Pengaruh Perkembangan Teknologi terhadap Penyebaran Narkoba di Kota Semarang.docx

77
HASIL PENELITIAN PENGARUH PERKEMBANGAN TEKNOLOGI TERHADAP PENYEBARAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI KOTA SEMARANG ASRI PURWANTI 7211414112 AKUNTANSI A 2014 UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG SEMARANG i

Transcript of Pengaruh Perkembangan Teknologi terhadap Penyebaran Narkoba di Kota Semarang.docx

HASIL PENELITIAN

PENGARUH PERKEMBANGAN TEKNOLOGI TERHADAP PENYEBARAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI KOTA SEMARANG

ASRI PURWANTI7211414112AKUNTANSI A 2014

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANGSEMARANG2015

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Saya yang bertanda tangan di bawah ini dengan sebenarnya menyatakan bahwa observasi ini saya susun tanpa tindakan plagiarisme sesuai dengan peraturan yang berlaku di Universitas Negeri SemarangJika di kemudian hari ternyata saya melakukan tindakan plagiarisme, saya akan bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh Univeristas Negeri Semarang.

Semarang, 26 Mei 2015

Asri Purwanti7211414112

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Observasi ini adalah hasil karya saya sendiri,dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk,telah saya nyatakan dengan benar.

Nama: Asri PurwantiNIM: 7211414112Tanda Tangan:Tanggal: 19 Mei 2015

KATA PENGANTARPuji syukur ke hadirat Allah SWT, karna atas limpahan kasih sayang dan karuniaNya, laporan akhir hasil penelitian karya tulis ilmiah ini dapat selesai. Penelitian ini dilakukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.Dalam penulisan penelitian ini, penulis banyak mendapatkan dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Natal Kristiono S.Pd., M.H. selaku dosen pembimbing. Kepada kedua orang tua dan kakak saya yang selalu memberi dukungan, serta sahabat terbaik saya.Penulis menyadari bahwa naskah karya tulis ini jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga penelitian ini berguna bagi masyarakat serta memberi sumbangan berarti bagi perkembangan ilmu kewarganegaraan. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan berkat dan rahmat yang berlimpah bagi kita semua.

Semarang, 26 Mei 2015

Penulis

DAFTAR ISIHALAMAN JUDULiLEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISMEiiPERNYATAAN ORISINALITASiiiKATA PENGANTARivDAFTAR ISI vDAFTAR TABELviiDAFTAR GAMBARviiiABSTRAKixBAB IPENDAHULUAN1Latar Belakang1Rumusan Masalah5Tujuan Penelitian6Kontribusi Penelitian6BABIITINJAUAN PUSTAKA7Pengertian Narkoba7Jenis jenis Narkoba8Penyalahgunaan Narkoba10Perundang undangan Narkoba13Penyalahgunaan Perkembangan Teknologi15Kurir dan Teknologi Peredaran Narkoba19BABIIIMETODE PENULISAN21Metode Penelitian21Subjek Penelitian21Tahap Tahap Penelitian21Teknik Pengumpulan Data22Teknik Analisis Data24Etika Penelitian25BABIVPEMBAHASAN25Peredaran Narkoba sebagai Kejahatan Transnasional25Pola Penyebaran Narkoba di Kota Semarang26Pengaruh Kebudayaan Barat dalam Penyebaran Narkoba32Penanggulangan Perkembangan Teknologi33BABVPENUTUP37Kesimpulan37Saran37DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN

DAFTAR TABELTabel 1.1.Jumlah Tersangka Narkoba Berdasarkan Jenis, 2007-20124Tabel 3.1.Cutting Points dan Kriteria Ketergantungan12

DAFTAR GAMBARGambar 1.Pengaruh Teknologi dengan Sindikat Pengedar Narkoba30Gambar 2.Kamuflase Narkoba dalam Barang31Gambar 3.Skematis Perilaku Menyimpang32Gambar 4.Pemanfaatan Teknologi dalam Supply Reduction35

ABSTRAKAsri Purwanti (7211414112)Masyarakat yang semakin maju berusaha melakukan pembaharuan di segala bidang termasuk teknologi dalam upaya mempermudah kehidupan. Kemajuan teknologi membawa dampak positif dan negatif bagi masyarakat Indonesia. Masuknya budaya barat yang cenderung liberal ke Indonesia menjadi salah satu dampak negatifnya. Budaya hidup mewah, dunia malam, dan narkoba semakin menjadi hal yang tidak tabu lagi di kalangan masyarakat. Teknologi yang semakin canggih juga mempermudah upaya sindikat dalam mengedarkan narkoba. Kurir, imigran gelap, dan kamuflase narkoba dalam barang semakin banyak dijadikan modus operandi. Oleh karena itu perlu adanya upaya bersama antara para stakeholders dalam mencegah dan menangani penyalahgunaan narkoba. Pemerintah juga harus memanfaatkan kecanggihan teknologi dalam upaya pendeteksian dan pemberantasan peredaran narkoba. Penelitian yang dilakukan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Yaitu penelitian yang bermaksud untuk mendiskripsikan pola penyebaran penyalahgunaan narkoba di Kota Semarang kaitannya dengan perkembangan teknologi. Subjek yang kami teliti adalah aparat dari BNNP Jawa Tengah dan Kapolrestabes Semarang. Data terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer penulis dapat dari hasil wawancara, observasi, dan dokumenter. Data sekunder penulis dapat dari buku kajian yang berkaitan dengan teknologi dan narkoba, skripsi terdahulu, jurnal, dan website dari instansi terkait. Hasil dari penelitian ini adalah ada hubungan yang positif antara perkembangan teknologi dengan penyebaran narkoba. Setiap ada teknologi baru yang muncul, maka dapat dimanfaatkan oleh sindikat untuk mengedarkan atau sebagai tempat kamuflase dari narkoba tersebut. Pemerintah dapat memanfaatkan teknologi dalam upaya demand reduction dan supply reduction. Peredaran narkoba dapat diatasi apabila ada peran yang sinergis antara masyarakat dan pemerintah. Masyarakat dalam hal ini juga mencakup peran keluarga dan sekolah. Sehingga perkembangan teknologi dapat dimanfaatkan dengan optimal dengan mengurangi penggunaannya dalam pererdaran barang haram ini.

Kata Kunci: Narkoba, Kamuflase, demand reduction, supply reduction, Teknologi, Kebudayaan Barat

1

5

BAB IPENDAHULUAN1.1. Latar BelakangMasyarakat lambat laun berkembang mengikuti arus globalisasi, perkembangan itu selalu diikuti proses penyesuaian diri yang kadang-kadang terjadi secara tidak seimbang. Pelanggaran terhadap norma semakin sering terjadi dan kejahatan semakin bertambah. Kejahatan baik dari segi jenis maupun bentuk yang polanya semakin kompleks. Perkembangan masyarakat itu disebabkan karena berkembangnya ilmu pengetahuan, teknologi dan pola pikir masyarakat yang semakin maju.Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak selamanya berdampak positif, bahkan ada kalanya berdampak negatif. Masyarakat berusaha mengadakan pembaharuan-pembaharuan di segala bidang untuk mempermudah hidupnya. Namun mereka tidak menyadari dengan kemajuan teknologi juga akan ada peningkatan masalah kejahatan dengan menggunakan modus operandi yang canggih, terutama dalam peredaran obat terlarang.Kemajuan teknologi mempermudah masuknya budaya asing ke Indonesia. Teknologi yang modern menuntut adanya kesiapan masyarakat untuk menggunakannya. Masyarakat harus siap mengelola dan menyesuaikan perkembangan teknologi dengan jiwa, mental, dan kepribadian bangsa Indonesia tanpa harus sepenuhnya meniru budaya barat yang mengarah pada liberalisme. Liberalisme berarti kebebasan, yang apabila diterapkan di Indonesia maka belum tentu masyarakat dapat menyesuaikan diri. Sehingga salah satu akibatnya adalah budaya mengenai penggunaan narkoba.Menurut World Health Organization (WHO) yang dimaksud dengan narkoba adalah setiap bahan (zat/substansi) yang jika masuk dalam organisme hidup akan memberikan perubahan pada satu atau lebih fungsi-fungsi organisme tersebut. Zat yang dimaksud seperti opioda (morfin, heroin), kokain, ganja, sedative/hiprotika, dan alkohol dapat merubah fungsi berpikir, perasaan, dan perilaku orang yang memakainya. Penyalahgunaan zat dan substansi (drug abuse) tersebut dapat menyebabkan ketergantungan (drug dependence) (Dadang Hawari,1991:15).Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, yang dimaksud dengan narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan[footnoteRef:1] [1: Pasal 1 ayat Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika]

Dalam naskah Undang-Undang Pidana Internasional atau The International Criminal Code tahun 1979 yang disusun oleh The International Association of Penal Law, telah dimasukkan jenis tindak pidana seperti lalu lintas perdagangan narkoba ilegal (illicit drug trafficking), pemalsuan mata uang (countrerfeiting), penyuapan (bribery), keikutsertaan dalam perdagangan budak dan pengambilan harta karun suatu negara tanpa izin[footnoteRef:2]. Hal yang akan dibahas lebih lanjut disini adalah tindak pidana narkoba ilegal. [2: Romli Atmasasmita, Pengantar Hukum Pidana Internasional, Op. Cit., hal. 42]

Narkoba dan obat-obatan terlarang sejenisnya, tidak mungkin dapat sampai ke tangan para pengguna tanpa ada yang mengedarkanya. Peredaran narkoba menjadi momok yang sangat menakutkan. Peredaran ini sangat kompleks. Peredaran berbagai jenis narkoba tersebut, tidak hanya terjadi dalam skala nasional yang pelakunya merupakan warga negara setempat, akan tetapi juga terjadi dalam skala internasional.Dalam skala internasional ASEAN membentuk ASOD (ASEAN Senior Official on Drugs), yaitu forum kerjasama ASEAN di bidang pencegahan, terapi dan rehabilitasi, penegakan hukum dan penelitian penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba[footnoteRef:3]. Peredaran gelap narkoba selalu melibatkan negara produsen, negara transit dan negara pemasaran narkoba. Oleh karena itu, dampaknya tidak hanya dirasakan oleh satu negara tetapi banyak negara di dunia. Untuk dapat memberantas peredaran gelap narkoba secara lebih efektif, maka negara-negara di dunia harus bekerja sama. [3: www.bnn.go.id,. Pertemuan ASEAN Senior Official on Drug Matter dalam hal kerjasama Pengendalian narkoba dan obat-obatan.]

Kejahatan perdagangan narkoba yang semakin canggih patut diwaspadai oleh Bangsa Indonesia. Perdagangan ini memiliki ciri-ciri: terorganisir (organized crime), berupa sindikat, terdapat suatu dukungan dana yang besar serta peredarannya memanfaatkan teknologi operandi yang canggih. Peredaran narkoba terasa sangat memprihatinkan. Penyebaran penyalahgunaan merebak ke semua lapisan masyarakat, mulai dari yang berstatus sosial tinggi sampai rendah, dari yang usia belasan tahun sampai usia puluhan tahun, dari yang siswa sekolah dasar sampai mahasiswa yang ada di perguruan tinggi, dari anak jalanan sampai anak-anak yang setia dengan keluarga, tidak peduli putra atau putri, pria atau wanita yang ada di kota maupun di desa[footnoteRef:4] yang tujuan utamanya adalah merusak generasi muda (Atmasasmita, 1997). [4: Data Komisi Penanggulangan AIDS Daerah dan Badan Narkotika Daerah. Jepara 2011. Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia, Komunikasi Penyuluhan Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba. Juni; 2004. ]

Indonesia sebagai salah satu pintu masuk perdagangan dan peredaran gelap narkoba bahkan sangat mungkin menjadi salah satu pusat peredaran gelap barang haram ini. Perkembangan teknologi yang pesat yang juga mengubah kebudayaan lokal Indonesia semakin memperparah peredaran narkoba di Indonesia. Hal mengenai narkoba sudah tidak menjadi abrang tabu di masyarakat. Pada gilirannya nanti, narkoba dapat mengganggu sendi-sendi keamanan nasional dalam rangka pembangunan nasional menuju masyarakat yang adil dan makmur, seperti yang dicita-citakan dalam pembukaan UUD 1945 alinea keempat. Jika sampai terjadi pemakaian narkoba secara besar-besaran di masyarakat, maka bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang sakit. Apabila terjadi demikian negara akan rapuh dari dalam, karena ketahanan nasional merosot[footnoteRef:5]. [5: Gatot Supramono, Hukum Narkoba Indonesia,(Jakarta: Djambatan, 2004), hal 5.]

Peredaran narkoba menyebar di seluruh penjuru Bangsa Indonesia termasuk di Jawa Tengah. Prevalensi penggunaan narkoba di Jawa Tengah tahun 2008 mencapai 1,84 persen, tahun 2011 naik 1,89 persen dan diproyeksi tahun 2019 prevalensi penyalahgunaan narkoba mencapai 2,02 persen[footnoteRef:6]. Dengan angka tersebut, Jawa Tengah menempati peringkat 16 untuk penyalahgunaan narkoba di seluruh Indonesia. Jawa Tengah masih menjadi tempat transit dan pasar narkoba terbesar, khususnya di Solo. [6: Cahya, Cun. 2015. Jawa Tengah Peringkat 16 Penyalahgunaan Narkoba. http://berita.suaramerdeka.com (Diakses pada 01/05/15 pukul 9.45).]

Pola pengedaran narkoba di Semarang melalui berbagai jalur. Jalur yang sering digunakan adalah laut, yakni melalui pelabuhan dan pelabuhan tikus. Melalui perantara kurir yang diorganisasikan dengan sangat rapi. Pengorganisasian melalui modus operandi sindikat perdagangan narkoba dengan jaringan manajemen yang rapi dan selalu berubah setiap saat. Penerapan teknologi canggih sangat mendukung upaya memasukkan narkoba ke berbagai kota terutama Semarang.Tabel di bawah ini menunjukkan data tersangka narkoba di Semarang, terlihat bahwa semakin meningkat dari tahun ke tahun. Seiring dengan kemajuan teknologi dan semakin bervariasinya tuntutan hidup dalam masyarakat, kini kejahatan narkotika tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa tetapi juga dilakukan oleh para remaja sampai anak-anak (Agoes Dariyo, 2004:30). Data tersebut menunjukkan bahwa geliat pengedaran narkoba di Semarang juga semakin berkembang. NOJENIS NARKOBATERSANGKAJUMLAH

20072008200920102011

1Ganja2562993313592571.502

2Heroin61219101360

3Hashish0

4Kokain0

5Kodein0

6Morfin0

7Ekstasi23177653

8Shabu (Meth)2402854624925972.076

9Daftar G7847362049230

10Benxodiazepine0

11Barbiturate0

12Ketamine0

13Miras2952523994388222.206

Jumlah8989121.2541.3251.7386.127

Sumber : Direktorat Tindak Pidana Narkoba, Maret 2012Tabel 1.1. Jumlah Tersangka Narkoba Berdasarkan Jenis, 2007-2012Berbagai cara dilakukan oleh para sindikat pengedar narkoba untuk dapat meloloskan diri dari penjagaan para aparat. Pengunaan teknologi seperti internet dan seperangkat alat lainnya (networking) menjadi andalan para sindikat narkoba, untuk menjangkau target tujuannya. Kemudahan akses informasi yang didapat dari media-media sosial seperti facebook, twetter, skype, dan lainnya digunakan oleh para sindikat pengedar narkoba untuk mempermudah komunikasi langsung, dengan para bandar (mafia) narkoba. Teknologi disamping berperan dalam memudahkan penyebaran narkoba juga sebagai pendorong masuknya kebudayaan barat ke Indonesia. Dengan demikian, perilaku masyarakat yang bebas dan meninggalkan budaya lokal akan semakin terlihat sehingga narkoba akan sangat mudah diterima masyarakat. Pola asuh yang tidak memberikan kasih sayang lebih pada anak, kurangnya rasa kekeluargaan, dan gaya hidup modern yang cenderung ingin memperoleh kenikmatan dengan instan membuat upaya pemberantasan narkoba di Indonesia menjadi semakin sulit.Oleh karena itu, peredaran narkoba harus segera dicarikan solusi yang rasional untuk pemecahnnya. Narkoba seharusnya menjadi sebuah pelajaran berharga bagi seluruh komponen bangsa Indonesia tidak hanya di kalangan pemerintah dan aparatur negara saja, akan tetapi perlu adanya dukungan dari masyarakat luas untuk bersama membendung maraknya peredaran narkoba. Hal ini dikarenakan indikasi maraknya peredaran narkoba di Indonesia dilakukan oleh berbagai jaringan baik kalangan domestik maupun Internasional. Berkembangnya teknologi dan era globalisasi semakin mempermudah beredarnya narkoba. Oleh karena itu perkembangan teknologi harus dapat dihadapi dan dimanfaatkan masyarakat dengan bijaksana. Pancasila harus dijadikan sebagai pedoman hidup dan jiwa yang melekat pada diri setiap masyarakat. Dengan adanya Pancasila maka dapat dijadikan penyeleksi, karena mencegah narkoba masuk ke Indonesia adalah hal yang mustahil. Hal yang mungkin dilakukan adalah mencegah masyarakat menggunakannya.

1.2. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang diajukan dalam adalah:1. Adakah pengaruh perkembangan teknologi terhadap penyebaran penggunaaan narkoba di Kota Semarang?2. Bagaimana menanggulangi perkembangan teknologi agar tidak disalahgunakan dalam peredaran narkoba?

1.3. Tujuan PenelitianBerdasarkan hal yang telah dipaparkan di atas, maka tujuan penulisan karya tulis ini adalah:1. Menggambarkan dan menganalisis peran perkembangan teknologi terhadap penyebaran penggunaan narkoba di Kota Semarang.2. Menggambarkan cara penanggulangan perkembangan teknologi agar tidak disalahgunakan dalam peredaran narkoba.

1.4. Kontribusi PenelitianApabila tujuan sebagaimana dirumuskan di atas tercapai, maka diharapkan hasil penelitian akan memberikan dua kegunaan sekaligus, yaitu:1. Aspek keilmuan, di mana penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi perbendaharaan konsep, metode atau pengembangan teori.2. Aspek praktis, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sarana informasi awal bagi para peneliti yang hendak meneliti bidang kajian yang sama.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1. Narkoba dan Napza1. Pengertian NarkobaPada awalnya narkoba hanya digunakan sebagai alat bagi ritual keagamaan dan disamping itu juga dipergunakan untuk pengobatan, adapun jenis narkoba pertama yang digunakan pada mulanya adalah candu atau lazim disebut sebagai madat atau opium[footnoteRef:7]. Namun, dengan semakin berkembangnya zaman, narkoba digunakan untuk hal-hal negatif. Di dunia kedokteran narkoba banyak digunakan khususnya dalam proses pembiusan sebelum pasien dioperasi. [7: Kusno Adi, Diversi Sebagai Upaya Alternative Penanggulangan Tindak Pidana Narkotika Oleh Anak, Umm Press, Malang, 2009, hal 3]

Menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkoba, yang dimaksud dengan narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Narkoba berasal dari bahasa Yunani, narke yang berarti terbius sehingga tidak merasakan apa-apa. Secara umum yang dimaksud dengan narkoba adalah suatu obat atau zat alami, sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan turunnya kesadaran, menghilangkan atau mengurangi rasa atau nyeri dan perubahan kesadaran yang menimbulkan ketergantungnya akan zat tersebut secara terus menerus[footnoteRef:8]. [8: Andi Hamzah, Bunga Rampai Hukum Pidana dan Acara Pidana, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1986, hal. 224. ]

Definisi lain dari Biro Bea Cukai Amerika Serikat dalam bukunya Narcotic Identification Manual(1973) mengatakan bahwa yang dimaksud dengan narkoba adalah candu, ganja, kokain, zat-zat yang bahan mentahnya diambil dari benda-benda tersebut yakni morfin, heroin, kodein, hasnish, kokain, dan termasuk juga narkoba sintetik yang menghasilkan zat-zat, obat-obatan yang tergolong dalam Halusinogen, Depresan dan Stimulan[footnoteRef:9]. [9: RS. Hari Sasangka, Narkotika dan Psikotropika dalam Hukum Pidana untuk Mahasiswa dan Praktisi serta Penyuluh Masalah Narkoba, Mandar Maju , Bandung, 2003, hal 34. ]

Istilah yang sebenarnya lebih tepat digunakan untuk kelompok zat yang dapat mempengaruhi sistem kerja otak ini adalah Napza (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif) karena istilah ini lebih mengacu pada istilah yang digunakan dalam Undang-Undang Narkotika dan Psikotropika. Jadi narkotika atau lebih tepatnya Napza adalah obat, bahan dan zat yang bukan termasuk jenis makanan. Oleh sebab itu jika kelompok zat ini dikonsumsi oleh manusia baik dengan cara dihirup, dihisap, ditelan, atau disuntikkan maka ia akan mempengaruhi susunan saraf pusat (otak) dan akan menyebabkan ketergantungan. Akibatnya, sistem kerja otak dan fungsi vital organ tubuh lain seperti jantung, pernafasan, peredaran darah dan lain-lain akan berubah meningkat pada saat mengonsumsi dan akan menurun pada saat tidak (menjadi tidak teratur)[footnoteRef:10]. [10: Lydia Harlina Martono,.Op.Cit. Hal. 5]

2. Jenis-jenis NarkobaBerdasarkan cara pembuatannya narkotika dibedakan kedalam tiga golongan, yaitu narkotika alami, semisintesis, dan sintesis.a. Narkotika AlamiNarkotika alami merupakan narkotika yang zat aditifnya diambil dari tumbuh-tumbuhan, contohnya: Ganja merupakan tanaman perdu dengan daun menyerupai singkong yang tepinya bergerigi dan berbulu halus. Jumlah jarinya selalu ganjil, yaitu 5, 7, dan 9. Cara penyalalahgunaan ganja ini adalah dengan dikeringkan dan dicampur dengan tembakau rokok atau dijadikan rokok lalu dibakar dan dihisap.b. Narkotika SemisintesisNarkotika semisintesis adalah narkotika alami yang diolah dan diambil zat aktifnya agar memiliki khasiat yang lebih kuat sehingga bisa dimanfaatkan untuk kepentingan dunia kedokteran. Contonya zat atau obat yang diproduksi dengan cara isolasi, ekstraksi dan lain sebagainya seperti heroin, morfin, kodein dan lain-lain. c. Narkotika SintesisNarkotika jenis ini memerlukan proses yang bersifat sintetis, digunakan untuk keperluan medis dan penelitian sebagai penghilang rasa sakit. Contohnya yaitu amfetamin. Narkotika sintetis dapat menimbulkan dampak sebagai berikut : 1) Membuat pemakai tertidur atau tidak sadarkan diri (depresan)2) Membuat pemakai bersemangat dalam beraktifitas (stimulan)3) Membuat pemakai menjadi berhalusinasi sehingga mempengaruhi perasaan serta pikirannya (halusinogen).Penggolongan narkotika dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika dibagi atas 3 golongan, yaitu[footnoteRef:11]: [11: Penjelasan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika]

a. Narkotika Golongan INarkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan.b. Narkotika Golongan IINarkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan.c. Narkotika Golongan IIINarkotika berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan.Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997, Psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku[footnoteRef:12]. [12: Penjelasan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1997]

a. Golongan IPsikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh: Ekstasi. b. Golongan IIPsikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalan terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh: Amphetamine. c. Golongan IIIPsikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh: Phenobarbital. d. Golongan IVPsikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan.

3. Penyalahgunaan Narkoba Penyalahgunaan narkotika adalah penggunaan yang dilakukan tidak untuk pengobatan akan tetapi ingin menikmati pengaruhnya. Sifat pengaruh pada narkotika adalah sementara sebab setelah itu akan timbul perasaan tidak enak. Perasaan tidak enak tersebut yang merangsang seseorang harus mengkonsumsi narkotika lagi, hingga terjadilah kecanduan atau ketergantungan yang akan berakibat pada kesehatan. Gangguan tersebut berupa gangguan kejiwaan, jasmani dan fungsi sosial. Ketergantungan memang tidak berlangsung seketika tetapi melalui rangkaian proses penyalahgunaan. Tahapan penyalahgunaan[footnoteRef:13] : [13: Ibid, Hal. 15]

a. Pola coba-cobaPada tahapan ini, pengaruh kelompok sebaya sangat besar. Teman dekat atau orang lain menawarkan untuk menggunakan narkoba. Ketidakmampuan untuk menolak dan perasaan ingin tahu yang besar akan mendorong seseorang untuk mengonsumsi narkoba. Biasanya seseorang memulai tahap ini karena rasa ingin tahunya dan agar dia diakui dalam kelompoknya. b. Sosial atau rekreasionalYaitu pemakaian narkoba untuk kepentingan pergaulan dan bersenang-senang. c. SituasionalPenggunaan pada situasi tertentu seperti pada saat kesepian dan stres, sehingga pemakaian narkoba ditujukan untuk mengatasi masalah tersebut. Pada tahap ini pengguna akan berusaha untuk mengkonsumsi secara aktif. Pengguna Napza sudah termasuk ke dalam tahapan yang lebih tinggi dari tahap sosial, merupakan satu tahap sebelum ketergantungan. d. Pola habituasi (kebiasaan)Pemakaian akan sering dilakukan dan umumnya pada tahapan inilah terjadinya proses ketergantungan.e. KetergantunganTahap akhir penyalahgunaan, seseorang merasa sudah tidak dapat hidup tanpa Napza. Gejala khas yang dialami berupa timbulnya toleransi gejala putus zat dan pengguna akan selalu berusaha untuk memperoleh narkoba dengan berbagai cara seperti berbohong, menipu dan mencuri. Pengguna tidak lagi mampu mengendalikan dirinya sebab narkoba telah menjadi pusat kehidupannya.Tabel di bawah ini menunjukkan tingkat ketergantungan narkoba.

Experimental Occasional Casual Moderate use Regular Heavy users Habitual, cronic

1-2 kali (Mizner, 1973) 3-9 kali (Mizner) 1-20 kali (Stanton) 10-29 kali (Mizner) Minimal 1 kali per minggu (Johnson) 21-199 kali (Stanton) > 200 kali (Stanton)

1-2 kali (Josephson, 1973) 3-59 kali (Josephson, 1973) Satu atau lebih dari 1 bulan (Johnson)

>30 kali (Mizner) 3 kali seminggu dalam 3 tahun atau lebih atau pakai tiap hari selama 2 tahun (Hochman $ Brill, 1973)

1-9 kali (Josephson, 1972) 10-59 kali (Josephson, 1972) >60 kali (Josepho)

< 1 kali dlm 1 bulan (Johnson) 10 kali satu tahun terakhir (Hochman& Brill, 1973) 3 kali per minggu atau > 1 bln pakai (Robins)

min 1 kali/ bulan (Johnson)

Sumber : Kandel, 1975Tabel 3-1 Cutting points dan kriteria tingkat ketergantunganSecara garis besar cutting points dan kriteria tingkat ketergantungan dimulai dari bukan penyalahguna hingga coba pakai (eksperimetal), menengah (moderate), penyalahguna berat (heavy use). Tinjauan atas beberapa penelitian dilakukan oleh Elinson (1974) seperti yang ditelusuri oleh Kandel (1975), menghasilkan beberapa definisi dan kriteria yang digunakan untuk menggambarkan pola penyalahgunaan atau tingkat ketergantungan dengan lebih rinci (Tabel 1). Ada pula yang mengembangkan kombinasi pengukuran diatas, untuk mengetahui tingkat ketergantungan (dependesi) melalui kriteria DSM-IVTR[footnoteRef:14]dan kriteria Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (SAMSHA, 2008). [14: (Todorov et al., 2006) ]

4. Perundang-undangan Terkait NarkobaDengan melihat besarnya cakupan peredaran narkotika, terdapat keperluan untuk merumuskan beberapa upaya dalam memperkuat kerangka hukum dan instrumen hukum internasional yang ada. Sejauh ini terdapat beberapa instrumen yang menjadi tolok ukur, yakni Konvensi Tunggal Narkotika 1961, Konvensi Wina 1988. Undang-undang No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika juga mengadopsi dari kedua konvensi tersebut. Terdapat tiga hal utama yang diatur dalam konvensi tersebut. Pertama, mengatur langkah-langkah yang perlu diambil oleh negara untuk mencegah terjadinya kejahatan. Kedua, mengatur perbuatan yang dianggap sebagai tindak pidana, sebagai bagian dari penegakan hukum. Ketiga, pengefektifan dan penguatan kerjasama internasional melalui lembaga ekstradisi, bantuan hukum timbal balik dan kerjasama lainnya. Konvensi Wina 1988 bertujuan untuk memberantas peredaran gelap narkotika dan psikotropika. Jika dilihat dari segi substansi dalam konvensi ini telah muncul embrio dari upaya internasional. Embrio tersebut dapat diidentifikasikan dengan adanya aturan menyangkut ekstradisi, bantuan timbal balik, penanganan perdagangan gelap narkotika melalui laut, controlled delivery, dan penguatan rezim anti pencucian uang (termasuk masalah penyitaan dan perampasan hasil kejahatan tindak pidana narkotika). Saat ini Indonesia menggunakan Undang-Undang No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor: 143), disahkan tanggal 12 Oktober 2009, utuk menggantikan Undang-Undang No. 22 Tahun 2007 tentang Narkotika (lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 67).Pemerintah menilai Undang-Undang No. 22 Tahun 1997 sudah tidak dapat mencegah tindak pidana narkotika yang semakin meningkat secara kuantitatif maupun kualitatif serta bentuk kejahatannya yang terorganisir. Namun secara substansial, Undang-Undang Narkotika yang baru tidak mengalami perubahan yang signifikan[footnoteRef:15], kecuali penekanan pada ketentuan kewajiban rehabilitasi, penggunaan pidana yang berlebihan, dan kewenangan BNN yang sangat besar. [15: http://ilmuhukum.umsb.ac.id/?id=177 (Diaksses pada 03/05/15 pukul 6.33)]

Peraturan perundang-undangan yang mengatur narkotika di Indonesia sebenarnya telah ada sejak berlakunya Ordonansi Obat Bius (Verdoovende Middelen Ordonnantie, Staatsblad Nomor 278 Jo. 536 Tahun 1927). Ordonansi ini kemudian diganti dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1976 tentang Narkotika yang mulai berlaku tanggal 26 Juli 1976. Selanjutnya Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1976 telah diganti dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika yang mulai berlaku tanggal 1 September 1997. Kemudian yang terbaru Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009.Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika telah memberi perlakuan yang berbeda bagi pelaku penyalahguna narkotika, sebelum undang undang ini berlaku tidak ada perbedaan perlakuan antara pengguna, pengedar, bandar, maupun produsen narkotika. Pengguna atau pecandu narkotika di satu sisi merupakan pelaku tindak pidana, namun di sisi lain merupakan korban.Berdasarkan tipologi korban yang diidentifikasi menurut keadaan dan status korban, yaitu[footnoteRef:16]: [16: Rena Yulia, Viktimologi, Graha ilmu,Yogyakarta,hal 53-54]

a. Unrelated victims, yaitu korban yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan pelaku dan menjadi korban karena memang potensial.b. Provocative victims, yaitu seseorang atau korban yang disebabkan peranan korban untuk memicu terjadinya kejahatan.c. Participating victims, yaitu seseorang yang tidak berbuat, akan tetapi dengan sikapnya justru mendorong dirinya menjadi korban.d. Biologically weak victims, yaitu mereka yang secara fisik memiliki kelemahan yang menyebabkan ia menjadi korban.e. Socially weak victims, yaitu mereka yang memiliki kedudukan sosial yang lemah yang menyebabkan ia menjadi korban.f. Self victimizing victims, yaitu mereka yang menjadi korban karena kejahatan yang dilakukannya sendiri. Keseriusan pemerintah dalam upaya penanggulangan penyalahgunaan narkotika ini bisa dilihat dari kerjasama pemerintah Republik Indonesia dengan lembaga-lembaga Internasional untuk memerangi peredaran gelap narkotika, seperti yang tercantum dalam rancangan penjelasan undang- undang yang meratifikasi (menandatangani dan mengesahkan) United Nation Convention Againist Illicit Traffic Narcotic Drugs and Psychotropic Substances. Hasil Konvensi PBB yang disahkan oleh DPR pada tanggal 31 Januari 1997 dan dijadikan acuan terbentuknya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 yang kemudian disempurnakan dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009.

2.2. Perkembangan Teknologi1. Pengertian TeknologiTechnology is neither good nor bad, nor even neutral. Technology is one part of the complex of relationships that people form with each other and the world around them; it simply cannot be understood outside of that concept. (Samuel Collins)Kata teknologi muncul dari penggabungan dua kata yang berasal dari bahasa latin, yakni techne yang berarti seni, kemampuan, keahlian, atau cara, perilaku dalam mencapai sesuatu, dan logos yang berarti suatu studi mengenai hal yang bersangkutan atau sebuah pengucapan akan suatu hal. Berdasarkan dua kata tersebut, teknologi bisa diartikan secara luas sebagai diskursus mengenai pencapaian suatu hal. Kata techne telah dipakai oleh Plato dan Aristoteles dalam pemikiran mereka. Dalam pembukaan buku Nicomachean Ethics, Aristoteles (384-322 SM) menuliskan ever techne and every praxis, and similarly every praxis and every pursuit, is believed to aim at some good.. Pengertian techne yang luas ini membawa pemahaman mengenai peranan pentingnya dalam kehidupan.Dalam budaya Yunani, istilah techne menandakan pengetahuan atau disiplin yang berkaitan dengan bentuk dari poiesis. Contohnya, obat adalah techne yang bertujuan menyembuhkan orang sakit. Techne sebagai inheren memiliki tujuan dan arti dari artefak yang dihasilkan melalui prosesnya. Dari kecenderungan ini bisa diperhatikan bahwa bagi masyarakat Yunani ini, techne mengindikasikan cara yang benar alam proses sesuatu dengan sudut pandang yang objektif.Perkembangan teknologi yang sedemikian pesat, membuat teknologi itu sendiri sulit didefinisikan. Definisi teknologi yang terlalu sempit bisa dilihat dari kencenderungan definisi kontemporer yang menganggap teknologi adalah komputer, ponsel, robot, dan benda-benda canggih lainnya. Sementara itu, definisi teknologi yang terlalu luas dapat dirujuk pada pemikiran dari B. F. Skinner, beliau berargumentasi bahwa perilaku manusia ada yang dapat dikategorikan sebagai teknologi ketika perilaku tersebut dibentuk sedemikian rupa oleh pengaruh teknologi[footnoteRef:17]. [17: Buku Beyond Freedom and Dignity (1971).]

2. Penyalahgunaan Perkembangan TeknologiPerkembangan teknologi membawa dampak positif dan negatif. Implikasi dari pertumbuhan teknologi informasi membawa masyarakat kepada pola perilaku yang semakin terbuka. Masyarakat tidak lagi hanya menerima akses informasi dari media massa yang perlu menunggu waktu sehari atau satu jam. Dengan kehadiran teknologi ini, informasi yang diinginkan bisa didapatkan dalam hitungan menit atau detik, yakni melalui media internet.Dibalik kemudahan dan kenyamanan penggunaan internet itu ternyata tidak selamanya demikian karena dalam cyberspace juga terdapat sisi gelap yang perlu kita perhatikan. Disana ada ancaman yang sangat merisaukan, yakni sisi keamanannya. Pengamanan sistem informasi berbasis internet perlu diperhatikan, karena jaringan internet yang bersifat publik dan global sangat rentan dari berbagai bentuk kejahatan. Ancaman timbul manakala seseorang mempunyai keinginan memperoleh akses ilegal ke dalam jaringan komputer, merusak jaringan, mengubah suatu tampilan dengan tampilan lain yang merugikan banyak pihak. Kemudian lahirlah perilaku-perilaku yang menyimpang dengan memanfaatkan teknologi canggih sebagai alat untuk mencapai tujuan, dengan cara melakukan kejahatan. Kejahatan-kejahatan ini, dikenal sebagai kejahatan dunia maya atau yang biasanya disebut dengan cybercrime. Kemudahan teknologi ini semakin dimanfaatkan oleh pihak yang berniat jahat. Salah satunya adalah pemanfaatan teknologi untuk modus operandi peredaran narkoba.Peningkatan serta meluasnya perdagangan dan peredaran gelap narkoba tidak terlepas dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya di bidang transportasi dan telematika yang memungkinkan arus perpindahan dan lalu lintas uang, orang dan barang secara cepat, sehingga ruang, jarak dan waktu sudah tidak menjadi hambatan lagi. Dampak dan implikasi batas-batas negara menjadi kabur sehingga membuka peluang meluasnya jaringan bisnis perdagangan gelap narkoba yang dilakukan secara terorganisir, meliputi jaringan yang sangat luas, melibatkan lebih dari satu negara, mobilitas tinggi serta modus operandi yang cenderung berganti-ganti dan semakin sulit untuk dilacak. Modus operandi yang dimaksud adalah modus yang dilakukan oleh para cracker biasanya disebut Unauthorized Access to Computer System and Service yaitu kejahatan yang dilakukan dengan memasuki atau menyusup ke dalam suatu sistem jaringan komputer secara tidak sah, tanpa izin atau tanpa sepengetahuan dari pemilik resmi sistem jaringan komputer yang dimasukinya. Biasanya seorang pelaku kejahatan atau cracker melakukannya dengan maksud sabotase ataupun melakukan pencurian informasi penting dan rahasia[footnoteRef:18]. [18: Penjelasan Pasal 30 UU ITE]

Adapun proses penyusupan dalam dunia cracker dibedakan menjadi beberapa tahapan yaitu sebagai berikut:1. Footprinting dan/atau Pencarian Data Cracker baru mencari sistem yang dapat disusupi. Kegiatan pencarian data berupa: menentukan ruang lingkup atau scope aktivitas atau serangan; network enumeratin atau menyeleksi jaringan; interogasi jaringan; dan mengintai jaringan. Semua kegiatan ini dapat dilakukan dengan alat atau tools dan merupakan informasi yang tersedia bebas di internet. Kegiatan footprinting ini dapat diibaratkan mencari informasi yang tersedia umum melalui buku telepon. 2. Scanning atau Pemilihan SasaranLebih bersifat aktif terhadap sistem sasaran. Disini diibaratkan cracker sudah mulai mengetuk dinding sistem sasaran untuk mencari apakah ada kelemahannya. Dengan demikian dari segi jaringan sangat berisik dan mudah dikenali oleh sistem yang dijadikan sasaran.3. Enumerasi atau Pencarian Data Mengenai SasaranBersifat sangat intrusif (mengganggu) terhadap suatu sistem. Disini para penyusup dapat mencari account name yang absah, password, serta share resources yang ada.4. Gaining Access atau dikatakan Akses Ilegal telah Ditetapkan Tigkat mencoba mendapatkan akses ke dalam suatu sistem sebagai user biasa. Ini adalah kelanjutan dari kegiatan enumerasi, sehingga biasanya disini seorang penyerang sudah mempunyai paling tidak user account yang absah, dan tinggal mencari passwordnya.5. Escalating Privilege (Menaikkan atau Mengamankan suatu Posisi) Mengasumsikan bahwa penyerang sudah mendapatkan log-on access pada sistem sebagai user biasa. Penyerang kini berusaha naik kelas menjadi admin (pada sistem windows) atau menjadi root (pada sistem Unix atau Linux)6. Pilfering atau Suatu Proses PencurianProses pengumpulan informasi dimulai lagi untuk mengidentifikasi mekanisme untuk mendapatkan akses ke trusted system. Mencakup evaluasi trust dan pencarian cleartext password di registry, config file dan user data.7. Covering Tracks atau Menutup Jejak:Begitu kontrol penuh terhadap sistem yang diperoleh, maka menutup jejak menjadi suatu prioritas. Meliputi membersihkan network log dan penggunaan hide tool seperti macam-macam rootkit dan file streaming.8. Creating Backdoors atau Membuat Jalan PintasPintu belakang diciptakan pada berbagai bagian dari suatu sistem untuk memudahkan masuk kembali. Pada tahap keenam, ketujuh dan kedelapan, penyerang sudah berada dan menguasai suatu sistem dan kini berusaha untuk mencari informasi lanjutan atau pilfering, menutupi jejak penyusupannya atau covering tracks, dan menyiapkan pintu belakang agar lain kali dapat dengan mudah masuk lagi ke dalam sistem. 9. Denial of Service atau Melumpuhkan SistemBukanlah tahapan terakhir, melainkan kalau penyerang sudah frustasi tidak dapat masuk ke dalam sistem yang kuat pertahanannya, maka yang dapat dilakukannya adalah melumpuhkan saja sistem itu dengan menyerangnya menggunakan paket-paket data yang bertubi-tubi sampai sistem itu crash atau kacau.Seiring berkembagnya tekologi cara operandi tersebut sudah sering dilakukan oleh para penjahat, khusunya pengedar narkoba. Cara-cara yang digunakan bandar narkoba dalam menyelundupkan barang haram tersebut semakin kompleks. Beragam cara dipraktikkan guna meloloskan narkoba dari intaian aparat. Beribu akal bulus pengedar dalam menyebar narkoba tidak seimbang dengan kecanggihan alat deteksi yang ada. Teknologi yang dimiliki pengedar narkoba sangat canggih, bahkan tidak heran jika mereka dapat mengakses situs pemerintah untuk menghindari adanya pengintaian .

3. Kurir dan Teknologi Peredaran Narkoba Pola yang umum digunakan untuk merekrut kurir baru adalah uang/materi, pacaran/perkawinan, loyalitas, dan jebakan.1. Uang atau materiCalon anggota yang memiliki hubungan kawan bahkan hubungan tali persaudaraan dengan imbalan berupa uang yang banyak sebagai iming-imingnya.2. Pola pacaran atau perkawinan Cara yang paling efektif untuk merekrut kurir baru, yaitu dengan menunjukan kepada calon gaya hidup mewah dan suka ketempat hiburan, dan menunjukan bahwa penghasilan yang didapat cukup besar dan didapat dengan mudah. 3. Pola jebakan Cara ini merupakan pola yang jarang digunakan oleh bandar narkoba jaringan, karena calon kurir direkrut harus teman dekat dan tidak menimbulkan kecurigaan oleh orang yang direkrut tersebut.Penggunaan jasa kurir akhir-akhir ini semakin marak. Bahkan kegiatan kurir narkoba ini masih dapat dijalankan di balik bui. Kurir masih bisa mengendalikan bisnis barang haram itu dari balik bui menggunakan telepon genggam[footnoteRef:19]. Sekali lagi perkembangan kemajuan ICT Information Communication Technology berperan disini. Kemajuan ICT sangat mengindikasikan komunikasi global yang terjadi demikian cepatnya dan menjadi sebuah gaya hidup serta kebutuhan masyarakat modern[footnoteRef:20]. Semarang sebagai ibukota Jawa Tengah sangat mungkin terkena dampak maraknya peredaran narkoba. [19: Lismawati, Ita. 2013. Dunia Gelap Seorang Bandit Narkoba, Freddy Budiman. http://m.news.viva.co.id (Diakses pada 02/05/15 pukul 14.42)] [20: Cowen, Tyler, (2002 ) Creative destruction : how globalization is changing the worlds cultures, Princeton University Press, New Jersey, hal: 20 ]

Perkembangan teknologi secara tidak langsung juga merubah pola kehidupan dan kebudayaan masyarakat Semarang. Kebudayaan sebagai sistem pengetahuan, gagasan, dan ide yang dimiliki oleh suatu kelompok masyarakat yang berfungsi sebagai landasan pijak dan pedoman bagi masyarakat itu dalam bersikap dan berperilaku dalam lingkungan alam dan sosial di tempat mereka berada (Sairin, 2002).

BAB IIIMETODE PENULISAN

Permasalahan utama dalam penelitian ini adalah masalah pengaruh perkembangan teknologi terhadap penyebaran narkoba di Kota Semarang. Oleh karena itu pendekatan yang digunakan terhadap masalah ini tidak dapat terlepas dari pendekatan yang berorientasi pada pola penyebaran narkoba yang berkaitan dengan teknologi secara internasional (Transnastional Drugs Traffiking) dan persepsi masyarakat Semarang terhadap adanya narkoba.

3.1. Metode PenelitianPenelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Bogdan dan Taylor mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang dan perilaku yang diamati[footnoteRef:21]. Berdasarkan tipe-tipe penelitian yang dikemukakan oleh Kumar (1999), penelitian deskriptif yaitu penelitian untuk menemukan gambaran suatu keadaan, masalah, fenomena, pelayanan atau program secara sistematis, atau menyediakan suatu informasi, menyatakan suatu keadaan komunitas tertentu, atau mendiskripsikan sikap terhadap isu tertentu. Pada penelitian ini, peneliti berusaha menemukan gambaran pola penyebaran narkoba di masyarakat dan persepsi masyarakat mengenai peran teknologi dalam penyebaran narkoba di Kota Semarang. [21: Lexy J.Moeleong, metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002) hlm 9.]

3.2. Subjek PenelitianKarakteristik subjek yang diwawancarai dalam penelitian ini adalah Kepala BNNP Jawa Tengah atau aparat yang khususnya bertugas di Kota Semarang, dan Kepala Kapolrestabes Semarang atau yang mewakilinya. Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah satu orang.

3.3. Tahap tahap Penelitian1. Tahap Persiapan PenelitianPeneliti membuat pedoman wawancara yang disusun berdasarkan dimensi kedekatan dan pengalaman subjek terhadap kasus penyalahgunaan narkoba. Pedoman wawancara berisi pertanyaan-pertanyaan mendasar yang dijadikan sebagai pedoman saat melakukan wawancara dan dikembangkan saat itu. Pedoman wawancara yang telah peneliti susun dikonsultasikan terlebih dahulu dengan yang lebih ahli yaitu mahasiswa yang sudah mendapat mata kuliah metodologi penelitian. Setelah mendapat koreksi dan masukan, peneliti membuat perbaikan terhadap pedoman wawancara dan bersiap melakukan wawancara.2. Sistematika PenelitianWawancara dilakukan dengan persetujuan dari Fakultas Ekonomi untuk melakukan wawancara dengan instansi terkait. Subjek informan yang berpartisipasi dalam penelitian ini menandatangani informed consent. Wawancara dilakukan dengan mendalam dan didukung data yang terkait. Peneliti mengajukan pertanyaan tertulis maupun observasi yang lebih luas dari pertanyaan tersebut.

3.4. Teknik Pengumpulan DataPenelitian menggunakan pengumpulan data primer maupun sekunder. Data primer digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian dan mengambil kesimpulan atas jawaban pertanyaan penelitian tersebut. Sedangkan data sekunder digunakan untuk melengkapi informasi yng dibutuhkan pada penelitian1. Data PrimerData primer diperoleh melalui instrumen wawancara mendalam (indepth interview), observasi, dan dokumenter. Sehingga data yang diperoleh adalah berupa data yang valid. Wawancara dimaksudkan untuk memperoleh informasi kekinian dan modus yang terjadi di masyarakat, melalui aparat yang terjun langsung ke lapangan. 2. Data SekunderData sekunder penulis dapat dari buku umum yang relevan dengan penelitian, penelitian terdahulu yang membahas pola penyebaran narkoba. Penelitian terdahulu yang dimakud berupa skripsi, tesis, disertasi, jurnal ilmiah yang dipublikasikan secara luas, media publikasi yang menyediakan data yang berhubungan dengan permasalahan penelitian, koran, majalah, serta dari internet terutama untuk jurnal on-line yang berhubungan dengan permasalahan penelitian.Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua teknik pengumpulan data, yaitu:1. WawancaraWawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberkan jawaban atas pertanyaan itu[footnoteRef:22]. Teknik ini digunkan untuk mengetahui pola penyebaran narkoba yang terjadi di Kota Semarang. [22: Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D). (Bandung: Alfabeta), hlm 312.]

Menurut patton (dalam Poerwandari, 1998) pedoman wawancara dapat digunakan untuk mengingatkan peneliti mengenai aspek apa yang harus dibahas, dan menjadi daftar pengecek (check list) apakah aspek relevan tersebut sudah ditanyakan.2. Observasi (Pengamatan)Teknik observasi yang digunakan adalah observasi terus terang atau tersamar. Dalam hal ini, peneliti melakukan pengumpulan data dengan menyatakan terus terang kepada sumber databahwa ia sedang melakukan suatu penelitian[footnoteRef:23]. Teknik ini digunakan untuk mengatahui pola kehidupan masyarakat modern Semarang dalam menerapkan teknologi yang mendorong percepatan penyalahgunaan narkoba. [23: P. Joko Subagyo. Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek. (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), hlm 63.]

3. DokumentasiDokumen yang digunakan dalam hal ini adalah segala dokumen yang berhubungan dengan kelembagaan dan administrasi, data kasus penyalahgunaan yang tercatat di BNNP Jawa Tengah, jumlah tersangka yang direhabilitasi, dan data dari Kapolrestabes Semarang.

3.5. Teknik Analisis DataAnalisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri dan orang lain.[footnoteRef:24] [24: Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D). (Bandung: Alfabeta, 2008), cct IV, hlm. 224.]

Metode analisis data dala penelitian ini mengikuti konsep yang diberika Miles and Huberman. Miles and Huberman mengungkapkan bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus pada setiap tahapan penelitian sehingga sampai tuntas. Komponen dalam analisis data[footnoteRef:25] [25: Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan(Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D). (Bandung: Alfabeta, 2010), cet. X, hlm. 27).]

1. Tahap ReduksiData yang diperoleh dari laporan jumlahnya cukup banyak, untuk itu perlu dicatat secara teliti dan rinci. Mereduksi berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting.2. Penyajian Data (Display)Setelah data direduksi maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Menurut Miles and Huberman (1984) yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dengan mendisplay data maka memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.3. Verifikasi (Conclusion Drawing)Kesimpulan dalam penelitian ini berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap, sehingga setelah diteliti menjadi jelas.

3.6. Etika Penelitian 1. Persetujuan dari Fakultas Ekonomi telah diterima sebelum dilakukan penelitian ke BNNP Jawa Tengah dan Polres Semarang Barat.2. Subyek informan yang telah bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini dibuktikan dengan menandatangani informed consent dengan sebelumnya subjek penelitian telah diberikan penjelasan tentang maksud, tujuan, manfaat, dan protokol penelitian, dan subyek berhak menolak untuk diikutsertakan tanpa ada konsekuensi apapun dan berhak untuk keluar dari penelitian sesuai dengan keinginannya. 3.7.

BAB IVPEMBAHASAN

4.1. Peran Perkembangan Teknologi terhadap Penyebaran Peredaran Narkoba di Kota Semarang1. Peredaran Gelap Narkoba sebagai Kejahatan TransnasionalSeiring dengan pesatnya perkembangan teknologi dan informasi, dunia kejahatan berkembang secepat perkembangan teknologi yang ada. Kejahatan menimbulkan kekhawatiran masyarakat dunia karena menyadari bahwa apabila tidak ditanggulangi akan mempercepat kehancuran dunia ataupun peradaban kehidupan manusia. Oleh karena itu, kejahatan-kejahatan ini memerlukan perhatian khusus dalam penanggulangannya. Pesatnya perkembangan kejahatan terutama peredaran narkoba sangat dipengaruhi oleh kemajuan teknologi dan perkembangan peradaban masyarakat di dunia. Pesatnya arus perkembangan teknologi dalam akses transportasi menjadikan batas-batas geografis suatu negara menjadi hal yang bias. Sehingga memudahkan perpindahan penduduk dari suatu tempat ke tempat yang lain, hal negatifnya adalah banyaknya imigran gelap yang masuk ke Indonesia. Tidak berhenti sampai disitu, imigran tersebut memberikan dampak yang signifikan terhadap peredaran narkoba di Indonesia.Perdagangan gelap narkoba menyebabkan permasalahan seperti peningkatan penularan HIV/AIDS dan eksploitasi seksual yang sering dihubungkan dengan kejahatan peredaran gelap narkoba. Oleh karena itu, masyarakat dunia juga sudah memberi perhatian besar terhadap penyebaran narkoba. Konvensi Tunggal Narkoba 1961, Konvensi Wina 1988, Konvensi PBB menentang Kejahatan Terorganisasi Transnasional Tahun 2000 (Palermo Convention) menunjukkan keseriusan dunia internasional dalam menyatakan perang dengan narkoba.

2. Pola Penyebaran Narkoba di Kota SemarangPola penyebaran narkoba menggunakan modus operandi yang canggih, dengan teknologi dan manajemen yang rapih. Untuk memutus mata rantai peredaran narkoba ini sangat sulit bahkan bisa dikatakan tidak mungkin (Keterangan AKP Achmad Kapolrestabes Semarang saat diwawancara). Pola yang sering digunakan antara lain:a. Imigran GelapNarkoba yang beredar di Indonesia sebagian besar diproduksi di luar negeri. Produksi narkoba tidak lagi di dalam negeri.[footnoteRef:26] Narkoba dan obat-obatan yang beredar di Indonesia kini sebagian besar diproduksi di luar negeri, untuk memasukkan narkoba ini ke Indonesia sindikat menggunakan kurir dan imigran gelap. Mereka masuk melalui semua jalur, walaupun yang terjadi mayoritas menggunakan jalur laut. [26: Sering Diciduk, Sindikat Narkoba Ubah Modus Peredaran. http://m.liputan6.com (diakses pada 03/05/15 pukul 14.37)]

b. Kurir Sindikat pengirim paket narkoba atau sering disebut kurir. Di era modern ini sindikat narkoba tidak hanya merekrut kurir laki-laki, akan tetapi kebanyakan mereka memanfaatkan kurir wanita. Perekrutan kurir wanita untuk mengedarkan narkoba dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Hal tersebut diungkapkan oleh Deputi Pemberantasan Badan Narkoba Nasional Irjen Pol Deddy Fauzi Elhakim[footnoteRef:27] [27: http://www.cnnindonesia.com (diakses pada 03/05/15 pukul 9.45)]

Wanita yang dijadikan kurir umumnya adalah mereka yang kesulitan ekonomi. Sindikat narkoba menawarkan pekerjaan dengan imbalan upah yang besar. Kurir-kurir tergiur dengan gaji yang tergolong besar. Dari pengakuan Ratu Kurir Narkoba pendapatan seorang kurir narkoba mencapai 3000 USD atau 30 juta rupiah setiap mengirim satu paket obat terlarang.[footnoteRef:28] [28: http://www.beacukai.go.id (diakses pada 03/05/15 pukul 11.19)]

Pola perekrutan selanjutnya yang digunakan adalah perekrutan kurir via internet. Modus lowongan kerja digunakan sebagai trik mendekati para calon kurir. Semakin berkembangnya teknologi orang dapat dengan mudah memperoleh informasi apapun dari internet, termasuk lowongan pekerjaan. Dengan iming-iming gaji yang besar dan kerja ke luar negeri membuat para calon kurir tergiur menerima lowongan pekerjaan ini.Kecanggihan teknologi berperan dalam mempermudah keluar masuknya kurir keluar negeri untuk mengirim paket. Paspor ganda dan/atau paspor palsu sangat mungkin digunkan oleh para kurir ini. Para kurir baru dikirim untuk membawa paket berisi narkoba, akan tetapi mereka tidak mengetahui bahwa paket tersebut berisi barang haram tersebut. Modus yang digunakan oleh sindikat narkoba adalah dengan kamuflase bahwa isi paket tersebut adalah emas[footnoteRef:29]. Sindikat narkoba beroperasi dengan sangat rahasia dengan sistem sel terputus, maka untuk mengungkap jaringan dan pelaku serta menyita barang bukti dan aset diperlukan upaya penetrasi ke jaringan sindikat dengan lebih efektif lagi. [29: http://www.cnnindonesia.com (diakses pada 03/05/15 pukul 12.21)]

Pola yang penyebaran baru yang digunakan oleh pengedar berjenis kelamin laki-laki adalah menikahi wanita untuk dijadikan kurir. Wanita diiming-imingi kehidupan yang serba mewah. Kehidupan mewah yang didapat dengan cara yang mudah, dengan teknik ini wanita akan tergiur dan mencoba apa yang dilakukan oleh suaminya.Peredaran narkoba sering dilakukan ditempat umum seperti di sekolah atau kampus. Pengedar akan mendatangi sekolah untuk menawarkan narkoba, mereka memberikan gratis untuk menarik orang mau menggunakan. Kata-kata yang sering digunakan menurut BNN adalah Gratis nih! Ayo Cobain aja![footnoteRef:30]. [30: http://www.hukum.kompasiana.com (diakses pada 03/05/15 pukul 14.03)]

c. Memfotokopi Resep DokterMasyarakat yang sudah mengenal narkoba akan sangat sullit untuk lepas dari jeratan barang haram ini. Modus terkini yang digunakan adalah memfotokopi resep dari dokter. Obat medis juga mengandung narkoba golongan rendah. Fotokopi resep dokter dan membeli obat tersebut ke apotek dalam jumlah banyak untuk kemudian dijual kembali. Obat yang sering disalahgunakan adalah obat ayan yang dipergunakan sebagai pil koplo. Modus ini semakin marak di Semarang, 170 tablet obat dari resep palsu disalahgunakan setiap harinya. (Keterangan AKP Achmad Kapolrestabes Semarang).d. Kamuflase dalam BarangDi era yang berteknologi tinggi seperti saat ini bukan tidak mungkin menyamarkan narkoba dalam bentuk lain yang bahkan sulit untuk dideteksi. Sindikat di kota Semarang khusunya mengkamuflasekan narkoba ke dalam barang seperti lampu neon, rokok, dan roti. Modus yang sering dipakai adalah rokok, jadi dalam bungkus rokok diselipi daun ganja. Menurut keterangan AKP Achmad modus ini paling banyak digunakan dan paling banyak tertangkap, kasus terakhir adalah di Wonogiri dan Klaten ujarnya.Modus yang baru marak akhir-akhir ini adalah perdagangan brownies ganja via on-line. Kamuflase ganja ke dalam suatu brownies merupakan salah satu modus terbaru dan efektif. Teknologi yang demikian canggih dapat mempermudah berjalannya bisnis ini, pelaku mengubah ganja menjadi bagian dari brownies dan cokelat kemudian dipasarkan via on-line. Pemesanan dapat dilakukan dengan BBM atau telepon. Tidak hanya berhenti sampai di kalangan dewasa, brownies ganja juga dipasarkan kepada anak-anak di sekolah (http://www.indonesiabergegas.bnn.go.id).Hubungan narkoba dengan generasi muda dewasa ini amat erat. Banyak kasus kecanduan dan pengedaran narkoba yang di dalamnya terlibat generasi muda, khususnya remaja sekolah dan luar sekolah (putus sekolah). Usia remaja memang merupakan "sasaran empuk" dan periode yang paling rawan terhadap penyalahgunaan narkoba, karena masa remaja merupakan masa pencarian identitas diri, saat dimana remaja mulai muncul rasa penasaran, ingin tahu, serta ingin mencoba berbagai hal yang baru dan bahkan beresiko tinggi. Bahkan pertemanan atau organisasi dapat menjerumuskan seseorang ke lembah narkoba. Hubungan keluarga yang kurang harmonis juga merupakan faktor pendorong seseorang menggunakan barang haram ini. Hasil Analisis BNN jaringan peredaran narkoba akan selalu berputar dan menggunakan modus-modus baru untuk menjerat lebih banyak orang, terutama generasi muda sebagai penerus bangsa. Kurir yang digunakan juga akan selalu berganti-ganti. Sistem jaringan terputus dan hanya menggunakan alat komunikasi sebagai bentuk perintah. Sehingga membuat aparat kesulitan menangkap seluruh sindikat. Gambar di bawah ini akan menunjukkan pola penyebaran narkoba yang biasa digunakan sampai sejauh ini, termasuk pola yang digunakan di Semarang. Dari keseluruhan pola yang digunakan, teknologi tetap menjadi faktor penting dalam usaha peredaran narkoba.Imigran Gelap

TEKNOLOGI

Lowongan Pekerjaan Online

Kerja Gaji Besar Kurir

Sindikat Narkoba Nasional & Inter

Menikah

Fotokopi Resep Dokter

Kamuflase dalam Barang

Gambar 1. Pengaruh Teknologi dengan Sindikat Pengedar Narkoba Alur diatas menunjukkan pola peredaran narkoba yang terjadi di Semarang. Perkembangan teknologi yang semakin canggih berhubungan positif dengan pola penyebaran narkoba. Semakin canggih teknologi semakin canggih pula peredaran narkoba dan semakin sulit dilacak oleh aparat.Kamuflase narkoba dalam barang yang dipengaruhi oleh perkembangan teknologi juga semakin beragam.Kamuflase dalam Barang

ShabuKokainHeroin

Patung FiberShowerPatung Budha

Penggulung KainBuah Kelapa Lapisan Tas

Batu Nisan Alat Gantole Buku Tebal

Papan Selancar Hak Sepatu

Dompet

Dalam Rambut

Mayat Bayi

Sajadah

Gambar 2. Kamuflase Narkoba dalam Barang (Sumber: BNNP Jateng)Modus penyebaran narkoba dengan kamuflase barang semakin marak dilakukan. Masyarakat dihadapkan pada kenyataan bahwa semua barang yang ada di sekitar mereka dapat digunakan sebagai media penyebaran narkoba. Barang kebutuhan pribadi, makanan, batu nisan, dan juga manusia dapat dijadikan objek kamuflase ini. Modus operandi yang canggih dan senantiasa berubah mermbuat geliat peredaran narkoba semakin sulit dilacak oleh aparat, oleh karena itu diperlukan kerjasama antar semua stakeholders dalam masyarakat.

3. Pengaruh Kebudayaan Barat (Pop) dalam Penyebaran Penyalahgunaan NarkobaBudaya asing yang masuk ke Indonesia mempunyai dampak positif dan negatif. Dampak positifnya adalah masyarakat menjadi lebih mudah dalam mengikuti perkembangan globalisasi. Akan tetapi tidak hanya teknologi dengan dampak positif saja yang masuk, budaya barat yang cenderung liberal juga masuk seiring dengan perkembangan pemanfaatan teknologi. Pola hidup barat yang serba mewah mendorong masyarakat untuk melakukan suatu pekerjaan apapun untuk memenuhi trend nya, walaupun pekerjaan itu termasuk menjual narkoba.Pola asuh orangtua yang otoriter dan kurang memberikan kasih sayang pada anak dapat menimbulkan potensi anak menggunakan narkoba. Pola hidup kebarat-baratan yang liberal, jam malam yang tidak terbatas, pergaulan remaja yang tidak sehat juga semakin meningkatkan potensi penyalahgunaan narkoba di kalangan masyarakat.Menurut Hawari (2008: 29) terjadinya perilaku menyimpang yang berakibat pada penyalahgunaan narkoba adalah terlihat dalam gambar. Budaya IndonesiaIT & Kebudayaan BaratTeknologi

MasyarakatSKH/KampusRemajaKeluarga

Narkotika

Perilaku Menyimpang Gambar 3. Skematis Perilaku Menyimpang yang Berakibat pada Penyalahgunaan NarkobaGambar di atas menunjukkan bahwa pengaruh teknologi sangat besar kaitannya dalam mempengaruhi kebudayaan Indonesia. Teknologi sebagai pendorong masuknya kebudayaan barat ke Indonesia yang secara tidak langsung mengandung kebudayaan penggunaan narkoba. Penggunaan narkoba di kalangan remaja pada dasarnya dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu keluarga, masyarakat, dan sekolah atau kampus. Ketiganya saling berkaitan dan merupakan hal yang tidak terpisahkan walaupun tetap yang menjadi faktor penentu utama adalah keluarga. Keluarga adalah sebagai tempat pertama pembentukan karakter seorang remaja, tempat pertama sebagai pondasi kepribadian remaja.4.2. Penanggulangan Perkembangan Teknologi Agar Tidak Disalahgunakan dalam Peredaran Narkoba.Maraknya peredaran penyalahgunaan narkoba di masyarakat harus segera ditangani. Penanggulangan dan atau pencegahan yang efektif diperlukan untuk membendung peredaran penyalahgunaan barang gelap ini. Prof Paulin G. Padmohoedojo MA, MPH dalam buku Yusuf Afandi (2010: 49) mengatakan bahwa pencegahan merupakan usaha yang ditujukan untuk mengurangi permintaan dan kebutuhan gelap narkoba. Hawari (2008: 29) prinsip penanggulangan narkoba adalah demand reduction (tidak mengonsumsinya) dan supply reduction (memberantas peredarannya).Program BNN dalam upaya penanggulangan narkoba pada bidang pencegahan (demand reduction) antara lain dengan melaksanakan advokasi dalam rangka penguatan kelembagaan dan peran serta masyarakat dalam Pencegahan, Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN), sosialisasi panduan peran serta masyarakat dan penyuluhan sadar narkoba, kerjasama dengan balai pustaka untuk menerbitkan buku atau CD penyuluhan, bekerjasama dengan universitas dan sekolah untuk melakukan penyuluhan sadar narkoba, penguatan kelembagaan peran serta masyarakat bidang pencegahan penyalahgunaan narkoba, meningkatkan peran orang tua, pemuda dan tokoh masyarakat bidang pencegahan penyalahgunaan narkoba.

Penanggulangan penyalahgunaan narkoba harus dilakukan secara sinergi oleh individu yang bersangkutan, keluarga, masyarakat, sekolah atau kampus, dan pemerintah.1. Penanggulangan dari dalam diri pribadiKesadaran untuk tidak menggunakan narkoba dimulai dari dalam individu masing-masing, kepribadian yang kuat untuk menangkal narkoba harus tertanam sejak dini dalam diri setiap individu. Adanya kemudahan akses teknologi tidak selalu harus digunakan untuk hal yang negatif, Sebagai pribadi Indonesia yang berjiwa Pancasila, masyarakat harus dapat menghindari menjadi pengedar maupun pemakai narkoba. Pergaulan yang bebas harus dihindari terutama pergaulan dalam komunitas (member) online di internet yang tujuannya tidak jelas. Karena semakin canggihnya teknologi, penghasutan untuk memakai narkoba dapat dilakukan melalui berbagai cara termasuk media maya.2.Penanggulangan melalui KeluargaKeluarga merupakan tempat pertama dan utama dalam menentukan kepribadian seorang anak. Melalui keluarga inilah seorang anak akan tumbuh dengan sifat dan karakteristik yang nantinya akan dibawa ke masyarakat. Orang tua sedari dini harus mengajarkan anak untuk menghindari dunia malam yang bebas, kemewahan yang tidak terbatas, boros, dan pemanfaatan dunia maya yang melebihi batas. Orang tua juga harus memberikan kasih sayang cukup kepada anaknya, karena seiring dengan perkembangan teknologi godaan untuk menggunakan narkoba semakin besar. Dengan kasih sayang dan perhatian, serta agama yang kuat seorang anak akan lebih mudah terhindar dari jeratan narkoba tersebut.3.Penanggulangan melalui MasyarakatMasyarakat sebagai tempat individu bersosialisasi juga harus didesain sedemikian rupa. Keadaan masyarakat yang stabil akan memungkinkan sulitnya narkoba untuk masuk ke dalam komunitas. Keadaan sosial yang mewadahi aspirasi masyarakat harus senantisa dikembangkan dan diperbanyak, sehingga memungkinkan masyarakat untuk selalu terlibat dalam upaya aktualisasi diri dan terhindar dari kesendirian yang mendorong mereka terjerumus ke dalam narkoba.4.Penanggulangan melalui SekolahInstitusi pendidikan merupakan salah satu pihak yang berkewajiban dan bertanggung jawab dalam upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar dan mahasiswa. Karena pelajar dan mahasiswa merupakan calon generasi penerus bangsa. Penerapan tata tertib di sekolah sebagai salah satu cara untuk mendidik pelajar agar mematuhi aturan dan bertindak sesuai dengan batas kewajaran. Pemaksimalan peran guru Bimbingan Konseling juga dapat dijadikan alternatif dalam pencegahan penyalahgunaan narkoba oleh siswa, karena guru BP berinteraksi secara langsung dan mengetahui kepribadian setiap siswa.Setelah adanya upaya demand reduction yang harus dilakukan oleh para stakeholders terutama pemerintah adalah suplly reduction. Upaya mengurangi pemasaran narkoba dapat dilakukan oleh aparat pemerintah yang bekerja bersama-sama dengan masyarakat. Pemanfaatan teknologi modern dapat digunakan sebagai upaya canggih dalam menangani peredaran narkoba.Bijak MenggunakanMenrapkan Modus Penangkapan SamaMempelajari Modus PelakuControlled DeliveryKejadian TerungkapData PelakuTmpat HiburanData PenggunaDatabaseSignal IntelijenIntelijen TaktisPemetaan Jaringan dengan TeknologiPemetaan Data dengan TeknologiMsyarakatPemerintahTeknologi

Open Information

Gambar 4. Pemanfaatan Teknologi dalam Supply Reduction (BNNP Jateng)Menurut data dari BNNP Jawa Tengah di atas, teknologi dapat dimanfaatkan untuk upaya penanggulangan narkoba supply reduction. Diperlukan kerjasama antar masyarakat dan pemerintah. Peran masyarakat adalah dalam menggunakan teknologi dengan bijak, tidak memanfaatkan adanya kemudahan teknologi untuk meyebarkan atau menggunakan narkoba. Pemerintah dalam hal ini dapat memanfaatkan teknologi dalam tiga hal utama yaitu, pemetaan jaringan, pemetaan data, dan controlled delivery. Setiap kali pengedar mengganti modusnya, pemerintah juga dapat mengikuti perkembangan modus itu dan segera melacaknya, karena sudah ada intelijen dan data pendukung yang mempermudah ruang gerak pemerintah.

BAB VPENUTUP5.1 Kesimpulan1. Peredaran gelap narkoba sebagai kejahatan transnasional yang melibatkan hampir semua negara di dunia. Perkembangan teknologi menjadi salah satu pendorong maraknya peredaran narkoba, sebagai contoh utamanya adalah mudahnya imigran gelap masuk ke suatu negara dengan membawa narkoba.2. Perkembangan teknologi dan peredaran gelap narkoba memiliki arus hubungan yang positif, artinya setiap ada tambahan teknologi baru pasti akan memunculkan modus baru dalam penyebaran narkoba.3. Pola penyebaran narkoba di Kota Semarang semakin beragam dengan modus operandi yang canggih. Modus operandi yang sering diggunakan di wilayah Semarang adalah modus imigran, kurir, memfotokopi resep dokter, dan kamuflse dalam barang4. Sebagian besar barang dan makanan yang digunakan oleh masyarakat sehari-hari dapat menjadi objek kamuflase narkoba.5. Kebudayaan barat (pop) yang masuk ke Indonesia bersamaan dengan masuknya teknologi menjadi salah satu faktor pendorong kebiasaan masyarakat untuk mulai menggunakan narkoba dan hidup dalam dunia malam.6. Upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba dapat dilakukan dengan dua metode yaitu demand reduction dan supply reduction.7. Pencegahan penyalahgunaan narkoba dapat memanfaatkan perkembangan teknologi, setiap ada modus baru dari pengedar maka aparat bekerjasama dengan masyarakat dapat menggunakan modus penangkapan yang lebih canggih.5.2. Saran1. Perkembangan teknologi yang semakin canggih harus diimbangi dengan pengetahuan masyarakat dalam menggunakannya dengan bijak, sehingga masyarakat tidak terjerumus dalam pola pergaulan bebas dan narkoba.2. Kesadaran pribadi setiap individu harus selalu ditingkatkan agar teguh untuk tidak menggunkan narkoba. Hal tersebut dapat dibentuk melalui peran keluarga, sekolah, dan masyarakat.3. Pemberantasan narkoba harus dilakukan dengan serentak dan bersinergi antara masyarakat dengan pemerintah.4. Perkembangan teknologi harus bisa dimanfaatkan oleh pemerintah khususnya untuk memberantas peredaran narkoba yang juga memanfaatkan kecanggihan teknologi.

DAFTAR PUSTAKAA. BukuAdi, Kusno. 2009. Diversi Sebagai Upaya Alternative Penanggulangan Tindak Pidana Narkotika Oleh Anak. Malang: Umm Press.Ahmadi, Sofyan. 2007. Narkoba Mengincar Anak Anda. Jakarta: Prestasi Pustaka.Atmasasmita, Romli. 2000. Pengantar hukum pidana internasional. Bandung: Eresco.Hawari, Dadang. 1991. Penyalahgunaan Narkotika & Zat Adiktif. Perpustakaan Universitas IndonesiaHamzah, Andi. 2001. Bunga Rampai Hukum Pidana dan Acara Pidana. Jakarta: Ghalia Indonesia.Hastaning, Sakti Hastaning. 2000. Menyelami Permasalahan Remaja dan Mencari Solusinya dalam Pemuda Peduli Narkoba. Jakarta: Komite Nasional Pemuda Indonesia.Martono, Lydia Hartono. 2006. Peran Orang Tua dalam Mencegah dan Menanggulangi Penyalahgunaan Narkoba. Jakarta: PT. Balai Pustaka.Moeleong, Lexy J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.Sarwono, Jonathan. 2011. Mixed Methods. Elex Media Computindo.Sasangka, Hari. 2003. Narkotika dan Psikotropika dalam Hukum Pidana untuk Mahasiswa dan Praktisi serta Penyuluh Masalah Narkoba. Bandung: Mandar Maju.Subagyo, Joko. 1997. Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D). Bandung: Alfabeta.Sujatno, Adi. 2008. Pencerahan di Balik penjara Dari Sangkar Menuju Sanggar untuk Menjadi Manusia Mandiri. Jakarta: Penerbit Teraju.Supramono, Gatot. 2004. Hukum Narkoba Indonesia. Jakarta: Djambatan.Tyler, Cowen. 2002. Creative destruction : How Globalization is Changing the Worlds Cultures. New Jersey: Princeton University Press.Yulia, Rena. 2013. Viktimologi. Yogyakarta: Graha ilmu.

B. Perundang UndanganUndang-Undang Nomor 35 Tahun 2009Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997

C. Jurnal dan SkripsiGono, Joyo Nur Suryanto. 2011. Narkoba: Bahaya Penyalahgunaan dan Pencegahannya. http://www.ejournal.undip.ac.id. (diakses pada 30/04/2015 pukul 04.04).Hariyono, Bambang. 2009. Kebijakan Formulasi Sanksi Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Narkoba di Indonesia. http://www.eprints.undip.ac.id. (diakses pada 30/04/2015 pukul 19.07).Iriawan, Sony. Transnational Drugs Trafficking Dan Problematisasi Pemerintah Indonesia Dalam Menanggulangi Peredaran Narkotika Nasional. http://www.academia.edu. (diakses pada 01/05/2015 pukul 09.54).Palimbongan, Elvira Febrian. 2013. Upaya Asean dalam Menanggulangi Perdagangan dan Peredaran Narkotika Ilegal di Kawasan Asia Tenggara (2009-2012). http://www.ejournal.hi.fisip-unmul.org. (diakses pada 30/04/2015 pukul 19.27).Prisaria, Nusiriska. 2012. Hubungan Pengetahuan dan Lingkungan Sosial Terhadap Tindakan Pencegahan Penyalahgunaan Napza pada Siswa SMA Negeri 1 Jepara. http://www.eprints.undip.ac.id. (diakses pada 30/04/2015 pukul 03.47).Sadiyah, Nur Khalimatus. Modus Operandi Tindak Pidana Cracker menurut Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik. http://www.ejournal.uwks.ac.id. (diakses pada 02/05/2015 pukul 08.48).Saputro, Raditya Margi. 2011. Determinisme Teknologi: Kajian Filsafat Mengenai Pengaruh Teknologi Terhadap Perkembangan Masyarakat. http://www.lontar.ui.ac.id. (diakses pada 02/05/2015 pukul 06.15).

D. WebsiteCahya, Cun. 2015. Jawa Tengah Peringkat 16 Penyalahgunaan Narkoba. http://berita.suaramerdeka.com. (diakses pada 01/05/15 pukul 9.45).http://www.cnnindonesia.com (diakses pada 03/05/15 pukul 9.45).http://www.beacukai.go.id (diakses pada 03/05/15 pukul 11.19).Lismawati, Ita. 2013. Dunia Gelap Seorang Bandit Narkoba, Freddy Budiman. http://m.news.viva.co.id. (diakses pada 02/05/15 pukul 14.42)Pertemuan ASEAN Senior Official on Drug Matter dalam hal kerjasama Pengendalian narkoba dan obat-obatan. http://www.bnn.go.id. (diakses pada 30/04/2015 pukul 14.25)Sering Diciduk, Sindikat Narkoba Ubah Modus Peredaran. http://m.liputan6.com (diakses pada 03/05/15 pukul 14.37).

LAMPIRANLampiran 1. Daftar WawancaraDAFTAR WAWANCARANarasumber: Akp. AchmadInstansi: Kapolrestabes SemarangWaktu: 4 Mei 2015

Daftar PertanyaanUmum:1. Jenis narkoba apa yang banyak beredar di Kota Semarang?2. Apakah Semarang juga termasuk salah satu jalur transit atau pemasaran transnational drugstore?3. Siapakah yang menjadi sasaran utama pengedaran narkoba?Modus Pengedaran Narkoba:1. Jalur apa yang sering digunakan untuk memasukkan narkoba ke Semarang?2. Sindikat pengedaran narkoba berupa apa saja yang sering dijadikan perantara pengedaran narkoba?3. Berapa kisaran usia para pengedar narkoba tersebut?4. Adakah pengedar yang berjenis kelamin perempuan?5. Bagaimana cara perekrutan kurir terutama yang berjenis kelamin perempuan?6. Modus apa yang digunakan oleh kurir perempuan?7. Modus pada umumnya yang sedang marak digunakan di Kota Semarang?8. Bagaimana menurut Anda dengan modus kamuflase narkoba dalam barang yang marak akhir akhir ini?9. Bagaimana tanggapan Anda mengenai modus terbaru, yaitu narkoba yang dimasukkan dalam brownies dan dijual secara online?Kaitan Narkoba dengan Perkembangan Teknologi:1. Adakah kaitan antara perkembangan teknologi dengan peredaran narkoba?2. Bagaimana hubungan antara teknologi dengan narkoba?3. Bagaimana tanggapan Anda dengan keadaan saat ini, bahwa remaja sangat akrab dengan teknologi yang kemungkinan besar membawa mereka ke pergaulan bebas?4. Bagaimana upaya yang dilakukan pemerintah kota Semarang dalam memanfaatkan kecanggihan teknologi untuk memutus rantai peredaran narkoba di Semarang?Upaya yang harus dilakukan Stakeholders:1. Apa yang seharusnya dilakukan oleh para stakeholders untuk menanggulangi maraknya peredaran narkoba, kaitannya dengan semakin canggihnya teknologi?2. Bagaimana peran pemerintah dalam demand reduction dan supply reduction penanggulangan narkoba?3. Bagaimana menurut Anda apabila pengggunaan teknologi pada anak dibatasi?4. Perlukah adanya kesinergisan antara stakeholders agar upaya pencegahan penggunaa narkoba dapat lebih baik?

Lampiran 2. Foto Wawancara

Lampiran 3. Surat Ijin Observasi