PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH...

144
i TESIS PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT DI DESA JETIS KECAMATAN KLATEN SELATAN KABUPATEN KLATEN TAHUN 2008 Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajad Magister Program Studi Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup Disusun oleh Sigid Sudaryanto NIM,S820907024 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2008

Transcript of PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH...

Page 1: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

i

TESIS

PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP

PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT DI DESA JETIS

KECAMATAN KLATEN SELATAN KABUPATEN KLATEN

TAHUN 2008

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajad Magister Program Studi Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup

Disusun oleh

Sigid Sudaryanto

NIM,S820907024

PROGRAM PASCASARJANAUNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2008

Page 2: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

ii

PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP

PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT DI DESA JETIS

KECAMATAN KLATEN SELATAN KABUPATEN KLATEN

TAHUN 2008

Disusun oleh :

Sigid Sudaryanto

NIM,S820907024

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing

Dewan Pembimbing :

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Pembimbing I Prof .Dr. Budiyono,MScNIP. 130 794 455 …………………. …………

Pembimbing II Prof. Dr. Sigit Santoso,MPdNIP. 130529725 ………………….. ………….

MengetahuiKetua Program Studi

Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup

Prof. Dr. Sigit Santoso,MPdNIP. 130529725

Page 3: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

iii

Pengaruh Penyuluhan Pengelolaan Sampah Mandiri Terhadap Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Masyarakat di Desa Jetis Kecamatan Klaten Selatan Kabupaten Klaten Tahun 2008

Disusun oleh :

Sigid SudaryantoNIM : S 820907024

Telah disetujui oleh Tim Penguji

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Ketua : Prof.Dr. H. Soegiyanto, SU ……………… ………….

Sekretaris : Prof. Drs.Indrowuryatno,M.Si ……………… ………….

Anggota Penguji :

1 Prof .Dr. Budiyono,MSc ……………… ………….

2 Prof. Dr. Sigit Santoso,MPd ……………… ………….

Mengetahui

Ketua Program Studi PKLH

Prof. Dr. Sigit Santoso,MPdNIP 130529725 ……………….. …………

Direktur Program Pascasarjana

Prof.Drs.Suranto,MSc.Ph.DNIP 131472192 ……………… ………….

Page 4: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

iv

PERNYATAAN

Nama : Sigid SudaryantoNIM : S820907024

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul “Pengaruh

Penyuluhan Sampah Mandiri Terhadap Pengetahuan,Sikap dan Perilaku

Masyarakat di Desa Jetis Kecamatan Klaten Selatan Tahun 2008” adalah

benar-benar karya sendiri

Hal-hal yang bukan karya saya diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam

daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya

bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar

yang saya peroleh dari tesis tersebut

Surakarta, Januari 2009

Yang membuat pernyataan

Sigid Sudaryanto

Page 5: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

v

ABSTRACT

Sigid Sudaryanto, NIM S820907024, 2008, Tesis Influence The Community Education about own Rubbishe Manage to Improve the Knowledge, Attitute and Community Practice at Jetis Village, South KlatenSubdistrict, Klaten District 2008. Population And Environmental Educational Program Study , Surakarta Goverment University.

Rubbishes are materials or things that have solid character, it can’t be used anymore or must be thrown away as the results from human activities. Rise of the rubbishes from day to days to be up accompany with grow up the human populations and life style, it estimate that each person produce rubbish 2,97 litlers/day. The average of rubbishes volume in Klaten district are 871,1 m3, that can managed by Civil Enginering Departemen are 261,1 m3 (29,98%). Lowness knowledges from people communities about rubbish management such as throw the rubbishes to the river, or piles it on places so that causes putired smells.The aim of this research is to know the influence from educational own rubbish management against the poeple’s knowledge, attitude and practice.

This research is Quasi Experiment research which close by Group Pretest – Postest with control Design. Total of the sample are 68 persons that devide on 2 groups that are indemand and control group. Measurement of knowledges, attitudes, and practice from respondent used by the questioner that have been tested to 40 respondents before with the result from that questioner are valid and reliale to use. Knowledge, attitude and practise measurement done twice that is before and after the educational. The frequention of the educational done 4 times, in May untill September 2008.

Research’s results before the educational the average from knowledge, attitude and practise in indemand group is lower, but after the educational the measurement done the results are higher than the control group. Data analysed by t test and get t value 3,904 on knowledge, 46,025 on attitude and 5,622 on practice each p<0,05 that means are different average in knowledge, attitude and practise before and after the educational on indemand and control group.

The conclution to improve of knowledge, attitude and practise from the respondent get as the result from the educational. This reseach implication is giving the basic knowledge for people at Jetis village, South Klaten subdistrict, Klaten district and for the Klaten’s government to arrange the educational programs. Advice that come from the writter for the government is to focus the educational to increase the knowledge, attitude and practise so people can participate on rubbishes manage. For another Reseacher to discuss depper and to compare by some educational methods.

Page 6: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

vi

ABSTRAK

Sigid Sudaryanto, NIM S820907024,Tesis Pengaruh Penyuluhan tentang pengelolaan sampah mandiri terhadap pengetahuan, sikap dan perolaku masyarakat Desa Jetis,Kecamatan Klaten Selatan,Kabupaten Klaten Tahun 2008, Program Studi Kependudukan dan Lingkungan Hidup Program Pascasarjana,Universitas Negeri Surakarta.

Sampah adalah benda yang bersifat padat, sudah tidak dipakai lagi atau harus dibuang sebagai hasil kegiatan manusia. Penimbulan sampah semakin meningkat seiring dengan bertambahnya penduduk dan gaya hidup masyarakat, diperkirakan setiap orang menghasilkan sampah 2,97 liter/hari. Volume sampah di Kabupaten Klaten rata-ata perhari 871,1 M3,yang dapat dikelola oleh Dinas Kebersihan 261,16 M3 (29,98%). Rendahnya pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat dalam mengelola sampah menyebabkan mereka membuang ke sungai,atau tempat-tempat tertentu sehingga menimbulkan bau busuk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penyuluhan pengelolaan sampah mandiri terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat di Desa Jetis Kecamatan Klaten Selatan Kabupaten Klaten.

Penelitian ini merupakan penelitian Experiment Semu dengan pendekatan One Group Pretest – Postest Design. Jumlah sample sebanyak 68 responden terbagi menjadi 2 kelompok yaitu kelopok perlakuan dan kelompok kontrol. Pengukuran pengetahuan, sikap dan perilaku menggunakan kuaesioner yang sebelumnya dilakukan ujicoba kepada 40 responden,kuesioner dinyatakan valid dan reliable. Pengukuran Pengetahuan,Sikap dan Perilaku dilakukan sebanyak 2 (dua) kali yaitu sebelum dan sesudah penyuluhan, frekuensi penyuluhan dilakukan sebanyak 4 kali yaitu pada bulan Mei s/d September 2008.

Hasil Penelitian yaitu sebelum dilakukan penyuluhan nilai rata -rata Pengetahuan, Sikap dan Perilaku kedua kelompok relatif sama, setelah penyuluhan pada kelompok perlakuan nilai rata-rata pengetahuan, sikap dan perilaku kelompok perlakuan menjadi lebih tinggi. Setelah dilakukan analisis uji beda menggunakan t test tidak terikat diperoleh t hitung pengetahuan 3,904 (p<0,05), t hitung sikap 46,025 (p<0,05) dan t hitung perilaku 5,622 (p<0,05) hal ini menunjukkan perbedaan bermakna sebelum dan sesudah penyuluhan.

Kesimpulan penelitian yaitu peningkatan pengetahuan,sikap dan perilaku kelompok perlakuan sebagai hasil penyuluhan.Implikasi penelitian adalah memberikan dasar bagi masyarakat dan Pemerintah Kabupaten untuk penyusunan program penyuluhan. Saran yang diajukan peneliti agar pemerintah menggalakan penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku sehingga dapat berpartisipasi dalam pengelolaan sampah mandiri.. Kepada Peneliti lain agar mengkaji lebih dalam dan membandingkan berbagai metode penyuluhan.

Page 7: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kasih, karena

berkat Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis dengan

judul “ Pengaruh Penyuluhan Pengelolaan Sampah Mandiri Terhadap

Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Masyarakat di Desa Jetis Kecamatan

Klaten Selatan Kabupaten Klaten “.

Dalam penyusunan tesis penulis mendapatkan banyak bimbingan

dan bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis

menghaturkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H Sigit Santosa, MPd, Ketua Program Studi

Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup Program

Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan sebagai

Pembimbing II yang banyak memberikan arahan dalam penyusunan

tesis.

2. Bapak Prof. Dr. Budiyono, MSc, Pembimbing I Penyusunan Tesis

yang telah banyak memberikan arahan dalam penyusunan tesis.

3. Bapak Prof. Dr. H Soegiyanto, SU, Sekretaris Program Studi

Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup Program

Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta dan Penguji.

4. Bapak Prof. Drs Indro Wuryatno,MSi, sebagai Penguji yang

memberikan koreksi dan saran untuk perbaikan.

5. Ibu Dr. Lucky Herawati, SKM.MSc, Direktur Politeknik Kesehatan

Depkes Yogyakarta, yang telah memberikan ijin mengikuti Pendidikan

di Program Studi Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup

Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

6. Bapak/ Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Kependudukan dan

Lingkungan Hidup Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret

Surakarta yang telah memberikan bekal pengetahuan untuk

penyusunan tesis.

Page 8: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

viii

7. Bapak Camat Klaten Selatan, Kepala Puskesmas Klaten Selatan dan

Kepala Desa Jetis yang telah memberikan ijin melakukan penelitian

untuk penyusunan tesis.

8. Isteri dan anak – anak tercinta yang telah memberikan dukungan

selama penulis mengikuti pendidikan Program Studi Pendidikan

Kependudukan dan Lingkungan Hidup Program Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

9. Staf dan Karyawan pada Program Studi Pendidikan Kependudukan

dan Lingkungan Hidup Program Pascasarjana Universitas Sebelas

Maret Surakarta yang telah memberikan bantuan dan kemudahan

penyusunan tesis.

10. Semua Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kependudukan dan

Lingkungan Hidup Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret

Surakarta, angkatan September 2007 atas dukungan dan

kebersamaan kita selama pendidikan.

Penulis menyadari bahwa tesis tidak sempurna, maka saran yang

kontrukstif sangat penulis harapkan guna perbaikan selanjutnya. Akhirnya

penulis berharap semoga tesis ini dapat berguna bagi yang

membutuhkan.

Surakarta, Nopember 2008

Penulis

Page 9: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL iLEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBINGLEMBAR PERSETUJUAN PENGUJI

iiiii

PERNYATAAN ivABSTRAC vKATA PENGANTAR viiDAFTAR ISI ixDAFTAR GAMBAR xiDAFTAR TABEL xiiDAFTAR GRAFIK xiiiDAFTAR LAMPIRAN xivBAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ……………………………………B. Identifikasi Masalah ………………………………..C. Pembatasan Masalah ……………………………D. Perumusan Masalah ………………………………E. Tujuan Penelitian …………………………………F. Manfaat Penelitian …………………………………

179

101011

BAB II LANDASAN TEORIA. Kajian Teori

1. Pengetahuan Tentang Sampah ……………2. Sikap Pada sampah …………………………3. Perilaku …………………………………………4. Penyuluhan …………………………………….5. Sampah ………………………………………...6. Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat

B. Penelitian Yang Relevan …………………………C. Kerangka Berpikir …………………………………D. Perumusan Hipotesis ………………………………

12121826293447606163

BAB III METODOLOGI PENELITIANA. Tempat dan Waktu Penelitian ……………………

1. Tempat Penelitian …………………………….2. Waktu Penelitian ………………………………

B. Metode Penelitian…………………………………C. Populasi dan Sampel ……………………………

1. Populasi ……………………………………….2. Sampel …………………………………….…..

D. Variabel Penelitian ………………………………1. Jenis Variabel …………………………………2. Definisi Operasional Variabel ………………

65656565666666676768

Page 10: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

x

E. Teknik Pengumpulan Data ………………………1. Angket …………………………………………2. Langkah Penyusunan angket ………………

F. Validitas dan Reliabilitas ………………………….1. Validitas ………………………………………2. Relialibilitas …………………………………..

G. Teknik Analisis Data ………………………………

69697276767980

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANA. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian…………2. Kependudukan …………………………………..3. Karakteristik Responden ………………………

B. Analisis Data1. Analisis Deskriptif ……………………………..2. Analisis Kuantitatif ………………………………

83838386959597

C. Pembahasan 1021. Pengetahuan Responden ……………………2. Sikap Responden ………………………………3. Perilaku Responden ……………………………

102105107

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARANA. Kesimpulan …………………………………………B. Implikasi …………………………………………….C. Saran ………………………………………………..

111113114

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………… 116

Page 11: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

xi

DAFTAR GAMBAR

HalamanGambar 2.1 Tahapan Penyuluhan ………………………… 32

Gambar 2.2 Hubungan Penimbulan Sampah dan

pembangunan ………………………………..

35

Gambar 2.3 Sistem dan Mekanisme Peranserta

Masyarakat dalam Pengelolaan sampah……

51

Gambar 2.4 Hubungan antar Elemen Fungsional dalam

Sistem Pengelolaan Sampah…………………

55

Gambar 2.5 Kerangka Pikir Penelitian…………………….. 63

Page 12: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

xii

DAFTAR TABEL

HalamanTabel 3.1 Skor Penilaian Sikap Responden ………….. 75Tabel 3.2 Hasil Perhitungan Validitas Pengetahuan tentang

Sampah dan Pengelolaan Mandiri ……………………. 77Tabel 3.3 Hasil Perhitungan Uji Validitas Sikap ………………… 78Tabel 3.4 Hasil Validitas Perilaku Responden ……………. 79Tabel 3.5 Hasil Uji Normalitas Pengetahuan,Sikap dan Perilaku

responden ………………………………………………… 81Tabel 4.1 Distribusi Penduduk Desa Jetis Kecamatan Klaten

Selatan Kabupaten Klaten berdasar umur dan Jenis Kelamin……………………………………………………. 84

Tabel 4.2 Distribusi Penduduk Desa Jetis Kecamatan Klaten Selatan Kabupaten Klaten berdasar Pekerjaan …… 85

Tabel 4.3 Distribusi Penduduk Desa Jetis Kecamatan Klaten Selatan Kabupaten Klaten berdasar Pendidikan…… 86

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi responden Penduduk Desa Jetis Kecamatan Klaten Selatan Kabupaten Klaten berdasar Pekerjaan…………………………………… 87

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi responden Penduduk Desa Jetis Kecamatan Klaten Selatan Kabupaten Klaten berdasar Pendidikan………………………………… 88

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi responden Penduduk Desa Jetis Kecamatan Klaten Selatan Kabupaten Klaten berdasar Umur…………………………………………… 89

Tabel 4.7 Distribusi Tingkat Pengetahuan responden Desa Jetis Kecamatan Klaten Selatan Kabupaten Klaten ……….. 90

Tabel 4.8 Distribusi Sikap responden Penduduk Desa Jetis Kecamatan Klaten Selatan Kabupaten Klaten ……….. 92

Tabel 4.9 Distribusi Perilaku responden Penduduk Desa Jetis Kecamatan Klaten Selatan Kabupaten Klaten……… 94

Tabel 4.10 Distribusi Tingkat Pendidikan, Pengetahuan, Sikap dan Perilaku responden Penduduk Desa Jetis Kecamatan Klaten Selatan Kabupaten Klaten ……… 96

Tabel 4.11 Distribusi Pekerjaan,Pengetahuan,Sikap dan Perilaku responden Penduduk Desa Jetis Kecamatan Klaten Selatan Kabupaten Klaten ……………………………… 97

Tabel 4.12 Tabel t test Pengaruh Penyuluhan Pengelolaan Sampah Mandiri Terhadap Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Masyarakat di Desa Jetis Kecamatan Klaten Selatan Kabupaten Klaten……..…………………….. 98

Page 13: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

xiii

DAFTAR GRAFIK

Halaman

Grafik 5.1 Pengetahuan Responden Tentang Sampah dan Pengelolaan Mandiri di desa jetis Kecamatan Klaten Selatan Kabupaten Klaten Sebelum dan Setelah Penyuluhan…………… 104

Grafik 5.2 Sikap Responden Tentang Sampah dan Pengelolaan Mandiri di desa jetis Kecamatan Klaten Selatan Kabupaten Klaten Sebelum dan Setelah Penyuluhan………………………. 107

Hrafik 5.3 Perilaku Responden Tentang Sampah dan Pengelolaan Mandiri di desa jetis Kecamatan Klaten Selatan Kabupaten Klaten Sebelum dan Setelah Penyuluhan……………………………. 108

Page 14: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

HalamanLampiran 1 : Kuesioner Penelitian Pengaruh Penyuluhan

tentang Pengelolaan Sampah Mandiri terhadap Pengetahuan,Sikap dan Perilaku Masyarakat Desa Jetis Kecamatan Klaten selatan Kabupaten Klaten ……………………. 121

Lampiran 2 : Data Ujicoba Kuesioner Penelitian Pengaruh Penyuluhan tentang Pengelolaan Sampah Mandiri terhadap Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Masyarakat Desa Jetis Kecamatan Klaten selatan Kabupaten Klaten ……………. 128

Lampiran 3 : Hasil analisis Korelasi Product Moment ujicoba kuesioner Pengetahuan,Responden Desa Jetis, Kecamatan Klaten selatan, Kabupaten Klaten ……………………………... 131

Lampiran 4 : Perhitungan uji Validitas Variabel Pengetahuan tentang sampah……………….. 134

Lampiran 5 : Hasil Uji Korelasi Product Moment Sikap, Responden Desa Jetis Kecamatan Klaten selatan Kabupaten Klaten…………………….. 136

Lampiran 6 : Hasil Ujibeda Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Responden Desa Jetis Kecamatan Klaten selatan Kabupaten Klaten pada Awal dan Akhir Penelitian ………………………….. 139

Lampiran 7 : Perhitungan Reliabilitas Kuesioner variabel Pengetahuan tentang sampah……………….. 140

Lampiran 8 : Hasil Uji Normalitas Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Responden Desa Jetis Kecamatan Klaten selatan Kabupaten Klaten pada Awal dan Akhir Penelitian…………………………... 141

Lampiran 9a-9c

: Tabel Perhitungan Varian dan Uji T test Pengetahuan tentang sampah, Sikap dan Perilaku Pengelolaan sampah mandiri Responden Desa Jetis Kecamatan Klaten selatan Kabupaten Klaten…………………….. 142

Lampiran 10a-10c

: Perhitungan nilai t test Pengetahuan,sikap dan Perilaku reponden. ………………………. 145

Lampiran 11 : Data Pengetahuan tentang sampah, Sikap dan Perilaku Pengelolaan sampah mandiri Responden Desa Jetis Kecamatan Klaten selatan Kabupaten Klaten…………………… 148

Lampiran 12 : Surat Ijin Penelitian dari Bappeda Kabupaten Klaten …………………………………………… 149

Page 15: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

xv

Lampiran 13 : Surat Pernyataan telah melakukan Penelitian dari Puskesmas Klaten Selatan………………

Lampiran 14 : Materi Penyuluhan Pengelolaan Sampah Mandiri di Desa Jetis Kecamatan Klaten Selatan Kabupaten Klaten ……………………

Page 16: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Aktivitas penimbulan sampah (waste generation) dari hari ke hari

terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan

perkembangan gaya hidup masyarakat. Tidak tersedia data berapa

persisnya jumlah timbulan sampah di Indonesia. Namun diperkiraan

timbulan sampah di kota - kota besar Indonesia seperti Jakarta, Bandung

dan Surabaya pada tahun 2007 diperkirakan per kapita berkisar 2,97

liter/orang/hari, sehingga dengan jumlah penduduk Jakarta sekitar 12 juta

jiwa, banyaknya sampah yang dihasilkan lebih dari 35 juta liter yang

disetarakan dengan 26,945 m3 atau kurang lebih 6.000 ton dan

diperkirakan akan terus bertambah hingga diperkirakan jumlah sampah

sampah pada tahun 2015 adalah 6.678 ton. (http/kompas,08-11-2007).

Menurut data timbulan sampah DKI tahun 2005 menunjukkan bahwa

sumber sampah terbesar adalah permukiman (52,97%), perkantoran

27,35%) Industri 8,97%) dan sekolah 5,32%), sedangkan berdasarkan

komposisi sekitar 55,37% adalah sampah oraganik dan sisanya 44,63%

sampah anorganik (http/kompas 9-11-2006). Berdasarkan data tersebut,

maka kebutuhan akan lahan untuk lokasi pembuangan sampah menjadi

semakin luas. Kondisi ini akan menjadi masalah besar karena jika

diperhatikan jumlah lahan kosong yang tersedia justru semakin

sempit.Selain itu, berdasarkan data dari Dinas Kebersihan DKI jumlah

Page 17: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

2

sampah yang dapat diangkut ke TPA berkisar antara 70 – 85%

(http/www.com/Bentra,18-4-2008).

Sampah merupakan salah satu penyebab kerusakan alam dan

lingkungan yang menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat, terutama

dampak terhadap kesehatan, lingkungan hidup dan estetika. Timbunan

sampah di lahan-lahan kosong, dapat menimbulkan bau busuk dan

mengundang lalat-lalat yang kemudian dapat menjadi vektor penyakit

pencernaan. Sampah yang dibuang atau dihanyutkan ke sungai dapat

menghambat aliran air sungai sehingga bila musim penghujan datang bisa

menyebabkan banjir. Resapan air dari kotoran sampah, juga berpengaruh

terhadap kualitas tanah, sehingga tanah di sekitar tempat penumpukan

sampah dapat tercemar. Demikian pula sampah-sampah plastik yang

tidak mudah terurai oleh tanah, akan mengakibatkan pencemaran tanah.

Sampah yang tidak dikelola dengan baik, tidak sekedar berdampak negatif

terhadap kesehatan dan kelestarian lingkungan hidup,tetapi juga

memberikan kesan negatif bila dipandang dari sudut estetika atau

keindahan. Sampah yang berserakan di jalan, halaman rumah,

memberikan kesan 'kumuh' bagi lingkungan

Beberapa peristiwa tercatat terjadi sebagai akibat dari kelalaian

sebagian manusia dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Sebutlah

misalnya banjir tahunan yang melanda ibukota Jakarta dan kota – kota

lain di Indonesia. Sebagian besar pengamat menganalisis bahwa banjir

yang terjadi disebabkan oleh kesewenangan manusia yang dengan

Page 18: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

3

seenaknya membuang sampah sembarangan (Eko Bramono,2007). Hal

ini sesuai dengan hasil jajak pendapat yang diselenggarakan Litbang

Kompas 26-27 Januari 2005, hasilnya menunjukkan bahwa sikap disiplin

dari masyarakat sendirilah dipandang sebagai faktor utama penyebab

banjir (51%). Sedangkan faktor peran serta pemerintah dan faktor alam

(curah hujan) dianggap hanya oleh 22 dan 27 % responden sebagai

penyebab banjir (http/kompas,29-1-2005).

Pada dasarnya mengelola sampah secara baik merupakan

tanggung jawab setiap individu manusia yang memproduksi sampah,

dalam hal ini sampah padat, yang dapat dihasilkan oleh rumah tangga,

industri perusahaan, perkantoran, pabrik, pasar, dan sebagainya.

Sehingga sesuai dengan prinsip bahwa sampah harus dikelola sedekat

mungkin dengan sumber sampah. Oleh karena itu, berbagai elemen

memiliki tanggung jawab untuk turut serta dalam pengelolaan sampah,

terutama elemen rumah tangga, yang menurut berbagai sumber

merupakan produsen terbesar penimbul sampah padat.

Di Kabupaten Klaten diperkirakan rata-rata jumlah sampah yang

dihasilkan per hari 871,1 m3. Dari jumlah tersebut jumlah sampah yang

dapat ditangani setiap hari hanya sekitar 261,16 m3 atau 29,98 % saja

yang tertangani dan dibuang ke Tempat pembuangan akhir (TPA) oleh

Sub Dinas Kebersihan, Dinas Pekerjaan Umum. Hal ini dikarenakan

jumlah armada pengangkut sampah yang dimiliki oleh Dinas PU

Kabupaten Klaten hanya 13 unit dump truck dan 5 unit pick up (Dinas PU

Page 19: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

4

Kabupaten Klaten 2005:42). Selebihnya, sebanyak 609,94 m3 atau

70,02% diserahkan kepada masyarakat untuk menanganinya. Dalam

pengelolaan sampah oleh masyarakat selama ini ditimbun atau di bakar

di halaman dan sebagian yang lain dibuang ke sungai atau selokan.

Masyarakat Desa Jetis Kecamatan Klaten Selatan selama ini

belum mendapatkan pelayanan pengelolaan sampah oleh Sub Dinas

Kebersihan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Klaten. Mereka

mempunyai kebiasaan membuang sampah di kebun, sebagian lain

dibuang ke selokan. Akibat dari pengelolaan sampah yang demikian telah

menjadikan lingkungan menjadi kotor dan terkesan tidak sehat.

Mengelola sampah bukan sekedar teknis namun diperlukan

knowledge dan attitude,memerlukan pengetahuan dan pemahaman yang

benar tentang sampah, adanya sikap terhadap sampah dan pengelolaan

sampah secara benar sehingga menumbuhkan perilaku dan peran serta

masyarakat dalam kegiatan pengelolaan sampah secara mandiri

(Satriadharma, 2008). Penyuluhan kepada masyarakat menjadi sangat

penting agar masyarakat dapat mempunyai pengetahuan tentang

pengelolaan secara benar, sikap terhadap pengelolaan sampah yang

semakin positif dan perilaku pengelolaan sampah.

Dengan demikian, adanya peran serta masyarakat dalam

pengelolaan sampah menjadi sangat penting. karena masyarakat

bertanggung jawab untuk mengelola sampahnya sendiri sebanyak 70,02%

dari jumlah sampah, lebih besar daripada tanggung jawab pemerintah,

Page 20: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

5

yakni hanya 29,98% saja dari total sampah yang dapat ditangani.

Persepsi masyarakat bahwa pengelolaan sampah adalah tanggung jawab

pemerintah harus dirubah. Demikian pula adanya persepsi masyarakat

mengenai kebersihan lingkungan haruslah meningkat tidak sekedar

memperhatikan kebersihan sekitar rumahnya saja, tetapi juga harus ada

kesadaran bahwa kebersihan lingkungan sekitar juga mendukung

terciptanya kebersihan rumah. Dengan pengelolaan sampah mandiri yang

baik akan dapat menciptakan rumah yang indah dalam lingkungan yang

bersih.

Upaya yang baik untuk mengatasi masalah besarnya sampah

adalah dengan menangani sampah langsung pada sumbernya, yaitu

rumah tangga sebagai penghasil sampah terbesar. Upaya-upaya ini telah

menjadi salah satu alternatif yang telah dilakukan di beberapa negara,

terutama yang memiliki penduduk cukup padat, dengan beralih pada

manajemen pengelolaan sampah yang lebih baik dengan pendekatan

partsipatif (participatory), yaitu melalui proses pemilahan sampah pada

sumbernya, dengan cara meminimalkan penimbulan sampah (reducer),

pemanfaatan sampah (reuse) dan daur ulang (recycle).

Sebenarnya berbagai keuntungan dan manfaat dapat diperoleh

dengan mengelola sampah secara baik. Sebagai contoh, dapat dilihat

fakta sampah di negara maju seperti Amerika Serikat sebagai penghasil

sampah terbesar di dunia, yaitu 4,4 pon sampah per kapita. per hari.

Tahun 2001 produksi sampah mencapai 229 juta ton,meningkat hampir

Page 21: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

6

dua kali produksi sampah tahun 1960. Sekitar 30% sampah didaur ulang,

15% dibakar, dan 56% dibuang ke TPA. Pada tahun 1999, daur ulang dan

pengomposan mengurangi 64 juta ton sampah yang seharusnya dikirim

ke TPA.Sekarang ini,prosess daur ulang dilakukan terhadap 30% produksi

sampah. Persentase ini meningkat dua kali lipat dibandingkan kondisi 15

tahun yang lalu. Jumlah TPA berkurang dari 8.000 lokasi pada 1998

tinggal menjadi 1.858 lokasi pada tahun 2001 dengan kapasitas yang

relatif sama. (Noorkamilah,2005:4)

Berbagai manfaat dari pengelolaan sampah secara swadaya juga

telah dirasakan oleh warga masyarakat kampung Sukunan, Kecamatan

Gamping Kabupaten Sleman, yang telah melaksanakan kegiatan

pengelolaan sampah secara mandiri. Sebutlah diantaranya, manfaat

ekonomis. Sebelum melaksanakan pengelolaan sampah secara mandiri

setiap keluarga ditarik restribusi sampah sebesar Rp 3000,-/bulan.

Jumlah keluarga di Kampung Sukunan sebanyak 210 KK, sehingga setiap

bulan menghemat Rp 630.000,-. Manfaat lain yang dirasakan warga

Kampung Sukunan adalah manfaat ekologis, yakni penghijauan yang

dilakukan warga dengan memanfaatkan kompos hasil pengolahan

sampah organik. Kemudian manfaat sosial, yakni adanya aktivitas

bersama warga yang kemudian meningkatkan rasa kebersamaan warga.

Selain itu juga ternyata menumbuhkan spiritual, yakni beralihnya aktivitas

negatif pemuda ke dalam aktivitas positif dengan menghasilkan berbagai

Page 22: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

7

karya cipta seperti membuat lukisan di tong-tong sampah dan tempat

pembuangan sampah.

Mengingat begitu pentingnya pengelolaan sampah guna menjaga

lingkungan hidup bagi kelangsungan dan kesehatan manusia, maka

penulis mencoba untuk mengadakan penyuluhan guna meningkatkan

pengetahuan tentang lingkungan dan menumbuhkan sikap terhadap

lingkungan untuk berpartispasi melakukan pengelolaan sampah secara

mandiri di Desa Jetis Kecamatan Klaten Selatan Kabupaten Klaten.

Tujuan jangka menengah dari penyuluhan yang dilakukan adalah

terbentuknya budaya dan perilaku pengelolaan smpah secara mandiri,

tujuan jangka panjang adalah terwujudnya lingkungan yang bersih dan

sehat.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka penulis dapat

mengemukakan identifikasi masalah sebagai berikut :

1. Aktivitas penimbulan sampah semakin hari semakin bertambah seiring

bertambahnya jumlah penduduk dan gaya hidup masyarakat. Pada

tahun 2007 di Kabupaten Klaten jumlah sampah yang dihasilkan kira-

kira setiap hari sebanyak 871,1 m3, yang dapat ditangani oleh Sub

Dinas Kebersihan kira-kira 261,16 m3 atau 29,98%.

2. Masyarakat Desa Jetis Kecamatan Klaten Selatan Kabupaten Klaten

selama ini membuang sampah di kebun dan sungai. Hal ini

dikarenakan mereka tidak mendapatkan pelayanan pengelolaan

Page 23: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

8

sampah. Disamping itu, juga mungkin disebabkan karena kurangnya

pengetahuan mereka tentang sampah dan pengelolaannya, sikap

terhadap sampah yang kurang baik, sehingga tidak mengelola sampah

dengan benar.

3. Sikap terhadap sampah antara manusia yang satu dengan yang lain

berbeda. Seseorang yang memiliki sikap positif terhadap pentingnya

menjaga kebersihan lingkungan mempunyai kecenderungan lebih

peduli tehadap pengelolaan sampah. Apakah ada pengaruh

penyuluhan terhadap sikap masyarakat terhadap pengelolaan sampah

mandiri di Desa Jetis, Kecamatan Klaten Selatan, Kabupaten Klaten?

4. Pengelolaan sampah secara mandiri berbasis lingkungan memberikan

keuntungan ekonomi, memberikan keuntungan ekologi yaitu berupa

kebersihan lingkungan dan keindahan, serta keuntungan sosial.

Apakah penyuluhan berpengaruh terhadap pengetahuan tentang

sampah, sikap terhadap pengelolaan sampah dan perilaku masyarakat

melakukan pengelolaan sampah mandiri di Desa Jetis, Kecamatan

Klaten Selatan, Kabupaten Klaten?

5. Penyuluhan sebagai kegiatan yang memberikan informasi kepada

masyarakat dapat meningkatkan pengetahuan tentang sampah,

menimbulkan sikap yang baik terhadap sampah dan pada akhirnya

diharapkan adanya perilaku yang benar dalam pengelolaan sampah.

Page 24: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

9

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penulis dapat

menyusun pembatasan masalah sebagai berikut :

1. Penyuluhan adalah kegiatan untuk menyampaikan informasi

berkaitan dengan jenis sampah, sumber sampah, bahaya yang timbul

dari sampah yang tidak dikelola dengan baik, cara-cara pengelolaan

sampah .

2. Sikap tentang pengelolaan sampah adalah suatu keadaan

masyarakat yang memiliki pengetahuan (kognitif), perasaan (afektif)

dan kecenderungan (konatif) untuk mendukung atau memihak

terhadap usaha-usaha yang telah, sedang, dan akan dilakukan untuk

mengelola sampah secara mandiri, meliputi jenis sampah,sumber-

sumber sampah, bahaya sampah yang tidak dikelola dengan baik,

cara-cara pengelolaan sampah, dan keuntungan yang diperoleh dari

pengelolaan sampah mandiri.

3. Pengetahuan tentang sampah dan pengelolaan sampah mandiri

adalah segala sesuatu yang diketahui oleh masyarakat untuk

mendukung pengelolaan sampah mandiri yang tercermin pada

pengetahuan jenis sampah,sumber-sumber sampah, bahaya sampah

yang tidak dikelola dengan baik, cara-cara pengelolaan sampah, dan

keuntungan yang diperoleh dari pengelolaan sampah mandiri.

4. Pengelolaan sampah mandiri adalah pemisahan sampah organik dan

sampah anorganik yang ditempatkan dalam tempat sampah dalam

Page 25: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

10

rumah tangga. Selanjutnya sampah organik dibuat kompos

sedangkan sampah anorganik dikumpulkan pada suatu tempat

menjadi milik bersama.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah tersebut diatas dikemukakan

perumusan masalah sebagai berikut:

Apakah terdapat perbedaan pengetahuan, sikap dan perilaku antara

Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan pada masyarakat Desa Jetis

Kecamatan Klaten Selatan Kabupaten Klaten sebelum dan sesudah

diadakan penyuluhan pengelolaan sampah mandiri?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang:

1. Pengaruh penyuluhan terhadap pengetahuan tentang sampah dan

pengelolaan sampah mandiri pada Kelompok Perlakuan masyarakat

Desa Jetis, Kecamatan Klaten Selatan, Kabupaten Klaten.

2. Pengaruh penyuluhan terhadap sikap pada sampah dan pengelolaan

sampah mandiri pada Kelompok Perlakuan masyarakat Desa Jetis

Kecamatan Klaten Selatan Kabupaten Klaten.

3. Pengaruh penyuluhan terhadap perilaku pengelolaan sampah

mandiri pada Kelompok Perlakuan masyarakat Desa Jetis Kecamatan

Klaten Selatan Kabupaten Klaten.

Page 26: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

11

F. Manfaat Penelitian

Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan dapat memperoleh

manfaat tentang:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pengembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi khususnya yang berkaitan dengan

peningkatan pengetahuan tentang sampah dan pengelolaan sampah

mandiri dan sikap terhadap sampah dan pengelolaan sampah

mandiri serta perilaku pengelolaan sampah mandiri dalam

masyarakat.

2. Manfaat Praktis

a. Masukan bagi Pemerintah Daerah untuk mengetahui

keberhasilannya dalam program penyuluhan bagi masyarakat

khususnya dalam pengelolaan sampah mandiri.

b. Masukan bagi Pemerintah Daerah dalam menentukan kebijakan

dan strategi pengelolaan di bidang Kependudukan dan

Lingkungan Hidup khususnya tentang pengelolaan sampah

mandiri.

c. Bahan acuan dan informasi bagi masyarakat pada umumnya

tentang pengelolaan sampah mandiri bagi kelestarian

lingkungan hidup.

d. Bagi Peneliti berikutnya hasil penelitian ini dapat dipergunakan

sebagai acuan untuk kajian lebih mendalam.

Page 27: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

12

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Pengetahuan Tentang Sampah

Pengetahuan (knowledge) adalah hasil dari suatu usaha untuk tahu

dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan melalui panca

indera terutama penglihatan dan pendengaran terhadap suatu objek

tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting bagi

terbentuknya tindakan seseorang, sehingga perilaku yang didasari oleh

pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari

oleh pengetahuan. Apabila penerimaan perilaku baru disadari oleh

pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif maka perilaku tersebut

akan bersifat langgeng (long lasting) atau sebaliknya (Soekidjo

Notoatmodjo 2003:122)

Menurut Roger dalam Soekidjo Notoatmodjo (2003:128) health

belief model merupakan model kognitif yang berarti bahwa pengetahuan

seseorang dipengaruhi oleh informasi baik secara langsung maupun

tidak langsung dari lingkungan maupun dari hasil belajar. Kemungkinan

individu akan melakukan tindakan pencegahan tergantung secara

langsung pada hasil dari dua keyakinan atau penilaian kesehatan (health

belief) yaitu ancaman yang dirasakan dari sakit serta pertimbangan

tentang keuntungan dan kerugian (benefit and cost). Ancaman tersebut

dipengaruhi oleh salah satu variabel struktural yaitu pengetahuan dan

pengalaman tentang masalah yang dihadapi

Page 28: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

13

Hakekat dari pengetahuan menurut Jujun S Surisumantri

(1998:104) adalah sebagai berikut:

"Pengetahuan pada hakekatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang suatu objek tertentu, termasuk kedalamnya adalah ilmu, jadi ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang diketahui oleh manusia disamping berbagai pengetahuan lainnya seperti seni dan agama. Bahkan seorang anak kecilpun telah mempunyai pegetahuan sesuai dengan tahap pertumbuhan dan kecerdasan".

Manusia adalah satu-satunya mahkluk yang dapat

mengembangkan pengetahuannya sehingga manusia akan mengetahui

mana yang benar dan mana yang salah, mana yang baik mana yang

buruk, serta mana yang indah dan mana yang tidak indah. Selanjutnya

dengan kemampuan menalar yang dimiliki, manusia akan menentukan

pilihan terhadap apa yang akan diperbuat.

Manusia selalu dituntut mengembangkan pengetahuannya dalam

mengatasi kebutuhan untuk kelangsungan hidupnya. Manusia memikirkan

hal-hal baru, mengembangkan kebudayaan, memberi makna kepada

kehidupan, memanusiakan diri dalam hidupnya yang kesemuanya itu

pada hekekatnya untuk mencapai tujuan tertentu yang lebih tinggi dari

sekedar kelangsungan hidupnya.

Pengertian sampah secara umum adalah semua benda/barang

yang dihasilkan oleh karena kegiatan manusia dan tidak diinginkan lagi

dan harus dibuang. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan masyarakat

tentang sampah dan pengelolaan sampah kurang benar, karena seperti

Page 29: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

14

dengan benda lain sampah memerlukan penanganan agar dapat

dipergunakan dan tidak menimbulkan masalah.

Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang

Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 1 ayat (1) menyebutkan bahwa:

"Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,

keadaan dan makhluk hidup termasuk didalamnya manusia dan

perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan

kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya". Ruang merupakan

sesuatu dimana berbagai komponen lingkungan hidup termasuk

didalamnya keberadaan sampah yang menempati dan melakukan proses.

Dengan demikian dimanapun terdapat komponen lingkungan hidup maka

disitu terdapat ruang yang mengitarinya, sehingga antara ruang dan

komponen lingkungan merupakan satu kesatuan (Supriadi, 2006 : 338).

Manusia adalah makhluk berpikir, dan dalam berpikir manusia

mampu mengakumulasikan, mengembangkan dan menggunakan

pengetahuan untuk kepentingan hidupnya. Manusia dalam hidupnya

senantiasa menghadapi persoalan yang timbul dari gejala alam yang

dilihatnya. Manusia ingin selalu mencari pemecahan masalahnya atau

manusia adalah makhluk yang tidak mau bermasalah. Persoalan-

persoalan tersebut dapat berkaitan dengan dirinya sendiri, benda-benda

dan gejala alam disekitarnya. Jawaban atau jalan keluar dari persoalan

tersebut akan menjadi pengetahuan yang dimiliki manusia. Pegetahuan ini

dapat dijadikan sumber jawaban atas timbulnya persoalan persoalan baru

Page 30: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

15

yang dapat muncul pada masa-masa berikutnya, manusia memiliki cara

untuk menyeleksi pengetahuan mana yang cocok untuk memecahkan

persoalan dalam kehidupannya. Dengan demikian pengetahuan itu dapat

terus berkembang sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi itu

sendiri.

Pengetahuan merupakan hasil dari kegiatan keilmuan (pikiran)

yang mengkombinasikan sensasi-sensasi pokok (Jujun S Surisumantri.

1998:57). Pengetahuan yang benar adalah pengetahuan yang secara

empiris sesuai dengan objeknya. Manusia mencari pengetahuan dengan

harapan dapat membantu memecahkan masalah kehidupan yang

dihadapinya. Pengetahuan termasuk aspek kognitif dalam psikologi

Menurut Bloom dan kawan-kawan dalam Soekidjo Notoatmodjo

(2005:50) ranah kognitif (cognitive domain) meliputi : 1) pengetahuan

(knowledge); 2) pemahaman (comprehension); 3) penerapan (application);

4) sintesis (synthesis); 5) Analisis (analysis); 6) evaluasi (evaluation).

a. Mengetahui (know)

Tahu merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah. Tahu

artinya mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

Termasuk kedalaman tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)

sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari. Untuk mengukur

bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari digunakan kata kerja antara

lain : menyebutkan, menguraikan dan sebagainya. Misalnya ibu rumah

Page 31: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

16

tangga dapat menyebutkan jenis sampah, sumber-sumber sampah,

hubungan sampah dengan kesehatan lingkungan, dll

b. Memahami (comprehension)

Memahami merupakan suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan

materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap suatu

objek, harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan dan

sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan

mengapa sampah yang tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan

masalah kesehatan

c. Aplikasi (application)

Aplikasi merupakan kemampuan menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi riil. Aplikasi di sini dapat diartikan penggunaan

hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks

atau situasi yang lain. Misalnya dapat melakukan berbagai kegiatan untuk

pengelolaan sampah

d. Analisis (analysis)

Analisis merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam

suatu struktur organisasi tersebut, serta berkaitan satu dengan yang lain.

Untuk menguji kemampuan analisis ini dapat digunakan kata kerja : dapat

menggambarkan, membedakan, memisahkan dan sebagainya, misalnya

dapat membedakan jenis sampah organik dan anorganik.

Page 32: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

17

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru. Misalnya dapat menyusun, merencanakan, meringkaskan,

menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-

rumusan yang telah ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi merupakan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian berdasarkan suatu

kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya kepala keluarga bisa melakukan

evaluasi hasil kegiatan pengelolaan sampah mandiri.

Selanjutnya bagi masyarakat yang belum mengetahui cara

pengelolaan sampah seagai unsure lingkungan, dapat diberikan

penyuluhan oleh pemerintah sesuai dengan Undang-Undang Nomor : 4

Tahun 1982 Pasal 9 yang berbunyi: "Pemerintah berkewajiban

menumbuhkan dan mengembangkan kesadaran masyarakat akan

tanggung jawabnya dalam pengelolaan lingkungan hidup melalui

penyuluhan, bimbingan, pendidikan dan penelitian tentang lingkungan

hidup"

Pengetahuan diklasifikasikan oleh Stones dalam Soekidjo

Notoatmodjo (2003 : 152) menjadi : a) pengetahuan hal-hal khusus

meliputi: 1) pengetahuan istilah; 2) pengetahuan fakta khusus; b)

pegetahuan cara dan alat untuk melakukan hal khusus meliputi: 1)

Page 33: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

18

pengetahuan konvensi; 2) pengetahuan kecenderungan, 3) pengetahuan

klasifikasi dan kategori, 4) pengetahuan tolok ukur, 5) pengetahuan

metodologi; dan c) pengetahuan hal-hal umum.

2. Sikap pada Sampah

Sikap dikatakan sebagai suatu respon evaluatif respon hanya akan

timbul apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang

menghendaki adanya reaksi individual. Respons evaluatif berarti bahwa

bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai sikap itu timbulnya disadari oleh

proses evaluasi dalam diri individu yang memberi kesimpulan terhadap

stimulus dalam bentuk nilai baik-buruk, positif-negatif, menyenangkan

tidak menyenangkan yang kemudian mengkristal sebagai reaksi terhadap

objek sikap (Soekidjo Notoatmodjo,2003:24)

Menurut Gordon Allport dalam Soekidjo Notoatmodjo (2003:125)

disebutkan sikap mempunyai 3 komponen pokok, yaitu : a) kepercayaan

(keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek; b) keadaan emosional

atau evaluasi terhadap suatu objek;c) kecenderungan untuk bertindak

(trend to behave). Ketiga komponen ini bersama-sama membentuk sikap

yang utuh (total attitude) dalam penentuan sikap yang utuh ini

pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi memegang peranan penting.

Pengetahuan ini akan membawa seseorang tersebut untuk berfikir dan

berusaha agar sampah tidak menimbulkan masalah kesehatan. Dalam

berfikir ini komponen emosi dan keyakinan ikut bekerja sehingga

berusaha mengelola sampah dengan baik. Pengetahuan mengenai suatu

Page 34: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

19

objek baru menjadi sikap apabila pengetahuan itu disertai kesiapan untuk

bertindak sesuai dengan pengetahuan terhadap objek itu. Setelah

seseorang mengetahui stimulus atau objek , maka proses selanjutnya

akan menilai atau bersikap terhadap stimulus atau objek tersebut. Oleh

sebab itu indikator untuk sikap juga berjalan dengan pengetahuannya.

Sak 1972 dalam Saifuddin Azwar (1988:9-11) salah satu aspek

yang sangat penting guna memahami sikap dan perilaku adalah masalah

pengungkapan (assessment) atau pengukuran (measurement) sikap. Oleh

karena itu masalah pengukuran sikap mendapat perhatian khusus.

Beberapa karakteristik (dimensi) sikap yaitu arah, intensitas, keluasan,

konsistensi dan spontanitasnya. Selanjutnya dimensi tersebut dapat

diuraikan, yaitu :

a. Sikap mempunyai arah

Artinya sikap terpilah pada dua arah kesetujuannya apakah setuju

atau tidak, apakah mendukung atau tidak, apakah memihak atau tidak

terhadap suatu atau seseorang sebagai objek. Orang yang setuju

mendukung atau memihak terhadap suatu objek sikap yang berarti

memiliki sikap yang arahnya positif. Sebaliknya mereka yang tidak

setuju atau tidak mendukung dikatakan sebagai memiliki sikap yang

arahnya negatif.

b. Sikap memiliki intensitas

Artinya kedalaman atau kekuatan sikap terhadap sesuatu belum

tentu sama walaupun arahnya mungkin tidak berbeda. Dua orang yang

Page 35: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

20

sama tidak sukanya terhadap sesuatu yaitu sama-sama memiliki sikap

yang searah negatif belum tentu memiliki sikap negatif yang sama

intensitasnya. Orang pertama mungkin tidak setuju tapi orang kedua

dapat saja sangat tidak setuju. Begitu juga sikap yang positif dapat

berbeda kedalamannya bagi setiap orang, mulai dari agak setuju

sampai pada kesetujuan yang ekstrim .

c. Sikap memiliki keluasan

Artinya kesetujuan atau ketidak setujuan terhadap suatu objek

sikap dapat mengenai hanya aspek yang sedikit dan sangat spesifik

akan tetapi dapat pula mencakup banyak sekali aspek yang ada pada

objek sikap. Seseorang dapat mempunyai sikap favorable terhadap

kegiatan pengelolaan sampah yaitu pada semua aspek penimbulan,

pemisahan dan penyimpanan. Sedangkan orang lain mungkin

mempunyai sikap positif yang lebih terbatas (sempit) dengan hanya

setuju terhadap aspek-aspek tertentu saja pada kegiatan pemisahan

sampah.

d. Sikap memiliki konsistensi

Artinya kesesuaian antara pernyataan sikap yang dikemukakan

dengan responnya terhadap objek sikap yang termaksud. Konsistensi

sikap diperlihatkan oleh kesesuaian sikap antar waktu. Untuk dapat

konsisten, sikap harus bertahan dalam diri individu dalam waktu relatif

panjang. Sikap yang sangat cepat berubah, labil dan tidak bertahan

lama dikatakan sebagai sikap yang inkonsisten. Konsistensi dalam

Page 36: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

21

bersikap tidak sama tingkatnya pada setiap diri individu dan setiap

objek sikap. Sikap yang tidak konsisten, tidak menunjukkan

kesesuaian antara pernyataan sikap dan perilakunya. Sikap yang

mudah berubah dari waktu ke waktu sulit diinterpretasikan dan tidak

banyak berarti dalam memahami serta memprediksi perilaku individu

yang bersangkutan.

e. Sikap spontanitas

Yaitu menyangkut kesiapan individu untuk menyatakan sikapnya

secara spontan. Sikap spontanitas yang tinggi apabila dapat

dinyatakan secara terbuka, tanpa harus melakukan pengungkapan

atau desakan lebih dahulu agar individu mengemukakannya. Dalam

berbagai bentuk skala sikap yang umumnya harus dijawab dengan

“setuju” atau “tidak setuju”, spontanitas sikap ini pada umumnya tidak

dapat dilihat.

Berdasarkan batasan-batasan tentang sikap dapat disimpulkan

bahwa manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat tetapi dapat

ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata

menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus

tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat

emosional terhadap stimulus sosial. Sikap belum merupakan suatu

tindakan atau aktivitas, akan tetapi sikap merupakan predisposisi tindakan

suatu perilaku, sikap masih merupakan reaksi tertutup bukan reaksi

terbuka atau tingkah laku terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk

Page 37: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

22

bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu

penghayatan terhadap objek tersebut .

Sikap mempunyai peranan di dalam pola-pola tingkah laku manusia

yang merupakan pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan

untuk bertindak terhadap suatu hal atau suatu obyek tertentu. Sikap ini

dapat bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif. Dalam sikap positif

kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan

obyek tertentu, sedangkan dalam sikap negatif terdapat kecenderungan

untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu.

Sikap seseorang terhadap suatu obyek adalah perasaan mendukung atau

memihak (favourable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak

memihak (infavourable) pada obyek tersebut (Berkowitz dalam Saifuddin

Azwar, 1988:4).

Ciri-ciri sikap antara lain :

1) sikap bukan dibawa sejak lahir, melainkan dibentuk atau dipelajari

sepanjang perkembangan manusia dalam hubungan dengan

obyeknya;

2) sikap dapat berubah-ubah sehingga dapat dipelajari;

3) Sikap tidak berdiri sendiri tetapi senantiasa mempunyai hubungan

tertentu terhadap suatu obyek;

4) Sikap mempunyai segi motivasi dan segi-segi perasaan.

Pembentukan sikap tidak terjadi begitu saja, tetapi meialui suatu

proses tertentu, melalui kontak sosial terus menerus antara individu

Page 38: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

23

dengan individu lain di sekitarnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi

terbentuknya sikap adalah faktor intern yaitu faktor yang terdapat dalam

diri manusia itu sendiri terutama dalam bentuk selektivitas terhadap

rangsang dari luar, dan faktor ekstern yang merupakan faktor di luar

manusia terutama situasi dan kondisi pada saat sikap dibentuk. Menurut

Mann 1969 dalam Saifuddin Azwar (1988:24-30)) sikap dapat dibentuk

atau berubah melalui berbagai cara sebagai berikut :

a. Adopsi: kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang terjadi berulang

dan terus menerus lama kelamaan secara tertahap di serap ke dalam

diri individu dan mempengaruhi terbentuknya sikap.

b. Diferensiasi: dengan berkembangnya intelejensi, bertambahnya usia,

maka ada hal-hal yang tadinya dianggap sejenis, sekarang dipandang

tersendiri lepas dari jenisnya. Terhadap obyek tersebut dapat dibentuk

sikap tersendiri pula.

c. Integrasi: pembentukan sikap disini terjadi secara bertahap, dimulai

dengan berbagai pengalaman yang berhubungan dengan satu hal

tertentu.

d. Trauma: adalah pengalaman yang tiba-tiba, mengejutkan, yang

meninggalkan kesan mendalam pada jiwa orang bersangkutan.

Pengalaman-pengalaman yang traumatis dapat juga menyebabkan

terbentuknya sikap.

e. Dalam pembentukan sikap, semakin kompleks situasinya dan semakin

banyak faktor yang ikut menjadi pertimbangan dalam bertindak,

Page 39: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

24

semakin sulit pula menafsirkan indikator sikap seseorang. Dalam

kenyataannya tidak semua faktor harus dipenuhi untuk membentuk

suatu sikap, kadang-kadang satu atau dua faktor sudah cukup. Tetapi

makin banyak faktor yang ikut mempengaruhi, semakin cepat

terbentuknya sikap.

f. Pengertian lain tentang sikap menyebutkan bahwa sikap merupakan

konstelasi komponen kognitif, afektif dan konatif yang saling

berinteraksi dalam memahami, merasakan dan berperilaku terhadap

suatu obyek. Komponen kognitif merupakan representasi apa yang

dipercayai oleh individu pemilik sikap yang berisi persepsi,

kepercayaan dan stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu.

Komponen afektif merupakan perasaan yang manyangkut aspek

emosional. Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan

berperilaku tertentu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa komponen

kognitif adalah kepercayaan atau beliefs, komponen afekktif adalah

berkaitan dengan emosional atau perasaan dan komponen konatif

adalah terkait dengan perilaku atau tindakan seseorang.

g. Sesungguhnya sikap dapat dipahami labih daripada sekedar seberapa

memihak atau seberapa tidak memihak perasaan seseorang, lebih

daripada sekedar seberapa positif atau seberapa negatifnya. Sikap

dapat dipahami dari karakteristik.

Uraian di atas dapat diketahui bahwa struktur sikap terdiri dari tiga

komponen yang saling menunjang yakni komponen kognitif yang berisi

Page 40: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

25

kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar

bagi objek sikap, komponen afektif yang menyangkut masalah emosional

subyektif seseorang terhadap suatu objek sikap dan komponen konatif

yang menunjukkan bagaimana prilaku atau kecenderungan berperilaku

yang ada pada diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang

dihadapinya, seperti dikemukakan oleh Fazio dan Zanna (1981) bahwa

pembentukan sikap melalui pengalaman langsung lebih berhasil daripada

sikap yang terbentuk melalui proses belajar lainnya (Sarlito Wirawan

Sarwono, 2005: 254).

Dikaitkan dengan uraian di atas, maka yang dimaksudkan dengan

sikap pada penelitian ini yaitu sikap tentang sampah dan dihubungkan

dengan pengelolaan sampah mandiri oleh masyarakat memiliki indikator-

indikator yang meliputi penimbulan sampah, hubungan sampah dengan

kesehatan, cara pengelolaan sampah (kognitif), perasaan suka atau tidak

suka dalam pengelolaan sampah mandiri, terpaksa atau tidak terpaksa,

kesukaran dan kemudahan memenuhi kebutuhan peralatan untuk

pengelolaan sampah mandiri (afektif) dan usaha-usaha yang sedang dan

akan dilakukan untuk memenuhi pengelolaan sampah mandiri sehari - hari

(konatif) masyarakat Desa Jetis Kecamatan Klaten Selatan Kabupaten

Klaten.

Kesimpulan yang dapat ditarik dari uraian di atas adalah sebagai

berikut : sikap dilakukan oleh manusia berdasarkan motivasi tertentu dan

pengalaman belajar yang diperoleh yang di dalamnya didasari oleh

Page 41: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

26

konsep diri yang berhubungan dengan kepribadian seseorang. Konsep diri

merupakan stuktur yang tersusun dari self atau "aku" yang dapat

berfungsi sebagai subjek dan objek. Melalui pengembangan pengalaman

dan pengaruh lingkungan sosial konsep diri tumbuh dan berkembang

membentuk gambaran diri dan ciri-ciri diri. Proses perkembangannya

mengalami abstraksi dan seleksi, sehingga tersusun konsep diri yang

mempunyai ciri kompleks atau multidimensional. Konsep diri memiliki ciri

dinamis, karena terbentuk dari unsur-unsur yang afektif, maka konsep diri

seseorang dapat dinilai positif atau negatif. Menurut pandangan

fenomologi, konsep ini tersusun dari persepsi diri yang mengandung

makna khusus dalam proses penghayatan, sehingga konsep diri juga

dapat bersifat subjektif.

3. Perilaku

a. Pengertian Perilaku

Pengertian perilaku menurut Skiner (1938) dalam Soekidjo

Notoatmodjo (2005;43) adalah respon atau reaksi seseorang terhadap

stimulus (rangsangan dari luar), dengan demikian perilaku manusia terjadi

melalui proses : Stimulus – Organisme – Respon, yang lebih dikenal

dengan teori “ S - O - R”. Selanjutnya Skiner (Bimo Walgito 2006:17)

membedakan perilaku menjadi dua yaitu :

a. Perilaku Alami atau respondent respon yaitu perilaku yang dibawa

sejak organisme dilahirkan, misalnmya apabila ada stimulus berupa

Page 42: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

27

bau tidak sedap maka seseorang akan menutup hidung atau bila

mendengar bunyi yang keras/bising akan menutup telinga.

b. Operant respon atau instrumental yakni perilaku yang dibentuk

melalui proses belajar, seseorang akan bertindak terhadap stimuli

setelah ia mengerti dan memahami tetang fungsinya.

Selanjutnya berdasarkan teori “S–O–R“ Skiner (Notoatmojo,

Soekidjo,2003: 115) membedakan perilaku menjadi dua yaitu :

a. Perilaku tertutup (Covert behavior) yaitu bila respon yang

diberikan terhadap stimulus tersebut masih belum dapat diamati

oleh orang lain (unobservable behavior). Respon seseorang

pada obyek masih terbatas dalam bentuk perhatian,

perasaan,persepsi,pengetahuan dan sikap terhadap stimulus.

Bentuk perilaku tertutup yang dapat diukur adalah pengetahuan

dan sikap, misalnya seseorang tahu tentang pentingnya

mengelola sampah.

b. Perilaku terbuka (Overt behavior) yaitu respon terhadap

stimulus tersebut sudah berupa tindakan, atau praktik yang

dapat diamati orang lain (Observable behavior), misalnya

seseorang melakukan pemilahan sampah.

Disamping formulasi tersebut diatas formulasi lain tentang perilaku

diberikan oleh Lewin (Bimo Walgito,2006:16) dengan formulasi B = f(E,O)

yaitu B adalah Behavior, f adalah fungsi, E yaitu Environment dan O

adalah Organisme. Formulasi tersebut memberikan pengertian yaitu

Page 43: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

28

perilaku merupakan fungsi atau tergantung pada lingkungan dan

organisme bersangkutan.

Menurut Bandura (Bimo Walgito,2006:17) dan Halohan (Sarlito

Wirawan Sarwono,2005:33) bahwa ada hubungan timbal balik antara

perilaku seseorang dan lingkungan, hal ini mengandung pengertian

bahwa perilaku seseorang dapat berpengaruh pada lingkungan,

sebaliknya lingkungan dapat mempengaruhi perilaku seseorang.

b. Pembentukan perilaku

Seperti telah diuraikan diatas bahwa perilaku manusia kebanyakan berupa

operant respon yang perubahan dan pembentukannya sebagai hasil

belajar, maka ada beberapa cara yang dapat ditempuh untuk untuk

membentuk perilaku seseorang yang dikembangkan oleh Kohler (Bimo

Walgito,2006:18-19) yaitu :

a. Pembentukan perilaku dengan kondisioning atau kebiasaan

Yaitu pembentukan perilaku seseorang dengan cara membiasakan

diri seperti yang diharapkan. Cara ini dikembangkan oleh Pavlov,

Thorndike dan Skiner. Dalam hal pengelolaan sampah dalam penelitian ini

responden diarahkan untuk mempunyai kebiasaan memisahkan sampah

organic dan anorganik.

b. Pembentukan perilaku dengan pengertian (Insight)

Adalah pembentukan perilaku seseorang/masyarakat dengan

memberikan atau meningkatkan pengetahuan. Cara inii berdasarkan atas

teori kognitif yaitu belajar dengan disertai adanya pengertian. Dalam

Page 44: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

29

penelitian ini untuk membentuk perilaku pengelolaan sampah mandiri

maka responden diberikan penyuluhan agar masyarakat mempunyai

pengertian dan pengetahuan tengtang sampah dan cara pengelolaan

secara mandiri. Pembentukan cara ini dikembangkan oleh Kohler.

c. Pembentukan perilaku dengan menggunakan model

Cara pembentukan perilaku ini dilakukan dengan cara memberikan

contoh atau model. Model yang biasanya diikuti oleh masyarakat

adalah perilaku para tokoh. Dalam penelitian pengelolaan sampah

mandiri ini sebagai model adalah para Ketua RT dan RW.

Soekidjo Notoatmodjo (2003:120) mengemukakan bahwa

perubahan perilaku seseorang sangat dipengaruhi oleh 2 determinan

perilaku yaitu 1) determinan internal (sifat – sifat bawaan) seperti tingkat

kecerdasan, tingkat emosional dll dan 2) derterminan ekternal yaitu faktor

dari luar seperti lingkungan sosial, budaya, dan ekonomi. Selanjutnya

perubahan perilaku juga dipengaruhi oleh pengetahuan,sikap yang

diperoleh.

4. Penyuluhan

a. Pengertian Penyuluhan

Penyuluhan merupakan kegiatan penunjang yang sangat penting

untuk mencapai tujuan. Penyuluhan dilakukan hampir pada setiap bidang,

sehingga ada beberapa pengertian berkaitan dengan penyuluhan antara

lain :

a. Penyuluhan dalam arti luas adalah ilmu sosial yang mempelajari

sistem dan proses individu sert masyarakat agar dapat terwujud

Page 45: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

30

perubahan yang lebih baik sesuai dengan yang diharapkan.

Selanjutnya dalam Undang – Undang No. 16 Tahun 2006 tentang

Sistem Penyuluhan Pertanian,Perikanan dan Kehutanan, bahwa

pengertian penyuluhan adalah proses pembelajaran/pendidikan non

formal bagi pelaku utama dan pelaku usaha pertanian agar

mempunyai pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang baik guna

menyelesaikan permasalahan untuk mencapai kesejahteraan manusia

(Kartono, 2008).

b. Departemen Kehutanan (2002) merumuskan Penyuluhan Kehutanan

adalah proses perubahan perilaku masyarakat agar mereka tahu, mau

dan mampu melakukan perubahan demi tercapainya peningkatan

produksi, pendapatan untuk mencapai kejahteraan.

c. Departemen Sosial (2007) memberikan definisi penyuluhan adalah

suatu bentuk komunikasi antar manusia secara langsung atau tidak

langsung, untuk memberikan informasi mengenai kebutuhan dan

masalah sosial serta sumber – sumber dan potensi sosial yang dapat

dipergunakan untuk mengatasi masalah.

d. Pengertian Penyuluhan menurut Departemen Kesehatan adalah

gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan yang berlandaskan

prinsip – prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan dimana

individu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan

ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan melakukan apa yang

Page 46: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

31

bisa dilakukan secara perorangan maupun secara kelompok dan

meminta pertolongan bila diperlukan (Nasrul Effendy, 1998 ; 233).

e. Menurut Azrul Azwar dalam Ircham Machfoedz dan Eko Suryani (2007

;15) Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan kesehatan

yang dilakukan dengan menyebarluaskan pesan, menanamkan

keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti,

tetapi juga mau melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya

dengan kesehatan.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut diatas maka yang

dimaksud penyuluhan dalam penelitian ini adalah upaya memberikan

informasi, pesan untuk pengalaman belajar bagi perorangan, kelompok

dan masyarakat agar mempunyai pengetahuan tentang sampah,

persyaratan kesehatan pengelolaan sampah, cara pengelolaan sehingga

timbul sikap positif yang pada akhirnya mau ikut serta dalam kegiatan

pengelolaan sampah secara mandiri.

b. Langkah-langkah Penyuluhan

Menurut Ircham Machfoedz dan Eko Suryani (2007:63-74) agar

penyuluhan yang kita lakukan dapat berhasil dan mencapai sesuai

dengan tujuan yang dikehendaki maka dalam perencanaan perlu

diperhatikan hal – hal sebagai berikut

a. Mengenal masalah, masyarakat dan wilayah

Hal – hal penting dalam kegiatan ini adalah mengumpulkan data atau

keterangan tentang berbagai hal berkaitan dengan pengertian, sikap

Page 47: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

32

dan tindakan individu, kelompok dan masyarakat dalam pengelolaan

sampah. Selain itu juga perlu diketahui tentang karakteristik penduduk

seperti tingkat pendidikan, norma setempat, jumlah penduduk,

pekerjaan dan pola partisipasi. Hubungannya dengan wilayah yang

perlu diketahui adalah daerah terpencil, daerah perbatasan,daerah

pedesaan atau daerah perkotaan.

b. Menentukan prioritas

Prioritas dalam penyuluhan harus sejalan dengan prioritas masalah

yang akan dipecahkan. Dalam penelitian ini ditentukan bahwa prioritas

yang menjadi pokok bahasan adalah pengetahuan, sikap dan perilaku

masyarakat dalam pengelolaan sampah.

c. Menentukan Tujuan

Secara sederhana tahapan penyuluhan dapat digambarkan sebagai

berikut :

PK

Gambar 2.1 : Tahapan Penyuluhan

Seperti nampak pada skema tersebut bahwa tujuan penyuluhan

jangka panjang adalah terciptanya kebersihan lingkungan, tujuan

jangka menengah adalah perilaku yang baik dalam pengelolaan

sampah mandiri dan tujuan jangka pendek adalah adanya

pengetahuan, sikap dan norma yang baik dalam pengelolaan sampah

mandiri.

PKMKelompok sasasan

Hasil Antara :Pengertian,Si

kap dan Norma

Perilaku mengelola sampah

LingKunganBersih

Page 48: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

33

d. Menentukan sasaran Penyuluhan

Dalam penyuluhan yang dimaksud dengan sasaran penyuluhan adalah

kelompok sasaran yaitu kelompok masyarakat yang diharapkan dalam

kegiatan yang akan dilakukan. Dalam penelitian ini sebagai kelompok

sasaran adalah ibu rumah tangga karena kelompok ibu merupakan

pelaksana atau orang yang paling dekat dengan sampah rumah

tangga. Selain itu sebagai kelompok sasaran yang diharapkan dapat

membantu dalanm kegiatan ini adalah ketua RT, Ketua RW dan orang-

orang yang telah ditunjuk oleh kelompok.

e. Menentukan isi penyuluhan

Setelah tujuan dan sasaran ditentukan maka dapat dirumuskan isi

penyuluhan. Dalam menyusun isi penyuluhan perlu dipahami dasar-

dasar komunikasi sehingga isi penyuluhan mudah ditangkap dan

dipahami.

f. Menentukan Metode penyuluhan

Setalah isi penyuluhan disusun, maka perlu dirancang cara untuk

menyampaikan pesan-pesan kepada sasaran agar tujuan penyuluhan

tercapai. Untuk tujuan pengertian metode yang dipergunakan dapat

berupa penyuluhan lesan atau tertulis. Jika tujuannya untuk

mengembangkan sikap positif maka metode yang cocok untuk

penyuluhan adalah secara visual. Sedangkan untuk tujuan ketrampilan

maka penyuluhan dilakukan dengan cara keterlibatan.

g. Menentukan Media Penyuluhan

Page 49: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

34

Penggunaan media dimaksudkan untuk mempermudah penyampaian

pesan. Media yang biasa dipergunakan dalam penyuluhan adalah

leaflet, poster dll. Sesuai dengan tujuan penyuluhan dalam penelitian

ini maka media yang dipergunakan selain leaflet, juga visualisasi serta

latihan langsung.

h. Membuat Jadwal pelaksanaan

Setelah pokok-pokok kegiatan penyuluhan ditetapkan, termasuk

waktu, tempat dan pelaksanaannya maka perlu dibuat jadwal, selain

dipergunakan sebagai alat untuk monitoring, penyusunan jadwal dapat

dipergunakan untuk mengendalikan kegiatan dan kendala.

5. Sampah

a. Sampah dan Kesejahteraan Sosial

Sebelum membahas mengenai sampah, akan diulas sekilas

terlebih dahulu tentang lingkungan, sebagai bagian yang tidak terpisahkan

dari masalah sampah. Lingkungan, oleh beberapa ahli diberi pembatasan

sebagai segala sesuatu atau kondisi, yang ada di sekeliling organisme

atau kelompok organisme hidup, yang mempengaruhi perkembangan

kehidupannya (Sudarso,1985:2). Dari lingkunganlah sumber-sumber

penghidupan manusia berasal, sehingga ada keterkaitan yang erat antara

manusia dengan lingkungannya.

Menurut Eko Budi Susilo (2003:43-44) manusia akan bisa

mempengaruhi lingkungan hidupnya dan sebaliknya, lingkungan hidup

juga bisa mempengaruhi watak dan sifat manusia. Oleh karena itu, setiap

Page 50: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

35

perubahan dalam lingkungan itu sendiri lebih banyak ditentukan sikap

maupun perlindungan manusia terhadap alam dan lingkungannya.

Dalam konteks pembangunan sosial, terdapat hubungan yang erat

antara pembangunan dengan masalah lingkungan. Lingkungan (ecology)

merupakan satah satu prinsip dasar yang harus dipertimbangkan- dalam

pengembangan. Sampah merupakan salah satu masalah lingkungan yang

sering muncul terkait dengan pembangunan untuk mencapai

kesejahteraan, karenanya belakangan ini sampah mendapatkan perhatian

yang cukup serius terutama di kota-kota besar memasukkan sampah

kedalam masalah tersendiri yang cukup serius dalam bidang ilmu

kesejahteraan sosial (Suwito,1987:4), hubungan penimbulan sampah dan

pembangunan seperti terlihat pada gambar 2.2 berikut :

Dalam skema tersebut nampak bahwa terdapat suatu kaitan antara

komponen yang satu dengan lainnya, terutama antara teknologi,

lingkungan, sampah dan kesejahteraan manusia. Oleh sebab itu agar

Lingkungan

SDM

SDA

Sampah

IPTEKS

Jasa

Barang

Kesejahteraan

Sampah

Page 51: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

36

upaya dalam mencapai kesejahteraan benar-benar terwujud, maka

komponen-komponen tersebut perlu dijaga keseimbangannya.

Sebagai sesuatu yang dihasilkan dari berbagai aktivitas manusia,

maka sampah merupakan limbah yang tidak hanya dihasilkan dari level

yang paling kecil, yakni rumah tangga, tetapi juga dihasilkan dari limbah

industri perusahan-perusahaan multinasional, yang kemudian menjadi

masalah lingkungan yang cukup rumit dari tingkat rumah tangga,

komunitas, kota dan bangsa, bahkan dunia. Terlebih tahun 2025 telah

dicanangkan sebagai tahun zero waste (bebas sampah) dunia. Dengan

demikian, mengelola sampah menjadi tantangan tersendiri bagi

masyarakat dewasa ini. Bahkan Inoguchi,Takashi, dkk (2003:5)

menyebutkan bahwa mengelola sampah merupakan salah satu tantangan

yang harus dihadapi oleh masyarakat yang berwawasan ekologi.

barangkali Indonesia perlu belajar dari Tokyo yang menyebut salah satu

indicator masyarakat berwawasan ekologi adalah; sebuah masyarakat

yang berusaha kembali ke alam dengan membuang sampah yang telah

diolah atau didaur ulang untuk memperkecil beban lingkungan

Berbagai kasus terjadi akibat pengelolaan sampah yang kurang

baik, cukuplah sebagai bukti adanya hubungan yang erat antara sampah

dengan kesejahteraan masyarakat. Misalnya, penuturan seorang warga

yang bertempat tinggal di sekitar TPA Kelurahan Kapuk, Cengkareng,

Jakarta Barat, Sebagai berikut: "disini bukan hal yang aneh jika ada warga

yang paru parunya kena flek (diselimuti kabut)" kata Yati, warga RT 06

Page 52: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

37

RW 04. Hal senada disampaikan Ana (30) warga RT 06 yang lain :

"Januari lalu dokter bilang paru-paru saya sudah berlubang. Setelah tahu

dimana saya tinggal, dia menyatakan penyakit saya disebabkan tumpukan

sampah di dekat rumah" katanya (Hernowo,2005).

Kutipan tersebut hanyalah contoh kecil betapa sampah. yang tidak

dikelola dengan baik dapat berakibat buruk bagi kesehatan masyarakat.

Dalam kaitan dengan hal ini, maka berbagai upaya perlu dilakukan agar

masyarakat dapat meraih kesejahteraannya (sosial). Kesejahteraan sosial

yang dimaksud menurut Midgley,James (2005:19) adalah suatu kondisi

sosial dan bukan sekedar kegiatan amal yang dilakukan kelompok-

kelompok philantropi, juga bukan bantuan publik yang diberikan

pemerintah. Kondisi kesejahteraan sosial akan terjadi ketika keluarga,

semua masyarakat mengalami: kesejahteraan sosial. Kesejahteraan

Sosial itu sendiri dalam arti yang sangat luas mencakup berbagai tindakan

yang dilakukan manusia untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik, yang

tidak hanya diukur secara ekonomi dan fisik belaka, tetapi juga ikut

memperhatikan aspek sosial, mental dan segi kehidupan spiritual (Isbandi

Rukminto Adi, 2002:40).

Kesejahteraan sosial dapat ditinjau dari berbagai aspek, baik

sebagai gerakan, ilmu, suatu keadaan (kondisi) maupun kegiatan Sebagai

suatu kegiatan, menurut Isbandi Rukminto Adi (2002:48) kesejahteraan

mewujudkan dan sebagai usaha kesejahteraan sosial yang dikembangkan

untuk membantu mengembangkan dan mendukung terciptanya

Page 53: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

38

peningkatan taraf hidup individu, keluarga ataupun masyarakat.

Sedangkan sebagai suatu kondisi (keadaan) Midgley,James (2005:21),

menyebutkan ada tiga elemen utama untuk menciptakan suatu kondisi

kesejahteraan sosial, yakni pertama, sejauh mana masalah-mesalah

sosial ini diatur, dan sejauh mana kebutuhan-kebutuhan dipenuhi, dan

ketiga, sejauh mana kesempatan untuk meningkatkan taraf hidup dapat

disediakan. Ketiga elemen ini berlaku bagi individu,keluarga,kelompok,

komunitas bahkan seluruh masyarakat. Ketiga elemen ini selanjutnya

dapat bekerja pada level sosial yang berbeda dan harus diaplikasikan

ketika sebuah masyarakat secara menyeluruh ingin menikmati apa yang

dimaksud dengan kesejahteraan sosial.

Berbagai upaya yang akan dilakukan untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat hendaknya mempertimbangkan berbagai faktor

yang dapat mempengaruhi usaha tersebut. Cox (dalam Isbandi Rukminto

Adi,2002:122-123) mengidentifikasi 6 faktor yang saling berinteraksi dan

perlu dipertimbangkan dalam hal ini, yakni faktor sosial, ekonomi, poiitik,

hukum, budaya dan ekologi. Selain dari keenam faktor tersebut, Isbandi

Rukminto Adi (2002:123) menambahkan fatktor ketujuh yakni spiritual.

Secara iangsung maupun tidak, faktor-faktor tersebut dapat

mempengaruhi sesejahteraan sosial. Sehingga apabila faktor -faktor ini

tidak berfungsi dengan baik, kesejahteraan sosial yang dicita-citakan tidak

akan terwujud. Sebagaimana contoh diatas, seseorang sulit meraih

kesejahteraan sosialnya, dalam hal ini kesehatan, disebabkan karena

Page 54: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

39

faktor lingkungan (ekologi) yang tidak memenuhi standar sesehatan akibat

tercemar oleh sampah yang bertumpuk di sekitar tempat tinggalnya.

Dengan demikian, sampah merupakan isu penting yang perlu dikaji lebih

jauh dalam kaitannya dengan ilmu kesejahteraan sosial.

b. Pengertian Sampah

Definisi mengenai sampah perlu dikaji untuk memberi batasan

dalam penelitian ini. Terdapat beberapa pengertian sampah sebagai

berikut :

a. Aminatun (2003) menyatakan sampah adalah sesuatu yang tidak

dikehendaki oleh yang punya dan bersifat padat, ada yang mudah

membusuk dan yang tidak mudah membusuk

b. Didik Sarudji (1985 ; 1) sampah adalah semua benda padat yang

timbul dari kegiatan manusia yang dibuang karena tidak digunakan

atau tidak diingini lagi oleh pemiliknya.

c. American Public Health Association (APHA) dalam Haryoto

Kusnopoetranto (1983:64) adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak

terpakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang, yang berasal dari

kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya.

d. Azrul Azwar (1995:53) sampah adalah benda atau hal-hal yang

dipandang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau harus

dibuang sedemikian sehingga tidak mengganggu kelangsungan hidup.

e. Departemen Kesehatan RI (1999:2) sampah adalah benda yang tidak

terpakai, tidak diingini dan dibuang, yang berasal dari kegiatan

Page 55: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

40

manusia dan bersifat padat, dan tidak termasuk uangan yang bersifat

biologis (human waste).

Dari beberapa definisi tersebut, terdapat beberapa prinsip yang

hampir sama bahwa sampah adalah :

- Sesuatu benda, zat padat, atau bahan.

- Benda atau bahan tersebut sudah tidak disenangi, tidak dipakai

lagi, dan dibuang.

- Benda atau bahan tersebut merupakan benda-benda sisa atau

benda-benda bekas.

- Berhubungan dengan aktivitas manusia

- Tidak bersifat biologis.

- Belum memiliki nilai ekonomis.

Adapun pengertian sampah yang digunakan dalam penelitian ini

adalah suatu bahan atau benda yang bersifat padat, yang sudah tidak

dipakai lagi, atau harus dibuang, sebagai hasil dari aktivitas manusia,

yang bukan biologis, belum memiliki nilai ekonomis dan bersifat padat

(solid waste).

c. Jenis Sampah

Mengetahui jenis-jenis sampah sangat penting dalam penelitian

tentang sampah. Sampah dapat diklasifikasikan dalam berbagai jenis

sampah. Ada yang membaginya berdasarkan zat pembentuk atau

komposisi kimia, yakni sampah dibagi menjadi sampah organik dan

sampah an-organik (Azrul Azwar,1983 dalam Depkes,1999:3). Ada pula

Page 56: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

41

yang membaginya atas dasar sifatnya, yakni a) jenis sampah yang secara

alami mudah terurai (degradable waste) atau sampah yang mudah

membusuk,b) sampah yang sukar terurai atau yang tidak mudah

membusuk (non-degradable waste),c) sampah yang mudah terbakar

(combustible) dan d) sampah yang sulit atau tidak mudah terbakar (non

combustible) (Azrul Azwar,1983 dalam Depkes,1999 ;.3).

Dalam Ilmu Kesehatan Lingkungan, pembagian macam sampah

yang sering dilakukan ialah dengan membedakan sampah atas :

1. Garbage, ialah sisa pengelolaan ataupun sisa makanan yang mudah

memnusuk. Misalnya kotoran dari dapur rumah tangga, restoran, hotel

dan lain sebagainya.

2. Rubbish, ialah bahan atau sisa pengelolaan yang tidak mudah

membusuk, yang dibedakan 48 bahan yang mudah terbakar seperti

kayu, kertas dan yang tidak mudah terbakar seperti kaleng kaca.

3. Ashes, ialah segala jenis abu, misalnya yang terjadi sebagai hasil

pembakaran kayu, batu bara di rumah-rumah ataupun industri.

4. Dead animal, ialah segala jenis bangkai terutama yang besar, seperti

kuda, sapi, kucing, tikus. Bangkai binatang kecil seperti cecak, lipas

tidak termasuk di dalamnya.

5. Street sweeping, ialah segala jenis sampah atau kotoran yang

berserakan di jalan, karena dibuang oleh pengendara mobil ataupun

oleh masyarakat yang tidak bertanggung jawab.

Page 57: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

42

6. Industrial waste, ialah benda-benda padat sisa yang merupakan

sampah hasil industri. Misalnya industri kaleng dengan potongan-

potongan sisa kaleng yang tidak dapat dipergunakan.

Selain pembagian tersebut, Sudarso (1985:10-12) menambahkan jenis-

jenis sampah yaitu:

1. Sampah dari bangunan. Sampah yang terjadi karena penghancuran

atau pembangunan suatu gedung.

2. Sampah khusus. Adalah sampah yang sulit untuk diklasifikasikan.

3. Sampah pertanian. Adalah sampah dari tumbuhan/tanaman atau

sampah dari binatang di daerah pertanian.

4. Sampah berbahaya. Bahan kimia, biologi, bahan yang dapat terbakar,

dapat meletus atau mengandung radioaktif.

5. Sampah pengolahan air minum/air kotor.

Beragamnya jenis sampah tersebut menuntut penanganan yang

berbeda sesuai jenisnya. Sampah baik kualitas maupun kuantitasnya

sangat dipengaruhi oleh berbagai kegiatan dan taraf hidup masyarakat.

Beberapa faktor yang penting, antara lain adalah jumlah penduduk,

keadaan sosial ekonomi, dan kemajuan tekhnologi (Juli Soemirat Slamet,

1998:154). Dengan demikian jumlah dan jenis sampah tergantung dari

kemajuan tingkat kehidupan masyarakat. Secara umum dapat disimpulkan

bahwa makin maju tingkat kebudayaan masyarakat makin komplek pula

sumber dan macam sampah yang ditemui. Demikian pula jumlah sampah

yang dihasilkan, karena jumlah sampah pada umumnya ditentukan oleh :

Page 58: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

43

(a) kebiasaan hidup masyarakat, (b) musim atau waktu, (c) standar hidup,

(d) macam masyarakat (e) cara pengelolaan sampah (Azrul

Azwar,1995:54). Secara lebih detail menurut Haryoto Kusnopoetranto

(1983:70-74) mengidentifikasi 10 faktor yang mempengaruhi jumlah

produksi sampah, yakni : 1) jumlah penduduk,2) sistem pengumpulan dan

pembuangan sampah yang dipakai,3) pengambilan bahan-bahan yang

ada pada sampah untuk dipakai kembali, 4) geografi, 5) waktu, 6) sosial

ekonomi, 7) musim atau iklim,8) kebiasaan masyarakat,9) teknologi,dan

10) sumber sampah.

Sumber penghasil sampah merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi jumlah dan jenis sampah. Maka untuk mengurangi jumlah

sampah, perlu diusahakan pengurangan volume sampah sejak dari

sumbernya. Sehingga dapat mempermudah dalam pengelolaan tahap

selanjutnya.

d. Sumber-sumber Sampah

Sampah merupakan konsekuensi dari aktivitas dalam kehidupan

manusia. Daryanto (1995:101-102) menyebutkan beberapa sumber

sampah, yakni sampah-sdmpah yang berasal dari : 1) daerah pemukinan

(domestic wastes), 2) daerah perdagangan, 3) dari jalan-jalan raya, 4)

sampah industri (industrial wastes), 5) dari daerah pertanian dan

perkebunan (agriculture wastes), 6) daerah pertambangan, 7) dari gedung

gedung atau perkantoran (institutional wastes), 8) dari penghancuran

gedung-gedung dan pembangunan/pemugaran, 9) dari tempat-tempat

Page 59: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

44

umum, 10) dari daerah kehutanan, 11) dari pusat-pusat pengolahan air

buangan, 12) dari daerah peternakan dan perikanan.

Sudarso (1985:7-8), mengklasifikasikan sumber sampah dalam

beberapa kategori yang lebih sederhana, sebagai berikut :

1. Pemukiman penduduk, seperti keluarga, yang tinggal di kota maupun

desa. Sampah yang dihasilkan biasanya sisa makanan, bahan-bahan

sisa sari pengolahan makanan atau sampah basah (garbage),

sampah kering (rubbish) abu dan sampah-sampah khusus.

2. Tempat-tempat Umum dan tempat perdagangan, seperti toko, rumah-

makan/warung, tempat-tempat penginapan, dan sebagainya. Jenis

sampah yang dihasilkan dapak berupa sisa-sisa makanan (sampah

basah), sampah . kering, abu, sisa-sisa bahan bangunan, sampah

khusus dan terkadang terdapat sampah yang berbahaya.

3. Sarana pelayanan masyarakat milik pemerintah, misalnya tempat-

tempat hiburan umum (taman), jalan umum, tempat-tempat parkir,

tempat-tempat pelayanan kesehatan, dan lain-lain. Tempat-tempat

tersebut biasanya menghasilkan sampah khusus dan sampah kering.

4. Industri berat-ringan, seperti pabrik-pabrik produksi bahan-bahan,

sumber-sumber alam (sumber energi), perusahaan kimia, kayu,

logam, dan lain-lain kegiatan indvstri, biasanya menghasilkan sampah

basah, sampah kering, abu, sisa-sisa bahan banyunan, sampah

khusus dan sarripah berbahaya.

Page 60: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

45

5. Pertanian, misalnya sampah dari kebun, kandang, ladang atau

sawah, dapat berupa bahan-bahan makanan yang membusuk,

sampah pertanian, pupuk, maupun bahan pembasmi serangga.

Daerah permukiman penduduk atau rumah tangga menempati

posisi tertinggi dalam menyumbang volume sampah. Citra Citra Wardhani

(2004:5) mengungkapkan, bila dilihat dari sumbernya, 58% limbah padat

berasal dari rumah tangga, 10% dari pasar, 15% dari kegiatan komersial,

15% kegiatan industri dan 2% taman, jalan dan sungai. Data lain

ditunjukkan oleh Indonesia Solid Waste Association (InSWA), bahwa

penyumbang sampah terbesar di Jakarta berasal dari sampah rumah

tangga yang mencapai 15.382 m3. Jumlah ini mencapai 58% dari total

sampah yang dihasilkan setiap harinya. Dari puluhan ribu sampah tidak

semuanya terangkut dengan baik. InSWA mencatat sekurangnya 3,94%

atau, 1.012 m3/hari sampah di Jakarta belum terangkut (Noorkamilah,

2005:29)

Dari manapun sampah berasal, memiliki alur utama yang

seragam, yang pada akhirnya menjadi sesuatu yang harus dibuang.

Berawal dari bahan baku yang perlu diseleksi, sampai kepada konsumen,

melalui tahapan yang sangat potensial menghasilkan sampah. Oleh

karena itu, dengan mengurangi konsumsi bahan-bahan baku akan

mengurangi volume sampah, demikian pula dengan meningkatkan nilai

sampah sehingga dapat digunakan kembali, merupakan alternatif yang

dapat dipilih untuk mengurangi volume sampah.

Page 61: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

46

Sebenarnya konsep ini telah diperkenalkan dan diujicobakan di

Surabaya, yakni pengelolaan sampah yang memakai dasar 5 R: Reduce,

Reuse Recover, Revalue dan Recycle.Reduce adalah mengurangi

timbulan sampah pada sumber.Reuse merupakan upaya pemanfaatan

kembali sampah atau barang yang sudah tidak berguna lagi,Recover

adalah menemukan kegunaan atau manfaat lain dari barang yang sudah

hendak dinyatakan sebagai sampah,Revalue yakni memberi nilai dari

barang yang akan disampahkan agar dapat dijual sebagai barang bekas

layak pakai kepada tukang rombeng,sedangkan Recycle adalah

pendaurulangan dari sampah (barang yang tidak berguna) menjadi produk

lain yang bernilai ekonomi (Johan Silas, 2003 ;7).

Hasilnya menunjukkan beberapa temuan menarik, terutama yang

terkait dengan potensi serta kesediaan masyarakat untuk mengubah cara

pengelolaan sampah yang akan memberikan hasil lebih baik (Johan Silas,

2003 ;13). Penelitian tersebut, juga menghasilkan temuan, bahwa. 53,70%

rumah warga kampung dikunjungi secara teratur oleh pengais sampah.

Kunjungan tidak teratur dinyatakan oleh 31,48% responden. Kenyataan ini

menunjukkan bahwa perumahan di kampung dianggap potensial oleh

para pengais sampah untuk dikunjungi. Satu penemuan lain yang

ditemukan dalam penelitian ini adalah, ternyata rukun warga atau RW

adalah pihak yang- paling bertanggung jawab dalam menyelesaikan

masalah sampah, seperti yang dinyatakan oleh 81,94% responden (Johan

Silas, 2003:10). Memang tidak mudah merubah kebiasaan dalam

Page 62: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

47

masyarakat; sebuah penelitian yang dilakukan oleh Totok Noerdianto

(2003:7) masih di kota Surabaya, menunjukkan kenyataan bahwa

sebagian besar responden (75;45%) sulit untuk mengurangi. timbulan

sampah. Meskipun demikian, untuk pelaksanaan daur ulang (recycle)

hampir seluruh responden (95,6%) setuju mendaur-ulang sampah.

Beberapa point yang dihasilkan dari sebuah studi di Surabaya

tersebut menunjukkan, bahwa pengelolaan sampah terbaik dilakukan di

dekat sumbernya, dengan penerapan konsep 5R yang dilaksanakan

secara partsisipatif di tingkat komunitas (kampung). Dengan demikian,

mengalihkan pengelolaan sampah pada sistem pengelolaan yang

berbasis masyarakat merupakan pilihan ideal dalam upaya mengatasi

masalah sampah.

6. Pengelolaan Sampah Padat Berbasis Masyarakat

Pengelolaan sampah merupakan konsekuensi yang harus

ditempuh akibat adanya produksi sampah. Menurut Johan Silas (2003:5-

6), ada dua pendekatan yang dapat digunakan dalam mengelola sampah,

pertama, pendekatan yang konvensional, end of pipe, artinya masalah

dibiarkan timbul dulu, kemudian pusing mencari alternatif

penyelesaiannya. Kedua; pendekatan clean production, yaitu masalah

sedini mungkin dicegah agar tidak muncul sehingga tidak perlu

dipecahkan. Dari dua pendekatan tersebut, pendekatan clean production

tentu saja lebih ideal untuk dilakukan. Dalam hal ini dapat dilakukan oleh

pemerintah maupun masyarakat.

Page 63: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

48

Terlepas dari dua pendekatan tersebut, pengelolaan sampah

secara formal yang dilakukan oleh pihak pemerintah di wilayah Kabupaten

Sleman, Yogyakarta, berbentuk Sub Seksi Teknik Penyehatan dalam

Seksi Cipta Karya Dinas PU: Adapun model pengelolaannya, dapat

berupa; 1) model TPS, 2) model transfer depo, 3) model kontainer, 4)

model pintu ke pintu, 5) model jemput bola, dengan berbagai kelebihan

dan kekurangan masing-masing model.

Sekarang pengelolaan sampah juga biasa dilakukan oleh

sebagian masyarakat secara swadaya, atau dikenal dengan istilah

swadaya pengelolaan sampah (swapesam). Dengan dasar swadaya,

sumber-sumber daya yang dimiliki oleh.masyarakat digali dan dimobilisasi

serta diorganisasi oleh mereka sendiri untuk kepentingan bersama dalam

memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok anggotanya.Tetapi keberhasilan

pengembangan swadaya masyarakat ini ditunjang oleh beberapa faktor.

Menurut Sumamonugroho (1981:71-73) faktor-faktor yang menunjang

kebehasilan pengembangan swadaya masyarakat dalam usaha

kesejahteraan sosial, antara lain : a) kemampuan masyarakat mengenai

masalah mereka; b) keinginan dan ikutsertanya masyarakat untuk mencari

altematif-alternatif pemecahan masaiah, c) keterlibatan masyarakat dalam

pelaksanaan usaha kesejahteraain sosial, d) penyebarluasan metode-

metode berswadaya.

Berbagai cara atau model selama ini digunakan masyarakat

dalam mengelola sampah, khususnya sampah rumah tangga masing-

Page 64: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

49

masing. Salah satu konsep pengelolaan sampah oieh masyarakat yang

dapat dijadikan contoh adalah konsep 'Hidup dari sampah yang pernah

diusulkan oleh Hasan Purbo yaitu :1) menanggulangi sampah, selagi

volumenya masih kecil di tingkat RT/RW atau keiurahan, 2)

menanggulangi sampah dengan pendekatan dari bawah dalam

merencanakan, melaksanakan, kontrol dan evaluasi dengan semangat

partisipasi merangsang masyarakat berperan serta secara aktif; 3)

memberi penghargaan dan pengakuan atas jerih payah anggota

masyarakat yang terbukti berhasil mengelola sampah (Emil Salim,2005).

Pada prinsipnya, konsep tersebut mengusulkan suatu konsep

pengelolaan sampah yang dilaksanakan oleh masyarakat, khususnya di

tingkat RT atau RW, dengan pertimbangan volume sampah masih kecil.

Ibarat api, sampah dengan mudah dikendalikan ketika volumenya masih

kecil, sedangkan ketika volumenya sudah semakin besar, justru akan

mengancam dengan bencana.

Terlepas dari gagasan tersebut, beberapa elemen masyarakat

telah. mulai menjalankan sistem pengelolaan sampah berbasis

masyarakat. Salah-satu bentuknya adalah usaha pengelolaan sampah

yang dilakukan oleh warga masyarakat di Desa Temesi, Gianyar, Bali.

Melalui persiapan dan perencanaan yang matang dengan sosialisasi dan

pendekatan yang mengedepankan partisipasi masyarakat, maka dibangun

: Fasilitas Pemilahan Sampah (FPS) di lokasi TPA desa Temesi yang

sebelumnya sudah berdiri, hanya karena kurang pengelolaan yang baik

Page 65: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

50

justru TPA tersebut pada awalnya menjadi sumber-keresahan sosial

warga sekitarnya. Kejasama yang baik antar elemen- masyarakat, yang

masing-masing elemen mengambil peran berbeda, baik sebagai

koordinator penggalang dana (Rotary Club Bali Ubud), sebagai

pemberdaya masyarakat (Bali Fokus-BORDA), maupun berperan sebagai

pemasok sampah dan penyedia lahan (pemerintah) serta sebagai

pengelola fasilitas (Badan Pengelola Sampah Desa Temesi bersama Bali

Fokus). Hasilnya, selain, dapat memberdayakan masyarakat setempat,

FPS ini dapat membuka lapangan kerja baru bagi 60 orang karyawan

yang berasal dari Desa Temesi (Noorkamilah,2005:33).

Kasus lain yang dapat dijadikan contoh pengelolaan sampah

berbasis, masyarakat adalah kasus Ibu Harini, pemimpin PKK RW

Banjarsari, Cilandak. Barat, Jakarta Selatan, dengan melatih dan

mendorong mahasiswa dan anggota berbagai kelompok masyarakat, aktif

mengelola sampah berbasis masyarakat. Ia juga memelopori

pengembangan tanaman obat keluarga di halaman rumah kawasan RW

Banjarsari (Emil Salim, 2005). Masih banyak contoh-contoh lain yang

sudah mengelola sampah dengan menggerakkan warga masyarakat

sekitar, yang umumnya pengelolaan sampah tersebut lahir dari adanya

masalah yang diakibatkan oleh buruknya pengelolaan sampah.

Sebenarnya masyarakat dapat menanggulangi timbulan sampah

mulai dari setiap keluarga,dapat dilakukan apabila tumbuh kesadaran

akan hak dan tanggung jawab masyarakat dalam pengelolaan

Page 66: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

51

sampah.Masyarakat dapat mengambil peran sebagai : a} pengelola

(mengurangi timbulan sampah dari sumber); b) pengawas mengawasi

tahapan pengelolaan agar berjalan dengan benar); c) pemanfaat

(memanfaatkan sampah secara individu, kelompok atau kerjasama

dengan dunia usaha); d) pengolah (mengoperasikan dan memelihara

sarana dan prasarana pengolah sampah); e) penyedia biaya pengelolaan

(Noorkamilah,2005: 34). Diharapkan apabila sistem seperti tersebut diatas

dapat berhasil dengan baik, maka sampah tidak lagi menjadi masalah

bagi masyarakat, tetapi sebaliknya dapat mendatangkan keuntungan

secara ekonomi dan lingkungan hidup dapat dilestarikan

Gambar 2.3 Sistem dan Mekanisme Peran Serta Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah

Sumber : Kantor Kementrian Lingkungan Hidup.

Sistem Pengawasan

Pengawas

Penyedia Biaya Pengelolaan

Masyarakat

Pengolah

Pemanfaat

Komposting

Pengelola

ReduksiReuse

Recycling

Pemisahan

Kegiatan Ekonomi

Page 67: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

52

Dari skema tersebut dapat dilihat peran yang dapat diambil oleh

masyarakat dalam hal pengelolaan sampah, baik secara langsung

maupun tidak langsung, mulai dari peran pengelola, yakni dengan

mengurangi timbulan sampah sejak dari sumbernya, sampai kepada

peran pengawas, tergantung dari kesanggupan dan kesadaran warga

masyarakat sendiri. Tentu saja akan menjadi ideal apabila masyarakat

dapat berperan diseluruh bagian yang mungkin diperankan oleh

masyarakat.

Berbagai dampak negatif akan muncul tanpa keikutsertaan

masyarakat dalam pengelolaan sampah. Haryoto Kusnopoetranto

(1986:82) mengidentifikasi beberapa pengaruh negatif tersebut, yakni :

a) Pengelolaan sampah yang kurang baik pada suatu masyarakat akan

dapat mencerminkan status keadaan sosial masyarakat di daerah

tersebut.

b) Keadaan lingkungan yang kurang saniter, kurang estetika akan

menurunkan hasrat orang lain untuk berkunjung ke daerah tersebut.

c) Dapat menyebabkan meningkatnya kriminalitas di daerah tersebut.

Dengan demikian, pengelolaan sampah berbasis masyarakat tidak

hanya menyelesaikan masalah sampah, tetapi juga dapat menghindarkan

masyarakat dari masalah-masalah lainnya seperti ekonomi, spiritual,

sosial dan juga masalah ekologi. Keuntungan lain pengelolaan sampah

berbasis masyarakat adalah terbentuknya perilaku generasi muda untuk

lebih mencitai lingkungan hidup. Dalam prakteknya ada prinsip-prinsip

Page 68: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

53

yang harus diperhatikan dalam mengelola sampah secara baik. Menurut

Azrul Azwar (1995:56). Pengelolaan sampah dianggap baik jika sampah

tersebut tidak menjadi tempat berkembang biaknya bibit penyakit serta

sampah tersebut tidak menjadi medium perantara menyebar luasnya

suatu penyakit. Syarat lainnya yang harus dipenuhi dalam pengelolaan

sampah ialah tidak mencemari udara, air atau tanah, tidak menimbuikan

bau (segi estetis), tidak menimbulkan kebakaran dan lain sebagainya.

Senada dengan prasyarat tersebut, diungkapkan Juli Soemirat Slamet

(1996:155-156) bahwa pengelolaan sampah perlu didasarkan atas

perbagai pertimbangan, yakni (a) untuk mencegah terjadinya penyakit, (b)

konservasi sumber daya alam, (c) mencegah gangguan estetika, (d)

memberi insentif untuk daur ulang/pemanfaatan (e) dan bahwa kuantitas

dan kualitas sampah akan meningkat.

Sedangkan menurut UNEP dalam Dainur (1995 :44 - 45),terdapat

beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan sampah

padat, yaitu: a) mencegah produksi sampah dan mengurangi jumlah

sampah, b) mengurangi efek negatif dan toksik dari sampah yang

dihasilkan c) menggunakan kembali sampah menjadi material yang

berguna, d) menggunakan, membuat kompos, memperbaiki materi dari

sampah secara langsung atau tidak langsung menjadi bahan produk, e)

mengurangi volume sampah sebelum dibuang, f) membuang sampah

dengan cara yang baik untuk lingkungan terutama untuk landfill. Syarat-

syarat tersebut kemudian harus menjadi acuan berbagai pihak yang

Page 69: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

54

terlibat langsung maupun tidak langsung dalam pengelolaan sampah.

Pengelolaan sampah itu sendiri pada prinsipnya, terdiri dari penyimpanan

sampah (refuse storage), pengumpulan sampah (refuse collection), dan

pembuangan sampah (refuse disposal).

Pengelolaan sampah yang lebih sistematis, dilontarkan oleh

Tchobanoglous, Theisen dan Vigil (1993) dalam Sarudji,Didik (1983:9)

yang mendefinisikan pengelolaan sampah sebagai berikut :

"solid waste management may be defined as the discipline associated with the control of generation, storage, collection, transfer and transport, processing, and disposal of solid wastes in a manner that is in accord with the best principles of public health, economic, enginering, conservation, aesthetics, and other environmental considerations, and that is also responsive to public attitudes."

(pengelolaan sampah dapat didefinisikan sebagai sebuah bidang yang berhubungan dengan pengaturan terhadap penimbulan penyimpanan (sementara), pengumpulan, pemindahan dan pengangkutan, pemrosesan dan pembuangan sampah padat dengan cara yang didasarkan pada prinsip-prinsip terbaik dalam kesehatan masyarakat, ekonomi, tekhnik, perlindungan alam, estetika atau keindahan, dan pertimbangan-pertimbangan lingkungan lainnya dan juga mempertimbangkan sikap masyarakat).

Dari pengertian tersebut diatas, Tchobanaglous,dkk (1993:10)

menyebutkan terdapat enam elemen fungsional dalam aktivitas yang

berhubungan dengan pengelolaan sampah padat, yakni (1) aktivitas

penimbulan sampah (waste generation), (2) penanganan dan pemilahan

sampah (waste handling and separation) (3) pengumpulan {collection), (4)

pemisahan, pengolahan dan pengubahan sampah-sampah (separation

and processing and transformation of solid wastes), (5) pemindahan dan

Page 70: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

55

pengangkutan (transfer and transport), (6) pembuangan/pemusnahan

(disposal).

Sebagaimana halnya sebuah sistem, elemen-elemen tersebut

merupakan satu kesatuan yang memiliki fungsi yang unik, yang saling

berhubungan dan saling tergantung antara elemen yang satu dengan

elemen yang lainnya. Gangguan pada sub sistem akan menimbulkan

gangguan pada sub sistem lainnya. Misalnya terganggunya sistem

pengangkutan akan menyebabkan menumpuknya sampah di tempat

pengumpulan, sehingga tempat penampungan sementara tidak dapat

menampung. Hal ini akan menyebabkan juga pengambilan sampah dari

sumbernya menjadi terganggu.Adapun hubungan antara keenam elemen

tersebut, dapat dilihat dalam figur 2. 4 di bawah ini :

Gambar 2.4: Hubungan antara Elemen Fungsional dalam Sistem

Pengelolaan Sampah Padat

Sumber : Tchobanoglous, Theisen dan Vigil, 1993, h.12.

Raw material

Manufacturing

Processing &Recovery

Secondarymanufacturing

Consumer

Final disposal

Page 71: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

56

Adapun penjelasan dari masing-masing elemen fungsional

tersebut sebagaimana diuraikan Tchobanoglous, Theisen dan Vigil (1993)

dalam Pusdiknakes Depkes RI (1997:33-34) sebagai berikut.

1. Waste Generation (aktivitas penimbulan sampah). Meliputi aktivitas

pembuangan benda-benda atau barang-barang yang dianggap tidak

lagi bemilai, baik yang dibuang begitu saja oleh pemiliknya atau

dikumpulkan terlebih dahulu untuk dibuang. Penting dicatat bahwa

tahap ini merupakan langkah identifikasi dan bahwa langkah ini

berbeda beda sesuai dengan sampah setiap individu.

2. Waste Handling and Separation, Storage and Processing at the

Source. Elemen kedua adalah penanganan dan pemisahan,

penyimpanan dan pengolahan sampah pada sumbernya. Penanganan

dan pemisahan sampah termasuk aktivitas yang berhubungan dengan

pengelolaan sampah sejak mereka ditempatkan dalam wadah

penyimpanan selama pengumpulan. Penanganan sampah juga

meliputi pengangkutan wadah yang penuh ke titik pengumpulan.

Pemisahan komponen-komponen sampah merupakan hal yang

penting dalam penanganan dan penyimpanan sampah pada

sumbernya.

3. Collection (Pengumpulan). Fungsi elemen pengumpulan tidak hanya

mengumpulkan sampah-sampah padat dan bahan-bahan yang dapat

didaur ulang, tetapi juga pengangkutan bahan-bahan tersebut, setelah

dkumpulkan, ke lokasi dimana alat pengumpul dikosongkan. Lokasi ini

Page 72: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

57

boleh jadi berupa fasilitas pemroses barang-barang, stasiun

pemindahan, atau lahan tempat pembuangan.

4. Transfer and Transport (Pemindahan dan Pengangkutan). Elemen

fungsional dari pemindahan dan pengangkutan terdiri dari dua

langkah. (1) pemindahan sampahsampah dari alat pengumpul yang

lebih kecil ke alat pengangkutan yang lebih besar dan (2) berikutnya,

alat pengangkut sampah-sampah biasanya melewati jarak yang jauh

ke tempat pengolahan atau pembuangan akhir. Pemindahan biasanya

berlangsung di stasiun pemindahan.

5. Separation and Processing and Transformation of Solid Waste

(Pemisahan, Pengolahan dan Pengubahan Sampah). Pemisahan dan

pemrosesan sampah-sampah yang telah tercerai-berai dari asalnya,

dan pemisahan sampah-sampah yang telah tercampur-baur biasanya

terjadi pada tempat memperoleh benda-benda stasiun-stasiun

pemindahan, tempat pembakaran, dan tempat-tempat, pembuangan.

Pemrosesan mencakup pemotongan benda-benda yang sangat besar,

perpisahan komponen-komponen sampah dengan layar pengukur,

pemisahan komponen sampah secara manual, pengurangan

ukuran dengan pengirisan, pemisahan logam belerang dengan

menggunakan magnet, pengecilan volume dengan pemadatan dan

pembakaran. Proses pengubahan digunakan untuk mengurangi

volume dan berat sampah yang akan dibuang, dan untuk memperoleh

konversi produk dan energi yang berasal dari sampah.

Page 73: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

58

6. Disposal. (Pembuangan/pemusnahan). Elemen fungsional terakhir

dalam sistem, pengelolaan sampah adalah pembuangan (disposal).

Pembuangan sampah dengan landfilling atau landspreading adalah

tempat akhir dari semua sampah, apakah mereka dikumpulkan dari

sampah perumahan dan diangkut secara langsung ke tanah tempat

pembuangan, sisa dari pembakaran sampah kompos, atau substansi

lain dari tempat-tempat penimbulan sampah. Selama ini, pengelolaan

sampah yang dilakukan pemerintah sebatas pengumpulan,

pengangkutan dan pembuangan. Padahal, pengelolaan sampah

secara demikian tidaklah menyelesaikan masalah melainkan bisa jadi

sebaliknya, menimbulkan masalah baru. Upaya pengelolaan sampah

dari sumbemya, merupakan alternatif yang dapat dipilih Hasil

penelitian yang dilakukan oleh Citra Wardhani (2004:118) memberikan

rekomendasi bahwa sistem pengelolaan sampah yang diajukan untuk

daerah perumahan umum (bukan kompleks perum) adalah

pengelolaan mandiri, dimana masyarakat mengelola sendiri

sampahnya dengan melakukan proses pemilahan sejak dari rumah

tangga dan pengkomposan sampah organik, Dalam hal pemilahan

sampah rumah tangga, penelitian Citra Wardhani, (2004:x) di kampung

Banjarsari, Cilandak, Jakarta Selatan, menunjukkan partisipasi

masyarakat dalam pemilahan sampah sebesar 54,8%. Angka tersebut

menunjukkan bahwa pengelolaan sampah berbasis masyarakat sangat

mungkin dilakukan.

Page 74: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

59

Adapun metode pengelolaan melalui pengomposan sampah

organik, akan mengurangi volume sampah cukup besar. Miller (dalam

Citra Wardhani,2004:108) menyebutkan volume yang terkurangi mencapai

20%. Sedangkan Dian Sri Rezeki Kusumastuti (2003:45) menyebutkan

angka 60% sebagai berat yang hilang dan menyisakan kompos seberat

25% dari berat total bagian organik sampah. Sisa yang tidak dapat

dikomposkan adalah sebesar 15%. Sementara itu di Amerika Serikat pada

tahun 1999, daur ulang dan pengomposan mengurangi 64 juta ton

sampah yang seharusnya dikirim ke TPA (Noorkamilah 2005:40).

Selain dari keuntungan terkuranginya volume/jumlah sampah,

pengomposan juga dapat memberikan nilai ekonomis bagi masyarakat.

Pengkomposan sampah organik yang diiakuican secara komunat di TPS

Rawa Kerbau, Jakarta Pusat, yang melayani 409 KK, menghasilkan nilai

penjualan kompos sebesar Rp. 98,7 juta/tahun dengan harga kompos Rp.

500,00/kg (Dian Sri Rezeki Kusumastuti,2003:46). Hal ini memungkinkan

dibukanya lapangan kerja baru. Dengan kata lain pengelolaan sampah

berbasis masyarakat merupakan alternatif yang baik yang dapat dipilih

dalam pengelolaan sampah, yang secara langsung maupun tidak

langsung, melalui pengelolaan sampah tersebut dapat sekaligus

memberdayakan warga masyarakat setempat.

Page 75: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

60

B. Penelitian Yang Relevan

Penelitian tentang sampah sudah banyak dilakukan oleh – peneliti

lain, dibawah ini penulis kemukakan penelitian yang relevan dengan

penelitian yang penulis lakukan sebagai berikut :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Rahmawaty (2004) dengan judul

Persepsi Wanita mengenai Pengelolaan Sampah di Lingkungan

Kampus IPB Kaupaten Bogor, dengan hasil semakin tinggi Tingkat

pendidikan Responden, semakin mempunyai kepedulian terhadap

pengelolaan sampah, namun tidak sebanding dengan pemakaian

produk yang tidak ramah lingkungan

2. Penelitian yang dilakukan oleh Ismail Effendy (1998) dengan Judul

Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah untuk mewujudkan

Program Bestari di Kota Madya Medan, suatu studi Kasus Kelurahan

Pulo Bryan Kota, dengan hasil bahwa kondisi Sosial dan Persepsi

Masyarakat mempunyai Pengaruh terhadap Partisipasi dalam

pengelolaan sampah untuk mewujudkan Lingkungan yang bersih,

Sehat, Aman, tertib dan Keindahan (Bestari).

3. Penelitian yang dilakukan oleh Sutikno Citro (2004) dengan judul faktor

-faftor yang berhubungan dengan pengelolaan sampah padat rumah

tangga (Studi Kasus di Kalurahan Khusus Halim Perdana Kusuma

Jakarta), dengan hasil bahwa Partisipasi masyarakat terhadap

kebersihan, persepsi masyarakat, operaturan kebersihan, retribusi

kebersihan, tenaga pengelola kebersihan maupun lingkungan

Page 76: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

61

berhubungan dengan keberhasilan pengelolaan sampah padat Rumah

Tangga.

C. Kerangka Berpikir

Tingkat pengetahuan masyarakat tentang sampah dan sikap terhadap

sampah sangat mempengaruhi perilaku masyarakat dalam pengelolaan

sampah. Penyuluhan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan

pengetahuan, memperbaiki sikap dan menumbuhkan kesadaran untuk

berperilaku secara benar.

1. Pengaruh Penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan masyarakat

tentang sampah

Pengetahuan tentang sampah merupakan apa yang telah diketahui

oleh masyarakat yang berkaitan dengan jenis sampah, sumber – sumber

sampah, akibat yang ditimbulkan oleh sampah yang tidak dikelola dengan

baik, cara-ara pengelolaan sampah yang benar. Pengetahuan masyarakat

tentang sampah dapat diperoleh dari berbagai cara dan sumber

pengetahuan. Penyuluhan sebagai salah satu cara untuk menyampaikan

informasi tentang sampah diduga dapat meningkatkan pengetahuan

masyarakat Desa Jetis, Kecamatan Klaten selatan Kabupaten Klaten

tentang sampah.

2. Pengaruh Penyuluhan terhadap sikap pada sampah

Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi apabila seseorang

dihadapkan pada stimulus yang menghendaki adanya respon. Dalam

penelitian ini sikap pada sampah yang berkaitan dengan

Page 77: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

62

pengetahauannya tentang jenis sampah, sumber-sumber sampah, akibat

yang ditimbulkan oleh sampah yang tidak dikelola dengan baik, cara-cara

pengelolaan sampah yang benar. Seseorang akan bersikap baik dan

benar apabila yang bersangkutan telah mempunyai pengetahuan. Dalam

penelitian ini penyuluhan diduga dapat membentuk sikap positif

masyarakat dalam pengelolaan sampah Desa Jetis, Kecamatan Klaten

Selatan Kabupaten Klaten secara benar.

3. Pengaruh Penyuluhan terhadap Perilaku pengelolaan sampah

mandiri

Perilaku adalah tindakan nyata seseorang setelah mendapatkan

stimulus, perilaku seseorang diperoleh dari proses belajar. Seseorang

akan berperilaku setelah ia mempunyai pengetahuan, kemudian timbul

sikap yang positif terhadap suatu obyek. Tujuan jangka menengah dari

suatu penyuluhan adalah terbentuknya perilaku yang positf dalam

masyarakat. Dalam penelitian ini tujuan dari penyuluhan yaitu agar

masyrakat dapat semakin menyadari pentingnya mengelola sampah

secara benar. Indikator dari keberhasilan penyuluhan dalam penelitian

adalah setiap keluarga di RW I Desa Jetis Kecamatan Klaten Selatan

Kabupaten Klaten melakukan pengelolaan sampah secara terpisah antara

sampah organik dengan anorganik.

Page 78: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

63

Kerangka berpikir penelitian dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 2.5 Kerangka pikir penelitian Pengaruh Penyuluhan tentang

Pengelolaan sampah Mandiri terhadap pengetahuan,Sikap dan Perilaku

Masyarakat Desa Jetis Kecamatan Klaten Selatan Kabupaten Klaten

D. Perumusan Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

1. Pemberian penyuluhan berpengaruh terhadap peningkatan

pengetahuan tentang sampah dan pengelolaannya bagi Kelompok

Perlakuan di RW I Desa Jetis, Kecamatan Klaten Selatan, Kabupaten

Klaten.

2. Pemberian Penyuluhan berpengaruh terhadap peningkatan sikap

terhadap sampah bagi Kelompok Perlakuan di RW I Desa Jetis,

Kecamatan Klaten Selatan, Kabupaten Klaten

3. Pemberian Penyuluhan berpengaruh terhadap peningkatan perilaku

Kelompok Perlakuan dalam pengelolaan sampah di RW I Desa Jetis,

Kecamatan Klaten Selatan, Kabupaten Klaten

Penyuluhan tentangSampah dan pengelolaannya

Pengetahuan Masyarakat tentang sampah

Sikap MasyarakatTerhadap sampah

Perilaku Pengelolaan Sampah

Page 79: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

64

Page 80: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Jetis Kecamatan Klaten Selatan

dengan alasan :

a. Di lokasi tersebut dijadikan sebagai desa penilaian Adipura untuk

mewakili Kabupaten Klaten

b. Di Desa Jetis belum pernah diadakan penelitian sejenis dengan

penelitian ini.

c. Di Desa Jetis belum tercipta system pengelolaan sampah dengan

baik.

2. Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan selama 5 bulan dari bulan Mei sampai dengan

September 2008.

B. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian Experiment Design dengan

pendekatan Two Group Pretest – Postest Design. Tujuan penelitian

experiment ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Variabel

Independen terhadap variabel dependen (Sugiyono,2007:110). Ciri

khusus dari penelitian ini adalah adanya perlakuan yang diterapkan pada

subyek penelitian (Soekidjo Notoatmodjo,2002:156). Dalam penelitian ini

perlakuan yang diterapkan yaitu penyuluhan terhadap pengetahuan

tentang sampah dan pengelolaan, Pengaruh penyuluhan terhadap sikap

Page 81: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

pada sampah dan pengelolaanya serta pengaruh penyuluhan terhadap

perilaku pengelolaan sampah di Desa Jetis Kecamatan Klaten Selatan

Kabupaten Klaten.

Kelompok Kontrol O1 O11

Kelompok Perlakukan O2 X O12

Keterangan

O1,2 : Nilai Pretest ( Pengetahuan, Sikap, Perilaku)

X : Penyuluhan

O11,2 : Nilai Postest ( Pengetahuan, Sikap, Perilaku)

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah totalitas dari nilai yang mungkin untuk menghitung atau

pengukuran kuantitatif maupun kualitatif dari karakteristik tertentu

mengenai sekumpulan obyek yang lengkap dan jelas (Sudjana, 1984 :5).

Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu rumah tangga yang

tinggal di RW I Desa Jetis Kecamatan Klaten Selatan, Kabupaten Klaten

berjumlah 201 orang.

2. Sampel

Pengertian sampel menurut Suharsimi Arikunto (1998:117) adalah

sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti, sedangkan ketetapan

mutlak yang menentukan berapa persen sampel harus diambil dari

populasi. Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2002:157) pada penelitian

experiment penggunaan sampel yang relatif kecil terhadap populasi tidak

Page 82: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

menjadi persoalan. Dalam penelitian ini besar sampel ditentukan dengan

rumus sebagai berikut (Sugiyono,2007:126)

2 .N.P.Q S = ------------------------------ d2 (N-1) + 2 .P.Q

Keterangan

N : Jumlah populasi

S : Jumlah sampel

2 : Derajad kepercayaan 1

d : Tingkat kesalahan 0,05

P = Q : Proporsi (0,5)

12 . 201. 0,5 . 0,5 S = ---------------------------------- (0,05)2 (201-1) + 12 . 0,5.0,5

50,25 S = --------------------- 25-4 .200 + 0,25

S = 67

Berdasarkan perhitungan tersebut maka besarnya sampel dalam

penelitian ini ditetapkan 67 orang. Karena sampel akan dijadikan 2 (dua)

kelompok maka ditetapkan menjadi 68 orang kemudian dikelopokkan

menjadi sampel perlakuan 34 orang dan sampel kontrol 34 orang.

Agar setiap anggota populasi mempunyai kesempatan yang sama

sebagai sampel, maka cara pengambilan sampel dilakukan dengan cara

Page 83: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

simple random (random sederhana) yang dilakukan secara undian

dengan langkah - langkah sebagai berikut :

a. Anggota populasi diberi nomor pada kertas

b. Kertas digulung dan dimasukkan dalam sebuah kaleng kecil

c. Kaleng dikocok

d. Gulungan kertas dikeluarkan sebagai sampel.

e. Gulungan kertas yang keluar dengan nomor urut ganjil (1,3,5,dst)

ditetapkan sebagai responden perlakuan dan keluar dengan nomor

urut genap (2,4,6,dst) sebagai responden kontrol.

D. Variabel Penelitian

1. Jenis Variabel

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel penelitian yaitu variable bebas

dan variable terikat :

a. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pemberian penyuluhan

tentang sampah dan pengelolaan sampah mandiri pada masyarakat

Desa Jetis Kecamatan Klaten Selatan Kabupaten Klaten..

b. Variabel Terikat

Variabel terikal dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan

tentang sampah (Y1), Sikap terhadap sampah (Y2) dan perilaku

pengelolaan sampah mandiri (Y3) masyarakat Desa Jetis Kecamatan

Klaten Selatan Kabupaten Klaten

Page 84: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

Adapun diagram variabel dalam penelitian ini sebagai berikut :

2. Definisi Operasional Variabel

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan

2.1. Penyuluhan adalah penyampaian informasi/penerangan kepada

kelompok responden perlakuan di RW I Desa Jetis Kecamatan Klaten

Selatan Kabupaten Klaten tentang sampah dan cara pengelolaan

secara mandiri. Penyuluhan dilakukan dengan metode tatap muka dan

media gambar.

2.2. Pengetahuan tentang sampah adalah pengertian masyarakat yang

meliputi jenis sampah, sumber sampah, akibat negatif dari sampah

yang tidak dikelola dengan baik dan cara pengelolaan sampah secara

mandiri.

2.3.Sikap adalah pandangan atau tanggapan responden berkaitan

dengan keberadaan sampah di sekitar tempat tinggal dan tanggapan

untuk ikut serta dalam pengelolaan secara mandiri.

2.4. Perilaku pengelolaan sampah mandiri yaitu tindakan responden

untuk menyediakan beberapa tempat guna menampung sampah

X = Pemberian Penyuluhan

Y1= Pengetahuan Tentang sampah

Y2 = Sikap terhadap sampah

Y3 = Perilaku pengelolaan sampah

Page 85: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

secara terpisah antara sampah basah dan kering sebelum diangkut

oleh petugas yang ditunjuk.

E. Teknik Pengumpulan Data

Yang dimaksud dengan teknik pengumpulan data adalah cara

yang digunakan untuk memperoleh data yang akan dikumpulkan di

lapangan. Peran dari teknik pengumpulan data sangat besar sekali,

karena dengan teknik pengumpulan data yang tepat, maka akan

diperoleh data yang sesuai dengan yang diharapkan dalam penelitian.

Dalam penelitian ini menggunakan metode angket dan dokumentasi.

1. Angket

Pengertian angket menurut Suharsimi Arikunto (1998:140), angket

adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh

data atau iniformasi dari respoden dalam arti laporan tentang pribadinya

atau hal-hal yang diketahui.

Menurut Sudjana (1975:8) angket adalah cara pengumpulan data

dengan menggunakan daftar isian atau daftar pertanyaan yang telah

disiapkan dan disusun sedemikian rupa sehingga calon responden hanya

tinggal mengisi atau menandai dengan mudah dan tepat.

Jadi angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan

untuk memperoleh informasi dari responden sesuai dengan tujuan

penelitian. Adapun angket dalam penelitian ini untuk memperoleh data

tentang pengetahuan dan sikap terhadap pengelolaan sampah.

Page 86: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

Alasan penulis menggunakan metode angket adalah :

a. Angket dapat digunakan untuk mengumpulkan data dalam waktu yang

singkat.

b. Memudahkan peneliti dalam menganalisa data.

c. Mudah digunakan dan dilaksanakan.

d. Angket yang dijawab responden adalah merupakan hal yang benar

dan dapat dipercaya, sehingga mudah dijadikan data.

Keuntungan dari metode angket adalah :

a. Tidak memerlukan hadirnya peneliti.

b. Dapat dibagikan secara serentak kepada banyak responden.

c. Dpat dijawab oleh responden menurut kecepatannya masing-masing,

dan menurut waktu senggang responden.

d. Dapat dibuat ananim, sehingga responden bebas jujur dan tidak malu

- malu menjawab,

e. Dapat dibuat standar, sehingga bagi semua responden dapat diberi

pertanyaan yang benar-benar sama. (Suharsimi Arikunto, 1998:141).

Sedangkan kelemahan dari metode angket adalah :

a. Responden sering tidak teliti dalam menjawab, sehingga ada

pertanyaan yang dilewati tidak dijawab, padahal sukar diulangi

diberikan kembali kepadanya.

b. Seringkali sukar dicari validitasnya.

c. Walaupun dibuat anonim, kadang-kadang responden dengan sengaja

memberikan jawaban yang tidak betul atau tidak jujur.

Page 87: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

d. Seringkali tidak kembali, terutama jika dikirim lewat pos.

e. Waktu pengambilannya tidak bersama-sama, bahkan kadang-kadang

ada yang terlalu lama, sehingga terlambat. (Suharsimi Arikunto

1998:142).

Angket dibedakan menjadi beberapa jenis, tergantung dari sudut

pandangan :

a. Dipandang dari cara menjawab.

1) Angket terbuka, yang memberi kesempatan kepada responden untuk

menjawab dengan kalimatnya sendiri.

2) Angket tertutup, yang sudah disediakan jawabannya, sehingga

responden tinggal memilih.

b. Dipandang dari jawaban yang diberikan, yaitu :

1) Angket langsung, yaitu : responden menjawab tentang dirinya.

2) Angket tidak langsung, yaitu : jika responden menjawab tentang orang

lain.

c. Dipandang dari bentuknya, yaitu :

1) Angket pilihan ganda, yang dimaksud adalah angket tertutup.

2) Angket isian, yang dimaksud adalah angket terbuka.

3) Check List, sebuah daftar, dimana responden tinggal membubuhkan

tanda check ( ) pada kolom yang sesuai.

4) Rating-scale, (skala bertingkat), yaitu sebuah pertanyaan diikuti oleh

kolom-kolom yang menunjukkan tingkat-tingkatan, misalnya mulai dari

Page 88: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

sangat setuju,setuju,netral,tidak setuju dan sangat tidak setuju

(Suharsimi Arikunto,1998:141).

Jenis angket yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah angket

langsung tertutup, maksudnya angket diberikan kepada responden

tanpa menggunakan perantara, sedangkan responden tinggal memilih

jawaban alternatif yang sudah disediakan, contoh angket lampiran 1.

Angket tersebut dipergunakan untuk memperoleh data-data

mengenai pengetahuan, sikap dan perilaku.

2. Langkah – Langkah Penyusunan Angket

Dalam rangka mendapatkan data-data sesuai dengan aspek yang

ingin diungkap, maka dalam penyusunan angket ini penulis menempuh

langkah – langkah sebagai berikut :

a. Merumuskan Tujuan

Tujuan digunakan angket dalam penelitian ini adalah untuk

memperoleh data pengetahuan tentang sampah, sikap masyarakat

terhadap sampah dan pengelolaan sampah di Masyarakat Desa Jetis

Kecamatan Klaten Selatan Kabupaten Klaten.

b. Merumuskan konsep

1). Sikap tentang sampah

Sikap tentang sampah ialah suatu keadaan masyarakat

yang memiliki pengetahuan, perasaan dan kecenderungan untuk

mendukung atau memihak pada usaha-usaha yang akan, sedang

dan telah dilakukan untuk pengelolaan sampah mandiri, antara lain

Page 89: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

tercermin dari keberadaan tempat sampah sampah di rumah

tangga,mengikuti penyuluhan untuk pengelolaan sampah.

2). Pengetahuan

Pengetahuan tentang sampah adalah segala yang diketahui

oleh masyarakat perihal sampah seperti sumber sampah, jenis

sampah, akibat sampah bila tidak dikelola dengan baik untuk

mendukung pengelolaan sampah mandiri.

3)). Perilaku

Perilaku adalah pengelolaan sampah secara mandiri oleh

masyarakat di RW I Desa Jetis Kecamatan Klaten Selatan

Kabupaten Klaten, yang dipisahkan antara sampah organik dan

sampah anorganik.

c. Merumuskan komponen yang diungkap

1) Komponen pengetahuan tentang sampah

a) Kognitif 1, yaitu komponen yang berhubungan dengan

pengetahuan tentang ide untuk mengelola sampah

b) Kognitif 2 yaitu komponen yang berhubungan dengan

pemahaman cara pengelolaan sampah.

c) Kognitif 3, yaitu komponen yang berhubungan dengan

penerapan pengelolaan sampah secara mandiri.

Page 90: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

2) Komponen Sikap terhadap sampah

a). Kognitif, yaitu komponen yang berkaitan dengan pengetahuan,

pandangan, keyakinan yang berhubungan dengan usaha

pengelolaan sampah mandiri.

b). Afektif, yaitu komponen yang berhubungan dengan rasa

mendukung ataupun tidak mendukung upaya pengelolaan

sampah mandiri.

c).Konatif yaitu komponen yang berhubungan dengan

kecenderungan untuk bertindak dalam hal pengelolaan

sampah.

3) Komponen Perilaku Pengelolaan sampah

a) Ketersediaan tempat sampah yaitu adanya tempat untuk

menampung sampah yang dihasilkan dipisahkan antara

sampah organic dan anorganik

b) Pemanfaatan tempat sampah yaitu menempatkan sampah

sesuai dengan tempat sampah yang tersedia

d. Menyusun skor

1. Skor Pengetahuan

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan responden tentang

sampah dan pengelolaan sampah mandiri penulis menentukan

nilai 10 untuk setiap jawaban benar dan nilai 0 untuk jawaban

salah pada setiap pertanyaan.

Page 91: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

2. Skor Sikap

Untuk mengukur sikap responden menggunakan teknik

skala Likert yaitu setiap item pernyataan diberikan alternatif

jawaban 5 kategori seperti tabel dibawah ini :

Tabel 3.1

Skor Penilaian Sikap Responden dalam Penelitian Pengaruh Penyuluhan tentang Pengelolaan sampah mandiri terhadap

Pengetahuan,Sikap dan Perilaku Masyarakat di Desa Jetis Keamatan Kalten Selatan Tahun 2008

Alternatif jawaan

Pernyataan SS S TT TS STS

Positif 5 4 3 2 1

Negatif 1 2 3 4 5

Keterangan :

SS : Sangat Setuju

S : Setuju

T : Tidak Tahu

TS : Tidak Setuju

STS : Sangat Tidak Setuju

3. Skor Perilaku

Skor perilaku didasarkan pada hasil pengamatan yaitu :

a) Kebersihan rumah dan lingkungan sekitar rumah, berdasarkan

keberadaan sampah. Tidak ada sampah bernilai 20, sampah

terkumpul 10, sampah berserakan bernilai 0.

Page 92: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

b) Ketersediaan tempat sampah terpisah antara sampah organik

dan anorganik, tersedia 3 unit bernilai 30, 2 unit bernilai 20, 1

unit bernilai 10 dan tidak tersedia bernilai 0.

c) Penggunaan tempat sampah, digunakan dengan benar bernilai

10 dan sampah tetap tercampur bernilai 0.

d) Kebersihan tempat sampah, tempat sampah tetap terjaga

kebersihan bernilai 10, tempat sampah kotor bernilai 0,dst.

F. Validitas dan Reliabilitas

1. Validitas

Validitas digunakan untuk mengukur atau menunjukkan tingkat

ketepatan suatu instrumen. Suatu instrumen dapat dikatakan valid apabila

mampu mengukur apa yang diinginkan, selain itu dapat mengungkap data

dari variabel yang diteliti secara tepat. (Suharsimi Arikunto 1998:160),

sedangkan menurut Nana Sudjana (2000:12) bahwa validitas adalah

ketepatan alat penilaian terhadap konsep yang dinilai, sehingga betul-

betul menilai apa yang seharusnya dinilai.

Ada dua macam validitas sesuai dengan ca.ra pengujiannya,

menurut Suharsimi Arikunto ( 1998 : 162 ) :

a. Validitas eksternal apabila data yang dihasilkan dari instrumen

tersebut sesuai dengan data atau infarmasi lain yang mengenai

variabel yang dimaksud.

b. Validitas internal apabila terdapat kesesuaian antara bagian-bagian

instrumen dengan instrumen secara keseluruhan.

Page 93: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

Untuk menguji validitas dari angket penelitian, maka peneliti

melakukan ujicoba kepada 40 warga RW II Desa Jetis Kecamatan Klaten

Selatan Kabupaten Klaten. Alasan pelaksanaan ujicoba di RW II yaitu

karakteristik penduduk hampir sama dan lokasi tidak jauh dari tempat

penelitian, hasil uji coba angket seperti pada lampiran 2. Kemudian dicari

validitasnya dari tiap-tiap soal dengan menggunakan rumus korelasi

pruduct moment (Suharsimi Arikunto,1998 :256) berikut :

rXY = }(}{)({

))((2)222 YYNXXN

YXXYN

Keterangan :

rXY : Koefisien korelasi dari variabel X dan Y

X : Skor item

Y : Skor total

N : Jumlah subyek

Tabel 3.2 Hasil Perhitungan Uji Validitas Pengetahuan tentang Sampah dan Pengelolaan mandiri Desa Jetis Kecamatan Klaten Selatan

Kabupaten Klaten , tahun 2008

No Pertanyaan Nilai Pearson Hasil/kesimpulan

P1 0,506 ValidP2 0,644 ValidP3 0,453 ValidP4 0,498 ValidP5 0,384 ValidP6 0,514 ValidP7 0,673 ValidP8 0,361 ValidP9 0,578 Valid

P10 0,289 Tidak ValidP11 0,522 ValidP12 0,453 ValidP13 0,818 ValidP14 0,620 ValidP15 0,444 Valid

Page 94: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

Berdasarkan uji validitas tersebut dengan hasil bahwa setiap butir

soal yang mempunyai nilai r > 0,308 atau p < 0,05 dinyatakan valid

sehingga dapat dipergunakan untuk melakukan penelitian, sedangkan

butir ( P 10) mempunyai nilai r < 0,308 atau r > 0,05 dinyatakan tidak valid

sehingga tidak dipergunakan untuk analisis data, perhitungan

selengkapnya pada lampiran 3 dan contoh perhitungan pada lampiran 4.

Setiap butir pertanyaan/pernyataan untuk mengetahui sikap juga

dilakukan uji validitas korelasi product moment dengan tingkat

kepercayaan 95% ( p = 0,05 dan r = 0,308). Hasil uji validitas untuk sikap

sebagai berikut.

Tabel 3.3 Hasil Perhitungan Uji Validitas Sikap Pengelolaan Sampah Mandiri di Desa Jetis Kecamatan Klaten Selatan, tahun 2008

No Pertanyaan Nilai Pearson

Korelasi

Hasil/kesimpulan

S1 0,718 ValidS2 0,512 ValidS3 0,531 ValidS4 0,377 ValidS5 0,569 ValidS6 0,328 ValidS7 0,611 ValidS8 0,483 ValidS9 0,498 ValidS10 0,547 ValidS11 0,552 ValidS12 0,545 ValidS13 0,384 ValidS14 0,521 ValidS15 0,519 Valid

Page 95: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

Berdasarkan hasil uji validitas tersebut diatas maka setiap butir

pertantaan/pernyataan sikap dapat dipergunakan dalam penelitian ini.

Perhitungan lengkap pada lampiran 5.

Hasil uji validitas Perilaku responden dalam upaya Pengelolaan

Sampah Mandiri sebagai berikut :

Tabel 3,4 hasil uji validasi perilaku pengelolaan sampah mandiri di Desa Jetis Kecamatan Klaten Selatan, tahun 2008

No Pertanyaan Nilai Pearson

Korelasi

Hasil/kesimpulan

Prk1 0,767 ValidPrk2 0,390 ValidPrk3 0,779 ValidPrk4 0,569 ValidPrk5 0,399 ValidPrk6 0,423 ValidPrk7 0,607 Valid

Berdasarkan tabel tersebut diatas maka dapat dikatakan bahwa

pertanyaan tentang perilaku pengelolaan sampah dapat dipergunakan.

Perhitungan selengkapnya pada lampiran 6.

2. Reliabilitas

Reliabilitas adalah dapat dipercaya atau diandalkan, jadi suatu

instrumen yang digunakan harus reliabel. mengandung arti bahwa

instrumen tersebut cukup baik, sehingga mampu mengungkap data yang

dapat dipercaya, untuk memperoleh indeks reliabilitas soal

menggunakan rumus Alpha (Suharsimi Arikunto,1998:165) yaitu :

Page 96: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

r11 = Reliabilitas instrument

k = Banyaknya butir pertanyaan/soal

2b = Jumlah varian butir

2t = Varian total

Hasil perhitungan tersebut kemudian dikonsultasikan pada tabel

realibitas. Menurut Suharsimi Arikunto (1998:209), harga koefisien

realibilitas diinterpretasikan sebagai berikut :

- Antara 0,800 sampai dengan 1, 000 = sangat tinggi

- Antara 0,600 sampai dengan 0,800 = tinggi

- Antara 0,400 sampai dengan 0,600 = cukup

- Antara 0,200 sampai dengan 0,400 = rendah

- Antara 0,000 sampai dengan 0,200 = sangat rendah

Hasil uji reliabilitas instrumen dalam penelitian yang dilakukan

adalah sebagai berikut pengetahuan r11 = 0,7966 , sikap r11 = 0,7957 dan

perilaku r11 = 0,662, hal ini menunjukkan nilai realibilitas soal tinggi yang

berarti instrumen layak dipergunakan, contoh perhitungan selengkapnya

pada lampiran 7.

G. Teknik Analisis Data

Sebelum dilakukan analisis data maka perlu dilakukan uji

normalitas data. Dalam penelitian ini analisis normalitas yang

dipergunakan adalah One sampel Kolmogorov – Smirov Test, hasil yang

diperoleh sebagai berikut :

641,1315

11 2

2

11

t

b

k

kr

Page 97: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

Tabel 3.5 Hasil uji Normalitas instrumen Penelitian Pengaruh Penyuluhan tentang Pengelolaan sampah mandiri terhadap

Pengetahuan,Sikap dan Perilaku Masyarakat di Desa Jetis Keamatan Kalten Selatan Tahun 2008

No Item Penilaian Nilai Keterangan

1 Pengetahuan awal 0,069 Normal

2 Sikap awal penelitian 0.066 Normal

3 Perilaku awal penelitian 0,320 Normal

4 Pengetahuan akhir 0,491 Normal

5 Sikap akhir penelitian 0,072 Normal

6 Perilaku akhir penelitian 0,063 Normal

Berdasarkan tabel uji normalitas tersebut diatas diketahui hasil

penilaian lebih besar dari 0,05 maka instrumen dalam penelitian ini

mempunyai penyebaran nilai secara normal, perhitungan selengkapnya

pada lampiran 8.

Untuk mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan, sikap dan

perilaku pengelolaan sampah sebelum dan sesudah diberikan

penyuluhan, maka analisis menggunakan rumus t test sampel

independen (Sugiyono,2007:138) sebagai berikut :

11

21

21

nnSp

t

2

11

21

222

211

nn

snsnSp

Page 98: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

Keterangan :

_ X1 = Rata-rata selisih tingkat pengetahuan, sikap atau perilaku

sebelum dan sesudah penyuluhan untuk kelompok perlakuan

_ X2 = Rata-rata selisih tingkat pengetahuan, sikap atau perilaku

sebelum dan sesudah penyuluhan untuk kelompok kontrol

n = jumlah sampel

Sp = variance pooled (varian gabungan)

Selanjutnya dikonsultasikan pada tabel t, apabila t hitung > t tabel

maka Hipotesa nol (Ho) ditolak, sebaliknya apabila t hitung < t tabel

maka Ho diterima.

Ho = Tidak ada perbedaan bermakna tingkat pengetahuan tentang

sampah sebelum dan sesudah penyuluhan bagi masyarakat di

RW I Desa Jetis Kecamatan Klaten Selatan, Kabupaten Klaten

H = Ada perbedaan bermakna tingkat pengetahuan tentang sampah

sebelum dan sesudah penyuluhan bagi masyarakat di RW I Desa

Jetis Kecamatan Klaten Selatan, Kabupaten Klaten

Page 99: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

83

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Desa Jetis Kecamatan Klaten Selatan

Kabupaten Klaten pada Bulan Mei s/d September 2008. Luas Desa Jetis

sekitar 97 Ha, terdiri dari 5 RW, 21 RT dengan jumlah penduduk 3.019 orang

terdiri dari 824 KK. Batas-batas wilayah Desa Jetis sebagai berikut :

Sebelah Utara : Desa Nglinggi

Sebelah Timur : Desa Sumberejo

Sebelah Selatan : Desa Trunuh

Sebelah Barat : Desa Gondang

Secara geografis Desa Jetis terletak kira-kira 1,5 km dari pusat Pemerintahan

Kabupaten Klaten, Sedangkan dari Kantor Kecamatan Klaten Selatan berjarak

kurang lebih 1 Km. Meskipun lokasi Desa Jetis tidak jauh dari pusat

pemerintahan Kabupaten Klaten, tetapi kehidupan masyarakat sangat kental

dengan suasana pedesaan, dengan dominasi lahan sebagai sawah dan

merupakan daerah pertanian tradisional.

2. Kependudukan

Dalam penelitian ini pengelompokan penduduk dibedakan pada beberapa

karakteristik yang diperlukan untuk memberikan gambaran tentang Desa Jetis

dan dapat dipergunakan dalam menganalisa hasil penelitian.

Page 100: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

84

a. Klasifikasi Penduduk berdasar umur dan jenis kelamin.

Jumlah penduduk di Desa Jetis pada tahun 2007 sebanyak 3019 orang

pengelompokan penduduk berdasarkan jenis kelamin dan umur dapat dilihat

pada tabel berikut :

Tabel 4.1 Distribusi Penduduk Desa Jetism Kecamatan Klaten Selatan

Kabupaten Klaten berdasar umur dan Jenis Kelamin Tahun 2007

No Kelompok

Umur

Laki -laki Perempuan Jumlah Prosen

1 0 – 4 134 128 262 8,70

2 5 – 9 121 107 228 7,55

3 10 – 14 117 134 251 8,31

4 15 - 19 133 164 297 9,84

5 20 – 24 120 115 235 7,78

6 25 – 29 96 160 256 8,48

7 30 - 34 122 119 241 7,98

8 35 – 39 122 138 260 8,61

9 40 – 44 101 116 217 7,19

10 45 – 49 99 97 196 6,49

11 50 – 54 59 60 119 3,94

12 55 – 59 57 52 109 3,61

13 60 - 64 41 73 114 3,78

14 65 < 109 125 234 7,75

Jumlah 1431 1588 3019 100

Sumber data : Monografi Desa Jetis Tahun 2007

Page 101: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

85

Dari tabel tersebut diatas dapat diketahui bahwa penduduk di Desa Jetis yang

berusia produktif (21 – 55 tahun) yaitu sebanyak 1821 orang (60,32%).

Sedangkan bila dilihat secara kelompok umur jumlah terbesar adalah

kelompok umur 15 – 19 tahun yaitu 297 orang (9,98%).

b. Distribusi Penduduk berdasar Mata Pencaharian

Distribusi penduduk usia kerja (21 – 55 Tahun) di Desa Jetis pada tahun 2007

dikelompokan sebagai berikut :

Tabel 4.2 Distribusi Penduduk Desa Jetis, Kecamatan Klaten Selatan

Kabupaten Klaten berdasarkan Pekerjaan, tahun 2007

No Mata pencaharian Jumlah Prosen

1 Buruh 461 25,32

2 Petani 281 15,43

3 Pedagang 300 16,49

4 Wiraswasta 278 15,27

5 Pegawai Swasta 369 20,26

6 PNS/TNI/Polri 73 4,00

7 Pensiunan 58 3,15

8 Jumlah 1820 100

Sumber data : Monografi Desa Jetis, Tahun 2007

Pada tabel tersebut diatas dapat dilihat bahwa bagian terbesar penduduk

bekerja sebagai buruh 461 orang (25,32%) yang terdiri dari buruh bangunan

dan buruh tani. Penduduk yang mempunyai pekerjaan bersifat mandiri

(pedagang, petani dan wiraswasta) sebanyak 859 orang (47,19%), sedangkan

Page 102: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

86

jumlah penduduk sebagai pegawai (Swasta,PNS/TNI/Polri dan Pensiunan)

sebanyak 500 orang (27,41%).

c. Distribusi Penduduk berdasarkan Tingkat pendidikan

Pengelompokan penduduk Desa Jetis yang berumur lebih 5 tahun

berdasarkan tingkat pendidikan sebagai bberikut :

Tabel 4.3 Distribusi Penduduk Desa Jetis Kecamatan Klaten Selatan

Kabupaten Klaten berdasarkan tingkat pendidikan, tahun 2007

No Tingkat Perndidikan Jumlah Prosen

1 Tidak Sekolah dan tidak Tamat SD 193 7,00

2 SD 1020 36,99

3 SLTP 877 31,91

4 SLTA 521 18,89

5 Akademi/PT 146 5,21

6 Jumlah 2757 100

Sumber data : Monografi Desa Jetis, Tahun 2007

Berdasarkan data tersebut diatas dapat diketahui bahwa jumlah penduduk

yang seharusnya mendapatkan pendidikan 2.757 orang, tetapi masih ada

penduduk 193 orang (7,00%) tidak sekolah/tidak tamat SD. Bagian terbesar

adalah masih berpendidikan dasar (SD dan SMP) 1.897 orang atau 58,89%,

pendudk yang mempunyai pendidikan menengah dan tinggi sebanyak 667

orang 24,19%

C. Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini adalah Ibu/Kepala keluarga, sesuai dengan

rencana jumlah responden adalah 68 orang, yang terdiri sebagai kontrol

Page 103: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

87

sebanyak 34 orang dan kelompok perlakuan 34 orang. Berdasar hasil

penelitian diketahui krakteristik responden sebagai berikut :

1. Jenis Pekerjaan

Mata pencaharian sebagai sumber utama penghasilan kepala keluarga (

responden ) sebagai berikut

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Desa Jetis Kecamatan Klaten

Selatan Kabupaten Klaten berdasarkan pekerjaan, tahun 2007

No Mata pencaharian kontrol perlakuan jumlah Prosen

1 Buruh 0 3 3 4,41

2 Petani 9 3 12 17,65

3 Wiraswasta 17 13 30 44,11

4 Pegawai Swasta 6 7 13 19,12

5 PNS/TNI/Polri 2 8 10 14,71

8 Jumlah 34 34 68 100

Dari tabel tersebut diatas diketahui bahwa responden terbanyak mempunyai

pekerjaan sebagai wiraswasta 30 orang (44,11%), tetapi dalam penelitian ini

tidak diuraikan bidang pekerjaannya. Selanjutnya adalah karyawan swasta 13

orang (19.12%),

2. Tingkat Pendidikan

Berdasarkan tingkat pendidikannya responden dapat dikelompokan sebagai

berikut :

Page 104: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

88

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Desa Jetis Kecamatan Klaten

Selatan Kabupaten Klaten berdasarkan Pendidikan, tahun 2008

Responden JumlahNo Pendidikan

Kontrol Perlakuan abst %

1 Tidak Sekolah/

tidak Tamat SD

2 0 2 2,9

2 SD 3 7 10 14,7

3 SLTP 7 6 13 19,1

4 SLTA 18 17 35 51,5

5 Akademi/PT 4 4 8 11,8

6 Jumlah 34 34 68 100

Berdasarkan tabel 4.5 tersebut dapat diketahui bahwa responden yang

menyelesaikan pendidikan dasar ( SD dan SMP) sebanyak 23 orang atau

33,8%, Jumlah responden yang mempunyai tingkat pendidikan Sekolah

Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) adalah 35 orang 51,5%, sedangkan jumlah

terkecil adalah tidak sekolah/tidak tamat SD adalah 2 orang (2,9%). Hasil

penelitian tersebut dapat memberikan gambaran bahwa semua responden

dapat membaca dan menulis untuk menjawab dan mengisi kuesioner yang

diberikan.

3. Umur

Umur responden yang sangat bervariasi antara umur 26 tahun sampai dengan

52 tahun, maka pengelompokan responden sesuai umur adalah sebagai

berikut.

Page 105: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

89

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Responden Desa Jetis Kecamatan

Klaten Selatan Kabupaten Klaten berdasar umur Tahun 2008

No Kelompok

Umur

Kontrol Perlakuan Jumlah Prosen

1 26 – 30 1 8 9 13,23

2 31 – 35 7 7 14 20,58

3 36 – 40 6 10 16 23,53

4 41 - 45 11 7 18 26,47

5 46- 50 8 2 10 14,70

6 51 - 55 1 0 1 1,47

5 Jumlah 34 34 68 100

Berdasarkan data pada tabel 4.6 tersebut diatas dapat diketahui bahwa

responden terbanyak berusia 26 - 45 tahun (83,82%). Hal ini memberikan

gambaran bahwa responden masih produktif, dan mempunyai waktu serta

kemampuan untuk mengikuti kegiatan pengelolaan sampah secara mandiri.

2. Tingkat Pengetahuan

Hasil pengukuran pengetahuan responden tentang pengelolaan sampah

mandiri dilakukan sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan dengan hasil

sebagai berikut :

Page 106: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

90

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden

Tentang Sampah dan Pengelolaan Mandiri Desa Jetis Kecamatan

Klaten Selatan Tahun 2008

Kelompok Kontrol Kelompok PerlakuanResponden

Awal Akhir Selsh Awal Akhir Selsh

1 60 90 30 60 80 202 100 110 10 80 90 103 60 100 40 100 120 204 90 100 10 100 120 205 80 100 10 110 130 206 110 120 10 60 90 307 100 100 0 100 120 208 100 110 10 90 90 09 90 90 0 120 130 1010 120 100 - 20 70 90 2011 90 110 20 100 130 3012 70 90 20 110 130 2013 90 110 20 80 100 2014 90 90 0 120 140 2015 90 100 10 70 100 3016 100 100 0 110 120 1017 100 110 10 80 110 3018 80 100 20 100 110 1019 90 110 20 130 140 1020 110 120 10 100 110 1021 90 90 0 120 120 022 100 110 10 70 110 4023 80 90 10 60 80 2024 80 80 0 90 120 3025 50 70 20 80 110 3026 70 90 20 100 100 027 80 90 20 70 90 2028 90 100 10 60 80 2029 80 90 10 100 130 3030 90 90 0 70 90 2031 90 100 10 90 110 2032 80 100 20 70 100 3033 70 100 30 60 90 3034 80 100 20 100 110 10

Rata-rata 86,77 98,24 10,58 87,06 108,53 19,71

Page 107: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

91

Berdasarkan data tabel 4.7 tersebut diatas dapat diketahui bahwa tingkat

pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan sampah mandiri awal

penelitian relatif sama yaitu pada kelompok kontrol adalah 86,76, kelompok

perlakuan 91,18. Pengetahuan seseorang tentang suatu obyek akan mudah

berubah setelah mendapatkan informasi mengenai obyek terseut. Pada

penelitian pemberian informasi dengan metode penyuluhan diberikan pada

kelompok perlakuan. Kemudian dilakukan pengukuran kembali diperoleh hasil

rata-rata pengetahuan kelompok kontrol 98.24 dan kelompok perlakuan

108.53. Peningkatan pengetahuan terjadi pada 1 (satu) orang responden

kelompok kontrol dengan peningkatan 40 nilai. Tidak semua responden

mengalami peningkatan pengetahuan masing – masing 3 orang untuk

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan, ada 1 (satu) responden mengalami

penurunan pengetahuan pada kelompok kontrol.

3. Sikap Responden

Sikap responden adalah tanggapan responden terhadap stimulus yang

diterima. Dalam penelitian ini pengukuran skap responden dilakukan 2 (dua)

kali yaitu pada waktu sebelum diberi penyuluhan dan sesudah diberi

penyuluhan pada kelompok perlakuan. Hasil pengukuran dalam penelitian ini

sebagai berikut :

Page 108: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

92

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Sikap Responden tentang Sampah dan

Pengelolaan Sampah Mandiri Desa Jetis,Kecamatan Klaten Selatan,

Kabupaten Klaten 2008

Kelompok Kontrol Kelompok PerlakuanResponden

Awal Akhir Selsh Awal Akhir Selsh

1 48 50 2 59 60 12 50 49 1 41 47 63 50 52 2 59 62 34 50 51 1 58 64 65 47 49 2 53 56 36 47 48 1 45 51 67 46 47 1 52 58 68 42 44 2 46 56 109 44 45 1 46 54 810 47 45 -2 56 56 011 41 42 1 45 52 712 42 44 2 41 56 1513 48 47 -1 48 57 914 56 56 0 43 57 1415 60 61 1 48 58 1016 42 47 5 44 51 717 54 56 2 38 55 1718 45 46 1 43 56 1319 45 45 0 46 56 1020 39 39 0 59 62 321 58 59 1 52 52 022 41 42 1 43 58 1323 64 64 0 46 56 1024 44 45 1 41 51 1025 58 59 1 47 56 926 54 55 1 48 57 927 49 50 1 43 54 1128 40 42 2 43 55 1229 49 49 0 45 54 930 48 48 0 43 51 831 59 59 0 50 60 1032 49 49 0 46 59 1333 51 52 1 56 65 934 52 52 0 56 66 10

Rata-rata 48,79 50,68 1,89 47,91 56,41 8,5

Page 109: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

93

Dari tabel tersebut diatas dapat dilihat bahwa pada awal penelitian rata-

rata nilai sikap kelompok perlakuan lebih rendah dari kelompok kontrol yaitu

47,91 dibanding 48,79. Setelah kelompok perlakuan diberi penyuluhan dan

dilakukan pengukuran kembali diperoleh rata-rata nilai sikap pada kelompok

perlakuan menjadi lebih tinggi yaitu 56,41 dibanding 50,68. ini berarti

peningkatan nilai sikap kelompok perlakuan 8,50 (17,74%) dan pada kelompok

kontrol 1,89 (3,87%). Responden yang tidak mengalami perubahan sikap

sebanyak 11 orang ( 9 orang kelompok kontrol dan 2 orang kelompok

perlakuan). Sedangkan 1 (satu) orang pada kelompok kontrol mengalami

penurunan nilai sikap. Sebanyak 15 orang responden pada kelompok

perlakuan mengalami peningkatan sikap antara 10 – 17.

4. Perilaku Pengelolaan Sampah Mandiri

Perilaku sebagai tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari responden

terhadap stimulus yang telah diterima. Perilaku seseorang terhadap suatu

obyek biasanya terbentuk dalam waktu yang sangat lama. Hasil penelitian

perilaku responden terhadap pengelolaan sampah di Desa Jetis Kecamatan

Klaten Selatan, Kabupaten Klaten sebagai berikut.

Page 110: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

94

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Perilaku Responden dalam Pengelolaan

Sampah Mandiri di Desa Jetis Kecamatan Klaten Selatan Kabupaten

Klaten Tahun 2008

Kelompok Kontrol Kelompok PerlakuanResponden

Awal Akhir Selsh Awal Akhir Selsh

1 50 60 10 80 100 202 50 70 20 60 80 203 70 70 0 70 100 304 50 60 10 70 90 205 60 70 10 60 80 206 80 90 10 70 120 507 70 90 20 70 110 408 90 90 0 60 80 209 110 120 10 70 100 3010 90 100 10 70 80 1011 110 120 10 90 90 012 50 60 10 70 80 1013 70 80 10 90 110 2014 110 110 0 110 120 1015 60 70 10 100 110 016 70 80 10 80 100 2017 110 110 0 60 80 2018 80 80 0 70 90 2019 90 100 10 60 100 4020 70 80 10 60 90 3021 110 110 0 70 80 1022 50 60 10 60 80 2023 80 90 10 80 100 2024 70 80 10 70 90 2025 80 70 -10 80 80 026 70 80 10 70 80 1027 60 90 30 60 90 3028 110 130 20 70 80 1029 80 90 10 70 90 2030 110 120 10 80 100 2031 90 100 10 60 70 1032 60 80 20 80 110 3033 60 70 10 70 120 5034 110 120 10 90 100 20

Rata-rata 78,82 88,82 10,0 76,18 98,82 22,65

Dari tabel 4.9 tersebut diatas dapat diketahui bahwa pada awal peneltian nilai

rata-rata perilaku kelompok perlakuan 76,18 lebih rendah dibandingkan

Page 111: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

95

kelompok kontrol 78,82. Setalah diberikan penyuluhan pada kelompok

perlakuan dilakukan pengukuran nilai perilaku dan diperoleh rata-rata nilai

pada kelompok perlakuan 98,82 lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol

88,82. Sebanyak 8 responden tidak mengalami perubahan perilaku (6 orang

kontrol dan 2 orang perlakuan), Sedangkan sebanyak 1 orang dari kelompok

kontrol mengalami penurunan nilai rata – rata perilaku.

B. Analisis data

Analisis yang dilakukan pada penelitian ini terdiri dari analisa deskriptif yang

akan menguraikan/menggambarkan beberapa variabel dan analisis kuantitatif

(t test) untuk mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku

pengelolaan sampah mandiri pada kelompok kontrol dengan kelompok

perlakuan .

1. Analisis deskriptif

a.Tingkat Pendidikan, Pengetahuan,Sikap dan Perilaku.

Tingkat pendidikan berhubungan dengan peningkatan pengetahuan responden

(kontrol dan perlakuan). Secara umum terjadi perubahan/peningkatan

pengetahuan responden tentang pengelolaan sampah mandiri pada awal dan

akhir penelitian. Seseorang yang mempunyai pendidikan lebih tinggi dan

pekerjaan yang berhubungan dengan orang lain mempunyai kesempatan

untuk memperoleh informasi dan akses lebih banyak dalam pengelolaan

sampah. Komunikasi dan interaksi responden dengan masyarakat luas dapat

mempengaruhi pengetahuan dan sikap responden,

Page 112: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

96

Tabel 4.10 Tabel Distribusi Tingkat Pendidikan dan Peningkatan Pengetahuan

Responden Tentang Pengelolaan Sampah Mandiri di Desa Jetis, 2008

Rata - rata

Tingkat Pendidikan

Penget Sikap Perilaku Frekuensi Prosen

Tidak Sekolah /Tidak Tamat SD

80,00 43,00 55,00 2 2,9

Sekolah dasar 81,54 42,57 65,00 10 14,7

SLTP 82.00 46,50 76,15 13 19,1

SLTA 89,43 50,00 78,86 35 51,5

Akademi/PT 96,25 52,25 95,00 8 11,8

Jumlah 87,35 47,91 77,50 68

Dari Tabel 4.10 tersebut diatas dapat diketahui bahwa semakin tinggi

pendidikan responden mempunyai pengetahuan tentang sampah dan cara

pengelolaan mandiri yang lebih baik. Berdasarkan nilai maksimal

pengetahuan yaitu 140, maka dapat diasumsikan bahwa nilai responden yang

berkisar antara 80,00 – 96,25 (rata – rata 87,35) dapat dikatakan cukup. Pada

tabel di atas juga dapat diketahui bahwa semakin tinggi pendidikan responden

mempunyai kecenderungan sikap yang lebih tinggi, serta perilaku yang baik

dalam pengelolaan sampah.

b. Pekerjaan , Pengetahuan, Sikap dan Perilaku

Sikap seseorang/responden sangat berhubungan dengan pengetahuan dan

lingkungan pekerjaan. Seseorang yang mempunyai pengetahuan tinggi

diharapkan mempunyai sikap yang baik terhadap sampah dan cara

pengelolaan mandiri.

Page 113: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

97

Tabel 4.11 Tabel Distribusi Pekerjaan , Pengetahuan,Sikap dan Perilaku

Responden Tentang Pengelolaan Sampah Mandiri di Desa Jetis Kecamatan

Klaten Selatan Kabupaten Klaten 2008

Rata - rataJenis Pekerjaan

Penget Sikap Perilaku

Frekuensi Prosen

Buruh 80,00 51,67 56,67 3 4.41

Petani 89,17 53,25 85,38 12 17.65

Pegawai Swasta 82,33 49,13 78,33 30 44.11

Wiraswasta 92,31 48,15 60,00 13 19.12

PNS/TNI/Polri/Pensiun 96,00 47,70 92,00 10 14.71

Jumlah 87,35 47,91 77,50 68

Jenis pekerjaan responden biasanya mempunyai hubungan dengan luasnya

pengetahuan seseorang pada suatu obyek. Petani merupakan pekerjaan yang

banyak berhubungan dengan sampah organik sebagai bahan pupuk, maka

pengetahuan responden sebagai petani dalam penelitian ini relatif tinggi

(89,17) di atas rata-rata responden yaitu 87,35. Demikian juga pada sikap dan

perilaku petani lebih baik dari jenis pekerjaan lain.

2. Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif dalam penelitrian ini adalah menggunakan Analisa t test

Sampel independent, yaitu untuk mencari pengaruh antara variabel bebas

yaitu penyuluhan terhadap variabel terikat yaitu pengetahuan responden,

sikap responden dan perilaku responden dalam upaya. Pengelolaan Sampah

Page 114: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

98

Mandiri. Dalam melakukan analisa ini menggunakan Derajat Kepercayaan

95%. Hasil perhitungan analisis t test selengkapnya pada Lampiran 9a-10c :

Tabel 4.12 Hasil t test Pengaruh Penyuluhan Terhadap , Pengetahuan,Sikap

dan Perilaku Responden Tentang Pengelolaan Sampah Mandiri di Desa Jetis

Kecamatan Klaten Selatan Kabupaten Klaten 2008

Komponen t hitung t tabel P α:5%

Pengetahuan 3,904 1,990 0,000 0,05

Sikap 46,025 1,990 0,000 0,05

Perilaku 5,622 1,990 0,000 0,05

Keterangan :

Karena pada tabel distribusi t tidak terdapat dk = 66, maka nilai t tabel

dipergunakan dari rata-rata dk = 60 yaitu 2,000 dan dk = 120 yaitu 1,980 yaitu

1,990.

a. Pengaruh Penyuluhan terhadap Pengetahuan Responden.

Untuk mengetahui pengaruh penyuluhan terhadap pengetahuan masyarakat

tentang sampah dan pengelolaan secara mandiri dilakukan analisa uji beda

perubahan nilai pengetahuan antara kelompok kontrol dengan perlakuan uji t

test sampel independen menggunakan dengan tingkat kepercayaan 95% (α =

0,05). Hipotesa Nol (Ho) tidak ada perbedaan perubahan pengetahuan secara

bermakna antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan pada awal

penelitian dan akhir penelitian.

Berdasarkan tabel 4.12 diketahui nilai t hitung 3,904 lebih besar dari t tabel

1,990 atau p=0,000 ( p < 0,05) berarti hipotesa nol ditolak. Hal ini menunjukkan

Page 115: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

99

bahwa peningkatan pengetahuan responden tentang sampah dan cara

pengelolaan mandiri sangat dipengaruhi oleh penyuluhan yang telah dilakukan.

b. Pengaruh Penyuluhan terhadap Sikap Responden

Untuk mengetahui pengaruh penyuluhan terhadap perubahan nilai sikap

responden maka dilakukan analisa uji perbedaan menggunakan uji t test

Sampel independen, tingkat kepercayaan 95%. Hipotesa Nol (Ho) yaitu tidak

ada peredaan sikap yang bermakna antara kelompok kontrol dan kelompok

perlakuan pada awal dan akhir penelitian. Uji beda ini dilakukan dengan

membandingkan perubahan nilai sikap kelompok kontrol dengan kelompok

perlakuan.

Dari data tabel 4.12 diketahui nilai t hitung 46,025 lebih besar dari t tabel

1,990 atau p=0,000 ( p < 0,05), sehingga Ho ditolak berarti ada perbedaan

sikap secara bermakna antara kelompok kontrol dan perlakuan pada awal

dan akhir penelitian. Peningkatan sikap pada kelompok responden sangat

dipengaruhi oleh penyuluhan yang telah dilakukan.

c. Pengaruh Penyuluhan terhadap Perilaku Responden

Perilaku responden terhadap sesuatu obyek dapat berubah setelah yang

bersangkutan memperoleh informasi baru. Untuk mengetahui perbedaan

perilaku responden kontrol dan responden perlakuan dilakukan uji beda

dengan t test tidak terikat dengan tingkat keprcayaan 95%. Uji beda ini

dilakukan dengan membandingkan besarnya perubahan antara responden

Page 116: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

100

kontrol dan responden perlakuan. Hipotesa Nol (Ho) adalah tidak ada

perbedaan bermakna antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan.

Berdasarkan tabel 4.12 diketahui nilai t hitung 5,622 lebih besar dari t tabel

1,990 atau p=0,000 ( p < 0,05) sehingga Ho ditolak, hal ini membuktikan

bahwa perubahan perilaku responden sangat dipengaruhi oleh penyuluhan

yang telah dilakukan.

d. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Responden

Pengetahuan responden tentang sampah, jenis sampah, dampak negatif

sampah dan cara pengelolaan yang baik akan memudahkan responden dalam

mempersepsikan dan bersikap terhadap sampah. Untuk membuktikan bahwa

peningkatan pengetahuan responden berhubungan dengan peningkatan sikap

responden. maka dilakukan analisis dengan menggunakan uji korelasi product

moment dengan hasil r = 0,291 atau p = 0,016 (p < 0,05) berarti bahwa

peningkatan pengetahuan responden tentang sampah dan cara pengelolaan

mandiri berhubungan dengan sikap responden di Desa Jetis Kecamatan

Klaten selatan Kabupaten Klaten.

e. Hubungan Pengetahuan, Sikap dengan Perilaku Responden

Pemahaman seseorang terhadap suatu obyek dapat mempengaruhi

berpeilaku, dalam penelitian ini diperoleh bahwa responden yang mengalami

peningkatan pengetahuan tentang sampah, jenis sampah, dampak negatif

sampah, cara pengelolaan sampah dan sikap terhadap sampah mempunyai

kecenderungan untuk berperilaku lebih baik. Hasil analisis korelasi product

Page 117: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

101

moment antara pengetahuan dengan perilaku adalah r = 0,291 atau p = 0,039

(p<0,05) dan hubungan antara peningkatan sikap dengan peningkatan

perilaku r = 0,410 atau p = 0,001 (p < 0,05) menunjukkan adanya hubungan

antara peningkatan pengetahuan dan sikap dengan peningkatan perilaku

terhadap sampah dan cara pengelolaan mandiri.

Masyarakat akan melakukan tindakan (perilaku) pengelolaan sampah mandiri

apabila didasari oleh pengertian atau pemahaman tentang jenis sampah,

dampak negatif sampah yang tidak dikelola baik, cara pegelolaan sampah

secara benar sehingga menimbulkan sikap positif pada masyarakat.

C. PEMBAHASAN

Masalah sampah sebenarnya masalah klasik di Masyarakat Desa Jetis

Kecamatan Klaten Selatan, namun sebagian masyarakat menganggap hal

yang tidak penting dan pengelolaannya bukan tanggung jawab mereka.

Sampah banyak dibuang ke sungai/parit yang berada di tengah kampung, atau

dibuang di suatu tempat (pinggir kampung), sehingga telah banyak

menimbulkan masalah seperti meluapnya air waktu hujan, menimbulkan bau

dan mengganggu pemandangan, masyarakat tidak menyadari bahwa akibat

lebih lanjut keberadaan sampah yang tidak dikelola dengan baik adalah

sebagai tempat berkembang biak lalat, tikus dan binatang lain berpotensi

menimbulkan penyakit.

Meskipun penyuluhan bukanlah cara baru dalam upaya pemecahan

masalah, upaya pemberdayaan masyarakat termasuk dalam pengelolaan

Page 118: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

102

sampah, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengetahuan,

sikap dan perilaku responden pada dua kelompok yaitu kelompok kontrol yang

tidak diberikan penyuluhan dan kelompok perlakuan yang diberi penyuluhan.

Metode penyuluhan yang dipergunakan adalah penyuluhan langsung dengan

media bergambar.

Frekuensi Penyuluhan dilakukan sebanyak 4 (empat) kali yang

berlangsung antara bulan Mei sampai dengan September 2008. Pemberian

penyuluhan yang berulang-ulang dimaksudkan agar responden mendapatkan

informasi yang cukup, sehingga menumbuhkan sikap dan perilaku positif

sebagai tujuan penyuluhan tentang sampah dan pengelolaan secara mandiri.

1. Pengetahuan Responden

Pengetahuan responden tentang sampah dan cara pengelolaan yang

baik sangat diperlukan dalam upaya pemecahan masalah sampah.

Pengetahuan responden dapat diperoleh dari hasil penginderaan terutama

karena pendengaran dan penglihatan (Soekidjo Notoatmodjo,2003), disamping

itu pengetahuan seseorang dapat diperoleh karena pengalaman dari berbagai

sumber seperti media massa, media elektronika, membaca buku dan majalah,

atau sebagai hasil berkomunikasi dengan orang lain, misalnya mengikuti

penyuluhan dan sarasehan.

Sebelum penyuluhan tentang sampah dan cara pengelolaan untuk

kedua kelompok penelitian relatif sama, yaitu kelompok kontrol 87,647 dan

kelompok perlakukan 87,06 kemudian dilakukan penyuluhan bagi kelompok

Page 119: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

103

perlakuan. Pada akhir penelitian dilakukan pengukuran pengetahuan pada

kedua kelompok, keduanya menunjukkan peningkatan yaitu kelompok

perlakuan mempunyai nilai 106,76 atau meningkat 19.70 (22,63%) dan

kelompok kontrol mempunyai nilai 98,23 atau meningkat 10.06 (11,48%).

Peningkatan pengetahuan pada kelompok kontrol mungkin diperoleh dari

media masa, dan hasil komunikasi dari orang per orang waktu interaksi baik

dilingkungan kerja maupun di tempat lain. Penyuluhan kepada responden

kelompok perlakuan yang dilakukan berulang-ulang (sebanyak 4 kali) telah

memungkinkan responden untuk menerima informasi yang lebih banyak

sehingga mudah untuk dimengerti (Tabel 4.7).

Setelah dilakukan analisis dengan menggunakan t test Sampel

independen diperoleh t hitung = 3,904 > t tabel = 0,1990 atau p < 0,05. Hal ini

menunjukkan adanya perbedaan peningkatan pengetahuan yang bermakna

antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan pada akhir penelitian.

Perbedaan peningkatan pengetahuan ini menunjukkan bahwa penyuluhan

yang pada hakekatnya bentuk komunikasi untuk memberikan informasi

mengenai kebutuhan dan masalah sosial serta sumber dan potensi sosial yang

dapat dipergunakan untuk memecahkan masalah sampah bagi responden di

Desa Jetis Kecamatan Klaten Selatan Kabupaten Klaten mendapatkan

tanggapan positf. Hasil tersebut juga menunjukkan bahwa peningkatan

pengetahuan pada kelompok perlakuan hanya disebabkan oleh karena

penyuluhan yang diberikan.

Page 120: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

104

Grafik 5.1 Pengetahuan responden tentang sampah dan pengelolaan

sampah mandiri di Desa Jetis Kecamatan Klaten selatan Kelompok Kontrol

dan Perlakuan Pada Awal dan Akhir Penelitian

0

20

40

60

80

100

120

Sebelum Sesudah Selisih

Kontrol Perlakuan

Hasil penelitian sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Supardi

Sudibyo, Dwi Sampurno dan Mulyono Notosiswoyo (1998) tentang pengaruh

penyuluhan obat terhadap peningkatan perilaku pengobatan sendiri yang

sesuai dengan aturan.

Hal-hal yang mungkin menjadi hambatan proses peningkatan

pengetahuan responden antara lain ; rerata umur responden tidak muda

sehingga lambat dalam menerima informasi, pendidikan responden semakin

tinggi tingkat pendidikan lebih mudah untuk menerima pesan yang

disampaikan, tempat dan kondisi penyuluhan yang kurang nyaman dapat

Page 121: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

105

mengganggu serta waktu penyuluhan yang tidak tepat sehingga responden

kadang tidak datang.

2. Sikap

Sikap dikatakan sebagai suatu respon evaluatif, apabila individu

dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya reaksi, maka

seseorang akan mempunyai sikap positif dan menyatakan setuju apabila telah

memahami dan mengerti suatu obyek/maksud, sebaliknya akan memberikan

jawaban tidak setuju pada pernyataan yang mengandung pengertian negatif.

Pengetahuan yang tinggi tentang sampah dan cara pengelolaannya biasanya

akan menjadikan seseorang berkecenderungan untuk bersikap positif. Pada

penelitian ini kuesioner sikap dibedakan menjadi beberapa yaitu tanggapan

tentang cara pembuangan sampah, kesediaan mengikuti kegiatan pengelolaan

sampah dan anggapan tentang sampah.

Pada awal penelitian secara keseluruhan responden di Desa Jetis

Kecamatan Klaten Selatan berdasarkan kuesioner penilaian terhadap sikap

relatif sama yaitu kelompok kontrol 48,79 dan kelompok perlakuan 47.91

Setelah dilakukan penyuluhan bagi kelompok perlakuan kemudian pada akhir

penelitian dilakukan pengukuran sikap maka diperoleh nilai yaitu kelompok

kontrol 50,676 mengalami peningkatan 1.882 (3,857%) dan kelompok

perlakuan 54,941 mengalami peningkatan 7,029 (14,671%) (Tabel 4.8). Kedua

kelompok tersebut mengalami peningkatan nilai sikap. Hal-hal yang dapat

Page 122: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

106

merubah sikap seseorang pada suatu obyek adalah pengetahuan yang dimiliki,

tindakan orang lain yang dapat dijadikan panutan, adanya peraturan dll.

Setelah dilakukan uji beda dengan menggunakan t test Sampel

independen diperoleh nilai t hitung = 46,025 > t tabel = 0,1990 atau p < 0,005 ini

berarti ada perbedaan peningkatan nilai sikap yang bermakna antara kelompok

kontrol dan kelompok perlakuan. Penyuluhan yang dilakukan pada responden

kelompok perlakuan telah menyebabkan peningkatan pengetahuan lebih

besar, sehingga menumbuhkan sikap positif bagi responden. Hal ini

menunjukkan bahwa peningkatan sikap pada kelompok perlakuan sangat

dipengaruhi penyuluhan yang dilakukan.

Hasil ini sesuai dengan penelitian Heny Perbowosari (2004) yang

menyatakan bahwa ada hubungan positif antara pengetahuan dan sikap

responden terhadap pelestarian lingkungan, semakin tinggi nilai pengetahuan

rersponden di Desa Jetis, Kecamatan Klaten Selatan Kabupaten Klaten

tentang sampah dan cara pengelolaan maka mempunyai nilai sikap yang tinggi

terhadap sampah dan cara pengelolaan.

Hal – hal yang dapat menghambat responden tidak mencapai nilai sikap

maksimal antara lain rerata umur responden yang relatif tidak muda sehingga

mempunyai kecenderungan untuk lebih sulit mengubah sikap dan jenis

pekerjaan responden sebagian besar wiraswasta yang telah terpola dengan

kegiatan ekonomis.

Page 123: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

107

Grafik 5.2 Sikap responden tentang sampah dan pengelolaan sampah mandiri

di Desa Jetis Kecamatan Klaten selatan Kelompok Kontrol dan Perlakuan

Pada Awal dan Akhir Penelitian

0

10

20

30

40

50

60

Sebelum Sesudah Selisih

Kontrol Perlakuan

Perilaku Responden

Perilaku yang sering diterjemahkan sebagai tindakan sehari – hari merupakan

perwujudan atau pelaksanaan dari pengetahuan atau sikap pada suatu obyek.

Seseorang yang mempunyai pengetahuan yang tinggi dan sikap yang baik

biasanya akan bertindak sesuai dengan pengetahuan dan sikapnya.

Pada awal penelitian dilakukan pengukuran perilaku responden,

diperoleh nilai yaitu responden kontrol lebih tinggi 78,824 dan responden

perlakuan 76,177. Nilai perilaku awal bagi responden perlakuan yang lebih

rendah memberikan gambaran bahwa rendahnya pengetahuan dan sikap ada

hubunganya dengan perilaku. Setelah dilakukan penyuluhan bagi responden

Page 124: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

108

perlakuan kemudian dilakukan pengukuran perilaku diperoleh nilai responden

kontrol 88,82 dan responden perlakuan 98,82. Kedua kelompok tersebut

mengalami peningkatan sesuai dengan peningkatan pengetahuan dan sikap.

Perilaku responden kontrol meningkat 10,00 (12,687%) sedangkan responden

perlakuan meningkat 22,65 (29,73).

Peningkatan perilaku responden mengindikasikan bahwa penyuluhan

tentang sampah dan cara pengelolaan mandiri di Desa Jetis Kecamatan Klaten

Selatan mendapatkan sambutan yang baik sehingga masyarakat melakukan

seperti yang diharapkan meskipun belum maksimal.

Grafik 5.3 Perilaku responden dalam pengelolaan sampah mandiri di Desa

Jetis Kecamatan Klaten selatan Kelompok Kontrol dan Perlakuan Pada Awal

dan Akhir Penelitian

0102030405060708090

100

Sebelum Sesudah Seliih

Kontrol Perlakuan

Page 125: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

109

Hasil analisis uji t Sampel independen diperoleh nilai t hitung = 5,622 > t

tabel = 0,1990 atau p < 0,05. Sehingga Ho ditolak berarti ada perbedaan

bermakna peningkatan perilaku antara kelompok perlakuan dan kelompok

kontrol. Hasil ini sesuai dengan penelitian R. Peveler, et al yang membuktikan

bahwa komunikasi dalam bentuk penyuluhan dapat meningkatkan ketaatan

responden , juga penelitian I.C Makie et al, yang membuktikan bahwa

pemberian leaflet dapat mengubah tindakan responden pada suatu obyek

(Supardi Sudibyo, Dwi sampurno,dan Mulyono Noto Siswoyo, 1998)

Hal-hal yang mungkin menjadi hambatan dalam proses peningkatan

perilaku pengelolaan sampah mandiri dii Desa Jetis Kecamatan Klaten Selatan

antara lain umur responden yang relatif tua yang telah mempunyai perilaku

yang terbentuk dalam waktu lama sehingga tidak mudah untuk perubahan

perilaku, pekerjaan responden yang secara ekonomi lebih menguntungkan

daripada mengelola sampah dan peraturan yang belum diterapkan dengan

semestinya.

Berdasar uraian diatas dapat diketahui bahwa penyuluhan tentang sampah

dapat meningkatkan pengetahuan responden tentang pengelolaan sampah

mandiri secara bermakna. Peningkatan pengetahuan juga meningkatkan sikap

responden, selanjutnya peningkatan pengetahuan dan sikap responden juga

meningkatkan perilaku responden untuk melakukan pengelolaan sampah

secara mandiri. Menurut Grees LW, perubahan perilaku sebagai suatu konsep

dapat terjadi secara terencana dan menetap melalui kerangka perubahan

Page 126: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

110

dimensinya secara bertahap yaitu mulai dari perubahan sebagai immediate

impact, upaya perubahan sikap sebagai intermediate impact dan kemudia

perubahan perilaku sebagai longterm impact. Menurut Roger & Shoemaker

sebagai suatu proses setiap tahap mempunyai pengaruh perubahan tahap

berikutnya dan setiap tahap memerlukan strategi komunikasi yang khusus.

Ceramah dan pemberian leaflet tentang pengelolaan sampah oleh penyuluh

cenderung meningkatkan pengetahuan responden. Pada penelitian ini telah

terbukti bahwa peningkatan pengetahuan telah meningkatkan sikap terhadap

pengelolaan sampah mandiri dan akhirnya meningkatkan perilaku yang

diharapkan dalam pengelolaan sampah secara mandiri.

Page 127: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

111

BAB V

KESIMPULAN,IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data yang telah diuraikan di muka, maka dibuat

beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Terdapat perbedaan pengetahuan yang signifikan antara

sebelum dan sesudah penyuluhan tentang sampah dan pengelolaan

mandiri di masyarakat Desa Jetis Kecamatan Klaten Selatan Kabupaten

Klaten. Hal ini terbukti dari hasil perhitungan dengan menggunakan teknik

analisis t test sample independen yang hasilnya t = 3,904 atau p < 0,05.

Pengetahuan tentang sampah dan cara pengelolaan sampah

mandiri masyarakat Desa Jetis Kecamatan Klaten Selatan Kabupaten

Klaten yang meliputi tentang pengertian sampah, jenis sampah, dampak

negatif sampah , waktu penyimpanan dan cara pengelolaan sampah

semakin meningkat setelah diberi penyuluahn.

2. Terdapat perbedaan sikap yang signifikan antara sebelum dan

sesudah penyuluhan tentang sampah dan pengelolaan mandiri di

masyarakat Desa Jetis Kecamatan Klaten Selatan Kabupaten Klaten.

Hasil perhitungan statistik dengan menggunakan teknik analisis t test

sample independen dengan hasil t = 46,025 atau p < 0,05.

Sikap masyarakat terhadap sampah dan cara pengelolaan

sampah mandiri masyarakat Desa Jetis Kecamatan Klaten Selatan

Page 128: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

112

Kabupaten Klaten yang meliputi pandangan terhadap sampah, kesediaan

untuk hadir dalam pertemuan membahas pengeloaan sampah, kesediaan

untuk mengelola secara mandiri dan pendapat bahwa pengelolaan

sampah mandiri merupakan salah satu pendidikan lingkungan hidup

meningkat setelah diberi penyuluhan.

3. Terdapat perbedaan perilaku yang signifikan antara sebelum

dan sesudah penyuluhan tentang sampah dan pengelolaan mandiri di

masyarakat Desa Jetis Kecamatan Klaten Selatan Kabupaten Klaten. Hal

ini terbukti dari hasil perhitungan dengan menggunakan teknik analisis t

sampel tidak terikat dengan hasil t = 5,622 atau p < 0,05.

Perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah di Desa Jetis

Kecamatan Klaten Selatan Kabupaten Klaten yang meliputi kebersihan

rumah, ketersediaan tempat sampah, jenis tempat sampah yang tersedia

dan cara mengelola jenis sampah meningkat setalah diberi penyuluhan.

4. Pemberian penyuluhan dapat meningkatkan pengetahuan

masyarakat selanjutnya meningkatkan sikap dan menumbuhkan perilaku

pengelolaan sampah mandiri di Desa Jetis Kecamatan Klaten Selatan

Kabupaten Klaten.

Page 129: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

113

B. Implikasi Hasil Penelitian

1. Konsekuensi Teoritis

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat memberikan dasar bagi pola

pikir masyarakat Desa Jetis Kecamatan Klaten Selatan Kabupaten

Klaten. Karena dengan mengetahui keuntungan mengelola sampah

dengan benar, maka masyarakat Desa Jetis Kecamatan Klaten Selatan

Kabupaten Klaten akan beruasaha untuk melakukan pengelolaan sampah

secara mandiri sehingga dapat mencegah terjadinya dampak buruk dan

ikut serta dalam pelestarian lingkungan hidup. Pengelolaan sampah

secara mandiri juga dapat dipergunakan sebagai pendidikan lingkungan

hidup bagi generasi muda dalam pencegahan kerusakan lingkungan

hidup.

2. Konsekuensi Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat mempengaruhi pengetahuan

tentang sampah meliputi jenis, cara mengelola sampah dan dampak

negatif sampah, sikap terhadap cara pengelolaan sampah meliputi

kesediaan untuk mengelola sampah, dan perilaku masyarakat dalam

pengelolaan sampah yang meliputi kebersihan rumah dan ketersediaan

tempat sampah dalam rumah tangga. Peningkatan pengetahuan

Hasil penelitian ini juga dapat memberikan masukan kepada Pemerintah

Kabupaten Klaten melalui dinas/instansi terkait dalam penyusunan

Page 130: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

114

program pelestarian lingkungan hidup dengan pengelolaan sampah

secara mandiri. Program Penyuluhan merupakan kegiatan penting guna

meningkatkan pengetahuan, menumbuhkan sikap dan perilaku

masyarakat.

C. Saran

Berdasrkan kesimpulan dan implikasi penelitian, maka peneliti dapat

mengemukakan beberapa saran sebagai berikut :

1. Umum

Kepada Pemerintah Kabupaten Klaten untuk lebih menggalakan

program penyuluhan masyarakat dan pendidikan luar sekolah dalam

pengelolaan sampah secara mandiri sehingga mengurangi jumlah

sampah yang dibuang. Selain itu perlu perlu diberikan pendidikan

lingkungan hidup bagi anak sekolah agar sejak dini dapat mengenal cara

-cara pengelolaan lingkungan hidup. Serta membuat program

pemberdayaan masyarakat dalam pemanfaatan sampah untuk barang –

barang kerajinan.

2. Khusus

Kepada masyarakat Desa Jetis Kecamatan Klaten Selatan Kabupaten

Klaten hendaknya mengelola sampah dengan baik, tidak membuang

sampah ke sungai agar tidak meluap, tidak melakukan pembakaran

sampah dan tidak membuang sampah di sembarang tenmpat agar tidak

menimbulkan bau busuk dan menjadi sarang penyakit.

Page 131: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

115

3. Rekomendasi

Kepada peneliti selanjutnya untuk lebih mengembangkan metode

penyuluhan dan mengkaji lebih dalam hal peningkatan pengetahuan,

sikap dan perilaku dalam pengelolaan sampah.

Page 132: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

116

DAFTAR PUSTAKA

Aminatun (2003). Plus Minus Keberadaan Tempat Pembuangan Akhir sampah Bagi Masyarakat Sekitarnya. Makalah Seminar Nasional, Surabaya :Teknik Lingkungan ITATS & Dikti Depdiknas

Asrul Azwar,(1995), Ilmu Kesehatan Lingkungan,.Jakarta.Mutiara Sumber Widya.

Bimo Walgito (2006), Psikologi Sosial Suatu Pengantar. Yogyakarta. Abadi

Bhisma Murti, (1996) Menerapkan Metode Statistik Non Parametrik Dalam ilmu-Ilmu Kesehatan.Jakarta.Gramedia

Citra Wardhani, Partisipasi Masyarakat dalam Pemilahan Sampah Rumah Tangga, studi Kasus di Kampung Banjarsari Cilandak, Jakarta Selatan.Tesis Program Studi Ilmu Lingkungan.Program Pasca Sarjana,Universitas Jakarta.

Dainur (1995), Materi-Materi Pokok Kesehatan Masyarakat. Jakarta:Widya Medika

Daryanto (1995) Masalah pencemaran, Tarsito, Bandung

Departemen Kesehatan RI, (1989) Penyuluhan Kesehaatn Masyarakat, Pusat Pendidikan dan Latihan Tenaga Kesehatan. Jakarta : Depkes RI.

Departemen Kesehatan RI (1999), Petunjuk Teknis Penyuluhan Program Penyehatan Lingkungan Permukiman Bagi Petugas Puskesmas. Jakarta. Depkes RI.

Departemen Kehutanan (2008) Penyuluhan Masyarakat Tepi Hutan Lindung.http/pustaka.ut.ac.id,24-4-2007.

Departemen Sosial. Penyuluhan Sosial,http/www.katcentre.info/23 Agustus 2007.

Page 133: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

117

Desi Sri Rezeki Kusumastuti (2004) Kajian Manfaat Biaya pengolahan Sampah Terpadu Skala Kawasan, studi Kasus di TPS Rawa Kerbau, Jakarta Pusat.Tesis.Jakarta Program Studi Ilmu Lingkungan.Program Pasca Sarjana,Universitas Jakarta.

Didik Sarudji (1985), Pengelolaan Sampah, Akademi Penilik Kesehatan, Jakarta : Departemen Kesehatan RI.

Dinas Kesehatan Propinsi DIY (1994), Teknik dan Metode PenyuluhanKesehatan Masyarakat, Proyek PPKM – PKM DIY.

Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Klaten (2005), Rencana Strategis Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Klaten 2005 – 2010.

Eko Bramono.Sandhi (2007) Sampah dan banjir, Korelasi Pengembangan tata Kota Berdaya Dukung Lingkungan. Jakarta.Percik

Eko Budi Susilo (2003). Menuju Keselarasan Lingkungan Memahami Sikap Teologis Manusia terhadap pencemaran Lingkungan. Malang.Avveroes Press.

Emil Salim (2005). Pembangunan berwawasan Lingkungan, Jakarta :LP3ES.

Emil Salim (2006).Hidup dari Sampah, belajar dari Prof. Hasan Poerbo, Kompas 23 Juni 2005.http/kompas.Sabtu 6 April 2006.

Haryono Kusnopoetranto, (1983). Ilmu Kesehatan Lingkungan, Jakarta . Universitas Indonesia Press

Http/Kompas.(08.11.2007). Rumitnya Kelola sampah

Http.www.com/Bentra. Sampah Ancam Jakarta, 18 April 2008.

Http.www.com/kompas. Banjir datang Semua sibuk, 29 Januari 2005.

Hernowo, Susahnya Hidup dekat Tempat Pembuangan Sampah, Kompas 23 Juni 2005.http/kompas.com.

Page 134: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

118

Ida Bagus Mantra (1995). Perencanaan penyuluhan Kesehatan .PPKM – Depkes RI.Jakarta

Inoguchi,Takashi,Edward Newman dan Glen Poeletto (2003). Kota dan Lingkungan, Pendekatan Baru Masyarakat Berwawasan Ekologi. (Terj. Suryandani rasti). Jakarta.LP3ES.

Ircham, Nachfoedz dan Eko Suryani, (2007). Pendidikan Kesehatan bagian dari Promosi Kesehatan, Yogyakarta. Fitramaya.

Isbandi Rukminto Adi. (2002). Pemikiran – Pemikiran dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial. Jakarta.Lembaga penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Ismail Effendy,1998 Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Lingkungan Untuk Mewujudkan Program Bestari di Kotamadya Medan, Tesis Universitas Indonesia

Johan Silas (2003). Dilema Pengelolaan Sampah di Surabaya, Masalah dan Kejanggalan Pemahaman. Makalah Seminar Nasional, Surabaya.Teknik Lingkungan ITATS & Dikti Depdiknas

Jujun S, Surisumantri (2001), Filsafat Ilmu. Jakarta.Pustaka sinar Harapan.

Juli Soemirat Slamet (2007), Kesehatan Lingkungan Yogyakarta, Gadjah Mada University Press.

Kartono, (2008) Penyuluhan Pertanian,http/Ronggolawe 13. Blogspot.com

Midgley,James (2005). Pembangunan social,Prespektif Pembangunan Dalam Kesejahteraan Sosial. (terj.Abbas,Sirojudin).Jakarta Depag RI.

Nasrul Effendy. (1998). Dasar – Dasar Keperawatan masyarakat. Jakarta.EGC

Page 135: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

119

Noorkamilah (2005). Pemberdayaan Masyarakat dalam pengelolaan Sampah Padat Berbasis Masyarakat (Studi Kaus di Kampung Sukunan, Kabupaten Sleman, D.I Yogyakarta).Tesis.Jakarta Program studi Ilmu Kesejahtaraan Sosial. Program Pasca Sarjana.Universitas Jakarta.

Rahmawaty (2004). Persepsi Wanita Mengenai Pengelolaan Sampah di Lingkungan Kampus IPB Darmaga,Kabupaten Bogor. Tesis Program Ilmu Kehutanan,Fakultas Pertanian USU.

Saifudin Azwar (2002),Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, Ed.2.Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Sarlito Wirawan Sarwono. (2005) Psikologi Sosial. Jakarta.Balai Pustaka

Satria Dharma, (2008). Buang Sampah: Antara Knowledge dan Attitude. Satriadharma.Wordpress.Com/2008/02/27.

Soekidjo Notoatmodjo (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan .Jakarta : Rineka Cipta.

Soekidjo Notoatmodjo (2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat.Jakarta : Rineka Cipta.

Soekidjo Notoatmodjo.(2003).Pendidikan dan Perilaku Kesehatan.Jakarta :Rineka Cipta

Soekidjo Notoatmodjo (2005). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasinya. .Jakarta : Rineka Cipta.

Sugiyono (2007) Statistika Untuk Penelitian, Bandung.Alfabeta

Sugiyono (2007).Metode Penelitian Pendidikan,Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif dan R&D.Bandung.Alfabeta.

Suharsimi Arikunto (1998) Prosedur Penelitian, Jakarta, Rineka Cipta

Sumamonugroho (1997). Sistem Intervensi Kesejahteraan Sosial. Yogyakarta. Hanindita.

Page 136: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

120

Supardi Sudibyo, Dwi sampurno, Mulyono Notosiswoyo, (1998) Pengaruh Penyuluhan Obat Terhadap Peningkatan Peilaku Pengobatan Sendiri yang sesuai dengan aturan. Puslitbang Farmasi dan Obat tradisional,Litbangkes Depkes RI.Jakarta.

Supriadi (2006). Hukum Lingkungan di Indonesia, Sebuah pengantar. Jakarta : Sinar Grafika.

Sutikno Citro (2004). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pengelolaan Sampah Padat Rumah Tangga (Studi Kasus di Kelurahan Khusus Halim Perdanakusuma,Jakarta Timur).Tesis Program studi Ilmu Lingkungan.Universitas Indonesia.Jakarta.

Suwito (1987). Pedoman Bidang Studi Pembuangan Sampah. Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan. Depkes RI : Jakarta.

Tchobanaglous,George,Theisen,Hillary dan Vigil,Samuel (1993) Integrated Solid Waste Management,Engineering Principle and Management Issues, New York : McGrawhill,Inc.

Totok Noerdiyanto, (2003) Prosedur Upaya Alternatif untuk Mengurangi Sampah dengan Melibatkan peran Serta Masyarakat Guna Menghasilkan Keuntungan Ekonomis dan ekologis. Makalah Seminar Nasional, Surabaya :Teknik Lingkungan ITATS & Dikti Depdiknas.

Page 137: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

121

Page 138: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

121

Lampiran 1

Kuesioner PenelitianPengaruh Penyuluhan Pengelolaan Sampah mandiri terhadap

Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Masyarakat di Desa Jetis Kecamatan Klaten Selatan

Kabupaten Klaten Tahun 2008

A. Data Responden

Nama :Umur :Alamat :Pendidikan Terakhir : a. Tidak Tamat SD

b. SD c. SMP d. SLTAe. Akademi/Universitas

Pekerjaan : a. Buruh b. Petani c. Wiraswasta d. Pegawai Swastae. Pegawai Negeri/TNI/Polri

B. Pengukuran Pengetahuan

Pilihlah Jawaban yang benar dengan melingkari huruf A,B,C,D atau E

1. Menurut Bapak/Ibu apa yang disebut sampah :A. Semua barang yang tidak disukai oleh pemiliknyaB. Semua benda yang dibuangC. Semua benda yang tidak bergunaD. Semua benda sebagai hasil samping kegiatan manusiaE. Semua benda yang menyebabkan lingkungan menjadi kotor

2. Menurut Bapak/Ibu yang termasuk sampah basah adalah :A. Daun pisang kering bekas ungkus nasiB. Kertas basah karena kehujananC. Plastik yang terendam airD. Kaleng yang berisi airE. Semua jawaban benar

Page 139: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

122

3. Menurut susunan kimia sampah dibedakan menjadi :A. Dua MacamB. Tiga macamC. Empat macamD. Lima macamE. Satu macam

4. Dari berbagai jenis sampah dibawah ini, yang termasuk Garbage (sampah dari dapur) adalah :A. Sisa makananB. DedaunanC. Pecahan piringD. Kertas bekas bungkus tempeE. Plastik bekas belanja.

5. Menurut Bapak/Ibu, hal – hal yang tidak mempengaruhi jumlah produksi sampah adalah :A. Perilaku masyarakatB. Sistem pengambilan dan pengangkutan sampahC. Jumlah pendudukD. Adanya sarana pengangkutanE. Pengambilan bahan yang bisa dipergunakan dari sampah

6. Berapa jumlah sampah yang dihasilkan oleh setiap orang/hari ?A. 2,5 KGB. 2,5 literC. 5 literD. 0,5 literE. 2,0 kg

7. Sumber penimbulan sampah yang paling banyak menghasilkan sampah dan menimbulkan masalah adalah :A. PemukimanB. Tempat – tempat UmumC. Sarana/kantor PemerintahD. IndustriE. Pertanian

8. Beberapa alasan kesulitan penanganan sampah pemukiman, terutama karena :A. Jenis sampahnya bermacam – macam

Page 140: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

123

B. Letaknya yang perpencarC. Kurangnya sarana pengangkutanD. Sampah tidak terpisah antara yang basah dan keringE. Jumlahnya sangat banyak

9. Siapakah yang bertanggung jawab dalam pengelolaan sampah :A. PemerintahB. Petugas yang ditunjukC. MasyarakatD. Pemulung sampahE. Bersama – sama petugas,masyarakat dan pemerintah

10. Waktu berbelanja ke pasar ibu membawa kantong plastik dari rumah, maka tindakan ibu tersebut adalah :A. Menggunakan barang yang tidak berguna (recycling)B. Memanfaatkan kembali barang yang tidak berguna (Reuse)C. Mengurangi timbulnya sampah (Reduce)D. Menemukan kegunaan barang yang sebenarnya tidak terpakai

(recovery)E. Memeri nilai barang yang dianggap sampah (Revalue)

11. Sebelum diambil petugas, berapakah lama waktu maksimal sampah tersimpan di rumah ?A. Dua hariB. Empat hariC. Lima hariD. Tiga hariE. Satu hari

12. Dalam penanganan sampah, apakah perlu dipisahkan antara sampah organic dan an organic, karena :A. Tidak perlu karena merepotkanB. Perlu karena sampah organic dapat menjadi pupuk, tetapi anorganik

tidak ada gunanyaC. Perlu supaya memudahkan petugasD. Perlu karena sampah an organic dapat dijual, sedangkan organic dapat

langsung dibuang dikebun atau sungai.E. Perlu dapat memberikan keuntungan ekonomi dan kebersihan

lingkungan.

13. Tempat penyimpanan sampah dirumah sebaiknya minimal berjumlah :A. Tiga buah supaya dapat menampung bila petugas tidak datang.B. Cukup satu yang dapat menampung untuk beberapa hari

Page 141: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

124

C. Empat agar dapat digunakan secara bergantianD. Dua dipisahkan antara sampah basah dan keringE. Semua benar sesuai kemampuan.

14. Sampah yang tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan dampak social , kecualiA. Sumber penular penyakitB. Mengurangi keindahanC. Menimbulkan kerawanan social/keributanD. Menyebabkan pencemaran lingkunganE. Adanya pemulung yang datang.

15. Dalam pengelolaan sampah, yang menjadi tanggung jawab masyarakat adalah :A. Penimbulan sampah, Penanganan dan PemilahanB. Penimbulan sampah, Penanganan dan Pemilahan, Pengumpulan.C. Cukup pengumpulanD. Penimbulan sampah, Penanganan dan Pemilahan, Pengumpulan,

PengangkutanE. Penimbulan sampah, Penanganan dan Pemilahan,

Pengumpulan,pembuangan

C. Pengukuran Sikap.

Setiap pernyataan terdapat 5 pilihan, berilah tanggapan sesuai menurut bapak/Ibu.

1. Sampah merupakan barang yang tidak bernilai, maka tidak perlu dikelola

A. Sangat Setuju D. Tidak SetujuB. Setuju E. Sangat Tidak SetujuC. Netral

2. Meskipun banyak kesibukan saya, tetapi perlu ikut mengelola sampah

A. Saya Sangat Setuju D. Tidak SetujuB. Setuju E. Sangat Tidak SetujuC. Netral

3. hadir bila ada pertemuan membahas pengelolaan sampah

A. Sangat Setuju D. Tidak SetujuB. Setuju E. Sangat Tidak SetujuC. Netral

Page 142: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

125

4. Pembuangan sampah dengan dibakar bukan cara yang baik

A. Sangat Setuju D. Tidak SetujuB. Setuju E. Sangat Tidak SetujuC. Netral

5. Sampah yang berserakan bukan suatu masalah karena tidak ada dampak negatif.

A. Sangat Setuju D. Tidak SetujuB. Setuju E. Sangat Tidak SetujuC. Netral

6. Sampah yang membusuk dapat menjadi sarang penyakit

A. Sangat Setuju D. Tidak SetujuB. Setuju E. Sangat Tidak SetujuC. Netral

7. Membuang sampah ke sungai adalah cara terbaik karena sampah langsung hilang.

A. Sangat Setuju D. Tidak SetujuB. Setuju E. Sangat Tidak SetujuC. Netral

8. Karena lahan untuk membuang sampah masih luas, maka sampah cukup dibuang di kebun

A. Sangat Setuju D. Tidak SetujuB. Setuju E. Sangat Tidak SetujuC. Netral

9. Setiap keluarga diminta menyediakan tempat sampah terpisah sampah basah dan kering

A. Sangat Setuju D. Tidak SetujuB. Setuju E. Sangat Tidak SetujuC. Netral

Page 143: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

126

10. Sampah dari pemukiman lebih banyak jenisnya daripada tempat lain

A. Sangat Setuju D. Tidak SetujuB. Setuju E. Sangat Tidak SetujuC. Netral

11. Pengelolaan sampah dengan cara pemisahan sangat merepotkan

A. Sangat Setuju D. Tidak SetujuB. Setuju E. Sangat Tidak SetujuC. Netral

12. Saya akan mendukung cara pengelolaan sampah mandiri

A. Sangat Setuju D. Tidak SetujuB. Setuju E. Sangat Tidak SetujuC. Netral

13. Pengelolaan sampah sebaiknya diserahkan pada petugas dari Dinas Kebersihan

A. Sangat Setuju D. Tidak SetujuB. Setuju E. Sangat Tidak SetujuC. Netral

14. Pengelolaaan sampah secara mandiri mendatangkan keuntungan ekonomi

A. Sangat Setuju D. Tidak SetujuB. Setuju E. Sangat Tidak SetujuC. Netral

15. Mengelola sampah dengan baik sebagai pendidikan bagi anak – anak untuk mencitai lingkungan.

A. Sangat Setuju D. Tidak SetujuB. Setuju E. Sangat Tidak SetujuC. Netral

Page 144: PENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN …eprints.uns.ac.id/10519/1/78681807200901191.pdfPENGARUH PENYULUHAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI TERHADAP PENGETAHUAN, ... kepada 40 responden,kuesioner

127

D. Pengukuran Perilaku

1. Kebersihan sekitar rumahA. Sampah Banyak berserakanB. Sampah dikumpulkan pada suatu tempatC. Rumah bersih dari sampah

2. Ketersediaan Tempat sampah di rumahA. Tidak ada tempat penampungan sampahB. Ada tetapi hanya 1C. Ada lebih dari 1

3. Jenis tempat sampah yang tersedia terbuat dari : A. BambuB. PlastikC. Kaleng/logam

4. Penggunaan Tempat sampahA. Sampah tidak dipisahkanB. Sampah sudah dipisahkan

5. Perlakuan terhadap sampah kertas A. DibakarB. Dibuang ke sungaiC. Dikumpulkan

6. Perlakuan terhadap sampah plastikA. DibakarB. DikuburC. Dibuang ke sungaiD. Dikumpulkan

7. Perlakuan terhadap sampah basahA. DibakarB. Dibuang ke sungaiC. Dikumpulkan dibuat kompos