digunakan
untuk membiayai kegiatan operasionalnya (Trisnawati, 2016). Sedangkan
menurut Astuti dan Nurlaelasari (2014), Kebijakan Utang merupakan salah
6
satu keputusan pendanaan yang penting bagi perusahaan yang harus selalu
dipertimbangkan agar kinerja keuangan perusahaan menjadi optimal. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa Kebijakan Utang adalah kebijakan pendanaan
penting dalam perusahaan untuk memperoleh pembiayaan yang bersumber dari
eksternal dan digunakan untuk membiayai kegiatan operasional dan
investasinya. Manajer harus menentukan proporsi utang yang tepat dengan
memperhatikan risiko dari utang itu sendiri. Penggunaan utang dalam jumlah
yang lebih besar dari modal akan meningkatkan risiko yang ditanggung oleh
pemegang saham. Penggunaan utang yang lebih banyak dari modal pada
umumnya akan meningkatkan ekspektasi pengembalian atas ekuitas. Risiko
yang semakin tinggi terkait dengan penggunaan utang dalam jumlah yang besar
cenderung akan menurunkan harga saham, tetapi ekspektasi pengembalian
yang lebih tinggi akibat penggunaan utang dalam jumlah yang lebih besar ini
akan menaikkan harga saham. Oleh karena itu, perusahaan lebih memilih
melakukan kegiatan utang hingga suatu titik maksimum. Utang diharapkan
dapat meningkatkan nilai perusahaan karena setiap perusahaan memiliki tujuan
untuk memaksimalkan kemakmuran perusahaan. Menurut Suryani dan Khafid
(2015), tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan
melalui peningkatan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham.
Bagi perusahaan yang sedang mengalami pertumbuhan cepat, maka sangat
dibutuhkan dana yang besar untuk ekspansi. Namun, Seringkali perusahaan
memiliki keterbatasan dana sehingga menjadi salah satu faktor penghambat
Pertumbuhan Perusahaan dalam bersaing atas produk-produk yang
7
dihasilkannya. Untuk pemenuhan kebutuhan dana yang besar tersebut, utang
akan diambil untuk mendapatkan dana eksternal yang besar tersebut
Perusahaan yang menggunakan utang akan lebih dipercaya oleh pasar
karena dianggap memiliki kemampuan untuk membayar kewajibannya dan
dipercaya oleh investor memiliki prospek cerah. Karena apabila perusahaan
berani mengambil utang menunjukkan perusahaan tersebut sedang
berkembang dan meningkatkan produksinya. Namun, Proporsi Kebijakan
Utang yang tepat harus diperhatikan oleh manajer dengan melihat risiko dari
utang itu sendiri. Karena menggunakan pendanaan utang dan tidak dapat
melunasi kembali dapat mengancam likuiditas dan posisi manajer itu sendiri
bahkan mengakibatkan kebangkrutan.
Perusahaan lebih memilih penggunaan utang dikarenakan perusahaan akan
memperoleh keuntungan penghematan pajak atas laba. Utang juga merupakan
mekanisme penting dalam mengontrol tindakan manajer dan mengurangi
masalah agensi dalam perusahaan karena manajer harus melakukan
pembayaran secara periodik terhadap bunga dan pinjaman pokoknya.
Perkembangan Kebijakan Utang untuk Subsektor Makanan dan Minuman
dibandingkan dengan subsektor lain dapat dilihat pada gambar 1.3.
Berdasarkan gambar 1.3, Kebijakan Utang Subsektor Makanan dan Minuman
meningkat di tahun 2015 tetapi menurun hingga tahun 2018. Walaupun nilai
DER menurun selama 3 tahun terakhir, Subsektor Makanan dan Minuman tetap
8
mempunyai nilai Kebijakan Utang paling tinggi dibandingkan subsektor lain.
Gambar 1.3
DER Sektor Industri Barang Konsumsi tahun 2014-2018 ( dalam %)
Sumber : www.idx.co.id (2019)
Penurunan Kebijakan Utang Subsektor Makanan dan Minuman dalam 3
tahun terakhir dapat disebabkan oleh beberapa hal dikarenakan dalam
menentukan Kebijakan Utang, Faktor-faktor yang umumnya dipertimbangkan
dalam mengambil keputusan mengenai Kebijakan Utang menurut Brigham dan
Houston (2006) adalah pertumbuhan penjualan, Ukuran Perusahaan, operating
leverage, tingkat Pertumbuhan Perusahaan, Profitabilitas, pajak, Likuiditas,
dan Ukuran Perusahaan.
Salah satu faktor yang menentukan Kebijakan Utang suatu perusahaan
adalah Profitabilitas. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh
laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri
(Zuhria dan Riharjo, 2016). Semakin tinggi Profitabilitas makin semakin tinggi
tingkat kepercayaan investor dalam meminjamkan dana kepada perusahaan
karena diyakini perusahaan dapat mengembalikan dana yang dipinjam.
0,00
0,20
0,40
0,60
0,80
1,00
1,20
2014 2015 2016 2017 2018
Sub Sektor Makanan dan
Minuman
Sub Sektor Rokok
Sub Sektor Farmasi
Sub Sektor Kosmetik dan
Rumah Tangga
Sub Sektor Peralatan dan
Rumah Tangga
9
Namun, semakin tinggi profit yang diperoleh perusahaan maka akan semakin
kecil penggunaan utang yang digunakan dalam pendanaan perusahaan karena
pendanaan menggunakan modal internal telah mencukupi. Hal ini sesuai
dengan teori Pecking Order. Profitabilitas diproyeksikan dengan Return On
Assets (ROA). Nilai ROA Subsektor makanan minuman pada periode tahun
2014-2018 mengalami fluktuasi. Penelitian tentang Profitabilitas dengan
Kebijakan Utang menunjukkan hasil yang berbeda-beda, yaitu Trisnawati
(2016) menyatakan bahwa Profitabilitas berpengaruh terhadap Kebijakan
Utang yang mengartikan bahwa apabila Profitabilitas tinggi maka perusahaan
cenderung menggunakan dana internal karena laba yang ditahan berlimpah.
Baru kemudian perusahaan akan menggunakan pendanaan menggunakan utang
dan terakhir adalah penerbitan saham. Penelitian ini sejalan dengan penelitian
Purwanti (2017) dan Satiti (2017) menyatakan bahwa Profitabilitas
berpengaruh terhadap Kebijakan Utang. Penelitian yang dilakukan oleh Putra
(2017) mengatakan bahwa Profitabilitas tidak berpengaruh terhadap Kebijakan
Utang. Ini menunjukkan bahwa peningkatan Profitabilitas perusahaan tidak
selalu menurunkan Kebijakan Utangnya. Biarpun perusahaan yang profitable
cenderung menggunakan dana internal, tetapi pada kenyataannya perusahaan
tidak bisa menghindari penggunaan utang untuk sumber pendanaannya karena
kebutuhan dana yang besar.
Faktor lain yang mempengaruhi Kebijakan Utang adalah Pertumbuhan
Perusahaan. Pertumbuhan Perusahaan merupakan kemampuan perusahaan
memanfaatkan aset yang ada untuk menghasilkan pendapatan (Trisnawati,
10
2016). Pertumbuhan Perusahaan dinyatakan tinggi apabila perusahaan tersebut
berhasil meningkatkan nilai perusahaan untuk menghasilkan keuntungan
(Suryani dan Khafid, 2015). Perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan
tinggi cenderung membutuhkan dana dari sumber eksternal yang lebih besar.
Perusahaan yang mempunyai pertumbuhan yang cepat diartikan menjadi
perusahaan yang sedang mengalami ekspansi sehingga menggunakan berbagai
cara untuk memenuhi kebutuhan termasuk dengan menggunakan utang. Nilai
Pertumbuhan Perusahaan (GROWTH) mengalami fluktuasi dari tahun 2014
hingga 2018.
Penelitian tentang Pertumbuhan Perusahaan terhadap Kebijakan Utang
menunjukkan hasil yang berbeda-beda, yaitu Trisnawati (2016) menyatakan
bahwa Pertumbuhan Perusahaan berpengaruh terhadap Kebijakan Utang yang
menunjukan bahwa semakin tinggi rasio Pertumbuhan Perusahaan maka
semakin meningkat Kebijakan Utang. Hal ini dapat disebabkan karena
perusahaan yang sedang bertumbuh membutuhkan dana yang besar untuk
meningkatkan produksinya serta mempertahankan posisi usahanya. Bagi
perusahaan yang sedang mengalami pertumbuhan cepat, maka sangat
dibutuhkan dana yang besar untuk ekspansi. Namun, Seringkali perusahaan
memiliki keterbatasan dana sehingga menjadi salah satu faktor penghambat
Pertumbuhan Perusahaan dalam bersaing atas produk-produk yang
dihasilkannya. Walaupun memiliki dana internal yang tinggi, ada kalanya dana
internal tidak dapat mencukupi. Oleh karen itu perusahaan akan menggunakan
pendanaan eksternal dikarenakan penerbitan saham membutuhkan biaya yang
11
tidak sedikit sehingga perusahaan lebih memilih penggunaan utang. Penelitian
ini sejalan dengan penelitian oleh Margaretha (2014) dan Said (2013).
Sedangkan, Suryani dan Khafid (2015) menyatakan bahwa Pertumbuhan
Perusahaan tidak berpengaruh terhadap Kebijakan Utang. Hal ini dapat
dimaknai bahwa Pertumbuhan Perusahaan tidak dapat mempengaruhi tingkat
Kebijakan Utang yang diambil oleh manajemen perusahaan.
Ukuran Perusahaan menjadi variabel lain yang memiliki kemungkinan
berpengaruh terhadap struktur utang dalam menentukan level utang
perusahaan. Ukuran Perusahaan (SIZE) sangat berpengaruh terhadap struktur
modal terutama berkaitan dengan kemampuan memperoleh pinjaman. Menurut
Suryani dan Khafid (2015), Ukuran Perusahaan adalah besarnya aset
perusahaan yang memungkinkan tingkat leverage perusahaan besar akan lebih
besar dari perusahaan yang lebih kecil. Perusahaan besar yang telah
terdiversifikasi, lebih mudah untuk memasuki pasar modal, menerima
penilaian kredit yang lebih tinggi dari bank komersil dan membayar bunga
yang lebih rendah pada utangnya. Nilai Ukuran Perusahaan Subsektor makanan
minuman sejak 2014 terus mengalami peningkatan hingga 2018
Penelitian tentang Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Utang
menunjukkan hasil yang berbeda-beda, yaitu Zuhria dan Riharjo (2016)
menyatakan bahwa Ukuran Perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap
Kebijakan Utang. Hal ini menujukkan Ukuran Perusahaan sangat berpengaruh
terhadap Kebijakan Utang terutama berkaitan dengan kemampuan memperoleh
pinjaman. Perusahaan besar yang telah terdiversifikasi, lebih mudah untuk
12
memasuki pasar modal, menerima penilaian kredit yang lebih tinggi dari bank
komersil dan membayar bunga yang lebih rendah pada utangnya. Salah satu
alasannya perusahaan lebih mudah menerima pinjaman adalah karena nilai
asset yang dijadikan jaminan lebih besar dan tingkat kepercayan bank juga
lebih tinggi. Penelitian ini sejalan dengan penelitian oleh Astuti (2014) dan
Putra (2017). Sedangkan, Trisnawati (2016), Suryani dan Khafid (2015), dan
Bahri (2017) menyatakan bahwa Ukuran Perusahaan tidak berpengaruh
terhadap Kebijakan Utang. Hal ini dapat dimaknai perusahaan besar tidak
hanya menggunakan utang dalam mendanai kegiatan operasionalnya.
Salah satu faktor yang menentukan Kebijakan Utang adalah Arus Kas
Bebas. Menurut Putra (2017) Arus Kas Bebas (FCF) merupakan kas yang
tersedia untuk didistribusikan kepada investor (pemegang saham dan pemilik
utang) setelah perusahaan menempatkan investasinya pada aset tetap dan
modal kerja yang dibutuhkan untuk mempertahankan operasi yang sedang
berjalan. Nilai Arus Kas Bebas perusahaan Subsektor industri makanan dan
minuman periode 2014-2018 mengalami fluktuasi.
Ketidak-konsistenan terjadi pula dalam penelitian tentang Arus Kas Bebas
terhadap Kebijakan Utang menunjukkan hasil yang berbeda-beda, yaitu Zuhria
dan Riharjo (2016) menyatakan bahwa Arus Kas Bebas berpengaruh signifikan
terhadap Kebijakan Utang. Hal ini menunjukan pada saat perusahaan dalam
keadaan stabil, dan untuk mengurangi risiko kebangkrutan, perusahaan
cenderung menggunakan Arus Kas Bebas untuk membayar utang. Sehingga
apabila Arus Kas Bebas tinggi, akan menurunkan Kebijakan Utang itu sendiri
13
Hal ini sejalan dengan penelitian oleh Satiti (2017) dan Putra (2017).
Sedangkan, Trisnawati (2016), Bahri (2017) dan Suryani dan Khafid (2015)
menyatakan bahwa Arus Kas Bebas tidak berpengaruh terhadap Kebijakan
Utang. Hal ini dikarenakan apabila arus kas tinggi. perusahaan akan
mengutamakan penggunaan dana internal untuk kebutuhan investasi dan
operasionalnya
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas dan berdasarkan
dari hasil penelitian terdahulu yang menunjukkan hasil yang tidak konsisten,
maka penulis mencoba menganalisis kembali penelitian yang telah ada dengan
judul “Pengaruh Profitabilitas, Pertumbuhan Perusahaan, Ukuran
Perusahaan dan Arus Kas Bebas terhadap Kebijakan Utang”. Adapun
obyek penelitian yang digunakan adalah perusahaan manufaktur Subsektor
Makanan dan Minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun
2014-2018. Melalui penelitian ini diharapkan dapat diketahui bagaimana
Kebijakan Utang suatu perusahaan dilihat dari keempat faktor tersebut.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan dari uraian latar belakang penelitian yang telah dikemukakan
sebelumnya, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah terdapat pengaruh variabel Profitabilitas, Pertumbuhan
Perusahaan, Ukuran Perusahaan dan Arus Kas Bebas terhadap Kebijakan
Utang secara simultan?
14
2. Apakah terdapat pengaruh variabel Profitabilitas, Pertumbuhan
Perusahaan, Ukuran Perusahaan dan Arus Kas Bebas terhadap Kebijakan
Utang secara parsial?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka dapat dikemukakan bahwa
tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh variabel Profitabilitas,
Pertumbuhan Perusahaan, Ukuran Perusahaan dan Arus Kas Bebas
terhadap Kebijakan Utang secara simultan.
2. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh variabel Profitabilitas,
Pertumbuhan Perusahaan, Ukuran Perusahaan dan Arus Kas Bebas
terhadap Kebijakan Utang secara parsial.
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka manfaat penelitian yang
diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran faktor-faktor
apa saja yang mempengaruhi Kebijakan Utang perusahaan sehingga
perusahan dapat menanggulangi hal tersebut.
2. Bagi Investor
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
investor mengenai perusahaan yang mengendalikan biaya yang tepat.
15
3. Bagi Kreditur
Penelitian ini diharapkan dapat membantu kreditur sebagai dasar
pertimbangan bagi pihak kreditur dalam memberikan kredit dan
menentukan besarnya biaya utang sebuah perusahaan.
4. Bagi Penulis
Penelitian ini merupakan kesempatan bagi penulis untuk menambah
pengetahuan teoritis serta memperluas wawasan untuk mempelajari secara
langsung dan menganalisa pengaruh Profitabilitas, Pertumbuhan
Perusahaan, Ukuran Perusahaan, dan Arus Kas Bebas terhadap Kebijakan
Utang.
5. Bagi Akademisi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam
pengembangan ilmu pengetahuan di bidang manajemen keuangan serta
menjadi dasar untuk dapat melakukan penelitian selanjutnya yang lebih
baik lagi.
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Manajemen Keuangan
Manajemen Keuangan membicarakan teori keuangan yang pada
dasarnya dapat dilakukan baik oleh individu maupun perusahaan. Teori
keuangan menjelaskan mengapa suatu fenomena dibidang keuangan bisa
terjadi, dan mengapa keputusan keuangan perlu diambil dalam
menghadapi persoalan keuangan. Pada dasarnya sebuah keputusan
keuangan yang diambil terbagi atas tiga, yaitu: Pertama, berapa jumlah
yang akan dikonsumsikan untuk setiap periode? Apakah mereka akan
mengkonsumsi banyak pada awal periode dan sedikit pada akhir periode?
Atau sebaliknya? Kedua, apakah ada kelebihan penghasilan selama ini?
Bagaimana kelebihan penghasilan mereka akan diinvestasikan? Ketiga,
bagaimana mendanai konsumsi dan/atau investasi tersebut? Bagaimana
mendapat dana untuk keperluan tersebut? Dari berbagai keputusan-
keputusan yang harus segera diambil ini, maka akan timbul bagaimana
mengelola keuangan yang ada untuk mendapatkan suatu penghasilan yang
maksimal. Dan pengelolaan ini yang disebut dengan Manajemen
Keuangan.
Menurut Kasmir (2010:5) mendefinisikan manajemen keuangan
adalah segala aktivitas yang berhubungan dengan perolehan, pendanaan,
dan pengelolaan aktiva dengan beberapa tujuan menyeluruh. Sedangkan
17
menurut Fahmi (2013:2), mengemukakan bahwa manajemen keuangan
merupakan penggabungan dari ilmu dan seni yang membahas, mengkaji
dan menganalisis tentang bagaimana seorang manajer keuangan dengan
menggunakan seluruh sumber daya perusahaan untuk mencari dana,
mengelola dana dan membagi dana dengan tujuan memberikan profit atau
kemakmuran bagi para pemegang saham dan keberlanjutan usaha bagi
perusahaan.
Sehingga dapat disimpulkan, Manajemen keuangan adalah sebuah
ilmu dan seni yang membahas tentang segala aktivitas manajer keuangan
dalam menggunakan seluruh sumber daya perusahaan untuk memperoleh,
dan mengelola dana dengan tujuan memberikan profit atau keuntungan
bagi para pemegang saham dan keberlanjutan usaha bagi perusahaan.
Menurut Riyanto (2001:6) menyatakan pada dasarnya manajemen
keuangan memiliki fungsi yang terdiri dari:
a. Fungsi Penggunaan atau Pengalokasian Dana dimana dalam
pelaksanaannya manajemen keuangan harus mengambil sebuah
keputusan investasi ataupun pemilihan alternatif investasi.
b. Fungsi Perolehan Dana yang juga sering disebut sebagai fungsi
mencari sumber pendanaan dimana dalam pelaksanaannya
manajemen keuangan harus mengambil sebuah keputusan pendanaan
atau pemilihan alternatif pendanaan. Salah satu mencari sumber
pendanaan ialah dengan struktur modal.
18
2. Struktur Modal
a. Pengertian Struktur Modal
Pengertian tentang struktur modal banyak diungkapkan oleh
beberapa ahli. Struktur modal didefinisikan sebagai perimbangan atau
perbandingan antara jumlah utang jangka panjang dengan modal
sendiri (Riyanto, 2001:97). Menurut Suryani dan Khafid (2015)
Kombinasi penggunaan sumber yang berasal dari dalam perusahaan
dan luar perusahaan guna memenuhi kebutuhan dana perusahaan yang
disebut struktur modal. Untuk kebutuhan dana perusahaan tersebut,
Dana dapat diperoleh dari modal sendiri, yaitu dengan kas dan laba
ditahan. Perusahaan juga dapat mendapatkan sumber dana dari
eksternal yaitu berupa utang dan penerbitan saham.
Rumus perhitungan struktur modal adalah total utang dibagi
modal sendiri. Jadi dalam kaitannya dengan struktur modal, modal
yang diperhitungkan adalah utang jangka panjang yang terdiri dari
berbagai jenis obligasi dan kredit investasi jangka panjang lainnya.
Modal sendiri terdiri dari berbagai jenis saham, cadangan dan laba
ditahan. Perubahan rasio utang jangka panjang dengan modal sendiri
akibat dari penambahan atau pengurangan utang jangka panjang akan
berakibat berubahnya struktur modal perusahaan tersebut.
b. Struktur Modal Optimal
Struktur modal yang optimal adalah struktur modal yang
mengoptimalkan keseimbangan antara risiko dan pengembalian.
19
(Brigham dan Houston, 2009:34) Manajemen perlu
mempertimbangkan proporsi antara utang, modal sendiri, serta biaya
yang menyertainya. Penggunaan utang dalam jumlah yang lebih besar
dari modal akan meningkatkan risiko yang ditanggung oleh pemegang
saham. Penggunaan utang yang lebih banyak dari modal pada
umumnya akan meningkatkan ekspektasi pengembalian atas ekuitas.
Risiko yang semakin tinggi terkait dengan penggunaan utang
dalam jumlah yang besar cenderung akan menurunkan harga saham,
tetapi ekspektasi pengembalian yang lebih tinggi akibat penggunaan
utang dalam jumlah yang lebih besar ini akan menaikkan harga saham.
Oleh karena itu, perusahaan berusaha untuk mencari struktur modal
yang dapat menghasilkan keseimbangan antara risiko dan
pengembaliannya, sehingga dapat memaksimalkan harga saham.
Zuhria dan Riharjo (2016) menjelaskan bahwa suatu perusahaan
didirikan dengan tujuan meningkatkan kemakmuran dari pemilik atau
pemegang saham melalui peningkatan nilai perusahaan. Ketika nilai
perusahaan semakin tinggi, maka kemakmuran yang dirasakan oleh
pemegang saham juga semakin tinggi.
Untuk meningkatkan nilai perusahaan dibutuhkan modal yang
besar untuk pengembangan perusahaan, meningkatkan produksi serta
mempertahankan posisi usahanya. Modal yang digunakan perusahaan
dapat bersumber dari dalam maupun dari luar. Apabila tingkat
Profitabilitas atau laba ditahan perusahaan tinggi, perusahaan tentu
20
akan lebih memilih modal dari dalam. Akan tetapi, ada kalanya modal
dari dalam tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan perusahaan
ataupun untuk mengembangkan perusahaan. Oleh karena itu
perusahaan juga membutuhkan dana dari pihak luar dalam situasi
tertentu. Dana dari pihak luar dapat diperoleh melalui utang ataupun
menerbitkan saham baru. Akan tetapi dalam menerbitkan saham baru
membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Perusahaan lebih memilih
melakukan kegiatan utang, dikarenakan perusahaan akan memperoleh
keuntungan penghematan pajak atas laba. Selain itu, utang juga
diharapkan dapat meningkatkan nilai perusahaan (Putra, 2017)
Dengan adanya penghematan pajak atas laba perusahaan ini membuat
perusahaan memiliki struktur modal yang optimal, mendapatkan laba
perusahaan yang maksimal, serta meningkatkan nilai perusahaan yang
menjurus kekesejahteraan para pemegang saham.
c. Kebijakan Utang
Menurut Munawir (2010: 18), pengertian utang adalah semua
kewajiban keuangan perusahaan yang diberikan kepada pihak lain
yang belum terpenuhi, dimana utang ini merupakan sumber dana atau
modal perusahaan yang berasal dari kreditor.
Menurut Riyanto (2001:98) Kebijakan Utang merupakan
keputusan yang sangat penting dalam perusahaan. Dimana Kebijakan
Utang merupakan salah satu bagian dari kebijakan pendanaan
perusahaan. Kebijakan Utang adalah kebijakan yang diambil pihak
21
manajemen dalam rangka memperoleh sumber daya pembiayaan bagi
perusahaan sehingga dapat digunakan untuk membiayai aktivitas
operasional perusahaan.
Menurut Kieso, dkk. (2007:96), Kebijakan Utang adalah
kebijakan yang diambil perusahaan untuk melakukan pembiayaan
melalui utang. Proxy dari Kebijakan Utang pada penelitian ini adalah
debt to equity ratio (DER). Tujuan dari rasio ini adalah untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar utang-utang
yang dimilikinya dengan modal atau ekuitas yang ada. Sedangkan,
menurut Suryani dan Khafid (2015) Kebijakan Utang merupakan
kebijakan dalam menentukan dana perusahaan yang bersumber dari
eksternal.
Dapat diartikan bahwa Kebijakan Utang merupakan keputusan
pendanaan yang diambil oleh manajemen untuk menentukan besarnya
proporsi utang dalam rangka memperoleh sumber pembiayaan yang
berasal dari eksternal dan berguna untuk membiayai kegiatan
operasional perusahaan.
Kebijakan Utang yang ditetapkan dalam suatu perusahaan tidak
terlepas dari struktur utang. Struktur utang menjelaskan mengenai
komposisi jangka waktu utang yang dipergunakan oleh perusahaan
tersebut. Menurut jangka waktunya utang dibedakan menjadi dua,
yaitu:
22
1) Utang Jangka Pendek
Utang jangka pendek adalah utang yang diharapkan akan
dilunasi dalam waktu satu tahun atau satu siklus operasi normal
perusahaan dengan menggunakan sumber-sumber aktiva lancar
atau dengan menimbulkan utang jangka pendek yang baru. Siklus
operasi adalah periode waktu yang diperlukan antara akuisisi
barang dan jasa yang terlibat dalam proses manufaktur serta
realisasi kas akhir yang dihasilkan dari penjualan dan penghasilan
selanjutnya. Utang jangka pendek meliputi:
a) Utang dagang, adalah utang yang timbul karena adanya
pembelian barang dagangan.
b) Utang wesel, adalah janji tertulis untuk membayar sejumlah
uang tertentu pada suatu tanggal tertentu di masa depan dan
dapat berasal dari pembelian, pembiayaan, atau transaksi
lainnya.
c) Biaya yang masih harus dibayar (accrued expense),adalah
utang yang timbul karena perusahaan telah memanfaatkan
atau merasakan suatu jasa atau fasilitas tertentu tetapi belum
dilakukan pembayaran.
d) Utang jangka panjang yang segera jatuh tempo, adalah
sebagian atau seluruh utang jangka panjang yang sudah
menjadi utang jangka pendek karena harus segera dilakukan
pembayaran.
23
e) Pendapatan diterima di muka adalah penerimaan uang untuk
penjualan barang dan jasa yang belum terealisasi.
2) Utang Jangka Panjang
Utang jangka panjang adalah utang yang jangka waktu
pembayarannya lebih dari satu tahun sejak tanggal neraca dan
sumber-sumber yang digunakan untuk melunasi utang tersebut
bukan dari kelompok aktiva lancar. Utang jangka panjang terdiri
dari:
a) Utang hipotek adalah pinjaman jangka panjang di mana
pemberi uang (kreditur) diberi hak hipotek terhadap suatu
barang tidak bergerak, agar supaya apabila pihak debitur
tidak memenuhi kewajibannya, barang tersebut dapat dijual
dan hasil penjualannya dapat digunakan untuk menutup
tagihannya.
b) Utang obligasi adalah surat pengakuan utang dengan bunga
jangka panjang yang akan dibayarkan pada tanggal tertentu.
Kebijakan Utang yang tepat harus diperhatikan oleh manajer
untuk memaksimalkan tujuan perusahaan. Manajer harus menentukan
proporsi utang yang tepat dengan memperhatikan risiko dari utang itu
sendiri. Jika menggunakan utang, perusahaan juga harus
memperhitungkan apakah perusahaan akan mampu untuk membayar
utang tersebut dan seberapa banyak utang yang sebaiknya diambil.
Menurut Riyanto (2001:105), untuk menjaga keseimbangan struktur
24
modal sebaiknya utang yang digunakan tidak lebih besar dari modal
yang dimiliki, sehingga modal yang dijamin tidak lebih besar dari
modal yang menjadi jaminan. Hal ini dikarenakan, semakin besar
utang yang harus ditanggung perusahaan untuk memenuhi
kebutuhannya akan dana, Semakin besar pula biaya yang harus
dikeluarkan untuk pendanaan, baik untuk membayar biaya bunga,
maupun untuk membayar perantara keuangan.
Utang merupakan salah satu alternatif pendanaan bagi
perusahaan. Kebijakan Utang dapat mengurangi konflik keagenan
yang ada diperusahaan. Pembayaran bunga akan mengurangi total
cash flow perusahaan, sehingga utang dapat dilihat sebagai cara untuk
mengurangi konflik keagenan (Suryani dan Khafid, 2015). Selain itu,
pendanaan ini juga dianggap sebagai pendanaan berbiaya murah.
Dikatakan murah, karena biaya bunga yang harus ditanggung lebih
kecil dari laba yang diperoleh dari pemanfaatan utang tersebut (Putra,
2017). Pembiayaan kegiatan operasional perusahaan dengan utang
membuat perusahaan memiliki kewajiban untuk mengembalikan
pinjaman dan membayar beban bunga secara periodik sehingga
memaksa manajer untuk mengoptimalkan penggunaan dana yang ada.
Kegagalan perusahaan dalam membayar bunga atas utang dapat
menyebabkan kesulitan keuangan yang dapat berakhir dengan
kebangkrutan perusahaan. Namun demikian, penggunaan utang juga
memberikan keuntungan pada perusahaan dalam penghematan pajak
25
atas laba perusahaan. Oleh karena itu, penggunaan utang harus
menyeimbangkan antara keuntungan dan kerugiannya (Putra, 2017).
Faktor-faktor yang umumnya dipertimbangkan dalam mengambil
keputusan mengenai Kebijakan Utang menurut Brigham dan Houston
(2009:34) adalah
1) Pertumbuhan Penjualan, perusahaan yang penjualannya relatif
stabil dapat dengan aman mengambil lebih banyak utang dan
menanggung beban tetap yang lebih tinggi daripada perusahaan
yang penjualannya tidak stabil.
2) Ukuran Perusahaan, perusahaan yang mempunyai jenis aktiva
sesuai untuk jaminan kredit akan cenderung menggunakan
banyak utang karena kemudahan yang dimiliki.
3) Operating leverage, perusahaan dengan operating leverage yang
lebih kecil lebih mampu untuk memperbesar leverage keuangan
karena interaksi operating leverage dan keuangan yang
memengaruhi penurunan penjualan terhadap laba operasi dan
arus kas bersih secara keseluruhan.
4) Tingkat Pertumbuhan Perusahaan, perusahaan yang memiliki
tingkat pertumbuhan yang pesat cenderung lebih banyak
menggunakan utang atau mengandalkan modal eksternal
daripada perusahaan yang pertumbuhannya lebih lambat.
5) Profitabilitas, perusahaan dengan tingkat pengembalian yang
tinggi atas investasi menggunakan utang yang relatif kecil.
26
Dengan tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan
perusahaan untuk membiayai sebagian besar pendanaan dengan
dana internal.
6) Pajak, bunga utang adalah beban yang dapat dikurangkan untuk
tujuan perpajakan dan pengurangan tersebut sangat bernilai bagi
perusahaan pada tarif pajak yang tinggi. Karena itu makin tinggi
tarif pajak makin besar keuntungan dari penggunaan utang
7) Pengendalian, pengaruh akibat penerbitan surat-surat utang dan
saham terhadap posisi pengendalian manajeman bisa
memengaruhi struktur modal.
8) Sikap manajemen, sikap manajemen yang lebih konservatif
daripada manajemen lainnya akan menggunakan jumlah utang
yang lebih kecil daripada rata-rata industri.
9) Sikap pemberi pinjaman dan perusahaan penilai kredibilitas,
tanpa melihat analisis para manajer atas faktor-faktor leverage
yang tepat bagi perusahaan mereka sendiri. Perilaku pemberi
pinjaman dan perusahaan penilai kredibilitas sering kali
memengaruhi keputusan struktur keuangan.
10) Kondisi pasar, kondisi pasar saham dan obligasi yang mengalami
perubahan baik jangka panjang maupun jangka pendek dapat
memberi arti yang penting pada struktur modal perusahaan yang
optimal.
27
11) Kondisi internal perusahaan, kondisi internal perusahaan juga
dapat memiliki pengaruh pada sasaran struktur modal.
12) Fleksibilitas keuangan, tujuan menjaga fleksibilitas keuangan
yang dilihat dari sudut pandang operasional artinya adalah
menjaga kapasitas pinjaman cadangan yang memadai.
Kebijakan Utang diproksikan ke dalam rumus DER (debt to
equity ratio) yang mencerminkan rasio antara total utang dengan total
ekuitas. Semakin nilai DER rendah berarti tingkat utang yang dimiliki
perusahaan juga rendah. Apabila nilai DER semakin tinggi, ini berarti
semakin besar kewajiban yang harus ditanggung perusahaan dan
semakin besar porsi penggunaan utang dalam membiayai investasi
pada aktiva. Semakin besar utang, maka akan berpengaruh pada
pendapatan bersih yang tersedia untuk pemegang saham termasuk
dividen yang akan dibagikan dan semakin meningkatnya risiko
keuangan perusahaan. Ini karena perusahaan wajib membayar utang
terlebih dahulu sebelum membagi dividen (Sudana, 2011:68).
Dalam penentuan keputusan pendanaan menggunakan Kebijakan
Utang tidak terlepas dari perkembangan-perkembangan teori yang
ada. Teori-teori ini menjelaskan mengapa Kebijakan Utang diambil
menjadi salah satu keputusan pendanaan terbaik dalam sebuah
perusahaan. Terdapat 4 Teori tentang Kebijakan Utang yaitu sebagai
berikut:
28
1) Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori keagenan (agency theory) mulai berkembang dari
adanya penelitian yang dilakukan oleh Jensen dan Meckling
(1976) yang mengacu pada pemenuhan tujuan utama dari
manajemen keuangan yaitu memaksimalkan kekayaan pemegang
saham. Teori ini menjelaskan tentang pemisahan antara fungsi
pengelolaan (manajer) dengan fungsi kepemilikan (pemegang
saham). Agency theory merupakan suatu kontrak antara prinsipal
dengan agen. Prinsipal adalah pemegang saham, sedangkan agen
adalah manajemen yang mengelola perusahaan.
Teori biaya keagenan (agency cost) diawali dengan masalah
keagenan (agency conflict) yang terjadi di dalam suatu
perusahaan. Di dalam suatu perusahaan, dimana sebagai agen dari
pemegang saham, manajer tidak selalu bertindak demi
kepentingan pemegang saham sehingga terjadi konflik antara
manajer perusahaan dengan pemegang saham yang biasa disebut
konflik keagenan (agency conflict) (Suryani dan Khafid, 2015).
Untuk mengurangi konflik tersebut, diperlukan mekanisme
pengawasan yang dapat mensejajarkan kepentingan antara
manajer dan pemegang saham. Dengan melakukan pengawasan
tersebut maka diperlukan biaya keagenan atau sering disebut
dengan agency cost. Suryani dan Khafid (2015) menjelaskan
bahwa biaya agensi (agency cost) merupakan biaya-biaya yang
29
berhubungan dengan pengawasan manajemen untuk meyakinkan
bahwa manjemen bertindak konsisten sesuai dengan perjanjian
kontraktual perusahaan dengan kreditur dan pemegang saham.
Mereka menunjukkan bahwa siapapun yang mengeluarkan biaya
pengawasan, biaya tersebut pada akhirnya ditanggung oleh para
pemegang saham. Menurut Jensen dan Meckling (1976) biaya
keagenan dikelompokkan ke dalam 3 (tiga jenis) :
a) Monitoring Costs merupakan biaya untuk memonitor
perilaku manajer perusahaan
b) Bonding Costs merupakan biaya untuk membentuk
mekanisme untuk menjamin bahwa manajer perusahaan
akan bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang
saham.
c) Residual Loss merupakan biaya untuk mendorong manajer
perusahaan agar bertindak sesuai dengan kemampuannya
untuk kepentingan pemegang saham.
Ada beberapa alternatif untuk mengurangi agency cost yaitu
pertama dengan meningkatkan kepemilikan saham oleh
manajemen. Menurut Jensen dan Meckling (1976) penambahan
kepemilikan manajerial memiliki keuntungan untuk
mensejajarkan kepentingan manajer dan pemilik saham. Kedua,
meningkatkan pendanaan dengan utang (Putra,2017).
Debtholders yang sudah menanamkan dananya di perusahaan
30
dengan sendirinya akan melakukan pengawasan akan
penggunaan dana tersebut. Ketiga, dengan meningkatkan
dividend payout ratio, dengan demikian tidak tersedia cukup
banyak Arus Kas Bebas dan manajemen terpaksa mencari
pendanaan dari luar untuk membiayai kegiatan investasinya
(Trisnawati, 2016).
2) Trade Off Theory
Teori ini dikembangkan oleh Haugen, Papas, dan Rubenstain
pada tahun 1969 dan dikenal juga sebagai Balancing Theory.
Trade Off Theory ini menjelaskan adanya hubungan antara pajak,
risiko, kebangkrutan dan penggunaan utang yang disebabkan
keputusan struktur modal yang diambil perusahaan (Brealey dan
Myers, 2008:35). Teori ini membandingkan manfaat dan biaya
atau keseimbangan antara keuntungan dan kerugian atas
penggunaan utang. Pada teori ini juga dijelaskan bahwa sebelum
mencapai suatu titik maksimum, utang akan lebih murah daripada
penjualan saham karena adanya tax shield. Implikasinya adalah
semakin tinggi utang maka akan semakin tinggi nilai perusahaan
(Margaretha, 2014). Namun, setelah mencapai titik maksimum,
penggunaan utang oleh perusahaan menjadi tidak baik, karena
perusahaan harus menanggung biaya keagenan, kebangkrutan
serta biaya bunga yang menyebabkan nilai saham turun (Suryani
dan Khafid, 2015).
31
3) Pecking Order Theory
Teori Pecking Order ini mengatakan bahwa perusahaan lebih
cenderung memilih pendanaan yang berasal dari internal
perusahaan yang bersumber dari aliran kas, laba ditahan, dan
depresiasi dari pada yang berasal dari eksternal perusahaan yang
bersumber dari saham dan utang. Pecking Order Theory juga
menyatakan bahwa perusahaan dengan tingkat Profitabilitas yang
tinggi justru tingkat utangnya rendah, dikarenakan perusahaan
yang Profitabilitasnya tinggi memiliki sumber dana internal yang
berlimpah. Secara spesifik perusahaan mempunyai urut-urutan
preferensi (hierarki) dalam penggunaan dana. Teori ini
menetapkan suatu urutan keputusan pendanaan dimana para
manajer pertama kali akan memilih untuk menggunakan laba
ditahan, utang dan penerbitan saham sebagai pilihan terakhir
(Putra, 2017). Pecking order theory menjelaskan mengapa
perusahaan-perusahaan yang profitable (menguntungkan)
umumnya meminjam dalam jumlah yang sedikit. Hal tersebut
bukan karena perusahaan mempunyai target debt ratio, tetapi
karena memerlukan external financing yang sedikit.
Sedangkan, perusahaan yang kurang profitable cenderung
mempunyai utang yang lebih besar karena dana internal tidak
cukup dan utang merupakan sumber eksternal yang lebih disukai.
32
Menurut Brealey dan Myers (2008:87), urutan pendanaan
menurut teori pecking order adalah:
a) Perusahaan menyukai internal financing (pendanaan dari
hasil operasi perusahaan berwujud laba ditahan);
b) Apabila pendanaan dari luar (eksternal financing)
diperlukan, maka perusahaan akan menerbitkan sekuritas
yang paling aman terlebih dahulu, yaitu dimulai dengan
penerbitan obligasi, kemudian diikuti oleh sekuritas yang
berkarakterisitik opsi (seperti obligasi konversi),
c) Baru akhirnya apabila masih belum mencukupi, saham baru
diterbitkan
4) Signalling Theory
Signalling Theory menurut Brigham dan Houston (2009:85),
adalah suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang
memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen
memandang prospek perusahaan. Konsep Signaling dan asimetri
berkaitan erat. Teori asimetri mengatakan bahwa pihak-pihak
yang berkaitan dengan perusahaan tidak mempunyai informasi
yang sama mengenai prospek dan risiko perusahaan. Pihak
tertentu mempunyai informasi yang lebih baik dibandingkan
pihak lainnya. Manajer biasanya mempunyai informasi yang
lebih baik dibandingkan dengan pihak luar (seperti investor).
Karena itu bisa dikatakan terjadi asimetri informasi antara
33
manajer dengan investor. Investor yang merasa mempunyai
informasi yang lebih sedikit akan berusaha menginterpretasikan
perilaku manajer. Dengan kata lain, perilaku manajer termasuk
dalam hal menentukan struktur modal bisa dianggap sebagai
signal oleh pihak luar (investor) (Putra, 2017)
Isyarat (signal) adalah suatu tindakan yang diambil oleh
manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi investor
tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan
(Putra, 2017). Menurut Brigham dan Houston (2009:86),
perusahaan dengan prospek yang menguntungkan akan mencoba
menghindari penjualan saham, dan sebagai gantinya
mengusahakan setiap modal baru yang diperlukan dengan cara-
cara lain, termasuk penggunaan utang yang melebihi target
struktur modal yang normal.
Jika manajer mempunyai keyakinan bahwa prospek
perusahaan baik, dan karenanya ingin harga saham meningkat, ia
ingin mengkomunikasikan hal tersebut ke investor, ini
merupakan signal yang disampaikan oleh manajer ke pasar
(Putra, 2017). Perusahaan dengan prospek yang kurang
menguntungkan akan cenderung untuk menjual sahamnya yang
artinya membawa investor baru masuk untuk berbagi kerugian.
Pengumuman emisi saham oleh suatu perusahaan umumnya
dianggap sebagai suatu isyarat (signal) bahwa prospek
34
perusahaan kurang cerah menurut penilaian manajemennya.
Apabila suatu perusahaan menawarkan penjualan saham baru
lebih sering dari biasanya, maka harga sahamnya akan mengalami
penurunan, karena menerbitkan saham baru berarti memberikan
isyarat negatif yang dapat menekan harga saham sekalipun
prospek perusahaan cerah. Manajer dapat menggunakan utang
lebih banyak, sebagai sinyal yang lebih dapat dipercaya. Hal ini
karena perusahaan yang meningkatkan utang bisa dipandang
sebagai perusahaan yang yakin dengan prospek perusahaan di
masa mendatang. Dasar pertimbangannya adalah penambahan
utang menyebabkan keterbatasan arus kas dan meningkatkan
biaya-biaya beban keuangan sehingga manajer hanya akan
menerbitkan utang baru yang lebih banyak apabila mereka yakin
perusahaan kelak dapat memenuhi kewajibannya. Investor
diharapkan akan menangkap sinyal bahwa perusahaan
mempunyai prospek yang baik. Dengan demikian utang
merupakan tanda atau sinyal positif.
Teori sinyal ini akan memberikan informasi mengenai
faktor-faktor internal perusahaan seperti struktur pendanaan,
Profitabilitas, Ukuran Perusahaan dan pertumbuhan penjualan
yang menyebabkan perubahan-perubahan terhadap harga saham
suatu perusahaan di bursa efek, sehingga nilai suatu perusahaan
35
memberikan sinyal yang positif bagi investor untuk lebih tertarik
melakukan investasi.
3. Kinerja Keuangan Perusahaan
Konsep kinerja keuangan menurut Gitosudarmo dan Basri (2002:275)
adalah rangkaian aktivitas keuangan pada suatu periode tertentu yang
dilaporkan dalam laporan keuangan diantaranya laporan laba rugi dan
neraca
Menurut Fahmi (2013:2) kinerja keuangan adalah suatu analisis yang
dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah
melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan
secara baik dan benar. Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran
tentang kondisi keuangan suatu perusahaan yang dianlisis dengan alat-alat
keuangan, sehingga dapat diketahui mengenai baik buruknya keadaan
keuangan suatu perusahaan yang mencerminkan prestasi kerja dalam
periode tertentu.
Penilaian kerja keuangan merupakan salah satu cara yang dapat
dilakukan pihak manajemen agar dapat memenuhi kewajibannya terhadap
para penyandang dana dan juga untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan perusahaan. Faktor-faktor yang umumnya dipertimbangkan
dalam mengambil keputusan mengenai Kebijakan Utang menurut
Brigham dan Houston (2009:34) adalah Likuiditas, Pertumbuhan
penjualan, Ukuran Perusahaan, Operating leverage, Pertumbuhan
Perusahaan, Profitabilitas, Pajak, Pengendalian, Sikap Manajemen, Sikap
36
Pemberi Pinjaman, Kondisi Pasar, Kondisi Internal Perusahaan,
Fleksibilitas Perusahaan.
a. Profitabilitas
Menurut Kasmir (2008:188) Profitabilitas adalah kemampuan
suatu perusahaan dalam menghasilkan keuntungan (profit) pada
tingkat penjualan, asset, dan modal saham tertentu.
Menurut Satiti (2017) Profitabilitas adalah kemampuan
perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan,
total aktiva, maupun modal sendiri. Secara keseluruhan, Profitabilitas
adalah kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan ketika
menjalani operasinya yang memungkinkan seorang penganalisa untuk
mengevaluasi tingkat earnings dalam hubungannya dengan volume
penjualan, jumlah aktiva, dan investasi tertentu dari pemilik
perusahaan. Perusahaan dengan laba ditahan yang besar akan
menggunakan laba ditahan terlebih dahulu sebelum memutuskan
menggunakan utang.
Hal ini sesuai dengan pecking order theory yang menetapkan
suatu urutan keputusan pendanaan dimana para manajer pertama kali
akan memilih untuk menggunakan laba ditahan, utang dan penerbitan
saham sebagai pilihan terakhir (Putra, 2017).
Pada penelitian ini penulis akan menghitung tingkat Profitabilitas
dengan menggunakan tolak ukur Return On Assets (ROA). Return On
Assets (ROA) merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara
37
keseluruhan di dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah
keseluruhan aktiva yang tersedia di dalam perusahaan, semakin tinggi
rasio ini berarti semakin baik keadaan suatu perusahaan.
Menurut Zuhria dan Riharjo (2016) pengertian ROA adalah rasio
yang menunjukan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan
dalam perusahaan. Selain itu, ROA memberikan ukuran yang lebih
baik atas Profitabilitas perusahaan karena menunjukkan efektivitas
manajemen dalam menggunakan aktiva untuk memperoleh
pendapatan. ROA merupakan pengukuran terbaik karena berkaitan
dengan laba yang diperoleh perusahaan dengan memanfaatkan aktiva
yang dimiliki. Rasio ini juga dapat digunakan sebagai tolak ukur jika
manajemen ingin mengevaluasi seberapa baik perusahaan telah
memakai dananya, ini ditunjukkan dengan semakin besar tingkat
ROA yang diperoleh semakin besar pula tingkat keuntungan yang
dicapai oleh perusahaan tersebut dan semakin baik pula posisi
perusahaan tersebut dari segi penggunaan aset (Munawir, 2010:89).
Keunggulan Return On Asset (ROA) menurut Munawir (2010:
91) yaitu :
1) Sebagai salah satu kegunaannya yang prinsipil ialah sifatnya yang
menyeluruh. Apabila perusahaan sudah menjalankan praktek
akuntansi yang baik maka manajemen dengan menggunakan
teknik analisa ROA dapat mengukur efisiensi penggunaan modal
yang bekerja, efisiensi produksi dan efisiensi bagian penjualan.
38
2) Apabila perusahaan dapat mempunyai data industri sehingga
dapat diperoleh ratio industry, maka dengan analisa ROA ini
dapat dibandingkan efisiensi penggunaan modal pada
perusahaannya dengan perusahaan lain yang sejenis, sehingga
dapat diketahui apakah perusahaannya berada di bawah, sama
atau di atas rata-ratanya. Dengan demikian akan dapat diketahui
di mana kelemahannya dan apa yang sudah kuat pada perusahaan
tersebut dibandingkan dengan perusahaan lain yang sejenis.
3) Analisa ini pun dapat digunakan untuk mengukur efisiensi
tindakan-tindakan yang dilakukan oleh divisi/bagian, yaitu
dengan mengalokasikan semua biaya dan modal ke dalam bagian
yang bersangkutan.
4) Analisa ini juga dapat digunakan untuk mengukur Profitabilitas
dari masing-masing produk yang dihasilkan oleh perusahaan.
Dengan menggunakan product cost system yang baik, modal dan
biaya dapat dialokasikan kepada berbagai produk yang dihasilkan
oleh perusahaan yang bersangkutan, sehingga dengan demikian
akan dapat dihitung Profitabilitas dari masing-masing produk.
5) ROA selain berguna untuk keperluan control, juga berguna untuk
keperluan perencanaan. Misalnya ROA dapat digunakan sebagai
dasar untuk pengambilan keputusan kalau perusahaan akan
mengadakan ekspansi.
39
Sedangkan kelemahan Return On Asset (ROA) menurut Munawir
(2010:92) adalah sebagai berikut :
1) Kesukarannya dalam membandingkan rate of return suatu
perusahaan dengan perusahaan lain yang sejenis mengingat
bahwa kadang-kadang praktek akuntansi yang digunakan oleh
masing-masing perusahaan tersebut adalah berbeda-beda.
Perbedaan metode dalam penilaian berbagai aktiva antara
perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain, perbandingan
tersebut akan dapat memberi gambaran yang salah.
2) Kelemahan lain dari teknik analisa ini adalah terletak pada adanya
fluktuasi nilai dari uang (daya belinya). Suatu mesin atau
perlengkapan tertentu yang dibeli dalam keadaan inflasi nilanya
berbeda dengan perlengkapan yang dibeli pada waktu tidak ada
inflasi, dan hal ini akan berpengaruh dalam menghitung
investment turnover dan profit margin.
b. Pertumbuhan Perusahaan
Suatu perusahaan yang mengalami pertumbuhan tinggi berarti
perusahaan tersebut berhasil meningkatkan nilai perusahaan untuk
menghasilkan keuntungan/laba. Perusahaan yang mempunyai
pertumbuhan yang tinggi menunjukkan bahwa dengan sumber daya
yang dimiliki bisa menghasilkan pertumbuhan baik. Perusahaan
Return on Assets = Earning After Tax
Total Assets× 100%
40
dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi akan lebih memaksimalkan
penggunaan sumber daya yang dimiliki (Suryani dan Khafid, 2015)
Pertumbuhan Perusahaan (GROWTH) merupakan kemampuan
perusahaan memanfaatkan aset yang ada untuk menghasilkan
pendapatan (Trisnawati, 2016). Skala pengukuran yang digunakan
adalah rasio Growth dengan rumus sebagai berikut:
c. Ukuran Perusahaan
Ukuran Perusahaan dapat diartikan sebagai besar kecilnya
perusahaan dilihat dari besarnya equity, nilai perusahaan, ataupun
hasil nilai total aktiva dari suatu perusahaan (Putra, 2017).
Menurut Suryani dan Khafid (2015), Ukuran Perusahaan adalah
besarnya aset perusahaan yang memungkinkan tingkat leverage
perusahaan besar akan lebih kecil dari perusahaan yang lebih kecil.
Ukuran Perusahaan (SIZE) dapat diartikan sebagai besar kecilnya
perusahaan dilihat dari besarnya nilai ekuitas, nilai perusahaan,
ataupun hasil nilai total asset dari suatu perusahaan. Semakin besar
perusahaan, maka mempunyai kapasitas produksi dalam jumlah yang
lebih besar, sehingga akan berproduksi dalam skala ekonomis yang
tinggi, maka semakin banyak dana yang digunakan untuk
menjalankan operasional, dan salah satu sumber dananya adalah
utang.
GROWTH = total aktiva akhir tahun
total aktiva awal tahun
41
Ukuran Perusahaan menjadi salah satu faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam menentukan tingkat utang. Perusahaan besar
cenderung lebih mudah memperoleh pinjaman dari pihak ketiga,
karena perusahaan mampu dalam pemenuhan kewajiban dengan
adanya kemampuan mengakses ke pihak lain yang lebih luas,
diversifikasi portofolio yang lebih banyak, arus kas yang lebih stabil,
atau jaminan yang dimiliki (berupa aset) bernilai lebih besar
dibandingkan perusahaan kecil. Ukuran entitas yang besar merupakan
sinyal positif bagi kreditur untuk memberikan pinjaman (Hasan, 2014
dalam Bahri, 2017).
Pada dasarnya Ukuran Perusahaan terbagi menjadi 3 kategori,
yaitu perusahaan besar (Large Firm), perusahaan menengah, (Medium
Firm) dan perusahaan kecil (Small Firm). Untuk menghitung Ukuran
Perusahaan (size) menggunakan logaritma natural dari total aset.
Ukuran Perusahaan sangat menentukan keputusan permodalan
suatu perusahaan. Seperti yang telah dijelaskan dalam trade-off theory
bahwa ada beberapa dampak yang ditimbulkan akibat penggunaan
utang, seperti biaya keagenan dan biaya kebangkrutan. Semakin besar
penggunaan utang maka semakin besar pula biaya keagenan dan biaya
kebangkrutan yang harus ditanggung oleh perusahaan. Meskipun
dengan Ukuran Perusahaan yang besar dapat memperoleh utang yang
Size = Ln (Total Assets)
42
lebih besar, akan tetapi besarnya utang yang diperoleh sama dengan
biaya kesulitan.
Jadi berdasarkan uraian teori yang dikemukakan, maka dapat
disimpulkan bahwa ukuran merupakan pengukur besar kecilnya
perusahaan. Dalam hal ini Ukuran Perusahaan dapat diukur dengan
menggunakan total aset, penjualan dan ekuitas. Perusahaan yang besar
mudah melakukan akses ke pasar modal dan cepat untuk memperoleh
dana. Oleh karena itu, perusahaan dengan ukuran (size) yang lebih
besar diperkirakan mempunyai kesempatan untuk menarik utang
dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang
kecil. Perusahaan yang lebih besar cenderung memiliki portofolio
pasar yang lebih terdiversifikasi. Oleh karena itu, kecil
kemungkinannya untuk mengarah pada kondisi kebangkrutan.
d. Arus Kas Bebas
Arus Kas Bebas merupakan arus kas yang tersedia untuk
didistribusikan kepada seluruh investor (pemegang saham dan pemilik
utang) setelah perusahaan menempatkan seluruh investasinya pada
aktiva tetap dan modal kerja yang dibutuhkan untuk mempertahankan
operasi yang sedang berjalan Brigham dan Houston (2006) dalam
Putra (2017)
Sedangkan, menurut Ross, dkk (2000) dalam Satiti (2017) Arus
Kas Bebas merupakan kas lebih perusahaan yang dapat
43
didistribusikan kepada kreditor atau pemegang saham yang tidak
diperlukan lagi untuk modal kerja atau investasi pada aset tetap.
Dari kedua definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa Arus Kas
Bebas adalah kas lebih yang didistribusikan kepada seluruh investor
(pemegang saham dan pemilik utang) setelah perusahaan
menempatkan seluruh investasinya pada modal kerja atau investasi
pada aset tetap sehingga operasi perusahaan tetap berjalan. Arus Kas
Bebas dapat dirumuskan sebagai berikut:
Arus Kas Bebas memudahkan perusahaan untuk mengukur
pertumbuhan bisnis dan pembayaran kepada stakeholders. Arus Kas
Bebas akan mencerminkan dengan jelas mengenai perusahaan
manakah yang masih mempunyai kemampuan di masa depan atau
tidak. Pasar akan bereaksi jika terlihat ada Arus Kas Bebas yang dapat
meningkat karena harapan mereka untuk mendapatkan deviden di
masa depan.
Berikut ini beberapa manfaat yang diperoleh dari adanya Arus
Kas Bebas antara lain :
1) Semakin tinggi Arus Kas Bebas menggambarkan perusahaan
semakin sehat, karena memiliki kas yang tersedia untuk
pertumbuhan, pembayaran utang dan dividen;
2) Perusahaan memiliki kesempatan yang luas untuk menangkap
peluang investasi;
FCF = Arus Kas Operasi − Belanja Modal
44
3) Menunjukkan kepada investor bahwa deviden yang dibagikan
tidak sekedar strategi menyiasati pasar dengan maksud
menaikkan nilai perusahaan;
4) Adanya Arus Kas Bebas akan menandakan kepada pasar bahwa
perusahaan mempunyai kemampuan di masa depan
5) Arus Kas Bebas dapat meningkatkan nilai perusahaan
Namun, Arus Kas Bebas juga sering menjadi pemicu timbulnya
masalah antara para pemegang saham dan manajer (agency problem).
Hal ini dikarenakan para manajer lebih menginginkan dana tersebut
diinvestasikan lagi pada proyek-proyek yang dapat menghasilkan
keuntungan. Di sisi lain, pemegang saham mengharapkan sisa dana
tersebut dibagikan sehingga akan menambah kesejahteraan mereka.
Bahri (2017) menyatakan ketika Arus Kas Bebas tinggi maka
perusahaan cenderung menggunakan utang untuk kegiatan pendanaan
perusahaan. Perusahaan dengan Arus Kas Bebas tinggi akan
memonitor perilaku manajer dalam melakukan investasi dengan
menambah utang, sehingga manajer tidak akan membuang-buang kas
untuk investasi yang tidak menguntungkan
45
B. Penelitian Sebelumnya
Tabel 2.1
Penelitian Sebelumnya
No Peneliti /
Tahun /
Nama Jurnal
/ Tahun
Judul
penelitian
Variabel Hasil
1. Mardiyati, U.,
dkk / Jurnal
Riset
Manajemen
Sains
Indonesia
(JRMSI)
Vol.9 No.1
/2018
Pengaruh
Profitabilitas
Ukuran
Perusahaan,
Pertumbuhan
Penjualan,
Kepemilikan
Manajerial, dan
Struktur Aktiva,
terhadap
Kebijakan
Utang pada
Perusahaan
Sektor Aneka
Industri yang
terdaftar di
Bursa Efek
Indonesia
Periode 2012-
2016
Variabel X:
X1: Profitabilitas
X2: Ukuran
Perusahaan
X3: Kepemilikan
Manajerial
X4: Struktur
Aktiva
X5: Pertumbuhan
Penjualan
Variabel Y:
Kebijakan Utang
1. Ukuran Perusahaan
Positif dan Signifikan
terhadap DER. Namun,
Negatif dan Signifikan
terhadap DAR
2. Profitabilitas Positif dan
Signifikan terhadap
DER. Namun, Tidak
berpengaruh terhadap
DAR
3. Kepemilikan
Manajerial dan Struktur
Aktiva tidak
berpengaruh terhadap
Kebijakan Utang (DER
danDAR)
2. Tatengkeng,
D., dkk /
Jurnal EMBA
Vol.6 No.3 /
2018
Analisis Faktor-
Faktor yang
mempengaruhi
Kebijakan
Utang pada
Perusahaan
Manufaktur
yang terdaftar di
Bursa Efek
Indonesia tahun
2012-2016
Variabel X:
X1: Ukuran
Perusahaan
X2: Profitabilitas
X3:Likuiditas
X4: Ukuran
Risiko Bisnis
X5: Kepemilikan
Manajerial
Variabel Y:
Kebijakan Utang
1. Profitabilitas, Ukuran
Perusahaan, Likuiditas,
Risiko Bisnis,
Kepemilikan
Manajerial berpengaruh
terhadap Kebijakan
Utang secara simultan
2. Secara Parsial
Likuiditas,
Profitabilitas,
Kepemilikan
Manajerial berpengaruh
terhadap Kebijakan
Utang.
3. Ukuran Perusahaan dan
Risiko Bisnis tidak
46
No Peneliti /
Tahun /
Nama Jurnal
/ Tahun
Judul
penelitian
Variabel Hasil
berpengaruh terhadap
Kebijakan Utang.
3. Putra, Z. Y. /
Jurnal Ilmu
Riset dan
Akuntansi
vol.6 No. 3 /
2017
Pengaruh
ProfitabilitasUk
uran Perusahaan
dan Free Cash
Flow, terhadap
Kebijakan
Utang pada
perusahaan
Manufaktur
sektor Barang
Konsumsi yang
terdaftar di
Bursa Efek
Indonesia
periode 2012-
2014
Variabel X:
X1: Profitabilitas
X2: Ukuran
Perusahaan
X3: Arus Kas
Bebas
Variabel Y:
Kebijakan Utang
1. Ukuran Perusahaan dan
Arus Kas Bebas
berpengaruh positif
terhadap Kebijakan
Utang
2. Profitabilitas tidak
berpengaruh negative
terhadap Kebijakan
Utang
4. Bahri, S. /
Jurnal PETA
vol.2 No.2
/2017
Pengaruh
Profitabilitas,
Ukuran
Perusahaan,
Free Cash Flow,
Kepemilikan
Manajerial, dan
Kebijakan
Deviden,
terhadap
Kebijakan
Utang
Variabel X:
X1: Profitabilitas
X2: Ukuran
Perusahaan
X3: Arus Kas
Bebas
X4: Kepemilikan
Manajerial
X5: Kebijakan
Deviden
Variabel Y:
Kebijakan Utang
1. Profitabilitas, Ukuran
Perusahaan dan Arus
Kas Bebas,
Kepemilikan
Manajerial, Kebijakan
Deviden, tidak
berpengaruh terhadap
Kebijakan Utang
5. Satiti, L. /
Jurnal Ilmu
dan Riset
Akuntansi
Vol.6 No.12 /
2017
Pengaruh
Profitabilitas,
Free Cash Flow
dan
Kepemilikan
Manajerial
terhadap
Kebijakan
Utang pada
Perusahaan
Variabel X:
X1: Profitabilitas
X2: Arus Kas
Bebas
X3: Kepemilikan
Manajerial
Variabel Y:
Kebijakan Utang
1. Arus Kas Bebas
berpengaruh positif
signifikan terhadap
Kebijakan Utang
2. Profitabilitas
berpengaruh negatif
signifikan terhadap
Kebijakan Utang
3. Kepemilikan
Manajerial tidak
47
No Peneliti /
Tahun /
Nama Jurnal
/ Tahun
Judul
penelitian
Variabel Hasil
Manufaktur
Sektor Barang
Konsumsi
periode 2011-
2015
berpengaruh
signifikan terhadap
Kebijakan Utang
6. Purwanti, M.
/ eJournal
Administrasi
Bisnis / 2017
Pengaruh
Profitabilitas,
Likuiditas,
Pertumbuhan
Penjualan,
terhadap
Kebijakan
Utang pada
Perusahaan
subsektor
Makanan dan
Minuman
periode 2011-
2015
Variabel X:
X1: Profitabilitas
X2: Likuiditas
X3: Pertumbuhan
Penjualan
Variabel Y:
Kebijakan Utang
1. Profitabilitas, Likuiditas
berpengaruh siginifikan
terhadap Kebijakan
Utang
2. Pertumbuhan Penjualan
tidak berpengaruh
terhadap Kebijakan
Utang
7.
Ezeaku, H.
C., dkk /
European
Journal of
Economic
and Financial
Research /
2017
The
Development of
Debt to Equity
Ratio in Capital
Structure
Model: a Case
of Nigerian
Manufacturing
Firms
Variabel X:
X1: Profitabilitas
X2: Pertumbuhan
Perusahaan
X3: Ukuran
Perusahaan
X4: Tangibilitas
Variabel Y:
Kebijakan Utang
1. Pertumbuhan
Perusahaan, Ukuran
Perusahaan dan
Tangibilitas
berpengaruh positif
terhadap Kebijakan
Utang
2. Profitabilitas
berpengaruh negatif
terhadap Kebijakan
Utang
8. Zuhria, S. F.
dan Riharjo,
I. B. / Jurnal
Ilmu Riset
Akuntansi
Vol.5 No.11 /
2016
Pengaruh
Profitabilitas,
Ukuran
Perusahaan,
Free Cash Flow,
Pertumbuhan
Penjualan,
terhadap
Kebijakan
Utang pada
Perusahaan
Variabel X:
X1: Profitabilitas
X2: Ukuran
Perusahaan
X3: Arus Kas
Bebas
X4: Pertumbuhan
Penjualan
Variabel Y:
Kebijakan Utang
1. Ukuran Perusahaan
berpengaruh signifikan
Positif terhadap
Kebijakan Utang.
2. Profitabilitas, Arus Kas
Bebas, dan
Pertumbuhan Penjualan
berpengaruh negatif
terhadap Kebijakan
Utang
48
No Peneliti /
Tahun /
Nama Jurnal
/ Tahun
Judul
penelitian
Variabel Hasil
subsektor
Makanan dan
Minuman yang
terdaftar di
Bursa Efek
Indonesia
periode 2011-
2014
9. Suryani, A.
D. dan
Khafid, M. /
Dinamika
Akuntansi,
Keuangan
dan
Perbankan /
Mei 2015
Pengaruh
Pertumbuhan
Perusahaan,
Ukuran
Perusahaan,
Free cash Flow,
Kebijakan
Dividen, dan
terhadap
Kebijakan
Utang pada
Perusahaan
Manufaktur di
Bursa Efek
Indonesia tahun
2013
Variabel X:
X1: Pertumbuhan
Perusahaan
X2: Ukuran
Perusahaan
X3: Arus Kas
Bebas
X4: Kebijakan
Dividen
Variabel Y:
Kebijakan Utang
1. Kebijakan Dividen
yang berpengaruh
secara signifikan
terhadap Kebijakan
Utang
2. Pertumbuhan
Perusahaan, Ukuran
Perusahaan, dan Arus
Kas Bebas tidak
berpengaruh secara
signifikan terhadap
Kebijakan Utang
10. Astuti, E. /
Jurnal
Akuntansi
dan Pajak
Vol.15 No.
02 / Januari
2014
Pengaruh
Profitabilitas,
Ukuran
Perusahaan, dan
Kepemilikan
Institusional,
terhadap
Kebijakan
Utang
perusahaan di
Indonesia
Variabel X:
X1: Profitabilitas
X2: Ukuran
Perusahaan
X3: Kepemilikan
Institusional,
Variabel Y:
Kebijakan Utang
1. Profitabilitas dan
Ukuran Perusahaan
berpengaruh positif
tehadap Kebijakan
Utang
2. Kepemilikan
Institusional tidak
berpengaruh signifikan
terhadap Kebijakan
Utang
49
No Peneliti /
Tahun /
Nama Jurnal
/ Tahun
Judul
penelitian
Variabel Hasil
11. Margaretha,
F. / Review of
Integrative
Business dan
Economics
Research Vol
3(2) / 2014
Determinants of
Debt Policy in
Indonesia’s
Public Company
Variabel X :
X1: Profitabilitas
X2: Pertumbuhan
Perusahaan
X3: Ukuran
Perusahaan
X4: Tangibilitas
Aset
X5: Tingkat
Pajak
X6: Non Debt Tax
Shield
Variabel Y:
Kebijakan Utang
1. Profitabilitas,
Pertumbuhan
Perusahaan dan
Tangibilitas Aset
berpengaruh terhadap
Kebijakan Utang.
2. Ukuran Perusahaan,
Tingkat Pajak dan Non
Debt Tax Shield tidak
berpengaruh terhadap
Kebijakan Utang.
12. Astuti, W. A.
dan
Nurlaelasari /
Trikonomika
Vol.12 No.1/
2013
Pengaruh
Profitabilitas
Free Cash Flow
dan terhadap
Kebijakan
Utang pada PT
Intraco Penta
Tbk periode
2005-2011
Variabel X:
X1: Profitabilitas
X2: Arus Kas
Bebas
Variabel Y:
Kebijakan Utang
1. Profitabilitas, dan Arus
Kas Bebas berpengaruh
signifikan dan positif
terhadap Kebijakan
Utang
13. Said, H. B. /
International
Business
Research /
2013
Impact of
Ownership
Structure on
Debt Equity
Ratio: a Static
and a Dynamic
Analytical
Framework
Variabel X
X1: Profitabilitas
X2: Pertumbuhan
Perusahaan
X3: Ukuran
Perusahaan
X4: Arus Kas
Bebas
X5: Volatilitas
X6: Kepemilikan
Manajerial
X7: Kepemilikan
Blok Eksternal
X8: Activity
Sector
X9: Intagibilitas
1. Pertumbuhan
Perusahaan, Ukuran
Perusahaan, Arus Kas
Bebas, Kepemilikan
Manajerial,
Intangibilitas, Pajak
Non Utang (NDTS)
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap
Kebijakan Utang
2. Profitabilitas
berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap
Kebijakan Utang
50
No Peneliti /
Tahun /
Nama Jurnal
/ Tahun
Judul
penelitian
Variabel Hasil
X10: Kebijakan
Dividen
Variabel Y :
Y1: Rasio Ekuitas
Utang Buku
(Book DER)
Y2: Rasio Ekuitas
Utang Pasar
(Market DER)
3. Kebijakan Dividen,
Volatilitas dan
Kepemilikan saham
Eksternal tidak
berpengaruh signifikan
terhadap Kebijakan
Utang
Sumber: Data diolah (2019)
C. Hubungan Antar Variabel
Dalam menentukan Kebijakan Utang, ada beberapa faktor yang
dipertimbangkan oleh perusahaan pada umumnya antara lain Profitabilitas,
Pertumbuhan Perusahaan, Ukuran Perusahaan, dan Arus Kas Bebas (Brigham dan
Houston, 2009:34). Besar kecilnya pengaruh dari faktor-faktor tersebut terhadap
Kebijakan Utang tergantung pada jenis perusahaannya dan dimana industri
perusahaan tersebut beroperasi.
1. Hubungan Variabel Profitabilitas terhadap Kebijakan Utang
Kegiatan perusahaan dilakukan seefektif dan seefisien mungkin agar
mendapatkan Profitabilitas setinggi-tingginya Profitabilitas menurut
Zuhria dan Riharjo (2016) menggambarkan kemampuan perusahaan
mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber daya yang ada.
Profitabilitas menjadi pertimbangan investor dalam meminjamkan dana
kepada perusahaan. Namun, Semakin tinggi profit yang diperoleh
perusahaan maka akan semakin kecil penggunaan utang yang digunakan
51
dalam pendanaan perusahaan karena pendanaan menggunakan modal
internal telah mencukupi.
Penelitian tentang Profitabilitas dengan Kebijakan Utang dilakukan
oleh Trisnawati (2016), Zuhria dan Riharjo (2016), dan Astuti (2014) yang
menyatakan bahwa Profitabilitas berpengaruh terhadap Kebijakan Utang.
2. Hubungan Variabel Pertumbuhan Perusahaan terhadap Kebijakan
Utang
Dalam perkembangannya, perusahaan lama kelamaan akan
mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan Perusahaan dinyatakan apabila
suatu perusahaan berhasil meningkatkan nilai perusahaan untuk
menghasilkan keuntungan/laba. Perusahaan yang mempunyai
pertumbuhan yang cepat diartikan menjadi perusahaan yang sedang
mengalami ekspansi sehingga menggunakan berbagai cara untuk
memenuhi kebutuhan termasuk dengan menggunakan utang. Dan juga
bagi perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan tinggi cenderung
membutuhkan dana yang lebih besar dari sumber eksternal.
Penelitian tentang Pertumbuhan Perusahaan terhadap Kebijakan
Utang dilakukan oleh Trisnawati (2016), Margaretha (2014), dan Said
(2013) yang menyatakan bahwa Pertumbuhan Perusahaan berpengaruh
terhadap Kebijakan Utang.
3. Hubungan Variabel Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Utang
Ukuran Perusahaan sangat berpengaruh terhadap Kebijakan Utang
terutama berkaitan dengan kemampuan memperoleh pinjaman.
52
Perusahaan besar yang telah terdiversifikasi, lebih mudah untuk memasuki
pasar modal, menerima penilaian kredit yang lebih tinggi dari bank
komersil dan membayar bunga yang lebih rendah pada utangnya. Salah
satu alasannya perusahaan lebih mudah menerima pinjaman adalah karena
nilai asset yang dijadikan jaminan lebih besar dan tingkat kepercayan bank
juga lebih tinggi.
Penelitian tentang Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Utang
dilakukan oleh Zuhria dan Riharjo (2016), Astuti (2014), Mardiyati, dkk
(2018) menyatakan bahwa Ukuran Perusahaan berpengaruh signifikan
terhadap Kebijakan Utang.
4. Hubungan Variabel Arus Kas Bebas terhadap Kebijakan Utang
Menurut Putra (2017) Arus Kas Bebas merupakan kas yang tersedia
untuk didistribusikan kepada pemegang saham dan pemilik utang setelah
perusahaan menempatkan investasinya pada aset tetap dan modal kerja
yang dibutuhkan untuk mempertahankan operasi yang sedang berjalan.
Hal ini menunjukkan pada saat perusahaan dalam keadaan stabil, maka
arus kas bebas semakin tinggi. Semakin tingginya Arus Kas Bebas maka
perusahaan dapat membayar utang perusahaan menggunakan Arus Kas
Bebas dan akan menurunkan proporsi utang perusahaan itu sendiri.
Hasil penelitian tentang pengaruh Arus Kas Bebas terhadap Kebijakan
Utang dilakukan oleh Zuhria dan Riharjo (2016), Satiti (2017), dan Said
(2013) menyatakan bahwa Arus Kas Bebas berpengaruh terhadap
Kebijakan Utang.
53
D. Kerangka Berpikir
Gambar 2.1
Kerangka Berpikir
Perusahaan di Bursa Efek Indonesia Subsektor Makanan dan
Minuman Periode Tahun 2014-2018
Common Effect
Metode Estimasi Data Panel
Variabel Independen:
Profitabilitas (X1)
Pertumbuhan Perusahaan (X2)
Ukuran Perusahaan (X3)
Arus Kas Bebas (X4)
Variabel Dependen:
Kebijakan Utang (Y)
Fixed Effect Random Effect
Uji F
Uji T
Uji Koefisien Determinasi
Interpretasi
Kesimpulan dan Saran
Model Yang Terpilih
Uji Hausman Uji Chow
Uji Asumsi Klasik
Autokorelasi Heterokedastisitas Multikolinearitas Normalitas
54
F. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian,
dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat
pertanyaan Sugiyono (2014:99). Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka
dapat diajukan suatu hipotesis sebagai berikut:
H1: Terdapat pengaruh variabel Profitabilitas, Pertumbuhan Perusahaan,
Ukuran Perusahaan, Arus Kas Bebas terhadap Kebijakan Utang secara
simultan
H2: Terdapat pengaruh variabel Profitabilitas terhadap Kebijakan Utang secara
parsial
H3: Terdapat pengaruh variabel Pertumbuhan Perusahaan terhadap Kebijakan
Utang secara parsial
H4: Terdapat pengaruh variabel Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Utang
secara parsial
H5: Terdapat pengaruh variabel Arus Kas Bebas terhadap Kebijakan Utang
secara parsial
55
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Objek pada penelitian ini adalah perusahaan Subsektor Makanan dan
Minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini ditujukan
untuk menganalisis pengaruh Profitabilitas, Pertumbuhan Perusahaan, Ukuran
Perusahaan, dan Arus Kas Bebas terhadap Kebijakan Utang. Penelitian ini
menggunakan data sekunder dengan menggunakan data laporan keuangan
tahun perusahaan pada industri manufaktur Subsektor Makanan dan Minuman
yang ada di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2014-2018.
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan Subsektor
Makanan dan Minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama
periode 2014 hingga 2018. Metode pemilihan sampel menggunakan metode
purposive sampling, yaitu pemilihan sampel perusahaan selama periode
penelitian berdasarkan kriteria tertentu. Adapun tujuan metode ini adalah untuk
mendapatkan sampel yang representatif sesuai dengan kriteria yang telah
ditentukan.
Kriteria-kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Terdaftar sebagai perusahaan di Subsektor Makanan dan Minuman pada
Bursa Efek Indonesia (BEI) dan tidak mengalami delisting selama tahun
2014-2018.
56
2. Perusahaan tidak berpidah subsektor ke subsektor lainnya di BEI selama
tahun 2014-2018.
3. Menerbitkan laporan keuangan secara lengkap selama tahun 2014-2018,
memiliki kelengkapan informasi dan data yang dibutuhkan dalam
penelitian.
4. Saham perusahaan-perusahaan tersebut aktif diperdagangkan di Bursa
Efek Indonesia (BEI) selama periode pengamatan.
Dari kriteria tersebut maka dalam penelitian ini sampel yang digunakan
adalah sebanyak 11 sampel perusahaan Subsektor Makanan dan Minuman
yang terdaftar di BEI dengan rincian sebagai berikut :
Tabel 3.1
Kriteria Penyaringan Sampel
No Kriteria Penyaringan Sampel Jumlah
1 Perusahaan Subsektor Makanan dan Minuman yang
terdaftar di BEI tahun 2014-2018.
19
2 Perusahaan Subsektor Makanan dan Minuman yang
delisting dari BEI periode tahun 2014 – 2018
(5)
3
Perusahaan Subsektor Makanan dan Minuman yang
berpindah ke subsektor lain di BEI periode tahun 2014-
2018
(1)
4 Perusahaan Subsektor Makanan dan Minuman yang tidak
menerbitkan laporan keuangan secara lengkap tahun 2014
– 2018
(2)
Jumlah Sample Penelitian 11
Sumber : Data diolah (2019)
Berikut 11 sampel Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
tahun 2014-2018
57
Tabel 3.2
Daftar Sampel Penelitian
Sumber: www.idx.co.id (2019)
C. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan metode atau cara yang dilakukan
untuk mengumpulkan data. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data sekunder. Untuk mendapatkan data yang diteliti, penulis melakukan studi
kepustakaan (Library Research) dengan mempelajari dan menelaah berbagai
literatur dan dapat dijadikan penunjang teori-teori yang diperlukan dalam
penelitian ini.
Selain itu penulis menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan
perusahaan Subsektor Makanan dan Minuman yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2014-2018. Data tersebut diperoleh dalam bentuk yang
sudah tertera dan dikumpulkan serta diolah oleh pihak lain dan sudah dalam
bentuk publikasi. Data yang dikumpulkan merupakan data laporan keuangan
dari tahun 2014-2018.
NO KODE Nama Perusahaan
1 ALTO Tri Banyan Tirta Tbk
2 CEKA Cahaya Kalbar Tbk
3 DLTA Delta Djakarta Tbk
4 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
5 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk
6 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk
7 MYOR Mayora Indah Tbk
8 ROTI Nippon Indosari Corporindo Tbk
9 SKLT Sekar Laut Tbk
10 STTP Siantar Top Tbk
11 ULTJ Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk
58
D. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan analisis regresi data panel untuk menguji pengaruh- pengaruh
Profitabilitas (ROA), Pertumbuhan Perusahaan (GROWTH), Ukuran
Perusahaan (SIZE) dan Arus Kas Bebas (FCF) terhadap Kebijakan Utang
(DER).
Sedangkan untuk pengujian hipotesis dilakukan secara simultan (Uji F)
dan juga pengujian secara parsial (Uji t). Pengolahan data dalam penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Excel 2013 dan Eviews
versi 9. Langkah-langkah dalam pengujian hipotesis tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data
yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum,
minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (kemencegan distribusi)
(Satiti, 2017).
Misalnya dengan menentukan nilai rata-rata hitung dan persen atau
proporsi. Cara lain untuk menggambarkan data adalah dengan membuat
tabel, distribusi frekuensi, diagram atau grafik
2. Metode Regresi Data Panel
Data panel merupakan gabungan antara data time series dan cross
section. Data panel memiliki gabungan karakteristik antara beberapa objek
dengan beberapa periode waktu. (Widarjono 2018: 364)
59
Data dalam penelitian ini menggunakan interval waktu yaitu tahun
2014-2018 yang bersifat time series. Sedangkan data cross section adalah
data pada suatu kurun tertentu pada beberapa perusahaan. Uji regresi data
panel yang dilakukan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan antara variabel independen dan variabel dependen, yaitu
Profitabilitas, Pertumbuhan Perusahaan, Ukuran Perusahaan dan Arus Kas
Bebas terhadap Kebijakan Utang:
Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + e
Dimana:
Y = Kebijakan Utang
α = Konstanta
β1,2,3,4,5,6 = Penaksiran koefisien regresi
X1 = Profitabilitas
X2 = Pertumbuhan Perusahaan
X3 = Ukuran Perusahaan
X4 = Arus Kas Bebas
e = Variabel Residual (tingkat kesalahan)
Menurut Widarjono (2018: 365), dalam metode estimasi model
regresi, data panel dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis antara lain:
a. Common Effect Model
Regresi data panel dengan metode common effect adalah asumsi
yang mengangap bahwa intersept dan slope selalu tetap variabel
waktu maupun antar individu. Setiap individu (n) yang diregresi untuk
60
mengetahui hubungan antaravariabel dependen denganvariabel
independen akan memberikan nilai intersept maupun slope yang sama
besarnya. Begitu pula dengan waktu (t), nilai intersept dan slope
dalam persamaan regresi yang menggambarkan hubungan
antaravariabel dependen denganvariabel-variabel independennya
adalah sama utuk setiap waktu. Hal ini dikarenakan dasar yang
digunakan dalam regresi panel ini yang mengabaikan pengaruh
individu dan waktu pada model yang dibentuknya
(Widarjono,2018:365). Persamaan untuk pendekatan model common
effect adalah sebagai berikut:
Yit = β0 + β1LnX1it + β2LnX2it+ β3LnX3it + β4LnX4it + εit
Dimana:
Y =variabel Dependen
X =variabel Independen
I = Perusahaan
t = Waktu
b. Fixed Effect Model
Model fixed effect memiliki konstanta yang tetap besarnya untuk
berbagai periode waktu. Demikian juga dengan koefisien regresinya,
besarnya tetap dari waktu ke waktu. Demikian juga dengan koefisien
regresinya, besarnya tetap dari waktu ke waktu (time invariant).
Untuk membedakan satu objek dengan objek lainnya, digunakam
60ariable semu (dummy) (Widarjono, 2018:366). Persamaan untuk
61
pendekatan dengan menggunakan model fixed effect adalah sebagai
berikut:
Yit = β0 + β1LnX1it + β2LnX2it+ β3D1i + β4D2i + εit
Dimana:
Y = Variabel Dependen
X = Variabel Independen
I = Perusahaan
t = Waktu
D = Dummy
c. Random Effect Model
Tidak seperti pada model fixed effect, pada model random effect
diasumsikan bahwa perbedaan intersept dan konstanta disebabkan
oleh residual/error sebagai akibat perbedaan antar unit dan antar
periode waktu yang terjadi secara random (Widarjono,2018:367).
Random Effect Model menganggap efek rata-rata dari data cross
section dan time series direpresentasikan dalam intersep. Persamaan
model Random Effect adalah sebagai berikut:
Yit = β0 + β1LnX1it + β2LnX2it + β3LnX3it + β4itLnX4it + vit
Dimana:
Y = Variabel Dependen
X = Variabel Independen
Vit = eit + μit
62
3. Pemilihan Model
Dari ketiga model yang telah diestimasi akan dipilih model mana yang
paling tepat/sesuai dengan tujuan penelitian. Ada tahapan uji (test) yang
dapat dijadikan alat dalam memilih model regresi data panel (Common
Effect, Fixed Effect atau Random Effect) berdasarkan karakteristik data
yang dimiliki, yaitu: Chow Test dan Hausman Test
a. Chow Test
Menurut Widarjono (2018:368), uji chow digunakan untuk
menentukan apakah model pendekatan yang akan digunakan commom
effect atau fixed effect dengan melihat nilai probabilitasnnya.
Hipotesis yang digunakan dalam uji ini adalah sebagai berikut:
H0 : Common Effect Model
H1 : Fixed Effect Model
Jika nilai probabilitas > nilai signifikansi (α = 0.05) maka H0
diterima sehingga model yang digunakan adalah pendekatan common
effect. Sedangkan, jika nilai probabilitas < nilai signifikansi (α = 0.05)
maka H0 ditolak sehingga model yang digunakan adalah pendekatan
fixed effect
b. Hausman Test
Menurut Widarjono (2018: 369), uji hausman dilakukan untuk
menentukan apakah model yang akan digunakan fixed effect atau
random effect. Hipotesis yang digunakan dalam uji ini adalah sebagai
berikut:
63
H0 : menggunakan pendekatan random effect
Ha : menggunakan pendekatan fixed effect
Jika nilai probabilitas > nilai signifikansi (α = 0.05) maka H0
diterima sehingga model yang digunakan adalah pendekatan random
effect. Sedangkan, jika nilai probabilitas < nilai signifikansi (α = 0.05)
maka H0 ditolak sehingga model yang digunakan adalah pendekatan
fixed effect.
4. Uji Asumsi Klasik
Model regresi dapat dikatakan model yang baik jika memenuhi
kriteria Best Linear Unbiased Estimator (BLUE). BLUE dapat dicapai bila
memenuhi asumsi klasik. Pengujian asumsi klasik meliputi:
a. Uji normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal,
untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak.
Untuk menguji normalitas suatu model, hipotesisnya sebagai berikut:
Ho: Data berdistribusi normal
Ha: Data tidak berdistribusi normal
Menurut Ghozali (2016:154) apabila nilai probabilitas Jarque-
Bera < nilai signifikan (0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima yang
artinya data tidak memiliki distribusi normal. Sedangkan, apabila nilai
probabilitas Jarque-Bera > nilai signifikan (0,05) maka Ho diterima
dan Ha ditolak yang artinya data memiliki distribusi normal.
64
b. Uji Multikolinieritas
Menurut Ghozali (2013:77), uji multikolinearitas bertujuan untuk
menguji apakah regresi ditemukan adanya kolerasi yang tinggi atau
sempurna antarvariabel independen. Cara yang digunakan untuk
melihat ada tidaknya multikolinearitas dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan matrik korelasi. Jika nilai korelasi berada di atas
0.90 maka diduga terjadi multikolinearitas dalam model. Sedangkan
jika koefisien di bawah 0.90 maka diduga dalam model tidak terjadi
multikolinearitas.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan
dengan pengamatan lainnya. Jika variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lain tetap, Maka disebut homokedastisitas
dan jika berbeda disebut heterokedastisitas. (Purwanti, 2017).
Cara mendeteksi heteroskedastisitas yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah menggunakan uji white. Hipotesis uji white
adalah:
H0 : tidak ada heteroskedastisitas
Ha : ada heteroskedastisitas
Apabila nilai probabilitas Obs*R2 > nilai signifikansi (0.05) maka
H0 diterima atau dapat disimpulkan tidak ada heteroskedastisitas.
Sedangkan jika nilai probabilitas Obs*R2 < nilai signifikansi (0.05)
65
maka H0 ditolak atau dapat disimpulkan bahwa ada heteroskedastisitas
dalam model.
d. Uji Autokolerasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model
regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu (residual)
pada periode t (waktu) dengan kesalahan periode t-1 (sebelumnya).
Menurut Widarjono (2018:144) penentuan ada tidaknya masalah
autokorelasi juga bisa dilihat dari nilai probabilitas Chi-squares
Guna menguji ada tidaknya autokorelasi dalam penelitian ini
menggunakan Uji Lagrange Multiplier (LM Test) dengan hipotesis
sebagai berikut:
H0 : tidak ada autokorelasi
Ha : ada autokorelasi
Apabila nilai probabilitas Obs*R-squared < nilai signifikansi
(0.05) maka H0 ditolak atau dapat disimpulkan bahwa dalam model
terjadi autokorelasi. Jika nilai probabilitas Obs*R-squared > nilai
signifikansi (0.05) maka H0 diterima atau dapat disimpulkan bahwa
tidak terjadi autokorelasi dalam model.
5. Pengujian Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan dengan melihat nilai koefisien dan signifikansi
dari tiap-tiap variabel independen dalam mempengaruhi variabel
dependen. Uji hipotesis inilah yang nantinya dijadikan dasar dalam
menyatakan apakah hasil penelitian mendukung hipotesis penelitian atau
66
tidak. Dalam hal signifikansi, uji ini memakai tingkat signifikansi sebesar
5% (0.05).
Uji goodness of fit model penelitian merupakan pengujian yang
dilaksanakan untuk mengambil keputusan dalam menolak atau menerima
hipotesis penelitian. pengujian ini setidaknya terdiri dari uji koefisien
determinasi (uji R2), uji simultan (uji F), dan uji parsial (uji t).
a. Uji Simultan dengan F-Test
Uji statistik F digunakan untuk melihat signifikansi model yang
digunakan dalam penelitian (Putra, 2017). Uji simultan menggunakan
Eviews 9 dapat diketahui pada hasil estimasi model terpilih dengan
melihat probabilitas F-statistic, sehingga tidak perlu lagi dilakukan
pengujian dengan menggunakan metode hitung lain.
Kriteria pengambilan keputusan yang digunakan adalah sebagai
berikut:
1) H0 diterima atau Ha ditolak Apabila nilai probabilitas F-statistic
> α = 0.05
2) H0 ditolak atau Ha diterima Apabila nilai probabilitas F-statistic
< α = 0.05
Apabila H0 diterima, maka hal ini menunjukkan bahwa variabel
independen tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan
variabel dependen dan sebaliknya apabila H0 ditolak, maka hal ini
menunjukkan bahwa variabel independen mempunyai hubungan yang
signifikan dengan variabel dependen.
67
b. Uji Parsial dengan t-Test
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh
satu variabel penjelas atau independen secara individual dalam
menerangkan variasi variabel dependen (Putra, 2017).
Kriteria pengambilan keputusan yang digunakan adalah sebagai
berikut:
1) Apabila probabilitas t-statistic > 0,05, maka H0 diterima.
2) Apabila probabilitas t-statistic < 0,05, maka H0 ditolak.
Apabila H0 diterima, maka hal ini menunjukkan bahwa variabel
independen tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan
variabel dependen dan sebaliknya Apabila H0 ditolak, maka hal ini
menunjukkan bahwa variabel independen mempunyai hubungan yang
signifikan dengan variabel dependen.
c. Uji Koefisien Determinasi
Menurut Putra (2017) R2 pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.
Menurut Ghozali (2016: 95) kriteria koefisien determinasi sebagai
berikut :
1) Nilai R2 yang kecil mengandung arti bahwa kemampuan variabel-
variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel
dependen amat terbatas.
2) Sebaliknya, nilai R2 yang hampir mendekati satu mengandung
arti bahwa variabel bebas memberikan hampir semua informasi
68
yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel
independen..
E. Definisi Operasional Variabel
1. Variabel Dependen
Dalam penelitian ini, definisi konseptual dari setiap variabel adalah
sebagai berikut :
a. Kebijakan Utang
Kebijakan Utang perusahaan dapat dilihat dari rasio DER
Perusahaan. Debt to Equity Ratio (DER) merupakan salah satu rasio
yang digunakan untuk membandingkan jumlah utang terhadap
ekuitas. Rasio DER sering digunakan para analis dan para investor
untuk melihat seberapa besar utang perusahaan jika dibandingkan
ekuitas yang dimiliki perusahaan atau para pemegang saham
(Bahri,2017).
Total utang yang dimaksud dalam rumus perhitungan tersebut
adalah seluruh total utang perusahaan, yaitu penjumlahan utang
jangka panjang dan utang jangka pendek dalam satu periode.
Sedangkan total modal adalah seluruh modal perusahaan, yaitu hasil
penjumlahan modal sendiri dan modal yang ada. Semakin tinggi DER
maka diasumsikan memiliki risiko yang semakin tinggi terhadap
likuiditas perusahaannya :
DER = Total Debt
Total Equity× 100%
69
2. Variabel Independen
a. Profitabilitas
Profitabilitas diukur dengan menggunakan ROA (Return on
Assets). Menurut pengertian ROA adalah rasio laba (rugi) sebelum
pajak terhadap total aset (Mulyadi, 2006:53 dalam Zuhria dan Riharjo,
2016).
Selain itu, ROA memberikan ukuran yang lebih baik atas
Profitabilitas perusahaan karena menunjukan efektivitas manajemen
dalam menggunakan aktiva baik dari modal sendiri maupun dari
modal pinjaman, investor akan melihat seberapa efektif suatu
perusahaan dalam mengelola aset (Bahri,2017).
Apabila dihubungkan dengan DER, maka semakin tinggi
Profitabilitas suatu perusahaan, maka semakin rendah rasio utang
terhadap ekuitas dengan asumsi variabel lain konstan. Hal ini
dikarenakan, tingginya tingkat pengembalian investasi suatu
perusaahaan, disebabkan karena penggunaan utang yang relatif
rendah (Mardiyati dkk, 2018). Rendahnya penggunaan utang tersebut
dikarenakan perusahaan memiliki sumber dana internal dan laba yang
cukup, sehingga tidak mengandalkan penggunaan dana eksternal
sebagai bentuk pendanaan kebutuhan operasional perusahaan mereka.
ROA =Earning After Tax
Total Aset× 100%
70
b. Pertumbuhan Perusahaan
Kemampuan perusahaan untuk mempertahankan posisi usahanya
dalam perkembangan ekonomi dan industri dimana perusahaan
tersebut beroperasi ditunjukan oleh rasio pertumbuhan. Suatu
perusahaan yang mengalami pertumbuhan yang tinggi berarti
perusahaan tersebut berhasil meningkatkan nilai perusahaan untuk
menghasilkan keuntungan/laba. Perusahaan yang mempunyai
pertumbuhan yang tinggi menunjukan bawha dengan sumber daya
yang dimiliki bisa menghasilkan pertumbuhan yang baik. Perusahaan
dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi akan lebih memaksimalkan
penggunaan sumber daya yang dimiliki (Suryani dan Khafid, 2015).
Dalam mengukur tingkat pertumbuhan suatu perusahaan dapat
dilihat misalnya dari tingkat pertumbuhan penjualan, laba bersih
sesudah pajak, pendapatan per lembar saham, dan sebagainya (Steve,
1997 dalam Trisnawati, 2016).
c. Ukuran Perusahaan
Ukuran Perusahaan (Size) menggambarkan besar kecilnya suatu
perusahaan yang tampak nilai total aset perusahaan pada neraca akhir
tahun (Putra, 2017).
Perusahaan dengan ukuran yang lebih besar memiliki akses yang
lebih besar untuk mendapat sumber pendanaan dari berbagai sumber,
GROWTH =Total Aktiva Akhir Tahun
Total Aktiva Awal Tahun
71
sehingga untuk memperoleh pinjaman dari kreditur akan lebih mudah
karena perusahaan dengan ukuran besar memiliki aktiva yang cukup
besar yang dapat dipergunakan sebagai jaminan untuk melakukan
utang (Astuti, 2013).
Pada sisi lain, perusahaan dengan ukuran kecil lebih fleksibel
dalam menghadapi ketidakpastian, karena perusahaan kecil lebih
cepat bereaksi terhadap perubahan yang mendadak. Dalam penelitian
ini, variabel Ukuran Perusahaan disimbolkan dengan size dan diukur
dengan menggunakan proxy natural log total aset (Trisnawati, 2016).
d. Arus Kas Bebas
Arus Kas Bebas dapat diperoleh dari arus kas operasi dikurangi
belanja modal (Bahri, 2017). Menurut Suryani dan Khafid (2015),
bahwa semakin besar Arus Kas Bebas yang tersedia dalam suatu
perusahaan maka akan semakin sehat perusahaan tersebut karena
memiliki kas yang tersedia sehingga akan mempengaruhi bagi
perusahaan dalam memanfaatkan Kebijakan Utang. Keadaan ini
menunjukan bahwa nilai perusahaan semakin baik karena Arus Kas
Bebas mencerminkan kemampuan di masa depan.
Size = Ln Total Assets
FCF = Arus Kas Operasi − Belanja Modal
72
Tabel 3.3
Ringkasan Definisi Operasional Variabel
No Variabel Ukuran Tanda Definisi Rumus
1. Kebijakan
Utang
Debt to
Equity
Ratio
DER Rasio total
utang
dibagi
total
ekuitas
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠
2. Profitabilitas Return
on
Assets
ROA Rasio laba
bersih
setelah
pajak
dibagi
total asset
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡
3. Pertumbuhan
Perusahaan
Growth GROWTH Persentase
Pertumbuh
an
perubahan
total aset
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝐴𝑘ℎ𝑖𝑟 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝐴𝑤𝑎𝑙 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛
4. Ukuran
Perusahaan
Size SIZE Logaritma
Natural
(Ln) dari
Total Aset
Ln (Total Aset)
5. Arus Kas
Bebas
Free
Cash
Flow
FCF Arus Kas
Operasi
dikurangi
Belanja
Modal
𝐴𝑟𝑢𝑠 𝐾𝑎𝑠 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖 − 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙
Sumber : Data diolah (2019)
73
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Deskripsi Objek Penelitian
Industri Manufaktur adalah suatu cabang industri yang mengolah dan
mengubah bahan mentah menjadi barang jadi ataupun barang setengah jadi
yang mempunyai nilai tambah/jual yang dilakukan dengan menggunakan
mesin ataupun secara manual. Industri manufaktur pada umumnya mampu
memproduksi dalam skala besar. Dalam pengolahan bahan mentah untuk
menjadi barang jadi diperlukan sumber daya lain seperti tenaga manusia,
mesin-mesin, dan peralatan pendukung. Di dalam industri manufaktur di
Indonesia terdapat beberapa subsektor diantaranya sektor industri dasar
dan kimia, aneka industri, industri barang konsumsi. Semakin mengecil di
dalam sektor barang konsumsi terdapat 5 subsektor, yakni Makanan dan
Minuman, Rokok, Farmasi, Kosmetik dan Barang Keperluan Rumah
Tangga, dan Peralatan Rumah Tangga.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur
Subsektor Makanan dan Minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia,
yaitu sebanyak 19 perusahaan. Dari keseluruhan populasi, dilakukan teknik
pengambilan sampel yaitu purposive sampling dengan menyeleksi
perusahaan yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan oleh peneliti.
Berdasarkan teknik pengambilan sampel tersebut diperoleh 11 perusahaan
yang layak dijadikan sampel.
74
2. Profil Perusahaan
Tabel 4.1
Profil Perusahaan Subsektor Makanan dan Minuman
No. Nama
Perusahaan
Tahun
Berdiri
Tahun
masuk
ke
BEI
Produk Total
Aset
1. Tri Banyan Tirta
Tbk (ALTO)
1997 2012 Air Mineral 1,11 T
2. Wilmar Cahaya
Indonesia Tbk
(CEKA)
1986 1996 Minyak Nabati, Minyak
Kelapa Sawit dan
turunannya, Kacang-
kacangan, Minyak
Jelatang, dan Minyak
Nabati Khusus
1,22 T
3. Delta Djakarta
Tbk (DLTA)
1932 1984 Bir 1,4 T
4. Indofood CBP
Sukses Makmur
Tbk (ICBP)
2009 2010 Mie Instan, dan Penyedap
Rasa
33,82 T
5. Indofood Sukses
Makmur Tbk
(INDF)
1990 1994 Produk Makanan Olahan,
Tepung, Minyak Goreng,
Minuman Kemasan
95,98 T
6. Multi Bintang
Indonesia Tbk
(MLBI)
1931 1981 Bir Lokal, Bir
International dan
Minuman Bebas Alkohol
2,6 T
7. Mayora Indah
Tbk (MYOR)
1977 1990 Biskuit, Permen, Wafer,
Cokelat, Kopi, Makanan
18,01 T
8. Nippon Indosari
Corporindo Tbk
(ROTI)
1996 2010 Roti Tawar, Roti Isi, Kue 4,29 T
9. Sekar Laut Tbk
(SKLT)
1976 1978 Kerupuk, Emping,
Tepung Bumbu, Saus
Sambal, Bumbu Instan,
Makanan Beku
721 M
10. Siantar Top Tbk
(STTP)
1972 1996 Biskuit, Wafer, Permen,
Makanan Ringan
2,56 T
11. Ultrajaya Milk
Industry and
Trading
Company (ULTJ)
1958 1971 Susu, Teh, dan Keju 5,58 T
Sumber : Data diolah (2019)
75
B. Analisis dan Pembahasan
1. Analisis Statistik Deskriptif
Pada bagian ini akan dideskripsikan dari data masing-masing variabel
yang menampilkan karakteristik dari sampel yang meliputi: nilai rata-rata
sampel (mean), nilai maksimum dan minimum untuk masing-masing
variabel. Deskripsi dalam penelitian ini meliputi 5 variabel, yaitu
Profitabilitas (ROA), Pertumbuhan Perusahaan (GROWTH), Ukuran Perusahaan
(SIZE), dan Arus Kas Bebas (FCF) terhadap Kebijakan Utang (DER). Data
yang digunakan dalam analisis ini merupakan data sekunder dari tahun
2014 sampai tahun 2018.
Pengolahan data pada analisis statistik deskriptif dilakukan dengan
menggunakan Eviews 9.0 dan Microsoft Excel 2010. Berikut adalah hasil
uji statistik deskriptif :
Tabel 4.2
Uji Statistik Deskriptif
DER ROA GROWTH SIZE FCF
Mean 0.966182 11.34200 -4.191273 15.08273 1.124182
Median 1.000000 8.800000 -5.840000 14.66000 0.430000
Maximum 3.030000 52.67000 46.21000 18.38000 15.75000
Minimum 0.180000 1.630000 -34.90000 12.71000 -2.310000
Std. Dev. 0.569891 10.41804 19.72101 1.520747 3.008588
Skewness 0.816095 2.053408 0.285177 0.854228 2.843140
Kurtosis 4.537282 7.455970 2.039665 2.694094 12.67013
Jarque-Bera 11.52085 84.15368 2.858962 6.903419 288.3953
Probability 0.003150 0.000000 0.239433 0.031691 0.000000
Sum 53.14000 623.8100 -230.5200 829.5500 61.83000
Sum Sq. Dev. 17.53790 5860.925 21001.58 124.8843 488.7865
Observations 55 55 55 55 55
Berdasarkan tabel 4.1, dapat disajikan statistik deskriptif variabel
seluruh periode pengamatan sebagai berikut:
76
a. Kebijakan Utang (DER)
Dari hasil pengujian statistik deskriptif, pada tahun 2014 terdapat
6 perusahaan yang memiliki nilai DER dibawah rata-rata. Sedangkan,
5 perusahaan lain memiliki nilai DER diatas rata-rata. Hingga tahun
2018, terdapat 6 perusahaan yang memiliki nilai DER dibawah rata-
rata. Dan 5 perusahaan lain memiliki nilai DER diatas rata-rata. Delta
Djakarta Tbk, Indofood CBP Sukses Makmur dan Ultrajaya Milk Tbk
konsisten memiliki nilai DER dibawah rata-rata selama periode 2014-
2018. Sedangkan, 3 perusahaan yang konsisten memiliki nilai DER
diatas rata-rata selama periode 2014-2018 Sisa 5 perusahaan lain
memiliki nilai DER yang berfluktuatif.
Tabel. 4.3
Data Debt to Equity Ratio (DER) Subsektor
Makanan dan Minuman periode 2014-2018
Nama Perusahaan 2014 2015 2016 2017 2018
Tri Banyan Tirta Tbk 1.33 1.33 1.42 1.47 1.85
Wilmar Cahaya Indonesia Tbk 1.39 1.32 0.61 0.50 0.32
Delta Djakarta Tbk 0.30 0.22 0.18 0.19 0.19
Indofood CBP Sukses Makmur Tbk 0.66 0.62 0.56 0.56 0.54
Indofood Sukses Makmur Tbk 1.08 1.13 0.87 0.92 0.98
Multi Bintang Indonesia Tbk 3.03 1.74 1.77 1.59 2.12
Mayora Indah Tbk 1.51 1.18 1.06 1.06 1.29
Nippon Indosari Corporindo Tbk 1.23 1.28 1.02 1.03 0.51
Sekar Laut Tbk 1.16 1.48 0.92 0.96 1.20
Siantar Top Tbk 1.08 0.90 1.00 0.73 0.61
Ultrajaya Milk Industry Tbk 0.29 0.27 0.21 0.18 0.19
Mean 1.19 1.04 0.87 0.84 0.89
Minimum 0.29 0.22 0.18 0.18 0.19
Maximum 3.03 1.74 1.77 1.59 2.12
Sumber: Data diolah (2019)
77
a. Profitabilitas (ROA)
Dari hasil pengujian statistik deskriptif, pada tahun 2014 terdapat
9 perusahaan yang memiliki nilai ROA dibawah rata-rata. Sedangkan,
2 perusahaan lain memiliki nilai ROA diatas rata-rata. Hingga tahun
2018, terdapat 7 perusahaan yang memiliki nilai ROA dibawah rata-
rata. Dan 4 perusahaan lain memiliki nilai ROA diatas rata-rata.
Tedapat 5 perusahaan yang konsisten memiliki nilai ROA dibawah
rata-rata selama periode 2014-2018. Sedangkan, 2 perusahaan yang
konsisten memiliki nilai ROA diatas rata-rata selama periode 2014-
2018. Sisa 5 perusahaan lain memiliki nilai ROA yang berfluktuatif.
Tabel. 4.4
Data Return on Assets (ROA) Subsektor
Makanan dan Minuman periode 2014-2018
Nama Perusahaan 2014 2015 2016 2017 2018
Tri Banyan Tirta Tbk 2.06 2.27 5.67 2.72 3.41
Wilmar Cahaya Indonesia Tbk 3.19 7.17 17.51 7.71 3.4
Delta Djakarta Tbk 29.04 18.5 21.25 20.87 16.63
Indofood CBP Sukses Makmur Tbk 11.01 12.56 11.21 6.66 10.51
Indofood Sukses Makmur Tbk 4.04 6.41 5.85 2.6 3.73
Multi Bintang Indonesia Tbk 35.63 23.65 43.17 52.67 30.63
Mayora Indah Tbk 3.98 11.02 10.75 10.93 6.26
Nippon Indosari Corporindo Tbk 8.8 10 9.58 2.97 1.63
Sekar Laut Tbk 4.97 5.32 3.63 3.61 2.81
Siantar Top Tbk 9.67 7.45 9.22 5.61 7.78
Ultrajaya Milk Industry Tbk 9.71 14.78 16.74 13.72 11.14
Mean 11.10 10.83 14.05 11.82 8.90
Minimum 2.06 2.27 3.63 2.60 1.63
Maximum 35.63 23.65 43.17 52.67 30.63
Sumber: Data diolah (2019)
78
b. Pertumbuhan Perusahaan (GROWTH)
Dari hasil pengujian statistik deskriptif, pada tahun 2014 terdapat
5 perusahaan yang memiliki nilai GROWTH dibawah rata-rata.
Sedangkan, 6 perusahaan lain memiliki nilai GROWTH diatas rata-
rata. Hingga tahun 2018, terdapat 5 perusahaan yang memiliki nilai
GROWTH dibawah rata-rata. Dan 6 perusahaan lain memiliki nilai
GROWTH diatas rata-rata. Tedapat 1 perusahaan yang konsisten
memiliki nilai GROWTH dibawah rata-rata selama periode 2014-
2018,yaitu Tri Banyan Tirta Tbk. Sedangkan, 10 perusahaan memiliki
nilai GROWTH yang berfluktuatif.
Tabel. 4.5
Data Pertumbuhan Perusahaan Subsektor
Makanan dan Minuman periode 2014-2018
Nama Perusahaan 2014 2015 2016 2017 2018
Tri Banyan Tirta Tbk -17.53 -4.75 -1.28 -4.78 -1.78
Wilmar Cahaya Indonesia Tbk 20.06 15.71 -4.03 -2.34 -13
Delta Djakarta Tbk 14.41 4.68 15.36 11.94 4.42
Indofood CBP Sukses Makmur Tbk 17.13 6.63 8.82 9.4 6.96
Indofood Sukses Makmur Tbk 10.05 6.86 -10.52 7.02 9.15
Multi Bintang Indonesia Tbk 25.19 -5.84 8.29 10.33 3.97
Mayora Indah Tbk 5.99 10.22 13.93 15.43 20.8
Nippon Indosari Corporindo Tbk 17.57 26.29 7.88 56.17 -5.72
Sekar Laut Tbk 9.8 13.73 50.68 11.97 13.37
Siantar Top Tbk 15.66 12.9 21.72 0.26 9.58
Ultrajaya Milk Industry Tbk 3.75 21.35 19.75 22.36 7.67
Mean 11.10 9.80 11.87 12.52 5.04
Maximum 25.19 26.29 50.68 56.17 20.8
Minimum -17.53 -5.84 -10.52 -4.78 -13
Sumber: Data diolah (2019)
79
c. Ukuran Perusahaan (SIZE)
Dari hasil pengujian statistik deskriptif, pada tahun 2014 terdapat
8 perusahaan yang memiliki nilai SIZE dibawah rata-rata. Sedangkan,
3 perusahaan lain memiliki nilai SIZE diatas rata-rata. Hingga tahun
2018, terdapat 7 perusahaan yang memiliki nilai SIZE dibawah rata-
rata. Dan 4 perusahaan lain memiliki nilai SIZE diatas rata-rata.
Terdapat 6 perusahaan yang konsisten memiliki nilai SIZE dibawah
rata-rata selama periode 2014-2018. Sedangkan, 3 perusahaan yang
konsisten memiliki nilai SIZE diatas rata-rata selama periode 2014-
2018. Sisa 2 perusahaan lain memiliki nilai SIZE yang berfluktuatif.
Tabel. 4.6
Data Ukuran Perusahaan Subsektor
Makanan dan Minuman periode 2014-2018
Nama Perusahaan 2014 2015 2016 2017 2018
Tri Banyan Tirta Tbk 14.03 13.98 13.97 13.94 13.90
Wilmar Cahaya Indonesia Tbk 14.07 14.21 14.17 14.09 14.01
Delta Djakarta Tbk 13.81 13.85 14.00 14.04 14.15
Indofood CBP Sukses Makmur Tbk 17.03 17.09 17.18 17.25 17.34
Indofood Sukses Makmur Tbk 18.27 18.34 18.22 18.30 18.38
Multi Bintang Indonesia Tbk 14.62 14.56 14.64 14.72 14.77
Mayora Indah Tbk 16.15 16.24 16.37 16.44 16.71
Nippon Indosari Corporindo Tbk 14.58 14.81 14.89 14.81 15.27
Sekar Laut Tbk 12.71 12.84 13.25 13.32 13.49
Siantar Top Tbk 14.35 14.47 14.66 14.66 14.76
Ultrajaya Milk Industry Tbk 14.89 14.75 15.26 15.41 13.53
Mean 14.95 15.01 15.15 15.18 15.12
Minimum 12.71 12.84 13.25 13.32 13.49
Maximum 18.27 18.34 18.22 18.30 18.38
Sumber: Data diolah (2019)
80
d. Arus Kas Bebas (FCF)
Dari hasil pengujian statistik deskriptif, pada tahun 2014 terdapat
7 perusahaan yang memiliki nilai FCF dibawah rata-rata. Sedangkan,
4 perusahaan lain memiliki nilai FCF diatas rata-rata. Hingga tahun
2018, terdapat 7 perusahaan yang memiliki nilai FCF dibawah rata-
rata. Dan 4 perusahaan lain memiliki nilai FCF diatas rata-rata.
Terdapat 1 perusahaan yang konsisten memiliki nilai FCF dibawah
rata-rata selama periode 2014-2018. Sedangkan, 1 perusahaan yang
konsisten memiliki nilai SIZE diatas rata-rata selama periode 2014-
2018. Sisa 9 perusahaan lain memiliki nilai FCF yang berfluktuatif.
Tabel. 4.7
Data Arus Kas Bebas Subsektor
Makanan dan Minuman periode 2014-2018
Nama Perusahaan 2014 2015 2016 2017 2018
Tri Banyan Tirta Tbk -1.12 -1.72 -0.53 -1.87 -0.96
Wilmar Cahaya Indonesia Tbk 1.77 -0.42 -0.23 1.31 3.26
Delta Djakarta Tbk 1.46 1.70 15.75 3.38 3.01
Indofood CBP Sukses Makmur Tbk 0.79 0.53 1.08 0.56 -0.01
Indofood Sukses Makmur Tbk -0.09 -0.30 9.04 0.07 -0.64
Multi Bintang Indonesia Tbk 0.72 1.63 1.67 8.28 1.63
Mayora Indah Tbk 0.06 1.46 -0.12 0.89 -0.96
Nippon Indosari Corporindo Tbk -0.08 0.84 0.65 0.00 -0.22
Sekar Laut Tbk 0.07 0.43 -2.00 -2.31 0.51
Siantar Top Tbk -0.15 -0.23 -0.88 3.72 0.00
Ultrajaya Milk Industry Tbk -0.17 0.86 2.31 7.89 -0.64
Mean 0.30 0.44 2.43 1.99 0.45
Minimum -1.12 -1.72 -2.00 -2.31 -0.96
Maximum 1.77 1.70 15.75 8.28 3.26
Sumber: Data diolah (2019)
81
2. Pengujian Pemilihan Model Regresi Data Panel
a. Uji Chow
Merupakan pengujian untuk menentukan model fixed effect atau
Common Effect yang paling tepat digunakan dalam mengestimasi data
panel. Apabila nilai probabilitas cross-section Chi-Square > nilai
signifikansi (α = 0.05) maka H0 diterima sehingga model yang
digunakan adalah pendekatan common effect. Sedangkan, jika nilai
probabilitas cross-section Chi-Square < nilai signifikansi (α = 0.05)
maka H0 ditolak sehingga model yang digunakan adalah pendekatan
fixed effect. Hipotesis yang dibentuk dalam Uji Chow adalah sebagai
berikut :
Ho: Common Effect Model
Ha: Fixed Effect Model
Tabel 4.8
Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Pool: CROSSID
Test cross-section fixed effects
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 45.359545 (9,12) 0.0000
Cross-section Chi-square 92.453649 9 0.0000
Pada tabel 4.7 diatas, menunjukkan bahwa nilai probabilitas
cross-section Chi-Square sebesar 0,0000. Berdasarkan tabel hasil uji
Chow di atas dapat dilihat bahwa niai Cross-section Chi-square <
nilai signifikansi (0.0000 < 0.05), maka H0 ditolak dan Ha diterima.
82
Sehingga diambil kesimpulan bahwa model yang dipilih adalah model
fixed effect.
Kemudian, karena uji chow yang dilakukan menyimpulkan
memilih model fixed effect model, maka perlu dilakukan uji
selanjutnya yaitu uji hausman untuk memilih antara fixed effect model
dengan random effect model.
b. Uji Hausman
Merupakan pengujian statistik untuk memilih apakah model fixed
effect atau random effect yang paling tepat digunakan. Apabila nilai
probabilitas Cross-section random < nilai signifikansi (0,05) artinya
model yang tepat untuk regresi data panel adalah model fixed effect.
Sebaliknya, apabila nilai probabilitas Cross-section random > nilai
signifikansi (0,05). Maka model yang tepat untuk regresi data panel
adalah model random effect. Hipotesis yang dibentuk dalam uji
Hausman adalah sebagai berikut:
Ho : Random Effect Model
Ha : Fixed Effect Model
Tabel 4.9
Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test
Pool: CROSSID
Test cross-section random effects
Test Summary
Chi-Sq.
Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 17.000346 4 0.0019
83
Berdasarkan tabel hasil uji Hausman di atas dapat diketahui
bahwa nilai probabilitas Cross-section random < nilai signifikansi
(0.0019 < 0.05), maka H0 ditolak dan Ha diterima. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa model yang dipilih adalah Fixed Effect Model.
3. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.
Menurut Ghozali (2016:154) apabila nilai probabilitas Jarque-Bera <
nilai signifikan (0,05) maka artinya data tidak memiliki distribusi
normal. Sedangkan, apabila nilai probabilitas Jarque-Bera > nilai
signifikan (0,05) maka artinya data memiliki distribusi normal.
Gambar 4.1
Uji Normalitas
Berdasarkan histrogram uji normalitas di atas dapat diketahui
bahwa probablity Jarque-Bera > nilai signifikansi (0.491160 > 0.05).
Artinya data pada penelitian ini berdistribusi secara normal dan dapat
dilanjutkan ke pengujian berikutnya.
0
1
2
3
4
5
6
-0.15 -0.10 -0.05 0.00 0.05 0.10 0.15
Series: Standardized Residuals
Sample 2014 2018
Observations 55
Mean -2.99e-17
Median -0.021829
Maximum 0.153321
Minimum -0.155514
Std. Dev. 0.086994
Skewness 0.147876
Kurtosis 1.893150
Jarque-Bera 1.421969
Probability 0.491160
84
b. Uji Multikolinearitas
Menurut Ghozali (2013:77), uji multikolinearitas bertujuan untuk
menguji apakah regresi ditemukan adanya kolerasi yang tinggi atau
sempurna antarvariabel independen. Jika nilai korelasi berada di atas
0.90 maka diduga terjadi multikolinearitas dalam model. Sedangkan
jika koefisien di bawah 0.90 maka diduga dalam model tidak terjadi
multikolinearitas.
Tabel. 4.10
Uji Multikolinearitas
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa hubungan antar
variabel independen (ROA, GROWTH, SIZE, FCF) tidak ada yang
menunjukkan nilai korelasi > 0.9. Nilai korelasi tertinggi sebesar
0.286948 yaitu antara ROA dengan FCF. Karena 0.286948 < 0.9 maka
dapat diputuskan bahwa dalam model tidak terjadi gejala
multikolinearitas.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika nilai probabilitasnya >
0,05 maka tidak terjadi masalah heterokedastisitas. Akan tetapi,
ROA GROWTH SIZE FCF
ROA 1.000000 -0.200367 -0.173800 0.286948
GROWTH -0.200367 1.000000 -0.230864 -0.024474
SIZE -0.173800 -0.230864 1.000000 0.077497
FCF 0.286948 -0.024474 0.077497 1.000000
85
apabila nilai probabilitasnya < 0,05 maka terjadi masalah
heterokedastisitas
Tabel. 4.11
Uji White
Heteroskedasticity Test: White
F-statistic 2.357781 Prob. F(4,21) 0.0866
Obs*R-squared 8.057844 Prob. Chi-Square(4) 0.0895
Scaled explained SS 6.574855 Prob. Chi-Square(4) 0.1601
Berdasarkan tabel hasil uji white dapat diketahui bahwa nilai
probability Chi-Square obs*R-squared > nilai signifikansi (0.0895 >
0.05) dengan hasil tersebut dapat disimpulkan tidak terjadi
heteroskedastisitas sehingga dapat dilanjutkan ke pengujian
berikutnya.
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model
regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu (residual)
pada periode t (waktu) dengan kesalahan periode t-1 (sebelumnya).
Menurut Widarjono (2018:144) penentuan ada tidaknya masalah
autokorelasi bisa dilihat dari nilai probabilitas Chi-squares. Jika nilai
probabilitas > 0,05 berarti tidak ada autokorelasi. Sebaliknya jika nilai
probabilitas < 0,05 berarti ada masalah autokorelasi.
Tabel. 4.12
Uji Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 2.667674 Prob. F(2,19) 0.0953
Obs*R-squared 5.700311 Prob. Chi-Square(2) 0.0578
86
Berdasarkan tabel hasil uji autokorelasi di atas dapat diketahui
bahwa nilai probability Chi-Square Obs*R-squared > nilai
signifikansi (0.0578 > 0.05) maka dapat disimpulkan bahwa tidak
terjadi gejala autokorelasi dalam model.
4. Analisis Regresi Data Panel
Tabel. 4.13
Analisis Regresi Data Panel
Berdasarkan tabel di atas, maka diperoleh persamaan model regresi
antara variabel dependen (DER) dan variabel independen (ROA,
GROWTH dan SIZE) sebagai berikut:
Dependent variabel: DER
Method: Panel Least Squares
Date: 09/27/19 Time: 21:41
Sample (adjusted): 2014 2018
Periods included: 5
Cross-sections included: 11
Total panel (unbalanced) observations: 55
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
ROA -0.394562 0.086931 -4.538785 0.0007
GROWTH 0.122317 0.042895 2.851554 0.0146
SIZE 0.695223 0.241898 2.874034 0.0140
FCF -0.102928 0.131228 -0.784346 0.4480
C 11.63324 3.689825 3.152789 0.0083
Effects Specification
Cross-section fixed (dummyvariabels)
R-squared 0.780824 Mean dependent var -0.292308
Adjusted R-squared 0.760050 S.D. dependent var 0.628218
S.E. of regression 0.125565 Akaike info criterion -1.008258
Sum squared resid 0.189198 Schwarz criterion -0.330822
Log likelihood 27.10736 Hannan-Quinn criter. -0.813181
F-statistic 47.21438 Durbin-Watson stat 2.716362
Prob(F-statistic) 0.000000
87
DERit = 11.63324 - 0.394562ROAit + 0.122317GROWTHit +
0.695223SIZEit + eit
Dari persamaan regresi tersebut dapat dijelaskan bahwa:
a. Konstanta sebesar 9.970567 menunjukkan bahwa jika variabel
independen (ROA, GROWTH, SIZE, FCF) pada observasi ke i
dan periode ke t adalah konstan, maka nilai Kebijakan Utang
adalah 11.63324.
b. Jika nilai ROA pada observasi ke i dan periode ke t naik sebesar
1%, sedangkan variabel independen lainnya dianggap tetap.
Maka akan menurunkan nilai Kebijakan Utang pada observasi ke
i dan periode ke t sebesar 0.394562.
c. Jika nilai GROWTH pada observasi ke i dan periode ke t naik
sebesar 1%, sedangkan variabel independen lainnya dianggap
tetap. Maka akan meningkatkan nilai Kebijakan Utang pada
observasi ke i dan periode ke t sebesar 0.12231.
d. Jika nilai SIZE pada observasi ke i dan periode ke t naik sebesar
1%, sedangkan variabel independen lainnya dianggap tetap.
Maka akan meningkatkan nilai Kebijakan Utang pada observasi
ke i dan periode ke t sebesar 0.695223.
88
5. Pengujian Hipotesis
a. Pengaruh Variabel ROA, GROWTH, SIZE, dan FCF terhadap
Kebijakan Utang secara Simultan (Uji F)
Pengujian secara simultan atau uji F digunakan untuk menguji
pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap
variabel dependen. Kriteria pengambilan keputusan yang digunakan
adalah apabila nilai probabilitas F-statistic < α = 0.05 maka H0 ditolak
atau Ha diterima sehingga disimpulkan bahwa variabel independen
berpengaruh signifikan secara simultan terhadap variabel dependen.
Sedangkan, apabila nilai probabilitas F-statistic > α = 0.05 maka H0
diterima atau Ha ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel
independen secara simultan berpengaruh tidak signifikan terhadap
variabel independen. Uji hipotesis secara simultan dapat diihat dari
tabel berikut:
Tabel. 4.14
Uji F
R-squared 0.780824 Mean dependent var -0.292308
Adjusted R-squared 0.760050 S.D. dependent var 0.628218
S.E. of regression 0.125565 Akaike info criterion -1.008258
Sum squared resid 0.189198 Schwarz criterion -0.330822
Log likelihood 27.10736 Hannan-Quinn criter. -0.813181
F-statistic 47.21438 Durbin-Watson stat 2.716362
Prob(F-statistic) 0.000000
Berdasarkan hasil uji F di atas dapat dilihat bahwa nilai
probabilitas F-statistic < nilai signifikansi 5% (0.000000 < 0.05),
sehingga H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian dapat
89
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel
independen (ROA, GROWTH, SIZE dan FCF) terhadap variabel
dependen (DER) secara simultan.
b. Pengaruh Variabel ROA, GROWTH, SIZE, dan FCF terhadap
Kebijakan Utang (DER) secara Parsial (Uji t)
Pengujian secara parsial digunakan untuk menguji pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen. Jika probabilitas <
0.05 maka H0 ditolak dan Ha diterima sehingga disimpulkan bahwa
variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen. Sedangkan apabila probabilitas > 0.05 maka H0 diterima
dan Ha ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel
independen berpengaruh tidak signifikan terhadap variabel dependen.
Uji hipotesis secara parsial dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel. 4.15
Uji t
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 11.63324 3.689825 3.152789 0.0083
ROA? -0.394562 0.086931 -4.538785 0.0007
GROWTH? 0.122317 0.042895 2.851554 0.0146
SIZE? 0.695223 0.241898 2.874034 0.0140
FCF? -0.102928 0.131228 -0.784346 0.4480
Penjelasan dari tabel uji t adalah sebagai berikut:
1) Pengaruh Return on Assets (ROA) terhadap Kebijakan Utang
Hasil pengujian dengan analisis regresi data panel di atas
menunjukkan probabilitas ROA < nilai signifikansi 5% (0.0007 <
90
0.05) maka H0 ditolak dan Ha diterima. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa ROA memiliki pengaruh signifikan terhadap
Kebijakan Utang.
2) Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan (GROWTH) terhadap
Kebijakan Utang
Hasil pengujian dengan analisis regresi data panel di atas
menunjukkan probabilitas GROWTH < nilai signifikansi 5%
(0.0146 < 0.05) maka H0 ditolak dan Ha diterima. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa GROWTH memiliki pengaruh
signifikan terhadap Kebijakan Utang.
3) Pengaruh Ukuran Perusahaan (SIZE) terhadap Kebijakan Utang
Hasil pengujian dengan analisis regresi data panel di atas
menunjukkan probabilitas ROA < nilai signifikansi 5% (0.0140 <
0.05) maka H0 ditolak dan Ha diterima. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa SIZE memiliki pengaruh signifikan terhadap
Kebijakan Utang.
4) Pengaruh Arus Kas Bebas (FCF) terhadap Kebijakan Utang
Hasil pengujian dengan analisis regresi data panel di atas
menunjukkan probabilitas > nilai signifikansi 5% (0.4480 > 0.05)
maka H0 diterima dan Ha ditolak. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa FCF tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap
Kebijakan Utang.
91
c. Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Menurut Ghozali (2016: 95) Nilai R2 yang kecil mengandung arti
bahwa kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan
variasi variabel dependen amat terbatas. Sebaliknya, nilai R2 yang
hampir mendekati satu mengandung arti bahwa variabel bebas
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel independen. Koefisien determinasi
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel. 4.16
Koefisien Determinasi
R-squared 0.780824 Mean dependent var -0.292308
Adjusted R-squared 0.760050 S.D. dependent var 0.628218
S.E. of regression 0.125565 Akaike info criterion -1.008258
Sum squared resid 0.189198 Schwarz criterion -0.330822
Log likelihood 27.10736 Hannan-Quinn criter. -0.813181
F-statistic 47.21438 Durbin-Watson stat 2.716362
Prob(F-statistic) 0.000000
Berdasarkan tabel di atas besarnya niai Adjusted R-squared
adalah 0.760050. Hal ini menunjukkan bahwa variabel Kebijakan
Utang (DER) dapat dijelaskan oleh variabel independen (ROA,
GROWTH, SIZE, dan FCF) sebesar 76.00%. Sedangkan sisanya
(100% - 76.00% = 24.003%) dijelaskan oleh variabel lain diluar model
regresi penelitian.
6. Interpretasi Hasil Penelitian
a. Pengaruh Profitabilitas (ROA) terhadap Kebijakan Utang
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel ROA memiliki
92
pengaruh signifikan terhadap Kebijakan Utang. Dengan demikian
penelitian ini menerima hipotesis kedua (H2) yang menyatakan bahwa
ROA berpengaruh signifikan terhadap Kebijakan Utang. Hal ini
dibuktikan dengan hasil uji hipotesis dengan nilai probabilitas yang
lebih kecil dari nilai signifikansi 5% (0.0007 < 0.05).
Return on Assets (ROA) memiliki pengaruh signifikan terhadap
Kebijakan Utang (DER) menunjukkan bahwa setiap perubahan yang
terjadi pada ROA diikuti oleh Kebijakan Utang. Artinya, semakin
tinggi rasio ROA maka semakin menurun Kebijakan Utang. Hal ini
dapat disebabkan karena perusahaan yang tingkat Profitabilitasnya
tinggi berarti memiliki dana internal yang berlimpah. Hal ini
menyebabkan penggunaan utangnya rendah karena perusahaan dapat
membiayai operasionalnya menggunakan sumber dana internal
daripada sumber dana eksternal. Hal ini sesuai dengan Pecking Order
Theory dimana perusahaan memiliki hierarki penggunaan dana dan
akan mengutamakan penggunaan dana internal yang terdiri atas aliran
kas, laba ditahan, dan depresiasi dibandingkan penggunaan dana
eksternal yaitu utang dan saham. Perusahaan dengan Profitabilitas
tinggi memiliki utang yang sedikit bukan karena mempunyai target
debt ratio, tetapi karena hanya sedikit memerlukan pendanaan
eksternal. Sedangkan, perusahaan yang kurang profitable cenderung
mempunyai utang yang lebih besar karena dana internal tidak
93
mencukupi dan utang merupakan sumber eksternal yang lebih murah
dibandingkan penerbitan saham.
Penelitian tentang Profitabilitas dengan Kebijakan Utang
dilakukan oleh Trisnawati (2016), Zuhria dan Riharjo (2016), dan
Astuti (2014) yang menyatakan bahwa Profitabilitas berpengaruh
terhadap Kebijakan Utang.
b. Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan (GROWTH) terhadap
Kebijakan Utang
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel GROWTH
memiliki pengaruh signifikan terhadap Kebijakan Utang. Dengan
demikian penelitian ini menerima hipotesis ketiga (H3) yang
menyatakan bahwa GROWTH berpengaruh signifikan terhadap
Kebijakan Utang. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji hipotesis dengan
nilai probabilitas yang lebih kecil dari nilai signifikansi 5% (0.0146 <
0.05).
Pertumbuhan Perusahaan (GROWTH) memiliki pengaruh
signifikan terhadap Kebijakan Utang (DER) menunjukkan bahwa
setiap perubahan yang terjadi pada Pertumbuhan Perusahaan diikuti
oleh Kebijakan Utang. Artinya, semakin tinggi rasio Pertumbuhan
Perusahaan maka semakin meningkat Kebijakan Utang. Hal ini dapat
disebabkan karena perusahaan yang sedang bertumbuh membutuhkan
dana yang besar untuk meningkatkan produksinya serta
mempertahankan posisi usahanya. Bagi perusahaan yang sedang
94
mengalami pertumbuhan cepat, maka sangat dibutuhkan dana yang
besar untuk ekspansi. Namun, Seringkali perusahaan memiliki
keterbatasan dana sehingga menjadi salah satu faktor penghambat
Pertumbuhan Perusahaan dalam bersaing atas produk-produk yang
dihasilkannya. Walaupun memiliki dana internal yang tinggi, ada
kalanya dana internal tidak dapat mencukupi. Oleh karena itu
perusahaan akan menggunakan pendanaan eksternal dikarenakan
penerbitan saham membutuhkan biaya yang tidak sedikit sehingga
perusahaan lebih memilih penggunaan utang. Selain penggunaan
utang lebih murah dibanding penerbitan saham, utang juga dapat
menimbulkan sinyal ke para investor bahwa perusahaan sedang
mengalami prospek cerah. Hal ini sesuai dengan Signalling Theory,
dasar pertimbangannya adalah penambahan utang menyebabkan
keterbatasan arus kas dan meningkatkan biaya-biaya beban keuangan
sehingga manajer hanya akan menerbitkan utang baru yang lebih
banyak apabila mereka yakin perusahaan kelak dapat memenuhi
kewajibannya. Hal ini memberikan sinyal positif ke para investor
bahwa perusahaan sedang mengalami Pertumbuhan Perusahaan yang
baik.
Penelitian tentang Pertumbuhan Perusahaan terhadap Kebijakan
Utang dilakukan oleh Trisnawati (2016), Margaretha (2014), dan Said
(2013) yang menyatakan bahwa Pertumbuhan Perusahaan
berpengaruh terhadap Kebijakan Utang.
95
c. Pengaruh Ukuran Perusahaan (SIZE) terhadap Kebijakan Utang
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel SIZE memiliki
pengaruh signifikan terhadap Kebijakan Utang. Dengan demikian
penelitian ini menerima hipotesis keempat (H4) yang menyatakan
bahwa SIZE berpengaruh signifikan terhadap Kebijakan Utang. Hal
ini dibuktikan dengan hasil uji hipotesis dengan nilai probabilitas yang
lebih kecil dari nilai signifikansi 5% (0.0140 < 0.05).
Ukuran Perusahaan (SIZE) memiliki pengaruh signifikan
terhadap Kebijakan Utang (DER) menunjukkan bahwa setiap
perubahan yang terjadi pada Ukuran Perusahaan diikuti oleh
Kebijakan Utang. Artinya, semakin tinggi Ukuran Perusahaan maka
semakin meningkat Kebijakan Utang. Hal ini dapat disebabkan karena
semakin besar perusahaan maka akan memerlukan sumber dana
eksternal yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan kecil
sehingga kemampuan berutang semakin besar. Besarnya Ukuran
Perusahaan dapat mempengaruhi kemudahan suatu perusahaan dalam
memperoleh sumber dana secara eksternal karena kemampuan untuk
mengakses ke pihak-pihak ketiga atau kreditur sebagai akibat dari size
effect. Perusahaan besar juga lebih dipercaya oleh investor karena
kepemilikan aset yang banyak sehingga investor percaya perusahaan
besar dapat mengembalikan dana. Selain itu penggunaan utang lebih
murah dibanding penerbitan saham. Utang juga dapat membuat
penghematan pajak atas laba perusahaan. Hal ini sesuai dengan Trade
96
Off Theory yang menyatakan bahwa hingga suatu titik maksimum,
penggunaan utang menjadi lebih murah daripada penerbitan saham
karena adanya Tax Shield. Dengan adanya penghematan pajak atas
laba perusahaan, hal ini menyebakan perusahaan memiliki struktur
modal yang optimal, mendapatkan laba perusahaan yang maksimal,
serta meningkatkan nilai perusahaan yang menjurus kekesejahteraan
para pemegang saham.
Penelitian tentang Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Utang
dilakukan oleh Zuhria dan Riharjo (2016), Astuti (2014), Mardiyati,
dkk (2018) menyatakan bahwa Ukuran Perusahaan berpengaruh
signifikan terhadap Kebijakan Utang.
d. Pengaruh Arus Kas Bebas (FCF) terhadap Kebijakan Utang
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel FCF tidak memiliki
pengaruh signifikan terhadap Kebijakan Utang. Dengan demikian
penelitian ini menolak hipotesis kelima (H5) yang menyatakan bahwa
FCF berpengaruh signifikan terhadap Kebijakan Utang. Hal ini
dibuktikan dengan hasil uji hipotesis dengan nilai probabilitas lebih
besar dari nilai signifikansi 5% (0.4480 > 0.05).
Arus Kas Bebas (FCF) tidak memiliki pengaruh signifikan
terhadap Kebijakan Utang (DER) menunjukkan bahwa setiap
perubahan yang terjadi pada Arus Kas Bebas tidak diikuti oleh
Kebijakan Utang. Semakin tingginya Arus Kas Bebas seharusnya
perusahaan semakin sehat karena dapat membayar utang perusahaan
97
menggunakan Arus Kas Bebas dan akan menurunkan proporsi utang
perusahaan itu sendiri. Namun besarnya jumlah Arus Kas Bebas
belum bisa merepresentasikan Kebijakan Utang. Hasil dari
perhitungan mengenai Arus Kas Bebas ini menunjukkan bahwa
hubungan besar kecilnya Arus Kas Bebas pada suatu perusahaan tidak
berdampak kepada perubahan Kebijakan Utang.
Penelitian ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh
Trisnawati (2016), Suryani dan Khafid (2015), dan Bahri (2017) yang
menyatakan bahwa FCF tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap
Kebijakan Utang.
98
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan dari hasil penelitian dengan
melakukan pengujian hipotesis dengan menggunkan analisis regresi data
panel, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Profitabilitas, Pertumbuhan Perusahaan, Ukuran Perusahaan dan Arus
Kas Bebas berpengaruh signifikan secara bersama-sama terhadap
Kebijakan Utang pada industri manufaktur Subsektor Makanan dan
Minuman periode 2014-2018.
2. Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap Kebijakan Utang pada
industri manufaktur Subsektor Makanan dan Minuman periode 2014-
2018.
3. Pertumbuhan Perusahaan berperngaruh signifikan terhadap Kebijakan
Utang pada industri manufaktur Subsektor Makanan dan Minuman
periode 2014-2018
4. Ukuran Perusahaan berpengaruh signifikan terhadap Kebijakan Utang
pada industri manufaktur Subsektor Makanan dan Minuman periode
2014-2018
5. Arus Kas Bebas tidak berpengaruh terhadap Kebijakan Utang pada
industri manufaktur Subsektor Makanan dan Minuman periode 2014-
2018
99
B. Saran
1. Perlu adanya perbaikan dalam publikasi laporan keuangan dalam
konsistensi nominal angka dan penggunaan istilah rasio keuangan
yang sudah ditentukan oleh Bursa Efek Indonesia agar informasi yang
didapat jelas dan lengkap sesuai dengan peraturan yang berlaku.
2. Penelitian selanjutnya dapat menambah variabel-variabel independen
lain yang mungkin memiliki pengaruh terhadap Kebijakan Utang
perusahaan Subsektor Makanan dan Minuman karena independen
model ini hanya dapat menjelaskan sekitar 76% variasi variabel
Kebijakan Utang perusahaan Subsektor Makanan dan Minuman yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
3. Penelitian selanjutnya dapat menambah periode tahun dan
memperluas populasi dan sampel penelitian agar hasil yang diperoleh
lebih akurat
100
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, E. (2014). Pengaruh Kepemilikan Institusional, Profitabilitas, Ukuran
Perusahaan, terhadap Kebijakan Utang Perusahaan di Indonesia. Jurnal
Akuntansi dan Pajak, 15(2), 149-157.
Astuti, W. A. dan Nurlaelasari. (2013). Pengaruh Arus Kas Bebas dan Profitabilitas
terhadap Kebijakan Utang. Jurnal Trikonomika, 12(1), 40-48.
Bahri, S. (2017). Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Deviden,
Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, dan Arus Kas Perusahaan (Free Cash
Flow) terhadap Kebijakan Utang. Jurnal PETA, 2(2), 1-21.
Brealey, R. A., Myers, S. C., dan Marcus, A. J. (2008). Dasar-Dasar Manajemen
Keuangan Perusahaan. Jakarta : Erlangga.
Brigham, E. dan Houston, J. (2009). Fundamentals of Financial Management.
Jakarta : Salemba Empat.
Ezeaku, H. C., Ageme, A. E., Ogbodo, I. dan Festus E. (2017). The Development
of Debt to Equity Ratio in Capital Structure Model: a Case of Nigerian
Manufacturing Firms. European Journal of Economic and Financial
Research, 2(5), 1-11.
Fahmi, I. (2013). Analisis Laporan Keuangan. Bandung : Alfabeta.
Ghozali, I. (2016). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 23.
Semarang: Badan Penerbit Diponegoro.
Gitosudarmo, I. dan Basri. (2002). Manajemen Keuangan. Yogyakarta : BPFE.
Jensen, M.C. dan Meckling, W.H. (1976). Theory of the firm: Managerial Behavior,
Agency Costs and Ownership structure. Journal of Financial Economics,
3(1), 305-360.
Kasmir. (2010). Pengantar Manajemen Keuangan. Jakarta : Kencana Prenada
Media Group.
Kieso, D. E., Weygandt, J. J.dan Warfield T.D. (2007). Accounting Principles.
Edisi 12. Jakarta : Salemba Empat.
101
Mardiyati, U., Qothrunnada, dan Kurnianti, D. (2018). Pengaruh Kepemilikan
Manajerial, Struktur Aktiva, Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan Penjualan
dan Profitabilitas terhadap Kebijakan Utang pada Perusahaan Sektor Aneka
Industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2012-2016.
Jurnal Riset Manajemen Sains Indonesia (JRMSI), 9(1), 105-123.
Margaretha, F. (2014). Determinants of Debt Policy in Indonesia’s Public
Company. Review of Integrative Business dan Economics Research, 3(2),
10-16.
Munawir, S. (2010). Analisis laporan Keuangan. Edisi Keempat. Cetakan Kelima
Belas. Yogyakarta: Liberty.
Purwanti, M. (2017). Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas dan Pertumbuhan
Penjualan terhadap Kebijakan Utang”. eJournal Administrasi Bisnis, 5(2),
255-268.
Putra, Z. Y. (2017). Pengaruh Arus Kas, Profitabilitas, dan Ukuran Perusahaan
terhadap Kebijakan Utang. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi, 6(3), 1126-
1147.
Riyanto, B. (2001). Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta : BPFE.
Said, H. B. (2013). Impact of Ownership Structure on Debt Equity Ratio : a Static
and a Dynamic Analytical Framework. International Business Research,
6(6), 162-180.
Satiti, L. (2017). Pengaruh Free Cash Flow, Profitabilitas, dan Kepemilikan
Manajerial terhadap Kebijakan Utang Perusahaan. Jurnal Ilmu dan Riset
Akuntansi, 6(12), 1-13.
Sudana, I. M. (2011). Manajemen Keuangan Perusahaan. Erlangga: Jakarta.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan RdanD. Bandung: Alfabeta.
Suryani, A. D. dan Khafid, M. (2015). Pengaruh Free Cash Flow, Pertumbuhan
Perusahaan, Kebijakan Deviden, dan Ukuran Perusahaan terhadap
102
Kebijakan Utang pada perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia
2013. Jurnal Dinamika Akuntansi, Keuangan dan Perbankan., 4(1), 20-28.
Tatengkeng, D., Murni, S. dan Tulung, J. E. (2018). Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Kebijakan Utang pada Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2016. Jurnal EMBA, 6(3),
1128-1137.
Trisnawati, I. (2016). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Utang pada
Perusahaan Non Keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal
Bisnis dan Akuntansi, 18(1), 33-42.
Widarjono, A. (2018). Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya Disertai Panduan
Eviews Edisi Kelima. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Zuhria, S. F. dan Riharjo, I. B. (2016). Pengaruh Profitabilitas, Free Cash Flow,
Pertumbuhan Penjualan, Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Utang.
Jurnal Ilmu Riset Akuntansi, 5(11), 1-21.
www.altospringswater.com
www.bps.go.id
www.deltajkt.co.id
www.idx.co.id
www.imf.org
www.indofood.com
www.indofoodcbp.com
www.kemenperin.go.id
www.mayoraindah.co.id
www.multibintang.co.id
www.sahamok.com
www.sariroti.com
www.sekarlaut.com
103
www.siantartop.co.id
www.ultrajaya.co.id
www.wilmarcahayaindonesia.com
104
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Daftar Sampel Penelitian
Lampiran 2 : Uji Statistik Deskriptif
DER ROA GROWTH SIZE FCF
Mean 0.966182 11.34200 -4.191273 15.08273 1.124182
Median 1.000000 8.800000 -5.840000 14.66000 0.430000
Maximum 3.030000 52.67000 46.21000 18.38000 15.75000
Minimum 0.180000 1.630000 -34.90000 12.71000 -2.310000
Std. Dev. 0.569891 10.41804 19.72101 1.520747 3.008588
Skewness 0.816095 2.053408 0.285177 0.854228 2.843140
Kurtosis 4.537282 7.455970 2.039665 2.694094 12.67013
Jarque-Bera 11.52085 84.15368 2.858962 6.903419 288.3953
Probability 0.003150 0.000000 0.239433 0.031691 0.000000
Sum 53.14000 623.8100 -230.5200 829.5500 61.83000
Sum Sq. Dev. 17.53790 5860.925 21001.58 124.8843 488.7865
Observations 55 55 55 55 55
NO KODE NAMA PERUSAHAAN
1 ALTO Tri Banyan Tirta Tbk
2 CEKA Cahaya Kalbar Tbk
3 DLTA Delta Djakarta Tbk
4 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
5 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk
6 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk
7 MYOR Mayora Indah Tbk
8 ROTI Nippon Indosari Corporindo Tbk
9 SKLT Sekar Laut Tbk
10 STTP Siantar Top Tbk
11 ULTJ Ultrajaya Milk Industry and Trading Company
Tbk
105
Lampiran 3 : Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Pool: CROSSID
Test cross-section fixed effects
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 45.359545 (9,12) 0.0000
Cross-section Chi-square 92.453649 9 0.0000
Lampiran 4 : Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test
Pool: CROSSID
Test cross-section random effects
Test Summary
Chi-Sq.
Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 17.000346 4 0.0019
Lampiran 5 : Uji Normalitas
Lampiran 6 : Uji Multikolinearitas
0
1
2
3
4
5
6
-0.15 -0.10 -0.05 0.00 0.05 0.10 0.15
Series: Standardized Residuals
Sample 2014 2018
Observations 55
Mean -2.99e-17
Median -0.021829
Maximum 0.153321
Minimum -0.155514
Std. Dev. 0.086994
Skewness 0.147876
Kurtosis 1.893150
Jarque-Bera 1.421969
Probability 0.491160
ROA GROWTH SIZE FCF
ROA 1.000000 -0.200367 -0.173800 0.286948
GROWTH -0.200367 1.000000 -0.230864 -0.024474
SIZE -0.173800 -0.230864 1.000000 0.077497
FCF 0.286948 -0.024474 0.077497 1.000000
106
Lampiran 7 : Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedasticity Test: White
F-statistic 2.357781 Prob. F(4,21) 0.0866
Obs*R-squared 8.057844 Prob. Chi-Square(4) 0.0895
Scaled explained SS 6.574855 Prob. Chi-Square(4) 0.1601
Lampiran 8 : Uji Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 2.667674 Prob. F(2,19) 0.0953
Obs*R-squared 5.700311 Prob. Chi-Square(2) 0.0578
Lampiran 9: Analisis Regresi Data Panel
Dependent variable: DER
Method: Panel Least Squares
Date: 09/27/19 Time: 21:41
Sample (adjusted): 2014 2018
Periods included: 5
Cross-sections included: 11
Total panel (unbalanced) observations: 55
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
ROA -0.394562 0.086931 -4.538785 0.0007
GROWTH 0.122317 0.042895 2.851554 0.0146
SIZE 0.695223 0.241898 2.874034 0.0140
FCF -0.102928 0.131228 -0.784346 0.4480
C 11.63324 3.689825 3.152789 0.0083
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.780824 Mean dependent var -0.292308
Adjusted R-squared 0.760050 S.D. dependent var 0.628218
S.E. of regression 0.125565 Akaike info criterion -1.008258
Sum squared resid 0.189198 Schwarz criterion -0.330822
Log likelihood 27.10736 Hannan-Quinn criter. -0.813181
F-statistic 47.21438 Durbin-Watson stat 2.716362
Prob(F-statistic) 0.000000