PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI ETANOL PADA …
Transcript of PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI ETANOL PADA …
EVALUASI PENGARUH GELLING AGENT TERHADAP
STABILITAS FISIK dan PROFIL DIFUSI SEDIAAN GEL
MINYAK BIJI JINTEN HITAM (Nigella sativa Linn)
Skripsi
Oleh:
ARDIAN S. NURHAKIM
NIM: 106102003366
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010 M / 1431 H
EVALUASI PENGARUH GELLING AGENT TERHADAP
STABILITAS FISIK dan PROFIL DIFUSI SEDIAAN GEL
MINYAK BIJI JINTEN HITAM (Nigella sativa Linn)
Skripsi
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Far)
Oleh:
ARDIAN S. NURHAKIM
NIM: 106102003366
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010 M / 1431 H
ii
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI
NAMA : ARDIAN S. NURHAKIM
NIM : 106102003366
JUDUL : EVALUASI PENGARUH GELLING AGENT TERHADAP
STABILITAS FISIK dan PROFIL DIFUSI SEDIAN GEL
MINYAK BIJI JINTEN HITAM (Nigella sativa Linn)
Disetujui oleh :
Pembimbing I Pembimbing II
Farida Sulistiawati, M.Si, Apt Yuni Anggraeni, S.Si, Apt
NIP. 196701052006042001 NIP. 198310282009012008
Mengetahui,
Ketua Program Studi Farmasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Drs. M. Yanis Musdja, M.Sc, Apt
NIP. 1956010619851010001
iii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi dengan judul
EVALUASI PENGARUH GELLING AGENT TERHADAP
STABILITAS FISIK dan PROFIL DIFUSI SEDIAAN GEL
MINYAK BIJI JINTEN HITAM (Nigella sativa Linn)
Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan dihadapan tim penguji oleh
Ardian S. Nurhakim
NIM: 106102003366
Menyetujui,
Pembimbing:
1. Pembimbing I Farida Sulistiawati, M.Si, Apt. ........................
2. Pembimbing II Yuni Anggraeni, S.Si, Apt. ........................
Penguji:
1. Ketua Penguji Drs. M. Yanis Musdja, M.Sc, Apt. ........................
2. Anggota Penguji I Drs. M. Yanis Musdja, M.Sc, Apt. ........................
3. Anggota Penguji II Zilhadia, M.Si, Apt. ........................
4. Anggota Penguji III Ahmad Musir, M.Sc, Apt. ........................
Mengetahui,
Dekan Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Prof. DR. (hc). dr. M.K. Tadjudin, Sp. And
Tanggal lulus : 30 September 2010 M / 21 Syawal 1431 H
iv
LEMBAR PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-
BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN
SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN
TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
BOGOR, 27 SEPTEMBER 2010
18 SYAWAL 1431
ARDIAN S. NURHAKIM
v
LEMBAR PERSEMBAHAN
Teruntuk Ayah Bundaku yang selalu Ananda cintai dalam relung hati yang
terdalam
Ibarat sinar mentari begitulah kasihmu sepanjang zaman yang teruntai begitu
indahnya
Ananda haturkan terima kasih atas segala kasih sayang yang sedari kecil telah
diberikan dengan tulus
Setiap doa yang terlantun untuk Ananda menjadi pelipur hati dalam setiap
langkah.
Tanpa cintamu bagai taman tak berbunga dan bagaikan malam tak berbintang
Pengorbananmu tak akan pernah tergantikan dengan apapun yang Ananda miliki
Duhai Rabbi sejahterakanlah Ayah Bundaku dengan nikmat-Mu yang tak pudar
ditelan masa
Teruntuk Saudaraku yang kusayangi karena Allah
Tanamlah cinta dalam hati
Biarkan Ia tumbuh berkembang hanya karena Allah
Ukirlah dalam setiap langkah agar Ia senantiasa terlukis indah di dasar jiwa
Ingatlah bahwa kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya
Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya
vi
ABSTRAK
Judul : Evaluasi Pengaruh Gelling Agent Terhadap Stabilitas Fisik dan
Profil Difusi Sediaan Gel Minyak Biji Jinten Hitam (Nigella sativa
Linn)
Minyak biji jinten hitam (Nigella sativa Linn) diketahui berkhasiat untuk
menyembuhkan berbagai penyakit dan masalah pada kulit, salah satunya
sebagai antioksidan. Oleh karena itu minyak biji jinten hitam dibuat
sediaan gel dengan variasi gelling agent. Komposisi basis gel dibuat
dengan menggunakan tiga gelling agent, yaitu Natrium Karboksi Metil
Selulosa (Na CMC) dengan konsentrasi 4%, 5%; Hidroksi Propil Metil
Selulosa (HPMC) dengan konsentrasi 3%, 4%; dan Karbopol 940 dengan
konsentrasi 0,5%, 1%. Berdasarkan hasil evaluasi pemeriksaan fisik dan
pelepasan zat aktif, gel menunjukan stabilitas fisik yang baik dan formula
VI (basis karbopol 1%) menunjukan pelepasan zat aktif paling tinggi.
Kata kunci : gel; minyak biji jinten hitam; antioksidan; Na CMC; HPMC;
Carbopol 940.
vii
ABSTRACT
Title : Evaluation of Gelling Agent Effect On the Physical Stability and
Diffusion Profile of Gel Black Cumin Seed Oil (Nigella sativa Linn)
Black cumin seed oil (Nigella sativa Linn) is known efficacious to cure
various diseases and skin problems, such as antioxidant. Therefore, black
cumin seed oil gel was formulated with a variety of gelling agent. The
composition of the gel base was made by using the three gelling agents,
namely Sodium Carboxy Methyl Cellulose (Na CMC) with a
concentration of 4%, 5%; Hydroxy Propyl Methyl Cellulose (HPMC)
with a concentration of 3%, 4%, and Carbopol 940 with a concentration
of 0,5 %, 1%. Based on the evaluation of physical stability and release of
active substances, gel showed good physical stability and the formula VI
(Carbopol base 1%) showed the highest release of active substances.
Keyword : gel; black cumin seed oil; antioxidant; Na CMC; HPMC; Carbopol
940.
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, yang telah memberi
pertolongan serta kemampuan kepada kami, karena hanya dari-Nya lah segala
kekuatan sehingga kami dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Evaluasi
Pengaruh Gelling Agent Terhadap Stabilitas Fisik dan Profil Difusi Sediaan
Gel Minyak Biji Jinten Hitam (Nigella sativa Linn)”. Semoga shalawat dan
salam senantiasa tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW,
penyandang gelar al-amin teladan yang mulia, keluarga dan para sahabatnya, serta
orang-orang yang mengikuti jejak mereka hingga hari pembalasan nanti.
Tulisan ini tidak akan terwujud, hingga orang-orang baik hati membantu
dan mendukung kami dalam menyelesaikannya. Ketulusan hati kami untuk
menuturkan terima kasih kepada orang-orang dermawan yang telah banyak
membantu, baik berupa materi, teori, ilmu, waktu dan segalanya yang begitu
berharga.
Kepada Ibu Farida Sulistiawati M.Si, Apt., selaku pembimbing I, dan Ibu
Yuni Anggraeni S.Si, Apt., selaku pembimbing II, kami haturkan terima kasih
banyak atas bimbingan, bantuan, motivasi, dan arahannya.
Kepada orang baik hati yang memberikan kesempatan kepada kami dalam
berkarya, Bapak M. Yanis Musdja M.Sc, Apt., selaku Ketua Program Studi
Farmasi, dan Bapak Prof. Dr. (hc) dr. M.K. Tadjudin, Sp.And., selaku Dekan
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, serta tidak lupa kepada seluruh dosen
farmasi, atas ilmu dan ”sharing”nya, kami ucapkan terima kasih.
ix
Kepada Ibunda tersayang, Hj. Euis S. Elyana, yang selalu memberikan
doanya setiap waktu dan Ayahanda tercinta, H. Suryono, S.E., yang sudah
memberikan semangat terus tanpa henti baik moril, materil dan kasih sayang.
Terima kasih atas pengorbanan Ayah Bunda kami, karena beliau kami tetap
semangat dan tegar setiap menjalani hidup ini. Serta adikku Egi B. Rivai dan
Rivkie S. Ramadhani atas segala dukungannya.
Kepada staff dan karyawan Farmasi UIN, Bapak Zamzani Kiran, Mbak
Via, Mas Anang, Mas Taufik, dan Mas Toni terima kasih telah banyak membantu
dalam proses penelitian.
Kepada staff laboran Ka Pritta, Ka Pipit, Ka Eris Risenti, dan Ka Nurul,
terima kasih banyak telah membantu dalam proses penelitian ini hingga selesai.
Kepada teman-teman Farmasi angkatan 2006, junior maupun senior di
FKIK UIN jakarta, khususnya di jurusan Farmasi, terima kasih atas dukungan,
dan bantuannya selama ini.
Kepada teman-teman perumahan Bukit Asri Ciomas Bogor, meskipun
mereka agak sedikit bandel Insyaallah mereka semua adalah orang-orang yang
baik, terima kasih atas segala dukungan, canda, dan kebaikan kalian semua.
Kepada sahabat terbaik Ahmad Madani, Moch. Shobir Affandi, Syaikhul
Aziz, Ahmad Fikri, Rico Bahtiar, Indira Irma, Eka Yuniarsih, Ayu Nuki, Vebby
Dwi Amanda, Suvrela Artiani, Rahmiaty Puspita, Eka Widyaningrum, Devi
Kurniawan, Ramdhan Fazrianto, Nur Ali, Mina Choerunnisa dan Ismail Djibril,
yang selama ini selalu memberikan semangat, bantuan, harapan serta nasehatnya
dan juga kepada semua para sahabat yang namanya tidak disebutkan, percayalah
kalian semua adalah yang terbaik yang kami pernah miliki.
x
Akhirnya, semoga Allah membalas kita semua dengan kebaikan, meridhai
kita dalam segala gerak langkah kehidupan kita, memenuhi hati kita dalam
perasaan kaya, dan memenuhi kedua tangan kita dengan rizki yang baik penuh
barakah, karena tawakkal dan ridha kita kepada-Nya. Semoga apa yang kita
usahakan di dunia menjadi amal baik, bekal kita menghadap Allah SWT. Amin
Semoga dalam mengarungi kehidupan ini, kita menjadi seorang mukmin
sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah SAW:
"Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin. Semua urusannya mengandung
kebaikan baginya dan hal ini tidak berlaku bagi seorangpun, kecuali seorang mukmin.
Jika mendapat kenikmatan, Ia bersyukur, maka itu baik baginya. Dan jika tertimpa
musibah Ia bersabar, maka itu pun baik baginya." (HR. Muslim)
Bogor, 27 September 2010
18 Syawal 1431
Ardian S Nurhakim
xi
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ..................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ...................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN ..................................................................... iv
LEMBAR PERSEMBAHAN ................................................................... v
ABSTRAK .............................................................................................. vi
ABSTRACT ............................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ............................................................................. viii
DAFTAR ISI ........................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xiii
LAMPIRAN ............................................................................................ xiv
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ...................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah .............................................................. 3
1.3. Tujuan Penelitian .................................................................. 3
1.4. Manfaat Penelitian ................................................................ 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jinten Hitam (Nigella sativa L.)............................................. 4
2.2 Minyak Lemak ...................................................................... 8
2.3 Ekstraksi ............................................................................... 9
2.4 Kulit ...................................................................................... 15
2.5 Gel ........................................................................................ 18
2.6 Stabilitas Sediaan .................................................................. 19
2.7 Komponen Gel ...................................................................... 19
BAB III. KERANGKAS KONSEP ............................................................. 22
BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................... 23
4.2 Bahan dan Alat ..................................................................... 23
4.3 Cara Kerja ............................................................................ 24
BAB V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian ..................................................................... 33
5.2 Pembahasan .......................................................................... 38
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ........................................................................... 43
6.2 Saran ..................................................................................... 43
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 44
LAMPIRAN ................................................................................................ 47
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Formula Gel Minyak Jinten Hitam................................................ 29
Tabel 2. Hasil Penapisan Fitokimia Biji Jinten Hitam ................................. 33
Tabel 3. Hasil Penapisan Fitokimia Minyak Jinten Hitam........................... 34
Tabel 4. Hasil Pemeriksaan Minyak Jinten Hitam ...................................... 34
Tabel 5. Hasil Pemeriksaan Organoleptis ................................................... 35
Tabel 6. Hasil Pemeriksaan Homogenitas................................................... 36
Tabel 7. Hasil Pemeriksaan pH .................................................................. 36
Tabel 8. Hasil Pemeriksaan Viskositas ....................................................... 37
Tabel 9. Hasil Pemeriksaan Stabilitas Fisik ................................................ 37
Tabel 10. Hasil Pemeriksaan Difusi ............................................................. 38
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Penampang Kulit Graaff ........................................................... 15
Gambar 2. Struktur Karbomer 940 ............................................................. 19
Gambar 3. Struktur HPMC ......................................................................... 20
Gambar 4. Struktur Na CMC...................................................................... 20
Gambar 5. Tanaman Jinten Hitam (Nigella sativa L.) ................................. 48
Gambar 6. Biji Jinten Hitam (Nigella sativa L.) ......................................... 48
Gambar 7. Kurva Serapan Minyak Jinten Hitam......................................... 51
Gambar 8. Evaluasi Pemeriksaan Stabilitas Fisik ....................................... 52
Gambar 9. Kurva Hasil Pemeriksaan Difusi ............................................... 62
Gambar 10. pH meter ................................................................................... 63
Gambar 11. Viskometer Brookfield.............................................................. 63
Gambar 12. Refraktometer ........................................................................... 63
Gambar 13. Spektrofotometer UV-Vis ......................................................... 63
Gambar 14. Oven ......................................................................................... 63
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Tanaman dan Biji Jinten Hitam (Nigella sativa L.) ................. 48
Lampiran 2. Perhitungan Bobot Jenis Minyak Jinten Hitam ....................... 49
Lampiran 3. Hasil Scanning λ Maksimum Minyak Jinten Hitam ................ 50
Lampiran 4. Kurva Serapan Minyak Jinten Hitam ...................................... 51
Lampiran 5. Evaluasi Pemeriksaan Stabilitas Fisik ..................................... 52
Lampiran 6. Absorbansi Pemeriksaan Difusi .............................................. 54
Lampiran 7. Perhitungan Pemeriksaan Difusi ............................................. 60
Lampiran 8. Perhitungan Faktor Koreksi (FK) Pemeriksaan Difusi ............ 61
Lampiran 9. Evaluasi Pemeriksaan Difusi ...................................................... 62
Lampiran 10. Gambar dan Alat Penelitian .................................................... 63
Lampiran 11. Hasil Determinasi ................................................................... 64
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini menyebabkan
meningkatnya jumlah industri obat dan kosmetika yang beredar di pasaran
dalam bentuk dan jenis yang begitu bervariasi. Banyak industri-industri obat
dan kosmetika yang sudah mulai memanfaatkan bahan alam pada produk-
produknya, salah satunya produk kosmetik yang mengandung jinten hitam
(Nigella sativa Linn). Jinten hitam termasuk keluarga Ranunculaceae yang
mempunyai potensi yang cukup besar sebagai bahan baku kosmetika maupun
obat. Jinten hitam dapat dimanfaatkan untuk mencegah atau mengobati
berbagai penyakit dan gangguan kulit yang disebabkan oleh bakteri atau
jamur, serta sangat baik untuk menjaga kelembaban, kehalusan, dan
keremajaan kulit. Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan
merupakan organ yang essensial dan vital serta merupakan cermin kesehatan
dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis dan sensitif, serta
bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras dan lokasi tubuh
(Wasitaatmadja, 1997). Penyakit dan gangguan pada kulit menjadi suatu hal
yang sering menimpa kaum wanita maupun pria. Pada umumnya penyakit
dan gangguan pada kulit sering terjadi pada remaja dan seringkali
menimbulkan bekas luka atau flek (Underwood, 2004), sehingga dapat
menyebabkan menurunnya rasa percaya diri yang dapat berakibat pada
hubungan interaksi sosial seseorang.
2
Untuk mengatasi penyakit dan gangguan pada kulit, dibutuhkan suatu
sediaan yang mempunyai daya penetrasi yang baik, waktu kontak yang cukup
lama, dan dosis yang sesuai. Minyak biji jinten hitam (Nigella sativa L.)
secara tradisional telah digunakan untuk mengatasi penyakit dan gangguan
pada kulit, salah satunya berkhasiat sebagai antioksidan. Minyak biji jinten
hitam dapat dibuat menjadi suatu sediaan farmasi, salah satunya adalah
sediaan gel, dimana sediaan gel mempunyai kadar air yang tinggi, sehingga
dapat menghidrasi stratum corneum dan juga mengurangi resiko timbulnya
peradangan lebih lanjut akibat menumpuknya minyak pada pori-pori.
Bentuk sediaan semisolid merupakan bentuk yang sangat ideal karena
penggunaannya lebih praktis. Sedian gel merupakan bentuk sediaan semisolid
yang banyak digunakan dalam kosmetika karena lebih mudah dibuat, lebih
cepat menyebar ke permukaan kulit, pelepasan obatnya baik, lebih enak
dipakai karena pada pemakain di kulit setelah kering meninggalkan film
tembus pandang elastis, daya lekat tinggi, dan mudah dicuci dengan air.
Untuk menghasilkan gel yang baik diperlukan suatu formula gel yang
mengandung bahan-bahan yang cocok dengan konsentrasi yang sesuai.
Pada penelitian ini akan dibuat enam macam formula gel minyak
jinten hitam (Nigella sativa L.) dengan variasi jenis dan konsentrasi gelling
agent. Variasi jenis dan konsentrasi gelling agent ini akan dilihat
pengaruhnya terhadap stabilitas fisik dan profil difusi sediaan gel minyak biji
jinten hitam (Nigella sativa L.). Jenis gelling agent yang digunakan yaitu
Na CMC, HPMC, dan Karbopol 940.
3
1.1 Perumusan Masalah
1. Apakah minyak biji jinten hitam (Nigella sativa L.) dapat dibuat menjadi
sediaan gel yang baik dan stabil?
2. Bagaimana pengaruh konsentrasi dan jenis gelling agent yang digunakan
terhadap stabilitas fisik dan profil difusi sediaan gel minyak biji jinten
hitam (Nigella sativa L.)?
1.2 Tujuan Penelitian
Menentukan jenis dan konsentrasi gelling agent yang dapat
menghasilkan sediaan gel minyak biji jinten hitam (Nigella sativa L.) yang
baik dan stabil.
1.3 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah
tentang formulasi gel dari minyak biji jinten hitam (Nigella sativa L.)
dengan menggunakan variasi jenis dan konsentrasi gelling agent.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jinten Hitam (Nigella sativa L.) (Depkes RI, 1979; Depkes RI, 1989)
2.1.1 Klasifikasi
Berdasarkan ilmu taksonomi, klasifikasi tanaman jinten hitam
adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Traceabionta
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida dicotyledon
Subkelas : Magnoliidae
Ordo : Ranunculales
Famili : Ranunculaceae
Genus : Nigella Linn.
Spesies : Nigella sativa Linn.
Nama lain Nigella sativa L. diantaranya adalah : Kalonji (bahasa
Hindi), Kezah (Hebrew), Chamushka (Rusia), Habbatus Sauda’
(Arab), Siyah daneh (Persian), Fennel Flower / Black Carraway /
Nutmeg Flower / Roman Coriander / Black Onian Seed (English),
atau Jinten Hitam (Indonesia).
5
2.1.1 Morfologi
Nigella sativa Linn atau Jintan Hitam Pahit ini merupakan jenis
tanaman bunga, terna setahun berbatang tegak. Tumbuh setinggi 20-
50 cm, berkayu, dan berbentuk bulat menusuk. Batang biasanya
berusuk dan berbulu kasar, rapat, atau jarang-jarang, dan disertai
dengan adanya bulu-bulu yang berkelanjar. Bentuk daun lanset (bulat
telur berujung lancip), berbentuk garis panjang 1,5 cm sampai 2 cm,
ujung lancip terdapat tiga tulang daun yang berbulu, daunnya kadang-
kadang tunggal, atau bisa juga majemuk dengan posisi tersebar atau
berhadapan. Daun bagian bawah bertangkai dan bagian atas duduk.
Daun pembalut bunga kecil. Di bagian permukaan daunnya terdapat
bulu halus.
Tumbuhan jintan hitam memiliki bunga yang bentuknya
beraturan, bundar telur, ujungnya agak melancip sampai agak tumpul,
pangkal mengecil membentuk sudut yang pendek dan besar. Bunga ini
kemudian menjadi buah berbentuk bumbung atau buah kurung
berbentuk bulat panjang. Bunganya menarik dengan warna biru pucat
atau putih, dengan 5-10 mahkota bunga; mahkota bunga pada
umumnya 8, agak memanjang, lebih kecil dari kelopak bunga, berbulu
jarang dan pendek; bibir bunga dua, bibir bagian atas pendek, lanset,
ujung memanjang berbentuk benang, ujung bibir bunga bagian bawah
tumpul; benang sari banyak, gundul; kepala sari jorong, dan sedikit
tajam, berwarna kuning.
6
Buah bulat telur atau agak bulat. Buahnya keras seperti buah
buni. Berbentuk besar, menggembung, berisi 3-7 unit folikel, masing-
masing berisi banyak biji atau benih yang sering digunakan manusia
sebagai rempah-rempah.
Biji hitam, jorong bersudut tiga tak beraturan, dan sedikit
berbentuk kerucut, panjang 3 mm, berkelanjar. Bijinya berwarna
hitam pekat.
2.1.2 Budidaya
Tanaman ini diperbanyak dengan biji. Di Indonesia tanaman ini
belum dibudidayakan secara umum.
2.1.3 Ekologi dan penyebaran
Tumbuh dari daerah Levant ke arah timur Samudra Indonesia
sebagai gulma semusim.
2.1.4 Bagian tanaman yang digunakan
Biji
2.1.5 Kandungan kimia
Biji jinten hitam mengandung asam lemak (35,6-41,6%),
meliputi asam arakidonat, asam linolenat, asam linoleat, asam oleat,
asam palmitat, asam stearat, dan asam miristat. Minyak atsiri (0,5-
1,6%), meliputi nigellone, thymoquinone, thymohydroquinone,
dithymoquinone, thymol, carvacrol, α dan β-pinene, d-limonene, d-
citronellote, dan p-cymene. Protein (22,7%), asam amino meliputi
albumin, globulin, lisin, leusin, isoleusin, valine, glycine, alanin,
fenilalanin, arginin, asparagin, cystine, asam glutamat, asam aspartat,
7
prolin, serin, treonin, triptopan dan tirosin. Alkaloid meliputi
nigellicine, nigellidine-N-oxide. Mineral (1,79-3,74%), meliputi Fe,
Na, Cu, Zn, P, dan Ca. Vitamin seperti asam askorbat, tiamin, niasin,
piridoksin, dan asam folat, serta karbohidrat (33,9%), serat (5,5%), air
(6%), jadi juga memiliki nilai gizi. Selain itu, terkandung senyawa
flavonoid, saponin, dan tannin, asam organik. Bijinya juga
mengandung lipase, fitosterol, dan β-sitosterol. (Hassan Gilani et al,
2004).
Pada bagian luar (kulit) biji terdapat sulfat (garam asam
belerang), fosfor, fosfat, karotin, besi, dan salinium. Pada bagian
dalam (isi), terdapat kandungan minyak, enzim, hormon, dan bahan-
bahan karbohidrat dan protein. Pada bagian yang memisahkan kulit
dan isi, yang berwarna cokelat mengandung tocopherol, bahan-bahan
yang bersifat sulfat, dan tembaga, juga mengandung antibiotik serta
hormon-hormon dan sebagainya. (Hasan M.M, 2007).
2.1.6 Khasiat dan Kegunaan (Hassan et al, 2004; Padhye et al, 2008)
Berdasarkan beberapa kajian ilmiah hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh para ilmuwan dan pengalaman masyarakat yang
menggunakan adalah : Menyembuhkan luka pada kulit, jerawat, flek,
neurodermitis, eksim; jinten hitam mengandung minyak eter yang
dapat membantu pencernaan dan mengurangi masalah usus; terbukti
menyembuhkan 70% pasien alergi, termasuk didalamnya alergi
serbuk, debu, dan asma; memiliki khasiat antitumor dan antikanker
tanpa efek samping seperti yang terjadi pada kemoterapi dan
8
penyinaran; memperkuat sistem kekebalan tubuh, memperlambat
penuaan sel, menekan rasio sel-T sebagai indikator penyakit;
antioksidan yang mampu membuang racun dari dalam tubuh
(detoksifikasi); karena kandungan asam lemak tidak jenuh yang
tinggi, minyak jinten hitam sangat rentan terhadap oksidasi. Pada
penyumbatan (sembelit) dalam tubuh diperlukan perlindungan
selanjutnya dari pengaruh buruk oksigen reaktif; memberikan asupan
kandungan nutrisi yang tinggi meliputi monosakarida, silosa, dan
arabinosa; meningkatkan produksi susu pada ibu menyusui. Hal ini
disebabkan adanya kombinasi antara porsi lipid dan struktur hormon;
menjaga stamina, memperkuat daya konsentrasi; mengatasi problema
paru-paru; menyembuhkan radang pada persendian atau rematik;
mengatasi impotensi.
2.2 Minyak Lemak
Minyak lemak (Olea pinguia) adalah suatu cairan jernih atau massa
padat yang menjadi jernih di atas suhu leburnya, tidak berbau asing atau
tengik, mudah larut dalam kloroform P, eter P, dan dalam eter minyak tanah
P. (Depkes RI, 1979).
Minyak merupakan lemak cair atau semisolid yang berasal dari
mineral, tumbuhan, atau hewan. Minyak yang berasal dari tumbuhan dan
mineral banyak dipakai untuk pengobatan topikal. Minyak tumbuhan yang
lazim dicampur dalam krim dan lotion adalah minyak-minyak biji kapas,
jagung, kastor, zaitun, dan kacang. Efek emolien minyak-minyak ini serupa,
9
perbedaannya terletak pada baunya, stabilitas penyimpanannya, dan kapasitas
emulsifikasi. Penggunaan topikal minyak relatif tidak menimbulkan efek
samping. (Oen, 1986).
Minyak lemak adalah salah satu kelompok yang termasuk pada
golongan lipid , yaitu senyawa organik yang terdapat di alam serta tidak larut
dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik non-polar,misalnya dietil eter
(C2H5OC2H5), Kloroform(CHCl3), benzena dan hidrokarbon lainnya, lemak
dan minyak dapat larut dalam pelarut yang disebutkan di atas karena lemak
dan minyak mempunyai polaritas yang sama dengan pelarut tersebut.
Lemak dan minyak merupakan senyawaan trigliserida atau
triasgliserol, yang berarti “triester dari gliserol” . Jadi lemak dan minyak juga
merupakan senyawaan ester . Hasil hidrolisis lemak dan minyak adalah asam
karboksilat dan gliserol . Asam karboksilat ini juga disebut asam lemak yang
mempunyai rantai hidrokarbon yang panjang dan tidak bercabang. (Netti dkk,
2002).
2.3 Ekstraksi
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut
sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair.
Simplisia yang diekstrak mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan
senyawa yang tidak dapat larut seperti serat, karbohidrat, protein, dan lain-
lain. Senyawa aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan
ke dalam golongan minyak atsiri, alkaloid, flavonoid, dan lain-lain. Struktur
kimia yang berbeda-beda akan mempengaruhi kelarutan serta stabilitas
10
senyawa-senyawa tersebut terhadap pemanasan, udara, cahaya, logam berat,
dan derajat keasaman. Dengan diketahuinya senyawa aktif yang dikandung
simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang
tepat. (DepKes RI, 2000)
Metode ekstraksi yang digunakan pada penelitian ini yaitu maserasi.
Maserasi (macerase = mengairi, melunakkan ) merupakan cara ekstraksi yang
paling sederhana. Bahan simplisia yang dihaluskan sesuai dengan syarat
farmakope (umumnya terpotong-potong atau berupa serbuk kasar) disatukan
dengan bahan pengekstraksi. Selanjutnya rendaman tersebut disimpan
terlindung dari cahaya langsung (mencegah reaksi yang dikatalisis cahaya
atau perubahan warna) dan dikocok kembali. Waktu lamanya maserasi
berbeda-beda, masing-masing farmakope mencantumkan 4-10 hari. Setelah
selesai waktu maserasi, artinya keseimbangan antara bahan yang diekstraksi
pada bagian dalam sel dengan cairan yang masuk kedalam telah tercapai,
maka proses difusi segera berakhir. Persyaratannya adalah bahwa rendaman
tadi harus dikocok berulang-ulang (kira-kira 3 kali sehari). Melalui upaya ini,
dapat dijamin keseimbangan konsentrasi bahan ekstraktif yang lebih cepat di
dalam cairan. Keadaan diam selama maserasi menyebabkan turunnya
perpindahan bahan aktif. Semakin besar perbandingan simplisia terhadap
cairan pengekstraksi, akan semakin banyak hasil yang diperoleh. Setelah
maserasi, rendaman diperas dan sisanya juga diperas lagi, kemudian hasil
ekstraksi disaring. (Voigt, 1995).
11
Ragam ekstraksi yang tepat sudah tentu bergantung pada tekstur dan
kandungan air bahan tumbuhan yang diekstraksi dan pada jenis senyawa yang
diisolasi. (Harborne, 1987).
2.3.1 Proses pembuatan ekstrak (DepKes RI, 2000)
a. Pembuatan serbuk simplisia dan klasifikasinya
Proses awal pembuatan ekstrak adalah tahapan pembuatan
serbuk simplisia kering (penyerbukan). Dari simplisia dibuat
serbuk simplisia dengan peralatan tertentu sampai derajat
kehalusan tertentu. Proses ini dapat mempengaruhi mutu ekstrak.
Makin halus serbuk simplisia, proses ekstraksi makin efektif-
efisien, namun makin halus serbuk, maka makin rumit secara
teknologi peralatan untuk tahapan filtrasi.
b. Cairan pelarut
Cairan pelarut dalam proses pembuatan ekstrak adalah
pelarut yang baik (optimal) untuk senyawa kandungan yang
berkhasiat atau yang aktif, dengan demikian senyawa tersebut
dapat terpisahkan dari bahan dan dari senyawa kandungan lainnya,
serta ekstrak hanya mengandung sebagian besar senyawa
kandungan yang diinginkan. Faktor utama untuk pertimbangan
pada pemilihan cairan penyari adalah sebagai berikut : Selektivitas,
kemudahan bekerja, keamanan, ekonomis, ramah lingkungan dan
proses dengan cairan tersebut.
12
c. Separasi dan pemurnian
Tujuan dari tahapan ini adalah menghilangkan (memisahkan)
senyawa yang tidak dikehendaki semaksimal mungkin tanpa
berpengaruh pada senyawa kandungan yang dikehendaki, sehingga
diperoleh ekstrak yang lebih murni.
d. Pemekatan atau Penguapan
Pemekatan berarti peningkatan jumlah partial solute
(senyawa terlarut) secara penguapan pelarut tanpa sampai menjadi
kondisi kering, ekstrak hanya menjadi kental atau pekat.
e. Rendemen
Rendemen adalah perbandingan antara ekstrak yang
diperoleh dengan simplisia awal.
2.3.2 Metode ekstraksi (DepKes RI, 2000)
a. Ekstraksi dengan menggunakan pelarut
1. Cara dingin
Maserasi
Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan
menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau
pengadukan pada temperatur ruangan (kamar). Secara teknologi
termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian
konsentrasi pada keseimbangan.
Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru
sampai sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur
13
ruangan. Proses terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap
maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya
(penetesan/penampungan ekstrak), terus menerus sampai
diperoleh ekstrak (perkolat) yang jumlahnya 1-5 kali bahan.
2. Cara panas
Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur
titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas
yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Umumnya
dilakukan pengulangan proses pada residu pertama sampai 3-5
kali sehingga dapat termasuk proses ekstraksi sempurna.
Sokhlet
Sokhlet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu
baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga
terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan
dengan adanya pendingin balik.
Digesti
Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan
kontinu) pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur
ruangan, yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-
50oC.
Infus
Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur
penangas air (bejana infus tercelup dalam penangas air
14
mendidih, temperatur terukur 96-98oC) selama waktu tertentu
(15-20 menit).
Dekok
Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama (≥30
menit) dan temperatur sampai titik didih air.
b. Destilasi uap
Destilasi uap adalah ekstraksi senyawa kandungan menguap
(minyak atsiri) dari bahan (segar atau simplisia) dengan uap air
berdasarkan peristiwa tekanan parsial senyawa kandungan
menguap dengan fase uap air dari ketel secara kontinu sampai
sempurna dan diakhiri dengan kondensasi fase uap campuran
(senyawa kandungan menguap ikut terdestilasi) menjadi destilat air
bersama senyawa kandungan yang memisah sempurna atau
memisah sebagian. Destilasi uap, bahan (simplisia) benar-benar
tidak tercelup ke air yang mendidih, namun dilewati uap air
sehingga senyawa kandungan menguap ikut terdestilasi. Destilasi
uap dan air, bahan (simplisia) bercampur sempurna atau sebagian
dengan air mendidih, senyawa kandungan menguap tetap kontinu
ikut terdestilasi.
15
2.4 Kulit
Gambar 1. Penampang Kulit (Graaff dkk, 2001)
Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas tiga lapisan utama
yaitu : lapisan epidermis atau kutikel, lapisan dermis (korium, kutis vera,
true skin), dan lapisan subkutis (hypodermis). Tidak ada garis tegas yang
memisahkan dermis dan subkutis, subkutis ditandai dengan adanya jaringan
ikat longgar dan adanya sel dan jaringan lemak. Tiga lapisan kulit utama,
antara lain :
1. Lapisan epidermis yang terdiri atas:
a. Stratum korneum (lapisan tanduk) adalah lapisan kulit yang paling
luar dan terdiri atas beberapa lapisan sel-sel gepeng yang mati, tidak
berinti, dan protoplasmanya telah berubah menjadi keratin (zat
tanduk).
b. Stratum lusidum (daerah sawar) terdapat langsung di bawah lapisan
korneum, merupakan lapisan sel gepeng tanpa inti dengan
protoplasma yang berubah menjadi protein yang disebut eleidin.
16
c. Stratum granulosum (lapisan keratohialin/lapisan seperti butir)
merupakan 2 atau 3 lapis sel gepeng dengan sitoplasma berbutir
kasar dan terdapat inti diantaranya.
d. Stratum spinosum (stratum malphigi/lapisan sel duri) atau disebut
pula prikle cell layer (lapisan akanta) terdiri atas beberapa lapis sel
yang berbentuk poligonal yang besarnya berbeda-beda karena
adanya proses mitosis.
e. Stratum germinativum (lapisan sel basal) terdiri atas sel-sel
berbentuk kubus (kolumnar) yang tersusun vertikal pada perbatasan
dermo-epidermal berbaris seperti pagar (palisade).
2. Lapisan dermis adalah lapisan di bawah epidermis yang jauh lebih tebal
daripada epidermis. Lapisan ini terbentuk oleh lapisan elastik dan fibrosa
padat dengan elemen selular, kelenjar, dan folikel rambut. Secara garis
besar dibagi menjadi dua bagian :
a. Pars papilare, yaitu bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung
serabut saraf, dan pembuluh darah.
b. Pars retikulare, yaitu bagian bawah dermis yang berhubungan
dengan subkutis, bagian ini terdiri dari serabut-serabut penunjang
misalnya serabut kolagen, elastin, dan retikulin.
3. Lapisan subkutis merupakan kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat
longgar berisi sel-sel lemak didalamnya. Sel lemak merupakan sel bulat,
besar, dengan inti terdesak kepinggir karena sitoplasma lemak yang
bertambah. Sel-sel ini membentuk kelompok yang dipisahkan satu
dengan yang lainnya oleh trabekula yang fibrosa.
17
Derajat keasaman (pH) kulit manusia berkisar antara 4,2-6,5. Keadaan
asam ini sebagian besar disebabkan oleh adanya zat bersifat asam seperti
asam amino dan asam lemak bebas misalnya asam laktat, yang merupakan
sekresi dari kelenjar sebaseus. Lapisan bersifat asam ini dikenal dengan
istilah mantel asam kulit yang dapat melindungi tubuh dari serangan bakteri
dan zat kimia yang dapat merusak jaringan (Anief, 1997; Wasitaatmadja,
1997).
Fungsi kulit antara lain : sebagai pelindung, absorpsi cairan mudah
menguap, eksresi, pengindra (sensori), pengaturan suhu tubuh, pembentukan
pigmen, sawar radiasi UV, dan sawar listrik (Anief, 1997; Wasitaatmadja,
1997).
Berbagai faktor dapat mempengaruhi absorpsi kulit terhadap kosmetika,
yaitu faktor yang berasal dari lingkungan hidup (sinar UV, suhu, dan
kelembaban udara), faktor dari lingkungan tubuh (tempat aplikasi kosmetik,
luas aplikasi kosmetik, umur pemakai, kondisi kulit yang diaplikasikan
kosmetik), dan faktor kosmetika yang dipakai (intensitas pemakaian,
keasaman kosmetika, konsentrasi bahan aktif, jenis bahan dasar yang menjadi
bahan pelarut pada kosmetika) (Wasitaatmadja, 1997).
Bentuk sediaan yang digunakan melalui rute kulit dimaksudkan untuk
efek lokal, tidak untuk sistemik. Oleh karena itu, sediaan untuk kulit biasanya
digunakan sebagai antiseptik, antifungi, antiinflamasi, anestetik lokal,
emolien, pelindung terhadap sinar matahari, udara, dan lain-lain. Biasanya
berbentuk gel, salep, krim, atau pasta dengan basis yang bermacam-macam
18
dan mempunyai sifat yang bermacam-macam seperti hidrofil atau hidrofob.
(Anief, 1993).
2.5 Gel
Gel atau jelly adalah sistem semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat
dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar,
terpenetrasi oleh suatu cairan. Jika massa gel terdiri dari jaringan partikel
kecil yang terpisah, gel digolongkan sebagai sistem dua fase (misalnya gel
aluminium hidroksida). Dalam sistem dua fase, jika ukuran partikel dari fase
terdispersi relatif besar, misalnya gel kadang-kadang dinyatakan sebagai
magma (misalnya magma bentonit). Baik gel maupun magma dapat berupa
tiksotropik, membentuk semipadat jika dibiarkan dan menjadi cair pada
pengocokan. Sediaan harus dikocok dahulu sebelum digunakan untuk
menjamin homogenitas dan hal ini tertera pada etiket (lihat suspensi).
(DepKes RI 1995).
Gel fase tunggal terdiri dari makromolekul organik yang tersebar serba
sama dalam suatu cairan sedemikian hingga tidak terlihat adanya ikatan
antara molekul makro yang terdispersi dan cairan. Gel fase tunggal dapat
dibuat dari makromolekul sintetik (misalnya karbopol) atau dari gom alam
(misalnya tragakan). Sediaan tragakan juga disebut juga musilago. Walaupun
gel-gel ini umunya mengandung air, etanol, dan minyak dapat digunakan
sebagai fase pembawa. (Ansel C Howard, 1989).
19
2.6 Stabilitas Sediaan
Stabilitas sebuah gel adalah sifat gel untuk mempertahankan distribusi
halus dan teratur dari fase terdispersi yang terjadi dalam jangka waktu yang
panjang. Gel mempunyai kakakuan yang disebabkan oleh jaringan yang
saling menganyam dari fase terdispersi yang mengurung dan memegang
medium pendispersi. Perubahan dalam temperatur dapat menyebabkan gel
tertentu mendapatkan kembali bentuk sol dan bentuk cairnya. Juga beberapa
gel menjadi encer setelah pengocokan dan kembali menjadi setengah padat
atau padat kembali setelah dibiarkan tidak terganggu untuk beberapa waktu
tertentu, peristiwa ini disebut tiksotropi. (Ansel C Howard, 1989).
2.7 Komponen Gel (Rowe dkk, 2006)
2.7.1 Karbopol 940
Gambar 2. Struktur Karbopol 940
Karbopol merupakan kelompok acrylic polymer cross-linked
dengan poly alkenyl ether. Nama lain karbopol adalah acitamer,
acrylic acid polymer, carbomer, carboxyvinyl polymer. Karbopol
digunakan sebagian besar dalam cairan sediaan formulasi semi solid
berkenaan dengan farmasi sebagai suspending agent. Digunakan pada
20
formulasi krim, gel, dan salep dan kemungkinan digunakan sebagai
sediaan opthalmic, rectal, dan sediaan topikal lain.
2.7.2 HPMC (Hidroksi Propil Metil Selulosa)
Gambar 3. Struktur HPMC
Nama lain HPMC antara lain: hypromellose, methocel, hydroxy
propyl methyl cellulose, metolose, dan pharmacoat. Rumus kimia
HPMC adalah CH3CH(OH)CH2. HPMC secara luas digunakan
sebagai suatu eksipien di dalam formulasi pada sedian topikal dan
oral. Dibandingkan dengan metilsellulosa, HPMC menghasilkan
cairan lebih jernih. HPMC juga digunakan sebagai zat pengemulsi,
agen pensuspensi dan agen penstabil di dalam sediaan salep dan gel.
Pemeriannya adalah serbuk hablur putih, tidak berasa, tidak berbau,
larut dalam air dingin, dan membentuk koloid yang merekat. Tidak
larut dalam kloroform, etanol 95%, dan eter tetapi dapat larut dalam
diklorometana. Fungsinya adalah suspending agent.
2.7.3 Na CMC (natrium karboksilmetilselulosa)
Gambar 4. Struktur Na CMC
21
Na CMC adalah garam natrium polikarboksimetil eter selulosa.
Mengandung tidak kurang dari 6,5% dan tidak lebih dari 9,5% Na,
dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Kekentalan larutan 2 g
dalam 100 ml air, untuk zat yang mempunyai kekentalan 100 cP atau
kurang, tidak kurang dari 80% dan tidak lebih dari 120% dari
ketentuan yang tertera pada etiket, untuk zat yang mempunyai
kekentalan lebih dari 100 cP, tidak kurang dari 75% dan tidak lebih
dari 140% dari ketentuan yang tertera pada etiket. Pemerian serbuk
atau butiran putih atau putih kuning gading, tidak berbau, atau hampir
tidak berbau dan higroskopik. Kelarutan mudah mendispersi dalam
air, membentuk suspensi koloidal, tidak larut dalam etanol (95%) P,
dalam eter, dan dalam pelarut organik lain. (DepKes RI 1979).
22
BAB III
KERANGKA KONSEP
Serbuk simplisia kering biji jinten
hitam (Nigella sativa L.)
Evaluasi sediaan gel minyak jinten
hitam (Nigella sativa L.)
Pembuatan gel dengan menggunakan
minyak jinten hitam (Nigella sativa L.)
Diperoleh minyak jinten hitam
(Nigella sativa L.)
Ekstraksi
(maserasi dengan pelarut n-heksana)
Pemeriksaan minyak jinten hitam :
3. Pemeriksaan organoleptis
4. Pemeriksaan kelarutan
5. Pemeriksaan bobot jenis
6. Pemeriksaan indeks bias
7. Pemeriksaan keasaman
8. Pengukuran viskositas
9. Pengukuran panjang
gelombang maksimum
10. Penentuan kurva kalibrasi
1. Pemeriksaan organoleptis
2. Pemeriksaan keasaman
3. Pemeriksaan homogenitas
4. Pengukuran viskositas
5. Uji Stabilitas Cycling test
6. Uji difusi
Jinten hitam (Nigella sativa L.)
diketahui berkhasiat untuk
menyembuhkan berbagai
penyakit dan masalah pada kulit.
Analisis data
n-heksana diuapkan di rotary evaporator
23
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Tempat dan Waktu Penelitian
4.1.1 Tempat penelitian
Laboratorium Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Pusat Laboratorium Terpadu
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4.1.2 Waktu penelitian
Proses penelitian berlangsung selama 5 bulan, dari tanggal 7
maret 2010 hingga 7 agustus 2010.
4.2 Bahan dan Alat
4.2.1 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu biji
jinten hitam, sodium karboksimetilselulosa (Na CMC), hidroksipropil
metilselulosa (HPMC), karbopol 940, n-heksana, asam sitrat,
propilenglikol, nipagin, trietanolamin (TEA), butil hidroksi toluena
(BHT), air suling, asam oleat, minyak kelapa, paraffin, cera alba,
kertas Whatman no 1, etanol 95 %, kloroform, eter, ammonia 25 %,
asam klorida pekat (HCl), pereaksi Dragendorff, pereaksi Mayer,
serbuk magnesium (Mg), amil alkohol, asam asetat anhidrat
(CH3COOH), asam sulfat pekat (H2SO4), ferri klorida (FeCl3), natrium
hidroksida (NaOH), petroleum eter, amoniak 1 %.
24
4.2.1 Alat
Alat-alat yang akan digunakan antara lain: peralatan gelas,
lumpang, hot plate (Wiggen Hauser), piknometer, pH meter (Mettler-
Toledo), refraktometer (Atago), viskometer Brookfield, timbangan
analitik (Wiggen Hauser), kaca objek, mikroskop optik (Yamiza X52-
107BN, erma objective micrometer), lemari pendingin, oven, alat-alat
uji difusi (mini pump variable flow, membran difusi, termometer),
spektrofotometer UV-Vis (Perkin Elmer).
4.3 Cara Kerja
4.3.1 Penapisan Fitokimia (Skrining)
a. Identifikasi golongan alkaloid
Sebanyak 5 gram serbuk dilembabkan dengan 5 ml ammonia
25% digerus dalam mortir, kemudian ditambahkan 20 ml
kloroform dan digerus kembali dengan kuat. Campuran tersebut
disaring dengan kertas saring, filtrat berupa larutan organik diambil
(sebagai larutan A), (10 ml) diekstraksi dengan 10 ml larutan HCl
1:10 dengan pengocokan dalam tabung reaksi, diambil larutan
bagian atasnya (larutan B). Larutan A diteteskan beberapa tetes
pada kertas saring dan disemprot atau ditetesi dengan pereaksi
Dragendroff, terbentuk warna merah atau jingga pada kertas saring
menunjukkan adanya senyawa alkaloid. Larutan B dibagi dalam 2
tabung reaksi, ditambahkan masing-masing pereaksi Dragendroff
dan pereaksi Mayer, terbentuk endapan merah bata dengan pereaksi
25
Dragendroff atau endapan putih dengan pereaksi Mayer
menunjukkan adanya senyawa alkaloid.
b. Identifikasi golongan flavonoid
Sebanyak 10 gram serbuk ditambahkan 100 ml air panas, lalu
didihkan selama 5 menit kemudian disaring. Ambil 5 ml filtratnya
(dalam tabung reaksi), ditambahkan serbuk Mg secukupnya dan 1
ml asam klorida pekat dan 2 ml amil alkohol, kocok kuat dan
dibiarkan memisah. Terbentuknya warna merah, kuning, atau
jingga pada lapisan amil alkohol menunjukkan adanya flavonoid.
c. Identifikasi golongan saponin
Serbuk dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan 10
ml air panas. Setelah dingin dikocok kuat secara vertikal selama 10
detik. Terbentuknya busa yang stabil, menunjukkan adanya
saponin, bila ditambahkan 1 tetes HCl 1% busa tetap stabil.
d. Identifikasi golongan steroid dan triterpenoid
Sebanyak 5 gram serbuk dimaserasi dalam 20 ml eter selama
2 jam kemudian disaring. Larutan diuapkan dalam cawan penguap
sampai kering kemudian ditambahkan 2 tetes asam asetat anhidrat
dan 1 tetes asam sulfat pekat ke dalam residu. Terbentuknya warna
hijau atau merah menunjukkan adanya steroid/triterpenoid.
e. Identifikasi golongan tanin
Sebanyak 10 gram serbuk ditambah 100 ml air, dididihkan
selama 15 menit. Setelah dingin kemudian disaring dengan kertas
saring. Filtrat yang diperoleh ditambahkan 1-2 tetes FeCl3 1%,
26
terbentuknya warna biru, hijau, atau hitam menunjukkan adanya
seyawa golongan tanin.
f. Identifikasi golongan kuinon
Sebanyak 1 gram serbuk dipanaskan dalam air selama 5
menit, disaring. Sebanyak 5 ml filtrat yang diperoleh ditambahkan
5 ml NaOH 1 N. Terbentuknya warna merah menunjukkan adanya
kuinon.
g. Identifikasi golongan minyak atsiri
Sebanyak 2 gram serbuk dimasukkan ke dalam tabung reaksi
(volume 20 ml) kemudian ditambahkan 10 ml pelarut petroleum
eter. Pada mulut tabung dipasang corong yang diberi lapisan kapas
yang telah dibasahi dengan air, kemudian disaring dengan kertas
saring. Filtrat yang diperoleh diuapkan pada cawan penguap,
selanjutnya residu dilarutkan dengan pelarut etanol 95% sebanyak
5 ml, kemudian disaring dengan kertas saring. Filtratnya diuapkan
dengan cawan penguap. Residu yang berbau aromatik
menunjukkan adanya senyawa golongan minyak atsiri.
h. Identifikasi golongan kumarin
Sebanyak 2 gram serbuk dimasukkan ke dalam tabung reaksi,
ditambahkan 10 ml kloroform. Corong yang diberi lapisan kapas
yang telah dibasahi dengan air dipasang pada mulut tabung,
kemudian dipanaskan selama 30 menit, setelah dingin disaring.
Filtrat diuapkan dengan cawan penguap hingga kering dan sisanya
ditambahkan air panas 10 ml, kemudian didinginkan. Hasilnya
27
dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan 0,5 ml
amoniak 1% dan diamati dibawah sinar UV 366 nm. Flouresensi
biru atau hijau menunjukkan adanya kumarin.
4.3.2 Ekstraksi Minyak Jinten Hitam
Biji jinten hitam dibersihkan dari benda-benda asing dan zat
pengotor lainnya. Sebanyak 700 gram biji jinten hitam dihaluskan
hingga menjadi serbuk kemudian ditimbang. Setelah itu dimaserasi
dengan pelarut n-heksana selama satu minggu sampai pelarutnya agak
jernih pada suhu kamar. Minyak yang diperoleh dikumpulkan dan
dipekatkan dalam rotary evaporator.
4.3.3 Penapisan Fitokimia Minyak Jinten Hitam
Meliputi identifikasi alkaloid, flavonoid, tanin, saponin, steroid,
triterpenoid, kuinon, minyak atsiri, dan kumarin.
4.3.4 Pemeriksaan Minyak Jinten Hitam
a. Pemeriksaan organoleptik : bentuk, warna, bau
b. Pemeriksaan keasaman/pH
pH minyak jinten hitam diukur dengan pH meter yang telah
dikalibrasi dengan dapar standar pH 4 dan pH 7.
c. Pemeriksaan indeks bias
Indeks bias diperiksa dengan menggunakan alat refraktometer.
d. Pengukuran viskositas (Martin, 1993)
Menggunakan alat viskometer Brookfield dengan spindel no. 3.
28
e. Pemeriksaan kelarutan
Minyak jinten hitam dilarutkan dalam etanol (95%) P.
f. Pemeriksaan bobot jenis (DepKes RI, 1995)
Piknometer ditimbang dalam keadaan bersih dan kering sebagai
berat kosong. Piknometer tersebut diisi dengan air sampai penuh
dan temperatur diatur hingga 25oC, lalu ditimbang. Cara yang sama
dilakukan terhadap minyak jinten hitam.
Perhitungan : Berat piknometer berisi air dan minyak jinten hitam
masing-masing dikurangkan dengan berat piknometer kosong.
Bobot jenis minyak jinten hitam adalah hasil bagi berat minyak
jinten hitam dengan berat air, dalam piknometer kemudian
dikalikan dengan berat jenis air.
g. Pengukuran panjang gelombang maksimum
Panjang gelombang ditentukan pada konsentrasi 1 ppm minyak
jinten hitam (Nigella sativa L.) dalam larutan etanol 95%.
Pengukuran dilakukan pada panjang gelombang UV yaitu 200 –
400 nm. Kemudian dibuat kurva hubungan antara panjang
gelombang terhadap serapanya.
h. Penentuan kurva kalibrasi minyak biji jinten hitam
Larutan minyak jinten hitam dalam etanol 95% dengan konsentrasi
0,5; 1; 1,5; 2; 2,5 ppm ditentukan serapannya pada panjang
gelombang maksimum minyak jinten hitam (Nigella sativa L.).
29
4.3.5 Pembuatan Formula gel
Tabel 1. Formula gel minyak jinten hitam
Komposisi Bahan Formula
I II III IV V VI
Minyak jinten hitam
Karbopol 940
HPMC
Na CMC
Propilenglikol
Nipagin
TEA
Asam sitrat
BHT
Air suling ad
2 %
-
-
4%
15 %
1 %
-
0,5%
0,008%
100%
2 %
-
-
5%
15 %
1 %
-
0,5%
0,008%
100%
2 %
-
3%
-
15 %
1 %
-
1%
0,008%
100%
2 %
-
4%
-
15%
1 %
-
1%
0,008%
100%
2 %
0,5%
-
-
15 %
1 %
1%
-
0,008%
100%
2 %
1%
-
-
15 %
1 %
1%
-
0,008%
100%
Cara pembuatan gel :
a. Gelling agent (Na CMC/HPMC/Karbopol) dikembangkan di dalam
lumpang dengan air suling panas sejumlah 10 kali bobotnya selama
setengah jam, kemudian gerus kuat sehingga terdispersi sempurna
dan terbentuk basis gel. (M1).
b. Zat Aktif (minyak jinten hitam), nipagin, propilenglikol, TEA
(khusus formula dengan basis karbopol) dan BHT dilarutkan di
dalam lumpang (M2). Kemudian M2 di campurkan dengan M1 dan
tambahkan sisa air suling ke dalam lumpang sedikit demi sedikit
dan tambahkan asam sitrat (khusus formula dengan basis Na CMC
dan HPMC) sedikit demi sedikit. Setelah tercampur lalu digerus
30
dalam lumpang sampai terbentuk massa gel. Penggerusan
dilakukan pada suhu kamar.
4.3.6 Evaluasi Gel
a. Pemeriksaan Organoleptik
Pemeriksaan meliputi penampilan sediaan, warna, bau, dan tekstur.
b. Pemeriksaan pH
Gel dimasukkan ke dalam wadah, lalu diukur pHnya dengan
pHmeter yang telah dikalibrasi dengan dapar standar pH 4 dan
pH 7.
c. Pemeriksaan Homogenitas
Gel dioleskan diatas kaca objek, kemudian dikatupkan dengan kaca
objek lain, lalu diamati kehomogenan gel tersebut.
d. Pemeriksaan viskositas
Sediaan gel disiapkan dalam becker glass 100 ml. Kemudian
dipilih nomor spindel 7. Pemeriksaan ini menggunakan viskometer
Brookfield.
e. Uji stabilitas fisik dengan metode cycling test
Gel disimpan pada suhu 4oC selama 24 jam lalu dikeluarkan dan
ditempatkan pada suhu 40oC selama 24 jam. Perlakuan ini adalah
satu siklus. Percobaan diulang sebanyak 6 siklus. Kondisi fisik
sediaan dibandingkan dengan kondisi fisik sebelumnya selama
percobaan. Uji stabilitas dengan metode cycling test bertujuan
untuk mengetahui apakah terjadi sineresis pada gel.
31
f. Uji difusi (Martin, 1993)
Pembuatan membran difusi
Membran yang digunakan adalah kertas Whatman no 1
yang diimpregnasi pada cairan spangler. Komposisi cairan
spangler :
Asam palmitat 10 g
Asam oleat 15 g
Asam stearat 5 g
Minyak kelapa 15 g
Parafin 10 g
Kolesterol 5 g
Lilin putih 15 g
Cara pembuatan : Semua bahan dilebur dalam cawan petri.
Setelah itu kertas Whatman dicelupkan atau direndam dalam
cairan spangler selama 15 menit. Kemudian diangkat dan
dikeringkan dengan kertas tissue.
Bobot membran sebelum dan sesudah impregnasi
ditimbang untuk mendapatkan kondisi yang sama pada setiap
membran. Persentasi impregnasi membran dapat dihitung
berdasarkan rumus:
Presentase impregnasi = X 100 %
Dimana Bt adalah berat membran sesudah impregnasi dan Bo
adalah berat membran sebelum impregnasi.
32
Uji difusi
Alat difusi terdiri dari sel difusi (mini pump variable flow,
membran difusi, termometer), pompa peristaltik, alat penghilang
gelembung udara, dan gelas kimia sebagai wadah cairan
penerima. Sebanyak enam formula uji ditimbang 1 gram
kemudian diratakan di atas membran dengan diameter 1,5 cm.
Suhu sistem 37±0,5oC dengan cairan sirkulasi hydroalcoholic
(etanol:air 40:60) sebanyak 300 ml. Pompa peristaltik
menghisap cairan reseptor dari gelas kimia kemudian dipompa
ke sel difusi melewati penghilang gelembung sehingga aliran
terjadi secara hidrodinamis. Kemudian cairan dialirkan kembali
ke reseptor. Proses dilakukan selama 3 jam. (Alessandro et al,
2007).
Cuplikan diambil dari cairan reseptor dalam gelas kimia
sebanyak 5 ml. Setiap pengambilan selalu diganti dengan cairan
hydroalcoholic sebanyak 5 ml. Pengambilan cuplikan dilakukan
pada menit ke 5, 15, 25, 35, 45, 60, 80, 100, 160, dan 180 menit
kemudian diukur serapannya pada panjang gelombang
maksimum.
33
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
5.1.1 Determinasi tanaman
Determinasi tanaman dilakukan di Herbarium Bogoriense, Pusat
Penelitian Biologi LIPI, Bogor, Jawa Barat. Hasil determinasi
menunjukkan bahwa tanaman ini adalah tanaman jinten hitam (Nigella
sativa L.) famili Ranunculaceae.
5.1.2 Penapisan fitokimia serbuk biji jinten hitam
Berdasarkan hasil pemeriksaan penapisan fitokimia serbuk biji
jinten hitam (Nigella sativa L.) terdapat beberapa golongan senyawa.
Hasilnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 2. Hasil penapisan fitokimia biji jinten hitam
Golongan senyawa Hasil penapisan
Alkaloid
Flavonoid
Saponin
Steroid
Triterpenoid
Tanin
Kuinon
Minyak Atsiri
Kumarin
+
+
+
+
+
+
-
+
+
Keterangan: (+) Memberikan reaksi positif, (-) Memberikan
reaksi negatif
5.1.3 Ekstraksi biji jinten hitam
Dari hasil ekstraksi serbuk biji jinten hitam (Nigella sativa L.)
diperoleh minyak jinten hitam sebanyak 230 gram.
34
5.1.1 Penapisan fitokimia minyak jinten hitam
Berdasarkan hasil pemeriksaan penapisan fitokimia minyak
jinten hitam (Nigella sativa L.) terdapat beberapa golongan senyawa.
Hasilnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 3. Hasil penapisan fitokimia minyak jinten hitam
Golongan senyawa Hasil penapisan
Alkaloid
Flavonoid
Saponin
Steroid
Triterpenoid
Tanin
Kuinon
Minyak Atsiri
Kumarin
+
-
+
+
+
-
-
+
-
Keterangan : (+) Memberikan reaksi positif, (-) Memberikan
reaksi negatif
5.1.2 Pemeriksaan minyak jinten hitam
Data hasil pemeriksaan minyak jinten hitam terdapat pada tabel
dibawah ini.
Tabel 4. Hasil pemeriksaan minyak jinten hitam
Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan
Organoleptik:
Wujud
Warna
Bau
Rasa
Keasaman (pH)
Indeks bias
Viskositas
Kelarutan:
Etanol 95 %
Bobot jenis
Panjang gelombang
maksimum
Cairan agak kental
Coklat tua
Khas aromatik
Pahit, agak pedas saat
pertama kali ditelan.
5,43
1,4719
200cP pada 12 Rpm
1 dalam 10 bagian
0,8964 gram/ml
253 nm
35
5.1.3 Evaluasi gel anti jerawat minyak jinten hitam (sesudah dan sebelum
cycling test)
a. Pemeriksaan organoleptis (pada awal siklus dan akhir siklus)
Hasil pengamatan organoleptis menunjukan gel berwarna
putih agak kecoklatan dan tidak berbau.
Tabel 5. Hasil pemeriksaan organoleptis
Formula Organoleptis
Awal siklus Akhir siklus
I ++ ++
II ++ ++
III ++ ++
IV ++ ++
V + +
VI + +
Keterangan :
I = Formula gel dengan Na CMC 4%
II = Formula gel dengan Na CMC 5%
III = Formula gel dengan HPMC 3%
IV = Formula gel dengan HPMC 4%
V = Formula gel dengan Karbopol 0,5%
VI = Formula gel dengan Karbopol 1%
++ = Berwarna putih agak kecoklatan tidak berbau dan
a agak lengket
+ = Berwarna putih agak kecoklatan tidak berbau dan
t tidak lengket
36
b. Pemeriksaan homogenitas (pada awal siklus dan akhir siklus)
Hasil menunjukan bahwa semua gel terlihat homogen.
Tabel 6. Hasil pemeriksaan homogenitas
Formula Homogenitas
Awal siklus Akhir siklus
I H H
II H H
III H H
IV H H
V H H
VI H H
Keterangan :
I = Formula gel dengan Na CMC 4%
II = Formula gel dengan Na CMC 5%
III = Formula gel dengan HPMC 3%
IV = Formula gel dengan HPMC 4%
V = Formula gel dengan Karbopol 0,5%
VI = Formula gel dengan Karbopol 1%
H = Homogen
c. Pemeriksaan pH (pada awal siklus dan akhir siklus)
Hasil pengukuran menunjukan bahwa pH sediaan memenuhi
kriteria pH kulit, yaitu berada pada interval 4,5 - 6,5.
Tabel 7. Hasil pemeriksaan pH
Formula pH
Awal siklus Akhir siklus
I 5,73 5,56
II 5,86 5,77
III 5,25 5,34
IV 5,31 5,91
V 5,10 5,30
VI 5,19 5,35
Keterangan :
I = Formula gel dengan Na CMC 4%
II = Formula gel dengan Na CMC 5%
III = Formula gel dengan HPMC 3%
IV = Formula gel dengan HPMC 4%
V = Formula gel dengan Karbopol 0,5%
VI = Formula gel dengan Karbopol 1%
37
d. Pemeriksaan viskositas (pada awal siklus dan akhir siklus)
Tabel 8. Hasil pemeriksaan viskositas
Formula Viskositas (cP)
Awal siklus Akhir siklus
I 50600 56000
II 58200 60500
III 45600 46100
IV 47400 47600
V 67400 60500
VI 58200 60500
Keterangan :
I = Formula gel dengan Na CMC 4%
II = Formula gel dengan Na CMC 5%
III = Formula gel dengan HPMC 3%
IV = Formula gel dengan HPMC 4%
V = Formula gel dengan Karbopol 0,5%
VI = Formula gel dengan Karbopol 1%
e. Uji stabilitas fisik sediaan dengan metode cycling test
Ke-6 formula gel menunjukan hasil yang stabil pada
pengamatan cycling test.
Tabel 9. Hasil pemeriksaan stabilitias fisik
Formula Uji Stabilitas
Awal siklus Akhir siklus
I + +
II + +
III + +
IV + +
V + +
VI + +
Keterangan :
I = Formula gel dengan Na CMC 4%
II = Formula gel dengan Na CMC 5%
III = Formula gel dengan HPMC 3%
IV = Formula gel dengan HPMC 4%
V = Formula gel dengan Karbopol 0,5%
VI = Formula gel dengan Karbopol 1%
+ = Tidak terjadi sineresis
38
f. Uji difusi
Tabel 10. Hasil pemeriksaan difusi
Formula
Kadar (ppm) minyak jinten hitam
Menit Ke
15 45 80 160 180
I 0,568 1,542 2,021 1,223 0,760
II 0,561 1,340 1,894 1,498 0,954
III 0,581 1,361 1,881 1,017 0,848
IV 0,580 1,338 1,928 1,097 1,044
V 0,590 1,532 2,114 1,738 1,478
VI 0,591 1,547 2,188 1,778 1,528
Keterangan :
I = Formula gel dengan Na CMC 4%
II = Formula gel dengan Na CMC 5%
III = Formula gel dengan HPMC 3%
IV = Formula gel dengan HPMC 4%
V = Formula gel dengan Karbopol 0,5%
VI = Formula gel dengan Karbopol 1%
5.2 Pembahasan
5.2.1 Ekstraksi Minyak Jinten Hitam (Nigella sativa L.)
Penelitian formulasi gel ini menggunakan minyak jinten hitam
(Nigella sativa L.) yang diperoleh dengan cara maserasi menggunakan
pelarut n-heksana, karena n-heksana merupakan pelarut non polar
sehingga dapat menarik lipid atau minyak yang bersifat non polar dari
biji jinten hitam.
Minyak jinten hitam juga dilakukan pemeriksaan parameter
spesifik dan non spesifik, meliputi organoleptis, pH, indeks bias,
viskositas, kelarutan, serta bobot jenis. Pemeriksaan pH dilakukan
untuk mengetahui kesesuaian pH minyak jinten hitam dengan pH kulit
karena gel minyak jinten hitam ini ditujukan untuk pemakaian secara
topikal. Derajat keasaman (pH) minyak jinten hitam 5,43 berarti
39
masih berada dalam kisaran pH kulit yaitu pada interval 4,5-6,5. Hasil
pemeriksaan indeks bias minyak jinten hitam yaitu 1,4719. Nilai
tersebut cukup memenuhi syarat standar mutu minyak jinten hitam.
Menurut beberapa literatur, syarat standar indeks bias minyak jinten
hitam berkisar antara 1,470-1,475 (Goerlich Pharma Internasional,
2007). Pemeriksaan bobot jenis minyak jinten hitam diperoleh hasil
0,8964, umumnya bobot jenis minyak memang tidak melebihi 1,000.
Penentuan bobot jenis adalah salah satu dari cara analisa yang dapat
menggambarkan kemurnian minyak (Depkes RI, 1985).
5.2.2 Pembuatan Sediaan
Basis gel dibuat dengan menggunakan variasi jenis dan
konsentrasi gelling agent. Propilenglikol digunakan sebagai humektan
dan sebagai peningkat penetrasi ke kulit sedangkan TEA dan asam
sitrat digunakan sebagai pengatur pH sediaan karena sebelum
ditambahkan TEA formula dengan basis karbopol menunjukan pH
dibawah 4,5 sedangkan pada formula dengan basis Na CMC dan
HPMC sebelum ditambahkan asam sitrat menunjukan pH di atas 6,5.
Penggunaan nipagin sebagai pengawet untuk menghindari
pertumbuhan mikroba karena adanya kandungan air dalam jumlah
besar dan penggunaan BHT sebagai antioksidan karena sediaan
mengandung minyak jinten hitam (Nigella sativa L.).
40
5.2.3 Evaluasi Sediaan
Dari hasil evaluasi semua formula gel terlihat homogen serta
tidak menunjukan perubahan warna dan bau. Untuk formula dengan
basis Na CMC dan HPMC menunjukan gel memiliki tekstur yang
agak lengket sedangkan pada formula dengan basis karbopol
menunjukan gel memiliki tekstur yang tidak lengket. Dari hasil
pengukuran pH terlihat sediaan memenuhi kriteria kulit yaitu berada
dalam interval 4,5 – 6,5. Jika pH sediaan berada diluar interval pH
kulit dikhawatirkan akan menyebabkan kulit bersisik. Perubahan pH
dapat disebabkan oleh kondisi lingkungan penyimpanan seperti
cahaya dan kelembaban udara.
Viskositas adalah suatu pernyataan tahanan dari suatu cairan
untuk mengalir, makin tinggi viskositasnya akan makin besar
tahananya. Nilai viskositas dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah
satunya penggunaan jenis dan konsentrasi gelling agent. Pengukuran
viskositas gel menggunakan spindel 7. Hasil pengukuran viskositas
menunjukan bahwa gel memiliki viskositas cukup tinggi. Hal ini
disebabkan oleh penggunan gelling agent (Na CMC, HPMC,
Karbopol) yang bersifat cukup kental. Perubahan viskositas
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kemasan yang kurang kedap
karena dapat menyebabkan menguapnya air yang terkandung dalam
gel ataupun gel menyerap uap air dari luar, sehingga menambah
volume air dalam gel.
41
Uji cycling test pada gel untuk menguji apakah terjadi sineresis
pada gel. Sineresis adalah gejala pada saat gel mengerut secara
alamiah dan sebagian dari cairanya terperas keluar. Hal ini terjadi
karena struktur matriks serat gel yang terus mengeras dan akhirnya
mengakibatkan terperasnya air ke luar. Hasil cycling test pada keenam
sediaan menunjukan bahwa keenam sediaan menunjukan tidak terjadi
sineresis.
Uji difusi bertujuan untuk mengetahui laju pelepasan suatu
bahan aktif dari pembawanya dan juga untuk melihat seberapa besar
kadar bahan aktif yang dapat berpenetrasi melalui membran, secara in-
vitro.
Uji difusi pada gel ini dilakukan selama 3 jam, dengan
pengambilan cuplikan sebanyak 5 ml setiap beberapa menit sekali,
setelah itu diukur dalam spektrofotometer UV-Vis. Pengukuran
dilakukan pada panjang gelombang 253 nm, diperoleh berdasarkan
hasil scanning panjang gelombang maksimum minyak jinten hitam.
Pada formula I, II, III, IV, V dan VI kadar minyak jinten hitam
naik pada menit ke-15 setelah itu kadarnya turun pada menit ke-100.
Berdasarkan hasil uji difusi dari seluruh formula gel, dapat dianalisa
bahwa formula VI memiliki laju pelepasan yang lebih baik, ditandai
dengan jumlah kadar bahan aktif yang lebih besar yang berpenetrasi
melalui membran ke dalam cairan reseptor dibandingkan dengan
keenam formula yang lain. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju
penetrasi dari suatu bahan aktif ke dalam kulit adalah : 1) konsentrasi
42
bahan aktif terlarut Cs, karena laju penetrasi sebanding dengan
konsentrasi; 2) koefisien partisi K antara kulit dan pembawa; 3)
koefisien difusi, yang menggambarkan tahanan pergerakan molekul
obat melalui barrier pembawa Dv dan pembatas kulit Ds. (Martin,
1993).
43
43
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa minyak biji jinten hitam
(Nigella sativa L.) dapat dibuat sediaan gel yang baik dan stabil dengan
menggunakan basis Karbopol 940 pada konsentrasi 1% karena dari hasil
evaluasi stabilitas fisik dan profil uji difusi menunjukan stabilitas fisik yang
baik serta laju pelepasan bahan aktif yang paling tinggi.
6.2 Saran
Perlu dilakukan pengujian lebih lanjut untuk mengetahui efektifitas gel
antioksidan minyak biji jinten hitam (Nigella sativa L.).
Untuk mengetahui besar kadar zat aktif yang dilepaskan agar lebih
akurat dan presisi serta batas kuantitatifnya lebih baik dilakukan analisa
dengan HPLC. Pada evaluasi dilakukan pengujian tipe gel dengan
menggunakan gel pembanding sebagai kontrol normal.
44
44
DAFTAR PUSTAKA
Alessandro DL, Francesco L, Chiara S, Marco Z, Rainer HM, Anna MF.
2007. SLN as Topical Delivery System for Artesimia arborescens
Essential Oil : In vitro Antoviral Activity and Skin Permeation Study.
International Journal of Nanomedicine, Volume 2, No 3, Italy. Hal
419-425
Anief, Moh. 1993. Farmasetika. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta.
Anief, Moh. 1997. Formulasi Obat Topikal dengan Dasar Penyakit Kulit.
Gadjah Mada University Press : Yogyakarta.
Ansel, Howard C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi Keempat.
Penerjemah Farida Ibrahim. UI Press : Jakarta.
Arici M, Sagdic O, Gecgel U. 2005. Antibacterial Effect of Turkish Black
Cumin (Nigella sativa L.) Oils. Grasas y Aceites, Volume 56,
Turkey. Hal 259-262.
Armenia, Suardi Muslim, Maryawati Anita. 2007. Formulasi Uji Klinik Gel
Anti Jerawat Benziol Peroksida-HPMC. Journal Of Fakultas Farmasi
F-MIPA UNAND.
Departemen Kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Direktorat
Jendral Pengawasan Obat dan Makanan : Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 1979. Materia Medika Indonesia Jilid III.
Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan : Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 1979. Materia Medika Indonesia Jilid IV.
Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan : Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 1985. Cara Pembuatan Simplisia. Direktorat
Jendral Pengawasan Obat dan Makanan : Jakarta. Hal 122-123.
Departemen Kesehatan RI. 1985. Formularium Kosmetika Indonesia.
Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan : Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 1989. Vademekum Bahan Obat Alam. Direktorat
Jendral Pengawasan Obat dan Makanan : Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 1993. Kodeks Kosmetika Indonesia. Direktorat
Jendral Pengawasan Obat dan Makanan : Jakarta.
45
Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Direktorat
Jendral Pengawasan Obat dan Makanan : Jakarta. Hal 7-8, 1030.
Departemen Kesehatan RI. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak
Tumbuhan Obat. Direktorat Pengawasan Obat Tradisional : Jakarta.
Hal 1, 9-12.
Galuh Yulianhar Rosyad, Putri. 2009. FORMULASI GEL OBAT JERAWAT
MINYAK ATSIRI DAUN JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia,
swingle) DAN UJI ANTIBAKTERI (Propionibacterium acne)
SECARA IN VITRO. Skripsi : Fakultas Farmasi Universitas
Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
Goerlich Pharma International. 2007. Spesification Egyptian Black Cumin Oil.
Germany.
Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan. Penerbit ITB : Bandung. Hal 6-7.
Hartati Sri. Yuliani. 2005. Formulasi Gel Repelan Minyak Atsiri Tanaman
Akar Wangi (Vativera zizanioidesi. L. Nogh): Optimasi Komposisi
Karbopol 3% b/v Propilenglikol. Jurnal Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma.
Hasan Mahmud Muhammad, Mahir. 2007. Mukjizat Kedokteran Nabi Berobat
dengan Rempah dan Buah-Buahan. Qultum Media : Jakarta. Hal 8,
104.
Hasnah Sirat, Basar Norazah, Fang Err. 2000. Analisis Biji Jinten Hitam
(Nigella sativa, L). Malaysian Journal Of Analitycal Science, Vol. 7,
No. 1.
Hassan Gilani, Anwar-ul dkk. 2004. A Review of Medicinal Uses and
Pharmacological Activities of Nigella sativa. Department of
Biological and Biomedical Sciences The Aga Khan University
Medical College, Karachi, Pakistan. Pakistan Journal of Biological
Sciences 7 (4) : 441-451.
Lachman L, Lieberman HA, Kanig JL. 1994. Teori dan Praktek Farmasi
Industri II Edisi Ketiga. Alih bahasa Suyatmi S. UI Press : Jakarta.
Hal 1042, 1092, 1119-1120.
Netti H, Ginting S. 2002. Minyak dan Lemak. Junal Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara.
Oen, L.H, Dr, dkk. 1986. Dasar-Dasar Kosmetologi Kedokteran. Cermin
Dunia Kedokteran No 41. Penerbit : Pusat Penelitian dan
Pengembangan PT. Kalbe Farma.
46
Padhye, Subhash dkk. 2008. From Here to Eternity - The Secret of Pharaohs :
Therapeutic Potential of Black Cumin Seeds and Beyond.
Department of Pathology and Division of Internal Medicine, Barbara
Ann Karmanos Cancer Institute, Wayne State University, School of
Medicine, Detroit, MI- 48201, USA. Cancer Ther. 6(b): 495–510.
Padmadisastra Yudi, Sidik, Azizah Sumi. 2003. Formulasi sediaan Cair Gel
Lidah Buaya (Aloe Vera. L) Sebagai Minuman Kesehatan.
Simposium Nasional Kimia Bahan Alam III Fakultas Farmasi
Universitas Padjadjaran.
Sakkara Essential Oil. Material Safety Data Sheet and Specification Egyptian
Black Cumin Seed Oil. Egypt.
Salman MT, Khan RA, Shukla I. 2002. Antimicrobial Activity of Black Cumin
Seeds (Nigella sativa) Against Multidrug Resistant Strains of
Coagulase Negative Staphylococci. Departments of Pharmacology
and Microbiology, Jawaharlal Nehru Medical College, Aligarh
Muslim University, Aligarh India.
Toama MA, El-Alfy TS, El-Fatatry HM. 1974. Antimicrobial Activity of the
Volatile Oil of Nigella sativa Linneaus Seeds. Antimicrobial Agents
and Chemotherapy, Volume 6, No 2. Hal 225-226.
Underwood, JCE. 2004. General and Systematic Pathology Fourth Edition.
Churcill Livingstone. Hal 697.
Voigt, Rudolf. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Penerjemah
Dr.rer.nat. Soendani Noerono Soewandhi, Apt. Dan Dr. Mathilda B.
Widianto, Apt., Jurusan Farmasi FMIPA ITB, Penyunting Prof. Dr.
Moch. Samhoedi Reksohadiprodjo, Apt., Fakultas Farmasi UGM.
Gajah Mada University Press : Yogyakarta. Hal 351-353, 564.
Wade A, Waller PJ. 1994. Handbook of Pharmaceutical Excipients Second
Edition. The Pharmaceutical Press : London. Hal 47, 204, 310, 494,
538.
Wade A, dkk. 1982. Martindale The Extra Pharmacopoeia Twenty-eight
Edition. The Pharmaceutical Press : London. Hal 950, 955, 708,
1287, 1291-1292, 1290-1292.
Wasitaatmadja, Sjarif M. 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. UI Press :
Jakarta. Hal 3-6, 11-14, 23-24, 90, 186.
Winarno. 2004. Kimia Pangan Dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.
47
LAMPIRAN
48
LAMPIRAN
Lampiran 1. Tanaman dan Biji Jinten Hitam (Nigella sativa L.).
Gambar 5. Tanaman Jinten Hitam (Nigella sativa L.)
Gambar 6. Biji Jinten Hitam (Nigella sativa L.)
49
Lampiran 2. Perhitungan Bobot Jenis Minyak Jinten Hitam (Nigella sativa L.).
Bobot jenis = 𝑚2−𝑚0
𝑚1−𝑚0 X berat jenis air
m0 (berat piknometer kosong) = 13,2199
m1 (berat piknometer + air) = 23,4051
m2 (berat piknometer + minyak jinten hitam) = 22,35
Bobot jenis = 𝑚2−𝑚0
𝑚1−𝑚0
= 22,35−13,2199
22,4051−13,2199 X 1
= 0,8964
Jadi, bobot jenis minyak jinten hitam = 0,8964 gram/ml
50
Lampiran 3. Hasil Scanning λ Maksimum Minyak Jinten Hitam.
13 Juli 2010
Spectrum Name: C:\UVWINLAB\DATA\JINTEN.SP
Description: Panjang gelombang maksimum minyak jinten 1 ppm
Date Created: Wed Jan 01 05:24:33 2003
Data Interval: 1.0000 nm
Instrument Model: Lambda 25
Scan Speed: 240.00 nm/min
Slit Width: 1.0000 nm
Smooth Bandwidth: 6.00 nm
Time: 5:06:04 AM
200.0 220 240 260 280 300 320 340 360 380 400.0 0.00
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
1.00
nm
A
253.07
232.33
51
Lampiran 4. Kurva serapan minyak jinten hitam.
Wavelength Program
__________________
Date: 7/8/2010 Time: 10:17:27 AM Method: Minyak jinten hitam
Slit: UV/VIS: 1.00 nm
Analyst: Ardian S. Nurhakim
Sample ID Cyc Factor 253.00 nm
__________________________________________________________________
__________________________
1 1 1.0000 0.1690 serapan sampel jinten 0.5 ppm
2 1 1.0000 0.3400 serapan sampel jinten 1.0 ppm
3 1 1.0000 0.5043 serapan sampel jinten 1.5 ppm
4 1 1.0000 0.6634 serapan sampel jinten 2.0 ppm
5 1 1.0000 0.8281 serapan sampel jinten 2.5 ppm
__________________________________________________________________
__________________________
Y = 0,00848 + 0,32832 X
r = 0,999
Gambar 7. Kurva serapan minyak jinten hitam
0,169
0,34
0,5043
0,6634
0,8281
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0,8
0,9
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3
Ab
sorb
an
si
Kadar (ppm)
52
Lampiran 5. Evaluasi pemeriksaan stabilitas fisik (cycling test).
1. I
Awal Siklus Akhir siklus
2. II
Awal siklus Akhir siklus
3. III
Awal siklus Akhir siklus
4. IV
Awal siklus Akhir siklus
Gambar 8. Evaluasi pemeriksaan stabilitas fisik (cycling test)
53
Lampiran 5. Evaluasi pemeriksaan stabilitas fisik (cycling test). ...(Lanjutan).
5. V
Awal siklus Akhir siklus
6. VI
Awal siklus Akhir siklus
Gambar 8. Evaluasi pemeriksaan stabilitas fisik (cycling test) ....(lanjutan)
Keterangan :
I = Formula gel dengan Na CMC 4%
II = Formula gel dengan Na CMC 5%
III = Formula gel dengan HPMC 3%
IV = Formula gel dengan HPMC 4%
V = Formula gel dengan Karbopol 0,5%
VI = Formula gel dengan Karbopol 1%
54
Lampiran 6. Absorbansi pemeriksaan difusi.
Wavelength Program
__________________
Date: 9/22/2010 Time: 8:39:44 AM Method: Formula I
Slit: UV/VIS: 1.00 nm
Analyst: Ardian S. Nurhakim
Sample ID Cyc Factor 253.00 nm
__________________________________________________________________
__________________________
1 1 1.0000 0.0983 Serapan zat aktif menit ke 5
2 1 1.0000 0.1937 Serapan zat aktif menit ke 15
3 1 1.0000 0.2941 Serapan zat aktif menit ke 25
4 1 1.0000 0.3915 Serapan zat aktif menit ke 35
5 1 1.0000 0.4977 Serapan zat aktif menit ke 45
6 1 1.0000 0.5777 Serapan zat aktif menit ke 60
7 1 1.0000 0.6391 Serapan zat aktif menit ke 80
8 1 1.0000 0.5840 Serapan zat aktif menit ke 100
9 1 1.0000 0.3571 Serapan zat aktif menit ke 160
10 1 1.0000 0.1995 Serapan zat aktif menit ke 180
__________________________________________________________________
__________________________
55
Lampiran 6. Absorbansi pemeriksaan difusi. ...(lanjutan)
Wavelength Program
__________________
Date: 9/22/2010 Time: 8:49:13 AM Method: Formla II
Slit: UV/VIS: 1.00 nm
Analyst: Ardian S. Nurhakim
Sample ID Cyc Factor 253.00 nm
__________________________________________________________________
__________________________
1 1 1.0000 0.0918 Serapan zat aktif menit ke 5
2 1 1.0000 0.1915 Serapan zat aktif menit ke 15
3 1 1.0000 0.2707 Serapan zat aktif menit ke 25
4 1 1.0000 0.3540 Serapan zat aktif menit ke 35
5 1 1.0000 0.4343 Serapan zat aktif menit ke 45
6 1 1.0000 0.5339 Serapan zat aktif menit ke 60
7 1 1.0000 0.6001 Serapan zat aktif menit ke 80
8 1 1.0000 0.5091 Serapan zat aktif menit ke 100
9 1 1.0000 0.4519 Serapan zat aktif menit ke 160
10 1 1.0000 0.2658 Serapan zat aktif menit ke 180
__________________________________________________________________
__________________________
56
Lampiran 6. Absorbansi pemeriksaan difusi. ...(lanjutan)
Wavelength Program
__________________
Date: 9/22/2010 Time: 9:01:21 AM Method: Formula III
Slit: UV/VIS: 1.00 nm
Analyst: Ardian S. Nurhakim
Sample ID Cyc Factor 253.00 nm
__________________________________________________________________
__________________________
1 1 1.0000 0.0868 Serapan zat aktif menit ke 5
2 1 1.0000 0.1977 Serapan zat aktif menit ke 15
3 1 1.0000 0.2564 Serapan zat aktif menit ke 25
4 1 1.0000 0.3529 Serapan zat aktif menit ke 35
5 1 1.0000 0.4471 Serapan zat aktif menit ke 45
6 1 1.0000 0.5132 Serapan zat aktif menit ke 60
7 1 1.0000 0.6020 Serapan zat aktif menit ke 80
8 1 1.0000 0.4550 Serapan zat aktif menit ke 100
9 1 1.0000 0.3010 Serapan zat aktif menit ke 160
10 1 1.0000 0.2406 Serapan zat aktif menit ke 180
__________________________________________________________________
__________________________
57
Lampiran 6. Absorbansi pemeriksaan difusi. ...(lanjutan)
Wavelength Program
__________________
Date: 9/23/2010 Time: 8:29:07 AM Method: Formula IV
Slit: UV/VIS: 1.00 nm
Analyst: Ardian S. Nurhakim
Sample ID Cyc Factor 253.00 nm
__________________________________________________________________
__________________________
1 1 1.0000 0.0882 Serapan zat aktif menit ke 5
2 1 1.0000 0.1974 Serapan zat aktif menit ke 15
3 1 1.0000 0.2545 Serapan zat aktif menit ke 25
4 1 1.0000 0.3454 Serapan zat aktif menit ke 35
5 1 1.0000 0.4339 Serapan zat aktif menit ke 45
6 1 1.0000 0.5312 Serapan zat aktif menit ke 60
7 1 1.0000 0.6115 Serapan zat aktif menit ke 80
8 1 1.0000 0.4109 Serapan zat aktif menit ke 100
9 1 1.0000 0.3220 Serapan zat aktif menit ke 160
10 1 1.0000 0.2993 Serapan zat aktif menit ke 180
__________________________________________________________________
__________________________
58
Lampiran 6. Absorbansi pemeriksaan difusi. ...(lanjutan)
Wavelength Program
__________________
Date: 9/23/2010 Time: 8:48:20 AM Method: Formula V
Slit: UV/VIS: 1.00 nm
Analyst: Ardian S. Nurhakim
Sample ID Cyc Factor 253.00 nm
__________________________________________________________________
__________________________
1 1 1.0000 0.0955 Serapan zat aktif menit ke 5
2 1 1.0000 0.1990 Serapan zat aktif menit ke 15
3 1 1.0000 0.2955 Serapan zat aktif menit ke 25
4 1 1.0000 0.3909 Serapan zat aktif menit ke 35
5 1 1.0000 0.4924 Serapan zat aktif menit ke 45
6 1 1.0000 0.5808 Serapan zat aktif menit ke 60
7 1 1.0000 0.6652 Serapan zat aktif menit ke 80
8 1 1.0000 0.6019 Serapan zat aktif menit ke 100
9 1 1.0000 0.5306 Serapan zat aktif menit ke 160
10 1 1.0000 0.4366 Serapan zat aktif menit ke 180
__________________________________________________________________
__________________________
59
Lampiran 6. Absorbansi pemeriksaan difusi. ...(lanjutan)
Wavelength Program
__________________
Date: 9/23/2010 Time: 9:10:20 AM Method: Formula VI
Slit: UV/VIS: 1.00 nm
Analyst: Ardian S. Nurhakim
Sample ID Cyc Factor 253.00 nm
__________________________________________________________________
__________________________
1 1 1.0000 0.0998 Serapan zat aktif menit ke 5
2 1 1.0000 0.2011 Serapan zat aktif menit ke 15
3 1 1.0000 0.2982 Serapan zat aktif menit ke 25
4 1 1.0000 0.3956 Serapan zat aktif menit ke 35
5 1 1.0000 0.4992 Serapan zat aktif menit ke 45
6 1 1.0000 0.5955 Serapan zat aktif menit ke 60
7 1 1.0000 0.6917 Serapan zat aktif menit ke 80
8 1 1.0000 0.6135 Serapan zat aktif menit ke 100
9 1 1.0000 0.5354 Serapan zat aktif menit ke 160
10 1 1.0000 0.4444 Serapan zat aktif menit ke 180
__________________________________________________________________
__________________________
60
Lampiran 7. Perhitungan pemeriksaan difusi.
Dik :
Y = 0,00848 + 0,32832 X
r = 0,999
Formula I
Abs t’5 = 0,0983
Abs t’15 = 0,1937
Abs t’25 = 0,2941
Abs t’35 = 0,3915
Abs t’45 = 0,4977
Abs t’60 = 0,5777
Abs t’80 = 0,6391
Abs t’100 = 0,5840
Abs t’160 = 0,3571
Abs t’180 = 0,1995
Dit : Kadar t’5 s/d t’180?
Jawab :
Kadar t’α = (t’α = 0,00848 + 0,32832 X)
Kadar t’5 = (0,0983 = 0,00848 + 0,32832 X)
t’5 = 0,273
Kadar t’15 = (0,1937 = 0,00848 + 0,32832 X)
t’15 = 0,564
Kadar t’25 = (0,2941 = 0,00848 + 0,32832 X)
t’25 = 0,869
Kadar t’35 = (0,3915 = 0,00848 + 0,32832 X)
t’35 = 1,166
Kadar t’45 = (0,4977 = 0,00848 + 0,32832 X)
t’45 = 1,490
...(dst s/d Formula 6)
61
Lampiran 8. Perhitungan faktor koreksi (FK) pemeriksaan difusi.
Dik:
Formula I
Kadar t’5 = 0,273 ppm
Kadar t’15 = 0,564 ppm
Kadar t’25 = 0,869 ppm
Kadar t’35 = 1,166 ppm
Kadar t’45 = 1,490 ppm
Kadar t’60 = 1,733 ppm
Kadar t’80 = 1,920 ppm
Kadar t’100 = 1,752 ppm
Kadar t’160 = 1,061 ppm
Kadar t’180 = 0,581 ppm
Medium = 300 ml
Cuplikan = 5 ml
Dit: FK t’5 s/d t’180?
Jawab:
FK t’α = Kadar t’α x Cuplikan / Medium
FK t’5 = 0,273 x 5/300 FK t’15 = 0,564 x 5/300
= 4,55 x 10-3
...(a) = 9,4 x 10-3
...(b)
t 5 = 0,273 t 15 = 0,564+(a)
FK t’25 = 0,869 x 5/300 FK t’35 = 1,166 x 5/300
= 0,014 ...(c) = 0,019 ...(d)
t 25 = 0,869+(a)+(b) t 35 = 1,166+(a)+(b)+(c)
FK t’45 = 1,490 x 5/300
= 0,024 ...(e)
t 45 = 1,490+(a)+(b)+(c)+(d) ...(dst s/d Formula 6)
62
Lampiran 9. Evaluasi pemeriksaan difusi.
Tabel 11. Hasil pemeriksaan difusi gel minyak jinten hitam
Formula
Kadar (ppm) minyak jinten hitam
menit ke
5 15 25 35 45 60 80 100 160 180
I 0,273 0,568 0,888 1,199 1,542 1,809 2,021 1,885 1,223 0,760
II 0,253 0,561 0,811 1,078 1,340 1,666 1,894 1,647 1,498 0,954
III 0,238 0,581 0,770 1,057 1,361 1,585 1,881 1,464 1,017 0,848
IV 0,242 0,580 0,763 1,052 1,338 1,657 1,928 1,348 1,097 1,044
V 0,277 0,590 0,899 1,204 1,533 1,871 2,114 1,955 1,768 1,503
VI 0,278 0,591 0,897 1,209 1,547 1,865 2,188 1,985 1,778 1,528
Gambar 9. Kurva hasil pemeriksaan difusi gel minyak jinten hitam
Keterangan :
I = Formula gel dengan Na CMC 4%
II = Formula gel dengan Na CMC 5%
III = Formula gel dengan HPMC 3%
IV = Formula gel dengan HPMC 4%
V = Formula gel dengan Karbopol 0,5%
VI = Formula gel dengan Karbopol 1%
0
0,5
1
1,5
2
2,5
0 50 100 150 200
Kad
ar
(pp
m)
(t) waktu
I
II
III
IV
V
VI
63
Lampiran 10. Gambar Alat-alat Penelitian.
Gambar 10. pH meter Gambar 11. Viskometer Brookfield
Gambar 12. Refraktometer Gambar 13. Spektrofotometer UV-Vis
Gambar 14. Oven
64
Lampiran 11. Hasil Determinasi Tanaman Jinten Hitam (Nigella sativa L.).